pm peraturan perusahaan
DESCRIPTION
Peraturan di PerusahaanOleh Junjung Agung KurniawanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN MUTU
Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Jeha Easton I. (H3113056)
2. Junjung Agung K. (H3113057)
3. Putri Apriliani P. (H3113075)
4. Rastri Fridea (H3113077)
5. Utfa Syahrifalullilmi (H3113092)
6. Vera Indria Sari (H3113094)
7. Yuliana Dyah K.W (H3113097)
PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
ACARA V
PERATURAN TERKAIT
A. TUJUAN
Tujuan praktikum Acara V “Peraturan Terkait” adalah :
1. Mengetahui dan memahami satuan dan persyaratan dari produk, bahan
baku dan bahan tambahan menurut SNI.
2. Mengetahui dan memahami produk, bahan baku dan bahan tambahan
sesuai SNI.
B. TINJUAN PUSTAKA
Penjaminan mutu (quality assurance) meliputi kebijakan, sistem, dan
prosedur yang disusun oleh lembaga audit untuk memelihara standar yang
tinggi dari kegiatan audit. Sistem quality assurance menyediakan: indikator
bagi perekrutan dan promosi auditor; panduan mengenai aspek teknis dan
administrasi dalam pengendalian mutu audit; dasar untuk melakukan
komunikasi mengenai kebijakan, prosedur, dan hasil pengendalian mutu
kepada staf terkait; pengawasan dan review yang memadai atas sistem
quality assurance. Pengendalian mutu membutuhkan pemahaman yang jelas
mengenai letak tanggung jawab atas suatu keputusan. Setiap orang yang
terlibat dalam audit bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
memahami tanggung jawab masing-masing (Rai, 2008).
Jaminan mutu (quality assurance) sebagai bagian dari manajemen
mutu difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan
dipenuhi. Secara teknis, jaminan mutu pengujian dan kalibrasi dapat
diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang sistematik dan terencana yang
diterapkan dalam pengujian atau kalibrasi sehingga memberikan suatu
keyakinan yang memadai bahwa data yang dihasilkan memenuhi
persyaratan mutu sehingga dapat diterima oleh pelanggan atau pengguna.
Pengendalian mutu (quality control) merupakan bagian dari manajemen
mutu yang difokuskan pada pemenuhan persyaratan mutu (Hadi, 2007).
Mutu merupakan suatu faktor yang sangat penting, menentukan
keberhasilan suatu produk menembus pasaran. Produk yang bermutu akan
memiliki daya saing yang besar dan tingkat penerimaan yang tinggi. Mutu
menjadi salah satu tolak ukur perusahaan, yang menjadi perhatian semua
pihak dalam perusahaan. Pengendalian mutu tidak hanya dilakukan pada
bagian produksi tetapi juga dilakukan pada semua kegiatan operasi
perusahaan. Kegiatan pengendalian mutu telah berkembang menjadi suatu
manajemen mutu, yang melibatkan semua unsur operasi perusahaan.
Manajemen mutu dirancang sedemikian rupa oleh suatu perusahaan, dalam
mencapai tujuan maupun target yang akan dicapai (Mudrikah, 2013).
Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan
quality conrol dengan peta kontrol (control charts). Fungsi penerapan
quality control tersebut adalah untuk melakukan pengendalian terhadap
mutu dari input awal berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi,
sampai kepada proses output barang jadi (finished goods). Dengan adanya
penerapan quality control maka perusahaan dapat melakukan efesiensi
proses produk, khususnya dalam industri pengolahan (Wulan, 2014).
Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen
perusahaaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk (dan
jasa) perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan.
Pengendalian kualitas merupakan usaha preventif dan dilaksanakan sebelum
kualitas produk mengalami kerusakan. Pengertian pengendalian kualitas
sangat luas, dikarenakan berhubungan dengan beberapa unsur yang
mempengaruhi kualitas yang harus dimasukkan dan dipertimbangkan
(Romadhon, 2011).
Menurut SNI No: 4106.1-2009, bandeng presto/duri lunak adalah
produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan utuh yang
mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan bahan baku, sortasi,
penyiangan, pencucian, perendaman, pembungkusan, pengukusan,
pendinginan, pengepakan, pengemasan, penandaan, dan penyimpanan.
Bandeng duri lunak merupakan salah satu jenis diversifikasi pengolahan
hasil perikanan terutama sebagai modifikasi pemindangan yang memiliki
kelebihan yaitu tulang dan duri dari ekor sampai kepala lunak sehingga
dapat dimakan tanpa menimbulkan gangguan duri pada mulut. Dalam
pengolahan bandeng duri lunak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
tradisional dan modern. Pada pengolahan bandeng duri lunak secara
tradisional, wadah yang digunakan untuk memasak biasanya berupa drum
yang dimodifikasi atau dandang berukuran besar. Pengolahan bandeng duri
lunak secara tradisional menggunakan prinsip pengolahan ikan pindang
(Susanto, 2010).
Untuk menghasilkan bandeng presto yang berkualitas, penggunaan
bahan baku harus diperhatikan. Hindari bandeng yang berbau tanah.
Sebaiknya gunakan ikan bandeng hitam dibandingkan menggunakan bahan
baku bandeng putih (ikan bandeng terdiri atas dua jenis, hitam dan putih).
Ikan bandeng hitam dagingnya tidak mudah hancur saat dipresto. Gunakan
ikan bandeng yang masih segar dan gunakan bahan pengawet alami dalam
pembuatan bandeng presto. Ikan bandeng yang berbau tanah dapat
menyebabkan rasa bandeng presto kurang enak (Harianto, 2007).
Ikan bandeng (Chanos chanos) segar adalah jenis bahan baku yang
baik untuk dapat diolah menjadi produk berupa ikan bandeng tanpa duri.
Menurut SNI-01-2729-1-1992, bahan baku yang digunakan harus berasal
dari perairan yang tidak tercemar. Berdasarkan SNI, tentang penerapan
standar mutu bahan baku memiliki beberapa persyaratan antara lain; harus
bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari bau
lumpur dan sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak
membahayakan kesehatan (Vatria, 2010).
Ikan Bandeng termasuk ikan bertulang keras dan berdaging warna
putih susu. Struktur daging padat dengan banyak duri halus diantara
dagingnya, terutama daging di sekitar ekor. Nilai gizi ikan bandeng cukup
tinggi. Setiap 100 g daging bandeng mengandung 129 kkal energi, 20 g
protein, 4,8 g lemak, 150 mg fosfor, 20 mg kalsium, 2 mg zat besi, 150 SI
vitamin A, dan 0,05 mg vitamin B1. Berdasarkan komposisi gizi tersebut
maka ikan bandeng digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi dan
berlemak rendah (Saparinto, 2006).
Ikan bandeng termasuk jenis bahan pangan yang mudah rusak.
Kerusakan bandeng segar tersebut kebanyakan disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme selama penyimpanan. Penyimpanan dengan suhu rendah
merupakan cara paling tepat. Mengingat bandeng akan segera diolah, jadi
penyimpanan dengan suhu dingin sudah mencukupi. Penyimpanan dingin
dilakukan dengan menggunakan suhu 0-70C (Murtidjo, 2002).
Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap untuk pangan dan
sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Garam merupakan satu dari sembilan
jenis bahan kebutuhan pokok masyarakat Garam di samping sebagai produk
sebuah industri, juga digunakan sebagai bahan bantu di berbagai industri.
Penggunaan garam selama ini terkonsentrasi pada tiga bidang, yaitu bahan
pangan, industri (sebagai bahan baku maupun bahan bantu), dan bahan
pengawet. Garam merupakan komoditas yang cukup penting pada industri
perikanan, terutama industri pengolahan hasil perikanan. Industri
pengolahan hasil perikanan, baik tradisional maupun modern memanfaatkan
garam sebagai bahan bantu pengolahan. Umumnya, sebagian besar
pemanfaatan garam pada industri pengolahan hasil perikanan diaplikasikan
pada pengolahan yang bersifat tradisional, seperti pembuatan ikan asin, ikan
pindang, dan produk ikan fermentasi (Asshadad, 2011).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Alat tulis
b. Kertas
2. Bahan
a. Bandeng presto
3. Diagram Alir
Gambar 5 Diagram Alir SNI
Diidentifikasi produk, bahan baku dan bahan tambahan
Dicari SNI produk, bahan baku dan bahan tambahan
Diteliti kesesuaiannya dengan peraturan SNI
D. PEMBAHASAN
1. SNI Produk
Tabel 5.1 Satuan Persyaratan Menurut SNI ProdukNo Kriteria Satuan Persyaratan1 Bandeng presto menurut SNI-
4106-1-2009Proksimal Energi Protein Lemak AbuKarboSerat Mineral :
KalsiumBesi
grk/calgrgrgrgrgr
mgmg
70,8514820,536,731,140,000
510,32
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 5.1 satuan persyaratan menurut SNI produk
Bandeng Presto menurut SNI 4160-1-2009 memiliki kriteria proksimal
dengan satuan gr persyaratannya 70,85, energi dengan satuan k/cal
persyaratannya 148, protein dengan satuan gr persyaratannya 20,53,
lemak dengan satuan gr persyaratannya 6,73, abu dengan satuan gr
persyaratannya 1,14, karbo dengan satuan gr persyaratannya 0,00, serat
dengan satuan gr persyaratannya 0, mineral ada 2 yaitu kalsium dengan
satuan mg persyaratannya 51, besi dengan satuan mg persyaratannya
0,32. Bandeng Presto adalah produk olahan hasil perikanan dengan
bahan baku ikan yang mengalami perlakuan sebagai berikut:
- Penerimaan
- Sortasi
- Pencucian
- Perendaman
- Pembungkusan
- Penyimpanan
2. SNI Bahan Baku
Tabel 5.2 Satuan Persyaratan Menurut SNI Bahan BakuNo Kriteria Satuan Persyaratan1 Ikan segar menurut SNI-01-
2729-1-2006Cemaran mikroba ALTCemaran mikroba E.coliCemaran mikroba SalmonellaVibrio coleroCemaran kimia:
Raksa (Hg)Timbal (pg)HistaminCadmium (Cd)Parasit
Koloni/grApm/grApm/ 25 grApm/25 gr
Mg/kgMg/kgMg/kgMg/kgEkor
Maks. 5,0x105
Maks. < 2Negatif Negatif
Maks. 0,5Maks. 0,4Maks. 100Maks. 0,1Maks. 0
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 5.2 satuan persyaratan menurut SNI bahan
baku Ikan segar menurut SNI-01-2729-1-2006 memiliki kriteria cemaran
mikroba ALT dengan satuan koloni/gr persyaratannya Maks. 5,0x105,
kriteria cemaran mikroba E.coli dengan satuan Apm/gr persyaratannya
Maks. <2, kriteria cemaran mikroba Salmonella dengan satuan Apm/25
gr persyaratannya negatif, kriteria Vibrio colero dengan satuan Apm/25
gr persyaratannya negatif, kriteria cemaran kimia ada 5 yaitu cemaran
raksa (Hg) dengan satuan mg/kg persyaratannya maks.0,5, cemaran
timbal (pg) dengan satuan mg/kg persyaratannya maks.0,4, cemaran
histamin dengan satuan mg/kg persyaratannya maks.100, cemaran
cadmium (Cd) dengan satuan mg/kg persyaratannya maks.0,1, cemaran
parasit dengan satuan ekor persyaratannya maks.0. Ikan bandeng segar
menurut SNI-01-2729-1-2006 adalah ikan segar yang memiliki nama
latin chanos – chanosforsk memiliki panjang sekitar 25-35 cm. Memiliki
nutrisi yang lengkap terdiri dari proksimat, mineral dan asam amino yang
bermanfaat.
3. SNI Bahan Tambahan
Tabel 5.3 Satuan Persyaratan Menurut SNI Bahan TambahanNo Kriteria Satuan Persyaratan1 Garam menurut SNI-/SII No
140-76Meliputi kadar airKadar NaCl dihitung jumlah ClIodium dihitung sebagai KIO2
Cemaran logam:PbCuHyAs
7% b/bMin. 94,7% b/bMg/kg
Mg/kgMg/kgMg/kgMg/kg
Maks. 10Maks. 10Maks. 0,1Maks. 0,1
2 Kunyit menurut SNI-01-3160-1992KerusakanBusuk Diameter
1513,0
% (bobot-bobot)% (bobot-bobot)Min. Cm
3 Air menurut SNI-01-6242-2000BauRasaWarnaZat yang terlarutNitrat (NO3)Nitrit (NO2)Sulfat (SO4)CO2 bebas
--Unit Pt-Comg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L
Tidak berbauNormalMaks. 5Maks. 500Maks. 10Maks. 0,1Maks. 2003000-5800
Sumber: Laporan SementaraBerdasarkan Tabel 5.3 satuan persyaratan menurut SNI bahan
tambahan garam menurut SNI-/SII No 140-76 memiliki kriteria meliputi
kadar air dengan satuan 7% b/b, kriteria kadar NaCl dihitung jumlah Cl
dengan satuan Min. 94,7% b/b, kriteria Iodium dihitung sebagai KIO2
dengan satuan mg/kg, kriteria cemaran logam ada 4 yaitu Pb dengan
satuan mg/kg persyaratannya maks. 10, Cu dengan satuan mg/kg
persyaratannya maks. 10, Hy dengan satuan mg/kg persyaratannya maks.
0,1, As dengan satuan mg/kg persyaratannya maks. 0,1. Garam
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian besar natrium cholorida
serta senyawa lain.
Kunyit menurut SNI-01-3160-1992 kriteria kerusakan dengan
satuan 15 persyaratannya % (bobot-bobot), kriteria busuk dengan satuan
1 persyaratannya % (bobot-bobot), kriteria diameter dengan satuan 3,0
persyaratannya min. cm. Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa
digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering
digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga
digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai
pengawet. Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing
dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-
rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak,
piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau
suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul.
Air menurut SNI-01-6242-2000 memiliki kriteria bau dengan
syarat tidak berbau, rasa dengan syarat normal, warna dengan satuan unit
Pt-Co syaratnya maks. 5, zat terlarut dengan satuan mg/L syaratnya
maks. 500, Nitrat (NO3) dengan satuan mg/L syaratnya maks. 10, Nitrit
(NO2) dengan satuan mg/L syaratnya maks. 0,1, Sulfat (SO4) dengan
satuan mg/L syaratnya maks. 200, CO2 bebas dengan satuan mg/L
syaratnya 3000-5800. Air bersih adalah air yang diperoleh langsung dari
sumber air atau sumur. Secara garis besar air tidak boleh berbau dan
harus memiliki rasa normal.
Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah standar yang ditetapkan
oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Badan
Standardisasi Nasional (BSN), adalah badan yang membantu presiden
dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan dibidang
standardisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Standar Nasional Indonesia berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Standar Nasional Indonesia bersifat sukarela untuk ditetapkan oleh pelaku
usaha. Standardisasi dimaksud untuk meningkatkan perlindungan kepada
konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk
keselamatan, keamanan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta
untuk membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan persaingan
usaha yang sehat dalam perdagangan.
Berdasarkan tabel diatas mengenai peraturan terkait dengan produk
ikan bandeng presto sudah sesuai dengan standar nasional indonesia (SNI)
karena bahan baku dan bahan tambahan dari produk bandeng presto sudah
sesuai dengan SNI. SNI disusun dengan maksud untuk membuat pengertian
yang sama tentang istilah dan definisi suatu produk pangan,
menyeragamkan penamaan atau penyebutan produk pangan serta
menyiapkan acuan atau pedoman istilah dan definisi dalam rangka
standardisasi dan sertifikasi produksi suatu produk pangan.
Pada proses pembuatan ikan bandeng presto dengan cara perebusan,
untuk bandeng presto menggunakan panci vacuum stainlless steel. Ikan
presto banyak ditemukan di Jawa Tengah, menggunakan ikan bandeng
(Bandeng Presto). Proses pengolahannya, ikan bandeng yang berukuran
sedang atau besar dibersihkan sisik dan isi perutnya, lalu dicuci. Kemudian
ditambahkan bumbu kunyit, garam yang sudah dihaluskan. Penambahan
bumbu disesuaikan dengan jumlah ikan yang diolah. Selanjutnya diletakkan
kedalam ember-ember plastik selama 30–1 jam agar bumbunya menyerap.
Baru kemudian dimasukkan dalam ketel pengukus, lapis demi lapis diselingi
plastik. Kemudian dikukus pada suhu 127 0C dengan tekanan 2 atm selama
2-3 jam. Setelah masak, diangkat, lalu didinginkan dalam baskom dan
dibiarkan tanpa dikipas.
Pada semua produk diatas umunya memang ditujukan untuk
kepraktisan kemasan dan sekali konsumsi. Hal ini diharapkan agar
konsumen tidak terlalu terbebani serta repot apabila harus membeli produk
dalam jumlah yang besar. Selain itu kemasan dibuat menarik, simpel, dan
sepraktis mungkin agar dapat menarik konsumen. Setiap produk juga
disertakan kandungan gizi supaya konsumen mengetahui kandungan apa
saja yang terdapat pada produk. Sehingga tahu mana yang sebaiknya
dikonsumsi dan mana yang hasil dihindari.
E. KESIMPULAN
Tujuan praktikum Acara V “Peraturan Terkait” adalah :
1. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.
2. SNI disusun untuk membuat pengertian yang sama tentang istilah dan
definisi suatu produk pangan, serta menyiapkan acuan atau pedoman
istilah dan definisi dalam rangka standardisasi dan sertifikasi produksi
suatu produk pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Asshadad, Lutfhi. 2011. Pemanfaatan Garam Dalam Industri Pengolahan Produk Perikanan. Vol. 6 No.1.
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Harianto, Bagus. 2007. 22 Peluang Bisnis Makanan untuk Home Industri. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Mudrikah. 2013. Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Mentah (Cpo) dan Inti Kelapa Sawit (Kernel).
Murtidjo, Agus Bambang. 2002. Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.
Romadhon. 2011. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Pendekatan Model Sqc (Statistical Quality Control) (Aplikasi Model Pada Perusahaan Furniture).
Saparinto, Cahyo, Ida Purnomowati dan Diana Hidayati. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, Eko. 2010. Pengolahan Bandeng (Channos Channos Forsk) Duri Lunak. Jurnal Perikanan. Universitas Diponegoro.
Vatria, Belvi. 2010. Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos-Chanos) Tanpa Duri.
Wulan, M. Fajar. 2014. Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) Cpo (Crude Palm Oil) Pada Pt. Buana Wira Subur Sakti Di Kabupaten Paser.