pltgu priok
DESCRIPTION
Laporan KLTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kun jungan Industri ini dimaksud agar para Mahasiswa memahami dengan cara melihat dan
mengamati langsung proses yang ada di PT Indonesia Power UBP Tanjung Priok.
Kunjungan ini merupakan sarana mata perkuliahan di tingkat IV sub jurusan teknik energi
elektrik yang wajib diikuti khususnya mata kuliah proteksi arus lebih. Dengan demikian
diharapkan agar para Mahasiswa dapat lebih mantap dalam dunia kerja, dan dapat
memotivasi dalam mempelajari ilmu di bangku perkuliahan dan ilmu yang diterima di luar
kampus.
1.2 Tujuan dan Maksud Kunjungan Industri
Tujuan dan maksud dan maksud Kunjungan Industri adalah menunjukkan kepada Mahasiswa
tentang kegiatan kerja dan cara kerja alat-alat pada dunia kelistrikan sehingga Mahasiswa
dapat memahami dan mengkaji serta dapat membandingkan ilmu yang di dapat di bangku
perkuliahan dengan di dunia pekerjaan.
1.3 Waktu dan Tempat
Waktu kunjungan industri ini pada 14 November 2013, bertempat di PT Indonesia Power
UBP(Unit Bisnis Pembangkit) Tanjung Priok.
BAB IIKUNJUNGAN DI PT INDONESIA POWER
2.1 Profil Umum Indonesia Power
Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada
sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya
Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun
1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik
swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi ( MPE ) menerbitkan
kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembangan Sub sektor
ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor
ketenagalistrikan.
Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi
Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk
dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang
diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah
PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I.
Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang
pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.
Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen
Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia
Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin
ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang
akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada
pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset berupa pembangkit
dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan
teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti
air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit
tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan,
PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-
an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa secara
kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di
Indonesia.
Unit Bisnis Pembangkitan Priok ini menempati areal seluas 28 ha di tepi pantai
jakarta utara, mengelola sejumlah pusat listrik tenaga thermal yang menggunakan bahan
bakar gas alam, minyak residu (MFO) dan minyak solar (HSD) dengan kapasitas terpasang
sebesar 1.455,68 MW.
DTP & DMN Unit
KIT DTP DMN
Manufacturer Initial operation Status (MW) (MW)
PLTU 3 50 40,5 MHI 1972 Operational
PLTU 4 50 40,5 MHI 1972 Operational
GT 1.1 130 125 ABB 1993 Operational
GT 1.2 130 125 ABB 1993 Operational
GT 1.3 130 125 ABB 1993 Operational
ST 1.4 200 172.50 ABB 1993 Operational
GT 2.1 130 117,3 ABB 1994 Operational
GT 2.2 130 117,5 ABB 1994 Operational
GT 2.3 130 117,4 ABB 1994 Operational
ST 2.4 200 162.04 ABB 1994 Operational
WH 1 26 17 Westinghouse 1976 Operational
WH 2 26 17 Westinghouse 1976 Operational
Gambar 2.1 Unit Bisnis Pembangkitan Priok
Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan salah satu Unit Bisnis Pembangkitan besar
yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit terdiri dari
dua unit PLTG siklus terbuka, enam unit PLTD, dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri
dari 3 unit turbin gas dan 1 unit PLTU.
Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Jakarta khususnya
dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN Eksploitasi XIII membangun PLTU konvensional
1 dan 2. Namun pada tahun 1989, dengan
mempertimbangkan berbagai faktor maka PLTU 1 dan 2 tersebut tidak dioperasikan lagi.
Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di tahun 1972 dibangun 2
unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama dioperasikan, unit ini pada kondisi Reserve Shut
Down.
Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTA Suralaya untuk
unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini
PUB 6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri
Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power,
sedangkan unit 7 Draw Back to GE. Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU
Pemaron.
Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu PLTG 1 dan
PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar ( Black Start ),
apabila terjadi pemadaman total ( Black Out ). Energi listrik yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat
menunjang dalam rangka pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena
fungsinya yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap hari.
Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga mengelola 6 unit PLTD
Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan Kebayoran, melalui feeder Vip hingga saat
ini memasok kebutuhan energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI.
Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan Internasional Konsorsium ABB dan Marubeni
untuk membangun 2 blok. Dengan menggunakan kabel bawah tanah, listrik sebesar 150 KV
disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol. Selain itu listrik juga dialirkan melalui saluran
udara tegangan tinggi (SUTT) 150
KV ke Kemayoran I/II, dan Plumpang I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk
dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Sampai saat ini, kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Unit Pembangkitan Priok
merupakan aset yang tak ternilai. Selain memiliki SDM profesional yang ahli di bidangnya,
pihak manajemen juga berhasil mengelola perusahaan dengan baik. Terbukti dengan
berhasilnya mendapat sertifikat ISO 9002, ISO 14001 dan SMK 3 dan ISO 9001 versi 2000.
2.2 Tujuan,Visi, dan Misi, Tujuan, Motto Indonesia Power.
Tujuan :
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan
sumber daya perusahaan.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada
usaha pembangkitan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada
permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas
dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat atas dasar saling menghargai antar
karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan
profesionalisme.
Visi : MENJADI PERUSAHAAN PUBLIK, DENGAN KINERJA KELAS DUNIA
DAN BERSAHABAT DENGAN LINGKUNGAN
Misi : MELAKUKAN USAHA BIDANG KETENAGALISTRIKAN DAN USAHA
LAINNYA YANG BERKAITAN, BERDASARKAN KAIDAH INDUSTRI
DAN NIAGA YANG SEHAT,GUNA MENJAMIN KEBERADAAN DAN
PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DALAM JANGKA PANJANG
2.3 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok
Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan PLTG dan PLTU, dengan
memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran pada PLTG untuk
memanaskan air pada HRSG (Heat Recovery Steam Generator) sehingga menghasilkan uap
yang mampu menggerakkan turbin. Siklus yang terjadi pada PLTGU merupakan siklus
tertutup yang terdiri dari siklus turbin gas dan siklus turbin uap. Dengan demikian energi
dimanfaatkan secara optimal.
Untuk mengaktifkan 1 unit PLTGU maka generator yang terdapat pada gas tubine
akan diubah menjadi sebuah motor dengan menggunakan sistem SFC(Static Frequency
Converter) dengan menggunakan thyristor (konverter tiga fasa), dimana thiyristor tersebut
bekerja dengan menggunakan prinsip trigger dari sebuah gerbang catu untuk bekerja dan
setelah tegangan AC dirubah menjadi tegangan DC maka arus DC tersebut dimanfaatkan
sebagai pengeksitasi yang terhubung ke bagian motor dari generator. Thyristor ini di gunakan
karna dalam aplikasinya thyristor ini bekerja hingga level daya 120 kW
Sehingga generator turbin berfungsi sebagai alat yang menggerakkan poros. Pada
tahap awal ini generator berfungsi untuk menggerakkan kompresor sehingga kompresor
mampu menghasilkan tekanan udara. Dengan tekanan yang besar, udara disalurkan ke dalam
ruang pembakaran ( Combustion Chamber ) bersama-sama dengan masuknya bahan bakar
( minyak dan gas ) beserta udara lingkungan yang berasal dari lingkungan luar yang sudah
difilter. Dari proses pembakaran menghasilkan panas yang besar yang kemudian kalor ini
berfungsi sebagai penggerak turbin gas. Turbin gas akan menggantikan fungsi generator yang
pertama kali menggerakkan kompresor, dan akan menggerakkan generator tersebut sehingga
generator menghasilkan listrik.
2.4 Sistim Bahan Bakar Gas
Pada PLTGU priok ada dua jenis bahan bakar yang dapat digunakan yaitu bahan bakar
gas dan HSD(High Speed Diesel). Bahan bakar ini dapat digunakan secara bersamaan namun
hanya dilakukan pada saat pergantian dari bahan bakar gas ke bahan bakarr HSD dan
sebaliknya tampa mematikan unit PLTGU.
Dari kedua jenis bahan bakar ini yang paling sering digunakan ialah bahan bakar gas,
hal ini dikarenakan selain lebih murah dibandingkan HSD juga ramah terhadap lingkungan
tentunya juga memberikan keuntungan yang lebih kepada perusahan.
2.4.1 Fungsi Umum
Sistem bahan bakar gas dari turbin gas bahan bakarnya disuplay ke burnner dengan
jumlah aliran bahan bakar gas sesuai dengan power output yang dibangkitkan oleh turbine
gas. Sistem bahan bakar gas telah diintegrasikan kedalam sistem proteksi pembangkit secara
menyeluruh dengan demikian katup trip akan segera menghentikan aliran bahan bakar yang
ke burner bila terjadi suatu trip emergency.
2.4.2 Desain
Secara skematik sistem bahan bakar gas pada turbin gas dapat dilihat pada gambar
HTCT 305 423 dengan kelengkapan peralatan dan komponen utama sebagai berikut :
- Main shut off valve gas (MSOV) MBP31 AA001
- Relief Valve (RV) MBP31 AA002
- Stop valve (SV) MBP31 AA010
- Trip Valve (TV) MBP31 AA003
- Measurement of gas flow MBP31 CP001
- Control Valve(CV) MBP31 AA007
- Filter/Separator(FS) MBP31 CF001
- Ignition gas/blow off valve MBP32 AA001
- Gas Relief Fan(GRF) MBP33 AN001
- Relief Valve MBP33 AA001
2.4.3 Prinsip Operasi
Secara umum prinsip dari pengoperasian dari sistem bahan bakar gas maupun dengan
HSD pada turbin gas dimulai dari penyalaan awal pada ruang bakar dengan dengan bantuan
gas propane dan busi. Busi akan memberikan percikan api awal untuk menyalakan gas
propane, penyalaan ini akan belangsung selama 10 detik untuk dapat membakar bahan bakar
gas yang digunakan untuk star up dari turbin gas.
Secara spesifik pada proses start up ialah dimulai pada saat tombol automatik start telah
ditekan maka master sequencer akan berlangsung dengan urutan sebagai berikut:
Bahan bakar gas EKG62 akan mensupply gas ke sistem pada tekanan yang telah
ditetapkan yaitu 22 s/d 24 bar. Gas ini akan disalurkan melalui Main shut off valve (MBP31
AA001) dan relief valve (MBP31 AA002) dimana pada masing-masing komponen ini
dilengkapi dengan sebuah motor AC dan sebuah manual drive serta diintegrasikan pada satu
blok valve.
Kemudian main shut off valve MBP31AA001 akan membuka dan relief valve MBP31
AA002 akan menutup sehingga gas akan mengalir sampai ke katup trip valve MBP31
AA003(katup ini masih dalam keadan menutup). Automatik start juga akan memerintahkan
gas relief fan untuk beroperasi.ketika putaran penyalaan telah tercapai(750rpm) maka katup
trip valve akan membuka dan gas penyala(pilot flame system MBQ30) akan masuk pada
kondisi beroperasi.
Gas sekarang berada pada daerah control valve MBP31AA007 dan pada area ignition
gas/blow off valve MBP32 AA001. Ignition Torch akan menyalakan gas propane yang
disupply oleh sistem bahan bakar penyalaMBQ30,settelah tekanan operasi sebelum control
valve MBP31 AA007 tercapai dimana hal ini akan mengakibatkan ignition gas/blow off
valve akan berpindah keposisi menutup (ke arah blow off/pembuangan) berganti ke kondisi
membuka (gas penyalaan ke arah combustor setting).
Selama saat pembakaran awal dari trip valve MBP31AA003 sampai dengan perpindahan
kondisi ke ignition gas/blow off setting akan hilang ke udara terbuka. Ignition gas mengalir
melalui blow off valve yang merupakan katup 3 jalan dan oriface MPB32 BP001 serta burner
MBM31 kedalam combustor MBM 30.
Penyalaan akan dilakukan oleh gas propane MBQ30 yang akan menyala selama 10
detik.dengan sekali penyalaan diharapkan penyalaan awal dari bahan bakar gas sudah
berhasil. Tiga buah flame monitor MBM30CR001, MBM30CR002, dan MBM30CR003,
akan diaktifkan untuk mendeteksi penyalaan awal pada ruang bakar. Untuk langkah
berikutnya adalah Control valve MBP31AA007 akan mulai membuka secara perlahan lahan
sehingga aliran gas akan meningkat diikuti pula dengan penambahan putaran turbin sampai
dengan nominal yang telah ditentukan (3000rpm) dan dilanjukan ke pembebanan pada
generator.
Ketika turbine gas dalam kondisi beroperasi control valve MBP31AA007 akan mengatur
supplay bahan bakar gas sesuai dengan power output yang diinginkan. Menurut mode operasi
turbine gas yang telah ditetapkan, maka pengaturan turbin gas dapat dilakukan berdasarkan
controller yang mendapat input dari inlet (set point) dari temperatur dan beban/frequency.
Jika turbin inlet(set point) yang digunakan pada mode pengaturan beban /frequency akan
membatasi temperatur inlet turbin pada batas maksimum. Sedangkan jika turbin inlet(set
point) yang digunakan pada metode temperatur maka akan membatasi beban dan frekwensi
pada batas maksimum. Biasanya set point yang sering digunakan ialah ialah membatasi
temperatur, hal ini dikarenakan akan membuat frekwensi dan beban akan stabil dan
peraralan-peralatan utama seperti generator akan stabil pula.
2.3 Proses Kontrol Pada Sistem Bahan Bakar Gas Pada Turbin Gas
Pada PLTGU Priok sistem kontrol yang digunakan ialah menggunakan kontrol DCS. Distributed Control System (DCS) ini dapat diartikan sebagai sistem kontrol yang terdistribusi merupakan sebuah kontrol sistem yang mendistribusikan data – data dari tiap – tiap sistem hingga pada suatu main kontrol yang memonitor dari tiap – tiap sistem tersebut. Pada unit PLTGU digunakan suatu kontrol yang disebut sebagai PROCONTROL P buatan ABB (Asea Brown Boveri). Dalam unit PLTGU PROCONTROL P yang digunakan ialah PROCONTROL K (Decontic), dan P14.
Decontic
Kontrol DCS dari Sistem bahan bakar gas pada turbin Gas, didasarkan dari rangkaian
sequenser seperti gambar d bawah ini:
Dari rangkaian diatas sinyal 1 akan diberikan dengan mode pemilihan fuel selection
gas dan sinyal 0 pada fuel selection dual, kedua sinyal ini akan d inputkan pada logika
ODR(OR) dan akan menghasilkan keluran sinyal 1 pada keluaran ODR. Selanjutnya pada
main stop valve(MBP31AA001) akan diberikan sinyal 0 yang kemudian di NOTkan
sehingga akaan menghasilkan sinyal 1 pada keluarannya namun pada saat ini main stop valve
masih dalam keadaan tertutup(belummemberikan supply gas). Selanjutnya pada FG feed
pressure akan diberikan sinyal 1 dimana akan mengukur tekanan gas yang masuk melalui
main stop valve dimana tekana dari gas yang diperlukan 22s/d24 bar. Kemudian sinyal 1 juga
diberikan pada gas relief fan(MBP33AN001) dimana gas relief fan ini digunakan sebagai
pendingin dari aliran gas yang masuk ke ruang bakar. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyalakn gas relief fan ini yaitu sekitar 3s, keluaran dari timer pada gas relief fan ini juga
akan tetap bernilai sinyal 1. Sinyal- sinyal 1 dari hasil keluaran diatas akan di inputkan pada
logika UND(AND) dimana sesuai dengan prinsipnya logika UND jika diberikan sinyal 1
pada kesemua inputnya maka keluarannya akan menghasilkan sinyal 1 pula. Karena semua
input yang masuk pada UND semua nya bernilai 1 maka pada keluarannya akan bernnilai 1
pula, sehingga supply bahan bakar gas akan diberikan dan proses start up dari turbin gas akan
berlangsung temasuk proses pembakaran serta proses perpindahan penyalaan dari penyalaan
awal dengan gas propane ke proses bahan bakar utama.
2.6 Peralatan Proteksi / Pengaman Gedung
Peralatan proteksi yang terdapat di PT. INDONESIA POWER dan masih dapat digunakan
adalah layak sinkron yang terdapat diturbin dan generator, dan juga menggunakan sistem
relay untuk peralatan listrik.
Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan
langsung pada setiap gedungnya.
Untuk control proteksi gedungnya sendiri masih manual yaitu dengan perawatan dan
pengecakan secarala berkala.
Apabila terjadi kebakaran, tetap tenang jangan panik terus berjalan cepat jangan berlari
keluar melalui pintu evakuasi, utamakan kesehatan dan keselamatan kerja.
2.7 Prinsip proteksi petir
Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah terjadinya
petir.
Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar ini, tidak
dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara mutlak;
namun demikian penggunaan Standar ini akan mengurangi secara nyata risiko kerusakan
yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.
Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya dipertimbangkan secara seksama pada
tahap perancangan suatu bangunan gedung baru, sehingga bagian bangunan gedung yang
secara listrik bersifat konduktif dapat dimanfaatkan secara maksimum. Dengandemikian
rancangan dan konstruksi instalasi secara keseluruhan akan lebih mudahdilaksanakan dan
efektivitas sistem proteksi petir dapat ditingkatkan dengan biaya danusaha yang
minimum.
2.8 Sistem Pengaman Gedung
Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari berbagai macam
gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem penangkal petir beserta
pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letak, bentuk, penggunaanya dianggap
mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah :
a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat,menara, dan cerobong pabrik.
b. Bangunan – banguna tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau meledak
seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak.
c. Bangunan – banguna sarana umum seperti gedung bertingkat pusat perbelanjaan,instansi
pemerintahan, sekolah dan sebagainya.
d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip negara. Jenis
penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap dari gedung yang akan diamankan. Untuk
bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan
dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem
penangkal petir
BAB IIIKESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Gas Turbin PLTGU Priok menggunakan bahan bakar utama Gas Alam dan bahan bakar
cadangan HSD tetapi juga dapat digunakan kedua-duanya (Dual Fuel).
2. Sistem Kontrol Proteksi gedungya masih manual yaitu dengan perawatan yang sekaligus
pengecekan secara berkala.
3. Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah terjadinya
petir.
4. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar ini,
tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara
mutlak; namun demikian penggunaan Standar ini akan mengurangi secara nyata risiko
kerusakan yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.
5. Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan
langsung pada setiap gedungnya.
6. Dalam pengoperasiannya PLTGU Priok dapat menggunakan 2 metode, yaitu Open Cycle
maupun Combined Cycle. Bila dioperasikan pada Open Cycle gas buang dari Turbin Gas
langsung dibuang ke atmosfer, sementara bila dioperasikan Combined Cycle dimana
panas yang dihasilkan dari Turbin Gas dimanfaatkan untuk dipakai sebagai pemanas air
hingga menjadi uap untuk menggerakkan Turbin Uap yang prosesnya dilakukan didalam
Boiler dalam hal ini disebut HRSG (Heat Recovery Steam Generator.
7. PLTGU UBP Priok menggunakan sistem PROCONTROL P, dan P14 dari ABB dalam
mengendalikan kegiatan Combined Cycle Plant. PROCONTROL P adalah sistem yang
cocok bagi Combined Cycle Plant PLTGU UBP Priok, karena semua bagian dari PLTGU
juga berasal dari ABB.