plagiat merupakan tindakan tidak terpuji persepsi ... · a. kesimpulan ... manusia merupakan...
TRANSCRIPT
PERSEPSI MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT DI YOGYAKARTA TERHADAP TATO MOTIF TRADISIONAL DAYAK
TERKAIT DENGAN IDENTITAS SOSIAL
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Gustav Dwi Juniarto
109114001
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“My body is my journal, and my tattoos are my story.”
(Johnny Depp)
“Tattoos can denote the transition from childhood to young adulthood. It can
denote the transition from adolescent to warrior.”
(Anthony Napoleon)
“Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata”
(Semboyan Dayak Nasional)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Dengan izin Tuhan Yang Maha Esa,
Dengan ini saya persembahkan tulisan ini untuk :
(Alm) Ayahanda, terimakasih atas limpahan kasih sayang dan
bimbingan semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang
berarti, dirimu tiada tandingannya;
Ibunda, terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang
tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik untuk
anakmu ini;
Dimanapun kita berada, terpisah jarak, waktu, dan dunia,
kalianlah bagian hidupku yang paling berharga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERSEPSI MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT
DI YOGYAKARTA TERHADAP TATO MOTIF TRADISIONAL DAYAK
TERKAIT DENGAN IDENTITAS SOSIAL
Gustav Dwi Juniarto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta terhadap tato motif tradisional dayak terkait dengan identitas sosial. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana persepsi mahasiswa dayak Kalimantan Barat terkait dengan tato motif tradisional dayak dan bagaimana bentuk identitas sosial yang dimaknai mahasiswa dayak Kalimantan Barat terkait dengan tato motif tradisional dayak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan analisis fenomenologi interpretatif (AFI) sebagai metode analisis data penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Yogyakartayang berasal dari Kalimantan Barat dan beretnis dayak, serta memiliki tato motif tradisional dayak paling tidak selama dua tahun. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara semi terstruktur kepada para informan penelitian. Kredibilitas hasil penelitian didapatkan dengan menggunakan bahan referensi, melakukan member checking dan triangulasi data. Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta mengenai tato motif tradisional dayak bahwa tato motif tradisional dayak merupakan suatu bentuk identitas sosial. Tato motif tradisional dayak dipersepsikan sebagai identitas sosial dikarenakan faktor latar belakang dari para informan. Menato tubuh dengan motif tradisional dayak menjadi suatu prestasi tersendiri bagi mereka dan motif tersebut bersifat ekslusif yang hanya dimiliki suku dayak. Di sisi lain, anggota in-group tidak merasa keberatan saat individu dari out-group yang menggunakan atribut identitas sosial mereka, dalam hal ini tato motif tradisional dayak. Hal ini dikarenakan identitas sosial itu sendiri mengevaluasi anggota in-group secara lebih positif.
Kata kunci : persepsi, identitas sosial, tato, dayak, mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE PERCEPTION OF WEST KALIMANTAN DAYAK’S STUDENTS
IN YOGYAKARTA ON DAYAK'S TRADITIONAL TATTOO PATTERNS
RELATING TO THE SOCIAL IDENTITY
Gustav Dwi Juniarto
ABSTRACT
This research is aim to determine the perception of West Kalimantan Dayak’s students those live in Yogyakarta on Dayak's traditional tattoo patterns associated with the social identity. The questions posed is how is the West Kalimantan Dayak’s students perception aboutDayak's traditional tattoos patterns and how the shape of the social identity that the West Kalimantan Dayak’s students meant by Dayak's traditional tattoo patterns. This reaserch is a qualitative research using an interpretative phenomenology analysis (AFI) as the data analysis method. The informants in this study is an active students who comes from West Kalimantan and the Dayak ethnic group that has a traditional Dayak tattoo pattern at least two years. The data were collected by semi-structured interview on the informants. The results of the research's credibility is obtained by using reference material, performing member checking and data triangulation. Based on the analysis and the discussions, it can be concluded that the students' perception of Dayak tattoo pattern is that the traditional tattoo pattern is a social identity. Dayak's traditional tattoo patterns perceived as a social identity due to the background of the respondents. Tattooing the body with Dayak's traditional tattoo patterns became an achievement for them and these patterns are exclusively possessed only by Dayak. On the other hand, the in-group members did not object when the out-group uses their social identity attribute, in this case Dayak's traditional tattoo patterns. This is because the social identity itself evaluate the in-group members more positively.
Keywords : perceptions, social identity, tattoos, Dayak, students
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan kasih-Nya yang tak pernah berkesudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat di Yogyakarta Terhadap Tato Motif Tradisional Dayak Terkait Dengan
Identitas Sosial’ ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi serta
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses penyelesaian skripsi ini, membuat penulis mengalami berbagai
pengalaman suka dan duka serta berbagai pelajaran berharga yang pada akhirnya
dapat membuat penulis semakin berkembang. Hal ini juga tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-
besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
Oleh karena itu, dengan segala hormat peneliti ingin mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Yohannes Babtista CahyaWidiyanto, M.Si., selaku dosen
pembimbing skripsi, yang senantiasa sabar dalam memberikan bantuan atas
segala kesulitan dan kebingungan yang dihadapi penulis.
4. Ibu Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti Dian Sabbati, selaku dosen
pembimbing akademik, yang senantiasa memotivasi kami, para anak
bimbingan akademiknya untuk segera lulus.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,
yang memberikan berbagai pengalaman berharga selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 14
1. Teoretis ................................................................................................ 14
2. Praktis .................................................................................................. 14
BAB II. TINJAUAN TEORETIS ...................................................................... 16
A. Identitas Sosial .......................................................................................... 16
1. Definisi Identitas Sosial ...................................................................... 16
2. Dimensi Dalam Mengkonseptualisasikan Identitas Sosial ................. 17
3. Terbentuknya Identitas Sosial ............................................................. 21
B. Persepsi ..................................................................................................... 24
1. Definisi Persepsi ................................................................................. 24
2. Syarat Terjadinya Persepsi .................................................................. 26
3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................................................. 27
4. Proses Persepsi .................................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Tato ........................................................................................................... 30
1. Definisi Tato........................................................................................ 30
2. Tato Tradisional Dayak ....................................................................... 32
3. Penggunaan Motif Tato Pada Laki-Laki Dayak.................................. 34
4. Aspek Pragmatik Tato Dayak ............................................................. 36
D. Mahasiswa ................................................................................................. 37
1. Definisi Mahasiswa ............................................................................. 37
E. Persepsi Terhadap Tato Tradisional dan Identitas Sosial ......................... 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 42
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 42
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 43
C. Informan Penelitian ................................................................................... 43
1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Informan Penelitian ........................... 43
2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian ....................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 45
E. Metode Analisis Data ................................................................................ 48
F. Kredibilitas Penelitian ............................................................................... 55
G. Refleksitas Penelitian ................................................................................ 57
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ......................................... 59
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ............................................. 59
1. Pencarian dan Seleksi Informan Penelitian ......................................... 59
2. Pengambilan Data ............................................................................... 59
B. Profil Informan .......................................................................................... 61
1. Informan 1 ........................................................................................... 61
2. Informan 2 ........................................................................................... 63
3. Informan 3 ........................................................................................... 64
C. Analisis Data ............................................................................................. 65
1. Informan 1 ........................................................................................... 66
a. Penggambaran Diri Pribadi ........................................................... 66
b. Rentang Waktu Memiliki Tato Motif Tradisional Dayak ............. 67
c. Alasan Memilih Tato Motif Tradisional Dayak ............................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
d. Sebelum dan Sesudah Memiliki Tato Dengan Motif Tradisional
Dayak ............................................................................................ 70
e. Persepsi Mengenai Tato Motif Tradisional Dayak ....................... 72
f. Penjelasan Mengenai Makna DariTato Motif Tradisional Dayak
Yang Dimiliki ............................................................................... 72
g. Relasi Dengan Lingkungan ........................................................... 75
h. Penggunaan Tato Motif Tradisional Dayak Di Luar Lingkup Suku
Dayak ............................................................................................ 76
2. Informan 2 ........................................................................................... 78
a. Penggambaran Diri Pribadi ........................................................... 78
b. Rentang Waktu Memiliki Tato Motif Tradisional Dayak ............. 79
c. Alasan Memilih Tato Motif Tradisional Dayak ............................ 80
d. Sebelum dan Sesudah Memiliki Tato Dengan Motif Tradisional
Dayak ............................................................................................ 82
e. Persepsi Mengenai Tato Motif Tradisional Dayak ....................... 83
f. Penjelasan Mengenai Makna DariTato Motif Tradisional Dayak
Yang Dimiliki ............................................................................... 85
g. Relasi Dengan Lingkungan ........................................................... 87
h. Penggunaan Tato Motif Tradisional Dayak Di Luar Lingkup Suku
Dayak ............................................................................................ 88
3. Informan 3 ........................................................................................... 90
a. Penggambaran Diri Pribadi ........................................................... 90
b. Rentang Waktu Memiliki Tato Motif Tradisional Dayak ............. 91
c. Alasan Memilih Tato Motif Tradisional Dayak ............................ 92
d. Sebelum dan Sesudah Memiliki Tato Dengan Motif Tradisional
Dayak ............................................................................................ 94
e. Persepsi Mengenai Tato Motif Tradisional Dayak ....................... 95
f. Penjelasan Mengenai Makna DariTato Motif Tradisional Dayak
Yang Dimiliki ............................................................................... 96
g. Relasi Dengan Lingkungan ........................................................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
h. Penggunaan Tato Motif Tradisional Dayak Di Luar Lingkup Suku
Dayak .......................................................................................... 100
D. Pembahasan ............................................................................................. 111
1. Latar Belakang Informan .................................................................. 111
2. Persepsi Informan Terhadap Tato Motif Tradisional Dayak ............ 114
3. Bentuk Identitas Sosial Yang Dibentuk Terkait Dengan Tato Motif
Tradisional Dayak ............................................................................. 116
BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 120
A. Kesimpulan ............................................................................................. 120
B. Kelemahan Penelitian.............................................................................. 121
C. Saran ........................................................................................................ 122
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 123
LAMPIRAN ....................................................................................................... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SKEMA
SKEMA 1. Informan 1 .......................................................................................... 78
SKEMA 2. Informan 2 .......................................................................................... 89
SKEMA 3. Informan 3 ........................................................................................ 101
SKEMA 4 ............................................................................................................ 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Panduan Pertanyaan Wawancara ........................................................ 47
TABEL 2. Tema-Tema Umum Informan ........................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang terdiri dari tubuh dan
jiwa sebagai satu kesatuan. Tubuh merupakan bagian dari materi jiwa
yang dapat dipandang, diraba, bahkan disakiti. Pada kehidupan masyarakat
modern, semua tindakan yang dikenakan pada tubuh adalah bagian dari
pertunjukan. Selera musik, gaya pakaian, dandanan rambut, segala macam
aksesoris yang menempel, atau berbagai pilihan lainnya adalah bagian dari
pertunjukan identitas dan kepribadian diri. Setiap manusia bisa mengontrol
peranan mereka sendiri, khususnya dalam hal penanganan pada tubuh
(Olong, 2006).
Tubuh adalah bagian yang paling tampak sehingga dijadikan
simbol nyata bagi setiap jiwa dalam penyampaian pesan. Akibat dari
simbolisasi yang dikemukakan oleh subjek maka tubuh menjadi multi-
interpretatif bagi objek yang menafsirkannya. Salah satu contoh nyata
yang menimbulkan multi-interpretasi terhadap tubuh adalah tato. Orang
lain bebas menginterpretasikan makna tato yang terdapat pada tubuh
pengguna tato (Olong, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Rajah atau tato didefinisikan sebagai gambar, lukisan, pada bagian
atau anggota tubuh, yang memiliki arti sesuatu bagi pemiliknya (LeMay,
2008). Tato sudah ada diberbagai sudut dunia dan dalam berbagai jaman.
Hasil perjumpaan Marco Polo dengan para penduduk yang bertato dalam
tulisannya perjalanan, yang merupakan kumpulan catatan mengenai apa-
apa yang ditemui dalam perjalanannya di Asia pada abad ke 13, menurut
Marco Polo di Yunnan (di Selatan China) ada pita-pita hitam yang
dikenakan pada tangan dan kaki laki-laki, ini dianggap sebagai tanda
keanggunan dan kewibawaan (Marianto & Barry, 2000).
Tato digunakan sebagai simbol atau penanda dalam tubuh manusia,
karena tato dapat bercerita mengenai pengalaman-pengalaman atau realitas
yang ingin didapat oleh individu yang memakainya. Tato dapat menjadi
sebuah ekspresi antara lain ekspresi rasa sayang terhadap anak, ekspresi
rasa sayang dan cinta terhadap istri maupun pasangan, ataupun ungkapan
sayang dan sakit hati karena cinta. Di sisi lain tato dipercaya dapat
mendatangkan keberuntungan, menunjukan status sosial, juga menambah
kecantikan, kedewasaan, dan harga diri pemiliknya (Driyanti, 2011, p. 6).
Selain itu tato juga bisa digunakan sebagai identitas. Identitas
meliputi upaya mengungkapkan dan menempatkan individu-individu
dengan menggunakan isyarat-isyarat nonverbal seperti pakaian dan
penampilan. Banyak komunitas yang menjadikan tato sebagai salah satu
ciri komunitas mereka. Walaupun tidak ada gambar tertentu yang menjadi
keharusan untuk ditatokan di tubuh, komunitas punk, genk motor, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
anak-anak band banyak yang menggunakan tato ditubuhnya sebagai salah
satu ciri kelompok mereka (Driyanti, 2011, pp. 6-7).
Sebagai contoh misalnya di Jepang, orang yang memiliki tato
identik dengan yakuza. Yakuza secara umum diidentikkan dengan
organisasi yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman sehingga ditakuti
dalam masyarakat. Yakuza memiliki latar belakang yang panjang dan
cukup unik sehingga membuatnya berbeda dari organisasi-organisasi
kriminal lainnya di negara-negara lain di dunia. Salah satu yang
membedakannya adalah sejarah tato yang lekat dengan perkembangan
Yakuza itu sendiri. Pada awalnya tato dijadikan sebagai bentuk hukuman
yang digunakan untuk mengasingkan pelanggar hukum dari masyarakat,
yang biasanya terdapat di sekitar lengan untuk setiap kejahatan yang
dilakukannya. Tato pun dapat memiliki makna lain selain sebagai
hukuman, diantaranya adalah sebagai penanda anggota suatu perkumpulan
masyarakat. Jika setiap orang dalam satu kelompok masyarakat melakukan
suatu kegiatan yang sama maka setiap orang di dalam kelompok itu juga
harus melakukan hal yang sama. Hal tersebut juga berlaku dalam
organisasi yakuza yang diidentikkan dengan tato. Oleh karena itu semua
anggota yakuza harus ditato. Pada saat ini tato digunakan sebagai simbol
atau lambang dari masing-masing organisasi yakuza tempat dia bergabung
(Susilo, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri individu yang
berasal dari keanggotaannya dalam satu kelompok sosial dan memiliki
nilai emosional yang dilekatkan dalam keanggotan itu (Tajfel, 1981).
Kelompok – kelompok ini antara lain keluarga dan kerabat seperti
kelompok pekerjaan, kelompok agama, kelompok politik, etnis komunitas
dan kelompok lainnya yang memperkuat aspek diri seseorang (Deaux,
Ried, Mizrahi, dan Ethier, 1995).
Tajfel (1982) memiliki tiga asumsi dasar mengenai identitas sosial
yaitu orang mengkategorisasikan dunia sosial menjadi in-group dan out-
group, orang mendasarkan harga dirinya dari identitas sosialnya sebagai
anggota in-group dan konsep diri orang sebagian bergantung pada
bagaimana mereka mengevaluasi in-group dibandingkan dengan
kelompok lain. Brewer dan Brown(1998) mengatakan bahwa identitas
sosial yaitu orang-orang yang pada umumnya mengevaluasi anggota in-
group secara lebih positif, memberi atribut yang lebih positif atas perilaku
mereka, lebih menghargai mereka, memperlakukan mereka secara lebih
baik, dan menganggap mereka lebih menarik ketimbang anggota out-
group.
Hogg dan Abrams (1990) menjelaskan identitas sosial sebagai rasa
keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang
dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain,
bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui
atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2002), identitas sosial lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi
sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang
tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya
sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya,
pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya
dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif
atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa identitas
sosial merupakan rasa keterkaitan seseorang secara menyeluruh meliputi
dirinya dan semua hal di sekitarnya dengan suatu kelompok sosial yang ia
evaluasi secara positif. Seperti misalnya seseorang dari etnis Dayak yang
mengidentifikasi dirinya sebagai orang Dayak tidak hanya sebatas dirinya
sendiri melainkan mencakup pola pikirnya, keluarga, pekerjaan, hubungan
dengan lingkungan, dan lain-lain. Ia memandang apa yang ada pada etnis
Dayak sebagai suatu hal yang positif dan lebih baik ketimbang kelompok
etnis lain.
Tato khas suku Dayak merupakan suatu tanda kebudayaan yang
sangat bernilai dan dimiliki oleh sebagian besar suku Dayak asli. Dan
tentu saja memiliki arti dan makna tersendiri bagi suku tersebut.Secara
umum orang berpendapat bahwa kesenian adalah hasil ekspresi jiwa
manusia akan keindahan. Sebenarnya tidak semua hasil karya seni dapat
dinyatakan demikian, karena ada karya seni yang lebih mengutamakan
pesan budaya yang mengandung unsur-unsur sistem budaya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
masyarakat yang bersangkutan. Bagi masyarakat Dayak Kenya dan Dayak
Kayan di Kalimantan Timur, banyaknya tato menggambarkan orang
tersebut sudah kuat mengembara. Setiap kampung memiliki motif tato
yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah
mengunjungi banyak kampung. Berbeda pula dengan golongan bangsawan
yang mamakai tato, motif yang lazim untuk kalangan bangsawan adalah
burung enggang yakni burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan.
Ada pula tato yang dibuat di bagian paha. Bagi perempuan Dayak
memiliki tato di bagian paha status sosialnya sangat tinggi dan biasanya
dilengkapi gelang di bahagian bawah betis. Motif tato di bagian paha
biasanya juga menyerupai simbol tato berbentuk muka harimau.
Perbedaannya dengan tato di tangan, ada garis melintang pada betis yang
dinamakan nang klinge. Tato sangat jarang ditemui di bagian lutut.
Meskipun demikian, ada juga tato di bagian lutut pada lelaki dan
perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato di
badan. Tato yang dibuat di atas lutut dan melingkar hingga ke betis
menyerupai ular, sebenarnya anjing jadi-jadian atau disebut tuang buvong
asu. Tato juga dapat menggambarkan status sosial seseorang seperti yang
dilakukan masyarakat suku Dayak Iban. Meski demikian, setiap kampung
suku Dayak memiliki arti yang berbeda mengenai tato. Dalam budaya
Dayak, tato tidak hanya digunakan untuk alasan estetika, tapi itu adalah
bagian dari tradisi, agama, dan status sosial dan atau sebagai penghargaan
atas kemampuan khusus seseorang. Tato juga diberikan kepada keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kerajaan. Biasanya bentuk motifnya burung enggang (Pradita, 2013, pp. 1-
2).
Jika pada jaman dahulu tato hanya digunakan sebagai pelengkap
kebudayaan, kini tato sudah mengalami perubahan pesat. Berbagai macam
tema, mulai dari gambar, simbol, tulisan inisial sampai nama, bahkan
replika foto dituangkan pada bagian atas kulit tubuh menjadi karya seni
yang cukup indah. Oleh karena itu kini tato pun digunakan sebagai media
komunikasi secara non-verbal untuk menyampaikan makna atau pesan
tertentu. Seperti misalnya yang terdapat pada suku Dayak Bahau. Mereka
menggunakan seni ukir badan tersebut sebagai bentuk pengenalan identitas
diri serta berkomunikasi terhadap sesama suku Dayak Bahau. Seni ukir
badan atau tato bagi mereka merupakan sebuah identitas dan media
komunikasi yang akan dengan mudah dimengerti oleh sesama suku
sehingga mereka tidak perlu kesulitan lagi untuk berkomunikasi dalam
penyampaian pesan. Hal lain yang menarik dalam suku Dayak Bahau ini
adalah bentuk dan ukiran tato yang masing-masingnya berbeda. Ternyata
perbedaan tersebut juga mempengaruhi arti serta makna yang berbeda
pula. Di suku Dayak Bahau penggunaan tato bukanlah hal yang tabu lagi,
sebab hampir semua kalangan menggunakan tato di beberapa bagian
tubuhnya. Penempatan tato pun mempengaruhi arti serta makna dari
keindahan seni rajah tubuh ini. Suku Dayak Bahau menggunakan tato
sebagai media mereka dalam pengenalan suku budaya mereka serta
sebagai identitas diri (Pradita, 2013, pp. 2-3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Meskipun beberapa pemuda Dayaksaat ini menato tubuhnya
dengan tato motif tradisional untuk sekedar bergaya, namun ada pula yang
mencoba menghidupkan kembali budaya tato yang mulai hilang karena di
balik tato tidak semuanya mengandung keburukan, layaknya suku Dayak.
Selalu ada keindahan di balik setiap motif tato yang dirajah pada tubuh.
Selain membahas keterkaitan tato dengan identitas sosial, yang
ingin dibahas di tulisan ini adalah mengenai pemaknaan tato.Pemaknaaan
akan tato tergantung pada apa yang dipercaya oleh masyarakat
bersangkutan dimana setiap daerah umumnya memiliki persepsi yang
berbeda-beda tentang tato. Pada tahap pemaknaan inilah orang lain berhak
sepuasnya menafsirkan makna apa yang terkandung dalam tato yang
melekat di tubuh seseorang. Tato bergambar bunga mawar tentu akan
berbeda maknanya dengan tato bergambar bunga terong. Jadi ketika di
tubuh fisik terdapat tato, maka padanya terdapat pemaknaan tekstual yang
beragam, baik itu menyangkut nilai estetis, keberanian, ekspresi, seni, dan
budaya. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek
tato tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap,
tingkah laku dan penyesuaian individu ditentukan oleh persepsinya
(Wolberg, 1967)
Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang
terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan
aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada
obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di
lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama
dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa
harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Branca (1965)
mengemukakan: “Perceptions are orientative reactions to stimuli. They
have in past been determined by the past history and the present attitude
of the perceiver”. Sedangkan menurut Walgito (1981) menyatakan bahwa
persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta
proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir.
Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan
penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang
atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan
terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau
bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula (Polak, 1976).
Dalam hal ini Crow (1972) menyatakan persepsi sebagai berikut:
“A percept is an organized totality rather than the sum total of
individual sensory experinces. In perception, an individual first
gains a general impression of the outline of on object or situation,
(which is) the percepts quality of organized totality”.
Di lain pihak, Branca (1965) menjelaskan persepsi sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
“Perceptions are sensations with the adition of same sort of
interpretation or indication of the sensation or the stimulus source
of the sensation. The interpretation of the identification is the
product past learning”.
Dengan demikian persepsi merupakan suatu fungsi biologis
(melalui organ-organ sensoris) yang memungkinkan individu menerima
dan mengolah informasi dari lingkungan dan mengadakan perubahan-
perubahan di lingkungannya (Eytonck, 1972).
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Thoha
(1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal berasal
dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan
kemauan.Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu
memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat
mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja
untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-
faktor ini adalah : 1) Pelaku persepsi (perceiver); 2) Objek atau yang
dipersepsikan; 3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan
karena ada beberapa faktor yang bersifat subyektif yang mempengaruhi,
maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu
sama lain. Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik
penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi,
yaitu: 1). Faktor-faktor ciri dari objek stimulus; 2) Faktor-faktor pribadi
seperti intelegensi, minat; 3) Faktor-faktor pengaruh kelompok; 4) Faktor-
faktor perbedaan latar belakang kultural. Persepsi individu dipengaruhi
oleh faktor fungsional dan struktural.Faktor fungsional ialah faktor-faktor
yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman
masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat
subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya
lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap
seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Dari uraian di atas dapat ditarik
sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang
dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
Dari pembahasan mengenai tato, identitas sosial, dan persepsi,
tentu belum lengkap bila tidak disertai dengan informan dari tulisan ini.
Salah satu yang dianggap relevan dengan hal-hal di atas adalah suku
Dayak, dimana suku Dayak cukup dikenal dengan tradisi tatonya. Untuk
mempermudah proses penelitian, maka penulis mempersempit area
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penelitian ke mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang kuliah di
Yogyakarta.
Banyak mahasiswa Dayak yang berasal dari Kalimantan,
khususnya Kalimantan Barat, menempuh pendidikan di universitas-
universitas di Yogyakarta. Tidak sedikit diantara mereka yang memiliki
tato di tubuhnya. Tato yang dimiliki dapat berupa gambar realis, tribal,
ataupun motif tradisional Dayak. Tato dengan motif tradisional Dayak
memiliki keunikan tersendiri sehingga tidak terlalu sulit untuk
membedakan orang yang membuat tato dengan motif tradisional Dayak
atau dengan gambar jenis lainnya. Tidak hanya gambarnya saja yang
berbeda, dari proses pembuatan tatonya juga berbeda. Ada yang
menggunakan cara modern dengan mesin tato dan ada yang menggunakan
cara tradisional, yaitu hand-tapping.
B. Rumusan Masalah
Tato belakangan ini menjadi mode. Bila semula tato merupakan
bagian budaya ritual etnik tradisional, kini berkembang menjadi bagian
kebudayaan pop. Pada saat tato tradisional terancam punah, tato yang
menjadi bagian kebudayaan pop semakin tertera di tubuh-tubuh manusia
modern dan semakin disenangi (Olong, 2006)
Tato dengan motif tradisional Dayak merupakan salah satu bentuk
identitas sosial yang membedakan masyarakat etnis Dayak dengan
masyarakat etnis lain. Namun seiring perkembangan zaman, maka makna
dari tato motif tradisional Dayak secara umum juga mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
perubahan. Pembuatan tato dengan motif tradisional Dayak menjadi lebih
bebas dengan beberapa tambahan detail dan warna sesuai dengan kemauan
yang membuat tato. Persepsi seseorang mengenai tato motif tradisional
Dayak pun menjadi semakin beragam, dari yang memaknainya sebagai hal
yang sakral hingga dianggap sebagai bagian dari gaya hidup.
Dalam penelitian ini informan berasal dari populasi mahasiswa
Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta dengan alasan bahwa mereka
sudah terlepas dari bangku sekolah menengah dimana merajah tubuh itu
dilarang dan rata-rata mereka mulai merajah tubuhnya pada usia ini,
dengan atau tanpa ijin orangtuanya. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
yang dibesarkan di lingkungan masayarakat Dayak dan mendapatkan nilai-
nilai budaya Dayak, juga tidak luput dari sentuhan era modern. Hal ini
menyebabkan nilai-nilai budaya bercampur dengan nilai-nilai global.
Identitas sosial pun dipertanyakan, apakah mereka masih memegang teguh
ajaran leluhurnya ataukah sudah terpengaruh era modern, terkait dengan
tato motif tradisional. Lalu yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah
proses persepsi mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap tato motif
tradisional Dayak yang berkaitan dengan identitas sosial sebagai suku
Dayak.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, hal yang ingin dibahas pada
tulisan ini adalah:Bagaimana persepsi mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat terhadap tato motif tradisional Dayak terkait dengan identitas
sosial?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap motif tradisional
Dayak terkait dengan identitas sosial.
D. Manfaat Penelitian
a. Teoretis
Secara teoretis penulis berharap agar penelitian ini berguna untuk
menerapkan teori psikologi, khususnya psikologi sosial dan berbagai
ilmu-ilmu sosial yang lainnya seperti antropologi, sosiologi, dan ilmu-
ilmu lainnya terhadap fenomena tato tradisional pada masyarakat
Dayak dengan menggunakan menggunakan pendekatan interpretative
phenomenological analysis (IPA). Serta penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan bacaan ilmiah bagi mahasiswa yang meneliti masalah
sejenis.
b. Praktis
1. Kegunaan penelitian ini bagi para pengguna tato dan masyarakat
umum, yaitu diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih
mengenai makna tato dengan motif tradisional Dayak sebagai
identitas sosial masyarakat Dayak.
2. Menjadi sumbangan pemikiran sekaligus bahan pertimbangan
dalam menentukanlangkah-langkah kebijakan pelestarian hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
budaya yang menjadi simbol identitasdan lambang sosial serta
budaya bangsa terutama bagi pemerintah daerah setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Social Identity
1. Definisi
Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada
tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan
sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity
(identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari
pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial
bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut.
Identitas sosial berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa
bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang
berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers
dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu
berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua
orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka
sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat
yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial
(Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori
tertentu yang bermakna. Pada umumnya, individu-individu membagi dunia
sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah
in-group, sedangkan mereka adalah out-group.
Brewer dan Brown (1998) mengatakan bahwa identitas sosial yaitu
orang-orang yang pada umumnya mengevaluasi anggota in-group secara
lebih positif, memberi atribut yang lebih positif atas perilaku mereka,
lebih menghargai mereka, memperlakukan mereka secara lebih baik, dan
menganggap mereka lebih menarik ketimbang anggota out-group.
Identitas sosial adalah sebuah definisi diri yang memandu bagaimana kita
mengkonseptualisasi dan karakteristik unik, seperti nama, seseorang,
selain banyak karakteristik lainnya yang serupa dengan orang lain (Baron dan
Byrne, 2003).
2. Dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity
Menurut Jackson and Smith (dalam Baron dan Byrne, 1991) ada empat
dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity, yaitu:
a. Persepsi dalam konteks antar kelompok
Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status
dan gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi
persepsi setiap individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut
individu untuk memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun
kelompok yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Daya tarik in-group
Secara umum, in-group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana
seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas
umum). Sedangkan out-group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan
jelas berbeda dengan “in-group”. Adanya perasaan “in-group” sering
menimbulkan “in-group bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap
baik kelompoknya sendiri. Menurut Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig
(1982) in-group bias merupakan refleksi perasaan tidak suka pada out-
group dan perasaan suka pada in-group. Hal tersebut terjadi kemungkinan
karena loyalitas terhadap kelompok yang dimilikinya yang pada umumnya
disertai devaluasi kelompok lain.
Berdasarkan Social Identity Theory, Henry Tajfel dan John Tunner
(1982) mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh
“in-group favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan
dalam perlakuan yang lebih baik atau menguntungkan in-group di atas out-
group. Berdasarkan teori tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha
meningkatkan harga diri kita, yaitu: identitas pribadi (personal identity) dan
identitas sosial (social identity) yang berasal dari kelompok yang kita
miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga diri kita dengan prestasi yang
kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita membandingkan dengan
individu lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Keyakinan saling terkait
Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang
yang berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan
bersama secara emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya,
seseorang memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya.
Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai
anggota suatu kelompok tertentu. Orang memakai identitas sosialnya
sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri. Semakin positif
kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan
akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki
dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan
identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu
yang mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan
meningkat dan perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat.
d. Depersonalisasi
Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah
kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai
yang ada dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya
tersebut. Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak
dianggap dalam kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun
kekhasan yang ada dalam kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut
cenderung muncul ketika individu berada ditengah-tengah kelompok dan
ketika berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Brewer, Hogg dan Abrams (dalam Burke,
1991) membagi identitas sosial menjadi 4 tipe yaitu:
a. Identitas yang berdasarkan pada perseorangan
Yang lebih ditekankan pada tipe ini adalah bagaimana sifat diri
dari bagian kelompokdiinternalisasikan oleh anggota individu sebagai
bagian dari konsep diri. Sehinggatampak individu melakukannya
dalam kehidupan sehari-hari
b. Identitas sosial berdasarkan korelasi (relation social identity)
Tipeini memberikan pemahaman bahwa individu menggunakan
identitas kelompokpada saat-saat tertentu. Dimana individu
berhubungan khusus dngan orang-orangyang berada di luar
kelompoknya. Hubungan relasional ini biasanya sering dilakukan
dalam hubungan antar kelompok.
c. Identitas sosial berdasarkan kelompok
Artinya perilaku individu dalam berhubungan dengan
kelompoknya. Pada kondisi seperti ini, individu harus menggunakan
identitas sosial untuk bisa bergabung dengan kelompok sosial lainnya.
d. Identitas kolektif
Identitas ini memiliki makna yang lebih praktis. Identitas sosial
tidak hanya menjadi sebuah pengetahuan bersama
untukmendefinisikan identitas diri dan kelompok. Identitas sosial
merupakan sebuahproses aksi sosial. Identitas kolektif kadang kala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
digunakan untuk melakukan resistensi ketika kelompok mereka
dipresentasikan oleh kelompok lain.
3. Terbentuknya Identitas Sosial
Dalam pandangan Hogg (2004)proses identitas sosial melalui 3 tahapan
yaitu SocialCategorization, Prototype, dan Depersonalization. Untuk
memahami apa yang dimaksudoleh Hogg diatas penulis akan membahasnya
satu persatu.
Kategorisasi sosial berdampak pada definisi diri, perilaku, persepsi
padaprototype yang menjelaskan dan menentukan perilaku. Ketika
ketidakmenentuanidentitas ini terjadi, maka konsepsi tentang diri dan sosialnya
juga tidak jelas. Prototypejuga bisa menjadi sebuah momok bagi kelompok
sosial. Dengan memberikan prototypeyang berlebihan pada kelompoknya,
maka penilaian yang dilakukan kepada kelompoklain adalah jelek. Sterotype
akan muncul pada kondisi seperti ini. Pada dasarnya stereotypemuncul dari
kognisi individu dalam sebuah kelompok. Stereotype juga bisa muncul
darikelompok satu terhadap kelompok lain yang berada diluar dirinya.
Secara kognitif, orang akan merepresentasikan kelompok-kelompoknya
dalambentuk prototype-prototype. Selain itu atribut-atribut yang
menggambarkan kesamaandan hubungan struktur dalam kelompok. Hal ini
dilakukan untuk membedakan danmenentukan keanggotaan kelompok.
Prototype adalah konstruksi sosial yang terbentuk secara kognitif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
disesuaikan dengan pemaksimalan perbedaan yang dimiliki oleh kelompok
dengankelompok lainnya. Hal ini dilakukan untuk menonjolkan keunggulan
kelompoknya.Kepentingan dari kelompok untuk membentuk prototype adalah
untuk merepresentasikankelompoknya di wilayah sosial yang lebih luas.
Biasanya prototype itu berdiri sendiri.Dia tidak semata-mata ditopang atau
didapat dari adanya perbandingan antar kelompoksosial. Dengan demikian
proses yang terjadi dalam kelompok sosial tidak mungkin keluardari kelompok
ini. Perlu diketahui bahwa prototype itu senantiasa berkembang dari
waktukewaktu.
Prototype juga bisa dianggap sebagai representasi kognitif dari norma
kelompok dimana norma kelompok tersebut dibentuk atas regulasi sosial yang
hanya dibatasi olehanggota kelompok. Hal yang paling penting dalam hal ini
adalah penjelasan perilaku danpenegasan posisi bahwa dia adalah kelompok
sosial tertentu. Norma sosial merupakanaturan yang dibuat atas kesepakatan
anggota kelompoknya. Norma sosial menjadilandasan dalam berfikir dan
bergerak kelompok. Dengan demikian norma sosial tidakmenjadi penjelasan
keadaan sosial. Norma sosial ini mengatur tentang bagaimanaindividu dalam
kelompok harus bersikap dan berperilaku.
Depersonalisasi adalah proses dimana individu menginternalisasikan
bahwa oranglain adalah bagian dari dirinya atau memandang dirinya sendiri
sebagai contoh darikategori sosial yang dapat digantikan dan bukannya
individu yang unik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Identitas sosial tidak datang dengan sendirinya. Dalam pembentukan
suatuidentitas ada proses motivasi-motivasi. Hogg (2004), memberikan
penjelasan bahwadalam proses pembentukan identitas, individu memiliki dua
motivasi.
1. Self Enhancement(peningkatan diri)
Self Enhancementini oleh individu dimanfaatkan untuk
memajukan atau menjagastatus kelompok mereka terhadap
kelompok lain yang berada diluar dirinya.Selain itu juga berfungsi
untuk mengevaluasi identitas kolektif. Dalam kontekskelompok
yang lebih menonjol, Self dalam pembahasan Hogg dapat
dimaknaisebagai Collective Self atau identitas sosial.
2. Uncertainty Reduction (reduksi yang tidak menentu)
Uncertainty Reduction dilakukan untuk mengetahui posisi
kondisi sosial dimanaia berada. Tanpa motivasi ini individu tidak
akan tahu dirinya sendiri, apa yangharus dilakukan, dan bagaimana
mereka harus melakukannya. Sekaligus berfungsiuntuk
pembentukan protoype identitas sosial.
Berdasarkan penjelasan mengenai identitas sosial di atas maka dapat
disimpulkan bahwa identitas sosial adalah suatu konsep diri seseorang yang
berasal dari pengetahuannya tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial
yang di dalamnya terdapat nilai-nilai emosional dari keanggotaan tersebut. Saat
seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
maka akan ada kecenderungan untuk mengevaluasi anggota in-group nya
secara lebih positif jika dibandingkan individu-individu di luar kelompok sosial
tersebut. Identitas sosial terbentuk dikarenakan adanya kategorisasi sosial yang
berdampak pada definisi diri danperilaku. Perilaku itu sendiri ditentukan oleh
persepsi mengenai prototype yang mana prototype itu sendiri merupakan
konstruksi sosial yang terbentuk secara kognitif membedakan kelompoknya
secara lebih baik dibanding kelompok lain.Lalu saat seseorang berada di dalam
kelompok sosial, maka dirinya akan melakukan proses depersonalisasi dimana
ia menginternalisasikan bahwa oranglain adalah bagian dari dirinya atau
memandang dirinya sendiri sebagai contoh darikategori sosial yang dapat
digantikan dan bukannya individu yang unik. Dalam pembentukan identitas
terdapat dua motivasi yang mendasarinya yaitu motivasi untuk peningkatan diri
(diri sendiri/kelompok sosial) serta reduksi yang tidak menentu yang dilakukan
untuk mengetahui posisi kondisi sosial dimana ia berada sekaligus berfungsi
sebagai pembentuk prototype identitas sosial.
B. Persepsi
1. Definisi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagimanusia
dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.Persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern danekstern.
Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,
walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Sugihartono (2007) mengemukakan bahwa persepsi adalahkemampuan
otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan
stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat
perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan
sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan
mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Walgito (2004) mengungkapkan bahwa persepsi merupakansuatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yangditerima oleh
organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,dan
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon
sebagaiakibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai
macambentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari
individutergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan
haltersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman
yangdimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu
stimulus,hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan
individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yangsama
dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut
pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap
suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat
indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam
pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus
yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil
kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya
(Waidi, 2006).
Rakhmat (2007) menyatakan persepsi adalahpengamatan tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolehdengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan Suharman (2005) menyatakan
bahwa persepsi merupakan suatu prosesmenginterpretasikan atau menafsir
informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada
tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia,
yaitu pencatatan indera,pengenalan pola, dan perhatian.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat
bahwapersepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan
hinggaterbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu
sadarakan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera
yangdimilikinya.
2. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2004) syarat-syarat terjadinya persepsi adalahsebagai
berikut:
a. Adanya objek yang dipersepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatupersiapan
dalam mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
d.Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak,
yangkemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003), faktor-faktor yang mempengaruhipersepsi
seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
Perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,keinginan
atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,gangguan
kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal
Latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,pengetahuan
dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,pengulangan
gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatuobjek.
Menurut Walgito (2004) faktor-faktor yang berperan dalampersepsi dapat
dikemukakan ke beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
jugadapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang
langsungmengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus,
disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskanstimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu
otaksebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan
dalamrangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu/sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu
samalain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatuobjek,
stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau
kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain
sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapatditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian,
perbedaan dalam sikap atau perbedaandalam motivasi. Pada dasarnya proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terbentuknya persepsi ini terjadidalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman,proses belajar, dan pengetahuannya.
4. Proses Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003), proses terbentuknya persepsididasari pada
beberapa tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada
suatustimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah
mekanismefisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang
berpengaruhmelalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat
mendengarkanatau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian
mendaftarsemua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang
sangatpenting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang
diterimanya.Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman,
motivasi,dan kepribadian seseorang.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya. Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk melihat hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sama dengan cara berbeda-beda. Hal ini dikarenakan faktor internal (perasaan,
sikap, kepribadian, prasangka, keinginan, perhatian,proses belajar, keadaan
fisik, gangguan kejiwaan, nilai, kebutuhan, minat, dan motivasi) dan faktor
eksternal (latar belakang keluarga, pengetahuan, informasi, ukuran,
keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru atau ketidakasingan suatu
objek). Proses dalam persepsi memiliki beberapa tahapan, yaitu reaksi terhadap
stimulus yang kemudian dilanjutkan ke tahapan registrasi dimana semua
informasi yang didapat melalui panca indera akan didaftar. Tahapan
selanjutnya yaitu interpretasi dimana informasi-informasi yang telah didaftar
akan diberi arti. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman,
motivasi, dan kepribadian seseorang.
C. Tato
1. Definisi
Anne Nicholas (1994) menjelaskan bahwa kata tato yang berasal
dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti yang berarti menandai, dalam arti
bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing
untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit.Kata
“tatau”itu dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di
Tahiti pada tahun 1969, dan di sana ia mencatat berbagai fenomena
manusia Tahiti yang tubuhnya dipenuhi oleh tato.
Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang
bernama modern dan perkotaan.Secara historis, tato lahir dan berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
budaya pedalaman, tradisional, bahkan dapat dikatakan kuno. Keberadaan
tato pada masyarakat modern perkotaan mengalami perubahan makna, tato
berkembang menjadi budaya populer atau budaya tandingan yang oleh
audiens muda dianggap simbol kebebasan dan keragaman.Akan tetapi
kalangan tua melihat sebagai suatu keliaran dan berbau negatif (Olong,
2006).
Tato atau dalam kebudayaan Indonesia dikenal sebagai salah satu
bentuk praktik meraja tubuh memberikan fenomena tersendiri dalam
masyarakat, terkait pemakaiannya dan persepsi setuju atau ketidaksetujuan
mengenai tato. Perbedaan persepsi individu dalam menilai tatto
memberikan ilustrasi yang tidak hanya secara equal menjadikannya
sebagai bentuk pilihan antara memakai atau tidak, suka atau tidak suka,
setuju atau tidak setuju, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai lain diluar
dua pilihan hitam-putih. Lebih dari sekedar bentuk persetujuan, penulis
melihat tato bukan hanya sebagai wacana dalam bentuk ilustrasi gambar
saja.Perkembangan pemaknaan tato yang individualistik tentunya
memberikan warna tersendiri untuk dapat dilihat dari berbagai aspek
khususnya pada kaum perempuan yang menggunakan tato pada tubuh
mereka.
Penjelasan mengenai makna ini sebenarnya akan bersifat subjektif,
mengingat pemahaman makna akan mengacu pada adanya abstraksi
pemahaman dari para penggunanya. Kutipan di atas memperlihatkan
bahwa makna akan mengacu pada ide-ide dan berbagai konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pemahaman individu mengenai lambang-lambang yang dimanifestasikan
ke dalam pemahaman yang bersifat subjektif dan individual. Hal ini
didapat karena pemahaman dari makna itu sendiri ada dari konsepsi
individu dalam melihat pengartian tato yang dipakai.
Mempelajari tato bukan hanya menuntun penulis pada satu aspek
permasalahan, tetapi merujuk pada adanya banyak sudut pandangan
keilmuan yang menjelaskan bahwa penelitian mengenai tato ini akan
melibatkan euphoria tersendiri secara multiaspek. Mengupas masalah tato
berarti juga mendeskripsikan tentang nilai-nilai kebudayaan, historis,
sosiologi, komunikasi, seni, design, nilai gender, gaya hidup, politik,
seksualitas, religiusitas dan bahkan secara matematis pun penilaian tato
dapat diterapkan. Setidaknya itu merupakan sebagian lain aspek yang
dapat penulistangkap dalam melihat wacana tato yang berkembang melalui
caranya sendiri dengan memperlihatkan adanya kompleksitas akulkturasi
wacana lainnya. Tato pada sejarahnya merupakan bagian kebudayaan kuno
yang dapat ditemukan pada beberapa suku di dunia.
2. Tato Tradisional Dayak
Durga (2011) menjelaskan pada masyarakat tradisional, khususnya
masyarakat etnis Dayak, Kalimantan, tato merupakan bagian dari ritual
tradisional yang terhubung dengan peribadatan dan juga kesenian. Ia
melekat ditubuh secara permanen sehingga menjadi ikatan pertalian,
penanda yang tidak terpisahkan hingga kematian, selain itu juga berfungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menunjukkan status sosial pemakai maupun kelompok tertentu. Oleh
karena itu pembuatan tato tidak bisa dilakukan sembarangan. Terdapat
aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tato, baik pilihan gambar, struktur
sosial orang yang ditato, maupun penempatan tatonya.
Tato yang dibuat secara tradisional menggunakan duri dari pohon
jeruk (seiring perkembangan zaman, sekarang menggunakan beberapa
buah jarum sekaligus yang dikaitkan pada sebilah kayu) dengan tinta yang
berasal dari arang yang dicampur garam. Warna yang terbentuk adalah
warna hitam agak kebiru-biruan. Pembuatan tato dengan gambar atau
motif tradisional pada masyarakat etnis Dayak dapat dikatakan sebagai
suatu identitas sosial yang membedakannya dengan budaya-budaya dari
etnis lain.
Meskipun setiap sub suku Dayak memiliki aturan dan motif berbeda-
beda satu sama lain tapi tujuan pembuatan tato sendiri sebenarnya
memiliki kesamaan secara religius. Tato dipercaya berfungsi sebagai obor
atau penerangan dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian,
setelah kematian. Jadi semakin banyak tato yang terdapat di tubuh
seseorang maka semakin terang jalannya menuju alam keabadian itu.
Walaupun begitu, bukan berarti setiap orang bisa membuat tato
semaunya di tubuh mereka karena bagi masyarakat Dayak tato tidak bisa
dibuat sembarangan. Ada aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi
sebelum seseorang membuat tato di tubuhnya, seperti motif tatonya, dan
juga penempatan tato di bagian tubuh. Orang yang akan ditato tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
asal memilih motif yang diinginkan maupun bagian tubuh mana yang
ingin ia tato karena sebelumnya harus terlebih dahulu tunduk pada aturan-
aturan adat.
3. Penggunaan Motif Tato Pada Laki-LakiDayak
Penggunaan motif tato pada manusia Dayak tidak bisa dilakukan
secara sembarangan. Menurut Durga (2011) penggunaan motif-motif
padatato haruslah disesuaikan dengan keberadaan manusia yang akan
ditato karena motif tato Dayak merepresentasikan kelas sosial suatu
masyarakat. Motif tato yang dipakai seorang hipiatau bangsawan, tentu
berbeda dengan kelas sosial biasa. Dalam masyarakat Dayak sendiri
terdapat tiga tingkatan stratasosial yaitu hipi (bangsawan atau setingkat
raja), pinyin (orang biasa) dan divan (budak).
Pada laki-laki tato biasanya ditempatkan di bagian atas bahu. Selain
tato bergambar bunga terong yang biasa dimiliki laki-laki Dayak, terdapat
juga tato daun pinang yang dianggap sebagai senjata efektif dalam
menangkal kejahatan mahkluk halus. Pada tato ini juga dianggap sebagai
kamuflase ketika bertemu dengan mahkluk jahat. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa tato pada tubuh dimaksudkan untuk melindungi tubuh dari
bahaya sekitar yang mengancam.
Masyarakat Dayak percaya bahwa sakit merupakan serangan roh
jahat yang masuk kedalam tubuh. Masuknya roh tersebutdisebabkan oleh
kurangnya kebaikan moral dan sopan santun. Setelah sembuh demi
mencegah terulang lagi sakit yang menimpa maka akan dibuat tato yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
secara simbolis merupakan harapan agar manusia tersebut kembali
intropeksi diri terhadap tingkah lakunya selama ini. Dengan demikian
tidak mengherankan jika tato dan tanaman mempunyai hubungan yang erat
dimana motif tato selalu berbentuk tanaman, karena dalam mengusir roh
jahat tato dan tanaman mempunyai fungsi yang sama.
Salah satu motif yang paling menyakitkan dalam proses pembuatan
tato adalah motif uker dego’. Motif ini berupa tato yang diukir di leher.
Uker dego’ merupakan simbol yang cukup prestisius karena dilakukan
pasca pengayauan, sehingga bagi mereka yang pernah melakukan
pengayauan, tato tersebut akan menebalkan keberaniannya. Terdapat
kepercayaan bagi mereka yang telah melakukan pengayauan, maka secara
magis akanterdapat kekuatan pada diri mereka dan membawa keamanan
serta kebajikan ke dalam rumah yang mereka tempati.
Selain itu terdapat juga penggunaan tatodi sekitar jari tangan yang
berfungsi sebagai simbol identitas dimana tato tersebut menunjukkan
bahwa pemiliknya adalah orang yang ahli dalam pengobatan. Semakin
banyak tato di tangannya, menunjukkan orang itu semakin banyak
menolong dan semakin arif dalam ilmu pengobatan.Motif tato tersebut
biasa disebut song irangyang berarti tunas bambu. Song irang merupakan
simbolisasi tanaman sebagai alat pengobatan dan simbol kesuburan dalam
masyarakat Dayak. Tanaman merupakan penentu lingkungan dalam
kehidupan dalam kehidupan. Dengan kata lain manusia Dayak sangat
bergantung dengan alamsekitarnya. Tidak mengherankan jika mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sangat peduli pada sawah, padi dan tunas bambu, yang juga dipercaya
sebagai manifestasi dari jiwa nenek moyang.
4. Aspek Pragmatik Tato Dayak
Durga (2011) menjelaskan bagi manusia Dayak, mereka yang
bertato jauh lebih baik dan terhormat dibandingkan mereka yang tidak
bertato. Tato merupakan bagian dari tradisi, religi, status sosial seseorang
dalam masyarakat, serta bisa pula sebagai bentuk penghargaan suku
terhadap kemampuan seseorang.Oleh karena itu ditinjau dari aspek
pragmatiknya, secara garis besar tato Dayak memiliki fungsi yaitu :
a. Sebagai fungsi kamuflase selama masa perburuan
Dalam perkembangannya, tato merupakan prestasi dari hasil
berburu binatang yang kemudian dilanjutkan kepada manusia sebagai
objek perburuan. Dari sinilah tato mengalami perkembangan image
sebagai keberhasilan bagi mereka yang telah melakukan pemenggalan
kepala manusia (pengayauan), dimana tato tersebut dibuat di seluruh
tubuh si pengayau. Tato uker dego’ adalah tato yang melambangkan
kelanjutan dari pengayauan tadi dimana si pengayau sudah meminum
darah korbannya.
b. Perintah religius masyarakat
Tato merupakan simbolitas kesetiaan pada adat dan
religiusitasnya. Sebagai anggota masyarakat adat, seorang manusia
Dayak harus menggunakan tato sebagai tanda dia merupakan bagian
darisuku tersebut, dimana motif yang digunakan juga merupakan ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
khas dari suku Dayak, contohnya motif bunga terong dan burung
enggang.
c. Inisiasi dalam masa-masa krisis dan fase kehidupan
Tato melambangkan telah berlangsungya proses inisiasi dalam
masa krisis sekaligus juga bukti adanya fase kehidupan dari anak-anak
ke remaja, dari gadis menjadi perempuan dewasa dan dari perempuan
dewasa menjadi ibu. Hal tersebut terlihat dari pemberian tato kepada
perempuan yang sudah mengalami menstruasi. Adanya tato di tubuh
perempuan tersebut menunjukkan bahwa ia sudah mengalami
perubahan fase kehidupan.
d. Tato berfungsi sebagai jimat
Pada tahap ini fungsi tato Dayak untuk mengubah tubuh pada
dasarnya mempunyai beberapa kemiripan tujuan dengan tato-tato
tradisional, yakni membuat ketertarikan pada lawan jenis, ekspresi
diri, penangkal dari kekuatan jahat, juga untuk menunjukkan status
sosial seperti pembagian kelas dalam masyarakat. Ditinjau dari fungsi
estetiknya tato juga merupakan salah satu elemen penting bagi
kecantikan perempuan Dayak dan kegagahan laki-laki Dayak.
D. Mahasiswa
1. Definisi
Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990
adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tertentu. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda
dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai
predikat.
Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978) adalah
merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan
perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan
di harapkan menjadi calon-calon intelektual.
Dari pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa mahasiswa adalah
status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan
perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual.
Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-
ciri tertentu, antara lain (Kartono, 1985):
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di
Perguruan Tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum
intelegensia
b. Yang karena kesempatan diatas, diharapkan nantinya dapat
bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik
sebagai pemimpin masyarakat maupun dalam dunia kerja
c. Diharapkan dapat menjadi “daya penggerak yang dinamis bagi
proses modernisasi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang
berkaitan dan professional
Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap
orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan
tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Usia sekitar 18-30 tahun
sendiri dapat dikategorikan sebagai usia dewasa awal. Hurlock (1986)
mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-
kira usia 40 tahun.
Masih menurut Hurlock (1986), ada beberapa karakteristik dewasa
awal dan salah satunya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan masa
penyesuaian diri dengan hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang
diperolehnya.
E. Persepsi terhadap tato tradisional dan identitas sosial
Identitas sosial terbangun dari konsep diri dalam tatanan masyarakat yang
lebih luas.Menurut Tajfel (1982), identitas sosial adalah bagian dari konsep
diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan
emosional dari keanggotaan tersebut. Untuk menjelaskan identitas sosial,
terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam
Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial
sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin,
agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau
menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama.
Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai
kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990).
Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua
kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah in-group, sedangkan
mereka adalah out-group.Brewer dan Brown (1998) mengatakan bahwa
identitas sosial yaitu orang-orang yang pada umunya mengevaluasi
anggota in-group secara lebih positif, memberi atribut yang lebih positif
atas perilaku mereka, lebih menghargai mereka, memperlakukan mereka
secara lebih baik, dan menganggap mereka lebih menarik ketimbang
anggota out-group.
Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan
gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi
setiap individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu
untuk memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok
yang lain. Namun biarpun berada dalam kelompok sosial yang sama, apa yang
dipersepsikan seseorang bisa berbeda dengan orang lainnya.
Persepsi mahasiswa secara garis besar terhadap tato berbeda satu sama
lainnya. Ada yang pro dan ada yang kontra. Bagi mahasiswa yang pro
terhadap tato, mereka beranggapan bahwa tato merupakan suatu bentuk seni
dan juga sudah merupakan bentuk dari lifestyleserta pengekspresian
diri.Ekspresi diri tersebut diwakili oleh gambar, simbol, atau tulisan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dipilih untuk dijadikan tato. Kesan yang didapat dari orang yang bertato
adalah orang yang punya rasa seni tinggi, unik, berani tampil beda, kreatif,
dan menarik. Meskipun banyak mahasiswa yang sudah berpikiran terbuka
mengenai tato, tetap saja citra buruk tato tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Hal ini dikarenakan walaupun banyak yang sudah berpikiran terbuka terhadap
tato, namun kebanyakan tidak bersedia untuk ditato karena melihat masih
banyak pandangan negatif terhadap tato di kalangan masyarakat. Mahasiswa
yang kontra terhadap tato memiliki pandangan bahwa tato identik dengan
premanisme, berbahaya, kekerasan, dan pergaulan bebas.
Persepsi terhadap tato dengan motif tradisional pada mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat di Yogyakarta juga dapat berbeda satu sama lain. Perbedaan
persepsi dapatditelusuri dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan individu,
perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
perbedaandalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini
terjadidalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh
pengalaman,proses belajar, dan pengetahuannya.Persepsi-persepsi terhadap
tato motif tradisional inilah yang nantinya akan dilihat dinamikanya dalam
pemaknaannya sebagai identitas sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi mendalam atas
persepsi mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap tato motif tradisional
terkait dengan identitas sosial. Melalui penelitian ini akan didapatkan suatu
informasi berupa proses mendetail bagaimana pemaknaan terhadap tato
dengan motif tradisional terkait dengan identitas sosial pada mahasiswa
beretnis Dayak.
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka penulis menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretative phenomenological
analysis (IPA). Smith dan Osborn (2009) menyatakan bahwa tujuan dari
penelitian dengan IPA adalah mengeksplorasi secara detail mengenai
bagaimana informan memaknai dunia personal dan sosialnya. Pendekatan ini
berusaha mengeksplorasi pengalaman personal informan dan memberi
perhatian atau berfokus pada persepsi maupun pendapat personal dari
informan mengenai objek atau peristiwa. Kemudian, pendekatan ini juga
melibatkan dua tahap interpretatif. Dimana pada tahap pertama informan akan
berusaha memahami dunianya, lalu penulis akan berusaha memahami usaha-
usaha informan dalam memahami dunianya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
B. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah pemaknaan identitas sosial pada
mahasiswa Dayak terhadap tato motif tradisional. Makna tersebut dapat
diketahui dengan cara meminta informanuntuk menceritakan ulang
pengalamannya terkait identitas sosial dan melihat persepsi informan terhadap
tato motif tradisional terkait pengalamannya tersebut.
C. Informan Penelitian
1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Informan Penelitian
Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non
probability sampling. Menurut Sugiyono (2012)Non Probability Sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.
Teknik Non Probability Samplingyang digunakan dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini lebih tepatnya penulis
menggunakan teknik purposive sampling. Pengertian purposive sampling
menurut Sugiyono (2012)adalahteknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih representatif
dengan melakukan proses penelitian yang kompeten di bidangnya.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis memiliki beberapa kriteria
dalam memilih dan menentukan informan penelitian, seperti :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a) Informan penelitian berjenis kelamin laki-laki.
b) Informan penelitian berstatus sebagai mahasiswa aktif yang kuliah
di Yogyakarta.
c) Informan penelitian berasal dari etnis Dayak di Kalimantan Barat
dan tumbuh di lingkungan etnis Dayak yang menganggap bahwa
tato dengan motif tradisional Dayakmerupakan sebuah bentuk
identitas sosial.
d) Informan penelitian sudah memiliki/membuat tato dengan motif
tradisional Dayak paling tidak selama 2 tahun.
2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian
Prosedur yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan informan
penelitian meliputi beberapa langkah berikut ini:
a) Menyusun pertanyaan wawancara.
b) Melakukan seleksi terhadap calon informan penelitian
berdasarkan kriteria yang sudah dibuat.
c) Menentukan informan.
d) Melakukan perkenalan, rapport, penjelasan tujuan wawancara,
memastikan kesediaan informan untuk terlibat dalam
penelitian, dan wawancara awal kepada informan penelitian.
e) Meminta informan penelitian untuk menandatangani informed
concent dan membuat jadwal wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
f) Melakukan wawancara pada informan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama
dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur,dan wawancara
mendalam (in-depth interview).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi-terstruktur.Smith (2008) menyatakan bahwa wawancara
semi-terstruktur adalah metode yang paling tepat digunakan untuk
mengumpulkan data dalam peneltian dengan pendekatan IPA.Dalam
wawancara semi-terstruktur, penulis menggunakan pedoman wawancara yang
sangat umum, yang mencantumkan topik-topik penting yang harus digali
(Poerwandari, 2005).Urutan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat
disesuaikan dengan respons dari informansehingga metode wawancara ini
menuntut fleksibilitas dari penulis dalam mengajukan pertanyaan. Penulis
bebas untuk menggali topik-topik yang dimunculkan oleh informan. Oleh
karena itu, penulis diharapkan dapat menciptakan dan membina hubungan
yang baik (rapport) selama proses pengumpulan data.
Untuk menghindari kehilangan informasi, maka penulis meminta ijin
kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum
dilangsungkan wawancara mendalam, penulis menjelaskan atau
memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan
jelas mengenai topik penelitian. Penulis harus memperhatikan cara-cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang benar dalam melakukan wawancara, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda,
taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.
b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak
pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah
menjadi beberapa pertanyaan baru.
c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan
acuan waktu dan tempat yang jelas.
d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka
pengalaman konkrit si informan.
e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau
sama sekali tidak menyebutkan alternatif.
f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat informan
marah, malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat
memperhalus.
Panduan pertanyaan wawancara sendiri dibuat berdasarkan hal-hal yang
ingin digali mengenai persepsi mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap
tato motif tradisional Dayak terkait dengan identitas sosial. Hal-hal tersebut
terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mempersepsikan
sesuatu. Faktor-faktor itu antara lain faktor fungsional (kebutuhan individu,
usia, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal-hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bersifat subjektif) serta faktor fungsional (lingkungan, budaya, dan norma
sosial).
Tabel 1
Panduan Pertanyaan Wawancara
1. Dapatkah anda menggambarkan pribadi anda?
2. Sudah sejak kapan anda memiliki tato dengan motif tradisional Dayak?
3. Kenapa anda memilih menato tubuh anda dengan motif tradisional Dayak
dibandingkan dengan gambar-gambar lainnya?
4. Bagaimana cerita awal mulanya sampai anda membuat tato dengan motif
tradisional Dayak?
5. Seberapa banyak tato motif tradisional Dayak yang anda miliki?
6. Apakah dibuat bertahap atau sekaligus? Dimana saja letaknya? (bila tato
lebih dari satu)
7. Apa yang anda tahu tentang makna dari motif tradisional yang ditato pada
tubuh anda?
8. Apakah ada perbedaan yang dirasakan saat sebelum dan sesudah
memiliki tato dengan motif tradisional Dayak?
9. Bagaimana relasi anda dengan lingkungan tempat tinggal asal dan
lingkungan saat ini terkait dengan tato motif tradisional Dayak?
10. Apakah anda memiliki teman-teman yang juga memiliki tato dengan
motif tradisional Dayak juga?
11. Bagaimana relasi anda dengan teman-teman anda yang memiliki tato
dengan motif tradisional Dayak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
12. Seperti apa anda memandang orang dari etnis di luar Dayak yang juga
membuat tato dengan motif tradisional Dayak?
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekataninterpretative
phenomenological analysis (IPA). Pendekatan ini melibatkan dua tahap
interpretatif. Dimana pada tahap pertama informan akan berusaha memahami
dunianya, lalu penulis akan berusaha memahami usaha-usaha informan dalam
memahami dunianya tersebut.
Tahap-tahap Interpretative Phenomenological Analysis yang dilaksanakan
sebagai berikut: 1) Reading and re-reading; 2) Initial noting; 3)
Developing Emergent themes; 4) Searching for connections across
emergent themes; 5) Moving the next cases; and 6) Looking for
patterns across cases. Masing-masing tahap analisis diuraikan sebagai
berikut:
1. Reading and Re-reading
Dengan membaca dan membaca kembali penulis
menenggelamkan diri dalam data yang original. Bentuk kegiatan tahap ini
adalah menuliskan transkrip interview dari rekaman audio ke dalam
transkrip dalam bentuk tulisan.Rekaman audio yang digunakan oleh
penulis dipandang lebih membantu pendengaran penulis dari pada
transkrip dalam bentuk tulisan. Imaginasi kata-kata dari informanketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dibaca dan dibaca kembali oleh penulis dari transkrip akan membantu
analisis yang lebih komplit. Tahap ini dilaksanakan untuk memberikan
keyakinan bahwa informanpenelitian benar-benar menjadi fokus analisis.
Penulis memulai proses ini dengan anggapan bahwa setiap
kata-kata informansangat penting untuk masuk dalam fase analisis dan
data kata-kata itu diperlakukan secara aktif. Membaca kembali data
dengan model keseluruhan struktur interview untuk selanjutnya
dikembangkan, dan juga memberikan kesempatan pada penulis untuk
memperoleh pemahaman mengenai bagaimana narasi-narasi informan
secara bersama-sama dapat terbagi dalam beberapa bagian. Dengan
membaca dan membaca kembali juga memudahkan penilaian
mengenai bagaimana hubungan dan kepercayaan yang dibangun antar
interview dan kemudian memunculkan letak-letak dari bagian-bagian
yang kaya dan lebih detail atau sebenarnya kontradiksi dan paradox.
2. Initial Noting
Analisis tahap awal ini sangat mendetail dan mungkin
menghabiskan waktu.Tahap ini menguji isi/konten dari kata, kalimat
dan bahasa yang digunakan informandalam level eksploratori. Analisis
ini menjaga kelangsungan pemikiran yang terbuka (open mind) dan
mencatat segala sesuatu yang menarik dalam transkrip. Proses ini
menumbuhkan dan membuat sikap yang lebih familiar terhadap
transkrip data. Selain itu tahap ini juga memulai mengidentifikasi
secaraspesifik cara-cara informan mengatakan tentang sesuatu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
memahami dan memikirkan mengenai isu-isu. Tahap 1 dan 2 ini
melebur, dalam praktiknya, dimulai dengan membuat catatan pada
transkrip. Penulis memulai aktifitas dengan membaca, kemudian
membuat catatan eksploratori atau catatan umum yang dapat
ditambahkan dengan membaca berikutnya.
Analisis ini hampir sama dengan analisis tekstual bebas. Di sini
tidak ada aturan apakah dikomentari atau tanpa persyaratan seperti
membagi teks kedalam unit-unit makna dan memberikan komentar-
komentar pada masing-masing unit. Analisis ini dilakukan dengan tujuan
untuk menghasilkan seperangkat catatan dan komentar yang komprehensif
dan mendetail mengenai data. Beberapa bagian dari interview
mengandung data penelitian lebih banyak dari pada yang lain dan akan
lebih banyak makna dan komentar yang diberikan. Jadi pada tahap
ini penulis mulai memberikan komentar dengan menduga pada apa yang
ada pada teks.
Deskripsi yang penulis kembangkan melalui initial notes ini
menjadi deskripsi inti dari komentar-komentar yang jelas merupakan
fokus dari fenomenologi dan sangat dekat dengan makna eksplisit
informan. Dalam hal ini termasuk melihat bahasa yang mereka
gunakan, memikirkan konteks dari ketertarikan mereka (dalam dunia
kehidupan mereka), dan mengidentifikasi konsep-konsep abstrak yang
dapat membantu penulis membuat kesadaran adanya pola-pola makna
dalam keterangan informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Data yang asli/original dari transkrip diberikan komentar-
komentar dengan menggunakan ilustrasi komentar eksploratori.
Komentar eksploratori dilaksanakan untuk memperoleh intisari.
Komentar eksploratori meliputi komentar deskriptif (descriptive
comment), komentar bahasa (linguistic comment) dan komentar
konseptual (conceptual comment) yang dilakukan secara simultan.
Komentar deskriptif difokuskan pada penggambaran isi/content
dari apa yang dikatakan olehinforman dan subjek dari perkataan dalam
transkrip. Komentar bahasa difokuskan pada catatan eksploratori yang
memperhatikan pada penggunaan bahasa yang spesifik oleh informan.
Penulis fokus pada isi dan dan makna dari bahasa yang disampaikan.
Komentar konseptual ini lebih interpretatif difokuskan pada level yang
konseptual. Koding yang konseptual ini menggunakan bentuk bentuk
yang interogatif (mempertanyakan).
Setelah memberikan komentar eksploratori, penulis melakukan
dekonstruksi (deconstruction). Ini membantu penulis untuk
mengembangkan strategi dekontekstualisasi yang membawa penulis
pada fokus yang lebih detail dari setiap kata dan makna dari
informan penelitian. Dekonstekstualisasi membantu mengembangkan
penilaian yang secara alamiah diberikan pada laporan-laporan
informan dan dapat menekankan pentingnya konsteks dalam interview
sebagai keseluruhan, dan membantu untuk melihat interrelationship
(saling hubungan) antar satu pengalaman dengan pengalaman lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Setelah dekonstruksi peneliti melakukan tinjauan umum
terhadap tulisan catatan awal (overview of writing initial notes).
Langkah ini dilaksanakan dengan memberikan catatan-catatan
eksploratori yang dapat digunakan selama mengeksplor data dengan
cara: 1) Penulis memulai dari transkrip, menggarisbawahi teks-teks
yang kelihatan penting. Pada saat setiap bagian teks digarisbawahi
berusaha juga untuk menuliskan dalam margin keterangan-
keterangan mengapa sesuatu itu dipikirkan dan digarisbawahi dan karena
itu sesuatu itu dianggap penting; 2) Mengasosiasi secara bebas teks-
teks dari responden, menuliskan apapun yang muncul dalam pemikiran
ketika membaca kalimat-kalimat dan kata-kata tertentu. Ini adalah
proses yang mengalir dengan teks-teks secara detail, mengeksplor
perbedaan pendekatan dari makna yang muncul dan dengan giat
menganalisis pada level yang interpretatif.
3. Developing Emergent Themes (Mengembangkan kemunculan tema-tema)
Meskipun transkrip interview merupakan tempat pusat data, akan
tetapi data itu akan menjadi lebih jelas dengan diberikannya komentar
eksploratori secara komprehensif. Dengan komentar eksploratori
tersebut maka pada seperangkat data muncul atau tumbuh secara
substansial. Untuk memunculkan tema-tema penulismengatur perubahan
data dengan menganalisis secara simultan, berusaha mengurangi isi yang
detail dari data yang berupa transkrip dan catatan awal yang masih
rumit (complexity) untuk di mapping kesalinghubungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(interrelationship), hubungan (connection) dan pola-pola antar catatan
eksploratori. Pada tahap ini analisis terutama pada catatatan awal lebih
yang dari sekedar transkrip. Komentar eksploratori yang dilakukan
secara komprehensif sangat mendekatkan pada simpulan dari transkrip
yang asli.
Analisis komentar-komentar eksploratori untuk mengidentifikasi
munculnya tema-tema termasuk untuk memfokuskan sehingga
sebagian besar transkrip menjadi jelas. Proses mengidentifikasi
munculnya tema-tema termasuk kemungkinan penulis mengobrak-abrik
kembali alur narasi dari interview jika penulistidak merasa nyaman
pada narasi awal. Untuk itu penulis melakukan reorganisasi data
pengalaman responden. Proses ini merepresentasikan lingkaran
hermeneutik. Keaslian interview secara keseluruhan menjadi seperangkat
dari bagian yang dianalisis, tetapi secara bersama-sama menjadi
keseluruhan yang baru yang merupakan akhir dari analisis dalam
melukiskan suatu peristiwa dengan terperinci.
4. Searching for connection a cross emergent themes
Informanpenelitian memegang peran penting semenjak
mengumpulkan data dan membuat komentar eksploratori. Atau dengan
kata lain pengumpulan data dan pembuatan komentar eksploratori di
lakukan dengan berorientasi pada informan. Mencari hubungan antar
tema-tema yang muncul dilakukan setelah penulis menetapkan
seperangkat tema-tema dalam transkrip dan tema-tema telah diurutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
secara kronologis. Hubungan antar tema-tema ini dikembangkan
dalam bentuk grafik atau mapping/pemetaan dan memikirkan tema-
tema yang bersesuaian satu sama lain. Level analisis ini tidak ada
ketentuan resmi yang berlaku. Penulisdidorong untuk mengeksplor
dan mengenalkan sesuatu yang baru dari hasil penelitiannya dalam
term pengorganisasian analisis. Tidak semua tema yang muncul harus
digabungkan dalam tahap analisis ini, beberapa tema mungkin akan
dibuang. Analisis ini tergantung pada keseluruhan dari pertanyaan
penelitian dan ruang lingkup penelitian.
Mencari makna dari sketsa tema-tema yang muncul dan saling
bersesuaian dan menghasilkan struktur yang memberikan pada penulis hal-
hal yang penting dari semua data dan aspek-aspek yang menarik dan
penting dari keterangan-keterangan informan. Hubungan-hubungan atau
koneksi-koneksi yang mungkin muncul dalam Interpretative
Phenomenology Analysis selama proses analisis meliputi: Abstraction,
Subsumtion, Polarization, Contextualization, Numeration, dan
Function.
5. Moving the next cases
Tahap analisis 1- 4 dilakukan pada setiap satu kasus/informan.
Jika satu kasus selesai dan dituliskan hasil analisisnya maka tahap
selanjutnya berpindah pada kasus atau informan berikutnya hingga
selesai semua kasus. Langkah ini dilakukan pada semua transkrip
informan, dengan cara mengulang proses yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
6. Looking for patterns across cases
Tahap akhir merupakan tahap keenam dalam analisis ini adalah
mencari pola-pola yang muncul antar kasus/informan. Apakah
hubungan yang terjadi antar kasus, dan bagaimana tema-tema yang
ditemukan dalam kasus-kasus yang lain memandu peneliti melakukan
penggambaran dan pelabelan kembali pada tema-tema. Pada tahap
ini dibuat master table dari tema-tema untuk satu kasus atau
kelompok kasus dalam sebuah institusi/ organisasi.
F. Kredibilitas Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah
keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk
atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian.
Upaya untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian adalah melalui
langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2009:270-276) :
a. Perpanjangan pengamatan
Penulis kembali lagi ke lapangan untuk melakukan
pengamatan untuk mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh
maupun untuk menemukan data-data yang baru.
b. Meningkatkan ketekunan
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan.Dengan meningkatkan ketekunan tersebut, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penulis akan melakukan pengecekan kembali apakah data yang
telah ditemukan salah atau tidak.
c. Triangulasi
Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu.
d. Analisis kasus negatif
Penulis mencari data yang berbeda atau yang bertentangan
dengan temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda
atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan
sudah dapat dipercaya.
e. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh penulis.
Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan
adanya rekaman wawancara.
f. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
penulis kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah valid,
sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data
yang ditemukan penulis dengan berbagai penafsirannya tidak
disepakati oleh pemberi data, maka penulis perlu melakukan
diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
penulis harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data.
Dari enam upaya untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian
tersebut,yang dilakukan oleh penulis adalah triangulasi data, menggunakan
bahan referensi, dan mengadakan member check.
G. Refleksitas Penelitian
Saya, selaku penulis berasal dari suku Dayak di Kalimantan Barat.
Pada awalnya, alasan saya hingga membuat penelitian ini berdasarkan
kecintaan saya terhadap tradisi dan budaya Dayak. Tradisi dan budaya
Dayak terdiri dari berbagai macam bentuk seperti sistem religi yaitu
keyakinan atau kepercayaan yang dianut sebagai wujud hubungan antara
manusia dan penciptanya, sistem organisasi dalam masyarakat yang
mengatur hubungan antar masyarakat sehingga terjalin hubungan yang
harmonis, sistem kekerabatan dimana silsilah keluarga menjadi sangat
penting karena rasa kekeluargaan suku Dayak sangat kuat sehingga
mereka memiliki kesatuan yang kuat, sistem mata pencaharian dimana
mereka hidup dengan berladang sehingga secara alami akan membentuk
suatu kebiasaan dalam hidup sehari-hari dan pada saat itu juga peralatan
serta teknologi yang digunakan masih sangat sederhana. Kesemua itu
merupakan unsur kebudayaan yang mempunyai peran yang sangat penting
dalam pembentukan karakter, pola hidup, serta pola pikir suku Dayak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kesemuanya tercermin dalam kehidupan mereka sehari-hari yang menjadi
identitas suku Dayak.
Selain hal-hal di atas, yang menjadi penunjuk identitas suku Dayak
secara khusus adalah tradisi tato. Tradisi tato pada suku Dayak bersifat
khas dan hanya dimiliki oleh suku Dayak, walaupun tidak semua subsuku
Dayak memiliki tradisi tato tersebut. Saya sendiri merajah tubuh saya
dengan tato motif tradisional Dayak sebagai bentuk ekspresi diri saya
bahwa saya merupakan bagian dari kelompok sosial Dayak. Banyak
teman-teman saya yang berstatus sebagai mahasiswa yang berasal dari
suku Dayak di Kalimantan Barat dan kuliah di Yogyakarta. Tidak sedikit
dari mereka yang memiliki tato, bagik itu tato dengan motif modern
ataupun motif tradisional Dayak. Dari situ saya ingin melihat bagaimana
persepsi mereka sendiri terkait dengan tato motif tradisional Dayak yang
mereka miliki, seperti halnya saya sendiri. Apakah mereka masih
memandang tato motif tradisional Dayak sebagai tradisi di tengah arus
globalisasi dan lingkungan yang berbeda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan
1. Pencarian dan Seleksi Informan Penelitian
Penelitian diawali dengan menghubungi beberapa calon
informan penelitian dengan menyampaikan kriteria informan yang
dimulai dari tanggal 9 Maret 2015 hingga 11 Maret 2015. Dari 12
calon informan yang dihubungi, terdapat 7 calon yang
menyampaikan kesanggupannya.
Setelah ketujuh calon informan menyampaikan
kesanggupannya, maka penulis menghubungi ketujuh calon
informan itu lagi terkait dengan jadwal wawancara. Pada awalnya
penulis akan menggunakan ketujuhnya sebagai informan, namun
dikarenakan kesulitan mencari jadwal serta pertimbangan bahwa
penulis baru pertama kali menggunakan metode analisis
fenomenologi interpretatif maka penulis hanya menggunakan 3
orang informan saja.
2. Pengambilan Data
Wawancara dengan 3 informan berlangsung sejak tanggal
17 Maret 2015 hingga 14 Desember 2015. Pelaksanaan wawancara
dilaksanakan berdasarkan kesepakatan waktu dengan setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
informan, sehingga jadwal wawancara tiap informan pun berbeda.
Di samping itu, jumlah wawancara yang dilakukan penulis kepada
para subjek pun sedikit berbeda. Untuk mendapatkan seluruh data
yang dibutuhkan penulis dan data yang kaya serta mendalam,
3informan yang ada membutuhkan 3 kali wawancara.
Pada pertemuan dan wawancara pertama dengan setiap
informan, penulis melakukan perkenalan dan pendekatan
(rapport)kepada informan, menyampaikan tujuan dari wawancara,
menyampaikan hal-hal yang relevan dengan penelitian ke
depannya, serta mempersilahkan informan untuk bertanya
mengenai penelitian yang akan dilakukan. Pada wawancara
pertama, penulis juga sekaligus melakukan wawancara awal untuk
mengetahui identitas dan kehidupan informan secara umum serta
langsung melakukan wawancara kepada informan sesuai dengan
panduan wawancara semi-terstruktur yang sudah dibuat oleh
penulis. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan
permintaan dari informan.
Pada wawancara kedua, penulis melakukan wawancara
tambahan untuk menambahkan beberapa informasi baru dan
menanyakan hal-hal yang bersifat ambigu atau kurang jelas serta
kurang mendalam dari apa yang sudah disampaikan informan pada
wawancara sebelumnya. Sementara itu, wawancara ketiga
dimanfaatkan penulis untuk melakukan wawancara konfirmasi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
member checking kepada informan dengan membacakan kembali
hasil jawaban informan dari wawancara-wawancara sebelumnya.
Setelah seluruh data wawancara didapatkan,
penuliskemudian melakukan analisis dari seluruh data yang sudah
didapatkan. Seusai melakukan analisis data, penulis kemudian
berusaha mendapatkan kredibilitas hasil penelitian dengan
beberapa cara. Kredibilitas penelitian tidak hanya didapatkan dari
proses member checking kepada informan, namun juga dengan
menggunakan bahan referensi berupa rekaman wawancara dan
triangulasi sumber data.
B. Profil Informan
Informandalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Hal ini sesuai
dengan anjuran dari Smith (2007) yang menyatakan bahwa penulis
yang baru pertama kali menggunakan metode analisis fenomenologi
interpretatif (AFI) diharapkan untuk memilih paling tidak 3
informanpenelitian.
Berikut ini adalah profil dari ketigainformanyang terlibat dalam
penelitian ini :
1. Informan1
Informanpertama dalam penelitian ini berinisial EN,
seorang mahasiswa berusia 25 tahun di salah satu universitas
swasta di Yogyakarta. EN bertubuh relatif gemuk dan berkulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sawo matang, menggunakan kacamata, rambut agak panjang, dan
sedikit brewok menjadi ciri khasnya. Setiap kali terlibat dalam sesi
wawancara, EN selalu menunjukkan sikap yang santai dan selalu
tersenyum, kadang tertawa. Jawaban yang diberikan EN cenderung
agak panjang, namun sering menunjukkan pengulangan
pernyataan.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa EN
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kedua orang tuanya
berasal dari etnis Dayak dan hidup di lingkungan dengan budaya
Dayak. Ayah dan ibunya menjalani profesi sebagai guru masing-
masing di sebuah SMP swasta dan SD swasta. EN memiliki 4 tato
dengan motif tradisional Dayak di tubuhnya. Yang pertama kali
dibuatnya saat setahun setelah berkuliah di Yogyakarta. EN
mengaku memutuskan untuk merajah tubuhnya karena terpengaruh
oleh kakaknya yang juga memilik banyak tato. EN tetap
memutuskan untuk membuat tato walaupun ia tahu bahwa
orangtuanya kurang suka anaknya memiliki tato dengan alasan
pandangan negatif masyarakat terhadap tato.
Berdasarkan hasil wawancara, EN memilih menato
tubuhnya dengan motif tradisional Dayak karena alasan
kecintaannya dengan seni dan budaya nenek moyang. EN memiliki
tato dengan motif tradisional Dayak berupa tato bunga terung di
kedua pundaknya serta kedua betisnya, tato naga dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
motif Dayak di bahu kanan, serta berupa perisai dengan motif
Dayak di kaki kiri.
2. Informan2
Informankedua dalam penelitian ini berinisial ES, berusia
23 tahun dan kuliah dengan mengambil jurusan musik etnis. ES
memiliki postur tubuh serta tinggi badan yang cukup proporsional
dengan kulit sawo matang. Ciri utama dari ES adalah rambut ikal
gondrong dan mata besar yang menurut pengakuannya sering
menjadi bahan ejekan temannya kalau matanya akan segera keluar.
Dalam proses wawancara, ES cenderung menjawab dengan sikap
yang lumayan serius, walaupun sesekali diselingi tawa di
penjelasannya. Penjelasan yang diberikan ES cukup panjang dan
lumayan jelas dengan beberapa hal yang sering diulang di setiap
penjelasannya.
Di dalam proses wawancara diketahui bahwa ES
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah dan ibunya
berasal dari etnis Dayak. ES dan keluarganya tinggal di lingkungan
dengan beragam etnis yang membaur. Almarhum ayahnya
merupakan seorang guru seni dan ibunya seorang guru matematika.
Kakak tertua ES adalah seorang polisi dan kakak kedua ES
mengikuti jejak kedua orang tuanya menjadi pengajar.
ES memiliki 3 tato dengan motif tradisional Dayak. Tato
bunga terung di kedua bahunya, tato dengan motif ketam di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pundaknya, serta tato topeng hudoq di betis kirinya. Berdasarkan
hasil wawancara, ES sudah memiliki ketertarikan dengan seni rajah
tubuh, terutama tato dengan motif Dayak sejak ia masuk ke
sanggar seni saat menginjak bangku SMP. Sejak saat itu, ES ingin
suatu saat memiliki tato dengan motif tradisional Dayak dan
akhirnya terealisasi saat kuliah.
3. Informan3
Informanketiga dalam penelitian ini berinisial AN, berusia
22 tahun dan merupakan mahasiswa di salah satu universitas
swasta di Yogyakarta. AN memiliki tubuh yang kurus dengan
tinggi sedang serta warna kulit putih seperti etnis tionghoa. AN
memiliki rambut lurus panjang sebahu dan piercing dengan lubang
yang cukup besar di telinganya. Saat diwawancarai, AN dapat
memberikan penjelasan dengan cukup detail dengan wajah yang
selalu terlihat antusias.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa AN
memiliki orang tua dengan asal etnis yang berbeda. Ayahnya
berasal dari etnis tionghoa sedangkan ibunya adalah orang Dayak.
Namun AN mengakui dirinya adalah etnis Dayak. AN merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya saat ini
sedang mengenyam bangku SMA di salah satu SMA swasta di
daerah asal mereka. AN dan keluarga tinggal di lingkungan multi
etnis dengan mayoritas merupakan etnis Dayak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
AN memiliki tato dengan motif tradisional Dayak yang
memenuhi bagian punggungnya serta bagian dada, bahu, dan
kakinya. Menurut pengakuan AN, ia merajah tubuhnya dengan
motif tradisional Dayak karena alasan untuk menjaga tradisi dari
leluhur. AN beranggapan bahwa ia bertanggung jawab untuk
menjaga tradisi leluhur agar tidak hilang karena arus
perkembangan jaman.
C. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis terhadap tigainformanyang terlibat,
didapatbeberapa tema yang menjelaskan jawaban dari pertanyaan
penelitian. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara terpisah, dari
satu informankemudian dilanjutkan ke informan-informan lainnya. Hal
ini dilakukan agar analisisdapat dilakukan secara terfokus kepada setiap
informan.
Pada tahap analisis lanjutan ini, ada beberapa proses yang dilalui
oleh penulis. Tema-tema yang didapat dari informan pertama dijadikan
panduanuntuk menganalisis transkrip-transkrip selanjutnya. Meskipun
memilikipanduan, penulis tetap memperhatikan dan terbuka pada
kemungkinan munculnya tema-tema yang baru dan unik dari
informanselanjutnya. Penulis juga memperhatikan adanya tema-tema
yang terulang pada tiap responden.Dengan cara ini, pola-pola yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sama dan berbeda pada masing-masing informandapat terlihat dengan
lebih jelas.
Sesudah ketigainforman selesai dianalisis secara individual,
penulis kemudian merangkum tema-tema yang muncul sebagai hasil
analisis lebihlanjut. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
penulis dalammemutuskan tema-tema yang dapat dijadikan fokus
analisis dan pembahasanlebih lanjut. Pertimbangan tersebut antara
lain: kesesuaian dengan fokus penelitian, frekuensi kemunculan, dan
keterkaitan satu tema dengan tema-tema lain.
Berikut ini adalah hasil analisis dari masing-masing informan:
1. Informan1
a. Penggambaran diri pribadi
EN mengatakan bahwa sebenarnya dia agak kesulitan untuk
menggambarkan pribadinya. Ia menggambarkan dirinya sebagai
orang yang menempatkan diri di posisi pengikut. EN lebih
cenderung mengikuti sesuatu yang disenanginya dan baru bereaksi
setelah ada masalah atau saat sesuatu berjalan tidak sesuai
keinginannya. Saat terjadi hal tersebut, EN akan berusaha untuk
mencari jalan keluar.
“Saya kayak apa ya? Kayak…sesuatu yang hidup di air, ngikut kemana air tu mbawak. Selama itu mulus, ikut. Nanti kalau pas nyangkut, disitu baru saya berpikir apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang harus saya buat biar bisa jalan terus ni tadi. Ya selama saya ndak bisa mikir bakal nyangkut disitu terus”
“Yang pasti kalau ndak sesuai saya akan bentrok gitu, saya memberontak sih kata anak-anak muda jaman sekarang”
Selain itu, EN menganggap bahwa dirinya itu gagal. Alasan
EN merasa gagal adalah karena dia belum bisa menggapai apa
yang dia mau.
“Terus, kalau saya menggambarkan diri saya, saya ni sebagai manusia gagal. Gagalnya dimana? Saya belum bisa gapai apa yang saya mau gitu. Yang saya bisa cuma menjadi sekarang. Tu kan tandanya kalau kita tu gagal”
b. Rentang waktu memiliki tato dengan motif tradisional Dayak
Berdasarkan transkrip wawancara, EN pertama kali
merajah tubuhnya dengan tato motif tradisional Dayak pada tahun
2008. Saat itu, EN baru menjalani kuliah pada semester 1. EN
mengaku kalau dia membuat tato di tubuhnya atas bujukan dari
abangnya yang juga memiliki tato.
“Saya mulai bertato itu…tahun 2008. Itu..saya itu baru semester 1, baru awal kuliah. Pertama, kenapa saya mau bertato itu karna dibujuk, itu pertama.”
“2008 saya pertama bertato. Itu atas bujukan
abang kandung sendiri, karna dia juga bertato.”
Sebelum memutuskan untuk merajah tubuhnya, EN sempat
dihinggapi ketakutan mengenai tato yang akan dibuatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Ketakutan itu muncul karena alasan cap pemberontak dan penjahat
pada orang-orang dengan tato ditubuhnya pada jaman
pemerintahan Presiden Soeharto. EN merasa takut kalau era
tersebut kembali lagi dan orang-orang bertato kembali dianggap
penjahat dan nyawanya terancam.
“Sebenarnya saya ndak bertato ya. Karna kita balik, kita flashback apa ya istilahnya jaman dulu waktu era Soeharto orang-orang bertato tu dianggap pemberontak dan hidup mereka tu terancam. Takutnya tu nanti era berikutnya ada istilahnya jelmaan Soeharto lagi.”
Selain alasan di atas, EN juga sempat berpikir tentang
anggapan umum bahwa kesuksesan itu dilambangkan ketika
berhasil menjadi PNS.EN merasa takut bila dia memiliki tato di
tubuhnya, dia tidak bisa menjadi PNS. EN beranggapan bahwa
jalannya menuju kesuksesan akan terhalang apabila dia menato
tubuhnya.
“Ya, sempat berpikir jadi sekarang kan kita istilahnya ya secara umum ya yang saya nilai dari orang-orang. Orang Indonesia ini menilai dirinya tu sukses udah jadi PNS, itu baru sukses. Nah syarat untuk jadi PNS kan harus bersih. Kalau orang bertato itu paling susah masuk PNS, terutama instansi-instansi pemerintah lah. Ya seperti itu.”
Hal yang ditemukan dari potongan wawancara di atas
bahwa EN membuat tato di tubuhnya karena bujukan abangnya.
EN memutuskan untuk tetap membuat tato walaupun sempat
muncul ketakutan-ketakutan terkait dengan konsekuensi yang akan
didapatnya setelah memiliki tato.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
c. Alasan memilih tato dengan motif tradisional Dayak
EN beranggapan bahwa tato yang akan dibuatnya haruslah
memiliki arti yang dalam, bukan sembarang tato. EN memilih
untuk merajah tubuhnya dengan motif tradisional Dayak karena
dirinya sendiri berasal dari suku Dayak. Hal ini dikarenakan EN
ingin menunjukkan bahwa dirinya berasal dari suku Dayak dengan
memiliki tato motif tradisional Dayak. EN ingin menjadikan tato di
tubuhnya sebagai identitas dirinya yang merupakan orang Dayak.
“Saya buat tato, saya lebih memilih menggambar, merajah tubuh saya dengan gambar-gambar tradisional karna…tato tu harus punya arti khusus, jadi kita ndak sembarang tato. Saya milih gambar Dayak karna saya orang Dayak. Orang Dayak punya tradisi bertato walaupun tidak semua subsuku Dayak itu punya tradisi bertato. Jadi, iya, memilih mungkin menunjukkan identitas dengan gambar Dayak itu. Oh udah jelas ini orang Dayak,karna tatonya tato Dayak. Semua motif-motifnya atau coret-coretan Dayak.”
Selain karena ingin menunjukkan dirinya sebagai orang
Dayak, alasan EN merajah tubuhnya dengan motif tradisional
Dayak adalah karena tempat dia berasal. EN berasal dari subsuku
Dayak yang kental dengan tradisi tato di budayanya. Hal ini terkait
bahwa tidak semua subsuku Dayak memiliki budaya tato.
“…Suku Dayak itu banyak sub nya, anak-anak suku, saya berasal dari suku Iban dimana suku Iban tu untuk menunjukkan kasta tu harus bertato. Ya kamu tau kan kalau orang Dayak pasti punya tato bunga terong, terutama orang daerah Iban. Ada beberapa subsuku Dayak tu yang memang tidak punya tradisi tato. Mungkin ada dulunya.Karna mulai masuknya sistem kolonial dulu mulai terhapus.Masuknya agama yang mungkin mengikis tradisi asli terutama dalam hal tato.Ya, kayak gitu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
d. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif tradisional Dayak
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa saat sebelum
memiliki tato, khususnya tato motif tradisional Dayak, EN tidak
memikirkan apa-apa terkait dengan tato yang akan dimilikinya. Hal
ini dikarenakan EN saat itu EN belum berpikir untuk menato
tubuhnya.
“Kalau masalah sebelumnya saya ndak mikir apa-apa ya. Karna sebelumnya saya memang ndak pernah berpikir akan punya tato.”
Setelah memiliki tato, EN merasakan kekhawatiran.
Kekhawatiran itu terkait masalah pekerjaan. EN merasa bahwa
nanti dia akan merasa kesulitan untuk mendapatkan kerja bila ia
memiliki tato. Kekhawatiran lain terkait relasi dengan lingkungan
saat ini. EN beranggapan bahwa lingkungannya saat ini masih
menganggap bahwa tato dan orang yang memiliki tato merupakan
hal yang negatif
“Dan setelah saya bertato saya mikirnya gini, saya bisa dapat kerja ndak dari tato ni? Atau hubungan saya dengan lingkungan yang tidak mengenal budaya tato tu bisa lancar, bisa semulus mungkin ndak kita berkomunikasi dengan sesama yang..hmm apa ya, ini maaf omong terutama di tempat saya sekarang. Perantau, kita di jawa, orang jawa kan nganggap tato itu suatu hal yang tabu. Maaf omong lagi, terutama untuk agama Islam sendiri kan ada haditz atau apa yang melarang mencoret-coret tubuh.”
Selain kekhawatiran, hal yang dirasakan oleh EN adalah
bahwa dia seharusnya lebih bersikap dewasa, sesuai dengan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tato bunga terong di pundaknya. EN merasa dia sekarang memiliki
sebuah tanggung jawab atas tato motif tradisional yang ia miliki di
tubuhnya.
“Iya mau gimana ya..ini kan jadinya saya harus berpikir, bersikap tu secara dewasa. Ndak bisa lagi mikir kayak anak kecil, malu sama tato kata orang. Tanggung jawab juga muncullah abis bertato tu, jaga baik-baik. Apalagi ni peninggalan nenek moyang. Malu kita sembarangan bertindak tu, malu sama segala kakek nenek kita dulu”
Selain tanggung jawab terhadap nenek moyang atas tato
yang dimiliki, EN juga mengatakan bahwa dia memiliki tanggung
jawab sosial terhadap anggapan negatif terhadap tato secara umum.
Konsekuensi dicap sebagai anak bandel oleh lingkungan diterima
oleh EN dan beserta teman-temannya yang lain yang juga sama-
sama memiliki tato.
“Kita harus bisa bertanggung jawab dengan keadaan kita yang sudah bertato. Kita harus terima konsekuensi, penilaian orang lain. Lu jahat lu, lu punya tato. Ya terserah, yang penting saya sama kawan-kawan yang bertato lainnya bisa nunjukkan ke orang kalau kita tu ndak seperti yang mereka pikirkan, gitu”
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pandangan
yang terjadi pada EN saat sebelum dan sesudah memutuskan
memiliki tato.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
e. Persepsi mengenai tato motif tradisional Dayak
Di dalam transkrip wawancara, EN mencoba menjelaskan
mengenai persepsinya terhadap tato dengan motif tradisional. EN
membaginya menjadi dua pengertian. Yang pertama bahwa tato
dengan motif tradisional Dayak sebagai suatu bentuk identitas.
“Identitas, saya coba mengartikan identitas tu gini, Wah dia punya tato Dayak, dia pasti orang Dayak. Wah dia punya tato mentawai, dia pasti orang mentawai ni, orang sumatera. Jadi ya gitu,kayak ktp gitu bah.Di ktp kan ada tempat asal segala macam tu. Gitu juga tato Dayak tu, nunjukkan dia orang Dayak.”
Pengertian kedua yang dijelaskan EN mengenai
persepsinya terhadap tato motif tradisional Dayak adalah sebagai
bentuk komunikasi.
“Ke arah komunikasi, disitu orang bertato itu pasti akan jadi bahan perhatian orang-orang yang non-tato ya. Jadi bisa munculkan, apa ya? Ya komunikasi lah. Misalnya yang ndak bertato ni nanya “Wah mas tatonya bagus, nato di mana?” Otomatis mereka akan menjalin komunikasi. Ya..ya seperti itu.”
f. Penjelasan mengenai makna dari tato motif Dayak yang
dimiliki
EN memiliki beberapa tato dengan motif Dayak pada
tubuhnya. Yang pertama dibuat adalah tato dengan motif bunga
terong pada kedua pundaknya. Yang kedua adalah tato dengan
motif hewan mitologi naga pada bahu kanannya. Lalu EN juga
memiliki tato perisai dengan ornamen motif Dayak pada kaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kirinya. Yang baru-baru ini dibuat adalah tato motif bunga terong
pada kedua betisnya.
Saat EN diminta untuk menjelaskan mengenai makna tato
bunga terong pada kedua pundaknya, EN mengatakan bahwa
bunga terong merupakan lambang kedewasaan dan keberanian.
Lebih lanjut, EN menjelaskan bahwa bunga terong terkait dengan
tradisi mengayau (memenggal kepala) pada masyarakat Dayak
jaman dulu. Bunga terong melambangkan bahwa orang tersebut
telah berhasil memenggal kepala musuh.
“Saya punya motif bunga terong ya. Tapi saya belum tau pasti sih apa dalam masyarakat asli Dayak tu bunga terong tu melambangkan apa. Yang saya ketahui bunga terong itu melambangkan ke..apakah orang itu dewasa, ksatria, atau pemberani. Bunga terong tu melambangkan, kalau orang Dayak dulu kan punya tradisi mengayau. Mengayau itu ya kamu tau sendiri ya, mengayau, memenggal, memenggal kepala untuk menunjukkan keberanian. Nah itu digambarkan dengan bunga terong. Kalau dia sudah punya tato bunga terong berarti dia sudah pernah memenggal dan dia berani, dia ksatria dalam tradisi Dayak.”
Selain hal di atas, EN juga menjelaskan pengertian tato
motif bunga terong pada masa kini. Menurut EN, pada masa
sekarang tato dengan motif bunga terong melambangkan bahwa
orang yang memiliki tato tersebut telah atau sedang merantau.
“Sekarang saya mengartikan tato bunga terong itu di jaman modern seperti ini ya, hmm, menurut saya, saya punya tato bunga terong tu untuk menunjukkan identitas. Saya ini Dayak, saya ini perantau. Jadi lebih menggambarkan orang yang punya tato bunga terong itu perantau.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Selain tato motif bunga terong pada kedua pundaknya, EN
juga memiliki tato motif bunga terong pada kedua betisnya.EN
mengatakan bahwa tato motif bunga terong pada kedua betisnya
melambangkan bahwa dirinya orang yang suka berpetualang.
“…trus kalau bunga terong yang dibetis ni saya buat tu karna mau nunjukkan saya tu suka berpetualang gitu bah, saya suka jalan-jalan ke tempat-tempat jauh.”
Setelah tato motif bunga terong pada kedua pundak dan
kedua betisnya, EN juga memiliki tato motif naga pada bahu kanan
dan tato perisai berhiaskan ornamen motif Dayak di kaki kirinya.
Untuk tato dengan motif naga, EN mengatakan itu sebagai
lambang kebesaran atau keagungan.Kalau menegani tato perisai di
kaki kirinya, EN menjelaskan itu sebagai bentuk perlindungan
sebagaimana fungsi dari perisai itu secara harfiah.
“Kalau yang naga di bahu kanan saya ni gini, saya tu melambangkannya tu sebagai kebesaran, kayak filosofi dari cina juga naga kan lambang kaisar-kaisar gitu. Lalu kalau perisai di kaki kiri tu saya lambangkan sebagai pelindung. Kan fungsi perisai tu kan memang melindungi kan. Satu tangan pegang mandau buat nyerang, satu tangan pegang perisai buat nahan.”
Pada hasil wawancara juga ditemukan penjelasan dari EN
yang mengatakan bahwa beberapa motif sudah mengalami
modifikasi dan ada juga yang sebenarnya memiliki arti yang
dibuat-buat seperti tato naga dan perisai miliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
“Ya kalau motif-motif Dayak yang lain itu udah modif lah. Sudah tanpa arti dan kita cuman nunjukkan identitas. Kayak tato naga aku ni, yang perisai ni juga aku artikan sendiri maknanya tu. Tapi ndak masalah sih menurut aku.”
Lebih lanjut, EN mengatakan bahwa hal tersebut tidak
mengurangi esensi dari identitas Dayak karena motif-motif
Dayakmemiliki ciri khasnya yang membedakannya dari motif-
motif dari suku lain.
“Tapi tetap jak tu motif Dayak, udah jelas dia. Bisa kita bedakan motif Dayak tu dari motif-motif tempat lain, katakan jak dari mentawai misalnya, mereka kan banyaknya garis-garis kan. Kalau motif Dayak ni dibuat kayak gimanapun tetap ada cirinya gitu, orang mikirnya ni motif dari Dayak, dah jelas.”
g. Relasi dengan lingkungan
Dengan lingkungan asalnya, adalah hal biasa memiliki tato,
terutama tato dengan motif tradisional Dayak. Namun EN sempat
mendapatkan omelan dari orangtuanya karena takut akan
pandangan negatif orang-orang, terutama dikarenakan EN kuliah di
daerah yang budayanya berbeda dari daerah asalnya.
“Kalau tempat aku sih biasa mereka betato, bejibun yang betato sebenarnya. Tapi sempat juga sih dimarah orang tua pas buat tato tu. Mereka gini, takutnya tu kan saya merantau kuliahnya. Takutnya budaya di tempat saya merantau tu ndak pas sama yang namanya tato tu tadi, biar dia tato motif Dayak. Soalnya kan mereka ndak kenal budaya kita, mereka anggap semua tato sama jak. Itu dia yang bikin bapak saya ngomel saya waktu tu” Walaupun tetap menerima beberapa pandangan miring dari
lingkungan sekitar, EN menganggap hal tersebut bukan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
EN mengatakan hal itu dikarenakan yang kerap kali memberi
komentar negatif adalah orang-orang tua yang mungkin saja masih
berpikiran konservatif.
“Makin kesini sih biasa jak dengar omongan gitu. Pun yang ngomong bah dah tua-tua, masih kolot kali pikiran mereka kan. Kalau anak-anak mudanya sih biasa jak.”
Menurut pengakuan EN, di lingkungannya saat ini pun
banyak teman-teman mahasiswa yang sama-sama berasal dari
Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat yang juga memiliki tato
dengan motif tradisional Dayak. Hal ini, menurut EN sedikit
banyak mengurangi kekhawatirannya terhdap pandangan negatif
lingkungan mengenai tato. Selain itu, EN merasa memiliki ikatan
khusus dengan teman-teman mahasiswa dari Kalimantan, terutama
yang kebetulan sama-sama memiliki tato motif tradisional Dayak.
“Kalau teman-teman sih banyak juga anak-anak kita juga yang pake motif Dayak jadi tato tu, jadinya saya tu ndak merasa sendiri, ada temannya. Jadi cap jelek tu ndak berasa dia, karena itu tadi…karena ngumpulnya sama teman-teman yang sama dengan saya.”
h. Penggunaan motif tradisional Dayak di luar
EN menjelaskan ada beberapa kemungkinan orang dari
etnis di luar Dayak membuat tato dengan motif tradisional Dayak.
Yang pertama adalah karena ikut-ikutan tanpa tahu makna lebih
dalam terkait tato motif yang dibuat. Menurut EN, yang merajah
tubuhnya dengan motif Dayak atas alasan ini sebaiknya jangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
buat tato. Alasan yang kedua adalah karena orang itu benar-benar
mengerti dan menyukai budaya Dayak dan motif tradisional Dayak
secara khusus sehingga dia menato tubuhnya dengan motif Dayak.
“Saya mikirnya mungkin mereka..ya ada beberapa kemungkinan sih. Yang saya tangkap pertama, mereka hanya ikut-ikutan bertato dengan motif Dayak. Tu janganlah. Yang kedua, mereka menyukai motif Dayak, makanya mereka buat tato motif Dayak.”
EN mengatakan bahwa membuat tato seperti mencari
pasangan hidup, tidak boleh asala-asalan. Oleh karena itu, menurut
EN, yang menato tubuhnya karena ikut-ikutan lebih baik tidak
dilanjutkan, terutama tato dengan motif tradisional Dayak.
“Seperti itu..ya kalau bertato masih mikir ikut-ikutan mending janganlah, sayang, harus punya keyakinan. Bertato itu sama kayak kita milih pasangan hidup, karena itu untuk seumur hidup, kita ndak boleh ikut-ikutan. Apalagi sembarangan ndak tau makna. Ni tato Dayak, tetap ada filosofinya.”
Lebih lanjut EN mengatakan bahwa mereka yang berasal
dari luar etnis Dayak yang mau merajah tubuhnya dengan motif
Dayak merupakan kebanggaan tersendiri untuk dirinya.
“Kalau mereka bertato motif Dayak dan dia non-Dayak atas dasar cinta sama motif Dayak tu kebanggaan untuk saya sendiri sebagai orang Dayak. Mereka yang non-Dayak aja tatonya Dayak, gitu lho.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Skema 1.
2. Informan2
a. Penggambaran diri pribadi
ES menggambarkan dirinya sebagai orang yang selow.
Yang dimaksudkan selow oleh ES di sini adalah sikap easy going
ES merasa dirinya adalah orang yang tidak terlalu ambil pusing
terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya, selama hal tersebut
tidak mengganggunya. ES lebih memilih untuk mengabaikan hal-
hal yang menurutnya tidak penting dan dapat mengganggu
pikirannya.
ES juga beranggapan kalau dirinya adalah orang yang
mudah beradaptasi dengan lingkungan. ES mengatakan bahwa dia
tidak menemukan permasalahan yang berat saat dia harus berada di
tempat baru atau saat bertemu orang-orang baru.
Informan 1 (EN)
Persepsi mengenai tato
motif tradisional dayak:
1. Sebagai bentuk identitas
suku dayak
2. Sarana komunikasi
1. Rentang waktu memiliki tato
motif tradisional dayak
2. Alasan memilih tato motif
tradisional dayak
3. Sebelum dan sesudah memiliki
tato motif tradisional dayak
4. Penjelasan mengenai makna dari
tato motif tradisional dayak yang
dimiliki
5. Relasi dengan lingkungan
6. Penggunaan motif tradisional
dayak sebagai tato oleh out-group
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
“ Kalau aku tuh gini, aku tuh selow orangnya. Ya selow, ndak terlalu ambil pusing gitulah kalau ada masalah atau apalah kejadian di sekitar aku gitu. Ndak terlalu ambil pusing lah masalah-masalah sepele, daripada jadi ini, apa..jadi beban pikiran kan, bagus ndak usah dipedulikan.”
“ Hmm selain tu…apa ya? Aaa ini, aku tu
mudah..bisa dibilang mudahlah gitu kalau nyesuaikan diri sama sekitar gitu. Ya ndak malu-malu atau apalah kalau di tempat baru atau kalau ada ketemu orang-orang baru gitu. Kan ada kan..anu..ini, ada orang yang kalau pindah ke tempat baru gitu tuh dia canggung gitu, kaget dia, malu-malu. Kalau aku ndak gitu, tapi itu sih pikiran aku, hahaha.”
Disamping itu, ES juga menganggap kalau dirinya bukan
orang yang pemarah. Hal ini, menurut ES bisa jadi disebabkan
karena sikapnya yang selow tadi sehingga hal-hal yang mungkin
dapat memicu kemarahan justru malah diabaikan oleh ES.
“Abis tu…Abis tu, ini, apa…Aku ni bisa dibilang ndak suka marah, ndak pemarah. Ya adalah marah-marah sikit, tapi kan wajarlah, hahaha. Kau pikir aku pantak depan sekber kah? Diam jak dia kena panas kena hujan.”
“Mungkin aku ndak pemarah tu karna anu tadi,
karna aku ndak terlalu mikirkan hal-hal sepeleh. Kan kalau terlalu banyak mikirkan barang kayak gitu malah jadi beban pikiran kita jak, pusing kepala, emosi, senggol dikit melayang segala kaki. Makanya aku ndak mau mikirkan barang kayak gitu, bikin emosi.”
b. Rentang waktu memiliki tato dengan motif tradisional
Berdasarkan transkrip wawancara, ES pertama kali merajah
tubuhnya dengan tato motif tradisional Dayak pada tahun 2011.
Pada tahun 2010, EN masih berstatus sebagai mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
keperawatan. Hal ini, menurut ES bahwa kondisi saat menjadi
mahasiswa keperawatan menyulitkannya untuk memiliki tato.
Barulah setelah ES pindah kuliah ke jurusan seni, dia merasa beban
untuk membuat tato terlepas sehingga dia mulai membuat tatonya
saat itu.
“ Aku tu bikin tato yang pertama tu tahun 2011, awal masuk kuliah di ini, di (nama kampus) baru aku buat. Awal kuliah kan dulu abis lulus SMA aku ambil jurusan keperawatan, awalnya mamak aku nyuruh jadi perawat. Tapi karna ndak jiwa aku di situ tuh, akhirnya pindah aku ke (nama kampus), ambil jurusan musik etnis.”
“ Dah lamak aku mau buat tato tu, tapi pas masuk
jurusan etnomusikologi tadi tu baru enak rasanya, baru kayak pas lah momennya tu bikin tato.”
“Soalnya ini kan, dulu kalau pas ke keperawatan
tu ndak enak jak kalau tatoan gitu. Ada sih mereka beberapa gitu yang tato, ini bah si (nama) kan perawat dia, tapi banyak tatonya kan. Tapi aku sih ndak mau waktu itu, kayak aneh jak rasanya, ada beban rasanya.”
c. Alasan memilih tato dengan motif tradisional
Berdasarkan hasil wawancara, ada beberapa hal yang
mendasarinya untuk memilih membuat tato dengan motif
tradisional Dayak. Salah satunya adalah karena kecintaannya
terhadap seni. ES menunjukkan apresiasinya terhadap seni itu
dengan meninggalkan jejak di tubuhnya, berupa tato.
“ Ya ini, aku kan suka seni ya, pecinta seni gitulah. Jadi apapun bentuk seni tu aku suka. Nah kan karna aku suka kesenian tu aku mikir, aku tu..apa ya? Kayak punya ide gitu kan, ngapa ndak sekalian jak badan aku istilahnya tu ini...hmm...kanvas hidup gitu bah. Jadinya itu, aku nato badan aku gitu. Lalu dah buat tato tadi, dengan tato ni tadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
bisa dibilang salah satu cara aku nunjukkan kesukaan aku, kecintaan aku di dunia seni, gitu dia.”
Lebih lanjut, ES menjelaskan bahwa pada akhirnya motif
tradisional Dayak yang dia pilih sebagainya motif tatonya
dikarenakan dia berasal dari suku Dayak. ES beranggapan bahwa
hal tersebut merupakan salah satu cara untuk melestarikan seni tato
yang ada pada suku Dayak. Walaupun, menurut keterangan ES,
tidak semua suku Dayak memiliki tradisi tato. ES sendiri mengakui
bahwa dirinya berasal dari sub suku Dayak yang tidak memiliki
tradisi merajah tubuh.
“ Gini ya, kan aku suku Dayak ni. Aku tu mikirnya selain aku nunjukkan kecintaan aku sama karya seni tadi tu, ngapa ndak sekalian juga aku nunjukkan indentitas gitu bah, nunjukkan aku asalnya dari suku Dayak. Kan rata-rata orang yang suka seni tato gitu...hmm...atau seni yang lebih luas gitu lah tu mereka udah kenal kayak ginitu motif apa, yang kayak gini motif apa, asalnya dari mana, gitu.”
“Kalau make tato motif Dayak gitu kan tau lah
orang kalau dah liat. Dah banyak juga orang yang kenal motif kita, jadi kalau dipake terus kan jadi ini...tato tadi tu kan kayak melestarikan tradisi. Ya biarpun ini...apa...biarpun yang Dayak aku, yang suku Dayak tempat asal aku tu mereka ndak pake tradisi tato. Tapi paling ndak kan ada niat gitu berperan melestarikan budaya. Kan ndak salah.”
Selain karena berasal dari suku Dayak, ketertarikan ES
untuk menggunakan motif tradisional Dayak sebagai tato
dipengaruhi juga karena dia terlibat di sanggar seni sejak bangku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
SMP. ES melihat senior-seniornya di sanggar banyak yang menato
dirinya dengan motif tradisional Dayak.
“ Ceritanya tu dah lama, dah dari jaman SMP. Pokoknya pas SMP gitu kan masuk sanggar gitu, mereka abang-abang tu yang dah tua-tua di sanggar tu make tato motif Dayak. Trus aku liat, kok kayaknya keren ya? Dari situlah aku muncul niat mau buat tato. Tapi tatonya pake motif Dayak gitu.”
d. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif tradisional Dayak
Menurut hasil wawancara, ES mengatakan ada beberapa
perbedaan yang dia rasakan saat sebelum dan sesudah memiliki
tato motif tradisional Dayak. Sebelumnya ES merasa sangat
penasaran dengan tato motif tradisional Dayak, sehingga ES
seringkali menggambar tubuhnya dengan motif tradisional Dayak
menggunakan bolpoin ataupun spidol.
“ Kalau dulu sih, gimana ya bilangnya? Kayak mau buat tato bah. Kayak ih, dah geram mau buat tato tu. Tapikan ndak mungkin anak SMP buat tato, dipenggal mamak aku nanti. Bikin pake ini jak akhirnya, bikin pake pen hitam sama spidol hitam. Itu jak dimarah mamak aku, padahal pake spidol jak.”
“ Ya pokoknya tu geram lah. Apa ya isitlahnya?
Kayak gemes gitu hah, ya geram lah. Apalagi liat senior-senior di sanggar tu, liat tato mereka, mauk buat langsung rasanya.”
ES mengakui setelah memiliki tato motif tradisional Dayak,
dia memiliki kebanggaan tersendiri. ES menganggap bahwa hal itu
merupakan suatu pencapaian yang telah lama dia tunggu. ES
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
mengatakan bahwa dia tidak terganggu dengan adanya tato di
tubuhnya.
“ Kalau...kalau pas udah buat tato tu ini...anuk...kayak, kayak ada kepuasan gitu. Kayak puaslah bisa bikin tato motif. Kayak ada kebanggaan gitu punya tato motif Dayak. Apalagi ni kan dah lama aku pengennya buat tato tu. Pas kuliah, dah bisa buat langsung buat. Ndak nunggu-nunggu lagi.”
“ Kalau jeleknya sih ndak ada sih menurut aku,
aku sih cuek-cuek jak. Terserah gitu orang mikir apalah, aku sih cuek jak sama mereka. Aku jak ndak terganggu kok sama tato aku, masa mereka terganggu.”
Berdasarkan keterangan ES, setelah memiliki tato motif
tradisional Dayak dia merasa kalau dirinya harus bersikap dewasa
dan berani, sesuai dengan makna-makna di balik setiap tatonya.
“ Pas dah gini tu kayaknya aku ngeliat diri aku kayak harus berubah lah. Malu sama tato lah bisa dibilang gitu. Masa ndak bisa bersikap dewasa atau apa gitu, ndak sesuai sama tato. Itu sih di pikiran aku. Jadi kalau masih belum bisa gitu kayak ada yang ganjal di hati, kayak ada beban. Oh ini saya udah pake bukti kedewasaan ni masa masih betingkah kayak anak-anak, kan ndak cocok.”
e. Persepsi mengenai tato motif tradisional Dayak
Pada saat wawancara, ES mencoba menjelaskan mengenai
persepsinya terhadap tato dengan motif tradisonal Dayak. Ada
beberapa hal yang muncul dari penjelasan ES. Yang pertama, ES
memandang tato dengan motif tradisional Dayak sebagai suatu
tradisi yang harus dipertahankan.
“ Kalau di pikiran aku aku tu tentang tato motif Dayak tu gini...hmm...itu tu suatu bentuk tradisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tradisi orang kita, orang Dayak dan cuma orang Dayak yang punya motif itu, yang lain ndak ada . Tradisi kayak gini tu harusnya kita-kita ni pertahankan, ndak boleh sampai punah lah istilahnya. Apalagi jaman sekarang ni, jaman canggih, jaman apa ya... Pokoknya jangan sampai lenyaplah tradisi tato tu, dah kayak identitas kita gitu bah.”
Yang kedua, terkait dengan identitas suku Dayak sendiri.
ES menjelaskan bahwa motif tradisional Dayak dan tato
Dayakmerupakan suatu kesatuan yang dapat menunjukkan
identitas diri suku Dayak.
“ Ya tadi tu identitas. Kalau identitas tu gini. Kan kita punya motif Dayak ni, kita juga punya tradisi tato. Kan tatonya juga pake motif Dayak. Nah, menurut aku tu mereka tu suatu kesatuan gitu. Dan dua-duanya juga nunjukkan identitas Dayak. Misalnya ada orang ngeliat motif atau tato motif gitu, yang dah paham pasti dia tau itu dari suku Dayak. Kalau mereka yang ndak paham kan mereka cari tau, ini dari mana sih. Nanti kan akhirnya mereka tau tu dari suku Dayak, tradisi suku Dayak.”
ES juga menjelaskan persepsinya terhadap tato dengan
motif tradisional Dayak terkait dengan seni. ES menganggap
bahwa tato, khususnya tato dengan motif tradisonal Dayak itu
merupakan suatu karya seni dan suatu karya seni itu harus dihargai.
“ Kalau yang lainnya tu apa ya? Aku sih nganggap tato tu, eh iya, tato, khususnya lah tato motif Dayak tu suatu karya seni. Art lah dia, sungguh-sungguh art. Jadi barang tu harus di ini, dihargai gitu, diapresiasi seninya. Sama jak kayak lukisan apakah, kayak karya musik juga. Itu kan karya-karya seni, harus dihargai. Kalau ndak, percuma jak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
f. Penjelasan mengenai makna dari tato motif Dayak yang
dimiliki
ES memiliki tiga tato dengan motif tradisional Dayak.
Yang pertama adalah tato bunga terung di kedua bahunya. Yang
kedua adalah tato dengan motif ketam di kedua pundaknya. Yang
ketiga adalah tato dengan motif topeng hudoq di betis kirinya.
Di dalam transkrip wawancara, ES menjelaskan mengenai
makna dari motif-motif tradisional Dayakyang dia jadikan tato di
tubuhnya. Yang pertama dijelaskan adalah tato motif bunga terung
di kedua bahunya. ES mengatakan bahwa motif bunga terung itu
melambangkan kedewasaan pada seseorang. Tato motif pada kedua
bahu bisa juga melambangkan bahwa individu tersebut siap
memikul beban hidupnya. Hal ini dikarenakan orang pada jaman
dahulu bepergian dan membawa barang bawaannya menggunakan
jarai, suatu wadah dari anyaman rotan dan diikat menggunakan
kulit kayu agar bisa disangkutkan di bahu pembawa jarai seperti
menggunakan backpack.
“ Yang ini ni (menunjukkan tato bunga terung di bahunya) tu artinya tu kedewasaan, jadi dia tu dah dewasa, dah lewat jaman anak-anaknya. Dah dewasa tu tadi jadi dia siap ini, siap memikul tanggung jawablah istilah orang tu, siap nerima beban hidup. Tu ngapa bikinnya di bahu tatonya. Kalau orang dulu kan kemana-mana bawa jarai, kan jarai tu kadang diisi beras, bawa buah-buahan, bawa makanan minuman segala macam, bawa kayu bakar. Kan berat tu, makanya ditato di bahu tu biar dia kuat nahan berat jarai tadi tu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Selain penjelasan tersebut, ES juga menjelaskan arti tato
bunga terung pada jaman dahulu. Sehingga dapat dilihat
sebenarnya ada sedikit pergeseran makna antara yang dulu dan
yang sekarang.
“ Kalau dulu tu mereka yang punya tato motif bunga terung tu kalau yang aku baca, mereka tu dah pernah menggal kepala musuh. Jagoan lah jaman dulu tu. Dah mereka bisa bawa kepala musuh balik kampung baru mereka ditato pake motif bunga terung. Kalau jaman sekarang kan ndak perlu menggal kepala musuh. Ibaratnya dah dewasa gitu, dah merantau boleh dia pake tato motif bunga terung.”
Selain tato dengan motif bunga terung pada kedua bahunya,
ES juga memiliki tato motif ketam ilit di kedua pundaknya. Es
menjelaskan bahwa motif ketam ilit memiliki arti sebagai motif
tato yang menjukkan keberanian dan kejantanan seseorang.
“ Kalau yang di punggung ni, kanan kiri ni motif ketam ilit. Kalau motif ketam ilit ni dia tu nunjukkan kalau orang tu berani dia, jantan. Pokoknya itu artinya, ndak tau ngapa bisa gitu. Mungkin karna proses buatnya tu bikin panas dingin. Dah besar lagi gambarnya tu, diblok semua, kanan kiri lagi. Apa ndak demam kenanya. Apalagi kalau ini...kalau jaman dulu, bayangkan jak sakitnya kayak gimana. Hah mungkin tu yang buat ketam ilit tadi tu lambang keberanian, soalnya kalau ndak berani ndak bakal sanggup.”
ES juga memiliki sebuah tato di betis kiri. Tato tersebut
menggunakan motif topeng hudoq. ES menjelaskan bahwa topeng
hudoq sendiri merupakan suatu bentuk tarian yang berguna sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
sarana memohon berkat kepada Tuhan agar hasil panen berlimpah
dan jauh dari serangan hama.
“ Kalau topeng hudoq ni sih ndak bermakna langsung dia. Topeng hudoq ni kan dipake pas tarian gitu. Tarian untuk ini, untuk mohon berkat Tuhan biar panen besar, banyak hasilnya, biar ndak ada hama nyerang, gitu dia.”
g. Relasi dengan lingkungan
Relasi dengan lingkungan ini dibagi menjadi dua. Yang
pertama yaitu relasi dengan lingkungan asal tempat tinggal dan
yang kedua yaitu relasi dengan lingkungan tempat tinggal saat ini.
Berkaitan dengan lingkungan asal ES, dia mengatakan bahwa
seseorang memiliki tato, khususnya tato dengan motif tradisional
Dayak bukanlah hal yang langka untuk dijumpai. Sehingga
relasinya dengan lingkungan tidak terlalu terganggu walaupun
dirinya memiliki tato dengan motif tradisional Dayak.
“ Kalau di kampung sih, orang-orang banyak yang pake tato motif, teman-teman segala macam, banyaklah pokoknya. Jadi ndak masalah kalau aku betato tu ndak masalah, santai jak, selow jak. Paling dibilang sama mamak aku ndak usah banyak-banyak. Ada sih om tante gitu bilang jangan betato, susah nyari kerja katanya. Itu sih terserah mereka, pun aku ndak kerja jadi anak buah orang nanti, ndak jadi pegawai, biar jak kan. Ya pokoknya kalau di kampung ya ndak gimana-gimana gitu lah.”
Lalu mengenai relasi dengan lingkungan saat ini, ES
mengatakan bahwa ada sedikit masalah yang terjadi. Lebih lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
ES menjelaskan hal ini terjadi karena adanya perbedaan budaya
antara lingkungan asal dan lingkungan saat ini.
“ Kalau di sini sih sebenarnya ndak ada masalah yang gimana-gimana. Cuma dulu sih pas ngekos gitu,bapak kosnya tu sinis benar dengan kita kalau liat ada tato tu. Suka dia nyinggung-nyinggung tato kalau ngomong dengan kita. Padahal kan tato yang aku buat tu berdasarkan ini, berdasarkan seni, pake motif Dayak lagi. Hah tu dah nyangkut budaya. Tapi dia mikirnya tu tato tu kayak penjahatlah, cuma buat gaya jak. Yang lain juga ada, kebanyakan sih yang generasi-generasi tua gitu. Ya mungkin sih...hmm...mungkin karna beda ini, beda budaya kita sama budaya sini. Beda cara pandangnya kan, mereka pun ndak paham tato motif Dayak tu. Ya gitulah...”
Baik di lingkungan asal maupun di lingkungan saat ini, ES
memiliki teman-teman yang juga memiliki tato dengan motif
tradisional Dayak. Menurut ES, relasinya dengan teman-temannya
tersebut baik-baik saja.
“ Kalau di kampung sih banyak teman-teman yang punya tato motif tu, kami sih biasa-biasa jak, temanan biasa, nongkrong segala macam. Ya ndak ada istilahnya musuhan atau apa, kecuali mereka mulai dulu. Ya paling kelahi-kelahi karna mabuk gitulah”
“ Lalu kalau di Jogja sih banyak juga kan anak-
anak kita sana kuliah di sini. Mereka pun banyak juga yang bikin tato motif tradisional. Relasi dengan mereka sih ya aman-aman jak,biasa-biasa jak. Mungkin karna sedaerah tadi jadi dah ngerti masing-masing lah. Masalahnya pun ndak jauh-jauh dari mabuk sama judi, itu jak.”
h. Penggunaan motif tradisional Dayak di luar
ES mengatakan bahwa penggunaan tato dengan motif
tradisional Dayak oleh orang dari luar etnis Dayak itu sah-sah saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tidak ada larangan untuk hal tersebut. Namun menurut ES
alangkah lebih baiknya kalau orang-orang tersebut tahu dan
mengerti makna dari motif-motif tradisional Dayak yang mereka
gunakan pada tatonya.
“ Kalau aku liat sih sah-sah jak, ndak masalah. Bebas-bebas mereka bah, ndak ada yang ngelarang. Siapa yang ngelarang? Tapi kalau pendapat aku sih lebih bagus lagi kalau mereka paham artinya motif yang mereka pake tato tu, itu jak.”
Lebih lanjut ES mengatakan bahwa tato, walaupun itu tato
dengan motif tradisional Dayak, merupakan suatu karya seni dan
seni bersifat bebas.
“ Tato motif ni kan karya seni, tato lah secara umum tu karya seni. Bebas siapa jak yang mau buat karya seni. Tapi kan karya seni juga harus dihargai. Nah disini ni aku liat kayak...kayak titik dimana ini, tato motif tu tadi ndak bisa benar-benar bebas sebebas-bebasnya dibuat. Tetap harus dihargai. Bagaimana caranya? Dengan tahu makna-maknanya, arti-artinya, gitu dia. Itu sih menurut aku.”
Skema 2.
Informan 2 (ES)
Persepsi
1. Sebagai bentuk tradisi yang
harus dipertahankan
2. Sebagai bentuk identitas
3. Identitas dan tradisi pada tato
motif tradisional merupakan
satu kesatuan
4. Suatu karya seni
1. Rentang waktu memiliki tato motif
tradisional dayak
2. Alasan memilih tato motif tradisional
dayak
3. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif
tradisional dayak
4. Penjelasan mengenai makna dari tato
motif tradisional dayak yang dimiliki
5. Relasi dengan lingkungan
6. Penggunaan motif tradisional dayak
sebagai tato oleh out-group
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Informan3
a. Penggambaran diri pribadi
AN menggambarkan dirinya sebagai pribadi yang optimis
dan selalu bekerja keras untuk mencapai keinginannya. AN
berpendapat bahwa dirinya harus selalu berusaha di dalam
hidupnya. Walaupun menurut AN kuliahnya agak terbengkalai,
namun ia berusaha keras di bidang lain sehingga dirinya tidak
merasa gagal.
“ Hmm…gimana ya? Kalau pribadi aku itu tu, aku coba menggambarkan diri aku tu orang yang optimis ya. Aku tu yakin dengan bidang yang aku jalani, yang jadi minat aku. Aku tu juga mikir selain harus optimis tadi, aku juga harus kerja keras, berusaha keras lah. Percuma jak kan optimis gitu tapi ndak ada aksi nyatanya. Ya bisa dibilang harus berjalan beriring lah tu biar berhasil.”
“ Ya pokoknya aku optimis, aku berusaha di
bidang yang aku suka, misalnya ni di musik. Di musik aku berusaha terus, ntah belajar dari siapakah. Jadi eksplor terus, belajar terus. Belajar kunci-kunci nada, tangga-tangga nadanya. Ya biar dibilang kuliah aku agak-agak ditinggal gitu, soalnya aku lebih fokus praktek lapangan, langsung praktek di panggung apa yang aku pelajari. Soalnya kan ini, kan kalau di kampus tu kebanyakan teorinya jak. Jadi aku agak ndak tertarik jadinya.”
“ Tadi tu biar tadi agak terbengkalai kuliah aku,
tapi ndak terlalu jadi beban sih, santai jak. Soalnya aku dah ngerasa oke ni di jalur musik dah ngerasa nyaman. Jadi nanti kalau kuliahnya gagal gitu kan ndak terlalu jadi beban, soalnya aku memang fokusnya tu di musik, hehehe. Gitulah kira-kira.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Selain itu AN menganggap kalau dirinya adalah orang yang
pemalu. AN mengakui dirinya masih sering merasa malu walaupun
sudah sering naik-turun panggung untuk bermain musik.
“ Ya gini sih, aku tu pemalu sebenarnya. Ya itu tadi, sering manggung padahal sebenarnya aku ni pemalu luar biasa. Apalagi dulu awal-awal manggung gitu, malu luar biasa, sampai begetar badan. Dah sampai keringat dingin dulunya tu. Istilahnya demam panggung, tapi parah. Sampai sekarang pun masih malu, makanya lebih sering aku liat instrument yang aku mainkan daripada penonton, mengalihkan perhatian gitu.”
b. Rentang waktu memiliki tato dengan motif tradisional Dayak
Berkaitan dengan rentang waktu memiliki tato dengan
motif tradisional, terdapat 4 tahapan waktu hingga AN memiliki
semua tatonya saat ini. Menurut hasil wawancara, AN pertama kali
menato tubuhnya dengan motif tradisional Dayak pada tahun 2012.
Saat itu AN baru saja memulai kuliahnya.
“ Pas pertama kali buat tu kira-kira 4 tahun lalu. Tahun, tahun 2012. Itu pas awal-awal masuk kuliah aku buat tato motif Dayak. Yang awal dibuat tu tato motif bunga terung, yang standarlah. Abis tu ndak lama trus ditambah di bagian dada, dihias lagi pake motif Dayak. Jadi penuh bagian dada dari bahu kanan ke kiri.”
Tahapan waktu selanjutnya ada pada awal tahun 2014. Pada
aat itu AN merajah bagian punggungnya dengan motif tradisonal
Dayak. Namun proses pembuatan tato tersebut tidak langsung
selesai. Tahapan ini dilanjutkan berselang 4 bulan dan berlanjut
lagi 3 bulan kemudian hingga memenuhi bagian punggung AN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
“ Kalau yang lain tu, kalau pas bagian belakang ni di punggung tu dibuat 2014. Ndak langsung selesai sekali duduk sih, udah ndak sanggup soalnya. Abis tu nunggu 4 bulan nyelesaikan setengahnya, lalu lanjut lagi 3 bualan setelahnya. Baru abis tu selesai di punggung. Sama pas waktu tu nambah-nambah detail sedikit yang di bagian dada.”
AN kemudian melanjutkan menato tubuhnya dengan motif
tradisional Dayak pada tahun 2015. Kali ini AN menambahkan di
bagian bahu dan di lanjutkan di bagian kakinya.
“ Trus nambah di bagian bahu kanan kiri tu tahun 2015. Aku buatnya simetris, jadi kanan sama kiri tu gambar yang sama. Abis tu selesai di bahu beberapa bulan kemudian tu lanjut lagi garap yang di kaki. Awalnya tu dibuat cuma di kaki kanan kan. Udah sembuh tu baru lanjut lagi buat di kiri. Motifnya juga sama yang kanan sama kiri biar simetris, biar enak diliatnya.”
c. Alasan memilih tato dengan motif tradisional Dayak
Walaupun terlahir dari orangtua yang berbeda etnis, AN
mengidentifikasi dirinya sebagai orang Dayak. Hal ini menjadi
salah satu alasan AN memilih tato dengan motif tradisional Dayak.
“ Ya aku bikin tato motif Dayak tu karena aku orang Dayak, hahaha. Bisa dibilang gitulah kan alasannya, biarpun sebenarnya ndak benar-benar Dayak. Kan aku tu setengah-setengah, bapak aku cina, yang Dayak mamak aku. Tapi mungkin karna di lingkungan rumah gitu banyak Dayak makanya aku nganggap diri aku Dayak. Bapak aku pun sama, ndak pernah lagi dia pake bahasa cina. Paling sekali-sekali. Kalau di kampung yang pake bahasa kampung dia.”
Terkait dengan alasan dimana AN mengidentifikasi dirinya
sebagai orang Dayak, maka alasan lainnya yaitu untuk menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
tradisi leluhur. AN merasa ia memiliki tanggung jawab untuk
menjaga tradisi leluhur agar tidak hilang karena perkembangan
jaman. Menurut AN salah satu cara menjaga tradisi leluhur adalah
dengan melestarikan budaya tato dengan motif tradisional Dayak.
“ Aku tu ngerasa punya tanggung jawab gitu sebagai anak muda Dayak untuk menjaga tradisi nenek moyang kita. Jadi barang tu harus dilestarikan. Nah, tato motif Dayak tu kan salah satu peninggalan tradisi leluhur. Jadi aku mikirnya dengan kita buat tato pake motif Dayak tu salah satu cara menjaga warisan leluhur kita. Jadi nanti motif-motif tu sama tato tradisional tu sampai ke anak cucu kita juga. Ini kan juga wujud identitas kita orang Dayak motif-motif sama tato-tato motif tradisional tu.”
Lebih lanjut AN menjelaskan bagaimana tato dengan motif
tradisional Dayak itu bisa menjadi perwujudan identitas suku
Dayak.
“ Gini ya, kalau identitas tadi tu gini. Kan kayak ciri khas gitu kan, kayak penanda gitu. Jadi identitas tadi tu terlihat di ini…di tato motif Dayak salah satunya. Soalnya kan tato tradisional sama motif tradisional Dayak tu Cuma, yang punya Cuma suku Dayak, suku lain ndak punya. Mungkin ada yang punya budaya tato juga kayak mentawai gitu, tapi kan motif-motifnya beda. Masing-masing tu punya ciri khasnya sendiri-sendiri. Makanya barang tu bisa nunjukkan identitas kita, asal kita dari mana, gitu.”
Alasan lainnya adalah pendapat AN mengenai tato yang
merpakan suatu karya seni. Dan apabila tato tersebut dipadukan
dengan motif tradisional Dayak maka hal itu akan menjadi sesuatu
yang sangat berharga serta memiliki arti yang mendalam untuk
AN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
“ Alasan lain ya…hmm…alasan lainnya tu karena tato tu aku anggap karya seni ya, wujud nyata seni. Lalu kalau tatonya pake motif tradisional Dayak tadi kan jadinya pas. Selain jaga tradisi tadi, nunjukkan identitas, trus bernilai seni juga. Ibaratnya seni yang sakral gitulah. Jadinya pas. Kalau tato gambar lain juga bagus, tapi menurut aku tu agak kurang pas, kurang…ya…kurang mendalam jak artinya buat aku pribadi.”
d. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif tradisional Dayak
Dari transkrip wawancara ditemukan bahwa sebelum
memiliki tato dengan motif tradisional Dayak, AN tidak merasakan
apa-apa. Walaupun menurut pengakuannya bahwa dirinya juga
memiliki keinginan untuk merajah tubuhnya dengan motif
tradisional Dayak.
“ Hmmm…kalau dulu tu sebelum bikin tato motif Dayak tu ya ndak ngapa-ngapa, biasa-biasa jak, belum buat juga kan waktu tu. Tapi memang kepengen sih bikin tato kayak itu, tato-tato motif. Liat sepupu-sepupu punya tato motif, liat teman-teman gitu trus jadi pengen juga.”
Setelah memiliki tato dengan motif tradisional Dayak, AN
menjelaskan ada kebanggaan dalam dirinya. Selain kebanggaan,
AN juga merasa bahwa kepercayaan dirinya meningkat sehingga
dia tidak segan untuk memamerkan rajah tubuhnya di depan orang-
orang.
“ Kalau pas udah punya tato motif tu sih walaupun awalnya cuma karna mau-mau jak buat. Eh…malah abis tu dah ngerti seluk beluknya, maknanya, malah jadi bangga aku. Jadi di pikiran aku tu kayak waw gitu, ngerasa bangga sama tradisi sendiri, ngerasa keren gitu. Abis tu juga mungkin karna bawaan bangga sama tato motif tadi tu, karna pengaruh tu jadinya ini…jadi makin makin pede.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Make kaos lengan bunting, kaos singlet gitu biasa jak jadinya, ndak risih. Sekalian pamer tato, hahaha. Yang di kaki juga kalau jalan pake celana pendek biar keliatan. Soalnya pengaruh pede tadi.”
“ Ya ndak asal pamer juga sih. Liat-liat tempat
juga. Masa ya di gereja pamer tato, ndak lah. Kalau lagi santai gitu, jalan-jalan di pantai atau dimana gitu barulah. Kan sesuai suasananya.”
e. Persepsi mengenai tato motif tradisional Dayak
Di dalam transkrip wawancara, AN mencoba menjelaskan
mengenai persepsinya terhadap tato motif tradisional Dayak. AN
menjelaskan bahwa dirinya memandang tato motif tradisional
Dayak sebagai suatu tradisi peninggalan dari leluhur.
“ Ini kalau pandangan aku tu tato motif tradisional Dayak tu sebuah sebuah peninggalan leluhur, tradisi dari leluhur kita. Dimana barang tu untuk kita orang Dayak harus dilestarikan biar ndak punah. Jaman makin modern, makin canggih. Tapi kita ndak boleh gitu jak ninggalkan tradisi.”
Berkaitan dengan tradisi leluhur tadi, AN juga menjelaskan
mengenai tato motif tradisional Dayak yang dilihat sebagai suatu
bentuk identitas.
“ Ya ini kan tradisi kita, udah identitas kita lho ini. Udah…udah ciri khas kita ini motif-motif tadi tu sama tatonya. Yang bikin beda kita dari suku-suku lain. Ya udah jadi identitas lah. Misalnya kalau suku jawa gitu kan ada identitasnya, suku batak, suku-suku lainnya, ada yang jadi identitasnya, ciri khasnya. Jadi bisa dibedakan, tinggal liat jak bisa dibedakan, gitu tadi. Kalau kita ya itu tadi, misalnya tato motif Dayak tadi tu, itu tu kita bangetlah kan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
f. Penjelasan mengenai makna dari tato motif Dayak yang
dimiliki
AN memiliki beberapa tato dengan tradisional Dayak pada
tubuhnya. Letaknya meliputi bagian bahu, dada, pundak,
punggung, serta kaki. Pada bagian pundak, AN membuat tato
dengan bunga terung. Di bagian dadanya berupa motif Dayak yang
menyerupai topeng yang menyambung dari sisi kanan ke kiri. Pada
bagian punggung terdapat tato dengan motif bunga tengkawang
dan ketam ilit. Pada bagian bahu kanan dan kiri terdapat tato
dengan motif burung enggang. Begitu juga pada bagian kaki
dimana motif naga menghiasi kedua sisi kakinya.
Saat AN diminta untuk menjelaskan mengenai makna tato
bunga terung di kedua pundaknya, AN mengatakan bahwa motif
bunga terung melambangkan kedewasaan dan keberanian.
“ Kalau di pundak ni motif bunga terung. Ni kalau sepengetahuan aku tu melambangkan kalau orang yang punya tato ini tu dah dewasa dia, melambangkan kedewasaan. Juga melambangkan kalau orang tu pemberani.”
Lebih lanjut, AN menjelaskan makna motif bunga terung
pada jaman dahulu serta jaman sekarang.
“ Ni menurut yang aku, sepengetahuan aku tu kalau jaman dulu tu orang baru boleh buat tato bunga terung tu kalau statusnya dah ksatria gitu. Udah pernah perang sama menggal kepala musuh. Kan jaman duu tu ada tradisi ngayau tu, itulah dia menggal kepala musuhnya tadi. Abis itu baru buat tato motif bunga terung. Itu sih dulu ya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
“ Kalau sekarang tu kan udah ndak ada tradisi ngayau lagi. Sekarang ni artinya sebenarnya masih sama sih, masih ngelambangkan kedewasaan tadi. Tapi dulu kan kedewasaan diukurnya kalau dah berhasil ngayau kepala musuh. Kalau sekarang sih lebih ke orang-orang yang merantau jauh dari rumah. Itu lambang kedewasaan sekarang sekalian sama makna di balik motif bunga terung tadi.”
Selain motif bunga terung, AN juga memiliki tato dengan
motif bunga tengkawang dan ketam ilit di bagian punggungnya.
Saat diminta untuk menjelaskan mengenai makna dari tato motif
tradisional Dayak yang dimilikinya, AN pertama kali menjelaskan
menegani motif ketam ilit yang terletak di kedua sisi punggungnya.
AN menjelaskan bahwa motif ketam ilit itu melambangkan
keberanian seseorang.
“ Kalau di punggung ni ada motif ketam ilit sama bunga tengkawang. Akalu ketam ilit sendiri tu, yang di kanan kiri punggung tu artinya gini. Ketam ilit tu melambangkan orang yang berani. Sama kayak binatang ketam tu, tau kan? Kayak kepiting tu, kan akalu diganggu tu dia berani ngelawan pake capitnya. Hamper sama dengan ini ni, ada namanya kelingai. Ya hamper sama dengan ketam ilit tadi, kelingai pun nunjukkan keberanian. Sama-sama binatang bercapit. Kalau ketam ilit tu kepiting, kalau kelingai tu kalajengking.”
Sedangkan motif bunga tengkawang yang terletak di bagian
punggung atas, menurut AN merupakan lambang dari sumber
kehidupan.
“ Lalu kalau motif bunga tengkawang ni artinya lambang kehidupan, sumber kehidupan. Ngapa gitu? Soalnya bunga tengkawang kan nanti tu jadi buah tengkawang. Buah tengkawang ni banyak gunanya. Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
jatuh-jatuh ke tanah tu bisa jadi makanan binatang-binatang. Trus kalau untuk manusia tu bisa diambil minyaknya. Bisa untuk masak, untuk obat-obatan juga. Pokoknya banyak gunanya. Makanya tadi tu di bilang sumber kehidupan.”
Lalu mengenai motif topeng di dada, motif burung enggang
di bahu, dan motif naga di kaki, AN mengatakan bahwa motif-
motif tersebut secara spesifik tidak memiliki makna khusus seperti
layaknya motif ketam ilit ataupun bunga terung. AN menjelaskan
bahwa motif-motif tersebut masih merupakan motif tradisional
Dayak, namun sifatnya lebih bebas untuk dimodifikasi, baik secara
desain maupun arti.
“ Kalau motif-motif lainnya sih biasa jak. Sebenarnya motif bebas, ndak ada arti yang benar-benar dalam. Cuma karna memang masih berkaitan dengan kehidupan orang-orang dari suku Dayak jak. Desainnya pun lebih bebas, tapi tetap masih bisa diliat oh ini motif Dayak ni, karena keunikan motifnya. Pokoknya ada ciri khasnya lah kalau motif Dayak tu, apapun bentuknya.”
“ Kalau motif topeng ni kan biasanya topeng-
topeng tu dipake untuk nakut-nakuti hal-hal yang jelek yang datang ke kita. Kayak tolak bala gitu. Nah makna tato motif topeng tu juga menurut aku kayak gitu juga, bisa jadi simbol tolak bala.”
“ Oh iya…kalau enggang ni kan simbol
keanggunan gitu, bisa diliat dari paruhnya, dari bulunya. Kalau orang Dayak kan, apalagi jaman dulu tu sering berburu burung enggang. Kepalanya bisa dipake hiasan, bulu-bulunya juga dipake hiasan. Sekarang pun masih diburu kadang. Lalu kalau motif naga ni…ni aku anggap ngelambangkan keperkasaan gitu, kegagahan, pokoknya yang keren-keren gitu. Soalnya naga kan binatang kuat kan, binatang sakti. Jadi maknanya kurang lebih sama.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
g. Relasi dengan lingkungan
Di lingkungan asal AN, merupakan hal yang biasa bila
seseorang memiliki tato, baik itu tato dengan motif tradisional
Dayak maupun gambar-gambar lainnya. Hal ini berpengaruh juga
ke relasinya dengan lingkungan dimana AN tidak menemukan
masalah untuk berhubungan dengan lingkungannya, terkait dengan
tato motif tradisional Dayak.
“ Kalau hubungan dengan orang-orang kampung sana sih ndak ada masalah sebenarnya. Bisa dibilang tu mungkin karena mereka juga udah biasalah ngeliat tato gitu, ngeliat orang tato. Mau tatonya gambar yang modern-modern atau gambar motif tu ndak ada masalah. Jadi pola pikir mereka tu mereka ndak nganggap kalau orang yang tatoan tu orang jahat atau apa, soalnya juga masih terikat dengan budaya tadi tato tu. Khususnya kalau tatonya motif Dayak gitu.”
“ Ya jadi ndak terlalu bermasalah kalau mau
dilihat relasinya dengan lingkungan asal.”
AN kemudian menjelaskan mengenai relasinya dengan
lingkungan sekarang. AN mengatakan bahwa di lingkungannya
sekarang, orang-orang, terutama kaum orangtua di sekitarnya
masih banyak yang beranggapan negatif terhadap tato. Namun
menurut AN hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah baginya.
“ Kalau relasi di lingkungan sekarang sih sebenarnya baik-baik jak. Cuman ini, kadang masih ada yang nganggap tato tu negatif, biasanya yang dah tua-tua tuh. Kalau kayak gitu sih kan memang karna ini kan, karna beda pola pikirnya, beda persepsinya orang di sana sama orang di sini. Budaya juga beda. Jadi sah-sah jak sih mereka kayak gitu. Pandai-pandai kita jak bawa diri, nyesuaikan diri. Kalau kitanya baik-baik kan ndak juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
mereka lalu ngungkit-ngungkit masalah negatif tato tu. Soalnya mereka juga masih mikirnya semua tato sama, tato-tato yang dipake kriminal sama tato kita walaupun pake motif tradisional tu mereka ndak bisa bedakan.”
Terkait dengan relasinya dengan teman-temannya yang juga
memiliki tato motif tradisional Dayak, AN mengatakan bahwa
tidak ada masalah berarti antara mereka. Baik itu teman-teman
yang ada di daerah asal maupun teman-teman yang di sini
“ Kalau dengan teman-teman sih ndak ada masalah. Ya biasa jak. Di sini biasa jak, di sana, di kampung pun biasa jak.Soalnya orangnya yang itu-itu juga.Ndak ada masalah yang gimana-gimana.Ada cekcok dikit wajarlah.”
h. Penggunaan motif tradisional Dayak di luar
Berdasarkan hasil wawancara, AN mengatakan bahwa
dirinya tidak keberatan apabila ada orang di luar etnis Dayak yang
kemudian merajah tubuhnya menggunakan motif tradisional
Dayak.
“ Kan udah kayak go public gitu motif tradisional Dayak sekarang tu. Orang-orang dari suku lain juga udah banyak mereka yang nato badannya pake motif tradisional kita. Biasanya tu mereka gambar bunga terung. Malah motif-motif Dayak tu udah terkenal sampai keluar negri.Kalau aku pribadi sih ndak keberatan sih. Kan hak mereka juga, pilihan mereka, bebas.”
AN juga mengatakan bahwa dirinya merasa bangga apabila
ada orang-orang dari luar etnis Dayak yang menggunakan motif
tradisional Dayak sebagai tato.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
“ Ya karna udah terkenal di luar, udah go public tadi tu. jadi kalau ada yang, orang yang dari luar suku Dayak gitu buat tato motif Dayak ya oke-oke jak. Justru kan harusnya bangga gitu kan tradisi kita dah dikenal orang, dipake orang. Jadi mereka jadinya kenal tradisi kita. Asal ndak mereka ngaku-ngaku punya mereka jak, hahaha.”
Skema 3.
Informan 3 (AN)
Persepsi
1. Sebagai bentuk
peninggalan leluhur
2. Hal yang harus
dilestarikan agar tidak
punah
3. Sebagai bentuk identitas
1. Rentang waktu memiliki tato motif
tradisional dayak
2. Alasan memilih tato motif tradisional
dayak
3. Sebelum dan sesudah memiliki tato
motif tradisional dayak
4. Penjelasan mengenai makna dari tato
motif tradisional dayak yang dimiliki
5. Relasi dengan lingkungan
6. Penggunaan motif tradisional dayak
sebagai tato oleh out-group
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tabel 2. Tema-tema umum informan
Kategori EN ES AN
Penggambaran diri
pribadi
1. Ketergantungan dengan orang
lain
2. Kurang mengenal diri sendiri
3. Kecewa karena tujuan belum
tercapai
1. Tidak terlalu ambil pusing
2. Tidak mau ada beban pikiran
3. Bukan orang yang pemarah
4. Kekhawatiran untuk marah
5. Mudah menyesuaikan diri
1. Pribadi yang optimis
2. Pekerja keras
3. Terus menekuni hal yang
disukai
4. Tidak terlalu
mempermasalahkan
kegagalan
5. Pemalu
Rentang waktu
memiliki tato dengan
motif tradisional
1. Awal buat tato dengan motif
tradisional Dayak
- Awal kuliah (2008)
1. Awal buat tato dengan motif
tradisional Dayak
- Setelah pindah tempat
1. Awal buat tato dengan motif
tradisional Dayak
- Awal kuliah (2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Dayak 2. Yang mempengaruhi
- Saudara kandung (abang)
3. Yang menghambat
- Ketakutan akan masa
Soeharto
- Sulit jadi PNS
- Perkataan orangtua
kuliah (2011)
2. Yang mempengaruhi
- Senior-senior di sanggar
ketika SMP
3. Yang menghambat
- Situasi tempat kuliah
pertama kali kurang
mendukung
Alasan memilih tato
motif tradisional
Dayak
1. Tato harus mempunyai arti
2. Menunjukkan identitas sebagai
suku Dayak
3. Berasal dari subsuku Dayak
yang memiliki tradisi tato
1. Mencintai seni
2. Ingin mengabadikan seni di
tubuh
3. Menunjukkan identitas
sebagai suku Dayak
4. Melestarikan budaya Dayak
1. Menunjukkan identitas
sebagai suku Dayak
2. Memiliki kekhasan
tersendiri
3. Merasa bertanggung jawab
menjaga tradisi Dayak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Sebelum dan sesudah
memiliki tato motif
tradisional Dayak
1. Sebelum
- Belum berpikir untuk
memiliki tato
- Merasa bebas
2. Sesudah
- Khawatir sulit dapat kerja
- Khawatir relasi dengan
lingkungan menjadi buruk
- Memiliki tanggung jawab
terhadap tatonya
- Menerima konsekuensi
penilaian orang lain
- Berusaha memperbaiki
citra buruk tato
1. Sebelum
- Sangat ingin menato
tubuhnya dengan motif
tradisional Dayak
2. Sesudah
- Ada kepuasan tersendiri
dan kebanggaan
- Menerima konsekuensi
penilaian orang lain
- Harus ada pendewasaan
diri
- Ada beban bila tidak bisa
bersikap dewasa
1. Sebelum
- Merasa biasa saja
- Sudah memiliki
keinginan untuk
memiliki tato
2. Sesudah
- Awalnya karena ikut-
ikutan
- Setelah mengerti makna
dari tato yang dibuat,
menimbulkan rasa
bangga
- Merasa percaya diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
- Keluarga dan kawan-
kawan tidak terlalu
mempermasalahkan tato
yang dimiliki
Persepsi mengenai
tato motif tradisional
Dayak
1. Sebagai bentuk identitas suku
Dayak
2. Sarana komunikasi
1. Sebagai bentuk tradisi yang
harus dipertahankan
2. Sebagai bentuk identitas
3. Identitas dan tradisi pada tato
motif tradisional Dayak
merupakan satu kesatuan
4. Suatu karya seni, harus
dijaga
1. Sebagai bentuk peninggalan
leluhur
2. Harus dilestarikan agar tidak
punah
3. Merasa perkembangan
jaman bukan merupakan
halangan untuk menjaga
tradisi
4. Sebagai bentuk identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Penjelasan mengenai
makna dari tato motif
tradisional Dayak
1. Bunga terung (pundak)
- Kedewasaan, ksatria,
pemberani
- Jaman dulu artinya sudah
pernah memenggal kepala
musuh
- Jaman sekarang lebih
menunjukkan identitas
- Bila berada di luar pulau
memiliki arti sebagai
perantau
- Bila digunakan
sembarangan dapat
menerima hukuman adat
1. Bunga terung (pundak)
- Kedewasaan, siap
memikul tanggung jawab
- Jaman dulu sebagai tanda
sudah pernah memenggal
kepala musuh
- Jaman sekarang lebih
menunjukkan perantau
2. Ketam ilit (punggung)
- Keberanian, kejantanan,
kekuatan
3. Topeng hudoq (kaki kanan)
- Tolak bala, menolak hal-
hal buruk
1. Bunga terung (pundak)
- Kedewasaan, pemberani
- Jaman dulu sebagai
tanda ksatria, sudah
pernah berperang
- Jaman sekarang lebih
menunjukkan tanda
perantauan
2. Ketam ilit (punggung)
- Keberanian, disimbolkan
dengan hewan ketam
- Memiliki kesamaan
makna dengan motif
kelingai (kepiting)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
2. Bunga terung (siku)
- Pekerja keras
3. Kepala kijang
-Suka berpetualang
4. Motif mengalami perubahan,
namun tetap menunjukkan
identitas Dayak
5. Identitas bukan dilihat dari
tato, tapi dari motif yang
digunakan sebagai tato
3. Bunga tengkawang
(punggung)
- Sumber kehidupan
karena memiliki banyak
kegunaan dalam
kehidupan
4. Motif-motif lain
- Tidak memiliki makna
secara khusus, namun
memiliki ciri khas motif
Dayak
- Motif topeng monyet
digambarkan sebagai
tolak bala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
- Motif burung nenggang
digambarkan sebagai
keanggunan
- Motif naga digambarkan
sebagai keperkasaan dan
keagungan
Relasi dengan
lingkungan
1. Lingkungan asal
- Tidak asing dengan budaya
tato, khususnya tato motif
tradisional Dayak
- Orang tua khawatir
2. Lingkungan sekarang
- Masih asing dengan
budaya tato
1. Lingkungan asal
- Tidak asing dengan
budaya tato, khususnya
tato motif tradisional
Dayak
- Keluarga sedikit
keberatan terkait dengan
masalah mencari kerja
1. Lingkungan asal
- Tidak asing dengan
budaya tato, khususnya
tato motif tradisional
Dayak
2. Lingkungan sekarang
- Baik-baik saja
- Masih ada beberapa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
- Menganggap semua tato
sama saja
3. Teman yang memiliki tato
motif tradisional Dayak
- Ada
- Berasal dari daerah yang
sama
- Merasa senasib
2. Lingkungan sekarang
- Masih asing dengan
budaya tato
- Memandang tato dari sisi
negatif
3. Teman yang memiliki tato
motif tradisional Dayak
- Ada
- Berasal dari daerah yang
sama
- Mengerti satu sama lain
- Jarang terlibat konflik
meilhat tato dari sisi
negatif
3. Teman yang memiliki tato
motif tradisional Dayak
- Ada
- Tidak terdapat masalah
berarti.
Penggunaan motif
tradisional Dayak di
1. Karena ikut-ikutan
2. Karena suka dan mengerti
1. Merasa bukan masalah
2. Dapat digunakan secara
1. Merasa bukan masalah
2. Hak daari pribadi masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
luar 3. Harus dipikirkan baik-baik
4. Merasa bangga
bebas, sebagai bentuk
apresiasi seni
3. Lebih baik tahu dan paham
makna dari tato yang dibuat
masing
3. Merasa bangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis seluruh data informan, penulis membagi
pembahasan ke dalam tiga bagian. Pertama, latar belakang informan.
Kedua, persepsi responden terhadap tato motif tradisional Dayak. Ketiga,
bentuk identitas sosial yang dipersepsi terkait dengan tato motif tradisional
Dayak. Berikut pembahasan hasil penelitian :
1. Latar belakang informan
Ketiga informan menyatakan bahwa mereka sama-sama berasal
dari lingkungan yang dimana budaya Dayak merupakan budaya yang
dominan. Informan 1 berasal dari lingkungan dengan budaya Dayak
yang kental. Pada informan 2 dan 3, walaupun tinggal di lingkungan
dengan beragam etnis namun budaya Dayak merupakan budaya yang
dominan.
Persamaan berikutnya terkait dengan urutan waktu pembuatan tato
motif tradisional Dayak. Ketiga informan mulai menato tubuhnyapada
masa-masa awal kuliah. Informan 1 dan 3 sama-sama mulai menato
tubuhnya ketika memasuki bangku kuliah. Sedangkan informan 2 mulai
menato tubuhnya ketika pindah tempat kuliah. Berdasarkan data
tersebut, ada kemungkinan bahwa ketiga informan berpikiran bahwa
masa-masa selepas bangku sekolah menengah atas atau masa-masa
awal kuliah berarti bahwa mereka memiliki kebebasan untuk
memutuskan apakah mereka akan membuat tato di tubuhnya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
tidak.Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1986) bahwa dewasa
awal merupakan masa untuk memanfaatkan kebebasan yang
diperoleh.Ketiga informan sama-sama melakukan proses menato
tubuhnya dengan motif tradisional Dayak secara bertahap.
Walaupun ketiga informan memiliki beberapa kesamaan yang
dilihat dari lingkungan tempat tinggalnya, namun mereka masing-
masing tetaplah merupakan individu yang memiliki perbedaan satu
sama lain. Perbedaan ini sendiri dapat dilihat dari bagaimana ketiga
informan dalam menggambarkan diri mereka masing-masing. Informan
1 menggambarkan dirinya sebagai orang yang bergantung dengan orang
lain, kurang mengenal diri sendiri serta memiliki kekecewaan terhadap
diri sendiri karena belum mencapai apa yang ia inginkan. Agak berbeda
dengan informan 1 yang menggambarkan dirinya dengan kesan sedikit
negatif, informan 2 dan 3 menggambarkan dirinya dengan lebih positif.
Informan 2 menggambarkan dirinya sebagai orang yang easygoing,
tidak terlalu ambil pusing dengan masalah yang terjadi untuk
menghindari beban pikiran, serta mudah menyesuaikan diri. Walaupun
didapati bahwa ada sedikit kekhawatiran yang muncul di benak
informan 2 kalau dia tidak bisa mengontrol amarahnya. Informan 3
sendiri menggambarkan dirinya sebagai orang yang optimis, pekerja
keras, terus menekuni hal yang disenangi, serta tidak terlalu
mempermasalahkan kegagalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Karena adanya beberapa perbedaan pada latar belakang setiap
informan inilah yang akan berlanjut pada pembahasan terkait dengan
persepsi setiap informan terhadapa tato motif tradisional Dayak.
Menurut Miftah Thoha (2003), perbedaan yang ada pada latar belakang
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Latar belakang informan itu
sendiri masuk ke dalam faktor eksternal dalam proses persepsi yang di
dalamnya mencakup latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan, kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,
pengulangan gerak, serta hal-hal baru dan hal-hal yang familiar.
Setiap informan bisa saja mempersepsikan tato motif tradisional
Dayak dengan cara yang berbeda satu sama lain. Seperti yang
dijelaskan Walgito (2004), persepsi seseorang atau kelompok dapat
jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok mlain sekalipun
situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan dalam
kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.
Pada dasaranya proses terbentuknya persepsi itu terjadi dalam diri
seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses
belajar, dan pengetahuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. Persepsi informan terhadap tato motif tradisional Dayak
Hal yang ingin dibahas pada bagian ini adalah bagaimana persepsi
dari setiap informan mengenai tato motif tradisional Dayak secara
umum dan secara khusus (yang ada pada tubuh mereka).
Pada awalnya, yang akan dibahas adalah mengenai persepsi tiap-
tiap informan di saat sebelum dan sesudah memiliki tato, khususnya
tato motif tradisional Dayak. Ketiga informan mengakui adanya
perubahan dalam dirinya saat sebelum dan sesudah memiliki tato motif
tradisional Dayak. Informan 1 mengatakan bahwa dulu dirinya belum
berpikir untuk memiliki tato, apalagi tato motif tradisional Dayak. Dia
juga merasa lebih bebas saat dirinya belum bertato. Berbeda halnya
dengan informan 2 dan 3 dimana mereka mengatakan bahwa mereka
sudah sejak lama ingin menato tubuhnya dengan motif tradisioanl
Dayak. Sesudah memiliki tato dengan motif tradisional Dayak, ketiga
informan mengatakan bahwa mereka lebih percaya diri dan memiliki
rasa bangga terhadap tatonya. Namun berdasarkan hasil wawancara
didapati perbedaan antara informan 1 dan 2 dengan informan 3.
Informan 1 dan 2 mengatakan bahwa mereka merasa ada kekhawatiran
terkait dengan konsekuensi karena tato yang mereka miliki. Sedangkan
di lain pihak, informan 3 tidak mengungkapkan adanya kekhawatiran.
Hal berikutnya yang ingin dilihat adalah mengenai pemahaman
terhadap makna motif-motif tradisioanl Dayak yang dijadikan tato.
Olong (2006) mengatakan penjelasan mengenai makna ini sebenarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
akan bersifat subjektif, mengingat pemahaman makna akan mengacu
pada adanya abstraksi pemahaman dari para penggunanya, dalam hal ini
adalah ketiga informan. Ketiga informan memiliki beberapa tato motif
tradisional Dayak yang sama dan pemaknaan yang mereka
sampaikanpun nyaris sama. Seperti misalnya tato dengan motif bunga
terong dimana ketiga informan sama-sama menjelaskan bahwa tato
dengan motif bunga terung melambangkan kedewasaan seseorang.
Informan 1 mempersepsi tato motif tradisional Dayak pada
umumnya sebagai suatu bentuk identitas suku Dayak dan suatu sarana
untuk menciptakan proses komunikasi. Informan 2 mempersepsikan
tato motif tradisioanl Dayak sebagai bentuk tradisi yang harus
dipertahankan, sebagai karya seni yang harus dihargai, serta sebagai
bentuk identitas kesukuan pada orang-orang suku Dayak. Lebih lanjut,
informan 2 mengatakan bahwa tato motif tradisional Dayak sebagai
tradisi dan identitas merupakan suatu kesatuan. Informan 3
mempersepsikan tato motif tradisional Dayak sebagai bentuk
peninggalan leluhur yang harus dilestarikan agar tidak punah, sebagai
bentuk identitas sosial suku Dayak, dan bahwa kemajuan jaman
bukanlah halangan untuk menjaga tradisi.
Persepsi terhadap tato dengan motif tradisional Dayak pada
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta, khususnya ketiga
informan dapat saja berbeda satu sama lain walaupun objek yang
dipersepsikan sama. Perbedaan persepsi ini dapat terjadi dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan dalam
kepribadian, perbedaan-perbedaan dalam sikap, serta perbedaan dalam
motivasi seperti yang dijelaskan Miftah Thoha (2003). Namun bila
dicermati, dari ketiga informan tersebut terdapat kesamaan persepsi
mengenai tato motif tradisional Dayak. Mereka sama-sama
mempersepsikan tato motif tradisional Dayak sebagai suatu bentuk
bentuk identitas sosial suku Dayak. Persepsi terhadap tato motif
tradisional Dayak terkait dengan identitas sosial ini akan dijelaskan
pada bagian ketiga dari pembahasan.
3. Bentuk identitas sosial yang dipersepsi terkait dengan tato motif
tradisional Dayak
Pada penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa ketiga informan
sama-sama mempersepsikan tato motif tradisional Dayak sebagai
bentuk identitas sosial. Menurut Tajfel (1982), identitas sosial adalah
bagian dari konsep diri diri seseorang yang berasal dari pengetahuan
mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan
dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut.
Ketiga informan menato tubuhnya dengan motif tradisional Dayak
karena mereka mendapatkan pengetahuan di dalam lingkup budaya
Dayak tentang nilai-nilai dari tato dan motif-motif tradisional yang
digunakan untuk tato.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Masih menurut Tajfel (1982), masing-masing dari kita akan
berusaha meningkatkan harga diri kita, yaitu identitas pribadi
(personalidentity) dan identitas sosial (social identity) yang berasal dari
kelompok yang kita miliki. Jadi kita dapat memperteguh harga diri kita
dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita
membandingkan dengan individu lain. Di dalam hal ini, ketiga
informan menjelaskan bahwa mereka merasa bangga dan semakin
percaya diri karena mereka menato tubuhnya dengan motif tradisional
Dayak. Ketiga informan beranggapan bahwa menato tubuhnya dengan
motif tradisional Dayak menjadi suatu prestasi tersendiri bagi bagi
dirinya sebagai anggota dari suku Dayak dan motif tersebut bersifat
ekslusif yang hanya dimiliki oleh suku Dayak.
Kebanggaan dan kepercayaan diri yang timbul setelah ketiga
informan memiliki tato motif tradisioanl Dayak ini sendiri terkait
dengan proses motivasi-motivasi yang dikemukakan Hogg (2004).
Yang pertama adalah self enhancement (peningkatan diri) dimana
ketiga informan menato tubuhnya dengan motif tradisional Dayak
dengan motivasi untuk menunjukkan diri dan sukunya kepada
kelompok lain di luar sukunya. Serta motivasi untuk mengetahui
dimanakah posisi sosial mereka berada yang disebut uncertainty
reduction(reduksi tak menentu). Tanpa motivasi ini individu tidak akan
tahu dirinya sendiri, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana mereka
harus melakukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Walaupun ketiga informan beranggapan bahwa tato motif
tradisional Dayak merupakan bentuk identitas sosial serta bagian dari
tradisi yang bersifat ekslusif untuk suku Dayak, namun didapati bahwa
ketiga informan tidak merasa keberatan apabila motif-motif tradisional
yang dimiliki suku Dayak digunakan sebagai tato oleh orang-orang dari
luar suku Dayak. Hal ini mungkin dapat dijelaskan oleh Brewer dan
Brown (1998) yang mengatakan bahwa identitas sosial merupakan
orang-orang yang pada umumnya mengevaluasi anggota in-group
secara lebih positif, memberi atribut yang lebih positif atas perilaku
mereka, lebih menghargai mereka, memperlakukan mereka secara lebih
baik, dan menganggap mereka lebih menarik ketimbang anggota out-
group. Ketiga informan mengidentifikasikan diri sebagai in-group,
dalam hal ini suku Dayak. Sehingga walaupun orang yang berasal dari
luar suku Dayak (out-group) menggunakan atribut yang sama dengan
anggota in-group, mereka tetap menganggap bahwa anggota (in-group)
lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Skema 4.
Mahasiswa dayak dengan
tato motif tradisional
Persepsi terhadap tato
motif tradisional dayak
1. Tato motif tradisional dayak sebagai
bentuk identitas sosial
2. Kebanggaan dan kepercayaan diri
karena tato motif tradisional dayak
3. Tato motif tradisional dayak pada
anggota in-group lebih istimewa
dibandingkan yang dimiliki out-group
1. Rentang waktu memiliki tato motif
tradisional dayak
2. Alas an memilih tato motif
tradisional dayak
3. Sebelum dan sesudah memiliki tato
motif tradisional dayak
4. Penjelasan mengenai makna dari
tato motif tradisional dayak yang
dimiliki
5. Relasi dengan lingkungan
6. Penggunaan motif tradisional dayak
oleh out-group
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta mengenai tato
motif tradisional Dayak bahwa tato motif tradisional Dayak merupakan suatu
bentuk identitas sosial suku Dayak. Disamping itu, tato motif tradisional
Dayak juga merupakan suatu bentuk peninggalan nenek moyang yang wajib
dilestarikan dan suatu bentuk karya seni yang harus dihargai.
Di dalam hasil penelitian didapati bagaimana proses ketiga informan itu
bisa mempersepsikan tato motif tradisional Dayak sebagai identitas sosial.
Beberapa faktor yang mempengaruhi cara ketiga informan mempersepsikan
tato motif tradisional Dayak sebagai identitas sosial antara lain 1. Rentang
waktu memiliki tato motif tradisional Dayak; 2. Alasan memilih tato motif
tradisional Dayak; 3. Bagaimana memandang diri sebelum dan sesudah
memiliki tato motif tradisional Dayak; 4. Penjelasan mengenai makna dari
tato motif tradisional Dayak yang dimiliki; 5. Relasi dengan lingkungan; dan
6. Terkait dengan penggunaan motif tradisional Dayak sebagai tato oleh
kelompok di luar Dayak.
Tato motif tradisional Dayak dipersepsikan sebagai bentuk identitas sosial
suku Dayak dikarenakan faktor latar belakang dari para informan. Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
informan berasal dari lingkungan dengan pengaruh budaya Dayak yang
dominan sehingga mereka mengidentifikasi dirinya sebagai in-group suku
Dayak. Ketiga informan menato tubuhnya dengan motif tradisional Dayak
setelah mendapatkan pengetahuan mengenai nilai-nilai dan motif-motif yang
digunakan sebagai tato mereka. Mereka mampu menjelaskan makna dari
motif tradisional Dayak yang ditato di tubuhnya. Ketiga informan
menjelaskan bahwa mereka merasa bangga dan semakin percaya diri setelah
mereka menato tubuhnya dengan motif tradisional Dayak. Menato tubuh
dengan motif tradisional Dayak menjadi suatu prestasi tersendiri bagi
ketiganya dan motif-motif tradisional Dayak tersebut bersifat ekslusif yang
hanya dimiliki oleh suku Dayak.
Di sisi lain anggota in-group tidak merasa keberatan saat individu dari out-
group yang menggunakan atribut identitas sosial mereka, dalam hal ini tato
motif tradisional Dayak. Hal ini dikarenakan identitas sosial itu sendiri
mengevaluasi anggota in-group secara lebih positif, memberi atribut yang
lebih positif akan perilaku mereka, lebih menghargai mereka, memperlakukan
mereka secara lebih baik, dan menganggap mereka lebih menarik ketimbang
anggota out-group.
B. Kelemahan penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kelemahan
dan jauh dari kesempurnaan. Faktor ketekunan dalam mencari bahan referensi
serta proses pengerjaan tulisan yang tidak maksimal dirasa sebagai kelemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
terbesar.Pada akhirnya, subjektivitas menuntun paradigma berpikir penulis
dalam menginterpretasi data sebagaimana penelitian kualitatif dilakukan.
Walaupun tahapan-tahapan penelitian yang penulis lakukan tetap didasari
oleh fakta yang penulis temukan melalui proses pengolahan data.
C. Saran
1. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya, disarankan untuk :
a. Membandingkan persepsi terhadap tato tradisional Dayak sebagai
identitas sosial pada kelompok informan dengan lokasi dan tingkatan
umur yang berbeda
b. Mengembangkan pembahasan mengenai identitas sosial Dayak selain
tato motif tradisional
2. Bagi mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta:
a. Tidak hanya membuat tato, khususnya tato motif tradisional Dayak
sebatas untuk memenuhi gaya hidup
b. Ada baiknya untuk mengerti makna yang terkandung dari motif-motif
tradisional Dayak tersebut sebagai bentuk dari pelestarian budaya
leluhur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A. dan Byrne, D. (1991).Social Psychology : Understanding Human
Interaction. 6th. USA: Allyn & Bacon
Baron, R.A. dan Byrne, D.(2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Basrowi & Suwandi.(2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Billig, M. (1982). Ideology and Social Psychology. Oxford: Basil Blackwell
Branca, A.A. (1965). Psychology of Adolescence. Fifth Edition. New York: Holt,
Rinehart & Winston
Brewer, M.B., dan Brown, R.J. (1998). Intergroup Relations. D.T. Gilbert & S.T.
Fiske (Eds.), The handbook of social psychology(Vol. 2, 4th ed, pp. 554-
594). Boston, MA : McGraw Hill
Burke, R.J. (1991). Job Insecurity and Job Satisfaction. (Online). Tersedia:
http://google.com
Crow dan Crow. (1972). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat. (Online).
Tersedia: http://www.google.com
Deaux, K., Reid, A., Mizrahi, K., dan Ethier, K.A. Journal of Personality and
Social Psychology, Vol 68(2), Feb 1995, 280-291, doi: 10.1037/0022-
3514.68.2.280
Driyanti, R. (2011). Makna Simbolik Tato Bagi Manusia Dayak Dalam Kajian
Hermeutika Paul Ricouer. (Online). Tersedia:
http://www.lontar.ui.ac.id/file=pdfabstrak-20216803.pdf
Durga. (2011). Dinamika Tattoo Etnik Dayak dan Kontribusinya Bagi Warisan
Dunia. PSBDK IX Yogyakarta. Yogyakarta : Panitia PSBDK IX
Yogyakarta, 2011 (pp 1-4). Cetak
Ellemers, N., Spears, R., dan Doosje, B. (2002).Self and Social Identity. (Online).
Tersedia: http://www.psych.purdue.edu/~willia55/392F-
‘06/EllemersSpearsDoosje.pdf
Eytonck. (1972). Fungsi Persepsi. (Online). Tersedia: http://google.com
Fiske, S.T., dan Taylor, S.F. (1991). Social Cognition. New York: McGraw-Hill
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Handayani, Trisakti dan Sugiarti.(2002). Konsep dan Penelitian Gender. Cetakan
Pertama. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Hamka. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineko Cipta
Hapsari. (2004). Hubungan Antara Persepsi Tentang Kesetaraan Gender Dengan
Kecenderungan Kekerasan Suami Terhadap Istri. Skripsi(Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS
Hogg, M.A., & Abbrams, D. (1990).Social Identifications: A Social Psychology of
Intergroup Relations and Group Processes. New York: Routlege, Chapman
and Hall, Inc.
Hogg, M.A. (2004). The Social Identity Perspective: intergroup relation. Self-
Conception, and small Group, small Group research, Vol 35 No. 3 June
2004. (sage publication, 2004)
Hurlock, E. B. (1986). Developmental Psychology. 3rd Ed. New Delhi: McGraw
Hill.Inc
Hutagalung, V.C. (2012). Hubungan Social Identity Dengan Perceived
Entitativity Pada Mahasiswa. (Online). Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31604/3/Chapter%20II.pdf
Kartono, Kartini. (1985). Menyiapkan dan Memandu Karier. Jakarta: CV.
Rajawali
LeMay, R. (2008). The Body Modification Black Book: A Guide for Students.
(Online). Tersedia: http://www.ink-trails.com
Marianto, M.D., dan Barry, S. (2000). Tato. Yogyakarta: Lembaga Penelitian
Institut Seni Yogyakarta
Maunati, Y. (2004). Identitas Dayak: Komodifikasi dan Politik Kebudayaan.
Yogyakarta: LKiS
Moleong, J. L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muhrotin, A. (2012). Rekonstruksi Identitas Dayak. Yogyakarta: TICI
Publications
Nicholas, A. (1995). The Art of The New Zealand Tattoo. New Zealand: Carol
Publishing Corporation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Ningsih, Y.W. (2009). Persepsi dan Sikap Mahasiswa Pendidikan
Kewarganegaraan Terhadap Pasal 41 Undang-Undang Badan Hukum
Pendidikan Tahun 2009. (Online). Tersedia:
http://digilib.unila.ac.id/20294/2/BAB%20II.pdf
Olong, H.A.K. (2006). Tato. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta
Oskamp. (2003). Methods in Social Research. New York: McGraw-Hill
Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku
Manusia (edisi Ketiga). Depok: LPSP3 Psikologi Universitas Indonesia
Polak, M. (1976). Sosiologi: Suatu Buku Pengantar Ringkas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Pradita, M.E. (2013). Tato Sebagai Media Komunikasi Non-verbal Suku Dayak
Bahau. eJournal llmu Komunikasi, 2013, 1 (4): 1-15
Praduani, W. (2013).Definisi Mahasiswa. (Online). Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/164591397/MAHASISWA-adalah
Rakhmat, J. (2007). Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press
Robbins, S.P., (2003). Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok. Gramedia
Sarwono. (1978). Definisi Mahasiswa. (Online). Tersedia:
http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-
para-ahli/
Smith, J. A., (2009). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Smith, J. A., Flower, P., dan Larkin, M. (2009). Interpretative Phenomenological
Analysis: Theory, Method and Research. Vol 6(4), November 2009, 346-
347, doi 10.1080/14780880903340091
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Susilo, R. (2014). Yakuza Indonesia. Jakarta: Kompas
Tajfel, H. (1981). Human Groups and Social Categories: Studies in Social
Psychology. New York: Press Syndicate of the University of Cambridge
Thoha, M. (1993). Perilaku Organisasi. Jakarta: CV, Rajawali
Thoha, M. (2003). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Waidi. (2006). The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta:
Gramedia
Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi
Walgito, B. (1981). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM,
Wolberg. (1967). Definisi Persepsi. (Online). Tersedia: http://www.google.com
Young. (1956). Definisi Persepsi. (Online). Tersedia: http://www.google.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
VERBATIM INFORMAN 1
No Verbatim Ringkasan Koding
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Oke,eee dimulai. Ni sebelumnya ndak apa-apa kan
kalau direkam?
Ndak apa
Oke, eee langsung, langsung jak. Kalau kau
mandang diri kau tu sebagai pribadi tu kayak
gimana?
Saya kayak apa ya? Kayak…sesuatu yang hidup di air,
ngikut kemana air tu mbawak kita. Selama itu mulus,
ikut. Nanti kalau pas nyangkut, disitu baru saya
berpikir apa yang harus saya buat biar bisa jalan terus
ni tadi. Ya selama saya ndak bisa mikir bakal nyangkut
disitu terus…Eee, apa ya? Untuk nggambarkan diri tu
paling susah sebenarnya. Kita lebih gampang menilai
orang lain daripada menilai diri sendiri. Intinya saya ni
manusia apa adanyalah, pengikut kemana orang bawak,
asal itu sesuai dengan keinginan saya. Yang pasti kalau
ndak sesuai saya akan bentrok gitu, saya memberontak
sih kata anak-anak muda jaman sekarang.
Memberontak? Rebel, kayak gitu ya?
Nah, seperti itu. Terus, kalau saya menggambarkan diri
Merasa dirinya apa adanya,
mengikuti orang lain tapi masih
memikirkan keinginan sendiri (7-
12, 14-16)
Sulit untuk menggambarkan diri
sendiri (12-14)
Akan memberontak bila yang
terjadi tidak sesuai keinginan (16-
18)
Kurang percaya diri, tergantung
dengan orang lain (7-8), (15)
Kurang mengenal diri (12-14),
(25-29)
Berontak (17)
Kekecewaan, tujuan belum
tercapai (20-25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
saya, saya ni sebagai manusia gagal. Gagalnya dimana?
Saya belum bisa gapai apa yang saya mau gitu. Yang
saya bisa cuma menjadi sekarang. Tu kan tandanya
kalau kita tu gagal. Ya tergantung orang sih menilai
kegagalan dan kesuksesan tu seperti apa…Ya tetap
susah ya kalau, kalau menilai diri sendiri. Karena kita
ndak pernah, ya semua pasti ndak bisa menilai diri
sendiri. Yang kita bisa lakukan ya menilai orang lain,
ya.
Oke, jadi seperti itu?
Seperti itu,hehe
Eee kalau gitu langsung ke pokok pembahasan aja.
Ni kan membahas tentang tato tradisional. Nah..tu
kamu buat tato tradisional tu sejak kapan?
Saya mulai bertato itu…tahun 2008. Pertama, kenapa
saya mau bertato itu karna dibujuk abang, itu pertama.
Sebenarnya saya ndak bertato ya. Karna kita balik, kita
flashback apa ya istilahnya jaman dulu waktu era
Soeharto orang-orang bertato tu dianggap pemberontak
dan hidup mereka tu terancam. Takutnya tu nanti era
berikutnya ada istilahnya jelmaan Soeharto lagi.
Jadi karena alasan itu jadi merasa gak aman gitu
Merasa masih gagal, tujuan
belum tercapai (20-25)
Sulit menilai diri sendiri dan lebih
gampang menilai orang lain (25-
29)
Membuat tato karena dibujuk
walaupun awalnya tidak berniat
memiliki tato (35-37)
Memiliki ketakutan membuat tato
karena terkait era Soeharto (37-
41)
Awal buat tato:
tahun 2008 (35), (52)
Yang mempengaruhi :
Abang kandung (36), (53-58)
Yang menghambat :
Ketakutan akan masa Soeharto
(37-41)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
ya?
Ya, sempat berpikir jadi sekarang kan kita istilahnya ya
secara umum ya yang saya nilai dari orang-orang.
Orang Indonesia ini menilai dirinya tu sukses udah jadi
PNS, itu baru sukses. Nah syarat untuk jadi PNS kan
harus bersih. Kalau orang bertato itu kan paling susah
masuk PNS, terutama instansi-instansi pemerintah lah.
Ya seperti itu.
Jadi buatnya 2008 gitu ya?
2008 saya pertama bertato. Itu pas awal-awal kuliah
gitu. Pas mau liburan natal. Itu atas bujukan abang
kandung sendiri, karna dia juga bertato. Awalnya saya
tu kan ndak mau, takut dimarah mamak bapak di rumah.
Tapi…tapi abang saya bilang gini, “ Dah buat jak dulu
tatonya, nanti kalau mamak bapak dah liat, mau marah
pun kan ndak bisa dihapus”, gitu kata abang saya.
Trus kan tatonya gambarnya motif tradisional gitu?
Iya
Trus kenapa memilih yang motif tradisional dayak
dibandingkan dengan gambar-gambar yang lain?
Kan banyak gambar-gambar yang lain yang bisa
dijadikan tato
Berpikir kesuksesan itu bila
sudah jadi PNS dan yang
memiliki tato sulit jadi PNS (44-
50)
Memiliki tato saat awal kuliah
dan atas bujukan saudara
kandung (52-58)
Ada ketakutan untuk membuat
tato karena orang tua (54-55)
Sulit jadi PNS bila bertato (44-
50)
Orang tua (54-55) (258-262)
(264)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
Saya buat tato, saya lebih memilih menggambar,
merajah tubuh saya dengan gambar-gambar tradisional
karna…menurut saya tu, dipikiran saya tato tu harus
punya arti, jadi..eeh jadi kita ndak sembarang tato. Saya
milih gambar dayak karna saya orang dayak. Orang
dayak punya tradisi bertato walaupun tidak semua
subsuku dayak itu punya tradisi bertato ya. Jadi, iya,
memilih mungkin menunjukkan identitas dengan
gambar dayak itu. Oh udah jelas ini orang dayak,karna
tatonya tato dayak. Semua motif-motifnya atau coret-
coretan dayak.
Kan tadi kan ndak semua subsuku dayak punya
tradisi tato itu. Kalau dari kamu sendiri itu gimana?
Dari subsuku kamu berasal apakah masih atau
memiliki tradisi tato?
…Suku dayak itu banyak sub nya, anak-anak suku, saya
berasal dari suku Iban dimana suku Iban tu untuk
menunjukkan kasta tu harus bertato, begitu yang saya
tau. Ya kamu tau kan kalau orang dayak banyak yang
punya tato bunga terong, terutama orang daerah Iban.
Ada beberapa subsuku dayak tu yang memang tidak
punya tradisi tato. Mungkin ada dulunya. Karna mulai
Responden memilih tato dengan
motif tradisional dayak karena
memiliki arti untuk menunjukkan
bahwa dia orang dayak (65-75)
Tidak semua subsuku dayak
punya tradisi tato (69-71)
Responden berasal dari subsuku
dayak yang memilik tradisi tato
(80-84)
Beranggapan bahwa beberapa
subsuku dayak kehilangan tradisi
tato karena alasan masuknya
sistem kolonial dan agama (86-
Alasan memilih tato motif
tradisional dayak :
Tato harus memiliki arti (67-68)
Tato dengan motif tradisional
dayak menunjukkan identitas
sebagai orang dayak (68-75)
Faktor yang mendukung :
Latar belakang responden dari
subsuku yang masih meiliki
tradisi tato ( 80-84)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
masuknya sistem kolonial dulu mulai terhapus.
Masuknya agama yang mungkin mengikis tradisi asli
terutama dalam hal tato. Ya, kayak gitu.
Lalu berikutnya itu eee..bagaimana, apa perasaan
kamu sebelum dan sesudah memiliki tato motif
tradisional itu?
Kalau masalah sebelumnya, sebelum saya buat tato tu
saya ndak mikir apa-apa ya. Karna sebelumnya saya
memang ndak pernah berpikir akan punya tato. Dan
setelah saya bertato saya mikirnya gini, saya bisa dapat
kerja ndak dari tato ni? Atau hubungan saya dengan
lingkungan yang tidak mengenal budaya tato tu bisa
lancar ndak, bisa semulus mungkin ndak kita
berkomunikasi dengan sesama yang..hmm apa ya, ini
maaf omong terutama di tempat saya sekarang. Perantau
ni kita di jawa, orang jawa kan nganggap tato itu suatu
hal yang tabu. Maaf omong lagi, terutama untuk agama
Islam sendiri kan ada haditz atau apa yang melarang
mencoret-coret tubuh.
Oh ya, gitu, hmm…jadi seperti itu ya?
Iya
Hmm, lalu kalau gini, apa, ehh…yang dalam
89)
Sebelumnya belum terpikir untuk
membuat tato (93-95)
Ada kekhawatiran setelah
membuat tato terkait dengan
mencari kerja dan lingkungan
yang tidak mengenal budaya tato
(96-105)
Sebelum memiliki tato motif
tradisional :
Tidak memikirkan apa-apa ( 93-
95)
Sesudah memiliki tato motif
tradisional :
Khawatir sulit dapat kerja (96-
97)
Khawatir akan interaksi dengan
lingkungan menjadi buruk (97-
105)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
pikiran kamu itu kalau mendengar atau melihat
tato dengan motif dayak itu apa yang dalam
pikiran?
Pertama, itu identitas. Kedua, bisa menjurus ke
komunikasi ya. Kalau terkait identitas, saya coba
mengartikan identitas tu gini, Wah dia punya tato
dayak, dia pasti orang dayak. Wah dia punya tato
mentawai, dia pasti orang mentawai ni, orang sumatera.
Jadi kan tato motif dayak, apalagi misalnya kayak
bunga terong tu udah dikenal luas sebagai tato motif
tradisional orang dayak. Udah bisa…apa ya…jadi
identitas,kayak tanda gitulah. Lalu berikutnya ke arah
komunikasi, disitu orang bertato itu pasti akan jadi
bahan perhatian orang-orang yang non-tato ya. Jadi bisa
munculkan, apa ya? Ya komunikasi lah. Misalnya yang
ndak bertato ni nanya Wah mas tatonya bagus, nato di
mana? Atau ini gambar apa? Artinya apa? Otomatis
mereka akan menjalin komunikasi. Ya..ya seperti itu.
Hmm, lalu tentang motif tato yang ada di tubuh
kamu tu. Kamu tau ndak makna-makna yang
terkandung di dalamnya? Bisa ndak dijelaskan?
Saya punya motif bunga terong ya. Tapi saya belum tau
Responden berpikir kalau tato
dengan motif tradisional dayak
terkait dengan identitas dan
komunikasi (112-126)
Beranggapan bahwa tato dapat
menunjukkan identitas (113-120)
Tato dapat menjadi sarana
komunikasi (120-126)
Pikiran tentang tato motif
tradisional :
Identitas (113-120),
Sarana komunikasi (120-126)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
pasti sih apa dalam masyarakat asli dayak tu bunga
terong tu melambangkan apa. Yang saya ketahui bunga
terong itu melambangkan ke..apakah orang itu dewasa,
ksatria, atau pemberani. Bunga terong tu
melambangkan, kalau orang dayak dulu kan punya
tradisi mengayau. Mengayau itu ya kamu tau sendiri ya,
mengayau, memenggal, memenggal kepala untuk
menunjukkan keberanian. Nah itu digambarkan dengan
bunga terong. Kalau dia sudah punya tato bunga terong
berarti dia sudah pernah memenggal dan dia berani, dia
ksatria dalam tradisi dayak. Sekarang saya mengartikan
tato bunga terong itu di jaman modern seperti ini ya,
hmm, menurut saya, saya punya tato bunga terong tu
untuk menunjukkan identitas. Saya ini dayak, saya ini
perantau. Jadi lebih menggambarkan orang yang punya
tato bunga terong itu perantau.
Sudah, sudah pernah merantau gitu
Ya, sudah pernah merantau dan sedang, dan sedang
merantau
Yang pasti sudah keluar dari rumahnya gitu ya?
Keluar dari rumah, keluar dari tempat asalnya gitu. Jadi
kalau kita balik kesana mungkin artinya sudah berbeda,
Responden belum tahu secara
pasti makna yang terkandung di
balik motif-motif tradisional
(130-132)
Mencoba menjelaskan secara
garis besar makna dari tato motif
bunga terong (132-146)
Terdapat perbedaan makna tato
saat jaman dulu dan jaman
sekarang (134-146)
Makna tato motif tradisional :
Bunga terong melambangkan
kedewasaan, ksatria, atau
pemberani (133-134)
Jaman dulu artinya sudah pernah
memenggal kepala musuh (135-
141)
Jaman sekarang menunjukkan
identitas (143-144)
Bila berada di luar pulau,
memiliki arti sebagai perantau
(145-152)
Bila digunakan sembarangan
dapat menerima hukuman adat
(155-161)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
bukan perantau lagi. Jadi kalau kita memang, istilahnya
bertato bunga terong asal suka ya ndak ada artinya kalau
di sana. Bisa jadi kalau kita main ke daerah asal yang
ya, terutama daerah pedalaman yang masih menjunjung
tinggi tato bunga terong tu, bisa jadi kita harus bayar
adat untuk istilahnya bertanggung jawab, padahal kita
tidak pernah melakukan hal-hal yang harusnya ditunjuk
dengan tato bunga terong itu tadi, seperti itu. Ya, seperti
itu.
Kalau motif yang lainnya?
Motif lain..ada tato eh..saya lupa namanya. Saya lebih
ke motif-motif dayak. Menunjukkan, gambaran itu lebih
menunjukkan kalau dia tu orang yang sering pergi ke
sana sini. Kalau lebih jelasnya sebenarnya dibentuk
dengan gambar kepala kijang. Kita tu ya, ya kau tau lah,
kijang tu binatang yang lincah. Orang yang punya tato
kepala kijang berarti sudah sering kesana-sini.
Hmm, jadi kamu suka berpetualang, gitu?
Iya, saya suka berpetualang. Pokoknya ndak bisa lama
di satu tempat. Misalnya di rumah. Saya tu…eeeh ndak
betah kalau di rumah terus. 1 hari di rumah masih
sangguplah. Tapi sisanya ya, main-main, berpetualang
Terdapat perbedaan makna terkait
dengan lokasi yang memiliki tato
(151-155)
Bila digunakan sembarangan
dapat berakibat hukuman adat
(155-161)
Responden memiliki tato kepala
kijang yang dibuat dengan gaya
motif tradisional dayak dan
memiliki definisi sendiri tentang
tato tersebut (163-169)
Lebih sering berada di luar rumah
untuk berpetualang ke daerah-
daerah yang masih menjalankan
tradisi leluhur (171-180)
Tato kepala kijang yang dibuat
dengan desain motif tradisional
dayak (163-169)
Definisi yang dibuat sendiri
mengenai makna tato motif
tersebut (167-169)
Maknanya suka berpetualang
(171-180)
Tato motif bunga terong di siku
dimaknai dengan pekerja keras
(189-191)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
ke kampung-kampung, ke hutan-hutan. Apalagi di sana
saya menemukan bagaimana orang-orang di kampung tu
masih banyak yang memegang tradisi leluhurnya. Ndak
kayak kita yang di kota. Jadi sekalian saya berpetualang
tadi sekalian juga saya belajar tradisi nenek moyang
kita.
Lalu yang lainnya? Masih ada ndak?
Yang lain..Saya juga punya bunga terong di dengkul
(menunjuk ke siku) tapi saya buat pengartian sendiri.
Bunga terong di dengkul, eh, salah, maksudnya dekat
siku ya dekat siku bukan di dengkul tu pertanda kalau
orang yang punya tato bunga terong. Sebenarnya kurang
lebihlah artinya dengan arti tato bunga terong yang
misalnya di bahu, paling penempatannya yang berbeda.
Tapi saya punya pikiran lain ni kalau dibuatnya di siku,
saya definisikan sendiri, berarti dia pekeja keras. ya
seperti itu.
Jadi..seperti itu
Ya kalau motif-motif dayak yang lain itu udah
improvisasi lah. Sudah tanpa arti, eh gimana ya.
Bukannya tanpa arti sih. Mungkin masih ada artinya
cuman udah berimprovisasi tadi motif-motif dan kita
Responden memiliki tato dengan
motif tradisional di siku dan
membuat pengertian sendiri
terhadap tato tersebut (182-191)
Secara garis besar arti motifnya
sama, hanya penempatannya yang
berbeda (186-188)
Responden menganggap motif-
motif yang dijadikan tato sudah
mengalami improvisasi, namun
tetap menunjukkan identitas
Motif-motif sudah banyak yang
mengalami perubahan, namun
tetap menunjukkan identitas
dayak (193-198)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
cuman nunjukkan identitas. Karna orang dayak punya
motif sendiri. Jadi tu identitasnya bukan cuma tatonya
jak, tapi motif yang dijadikan tato tu lah yang jadi
identitasnya, menurut saya lho.
Nah tadi kan sebelumnya ada pertanyaan tentang
perasaan kamu. Nah ini lebih ke bagaimana kamu
melihat dirimu sendiri sebelum punya tato itu
seperti apa? Dan sesudah punya tato yang motif
tradisional dayak tu seperti apa?
Sebelum punya tato, kalau memang dari dalam, dari
dalam hati sekali ya, hidup tu lebih bebas. Kita mau apa
aja bebas. Mau bergaul dengan siapa saja tu bebas.
Setelah bertato, mulai ada ketakutan, apalagi karena
budaya yang berbeda di tempat saya tinggal sekarang itu
tadi. Orang dayak sendiri, kalau kita ngumpulnya sama
orang dayak itu kan satu hal yang lumrah, biasa, oh dia
punya tato ni orang dayak. Jadi..kalau sudah bertato ni
istilahnya kita tu terfragmentasi. Wah dia bertato,
kumpulannya orang-orang jahat ni, kriminal. Ya kayak
gini sih. Coba kita liat di televisi ya, ada berita-berita
kriminal itu, tah pencurian apa, yang disorot pertama itu
malah tatonya. Tu kan sebenarnya yang bikin jelek tato
dayak (193-198)
Beranggapan bahwa yang
menunjukkan identitas bukan
hanya tato, melainkan motif
tradisional yang dijadikan tato
(198-200)
Sebelum memiliki tato merasa
lebih bebas (206-208)
Memiliki ketakutan terhadap
pandangan orang lain terhadap
tato (209-219)
Dengan teman-temannya
berusaha memperbaiki citra buruk
tato di mata masyarakat ( 219-
222)
Merasa bangga memiliki tato
motif tradisional (223-224)
Memiliki tanggung jawab
terhadap tato yang dibuat (224-
Yang menunjukkan identitas
bukan tatonya, tetapi motif yang
digunakan sebagai tato (198-200)
Sebelum memiliki tato motif
tradisional : merasa bebas (206-
208)
Setelah memiliki tato motif
tradisional :
Muncul ketakutan terhadap
pandangan orang lain terkait
dengan budaya yang berbeda
(209-219), (242-247)
Bangga dengan tato motif
tradisional (223-224), (250-252)
Memiliki tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
234
235
236
237
238
239
240
241
tu media sih. Makanya ada teman-teman yang berusaha
memperbaiki citra dari tato itu. Ya..tapi sisi lain dari
saya bertato ni juga ingin nunjukkan itu tadi. Ndak
semua orang bertato itu menjurus ke arah kriminal gitu.
Tato itu kebanggaan, ini lho saya, orang dayak, dengan
tato motif dayak tadi. Kita berani berbeda dengan yang
lain. yang pasti kita harus bisa bertanggung jawab, itu
jak.
Jadi perbedaannya tadi setelah punya tato itu lebih,
apa, punya tanggung jawab terhadap tato yang
dibuat?
Kita harus bisa bertanggung jawab dengan keadaan kita
yang sudah bertato. Kita harus terima konsekuensi,
terima penilaian orang lain. Lu jahat lu, lu punya tato.
Ya terserah, yang penting kita bisa nunjukkan ke orang
kalau kita tu ndak seperti yang mereka pikirkan, gitu.
Ya balik lagi ke awal tadi menilai orang lain lebih
mudah daripada menilai diri sendiri.
Jadi kalau diliat tadi, cara orang-orang di sekitar
kamu berubah sejak kamu buat tato ya? Lebih
khususnya tato motif tradisional dayak. Coba
jelaskan
226)
Responden berpikir bahwa
dengan memiliki tato harus
bertanggung jawab dan
menerima konsekuensi penilaian
orang lain (230-232)
Merasa kebanyakan orang
menilai tato dengan buruk (232)
Berusaha menunjukkan penilaian
orang salah terhadap tato (234-
235)
terhadap tato yang dibuat (224-
226), (230-231)
Menerima konsekuensi penilaian
orang lain (214-215), (231-232)
Berusaha memperbaiki citra
buruk tato (219-222), (234-235)
Keluarga dan kawan-kawan
menganggap sebagai hal yang
biasa (247-249)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
Ya jadi berubah. Kayak yang aku bilang tadi ya, kalau
di tempat saya sekarang kan beda ya budayanya. Untuk
yang ndak terlalu familiar dengan seni tato tu tadi
ngeliat aku ya jadi kayak takut-takut gitu kayaknya.
Mungkin mereka mikirnya yang tatoan tu semuanya
kriminal. Kalau keluarga atau teman-teman yang
dikenal sih ndak terlalu apa gitu ya, santai-santai jak
mereka. Masih sama jak mandang kita kayak dulu.
Malah ada orang-orang tua di sana tu bilang, “ bagus
yang muda-muda masih megang tradisi, gitulah jadi
anak laki”. Banggalah kita jadinya dipuji gitu kan.
Jelas gitu ya perbedaan di lingkungan asal sama
lingkungan sekarang?
Iya
Bisa dijelaskan ndak lebih lanjut?
Kalau tempat aku sih biasa mereka betato, bejibun yang
betato sebenarnya. Tapi sempat juga sih dimarah orang
tua pas buat tato tu. Mereka gini, takutnya tu kan saya
merantau kuliahnya. Takutnya budaya di tempat saya
merantau tu ndak pas sama yang namanya tato tu tadi,
biar dia tato motif dayak. Soalnya kan mereka ndak
kenal budaya kita, mereka anggap semua tato sama jak.
Orang-orang memandang
responden dengan cara negatif
karena perbedaan budaya (242-
247)
Keluarga dan teman-teman
memandang tato sebagai hal yang
biasa (247-249)
Merasa bangga mendapat pujian
karena dianggap menjaga tradisi
(250-252)
Ditempat asal banyak yang
bertato (257-258)
Dimarahi orangtua setelah
membuat tato (258-262) (264)
Budaya tempat tinggal sekarang
asing dengan budaya asal
responden (260-263)
Lingkungan asal tidak asing
dengan budaya tato (257-258)
Orangtua khawatir (258-262),
(264)
Lingkungan sekarang masih
asing dengan budaya tato (260-
263)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
Itu dia yang bikin bapak saya ngomel saya waktu tu
Lalu berikutnya itu, di lingkungan pergaulan kamu
sendiri itu banyak gak yang punya tato dengan motif
tradisional dayak itu?
Kalau teman-teman sih banyak juga anak-anak kita juga
yang pake motif dayak jadi tato tu, jadinya saya tu ndak
merasa sendiri, ada temannya. Jadi cap jelek tu ndak
berasa dia, karena itu tadi…karena ngumpulnya sama
teman-teman yang sama dengan saya. Ada beberapa,
tapi kebanyakan mereka ndak semuanya bertato
tradisional. Paling-paling yang punya tato tradisional tu
yang sama-sama orang Kalimantan jak. Kalaupun
mereka satu tubuh itu bertato, hanya sebagian yang
tradisional, selebihnya sudah tato modern. Mungkin
mereka mikir, lebih mikir ke keren atau tidaknya gitu,
bukan makna dari tato. Tapi ndak semua sih. Ada juga
yang semuanya tato motif tradisional. Tato itu hasil
karya seniman, peninggalan nenek moyang dahulu.
Masih adalah kami mikir tato motif tradisional tu tadi tu
nunjukkan identitas orang dayak
Lalu relasi kamu dengan teman-teman tu gimana?
Apa mereka , bagaimana kamu memandang
Beberapa teman juga memiliki
tato motif tradisional, baik itu
sepenuhnya motif tradisional
atau yang dicampur dengan gaya
modern (268-277)
Responden beranggapan bahwa
teman-temannya yang punya tato
dengan gambar yang modern
lebih memikirkan sisi keindahan,
bukan makna (277-279)
Masih beranggapan bahwa tato
motif tradisional menunjukkan
identitas orang dayak (282-283)
Menganggap semua tato sama
(263)
Teman-teman juga ada yang
memiliki tato dengan motif
tradisional (268-277)
Banyak yang lebih memikirkan
keindahan tato dibandingkan
makna (277-279)
Tato dengan motif tradisional
menunjukkan identitas dayak
(282-283)
Yang memiliki tato motif dayak
berasal dari daerah yang sama
(274-275)
Merasa senasib dengan teman-
teman lain yang memiliki tato
(289-293, 298-299)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
mereka? Lebih-lebih mereka yang sama-sama punya
tato dengan motif tradisional tu tadi
Ya kalau kayak gini ya kita memandang sesama entah
mereka bertato atau tidak tu sama. Apa lagi kita senasib
bertato yang pasti dinilai orang-orang yang non-tato kita
tu jelek. Ya kita mikir lah dengan yang sama-sama
tatoan tadi tu kita sederajat ni, kita sama-sama sering
dicaci ni, kita dipandang sebelah mata, dicap penjahat.
Apalagi sama-sama tato motif tadi kan, berarti kita
sama-sama asalnya. Kita hidup di tanah orang, sama-
sama satu daerah tu saling menjaga lah.
Jadi punya rasa senasib sepenanggungan gitu?
Senasib sepenanggungan. Kalau dalam dunia militer
bisa dibilang jiwa korsa.
Lalu terakhir, eeh, bagaimana, kan kamu tadi bilang
kalau tato tradisional dayak tu sebagai identitas.
Lalu bagaimana kamu memandang orang dari etnis
di luar dayak yang membuat tato dengan motif
tradisional dayak?
Saya mikirnya mungkin mereka..ya ada beberapa
kemungkinan sih. Yang saya tangkap pertama, mereka
hanya ikut-ikutan bertato dengan motif dayak. Ini yang
Merasa senasib dengan teman-
teman lain yang memiliki tato dan
diberi label negatif (289-293,
298-299)
Beranggapan bahwa yang
memiliki tato motif tradisional
berasal dari tempat yang sama
dan harus saling menjaga (294-
296)
Orang dari luar etnis dayak
membuat tato motif dayak karena
dua alasan, ikut-ikutan dan
Alasan orang dari luar etnis
dayak membuat tato motif
tradisional dayak karena ikut-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
jelek ni. Yang kedua, mereka menyukai motif dayak,
makanya mereka buat tato motif dayak. Seperti itu..ya
kalau bertato masih mikir ikut-ikutan mending
janganlah, sayang, harus punya keyakinan. Bertato itu
sama kayak kita milih pasangan hidup, karena itu untuk
seumur hidup, kita ndak boleh ikut-ikutan. Kalau
mereka bertato motif dayak dan dia non-dayak atas
dasar cinta sama motif dayak tu kebanggaan untuk saya
sendiri sebagai orang dayak. Mereka yang non-dayak
aja tatonya dayak, gitu lho.
Oke, jadi seperti itu. Sekian wawancara kita. Terima
kasih sebelumnya.
Iya, sama-sama. Baguslah masih ada yang mau neliti
idenditas dayak. Jarang-jarang sih soalnya kayak gini.
Atau mungkin ada banyak yang neliti tapi saya yang
belum liat mungkin.
Salam dulu lah kalau gitu (Jabat tangan).
Sama-sama. Terima kasih juga (jabat tangan)
memang suka (306-311)
Responden menganggap untuk
memiliki tato harus dipikirkan
benar, jangan ikut-ikutan (311-
313)
Memandang orang di luar etnis
dayak yang memiliki tato motif
dayak sebagai suatu kebanggaan
sebagai orang dayak sendiri (313-
317)
ikutan (306-307), (310-311) dan
karena suka (308-309)
Membuat tato harus dipikirkan
(311-313)
Suatu kebanggaan bila orang dari
etnis lain membuat tato motif
tradisional dayak (313-317)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
TEMA-TEMA INFORMAN 1
Kategori Nomor
A. Penggambaran diri pribadi
1. Ketergantungan dengan orang lain
2. Kurang mengenal diri sendiri
3. Kecewa karena tujuan belum tercapai
B. Rentang waktu memiliki tato dengan motif tradisional
dayak
1. Awal buat tato dengan motif tradisional dayak
- Awal kuliah
2. Yang mempengaruhi
- Saudara kandung
3. Yang menghambat
- Ketakutan akan masa Soeharto
- Sulit jadi PNS
- Perkataan orang tua
C. Alasan memilih tato dengan motif tradisional dayak
1. Tato harus memiliki arti
2. Menunjukkan identitas sebagai suku dayak
3. Berasal dari subsuku dayak yang masih memiliki
tradisi tato
D. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif tradisional
dayak
1. Sebelum
- Belum terpikir untuk memiliki tato
- Merasa bebas
2. Sesudah
- Khawatir sulit dapat kerja
- Khawatir relasi dengan lingkungan menjadi
buruk
(7-8), (15)
(12-14), (25-29)
(20-25)
(35), (52)
(36), (53-58)
(37-41)
(44-50)
(54-55)
(67-68)
(68-75)
(80-84)
(93-95)
(206-208)
(96-97)
(97-105), (209-219), (242-247)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
- Rasa bangga
- Memiliki tanggung jawab
- Menerima konsekuensi penilaian orang lain
- Berusaha memperbaiki citra buruk tato
- Keluarga dan kawan-kawan tidak
mempermasalahkan tato yang dimiliki
E. Persepsi mengenai tato motif tradisional dayak
1. Sebagai identitas
2. Sarana komunikasi
F. Penjelasan mengenai makna dari tato motif tradisional
dayak yang dimiliki
1. Bunga terung (pundak)
- Kedewasaan, ksatria, pemberani
- Jaman dulu artinya sudah pernah memenggal
musuh
- Jaman sekarang menunjukkan identitas
- Bila berada di luar pulau memiliki arti sebagai
perantau
- Bila digunakan sembarangan dapat menerima
hukuman adat
2. Bunga terung (siku)
- Pekerja keras
3. Kepala kijang
- Suka berpetualang
4. Motif mengalami perubahan, namun tetap
menunjukkan identitas dayak
5. Identitas bukan dilihat dari tato, tapi dari motif
yang digunakan sebagai tato
G. Relasi dengan lingkungan
1. Lingkungan asal
- Tidak asing dengan budaya tato, termasuk tato
(223-224), (250-252)
(224-226), (230-231)
(214-215), (231-232)
(219-222), (234-235)
(247-249)
(113-120)
(120-126)
(133-134)
(135-141)
(143-144)
(145-152)
(155-161)
(189-191)
(171-180)
(193-198)
(198-200)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
dengan motif tradisional
- Orang tua khawatir
2. Lingkungan sekarang
- Masih asing dengan budaya tato
- Menganggap semua tato sama saja
3. Teman yang memiliki tato dengan motif
tradisional dayak
- Ada teman-teman yang juga memiliki tato
dengan motif tradisional dayak
- Berasal dari daerah yang sama
- Merasa senasib
H. Penggunaan motif tradisional dayak di luar
1. Karena ikut-ikutan
2. Karena suka dan mengerti
3. Harus dipikirkan baik-baik
4. Merasa bangga
(257-258)
(258-262), (264)
(260-263)
(263)
(268-277)
(274-275)
(289-293), (298-299)
(306-307), (310-311)
(308-309)
(311-313)
(313-317)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
VERBATIM INFORMAN 2
No Verbatim Ringkasan Koding
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Halo
Halo juga, hahaha
Okelah, langsung jak ya kita wawancaranya ya
Oke sip
Sebelumnya ni, kau ndak keberatan kan kalau
wawancara ni direkam?
Oww, ndak apa-apa. Silahkan jak, santai kita
Oke, langsung ya. Pertanyaan pertama ya. Ini, kalau
kamu menggambarkan pribadi kamu sendiri tu
kayak gimana orangnya?
Maksudnya?
Kamu itu orang yang kayak gimana?
Oh oke-oke. Aku orang yang kayak gimana ya? Oke
Iya
Kalau aku tuh gini, aku tuh selow orangnya. Ya selow,
ndak terlalu ambil pusing gitulah kalau ada masalah atau
apalah kejadian di sekitar aku gitu. Ndak terlalu ambil
pusing lah masalah-masalah sepele, daripada jadi ini,
apa..jadi beban pikiran kan, bagus ndak usah
dipedulikan.
Merasa dirinya tidak terlalu ambil
pusing dengan masalah yang
terjadi (15,18), (46-47)
Menghindari masalah yang bisa
menjadi beban pikiran (18-20)
Tidak terlalu ambil pusing (15-18), (46-47) Tidak mau ada beban pikiran (18-20) Merasa diri bukan pemarah (35-37) Kekhawatiran menjadi marah (46-47) Mudah menyesuaikan diri (24-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Oh jadi kamu tu orangnya selow gitu ya?
Iya gitu lah
Oke, selain itu ada lagi ndak?
Hmm selain tu…apa ya? Aaa ini, aku tu mudah..bisa
dibilang mudahlah gitu kalau nyesuaikan diri sama
sekitar gitu. Ya ndak malu-malu atau apalah kalau di
tempat baru atau kalau ada ketemu orang-orang baru
gitu. Kan ada kan..anu..ini, ada orang yang kalau pindah
ke tempat baru gitu tuh dia canggung gitu, kaget dia,
malu-malu. Kalau aku ndak gitu, tapi itu sih pikiran aku,
hahaha.
Oke. Lalu ada lagi ndak?
Hmm abis tu…
Iya
Abis tu…Abis tu, ini, apa…Aku ni bisa dibilang ndak
suka marah, ndak pemarah. Ya adalah marah-marah
sikit, tapi kan wajarlah, hahaha. Kau pikir aku pantak
depan sekber kah? Diam jak dia kena panas kena
hujan.
Hahaha, pantak sekber.
Sedang juga pantak sekber tu
Hmm, oke. Bisa lebih dijelaskan ndak ndak pemarah
Merasa dirinya mudah
menyesuaikan diri dengan
lingkungan (24-30)
Merasa dirinya bukan pemarah
(35-37)
30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
tadi maksudnya apa?
Iya?
Apa yang bikin kamu ndak pemarah?
Mungkin aku ndak pemarah tu karna anu tadi, karna aku
ndak terlalu mikirkan hal-hal sepeleh. Kan kalau terlalu
banyak mikirkan barang kayak gitu malah jadi beban
pikiran kita jak, pusing kepala, emosi, senggol dikit
melayang segala kaki. Makanya aku ndak mau mikirkan
barang kayak gitu, bikin emosi.
Oke. Ni langsung jak kita masuk pokok pembahasan
sebenarnya ya
Iya, oke
Ni kan nanti akan membahas tentang tato motif
tradisional dayak
Hmm
Nanti kita ngobrol terkait tema itu, yang motif-motif
dayak itu
Oh. Siap-siap
Oke, gini. Kamu awal mulanya sampai bisabikin tato
motif tradisional dayak itu kayak gimana?
Ceritanya tu dah lama, dah dari jaman SMP. Pokoknya
pas SMP gitu kan masuk sanggar gitu, mereka abang-
Khawatir tidak bisa mengontrol
amarah ((47-51)
Sejak SMP sudah memiliki
keinginan menato tubuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
abang tu yang dah tua-tua di sanggar tu make tato motif
dayak. Trus aku liat, kok kayaknya keren ya? Dari
situlah aku muncul niat mau buat tato. Tapi tatonya pake
motif dayak gitu.
Oh, jadi dah lama pengen buat gitu ya?
Ya, dah dari SMP
Lalu mulai buatnya tu kapan? Buat tato motif dayak
tu awalnya kapan?
Aku tu bikin tato yang pertama tu tahun 2011, awal
masuk kuliah di ini, di (nama kampus) baru aku buat.
Awal kuliah kan dulu abis lulus SMA aku ambil jurusan
keperawatan, awalnya mamak aku nyuruh jadi perawat.
Tapi karna ndak jiwa aku di situ tuh, akhirnya pindah
aku ke (nama kampus), ambil jurusan musik etnis.
Oh jadi pas pindah kampus baru buat?
Iya
Terus-terus
Dah lamak aku mau buat tato tu, tapi pas masuk jurusan
etnomusikologi tadi tu baru enak rasanya, baru kayak
pas lah momennya tu bikin tato.
Ngapa ndak buat pas kuliah di keperawatan? Kan
katanya udah lama pengen buat
karena pengaruh senior di
sanggar (63-68)
Menato tubuhnya pertama kali
setelah pindah tempat kuliah (73-
74), (77-78), (82-84)
Awal buat tato dengan motif
tradisional dayak:
Setelah pindah tempat kuliah
tahun 2011 (73-74)
Yang mempengaruhi:
Senior-senior di sanggar (63-68)
Yang menghambat:
Situasi tempat kuliah pertama
kali kurang mendukung (87-91)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Soalnya ini kan, dulu kalau pas ke keperawatan tu ndak
enak jak kalau tatoan gitu. Ada sih mereka beberapa gitu
yang tato, ini bah si (nama) kan perawat dia, tapi banyak
tatonya kan. Tapi aku sih ndak mau waktu itu, kayak
aneh jak rasanya, ada beban rasanya
Oh ada beban gitu ya?
Iya
Lanjut. Lalu kenapa kamu lebih memilih menato
tubuh dengan motif tradisional dayak dibanding
dengan gambar-gambar lainnya? Apa sih
alasannya?
Alasannya?
Ya alasannya. Dijelaskan coba
Ya ini, aku kan suka seni ya, pecinta seni gitulah. Jadi
apapun bentuk seni tu aku suka. Nah kan karna aku suka
kesenian tu aku mikir, aku tu..apa ya? Kayak punya ide
gitu kan, ngapa ndak sekalian jak badan aku istilahnya
tu ini...hmm...kanvas hidup gitu bah. Jadinya itu, aku
nato badan aku gitu. Lalu dah buat tato tadi, dengan tato
ni tadi bisa dibilang salah satu cara aku nunjukkan
kesukaan aku, kecintaan aku di dunia seni, gitu dia.
Oh, oke. Lalu ada lagi ndak?
Di jurusan sebelumnya merasa
kurang tepat bila bertato (87-91)
Memilih tato dengan motif
tradisional dayak karena ingin
menunjukkan kecintaan terhadap
dunia seni (100-107)
Mencintai seni (100-101), (106-
107)
Ingin mengabadikan seni di
tubuh (103-105)
Menunjukkan identitas sebagai
suku dayak (113-116)
Melestarikan budaya (122-125),
(128-129)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
Lalu
Hmm
Lalu gini
Iya
Gini ya, kan aku suku dayak ni. Aku tu mikirnya selain
aku nunjukkan kecintaan aku sama karya seni tadi tu,
ngapa ndak sekalian juga aku nunjukkan indentitas gitu
bah, nunjukkan aku asalnya dari suku dayak. Kan rata-
rata orang yang suka seni tato gitu...hmm...atau seni
yang lebih luas gitu lah tu mereka udah kenal kayak gini
tu motif apa, yang kayak gini motif apa, asalnya dari
mana, gitu.
Iya
Kalau make tato motif dayak gitu kan tau lah orang
kalau dah liat. Dah banyak juga orang yang kenal motif
kita, jadi kalau dipake terus kan jadi ini...tato tadi tu kan
kayak melestarikan tradisi. Ya biarpun
ini...apa...biarpun yang dayak aku, yang suku dayak
tempat asal aku tu mereka ndak pake tradisi tato. Tapi
paling ndak kan ada niat gitu berperan melestarikan
budaya. Kan ndak salah.
Jadi kamu sendiri, di sukumu itu ndak ada tradisi
Memilih tato motif tradisional
dayak karena ingin menunjukkan
identitas sebagai suku dayak
(113-116)
Merasa tato yang dibuat sebagai
salah satu cara melestarikan
tradisi (122-125), (128-129)
Informn berasal dari subsuku
dayak yang tidak meiliki tradisi
tato (125-127)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
tato?
Ya, kalau sub suku kami ni ndak ada tradisi tatonya
Oh oke
Dah cukup kan?
Oke, oke, udah
Sip
Kita lanjut lagi
Ehh..masih ada rupanya
Iyalah, masih panjang
Okelah
Trus ini, bagaimana perasaanmu sebelum punya
tato motif dayak tu sama pas udah punya? Ada
perbedaan ndak?
Perbedaannya?
Ya
Yang sebelum dulu ya
Ya, bebas
Kalau dulu sih, gimana ya bilangnya? Kayak mau buat
tato bah. Kayak ih, dah geram mau buat tato tu. Tapikan
ndak mungkin anak SMP buat tato, dipenggal mamak
aku nanti. Bikin pake ini jak akhirnya, bikin pake pen
hitam sama spidol hitam. Itu jak dimarah mamak aku,
Sudah sejak lama ingin menato
tubuhnya (148-149), (155-158)
Sebelum:
Sangat ingin menato tubuhnya
dengan motif tradisional (148-
149), (155-158)
Sesudah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
padahal pake spidol jak.
Udah benar-benar mau dari dulu ya berarti?
Ya pokoknya tu geram lah. Apa ya istilahnya? Kayak
gemes gitu hah, ya geram lah. Apalagi liat senior-senior
di sanggar tu, liat tato mereka, mauk buat langsung
rasanya
Oke, lanjut
Lanjut udah tu…kalau udah buat tu…
Hmm, iya
Kalau...kalau pas udah buat tato tu ini...anuk...kayak,
kayak ada kepuasan gitu. Kayak puaslah bisa bikin tato
motif. Kayak ada kebanggaan gitu punya tato motif
dayak. Apalagi ni kan dah lama aku pengennya buat tato
tu. Pas kuliah, dah bisa buat langsung buat. Ndak
nunggu-nunggu lagi
Jadi kepuasan ya?
Iya
Perasaan positif berarti ya
Ya bisa dibilang gitu
Kalau negatifnya, jeleknya gitu?
Kalau jeleknya sih ndak ada sih menurut aku, aku sih
cuek-cuek jak. Terserah gitu orang mikir apalah, aku sih
Setelah memiliki tato timbul rasa
bangga dalam diri (162-167)
Tidak merasa terganggu dengan
opini orang lain terkait tato yang
Ada kepuasan dan kebanggaan
(162-167)
Menerima konsekuensi penilaian
orang lain (173-176)
Harus ada perubahan dalam diri
ke arah yang lebih dewasa (181-
184)
Ada beban bila tidak bisa
bersikap dewasa (184-187)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
cuek jak sama mereka. Aku jak ndak terganggu kok
sama tato aku, masa mereka terganggu
Lalu, lalu ada lagi ndak kira-kira? Apa gitu yang
beda rasanya?
Hah, ada
Hmm
Pas dah gini tu kayaknya aku ngeliat diri aku kayak
harus berubah lah. Malu sama tato lah bisa dibilang gitu.
Masa ndak bisa bersikap dewasa atau apa gitu, ndak
sesuai sama tato. Itu sih di pikiran aku. Jadi kalau masih
belum bisa gitu kayak ada yang ganjal di hati, kayak ada
beban. Oh ini saya udah pake bukti kedewasaan ni masa
masih betingkah kayak anak-anak, kan ndak cocok
Hmm, lalu kalau gini, apa yang ada dalam pikiran
kamu itu kalau mendengar atau melihat tato
dengan motif dayak ?
Kalau di pikiran aku aku tu tentang tato motif dayak tu
gini...hmm...itu tu suatu bentuk tradisi. Tradisi orang
kita, orang dayak dan cuma orang dayak yang punya
motif itu, yang lain ndak ada . Tradisi kayak gini tu
harusnya kita-kita ni pertahankan, ndak boleh sampai
punah lah istilahnya. Apalagi jaman sekarang ni, jaman
dimiliki (173-176)
Merasa harus berubah ke arah
yang lebih bik sesuai dengan
makna tato yang dimiliki (181-
187)
Merasa tato dengan motif
tradisional dayak merupakan
suatu tradisi yang hanya dimiliki
orang dayak (191-194)
Merasa harus mempertahankan
tradisi di tengah perkembangan
Sebagai bentuk tradisi yang
harus dipertahankan (191-194)
Sebagai bentuk identitas (207-
208)
Identitas dan tradisi pada tato
motif tradisional merupakan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
canggih, jaman apa ya... Pokoknya jangan sampai
lenyaplah tradisi tato tu, dah kayak identitas kita gitu
bah
Tadi barusan kamu bilang identitas?
Ya
Bisa dijelaskan?
Ini, jelaskan identitas?
Ya
Oke-oke
Hmm, iya coba
Ya tadi tu identitas. Kalau identitas tu gini. Kan kita
punya motif dayak ni, kita juga punya tradisi tato. Kan
tatonya juga pake motif dayak. Nah, menurut aku tu
mereka tu suatu kesatuan gitu. Dan dua-duanya juga
nunjukkan identitas dayak. Misalnya ada orang ngeliat
motif atau tato motif gitu, yang dah paham pasti dia tau
itu dari suku dayak. Kalau mereka yang ndak paham kan
mereka cari tau, ini dari mana sih. Nanti kan akhirnya
mereka tau tu dari suku dayak, tradisi suku dayak
Iya-iya
Hmm
Kalau yang lain ada ndak? Yang ada pikiranmu
jaman (194-199)
Menganggap bahwa motif serta
tradisi tato merupakan suatu
kesatuan yang membentuk
identitas dayak (207-215)
kesatuan (207-215)
Suatu karya seni, harus dihargai
(220-226)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
234
235
236
237
238
239
240
241
yang lain
Kalau yang lainnya tu apa ya? Aku sih nganggap tato tu,
eh iya, tato, khususnya lah tato motif dayak tu suatu
karya seni. Art lah dia, sungguh-sungguh art. Jadi
barang tu harus di ini, dihargai gitu, diapresiasi seninya.
Sama jak kayak lukisan apakah, kayak karya musik
juga. Itu kan karya-karya seni, harus dihargai. Kalau
ndak, percuma jak
Oke sip. Lalu ini, lalu tentang tato-tato motif yang
kamu punya di badan ni
Haah, iya?
Ni bisa ndak kamu jelaskan gitu makna-makna dari
motif-motif itu?
Yang mana dulu ni?
Terserah jak yang mana
Oke, yang ini dulu ya
Iya
Yang ini ni (menunjukkan tato bunga terung di
bahunya) tu artinya tu kedewasaan, jadi dia tu dah
dewasa, dah lewat jaman anak-anaknya. Dah dewasa tu
tadi jadi dia siap ini, siap memikul tanggung jawablah
istilah orang tu, siap nerima beban hidup. Tu ngapa
Menganggap bahwa tato motif
tradisional dayak sebagai suatu
karya seni dan harus diapresiasi
(220-226)
Menjelaskan bahwa tato bunga
terong merupakan suatu lambang
kedewasaan, siap memikul
tanggung jawab (237-246)
Bunga terung (pundak):
Kedewasaan, siap memikul
tanggung jawab (237-246)
Jaman dulu sebagai tanda sudah
memenggal kepala musuh (250-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
bikinnya di bahu tatonya. Kalau orang dulu kan
kemana-mana bawa jarai, kan jarai tu kadang diisi beras,
bawa buah-buahan, bawa makanan minuman segala
macam, bawa kayu bakar. Kan berat tu, makanya ditato
di bahu tu biar dia kuat nahan berat jarai tadi tu
Oke, lalu?
Lalu ini, beda artinya yang dulu tu sama yang sekarang
Maksudnya?
Kalau dulu tu mereka yang punya tato motif bunga
terung tu kalau yang aku baca, mereka tu dah pernah
menggal kepala musuh. Jagoan lah jaman dulu tu. Dah
mereka bisa bawa kepala musuh balik kampung baru
mereka ditato pake motif bunga terung. Kalau jaman
sekarang kan ndak perlu menggal kepala musuh.
Ibaratnya dah dewasa gitu, dah merantau boleh dia pake
tato motif bunga terung
Oh gitu iya?
Iya gitu lah
Ada lagi?
Udah, lanjut motif lain jak
Oke, kalau motif lainnya?
Kalau yang di punggung ni, kanan kiri ni motif ketam
Menjelaskna bahwa pada jaman
dulu tato bunga terung dibuat
oleh mereka yang telah
memenggal kepala musuh,
sedangkan sekarang untuk
mereka yang merantau (250-257)
Menjelaskan makna dari tato
254)
Jaman sekarang lebih
menunjukkan perantau (255-257)
Ketam ilit (punggung):
Keberanian, kejantanan,
kekuatan (263-272)
Topeng budoq (kaki kanan):
Tolak bala (276-279)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
ilit. Kalau motif ketam ilit ni dia tu nunjukkan kalau
orang tu berani dia, jantan. Pokoknya itu artinya, ndak
tau ngapa bisa gitu. Mungkin karna proses buatnya tu
bikin panas dingin. Dah besar lagi gambarnya tu, diblok
semua, kanan kiri lagi. Apa ndak demam kenanya.
Apalagi kalau ini...kalau jaman dulu, bayangkan jak
sakitnya kayak gimana. Hah mungkin tu yang buat
ketam ilit tadi tu lambang keberanian, soalnya kalau
ndak berani ndak bakal sanggup
Hmm
Lalu kalau ini ni gambar topeng hudoq
Oke, apa tu?
Kalau topeng hudoq ni sih ndak bermakna langsung dia.
Topeng hudoq ni kan dipake pas tarian gitu. Tarian
untuk ini, untuk mohon berkat Tuhan biar panen besar,
banyak hasilnya, biar ndak ada hama nyerang, gitu dia
Kayak model tolak bala gitu kah?
Iya kira-kira gitu dia
Oke, lanjut. Gini, kalau hubungan kamu dengan
lingkungan kayak gimana? Misalnya lingkungan
asal tu kayak gimana? Yang sekarang kayak
gimana? Terkait ini, terkait tato dengan motif
ketam ilit yang dimilikinya di
bagian punggung sebagai
lambang keberanian (263-272)
Menjelaskan bahwa motif topeng
hudoq sebagai lambang tolak bala
(276-279)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
tradisional dayak
Yang mana dulu ni?
Terserah jak yang mana duluan, yang lingkungan
asal atau lingkungan sekarang
Lingkungan asal maksud? Di kampung gitu?
Ya, di kampung
Kalau di kampung sih, orang-orang banyak yang pake
tato motif, teman-teman segala macam, banyaklah
pokoknya. Jadi ndak masalah kalau aku betato tu ndak
masalah, santai jak, selow jak. Paling dibilang sama
mamak aku ndak usah banyak-banyak. Ada sih om tante
gitu bilang jangan betato, susah nyari kerja katanya. Itu
sih terserah mereka, pun aku ndak kerja jadi anak buah
orang nanti, ndak jadi pegawai, biar jak kan. Ya
pokoknya kalau di kampung ya ndak gimana-gimana
gitu lah
Itu?
Iya
Lalu kalau di lingkungan sekarang ni, gimana?
Kalau di sini sih sebenarnya ndak ada masalah yang
gimana-gimana. Cuma dulu sih pas ngekos gitu,bapak
kosnya tu sinis benar dengan kita kalau liat ada tato tu.
Lingkungan asal tidak
mempermasalahkan tato yang
dimilikinya (295-297)
Ada kekhawatiran pada keluarga
terkait masalah mencaari kerja
(295-297)
Di lingkungan saat ini terdapat
perbedaan cara pandang
mengenai tato (dalam arti umum),
Lingkungan asal:
Tidak asing dengan budaya tato,
khususnya tato motif tradisional
dayak (292-295)
Keluarga sedikit keberatan
terkait masalah mencari kerja
(295-297)
Lingkungan sekarang:
Masih asing dengan budaya tato
dan memandang tato dari sisi
negatif (305-317)
Teman yang memiliki tato
dengan motif tradisional dayak:
Ada, baik di daerah asal amupun
di tempat sekarang (323-327),
(329-335)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
Suka dia nyinggung-nyinggung tato kalau ngomong
dengan kita. Padahal kan tato yang aku buat tu
berdasarkan ini, berdasarkan seni, pake motif dayak
lagi. Hah tu dah nyangkut budaya. Tapi dia mikirnya tu
tato tu kayak penjahatlah, cuma buat gaya jak. Yang lain
juga ada, kebanyakan sih yang generasi-generasi tua
gitu. Ya mungkin sih...hmm...mungkin karna beda ini,
beda budaya kita sama budaya sini. Beda cara
pandangnya kan, mereka pun ndak paham tato motif
dayak tu. Ya gitulah...
Oww, oke-oke. Lanjut ya
Sip
Kamu punya juga ndak teman-teman yang juga
menato tubuhnya dengan motif tradisional dayak?
Relasinya kayak gimana dengan mereka?
Kalau di kampung sih banyak teman-teman yang punya
tato motif tu, kami sih biasa-biasa jak, temanan biasa,
nongkrong segala macam. Ya ndak ada istilahnya
musuhan atau apa, kecuali mereka mulai dulu. Ya
paling kelahi-kelahi karna mabuk gitulah
Kalau di sini?
Lalu kalau di jogja sih banyak juga kan anak-anak kita
terutama pada generasi tua (305-
317)
Relasi dengan teman-teman yang
memiliki tato motif baik di daerah
asal maupun di daerah saat ini
dianggap tidak ada masalah
(323-327), (329-335)
Yang memiliki tato motif
tradisional dayak berasal dari
daerah yang sama (Kal-Bar)
(329-330)
Mengerti satu sama lain (333)
Jarang terjadi konflik (325-327)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
345
346
347
348
349
350
351
352
sana kuliah di sini. Mereka pun banyak juga yang bikin
tato motif tradisional. Relasi dengan mereka sih ya
aman-aman jak,biasa-biasa jak. Mungkin karna
sedaerah tadi jadi dah ngerti masing-masing lah.
Masalahnya pun ndak jauh-jauh dari mabuk sama judi,
itu jak
Oh gitu. Sip-sip
Hmm
Ini yang terakhir ni, bagaimana kamu memandang
orang dari etnis di luar dayak tu juga buat tato
dengan motif tradisional dayak?
Kalau aku liat sih sah-sah jak, ndak masalah. Bebas-
bebas mereka bah, ndak ada yang ngelarang. Siapa yang
ngelarang? Tapi kalau pendapat aku sih lebih bagus lagi
kalau mereka paham artinya motif yang mereka pake
tato tu, itu jak
Jadi ndak keberatan ya?
Iya
Terus? Ada lagi ndak?
Ada-ada
Silahkan
Tato motif ni kan karya seni, tato lah secara umum tu
Memandang orang dari etnis lain
yang menggunakan tato motif
tradisional dayak bukanlah suatu
masalah (341-343)
Merasa sebaiknya orang tersebut
mengerti makna tato motif yang
digunakannnya untuk tato (343-
345), (359-360)
Merasa bukan masalah (341-343)
Dapat digunakan secara bebas,
sebagai bentuk apresiasi seni
(352-357)
Lebih baik tahu dan paham
terlebih dahulu makna dari tato
yang akan dibuat (343-345),
(359-360)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
353
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
karya seni. Bebas siapa jak yang mau buat karya seni.
Tapi kan karya seni juga harus dihargai. Nah disini ni
aku liat kayak...kayak titik dimana ini, tato motif tu tadi
ndak bisa benar-benar bebas sebebas-bebasnya dibuat.
Tetap harus dihargai. Bagaimana caranya? Dengan tahu
makna-maknanya, arti-artinya, gitu dia. Itu sih menurut
aku
Oke, dah selesai pertanyaannya. Makasih untuk
waktu dan pikirannya. Semoga sama-sama
bermanfaat untuk kita dialog ini ya
Iya, sama-sama. Sip
Terima kasih
Oke-oke
Merasa bahwa penggunaan motif
dayak sebagai tato dapat
digunakan secara bebas sebagai
bentuk apresiasi seni (352-357)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
TEMA-TEMA INFORMAN 2
Kategori Nomor
A. Penggambaran diri pribadi
1. Tidak terlalu ambil pusing
2. Tidak mau ada beban pikiran
3. Bukan seorang pemarah
4. Kekhawatiran menjadio pemarah
5. Mudah menyesuaikan diri
B. Rentang waktu memiliki tato dengan motif tradisional
dayak
1. Awal buat tato dengan motif tradisional dayak
- Setelah pindah tempat kuliah (2011)
2. Yang mempengaruhi
- Senior-senior di sanggar ketika SMP
3. Yang menghambat
- Situasi tempat kuliah pertama kali kurang
mendukung
C. Alasan memilih tato dengan motif tradisional dayak
1. Mencintai seni
2. Ingin mengabadikan seni di tubuh
3. Menunjukkan identitas sebagai suku dayak
4. Melestarikan budaya
D. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif tradisional
dayak
1. Sebelum
- Sangat ingin menato tubuhnya dengan motif
tradisional dayak
2. Sesudah
- Ada kepuasan dan kebanggaan
- Menerima konsekuensi penilaina orang lain
(15-18), (46-47)
(18-20)
(35-37)
(46-47)
(24-30)
(73-74)
(63-68)
(87-91)
(100-101), (106-107)
(103-105)
(113-116)
(122-125), (128-129)
(148-149-155-158)
(162-167)
(173-176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
- Harus ada perubahan dalam diri ke arah
dewasa
- Ada beban bila tidak bersikap dewasa
E. Persepsi mengenai tato motif tradisional dayak
1. Sebagai bentuk tradisi yang harus dipertahankan
2. Sebagai bentuk identitas
3. Identitas dan tradisi pada tato motif tradisional
dayak merupakan satu kesatuan
4. Suatu karya seni, harus dihargai
F. Penjelasan mengenai makna dari tato motif tradisional
dayak yang dimiliki
1. Bunga terung (pundak)
- Kedewasaan, siap memikul tanggung jawab
- Jaman dulu sebagai tanda telah memenggal
kepala musuh
- Jaman sekarang lebih menunjukkan perantau
2. Ketam ilit (punggung)
- Keberanian, kejantanan, kekuatan
3. Topeng hudoq
- Lambang tolak bala
G. Relasi dengan lingkungan
1. Lingkungan asal
- Tidak asing dengan budaya tato, termasuk tato
dengan motif tradisional
- Keluarga sedikit keberatan terkait masalah
mencari kerja
2. Lingkungan sekarang
- Masih asing dengan budaya tato dan
memandang tato dari segi negatif
3. Teman yang memiliki tato dengan motif
tradisional dayak
(181-184)
(184-187)
(194-197)
(207-208)
(207-215)
(220-226)
(237-246)
(250-254)
(255-257)
(263-272)
(276-279)
(292-295)
(295-297)
(305-317)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
- Ada, baik di lingkungan sekarang maupun di
tempat asal
- Berasal dari Kalimantan Barat
- Mengerti satu sama lain
- Jarang terlibat konflik
H. Penggunaan motif tradisional dayak di luar
1. Merasa bukan masalah
2. Dapat digunakan secara bebas, sebagai bentuk
apresiasi seni
3. Lebih baik tahu dan paham makna dari tato motif
dayak yang dibuat
(323-327), (329-335)
(329-330)
(333)
(325-327)
(341-343)
(352-357)
(343-345), (359-360)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
VERBATIM INFORMAN 3
No Verbatim Ringkasan Koding
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Selamat malam bro
Yak, selamat malam juga
Ni sekarang kita akan melakukan wawancara ya
Ya, oke
Tapi sebelumnya saya minya ijin untuk direkam ya
wawancaranya, boleh tidak?
Oww ya, boleh-boleh. Silahkan direkam, ndak apa-apa,
boleh
Oke kita mulai ya
Ya
Ini wawancaranya ni berkaitan dengan ini, dengan
tato motif tradisional dayak
Oh ya ya ya
Nah, sebelum masuk ke situ aku mau nanya ni. Ni
kamu ngeliat diri kamu sendiri tu kayak apa? Sosok
pribadi yang kayak apa?
Hmm…gimana ya? Kalau pribadi aku itu tu, aku coba
menggambarkan diri aku tu orang yang optimis ya. Aku
tu yakin dengan bidang yang aku jalani, yang jadi minat
aku. Aku tu juga mikir selain harus optimis tadi, aku
Menggambarkan diri sebagai
pribadi yang optimis dan pekerja
keras (17-23)
Pribadi yang optimis (17-19),
(25-26)
Pekerja keras (21-23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
juga harus kerja keras, berusaha keras lah. Percuma jak
kan optimis gitu tapi ndak ada aksi nyatanya. Ya bisa
dibilang harus berjalan beriring lah tu biar berhasil
Ya, terus?
Ya pokoknya aku optimis, aku berusaha di bidang yang
aku suka, misalnya ni di musik. Di musik aku berusaha
terus, ntah belajar dari siapakah. Jadi eksplor terus,
belajar terus. Belajar kunci-kunci nada, tangga-tangga
nadanya. Ya biar dibilang kuliah aku agak-agak
ditinggal gitu, soalnya aku lebih fokus praktek
lapangan, langsung praktek di panggung apa yang aku
pelajari. Soalnya kan ini, kan kalau di kampus tu
kebanyakan teorinya jak. Jadi aku agak ndak tertarik
jadinya
Jadi kamu lebih memilih kegiatan di luar kampus?
Gitu ya?
Ya
Trus bagaimana dengan kuliahnya kalau gitu?
Tadi tu biar tadi agak terbengkalai kuliah aku, tapi ndak
terlalu jadi beban sih, santai jak. Soalnya aku dah
ngerasa oke ni di jalur musik dah ngeraa nyaman. Jadi
nanti kalau kuliahnya gagal gitu kan ndak terlalu jadi
Berusaha dan terus belajar
tentang hal-hal yang disenangi
dan diminati, serta lebih fokus
kepada praktek dibanding teori
(25-34)
Sudah merasa nyaman menekuni
bidang musik sehingga tidak
terlalu mempermasalahkan
kegagalan di perkuliahan (39-44)
Terus belajar hal yang disenangi
(26-29)
Tidak terlalu mempermasalahkan
kegagalan (39-44)
Pemalu (55-61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
beban, soalnya aku memang fokusnya tu di musik,
hehehe. Gitulah kira-kira
Jadi ini kamu fokus utamanya ndak di kuliah
makanya tadi kalau ketinggalan ndak jadi beban?
Ya bisa dibilang gitu lah, hahaha
Okelah
Hmm ya
Selain itu tadi, ada lagi ndak kira-kira? Gimana
kamu liat diri kamu gitu? Ada lagi ndak?
Hmmm, ada sih
Ya, coba
Ya gini sih, aku tu pemalu sebenarnya. Ya itu tadi,
sering manggung padahal sebenarnya aku ni pemalu
luar biasa. Apalagi dulu awal-awal manggung gitu,
malu luar biasa, sampai begetar badan. Dah sampai
keringat dingin dulunya tu. Istilahnya demam panggung,
tapi parah. Sampai sekarang pun masih malu, makanya
lebih sering aku liat instrument yang aku mainkan
daripada penonton, mengalihkan perhatian gitu
Bisa gitu ya, ndak nyangka, hahaha
Ya kalau dah gitu kan mana bisa dilawan, kan?
Ya juga sih, oke lanjut kita ya
Merasa dirinya pemalu walaupun
sudah sering tampil di atas
panggung (54-61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
Oke
Jadi gini ni, jadi dari awal buat tu sejak kapan?
Sejak kapan kamu buat tato dengan motif
tradisional dayak tu? Pokoknya pertama kalinya
Pas pertama kali buat tu kira-kira 4 tahun lalu. Tahun,
tahun 2012. Itu pas awal-awal masuk kuliah aku buat
tato motif dayak. Yang awal dibuat tu tato motif bunga
terung, yang standarlah. Abis tu ndak lama trus
ditambah di bagian dada, dihias lagi pake motif dayak.
Jadi penuh bagian dada dari bahu kanan ke kiri
Hmm… Lalu? Yang lainnya gimana?
Kalau yang lain tu, kalau pas bagian belakang ni di
punggung tu dibuat 2014. Ndak langsung selesai sekali
duduk sih, udah ndak sanggup soalnya. Abis tu nunggu
4 bulan nyelesaikan setengahnya, lalu lanjut lagi 3
bualan setelahnya. Baru abis tu selesai di punggung.
Sama pas waktu tu nambah-nambah detail sedikit yang
di bagian dada
Jadi yang dipunggung tu dibuat bertahap?
Ya, bertahap. Ndak mampu sekaligus, sakit
Oke
Ya, dijelaskan semua ni?
Pertama menato tubuhnya dengan
motif tradisional dayak pada saat
masa-masa awal kuliah dan terus
ditambah hingga saat ini (67-71)
Pertama menato tubuhnya dengan
motif bunga terung, lalu berlanjut
ke tato motif lain seperti motif
ketam dan bunga tengkawang,
serta motif-motif lain (71-74),
(76-82), (84), (90-96)
Awal buat tato:
Awal kuliah (2012) (69-71)
Membuat tato motif tradisional
dayak secara bertahap, memiliki
selang waktu (71-74), (76-82),
(84), (90-96)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Iya lah semuanya
Oke
Trus?
Trus nambah di bagian bahu kanan kiri tu tahun 2015.
Aku buatnya simetris, jadi kanan sama kiri tu gambar
yang sama. Abis tu selesai di bahu beberapa bulan
kemudian tu lanjut lagi garap yang di kaki. Awalnya tu
dibuat cuma di kaki kanan kan. Udah sembuh tu baru
lanjut lagi buat di kiri. Motifnya juga sama yang kanan
sama kiri biar simetris, biar enak diliatnya
Yang bahu sama yang di kaki bertahap juga ya
Ya, bertahap
Oke, lalu ini. Alasan kamu lebih memilih tato
dengan motif tradisional dayak disbanding tato-tato
lain tu apa? Coba jelaskan
Ya aku bikin tato motif dayak tu karena aku orang
dayak, hahaha. Bisa dibilang gitulah kan alasannya,
biarpun sebenarnya ndak benar-benar dayak. Kan aku tu
setengah-setengah, bapak aku cina, yang dayak mamak
aku. Tapi mungkin karna di lingkungan rumah gitu
banyak dayak makanya aku nganggap diri aku dayak.
Bapak aku pun sama, ndak pernah lagi dia pake bahasa
Menato tubuhnya dengan motif
tradisional karena ingin
menunjukkan diri sebagai orang
dayak (102-107)
Merasa punya tanggung jawab
sebagai anak muda dayak untuk
menjaga tradisi nenek moyang
Menunjukkan identitas sebagai
orang dayak, memiliki kekhasan
tersendiri (102-107), (123-124),
(127-136)
Merasa bertanggung jawab
menjaga tradisi (113-114), (116-
118)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
cina. Paling sekali-sekali. Kalau di kampung yang pake
bahasa kampung dia
Selain alasan itu, ada lagi alasan lain? Ceritakan jak
yang diingat
Alasan lain tu karena aku tu anak muda dayak jadi aku
merasa punya tanggung jawab
Tanggung jawab kayak apa maksudnya?
Aku tu ngerasa punya tanggung jawab gitu sebagai anak
muda dayak untuk menjaga tradisi nenek moyang kita.
Jadi barang tu harus dilestarikan. Nah, tato motif dayak
tu kan salah satu peninggalan tradisi leluhur. Jadi aku
mikirnya dengan kita buat tato pake motif dayak tu
salah satu cara menjaga warisan leluhur kita. Jadi nanti
motif-motif tu sama tato tradisional tu sampai ke anak
cucu kita juga. Ini kan juga wujud identitas kita orang
dayak motif-motif sama tato-tato motif tradisional tu
Wujud identitas? Wujud identitas yang dimaksud tu
kayak gimana?
Gini ya, kalau identitas tadi tu gini. Kan kayak ciri khas
gitu kan, kayak penanda gitu. Jadi identitas tadi tu
terlihat di ini…di tato motif dayak salah satunya.
Soalnya kan tato tradisional sama motif tradisional
dan menato tubuhnya dengan
motif tradisional dayak sebagai
bentuk pelestarian budaya (113-
114), (116-121)
Identitas dayak dapat dilihat dari
bentuk tato dan motif yang
digunakan hanya dimiliki oleh
suku dayak (127-138)
Menganggap bahwa tato dengan
motif tradisional merupakan suatu
karya seni (140-144)
Membuat tato dengan motif
tradisional dayak sebagai bentuk
melestarikan warisan leluhur
(119-121)
Bernilai seni (140-147)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
dayak tu cuma, yang punya cuma suku dayak, suku lain
ndak punya. Mungkin ada yang punya budaya tato juga
kayak mentawai gitu, tapi kan motif-motifnya beda.
Masing-masing tu punya ciri khasnya sendiri-sendiri.
Makanya barang tu bisa nunjukkan identitas kita, asal
kita dari mana, gitu
Oke, jadi itu wujud identitas yang kamu maksud?
Iya
Lalu, ada lagi ndak? Alasan lainnya?
Alasan lain ya…hmm…alasan lainnya tu karena tato tu
aku anggap karya seni ya, wujud nyata seni. Lalu kalau
tatonya pake motif tradisional dayak tadi kan jadinya
pas. Selain jaga tradisi tadi, nunjukkan identitas, trus
bernilai seni juga. Ibaratnya seni yang sakral gitulah.
Jadinya pas. Kalau tato gambar lain juga bagus, tapi
menurut aku tu agak kurang pas, kurang…ya…kurang
mendalam jak artinya buat aku pribadi
Oh gitu ya
Ya, kayak ndak gimana ya? Keren sih gambar-gambar
tato lain tu, tapi pokoknya ndak jak lah, cukup diliat
Oke
Hmmm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
Lalu ini, kan kamu udah punya tato motif
tradisional ni. Kira-kira tu waktu dulunya belum
bikin sama pas sekarang udah bikin tato motif tu
ada ndak yang dirasa berbeda?
Hmmm…kalau dulu tu sebelum bikin tato motif dayak
tu ya ndak ngapa-ngapa, biasa-biasa jak, belum buat
juga kan waktu tu. Tapi memang kepengen sih bikin
tato kayak itu, tato-tato motif. Liat sepupu-sepupu
punya tato motif, liat teman-teman gitu trus jadi pengen
juga
Itu sebelumnya?
Ya sebelumnya
Kalau sekarang? Pas udah punya tato motif dayak
tu gimana?
Kalau pas udah punya tato motif tu sih walaupun
awalnya cuma karna mau-mau jak buat. Eh…malah abis
tu dah ngerti seluk beluknya, maknanya, malah jadi
bangga aku. Jadi di pikiran aku tu kayak waw gitu,
ngerasa bangga sama tradisi sendiri, ngerasa keren gitu.
Abis tu juga mungkin karna bawaan bangga sama tato
motif tadi tu, karna pengaruh tu jadinya ini…jadi makin
makin pede. Make kaos lengan bunting, kaos singlet
Sebelum memiliki tato motif
tradisional merasa biasa-biasa
saja, namun sudah memiliki
keinginan untuk menato tubuhnya
setelah melihat sepupu serta
teman-temannya (157-162)
Menato tubuhnya dengan motif
tradisional atas dasar ikut-ikutan,
namun setelah mengerti makna
dari motif-motif tersebut malah
menimbulkan rasa bangga (167-
173)
Karna rasa bangga atas tato motif
tradisional yang dimiliki sehingga
menimbulkan rasa percaya diri
(172-177)
Sebelum:
Merasa biasa saja (157-159)
Sudah memiliki keinginan
membuat tato (159-162)
Sesudah:
Awalnya karena ikut-ikutan
(167-168)
Setelah mengerti makna dari tato
yang dibuat, menimbulkan rasa
bangga (168-171)
Merasa percaya diri (171-177)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
gitu biasa jak jadinya, ndak risih. Sekalian pamer tato,
hahaha. Yang di kaki juga kalau jalan pake celana
pendek biar keliatan. Soalnya pengaruh pede tadi
Di semua tempat pamer gitu? Asal pamer jak?
Ya ndak asal pamer juga sih. Liat-liat tempat juga. Masa
ya di gereja pamer tato, ndak lah. Kalau lagi santai gitu,
jalan-jalan di pantai atau dimana gitu barulah. Kan
sesuai suasananya
Oh, kukira apa
Hahaha, ndak lah asal pamer
Oke, cepat jak ya. Ini kan, duh..ini bagaimana kamu
memandang tato dengan motif tradisional tu? Apa
yang ada di pikiranmu ?
Ini kalau pandangan aku tu tato motif tradisional dayak
tu sebuah sebuah peninggalan leluhur, tradisi dari
leluhur kita. Dimana barang tu untuk kita orang dayak
harus dilestarikan biar ndak punah. Jaman makin
modern, makin canggih. Tapi kita ndak boleh gitu jak
ninggalkan tradisi
Ya?
Ya ini kan tradisi kita, udah identitas kita lho ini.
Udah…udah ciri khas kita ini motif-motif tadi tu sama
Menganggap bahwa tato dengan
motif tradisional dayak sebagai
bentuk peninggalan leluhur yang
harus dilestarikan agar tidak
punah karena perkembangan
jaman (188-193)
Tato dengan motif tradisional
dayak sudah menjadi identitas
suku dayak karena kekhasan dari
Sebagai bentuk peninggalan
leluhur (188-190)
Harus dilestarikan agar tidak
punah (190-191)
Merasa perkembangan jaman
bukan merupakan halangan
untuk menjaga tradisi (191-193)
Sebagai bentuk identitas suku
dayak (195-203)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
tatonya. Yang bikin beda kita dari suku-suku lain. Ya
udah jadi identitas lah. Misalnya kalau suku jawa gitu
kan ada identitasnya, suku batak, suku-suku lainnya, ada
yang jadi identitasnya, ciri khasnya. Jadi bisa
dibedakan, tinggal liat jak bisa dibedakan, gitu tadi.
Kalau kita ya itu tadi, misalnya tato motif dayak tadi tu,
itu tu kita bangetlah kan
Oke, makasih penjelasannya. Kita lanjut ke
pertanyaan selanjutnya. Ni kan di badanmu ada
beberapa tato dengan motif tradisional dayak ni.
Kira-kira bisa ndak kamu kasi penjelasan yang
bagus gitu mengenai makna-makna motif tersebut?
Hmmm, oke. Yang di pundak dulu ya
Oke
Kalau di pundak ni motif bunga terung. Ni kalau
sepengetahuan aku tu melambangkan kalau orang yang
punya tato ini tu dah dewasa dia, melambangkan
kedewasaan. Juga melambangkan kalau orang tu
pemberani
Banyak ya yang pake motif bunga terung tu?
Ya, banyak. Soalnya itu yang paling umum sekarang
dibuat
motif-motif tersebut yang
membedakannya dari suku-suku
lain (195-203)
Menjelaskan secara garis besar
pengertian dari tiap-tiap tato
dengan motif tradisional yang
dimiliki (211-301)
Bunga terung sebagai lambang
kedewasaan dan pemberani (211-
215)
Jaman dulu sebagai tanda ksatria
(223-229)
Jaman sekarang menunjukkan
kedewasaan dan perantau (238-
239)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
234
235
236
237
238
239
240
241
Lalu selanjutnya?
Selanjutnya ni bedanya kalau bunga terung dulu sama
sekarang
Hmmm oke, iya? Apa bedanya?
Ni menurut yang aku, sepengetahuan aku tu kalau
jaman dulu tu orang baru boleh buat tato bunga terung
tu kalau statusnya dah ksatria gitu. Udah pernah perang
sama menggal kepala musuh. Kan jaman duu tu ada
tradisi ngayau tu, itulah dia menggal kepala musuhnya
tadi. Abis itu baru buat tato motif bunga terung. Itu sih
dulu ya
Iya
Kalau sekarang tu…
Hmm
Kalau sekarang tu kan udah ndak ada tradisi ngayau
lagi. Sekarang ni artinya sebenarnya masih sama sih,
masih ngelambangkan kedewasaan tadi. Tapi dulu kan
kedewasaan diukurnya kalau dah berhasil ngayau kepala
musuh. Kalau sekarang sih lebih ke orang-orang yang
merantau jauh dari rumah. Itu lambang kedewasaan
sekarang sekalian sama makna di balik motif bunga
terung tadi
Ketam ilit:
Keberanian, disimbolkan dengan
hewan ketam (251-254)
Memiliki kesamaan makna
dengan motif kelingai (kepiting)
(254-258)
Bunga tengkawang:
Sumber kehidupan (260-261),
(267)
Buah dan bunga tengkawang
memiliki banyak kegunaan (261-
267)
Motif-motif lain:
Tidak memiliki makna khusus,
namun memiliki ciri khas motif
dayak (281-285), (293-297),
(297-301)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
Jadi udah ada pergeseran makna ya?
Ya bisa dibilang gitu sih, ada pergeseran makda dari
yang dulu sama yang sekarang
Selain bunga terung tadi trus apa lagi motifnya?
Selain bunga terung, di punggung aku adaini, ada motif
ketam ilit sama bunga tengkawang
Oke, coba jelaskan maknanya
Kalau di punggung ni ada motif ketam ilit sama bunga
tengkawang. Akalu ketam ilit sendiri tu, yang di kanan
kiri punggung tu artinya gini. Ketam ilit tu
melambangkan orang yang berani. Sama kayak binatang
ketam tu, tau kan? Kayak kepiting tu, kan akalu
diganggu tu dia berani ngelawan pake capitnya. Hamper
sama dengan ini ni, ada namanya kelingai. Ya hamper
sama dengan ketam ilit tadi, kelingai pun nunjukkan
keberanian. Sama-sama binatang bercapit. Kalau ketam
ilit tu kepiting, kalau kelingai tu kalajengking
Kalau bunga tengkawang?
Lalu kalau motif bunga tengkawang ni artinya lambang
kehidupan, sumber kehidupan. Ngapa gitu? Soalnya
bunga tengkawang kan nanti tu jadi buah tengkawang.
Buah tengkawang ni banyak gunanya. Yang jatuh-jatuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
ke tanah tu bisa jadi makanan binatang-binatang. Trus
kalau untuk manusia tu bisa diambil minyaknya. Bisa
untuk masak, untuk obat-obatan juga. Pokoknya banyak
gunanya. Makanya tadi tu di bilang sumber kehidupan
Minyak buah tengkawang tu bisa juga jadi bahan
sabun, bahan kosmetik kan ya?
Itu agak kurang tau sih aku, tapi kayaknya sih iya. Bisa
jadi gitu
Lanjut ke motif-motif lain, apa lagi?
Kalau motif-motif lainnya sih biasa jak. Sebenarnya
motif bebas, ndak ada arti yang benar-benar dalam.
Cuma karna memang masih berkaitan dengan
kehidupan orang-orang dari suku dayak jak. Desainnya
pun lebih bebas, tapi tetap masih bisa diliat oh ini motif
dayak ni, karena keunikan motifnya. Pokoknya ada cirri
khasnya lah kalau motif dayak tu, apapun bentuknya
Ya ndak apa. Dijelaskan jak
Kalau motif topeng ni kan biasanya topeng-topeng tu
dipake untuk nakut-nakuti hal-hal yang jelek yang
datang ke kita. Kayak tolak bala gitu. Nah makna tato
motif topeng tu juga menurut aku kayak gitu juga, bisa
jadi simbol tolak bala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
Masih ada lagi kah?
Masih ada ni
Haah, coba jelaskan
Kalau ini tu gini…mikir dulu. Ini gambar burung
enggang sama naga. Yang di bahu burung enggang,
yang di kaki ni naga
Hmmm
Oh iya…kalau enggang ni kan simbol keanggunan gitu,
bisa diliat dari paruhnya, dari bulunya. Kalau orang
dayak kan, apalagi jaman dulu tu sering berburu burung
enggang. Kepalanya bisa dipake hiasan, bulu-bulunya
juga dipake hiasan. Sekarang pun masih diburu kadang.
Lalu kalau motif naga ni…ni aku anggap
ngelambangkan keperkasaan gitu, kegagahan, pokoknya
yang keren-keren gitu. Soalnya naga kan binatang kuat
kan, binatang sakti. Jadi maknanya kurang lebih sama
Udah semua?
Udah
Oke berikutnya. Bagaimana sih relasi kamu dengan
lingkungan? Lingkungan di sini sama lingkungan di
daerah asal. Ini ni dikaitkan itu tadi, dikaitkan sama
motif tradisional dayak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
Oke, kalau di sini tu gini
Hmmm ya?
Kalau relasi di lingkungan sekarang sih sebenarnya
baik-baik jak. Cuman ini, kadang masih ada yang
nganggap tato tu negatif, biasanya yang dah tua-tua tuh.
Kalau kayak gitu sih kan memang karna ini kan, karna
beda pola pikirnya, beda persepsinya orang di sana
sama orang di sini. Budaya juga beda. Jadi sah-sah jak
sih mereka kayak gitu. Pandai-pandai kita jak bawa diri,
nyesuaikan diri. Kalau kitanya baik-baik kan ndak juga
mereka lalu ngungkit-ngungkit masalah negatif tato tu.
Soalnya mereka juga masih mikirnya semua tato sama,
tato-tato yang dipake kriminal sama tato kita walaupun
pake motif tradisional tu mereka ndak bisa bedakan
Oke, itu di lingkungan sekarang. Kalau di
lingkungan asal? Di kampung?
Kalau hubungan dengan orang-orang kampung sana sih
ndak ada masalah sebenarnya. Bisa dibilang tu mungkin
karena mereka juga udah biasalah ngeliat tato gitu,
ngeliat orang tato. Mau tatonya gambar yang modern-
modern atau gambar motif tu ndak ada masalah. Jadi
pola pikir mereka tu mereka ndak nganggap kalau orang
Merasa relasinya dengan
lingkungan saat ini baik-baik saja
terkait dengan tato motif
tradisional, namun ada sedikit
permasalahan diakrenakan
perbedaan sudut pandang dan
latar belakang (310-321)
Relasi dengan lingkungan asal
dirasa baik-baik saja karena
budaya tato bukan merupakan hal
asing, khususnya tato motif
tradisional dayak (324-332)
Relasi dengan teman-teman yang
juga memiliki tato motif
tradisional dayak dirasa baik-baik
saja (346-350)
Lingkungan asal:
Tidak asing dengan budaya tato,
khususnya tato motif tradisional
dayak (324-332)
Lingkungan sekarang:
Baik-baik saja (310-311)
Masih ada yang melihat secara
negatif terkait tato (311-315)
Teman-teman:
Tidak terdapat masalah berarti
(346-350)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
345
346
347
348
349
350
351
352
yang tatoan tu orang jahat atau apa, soalnya juga masih
terikat dengan budaya tadi tato tu. Khususnya kalau
tatonya motif dayak gitu
Jadi ndak ada masalah lah ya kalau dengan
lingkungan asal tadi?
Ya jadi ndak terlalu bermasalah kalau mau dilihat
relasinya dengan lingkungan asal
Oke kamu punya ndak teman-teman yang juga
punya tato dengan motif tradisional dayak?
Ohh jelaslah punya
Itu di sini apa di daerah asal?
Di sini ada, di daerah asal pun ada. Rata-rata mereka
kan, hampir semua mereka anak kalbar juga, sama
daerah asalnya. Jadi kayak ndak ada bedanya.
Relasi dengan mereka kayak gimana?
Kalau dengan teman-teman sih ndak ada masalah. Ya
biasa jak. Di sini biasa jak, di sana, di kampung pun
biasa jak. Soalnya orangnya itu-itu juga. Ndak ada
masalah yang gimana-gimana. Ada cekcok dikit
wajarlah
Gitu ya? Oke lanjut jak ya ke yang terakhir ni
Oke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
353
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
Seperti apa kamu memandang orang dari etnis di
luar dayak yang juga membuat tato dengan motif
tradisional dayak?
Kalau aku sih fine-fine jak
Gimana itunya? Coba jelaskan
Kan udah kayak go public gitu motif tradisional dayak
sekarang tu. Orang-orang dari suku lain juga udah
banyak mereka yang nato badannya pake motif
tradisional kita. Biasanya tu mereka gambar bunga
terung. Malah motif-motif dayak tu udah terkenal
sampai keluar negri.Kalau aku pribadi sih ndak
keberatan sih. Kan hak mereka juga, pilihan mereka,
bebas
Oh, gitu?
Ya
Terus?
Ya karna udah terkenal di luar, udah go public tadi tu.
jadi kalau ada yang, orang yang dari luar suku dayak
gitu buat tato motif dayak ya oke-oke jak. Justru kan
harusnya bangga gitu kan tradisi kita dah dikenal orang,
dipake orang. Jadi mereka jadinya kenal tradisi kita.
Asal ndak mereka ngaku-ngaku punya mereka jak,
Menganggap bahwa orang dari
luar suku dayak yang memiliki
tato motif tradisional dayak
sebagai hal yang biasa karena
motif dayak sendiri sudah dikenal
di luar lingkup suku dayak (360-
363)
Memilih gambar yang akan
dijadikan tato merupakan hak dari
masing-masing orang (365-367)
Adanya kebanggaan ketika orang
dari luar suku dayak ada yang
mengenal dan menato tubuhnya
dengan motif tradisional dayak
(373-377)
Merasa bukan masalah (358)
Hak dari pribadi masingmasing
(365-367)
Merasa bangga (373-375)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
377
378
379
380
381
382
383
384
385
hahaha
Jadi kita seharusnya bangga gitu kah?
Ya, harus bangga
Hmmm, oke. Wawancaranya udah selesai kalau
gitu. Makasih ya udah mau direpotkan, hahaha.
Susah, artis bagi waktu.
Hahaha, ada-ada jak. Ndak apa-apa bah
Okelah, sekali lagi makasih ya
Sip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
TEMA-TEMA INFORMAN 3
Kategori Nomor
A. Penggambaran diri pribadi
1. Optimis
2. Pekerja keras
3. Terus belajar hal yang disenangi
4. Tidak terlalu mempermasalahkan kegagalan
5. Pemalu
B. Rentang waktu memiliki tato dengan motif tradisional
dayak
1. Awal buat tato dengan motif tradisional dayak
- Awal kuliah (2012)
2. Membuat tato motif tradisional dayak secara
bertahap, memiliki selang waktu
C. Alasan memilih tato dengan motif tradisional dayak
1. Menunjukkan identitas sebagai suku dayak,
memiliki kekhasan tersendiri
2. Merasa bertanggung jwab menjaga tradisi
3. Membuat tato dengan motif tradisional dayak
sebagai bentuk pelestarian warisan leluhur
4. Bernilai seni
D. Sebelum dan sesudah memiliki tato motif tradisional
dayak
1. Sebelum
- Merasa biasa saja
- Sudah memiliki keinginan untuk membuat tato
2. Sesudah
- Awalnya karena ikut-ikutan
- Setelah mengerti makna dari tato yang dibuat
menimbulkan rasa bangga
(17-19), (25-26)
(21-23)
(26-29)
(39-44)
(55-61)
(69-71)
(71-74), (76-82), (84), (90-96)
(102-107), (123-124), (127-136)
(113-114), (116-118)
(119-121)
(140-147)
(157-159)
(159-162)
(167-168)
(168-169)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
- Merasa percaya diri
E. Persepsi mengenai tato motif tradisional dayak
1. Sebagai bentuk peninggalan leluhur
2. Harus dilestarikan agar tidak punah
3. Merasa perkembangan jaman bukan merupakan
suatu halangan menjaga tradisi
4. Sebagai identitas suku dayak
F. Penjelasan mengenai makna dari tato motif tradisional
dayak yang dimiliki
1. Bunga terung (pundak)
- Kedewasaan, pemberani
- Jaman dulu sebagai tanda telah memenggal
kepala musuh
- Jaman sekarang lebih menunjukkan perantau
2. Ketam ilit (punggung)
- Keberanian, kejantanan, kekuatan
- Memiliki kesamaan makna dengan kelingai
(kepiting)
3. Bunga tengkawang (punggung)
- Sumber kehidupan
- Buah tengkawang memiliki banyak kegunaan
dalam kehidupan
4. Motif-motif lain
- Tidak memiliki makna khusus, namun
memiliki ciri khas motif dayak
G. Relasi dengan lingkungan
1. Lingkungan asal
- Tidak asing dengan budaya tato, termasuk tato
dengan motif tradisional
2. Lingkungan sekarang
- Baik-baik saja
(171-177)
(188-190)
(190-191)
(191-193)
(195-203)
(211-215)
(223-229)
(238-239)
(251-254)
(254-258)
(260-261), (267)
(261-267)
(281-285), (293-297), (297-301)
(324-332)
(310-311)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
- Masih asing dengan budaya tato dan
memandang tato dari segi negatif
3. Teman yang memiliki tato dengan motif
tradisional dayak
- Baik di daerah asal maupun lingkungan saat
ini tidak terdapat masalah berarti
H. Penggunaan motif tradisional dayak di luar
1. Merasa bukan masalah
2. Hak dari pribadi masing-masing
3. Merasa bangga
(311-315)
(346-350)
(358)
(365-367)
(373-375)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI