bab i pendahuluanrepository.unj.ac.id/9304/7/bab i.pdf1 bab i pendahuluan a. latar belakang masalah...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri,
makhluk yang membutuhkan orang lain atau kelompok untuk menjalankan
kehidupan. Sebagai makhluk sosial yang berdampingan dengan manusia lainnya,
manusia harus menyalurkan gagasan, ide, serta pemikiran tersebut kepada individu
lainnya. Agar gagasan, ide, dan pikiran seorang individu tersampaikan, manusia
menggunakan komunikasi sebagai sarananya. Aktifitas berkomunikasi merupakan
sarana manusia untuk menyampaikan pesan. Menurut Oktarina (2017:1) secara
etimologi komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang berarti membuat
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Menurut Steiner (dalam Oktarina 2017:4)
komunikasi adalah sebuah transmisi atau sebuah perpindahan gagasan, emosi,
keterampilan, dan sebagainya. Menurut Cangara (dalam Oktarina 2017:2)
menjelaskan bahwa komunikasi adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk
bersosialisasi, menyampaikan pendapat, serta membubuhkan ide dan gagasan yang
sedang dipikirkan.
Aktivitas berkomunikasi ini dilakukan oleh penutur dan lawan tutur. Menurut
Leech (1993:19) penutur adalah orang yang bertutur, dan lawan tutur atau mitra
tutur adalah orang yang menjadi lawan dari penutur. Sejalan dengan teori tersebut
menurut Anderson (dalam Oktarina 2017:6) menjelaskan bahwa syarat mutlak
berkomunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih dan antara individu tersebut
saling berbagi informasi. Informasi tersebut dapat berupa gagasan, ide, dan emosi.
2
Berkomunikasi adalah aktivitas yang krusial bagi seorang individu. Karena
komunikasi adalah instrumen penting dalam berinteraksi sosial. Berlo (dalam
Oktarina 2017:48) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai instrumen interaksi
sosial memiliki fungsi sebagai penyeimbang dalam masyarakat. Dapat disimpulkan
bahwa dalam bermasyarakat manusia memerlukan komunikasi untuk berinteraksi
sosial. Seiring berjalannya waktu komunikasi menjadi aktivitas kompleks yang
memiliki banyak manfaat. Manusia menggunakan komunikasi sebagai sarana untuk
membangun hubungan sosial kepada individu lainnya, membangun masyarakat dan
membangun peradaban dengan komunikasi.
Proses berkomunikasi memang memiliki banyak manfaat dalam membangun
hubungan sosial, namun pada praktiknya komunikasi juga memiliki beberapa
hambatan yang membuat komunikasi tidak lancar dalam praktiknya. Hambatan
tersebut biasanya terjadi dalam sebuah percakapan. Seperti halnya dalam pemilihan
topik yang terlalu bersifat privasi, tidak memperhatikan adab berkomunikasi yang
baik, suasana berkomunikasi yang kikuk serta detail-detail lainnya yang kerap
dilupakan seperti tidak mengucapkan terima kasih setelah seseorang memberikan
kebaikan. Hal-hal seperti itu membuat individu salah paham secara tidak sengaja.
Untuk menyiasati itu semua individu perlu menggunakan komunikasi fatik.
Komunikasi model ini memperhatikan hal-hal mendetail yang apabila dilakukan
akan membuat suasana berkomunikasi menjadi lebih baik, lebih hidup dan lebih
menyenangkan.
Komunikasi fatik adalah komunikasi yang dapat meningkatkan hubungan sosial.
Komunikasi yang lebih mementingkan fungsi sosial di atas penyampaian pesan itu
sendiri. Leech (dalam Jumanto 2014:1) menjelaskan fungsi sosial dalam
3
komunikasi fatik adalah “phatic communication between people which is not to
intended to seek or to convey information but has has social function to
estabilishing or maintaining social contact” yang berarti bahwa komunikasi fatik
adalah komunikasi yang tidak berfokus pada mencari atau menjelaskan informasi
melainkan memiliki fungsi sosial untuk meningkatkan atau menjaga kontak sosial.
Komunikasi fatik ditemukan dan diteliti oleh Malinowski pada tahun 1923 di New
Guinea. Malinowski dalam penelitianya menjelaskan bahwa Phatic
Communication atau komunikasi fatik adalah proses komunikasi yang bertujuan
untuk meningkatkan hubungan sosial antara individu. Malinowski (1923:315)
menjelaskan bahwa komunikasi fatik dapat menciptakan suasana perasaan yang
menyenangkan dari suasana yang menyuramkan, dan memberi kesantunan serta
dapat meningkatkan hubungan sosial. Mulyana (2006 : 18) menjelaskan bahwa
komunikasi fatik adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan
kesenangan di antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, untuk mencapai itu
semua manusia menggunakan tuturan-tuturan yang mengandung unsur fatik.
Coupland (2000:38) membuat bagan dan letak komunikasi fatik dalam struktur
tatanan berkomunikasi, Coupland (2000:38) mengategorikan tempat komunikasi
fatik pada tatanan sebagai berikut :
Bagan 1. 1 Letak Komunikasi Fatik
Coupland (2000:38) menjelaskan sebelum mencapai komunikasi inti atau core
(komunikasi bisnis) terdapat beberapa lapisan dan menyatakan bahwa letak
4
komunikasi fatik berada pada dasar komunikasi. Bagan tersebut menyatakan bahwa
komunikasi fatik memiliki urgensi yang penting untuk dipelajari, dipahami dan
dimengerti oleh individu untuk membuat hubungan yang baik. Urgensi fatik sangat
vital dalam dunia perkomunikasian. Bagan tersebut adalah alasan lain peneliti
melakukan penelitian ini karena komunikasi fatik merupakan dasar untuk memulai
komunikasi lainnya. Penelitian ini berfokus pada tuturan serta fungsi tuturan fatik
sebagai instrumen dari komunikasi fatik.
Minimnya pembahasan tuturan fatik khususnya dalam penelitian berbahasa
Jepang merupakan alasan kuat peneliti melakukan penelitiannya. Reynolds
(2000:1) memberitahukan bahwa Jepang merupakan negara “Hyper Phatic” namun
pada penelitiannya Reynolds (2000:1) membahas kelas kata fatis yaitu aizuchi “ne,
yappa, ano, dan maa”. Berbeda dengan penelitian ini, penelitian ini menggunakan
pendekatan pragmatik, penganalisisannya menggunakan tuturan yang diucapkan
penutur. Mulyana (2006 : 18) menjelaskan tuturan yang mengandung tuturan fatik
adalah tuturan santun yang dapat membuat kesenangan dalam berkomunikasi.
Peneliti menggunakan istilah tuturan fatik untuk menyatakan tuturan yang
mengandung fatik. Tuturan fatik merupakan salah satu instrumen dalam
komunikasi fatik. Menggunakan tuturan fatik dalam berkomunikasi akan
memberikan topik yang baik, memperlancar komunikasi, dari tuturan tersebut dapat
meningkatkan hubungan sosial. Penelitian ini memfokuskan pada tuturan yang
mengandung fatik. Pembahasan tuturan tersebut menggunakan pisau bedah
pragmatik, dibahas dengan speech act dan model SPEAKING untuk
mengungkapkan konteks penutur.
5
Penelitian ini menggunakan film berbahasa Jepang sebagai sumber data.
Film yang diambil adalah film-film yang menuturkan tuturan bentuk fatik yang
dituliskan pada landasan teori. Peneliti mengambil film Flying Colors karya
Nobuhiro Doi sebagai sumber data. Peneliti memilih film tersebut karena terdapat
banyak tuturan yang dikategorikan sebagai tuturan fatik. Film tersebut selain
mengandung banyak tuturan fatik dalam percakapannya, film ini memiliki feedback
yang baik dari penonton. Genre film Flying Color adalah drama keluarga. Drama
keluarga merupakan genre yang sangat dekat dengan kehidupan realitas dan
memiliki setting yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Alasan tersebutlah
digunakan sebagai sumber data karena tuturan dalam film ini terlihat alami dan
shizen.
Berikut contoh tuturan fatik dalam film Flying Colors : Flying Colors (19.50)
Percakapan berikut berlangsung antara Tsubota sensei dan Sayaka di ruang kelas
Les Tsubota sensei. Sayaka dan Tsubota sensei saat itu sedang mengoreksi bersama
hasil pre-test yang dilakukan oleh Sayaka. Tsubota sensei yang saat itu sedang
fokus memeriksa hasil tes milik Sayaka tidak sadar Reiji datang. Sayaka yang
melihat Reiji datang kemudian kaget. Sayaka kaget karena pada saat Reiji datang,
ia datang dalam keadaan marah-marah dan cek-cok mulut bersama ibunya. Sayaka
yang kaget kemudian memuji Tsubota sensei karena mampu membujuk Reiji untuk
datang dan belajar.
Sayaka :⑤先生すげー!どんな魔法使まほうつか
ったの?
Tsubota :僕の知識ちしき
、総動員そうどういん
させ、別の考えの提案ていあん
してあげて。
Sayaka :へえええ、知識は魔法みたいだね。
6
Tsubota :ええ、知れば知るほど発想はっそう
もひろくんだ。けいおうに行けば、世界だ
運と広がって人生は豊かなになるよ。
Flying Colors (19.50)
Sayaka : [5] Pak guru hebaat! Sihir apa yang pak guru gunakan?
Tsubota :Saya hanya menggunakan pengetahuan saya, dan menggunakan cara yang
berbeda untuk membujuknya.
Sayaka : Heeee, jadi pengetahun seperti sihir yah.
Tsubota : Benar, semakin kamu tau semakin makin pandai dalam berfikir. Kalau kamu
masuk di Keio, duniamu akan menjadi lebih luas dan terbuka, dan akan menjadi
orang-orang yang hebat.
Flying Colors (19.50)
Berikut adalah hasil analisis berdasarkan unsur SPEAKING:
Tabel 1. 1 Data Contoh
Setting and
Scene
Tempat Les Tsubota Sensei
Participant
Penutur Lawan Tutur
Sayaka Tsubota Sensei
Ends Sayaka memuji Tsubota Sensei
Act and
Sequence
⑤ 先生すげー!どんな魔法使まほうつか
ったの?
[5]Pak guru hebaat! Sihir apa yang pak guru gunakan?
Key Nada yang digunakan Santai
Instrumentalitie
s
Ragam Kasual
7
Norms Tidak ada norma khusus
Genre Percakapan
Tabel 1. 2 Data Contoh Bentuk dan Fungsi Tuturan Fatik
No Tuturan Arti Bentuk
Tuturan Fatik
Fungsi Tuturan
Fatik
1 ⑤先生すげー!どん
な魔法使まほうつか
ったの?。
[5]Pak guru
hebaat! Sihir
apa yang pak
guru
gunakan?
Memuji
Membuka
Percakapan
Dalam tuturan di atas terdapat tuturan memuji Thomas (2006:13-14). Kaneda
(dalam デジタル大辞泉だ い じ せ ん
) ⑤先生すげー!どんな魔法使まほうつか
ったの?memuji
digunakan saat menunjukkan rasa kagum, atau memberi penilaian baik kepada
lawan tutur. Tuturan fatik bentuk memuji digunakan untuk menyatakan kekaguman
(KBBI Online) terhadap suatu objek kepada lawan tutur. Tuturan memuji
menunjukkan ilokusi ekspresif Djatmika (2016:17). Penutur menggunakan ⑤
pujian karena sebagai bentuk kekaguman kepada lawan tutur. Penutur kagum atas
tingkah laku yang dilakukan oleh lawan tuturnya. Berdasarkan konteks tuturan di
atas ⑤ memiliki fungsi tuturan fatik membuka percakapan Coupland (2000:5).
Penanda bentuk tuturan fatik memuji terletak pada frasa 先生すげー!. Lokusi
dalam tuturan di atas menunjukkan pujian, ilokusi pada tuturan di atas
menunjukkan maksud lain yaitu untuk membuka percakapan, dan perlokusi pada
8
tuturan di atas adalah percakapan terbuka dengan Tsubota sensei merespon atas
pujian dari Sayaka. Dalam scene ini Sayaka dan Tsubota-sensei belum melakukan
komunikasi. Scene ini memperlihatkan Tsubota sensei sedang memeriksa soal
miliki Sayaka. Tidak berselang lama Reiji masuk dari pintu masuk. Merespon hal
tersebut Sayaka seketika memuji ⑤ Tsubota-sensei karena mampu membujuk
Reiji masuk dan belajar. Reiji adalah bocah SMA yang memiliki watak keras. Reiji
dipaksa ibunya untuk menuruti kemauan ayahnya. Pada hari sebelumnya Reiji
datang ke tempat Tsubota sensei bersama ibunya. Reiji dan ibunya yang sempat
beradu mulut di depan Les dan menjadi tontonan semua siswa, membuat penilaian
gelap kepada dirinya. Namun dengan berhasilnya Reiji masuk dan menjadi bagian
murid tempat les tersebut memberikan nilai positif kepada Tsubota sensei karena
mampu membujuk Reiji. Belum terjadi percakapan saat itu karena Tsubota sensei
fokus memeriksa hasil tes. Sayaka yang kagum dengan Tsubota sensei membuka
percakapan dengan menggunakan ⑤ dan komunikasi pun berjalan lancar setelah
dibuka. Ibu Reiji adalah istri dari turunan ke tiga pengacara, dan berharap Reiji
menjadi seperti ayahnya juga, menjadi seorang pengacara. Ketika Sayaka melihat
Reiji, Sayaka kebingungan pasalnya pada saat melihat Reiji pertama kali, tingkah
laku Reiji sangat memberontak tidak ingin masuk menjadi siswa di tempat kursus
tersebut. Sayaka yang keheranan dengan sikap Reiji yang berubah drastis tersebut
ternyata perilaku Reiji dipengaruhi oleh Tsubota.
Merajuk contoh di atas dapat diketahui bahwa menggunakan tuturan fatik dapat
membuat suasana berkomunikasi menjadi lebih akrab, tuturan fatik dapat
meningkatkan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur. Penelitian ini
9
menggunakan pragmatik speech act dan model SPEAKING untuk menganalis
kontek dalam sebuah tuturan, mengetahui siapa penutur dan lawan tutur, setting,
register, norma dan lain-lainnya dapat menunjukkan konteks dalam sebuah
percakapan, dengan demikian kontek dari tuturan dapat digambarkan.
Berangkat dari latar belakang di atas menganalisis bentuk-bentuk tuturan fatik,
dan fungsi dari tuturan fatik yang dihasilkan, penulis memberikan judul pada
penelitian ini “Analisis Bentuk dan Fungsi Tuturan Fatik dalam Film Flying Colors
Karya Nobuhiro Doi”
B. Fokus dan Sub Fokus
Fokus pada penelitian ini adalah analisis penggunaan tuturan fatik. Sub
fokus pada penelitian ini adalah bentuk-bentuk dan fungsi tuturan fatik pada
penutur Jepang melalui film Flying Color Karya Nobuhiro Doi menggunakan
pendekatan speech act dan model speaking.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan penulisan latar belakang yang telah dibuat serta fokus
penelitian dan sub fokus penelitian di atas maka rumusan masalah yang akan
dibawakan adalah :
1. Bagaimana bentuk-bentuk tuturan fatik pada penutur Jepang dalam film
Flying Color?
2. Bagaimana fungsi tuturan komunikasi fatik pada penutur Jepang dalam
film Flying Color?
10
D. Manfaat Penelitian
Secara operasional penelitian ini memiliki manfaat berupa manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis hasil dari penelitian ini dapat menambahkan informasi
untuk mengembangkan ilmu bahasa dalam kajian bidang pragmatik.
Melihat tuturan fatik dari kaca mata konteks pragmatik. Mengetahui
strategi komunikasi yang baik kepada penutur berbahasa Jepang
menggunakan tuturan fatik.
2. Sedangkan secara praktis manfaat penelitian ini dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
a. Bagi penulis
Memperkaya pengetahuan tentang praktik secara mendalam
khususnya mengenai tuturan fatik. Memperkaya strategi penulis
dalam berhubungan dengan orang lain menggunakan tuturan fatik.
Memberikan pengetahuan bentuk-bentuk dan fungsi dari tuturan
fatik.
b. Bagi pelajar bahasa Jepang
(1) Memberikan pengetahuan mendalam mengenai komunikasi fatik.
(2) Sebagai referensi untuk mendapatkan informasi tentang komunikasi
fatik.
(3) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membangun
percakapan antar-kawan.
(4) Dapat meningkatkan hubungan sosial antar mahasiswa dan dosen
pengajar.
11
(5) Mahasasiwa dapat memberikan kesan komunikasi yang baik
kepada orang lain.
(6) Dapat mengaplikasikan komunikasi fatik serta menerapkannya
ketika berkomunikasi dengan orang Jepang.
(7) Dapat mengontrol situasi komunikasi, agar komunikasi dapat
berjalan dengan lancar.
c. Bagi pengajar
1) Pengajar dapat mengaplikasikan komunikasi fatik
dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Pengajar dapat membaca suasana saat berkomunikasi
dengan murid.
3) Pengajar dapat menciptakan lingkungan kelas dengan
hangat.