pola komunikasi guru dan murid pada lembaga...
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
BINTANG PELAJAR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Rosalina
NIM: 105051001872
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ii
POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
BINTANG PELAJAR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Rosalina
NIM: 105051001872
Di Bawah Bimbingan,
Dr. Arief Subhan, MA
NIP: 19660110 199303 1 004
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 11 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Tangerang, 11 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Dr. Murodi, M.A. Faza Amri, S.Th.I
NIP: 19640705 199203 1 003 NIP: 19780703 200501 1 006
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Study Rizal LK, M.A. Umi Musyarofah,M.A.
NIP: 19640428 199303 1 002 NIP: 19710816 199703 2 002
Pembimbing,
Dr. H. Arief Subhan, M.A.
NIP: 19660110 199303 1 004
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bogor, 5 Juni 2009
Rosalina
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji Syukur penulis haturkan kepada Zat Allah SWT, atas limpahan karunia
dan atas Ridho-Nya penulis dapat menempuh jenjang pendidikan sampai saat ini
hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial
Islam (S.Sos.I)
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari jalan kesesatan menuju alam
berperadaban, dari kegelapan menuju cahaya.
Dengan rahmat Allah SWT, penelitian dan penulisan skripsi ini dapat
terwujud dengan lancar. Semoga karya yang kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Penelitian dan penulisan ini, tidak akan
berjalan lancar tanpa dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Penulis berterima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Para Pembantu Dekan: Dr.
Murodi, MA; Dr. Arief Subhan, MA sebagai dosen pembimbing; Drs.
Mahmud Jalal, MA; dan Drs. Studi Rizal, LK, MA.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam: Drs. Wahidin
Saputra, M.A., dan Umi Musyarofah, M.A.
3. H. Abd. Komala Kartawinatta dan Hj. Diani Puspitawati selaku orang tua
penulis yang telah mencurahkan kasih sayang serta dukungan baik moril serta materil untuk penulis.
4. Pimpinan Les Privat dan Kelompok Bintang Pelajar Bapak Chairat, Manager
Divisi SDM Bapak Tri Muchdi H., Mas Rizqi Amali terima kasih untuk
bantuannya meminta izin ke Pak Muchdi dan Pak Adrian agar penulis dapat
melakukan penelitian di Bintang Pelajar, Kepala cabang BP Pajajaran Bapak
Adrian, Staf-Staf BP Pajajaran Mas Azis, Mas Ardi, Mbak Iim, Mbak Liza,
Mbak Widi, mas-mas office boy. Untuk guru-guru Mbak Wahyu, Mbak Ida,
Mas Burhan, Mas Yudha serta murid-murid Dina, Fifi, Chika, Fathia,
Shynna, Farah, dan Sani yang mengizinkan kelasnya di observasi oleh
penulis.
5. Sahabat-sahabat di BP: Mas Ruchul, Mbak Zenita, Bunda Novi, Mbak Betty, Mbak Uli, Mbak Irma, Mbak Milla, Mbak Festy, Mbak Partini, Mbak Herma,
Mbak Lilis, Mas Nandar, Mas Imam, Teh Ina dan semua guru dan staf yang dikenal oleh penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih
untuk dukungan dan kebaikan dari semuanya.
6. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2005. Teman-teman KPI A
especially sagita, desy, maya, novita, mute, lely, fatimah, qoqom, arsyil, dasuki.
vi
7. Keluarga besar H. Daan Yahya kakekku tercinta, nenek ade, sembilan tanteku
sayang: tante dini, tante devi, tante lusi, tante dewi, tante linda, tante desi, tente ajeng, tante rika, tante meta, sepupu-sepupu tercinta, dan juga untuk
para om, khususnya om bugi. Terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, kasih sayang dan cinta yang kalian beri untuk penulis.
8. Keluarga (alm.) Dapung Kartawinatta, om chandra, tante remmy, tante kenny,
om uung terima kasih banyak untuk support-nya dari segi moril dan materil.
9. Bapak Asep Usman Ismail yang selalu memberi semangat kepada saya sejak
sebelum kuliah di UIN hingga saya lulus.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi tempat curhat di saat senang maupun
susah, chika, nanda, lita, nadya, ranita, nada safira, ummu, dan aryo.
11. Teh Ella beserta anak-anak yatim yayasan Innayatullah yang senantiasa selalu
mendoakan penulis.
12. Para dosen, karyawan, Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama.
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT untuk orang-orang yang begitu
ikhlas membantu dalam penulisan skripsi ini agar diberikan kasih sayang-Nya
yang sempurna. Semoga Allah SWT semakin menambahkan karunia-Nya kepada
kita semua.
Bogor, 5 Juni 2009
Penulis
vii
ABSTRAK
Rosalina
Pola Komunikasi Guru dan Murid Pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang
Pelajar
Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual, pembentukan
watak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan. Komunikasi antara guru dan murid bisa menjadi faktor penentu
keberhasilan belajar murid dan pola komunikasi yang baik antara guru dan murid
bisa dijadikan salah satu faktornya.
Dalam penulisan skripsi ini akan dibahas permasalahan bagaimana pola
komunikasi guru dan murid yang terjadi di lembaga bimbingan belajar. Fokus
dalam penelitian ini adalah pola komunikasi antara guru dan murid yang terjadi di
dalam kelas pada lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar sebagai salah satu perintis
bimbingan belajar yang memiliki visi dan misi menjadi bimbingan belajar terbaik
yang islami dalam rangka mewujudkan generasi beriman dan berilmu
pengetahuan mempunyai konsep belajar satu kelas maksimal hanya lima siswa,
hal ini menjadikan komunikasi di dalam kelas menjadi lebih terarah.
Pola komunikasi guru dan murid di Bintang Pelajar adalah pola guru –
murid, murid – guru, murid - murid. Hal ini dikarenakan dengan jumlah murid
yang sedikit dalam satu kelas membuat guru bisa total dalam memberikan
perhatian kepada murid ketika mengajar. Para murid jadi merasa bebas untuk
bertanya materi yang kurang jelas ataupun belum dimengerti dan juga guru bisa
dijadikan untuk tempat curahan hati para murid.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................... iii
PERNYATAAN .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
ABSTRAK................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 5
1. Jenis Penelitian .................................................................. 5
2. Metode Penelitian .............................................................. 6
3. Subjek dan Objek dan Penelitian........................................ 6
4. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 7
5. Populasi dan Sampel .......................................................... 7
6. Tahapan Penelitian............................................................. 8
7. Teknik Penulisan................................................................ 10
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11
ix
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 12
A. Pengantar .............................................................................. 12
B. Pengertian Pola Komunikasi.................................................. 12
C. Jenis-jenis Komunikasi.......................................................... 23
D. Macam-macam Pola Komunikasi.......................................... 25
E. Teknik-teknik Komunikasi .................................................... 26
F. Pola-pola Komunikasi Guru-Murid........................................ 28
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................. 30
A. Pengantar .............................................................................. 30
B. Profil Bintang Pelajar ............................................................ 30
C. Bintang Pelajar Cabang Pajajaran.......................................... 32
1. Letak Geografis.............................................................. 32
2. Posisi Bintang Pelajaran Cabang Pajajaran..................... 32
D. Program Bintang Pelajar ....................................................... 34
1. Sistem Belajar Bintang Pelajar ........................................... 34
2. Program Akademik ............................................................ 35
a. Program Tembus SMP-SMA-PTN Favorit ..................... 35
b. Program Sukses Semester............................................... 35
c. Program Calistung Plus .................................................. 35
d. Kelas Super.................................................................... 36
E. Fasilitas dan Penanganan Bintang Pelajar .............................. 36
F. Lokasi Bintang Pelajar........................................................... 39
x
G. Pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Bintang Pelajar... 40
BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID ..... 42
A. Pengantar .............................................................................. 42
B. Pola Komunikasi Guru dan Murid......................................... 42
1. Pola Komunikasi Guru 1.................................................... 43
2. Pola Komunikasi Guru 2.................................................... 49
3. Pola Komunikasi Guru 3.................................................... 57
4. Pola Komunikasi Guru 4.................................................... 65
BAB V PENUTUP................................................................................ 69
A. Kesimpulan .......................................................................... 69
B. Saran ............................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkomunikasi adalah kebutuhan manusia dalam mempertahankan
keberlangsungan hidup. Hampir tidak mungkin seseorang dapat
menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Artinya,
manusia memang tidak bisa hidup tanpa komunikasi, karena komunikasi
merupakan kebutuhan yang sangat penting.
Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting
peranannya bagi kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Manusia
dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam al-
Qur’an surat ar-Rahmaan ayat 1-4, yang berbunyi:
���������� �� ������
����������� �� �� �!"
���#$%&'�� (� )*!☺���
����-�.��� /�
Artinya: “(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al
Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”
xii
Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam
kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Karena
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan (guru) melalui saluran
atau media tertentu ke penerima pesan (murid). Pesan yang akan di
komunikasikan adalah bahan atau materi pelajaran yang ada dalam
kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, murid, dan lain sebagainya.
Salurannya berupa media pendidikan, dan penerimanya adalah murid.1
Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai
pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak dan keterampilan serta kemahiran yang
diperlukan pada semua bidang kehidupan.2 Fungsi komunikasi tidak
hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan
individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide.
Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan
oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik
dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan komunikasi yang
baik pula.3
Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi
instruksional, dan komunikasi ini merupakan salah satu aspek fungsi
komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar sebagai
1 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), Cet. Ke-1,
h.11. 2 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
Cet. Ke-3, h. 11. 3 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.
7.
xiii
komunikan dalam situasi instruksional yang terkondisi. Misalnya guru
disamping sanggup mengajar untuk memberikan instruksi kepada pelajar,
juga memiliki metode dalam penyampaian pesan atau materi kepada
pelajar. Komunikasi instruksional ini lebih mengarah kepada pendidikan
dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki kerja sama
dengan muridnya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik. Komunikasi instruksional merupakan satu bentuk
atau pola komunikasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, dan
dapat terjadi di mana saja. Misalnya di sekolah, universitas, di pondok
pesantren, bahkan di lembaga bimbingan belajar.
Di antara banyak lembaga bimbingan belajar yang umumnya
hanya mengajarkan pelajaran berdasarkan kurikulum di sekolah, ada
salah satu bimbingan belajar yang tidak hanya memberikan materi
pelajaran yang umum, juga menanamkan nilai-nilai ke-Islam-an. Bintang
Pelajar merupakan lembaga bimbingan belajar yang memiliki visi dan misi
Mewujudkan Generasi Beriman dan Berilmu Pengetahuan. Staf dan guru
Bintang Pelajar direkrut dengan mekanisme khusus yang memungkinkan
dapat menjalankan visi dan misi yang telah ditetapkan, yaitu
kemampuan akademik dan kemampuan keislaman yang mencakup
kemampuan baca tulis al-Qur'an, hafalan surat (pada juz 30) dan hadits
tertentu serta penampilan islami dan pemahaman keislaman.4
Sebagai salah satu perintis bimbingan belajar, Bintang Pelajar terus
memantapkan perannya di dunia pendidikan termasuk dalam
4 www.bintangpelajar.com/profil/ 6 January 2009 jam 05.36.
xiv
menjalankan visi dan misi menjadi bimbingan belajar terbaik yang islami
dalam rangka mewujudkan generasi beriman dan berilmu pengetahuan.
Sebagaimana tujuan pendidikan, menurut Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) UU RI NO. 20 TH. 2003 BAB II Pasal 3 dinyatakan:
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”5
Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan
bertujuan mengembangkan aspek batin/rohani dan pendidikan bersifat
jasmani/ lahiriyah. Pendidikan bersifat rohani merujuk kepada kualitas
kepribadian, karakter, akhlak dan watak, kesemua itu menjadi bagian
penting dalam pendidikan, kedua pengembangan terfokus kepada
aspek jasmani, seperti ketangkasan, kesehatan, cakap, kreatif.
Pengembangan tersebut dilakukan di institusi sekolah dan di luar sekolah
seperti di dalam keluarga, dan di dalam lingkungan anak tersebut
melakukan aktivitas sehari-hari.
Selain memiliki visi dan misi Mewujudkan Generasi Beriman dan
Berilmu Pengetahuan, penulis mengutip dari situs
www.bintangpelajar.com bahwa Bintang Pelajar memiliki 5 (lima)
tanggung jawab yang harus di berikan kepada murid-murid yang
5 Redaksi Sinar Grafika,Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI
NO.20 TH.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5-6
xv
bergabung di Bintang Pelajar yaitu: aqidah yang benar, akhlaq mulia,
prestasi terbaik, motivasi tinggi, dan kemandirian.
Melihat Bintang Pelajar memiliki konsep yang berbeda untuk
mendidik dan mengajar murid-muridnya, maka penulis tertarik untuk
memilih penulisan skripsi dengan judul ”Pola Komunikasi Guru dan Murid
Pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya tingkatan murid yang ada di bimbingan
belajar Bintang Pelajar yaitu dari TK hingga tingkat SMA dan banyaknya
cabang yang di miliki oleh Bintang Pelajar, maka penulis membatasi
penelitian skripsi ini hanya pada Pola Komunikasi Guru dan Murid tingkat
SMP Kelas 2 pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar cabang
Pajajaran Bogor.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang akan di bahas, maka penulis
merumuskan masalah tersebut yaitu Bagaimana pola komunikasi guru
dan murid pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar?
xvi
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui pola
komunikasi guru dan murid pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang
Pelajar.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi khazanah ilmu
pengetahuan kepada mahasiswa/I terutama di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi agar dapat mengetahui pola komunikasi antara guru dan
murid yang ada di lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar, serta bagi
lembaga bimbingan belajar yang lain hasil penelitian ini dapat dijadikan
perbandingan dalam melakukan pola komunikasi antara guru dan murid
yang ada di lembaga tersebut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
masukan bagi pelaku komunikasi khususnya bagi pengajar di lembaga
bimbingan belajar.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
xvii
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Riset Lapangan (field
research), yaitu mecari dan mengumpulkan informasi tentang
masalah yang dibahas dari lapangan (tempat melakukan penelitian
tersebut).
2. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam
penelitian ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis
melalui pendekatan kualitatif.
Di mana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang
di teliti.
Adapun secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini
disebabkan oleh penerapan metode kualitatif.6
Menurut Jalaluddin Rakhmat
“Metode penelitian deskriptif analisis bertujuan mengumpulkan
informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengidentifikasi masalah atau memerikan kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan
apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.”7
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007),
Cet. Ke-24, h. 9-10. 7 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2002), h. 25.
xviii
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas 2 SMP di
Bintang Pelajar. Yang menjadi objek penelitian adalah pola
komunikasi guru dan murid di Bintang Pelajar yaitu guru 1 Yudha Adi
Pradana, guru 2 Burhan, guru 3 Wahyuningsih, guru 4 Ida Mahmudah.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bintang Pelajar cabang Pajajaran
yang berlokasi di Jl. Pajajaran No. 23 Bogor. Waktu penelitian yang
dibutuhkan dalam penelitian ini antara 24 Februari 2009 – 21 April 2009.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel
adalah wakil populasi yang akan diteliti.8 Dalam penelitian ini, yang
menjadi populasi adalah murid tingkat SMP di Bintang Pelajar cabang
Pajajaran Bogor.
Secara keseluruhan murid di Bintang Pelajar cabang Pajajaran dari
tingkat TK sampai SMA berjumlah 634 murid. Murid SMP dari kelas 1
hingga kelas 3 berjumlah 232 murid dengan rincian tingkat 1 SMP 19
murid, murid pria 9, murid wanita 10. Tingkat 2 SMP 35 murid, murid pria
21, murid wanita 14. Tingkat 3 SMP 178 murid, murid pria 75 dan murid
wanita 103.
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), Cet. ke-10, Edisi Revisi, h. 117.
xix
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih secara
sengaja (pusposive sampling) adalah kelompok murid perempuan
kelas 2 SMP yang belajar pada jam 16.00-17.45 pada hari Selasa,
Kamis, dan Jumat yaitu kelompok Dina Anjani dan guru yang
mengajar di kelompok tersebut sebanyak empat orang terdiri dari dua
pria yaitu Yudha Adi Pradana yang mengajar Matematika dan Burhan
sebagai guru Bahasa Indonesia serta dua guru wanita yaitu
Wahyuningsih yang mengajarkan IPS dan juga Ida Mahmudah
sebagai guru mata pelajaran IPA. Total guru yang mengajar di tingkat
2 SMP adalah 30 orang.
6. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Interview (wawancara)
Yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh kedua belah pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada individu yang
bersangkutan,9 yaitu guru dan murid yang menjadi sampel untuk
memperoleh informasi mengenai pola komunikasi guru dan murid
yang digunakan di Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar.
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.
xx
Guru yang di wawancarai dalam penelitian ini sebanyak
empat orang terdiri dari dua pria yaitu Yudha Adi Pradana yang
mengajar Matematika dan Burhan sebagai guru Bahasa Indonesia
serta dua guru wanita yaitu Wahyuningsih yang mengajarkan IPS
dan juga Ida Mahmudah sebagai guru mata pelajaran IPA.
Mereka adalah guru yang mengajar di Kelompok Dina Anjani yang
dipilih oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian. Sedangkan
murid yang diwawancarai berjumlah tujuh orang.
2) Observasi (pengamatan)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.10 Pengamatan memungkinkan
penulis membentuk pengetahuan yang diketahui bersama. Dalam
hal ini, penulis mengamati secara langsung mengenai kegiatan
belajar mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar,
guna memperoleh data. Penulis melakukan pengamatan
sebanyak dua kali untuk masing-masing mata pelajaran antara 24
Februari 2009 – 21 April 2009.
3) Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dokumentasi
dapat dilakukan untuk mencari data mengenai permasalahan
yang diteliti dari berbagai macam dokumen seperti arsip, brosur,
10 Winayno Suyakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsiti, 1986), Cet. Ke-7,
h. 162.
xxi
dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang
penulis teliti.
b. Teknik Analisa Data
Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan
pokok permasalahan yang dirumuskan, peneliti menggunakan
metode Deskriptif Analisis Kualitatif, yaitu peneliti menganalisis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan dan
buku-buku dengan cara menggambarkan dan menjelaskan ke dalam
bentuk kalimat yang disertai kutipan-kutipan data.11
Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah
demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang bisa diperoleh
dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan (verbal)
bukan data nominal atau yang menunjukkan angka-angka.
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penyusunan skripsi ingin penulis
berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007”.
11 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet.
Ke-24, h. 6.
xxii
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh
penulis dan ternyata secara khusus skripsi yang membahas pola
komunikasi guru dan murid pada lembaga bimbingan belajar belum ada,
namun sudah ada beberapa skripsi yang membahas tentang pola
komunikasi. Di antaranya:
1. Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses
Penyembuhan Di Klinik Yasmin Medika Ciputat, penulis Bani Sadr
tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang komunikasi antarpribadi
yang dilihat dari beberapa tingkatan yaitu tingkatan kultural,
sosiologis, dan psikologis.
2. Pola Komunikasi Da’i Dan Mad’u Di Majlis Dzikir SBY Nurussalam,
penulis Umar Kalake. Skripsi ini membahas pola komunikasi da’i
pada saat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dzikir.
3. Pola Komunikasi Dalam Training Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
165 penulis Ratih Damayanti. Skripsi ini membahas pola komunikasi
yang terjadi pada saat training ESQ dan bagaimana komunikasi
yang dilakukan para trainer ESQ dalam melakukan teknik persuasi.
Sedangkan penulis meneliti pola komunikasi pada lembaga
bimbingan belajar pada saat kegiatan belajar berlangsung.
F. Sistematika Penulisan
xxiii
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah
sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab
tersebut memiliki sub-bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari Pengantar, Pengertian Pola
Komunikasi, Jenis-jenis Komunikasi, Macam-macam Pola
Komunikasi, Teknik-teknik Komunikasi, Pola-pola Komunikasi
Guru-Murid.
.BAB III Gambaran Umum Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar
yang terdiri dari Pengantar, Profil Bintang Pelajar, Bintang
pelajar cabang Pajajaran, Program Bintang Pelajar, Fasilitas
dan Penanganan Bintang Pelajar, Lokasi Bintang Pelajar,
Pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Bintang Pelajar.
BAB IV Analisis Pola Komunikasi Guru dan Murid yang terdiri dari
pengantar dan Analisis Pola Komunikasi Guru dan Murid pada
Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar.
BAB V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
xxiv
Bagian terakhir memuat Daftar Pustaka dan Lampiran-
lampiran.
xxv
BAB II
TINJAUAN TEORITIS POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
A. Pengantar
Pada bab terdahulu telah diuraikan tentang permasalahan yang
ingin dijawab oleh skripsi ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut
pada bab kedua akan diuraikan tentang teori-teori pola komunikasi
berdasarkan literatur yang tersedia.
Secara berurutan bab ini akan membahas pengertian pola
komunikasi, jenis-jenis komunikasi, macam-macam pola komunikasi,
teknik-teknik komunikasi dan pola-pola komunikasi guru-murid.
B. Pengertian Pola Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti bentuk atau
sistem.12 Dalam Kamus Ilmiah Populer “pola” diartikan sebagai model,
contoh, pedoman (rancangan)13. Pola pada dasarnya adalah sebuah
gambaran tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian
sehingga memudahkan seseorang dalam menganalisa kejadian tersebut,
dengan tujuan agar dapat meminimalisasikan segala bentuk kekurangan
sehingga dapat diperbaiki
Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio” dan bersumber dari kata communis yang berarti
12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), h. 885. 13
Puis A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994), h. 605.
xxvi
“sama”, maksudnya orang yang menyampaikan dan yang menerima
mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.14
Sedangkan secara terminologi, para pakar komunikasi
mengungkapkan beberapa pengertian komunikasi, antara lain:
1. Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu.15
2. Wilbur Schramm, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses
saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersamaan
dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi. 16
3. A.W. Widjaja, berpendapat bahwa Komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada
orang lain.17
4. Sementara Harold Lasswell seorang profesor di Universitas Yale
Amerika Serikat yang dikutip oleh Djamalul Abidin dalam buku
“Komunikasi dan Bahasa Dakwah”, merumuskan bahwa komunikasi
itu merupakan jawaban terhadap Who says what to whom in which
channel to whom with what effect (siapa berkata apa dalam
media apa kepada siapa dengan dampak apa). Jadi menurut Dr.
14 Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), h. 16. dan Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1990), h. 9. 15
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 10. 16
D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm, Azas-azas Komunikasi antar Manusia.
Penerjemah Agus Setiadi (Jakarta: LP3ES bekerja sama dengan East – West Communication
Institute, 1977), h. 6. 17
A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986),
h. 8.
xxvii
Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi berjalan
lancar, yakni:18
a. Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender
(pengirim komunikasi)
b. What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan
komunikasi
c. Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver
(khalayak)
d. Channel (media apa) yang kemudian disebut sarana atau
media
e. Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak
atau efek komunikasi yang diimplikasikan dalam umpan balik
(feed back).
Pengertian komunikasi secara terminologis tersebut
memperlihatkan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Adapun yang terlibat
dalam proses komunikasi tersebut adalah manusia, dengan
mengecualikan komunikasi hewan, komunikasi transedental, dan
komunikasi fisik. Oleh karena itu, komunikasi yang dimaksudkan pada
umumnya adalah “komunikasi manusia” atau human communication,
yang sering pula diistilahkan dengan komunikasi sosial, komunikasi antar
pribadi, atau komunikasi kemasyarakatan.19
18 Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, h. 16-17.
19 Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), cet. Ke-6, h. 4.
xxviii
Dari pengertian komunikasi sebagaimana di atas, tampak adanya
sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan
persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi,
komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar,
radio televisi, filmda sebagainya.20 Dalam proses komunikasi ini,
arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja yaitu dari
sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses interaktif
dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa
berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator kemudian
berperan sebagai komunikan karena komunikan menyampaikan
feedback kepada komunikator.
Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seorang komunikator
dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi yang
dihadapi. Ciri-ciri tersebut dapat dibedakan dalam beberapa
model seperti:21
1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya:
a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah
menganggap dirinya benar.
20 A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 12.
21 Ibid., h. 13-14.
xxix
b. Ingin bekerja sama dan memperbincangkan suatu
persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling
pengertian.
c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan
komunikasi timbal balik.
d. Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari
seorang.
2. Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya:
a. Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik,
sehingga ia tidak mau mendengarkan pandangan orang
lain baik intern maupun ekstern. Maksud dari intern dan
ekstern, yaitu di mana seorang komunikator menganggap
kalau pendapatnya itu paling baik, sehingga tidak mau
mendengarkan pendapat dari orang-orang yang berada di
lingkungannya dan orang-orang yang berada di luar
lingkungannya.
b. Menginginkan komunikasi satu arah saja, tidak akan
menerima dari arah lain.
3. Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya:
a. Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya.
b. Kadang-kadang rasa rendah dirinya timbul sehingga
ketidakmampuannya keluar.
c. Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak
bersungguh-sungguh menghadapinya.
xxx
d. Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti
sehingga ia lebih suka melempar tanggung jawabnya
kepada orang lain.
4. Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya:
a. Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak
dapat diperbaiki lagi.
b. Lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau mungkin
berusaha menyadarkan keadaan tambah buruk.
c. Selalu diam tidak menunjukkan reaksi dan jarang
memberikan buah pikiran.
2. Pesan
Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi
adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.22
Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan
verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku, majalah, memo,
sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa percakapan
tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya.
Pesan yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan,
ekspresi muka dan nada suara.23
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan
sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide,
informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain
sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema)
sebagai pengarah di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah
laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar,
tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari
komunikasi.24
Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh
komunikator harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:25
22 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17.
23 Ibid., h. 18.
24 Effendy, Dunamika Komunikasi, h. 6.
25 Ibid,. h. 15.
xxxi
a. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta
sesuai dengan kebutuhan pembaca.
b. Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
kedua belah pihak.
c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
serta menimbulkan kepuasan.
Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus
memenuhi:26
a. Umum
Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami
oleh seorang atau kelompok tertentu.
b. Jelas dan gamblang
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika
mengambil perumpaan diusahakan contoh yang senyata
mungkin, agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang
dikehendaki.
c. Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah
dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang
digunakan jelas dan sederhana yang cocok dengan
komunikan, daerah dan kondisi di mana komunikator
berkomunikasi.
d. Positif
26 Ibid., h. 15-16.
xxxii
Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan
melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena
itu, setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.
e. Seimbang
Pesan yang disampaikan oleh komunikator pada
komunikan dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan
menafsirkan pesan tersebut. Artinya agar komunikan bisa
menafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh
pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah maknanya.
f. Penyesuaian dengan keinginan komunikan
Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang
disampaikan oleh komunikator selalu mempunyai keinginan
tertentu. Misalnya: pesan yang ditujukan kelompok petani
yang buta huruf, haruslah dirumuskan sedemikian rupa hingga
para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang
diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk ini, maka pengirim
pesan harus mengenal situasi dan kondisi sasaran.
3. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang
menjadi sasaran kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima
pesan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.27
Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi
3 jenis yaitu sebagai berikut:28
27 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 71.
xxxiii
a. Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal.
b. Group atau kelompok, ditujukan pada group atau
kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan
manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang
nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Dalam
hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok kecil (small group, micro group) yaitu sejumlah orang
yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan
yang bersifat tatap muka (face-to-face meeting) di mana setiap
anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama
lainnya yang cukup kentara sehingga dia baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan
kepada masing-masing perorangan.29
2. Kelompok besar (large group, macro) misalkan sekumpulan orang
banyak di sebuah lapangan yang sedang mendangarkan pidato /
ceramah.
c. Organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang
bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha
mencapai tujuan tertentu.
4. Media
Adapun yang dimaksud media di sini adalah saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada
28 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi).
Penerjemah Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 164. 29 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 72.
xxxiv
penerima.30 Dalam hal ini menyangkut semua peralatan mekanik
yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi.
Tanpa saluran/media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara
cepat dan luas.31
Dengan demikian media dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu media massa dan media personal. Media massa digunakan
dalam jumlah komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan
bertempat tinggal jauh. Media massa banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah, radio
dan televisi. Sedangkan media personal seperti surat, telepon,
telegram.32 Meskipun intensitas media personal kurang bila
dibandingkan dengan media massa, tetapi untuk kepentingan
tertentu media personal tetap efektif, karena itu banyak digunakan.
Oleh karena itu, dalam melancarkan komunikasi dengan
menggunakan media, seorang komunikator sebelumnya lebih
matang dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga ia
merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.
Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat
berlangsung menurut dua saluran, yaitu:
a. Saluran formal atau yang bersifat resmi
30 I.B. Mantra, MPH, Komunikasi (Jakarta: Dep Kes RI (Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat), 1994), h. 3. 31
Wiryanto, Teori Komuniaksi Massa (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), h. 7. 32 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 10.
xxxv
Saluran formal biasanya mengikuti garis wewenang dari
suatu organisasi, yang timbul dari tingkat paling tinggi dalam
organisasi itu sampai ke tingkat yang paling bawah.
Komunikasi berlangsung dari atas ke bawah dan dari
bawah ke tingkat atas. Di samping saluran komunikasi yang
disebutkan di atas, juga terdapat saluran yang bersifat
mendatar (komunikasi horisontal). Dengan demikian dapat
dibedakan bahwa saluran yang dipakai dalam berkomunikasi
itu dapat terjadi tiga arah yaitu : ke atas, ke bawah dan ke
samping. Ketiga cara ini disebut tiga dimensi.33
Pengalaman menunjukkan bahwa perintah dan
pengarahan yang datang dari atasan tidak banyak
menimbulkan halangan dan gangguan. Namun sebaliknya,
kalau yang datangnya dari bawah menuju ke atas sering
menimbulkan rintangan dan penyimpangan.
b. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi
Saluran informal ini berbentuk desas-desus atau kabar
angin yang timbul karena orang ingin mengetahui sesuatu
yang berhubungan erat dengan dirinya, kelompoknya dan
lain-lain.34.
5. Efek atau Hasil
33 A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 17.
34 Ibid., h. 18.
xxxvi
Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap atau
tingkah laku orang sebagai komunikan, sesuai atau tidak dengan
yang diinginkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:35
a. Dampak kognitif
Adalah yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat
intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan oleh
komunikator adalah berkisar pada upaya mengubah
pemahaman / pengetahuan dari komunikan.
b. Dampak afektif
Dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan bukan
hanya sekedar komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya,
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba,
terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
c. Dampak behavioral
Yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindak atau kegiatan.
6. Umpan Balik (feed back)
Umpan Balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari
penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul
tanggapan atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima.
Maka terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan adanya umpan
balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.36
35 Ibid., h. 20.
36 Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana University
Press, 1991), h. 46.
xxxvii
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam
komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya
komunikasi yang dilancarkan. Oleh karena itu, umpan balik dapat
bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif
adalah tanggapan/respon/reaksi komunikan yang menyenangkan
komunikatornya sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya,
unpan balik negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak
menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan
untuk melanjutkan komunikasinya.37
Umpan balik dapat berwujud verbal dan non-verbal.38
Umpan secara verbal misalnya dengan menggunakan bahasa,
sedangkan umpan balik secara non-verbal misalnya dengan
isyarat. Jadi, perbedaan antara efek atau hasil dan umpan balik itu
terlihat jelas dalam proses komunikasi. Maksudnya, efek atau hasil
itu tidak secara langsung muncul dalam sebuah proses komunikasi,
melainkan akan muncul sebagai output. Sedangkan umpan balik
merupakan hasil komunikasi yang menjadi “kesepakatan” antara
komunikator dan komunikan pada saat menjalankan proses
komunikasi (saat berkomunikasi).
C. Jenis-jenis Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
37 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 14.
38 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
48.
xxxviii
Yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan.
Menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian
dan penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan
tulisan. Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan
untuk memanfaatkan kata-kata (bahasa).39 Dalam proses belajar
mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan dengan kata-kata,
seperti: ceramah, bercerita, berdiskusi dan lain-lain. Bisa juga
dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku, majalah,
koran, dan lain-lain.
Bahasa lisan dan tulisan adalah lambang yang paling banyak
digunakan dalam komunikasi seperti komunikasi yang terjadi antara
guru dan murid. Sebab bahasa selain dapat mewakili kenyataan yang
konkrit dan obyektif dalam dunia sekeliling kita, juga dapat mewakili
hal yang abstrak sekalipun. Yakni bahasa verbal adalah sarana utama
untuk menyatakan pikiran, gagasan, perasaa, dan maksud kita.40
2. Komunikasi Non Verbal
Menurut penulis komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang
menggunakan simbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi
wajah dan isyarat yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.
Pelaksanaan komunikasi dengan non verbal tidak kalah pentingnya
dengan komunikasi verbal. Namun dalam kenyataannya, jika
seseorang belum mengetahui lambang-lambang yang ada, maka
akan terjadi salah persepsi, yang akibatnya akan fatal. Dalam
prakteknya yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non
verbal saling mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar,
maka akan lebih jelas jika ada keterangannya dengan verbal. Karena
jika tidak ada ada keterangan, mungkin akan salah arti.41
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan
nyata komunikasi non verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai
daripada komunikasi verbal, dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi
hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu,
komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non
39 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007), Cet ke-1,
h. 93. 40
Ibid., h. 93. 41 Ibid., h. 94.
xxxix
verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap secara
spontan.42
Albert Mehrabian (1981) di dalam bukunya “Silent Message:
Implicit Communication of Emotion and Attitudes” menegaskan hasil
penelitiannya bahwa makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari
fungsi-fungsi: 7% pernyataan verbal, 38% bentuk vokal, dan 55%
ekspresi wajah. Dengan demikian kode-kode non verbal merupakan
aspek sangat penting di dalam komunikasi manusia.43
3. Komunikasi Satu Arah
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran
tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan
umpan balik atau bertanya.
4. Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif
dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).44
D. Macam-macam Pola Komunikasi
Menurut A.W. Widjaja di dalam bukunya Ilmu Komunikasi Pengantar
Studi, ada empat bentuk atau pola komunikasi, yaitu komunikasi pola
roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang. Keempat pola
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut45:
B
42 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius,
2003), cet ke-1, h. 26. 43
Ibid., h. 95. 44
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 100. 45 Ibid., h. 102-103.
xl
E A C A B C D
D
Pola Roda Pola Rantai
A A
E B E B
D C D C
Pola Lingkaran Pola Bintang
Penjelasan:
1. Pola roda, seseorang (A) berkomunikasi pada banyak orang,
yaitu: B, C, D, dan E.
2. Pola rantai, seseorang (A) berkomunikasi pada seseorang yang
lain, (B), dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).
3. Pola lingkaran, hampir sama pada pola rantai, namun orang
terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).
4. Pola bintang, semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota.
E. Teknik-teknik Komunikasi
xli
Istilah teknik berasal dari bahasa Yunanai technikos yang berarti
keterampilan atau keperigelan.46 Berdasarkan keterampilan
berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi
diklasifikasikan menjadi:47
1. Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan
(fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan
keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru
lebih berhasil dari persuasif, misalnya jika audiensi adalah kalangan
cendikiawan.
2. Komunikasi Persuasif, yaitu berisikan bujukan, yakni
membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa
yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi
perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan).
Perubahan tersebut diterina atas kesadaran sendiri.
3. Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang
bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila
tidak terlaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampaian
model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekahan batin dan ketakutan di kalangan publik
(khalayak). Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi,
dan sebagainya.
46 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2007),
h.55. 47
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 32.
xlii
Di sini, sudah terlihat hubungan dua
arah, tetapi terbatas antara guru dan
murid secara perseorangan. Antara murid
dan murid tidak terjadi hubungan. Murid
tidak dapat berdiskusi dengan teman
4. Hubungan manusiawi, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan
manusiawi itu masuk ke dalam komunikasi antarpersona
(interpersonal communication) sebab berlangsung pada
umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa
hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat action
oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang.
F. Pola-pola Komunikasi Guru-Murid
Ada beberapa jenis hubungan guru-murid seperti yang
dikemukakan oleh Lindgren, H.C.48:
1. Pola Guru – Murid
• Guru
° ° °
Murid Murid Murid
2. Pola Guru - Murid - Guru
48 Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. Gunarsa, ed., Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 118-120.
Di sini, murid menjadi pendengar yang
pasif. Mereka tidak dapat bertanya bila
mereka tidak mengerti. Demikian pula guru
tidak mengetahui apakah pelajarannya
dapat diikuti atau tidak. Melalui jenis
hubungan ini, bahan pelajaran dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat.
• Guru
° ° °
Murid Murid Murid
xliii
3. Pola Guru - Murid - Murid
• Guru
Murid Murid Murid
4. Pola Guru - Murid, Murid - Guru, Murid - Murid
Guru
Murid Murid
Murid Murid
Jenis hubungan seperti ini
sudah merupakan sistem
hubungan yang lebih baik,
walaupun masih agak terbatas
dan formal. Guru tidak dapat
berhubungan dengan murid-
Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif. Murid
dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Guru dapat
mengetahui apakah pelajarannya dan bimbingannya dapat
xliv
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
BINTANG PELAJAR
A. Pengantar
Pada bab ini akan menguraikan gambaran tentang lembaga yang
menjadi objek penelitian penulis yaitu lembaga bimbingan belajar
Bintang Pelajar. Secara rinci bab ini akan menjelaskan tentang profil
Bintang Pelajar, program Bintang Pelajar, fasilitas dan penanganan
Bintang Pelajar, lokasi Bintang Pelajar, dan pilihan KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) di Bintang Pelajar.
B. Profil Bintang Pelajar
Bermula dari kota Bogor, Bintang Pelajar terus berkembang menjadi
lembaga pendidikan terpercaya dan ternama. Sebagai salah satu
perintis bimbingan belajar, Bintang Pelajar terus memantapkan perannya
di dunia pendidikan termasuk dalam menjalankan visi dan misi menjadi
bimbingan belajar terbaik yang islami dalam rangka mewujudkan
generasi beriman dan berilmu pengetahuan.
Lembaga ini berdiri pada tanggal 5 September 1995 dan sekarang
sudah memiliki 11 cabang yang tersebar di Jabotabek. Di Bogor terdapat
4 cabang dan 1 kantor pusat, 3 cabang di Jakarta, 2 cabang di
xlv
Tangerang, dan 2 cabang di Bekasi. Pada tahun ajaran 2007-2008
terdaftar 3817 siswa yang bergabung mengikuti les di Bintang Pelajar,
terdiri dari siswa TK, SD, SMP, dan SMA. Siswa-siswi tersebut berasal dari
beragam sekolah baik negeri maupun swasta. Tercatat siswa Bintang
Pelajar berasal dari 414 sekolah. Letaknya yang berada di daerah pusat
pendidikan menjadikan Bintang Pelajar mudah dijangkau dari berbagai
sekolah dan perumahan. 49
Saat ini, manajemen Bintang Pelajar memiliki 5 divisi khusus yang
terus menajamkan fungsinya dalam memberikan pelayanan terbaik
kepada siswa dan orangtua siswa. Staf dan guru Bintang Pelajar direkrut
dengan mekanisme khusus yang memungkinkan dapat menjalankan visi
dan misi Mewujudkan Generasi Beriman dan Berilmu Pengetahuan yang
telah ditetapkan, yaitu kemampuan akademik dan kemampuan
keislaman yang mencakup kemampuan baca tulis al-Qur'an, hafalan
surat (pada juz 30) dan hadits tertentu serta penampilan islami dan
pemahaman keislaman. Saat ini tergabung 99 pegawai dan 429 guru
yang berasal dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Manajemen handal menjadi perhatian besar Bintang Pelajar.
Penentuan standar kualitas dan upgrading kinerja terus dilakukan untuk
memastikan pelayanan terbaik bagi siswa dan orangtua siswa. Kegiatan
sosial maupun keagamaan tidak terlewatkan seperti pengumpulan
dompet peduli bencana, pengajian rutin mingguan dan pendalaman
bahasa Arab.
49 Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 2.
xlvi
Semoga dengan komposisi staf dan guru yang telah bergabung di
Bintang Pelajar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi Bapak/Ibu
dan putera/puterinya.
C. BINTANG PELAJAR CABANG PAJAJARAN
1. Letak Geografis
Bintang Pelajar Pajajaran terletak di wilayah pusat kota Bogor yang
luasnya kurang lebih 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian dari permukaan laut
minimum 190 m dan maksimum 330 m. Dengan ketinggian demikian, iklim
kota Bogor bersuhu rata-rata 26' C dengan suhu terendah 21,8' C dan
suhu tertinggi 30,4'C.
Begitu banyak potensi bisnis yang bisa dan telah berkembang
selama ini. Diantaranya, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa.
Jumlah penduduk Bogor yang sekitar 750.250 jiwa ini adalah sebuah
pangsa pasar strategis untuk berkembangnya setiap unit usaha yang
beroperasi di Bogor. Tidak terkecuali bisnis jasa di bidang pendidikan; jasa
bimbingan belajar.
2. POSISI BINTANG PELAJAR PAJAJARAN
Beralamat di Jl. Pajajaran No. 23 Bogor, Bintang Pelajar Cabang
Pajajaran yang berdiri di area seluas lebih dari 150 Meter persegi ini terdiri
dari 32 ruang belajar, 2 ruang guru, 2 ruang staff dan 2 ruang operasional,
xlvii
kamar support, 4 kamar mandi serta, satu dapur dan satu mushollah.
Dengan luas area yang demikian ini, tentu saja daya tampungnya
memungkinkan untuk siswa sampai 500 orang. saat ini jumlah siswa di
Pajajaran sudah mencapai lebih dari 300 siswa. Para Siswa tersebut
berasal dari berbagai sekolah yang berbeda-beda, mulai sekolah negeri
hingga swasta. Tapi tentu saja, siswa yang berminat mengambil KBM di
Bintang Pelajar adalah para siswa dari golongan menengah ke atas. Hal
ini mendorong penyediaan lahan parkir oleh Bintang Pelajar untuk
kendaraan siswa yang mayoritas roda empat. Lahan parkir seluas 50 m
persegi pun telah siap diisi dengan sekitar 20 mobil dan 20 motor.
Setiap ruang kelas mempunyai kapasitas yang bervariasi. Mulai
dari kelas ukuran 1,5x1,0m, 2,0x1,5m hingga 2,5x2,5m. Penggunaan kelas
yang berukuran beragam ini disesuaikan dengan program yang
dijadwalkan.
Beberapa fasilitas tambahan seperti musholah, dapur dan toilet ini
sudah cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar
siswa. Selain itu, di cabang ini, sudah tersedia satu fasilitas internet dan Wi-
Fi yang ditujukan bagi para siswa yang butuh mengunduh, atau
uploading data ke jaringan maya. Fasilitas ini menjadi salah satu fasilitas
yang paling diminati para siswa. Para siswa yang rata-rata adalah siswa
sekolah menengah pertama ini kebanyakan menggemari dunia maya
sebagai salah satu media berinteraksi dan refreshing setelah kejenuhan
yang mereka rasakan selama belajar di sekolah pada pagi harinya.
Dengan prinsip satu kelas untuk 5 siswa saja, maka tentunya teknik
clustering 500 siswa berbanding 70-an guru dalam konteks opersional
xlviii
cabang, khususnya Bintang Pelajar Cabang Pajajaran, jauh lebih rumit
daripada instansi-instansi atau bisnis jasa lain yang sejenis. Kegiatan ini
biasanya dikelola oleh Quality control, termasuk dalam hal alokasi
ruangan untuk setiap KBM siswa yang saat ini berjumlah sekitar 32
ruangan kecil dan besar.
D. Program Bintang Pelajar50
1. Sistem Belajar Bintang Pelajar
Sistem belajar yang telah dibakukan oleh Bintang Pelajar adalah
Sistem Belajar 52 (baca: Lima Kuadrat). Sistem belajar ini memadukan 2
bagian pokok yakni Tujuan yang jelas dan Usaha yang maksimal.
Tujuan yang di harapkan oleh Bintang Pelajar kepada murid-
muridnya yaitu, pertama di harapkan para murid memiliki aqidah yang
benar, kedua memiliki akhlak yang mulia, ketiga berprestasi terbaik,
keempat mempunyai motivasi tinggi, terakhir di harapkan setiap murid
Bintang Pelajar memiliki kemandirian.
Usaha yang dilakukan oleh Bintang Pelajar untuk memperoleh
tujuan tersebut yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Lima proses sukses belajar yang terdiri dari latihan soal mandiri,
periksa soal mandiri, pembahasan soal mandiri, diskusi kelompok
mandiri, dan pembahasan tuntas dengan guru Bintang Pelajar.
50 Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 4-
5.
xlix
b) Hanya lima murid dalam satu kelas.
c) Memegang prinsip lima huruf yaitu YAKIN.
d) Rajin menjalankan Shalat 5 waktu (17 Rakaat).
e) Terdapat lima proses kegiatan belajar di dalam kelasnyaitu dimulai
dengan berdoa sebelum dan sesudah belajar, pemahaman
konsep, belajar melalui contoh, latihan harian disertai
pembahasan langsung, dan diberi kuis rutin.
2. Program Akademik
a. Program Tembus SMP-SMA-PTN Favorit
Untuk : Kelas 6 SD, 3 SMP dan 3 SMA
Target : - Membentuk pribadi Muslim
- Lulus dan diterima di SMP-SMA-PTN Favorit
Materi : Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,
Kimia, Biologi, Fisika, Ekonomi, Geografi, Matematika Dasar,
Matematika-IPA, IPA Terpadu, IPS Terpadu.
b. Program Sukses Semester
Untuk : Kelas 1-5 SD, 1-2 SMP dan 1-2 SMA
Target : - Membentuk pribadi Muslim
- Meningkatkan motivasi belajar
- Memahami materi dengan cepat, tepat dan mudah
- Memperoleh nilai ulangan harian yang tinggi
- Memperoleh nilai raport yang tinggi
l
Materi : Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,
Kimia,
Biologi, Fisika, Ekonomi, Akuntansi, Bilingual Matematika,
Bilingual IPA.
c. Program Calistung Plus
Untuk : Siswa Taman Kanak-kanak
Target : Lancar membaca, menulis dan berhitung
Materi : Membaca, menulis, menghitung, dan Iqro’
d. Kelas Super
Deskripsi : Kelas super merupakan kelas khusus yang dipersiapkan
bagi siswa yang memiliki bakat dan potensi di atas
rata-rata dengan penanganan yang super.
Untuk : Kelas 6 SD, 3 SMP dan 3 SMA
Tujuan : Menggali dan mengembangkan bakat dan potensi super
yang telah dimiliki siswa menjadi prestasi super.
Target : Lulus ujian Nasional dengan nilai tertinggi, diterima di
SMP/SMA/PTN Favorit, di program/jurusan favorit, dan
terbentuk pribadi muslim.
E. Fasilitas dan Penanganan Bintang Pelajar51
1. Pendidik
51 Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 8-9.
li
Akrab & bersahabat, Memiliki jiwa pendidik dan berpengalaman,
Memiliki motivasi tinggi dalam mendidik, Muslim & Muslimah, Lulus seleksi &
materi keislaman, Performance Islami yaitu guru wanita memakai pakaian
muslim, kerudung menutup hingga ke bawah dada dan bawahan rok.
2. Buku Perkembangan Siswa
Merupakan laporan perkembangan kegiatan belajar siswa di
Bintang Pelajar yang dikirim secara berkala ke rumah, Mencakup daya
ingat, daya tangkap, motivasi, kedisiplinan dan interaksi siswa.
3. KBM Ekstra
Kegiatan belajar mengajar ekstra (tambahan) yang diberikan
kepada siswa secara cuma-cuma agar siswa lebih mantap dalam
mempersiapkan ujian sekolah.
4. Suasana Belajar
Kondusif, Akrab, Aktif, Kreatif, Islami.
5. Bimbingan Konseling
Bimbingan & pengarahan untuk tes ke sekolah favorit & penjurusan,
Konsultasi akademik, Konseling individu untuk siswa, Trik & tips sukses
belajar, Bimbingan motivasi.
6. Call To Home
Bagi siswa yang tidak hadir, akan ditelepon langsung ke orang tua
siswa untuk konfirmasi ketidakhadirannya pada hari yang sama,
Memantau perkembangan nilai siswa di sekolah.
7. Quality Control
Pengontrolan prestasi & perkembangan kemampuan siswa,
Pengawasan kegiatan belajar mengajar.
lii
8. Try Out berkala
Tes uji pemahaman & penguasaan siswa secara rutin & terpadu,
Soal-soal pilihan sesuai kisi-kisi ujian di sekolah.
9. Media BP
Media BP termasuk sebagai jembatan komunikasi dan info antara
manajemen BP dengan siswa, orangtua siswa, pakar pendidikan, dan
pemerhati pendidikan, Website (www.bintangpelajar.com) media
komunikasi online dan interaktif sebagai media komunikasi dengan guru
pengajar, konseling dan staff, termasuk keluhan dan saran membangun.
10. Program Akselerasi
Percepatan belajar bagi siswa-siswi akselerasi melalui penanganan
khusus, sistematis, dan terarah.
11. Program Bilingual
Penyampaian materi dalam 2 bahasa (Bahasa Inggris & Bahasa
Indonesia), Modul dan soal-soal dirancang khusus dalam Bahasa Inggris.
12. Quiz Rutin
Kuis yang dilakukan setiap selesai suatu bab di akhir pelajaran.
13. Responsi
Pendalaman materi khusus merespon ujian yang akan dihadapi
siswa tertentu, sehingga siswa secara intensif hanya mempelajari bidang
studi yang akan diujikan saja, seperti menjelang ujian atau olimpiade.
14. Pemantapan
Latihan soal tentang materi yang telah diajarkan sebagai persiapan
total ujian akhir semester, UN, UAS, dan General Test yang akan dihadapi
liii
siswa. Dilakukan serentak baik kelompok maupun privat di cabang
Bintang Pelajar.
15. Pesantren Kilat
Dilaksanakan pada bulan Ramadhan diisi dengan kegiatan yang
menekankan pada aspek pemahaman, pengamalan Islam, inspiring
game, dan kebersamaan.
16. Lokasi
Lokasi strategis dan mudah dijangkau, Ruangan ber-AC, Tempat
parkir luas.
17. Mushalla
Sebagai sarana ibadah bagi staf, siswa, dan orangtua siswa yang
tenang dan nyaman.
18. Modul Berkualitas
Setiap siswa dibekali modul setiap tingkatnya sebagai bahan
pelajaran di Bintang Pelajar dan di rumahnya.
19. Digital Mark Reader
Setiap hasil ujian baik itu Try out berkala, reguler, SPMB dan
sebagainya akan diperiksa menggunakan DMR (Digital Mark Reader)
sehingga hasil yang didapatkan akan lebih cepat dan akurat.
F. Lokasi Bintang Pelajar
Bintang Pelajar (BP) memiliki 11 cabang yang tersebar di Jabotabek.
Di Jakarta terdapat 3 cabang yaitu BP Rawamangun yang terletak di Jl.
Pemuda No. 66 Lt. 3 Rawamangun (samping Labschool), BP Ahmad
Dahlan yang terletak di Jl. K.H. Ahmad Dahlan dan BP Sisingamangaraja
liv
yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 37, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
Di Bogor terdapat 4 cabang yaitu BP Pajajaran yang terletak di Jl.
Pajajaran No. 23, BP VIP yang terletak di Ruko VIP Jl. Pajajaran No. 88 P, BP
Polisi yang terletak di Jl. Polisi No. 6, dan BP Jalan Baru yang terletak di
Jl.Baru Sholeh Iskandar No. 10 Bogor.
Di Tangerang terdapat 2 cabang yaitu BP Bumi Serpong Damai
yang terletak di Ruko Golden Road Sektor VII B Blok 5 No. 115 dan BP
Bintaro yang terletak di Jl. Pondok Betung Raya No. 88.
Di Bekasi terdapat 2 cabang yaitu BP Kemang Pratama yaitu BP
Kemang Pratama yang terletak di Jl. Kemang Pratama Raya Blok AM 4A
dan BP Jaka Permai yang terletak di Ruko Duta Permai BII No. 24 Jl. K.H.
Noer Ali Kalimalang, Bekasi.
G. Pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Bintang Pelajar52
Bintang Pelajar memiliki 3 pilihan bentuk KBM, yaitu :
1. KELOMPOK, dengan spesifikasi :
a) Satu kelas hanya 5 siswa (maksimal)
b) Belajar di cabang BP
c) Durasi belajar 1 jam 30 menit, khusus Bogor 1 jam 45 menit
d) Dapat memilih seluruh program akademik
e) Alat belajar disiapkan oleh BP
f) Mendapatkan fasilitas BP
2. KELOMPOK MANDIRI, dengan spesifikasi :
52 Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 6.
lv
a) Tiap kelompok terdiri dari 2-5 siswa
b) Biaya dipengaruhi jumlah anggota kelompok
c) Pilihan waktu belajar disesuaikan dengan siswa
d) Dapat memilih teman belajar yang diinginkan
e) Belajar di tempat yang diinginkan siswa
f) Durasi belajar 1 jam 30 menit
g) Alat belajar disiapkan oleh BP (White board, penghapus, dan
spidol)
h) Mendapatkan fasilitas BP
3. PRIVAT, dengan spesifikasi:
a) Hanya 1 siswa sehingga lebih fokus
b) Pilihan waktu belajar disesuaikan dengan siswa
c) Ditangani guru terbaik Bintang Pelajar
d) Belajar di tempat yang diinginkan siswa
e) Durasi belajar 1 jam 30 menit
f) Jadwal KBM yang belum terlaksana dapat diganti pada waktu
yang disepakati
g) Alat belajar disiapkan oleh siswa
h) Mendapatkan fasilitas BP
lvi
BAB IV
ANALISIS POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
A. Pengantar
Sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya mengenai
permasalahan apa yang ingin dijawab oleh skripsi ini, pada bab ini akan
dipaparkan hasil observasi dan penelitian yang telah di analisis oleh penulis.
Fokus utama bab ini adalah mengetahui pola komunikasi guru dan murid di
Bintang Pelajar.
B. Pola Komunikasi Guru dan Murid
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah empat orang guru yang mengajar
kelompok Dina Anjani pada hari Selasa, Kamis, dan Jumat pada pukul 16.00
WIB. Untuk mengetahui pola komunikasi guru dan murid pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung, sebelumnya akan dipaparkan mengenai data
personal keempat guru tersebut.
Tabel 1
Data Personal Guru
No.
Nama
1
Yudha Adi
Pradana
2
Burhan
3
Wahyuningsih
4
Ida
Mahmudah
Tempat, Tanggal Lahir
Jakarta, 2 Januari 1986
Garut, 15 Januari 1980
Klaten, 5 Februari 1976
Subang, 27 November
1986
Jenis Kelamin Pria Pria Wanita Wanita
Alamat Kost Gg. H. Saidi Jl. Sempur Desa Genteng, Jl. Dramaga,
lvii
No. 125
Badoneng,
Bogor
IV/2, Kel.
Sempur,
Bogor Tengah
Cipaku, Bogor
Selatan
Bara III,
Wisma Firas,
Bogor
Pendidikan Terakhir
S1 Teknologi Hasil
Perairan,
Institut
Pertanian
Bogor
S1 Teknik Manajemen
Industri
Pertanian,
Universitas
Padjajaran
S1 Pendidikan Luar Sekolah,
Universitas
Negeri Malang
S1 Teknik Pertanian,
Institut
Pertanian
Bogor
Lulus Tahun 2009 2005 2000 2008
Mengajar di
BP sejak
Januari 2008 2006 2001 Agustus 2008
Mata
Pelajaran
Matematika Bahasa
Indonesia
IPS IPA
Hari
Mengajar Kelompok
Dina
Kamis Selasa, 2
minggu sekali
Selasa, 2
minggu sekali
Jumat
Hobi Membaca Buku
Membaca, Musik,
Hiking,
Mengajar
Makan Menonton, Membaca,
Travelling
1. Pola Komunikasi Guru 1
Guru 1 adalah Yudha Adi Pradana. Pria berlatar belakang pendidikan
Sarjana Teknologi Hasil Perairan ini dipanggil oleh murid-muridnya Mas Yudha.
Guru 1 mengajarkan Matematika setiap hari Kamis pukul 16.00 WIB. Murid di
kelompok yang diajar Guru 1 ada empat orang, mereka adalah:
lviii
Tabel 2
Data Personal Murid Mata Pelajaran Matematika
No.
Nama
1
Dina Anjani
2
Chika
Meirani
3
Fathia
Shadrina
4
Shynna
Fatiha
Nama Panggilan
Dina Chika Fathia Shynna
Tempat,
Tanggal Lahir
Bogor, 25
September 1995
Jakarta, 12
Mei 1995
Bogor, 5
Januari 1995
Bekasi, 31
Maret 1995
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Asal Sekolah SMP Negeri 1
Bogor
SMP Negeri 1
Bogor
SMP Negeri 1
Bogor
SMP Negeri 1
Bogor
Belajar di BP
sejak
2007 2008 2008 2004
Hobi Berenang dan
nonton tv
Main dengan
kucing
Membaca
Buku
Berenang dan
internetan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, ketika guru masuk kelas sudah ada
dua murid yang telah hadir yaitu Dina dan Chika. Guru membuka kelas dengan
Assalamu’alaikum wr. wb. dan murid yang sudah hadir menjawab dengan sopan.
Guru 1 tipe guru yang pendiam seperti yang diungkapkan seorang murid dalam
wawancara “Mas yudha itu pendiam, tapi hal itu yang membuat kami malah
senang untuk belajar.”53
Murid yang bernama Chika langsung memberikan soal PR dari sekolahnya,
guru sekilas membaca soal sambil sedikit bertanya keberadaan kedua teman
mereka yang belum hadir. Karena mereka berempat berasal dari sekolah yang
53 Wawancara tertulis dengan Dina Anjani 19 Maret 2009.
lix
sama. Sambil menunggu kemungkinan teman mereka yang belum datang, guru 1
memberikan kuis berupa pertanyaan logika sambil mengeluarkan minuman “fruit
tea”. Bagi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut akan mendapat hadiah
minumannya. Kuisnya sebagai berikut:
Lampu
A B C
Lantai 2
Lantai 1
Saklar
Pertanyaan: Bagaimana caranya mengetahui saklar mana yang cocok untuk lampu
yang mana?
Syaratnya: Orang itu hanya boleh naik 1 kali ke lantai 2 dan tidak boleh turun
lagi.
Setelah selesai menuliskan pertanyaan di papan tulis, murid yang bernama
Fathia datang dengan ceria. Setelah menempati kursi, Fathia bertanya apa yang
sedang terjadi di kelas itu, dia diberi tahu untuk menjawab pertanyaan yang ada di
1 3 2
lx
papan tulis, dia langsung bertanya kepada kedua temannya yang telah hadir
apakah mereka bisa menjawabnya. Mereka bertiga tidak ada yang bisa menjawab,
maka guru pun menjelaskan jawabannya. Jawabannya:
Pertama orang itu harus menyalakan satu saklar misalnya saklar no. 2 lalu
menunggu selama tiga puluh menit, setelah tiga puluh menit, saklar no.2
dimatikan. Setelah itu ia menyalakan satu saklar lagi misalnya saklar no. 3 lalu ia
bisa naik ke lantai 2. Ketika sampai di lantai 2 ia melihat lampu A yang menyala,
sudah ketahuan kalau saklar no. 3 untuk lampu A. Lalu bagaimana mengetahui
saklar mana untuk lampu yang tidak nyala? Tadi kan di awal ia sudah menyalakan
saklar no. 2 selama tiga puluh menit, pastinya lampu yang sudah dinyalakan 30
menit itu akan menjadi panas, jadi untuk mengetahui lampu mana yang cocok
untuk saklar no. 2, dari lampu yang tidak nyala tersebut dapat dipegang dua-
duanya dan ketika merasa satu lampu yang masih panas, berarti lampu itu adalah
lampu pasangan saklar no. 2. Anggap saja lampu itu adalah lampu C. Berarti
sudah jelas kalau lampu yang satu lagi yaitu lampu B pasangannya adalah saklar
no. 1.
Setelah kuis terjawab, maka kelas mulai belajar. Pembahasan materi hari itu
tentang sabuk lilitan luar dan sabuk lilitan dalam. PR yang diberikan Chika
kepada guru juga tentang sabuk lilit. Murid-murid memperhatikan dengan fokus
dan serius ketika guru menjelaskan di papan tulis mulai dari menjelaskan rumus
hingga memberi contol soal yang sederhana namun mencakup semuanya.
Dalam memberikan materi, guru 1 hanya menjelaskan secara singkat dan
langsung dilanjutkan dengan meminta murid-murid mengerjakan soal dari modul
yang dipakai di Bintang Pelajar. Seperti yang diungkapkan oleh guru pada saat
lxi
wawancara, lebih baik langsung sambil mengerjakan soal dan saya tidak
menunggu untuk membahas soal. Misalnya mereka harus menyelesaikan dulu no.
1-10 baru saya bahas, tetapi ketika salah satu merasa kesulitan di satu nomor dia
bisa langsung bertanya ke saya dan saya akan menjelaskan secara personal ke
dia.54
Semua murid mengerjakan latihan soal dengan antusias dan serius, mereka
juga aktif bertanya kepada guru, kegiatan latihan soal ini dilakukan sampai waktu
belajar selama 1 jam 45 menit itu hampir selesai, di lima belas menit terakhir guru
kembali memberikan games berupa kuis logika atas permintaan murid. Guru
memberi soal sebagai berikut:
Beni, Banu dan Badu hendak membeli bola seharga Rp 25.000, mereka lalu
patungan masing-masing Rp 10.000 dan mereka meminta tolong Mamat untuk
membelikannya.
Beni Rp 10.000
Banu Rp. 10.000 Rp. 30.000
Badu Rp 10.000
Setelah Mamat mengantarkan bolanya, ada uang kembalian Rp 5.000, lalu
mereka memberi upah ke mamat Rp 2.000. Uang sisa ada Rp 3.000 lalu dibagi
tiga sehingga masing-masing mendapat Rp. 1000.
Ketika mereka menghitung ulang, uang yang dikembalikan kan seribu
rupiah, jadi uang mereka masing-masing terpakai Rp 9.000, dan mereka memberi
uang ke Mamat Rp. 2000, sehingga kalau ditotal uang mereka bertiga yang
54 Wawancara pribadi dengan Yudha Adi Pradana
lxii
terpakai yaitu Rp 9.000 X 3 = Rp 27.000 lalu ditambah uang untuk Mamat Rp
2.000 sehingga total Rp 29.000. sedangkan di awal total uang mereka adalah Rp
30.000. Pertanyaan: ke manakah uang Rp 1.000?
Semua murid mulai berpikir mencari jawabannya, Dina dan Chika berkata
“iya juga ya, kok bisa sih jadi Rp 29.000?”, Fathia mengatakan “kok aneh ya?”
dan mereka kembali menyerah karena tidak bisa menjawab.
Jawabannya adalah hanya permainan kata dari yang memberi soal, karena
sebenarnya di uang yang Rp 27.000 itu sudah termasuk uang untuk Mamat 2000
dan memang sudah sisa uangnya Rp 3.000, dan uang Rp 1.000 sudah ada di uang
Rp 3.000 tersebut. Setelah terjawab, proses belajar di tutup dengan membaca doa.
Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid,
Murid - Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang.
Guru A
E B
Murid Murid
Murid Murid D C
Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak
terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).55
Pada kelompok ini
dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru
dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.
55 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxiii
Untuk guru 1, motivasi dia ketika memberikan kuis/games hanyalah untuk
ice breaking saja supaya saya lebih kenal dengan muridnya, guru berpendapat
pulang sekolah kan mereka sudah suntuk, ada yang tidak mau belajar dan mereka
sudah mau pulang cepat. Bisa juga untuk membuat kompak kelas yang berasal
dari sekolah yang berbeda-beda.56
Komunikasi yang dilakukan oleh guru bersifat persuasif. Komunikasi di
kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam
kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap guru yang
menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi.
2. Pola Komunikasi Guru 2
Guru 2 adalah Burhan yang dipanggil oleh murid-murid Mas Burhan. Guru 2
mengajarkan Bahasa Indonesia hari Selasa dua minggu sekali bergantian dengan
pelajaran IPS pukul 16.00 WIB. Murid yang diajar guru pada kelas ini ada tiga
orang, yaitu:
Tabel 3
Data Personal Murid Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
No.
Nama
1
Dina Anjani
2
Chika Meirani
3
Alifia Meidira
Nama Panggilan Dina Chika Fifi
Tempat, Tanggal Lahir
Bogor, 25 September 1995
Jakarta, 12 Mei 1995
Bogor, 13 Mei 1995
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan
Asal Sekolah SMP Negeri 1
Bogor
SMP Negeri 1
Bogor
SMP Negeri 1
Bogor
56 Wawancara pribadi dengan Yudha Adi Pradana 17 April 2009.
lxiv
Belajar di BP
sejak
2007 2008 2008
Hobi Berenang dan
nonton tv
Main dengan
kucing
Chatting,
nonton, jalan-
jalan, membaca,
berenang
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kelas guru 2 sudah ada alifia yang
akrab disapa fifi. Fifi berkata kepada guru 2 dia tidak mau memulai belajar kalau
masih sendirian di kelas, akhirnya sambil menunggu teman yang lain, guru
memberikan permainan bagaimana membuat gambar hanya
dengan satu tarikan spidol tanpa terlepas?
Fifi dan guru berusaha mengerjakan teka-teki gambar itu di papan tulis.
Ternyata guru yang memberi soal pun lupa bagaimana caranya membuat gambar
itu dengan satu tarikan spidol. Fifi ingat kalau Dina bisa menjawab itu, tak lama
Dina pun datang dan langsung diminta membuat gambar yang menjadi soal itu.
Dina membuatnya dengan mudah sekali, gantian fifi yang penasaran membuatnya
dan masih tampak kesulitan hingga akhirnya dibantu guru 2 untuk
menyelesaikannya.
Sekarang tiba waktunya untuk memulai kelas, Dina langsung meminta
“games psikologi”. Games psikologi adalah pertanyaan-pertanyaan pilihan yang
jawabannya menentukan kepribadian seseorang. Guru menjawab nanti games-nya.
Guru 2 membuka kelas dengan mengucap salam lalu mengucap rasa syukur
karena baru selesai lulus ujian AKTA IV. Guru menanyakan kabar murid selama
2 minggu lalu buat murid minggu yang spesial atau biasa aja.
lxv
Kita mulai dengan membaca basmalah, ada dua tema yaitu karangan, murid
yang bernama Dina menjawab kan sudah, guru membalas tapi ada yang terlewat.
Kemarin kan sudah puisi ya din, puisi lama puisi baru, ada apa lagi?
Kedua murid kompak menjawab prosa dan guru mengatakan ada satu lagi
dan murid-murid menebak tapi salah terus dari mulai syair, lirik, novel sehingga
guru memberi petunjuk-petunjuk sampai murid berhasil menjawab satu lagi karya
sastra yaitu drama.
Sekarang kita masuk ke prosa. Prosa adalah…. Guru mulai menjelaskan
materi tentang prosa. Setelah prosa guru memberi materi baru tentang paragraf.
Ada yang masih ingat paragraf? Murid menjawab paragraf menurut pemikiran
mereka namun masih kurang tepat. Guru menambahkan definisi paragraf adalah
gabungan kalimat yang memiliki satu tema. Kedua murid kurang menyebutkan
satu tema ketika menjawab sebelumnya.
Guru menjelaskan, Paragraf berdasarkan isinya:
Narasi, deskripsi, eksposisi,persuasif, argumentasi.
Paragraf berdasarkan tujuan pembuatannya:
Karya tulis, laporan, karya tulis sastra. Selama mas burhan mencatat di
papan, mereka mengobrol sedikit-sedikit namun tidak ditegur oleh guru. Selesai
mencatat materi di papan tulis dan memberi penjelasan kepada murid, murid
diminta menghapal yang di papan tulis, lalu papan tulisnya di hapus. Setelah itu
mereka diminta mengulang kembali hapalan tadi. Hal ini dilakukan guru untuk
mengevaluasi sejauh mana pemahaman murid terhadap materi yang baru
diberikan. Bagi guru untuk paham atau tidak harus ada alat evaluasi, evaluasi ada
lisan dan ada yang berupa tulisan, kalau lisan sesudah dijelaskan langsung dihapus
lxvi
dan mereka menjelaskan kembali kalau secara tulisan melalui latihan soal di
modul.57
Karena guru memperhatikan wajah muridnya sudah tidak semangat untuk
belajar, selain guru berinisiatif memberi games, biasanya Dina rajin meminta guru
memberii games psikologi. Maka murid diberi games psikologi. Games hari ini
berjudul Melihat kepribadian dari isi tasnya. Guru mulai menceritakan
skenarionya.
Ceritanya kalian akan pergi jalan-jalan, semua barang sudah disiapkan tapi
ternyata ada empat benda yang belum masuk yaitu minyak wangi, buku agenda,
jimat keberuntungan, dan permen/cokelat.
Masalahnya tasnya sudah penuh dan hanya cukup 1 benda lagi. Apakah
yang akan kalian bawa?
Keduanya antusias memilih minyak wangi sebagai benda terakhir yang akan
mereka bawa sembari memperlihatkan minyak wangi yang ada di tas mereka.
Guru lantas membahas arti dari setiap pilihan jawaban. Pertama jika ia memilih
Permen/cokelat dia adalah orang yang tidak bisa lepas dari makanan, obsesinya
makanan. Kedua untuk yang memilih Jimat orangnya kalau beli majalah lihatnya
horoskop dulu, percaya hal-hal gaib/klenik. Ketiga kalau menjawab Agenda dia
itu orangnya pelupa minta ampun. Terakhir yang memilih minyak wangi baginya
penampilan nomor satu. Ada jerawat satu saja bisa jadi masalah besar, dan mereka
berdua mengakui hal ini. Apalagi fifi langsung mengiyakan, iya nih ada jerawat
satu saja pusing mikirin ngilanginnya.
57 Wawancara Pribadi dengan Burhan.
lxvii
Skenario kedua, tadi kan kalian sudah memilih jawaban pertama.
Selanjutnya di perjalanan ternyata sudah dekat ke tujuan, lima menit lagi menuju
tempat tujuan, sudah mau sampai ternyata hujan lebat dan ceritanya kalian pergi
dengan berjalan kaki. Ada empat pilihan lagi, mana yang akan kalian pilih.
1. Hujan lebat nih, berteduh saja deh sampai hujan reda.
2. Hujan bisa-bisa lama nih, lari saja deh kan sudah dekat. Dia pun langsung
berlari walaupun hujan lebat.
3. Ah, menunggu orang saja deh, siapa tau dia bawa payung, nanti saya bisa
minta tolong diantarkan ke tujuan.
4. ternyata kalian kemana-mana bawa payung, jadi ya jalan saja ke tujuan
dengan payung sendiri.
Apa jawaban kalian?
Dina menjawab dia selalu membawa payung, Fifi memilih no 2 akan berlari
menerobos hujan. Ternyata skenario kedua ini untuk mengetahui bagaimana sikap
ketika berselisih dengan teman. Bagi yang memilih:
1. Berteduh sampai hujan reda dia akan mengambil pendekatan menunggu
sampai tenang dulu, baru menyelesaikan masalah.
2. Menerobos dia orangnya tidak peduli pendapat orang yang penting saya
puas sudah mengungkapkan isi pikiran
3. Menunggu orang saja deh, siapa tau dia bawa payung orangnya
menghindari konfrontasi. Tidak mau cari ribut.
4. Selalu membawa payung orangnya jago ngeles, jago bikin alasan, ketika
ada konfrontasi lawan bicaranya bosan sendiri karena dia ada saja
alasannya.
lxviii
Setelah games selesai mereka masih memelas meminta games lagi, Fifi
sampai bilang memang psikologi games? Kalo games kan harusnya terhibur, ini
saya merasa tidak terhibur.
Tapi mas burhan meminta mereka untuk mengerjakan latihan soal dan diberi
nomor yang wajib dikerjakan. Setelah selesai langsung dibahas bersama-sama
secara santai dan murid-murid ini suka sambil mengobrol pada saat membahas
soal.
Berlanjut ke materi berikutnya tentang syarat kalimat efektif yaitu diksi:
pilihan kata tampak kedua murid masih mengobrol ketika guru mencatat ke papan
tulis dan tidak melihat mereka, akan tetapi jika guru selesai mencatat mereka
menyimak kembali pelajaran dengan serius
Sebelum pulang guru memberi 5 kalimat dan mereka harus menebak mana
yang betul mana yang salah. Kalau tidak bisa menjawab tidak boleh pulang.
Mereka setuju dan semangat meminta soalnya kepada guru. Berikut adalah kelima
kalimat tersebut:
1. Ibu Selly mengajar Bahasa Inggris.
2. Bagi siswa yang ingin pulang harap menjawab pertanyaan ini dengan
benar.
3. Korban kecelakaan itu dilarikan kerumah sakit.
4. Harap tenang sedang makan.
5. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Ayo kalimat pertama benar tidak? Murid menjawab benar, ternyata salah.
Yang benar adalah mengajarkan. Kalimat kedua mereka jawab benar dan guru
menjawab salah karena ada kata yang tidak perlu yaitu kata bagi yang tidak perlu
lxix
dipakai. Kalimat ketiga juga salah lagi, kata dilarikan itu salah harusnya korban
kecelakaan itu dibawa. Sudah tiga kalimat tidak ada yang benar nih. Kalimat
keempat benar tidak? Dina menjawab benar deh, fifi masih menganalisis. Guru
menjawab pilihan kata di kalimat ini kurang, seharusnya kami harapkan anda
semia tenang, siswa sedang ujian. Kalimat yang terakhir yang benar seharusnya
atas perhatian anda.
Murid semangat untuk segera pulang. Guru menutup kelas dengan membaca
doa dan mengucap salam.
Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid, Murid -
Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang.
Guru A
E B
Murid Murid
Murid Murid D C
Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak
terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).58
Pada kelompok ini
dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru
dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.
58 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxx
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua
pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).59 Menurut guru
feedback yang diberikan siswa sejauh ini antusias, mungkin kalau sedang capek
butuh usaha ekstra, dan harus memberikan games lebih variatif.60
Guru selalu memberikan games untuk memotivasi siswa agar kembali
semangat untuk belajar namun selain itu guru juga suka memberi nasehat seperti
”Saya kembali ke mereka, mereka kan tugas utamanya belajar, boleh menjalankan
hobi tapi mereka kan harus belajar. Kadang-kadang saya suka menceritakan kisah
yang ibrohnya yaitu hidup itu harus punya satu tujuan disamping hal-hal lainnya
yang mereka senangi.”61
Ketika murid mengobrol di kelas guru tidak memberi teguran tetapi hal ini
sebetulnya kurang disukai oleh guru karena kadang kalau lagi tidak mood susah
diajak belajar, malas mengerjakan latihan, dan terlalu banyak mengobrol membuat
murid tidak konsentrasi untuk belajar.
Walaupun di setiap belajar murid masih suka mengobrol dan kurang
semangat karena sedang tidak mood namun komunikasi di kelompok ini sudah
bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi
komunikator maupun komunikan, meskipun tetap guru yang menjadi komunikator
utama dalam hal memberikan materi.
59 Ibid., h. 100.
60 Wawancara pribadi dengan Burhan.
61 Ibid.
lxxi
3. Pola Komunikasi Guru 3
Guru 3 adalah Wahyuningsih yang dipanggil oleh murid-murid Mba Wahyu.
Wanita kelahiran Klaten ini mengajarkan IPS hari Selasa dua minggu sekali
bergantian dengan pelajaran Bahasa Indonesia pukul 16.00 WIB. Murid yang
diajar Mba Wahyu pada kelas ini ada tiga orang, mereka adalah:
Tabel 4
Data Personal Murid Mata Pelajaran IPS
No.
Nama
1
Dina Anjani
2
Chika Meirani
3
Alifia Meidira
Nama Panggilan Dina Chika Fifi
Tempat, Tanggal Lahir
Bogor, 25 September 1995
Jakarta, 12 Mei 1995 Bogor, 13 Mei 1995
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan
Asal Sekolah SMP Negeri 1
Bogor
SMP Negeri 1 Bogor SMP Negeri 1
Bogor
Belajar di BP
sejak
2007 2008 2008
Hobi Berenang dan
nonton tv
Main dengan kucing
Chatting,
nonton, jalan-
jalan, membaca,
berenang
Hari ini murid yang datang hanya Dina dan Alifia yang dipanggil fifi.
Kedua murid berasal dari satu sekolah namun berbeda kelas. Guru masuk ke kelas
langsung mengajak ngobrol santai. Mengatakan tumben kalian pakai baju bebas.
Murid menjawab karena sekolah libur jadi berangkat dari rumah. Guru
menanyakan materi 2 minggu lalu. Sudah sampai pajak kan ya? Belum mbak,
lxxii
jawab murid. Guru bertanya kok belum? Maksudnya belum di ulanganin mba di
sekolah, jawab Dina. Hari ini membahas materi pajak. Pajak ada beberapa macam,
pajak penghasilan, pbb, pajak pertambahan nilai, dan lain-lain.
Murid menyimak penjelasan pajak dengan serius dan terjadi komunikasi 2
arah dimana ketika tidak jelas langsung bertanya maksudnya apa mbak?
Guru: Sistem perekonomian di Indonesia ada berapa? Materi terakhir di
sekolah pajak kan? Fifi menjawab sampai tenaga kerja. Dina bertanya kok masih
sampai tenaga kerja? Mereka berdua membahas materi apa saja yang sudah
dipelajari di sekolah.
Guru memulai materi hari ini tata perekonomian Indonesia. Apa
definisinya?
Kenapa yang pertama diatur pemerintah pasti perekonomian? Dina mencoba
menjawab dengan serius. Guru: kalau begitu perekonomian merupakan satu hal
yang sangat penting. Beberapa macam sistem ekonomi:
1. Sistem ekonomi pasar bebas. Kalian pernah mendengar sistem ekonomi
pasar bebas? Kalau di asia ada afta yaitu pasar bebas di asia tenggara. Jadi apa
definisi sistem ekonomi pasar bebas? Kalau ekspor impor itu bagaimana? Murid
merespon namun jawabannya kurang tepat, jadi guru menjawab pertanyannya
sendiri.
Pasar bebas ada untungnya: barang-barang yang kita perlukan bisa masuk.
Impor tujuannya untuk menstabilkan harga. Indonesia impor beras untuk
menstabilkan harga. Ruginya: 1. kalau semua barang impor masuk Indonesia,
barang dalam negeri tidak laku. Tidak lagi ada identitas barang yang berasal dari
dalam negeri. Seperti tempe yang sudah bukan milik Indonesia tetapi produk
lxxiii
Jepang. Saya khawatir nanti Indonesia tidak ada pecel. Karena mekanismenya
diserahkan kepada pasar. Pemerintah hanya pelaku dan pengatur ekonomi. Namun
kalau pasar bebas mekanismenya diserahkan kepada pasar. Pasar tergantung pada
permintaan masyarakat. Kalian ingat tidak hukum permintaan? Murid tidak bisa
menjawab. Lalu diberi petunjuk oleh guru dan mereka sedikit sedikit bisa
menjawab. Semakin tinggi permintaan semakin rendah harga. Jadi berbanding
terbalik antara permintaan dengan harga. Kalau penawaran berbanding lurus.
Semakin tinggi harga barang, penawaran semakin banyak. 2. Terdapat persaingan
bebas antar pengusaha kadang-kadang persaingannya tidak sehat. Yang penting
pengusaha bisa mendapat keuntungan.
Kelebihannya untuk pengusaha: kompetisi untuk lebih maju.
Keburukannya: pengusaha yang modalnya besar akan menindas pengusaha-
pengusaha yang lemah. Contohnya begini: di Indonesia perusahaan mie dulu
indomie, sarimi, supermi semuanya peruhasaan kecil yang akhirnya tergabung
dengan indofood. Perusahaan kecil jadi tidak ada lagi.
2. Sistem ekonomi terencana/sentral
Fifi bertanya terus sistem ini kayak bagaiimana. Guru menjelaskan kegiatan
ekonomi diatur oleh pemerintah terutama dalam perdagangan antar negara. Lihat
halaman 72 ciri-ciri perekonomian sosial. Sama tidak Indonesia dengan ciri-ciri
sosial dengan yang tadi saya sebutkan untuk kepentingan rakyat? Murid berpikir
sambil tetap melihat ke halaman 72. Sama tidak dengan di Indonesia pasal 32?
Dina menjawab sama tapi dengan ragu-ragu. Guru melanjutkan, harga-harga itu
ditetapkan oleh pemerintah.
lxxiv
Kira-kira Indonesia mengikuti itu atau seperti pasar bebas? Kan di sistem ini
walaupun atas nama rakyat tapi harga ditetapkan oleh pemerintah. Di Indonesia
harga tidak seluruhnya ditetapkan pemerintah. Kalau kalian lihat di tv harga
sembako ditetapkan oleh pemerintah apa kembali kepada sistem pasar?, tanya
guru. Beda mba, jawab murid. Guru menjelaskan, beda kan? Kalau di Indonesia
harga kembali ke mekanisme pasar.
Kalau nanti pemerintah melakukan sidak, lantas guru bertanya sidak itu
apa? Fifi: sidang? Guru: kalau harga sudah melambung tinggi pasti pemer intah
mengadakan sidak. Ayo singkatannya apa? Mereka berdua tidak tahu. Guru
memberi sedikit petunjuk. Dina dan Fifi diskusi apa kepanjangannya dan terus
menebak singkatan dari si sebagai suku kata pertama, karena murid terlalu lama
guru menjawab sidak itu inspeksi mendadak, sidak itu untuk menstabilkan harga.
Guru cerita bagaimana berita di televisi pemerintah suka turun ke pasar untuk
sidak.
Yang pertama: mekanisme pasar, sistem kedua diatur pemerintah. Hanya
negaralah yang mengatur harga. Kalau tidak salah jaman orde baru itu sistem
pemerintahan sentralisasi tidak ada ekonomi daerah. Waktu orde baru ada tidak?
Fifi: Belum. Akhirnya ada istilah ABS apa coba? Asal bapak senang. Kalau
otonomi daerah, potensi daerahnya jadi terlihat. Terus satu lagi jenis sistem
perekonomian.
3. Sistem perekonomian campuran
Pemerintah mendorong pengusaha-pengusaha swasta untuk lebih maju. guru
bercerita hal sehari-hari yang berhubungan dengan materi ini. Contohnya tentang
home industri, pemerintah mencanangkan budidaya home industri.
lxxv
Ada pertanyaan tidak? Silakan bertanya. Murid kurang semangat bertanya.
Guru bertanya apakah Dina mengantuk karena biasanya Dina mengantuk kalau
pelajaran guru 3. Dina jawab tidak mengantuk karena hari ini tidak sekolah,
biasanya setiap selasa mengantuk karena paginya di sekolah ada pelajaran
olahraga., Guru yang selain mengajar di BP juga mengajar di sekolah cerita beliau
tidak suka kalau mengajar setelah pelajaran olahraga karena baunya kelas tidak
sedap. Apalagi anak SMP kelas 1 belum bisa merawat badan. Guru dan murid jadi
saling bercerita seputar olahraga di sekolah, tentang jam dan fasiitas olahraga di
sekolah mereka yang seadanya.
Guru memberi murid kesempatan untuk bertanya lagi. Akhirnya Dina
mencoba bertanya bagaimana barang itu seleksi di pasar, siapa berhak menjual
apa, siapa yang mengatur mba? Guru menjelaskan hal itu tidak ada yang mengatur
hanya dilihat saja mereka berjualan di pasar apa, kalau di pasar tradisional itu kan
jualannya itu, tapi sekarang kan sudah ada pasar tradisional tetapi modern, seperti
di Thailand dimana pasarnya sesuai blok ada blok buah, daging, dan lain-lain.
Selanjutnya menbahas materi Sistem perekonomian Indonesia. Apa nama
sistem perekonomian Indonesia? Namanya adalah perekonomian berdasarkan asas
pancasila. Kenapa disebut pancasila? Dina menjawab dasar negara. Guru bertanya
kembali Apa hubungannya dengan dasar negara? Fifi menjawab dengan serius
tapi masih kurang tepat. Guru menjelaskan maksudnya harus tetap menggunakan
dasar pancasila, seperti jangan mengeksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan. Seperti Lapindo yang bocor karena di eksploitasi gas alamnya. Murid
langsung bertanya menghilangkan lumpur Lapindo bagaimana? PT lapindo
brantas mengalirkan lumpur itu ke sungai brantas. Dina berkomentar sungainya
lxxvi
tercemar kalau seperti itu. Guru menjawab itu hanya salah satu cara. Tuhan
menciptakan alam untuk di eksploitasi namun jangan berlebihan. Murid
mendengar cerita guru dengan antusias. Sampai ada cerita guru pernah mendengar
bahwa korban lapindo akan dipindahkan ke Bogor di perumahan sekitar The
Jungle. Guru mengatakan ini berita yang tidak 100% dipercaya lho, tadi kan saya
bilang katanya. Mereka jadi mengobrol kekayaan keluarga Bakrie.
Membandingkan dengan kekayaan Sultan Brunei. Fifi bertanya di Brunei tidak
ada yang miskin ya mba? Jawaban guru kebanyakan begitu. Pendapatan per kapita
mereka kan besar. Coba saja mereka pindah ke Papua yang luasnya lebih besar,
mungkin mereka tidak sekaya itu.
Indonesia selain wilayah luas, dan penduduknya banyak, KB belum
berhasil. Sekali lagi sistem perekonomian Indonesia itu berasaskan Pancasila
diatur dalam TAP MPR dan UUD 45, cabang-cabang produksi penting dikuasai
oleh negara. Coba dikuasasi oleh swasta bisa dibayangkan? Swasta bisa
menetapkan harga semau dia, yang penting dia punya keuntungan. Kalau
pemerintah kan disesuaikan kemampuan masyarakat. Fifi bertanya kalau dibeli
oleh swasta tidak boleh ya?
Guru memberi jawaban kembali ke perekononiman tadi, pasal 33 isinya
apa? Ada lembaga yang berasaskan kekeluargaan yaitu koperasi. Guru bercerita
bahwa dia angggota koperasi dan menikmati keuntungan menjadi anggota
koperasi. Di koperasi keuntungan disebut jasa, pada akhir tahun jasa itu akan
dibagikan kembali kepada anggota koperasi. Contoh perhitungan jasa koperasi
misalkan anggota ada 10, jasanya setiap kali meminjam 100 ribu per orang
lxxvii
dikalikan 10 orang = 1 juta rupiah, 1 juta rupiah itu itu akhir tahun dibagikan lagi
kepada anggota. Semakin banyak yang pinjam, semakin besar jasanya.
Guru meminta murid mengerjakan latihan soal di modul. Fifi dan Dina lupa
tidak bawa pulpen. Mereka izin meminjam pulpen ke resepsionis. Murid kembali
ke kelas langsung mengerjakan soal. Guru berkata dingin ya cuacanya jadi mau
minum yang hangat-hangat, hari ini kartini ya, kalian kok tidak sanggulan sih?
Dina bertanya kepada Fifi ada kartinian tidak sih di sekolah? Murid-murid
akhirnya mengobrol tentang teman mereka di sekolah.
Mereka mengerjakan soal sambil mengobrol tentang teman sekolah mereka.
Guru tidak memberi teguran apapun untuk murid yang mengobrol. Mereka terlihat
asyik sampai tertawa-tawa, guru juga ikut dalam percakapan muridnya jika
mendengar ada cerita yang lucu.
Guru memberi tahu 27 juni mereka sudah mendapat raport, jadi sebentar
lagi, pertengahan juni ujian akhir. Lalu mereka membahas soal yang tadi
dikerjakan dengan santai dan bercanda. Pelajaran diakhiri dengan guru memimpin
doa dan mengucap salam.
Selama menjelaskan materi dari awal sampai kelas mau berakhir guru hanya
duduk dan jarang sekali menulis di papan. Murid pun tidak diberi catatan.
Menurut alifia kekurangan mba wahyu adalah jarang memberi catatan, terkadang
yang dipelajari tidak merinci jadi suka tidak mengerti.62
Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid,
Murid - Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang.
62 Wawancara tertulis dengan Alifia Meidira
lxxviii
Guru A
E B
Murid Murid
Murid Murid D C
Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak
terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).63
Pada kelompok ini
dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru
dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.
Ketika murid mulai bosan biasanya ada yang memulai untuk mengobrol
dengan temannya, tetapi guru membiarkan karena guru merasa kasihan. Mereka
sudah sekolah dan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler serta masih harus les jam
empat sore tentu membuat mereka lelah dan jenuh. Guru tidak mempersoalkan hal
itu asalkan mereka masih mau mengikuti pelajaran dengan baik dan bisa
mengerjakan latihan soal.
Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua
orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan,
meskipun tetap guru yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan
materi.
63 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxxix
4. Pola Komunikasi Guru 4
Guru 4 adalah Ida Mahmudah. Wanita berlatar belakang pendidikan Sarjana
Teknik Pertanian ini dipanggil oleh murid-muridnya Mbak Ida. Mbak Ida
mengajarkan IPA setiap hari Jumat pukul 16.00 WIB. Murid yang diajar Mbak
Ida pada kelas ini ada lima orang, yaitu:
Tabel 5
Data Personal Murid Mata Pelajaran IPA
No.
Nama
1
Dina
Anjani
2
Chika
Meirani
3
Alifia
Meidira
4
Amalina
Ghasani
5
Farah
Afifah
Nama
penggilan
Dina Chika Fifi Sani Farah
Tempat,
Tanggal
Lahir
Bogor, 25
September
1995
Jakarta, 12
Mei 1995
Bogor, 13
Mei 1995
Bandung, 2
Juni 1995
Bogor, 6
April 1995
Jenis
Kelamin
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Asal
Sekolah
SMP
Negeri 1
Bogor
SMP
Negeri 1
Bogor
SMP
Negeri 1
Bogor
SMP
Negeri 5
Bogor
SMP
Negeri 1
Bogor
Belajar di
BP sejak
2007 2008 2008 2004 2007
Hobi Berenang
dan nonton
tv
Main
dengan
kucing
Chatting,
nonton,
jalan-jalan,
membaca,
berenang
Main
komputer
dan
bermain
basket
Melukis
dan
berenang
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar semua? Baik
mba. Gimana kamu jadi ikut lomba? (guru bertanya kepada Sani). Sani menjawab
itu mba saya dipindahkan. Guru bertanya lagi dipindahkan kemana? Jadi lomba
lxxx
kemanusiaan dan sosial jawab Sani. Guru memulai kelas dengan menanyakan
kabar dan kegiatan sehari-hari murid. Guru lupa berdoa di awal, jadi guru
memimpin doa dengan meminta murid membaca shalawat.
Memulai belajar hari itu guru ingin mengulas kembali pelajaran optik yang
pernah di pelajari sebelumnya. Guru langsung menulis OPTIK di papan tulis.
Pertama bahas sifat-sifat istimewa karena ini sering keluar di ujian. Pertama
bedanya cermin dengan lensa apa?
Cermin memantul, lensa pembiasan. Guru menjelaskan teori ini ke dalam
aplikasi sehari-hari yaitu kacamata, kacamata kan terlihat dengan bening,
sementara kalau melihat di cermin datar yang terlihat adalah pantulan diri kita.
Guru memberikan rumus cermin dan rumus lensa.
Guru hanya menjelaskan sedikit karena langsung meminta murid
mengerjakan soal di modul dan menawarkan jika ada yang mau mengerjakan di
papan tulis. Guru meminta Farah untuk mengerjakan di papan tulis. Sani yang di
kursi juga mengerjakan soal yang sama. Guru mendampingi Farah ketika
mengerjakan di papan tulis sampai soal terjawab, lalu Farah kembali duduk. Guru
serta dua murid duduk sejajar jadi memudahkan guru untuk membantu murid
membahas soal. Ketika murid kesulitan langsung bertanya kepada guru saat itu
juga.
Guru meminta Sani mengerjakan di papan tulis. Namun kali ini guru tidak
mendampingi murid yang mengerjakan di papan tulis tetapi mendampingi Farah
yang mengerjakan di bangku.
lxxxi
Ketika menjelaskan tentang cermin cekung dan cembung guru
menceritakan tentang kaca spion mobil. Murid masih mengerjakan latihan soal
sampai akhir kelas.
Sambil murid merapikan tas untuk pulang, guru masih bercerita materi
optik dalam aplikasi sehari-hari sambil mengobrol dengan muridnya. Tampak
jelas guru sangat akrab dengan mereka. Terakhir sebelum kelas di akhiri dengan
doa, guru memberikan pujian dan motivasi untuk muridnya. Alhamdulillahirabbil
‘alamin, pertama buat Farah, selamat ya sudah semakin teliti, dan sani juga
semoga semakin melejit. Tuh farah kalo fokus tuh kamu bisa. Murid bertanya
Jum’at depan setelah tanggal merah libur tidak? Jawab guru mereka libur.
Ya sudah sebelum ditutup kita berdoa dulu, berdoa mulai. Ya
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid,
Murid - Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang.
Guru A
E B
Murid Murid
Murid Murid D C
Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak
terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
lxxxii
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).64
Pada kelompok ini
dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru
dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.
Dalam berinteraksi guru dan murid, murid tidak sungkan untuk bertanya dan
menegur guru jika ada sesuatu yang kurang nyaman, seperti guru yang berbicara
terlalu cepat dan menurut mereka kurang jelas.
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan murid, guru mengevaluasi
dengan cara memberi kuis dan juga meminta mereka mengerjakan di papan tulis
tanpa bantuan guru.
Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua
orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan,
tetapi dalam kelompok ini komunikasi antar murid tidak boleh membicarakan hal
yang tidak berhubungan dengan materi. Guru akan dengan tegas menegur jika
murid mengobrol.
64 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxxxiii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan tentang pola komunikasi guru dan murid pada
lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Pola komunikasi yang dilakukan oleh guru dan murid adalah pola guru –
murid, murid – guru, murid - murid. Guru tidak menjadi pusat perhatian yang
utama dan murid dapat memberikan masukan, meminta materi yang belum
mereka pahami, murid dapat langsung bertanya jika mengalami kendala, dan guru
selalu siap menolong para muridnya.
Walaupun demikian, ada perbedaan mengajar antara guru pria dengan guru
wanita. Guru pria cenderung memiliki gaya mengajar yang lebih bervariatif untuk
membangkitkan semangat murid dalam belajar. Kedua guru pria yang di observasi
oleh penulis selalu mempunyai games/permainan yang sangat disukai oleh murid-
muridnya. Sedangkan guru wanita, keduanya tidak pernah memberikan games
namun dalam hal memotivasi lebih memberikan cerita dan nasehat untuk
muridnya.
B. Saran
lxxxiv
1. Guru harus lebih aktif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
murid ketika di kelas. Untuk murid yang pasif diharapkan perhatian ekstra
dari guru agar murid tersebut dapat berpartisipasi secara aktif dan tidak
malu-malu untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Murid yang belajar di Bintang Pelajar umumnya memiliki kesibukan yang
padat sehingga mereka cenderung sudah lelah ketika datang ke Bintang
Pelajar. Diharapkan para guru yang mengajar di Bintang Pelajar
menyampaikan pelajaran secara vatiatif dan memberi banyak selingan
berupa games ataupun tebak-tebakan agar murid merasa suasana di kelas
yang fresh dan tidak membosankan juga tidak membuat mereka menjadi
malas belajar dan mengantuk.
lxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Ass Djamalul. Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani
Press, 1996), h. 16. dan Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori
dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), Cet. ke-10, Edisi Revisi
Asnawir dan Usman, Basyiruddin. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002)
Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG
PELAJAR
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Effendy, Onong Uchyana. Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6
Gunarsa, Singgih D dan Gunarsa, Yulia Singgih D. ed., Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)
Hardjana, Agus M.. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), cet ke-1
Kincaid, D. Lawrence dan Schramm, Wilbur, Azas-azas Komunikasi antar
Manusia. Penerjemah Agus Setiadi (Jakarta: LP3ES bekerja sama dengan
East – West Communication Institute, 1977)
Mantra, I.B. Komunikasi (Jakarta: Dep Kes RI (Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat), 1994)
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), Cet. Ke-24
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar (Bandung: Rosda Karya,
2007)
Partanto, Puis A. dan al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer (Surabaya:
Arkola, 1994) Rakhmat,. Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002)
lxxxvi
Redaksi Sinar Grafika,Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI
NO.20 TH.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003)
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007),
Cet ke-1
Sabri, H.M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005),
Cet. Ke-1
Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1991)
Suyakhmad, Winayno. Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsiti, 1986),
Cet. Ke-7
Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. Human Communication (Konteks-Konteks
Komunikasi). Penerjemah Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000)
Widjaja, A.W. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi (Yogyakarta: Rineka Cipta,
2002
. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), Cet. Ke-3
Wiryanto, Teori Komuniaksi Massa (Jakarta: PT. Grasindo, 2000)
www.bintangpelajar.com/profil/ 6 January 2009 jam 05.36.