plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · “kita di dunia ini bukan mencari orang...
TRANSCRIPT
PROSES SUAMI MEMAAFKAN ISTRI
YANG BERSELINGKUH DALAM RANGKA
MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Nathalia Nindi Kristyaningrum
NIM: 089114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES SUAMI MEMAAFKAN ISTRI
YANG BERSELINGKUH DALAM RANGKA
MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Nathalia Nindi Kristyaningrum
NIM: 089114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TENTANG KEHIDUPAN........
HIDUP ADALAH BELAJAR
Belajar BERSYUKUR meski TAK CUKUP
Belajar IKHLAS meski TAK RELA
Belajar TAAT meski BERAT
Belajar SABAR meski TERGODA
Belajar MEMBERI meski TAK SEBERAPA
Belajar MENGASIHI meski DISAKITI
Belajar TENANG meski GELISAH
Belajar PERCAYA meski SUSAH
(Anonym)
Dari AIR kita belajar KETENANGAN
Dari BATU kita belajar KETEGARAN
Dari TANAH kita belajar KEHIDUPAN
Dari KUPU-KUPU kita belajar MERUBAH DIRI
Dari PADI kita belajar RENDAH HATI
Dari KASIH TUHAN kita belajar
tentang
KASIH YANG SEMPURNA
(Anonym)
Bila TUHAN menjawab doamu, DIA menambahkan imanmu
Bila DIA menunda, DIA menambahkan kesabaranmu
Tapi......
Bila DIA menjawab tidak , DIA menyediakan sesuatu yang lebih baik
dari yang kamu harapkan
(Anonym)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TENTANG CINTA........
“Kita di dunia ini bukan mencari orang yang sempurna untuk dicintai,
tetapi untuk mencintai orang yang tidak sempurna
dengan cara yang sempurna....”
(Anonym)
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.....
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu......
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..........
Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada..........”
(Anonym)
“Cinta datang........
Kepada orang yang masih mempunyai harapan,
walau meraka telah dikecewakan.
Kepada mereka yang masih percaya,
walau mereka telah dikhianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai,
walau mereka telah disakiti sebelumnya.
Dan.....
Kepada mereka yang mempunyai keberanian
dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan.....”
(Anonym)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
TUHAN YESUS KRISTUS, Karya yang jauh dari sempurna ini kusembahkan kehadirat-Nya yang selalu mendampingiku dan mencurahkan karunia-karunia di saat aku merasa tidak
dapat melakukan apa pun.
Papa dan Mama, Banyak hal yang telah Papa dan Mama lakukan untukku tetapi seringkali aku lupa untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus. Terima kasih Papa dan Mama atas segala bimbingan, dukungan dan kasih yang selalu tercurahkan untukku. Terima kasih untuk semua yang Papa dan Mama berikan untukku.
Mas Bram dan Mba Nia, Terima kasih atas dukungan semangat dan doa yang selalu dipanjatkan untuku,
sehingga aku dapat menyelesaikan perjuanganku sampai akhir.
Ponakan kecilku Kara, Terima kasih atas tawa kecil, tangisan manja, dan keceriaan yang ditunjukkan.
Semua itu, merupakan penghiburanku di saat aku merasa patah semangat.
Seluruh keluarga besar Herman Suwargo dan Hadi Sudarmo Terima kasih atas dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.
I love you all.....
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES SUAMI MEMAAFKAN ISTRI YANG BERSELINGKUH DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN
Nathalia Nindi Kristyaningrum
ABSTRAK
Kehidupan perkawinan tidaklah mudah untuk dijalani. Terdapat berbagai macam
permasalahan yang muncul dapat menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga. Salah satu permasalahan yang dapat menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga adalah perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para suami, tetapi istri juga dapat melakukan perselingkuhan. Jika istri berselingkuh maka perselingkuhan tersebut akan membawa dampak psikologis terhadap suami. Dampak psikologis yang dirasakan suami adalah berupa perasaan kehilangan identitas diri dan kehilangan keistimewaan diri. Perasaan seperti ini membuat suami sulit untuk tetap mempertahankan perkawinan. Namun, pada kenyataannya masih ada beberapa suami yang berusaha mempertahankan perkawinannya dengan istri yang berselingkuh yaitu dengan memaafkan perbuatan istri mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses suami memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan perkawinan. Ada 4 tahap memaafkan yang dilalui oleh suami, yaitu tahap terluka, tahap membenci, tahap penyembuhan, dan tahap kembali bersama. Peneliti memilih metode naratif untuk melihat cara subjek menggambarkan diri dan menjalani kehidupan dalam menghadapi permasalahan perselingkuhan. Penelitian ini melibatkan 2 subjek penelitian yang mempunyai pengalaman dalam berproses memaafkan istri mereka yang berselingkuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek berupaya untuk menyembuhkan perasaan terluka yang dialami akibat perselingkuhan istri mereka yaitu dengan refleksi diri. Upaya kedua subjek dalam merefleksikan peristiwa yang mereka alami membuat mereka dapat melihat istri mereka dengan cara pandang yang baru dan menerima istri mereka kembali. Upaya refleksi diri yang dilakukan kedua subjek disebut sebagai bedah spritual membuat mereka pada akhirnya dapat memaafkan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri. Kata kunci: perselingkuhan, suami, memaafkan
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE PROCESS OF FORGIVING HUSBAND TOWARDS WIFE’S IN AFFAIR IN ORDER TO KEEP MARRIAGE
Nathalia Nindi Kristyaningrum
ABSTRACT
Marriage is not easy to live. There are various kinds of problems that can be the trigger a
rift in the household. One of the problems that can lead to cracks in the household is infidelity. Infidelity itself is not only dominated by the husband, but the wife can also do infidelity. If the wife was having an affair then the affair will bring the psychological impact of the husband. The psychological impact that is felt by the husband is a sense of loss of identity and loss of self privileges. The husband feelings such as these make it difficult to maintain marriage. However, in reality there are still some husbands are still working on his marriage with his wife who is having an affair by forgiving the wife. This study aims to describe the process of forgiving by the husband towards his wife who cheated in order to maintain a marriage. There are 4 phases of forgiving traversed by the husband, they are: the injured phase, the hate phase, the recovery phase, and the back together phase. The researcher chose the method of narrative to see how subjects describe themselves and live a life in facing infidelity problems. The study involved 2 subjects who had experience in proceeds to forgive their wives infidelity. The results showed that the two subjects were trying to heal hurt feelings experienced by their wives infidelity is by self-reflection. The second attempt in the subjects they reflect on the events that caused them to be able to see their wives with a new perspective and accept their wives back. The self-reflection efforts that were through by the two subjects referred as the spiritual treatment finally can make them forgive and still maintain a marriage with his wife. Keywords: infidelity, husband, forgiving
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat limpahan
karunia dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih
Tuhan, karena Engkau telah mendampingiku dalam penyelesaian Skripsi yang
berjudul Proses Suami Memaafkan Istri Yang Berselingkuh Dalam Rangka
Mempertahankan Perkawinan Di Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Skripsi ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Almarhumah Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. yang telah memberikan
teladan dan inspirasi untuk terus tetap berjuang dalam kondisi apa pun.
3. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang
selalu sabar memberikan masukan dan pengarahan dalam penulisan skripsi
ini.
4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. dan Bapak Dr. Tarsisius Priyo
Widiyanta, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
sehingga skripsi saya menjadi lebih baik.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang selama 8 semester telah memberikan banyak ilmu, baik secara teori
maupun pengalaman hidup kepada penulis.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Pak Gie,
Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Doni dan Mas Muji) yang telah memberikan
banyak bantuan, nasihat dan juga dukungan selama penulis menjalani hari-
hari di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
7. Papa dan Mama yang selalu aku sayangi, terima kasih atas segala cinta,
nasihat, dukungan yang besar baik secara materi dan spritual. Terima kasih
atas semua yang telah diberikan. Aku tidak bisa membalas semua itu, yang
hanya bisa kuberikan adalah dengan membuat Papa Mama bangga dengan
kelulusanku ini.
8. Mas Bram dan Mba Nia, kedua kakakku yang selalu medukungku dalam
meyelesaikan skripsi ini.
9. Aurelia Ayukara, keponakanku yang membuat aku sering malas mengerjakan
skripsi karena kelucuannya. Terima kasih atas segala penghiburan yang
diberikan ketika aunty mu ini kesulitan dalam mengerjakan skripsi.
10. Kedua subjekku Bapak ES dan Bapak DN, terima kasih telah bersedia
meluangkan waktu untuk membagikan pengalaman dalam berproses
mempertahankan perkawinan.
11. Teman-temanku di Psikologi angkatan 2008: Desi, Nita, Martha, Meili, Siska,
Dian, Mitha, Fany, Irin, Rosa, Lita, Intan, Icha, Nana, Dewi, Henry, Pudji,
Cory, Budi, Agung, Rio, Alberto, Priska, Abet, Wawan, Ade, Lusi, Risa,
Shinto dan teman-teman yang lain yang tidak dapat aku sebutkan satu per
satu, ada perjuampaan pasti ada perpisahan, terima kasih atas kebersamaan
yang dilalui selama 8 semester.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Teman-teman seperjuangan (Intan, Meili, Icha, Rio, Nana, Mba Jina, dan Mas
Komeng), terima kasih atas segala dukungan bersama.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Yogyakarta, 24 September 2013
Penulis,
Nathalia Nindi Kristyaningrum
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...….…............. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….…………………………….......... iii
HALAMAN MOTTO….....................…………………………………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………….............. vii
ABSTRAK…………………………………………………………......... viii
ABSTRACT……………………………………………………………… ix
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.............. x
KATA PENGANTAR…………………………………………………... xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………. xiv
DAFTAR SKEMA……………………………………………………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xviii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………............... 1
B. Rumusan Masalah ……………………….…………............... 9
C. Tujuan Penelitian …………….……………………................ 9
D. Manfaat Penelitian ………………...………………................ 10
1. Manfaat Teoretis …………………………………………… 10
2. Manfaat Praktis …………………………………………….. 10
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 11
A. Perkawinan ……………………………………………............. 11
1. Definisi Perkawinan .....…………………………….............. 11
2. Alasan Orang Menikah …………………………….............. 13
3. Komunikasi Dalam Keluarga ……………………................ 16
4. Permasalahan Dalam Perkawinan .................………............. 19
B. Perselingkuhan ......................………………………..…........... 23
1. Definisi Perselingkuhan ......................................................... 23
2. Penyebab Perselingkuhan ...................................................... 25
3. Jenis-jenis Perselingkuhan ..................................................... 27
4. Dampak Perselingkuhan ........................................................ 30
C. Memaafkan ................................................................................. 36
1. Definisi Memaafkan .............................................................. 36
2. Proses Memaafkan ................................................................ 38
3. Manfaat Memaafkan .............................................................. 41
D. Budaya Patriarki ......................................................................... 42
E. Proses Suami Memaafkan Istri Yang Pernah Selingkuh ……… 43
F. Kerangka Penelitian .................................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………......... .. 49
A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian ……………………… .. 49
B. Subjek Penelitian ………………………………………………. 51
C. Fokus Penelitian ……………………………………………….. 51
D. Metode Pengambilan Data ……………………………………. .. 53
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Analisis Data .....………………………...................................... 53
F. Keabsahan Data ………………………………………….......... ... 59
1. Kredibilitas ............................................................................... 59
2. Dependabilitas .......................................................................... 60
3. Konfirmabilitas ........................................................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….......... … 62
A. Proses Penelitian .………………………….................................. 62
B. Profil Subjek ……………………………………………………. 65
1. Subjek 1 (ES) ……………………………………………....... 65
2. Subjek 2 (DN) ……………………………………………….. 69
C. Hasil Analisis Data Penelitian .…………………………............... 72
1. Subjek 1 (ES) ……………………………………………....... 72
2. Subjek 2 (DN) ……………………………………………….. 89
D. Pembahasan …………………………………………………....... 108
BAB V PENUTUP .................................................................................... 118
A. Kesimpulan………………......…………………………………. 118
B. Saran……………………………….....………………………… 119
1. Bagi Pasangan Suami-Istri ………………………………….. 119
2. Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………….. 119
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 120
LAMPIRAN-LAMPIRAN.……………………………………………… 126
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Penelitian: Proses Suami Memaafkan Istri yang Pernah
Selingkuh untuk Mempertahankan Perkawinan ........................... 48
Skema 2. Dinamika Memaafkan Subjek 1 (ES) ............................................ 88
Skema 3. Dinamika Memaafkan Subjek 2 (DN) ......................................... 106
Skema 4. Dinamika Memaafkan Subjek ES dan DN................................... 107
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Yuridikasi
Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh
Indonesia Tahun 2010 ............................................................. 127
Lampiran 2. Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Yuridikasi
Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh
Indonesia Tahun 2011 ............................................................. 130
Lampiran 3. Data Perkara Cerai Talak, Cerai Gugat dan Perkara Lain yang
Diterima Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan
Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2010 ........................... 133
Lampiran 4. Koding Subjek 1 (ES) ................................................................. 136
Lampiran 5.Koding Subjek 2 (DN) ................................................................ 157
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memilih pasangan hidup dan menikah merupakan keputusan yang
penting bagi kebanyakan orang (McFall, 2011). Seseorang memutuskan untuk
menikah karena berbagai alasan, misalnya hukum, sosial, emosional, ekonomi,
agama atau untuk meneruskan garis keturunan dan memiliki anak (Fatima &
Ajmal, 2012). Beberapa pasangan yang memutuskan untuk menikah terkadang
berpikir dan merasa bahwa mereka begitu mirip dan dapat bekerja sama,
melayani bersama, hidup bersama, serta membesarkan anak bersama-sama
dengan hampir tidak ada konflik (Piper, 2009).
Namun, dalam pernikahan dan keluarga justru akan menemukan banyak
tantangan berupa permasalahan yang terkadang dapat menimbulkan konflik
dan keretakan pada pasangan dalam keluarga. Konflik yang tejadi terkadang
dapat mengancam keharmonisan dan kelangsungan hubungan pasangan serta
hubungan antaranggota keluarga. Terdapat beragam kasus yang terjadi dalam
kehidupan perkawinan dan keluarga di Indonesia yang dapat menjadi pemicu
keretakan hubungan dan perceraian. Adapun kasus-kasus tersebut adalah
adanya pria dan wanita idaman lain (PIL dan WIL) atau perselingkuhan,
kehidupan pasangan yang tinggal dengan mertua, pertengkaran antaranggota
dalam keluarga, anak cacat, penyimpangan hubungan seksual pada salah satu
pasangan, dan perbedaan agama (Kertamuda, 2009).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan hasil penelitian, perceraian telah terbukti berdampak negatif
pada perkembangan anak-anak dalam keluarga yang bersangkutan. Anak-anak
dengan orangtua yang telah bercerai akan memiliki trauma, cenderung kurang
memiliki kepercayaan diri, kepuasan terhadap kehidupan dan sekolah, rentan
untuk merokok, minum alkholol dan memakai obat-obatan
(www.kainsutera.com).
Sepanjang tahun 2005 hingga 2010 tercatat telah terjadi peningkatan
angka perceraian di Indonesia sebesar 70% (www.republika.co.id). Pada tahun
2010 Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA)
mencatat telah terjadi 285.184 kasus perceraian di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data yang menjadi penyebab pisahnya pasangan antara lain yaitu
faktor ketidakharmonisan sebanyak 91.841 perkara, tidak ada tanggungjawab
78.407 perkara, masalah ekonomi 67.891 perkara, perselingkuhan (gangguan
pihak ketiga) 20.199 perkara, dan masalah lain (misal: KDRT, salah satu
pasangan cacat, serta masalah lain) 26.846 perkara (www.badilag.net,
Lampiran 1).
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kasus
perselingkuhan yang berpotensi mengakhiri hubungan perkawinan. Hal ini
dikarenakan terjadi peningkatan angka perceraian akibat perselingkuhan yang
meningkat setiap tahun, dengan angka yang cukup besar. Pada tahun 2011
angka perceraian akibat perselingkuhan meningkat menjadi 20.563 perkara
(www.badilag.net, Lampiran 2). Berdasarkan data mengenai perceraian di
Indonesia, kebanyakan pihak yang mengajukan perceraian adalah istri. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tahun 2010 tercatat bahwa 190.280 kasus perceraian diajukan oleh istri
sedangkan 94.099 diajukan oleh suami. Kasus perceraian yang diajukan istri
pada umumnya meliputi masalah ekonomi dan perselingkuhan
(http://www.lensaindonesia.com, Lampiran 3).
Banyak kasus perselingkuhan yang terjadi di Indonesia pada akhirnya
berujung pada perceraian suami istri. Kasus perceraian yang dapat diketahui
dan menjadi konsumsi publik adalah perceraian pasangan artis. Misal, pada
tahun 2007 ramai dibicarakan di berbagai media bahwa pasangan artis ME dan
AD mengguggat cerai AD dikarenakan ada orang ketiga. ME mengguggat
cerai AD karena dia mengetahui bahwa AD telah berselingkuh dengan
pasangan duet ME (http://life.viva.co.id). Pada tahun 2009 juga tidak lepas dari
kasus perceraian para artis yang diakibatkan salah satu pasangan berselingkuh.
Diberitakan bahwa artis A mengguggat cerai K karena mengetahui kalau K
telah berselingkuh dengan salah satu pengusaha kaya (http://life.viva.co.id).
Kasus pria dan wanita idaman lain (PIL dan WIL) pada dasarnya dikenal
sebagai istilah affair, selingkuh, ketidaksetiaan, perzinahan, serong, atau seks
di luar pernikahan yang dilakukan oleh satu atau keduanya dari pasangan
suami istri. Perselingkuhan secara umum dipahami sebagai pelanggaran
perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan yang dilakukan oleh
seseorang, dan ancaman terhadap ikatan perkawinan. Layton (dalam Zaka al
Farisi, 2008) menyebutkan bahwa perselingkuhan dapat terjadi karena berbagai
antara lain seperti konflik dalam rumah tangga yang tidak kunjung selesai,
situasi lingkungan tempat bergaul atau bekerja, atau pun hubungan jarak jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Selama ini, penelitian yang dilakukan lebih membahas mengenai
dinamika istri dalam menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh suami
mereka. Penelitian yang pernah dilakukan Ratih (2007) mahasiswa Universitas
Indonesia menunjukkan bahwa istri menilai perselingkuhan yang dilakukan
oleh suami mereka merupakan suatu hal yang menyakitkan
(www.lontar.ui.ac.id). Jayaprawira (2005) mahasiswa Psikologi Universitas
Sanata Dharma juga membahas dinamika istri dalam menghadapi
perselingkuhan suami. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bagaimana
perilaku coping stress yang dilakukan oleh istri dalam proses pemulihan
hubungan setelah perselingkuhan suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
upaya istri dalam menghadapi stress setelah perselingkuhan suami dengan
memaanfaatkan sumberdaya yang berupa dukungan sosial yang berasal dari
diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
Perselingkuhan tidak selalu dilakukan oleh seorang pria (suami), tapi
wanita (istri) juga dapat melakukan perselingkuhan (Mao & Raguram, 2009).
Dalam skripsi mengenai Latar Belakang Suami Mempertahankan Perkawinan
oleh Yuniarti (2009) juga menyebutkan bahwa perselingkuhan itu sendiri tidak
hanya didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita sehingga dalam
perselingkuhan tidak menutup kemungkinan siapa yang berselingkuh, bisa
suami ataupun istri. Yuniarti (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa jika istri
berselingkuh maka perselingkuhan itu akan membawa dampak moral yang
harus ditanggung suami. Masyarakat secara umum, khususnya pada
masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat patriarki memang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dapat mentoleransi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri. Perselingkuhan
yang dilakukan istri membuat posisi suami sebagai kepala rumah tangga
terancam. Suami menjadi merasa malu dan harga diri direndahkan, dimana
kehormatannya sebagai laki-laki dan sebagai suami terancam.
Perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangan atau keduanya
dalam perkawinan akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan
perkawinan. Selain akan menjadi penyebab berakhirnya perkawinan atau
perceraian, perselingkuhan juga mempengaruhi kondisi psikologis pasangan
yang bersangkutan. Dampak psikologis yang muncul seperti hilangnya harga
diri, rasa hormat, rasa aman, kenyamanan dan kepercayaan yang telah
bertahun-tahun dibangun serta rasa dilecehkan oleh pasangannya yang
melakukan perselingkuhan (Spring, 2006).
Ketika perselingkuhan terjadi, hal ini sering dikaitkan dengan sejumlah
hasil merugikan bagi pernikahan dan individu yang bersangkutan (Atkins, D. &
Kessel, D., 2008). Dalam artikel mereka disebutkan bahwa berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perselingkuhan
berhubungan positif dengan perceraian. Betzig (dalam Shackelford, Buss, &
Bennett, 2002) menjelaskan bahwa perselingkuhan mungkin menjadi faktor
tertinggi sebagai sumber pembubaran hubungan. Dalam sebuah studi dari 160
budaya, perselingkuhan adalah alasan yang paling sering dikutip untuk
perceraian. Mengakhiri suatu hubungan perkawinan atau bercerai tampak
menjadi salah satu solusi umum untuk masalah perselingkuhan yang telah
dilakukan oleh pasangan. Selain itu, perselingkuhan juga dikaitkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kualitas perkawinan yang buruk. Shackelford et al. (2008) dalam penelitian
yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi dikarenakan
faktor kepribadian dan kepuasan perkawinan.
Namun, perselingkuhan tidak selalu diakhiri dengan perceraian. Ada
beberapa pasangan yang mengalami perselingkuhan, pada akhirnya
memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yuniarti (2009) menunjukkan bahwa alasan suami
mempertahan perkawinannya dengan istri yang berselingkuh adalah karena
merasa harapan terhadap perkawinanya telah terpenuhi, keberadaan anak,
subjek yakin bahwa istri tidak akan berselingkuh lagi dan rasa cinta.
Ketika seseorang mengetahui mengenai pengkhianatan atau
perselingkuhan yang telah dilakukan oleh pasangannya, pilihan utama yang
dihadapi adalah untuk memaafkan pasangan dan tetap bersama-sama atau
untuk mengakhiri hubungan (Shackelford et al., 2002). Lawson (dalam
Shackelford et al., 2002) menyebutkan bahwa tidak semua pasangan
mengakhiri hubungan perkawinan mereka setelah mengetahui telah terjadi
perselingkuhan. Berdasarkan hasil survey Lawson, terhadap pasangan yang
salah satu dari pasangan telah melakukan perselingkuhan menyebutkan bahwa
pasangan yang terlibat perselingkuhan menjelaskan alasan mengapa mereka
berselingkuh kepada pasangan yang lain. Beberapa dari pasangan memutuskan
untuk mengikuti terapi pasangan dalam upaya untuk menemukan akar masalah
dan memperbaiki perkawinan mereka. Beberapa pasangan yang lain berusaha
untuk menggali dan membuat rincian mengenai permasalahan dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mengenali acaman dan dampak akibat perselingkuhan. Beberapa pasangan
pada akhirnya memutuskan untuk memaafkan pasangan mereka.
Gilbert et al. (dalam Pearlman, 2010) menyebutkan bahwa penelitian
mengenai peran penting memaafkan dalam perkawinan telah menjadi
pembahasan psikologis, terlebih memaafkan berfungsi sebagai stabilitas
keutuhan rumah tangga. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
memaafkan dapat menjadi faktor penting dalam membantu untuk
menyembuhkan dan memulihkan hubungan yang bermasalah. Memaafkan
dalam perkawinan telah terbukti bermanfaat ketika pasangan suami istri
dihadapkan pada pelanggaran sehari-hari, dan memaafkan juga sangat penting
ketika pasangan suami istri dihadapkan dengan pengkhianatan besar, seperti
perselingkuhan. Berdasarkan penelitian dan observasi klinis yang telah
dilakukan memaafkan merupakan terapi yang tepat dalam pemulihan hubungan
perkawinan pada pasangan setelah terjadi perselingkuhan (Spring, 2006).
Memaafkan juga bermanfaat untuk diri sendiri, hubungan interpersonal
(Suwartono & Viktoria, 2010) dan mengurangi konflik yang telah terjadi
(Suwartono & Viktoria, 2010; McNulty, 2008). Memaafkan pelanggaran yang
terjadi dalam suatu perkawinan merupakan salah satu faktor pendukung untuk
menciptakan kehidupan perkawinan yang bahagia (Fatima & Ajmal, 2012).
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkkan bahwa memaafkan juga
berkaitan dengan kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis (Witvliet, 2001).
Di lain pihak, perilaku tidak memaafkan berkorelasi positif dengan indikator
stres dan psikopatologi (Berry & Worthington, 2001; Witvliet, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa memaafkan atau
mengakhiri suatu hubungan perkawinan tergantung pada jenis kelamin dan
sifat atau jenis dari perselingkuhan (Shackelford et al., 2002). Penelitian yang
dilakukan oleh Fisher et al. (2008) menunjukkan bahwa baik suami atau istri
percaya pasangan mereka akan memiliki waktu yang lebih sulit untuk
memaafkan perselingkuhan seksual daripada perselingkuhan emosional, tetapi
hal tersebut tidak menunjukkan bahwa perselingkuhan seksual akan lebih
cenderung mengarah pada pembubaran hubungan atau perceraian. Penelitian
yang juga banyak dilakukan adalah mengenai usaha terapis klinis membantu
pasangan memunculkan sikap memaafkan terhadap pasangannya yang
melakukan perselingkuhan (Bird, Butler, & Fife, 2007; Fife, Weeks, &
Gambescia, 2008; Olmstead, Blick, & Mills, 2009; Parker, Berger, &
Campbell, 2010).
Peneliti merasa tertarik untuk melihat dan mengkaji mengenai
memaafkan dalam lingkup yang lebih spesifik yaitu memaafkan
perselingkuhan yang terjadi dalam perkawinan. Memaafkan merupakan sesuatu
yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih pelanggaran yang dilakukan
merupakan suatu pengkhianatan yang dilakukan oleh pasangan yang dicintai.
Di sisi lain, memaafkan merupakan cara bagi pasangan yang memutuskan
untuk tetap mempertahankan perkawinan.
Penelitian mengenai memaafkan perselingkuhan di Indonesia pernah
dilakukan oleh Sa’adah et al. (2012). Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa proses istri memaafkan suami yang berselingkuh terjadi bertahap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
berulang-ulang. Proses memaafkan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti permintaan maaf suami, dukungan dari keluarga, dan kepedulian anak
terhadap permasalahan, membantu seorang istri dalam proses memafkan suami
yang melakukan perselingkuhan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa kebanyakan penelitian
yang dilakukan membahas mengenai dinamika istri dalam menghadapi
perselingkuhan yang dilakukan oleh suami mereka. Pada faktanya, tidak
menutup kemungkinan bahwa istri juga dapat melakukan perselingkuhan. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk membahas mengenai
dinamika suami dalam menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri
mereka. Peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai bagaimanakah proses
suami memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan
perkawinan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimanakah proses suami
memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan
perkawinan?
C. Tujuan Peneltian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi proses suami
memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan
perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu
psikologi, khususnya psikologi keluarga dan psikologi well-being, mengenai
proses suami memaafkan istri yang pernah selingkuh sebagai upaya
mempertahankan perkawinan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasangan suami-istri
Penelitian ini diharapkan dapat mejadi referensi kepada suami
dalam upaya mempertahankan perkawinan dengan cara memaafkan
ketika terjadi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri.
b. Bagi psikolog, konselor dan terapis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para psikolog, konselor
dan terapis dalam melakukan konseling atau terapi memaafkan pada
pasangan suami istri yang sedang menghadapi masalah perselingkuhan
dalam rangka mendampingi pasangan mempertahankan perkawinan.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa solusi dari perselingkuhan dalam perkawinan tidak
selalu harus berakhir dengan perceraian, tetapi ada solusi lain yaitu
memaafkan yang pada akhirnya dapat tetap mempertahankan
perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti menjabarkan lebih lanjut mengenai landasan teori
yang mendasari penelitian “Proses Suami Memaafkan Istri yang Berselingkuh
dalam Rangka Mempertahankan Perkawinan”. Pada bab ini akan dibahas
mengenai pengertian perkawinan, perselingkuhan, memaafkan, dan proses
memaafkan dalam perkawinan yang salah satu pasangan pernah melakukan
perselingkuhan.
A. Perkawinan
1. Definisi Perkawinan
Menurut Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 Bab 1 Pasal
1 menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa (Walgito, 2000).
Menurut Fatima dan Ajmal (2012) perkawinan merupakan lembaga
sosial di mana seorang pria dan seorang wanita membangun keputusan
mereka untuk hidup sebagai pasangan suami istri dengan komitmen
hukum dan upacara keagamaan. Perkawinan merupakan kontrak yang sah
antara dua orang yang memungkinkan mereka untuk bereproduksi atau
melakukan hubungan intim yang sah dalam hukum dan agama. Seseorang
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
memutuskan untuk menikah karena berbagai alasan, misalnya hukum,
sosial, emosional, ekonomi, agama atau untuk meneruskan garis keturunan
dan memiliki anak.
Sigelman (dalam Fatima & Ajmal, 2012) mendefinisikan
perkawinan sebagai sebuah hubungan antara dua orang yang berbeda jenis
kelamin dan dikenal dengan suami istri. Dalam hubungan tersebut terdapat
peran serta tanggung jawab dari suami dan istri yang didalamnya terdapat
unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan
seksual, dan menjadi orang tua.
Berikut ini definisi perkawinan menurut beberapa agama, antara lain:
Perkawinan dalam Islam ialah suatu akad atau perjanjian mengikat
antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan
kelamin antara kedua belah pihak dengan suka rela dan kerelaan kedua
belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi
rasa kasih sayang dan ketentraman atau sakinah dengan cara-cara yang di
ridhoi Allah SWT (http://definisipengertian.com).
Dalam Katolik perkawinan didefinisikan sebagai
persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita, yang terjadi
karena persetujuan pribadi, yang tak dapat ditarik kembali, dan harus
diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami istri, dan pada
pembangunan keluarga, dan oleh karenanya menuntut kesetiaan yang
sempurna, dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun, kecuali oleh
kematian (http://www.imankatolik.or.id).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Agama Hindu mendefinisikan perkawinan sebagai ikatan sekala
niskala atau lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
atau satya Alaki rabi (http://www.babadbali.com).
Perkawinan dalam pengertian Buddhisme adalah suatu ikatan lahir
dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia sesuai
dengan Dhamma atau ajaran Sang Budha (http://artikelbuddhist.com).
Dari definisi mengenai perkawinan di atas, peneliti menarik
kesimpulan bahwa perkawinan merupakan suatu ikatan sah baik secara
hukum dan agama, antara pria dan wanita yang dilakukan berdasarkan
persetujuan pribadi serta dilandasi rasa saling mencintai sebagai pasangan
suami istri dan dituntut adanya tanggung jawab yang melibatkan
keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual,
dan menjadi orang tua serta kesetiaan kepada pasangan.
2. Alasan Orang Menikah
Ada banyak alasan ketika seseorang memutuskan untuk menikah.
Setiap orang mempunyai alasan yang berbeda-beda ketika memutuskan
untuk menikah. Bagi orang-orang yang memutuskan untuk menikah,
mereka memiliki motivasi yang mendorong mereka untuk memenuhi
kebutuhan sosial, dalam hal ini menikah. Secara garis besar Turner dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Helms (1995) menyebutkan beberapa alasan seseorang memutuskan untuk
menikah, yaitu:
a. Cinta
Cinta dan komitmen menjadi salah satu alasan utama seseorang
memutuskan untuk menikah. Melalui perkawinan pasangan yang saling
mencintai dan memiliki komitmen dapat berbagi satu dengan yang lain
dalam hubungan yang lebih intim dan abadi.
b. Persahabatan
Persahabatan juga merupakan alasan penting seseorang untuk
menikah. Melalui perkawinan, pasangan yang saling mencintai
memiliki kesempatan untuk menghabiskan hidup bersama dengan
dilandasi ikatan emosional, perasaan aman dan nyaman sebagai
pasangan suami istri. Perasaan sebagai sahabat pada pasangan yang
saling mencintai menyediakan kesempatan untuk saling berbagi dalam
menjalani keseharian hidup berkeluarga.
c. Konformitas
Bagi kebanyakan orang pernikahan merupakan suatu hal yang
harus dilakukan atau tahap perkembangan alami yang dilalui dalam
membangun hubungan. Setelah melalui tahap berpacaran dan
bertunangan, menikah dipandang sebagai tahap akhir dari proses
memilih pasangan hidup. Alasan ini biasanya juga didukung oleh
adanya dorongan sosial seperti dari keluarga, teman, dan hal-hal pribadi
lain yang mendorong pasangan untuk menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Legitimasi untuk berhubungan seks
Status pernikahan memberikan persetujuan sosial kepada
pasangan untuk melakukan hubungan seksual, meskipun besar
kemungkinan hubungan seksual dapat dilakukan di luar pernikahan.
Tetapi hal ini didasari oleh nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat.
e. Legitimasi untuk mendapatkan anak
Seorang anak lahir dalam hubungan perkawinan memiliki
identitas yang sah. Pada beberapa masyarakat sangat merasa bahwa
seorang anak yang lahir di luar nikah adalah tidak bermoral. Faktanya,
kebanyakan pasangan yang memutuskan untuk menikah karena mereka
ingin memiliki keturunan atau anak secara sah di mata hukum dan
agama.
f. Kesiapan
Kebanyakan pasangan melaporkan bahwa mereka memutuskan
untuk menikah setelah mereka memang benar-benar merasa siap.
Kebanyakan pasangan yang telah siap untuk menikah merasa bahwa
mereka telah melakukan hal-hal yang mereka inginkan sebelum
menikah. Hal-hal tersebut biasanya meliputi pendidikan yang sudah
selesai, pencapaian karir, dan hal yang bersifat pribadi.
g. Mendapatkan manfaat lain
Alasan lain yang membuat pasangan memutuskan untuk menikah
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Walaupun, alasan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bukan merupakan alasan utama atau yang sering diungkapkan tetapi
secara tidak langsung pasangan yang telah menikah akan secara
bersama-sama meningkatkan kesejahteraan hidup dalam hal ini
ekonomi.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa alasan pasangan yang
memutuskan untuk menikah seperti yang telah dijabarkan di atas, yaitu
cinta, rasa persahabatan, dorongan dari berbagai pihak, legitimasi untuk
berhubungan seks, keinginan untuk memiliki anak, kesiapan, dan
peningkatan kesejahteraan hidup. Selain itu ada juga alasan yang pernah
diungkapkan bahwa pasangan yang memutuskan untuk menikah karena
mereka tidak mau hidup sendiri. Mereka memutuskan untuk menikah
karena ingin menemukan teman hidup dan keluarga serta merasakan
kebahagian hidup bersama pasangan (Turner, 1996).
3. Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan
perkawinan dan keluarga. Komunikasi dapat dilihat sebagai suatu simbol,
proses timbal balik, atau secara sederhana, merupakan proses menciptakan
dan berbagi makna. Komunikasi sebagai simbol yang dimaksud adalah
bahwa simbol digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Komunikasi
verbal adalah simbol yang paling sering diggunakan, tetapi komunikasi
verbal juga melibatkan perilaku nonverbal, seperti ekspresi wajah, kontak
mata, gerak tubuh, posture tubuh, penampilan, dan jarak spasial. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
suatu keluarga terkadang mungkin menggunakan ciuman, makanan
spesial, mainan, benda atau puisi sebagai suatu simbol untuk menunjukkan
cinta (Galvin & Brommel, 1982).
Galvin dan Brommel (1982) menjelaskan mengenai sistem
karakteristik yang ada dalam suatu keluarga, yaitu adanya:
a. Saling bergantung: dalam suatu keluarga, setiap anggota memiliki
keterikatan satu sama lain. Ketika anggota yang lain sedang mengalami
kesulitan atau sedang sakit, anggota keluarga yang lain akan membantu
menjaga dan memberikan dukungan serta kekuatan sehingga anggota
tersebut dapat menghadapi kesulitan tersebut.
b. Aturan: setiap keluarga memiliki aturan dan pola komunikasi dalam
berinteraksi dengan anggota keluarga. Aturan dan pola komunikasi
yang dimiliki suatu keluarga dapat menunjukkan cara keluarga tersebut
dapat memecahkan suatu permasalahan yang terjadi.
c. Penyesuaian: setiap keluarga memiliki kemampuan dalam
merestrukturisasi diri mereka kembali untuk mengatasi perkembangan
dan perubahan situasi di sekitar mereka. Keluarga memiliki
kemampuan penyesuaian untuk menghadapi situasi-situasi yang mereka
alami.
d. Keterbukaan: setiap anggota keluarga saling membutuhkan satu sama
lain. Mereka saling bergatung satu dengan yang lainnya. Oleh karena
itu, keterbukaan sangat diperlukan dalam menjalin komunikasi antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
anggota keluarga. Keterbukaan membantu suatu keluarga dalam
memahami siatuasi yang dialami setiap anggota keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian (Navran, dalam Galvin & Brommel,
1982) menunjukkan bahwa pasangan suami istri yang sering
berkomunikasi satu dengan yang lain akan menunjukkan bahwa mereka
adalah pasangan yang bahagia. Pasangan yang berbahagia lebih sering
melakukan komunikasi, seperti:
a. Mereka lebih sering membicarakan hal-hal yang menyenangkan yang
terjadi selama hari itu.
b. Mereka merasa lebih saling memahami satu sama lain dengan pasangan
mereka.
c. Mereka mendiskusikan hal-hal yang menarik.
d. Mereka selalu berusaha untuk tetap berkomunikasi setiap hari.
e. Mereka lebih sering membicarakan satu sama lain mengenai masalah
pribadi yang sedang dialami.
f. Mereka membuat kata-kata pribadi yang hanya dipahami oleh mereka
berdua.
g. Mereka sering berdiskusi mengenai berbagai peristiwa, berkaitan
dengan diri mereka berdua.
h. Mereka lebih sensitif terhadap perasaan yang dialami oleh pasangan
mereka dan melakukan penyesuaian diri untuk berbicara dengan
pasangan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
i. Mereka secara bebas membicarakan hal-hal yang intim tanpa merasa
malu.
j. Mereka lebih dapat menyampaikan seberapa baiknya pasangan mereka
hari ini.
k. Mereka juga lebih banyak melakukan komunikasi nonverbal untuk
menunjukkan perasaan cinta terhadap pasangan.
Gottman et al. (dalam Galvin & Brommel, 1982) menyimpulkan
bahwa perilaku atau komunikasi nonverbal adalah hal yang penting.
Mereka menunjukkan ada kemungkinan bahwa pasangan yang sedang
mengalami suatu tekanan akan lebih mengekspresikan perasaan mengenai
permasalahan yang sedang dihadapi, hal yang dipikirkan, dan
ketidaksetujuan, dengan perilaku atau komunikasi nonverbal yang negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal
serta pola komunikasi berperan penting dalam menjaga kestabilan suatu
keluarga.
4. Permasalahan dalam Perkawinan
Kertamuda (2009) menjelaskan bahwa dalam perkawinan dan hidup
berkeluarga tidak lepas dari adanya permasalahan. Banyak kasus yang
disebabkan oleh permasalahan dalam perkawinan yang dapat
menimbulkan konflik dan keretakan pada pasangan. Permasalahan yang
terjadi seringkali mengancam keharmonisan, kelangsungan hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pasangan dan hubungan antaranggota keluarga sehingga terkadang dapat
menyebabkan perceraian. Permasalahan tersebut antara lain:
a. Pria Idaman Lain (PIL) dan Wanita Idaman Lain (WIL)
Istilah PIL dan WIL yang sering diggunakan pada masyarakat
umum pada dasarnya menunjuk pada istilah affair, selingkuh,
ketidaksetiaan, perzinahan, serong atau seks di luar pernikahan yang
dilakukan oleh salah satu atau keduanya dari pasangan suami istri.
b. Tinggal dengan mertua
Beberapa pasangan suami istri yang telah menikah seringkali
memilih untuk tetap tinggal dengan salah satu orangtua mereka.
Terdapat banyak alasan yang membuat pasangan suami istri tetap
tinggal dengan orangtua ataupun mertua. Masalah yang muncul adalah
tidak cukup mudah untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
baru sebagai tempat tinggal. Permasalahan yang sering timbul adalah
mengenai komunikasi, budaya, nilai-nilai, persepsi, serta masalah-
masalah yang terkait dengan pola asuh di keluarga tersebut.
c. Pertengkaran antaranggota keluarga
Adakalanya hubungan antaranggota tidak berjalan dengan
mulus, banyak faktor yang menjadi penyebab perselisihan. Faktor
tersebut dapat muncul baik dari dalam maupun luar keluarga tersebut.
Masalah yang tidak dapat dikendalikan akan memunculkan konflik
yang berkepanjangan sehingga sering mengakibatkan pertengkaran
antaranggota keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Anak cacat
Dalam keluarga yang memiliki anak cacat, baik itu secara fisik
maupun mental dapat menimbulkan permasalahan tersendiri terutama
bagi orangtua. Permasalahan yang ada akan mempengaruhi keluarga
tersebut di dalam lingkungan keluarga itu sendiri dan lingkungan
masyarakat. Permasalahan yang dihadapi keluarga dengan anak yang
mengalami dan menderita cacat adalah tidak mudah untuk menerima
dan menghadapi lingkungan sosialnya.
e. Penyimpangan hubungan seksual pada salah satu pasangan
Masalah seksual terkadang juga dapat menjadi pemicu
munculnya konflik dalam perkawinan. Ketidakpuasan dalam
hubungan seksual dapat menjadi salah satu indikator yang
memunculkan permasalahan dalam perkawinan. Ada orang-orang
tertentu yang memiliki penyimpangan seksual, seperti contoh
homoseksual, pedofilia (penyimpangan seksual dimana seorang
dewasa menyukai orang yang usianya jauh terpaut dibawahnya), dan
promiscuity (hubungan seksual dengan dua atau lebih pasangan).
Penyimpangan seksual yang terjadi dalam perkawinan dapat
menimbulkan konflik dan perasaan-perasaan yang dapat mengganggu
hubungan suami istri.
f. Perbedaan agama
Perbedaan agama dapat menjadi konflik pasangan dalam
perkawinan. Konflik yang terjadi dapat muncul karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ketidakpahaman, ketidaktahuan atau ketidaksesuaian dengan yang
dikerjakan oleh pasangannya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dapat menyebabkan
perceraian di atas, peneliti berfokus pada permasalahan perselingkuhan.
Banyak kasus perceraian akibat perselingkuhan (gangguan pihak ketiga)
yang terjadi di Indonesia. Peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai kasus perceraian akibat perselingkuhan yang banyak terjadi di
Indonesia. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil pencatatan oleh Badilag
telah terjadi peningkatan perceraian sepanjang tahun 2005 hingga 2010
sebesar 70%. Perselingkuhan merupakan salah satu alasan yang menjadi
penyebab utama pasangan suami istri bercerai. Pada tahun 2010 sendiri
menunjukkan bahwa perselingkuhan menempati posisi keempat sebagai
alasan pasangan bercerai. Tercatat sebanyak 20.199 perkara perceraian
yang diputuskan akibat perselingkuhan. Pada tahun 2011 kasus perceraian
akibat perselingkuhan yang dicatat Badilag juga mengalami peningkatan
sebesar 20.563 perkara. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk
menggali lebih lanjut mengenai perselingkuhan yang terjadi dalam
perkawinan karena perselingkuhan berpotensi untuk mengakhiri suatu
hubungan perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
B. Perselingkuhan
1. Definisi Perselingkuhan
Perselingkuhan pada umumnya dipahami sebagai pelanggaran
terhadap perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan
seseorang, dan merupakan ancaman terhadap ikatan perkawinan (Mao &
Raguram, 2009).
Stephen (2005) menyebutkan bahwa perselingkuhan bertentangan
dengan aturan umum dasar perkawinan. Perselingkuhan melibatkan
pengkhianatan terhadap pasangan dan sumpah atau janji perkawinan.
Secara umum, perselingkuhan dianggap sebagai tanda bahwa ada
sesuatu yang salah dalam hubungan perkawinan. Perselingkuhan
menunjukkan bahwa tidak ada kasih dan kebahagiaan dalam hubungan
perkawinan (Kristee, 2011).
Then (2008, terj.) dalam buku yang berjudul Kisah-kisah Perempuan
yang Bertahan dalam Perkawinan menjelaskan perselingkuhan sebagai
suatu bentuk pelanggaran terhadap eksklusifitas hubungan seks antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menikah.
Perselingkuhan terjadi ketika seorang yang telah menikah melakukan
hubungan seks dengan seseorang yang bukan pasangannya.
Hackathorn et al. (2011) dalam artikel Practicing What You Preach:
Infidelity Attitudes as a Predictor of Fidelity menjelaskan bahwa
perselingkuhan secara umum dikenal sebagai setiap tindakan seksual yang
dilakukan di luar hubungan komitmen pasangan, yang juga merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pelanggaran perjanjian yang telah dibuat. Namun, definisi tersebut tidak
selalu tepat untuk digunakan, karena ada banyak cara di mana seseorang
mungkin melakukan perselingkuhan tanpa melibatkan tindakan seksual.
Seseorang dapat melakukan perselingkuhan dengan melibatkan interaksi
seksual dan atau dengan membentuk hubungan emosional yang dalam dan
bermakna dengan pasangan selingkuh.
Definisi mengenai perselingkuhan terkadang masih cukup ambigu,
dengan melihat perilaku yang dilakukan dalam perselingkuhan. Weis dan
Felton (dalam Hackathorn et al., 2011) mengemukakan bahwa, meskipun
ada anggapan umum bahwa aktivitas seksual yang dilakukan dengan
pasangan di luar pernikahan adalah perselingkuhan, ada ketidaksetujuan
tentang apakah perilaku ambigu (misalnya pergi ke bioskop dengan orang
lain yang bukan pasangan) juga dapat dianggap sebagai perselingkuhan.
Feldman dan Cauffman (dalam Hackathorn et al., 2011) mengemukakan
bahwa perilaku perselingkuhan yang ambigu seperti minum kopi dan pergi
ke bioskop dengan orang lain yang bukan pasangan merupakan perilaku
yang dapat diterima dan dipertimbangkan. Di sisi lain, perilaku seperti
menggoda dan berfantasi tentang orang lain yang bukan pasangan
merupakan perilaku yang kurang dapat diterima. Hackathorn (dalam
Hackathorn et al., 2011) menunjukkan bahwa perilaku online, seperti
chatting, dapat dianggap sebagai perselingkuhan dengan konsekuensi yang
cukup kuat dapat merusak hubungan perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dari definisi di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
perselingkuhan dapat diartikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap janji
dan komitmen perkawinan yang dilakukan oleh salah satu atau kedua
orang dari pasangan tersebut, dimana pelanggaran yang dilakukan
melibatkan perilaku seksual dan atau perasaan emosional yang mendalam
dengan orang lain.
2. Penyebab Perselingkuhan
Shackelford et al. (2008) dalam penelitian yang mereka lakukan
menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi dikarenakan faktor
kepribadian dan kepuasan perkawinan. Dalam penelitian mereka
menunjukkan bahwa orang dengan pasangan yang tidak menyenangkan
dan tidak bisa diandalkan akan cenderung merasa kurang puas dengan
pernikahan mereka. Hal tersebut yang pada akhirnya menjadi faktor yang
berpotensi seseorang melakukan perselingkuhan.
Ginanjar (2009) menyimpulkan sejumlah alasan perselingkuhan dari
berbagai sumber (contoh, Blow, 2008; Eaves & Robertson-Smith, 2007;
Subotnik & Harris, 2005; Weiner-Davis, 1992) yaitu:
1. Perselingkuhan terjadi karena ada kesempatan untuk melakukan
perselingkuhan, seperti kemudahan bertemu dengan lawan jenis di
tempat kerja, ada sarana hotel dan apartemen yang dapat dijadikan
sebagai tempat pertemuan rahasia, dan tersedianya sarana komunikasi
modern saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2. Ketidakharmonisan rumah tangga yaitu ditunjukkan dengan tidak
tercapainya harapan-harapan perkawinan yang justru harapan-harapan
tersebut diperoleh dari pasangan selingkuh.
3. Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dalam perkawinan.
4. Kebutuhan yang besar akan perhatian yang tidak dapat diperoleh dari
pasangan perkawinan, kebutuhan akan perhatian justru dapat diperoleh
dari pasangan selingkuh.
5. Hubungan jarak jauh dengan pasangan, misal pasangan memiliki
pekerjaan yang mengharuskan selalu keluar kota. Hal ini yang juga
akan memunculkan perasaan kesepian pada pasangan yang ditinggal
pergi untuk pekerjaan.
Layton (dalam Zaka al Farisi, 2008), seorang ahli psikologi meneliti
mengenai alasan seseorang melakukan perselingkuhan. Dalam penelitian
Layton terhadap pasangan yang melakukan perselingkuhan disebutkan
beberapa alasan yang selalu diungkapkan seseorang ketika mereka terlibat
perselingkuhan. Alasan-alasan tersebut, yaitu:
1. merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan
2. adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut
3. problem pribadi di masa lalu
4. kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual
5. sulit untuk menolak “godaan”
6. marah terhadap pasangan
7. tidak lagi bisa mencintai pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
8. kecanduan alkohol atau pun obat-obatan
9. seringnya hidup berpisah lokasi
10. ingin membuat pasangan menjadi cemburu
Dari penyebab perselingkuhan yang telah dijabarkan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang menyebabkan
seseorang berselingkuh, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
dapat berupa kepribadian dan kondisi dalam hubungan perkawinan,
sedangkan faktor eksternal dapat berupa kesempatan untuk bertemu
dengan pasangan selingkuh.
3. Jenis-jenis Perselingkuhan
Perselingkuhan pada umumnya dipahami sebagai suatu pelanggaran
terhadap perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan
seseorang, dan merupakan ancaman terhadap ikatan perkawinan.
Penelitian mengenai perselingkuhan telah menjawab terdapat 3 (tiga) jenis
pengkhianatan yang terjadi, yatu: perselingkuhan seksual, emosional, dan
perselingkuhan secara online yang merupakan penelitian terbaru.
a. Perselingkuhan seksual
Perselingkuhan seksual, dapat didefinisikan sebagai hubungan
seks yang dilakukan bukan dengan pasangan dalam perkawinan. Pada
konteks hubungan monogami, perselingkuhan seksual dianggap
menjadi salah satu ancaman yang paling signifikan terhadap stabilitas
hubungan orang dewasa, termasuk perkawinan (Mark, Janssen, &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Milhausen, 2009). Perselingkuhan seksual cenderung dilakukan oleh
pria (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001). Alasan yang dikemukanan
pria ketika melakukan perselingkuhan, yaitu ketidakpuasan hubungan
seksual dengan istri dan keinginan untuk mencari variasi kehidupan
seksual (Cann & Baucom, 2004).
b. Perselingkuhan emosional
Brase et al. (dalam Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001)
menjelaskan bahwa perselingkuhan emosional terjadi ketika seseorang
yang berada dalam hubungan berkomitmen (perkawinan) menjadi
terlibat secara emosional (misalnya, perasaan cinta romantis) dengan
orang lain selain pasangan mereka. Perselingkuhan emosional
cenderung dilakukan oleh perempuan (Atkins, Baucom, & Jacobson,
2001). Alasan yang sering diungkapkan oleh istri ketika berselingkuh
yaitu karena merasa kurang adanya perhatian dari suami mereka
(Kristee, 2011).
c. Perselingkuhan secara online
Penelitian yang dilakukan oleh Mao dan Raguram (2009)
menjelaskan bahwa dengan perkembangan internet saat ini,
perselingkuhan yang merupakan hubungan romantis, seksual, dan
perasaan emosional dengan orang lain selain pasangan, dapat dilakukan
melalui kontak online dan percakapan elektronik yang terjadi melalui
email dan chat room. Perselingkuhan melalui media elektornik
ditekankan pada proses ketika individu sudah terlibat dalam hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
interaktif dengan anggota lawan jenis melalui media tersebut.
Hubungan melalui dunia maya dapat menjadi suatu hubungan yang
berkelanjutan khususnya bagi seseorang yang bekerja menggunakan
media online atau chat room.
Terdapat perdebatan tentang apakah chatting merupakan
perselingkuhan. Perdebatan yang muncul adalah melihat sifat dari
media chatting yang bersifat pribadi dan rahasia. Mileham (dalam Mao
& Raguram, 2009) telah mendefinisikan bahwa sebagian besar
perselingkuhan terjadi berdasarkan tiga faktor: Pertama, lembaga
perkawinan yang melibatkan keberadaan ikatan emosional dan seksual,
ketika terjadi hubungan yang melibatkan perilaku seksual dengan orang
lain selain pasangan tersebut dianggap sebagai perselingkuhan. Kedua,
perselingkuhan biasanya terjadi secara rahasia, dan disembunyikan dari
pasangannya. Ketiga, sifat dari penghubung chat room yang pribadi
dapat menyebabkan terjadi perselingkuhan. Kebanyakan pasangan
merasa dikhianati, marah, dan sakit hati dengan perselingkuhan online
karena mereka mengganggap bahwa aktivitas online yang dilakukan
secara pribadi dan sembunyi-sembunyi menandakan telah terjadi
perselingkuhan. Mileham juga menetapkan bahwa dalam kasus ketika
kegiatan chat room dilakukan tidak tersembunyi dari pasangan, maka
hal tersebut bukan merupakan perselingkuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Dampak Perselingkuhan
Perselingkuhan kebanyakan pada akhirnya berujung pada perceraian
pasangan suami istri. Selain itu, Spring (2006) dalam bukunya After the
Affair menjelaskan bahwa perselingkuhan yang terjadi akan membawa
dampak psikologis bagi pasangan yang telah dikhianati. Dampak
psikologis tersebut, adalah:
a. Kehilangan identitas diri
Seseorang yang mengetahui pasangannya telah berselingkuh
dapat mengalami perubahan konsep terhadap diri sendiri. Seseorang
akan mengganggap dirinya sebagai orang yang telah hancur dan
dilecehkan. Seseorang yang pada awalnya mengganggap bahwa dirinya
adalah orang yang punya kemampuan, baik, bersahabat, mandiri,
humoris, dan menarik, ketika mengetahui pasangannya telah
berselingkuh dapat seketika berubah pandangan terhadap diri sendiri.
Seseorang yang mengetahui pasangannya telah berselingkuh akan
memiliki gambaran negatif terhadap diri sendiri. Seseorang akan
menggaggap dirinya sebagai seseorang yang pencemburu, pemarah,
pendedam, tidak dapat mengendalikan diri, terlecehkan, penakut,
kesepian, terhina, buruk, curiga, dan telah dipermalukan secara sosial.
Seseorang yang telah dibutakan oleh pengkhianatan pasangannya akan
kehilangan diri yang dikenalnya, dia menjadi meragukan kebaikan yang
dilakukkannya, serta kehilangan kemampuan untuk memahami
lingkungan sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Kehilangan rasa keistimewaan dalam diri
Pada awalnya seseorang merasa bahwa dia adalah orang yang
paling berarti bagi pasangannya. Tetapi, ketika seseorang mengetahui
bahwa pasangannya telah mengkhianatinya dengan melakukan
perselingkuhan, maka munculah perasaan tidak berguna dalam diri
orang tersebut. Seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak ada artinya
lagi. Salah satu klien dari Spring (2006) mengungkapkan bahwa ketika
dia mengetahui bahwa suaminya telah berselingkuh dengan sekretaris,
dia merasa telah kehilangan orang yang selama ini dicintai dan
dipercayai. Klien dari Spring (2006) merasa bahwa dia tidak berguna
lagi, kehilangan semangat dalam menjalani hidup dan seperti “sampah”.
c. Hilangnya harga diri karena telah mengorbankan nilai-nilai yang
dipercayai
Seseorang yang mengetahui bahwa pasangannya telah
berselingkuh akan muncul perasaan tak berdaya dalam diri. Ada
beberapa orang yang berusaha untuk tetap mempertahankan pasangan
dengan merebut kembali pasangan dari teman berselingkuh. Banyak
cara yang dilakukan seseorang untuk merebut kembali pasangan mereka
hingga mengorbankan nilai-nilai yang mereka percayai. Spring (2006)
menjelaskan lebih lanjut bahwa kebanyakan klien yang datang
kepadanya merasa putus asa setelah mengetahui pasangan mereka telah
berselingkuh. Kebanyakan klien merasa bahwa suami mereka yang
berselingkuh telah melanggar nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
perkawinan yang mereka jalani. Salah seorang klien mengatakan bahwa
dia mengalami depresi yang berat ketika mengetahui suaminya
berselingkuh. Klien tersebut kehilangan napsu makan dan mengalami
penurunan berat badan sampai 10 (sepuluh) kilogram.
d. Hilangnya harga diri karena gagal menyadari kekeliruan yang telah
terjadi
Pada saat kasus perselingkuhan belum terungkap jelas dalam
perkawinan, tetapi seseorang mengetahui bahwa pasangannya telah
berselingkuh mengganggap harga dirinya akan hancur, sehingga
terkadang mereka berusaha untuk menyembunyikan kecurigaan mereka
dan menyimpan di dalam hati.
Salah seorang klien dari Spring (2006) bernama Tom
mengungkapkan bahwa sebelum dia pada akhirnya bercerai dengan
istrinya, suatu waktu dia pernah memergoki istrinya berpelukan dengan
atasan. Tom berusaha untuk tidak mempercayai pengelihatannya dan
membuang pikiran negatif mengenai ada kemungkinan istrinya
berselingkuh dengan atasan. Tom kemudian mencoba menanyakan hal
tersebut kepada istrinya, tetapi istrinya menjawabnya dengan nada
mengejek. Perilaku yang ditunjukkan istri Tom, membuat dia menjadi
percaya bahwa memang benar istrinya telah berselingkuh. Pada saat
suatu perselingkuhan terungkap, seseorang berharap untuk tidak
menjadi terlalu waspada terhadap pasangannya. Kecurigaan yang
dimiliki seseorang terhadap pasangannya terkadang terlalu mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dan tajam. Apa pun yang dikatakan dan dilakukan oleh pasangan
menjadi sulit dibedakan antara yang merupakan kebenaran atau hanya
karangan saja. Seseorang menjadi tidak mempercayai pasangan dan
juga tidak mempercayai kebenaran kecurigaannya selama ini.
e. Kehilangan kontrol atas pikiran dan perasaan
Setelah perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan terungkap,
seberapa pun besar usaha seseorang untuk mengurai apa yang telah
terjadi, baik pikiran mau pun perilaku yang ditunjukkan menjadi di luar
kontrol diri seseorang. Seseorang akan menjadi lebih obsesif terhadap
kebohongan pasangannya, detail perselingkuhan, dan peristiwa yang
menyebabkan perselingkuhan. Seseorang menjadi lebih bekerja keras
untuk menekan kecemasan yang muncul akibat perselingkuhan.
f. Kehilangan perasaan aman dan keadilan
Seseorang mungkin mengganggap bahwa dirinya dapat
memahami bagaimana dunia bekerja, dan merasa dapat mengendalikan
kehidupan yang dijalani. Namun, ketika seseorang mengetahui
pasangannya telah berselingkuh, dia menjadi memiliki kayakinan dan
mengganggap bahwa dunia akan berakhir. Asumsi yang dimiliki
seseorang terhadap perkawinannya akan langgeng menjadi hancur.
Seseorang menjadi merasa tidak nyaman lagi dengan perkawinan yang
dijalani dan mengganggap bahwa kehidupan ini tidak adil baginya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
g. Kehilangan kepercayaan akan Tuhan
Setelah perselingkuhan yang telah dilakukan oleh pasangan
seseorang terkuak, seseorang berusaha untuk mencoba memahami
penderitaan yang dialami. Beberapa orang yang menjadi korban
perselingkuhan oleh pasangannya merasa seperti telah dihukum dan
ditinggalkan oleh Tuhan. Seseorang menjadi memiliki anggapan bahwa
Tuhan itu kejam. Seseorang menjadi meragukan kepercayaannya akan
Tuhan.
h. Kehilangan keterikatan dengan orang lain atau orang disekitar
Setelah perselingkuhan yang dilakukkan oleh pasangan seseorang
terkuak di muka umum, seseorang akan menjadi malu dan merasa
rendah diri. Seseorang merasa bahwa orang-orang disekitarnya akan
menjadi membicarakan dan menghindarinya karena aib yang dialami.
Pada saat seseorang ingin mengungkapkan perasaan yang dideritanya,
seseorang tidak dapat melakukan karena merasa sendiri. Seseorang
menjadi merasa ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya.
i. Kehilangan tujuan dan kemauan untuk hidup
Seseorang yang menjadi korban perselingkuhan menjadi tidak
dapat menggambarkan bagaimana dia harus mencintai dan dicintai lagi.
Seseorang menjadi kehilangan kemampuan untuk menilai diri sendiri
dan memaknai kehidupan yang dijalani. Seseorang menjadi merasa
bahwa hidup lebih menyakitkan daripada tidak hidup. Respon yang
sering banyak ditunjukkan adalah keinginan untuk bunuh diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Seseorang merasa tidak mempunyai keinginan untuk menjalani hidup
lagi karena pengkhianatan yang dilami.
Satiadarma dalam buku Menyikapi Perselingkuhan (2001)
menjelaskan bahwa dampak negatif sebenarnya juga dirasakan oleh
pasangan yang melakukan perselingkuhan berupa tekanan dari kesadaran
moral yang membuatnya sangat bersalah, dan berdampak pada fisik serta
tekanan psikologis. Dampak psikologis yang dirasakan oleh pasangan
yang melakukan perselingkuhan biasanya berupa perasaan malu dan
tersisih, sehingga seringkali muncul upaya untuk melarikan diri dan
rasionalisasi terhadap kesalahan yang dilakukan. Dampak perselingkuhan
dalam perkawinan juga akan dirasakan oleh anak dalam keluarga. Anak
akan mengalami konflik dalam diri melihat kedua orangtua yang
mengalami perselingkuhan. Anak menjadi merasa terbebani dan memiliki
perasaan yang tidak menentu. Di sisi lain, anak membutuhkan kedua
orangtua mereka sebagai figur panutan, tetapi ketika mereka mengetahui
permasalahan perselingkuhan pada orangtua mereka menjadi meragukan
apakah kedua orangtua mereka dapat dijadikan figur panutan.
Jadi, selain memiliki potensi untuk mengakhiri suatu hubungan
perkawinan, perselingkuhan juga membawa dampak negatif pada
psikologis pasangan yang disakiti, terhadap pelaku perselingkuhan yang
berupa perasaan bersalah, dan juga dampak negatif pada anak-anak
pasangan yang mengalami perselingkuhan berupa pikiran yang terbebani
serta perasaan yang tidak menentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
C. Memaafkan
1. Definsi Memaafkan
Memaafkan merupakan suatu konsep yang sebelumnya selalu
dikaitkan dengan agama dan praktek keimanan seseorang. Seiring
berjalannya waktu konsep mengenai memaafkan kemudian diterima dalam
studi empiris di luar literatur agama, dalam hal ini literatur psikologi
(Idemudia & Mahri, 2011).
Dalam literatur psikologis, memaafkan bukanlah kondisi yang
mengarah pada melupakan peristiwa yang telah terjadi pada seseorang.
Sebaliknya, memaafkan adalah suatu bentuk tanggapan terhadap
ketidaksesuaian yang menyebabkan berkurangnya perasaan dendam dan
marah terhadap pelaku dan peristiwa, serta memunculkan perasaan,
pemikiran dan perilaku yang lebih positif (Worthington, 2001).
Yamhure Thompson et al. (dalam Lopez & Synder, 2003)
mendefinisikan memaafkan sebagai proses reframing atau pemaknaan
kembali suatu pelanggaran yang dapat bersumber dari diri sendiri, orang
lain atau, situasi diluar kendali yang dirasakan seseorang, sehingga respon
yang diberikan terhadap pelanggar, pelanggaran, dan dampak dari
pelanggaran tersebut berubah dari negatif menjadi netral atau positif.
Mereka juga menjelaskan bahwa memaafkan merupakan proses
intrapersonal.
Enright et al. (dalam Lopez & Synder, 2003) mendefinisikan
memaafkan sebagai suatu kesediaan untuk membuang kemarahan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
judgment yang negatif, dan perilaku menarik diri terhadap seseorang yang
telah melukai perasaan, ketika seseorang tidak seharusnya memberikan
rasa kasihan, kemurahan hati, dan juga cinta terhadap orang yang telah
menyakiti. Mereka juga merumuskan bahwa memaafkan merupakan
perbuatan baik terhadap pelaku sebagai kebutuhan bagian dalam
memaafkan.
Younger et al. (dalam Sharon, 2009) menyebutkan bahwa
memaafkan sebagai proses relasional yaitu melepaskan dampak negatif
dengan tujuan untuk tetap mempertahankan hubungan.
Tsarenko dan Toijib (dalam Kymenlaakso, 2012) mendefinisikan
memaafkan sebagai proses berkembangnya emosional dan kognitif
seseorang yang membutuhkan usaha pada setiap tahap. Setelah emosi
negatif sudah dilepas dan kemauan untuk menghukum atau membalas
dendam kepada pelaku telah diselesaikan, maka proses memaafkan dari
mengubah ke dalam bentuk tindakan dikatakan bahwa memaafkan telah
diberikan kepada pelaku.
Dari definisi mengenai memaafkan di atas, peneliti menarik
kesimpulan bahwa memaafkan merupakan proses pengolahan emosional
dan kognitif seseorang setelah orang tersebut mengalami suatu
pelanggaran (dalam hal ini perselingkuhan), sehingga emosi negatif yang
muncul dapat diubah dalam bentuk perilaku yang positif, kebencian dan
keinginan untuk membalas dendam terhadap pelaku hilang, serta adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
keinginan untuk tetap mempertahankan hubungan dengan orang yang telah
melukai.
2. Proses Memaafkan
Gani (2011) dalam buku yang berjudul Forgiveness Therapy
menyebutkan bahwa beberapa ahli yang meneliti mengenai memaafkan
juga telah menuliskan tahapan untuk memaafkan. Jika diamati lebih lanjut,
setiap proses yang dilakukan pada dasarnya sama, tetapi para ahli
memutuskan untuk memisahkannya menjadi satu proses yang juga
menjadi bagian proses yang lain.
Fred Luskin (dalam Gani, 2011) menjelaskan terdapat 4 (empat)
tahap dalam memaafkan, yaitu:
Tahap 1: Seseorang menyadari emosi kemarahan yang ada dalam diri
Tahap 2: Seseorang menyadari perasaan negatif yang dimiliki dapat
berbahaya bagi diri
Tahap 3: Seseorang kemudian memilih untuk bertindak lebih bermanfaat
Tahap 4: Seseorang memutuskan untuk mengambil tindakan proaktif
Enright (dalam Gani, 2011) juga menjelaskan bahwa untuk dapat
memaafkan, seseorang akan melalui 4 (empat) tahapan, yaitu:
Tahap 1: Seseorang dapat mengungkap apa yang menjadi sumber
kemarahan, bagaimana menghindari dan menghadapi kemarahan,
kesadaran bahwa kemarahan berpengaruh pada kesehatan, bagaimana
kemudian seseorang membandingkan situasi yang dialami sendiri dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
yang dialami pelaku, serta melihat apakah luka yang ditimbulkan
mempengaruhi perubahan kehidupan dan cara pandang terhadap dunia.
Tahap 2: Seseorang berkeinginan untuk melakukan proses memaafkan,
kemudian memutuskan memilih untuk memaafkan.
Tahap 3: Seseorang melakukan pemaafan dengan mencoba memahami,
melakukan hal yang baik, menerima rasa sakit dengan hati yang tulus, dan
memberikan hadiah kepada pelaku berupa pemaafan tersebut.
Tahap 4: Seseorang melakukan pendalaman dengan menemukan makna
penderitaan, menemukan kebutuhan untuk memaafkan, menemukan
bahwa seseorang yang merupakan korban tidak sendirian, menemukan
tujuan hidup, dan menemukan kebebebasan memaafkan.
Smedes juga menyebutkan dalam buku Forgive and Foget (1996)
bahwa perilaku memaafkan berasal dari diri sendiri. Perilaku memaafkan
merupakan tindakan yang sangat sederhana, tetapi juga akan melibatkan
pergolakan emosi yang sangat dalam. Hal ini merupakan cara yang tersulit
dalam semua hubungan personal. Menurut Smedes (1996) untuk dapat
memaafkan orang harus dapat jujur satu dengan yang lainnya. Seseorang
harus dapat menurunkan ego masing-masing, berbicara satu dengan yang
lain dengan tenang dan dapat melihat permasalahan dengan bijak. Lewis
menambahkan terdapat 4 (empat) tahapan memaafkan, yaitu:
Tahap 1: Tahap terluka. Seseorang merasa telah terluka sangat dalam
akibat perilaku orang lain. Seseorang merasa bahwa dia tidak akan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
melupakan perilaku orang tersebut. Pada situasi seperti ini seseorang
berada pada masa krisis untuk memaafkan.
Tahap 2: Tahap membenci. Seseorang tidak dapat menghilangkan ingatan
mengenai seberapa dalam dia sangat terluka. Seseorang yang telah terluka
berharap orang yang melukainya tidak dapat hidup dengan baik. Seseorang
yang telah terluka terkadang berharap orang yang telah melukainya juga
merasakaan penderitaan yang sama.
Tahap 3: Tahap penyembuhan. Seseorang dapat melihat permasalahan
yang diahadapi dengan bijak. Seseorang dapat melihat permasalahan
dengan cara dan sudut pandang yang baru. Seseorang dapat melihat
seseorang yang telah melukainya dengan sudut pandang yang lebih positif.
Ingatan seseorang mengenai rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan
akan terbebas. Pada tahap ini seseorang memutuskan untuk memaafkan
pelanggaran yang terjadi.
Tahap 4: Tahap kembali bersama. Seseorang yang telah melalui tahap
penyembuhan, dia sudah terlepas dari rasa sakit hati dan tidak ada dendam
lagi kepada orang yang telah menyakitinya. Seseorang dapat mengundang
kembali orang yang telah menyakitinya untuk bersama-sama lagi
membangun hubungan dan rasa cinta yang baru.
Jadi, memaafkan tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi memaafkan
memiliki proses yang cukup panjang dan bertahap. Dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan tahapan memaafkan menurut Smedes.
Menurut peneliti tahapan memaafkan yang telah dijabarkan Smedes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menggambarkan proses terluka ketika salah satu pasangan dalam
perkawinan mengetahui adanya perselingkuhan hingga keinginannya
untuk memaafkan dan kembali menjalani hidup bersama dengan
pasangannya.
3. Manfaat Memaafkan
Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa memaafkan
berkaitan dengan kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis (Mauger et
al., 1992; Witvliet, 2001). Para peneliti membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara memaafkan dengan kesehatan fisik. World Health
Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan
kesejahteraan antara aspek fisik, mental, dan sosial individu. Hal tersebut
juga menunjukkan bahwa tidak adanya penyakit dalam diri orang yang
bersangkutan (Witvliet, 2001).
Anderson (dalam Witvliet, 2001) mendefinisikan kesehatan sebagai
kemampuan untuk mengatasi stres dan tidak adanya penyakit serta
kematian dini. Kesehatan bergantung pada keberhasilan atau kegagalan
dari tubuh untuk merespon dengan cara yang adaptif dalam menghadapi
tantangan dari lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa benci
atau permusuhan merupakan faktor utama yang memberikan efek pada
fisik seseorang terhadap kesehatan yang berkaitan dengan memaafkan.
Bukti empiris menunjukkan permusuhan sebagai faktor risiko penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
jantung koroner. Oleh karena itu, memaafkan secara tidak langsung
berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa memaafkan merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Memaafkan dapat memberikan manfaat
yang positif bagi seseorang yang melakukannya serta dapat membantu
seseorang untuk lebih sehat secara fisik dan psikologis yang terkait dengan
kesejahteraan hidup.
D. Budaya Patriarki
Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum pria memiliki pengaruh
yang besar dan lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan wanita.
Setelah sorang pria menikah, dia akan menjadi suami yang bertanggung jawab
penuh sebagai seorang pemimpin dalam keluarga. Dalam budaya patriarki
seorang suami yang berhak mengambil keputusan ketika ada masalah dan juga
yang menentukan iya atau tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh keluarganya
itu, boleh dilakukan atau tidak. Dalam budaya Indonesia sendiri, kaum pria
(dalam hal ini suami) dianggap sebagai pemimpin dan penanggung jawab
dalam rumah tangga. Suami dituntut untuk dapat bertanggung jawab penuh dan
mengayomi keluarganya sehingga jauh dari penderitaan. Seorang suami juga
dituntut harus mapan, dapat diandalkan dan juga mampu menjadi tulang
punggung keluarganya ketika membutuhkan sesuatu (http://www.scribd.com).
Young dalam artikel A Dawsonian View of Patriarchy (2007)
menjelaskan bahwa dalam kehidupan perkawinan, seorang suami sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pemimpin dituntut dapat melindungi istri dan anak-anaknya. Pada saat muncul
permasalahan dalam perkawinan, seorang suami sebagai kepala rumah tangga
diharapkan dapat dengan bijak menyelesaikan permasalahan yang ada.
Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam melihat bahwa
kedudukan seorang suami sebagai pemimpin dan pengambil keputusan juga
terlihat dalam penentuan perceraian. Maksudnya, bahwa seorang suami
mempunyai kekuasaan dan pemegang keputusan dalam masalah pengajuan
perceraian. Hal ini terlihat jelas dalam agama Islam yang menggunakan istilah
talak dalam pengajuan perceraian. Talak merupakan bahasa Arab yang
bermakna melepas, mengurai, atau meninggalkan. Melepas dalam hal ini
adalah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri atau
dikenal dengan perceraian. Dalam Islam hak menjatuhkan talak (menceraikan
istri) merupakan hak suami, sedangkan istri tidak diberikan hak talak untuk
menceraikan suami (http://asysyariah.com). Hal ini menunjukkan bahwa dalam
Islam, menempatkan suami sebagai penentu keputusan dalam hal ini
pemutusan perceraian yang merupakan hak suami.
E. Proses Suami Memaafkan Istri Yang Pernah Selingkuh
Memutuskan untuk menikah berarti memutuskan untuk memasuki
kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupan ketika masih melajang. Dalam
kehidupan perkawinan pasangan suami istri akan menemukan banyak
peramasalahan, seperti adaptasi, komunikasi, dan relasi baik dengan pasangan
maupun orang-orang disekitar seperti keluarga besar dan tetangga (Kertamuda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2009). Konflik dan permasalahan komunikasi dalam perkawinan telah dibahas
cukup lama dalam penelitian psikologi. Perselingkuhan merupakan salah satu
konflik dan permasalahan yang menjadi fenomena umum dalam suatu
perkawinan (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perselingkuhan terjadi
karena berbagai faktor seperti ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan,
ketidakharmonisan rumah tangga, adanya kekosongan emosional dalam
kehidupan pasangan tersebut, problem pribadi di masa lalu, kebutuhan untuk
mencari variasi dalam kehidupan seksual, sulit untuk menolak “godaan”,
marah terhadap pasangan, tidak lagi bisa mencintai pasangan, kecanduan
alkohol atau pun obat-obatan, seringnya hidup berpisah lokasi, ingin membuat
pasangan menjadi cemburu dan ada kesempatan untuk melakukan
perselingkuhan (Shackelford et al., 2008; Ginanjar, 2009; Layton, dalam Zaka
al Farisi, 2008).
Pada umumnya, masyarakat memandang bahwa pria (dalam hal ini
suami) merupakan orang yang melakukan perselingkuhan. Tetapi pada
faktanya, wanita (dalam hal ini istri) juga mempunyai potensi untuk melakukan
perselingkuhan (McDougall, tanpa tahun; Mao & Raguram, 2009).
Berdasarkan penelitian, kebanyakan perselingkuhan yang dilakukan oleh istri
lebih bersifat emosional. Dalam perselingkuhan yang dilakukan oleh istri lebih
karena kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang tidak didapatkan dari
suami mereka (Kristee, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dalam budaya patriarki yang ada di Indonesia, menempatkan pria
(dalam hal ini suami) sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Seorang suami
memegang kuasa untuk mengambil suatu keputusan dalam keluarga. Suami
juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengayomi keluarga agar terhindar
dari bahaya dan permasalahan yang dapat mengancam keutuhan rumah tangga.
Pada masyarakat dengan budaya patriarki, menempatkan wanita (dalam hal ini
istri) pada posisi kedua. Pada saat seorang istri diketahui telah berselingkuh,
masyarakat memandang sebagai hal yang tabu. Perselingkuhan yang dilakukan
seorang istri akan membuat suami menjadi berpikir mengenai tanggapan
masyarakat sekitar. Suami akan merasa gagal sebagai pemimpin dan
penanggung jawab dalam rumah tangga.
Perselingkuhan telah terbukti membawa dampak yang merugikan dalam
suatu hubungan, khususnya hubungan perkawinan. Selain seringkali
perselingkuhan yang terjadi dalam perkawinan diakhiri dengan perceraian,
perselingkuhan juga membawa dampak negatif bagi psikologis pasangan yang
tersakiti (Spring, 2009), pelaku perselingkuhan, dan juga anak-anak dalam
perkawinan tersebut (Satiadarma, 2001). Hubungan perkawinan yang telah
disahkan baik secara hukum maupun agama, seringkali berakhir karena ada
perselingkuhan. Bagi kebanyakan pasangan yang telah tersakiti karena
perselingkuhan, mereka memilih untuk mengakhiri hubungan perkawinan.
Dampak psikologis yang didapatkan oleh korban perselingkuhan berupa rasa
sakit hati, harga diri yang direndahkan sehingga membuat perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kehidupan, membuat pasangan yang tersakiti memilih untuk memutuskan
hubungan mereka.
Namun, cukup banyak pasangan tetap mempertahankan perkawinan
mereka ketika salah satu pasangan yang lain melakukan perselingkuhan
(Shackelford et al., 2002). Pasangan yang tersakiti lebih memilih untuk
berusaha memaafkan pelanggaran (perselingkuhan) dalam perkawinan yang
dilakukan oleh pasangan yang lain. Usaha untuk memaafkan yang dilakukan
oleh pasangan yang tersakiti memerlukan proses yang tidak mudah. Pasangan
yang tersakiti karena perselingkuhan akan memasuki tahap-tahap yang pada
akhirnya membuat mereka memaafkan pasangan yang melakukan
perselingkuhan.
Menurut Smedes (1991, terj.) dalam proses memaafkan suatu
pelanggaran, pertama-tama seseorang harus menyadari terlebih dulu bahwa dia
telah terluka oleh suatu pelanggaran. Seseorang menyadari bahwa dia tidak
dapat melupakan orang yang telah menyakiti hatinya. Pada tahap kedua,
seseorang mulai merasakan perasaan benci terhadap orang yang telah
menyakitinya. Seseorang mulai berharap bahwa orang yang telah melukainya
akan menderita seperti dirinya. Pada tahap ini, terkadang seseorang akan
timbul keinginan untuk membalas dendam terhadap orang yang menyakitinya.
Tahap ketiga, yaitu tahap penyembuhan, seseorang mulai melihat lebih bijak
pelanggaran yang dialami. Seseorang mulai mengubah pandangan negatif
terhadap permasalahan yang dialami. Seseorang pada tahap ini telah
memaafkan pelanggaran yang dialami. Pada tahap terakhir, yaitu tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
keempat seseorang telah dapat membuang pikiran negatif, dan membangun
keinginan untuk kembali menjalani kehidupan baru dengan orang yang
melakukan pelanggran.
Penelitian ini mengambil subjek suami yang pernah mengalami
perselingkuhan yang dilakukan oleh istri. Peneliti mengambil subjek suami
karena selama ini kebanyakan penelitian lebih berfokus pada dinamika istri
yang mengalami perselingkuhan yang dilakukan oleh suami. Oleh karena itu,
peneliti ingin menggali dan mengenali proses suami sehingga pada akhirnya
berhasil memaafkan istri yang pernah selingkuh. Peneliti ingin mengetahui
bagaimana proses suami memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka
mempertahankan perkawinan.
F. Kerangka Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti membuat
suatu gambar atau kerangka penelitian yang menunjukkan mengenai proses
suami memaafkan istri yang pernah berselingkuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Skema 1. Kerangka Penelitian: Proses Suami Memaafkan Istri yang Pernah
Selingkuh untuk Mempertahankan Perkawinan
PERKAWINAN
Faktor penyebab perselingkuhan: 1. ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan. 2. Ketidakharmonisan rumah tangga 3. adanya kekosongan emosional dalam kehidupan
pasangan tersebut. 4. problem pribadi di masa lalu. 5. kebutuhan untuk mencari variasi dalam
kehidupan seksual 6. sulit untuk menolak “godaan” 7. marah terhadap pasangan 8. tidak lagi bisa mencintai pasangan 9. kecanduan alkohol atau pun obat-obatan 10. seringnya hidup berpisah lokasi 11. ingin membuat pasangan menjadi cemburu 12. ada kesempatan untuk melakukan
perselingkuhan
PERSELINGKUHAN
TAHAP DISAKITI
TAHAP MEMBENCI
TAHAP PENYEMBUHAN
TAHAP KEMBALI BERSAMA
AWAL
TENGAH
AKHIR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh peneliti karena penelitian yang akan
dilakukan melibatkan pengumpulan data dalam bentuk laporan verbal berupa
transkrip wawancara atau pertanyaan tertulis serta analisis yang dilakukan
bersifat tekstual. Interpretasi yang akan dilakukan dibuat dalam suatu laporan
naratif terinci mengenai persepsi, pemahaman, atau pemaknaan subjek
penelitian tentang fenomena (Smith, 2009). Penelitian kualitatif dilakukan
untuk meneliti mengenai latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti
melalui penelitian kuantitatif. Penelitian yang akan dilakukan mengenai Proses
Suami Memaafkan Istri yang Berselingkuh merupakan suatu fenomena
pengalaman kehidupan yang lebih dapat digali melalui pendekatan kualitatif.
Oleh karena itu, pendekatan kualitatif membantu peneliti dalam mengungkap
proses seseorang dalam hal ini memaafkan pasangan yang pernah
berselingkuh. Penelitian kualitatif dapat menggali lebih dalam mengenai latar
belakang seperti motivasi, peran, nilai, sikap, dan persepsi. Penelitian kualitatif
juga membantu untuk mengungkapkan isu-isu yang sensitif dan memerlukan
evaluasi lebih mendalam (Moleong, 2007), dalam hal ini memaafkan
perselingkuhan yang pernah dilakukan oleh pasangan dalam perkawinan.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Penelitian ini menggunakan metode narasi. Metode narasi dipilih sebagai
metode penelitian karena penelitian yang dilakukan melingkupi kehidupan
manusia sehari-hari. Kehidupan sehari-hari dalam penelitian ini adalah
kehidupan dalam perkawinan dengan permasalahan yang berupa
perselingkuhan. Metode narasi menggambarkan bahwa manusia terlahir
melalui narasi, menjalani kehidupan melalui narasi, dan kemudian
mendeskripsikan diri dalam bentuk narasi (Smith, 2009). Metode narasi
memiliki struktur yang tuntas yaitu ada alur keterhubungan yang disampaikan
oleh subjek sebagai narator dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, peneliti
memilih metode ini untuk melihat cara subjek menggambarkan diri dan
menjalani kehidupan dalam menghadapi permasalahan perkawinan dalam hal
ini perselingkuhan. Metode narasi memberikan kesempatan kepada subjek
penelitian untuk menyampaikan kisah mengenai pengalaman kehidupan dalam
hal ini pengalaman suami berproses memberikan maaf terhadap istri yang
pernah melakukan perselingkuhan. Metode narasi dalam penelitian ini
berfungsi untuk melihat bagaimana proses suami menghadapi perselingkuhan
yang dilakukan oleh istri dari awal membangun kehidupan berumah tangga
dengan istri, lalu dinamika perasaan yang dialami ketika mengetahui istri
berselingkuh hingga akhir yaitu memutuskan untuk memaafkan istri dan
membangun kembali hubungan yang baru dengan istri. Metode narasi
bertujuan supaya subjek penelitian dapat menyampaikan narasi mengenai
pengalaman yang berisi mengenai peran subjek dalam hal ini proses subjek
memaafkan pasangan yang pernah melakukan perselingkuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
B. Subjek Penelitian
Peneliti menggunakan metode proposive sampling dalam menetapkan
subjek penelitian. Metode proposive sampling dipilih karena peneliti
sebelumnya telah menetukan karakterisktik subjek penelitian terlebih dahulu
untuk suatu tujuan yang juga telah ditetapkan (Moleong, 2007). Peneliti
menetapkan beberapa kriteria dalam pemilihan subjek, yaitu:
1. Subjek dalam penelitian ini adalah suami yang memiliki istri yang pernah
selingkuh.
2. Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan yang tetap mempertahankan
perkawinan kendati istri pernah melakukan perselingkuhan.
3. Subjek bersedia untuk membagikan pengalaman dalam penelitian.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada proses suami memaafkan istri yang pernah
melakukan perselingkuhan. Memaafkan dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai proses pengolahan emosi dan kognitif seorang suami setelah
mengalami suatu pelanggaran (istri melakukan perselingkuhan), sehingga
emosi negatif yang muncul dapat diubah dalam bentuk perilaku yang positif,
kebencian dan keinginan untuk membalas dendam terhadap istri yang telah
melakukan perselingkuhan menjadi hilang, serta adanya keinginan untuk tetap
mempertahankan hubungan dengan istri yang telah melukai.
Proses memaafkan adalah suatu tahapan yang dilalui oleh seseorang
dalam hal ini suami dalam melepaskan emosi negatif dan mengubahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menjadi positif sehingga suami dapat membangun hubungan yang baru dengan
istri yang telah melakukan perselingkuhan. Penelitian ini menggunakan
tahapan memaafkan menurut Smedes (1996), yaitu sebagai berikut:
Tahap 1: Tahap terluka. Seseorang merasa telah terluka sangat dalam akibat
perilaku orang lain. Seseorang merasa bahwa dia tidak akan dapat melupakan
perilaku orang tersebut. Pada situasi seperti ini seseorang berada pada masa
krisis untuk memaafkan.
Tahap 2: Tahap membenci. Seseorang tidak dapat menghilangkan ingatan
mengenai seberapa dalam dia sangat terluka. Seseorang yang telah terluka
berharap orang yang melukainya tidak dapat hidup dengan baik. Seseorang
yang telah terluka terkadang berharap orang yang telah melukainya juga
merasakaan penderitaan yang sama.
Tahap 3: Tahap penyembuhan. Seseorang dapat melihat permasalahan yang
diahadapi dengan bijak. Seseorang dapat melihat permasalahan dengan cara
dan sudut pandang yang baru. Seseorang dapat melihat seseorang yang telah
melukainya dengan sudut pandang yang lebih positif. Ingatan seseorang
mengenai rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan akan terbebas. Pada
tahap ini seseorang memutuskan untuk memaafkan pelanggaran yang terjadi.
Tahap 4: Tahap kembali bersama. Seseorang yang telah melalui tahap
penyembuhan, dia sudah terlepas dari rasa sakit hati dan tidak ada dendam lagi
kepada orang yang telah menyakitinya. Seseorang dapat mengundang kembali
orang yang telah menyakitinya untuk bersama-sama lagi membangun
hubungan dan rasa cinta yang baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
D. Metode Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dengan tekhnik
wawancara semi terstruktur. Teknik wawancara semi terstruktur merupakan
gabungan antara wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Dalam tekhnik wawancara ini, peneliti sudah memiliki daftar pertanyaan-
pertanyaan sebagai pendoman wawancara. Namun, peneliti dapat secara
fleksibel mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dengan tetap berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti menggunakan
tekhnik ini karena dengan menggunakan pedoman pertanyaan-pertanyaan
peneliti dapat berfokus pada hal yang menjadi pokok pembahasan. Selain itu,
peneliti juga dapat dengan fleksibel menggali informasi lebih lanjut dengan
tetap berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat.
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis narasi. Narasi secara
khusus diggunakan untuk memahami ketidakberaturan yang ditemui sehari-
hari. Setiap individu akan menghadapi berbagai ketidakberaturan dalam
rutinitas sehari-hari. Ketidakberaturan tersebut antara lain berupa permasalahan
pribadi, keluarga, finansial, dan kesehatan. Penelitian ini akan membahas
mengenai permasalahan pribadi yang berupa pengalaman subjek penelitian
dalam berproses memberikan maaf terhadap perselingkuhan yang dilakukan
oleh pasangan mereka sehingga subjek dapat tetap mempertahankan
perkawinan. Melalui narasi, subjek peneliti diminta untuk menceritakan kisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
hidupnya dalam proses memaafkan perselingkuhan, dalam penyampaian kisah
mengenai kehidupannya subjek berusaha untuk memberikan makna terhadap
pengalamannya tersebut (Smith, 2009).
Gergen dan Gergen (dalam Smith, 2009) mengidentifikasi 3 (tiga)
struktur analisis dalam narasi, yaitu:
1. Progresi, narasi yang digambarkan oleh subjek penelitian mengandung suatu
usaha ke arah tujuan. Subjek penelitian menyampaikan narasi dengan
menggambarkan kehidupan sebagai suatu rangkaian tantangan yang
mengandung kesempatan untuk maju.
2. Regresi, narasi yang digambarkan oleh subjek penelitian mengandung
bahwa sesuatu tidak diharapkan akan terjadi. Subjek penelitian
menggambarkan kehidupan sebagai rangkaian dari kesengsaraan.
3. Stabil, narasi yang digambarkan oleh subjek penelitian mengandung bahwa
sesuatu yang dialami hanya merupakan perubahan kecil. Subjek penelitian
lebih cenderung menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami dengan
istilah biasa-biasa saja.
Dalam menganalisis uraian narasi yang telah disampaikan oleh subjek
penelitian akan melalui 2 (dua) fase, yaitu:
1. Fase deskriptif
Pada fase ini peneliti membaca uraian narasi sehingga menjadi
familiar dengan struktur dan isinya. Analisis yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah dengan menyoroti isu-isu penting dalam narasi yang telah
disampaikan oleh subjek penelitian, mengidentifikasi keterkaitan naratif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang menghubungkan berbagai bagian yang berbeda. Analisis yang dapat
juga dilakukan adalah dengan mencermati subalur dalam narasi dan
memerhatikan berbagai keterkaitan di antaranya. Peneliti kemudian dapat
membuat ringkasan dengan menyoroti ciri-ciri tertentu yang dirasa menarik
bagi peneliti. Ringkasan tersebut dapat digunakan untuk memperoleh
gagasan mengenai isu-isu utama yang muncul. Melalui proses pembacaan
secara mendetail, membantu peneliti dalam mengembangkan kerangka
coding yang dapat diterapkan dalam berbagai narasi. Kerangka coding
dibuat untuk menangkap makna menyeluruh dari berbagai narasi yang ada,
serta beragam isu khusus yang muncul pada masing-masing narasi.
Oleh karena itu, sebelum dilakukan penelitian dengan metode naratif,
peneliti mempersiapkan strategi untuk membantu mempersiapkan ringkasan
dan analisis dari narasi yang disampaikan oleh subjek penelitian. Strategi
tersebut terdiri dari tiga komponen, yaitu: awal, tengah, dan akhir.
Komponen tersebut akan diggunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Awal: kehidupan perkawinan subjek penelitian sebelum mengetahui
perselingkuhan. Setiap suami akan memiliki pengalaman yang berbeda-
beda dalam menjalani kehidupan perkawinan. Perselingkuhan yang
dilakukan oleh seorang istri juga bukan suatu hal yang dapat diduga oleh
suami. Suami sebagai subjek penelitian diminta untuk menceritakan
pengalaman-pengalaman awal yang mungkin menjadi faktor penyebab
terjadi perselingkuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. Tengah: subjek penelitian diminta untuk menceritakan pengalaman
mereka ketika mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh istri
mereka, hal yang membuat mereka mengetahui telah terjadi
perselingkuhan, dan perasaan serta perilaku yang muncul setelah
mengetahui perselingkuhan tersebut.
c. Akhir: subjek penelitian diminta untuk menceritakan pengalaman dalam
melakukan proses pemulihan setelah merasakan berbagai emosi negatif
akibat mengetahui perselingkuhan, bagaimana subjek pada akhirnya
memutuskan untuk memaafkan dan kembali membangun hubungan yang
baru dengan istri yang pernah melakukan perselingkuhan.
2. Fase interpretatif
Pada tahap kedua ini, peneliti kemudian mengaitkan narasi dengan
literatur teoretis yang sebelumnya telah ditentukan sehingga dapat
diggunakan untuk menginterpretasi kisah yang telah disampaikan oleh
subjek penelitian. Pada fase ini peneliti dapat mengarahkan pada pelabelan
suatu uraian sebagai berjenis tertentu, yang menggambarkan isi teoritisnya.
Dalam pembacaan narasi, perhatian utama tertuju pada bagaimana subjek
penelitian mendeskripsikan berbagai krisis dalam kehidupan mereka.
Bagaimana subjek penelitian mendapatkan sumber dukungan, dan
bagaimana mereka membuat arah kisah kepada pendengar, dalam hal ini
peneliti sendiri. Setelah itu, peneliti memeriksa masing-masing kisah atas
elemen-elemen naratif tertentu, bagaimana elemen-elemen narasi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
saling terkait, isu-isu apa yang ditekankan dan perumpamaan-perumpamaan
apa yang digunakan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
theory-led thematic analysis. Dalam model analisis ini, kajian literatur
ditargetkan untuk membuat pemetaan referensi-referensi yang relevan atau
mirip atau mendekati topik penelitian. Namun, selain itu peneliti juga secara
sengaja memilih teori atau rujukan pustaka tertentu untuk dijadikan acuan
pelaksanaan penelitian (pengambilan data, analisa data, dan pembahasan
hasil penelitian). Theory-led thematic analysis adalah pemilahan informasi
berdasarkan tema-tema yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan
pengambilan data yang mengacu pada teori psikologi tertentu.
Tabel 1. Pedoman Wawancara dan Pengkodean Panduan Analisis Wawancara
Aspek Deskripsi Tujuan Pertanyaan
Awal
(A)
Situasi perkawinan
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1)
Mengetahui
penyebab dari
perselingkuhan.
1. Ceritakanlah tentang istri Anda,
sebelum terjadi perselingkuhan?
(A1.1)
2. Ceritakan keseharian Anda dan
istri Anda sebelum terjadi
perselingkuhan? (A1.2)
3. Ceritakan permasalahan yang
sering muncul dalam kehidupan
perkawinan Anda, sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
peristiwa perselingkuhan? (A1.3)
4. Bagaimana Anda menyelesaikan
permasalahan yang terjadi? (A1.4)
Tengah
(T)
1. Mengetahui
perselingkuhan
(T1)
2. Tahap terluka
(T2)
3. Tahap
membenci
(T3)
Mengetahui
dampak yang
dirasakan subjek
setelah mengetahui
perselingkuhan
istri.
1. Ceritakan bagaimana Anda
mengetahui istri Anda telah
berselingkuh? (T1.1)
2. Apa yang ada dalam pikiran Anda
setelah mengetahui istri Anda
selingkuh? (T2.2; T3.2)
3. Bagaimana perasaan Anda saat itu?
(T2.3; T3.3)
4. Ceritakan apa yang Anda lakukan
setelah mengetahui perselingkuhan
itu? (T2.4; T3.4)
Akhir
(AK)
1. Tahap
penyembuhan
(AK1)
2. Tahap kembali
bersama (AK2)
Mengetahui proses
subjek memaafkan
perselingkuhan
istri.
1. Apa yang membuat Anda
memutuskan untuk tetap
mempertahankan perkawinan?
(AK1.1)
2. Bagaimana anggapan Anda
terhadap istri setelah memutuskan
tetap mempertahankan
perkawinan? (AK1.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3. Bagaimana perasaan Anda saat itu,
setelah Anda membuat keputusan
demikian? (AK1.3)
4. Kesulitan apa yang Anda hadapi
ketika memutuskan untuk tetap
mempertahankan perkawinan?
(AK1.4)
5. Apa yang Anda pelajari dari
peristiwa perselingkuhan? (AK1.5)
6. Bagaimana perasaan Anda saat ini
dalam menjalani kehidupan
perkawinan bersama istri? (AK2.6)
7. Setelah peristiwa perselingkuhan
tersebut telah berlalu, saat ini
bagaimana Anda menilai istri
Anda? (AK2.7)
8. Apa yang biasa Anda lakukan
sekarang bersama istri? (AK2.8)
F. Keabsahan Data
1. Kredibilitas (kepercayaan)
Istilah kredibilitas digunakan dalam penelitian kualitatif untuk
menggantikan istilah validitas dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dalam penelitian kualitatif yang dimaksudkan adalah menyangkut kualitas
penelitian kuliatatif yang telah dilakukan. Kredibilitas penelitian kulitatif
dilihat dari keberhasilan peneliti dalam mencapai maksud penelitian yaitu
mengeksplorasi masalah, mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial,
atau pola interkasi. Penelitian yang telah dilakukan dapat menunjukkan
deskripsi mendalam mengenai aspek-aspek terkait dan interaksi dari
berbagai aspek. Penelitian yang dilakukan juga menjamin bahwa subjek
penelitian diidentifikasikan dan dideskripsikan secara akurat (Poerwandari,
2005). Validitas penelitian kulitatif dilihat dari orientasi dan upaya peneliti
melalui penelitian yang dilakukan, mendalami dunia empiris, dengan
menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis
data (Sarantakos, dalam Poerwandari 2005). Dalam penelitian ini validitas
yang diggunakan adalah validitas argumentatif, yakni hasil dan kesimpulan
penelitian dapat dipahami secara rasional serta dapat dibuktikan dengan
melihat kembali ke data mentah. Validitas lain yang digunakan adalah
validitas ekologis, yakni menunjuk pada sejauh mana penelitian yang
dilakukan pada kondisi alamiah dari partisipan yang diteliti, sehingga justru
kondisi apa adanya dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting
penelitian.
2. Dependabilitas (kebergantungan)
Istilah dependenbilitas digunakan dalam penelitian kulitatif untuk
menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Hal-hal yang
dianggap penting dalam menentukan dependabilitas, antara lain: (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
koherensi, yakni metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang
diinginkan, (2) keterbukaan, yakni sejauh mana peneliti membuka diri
dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai
tujuan, (3) diskursus, yakni sejauh mana dan seintensif apa peneliti
mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang-orang lain. Melalui
konstruk dependabilitas peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan
dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang
setting yang diteliti (Poerwandari, 2005).
3. Konfirmabilitas
Konsep mengenai konfirmabilitas dalam penelitian kulitatif ini
diggunakan untuk menggantikan konsep objektivitas dalam penelitian
kuantitatif. Objektivitas dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai
sesuatu yang muncul dari hubungan subjek-subjek yang berinteraksi.
Objektivitas dalam penelitian kulitatif yang penting adalah mengenai
transparansi, yakni kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka proses
dan elemen-elemen penelitiannya, sehingga memungkinkan pihak lain
melakukan penilaian. Objektivitas dalam penelitian kulitatif dilihat dalam
kerangka kesamaan pandangan atau analisis terhadap objek atau topik yang
diteliti. Dalam hal ini objektivitas ditampilkan melalui sejauh mana
diperoleh kesetujuan di antara peneliti-peneliti mengenai aspek yang
dibahas (Poerwandari, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dulu mempersiapkan
pedoman wawancara sesuai dengan permasalahan yang menjadi topik
penelitian.
2. Peneliti kemudian melakukan uji coba wawancara terhadap pasangan
pacaran yang pernah mengalami permasalahan yang menjadi topik
penelitian. Hal ini ditujukkan untuk memastikan pertanyaan yang telah
dibuat oleh peneliti dapat dipahami oleh subjek penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian.
3. Peneliti merevisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak dipahami oleh subjek
berdasarkan dari hasil uji coba wawancara.
4. Peneliti memilih subjek berdasarkan kriteria penelitian yang telah
ditetapkan yaitu subjek memiliki pengalaman dengan istri yang pernah
selingkuh, pasangan tersebut tetap mempertahankan perkawinan, dan
subjek bersedia untuk membagikan pengalaman dengan peneliti.
5. Peneliti menghubungi subjek melalui via telepon untuk melakukan
pendekatan dan membangun rapport.
6. Peneliti bertemu dengan subjek untuk melakukan pendekatan, membangun
rapport dan menentukan jadwal pertemuan untuk melakukan wawancara.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan wawancara dengan subjek 1 (ES)
dan subjek 2 (DN):
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara dengan Subjek Penelitian
SUBJEK TEMPAT TANGGAL WAKTU KETERANGAN
ES Rumah
Peneliti
Selasa,
26 Maret 2013
Selasa,
7 Mei 2013
Jumat,
17 Mei 2013
10.00-11.00
10.00- 13.00
10.00- 13.30
Membangun rapport
dan wawancara latar
belakang.
Wawancara mengenai
proses subjek
memaafkan istri yang
pernah selingkuh
(Tahap 1).
Wawancara mengenai
proses subjek
memaafkan istri yang
pernah selingkuh
(Tahap 2).
DN Rumah
Subjek
Sabtu,
11 Mei 2013
10.00- 13.30
Membangun rapport
wawancara latar
belakang dan
Wawancara mengenai
proses subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Minggu,
2 Juni 2013
11.00- 13.00
memaafkan istri yang
pernah selingkuh
(Tahap 1).
Wawancara mengenai
proses subjek
memaafkan istri yang
pernah selingkuh
(Tahap 2).
7. Setelah proses wawancara terhadap subjek selesai, kemudian peneliti
menentukan coding dan membuat kategorisasi dengan mengacu pada tema-
tema di pedoman wawancara.
8. Setelah data mentah dari wawancara telah dikategorisasikan kemudian
peneliti membuat rangkuman narasi berdasarkan kategorisasi yang telah
dibuat. Tahap ini merupakan tahap deskriptif dalam metode naratif yang
digunakan peneliti sebagai metode penelitian.
9. Peneliti kemudian mengaitkan rangkuman narasi dengan literatur teoritis
yang telah ditentukan. Peneliti menggunakan literatur teoritis untuk
mengiterpretasi narasi tersebut. Tahap ini disebut sebagai tahap interpretatif
yang dilakukan oleh peneliti setelah tahap deskriptif.
10. Setelah masing-masing narasi yang disampaikan oleh subjek penelitian
telah diinterpretasi, peneliti kemudian peneliti melakukan pembahasan
berdasarkan hasil yang diperoleh. Pada tahap ini, peneliti telah mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
validitas argumentatif, yakni hasil dan kesimpulan penelitian dapat
dipahami secara rasional serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke
data mentah.
B. Profil Subjek
1. Subjek 1 (ES)
a. Identitas Subjek
Nama : ES
Usia :71 tahun
Jenis kelamin : Pria
Pendidikan : Lulusan KPAA (setara SMA)
Pekerjaan : Pesiunan
Agama : Katholik
Usia perkawinan : 37 tahun
b. Latar Belakang Subjek
Subjek ES merupakan anak 3 dari 6 bersaudara. Subjek ES
mempunyai 2 saudara tiri yang berbeda ibu. Sebelum ayah subjek
menikah dengan ibunya, ayah subjek pernah menikah dan dikaruniai 2
orang anak. Tetapi, kemudian istri pertama ayah subjek ES meninggal
karena sakit, kemudian setelah itu ayah subjek ES bertemu dengan ibu
ES dan menikah. Subjek ES lahir pada tahun 1942. Subjek ES lahir di
keluarga muslim. Pada masa kecil subjek ES tinggal menetap di Kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gedhe, bersama dengan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Subjek ES
merasa bahwa dulu ayahnya adalah seseorang yang selalu
melindunginya dan orang yang sangat disiplin. Pada saat subjek ES
duduk di kelas 1 SD, ibu ES meninggal. Walau subjek ES hanya
sebentar diasuh oleh ibu, beliau tetap ingat bahwa dulu ibunya sangat
sayang terhadap dirinya. Setelah ibu ES meninggal, kemudian ES
diasuh oleh kakak pertama ES. Setelah kakak pertama ES menikah, ES
kemudian diasuh oleh bulek dari pihak ibu sampai lulus SMP. Selama
bersama bulek ES tinggal menetap di Wonosobo. Pada saat melanjutkan
sekolah ke tingkat SMA pada tahun 1960, ES pindah dan tinggal
menetap di Yogyakarta. Pada saat menetap di Yogyakarta subjek ES
tinggal bersama dengan neneknya dari tahun 1960 sampai 1977. Pada
saat itu, karena faktor ekonomi ES hanya menyelesaikan pendidikan di
tingkat SMA kelas 1. ES kemudian memutuskan untuk mengikuti
kursus ngetik dan pada tahun 1963 menjadi pegawai di Dinas Pekerjaan
Umum Profinsi DIY. Sambil bekerja, pada tahun 1967 sampai dengan
1969, ES kemudian melanjutkan pendidikan di KPAA (Kursus
Pendidikan Administrasi Atas). KPAA sendiri merupakan tempat
kursus yang pada waktu itu dianggap setara dengan pendidikan di
SMA. Pada tahun 1965, subjek ES diangkat menjadi pegawai negeri.
Istri ES merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ayahnya bekerja
di PJKA, dan ibunya bekerja sebagai pedagang pakaian di pasar. Istri
ES lahir pada tahun 1951. ES mengenal istrinya karena dikenalkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
salah seorang dari temannya. Setelah dikenalkan, ES mulai dekat
dengan istri yang dinikahinya tersebut. Pada masa membina hubungan
berpacaran dengan istri, ES menyampaikan bahwa masa berpacaran
adalah masa yang biasa-biasa saja. ES mengatakan bahwa ketika
berpacaran merupakan masa-masa yang sulit dalam hal ekonomi,
dibandingkan dengan masa sekarang sangatlah jauh. Oleh karena itu,
ES merasa ketika berpacaran dengan istrinya dilalui dengan
kesederhanaan. Pada tanggal 25 Agustus 1975, ES kemudian menikah
dengan istrinya saat ini. ES memutuskan untuk menikahi istrinya
karena dia merasa sudah siap untuk membangun kehidupan
berkeluarga. ES juga memunyai keinginan untuk melanjutkan hidup
bersama dengan istrinya.
Setelah menikah, ES tetap bekerja di Dinas Pekerjaan Umum
DIY, sedangkan istri ES bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setelah
menikah, ES dan istrinya tinggal menetap di Kota Gedhe. Pada saat
menetap di Kota Gedhe, ES dan istrinya tinggal di rumah yang
dipinjamkan oleh salah seorang saudara. Pada masa-masa ini,
merupakan masa yang sulit, karena kondisi ekonomi yang tidak
mencukupi. Selain itu, ES merasa tidak nyaman karena setiap hari ada
saja keluarga yang datang berkunjung. ES menyadari bahwa rumah
yang ditinggalinya saat itu merupakan rumah pinjaman. ES dan istrinya
pun bersama-sama melalui masa-masa sulit tersebut. Pada tahun 1977,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
istri ES kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai pegawai di Unit
Perencanaan Departemen Pekerjaan Umum.
Pada tahun 1982, ES dan istrinya pindah dan menetap di
Sidoarum hingga saat ini. Masa-masa perkawinan dilalui dengan cukup
berat oleh ES dan istrinya, dalam hal ini khususnya masa-masa panjang
untuk memiliki anak. Selama masa-masa tersebut ES dan istrinya
dipercayai untuk mengasuh dan mendidik kedua ponakan yang
dititipkan kepada mereka. Pada masa-masa penantian untuk memiliki
seorang anak dengan mengusahakan segala cara untuk mendapatkan
anak, ES dan istrinya mengetahui jika istrinya tidak dapat hamil karena
ada penyumbatan pada saluran indung telur. ES dan istrinya
mengetahui hal tersebut setelah mereka memeriksakan diri pada salah
seorang dokter. Ada kemungkinan istri ES bisa hamil tetapi dengan
resiko kehamilan istrinya akan berbahaya bagi nyawa istrinya. ES pun
memutuskan untuk istrinya tidak hamil, dia memilih untuk tetap
mempertahankan istrinya daripada memaksa untuk hamil. ES terlihat
begitu menyayangi istrinya walaupun dalam kondisi yang mereka
hadapi. Setelah itu selang beberapa hari, ES ditawari untuk mengangkat
anak dari salah seorang ibu yang masih sangat muda. ES pun
mengganggap bahwa ini mungkin jalan Tuhan, maka dari itu ES dan
istrinya memutuskan untuk mengangkat anak tersebut dan
mengganggapnya sebagai anak kandung mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
ES merupakan orang yang mandiri, sabar, dan ketika ada
permasalahan dia tidak ingin melibatkan orang lain. Pada saat
permasalahan muncul ES lebih ingin menyelesaikan permasalahan
tersebut sendiri. ES mengganggap istrinya sebagai orang yang bekerja
keras, dan mau diajak rekoso. ES juga menggaggp istrinya sebagai
orang yang mandiri dan keibuan. ES menyadari bahwa dirinya adalah
orang yang pendiam dan sulit untuk menyampaikan perasaannya.
Subjek ES menyadari sikapnya tersebut dipengaruhi oleh pola asuh dari
bulek dan neneknya ketika tinggal bersama mereka. Subjek ES melihat
bahwa bulek dan neneknya memang orang yang pendiam tapi pekerja
keras dan bertanggungjawab. Subjek ES ingat bahwa neneknya selalu
mengajarkan bahwa dadi wong ki ora mung waton omong wae, nanging
ono nyatane, mending dadi wong sing menengan trimo anteng, nanging
tumindak becik lan duwe tanggung jawab. Ajaran neneknya itulah yang
mempengaruhi pemikiran dan sikap subjek. Ajaran neneknya itu juga
dijadikan sebagai prinsip hidup subjek ES.
2. Subjek 2 (DN)
a. Identitas Subjek
Nama : DN
Usia : 58 tahun
Jenis kelamin : Pria
Pendidikan : S2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Pekerjaan : Dosen
Agama : Islam
Usia perkawinan : 28 tahun
b. Latar Belakang Subjek
Subjek DN merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara. Subjek DN
lahir pada tahun 1955 dalam keluarga muslim. Ayah subjek DN bekerja
sebagai guru SMP di Yogyakarta, sedangkan ibunya bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Subjek DN menceritakan walaupun ibunya hanya ibu
rumah tangga, tapi beliau juga pintar untuk mencari tambahan uang. Ibu
subjek DN membuka jasa jahitan dari tetangga sekitar dan teman-
temannya, dan pada waktu itu langganan ibu subjek DN juga banyak.
Subjek DN menceritakan bahwa beliau sangat dekat dengan ibunya.
Subjek melihat ibunya adalah orang yang sangat menyanyangi anak-
anaknya dan juga dapat bersikap adil kepada anak-anaknya. Subjek DN
mengenal ayahnya sebagai orang yang keras dan disiplin. Subjek DN
sangat ingat sekali ketika dulu ada anak-anak dari ayahnya yang
melakukan kesalahan, pasti mendapat hukuman dipukul dengan rotan.
Tapi, subjek DN juga sangat mengganggumi ayahnya sebagai seorang
guru. Subjek DN menceritakan kalau ayahnya itu guru yang sangat
tegas, jujur dan disiplin. Ayah subjek DN selalu mengajarkan subjek
untuk selalu jujur dalam bertindak dan dapat bertanggungjawab
terhadap segala perbuatan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kedua orangtua subjek DN selalu mengajarkan kepada anak-
anaknya bahwa pendidikan sangat penting. Oleh karena itu, subjek DN
selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik di sekolahnya.
Subjek DN ingin membuat kedua orangtuanya bangga terhadap prestasi
yang dicapainya. Subjek DN menunjukkan prestasinya dengan ranking
yang diperoleh di sekolahnya. Subjek menceritakan bahwa beliau sejak
SD hingga SMA selalu mendapatkan ranking. Pada tahun 1975 subjek
DN melanjutkan studinya dan mengambil jurusan tekhnik informatika
di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Pada tahun 1980 subjek
DN telah menyelesaikan studinya. Setelah berhasil menyelesaikan
studi, subjek DN kemudian bekerja sebagai pengajar di salah satu
perguruan tinggi di Yogyakarta. Sembari bekerja, subjek DN
memutukan untuk melanjutkan studi S2 dan lulus pada tahun 1983.
Kemudian pada tahun 1984 subjek DN diangkat menjadi pegawai
negeri.
Subjek DN bertemu dengan istrinya ketika beliau masih
menempuh pendidikan di bangku kuliah. Istri subjek DN merupakan
adik dari teman dekatnya. Pada waktu itu, subjek DN sering datang ke
rumah temannya, sehingga sering bertemu dengan istrinya. Pertemuan
subjek DN dan istrinya membuat subjek menyukai istrinya. Hingga
pada akhirnya subjek DN mengungkapkan perasaannya kepada istrinya.
Ternyata istri subjek DN juga memiliki perasaan yang sama dengan
subjek, sehingga mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1985 subjek DN dan istrinya memutuskan untuk menikah. Pada waktu
itu usianya sudah 30 tahun dan istrinya sudah 25 tahun, mereka merasa
sudah siap untuk menikah, maka dari itu subjek DN melamar istrinya
tersebut. Dalam pernikahan subjek DN dan istrinya tersebut, mereka
dikaruniai 2 orang anak.
Subjek DN menyadari bahwa beliau adalah orang yang tegas dan
keras. Ajaran ayah subjek DN yang sangat disiplin membuat subjek
terbiasa untuk melakukan segala sesuatu sesuai aturan yang telah
dibuat. Sebagai kepala rumah tangga dan imam dalam keluarga subjek
DN mengganggap bahwa dirinya memiliki tanggung jawab yang penuh
terhadap keluarganya. Oleh karena itu, sebelum subjek DN mengalami
permasalahan perselingkuhan yang dilakukan istrinya, subjek selalu
menunjukkan sikap yang selalu mengatur dan memutuskan segala
sesuatu yang terjadi dalam rumah tangganya.
C. Hasil Analisis Data Penelitian
1. Subjek 1 (ES)
a. Kategorisasi data
1. Penilaian subjek terhadap istri sebelum terjadi perselingkuhan
(A1.1).
No Baris Kata Kunci
1-5 Subjek menilai istrinya sebagai istri yang baik dan mau
untuk diajak hidup susah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri
sebelum terjadi perselingkuhan (A1.2).
No Baris Kata Kunci
29-35 Kegiatan keseharian subjek dan istri berupa pembagian tugas
dalam mengurus rumah tangga: istri bangun pagi
mempersiapkan sarapan sedangkan suami membantu
membersihkan rumah dan memanaskan motor untuk
berangkat kerja
35-37 Pada hari Minggu kegiatan yang dilakukan subjek dan istri
pada waktu pagi adalah pergi ke Gereja setelah itu subjek
dan istri lebih sering menghabiskan waktu bersama di
rumah untuk menonton TV dan membersihkan rumah.
503-513
522-528
Subjek tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta kepada
istrinya, subjek lebih menunjukkan tindakan nyata untuk
menunjukkan rasa cintanya kepada istri.
3. Permasalahan yang muncul dalam perkawinan subjek sebelum
peritiwa perselingkuhan (A1.3).
No Baris Kata Kunci
44-49 Permasalahan dalam perkawinan yang dihadapi subjek dan
istri adalah dalam hal mengurus kepentingan rumah tangga
dan anak-anak.
62-64 Subjek merasakan ada perubahan sikap istri setelah bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
70-99
530-534
menjadi lebih cepat marah dan tidak menghormati subjek.
406-471 Subjek dan istri tidak dapat memiliki anak karena istri
mengalami penyumbatan saluran indung telur.
4. Cara subjek dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
No Baris Kata Kunci
64-69
99-102
Subjek memahami dan memaklumi bahwa perubahan sikap
istri terhadap dirinya dikarenakan istri memerlukan adaptasi
dengan pekerjaan kantor dan rumah tangga.
400-404
413-417
455-471
Subjek sebagai kepala rumah tangga yang selalu
memutuskan cara menyelesaikan yang terjadi dalam
perkawinan.
5. Hal yang membuat subjek mengetahui istri telah berselingkuh
(T1.1).
No Baris Kata Kunci
104-115 Subjek mengetahui istrinya telah berselingkuh setelah
diberitahu oleh teman dan mendapatkan surat kaleng dari
teman selingkuhan istrinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
6. Pikiran subjek yang muncul setelah mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.2; T3.2).
No Baris Kata Kunci
153-158 Anggapan subjek terhadap istri menjadi berubah.
7. Perasaan yang dialami subjek setelah mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3; T3.3).
No Baris Kata Kunci
160-166
Subjek merasa kecewa, bingung, sedih, marah dan diseplekan
oleh istrinya setelah mengetahui bahwa istrinya telah
berselingkuh.
8. Tindakan yang dilakukan subjek setelah mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.4; T3.4).
No Baris Kata Kunci
173-180 Subjek berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan
permasalahan perselingkuhan tersebut.
548-560 Subjek berkomunikasi melalui telepon dengan istri pasangan
selingkuh istrinya untuk mengajak bersama-sama bertemu
menyelesaikan permasalahan tersebut.
201-203 Subjek secara perlahan menanyakan kepada istrinya mengenai
kebenaran perselingkuhan tersebut.
275-305 Subjek mengajak istrinya untuk menemui laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
548-560
564-579
selingkuhan untuk segera mengakhiri hubungan antara istri
dan laki-laki selingkuhan.
574-582 Subjek menasihati dan mengingatkan istrinya bahwa
perbuatannya itu salah.
9. Hal yang membuat subjek tetap mempertahankan perkawinan
(AK1.1).
No Baris Kata Kunci
231-241 Subjek tetap mencintai istrinya dan menerima apa adanya
walau istrinya telah berselingkuh.
245-253
334-335
339-341
Subjek merasa bahwa dengan doa yang selalu dia lakukan
pada waktu itu memberikan kekuatan untuk menghadapi
permasalahan perselingkuhan tersebut.
315-316 Istri subjek juga sudah mengakui dan meyesali kesalahan
yang diperbuat serta meminta maaf kepada subjek.
10. Penilaian subjek terhadap istri setelah memutuskan tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.2).
No Baris Kata Kunci
592-595 Subjek melihat istri sebagai seseorang yang membutuhkan
perhatian, bimbingan dan kasih sayang darinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
11. Perasaan subjek setelah membuat keputusan untuk tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.3).
No Baris Kata Kunci
307-311 Subjek merasa lebih tenang dalam menghadapi permasalahan
perselingkuhan.
12. Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.4).
No Baris Kata Kunci
326-338 Kesulitan yang dihadapi subjek bahwa subjek tidak bisa
melupakan peristiwa perselingkuhan tersebut dan tidak
mempunyai orang untuk mencurahkah segala perasaan negatif
yang dialami ketika subjek mengalami permasalahan
perselingkuhan tersebut.
384-386 Subjek sempat menjadi tidak mempercayai istrinya lagi.
13. Pelajaran yang subjek pahami setelah peristiwa perselingkuhan
berlalu (AK1.5).
No Baris Kata Kunci
343-351 Subjek menyadari bahwa selama ini dia kurang memberikan
perhatian terhadap istri, sehingga setelah mengalami
permasalahan tersebut subjek berusaha merubah sikap
menjadi lebih perhatian dengan istrinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
595-602
605-610
Subjek memutuskan untuk meluangkan lebih banyak waktu
bersama istri dengan mengajak istri setiap malam untuk
berdoa dan mengobrol bersama mengenai perasaan dan
kejadian yang dialami sepanjang hari itu.
14. Perasaan subjek saat ini menjalani perkawinan setelah peristiwa
perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.6).
No Baris Kata Kunci
353-359 Subjek merasa lebih lega dan bersyukur karena dapat
mempertahankan perkawinan setelah mengalami peristiwa
perselingkuhan tersebut.
15. Penilaian subjek terhadap istri setelah peristiwa perselingkuhan
tersebut berlalu (AK2.7).
No Baris Kata Kunci
361-373 Subjek melihat istrinya telah mengalami banyak perubahan
positif setelah peritiwa tersebut berlalu.
16. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri
saat ini setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK2.8).
No Baris Kata Kunci
389-395
611-620
Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu untuk
bersama, istri subjek sering memasakan makanan kesukaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
membuat roti untuk dimakan bersama-sama dan
mendengarkan lagu-lagu kenangan bersama.
595-602 Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan sharing
mengenai perasaan masing-masing.
b. Analisis deskriptif
1. Awal
Pada awalnya sebelum subjek ES memutuskan untuk menikah
dengan istrinya, subjek ES melihat istrinya sebagai orang yang
bersedia untuk menjalani hidup bersama dengan subjek. Pada waktu
itu, kondisi ekonomi subjek ES hanya biasa-biasa saja tetapi subjek
merasa bahwa istrinya dapat menerima kondisi dirinya apa adanya.
Oleh karena itu, subjek ES merasa yakin bahwa istrinya adalah orang
yang tepat untuk dijadikan pendamping hidupnya. Hingga pada
akhirnya subjek ES memutuskan untuk menikah dengan istrinya
karena subjek ES melihat istrinya sebagai seseorang yang baik dan
mau diajak untuk hidup susah (ES, pp 1-5).
Setelah memutuskan untuk menikah, dalam menjalani
kehidupan berumah tangga subjek ES dan istrinya melakukan
pembagian tugas dalam mengurus rumah tangga. Istri subjek
bertugas sebagai ibu rumah tangga yang mempersiapkan segala
keperluan subjek seperti mempersiapkan sarapan untuk subjek
sebelum berangkat kerja. Sementara itu, subjek ES juga membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
membersihkan rumah dan memanaskan motor sebelum berangkat
kerja (ES, pp 29-35). Sedangkan pada hari Minggu subjek ES dan
istrinya mengawali kegiatan dengan pergi ke Gereja pada pagi hari.
Setelah itu, subjek ES dan istrinya lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah untuk menonton TV bersama (ES, pp 35-37).
Selama menjalani kehidupan berumah tangga sehari-hari
subjek ES tidak pernah mengungkapkan perasaan sayang kepada
istrinya dengan kata-kata verbal. Subjek ES lebih senang
menunjukkan rasa sayang terhadap istrinya dengan perbuatan.
Subjek ES menyadari bahwa sikapnya yang pendiam dipengaruhi
oleh didikan dari bulek dan nenek subjek. Semasa subjek ES duduk
di bangku SD hingga lulus SMP subjek pernah diasuh oleh buleknya.
Ketika tinggal bersama dengan buleknya ini, subjek melihat bahwa
buleknya adalah orang yang tidak banyak berbicara tapi lebih banyak
menunjukkan perbuatan (ES, pp 492-500). Begitu juga ketika subjek
ES tinggal bersama dengan neneknya, subjek juga dididik untuk
lebih banyak menunjukkan perbuatan nyata daripada omongan (ES,
pp 500-503). Didikan yang diperoleh subjek dari bulek dan neneknya
ini membuat subjek mempunyai prinsip bahwa ucapan mempunyai
tuntutan untuk membuktikan. Prinsip yang dipegang oleh subjek ES
membuat subjek lebih senang langsung menunjukkan tindakan nyata
untuk membuktikan perasaan sayang terhadap istrinya (ES, pp 503-
513; ES, pp 522-528).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Subjek ES merasa bahwa dalam menjalani kehidupan
perkawinan subjek ES dan istrinya tidak pernah mengalami
permasalahan yang membuat mereka bertengkar (ES, pp 39-44).
Namun, subjek ES dan istrinya pernah mengalami masa-masa yang
berat yaitu ketika istri subjek tidak kunjung mempunyai anak.
Banyak cara yang telah diusahakan oleh subjek dan istrinya untuk
mendapatkan seorang anak (ES, pp 413-448). Hingga pada suatu hari
subjek ES dan istrinya memeriksakan diri pada salah seorang dokter
yang menyatakan bahwa istri subjek ES mengalami permasalahan
pada saluran reproduksi berupa penyempitan saluran indung telur
(ES, pp 443-446). Mengalami situasi demikian subjek ES
memutuskan tidak memaksa istrinya untuk mengandung karena akan
membahayakan nyawa istrinya (ES, pp 448-457). Seminggu setelah
subjek ES dan istrinya mengetahui bahwa mereka tidak dapat
mempunyai anak, mereka ditawari untuk mengangkat seorang anak
dari ibu yang waktu itu hamil di luar nikah dan masih kecil. Melihat
situasi itu, subjek ES dan istrinya memutuskan untuk mengangkat
anak tersebut (ES, pp 458-471). Menurut subjek ES permasalahan
yang terjadi dalam rumah tangga yang dijalaninya dengan istri lebih
kepada mengurus kepentingan rumah tangga dan bersikap adil
terhadap anak-anak (ES, pp 44-56). Dalam menghadapi
permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga, subjek ES selalu
berdiskusi dengan istrinya. Namun, sebagai kepala rumah tangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
subjek ES yang selalu memutuskan cara penyelesaian masalah (ES,
pp 400-404; ES, pp 413-417; ES, pp 455-471).
Subjek ES merasakan mulai muncul permasalahan sehingga
membuat subjek bertengkar dengan istrinya setelah istri subjek
kembali dari diklat di Bandung (pp 62-64; ES, pp 83-85). Istri subjek
ES menjadi mudah marah (ES, pp 92; ES, pp 95-99), tidak
menunjukan sikap hormat kepada diri subjek (ES, pp 93-94),
bicaranya yang lembut berubah menjadi keras (ES, pp 530-532), dan
selalu menyalahkan subjek (ES, pp 532-534). Namun, melihat
perubahan sikap pada diri istri, subjek ES berusaha untuk memahami
dan memaklumi. Subjek ES berpikir bahwa istrinya memerlukan
adaptasi untuk bekerja sekaligus mengurus pekerjaan rumah tangga
(ES, pp 64-69; ES, pp 99-102).
2. Tengah
Seiring berjalannya waktu, subjek ES mengetahui bahwa
perubahan-perubahan pada diri istrinya dikarenakan istrinya telah
berselingkuh. Subjek ES mengetahui perselingkuhan istrinya setelah
ada seorang teman subjek ES yang juga merupakan teman sekantor
istrinya menyampaikan mengenai perselingkuhan yang dilakukan
istri subjek. Selain itu, subjek ES juga mendapatkan surat kaleng dari
pasangan selingkuh istrinya yang isinya menceritakan
perselingkuhan mereka (ES, pp 104-115).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Mengetahui perselingkuhan tersebut, anggapan subjek ES
terhadap istrinya berubah. Pada awalnya subjek ES mengganggap
bahwa istrinya adalah ibu yang baik, setia dan mau diajak hidup
susah, tetapi setelah mengetahui perselingkuhan tersebut subjek ES
menjadi merasa disepelekan oleh istrinya (ES, pp 153-158). Subjek
ES merasa kecewa, bingung, sedih, marah dan membenci perbuatan
istrinya (ES, pp 160-166).
Setelah subjek ES mengetahui perselingkuhan tersebut, subjek
berpikir dan bertindak untuk mencari cara penyelesaian masalah
yang dihadapi (ES, pp 173-180). Hal yang dilakukan oleh subjek
pertama kali adalah dengan menanyakan permasalahan tersebut
kepada istrinya (ES, pp 201-203). Pada saat subjek ES menanyakan
permasalahan tersebut kepada istrinya, subjek berusaha untuk
berbicara secara perlahan mengingat bahwa istrinya pernah
mengalami kecelakaan yang berdampak jika mengalami
permasalahan yang berat akan jatuh sakit dan juga subjek tidak ingin
melukai istrinya (ES, pp 201-211). Ketika subjek ES menanyakan
perselingkuhan tersebut, istri subjek ES mengakui perbuatannya (ES,
pp 211-217). Setelah subjek ES mengetahui kebenaran dari istrinya
secara langsung subjek ES memutuskan untuk menemui teman
selingkuhan istrinya. Hal ini dilakukan subjek agar istri dan teman
selingkuhan segera memutuskan hubungan (ES, pp 275-305; ES, pp
548-560; ES, pp 564-579). Selain itu, subjek ES juga memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
nasihat dan selalu mengingatkan istrinya untuk tidak berselingkuh
lagi (ES, pp 574-582).
3. Akhir
Perasaan terluka yang dialami subjek ES seperti kecewa,
bingung, sedih, marah dan membenci perbuatan istrinya (ES, pp 160-
166) membuat subjek sulit untuk mempercayai istrinya lagi (ES, pp
584-586). Perasaan terluka yang dialami subjek ES juga membuat
subjek tidak dapat melupakan perselingkuhan istrinya. Apalagi, pada
waktu itu yang membuat subjek ES merasa sulit untuk menghadapi
permasalahan itu karena subjek tidak mempunyai orang yang
dijadikan tempat mengungkapkan perasaannya (ES, pp 326-338).
Situasi yang dialami subjek ES seperti ini yang membuat subjek
pada awalnya sulit untuk menerima istrinya kembali.
Namun, pada akhirnya subjek ES membuat keputusan untuk
tetap mempertahankan perkawinannya dengan istrinya. Keputusan
untuk tetap mempertahankan perkawinannya dengan istrinya
dikarenakan subjek ES telah berhasil melupakan rasa sakit yang
dialami dan dapat menerima kembali istrinya. Subjek ES merasa
bahwa keputusan ini dipilihnya karena subjek masih memiliki
perasaan cinta kepada istrinya (ES, pp 231-241; ES, pp 264-266).
Subjek juga merasa mendapatkan kekuatan doa untuk menghadapi
permasalahannya (ES, pp 245-253; ES, pp 334-335; ES, pp 339-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
341). Selain itu, ungkapan maaf dari istri subjek membuat subjek
untuk kembali mempercayai istrinya yang mau berubah dan
menerima istrinya kembali (ES, pp 315-316).
Setelah subjek ES memutuskan untuk tetap mempertahankan
perkawinan, subjek merubah pandangannya kembali terhadap istri
ketika mengetahui perselingkuhan. Subjek ES melihat istri sebagai
seseorang yang memerlukan kasih sayang dan bimbingan dari diri
subjek (ES, pp 592-595).Setelah subjek memilih untuk menerima
kembali istri dan mempertahankan perkawinan mereka, subjek ES
menjadi lebih tenang dalam menjalani permasalahan yang
dihadapinya (ES, pp 307-311).
Peristiwa yang dialami oleh subjek ES tersebut membuat
subjek sadar bahwa dirinya juga memiliki kekurangan. Subjek ES
kemudian mengambil pelajaran dari peristiwa yang telah dialaminya.
Subjek ES yang sebelumnya kurang memperhatikan istrinya menjadi
lebih memperhatikan istrinya (ES, pp 343-351). Menyadari
kekurangan yang ada dalam diri, subjek ES juga meluangkan waktu
di malam hari untuk doa malam dan sharing bersama (ES, pp 595-
602; ES, pp 605-610). Subjek ES berharap dengan dirinya
menyediakan waktu untuk doa malam dan sharing bersama, subjek
dan istrinya dapat saling memahami kesulitan dan kebutuhan
masing-masing (ES, pp 605-610).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu, ada perasaan
lega (ES, pp 354-356) yang dialami subjek ES karena dapat
mempertahankan perkawinannya. Subjek ES juga merasa bersyukur
karena keluarganya tetap utuh setelah mengalami persitiwa tersebut
(ES, pp 353-359). Seiring berjalannya waktu, subjek ES telah
melupakan luka yang pernah dialami akibat perselingkuhan yang
pernah dilakukan istrinya. Selain subjek ES berusaha untuk
melupakan perasaan terluka akibat perselingkuhan istrinya, subjek
juga berusaha membimbing istrinya untuk dapat merubah sikap
menjadi lebih baik dengan meluangkan waktu berdoa bersama di
malam hari (ES, pp 595-602; ES, pp 605-610). Usaha yang
dilakukan subjek ES berhasil, lambat laun istrinya juga dapat
merubah sikap yang sebelumnya keras menjadi lembut lagi (ES, pp
586-588) dan menjadi perhatian lagi dengan subjek dan anak-anak
(ES, pp 588-589). Selain itu, istri subjek ES juga menjadi lebih aktif
kegiatan rohani bersama subjek (ES, pp 361-373). Dalam menjalani
masa tua, saat ini subjek ES dan istrinya lebih mempunyai waktu
untuk bersama dan melakukan kegiatan bersama (ES, pp 389-395;
ES, pp 611-620).
Berdasarkan cerita subjek ES mengenai pengalamannya dalam
berproses menghadapi persitiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh
istrinya, subjek ES menunjukkan narasi dengan struktur atau alur
progresif. Walaupun pada awal penceritaan subjek ES menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
narasi yang regresif yaitu subjek ES menemui kesulitan ketika
memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinannya. Subjek
ES merasa belum dapat melupakan rasa sakit yang dialami akibat
perbuatan istrinya, terlebih pada waktu itu juga subjek tidak
mempunyai seseorang yang dapat memberinya dukungan. Namun,
narasi yang disampaikan oleh subjek ES berubah menjadi progresif
dengan melihat perjuangan subjek dalam usaha untuk melupakan
rasa sakit akibat perbuatan istri dan melihat istri dengan cara
pandang yang baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema 2. Dinamika Memaafkan Subjek 1 (ES)
c.
d.
Permasalahan yang muncul: - Pengurusan kebutuhan rumah tangga - Perubahan sikap istri: istri menjadi
lebih cepat marah dan tidak menghormati subjek
- Istri tidak dapat mempunyai keturunan
AWAL SITUASI PERKAWINAN
PERSELINGKUHAN
Cara mengatasi permasalahan dalam perkawinan: - Melihat permasalahan dengan perasaan
positif yang tampak dalam perilaku memahami dan memaklumi perubahan sikap istri
- Sebagai kepala rumah tangga mentukan keputusan penyelesaian masalah
Kegiatan keseharian subjek bersama istri: - Mengurus kebutuhan rumah tangga - Pada hari minggu: pergi ke Gereja dan
setelah itu membersihkan rumah dan menonton TV
- Menunjukkan perasaan cinta langsung ke tindakan nyata.
Perubahan penilaian: - Istri menyepelekan subjek sebagai suami Perubahan perasaan: - Kecewa - Sedih - Bingung - Marah - Merasa disepelekan oleh istri Respon subjek yang muncul: - Tidak menunjukkan tindakan kekerasan - Sulit melupakan perselingkuhan - Tidak mempercayai istrinya lagi
Tindakan yang dilakukan: - Menemukan cara penyelesaian masalah - Komunikasi dengan istri pasangan selingkuhan
istrinya - Bertanya kepada istri mengenai kebenaran
perselingkuhan - Mengajak istrinya untuk bertemu dengan laki-
laki selingkuhan - Mengajak istrinya berdoa untuk menenangkan
diri - Menasihati dan mengingatkan istrinya bahwa
perbuatannya itu salah
Faktor yang mempengaruhi tindakan subjek: - Perasaan cinta - Kekuatan doa - Permintaan maaf istri - Kesadaran subjek akan kekurangan diri
sebagai suami kurang memberi perhatian pada istri
Perubahan penilaian: - melihat istri sebagai seseorang
yang membutuhkan perhatian, bimbingan dan kasih sayang
Perubahan perasaan: - merasa lebih lega dan bersyukur
karena dapat mempertahankan perkawinan
Penilaian subjek terhadap istri: - Istri yang baik - Setia - Mau diajak hidup susah
Perubahan aktivitas: - Subjek dan istri saat ini lebih
banyak mempunyai waktu untuk bersama
- Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan sharing mengenai perasaan masing-masing
TENGAH Dinamika Subjek Saat
Terjadi Perselingkuhan
AKHIR Proses Subjek dalam
Memaafkan
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
2. Subjek 2 (DN)
a. Kategorisasi data
1. Penilaian subjek terhadap istri sebelum terjadi perselingkuhan (A1.1).
No Baris Kata Kunci
1-8
18-19
Subjek menilai istrinya sebagai orang yang baik, penyayang,
perhatian dan dapat mengurus keperluan subjek serta anak-
anak.
2. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri
sebelum terjadi perselingkuhan (A1.2).
No Baris Kata Kunci
32-36 Kegiatan keseharian subjek dan istri berupa pembagian tugas
dalam mengurus rumah tangga: istri bangun pagi
mempersiapkan sarapan sedangkan suami membantu
membersihkan rumah.
462-467 Kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan istri setelah selesai
bekerja yaitu menonton TV dan mengobrol.
50-54 Kegiatan di hari libur yang dilakukan subjek dan istri lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah, seperti: membersihkan
rumah, memasak,dan mendengarkan radio.
451-460 Subjek menunjukkan perasaan sayang terhadap istri dengan
kata-kata verbal dan juga tindakan nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Permasalahan yang muncul dalam perkawinan subjek sebelum peritiwa
perselingkuhan (A1.3).
No Baris Kata Kunci
65-72
430-436
Permasalahan yang dihadapi oleh subjek dan istri adalah
mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak.
4. Cara subjek dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
No Baris Kata Kunci
81-83 Cara yang dilakukan subjek dan istri untuk menyelesaikan
tugas-tugas rumah tangga adalah dengan saling pengertian satu
dengan yang lain.
442-445 Subjek yang selalu mengambil keputusan dan tindakan dalam
menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga.
5. Hal yang membuat subjek mengetahui istri telah berselingkuh (T1.1).
No Baris Kata Kunci
104-107 Subjek mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya
dari tetangga sekitar rumah.
113-123 Subjek mencoba membuktikan perselingkuhan istrinya dengan
mengikuti istrinya saat pergi. Subjek kemudian melihat dengan
mata kepala sendiri kalau istrinya telah berselingkuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
6. Pikiran subjek yang muncul setelah mengetahui istri telah berselingkuh
(T2.2; T3.2).
No Baris Kata Kunci
174-175 Subjek berpikir untuk menceraikan istrinya.
257-259 Subjek berpikiran bahwa istrinya telah menyakiti dan
mengecewakan dirinya.
7. Perasaan yang dialami subjek setelah mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3; T3.3).
No Baris Kata Kunci
121-123 Subjek merasa campur aduk setelah melihat dengan mata
kepala sendiri istrinya berselingkuh.
134-136
143-151
158-171
222-226
231-236
244-246
255-259
477-481
520-521
Subjek merasa benci, marah, bingung, sedih, sakit hati, kecewa,
kesal, diremehkan, ditipu, harga dirinya diinjak-injak oleh
istrinya dan merasa gagal sebagai imam dalam mendampingi
keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
8. Tindakan yang dilakukan subjek setelah mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.4; T3.4).
9. Hal yang membuat subjek tetap mempertahankan perkawinan (AK1.1).
No Baris Kata Kunci
239-241 Subjek melihat anak-anak yang masih kecil.
210-216 Dukungan dan nasihat dari ibu subjek.
264-309 Nasihat ulama
292-309
489-491
Subjek menyadari bahwa dirinya belum menjadi kepala rumah
tangga yang baik.
577-585 Subjek mencintai istrinya.
No Baris Kata Kunci
153-155
158-160
Subjek menanyakan kepada istrinya mengenai perselingkuhan
yang telah dilakukan.
187-189 Subjek mengungsikan anak-anak ke rumah nenek mereka.
201-203 Subjek bercerita kepada ibunya mengenai perselingkuhan yang
dilakukan oleh istrinya.
263-269
321-325
Subjek berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan menemui
ulama.
330-337
532-537
Subjek mengajak istrinya berbicara untuk menyelesaikan
permasalahan.
338-348 Subjek meminta istrinya untuk mengakhiri hubungan dengan
laki-laki selingkuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
330-337 Permintaan maaf dari istri subjek.
540-547 Janji yang dibuat oleh subjek dan istrinya untuk saling
memperbaiki sikap.
10. Penilaian subjek terhadap istri setelah memutuskan tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.2).
No Baris Kata Kunci
529-532
Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang butuh
didengarkan dan diperhatikan.
547-549 Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan
suami yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya.
11. Perasaan subjek setelah membuat keputusan untuk tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.3).
No Baris Kata Kunci
361-363 Subjek merasa lebih ringan dalam menghadapi permasalahan.
12. Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.4).
No Baris Kata Kunci
350-353
370-373
514-516
Subjek sulit untuk membangun kepercayaan lagi terhadap
istrinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
354-355 Subjek masih terbayang-bayang istrinya jalan dengan laki-laki
lain.
13. Pelajaran yang subjek pahami setelah peristiwa perselingkuhan berlalu
(AK1.5).
No Baris Kata Kunci
376-394 Subjek menyadari belum menjadi seorang imam yang baik bagi
istri dan anak-anak.
394-399 Subjek ingin menjaga dan melindungi kehormatan istri.
553-561 Subjek mengubah komunikasi dalam keluarga menjadi dua
arah.
567-573
577-581
Subjek menyadari istrinya bukan orang yang sempurna.
14. Perasaan subjek saat ini menjalani perkawinan setelah peristiwa
perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.6).
No Baris Kata Kunci
403-408 Subjek bersyukur karena telah berhasil menghadapi
permasalahan yang mengancam keutuhan rumah tangganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
15. Penilaian subjek setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu
(AK2.7).
No Baris Kata Kunci
415-418 Subjek melihat istrinya telah berubah setelah peristiwa tersebut
berlalu. Istri subjek juga mulai mengenakan jilbab.
16. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri saat
ini setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK2.8).
No Baris Kata Kunci
410-412
418-423
599-602
Subjek dan istri menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk
bersama.
606-610 Ada waktu untuk nonton film berdua.
611-614 Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua.
b. Analisis deskriptif
1. Awal
Subjek DN mengisahkan bahwa sebelum terjadi peristiwa
perselingkuhan, subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang baik,
penyayang dan dapat mengurus keperluan subjek serta anak-anak
(DN, pp 1-8). Sikap istri subjek DN yang baik dan perhatian tersebut
yang membuat subjek tertarik dan memutuskan untuk menikahi
istrinya (DN, pp 18-19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Setelah subjek DN dan istrinya menikah, mereka menjalani
keseharian dengan melakukan pembagian tugas dalam mengurus
rumah tangga. Setiap hari subjek DN dan istrinya saling bekerjasama
dalam mempersiapkan segala kebutuhan mereka. Istri subjek DN
setiap harinya bertugas mempersiapkan sarapan sebelum mereka
berangkat bekerja sementara itu subjek DN membantu membersihkan
rumah (DN, pp 32-36). Aktivitas yang dilakukan oleh subjek DN
bersama dengan istrinya kembali berlanjut setelah mereka berdua
pulang dari bekerja. Setelah pulang dari bekerja subjek DN dan
istrinya biasanya akan menghabiskan waktu dengan menonton TV dan
mengobrol mengenai permasalahan di kantor masing-masing (DN, pp
462-467). Sedangkan aktivitas di hari libur yang subjek DN lakukan
bersama dengan istri sebelum mempunyai anak, lebih banyak
dilakukan di rumah. Pada hari libur biasanya sembari mendengarkan
musik subjek DN akan membersihkan rumah sedangkan istrinya
memasak (DN, pp 50-54). Kegiatan di hari libur subjek DN dan
istrinya sedikit berbeda setelah mereka mempunyai anak pertama.
Setelah mempunyai anak pertama, setiap pagi subjek DN dan istrinya
meluangkan waktu untuk jalan-jalan bersama dengan anak mereka
keliling kampung (DN, pp 56-59).
Dalam hal mengungkapkan rasa sayang kepada istri, subjek DN
menyampaikan bahwa dia bukan merupakan orang yang romantis.
Walaupun bukan tipe orang yang romantis, namun subjek DN tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menunjukkan perasaan sayang kepada istri melalui perkataan seperti
“papa sayang mama” (DN, pp 454-455). Selebihnya subjek DN
menunjukkan perasaan sayang kepada istrinya dengan tindakan seperti
mengajak istrinya makan bersama ketika hari ulang tahun pernikahan
(DN, pp 456-460).
Subjek DN merasa bahwa selama menjalani kehidupan
perkawinan sebelum peristiwa perselingkuhan, subjek dan istrinya
tidak pernah mengalami permasalahan. Permasalahan yang terjadi
seperti mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak menurut
subjek DN merupakan hal yang biasa terjadi dalam menjalani
kehidupan perkawinan (DN, pp 65-72; DN, pp 430-436). Dalam
menghadapi permasalahan mengurus keperluan rumah tangga seperti
menjaga kerapian dan kebersihan rumah, subjek DN dan istrinya akan
menyelesaikan masalah tersebut dengan saling pengertian satu dengan
yang lain (DN, pp 81-83). Di sisi lain, ketika permasalahan yang
dihadapi menuntut pengambilan keputusan, subjek DN yang selalu
berperan sebagai pengambil keputusan dan tindakan penyelesaian
masalah. Dalam menghadapi permasalahan demikian, subjek DN
jarang mengajak istrinya berdiskusi mengenai cara penyelesaian
masalah yang terjadi (DN, pp 442-445).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2. Tengah
Memasuki usia 11 tahun perkawinan, kehidupan rumah tangga
subjek DN terusik oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya.
Subjek DN tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghadapi
permasalahan yang mengacam keutuhan rumah tangganya. Selama
menjalani kehidupan perkawinan, subjek DN mengganggap bahwa
rumah tangganya dalam kondisi yang baik tanpa ada permasalahan
yang mengganggu. Hingga pada suatu ketika, seorang tetangga
meyampaikan kepada subjek DN bahwa istri subjek telah
berselingkuh (DN, pp 104-107). Informasi yang disampaikan oleh
tetangga subjek DN tersebut, tidak begitu saja dipercayai oleh subjek
(DN, pp 107-108). Namun, semakin hari banyak tetangga subjek DN
yang membicarakan permasalahan tersebut (DN, pp 109-110). Situasi
tersebut, membuat subjek DN pada akhirnya ingin membuktikan
kebenaran perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya (DN, pp 113-
114). Subjek DN kemudian memutuskan untuk mengikuti istrinya
pergi. Pada hari itu, subjek DN akhirnya mengetahui bahwa istrinya
telah berselingkuh. Pada waktu itu, subjek DN melihat sendiri bahwa
istrinya telah pergi dengan laki-laki lain (DN, pp 113-123).
Pada saat subjek DN melihat sendiri perselingkuhan istrinya
tersebut, subjek berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan
kemarahannya di depan umum (DN, pp 124-129). Subjek DN
kemudian memutuskan untuk pulang dan menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
permasalahan tersebut di rumah (DN, pp 140-142). Selama subjek DN
menunggu istrinya pulang ke rumah, banyak perasaan yang
berkecamuk dalam diri subjek. Perselingkuhan yang dilakukan oleh
istri subjek DN membuat subjek memiliki perasaan yang campur aduk
(DN, pp 121-123). Subjek DN merasa marah (DN, pp 134-136; DN,
pp 144; DN, pp 150), sedih (DN, pp 144), kecewa (DN, pp 144; DN,
pp 477-481), dan bingung bagaimana harus betindak (DN, pp 148-
150). Melihat secara langsung perselingkuhan istri, subjek DN juga
timbul perasaan benci kepada istrinya (DN, pp 520-521).
Setelah subjek DN menunggu, akhirnya istrinya pulang. Subjek
DN kemudian segera menanyakan kepada istrinya apa yang dilakukan
hari itu (DN, pp 153-155). Istri subjek DN menjawab kalau dia hari itu
pergi bersama teman-temannya. Mendengar kebohongan istri, subjek
DN bertambah marah (DN, pp 158), kemudian menyampaikan bahwa
hari itu subjek mengikuti istrinya pergi. Subjek DN semakin
bertambah marah (DN, pp 162; DN, pp 166; DN, pp 168) ketika
istrinya malah menyalahkan subjek sebagai suami yang tidak
perhatian. Subjek DN merasa sakit hati (DN, pp 167) mendengar
perkataan istrinya tersebut. Perasaan marah subjek DN terhadap
istrinya membuat subjek berpikir untuk menceraikan istrinya (DN, pp
174-175; DN, pp 234-235). Dalam kondisi yang sangat marah, subjek
DN mengucapkan kata cerai kepada istrinya (DN, pp 167-171).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Namun, setelah mengucapkan kata perceraian kepada istri,
subjek DN teringat akan anak-anak yang masih kecil (DN, pp 177-
179). Subjek DN menyadari bahwa dengan meceraikan istrinya tidak
akan menyelesaikan masalah. Perceraian yang terjadi justru akan
melukai anak-anak. Subjek DN kemudian memutuskan untuk
mencoba berbicara satu sama lain dengan istrinya. Sebelum subjek
DN memulai pembicaraan dengan istrinya, subjek mengungsikan
anak-anak ke rumah ibunya terlebih dahulu (DN, pp 187-189). Subjek
DN tidak ingin anak-anaknya mengetahui permasalahan yang terjadi
dalam keluarga mereka (DN, pp 191-192). Setibanya subjek DN dan
anak-anak di rumah ibu subjek, subjek DN kemudian menceritakan
mengenai permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya (DN, pp
201-203). Setelah subjek DN mendapatkan nasihat dari ibunya, subjek
memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan menyelesaikan
masalah tersebut dengan istrinya. Dalam perjalanan pulang, perasaan
subjek DN masih berkecamuk. Subjek DN merasa kecewa kepada
istrinya (DN, pp 224-226) dan gagal dalam mendampingi keluarganya
(DN, pp 222-224). Selain itu, subjek DN sebagai imam dalam
keluarga juga merasa telah diremehkan dan ditipu oleh istrinya (DN,
pp 231-233). Setelah tiba di rumah, subjek DN mencoba menanyakan
kepada istrinya mengenai perselingkuhan yang telah dilakukan. Istri
subjek DN beralasan bahwa dia melakukan perselingkuhan itu karena
merasa kurang mendapat perhatian dari subjek. Istri subjek DN juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mengganggap bahwa subjek bukan suami yang dapat mengerti
dirinya. Subjek DN merasa kesal dan kecewa (DN, pp 255-259)
mendengar alasan dari istrinya tersebut. Pada waktu itu, subjek DN
membuat keputusan bahwa subjek dan istrinya memerlukan waktu
untuk saling introspeksi (DN, pp 261-263).
Pada saat itu, subjek DN merasa memerlukan bantuan dari
orang lain untuk membimbingnya dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut. Keesokan hari, subjek DN memutuskan untuk menemui
seorang ulama (DN, pp 263-269; DN, pp 321-325). Ulama tersebut
kemudian memberikan beberapa nasihat yang membuat subjek DN
menyadari kekurangnya sebagai kepala rumah tangga. Setelah
mendapatkan nasihat dari ulama, subjek DN kembali ke rumah dan
mengajak istrinya untuk berbicara mengenai penyelesaian masalah
tersebut (DN, pp 330-337; DN, pp 532-537). Setelah subjek DN
berbicara dengan istrinya, subjek meminta istrinya untuk segera
mengakhiri hubungan dengan teman selingkuh (DN, pp 338-348).
3. Akhir
Dalam mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan
perkawinan, subjek mengalami banyak kesulitan. Pada awalnya,
subjek DN merasa sulit untuk menerima istrinya kembali. Walaupun,
subjek DN sudah mendapatkan nasihat dari seorang ulama, subjek
masih membutuhkan waktu untuk merefleksikan peristiwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dialami. Pada waktu itu, subjek DN juga sempat berpisah ranjang
dengan istrinya (DN, pp 504-508). Subjek DN merasa masih belum
dapat melupakan kejadian saat melihat istrinya dengan laki-laki lain
(DN, pp 345-355). Kejadian yang dilihat sendiri oleh subjek DN,
membuat subjek kesulitan untuk membangun kepercayaan kepada
istrinya (DN, pp 350-353; DN, pp 370-373; DN, pp 514-516).
Pada akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat dihadapi oleh
subjek DN melalui masa-masa merefleksikan diri. Banyak hal yang
membuat subjek DN memutuskan untuk mempertahankan
perkawinan. Pada waktu itu, yang membuat subjek DN bertahan
adalah melihat anak-anak yang masih kecil (DN, pp 239-241). Subjek
DN sendiri juga menyadari bahwa dia masih mencintai istrinya (DN,
pp 577-585) sehingga dia ingin memberi kesempatan istrinya untuk
berubah. Selain itu, permintaan maaf (DN, pp 330-337) dari istri
subjek DN membuat subjek merasa tenang dan yakin kalau istrinya
dapat berubah. Dukungan dan nasihat dari ibu subjek DN (DN, pp
210-216) juga membuat subjek kuat dalam menghadapi permasalahan
tersebut. Subjek DN menyadari bahwa dia belum dapat menjadi
kepala rumah tangga yang baik (DN, pp 292-309; DN, pp 489-491).
Kesadaran subjek DN ini, membuat subjek ingin memperbaiki
kekurangan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri.
Selain itu juga, subjek DN dan istrinya telah saling berjanji untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
memperbaiki diri masing-masing dan saling mengingatkan satu sama
lain ketika terjadi suatu permsalahan (DN, pp 540-547).
Setelah memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan,
pandangan subjek DN terhadap istrinya berubah. Pada awalnya, ketika
subjek DN mengetahui perselingkuhan istrinya, subjek sempat
membenci istrinya dan berkeinginan untuk menceraikan istrinya.
Namun, setelah subjek DN mencoba merefleksikan diri, subjek
melihat istrinya sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian (DN,
pp 529-532). Subjek DN juga merasa bahwa istrinya adalah orang
yang butuh dilindungi dan dijaga kehormatan sebagai istri (DN, pp
547-549). Setelah subjek DN memutuskan untuk kembali menerima
istrinya, subjek merasa lebih ringan dan berpikiran postif dalam
menghadapi permasalahan tersebut (DN, pp 361-363).
Setelah merefleksikan diri, subjek DN menjadi dapat memaknai
dengan positif peristiwa yang hampir mengancam keutuhan rumah
tangga. Subjek DN mengambil pelajaran setelah peristiwa itu berlalu.
Subjek DN menjadi belajar bahwa dia harus dapat menjadi imam yang
baik bagi keluarganya (DN, pp 376-394). Mengalami peristiwa
tersebut, subjek DN menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna
di dunia ini, termasuk istrinya (DN, pp 567-573; DN, pp 577-581).
Siapa saja bisa melakukan kesalahan, oleh karena itu subjek DN
menyadari bahwa dia juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga
dan melindungi kehormatan istrinya (DN, pp 394-399). Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
subjek DN menjadi sadar bahwa selama ini dia telah bersikap otoriter
dalam keluarga. Setelah mengalami peristiwa tersebut, subjek DN
belajar untuk mengubah komunikasinya menjadi lebih terbuka. Subjek
DN menjadi memberikan kesempatan pada istrinya untuk ambil
bagian dalam pengambilan keputusan (DN, pp 553-561).
Saat ini, subjek DN dalam menjalani kehidupan perkawinan
merasa bersyukur (DN, pp 403-408) karena telah berhasil
mempertahankan perkawinannya. Setelah menghadapi permasalahan
yang mengancam keutuhan rumah tangga, subjek DN merasa lega
karena dapat menghadapi permasalahan tersebut. Subjek DN juga
merasa senang karena setelah peristiwa itu berlalu banyak perubahan
dalam dirinya dan istrinya. Subjek DN melihat istrinya saat ini
menjadi lebih santun dengan mengenakan jilbab (DN, pp 415-418).
Selain itu, saat ini subjek dan istrinya juga lebih banyak meluangkan
waktu untuk berdua untuk bercerita dan bercanda (DN, pp 410-412;
DN, pp 418-423; DN, pp 599-602). Setelah peristiwa tersebut, subjek
DN dan istrinya juga menjadi mempunyai waktu untuk menonton film
berdua (DN, pp 606-610) dan makan malam berdua di luar (DN, pp
611-614).
Berdasarkan cerita subjek DN mengenai pengalamannya dalam
berproses menghadapi persitiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh
istrinya, subjek DN menunjukkan narasi dengan struktur atau alur
progresif. Walaupun pada awal penceritaan subjek DN menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
narasi yang regresif yaitu subjek DN menemui kesulitan ketika
memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinannya. Subjek DN
merasa belum dapat melupakan rasa sakit yang dialami akibat
perbuatan istrinya. Subjek DN juga mengalami pertentangan batin
antara menceraikan atau tetap mempertahankan perkawinan dengan
istri. Subjek DN yang sudah terlanjur mmebenci istrinya menjadi sulit
untuk mempercayai kembali istrinya. Namun, narasi yang
disampaikan oleh subjek DN berubah menjadi progresif dengan
melihat perjuangan subjek dalam usaha untuk melupakan rasa sakit
akibat perbuatan istri dan melihat istri dengan cara pandang yang
baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema 3. Dinamika Memaafkan Subjek 2 ( DN)
AWAL SITUASI PERKAWINAN
Penilaian subjek terhadap istri: - Istri yang baik - Penyayang - Perhatian - Dapat mengurus keperluan subjek serta
anak-anak
Kegiatan keseharian subjek bersama istri: - Mengurus kebutuhan rumah tangga - Menonton TV dan mengobrol bersama
setelah pulang kerja - Menunjukkan perasaan cinta dengan
verbal maupun nonverbal Permasalahan yang muncul: - Pengurusan kebutuhan rumah tangga - Pengurusan kebutuhan anak-anak Cara mengatasi permasalahan dalam perkawinan: - Melihat permasalahan dengan perasaan
positif yang tampak dalam perilaku saling pengertian satu dengan yang lain
- Sebagai kepala rumah tangga mentukan keputusan dan tindakan penyelesaian masalah
PERSELINGKUHAN
Perubahan penilaian: - Istrinya telah menyakiti dan mengecewakan dirinya Perubahan perasaan: - Benci, Marah, Bingung, Sedih, Sakit hati, Kecewa,
Kesal - Diremehkan dan ditipu - Harga dirinya diinjak-injak oleh istrinya - Merasa gagal sebagai imam dalam mendampingi
keluarganya Respon subjek yang muncul: - Tidak mempercayai istrinya lagi - Sulit melupakan perselingkuhan - Muncul keinginan untuk menceraikan istrinya
Tindakan yang dilakukan: - Bertanya kepada istri mengenai kebenaran
perselingkuhan - Mengungsikan anak-anak ke rumah ibu - Pisah ranjang dengan istri sementara waktu untuk
meredakan emosi - Meminta istrinya untuk mengakhiri hubungan
dengan pasangan selingkuh - Membuat janji dengan istrinya untuk saling
memperbaiki sikap
Faktor yang mempengaruhi tindakan subjek: - Perasaan cinta - Sholat - Nasihat ibu - Nasihat ulama - Permintaan maaf istri - Kesadaran subjek akan kekurangan diri sebagai
suami kurang memberi perhatian pada istri
Perubahan penilaian: - Melihat istrinya sebagai seseorang
yang butuh didengarkan dan diperhatikan
- Melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan suami yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya
Perubahan perasaan: - Bersyukur karena telah berhasil
menghadapi permasalahan yang mengancam keutuhan rumah tangganya
Perubahan aktivitas: - Subjek dan istri menjadi lebih
banyak meluangkan waktu untuk bersama
- Ada waktu untuk nonton film berdua
- Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua
TENGAH Dinamika Subjek Saat
Terjadi Perselingkuhan AKHIR
Proses Subjek dalam Memaafkan
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Skema 4. Dinamika Memaafkan Subjek ES dan DN
Penilaian positif kedua subjek terhadap istri
Akitivitas keseharian dalam berumah tangga yang terpola
PERSELINGKUHAN
TAHAP TERLUKA: Perasaan terluka/ dampak
psikologis Perubahan penilaian terhadap istri
AWAL SITUASI
PERKAWINAN
Respon spontan yang muncul: - Membenci perbuatan istri karena telah
menyepelekan subjek sebagai suami - Membenci istri dan perbuatannya sehingga
muncul keinginan untuk menceraikan
TENGAH Dinamika
Subjek Saat Terjadi
Perselingkuhan
TAHAP KEMBALI BERSAMA Perubahan aktivitas: - Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu
untuk bersama - Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan
sharing mengenai perasaan masing-masing - Ada waktu untuk nonton film berdua - Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam
berdua
AKHIR Proses Subjek
dalam Memaafkan
Perasaan terluka/ dampak psikologis: marah, kecewa, sedih, bingung, marah, disepelekan oleh istri, sulit melupakan perselingkuhan, tidak mempercayai istrinya lagi
Perubahan penilaian terhadap istri: - Istri menyepelekan subjek
sebagai suami - Istrinya telah menyakiti dan
mengecewakan dirinya
TAHAP PENYEMBUHAN
Tindakan yang dilakukan: - Berdoa - Meminta nasihat pada ibu dan ulama
Respon istri: meminta maaf pada subjek
Perubahan pikiran: - Menyadari bahwa ada kekurangan sebagai suami - Menyadari bahwa istri memerlukan perhatian - Menyadari bahwa istri butuh dijaga dan
dilindungi kehormatannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
D. Pembahasan
Kisah mengenai pengalaman dalam mempertahankan perkawinan yang
disampaikan oleh kedua subjek merupakan narasi personal dengan struktur
atau alur yang progresif. Narasi bertujuan untuk memahami ketidakberaturan
yang dalam hal ini proses subjek penelitian dalam menghadapi permasalahan
rumah tangga. Narasi menjadi alat untuk menghadirkan keteraturan dan
memberikan makna terhadap peristiwa yang terjadi. Narasi yang disampaikan
oleh subjek ES dan DN menunjukkan proses mereka dalam mengatasi
permasalahan perselingkuhan yang dilakukan oleh istri mereka. Berbagai
perasaan negatif yang dirasakan oleh subjek ES dan DN hingga timbul
keinginan untuk menceraikan istri menunjukkan struktur yang regresif. Namun,
struktur regresif tersebut berubah menjadi struktur progresif ketika subjek ES
dan DN dapat merefleksikan peristiwa yang dialami dan membuka pandangan
terhadap kekurangan mereka serta kebutuhan-kebutuhan istri.
Pandangan positif kedua subjek terhadap istri dan kehidupan perkawinan
membuat mereka tidak pernah menduga akan mengalami permasalahan
perselingkuhan. Situasi perkawinan dapat menjadi faktor penyebab istri subjek
ES dan DN melakukan perselingkuhan. Walaupun subjek ES dan DN
menggambarkan bahwa kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja
sebelum terjadi perselingkuhan (ES, pp 39-44; DN, pp 64-72), namun yang
menjadi permasalahan bukan tidak ada masalah yang muncul dalam
perkawinan, tetapi melihat akitivitas keseharian subjek ES dan DN dengan istri
mereka yang telah terpola. Rutinitas yang dilakukan berupa pengurusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
kebutuhan rumah tangga dan anak-anak. Subjek ES dalam narasinya juga
menyampaikan bahwa subjek tidak pernah menunjukkan perasaan sayang
dengan kata-kata verbal terhadap istrinya. Subjek ES merasa bahwa tindakan
nyata yang dilakukan sudah cukup untuk menunjukkan perasaan sayangnya
terhadap istri (ES, pp 503-513; ES, pp 522-528). Berbeda dengan subjek ES,
subjek DN dapat menunjukkan perasaan sayang terhadap istri dengan kata-kata
verbal dan juga tindakan nyata (DN, pp 451-460). Hal yang menjadi kendala
adalah subjek tidak pernah melibatkan istrinya dalam pengambilan keputusan
untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangga (DN, pp 442-445).
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan perkawinan dan
keluarga. Pasangan suami istri memerlukan komunikasi, baik itu komunikasi
verbal maupun nonverbal, dalam menjalani hidup bersama sehari-hari.
Penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal serta pola komunikasi berperan
penting dalam menjaga kestabilan suatu keluarga. Galvin dan Brommel (1982)
menjelaskan bahwa dalam keluarga memiliki karakteristik yaitu saling
bergantung, ada aturan, penyesuaian dan keterbukaan. Cara berkomunikasi
subjek ES dan DN dengan istri mereka belum menunjukkan ada keterbukaan
satu dengan yang lain. Sikap subjek ES dan DN menjadi faktor penyebab istri
mereka melakukan perselingkuhan.
Shackelford et al. (2008) menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi
dikarenakan faktor kepribadian dan kepuasan perkawinan. Berdasarkan narasi
yang telah disampaikan oleh subjek ES dan DN menunjukkan bahwa istri
mereka cenderung merasa kurang puas terhadap kehidupan perkawinan. Sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
subjek ES dan DN yang dirasa tidak menyenangkan dan tidak dapat diandalkan
oleh istri membuat istri berpaling kepada laki-laki lain. Ginanjar (2009)
menjelaskan bahwa perselingkuhan dapat terjadi karena pasangan yang
selingkuh memiliki kebutuhan yang besar akan perhatian. Subjek ES yang
cenderung tidak dapat menunjukkan perhatian terhadap istrinya, membuat istri
mencari laki-laki lain yang dapat memberikan perhatian yang lebih. Sama
halnya, dengan subjek DN yang tidak melibatkan istrinya dalam pengambilan
keputusan membuat istrinya juga cenderung mencari perhatian dari laki-laki
lain. Selain itu, perselingkuhan terjadi juga karena ada kesempatan untuk
melakukan perselingkuhan tersebut. Ketidakpuasan istri subjek ES dan DN
terhadap suami mereka, membuat mereka mencari kesempatan untuk bertemu
dengan laki-laki lain. Kesempatan itu didukung dengan adanya sarana seperti
tempat kerja, hotel, restoran hingga tersedianya alat komunikasi modern saat
ini.
Berdasarkan situasi di atas, dapat dilihat bahwa perempuan lebih
cenderung melakukan perselingkuhan emosional (Atkins, Baucom, &
Jacobson, 2001). Brase et al. (2004) menjelaskan bahwa perselingkuhan
emosional terjadi ketika seseorang yang berada dalam hubungan berkomitmen
(perkawinan) menjadi terlibat secara emosional (misalnya, perasaan cinta
romantis) dengan orang lain selain pasangan mereka. Kristee (2011)
menjelaskan bahwa perempuan yang selingkuh beralasan merasa kurang ada
perhatian dari suami mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Terungkapnya perselingkuhan yang dilakukan oleh istri subjek ES dan
DN, menempatkan kedua subjek pada tahap pertama yaitu tahap terluka atau
merasa disakiti. Smedes (1991, terj.) menjelaskan bahwa rasa sakit yang
mendalam sehingga tidak dapat dilupakan menempatkan seseorang pada tahap
krisis pemberian maaf. Smedes (1991, terj.) menyebutkan terdapat 3 (tiga)
karakteristik rasa sakit yang menimbulkan krisis kesedian memberikan maaf,
yaitu: menyangkut pribadi manusia, perlakuan tidak adil, dan sangat menikam
perasaan. Dalam hal ini, perselingkuhan termasuk rasa sakit yang sangat
menikam perasaan. Perselingkuhan merupakan suatu bentuk ketidaksetiaan dan
pengkhianatan. Pada saat subjek ES dan DN dengan istri yang saling mencintai
mengikat janji setia dalam suatu perkawinan, mereka mempunyai kepercayaan
satu dengan yang lain. Namun, ketidaksetiaan yang dilakukan oleh istri subjek
ES dan DN, menjadikan kepercayaan tersebut hancur. Ketidaksetiaan yang
terjadi akan menimbulkan dua pilihan yaitu berpisah dengan perasaan terluka
atau memaafkan pasangan yang telah tidak setia. Hubungan suami istri yang
telah didasarkan pada saling percaya dapat menjadi hancur ketika terjadi
pengkhianatan. Subjek ES dan DN yang telah mengalami pengkhianatan akan
sulit untuk menerima kembali istri yang telah mengkhianati mereka.
Dampak psikologis atau perasaan terluka yang dirasakan oleh subjek ES
dan DN merupakan faktor yang menyebabkan mereka sulit untuk memaafkan
perbuatan yang dilakukan oleh istri mereka. Spring (2006) menjelaskan bahwa
perselingkuhan yang terjadi akan membawa dampak psikologis bagi pasangan
yang telah dikhianati. Dampak psikologis yang dirasakan oleh subjek ES dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DN seperti kehilangan indentitas diri. Subjek ES merasa bahwa dirinya telah
hancur dan dilecehkan sebagai seorang kepala rumah tangga (ES, pp 161-164).
Hal yang sama juga dirasakan oleh subjek DN yaitu subjek DN merasa telah
diremehkan dan ditipu oleh istrinya (DN, pp 232-233). Subjek ES dan DN yang
awalnya menganggap bahwa diri mereka adalah kepala rumah tangga yang
baik berubah menjadi seseorang yang terlecehkan karena perbuatan istri
mereka. Selain itu, dampak psikologis yang juga dirasakan oleh subjek ES dan
DN berupa perasaan kehilangan keistimewaan diri. Subjek ES merasa bahwa
dirinya tidak pernah menyangka akan mengalami permasalahan tersebut.
Penilaian subjek ES terhadap istrinya yang selama ini baik berubah menjadi
perasaan kecewa dengan perbuatan istrinya yang telah mengkhianatinya (ES,
pp 153-158). Hal yang sama juga dirasakan oleh subjek DN. Subjek DN
merasa telah gagal sebagai imam dalam mendampingi keluarganya (DN, pp
222-224). Subjek DN merasa bahwa sebagai seorang suami tidak ada artinya
lagi dimata istrinya.
Tahap kedua, yaitu tahap membenci. Pada saat subjek ES dan DN
menyadari bahwa mereka telah terluka karena perselingkuhan istri, maka akan
muncul perasaan membenci. Smedes menjelaskan bahwa perasaan membenci
merupakan tanggapan spontan terhadap perasaan terluka yang dialami
seseorang. Dalam narasi yang telah disampaikan oleh subjek ES dan DN,
perasaan benci yang ditunjukkan oleh subjek ES dan DN terlihat berbeda. Pada
tahap membenci ini, subjek ES tidak menyampaikan secara jelas bahwa beliau
membenci istrinya. Subjek ES hanya mengungkapkan perasaan sedih, marah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
dan kecewa terhadap perbuatan istrinya (ES, pp 160-162). Hal ini menunjukkan
bahwa subjek ES mempunyai kebencian yang pasif. Sedangkan subjek DN
menyampaikan secara jelas bahwa beliau begitu membenci istrinya setelah
mengetahui perselingkuhan tersebut (DN, pp 520-521). Perasaan benci
terhadap istri membuat subjek DN mempunyai keinginan untuk menceraikan
istrinya (DN, pp 166-171). Hal ini menunjukkan bahwa subjek DN mempunyai
kebencian yang agresif. Smedes menjelaskan bahwa ada dua rasa benci yaitu
yang sifatnya pasif dan agresif. Rasa benci yang pasif adalah ketika seseorang
kehilangan dorongan cinta untuk mengharapkan keberhasilan orang yang
dibenci. Sedangkan, rasa benci yang agresif adalah ketika rasa benci tersebut
bersifat menghukum. Dalam hal ini, subjek DN ingin menghukum istrinya
dengan cara bercerai. Rasa benci yang dimiliki menunjukkan bahwa subjek ES
dan DN sedang sakit dan memerlukan pengobatan atau penyembuhan.
Tahap ketiga, yaitu tahap penyembuhan. Pada tahap ini subjek ES dan
DN menunjukkan bahwa mereka berupaya untuk menyelesaikan permasalahan
yang mereka alami. Subjek ES dan DN berupaya untuk menyembuhkan
perasaan terluka yang dialami akibat perselingkuhan istri mereka. Hal yang
dilakukan oleh subjek ES yaitu dengan berdoa (ES, pp 245-253; ES, pp 334-
335; ES, pp 339-341). Subjek ES menyampaikan bahwa dengan berdoa beliau
mendapatkan kekuatan untuk menyembuhkan perasaan terluka akibat
perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya (ES, pp 248-250). Kekuatan doa
membantu subjek ES lebih tenang dalam menghadapi permasalahan yang
terjadi (ES, pp 250-251). Selain itu, subjek ES dapat berpikiran positif dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
menyadari segala kekurangan istrinya dan menerima kekurangan istrinya
tersebut (ES, pp 251-253). Sedangkan subjek DN berupaya untuk meminta
nasihat terlebih dahulu kepada salah seorang ulama (DN, pp 263-269). Subjek
DN berpikir dengan menemui ulama beliau dapat menemukan solusi
mengobati rasa sakit hatinya (DN, pp 321-325). Pada saat mendapatkan nasihat
dari ulama, subjek DN menyadari bahwa beliau belum menjadi kepala rumah
tangga yang baik (DN, pp 292-309). Setelah subjek DN mendapatkan nasihat
dari ulama tersebut, subjek DN mencoba merefleksikan kembali peristiwa yang
dialaminya (DN, pp 500-502). Pada masa merefleksikan diri ini, subjek DN
menyampaikan bahwa beliau sempat pisah ranjang dengan istrinya (DN, pp
504-508). Pada waktu itu, subjek DN mencoba merefleksikan diri dengan
sholat dan bercerita kepada ibunya mengenai perasaan-perasaan yang
dirasakan (DN, pp 522-524). Dalam masa merefleksikan diri tersebut, subjek
DN merasa dapat berpikiran jernih dan menyadari bahwa dirinya selama ini
adalah orang yang keras dan otoriter. Subjek DN menjadi sadar bahwa
sikapnya selama ini menjadi penyebab istrinya berpaling (DN, pp 526-528).
Setelah subjek DN menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, subjek
menjadi dapat melihat bahwa istrinya adalah seseorang yang butuh
didengarkan dan diperhatikan (DN, pp 529-532).
Smedes menjelaskan bahwa untuk memaafkan orang yang telah
menyakiti diperlukan bedah spiritual dalam jiwa seseorang yang tersakiti.
Bedah spiritual dilakukan dengan cara membatasi diri dengan mengatur pikiran
dan perasaan, sehingga menjadi lebih jernih. Setelah pikiran dan perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
menjadi jernih maka seseorang dapat terbebas dari perasaan sakit dan terluka.
Hal tersebut, telah dilakukan oleh subjek ES dan DN dengan merefleksikan
peristiwa yang mereka alami. Morin (dalam Anantasari, tanpa tahun)
menyebutkan bahwa refleksi merupakan kemampuan manusia untuk
melakukan introspeksi dan kemauan untuk belajar lebih dalam mengenai sifat
dasar manusia, tujuan dan esensi hidup. Dengan melakukan refleksi diri
seseorang dapat memperoleh pemahaman diri yang lebih baik guna
memecahkan persoalan kehidupannya. Refleksi juga didasari oleh niat murni
untuk menganalisis diri demi peningkatan diri. Seseorang yang dapat
melakukan refleksi, dia akan mendapatkan pemahaman diri yang baik dan
secara otomatis akan membawa orang tersebut pada tindakan nyata yang lebih
positif (Anantasari, tanpa tahun).
Dalam merefleksikan peristiwa yang dialami, subjek ES dan DN telah
memotong bagian yang sakit sehingga dapat melihat istri mereka dengan cara
pandang yang baru. Memaafkan berarti dapat memisahkan orang yang bersalah
dengan perbuatan yang dilakukan. Subjek ES dan DN melihat istri mereka
adalah orang yang masih mereka cintai. Selain itu, subjek ES dan DN juga
melihat istrinya sebagai orang yang membutuhkan perhatian, dukungan dan
perlindungan dari mereka (ES, pp 592-595; DN, pp 529-532; DN, pp 547-549).
Pandangan baru subjek ES dan DN terhadap istri mereka juga melahirkan
perasaan baru. Setelah subjek ES dan DN mempunyai pandangan baru
terhadap istri mereka, perasaan baru juga akan dirasakan. Keputusan untuk
menerima kembali istri, membuat subjek ES dan DN memiliki perasaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
lega dan lebih ringan dalam memulai kehidupan kembali bersama dengan istri
mereka (ES, pp 307-311; DN, pp 361-363).
Tahap keempat, yaitu tahap kembali bersama. Pada tahap ini subjek ES
dan DN kembali mengundang istri mereka untuk memperbaiki hubungan
mereka. Subjek ES mulai memperbaiki hubungan dengan meluangkan waktu
setiap malam untuk sharing dan berdoa bersama (ES, pp 595-602). Selain itu,
subjek ES dan istrinya mulai sering menyediakan waktu untuk berdua dan
melakukan kegiatan kerohanian bersama-sama (ES, pp 389-395; ES, pp 611-
620). Hal yang sama juga terjadi pada subjek DN, pada awalnya subjek DN
mengajak istrinya untuk saling berjanji kembali memperbaiki sikap dan saling
mengingatkan satu sama lain dalam memperbaiki hubungan mereka (DN, pp
540-547). Subjek DN dan istrinya juga menjadi memiliki kegiatan yang
dilakukan bersama seperti menonton film dan makan malam berdua (DN, pp
410-412; DN, pp 418-423; DN, pp 599-602; DN, pp 606-610; DN, pp 611-
614).
Smedes menjelaskan bahwa keinginan untuk membangun kembali
hubungan bersama (kehidupan perkawinan) bukan saja berasal dari seseorang
yang telah terluka (subjek ES dan DN), tetapi orang yang melukai (istri) juga
menyambut penerimaan subjek kembali. Hal tersebut didasari oleh kejujuran
dan ketulusan hati untuk kembali bersama membangun kehidupan rumah
tangga yang baru dengan harapan-harapan yang lebih baik.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat bahwa bagi suami
perselingkuhan emosional lebih mudah untuk dimaafkan. Diana Vilibert dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Abraham Lloyd menjelaskan lebih lanjut bahwa para suami beranggapan
perselingkuhan seksual lebih dirasa menyakitkan daripada perselingkuhan
emosional yang dilakukan oleh istri mereka. Hal ini berkaitan dengan saluran
reproduksi atau pemenuhan kebutuhan seksual sebagai suami istri. Para suami
akan cenderung lebih posesif dan protektif berkenaan dengan saluran
reproduksi pada istri mereka. Para suami tidak akan keberatan jika istri mereka
pergi dengan laki-laki lain untuk sekedar mengobrol dan berbelanja, walaupun
itu dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan mereka. Sebagian suami
cenderung berterima kasih karena perhatian yang tidak dapat mereka berikan
dapat diperoleh oleh istri mereka melalui laki-laki lain. Di lain pihak, para
suami akan merasa sakit hati ketika perselingkuhan yang dilakukan istri telah
melibatkan hubungan seksual. Para suami, mungkin tidak peduli dengan siapa
istri mereka pergi, mengobrol, berbelanja atau makan, tetapi para suami sangat
peduli mengenai cara istri mereka berdandan, harum badan istri, memegang
tangan istri dan membawa mereka ke tempat tidur. Bagi para pria
permasalahan yang paling penting adalah hubungan seksual, ketika istri mereka
telah berhubungan seksual dengan laki-laki lain, hal tersebut akan
memunculkan penolakan dan perasaan sakit hati yang mendalam
(www.marieclaire.com/sex-love).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek mempunyai
pengalaman dalam berproses memaafkan istri mereka yang pernah melakukan
perselingkuhan. Narasi yang disampaikan oleh kedua subjek memiliki struktur
atau alur progresif sesuai dengan tahapan memaafkan menurut Smedes yang
menunjukkan bahwa pada akhirnya kedua subjek dapat menjalani hidup
perkawinan kembali bersama dengan istri mereka. Proses memaafkan yang
dilalui oleh kedua subjek ada 4 (empat) tahap, yaitu: 1) Tahap terluka atau
merasa disakiti, 2) Tahap membenci, 3) Tahap penyembuhan, dan 4) Tahap
kembali bersama. Keempat tahap yang dilalui oleh kedua subjek menunjukkan
bahwa mereka telah berhasil merefleksikan peristiwa yang dialami. Dalam
struktur narasi dikenal dengan istilah redefinisi tujuan, yaitu ketika kedua
subjek dapat melihat dunia dengan cara yang berbeda. Hal ini dilihat dari
upaya kedua subjek dalam merefleksikan peristiwa yang mereka alami
sehingga dapat melihat istri mereka dengan cara pandang yang baru dan
menerima istri mereka kembali. Upaya refleksi diri yang dilakukan kedua
subjek oleh Smedes disebut sebagai bedah spritual membuat mereka pada
akhirnya dapat memaafkan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan
istri.
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
B. Saran
1. Bagi Pasangan Suami-Istri
Perselingkuhan memang sesuatu pengkhianatan yang menyakitkan
dalam hubungan perkawinan. Terkadang perceraian dianggap sebagai
suatu solusi seseorang untuk menyembuhkan perasaan terluka akibat
perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangannya. Bagi suami yang
mengalami permasalahan perselingkuhan ini, sebaiknya dapat melakukan
refleksi diri atau bedah spiritual sehingga dapat melihat permasalahan
secara lebih positif. Dengan refleksi diri atau bedah spiritual yang
dilakukan dapat melihat hal yang menjadi penyebab perselingkuhan terjadi
dan membuka pemahaman baru terhadap istri yang telah melakukan
perselingkuhan. Bedah spiritual yang dilakukan juga membantu untuk
memaafkan istri yang melakukan perselingkuhan dan menerima kembali
istri dalam menjalani kembali kehidupan perkawinan.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti topik yang
sama dapat meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memberikan
kontribusi kepada suami sehingga tetap mempertahankan perkawinan
walaupun istri telah berselingkuh. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat
meneliti mengenai topik yang sama dengan variasi subjek yang berbeda
seperti dalam hal agama atau budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anantasari, Maria Laksmi. (tanpa tahun). Mencari Kawruh Jiwa: Refleksi Diri
pada Remaja, Langkah Menuju Pribadi Sejahtera. Faculty of Psychology, Sanata Dharma University Yogyakarta.
Atkins, D., Baucom, D., & Jacobson, N. (2001). Understanding Infidelity:
Correlates in a National Random Sample. Journal of Family Psychology, 15(4), 735-749.
Atkins, David & Kessel, Deborah. (2008). Religiousness and Infidelity:
Attendance, but not Faith and Prayer, Predict Marital Fidelity. Journal of Marriage and Family, 70, 407-418.
Beno Junianto. (2009). Aurel Cerita Miminya Selingkuh di Bali.
http://life.viva.co.id/news/read/86811aurel_cerita_miminya_selingkuh_di_bali. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Bird, Butler, & Fife. (2007). The Process of Couple Healing Following
Infidelity: A Qualitative Study. Journal of Couple & Relationship Therapy, 6(4), 1-25.
Berry, J. W., & Worthington, E. L. Jr. (2001). Forgiveness, relationship
quality, stress while imagining relationship events, and physical and mental health. Journal of Counseling Psychology, 48, 447–455.
Cann, A., Baucom, T. (2004). Former partners and new rivals as threats to a
relationship: Infidelity type, gender, and commitment as factors related to distress and forgiveness. Personal Relationships, 11, 305-318.
Fatima, Maria & Ajmal, M. Asir. (2012). Happy Marriage: A Qualitative
study. Journal of Social and Clinical Psychology, 9(2), 37-42. Fife, Weeks, & Gambescia. (2008). Treating Infidelity: An Integrative
Approach. The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, 16(4), 316-323.
Fisher, Voracek, Rekkas, & Cox. (2008). Sex Differences in Feelings of Guilt
Arising from Infidelity. Evolutionary Psychology, 6(3), 436-446. Galvin, Kathleen M. & Brommel, Bernard J. (1982). Family Communication:
Cohesion and Change. America: Scott, Foresman and Company. Gani, A.H. (2011). Forgiveness Therapy. Yogyakarta: Kanisius.
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Ginanjar. (2009). Proses Healing Pada Istri Yang Mengalami Perselingkuhan Suami. Sosial Humaniora, 13(1), 66-76.
Hackathorn, J., Mattingly, B., Clark, E., & Mattingly, M. (2011). Practicing
What You Preach: Infidelity Attitudes as a Predictor of Fidelity. Curr Psychol, 30, 299–311.
Idemudia, Erhabor S. & Mahri, Saajida. (2011). Can Gender, Religion,
Education, Age and Personality Predict Willingness to Forgive? Gender & Behaviour, 9(1), 3765-3779.
Jayaprawira. (2005). Coping Stress Pada Perempuan Dalam Proses Pemulihan
Hubungan Pasca Perselingkuhan Suami. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Kertamuda, Fatchiah. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga
Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika. Kodrati, Finalia. (2010). Perjalanan Kisah Cinta Maia & Ahmad Dhani.
http://life.viva.co.id/news/read/175810-perjalanan-kisah-cinta-maia---ahmad-dhani. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Kristee. (2011). A Socio-Emotional Relational Framework for Infidelity: The
Relational Justice Approach. Family Process, 50(4), 516-528. Kymenlaakso, Ilkka Virolainen. Forgiveness as a Leadership Tool. Global
Conference on Business and Finance Proceedings, 7(1), 432-445. Lindsay. (2008). http://genkeis.multiply.com/journal/item/2
68?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. (diunduh Jumat, 15 Februari 2013).
Lodro, Wawan. (2012). Perceraian Selalu Berdampak Negatif Bagi Anak.
http://www.kainsutera.com/info-remaja/perceraian-selalu-berdampak-negatif-bagi-anak.html. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Lopez, S., & Synder, C. (2003). Positive Psychological Assessment.
Washington: World Composition Services, Inc. Mao, Angelina & Raguram, Ahalya. (2009). Online infidelity: The new
challenge to marriages. Indian J Psychiatry, 51(4), 302-304. Maltby, J., Macaskill, A., & Day, L. (2001). Failure to forgive self and others:
A replication and extension of the relationship between forgiveness, personality, social desirability and general health. Personality and Individual Differences, 30, 881–885.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Mark, Janssen, & Milhausen. (2009). Infidelity in Heterosexual Couples:
Demographic, Interpersonal, and Personality-Related Predictors of Extradyadic Sex. Archives of Sexual Behavior, 40, 971-982.
Mauger, P. A., Perry, J. E., Freeman, T., Grove, D. C., McBride, A. G., &
McKinney, K. E. (1992). The measurement of forgiveness: Preliminary research. Journal of Psychology and Christianity, 11, 170–180.
McFall, Michael T. (2011). Living Dogma and Marriage. Philosophia, 39,
657–672. McNulty. (2008). Forgiveness in Marriage: Putting the Benefits Into Context.
Journal of Family Psychology, 22(1), 171–175. Moleong. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Muhammad, Abu Abdillah. (2012, 26 April). Difinisi dan Hukum Talak.
http://asysyariah.com/difinisi-dan-hukum-talak.html. (diunduh Kamis, 15 Februari 2013).
Noviyanto. (2011, 4 Agustus). Dari 285 Ribu Kasus Perceraian, Wanita
Paling Getol Menggugat Cerai Ketimbang Pria. http://www.lensaindonesia.com/2011/ 08/04/dari-285-ribu-kasus-perceraian-wanita-paling-getol-menggugat-cerai-ketimbang-pria.html. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Olmstead, Blick, & Mills. (2009). Helping Couples Work Toward the
Forgiveness of Marital Infidelity: Therapists’ Perspectives. The American Journal of Family Therapy, 37, 48–66.
Parker, Berger, & Campbell. (2010). Deconstructing Couples’ Experiences
With Infidelity. Journal of Couple & Relationship Therapy, 9, 66–82. Pearlman, Kenneth S. (2010). Marriage: Roles, Stability and Conflict. New
York: Nova Science Publishers, Inc. Piper, John. (2009). This Momentary Marriage. United States of America:
Crossway Books. Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pengembangan Psikologi UI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Pramana, Ivan. (tanpa tahun). Pengertian Budaya Patriarkhi. http://www.scribd.com/doc/58728320/Pengertian-budaya-patriakhi. (diunduh Kamis, 15 Februari 2013).
Putra, Erik P. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70
Persen. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/ lya2yg-angka perceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Ratih Cinthyadevi Erviantini. (2007). Proses Pengambilan Keputusan Pada Istri
Untuk Mempertahankan Perkawinan Setelah Perselingkuhan Suami. www.lontar.ui.ac.id. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Rosmadi. (2011). Informasi Keperkaraan Peradilan Agama Tahun 2010.
http://www.badilag.net./data/ditbinadpa/FAKTORFAKTOR%20PENYEBAB%20TERJADINYA%20PERCERAIAN%20tahun%202010.pdf . (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Rosmadi. (2012). Informasi Keperkaraan Peradilan Agama Tahun 2011.
http://www.badilag.net./data/ditbinadpa/Subdit%20Stadok/Rekap%20faktor%20perceraian%20tabel%20IV.pdf. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Sa’adah, E., Sakti, H., & Sakti, D. (2012). The Wife’s Forgiveness Toward
Husband’s Infidelity. Jurnal Psikologi, 1(1), 106-119. Satiadarma. (2001). Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
http://books.google.co.id/books?id=yAyvoA03_VYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Shackelford, Buss, & Bennett. (2002). Forgiveness or breakup: Sex differences
in responses to a partner’s infidelity. Cognition and Emotion, 16 (2), 299–307.
Shackelford, Besser, & Goetz. (2008). Personality, Marital Satisfaction, and
Probability of Marital Infidelity. Individual Differences Research, 6(1), 13-25.
Sharon, A. (2009). Communicating Forgiveness. Thesis. Cleveland State
University. Smedes. (1996). Forgive and Forget. http://www.harpercollins.com/
browseinside/index.aspx?isbn13=9780061285820 (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Smedes, Lewis B. (1991, terj.). Memaafkan Kekuatan Yang Membebaskan. Yogyakarta: Kanisius.
Smith, Jonathan A. (2009). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stephen. (2005). A Clinical Perspective On Infidelity. Sexual and Relationship
Therapy, 20(2), 143-153. Spring, Janis Abraham. (2006). After the Affair. United States of America:
HarperCollins Publisher. Suwartono, Christiany & Viktoria, Venie. (2010). Seeking Forgiveness Among
University Students in Jakarta. Book of Abstracts the First International Conference of Indigenous & Cultural Psychology, 27d, 196-197.
Suwartono, Christiany & Viktoria, Venie. (2010). Granting Forgiveness among
University Students in Jakarta. Book of Abstracts the First International Conference of Indigenous & Cultural Psychology, 39d, 283-284.
Then, Debbie. (2008). Kisah-kisah Perempuan yang Bertahan dalam
Perkawinan.http://books.google.co.id/books?id=gRuKRpnoxb4C&pg=PA17&lpg=PA17&dq=definisi+perselingkuhan&source=bl&ots=RLXKncVD2&sig=5wVS04j4Scu8GCpVcwRcJOIolo&hl=en&sa=X&ei=agwsUfW5EsytrAeOoIGoAQ&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=definisi%20perselingkuhan&f=false. (diunduh Jumat, 15 Februari 2013).
Triatmo, Fransiskus Agis. (tanpa tahun). Pemahaman Perkawinan Menurut
Gereja Katolik. http://www.imankatolik.or.id/ pemahaman-perkawinan-menurut-gereja-katolik.html. (diunduh 25 februari).
Turner & Helm. (1995). Encyclopedia of Relationships Across the Lifespan.
http://books.google.co.id/books?id=xto5as2BfoC&pg=PA272&lpg=PA272&dq=reason+to+marry+by+turner+and+helms&source=bl&ots=L6uxNois88&sig=BZ6Wzcj2q16dlbDICW7gzhOiCo&hl=en&sa=X&ei=tF09UcSNDon3rQfxxYCoCw&redir_esc=y#v=onepage&q=reason%20to%20marry%20by%20turner%20and%20helms&f=false. (diunduh Jumat, 15 Februari 2013).
Vilibert, Diana & Lloyd, Abraham. (2010).http://www.marieclaire.com/sex-
love/advice/emotional-physical-cheating. (diunduh Jumat, 20 September 2013).
Walgito, B. (2000). Bimbingan & Konseling Perkawinan. Yogyakarta: C.V
Andi Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Witvliet, C. V. O. (2001). Forgiveness and health: Review and reflections on a matter of faith, feelings, and physiology. Journal of Psychology and Theology, 29, 212–224.
Worthington, E. L. Jr. (2001). Forgiveness, relationship quality, stress while
imagining relationship events, and physical and mental health. Journal of Counseling Psychology, 48, 447–455.
Yang Mulia Bhikkhu Khantidharo. (tanpa tahun). Pandangan Agama Buddha
Tentang Pernikahan. http://artikelbuddhist.com/2011/05/pandangan-agama-buddha-tentang-pernikahan.html. (diunduh 25 februari).
Young, R.V. (2007). A Dawsonian View of Patriarchy. In Defense Of
Patriachy, 417-424 Yuniarti, Hepi. (2009). Latar Belakang Suami Mempertahankan Perkawinan
(Studi Kasus Pada Suami Korban Perselingkuhan). Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.
Zaka al Farisi. (2008). When I Love You.
http://books.google.co.id/books?id=figI8CaeZbQC&pg=PA137&lpg=PA137&dq=psikolog+layton&source=bl&ots=ZCcjM6PHp2&sig=4WcXq0yf6t61LKMGHyf4dzjQ-Ko&hl=en&sa=X&ei=6Ws UYfKAYeHrAfPk4CoAg&redir_esc=y#v=onepage&q=psikolog%20layton&f=false (diunduh Jumat, 15 Februari 2013).
http://definisipengertian.com/2011/pengertian-perkawinan/ (diunduh 25
februari). http://www.babadbali.com/canangsari/hkt-perkawinan.htm. (diunduh 25
februrari).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAMPIRAN 1 Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Perceraian Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah
Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh
Indonesia Tahun 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Moral
No.
MAHKAMAH
SYAR'IYAH
PROPINSI/
PENGADILAN
TINGGI AGAMA
Po
liga
mi T
ida
k
Se
ha
t
Kri
sis
Akh
lak
Ce
mb
uru
Ka
win
Pa
ksa
Eko
no
mi
Tid
ak a
da
T
an
gg
un
g J
aw
ab
Ka
win
dib
aw
ah
u
mu
r
Me
nya
kiti Ja
sm
an
i
Me
nya
kiti M
en
tal
Di H
uku
m
Ca
ca
t B
iolo
gis
Po
litis
Ga
ng
gu
an
Pih
ak
Ke
tig
a
Tid
ak a
da
ke
ha
rmo
nis
an
La
in-l
ain
J u
m l a
h
K
ete
ran
ga
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Aceh 23 60 86 1 184 1,073 3 42 8 6 17 1 104 1,275 0 2,883
2 M e d a n 56 166 88 8 778 1,645 34 80 51 17 15 0 406 2,229 6 5,579
3 Padang 31 6 45 4 465 1,853 0 20 4 2 6 0 166 1,619 0 4,221
4 Pekanbaru 41 238 267 15 944 2,302 7 59 6 11 15 13 592 2,282 3 6,795
5 Jambi 3 16 20 0 171 1,326 8 6 0 2 4 0 42 779 51 2,428
6 Palembang 49 349 152 27 468 839 74 151 9 30 21 2 274 1,684 3 4,132
7 Bangka Belitung 0 105 138 1 144 518 0 20 0 0 0 0 221 422 0 1,569
8 Bengkulu 2 8 1 2 18 292 0 4 1 5 10 1 20 901 1 1,266
9 Bandar Lampung 3 65 185 3 703 608 6 68 15 3 7 0 329 1,481 3 3,479
10 Jakarta 38 57 497 43 1,437 1,685 8 28 24 0 10 0 1,158 1,933 385 7,303
11 Banten 118 131 224 19 864 1,045 0 34 0 18 7 0 543 1,425 0 4,428
12 Bandung 347 980 1,432 125 33,684 17,348 35 362 65 58 95 51 3,650 25,846 6 84,084
13 Semarang 100 1,449 1,239 650 12,019 21,648 191 50 119 70 98 36 2,503 13,904 29 54,105
14 Yogyakarta 4 53 34 18 420 1,158 1 40 12 6 5 1 385 1,783 5 3,925
15 Surabaya 134 2,215 4,060 1,046 12,326 17,032 108 439 53 95 237 221 7,172 22,766 188 68,092
16 Pontianak 33 33 47 1 233 338 0 10 0 3 4 1 239 1,415 8 2,365
Meninggalkan
kewajiban
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
YURISDIKSI MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2010
Menyakiti
Jasmani/Rohani
Terus menerus
berselisih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Moral
No.
MAHKAMAH
SYAR'IYAH
PROPINSI/
PENGADILAN
TINGGI AGAMA
Po
liga
mi T
ida
k
Se
ha
t
Kri
sis
Akh
lak
Ce
mb
uru
Ka
win
Pa
ksa
Eko
no
mi
Tid
ak a
da
T
an
gg
un
g J
aw
ab
Ka
win
dib
aw
ah
u
mu
r
Me
nya
kiti Ja
sm
an
i
Me
nya
kiti M
en
tal
Di H
uku
m
Ca
ca
t B
iolo
gis
Po
litis
Ga
ng
gu
an
Pih
ak
Ke
tig
a
Tid
ak a
da
ke
ha
rmo
nis
an
La
in-l
ain
J u
m l a
h
K
ete
ran
ga
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Meninggalkan
kewajiban
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
YURISDIKSI MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2010
Menyakiti
Jasmani/Rohani
Terus menerus
berselisih
17 Palangkaraya 1 20 54 0 127 531 0 1 0 2 2 0 80 496 0 1,314
18 Banjarmasin 31 376 83 27 607 1,751 1 32 24 9 8 0 255 1,422 16 4,642
19 Samarinda 74 121 174 22 516 1,080 20 150 67 20 13 1 588 1,737 26 4,609
20 Manado 3 69 5 15 23 200 0 11 2 0 0 0 97 316 12 753
21 Gorontalo 0 37 22 3 12 130 0 4 6 1 0 0 78 387 1 681
22 P a l u 0 76 16 4 88 641 0 42 0 2 5 1 73 747 0 1,695
23 Kendari 9 97 99 8 129 210 8 8 3 39 3 0 63 545 0 1,221
24 Makassar 154 573 591 113 802 1,691 35 385 79 17 82 2 606 2,476 67 7,673
25 Mataram 116 273 412 21 681 1,028 10 106 11 2 3 1 354 1,007 20 4,045
26 Kupang 0 0 2 1 11 35 0 2 0 0 3 0 18 124 0 196
27 Ambon 4 19 14 2 9 64 1 12 0 0 1 0 42 98 36 302
28 Maluku Utara 15 34 34 2 6 83 0 8 0 0 2 0 43 196 0 423
29 Jayapura 0 15 8 4 22 253 0 17 1 0 5 2 98 546 5 976
1,389 7,641 10,029 2,185 67,891 78,407 2,191 560 334 20,199 91,841
550 418 678 871148,483 112,3742,751 285,184J U M L A H 19,059
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
LAMPIRAN 2 Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Perceraian Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah
Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh
Indonesia Tahun 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Moral Meninggalkan kewajiban
No.
MAHKAMAH SYAR'IYAH
PROPINSI/
PENGADILAN TINGGI
AGAMA
Poli
gam
i T
idak
Seh
at
Kri
sis
Akhla
k
Cem
buru
Kaw
in P
aksa
Ekonom
i
Tid
ak a
da
Tan
ggung J
awab
Kaw
in d
ibaw
ah u
mur
Men
yak
iti
Jasm
ani
Men
yak
iti
Men
tal
Di
Hukum
Cac
at B
iolo
gis
Poli
tis
Gan
gguan
Pih
ak K
etig
a
Tid
ak a
da
keh
arm
onis
an
Lai
n-l
ain
J
u m
l a
h
K
eter
angan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Mahkamah Syar'iyah Aceh 40 69 58 5 160 1,318 8 64 11 12 28 0 135 1,510 0 3,418
2 M e d a n 47 130 182 3 796 1,971 52 109 27 16 28 0 435 2,548 17 6,361
3 Padang 47 101 144 11 501 1,904 1 46 3 1 13 0 224 1,753 0 4,749
4 Pekanbaru 5 213 316 5 920 2,593 5 128 45 9 13 1 794 2,725 3 7,775
5 Jambi 0 45 64 1 280 1,451 0 38 0 1 5 0 62 738 48 2,733
6 Palembang 37 231 178 10 623 1,320 0 137 8 37 14 3 310 2,197 0 5,105
7 Bangka Belitung 0 83 112 0 250 618 0 0 0 1 0 0 153 625 0 1,842
8 Bengkulu 1 5 5 2 40 444 1 9 3 3 5 1 59 986 0 1,564
9 Bandar Lampung 11 120 157 3 1,041 588 2 38 5 3 11 9 326 1,552 11 3,877
10 Jakarta 249 67 407 6 1,503 1,881 12 400 3 2 6 0 1,000 2,258 0 7,794
11 Banten 77 135 188 15 1,042 1,121 41 39 0 17 2 0 581 1,542 0 4,800
12 Bandung 164 426 820 110 23,913 7,971 10 137 4 13 43 49 2,463 14,761 35 50,919
13 Semarang 51 1,078 1,373 508 11,939 24,379 115 6 204 35 99 6 2,577 15,645 7 58,022
14 Yogyakarta 0 81 45 7 453 1,409 0 84 9 6 10 1 364 1,715 22 4,206
15 Surabaya 116 2,568 3,921 909 14,735 16,478 170 690 108 58 255 568 7,533 24,539 299 72,947
16 Pontianak 5 44 51 1 248 626 0 5 1 1 6 0 218 1,742 1 2,949
17 Palangkaraya 0 23 147 0 215 1,226 0 27 0 6 4 0 348 1,101 0 3,097
18 Banjarmasin 49 351 57 20 531 1,785 5 46 54 5 18 9 468 2,172 18 5,588
19 Samarinda 78 108 217 69 676 1,057 7 159 86 21 29 0 744 1,824 30 5,105
20 Manado 1 62 18 0 5 170 0 17 1 1 0 0 64 432 16 787
TAHUN 2011
Menyakiti Jasmani/Rohani Terus menerus berselisih
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
PADA MAHKAMAH SYAR'IYAH PENGADILAN AGAMA YURISDIKSI MAHKAMAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Moral Meninggalkan kewajiban
No.
MAHKAMAH SYAR'IYAH
PROPINSI/
PENGADILAN TINGGI
AGAMA
Poli
gam
i T
idak
Seh
at
Kri
sis
Akhla
k
Cem
buru
Kaw
in P
aksa
Ekonom
i
Tid
ak a
da
Tan
ggung J
awab
Kaw
in d
ibaw
ah u
mur
Men
yak
iti
Jasm
ani
Men
yak
iti
Men
tal
Di
Hukum
Cac
at B
iolo
gis
Poli
tis
Gan
gguan
Pih
ak K
etig
a
Tid
ak a
da
keh
arm
onis
an
Lai
n-l
ain
J
u m
l a
h
K
eter
angan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2011
Menyakiti Jasmani/Rohani Terus menerus berselisih
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
PADA MAHKAMAH SYAR'IYAH PENGADILAN AGAMA YURISDIKSI MAHKAMAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA
21 Gorontalo 1 48 29 2 23 149 0 4 1 0 0 0 104 434 0 795
22 P a l u 0 152 59 8 139 478 0 95 0 0 15 0 157 839 0 1,942
23 Kendari 16 165 148 2 135 181 0 9 35 5 7 0 58 475 0 1,236
24 Makassar 213 690 674 78 1,049 1,946 41 388 59 13 101 3 646 2,747 84 8,732
25 Mataram 76 284 357 23 845 1,021 4 97 29 9 12 0 482 1,106 38 4,383
26 Kupang 0 3 2 0 12 34 0 4 0 0 3 0 25 164 0 247
27 Ambon 2 28 9 1 10 63 1 13 3 0 0 0 41 99 1 271
28 Maluku Utara 3 23 24 1 12 114 0 7 0 0 1 0 69 205 0 459
29 Jayapura 0 14 7 1 26 233 0 11 1 0 2 1 123 658 14 1,091
1,289 7,347 9,769 1,801 62,122 74,529 2,807 700 651 20,563 89,092
475 275 730 64418,405 138,452 110,3063,507 272,794J U M L A H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 3 Data Perkara Cerai Talak, Cerai Gugat dan
Perkara Lain yang Diterima Yuridikasi
Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan
Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
TABEL III
DATA PERKARA CERAI TALAK, CERAI GUGAT DAN PERKARA LAIN YANG DITERIMA
YURISDIKSI MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA
SELURUH INDONESIA
TAHUN 2010
NO
MSY.PROP/PTA CERAI
TALAK CERAI
GUGAT PERKARA
LAIN
JUMLAH
KET.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Aceh
Medan
Padang
Pekanbaru
Jambi
Palembang
Bangka Belitung Bengkulu
Bandar Lampung
Jakarta
Banten
Bandung
Semarang
Yogyakarta
Surabaya
Pontianak
Palangkaraya
Banjarmasin
Samarinda
Manado
Gorontalo
Palu
Kendari
Makassar
Mataram
Kupang
1,061
2,166
1,672
2,525
748
1,699
590
547
1,101
2,813
1,698
16,628
20,576
1,398
28,268
851
458
1,256
1,755
254
265
632
480
2,411
1,364
102
2,379
5,022
3,257
5,826
2,024
3,749
1,329
968
2,890
5,754
3,765
32,923
41,348
3,036
49,259
2,222
1,249
4,081
4,094
632
603
1,376
1,013
6,497
3,462
156
2,071
767
2,613
840
225
335
90
79
261
888
1,748
7,015
3,293
645
7,843
438
131
1,324
1,964
48
137
222
130
1,742
1,283
67
5,511
7,955
7,542
9,191
2,997
5,783
2,009
1,594
4,252
9,455
7,211
56,566
65,217
5,079
85,370
3,511
1,838
6,661
7,813
934
1,005
2,230
1,623
10,650
6,109
325
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
27
28
29
Ambon
Maluku Utara
Jayapura
145
210
426
209
287
870
110
57
43
464
554
1,339
Jumlah
94,099
190,280
36,409
320,788
284,379
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
LAMPIRAN 4
KODING SUBJEK 1 (ES)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
KODING SUBJEK 1 (ES)
NO.
BARIS VERBATIM KATA INTI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Ya... gini ya... mba mungkin ya... sebelum ada
permasalahan itu, ya saya melihat istri saya sebagai
istri yang baik, mau diajak rekoso lah istilahnya
mba..... soalnya gini mba saya kan... dari orang yang
gak punya. Apalagi orangtua saya juga sudah
meninggal semua, ketika saya mau menikah dengan
istri saya itu. Dulu ketika saya hendak ee... mau
melamar istri saya itu, ya sempat tidak boleh dengan
orangtua istri saya itu. Tapi istri saya bilang ke
orangtuanya kalau dia wis kadung tresno sama saya
he..he.... (tersenyum). Ya dulu ketika saya datang ke
rumah orangtua istri saya itu, mau melamar...
orangtuanya istri saya itu tidak mengijinkan. Tapi ya
setelah istri saya bilang seperti itu dan saya juga bilang
kalau saya bisa mencukupi kehidupan istri saya itu
dengan pekerjaan saya, ya... akhirnya orangtuanya
mengijinkan saya menikah dengan istri saya he..he...
(tersenyum dan tertawa).
Emmm.... (terdiam sebentar, mata subjek menerawang)
ya pada waktu itu ya jamane rekoso ya mba.... rumah
juga masih dipinjami. Yang bekerja pada waktu itu
juga cuman saya (menghela napas, mata subjek
menerawang). Ya kalau diingat-ingat ya waktu itu
saya bekerja dan istri saya ibu rumah tangga, istri
saya bekerja juga baru 2 tahun setelah menikah. Ya...
kalau ditanyakan kegiatan sehari-hari ya biasa-biasa
Penilaian subjek
terhadap istri sebelum
terjadi perselingkuhan
(A1.1).
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
saja, ya layaknya suami istri.
Ya aktivitasnya kalau bekerja ya bekerja. Ya
biasanya dari mulai masih jadi ibu rumah tangga
sampai pada akhirnya istri saya memutuskan bekerja,
ya biasa dia bangun pagi mempersiapkan sarapan.
Lalu saya nanti yang biasanya bantu
membersihkan rumah, lalu memanaskan motor
untuk berangkat kerja nanti. Kalau hari minggu ya
biasanya pagi kita ke Gereja dulu, lalu habis itu ya
biasanya aktivitas di rumah, nonton TV bareng.
Kalau ada permasalahan di rumah ya diatasi
bersama ya.... dalam kehidupan bersama itu tu.. ya
kita saling mengatasi bersama. Ya kalau kita itu ya
tidak ada masalah yang berat dalam menjalani hidup
bersama. Ya kalau masalah sampai kita bertengkar itu
kita tidak pernah mengalami ya. Kalau misal ya
mengurus kepentingan rumah tangga.. kepentingan
bersama ya kita (subjek dan istri) bersama-sama
untuk menyelesaikannya. Mungkin kalau masalah
mengurus anak, kami kan juga sempat dititipin
dua ponakan WR dan ST. Ya pada waktu itu
ketika masih cuman ada WR dan ST ya berusaha
mencukupi kebutuhan mereka. Nah mungkin
kemudian setelah sepuluh tahun kami kan baru
punya DT, mungkin yang jadi permasalahan
mungkin jadi bersikap adil. Jadi, mereka semua
tetap anak-anak kami, dan kami berusaha untuk
mencukupi kebutuhan mereka semua. Ya
selebihnya kami tidak pernah ada permasalahan.
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Ya dalam menjalani hidup perkawinan ya biasa-biasa
saja, maksudnya ya tidak ada masalah yang berat
(diam sebentar, melepas kacamata, mengenakan
kacamata lagi). Mungkin ya baru muncul
permasalahan itu setelah istri saya mulai bekerja.
Ya istri saya sedikit berubah sikapnya. Cuman,
pada waktu itu saya bisa memahami karena dia
bekerja juga masih mengurusi pekerjaan rumah
tangga. Ya.... saya bisa paham kalau istri saya
pastinya juga memerlukan adaptasi dengan
pekerjaannya dan juga pekerjaan rumah tangga.
Jadi ya pada waktu itu dia mulai bekerja tahun
1979, iya tahun 1979 istri saya mulai bekerja, lalu
baru tahun 1981 diangkat jadi PNS itu, saya mulai
merasakan perubahan-perubahan sikap istri saya
itu. Ya lalu baru tahun 91 itu muncul permasalahan
itu. Sebetulnya itu gini ya mba... ya sebelum istri saya
bekerja itu ya biasa-biasa saja mba, ya dalam
menjalani hidup perkawinan ya tidak ada
permasalahan sama sekali. Ya... tapi perubahan itu
ya.. setelah mulai bekerja itu. Setelah mulai bekerja
itu ya ada perubahan-perubahan. Dan dari 79 ke
81 itu ya biasa-biasa saja, tapi ya setelah 81 itu... ya
setelah jadi pegawai negeri itu baru ada
perubahan-perubahan. Ya kalau tidak salah ingat
ya pas tahun 88 itu setelah pulang diklat dari
Bandung itu baru ada perubahan-perubahan. Lalu,
ya setelah pulang dari diklat di Bandung itu ya ada
perubahan-perubahan, ya mungkin waktu diklat di
sana banyak kenalan-kenalan gitu mungkin. Ya itu
jadi habis dari diklat di Bandung banyak kenalan
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
terus jadi ada perubahan-perubahan.
Ya perubahan sikap mba (menghela napas,
menerawang). Ya jadi mudah marah gitu lah mba,
lalu saya juga merasa seolah-olah dia menjadi tidak
menghormati saya seperti itu. Ya, hal-hal kecil gitu.
Pada waktu itu seperti saya lupa memasukan
pakaian kotor saya ke tempat cucian, istri saya itu
terus marah-marah seharian. Lalu, juga ketika
saya tidak sengaja memecahkan piring ketika saya
mencuci, istri saya juga marah-marah. Ya pada
waktu itu saya mikirnya ya karena istri saya itu
capek bekerja, makanya saya memaklumi saja
seperti itu mba....
Ya itu pada tahun 91 itu pas kejadian saya
mengetahui perselingkuhan itu. ya mengetahui
perselingkuhan itu, ya... pada waktu itu... ada
teman saya dan juga teman istri saya
menyampaikan permasalahan itu terhadap saya
(diam). Iya, lalu dengan ada, ada surat kaleng juga
yang sampai pada saya. Ya awalnya waktu itu saya
dan teman saya itu cuman ngbrol-ngbrol bisa aja
kayak gini mba, terus ya tiba-tiba dia
menyampaikan kalau dia pernah melihat beberapa
kali kalau istri saya itu jalan dengan teman
sekantornya itu. Lalu, ya saya heran saja pada waktu
itu karena kan temannya sekantor istri saya itu kan
sama-sama Katolik. Ya jadi saya tidak mempunyai
pikiran ke arah sana, ya saya tidak mau membatasi
pergaulan istri saya, saya memberikan kebebasan dia
untuk bergaul dengan siapa saja seperti itu mba..
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
Hal yang membuat
subjek mengetahui
istri telah
berselingkuh (T1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
Padahal laki-laki itu pindahan dari Irian, ya sebenarnya
orang sini juga, cuman laki-laki itu pernah bekerja di
Irian. Tapi kemudian dipindahkan ke sini karena ketika
bekerja di Irian dia melakukan korupsi puluhan juta
seperti itu cerita teman saya dan saya juga pernah
menanyakan sendiri pada laki-laki itu. Lah itu,
mungkin ketika pindah ke sini dia kan tidak ada
temannya kemudian mungkin kenal dengan istri saya
itu.
Ya iya, dia kan teman istri saya, ya sebelum saya
diberitahui oleh teman saya kalau ada masalah itu. Ya
laki-laki itu pernah datang ke rumah. Ya tapi pada
waktu itu.. seperti yang sudah saya bilang tadi, saya
tidak mau... saya tidak mau membatasi pergaulan istri
saya. ya jadinya saya anggap teman biasa saja seperti
itu. Saya tidak berpikiran kalau ada apa-apa..
Ya itu, kalau surat kaleng itu, laki-laki itu yang
mengirimkannya melalui pos. Mungkin dia sebagai
laki-laki ya.. ya mungkin orang laki-laki itu yang
namanya laki-laki itu mata keranjang ya.. he...he......
(tertawa) ya mungkin tipenya laki-laki itu mata
keranjang. Mungkin dia ada cewek yang dia cintai ya
istri saya itu tapi tidak kesampaian, ya makanya itu
menyampaikan surat kaleng itu kepada saya. Dan surat
kaleng itu disampaikan kepada saya dan juga atasan
istri saya juga, kan kebetulan atasan istri saya itu juga
dulu merupakan teman saya lama juga, jadi dia juga
cerita kalau mendapatkan surat kaleng dari laki-laki itu
juga.Ya isinya laki-laki itu menceritakan dalam
suratnya itu ya.. surat yang dikirimkan ke saya itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
kalau dia sering pergi ke penginapan, pergi-pergi ke
mana-mana seperti itu dengan istri saya. Yang saya
pikirkan pada waktu itu ya saya merasa kecewa
dengan istri saya itu, selama ini saya mengganggap
dia sebagai ibu yang baik, setia dan mau diajak
rekoso, tapi kenapa malah seperti menyepelekan
saya sebagai suami.
Ya perasaan saya, pada waktu itu ya bingung,
sedih, marah kenapa istri saya bisa berbuat
demikian dan juga kecewa. Yah... saya sebagai
istilahnya di sini kan saya sebagai kepala rumah
tangga merasa disepelekan oleh istri sendiri.
Karena pada waktu itu saya juga tidak menyangka
akan mengalami permasalahan itu sendiri. Apalagi
kan juga saya bekerja di dinas sosial yang juga
mengurusi permasalahan keluarga yang juga rata-rata
kebanyakan juga menangani kasus perselingkuhan itu
(menghela napas, dengan mata berkaca-kaca tapi tidak
menangis).
Ya mba gimana ya.. gini mba pada waktu itu saya
sebagai seorang laki-laki dan juga sebagai seorang
suami ya setelah mendapatkan surat itu juga
berpikir bagaimana caranya mengatasi
permasalahan itu. Caranya bagaimana seperti yang
saya pikirkan cara menyelesaikan masalah itu,
apalagi saya sebagai seorang Katolik dan juga
diakon (red. prodiakon) pada waktu itu. Dan saya
sendiri juga pernah mendapatkan telepon dari istri laki-
laki itu ke rumah pada waktu malam-malam itu. Lalu
Pikiran subjek yang
muncul setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.2;
T3.2).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
saya angkat telepon itu pada waktu itu, ya yang
menelepon itu bilang kalau dia istri dari laki-laki itu.
Ya saya menjawab telepon itu dengan bilang kalau
suami anda itu pembohong (nada suara penuh
tekanan). Suami anda itu juga tukang perayu dan
seiring mengajak istri saya pulang sampai sore (nada
suara penuh tekanan). Hingga pada waktu itu DT (anak
dari subjek) sendiri juga mencari-cari ibunya koq tidak
pulang-pulang begitu tanya anak saya kalau ibunya
belum pulang-pulang sampai sore.
Ya setelah saya mengetahui dengan penuh, lalu
dengan saya mendapat teguran dari istrinya laki-
laki itu juga mengingatkan saya, saya juga sudah
mengatakan kepada istri laki-laki itu kalau
suaminya adalah seorang pembohong, perayu
seperti itu. Ya saya ingin menyelesaikan masalah
tersebut. Ya awalnya saya berpikir bagaimana
menyelesaikan masalah tersebut. Saya kemudian
menanyakan kepada istri saya itu mengenai
permasalahan itu. Sebenarnya agak berat mba
menanyakan masalah itu (menghela napas),
soalnya istri saya kan juga pernah mengalami
kecelakaan yang membuat dia koma, jadi kalau
ada permasalahan yang membuat dia kepikiran,
istri saya itu bisa kambuh pusingnya. Makanya
pada waktu itu, saya pelan-pelan menanyakan
permasalahan itu kepada istri saya. Saya tidak mau
melukai istri saya juga. Ya pada waktu itu istri saya
mengakui kalau dia memang ada hubungan dengan
laki-laki itu. Tapi tidak seperti yang disampaikan di
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
surat kaleng itu sampai pergi ke penginapan. Ya istri
saya mengakui kalau dia memang sering jalan berdua
dengan laki-laki itu untuk pergi belanja-belanja dan
jalan-jalan. Ya pada waktu itu, mungkin karena gaji
saya kecil dan laki-laki itu lebih besar gajinya dari
saya, jadi istri saya tertarik dengan laki-laki itu, kan
ketika mereka, istri saya dan laki-laki itu jalan berdua,
istri saya sering dibelikan baju-baju bagus. Sedangkan
saya mungkin dengan gaji yang saya punyai tidak bisa
membelikan baju bagus untuk istri saya itu. Pada
waktu saya menanyakan itu, istri saya juga menangis
dan meminta maaf pada saya. Ya pada waktu itu saya
juga berpikir mungkin pada waktu itu, ketika laki-laki
itu dipindah ke sini karena permasalahan korupsi itu
kemudian bertemu dengan istri saya, lalu istri saya itu
seperti memberi pencerahan kepada dia, makanya dari
itu laki-laki itu jadi mengejar-ngejar istri saya itu.
Ya pada waktu itu saya tidak mau keras dan
marah pada istri saya itu, ya karena sakitnya itu.
Ya saya tetap mencintai istri saya apa adanya, ya
dengan pengalaman saya di tempat kerja
menghadapi kasus-kasus demikian juga (menghela
napas). Saya berusaha sebagai laki-laki dan
seorang suami dan juga sebagai kepala rumah
tangga ya... istilahnya itu ngemong lah mba, karena
bagaimana pun sikap istri saya dia tetap orang
yang saya cintai dan saya menerima dia apa
adanya. Ya ketika dia menangis, ya pada waktu itu
saya memeluk dia dan menenangkan dia dan
mengajaknya berdoa.
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1)
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
Ya itu kan sudah.... dalam pernikahan itu untung
dan malang, suka dan duka ditanggung bersama
he..he... (tertawa) ya apa yang sudah diberikan
Tuhan ya jangan dipisahkan oleh manusia. Ya
pada waktu itu yang menguatkan saya hanya doa
mba... ya dengan berdoa saya jadi lebih loss dan
plong. Kekuatan doa itu membantu saya untuk
berpikiran positif dan menerima segala
kekurangan yang ada pada istri saya itu
(tersenyum). Ya memang pada awalnya saya merasa
sebagai kepala rumah tangga merasa disepelekan oleh
istri saya pada saat itu. Pada waktu itu saya sempat
terpikirkan jika misalkan pun laki-laki itu memang
benar-benar mencintai istri saya dan bisa
membahagiakan istri saya, akan saya berikan istri saya
itu kepada laki-laki itu. Tapi saya teringat kalau laki-
laki itu sudah punya istri apalagi dia juga pernah
ada kasus korupsi itu. Saya jadi tidak rela jika saya
harus merelakan istri saya dengan laki-laki seperti
itu. Di sisi lain saya juga mencintai istri saya apa
adanya. Ya walaupun ada masalah demikian, saya
tetap mencintai istri saya apa adanya. Ya melihat
segala kekurangan baik dari saya sendiri yang
mungkin tidak bisa mencukupi kebutuhan istri
saya dan juga ya.. mungkin karena istri saya yang
mungkin sempat tergoda karena dia bisa
mendapatkan baju-baju bagus. Tapi kan istri saya
itu juga sudah menyesali perbuatannya juga. Saya
juga bisa memaklumi ya mungkin karena tadi itu
saya tidak bisa mencukupi kebutuhannya istri saya
itu… (diam, menerawang). Nah, gini mba pada
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1).
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
276
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
waktu itu setelah saya dan istri saya saling..
istilahnya gimana ya mba.. jadi setelah kami apa ya
sharing satu sama lain, ya bicara satu sama lain
mengenai permasalahan itu, ya kemudian saya
memutuskan sebagai kepala rumah tangga dan
juga suami ya saya waktu itu kemudian mengajak
istri saya utuk bertemu dengan laki-laki itu.
Awalnya istri saya tidak mau, tapi setelah saya
bilangin kalau supaya laki-laki itu juga tidak terus
mengganggu istri saya, dia akhirnya mau juga. Ya
kemudian kami berdua datang ke rumah laki-laki
itu, ya di sana kami juga langsung bertemu dengan
laki-laki itu dan istrinya. Ya saya pada waktu itu
tetap bersikap tenang dan tidak emosi, saya waktu
itu mengatakan dengan tegas untuk tidak
mendekati istri saya lagi. Ya pada waktu itu
situasinya serba tengang lah mba, karena pada
waktu itu istri laki-laki itu agak emosi, ya saya
pada waktu itu berusaha menenangkan, dan
menyuruh mereka untuk bisa berbicara satu sama
lain dan juga menyuruh mereka berdoa juga
mohon keteguhan seperti itu.Iya, mba.. soalnya
saya tidak mau kalau dia mengusik keutuhan
rumah tangga saya dan istri saya, makanya itu mba
saya berani untuk mendatangi laki-laki itu. Ya saya
pikir biar masalahnya selesai kalau saya langsung
ngomong ke laki-laki itu, ya biar dia tidak lagi
mendekati istri saya lagi gitu he..he…..
Perasaan saya ya... ya pada waktu itu saya hanya
bisa banyak berdoa untuk keutuhan keluarga
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
Perasaan subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
kami, ya dengan berdoa perasaan saya jadi lebih
tenang dalam menghadapi situasi yang saya hadapi
itu.
Ya sebenarnya tidak terlalu banyak berubah ya mba,
memang pada waktu itu saya sempat kecewa dengan
istri saya itu karena telah istilahnya itu melanggar janji
perkawinan ya mba, tapi istri saya juga sudah meminta
maaf dan menyesali perbuatannya. Ya.. pikir saya yah..
dengan istri saya mengakui perbuatannya itu dan minta
maaf ya berarti dia juga tau kalau dia salah dan mau
berubah to mba…. Saya sebagai seorang suami dan
kepala rumah tangga yang juga sangat mencintai
istri saya itu, ya berusaha membantu dia untuk
berubah juga ya ngemong lah mba istilahnya, dan
juga saya juga berusaha untuk mengubah apa yang
kurang dalam diri saya juga.
Ya kalau kesulitan itu menurut saya ya sudah
menjadi perjalanan hidup saya ya mba.. ya
mungkin pada awalnya memang sulit melupakan
peristiwa itu, ya memang tidak bisa dilupakan ya
mba peristiwa itu. Apalagi peristiwa itu hampir
mengancam keutuhan rumah tangga yang telah
kami bina lama. Ya tapi menurut saya ya kesulitan
itu merupakan perjalanan hidup saya yang harus
saya lalui, tentu saja dengan bantuan doa saya bisa
melalui kesulitan itu. Ya karena pada waktu itu
tidak ada orang juga yang bisa saya jadikan tempat
untuk mengungkapkan perasaan sedih dan kecewa
saya (menghela napas) ya saya pada waktu itu
hanya bisa berdoa saja. Kekuatan doa yang
setelah membuat
keputusan untuk tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.3).
Kesulitan yang
dialami subjek ketika
memutuskan untuk
tetap mempertahankan
perkawinan (AK1.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
membantu saya dalam menjalani situasi-situasi
yang sulit demikian.
Ya mungkin setelah peristiwa itu saya jadi lebih
memperhatikan istri saya, sering berdiskusi dan
menanyakan kebutuhan-kebutuhan dia. Ya kalau
punya kelebihan uang saya berusaha untuk
mebelikan apa yang istri saya itu senangi. Ya
mungkin dengan begitu istri saya juga jadi
memahami kekurangan saya juga dan keterbatasan
saya tidak bisa membelikan semua yang dia
inginkan juga he..he..... (tertawa).
Ya perasaan saya saat ini, ya saya merasa ingin
kalau keluarga itu semua bisa utuh, saya merasa
lega dapat mempertahankan keutuhan keluarga
saya dengan melalui peristiwa tersebut…. Ya…
apalagi sekarang kami tinggal menikmati hari tua
kami ya mba, ya saya mensyukuri apa yang telah
diberikan Tuhan terhadap saya dan keluarga saya.
Ya kalau sekarang ini ya saya menilai kami bisa
hidup bersama dengan baik, menjalani masa tua
kami dengan baik. Ya saya menginginkan itu akhir
yang baik, bukan akhir yang berantakan. Ya
semuanya berjalan dengan yang menjadi harapan
saya, akhirnya tetap utuh. Ya saya menilai istri
saya ya.. sekarang ini sudah banyak perubahan
yang baik. Apalagi sekarang ini ada persekutuan
doa KTM, dulu kan saya yang aktif mengikuti
kegiatan tersebut, tapi istri saya sekarang juga ikut
Pelajaran yang subjek
pahami setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK1.5).
Perasaan subjek saat
ini setelah peristiwa
perselingkuhan
tersebut berlalu
(AK2.6).
Penilaian subjek
terhadap iastri setelah
peristiwa
perselingkuhan
tersebut berlalu
(AK2.7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
aktif mengikuti persekutuan doa tersebut bersama
saya. Ya Puji Tuhan ya mba ya banyak perubahan
yang telah terjadi menjadi lebih positif lah mba.. ya
itu tadi karena kekuatan doa. Ya itu mba sekarang ini
saya lebih berpikir bahwa menjalani hidup itu tidak
mudah harus menjalani krikil-krikil tajam, ya krikil-
krikil tajam itu seperti peristiwa yang telah saya lalui
itu, tapi ya bagaimana saya bisa melalui semua itu ya
karena itu semua berkat Tuhan Yesus ya terus selalu
mendampingi saya dan keluarga saya.
iya mba tapi mungkin selain kekuataan doa juga
karena pengalaman saya di tempat kerja itu kan sering
menangani kasus-kasus yang juga sama. Jadi, ya...
mungkin saya juga dikuatkan juga melalui kasus-kasus
yang juga saya pernah tangani sebelumnya. Ya maka
dari itu ya mba, saya tetap tenang dalam menangani
masalah perselingkuhan yang saya alami itu.
Ya kalau saat ini ya karena kami sudah pensiun
semua, ya kami lebih punya banyak waktu
bersama. Ya istri saya sekarang sering memasakan
makanan kesukaan saya. Lalu, juga sering bikin-
bikin roti untuk dimakan bersama-sama. Juga
sering mendengarkan lagu-lagu kenangan bersama
he..he.... (tertawa).
Ya sebenarnya kita tidak pernah ada masalah ya mba
hee...he.... ya tidak pernah ada masalah yang sampai
bertengkar gitu...hee....he....
Ya biasanya yang mengambil keputusan suami, ya
saya... ya setelah didiskusikan dengan istri saya, ya
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
saat ini setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK2.8).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
434
mari kita (pak ES dan istrinya) tangani bersama....
ya setelah itu saya yang menentukan harus seperti
apa nantinya.
He...he.... (menghela napas) iya itu kalau mau di rekap
ya gimana ya mba he...he.. namanya jalan Tuhan juga
kita juga tidak tau juga kan he...he...
Ya gimana ya mba he..he... (menghela napas)
sebenarnya itu kalau mau dibuka secara terbuka
itu ee.... sebenarnya mba DT itu… anak angkat
hee....he... gitu...
Ya jadi gini mba nindi kalau mau diceritakan itu
dulu ya saya dan istri saya itu ya usaha sudah
banyak sekali ya mba untuk punya anak ya mba,
ya sampai datang ke mana-mana lah ya mba
(menghela napas). Dulu waktu itu ya mba ya sudah
banyak cara ya… untuk saya dan istri saya itu
mempunyai anak… kalau secara medis ya periksa-
periksa saja ya mba kalau secara medis lalu.. kalau
yang secara non medis ya saya pernah itu datang ke
bruder waktu itu mana ya itu bruder PR namanya di
Wonosari. Terus juga pernah ke Kotagedhe juga
sampai waktu itu... sampai disuruh mandi kembang air
apa itu... 7 sumber gitu mba... tuk air sumber air 7 ee....
7 sumber air gitu....juga pernah. Pokoknya macem-
macem lah.. saya dan istri saya itu mencari ya
berusaha mba.... lalu istri saya itu sudah saya
periksakan juga ya.. ini... mungkin suatu perjalanan
hidup saya ya.... pernah istri saya... saya priksakan ke
dokter.... e... di ngampilan itu dokter DY, dokter DY
itu. ya awalnya itu sebelum bekerja saya ajak istri saya
perkawinan (A1.4).
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
untuk periksa-periksa orang itu kan gak mau, ya
setelah bekerja ya saya ketemu orang... teman saya itu
kalau pakleknya bisa mengusahakan, ya saya dan istri
saya itu pergi berobat ke pakleknya teman saya itu, tapi
kok tidak lama setelah itu pakleknya teman saya itu
meninggal... ya pengobatan juga jadi berhenti. Setelah
itu ya saya dan istri saya itu baru periksa ke dokter DY
itu di Sardjito.
Lalu hasil pemeriksaannya itu katanya ada
penyempitan saluran indung telur. Ya oleh dokter
DY itu diambil saluran penyempitan indung telur
itu... ya setelah diambil itu let beberapa waktu itu
dokternya juga meninggal.
Lalu periksa lagi ke dokter YN di Patangpuluhan,
ya lalu periksa...periksa.. periksa lalu dokter YN
bilang kalau bisa punya anak tapi nanti ada resiko
kalau mau melahirkan anak nanti, lalu saya tanya
resikonya apa dok... ya dokternya bilang kalau
melahirkan nanti ibunya bisa tidak selamat, lalu
nanti kalau ee..... anaknya lahir ibunya tidak
selamat. Ya waktu itu saya milih istri saya saja
yang sudah ada he...he..... ya ketika dokter YN
bilang begitu, saya tetap milih istri saya yang sudah
ada bersama saya lama. Ya kemudian setelah
pulang dari dokter YN, seminggu setelah itu ya lalu
ada berita teman istri saya itu punya anak, eee..
tapi ibunya masih biasa ya masih kecil gitu, ya
waktu itu ceritanya anak dari teman istri saya itu
punya anak tapi belum menikah ya hamil di luar
nikah gitu mba. ya ibunya itu masih bocah gitu....
ya lalu melihat seperti itu saya dan istri saya
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4)..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
memutuskan untuk mengambil mba DT itu, ya
kemudian kami rawat seperti anak sendiri ya
waktu itu DT sendiri umurnya belum ada 1 tahun
ya hampir 1 tahun... ya itu ya mba mungkin
namanya rahasia hidup itu di luar jangkauan
manusia ya mba he....he....
Ya sampai sekarang saya tidak ee... belum
menyampaikan hal itu ya, tapi gak tau juga kalau DT
sendiri juga sudah tau dari orang-orang luar, ya mau
gimana pun juga sejak awal saya sudah memutuskan
yaa...ee.. sejak mengambil mba DT itu ya saya dan istri
saya kan menganggap DT itu sebagai anak kandung
kami... ya waktu itu ibunya mba nindi juga
memberikan saya buku itu KUHP nomor 288 itu
tentang pengangkatan anak itu mba, ya saya waktu itu
saya sudah.. mengusahakan untuk dibuatkan akte
kelahirnya DT, ya sama dukuhnya sini juga menyuruh
demikian. Ya ketika mengambil DT itu ya pak dukuh
sini itu menyuruh saya mengusahakan untuk
mendapatkan akte kelahiran. Ya kemudian dibantu
oleh ibu DR itu membuatkan akte kelahirannya DT.
Ya itu namanya ya mba perjuangan hidup itu seperti
itu itu mba... ya perjalanan hidup yang harus saya
jalani, ya tapi saya bersyukur ya mba bisa menjalani
semua itu.
Ini..ini kalau mengambil latar belakang seperti itu,
kalau mau dilihat yang dulu-dulu itu... saya
memahami... memahami seperti apa... ya saya
memahami dulu dididik oleh bulek saya itu orangnya
ee... apa itu... orangnya itu gak banyak bicara gak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
banyak bicara tapi banyak petuah gitu nasihat.. lalu
dijalani... he..he.. lalu dijalani... ya ini lalu seperti itu
saya ya saya secara personil saya amati pesan-pesan
dari bulek dan orang-orang yang lebih tua ya sampai
saya ikut dengan nenek saya di sini ya saya dididik
untuk lebih banyak menunjukkan perbuatan nyata saya
seperti itu dari pada omongan. Jadi kalau ditanya
bagaimana mengungkapkan itu ya mba sayang
saya ke istri saya itu, saya tidak pernah sampai
sekarang, saya tidak pernah ee.. bilang aku cinta
padamu aku sayang padamu gitu mba eee.. soalnya
kalau mengatakan seperti itu pasti ada tuntutan, ya
tuntutannya pastinya yang diucapkan itu ya apa
buktinya hee....he... saya lebih ke tindakan nyata
saya saja, lebih ke perbuatan saya itu, ya itu
prinsip saya mungkin mba seperti itu dalam saya
menjalani hidup saya ini.
Ya tindakan nyata saya yang saya lakukan untuk
menunjukkan rasa sayang saya ke istri itu ya ketika
istri ada permasalahan ya saya dampingi terus
membantu menyelesaikan permasalahan yang dia
alami itu, ya kayak dulu gini mba nindi contohnya
ketika dulu itu kakak istri saya itu hendak menikahkan
anaknya tapi kesulitan ekonomi ya saya bantu waktu
itu untuk menikahkan anaknya itu hee.....he.....
Kalau itu ya kalau itu ya menunjukkan rasa sayang
saya kepada istri ya membantu dia dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah itu....., kadang
saya yang memasakan makanan untuk dimakan
bersama itu menurut saya tindakan yang saya
lakukan itu sudah menunjukkan rasa sayang saya
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
itu.
Ya kalau perubahan yang saya rasakan dari diri
istri saya itu saat itu yang saya rasakan ya merasa
yang awalnya istri saya itu lembut jadi keras, ya
seolah-olah saat itu itu saya banyak salahnya
dimata dia itu... ya tapi waktu itu ya sebelum saya
tau ee.. diberitahu oleh teman saya itu kalau istri
saya itu berselingkuh, ya saya merasakan itu ya
merasakan sikap istri saya itu terhadap saya ya
saya memaklumi saja karena dia juga bekerja dan
harus mengurus rumah dan juga anak-anak juga
he..he....
Lah itu kalau itu ceritanya dulu kan belum ada
handphone tow masih long call dulu itu ya ketika itu
kalau malam kan sering ada telepon tapi kalau saya
angkat itu kq tidak dijawab.... lama-lama saya tanya itu
sapa yang telepon terus ternyata istrinya sana,
menanyakan apa suaminya ada di situ atau tidak
seperti itu lalu ya lama-lama lalu istrinya sana bisa
bertemu dengan saya ngomong-ngomong untuk
menyelesaikan masalah ini lewat telepon to, waktu
itu saya yang menghubungi sana ya saya
mengungkapkan perasaan saya sana juga
mengungkapkan perasaan sana. Akhirnya pada
suatu saat ada telepon itu mau diselesaikan
bagaimana.. mau diselesaikan bagaimana gitu, mau
dengan romo atau gimana kalau dengan romo ya
akan saya panggilkan gitu tapi sana tidak mau. Ya
lalu pada suatu saat saya mengajak istri saya itu ke
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
rumahnya mereka, untuk bertemu menyelesaikan
permasalahan itu, ya itu karena ganggu DT juga tow
(nada kesal) kalau ibunya belum pulang selalu
menanyakan kemana ibunya kq belum pulang-pulang
ya makanya itu saya ngajak istri saya ke sana.
Ya situasi waktu itu pagi-pagi hari sabtu itu saya
dan istri saya itu pergi ke sana ya lalu ketika
bertemu istrinya sana mengungkapkan perasaan
dia itu sikap suaminya itu.. suaminya itu seorang
playboiy ya lalu saya mengatakan bagaimana ya
gimana juga harus berhenti seperti itu, ya waktu
itu istri saya diam saja gak banyak bicara yang
banyak bicara saya waktu itu, ya waktu itu
pokoknya dengan keras saya bilang ke laki-laki itu
untuk tindak mendekati istri saya lagi seperti itu...
Waktu itu sebenarnya laki-laki itu ya masih
mengejar-ngejar istri saya itu, tapi saya selalu
menasihati dan mengingatkan istri saya itu supaya
tidak jalan lagi dengan laki-laki itu ya ngemong lah
mba... Ya menasihati istri saya pelan-pelan ya
mengingatkan dia juga, soalnya saya juga gak mau
keras juga dengan istri saya itu soalnya melihat kondisi
istri saya yang kalau dikerasi nanti malah sakit seperti
itu he..he....
Ya waktu awal-awal itu saya menjadi kurang
percaya lagi dengan istri saya itu, jadi kalau pergi-
pergi selalu saya antar terus, tapi seiring berjalannya
waktu istri saya kemudian ya puji Tuhan ya mba jadi
banyak perubahan-perubahan menjadi lembut lagi,
perhatian dengan saya dan anak-anak dan juga mau
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (A1.4).
Kesulitan yang
dialami subjek ketika
memutuskan untuk
tetap mempertahankan
perkawinan (AK1.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
mengikuti KTM itu bersama-sama dengan saya.
Kalau mengungkapkan rasa sayang itu ya dengan
perbuatan itu tadi mba, saya membimbing istri
saya untuk menjadi lebih baik itu mba ya dengan
berdoa itu mba ya dengan kekuatan doa itu saya
membimbing istri saya itu. Setelah kejadian itu
saya dan istri saya itu, saya ajak untuk meluangkan
waktu setiap malam untuk berdoa bersama lalu
menceritakan kejadian apa ya kejadian yang
terjadi hari ini, ya bagaiman perasaan yang dialami
hari ini, ada masalah atau tidak, ya kita (pak ES
dan istri pak ES) jadi ada waktu setiap malam
untuk ngobrol bersama. Kalau dulu-dulu kita (pak
ES dan istri pak ES) tidak seperti itu, kalau malam
ya sekedar makan malam, lihat televisi lalu tidur.
Tapi ya setelah kejadian itu ya saya kemudian
berpikir bagaimana caranya membimbing istri
saya, ya supaya istri saya itu tidak jalan dengan
laki-laki itu atau pun laki-laki lain, ya saya pikir
dengan ada waktu di malam itu untuk kita berdoa
bersama ya istri saya jadi sadar seperti itu mba...
Kalau istri saya itu senangnya mendengarkan lagu-
lagu di radio ya jadi kami bersama-sama
mendengarkan radio, biasanya istri saya sambil
memasak, lalu saya sambil menyapu
membersihkan sawang-sawang di atap rumah... ya
habis itu biasanya kita makan bersama lalu ya
ngobrol-ngobrol berita-berita yang apa yang
sedang terjadi ya kalau tidak ya biasanya kalau
pagi-pagi itu kita jalan-jalan pagi olahraga pagi-
pagi itu.....
Pelajaran yang subjek
pahami setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK1.5).
Penilaian subjek
terhadap istri setelah
memutuskan tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.2).
Pelajaran yang subjek
pahami setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK1.5).
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
saat ini setelah
peristiwa
perselingkuhan
berlalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN 5
KODING SUBJEK 2 (DN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
KODING SUBJEK 2 (DN)
NO.
BARIS VERBATIM KATA INTI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Menilai istri saya ya... emm.. ya sebelum ada
permasalahan perselingkuhan itu ya... saya melihat
kalau istri saya itu orang yang sangat sayang
dengan keluarga, sayang dengan anak-anak, ya
bisa mengurus keperluan saya dan anak-anak juga.
Ooo.. kalau itu ya... karena itu tadi ya ketika saya
pertama kali kenal dengan istri saya, ya saya melihat
dia orang yang baik dan penyayang. Ya.. dulu kan
saya sering main ke rumah istri saya itu ee.... dulu itu
saya eee.... jadi kakaknya istri saya itu merupakan
teman kampus satu angkatan terus saya juga dekat
dengan kakaknya itu, jadi ee.... ya sering main ke
rumah teman saya itu he...he.... Karena sering main ke
rumah teman saya itu hee..he.... terus ya jadi sering
ketemuan itu ya mungkin.... mungkin... waktu itu...
jadi ada benih-benih cinta gitu he..he.... (tertawa). Ya
setelah dulu itu eeee.... saya sudah mengenal lama
karena sering main ke rumah istri saya itu dan saya
juga lihat dia orang yang baik dan perhatian,
kemudian ya saya berani mengungkapkan perasaan
saya itu dengan dia he.....he...... (tertawa) ya untungnya
dia mau dengan saya he..he.. (tertawa) menerima
perasaan saya gitu hehe.... (tertawa).
Ya iya... saya kemudian melamar dan menikahi istri
Penilaian subjek
terhadap istri sebelum
terjadi perselingkuhan
(A1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
saya tahun 1985 itu. Ya karena waktu itu saya rasa
sudah cukup umur soalnya usia saya juga sudah 30
tahun dan istri saya juga sudah 25 tahun. Kami juga
sudah sama-sama bekerja, jadi kami juga sudah siap
untuk menikah juga.
Kalau kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan,
kalau hari biasa ya kita bekerja, ya kalau pagi istri
saya sudah masak mempersiapkan untuk sarapan
pagi, ya terus saya nanti yang membersihkan
rumah kalau pagi. Tapi itu sebelum punya si RD
(anak pertama subjek) ya mba, yah.... pada tahun 1986
itu setelah RD (anak pertama subjek) lahir ya jadi rame
tapi juga tambah agak ribet. Mungkin ee... pada waktu
itu... namanya juga pas itu punya anak pertama, jadi
ketika awal-awal ya mengurus sendiri agak ribet.
Apalagi istri saya kan juga bekerja, jadi setelah selesai
masa cutinya ya saya kasihan juga kalau lihat istri saya
mengerjakan pekerjaan rumah semua. Ya saya waktu
itu manggil pembantu untuk membantu istri saya, jadi
ya kalau saya dan istri saya bekerja ya si RD di rumah
bersama mbaknya itu... tapi neneknya, ya ibunya istri
saya itu juga sering datang ke rumah untuk membantu
menjaga RD (anak pertama subjek) he..he.... (tertawa).
Ya kalau libur, sebelum punya RD (anak pertama
subjek) ya biasanya lebih sering di rumah mba....
ya bersih-bersih rumah, terus nanti istri biasanya
bikin masakan apa gitu, terus sambil ndengerin
lagu-lagu di radio. Kalau.. setelah punya RD (anak
pertama subjek), ya jadi lebih banyak waktu main
sama RD (anak pertama subjek). Ya kalau pagi ya
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1.2).
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
biasa jalan-jalan pagi kalau libur, saya, istri saya
dan RD (anak pertama subjek) kalau libur ya
jalan-jalan keliling kampung gitu..
Ya, permasalahan perselingkuhan itu yang paling berat
dan ya menurut saya tidak bisa dilupakan sampai
kapan pun mba...
Ya kalau melihat yang dulu-dulu saya rasa tidak ada
masalah sama sekali mba, kalau pertengkaran kecil
itu ya pastinya ada dalam kehidupan berumah
tangga ya mba... tapi kalau saya dan istri saya
bertengkar pada waktu itu sebelum perselingkuhan
ya mba, ya mungkin cuman karena kami kecapaian
setelah pulang kerja terus lihat rumah berantakan,
ya karena waktu itu… anak-anak kami juga masih
kecil-kecil, pas tahun 91 itu kami juga punya AI (anak
kedua subjek) ketambahan mungkin juga tugas-tugas
di kantor juga lagi banyak, ngurus kurikulum, ya
banyak lah... jadi kalau sudah capek kayak gitu
pulang ke rumah lihat rumah berantakan ya
kadang bikin bertengkar kecil aja mba, tapi ya
setelah itu biasa aja karena lihat anak-anak jadi
capeknya hilang gitu mba....
Saya dan istri saya pada waktu itu... kalau
menyelesaikan masalah kayak gitu ya biasanya
saya dan istri saya saling ngerti aja mba... ya bagi-
bagi tugas dan juga lihat kondisi juga, kalau misalnya
saya yang capek banget ya istri saya yang
membereskan, terus nanti kalau saya lihat istri saya
yang capek banget ya saya yang membereskan rumah,
Permasalahan yang
muncul dalam
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
ya juga sambil mengajarkan anak-anak juga sih mba,
jadi kalau habis selesai bermain ya saya mengajarkan
untuk membereskan mainanya, tapi yang mungkin
namanya anak-anak mba kalau sudah main ya lupa
mba, jadi perlu diingatkan he...he....
Oo.. ya peristiwa perselingkuhan itu terjadi
pertengahan tahun 96, (diam sambil mengingat) waktu
itu anak yang saya si RD baru 10 tahun terus yang
kecil si AI baru ya 5 tahunan kalau tidak salah ingat,
mereka masih kecil waktu itu (menghela napas).
Ya jadi gini mba... teman selingkuh istri saya itu si
WW namanya kan WW (nada suara agak ditekan)
mba.... dulu itu teman istri saya waktu SMA ya kalau
diingat lagi saya sangat tidak suka dengan si WW itu
karena telah berani mengganggu rumah tangga saya ya
mba (menghela napas). Awalnya itu.. sebelumnya
saya juga diberitahu tetangga sekitar rumah sini
kalau istri saya itu... ada yang melihat dia bertemu
dengan laki-laki. Mendengar itu saya tidak langsung
percaya gitu mba, saya pikir ee..... mungkin waktu itu
istri saya sedang bertemu dengan temannya. Tapi
semakin hari koq tentangga banyak yang ngrasani
gitu... karena semakin banyak tentangga yang bilangin
saya, saya jadi risih rasanya mba.. terus makanya ee...
dari itu saya mencoba membuktikannya dengan
mengikuti istri saya waktu itu (menghela napas).
Jadi waktu itu pas.... hari minggu mba, jadi istri
saya itu pamitnya itu…. mau pergi dengan teman-
temannya kemana.. gitu…, ya kemudian saya
ikutin saja dengan motor waktu itu. Waktu itu saya
Hal yang membuat
subjek mengetahui
istri telah
berselingkuh (T1.1).
Hal yang membuat
subjek mengetahui
istri telah
berselingkuh (T1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
ikutin istri saya yang juga naik motor, ya istri saya
waktu itu berhenti rumah makan mba, ya ternyata
dia menemui si WW itu mba... ya saya waktu itu
melihat dengan mata kepala saya sendiri ya
campur aduk lah mba rasanya (diam, menghela
napas). Sempat terpikir untuk mendatangi mereka itu,
tapi ya saya mikir waktu itu juga di tempat umum.
Eee... waktu itu gimana pun saya mencoba menahan
diri aja mba, soalnya waktu itu saya pikir kalau saya
marah-marah di tempat umum seperti itu juga akan
bikin malu mba.. (menghela napas).
Emmm... (menghela napas) mengenal secara pribadi
sih.. ee... saya tidak mengenal. Saya tau dia ketika
menemani reunian SMA istri saya itu.
Ya gimana ya gak marah tow mba wong ya di
depan mata saya lihat istri saya gandengan tangan
dengan laki-laki lain, makan bareng, apalagi istri
saya pamitnya mau bertemu dengan teman-temannya
(dengan nada ditekan).
Pada waktu itu eeya.... karena saya tidak mau marah-
marah di depan umum, ya saya waktu itu pulang ke
rumah.
Ya piye ya mba waktu itu rasanya campur aduk,
marah banget, sedih, kecewa ya campur aduk lah
mba... ya rasanya dalam pikiran itu penuh mba,
rasanya banyak hal yang mau saya luapkan ke istri
saya itu (menghela napas).
Ya banyak lah mba, rasanya bingung waktu mba
saat itu, mikir saya harus gimana, mikir anak-anak
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
di rumah, serba bingung, marah, campur aduk
waktu itu. Ya setelah pulang ke rumah saya
menunggu istri saya pulang. Istri saya pada waktu itu
pulang ya sore-sore gitu lah... ya kemudian saya
langsung ajak masuk ke kamar dan menanyakan
dari mana saja dia. Ya dia bilang kalau habis bertemu
dengan teman-temannya.
Ya saya tambah marah mba waktu itu, saya
kemudian bilang kalau hari ini saya mengikuti istri
saya itu. Waktu itu….. istri saya kelihatan terkejut
setelah saya bilang seperti itu, tapi ya waktu itu
yang bikin saya tambah marah, istri saya malah
menyalahkan saya sebagai suami yang tidak
perhatian lah..., dan banyak hal yang waktu itu
istri saya katakan (diam, menghela napas).
Wah.... ya tambah marah mba (nada ditekan), sakit
hati saya dikatakan seperti itu, ya waktu itu saya
sangat marah dan sempat terucapkan kalau saya
akan menceraikan istri saya itu, waktu itu... saya
benar-benar marah ketika mengucapkan kata cerai
kepada istri itu (menghela napas, diam).
(menghela napas) Ya seperti yang sudah saya
sampaikan tadi, (diam sebentar) emm.. ya waktu itu
saya benar-benar marah dan waktu itu hanya
kepikiran untuk menceraikan istri saya itu, setelah
saya mengatakan demikian lalu.. saya keluar kamar
tapi… pada waktu itu saya kemudian jadi kepikiran
anak-anak mba.... Saya jadi kepikiran anak-anak yang
masih kecil, rasanya... saya jadi merasa bersalah
kepada anak-anak, ee... juga campur aduk lah mba..
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Pikiran subjek yang
muncul setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.2;
T3.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
perasaan saya mba waktu itu.... marah juga dengan
perbuatan istri saya itu. Ya waktu itu saya masuk lagi
ke kamar dan mengatakan kepada istri saya kalau kita
harus bicara satu sama lain untuk menyelesaikan
masalah ini (diam).
Yang saya lakukan kemudian pada waktu itu….
mengungsikan RD dan AI ke tempat ibu saya di
pojok beteng wetan itu. Waktu itu ya... waktu itu
saya mengatakan kepada istri saya ya setelah saya
masuk kembali ke kamar itu, ya saya tidak mau anak-
anak tau permasalahan ini. Kebetulan anak-anak pada
waktu itu masih TPA (red. Tempat Pembelajaran
Alquran), jadi ya tidak tau pertengkaran saya dengan
istri saya (diam). Setelah anak-anak pulang dari TPA
saya bilang kalau mereka akan tinggal beberapa hari di
rumah eyang mereka. Eee.... Waktu itu saya yang
mengantarkan langsung RD dan AI ke rumah eyang
mereka. Ya setelah sampai di rumah orangtua saya, ya
saya menyuruh anak-anak untuk mandi membersihkan
diri dulu. Kemudian saya bercerita kepada ibu saya
mengenai perselingkuhan yang dilakukan istri saya
itu (menghela napas). Waktu itu ya mba... saya
bersyukur sekali masih punya ibu, waktu itu.... waktu
itu ibu saya hanya menenangkan saya dan
mengingatkan saya kalau saya dan istri saya masih
punya anak-anak yang harus dirawat (diam, menghela
napas).
Iya mba, ya pada waktu itu emmm.... saya merasa ibu
merupakan satu-satunya orang yang bisa mengerti
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
saya. ya ibu kemudian menasihati dan mengingatkan
saya kalau masih punya anak-anak yang harus dirawat.
Ya waktu itu ibu kemudian menyuruh saya ambil air
wudhu dan sholat, sebelum pulang ke rumah dan
menemui istri saya (diam, menerawang).
Ya setelah dari rumah ibu saya saya pulang untuk
bertemu dengan istri saya. ya selama perjalanan pulang
saya juga masih sangat marah, banyak hal yang saya
pikirkan, ya saya ceekkkk…. gimana ya mba saya…
(menghela napas) sebagai imam dalam keluarga
gimana ya mba seperti merasa gagal dalam
mendampingi keluarga. Saya juga merasa kecewa
kepada istri saya dengan perbuatan dan perkataan
terhadap diri saya (diam).
Eemmm.. (menghela napas) pada waktu itu setelah
sampai rumah pun.... saya masih percaya tidak percaya
akan apa yang telah dilakukan istri saya itu, ya
bingung gimana ya mba mau menceritakannya, waktu
itu saya benar-benar merasa kecewa dan sebagai
seorang imam dalam keluarga saya merasa
diremehkan… dan ditipu… oleh ibunya anak-anak.
Waktu itu saya merasa sangat marah dan yang
terpikirkan benar-benar ingin menceraikan ibunya
anak-anak, tapi…. saya juga kepikiran anak-anak
nanti juga gimana nasibnya kalau saya menceraikan
istri saya (diam, menghela napas). Jadi ee... mungkin,
saat itu awalnya yang membuat saya tetap bertahan
karena anak-anak yang masih kecil-kecil mba..
(diam).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
Ee... lalu.. kemudian saya langsung mengajak bicara
istri saya itu, ya dengan perasaan yang campur aduk,
marah, kesal, kecewa, sebagai imam merasa harga
diri saya diinjak-injak. Kemudian saya bertanya
kepada istri saya itu, eee.. sejak kapan dia menjalin
hubungan dengan si WW itu, ya istri saya mengatakan
kalau dia sering pergi bersama WW sejak setelah
reunian itu sekitar 5 bulan cerita istri saya pada waktu
itu. Lalu saya tanya lagi kenapa dia berbuat demikian,
istri saya waktu itu menjawab karena dia merasa
kurang diperhatikan oleh saya, saya dianggap tidak
pengertian dan lain sebagainya lah mba (menghela
napas), saya kesal sekali waktu itu saya merasa
sudah memberikan yang terbaik buat keluarga
saya..... ya istri dan anak-anak saya. Tapi melihat
jawaban istri saya itu, saya tidak habis pikir....
sangat kecewa sekali (diam, menghela napas).
Malam itu….. setelah saya berbicara dengan istri saya,
saya mengatakan untuk saling introspeksi dulu ya
waktu itu….. saya kemudian paginya berpikir
untuk menemui seorang ulama. Ya... kepada ulama
itu saya menceritakan mengenai permasalahan saya
itu, kekecewaan saya terhadap istri saya, penghinaan
ya harga diri saya sebagai seorang imam dalam
keluarga seperti terinjak-injak. Ee… waktu itu…. ee…
setelah saya bercerita… kemudian ulama itu
mengatakan kalau saya disuruh mengingat apa tujuan
saya menikah dengan istri saya itu. Ya waktu itu saya
bingung harus jawab apa, karena… waktu itu yang
saya rasakan dan pikiran saya…. hanya perasaan
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
274
275
276
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
marah, kesal dan ingin menceraikan istri saya
(menghela napas). Pada waktu itu.... ya kemudian..
kemudian ulama itu mengatakan kepada saya dia
menanyakan kepada saya apakah eee..... saya telah
melakukan tanggung jawab saya sebagai imam dalam
rumah tangga. Lalu….. waktu itu saya merasa sudah
bertanggung jawab apa ya... melakukan tanggung
jawab sebagai seorang suami dan juga ayahnya anak-
anak. Lalu… kemudian… ee… ulama itu terus
memberikan pertanyaan lagi kepada saya apakah saya
sudah melaksanakan tanggung jawab memberikan
nafkah baik lahir maupun batin, lalu apakah saya
sudah menyediakan tempat tinggal selayaknya... ya
saya menjawab kalau saya sudah melakukan itu
semua… Ulama itu mengatakan lagi bahwa tugas
seorang suami dan imam dalam keluarga bukan hanya
sekedar itu saja, eee... pada waktu itu ulama itu
mengatakan bahwa saya juga harus bisa mendidik
akhlak dan agama dengan baik heemmmm..
(menghela napas) ketika... ceekkk... ketika ulama
itu mengatakan itu ya saya ingat kalau selama itu
sebelumnya.... saya juga tidak apa ya dulu waktu
itu ckk... tidak pernah mengajak anak-anak ya
mengajarkan bagaimana cara sholat ya waktu itu
sebenarnya waktu bersama anak-anak tugas
mengurus anak-anak lebih banyak istri saya. lalu
ya kemudian yang membuat saya tersadar untuk
pada ya...eee... tidak menceraikan istri saya...
hemmm.. waktu itu ulama itu juga mengatakan
bahwa saya juga mempunyai tugas untuk
mengayomi.... melindungi kehormatan dan
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
keselamatan istri… itu hal yang dikatakan ulama
yang membuat saya tidak jadi berniat untuk
menceraikan istri saya... (diam)
Hem... ketika.. waktu malam itu setelah saya
menanyakan kepada istri saya kenapa dia pergi
bersama laki-laki lain, hemmm.. (menghela napas)
saya memang sangat marah, tapi ya ketika itu saya
ingat nasihat ibu saya.... waktu saya mengantarkan
anak-anak ke tempat ibu saya kalau... saya harus
memikirkan anak-anak yang masih kecil-kecil. Ee...
malam itu saya berpikir kalau gimana pun saya adalah
kepala keluarga ya gimana caranya saya harus
bertanggung jawab atas masalah ini.
Ya saya kepikiran untuk mecari solusi mengobati
rasa sakit hati saya dulu, saya ingin mencari
pencerahan ke orang yang bisa ee... yang lebih bisa
memberikan nasihat atau ya jalan keluar masalah
saya... ya pergi ke tempat ulama itu.
Yang saya lakukan setelah itu, ya berbicara dengan
istri saya lagi, ya saya mencoba untuk bersikap tenang
dan tidak bertindak emosi supaya tidak terucap kata
cerai lagi. Ketika saya berbicara dengan istri saya, ee...
saya menanyakan bagaimana perasaan dia saat ini
ya istri saya ketika saya tanyakan demikian
menjawab kalau dia merasa sedih dan juga
bersalah karena telah menyakiti saya dan anak-
anak. Waktu itu dia meminta maaf juga, meminta
maaf perbuatan yang salah.... saya melihat istri
saya sudah meminta maaf dan mengakui
kesalahannya saat itu ya merasa tenang.
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
Dan pada waktu itu juga saya meminta istri saya
untuk mengakhiri hubungan dengan si WW itu.
Eemm... ceekk.... Ya pada waktu itu saya meminta
istri untuk menelepon si WW itu, saya langsung
berbicara dengan tegas kalau dia tidak boleh
berhubungan dengan istri saya lagi, waktu itu saya
sempat mengancam dia, kalau ya.. dia masih ngeyel
mencoba mendekati istri saya, saya bilang ee..
waktu itu saya akan menyelesaikan secara laki-
laki... ee... maksud saya itu saya tidak segan-segan
untuk bertindak keras pada si WW itu he.....he......
Memang awalnya sulit ya mba... jadi ya yang saya
rasakan waktu itu awal-awal ya setelah saya
memutuskan tidak menceraikan istri saya, ya sulit
ya mba untuk percaya lagi dengan istri saya itu.
Cekkk.. rasanya itu masih terbayang-bayang
melihat istri saya jalan dengan laki-laki lain. Ya
tapi yang saya ingat juga ee... perkataan ulama yang
memberikan nasihat kepada saya itu, ya saya ingin apa
ya mba melindungi kehormatan istri saya juga sebagai
imam dalam keluarga. Hemmm... Setelah mencoba
melaksanakan apa yang dinasihatkan ya mungkin
rasanya jadi lebih ringan perasaanya tidak seemosi
ketika saya mengatakan akan menceraikan istri
saya. ya mencoba lebih bisa memperbaiki diri juga
gitu mba he.....he...... (tertawa).
Tindakan yang
dilakukan subjek
setelah mengetahui
istri telah
berselingkuh (T2.4;
T3.4).
Kesulitan yang
dialami subjek ketika
memutuskan untuk
tetap mempertahankan
perkawinan (AK1.4).
Perasaan subjek
setelah membuat
keputusan untuk tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
Itu tadi mba seperti yang sudah saya katakan tadi itu ya
awal-awal saya jadi tidak percaya dengan apa yang
dikatakan istri saya. Saya ee.. jadi lebih sering
menanyakan kalau dia mau pergi kemana-mana
gitu pada waktu itu.
Hemmm.... setelah kejadian itu yang saya pelajari
ee.... apa ya yang saya pelajari waktu itu saya
mungkin jadi tersadarkan belum menjadi seorang
imam yang baik bagi istri dan anak-anak mungkin
ya he...he... ya setelah kejadian itu dan saya minta
nasihat dari ulama, ya saya jadi sadar belum
melaksanakan tugas untuk mengayomi istri dan
anak-anak he..he..... ya selain itu ehhmm.... gimana
ya mba memang istri saya itu ee.... pada waktu itu
telah berselingkuh... ee... setelah.. setelah saya
mendengar nasihat ulama itu ya rasanya jadi
tersadarkan juga mba gimana ya tersadarkan
untuk... untuk apa ya istilahnya itu ee... melindungi
dan ee... menyelamatkan kehormatan istri saya itu.
Ketika.... setelah dari ulama itu saya jadi berpikir
sebagai seorang imam dalam keluarga memang
mungkin saya masih banyak kurang, mungkin
waktu itu yang membuat istri saya melakukan
perbuatan itu, tapi ketika itu ee.... saya juga berpikir
setelah dari ulama itu kalau saya sebagai seorang imam
harus menjaga dan melindungi kehormatan istri, ee...
istri saya itu memang telah berselingkuh tapi.. saya
sebagai seorang imam ingin menyelamatkan
kehormatannya sebagai seorang istri. Ee... dalam
Kesulitan yang
dialami subjek ketika
memutuskan untuk
tetap mempertahankan
perkawinan (AK1.4).
Pelajaran yang subjek
pahami setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK1.5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
423
424
425
426
427
428
429
430
431
agama saya sendiri eee... juga dikatakan kalau cerai
juga merupakan hal yang dibenci oleh Alloh mba....
Ya saya menjalani sekarang ini dengan penuh
syukur aja mba ee... karena juga sudah bisa
melewati masalah yang istilahnya hampir
menghancurkan kehidupan rumah tangga saya dan
istri saya... saya bersyukur bisa melewati itu semua
he..he... (tersenyum).
Kegiatan yang dilakukan bersama ya.... eemm.....
ya mungkin jadi lebih punya waktu untuk
berduaan ya mba he...he.... anak pertama saya DR itu
juga sudah mentas dan bekerja di Jakarta, anak saya
yang kedua juga sudah mau selesai juga kuliahnya.
Ya banyak yang berubah ya mba, kami.. saya dan
istri jadi banyak berubah, istri saya juga jadi
mengenakan jilbab ya walau belum lama juga dia
memutuskan memakai jilbab he....he.... ya kami jadi
makin mengerti satu sama lain juga
mba....he....he.... ya jadi lebih sering cerita-cerita,
lebih sering bercanda-canda gitu lah mba...
he...he.....
kalau sebelum kejadian itu sih... saya rasa hubungan
kami baik-baik saja... ya seingat saya tidak ada
masalah sama sekali (diam).
Emm.. kalau masalah rumah tangga mungkin kalau
ada hanya masalah-masalah kecil lah.... yang namanya
rumah tangga pasti ada konflik-koflik. Tapi waktu
itu, konflik yang ada paling cuman konflik-konflik
Perasaan subjek saat
ini setelah peristiwa
perselingkuhan
tersebut berlalu
(AK2.6).
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
saat ini setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK2.8).
Permasalahan yang
muncul dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
432
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
rumah tangga biasa juga. Kalau pun ada
permasalahan paling masalah rumah tangga biasa
seperti mengurus kebutuhan-kebutuhan sehari-
hari dan kebutuhan anak. Yang saya ingat dulu..
sebelum ada peristiwa perselingkuhan itu, saya dan
istri saya tidak pernah ada masalah, rumah tangga saya
baik-baik saja.....
Kalau sebelum ada kejadian istri saya selingkuh itu...
saya yang selalu mengambil keputusan dan
mengambil tindakan harus seperti apa gitu. Ketika
dulu sebelum ada peristiwa itu.... saya jarang kalau
berdiskusi dulu dengan istri... (diam). Emmm..
mungkin sikap saya seperti itu dulu ya... yang mungkin
otoriter, tidak... mau berdiskusi kalau ada masalah itu
mungkin yang jadi penyebab istri saya selingkuh.
Oo.... kalau dulu itu saya mengucapkan sayang kepada
istri saya itu dulu... sebelum ada peristiwa itu, kalau
seperti mengucapkan kata-kata yang romantis
kayak anak muda jaman sekarang... saya tidak
seperti itu he..he.... ya mungkin kalau
mengucapkan seperti papa sayang sama mama gitu
he..he... selebihnya sih lebih ke tindakan sih mba
kalau saya menunjukkan rasa sayang saya seperti
kalau pas hari ulang tahun pernikahan kita, saya
sering mengajak makan sekeluarga seperti itu
mba....
Kegiatan seperti apa dulu nih... he...he... kalau
kegiatan berdua ya dulu sebelum ada permasalah
perkawinan subjek
sebelum peritiwa
perselingkuhan
(A1.3).
Cara subjek dalam
mengatasi
permasalahan yang
terjadi dalam
perkawinan (A1.4).
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1.2).
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
itu ya biasanya kalau misal habis pulang dari
kantor gitu ya biasanya nonton TV bareng,
ngobrol-ngobrol santai kayak ngomongin masalah
kantor atau apa gitu... kalau dulu jarang sih mba
kami berdua jalan pergi berdua, mungkin kalau pergi
keluar kalau ada yang pas ulang tahun kayak ulang
tahun pernikahan kami atau ulang tahun anak-anak itu
kami biasanya makan di luar...
Kalau perubahan-perubahan itu malah saya tidak
merasakan itu mba... saya dulu sebelum mengetahui
bahwa istri saya berselingkuh itu ya biasa-biasa saja
mba... kami menjalaninya tanpa ada permasalahan-
permasalahan. (menghela napas) Maka dari itu mba
ketika dulu itu setelah saya tau kalau istri saya
berselingkuh sangat kecewa sekali dan merasa
bahwa selama saya dan istri saya menjalani hidup
bersama itu sia-sia... (menghela napas). Saya waktu
itu tidak pernah kepikiran akan mengalami masalah
demikian. Saya mengganggap.... kalau dalam
menjalani kehidupan berumah tangga kami itu baik-
baik saja, tetapi malah sebaliknya..... Istri saya malah
berselingkuh dan malah menyalahkan saya sebagai
suami yang tidak perhatian dan pengertian (diam).
Ya mungkin setelah saya mendapat nasihat dari
ulama saya itu.... jadi tersadarkan juga mba....
kalau saya itu belum menjadi imam yang baik.
Kalau mau diingat dulu itu saya termasuk orang yang
keras dan kalau sudah menentukan suatu keputusan
anak-anak dan istri saya harus menurutinya.
bersama dengan istri
sebelum terjadi
perselingkuhan
(A1.2).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
Mungkin... sikap saya itu karena didikan ayah saya
dulu juga... mungkin ya..... ayah saya dulu orang yang
keras dan sangat disiplin. Jadi karena sikap saya
seperti itu, istri saya jadi tertekan.. merasa tidak
dihargai dan tidak dianggap sebagai seorang istri dan
ibu.... ya setelah saya merenungi nasihat dari ulama
yang saya temui itu.. saya mencoba merefleksikan diri
saya mba waktu itu..... (diam)
Jujur saja mba dulu ceritanya setelah saya meminta
nasihat dari ulama itu, saya sempat pisah dengan istri
saya itu, tapi bukan pisah rumah hanya pisah kamar
saja, sempat beberapa hari saya bicara ketus dengan
istri saya. Kalau mau diingat dulu pertentangan
batin juga mba.... antara sakit hati saya dan
mempertahankan perkawinan mba.... rasanya
berat mba.... di sisi lain saya juga kepikiran anak-anak
mba.... istri saya memang sudah meminta maaf dan
saya juga sudah berbicara untuk segera memutuskan
hubungan dengan si WW itu, tapi rasanya waktu itu
untuk membangun rasa percaya lagi kepada istri
saya itu berat mba...
waktu itu saya sempat membenci istri saya,
menyalahkan dia.... kerena tega mengkhianati saya.
Tapi, dengan saya merefleksikan diri.. juga dengan
sholat dan bercerita pada ibu saya mengenai perasaan
saya, jadi lebih ringan dan membantu saya untuk
berpikiran secara jernih....
Kesulitan yang
dialami subjek ketika
memutuskan untuk
tetap mempertahankan
perkawinan (AK1.4).
Perasaan yang dialami
subjek setelah
mengetahui istri telah
berselingkuh (T2.3;
T3.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
Waktu itu, setelah saya dapat berpikiran jernih ya..
saya rasa bahwa diri saya yang keras dan otoriter
yang menyebabkan istri saya sempat berpaling.
Setelah... saya menyadari kekurangan saya, waktu
itu saya melihat istri saya sebagai orang yang butuh
didengarkan juga pendapatnya, butuh
diperhatikan.... Waktu itu saya dan istri saya saling
koreksi diri juga, jadi setelah saya sempat mendiamkan
istri saya itu, kemudian... saya mencoba mengajak dia
jalan keluar untuk makan bareng berdua.... ya waktu
itu saya dan istri saling share mengungkapkan
perasaan kami masing-masing. Mulai waktu itu kami
jadi lebih terbuka lah mba.. saya jadi sadar kekurangan
saya dan saya juga berusaha memahami istri saya juga.
Kemudian setelah kami saling share waktu itu, lalu
kami saling berjanji untuk saling mengubah sikap,
saling mengingatkan juga kalau ada yang salah, lalu
juga kami saling janji untuk saling mendukung dalam
menjalani hari ke depannya. Yah... mulai waktu itu
kami jadi lebih terbuka lah mba.. saya jadi sadar
kekurangan saya dan saya juga berusaha memahami
istri saya juga. Saya jadi melihat bahwa istri saya
memerlukan saya sebagai suami yang melindungi
dan menjaganya, dan juga saya membutuhkan istri
saya yang bisa memahami dan menerima saya apa
adanya he..he... gitu mba....
Kalau istilahnya setelah peristiwa itu ya,
komunikasi dalam keluarga jadi dua arah mba,
kalau dulu saya yang jadi penentu keputusan dan
semua yang saya putuskan harus dilaksanakan,
Penilaian subjek
terhadap istri setelah
memutuskan tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.2).
Penilaian subjek
terhadap istri setelah
memutuskan tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.2).
Pelajaran yang subjek
pahami setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
jadi... cuman satu arah saja dulu komunikasinya
cuman dari saya. Setelah saya menyadarinya dan
mengalami peristiwa yang demikian, saya mencoba
mengubah komunikasi saya seperti melibatkan istri
dan anak-anak juga dalam menentukan keputusan.
Setelah saya merubah sikap demikian, ya saya jadi
mengetahui perasaan-perasaan istri saya, apa yang
dirasakan istri saya, ya... saya jadi bisa menerima dia
kembali mba.... setelah... mengalami peristiwa itu saya
ingin menjadi imam yang baik juga buat istri dan anak-
anak, seperti nasihat ulama yang membuat saya
sadar juga kalau saya juga mempunyai tugas
mengayomi, melindungi kehormatan dan
keselamatan istri... saya juga berpikir bahwa di
dunia ini tidak ada orang yang sempurna, semua
orang... pasti pernah melakukan kesalahan juga
tow mba. Kalau misal setiap orang yang melakukan
kesalahan dihindari ya kasihan tow mba. Seperti
halnya mba nindi juga calon psikolog juga harus bisa
menerima baik itu orang baik atau jahat yang datang
konsultasi ke mba nindi tow. Istri saya juga seperti
itu, melakukan suatu kesalahan tapi karena saya
sudah memilih dia sebagai seorang istri ya saya
bertanggung jawab untuk mengingatkan dan
membimbing dia kalau melakukan kesalahan.
Apalagi, istri saya adalah orang yang sangat saya
cintai, saya memilih dia sebagai istri karena
melihat dia adalah orang yang baik dan penuh
perhatian.
(AK1.5).
Pelajaran yang subjek
pahami setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK1.5).
Hal yang membuat
subjek tetap
mempertahankan
perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
He..he... kalau itu, gini ya mba.. he....he.. seperti yang
saya bilang kalau saya bukan orang yang romantis
mba.. he..he... ya kalau manggil sayang seperti
sebelum-sebelumnya ya bilang papa sayang mama
gitu... he....he... mungkin yang berubah jadi sering
memperhatikan penampilan istri sih mba setelah
peristiwa itu ya mba, jadi sering muji istri saya cantik
gitu he..he... trus kalau mau pergi-pergi juga ngasih
pendapat kalau dia cantiknya pakek baju yang ini atau
yang itu he.....he....
Setelah peristiwa itu, jadi lebih banyak meluangkan
waktu berdua kalau malem lebih jadi sering cerita-
cerita juga. Sampai sekarang juga seperti itu lebih
banyak waktu untuk ngobrol, apalagi anak-anak juga
sudah pada besar dan punya kesibukan sendiri-sendiri.
Ya satu-satunya yang bisa diajak ngobrol ya istri saya
juga he.....he.....
Kegiatan yang lain apa ya.. he..he.. mungkin nonton
film, ya gara-gara anak saya nih saya dan istri saya
juga suka nonton film he..he.... kadang kalau hari libur
itu saya dan istri saya pinjam film untuk dilihat
bersama. Kadang anak saya yang meminjamkan juga
untuk ditonton bareng-bareng he...he..... kegiatan yang
lain mungkin kalau sore apa hari minggu atau pas libur
gitu ya kita jalan bareng atau pergi ke mana gitu
berdua, biasanya pergi makan malam gitu... he..he.....
Kegiatan keseharian
yang dilakukan subjek
bersama dengan istri
saat ini setelah
peristiwa
perselingkuhan berlalu
(AK2.8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI