plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · dengan ucapan syukur.” (filipi 4:6−7) “kita...
TRANSCRIPT
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR
DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Skolastika Cynthia Maharani
NIM : 121224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR
DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Skolastika Cynthia Maharani
NIM : 121224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR
DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI
UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1
Oleh:
Skolastika Cynthia Maharani
121224064
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal: 29 September 2016
Pembimbing II
Drs. P. Hariyanto, M.Pd. Tanggal: 29 September 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR
DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI
UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Skolastika Cynthia Maharani
121224064
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 17 Oktober 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama lengkap
Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
Anggota 1 : Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
Anggota 2 : Drs. P. Hariyanto, M.Pd.
Anggota 3 : Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd.
Tanda tangan
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
Yogyakarta, 17 Oktober 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristrus yang telah
memberikan berkat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi, karya ini saya
persembahkan untuk:
Kedua orang tua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang selalu
mendukung dan mendoakan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.”
(Filipi 4:6−7)
“Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat
dengan tindakan nyata, tanpa banyak bicara. Syarat pikiran positif adalah
memulainya dari sekarang, fokus pada tujuan dan yakin pada kemampuan
diri.”
(Unknown)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Oktober 2016
Yang membuat pernyataan,
Skolastika Cynthia Maharani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Skolastika Cynthia Maharani
Nomor Mahasiswa : 121224064
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR
DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Tanggal 17 Oktober 2016
Yang menyatakan,
Skolastika Cynthia Maharani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Maharani, Skolastika Cynthia. 2016. Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur
dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan
kontekstual digunakan untuk menganalisis alur novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan aspek
unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini menganalisis dan
menginterpretasi tentang data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata. Instrumen
dalam penelitian sastra adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik catat dan teknik baca. Langkah-langkah pendekatan
kontekstual yang dapat digunakan dalam menganalisis unsur alur dan pengaluran
novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari (1) membuat
sinopsis, (2) menganalisis alur dan pengaluran, (3) pemodelan, (4) bertanya, (5)
belajar kelompok, (6) penilaian autentik.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot balik atau flashback.
Pendekatan kontekstual dapat membantu siswa menganalisis unsur alur dan
pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Langkah
selanjutnya peneliti menyusun silabus dan RPP sebagai acuan dalam kegiatan
pembelajaran di SMA kelas XI semester 1. Silabus dan RPP dapat digunakan
untuk mencapai Standar Kompetensi membaca, yaitu memahami berbagai
hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Maharani, Skolastika Cynthia 2016. Contextual Approach in Plot Learning on
Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Written By Ayu Utami to the First
Semester High Schools Students of Grade XI. Thesis. Yogyakarta:
Indonesian Language Literature Education Study Program, Faculty of
Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research examined the implementation of contextual approach in plot
learning on the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This
research was aimed to describe contextual approach in plot learning on novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami to the First Semester High
Schools Students of Class XI.
This research used contextual approach. Contextual approach used to
analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu
Utami. This study is the research qualitative. The method that were used
descriptive method. This research was aimed to describe plot learning on novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research analyzed and
interpreted about data obtained from the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang in
the form of words. The instruments in the study of literature is researchers itself.
The techniques collecting data use a note and read. The steps of contextual
approach that were used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang written by Ayu Utami were: (1) making a synopsis, (2) analyzing the plot,
(3) modeling, (4) questioning, (5) learning in groups, (6) authentic assessing.
The results of this research showed that novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang written by Ayu Utami used flashback plot. Contextual approach could
help student to analyze the elements of plot novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.
The next step, the researcher arranged syllabus and Lesson Plans that could be
used as a reference and materials in literature learning in Senior High Schools
Grade XI semester 1. The syllabus and Lesson Plans can be used to reach the
Reading Competency Standard to understand various tales, Indonesian/translated
novels.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendekatan
Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami unutk Siswa Kelas XI Semester 1”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, nasihat, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
agar cepat menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengarahkan, serta
memberi nasihat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta masukan-masukan yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.
6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan pelayanan administratif
kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Kedua orangtua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang
selalu memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan doa kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Saudara kandungku, Bernardia Eka Dyah, Bernardus Bagus Aprilitanto,
Gregorius Berlian Gusti Laksita yang telah menjadi penyemangat penulis.
9. Para sahabatku, Yohanes Yanwar PM, Angelina Ryan, Emmanda Sekar,
Elisabet Eva, Saktyo Dwi Wicaksono. Terima kasih sudah menemani dan
memberikan semangat serta motivasi kepada penulis.
10. Geng Gahul Nurul (Hana, Gisela, Anindita, Tyas, Venta, Eka, Nita, Swila)
yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat
penulis merasa berharga dapat mengenal mereka.
11. Teman-teman seperjuangan PBSI angkatan 2012 dan teman-teman PPL
SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih untuk kebersamaan kita.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang sudah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh
bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk
berbagai pihak.
Yogyakarta, 17 Oktober 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................
MOTO....................................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...........................
ABSTRAK.............................................................................................
ABSTRACT...........................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................
C. Tujuan Penelitian...................................................................
D. Manfaat Penelitian.................................................................
E. Batasan Istilah........................................................................
F. Sistematika Penyajian............................................................
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................
A. Penelitian yang Relevan........................................................
B. Landasan Teori......................................................................
1. Hakikat Novel....................................................................
2. Unsur Intrinsik...................................................................
a. Pengertian Alur.............................................................
b. Struktur Alur.................................................................
c. Pengaluran.....................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
1
1
4
4
5
5
7
8
8
9
9
10
10
11
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Pendekatan Kontekstual.....................................................
a. Definisi Kontekstual.....................................................
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual......................
c. Komponen Pendekatan Kontekstual.............................
d. Penerapan CTL dalam Kelas.........................................
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual...............................
4. Pembelajaran Sastra di SMA.............................................
a. Silabus...........................................................................
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..................
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia..........................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................
A. Jenis Penelitian......................................................................
B. Metode Penelitian..................................................................
C. Sumber Data..........................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................
E. Instrumen Penelitian..............................................................
F. Teknik Analisis Data..............................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................
A. Deskripsi Data.......................................................................
B. Hasil Penelitian......................................................................
1. Membuat Sinopsis Novel...................................................
2. Menganalisis Unsur Alur Novel........................................
3. Pemodelan.........................................................................
4. Bertanya.............................................................................
5. Belajar Kelompok..............................................................
6. Penilaian Autentik.............................................................
C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami..........................................
17
17
18
19
22
24
26
26
29
31
32
32
32
33
33
34
34
35
35
35
35
37
71
72
73
74
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Silabus...............................................................................
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......................
BAB V PENUTUP................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
B. Implikasi................................................................................
C. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS
79
82
96
96
98
98
99
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini memiliki peranan yang
penting. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjalin komunikasi dan
menguasai ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat
tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotor. Ketiga aspek tersebut harus berjalan dengan seimbang agar
tercipta tujuan pengajaran bahasa yang akan dicapai. Seperti yang dituliskan
Yunus dalam artikelnya yang dimuat di Kompasiana, pembelajaran bahasa
Indonesia monoton dan kurang menarik. Siswa lebih sering merasa bosan
dalam belajar bahasa Indonesia. Tradisi membaca, menyimak, menulis dan
berbicara cenderung belum optimal.
Keberhasilan pengajaran bahasa dapat ditentukan oleh faktor guru,
siswa, metode pembelajaran, kurikulum, silabus, bahan ajar dan fasilitas
sekolah. Bagus dalam tulisannya yang berjudul “Menumbuhkan Gairah
Belajar Menulis” mengemukakan bahwa guru sering dihadapkan pada
persoalan menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam waktu
yang sudah ditentukan, sedangkan keterbatasan waktu sering mengganggu
proses pengajaran bahasa. Guru dituntut memiliki strategi dan kreativitas
mengelola materi untuk disampaikan ke siswa tanpa mengesampingkan
materi lainnya. Masing-masing siswa memiliki pengetahuan awal
(pengalaman) dan potensi yang berbeda-beda. Guru harus memahami betul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendekatan pembelajaran yang seperti apa untuk diterapkan kepada siswa
supaya kemampuan dan potensi siswa terbentuk. Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu (Komalasari, 2011: 54). Hal yang dapat dilakukan guru adalah
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau contextual
teaching and learning (CTL). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupannya (Komalasari, 2010: 7). Pembelajaran
kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni, konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), inquiri (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan
penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009: 107). Nantinya guru
akan semakin mudah memperkenalkan sastra kepada siswa.
Guru dapat memilih dan menjadikan karya sastra sebagai bahan ajar.
Yang termasuk dalam pengajaran sastra, misalnya mengajarkan puisi, drama,
novel, cerpen dan yang lain. Tujuan utama pengajaran sastra sendiri untuk
membina apresiasi sastra agar siswa mampu memahami, menikmati dan
menghargai suatu karya sastra. Effendi (1994: 144) mengemukakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-
sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Artinya, mau tidak mau
siswa dibiasakan untuk terjun langsung atau membaca sendiri suatu karya
sastra. Pada proses membaca inilah siswa menemukan keindahan dari karya
sastra yang dibacanya. Misalnya, cara pengarang menyusun alur cerita,
menciptakan tegangan, melukiskan perwatakan tokoh, dan sebagainya.
Salah satu karya sastra yang dapat diajarkan pada siswa adalah karya
sastra novel. Kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup
mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat
kemampuannya masing-masing secara perorangan (Rahmanto, 1988: 66).
Novel adalah salah satu karya sastra yang dibangun oleh beberapa unsur.
Unsur yang terdapat pada novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri,
seperti, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa. Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra dan
mempunyai nilai-nilai tertentu.
Peneliti akan melakukan penelitian pada jenis karya sastra novel.
Peneliti memilih novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual
karena pendekatan ini dapat membuat pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia lebih menarik dan siswa dituntut berpikir kritis. Siswa dipacu untuk
menghubungkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dengan mengaitkan keduanya, siswa melihat makna di dalam tugas sekolah.
Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang diolah secara kreatif. Setiap peristiwa mengandung konflik yang
mendorong pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini. Novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran
sastra untuk diterapkan di SMA kelas XI semester 1. Dalam penelitian ini,
peneliti mengkaji lebih dalam salah satu unsur intrinsik novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yaitu unsur alur. Peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur
dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti adalah bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada hal-hal sebagai
berikut.
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya tentang pembelajaran alur dan pengaluran.
2. Memberikan masukan kepada sekolah mengenai pembelajaran alur dan
pengaluran pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
3. Membantu guru dan mendorong semangat belajar siswa dalam proses
belajar mengajar.
4. Memberi masukan pada peneliti lain dalam mengadakan penelitian dari
segi sastra dan implementasinya dalam dunia pendidikan.
E. Batasan Istilah
Untuk mempelajari penelitian ini, peneliti memberikan batasan-
batasan istilah yang penting dan mendukung dalam pemahaman.
1. Novel
Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering
memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur,
seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar
(Rahmanto, 1988: 70).
2. Pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning
(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2007: 71).
3. Sastra
Rahmanto (1988: 10) mengatakan bahwa sastra mengandung
kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan
dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan
dan pikiran.
4. Pengaluran
Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda
berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.
Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria
urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153).
5. Alur
Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah
jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan,
keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan
sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55).
6. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mecakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta
penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2009: 133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per
unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich,
2007: 53).
F. Sistematika Penyajian
Dalam penelitian ini, sistematika penyajiannya terdiri dari Bab I, Bab
II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika
penyajian. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan,
kajian teori. Bab II Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan
jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data,
pembahasan pembelajaran kontekstual, implementasi pembelajaran alur novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dalam pembelajaran sastra.
Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Yang Relevan
Lilis Yuliati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan Hasil Siswa dalam Pembelajaran
Apresiasi Novel”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil siswa
dalam mengapresiasi sastra novel menggunakan pendekatan kontekstual
metode penelitian tindakan kelas menunjukan adanya peningkatan mulai dari
hasil tes awal siklus I sampai dengan siklus III setelah mendapat perlakuan
yaitu melalui tes akhir siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut berarti
penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil siswa dalam
pembelajaran apresiasi novel di kelas VIII SMP Negeri 5 Cimahi.
Penelitian yang dilakukan Mochamad Faizal Mohtarom (2013)
berjudul “Pendidikan Karakter yang Ditemukan dalam Unsur-unsur Intrinsik
Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata” menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Peneliti memilih metode deskriptif untuk memaparkan
narasi dan dialog yang menggunakan pendidikan karakter. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan pendidikan karakter yang ditemukan di dalam
unsur-unsur intrinsik novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Hasil
penelitian ini disimpulkan bahwa unsur intrinsik saling berhubungan
membentuk karakter seseorang.
Kedua penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena
mengangkat pembelajaran sastra di sekolah. Pada penelitian ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami untuk Siswa Kelas XI Semester 1”. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian milik Lilis Yuliati adalah menggunakan pendekatan
kontekstual, sedangkan penelitian milik Mochamad Faizal Mohtarom adalah
sama-sama menganalisis unsur intrinsik novel. Hal yang membedakan adalah
peneliti hanya menganalisis satu unsur intrinsik novel, yaitu alur.
B. Landasan Teori
1. Hakikat Novel
Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki
struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar,
perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar (Rahmanto, 1988:
70). Sumardjo (1983: 65) mengatakan bahwa novel sering diartikan sebagai
hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa
menjelang perkawinannya setelah mengalami masa percintaan, atau bagian
kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah
salah satu karya sastra yang mempunyai beberapa unsur pembangun dan
menceritakan kehidupan seseorang. Cerita kehidupan seseorang dapat
mendorong pembaca untuk menemukan nilai-nilai estetika. Novel dapat
dijadikan bahan ajar bagi para guru dalam proses belajar karena sudah sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Unsur Intrinsik
Dalam kegiatan menganalisis sebuah karya sastra, agar peneliti dapat
memahami isi dan jalan cerita di dalamnya diperlukan pemahaman khusus
terhadap unsur-unsur intrinsik yang membangun dan membentuk karya sastra
itu. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur,
yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata,
bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu
unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah
yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud
(Nurgiyantoro, 2005: 22). Jadi, karya sastra yang baik memiliki unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri sehingga terbentuk sebuah totalitas.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menguraikan salah satu unsur
yaitu unsur alur.
a. Pengertian Alur
Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah fiksi adalah jalannya
cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu
mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah
penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). Pada prinsipnya, seperti juga bentuk-
bentuk sastra lainnya suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan
(beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju suatuakhir
(ending). Yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi,
komplikasi, dan resolusi (atau denouement) (Tarigan, 1994: 126).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Struktur Alur
Alur menyajikan urutan waktu. Penyajian alur tak melulu
menghadirkan urutan peristiwa secara urut kronologis dan runtut.
Pengarang menggunakan daya kreativitasnya untuk menempatkan waktu
peristiwanya sendiri. Artinya, tahapan awal cerita tidak harus berada di
awal cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian
mana pun.
Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola
tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan.
Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1992: 30):
Berikut penjelasan mengenai struktur alur menurut Sudjiman (1991: 36).
1. Awal
a. Paparan
Penyampai informasi kepada pembaca disebut paparan atau
eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu
cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan,
melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca
mengikuti kisahan selanjutnya (Sudjiman, 1991: 32).
Awal
• Paparan (exposition)
• Rangsangan (inciting moment)
• Gawatan (rising action)
Tengah
• Tikaian (conflict)
• Rumitan (complication)
• Klimaks
Akhir
• Leraian (falling action)
• Selesaian (denaument)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Rangsangan
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang
tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat
pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang
merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan
tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa
lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1991: 32).
c. Gawatan
Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul
oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan
(Sudjiman, 1991: 32).
2. Tengah
a. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat
adanya dua kekuatan yang bertentangan; satu diantaranya diwakili
oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam
cerita (Sudjiman, 1991: 34−35).
b. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks
cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1991: 35).
c. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak
kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan mencapai puncak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting.
Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan
mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari
klimaks (Sudjiman, 1991: 35).
3. Akhir
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang
menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian
(Sudjiman, 1991: 35).
b. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian
boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan
(happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah
yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga
pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita
sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang
penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian
(Sudjiman, 1991: 36).
c. Pengaluran
Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda
berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.
Pembedaan plot yang dikemukakan di bawah ini didasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro,
2005: 153).
1. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu
Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang
bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan peristiwa-
peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan
dengan logika cerita (Nurgiyantoro, 2005: 153). Secara teoretis, kita
dapat membedakan plot ke dalam dua kategori: kronologis dan tidak
kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju, atau dapat
juga dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot-balik,
mundur, flash-back, atau dapat juga disebut sebagai regresif
(Nurgiyantoro, 2005: 153).
Plot lurus atau progresif merupakan plot sebuah novel
dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat
kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau:
menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian.Atau,
secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan,
pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir
(penyelesaian) (Nurgiyantoro, 2005: 154). Plot sorot-balik atau flash-
back merupakan urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi
yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai
dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap
akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro,
2005: 154). Plot campuran barangkali tidak ada dalam novel yang
secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik.
Secara garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di
dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-
adegan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Bahkan sebenarnya,
boleh dikatakan, tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak
flash-back (Nurgiyantoro, 2005: 156).
2. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah
Kriteria jumlah yang dimaksudkan sebagai banyaknya plot
cerita yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin
hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung
lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah novel (fiksi) yang
berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan sub-
subplot (Nurgiyantoro, 2005: 157).
Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya
mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh
utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya
mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan
permasalahan dan konflik yang dialaminya. Cerita yang demikian
mirip dengan biografi seseorang, atau bahkan memang berupa novel
biografi (Nurgiyantoro, 2005: 157).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Plot sub-subplot, sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih
dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang
tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik
yang dihadapinya. Struktur plot yang demikian dalam sebuah karya
barangkali beruba adanya sebuah plot utama (main plot) dan plot-plot
tambahan (sub-plot) (Nurgiyantoro, 2005: 158).
3. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan
Kriteria kepadatan yang dimaksudkan sebagai padat atau
tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya
fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung
susul-menyusul secara cepat, tetapi mungkin juga sebaliknya.
Keadaan pertama digolongkan sebagai karya yang berplot padat,
rapat, sedang yang kedua berplot longgar, renggang (Nurgiyantoro,
2005: 158).
Plot padat merupakan cerrita disajikan secara cepat, peristiwa-
peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan
antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah
selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya (Nurgiyantoro,
2005: 159). Plot longgar dalam novel merupakan pergantian peristiwa
demi peristiwa penting (baca: fungional) berlangsung lambat di
samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar.
Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai
oleh berbagai peristiwa “tambahan”, atau berbagai pelukisan tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
seperti penyituasian latar dan suasana, yang kesemuanya itu dapat
memperlambat ketegangan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 160).
4. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi
Kriteria isi yang dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah,
kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi,
sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara
keseluruhan daripada sekedar urusan plot (Nurgiyantoro, 2005: 162).
Stevick (dalam Nurgiyantoro, 2005: 162) membedakan plot jenis ini
ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot a fortune),
plot tokohan (plot of character), dan plot pemikiran (plot of thought).
Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan
nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh (utama) cerita yang
bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan
tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot pemikiran
mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan,
perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi
masalah hidup dan kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2005: 160).
3. Pendekatan kontekstual
a. Definisi Kontekstual
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya (Muslich, 2007: 41).
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2007: 42), pembelajaran kontekstual memiliki
tujuh karakteristik, yaitu:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam
konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan
dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antarteman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu
dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other
deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work
together).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity).
c. Komponen Pendekatan kontekstual
Menurut Muslich (2007: 43), pembelajaran pendekatan
kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism
(konstruktivism, membangun, membentuk), questioning (bertanya),
inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat
belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik),
authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsip-prinsip dasar
ketujuh komponen menurut Muslich (2007: 44) terlihat pada penjelasan
berikut.
a) Konstruktivisme
Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)
pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan
siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan
produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta
dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b) Bertanya (questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL.
Pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang
bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa
untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan
kemampuan berpikir siswa.
c) Menemukan (inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
d) Masyarakat belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia
bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa
menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak
tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh
masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu
informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa
(Trianto, 2009:116).
e) Pemodelan (modelling)
Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru
siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan
melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli
dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk
memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu
tubuh pasien (Trianto, 2009: 117).
f) Refleksi (reflection)
Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan
yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Trianto,
2009: 118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
g) Penilaian autentik (authentic assessment)
Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian
autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan
menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran
berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
d. Penerapan CTL dalam Kelas
Menurut Trianto (2009: 111) secara garis besar langkah-langkah
penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Selanjutnya, peneliti merumuskan langkah-langkah pendekatan
kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami
Siswa terlebih dahulu membaca novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami supaya dapat membuat
ringkasan/sinopsis bacaan tersebut. Sinopsis dibuat agar
mempermudah isi dari bacaan.
b. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami
Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan
kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan
merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa
yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?”
c. Pemodelan
Guru menyiapkan contoh analisis novel kepada peserta
didik. Tujuan pemberian contoh itu supaya dapat menjadi acuan
siswadalam menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami.
d. Bertanya
Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong
rasa ingin tahu mereka dalam menemukan unsur alur novel
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
e. Belajar kelompok
Kegiatan belajar dalam kelompok akan menjadi kegiatan
menyenangkan dan menambah pengetahuan peserta didik.
Siswadapat saling bertukar pendapat mengenai unsur alur novel.
Pembicaraan dengan teman sebaya akan membuat mereka lebih
nyaman dan rileks sehingga proses belajar tidak membosankan.
f. Penilaian autentik
Tujuan dilaksanakannya penilaian autentik atau penilaian
sebenarnya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
siswapaham terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan
tugas untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2007: 49–50 ), beberapa strategi yang dapat
dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain
sebagai berikut.
a) Pembelajaran berbasis masalah
Siswa terlebuh dahulu diminta untuk mengobservasi suatu
fenomena kemudian mencatat permasalahan-permasalahan yang
muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam
memecahkan masalah yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman
belajar
Penugasan yang diberikan oleh guru dapat dilakukan di luar
kelas. Siswa diharapkan akan memperoleh pengalaman belajar
tentang apa yang dipelajarinya.
c) Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas
perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk
berhubungan dengan orang lain.
d) Membut aktivitas belajar mandiri
Siswamampu mencari, menganalisis, dan menggunakan
informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
e) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa
yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.
f) Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat
membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan
kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan
tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4. Pembelajaran Sastra di SMA
Masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana
pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk
pendidikan secara utuh. Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra
dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4
manfaat, yaitu membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.
Pengajaran sastra yang dilakukan secara tepat yang disajikan kepada siswa
harus sesuai dengan kemampuan siswanya. Tanpa adanya kesesuaian antara
siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan akan gagal.
Guru pun perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan
pengajaran sastra dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu
perlu ditentukan standar kompetensi yang berisi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman
belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui
pencapaian standar kompetensi. Materi dikembangkan dalam bebrapa aspek
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu silabus, rencana pelaksana
pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar.
a. Silabus
Silabus diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan
standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2009: 132–133).
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,
serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan penjabaran lebih rinci
dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal
memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus
dimiliki oleh siswasehubungan dengan suatu mata pelajaran (Mulyasa,
2009: 133). Manfaat silabus yaitu berfungsi sebagai pedoman dalam
pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
dan pengembangan sistem penilaian.
Berikut prinsip yang mendasari pengembangan silabus menurut
Muslich (2007: 25–26):
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual
peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa
yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tututan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan Pembelajaran atau biasa disebut Rencana
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per
unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu
sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran
secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap
(aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53).
Terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi
perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. Dalam fungsi
perencanaan, RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap
melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
Komponen-komponen RPP yang harus dipahami guru dalam
menyukseskan implementasi KTSP, antara lain kompetensi dasar, materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator hasil belajar,
evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis sekolah atau school
based exam (SBE). Sedangkan dalam fungsi pelaksanaan, RPP harus
disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan
beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang
aktual. RPP berfungsi untuk mengefektifan proses pembelajaran sesuai
dengan apa yang direncanakan (Mulyasa, 2009: 155–156).
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian
siswaterhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan bahan
kajian. Mulyasa (2009: 157) mengemukakan prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengembangan RPP sebagai berikut.
a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret
kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi
tersebut.
b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
e) Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksanan program di
sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim
(team teaching) atau moving class.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan
arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Mulyasa, 2009:
231). Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan siswadapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan. Guru dapat
mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD sesuai dengan
perkembangan kompetensi bahasa peserta didik.
Berikut Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Dasar
Sekolah Menengah Atas kelas XI Semester 1 mengenai menganalisis
unsur-unsur intrinsik novel.
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Membaca
1. Memahami berbagai
hikayat, novel
Indonesia/novel
terjemahan
7.2 Menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis salah satu
unsur intrinsik yaitu alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini
mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Produk yang akan dihasilkan adalah
silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
B. Metode Penelitian
Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam
usaha memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010: 56). Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti memilih metode
deskriptif untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami karena metode ini tidak terbatas pada
pengumpulan dan penyusunan data saja melainkan nantinya dilanjutkan
dengan menganalisa dan menginterpretasi tentang data tersebut. Peneliti akan
menguraikan sendiri data-data yang telah diperoleh dengan maksud untuk
mempermudah memahaminya secara teoritis.
C. Sumber Data
Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data
diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novel, cerita pendek,
drama dan puisi (Siswantoro, 2010: 72). Sumber data dalam penelitian ini
adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Judul Buku : Pengakuan Eks Parasit Lajang
Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit : Februari 2013
Jumlah Halaman : 306
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data (Sugiyono, 2010: 224). Teknik yang digunakan adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
1. Teknik baca
Peneliti membaca keseluruhan isi cerita novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami.
2. Teknik catat
Peneliti mencatat hal-hal penting berkaitan dengan unsur alur dan
pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.
Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket.
Tetapi di dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang
berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima
perlakuan tertentu (treatment). Data diperoleh secara alamiah dari teks
berdasar parameter atau kriteria tertentu (Siswantoro, 2010: 73).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti diantaranya peneliti
membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami kemudian
dilanjutkan mencatat unsur alur novel. Peneliti mendeskripsikan unsur alur
dan pengaluran dan dikaitkan dengan hal-hal yang mendukung terbentuknya
alur tersebut menggunakan metode kontekstual yang kemudian dihubungkan
ke dalam pembelajaran sastra di SMA. Terakhir, peneliti menyusun laporan
akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari
tiga bab. Data yang akan dianalisis berupa kutipan kalimat yang terdapat pada
novel tersebut. Peneliti akan menganalisis unsur alur dan pengaluran yang
terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, kemudian akan
mengimplementasikan bab satu dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI
semester I dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Alasan peneliti memilih pembelajaran sastra dengan pendekatan
kontekstual adalah metode ini dapat membuat siswa berpikir kritis dalam
mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran sastra
dengan pendekatan kontekstual dimaksudkan untuk memperkenalkan nilai-
nilai yang dikandung karya sastra kepada siswa yang nantinya siswa mampu
menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.
B. Hasil Penelitian
Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur
alur dan pengaluran dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami sebagai berikut.
1. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
Siswa membuat sinopsis cerita novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami. Tujuan dibuatnya sinopsis agar memudahkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mengetahui isi dari bacaaan. Berikut ini sinopsis novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang.
Saat masih anak-anak A tinggal di kota hujan. Ayah yang bekerja
sebagai seorang jaksa memiliki karakter galak, berbeda dengan ibunya yang
lemah lembut. A memiliki dua bibi, sebut saja Bibi kurus dan Bibi gendut.
Kedua bibi A telah mengadu domba ayah dan ibunya. Mereka mengatakan
kepada ayahnya bahwa sebenarnya ibunya selingkuh. Perselingkuhan terjadi
saat sang ayah mendapatkan tugas keluar kota. Ayahnya murka. Ibunya
menangis. A melihat bahwa kedua bibinya menjadi jahat karena mereka iri.
Mereka belum menikah juga.
Pada usia kedua puluh, A berkeinginan untuk melepaskan
keperawanannya. A tidak menyukai budaya Patriarki di Indonesia.
Keperawanan kemudian menjadi hal yang sangat diagungkan. Wanita yang
sudah tidak perawan dirasa tidak terhormat lagi. Vagina menjadi hal yang
begitu sensitif. Masalah muncul kepada siapa A akan melepaskan
keperawanannya.
A memiliki dua pacar. Mat, laki-laki yang suka mengapelinya dengan
mobil. Nik, laki-laki sederhana yang suka bepergian menaiki sepeda motor. A
harus memilih salah satu dari mereka. Pilihan A jatuh kepada Nik. Hubungan
mereka hanya bertahan kurang lebih selama setahun. A pun sempat menjadi
wanita simpanan pria beristri. Hingga kemudian A bertemu dengan Rik yang
kini menjadi pendamping hidupnya. Bukan berarti A dapat setia dengan
pasangannya, A juga mengkhianati Rik. A tidak bisa setia dengan laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Keinginannya untuk tidak menikah pada saat kanak-kanak sudah tidak
berlaku lagi. A dewasa mantap memutuskan untuk menikah. A yang dulu
hidup melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum Patriarkal kemudian
menemukan kedamaian di dalam gereja. Namun disaat dirinya mulai
menemukan hidup baru, Nik meninggal.
2. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami
Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan kegiatan
pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan merangsang munculnya
pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Bagaimana ending cerita itu?”
Siswa menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan penahapan alur yang
dikemukakan oleh Sudjiman (1992: 30–36) yang meliputi bagian awal,
tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, gawatan.
Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Bagian akhir meliputi
leraian dan selesaian. Untuk mempermudah, peneliti menganalisis alur dalam
beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami.
a. Bab Satu
Alur yang menonjol dalam bab satu novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang adalah paparan, rangsangan dan gawatan (tahap awal), tikaian,
rumitan dan klimaks (tahap tengah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
1) Paparan
Siswa mulai menentukan paparan yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang.
Paparan biasanya merupakan fungsi awal suatu cerita. Tentu saja
bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan
sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya
(Sudjiman, 1991: 32).
Cerita bermula dari tokoh A yang sedang bercermin. Ia menyadari
perubahan pada bentuk tubuhnya dari masa kanak-kanak menjadi wanita
dewasa. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
(1) Bayangkanlah aku. A namaku, gadis duapuluh tahun. Aku
memandang ke dalam cermin. Sesungguhnya aku terlambat
tumbuh menjadi wanita. Terlalu lama aku menjadi anak-anak
(Utami, 2013: 7).
Kemudian A mulai menyukai bagian-bagian tubuhnya. Ia sadar
betul setiap orang tidak sempurna secara fisik. Kekurangan yang
dimilikinya tidak lantas membuat dirinya minder. A menutupi
kekurangannya dengan berdandan, sedangkan kelebihan yang Ia miliki
mampu menarik perhatian lawan jenisnya. Hal tersebut dibuktikan dalam
kutipan berikut.
(2) Baru sekarang kubiarkan rambutku berbentuk, sedikit melebihi
bahu. Aku mulai memperhatikan kelebihan dan kekurangan
wajahku. Aku mulai menggambar garis mata dan alisku. Aku
mulai menatapi tubuhku dalam takjub. Baru sekarang aku
menyukai lekuk pinggangku, atau menyenangi
buahdadaku−sambil berharap bahwa keduanya masih bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tumbuh lebih besar. (Itu, kau tahu, tak mungkin. Kecuali jika
seluruh bagian lain ikut bertambah besar juga.) (Utami, 2013:
7)
(3) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi
tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar.
Ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang
kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman
indah menghisap di masa kanak. Aku tahu. Tapi, pengetahuan
bahwa aku kini memiliki tubuh itu menciptakan rasa ganjil.
Ya, kini; sebelumnya tidak demikian. Tubuh yang baru ada
padamu kini akan membangkitkan hasrat lelaki. Mengetahui
itu sungguh aneh. Sekaligus menyenangkan. Semakin kau
memikirkannya, semakin kau tak faham (Utami, 2013: 8).
Kutipan selanjutnya menceritakan tentang pengarang yang
menggambarkan bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Pengandaian itu
gambaran dari niatan A untuk melepas keperawanannya.
(4) Setelah kau mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau
memang harus pergi dari taman surgawi itu. Sekalipun tidak
ada malikat yang mengusirmu, selain dirimu sendiri. Persisnya
demikian: Setelah kau mengalami rasa pengetahuan... ya, rasa
yang menakjubkan itu, rasa yang sekaligus membuatmu
makhluk fana... taman itu akan lenyap dengan sendirinya
bagimu, seperti istana pasir yang perlahan ditiup angin (Utami,
2013: 10).
Pengarang tidak lupa menyisipkan butir-butir yang memancing
pembacanya untuk mengikuti kisah selanjutnya. Hal ini terdapat pada
kutipan berikut.
(5) Begitulah, sekali lagi, aku telah memutuskan untuk menutup
masa perawanku. Tapi siapa lelaki itu? (Utami, 2013: 11).
(6) Aku melangkah keluar taman surgawi. Kututupkan daun-daun
gerbangnya yang sunyi. Lalu, ketika aku telah berada di luar,
aku berpikir-pikir. Sesungguhnya aku tidak punya gambaran
yang nyata tentang lelaki yang kuinginkan. Aku tidak punya
kriteria. Aku tidak punya kesadaran apapun mengenai lelaki
ideal (Utami, 2013: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kutipan diatas membuat kita bertanya-tanya, siapa laki-laki yang
dipilih oleh A.
2) Rangsangan
Kegiatan selanjutnya adalah siswa menemukan rangasangan dalam
novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru
yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan
oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang
semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan
disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan
(Sudjiman 1992: 32).
Rangsangan yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami adalah ketika A memulai aktivitas pertamanya
menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. A anak Fakultas Sastra. Hal
ini terdapat pada kutipan berikut.
(7) Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di
Taman Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok.
Itu adalah tahun ketika kampus UI mulai dipindahkan dari
bangunan perkotaan Jakarta yang berpencaran ke sebuah
taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu Depok
masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih
dan berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau
harus melalui gurun gamping berdebu. Di tengah taman ada
bukan pohon pengetahuan melainkan danau. Kampus-kampus
di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju danau itu. Di
antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua
kampus yang penting dalam hidupku (Utami, 2013: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang bagaimana A tertarik
dengan Nik. A memuji ketampanan yang dimiliki oleh Nik. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(8) Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar
kemerahanan. Bulu-bulu kumisnya masih begitu halus dan
perawan, tetapi alisnya tegas. Giginya berbaris rapi alami,
kecil baik, pada rahangnya yang kekar. Kelak aku tahu gigi
seri bawahnya bukan empat melinkan lima. Ia tampan. Kelak
aku tahu bahwa Ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik
dalam gaun biru dengan bibir merah segar (Utami, 2013: 13).
Kutipan di bawah ini menceritakan kekecewaan yang dirasakan A.
Nik pergi meninggalkannya begitu saja karena melihat perbedaan
keyakinan di antara mereka. Disaat A mulai melupakan Nik, muncullah
Mat. Mat tidak mempersoalkan perbedaan keyakinan. Sejak pertemuan
pertama kali, Mat selalu menemani A.
(9) Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama,
seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius,
melainkan matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari
keluarga Islam juga. Tapi dia jauh lebih rileks. Ia tak peduli
kalung salib. Ia adalah ketua grup penataran kami. Ia sedikit
lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk. Pipinya menunjukkan
bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih terbuka
dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu
mengiringi aku, juga di saat-saat istirahat (Utami, 2013: 14).
Setelah bertemu dengan Mat, A sudah merasa siap untuk melepas
keperawanannya. A sempat berpikir bahwa dia akan melakukan
persetubuhan yang pertama kali dengan Mat.
(10) Maka tibalah masa itu. Umurku memasuki tahun keduapuluh.
Aku telah siap untuk menutup masa perawanku. Aku telah
berani untuk mengalami persetubuhan yang sesungguhnya.
Aku pikir pada akhirnya aku akan melakukannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Mat. Aku sayang dan senang padanya. Tapi... (Utami, 2013:
18)
3) Gawatan
Siswa diminta menemukan gawatan dalam novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh
manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita
(Sudjiman, 1991: 34–35) .
A memiliki dua pacar. Dia selalu dihantui perasaan
ketidakpantasan mencintai dua pria sekaligus. Nik tahu bahwa ia
mempunyai saingan, tetapi Mat tidak tahu bahwa dia mempunyai musuh.
A harus memilih salah satu agar tidak ada hati yang tersakiti. A juga
tidak mau dihantui rasa bersalah.
(11) Tapi pertanyaan tentang ketidakadilan hidup yang menghantui
itu juga terlalu jauh untuk dijawab, sementara persoalanku
sekarang begitu nyata dan mendesak: aku punya pacar dua
dan aku harus memutuskan salah satu. Siapa yang harus
kupilih? Jawabannya sebetulnya sudah jelas. Tapi, kenapa
aku memilih dia? Bagaimana mempertanggungjawabkan
pilihan itu? Pertanyaan ini sulit, sebab memaksa aku
membuat perhitungan yang menyedihkan tentang manusia.
Dalam hati kecilku aku tahu bahwa manusia tidak pantas
diterapkan dalam skala nilai. Manusia tidak akan bahagia
dibegitukan. Skala penilaian akan menghasilkan manusia
super dan manusia pecundang. Dan itu sangat menyedihkan
(Utami, 2013: 21).
A memiliki sahabat, namanya Tri. A menceritakan apapun
termasuk tetang kedua pacarnya, Nik dan Mat. Tri sangat memahami
sifat A. Hanya pada Tri, A berani menceritakan apapun yang dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(12) Aku punya sahabat. Tri namanya, temanku sejak umur dua
belas tahun. Kami pernah jatuh cinta pada lelaki yang sama di
SMP. Tak satu pun diantara kami berdua mendapatkan lelaki
itu. Selepas SMP pemuda itu menghamili anak orang. Aku
dan Tri diam-diam merasa lega bahwa kami yang tomboy ini
tidak menarik hatinya sehingga tak menjadi hamil. Peristiwa
itu menambah erat hubunganku dengan Tri. Lebih-lebih lagi,
aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya
adalah pacar Tri di SD. Berbagi ketertarikan yang sama, aku
percaya bahwa Tri memahami kecenderungan-
kecenderunganku, yang paling konyol sekalipun. Hanya
padanya aku berani cerita tentang si pecinta alam celana
rombeng yang bagaimanapun sempat membangkitkan
gairahku (Utami, 2013: 24).
A memutuskan hubungannya dengan Mat. A memberikan alasan
yang rasional tetapi Mat tidak menerimanya. Kemudian Mat bercerita
kepada Tri, sahabat A. Tri mendengarkan secara langsung keluh kesah A
dan sekarang dia mendengarkan lagi keluh kesah Mat. Sampai akhirnya
Mat menerima dengan lapang dada bahwa A sudah memiliki Nik. Hal ini
ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(13) Di tengah kegalauannya, Mat pun mengadu pada sahabatku,
Tri. Tri mendengarkan entah dengan perasaan apa. Mat
curhat sampai akhirnya ia menemukan bahwa aku memang
sudah punya pacar baru, Nik, yang sedang menikmati
kemenangan yang apa-boleh-buat. Tapi Nik tidak tahu−tak
seorangpun tahu−bahwa bertahun-tahun kemudian akan tiba
gilirannya curhat pada Tri dengan air mata bercucuran. Dan
Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai
ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatan-
perbuatanku (Utami, 2013: 28).
4) Tikaian
Siswa menemukan tikaian yang terdapat pada bab satu novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tikaian ialah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan; satu di antaranya diwakili oleh
manusia/pribadi yang biasanya menjadi protagonis di dalam cerita.
Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam
dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pun pertentangan antara
dua unsur di dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1991: 34–35).
Pertikaian terjadi ketika Nik berbicara dengan A tentang
kesediannya untuk mengatakan bahwa A memilih dirinya kepada Mat.
Nik begitu mencintai dirinya. Nik tak mau berbagi dengan yang lain. Hal
ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(14) Nik belum pernah disentuh perempuan. Dengan pengalaman
barunya, tentu ia segera ingin memiliki aku seorang diri. Ia
tak mau lagi berbagi dengan Mat. Dengan baik-baik ia bilang
padaku, apakah aku membutuhkan dia untuk mengatakan ini
pada Mat. Apakah aku memerlukan dia untuk menghadapi
Mat dan memberitahu bahwa aku telah memilih dia (Utami,
2013: 25).
A memberanikan diri untuk bicara dengan Mat. Hubungan mereka
tidak bisa dilanjutkan. Mat terkejut dan bertanya-tanya alasan A
memutuskannya. Padahal Mat merasa bahwa hubungannya selama ini
baik-baik saja. A beralasan bahwa Mat tidak bisa diandalkan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
(15) Kujawab Nik, “Biar aku yang bicara dengan Mat.”
Akhirnya aku bicara dengan Mat, dengan alasan yang tak
bisa kulupakan seumur hidupku. Kubilang padanya aku mau
hubungan ini berakhir. Tentu ia terkejut dan bertanya kenapa.
Sebab ia sangat senang dengan hubungan ini dan tidak
merasa ada persoalan sama sekali. Bahkan ibu dan kakak-
kakaknya senang juga padaku. Itulah. Kubilang ada masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Ternyata ada masalah. Sebab ia malas. Prestasi akademiknya
kurang. Indeks prestasinya di bawah angkaku. Kredit yang ia
ambil per semester kurang dari yang kuambil. Bahkan aku
sampai harus ikut membuatkan tugas kuliahnya. Lalu aku
mengatakan hal yang aku malu bahwa aku sampai hati
mengatakannya: Lelaki tidak boleh begitu. Lelaki kan akan
jadi kepala keluarga. Dia akan jadi pemimpin. Dia harus lebih
dari perempuan (Utami, 2013: 26).
Mat menyayangkan alasan A memutuskan hubungan dengannya.
Dia tidak terima. Sebelum mereka resmi menjadi kekasih, tidak ada
perjanjian khusus yang mereka buat. Tidak ada larangan harus begini
begitu. Semua berjalan begitu saja. A yakin bahwa alasan yang
dikatakannya sudah tepat. Alasan yang menurutnya tidak menyakiti hati
Mat dengan sudah adanya orang lain dihatinya. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan berikut.
(16) Mat memandangi aku dengan tidak percaya. Aku tak bisa
melupakan matanya. Soal indeks prestasi itu kan tidak ada
dalam perjanjian di awal hubungan? Dulu tidak jadi masalah,
kok sekarang tiba-tiba jadi masalah? Ia tidak mengatakannya,
tetapi aku merasa matanya berkata begitu (Utami, 2013: 27).
(17) Tapi aku merasa harus memberi alasan yang rasional untuk
mengakhiri hubungan. Atau tampak rasional. Masa aku
memutuskan Mat dengan bilang karena sekarang ada Nik?
Dan aku memang tidak mau mengaku bahwa sudah ada Nik.
Yang kulakukan sesungguhnya membikin rasionalisasi untuk
bisa memuluskan jalan bagi Nik. Ya, aku mencari-cari
pembenaran yang tampak masuk akal untuk melancarkan
kehendak dan nafsuku sendiri, meskipun pada saat itu aku
belum mau mengakuinya. Aku membikin alasan agar ia
gugur dan Nik menempati tempat yang syarat-syaratnya
memang kusiapkan untuk dia (Utami, 2013: 27).
5) Rumitan
Siswa diminta menemukan rumitan yang terdapat pada bab satu
novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita
disebut rumitan (Sudjiman, 1992: 35).
Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang
memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk
menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992: 35).
Setelah memutuskan hubungannya dengan Mat, A menimbang-
nimbang kembali keputusannya untuk menyerahkan keperawanannya
dengan Nik. A melihat gambaran tiap-tiap keluarga yang taat memeluk
agamanya. Tidak ada yang membenarkan melakukan hubungan seksual
di luar pernikahan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
(18) Sementara ini, kini Nik adalah pacarku ketika usiaku
duapuluh tahun dan aku merasa matang untuk menutup masa
perawanku. Aku mau melakukannya dengan Nik, meskipun
aku belum yakin betul dengan keputusanku. Sebab,
sesungguhnya kami berdua datang dari keluarga yang taat
agama. Melepaskan keperawanan sebelum pernikahan tidak
pernah merupakan ajaran dalam keluarga kami (Utami, 2013:
30).
Semasa kecil keduanya adalah anak yang religius. A selalu rajin
pergi ke gereja dan membaca Alkitab. Nik tidak pernah lupa menjalankan
salat lima waktu dan membaca Qur’an. Hal ini dibuktikan dalam kutipan
berikut.
(19) Nik maupun aku adalah adalah anak yang religius di masa
bocah. Kami masing-masing punya ketertarikan pada agama
lebih dibanding saudara-saudara kandung kami. Aku suka
membaca Alkitab sejak kecil. Nik pernah menjuarai lomba
Musabaqah Tilawatil Qur’an. Katanya orang mengagumi
suara sengaunya yang bagus untuk melantunkan kitab suci.
Pada suatu periode di masa remaja, aku ke gereja hampir
setiap pagi. Nik tidak pernah melalaikan salat lima waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Aku pernah ingin menjadi biarawati. Nik masih bercita-cita
punya rumah di sebelah mesjid dan ia sangat rindu untuk
membisikkan adzan di telinga bayinya begitu lahir (Utami,
2013: 30).
Usia keduapuluh membuat A semakin ingin mencoba hal baru
yang ia temukan dalam tubuhnya sebagai perempuan. A bertanya
kesediaan Nik melakukan hubungan seksual dengannya. Tidak ada
perasaan takut akan dosa ketika menanyakannya. Seperti kutipan berikut.
(20) Dan usiaku duapuluh. Usia tatkala manusia baru saja
memiliki tubuh mudanya dan penuh dorongan untuk
mencoba tubuh yang baru itu. Aku bertanya, tidak dengan
genit, kepada Nik: apakah ia mau melakukan itu sebelum
menikah. Aku memang betul-betul ingin tahu pendapatnya
secara umum, bukan mau mengajaknya sekarang. Untuk
urusan itu tak perlu ajak-mengajak. Sebaliknya malah, jika
kita tidak menahan diri hal itu pasti akan terjadi dengan
sendirinya. Lagipula aku punya banyak waktu lain untuk
genit. Dan tanpa genit pun aku tahu tubuh baruku ini menarik
(Utami, 2013: 31).
Namun A mendapati jawaban Nik menolak ajakannya. Nik tidak
akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan Nik sadar betul
bahwa itu dosa. A dapat membaca keraguan yang ada pada diri Nik, Nik
berkata tidak tetapi tubuhnya menginginkannya. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan berikut.
(21) Nik menjawab dengan yakin: “Tidak akan.” Ia bilang dengan
mantap, ia tidak akan bersetubuh sebelum menikah meskipun
ia sangat suka perempuannya. Ia tidak mau berzinah. Itu
dosa.
Tapi beberapa saat kemudian aku melihat wajahnya
menampakkan keraguan.
Aku telah mulai tahu. Anak muda yang datang dari keluarga
kelas menengah dengan nilai-nilai konservatif punya per
tarungan batin yang kurang lebih sama. Nilai-nilai mereka
melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan (Utami, 2013:
31–32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kutipan di bawah ini mengungkapkan bahwa perempuan yang
terhormat adalah mereka yang mampu menjaga keutuhan selaput daranya
sampai pernikahan nanti. A melihat bahwa hal tersebut tidak adil. Laki-
laki hanya mau menerima perempuan yang masih perawan, kalaupun
tidak hanya ada belas kasihan yang dapat menyelamatkan perempuan
yang sudah tidak perawan. Kecuali laki-laki itu benar-benar menyukai
pasangannya, menerima pasangannya apa adanya.
(22) Pada masa itu perempuan masih hidup dengan ditakut takuti.
Perempuan harus menjaga selaput daranya sampai malam
pertama pernikahan. Seorang gadis yang tidak perawan
layaklah dicampakkan oleh suaminya. Di televisi kulihat
berita tentang penyanyi gendut FH yang menceraikan istrinya
dengan alasan sudah tidak perawan lagi. Beberapa tahun
kemudian pernah ku lihat da’i ganteng Aa G. Kiai muda ini
sedang sangat tenar. Ia selalu memakai sorban dan jubah,
tetapi bibirnya selalu sedikit terbuka menggemaskan. Kulihat
di televisi ia berkhotbah di hadapan para remaja putri. Ia
berkata, selaput dara ibarat segel dari Allah (Utami, 2013:
33).
(23) Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin.
Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. Ia bilang begitu bukan
dengan nada menggurui, tapi lebih dengan nada muram dan
tak berdaya.
Aku bilang padanya, “Tapi itu kan tidak adil, Ibu?”
Ibu tidak bisa menjawab (Utami, 2013: 34).
Hal tersebut yang membuat A mantap untuk melepas
keperawanannya pada usia dupuluh tahun. A berpikir bahwa tidak ada
jawaban letak keadilan dalam memuliakan dan menuntut keperawanan.
Agama pun tidak mempermasalahkan hal itu. Agama hanya melarang
persetubuhan di luar pernikahan. Jika dilakukan, manusia melakukan
dosa. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(24) Kembali pada Agama. Agama hanya melarang persetubuhan
di luar pernikahan. Apa yang salah dengan hal itu? Bukankah
itu berlaku untuk pria maupun wanita? Dan bukankah baik
bahwa seks berada dalam hubungan yang bertanggungjawab
dan terbatas?(Utami, 2013: 36).
(25) Jadi, kalau aku sudah tidak beragama lagi, kenapa pula aku
harus percaya pada konsep perzinahan? Aku percaya bahwa
seks itu harus bertanggungjawab, pada diri sendiri maupun
pasangan. Jika ada dosa, itu bukan terhadap Tuhan,
melainkan terhadap orang lain. Kita berdosa pada orang lain
jika mengkhianati, menyakiti, atau mempermainkan mereka.
Tapi, diam-diam aku masih percaya bahwa aborsi adalah
dosa. Dosa pada orang lain, yaitu individu yang sudah
terlanjur dibentuk dalam kandungan oleh perbuatan main-
mainmu. Aku masih diam-diam percaya bahwa ada yang
disebut dosa... (Utami, 2013: 36).
6) Klimaks
Siswa diminta untuk menemukan klimaks yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Klimaks terjadi apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya
(Sudjiman, 1992: 35).
Akhirnya, A memutuskan untuk melepas keperawanannya dengan
Nik. A melalukannya dengan sadar dan ia sudah membangun tata
moralnya sendiri. Berbeda dengan Nik, ia menggunakan sistem yang
menguntungkan laki-laki. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
(26) Kini kami berhadap-hadapan. Aku dengan sistemku sendiri.
Dia dengan sistem yang dicangkokkan dari luar. Tentu saja
dia yang terguncang.
Peristiwa itu terjadi.
Persetubuhan yang pertama.
Peristiwa itu selesai.
Persetubuhan yang pertama (Utami, 2013: 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang A yang sudah tidak
perawan. Melakukan hubungan seks di luar nikah seperti narkoba. Sejak
pertama kali melakukan persetubuhan dengan Nik, A melakukannya lagi.
Nik takut apa yang sudah ia lakukan dengan A disebut zinah. Maka dari
itu, Nik ingin segera menikahi A. Tidak mudah bagi mereka untuk
menikah karena Nik dan A berbeda keyakinan. Nik meminta A untuk
pindah agama.
(27) Aku bukan lagi seorang perawan. Ini tahap baru dalam
hidupku.
Kami sedang berbaring-baring di ranjang seusai bercinta,
ketika Nik tiba-tiba berkata, “Sayang, kamu harus pindah
agama. Soalnya, aku harus mengawini kamu.”
“Kenapa?” aku bertanya.
Ia menjawab bersetubuh tanpa menikah adalah zinah.
“Iya. Terus?” sahutku.
“Zinah itu hukumnya berat sekali. Sekali zinah empatpuluh
tahun di neraka. Coba, kita sudah berapa kali begini. Kita
tidak bisa terus-terusan zinah. Berapa tahun nanti kita di
neraka?”
Lalu kami bercinta lagi. (Atau lalu kami berzinah lagi.)
(Utami, 2013: 39–40).
Nik meminta A agar segera pindah agama tidak hanya sekali. Nik
terus membujuk A. Hal ini ada dalam kutipan berikut.
(28) Setelah itu Nik kembali membujuk aku untuk pindah agama.
Aku bertanya lagi, “Kenapa?”
“Karena aku mau mengawini kamu.”
A tidak menuruti permintaan Nik. Justru ia melihat
ketidakadilan dalam masalah itu. Kalaupun Nik ingin menikahi
dirinya kenapa ia yang harus pindah agama. A pindah agama
supaya dinikahi Nik. Itu terdengar tidak adil (Utami, 2013: 40).
(29) “Kenapa harus aku yang pindah agama? Kenapa bukan kamu
saja yang pindah?” kataku. Meskipun ayah kami masuk
agama ibu kami, sebetulnya aku tidak pernah ingin mengubah
agama orang, apalagi orang yang aku cintai. Aku punya ideal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
untuk mencintai orang apa adanya. Cuma, ini tes soal
keberimbangan aja. Ya, kalau ia merasa kami harus seagama,
kenapa harus aku yang berubah? (Utami, 2013: 40).
Nik merasa bahwa agamanya lebih benar. Setelah apa yang mereka
lakukan, Nik merasa bahwa tindakan A yang tidak benar. Nik patut
menuntun A ke jalan yang benar. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
(30) Setelah itu, Nik berkata lagi bahwa, menurut guru agamanya,
karena diciptakan dari rusuk lelaki, perempuan cenderung
bengkok. Maka ia harus diluruskan oleh lelaki (Utami, 2013:
41).
A masih tidak percaya dan kecewa terhadap apa yang dikatakan
Nik kepadanya. A tidak menyukai ajaran agama yang menyatakan
perempuan sebagai nomor dua. A melawan nilai-nilai adat dan agama.
Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
(31) Tafsir yang sama persis pernah aku baca dikatakan oleh para
Bapa Gereja dari abad-abad awal. Jauh sebelum abad
keenam. Persis itulah yang aku benci dari agama: sikap
pemukanya yang merendahkan perempuan. Perempuan
dianggap makhluk kelas dua dibanding lelaki. Itulah salah
satu penyebab utama aku meninggalkan agama. Itulah
penyebab aku mencopot kalung salibku (Utami, 2013: 41).
A merasakan ketidakadilan lagi dalam hubungannya dengan Nik.
Nik pernah memintanya jika nanti mereka sudah menikah, A harus
memanggil Nik dengan “Mas”. Padahal dari segi usia, Nik lebih muda
dibanding dirinya. Tradisi orang Jawa mengenalkan sapaan (kata ganti
orang) mas untuk laki-laki, dan mbak untuk perempuan. Mas biasa
digunakan sebagai sapaan untuk laki-laki yang dianggap lebih tua.
Sapaan tersebut juga sebagai bentuk hormat untuk laki-laki, tanpa
memandang usia. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lama kelamaan terjadi pergulatan batin pada diri A. Kebiasaan
melakukan hubungan seks bersama Nik membuat dirinya meninggalkan
gereja. A sudah melakukan dosa. Ia merasa kotor. Ia tidak pantas berada
dalam lingkungan gereja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan
berikut.
(32) Dalam sistem Katolik zinah juga merupakan dosa berat.
Memang tidak ada lagi hukuman fisik untuk itu. Hanya saja,
orang yang berdosa berat tidak pantas menerima apa yang
disebut Sakramen Mahakudus−yang berupa roti bulat tipis
yang besarnya seperti manisa lobi-lobi buatan Cina tapi
warnanya putih dan rasanya hambar mirip wafer bulat pengapit
gula-gula arumanis−yang dinamakan juga sebagai hosti.
Pendeknya, rasa hosti itu mirip simping, tapi hanya orang Jawa
kampung yang tahu kue ini. Setelah upacara persembahan
dalam Misa, hosti itu berubah menjadi tubuh Kristus sendiri.
Jadi, kita tidak boleh sembarangan menerimanya. Bagaikan
menyambut tubuh kekasih, kita tidak boleh dalam keadaan
kotor. Kita harus melakukan pemeriksaan batin dan ibadat
tobat yang serius dulu. Dan kalau kau punya dosa besar, kau
harus melalukan pengakuan dosa (Utami, 2013: 45).
Hubungan mereka selalu dipenuhi oleh perbedaan pendapat. Pada
kutipan (33) Nik tipe orang tidak gampang patah semangat. Dalam hal
pekerjaan Nik terlihat pemilih. Ia tidak mau bekerja jika atasannya
seorang wanita. Nik bersitegas bahwa laki-laki sudah memiliki kodrat
sebagai pemimpin.
(33) “Aku tidak mau kerja di bawah atasan wanita,” katanya.
“Aku tak mau punya bos perempuan.”
“Kenapa?” tanyaku heran.
Dia mengangkat bahu sambil menggelengkan kepala.
“Tidak bisa. Aku tidak bisa dipimpin perempuan. Aku tidak
bisa jadi bawahannya cewek. Tidak bisa saja...”(Utami, 2013:
51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang kemarahan A saat Nik
meminta untuk dibelikan sebatang cokelat padanya. A merasa Nik tidak
pantas melakukan tindakan itu karena untuk hal-hal yang melibatkan
uang, lelaki hanya diperbolehkan untuk memberi tidak meminta. Hal
tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
(34) Aku kesal kalau aku harus mengatakan kenapa aku marah.
Seharusnya ia kan tahu sendiri. Tapi ai tidak tahu. Maka,
akhirnya, dengan sangat jengkel kubilang, “Masa kamu minta
beliin coklat sama aku? Gak pantas laki-laki minta dibeliin
sama perempuan!”
Ia masih tidak mengerti. “Masa aku ga boleh sekali-kali
kepingin coklat?” katanya heran.
“Kepingin sih boleh saja. Tapi jangan minta. Beli aja sendiri.
Gak pantas cowok minta sama cewek. Cowok itu kan akan
jadi kepala keluarga. Dia yang harusnya beliin ini-itu buat
cewek.” (Utami, 2013: 52).
A juga mulai bersikap kritis terhadap segala permasalahan yang
berkaitan dengan ketidakadilan dan nilai-nilai yang diterapkan oleh
agama. Terlebih A sering dihadapkan dengan adat istiadat yang
bertentangan dengan sistem yang dibangunnya sendiri. Nilai adat istiadat
tersebut dirasa tidak adil untuk diterapkan. Hal tersebut dapat dibuktikan
pada kutipan berikut.
(35) Aku selalu merasa ada yang tidak adil setiap kali manusia
diterapkan dalam skala nilai kesempurnaan. Itu menempatkan
manusia dalam hirarki kesempurnaan. Membayang sebuah
kontes dimana manusia dinilai akumulatif baik penampilan
fisik, perilaku, maupun intelektualitasnya akan menghasilkan
pemenang−mereka yang mendekati sempurna: rupawan,
pintar, cerdas, elegan, dan barangkali juga berbudi−serta
manusia pecundang−mereka yang buruk rupa, tolol, cacat,
tidak terpelajar, kikuk dan barangkali juga pendengki. Dalam
hidupku aku memang bertemu manusia-manusia yang begitu
kontras. Ada yang sudah keren, pintar, kaya, berbakat, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
baik pula. Ada yang sudah jelek, miskin, bodoh, pengkor,
pece, iri hati, dan jahat pula. Betapa tak adil dunia. Dan,
betapa mengerikan bahwa manusia masih membikin
kompetetisi untuk merayakan ketidakadilan itu. Hirarki
kesempurnaan (Utami, 2013: 60).
Muncul permasalahan besar dalam hidup A. Perjuangan A yang
menuntut keadilan perlakuan antara laki-laki dan perempuan justru
menjadikannya pribadi yang jahat. A melanggar sumpahnya. A
berselingkuh dengan suami orang. Ia mengkhianati Nik yang
mengasihinya dengan tulus. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
(36) Aku mulai merindukan Dan. Perlahan tapi pasti aku jatuh
cinta padanya. Aku tidak ingin memanjang-manjangkan
cerita romantis, atau meromantisir drama di bagian ini.
Pendek kata, dalam tahun kedua persahabatan kami yag intim
itu, akhirnya kami bercinta. Dialah satu-satunya pria yang
dengannya aku bersetubuh setelah menyayanginya. Dengan
semua lelaki lain, rasa sayang itu baru datang belakangan,
setelah kami sering bersetubuh. Tapi, itu juga pertama
kalinya aku bercinta dengan suami orang. Itu merupakan titik
perubahan besar dalam hidupku... (Utami, 2013: 72).
A yang menyayangi kekasihnya bernama Dan tidak menyetujui
poligami. Poligami hanya akan menyakiti hati perempuan, makhluk yang
lemah. Dia tidak ingin menyakiti sesamanya.
(37) “Maksudnya?” tanyaku. Sungguh mati, waktu itu aku
belum pernah bertemu orang yang secara terang-terangan
mendukung poligami. Aku masih muda dan tidak
berpengalaman. Agaknya dialah orang pertama yang
kukenal.
Aku tak suka jawabannya. Aku merasa ada yang tidak adil
dalam pikirannya. Kubilang padanya, “Tuhan kan sangat
kuat. Sakit hatinya tak akan seberapa. Tapi kalau kamu
menikah lagi, istri kamu yang kamu sakiti secara sah.”
Kalau aku, aku lebih memilih menyakiti hati pihak yang
kuat daripada menyakitti pihak yang lemah. Jika aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
melukai yang lemah, itu berarti aku sewenang-wenang
(Utami, 2013: 77).
Sebelum berselingkuh, A pernah membayangkan pernikahannya
dengan Nik, kekasihnya. A tidak menyenangi rangkaian upacara adat
Jawa dan upacara agama. Menurutnya, budaya patriarki masih melekat
dengan masyarakat Indonesia terutama pada pernikahan adat Jawa.
Budaya ini meletakkan laki-laki memiliki posisi dan kekuasaan yang
lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Perempuan masih
dipandang sebagai pribadi yang lemah. Perempuan harus hormat dan
tunduk pada laki-laki. A kemudian berpikir ulang keputusannya untuk
menikah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
(38) Aku pernah memikirkan pernikahanku dengan Nik. Seperti
apa pesta perkawinan kami nanti? Aku tak suka upacara Jawa
Kakak pertamaku menjalani seremoni adat secara penuh.
Mulai dari pertunangan, pingitan simbolis, serah-serahan,
siraman, dan lain-lain. Aku tidak suka prosesi itu. Terutama
pada bagian di mana pengantin perempuan membasuh kaki
suaminya.Itu tanda bakti dan melayani. Tak ada yang salah
dengan berbakti dan melayani.Tapi jika itu tidak dilakukan
secara setara, buatku itu tidak benar. Ada yang salah di sana.
Jika hanya perempuan yang membasuh kaki lelaki, dan tidak
sebaliknya juga, maka aku tidak bisa menerimanya. Jadi, aku
suka masygul membayangkan harus mencuci kaki Nik.
Kenapa pula aku harus mencuci kakinya di depan umum
dengan wajah cemong? (Utami, 2013: 75)
A merasakan ketidakadilan dengan adat istiadat seperti yang
dipaparkan di bawah ini. Contoh tersebut menjadi beban bagi dirinya
terhadap apa yang harus ia lakukan harus sama dengan apa yang
dilakukan oleh perempuan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(39) Aku tak mau pindah agama. Tapi aku rela menikah di Kantor
Urusan Agama−seperti yang dilakukan kakakku yang lain.
Aku bisa saja mengalah dengan kawin di KUA tanpa harus
jadi beriman. Tapi aku juga tidak suka perkawinan cara itu.
Selain janji diucapkan di antara pihak lelaki saja−antara calon
suami dan ayah saja−pengantin perempuan juga mencium
tangan suaminya. Kenapa aku harus mencium tangannya di
depan umum dan dia tidak mencium tanganku? (Utami, 2013:
76)
Kasus tersebut memberikan dampak perbedaan kelas antara laki-
laki dan perempuan. Ruang gerak wanita menjadi sempit. Wanita
mendapatkan perlakuan yang tidak adil dalam hal perlakuan dan
pekerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
(40) Perempuan kurang suka pria yang tak punya bagasi lebih.
Maka, kita kembali pada persoalan kelas. Kita bertemu lagi
dengan nilai-nilai yang menempatkan lelaki lebih dari
perempuan.
Akibatnya, perempuan mencari lelaki dari kelas yang
setidaknya sama atau lebih rendah darinya. Tentu ada
pengecualian disana-sini. Tapi, yang terjadi di kantor A
adalah pola umum (Utami, 2013: 75).
Suatu ketika ayah A mengetahui bahwa Nik yang sedang bertamu
dirumahnya tidur sekamar dengan A. Terlihat jelas bahwa si ayah tidak
menyukai tindakan yang dilakukan anaknya dengan Nik. Ajaran agama
dan tentunya adat di Indonesia memang tidak memperbolehkan pasangan
tinggal bersama sebelum menikah walaupun mereka berniat untuk
menikah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
(41) Suatu subuh, Nik pacarnya keluar dari kamarnya untuk mandi
keramas sebelum sembahyang. Dalam perjalanan menuju
kamar mandi, pemuda itu bertemu dengan ayah A yang
sedang berada di rumah. “Pagi Om,” kata Nik dengan sopan.
Ayah A mengangguk dan manggut-manggut (Utami, 2013:
188).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Ayah A marah besar. Keesokan harinya A diniterogasi oleh
ayahnya. Baginya, laki-laki menginap di rumah perempuan dan berbagi
ranjang merupakan perbuatan sundal. Pengertian sundal disini adalah
kelakuan buruk seperti layaknya pelacur. Hal tersebut dapat dibuktikan
dalam kutipan berikut.
(42) “Jadi kamu sudah tidur dengan Nik?” tahnya sang ayah.
A menjawab iya.
Ayahnya mencela perbuatan itu, dengan nada datar, sebagai
perbuatan sundal. “Kalau kamu mau berbuat begitu terus,
silahkan pergi dari rumah ini.” (Utami, 2013: 188)
b. Bab Dua
Alur yang menonjol dalam bab dua novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang adalah leraian (tahap akhir).
Siswa diminta untuk menemukan leraian yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang
menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1992:
35).
Leraian yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami terjadi saat A mengingat kembali ingatan masa kecilnya. A
lahir di Bogor. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
(43) Aku lahir pada suatu musim hujan. Di kota hujan. Kota itu
terletak di kaki gunung sekitar delapanpuluh kilometer dari laut,
persis pada sebuah jarak yang pas bagi uap air untuk mencurah.
Embun dan kabut masih hidup di sana (Utami, 2013: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
A mulai mendeskripsikan seperti apa rumah yang ia tinggali sewaktu
kecil. Rumah A terdiri dari bangunan utama dan paviliun. Rumah itu yang
membentuk dunia pertamanya. A tumbuh besar di rumah itu.
(44) Rumah itu terdiri dari bangunan utama dan sebuah paviliun.
Bagian utama terbuat dari dinding yang kokoh. Pintu dan
jendelanya jangkung, berdaun dua, dengan kisi-kisi. Langit-
langitnya tinggi. Lubang angin tampak begitu jauh di atas,
gerbang bagi cicak dan burung kecil untuk menyusup. Rumah
itu menghadap ke timur. Beranda depannya mendapat curah
sinar pagi. Perdu berbunga ungu dan putih, yang sarinya manis,
di tanam disekeliling. Aku suka menghisap sari bunga itu, yang
selalu matang oleh matahari. Aku sangat senang cahaya jam
sepuluh pagi. Hangat yang disukai kucing dan kadal untuk
berjemur. Di bangunan utama itulah aku, Ibu, empat kakakku,
dan Ayah tinggal (Utami, 2013: 93).
(45) Sedangkan paviliun menempati pojok baratlaut. Lembab dan
sangat sedikit terbasuh matahari. Paviliun itu semula adalah
garasi, yang direnovasi. Tembok pagar dekat paviliun ditumbuhi
lumut yang tebal. Suatu kali pernah ku lihat kawanan cacing
berduyun-duyun merayap di sana. Kekuningan dan berlendir
seperti darah setan. Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok
yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot
(Utami, 2013: 94).
A sangat dekat dengan keluarganya. Sosok Ibu sangat berpengaruh
dalam hidupnya. Ibu merupakan sumber kebahagian bagi A. Sewaktu kecil, A
tidak bisa jauh dari ibunya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan
berikut.
(46) Perkenalkan ibuku. Ia cantik dan bersahaja, matanya teduh, dan
ia tak pernah kekurangan atau kelebihan berat badan. Ibuku
adalah sumber kebahagiaanku. Kalau ia tidak kelihatan barang
lima menit saja, aku akan menangis. Kalau ia pergi belanja
tanpa membawaku, aku akan duduk di pagar jembatan di tepi
hutan menunggu ia kembali. Kalau ia terlalu lama, aku mulai
menitikkan air mata, di sana, di tepi hutan. Di hutan itu tumbuh
pohon bumi yang buahnya disukai setan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Sewaktu kecil A sangat penakut. A mengingat kembali apa yang
dikatakan ibunya ketika ia merasa ketakutan. Pesan itu terekam jelas di
kepalanya.
(47) ”Kalau kau takut sesuatu, maka sesuatu itu harus diperjelas,”
kata Ibu. “Kalau kamu takut sesuatu, maka sesuatu itu harus
dihadapi.” Itu sebetulnya adalah pelajaran sangat penting
bagiku. Tapi aku lebih dikuasai oleh dongeng sepasang bibiku
(Utami, 2013: 100).
Ayah dan ibu A memiliki sifat yang berbeda. Ayahnya keras dan tegas
sedangkan ibunya lemah lembut. Curahan cinta dari kedua orang tuanya
memberikan pengaruh dalam membentuk kepribadiannya. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan berikut.
(48) Ibuku adalah keturunan anak manusia, bahkan keturunan “anak-
anak Allah”. Ibuku baik sekali, seperti malaikat, seperti
malaikat, seperti Bunda Maria. Sementara itu, ayahku dan
saudara-daudaranya adalah keturunan para raksasa, yaitu
monster. Ciri-cirinya dapat dilihat pada tabiat dan sedikit raut
wajah. Ibuku bermata teduh. Keluarga ayahku bermata tajam.
Hidung ibuku bagus. Hidung keluarga ayahku tidak. Lagipula
rahang mereka seperti masih membawa ciri makhluk pemakan
mangsa. Dari rahang karnivoranya, keluarga itu mengalirkan
dongeng seru dan ungkapan beracun. Tabiat mereka lain sekali
dari Ibu. Dari rahangnya yang kecil, Ibu tak pernah mengelurkan
kata-kata jahat (Utami, 2013: 118).
Sumber kebahagiaan bagi A adalah ibunya. Setiap anak membangun
relasi yang dekat dengan ibunya. Begitu juga dengan A. A tidak dapat
membayangkan apabila ibunya tiada. Memori saat dirinya bersama ibunya
terasa indah dan menyenangkan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
(49) Ibu adalah sumber kebahagiaanku, sampai-sampai aku tak
begitu ingat momen-momen paling berkesan dengannya. Aku
justru hanya mengingat jelas momen-momen tak menyenangkan
ketika aku tak bisa menemukan Ibu. Kelak, setelah dewasa aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
ditanya tentang memori paling indah bersama Ibu, dan aku tidak
bisa menjawab. Ia seperti rahim dan aku bayi. Aku tak bisa
melihatnya tapi ketika terlepas darinya aku menjerit mau mati.
Ia adalah udara. Aku tak menyadarinya, tapi jika ia tak ada aku
tak bisa bernafas (Utami, 2013: 118).
Kedekatan A tidak hanya dengan ibunya, sang ayah juga berpengaruh
dalam hidupnya.
(50) Aku bisa mengenang beberapa peristiwa di mana aku begitu
senang pada Ayah. Misalnya, saat-saat ia menurutiku untuk
membasahi saputanganku dengan bensin. Aku suka sekali bau
bensin. Ia punya satu jerigen di kamarnya. Aku juga suka bau
knalpot, dan Ayah tertawa-tawa saja kalau aku berjongkok dan
menciumi knalpot mobil−mobilnya maupun mobil tamu sampai
hidungku hitam. Aku juga suka pura-pura tertidur di sofa hanya
agar Ayah menggendongku ke kamar. Ia tak segera
membopongku, padahal aku sudah ketakutan tidur di sofa
sendirian. Aku juga ingat saat ia memberiku notes kejaksaan
berwarna kuning dengan gambar Ibu Kartini (Utami, 2013:
119).
Sepuluh tahun kemudian, A menyadari banyak perubahan yang terjadi
dalam dirinya. Ia memutuskan untuk melepas keperawanannya. Memori
pengakuan dosa pertama kali dengan seorang pastor ia lakukan di masa
sekarang. Sewaktu kecil A mengakui perbuatannya berbuat cabul. Ia hanya
melihat gambar senonoh, namun anak kecil mengartikannya sebagai
perbuatan cabul.
(51) Sepuluh tahun setelah pengakuan dosa dulu, aku telah berubah.
Aku kini telah siap melakukan apa yang dulu−ya, sepuluh tahun
lalu−telah kuakui pada Pastor. Aku kini gadis yang memutuskan
untuk melepas keperawananku (Utami, 2013: 158).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Bab Tiga
Alur yang menonjol dalam bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang adalah selesaian (tahap akhir).
Siswa diminta untuk menemukan selesaian yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi
mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh
juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si
tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa
pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah,
keadaan yang penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian
(Sudjiman, 1991: 36).
A memutuskan hubungannya dengan Nik. Tak lama, A mencintai
seseorang bernama Rik. Rik adalah seorang fotografer yang membebaskan
perempuan (A) untuk tidak menikah. Rik cerminan diri A. Rik pun setuju
bahwa perempuan berhak hidup sejajar dengan laki-laki. Cinta A kepada Rik
tumbuh dalam satu persamaan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
(52) Rik juga berasal dari dongeng yang sama. Ia bertumbuh dengan
membaca Alkitab. Ia hafal rinci cerita Abraham. Daud dan
Hatsyeba, sampai penunggang kuda yang meniup sangkakala
dari Apokalips. Sekali lagi betapa aneh menemukan lelaki
seperti itu di Indonesia. A ingat betapa Nik dulu ingin
membuatnya berganti iman. Kini A bilang pada Rik: “Baru
pertama kali aku melihat burung Kristen.” Ia telah melihat
burung Muslim, Yahudi, Hindu, Konfusius, dan ateis. Tapi yang
Kristen ya baru satu ini (Utami, 2013: 240–241) .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Setelah berselang tiga tahun, banyak perubahan yang terjadi dalam
hidup A. Begitu pula kedua bibinya yang salah satu memutuskan untuk
menikah. Suatu hari A mengajak Bibinya mengobrol. Ia mengutarakan
alasannya tidak menikah kepada Bibi Gemuk. Menurutnya, sang Bibi
memberikan pengaruh terhadap keputusannya untuk tidak menikah.
Perempuan menjadi sempurna setelah pernikahan. Hal ini dapat dibuktikan
dalam kutipan berikut.
(53) “Tahu tidak Bibi kenapa aku sampai memutuskan untuk tidak
mau menikah? Itu karena Bibi! Betul-betul karena Bibi. Bibi
terlalu mengagung-agungkan perkawinan. Seolah-olah kalau
tidak kawin, perempuan itu tidak sempurna, Seolah-olah tanpa
suami, hidup perempuan itu hampa. Padahal Bibi bekerja dan
mandiri,tapi Bibi tidak menghargai itu. Karena pandangan
seperti itulah banyak perempuan jadi perawan tua yang dengki.
Gara-gara Bibi, aku memutuskan untuk menunjukkan bahwa
tidak sebegitunya perempuan butuh suami. Ya sejujurnya, Bibi-
lah yang membikin aku tidak mau kawin!” (Utami, 2013: 268).
Ayah A meninggal dunia. Keluarganya mengadakan misa requiem.
Ketika menyambut komuni, A ragu-ragu untuk menerima komuni. Ia masih
belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Dirinya sudah kotor. Pada
akhirnya A memberanikan dirinya untuk menerima komuni. Hal ini dapat
dibuktikan pada kutipan berikut.
(54) Misa dimulai. Dipimpin oleh Romo A, seorang pastor muda.
Lalu tibalah saat menyambut komuni. Ini saat yang sulit bagi A.
Misa ini terlalu intim. Sulit baginya untuk tidak maju untuk
menerima hosti. Padahal, jika aturan Gereja mau ditegakan
secara kaku, seharusnya ia tidak menyambut, sebab ia terang-
terangan hidup dalam perzinahan. Pengakuan publiknya bahwa
ia tidak menikah dan toh hidup bersama laki-laki sebetulnya
dapat menempatkan seorang pastor dalam dilema untuk
memberi atau tidak memberi dia kue simping Tubuh Kristus itu.
Jika sang pastor memberi, bisa saja ada di antara umat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tidak suka. Jika sang pastor tidak memberi, keluarga A pasti
terluka. Dengan segala canggung A maju untuk menyambut. Ia
bertatapan mata sebentar dengan Romo A, dan pastor muda itu
meletakkan hosti di tangan A (Utami, 2013: 269).
Timbul rasa simpatik A terhadap agama minoritas, agamanya sendiri.
Banyak terjadi tindakan kekerasan yang dilakukan organisasi yang
mengatasnamakan agama. Korbannya adalah gereja Katolik. Agama
minoritas ini tidak diperkenankan memperluas bangunan dan pelayanan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
(55) Sebuah kapel dalam rumah sakit Katolik adalah hal yang sangat
wajar. Bagaimana mungkin sekelompok orang memilih tidak
memberi fasilitas kepada ibu hamil dan bayinya karena
ketidaksukaan mereka pada gereja? Bagaimana mungkin
ketidaksukaan mengalahkan kepentingan ibu dan bayi?
Bagaimana mungkin orang memprioritaskan larangan beribadah
dibanding kesehatan ibu-anak?
Bayangkan! Kau punya dua pilihan: 1)melarang orang beribadah
atau 2) memberi fasilitas bagi ibu dan anak. Kau memilih
melarang orang beribadah (Utami, 2013: 272).
Ketika A berjuang keras memperjuangkan ketidakadilan sebagai
perempuan, ia tidak menyadari bahwa agamanya perlu ia bela. Selama ini ia
hanya membantu sesamanya melawan ketakutan. Sekarang, ia menyadari
bahwa ia merasa menjauh dengan ajaran agamanya. Hal tersebut dapat
dibuktikan dalam kutipan berikut ini.
(56) Itu adalah titik-titik peristiwa yang membuat A melihat dirinya
secara lain sama sekali. Sebelum ini, ia merasa menjadi bagian
dari kaum perempuan, yang dipinggirkan dan ditidakadili oleh
istana Patriarki. Karena itu ia mencoba mengambil jalan
alternatif untuk membantu kaumnya bebas dari rasa takut
(Utami, 2013: 272).
(57) Tapi, kini, tiba-tiba ia merasa menjadi bagan dari kaum tertindas
yang lain. Yaitu komunitas agama darimana ia berasal. Padahal
ia sudah tidak beragama lagi. Ia bahkan telah meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
semua ritualnya, kecuali doa pribadi, pemeriksaan batin, dan
pengakuan dosa kepada diri sendiri (Utami, 2013: 272).
A merasa dirinya bukan orang yang taat. Pada suatu kesempatan, A
bertanya kepada salah satu imam Gereja tentang perkawinan Katolik. A ingin
memastikan apakah ada bukti tertulis yang mengatakan bahwa suami adalah
pemimpin istri dan kepala keluarga. A mendapatkan jawaban yang
memuaskan. Menurut imam, hal tersebut berkaitan dengan adat istiadat
masyarakat setempat saja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan
berikut.
(58) Di teras rumah para yesuit di Kramat itu A bertanya,
“Sebetulnya, ada tidak aturan dalam perkawinan Katolik bahwa
suami adalah pemimpin istri dan kepala keluarga?”
“Dalam Hukum Kanonik tidak ada,” kata Romo A. “Kamu juga
bisa beli kitab hukumnya, kalau mau. Di toko buku Obor ada.”
Ia agaknya tahu, A jenis yang suka membeli buku. Lalu ia
menyebutkan pasal-pasalnya. “Bahwa selama ini suami menjadi
kepala keluarga, itu adalah adat istiadat setempat. Gereja tidak
melarang, tapi juga tidak mengharuskan.” (Utami, 2013: 273).
Tak hanya itu, A kembali bertanya tentang peluang bagi dirinya
menikah di gereja tanpa menikah secara negara. Jawaban yang diperoleh
tidak menemukan persoalan dalam perkawinan Katolik. Hal tersebut dapat
dibuktikan dalam kutipan berikut.
(59) Satu lagi,” A melanjutkan. “Bisakah saya menikah di gereja
tanpa menikah secara negara?”
“Yang tidak bisa di Indonesia ini justru sebaliknya: Kantor sipil
mencatat pernikahan tanpa pengesahan agama.” (Utami, 2013:
274).
A memutuskan untuk menikah di gereja pada usia kurang lebih empat
puluh tahun. Ia tidak merencanakan pernikahan yang mewah. Pernikahan itu
hanya sebagai simbol. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(60) Ia kini seorang wanita dewasa. Usianya sudah lewat empat
puluh ketika memutuskan untuk menjalani Sakramen
Perkawinan. Ia sudah melampaui keinginan romantis. Ia ingin
upacara yang sederhana dan praktis. Perkawinan ini tidak berarti
apa-apa bagi dirinya sendiri. Sakramen ini hanya merupakan
tanda solidaritas, dan tanda bahwa ia tidak lagi menemukan
kesalahan ontologis dalam komunitas kecilnya (Utami, 2013:
292).
(61) Rik dan A tetap menganggap perkawinan tidak penting untuk
diri mereka sendiri. Rik mau menikah sebab ia mau menemani
A menjalani entah apa yang perempuan itu mau jalani.
(Bagaimanapun A tidak pernah merebut kemerdekaannya.)
Lepas dari kenyataan bahwa tak seorang pun betul-betul
mengerti kenapa mereka akhirnya menikah, toh mereka merasa
ada banyak berkah yang turun lembut perlahan, bersama sari-
sari kapuk beterbangan di luar gereja kecil itu (Utami, 2013:
296).
Kutipan (61) menceritakan Rik dan A menganggap pernikahan
mereka tidak istimewa. Berbeda dengan orang lain yang menganggap
pernikahan sebagai suatu perayaan yang sakral. Rik sudah mantap menjalin
hidup bersama dengan A. Suka dan duka sudah mereka lewati bersama.
A merasa tidak percaya bahwa ia akhirnya memutuskan untuk
menikah. A melepaskan masa lajangnya di dalam sebuah gereja.Ketika masih
kecil, A sering mengunjungi gereja itu. Sekarang, A kembali lagi ke gereja itu
untuk mengucapkan janji sehidup semati dan menerima sakramen dengan
Rik. Pernikahan itu sesuai dengan yang ia inginkan, tidak ada cincin kawin
dan paduan suara. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
(62) Ia masih takjub bahwa ia berada di sini. Ia hanya menginginkan
Sakramen yang praktis, tanpa perlambangan apapun. Tanpa
cincin kawin dan paduan suara. Tapi tak satu pun kapel di
Jakarta membuka pintu buat dia. Sebab mereka semua tidak
bermakna. Sesuatu membimbingnya untuk pulang. Dulu ia pergi
dari pintu depan itu. Kini is harus pulang melalui gerbang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sama. Ia tak boleh masuk lewat pintu samping yang tak
memiliki arti (Utami, 2013: 296).
Menjelang pernikahan, A mendapatkan berita duka. Nik meninggal
kurang lebih pada usia empatpuluh dua tahun. A merasakan kesedihan yang
mendalam. A tidak sempat untuk menjenguknya di rumah sakit. Ia pergi ke
makam Nik. A masih tidak percaya, takdir lain ada pada Nik. Hal tersebut
terdapat dalam kutipan berikut.
(63) Nik meninggal dunia esok paginya. Selasa. Pada usia
empatpuluh dua belum penuh. A tidak sempat menjenguknya di
rumah sakit. Ia berencana mengunjunginya hari itu dengan
sahabatnya, Tri (ia enggan datang sendiri, ia khawatir
mengganggu). Ia mencoba mengejar ke pemakaman bersama
Nik. Tapi hari itu terjadi kemacetan parah. Mereka telah
berangkat jam dua lebih sedikit. Mobil terjebak, dan akhirnya
tiba di pintu pemakaman persis senjakala tiba. Mereka
memutuskan untuk tidak berhenti. Mobil mengelilingi
pemakaman yang ditelan gelap. A memandangi barisan
tonggak-tonggak nisan yang menjelma bayang-bayang dengan
rasa tidak percaya (Utami, 2013: 299).
Pada hari pernikahan, di saat semua orang berpesta penuh
kegembiraan, A merenung sendirian. A teringat oleh kata-kata Nik. Nik
berpesan kepadanya agar ia menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Hal
tersebut terdapat dalam kutipan berikut.
(64) Dan Rik, yang menemukan ia tiba-tiba termenung, berkata:
“Kamu ingat Nik ya?”
A mengangguk.
“Kamu ingat apa yang dia bilang dulu?”
A mengangguk. “Sudah cukup ya. Yayang jangan nakal-nakal
lagi.” (Utami, 2013: 302)
Selain menganalisis novel berdasarkan penahapan alur, siswa akan
menganalisis pengaluran yang terdiri pembedaan alur berdasarkan kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
urutan waktu yang meliputi alur lurus atau progresif, sorot balik atau flash-
back, alur campuran. Pembedaan alur berdasarkan kriteria jumlah yang
meliputi alur tunggal, alur sub-subplot. Pembedaan alur berdasarkan kriteria
kepadatan yang meliputi alur padat, alur longgar. Pembedaan alur
berdasarkan kriteria isi yang meliputi alur peruntungan, alur tokohan, alur
pemikiran (Nurgiyantoro, 2012: 14 –150). Berikut ini analisis pengaluran
yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
a. Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu
Kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk menemukan unsur alur
berdasarkan kriteria urutan waktu yang terdapat pada novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Urutan waktu yang dimaksud adalah urutan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Atau lebih
tepatnya, urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Urutan
waktu, dalam hal ini, berkaitan dengan logika cerita. Dengan mendasarkan
diri pada logika cerita pembaca akan dapat menentukan peristiwa mana yang
terjadi lebih dahulu dan mana yang lebih kemudian, terlepas dari
penempatannya yang mungkin berada dibagian awal, tengah atau akhir teks
(Nurgiyantoro, 2012: 153).
Unsur alur berdasarkan kriteria waktu dalam novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot-balik atau
flashback. Terdapat alur maju dan alur mundur dalam novel Pengakuan Eks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Parasit Lajang. Alur maju menceritakan keputusan tokoh A untuk melepas
keperawanannya. Alasan A melepas keperawanannya diceritakan pada bagian
pertama novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. A membuat
keputusan menyerahkan keperawanannya kepada Nik. Alur mundur dalam
novel ini menceritakan ingatan masa kecil A yang begitu dekat dengan
keluarganya.
Kehidupan para tokoh dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
diceritakan dengan alur sorot balik atau flashback dan secara progresif atau
alur lurus.
b. Berdasarkan Kriteria Jumlah
Siswa menemukan unsur alur berdasarkan kriteria jumlah yang
terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Dengan kriteria jumlah dimaksudkan sebagai banyaknya plot cerita
yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin hanya
menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu
plot. Kemungkinan pertama adalah untuk novel (fiksi) yang berplot tunggal,
sedang yang kedua adalah yang menampilkan sub-plot (Nurgiyantoro, 2012:
157).
Unsur alur berdasarkan kriteria jumlah yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur tunggal.
Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang merupakan otobiografi seksualitas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
spiritualitas. Novel ini adalah catatan riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh
si pengarang.
Novel ini menceritakan A, seorang perempuan yang memutuskan
melepas keperawanannya pada usia duapuluh tahun. Menurutnya, konsep
keperawanan yang diketahui oleh masyarakat masih terasa tidak adil.
Ketidakadilan sangat dirasakan oleh dirinya dan perempuan pada umumnya.
Sebagai bentuk protesnya, ia mencoba melawan nilai-nilai adat, agama, dan
hukum Patriarkal di Indonesia. Hal tersebut terdapat pada kutipan (26) dan
(27).
c. Berdasarkan Kriteria Kepadatan
Siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria
kepadatan yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami.
Dengan kriteria kepadatan dimaksudkan sebagai padat atau tidaknya
pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi. Peristiwa
demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung susul-menyusul secara
tepat, tetapi mungkin juga sebaliknya. Keadaan yang pertama digolongkan
sebagai karya yang berplot padat, rapat, sedangkan yang kedua berplot
longgar, renggang (Nurgiyantoro, 2012: 159).
Unsur alur berdasarkan kriteria kepadatan novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang menggunakan alur longgar karena pengarang menyisipkan
peristiwa tambahan agar terlihat lebih hangat dan menarik ketika dibaca.
Penambahan peristiwa tersebut adalah terjalinnya hubungan keluarga A yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sangat erat. A memprioritaskan keluarganya, terlebih ibu. Baginya, keluarga
mampu memberikan kebahagiaan yang tidak dapat ditukar dengan apapun. A
sangat dekat dengan ibunya. Hal tersebut terdapat pada kutipan (49).
d. Berdasarkan Kriteria Isi
Siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria isi
yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Dengan isi dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan
masalah yang diungkapkan dalam cerita. Jadi, sebenarnya, ia lebih
merupakan isi cerita itu sendiri secara keseluruhan daripada sekedar urusan
plot (Nurgiyantoro, 2012: 162).
Unsur alur berdasarkan kriteria isi novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur pemikiran (plot of thought).
Cerita ini mengungkapkan bahwa terjadi masalah hidup dan kehidupan
manusia. Terjadi konflik batin pada diri tokoh A. Perjalanan hidup A
menentang nilai-nilai kehidupan yang dirasanya tidak adil. Dia memutuskan
melepaskan keperawanannya di usia dupa puluh tahun. Dia ingin menghapus
konsep keperawanan yang dianut oleh masyarakat. Suatu konsep
menyebutkan bahwa laki-laki lebih pantas untuk menikahi perempuan yang
masih perawan. Konsep ini pun termasuk dalam norma dalam masyarakat. A
pun menentang hukum patriarkal. Dia tidak bersedia untuk masuk ke dalam
agama yang dianut Nik. Bertahun-tahun A melawan nilai-nilai adat, agama,
dan hukum patriarkal. Namun yang ia temui justru kenyataan bahwa apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ia yakini selama ini bertolak belakang dengan kenyataan konsep dalam hal
seksualitas dan spiritualitas. Hal tersebut terdapat pada kutipan (38) dan (39).
3. Pemodelan
Membandingkan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dengan novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Guru menjelaskan dan menunjukkan contoh novel yang sudah
dianalisis sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. Siswa
memperhatikan contoh analisis novel tersebut. Contoh yang diberikan sebagai
acuan kepada siswa nantinya akan dapat membantu siswa dalam menganalisis
unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Contoh
ringkasan novel yang dapat dijadikan pemodelan atau contoh adalah novel
Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Secara ringkas cerita novel Nayla karya
Djenar Maesa Ayu dapat dikemukakan sebagai berikut.
Sewaktu kecil, Nayla mendapatkan hukuman dari ibu kandungnya.
Ibunya sering menghukum Nayla dengan memasukkan peniti di vagina dan
selakangannya karena dirinya mengompol. Tak hanya itu, ibunya
mengajarkan Nayla untuk membenci ayah kandungnya. Nayla mengalami
pelecehan seksual oleh laki-laki simpanan Ibunya yang sering diajak tinggal
di rumah. Lalu Nayla pun diajak untuk mengencani laki-laki teman ibunya.
Nayla memberotak. Ia mencari ayahnya dan tinggal bersama dengan
ayahnya. Tak lama ayahnya meninggal. Nayla memutuskan kembali ke
rumah ibunya namun ibunya tidak membukakan pintu untuknya. Nayla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dikirim ke tempat Panti Rehabilitasi Anak Pengguna Narkoba. Setelah keluar
dari panti itu, Nayla hidup di jalanan. Ia pernah menjadi seorang lesbian.
Pertemuan Nayla dengan Juli terjadi ketika Juli menolong Nayla saat
Nayla tidak memiliki siapa-siapa. Nayla jatuh cinta padanya, pada Juli, pada
perempuan. Hingga suatu saat, Nayla bertemu dengan Ben, laki-laki yang
memberikan apa yang ia punya untuk Nayla. Namun, hubungan mereka tidak
lama. Nayla putus dengan Ben.
Kemudian Nayla mencoba memasuki dunia menulis. Salah satu
karyanya diterbitkan dan membuat nama Nayla Kinar menjadi terkenal.
Nayla menulis kisah tentang Ibu. Ibu kandungnya membaca tulisan Nayla, ia
marah kepadanya. Tulisan Nayla menggambarkan sosok ibu kandungnya dan
laki-laki simpanannya. Disaat Nayla mendapatkan tawaran untuk
menampilkan karya sastranya, ia kebingungan. Nayla tidak tahu bagaimana ia
harus menggambarkan tokoh ibu.
Berdasarkan ringkasan di atas, novel tersebut menggunakan alur maju
atau progresif. Namun di dalam cerita ini juga terdapat adegan-adegan sorot
balik. Cerita ini dimulai dengan masa kecil Nayla dan diakhiri dengan
keberhasilan Nayla menjadi seorang pengarang yang terkenal.
4. Bertanya
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan
pertanyaan terkait pembelajaran alur dan pengaluran. Guru akan terlebih
dahulu memberikan beberapa pertanyaan untuk merangsang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
membangkitkan semangat belajar siswa. Adanya kegiatan bertanya akan
menunjukkan interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan bertanya di dalam
proses pembelajaran akan memberikan informasi dan pengetahuan yang baru
terkait materi pembelajaran alur dan pengaluran, meningkatkan partisipasi
siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, membangkitkan rasa
ingin tahu siswa terhadap jawaban dari pertanyaan atau masalah yang
dibicarakan. Tak hanya itu, guru dapat mengecek tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran alur dan pengaluran melalui beberapa
pertanyaan.
Siswa dituntut menguasai materi pembelajaran alur dan pengaluran
yang sudah diajarkan. Guru dapat membagi sesi tanya-jawab ke dalam dua
sesi. Sesi pertama, siswa mendapatkan kesempatan bertanya berkaitan dengan
penahapan alur yaitu tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tahap
tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir (leraian, selesaian). Pertanyaan
yang diajukan pun harus berbobot, mudah dimengerti dan relevan dengan
materi yang sedang dibicarakan. Sesi kedua, siswa bertanya jawab mengenai
pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan
waktu, berdasarkan kriteria urutan jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan dan
berdasarkan kriteria isi.
5. Belajar kelompok
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian siswa
bergabung dengan kelompoknya. Belajar kelompok ini akan membantu siswa
mengatasi kesulitan belajarnya dan menambah pengetahuan siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
proses belajar mengajar. Siswa memulai diskusi dalam kelompok belajarnya
membahas unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami. Kegiatan belajar kelompok ini juga dapat mengolah
emosi siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Siswa yang
tergolong pintar dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan
belajar.
Siswa berdiskusi tentang penahapan alur yaitu tahap awal (paparan,
rangsangan, gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir
(leraian, selesaian). Kemudian dilanjutkan berdiskusi tentang pengaluran
yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan waktu,
berdasarkan kriteria urutan jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan,
berdasarkan kriteria isi.
6. Penilaian autentik
Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan ciri khusus dari
pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur
pemahaman dan pengetahuan siswa yang sebenarnya (autentik). Cara yang
dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan penilaian autentik.
Guru menyiapkan satu penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.
Penggalan ini akan dijadikan sebagai bahan penilaian autentik. Berikut ini
ringkasan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang berjudul
dua lelaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di Taman
Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok. Itu adalah tahun
ketika kampus UI mulai dipindahkan dari bangunan perkotaan Jakarta yang
berpencaran ke sebuah taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu
Depok masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih dan
berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau harus melalui gurun
gamping berdebu. Di tengah taman ada bukan pohon pengetahuan melainkan
danau. Kampus-kampus di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju
danau itu. Di antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua
kampus yang penting dalam hidupku.
Semua mahasiswa baru wajib memulai masa kuliah dengan program
indoktrinasi yang sering disebut Penataran P4 atau penataran Pancasila saja.
Kami dikelompokkan ke dalam grup-grup yang mewakili seluruh jurusan.
Aku mendapat undi ditempatkan di Fakultas Teknik.
Hari itu menakjubkan. Aku bukan lagi anak SMA yang berseragam.
Aku boleh memakai baju pilihanku sendiri. Aku mengenakan terusan kaus
warna biru, yang kontras dengan jaket kuningku. Aku bangga dengan jaket
itu. Semua mahasiswa baru bungah dengan jaket universitas kami, satu-
satunya universitas yang memakai nama Indonesia, titik. Bau semen dan cat
masih menyengat di setiap lorong dan ruang. Semua baru. Semua asing dan
menggairahkan. Aku tak punya lagi teman lama. Kalaupun ada, aku belum
bisa menemukan mereka di antara ratusan pemuda-pemudi di grup ini. Itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
menyenangkan, sebab aku boleh meninggalkan diriku yang lama. Aku ingin
menjadi diriku yang baru.
Bangsal itu berbentuk amfiteater. Karena penataran sangat mungkin
membosankan, aku memilih bangku agak di belakang, di ketinggian. Di
situlah kami bertemu pandang. Seorang pemuda berambut cepak dengan bahu
bidang. Ia tersenyum padaku. Aku tersenyum padanya. Kami sedang menuju
deret kursi yang sama. Dan kami pun duduk bersebelahan. Aku melihat bets
biru pada jaketnya. Ia melihat bets putih pada jaketku. Dia anak teknik. Aku
anak sastra. Tidak ada yang lebih ideal lagi bagi stereotipe jender di masa itu.
Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar kemerahan.
Bulu-bulu kumisnymasih begitu halus dan perawan, tetapi alisnya tegas.
Giginya berbaris rapi alami, kecil baik,pada rahangnya yang kekar. Kelak aku
tahu gigi seri bawahnya bukan empat melainkan lima. Ia tampan. Kelak aku
tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru
dengan bibir merah segar.
Aku berharap “Nik” adalah singkatan dari nama baptis. Nikolas,
misalnya. Atau Nikodemus. Aku datang dari keluarga Katolik yang taat.
Kakakku punya pacar seorang Muslim dan itu sedikit menimbulkan persoalan
juga. Aku akan lebih senang punya pacar seagama. Tapi aku tidak berani
menanyakan itu pada Nik. Aku tahu pertanyaan itu tidak pantas. Sama tidak
pantasnya memikirkan calon suami di hari pertama jadi mahasiswa. Sore pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
tiba dengan kesimpulan diam-diam bahwa kami sama menikmati duduk
berdampingan.
Esoknya kami kembali di deret yang sama lagi, bersebelahan lagi.
Hari itu aku tahu “Nik” bukan singkatan dari nama baptis. “Nik” hanya
nickname. Tapi aku terlanjur menyukainya. Aku tak peduli lagi apa
agamanya.
Pagi ketiga kami tetap kembali ke bangku yang sama. Hari itu aku
mengenakan baju dengan bukaan sedikit rendah, sehingga bandul kalung
emasku tampak: sebuah salib. Seusai istirahat makan siang, Nik tidak kembali
ke bangku sebelahku. Aku hampir tidak percaya, kursi itu kosong. Kursi itu
ditinggalkan begitu saja. Bapak penatar telah muncul di panngung. Ia mulai
mengajar. Kursi itu tetap disia-siakan. Aku merasa seperti kekasih yang
dicampakkan tanpa kabar berita, tapi aku malu mengakui perasaan itu bahkan
pada diri sendiri. Lalu kulihat Nik beberapa baris, agak jauh, di depan. Kami
bertatapan. Ia melambai juga, seperti mengatakan bahwa ia menemukan
teman SMA-nya dan ingin duduk bersama kawan lama. Ia tak ingin lagi
duduk di sebelahku.
Kelak aku tahu, jauh setelah peristiwa itu, Nik meninggalkan aku
setelah ia melihat kalung salib di dadaku Ia terpikat padaku. Tapi aku Kristen.
Maka ia pergi dariku. Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula
saja, takut pada kalung salib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama,
seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan
Matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari keluarga Islam juga. Tapi dia
jauh lebih rileks. Ia tak seperti drakula. Ia tak peduli kalung salib. Ia adalah
ketua grup penataran kami. Ia sedikit lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk.
Pipinya menunjukkan bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih
terbuka dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu mengiringi aku,
juga di saat-saat istirahat.
Aku pun melupakan Nik. Aku mengingatnya sebagai salah satu cowok
cakep, sambil diam-diam menyimpan tanya tentang kenapa ia meninggalkan
aku begitu saja. Tapi pernah aku tak sengaja melihatnya di saat rehat. Aku
sedang menuju toilet dan kulihat ia masuk ke mushola. Aku tak pernah begitu
tahu apa mushola sebelumnya. Nik tampak sangat akrab dengan tempat itu.
Celana dan lengan bajunya disisingkan. Wajah dan rambutnya basah. Titik-
titik air masih menggantung di alisnya. Sungguh, ia tampak sangat tampan.
Aku melongok ke dalam mushola, melalui dinding bata kerawangnya yang
bercelah-celah. Diam-diam aku mengintip ia sembahyang.
Sedangkan Mat; Mat tidak pernah kulihat sembahyang.
Berdasarkan penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami, siswa akan mengerjakan beberapa soal tentang unsur alur dan
pengaluran novel tersebut. Berikut ini instrumen soal yang akan dikerjakan
oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
a. Apakah pengertian novel menurut Anda?
b. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda?
c. Sebutkan struktur umum alur yang terdapat pada novel!
d. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal,
tahap tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab
satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami!
e. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria
jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi!
C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami
Guru perlu menyiapkan silabus sebagai acuan dalam kegiatan
pembelajaran lebih lanjut, yaitu penyusunan RPP. Silabus dan RPP sangat
penting dalam kegiatan pembelajran. Silabus dan RPP akan membuat
kegiatan pembelajaran menjadi lebih terarah. Berikut ini uraian Silabus dan
RPP Bahasa Indonesia kelas XI Semester 1.
1. Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti
oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 23–24). Berikut ini silabus
Bahasa Indonesia kelas XI Semester 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
SILABUS
Sekolah : SMA/MA
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia terjemahan
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
/bahan
7.2
Menganalisis unsur-
unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
Novel
Pengakuan
Eks Parasit
Lajang karya
Ayu Utami
Unsur-unsur
intrisik alur
(struktur alur
dan
pengaluran)
Membaca novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami
Siswa membentuk kelompok
4-5 orang
Siswa mengidentifikasi
unsur alur (struktur alur dan
pengaluran)
Peserta didik melaporkan
hasil analisis unsur alur
(struktur alur dan
Menjelaskan
pengertian novel
Menyebutkan
struktur umum
alur yang terdiri
dari tahap awal
(paparan,
rangsangan,
gawatan), tengah
(tikaian, rumitan,
klimaks), akhir
Jenis Tagihan:
Tugas
kelompok
Tugas
individu
Teknik
Tertulis
Bentuk
Instrumen
Uraian
bebas
2x45
menit
Nurgiyantoro,
Burhan. 2005.
Teori
Pengkajian
Fiksi.
Yogyakarta:
Universitas
Gadjah Mada.
Rahmanto, B.
1988. Metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pengaluran) (leraian,
selesaian).
Menjelaskan
pengertian
pengaluran
Mengidentifikasi
unsur alur yang
terdiri dari tahap
awal (paparan,
rangasangan,
gawatan), tengah
(tikaian, rumitan,
klimaks), akhir
(leraian,
selesaian).
Mengidentifikasi
pengaluran yang
terdiri dari
pembedaan alur
berdasarkan
kriteria urutan
waktu,
berdasarkan
kriteria jumlah,
berdasarkan
kriteria kepadatan,
berdasarkan
kriteria isi
Pengajaran
Sastra.
Yogyakarta:
Kanisius.
Sumardjo,
Jakob. 1984.
Memahami
Kesusastraan.
Bandung.
Alumni.
Sudjiman,
Panuti. 1991.
Memahami
Cerita Rekaan.
Jakarta:
Pustaka Jaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
2. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang
menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan
pelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap
(aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53). Berikut ini Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 2x45 menit
Aspek Pembelajaran : Membaca
a. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan
b. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
c. Indikator
1. Menjelaskan pengertian novel.
2. Menjelaskan pengertian alur dan pengaluran.
3. Menyebutkan struktur umum alur yang terdiri dari tahap awal (paparan,
rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian,
selesaian).
4. Mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap tahap awal (paparan,
rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian,
selesaian).
5. Mengidentifikasi pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur
berdasarkan kriteria urutan waktu, kriteria urutan jumlah, kriteria urutan
kepadatan, kriteria urutan isi.
d. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian novel melalui diskusi dengan
komunikatif.
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian alur melalui diskusi dengan
komunikatif.
3. Siswa dapat menyebutkan struktur umum alur yang terdiri dari tahap
awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks),
akhir (leraian, selesaian) melalui diskusi dengan komunikatif.
4. Siswa dapat mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap awal
(paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
(leraian, selesaian) secara berkelompok melalui diskusi dengan
komunikatif.
5. Siswa dapat mengidentifikasi pengaluran yang terdiri dari pembedaan
alur berdasarkan kriteria urutan waktu, kriteria urutan jumlah, kriteria
urutan kepadatan, kriteria urutan isi melalui diskusi dengan komunikatif.
e. Alokasi Waktu
2x45 menit
f. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Novel
2. Pengertian Alur
3. Struktur umum alur
4. Unsur pengaluran
g. Strategi Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Diskusi, ceramah, penugasan dan tanya jawab
h. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Pelaksanaan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam.
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Guru mengingatkan kembali pada pertemuan
sebelumnya.
4. Motivasi : Guru memberikan permainan menebak
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kejadian, tokoh atau isi cerita (what’s next?).
5. Apersepsi : Guru bertanya kepada siswa, “Pernahkah
kalian membaca novel? Novel apa saja yang kamu
baca? Tahukah kalian penulis novel Ayu Utami?
6. Orientasi : Guru menyampaikan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan dilaksanakan.
Inti Eksplorasi
1. Guru bersama siswa menggali pengetahuan dasar
tentang pengertian novel dan unsur intrinsik novel
(konstruktivisme).
2. Guru menunjukkan model atau contoh novel yang
sudah dianalisis kepada siswa sebagai pedoman
dalam proses belajar.
3. Siswa mencermati model atau contoh yang diberikan
guru (pemodelan).
Elaborasi
1. Siswa dibagi dalam kelompok. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
Setiap kelompok berjumlah 4-5 orang (belajar
kelompok).
2. Guru memberi catatan mengenai tahapan alur yang
terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan,
gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks),
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
tahap akhir (leraian, selesaian), serta pengaluran
yakni pembedaan alur berdasarkan urutan kriteria
waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan
kriteria isi.
3. Guru memberikan penggalan cerita bab tiga novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
yang berjudul Dua Lelaki kepada setiap kelompok
kemudian siswa mengerjakan latihan soal (penilaian
autentik).
4. Siswa mendiskusikan bersama kelompoknya
mengenai struktur umum alur dan pengaluran yang
terdapat dalam penggalan cerita bab tiga novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
(masyarakat belajar).
Konfirmasi
1. Siswa mempresentasikan hasil analisis unsur alur
yang terdapat dalam penggalan cerita bab tiga novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
(inkuiri),
2. Guru memberikan apresiasi atau reward kepada
siswa.
Penutup 1. Kesimpulan : Siswa dengan bantuan guru
menyimpulkan materi tentang tahapan alur yang
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan,
gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks),
tahap akhir (leraian, selesaian) serta pengaluran pada
novel.
2. Refleksi : Siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan
berupa kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran hari itu.
3. Tindak lanjut : Dalam CTL, guru merencanakan
kegiatan tindak lanjut dengan memberikan evaluasi
kepada siswa berupa siswa menganalisis alur dan
pengaluran novel yang sudah pernah dibaca.
4. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya.
5. Guru memberi salam penutup pembelajaran.
i. Sumber dan Media
Sumber :
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.
Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Media : powerpoint, LCD, papan tulis, buku teks dan novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
j. Penilaian Hasil Belajar
1. Jenis instrumen : tes tertulis dan tugas individu
2. Bentuk instrumen : uraian
k. Lampiran Materi Pembelajaran
1. Pengertian Novel
Menurut Rahmanto (1988: 70), novel seperti halnya bentuk prosa
cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya
dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita,
bahasa, tema dan latar.
2. Pengertian Alur
Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah
jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan,
keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan
sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55).
3. Struktur Umum Alur
Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola
tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan.
Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1991: 30):
Paparan
Awal Rangsangan
Gawatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tikaian
Tengah Rumitan
Klimaks
Akhir Leraian
Selesaian
4. Pengaluran
Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda
berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.
Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria
urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153).
l. Penilaian Aspek Kognitif
Bacalah ringkasan bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami, kemudian jawablah soal-soal dibawah ini!
1. Apakah pengertian novel menurut Anda?
2. Apakah pengertian novel menurut Anda?
3. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda?
4. Sebutkan struktur alur yang terdapat pada novel!
5. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap
tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab satu novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami!
6. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah,
kriteria kepadatan, dan kriteria isi!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
No Kriteria Penilaian Skor Bobot
Bobot
x Skor
1 a. Siswa dapat menjelaskan
pengertian novel dengan baik
dan benar (sesuai EYD).
b. Siswa dapat menjelaskan
pengertian novel dengan benar,
lengkap tetapi penggunaan
bahasanya tidak sesuai dengan
EYD.
c. Siswa dapat menjelaskan
pengertian novel dengan benar,
tapi kurang lengkap dan
penggunaan bahasanya tidak
sesuai dengan EYD.
3
2
1
3
3
3
9
6
3
2 a. Siswa dapat menjelaskan
pengertian pengaluran dengan
baik dan benar (sesuai EYD).
b. Siswa dapat menjelaskan
pengertian pengaluran dengan
benar, lengkap tetapi penggunaan
bahasanya tidak sesuai dengan
EYD.
3
2
3
3
9
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
c. Siswa dapat menjelaskan
pengertian pengaluran dengan
benar, tapi kurang lengkap dan
penggunaan bahasanya tidak
sesuai dengan EYD.
1 3 3
3 a. Siswa dapat menyebutkan
struktur umum alur novel dengan
baik dan benar (sesuai EYD).
b. Siswa dapat menyebutkan
struktur umum alur novel dengan
benar, lengkap tetapi
penggunaan bahasanya tidak
sesuai dengan EYD.
c. Siswa dapat menyebutkan
struktur umum alur novel dengan
benar, tapi kurang lengkap dan
penggunaan bahasanya tidak
sesuai EYD.
3
2
1
3
3
3
9
6
3
4 a. Siswa dapat menganalisis unsur
alur berdasarkan struktur umum
alur (tahap awal, tahap tengah
dan tahap akhir) dengan baik dan
benar (sesuai EYD).
3
3
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
b. Siswa dapat menganalisis unsur
alur berdasarkan struktur umum
alur (tahap awal, tahap tengah
dan tahap akhir) dengan benar,
lengkap namun penggunaan
bahasanya tidak sesuai dengan
EYD.
c. Siswa dapat menganalisis unsur
alur berdasarkan struktur umum
alur (tahap awal, tahap tengah
dan tahap akhir) dengan benar,
tapi kurang lengkap dan
penggunaan bahasanya tidak
sesuai EYD.
2
1
3
3
6
3
5 a. Siswa dapat menganalisis unsur
pengaluran berdasarkan kriteria
waktu, kriteria jumlah, kriteria
kepadatan, kriteria isi dengan
baik dan benar (sesuai EYD).
b. Siswa dapat menganalisis unsur
pengaluran berdasarkan kriteria
waktu, kriteria jumlah, kriteria
kepadatan, kriteria isi dengan
3
2
3
3
9
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
benar, lengkap tetapi
penggunaan bahasanya tidak
sesuai EYD.
c. Siswa dapat menganalisis unsur
pengaluran berdasarkan kriteria
waktu, kriteria jumlah, kriteria
kepadatan, kriteria isi dengan
benar, tapi kurang lengkap dan
penggunaan bahasanya tidak
sesuai EYD.
1
3
3
Skor yang diperoleh
Nilai Akhir : x 100
Skor Maksimal
m. Penilaian Aspek Afektif
No Kriteria Penilaian Skor Ket
1 Selama proses pembelajaran, siswa selalu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidahnya.
4 Sangat
Baik
2 Selama proses pembelajaran, siswa masih
sedikit ragu-ragu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidahnya.
3 Baik
3 Selama proses pembelajaran, siswa cukup 2 Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
sering menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidahnya.
4 Selama proses pembelajaran, siswa tidak
terlihat sama sekali menunjukkan usaha
sungguh-sungguh menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidahnya.
1 Kurang
n. Penilaian Aspek Psikomotorik
Aspek
Penilaian
Deskripsi Pelaksanaan Skor Bobot
Skor x
Bobot
Presentasi a. Siswa menunjukkan hasil
jawaban secara lisan di
depan kelas dengan intonasi
yang jelas dan dapat
menanggapi sanggahan dari
kelompok lain.
b. Siswa menunjukkan hasil
jawaban secara lisan di
depan kelas dengan intonasi
yang cukup jelas dan dapat
menanggapi sanggahan dari
3
2
3
3
9
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
kelompok lain.
c. Siswa menunjukkan hasil
jawaban secara lisan di
depan kelas dengan intonasi
yang kurang jelas dan
kurang dalam hal
menanggapi sanggahan dari
kelompok lain.
1
3
3
Skor yang diperoleh
Nilai akhir : x 100
Skor maksimal
Yogyakarta, 28 September 2016
Mengetahui,
Kepala sekolah Guru Bahasa Indonesia
( ..................................... ) ( ..................................... )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti menerapkan pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur
alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Pembelajaran sastra dengan menggunakan pendekatan kontekstual
dimaksudkan agar siswa mampu menghubungkan nilai-nilai yang terkandung
dalam karya sastra dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat menerapkan
pendekatan kontekstual ini untuk memperkenalkan karya sastra, khususnya
novel. Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur
alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah membuat
sinopsis novel, menganalisis unsur alur, pemodelan, belajar kelompok dan
penilaian autentik.
Langkah pertama, siswa membuat sinopsis novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan dibuatnya sinopsis agar
memudahkan siswa mengetahui isi dari bacaan tersebut. Kedua, siswa
menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami. Hasil analisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang menggunakan alur sorot-balik atau flashback..
Alur maju menceritakan keputusan tokoh A untuk melepas keperawananya.
Alasan A melepas keperawanannya diceritakan pada bagian pertama novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Alur mundur novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang menceritakan ingatan masa kecil A yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
begitu dekat dengan keluarganya. Ketiga, siswa memperhatikan contoh novel
yang sudah dianalisis sabagai bentuk dari tahap pemodelan. Pemodelan dapat
berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
Contoh yang diberikan sebagai acuan kepada siswa agar dapat membantu
siswa dalam menganalisis unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang. Ringkasan novel yang dijadikan contoh adalah novel
Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
Keempat, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengajukan pertanyaan terkait pembelajaran alur dan pengaluran. Guru akan
memberikan pertanyaan terlebih dahulu untuk merangsang dan
membangkitkan semangat belajar siswa. Kegiatan bertanya di dalam proses
pembelajaran antara siswa dan guru akan memberikan informasi terkait
materi pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang. Kelima, siswa belajar dalam kelompok. Kegiatan belajar kelompok
akan membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menambah
pengetahuan siswa dalam proses belajar. Siswa berdiskusi dalam
kelompoknya mengenai unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami. Langkah terakhir, guru memberikan
penilaian autentik atau penilaian yang sebenarnya yang merupakan ciri
khusus dari pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk
mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa. Guru akan memberikan
penilaian autentik dengan memberikan tugas mengenai pembelajaran
menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
B. Implikasi
Hasil analisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami berimplikasi ke dalam pembelajaran sastra (novel)
di jenjang SMA. Pembelajaran sastra di SMA ditujukan untuk kelas XI
semester 1. Guru akan membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk SMA kelas XI semester 1. Kemudian hasil analisis
unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami akan disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Saran
Penelitian pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan
pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dapat
dijadikan sebagai bahan pengajaran sastra di SMA. Kondisi pembelajaran
bahasa Indonesia yang sering menggunakan metode ceramah dianggap
monoton dan kurang menarik. Siswa sering merasa bosan dalam belajar
bahasa Indonesia.
Peneliti memiliki saran, yaitu (1) bagi guru diharapkan cermat dalam
memilih metode pembelajaran yang dapat diterapkan kepada siswa agar
kemampuan dan potensi siswa terbentuk. (2) bagi peneliti lain diharapkan
penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan metode
atau pendekatan yang berbeda seperti pendekatan inkuiri, saintifik, dan
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Flores: Nusa Indah.
Jabrohim (Ed).1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Mohtarom, Mochamad Faizal. 2012. “Pendidikan Karakter yang Ditemukan
dalam Unsur-unsur intrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea
Hirata”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas
Negeri Malang.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Mansur. 2007.a. Dasar Pemahaman dan Pengembangan: Pedoman
Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala
Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta: Bumi
Aksara.
_____________. 2007.b. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rosyidah, Kholifatur. 2014. “Pentingnya Bertanya dalam Proses
Pembelajaran”. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2016 dari
m.kompasiana.com/ifahrosyidah/pentingnya-bertanya-dalam-
proses-pembelajaran_54f5e5d0a33311a1768b45b3
Sasmito, Bagus. 2012. “Menumbuhkan Gairah Belajar Menulis”. Diunduh
pada tanggal 11 November 2016 dari
https://bagussmanemas.wordpress.com/2012/02/16/menumbuhkan
-gairah-belajar-menulis/
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jakob. 1983. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Utami, Ayu. 2013. Pengakuan Eks Parasit Lajang. Jakarta: Gramedia.
Yuliati, Lilis. 2009. “Penggunaan Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan
Siswa dalam Pembelajaran Analisis Novel”. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra. Universitas Pendidikan Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Skolastika Cynthia Maharani lahir di Sleman pada tanggal 10
Februari 1994. Pendidikan dasar ditempuh di SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan
di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Kemudian, ia
bersekolah di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Pada tahun
2012, ia melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Pada tanggal 17 Oktober 2016, ia
dinyatakan lulus strata-1 dengan membuat skripsi yang berjudul “Pendekatan
Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI