pltgu priok

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kun jungan Industri ini dimaksud agar para Mahasiswa memahami dengan cara melihat dan mengamati langsung proses yang ada di PT Indonesia Power UBP Tanjung Priok. Kunjungan ini merupakan sarana mata perkuliahan di tingkat IV sub jurusan teknik energi elektrik yang wajib diikuti khususnya mata kuliah proteksi arus lebih. Dengan demikian diharapkan agar para Mahasiswa dapat lebih mantap dalam dunia kerja, dan dapat memotivasi dalam mempelajari ilmu di bangku perkuliahan dan ilmu yang diterima di luar kampus. 1.2 Tujuan dan Maksud Kunjungan Industri Tujuan dan maksud dan maksud Kunjungan Industri adalah menunjukkan kepada Mahasiswa tentang kegiatan kerja dan cara kerja alat-alat pada dunia kelistrikan sehingga Mahasiswa dapat memahami dan mengkaji serta dapat membandingkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan dengan di dunia pekerjaan. 1.3 Waktu dan Tempat Waktu kunjungan industri ini pada 14 November 2013, bertempat di PT Indonesia Power UBP(Unit Bisnis Pembangkit) Tanjung Priok.

Upload: erwin-setiadi

Post on 24-Oct-2015

159 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan KL

TRANSCRIPT

Page 1: PLTGU Priok

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kun jungan Industri ini dimaksud agar para Mahasiswa memahami dengan cara melihat dan

mengamati langsung proses yang ada di PT Indonesia Power UBP Tanjung Priok.

Kunjungan ini merupakan sarana mata perkuliahan di tingkat IV sub jurusan teknik energi

elektrik yang wajib diikuti khususnya mata kuliah proteksi arus lebih. Dengan demikian

diharapkan agar para Mahasiswa dapat lebih mantap dalam dunia kerja, dan dapat

memotivasi dalam mempelajari ilmu di bangku perkuliahan dan ilmu yang diterima di luar

kampus.

1.2 Tujuan dan Maksud Kunjungan Industri

Tujuan dan maksud dan maksud Kunjungan Industri adalah menunjukkan kepada Mahasiswa

tentang kegiatan kerja dan cara kerja alat-alat pada dunia kelistrikan sehingga Mahasiswa

dapat memahami dan mengkaji serta dapat membandingkan ilmu yang di dapat di bangku

perkuliahan dengan di dunia pekerjaan.

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu kunjungan industri ini pada 14 November 2013, bertempat di PT Indonesia Power

UBP(Unit Bisnis Pembangkit) Tanjung Priok.

Page 2: PLTGU Priok

BAB IIKUNJUNGAN DI PT INDONESIA POWER

2.1 Profil Umum Indonesia Power

Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi  pada

sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya

Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun

1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik

swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi ( MPE ) menerbitkan

kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembangan Sub sektor

ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor

ketenagalistrikan.

Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi

Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk

dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang

diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah

PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I.

Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang

pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen

Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia

Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin

ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang

akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada

pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset berupa pembangkit

dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan

teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti

air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit

tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan,

PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-

an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa secara

Page 3: PLTGU Priok

kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di

Indonesia.

Unit Bisnis Pembangkitan Priok ini menempati areal seluas 28 ha di tepi pantai

jakarta utara, mengelola sejumlah pusat listrik tenaga thermal yang menggunakan bahan

bakar gas alam, minyak residu (MFO) dan minyak solar (HSD) dengan kapasitas terpasang

sebesar 1.455,68 MW.

DTP & DMN Unit

KIT DTP DMN

Manufacturer Initial operation Status (MW) (MW)

PLTU 3 50 40,5 MHI 1972 Operational

PLTU 4 50 40,5 MHI 1972 Operational

GT 1.1 130 125 ABB 1993 Operational

GT 1.2 130 125 ABB 1993 Operational

GT 1.3 130 125 ABB 1993 Operational

ST 1.4 200 172.50 ABB 1993 Operational

GT 2.1 130 117,3 ABB 1994 Operational

GT 2.2 130 117,5 ABB 1994 Operational

GT 2.3 130 117,4 ABB 1994 Operational

ST 2.4 200 162.04 ABB 1994 Operational

WH 1 26 17 Westinghouse 1976 Operational

WH 2 26 17 Westinghouse 1976 Operational

Gambar 2.1 Unit Bisnis Pembangkitan Priok

Page 4: PLTGU Priok

Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan salah satu Unit Bisnis Pembangkitan besar

yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit terdiri dari

dua unit PLTG siklus terbuka, enam unit PLTD, dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri

dari 3 unit turbin gas dan 1 unit PLTU.

Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Jakarta khususnya

dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN Eksploitasi XIII membangun PLTU konvensional

1 dan 2. Namun pada tahun 1989, dengan

mempertimbangkan berbagai faktor maka PLTU 1 dan 2 tersebut tidak dioperasikan lagi.

Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di tahun 1972 dibangun 2

unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama dioperasikan, unit ini pada kondisi Reserve Shut

Down.

Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTA Suralaya untuk

unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini

PUB 6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri

Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power,

sedangkan unit 7 Draw Back to GE. Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU

Pemaron.

Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu PLTG 1 dan

PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar       ( Black Start ),

apabila terjadi pemadaman total ( Black Out ). Energi listrik yang dihasilkan dapat

dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat

menunjang dalam rangka pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena

fungsinya yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap hari.

Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga mengelola 6 unit PLTD

Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan Kebayoran, melalui feeder Vip hingga saat

ini memasok kebutuhan energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI.

Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan Internasional Konsorsium ABB dan Marubeni

untuk membangun 2 blok. Dengan menggunakan kabel bawah tanah, listrik sebesar 150 KV

disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol. Selain itu listrik juga dialirkan melalui saluran

udara tegangan tinggi (SUTT) 150

Page 5: PLTGU Priok

KV ke Kemayoran I/II, dan Plumpang I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk

dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke sistem kelistrikan Jawa-Bali.

Sampai saat ini, kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Unit Pembangkitan Priok

merupakan aset yang tak ternilai. Selain memiliki SDM profesional yang ahli di bidangnya,

pihak manajemen juga berhasil mengelola perusahaan dengan baik. Terbukti dengan

berhasilnya mendapat sertifikat ISO 9002, ISO 14001 dan SMK 3 dan ISO 9001 versi 2000.

2.2 Tujuan,Visi, dan Misi, Tujuan, Motto Indonesia Power.

Tujuan :

Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan

sumber daya perusahaan.

Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada

usaha pembangkitan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada

permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.

Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas

dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan.

Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat atas dasar saling menghargai antar

karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan

profesionalisme.

Visi : MENJADI PERUSAHAAN PUBLIK, DENGAN KINERJA KELAS DUNIA

DAN BERSAHABAT DENGAN LINGKUNGAN

Misi : MELAKUKAN USAHA BIDANG KETENAGALISTRIKAN DAN USAHA

LAINNYA YANG BERKAITAN, BERDASARKAN KAIDAH INDUSTRI

DAN NIAGA YANG SEHAT,GUNA MENJAMIN KEBERADAAN DAN

PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DALAM JANGKA PANJANG

Page 6: PLTGU Priok

2.3 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok

Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan PLTG dan PLTU, dengan

memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran pada PLTG untuk

memanaskan air pada HRSG (Heat Recovery Steam Generator) sehingga menghasilkan uap

yang mampu menggerakkan turbin. Siklus yang terjadi pada PLTGU merupakan siklus

tertutup yang terdiri dari siklus turbin gas dan siklus turbin uap. Dengan demikian energi

dimanfaatkan secara optimal.

Untuk mengaktifkan 1 unit PLTGU maka generator yang terdapat pada gas tubine 

akan diubah menjadi sebuah motor  dengan menggunakan sistem SFC(Static Frequency

Converter) dengan menggunakan thyristor (konverter tiga fasa), dimana thiyristor tersebut

bekerja dengan menggunakan prinsip trigger dari sebuah gerbang catu untuk bekerja dan

setelah tegangan AC dirubah menjadi tegangan DC maka arus DC tersebut dimanfaatkan

sebagai pengeksitasi yang terhubung ke bagian motor dari generator. Thyristor ini di gunakan

karna dalam aplikasinya thyristor ini bekerja hingga level daya 120 kW

Sehingga generator turbin berfungsi sebagai alat yang menggerakkan poros. Pada

tahap awal ini generator berfungsi untuk menggerakkan kompresor sehingga kompresor

mampu menghasilkan tekanan udara. Dengan tekanan yang besar, udara disalurkan ke dalam

ruang pembakaran ( Combustion Chamber ) bersama-sama dengan masuknya bahan bakar

( minyak dan gas ) beserta udara lingkungan yang berasal dari lingkungan luar yang sudah

difilter. Dari proses pembakaran menghasilkan panas yang besar yang kemudian kalor ini

berfungsi sebagai penggerak turbin gas. Turbin gas akan menggantikan fungsi generator yang

pertama kali menggerakkan kompresor, dan akan menggerakkan generator tersebut sehingga

generator menghasilkan listrik.

2.4 Sistim Bahan Bakar Gas

Pada PLTGU priok ada dua jenis bahan bakar yang dapat digunakan yaitu bahan bakar

gas dan HSD(High Speed Diesel). Bahan bakar ini dapat digunakan secara bersamaan namun

hanya dilakukan pada saat pergantian dari bahan bakar gas  ke bahan bakarr HSD dan

sebaliknya tampa mematikan unit PLTGU.

Page 7: PLTGU Priok

Dari kedua  jenis bahan bakar ini  yang paling sering digunakan ialah bahan bakar gas,

hal ini dikarenakan selain lebih murah dibandingkan HSD juga ramah terhadap lingkungan

tentunya juga memberikan keuntungan yang lebih kepada perusahan.

2.4.1 Fungsi Umum

Sistem bahan bakar gas dari  turbin gas bahan bakarnya disuplay ke burnner dengan

jumlah aliran bahan bakar gas sesuai dengan power output yang dibangkitkan oleh turbine

gas. Sistem bahan bakar gas telah diintegrasikan kedalam sistem proteksi pembangkit  secara

menyeluruh dengan demikian katup trip akan segera menghentikan aliran bahan bakar  yang

ke burner bila terjadi suatu trip emergency.

2.4.2 Desain

Secara skematik sistem bahan bakar gas pada  turbin gas dapat dilihat pada gambar

HTCT 305 423 dengan kelengkapan peralatan dan komponen utama sebagai berikut :

-          Main shut off valve gas (MSOV)                   MBP31 AA001

-          Relief  Valve (RV)                                         MBP31 AA002

-          Stop valve (SV)                                             MBP31 AA010

-          Trip Valve (TV)                                             MBP31 AA003

-          Measurement of gas flow                              MBP31 CP001

-          Control Valve(CV)                                        MBP31 AA007

-          Filter/Separator(FS)                                       MBP31 CF001

-          Ignition gas/blow off valve                            MBP32 AA001

-          Gas Relief Fan(GRF)                                     MBP33 AN001

-          Relief Valve                                                   MBP33 AA001

2.4.3 Prinsip Operasi

Secara umum prinsip dari pengoperasian dari sistem bahan bakar gas maupun dengan

HSD pada turbin gas dimulai dari penyalaan awal pada ruang bakar dengan dengan bantuan

gas propane dan busi. Busi akan memberikan percikan api awal untuk menyalakan gas

propane, penyalaan ini akan belangsung selama 10 detik untuk dapat membakar  bahan bakar

gas  yang digunakan untuk star up dari turbin gas.

Secara spesifik pada proses start up ialah dimulai pada saat tombol automatik start telah

ditekan maka master sequencer akan berlangsung dengan urutan sebagai berikut:

Page 8: PLTGU Priok

Bahan bakar gas EKG62 akan mensupply  gas ke sistem pada tekanan yang telah

ditetapkan yaitu 22 s/d 24 bar. Gas ini akan disalurkan melalui  Main shut off valve (MBP31

AA001) dan relief valve (MBP31 AA002) dimana pada masing-masing komponen ini

dilengkapi dengan sebuah motor AC dan sebuah manual drive  serta diintegrasikan pada satu

blok valve.

Kemudian main shut off  valve MBP31AA001 akan membuka dan relief valve MBP31

AA002 akan menutup sehingga gas akan mengalir sampai ke katup trip valve MBP31

AA003(katup ini masih dalam keadan menutup). Automatik  start juga akan memerintahkan

gas relief fan untuk beroperasi.ketika putaran penyalaan telah tercapai(750rpm) maka katup

trip valve akan membuka dan gas penyala(pilot flame system MBQ30) akan masuk pada

kondisi beroperasi.

Gas sekarang berada pada daerah control valve MBP31AA007 dan pada area ignition

gas/blow off valve MBP32 AA001. Ignition  Torch akan menyalakan gas propane  yang

disupply oleh sistem bahan bakar penyalaMBQ30,settelah tekanan operasi sebelum control

valve MBP31 AA007 tercapai dimana hal ini akan mengakibatkan ignition gas/blow off

valve akan berpindah keposisi menutup (ke arah blow off/pembuangan) berganti ke kondisi

membuka (gas penyalaan ke arah combustor setting).

Selama saat pembakaran awal dari trip valve MBP31AA003 sampai dengan perpindahan

kondisi ke ignition gas/blow off setting akan hilang ke udara terbuka. Ignition gas mengalir

melalui blow off valve yang merupakan katup 3 jalan dan oriface MPB32 BP001 serta burner

MBM31 kedalam combustor MBM 30.

Penyalaan akan dilakukan oleh gas propane MBQ30 yang akan menyala selama 10

detik.dengan sekali penyalaan diharapkan penyalaan awal dari bahan bakar gas sudah

berhasil. Tiga buah flame monitor MBM30CR001, MBM30CR002, dan MBM30CR003,

akan diaktifkan  untuk mendeteksi penyalaan awal pada ruang bakar. Untuk langkah

berikutnya adalah Control valve MBP31AA007 akan mulai membuka secara perlahan lahan

sehingga aliran gas akan meningkat diikuti pula dengan penambahan putaran turbin sampai

dengan nominal yang telah ditentukan (3000rpm) dan dilanjukan ke pembebanan pada

generator.

Ketika turbine gas dalam kondisi beroperasi control valve MBP31AA007 akan mengatur

supplay bahan bakar gas sesuai dengan power output yang diinginkan. Menurut mode operasi

Page 9: PLTGU Priok

turbine gas yang telah ditetapkan, maka pengaturan turbin gas dapat dilakukan berdasarkan

controller yang mendapat input dari inlet (set point) dari temperatur dan beban/frequency.

Jika turbin inlet(set point) yang digunakan pada mode pengaturan beban /frequency akan

membatasi temperatur inlet turbin pada batas maksimum. Sedangkan jika turbin inlet(set

point) yang digunakan pada metode temperatur maka akan membatasi beban dan frekwensi

pada batas maksimum. Biasanya  set point yang sering digunakan ialah ialah membatasi

temperatur, hal ini dikarenakan akan membuat frekwensi dan beban akan stabil dan

peraralan-peralatan utama seperti generator akan stabil pula.

2.3  Proses Kontrol Pada Sistem Bahan Bakar Gas Pada Turbin Gas

Pada  PLTGU Priok sistem kontrol yang digunakan ialah menggunakan kontrol DCS. Distributed Control System (DCS) ini dapat diartikan sebagai sistem kontrol yang terdistribusi merupakan sebuah kontrol sistem yang mendistribusikan data – data dari tiap – tiap sistem hingga pada suatu main kontrol yang memonitor dari tiap – tiap sistem tersebut. Pada unit PLTGU digunakan suatu kontrol yang disebut sebagai PROCONTROL P buatan ABB (Asea Brown Boveri). Dalam unit PLTGU PROCONTROL P yang digunakan ialah PROCONTROL K (Decontic), dan P14.

Decontic

Kontrol DCS dari Sistem bahan bakar gas pada turbin Gas, didasarkan dari rangkaian

sequenser seperti gambar d bawah ini:

Dari rangkaian diatas sinyal 1 akan diberikan dengan mode pemilihan fuel selection

gas dan sinyal 0 pada fuel selection dual, kedua sinyal ini akan d inputkan pada logika

ODR(OR) dan akan menghasilkan keluran sinyal 1 pada keluaran ODR. Selanjutnya  pada

main stop valve(MBP31AA001) akan diberikan sinyal 0 yang kemudian di NOTkan

sehingga akaan menghasilkan sinyal 1 pada keluarannya namun pada saat ini main stop valve

masih dalam keadaan tertutup(belummemberikan supply gas). Selanjutnya pada FG feed

pressure akan diberikan sinyal 1 dimana akan mengukur tekanan gas yang masuk melalui 

main stop valve dimana tekana dari gas yang diperlukan 22s/d24 bar. Kemudian sinyal 1 juga

Page 10: PLTGU Priok

diberikan pada  gas relief fan(MBP33AN001) dimana gas relief fan ini digunakan sebagai

pendingin dari  aliran gas yang masuk ke ruang bakar. Waktu yang dibutuhkan untuk

menyalakn gas relief fan ini yaitu sekitar 3s, keluaran dari timer pada gas relief fan ini juga

akan tetap bernilai sinyal 1.  Sinyal- sinyal 1 dari hasil keluaran diatas akan di inputkan pada

logika UND(AND) dimana sesuai dengan prinsipnya logika UND jika diberikan sinyal 1

pada kesemua inputnya maka keluarannya akan menghasilkan sinyal 1 pula. Karena semua

input yang masuk pada UND semua nya bernilai 1 maka  pada keluarannya akan bernnilai 1

pula, sehingga supply bahan bakar gas akan diberikan dan proses start up dari turbin gas akan

berlangsung temasuk proses pembakaran serta proses perpindahan penyalaan dari penyalaan

awal dengan gas propane ke proses bahan bakar utama.

2.6 Peralatan Proteksi / Pengaman Gedung

Peralatan proteksi yang terdapat di PT. INDONESIA POWER dan masih dapat digunakan

adalah layak sinkron yang terdapat diturbin dan generator, dan juga menggunakan sistem

relay untuk peralatan listrik.

Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan

langsung pada setiap gedungnya.

Untuk control proteksi gedungnya sendiri masih manual yaitu dengan perawatan dan

pengecakan secarala berkala.

Apabila terjadi kebakaran, tetap tenang jangan panik terus berjalan cepat jangan berlari

keluar melalui pintu evakuasi, utamakan kesehatan dan keselamatan kerja.

2.7 Prinsip proteksi petir

Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah terjadinya

petir.

Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar ini, tidak

dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara mutlak;

namun demikian penggunaan Standar ini akan mengurangi secara nyata risiko kerusakan

yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.

Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya dipertimbangkan secara seksama pada

tahap perancangan suatu bangunan gedung baru, sehingga bagian bangunan gedung yang

Page 11: PLTGU Priok

secara listrik bersifat konduktif dapat dimanfaatkan secara maksimum. Dengandemikian

rancangan dan konstruksi instalasi secara keseluruhan akan lebih mudahdilaksanakan dan

efektivitas sistem proteksi petir dapat ditingkatkan dengan biaya danusaha yang

minimum.

2.8 Sistem Pengaman Gedung

Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari berbagai macam

gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem penangkal petir beserta

pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letak, bentuk, penggunaanya dianggap

mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah :

a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat,menara, dan cerobong pabrik.

b. Bangunan – banguna tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau meledak

seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak.

c. Bangunan – banguna sarana umum seperti gedung bertingkat pusat perbelanjaan,instansi

pemerintahan, sekolah dan sebagainya.

d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip negara. Jenis

penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap dari gedung yang akan diamankan. Untuk

bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan

dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem

penangkal petir

Page 12: PLTGU Priok

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

1. Gas Turbin PLTGU Priok menggunakan bahan bakar utama Gas Alam dan bahan bakar

cadangan HSD tetapi juga dapat digunakan kedua-duanya (Dual Fuel).

2. Sistem Kontrol Proteksi gedungya masih manual yaitu dengan perawatan yang sekaligus

pengecekan secara berkala.

3. Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah terjadinya

petir.

4. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar ini,

tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara

mutlak; namun demikian penggunaan Standar ini akan mengurangi secara nyata risiko

kerusakan yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.

5. Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan

langsung pada setiap gedungnya.

6. Dalam pengoperasiannya PLTGU Priok dapat menggunakan 2 metode, yaitu Open Cycle

maupun Combined Cycle. Bila dioperasikan pada Open Cycle gas buang dari Turbin Gas

langsung dibuang ke atmosfer, sementara bila dioperasikan Combined Cycle dimana

panas yang dihasilkan dari Turbin Gas dimanfaatkan untuk dipakai sebagai pemanas air

hingga menjadi uap untuk menggerakkan Turbin Uap yang prosesnya dilakukan didalam

Boiler dalam hal ini disebut HRSG (Heat Recovery Steam Generator.

7. PLTGU UBP Priok menggunakan sistem PROCONTROL P, dan P14 dari ABB dalam

mengendalikan kegiatan Combined Cycle Plant. PROCONTROL P adalah sistem yang

cocok bagi Combined Cycle Plant PLTGU UBP Priok, karena semua bagian dari PLTGU

juga berasal dari ABB.

Page 13: PLTGU Priok