pokok produksi berdasarkan metode job order …repository.ub.ac.id/6593/1/eka junia...

105
PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER COSTING (Studi Kasus Pada UKM Sepatu CV SURYA CITRA ABADI di Mojokerto) Dususun Oleh : EKA JUNIA KURNIAWAN 125020218113037 SKRlPSl Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi BIDANG MANAJEMEN KEUANGAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN

METODE JOB ORDER COSTING

(Studi Kasus Pada UKM Sepatu CV SURYA CITRA ABADI di Mojokerto)

Dususun Oleh :

EKA JUNIA KURNIAWAN

125020218113037

SKRlPSl

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

BIDANG MANAJEMEN KEUANGAN

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga
Page 3: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga
Page 4: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

viii

“PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB

ORDER COSTING (Studi Kasus UKM Sepatu CV SURYA CITRA ABADI di

Mojokerto)”

Oleh :

Eka Junia Kurniawan

Dosen Pembimbing :

Dr. Achmad Helmy Djawahir, SE.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan penghitungan harga

pokok produksi dengan Job Order Costing Method pada Usaha Kecil dan Menengah Sepatu

Cv. Surya Citra Abadi Mojokerto untuk produk sepatu casual dan sepatu pantofel.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan

pendekatan studi kasus. Sedangkan metode Analisis yang digunakan dalam penghitungan

harga pokok produksi adalah metode Job Order Costing untuk mengihitung biaya setiap

pesanan produksinya, Full Costing Method untuk penghitungan keseluruhan biaya yang

dibebankan pada produksinya dan Historical Costing untuk penghitungan biaya produksi

yang sebenarnya terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk melakukan penghitungan harga pokok

produksi di Cv. Surya Citra Abadi tidak cukup hanya dengan membebani biaya bahan baku

saja namun juga harus memperhitungakan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

pokok produksi untuk pesanan Sepatu Casual sebesar Rp50.566.500,00 dengan biaya per

pasang sepatu sebesar Rp50.567,00 dan harga pokok produksi untuk pesanan Sepatu pantofel

sebesar Rp59.858.500,00 dengan biaya per pasang sepatu sebesar Rp59.859,00 untuk

pesanan 1000 pasang produksi sepatu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh komponen

biaya produksi dapat diperhitungkan dan menunjukkan dasar penghitungan harga pokok

produksi yang lebih akurat, sehingga perusahaan dapat menggunakan penghitungan harga

pokok produksi ini sebagai dasar menentukan harga pokok penjualan dan laba yang lebih

akurat.

Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Job Order Costing Method,Full Costing Method, Sepatu

Casual dan Sepatu Pantofel.

Page 5: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

ix

“CALCULATION OF COST OF GOODS MANUFACTURED BASED ON JOB

ORDER COSTING METHOD (A Case Study CV SURYA CITRA ABADI in

Mojokerto)”

By:

Eka Junia Kurniawan

Advisor:

Dr. Ahmad Helmy Djawahir, SE.

ABSTRACT

This study aims to determining and explaining the calculation of cost of goods

manufactured using Job Order Costing method for casual shoes and shoes Pantovel CV.

Surya Citra Abadi, a shoe manufacturer of Small and Medium Enterprises in Mojokerto.

This descriptive and quantitative research case study approach. The method of

analysis used calculate the cost of goods manufactured job order costing which is to

calculate the cost of each order, full costing method which is to calculat the total cost charged

for the production, and Historical Costing which is calculate the production cost that actually

occurs .

The results show that, to calculate the cost of production, CV. Surya Citra Abadi take

direct labor costs and factory overhead costs into account besides raw material cost. Job

Order Costing and Full Costing method, the total value of cost goods manufactured for

Casual Shoes orders is IDR 50,566,500 with the cost for each pair of shoes costing IDR

50,567 and the total value of cost of production for pantovel shoes order is IDR 59.858.500

with cost for each pair of shoes IDR 59,859 all for the production of 1000 pairs of shoes.

These results indicate that all components of cost of goods manufactured can be calculated

and show the basis for calculation of cost of goods manufactured, so the company can use it

for the calculation of cost of goods manufactured, which can be used as the basis. For a more

accurate determination of cost of goods sold and profit.

Keywords: cost of production job order costing method, full costing method, casual shoes

and shoes Pantovel.

Page 6: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

RIWAYAT HIDUP

BIODATA DIRI

Nama Eka Junia Kurniawan

Tempat dan Tanggal Lahir Mojokerto, 07 Juni 1994

Jenis Kelamin Laki-Laki

Agama Islam

Alamat Lingk. Murukan RT/RW 0210/005

Surodinawan Prajurit Kulon.

Mojokerto

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tingkatan Pendidikan Tahun

MI Nurul Huda 2 Kota Mojokerto 2006

Sekolah Menengah Pertama Negri 4 Kota Mojokerto 2009

Sekolah Menengah Atas Negri 4 Kota Mojokerto 2012

Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya,.

2012

Keahlian Yang Dimiliki

1. Mampu Mengoperasikan SAP ERP

2. Mampu Mengoperasikan Microsoft Office

Page 7: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan dan karunia-Nya yang telah

memberikan banyak pertolongan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penghitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Job Order Costing (Studi Kasus

UKM CV. Surya Citra Abadi di Mojokerto)”.

Tujuan dibuatnya skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih derajat Ekonomi pada

Jurusan Manajemen Konsentrasi Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya.

Diselasaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan segenap pihak yang telah

menyumbangkan doa, solusi, pikiran, bimbingan serta motivasi bagi penulis. Oleh sebab itu,

penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Nurkholis.M.Bus (Acc)., Ak., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

2. Dr. Sumiati, SE., M.Si., CSRS., CFP. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

3. Dr. Siti Aisjah, SE, MS, CSRS, CFP. selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen

4. Bapak Dr. Achmad Helmy Djawahir, SE. sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang

telah membimbing, memberikan masukan dan evaluasi penulisan skripsi.

5. Bapak Moeljadi P., SE., SU., M.SC., Dr.,Prof. selaku dosen penguji I yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis.

6. Ibu Dr. Himmiyatul Amanah J. J. , SE., MM., CFP. selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis.

7. Dosen dan seluruh staf Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

Page 8: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

ii

8. Bapak H. Abdul Kholik selaku pemilik UKM CV. Surya Citra Abadi di Mojokerto

yang telah mengizinkan untuk dilakukan penelitian dan membantu menyediakan data-

data penelitian yang dibutuhkan.

9. Kedua orang tua saya Alm. H. Syamsul Arifin dan Mufidatul Masfufah yang

senantiasa selalu memberikan motivasi serta doa yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan, doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat saya Alfa, Ade, Yuan, Hanif, Yogi, Fahmi, Candra, Sandy, Rifki, Taufan,

lutfi dan sahabat saya dari kos Bu Umi, Bayu, Munir, Sondy, Satya, Nia, Ayu,

Juniarty, Weninggalih, Eni yang telah memberikan motivasi dan sama-sama berjuang

di bidang perkuliahan masing-masing.

Penulis mennyadari penulisanb Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga masukan berupa

saran dan kritik sangat penulis harapkan. Semoga karya akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua. Amin.

Malang, Mei 2017

Eka Junia Kurniawan

Page 9: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................................. viii

ABSTRAK INGGRIS ............................................................................................................. ix

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang....................................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 9

1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9

1.4.Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1. Peneltian Terdahulu .............................................................................................. 11

2.2. Teori ...................................................................................................................... 13

2.2.1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ........................................... 13

2.2.2. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 13

2.2.3. Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) .................. 14

2.2.4. Manajemen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ....................... 17

2.3. Konsep Biaya ....................................................................................................... 17

2.3.1.Definisi Biaya ........................................................................................... 18

2.3.2. Klasifikasi Biaya ...................................................................................... 18

2.4. Biaya Produksi ..................................................................................................... 23

2.4.1. Definisi Biaya Produksi ......................................................................... 23

2.4.2. Unsur-Unsur Biaya Produksi ................................................................. 24

2.4.3. Penghitungan Biaya Produksi ................................................................ 27

2.5. Harga Pokok Produksi ......................................................................................... 29

2.5.1. Pengumpulan dan Sistem Pengukuran Harga Pokok Produksi.............. 32

2.6. Metode Job Order Costing .................................................................................. 34

2.7. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi .......................................................... 41

2.7.1. Full Costing ............................................................................................ 41

Page 10: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

iv

Halaman

2.7.2. Variable Costing .................................................................................... 43

2.7.3. Perbandingan Metode Full Costing Dan Variable Costing ................... 46

2.8. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................................... 47

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian...................................................................................................... 51

3.2. Objek Penelitian .................................................................................................... 51

3.3. Jenis dan Sumber Data .......................................................................................... 51

3.3.1. Jenis Data ................................................................................................ 51

3.3.2. Sumber Data ........................................................................................... 52

3.4. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 53

3.5.Metode Analisis Data ..................................................................................................... 55

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................................... 57

4.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................................................. 57

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................................. 59

4.1.3. Produk Yang Dihasilkan ........................................................................ 60

4.2.Hasil Peneltian ....................................................................................................... 60

4.2.1. Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan .................. 60

4.2.2. Penghitungan Harga Pokok Produksi Metode Job Order Costing ......... 61

4.3. Perbandingan Harga Pokok Produksi ................................................................... 82

4.3.1. Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Dengan Job

Order Costing ................................................................................................. 82

4.4.Kartu Harga Pokok Pesanan .......................................................................................... 83

4.5.Implikasi Hasil ................................................................................................................ 87

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 90

5.2. Saran ...................................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 92

Page 11: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

v

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.3 Perbandingan Variable Costing Dengan Full Costing 46

Tabel 4.1 Biaya Bahan Baku Sepatu Casual 61

Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku Sepatul Pantofel 62

Tabel 4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Sepatu Casual` ` 64

Tabel 4.4 Biaya Tenaga Kerja Langsung Sepatu Pantofel 64

Tabel 4.5 Biaya Ovehead Pabrik Sepatu Casual 65

Tabel 4.6 Biaya Overhead Pabrik Sepatu Pantofel 66

Tabel 4.7 Harga Pokok Produksi Perusahaan 67

Tabel 4.8 Biaya Pembelian Bahan Baku Sepatu Casual 70

Tabel 4.9 Biaya Pembelian Bahan Baku Sepatu Pantofel 68

Tabel 4.10 Biaya Bahan Baku Langsung Sepatu Casual 74

Tabel 4.11 Biaya Bahan Baku Langsung Sepatu Pantofel 75

Tabel 4.12 Biaya Tenaga Kerja Langsung Sepatu Casual 76

Tabel 4.13 Biaya Tenaga Kerja Langsung Sepatu Pantofel 77

Tabel 4.14 Biaya Penyusutan 78

Tabel 4.15 Alokasi Biaya Overhead Pabrik 80

Tabel 4.16 Harga Pokok Produksi Metode Job Order Costing 81

Tabel 4.17 Perbandingan Perhitungan HPP Perusahaan Dengan

HPP Job Order Costing Pada Sepatu Casual 82

Tabel 4.18 Perbandingan Perhitungan HPP Perusahaan Dengan

HPP Job Order Costing Pada Sepatu Pantofel 83

Tabel 4.19 Kartu Biaya Pesanan Sepatu Casual 84

Tabel 4.20 Kartu Biaya Pesanan Sepatu Pantofel 85

Page 12: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan 40

Gambar 2.2 Laporan Laba Rugi 41

Gambar 2.3 Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing 42

Gambar 2.4 Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing 44

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran 49

Page 13: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu industri yang

turut bersaing dalam memajukan perekonomian Indonesia. Dalam pembangunan

ekonomi di Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah selalu digambarkan sebagai

sektor yang memiliki peranan penting karena sebagian besar penduduk

Indonesia hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun

modern. Usaha kecil dan menengah mempunyai peran yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, Usaha Kecil Menengah juga berperan

dalam perindustrian serta pembangunan. Pada krisis ekonomi tahun 1997-1998

ketika banyak perusahaan besar yang tidak dapat bertahan hingga gulung tikar,

Usaha Kecil dan Menengah masih bisa bertahan bahkan mampu menompang

perekonomian Indonesia. Alasan yang menyebabkan Usaha Kecil dan Menengah

mampu bertahan yaitu produksi barang dan jasa dari Usaha Kecil dan Menengah

tidak terpengaruh oleh pendapatan rata-rata masyarakat dengan begitu dapat

dikatakan elastisitas permintaan lebih rendah terhadap pendapatannya. Selain itu

yang menjadi alasan lain yaitu Usaha Kecil dan menengah mendapatkan modal

yang tidak harus berasal dari bank, sehingga pengaruhnya tidak terlalu cukup

signifikan apabila terjadi fluktuasi terhadap suku bunga.

Menurut Data Pusat Statistik dari Departemen Koperasi dan UKM,

jumlah Usaha Kecil dan Menengah dari tahun 2012 hingga tahun 2013

Page 14: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

2

meningkat sebesar 1.361.129 unit atau meningkat sebesar 2,41%. Tidak hanya

jumlah unit Usaha Kecil dan Menengah yang bertambah, kinerjanya pun

mengalami peningkatan. Produk Dosmetik Bruto yang dihasilkan Usaha Kecil

dan Menengah dari tahun 2012 hingga tahun 2013 meningkat sebesar Rp

570.439,8 milyar atau meningkat sebesar 11,71%. Bertambahnya jumlah unit

usaha dan juga diikuti dengan meningkatnya kinerja akan semakin memperkuat

perkiraan peningkatan jumlah Usaha Kecil dan Menengah di tahun 2015 dan di

tahun-tahun berikutnya. Menjamurnya bisnis dan usaha di Indonesia yang

dimulai dari usaha kecil-kecilan hingga usaha yang berkembang cukup besar

menjadikan sumber ekonomi yang sangat berpeluang tinggi bagi pelaku usaha

dan bisnis. Usaha Kecil dan Menengah bergerak diberbagai bidang baik

manufaktur, jasa maupun dagang. Untuk bidang manfaktur menyediakan

berbagai produk baik makanan, tas, sepatu, pakaian dan lain sebagainya. Pelaku

bisnis harus mempunyai strategi bersaing diantaranya yaitu keunggulan mutu

produk yang tinggi serta harga yang bersaing dan mampu berinovasi juga

berkreasi untuk dapat membuat bisnis yang mereka jalani dapat bertahan atau

bahkan mampu meraih keuunggulan kompetitif.

Selanjutnya dengan banyaknya bermunculan bisnis baru maka banyak pula

bisnis kecil yang bangkrut. Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab usaha

kecil tidak dapat bertahan yaitu kemampuan pihak manajemen yang kurang baik

untuk mengelola bisnis, pengalaman yang tidak cukup untuk pengoperasian fisik

bisnis dan kemampuan konsep, kendali yang kurang berkaitan dengan kebijakan

kredit pembayaran dan perencanaan strategis, lokasi yang tidak strategis,

persediaan yang tidak dikelola dengan baik serta kurangnya kemampuan untuk

Page 15: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

3

mengatasi transisi kewirausahaan (Soeharto, 2010). Dari beberapa faktor

kelemahan dan kesalahan Usaha Kecil dan Menengah tersebut, kesalahan yang

sering terjadi adalah manajemen keuangan yang kurang tepat. Manajemen

keuangan yang kurang tepat terdampak pada kondisi keuangan yang tidak stabil

dan tidak dapat mengetahui secara pasti mengenai posisi keuangan usaha.

Sebagai upaya untuk dapat memonitori pergerakan uang, dibutuhkan pencatatan

transaksi yang dilakukan, sehingga memungkinkan pelaku usaha dapat

mengendalikan biaya dan pengeluaran dengan lebih baik. Pengelolaan keuangan

yang baik memungkinkan pelaku usaha memperoleh laba yang diharapkan,

penerapan manajemen keuangan mencakup perencanaan, penggangaran,

pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang tepat.

Untuk dapat menerapkan menajemen keuangan secara tepat membutuhkan

informasi yang benar berkaitan dengan biaya-biaya yang terjadi di perusahaan

atau organisasi.

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu

(Mulyadi, 2009: 8). Biaya berdasarkan kegiatan perusahaan dibedakan menjadi

biaya produksi (biaya manufaktur dan biaya operasi juga biaya non manufaktur).

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (mulyadi, 2009: 14).

Biaya proses produksi menjadi salah satu biaya utama pada perusahaan

manufaktur, sehingga ketika suatu perusahaan mampu melakukan efisiensi biaya

produksi maka secara otomatis akan mampu meminimalkan biaya secara

keseluruhan. Apabila perusahaan mampu meminimalkan biaya secara

Page 16: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

4

keseluruhan, maka bukan tidak mungkin perusahaan mampu meraih keunggulan

kompetitif karena dapat menjual barang dengan harga yang lebih rendah dari

pesaing apabila kualitas dapat tetap terjaga. Biaya produksi pada perusahaan

manufaktur terdiri dari 3 elemen biaya yaitu bahan baku langsung, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Horngren, et al., 2008: 43). Biaya

bahan baku langsung mencakup nilai persediaan bahan baku awal ditambah nilai

perolehan bahan baku dikurangi nilai persediaan bahan baku akhir. Biaya bahan

baku langsung merupakan biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya

akan menjadi bagian dari objek biaya ( barang dalam proses dan kemudian

barang jadi ) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang

ekonomis (Horngren, et al., 2008: 43). Biaya tenaga kerja langsung mencakup

kompensasi atas tenaga kerja langsung seperti upah. Untuk menentukan upah

tenaga kerja langsung dapat berdasarkan jam kerja (Direct Labor Hour) dan

dapat berdasarkan satuan unit. Biaya overhead pabrik mencakup seluruh operasi

pabrik yang tidak termasuk pada biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga

langsung seperti depresiasi biaya bahan penolong, bangunan pabrik, biaya listrik,

biaya administrasi pabrik produksi selanjutnya dijadikan dasar untuk menghitung

harga pokok produksi.

Penghitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menganalisis proses

produksi dan komponen biaya-biaya produksi serta mengelompokkannya

berdasarkan pada metode akumulasi biaya, metode pengukuran biaya, metode

pembebanan biaya overhead, dan perlakuan biaya overhead tetap. Harga pokok

produksi diperoleh dengan menjumlah nilai persediaan barang dalam proses awal

Page 17: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

5

dengan biaya produksi kemudian dikurangi dengan nilai persediaan barang dalam

proses akhir.

Terdapat dua metode pengumpulan harga pokokk produksi yaitu Process

Costing Method (Metode Biaya Proses) dan Job Order Costing Method (Metode

Biaya Pesanan) (Mulyadi, 2009: 16). Pemilihan metode dilakukan dengan

mempertimbangkan cara produksi yang dilakukan suatu perusahaan. Pada Job

Order Costing, biaya-biaya produksi dikumpulkan berdasarkan pesanan tertentu

dan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk suatu pesanan

tersebut dihitung dengan membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut

dengan jumlah satuan produk produk pada pesanan tersebut. Akumulasi biaya

berdasarkan pesanan dilakukan dengan mengindentifikasi biaya pada produk,

bartch, kontrak atau proyek tertentu. Sedangkan pada Process Costing Method,

proses produksi atau departemen dijadikan sebagai obyek biaya dan metode ini

digunakan untuk perusahaan yang memproduksi beberapa jenis produk secara

masal dan jenis produksinya homogen atau serupa. Biaya-biaya produksi

dikumpulkan untuk periode tertentu dan biaya produksi per satuan produk yang

dihasilkan pada periode tersebut dihitung dengan cara membagi biaya produksi

untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan pada

periode yang bersangkutan.

Penentuan harga pokok produk produksi dapat dihitung dengan dua

pendekatan, yaitu dengan menggunakan full costing dan variable costing

Mulyadi (2005:48),. Full Costing merupakan salah satu metode penentuan cost

produk, yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai cost produk, baik

biaya produksi yang berperilaku variabel maupun tetap. Variable costing

Page 18: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

6

merupakan salah satu metode penentuan cost produk, di samping full costing,

yang membebankan hanya biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada

produk. Full costing dan variable costing merupakan metode penentuan cost

produk konvensional, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur

pada masa lalu.

Alokasi biaya yang tepat dibutuhkan untuk menentukan harga pokok

produksi yang akurat. Biaya langsung dapat ditelusuri dengan mudah namun

biaya overhead sulit untuk ditelusuri. Maka dibutuhkan suatu metode yang dapat

mengalokasikan biaya overhead secara tepat ke tiap produk. Selama ini

perusahaan menggunakan biaya konvensional yang membebankan biaya secara

tidak tepat ke tiap produk. Pada penghitungan harga pokok produksi, metode

yang paling umum digunakan perusahaan khususnya pada Usaha Kecil dan

Menengah adalah Full Costing Method, penentuan harga pokok produksi

dilakukan dengan membebankan seluruh biaya produksi yang bersiafat tetap dan

variable pada produk (Mulyadi 2009: 18).

Hasil penghitungan harga pokok produksi, dapat digunakan sebagai dasar

untuk melakukan penghitungan harga pokok penjualan dengan menjumlah nilaii

persediaan barang jadi awal dengan harga pokok produksi kemudian dikurangi

dengan nilai persediaan barang jadi akhir. Harga pokok penjualan digunakan

sebagai dasar menetapkan harga jual untuk memperoleh laba yang diharapkan

perusahaan.

UKM Sepatu CV Surya Citra Abadi, adalah bisnis yang bergerak dibidang

produksi pengerajin sepatu dan didirikan oleh Abdul Kholik pada tanggal 27

Page 19: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

7

Februari 1987 yang berdomisili di Jl. Surodinawan No 2 Mojokerto. CV Surya

Citra Abadi juga telah memiliki kelengkapan perijinan lainnya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku) mesin baru dan 10 (sepuluh) unit

berkapasitas produksi besar dan sanggup untuk menghasilkan produk sepatu

untuk kualitas ekspor. Selanjutnya pada tahun 1991 telah diadakan perluasan

usaha dengan menambah areal tanah seluas : 4.650m dan bangunan baru seluas :

2.854m2 yang dipergunakan untuk menempatkan mesin-mesin lama maupun

yang baru sebanyak 8(delapan ntuk menghasilkan produk sepatu untuk kualitas

ekspor. Tahap produksi yang dilakukan UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi

terdiri dari 4 tahap bagian besar yaitu Tahap pembuatan pola, tahap pemotongan

dan menjahit, tahap perakitan sepatu, terakhir tahap finishing.

Penelitian dilakukan di UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto,

dimana harga jual yang bervariatif sesuai dengan kualitas, jenis dan modelnya.

Kualitas tinggi dengan harga terjangkau menjadikan UKM Sepatu CV. Surya

Citra Abadi Mojokerto memiliki jumlah penjualan dengan pesanan yang cukup

tinggi bahkan konsumen ada yang berasal dari luar Kota Mojokerto hingga luar

pulau, dan juga pernah sampai ekspor ke luar negeri. Namun CV. Surya Citra

Abadi masih banyak biaya-biaya yang seharusnya dibebankan tidak dimasukan

dalam penghitungan harga pokok produksi. Perusahaan sering mengabaikan

proses pencatatan menurut sistem akuntansi yang sebenarnya terutama dalam

hal pengelompokan dan pencataan biaya produksi dan biaya non produksi

lainnya. Akibatnya biaya-biaya aktual yang dikeluarkan perusahaan tidak

terhitung dan tidak menjadi komponen harga pokok produksi yang ditetapkan.

Page 20: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

8

Dari permasalahan di atas maka perlu adanya penghitungan harga pokok

produksi pada UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dengan

menggolongkan dan mengumpulkan biaya-biaya produksi sebagai dasar

penghitungan harga pokok produksi. Perusahaan disarankan untuk melakukan

penghitungan harga pokok produksi menggunakan metode Job Order Costing

untuk pengakumulasian biaya, biaya penyerapan (absorption costing), atau

sering juga disebut dengan pendekatan biaya penuh (Full costing) untuk

perlakuan biaya overhead tetap dan sistem tradisional untuk pembebanan biaya

dengan menggunakan cost driver volume produksi. Kita menyebut metode

penghitungan harga pokok produksi dalam penelitian ini dengan metode job

order costing untuk memudahkan pemahaman. Alasan penggunaan metode ini

sebagai penghitungan harga pokok produksi perusahaan karena perusahaan

memproduksi produk sesuai pesanan dan metode ini mudah dilakukan dan tidak

membutuhkan banyak biaya. Metode ini cukup membantu perusahaan dalam

membuat laporan keuangan eksternal dan mengambil beberapa keputusan

terkait produksi.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, penelitian terdahulu dan UKM

Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto yang belum melakukan

penghitungan harga pokok produksi, maka diperlukan penelitian yang dapat

membantu merumuskan penghitungan harga pokok produksi yang sesuai

dengan UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dengan judul “

Penghitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Job Order Costing

(Studi Kasus UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto)”.

Page 21: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

9

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka dapat diketahui penghitungan

harga pokok produksi UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dengan

metode yang sesuai dengan cara produksi dalam pemesanan atau Job Order

Costing yang terjadi pada UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto,

dapat menentukan laba yang diharapkan ketika terjadi, proses tawar menawar

dengan pemesanan. Hal ini mengingatkan bahwa tiap-tiap pesanan mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda sehingga biaya produksinya berbeda. Selain itu

harga-harga bahan baku dan lainnya mengalami fluktuasi, sehingga harga

pokok produksi dan harga pokok pesanan dapat ditentukan dengan lebih tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dapat disusun rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan Metode Job Order

Costing pada UKM SEPATU CV. Surya Citra Abadi Mojokerto.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi sepatu dengan

metode yan digunakan oleh UKM SEPATU CV. Surya Citra Abadi

Mojokerto.

2. Untuk mengetahui dan menjelasakan perhitungan harga pokok produksi

dengan Metode Job Order Costing pada UKM SEPATU CV. Surya Citra

Abadi Mojokerto.

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil perhitungan harga pokok produksi

sepatu berdasarkan metode UKM SEPATU CV. Surya Citra Abadi

Mojokerto dengan metode job order costing.

Page 22: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

10

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis, dapat digunakan untuk memperbanyak wawasan ilmu

pengetahuan serta penerapan teori yang terkait khususnya mengenai

penentuan harga pokok produksi bagi perusahaan dan implementasinya

di lapangan secara langsung.

b. Bagi pihak UKM Sepatu pada UKM SEPATU CV. Surya Citra Abadi

Mojokerto yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat

memberikan informasi yang berguna sebagai bahan masukan dan

referensi khususnya yang berkaitan dengan penentuan harga pokok

produksi serta dapat digunakan untuk menentukan kebijakan-kebijakan

di masa depan yang memiliki pengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan.

c. Bagi semua akademik, penulis berharap agar penelitian yang terbatas

ini dapat menjadi bahan tambahan atau referensi serta dapat juga

digunakan sebagai pembanding yang dapat membantu dalam

pengembangan penelitian yang serupa.

Page 23: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Telah dilakukan penelitian terdahulu sebelumnya terkait dengan

penghitungan biaya produksi. Widiyastuti (2007) meneliti dengan judul “Analisis

Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus UKM Lifera Hand

BagCollection). Menyimpulkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh

perusahaan masih sangat sederhana dimana biaya overhead pabrik tidak

dialokasikan kemasing-masing produk secara rinci dan tidak disesuaikan dengan

pemakaian biaya secara nyata melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya

yang dianggarkan dalam kelompok biaya lain-lain. Perhitungan harga pokok

produksi dengan metode ABC menghasilkan harga pokok produksi yang lebih

besar daripada metode yang digunakan perusahaan, yaitu sebesar 32,47 % untuk

model 876 A dan 2,5 % untuk model858. Margin dari penetapan harga jual yang

diperoleh perusahaan berdasarkan metode perusahaan lebih besar dari pada

dengan metode ABC, yaitusebesar 56,52 % untuk model 876 A dan 34,85 %

untuk model 858.

Indah Fitri (2012) dalam skripsinya meneliti tentang penerapan metode Full

Costing dalam menetapkan harga produksi pada peternakan ayam UD. Family

Poultry Shop di Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

perhitungan harga pokok produksi perusahaan tidak memasukkan semua

komponen biaya produksi sehingga laba yang diterima perusahaan setiap periode

belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti menghitung kembali

Page 24: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

12

harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing dan ditemukan

perbedaan yang signifikan antara perhitungan yang dilakukan perusahaan

dibandingkan dengan perhitungan menggunakan Full Costing. Harga pokok

produksi yang selama ini dibebankan oleh perusahaan ternyata lebih rendah

daripada perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing.

Analisis perhitungan harga pokok jual dilakukan dengan menggunakan metode

return on asset dan margin laba 15%. Hasilnya mengungkapkan bahwa harga jual

yang menggunakan metode return on asset.

Rully Kusmawadewi (2013) meneliti tentang perhitungan harga pokok

produksi menggunakan metode Job Order Costing (studi kasus pada UMKM CV.

TRISTAR Alumunium). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan

menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan tapi

terdapat kesalahan pada penentuan biaya bahan baku dan tarif tenaga kerja

langsung serta pembebanan biaya overhead.

Rica Marthasri (2013) meneliti tentang perhitungan biaya produksi dengan

metode Full Costing (studi kasus ayam bakar kaki lima jalan dr. Mansyur III

Padang Bulan Medan). Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa metode

tradisional dalam perhitungan biaya produksinya telah diketahui bahwa jika

menggunakan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp.

643.433 adalah biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 472.535 adalah biaya

produksi per satuan atau biaya prodiksi per paket ayam bakar adalah Rp. 11.117

sedangkan perhitungan menggunakan metode full costing telah diketahui bahwa

jika menggunkan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam bakar hariannya

Rp. 965.244 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam

Page 25: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

13

bakar adalah Rp. 19.567. Jika menggunakan bahan baku produksi sendiri total

biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 795.046 adalah biaya produksi per

satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 16.573.

Keuntungannya yang ditargetkan Ayam Bakar Kaki Lima sebesar 20%.

Ollin Thia (2014), meneliti dengan judul “Perhitungan Biaya Produksi

dengan menggunakan Metode Job Order Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga

Jual (Studi Kasus Pada Harry Handmade Shoes Malang). Penelitian dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui biaya produksi project order Bali pada

Harrymade Shoes. Hasil penelitian menujukkan bahwa pada penghitungan biaya

produksi yang dilakukan perusahaan terdapat biaya-biaya yang belum

diperhitungkan seperti biaya overhead pabrik.

2.2 Teori

2.2.1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan salah satu faktor utama yang

turut menggerakkan dan memajukan perekonomian di Indonesia. Disaat usaha

besar banyak yang gulung tikar, UMKM mampu bertahan ditengah krisis moneter

yang melanda pada tahun 1997. Sejak tahun1998, jumlah UMKM di Indonesia

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dikarenakan pentingnya peran

UMKM di perekonomian Indonesia, pemerintah perlu melakukan pembinaan

sebagai upaya memperbaiki kinerja UMKM sehingga dapat lebih berkembang.

2.2.2. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Di Indonesia terdapat beberapa definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM), Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan suatu usaha yang termasuk

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berdasarkan jumlah tenaga kerjanya tanpa

Page 26: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

14

mempertimbangkan penggunaan mesin dan besar modal untuk menjalankan usaha

tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik, usaha Industri adalah suatu unit usaha

yang melakukan kegiatan ekonomi denhgan tujuan menghasilkan produk berupa

barang maupun jasa yang terletak pada suatu lokasi tertentu serta memiliki catatan

administrasi produksi dan struktur biaya dan terdapat satu atau lebih orang yang

bertamggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan industri dengan jumlah tenaga

kerja sebanyak 1 hingga 4 orang adalah Industri Mikro atau Usaha Mikro.

Perusahaan industri dengan tenaga kerja sebanyak 5 hingga 19 orang adalah

Industri Kecil atau Usaha Kecil. Perusahaan industri dengan tenaga kerja

sebanyak 20 hingga 99 orang adalah Industri Sedanga atau Usaha Menengah.

Berikut pengertian dari usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah menurut

Undang-undang No. 20 tahun 2008.

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun

tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian dari langsung maupun

Page 27: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

15

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar. Dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Dari definisi-definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di atas

adalah suatu usaha mandiri yang tidak menjadi bagian dari usaha besar dan

didirikan oleh satu orang atau lebih yang memiliki tenaga kerja, kekayaan

bersih dan penjualan tahunan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah

tenaga kerja, kekayaan bersih dan penjualan tahunan yang dimiliki Usaha

Besar.

2.2.3. Permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah walau disebut sebagai usaha yang

mampu bertahan di tengah krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun

1997 tatap tidak dipungkiri bahwa banyak pula Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah yang tidak dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat setiap

tahunnya. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mengalami

peningkatan setiap tahunnya menjadikan persaingan semakin ketat pula. Hal ini

memaksa pelaku usaha untuk berusaha mempertahankan usahanya bahkan jika

mungkin berusaha meraih keunggulan kompetitif. Persaingan yang semakin ketat

dari tahun ke tahun menjadi salah satu alasan usaha-usaha kecil tidak mampu

bersaing sehingga banyak pulapelaku usaha kecil yang harus menutup usahannya

atau gulung tikar.

Menurut Soeharto (2010 : 229), permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah untuk bertahan dan berkembang yaitu :

1. Ketidakmampuan menajemen mengelola bisnis

Page 28: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

16

2. Kurangnya pengalaman dalam pengoperasian fisik bisnis dan

kemampuan konsep

3. Lemahnya kendali keuangan dalam hal permodalan dan kebijakan

kredit pembayaran

4. Gagal mengembangkan perencanaan strategis

5. Pertumbuhan yang tak terkendali

6. Pemilihan yang buruk

7. Persediaan yang tidak baik

8. Ketidakmampuan mengenai transisi kewirausahaan

Perbaikan dan pengembangan UMKM perlu dilakukan agar dapat bertahan

di kerasnya persaingan di dunia bisnis. Hal ini merupakan tanggung jawab semua

pihak bukan hanya pemerintah. Menurut Soeharto Prawiro kusumo (2010:

223),beberapa saran untuk perbaikan dapat dilakukan oleh UMKM berdasarkan

penyebab-penyebab kegagalan UMKM. UMKM disarankan untuk melakukan

hal-halberikutini

1. Mengenali bisnis secara mendalam

2. Mengembangkan rencana bisnis yang matang

3. Mengelola sumber daya keuangan dengan menerapkan sistem

informasi keuangan dan digunakan untuk pengambilan keputusan

bisnis, permodalan yang mencukupi, dan pengelolaan arus kas yang

baik

4. Memahami laporan keuangan sebagai alat pengendali dan alat

indikator kesehatan perusahaan dengan mencatat semua kondisi

Page 29: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

17

keuangan bisnis. Mengelola manusia secara efektif dengan melatih

dan memotivasi karyawan

5. Menjaga kondisi pribadi dengan memantau kesehatan dan

menghindari stress.

2.2.4. Manajemen Keungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Setiap perusahaan, baik besar maupun kecil, memerlukan biaya untuk

beroperasi. Untuk mendapatkan uang, perusahaan harus terlebih dahulu

mengeluarkan uang untuk membeli persediaan dan mendapat pasokan,

perlengkapan dan fasilitas, dan untuk menggaji karyawan kemudian

memanfaatkan sumber daya yang ada tersebut untuk menghasilkan suatu produk

atau memberikan jasa kepada konsumen. Manajemen keuangan adalah seni dan

ilmu tentang pengelolaan uang perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Manajemen keuangan berhubungan erat dengan akuntansi dimana akuntan

bertugas untuk mengumpulkan dan menyajikan data keuangan, sedangkan manajer

keuangan menggunakan laporan keuangan dan informasi yang disajikan oleh

akuntan untuk mengambil keputusan keuangan (Mas’ud Machfoedz dan Mahmud

Machfoedz,2011:164).

2.3 Konsep Biaya

Pada perusahaan baik perusahaan manufaktur, jasa maupun dagang, biaya

merupakan hal utama yang perlu perhatian khusus agar usaha yang dijalani dapat

terus bertahan di tengah persaingan bisnis yang serupa. Akuntansi biaya

diperlukan untuk dapat menghitung, mencatat, melaporkan dan menganalisis

berkaitan dengan seluruh transaksi biaya untuk memproduksi suatu barang

maupun jasa. Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen. Sebagai upaya

Page 30: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

18

untuk dapat mengupayakan ilmu Akuntansi Biaya yang tepat, diperlukan

pemahaman mengenai konsep biaya baik definisi maupun

penggolongan/klasifikasi biaya.

2.3.1 Definisi Biaya

Hansen dan Mowen (2009:47) mendefinisikan biaya sebagai kas

atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang

atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang

bagi organisasi. Carter(2009:30) mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai

tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin

perolehan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau

pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas

atau aset lain yang terjadi pada saat ini atau dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut Horngren, etal(2008:31). Biaya adalah sumber daya

yang dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai

tujuan tertentu.

Berdasarkan definisi-difinisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa biaya adalah pengorbanan yang dilakukan baik oleh seseorang

maupun perusahaan atau organisasi yang diukur dalam satuan uang untuk

mendapatkan barang dan jasa.

2.3.2. Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya menurut Bastian Bustami dan

Nurlela (2013, p. 12) adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis

atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu

Page 31: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

19

yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan

penting. Garrison, Norren, dan Brewer (2013, p. 26-49) menyatakan bahwa biaya

dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini:

1. Klasifikasi Umum Biaya.

1) Biaya Produksi

Sebagian besar perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke

dalam tiga kategori yaitu:

(1) Bahan langsung

Bahan baku (raw material) merupakan bahan yang digunakan

untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku terbagi menjadi

bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku

langsung (direct material) adalah bahan baku yang menjadi bagian

utama dari produk jadi dimana biayanya dapat ditelusuri dengan

mudah ke produk jadi. Sedangkan bahan baku tidak langsung

adalah bahan baku yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan

dalam produk jadi sehingga dimasukkan kedalam overhead pabrik.

(2) Tenaga kerja langsung (direct labor)

Tenaga kerja langsung meliputi biaya tenaga kerja yang dapat

ditelusuri dengan mudah kedalam masing-masing unit produk.

Tenaga kerja langsung atau bisa disebut sebagai tenaga kerja

manual (touch labor) karena tenaga kerja langsung secara langsung

menyentuh produk pada saat produksi. Sedangkan biaya yang tidak

dapat ditelusuri ke produk tertentu karena rumit dan memakan

biaya disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), dimana

tenaga kerja tidak langsung ini dimasukkan kedalam biaya

overhead pabrik.

(3) Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead)

Biaya overhead pabrik merupakan elemen ketiga dari biaya

produksi yang meliputi seluruh biaya produksi yang tidak termasuk

dalam bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Misalnya,

Page 32: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

20

gaji petugas kebersihan, penyelia, penanggung jawab material, dan

penjaga malam.

2) Biaya Nonproduksi

Biaya nonproduksi umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu, biaya

penjualan dan biaya administrasi.

(1) Biaya penjualan (selling cost)

Biaya penjualan mencangkup semua biaya yang diperlukan untuk

menangani pesanan pelanggan. Biaya-biaya tersebut terkadang

disebut pemerolehan pesanan (order getting) dan pemenuhan

pesanan (order-filling). Contohnya adalah biaya iklan, biaya

pengiriman, biaya perjalanan dalam rangka penjualan, komisi

penjualan, gaji untuk bagian penjualan, dan biaya gudang

penyimpanan barang jadi.

(2) Biaya administrasi (administrasi cost)

Biaya administrasi meliputi semua biaya yang berhubungan

dengan menajemen organisasi. Biaya nonproduksi sering juga

disebut biaya penjualan, umum, dan administrasi (selling general,

and administrative cost). Contohnya adalah gaji eksekutif,

akuntansi umum, kesekretariatan, humas dan biaya lainnya yang

berkaitan dengan administrasi dan umum organisasi secara

keseluruhan.

2. Biaya dapat Diklasifikasikan menjadi Biaya Produk dan Biaya Periodik

1) Biaya produk (product cost)

Biaya produk mencangkup semua biaya yang terkait dengan

pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Dalam hal memproduksi

barang, biaya tersebut terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, dan overhead pabrik. Biaya produk melekat pada unit

produk pada saat barang dibeli atau diproduksi dan biaya produk

akan tetap melekat sampai barang tersebut siap dijual. Awalnya,

biaya produk berada di neraca di akun persediaan. Pada saat barang

terjual, biaya tersebut dialihkan dari persediaan ke beban (biasanya

Page 33: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

21

disebut sebagai harga pokok penjualan) dan dikaitkan dengan

pendapatan penjualan. Oleh karena biaya produk ditentukan dalam

persediaan, maka biasanya disebut juga biaya yang dapat diakui

sebagai persediaan (inventoriable cost)

2) Biaya periodik (period cost)

Biaya periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya

produk. Semua biaya penjualan dan administrasi adalah biaya

periodik. Biaya periodik tidak masuk kedalam pembelian bahan atau

biaya produksi, melainkan dibebankan di laporan laba rugi pada

periode terjadinya sesuai dengan peraturan akuntansi tentang akrual.

Perlu diingat bahwa periode dimana biaya periodik terjadi tidak

selalu sama waktunya dengan periode saat uang dibayarkan.

3. Klasifikasi Biaya untuk Memprediksi Perilaku Biaya

Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas

perusahaan. Jika aktivitas naik atau turun, maka biaya tertentu akan naik

atau turun juga atau mungkin akan tetap, untuk tujuan perencanaan, manajer

harus dapat mengantisipasi situasi yang akan terjadi dan jika suatu biaya

diharapkan berubah, maka manajer harus dapat mengestimasi seberapa

besar perubahannya. Agar dapat membantu tugas manajer tersebut, biaya

biasanya dikategorikan sebagai biaya variabel, tetap, dan semivariabel.

1) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel bervariasi dalam pembagian langsung berdasarkan

perubahan tingkat aktivitas. Agar dapat menjadi biaya variabel, biaya

harus berubah terhadap sesuatu, yaitu basis aktivitasnya. Basis

aktivitas (activity base) adalah ukuran yang menyebabkan terjadinya

biaya variabel. Suatu basis aktivitas biasanya mengacu pada suatu

pemicu biaya (cost driver). Beberapa basis aktivitas yang umum

adalah jam kerja tenaga kerja langsung, jam kerja mesin, unit yang

diproduksi, dan unit terjual.

Page 34: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

22

2) Biaya Tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa

terpengaruh tingkat aktivitas kecuali dipengaruhi oleh faktor luar.

Oleh karena biaya tetap selalu sama pada berbagai tingkat aktivitas,

maka biaya tetap per unit akan menurun jika aktivitasnya meningkat.

3) Biaya Semivariabel (mixed cost)

Biaya semivariabel terdiri dari dua elemen biaya yaitu, biaya tetap dan

biaya variabel. Sebagai contoh, biaya listrik biasanya adalah biaya

semivariabel. Listrik yang digunakan untuk pencahayaan cenderung

menjadi biaya tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa

memperdulikan tingkat aktivitas, sementara listrik yang digunakan

sebagai tenaga untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi

bergantung pada penggunaan peralatan oleh karena itulah terkadang

listrik menjadi biaya semivariabel.

4. Klasifikasi Biaya untuk Pembebanan Biaya ke Objek Biaya

Biaya dibebankan kepada objek biaya dengan berbagai tujuan termasuk

menentukan harga, mepelajari tingkat profitabilitas, dan pengendalian

pengeluaran. Objek biaya (cost objek) adalah segala sesuatu yang termasuk

dalam data biaya. Untuk tujuan pembebanan biaya ke objek biaya, biaya

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah

ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan. Konsep biaya langsung

lebih luas dari pengertian bahan langsung dan tenaga kerja langsung.

2) Biaya Tidak Langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan

mudah ke objek biaya yang bersangkutan.

5. Klasifikasi Biaya untuk Pengambilan Keputusan

Biaya merupakan faktor penting dari banyak keputusan bisnis. Dalam

membuat keputusan, sangat penting bagi perusahaan memiliki pemahaman

Page 35: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

23

yang kuat memiliki mengenai konsep biaya diferensial (differential cost),

biaya kesempatan (opportunity cost), dan biaya tertanam (sunk cost).

1) Biaya Deferensial (defferential cost)

Biaya deferensial disebut juga biaya incremental (incremental cost),

meskipun secara teknis yang dimaksud dengan biaya inkremental

hanya berkaitan dengan kenaikan biaya yang terjadi karena

perubahan dari satu alternatif ke alternatif lainnya; sedangkan

penurunan biaya disebut biaya dekremental (decremental cost).

Biaya deferensial adalah istilah dengan pengertian yang lebih luas,

termasuk peningkatan biaya (inkremental) maupun penurunan biaya

(dekremental) dari berbagai alternatif.

2) Biaya kesempatan (opportunity cost)

Biaya kesempatan adalah manfaat potensial yang akan hilang bila

salah satu alternatif telah dipilih dari sejumlah alternatif yang

tersedia.

3) Biaya tertanam (sunk cost)

Biaya tertanam adalah biaya yang terjadi dan tidak dapat diubah oleh

keputusan apa pun yang dibuat saat ini atau pun di masa yang akan

datang. Oleh karena itu biaya tertanam tidak dapat dirubah oleh

keputusan apapun, maka biaya tertanam bukanlah biaya diferensial.

Maka dari itu, biaya tertanam dapat diabaikan dalam pembuatan

keputusan.

2.4 Biaya Produksi

2.4.1 Definisi Biaya Produksi

Biaya produksi dapat pula disebut biaya proses produksi, biaya

manufaktur, biaya pembuatan barang maupun biaya pabrikasi. Biaya

produksi memiliki berbagai difinisi dari bebrapa ahli. Menurut Mulyadi

(2005:13), biaya produksi adalah seluruh biaya yang berkaitan dengan

proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi. Sedangakan menurut

Page 36: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

24

Hansen dan Mowen (2009:45), biaya produksi adalah biaya berkaitan

dengan produksi barang yang selanjutnya dapat digolongkan menjadi biaya

bahan baku langsung. Biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa biaya proses produksi merupakan seluruh biaya yang

dikorbankan demi membuat suatu produk mulai dari pembelian bahan baku

hingga bahan baku diolah dan proses menjadi barang jadi yang siap untuk

dijual. Biaya proses produksi hanya mencakup biaya-biaya yang terjadi di

dalam pabrik sehingga tidak mencakup biaya pemasaran maupun biaya

administrasi dan umum.

2.4.2 Unsur-Unsur Biaya Produksi

Terdapat 3 jenis biaya yang dapat dikelompokkan ke dalam biaya proses

produksi seperti yang dijelaskan oleh Horngren, et al. (2008:43), bahwa tiga

istilah umum yang digunkan untuk menggambarkan biaya manufaktur adalah

biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung serta biaya manufaktur tidak

langsung. Berikut adalah ketiga macam biaya manufaktur:

1. Biaya Bahan Langsung/Biaya Bahan Baku/Direct Material Costs

Biaya bahan baku langsung sering dianggap sebagai biaya

terbesar untuk membuat atau memproduksi suatu barang. Menurut

Hansen dan Mowen (2009:45), biaya bahan baku langsung adalah

biaya bahan baku yang dapat dikenankan secara langsung pada

produk dan bahan baku tersebut dapat ditelusuri pada produk yang

dihasilkan. Pengamatan fisik dapat dilakukan untuk mengukur jumlah

Page 37: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

25

yang dikonsumsi tiap unit produk sehingga hal ini lah yang

menjadikan biaya bahan baku dapat dinamakan secara langsung pada

suatu produk. Sedangkan Horngren, et al. (2008:43) menyatakan

biaya bahan langsung adalah biaya perolehan semua bahan yang pada

akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses

dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya

dengan cara yang ekonomis.

Dari pengertian beberapa ahli di atas, biaya bahan baku adalah

seluruh biaya yang dikorbankan untuk memperoleh bahan baku untuk

kemudian bahan baku tersebut diproses menjadi barang jadi. Biaya

untuk memperoleh bahan baku tersebut tidak hanya mencakup harga

beli bahan baku saja namun juga mencakup retur pembelian,

potongan harga, dan biaya transportasi untuk memperoleh bahan baku

tersebut.

2. Biaya Tenaga Kerja Manufaktur Langsung/Direct

Manufacturing Labor Costs

Untuk memproduksi suatu barang tentu memerlukan tenaga

kerja dalam melaksanakan kegiatan produksi. Tenaga kerja tersebut

tentu tidak melakukan aktivitasnya secara Cuma-Cuma atau gratis

sehingga perusahaan harus memberi gaji atau upah kepada tenaga

kerja tersebut dengan jumlah sesuai kebijakan masing-masing

perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2009:45), pengertian

tenaga kerja langsung yaitu:

Page 38: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

26

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri

pada barang atau pelayanan yang dihasilkan dan sama halnya dengan

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung juga dapat

dibebankan secara langsung dikarenakan dapat dilakukannya

pengamatan secara fisik untuk mengukur jumlah kerja yang

digunakan untuk menghasilkan jasa. Karyawan yang mengubah bahan

mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa pelayanan ada

pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.

Menurut Horngren, et al. (2008:43), biaya tenaga kerja

manufaktur langsung mencakup kompensasi tenaga kerja manufaktur

yang dapat ditelusuri ke objek biaya baik barang dalam proses

maupun barang jadi dengan cara yang ekonomis.

Dari beberapa definiso di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang merupakan

kompensasi dari karyawan yang bekerja secara langsung dalam proses

produksi dan penghitungannya dapat berdasarkan jam kerja maupun

berdarsarkan unit produk yang dihasilkan dan tarifnya tergantung dari

kebijakan tiap perusahaan masing-masing.

3. Biaya Manufaktur Tidak Langsung/Indirect Manufacturing Costs

Biaya produksi tidak hanya terdiri dari biaya langsung saja

namun juga biaya tidak langsung. Di dalam pabrik, untuk mendukung

kegiatan proses produksi tidak dapat hanya memanfaatkan bahan

baku dan tenaga kerja saja tanpa mengkonsumsi biaya-biaya lain.

Agar kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan baik, perusahaan

Page 39: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

27

membutuhkan tempat, listrik, dan unsur-unsur lain yang mendukung

proses produksi termasuk tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja

tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung ikut

memproduksi suatu barang namun turut mendukung operasional

perusahaan yang ada di dalam pabrik.

Biaya overhead pabrik menurut Hansen dan Mowen (2009:46)

adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau

tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori disebut

overhead dan pada kategori ini terdiri dari berbagai macam jenis

biaya seperti biaya depresiasi bangunan dan peralatan listrik,

pertamanan halaman pabrik, keamanan pabrik, dan pajak properti.

2.4.3 . Penghitungan Biaya Produksi

Sebelum melakukan penghitungan total biaya produksi secara

keseluruhan, perlu dilakukan penghitungan biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik terlebih dahulu.

Menurut Hansen dan Mowen (2013, p. 57) terdapat tiga elemen

biaya yang dapat dibebankan pada produk yaitu, bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Elemen-elemen biaya tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut ini:

1. Bahan baku langsung

Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri secara

langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya dari bahan-

bahan ini dapat secara langsung dibebankan pada produk karena pengamatan

fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap

produk. Bahan yang menjadi bagian dari produk berwujud atau yang dapat

digunakan dalam menyediakan jasa biasanya diklasifikasikan sebagai bahan

Page 40: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

28

baku langsung. Total bahan baku yang digunakan dapat dihitung sebagai

berikut:

Rumus:

Total BBB = Jumlah (Kuantitas BB) x Harga Satuan BB

Sumber: Hansen dan Mowen (2012)

Keterangan:

BBB = Biaya bahan baku

BB = Bahan baku

2. Tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara

langsung pada barang atau jasa yang diproduksi. Seperti halnya bahan baku

langsung, pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas

karyawan yang terlibat dalam memproduksi suatu produk dan jasa.

Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang

menyediakan jasa pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga

kerja langsung. Total biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung dengan

rumus:

Rumus:

Total BTKL = Jumlah Karyawan x Upah per hari x Lama produksi

Sumber: Hansen dan Mowen (2012)

Keterangan:

BTKL = Biaya tenaga kerja langsung

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013, p. 280) dalam penetapan

standar biaya tenaga kerja standar yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Sistem Upah Per Produk

Besarnya upah tenaga kerja langsung ditentukan dari jumlah produk

yang dihasilkan dikalikan tarif upah perpotong atau perbuah, semakin

Page 41: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

29

besar jumlah produk yang dihasilkan semakin besar pula upah tenaga

kerja langsung.

2) Sistem Upah Jam

Besarnya upah tenaga kerja langsung ditentukan dari jumlah jam kerja

yang terjadi dikalikan upah per jam kerja, semakin besar jam kerja

berarti mengakibatkan semakin besar pula upah tenaga kerja

langsung.

3. Overhead pabrik

Overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung

atau tenaga kerja langsung dikelompokan dalam satu kategori. Pada

perusahaan manufaktur, overhead juga dikenal sebagai beban pabrik

(factory burden) atau overhead manufaktur (Manufacturing overhead).

Contoh yang termasuk dalam biaya overhead adalah:

1) Perlengkapan (Supplies) adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk

produksi yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau yang tidak

digunakan dalam penyediaan jasa.

2) Bahan tidak langsung yang merupakan bagian yang tidak dapat

ditelusuri dalam produk jadi umumnya dimasukkan dalam kategori

overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung.

3) Biaya lembur tenaga kerja langsung biasanya juga dibebankan pada

overhead. Dasar pemikirannya adalah tidak semua produksi tertentu

secara khusus dapat diidentifikasikan sebagai penyebab lembur. Oleh

sebab itu, biaya lembur adalah hal yang umum bagi semua operasi

produksi sehingga merupakan biaya manufaktur tidak langsung.

2.5 Harga Pokok Produksi

Mengetahui harga pokok produksi dalam perusahaan sangat penting, dimana

harga pokok produksi dapat digunakan dalam beberapa pengambilan keputusan

oleh perusahaan. Harga pokok produksi (cost of good manufactured)

mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan

(Hansen dan Mowen, 2009, p. 60). Biaya yang hanya dibebankan pada barang

Page 42: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

30

yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja

langsung, dan overhead. Perincian dari pembebanan biaya ini diuraikan dalam

daftar pendukung yang disebut laporan harga pokok produksi.

Sedangkan Horngren, Datar, dan Foster (2008, p. 45) menyatakan bahwa harga

pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai

baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan. Berdasarkan definisi

harga pokok produksi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa harga pokok

produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk

menghasilkan produk. Dimana biaya tersebut meliputi biaya bahan baku langsung,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Biaya produksi merupakan unsur utama untuk menentukan harga pokok

produksi. Perbedaan antara biaya produksi dengan harga pokok produksi terletak

pada persediaan pada persediaan barang dalam proses. Harga pokok produksi

merupakan hasil penjumlahan persediaan awal barang dalam proses dengan biaya

produksi dikurangi dengan persediaan akhir barang dalam proses. Apabila pada

suatu perusahaan tidak terdapat persediaan barang dalam proses, maka biaya

produksi dan harga produksi jumlahnya adalah sama.

Menurut Mulyadi (2008: 41), berikut manfaat yang diperoleh dari

informasi harga pokok produksi:

1. Menentukan Harga Jual Produksi

Untuk menentukan harga jual produk, perhitungan harga pokok

produksi merupakan dasar untuk memperhitungkan harga pokok penjualan

yang juga menjadi dasar untuk menentukan harga jual selain biaya non

produksi. Untuk memperoleh perhitungan harga pokok produksi yang

Page 43: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

31

tepat, perlu penghitungan biaya produksi per unit yang tepat pula

dikarenakan penghitungan yang terkait satu sama lain.

2. Memantau Realisasi Biaya Produksi

Perusahaan perlu mengetahui biaya produksi yang sesungguhnya

terjadi untuk memproduksi barang yang akan dijual. Hal ini diperlukan

untuk mengetahui biaya produksi yang dikeluarkan telah sesuai, lebih

kecil atau lebih besar dari estimasi yang diperlukan.

3. Menghitung Laba Rugi Periodik

Sebagai upaya untuk mengetahui apakah aktivitas perusahaan

mampu menghasilkan laba atau tidak, perusahaan memerlukan

penghitungan laba yang tepat berdasarkan penghitungan harga pokok

produksi yang tepat.

4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk

Dalam Proses yang Disajikan dalam Neraca

Biaya produksi yang dibebeankan pada barang dalam proses pada

tanggal neraca disajikan pada neraca sebagai harga pokok persediaan

barang dalam proses. Begitu pula dengan biaya produksi pada tanggal

neraca yang dibebenkan pada produk jadi siap jual disajikan pula pada

harga pokok persediaan. Hal ini berguna untuk pertanggungjawaban

menajemen tiap periode yang mengharuskan untuk membuat laporan

keuangan (neraca dan laba rugi).

Page 44: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

32

2.5.1. Pengumpulan dan Sistem Pengukuran Harga Pokok Produksi

Terdapat dua metode pengumpulan harga pokok produksi

umum yang digunakan yaitu Metode Biaya Berdasarkan Pesanan

dan Metode Biaya Berdasarkan Proses.

Menurut Blocher,et al. (2007:147), metode akumulasi biaya

untuk menghitung harga pokok produksi antara lain :

1. Metode Biaya Berdasarkan Pesanan / Job Order Costing

Sistem biaya berdasarkan pesanan menjadikan pesanan atau

satu batch produk atau jasa sebagai objek biaya. Hal ini berarti

tujuan penentuan biaya produk berdasarkan pada pembebanan

semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk ke

pesanan. Sistem ini biasa digunakan oleh perusahaan yang

mempunyai banyak jenis produk yang perusahaan dimana

biaya dapat diidentifikasikan dengan jelas pada produk, batch,

kontrak, atau proyek tertentu.

2. Metode Biaya Berdasakan Proses/ Proses Costing

Sistem proses menjadikan proses produksi atau

departemen menjadi objek biaya. Contohnya, divisi pabrikasi

logam dan divisi perakitan mungkin saja merupakan pusat

biaya. Sistem berdasarkan proses biasa digunakan oleh

perusahaan yang mempunyai produk yang homogen yang

memproduksi satu atau beberapa jenis produk secara masal.

Page 45: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

33

Menurut Blocher, et al. (2007:147), untuk menentukan harga pokok

produksi, selain metode di atas, terdapat pula sistem pengukuran biaya

yang diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Sistem Biaya Sesungguhnya (Actual Costing System)

Actual Costing System / Historical System menggunakan

menghasilkan produk, yang meliputi biaya untuk bahan langsung,

tenaga langsung, dan overhead pabrik. Sistem biaya sesungguhnyan

jarang digunakan karena sistem tersebut dapat menghasilkan biaya per

unit yang berfluktuasi dari periode ke periode bahkan bacth ke catch.

Fluktuasi ini dapat menimbulkan masalah yang serius dalam

penentuan harga jual, keputusan menambah/menghentikan lini

produk,dan evaluasi pada akhir periode,. Sistem biaya sesungguhnya

tidak dapat menyediakan informasi tentang biaya produk per unit yang

akurat secara tepat waktu.

2. Sistem Biaya Normal (Normal Costing)

Sistem biaya normal menggunakan biaya sesungguhnya

untuk bahan langsung dan tenaga kerja langsung, dan biaya normal

untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif yang ditentukan

di muka dibebankan ke pusat biaya berdasarkan tarif biaya

overhead pabrik dan aktivitas pusat biaya. Tarif biaya overhead

diperoleh dengan membagi biaya overhead yang dianggarkan

pertahun dengan volume atau tingkat aktivitas yang dianggarkan.

Sistem biaya normal memberikan taksiran biaya untuk

memproduksi setiap bacth produk secara tepat waktu.

Page 46: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

34

3. Sistem Biaya Standar (Standar Costing)

Sistem biaya standar menggunakan tarif standar (biaya) dan

kuantitas untuk ketiga jenis biaya [roduksi (bahan baku, tenaga kerja

langsung dan overhead pabrik). Biaya standar merupakan target biaya

yang ditetapkan di muka yang seharusnya dicapai oleh perusahaan.

Sistem biaya standar merupakan alat yang baik untuk pengendalian

biaya, evaluasi kinerja, dan perbaikan proses dalam berbagai

lingkungan.

2.6 Metode Job Order Costing

Sistem perhitungan berdasarkan pesanan (Job Order Costing) digunakan

untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk yang cukup berbeda antara

yang satu dengan yang lain selama periode tertentu. Produk khusus atau produk

yang dibuat menurut pesanan termasuk dalam kategori ini, begitu juga pesanan

yang menyediakan jasa yang berbeda kepada pelanggan. Perusahaan yang

umumnya menggunakan sistem berdasarkan pesanan adalah percetakan, kontruksi

pembuat perabot, perbaikan mobil, perusahaan pakaian yang menerima order

desain pakaian, tas, sepatu dan perusahaan jasa seperti rumah sakit, kantor

konsultan hukum, studio film, kantor konsultan hukum, studio film, kantor

akuntan, agen iklan, toko reparasi, (Garisson, et all., 2008: 123 dan Hansen dan

Mowen, 2009 : 290)

Job Order Costing dimulai dengan adanya pesanan dari konsumen yang

menginginkan produk dengan spesifikasi tertentu. Pesanan tersebut kemudian

dicatat pada kartu biaya pesanan yang terdiri dari bahan bakun lansung, tenaga

kerja langung dan biaya merupakan total biaya pesanan. Biaya rata-rata per unit

Page 47: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

35

ditentukan dengan cara membagi biaya pesanan total dengan jumlah unit pesanan

yang dihasilkan (Blocher, et all., 2007 : 157)

Semua biaya yang dicatat dalam kartu biaya dimasukkan dalam rekening

produk dalam proses. Rekening pembantu untuk rekening produk dalam proses

(bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan berbagai overhead pabrik)

terdiri dari kartu-kartu biaya yang di dalamnya memuat biaya produksi selama

atau sebelum periode pemrosesan pesanan. Jumlah kartu biaya sama dengan

jumlah pada sisi debit rekening produk dalam proses. Jumlah ini merupakan biya

produksi total yang dibebankan. Jumlah ini dilaporkan dalam laporan biaya/harga

pokok produksi/harga pokok produksi. (Blocher, et. All., 2007 : 158).

Menurut Blocher, et all (2007 :158-164), sistem biaya pesanan dilakukan

dengan mengikuti alur berikut ini :

a. Biaya Bahan Baku

Job Order Costing menggunakan formulir permintaan bahan untuk

mendokumentasi dan mengendalikan bahan yang digunakan.oleh

supervisor departemen produksi untuk meminta bahan yang diperlukan

untuk produksi ke gudang. Formulir permintaan bahan menunjukkan

departemen, pesenan, dan proyek yang dibebani bahan yang digunakan.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan

dengan menggunakan kartu waktu (time ticket) yang disiapkan setiap

hari untuk setiap pesanan, tarif, gaji, dan biaya total yang dibebankan

pada setiap pesanan. Biaya tenaga kerja langsung didebit ke rekening

Page 48: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

36

produk dalam proses dan dikredit pada utang gaji pada saat biaya

dikeluarkan.

c. Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan atau alokasi overhead merupakan proses

membebankan proses membebankan biaya overhead untuk pesanan

yang sesuai. Alokasi diperlukan karena biaya overhead tidak dapat

ditelusuri ke pesenan individual. Ada tiga pendekatan dalam

membebankan biaya overhead pabrik ke berbagai pesanan actual costing,

normal costing, dan standar costing.

d. Tarif Overhead

Menurut Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99) overhead pabrik

harus dimasukkan bersama-sama dengan biaya bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung kedalam kartu biaya kerena overhead pabrik juga

termasuk biaya produk. Meskipun demikian, pembebanan overhead pabrik

untuk setiap unit dapat menjadi tugas yang sulit. Ada tiga alasan untuk hal

tersebut, yaitu:

1) Overhead pabrik adalah biaya tidak langsung. Hal ini berati tidak

mungkin atau sangat sulit untuk menelusuri biaya ini ke produk atau

pekerjaan tertentu.

2) Overhead pabrik terdiri atas berbagai jenis biaya mulai dari pelumas

mesin hingga gaji tahunan manajer pabrik.

3) Meskipun jumlah output produksi sangat fluktuatif, tetapi biaya

overhead pabrik relatif tetap karena adanya biaya tetap.

Konsekuensinya, biaya rata-rata per unit akan bervariasi dari satu

periode ke periode berikutnya.

Dengan adanya masalah-masalah tersebut, cara untuk membebankan

overhead ke produk adalah dengan proses alokasi. Alokasi biaya overhead

dapat dilakukan dengan memilih basis alokasi yang umumnya digunakan

Page 49: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

37

untuk perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Basis alokasi

(allocation base) adalah suatu ukuran seperti jam kerja langsung (direct

labor- hours-DLH) atau jam mesin (mechine hours-MH) yang digunakan

untuk membebankan biaya overhead ke produk atau jasa.

Basis alokasi yang umumnya digunakan dalam perusahaan manufaktur

adalah jam kerja langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Selain itu, jam

mesin ataupun unit produk ( untuk perusahaan yang hanya memproduksi

satu jenis produk) biasanya juga dapat digunakan untuk mengalokasikan

biaya overhead. Overhead pabrik bisa dibebankan ke produk dengan

menggunakan tarif overhead ditentukan dimuka (predetermined overhead

rate) dengan cara sebagai berikut:

Rumus:

Tarif overhead ditentukan dimuka =

Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99)

Tarif overhead ditentukan dimuka sebelum periode berlangsung (awal

periode) dengan menggunakan empat tahapan proses. Tahapan pertama

adalah mengestimasi jumlah basis alokasi (penyebutnya) yang akan

dibutuhkan diperiode mendatang menurut jumlah estimasi produksi. Tahap

kedua adalah mengestimasi biaya tetap overhead pabrik untuk tahun

mendatang dan biaya variabel overhead pabrik per unit dari basis alokasi.

Tahap ketiga adalah menggunakan rumus biaya yang ditunjukkan di bawah

ini guna mengestimasi total overhead pabrik (pembilang) untuk periode

mendatang.

Rumus:

Page 50: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

38

Y = a + bX

Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99)

Keterangan:

Y = estimasi total biaya overhead pabrik

a = estimasi total biaya tetap overhead pabrik

b = estimasi biaya variabel overhead pabrik per unit dari basis alokasi

X = estimasi jumlah basis alokasi

Tarif overhead ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk

membebankan biaya overhead kesebuah pesanan selama periode tersebut.

Proses menentukan biaya overhead kedalam pesanan disebut pembebanan

overhead (overhead application). Rumus untuk menentukan jumlah biaya

overhead yang dibebankan ke suatu pesanan adalah:

Rumus:

Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99)

Ketika basis alokasi jam kerja langsung maka rumusnya menjadi:

Rumus:

Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 100)

Basis alokasi biaya yang digunakan bertindak sebagai pemicu biaya

(cost drive) dari biaya overhead. Pemicu biaya (cost drive) adalah suatu

faktor, seperti jam mesin, waktu penggunaan komputer, ataupun jam

penerbangan yang mengakibatkan munculnya biaya overhead. Jika basis

yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung tarif overhead bukanlah

pemicu biaya, maka akan berakibat pada tidak akuratnya tarif overhead dan

biaya produk akan terdistorsi.

overhead yang dibebankan Tarif overhead jumlah basis alokasi yang

Ke suatu pesanan = ditentukan dimuka × terjadi untuk suatu pesanan

overhead yang dibebankan Tarif overhead jam kerja langsung aktual

Ke suatu pesanan = ditentukan dimuka × yang dibebankan ke pesanan

Page 51: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

39

Sedangkan Mulyadi (2010, p. 197) menjelaskan dalam perusahaan yang

menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik

dibebankan kepada pesanan atau produk atas dasar tarif yang ditentukan

dimuka. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga

tahap, yaitu:

1) Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus dipastikan

tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar

penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang

dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead

pabrik yaitu, kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas

sesungguhnya yang diharapkan.

2) Memilih Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk

Pemilihan dasar pembebanan dilakukan dengan melihat aktivitas yang

menjadi pemicu terjadinya biaya overhead pabrik terbesar. Aktivitas

yang dipilih sebagai dasar pembebanan dihitung berdasarkan

estimasi. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk

membebankan biaya overhead. Dasar pembebanan biaya overhead

tersebut antara lain, satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja, jam tenaga kerja langsung, dan jam kerja mesin. Rumus dari

dasar pembebanan biaya overhead adalah sebagai berikut:

(1) Satuan Produk

(2) Biaya Bahan Baku

(3) Biaya Tenaga Kerja

(4) Jam Tenaga Kerja Langsung

Page 52: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

40

(5) Jam Kerja Mesin

3) Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik

Pemilihan dasar pembebanan dilakukan dengan melihat aktivitas

yang menjadi pemicu terjadinya biaya overhead pabrik. Dalam

perhitungannya tarif biaya overhead pabrik dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Rumus:

Tarif Biaya Overhead Pabrik =

Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Job Order

Costing tersebut dilaporkan dalam skedul pokok harga pokok produksi dan

harga pokok penjualan. Pelaporan harga pokok tersebut ditampilkan pada

gambar 2.1. Selanjutnya skedul harga pokok tersebut masuk ke dalam

bagian laporan laba rugi seperti ditampilan pada gambar 2.2.

Gambar 2.1 Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan

Page 53: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

41

Gambar 2.2 Laporan Laba Bersih

2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Terdapat dua metode atau dua bentuk perlakuan terhadap biaya overhead

pabrik tetap untuk menghitung biaya produksi dan harga pokok produksi yaitu

metode full costing dan metode variable costimg yang keduamya merupakan

sistem penghitungan tradisional. Metode Full Costing dan Variable Costing

adalah termasuk metode penentuan harga pokok produksi secara konvensional.

Namun, keduanya memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda. Metode

penentuan kos produk adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam kos

produksi.

2.7.1 Full Costing

Sugiri dan Sulastiningsih (2004:46) berpendapat bahwa full costing

atau absorption costing produk meliputi seluruh komponen biaya untuk

membuat produk dimana cost produk meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung , dan biaya overhead baik variabel maupun tetap. Gambar 2.4

melukiskan unsur harga pokok produksi dengan metode full costing.

Page 54: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

42

Gambar 2.3 Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing

Sumber : Mulyadi (2005:21)

Metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut

:

Persediaan Awal xxx

Biaya bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhaed Pabrik variable xxx

Biaya Overhaed Pabrik Tetap xxx

Total Biaya Produksi xxx

Persediaan Akhir (xxx)

Harga Pokok Produksi xxx

Page 55: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

43

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing

terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

overhaed pabrik variabel, dan biaya overhaed pabrik tetap) ditambah dengan biaya

non produksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

Mulyadi (2005:21) menyatakan bahwa dalam pendekatan full costing,

berbagai pengorbanan sumber ekonomi ini disajikan dalam laporan laba-rugi yang

dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi, yang dikelompokkan dengan judul ”biaya produksi”.

2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi,

yang dikelompokkan dengan judul”biaya pemasaran”

3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan

pemasaran produk, yang kemudian dikelompokkan dengan judul” biaya

administrasi dan umum”.

2.7.2 Variable Costing

Menurut Mulyadi (2005:18) variable costing adalah metode penentuan

biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku

variabel ke dalam cost produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel.

Menurut Garrison dan Noreen (2000:256) variable costing hanya

menggunakan biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang

diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan

langsung, tenaga kerja langsung dan overhead variabel. Biaya overhead pabrik

Page 56: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

44

tetap tidak diperlakukan sebagai unsur harga pokok tetapi sebagai biaya

periodik seperti beban administrasi dan penjualan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable costing merupakan

metode penetuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya

produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksinya.

Gambar 2.5 melukiskan unsur harga pokok produksi dengan metode variable

costing.

Gambar 2.4 Harga Pokok Produksi dengan Metode

Variable Costing

Sumber : Mulyadi (2005:21)

Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai

berikut :

Persediaan Awal xxx

Biaya bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhaed Pabrik variable xxx

Total Biaya Produksi xxx

xxx

Persediaan Akhir (xxx)

Page 57: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

45

Harga Pokok Produksi xxx

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing

terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel ( biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non

produksi variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum

variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,

biaya administrasi dan umum tetap.

Sugiri (2004:57) memaparkan beberapa manfaat dan keterbatasan dari

metode variable costing. Manfaat metode variable costing adalah sebagai berikut:

a. Laporan laba/rugi dengan format contribution margin mendekati

pemikiran manajemen bahwa prestasi laba adalah fungsi penjualan, bukan

fungsi kombinasi antara produksi dan penjualan.

b. Pengaruh biaya tetap terhadap laba mendapat perhatian lebih karena biaya

tetap seluruhnya diperlukan sebagai biaya periode dan dilaporkan pada

satu tempat tertentu di laporan laba/rugi, tidak tersebar di seluruh bagian

laporan tersebut.

Keterbatasan penentuan kos variabel adalah:

a. Pemisahan pola perilaku kos menjadi kos variabel dan tetap sebenarnya

sulit sehingga jarang digunakan

b. Variable costing tidak dapat digunakan untuk pelaporan ekstern atau untuk

pelaporan pajak.

Page 58: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

46

2.7.3 Perbandingan Metode Full Costing Dan Variable Costing

Metode full costing dan metode variable costing merupakan metode

perhitungan biaya karena berkaitan dengan cara menentukan biaya produk.

Perbedaan yang pokok antara keduanya sebetulnya terletak pada perlakuan

biaya tetap produksi. Perbedaan antara full costing dan variable costing dapat

dilihat dalam table di bawah ini

Tabel 2.3

Perbandingan Variable Costing Dengan Full Costing

Variable Costing Full Costing

Variable Costing hanya memasukkan

unsur biaya variabel dalam

perhitungannya dan biaya tetap

diperlakkukan sebagai beban

periodik.

Metode Full Costing memasukkan

semua unsur biaya produksi baik tetap

maupun variabel dalam

perhitungannya, sehingga

memudahkan dalam proses

penghitungannya.

Pendekatan full costing menghasilkan

laporanlaba rugi dimana biaya-biaya

diorganisir dan disajikan berdasarkan

fungsi-fungsi produksi, administrasi

dan penjualan. Laporan laba rugi ang

dihasilkan dari pendekatan ini banyak

digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pihak luar perusahaan.

Oleh karena itu, sistematikanya harus

Pendekatan variabel costing

menghasilkan laporan laba rugi yang

mengelompokkan biaya, dimana

biaya-biaya dipisah berdasarkan

fungsi-fungsi produksi, administrasi

dan penjualan. Laporan laba rugi

dihasilan dari metode ini hanya

digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pihak internal perusahaan.

Page 59: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

47

disesuaikan dengan prinsip yang

berlaku umum. Dengan demikian

para pemakainya dapat membuat

berbagai analisis sesuai kebutuhannya

berdasarkan informasi standar.

2.8 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka berpikir membantu menggambarkan fenomena yang terjadi

berkaitan penelitian yang akan dilakukan serta menggambarkan tentang metode

yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan fenomena yang telah disertakan

dalam latarbelakang, diketahui bahwa permasalahan utama UKM terletak pada

bagian keuangan salah satunya terkait penentuan harga pokok produksi yang

belum tepat. Biaya pokok produksi menjadi salah satu biaya utama pada

perusahaan manufaktur, sehingga ketika suatu perusahaan mampu melakukan

efisiensi biaya produksi maka secara otomatis akan mampu meminimalkan biaya

secara keseluruhan. Apabila perusahaan mampu meminimalkan biaya secara

keseluruhan, maka bukan tidak mungkin perusahaan mampu meraih keunggulan

kompetitif karena dapat menjual barang dengan harga yang lebih rendah dari

pesaing apabila kualitas dapat tetap terjaga. Biaya produksi pada perusahaan

manufaktur terdiri dari 3 elemen biaya yaitu bahan baku langsung, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Horngren, et al., 2008: 43). Biaya

bahan baku langsung mencakup nilai persediaan bahan baku awal ditambah nilai

perolehan bahan baku dikurangi nilai persediaan bahan baku akhir. Biaya bahan

baku langsung merupakan biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya

Page 60: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

48

akan menjadi bagian dari objek biaya ( barang dalam proses dan kemudian

barang jadi ) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang

ekonomis (Horngren, et al., 2008: 43). Biaya tenaga kerja langsung mencakup

kompensasi atas tenaga kerja langsung seperti upah. Untuk menentukan upah

tenaga kerja langsung dapat berdasarkan jam kerja (Direct Labor Hour) dan

dapat berdasarkan satuan unit. Biaya overhead pabrik mencakup seluruh operasi

pabrik yang tidak termasuk pada biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga

langsung seperti depresiasi biaya bahan penolong, bangunan pabrik, biaya listrik,

biaya administrasi pabrik produksi selanjutnya dijadikan dasar untuk menghitung

harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat

berakibat pada kurang tepatnya pangambilan keputusan yang seharusnya

dilakukan dengan mempertimbangkan harga pokok produksinya serta

menjadikan perusahaan tidak mendapatkan informasi yang benar terkait harga

pokok produksinya. Fenomena ini didukung oleh teori dari Blocher, et, al.

(2007), Horngern, et al., (2008), Hansen dan Mowen (2009), dan Mulyadi

(2005). serta penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Indah (2012), Rully

(2013), Rica Marthasari (2013), dan Ollin Thia (2014).

Page 61: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

49

Gambar 2.5

Kerangka Pemikiran

UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi

Dalam menghitung harga pokok produksi masih

banyak biaya - biaya yang seharusnya dibebankan

tidak dimasukan dalam penentuan harga pokok

produksi.

Metode Penghitungan Harga Pokok Produksi

Landasan Teori

1. Garrison, et,al. (2014)

2. Hansen dan Mowen

(2009)

3. Horngren, et al., (2008)

4. Mulyadi (2005)

Penelitian Terdahulu

1. Indah (2012)

2. Rully (2013)

3. Rica Marthasari (2013)

4. Ollin Thia (2014)

Metode Penghitungan Harga

Pokok Produksi yang digunakan

UKM Sepatu CV. Surya Citra

Abadi Mojokerto

Metode Job Order Costing

Hasil Penelitian

KESIMPULAN

Page 62: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

50

Gambar 2.5

Kerangka Pikir Penelitian

Pada gambar 2.5. dapat dilihat alur kerangka pikir dalam penelitian ini yang

dimulai diulasnya fenomena-fenomena yang terkait dengan objek penelitian yang

menjadi dasar latar belakang dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam Bab I.

Selanjutnya dikaitkan dengan penelitian terdahulu dan landasar teori yang menjadi

landasan dan referensi dalam penelitian yang dijabarkan dalam bab II. Dan

metode yang digunakan untuk melakukan penelitian yang dijabarkan dalam bab

III, serta hasil dan pembahasan pengimplementasian metode yang dijabarkan

dalam bab IV, dan kesimpulan dari penelitian dan saran yang ditujukan kepada

perusahaan yang dijabarkan dalam bab V.

Page 63: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan

pendekatan studi kasus. Data kuantitatif, yaitu berupa laporan mengenai biaya-biaya yang

digunakan untuk penetapan harga pokok perusahaan. Penelitian deskriptif menurut Sekaran

Uma (2006:158) adalah dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk

menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam suatu situasi. Penelitian ini

memberikan gambaran tentang realita pada objek yang diteliti secara obyektif dengan

mengumpulkan informasi mengenai data biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

produksi pada UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto, sehingga dari informasi biaya-biaya

tersebut dapat dilakukan perhitungan mengenai Harga Pokok Produksi (HPP) dengan

metode Job Order Costing atau secara pesanan.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diambil adalah UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto yaitu

salah satu usaha kecil menengah di Kota Mojokerto yang bergerak di bidang konveksi

pengerajin sepatu. UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto beralamatkan di Jl. Surodinawan

No. 2, Kota Mojokerto, Jawa Timur. Lingkup penelitian terbatas pada harga pokok produksi

sepatu yang terjadi selama bulan Mei 2016.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Menurut Sugiyono (1999:13), ada dua jenis data dalam penelitian yaitu:

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya untuk

data yang dapat diukur dengan ukuran yang telah dinyatakan dalam bentuk standar.

Page 64: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

52

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang bukan merupakan angka-angka atau data yang hanya

merupakan keterangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa

laporan mengenai biaya-biaya yang digunakan untuk penetapan harga pokok produksi

perusahaan. Dan data deskriptif, yaitu gambaran tentang realita pada objek yang diteliti

secara obyektif dengan mengumpulkan informasi mengenai data biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan produksi pada UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto,

sehingga dari informasi biaya-biaya tersebut dapat dilakukan perhitungan mengenai Harga

Pokok Produksi (HPP) dengan metode Job Order Costing atau secara pesanan.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data menurut Indriantoro dan Supomo (2009:147) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi

utama dari kejadian yang lalu. (Moh Nazir, 2005: 50) data primer merupakan data

yang langsung di ambil di tempat penelitian, seperti hasil wawancara atau pengisian

kuisioner yang dilakukan peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal bukan langsung dari pihak yang

bersangkutan (objek yang diteliti), melainkan berasal dari pihak – pihak lain seperti

literature, artikel –artikel dalam majalah, jurnal –jurnal penelitian yang berkaitan,

dan sumber media massa lainnya dan hasil penelitian terdahulu

Page 65: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

53

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer berupa sumber data terkait profil perusahaan dan

proses produksi pesanan secara langsung dari CV. Surya Citra Abadi. Sedangkan

sumber data sekunder berupa data terkait biaya-biaya produksi yang telah disajikan

oleh pemilik CV. Surya Citra Abadi Mojokerto.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Studi lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan secara langsung ke lokasi obyek penelitian

(perusahaan) untuk mendapatkan data primer berupa fakta–fakta yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Dalam melakukan studi lapangan, penulis menggunakan teknik

perolehan data sebagai berikut:

1. Observasi, yakni dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti.

Dalam pelaksanaan observasi ini, peneliti hadir di lokasi penelitian dan berusaha

memperhatikan serta mencatat setiap permasalahan yang ada di UKM CV. Surya

Citra Abadi Mojokerto dalam hubungannya dengan fenomena yang diteliti yaitu

penghitungan harga pokok produksi dengan metode Job Order Costing atau

secara pesanan. Ada tiga tahap observasi yang dilakukan dalam penelitian, yaitu

observasi deskriptif (untuk mengetahui gambaran umun), observasi terfokus

(untuk menemukan kategori-kategori), dan observasi selektif (mencari perbedaan

di antara kategori-kategori). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi

tahap pertama, yaitu dimulai dari observasi deskriptif secara luas dengan

menggambarkan secara umum situasi pada UKM tersebut. Tahap selanjutnya

dilakukan dengan observasi terfokus untuk melihat hal-hal yang terkait dengan

fokus penelitian, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan, dan

Page 66: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

54

penghitungan harga pokok produksi dengan metode Job Order Costing atau

secara pesanan. Tahap terakhir setelah melakukan analisis dan observasi

berulang-ulang, lalu dilakukan lagi dengan observasi lebih selektif dengan

mencari perbedaan di antara unsur-unsur, seperti perencanaan, pelaksanaan,

pemeriksaan, dan penghitungan harga pokok produksi dengan metode Job Order

Costing atau secara pesanan. Semua hasil observasi/pengamatan dicatat dan

direkam sebagai pengamatan lapangan.

2. Wawancara atau interview, yaitu dengan berdialog atau berkomunikasi langsung

dengan pihak yang berhubungan dengan data penelitian yang diperlukan. Sumber

data yang penting dalam penelitian kuantitatif adalah berupa data dalam bentuk

angka, biasanya untuk data yang dapat diukur dengan ukuran yang telah

dinyatakan dalam bentuk standar yaitu laporan mengenai biaya-biaya yang

digunakan untuk penetapan harga pokok produksi perusahaan. Hasil wawancara

akan digunakan untuk sumber penunjang dalam proses penganalisaan data secara

deskriptif. Hal ini untuk mengetahui pandangan, pendapat, keterangan atau

pernyataan-pernyataan yang dilihat dan dialami oleh responden dan informan.

Wawancara dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun tidak secara

langsung (telepon). Kemudian jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam

dengan alat perekam. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

wawancara tidak terstruktur, sesuai dengan urutan wawancara, dan tidak memakai

sistem angket atau kuesioner. Penelitian ini menggunakan dua tipe wawancara, yaitu

wawancara yang bertipe open-ended dan wawancara terfokus. Wawancara open

ended dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada informan kunci tentang

suatu peristiwa tertentu dan opini atau pendapat mereka tentang hal tertentu, seperti

pendapat pemilik UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto.

Page 67: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

55

3. Dokumentasi, yaitu meneliti dan mempelajari dokumen–dokumen yang terdapat

di perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian

ini dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang penghitungan harga

pokok produksi dengan menggunakan metode Job order costing pada UKM CV.

Surya Citra Abadi Mojokerto. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data

sebelumnya yang didapat dari wawancara dan observasi dilapangan. Dokumen

disini bisa berupa foto, dokumen perusahaan, hasil wawancara.

3.5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini nantinya akan ditampilkan dalam bentuk

gambar, tabel, dan lampiran sehingga mempermudah pemahaman, perhitungan dan

deskripsi pembahasan yang akan dilakukan. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan

analisis data berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraiakan. Menurut Sugiyono

(2009, p.244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi secara sistematis sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Data

tersebut dikelompokan menjadi analisis data kuantitatif yaitu menghitung harga pokok

produksi UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto.

Penelitian ini menggunkan metode analisis data yaitu :

1. Analisis deskriptif kualitatif yaitu untuk membahas dan mendukung hasil

perhitungan secara kuantitatif yang berupa keterangan-keterangan yang tidak

berbentuk angka..

2. Analisis depkritif kuantitatif yaitu dengan merekomendasikan perhitungan dan

penyusunan harga pokok produksi yang berupa angka-angka. Metode deskriptif

kuantitatif yang diperlukan dalan penulisan ini yaitu Metode Job Order Costing.

Job Order Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan harga pokok sesuai dengan pesanan pelanggan. Harga pokok produksi per

Page 68: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

56

unit dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan tertentu dengan jumlah satuan

pesanan yang dihasilkan pada pesanan yang bersangkutan.

Untuk mengetahui kelemahan perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan

menggunakan metode komparatif yaitu metode analisis data dengan cara membandingkan

suatu masalah yang di perbandingkan adalah praktek-praktek yang dijalankan dari kepastian

untuk merekomendasikan pada perusahaan.

Tahapan dalam kegiatan penelitian ini yaitu :

1. Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan biaya produksi.

2. Mengindentifikasi komponen biaya produksi dengan mengindentifikasi yang di pakai

UKM serta peneliti menentukan metode harga pokok produksi yang sebaiknya

digunakan.

3. Melakukan perhitungan harga pokok produksi metode job order costing dan

menganalisis perhitungan harga pokok produksi UKM.

Perhitungan Harga Pokok Produksi berdasarkan job order costing :

Biaya bahan baku untuk pesanan sepatu xxx

Biaya TKL pabrik untuk pesanan sepatu xxx

Biaya overhead pabrik pesanan sepatu xxx

Biaya Proses Produksi untuk sepatu xxx

4. Melakukan perbandingan dari kedua metode tersebut.

5. Memberikan kesimpulan dan saran kepada UKM untuk kemajuan UKM tersebut.

Page 69: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi mulai berdiri pada tanggal 27

februari 1987 oleh Bapak Abdul Kholik selaku pemilik usaha pengerajin sepatu

sebelumnya perusahaan ini berbentuk Badan Usaha UD dengan nama UD

Alimda, yang berdomisili di Jl. Surodinawan No 2 Mojokerto pada Januari 1985.

Dengan pertimbangan bahwa bentuk Badan Perseroan Komanditer lebih tepat

sesuai dengan kemajuan dan perkembangan perusahaan maka pada tanggal 27

Februari 1987 dengan tanda daftar perusahaan TDP.CV.SCA. No.130335200274

dengan nomor wajib pajak /NPWP.SCA.02.297.0891.602.000 secara resmi

UD.Alimda diubah namanya menjadi CV Surya Citra Abadi. dan telah

memperoleh pengesahan dari Departemen Kehakiman. Selain itu CV Surya

Citra Abadi juga telah memiliki kelengkapan perijinan lainnya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku) mesin baru dan 10 (sepuluh) unit

berkapasitas produksi besar dan sanggup untuk menghasilkan produk sepatu

untuk kualitas ekspor. Selanjutnya pada tahun 1991 telah diadakan perluasan

usaha dengan menambah areal tanah seluas : 4.650m dan bangunan baru seluas :

2.854m2 yang dipergunakan untuk menempatkan mesin-mesin lama maupun

yang baru sebanyak 8(delapan ntuk menghasilkan produk sepatu untuk kualitas

ekspor. Tahap produksi yang dilakukan UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi

terdiri dari 4 tahap bagian besar yaitu Tahap pembuatan pola, tahap pemotongan

dan menjahit, tahap perakitan sepatu, terakhir tahap finishing.

Page 70: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

58

Karyawan yang dimiliki UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi saat ini

berjumlah 16 orang termasuk pemimpin perusahaan dan semua karyawan

merupakan warga sekitar perusahaan sehingga dengan adanya usaha pembuatan

pupuk ini membantu mengurangi pengangguran. Produk yang dihasilkan oleh

UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi adalah Sepatu, sandal dan tas dengan

fungsi tiap produk yang berbeda. Pendistribusian produk yang di produksi

UKMCV. Surya Citra Abadi sudah sangat luas diantaranya di Jawa Timur,

Jawa Tengah,dan Jawa Barat bahkan sampai ekspor ke luar negeri.

Untuk membiayai Modal Usaha selain mempergunakan modal sendiri

juga memperoleh pinjaman dari BRI (Bank Rakyat Indonesia) Surabaya. Modal

usaha lainnya juga diperoleh dengan menjadi anggota UKM di Perusahaan

milik negara, dari situ banyak yang didapat oleh perusahaan antara lain,

anggota UKM diberi kesempatan untuk mengikuti seminar guna pengembangan

usaha hingga dapat menembus pasar global, dan juga anggota di beri

kesempatan untuk mengikuti acara pameran dan studi banding di perusahaan

yang dapat memberi masukan bagi anggota UKM untuk melakukan

pengembangan usahanya. Meski modal memadai saluran distribusi penjualan

luas dan kualitas produk ekspor dengan harga yang cukup bersaing walaupun

belum mengetahui secara pasti biaya produksinya.

Dalam penentuan Harga Pokok Produksi atas barang dan jasa yang

dihasilkan, perusahaan menggunakan metode Harga Pokok Pesanan.

Penghitungan biaya produksinya meliputi penghitungan biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dapat diketahui

harga pokok produk untuk tiap unit roduk yang dipesan. Untuk menunjukkan

Page 71: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

59

penghitungan biaya produksi untuktiap pesanan pada CV. Surya Citra Abadi,

penulis mengambil contoh penghitungan harga pokok produksi untuk pesanan

Sepatu Casual dan Sepatu Pantofel.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

UKM Sepatu CV. Surya citra abadi memiliki struktur organisasi yang

sederhana, berikut ini merupakan gambar dari struktur organisasi UKM Sepatu

CV. Surya citra.

Sumber :UKM Sepatu CV. Surya citra abadi

UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi memiliki 1 karyawan bagian

keuangan, 14 karyawan bagian produksi dan 1 karyawan bagian pemasaran

sehingga total karyawan yang dimiliki oleh UKM Sepatu CV. Surya Citra

Abadi sejumlah 16 karyawan dengan tugas setiap bagian yang berbeda.

1. Bagian Keuangan

Bagian ini bertugas menghitung setiap pengeluaran yang dikeluarkan

dalam proses produksi maupun dalam membayar karyawan serta

melaporkan laba yang didapat kepada pemilikUKM.

2. Bagian Produksi

Bagian ini bertugas dalam proses pembuatan sepatu 14 karyawan

memproduksi sepatu casual dan sepatu pantofel.

Bagian

Produksi

Bagian

Keuangan

Bagian

Pemasaran

Pemilik

UMKM

Page 72: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

60

3. Bagian Pemasaran

Bagian ini bertugas dalam melakukan promosi di berbagai media baik

media cetak maupun elektronik dan mencari pangsa pasar baru bagi

produk UKM.

4.1.3 Produk Yang Dihasilkan

Usaha Kecil dan Menengah Sepatu CV Surya Citra Abadi Mojokerto

menghasilkan satu macam produk dengan model yang berbeda yaitu

berupa sepatu model casual dan sepatu model pantofel dengan merek

NEW EXTEN. Berikut ini merupakan model sepatu yang dihasilkan

oleh UKM CV Surya Citra Abadi:

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan

Penghitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh UKM Sepatu CV.

Surya Citra Abadi di Mojokerto meliputi unsur biaya bahan baku, tenaga kerja

langsung dan overhead pabrik. Penghitungan biaya tersebut digunakan untuk

memproduksi sepatu selama bulan Mei 2016 dengan jumlah 1000 Pasang dengan

memenuhi pesanan dari mas Wawan dan Mas Wawan. Dari penghitungan biaya

Page 73: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

61

produksi tersebut dapat diketahui harga pokok per pasang sepatu yang dipesan.

Berikut penghitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik menurut UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi di Mojokerto

untuk memproduksi 1000 pasang pesanan sepatu casual dan pantofel.

4.2.1.1.Biaya Bahan Baku

Penghitungan biaya bahan baku ini dihitung dengan mengalikan jumlah

bahan baku yang digunakan dengan harga bahan baku. Berikut penghitungan

biaya bahan baku selama bulan Mei 2016 untuk memenuhi pesanan 1000 pasang

sepatu casual dari mas Wawan dan pesanan 1000 pasang sepatu pantofel dari Mas

Wawan :

Tabel 4.1

Biaya Bahan Baku

Untuk Memproduksi 1000 Pasang Pesanan Sepatu Casual

Pada Bulan Mei 2016

NO Deskripsi Harga/Unit

Unit Total

(Rp) (Rp)

1 Kain Jean 70.000/Meter 150 Meter 10.500.000

2 Bahan Sintetis 50.000/Meter 50 Meter 2.500.000

3 Benang 20.000/Biji 25 Biji 500.000

4 Kain Busa (Lapis Dalam) 25.000/Meter 100 Meter 2.500.000

5 Elastis (Tali) 25.000/Meter 100 Meter 2.500.000

6 Spon Mesh (Lemek) 20.000/Lembar 50 Lembar 1.000.000

7 Kain Kera (Kerasan) 10.000/Meter 100 Meter 1.000.000

Page 74: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

62

8 Sablon 500/Pasang 1.000 Pasang 500.000

9 Soll TPR 15.000/Pasang 1.000 Pasang 15.000.000

10 LEM 67.000/Kg 60 Kg 4.000.000

Total Biaya Bahan Baku 40.000.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang

Total Biaya Bahan Baku Per Pasang 40.000

Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa biaya bahan baku yang digunakan

oleh UKM seaptu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dalam memproduksi 1000

pasang pesanan sepatu casual selama bulan Mei 2016 sebesar Rp 40.000.000.

Berdasarkan data tersebut dapat diansumsikan bahwa per pasang pesanan sepatu

casual yang dihasilkan dapat menyerap biaya bahan baku langsung sebesar Rp

40.000. Biaya tersebut dipergunakan untuk melakukan pembelian bahan baku

untuk produksi.

Sementara itu, jumlah bahan baku yang dipergunakan untuk mengerjakan

pesanan sepatu pantofel.

Tabel 4.2

Biaya Bahan Baku

Untuk Memproduksi 1000 Pasang Pesanan Sepatu Pantofel

Pada Bulan Mei 2016

NO Deskripsi Harga/Unit

Unit Total

(Rp) (Rp)

1 Kain Kulit 100.000/meter 150 meter 15.000.000

2 Assesoris 2.500/Pasang 1000 Pasang 2.500.000

3 Tali 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

4 Kain Busa 30.000/Meter 100 Meter 3.000.000

5 Spon 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

6 Spray Upper 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

Page 75: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

63

7 Spon Mesh (Lemek) 30.000/Lembar 50 Lembar 1.500.000

8 Kain Kera (kerasan) 20.000/Meter 100 Meter 2.000.000

9 Sablon 1000/Pasang 1.000 Pasang 1.000.000

10 Soll TPR 15.000/Pasang 1.000 Pasang 15.000.000

11 Besi Penguat Soll 1.500/Pasang 1.000 Pasang 1.500.000

12 LEM 67.000/Kg 60 Kg 4.020.000

Total Biaya Bahan Baku 47.020.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang

Total Biaya Bahan Baku Per Pasang 47.020 Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4.2 memberikan informasi bahwa biaya bahan baku yang digunakan

oleh UKM seaptu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dalam memproduksi 1000

pasang pesanan sepatu casual selama bulan Mei 2016 sebesar Rp 47.020.000.

Berdasarkan data tersebut dapat diansumsikan bahwa per pasang pesanan sepatu

casual yang dihasilkan dapat menyerap biaya bahan baku langsung sebesar Rp

47.020. Biaya tersebut dipergunakan untuk melakukan pembelian bahan baku

untuk produksi.

4.2.1.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam proses produksi sepatu casual

dan sepatu pantofel ini tergantung pada banyaknya pesanan yang didapatkan

setiap bulannya. Untuk memproduksi 1000 pasang pesanan sepatu membutuhkan

tenaga kerja dengan jumlah 14 orang. Tenaga kerja tersebut dibagi dalam 5 bagian

yaitu, bagian Desain, Cutting, sawing atau panjahitan, asembling atau penempelan

dan terakhir finishing. Biaya tenaga kerja langsung dihitung dengan mengalikan

jumlah produksi dengan upah per pasang sepatu casual dan sepatu pantofel,

karena sistem pemberian upah tenaga kerja CV Surya Citra Abadi Mojokerto

menggunakan sistem upah per produk. Berikut penghitungan biaya tenaga kerja

langsung selama bulan Mei 2016 untuk memproduksi 1000 pasang sepatu :

Page 76: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

64

Tabel 4.3

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sepatu Casual (1000 pasang)

Bagian Jumlah Produksi Tarif Upah Total

Per unit BTKL (Rp)

Desain 1000 200 200.000

Cutting 1000 500 500.000

Sawing 1000 1000 1.000.000

Penjahitan

Asembling 1000 750 750.000

Penempelan

Finishing 1000 900 900.000

Total 3350 3.350.000

Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung

yang diperlukan untuk memproduksi pesanan sepatu casual sejumlah 1000

pasang adalah Rp.3.350.000 ,00 yang artinya setiap pasang pesanan sepatu

casual memerlukan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.3.350, sementara

itu jumlah biaya tenaga kerja langsung yang dipergunakan untuk mengerjakan

pesanan sepatu pantofel adalah sebagai berikut ini:

Tabel 4.4

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sepatu Pantofel (1000 Pasang)

Bagian Jumlah Produksi

Tarif

Upah Total

Per unit

(Rp) BTKL (Rp)

Desain 1000 400 400.000

Cutting 1000 737 747.000

Sawing 1000 1500 1.500.000

Penjahitan

Asembling 1000 1125 1.125.000

Penempelan

Finishing 1000 1350 1.350.000

Total 5.122 5.122.000

Sumber: Data diolah, 2017

Page 77: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

65

Tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung

yang diperlukan untuk memproduksi pesanan sepatu pantofel sejumlah 1000

pasang adalah Rp 5.122.000,00 yang artinya setiap pasangnya memerlukan

biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 5.122,00.

4.2.1.3. Biaya Overhead Pabrik

Tabel 4.5

Biaya Overhead Pabrik

Untuk Memproduksi 1000 pasang Pesanan Sepatu Casual

Bulan Mei 2016

NO Deskripsi Total Biaya

(Rp)

1 Biaya Listrik dan Air 2.000.000

2 Biaya Ongkir Bahan Baku 1.500.000

3 Biaya Bahan Bakar (Bensin) 2.000.000

Total Biaya OverHead 5.500.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang

Biaya OverHead Pabrik Per Pasang Sepatu 5.500

Sumber: Data diolah, 2017

Biaya overhead yang dihitung oleh CV Surya Citra Abadi di Mojokerto

meliputi biaya listrik, biaya air, biaya ongkir bahan baku, dan biaya bahan bakar

(Bensin). Biaya-biaya yang dialokasikan pada overhead pabrik dihitung

berdasarkan dasar estimasi CV Surya Citra Abadi Mojokerto. Berdasarkan tabel

4.5 diperoleh informasi bahwa biaya overhead yang diserap dalam proses

pembuatan 1000 pasang pesanan sepatu pantofel yaitu sebesar Rp5.500.000.

Dengan asumsi bahwa biaya overhead pabrik per pasang sepatu sebesar

Rp5.500.00. Dalam penghitungan biaya overhead ini masih terdapat biaya-biaya

yang seharusnya masuk dalam overhead pabrik tetapi tidak diperhitungkan,

seperti biaya bahan penolong, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain yang

seharusnya juga dimasukkan dalam penghitungan biaya overhead pabrik.

Page 78: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

66

Tabel 4.6

Biaya Overhead Pabrik

Untuk Memproduksi 1000 pasang Pesanan Sepatu Pantofel

Bulan Mei 2016

NO Deskripsi Total Biaya (Rp)

1 Biaya Listrik dan Air 2.000.000

2 Biaya Ongkir Bahan Baku 1.500.000

3 Biaya Bahan Bakar (Bensin) 2.000.000

Total Biaya OverHead 5.500.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang

Biaya OverHead Pabrik Per Pasang Sepatu 5.500

Sumber: Data diolah, 2017

Biaya overhead yang dihitung oleh CV Surya Citra Abadi di Mojokerto

meliputi biaya listrik, biaya air, biaya ongkir bahan baku, dan biaya bahan bakar

(bensin). Biaya-biaya yang dialokasikan pada overhead pabrik dihitung

berdasarkan dasar estimasi CV Surya Citra Abadi Mojokerto.

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh informasi bahwa biaya overhead yang

diserap dalam proses pembuatan 1000 pasang pesanan sepatu pantofel yaitu

sebesar Rp5.500.000. Dengan asumsi bahwa biaya overhead pabrik per pasang

sepatu sebesar Rp5.500.00. Dalam penghitungan biaya overhead ini masih

terdapat biaya-biaya yang seharusnya masuk dalam overhead pabrik tetapi tidak

diperhitungkan, seperti biaya bahan penolong, biaya penyusutan, dan biaya lain-

lain yang seharusnya juga dimasukkan dalam penghitungan biaya overhead

pabrik.

Page 79: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

67

4.2.1.4. Penghitungan Harga Pokok Produksi

Tabel 4.7

Harga Pokok Produksi

1000 Pasang Pesanan Sepatu Casual dan Sepatu Pantofel

NO Deskripsi Sepatu Casual Total (Rp) Deskripsi Sepatu Pantofel Total (Rp)

1 Biaya Bahan Baku 40.000.000 Biaya Bahan Baku 47.020.000

2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 3.350.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 5.122.000

3 Total Biaya OverHead Pabrik 5.500.000 Total Biaya OverHead Pabrik 5.500.000

Total Harga Pokok Produksi 48.850.000 Total Harga Pokok Produksi 57.642.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang Jumlah Pesanan

1000 Pasang

HPP Per Pasang Sepatu 48.850 HPP Per Pasang Sepatu 57.642

Sumber: Data diolah, 2017

Semua biaya produksi CV. Surya Citra Abadi Mojokerto untuk

menyelesaikan 1000 pasang pesanan Sepatu telah dihitung, baik biaya bahan

baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Setelah semua biaya dihitung,

selanjutnya adalah melakukan penghitungan harga pokok produksi selama bulan

Mei 2016 untuk memproduksi 1000 pasang pesanan sepatu.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh informasi bahwa harga pokok produksi untuk

memproduksi 1000 pasang sepatu casual dan sepatu pantofel pada bulan Mei 2016

adalah sebesar Rp48.850.000. Sehingga, dapat diketahui bahwa harga pokok

produksi per paasang sepatu casual sebesar Rp48.850 dan untuk sepatu pantofel

harga pokok produksi sebesar Rp57.642.000 dengan harga per pasang sepatu

pantofel sebesar Rp57.642. Dimana biaya yang dibebankan meliputi biaya bahan

baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Page 80: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

68

4.2.2. Penghitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Job Order

Costing

UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto merupakan sebuah usaha

mikro yang memproduksi Sepatu. Kegiatan produksi UKM Sepatu CV. Surya

Citra Abadi Mojokerto berdasarkan dengan sistem pesanan. Sehingga, jumlah

output yang dihasilkan setiap bulannya berbeda-beda sesuai dengan banyaknya

pesanan yang diterima. Sistem pesanan ini diberlakukan karena sepatu ini

memiliki jenis yang berbeda konsumen dapat memesan sesuai dengan model

sepatu yang diinginkan.

Dengan sistem pesanan ini konsumen dapat memesan model sepatu yang

diinginkan dan mengetahui kisaran biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

sepatu yang diinginkan. Pesanan yang diterima adalah sepatu dengan model

casual dan pantofel untuk bulan Mei 2016 sebanyak 50 kodi atau 1000 pasang

sepatu untuk memenuhi pesanan dari mas Wawan dan Mas Wawan, sehingga

untuk menentukan harga pokok produksi yang akurat maka dapat menggunakan

metode job order costing. Sebelum melakukan penghitungan harga pokok

produksi, maka perlu dilakukan pengidentifikasian dan pengelompokan biaya

produksi maupun biaya non produksi terlebih dahulu untuk mempermudah dalam

melakukan penghitungan.

4.2.2.1. Pengidentifikasian Biaya

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dalam

pembuatan 1000 pasang pesanan sepatu adalah sebagai berikut: Biaya bahan baku

kain jean dan kulit, bahan sintetis, benang, kain busa, elastis(tali), spon mesh, kain

kera (kerasan), sablon, soll TPR, Lem, spray upper dan bahan penolong

Page 81: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

69

(paku,kertas shok, label dan kardus), biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya air,

biaya penyusutan peralatan, upah mandor, ongkos kirim bahan baku, biaya

desain, biaya bahan bakar (bensin), biaya depresiasi bangunan, biaya promosi

produk, dan biaya transportasi pemasaran. Setelah pengidentifikasian biaya

dilakukan kemudian dilakukan pengelompokkan biaya menjadi biaya produksi

dan biaya non produksi.

4.2.2.2. Pengelompokan Biaya Produksi

Setelah melakukan identifikasi biaya langkah selanjutnya adalah

mengelompokkan biaya produksi. Biaya produksi dikelompokkan kedalam bahan

baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik (Garrison, Norren,

dan Brewer, 2013, p.26-49). Berikut adalah pengelompokan biaya produksi UKM

sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto:

1. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk

menghasilkan produk, dimana biayanya dapat ditelusuri dengan mudah ke

produk jadi (Garrison, Norren, dan Brewer, 2013, p. 26-49). Biaya bahan

baku langsung untuk memproduksi pesanan sepatu model casual dan sepatu

pantofel sebanyak masing-masing model sepatu sebesar 1000 pasang sepatu

terdiri dari:

Page 82: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

70

1) Biaya pembelian bahan baku sepatu model casual.

Tabel 4.8

Biaya pembelian bahan baku sepatu model casual.

NO Pembelian Bahan

Baku

Kuantitas

Unit Bahan

Baku

Harga Per

Satuan Unit

(Rp)

1 Kain Jean 150 Meter 70.000/Meter

2 Bahan Sintetis 50 Meter 50.000/Meter

3 Benang 25 Biji 20.000/Biji

4

Kain Busa (Lapis

Dalam) 100 Meter 25.000/Meter

5 Elastis (Tali) 100 Meter 25.000/Meter

6 Spon Mesh (Lemek) 50 Lembar 20.000/Lembar

7 Kain Kera (Kerasan) 100 Meter 10.000/Meter

8 Sablon 1.000 Pasang 500/Pasang

9 Soll TPR 1.000 Pasang 15.000/Pasang

10 LEM 60 Kg 67.000/Kg

Sumber: Data diolah, 2017

2) Biaya Bahan Baku Sepatu model Pantofel

Tabel 4.9

Biaya pembelian bahan baku sepatu model Pantofel

NO Pembelian Bahan

Baku

Kuantitas unit

Bahan Baku

Harga per

Satuan Unit

(Rp)

1 Kain Kulit Sintetis 150 Meter 150.000/Meter

2 Assesoris 1000 Pasang 2.500/Pasang

3 Tali 1000 Pasang 500/Pasang

4 Kain Busa 100 Meter 30.000/Meter

5 Spon 1000 Pasang 500/Pasang

6 Spray Upper 1000 Pasang 500/Pasang

7 Spon Mesh (Lemek) 50 Lembar 30.000/Lembar

8 Kain Kera (kerasan) 100 Meter 20.000/Meter

9 Sablon 1.000 Pasang 1000/Pasang

10 Soll TPR 1.000 Pasang 20.000/Pasang

11 Besi Penguat Soll 1.000 Pasang 1.500/Pasang

12 LEM 60 Kg 67.000/Kg

Sumber: Data diolah, 2017

Page 83: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

71

2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang menyentuh langsung

produk dalam proses produksi mulai dari input berupa bahan baku yang

kemudian diproses menjadi produk jadi. Tenaga kerja langsung meliputi

biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah kedalam masing-

masing unit produk (Garrison, Norren, dan Brewer, 2013, p. 26-49). Untuk

memproduksi pesanan sepatu casual dan pantofel sebanyak 1000 pasang

sepatu yang dikerjakan selama bulan Mei 2016 Ukm CV. Surya Citra Abadi

Mojokerto menggunakan 14 orang tenaga kerja langsung. Dimana sistem

pemberian upah pada UKM menggunakan sistem upah per jam kerja.

3. Overhead Pabrik (BOP)

Overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung

atau tenaga kerja langsung yang dikelompokan dalam satu kategori. Pada

perusahaan manufaktur, overhead dikenal sebagai beban pabrik. Berikut ini

merupakan biaya yang tergolong dalam overhead pabrik:

1) Biaya bahan penolong

Biaya bahan baku penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan pembelian bahan baku penolong. Bahan baku penolong

digunakan sebagai proses produksi dan kemasan yang terdiri dari

paku untuk bahan tambahan, kemudian Kertas Shok, Label, Kardus

yang digunakan untuk proses packing.

2) Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tidak langsung ini merupakan biaya tetap yang tidak

dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja

Page 84: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

72

tidak langsung disini adalah asisten tukang sepatu atau pembantu

tukang apabila tukang membutuhkan bantuan dalam proses

produksi. Terdapat sistem pemberian upah untuk asisten tukang

yaitu sebesar Rp583.000,00 dengan jumlah unit produksi yang

ditentukan.

3) Biaya Penyusutan Peralatan

Penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan dari suatu

aset sepanjang masa manfaat yang di estimasi (Surya, 2012, p. 173).

Biaya penyusutan Ukm terdiri dari biaya penyusutan peralatan yang

berupa mesin cating, mesin press, mesin embos dan komputer yang

digunakan untuk melakukan proses produksi sepatu. Selama ini

pihak Ukm tidak memasukkan biaya penyusutan peralatan pada

penghitungan biaya overhead pabrik.

4) Biaya Ongkos Kirim Bahan Baku

Biaya ongkos kirim bahan baku merupakan biaya yang muncul saat

terjadi pemesanan bahan baku. Ongkos kirim bahan baku ini akan

berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk

memproduksi pesanan sepatu.

5) Biaya Listrik dan Air

Biaya listrik dan air merupakan biaya yang muncul akibat

penggunaan sumber daya. Listrik digunakan untuk berbagai macam

hal yaitu untuk melakukan penerangan pada saat produksi, untuk

menggunakan mesin catting, press, embos dan untuk menghidupkan

kompor listrik. Sedangkan air digunakan untuk seperlunya.

Page 85: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

73

6) Biaya bahan bakar (bensin)

Biaya bahan bakar (bensin) ini terjadi karena adanya proses produksi

yang menggunakan mesin open atau pemanas berfungsi untuk

menguatkan setiap sisi sepatu agar tidak lepas dari komponen bahan

baku lainnya,

4.2.2.3. Pengelompokkan biaya Non Produksi

Menurut Garrison, Norren, dan Brewer (2013, p. 26-49) biaya non produksi

dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu biaya penjualan sepatu dan biaya

administrasi yang dijabarkan sebagai berikut ini.

1. Biaya Penjualan, mencangkup semua biaya yang diperlukan untuk

menangani pesanan pelanggan, yang meliputi biaya telepon dan speedy

untuk mengkoneksikan internet, setiap bulannya biaya yang

dikeluarakan sebesar Rp400.000,00 .

2. Biaya Administrasi

Biaya administrasi CV Surya Citra Abadi berupa biaya bahan habis

pakai untuk keperluan kantor yang dialokasikan sebesar Rp350.000

untuk pembelian kertas, buku, bolpoint, pensil dan tinta printer.

4.2.2.4. Penghitungan Biaya Produksi

4.2.2.4.1. Biaya Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan baku yang menjadi

bagian utama dari produk jadi dimana biayanya dapat ditelusuri secara langsung

pada produk. Bahan baku langsung dalam metode job order costing ini terdiri

Page 86: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

74

dari, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan bahan baku sepatu model casual

dan sepatu model pantofel.

Penghitungan biaya bahan baku langsung dapat dilakukan dengan

mengalikan jumlah unit yang dibutuhkan dengan harga per unit. Berikut ini

merupakan proses penghitungan biaya bahan baku langsung menurut job order

costing.

Tabel 4.10

Biaya Bahan Baku Langsung

Untuk Memproduksi 1000 Pasang Sepatu Casual

Bulan Mei 2016

NO Deskripsi Harga/Unit

Unit Total

(Rp) (Rp)

1 Kain Jean 70.000/Meter 150 Meter 10.500.000

2 Bahan Sintetis 50.000/Meter 50 Meter 2.500.000

3 Benang 20.000/Biji 25 Biji 500.000

4

Kain Busa (Lapis

Dalam) 25.000/Meter 100 Meter 2.500.000

5 Spon Mesh (Lemek) 20.000/Lembar 50 Lembar 1.000.000

6 Kain Kera (Kerasan) 10.000/Meter 100 Meter 1.000.000

7 Soll TPR 15.000/Pasang 1.000 Pasang 15.000.000

8 LEM 67.000/Kg 60 Kg 4.000.000

Total Biaya Bahan Baku 37.000.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang

Total Biaya Bahan Baku Per Pasang 37.000

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh informasi bahwa dalam memproduksi

1000 pasang sepatu pada bulan Mei 2016 Ukm sepatu CV Surya Citra Abadi

Mojokerto membutuhkan biaya bahan baku langsung sebesar Rp37.000.000. Dari

total bahan baku langsung tersebut dapat diansumsikan bahwa per pasang sepatu

casual yang diproduksi menyerap biaya bahan baku langsung sebesar Rp37.000.

Page 87: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

75

Tabel 4.11

Biaya Bahan Baku Langsung

Untuk Memproduksi 1000 Pasang Sepatu Pantofel

Bulan Mei 2016

NO Deskripsi Harga/Unit

Unit Total

(Rp) (Rp)

1 Kain Kulit 100.000/meter 150 meter 15.000.000

2 Tali 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

3 Kain Busa 30.000/Meter 100 Meter 3.000.000

4 Spon 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

5 Spray Upper 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

6 Spon Mesh

(Lemek) 30.000/Lembar 50 Lembar 1.500.000

7 Kain Kera

(kerasan) 20.000/Meter 100 Meter 2.000.000

8 Sablon 1000/Pasang 1.000 Pasang 1.000.000

9 Soll TPR 15.000/Pasang 1.000 Pasang 15.000.000

10 Besi Penguat Soll 1.500/Pasang 1.000 Pasang 1.500.000

11 LEM 67.000/Kg 60 Kg 4.020.000

Total Biaya Bahan Baku 44.520.000

Jumlah Pesanan 1000 Pasang

Total Biaya Bahan Baku Per Pasang 44.520

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh informasi bahwa dalam memproduksi

1000 pasang sepatu pada bulan Mei 2016 Ukm sepatu CV Surya Citra Abadi

Mojokerto membutuhkan biaya bahan baku langsung sebesar Rp44.520.000. Dari

total bahan baku langsung tersebut dapat diansumsikan bahwa per pasang sepatu

Pantofel yang diproduksi menyerap biaya bahan baku langsung sebesar Rp44.520.

4.2.2.4.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung (direct labor) merupakan tenaga kerja yang secara

langsung menyentuh produk pada saat produksi. Tenaga kerja langsung terdiri

Page 88: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

76

dari 14 orang. Pemberian upah tenaga kerja didasarkan pada per pasang sepatu

yang dihasilkan.

Biaya tenaga kerja langsung dihitung dengan mengalikan jumlah produksi

dengan upah per pasang sepatu casual dan sepatu pantofel, karena sistem

pemberian upah tenaga kerja CV Surya Citra Abadi Mojokerto menggunakan

sistem upah per produk. Berikut penghitungan biaya tenaga kerja langsung selama

bulan Mei 2016 untuk memproduksi 1000 pasang sepatu :

Besarnya biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing jenis pesanan

adalah sebagai berikut ini:

Tabel 4.12

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sepatu Casual (1000 pasang)

Bagian Jumlah Produksi Tarif Upah Total

Per unit BTKL (Rp)

Desain 1000 200 200.000

Cutting 1000 500 500.000

Sawing 1000 1000 1.000.000

Penjahitan

Asembling 1000 750 750.000

Penempelan

Finishing 1000 900 900.000

Total 3350 3.350.000

Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung

yang diperlukan untuk memproduksi pesanan sepatu casual sejumlah 1000

pasang adalah Rp.3.350.000 ,00 yang artinya setiap pasang pesanan sepatu

casual memerlukan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.3.350, sementara

itu jumlah biaya tenaga kerja langsung yang dipergunakan untuk mengerjakan

pesanan sepatu pantofel adalah sebagai berikut ini.

Page 89: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

77

Tabel 4.13

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sepatu Pantofel (1000 Pasang)

Bagian Jumlah Produksi

Tarif Upah Total

Per unit

(Rp) BTKL (Rp)

Desain 1000 400 400.000

Cutting 1000 737 747.000

Sawing 1000 1500 1.500.000

Penjahitan

Asembling 1000 1125 1.125.000

Penempelan

Finishing 1000 1350 1.350.000

Total 5.122 5.122.000

Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4.13 di atas menunjukan bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung

yang diperlukan untuk memproduksi pesanan sepatu pantofel sejumlah 1000

pasang adalah Rp 5.122.000,00 yang artinya setiap pasangnya memerlukan

biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 5.122,00.

4.2.2.4.3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik meliputi beberapa penghitungan unsur –unsur biaya

berikut ini :

1. Biaya bahan baku penolong

Biaya bahan baku penolong digunakan sebagai bahan baku tambahan

dalam proses produksi dan kemasan yang terdiri dari paku, Kertas Shok,

Label, dan Kardus yang digunakan untuk proses packing pada bulan Mei

sebesar Rp 5.000.000 yang dialokasikan pada 1000 pasang pesanan sepatu.

Page 90: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

78

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi gaji asisten tukan sepatu. Pada

bulan Mei 2016 dilakukan estimasi gaji asisten tukang sepatu sebesar Rp

583.000,00. Dimana biaya tersebut juga ikut dibebankan pada produk

sepatu karena secara tidak langsung berkaitan dengan proses produksi

sepatu.

3. Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan pada Ukm Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto

Berdasarkan Metode Job Order Costing dihitung dengan menggunakan

metode garis lurus. Penghitungan ini dilakukan dengan membagi harga

perolehan dengan umur eknomis peralatan. Berikut ini merupakan hasil

dari perhitungan penyusutan peralatan yang terjadi pada Ukm Sepatu CV.

Surya Citra Abadi Mojokerto bulan Mei 2016.

Tabel 4.14

Biaya Penyusutan

Bulan Mei 2016

No Deskripsi Total

(Rp)

1 Mesin cating 1.500.000,00

2 Mesin press 1.850.000,00

3 Mesin Embos 1.500.000,00

4 Komputer 400.000,00

Total Biaya Penyusutan 5.250.000,00

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan dari gambar 4.14 dapat diketahui bahwa jumlah biaya

penyusutan peralatan pada bulan Mei 2016 sebesar Rp4.150.000. Dimana

biaya penyusutan ini dialokasikan pada sepatu.

4. Biaya Listrik, dan Air

Pihak Usaha sepatu CV Surya Citra Abadi Mojokerto menyatakan bahwa

pada bulan Mei 2016 melakukan pembayaran listrik dan air sebesar

Page 91: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

79

Rp2.000.000. Sumber daya berupa listrik dan air ini dialokasikan pada

produk sepatu yang diproduksi pada bulan Mei 2016.

5. Biaya Bahan Bakar (bensin)

Biaya bahan bakar yang dikeluarkan pada bulan Mei 2016 sebesar

Rp2.000.000. Biaya ini dialokasikan pada produk sepatu dan produk

lainnya karena yang menyerap biaya tidak hanya proses produksi sepatu

saja.

6. Biaya Ongkos Kirim Bahan Baku

Biaya ongkos kirim bahan baku pada bulan Mei 2016 yaitu sebesar

Rp1.500.000. Biaya ongkos kirim ini dialokasikan pada sepatu dan produk

lainnya.

7. Penghitungan Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik berdasarkan metode job order costing terdiri dari

biaya bahan baku penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung (asisten

tukang), biaya penyusutan, biaya listrik dan air, biaya bahan bakar, biaya

ongkos kirim bahan baku. Biaya overhead dialokasikan pada produk sepatu

berdasarkan cost drive volume. Berikut ini merupakan proses penghitungan

alokasi biaya overhead berdasarkan cost drive volume pada Ukm Sepatu CV

Surya Citra Abadi Mojokerto.

Tabel 4.15

Alokasi Biaya Overhead Pabrik

Untuk Produksi 1000 Pasang Sepatu Casual dan Pantofel

Bulan Mei 2016

Metode Job Order Costing

No Deskripsi Total Biaya Alokasi Sepatu

Casual

Alokasi Sepatu

Pantofel

1 Biaya bahan penolong 5.000.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00

2 Biaya tenaga kerja tidak

langsung 583.000,00 291.500,00 291.500,00

3 Biaya listrik dan air 2.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00

4 Biaya Telephon 250.000,00 125.000,00 125.000,00

5 Biaya Ongkos Kirim 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

5 Biaya BBM 2.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00

11 Peny. Gedung Pabrik 3.500.000,00 1.750.000,00 1.750.000,00

Page 92: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

80

12 Peny. Mesin Cating 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

13 Peny. Mesin Press 1.850.000,00 925.000,00 925.000,00

14 Peny. Mesin Embos 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

15 Komputer 400.000,00 200.000,00 200.000,00

16 Biaya lain-lain 350.000,00 175.000,00 175.000,00

Total BOP 10.216.500,00

Jumlah Pesanan 1000

BOP Per Pasang Sepatu casual dan pantofel 10.216,50

Sumber: Data diolah, 2017

Perhitungan biaya overhead pabrik berbasis volume ini dapat

mempermudah penghitungan alokasi biaya overhead yang dibebankan ke

produk. Karena selama ini perhitungan biaya overhead yang dilakukan oleh

perusahaan hanya berdasarkan estimasi saja tanpa dasar alokasi yang sesuai.

Oleh sebab itu, penghitungan tarif overhead ditentukan dimuka sulit

digunakan dalam penghitungan. Maka, untuk mempermudah penghitungan

dilakukan dengan menggunakan metode tradisional berbasis volume.

Rumus basis alokasi biaya berdasarkan volume sebagai berikut:

Rumus:

**) Persentase sepatu casual dan sepatu pantofel pesanan dibandingkan

dengan produksi total sepatu pada bulan Mei 2016 :

1000

2000× 100 = 50%

` Berdasarkan tabel 4.15 dapat diperoleh informasi bahwa untuk

memproduksi 1000 pasang sepatu pesanan sepatu casual dan pantofel biaya

overhead pabrik yang dikeluarkan sebesar Rp10.216.500. Sehingga dapat

diansumsikan bahwa per pasang sepatu casual dan per pasang sepatu

casualmenyerap biaya overhead pabrik sebesar Rp10.216,50

Page 93: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

81

4.2.2.4.4. Penghitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Job Order

Costing

Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode job order costing

dilakukan dengan menjumlahkan total biaya bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik, hasil dari penjumlahan tersebut kemudian

dibagi dengan banyaknya jumlah pesanan sepatu casual dan sepatu pantofel.

Sehingga dapat diperoleh harga pokok produksi per pasang sepatu casual dan paer

pasang sepatu pantofel.

Tabel 4.16 Harga Pokok Produksi

Untuk Memproduksi 1000 Pasang Sepatu Casual dan Sepatu Pantofel

Bulan Mei 2016

Metode Job Order Costing

NO Deskripsi Sepatu Casual Total (Rp) Deskripsi Sepatu Pantofel Total (Rp)

1 Biaya Bahan Baku 37.000.000 Biaya Bahan Baku 44.520.000

2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 3.350.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung

5.122.000

3 Total Biaya OverHead Pabrik 10.216.500 Total Biaya OverHead Pabrik

10.216.500

Total Harga Pokok Produksi 50.566.500 Total Harga Pokok Produksi

59.858.500

Jumlah Pesanan 1000 Pasang Jumlah Pesanan 1000 Pasang

HPP Per Pasang Sepatu 50.567 HPP Per Pasang Sepatu 59.859

Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4,15 berdasarkan tabel 4.16 diperoleh informasi bahwa hasil

penghitungan harga pokok produksi sepatu casual dan sepatu pantofel

berdasarkan metode job order costing harga pokok produksi sepatu casual sebesar

Rp50.566.500 dengan asumsi bahwa harga pokok produksi per pasang sepatu

sebesar Rp50.567. Sedangkan harga pokok produksi sepatu pantofel sebesar

Page 94: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

82

Rp59.858.500 dengan asumsi bahwa harga pokok produksi per pasang sepatu

pantofel sebesar Rp59.859.

4.3. Perbandingan Harga Pokok Produksi

4.3.1. Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan

Dengan Job Order Costing

Berdasarkan penghitungan harga pokok produksi menggunakan metode

perusahaan dan metode job order costing, terdapat selisi penghitungan harga

pokok produksi anatara kedua metode tersebut berikut ini perbedaan penghitungan

harga pokok yang dijelaskan pada tabel 4.17 dan tabel 4.18.

Tabel 4.17

Perbandingan Perhitungan

Harga Pokok Produksi 1000 Pasang Sepatu Casual Bulan Mei 2016

Unsur

Hpp

Menurut

Perusahaan

Menurut Job Order

Costing Selisih

Per

Pasang Seluruh

Per

Pasang Seluruh

Pesanan

Per

Pasang Seluruh Pesanan

Sepatu Pesanan Sepatu Sepatu

BBB 40.000 40.000.000 37.000 37.000.000 3.000 3.000.000

BTKL 3.350 3.350.000 3.350 3.350.000 - -

BOP 5.500 5.500.000 10.217 10.216.500 4.717 4.716.500,00

HPP 48.850 48.850.000 50.567 50.566.500 1.717 1.716.500,00

Sumber: Data diolah,2017

Page 95: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

83

Tabel 4.18

Perbandingan Perhitungan

Harga Pokok Produksi 1000 Pasang Sepatu Pantofel Bulan Mei 2016

Unsur

Hpp

Menurut

Perusahaan

Menurut Job Order

Costing Selisih

Per

Pasang Seluruh

Per

Pasang Seluruh

Pesanan

Per

Pasang Seluruh

Pesanan

Sepatu Pesanan Sepatu Sepatu

BBB 47.020 47.020.000 44.520 44.520.000 2.500 2.500.000

BTKL 5.122 5.122.000 5.122 5.122.000 - -

BOP 5.500 5.500.000 10.217 10.216.500 4.717 4.716.500,00

HPP 57.642 57.642.000 59.859 59.858.500 2.217 2.216.500,00

Sumber: Data diolah,2017

4.3.2. Kartu Biaya Pesanan

Kartu biaya pesanan berfungsi untuk mempermudah perusahaan

dalam melakukan perincian kisaran biaya yang dibutuhkan untuk

memproduksi pesanan yang diterima. Dengan adanya kartu biaya pesanan

juga akan memberikan informasi kapan dimulainya proses produksi

pesanan, hingga proses pesanan selesai dan siap untuk diambiloleh

pemesan. Hal ini berfungsi untuk mencegah terjadinya penumpukan

pesanan. Sehingga, proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan

pesanan dapat selesai tepat waktu. Adapun penghitungan harga pokok

produksi setiap pesanan yang terdapat dalam kartu harga pokok pesanan

tersebut telah penulis uraikan pada tabel 4.19 dan tabel 4.20 seperti

berikut ini.

Page 96: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

84

Tabel 4.19

Kartu Biaya Pesanan

Pemesan : Mas Wawan Tgl. Pemesanan : 2 Mei

Produk : Sepatu Tgl. Dikerjakan : 3 Mei

Spesifikasi : Sepatu Model Casual Tgl. Selesai : 28 Mei

Tgl. Diambil : 29 Mei

Bahan Baku Langsung

Deskripsi Harga/Unit

Unit Total

(Rp) (Rp)

Kain Jean 70.000/Meter 150 Meter 10.500.000

Bahan Sintetis 50.000/Meter 50 Meter 2.500.000

Benang 20.000/Biji 25 Biji 500.000

Kain Busa (Lapis Dalam) 25.000/Meter 100 Meter 2.500.000

Spon Mesh (Lemek) 20.000/Lembar 50 Lembar 1.000.000

Kain Kera (Kerasan) 10.000/Meter 100 Meter 1.000.000

Soll TPR 15.000/Pasang 1.000 Pasang 15.000.000

LEM 67.000/Kg 60 Kg 4.000.000

37.000.000

Tenaga Kerja Langsung

Bagian Jumlah

Produksi

Tarif Upah Total

Per unit BTKL (Rp)

Desain 1000 200 200.000

Cutting 1000 500 500.000

Sawing 1000 1000 1.000.000

Penjahitan

Asembling 1000 750 750.000

Penempelan

Finishing 1000 900 900.000

3.350.000

BOP Dibebankan

Deskripsi Total Biaya Alokasi

Sepatu Casual

Alokasi

Sepatu

Pantofel

Biaya bahan penolong 5.000.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00

Biaya tenaga kerja tidak

langsung 583.000,00 291.500,00 291.500,00

Biaya listrik dan air 2.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00

Biaya Telephon 250.000,00 125.000,00 125.000,00

Page 97: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

85

Biaya Ongkos Kirim 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

Biaya BBM 2.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00

Peny. Gedung Pabrik 3.500.000,00 1.750.000,00 1.750.000,00

Peny. Mesin Cating 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

Peny. Mesin Press 1.850.000,00 925.000,00 925.000,00

Peny. Mesin Embos 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

Komputer 400.000,00 200.000,00 200.000,00

Biaya lain-lain 350.000,00 175.000,00 175.000,00

10.216.500,00

Total Biaya Produksi 50.566.500

Sepatu yang Dipesan 1000

Biaya Per Pasang Sepatu Casual 50.567

Sumber: Data diolah, 2017

Tabel 4.20

Kartu Biaya Pesanan

Pemesan : Mas Wawan Tgl. Pemesanan : 2 Mei

Produk : Sepatu Tgl. Dikerjakan : 3 Mei

Spesifikasi : Sepatu Model Pantofel Tgl. Selesai : 28 Mei

Tgl. Diambil : 29 Mei

Bahan Baku Langsung

Deskripsi Harga/Unit

Unit Total

(Rp) (Rp)

Kain Kulit 100.000/meter 150 meter 15.000.000

Tali 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

Kain Busa 30.000/Meter 100 Meter 3.000.000

Spon 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

Spray Upper 500/Pasang 1000 Pasang 500.000

Spon Mesh (Lemek) 30.000/Lembar 50 Lembar 1.500.000

Kain Kera (kerasan) 20.000/Meter 100 Meter 2.000.000

Sablon 1000/Pasang 1.000 Pasang 1.000.000

Soll TPR 15.000/Pasang 1.000 Pasang 15.000.000

Besi Penguat Soll 1.500/Pasang 1.000 Pasang 1.500.000

LEM 67.000/Kg 60 Kg 4.020.000

44.520.000

Tenaga Kerja Langsung

Bagian Jumlah

Produksi

Tarif Upah Total

Per unit (Rp) BTKL (Rp)

Page 98: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

86

Desain 1000 400 400.000

Cutting 1000 737 747.000

Sawing 1000 1500 1.500.000

Penjahitan

Asembling 1000 1125 1.125.000

Penempelan

Finishing 1000 1350 1.350.000

5.122.000

BOP Dibebankan

Deskripsi Total Biaya

Alokasi

Sepatu

Casual

Alokasi

Sepatu

Pantofel

Biaya bahan penolong 5.000.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00

Biaya tenaga kerja tidak

langsung 583.000,00 291.500,00 291.500,00

Biaya listrik dan air 2.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00

Biaya Telephon 250.000,00 125.000,00 125.000,00

Biaya Ongkos Kirim 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

Biaya BBM 2.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00

Peny. Gedung Pabrik 3.500.000,00 1.750.000,00 1.750.000,00

Peny. Mesin Cating 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

Peny. Mesin Press 1.850.000,00 925.000,00 925.000,00

Peny. Mesin Embos 1.500.000,00 750.000,00 750.000,00

Komputer 400.000,00 200.000,00 200.000,00

Biaya lain-lain 350.000,00 175.000,00 175.000,00

10.216.500

Total Biaya Produksi 59.858.500

Sepatu yang Dipesan 1000 Pasang

Biaya Per Pasang Sepatu

Pantofel 59.859

Sumber: Data diolah, 2017

Page 99: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

87

4.3.3. Implikasi Hasil

UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto bergerak dalam pengerajinan

sepatu di Mojokerto. Dalam menjalankan proses produksinya UKM Sepatu CV.

Surya Citra Abadi Mojokerto sistem pesanan. Pada bulan Mei 2016 terdapat

pesanan dari Mas Wawan sebanyak 2000 pasang sepatu yaitu 1000 pasang sepatu

casual dan 1000 pasang sepatu pantofel. Agar dapat menetapkan harga jual yang

sesuai maka diperlukannya penghitungan harga pokok produksi yang akurat.

Dengan melakukan penghitungan harga pokok produksi yang akurat maka dapat

diperoleh harga jual yang sesuai, sehingga laba yang diharapkan perusahaan dapat

tercapai.

CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dalam melakukan penghitungan harga

pokok produksi dirasa masih kurang akurat karena masih banyak unsur-unsur

biaya yang seharusnya dibebankan tidak dimasukan dalam penghitungan harga

pokok produksi. Hal ini akan berdampak pada laba yang akan di dapatkan oleh

perusahaan. Karena CV. Surya Citra Abadi Mojokerto memproduksi produknya

berdasarkan sistem pesanan maka, setiap bulannya jumlah produksi sepatu

berbeda sesuai dengan model pesanan sepatu yang diterima. hal ini disebabkan

karena setiap produk yang dipesan memiliki tingkat kerumitan dan model yang

berbeda sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sepatu casual dan

sepatu pantofel juga berfariasi. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk

menyelesaikan dua model produk sepatu juga berbeda sesuai dengan banyaknya

produk dan lamanya produk dapat diselesaikan. Berdasarkan karakteristik usaha

tersebut maka, metode perhitungan harga pokok produksi berdasarkan job order

costing sesuai untuk digunakan atau diimplemetasikan.

Page 100: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

88

Metode job order costing merupakan suatu metode yang menjadikan pesanan

atau batch produk sebagai objek biaya. Tujuan penentuan biaya produksi

berdasarkan pada pembebanan biaya yang dikeluarkan untuk membuat pesanan.

Sistem ini sesuai untuk perusahaan yang memproduksi produk yang bervariasi

atau berbeda-beda. Metode job order costing mengakumulasikan semua biaya

yang dikeluarkan untuk proses produksi pada setiap produk pesanan pelanggan

secara terpisah. Metode job order costing akan memberikan kemudahan bagi

perusahaan untuk melakukan penghitungan harga pokok produksinya. Dalam

metode ini dilakukan pengklasifikasian biaya yang sesuai dengan kaidah

akuntansi, sehingga seluruh biaya yang berkaitan dengan proses produksi dirinci

dengan tepat..

Berdasarkan penghitungan harga pokok produksi UKM Sepatu CV. Surya

Citra Abadi Mojokerto maka, diperoleh hasil berbandingan penghitungan harga

pokok produksi berdasarkan metode perusahaan dan dengan metode job order

costing. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih yang cukup besar antara hasil

perhitungan harga pokok produksi. Hal ini disebabkan karena UKM Sepatu CV.

Surya Citra Abadi Mojokerto belum dapat mengklasifikasikan biaya secara tepat.

Kurang akuratnya penghitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh

perusahaan mengakibatkan laba yang yang diperoleh oleh perusahaan tidak

maksimal. Selama ini, perusahaan merasa bahwa penghitungan harga pokok

produksi telah sesuai dan laba yang mereka dapatkan telah maksimal. Tetapi pada

kenyataannya tanpa disadari laba yang didapatkan perusahaan masih belum

maksimal dan penghitungan harga pokok produksi masih belum sesuai dengan

kaidah akuntansi.

Page 101: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

89

Karena laba yang didapatkan pada kenyataannya digunakan untuk menutupi

pembayaran biaya penyusutan peralatan dan penyusutan gedung pabrik. Oleh

karena itu laba yang didapatkan oleh perusahaan belum maksimal yang sesuai

dengan perusahaan harapkan. Selain itu, dalam metode job order costing ini juga

memberlakukan kartu biaya pesanan yang memberikan informasi kepada

perusahaan kapan untuk memulai membuat pesanan, mulai memproduksi, kapan

produk selesai dan siap diambil. Dengan adanya pencatatan kartu biaya pesanan

maka penumpukan pesanan dapat terhindarkan, dan pesanan pelanggan dapat

selesai dengan tepat waktu. Selain itu, dalam kartu biaya pesanan juga dirinci

kisaran biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk memproduksi pesanan

sepatu casual dan sepatu pantofel sehingga dapat diperkirakan berapa harga jual

per pasang sepatu pesanan. Dengan penghitungan harga pokok produksi yang

akurat, maka perusahaan dapat menetapkan harga jual yang tepat, sehingga laba

yang didapatkan maksimal. Selain itu, dengan harga jual yang tepat CV.Surya

Citra Abadi Mojokerto dapat terus bertahan ditengah ketatnya persaingan harga

dipasaran dan terus mampu untuk mengembangkan usahanya. Adanya hasil

penelitian ini, dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan

pencatatan laporan keuangan yang akurat dan rinci. Sehingga dapat dilakukan

pengklasifikasian biaya dan penghitungan harga pokok produksi yang akurat,

yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait penetapan

harga jual dan laba rugi perusahaan.

Page 102: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa untuk mengetahui dan mejelaskan penghitungan harga

pokok produksi dapat menggunakan metode Job Order Costing dan

metode Full Costing pada UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto.

Dengan dilakukan penghitungan harga pokok produksi dengan

metode Job Order Costing dan metode Full Costing, maka jumlah harga

pokok produksi adalah pesanan Sepatu Casual sebesar Rp50.566.500,00

dengan biaya per pasang sepatu sebesar Rp50.567 dan harga pokok

produksi untuk pesanan Sepatu pantofel sebesar Rp59.858.500,00 dengan

biaya per pasang sepatu sebesar Rp59.858 untuk pesanan 1000 pasang

produksi sepatu.

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa seluruh komponen biaya

produksi dapat diperhitungkan dan menunjukkan dasar penghitungan

harga pokok produksi yang lebih akurat sehingga perusahaan dapat

menggunakan penghitungan harga pokok produksi ini sebagai dasar

menentukan harga pokok penjualan dan laba yang lebih akurat.

Page 103: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

91

5.2.Saran

a. Bagi pemilik UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan solusi pada UKM dengan menggunakan

perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing pada

UKM. Penghitungan tersebut dapat digunakan untuk menentukan

anggaran biaya produksi untuk kegiatan produksi selanjutnya dan

menentukan harga pokok produksi yang lebih akurat terutama dalam

menghadapi persaingan antar UKM.

b. UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi sebaiknya melakukan peninjauan

ulang terhadap metode yang selama ini diterapkan perusahaan dalam

menetapkan harga pokok produksi Sepatu. Biaya overhead pabrik

sebaiknya dicatat dengan rinci sehingga dapat dialokasikan secara akurat

ke produk Sepatu yang diproduksi oleh UKM. Seluruh biaya yang terkait

pada proses produksi dihitung secara rinci agar dapat menghasilkan

perhitungan harga pokok produksi yang akurat.

Page 104: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

92

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J., Chen, Kung H., Cokins, Gary., Lin Thomas W., 2007, Manajemen

Biaya,Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat.

Carter, Wiliam K dan Milton F. Usry, 2006, Akuntansi Biaya Buku I, Edisi 13, Penerbit

Salemba Empat,Jakarta.

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C., 2008, Akuntansi Manajerial. Edisi

Sebelas. Jakarta : Salemba Empat.

Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi 8, Terjemahan oleh

Deny Arnos Kwary, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Horngren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, Georger. 2008. Akuntansi Biaya: dengan

Penekanan Manajerial, Edisi Keduabelas, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hanggana, Sri. 2009. Akuntansi Biaya – Teori dan aplikasi. Cetakan 1. Surakarta : LPP UNS

dan UNS Press.

Indah Fitri Rusmala, 2012, Pentingnya Penerapan Metode Full Costing dalam rangka

menetapakan harga pokok produksi pada peternak Ayam UD. Family Poultry Shop di

Kabupaten Blitar, Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya, Malang.

Indriantioro, Nur., Bambang Supomo, 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi

dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Kementrian koperasi Republik Indonesia, 2016, Data Usaha Mikro, kecil, dan

Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2012-2013, (Online)

Available at: http://www.depkop.go.id/pdfviewer/?p=uploads/tx_rtgfiles/

sandingan_data_umkm_2002-2003.pdf. (Diakses 25 Mei 2017).

Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2011, Kewirausahaan : Metode Manajemen

dan Implementasi, Edisi 1, Yogyakarta: BPFE.

Mulyadi, 2005, Akuntansi biaya, Edisi 5, Yogyakarta: Aditya Media

Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat

Ollin Thia Priscilla Cristie, 2014, Perhitungan Biaya Produksi dengan Menggunakan Metode

Job Order Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual (Studi Kasus Pada Harry

Handmade Shoes Malang), Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.

Page 105: POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER …repository.ub.ac.id/6593/1/Eka Junia Kurniawan.pdf · pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga

93

Rully Kusumawardani, 2013, Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

Order Costing (Studi Kasus UMKM CV. Tristar Alumunium), Skripsi, Program Studi

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.

Rica Marthasari. 2013. Perhitungan Biaya Produksi Dengan Metode Full Costing (Studi

Kasus Ayam Bakar Kaki Lima Jalan DR Mansyur III Padang Bulan Medan).

Universitas Sumatera Utara.

Sugiri ,Slamet, dan Sulastiningsih, 2004, Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar, UPP-

AMP YKPN, Yogyakarta

Setiawan,dkk, 2010 .Evaluasi Penerapan Job Order Costing Dalam Penentuan Harga

Pokok Produksi (S tudi Kasus Pada P T Organ Jaya).

.

Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta: Salemba

Empat.

Widiyastuti, 2007, Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus

UKM Lifera Hand Bag Collection). Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertania Bogor.