pointers utama_perubahan iv p54_2010 (p4_2015 & inpres 1_2015)

4

Click here to load reader

Upload: tapiatze

Post on 21-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hal-hal penting menyangkut perubahan keempat perpres 54 tahun 2010

TRANSCRIPT

  • POINTERS Perubahan IV Perpres No. 54/2010 (Perpres No. 4/2015) dan Inpres No. 1/2015

    Peraturan Presiden (Perpres) No. 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 2015, keduanya ditandatangani oleh Presiden tgl. 16 Januari 2015. Dalam Perpres 4/2015 & Inpres 1/2015: Diantaranya adalah arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah bisa berlangsung dengan cepat melalui e-procurement, masih banyaknya kasus lelang gagal, masa lelang pengadaan yang memakan waktu hingga 60 hari, belum maksimalnya pelaksanaan pengadaan melalui sistem elektronik serta masih banyak

    barang/jasa yang belum masuk dalam sistem E-Catalogue LKPP. Penekanannya terhadap berbagai perubahan kebijakan yang secara signifikan berpengaruh terhadap Akselerasi dan Inovasi dalam Proses Pengadaan secara Elektronik yang Lebih Efisien dan Efektif dan pencegahan korupsi dalam PBJP.

    Perubahan yang tertuang dalam Perpres 4/2015 ini bertujuan menghilangkan bottlenecking (penghambat) dan multi tafsir yang membuat penyerapan anggaran terlambat dan memperjelas arah reformasi kebijakan pengadaan, yang meliputi:

    1. Pejabat Pengadaan secara tegas dinyatakan sebagai personil yang melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan E-Purchasing. Sebelumnya Pejabat Pengadaan hanya memiliki tugas Pengadaan Langsung;

    2. Pengenalan Surat Pesanan untuk E-Purchasing sebagai Bukti Perjanjian; 3. Jaminan Pelaksanaan sudah tidak diperlukan untuk Pengadaan Langsung,

    Penunjukan Langsung-Keadaan Darurat, Kontes, Sayembara, Pengadaan Jasa Lainnya yang Aset Penyedia dikuasai oleh Pengguna, dan Pengadaan Barang/Jasa dalam E-Catalogue melalui E-Purchasing;

    4. Penegasan pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan melampaui tahun anggaran;

    5. Untuk pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK, maka untuk melanjutkan pekerjaan Pokja ULP dapat menunjuk langsung pemenang cadangan bilamana ada atau penyedia lain bilamana tidak ada cadangan;

    6. Pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa menyelesaikan pekerjaan dan dapat melampaui Tahun Anggaran;

    7. Penegasan wajib lelang E-Procurement dan menggunakan E-Procurement yang dikembangkan oleh LKPP;

    8. Dalam E-Tendering apabila ada penawaran kurang dari 3, tetap dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan harga serta tidak diperlukan sanggahan banding;

    9. Diperkenankan E-Lelang Ekspres dimana tahapannya hanya undangan, pemasukan penawaran, pengumuman pemenang;

    10. Kewajiban pengadaan lewat E-Purchasing yang berbasis E-Catalogue; 11. K/L/D/I wajib memberikan pelayanan hukum kepada PA/KPA/PPK/Pokja

    ULP/Pejabat Pengadaan/PPHP/PPSPM/Bendahara/APIP yang menghadapi permasalahan hukum dalam ruang lingkup PBJP;

    12. Seleksi Sederhana dengan metode Pascakualifikasi; 13. Menyelesaikan RUP Tahun Anggaran berikutnya sebelum Tahun Anggaran

    berjalan secara transparan, cermat, dan akuntabel;

  • 14. Menyelesaikan proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah paling lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya untuk pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun;

    15. Gubernur/Bupati/Walikota agar bersinergi secara aktif dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) guna mempercepat penetapan APBD;

    16. Gubernur/Bupati/Walikota agar mengevaluasi semua peraturan di daerah masing-masing yang menghambat percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, termasuk tidak mengatur tambahan persyaratan selain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah;

    17. Menteri Keuangan agar menyempurnakan mekanisme pembayaran atas pekerjaan hasil Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    Sebelumnya, tercatat Perubahan Ketiga atas Perpres 54/201 dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 172 tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah ditandatangani oleh Presiden tgl. 28 November 2014, hanya mencakup dapat dimungkinkan dengan Penunjukan Langsung untuk pekerjaaan pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi, jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK, dan ZA dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan ketahanan pangan.

    Sebelumnya, juga sudah tercatat Perubahan Kedua atas Perpres 54/2010 dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah ditandatangani oleh Presiden tgl. 31 Juli 2012. Dalam Perpres 70/2012 ini mencakup berbagai perubahan kebijakan yang secara signifikan berpengaruh terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah (PB/JP), penyerapan anggaran Negara, dan pencegahan korupsi dalam PB/JP.

    Dan sebelumnya juga sudah tercatat Perubahan Kesatu atas Perpres 54/2010 telah dilakukan tahun lalu dengan diterbitkannya Perpres No. 35/2011 yang mencakup Penambahan Kriteria Penunjukan Langsung (PL) untuk pekerjaan Jasa Konsultan Hukum (Advokat) dan Arbiter yang mendesak dan tidak bisa direncanakan terlebih dahulu.

    Pointers Perubahan yang tertuang dalam Perpres 70/2012 ini bertujuan menghilangkan bottlenecking (penghambat) dan multi tafsir yang membuat penyerapan anggaran terlambat dan memperjelas arah reformasi kebijakan pengadaan, yang meliputi:

    1. Dalam rangka percepatan penyerapan anggaran, dibuat ketentuan baru tentang:

    a. Kewajiban setiap K/L/D/I membuat rencana umum pengadaan dan rencana penarikan;

    b. Kewajiban melaksanakan pengadaan di awal tahun anggaran sebelum Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA);

  • c. Memperluas penggunaan e-catalogue untuk barang-barang yang spesifikasi dan harganya jelas di pasaran, seperti obat, alat kesehatan, alat pertanian, alat berat, bibit padi/jagung, dan sejenisnya.

    2. Menaikkan nilai Pengadaan Langsung untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), yang semula Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

    3. Menaikkan nilai Pelelangan Sederhana untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dan Pemilihan Langsung untuk Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) yang semula Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

    4. Hasil pengadaan langsung harus diumumkan di website masing-masing K/L/D/I untuk mencegah terjadinya penyimpangan.

    5. Penambahan metode Pelelangan Terbatas untuk Pengadaan Barang.

    6. Mengubah persyaratan konsultan internasional.

    7. Pengecualian persyaratan sertifikat keahlian untuk PPK yang dijabat Eselon II ke atas atau dijabat oleh PA/KPA apabila tidak ada pejabat yang memenuhi persyaratan bersertifikat.

    8. Memperpendek waktu Pelelangan Sederhana menjadi paling kurang 12 hari kerja semula 14 hari kerja.

    9. Pendelegasian menjawab sanggah banding dari Pimpinan K/L/D/I ke pejabat Eselon I/II.

    10. Menaikan jaminan sanggah banding semula 0,2% (dua per seribu) maksimum Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) menjadi 1% dari nilai HPS.

    11. Mengubah besaran uang muka kontrak tahun jamak maksimum sebesar 20% dari nilai kontrak dan harus menyusun rencana penggunaan uang muka.

    12. Penghapusan larangan bagi Peserta yang terafiliasi.

    13. Dalam rangka memperjelas dan menghilangkan ketentuan yang multi tafsir, yaitu:

    a. Memperjelas keberadaan ULP di Daerah adalah 1 ULP untuk 1 provinsi/kabupaten/kota;

    b. Memperjelas tugas dan kewenangan Kepala dan Pokja ULP (penanggung jawab proses pemilihan adalah Pokja ULP).

    c. Memperjelas adanya penyetaraan teknis untuk pelelangan dengan metode dua tahap.

  • d. Memperjelas bahwa yang berhak menyanggah adalah peserta yang memasukan penawaran.

    14. Memperjelas arah reformasi kebijakan pengadaan

    a. Lampiran Perpres dijadikan Keputusan Kepala LKPP (dengan persetujuan Menteri PPN);

    b. Mempertegas adanya mainstream Regular Bidding dan Direct Purchasing;

    c. Penambahan barang yang Direct Purchasing ditentukan oleh Kepala LKPP.

    Perpres 70/2012 ini mulai berlaku sejak diundangkan, yakni tanggal 1 Agustus 2012. Pengadaan yang sedang dilaksanakan dilanjutkan dengan tetap berpedoman pada Perpres 54/2010. Demikian pula dengan perjanjian/kontrak yang ditandatangani sebelum berlakunya Perpres ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian/kontrak

    Dengan perubahan ini, diharapkan percepatan penyerapan anggaran dapat terlaksana dan makin berkurangnya penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa. Saat ini LKPP juga tengah menyiapkan RUU Pengadaan Barang/Jasa Publik dengan tujuan memberikan kepastian hukum, mewujudkan good governance, terciptanya iklim usaha yang sehat, serta optimalisasi pelayanan publik dalam bidang PB/JP [Edi Usman: 25.01.15].

    Medan, 25 Januari 2015

    EDI USMAN, M.T. AU (MP & PS) Procerement, Contract and Project Management Specialist