plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · dengan ucapan syukur.” (filipi 4:6−7) “kita...

121
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 07-Mar-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR

DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Skolastika Cynthia Maharani

NIM : 121224064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

i

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR

DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Skolastika Cynthia Maharani

NIM : 121224064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

ii

SKRIPSI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR

DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1

Oleh:

Skolastika Cynthia Maharani

121224064

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal: 29 September 2016

Pembimbing II

Drs. P. Hariyanto, M.Pd. Tanggal: 29 September 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

iii

SKRIPSI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR

DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Skolastika Cynthia Maharani

121224064

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 17 Oktober 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.

Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Anggota 1 : Drs. B. Rahmanto, M.Hum.

Anggota 2 : Drs. P. Hariyanto, M.Pd.

Anggota 3 : Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd.

Tanda tangan

..............................

..............................

..............................

..............................

..............................

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

iv

.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristrus yang telah

memberikan berkat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi, karya ini saya

persembahkan untuk:

Kedua orang tua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang selalu

mendukung dan mendoakan saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

v

MOTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur.”

(Filipi 4:6−7)

“Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat

dengan tindakan nyata, tanpa banyak bicara. Syarat pikiran positif adalah

memulainya dari sekarang, fokus pada tujuan dan yakin pada kemampuan

diri.”

(Unknown)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Yang membuat pernyataan,

Skolastika Cynthia Maharani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Skolastika Cynthia Maharani

Nomor Mahasiswa : 121224064

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR

DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Tanggal 17 Oktober 2016

Yang menyatakan,

Skolastika Cynthia Maharani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

viii

ABSTRAK

Maharani, Skolastika Cynthia. 2016. Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur

dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya

Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan

kontekstual digunakan untuk menganalisis alur novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan aspek

unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini menganalisis dan

menginterpretasi tentang data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata. Instrumen

dalam penelitian sastra adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik catat dan teknik baca. Langkah-langkah pendekatan

kontekstual yang dapat digunakan dalam menganalisis unsur alur dan pengaluran

novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari (1) membuat

sinopsis, (2) menganalisis alur dan pengaluran, (3) pemodelan, (4) bertanya, (5)

belajar kelompok, (6) penilaian autentik.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot balik atau flashback.

Pendekatan kontekstual dapat membantu siswa menganalisis unsur alur dan

pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Langkah

selanjutnya peneliti menyusun silabus dan RPP sebagai acuan dalam kegiatan

pembelajaran di SMA kelas XI semester 1. Silabus dan RPP dapat digunakan

untuk mencapai Standar Kompetensi membaca, yaitu memahami berbagai

hikayat, novel Indonesia/terjemahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

ix

ABSTRACT

Maharani, Skolastika Cynthia 2016. Contextual Approach in Plot Learning on

Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Written By Ayu Utami to the First

Semester High Schools Students of Grade XI. Thesis. Yogyakarta:

Indonesian Language Literature Education Study Program, Faculty of

Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research examined the implementation of contextual approach in plot

learning on the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This

research was aimed to describe contextual approach in plot learning on novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami to the First Semester High

Schools Students of Class XI.

This research used contextual approach. Contextual approach used to

analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu

Utami. This study is the research qualitative. The method that were used

descriptive method. This research was aimed to describe plot learning on novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research analyzed and

interpreted about data obtained from the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang in

the form of words. The instruments in the study of literature is researchers itself.

The techniques collecting data use a note and read. The steps of contextual

approach that were used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang written by Ayu Utami were: (1) making a synopsis, (2) analyzing the plot,

(3) modeling, (4) questioning, (5) learning in groups, (6) authentic assessing.

The results of this research showed that novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang written by Ayu Utami used flashback plot. Contextual approach could

help student to analyze the elements of plot novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.

The next step, the researcher arranged syllabus and Lesson Plans that could be

used as a reference and materials in literature learning in Senior High Schools

Grade XI semester 1. The syllabus and Lesson Plans can be used to reach the

Reading Competency Standard to understand various tales, Indonesian/translated

novels.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendekatan

Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami unutk Siswa Kelas XI Semester 1”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan,

semangat, bimbingan, nasihat, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah

dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengarahkan, serta

memberi nasihat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan serta masukan-masukan yang sangat

bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang

telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.

6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan pelayanan administratif

kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

xi

7. Kedua orangtua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang

selalu memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan doa kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara kandungku, Bernardia Eka Dyah, Bernardus Bagus Aprilitanto,

Gregorius Berlian Gusti Laksita yang telah menjadi penyemangat penulis.

9. Para sahabatku, Yohanes Yanwar PM, Angelina Ryan, Emmanda Sekar,

Elisabet Eva, Saktyo Dwi Wicaksono. Terima kasih sudah menemani dan

memberikan semangat serta motivasi kepada penulis.

10. Geng Gahul Nurul (Hana, Gisela, Anindita, Tyas, Venta, Eka, Nita, Swila)

yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat

penulis merasa berharga dapat mengenal mereka.

11. Teman-teman seperjuangan PBSI angkatan 2012 dan teman-teman PPL

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih untuk kebersamaan kita.

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang sudah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh

bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk

berbagai pihak.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................

MOTO....................................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...........................

ABSTRAK.............................................................................................

ABSTRACT...........................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

A. Latar Belakang......................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................

C. Tujuan Penelitian...................................................................

D. Manfaat Penelitian.................................................................

E. Batasan Istilah........................................................................

F. Sistematika Penyajian............................................................

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................

A. Penelitian yang Relevan........................................................

B. Landasan Teori......................................................................

1. Hakikat Novel....................................................................

2. Unsur Intrinsik...................................................................

a. Pengertian Alur.............................................................

b. Struktur Alur.................................................................

c. Pengaluran.....................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

1

1

4

4

5

5

7

8

8

9

9

10

10

11

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

xiii

3. Pendekatan Kontekstual.....................................................

a. Definisi Kontekstual.....................................................

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual......................

c. Komponen Pendekatan Kontekstual.............................

d. Penerapan CTL dalam Kelas.........................................

e. Strategi Pembelajaran Kontekstual...............................

4. Pembelajaran Sastra di SMA.............................................

a. Silabus...........................................................................

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..................

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia..........................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................

A. Jenis Penelitian......................................................................

B. Metode Penelitian..................................................................

C. Sumber Data..........................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................

E. Instrumen Penelitian..............................................................

F. Teknik Analisis Data..............................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................

A. Deskripsi Data.......................................................................

B. Hasil Penelitian......................................................................

1. Membuat Sinopsis Novel...................................................

2. Menganalisis Unsur Alur Novel........................................

3. Pemodelan.........................................................................

4. Bertanya.............................................................................

5. Belajar Kelompok..............................................................

6. Penilaian Autentik.............................................................

C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami..........................................

17

17

18

19

22

24

26

26

29

31

32

32

32

33

33

34

34

35

35

35

35

37

71

72

73

74

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

xiv

1. Silabus...............................................................................

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......................

BAB V PENUTUP................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................

B. Implikasi................................................................................

C. Saran......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

LAMPIRAN..........................................................................................

BIOGRAFI PENULIS

79

82

96

96

98

98

99

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini memiliki peranan yang

penting. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjalin komunikasi dan

menguasai ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat

tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotor. Ketiga aspek tersebut harus berjalan dengan seimbang agar

tercipta tujuan pengajaran bahasa yang akan dicapai. Seperti yang dituliskan

Yunus dalam artikelnya yang dimuat di Kompasiana, pembelajaran bahasa

Indonesia monoton dan kurang menarik. Siswa lebih sering merasa bosan

dalam belajar bahasa Indonesia. Tradisi membaca, menyimak, menulis dan

berbicara cenderung belum optimal.

Keberhasilan pengajaran bahasa dapat ditentukan oleh faktor guru,

siswa, metode pembelajaran, kurikulum, silabus, bahan ajar dan fasilitas

sekolah. Bagus dalam tulisannya yang berjudul “Menumbuhkan Gairah

Belajar Menulis” mengemukakan bahwa guru sering dihadapkan pada

persoalan menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam waktu

yang sudah ditentukan, sedangkan keterbatasan waktu sering mengganggu

proses pengajaran bahasa. Guru dituntut memiliki strategi dan kreativitas

mengelola materi untuk disampaikan ke siswa tanpa mengesampingkan

materi lainnya. Masing-masing siswa memiliki pengetahuan awal

(pengalaman) dan potensi yang berbeda-beda. Guru harus memahami betul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

2

pendekatan pembelajaran yang seperti apa untuk diterapkan kepada siswa

supaya kemampuan dan potensi siswa terbentuk. Pendekatan pembelajaran

dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis

tertentu (Komalasari, 2011: 54). Hal yang dapat dilakukan guru adalah

menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau contextual

teaching and learning (CTL). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan

pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna

materi tersebut bagi kehidupannya (Komalasari, 2010: 7). Pembelajaran

kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni, konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), inquiri (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan

penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009: 107). Nantinya guru

akan semakin mudah memperkenalkan sastra kepada siswa.

Guru dapat memilih dan menjadikan karya sastra sebagai bahan ajar.

Yang termasuk dalam pengajaran sastra, misalnya mengajarkan puisi, drama,

novel, cerpen dan yang lain. Tujuan utama pengajaran sastra sendiri untuk

membina apresiasi sastra agar siswa mampu memahami, menikmati dan

menghargai suatu karya sastra. Effendi (1994: 144) mengemukakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

3

apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-

sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan

kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Artinya, mau tidak mau

siswa dibiasakan untuk terjun langsung atau membaca sendiri suatu karya

sastra. Pada proses membaca inilah siswa menemukan keindahan dari karya

sastra yang dibacanya. Misalnya, cara pengarang menyusun alur cerita,

menciptakan tegangan, melukiskan perwatakan tokoh, dan sebagainya.

Salah satu karya sastra yang dapat diajarkan pada siswa adalah karya

sastra novel. Kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup

mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat

kemampuannya masing-masing secara perorangan (Rahmanto, 1988: 66).

Novel adalah salah satu karya sastra yang dibangun oleh beberapa unsur.

Unsur yang terdapat pada novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri,

seperti, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa. Unsur

ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra dan

mempunyai nilai-nilai tertentu.

Peneliti akan melakukan penelitian pada jenis karya sastra novel.

Peneliti memilih novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual

karena pendekatan ini dapat membuat pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia lebih menarik dan siswa dituntut berpikir kritis. Siswa dipacu untuk

menghubungkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

4

Dengan mengaitkan keduanya, siswa melihat makna di dalam tugas sekolah.

Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang diolah secara kreatif. Setiap peristiwa mengandung konflik yang

mendorong pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini. Novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran

sastra untuk diterapkan di SMA kelas XI semester 1. Dalam penelitian ini,

peneliti mengkaji lebih dalam salah satu unsur intrinsik novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yaitu unsur alur. Peneliti melakukan

penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur

dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan

diteliti adalah bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya

Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual

dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

5

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada hal-hal sebagai

berikut.

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya tentang pembelajaran alur dan pengaluran.

2. Memberikan masukan kepada sekolah mengenai pembelajaran alur dan

pengaluran pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Membantu guru dan mendorong semangat belajar siswa dalam proses

belajar mengajar.

4. Memberi masukan pada peneliti lain dalam mengadakan penelitian dari

segi sastra dan implementasinya dalam dunia pendidikan.

E. Batasan Istilah

Untuk mempelajari penelitian ini, peneliti memberikan batasan-

batasan istilah yang penting dan mendukung dalam pemahaman.

1. Novel

Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering

memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur,

seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar

(Rahmanto, 1988: 70).

2. Pendekatan kontekstual

Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning

(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

6

materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2007: 71).

3. Sastra

Rahmanto (1988: 10) mengatakan bahwa sastra mengandung

kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan

dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan

dan pikiran.

4. Pengaluran

Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda

berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.

Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria

urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153).

5. Alur

Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah

jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan,

keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan

sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55).

6. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

implementasi kurikulum, yang mecakup kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta

penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2009: 133).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

7

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per

unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich,

2007: 53).

F. Sistematika Penyajian

Dalam penelitian ini, sistematika penyajiannya terdiri dari Bab I, Bab

II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika

penyajian. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan,

kajian teori. Bab II Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan

jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data,

pembahasan pembelajaran kontekstual, implementasi pembelajaran alur novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dalam pembelajaran sastra.

Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Yang Relevan

Lilis Yuliati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan

Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan Hasil Siswa dalam Pembelajaran

Apresiasi Novel”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil siswa

dalam mengapresiasi sastra novel menggunakan pendekatan kontekstual

metode penelitian tindakan kelas menunjukan adanya peningkatan mulai dari

hasil tes awal siklus I sampai dengan siklus III setelah mendapat perlakuan

yaitu melalui tes akhir siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut berarti

penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil siswa dalam

pembelajaran apresiasi novel di kelas VIII SMP Negeri 5 Cimahi.

Penelitian yang dilakukan Mochamad Faizal Mohtarom (2013)

berjudul “Pendidikan Karakter yang Ditemukan dalam Unsur-unsur Intrinsik

Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata” menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif. Peneliti memilih metode deskriptif untuk memaparkan

narasi dan dialog yang menggunakan pendidikan karakter. Penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan pendidikan karakter yang ditemukan di dalam

unsur-unsur intrinsik novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Hasil

penelitian ini disimpulkan bahwa unsur intrinsik saling berhubungan

membentuk karakter seseorang.

Kedua penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena

mengangkat pembelajaran sastra di sekolah. Pada penelitian ini, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

9

melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami untuk Siswa Kelas XI Semester 1”. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian milik Lilis Yuliati adalah menggunakan pendekatan

kontekstual, sedangkan penelitian milik Mochamad Faizal Mohtarom adalah

sama-sama menganalisis unsur intrinsik novel. Hal yang membedakan adalah

peneliti hanya menganalisis satu unsur intrinsik novel, yaitu alur.

B. Landasan Teori

1. Hakikat Novel

Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki

struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar,

perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar (Rahmanto, 1988:

70). Sumardjo (1983: 65) mengatakan bahwa novel sering diartikan sebagai

hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa

menjelang perkawinannya setelah mengalami masa percintaan, atau bagian

kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah

salah satu karya sastra yang mempunyai beberapa unsur pembangun dan

menceritakan kehidupan seseorang. Cerita kehidupan seseorang dapat

mendorong pembaca untuk menemukan nilai-nilai estetika. Novel dapat

dijadikan bahan ajar bagi para guru dalam proses belajar karena sudah sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

10

2. Unsur Intrinsik

Dalam kegiatan menganalisis sebuah karya sastra, agar peneliti dapat

memahami isi dan jalan cerita di dalamnya diperlukan pemahaman khusus

terhadap unsur-unsur intrinsik yang membangun dan membentuk karya sastra

itu. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur,

yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling

menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata,

bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu

unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah

yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud

(Nurgiyantoro, 2005: 22). Jadi, karya sastra yang baik memiliki unsur yang

membangun karya sastra itu sendiri sehingga terbentuk sebuah totalitas.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menguraikan salah satu unsur

yaitu unsur alur.

a. Pengertian Alur

Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah fiksi adalah jalannya

cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu

mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah

penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). Pada prinsipnya, seperti juga bentuk-

bentuk sastra lainnya suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan

(beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju suatuakhir

(ending). Yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi,

komplikasi, dan resolusi (atau denouement) (Tarigan, 1994: 126).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

11

b. Struktur Alur

Alur menyajikan urutan waktu. Penyajian alur tak melulu

menghadirkan urutan peristiwa secara urut kronologis dan runtut.

Pengarang menggunakan daya kreativitasnya untuk menempatkan waktu

peristiwanya sendiri. Artinya, tahapan awal cerita tidak harus berada di

awal cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian

mana pun.

Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola

tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan.

Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1992: 30):

Berikut penjelasan mengenai struktur alur menurut Sudjiman (1991: 36).

1. Awal

a. Paparan

Penyampai informasi kepada pembaca disebut paparan atau

eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu

cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan,

melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca

mengikuti kisahan selanjutnya (Sudjiman, 1991: 32).

Awal

• Paparan (exposition)

• Rangsangan (inciting moment)

• Gawatan (rising action)

Tengah

• Tikaian (conflict)

• Rumitan (complication)

• Klimaks

Akhir

• Leraian (falling action)

• Selesaian (denaument)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

12

b. Rangsangan

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang

tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat

pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang

merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan

tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa

lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1991: 32).

c. Gawatan

Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul

oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan

(Sudjiman, 1991: 32).

2. Tengah

a. Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat

adanya dua kekuatan yang bertentangan; satu diantaranya diwakili

oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam

cerita (Sudjiman, 1991: 34−35).

b. Rumitan

Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks

cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1991: 35).

c. Klimaks

Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak

kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan mencapai puncak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

13

kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting.

Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan

mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari

klimaks (Sudjiman, 1991: 35).

3. Akhir

a. Leraian

Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang

menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian

(Sudjiman, 1991: 35).

b. Selesaian

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian

boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan

(happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah

yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga

pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita

sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang

penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian

(Sudjiman, 1991: 36).

c. Pengaluran

Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda

berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.

Pembedaan plot yang dikemukakan di bawah ini didasarkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

14

tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro,

2005: 153).

1. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu

Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang

bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan peristiwa-

peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan

dengan logika cerita (Nurgiyantoro, 2005: 153). Secara teoretis, kita

dapat membedakan plot ke dalam dua kategori: kronologis dan tidak

kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju, atau dapat

juga dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot-balik,

mundur, flash-back, atau dapat juga disebut sebagai regresif

(Nurgiyantoro, 2005: 153).

Plot lurus atau progresif merupakan plot sebuah novel

dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat

kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau:

menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian.Atau,

secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan,

pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir

(penyelesaian) (Nurgiyantoro, 2005: 154). Plot sorot-balik atau flash-

back merupakan urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi

yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai

dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

15

logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap

akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro,

2005: 154). Plot campuran barangkali tidak ada dalam novel yang

secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik.

Secara garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di

dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-

adegan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Bahkan sebenarnya,

boleh dikatakan, tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak

flash-back (Nurgiyantoro, 2005: 156).

2. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah

Kriteria jumlah yang dimaksudkan sebagai banyaknya plot

cerita yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin

hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung

lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah novel (fiksi) yang

berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan sub-

subplot (Nurgiyantoro, 2005: 157).

Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya

mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh

utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya

mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan

permasalahan dan konflik yang dialaminya. Cerita yang demikian

mirip dengan biografi seseorang, atau bahkan memang berupa novel

biografi (Nurgiyantoro, 2005: 157).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

16

Plot sub-subplot, sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih

dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang

tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik

yang dihadapinya. Struktur plot yang demikian dalam sebuah karya

barangkali beruba adanya sebuah plot utama (main plot) dan plot-plot

tambahan (sub-plot) (Nurgiyantoro, 2005: 158).

3. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan

Kriteria kepadatan yang dimaksudkan sebagai padat atau

tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya

fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung

susul-menyusul secara cepat, tetapi mungkin juga sebaliknya.

Keadaan pertama digolongkan sebagai karya yang berplot padat,

rapat, sedang yang kedua berplot longgar, renggang (Nurgiyantoro,

2005: 158).

Plot padat merupakan cerrita disajikan secara cepat, peristiwa-

peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan

antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah

selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya (Nurgiyantoro,

2005: 159). Plot longgar dalam novel merupakan pergantian peristiwa

demi peristiwa penting (baca: fungional) berlangsung lambat di

samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar.

Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai

oleh berbagai peristiwa “tambahan”, atau berbagai pelukisan tertentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

17

seperti penyituasian latar dan suasana, yang kesemuanya itu dapat

memperlambat ketegangan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 160).

4. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi

Kriteria isi yang dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah,

kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi,

sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara

keseluruhan daripada sekedar urusan plot (Nurgiyantoro, 2005: 162).

Stevick (dalam Nurgiyantoro, 2005: 162) membedakan plot jenis ini

ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot a fortune),

plot tokohan (plot of character), dan plot pemikiran (plot of thought).

Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan

nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh (utama) cerita yang

bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan

tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot pemikiran

mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan,

perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi

masalah hidup dan kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2005: 160).

3. Pendekatan kontekstual

a. Definisi Kontekstual

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi

belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,

tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

18

baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam

kehidupannya (Muslich, 2007: 41).

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich (2007: 42), pembelajaran kontekstual memiliki

tujuh karakteristik, yaitu:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu

pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam

konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan

dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,

saling mengoreksi antarteman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu

dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other

deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work

together).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

19

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan

(learning as an enjoy activity).

c. Komponen Pendekatan kontekstual

Menurut Muslich (2007: 43), pembelajaran pendekatan

kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism

(konstruktivism, membangun, membentuk), questioning (bertanya),

inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat

belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik),

authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsip-prinsip dasar

ketujuh komponen menurut Muslich (2007: 44) terlihat pada penjelasan

berikut.

a) Konstruktivisme

Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)

pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan

siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan

produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta

dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan

untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

b) Bertanya (questioning)

Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL.

Pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

20

Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang

bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa

untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan

kemampuan berpikir siswa.

c) Menemukan (inquiry)

Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat

seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang

dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk

pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

d) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari

kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar

menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia

bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa

menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak

tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua

arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh

masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu

informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

21

informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa

(Trianto, 2009:116).

e) Pemodelan (modelling)

Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran

keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru

siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan

melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli

dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk

memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu

tubuh pasien (Trianto, 2009: 117).

f) Refleksi (reflection)

Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan

yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah

cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.

Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang

baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang

berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Trianto,

2009: 118).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

22

g) Penilaian autentik (authentic assessment)

Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau

informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian

autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan

menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran

berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.

d. Penerapan CTL dalam Kelas

Menurut Trianto (2009: 111) secara garis besar langkah-langkah

penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Selanjutnya, peneliti merumuskan langkah-langkah pendekatan

kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

23

a. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami

Siswa terlebih dahulu membaca novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami supaya dapat membuat

ringkasan/sinopsis bacaan tersebut. Sinopsis dibuat agar

mempermudah isi dari bacaan.

b. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami

Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan

kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan

merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa

yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?”

c. Pemodelan

Guru menyiapkan contoh analisis novel kepada peserta

didik. Tujuan pemberian contoh itu supaya dapat menjadi acuan

siswadalam menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami.

d. Bertanya

Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong

rasa ingin tahu mereka dalam menemukan unsur alur novel

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

24

e. Belajar kelompok

Kegiatan belajar dalam kelompok akan menjadi kegiatan

menyenangkan dan menambah pengetahuan peserta didik.

Siswadapat saling bertukar pendapat mengenai unsur alur novel.

Pembicaraan dengan teman sebaya akan membuat mereka lebih

nyaman dan rileks sehingga proses belajar tidak membosankan.

f. Penilaian autentik

Tujuan dilaksanakannya penilaian autentik atau penilaian

sebenarnya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana

siswapaham terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan

tugas untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

e. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich (2007: 49–50 ), beberapa strategi yang dapat

dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain

sebagai berikut.

a) Pembelajaran berbasis masalah

Siswa terlebuh dahulu diminta untuk mengobservasi suatu

fenomena kemudian mencatat permasalahan-permasalahan yang

muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam

memecahkan masalah yang ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

25

b) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman

belajar

Penugasan yang diberikan oleh guru dapat dilakukan di luar

kelas. Siswa diharapkan akan memperoleh pengalaman belajar

tentang apa yang dipelajarinya.

c) Memberikan aktivitas kelompok

Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas

perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk

berhubungan dengan orang lain.

d) Membut aktivitas belajar mandiri

Siswamampu mencari, menganalisis, dan menggunakan

informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.

e) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat

Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa

yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.

f) Menerapkan penilaian autentik

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat

membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan

kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan

tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

26

4. Pembelajaran Sastra di SMA

Masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana

pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk

pendidikan secara utuh. Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra

dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4

manfaat, yaitu membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan

budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Pengajaran sastra yang dilakukan secara tepat yang disajikan kepada siswa

harus sesuai dengan kemampuan siswanya. Tanpa adanya kesesuaian antara

siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan akan gagal.

Guru pun perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan

pengajaran sastra dalam melaksanakan pembelajaran.

Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu

perlu ditentukan standar kompetensi yang berisi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman

belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui

pencapaian standar kompetensi. Materi dikembangkan dalam bebrapa aspek

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu silabus, rencana pelaksana

pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar.

a. Silabus

Silabus diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu

kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

27

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan

standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2009: 132–133).

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,

serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan penjabaran lebih rinci

dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal

memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus

dimiliki oleh siswasehubungan dengan suatu mata pelajaran (Mulyasa,

2009: 133). Manfaat silabus yaitu berfungsi sebagai pedoman dalam

pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,

dan pengembangan sistem penilaian.

Berikut prinsip yang mendasari pengembangan silabus menurut

Muslich (2007: 25–26):

1. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan.

2. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian

materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

28

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual

peserta didik.

3. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

4. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,

sumber belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian

kompetensi dasar.

6. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu,

teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa

yang terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

29

7. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi

keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang

terjadi di sekolah dan tututan masyarakat.

8. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi

(kognitif, afektif, psikomotor).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan Pembelajaran atau biasa disebut Rencana

Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per

unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu

sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran

secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap

(aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53).

Terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi

perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. Dalam fungsi

perencanaan, RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap

melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.

Komponen-komponen RPP yang harus dipahami guru dalam

menyukseskan implementasi KTSP, antara lain kompetensi dasar, materi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

30

standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator hasil belajar,

evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis sekolah atau school

based exam (SBE). Sedangkan dalam fungsi pelaksanaan, RPP harus

disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan

beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang

aktual. RPP berfungsi untuk mengefektifan proses pembelajaran sesuai

dengan apa yang direncanakan (Mulyasa, 2009: 155–156).

Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian

siswaterhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan bahan

kajian. Mulyasa (2009: 157) mengemukakan prinsip yang harus

diperhatikan dalam pengembangan RPP sebagai berikut.

a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret

kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi

tersebut.

b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik.

c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP

harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas

pencapaiannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

31

e) Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksanan program di

sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim

(team teaching) atau moving class.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia

Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan

arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Mulyasa, 2009:

231). Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini

diharapkan siswadapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan. Guru dapat

mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD sesuai dengan

perkembangan kompetensi bahasa peserta didik.

Berikut Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Dasar

Sekolah Menengah Atas kelas XI Semester 1 mengenai menganalisis

unsur-unsur intrinsik novel.

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1 Membaca

1. Memahami berbagai

hikayat, novel

Indonesia/novel

terjemahan

7.2 Menganalisis unsur-unsur

intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis salah satu

unsur intrinsik yaitu alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini

mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Produk yang akan dihasilkan adalah

silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

B. Metode Penelitian

Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam

usaha memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010: 56). Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

33

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti memilih metode

deskriptif untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami karena metode ini tidak terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan data saja melainkan nantinya dilanjutkan

dengan menganalisa dan menginterpretasi tentang data tersebut. Peneliti akan

menguraikan sendiri data-data yang telah diperoleh dengan maksud untuk

mempermudah memahaminya secara teoritis.

C. Sumber Data

Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data

diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novel, cerita pendek,

drama dan puisi (Siswantoro, 2010: 72). Sumber data dalam penelitian ini

adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Judul Buku : Pengakuan Eks Parasit Lajang

Pengarang : Ayu Utami

Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit : Februari 2013

Jumlah Halaman : 306

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data (Sugiyono, 2010: 224). Teknik yang digunakan adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

34

1. Teknik baca

Peneliti membaca keseluruhan isi cerita novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami.

2. Teknik catat

Peneliti mencatat hal-hal penting berkaitan dengan unsur alur dan

pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.

Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket.

Tetapi di dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang

berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima

perlakuan tertentu (treatment). Data diperoleh secara alamiah dari teks

berdasar parameter atau kriteria tertentu (Siswantoro, 2010: 73).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti diantaranya peneliti

membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami kemudian

dilanjutkan mencatat unsur alur novel. Peneliti mendeskripsikan unsur alur

dan pengaluran dan dikaitkan dengan hal-hal yang mendukung terbentuknya

alur tersebut menggunakan metode kontekstual yang kemudian dihubungkan

ke dalam pembelajaran sastra di SMA. Terakhir, peneliti menyusun laporan

akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

35

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari

tiga bab. Data yang akan dianalisis berupa kutipan kalimat yang terdapat pada

novel tersebut. Peneliti akan menganalisis unsur alur dan pengaluran yang

terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, kemudian akan

mengimplementasikan bab satu dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI

semester I dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Alasan peneliti memilih pembelajaran sastra dengan pendekatan

kontekstual adalah metode ini dapat membuat siswa berpikir kritis dalam

mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran sastra

dengan pendekatan kontekstual dimaksudkan untuk memperkenalkan nilai-

nilai yang dikandung karya sastra kepada siswa yang nantinya siswa mampu

menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.

B. Hasil Penelitian

Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur

alur dan pengaluran dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami sebagai berikut.

1. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

Siswa membuat sinopsis cerita novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami. Tujuan dibuatnya sinopsis agar memudahkan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

36

mengetahui isi dari bacaaan. Berikut ini sinopsis novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang.

Saat masih anak-anak A tinggal di kota hujan. Ayah yang bekerja

sebagai seorang jaksa memiliki karakter galak, berbeda dengan ibunya yang

lemah lembut. A memiliki dua bibi, sebut saja Bibi kurus dan Bibi gendut.

Kedua bibi A telah mengadu domba ayah dan ibunya. Mereka mengatakan

kepada ayahnya bahwa sebenarnya ibunya selingkuh. Perselingkuhan terjadi

saat sang ayah mendapatkan tugas keluar kota. Ayahnya murka. Ibunya

menangis. A melihat bahwa kedua bibinya menjadi jahat karena mereka iri.

Mereka belum menikah juga.

Pada usia kedua puluh, A berkeinginan untuk melepaskan

keperawanannya. A tidak menyukai budaya Patriarki di Indonesia.

Keperawanan kemudian menjadi hal yang sangat diagungkan. Wanita yang

sudah tidak perawan dirasa tidak terhormat lagi. Vagina menjadi hal yang

begitu sensitif. Masalah muncul kepada siapa A akan melepaskan

keperawanannya.

A memiliki dua pacar. Mat, laki-laki yang suka mengapelinya dengan

mobil. Nik, laki-laki sederhana yang suka bepergian menaiki sepeda motor. A

harus memilih salah satu dari mereka. Pilihan A jatuh kepada Nik. Hubungan

mereka hanya bertahan kurang lebih selama setahun. A pun sempat menjadi

wanita simpanan pria beristri. Hingga kemudian A bertemu dengan Rik yang

kini menjadi pendamping hidupnya. Bukan berarti A dapat setia dengan

pasangannya, A juga mengkhianati Rik. A tidak bisa setia dengan laki-laki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

37

Keinginannya untuk tidak menikah pada saat kanak-kanak sudah tidak

berlaku lagi. A dewasa mantap memutuskan untuk menikah. A yang dulu

hidup melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum Patriarkal kemudian

menemukan kedamaian di dalam gereja. Namun disaat dirinya mulai

menemukan hidup baru, Nik meninggal.

2. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami

Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan kegiatan

pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan merangsang munculnya

pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Bagaimana ending cerita itu?”

Siswa menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan penahapan alur yang

dikemukakan oleh Sudjiman (1992: 30–36) yang meliputi bagian awal,

tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, gawatan.

Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Bagian akhir meliputi

leraian dan selesaian. Untuk mempermudah, peneliti menganalisis alur dalam

beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami.

a. Bab Satu

Alur yang menonjol dalam bab satu novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang adalah paparan, rangsangan dan gawatan (tahap awal), tikaian,

rumitan dan klimaks (tahap tengah).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

38

1) Paparan

Siswa mulai menentukan paparan yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang.

Paparan biasanya merupakan fungsi awal suatu cerita. Tentu saja

bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan

sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya

(Sudjiman, 1991: 32).

Cerita bermula dari tokoh A yang sedang bercermin. Ia menyadari

perubahan pada bentuk tubuhnya dari masa kanak-kanak menjadi wanita

dewasa. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

(1) Bayangkanlah aku. A namaku, gadis duapuluh tahun. Aku

memandang ke dalam cermin. Sesungguhnya aku terlambat

tumbuh menjadi wanita. Terlalu lama aku menjadi anak-anak

(Utami, 2013: 7).

Kemudian A mulai menyukai bagian-bagian tubuhnya. Ia sadar

betul setiap orang tidak sempurna secara fisik. Kekurangan yang

dimilikinya tidak lantas membuat dirinya minder. A menutupi

kekurangannya dengan berdandan, sedangkan kelebihan yang Ia miliki

mampu menarik perhatian lawan jenisnya. Hal tersebut dibuktikan dalam

kutipan berikut.

(2) Baru sekarang kubiarkan rambutku berbentuk, sedikit melebihi

bahu. Aku mulai memperhatikan kelebihan dan kekurangan

wajahku. Aku mulai menggambar garis mata dan alisku. Aku

mulai menatapi tubuhku dalam takjub. Baru sekarang aku

menyukai lekuk pinggangku, atau menyenangi

buahdadaku−sambil berharap bahwa keduanya masih bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

39

tumbuh lebih besar. (Itu, kau tahu, tak mungkin. Kecuali jika

seluruh bagian lain ikut bertambah besar juga.) (Utami, 2013:

7)

(3) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi

tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar.

Ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang

kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman

indah menghisap di masa kanak. Aku tahu. Tapi, pengetahuan

bahwa aku kini memiliki tubuh itu menciptakan rasa ganjil.

Ya, kini; sebelumnya tidak demikian. Tubuh yang baru ada

padamu kini akan membangkitkan hasrat lelaki. Mengetahui

itu sungguh aneh. Sekaligus menyenangkan. Semakin kau

memikirkannya, semakin kau tak faham (Utami, 2013: 8).

Kutipan selanjutnya menceritakan tentang pengarang yang

menggambarkan bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Pengandaian itu

gambaran dari niatan A untuk melepas keperawanannya.

(4) Setelah kau mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau

memang harus pergi dari taman surgawi itu. Sekalipun tidak

ada malikat yang mengusirmu, selain dirimu sendiri. Persisnya

demikian: Setelah kau mengalami rasa pengetahuan... ya, rasa

yang menakjubkan itu, rasa yang sekaligus membuatmu

makhluk fana... taman itu akan lenyap dengan sendirinya

bagimu, seperti istana pasir yang perlahan ditiup angin (Utami,

2013: 10).

Pengarang tidak lupa menyisipkan butir-butir yang memancing

pembacanya untuk mengikuti kisah selanjutnya. Hal ini terdapat pada

kutipan berikut.

(5) Begitulah, sekali lagi, aku telah memutuskan untuk menutup

masa perawanku. Tapi siapa lelaki itu? (Utami, 2013: 11).

(6) Aku melangkah keluar taman surgawi. Kututupkan daun-daun

gerbangnya yang sunyi. Lalu, ketika aku telah berada di luar,

aku berpikir-pikir. Sesungguhnya aku tidak punya gambaran

yang nyata tentang lelaki yang kuinginkan. Aku tidak punya

kriteria. Aku tidak punya kesadaran apapun mengenai lelaki

ideal (Utami, 2013: 11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

40

Kutipan diatas membuat kita bertanya-tanya, siapa laki-laki yang

dipilih oleh A.

2) Rangsangan

Kegiatan selanjutnya adalah siswa menemukan rangasangan dalam

novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru

yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan

oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang

semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan

disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan

(Sudjiman 1992: 32).

Rangsangan yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami adalah ketika A memulai aktivitas pertamanya

menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. A anak Fakultas Sastra. Hal

ini terdapat pada kutipan berikut.

(7) Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di

Taman Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok.

Itu adalah tahun ketika kampus UI mulai dipindahkan dari

bangunan perkotaan Jakarta yang berpencaran ke sebuah

taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu Depok

masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih

dan berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau

harus melalui gurun gamping berdebu. Di tengah taman ada

bukan pohon pengetahuan melainkan danau. Kampus-kampus

di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju danau itu. Di

antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua

kampus yang penting dalam hidupku (Utami, 2013: 12).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

41

Kutipan di bawah ini menceritakan tentang bagaimana A tertarik

dengan Nik. A memuji ketampanan yang dimiliki oleh Nik. Hal ini dapat

ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(8) Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar

kemerahanan. Bulu-bulu kumisnya masih begitu halus dan

perawan, tetapi alisnya tegas. Giginya berbaris rapi alami,

kecil baik, pada rahangnya yang kekar. Kelak aku tahu gigi

seri bawahnya bukan empat melinkan lima. Ia tampan. Kelak

aku tahu bahwa Ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik

dalam gaun biru dengan bibir merah segar (Utami, 2013: 13).

Kutipan di bawah ini menceritakan kekecewaan yang dirasakan A.

Nik pergi meninggalkannya begitu saja karena melihat perbedaan

keyakinan di antara mereka. Disaat A mulai melupakan Nik, muncullah

Mat. Mat tidak mempersoalkan perbedaan keyakinan. Sejak pertemuan

pertama kali, Mat selalu menemani A.

(9) Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama,

seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius,

melainkan matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari

keluarga Islam juga. Tapi dia jauh lebih rileks. Ia tak peduli

kalung salib. Ia adalah ketua grup penataran kami. Ia sedikit

lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk. Pipinya menunjukkan

bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih terbuka

dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu

mengiringi aku, juga di saat-saat istirahat (Utami, 2013: 14).

Setelah bertemu dengan Mat, A sudah merasa siap untuk melepas

keperawanannya. A sempat berpikir bahwa dia akan melakukan

persetubuhan yang pertama kali dengan Mat.

(10) Maka tibalah masa itu. Umurku memasuki tahun keduapuluh.

Aku telah siap untuk menutup masa perawanku. Aku telah

berani untuk mengalami persetubuhan yang sesungguhnya.

Aku pikir pada akhirnya aku akan melakukannya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

42

Mat. Aku sayang dan senang padanya. Tapi... (Utami, 2013:

18)

3) Gawatan

Siswa diminta menemukan gawatan dalam novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh

manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita

(Sudjiman, 1991: 34–35) .

A memiliki dua pacar. Dia selalu dihantui perasaan

ketidakpantasan mencintai dua pria sekaligus. Nik tahu bahwa ia

mempunyai saingan, tetapi Mat tidak tahu bahwa dia mempunyai musuh.

A harus memilih salah satu agar tidak ada hati yang tersakiti. A juga

tidak mau dihantui rasa bersalah.

(11) Tapi pertanyaan tentang ketidakadilan hidup yang menghantui

itu juga terlalu jauh untuk dijawab, sementara persoalanku

sekarang begitu nyata dan mendesak: aku punya pacar dua

dan aku harus memutuskan salah satu. Siapa yang harus

kupilih? Jawabannya sebetulnya sudah jelas. Tapi, kenapa

aku memilih dia? Bagaimana mempertanggungjawabkan

pilihan itu? Pertanyaan ini sulit, sebab memaksa aku

membuat perhitungan yang menyedihkan tentang manusia.

Dalam hati kecilku aku tahu bahwa manusia tidak pantas

diterapkan dalam skala nilai. Manusia tidak akan bahagia

dibegitukan. Skala penilaian akan menghasilkan manusia

super dan manusia pecundang. Dan itu sangat menyedihkan

(Utami, 2013: 21).

A memiliki sahabat, namanya Tri. A menceritakan apapun

termasuk tetang kedua pacarnya, Nik dan Mat. Tri sangat memahami

sifat A. Hanya pada Tri, A berani menceritakan apapun yang dialaminya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

43

(12) Aku punya sahabat. Tri namanya, temanku sejak umur dua

belas tahun. Kami pernah jatuh cinta pada lelaki yang sama di

SMP. Tak satu pun diantara kami berdua mendapatkan lelaki

itu. Selepas SMP pemuda itu menghamili anak orang. Aku

dan Tri diam-diam merasa lega bahwa kami yang tomboy ini

tidak menarik hatinya sehingga tak menjadi hamil. Peristiwa

itu menambah erat hubunganku dengan Tri. Lebih-lebih lagi,

aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya

adalah pacar Tri di SD. Berbagi ketertarikan yang sama, aku

percaya bahwa Tri memahami kecenderungan-

kecenderunganku, yang paling konyol sekalipun. Hanya

padanya aku berani cerita tentang si pecinta alam celana

rombeng yang bagaimanapun sempat membangkitkan

gairahku (Utami, 2013: 24).

A memutuskan hubungannya dengan Mat. A memberikan alasan

yang rasional tetapi Mat tidak menerimanya. Kemudian Mat bercerita

kepada Tri, sahabat A. Tri mendengarkan secara langsung keluh kesah A

dan sekarang dia mendengarkan lagi keluh kesah Mat. Sampai akhirnya

Mat menerima dengan lapang dada bahwa A sudah memiliki Nik. Hal ini

ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(13) Di tengah kegalauannya, Mat pun mengadu pada sahabatku,

Tri. Tri mendengarkan entah dengan perasaan apa. Mat

curhat sampai akhirnya ia menemukan bahwa aku memang

sudah punya pacar baru, Nik, yang sedang menikmati

kemenangan yang apa-boleh-buat. Tapi Nik tidak tahu−tak

seorangpun tahu−bahwa bertahun-tahun kemudian akan tiba

gilirannya curhat pada Tri dengan air mata bercucuran. Dan

Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai

ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatan-

perbuatanku (Utami, 2013: 28).

4) Tikaian

Siswa menemukan tikaian yang terdapat pada bab satu novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

44

Tikaian ialah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua

kekuatan yang bertentangan; satu di antaranya diwakili oleh

manusia/pribadi yang biasanya menjadi protagonis di dalam cerita.

Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam

dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pun pertentangan antara

dua unsur di dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1991: 34–35).

Pertikaian terjadi ketika Nik berbicara dengan A tentang

kesediannya untuk mengatakan bahwa A memilih dirinya kepada Mat.

Nik begitu mencintai dirinya. Nik tak mau berbagi dengan yang lain. Hal

ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(14) Nik belum pernah disentuh perempuan. Dengan pengalaman

barunya, tentu ia segera ingin memiliki aku seorang diri. Ia

tak mau lagi berbagi dengan Mat. Dengan baik-baik ia bilang

padaku, apakah aku membutuhkan dia untuk mengatakan ini

pada Mat. Apakah aku memerlukan dia untuk menghadapi

Mat dan memberitahu bahwa aku telah memilih dia (Utami,

2013: 25).

A memberanikan diri untuk bicara dengan Mat. Hubungan mereka

tidak bisa dilanjutkan. Mat terkejut dan bertanya-tanya alasan A

memutuskannya. Padahal Mat merasa bahwa hubungannya selama ini

baik-baik saja. A beralasan bahwa Mat tidak bisa diandalkan. Hal

tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

(15) Kujawab Nik, “Biar aku yang bicara dengan Mat.”

Akhirnya aku bicara dengan Mat, dengan alasan yang tak

bisa kulupakan seumur hidupku. Kubilang padanya aku mau

hubungan ini berakhir. Tentu ia terkejut dan bertanya kenapa.

Sebab ia sangat senang dengan hubungan ini dan tidak

merasa ada persoalan sama sekali. Bahkan ibu dan kakak-

kakaknya senang juga padaku. Itulah. Kubilang ada masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

45

Ternyata ada masalah. Sebab ia malas. Prestasi akademiknya

kurang. Indeks prestasinya di bawah angkaku. Kredit yang ia

ambil per semester kurang dari yang kuambil. Bahkan aku

sampai harus ikut membuatkan tugas kuliahnya. Lalu aku

mengatakan hal yang aku malu bahwa aku sampai hati

mengatakannya: Lelaki tidak boleh begitu. Lelaki kan akan

jadi kepala keluarga. Dia akan jadi pemimpin. Dia harus lebih

dari perempuan (Utami, 2013: 26).

Mat menyayangkan alasan A memutuskan hubungan dengannya.

Dia tidak terima. Sebelum mereka resmi menjadi kekasih, tidak ada

perjanjian khusus yang mereka buat. Tidak ada larangan harus begini

begitu. Semua berjalan begitu saja. A yakin bahwa alasan yang

dikatakannya sudah tepat. Alasan yang menurutnya tidak menyakiti hati

Mat dengan sudah adanya orang lain dihatinya. Hal ini dibuktikan dalam

kutipan berikut.

(16) Mat memandangi aku dengan tidak percaya. Aku tak bisa

melupakan matanya. Soal indeks prestasi itu kan tidak ada

dalam perjanjian di awal hubungan? Dulu tidak jadi masalah,

kok sekarang tiba-tiba jadi masalah? Ia tidak mengatakannya,

tetapi aku merasa matanya berkata begitu (Utami, 2013: 27).

(17) Tapi aku merasa harus memberi alasan yang rasional untuk

mengakhiri hubungan. Atau tampak rasional. Masa aku

memutuskan Mat dengan bilang karena sekarang ada Nik?

Dan aku memang tidak mau mengaku bahwa sudah ada Nik.

Yang kulakukan sesungguhnya membikin rasionalisasi untuk

bisa memuluskan jalan bagi Nik. Ya, aku mencari-cari

pembenaran yang tampak masuk akal untuk melancarkan

kehendak dan nafsuku sendiri, meskipun pada saat itu aku

belum mau mengakuinya. Aku membikin alasan agar ia

gugur dan Nik menempati tempat yang syarat-syaratnya

memang kusiapkan untuk dia (Utami, 2013: 27).

5) Rumitan

Siswa diminta menemukan rumitan yang terdapat pada bab satu

novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

46

Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita

disebut rumitan (Sudjiman, 1992: 35).

Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang

memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk

menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992: 35).

Setelah memutuskan hubungannya dengan Mat, A menimbang-

nimbang kembali keputusannya untuk menyerahkan keperawanannya

dengan Nik. A melihat gambaran tiap-tiap keluarga yang taat memeluk

agamanya. Tidak ada yang membenarkan melakukan hubungan seksual

di luar pernikahan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

(18) Sementara ini, kini Nik adalah pacarku ketika usiaku

duapuluh tahun dan aku merasa matang untuk menutup masa

perawanku. Aku mau melakukannya dengan Nik, meskipun

aku belum yakin betul dengan keputusanku. Sebab,

sesungguhnya kami berdua datang dari keluarga yang taat

agama. Melepaskan keperawanan sebelum pernikahan tidak

pernah merupakan ajaran dalam keluarga kami (Utami, 2013:

30).

Semasa kecil keduanya adalah anak yang religius. A selalu rajin

pergi ke gereja dan membaca Alkitab. Nik tidak pernah lupa menjalankan

salat lima waktu dan membaca Qur’an. Hal ini dibuktikan dalam kutipan

berikut.

(19) Nik maupun aku adalah adalah anak yang religius di masa

bocah. Kami masing-masing punya ketertarikan pada agama

lebih dibanding saudara-saudara kandung kami. Aku suka

membaca Alkitab sejak kecil. Nik pernah menjuarai lomba

Musabaqah Tilawatil Qur’an. Katanya orang mengagumi

suara sengaunya yang bagus untuk melantunkan kitab suci.

Pada suatu periode di masa remaja, aku ke gereja hampir

setiap pagi. Nik tidak pernah melalaikan salat lima waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

47

Aku pernah ingin menjadi biarawati. Nik masih bercita-cita

punya rumah di sebelah mesjid dan ia sangat rindu untuk

membisikkan adzan di telinga bayinya begitu lahir (Utami,

2013: 30).

Usia keduapuluh membuat A semakin ingin mencoba hal baru

yang ia temukan dalam tubuhnya sebagai perempuan. A bertanya

kesediaan Nik melakukan hubungan seksual dengannya. Tidak ada

perasaan takut akan dosa ketika menanyakannya. Seperti kutipan berikut.

(20) Dan usiaku duapuluh. Usia tatkala manusia baru saja

memiliki tubuh mudanya dan penuh dorongan untuk

mencoba tubuh yang baru itu. Aku bertanya, tidak dengan

genit, kepada Nik: apakah ia mau melakukan itu sebelum

menikah. Aku memang betul-betul ingin tahu pendapatnya

secara umum, bukan mau mengajaknya sekarang. Untuk

urusan itu tak perlu ajak-mengajak. Sebaliknya malah, jika

kita tidak menahan diri hal itu pasti akan terjadi dengan

sendirinya. Lagipula aku punya banyak waktu lain untuk

genit. Dan tanpa genit pun aku tahu tubuh baruku ini menarik

(Utami, 2013: 31).

Namun A mendapati jawaban Nik menolak ajakannya. Nik tidak

akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan Nik sadar betul

bahwa itu dosa. A dapat membaca keraguan yang ada pada diri Nik, Nik

berkata tidak tetapi tubuhnya menginginkannya. Hal ini dibuktikan dalam

kutipan berikut.

(21) Nik menjawab dengan yakin: “Tidak akan.” Ia bilang dengan

mantap, ia tidak akan bersetubuh sebelum menikah meskipun

ia sangat suka perempuannya. Ia tidak mau berzinah. Itu

dosa.

Tapi beberapa saat kemudian aku melihat wajahnya

menampakkan keraguan.

Aku telah mulai tahu. Anak muda yang datang dari keluarga

kelas menengah dengan nilai-nilai konservatif punya per

tarungan batin yang kurang lebih sama. Nilai-nilai mereka

melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan (Utami, 2013:

31–32).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

48

Kutipan di bawah ini mengungkapkan bahwa perempuan yang

terhormat adalah mereka yang mampu menjaga keutuhan selaput daranya

sampai pernikahan nanti. A melihat bahwa hal tersebut tidak adil. Laki-

laki hanya mau menerima perempuan yang masih perawan, kalaupun

tidak hanya ada belas kasihan yang dapat menyelamatkan perempuan

yang sudah tidak perawan. Kecuali laki-laki itu benar-benar menyukai

pasangannya, menerima pasangannya apa adanya.

(22) Pada masa itu perempuan masih hidup dengan ditakut takuti.

Perempuan harus menjaga selaput daranya sampai malam

pertama pernikahan. Seorang gadis yang tidak perawan

layaklah dicampakkan oleh suaminya. Di televisi kulihat

berita tentang penyanyi gendut FH yang menceraikan istrinya

dengan alasan sudah tidak perawan lagi. Beberapa tahun

kemudian pernah ku lihat da’i ganteng Aa G. Kiai muda ini

sedang sangat tenar. Ia selalu memakai sorban dan jubah,

tetapi bibirnya selalu sedikit terbuka menggemaskan. Kulihat

di televisi ia berkhotbah di hadapan para remaja putri. Ia

berkata, selaput dara ibarat segel dari Allah (Utami, 2013:

33).

(23) Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin.

Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. Ia bilang begitu bukan

dengan nada menggurui, tapi lebih dengan nada muram dan

tak berdaya.

Aku bilang padanya, “Tapi itu kan tidak adil, Ibu?”

Ibu tidak bisa menjawab (Utami, 2013: 34).

Hal tersebut yang membuat A mantap untuk melepas

keperawanannya pada usia dupuluh tahun. A berpikir bahwa tidak ada

jawaban letak keadilan dalam memuliakan dan menuntut keperawanan.

Agama pun tidak mempermasalahkan hal itu. Agama hanya melarang

persetubuhan di luar pernikahan. Jika dilakukan, manusia melakukan

dosa. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

49

(24) Kembali pada Agama. Agama hanya melarang persetubuhan

di luar pernikahan. Apa yang salah dengan hal itu? Bukankah

itu berlaku untuk pria maupun wanita? Dan bukankah baik

bahwa seks berada dalam hubungan yang bertanggungjawab

dan terbatas?(Utami, 2013: 36).

(25) Jadi, kalau aku sudah tidak beragama lagi, kenapa pula aku

harus percaya pada konsep perzinahan? Aku percaya bahwa

seks itu harus bertanggungjawab, pada diri sendiri maupun

pasangan. Jika ada dosa, itu bukan terhadap Tuhan,

melainkan terhadap orang lain. Kita berdosa pada orang lain

jika mengkhianati, menyakiti, atau mempermainkan mereka.

Tapi, diam-diam aku masih percaya bahwa aborsi adalah

dosa. Dosa pada orang lain, yaitu individu yang sudah

terlanjur dibentuk dalam kandungan oleh perbuatan main-

mainmu. Aku masih diam-diam percaya bahwa ada yang

disebut dosa... (Utami, 2013: 36).

6) Klimaks

Siswa diminta untuk menemukan klimaks yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Klimaks terjadi apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya

(Sudjiman, 1992: 35).

Akhirnya, A memutuskan untuk melepas keperawanannya dengan

Nik. A melalukannya dengan sadar dan ia sudah membangun tata

moralnya sendiri. Berbeda dengan Nik, ia menggunakan sistem yang

menguntungkan laki-laki. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

(26) Kini kami berhadap-hadapan. Aku dengan sistemku sendiri.

Dia dengan sistem yang dicangkokkan dari luar. Tentu saja

dia yang terguncang.

Peristiwa itu terjadi.

Persetubuhan yang pertama.

Peristiwa itu selesai.

Persetubuhan yang pertama (Utami, 2013: 37).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

50

Kutipan di bawah ini menceritakan tentang A yang sudah tidak

perawan. Melakukan hubungan seks di luar nikah seperti narkoba. Sejak

pertama kali melakukan persetubuhan dengan Nik, A melakukannya lagi.

Nik takut apa yang sudah ia lakukan dengan A disebut zinah. Maka dari

itu, Nik ingin segera menikahi A. Tidak mudah bagi mereka untuk

menikah karena Nik dan A berbeda keyakinan. Nik meminta A untuk

pindah agama.

(27) Aku bukan lagi seorang perawan. Ini tahap baru dalam

hidupku.

Kami sedang berbaring-baring di ranjang seusai bercinta,

ketika Nik tiba-tiba berkata, “Sayang, kamu harus pindah

agama. Soalnya, aku harus mengawini kamu.”

“Kenapa?” aku bertanya.

Ia menjawab bersetubuh tanpa menikah adalah zinah.

“Iya. Terus?” sahutku.

“Zinah itu hukumnya berat sekali. Sekali zinah empatpuluh

tahun di neraka. Coba, kita sudah berapa kali begini. Kita

tidak bisa terus-terusan zinah. Berapa tahun nanti kita di

neraka?”

Lalu kami bercinta lagi. (Atau lalu kami berzinah lagi.)

(Utami, 2013: 39–40).

Nik meminta A agar segera pindah agama tidak hanya sekali. Nik

terus membujuk A. Hal ini ada dalam kutipan berikut.

(28) Setelah itu Nik kembali membujuk aku untuk pindah agama.

Aku bertanya lagi, “Kenapa?”

“Karena aku mau mengawini kamu.”

A tidak menuruti permintaan Nik. Justru ia melihat

ketidakadilan dalam masalah itu. Kalaupun Nik ingin menikahi

dirinya kenapa ia yang harus pindah agama. A pindah agama

supaya dinikahi Nik. Itu terdengar tidak adil (Utami, 2013: 40).

(29) “Kenapa harus aku yang pindah agama? Kenapa bukan kamu

saja yang pindah?” kataku. Meskipun ayah kami masuk

agama ibu kami, sebetulnya aku tidak pernah ingin mengubah

agama orang, apalagi orang yang aku cintai. Aku punya ideal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

51

untuk mencintai orang apa adanya. Cuma, ini tes soal

keberimbangan aja. Ya, kalau ia merasa kami harus seagama,

kenapa harus aku yang berubah? (Utami, 2013: 40).

Nik merasa bahwa agamanya lebih benar. Setelah apa yang mereka

lakukan, Nik merasa bahwa tindakan A yang tidak benar. Nik patut

menuntun A ke jalan yang benar. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

(30) Setelah itu, Nik berkata lagi bahwa, menurut guru agamanya,

karena diciptakan dari rusuk lelaki, perempuan cenderung

bengkok. Maka ia harus diluruskan oleh lelaki (Utami, 2013:

41).

A masih tidak percaya dan kecewa terhadap apa yang dikatakan

Nik kepadanya. A tidak menyukai ajaran agama yang menyatakan

perempuan sebagai nomor dua. A melawan nilai-nilai adat dan agama.

Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

(31) Tafsir yang sama persis pernah aku baca dikatakan oleh para

Bapa Gereja dari abad-abad awal. Jauh sebelum abad

keenam. Persis itulah yang aku benci dari agama: sikap

pemukanya yang merendahkan perempuan. Perempuan

dianggap makhluk kelas dua dibanding lelaki. Itulah salah

satu penyebab utama aku meninggalkan agama. Itulah

penyebab aku mencopot kalung salibku (Utami, 2013: 41).

A merasakan ketidakadilan lagi dalam hubungannya dengan Nik.

Nik pernah memintanya jika nanti mereka sudah menikah, A harus

memanggil Nik dengan “Mas”. Padahal dari segi usia, Nik lebih muda

dibanding dirinya. Tradisi orang Jawa mengenalkan sapaan (kata ganti

orang) mas untuk laki-laki, dan mbak untuk perempuan. Mas biasa

digunakan sebagai sapaan untuk laki-laki yang dianggap lebih tua.

Sapaan tersebut juga sebagai bentuk hormat untuk laki-laki, tanpa

memandang usia. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

52

Lama kelamaan terjadi pergulatan batin pada diri A. Kebiasaan

melakukan hubungan seks bersama Nik membuat dirinya meninggalkan

gereja. A sudah melakukan dosa. Ia merasa kotor. Ia tidak pantas berada

dalam lingkungan gereja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan

berikut.

(32) Dalam sistem Katolik zinah juga merupakan dosa berat.

Memang tidak ada lagi hukuman fisik untuk itu. Hanya saja,

orang yang berdosa berat tidak pantas menerima apa yang

disebut Sakramen Mahakudus−yang berupa roti bulat tipis

yang besarnya seperti manisa lobi-lobi buatan Cina tapi

warnanya putih dan rasanya hambar mirip wafer bulat pengapit

gula-gula arumanis−yang dinamakan juga sebagai hosti.

Pendeknya, rasa hosti itu mirip simping, tapi hanya orang Jawa

kampung yang tahu kue ini. Setelah upacara persembahan

dalam Misa, hosti itu berubah menjadi tubuh Kristus sendiri.

Jadi, kita tidak boleh sembarangan menerimanya. Bagaikan

menyambut tubuh kekasih, kita tidak boleh dalam keadaan

kotor. Kita harus melakukan pemeriksaan batin dan ibadat

tobat yang serius dulu. Dan kalau kau punya dosa besar, kau

harus melalukan pengakuan dosa (Utami, 2013: 45).

Hubungan mereka selalu dipenuhi oleh perbedaan pendapat. Pada

kutipan (33) Nik tipe orang tidak gampang patah semangat. Dalam hal

pekerjaan Nik terlihat pemilih. Ia tidak mau bekerja jika atasannya

seorang wanita. Nik bersitegas bahwa laki-laki sudah memiliki kodrat

sebagai pemimpin.

(33) “Aku tidak mau kerja di bawah atasan wanita,” katanya.

“Aku tak mau punya bos perempuan.”

“Kenapa?” tanyaku heran.

Dia mengangkat bahu sambil menggelengkan kepala.

“Tidak bisa. Aku tidak bisa dipimpin perempuan. Aku tidak

bisa jadi bawahannya cewek. Tidak bisa saja...”(Utami, 2013:

51).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

53

Kutipan di bawah ini menceritakan tentang kemarahan A saat Nik

meminta untuk dibelikan sebatang cokelat padanya. A merasa Nik tidak

pantas melakukan tindakan itu karena untuk hal-hal yang melibatkan

uang, lelaki hanya diperbolehkan untuk memberi tidak meminta. Hal

tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

(34) Aku kesal kalau aku harus mengatakan kenapa aku marah.

Seharusnya ia kan tahu sendiri. Tapi ai tidak tahu. Maka,

akhirnya, dengan sangat jengkel kubilang, “Masa kamu minta

beliin coklat sama aku? Gak pantas laki-laki minta dibeliin

sama perempuan!”

Ia masih tidak mengerti. “Masa aku ga boleh sekali-kali

kepingin coklat?” katanya heran.

“Kepingin sih boleh saja. Tapi jangan minta. Beli aja sendiri.

Gak pantas cowok minta sama cewek. Cowok itu kan akan

jadi kepala keluarga. Dia yang harusnya beliin ini-itu buat

cewek.” (Utami, 2013: 52).

A juga mulai bersikap kritis terhadap segala permasalahan yang

berkaitan dengan ketidakadilan dan nilai-nilai yang diterapkan oleh

agama. Terlebih A sering dihadapkan dengan adat istiadat yang

bertentangan dengan sistem yang dibangunnya sendiri. Nilai adat istiadat

tersebut dirasa tidak adil untuk diterapkan. Hal tersebut dapat dibuktikan

pada kutipan berikut.

(35) Aku selalu merasa ada yang tidak adil setiap kali manusia

diterapkan dalam skala nilai kesempurnaan. Itu menempatkan

manusia dalam hirarki kesempurnaan. Membayang sebuah

kontes dimana manusia dinilai akumulatif baik penampilan

fisik, perilaku, maupun intelektualitasnya akan menghasilkan

pemenang−mereka yang mendekati sempurna: rupawan,

pintar, cerdas, elegan, dan barangkali juga berbudi−serta

manusia pecundang−mereka yang buruk rupa, tolol, cacat,

tidak terpelajar, kikuk dan barangkali juga pendengki. Dalam

hidupku aku memang bertemu manusia-manusia yang begitu

kontras. Ada yang sudah keren, pintar, kaya, berbakat, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

54

baik pula. Ada yang sudah jelek, miskin, bodoh, pengkor,

pece, iri hati, dan jahat pula. Betapa tak adil dunia. Dan,

betapa mengerikan bahwa manusia masih membikin

kompetetisi untuk merayakan ketidakadilan itu. Hirarki

kesempurnaan (Utami, 2013: 60).

Muncul permasalahan besar dalam hidup A. Perjuangan A yang

menuntut keadilan perlakuan antara laki-laki dan perempuan justru

menjadikannya pribadi yang jahat. A melanggar sumpahnya. A

berselingkuh dengan suami orang. Ia mengkhianati Nik yang

mengasihinya dengan tulus. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

(36) Aku mulai merindukan Dan. Perlahan tapi pasti aku jatuh

cinta padanya. Aku tidak ingin memanjang-manjangkan

cerita romantis, atau meromantisir drama di bagian ini.

Pendek kata, dalam tahun kedua persahabatan kami yag intim

itu, akhirnya kami bercinta. Dialah satu-satunya pria yang

dengannya aku bersetubuh setelah menyayanginya. Dengan

semua lelaki lain, rasa sayang itu baru datang belakangan,

setelah kami sering bersetubuh. Tapi, itu juga pertama

kalinya aku bercinta dengan suami orang. Itu merupakan titik

perubahan besar dalam hidupku... (Utami, 2013: 72).

A yang menyayangi kekasihnya bernama Dan tidak menyetujui

poligami. Poligami hanya akan menyakiti hati perempuan, makhluk yang

lemah. Dia tidak ingin menyakiti sesamanya.

(37) “Maksudnya?” tanyaku. Sungguh mati, waktu itu aku

belum pernah bertemu orang yang secara terang-terangan

mendukung poligami. Aku masih muda dan tidak

berpengalaman. Agaknya dialah orang pertama yang

kukenal.

Aku tak suka jawabannya. Aku merasa ada yang tidak adil

dalam pikirannya. Kubilang padanya, “Tuhan kan sangat

kuat. Sakit hatinya tak akan seberapa. Tapi kalau kamu

menikah lagi, istri kamu yang kamu sakiti secara sah.”

Kalau aku, aku lebih memilih menyakiti hati pihak yang

kuat daripada menyakitti pihak yang lemah. Jika aku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

55

melukai yang lemah, itu berarti aku sewenang-wenang

(Utami, 2013: 77).

Sebelum berselingkuh, A pernah membayangkan pernikahannya

dengan Nik, kekasihnya. A tidak menyenangi rangkaian upacara adat

Jawa dan upacara agama. Menurutnya, budaya patriarki masih melekat

dengan masyarakat Indonesia terutama pada pernikahan adat Jawa.

Budaya ini meletakkan laki-laki memiliki posisi dan kekuasaan yang

lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Perempuan masih

dipandang sebagai pribadi yang lemah. Perempuan harus hormat dan

tunduk pada laki-laki. A kemudian berpikir ulang keputusannya untuk

menikah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

(38) Aku pernah memikirkan pernikahanku dengan Nik. Seperti

apa pesta perkawinan kami nanti? Aku tak suka upacara Jawa

Kakak pertamaku menjalani seremoni adat secara penuh.

Mulai dari pertunangan, pingitan simbolis, serah-serahan,

siraman, dan lain-lain. Aku tidak suka prosesi itu. Terutama

pada bagian di mana pengantin perempuan membasuh kaki

suaminya.Itu tanda bakti dan melayani. Tak ada yang salah

dengan berbakti dan melayani.Tapi jika itu tidak dilakukan

secara setara, buatku itu tidak benar. Ada yang salah di sana.

Jika hanya perempuan yang membasuh kaki lelaki, dan tidak

sebaliknya juga, maka aku tidak bisa menerimanya. Jadi, aku

suka masygul membayangkan harus mencuci kaki Nik.

Kenapa pula aku harus mencuci kakinya di depan umum

dengan wajah cemong? (Utami, 2013: 75)

A merasakan ketidakadilan dengan adat istiadat seperti yang

dipaparkan di bawah ini. Contoh tersebut menjadi beban bagi dirinya

terhadap apa yang harus ia lakukan harus sama dengan apa yang

dilakukan oleh perempuan lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

56

(39) Aku tak mau pindah agama. Tapi aku rela menikah di Kantor

Urusan Agama−seperti yang dilakukan kakakku yang lain.

Aku bisa saja mengalah dengan kawin di KUA tanpa harus

jadi beriman. Tapi aku juga tidak suka perkawinan cara itu.

Selain janji diucapkan di antara pihak lelaki saja−antara calon

suami dan ayah saja−pengantin perempuan juga mencium

tangan suaminya. Kenapa aku harus mencium tangannya di

depan umum dan dia tidak mencium tanganku? (Utami, 2013:

76)

Kasus tersebut memberikan dampak perbedaan kelas antara laki-

laki dan perempuan. Ruang gerak wanita menjadi sempit. Wanita

mendapatkan perlakuan yang tidak adil dalam hal perlakuan dan

pekerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

(40) Perempuan kurang suka pria yang tak punya bagasi lebih.

Maka, kita kembali pada persoalan kelas. Kita bertemu lagi

dengan nilai-nilai yang menempatkan lelaki lebih dari

perempuan.

Akibatnya, perempuan mencari lelaki dari kelas yang

setidaknya sama atau lebih rendah darinya. Tentu ada

pengecualian disana-sini. Tapi, yang terjadi di kantor A

adalah pola umum (Utami, 2013: 75).

Suatu ketika ayah A mengetahui bahwa Nik yang sedang bertamu

dirumahnya tidur sekamar dengan A. Terlihat jelas bahwa si ayah tidak

menyukai tindakan yang dilakukan anaknya dengan Nik. Ajaran agama

dan tentunya adat di Indonesia memang tidak memperbolehkan pasangan

tinggal bersama sebelum menikah walaupun mereka berniat untuk

menikah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

(41) Suatu subuh, Nik pacarnya keluar dari kamarnya untuk mandi

keramas sebelum sembahyang. Dalam perjalanan menuju

kamar mandi, pemuda itu bertemu dengan ayah A yang

sedang berada di rumah. “Pagi Om,” kata Nik dengan sopan.

Ayah A mengangguk dan manggut-manggut (Utami, 2013:

188).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

57

Ayah A marah besar. Keesokan harinya A diniterogasi oleh

ayahnya. Baginya, laki-laki menginap di rumah perempuan dan berbagi

ranjang merupakan perbuatan sundal. Pengertian sundal disini adalah

kelakuan buruk seperti layaknya pelacur. Hal tersebut dapat dibuktikan

dalam kutipan berikut.

(42) “Jadi kamu sudah tidur dengan Nik?” tahnya sang ayah.

A menjawab iya.

Ayahnya mencela perbuatan itu, dengan nada datar, sebagai

perbuatan sundal. “Kalau kamu mau berbuat begitu terus,

silahkan pergi dari rumah ini.” (Utami, 2013: 188)

b. Bab Dua

Alur yang menonjol dalam bab dua novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang adalah leraian (tahap akhir).

Siswa diminta untuk menemukan leraian yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang

menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1992:

35).

Leraian yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami terjadi saat A mengingat kembali ingatan masa kecilnya. A

lahir di Bogor. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

(43) Aku lahir pada suatu musim hujan. Di kota hujan. Kota itu

terletak di kaki gunung sekitar delapanpuluh kilometer dari laut,

persis pada sebuah jarak yang pas bagi uap air untuk mencurah.

Embun dan kabut masih hidup di sana (Utami, 2013: 87).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

58

A mulai mendeskripsikan seperti apa rumah yang ia tinggali sewaktu

kecil. Rumah A terdiri dari bangunan utama dan paviliun. Rumah itu yang

membentuk dunia pertamanya. A tumbuh besar di rumah itu.

(44) Rumah itu terdiri dari bangunan utama dan sebuah paviliun.

Bagian utama terbuat dari dinding yang kokoh. Pintu dan

jendelanya jangkung, berdaun dua, dengan kisi-kisi. Langit-

langitnya tinggi. Lubang angin tampak begitu jauh di atas,

gerbang bagi cicak dan burung kecil untuk menyusup. Rumah

itu menghadap ke timur. Beranda depannya mendapat curah

sinar pagi. Perdu berbunga ungu dan putih, yang sarinya manis,

di tanam disekeliling. Aku suka menghisap sari bunga itu, yang

selalu matang oleh matahari. Aku sangat senang cahaya jam

sepuluh pagi. Hangat yang disukai kucing dan kadal untuk

berjemur. Di bangunan utama itulah aku, Ibu, empat kakakku,

dan Ayah tinggal (Utami, 2013: 93).

(45) Sedangkan paviliun menempati pojok baratlaut. Lembab dan

sangat sedikit terbasuh matahari. Paviliun itu semula adalah

garasi, yang direnovasi. Tembok pagar dekat paviliun ditumbuhi

lumut yang tebal. Suatu kali pernah ku lihat kawanan cacing

berduyun-duyun merayap di sana. Kekuningan dan berlendir

seperti darah setan. Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok

yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot

(Utami, 2013: 94).

A sangat dekat dengan keluarganya. Sosok Ibu sangat berpengaruh

dalam hidupnya. Ibu merupakan sumber kebahagian bagi A. Sewaktu kecil, A

tidak bisa jauh dari ibunya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan

berikut.

(46) Perkenalkan ibuku. Ia cantik dan bersahaja, matanya teduh, dan

ia tak pernah kekurangan atau kelebihan berat badan. Ibuku

adalah sumber kebahagiaanku. Kalau ia tidak kelihatan barang

lima menit saja, aku akan menangis. Kalau ia pergi belanja

tanpa membawaku, aku akan duduk di pagar jembatan di tepi

hutan menunggu ia kembali. Kalau ia terlalu lama, aku mulai

menitikkan air mata, di sana, di tepi hutan. Di hutan itu tumbuh

pohon bumi yang buahnya disukai setan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

59

Sewaktu kecil A sangat penakut. A mengingat kembali apa yang

dikatakan ibunya ketika ia merasa ketakutan. Pesan itu terekam jelas di

kepalanya.

(47) ”Kalau kau takut sesuatu, maka sesuatu itu harus diperjelas,”

kata Ibu. “Kalau kamu takut sesuatu, maka sesuatu itu harus

dihadapi.” Itu sebetulnya adalah pelajaran sangat penting

bagiku. Tapi aku lebih dikuasai oleh dongeng sepasang bibiku

(Utami, 2013: 100).

Ayah dan ibu A memiliki sifat yang berbeda. Ayahnya keras dan tegas

sedangkan ibunya lemah lembut. Curahan cinta dari kedua orang tuanya

memberikan pengaruh dalam membentuk kepribadiannya. Hal ini dibuktikan

dalam kutipan berikut.

(48) Ibuku adalah keturunan anak manusia, bahkan keturunan “anak-

anak Allah”. Ibuku baik sekali, seperti malaikat, seperti

malaikat, seperti Bunda Maria. Sementara itu, ayahku dan

saudara-daudaranya adalah keturunan para raksasa, yaitu

monster. Ciri-cirinya dapat dilihat pada tabiat dan sedikit raut

wajah. Ibuku bermata teduh. Keluarga ayahku bermata tajam.

Hidung ibuku bagus. Hidung keluarga ayahku tidak. Lagipula

rahang mereka seperti masih membawa ciri makhluk pemakan

mangsa. Dari rahang karnivoranya, keluarga itu mengalirkan

dongeng seru dan ungkapan beracun. Tabiat mereka lain sekali

dari Ibu. Dari rahangnya yang kecil, Ibu tak pernah mengelurkan

kata-kata jahat (Utami, 2013: 118).

Sumber kebahagiaan bagi A adalah ibunya. Setiap anak membangun

relasi yang dekat dengan ibunya. Begitu juga dengan A. A tidak dapat

membayangkan apabila ibunya tiada. Memori saat dirinya bersama ibunya

terasa indah dan menyenangkan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

(49) Ibu adalah sumber kebahagiaanku, sampai-sampai aku tak

begitu ingat momen-momen paling berkesan dengannya. Aku

justru hanya mengingat jelas momen-momen tak menyenangkan

ketika aku tak bisa menemukan Ibu. Kelak, setelah dewasa aku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

60

ditanya tentang memori paling indah bersama Ibu, dan aku tidak

bisa menjawab. Ia seperti rahim dan aku bayi. Aku tak bisa

melihatnya tapi ketika terlepas darinya aku menjerit mau mati.

Ia adalah udara. Aku tak menyadarinya, tapi jika ia tak ada aku

tak bisa bernafas (Utami, 2013: 118).

Kedekatan A tidak hanya dengan ibunya, sang ayah juga berpengaruh

dalam hidupnya.

(50) Aku bisa mengenang beberapa peristiwa di mana aku begitu

senang pada Ayah. Misalnya, saat-saat ia menurutiku untuk

membasahi saputanganku dengan bensin. Aku suka sekali bau

bensin. Ia punya satu jerigen di kamarnya. Aku juga suka bau

knalpot, dan Ayah tertawa-tawa saja kalau aku berjongkok dan

menciumi knalpot mobil−mobilnya maupun mobil tamu sampai

hidungku hitam. Aku juga suka pura-pura tertidur di sofa hanya

agar Ayah menggendongku ke kamar. Ia tak segera

membopongku, padahal aku sudah ketakutan tidur di sofa

sendirian. Aku juga ingat saat ia memberiku notes kejaksaan

berwarna kuning dengan gambar Ibu Kartini (Utami, 2013:

119).

Sepuluh tahun kemudian, A menyadari banyak perubahan yang terjadi

dalam dirinya. Ia memutuskan untuk melepas keperawanannya. Memori

pengakuan dosa pertama kali dengan seorang pastor ia lakukan di masa

sekarang. Sewaktu kecil A mengakui perbuatannya berbuat cabul. Ia hanya

melihat gambar senonoh, namun anak kecil mengartikannya sebagai

perbuatan cabul.

(51) Sepuluh tahun setelah pengakuan dosa dulu, aku telah berubah.

Aku kini telah siap melakukan apa yang dulu−ya, sepuluh tahun

lalu−telah kuakui pada Pastor. Aku kini gadis yang memutuskan

untuk melepas keperawananku (Utami, 2013: 158).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

61

c. Bab Tiga

Alur yang menonjol dalam bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang adalah selesaian (tahap akhir).

Siswa diminta untuk menemukan selesaian yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi

mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh

juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si

tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa

pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah,

keadaan yang penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian

(Sudjiman, 1991: 36).

A memutuskan hubungannya dengan Nik. Tak lama, A mencintai

seseorang bernama Rik. Rik adalah seorang fotografer yang membebaskan

perempuan (A) untuk tidak menikah. Rik cerminan diri A. Rik pun setuju

bahwa perempuan berhak hidup sejajar dengan laki-laki. Cinta A kepada Rik

tumbuh dalam satu persamaan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

(52) Rik juga berasal dari dongeng yang sama. Ia bertumbuh dengan

membaca Alkitab. Ia hafal rinci cerita Abraham. Daud dan

Hatsyeba, sampai penunggang kuda yang meniup sangkakala

dari Apokalips. Sekali lagi betapa aneh menemukan lelaki

seperti itu di Indonesia. A ingat betapa Nik dulu ingin

membuatnya berganti iman. Kini A bilang pada Rik: “Baru

pertama kali aku melihat burung Kristen.” Ia telah melihat

burung Muslim, Yahudi, Hindu, Konfusius, dan ateis. Tapi yang

Kristen ya baru satu ini (Utami, 2013: 240–241) .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

62

Setelah berselang tiga tahun, banyak perubahan yang terjadi dalam

hidup A. Begitu pula kedua bibinya yang salah satu memutuskan untuk

menikah. Suatu hari A mengajak Bibinya mengobrol. Ia mengutarakan

alasannya tidak menikah kepada Bibi Gemuk. Menurutnya, sang Bibi

memberikan pengaruh terhadap keputusannya untuk tidak menikah.

Perempuan menjadi sempurna setelah pernikahan. Hal ini dapat dibuktikan

dalam kutipan berikut.

(53) “Tahu tidak Bibi kenapa aku sampai memutuskan untuk tidak

mau menikah? Itu karena Bibi! Betul-betul karena Bibi. Bibi

terlalu mengagung-agungkan perkawinan. Seolah-olah kalau

tidak kawin, perempuan itu tidak sempurna, Seolah-olah tanpa

suami, hidup perempuan itu hampa. Padahal Bibi bekerja dan

mandiri,tapi Bibi tidak menghargai itu. Karena pandangan

seperti itulah banyak perempuan jadi perawan tua yang dengki.

Gara-gara Bibi, aku memutuskan untuk menunjukkan bahwa

tidak sebegitunya perempuan butuh suami. Ya sejujurnya, Bibi-

lah yang membikin aku tidak mau kawin!” (Utami, 2013: 268).

Ayah A meninggal dunia. Keluarganya mengadakan misa requiem.

Ketika menyambut komuni, A ragu-ragu untuk menerima komuni. Ia masih

belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Dirinya sudah kotor. Pada

akhirnya A memberanikan dirinya untuk menerima komuni. Hal ini dapat

dibuktikan pada kutipan berikut.

(54) Misa dimulai. Dipimpin oleh Romo A, seorang pastor muda.

Lalu tibalah saat menyambut komuni. Ini saat yang sulit bagi A.

Misa ini terlalu intim. Sulit baginya untuk tidak maju untuk

menerima hosti. Padahal, jika aturan Gereja mau ditegakan

secara kaku, seharusnya ia tidak menyambut, sebab ia terang-

terangan hidup dalam perzinahan. Pengakuan publiknya bahwa

ia tidak menikah dan toh hidup bersama laki-laki sebetulnya

dapat menempatkan seorang pastor dalam dilema untuk

memberi atau tidak memberi dia kue simping Tubuh Kristus itu.

Jika sang pastor memberi, bisa saja ada di antara umat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

63

tidak suka. Jika sang pastor tidak memberi, keluarga A pasti

terluka. Dengan segala canggung A maju untuk menyambut. Ia

bertatapan mata sebentar dengan Romo A, dan pastor muda itu

meletakkan hosti di tangan A (Utami, 2013: 269).

Timbul rasa simpatik A terhadap agama minoritas, agamanya sendiri.

Banyak terjadi tindakan kekerasan yang dilakukan organisasi yang

mengatasnamakan agama. Korbannya adalah gereja Katolik. Agama

minoritas ini tidak diperkenankan memperluas bangunan dan pelayanan. Hal

tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

(55) Sebuah kapel dalam rumah sakit Katolik adalah hal yang sangat

wajar. Bagaimana mungkin sekelompok orang memilih tidak

memberi fasilitas kepada ibu hamil dan bayinya karena

ketidaksukaan mereka pada gereja? Bagaimana mungkin

ketidaksukaan mengalahkan kepentingan ibu dan bayi?

Bagaimana mungkin orang memprioritaskan larangan beribadah

dibanding kesehatan ibu-anak?

Bayangkan! Kau punya dua pilihan: 1)melarang orang beribadah

atau 2) memberi fasilitas bagi ibu dan anak. Kau memilih

melarang orang beribadah (Utami, 2013: 272).

Ketika A berjuang keras memperjuangkan ketidakadilan sebagai

perempuan, ia tidak menyadari bahwa agamanya perlu ia bela. Selama ini ia

hanya membantu sesamanya melawan ketakutan. Sekarang, ia menyadari

bahwa ia merasa menjauh dengan ajaran agamanya. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

(56) Itu adalah titik-titik peristiwa yang membuat A melihat dirinya

secara lain sama sekali. Sebelum ini, ia merasa menjadi bagian

dari kaum perempuan, yang dipinggirkan dan ditidakadili oleh

istana Patriarki. Karena itu ia mencoba mengambil jalan

alternatif untuk membantu kaumnya bebas dari rasa takut

(Utami, 2013: 272).

(57) Tapi, kini, tiba-tiba ia merasa menjadi bagan dari kaum tertindas

yang lain. Yaitu komunitas agama darimana ia berasal. Padahal

ia sudah tidak beragama lagi. Ia bahkan telah meninggalkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

64

semua ritualnya, kecuali doa pribadi, pemeriksaan batin, dan

pengakuan dosa kepada diri sendiri (Utami, 2013: 272).

A merasa dirinya bukan orang yang taat. Pada suatu kesempatan, A

bertanya kepada salah satu imam Gereja tentang perkawinan Katolik. A ingin

memastikan apakah ada bukti tertulis yang mengatakan bahwa suami adalah

pemimpin istri dan kepala keluarga. A mendapatkan jawaban yang

memuaskan. Menurut imam, hal tersebut berkaitan dengan adat istiadat

masyarakat setempat saja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan

berikut.

(58) Di teras rumah para yesuit di Kramat itu A bertanya,

“Sebetulnya, ada tidak aturan dalam perkawinan Katolik bahwa

suami adalah pemimpin istri dan kepala keluarga?”

“Dalam Hukum Kanonik tidak ada,” kata Romo A. “Kamu juga

bisa beli kitab hukumnya, kalau mau. Di toko buku Obor ada.”

Ia agaknya tahu, A jenis yang suka membeli buku. Lalu ia

menyebutkan pasal-pasalnya. “Bahwa selama ini suami menjadi

kepala keluarga, itu adalah adat istiadat setempat. Gereja tidak

melarang, tapi juga tidak mengharuskan.” (Utami, 2013: 273).

Tak hanya itu, A kembali bertanya tentang peluang bagi dirinya

menikah di gereja tanpa menikah secara negara. Jawaban yang diperoleh

tidak menemukan persoalan dalam perkawinan Katolik. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam kutipan berikut.

(59) Satu lagi,” A melanjutkan. “Bisakah saya menikah di gereja

tanpa menikah secara negara?”

“Yang tidak bisa di Indonesia ini justru sebaliknya: Kantor sipil

mencatat pernikahan tanpa pengesahan agama.” (Utami, 2013:

274).

A memutuskan untuk menikah di gereja pada usia kurang lebih empat

puluh tahun. Ia tidak merencanakan pernikahan yang mewah. Pernikahan itu

hanya sebagai simbol. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

65

(60) Ia kini seorang wanita dewasa. Usianya sudah lewat empat

puluh ketika memutuskan untuk menjalani Sakramen

Perkawinan. Ia sudah melampaui keinginan romantis. Ia ingin

upacara yang sederhana dan praktis. Perkawinan ini tidak berarti

apa-apa bagi dirinya sendiri. Sakramen ini hanya merupakan

tanda solidaritas, dan tanda bahwa ia tidak lagi menemukan

kesalahan ontologis dalam komunitas kecilnya (Utami, 2013:

292).

(61) Rik dan A tetap menganggap perkawinan tidak penting untuk

diri mereka sendiri. Rik mau menikah sebab ia mau menemani

A menjalani entah apa yang perempuan itu mau jalani.

(Bagaimanapun A tidak pernah merebut kemerdekaannya.)

Lepas dari kenyataan bahwa tak seorang pun betul-betul

mengerti kenapa mereka akhirnya menikah, toh mereka merasa

ada banyak berkah yang turun lembut perlahan, bersama sari-

sari kapuk beterbangan di luar gereja kecil itu (Utami, 2013:

296).

Kutipan (61) menceritakan Rik dan A menganggap pernikahan

mereka tidak istimewa. Berbeda dengan orang lain yang menganggap

pernikahan sebagai suatu perayaan yang sakral. Rik sudah mantap menjalin

hidup bersama dengan A. Suka dan duka sudah mereka lewati bersama.

A merasa tidak percaya bahwa ia akhirnya memutuskan untuk

menikah. A melepaskan masa lajangnya di dalam sebuah gereja.Ketika masih

kecil, A sering mengunjungi gereja itu. Sekarang, A kembali lagi ke gereja itu

untuk mengucapkan janji sehidup semati dan menerima sakramen dengan

Rik. Pernikahan itu sesuai dengan yang ia inginkan, tidak ada cincin kawin

dan paduan suara. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

(62) Ia masih takjub bahwa ia berada di sini. Ia hanya menginginkan

Sakramen yang praktis, tanpa perlambangan apapun. Tanpa

cincin kawin dan paduan suara. Tapi tak satu pun kapel di

Jakarta membuka pintu buat dia. Sebab mereka semua tidak

bermakna. Sesuatu membimbingnya untuk pulang. Dulu ia pergi

dari pintu depan itu. Kini is harus pulang melalui gerbang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

66

sama. Ia tak boleh masuk lewat pintu samping yang tak

memiliki arti (Utami, 2013: 296).

Menjelang pernikahan, A mendapatkan berita duka. Nik meninggal

kurang lebih pada usia empatpuluh dua tahun. A merasakan kesedihan yang

mendalam. A tidak sempat untuk menjenguknya di rumah sakit. Ia pergi ke

makam Nik. A masih tidak percaya, takdir lain ada pada Nik. Hal tersebut

terdapat dalam kutipan berikut.

(63) Nik meninggal dunia esok paginya. Selasa. Pada usia

empatpuluh dua belum penuh. A tidak sempat menjenguknya di

rumah sakit. Ia berencana mengunjunginya hari itu dengan

sahabatnya, Tri (ia enggan datang sendiri, ia khawatir

mengganggu). Ia mencoba mengejar ke pemakaman bersama

Nik. Tapi hari itu terjadi kemacetan parah. Mereka telah

berangkat jam dua lebih sedikit. Mobil terjebak, dan akhirnya

tiba di pintu pemakaman persis senjakala tiba. Mereka

memutuskan untuk tidak berhenti. Mobil mengelilingi

pemakaman yang ditelan gelap. A memandangi barisan

tonggak-tonggak nisan yang menjelma bayang-bayang dengan

rasa tidak percaya (Utami, 2013: 299).

Pada hari pernikahan, di saat semua orang berpesta penuh

kegembiraan, A merenung sendirian. A teringat oleh kata-kata Nik. Nik

berpesan kepadanya agar ia menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Hal

tersebut terdapat dalam kutipan berikut.

(64) Dan Rik, yang menemukan ia tiba-tiba termenung, berkata:

“Kamu ingat Nik ya?”

A mengangguk.

“Kamu ingat apa yang dia bilang dulu?”

A mengangguk. “Sudah cukup ya. Yayang jangan nakal-nakal

lagi.” (Utami, 2013: 302)

Selain menganalisis novel berdasarkan penahapan alur, siswa akan

menganalisis pengaluran yang terdiri pembedaan alur berdasarkan kriteria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

67

urutan waktu yang meliputi alur lurus atau progresif, sorot balik atau flash-

back, alur campuran. Pembedaan alur berdasarkan kriteria jumlah yang

meliputi alur tunggal, alur sub-subplot. Pembedaan alur berdasarkan kriteria

kepadatan yang meliputi alur padat, alur longgar. Pembedaan alur

berdasarkan kriteria isi yang meliputi alur peruntungan, alur tokohan, alur

pemikiran (Nurgiyantoro, 2012: 14 –150). Berikut ini analisis pengaluran

yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

a. Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu

Kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk menemukan unsur alur

berdasarkan kriteria urutan waktu yang terdapat pada novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Urutan waktu yang dimaksud adalah urutan terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Atau lebih

tepatnya, urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Urutan

waktu, dalam hal ini, berkaitan dengan logika cerita. Dengan mendasarkan

diri pada logika cerita pembaca akan dapat menentukan peristiwa mana yang

terjadi lebih dahulu dan mana yang lebih kemudian, terlepas dari

penempatannya yang mungkin berada dibagian awal, tengah atau akhir teks

(Nurgiyantoro, 2012: 153).

Unsur alur berdasarkan kriteria waktu dalam novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot-balik atau

flashback. Terdapat alur maju dan alur mundur dalam novel Pengakuan Eks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

68

Parasit Lajang. Alur maju menceritakan keputusan tokoh A untuk melepas

keperawanannya. Alasan A melepas keperawanannya diceritakan pada bagian

pertama novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. A membuat

keputusan menyerahkan keperawanannya kepada Nik. Alur mundur dalam

novel ini menceritakan ingatan masa kecil A yang begitu dekat dengan

keluarganya.

Kehidupan para tokoh dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

diceritakan dengan alur sorot balik atau flashback dan secara progresif atau

alur lurus.

b. Berdasarkan Kriteria Jumlah

Siswa menemukan unsur alur berdasarkan kriteria jumlah yang

terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Dengan kriteria jumlah dimaksudkan sebagai banyaknya plot cerita

yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin hanya

menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu

plot. Kemungkinan pertama adalah untuk novel (fiksi) yang berplot tunggal,

sedang yang kedua adalah yang menampilkan sub-plot (Nurgiyantoro, 2012:

157).

Unsur alur berdasarkan kriteria jumlah yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur tunggal.

Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang merupakan otobiografi seksualitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

69

spiritualitas. Novel ini adalah catatan riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh

si pengarang.

Novel ini menceritakan A, seorang perempuan yang memutuskan

melepas keperawanannya pada usia duapuluh tahun. Menurutnya, konsep

keperawanan yang diketahui oleh masyarakat masih terasa tidak adil.

Ketidakadilan sangat dirasakan oleh dirinya dan perempuan pada umumnya.

Sebagai bentuk protesnya, ia mencoba melawan nilai-nilai adat, agama, dan

hukum Patriarkal di Indonesia. Hal tersebut terdapat pada kutipan (26) dan

(27).

c. Berdasarkan Kriteria Kepadatan

Siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria

kepadatan yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya

Ayu Utami.

Dengan kriteria kepadatan dimaksudkan sebagai padat atau tidaknya

pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi. Peristiwa

demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung susul-menyusul secara

tepat, tetapi mungkin juga sebaliknya. Keadaan yang pertama digolongkan

sebagai karya yang berplot padat, rapat, sedangkan yang kedua berplot

longgar, renggang (Nurgiyantoro, 2012: 159).

Unsur alur berdasarkan kriteria kepadatan novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang menggunakan alur longgar karena pengarang menyisipkan

peristiwa tambahan agar terlihat lebih hangat dan menarik ketika dibaca.

Penambahan peristiwa tersebut adalah terjalinnya hubungan keluarga A yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

70

sangat erat. A memprioritaskan keluarganya, terlebih ibu. Baginya, keluarga

mampu memberikan kebahagiaan yang tidak dapat ditukar dengan apapun. A

sangat dekat dengan ibunya. Hal tersebut terdapat pada kutipan (49).

d. Berdasarkan Kriteria Isi

Siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria isi

yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Dengan isi dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan

masalah yang diungkapkan dalam cerita. Jadi, sebenarnya, ia lebih

merupakan isi cerita itu sendiri secara keseluruhan daripada sekedar urusan

plot (Nurgiyantoro, 2012: 162).

Unsur alur berdasarkan kriteria isi novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur pemikiran (plot of thought).

Cerita ini mengungkapkan bahwa terjadi masalah hidup dan kehidupan

manusia. Terjadi konflik batin pada diri tokoh A. Perjalanan hidup A

menentang nilai-nilai kehidupan yang dirasanya tidak adil. Dia memutuskan

melepaskan keperawanannya di usia dupa puluh tahun. Dia ingin menghapus

konsep keperawanan yang dianut oleh masyarakat. Suatu konsep

menyebutkan bahwa laki-laki lebih pantas untuk menikahi perempuan yang

masih perawan. Konsep ini pun termasuk dalam norma dalam masyarakat. A

pun menentang hukum patriarkal. Dia tidak bersedia untuk masuk ke dalam

agama yang dianut Nik. Bertahun-tahun A melawan nilai-nilai adat, agama,

dan hukum patriarkal. Namun yang ia temui justru kenyataan bahwa apa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

71

ia yakini selama ini bertolak belakang dengan kenyataan konsep dalam hal

seksualitas dan spiritualitas. Hal tersebut terdapat pada kutipan (38) dan (39).

3. Pemodelan

Membandingkan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dengan novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Guru menjelaskan dan menunjukkan contoh novel yang sudah

dianalisis sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. Siswa

memperhatikan contoh analisis novel tersebut. Contoh yang diberikan sebagai

acuan kepada siswa nantinya akan dapat membantu siswa dalam menganalisis

unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Contoh

ringkasan novel yang dapat dijadikan pemodelan atau contoh adalah novel

Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Secara ringkas cerita novel Nayla karya

Djenar Maesa Ayu dapat dikemukakan sebagai berikut.

Sewaktu kecil, Nayla mendapatkan hukuman dari ibu kandungnya.

Ibunya sering menghukum Nayla dengan memasukkan peniti di vagina dan

selakangannya karena dirinya mengompol. Tak hanya itu, ibunya

mengajarkan Nayla untuk membenci ayah kandungnya. Nayla mengalami

pelecehan seksual oleh laki-laki simpanan Ibunya yang sering diajak tinggal

di rumah. Lalu Nayla pun diajak untuk mengencani laki-laki teman ibunya.

Nayla memberotak. Ia mencari ayahnya dan tinggal bersama dengan

ayahnya. Tak lama ayahnya meninggal. Nayla memutuskan kembali ke

rumah ibunya namun ibunya tidak membukakan pintu untuknya. Nayla

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

72

dikirim ke tempat Panti Rehabilitasi Anak Pengguna Narkoba. Setelah keluar

dari panti itu, Nayla hidup di jalanan. Ia pernah menjadi seorang lesbian.

Pertemuan Nayla dengan Juli terjadi ketika Juli menolong Nayla saat

Nayla tidak memiliki siapa-siapa. Nayla jatuh cinta padanya, pada Juli, pada

perempuan. Hingga suatu saat, Nayla bertemu dengan Ben, laki-laki yang

memberikan apa yang ia punya untuk Nayla. Namun, hubungan mereka tidak

lama. Nayla putus dengan Ben.

Kemudian Nayla mencoba memasuki dunia menulis. Salah satu

karyanya diterbitkan dan membuat nama Nayla Kinar menjadi terkenal.

Nayla menulis kisah tentang Ibu. Ibu kandungnya membaca tulisan Nayla, ia

marah kepadanya. Tulisan Nayla menggambarkan sosok ibu kandungnya dan

laki-laki simpanannya. Disaat Nayla mendapatkan tawaran untuk

menampilkan karya sastranya, ia kebingungan. Nayla tidak tahu bagaimana ia

harus menggambarkan tokoh ibu.

Berdasarkan ringkasan di atas, novel tersebut menggunakan alur maju

atau progresif. Namun di dalam cerita ini juga terdapat adegan-adegan sorot

balik. Cerita ini dimulai dengan masa kecil Nayla dan diakhiri dengan

keberhasilan Nayla menjadi seorang pengarang yang terkenal.

4. Bertanya

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan

pertanyaan terkait pembelajaran alur dan pengaluran. Guru akan terlebih

dahulu memberikan beberapa pertanyaan untuk merangsang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

73

membangkitkan semangat belajar siswa. Adanya kegiatan bertanya akan

menunjukkan interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan bertanya di dalam

proses pembelajaran akan memberikan informasi dan pengetahuan yang baru

terkait materi pembelajaran alur dan pengaluran, meningkatkan partisipasi

siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, membangkitkan rasa

ingin tahu siswa terhadap jawaban dari pertanyaan atau masalah yang

dibicarakan. Tak hanya itu, guru dapat mengecek tingkat pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran alur dan pengaluran melalui beberapa

pertanyaan.

Siswa dituntut menguasai materi pembelajaran alur dan pengaluran

yang sudah diajarkan. Guru dapat membagi sesi tanya-jawab ke dalam dua

sesi. Sesi pertama, siswa mendapatkan kesempatan bertanya berkaitan dengan

penahapan alur yaitu tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tahap

tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir (leraian, selesaian). Pertanyaan

yang diajukan pun harus berbobot, mudah dimengerti dan relevan dengan

materi yang sedang dibicarakan. Sesi kedua, siswa bertanya jawab mengenai

pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan

waktu, berdasarkan kriteria urutan jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan dan

berdasarkan kriteria isi.

5. Belajar kelompok

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian siswa

bergabung dengan kelompoknya. Belajar kelompok ini akan membantu siswa

mengatasi kesulitan belajarnya dan menambah pengetahuan siswa dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

74

proses belajar mengajar. Siswa memulai diskusi dalam kelompok belajarnya

membahas unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami. Kegiatan belajar kelompok ini juga dapat mengolah

emosi siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Siswa yang

tergolong pintar dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan

belajar.

Siswa berdiskusi tentang penahapan alur yaitu tahap awal (paparan,

rangsangan, gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir

(leraian, selesaian). Kemudian dilanjutkan berdiskusi tentang pengaluran

yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan waktu,

berdasarkan kriteria urutan jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan,

berdasarkan kriteria isi.

6. Penilaian autentik

Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan ciri khusus dari

pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur

pemahaman dan pengetahuan siswa yang sebenarnya (autentik). Cara yang

dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan penilaian autentik.

Guru menyiapkan satu penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.

Penggalan ini akan dijadikan sebagai bahan penilaian autentik. Berikut ini

ringkasan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang berjudul

dua lelaki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

75

Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di Taman

Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok. Itu adalah tahun

ketika kampus UI mulai dipindahkan dari bangunan perkotaan Jakarta yang

berpencaran ke sebuah taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu

Depok masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih dan

berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau harus melalui gurun

gamping berdebu. Di tengah taman ada bukan pohon pengetahuan melainkan

danau. Kampus-kampus di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju

danau itu. Di antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua

kampus yang penting dalam hidupku.

Semua mahasiswa baru wajib memulai masa kuliah dengan program

indoktrinasi yang sering disebut Penataran P4 atau penataran Pancasila saja.

Kami dikelompokkan ke dalam grup-grup yang mewakili seluruh jurusan.

Aku mendapat undi ditempatkan di Fakultas Teknik.

Hari itu menakjubkan. Aku bukan lagi anak SMA yang berseragam.

Aku boleh memakai baju pilihanku sendiri. Aku mengenakan terusan kaus

warna biru, yang kontras dengan jaket kuningku. Aku bangga dengan jaket

itu. Semua mahasiswa baru bungah dengan jaket universitas kami, satu-

satunya universitas yang memakai nama Indonesia, titik. Bau semen dan cat

masih menyengat di setiap lorong dan ruang. Semua baru. Semua asing dan

menggairahkan. Aku tak punya lagi teman lama. Kalaupun ada, aku belum

bisa menemukan mereka di antara ratusan pemuda-pemudi di grup ini. Itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

76

menyenangkan, sebab aku boleh meninggalkan diriku yang lama. Aku ingin

menjadi diriku yang baru.

Bangsal itu berbentuk amfiteater. Karena penataran sangat mungkin

membosankan, aku memilih bangku agak di belakang, di ketinggian. Di

situlah kami bertemu pandang. Seorang pemuda berambut cepak dengan bahu

bidang. Ia tersenyum padaku. Aku tersenyum padanya. Kami sedang menuju

deret kursi yang sama. Dan kami pun duduk bersebelahan. Aku melihat bets

biru pada jaketnya. Ia melihat bets putih pada jaketku. Dia anak teknik. Aku

anak sastra. Tidak ada yang lebih ideal lagi bagi stereotipe jender di masa itu.

Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar kemerahan.

Bulu-bulu kumisnymasih begitu halus dan perawan, tetapi alisnya tegas.

Giginya berbaris rapi alami, kecil baik,pada rahangnya yang kekar. Kelak aku

tahu gigi seri bawahnya bukan empat melainkan lima. Ia tampan. Kelak aku

tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru

dengan bibir merah segar.

Aku berharap “Nik” adalah singkatan dari nama baptis. Nikolas,

misalnya. Atau Nikodemus. Aku datang dari keluarga Katolik yang taat.

Kakakku punya pacar seorang Muslim dan itu sedikit menimbulkan persoalan

juga. Aku akan lebih senang punya pacar seagama. Tapi aku tidak berani

menanyakan itu pada Nik. Aku tahu pertanyaan itu tidak pantas. Sama tidak

pantasnya memikirkan calon suami di hari pertama jadi mahasiswa. Sore pun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

77

tiba dengan kesimpulan diam-diam bahwa kami sama menikmati duduk

berdampingan.

Esoknya kami kembali di deret yang sama lagi, bersebelahan lagi.

Hari itu aku tahu “Nik” bukan singkatan dari nama baptis. “Nik” hanya

nickname. Tapi aku terlanjur menyukainya. Aku tak peduli lagi apa

agamanya.

Pagi ketiga kami tetap kembali ke bangku yang sama. Hari itu aku

mengenakan baju dengan bukaan sedikit rendah, sehingga bandul kalung

emasku tampak: sebuah salib. Seusai istirahat makan siang, Nik tidak kembali

ke bangku sebelahku. Aku hampir tidak percaya, kursi itu kosong. Kursi itu

ditinggalkan begitu saja. Bapak penatar telah muncul di panngung. Ia mulai

mengajar. Kursi itu tetap disia-siakan. Aku merasa seperti kekasih yang

dicampakkan tanpa kabar berita, tapi aku malu mengakui perasaan itu bahkan

pada diri sendiri. Lalu kulihat Nik beberapa baris, agak jauh, di depan. Kami

bertatapan. Ia melambai juga, seperti mengatakan bahwa ia menemukan

teman SMA-nya dan ingin duduk bersama kawan lama. Ia tak ingin lagi

duduk di sebelahku.

Kelak aku tahu, jauh setelah peristiwa itu, Nik meninggalkan aku

setelah ia melihat kalung salib di dadaku Ia terpikat padaku. Tapi aku Kristen.

Maka ia pergi dariku. Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula

saja, takut pada kalung salib.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

78

Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama,

seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan

Matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari keluarga Islam juga. Tapi dia

jauh lebih rileks. Ia tak seperti drakula. Ia tak peduli kalung salib. Ia adalah

ketua grup penataran kami. Ia sedikit lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk.

Pipinya menunjukkan bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih

terbuka dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu mengiringi aku,

juga di saat-saat istirahat.

Aku pun melupakan Nik. Aku mengingatnya sebagai salah satu cowok

cakep, sambil diam-diam menyimpan tanya tentang kenapa ia meninggalkan

aku begitu saja. Tapi pernah aku tak sengaja melihatnya di saat rehat. Aku

sedang menuju toilet dan kulihat ia masuk ke mushola. Aku tak pernah begitu

tahu apa mushola sebelumnya. Nik tampak sangat akrab dengan tempat itu.

Celana dan lengan bajunya disisingkan. Wajah dan rambutnya basah. Titik-

titik air masih menggantung di alisnya. Sungguh, ia tampak sangat tampan.

Aku melongok ke dalam mushola, melalui dinding bata kerawangnya yang

bercelah-celah. Diam-diam aku mengintip ia sembahyang.

Sedangkan Mat; Mat tidak pernah kulihat sembahyang.

Berdasarkan penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya

Ayu Utami, siswa akan mengerjakan beberapa soal tentang unsur alur dan

pengaluran novel tersebut. Berikut ini instrumen soal yang akan dikerjakan

oleh siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

79

a. Apakah pengertian novel menurut Anda?

b. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda?

c. Sebutkan struktur umum alur yang terdapat pada novel!

d. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal,

tahap tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab

satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami!

e. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria

jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi!

C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami

Guru perlu menyiapkan silabus sebagai acuan dalam kegiatan

pembelajaran lebih lanjut, yaitu penyusunan RPP. Silabus dan RPP sangat

penting dalam kegiatan pembelajran. Silabus dan RPP akan membuat

kegiatan pembelajaran menjadi lebih terarah. Berikut ini uraian Silabus dan

RPP Bahasa Indonesia kelas XI Semester 1.

1. Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi

dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber

belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti

oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 23–24). Berikut ini silabus

Bahasa Indonesia kelas XI Semester 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

80

SILABUS

Sekolah : SMA/MA

Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XI

Semester : 1

Standar Kompetensi : Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia terjemahan

Kompetensi Dasar

Materi

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi

Waktu

Sumber

/bahan

7.2

Menganalisis unsur-

unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan

Novel

Pengakuan

Eks Parasit

Lajang karya

Ayu Utami

Unsur-unsur

intrisik alur

(struktur alur

dan

pengaluran)

Membaca novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya

Ayu Utami

Siswa membentuk kelompok

4-5 orang

Siswa mengidentifikasi

unsur alur (struktur alur dan

pengaluran)

Peserta didik melaporkan

hasil analisis unsur alur

(struktur alur dan

Menjelaskan

pengertian novel

Menyebutkan

struktur umum

alur yang terdiri

dari tahap awal

(paparan,

rangsangan,

gawatan), tengah

(tikaian, rumitan,

klimaks), akhir

Jenis Tagihan:

Tugas

kelompok

Tugas

individu

Teknik

Tertulis

Bentuk

Instrumen

Uraian

bebas

2x45

menit

Nurgiyantoro,

Burhan. 2005.

Teori

Pengkajian

Fiksi.

Yogyakarta:

Universitas

Gadjah Mada.

Rahmanto, B.

1988. Metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

81

pengaluran) (leraian,

selesaian).

Menjelaskan

pengertian

pengaluran

Mengidentifikasi

unsur alur yang

terdiri dari tahap

awal (paparan,

rangasangan,

gawatan), tengah

(tikaian, rumitan,

klimaks), akhir

(leraian,

selesaian).

Mengidentifikasi

pengaluran yang

terdiri dari

pembedaan alur

berdasarkan

kriteria urutan

waktu,

berdasarkan

kriteria jumlah,

berdasarkan

kriteria kepadatan,

berdasarkan

kriteria isi

Pengajaran

Sastra.

Yogyakarta:

Kanisius.

Sumardjo,

Jakob. 1984.

Memahami

Kesusastraan.

Bandung.

Alumni.

Sudjiman,

Panuti. 1991.

Memahami

Cerita Rekaan.

Jakarta:

Pustaka Jaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

82

2. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan

pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam

pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang

menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan

pelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap

(aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53). Berikut ini Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/1

Alokasi Waktu : 2x45 menit

Aspek Pembelajaran : Membaca

a. Standar Kompetensi

Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan

b. Kompetensi Dasar

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

83

c. Indikator

1. Menjelaskan pengertian novel.

2. Menjelaskan pengertian alur dan pengaluran.

3. Menyebutkan struktur umum alur yang terdiri dari tahap awal (paparan,

rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian,

selesaian).

4. Mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap tahap awal (paparan,

rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian,

selesaian).

5. Mengidentifikasi pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur

berdasarkan kriteria urutan waktu, kriteria urutan jumlah, kriteria urutan

kepadatan, kriteria urutan isi.

d. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian novel melalui diskusi dengan

komunikatif.

2. Siswa dapat menjelaskan pengertian alur melalui diskusi dengan

komunikatif.

3. Siswa dapat menyebutkan struktur umum alur yang terdiri dari tahap

awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks),

akhir (leraian, selesaian) melalui diskusi dengan komunikatif.

4. Siswa dapat mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap awal

(paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

84

(leraian, selesaian) secara berkelompok melalui diskusi dengan

komunikatif.

5. Siswa dapat mengidentifikasi pengaluran yang terdiri dari pembedaan

alur berdasarkan kriteria urutan waktu, kriteria urutan jumlah, kriteria

urutan kepadatan, kriteria urutan isi melalui diskusi dengan komunikatif.

e. Alokasi Waktu

2x45 menit

f. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Novel

2. Pengertian Alur

3. Struktur umum alur

4. Unsur pengaluran

g. Strategi Pembelajaran

1. Pendekatan : Kontekstual

2. Metode : Diskusi, ceramah, penugasan dan tanya jawab

h. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Pelaksanaan

Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru memberi salam.

2. Guru mengecek kehadiran siswa.

3. Guru mengingatkan kembali pada pertemuan

sebelumnya.

4. Motivasi : Guru memberikan permainan menebak

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

85

kejadian, tokoh atau isi cerita (what’s next?).

5. Apersepsi : Guru bertanya kepada siswa, “Pernahkah

kalian membaca novel? Novel apa saja yang kamu

baca? Tahukah kalian penulis novel Ayu Utami?

6. Orientasi : Guru menyampaikan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang akan dilaksanakan.

Inti Eksplorasi

1. Guru bersama siswa menggali pengetahuan dasar

tentang pengertian novel dan unsur intrinsik novel

(konstruktivisme).

2. Guru menunjukkan model atau contoh novel yang

sudah dianalisis kepada siswa sebagai pedoman

dalam proses belajar.

3. Siswa mencermati model atau contoh yang diberikan

guru (pemodelan).

Elaborasi

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.

Setiap kelompok berjumlah 4-5 orang (belajar

kelompok).

2. Guru memberi catatan mengenai tahapan alur yang

terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan,

gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks),

65 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

86

tahap akhir (leraian, selesaian), serta pengaluran

yakni pembedaan alur berdasarkan urutan kriteria

waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan

kriteria isi.

3. Guru memberikan penggalan cerita bab tiga novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

yang berjudul Dua Lelaki kepada setiap kelompok

kemudian siswa mengerjakan latihan soal (penilaian

autentik).

4. Siswa mendiskusikan bersama kelompoknya

mengenai struktur umum alur dan pengaluran yang

terdapat dalam penggalan cerita bab tiga novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

(masyarakat belajar).

Konfirmasi

1. Siswa mempresentasikan hasil analisis unsur alur

yang terdapat dalam penggalan cerita bab tiga novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

(inkuiri),

2. Guru memberikan apresiasi atau reward kepada

siswa.

Penutup 1. Kesimpulan : Siswa dengan bantuan guru

menyimpulkan materi tentang tahapan alur yang

15 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

87

terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan,

gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks),

tahap akhir (leraian, selesaian) serta pengaluran pada

novel.

2. Refleksi : Siswa melakukan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan

berupa kesan dan saran siswa mengenai

pembelajaran hari itu.

3. Tindak lanjut : Dalam CTL, guru merencanakan

kegiatan tindak lanjut dengan memberikan evaluasi

kepada siswa berupa siswa menganalisis alur dan

pengaluran novel yang sudah pernah dibaca.

4. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya.

5. Guru memberi salam penutup pembelajaran.

i. Sumber dan Media

Sumber :

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Media : powerpoint, LCD, papan tulis, buku teks dan novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

88

j. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis instrumen : tes tertulis dan tugas individu

2. Bentuk instrumen : uraian

k. Lampiran Materi Pembelajaran

1. Pengertian Novel

Menurut Rahmanto (1988: 70), novel seperti halnya bentuk prosa

cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya

dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita,

bahasa, tema dan latar.

2. Pengertian Alur

Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah

jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan,

keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan

sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55).

3. Struktur Umum Alur

Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola

tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan.

Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1991: 30):

Paparan

Awal Rangsangan

Gawatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

89

Tikaian

Tengah Rumitan

Klimaks

Akhir Leraian

Selesaian

4. Pengaluran

Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda

berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.

Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria

urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153).

l. Penilaian Aspek Kognitif

Bacalah ringkasan bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami, kemudian jawablah soal-soal dibawah ini!

1. Apakah pengertian novel menurut Anda?

2. Apakah pengertian novel menurut Anda?

3. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda?

4. Sebutkan struktur alur yang terdapat pada novel!

5. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap

tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab satu novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami!

6. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah,

kriteria kepadatan, dan kriteria isi!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

90

No Kriteria Penilaian Skor Bobot

Bobot

x Skor

1 a. Siswa dapat menjelaskan

pengertian novel dengan baik

dan benar (sesuai EYD).

b. Siswa dapat menjelaskan

pengertian novel dengan benar,

lengkap tetapi penggunaan

bahasanya tidak sesuai dengan

EYD.

c. Siswa dapat menjelaskan

pengertian novel dengan benar,

tapi kurang lengkap dan

penggunaan bahasanya tidak

sesuai dengan EYD.

3

2

1

3

3

3

9

6

3

2 a. Siswa dapat menjelaskan

pengertian pengaluran dengan

baik dan benar (sesuai EYD).

b. Siswa dapat menjelaskan

pengertian pengaluran dengan

benar, lengkap tetapi penggunaan

bahasanya tidak sesuai dengan

EYD.

3

2

3

3

9

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

91

c. Siswa dapat menjelaskan

pengertian pengaluran dengan

benar, tapi kurang lengkap dan

penggunaan bahasanya tidak

sesuai dengan EYD.

1 3 3

3 a. Siswa dapat menyebutkan

struktur umum alur novel dengan

baik dan benar (sesuai EYD).

b. Siswa dapat menyebutkan

struktur umum alur novel dengan

benar, lengkap tetapi

penggunaan bahasanya tidak

sesuai dengan EYD.

c. Siswa dapat menyebutkan

struktur umum alur novel dengan

benar, tapi kurang lengkap dan

penggunaan bahasanya tidak

sesuai EYD.

3

2

1

3

3

3

9

6

3

4 a. Siswa dapat menganalisis unsur

alur berdasarkan struktur umum

alur (tahap awal, tahap tengah

dan tahap akhir) dengan baik dan

benar (sesuai EYD).

3

3

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

92

b. Siswa dapat menganalisis unsur

alur berdasarkan struktur umum

alur (tahap awal, tahap tengah

dan tahap akhir) dengan benar,

lengkap namun penggunaan

bahasanya tidak sesuai dengan

EYD.

c. Siswa dapat menganalisis unsur

alur berdasarkan struktur umum

alur (tahap awal, tahap tengah

dan tahap akhir) dengan benar,

tapi kurang lengkap dan

penggunaan bahasanya tidak

sesuai EYD.

2

1

3

3

6

3

5 a. Siswa dapat menganalisis unsur

pengaluran berdasarkan kriteria

waktu, kriteria jumlah, kriteria

kepadatan, kriteria isi dengan

baik dan benar (sesuai EYD).

b. Siswa dapat menganalisis unsur

pengaluran berdasarkan kriteria

waktu, kriteria jumlah, kriteria

kepadatan, kriteria isi dengan

3

2

3

3

9

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

93

benar, lengkap tetapi

penggunaan bahasanya tidak

sesuai EYD.

c. Siswa dapat menganalisis unsur

pengaluran berdasarkan kriteria

waktu, kriteria jumlah, kriteria

kepadatan, kriteria isi dengan

benar, tapi kurang lengkap dan

penggunaan bahasanya tidak

sesuai EYD.

1

3

3

Skor yang diperoleh

Nilai Akhir : x 100

Skor Maksimal

m. Penilaian Aspek Afektif

No Kriteria Penilaian Skor Ket

1 Selama proses pembelajaran, siswa selalu

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik

dan benar sesuai dengan kaidahnya.

4 Sangat

Baik

2 Selama proses pembelajaran, siswa masih

sedikit ragu-ragu menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidahnya.

3 Baik

3 Selama proses pembelajaran, siswa cukup 2 Cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

94

sering menggunakan bahasa Indonesia dengan

baik dan benar sesuai dengan kaidahnya.

4 Selama proses pembelajaran, siswa tidak

terlihat sama sekali menunjukkan usaha

sungguh-sungguh menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidahnya.

1 Kurang

n. Penilaian Aspek Psikomotorik

Aspek

Penilaian

Deskripsi Pelaksanaan Skor Bobot

Skor x

Bobot

Presentasi a. Siswa menunjukkan hasil

jawaban secara lisan di

depan kelas dengan intonasi

yang jelas dan dapat

menanggapi sanggahan dari

kelompok lain.

b. Siswa menunjukkan hasil

jawaban secara lisan di

depan kelas dengan intonasi

yang cukup jelas dan dapat

menanggapi sanggahan dari

3

2

3

3

9

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

95

kelompok lain.

c. Siswa menunjukkan hasil

jawaban secara lisan di

depan kelas dengan intonasi

yang kurang jelas dan

kurang dalam hal

menanggapi sanggahan dari

kelompok lain.

1

3

3

Skor yang diperoleh

Nilai akhir : x 100

Skor maksimal

Yogyakarta, 28 September 2016

Mengetahui,

Kepala sekolah Guru Bahasa Indonesia

( ..................................... ) ( ..................................... )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneliti menerapkan pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur

alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Pembelajaran sastra dengan menggunakan pendekatan kontekstual

dimaksudkan agar siswa mampu menghubungkan nilai-nilai yang terkandung

dalam karya sastra dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat menerapkan

pendekatan kontekstual ini untuk memperkenalkan karya sastra, khususnya

novel. Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur

alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah membuat

sinopsis novel, menganalisis unsur alur, pemodelan, belajar kelompok dan

penilaian autentik.

Langkah pertama, siswa membuat sinopsis novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan dibuatnya sinopsis agar

memudahkan siswa mengetahui isi dari bacaan tersebut. Kedua, siswa

menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami. Hasil analisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang menggunakan alur sorot-balik atau flashback..

Alur maju menceritakan keputusan tokoh A untuk melepas keperawananya.

Alasan A melepas keperawanannya diceritakan pada bagian pertama novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Alur mundur novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang menceritakan ingatan masa kecil A yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

97

begitu dekat dengan keluarganya. Ketiga, siswa memperhatikan contoh novel

yang sudah dianalisis sabagai bentuk dari tahap pemodelan. Pemodelan dapat

berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.

Contoh yang diberikan sebagai acuan kepada siswa agar dapat membantu

siswa dalam menganalisis unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang. Ringkasan novel yang dijadikan contoh adalah novel

Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

Keempat, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengajukan pertanyaan terkait pembelajaran alur dan pengaluran. Guru akan

memberikan pertanyaan terlebih dahulu untuk merangsang dan

membangkitkan semangat belajar siswa. Kegiatan bertanya di dalam proses

pembelajaran antara siswa dan guru akan memberikan informasi terkait

materi pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang. Kelima, siswa belajar dalam kelompok. Kegiatan belajar kelompok

akan membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menambah

pengetahuan siswa dalam proses belajar. Siswa berdiskusi dalam

kelompoknya mengenai unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami. Langkah terakhir, guru memberikan

penilaian autentik atau penilaian yang sebenarnya yang merupakan ciri

khusus dari pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk

mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa. Guru akan memberikan

penilaian autentik dengan memberikan tugas mengenai pembelajaran

menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

98

B. Implikasi

Hasil analisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami berimplikasi ke dalam pembelajaran sastra (novel)

di jenjang SMA. Pembelajaran sastra di SMA ditujukan untuk kelas XI

semester 1. Guru akan membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk SMA kelas XI semester 1. Kemudian hasil analisis

unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami akan disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

C. Saran

Penelitian pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan

pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dapat

dijadikan sebagai bahan pengajaran sastra di SMA. Kondisi pembelajaran

bahasa Indonesia yang sering menggunakan metode ceramah dianggap

monoton dan kurang menarik. Siswa sering merasa bosan dalam belajar

bahasa Indonesia.

Peneliti memiliki saran, yaitu (1) bagi guru diharapkan cermat dalam

memilih metode pembelajaran yang dapat diterapkan kepada siswa agar

kemampuan dan potensi siswa terbentuk. (2) bagi peneliti lain diharapkan

penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan metode

atau pendekatan yang berbeda seperti pendekatan inkuiri, saintifik, dan

sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

99

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Flores: Nusa Indah.

Jabrohim (Ed).1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Mohtarom, Mochamad Faizal. 2012. “Pendidikan Karakter yang Ditemukan

dalam Unsur-unsur intrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea

Hirata”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas

Negeri Malang.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosdakarya.

Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan

Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Mansur. 2007.a. Dasar Pemahaman dan Pengembangan: Pedoman

Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala

Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta: Bumi

Aksara.

_____________. 2007.b. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rosyidah, Kholifatur. 2014. “Pentingnya Bertanya dalam Proses

Pembelajaran”. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2016 dari

m.kompasiana.com/ifahrosyidah/pentingnya-bertanya-dalam-

proses-pembelajaran_54f5e5d0a33311a1768b45b3

Sasmito, Bagus. 2012. “Menumbuhkan Gairah Belajar Menulis”. Diunduh

pada tanggal 11 November 2016 dari

https://bagussmanemas.wordpress.com/2012/02/16/menumbuhkan

-gairah-belajar-menulis/

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

100

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob. 1983. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:

Kencana.

Utami, Ayu. 2013. Pengakuan Eks Parasit Lajang. Jakarta: Gramedia.

Yuliati, Lilis. 2009. “Penggunaan Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan

Siswa dalam Pembelajaran Analisis Novel”. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra. Universitas Pendidikan Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

101

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7) “Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan

BIOGRAFI PENULIS

Skolastika Cynthia Maharani lahir di Sleman pada tanggal 10

Februari 1994. Pendidikan dasar ditempuh di SD Tarakanita

Bumijo Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan

di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Kemudian, ia

bersekolah di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Pada tahun

2012, ia melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Pada tanggal 17 Oktober 2016, ia

dinyatakan lulus strata-1 dengan membuat skripsi yang berjudul “Pendekatan

Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI