plywood

15
DESAIN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI PLYWOOD Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri. Sebagai contoh jenis industri yang mengunakan sumber daya kayu adalah industri kayu lapis. Penggunaan kayu untuk bahan bangunan, furniture, dekorasi dan pembuatan kertas sudah semakin tinggi. Mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat meningkat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Proses produksi kayu lapis banyak menghasilkan limbah kayu seperti tanin, potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir, sisa kupasan dan potongan tepi kayu lapis yang tidak diolah lagi semaksimal mungkin akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Akibat pencemaran ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dari sumber daya alam seperti udara, air, dan tanah. Telah diketahui bahwa ketersediaan air bersih kini semakin berkurang, hal ini karena makin maraknya pencemaran yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan manusia salah satunya adalah kegiatan industri kayu lapis ( plywood ). Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah. Sebagian pengusaha industri yang akan membuang limbah diwajibkan mengolah terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup disekitarnya. Salah satu metode pengolahan limbah adalah teknik IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah). B. Tujuan

Upload: vikana

Post on 25-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DESAIN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI PLYWOOD

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri. Sebagai contoh jenis industri yang mengunakan sumber daya kayu adalah industri kayu lapis. Penggunaan kayu untuk bahan bangunan, furniture, dekorasi dan pembuatan kertas sudah semakin tinggi. Mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat meningkat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.Proses produksi kayu lapis banyak menghasilkan limbah kayu seperti tanin, potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir, sisa kupasan dan potongan tepi kayu lapis yang tidak diolah lagi semaksimal mungkin akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Akibat pencemaran ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dari sumber daya alam seperti udara, air, dan tanah. Telah diketahui bahwa ketersediaan air bersih kini semakin berkurang, hal ini karena makin maraknya pencemaran yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan manusia salah satunya adalah kegiatan industri kayu lapis ( plywood ).Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah. Sebagian pengusaha industri yang akan membuang limbah diwajibkan mengolah terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup disekitarnya. Salah satu metode pengolahan limbah adalah teknik IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah).B. Tujuan Memberikan informasi mengenai konsep pengelolaan dan pemanfaatan limbah industri plywood. Memberikan informasi tentang cara merancang instalasi pengelolaan air limbah untuk industri plywood.C. ManfaatSecara alami suatu limbah dapat terdegradasi di alam, tetapi limbah tesebut biasanya merupakan bahan organik ataupun senyawa kimia yang tidak kuat ikatan molekulnya. Dari Bahan baku yang digunakan pada proses ini, kandungan dari bahan kayu serta sifatnya yang mudah terdegradasi dialam merupakan salah satu keuntungan bagi pengolahan limbahnya. Akan tetapi bahan perekat yang kandungannya terdiri dari bahan bahan kimia tentu sangat sulit untuk terdegradasi secara alami dialam. Maka sangat perlu penanganan terhadap bahan bahan tersebut apabila tidak digunakan atau telah digunakan dalam proses produksi.II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian kayu lapis itu sendiri menurut Kliwon (1994) adalah suatu bahan padat yang berbentuk papan yang terdiri dari susunan veneer kayu yang disusun secara bersilangan tegak lurus arah seratnya pada lembaran veneer berikutnya yang disatukan dengan perekat organik di bawah tekanan dan suhu yang tinggi. Produksi kayu lapis dipasaran internasional dianggap lebih menguntungkan daripada ekspor kayu Log karena harga jual yang lebh tinggi. Oleh karena itu semakin tingginya kebutuhan akan kayu lapis yan dipicu oleh aspek ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat produksinya ( Resosudarmo dan Yusuf, 2006 ).Hal ini tentu akan menimbulkan berdampak pada lingkungan, karena selain aspek ekonomi yang diperhatikan, aspek lain seperti lingkungan pun patut jadi sorotan khusus. Dengan kata lain, jika produksi kayu lapis yang tinggi maka peluang pencemaran oleh limbah pun akan lebih besar. Bahan bahan yang dapat mencemari lingkungan (air, tanah, udara) dari produksi kayu lapis ini tentunya berupa limbah kayu itu sendiri dan perekat. Perekat adalah suatu bahan yang dapat menahan 2 buah benda berdasarkan ikatan permukaan (Sutigno, 2000).Limbah kayu dapat terdegradasi oleh alam karena bahan organik, namun bagaimana dengan perekat yang merupakan senyawa anorganik dari bahan bahan kimia. Tentunya limbah perekat memerlukan pengolahan khusus agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Pengendalian pencemaran yang dikenal masyarakat adalah menggunakan Instalasi Pengolahan Limbah. Instalasi pengolahan limbah pada prinsipnya bagai sebuah system pabrik dimana tersedia sejumlah input untuk diolah menjadi output. Kata lain limbah sebagai bahan baku yang diolah dalam system kemudia hasilnya adalah limbah yang memenuhi syarat baku mutu (Soetomo, 2001).Instalasi pengolahan limbah mempunyai spesifikasi tertentu dengan criteria teknis seperti tingkat efisiensi beban persatuan luas, waktu penahanan hidrolisis, waktu penahanan lumpur dan lain-lain. Model instalasi pengolah limbah tergantung pada jenis parameter pencemar, volume limbah yang diolah, syarat baku yang harus dipenuhi, kondisi lingkungan dan lain-lain. Setiap perusahaan industri harus mengadakan penghematan bahan baku agar sumber pencemaran dapat ditekan seminim mungkin. Energy bahan bakar adalah satu sumber pencemaran penting bagi udara. Semakin sedikit penggunaan bahan bakar semakin berkurang unsure pencemar yang dilepas ke udara. Pertemuan puncak dunia mengenai pencemaran adalah mencari penganti bahan bakar yang sedikit unsure pencemarnya (Sakti A. 2005).Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologis atau gabungan ketiga system pengolahan tersebut. Secara biologis digolongkan menjadi pengolahan cara aerob dan pengolahan limbah cara anaerob. Berdasarkan system unit operasi teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi unitoperasi phisik, unit operasi kimia dan unit operasi biologi.Bila dilihat dari tingkatan perlakuan pengolahan maka system pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi pretreatmen, primary treatment system (menggunakan peralatan limbah cair agar memiliki homogenitas dan memudahkan bagi pengolahan tingkat lanjut), secondary treatment system (menggunakan bahan kimia bertujuan untuk mengendapkan bahan, mematikan bakteri phatogen, mengikat secara oksidasi atau reduksi menetralkan konsentrasi kelarutan asam dan desinfektasia), tertiary treatment system (digunakan apabila pengolahan limbah dengan konsentrasi bahan pencemar tinggi atau limbah dengan jenis parameter yang bervariasi banyak. (Perdana Ginting, 2008)III. PEMBAHASANA. Limbah Industri Plywod (Kayu Lapis)Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan plywood adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya serbuk dan kulit kayu, selama ini serbuk dan kulit kayu tersebut hanya digunakan untuk bahan bakar dirumah tangga ataupun hanya dibuat sebagai abu gosok saja. Dengan pemanfaatn kembali limbah tersebut untuk bahan bakar proses pembakaran di boiler, maka akan dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan serta dapat meminimalkan biaya bahan bakar boiler. Sedangkan limbah serbuk dan kayu yang belum dimanfaatkan dapat digunakan untuk pembuatan furniture alat-alat rumah tangga. Sehingga akan bernilai ekonomis serta ramah lingkunganSelain serbuk kayu dan kulit kayu, limbah padat dari proses produksi plywood adalah dihasilkan dari lem yang lengket pada mesin produksi. Lem yang tertingal di mesin tentu akan menggangu produktivitas mesin tersebut. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada lem adalah fenol. karena bahannya mudah menguap ke udara serta menimbulkan bau. Maka perlu diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan. Salah satu tekhnologi yang dapat digunakan untuk limbah ini adalah insenerator , karena dapat membakar limbah ini secara sempurna dan menghasilkan fly ash. Pembakaran pada insenerator menggunakan suhu yang sangat tinggi serta waktu tertentu untuk setiap jenis limbah. Hasil produksi kayu yang mengalami kerusakan tentunya akan menjadi limbah baru bagi lingkungan apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat sebelum dibuang. Limbah hasil produksi yang rusak tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran di Boyler karena kandungan kalori kayu yang tinggi. Dampak Pembangunan Industri kayu lapis serta proses produksinya terhadapLingkungan1. Pengadaan lahan untuk pembangunan industri dengan membuka hutan akan menimbulkan masalah baru bagi lingkungan.2. Penggunaan sumberdaya alam secara besar besaran tanpa diiringi dengan azas pelestarian kembali yang berimbang tentu akan menjadi malapetaka.3. Ketersediaan air tanah yan semakin berkurang selain karena faktor pada point pertama dan kedua diatas, industri juga menggunakan air tanah untuk proses produksi. Padahal air tanah diperuntukkan bukan untuk pencucian kayu. Karena penggunaan air tanah untuk industri, maka air akan kian tercemar. 4. Tempat penampungan air yang kian berkurang ( hutan ), serta daerah resapan (tanah) yang beralih menjadi beton dan aspal tentu akan memperbesar potensi run off, erosi, dan banjir.5. Proses produksi yang menimbulkan limbah dan tidak dikelola kembali akan menjadi bahan pencemar bagi lingkungan. Peraturan Pemerintah Terkait Suatu bentuk kegiatan Industri tentu akan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi lingkungan alam ataupun sosial. Oleh karena itu perlu adanya peraturan peraturan yang mengatur semua jenis kegiatan tersebut agar tidak menimbulkan masalah apapun. Peraturan pemerintah yang terkait dalam kegitatan Industri adalah : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 jo. PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3. Pasal 21 Undang Undang No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada tanah. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan tersebut. Selain peraturan tersebut di atas, ada satu peraturan lagi yang dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah yang boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995. 3R (Reuse, Recycle dan Recovery)Pemahaman bahwa limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi mempunyai nilai ekonomis merupakan suatu paradigma baru yang sedang dikembangkan saat ini. Limbah bukan menjadi suatu hal yang harus dihindari atau ditutup-tutupi pengelolaannya. Limbah juga mempunyai nilai ekonomis. Konsep 3R (Reuse, Recyle dan Recovery) akan medorong setiap penghasil limbah untuk menjadikan limbahnya memiliki nilai ekonomis tersebut. Bahan BakuBahan baku yang digunakan untuk produksi kayu lapis adalah kayu, perekat, air. Sebagai bahan baku utama, kayu memiliki kandungan selulosa (40-50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan anorganik dan ekstraktif. Oleh karena itu kayu bersifat hirofilik, kaku, serta dapat terdegradasi secara biologis. Lalu perekat mengandung urea formaldehida, melamin formaldehida, phenol formaldehida dan resorsinol formaldehida. Kemudian bahan lain adalah air yang digunakan untuk proses pencucian kayu. MetodeMetode yang digunakan adalah pengolahan limbah cair berdasarkan unit operasinya, proses pengolahan dilakukan dengan cara fisika, kimia, biologi, serta gabungan dari ketiganya.. Limbah cair yang berasal dari industri plywood adalah limbah tanin , potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir basah dan kering, kupasan kulit kayu, serta tanah, pasir dan lumpur dari penebangan di hutan yang terbawa ke industri pabrik ini. Proses awal pada tingkat perlakuan pengolahan limbah adalah Pretreatment, lalu Primary Treatment, kemudian Secondary Treatment, dan terakhir Tertiary Treatment. Proses pengolahan secara fisika diawali dengan proses Screening, proses Grit Chamber, Equalisasi dan memperbaiki performance proses selanjutnya. Pada proses pengolahan secara kimia adalah neutralisasi, presipitasi dan dilanjutkan dengan proses pengolahan secara biologi. Pada pengolahan limbah cair secara biologi salah satunya adalah dengan Aerasi, ozonasi, Sedimentasi dan Bak Kontrol.Limbah padat dari proses produksi kayu lapis ini dihasilkan dari lem yang lengket pada mesin produksi. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada lem adalah fenol. karena bahannya mudah menguap ke udara serta menimbulkan bau. Maka perlu diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan. Salah satu tekhnologi yang dapat digunakan untuk limbah ini adalah insenerator.B. Proses Produksi Plywood. Pemotongan panjangPemotongan panjang adalah proses awal dari pemotongan balok gelondongan kayu yang akan diolah. Pemotonan ini juga bertujuan membersihkan gelondongan balok dari ranting ranting dan lainnnya. Pemanasan BalokPemanasan balok dilakukan setelah pemotongan panjang dan pembersihan balok. Proses pemanasan ini untuk melunakkan kayu dan mata-mata kayu agar mudah dalam pengupasan kulit kulit gelondongan kayu yang telah dipoton sebelumnya. Kayu yang dipanaskan akan mudah merekat saat diberi lem daripada yang tidak melalui pemanasan Pembuatan dan Pengeringan venirPengupasan balok kayu dilakukan dengan di jepit dengan kuat pada kereta bergerak yang naik turun. Pada pisau pengupas dan palang penekan bergerak ke depan terus menerus saat balok berputar. Alat yang digunakan untuk mengupas dengan cara otomatis, peralatan ini memuati mesin kupas dengan suatu balok kecil. Membundarkan kayu balok, megupas Venir hingga ukuran inti menjadi 4 sampai 5,5 inchi. Lalu venir yang telah dibuat akan diproses secara lanjut di mesin utama pengering venir tipe ban dan tipe rol. Venir bergerak di dalam ruang yang berhawa panas agar kelembabannya stabil sehingga cacat pengeringan minimal. Kadar air venir harus sesuai dengan persyaratan perekat perlu pengecekan secara berkala, pengecekan dilakukan oleh mesin engering yang dilengkapi dengan alat sensor sehinga dapat mengetahui jika ada kadar air venir yang melebihi batas maksimum. Pemotongan dan Penyambungan venirSelanjutnya venir yang telah kering dipotong sesuai ukuran lebar yang ditentukan, lalu jika terdapat venir kering yang memiliki lebar yang kurang, maka venir tersebut disambungkan. Penyambungan harus rapat dan jangan ada tumpang tindih, oleh karena itu sebaiknya penyambungan venir dilakukan dengan menggunakan mesin khusus penyambung. Perbaikan dan persiapan venirPerbaikan dilakukan apabila ada venir yang rusak pada saat produksi. Perbaikan dapat dilakukan secara manual ataupun memakai mesin. Venir yang retak dibenahi dengan pita perekat, lalu penambalan venir yang cacat mengunakan venir dengan bentuk dan warna yang sesuai agar terkesan rapi.setelah semua telah diperbaiki, maka venir tersebut disiapkan untuk proses perekatan. Venir dipilih, ditentukan mana venir bagian luar dan venir bagian dalam. Venir luar dibedakan menjadi venir muka dan venir belakang, Venir dalam dipisahkan menjadi venir dalam yang panjang (long core) dan yang pendek (cross band atau short core). Pelaburan perekatan dan Pengempaan ( dingin dan panas )Proses ini diawali dengan pelaburan perekat ke venir pada kedua permukaannya. Perekat yang digunakan yaitu fenol-formadehid. Kemudian Pengepresan dilakukan pada muatan panil yang telah disusun, ini dilakukan pada pres dingin pada tekanan yang lebih rendah. Tujuannya untuk memungkinkan perekat yang basah untuk melekatkan venir satu sama lain. Lalu kempa panas dilakukan dengan suhu dan waktu tertentu. Proses ini untuk lebih merekatkan lem pada kayu lapis. Pemotongan sisi, pendempulan dan pengamplasanKayu lapis yang telah selesai dipress kemudiaan dipotong sisinya sesuai ukuran. proses pemotongan sisi ini untuk menentukan bentuk, lalu kayu lapis yang di inginkan sesuai dengan ukurannya yang tepat. Kemudian prosesnya dilanjutkan dengan Proses pendempulan. Proses pendempulan ditujukan untuk menutupi cacat terbuka pada kayu lapis yang telah jadi. Pendempulan dilakukan dengan sisipan pada bagian tepi kayu lapis yang cacat serta penyumbatan pada celah bagian tepi kayu lapis yang mengandung celah. Pengecekan, pengepakan, dan PemasaranPengecekan dilakukan untuk melihat hasil dari pendempulan serta melihat hasil akhir kayu lapis sebelum proses packing. Apabila ada kecacatan atau kerusakan, maka akan dilakukan perbaikan kembali pada proses sebelumnya. Kayu lapis yang telah lolos proses pengecekan akan mulai di packing dan siap untuk didistribusikan ke pasaran.C. Sistem Pengolahan Limbah Industri Plywood. Limbah Padat (serbuk dan kulit kayuProses produksi kayu lapis ini banyak sekali menghasilkan limbah, terutama limbah kayu itu sendiri karena merupakan bahan pokok produksi. Limbah limbah tersebut dihasilkan dari proses pemotongan, penggerajian, dan pengupasan kayu. Limbah kayu yang berupa serbuk dan kulit kayu dapat dimaksimalkan lagi pemanfaatannya untuk bahan bakar di boiler. Karena selama ini serbuk dan kulit kayu tersebut hanya digunakan untuk bahan bakar dirumah tangga ataupun hanya dibuat sebagai abu gosok saja. Dengan pemanfaatn kembali limbah tersebut untuk bahan bakar proses pembakaran di boiler, maka akan dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan serta dapat meminalkan biaya bahan bakar boiler. Sedangkan limbah serbuk dan kayu yang belum dimanfaatkan dapat digunakan untuk pembuatan furniture alat-alat rumah tangga. Sehingga akan bernilai ekonomis serta ramah lingkungan. Limbah Padat (Lem)Limbah padat dari proses produksi kayu lapis ini dihasilkan dari lem yang lengket pada mesin produksi. Lem lem yan tertingal di mesin tentu akan menggangu produktivitas mesin tersebut. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada lem adalah fenol. karena bahannya mudah menguap ke udara serta menimbulkan bau. Maka perlu diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan. Salah satu tekhnologi yang dapat digunakan untuk limbah ini adalah insenerator , karena dapat membakar limbah ini secara sempurna dan menghasilkan fly ash. Pembakaran pada insenerator menggunakan suhu yang sangat tinggi serta waktu tertentu untuk setiap jenis limbah. Limbah Padat (Produk Gagal)Hasil produksi kayu yang mengalami kerusakan tentunya akan menjadi limbah baru bagi lingkungan apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat sebelum dibuang. Limbah hasil produksi yang rusak tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran di Boyler karena kandungan kalori kayu yang tinggi. Limbah Cair Selain menghasilkan limbah padat, proses produksi kayu juga menhasilkan limbah cair. Limbah cair ini dihasilkan dari proses pencucian kayu, pengempaan, dll. Limbah cair tersebut dapat diproses kembali agar saat dibuang kesungai atau lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai analisa terlebih dahulu terhadap limbah yang dihasilkan. Analisa tersebut diperlukan untuk mengetahui karakteristik limbah serta tekhnologi yang tepat untuk pengolahan limbah tersebut. Salah satu sistem pengolahan limbah cair adalah sistem Pengolahan IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah). Sistem pengolahan tersebut bertujuan untuk menghilangkan kandungan padatan tersuspensi , koloid, bahan-bahan organik dan anorganik, serta kandungan bahan kimia hasil dari proses produksi kayu lapis.Macam macam limbah yang dihasilkan dari proses pencucian adalah limbah tanin , potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir basah dan kering, kupasan kulit kayu, serta tanah, pasir dan lumpur dari penebangan di hutan yang terbawa ke industri pabrik ini. Setelah mengetahui karakteristik dan jenis limbah yang dihasilkan dari produksi ini, dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu pengolah di IPAL. Proses awal pada tingkat perlakuan pengolahan limbah adalah Pretreatment, lalu Primary Treatment, kemudian Secondary Treatment, dan terakhir Tertiary Treatment. Sedangkan sistem pengolahan limbah cair berdasarkan unit operasinya, proses pengolahan dilakukan dengan cara fisika, kimia, biologi, serta gabungan dari ketiganya. Proses pengolahan secara fisika diawali dengan proses Screening, proses ini bertujuan untuk memisahkan potongan-potongan kayu dan sebagainya agar memudahkan untuk proses IPAL selanjutnya.Lalu proses selanjutnya adalah proses Grit Chamber, pada proses ini, tanah, kerikil, pasir, dan partikel-partikel lain yang dapat mengendap di dalam saluran dan pipa-pipa dihilangkan sehingga dapat melindungi pompa-pompa dan peralatan lainnya dari penyumbatan, abrasi, dan overloading. Lalu proses selanjutnya yang dilakukan adalah Equalisasi, proses ini bertujuan untuk menhomogenkan larutan air limbah, menyetarakan laju alir dan karakteristik air limbah, mengurangi ukuran dan biaya proses pengolahan selanjutnya, dan memperbaiki performance proses selanjutnya. Kemudian setelah equalisasi, dilakukan proses sedimentasi. Proses ini untuk memperoleh air buangan yang jernih serta dapat mempermudah dalam penanganan lumpurnya. Setelah rangkaian proses fisika, dilanjutkan dengan pengolahan sistem pengolahan kimia.Pada proses pengolahan secara kimia, pengolahan yang pertama adalah neutralisasi. Proses ini bertujuan untuk mengatur kondisi pH pada air limbah agar berada pada kondisi netral, karena jika terlalu asam ataupun basa air tersebut akan bersifat racun. Limbah yang dihasilkan pada proses produksi ini bersifat asam, oleh karena itu perlu penambahan larutan NaOH agar pH nya menjadi netral. Lalu setelah netralisasi, dilanjutkan dengan presipitasi. Proses ini bertujuan untuk mengurangi bahan bahan yang dapat menimbulkan terbentuknya endapan dan menghilangkan kandungan logam logam berat yang mungkin ada pada air limbah ini dengan menambahkan AL2 (OH) CL4 (PAC), Soda Ash ( Caustic Soda ), Flokulan (PAM) dan AL2 SO4. Setelah proses presipitasi ( kimia ), dilanjutkan dengan proses pengolahan secara biologi.Pengolahan secara biologi salah satunya adalah dengan Aerasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan polutan dengan mengunakan mikroorganisme (bakteri) ataupun mengontakkan limbah dengan oksigen (aerator). Proses selanjutnya yaitu ozonasi, proses ini dilakukan dengan cara menambahkan O3 ke dalam air. Proses ini bertujuan untuk Mengoksidasi logam berat, Meningkatkan flokulasi, Bahan pemutih, Menghancurkan jamur dan lumut, Menghancurkan dan mengurangi jentik-jentik.Proses pengolahan selanjutnya adalah dengan proses Sedimentasi proses ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk memisahkan partikel-partikel serta mikroorganisme setelah proses aerasi dan ozonasi dari air. Dalam proses sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah seperti kerikil, pasir, dan lumpur. Tahap akhir adalah pengecekan berbagai parameter uji yaitu BOD,DO,COD,PH, TSS, PHENOL pada Bak Kontrol, pada bagian ini juga digunakan indikator pengamatan yaitu dengan ikan mas dan enceng gondok. Kedua indikator tersebut peka terhadap air limbah, sehingga dapat diketahui kualitas air tersebut terhadap hewan dan tumbuhan. Apabila indikator atau media uji coba tersebut mati, maka air olahan tersebut masih berbahaya dan perlu diolah kembali. Sedangkan apabila indikator dapat hidup dalam waktu yang telah ditentukan, maka dipastikan air tersebut sudah dapat dapat dibuang kelingkungan (outlet). Akan tetapi, untuk menghemat ketersediaan air, maka air outlet dapat digunakan kembali (Reuse) sebagai air pencuci kayu atau peruntukan lain yang sesuai. Limbah Non Spesifik Industri PlywoodLimbah dari kain majun yang dihasilkan dari proses produksi dapat dipakai untuk bahan bakar boyler. Lalu untuk drum bekas penyimpanan oli dapat dibersihkan dan dapat diunakan untuk menyimpan air hujan, atau dijual ke agen penampun drum untuk dijual kembali ke masyarakat. Hasil pencucian drum yang mengandung oli serta oli bekas dari pengunaaan mesin produksi dan kendaraan operasional akan menjadi limbah berbahaya, maka Limbah tersebut dapat dikatakan limbah B3 karena kandungan oli nya masih ada. Limbah non spesifik lain adalah limbah medis dari pengobatan para direktur ataupun karayawan, limbah limbah tersebut bisa berupa bahan kimia ataupun berupa jarum suntik. Limbah obat obatan dan jarum suntik merupakan limbah infeksius yang penanganannya perlu metode khusus mulai dari pembungkusan limbah tersebut hingga penyimpananya sebelum diolah. Lalu limbah yang dihasilkan oleh bahan bahan pendukung produksi yang telah kadaluarsa misal perekat dan bahan bahan kimia. Apabila dimungkinkan dapat diolah di insenerator, maka limbah limbah tersebut akan dibakar. Akan tetapi jika tidak lagi dimungkinkan untuk diolah lagi karena terlalu berbahaya kandungannya ( B3 ), maka alternatif terakhir adalah dengan penimbunan ( landfill ). Alternatif ini merupakan jalan akhir pembuangan limbah setelah berbagai jenis pengolahan tidak mampu lagi untuk menanganinya. Landfill itu sendiri harus dilakukan secara benar dan perlu pengawasan yang intensif selama 30 tahun. Limbah yang akan di landfill harus benar benar diperhatikan mulai syarat syarat penimbunan serta perawatannya agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

IV. PENUTUP

A. KesimpulanSetelah mengetahui limbah limbah yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis serta bagaimana penanganannya yang tepat. Maka dapat disimpulkan bahwa industry harus meggunakan teknologi yang dapat mengurangi sumber pencemar. Suatu limbah dapat diminimalisasi keberadaanya di lingkungan apabila mengetahui dan dapat mengolahnya terlebih dahulu. Dalam air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar malampaui nilai yang ditetapkan. Karena tidak sepenuhnya limbah itu tidak berguna, masih ada bagian dari limbah tersebut yang dapat diolah dan dimanfaatkan kembali dengan Reuse, Recyle, Recovery. Limbah yang ada di produksi kayu lapis ini memiliki bermacam macam bentuk, ada yang padat, cair dan B3. Limbah padat dapat diolah di boyler, limbah cair dapat diproses kembali di IPAL, sedangkan B3 dapat dikelola di insenerator.B. SaranSemua kegiatan industri baik kecil atau besar sebaiknya tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungannya. Sehingga pembangunan industri ini tetap berwawasan lingkungan serta berkelanjutan untuk kepentingan generasi yang akan datang. Oleh karena itu, apabila terdapat limbah yang kemungkinan besar akan mencemari lingkungan maka harus segera diolah kembali. Akan tetapi dalam pengolahan limbah ini harus mengikuti prosedur yang berlaku sehingga tidak terjadi kesalahanpahaman dengan masyarakat sekitar industri. Harus dicari jenis teknlogi yang dapat menggunakan bahan penolong sedikit dan menggunakan bahan baku yang bebas dari senyawa beracun dan berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Kliwon, S., M.I. Iskandar dan P. Sutigno. 1996. Some properties of BambooPlywood. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PengembanganJenis-Jenis Pohon Serbaguna. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan, Jakarta.Perdana Ginting.2008.Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri.Yrama Widya.BandungResosudarmo Ida AP dan Pierce Colfer CJ., 2003, Ke Mana Harus Melangkah ? Masyarakat, Hutan, dan perumusan Kebijakan di Indonesia , Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta.Sutigno, P. 2000. Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Buletin Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Soetomo, 2001. Industri Pengolahan Kayu. Majalah Kehutanan Indonesia, Jakarta.