plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · kerajaan medang kamulan baru adalah orde...
TRANSCRIPT
PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM NOVEL
PUTRI CINA KARYA SINDHUNATA
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh: Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Skripsi ini disembahkan untuk semua korban Kerusuhan Mei 1998 serta
para pejuang hak mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Merahnya Merah-Putihku Setetes darah Percik di benderaku tercinta Darah mereka tak berdosa Menjadi kambing hitam belaka Teriak sunyi orang tersiksa Masih bergema, masih bergema Tiada kita perdulikan nista Teman kita dalam Bhineka Tunggal Ika Sewindu setengah telah berlalu Tapi masih terharu hatiku Melihat sang merah-putih berduka Semakin merah karna dosa kita Kapankah kita kan bekerja sama Kapankah merah-putihku bisa bahagia Bersih dari darah korban api dan musnah Merah merah semangat bukan luka Dijilat api benderaku masih berlambai Memberi sinar harapan bangsa Sementara impian tak tercapai Selama kita masih memangsa
Yogyakarta 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Tugas Akhir PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM NOVEL PUTRI CINA KARYA SINDHUNATA Oleh: Christopher Allen Woodrich NIM: 084114001 Telah disetujui oleh Pembimbing I
tanggal 5 January 2012
(Susilawati Peni Adji, S.S. M. Hum.) Pembimbing II
tanggal 5 January 2012
(Dr. I. Baryadi Praptomo, M. Hum.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM NOVEL
PUTRI CINA KARYA SINDHUNATA
Dipersiapkan dan ditulis oleh Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada 9 Januari 2012 Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Herry Antono ............................. Sekretaris S. E. Peni Adji ............................. Anggota Yoseph Yapi Taum .............................. I. Baryadi Praptomo S. E. Peni Adji .............................. ..............................
Fakultas Sastra
Dekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Christopher Allen Woodrich
NIM : 084114001
yang merupakan mahasiswa Sanata Dharma, memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Kerusuhan
Mei 1998 Dalam Novel Putri Cina Karya Sindhunata” beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada) demi pengembangan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet
atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Tulisan ini juga dilepaskan dengan lisensi hak cipta Creative
Commons Attribution Share-Alike.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal 12 January 2012
Yang menyatakan
Christopher Allen Woodrich
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Untuk memahami suatu karya sastra perlu kita memahami latar belakang
sosial-budayanya, khususnya peristiwa sejarah di daerah karya itu ditulis. Demikian
pula halnya meneliti Putri Cina, karya Sindhunata. Makalah ini bertujuan mencari
hubungan antara Kerusuhan Mei 1998 dengan memahami unsurnya, yaitu Kerusuhan
Mei 1998 dan karya Putri Cina. Dari pengertian dasar itu akan ditarik kemiripan
dengan menggunakan teori sosiologi sastra.
Pada bulan Mei 1998 terjadi suatu peristiwa yang sampai sekarang
mempengaruhi psikis orang keturunan Cina di Indonesia, khususnya yang WNI. Pada
saat itu terjadi amuk massa yang amat keji dan diarahkan kepada orang Cina:
perkosaan, pembunuhan, penjarahan dan pembakaran. Amuk massa ini akhirnya
memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Kini peristiwa itu dikenal Kerusuhan
Mei 1998.
Putri Cina menceritakan kehidupan dua perempuan Cina, yaitu Putri Cina,
yang agak mistis, dan Giok Tien, yang menikah dengan seorang pribumi. Putri Cina
merasa kehilangan identitasnya, maka dia melewati beberapa masa, dari keruntuhan
kerajaan Majapahit sampai pada akhir rezim Prabu Amurco Sabdo, untuk mencari
identitas itu. Giok Tien adalah istri Setyoko, senapati kerajaan Medang Kamulan
Baru. Kakak-kakaknya dibunuh dan dia sendiri diperkosa. Biarpun akhirnya dia
diselamatkan Setyoko dan berdua mereka memaksa Prabu Amurco Sabdo
mengundurkan diri, dia tidak percaya pada suaminya. Ketika mereka akhirnya
berbaikan, Setyoko dan Giok Tien dibunuh orang yang mengharapkan Giok Tien dari
zaman dahulu.
Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah Orde Baru, dengan Prabu Amurco
Sabdo sebagai wakil Soeharto. Rasa trauma yang dirasa Giok Tien mencerminkan
rasa trauma orang Cina setelah tragedi itu. Itu dan beberapa kemiripan novel dengan
kejadian nyata dan tokoh sejarahwi dapat dibaca pada Bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
In order to understand a literary work one must understand its social and
cultural background, especially the history of the area where it is written. The above
statement holds true as well for analysing Putri Cina, by Sindhunata. This paper will
explain the May 1998 tragedy and Putri Cina and then draw parallels between the
two using the theory of sociology of literature.
In May 1998 something happened that until now affects people of Chinese
descent in Indonesia, especially those who are Indonesian citizens. At that time a
large pogrom occurred, directed towards Chinese-Indonesians. These acts included
rape, murder, pillaging and razing. This pogrom eventually forced Suharto, the
president of Indonesia, to resign. Now that event is known as the May 1998 Tragedy.
Putri Cina is about the lives of two Chinese women, namely Putri Cina
(literally Chinese Princess), who is almost mystical, and Giok Tien, who is married to
a pribumi (one considered to be indigenous to Indonesia). Putri Cina feels like she
has lost her identity, so she travels through time, from the fall of the Majapahit
kingdom up until the end of Prabu Amurco Sabdo’s regime to find it. Giok Tien is
Setyoko’s wife, making her the wife of the commander in chief of the army of the
kingdom of Medang Kamulan Baru. Her older sisters are murdered and she herself is
raped. Even though she is eventually rescued by Setyoko and together they force
Prabu Amurco Sabdo to resign, she doesn’t trust her husband. When they eventually
are able to trust each other again, they are killed by one of Giok Tien’s long time
admirers.
The kingdom of Medang Kamulan Baru represents the New Order, with Prabu
Amurco Sabdo as its Suharto. The trauma that Giok Tien feels reflects the trauma
Chinese-Indonesians felt after the May 1998 Tragedy. These conclusions and other
similarities between the novel and actual events and historical figures can be found in
Chapter IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Tulisan ini merupakan suatu titik akhir dari perjalanan yang sudah saya
tempuh selama sepuluh tahun, sejak kelas enam SD saat saya mulai mengenali
kebudayaan Asia. Sejak itu, saya sudah mengikuti pertukaran pelajar ke Indonesia
sehabis SMA dan bahkan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Berdasarkan latar
belakang saya dengan banyak teman keturunan Cina dan obsesi saya dengan hak
asasi manusia, tugas akhir ini pun dapat diselesaikan.
Atas bantuan mereka dalam penyelesaian makalah ini saya ingin ucapkan
terima kasih kepada orang-orang berikut:
• Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, atas dukungannya dalam semua tugas
akademik.
• Keluarga saya di Kanada, khususnya ibu saya Diane Marie Boismier dan
nenek saya Sarah Della Whitehead Sr., untuk dukungannya selama saya
kuliah di Indonesia.
• Peni Adji, S.S. M. Hum., untuk kesabarannya selama membimbing saya
dalam penulisan tugas akhir ini.
• Dr. I Praptomo Baryadi M. Hum., untuk kesabarannya dalam membantu
mengoreksi tata bahasa dan diksi
• Sindhunata, untuk usahanya memperjuangkan hak warga Tionghoa
melalui karya ini.
Makalah ini tidak sempurna dan apabila terjadi kekurangan saya mohon maaf
lebih dahulu. Terima kasih.
Yogyakarta, 12 January 2012
Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Januari 2012
Penulis
Christopher Allen Woodrich
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERSEMBAHAN .............................................................................................. ii
KUTIPAN PEMBUKA ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB 1: PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 3
1.5 Landasan Teori .............................................................................. 5
1.5.1 Teori Strukturalisme ............................................................ 5
1.5.2 Teori Sosiologi Sastra .......................................................... 7
1.6 Metode Penelitian ......................................................................... 11
1.6.1 Metode Pengumpulan Data .................................................. 11
1.6.2 Metode Analisis Data ........................................................... 12
1.6.3 Metode Penyajian Data ......................................................... 12
1.6.4 Sumber Data ......................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1.7 Sistematika Penyajian ................................................................... 13
BAB 2: KERUSUHAN MEI 1998 DI INDONESIA ................................. 15
2.1 Latar Belakang .............................................................................. 15
2.2 Kerusuhan di Jakarta ..................................................................... 18
2.2.1 Secara Umum .................................................................... 18
2.2.2 Kerusuhan dan Penjarahan ................................................ 22
2.2.3 Kekerasan Terhadap Etnis Cina ........................................ 27
2.2.4 Respons Aparat ................................................................. 31
2.2.5 Reaksi Warga .................................................................... 33
2.3 Kerusuhan di Surakarta ................................................................. 35
2.4 Kerusuhan di Kota Lain ................................................................ 39
2.5 Dampak dari Kerusuhan Mei 1998 ............................................... 41
BAB 3: ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PUTRI CINA .................... 43
3.1 Sudut Pandang ............................................................................... 43
3.2 Gaya Bahasa .................................................................................. 44
3.3 Alur ............................................................................................... 46
3.4 Latar .............................................................................................. 54
3.4.1 Latar Tempat ..................................................................... 54
3.4.2 Latar Waktu ....................................................................... 56
3.3.3 Latar Sosio-Budaya ........................................................... 57
3.5 Penokohan ..................................................................................... 58
3.5.1 Putri Cina ........................................................................... 58
3.5.2 Giok Tien ........................................................................... 60
3.5.3 Setyoko / Gurdo Paksi ....................................................... 61
3.5.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah ......................................... 63
3.5.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo ........................... 64
3.5.6 Korsinah ............................................................................ 65
3.5.7 Keluarga Giok Tien ........................................................... 66
3.5.8 Aryo Sabrang ..................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.6 Tema .............................................................................................. 67
3.6.1 Krisis Identitas ................................................................... 67
3.6.2 Kemabukan Kekuasaan ..................................................... 69
3.6.3 Cinta Sejati ........................................................................ 71
BAB 4: PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM PUTRI CINA 74
4.1 Alur ............................................................................................... 74
4.2 Latar .............................................................................................. 81
4.2.1 Latar Tempat ..................................................................... 81
4.2.2 Latar Waktu ....................................................................... 84
4.2.1 Latar Sosio-Budaya ........................................................... 84
4.3 Penokohan ..................................................................................... 87
4.3.1 Putri Cina ........................................................................... 87
4.3.2 Giok Tien ........................................................................... 89
4.3.3 Setyoko / Gurdo Paksi ....................................................... 90
4.3.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah ......................................... 91
4.3.5 Prabu Amurco Sabdo ........................................................ 94
4.3.6 Korsinah ............................................................................ 96
4.3.7 Keluarga Giok Tien ........................................................... 97
4.3.8 Aryo Sabrang ..................................................................... 99
BAB 5: PENUTUP ..................................................................................... 101
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 101
5.1.1 Ringkasan Penelitian ......................................................... 101
5.1.2 Kesimpulan ........................................................................ 103
5.2. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 105
LAMPIRAN ..................................................................................................... 109
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISTILAH
Oleh karena tiga tokoh mengubah nama dengan jabatan baru atau berjalannya waktu,
akan digunakan hanya satu nama untuk ketiga tokoh itu, berdasarkan nama pertama
yang digunakan secara kronologis, yaitu:
Nama Yang Dilambangkan
Prabu Murhardo : Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo
Setyoko : Setyoko / Gurdo Paksi
Radi Prawiro : Radi Prawiro / Joyo Sumengah
Selain itu, di tugas akhir ini digunakan istilah Cina, yang kadang dianggap sebagai
penghinaan, a untuk menjaga konsistensi dengan novel Putri Cina, yang
menggunakan istilah itu.
a Istilah Tionghoa dan China sering dianggap lebih netral. Lihat Woodrich, Christopher Allen.
“Pandangan Pemuda-Pemudi Yogyakarta tentang Kedudukan Suku Tionghoa di Indonesia.” Makalah. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. untuk contoh penerimaan istilah Cina dalam kalangan pemuda-pemudi Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Kerusuhan di Jakarta .............................................................................. 109
2. Data Kerusakan dan Korban .......................................................................... 110
2.1 Data Kerusakan dan Korban Versi DKI Jakarta ............................. 110
2.2 Data Kerusakan dan Korban Vers i Tim Re lawan Untuk
Kemanusiaan (TRUK) ..................................................................... 110
2.3 Data Korban Versi RSCM ............................................................... 111
2.4 Data Kerusakan dan Korban Versi Kodam Jaya ............................. 111
2.5 Data Kerugian Bisnis Properti Akibat Kerusakan ........................... 112
2.6 Data Kerusakan dan Korban TRUK ................................................ 112
2.7 Data Korban Jiwa dan Luka-Luka Versi Tabloid Berita Mingguan
Adil .................................................................................................. 112
2.8 Data Kerusakan Versi Tabloid Berita Mingguan Adil .................... 113
2.9 Data Perkosaan Tim Gabungan Pencari Fakta ................................ 113
3. Transcript Wawancara dengan Wahyu Apri Wulan Sari ............................... 114
4. Transcript Wawancara Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho ......................... 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra bertitik tolak pada dunia nyata, termasuk karya sastra Indonesia.
Pada waktu sastra Indonesia lahir, kekuasaan Belanda mewarnai semua aspek
kehidupan; dengan demikian, karya sastra yang diterbitkan, seperti Sitti Nurbaya, di
permukaan tampak pro-Belanda.1 Pada saat perang kemerdekaan, kemanusiaan dan
semangat perjuangan tidak dapat terpisah dari kehidupan; demikian pula pada karya
sastra, seperti dalam Jalan Tak Ada Ujung, yang mengutamakan tema kemanusiaan
dan kemerdekaan. Setiap periode diilhami oleh peristiwa nyata.2
Demikian pula Putri Cina karya Sindhunata, yang diterbitkan pada tahun
2007. Akibat kekacauan ekonomi, pada tahun 1998 orang keturunan Cina dijadikan
kambing hitam di seluruh Indonesia. Di Jakarta sendiri, dalam waktu tiga hari (dari
tanggal 13 – 15 Mei 1998) sebanyak 1.217 orang tewas, 3 152 wanita diperkosa,4 dan
ada kerugian material setidaknya Rp. 2,5 triliun. 5 Sebagai akibat dari krisis ekonomi
dan kerusuhan di “kota paling aman dan dijaga se-Indonesia,” akhirnya Presiden
1 Siregar, Bakri. Sedjarah Sastera Indonesia Modern. 1964. Akademi Sastera dan Bahasa
“Multatuli”: Jakarta. Hal. 31 – 32. 2 Teeuw, A. Sastra Baru Indonesia I. Diterjemahkan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Ed isi Pertama.
1980. Nusa Indah: Ende. Hal. 170 – 172. 3 Hartin ingsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing Berjelaga.” 2008.
Kompas. 16 Mei. Hal. 49. 4 “Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” 1998. Kompas. 14 Ju li. Hal. 6. 5 Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi
Orang Tionghoa di Indonesia. Edisi Pertama. 2008. TransMedia: Jakarta. Hal. 1084.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Suharto terpaksa mengundurkan diri.6 Kerusuhan ini menyebabkan hilangnya
identitas dalam batin warga keturunan Cina, yang menjadi bingung: apa artinya
nasionalitas, kalau tidak bisa Cina dan tidak bisa Indonesia? Putri Cina lahir sebagai
tanggapan pertanyaan itu. 7
Biarpun Putri Cina merupakan tanggapan atas pertanyaan identitas, novel itu
tidak dapat dipisahkan dari peristiwa yang telah mengilhaminya. Novelnya penuh
dengan peristiwa yang menjadi paralel kerusuhan Mei 1998, di antaranya kerusuhan
yang menjadi alasan pembunuhan orang Cina, perkosaan wanita Cina,
ketidakmampuan pemerintah untuk mencegah kerusuhan, dan gara-gara yang
tersebar di seluruh Indonesia. Sejauh manakah Putri Cina mencerminkan realitas?
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini memecahkan tiga masalah, yaitu:
1.2.1 Bagaimanakah peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia?
1.2.2 Bagaimanakah struktur novel Putri Cina karya Sindhunata?
1.2.3 Bagaimanakah Kerusuhan Mei 1998 mempengaruhi Putri Cina karya
Sindhunata?
6 Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan. 2008. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta. Hal. 212 7 Hartin ingsih, Maria. “Pergumulan Menguakkan Identitas.” 2007. Kompas. 23 September. Hal. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia.
1.3.2 Mendeskripsikan struktur novel Putri Cina karya Sindhunata.
1.3.3 Mendeskripsikan pengaruh Kerusuhan Mei 1998 terhadap novel Putri
Cina karya Sindhunata.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka telah ditemukan beberapa pembahasan Putri Cina
karya Sindhunata. Pembahasan-pembahasan yang ditemukan ada yang merupakan
skripsi/tugas akhir, esai dan resensi buku.
Pembahasan pertama ditulis oleh Maria Hartiningsih berjudul “Pergumulan
Menguakkan Identitas”. Tulisan ini merupakan resensi buku Putri Cina. Resensi yang
diterbitkan di Kompas pada tanggal 23 September 2007 ini memberi sinopsis plot,
serta membahas salah satu pesan novel, yaitu “Identitas Tunggal adalah Ilusi.”
Biarpun ada sedikit pembahasan interteks pada pembukaan dengan menjelaskan
sedikit tentang Kerusuhan Mei 1998 dan pengaruhnya di dunia sastra, serta satu
paragraf yang menarik keparalelan di antara dunia nyata dan dunia Putri Cina:
Manusia terus mengulang sejarah itu dalam konteks politik yang berbeda-beda. Pemerkosaan terhadap perempuan etnis Cina juga terjadi waktu itu (hal 149-150). Sejarah kontemporer mencatat pengambinghitaman etnis Cina sejak tahun 1740 (hal 85-86).8
8 Hartin ingsih, Maria. Op. Cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dalam penulisan ini belum dijumpai pembahasan sosiologi sastra historis
yang mendalam. Sementara, tugas akhir ini diharapkan dapat membahas ilham dari
sudut sosiologi sastra sejarahwi secara lebih dalam.
Ditemukan pula sebuah skripsi dari Fakultas Ilmu Budaya di Universitas
Gadjah Mada berjudul “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”
oleh Dedy Purwono. Skripsi ini, yang diselesaikan pada tahun 2008, membahas Putri
Cina dengan teori interteks. Skripsi Dedy sebagaimana dikemukakan di inti sarinya:
Berdasarkan teori intertekstual, nampak kehadiran teks-teks lain dalam novel Putri Cina. Teks lain yang kehadirannya dapat dilacak dalam novel Putri Cina yaitu Babad Jaka Tingkir, Babad Tanah Jawa, sajak-sajak Cina klasik, drama “Jakarta 2039”, dan novel Sam Pek Eng Tay. Kehadiran teks-teks tersebut saling berkaitan dan menetralisasi satu sama lain sehingga berhasil menambah kualitas novel Putri Cina sebagai sebuah produktivitas. 9
Skripsi tersebut bertujuan untuk mencari interteks di antara Putri Cina dengan
karya sastra lain. Sementara, tugas akhir ini akan mencari pengaruh Kerusuhan Mei
1998 dalam karya Putri Cina dengan menggunakan teori sosiologi sastra.
Sementara, Novita Dewi, dosen Kajian Bahasa Inggris (Pascasarjana) di
Universitas Sanata Dharma, menulis makalah mengenai bagaimana Putri Cina
melambangkan usaha untuk rekonsilasi masyarakat pasca-Kerusuhan Mei 1998.
Sebagaimana dinyatakan dalam abstraknya,
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan adanya rekonsilasi pasca konflik lewat imajinasi historis dalam karya terbaru Sindhunata Putri Cina (2007). Rekonsilasi akan pesan perdamaian ditunjukkan melalui menerimanya tokoh akan ketidakjelasan identitasnya. Pesan ini dikemas
9 Purwono, Dedy. “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”. 2008. Skripsi.
Yogyakarta: Faku ltas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Hal. x.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menggunakan narasi tentang peperangan, balas dendam, dan pengambinghitaman dengan mengangkat sejarah, mitos, cerita rakyat, dan realitas politik modern yang menggarisbawahi kengerian dan kesia-siaan perang antarsaudara. Rekonsilasi dan peran perdamaian ini dibayar oleh cinta dan kematian. 10
Tulisan Novita Dewi ini menggunakan sosiologi sastra sejarah, folklor, dan
politik untuk menunjukkan bagaimana novel Putri Cina merupakan sebuah usaha
untuk merekonsiliasi suku pribumi dengan orang keturunan Cina. Sementara, tugas
akhir ini mengutamakan teori sosiologi sastra sejarah dan dimaksud untuk
menemukan ilham-ilham Putri Cina.
1.5 Landasan Teori
Dalam tugas akhir ini akan digunakan dua teori, yaitu teori strukturalisme
untuk memahami novel Putri Cina dan teori sosiologi sastra untuk memahami
hubungannya dengan Kerusuhan Mei 1998.
1.5.1 Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme dalam sastra merupakan pengertian struktural terhadap
sebuah karya sastra, baik prosa, puisi maupun drama. Berdasarkan strukturnya;
penelitian ini akan menelusuri sudut pandang naskah, alur cerita, latar, penokohan,
dan tema.
10 Dewi, Novita. “Putri Pewarta Perdamaian : Kajian atas Putri Cina karya Sindhunata” dalam Sintesis
Vol. 6 No. 1 Maret 2008. Hal. 40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sudut pandang merupakan bagaimana suatu cerita disampaikan. Apabila
disampaikan dengan “aku-an” (tokoh utama ialah si “Aku”), maka sudut pandangnya
disebut orang pertama. Apabila cerita disampaikan dengan menggunakan nama tokoh
dan narator yang mempunyai kedudukan di luar cerita, maka naskah mempunyai
sudut pandang orang ketiga atau “dia-an”. Sudut pandang orang ketiga ini dapat
dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu terbatas (hanya mengetahui beberapa tokoh saja),
dan mahatahu (mengetahui keadaan dan pikiran semua tokoh). 11
Alur cerita (plot) adalah apa yang terjadi dalam cerita. Alur ini dibagi dalam
lima bagian, yakni perkenalan, munculnya konflik, perkembangan konflik, klimaks
dan penyelesaian. Walaupun secara umum kelima bagian tersebut berurutan, ada juga
karya yang menggunakan urutan yang berbeda, dengan menggunakan teknik seperti
flashback untuk mengembangkan cerita.12
Latar terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosio-
budaya. Latar tempat adalah ruang lingkup di mana cerita terjadi, baik secara sempit
(misalnya istana presiden) maupun luas (misalnya Jawa Barat). Latar waktu adalah
kurun waktu di mana sebuah peristiwa itu terjadi, baik secara sempit (misalnya jam
tiga siang), maupun luas (misalnya tahun 1998). Latar sosio-budaya adalah
keseluruhan adat dan kebudayaan di tempat dan waktu di mana cerita terjadi. 13
11 Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga
Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Cetakan 1. 2004. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 319 – 320
12 Ibid. Hal. 240 – 243. 13 Obstfeld, Raymond. Fiction First Aid: Instant Remedies for Novels, Stories and Scripts. 2002
Cincinnati, OH: Writer's Digest Books. Hal. 1, 65, 115, 171.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Penokohan adalah perkembangan tokoh-tokoh dalam cerita. Ada tiga jenis
tokoh, yaitu protagonis (pelaku/pendorong cerita), antagonis (penghambat
protagonis), dan tritagonis (pembantu protagonis dan / atau antagonis). Hubungan di
antara para tokoh dapat menyebabkan dan menyelesaikan konflik. 14
Tema adalah pembahasan terhadap hal-hal mendasar dalam naskah yang
merupakan perjuangan universal. Ada tema klasik, seperti ‘yang baik mengalahkan
yang jahat,’ dan ada juga yang lebih jarang digunakan seperti ‘yang jahat
mengalahkan yang baik.’ 15
Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan acuan ialah plot, latar, penokohan,
dan tema, sementara sudut pandang akan disinggung pada Bab III tapi tidak didalami
pada Bab IV.
1.5.2 Teori Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra (juga disebut sosiokritik) adalah ilmu sastra interdisiplin
(ilmu sastra dengan ilmu sosiologi) 16 yang dipicu sebagai tanggapan atas kekurangan
teori strukturalisme. Oleh karena dipercaya bahwa karya sastra harus dipahami
sebagai satu aspek kebudayaan yang melengkapi kebudayaan lain, sosiologi sastra
berusaha untuk memahaminya dalam konteks kebudayaan itu. Semua aspek saling
melengkapi, baik pengarang, artifak, pembaca, maupun interteks. 17
14 Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 318. 15 Obstfeld, Raymond. Op. Cit. Hal. 1, 65, 115, 171. 16 Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 338. 17 Ibid. Hal. 332.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Menurut Jonathan Culler, karya sastra, yang merupakan suatu sistem simbol,
hanya dapat mempunyai arti apabila dijelaskan dari mana asal-usulnya dan untuk
siapa dimanfaatkan. Penelitian yang tidak memperhatikan ini tidak dapat menjelaskan
karya sastra dengan sesungguhnya. 18
Dalam penerapannya, teori sosiologi sastra dinyatakan lebih mudah
dipergunakan untuk prosa, khususnya novel. Menurut Nyoman Kutha Ratna, ini
terjadi karena beberapa hal. Pertama, novel menampilkan unsur-unsur cerita yang
paling lengkap, serta paling luas. Kedua, bahasa yang digunakan cenderung bahasa
sehari-hari, sehingga paling mudah dipahami.19
Sosiologi sastra dianggap teori yang baru. Biarpun dinyatakan telah lahir pada
abad kedelapan belas, baru ada buku teks yang diterbitkan pada tahun 1970.20
Walaupun demikian, perkembangannya sudah pesat. Di bawah ini dijelaskan berbagai
aspek teori sosiologi sastra.
Menurut Nyoman Kutha Ratna, kedudukan karya sastra adalah sebagai
berikut.
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin
oleh penyalin. Ketiga subjek itu adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga digunakan masyarakat.
18 Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics, and the Study of
Literature. Routledge & Kegan Pau l: London. Hal. 5. dalam Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 337.
19 Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 335 – 336. 20 Ibid. Hal. 331.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi
masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah
kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat- istiadat, dan tradisi yang lain,
dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat
jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas;
artinya, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.21
Dengan demikian, menurut Nyoman Kutha Ratna kekayaan karya sastra
terjadi karena dua hal, sebagaimana dijelaskan di bawah.
1. Pengarang, dengan pengetahuan intersubjektivitasnya, menggali kebudayaan
masyarakat lalu memasukkan kebudayaan itu dalam karyanya. Keberhasilan
pemasukan kebudayaan itu bertitik tolak pada kemampuan pengarang dalam
melukiskannya.
2. Pembaca, dengan pengertian kebudayaan itu, memahami apa yang dibaca
dengan kaca mata budaya itu. Apabila pembaca tidak memahami atau berasal
dari kebudayaan itu, sangat susah untuk karya sastra berhasil mengesankan
pembaca. 22
Menurut Nyoman Kutha Ratna, karya sastra selamanya milik masyarakat
yang melahirkan pengarangnya. Selama hidup pengarang, dia dapat diakui sebagai
21 Ibid. Hal. 333. 22 Ibid. Hal. 333 – 334.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pengarang karya sastra. Namun, setelah kematiannya pengarang tunggal itu diganti
dengan pengarang jamak, yaitu masyarakat yang melahirkan situasi sosio-budaya
yang mewarnai karya sastra. Pengarang jamak ini yang dinamakan pengarang
implisit. Tidak ada karya sastra yang merupakan hanya hasil dunia batin pengarang
sendiri.23
Pernyataan serupa dinyatakan oleh ahli ilmu sastra lain. Menurut Jonathan
Culler, tidak ada karya sastra yang berasal dari pikiran yang benar-benar independen
yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Apabila karya sastra diharapkan untuk
dibaca, dipahami, dan dinikmati masyarakat, harus termasuk horison harapan
pembaca, atau sistem kebiasaan dan pikiran umum di masyarakat itu yang sudah pasti
akan dipahami pembaca. 24
Sebagai ilmu interdisiplin antara ilmu sastra dan sosiologi, sosiologi sastra
juga menerapkan berbagai aspek kebudayaan, antara lain sejarah, filsafat, agama,
ekonomi, dan politik. Namun, prioritas dalam penelitian sosiologi sastra adalah karya
sastra sendiri, dengan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu pembantu.25
Ada tiga macam model penelitian karya sastra yang dapat digunakan seorang
peneliti, sebagai berikut:
1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra
itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah
terjadi.
23 Ibid. Hal. 336. 24 Culler, Jonathan. Op. Cit. Hal. 5. dalam Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 337. 25 Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 339.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur,
bukan aspek-aspek tertentu.
3. Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu,
dilakukan dengan menggunakan disiplin tertentu. Model ini mudah diterapkan
dengan cara yang salah, sehingga karya sastra menjadi objek kedua. 26
Dalam penelitian ini, aspek sosiologi sastra yang akan diteliti adalah sejarah,
dengan menggunakan model ketiga.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, diperlukan data
yang cukup mengenai Kerusuhan Mei 1998 beserta unsur intrinsik novel Putri Cina.
Untuk pengumpulan data itu, digunakan dua metode, yaitu kajian pustaka dan
wawancara.
Untuk data tentang Kerusuhan Mei 1998, akan digunakan sumber sekunder,
antara lain buku sejarah, artikel koran, artikel majalah, dan novel. Sementara, untuk
data mengenai perasaan dan pengalaman orang, akan digunakan metode wawancara
supaya perasaan dan pengalaman korban lebih menonjol.
26 Ibid. Hal. 340
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1.6.2 Metode Analisis Data
Oleh karena ketiga masalah yang akan dipecahkan dalam tugas akhir ini
mempunyai sifat yang sangat berbeda, akan digunakan tiga metode analisis data.
Untuk Bab 2, yang bersifat sejarah kuantitatif/kualitatif, akan digunakan metode
historis deskriptif agar apa yang terjadi dapat dikemukakan dengan jelas. Untuk Bab
3, yang menggunakan teori strukturalisme, akan digunakan metode analisis objektif-
deskriptif, sesuai dengan filsafat dasar teori strukturalisme bahwa tidak ada unsur di
luar karya sastra yang berperan dalam pembentukan karya sastra tersebut. Sementara,
untuk Bab 4, yang berusaha untuk menghubungkan keterjadian pada Kerusuhan Mei
1998 dengan keterjadian dalam novel Putri Cina, akan digunakan metode komparatif,
dengan menarik kesamaan di antara kenyataan sejarahwi dan keterjadian dalam
novel.
1.6.3 Metode Penyajian Data
Data akan disajikan secara deskriptif, dengan kesimpulan ditarik dari
deskripsi itu.
1.6.4 Sumber Data
Sumber data yang utama digunakan untuk penelitian ini adalah sumber
sekunder (sumber pustaka), di antara lain artikel majalah, artikel koran, buku sosial,
buku sejarah, dan skripsi. Sementara, untuk keperluan tertentu digunakan sumber
primer dan sumber tersier. Sumber primer dalam bentuk wawancara digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengetahui emosi yang terasa oleh korban kerusuhan, sementara sumber tersier
dalam bentuk kamus digunakan untuk penerjemahan istilah-istilah asing.
1.7 Sistematika Penyajian
Tugas akhir ini akan dibagi menjadi lima bab dan tujuh belas subbab. Bab
satu adalah pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi
tujuh subbab dan menjelaskan latar belakang masalah, masalah, teori yang digunakan,
tujuan dan metode penelitian, dan sistem penyajian.
Bab dua berfungsi sebagai informasi yang menjelaskan Kerusuhan Mei 1998,
ditarik dari berbagai sumber sekunder dan hasil wawancara pribadi. Bab ini akan
dibagi menjadi lima subbab, dengan subbab pertama menjelaskan penyebab
Kerusuhan Mei 1998, subbab dua menceritakan peristiwa di Jakarta, subbab tiga
menceritakan peristiwa di Surakarta, subbab empat menceritakan garis besar
kerusuhan di kota lain dan subbab lima menjelaskan dampak kerusuhan itu dalam
batin warga Cina.
Bab tiga adalah kajian struktural Putri Cina. Bab ini akan dibagi dalam lima
subbab. Setiap subbab akan merupakan penjelasan salah satu aspek struktur Putri
Cina, yaitu sudut pandang, alur cerita, latar cerita, penokohan, dan tema.
Bab empat mengemukakan pengaruh Kerusuhan Mei 1998 dalam Putri Cina.
Bab ini akan terdiri dari hasil kajian interteks, yaitu antara penelitian pustaka dan
unsur-unsur cerita. Dengan penyamaan ini dapat ditarik kesimpulan bagaimana Putri
Cina dipengaruhi Kerusuhan Mei 1998.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Bab terakhir adalah penutup. Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran dari
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB 2
KERUSUHAN MEI 1998 DI INDONESIA
2.1 Latar Belakang
Kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998 adalah akibat dari krisis moneter
yang telah terjadi di Asia Selatan-Timur mulai di Thailand pada bulan Juli 1997. Pada
saat itu, pemerintah Thailand memutuskan mengembangkan nilai tukar baht. Itu
menyebabkan nilai tukar mata uang negara tetangganya, seperti ringgit dan rupiah,
bergoyang. Sebagian besar mata uang di Asia Selatan-Timur menjadi lemah,
termasuk rupiah. Pada tanggal 13 Agustus 1997 harga tukar rupiah sudah sampai nilai
terendah yang pernah ada sampai saat itu, dengan harga tukar sebanyak Rp. 2.682 per
dolar AS. Semakin hari harga tukar rupiah menjadi semakin rendah, dan harga barang
dan keperluan dasar seperti nasi menjadi semakin mahal. Walaupun pemerintah
Indonesia dapat pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF), tarik-menarik di
antara pemerintah Indonesia dan IMF membuat situasi di Indonesia menjadi semakin
buruk, sampai pada Maret 1998 situasi ekonomi di Thailand dan negara-negara lain
sudah mulai menjadi lebih baik, tetapi situasi di Indonesia menjadi semakin buruk. 27
Kehancuran ekonomi ini tidak dapat diacuhkan oleh masyarakat. Pada tengah
dan akhir tahun 1997 jumlah mahasiswa-mahasiswi yang melakukan aksi
keprihatinan, dan itu hanya di kampus mereka saja. Kemudian, mulai pada bulan
Januari 1998 jumlah mahasiswa-mahasiswi yang berpartisipasi dalam aksi-aksi
27 Luhulima, James. Hari-Hari Terpanjang: Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto dan Beberapa
Peristiwa Terkait. 2008. Kompas: Jakarta. Hal. 78 – 83.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
keprihatinan mulai bertambah sampai ratusan orang; juga ada dosen dan alumni yang
mulai terlibat. Aksi keprihatinan besar pertama terjadi pada tanggal 16 Januari, 1998
di Kampus Institut Teknologi Bandung; aksi keprihatinan ini disusun oleh lebih dari
500 mahasiswa-mahasiswi. Setelah itu aksi keprihatinan menjadi semakin besar,
seperti aksi keprihatinan yang terjadi di Universitas Indonesia pada tanggal 25 dan 26
Februari dan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada pada bulan Maret 1998.28
Akhirnya aksi-aksi keprihatinan terus meluas sampai ke seluruh kota besar di
Indonesia, dan hampir setiap hari berlangsung demonstrasi mahasiswa-mahasiswi.29
Demonstrasi semakin hari menjadi semakin terbuka anti-pemerintah.
Contohnya, pada aksi keprihatinan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada sebuah
boneka kertas Presiden Soeharto yang setinggi dua meter dibakar; marak-marak
seperti ini tidak jarang berlanjut menjadi bentrokan antara mahasiswa-mahasiswi dan
aparat keamanan. Agar masyarakat bisa lebih tenang dan mahasiswa-mahasiswi bisa
kembali belajar tanpa melakukan aksi keprihatinan lagi, Menteri Pertahanan dan
Keamanan / Panglima ABRI (Menhankam/Pangab) Jenderal Wiranto mengajak
masyarakat menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam dialog. Namun,
pada awalnya senat mahasiswa-mahasiswi menolak ajakan berdialog. Akhirnya pada
tanggal 18 April 1998 terjadi sebuah dialog antara pemerintah dan tokoh masyarakat,
cendekiawan, dan mahasiswa-mahasiswi di Gedung Niaga Arena Pekan Raya Jakarta,
Kemayoran. Namun, sejumlah senat mahasiswa-mahasiswi tidak hadir dan, walaupun
28 Ibid. Hal. 83 – 84. 29 Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi
Orang Tionghoa di Indonesia. Edisi Pertama. 2008. TransMedia: Jakarta. Hal. 1082.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Menhankam/Pangab menganggap dialog itu sukses, sebenarnya dialog antara
pemerintah dan senat mahasiswa-mahasiswi itu tidak menyurutkan niat para
mahasiswa-mahasiswi untuk terus menggelar aksi-aksi keprihatinan dan mimbar
bebas.30
Awal Mei 1998 suasana di Indonesia masih sangat kacau, penuh dengan rasa
takut dan ragu. Aksi mahasiswa-mahasiswi menjadi semakin luas, tetapi di antara
semua ini rezim Soeharto memutuskan untuk menaikkan harga BBM dan tarif dasar
listrik. Soeharto menyatakan bahwa, sesungguhnya, harga BBM sudah lama mau
dinaikkan tetapi situasi sampai saat itu belum memungkinkannya, dan apabila
harganya tidak dinaikkan, keadaan akan lebih berat lagi. Setelah mengumumkan itu,
Presiden Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk hadir di Konferens Tingkat
Tinggi G-15. Setelah dia pergi, suasana menjadi semakin kacau. 31
Korban dari aparat keamanan pertama dalam kekacauan dan aksi-aksi
keprihatinan ini ialah Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana, Kepala Satuan Intelijen
Kepolisian Resor Bogor; dia tewas di Rumah Sakit Ciawi pada pukul 16.00, tanggal 9
Mei 1998, setelah dihajar kepalanya dengan batu sampai pingsan oleh mahasiswa-
mahasiswi saat dia mengamankan protes mereka di Kampus Universitas Djuanda
(Unida) di Bogor. Selain Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana ada satu pihak
keamanan lain yang tewas setelah menjadi korban pemukulan mahasiswa-mahasiswi,
30 Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 84 – 86. 31 Ibid. Hal. 108 – 111.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yaitu Kapten (Inf.) Ali, Kepala Seksi Intelijen Komando Distrik Militer Bogor.32
Kedua kematian itu menyebabkan pihak keamanan menjadi semakin keras terhadap
mahasiswa-mahasiswi yang melakukan demonstrasi, hingga tiga hari kemudian
terjadi sebuah tragedi yang, setelah semua sudah berakhir, menyebabkan ribuan orang
tewas se-Indonesia, kehancuran harta yang bernilai triliunan rupiah, dan memaksa
Soeharto mengundurkan diri.
Pada pukul 17:20, tanggal 12 Mei 1998, empat mahasiswa dari Universitas
Trisakti yang memprotes situasi ekonomi dan rezim Soeharto, yaitu Elang Mulia
Lesmana, Hendriawan Sie, Heri Hartanto, dan Hafidhin Alifidin Royan, ditembak
mati setelah mahasiswa-mahasiswi mulai kembali ke kampus setelah melakukan aksi
keprihatinan tanpa senjata dan secara teratur. 33 Pelaku aksi keprihatinan kembali ke
halaman kampus Trisakti pada tanggal 13 Mei untuk memprotes kezaliman penguasa
militer yang telah menembak mahasiswa-mahasiswi yang tidak bersenjata, dan
berhasil membunuh empat di antaranya. Namun, aksi tersebut diarahkan oleh
provokator dan kemudian menjadi aksi rasialis anti-Cina.34
2.2 Kerusuhan di Jakarta 35
2.2.1 Secara Umum
32 Ibid. 111 – 112. 33 Ibid. 112 – 113. 34 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1083. 35 Untuk gambaran tersebarnya kerusuhan dan penganiayaan, lihat Lampiran 1: Peta Kerusuhan di
Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kerusuhan mulai tersebar dari dekat kampus Universitas Trisakti. Pada
tanggal 13 Mei, sekitar pukul 11:00 WIB daerah itu ramai dengan mahasiswa yang
berduka cita atas kematian rekan mereka. Ada banyak karangan bunga tanda simpati.
Ada pula beberapa tokoh politik dan masyarakat berkumpul melakukan orasi,
memberi dukungan reformasi yang dipelopori mahasiswa.36
Di luar kampus, terlihat massa terus bertambah. Ada aparat keamanan terlihat
berkumpul di bawah jembatan layang Kuningan, memperhatikan massa. Setelah
mahasiswa menolak bergabung dengan massa, massa mulai menyebar ke arah Roxy,
Tomang, Jalan S. Parman, Jalan Daan Mogot, dan Citraland. Setelah massa bubar
terjadi pembakaran di berbagai lokasi yang dilewati. 37 Kerusuhan yang mulai dekat
Trisakti ini akhirnya sampai ke seluruh Jakarta, bahkan ke Tangerang dan Bekasi.
Massa perusuh, yang diperkirakan dua juta orang, 38 terdiri dari orang dari
semua segi kehidupan. Ibu- ibu dan bapak-bapak menjarah barang untuk keluarga,
remaja-remaja menjarah barang elektronik seperti compact disk dan televisi, kanak-
kanak menjarah gula-gula, permen, coklat, dan permainan, sedangkan orang tua
menjarah kesukaan mereka. Massa ini sangat bersemangat melakukan kerusuhan ini;
mereka beteriak, bertepuk tangan, dan bersorak sambil merusak, menjarah, dan
membakar.39
36 Jusuf, Ester Indayani dan Raymond R. Simanjorang. Reka Ulang Kerusuhan Mei 1998. 2005. Tim
Solidaritas Kasus Kerusuhan Mei 1998: Jakarta. Hal. 11 37 Ibid. Hal. 15. 38 Chailil, Munawar, dan Tim Forum. “Di Ujung Aksi Damai.” 1998. Forum Keadilan. 1 Juni 39 Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. “Mereka Ingin Reformasi tapi
Jakarta Dijilat Api.” 1998. Gatra. 23 Mei. Hal. 24 – 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Massa dikendalikan oleh provokator yang dicurigai merupakan anak buah dari
aparat dengan persuasi, misalnya “Bakar Citraland!”40 Provokator ini kadang-kadang
malah membuat perusuh lain menjadi korban. Contohnya, ratusan ibu- ibu, remaja-
remaja, dan anak-anak diprovokasi untuk menyerbu beberapa mal dan menjarah
barang-barang, tetapi kemudian menjadi korban pembakaran ketika provokator-
provokator membakar mal atau pertokoan tersebut;41 ini terjadi di Yogya Plaza dan
Department Store Klender, dan sesedikitnya 259 orang tewas dalam kasus-kasus
tersebut.42
Pada umumnya target kerusuhan ini adalah orang Cina; ribuan toko dan
rumah yang milik warga etnis Cina dijarah dan dibakar. Demikian juga ribuan
kendaraan bermotor yang menjadi bangkai karena dibakar dalam pogrom43 anarkis
itu. Demikian juga sejumlah mal dan pertokoan lain seperti Supermall Karawaci,
Glodok Plaza, dan Yogya Department Store Klender.44 Kantor-kantor Bank Central
Asia, yang milik Sudono Salim, juga ditarget dan menjadi korban perusuhan ini. 45
Selama tiga hari kerusuhan ini terjadi (13 – 15 Mei 1998), sebagian besar
orang berkuasa hanya diam. Yang bertanggung jawab atas keamanan masyarakat di
Jakarta, yaitu Kapolda Metro Jaya Mayjen Hamami Nata dan Pangdam Jaya Mayjen
40 Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. Op. Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31 41 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1083 – 1084. 42 Arif, Ahmad dan Maria Hart iningsih. “10 Tahun Kerusuhan Mei: Berebut Ruang Ingatan.” 2008.
Kompas. 14 Mei. Hal. 1 43 “Pembunuhan besar-besaran thd suatu bangsa” Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. 2009.
Gramedia: Jakarta. Hal. 1087. 44 Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1083. 45 Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. Op. Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sjafrie Sjamsuddin, tidak melakukan apa pun untuk mencoba mengatasi anarki yang
terjadi pada saat itu; aparat keamanan disuruh menyelesaikan kerusuhan itu sendiri.
Demikian juga Panglima ABRI Jenderal Wiranto, yang melepas tangan, 46 dan
mengutamakan persiapan upacara serah terima jabatan Panglima Divisi Infanteri 2
Kostrad di Malang tanggal 14 Mei, 1998, walaupun ada orang yang tewas dan
dikorbankan di sekitarnya. 47
Ketika aparat keamanan berusaha untuk mencegah aksi massa, terjadi
pemberontakan yang besar. Batu dilempar ke arah aparat keamanan, dan di satu kasus
ada truk yang dikendarai dengan kecepatan tinggi agar truk tersebut dibenturkan ke
pos polisi. Mobil polisi dikejar, dan polisi ditimpuki. Aparat keamanan membalas
dengan tembakan ke udara, tetapi akhirnya mereka tidak mampu menenangkan
masyarakat dan para perusuh tidak bisa dihentikan. Oleh sebab itu, karyawan-
karyawan di berbagai toko dan perusahaan lain seperti Pusat Perkulakan Goro
membiarkan massa membawa pulang barang, asal mereka tidak membakar gedung.
Akhirnya, massa perusuh dibiarkan menjarah, merusak, dan membakar sepuasnya.48
Setelah kekacauan anarkis selesai, Jakarta kelihatan seperti zona perang.
Biarpun jumlah korban dan kerugian tidak disetujui oleh para analis, 49 sudah diakui
bahwa jumlah korban dan kerugian tidaklah sedikit. Menurut The Jakarta Post, ada
lebih dari seribu orang tewas, dan jumlah seluruh kerugian diperkira sesedikit-
46 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1084. 47 Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 122. 48 Ibid. Hal. 24 – 31. 49 Lihat Lampiran 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sedikitnya Rp. 2,5 triliun, atau USD 238 juta. Sekitar 13 pasar, 2.479 rumah toko, 40
mal, 1.604 toko, 45 bengkel, 387 kantor, 9 SPBU, 8 bus dan kendaraan umum
lainnya, 1.119 mobil, 826 sepeda motor, dan 1.026 rumah dirusaki, dijarah, dan / atau
dibakar selama kerusuhan berlangsung. 50
Menurut Kompas, pada tahun 1998 jumlah korban yang tewas diperkirakan di
antara 200 dan 500 orang.51 Namun, sekarang jumlah korban yang tewas diperkirakan
mencapai 1.217 orang. 52 Jumlah korban perkosaan mencapai 152 orang, dengan 15 di
antara mereka yang tewas.53
Semua ini menjadi sangat mengejutkan untuk warga Jakarta, karena ketika
ada protes-protes di kota lain para pemimpin sangat tegas menyatakan bahwa Jakarta
adalah “kota yang paling aman dan dijaga se-Indonesia.” Oleh sebab itu, belum ada
yang siap, baik warga maupun aparat keamanan, untuk menghindari kerusuhan itu. 54
2.2.2 Kerusuhan dan Penjarahan
Dapat digunakan penjarahan Yogya Plaza di Klender, Jakarta Timur, sebagai
studi kasus bagaimana kerusuhan dijalankan.
Sekitar pukul 12.00 WIB [Pen. tanggal 14 Mei], terjadi perkelahian antar pelajar di sekitar Jalan I Gusti Ngurah Rai. Mereka terlihat saling melempar batu di Jalan Layang Klender. Sekitar 30 pelajar masuk pemukiman Kampung Jati. Warga mengusir karena takut
50 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1084. 51 Harsanto, Damar, dalam Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zu lfikar Anwar. Op.
Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31. 52 Hartin ingsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing Berjelaga.” 2008.
Kompas. 16 Mei. Hal. 49. 53 “Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” Op. Cit. 54 Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 212.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
merugikan warga. Kemudian mereka lari ke arah Klender. Sampai di stasiun Klender, di dekat persimpangan Yogya Plaza terlihat sekelompok massa, kira-kira 20 orang berdiri di situ. Ketika para pelajar itu melewati mereka, beberapa orang dari kelompok massa tersebut berteriak ‘Serang, Serang!’ Mereka memiliki ciri berbadan cukup tegap, atletis, dan berambut cepak. Segera setelah komando itu, massa menyerang pelajar dengan menggunakan kayu, batu dan batangan besi. Pelajar yang diserang lalu lari masuk ke arah Yogya Plaza.
Kesaksian lain menyebutkan sebelumnya keadaan sekitar Yogya Plaza belum terjadi apa-apa. Kemudian banyak orang lari- lari sambil berteriak ‘Serbu Yogya! Serbu Yogya!’. Terlihat banyak yang pakai seragam sekolah, tapi badannya besar-besar dan wajahnya tua-tua, ada yang bertato. Mereka menyerbu Yogya Plaza sambil membuka pakaian seragam sekolah.
Kesaksian lain lagi menyebutkan adanya kelompok pemuda dan pelajar yang seolah-olah bertengkar untuk mengundang massa. Kemudian massa mulai berdatangan. Tidak berapa lama kemudian terlihat ada yang mulai membakar ban bekas di depan plaza.
Pada saat yang hampir bersamaan terlihat seorang berpakaian polisi berdiri di atas Jalan Layang Klender mengamati tawuran antar pelajar itu.
Banyak massa yang ikut menjarah. Banyak orang terlihat mondar-mandir mengambil barang jarahan.
Sekitar pukul 15.00 – 15.15 WIB, salah seorang warga melihat sebuah truk besar berplat merah berwarna orange masuk ke lokasi Yogya Plaza. Truk tersebut mengangkut kira-kira 50 orang yang berpakaian macam-macam (berpakaian seragam sekolah, berbaju singlet dll.)
Saksi mata melihat orang-orang tersebut saling mengenal. Mereka masing-masing membawa jirigen berwarna putih dan berlari ke arah Yogya Plaza. Tidak diketahui apa yang mereka kerjakan, tetapi beberapa saat kemudian mereka kembali ke truk dengan tangan kosong.
Ciri-ciri orang-orang yang datang dengan truk berwarna orange tersebut adalah berbadan tegap dan berumur kira-kira 20 – 30 tahun. Mereka berpakaian preman, ada yang menggunakan seragam SMA. Beberapa di antara mereka berambut cepak, lainnya berpotongan rambut biasa saja. Mereka sepertinya saling mengenal satu sama lain dan mendapat perintah dari supir dan satu orang yang duduk di samping supir. Setelah orang-orang tersebut berada di Yogya Plaza, kemudian terdengar ledakan keras dari belakang Yogya Plaza. Setelah ledakan, supir dan 2 orang lain di truk, melambaikan tangan ke orang-orang yang tadi membawa jirigen.
Orang-orang tersebut kemudian kembali ke truk dengan tangan kosong dan meninggalkan lokasi. Kejadian itu terbuka dan banyak orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
orang mengamati hal yang sama. Saat itu saksi mata sudah melihat asap tebal mulai keluar dari Yogya Plaza.
Warga ... melihat sekitar 50 orang turun dari dua buah truk yang datang dari arah Pondok Kopi ke Yogya Plaza sambil membawa jirigen dan terlihat ada yang memimpin dengan menggunakan HT dan berkaca mata. Warga yang menyaksikan melihat bahwa isi jirigen tersebut adalah bensin. Terlihat ada orang melempar jirigen di lantai satu. Terlihat juga ada yang mengumpulkan segala macam barang menjadi satu, kemudian disiram dengan bensin (dari jirigen) dan dibakar. Diketahui kemudian ternyata ada yang mengunci lantai 2, sehingga anak-anak dan yang lainnya tidak dapat keluar menyelamatkan diri.
Sekitar pukul 15.30 WIB, [di] lantai dua bangunan terlihat banyak orang terjebak dan berusaha keluar. Api sudah membesar dan asap tebal menghalangi pandangan. Dari luar bangunan terlihat banyak orang melambai tangan meminta tolong dari lantai 4 gedung. Warga kemudian mengambil tali tambang dari kain iklan film di bioskop Yogya Plaza untuk diulurkan dengan bambu ke lantai 4.
Sekitar pukul 15.30 – 17.30 WIB, terlihat banyak orang dari lantai 4 turun dengan menggunakan tambang tersebut. Dalam keadaan panik, banyak juga orang melompat ke bawah. Akibat banyak orang menjadi terluka dan meninggal dunia.
Sekitar pukul 21.00 WIB di sekitar Yogya Plaza hujan turun dan api mulai padam.
Sekitar pukul 21.30 WIB, setelah api mulai padam warga mencoba masuk ke dalam gedung. Saat masuk melalui pintu eskalator di satu, terlihat kawat dikaitkan ke pintu rolling door, menghalangi jalan keluar. Saksi berhasil masuk sampai batas escalator di lantai dua. Hawa di dalam ruangan sangat panas. Sandal yang digunakan sempat meleleh. Terlihat di dalam ruangan banyak mayat terbakar bertumpuk menjadi satu.
Warga lain, yang juga mencoba untuk memasuki bangunan, melihat pintu rolling door dalam keadaan terkunci gembok dan pintu masuk dihalangi oleh kawat yang diikat ke pintu rolling door dan dikaitkan ke eskalator sehingga pintu rolling door tidak dapat dibuka. ... rolling door tersebut sebelumnya dalam keadaan terbuka karena digunakan orang banyak keluar masuk gedung. 55
Seperti dilihat dari kasus Yogya Plaza, awalnya sekelompok provokator
datang dan memancing emosi massa agar siap menjarah. Kemudian, provokator pergi
55 Jusuf, Ester Indayani dan Raymond R. Simanjorang. Op. Cit. Hal. 110 – 122.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan membiarkan massa menjarah sepuasnya. Modus operandi ini juga dilihat di
seluruh Jakarta, antara lain, sebagai berikut.
• Pada tanggal 14 Mei di Sunter, Jakarta Utara, terlihat beberapa pengendara
sepeda motor mondar-mandir dan memainkan gas dengan keras di sepanjang
jalan depan Kompleks Ruko Griya Inti Sentosa. Pengendara motor tersebut
terlihat berbadan kekar dan sebagian besar menggunakan seragam SMU,
tetapi wajahnya mereka terlihat cukup tua untuk disebut pelajar SMA. Tidak
lama kemudian massa datang dan menjarah Kompleks Ruko Griya Inti
Sentosa.56
• Pada tanggal 14 Mei, di depan Supermarket Hero Megaria, Jakarta Pusat,
terlihat tiga pria berusia antara 20 – 30 tahun melempari bangunan dengan
batu. Mereka berambut cepak, berbadan tegap, dan berpakaian preman. Tiga
pria ini melempar batu dahulu, lalu diikuti massa. Setelah massa sibuk
melempari dan menjarah Hero, mereka lenyap. 57
• Pada tanggal 14 Mei, di Ciledug, Tangerang, terlihat sekitar 3 – 5 orang
memimpin massa. Mereka umumnya berbadan kekar dan berambut cepak.
Umumnya mereka mengenakan baju hitam, celana jeans dan meneriakkan
yel-yel “Bakar Cina!” dan “Jarah Cina!” Di bawah pimpinan mereka, toko-
toko dan Mal Ciledug dijarah.58
56 Ibid. Hal. 61 – 62. 57 Ibid. Hal. 101. 58 Ibid. Hal. 175.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Massa pada umumnya terdiri dari kaum rendah dan dari segala usia, baik
dewasa, remaja, maupun anak.59 Jumlahnya diperkirakan mencapai dua juta orang.60
Mereka pada umumnya menjarah barang yang harga aslinya mahal, dan merusak
barang yang tidak diambil.61
Massa dipimpin oleh sekelompok provokator. Para provokator ini mempunyai
ciri-ciri yang mirip, yaitu berjenis kelamin pria, berbadan tegap dan atletis, berambut
hitam cepak, dan terkoordinasi. Oleh karena itu, diduga bahwa para provokator
adalah aparat yang memancing emosi rakyat. 62
Provokator ini berusaha untuk mengarahkan serbuan massa pada perusahaan
atau toko milik warga keturunan Cina atau orang Cina sendiri. Selain menggunakan
yel seperti “Cina babi!”63 atau “Ganyang Cina!”64 dan komando seperti “Cina-Cina,
JP milik Cina, bakar-bakar!”, 65 massa secara aktif diarahkan agar tidak menjarah
perusahaan milik orang pribumi. Ini terlihat di Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat,
ketika massa dikomando untuk tidak menjarah atau membakar gedung Asuransi
Bumi Putera. 66
59 Ibid. Hal. 1 – 179. 60 Chailil, Munawar, dan Tim Forum. Op. Cit. 61 Jusuf, Ester Indayani dan Raymond R. Simanjorang. Op. Cit. Hal. 1 – 19. 62 Ibid. Hal. 101, 63 Ibid. Hal. 29 64 Ibid. Hal. 55 65 Ibid. Hal. 132 66 Ibid. Hal. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.2.3 Kekerasan Terhadap Etnis Cina
Selain anggota massa yang meninggal dalam kebakaran, juga sering terjadi
kekerasan yang ditargetkan kepada etnis Cina. Ada bukti bahwa pemukulan,
pembunuhan, dan perkosaan telah terjadi secara massal. 67 Beberapa kasus kekerasan
terhadap orang-orang Cina, antara lain sebagai berikut.
• Pada tanggal 14 Mei di Tomang, Jakarta Barat seorang warga etnis Cina
dipaksa turun dari angkatan mikrolet JB 03, lalu dipukuli beramai- ramai
sambil barangnya dirampas. 68
• Pada tanggal 14 Mei di Glodok, Jakarta Barat seorang warga etnis Cina
kehilangan dua cucu laki- lakinya yang terbakar selama kerusuhan.69
• Pada tanggal 14 Mei di Slipi, Jakarta Barat dua orang keturunan Cina, seorang
lelaki dan seorang perempuan, dilempari batu oleh massa dan luka berat.
Massa berteriak “Cina babi, bunuh!” Akhirnya diselamatkan seorang aparat
TNI (yang juga dilempari batu) dan dibawa ke Apotek Prima. Apotek itu
kemudian hendak dibakar massa, tetapi pemiliknya keluar dengan berpakaian
Muslim dan meyakinkan massa agar tidak melakukan hal tersebut. 70
• Pada tanggal 14 Mei di Mangga Besar, Jakarta Utara, massa membakar dan
merusuh sambil meneriakkan kata-kata seperti “Reformasi! Reformasi!” serta
67 Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1083 – 1084. 68 Jusuf, Ester Indayani dan Raymond R. Simanjorang. Op. Cit. Hal. 18 – 19. 69 Ibid. Hal. 23. 70 Ibid. Hal. 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yel-yel anti-Cina seperti “Ganyang Cina!” Seorang warga etnis Tionghoa
hampir ditikam oleh salah seorang di antara kelompok massa. 71
• Pada tanggal 14 Mei di Jalan Mangga Besar, Jakarta Utara, sebuah mobil
Mercedes Benz milik etnis Tionghoa dihentikan oleh lebih dari dua puluh
orang, lalu penumpangnya dipaksakan turun. Mobil kemudian dirusak dan
dibakar. 72
• Pada tanggal 14 Mei di Grasera, Jakarta Timur terlihat massa melakukan
sweeping pengendara bermotor. Semua yang melintasi dipaksa membuka
helm sebelum diizinkan pergi. Ketika ditanya mengapa ada sweeping ini,
seorang anggota massa menjelaskan “Kami mencari orang Cina.”73
Ada pula kekerasan seksual yang terjadi kepada wanita keturunan Cina.
Perkosaan ini dinyatakan terjadi secara ramai-ramai, dan kerap tidak ada yang
bersedia membantu. Contohnya, di Glodok telah terjadi perkosaan yang brutal kepada
wanita etnis Cina di depan umum, dan korban-korban perkosaan itu kadang dibunuh
setelah digunakan. 74 Tercatat bahwa jumlah korban perkosaan mencapai 152 orang,
dengan 15 di antara mereka yang tewas. 75
Yang tidak dibunuh merasa trauma dan ada yang sampai masuk rumah sakit
jiwa atau bunuh diri karena tidak bisa menahan rasa malu dan trauma. 76 Untuk
71 Ibid. Hal. 54 – 55. 72 Ibid. Hal 61. 73 Ibid. Hal. 123. 74 “Jangan Biarkan Pelecehan dan Perkosaan Tak Terselesaikan.” 1998. Kompas. 06 Juni. Hal. 12. 75 “Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” Op. Cit. 76 Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1083 – 1084.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menyelamatkan diri ribuan orang asing dan orang Cina melarikan diri, sampai
perusahaan penerbangan menyediakan penerbangan ekstra untuk para pengungsi. 77 78
Kejadian perkosaan ini sangat tragis, sebagaimana bisa dilihat dari kasus
‘Andina’ di bawah, yang terjadi di Jakarta pada tanggal 13 Mei, 1998:
… sebut saja [Andina]. Gadis berusia 26 tahun ini, pada hari naas itu … pulang dari kantornya. Sebuah bank swasta di kawasan Tomang. Ia dibonceng pacarnya, pegawai perusahaan komputer, menuju rumahnya di bilangan Jelambar, Jakarta Barat. Merasa keadaan sudah mereda, mereka nekad pulang menjelang pukul 21.00 WIB. Keduanya tak pernah bermimpi, dalam perjalanan itu, di suatu tempat di Jakarta Barat mereka tiba-tiba dikepung massa yang muncul begitu saja entah dari mana. Di keremangan malam itu, Andina sudah tak mampu lagi berpikir diapakan saja dirinya. Yang teringat hanyalah, ia ditarik-tarik massa agar turun dari sepeda motor. ‘Tuhan, tolong Tuhan....’ hanya kata-kata itu yang dia teriakkan, di tengah-tengah himpitan kepanikan dan ketakutan luar biasa. Blazernya sudah terlepas, sementara seluruh harta miliknya dilolosi. Uang, handphone, kartu ATM, SIM, STNK, helm, bahkan obat dokter untuk orang-tuanya yang baru ditebus di apotek, habis dijarah. Andina tidak ingat lagi, diapakan saja dirinya waktu itu. Hanya doa yang terus menguatkannya. Sekali ia jatuh terjengkang, tetapi dengan kekuatan yang tersisa ia bangun dan kembali memegang baju pacarnya erat-erat. Sang pacar, yang orang-tuanya berencana melamar tanggal 17 Mei -empat hari sebelum kejadian ini menimpa- tak berdaya dipukuli massa. Yang terdengar hanyalah rintihannya, ‘Ampun Pak… ampun… Saya orang biasa...’ Sementara teriakan massa makin menyeramkan. Tetapi dalam keputusasaan, menurut penuturan Andina, tiba-tiba ada orang tua muncul. Ialah yang memerintahkan agar para penjarah membebaskan dua anak manusia ini. Andina dan pacarnya bisa pergi meninggalkan tempat itu, sebelum kemudian ditolong polisi jaga di dekat situ yang juga tak luput dari lemparan batu massa.
77 Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. Op. Cit. 23 Mei. Hal. 24 – 31. 78 Kelana, Aries, dan I. Made Suarjana. “Yang Untung dan Buntung.” 1998. Gatra. 23 Mei. Hal. 66 –
67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Oleh polisi mereka diantar ke rumah penduduk. Seorang penduduk kemudian memboncengkan keduanya sampai rumah. Berhari-hari kemudian, Andina masih saja dicekam peristiwa itu [hingga] lama ia tak masuk kantor. Sekujur tubuhnya penuh bilur-bilur biru, bahkan juga di pangkal paha. Bekas-bekas kekerasan ini, baru hilang seminggu kemudian. [Ketika ditanya mengapa dia menceritakan peristiwa itu, dia menyatakan bahwa dia] ‘Sakit, sakit sekali... Saya bercerita, dengan harapan ada salah satu dari mereka bisa membaca, bisa tahu apa yang saya rasakan, dan tak mengulanginya pada orang lain.’79
Beberapa kasus perkosaan lain yang tercatat termasuk:
• ‘Dini’, seorang wanita keturunan Cina yang diculik di daerah Jalan Jenderal
Sudirman lalu diperkosa di daerah persawahan pada tanggal 15 Mei 1998.
Karena menjadi trauma, dia akhirnya berpindah ke Amerika Serikat. 80
• ‘Mei Ling’, seorang ibu dari dua anak keturunan Cina yang pada tanggal 14
Mei 1998 dicegat massa di jalan, lalu diperkosa oleh empat orang pria.
Setelah diselamatkan, badannya penuh memar dan dalam keadaan syok.
Menjadi sangat takut pada lelaki, dan akhirnya harus masuk ke rumah
perawatan di Jakarta, dengan anaknya diasuh orang lain. 81
• ‘Lina’, seorang pemudi keturunan Cina yang pada tanggal 14 Mei 1998
dikejar massa lalu diperkosa ramai-ramai di dalam rumahnya oleh lebih dari
sepuluh orang. Setelah diperkosa, perempuan berusia empat belas tahun itu
79 “Luka Kerusuhan, Luka Perempuan.” 1998. Kompas. 5 Juni. Hal. 1. 80 “Hidup yang Terenggut”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 169. 81 Ibid. Hal. 168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menjadi takut pada lelaki dan tidak mendapatkan haid untuk jangka waktu
yang panjang. Akhirnya berpindah ke Taiwan. 82
• ‘Mona Johan’, seorang pemudi keturunan Cina yang diperkosa di antara
tanggal 13 dan 14 Mei 1998 oleh lima orang lelaki. Empat di antara mereka
memegang kakinya, sementara lelaki kelima menempatkan leher dan kepala
Mona ke ujung tempat tidur, lalu memaksa alat kelaminnya ke dalam mulut
Mona. Keempat pria lain bergantian memerkosanya di vagina. Setelah
diperiksa, akhirnya Mono Johan bersama keluarga berpindah ke Australia.83
2.2.4 Respons Aparat
Respons aparat selama kerusuhan terjadi tidak ada kepastian. 84 Dalam kasus-
kasus tertentu, seperti kasus Slipi di atas, aparat berusaha untuk menyelamatkan
warga yang ada dalam kondisi bahaya, bahkan atas risiko besar.
Namun, ada pula banyak laporan aparat tidak berusaha untuk mencegah
penjarahan atau kekerasan, biarpun ada kemampuan. Misalnya, di daerah Mangga
Besar, Jakarta Utara, pada tanggal 14 Mei 1998:
Saksi ... melihat sekitar 50-an orang dari arah Jembatan Baru berusaha memasuki wilayah Pasar Pagi Mangga Dua. Kelompok massa ini dihadang 50-an pasukan Kostrad (terlihat dari baret hijau yang dikenakan) yang berjaga di bawah jalan layang kereta api. Selain pasukan yang berjaga juga terlihat 2 buah truk dan panser. Warga mengatakan
82 Ibid. Hal. 169. 83 Gunadi, Fannie. “Mona, di Balik Sprei Kembang.” 1998. Tempo. 12 Oktober. Hal. 63. 84 Lihat Lampiran 1: Peta Kerusuhan di Jakarta, bagian Titik Amuk Massa Terbesar untuk gambaran
respons aparat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
bahwa pasukan terlihat telah berjaga sejak siang hari pada tanggal 13 Mei.
Kelompok orang tersebut setelah berhasil dihadang akhirnya bergerak mundur menuju perumahan dan toko di Jalan Mangga Dua.
Sekitar pukul 10:00 – 11:00 WIB, sebuah toko material mulai dilempari kelompok massa yang baru saja berpindah dari seberang jalan. Toko tersebut dilempari hingga pecah kaca-kacanya, kemudian mereka mulai menggedor dan mendobrak pintu lantai bawah. Tidak lama kemudian asap tebal mulai mengepul dan membesar dengan cepat. Terdengar beberapa kali ledakan (diperkirakan disebabkan oleh pengencer cat yang diletakkan di lantai bawah).
Suasana menjadi semakin panik setelah asap mulai memenuhi lantai dua dan pintu belakang yang tidak bisa dijebol penghuni bangunan. Akhirnya dengan segala upaya 3 laki- laki penghuni toko berhasil keluar dari bangunan dengan dibantu warga yang berada di belakang toko. Orang tua dan seorang penghuni lainnya juga berhasil ditolong, tetapi mereka telah dalam keadaan terbakar.
Setelah semua penghuni bangunan berhasil keluar, salah seorang korban menghampiri pasukan yang berada di bawah jembatan layang. Ia meminta bantuan dan pengawalan untuk mengantar anggota keluarga yang luka ke rumah sakit. Permintaan itu ditolak pasukan. Kemudian korban tersebut menghubungi ambulans. Ambulans baru datang sekitar pukul 22:00 WIB.
Selama peristiwa terjadi, pasukan yang berjarak sekitar 20 meter tersebut tidak melakukan tindakan menghalangi atau menghentikan massa yang melempar, membobol, dan membakar bangunan.85
Selain itu, ada laporan bahwa ada aparat yang mencari keuntungan dalam
kerusuhan itu. Menurut hasil penelitian Tim Solidaritas Kerusuhan Mei 1998, di
wilayah Glodok pada tanggal 14 Mei 1998 terlihat sekelompok polisi yang menyuruh
perusuh mengisi truk dengan barang jarahan, lalu pergi dengan membawa barang-
barang itu. 86
Ada pula kecurigaan bahwa provokator yang memancing rakyat untuk
melakukan kerusuhan adalah tentara, biarpun ini belum dibuktikan. Menurut pikiran
85 Ibid. Hal. 46 – 48. 86 Ibid. Hal 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
rakyat pada waktu itu, Letnan Jenderal Prabowo Subianto, yang pada saat itu
merupakan pemimpin Kostrad, bersama Mayor Jenderal Syafrie Sjamsoeddin, yang
bertanggung jawab atas anggota ABRI di Jakarta, menyuruh bawahannya untuk
memancing emosi rakyat dan melakukan kekerasan untuk dua alasan, yaitu untuk
meneror musuh pemerintah dan memalukan Menteri Pertahanan Jenderal Wiranto,
yang menjadi pesaingnya untuk menjadi presiden setelah Soeharto turun. 87 Biarpun
memang provokator mempunyai ciri-ciri yang seperti prajurit dan hal ini dipercaya
oleh rakyat, belum ada bukti definitif.
Risiko untuk aparat yang berusaha untuk mencegah amuk massa memang
tinggi, sebagaimana dilihat di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat ketika pos
polisi hancur ditabrak truk, lalu dibakar. 88 Namun, aparat bertugas untuk mencegah
kerusuhan sebisa mungkin dan tidak dibenarkan untuk menggunakan situasi untuk
kepentingan sendiri.
2.2.5 Reaksi Warga
Sebagai akibat ketidakmampuan aparat untuk mencegah massa, masyarakat
terpaksa mengambil inisiatif sendiri untuk melindungi diri. Menurut ahli politik-
ekonomi AS Albert Hirschman, secara umum ada tiga respons yang paling
dimungkinkan dalam kerusuhan, yaitu exit (keluar dari negara di mana kerusuhan
87 Purdey, Jemma. Anti-Chinese Violence in Indonesia, 1996–1999. 2006. Singapore University
Press: Singapura. Hal. 106 – 107. 88 Jusuf, Ester Indayani dan Raymond R. Simanjorang. 2005. Op. Cit. Hal. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
terjadi), voice (melakukan protes dan demonstrasi), dan loyalty (menerima semua
dengan diam).89 Ketiga cara ini digunakan oleh masyarakat.
Exit pada umumnya dilakukan orang Cina. Mereka bersembunyi di
beberapa hotel milik pribumi atau meninggalkan Indonesia untuk pergi ke negara
asing yang dianggap lebih aman. 90 Jumlah pengungsi Cina pada saat itu diperkira
mencapai 10.000 sampai 100.000 orang. 91 92
Sementara, voice digunakan oleh karyawan toko-toko tertentu yang ditarget
oleh massa. Namun, voice ini bukan merupakan cara menentang pasif. Karyawan
berusaha secara aktif untuk mencegah penjarahan. Misalnya, di Jatinegara Plaza,
Jakarta Timur, karyawan ditugaskan untuk menjaga pintu dan menghentikan orang
yang berusaha untuk masuk; karyawati disuruh pulang. 93 Ini juga terlihat dalam kasus
orang yang menyelamatkan tetangga, seperti keluarga keturunan pemilik toko
material yang diselamatkan oleh warga setempat di Mangga Dua, Jakarta Utara. 94
Sementara, jalan loyalty diikuti oleh orang-orang miskin atau menengah,
baik pribumi maupun keturunan; ini kelompok yang paling besar. Pemilik toko
pribumi memasang tanda bertulisan “Milik Pribumi”, “Milik Haji,”95 “Pro-
89 Khoiri, Ilham. “I. W ibowo tentang Liberalisasi Masyarakat Tionghoa.” 2008. Kompas. 10 Februari.
Hal. 12. 90 Sumbogo, Priyono B., Khoiri Akhmadi, dan Nurlis Effendi. "Massa Hantu Merayap dan Memicu
Kerusuhan Itu." 1998. Gatra. 16 Mei. Hal. 24 – 28. 91 Khoiri, Ilham. 2008. Op. Cit. 92 Gie, Kwik Kian. “Warga Keturunan Tionghoa dan Distribusi.” 1998. Kompas. 7 Juni. Hal. 4. 93 Jusuf, Ester Indayani dan Raymond R. Simanjorang. Op. Cit. Hal. 130 – 131. 94 Ibid. Hal. 46 – 47. 95 Ibid. Hal. 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Reformasi”,96 dan sebagainya; mereka berharap agar kepribumian mereka dapat
menghindari amuk massa.
Orang Cina bersembunyi di rumah diam-diam dan berharap agar semua
kerusuhan selesai dengan cepat. Orang-tua berkorban demi keselamatan anak mereka
dengan cara menyediakan makanan sepuasnya untuk anak-anak tetapi hanya
mengambil makanan untuk dirinya sendiri ketika anak-anak sudah puas. Banyak
orang-tua yang harus berpuasa selama beberapa hari kerusuhan itu terjadi.97 98
Namun, ada pula orang yang menggunakan kerusuhan itu untuk mencari
keuntungan sendiri. Karena situasi mendesak itu, harga naik tidak terkendalikan.
Contohnya, harga tiket keluar Jakarta dinaiki sembarangan, hingga tiket pesawat
Jakarta – Batam yang aslinya hanya Rp. 580.000 dijual dengan harga 1,3 juta.99
2.3 Kerusuhan di Surakarta
Pada bulan Mei 1998 kota Surakarta (juga dikenal dengan nama Solo)
mengalami kerusuhan yang mirip Jakarta. Pada tanggal 8 Mei ada insiden di antara
kurang- lebih 5.000 anggota masyarakat dan polisi; dalam kasus itu sebanyak 25
orang terluka oleh peluru karet dan lebih dari 100 orang terluka oleh pelemparan
batu.100 Keadaan menjadi lebih anarkis mulai dari tanggal 14 Mei 1998 kerusuhan
yang disebabkan oleh penewasan empat mahasiswa Trisakti di Jakarta mulai terasa di
96 Wawancara pribadi dengan Wahyu Apri Wulan Sari, tanggal 15 November 2008. 97 Sumbogo, Priyono B., Khoiri Akhmadi, dan Nurlis Effendi. 1998. Op. Cit. Hal. 24 – 28. 98 Khoiri, Ilham. 2008. Op. Cit. 99 “Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8. 100 “Aksi Mahasiswa: Bentrok d i So lo, Yogya, dan Samarinda.” 1998. Kompas. 9 Mei. Hal. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Surakarta. Dengan kabar tentang penembakan mahasiswa-mahasiswi Trisakti, rasa
hangat berkembang dalam hati masyarakat umum dan menyebabkan warga-warga
Solo mulai kerusuhan yang terasa separah kerusuhan yang terjadi di Jakarta.101
Didahului oleh orang yang bersepeda motor, massa menjarah semua
pertokoan dan sebagainya sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi, Sudirman, Urip
Sumoharjo, Ir Sutami, dan seluruh jalan di dalam kota. Massa juga dipinggirkan oleh
warga Surakarta yang, walau tidak menjarah, memberi semangat kepada para
perusuh. Warga Cina yang terlihat dikejar dan diperlakukan dengan jahat. Dalam
waktu semalam, hasil pembangunan selama 30 tahun dihancur dan dibakar. 102
Aparat keamanan tidak mampu menghindari kerusuhan itu. Jumlah aparat
keamanan di Surakarta diakui sangat sedikit, dan dari personel yang ada sebagian
besar ditugaskan untuk mendukung Polri mengamankan aksi keprihatinan mahasiswa
di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh sebab itu, massa perusuh tidak
dihentikan dan penjarahan, perkosaan, pembunuhan, dan pembakaran terjadi, 103 baik
kepada milik warga umum maupun milik aparat keamanan. 104 Akibatnya, massa
perusuh mampu bergerak ke luar kota. Pada tanggal 15 Mei 1998 massa sebesar
ribuan orang sudah tiba di Boyolali, Jawa Tengah dan menjarah dan membakar
pabrik, toko, rumah, dan sebagainya. Dampak dari ini terasa sampai ke Salatiga. 105
101 “Kota Solo Penuh Asap.” 1998. Kompas. 15 Mei. Hal. 11. 102 “’Si Lembut’ Itu Mendadak Beringas.” 1998. Kompas. 16 Mei. Hal. 11. 103 “Amien Rais: Kerusuhan Jakarta dan Solo ada Dalangnya.” 1998. Kompas. 11 Juni. Hal. 1. 104 “Kota Solo Penuh Asap.” 1998. Op. Cit. Hal. 11 105 “Amuk Massa Landa Boyolali.” 1998. Kompas. 16 Mei. Hal. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Oleh sebab kerusuhan itu, hampir semua pusat pembelanjaan tertutup.
Demikian juga bank, sekolah, kantor pemerintah, dan sebagainya. Warga Surakarta
yang tidak ikut massa itu hanya bisa bersembunyi, berdoa dan berharap bahwa
mereka tidak akan kena kerusuhan itu. Toko-toko, bank, kantor, dan lain- lain sejauh
Salatiga, Jawa Tengah, tutup karena takut dirusuh oleh massa itu. 106 Ketika
kerusuhan sudah selesai pun jarang ada yang berani membuka tokonya; demikian
banyak orang yang menderita saat itu.107
Warga Cina di Surakarta dijadikan kambing hitam untuk semua masalah
masyarakat, dan demikian ditarget dalam kerusuhan itu. Perumahan, vihara, dan toko
Cina dirampok dan dibakar oleh massa tersebut. Berikut adalah naratif dari Wahyu
Apri Wulan Sari, seorang orang Jawa dengan keturunan Jepang yang tinggal di
Surakarta pada saat kekacauan Mei 1998.
Saya melihat banyak sekali pertokoan, mall, pasar, semuanya dibakar. Banyak bangkai mobil dan kendaraan bermotor lainnya yang menjadi bangkai di jalan raya pada saat itu. Penjarahan juga ada di mana-mana. Banyak rumah-rumah penduduk di Surakarta, khususnya penduduk Cina yang dijarah, dan dibakar. Bahkan ada banyak juga wanita yang diperkosa; tapi tidak sebanyak di Jakarta. Salah satu teman saya yang terkena serangan itu, Lina (dia adalah warga keturunan Cina yang [keluarganya] memiliki toko buku terkenal di Solo, namanya Toko Buku Sekawan), dia sendiri diperkosa, dan orang tuanya dibuang keluar. Seisi tokonya dijarah penduduk. Walaupun penjagaan dari para penduduk setempat sudah banyak membantu, tapi ternyata itu semuanya tidak berhasil. Akhirnya Toko Sekawan tersebut terbakar, seisinya. Dan Lina sendiri menjadi stress berat, sampai saat ini. Dia sekarang masih berada di Rumah Sakit Jiwa Kentingan, Surakarta.
106 Ibid. 107 “Hampir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Setiap saya dan keluarga saya berjalan di jalan dengan menggunakan mobil atau kendaraan lain, dan kami hampir diserang penduduk, kami selalu berkata, ‘Kami orang Jawa, kami Pro-Reformasi!,’ atau menyebutkan nama perusahaan kami yang dikenal dengan nama Indonesianya. Rumah kami juga ditulisi dengan banner Pro-Reformasi, yang jumlahnya banyak sekali. Kami telah mencoba membantu orang Cina. Dulu, sempat kami membantu orang Cina, yang rumahnya kebetulan berhadapan dengan rumah tante saya di daerah Jagalan. Jagalan adalah salah satu kampung Cina di Solo. Mereka satu keluarga bertempat tinggal di Vihara, walaupun mereka tidak terkena serangan apapun, tapi mereka merasa takut akan serangan yang mungkin akan tiba-tiba terjadi. Akhirnya mereka kami tampung di rumah tante selama beberapa hari, dan kebetulan saat itu, saya dan keluarga saya ikut juga. Awalnya kami semua takut untuk keluar rumah, bahkan kami berencana untuk pindah ke luar kota, dan juga pindah sekolah. Solo benar-benar seperti kota mati saat itu, tidak ada orang, cuma bangkai mobil dan motor, dan juga pecahan kaca di mana-mana. Banyak gedung yang terbakar. Sekolah-sekolah, termasuk sekolah saya pun, ditutup untuk beberapa waktu, sampai menunggu pengumuman lebih lanjut dari pihak sekolah. Lebih parah lagi, kami tidak bisa menemukan toko atau pasar yang terbuka, jadi kami sempat kehabisan bahan makanan selama beberapa hari. Suasana saat itu benar-benar seperti perang mendadak di kota Solo 108 (Lampiran 3)
Oleh sebab Surakarta jauh lebih kecil daripada Jakarta (luasnya Surakarta
sekitar 44 km2 dan penduduk pada saat itu berjumlah 500.000), kerugian dan
intensitas kerusuhan itu lebih terasa, dan selama berbulan-bulan warga Cina di
Surakarta hidup dalam suasana ketakutan, walaupun suasana di Surakarta mulai
menjadi lebih tenang pada tanggal 17 Mei 1998. Dalam aksi kerusuhan yang terjadi
selama dua hari itu, tercatat 56 kantor dan bank, 27 toko swalayan, 217 toko, 12
rumah makan, 18 ruang pamer mobil, dan delapan pabrik dirusak dan dibakar. Massa
108 Wawancara pribadi dengan Wahyu Apri Wulan Sari, tanggal 15 November 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
juga membakar 287 mobil, 570 sepeda motor, 55 bus dan tujuh truk. 109 Jumlah
kerugian dari kerusuhan itu mencapai Rp. 457 miliar. 110 Selain itu, korban tewas
terbakar dalam bangunan yang terbakar diperkirakan mencapai 31 orang.111 Ada juga
24 keluarga yang melaporkan bahwa ada anggota keluarga yang diperkosa saat
kerusuhan itu. 112 Dari 230 perusuh yang ditangkap polisi, hanya 19 masih ditahan
satu bulan kemudian. 113
2.4 Kerusuhan di Kota-Kota Lain
Di kota lain di Jawa juga terjadi kerusuhan, tetapi pada umumnya tidak
separah kerusuhan yang terjadi di Jakarta dan Surakarta. Walaupun demikian, warga
Cina penuh dengan rasa ketakutan, baik di kota yang mengalami kerusuhan maupun
di kota yang masih relatif tertib. Warga yang tinggal di pinggiran kota, jauh dari
aparat keamanan, merasa paling khawatir. 114
Di Surabaya, 10.000 orang keturunan Madura menjaga keamanan Surabaya
dengan membawa celurit. 115 Namun, penjarahan masih terjadi pada tanggal 14 Mei di
kawasan Sidotopo. Massa membobol pintu toko-toko dan menjarah, kemudian
membakar milik warga keturunan Cina.116 Akibatnya, warga Surabaya masih harus
109 “Warga Desak Otak Kerusuhan Solo Diungkap.” 1998. Kompas. 06 Juni. Hal. 11. 110 “Daerah Sekilas.” 1998. Kompas. 06 November. Hal. 8. 111 “Warga Desak Otak Kerusuhan Solo Diungkap.” 1998. Op. Cit. 112 “Perkosaan di So lo Tak Terungkap.” 1998. Kompas. 22 Juli. Hal. 11. 113 “Polisi So lo Masih Menahan 19 Perusuh.” 1998. Kompas. 22 Juni. Hal. 9. 114 “Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8. 115 “Rakyat Harus Ikut Mencari Perusuh.” 1998. Kompas. 22 Mei. Hal. 5. 116 Wijayanta, Hanibal W. Y., Sen Tjiauw, dkk. “Percik Bara Seantero Nusantara.” 1998. Forum
Keadilan. 1 Juni. Hal. 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menjaga diri dengan cara mereka sendiri. Toko, kantor, dan sebagainya tertutup. 117 Di
Bandung, massa melempari toko-toko dengan batu hingga sekitar 20 toko rusak
berat. 118 Juga masih ada ratusan orang Semarang yang melarikan diri agar mereka
tidak kena kerusuhan apabila kerusuhan terjadi. 119 Di seluruh Jawa, suasana sangat
was-was oleh karena adanya kerusuhan besar di Jakarta dan Solo. Yang paling was-
was ialah warga Cina, yang pada umumnya menutup diri dalam rumah, rumah toko,
atau hotel, atau keluar dari Indonesia. 120
Berikut adalah naratif dari Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, seorang warga
keturunan Cina yang bertempat tinggal di Semarang sejak lahir sampai tahun 2009.
Naratif ini menggambarkan suasana di Semarang pada saat itu.
… [keluarga saya] merasa sedikit takut karena banyak isu yang mengatakan, seperti ‘ninja-ninja itu akan mendatangi rumah-rumah orang Cina atau suku Cina dengan membunuh atau bahkan merampas harta dan memerkosa para gadis atau wanitanya.’ Jadi, kami hanya bersembunyi di dalam rumah dan mempersiapkan pintu darurat bila seandainya sesuatu terjadi, dan kami merasa was-was di saat malam. Jadi tidur pun terasa harus terjaga.
Kemudian, saat sekolah harus sedikit tertutup dengan menggunakan jaket dan topi untuk menutupi identitas diri sehingga tidak mencolok di luar; itu karena di Semarang ada kejadian dekat rumah kami di mana seorang gadis Cina yang sedang naik motor dipukul sampai jatuh dari motornya dan diperkosa ramai-ramai... dan dia dibiarkan tergeletak begitu saja di jalan. Saya tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri; saya hanya mendengarnya dari tetangga-tetangga yang menyaksikan kejadian ini. Akan tetapi, tidak seorang pun dari mereka yang berani menolong gadis itu saat kejadian berlangsung. Dia akhirnya ditolong dan dibawa ke rumah sakit ketika segerombolan orang jahat itu pergi
117 “Hampir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Op. Cit. 118 Wijayanta, Hanibal W.Y., Sen Tjiauw, dkk. Op. Cit. Hal. 19. 119 “Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8. 120 “Hampir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Op. Cit. Hal. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
meninggalkannya; namun, malang gadis itu akhirnya meninggal dunia. Pada saat itu saya merasa sangat takut dan membenci sekali perbuatan [pemerkosa itu] (Lampiran 4.).
2.5 Dampak dari Kerusuhan Mei 1998
Pada saat kerusuhan di Jakarta terjadi, Presiden Soeharto masih hadir di
KTT G-15 di Kairo, Mesir; setelah dia diberi tahu keadaan di Indonesia dia segara
kembali ke Indonesia. Namun, setiba di Indonesia Presiden Soeharto menyadari dia
kehilangan kendali pemerintahan dan kekuasaan karena demonstrasi untuk menuntut
dilakukannya reformasi dan penggantian pemerintahan telah mencapai puncaknya;
puluhan ribu mahasiswa-mahasiswi berdemonstrasi setiap hari di seluruh Indonesia.
Apalagi, empat belas calon anggota kabinetnya telah meninggalkan beliau, dipimpin
oleh Menteri/Ketua Bappenas Ir. Ginanjar Kartasasmita. Oleh karena hal-hal itu, pada
tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai
Presiden RI, dan Wakil Presiden Habibie mengambil sumpahnya menjadi Presiden
RI. Berakhirlah masa Orde Baru dan muncullah masa Reformasi. 121
Suasana politik berubah dengan hadirnya Presiden Habibie. Dia segara
berusaha untuk menjaga jarak dari rezim otoriter Soeharto dan membersihkan citra
buruk Indonesia di dunia internasional. Untuk mendapatkan itu, Presiden Habibie
melakukan tiga hal: dia mengutuk Kerusuhan Mei 1998 dalam jumpa pers pada
tanggal 15 Juni 1998, 122 memerintahkan Jaksa Agung Mayjen Andi Galib, SH. agar
memeriksa kasus korupsi yang telah terjadi pada saat Orde Baru, dan juga mulai 121 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1086. 122 Tan, Mely G. 2008. Op. Cit. Hal. 220.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menghapus dikotomi di antara orang Pribumi dan orang Non-Pribumi dengan cara
mengeluarkan Instruksi Presiden No.26/1998 pada tanggal 16 September 1998.123
Namun, selama berbulan-bulan setelah kerusuhan, masih ada orang yang mengancam
korban kerusuhan dan menyatakan bahwa kerusuhan itu akan terulang. 124
123 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1087 – 1090. 124 “Aparat Jamin Keamanan, Warga Masih Was-Was.” 1998. Kompas. 13 Agustus. Hal. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB 3
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PUTRI CINA
Bab ini, yang membahas struktur novel Putri Cina, mulai dari sudut pandang dan
gaya bahasa yang digunakan supaya pengertian alur yang lebih mendalam dapat
digarap. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tidak bisa lepas dari bagaimana alur
disampaikan; tidaklah mungkin bahwa ada eksposisi tentang perilaku antagonis
dalam cerita bersudut-pandang Aku-an. Sementara, setelah alur dibahas maka hal-hal
yang tergantung pada alur, yaitu latar dan penokohan, akan dijelaskan supaya
pengertian alur ini menjadi lebih bulat. Terakhir ada tema, yang mengikat segala
aspek cerita.
3.1. Sudut Pandang
Novel Putri Cina ditulis dalam sudut pandang dia-an maha-tahu. Dia-an ini
memusatkan tokoh “Putri Cina” dan Giok Tien, tetapi ada pula tokoh lain yang
pikirannya disampaikan penulis. Berikut ada tiga contoh, satu dari pihak Putri Cina,
satu dari Giok Tien, dan satu dari Prabu Murhardo sebagai tokoh minor. Yang
mengisahkan Putri Cina berbunyi demikian:
Tak henti-hentinya, ia si Putri Cina itu, bertanya, ke mana wajahnya? Segala jawab ia dapatkan, toh belum juga wajah itu ia temukan. Ia tidak sadar, ia sendiri yang telah meletakkan wajahnya. Ia merasa, wajah itu berat dan amat mengganggunya. Sekarang, wajah itu bagaikan sebuah topeng yang selalu ada di tangannya.125
Sementara, kutipan dari bagian yang mengisahkan Giok Tien: 125 Sindhunata. Putri Cina. Cetakan Kedua. 2007. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Giok Tien baru saja melepas dandanannya. Tiba-tiba di hadapannya berdiri seorang lelaki tampan dan gagah perkasa. Giok Tien sendiri terkejut, mengapa di hatinya terasa, seakan ia melihat Pangeran Tejaningrat sungguhan berdiri di hadapannya? ‘Tidakkah Pangeran Tejaningrat itu hanyalah Tejo, temanku sesama pemain Ketoprak Sekar Kastubo yang sudah kukenal setiap hari? Kenapa ia seakan menjadi sungguh nyata, persis seperti kubayangkan sebagai Tejaningrat yang asli, ketika aku main sebagai Roro Hoyi?’ tanya Giok Tien dalam hati. 126
Sementara, kutipan dari bagian yang mengisahkan perilaku Prabu Murhardo:
Prabu Amurco Sabdo berhenti lagi sejenak. Ia terentak dan bertanya mendadak. Mengapa senapatinya bisa memiliki Putri Cina yang cantik ini, dan aku sendiri tidak? Hatinya lalu makin bergelora panas. Sekarang Gurdo Paksi, senapatinya, tak mau patuh dan taat pada perintahnya. Dan bisa saja ia mengkhianatinya. Sebelum ia dikhianati oleh Senapati, apa salahnya ia menikmati istrinya yang cantik ini? Senapati boleh menghancurkan kekuasaannya, tetapi apa arti kemenangan itu, bila ia bisa menggagahi dan menghancurkan istrinya ini? Ya, dengan menaklukkan istrinya, ia telah menaklukkan dan membungkam kuasa Senapati, jika ia memang sungguh hendak mengkhianatinya. 127
3.2. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam Putri Cina bersifat mistis dan klasik,
dengan banyak penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang agak kuno; dengan
demikian, kadang tampak seperti puisi prosa.
Unsur mistisnya paling kuat di awal cerita, ketika Putri Cina mencari
identitasnya. Teknik ini digunakan karena berdasarkan mitos Jawa. Misalnya:
‘Bukan, Tuan Putri, bukan! Sebelum ada agama apa pun, manusia di Tanah Jawa ini sudah didera dengan pertikaian. Buminya sudah ditaburi dengan darah dendam dan pembalasan. Semua hanyalah lanjutan darah Kurusetra, di mana nenek moyang mereka, sesama saudara, berperang habis-habisan dan meninggalkan warisan dendam, satu sama lainnya, sampai sekarang,’ kata Sabdopalon-Nayagenggong. 128
126 Ibid. Hal. 193. 127 Ibid. Hal. 250 128 Ibid. Hal. 55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Setelah tokoh utama pindah menjadi Giok Tien, gaya bahasa menjadi lebih
deskriptif, tetapi masih menggunakan kosa kata yang klasik. Ini melambangkan
faktor- faktor duniawi yang menonjol, biarpun dinyatakan terjadi di suatu kerajaan
rekaan. Misalnya:
Keadaan genting yang membuat matanya gelap, ternyata sekaligus membuat rahasia tersingkap, di lubuknya terdalam kuasa yang selama ini mengungkapkan diri keluar dalam segala bentuk penindasan dan kekerasan, adalah kuasa kesyahwatan, kuasa lelaki yang harus menaklukkan perempuan. Dalam matanya yang sudah digelapkan itu, ia hanya tahu, dunia akan mencemoohnya, dan kuasanya akan lumpuh tak berdaya, bila ia tidak dapat melampiaskan hasrat syawat kelaki- lakiannya terhadap perempuan yang diingininya, yang kini ada di hadapannya. Ia sudah tidak dapat lagi menahan diri untuk segara menelanjanginya.129
Dalam penceritaan Putri Cina juga sering digunakan istilah- istilah Jawa. Ini
memberi rasa kelokalan dan aktualitas; oleh karena cerita terjadi di tanah Jawa,
harusnya ada unsur-unsur kebudayaan Jawa, termasuk bahasa. Selain itu, raja
Medang Kemulan Baru, Sabdo Murhardo, memegang adat Jawa dengan erat dan
sering menggunakan bahasa Jawa dalam dialognya. Istilah- istilah dan kalimat-kalimat
bahasa Jawa yang digunakan termasuk bebathen130 (keuntungan),131 jamane edan132
(zamannya gila)133 sendika dhawuh134 (setuju dengan perintah)135 tedheng aling-
aling 136 (secara rahasia)137 dan ayu-ayuning wanita, sak jagat tan ana sami138 (wanita
paling cantik, di seluruh dunia tidak ada yang sama). 139
129 Ibid. Hal. 247. 130 Ibid. Hal. 83. 131 Purwadi. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Cetakan Pertama. 2004. Media Abadi: Yogyakarta. Hal.
36. 132 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 119. 133 Purwadi. Op. Cit. Hal. 155, 146. 134 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 140. 135 Dalam konteks ini, ‘akan saya turuti’. Purwadi. Op. Cit. Hal. 520, 100. 136 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 194.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3.3 Alur
Alur Putri Cina secara kronologis sebagai berikut: bab satu kontemporer
dengan bab tiga belas sampai selesai, dan bab dua sampai dua belas adalah flashback.
Ini terbukti karena pada bab satu sudah ada krisis identitas; apabila sudah ada itu,
pasti sudah ada peristiwa yang menyebabkan itu.
Secara plot, urutan Putri Cina sebagai berikut:
Lambang 1: Alur Putri Cina140
Bab Halaman Bagian Alur Tanda 1 9 – 14 Perkenalan1; Timbulnya Konflik1 A1, B1 2 – 12 15 – 87 Peningkatan Konflik1 C1
13 – 17 88 – 148 Perkenalan2; Timbulnya Konflik2 A2, B2 18 149 – 152 Peningkatan Konflik2 C2 19 – 20 153 – 165 Perkenalan3; Timbulnya Konflik3 A3, B3 21 – 28 166 – 257 Peningkatan Konflik3 C3 29 – 31 258 – 302 Klimaks; Penyelesaian D; E
atau A1 – B1 – C1 – A2 – B2 – C2 A3 – B3 – C3 – D – E.
Pada bab pertama, tokoh Putri Cina diperkenalkan. Konfliknya sebagai tokoh
juga muncul; ternyata dia merasa kehilangan identitas, yang ditandai dengan
kehilangan wajahnya.
Dalam Peningkatan Konflik1, Putri Cina teringat pada cerita rakyat. Anak raja
Majapahit, Jaka Prabangkara, dihukum karena telah menggambarkan selir
137 Departemen Pendidikan Nasional. Op. Cit.. Hal. 1416. 138 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 248 139 Merupakan penyusunan kalimat sendiri dari terjemahan ‘cantik’, ‘wanita’, ‘seluruh’, ‘dunia’,
‘tidak’, ‘ada’, ‘sama’. Zoetmulder, P. J. Dan S. O. Robson. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Diterjemahkan Darusuprapta dan Sumart i Suprayitna. Cetakan Kelima. 2006. Gramedia: Jakarta. Hal. 34, 90, 404, 1005, 1198.
140 Tanda ditentukan oleh kedudukan unsur itu dalam alu r konvensional. Nomor kecil (subscript) menandai p lot mana yang tampil. D dan E tidak mempunyai subscript karena menyatukan ket iga alur cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kesayangan raja dengan sangat tepat, termasuk noda hitam dekat vaginanya. Sebagai
hukuman, Jaka Prabangkara ditugaskan untuk menggambarkan semua yang ada di
langit dan tidak turun dari langit sampai dia tiba di negeri Cina. Setiba di sana, dia
menjadi terkenal dan akhirnya menikah dengan dua perempuan, yaitu seorang warga
miskin dan seorang putri kaisar Cina; keturunannya bertakdir kembali ke tanah Jawa.
Oleh karena itu, Putri Cina merasa bahwa dia sebenarnya sudah orang Jawa.
Namun, dia teringat lagi bahwa pada kerajaan Majapahit sudah ada seorang
selir dari Cina; dengan demikian, Putri Cina merasa bahwa pencariannya tidak
selesai. Dia ingat bahwa selir Cina itu telah dienyahkan saat hamil ke Sumatra karena
kehendak permaisuri kesayangan raja; selir itu dinikahkan dengan anak raja itu dan
akhirnya melahirkan anak dari kedua bapak-anak itu. Kedua anaknya tumbuh dewasa,
lalu pulang ke tanah Jawa dan akhirnya menjatuhkan raja Majapahit dan mendirikan
kerajaan baru, kerajaan Demak.
Putri Cina tidak tega, anaknya bisa mengkhianati ayah mereka. Dia merasa itu
melawan adat. Maka dia, sebagai selir Cina itu, pulang ke tanah Jawa, mencari
jawaban. Setelah bertemu dengan Loro Cemplon, seorang hamba di kerajaan
Majapahit, dia berangkat ke Banyuwangi untuk mencari Sabdopalon-Nayagenggong.
Setiba di sana, dia bertanya Sabdopalon-Nayagenggong mengapa Tanah Jawa selalu
menjadi rawan perang.
Sabdopalon-Nayagenggong menceritakan kutukan Sarama, dewi anjing,
sebagai balasan kekerasan yang terjadi kepada anaknya. Sabdopalon-Nayagenggong
mengatakan bahwa kutukan itu membuat Tanah Jawa menjadi kacau setiap beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ratus tahun, dan bangsa Cina yang dikambinghitamkan. Sabdopalon-Nayagenggong
juga menyatakan bahwa itu sebenarnya salah mereka ada kutukan seperti itu.
Sabdopalon-Nayagenggong menceritakan asal usul Semar, Togog dan Batara
Guru. Mereka adalah tiga dewa bersaudara yang berasal dari satu telur. Untuk
mendapatkan jabatan raja dewa dari ayah mereka, Semar dan Togog berlomba
menelan Gunung Gabawarsa. Togog gagal, tetapi Semar berhasil. Namun, gunung itu
tidak bisa keluar dari perutnya. Akhirnya Semar dan Togog digusur ke bumi dan
Batara Guru menjadi pemimpin dewa. Perbuatan cekcok mereka yang seperti
manusia akhirnya menjadi ciri khas manusia.
Ketika Putri Cina bertanya kepada Sabdopalon-Nayagenggong mengapa
mereka merasa bersalah, mereka mengakui bahwa merekalah Semar dan murca, atau
hilang. Setelah itu, Putri Cina bersama Loro Cemplon pergi ke kota Tuban. Di sana,
mereka berpisah dan Putri Cina melewati waktu ratusan tahun dalam waktu singkat.
Saat perjalanan waktu dia melihat keturunan Jaka Prabangkara kembali ke
Tanah Jawa dalam jumlah besar. Mereka menjadi kaya raya, tetapi mulai melupakan
budaya asalnya. Putri Cina juga melihat kekerasan terhadap bangsanya; dia melihat
10.000 orang Cina dibunuh di Batavia oleh penguasa Tanah Jawa Baru, Kompenie,
ratusan orang Cina dibunuh di Tangerang pada tahun 1946, pembunuhan dan
perkosaan di Malang pada tahun 1947 dan pembunuhan tanpa alasan pada tahun 1949
di Surabaya.
Setelah melihat semua penderitaan ini, dia berhenti ketika lagu “Cucak Rowo”
sedang digandrungi di tanah Jawa. Dia melihat orang turun dari kereta, melepaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pakaian dan mendekatkan wayang Cina potehi wanita ke celana dalamnya. Putri
Cina, karena sudah terbiasa kekerasan, tidak mengerti ancaman itu.
Pada bab tiga belas sampai dengan enam belas terjadi perkenalan latar baru,
yaitu Kerajaan Medang Kamulan Baru. Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah
lanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan dengan ideologi yang beda.
Walau ketika Kerajaan Medang Kamulan Baru masih baru itu sangat dicintai oleh
rakyat, kini hanya ada rasa putus asa; putus asanya sangat parah, sampai Kerajaan
Medang Kamulan Baru juga diberi nama panggilan Kerajaan Pedang Kemulan dan
Negeri Mampir Ngombe.
Para antagonis dan salah satu protagonis diperkenalkan pada bab tujuh belas,
yaitu raja Prabu Murhardo, senapati Setyoko (dengan nama Gurdo Paksi), lurah
prajurit Radi Prawiro (dengan nama Joyo Sumengah) dan penasihat Patih
Wrehonegoro. Konflik baru juga timbul; karena rakyat sedang banyak demonstrasi
dan ingin menjatuhkan Prabu Murhardo, dia atas saran Patih Wrehonegoro ingin
mengalahkan amarah rakyat kepada orang Cina. Namun, Setyoko tidak bersedia. Dia
ingin mencari jalan tanpa kekerasan; karena itu, dia menyerahkan Nyai Pesat Nyawa,
keris senapati, kepada Prabu Murhardo. Joyo Sumengah, akan tetapi, bersedia
melaksanakan tugas itu dan menerima keris senapati.
Dalam bab berikutnya, konflik kekuasaan Prabu Murhardo dan rakyat
ditingkatkan. Kebencian masyarakat dialihkan ke orang Cina. Akibatnya, harta-harta
orang Cina dijarah, rumah dibakar, dan wanita Cina diperkosa dan dibunuh. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
amuk massa ini aparat tidak bergerak; karena tidak ada aksi dari mereka, terasa
bahwa mereka mendukung perusuh ini.
Pada bab sembilan belas dan dua puluh plot ketiga muncul. Tokoh Giok Tien,
Giok Hwa dan Giok Hong, tiga kakak-beradik, bersiap untuk mengungsi ke negara
Singa. Biarpun Giok Tien istri Setyoko, mereka tidak merasa aman. Saat bersiap
untuk mengungsi, Giok Tien menjadi terkenang akan masa lalu.
Giok Tien mengingat masa kecilnya, ketika masih sering mengikuti ibunya
menonton ketoprak. Lama-kelamaan dia menjadi pemain ketoprak juga di rombongan
Sekar Kastubo. Bersama teman satu rombongan, Korsinah, dia belajar tentang dunia
ketoprak. Ketika dia menjadi bintang rombongan itu, dia juga menjadi pujaan lelaki;
Korsinah juga mengajar dia dalam hal ini.
Namun, konflik timbul ketika Radi Prawiro, seorang prajurit muda, menjadi
mabuk cinta untuk Giok Tien. Biarpun dia ditolak, dia tidak mengalah. Dia berjanji
kepada dirinya bahwa dia akan mendapatkan Giok Tien suatu saat.
Konflik ini lalu ditingkatkan dalam tujuh bab berikutnya. Bersama Sekar
Kastubo Giok Tien keliling Indonesia. Dia menjadi pemain dan bintang ketoprak
Sekar Kastubo. Namun, dia juga menggunakan waktu itu untuk berdoa demi masa
depan. Demi kelancaran pemeranannya, Korsinah memberikan rapal ke Giok Tien.
Dia menjadi semakin terkenal dan pintar bermain.
Di saat itu Radi Prawiro tidak putus asa untuk memiliki Giok Tien. Dia bicara
pada wanita tua dan membayarnya agar Giok Tien kena guna, terpaksa mencintainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Setelah dia kena guna, Giok Tien merasa semakin gila. Namun, Korsinah mengerti itu
dan bisa menghilangkan guna itu.
Suatu hari, dia menjadi Roro Hoyi dalam lakon Geger Mataram. Karena
perannya sangat luar biasa, akhirnya seorang prajurit muda, Setyoko, mendekatinya
untuk mengakui cinta. Giok Tien pun jatuh cinta Setyoko, dan mereka menjadi pacar.
Lama-lama mereka tunangan, tetapi karena Giok Tien masih ingin main ketoprak,
mereka belum berani menikah. Giok Tien juga takut perbedaan suku mereka akan
menimbulkan masalah.
Akibat kedekatan Giok Tien dan Setyoko, Radi Prawiro menjadi sangat
cemburu dan menyimpan dendam kepada Setyoko. Dia tidak ingin melepaskan Giok
Tien.
Sebelum memerankan Eng Tay dalam lakon Sam Pek Eng Tay, Giok Tien
mengucapkan rapal yang diajari Korsinah. Pemeranannya sangat bagus, dan dia
merasa bahwa dia hampir menjadi Eng Tay yang sesungguhnya. Dia sangat gembira.
Tidak lama setelah itu, Siok Nio, ibu Giok Tien, meninggal dunia.
Perpisahannya dengan Siok Nio membuat Giok Tien sangat terharu. Oleh karena itu,
dia tidak main ketoprak lagi, tetapi berpindah ke ibu kota bersama kakak-kakaknya
untuk bersama dengan Setyoko.
Setelah mengingat masa lalu itu, Giok Tien, Giok Hwa, dan Giok Hong
kembali mengepak untuk mengungsi ke Negara Singa. Namun, ada kelompok orang
masuk ke rumah. Mereka memerkosa dan membunuh Giok Hwa dan Giok Hong.
Namun, Giok Tien diselamatkan Radi Prawiro, yang membantai orang-orang itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Giok Tien trauma atas pembunuhan kakak-kakaknya, apalagi karena mereka tertusuk
Nyai Pesat Nyawa yang milik suaminya.
Setelah dia dibawa ke rumah Radi Prawiro, ternyata Radi Prawiro tidak
datang untuk benar-benar menyelamatkan Giok Tien. Dia ingin menggagahi Giok
Tien dan memenuhi nafsunya, serta balas dendam kepada Setyoko. Namun, Prabu
Murhardo datang sebelum Radi Prawiro bisa menanggalkan pakaian Giok Tien dan
Radi Prawiro disuruh berhenti karena perilakunya tidak untuk kepentingan negara.
Giok Tien lega.
Pada saat yang sama Setyoko pulang ke rumah dan diprotes warga-warga
setempat. Mereka memandang dia sebagai pembunuh dan pengkhianat; mayat Giok
Hwa dan Giok Hong telah ditemukan, bersama Nyai Pesat Nyawa. Setyoko
menegaskan bahwa dia tidak bersalah, lalu berangkat ke istana raja untuk mencari
keadilan.
Giok Tien dibawa Prabu Murhardo ke istana. Di sana, Prabu Murhardo
bingung mengapa dia membawa Giok Tien. Dia sampai pada jawaban bahwa dia
ingin memiliki Giok Tien. Akibatnya, dia menggagahi Giok Tien. Radi Prawiro
masuk ke ruangan itu saat Prabu Murhardo masih menggagahi Giok Tien, tetapi diam
sampai Prabu Murhardo bersyahwat.
Setelah Prabu Murhardo bersyahwat, Radi Prawiro berbicara. Dia
menganggap Prabu Murhardo munafik, karena telah melakukan hal yang sudah dia
melarang. Prabu Murhardo tidak merasa bersalah; menurut dia itu haknya sebagai
raja. Namun, agar Radi Prawiro tidak membantah dia menawarkan Giok Tien untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
nikmat Radi Prawiro; setelah Radi Prawiro selesai, mereka hendak membunuh Giok
Tien.
Radi Prawiro segara turun menggagahi Giok Tien, tetapi tidak mencapai
puncak nafsu. Pada klimaks Setyoko akhirnya masuk ke ruangan itu dan
menghentikan Radi Prawiro. Dia marah besar, dan berusaha membantu istrinya.
Dalam debat yang terjadi saat itu Setyoko mengancam akan ada perang saudara; Giok
Tien menghindari itu dengan menyatakan bahwa dia bisa menjatuhkan Prabu
Murhardo dengan mudah; dia ada bukti bahwa raja itu biadab. Setyoko juga
mengatakan bahwa keluarganya dibunuh, entah oleh siapa; sebagai bukti itu dia
menyerahkan Nyai Pesat Nyawa. Prabu Murhardo mengalah.
Akibat persetujuan bersama, Prabu Murhardo mengundurkan diri sebagai raja
dan Setyoko mengundurkan diri dari jebatan senapati. Radi Prawiro naik pangkat
menjadi senapati dan menerima Nyai Pesat Nyawa kembali. Berakhirlah plot nomor
dua.
Empat puluh hari setelah kematian Giok Hong dan Giok Hwa, Giok Tien
berdoa untuk roh mereka. Dia tidak percaya pada suaminya; dia masih merasa anak
buah suaminya telah membunuh kakaknya. Namun, setelah Setyoko datang dan
menyerahkan seragam senapatinya kepada roh Giok Hong dan Giok Hwa, Giok Tien
sadar bahwa suaminya benar-benar mencintainya. Mereka berpelukan, bahagia
bersama.
Kesunyian ini dipecah ketika Radi Prawiro berusaha untuk menembak
Setyoko dengan anak panah. Giok Tien mendorong Setyoko, tetapi dia sendiri kena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
anak panah itu. Setyoko memegang mayat istrinya, lalu mengakui bahwa dia merasa
lebih parah daripada pengkhianat karena tidak bisa melindungi istrinya. Akhirnya dia
pun kena anak panah.
Radi Prawiro mendekati mayat cinta dan musuhnya. Dia puas karena
dendamnya akhirnya dibalas, tetapi merasa sedih karena dia sendiri sudah membunuh
Giok Tien. Setelah mencoba melupakan cintanya kepada Giok Tien, dia mengakui
bahwa cintanya kini membunuhnya. Dia lalu berusaha untuk memegang mayat Giok
Tien, tetapi kedua mayat itu lenyap menjadi kupu-kupu.
Kupu-kupu itu beterbangan ke langit. Radi Prawiro melihat, ada awan yang
bentuknya mirip sekali dengan Giok Tien. Dia merasa bahwa dirinya sudah
dimaafkan, tetapi masih tidak tega. Akhirnya dia menikam diri dengan Nyai Pesat
Nyawa. Plot nomor tiga selesai.
Melihat kupu-kupu itu beterbangan dan bersuka ria Putri Cina merasa lega.
Dia merasa bahagia, dan terbang bagai kupu-kupu ke seluruh tanah Jawa, berbunga-
bunga dan membagikan permata Suinli. Orang Jawa dan orang Cina tinggal dalam
kedamaian sejahtera. Plot satu selesai.
3.4 Latar
3.4.1 Latar Tempat
Latar tempat luas dalam Putri Cina ada dua, yaitu Indonesia, terutama tanah
Jawa, dan negeri Cina. Indonesia adalah tempat keterjadian sebagian besar cerita, dan
digambarkan sebagai negeri yang amat indah dengan banyak hal mistis, di antara lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
anjing ajaib dan dua dewa yang turun ke bumi; namun, kemistisan ini sudah hilang
pada Kerajaan Medang Kamulan Baru. Sementara Cina, yang hanya muncul pada
Bab 2, digambarkan sebagai negara yang sangat berdasarkan hal yang aktual.
Walaupun kaisar dinyatakan keturunan dewa, tidak ada dewa yang muncul dalam
cerita; hal lain di negara Cina hanya terkait dengan manusia biasa.
Selain itu, ada puluhan latar tempat sempit. Latar tempat yang paling penting
dalam cerita ini adalah:
• rumah Giok Tien dan Setyoko, sebuah rumah besar yang mewah, dan tempat
di mana Giok Hwa dan Giok Hong diperkosa dan dibunuh;
• istana Prabu Murhardo, istana raja yang besar dan digunakan untuk pertemuan
Prabu Murhardo bersama penasihatnya beserta perkosaan Giok Tien dan
pemerasan Prabu Murhardo;
• kuburan Giok Hong dan Giok Hwa, tempat kuburan kakak-kakak Giok Tien
dan pembunuhan Giok Tien dan Setyoko oleh Radi Prawiro;
• tempat pementasan Sekar Kastubo, di mana Giok Tien berkenalan dengan
Setyoko dan Radi Prawiro dan juga mendapatkan saran atas kehidupan dari
Korsinah;
• kerajaan Majapahit dan Demak, dua kerajaan yang dikunjungi Putri Cina saat
mencari identitasnya; dan
• Banyuwangi, di mana Putri Cina mendapatkan penjelasan mengapa tanah
Jawa membahayakan untuk orang keturunan Cina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
3.4.2 Latar Waktu
Ada dua latar waktu besar dalam Putri Cina, yaitu pada keruntuhan Majapahit
dan pada akhir abad kedua puluh. Bab dua sampai dengan sebelas terjadi pada tahun-
tahun keruntuhan Majapahit, sebagaimana digambarkan alurnya. Sementara bab dua
belas sampai selesai terjadi pada akhir abad kedua puluh; ini ditandai pada halaman
85 dan 86 dengan Putri Cina tiba di Medang Kamulan Baru ketika lagu “Cucak
Rowo” sedang popular.
Latar waktu sempit sangat banyak dan berbeda-beda. Namun, tidak ada yang
pasti seperti “jam delapan pagi” atau “hari Rabu,” semuanya relatif. Antara lain, ada:
• ketika matahari hampir terbenam, ketika Putri Cina diberi tahu alas an
mengapa Tanah Jawa rawan kerusuhan;141
• malam yang sangat gelap, ketika Giok Hong dan Giok Hwa diperkosa
dan dibunuh, Giok Tien diperkosa dua kali, dan Setyoko dan Prabu
Murhardo mencapai kesepakatan untuk mengundurkan diri;142
• malam benderang dengan bulan purnama, waktu Putri Cina menyadari
bahwa dia tidak mempunyai wajah; 143 dan
• empat puluh hari setelah kematian Giok Hong dan Giok Hwa, ketika Giok
Tien dan Setyoko dibunuh Radi Prawiro. 144
141 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 43. 142 Ibid. Hal. 223. 143 Ibid. Hal. 10. 144 Ibid. Hal. 288.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.4.3 Latar Sosio-Budaya
Tanah Jawa digambarkan sebagai negara yang mempunyai kebudayaan
kerajaan yang sampai akhir cerita dipegang. Dengan demikian, kuasa raja dianggap
mutlak; dia boleh berbuat apa saja. Namun, Prabu Murhardo sudah menjadi seperti
raja terpilih. Dia tidak takut pada orang luar, tetapi rakyatnya sendiri. Dengan
demikian, Kerajaan Medang Kamulan Baru bisa dinyatakan sudah dipengaruhi
demokrasi.
Pemerintahan Medang Kemulan Baru munafik dalam hubungannya dengan
rakyat. Walau sebenarnya Prabu Murhardo adalah hamba masyarakat, dia menakuti
dan menginjak masyarakat untuk menahan kekuasaannya. Bahkan ketika ada sesuatu
yang mengancam kekuasaannya, seperti gara-gara dan demonstrasi, perasaan rakyat
itu dialihkan ke orang-orang Cina.
Orang Cina dalam Putri Cina digambarkan sebagai orang yang berusaha
untuk mencampuri adat Cina dan Jawa sehingga menjadi beda dari keduanya. Walau
masih percaya pada dewa-dewi Cina dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang
bersifat kecinaan, tokoh seperti Giok Tien dan Siok Nio digambarkan menyukai
kebudayaan Jawa seperti ketoprak:
Pada zaman itu bukanlah aneh orang-orang Cina suka menonton ketoprak, wayang orang, atau ludruk. Beberapa orang Cina malah sempat ikut menjadi pemain di perkumpulan sandiwara-sandiwara itu. Malah ada sebuah perkumpulan wayang orang, yaitu semua pemainnya orang Cina, Ang Hing Ho namanya.
Di kotanya, Siok Nio juga suka menonton ketoprak. Jika ada perkumpulan ketoprak sedang main di kotanya, paling tidak seminggu sekali Siok Nio pasti menyempatkan diri untuk menonton. Dan ke sana,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
ia selalu membawa anak-anaknya, terutama Giok Tien, putri bungsunya. ...
Karena sering diajak menonton, akhirnya Giok Tien juga menyukai ketoprak. ... Tapi entah kenapa, ia tiba-tiba sering membayangkan, alangkah indahnya jika ia boleh menjadi pemain ketoprak. 145
Orang-orang Jawa digambarkan sebagai orang yang terkutuk dan terpaksa
harus selalu bertengkar dengan sesama. Mereka iri hati karena melihat kekayaan
orang-orang Cina, tetapi tergoda oleh kaum perempuan Cina. Dengan demikian, bisa
dikatakan bahwa orang Cina dibenci tetapi diinginkan sebagai pasangan.
3.5 Penokohan146
3.5.1 Putri Cina
Putri Cina, tokoh protagonis pertama, adalah tokoh yang sangat kriptis. Dia
tampaknya bisa di mana-mana, atau di hanya satu tempat. Dia bisa menggunakan
badan orang lain sebagai badannya, atau bisa terbang bebas bagai kupu-kupu. Oleh
karena itu, ada beberapa interpretasi tokoh Putri Cina.
Menurut penulis, Putri Cina adalah tokoh yang berdiri sendiri dan tidak
merupakan perwujudan tokoh lain. Dia adalah ibu metaforis dari semua orang Cina di
Tanah Jawa, dan mewakili perasaan umum kaum Cina pada suatu saat tertentu.
Dengan demikian, dia mempunyai kekuatan yang luar biasa yang digunakan untuk
menenangkan diri dan mencari informasi.
145 Ibid. Hal. 156 – 157. 146 Di sini hanya akan dijelaskan tokoh-tokoh yang akan ditelit i pada Bab IV. Tokoh-tokoh lain,
misalnya Sabdopalon-Nayagenggong, tidak akan dibahas karena tidak menjadi acuan untuk penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kemungkinan lain, Putri Cina adalah perwujudan dari Giok Tien. Bila
demikian, Putri Cina adalah representasi roh Giok Tien saat Giok Tien mencari
jawaban atas pembunuhan kakak-kakaknya. Dalam waktu empat puluh hari di antara
pembunuhan Giok Hong dan Giok Hwa, Giok Tien menggunakan pengalamannya
dari dunia ketoprak untuk mencari identitasnya dan jawaban mengapa kekacauan dan
kerusuhan terjadi. Oleh karena terjadi dalam dunia batin Giok Tien, dia mempunyai
kekuatan untuk melakukan apa saja.
Bagaimana pun dia, baik tokoh sendiri maupun perwakilan dari tokoh lain,
Putri Cina mempunyai karakterisasi yang khas. Dari segi fisik, dia:
... [dikatakan], ... cantik jelita. Matanya nyaris sipit, tapi menambah wajahnya jadi lebih manis. Hidungnya tak terlalu mancung, tapi ia tampak sebagai gadis opera Peking yang amat anggun. Kulit wajahnya langsat kuning. Indah, meski tak seasli gadis-gadis asli Cina di tanah leluhurnya. Memang dahulu dia luar biasa. Dia dikenal kaya raya, dengan kecantikan yang luar biasa dan hati baik yang meninggalkan kenikmatan bagi orang-orang yang dijumpainya. Dia harum bagai bunga.147
Namun, akibat trauma dia tidak merasa demikian. Dia merasa bahwa dia jelek
dan tidak berguna. Dia selalu kelihatan sedih, dan bahkan wajahnya sudah hilang.
Walaupun dia tambah kaya, dia merasa itu atas kehilangan dirinya sendiri.
Pada akhir cerita, Putri Cina menjadi lega dan lepas dari depresinya karena
melihat cinta Giok Tien dan Setyoko yang tidak pernah bisa dipisahkan, kendati
mereka Cina dan Jawa. Dengan mengetahui bahwa kaumnya akan bisa hidup bersama
147 Ibid. Hal. 10 – 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan orang Jawa dengan baik, Putri Cina menjadi bebas dari depresinya dan
menjadi bagai kupu-kupu, menyebarkan kehidupan baru di Tanah Jawa. 148
3.5.2 Giok Tien
Giok Tien adalah tokoh utama dan protagonis kedua. Dia seorang putri Cina
yang menikah dengan Setyoko. Dahulu dia bekerja sebagai pemain ketoprak, tetapi
setelah kematian ibunya dia meninggalkan pekerjaan dan tinggal di Ibu Kota bersama
suaminya dan kedua kakaknya, Giok Hong dan Giok Hwa.
Dia terkenal cantik jelita, sehingga ketika dia pemain ketoprak ada ratusan
lelaki jatuh cinta kepadanya dan merayunya, antara lain Radi Prawiro. Hal itu dan
beberapa hal lain membantu dia menjadi terkenal dalam dunia ketoprak:
Dalam waktu yang tak lama, Giok Tien akhirnya menjadi bintang Sekar Kastubo. Penonton amat mengaguminya, karena ia dapat menjiwai peran-perannya. Suaranya indah. Kata-katanya seperti mengalir dari hatinya. Dan tentu saja, semuanya itu menjadi bertambah indah, karena Giok Tien adalah pemain yang cantik jelita. Kulitnya kuning langsat. Matanya sipit. Hidungnya mungil. Alisnya naik menggaris. Ini semua makin menjadikan dia pemain yang lain daripada yang lain.149
Dari segi batin, dia adalah wanita yang kuat dan tahu apa yang
diinginkannya. Ketika masih kecil dia berani meminta izin menjadi pemain
ketoprak. Saat menjadi pemain ketoprak dia bisa menolak ratusan lelaki yang
merayunya, bahkan yang menggunakan guna atau menawarkan harta. Ketika
dia selesai digagahi oleh Prabu Murhardo dan Radi Prawiro, dia mampu berdiri
148 Ibid. Hal. 299 – 302. 149 Ibid. Hal. 158.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dan menyatakan bahwa dia akan menyebabkan kejatuhan kerajaan itu karena
dibuktikan kemunafikan raja dan pejabat.
Cintanya kepada Setyoko tulus dan tidak pernah hilang. Namun, setelah
kematian kedua kakaknya dia menjadi bingung akan suaminya yang
sebenarnya; Prabu Murhardo dan Radi Prawiro sudah mengatakan bahwa
Setyoko telah membunuh mereka dan Giok Tien percaya mereka. Akan tetapi,
setelah dia melihat betapa Setyoko berduka cita atas kematian Giok Hong dan
Giok Hwa, Giok Tien tidak ragu-ragu lagi dan berani mengorbankan diri demi
suami.
3.5.3 Setyoko / Gurdo Paksi
Setyoko (nama pangkat Gurdo Paksi) adalah Senapati Kerajaan Medang
Kemulan Baru dan suami Giok Tien; dengan demikian, tritagonis ini mendukung
protagonis. Walau dia berketurunan Jawa dan menjadi pejabat negeri, dia tidak peduli
tentang etnisitas Giok Tien. Dia bahkan sangat senang bersama orang-orang Cina;
kesenangan itu mungkin juga dari harta yang dapat dikumpulkan dari mereka,
sebagaimana dikutip di bawah:
‘Benar kau, Joyo Sumengah. Aku bahkan pura-pura menutup mataku, walau aku tahu, Senapati menjadi kaya raya karena kedekatannya dengan orang-orang Cina itu,’ sambung Gurdo Amurco Sabdo.150
150 Ibid. Hal. 137.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Walau sebelumnya dia telah menangani kerusuhan dengan kejam dan keras,
dia tidak sanggup melanjutkan tugas itu. Dia berusaha untuk menyelesaikan masalah
itu dengan lembut, tanpa kekerasan; oleh karena dia merasa dipengaruhi oleh keris
sakti Senapati, Kyai Pesat Nyawa. Ini membuat prestasinya jatuh dengan Radi
Prawiro dan Prabu Murhardo.
Cinta dia pada Giok Tien tulus. Dari awal pertemuan mereka pertama dia
berlangkah pelan dan tidak buru-buru. Akhirnya setelah mereka menikah Giok Hwa
dan Giok Hong juga diajak tinggal di kediaman mereka di Ibu Kota. Setelah
mengetahui Giok Tien diperkosa Prabu Murhardo dan Radi Prawiro, dia marah besar
dan mengancam perang saudara kepada Prabu Murhardo. Namun, ketulusan cinta dia
paling kelihatan setelah Giok Tien ditembak dengan panah oleh Radi Prawiro; dia
segara menyesal ketidakmampuannya untuk melindungi keluarganya:
‘Giok Tien, akulah yang harus minta maaf padamu. Dulu aku berjanji padamu, tak hendak aku menjadi Tejaningrat yang mengkhianati cintamu. Sekarang, kau mati terlebih dahulu. Itu pun kaulakukan untuk melindungi aku dari sambaran anak panah ini. Tien, seharusnya aku yang melindungimu. Tapi akhirnya kau jugalah yang melindungi aku, sampai kau mati terlebih dahulu. Tien, memang aku tak berbuat seperti Tejaningrat, tapi sebagai lelaki yang pernah menjadi prajurit, aku ternyata demikian lemah dan tak berdaya, melebihi Tejaningrat,’ kata Gurdo Paksi merindih sedih.
Air mata Gurdo Paksi terus berlinangan. Diciuminya wajah Giok Tien berulang-ulang. Ia terus menggendong tubuh istrinya itu dan menghadapkannya ke kuburan kakaknya. 151
151 Ibid. Hal. 293.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3.5.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah
Radi Prawiro (nama pangkat Joyo Sumengah), antagonis pertama, adalah
punggawa keamanan istana. Dengan demikian, jabatannya lebih rendah daripada
Setyoko. Dia adalah orang yang licik dan terkenal keras, sehingga ditakuti oleh
massa. Namun, dia juga menyimpan rasa cinta kepada Giok Tien yang tidak mereda
setelah puluhan tahun; rasa cinta ini juga menyebabkan dia mempunyai rasa dendam
kepada Setyoko, yang mampu memiliki Giok Tien.
Rasa cinta dan dendam ini menyebabkan dia berbuat hal yang jahat. Dia
merencanakan pembunuhan Giok Hong dan Giok Hwa, berusaha untuk memerkosa
Giok Tien, lalu akhirnya berhasil setelah diizinkan oleh Prabu Murhardo. Dia juga
membunuh Giok Tien (tidak sengaja) dan Setyoko dengan panah.
Namun, setelah kematian Giok Tien cinta tulus Radi Prawiro tampil jelas
sekali. Dia segara menyesal kematian Giok Tien, dan akhirnya menusuk diri karena
sesal itu. Dia tampaknya tidak sanggup melanjutkan hidupnya dengan pengetahuan
bahwa dia sendiri sudah membunuh wanita yang paling dia cintai, biarpun dia
dimaafkan Giok Tien.
‘Tien, aku hanya hendak membunuh suamimu untuk melampiaskan dendamku. Bila suamimu sudah tiada, dengan segala cara aku ingin membujukmu untuk mau hidup bersamaku, karena aku amat mencintaimu, Tien. Ternyata kau malah terbunuh mendahului suamimu. Hatiku hancur dan sedih, Tien, karena akhirnya akulah yang membunuhmu,’ rapat Joyo Sumengah. Suaranya pedih menyayat-nyayat. ...
... senyum itu sudah cukup untuk menjadi tanda, bahwa Giok Tien telah memaafkan segala kekejaman yang ia lakukan. ... tanpa berpikir panjang, Joyo Sumengah pun menghunus keris Kyai Pesat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Nyawa dari sarungnya. Lalu secepat kilat, ia menusukkan keris pusaka itu ke dadanya...
Karena tusukan Kyai Pesat Nyawa, darah pun menyembur keras dari dadanya, dan Joyo Sumengah roboh, tergeletak tak bernyawa. 152
3.5.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo
Prabu Murhardo, antagonis kedua cerita, adalah raja Medang Kamulan Baru.
Saat dia menjadi raja, rakyat sangat bahagia. Namun, setelah dia sudah lama berkuasa
dan semakin mabuk kuasa rakyat menjadi putus asa dan mencari jawaban dalam
minuman keras. Akhirnya mereka beramuk massa, menentang kekuasaan raja.
Prabu Murhardo tidak memikirkan kepentingan orang lain, hanya dirinya
sendiri. Walaupun orang Cina telah banyak membantu dan memperkaya dia, dia
mengambil keputusan agar amuk massa diarahkan ke mereka agar dia bisa menikmati
kekuasaannya.153 Saat perintahnya itu ditolak oleh Setyoko untuk alasan nurani,
Prabu Murhardo menjadi marah dan mengancam akan memecat Setyoko sebagai
Senapati, seakan itu penghinaan terhadap diri Prabu Murhardo.
Prabu Murhardo juga munafik. Walau dia telah menegaskan kepada Radi
Prawiro bahwa Giok Tien tidak boleh digagahi karena akan menyebabkan kekacauan
dan urusan pribadi tidak boleh dicampur dengan urusan negara, dia sendiri sanggup
memerkosa Giok Tien. Ketika Radi Prawiro menangkap basah perbuatannya, Prabu
Murhardo tidak merasa bersalah besar:
‘Bukankah Paduka sendiri yang berkata, negeri sedang berada dalam keadaan gawat, karena itu Paduka mencegah dan menyuruh hamba
152 Ibid. Hal. 295 – 298. 153 Ibid. Hal. 136 – 137.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menunda nafsu hamba terhadap Putri Cina ini? Padahal hamba sendiri sesungguhnya sudah tidak bisa menguasainya lagi!’ ...
‘... lelaki mana bisa tahan, bila berhadapan dengan Putri Cina yang cantik dan menggairahkan ini? ... Joyo Sumengah, jangan kau berpura-pura. Diam-diam dengan kata-katamu, kau telah menyalahkan dan menuduh aku. ... Aku adalah rajamu, selayaknyalah kau mendahulukan kemauanku.’ 154
Akhirnya, sebagai akibat dari perbuatannya dia terpaksa harus mengundurkan
diri sebagai raja, dengan persetujuan dengan Setyoko agar semua kerusuhan bisa
selesai dengan damai dan tidak terjadi perang saudara.
3.5.6 Korsinah
Korsinah, tokoh tritagonis yang mendukung protagonis, adalah seorang
pemain ketoprak Jawa senior yang menjadi teman baik Giok Tien. Korsinah
berfungsi sebagai ibu angkat Giok Tien di Sekar Kastubo, memberi saran tentang
bermain ketoprak dan juga kehidupan dengan lelaki. Dia sangat khawatir Giok Tien
akan mengikuti jalan seperti dia ketika masih muda.
‘Hidupku pernah seperti pengemis-pengemis itu. Ketika aku masih cantik dan terkenal di panggung, aku menjual tubuhku pada para laki- laki yang menyukai aku. Tidakkah aku sama dengan pengemis-pengemis itu? Mereka mengemis dengan batoknya, dan aku mengemis dengan tubuhku. Namanya pengemis, Tien, mana ia bisa bahagia. Sekarang aku sudah tua, tubuhku tak mau lagi kuajak mengemis pada laki- laki. Kalau aku tidak jadi seniwati ketoprak, mungkin aku sudah menjadi pengemis seperti mereka. Maka meski hanya menjadi emban, dan mendapat uang hanya cukup untuk makan, aku sudah bersyukur. Maka kalau kamu tidak hati-hati, Tien, tubuhmu yang molek itu bisa menuntunmu jadi pengemis,’ tutur Korsinah. 155
154 Ibid. Hal. 253 – 254. 155 Ibid. Hal. 172.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Demi perlindungan Giok Tien, Korsinah mengajar sebuah rapal agar Giok
Tien selalu bisa berperan optimal; Korsinah juga menghapus guna-guna Radi Prawiro
dengan guna sendiri. Akhirnya, saat mereka berpisah, Giok Tien sangat sedih. Dia
memberi Korsinah liontin yang dulu diberi ibu untuk keselamatan. Dengan menangis,
mereka harus berpisah.
3.5.7 Keluarga Giok Tien
Ada tiga anggota keluarga Giok Tien yang diperkenalkan di Putri Cina, yaitu
ibunya Siok Nio dan kakak-kakaknya Giok Hong dan Giok Hwa; mereka semua
berperan sebagai tritagonis pendukung protagonis. Siok Nio adalah seorang janda
Cina yang suka menonton ketoprak. Biarpun dia sering dihampiri oleh lelaki, dia
memilih berjanda dan membesarkan putri-putrinya.
Tak heran bila banyak laki- laki, lebih- lebih laki- laki pribumi, menyukainya dan ingin meminangnya. Salah satu pengagumnya adalah seorang punggawa kota praja. Kerap punggawa kota praja ini memesankan kursi untuk menonton ketoprak bagi Siok Nio dan anak-anaknya. Tentu maksudnya, agar ia bisa duduk di dekat Siok Nio, ketika mereka bersama menonton ketoprak. Siok Nio tahu, punggawa itu amat menyukainya dan ingin mengambilnya sebagai istri. Namun Siok Nio tetap memilih hidup sendiri, bersama ketiga anaknya. 156
Dia paling menyayangi Giok Tien dan memberi hadiah yang sangat berharga.
Dia meninggal tak lama setelah pernikahan Giok Tien.
Giok Hong dan Giok Hwa adalah kakak perempuan Giok Tien. Mereka tidak
menikah, tetapi memilih tinggal di satu rumah dengan Setyoko dan Giok Tien setelah
156 Ibid. Hal. 157.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pernikahan adik mereka. Mereka meninggal, ditusuk Kyai Pesat Nyawa oleh pasukan
Radi Prawiro, dalam kerusuhan.
3.5.8 Aryo Sabrang
Aryo Sabrang, salah satu tritagonis, adalah adipati yang menggantikan Prabu
Murhardo sebagai raja Medang Kamulan. Biarpun dia dikemukakan sebagai anak
buah Prabu Murhardo, 157 dia ternyata tidak sependirian. Dia menghapus bekas-bekas
dari kerajaan Prabu Murhardo dan mengembalikan Medang Kamulan Baru ke
aslinya. 158
3.6 Tema
Ada tiga tema utama dalam novel Putri Cina, yaitu kebingungan atas identitas
(identity crisis), kemabukan kekuasaan, dan cinta sejati. Setiap tema ini mempunyai
kedudukan yang setara dengan yang lain; akibatnya, tidak dapat dikatakan bahwa
Putri Cina hanya mempunyai satu tema utama.
3.6.1 Krisis Identitas
Tema mayor krisis identitas, yang muncul di sepanjang cerita, sudah
diwujudkan pertama pada bab satu, ketika tokoh Putri Cina duduk dan berbicara
157 Ibid. Hal. 273 – 274. 158 Ibid. Hal. 279 – 280.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan bulan seakan mereka pencinta. Putri Cina bingung karena merasa tanpa
identitas, yang dipersonifikasikan sebagai wajah:
Malam sedang terang benderang, ketika ia menanyakan perihal hidupnya itu. Bulan seperti keluar dari sarangnya, lalu menghampiri biliknya. Cahayanya demikian dekat padanya, sampai bulan itu terasa menari-nari di hadapannya. Disapanya bulan dengan mesra, seolah kekasihnya, ‘Sejak kita berpisah, betapa aku ingin kau datang kembali padaku. Ternyata kau hanya datang dalam mimpiku. Sungguhkah kau datang, dan mau bersama dengan aku dalam bilikku? Aku khawatir, kau hanyalah nyala yang keluar dari lilin di hadapanku. Dan begitu lilin itu habis mencair, kau pun hilang bersama nyalanya yang padam. Apakah kau hanya boleh kunikmati dalam mimpi?’
Tentu tiada jawaban baginya. Bulan pun segara pergi meninggalkannya. Ia merasa, bukan kekasih yang ia cari, tapi dirinya sendiri. Dan dirinya itu tak pernah ia temukan sampai kini.
Ia meraba wajahnya. Wajahnya ternyata tiada. 159 Dari permulaan itu, tokoh Putri Cina mengingat dongeng-dongeng Jawa untuk
mencari asal dirinya. Dia mengingat bahwa kaumnya ada yang pernah datang dari
Cina setelah kerajaan Majapahit, keturunan dari seorang pangeran Jawa dan seorang
miskin Cina, yakni Jaka Prabangkara dan Kim Muwah. Namun, dia ingat bahwa
sebelumnya sudah ada kaumnya di tanah Jawa, seorang selir yang hanya disebut Putri
Cina. Namun, asal usul Putri Cina itu tidak diketahui. Akibatnya, Putri Cina
mengambil keputusan bahwa dia bukan Jawa dan bukan Cina. 160
Sebagai Putri Cina selir Majapahit, dia kembali ke tanah Jawa dari Sumatra
setelah keruntuhan Majapahit dan mencari Sabdopalon-Nayagenggong, dua hamba
setia. Sabdopalon-Nayagenggong, yang ternyata sebenarnya Semar, menyatakan
kepada Putri Cina bahwa kaumnya sebenarnya sudah sebagian dari bangsa Jawa,
159 Ibid. Hal. 10 160 Ibid. Hal. 15 – 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tetapi karena kutukan Sarama (wakil dari Togog) mereka selalu akan dimaki dan
dihina. 161
Terkejut, Putri Cina pergi ke Tuban. Setelah kerusuhan di Medang Kamulan
Baru, dia melihat sepasang kupu-kupu, yang dia mengerti adalah Giok Tien dan
Setyoko. Lega karena mengetahui bahwa kaumnya sebenarnya bisa tinggal di Jawa
dengan aman dan bersama orang Jawa saling mencintai, dia menemukan identitasnya
dan terbang ke langit sebagai kupu-kupu pula:
Kupu-kupu cinta yang tak lagi memisahkan Jawa dan Cina itu terbang terus ke utara. Amat indahlah badan kupu-kupu itu. Badannya adalah badan Putri Cina yang sedang bertelanjang dada. Badan kupu-kupu itu begitu menarik penghuni alam semesta. Maka datanglah aneka jenis bunga, berebut menempel di buah dadanya, seakan hendak memberikan dirinya sehabis-habisnya, sampai tertumpahlah semua keharumannya. Langit pun harum dengan aroma bunga. Dan Putri Cina yang menjadi badan kupu-kupu itu lalu mencium sekuntum bunga berwarna ungu, seakan ia sedang mencium kematiannya dengan amat mesra. Karena tersentuh oleh cinta dan kasih sayangnya, maka kematian itu menjadi telaga kehidupan yang amatlah indah, sehingga dari kematian itu turunlah hujan emas ke dunia.
... Dan Putri Cina gembira, terbang terayun-ayun, dan dengan sayap daun-daunnya menaungi dan mendinginkan bumi yang menggelegak dengan kebencian, kekerasan, dendam, dan iri hati, sampai ia mendidih panas. 162
3.6.2 Kemabukan Kekuasaan
Dalam tokoh Prabu Murhardo, Radi Prawiro / Joyo Sumengah dan Setyoko /
Gurdo Paksi terdapat tema minor kemabukan kekuasaan, atau power corrupts. Pada
awal bagian Kerajaan Medang Kamulan Baru, dinyatakan bahwa kerajaan baru itu
161 Ibid. Hal. 47 – 66. 162 Ibid. Hal. 299 – 300.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pada awalnya disenangi masyarakat. Namun, setelah lama berkuasa Prabu Murhardo,
Radi Prawiro dan (sedikit) Setyoko menginginkan kekuasaan yang lebih banyak
maka mulai tidak memperhatikan nasib rakyat. 163
Akhirnya, ketika terjadi demonstrasi anti-kerajaan Prabu Murhardo, raja itu
mengambil keputusan bahwa kekuasaannya lebih penting daripada kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu, dia memerintah bawahannya menyalahkan orang Cina, sesuai
dengan saran penasihatnya:
‘Senapati, kuakui, memang aku memberi kesempatan pada orang-orang Cina. Kuakui, mereka telah banyak membantu aku dengan kekayaan mereka. Kupuji mereka sebagai orang-orang yang mau bekerja keras. Semata-mata hanya supaya kekayaan mereka bisa kuperas. Sementara kubiarkan mereka terus menumpuk harta, dan menjadi semakin kaya, menuruti keserakahan mereka. Dengan demikian mereka menjadi kelompok yang menimbulkan kecemburuan dan iri. Kecemburuan dan keirian terhadap mereka itu sudah ada di dalam diri rakyat negeri ini. Sekarang, negeri ini sedang dilanda kekacauan. Kalau menyulut api kecemburuan dan keirian terhadap orang-orang Cina itu adalah satu-satunya jalan dan celah untuk menyelamatkan negeri ini dari kekacauan, mengapa hal itu tidak kita kerjakan?’ kata Prabu Amurco Sabdo.164
Rasa kekuasaan ini juga menyebabkan Prabu Murhardo memerkosa Giok
Tien. Oleh karena dia raja, dia merasa bahwa wanita siapa saja tersedia untuk
kenikmatannya. Ketika sadar bahwa perbuatan dia dan Radi Prawiro bisa
menjatuhkan dirinya, Prabu Murhardo membuat rencana untuk membunuh Giok
Tien. Namun, oleh karena Giok Tien akhirnya diselamatkan, Prabu Murhardo
terpaksa mengundur diri daripada dijatuhkan:
163 Ibid. Hal. 125 – 133. 164 Ibid. Hal. 135.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
‘Aku memang mau meruncingkan semua perkara yang penuh teka-teki ini menjadi satu masalah saja, yakni masalah perilaku kejimu yang melanggar tata susila. Sebab seperti katamu, orang takkan percaya, bila aku sendiri yang berkata, bahwa aku tak berurusan dengan Kyai Pesat Nyawa yang telah meminta nyawa kedua kakak iparku. Tapi mereka akan percaya, bahwa kau sengaja membuat semuanya itu, supaya kau dapat menggagahi istriku. Bila istriku telah membuka semua kebusukanmu, alangkah mudahnya bagiku untuk membuat mereka percaya, bahwa kau bersekongkol untuk menyingkirkan aku dengan cara keji itu, agar kau dapat merebut istriku.’ – Gurdo Paksi165
3.6.3 Cinta Sejati
Dalam hubungan Giok Tien dan Setyoko terdapatlah tema cinta sejati, atau
cinta yang bisa mengatasi semua perbedaan. Pada mulanya Giok Tien adalah seorang
pemain ketoprak Cina dan Setyoko adalah seorang prajurit bawahan Jawa. Giok Tien,
oleh karena kecantikannya, selalu didekati lelaki dan dilamar tetapi selalu menolak;
ini menyebabkan beberapa, seperti Radi Prawiro, menyimpan dendam dan yang lain,
seperti Setyoko, menjadi malu mengakui cinta. 166
Namun, ketika Setyoko akhirnya berani mengakui cintanya, Giok Tien jatuh
cinta saat pandangan pertama:
Ia hanya melihat, di hadapannya, berdiri seorang lelaki tampan yang dalam bayangannya sungguh seorang Tejaningrat. ‘Tertipukah mataku?’ tanya Giok Tien lagi dalam hati. ‘Tidak,’ jawabnya sendiri. ‘Atau jika tertipu, hatikulah yang tertipu,’ jawabnya lagi. Ia harus mengakui, berhadapan dengan lelaki ini hatinya sungguh berdebar tak karu-karuan. 167
165 Ibid. Hal. 271. 166 Ibid. Hal. 178 – 193. 167 Ibid. Hal. 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Mereka tidak lama kemudian bertunangan. Giok Tien pada awalnya ragu-ragu
karena merasa mereka tidak akan cocok karena beda suku, tetapi akhirnya mereka
menikah dan Setyoko mendapat pangkat tinggi sebagai senapati. 168
Dalam kerusuhan anti-Prabu Murhardo, Giok Tien mulai ragu-ragu lagi
apabila suaminya akan mampu melindungi dia dan kakak-kakaknya. Keragu-raguan
ini menjadi semakin tajam setelah kedua kakaknya diperkosa oleh massa lalu dibunuh
di dalam pandangannya, ditikam dengan keris Nyai Pesat Nyawa yang milik senapati.
Giok Tien merasa lebih tidak percaya lagi terhadap suaminya setelah dia diperkosa
oleh Prabu Murhardo dan Radi Prawiro. Dia bahkan menuduh suaminya telah
membunuh kakak-kakaknya. 169
Namun, setelah dia melihat betapa Gurdo Paksi berduka cita dan merasa
bersalah, sehingga menolak sebutan Gurdo Paksi dan kembali menjadi Setyoko saja,
dia bisa yakin kembali akan ketulusan cintanya, bahkan tersedia mengorbankan diri
untuk keselamatan suaminya dari anak panah Radi Prawiro. Setelah Setyoko pun
mati, dipanahi Radi Prawiro, mereka menjadi kupu-kupu dan terbang bebas bersama,
hidup abadi dalam percintaan:
Sebab begitu [Radi Prawiro] hendak menyentuhnya, tubuh itu ternyata lenyap dalam seketika, dan menjelma menjadi kupu-kupu. Dan bersamaan dengan lenyapnya tubuh Giok Tien itu, tubuh Gurdo Paksi pun ikut lenyap, menjelma menjadi kupu-kupu pula. Joyo Sumengah membelalak tak percaya melihat kedua tubuh yang tadinya sudah mati dan menjadi mayat itu kini ternyata telah menjadi sepasang kupu-kupu yang hidup dan terbang di hadapannya. Ia mendongak dan melihat, awan-awan gelap berarak pergi. Langit jadi putih bersih. Dan bersinar
168 Ibid. Hal. 198 – 222. 169 Ibid. Hal. 223 – 261.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
teranglah cahaya matahari pagi. Burung-burung girang beterbangan, indah, merdu berkicau-kicauan.170
170 Ibid. Hal. 297.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB 4
PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM PUTRI CINA
4.1 Alur
Akibat dari kesengsaraan itu, rakyat menjadi sangat benci kepada Prabu
Murhardo. Mereka mulai demonstrasi di jalanan. Seluruh rakyat sudah turun untuk
memprotes kesengsaraan rakyat Kerajaan Medang Kamulan Baru. Prabu Murhardo
dengan dukungan Patih Wrehonegoro menyalahkan rakyat, dan mengatakan bahwa
rakyat sebenarnya melawan rakyat dan bukan raja. Namun, ini tidak sepenuhnya
dipercaya:
‘Bila pertikaian lama yang terselimuti kesatuan dan keseragaman itu sekarang meledak, rakyat tak tahu lagi mana lawan mana kawan. Semuanya adalah lawan, dan semuanya adalah kawan. Semuanya adalah salah, dan semuanya adalah benar. Kalau demikian, tak dapat lagi mereka mempertahankan dirinya. Dan untuk mempertahankan dirinya yang tak ada jalan lain kecuali dengan bersama-sama mencari korban, yang bisa dianggap sebagai yang patut disalahkan,’ urai Patih Wrehonegoro.
‘Dan yang bersalah itu adalah aku? Karena itu mereka mau menggulingkan aku?’ tanya Prabu Amurco Sabdo.
‘Ampun, Sinuwun, bukan Paduka yang bersalah, tapi kesatuan dan keseragaman yang palsu itulah yang sekarang sedang menuntut korbannya,’ kata Patih Wrehonegoro. 171
Ini seiring dengan kenyataan di Orde Baru. Mahasiswa-mahasiswa memprotes
kebijakan ekonomi dan lain- lain Pemerintah, lalu tidak diperhatikan. Daripada
mengubah yang sudah tidak berfungsi baik dalam pemerintahan, mereka
menyalahkan rakyat dan menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk mencegah
segala masalah yang timbul.
171 Ibid. Hal.134.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Prabu Murhardo bersama abdi-abdinya mencari jalan keluar agar kekuasaan
mereka bisa dijaga. Akhirnya keputusan diambil untuk mengalihkan kekerasan dan
kerusuhan itu menjadi kekerasan etnis terhadap suku Cina.
‘Mudah, Sinuwun. Sekali lagi hamba katakan, itu sungguh mudah! Alihkan saja segala kekerasan yang mau pecah itu kepada orang-orang Cina. Setelah itu, Sinuwun akan mengendalikan keadaan dengan lebih mudah,’ kata Patih Wrehonegoro. Dia tersenyum, tanpa perasaan. 172
Ini mencerminkan kecurigaan yang sampai sekarang terasa dalam masyarakat.
Sebagaimana disinggung pada Bab II, ada teori bahwa provokator-provokator yang
mengendalikan massa pada tahun 1998 sebenarnya anggota aparat.
Setelah amarah massa diarahkan oleh Patih Wrehonegoro, orang-orang Cina
menjadi korban dalam segala hal.
Harta mereka dijarah. Rumah-rumah mereka dibakar. Tempat-tempat berdagang mereka dibumihanguskan. Di jalan-jalan mereka dicegat, lalu dianiaya. Kendaraan-kendaraan mereka digulingkan, disiram minyak tanah, dan dibakar.
Siapa yang dijumpai (massa), dan ketahuan sipit matanya, dan kuning langsat kulitnya, tak ampun lagi, dia pasti jadi korban bulan-bulanan massa rakyat.
Dan lebih mengerikan lagi adalah peristiwa ini: banyak wanita Cina diperkosa. Malahan, di banyak tempat, wanita diperkosa beramai-ramai. Dan kejinya, perkosaan itu dilakukan di hadapan orangtua atau saudara wanita-wanita Cina yang malang itu. Kekejian tidak hanya sampai di situ. Setelah diperkosa, wanita-wanita Cina yang sudah pingsan dan tak berdaya it masih dianiaya dengan kejam. Sebagian malah dibunuh. 173
Kekejian massal ini telah terjadi di hidup nyata juga. Sebagaimana
dikemukakan di atas, di antara lain sebagai berikut.
172 Ibid. Hal. 134. 173 Ibid. Hal. 149 – 150.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
• Sejumlah mal dan pertokoan lain seperti Supermall Karawaci, Glodok Plaza,
dan Yogya Department Store Klender dibakar.
• Di Jakarta, sebanyak 13 pasar, 2.479 rumah toko, 40 mal, 1.604 toko, 45
bengkel, 387 kantor, 9 SPBU, 8 bus dan kendaraan umum lainnya, 1.119
mobil, 826 sepeda motor, dan 1.026 rumah dirusaki, dijarah, dan / atau
dibakar.
• Di Jakarta, jumlah korban yang tewas diperkira mencapai 1.217 orang.
• Di Jakarta, jumlah korban perkosaan mencapai 152 orang, dengan 15 di antara
mereka yang tewas
• Sebagaimana dikemukakan dengan kasus Lina di Surakarta, ada korban yang
diperkosa di hadapan keluarga
Sebagai akibat dari kerusuhan itu, Giok Tien dan kakak-kakaknya tidak
percaya kepada kerajaan, bahkan Setyoko pun tidak dipercaya. Mereka mengambil
keputusan untuk mengungsi ke Negara Singa:
‘Apalagi di Negara Pedang Kemulan ini, para penguasanya suka mengkhianati kata-katanya sendiri. Mereka berjanji akan melindungi kita. Terbukti sekarang mereka malah mengkhianati kita,’ kata Giok Hwa.
‘Kalau begitu, mari kita menyiapkan barang-barang. Kita mengungsi saja ke kerajaan tetangga, ke Negara Singa,’ ajak Giok Hong.
‘Iya, Cik. Mungkin itulah satu-satunya cara kita menyelamatkan diri,’ sahut Giok Tien.174
174 Ibid. Hal. 154.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Ini mencerminkan kenyataan bahwa sebanyak 10.000 sampai 100.000 orang
Cina telah meninggalkan Indonesia pada saat kerusuhan. Kebanyakan memang pergi
ke Singapura melalui Batam.
Kekejian yang dirancang dalam novel pada halaman 149 – 150 menjadi
semakin nyata ketika sekelompok orang bertopeng masuk ke rumah Giok Tien
dengan paksa. Ketakutan mereka sangat jelas. Akhirnya Giok Hwa dan Giok Hong
diperkosa lalu dibunuh di hadapan Giok Tien.
… mereka terkejut setengah mati, karena mendengar pintu rumah mereka didobrak keras-keras. Dan mereka melihat sekelompok orang bertopeng masuk, dan mendekati mereka. Giok Tien, Giok Hong, dan Giok Hwa ketakutan sampai pucat pasi. Sebelum sempat mereka menjerit, orang-orang bertopeng itu sudah membekap mulut mereka. Giok Tien melihat, orang-orang bertopeng itu menelanjangi kedua kakaknya, mempermalukan, dan akhirnya memerkosa mereka. Dan lebih ngeri lagi, ia melihat, akhirnya, orang-orang bertopeng itu menusuk kedua kakaknya. Darah mereka berceceran. 175
Peristiwa ini melambangkan hal yang sama seperti pada halaman 149 – 150,
tetapi dengan lebih banyak emosi. Sama seperti kasus Andina (Jakarta) dan Lina
(Surakarta) pada bab dua, Giok Hwa dan Giok Hong diperkosa di depan orang
tercinta.
Ketika Setyoko pulang dan menemukan kakak-kakak iparnya terbunuh dan
istrinya tidak ada di rumah, dia sadar bahwa dia tidak mampu melindungi
keluarganya dari kekejaman massa. Ini kelihatan paling jelas pada halaman 290:
‘Giok Tien. Aku adalah prajurit, bahkan aku pernah menjadi senapati. Tapi aku telah gagal menjalankan tugasku sebagai senapati, lebih- lebih dalam melindungi kaummu. … Aku harus mengakui, seperti
175 Ibid. Hal. 224.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tejaningrat tak berhasil menyelamatkan Roro Hoyi dari kekejaman Amangkurat, sebagai senapati aku juga tak berhasil menyelamatkanmu dari kekejaman yang pecah terhadap kaummu di Negeri Pedang Kemulan ini.’ – Setyoko176
Ketidakmampuan Setyoko untuk melindungi kaum Cina mewakili
ketidakmampuan Wiranto untuk melindungi kaum Cina di Jakarta dan kota lain.
Sama seperti halnya Giok Tien diperkosa tanpa dilindungi oleh
penanggungjawabnya, kaum Cina di Jakarta dan kota lain tidak dilindungi oleh
militer. Akibatnya, banyak kekejaman yang terjadi sebagaimana dijelaskan di atas.
Akhirnya Giok Tien digagahi oleh Radi Prawiro dan Prabu Murhardo di
Istana Raja. Namanya pun tidak diakui oleh penggagahnya itu; dia hanya disebut
“Putri Cina”, misalnya:
‘Putri Cina, bukan hanya mereka berdua yang ingin merasakan kehangatan dirimu. Menyerahlah padaku, wong ayu. Enaklah hidupmu, jika kau mau menuruti kemauanku,’ kata Prabu Amurco Sabdo. 177
dan
‘Benar, Sinuwun. Di luar, lelaki- lelaki sedang beramai-ramai memerkosa wanita Cina. Nikmat juga bila sekarang kita menggilir Putri Cina ini. Paduka telah menikmati Putri Cina ini terlebih dahulu. Sekarang tiba giliran hamba. Sudah lama hamba menghasratkannya. Mengapa ketika sekarang kesempatan tiba, hamba tidak memuaskannya? Paduka telah mengizinkan hamba, maka sekaranglah saatnya hamba menikmatinya,’ kata Joyo Sumengah. 178
Dengan merendahkan Giok Tien dengan sebutan “Putri Cina”, Radi Prawiro
dan Prabu Murhardo menghilangkan identitasnya sebagai manusia. Dia menjadi
176 Ibid. Hal. 290 – 291. 177 Ibid. Hal. 248. 178 Ibid. Hal. 254 – 255.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
hanya suatu benda atau objek, yang dapat digunakan sebagaimana mestinya. Ini juga
terjadi pada Kerusuhan Mei 1998. Sebagaimana dicontohkan di kasus Andina di atas,
massa pemerkosa tidak memedulikan bahwa orang tuanya sakit atau dia sudah
mempunyai pacar; mereka hanya melihat bahwa dia seorang perempuan yang dapat
digunakan seenaknya.
Akhirnya Setyoko datang dan menghentikan perkosaan Giok Tien. Setelah
Setyoko berdebat dengan Prabu Murhardo tanpa hasil, Giok Tien menyatakan bahwa
pengakuan dirinya sebagai korban perkosaan akan bisa menjatuhkan Prabu Murhardo
sebagai Raja Tanah Jawa. Cara Giok Tien sebagai berikut:
‘Sekarang, hamba mau tegak berdiri, saya tegak berdiri pula nasib hamba. Karena itu, tak dapat lagi Paduka mencegah hamba keluar menghadapi kerumunan orang banyak di bawah sana. Hamba akan katakan semua ini pada kaum perempuan yang ada di sana, supaya seperti hamba mereka juga berani berdiri tegak. Akan hamba katakan, bahwa kekuasaan itu tak lain adalah syahwat. Karena itu akan hamba katakan, Paduka akan terus menindas, karena Paduka tak bisa menguasai syahwat.
Hamba dan kaum hamba hanyalah perempuan. Tak mungkin hamba mampu melawan kekuasaan. Tapi membongkar kesyahwatan Paduka dan abdi-abdi Paduka, hamba mempunyai beribu-ribu bukti yang nyata. Dan itulah yang akan hamba buat, agar terbukalah perilaku Paduka yang menghancurkan tata susila, justru ketika negeri ini dalam keadaan gawat,’ kata Giok Tien. Dan ia pun beranjak, hendak melangkah keluar. 179
Setelah ancaman Giok Tien ini, Prabu Murhardo terpaksa harus
mengundurkan diri sebagai raja. Dia menetapkan Adipati Aryo Sabrang sebagai
penggantinya.
179 Ibid. Hal. 270.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Ini melambangkan penyelesaian Kerusuhan Mei 1998. Akibat dari amuk
massa yang terjadi di Jakarta dan kota-kota lain, Soeharto mengundurkan diri dan
wakil presidennya Jusuf Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia. Biarpun tidak
ada satu orang tertentu yang memaksakan Soeharto mengundurkan diri seperti dalam
Putri Cina, nasib kaum Cina yang digagah selama tiga hari tiga malam itu menjadi
salah satu dorongan yang sangat besar.
Raja baru Prabu Aryo Sabrang secara segara menggantikan bekas-bekas dari
kerajaan Prabu Murhardo. Sebagaimana dijelaskan di bawah:
Semula mereka mengira, paling-paling Aryo Sabrang meneruskan apa saja yang telah dibuat pendahulunya. Ternyata tidak demikian halnya. Ia mau mendengar kata-kata rakyatnya.
Malahan ia bertekad menghapus segala kenangan lama yang membuat rakyat takut dan susah. Ia tidak ingin Negeri Medang Kamulan dialami rakyat sebagai Negeri Pedang Kemulan. Ia bahkan mengembalikan nama Medang Kamulan Baru pada nama aslinya. Dihapusnya pengertian ‘Baru’ dari nama negerinya, sehingga nama negeri itu adalah Medang Kamulan. … Rakyat mengerti, perubahan ini tidak hanya sekadar berarti pengembalian nama, tapi juga penghapusan cara-cara pemerintahan yang ‘Baru’, yang dulu pernah menggantikan yang ‘Lama.’180
Ini melambangkan perubahan yang terjadi di Indonesia pada awal reformasi.
Sebagaimana dikemukakan di atas, peraturan-peraturan diskriminatif dihapus, hak
asasi manusia ditegakkan, dan demokrasi kembali dianut. Arah Reformasi justru
sebaliknya dari arah Orde Baru.
180 Ibid. Hal. 279 – 280.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Akhirnya Putri Cina dapat beterbangan bebas dari rasa takut dan maut sebagai
kupu-kupu. Dia merasakan masa depannya indah. Dia beterbangan di langit dan hal-
hal yang mengerikan, misalnya bunga kematian, menjadi indah:
Dan Putri Cina yang menjadi badan kupu-kupu itu lalu mencium sekuntum bunga berwarna ungu, seakan ia sedang mencium kematiannya dengan amat mesra. … Karena itu semua, menjadi amat indah pula bunga ungu itu di tangannya. Bunga ungu itu bukan lagi bunga kematian. Di tangan Putri Cina yang menciumnya dengan mesra, bunga itu menjadi bunga kehidupan, yang akan mendatangkan hujan berkah dan kedamaian di Tanah Jawa ini. 181
Kebebasan Putri Cina ini melambangkan semangat Sindhunata akan
kehidupan yang lebih baik untuk orang Cina di Indonesia pasca-Reformasi. Setelah
orang Cina menjadi korban amarah massa, kini ada rasa tenang dengan kebijaksanaan
Reformasi. Dengan demikian, ada pula harapan untuk masa depan yang penuh kerja
sama tanpa diskriminasi.
4.2 Latar
4.2.1 Latar Tempat
Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah representasi Indonesia pada Orde
Baru. Selain fakta bahwa dalam Putri Cina sudah dinyatakan bahwa cerita terjadi di
tanah Jawa,182 ada banyak kemiripan dalam sejarahnya.
Untuk menjadi raja Medang Kamulan, Prabu Murhardo menyingkirkan raja
lama, Ajiksaka. 183 Ini mencerminkan teori bahwa Presiden Soeharto telah
181 Ibid. Hal. 299 – 300. 182 Sindhunata. Op. Cit. Di antara lain pada halaman 15, 32, 39, 85, 88, 104, 110, dan 279.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
menyingkirkan Presiden Soekarno dengan memimpin atau menjadi anggota dari
Gerakan 30 September, yang dikemukakan oleh ilmuwan Belanda dari Universitas
Leiden, Profesor Wim F. Wertheim.184
Mengenai pilihan nama Medang Kamulan Baru, dinyatakan:
Pada nama kerajaan itu ditambahkan kata Baru, karena memang demikianlah yang sering terjadi di Tanah Jawa. Adalah misalnya dulu Kerajaan Mataram. Pada suatu saat muncullah kerajaan baru, dan dinamakan Mataram Baru. Sama-sama di Tanah Jawa, Mataram Baru yang baru muncul itu tentu lain dengan Mataram Lama, yang dulu pernah ada dan sekarang digantikannya. 185
Ini sama dengan alasan mengapa Orde Baru disebut Orde “Baru”. Menurut
pidato Presiden Soeharto yang disampaikan di Seminar Angkatan Darat di Bandung
pada tahun 1966, yaitu:
Orde Baru akan lebih pragmatis dan realis tanpa meninggalkan cita-cita kebebasan. Orde Baru hendak mengutamakan kepentingan nasional sambil melanjutkan ideologi kita untuk memberantas kolonialisme dan imperialisme. Orde Baru tidaklah menantang kepemimpinan dan pemerintahan yang kuat, tetapi berharap untuk tetap memegang ciri-ciri ini dalam periode transisional dan perkembangan. Orde Baru hendak mengimplementasi demokrasi dalam ekonomi dengan tujuan mencapai masyarakat sosial, politik, ekonomi, dan budaya dengan Pancasila dan Ketuhanan yang Maha-Esa sebagai nilai moral dasar kita. 186
183 Ibid. Hal. 93. 184 Sebagaimana dikemukakan dalam Bayang-Bayang PKI, yang dilarang diterbitkan. Abdulgani-Knapp, Retnowati. Soeharto: The Li fe and Legacy of Indonesia’s Second President.
2007. Marshall Cavendish Edit ions: Singapura. Hal. 62 – 63. 185 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 88 186 Abdulgani-Knapp, Retnowati. Op. Cit. Hal. 62 – 63. Diterjemahkan dari versi bahasa Inggris. Aslinya: “The New Order would be more pragmatic and
realistic without leaving out the ideals of freedom. The New Order wants to put our national interest in the driving while continuing with our ideology to fight against colonialis m and imperialis m. The New Order is not against a strong leadership and government; to the contrary, it is the intention to have this characteristic in this transitional period and development. The New Order
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sama dengan halnya Orde Baru,187 pada awalnya Kerajaan Medang
Kamulan Baru disukai rakyat. Rakyat percaya pada Prabu Murhardo dan
kerajaan maju dan berkembang dengan pesat.
Namun, dalam beberapa tahun Kerajaan Medang Kamulan Baru
berubah. Rakyat mulai tidak berharapan. Militer diperkuat, dan kedaulatan
rakyat terasa hilang, seperti pada Orde Baru. Prabu Murhardo tidak lagi
dihormati sebagai pemimpin, tetapi ditakuti.
Tak ada lagi keadilan. Selalu Raja, keluarga dan pembantu-pembantunya yang dimenangkan, dan kepentingan rakyat ditelantarkan. Tidak ada lagi kesejahteraan. Selalu Raja, keluarga dan pembantu-pembantunya yang bertambah kekayaan dan hartanya, dan rakyat dibiarkan dalam kekurangan dan kemiskinannya. Tidak ada lagi ketenteraman. Selalu Raja, keluarga dan pembantu-pembantunya yang dilindungi dalam keamanan, dan rakyat ditakut-takuti serta diancam dengan senjata dan kekerasan.188
Ini juga mencerminkan kenyataan pada Orde Baru. Setelah sepuluh tahun di
bawah pimpinan Presiden Soeharto, sudah ada ketidaksenangan dan ketidakpuasan
yang timbul di hati rakyat. 189 Ada pula kecurigaan atas korupsi, yang timbul setelah
kasus Pertamina dikemukakan pada tahun 1974,190 tetapi terus-menerus meningkat.
Sebagaimana dijelaskan pada Bab 4.1, kejatuhan Kerajaan Medang Kamulan
Baru dan Orde Baru sangat mirip. Oleh karena sudah didalami di atas, kemiripan ini
tidak perlu dibahas di sini.
wants to implement democracy in economy. It is an order to achieve a social, polit ical, economic, and cultural society with Pancasila and Belief in God Almighty as our moral values.”
187 Ibid. Hal. 67. 188 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 96. 189 Abdulgani-Knapp, Retnowati. Op. Cit. Hal. 159. 190 Ibid. Hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4.2.2 Latar Waktu
Kerusuhan dan kejatuhan di Medang Kamulan Baru terjadi pada tahun 1998,
sama seperti halnya Orde Baru. Ini dilambangkan dengan adanya sengkalan191 lagu
“Cucak Rowo”, yang sangat populer pada tahun 1998:
Ternyata anak-anak itu menyanyikan lagu Cucak Rowo yang saat itu sedang digandrungi dan dinyanikan di mana-mana di seluruh pelosok Tanah Jawa. 192
Selain itu, latar waktu tidak jelas. Dengan demikian, tidak dapat ditarik
kemiripan lain.
4.2.3 Latar Sosio-Budaya
Orang-orang keturunan Cina serta kedudukan mereka dalam masyarakat Jawa
dalam Putri Cina digambarkan sama dengan kenyataan pada Orde Baru. Dalam Putri
Cina, kaum Cina semakin lama menjadi semakin kaya. Pengembangan harta mereka
membuat orang pribumi menjadi iri hati dan benci kepada mereka. Mereka juga
dipelihara oleh Prabu Murhardo untuk mengembangkan kekayaan penguasa. 193 Ini
mencerminkan kenyataan di masa Orde Baru, ketika secara de facto warga keturunan
Cina dibatasi dalam bidang perdagangan, dan beberapa orang konglomorat seperti
191 Bahasa Jawa. Penyebutan tahun dengan menggunakan kata-kata, hal atau peristiwa tertentu yang
melambangkan angka tertentu. 192 Sindhunata. Op.Cit. Hal. 85. 193 Ibid. Hal. 137.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pemilik BCA Sudono Salim dan raja kayu Mohammad “Bob” Hasan menjadi akrab
dengan Presiden Soeharto. 194
Dalam menjalani kebudayaan mereka, di kerajaan Medang Kamulan Baru
orang Cina sangat dibatasi:
Memang sejak Prabu Amurco Sabdo menggulingkan penguasa sebelumnya seperti Ajisaka menggulingkan Dewan Cengkar, orang-orang Cina dilarang menjalankan kebudayaan, adat istiadat, dan tata cara agamanya. Di Pedang Kemulan ini, tak bisa lagi orang-orang Cina hidup menurut kebudayaannya. Nama mereka pun harus diganti dengan nama pribumi asli. Dihapuslah nama-nama Cina di Tanah Jawa ini…
Di Pedang Kemulan, orang-orang Cina juga tak boleh mempertunjukkan lagi keseniannya. Tak ada lagi barongsai, samsi, liong atau leang-leong, serta wayang potehi yang dulu pernah menghibur banyak orang, dan bahkan disukai juga oleh orang-orang pribumi. Orang-orang Cina juga tidak mudah menjalankan ibadat mereka di kelenteng-kelenteng. Bahkan mereka tidak diperbolehkan merayakan Tahun Baru Cina. Orang Cina yang nekat terpaksa merayakan tahun barunya dengan sembunyi-sembunyi. 195
Ini mencerminkan kenyataan pada Orde Baru. Perundang-undangan yang
membatasi budaya Cina termasuk:196
• Peraturan Pemerintah 127/U/Kep/12/1966, yang menegaskan keperluan untuk
warga negara Indonesia keturunan Cina mengindonesiakan nama mereka. 197
• TAP XXXI/MPRS/No. 32/1966, yang melarang penggunaan aksara yang
bukan aksara Latin (antara lain Cina) di tempat umum.198
194 Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 1055, 1059 195 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 110. 196 Untuk in formasi lebih lanjut, dapat dibaca: Woodrich, Christopher Allen. “Bangsa Tionghoa dalam Republik Indonesia, dengan Fokus Pada
Saat Rezim Soeharto, Dianalisa Dari Berbagai Defin isi Kemanusiaan.” 2008. Makalah. Yogyakarta: Faku ltas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
197 Setiono, Benny. G. Op. Cit. Hal. 987. 198 Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 53.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
• Surat Edaran 06/Pres-Kab/6/1967, yang menentukan istilah Cina sebagai
istilah paling tepat untuk mendeskripsikan warga keturunan Cina, biarpun
istilah itu sudah dianggap diskriminatif oleh kaum Cina. 199
• Instruksi Kabinet Presendium 37/U/IN/6/1967, yang melarang izin tinggal dan
bekerja untuk imigran Cina baru (serta anak dan istri mereka), membekukan
modal milik orang keturunan, dan menutup semua sekolah yang tidak
berbahasa pengantar bahasa Indonesia. 200
• Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967, yang melarang pertunjukan kebudayaan
luar negeri di umum dan mendorong orang keturunan untuk berbaur dengan
budaya Indonesia. 201
• Keputusan Menteri Kehakiman No. 3/4/12/1978, yang mewajibkan
penggunaan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh orang
keturunan asing di atas Kartu Tanda Penduduk, tetapi dalam pada
pelaksanaannya cenderung hanya diminta dari orang keturunan Cina.202
Sementara, rakyat Jawa juga digambarkan sama seperti kenyataannya pada
Orde Baru. Rakyat merasa tertindas akibat kemiskinan mereka, sementara raja dan
pembantu-pembantunya tinggal dalam kesejahteraan dan kemewahan. Akibatnya,
mereka putus asa. Ini digambarkan dalam Putri Cina dengan menjadi peminum
alkohol, sehingga negeri Medang Kamulan dikatakan Negeri Mampir Ngombe:
199 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 987. 200 Ibid. Hal. 979. 201 Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 230. 202 Prasetyadji, dan Wahyu Effendi (Tjoa Jiu Tie). 2008. Tionghoa dalam Cengkeraman SBKRI.
Jakarta: TransMedia. Hal. 7 – 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Maka dengan minum mereka merasa bersatu dalam mengalami dan menanggung penderitaan serta nasib yang sama. Karena itu sambil minum mereka dapat menyanyi:
... Di tengah putus asa Inilah sekarang lagu duka yang kami suka: Cintamu sepahit Topi Miring! Kami menderita, namun di tengah derita Kegembiraan masih juga kami punya: Saat kami mengangkat gelas bersama-sama: Kita berteman sudah lama! 203
Ini menggambarkan putus asa yang terjadi di tengah Orde Baru. Rakyat
merasa tidak puas dengan pemerintahan Orde Baru. Orang-orang yang berusaha
untuk mengubah pemerintah dengan membuat petisi 204 atau bersuara 205 mendapat
reaksi dari pemerintah yang sangat negatif; mereka mengalami kehilangan nama,
kekerasan atau bahkan “dihilangkan.”206 Akibatnya, rakyat merasa tertindas dan
sebagian besar tidak berani bertindakan.
4.3 Penokohan
4.3.1 Putri Cina
Bila tokoh Putri Cina dianggap sebagai ibu semua orang Cina di Indonesia
(lihat 3.5.1), peran Putri Cina menjadi cara untuk Sindhunata menunjukkan
bagaimana tanggapannya atas perasaan orang-orang Cina setelah Kerusuhan Mei
1998.
203 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 115 – 116. 204 Petisi 50, di antara lain. Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1054. 205 Di antara lain Fuad Muhammad Safrudin , wartawan dari harian Bernas. Ibid. Hal. 1075. 206 Ibid. Hal. 1054, 1075 – 1076.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Putri Cina merasa kehilangan identitas diri sehingga tidak tahu siapa dirinya.
Ini ditampilkan dengan kehilangan wajahnya. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas,
Putri Cina setelah mengalami trauma merasa bahwa wajahnya telah hilang. Ini
menyebabkan Putri Cina melihat ke sejarah bangsanya di Indonesia untuk berusaha
memahami identitasnya sendiri dan menemukan wajahnya. Akhirnya, setelah melihat
kisah Giok Tien dan Setyoko, Putri Cina merasa telah menemukan wajahnya dan
mempunyai harapan untuk orang Cina dan orang Jawa tinggal bersama dalam damai
sejahtera:
Dan Putri Cina gembira, terbang terayun-ayun, dan dengan sayap daun-daunnya menaungi dan mendinginkan bumi yang menggelegak dengan kebencian, kekerasan, dendam, dan iri hati, sampai ia mendidih panas. 207
Sama dengan halnya Putri Cina, warga keturunan Cina menjadi cemas
dengan hidup di Indonesia dan mempertanyakan identitas mereka setelah kerusuhan
Mei 1998. Biarpun memang secara sejarahwi identitas orang Cina di Indonesia tidak
pernah jelas, dengan adanya yang merasa lebih kuat budaya Indonesia dan ada yang
lebih kuat budaya Cina,208 setelah Kerusuhan Mei 1998 masalah identitas menjadi
masalah yang perlu dipecahkan dengan segera.
Isu identitas itu tergantung pada apa yang diakui orang Cina sendiri. Apabila
mereka mengakui orang Cina, mereka tidak akan diterima oleh masyarakat Indonesia;
sementara, apabila mereka mengakui diri mereka sebagai orang Indonesia akan
menghadapi hambatan hukum yang tidak seimbang dengan orang Indonesia yang
207 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 115 – 116. 208 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Tan, Mely G. Op. Cit. Hal. 162 – 168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pribumi. Identitas itu juga termasuk bahasa yang digunakan, dengan pandangan
bahwa orang yang tidak bisa berbahasa Mandarin bukanlah orang Cina, biarpun
menurut keturunan memang orang Cina.209 Untuk menghindari masalah itu, ada
keluarga yang melarikan diri ke luar negeri.
Namun, setelah melihat perubahan yang terjadi di Indonesia setelah mulainya
Reformasi ada orang Cina yang merasa bahwa situasi sudah mulai berubah, beserta
harapan bahwa hidup akan menjadi lebih indah. Dalam soal ini, dapat dilihat bahwa
Putri Cina tidak hanya mewakili pikiran orang Cina di Putri Cinta, tetapi pikiran
orang Cina di Indonesia, sebagaimana dimengerti Sindhunata.
4.3.2 Giok Tien
Pengalaman Giok Tien dan kakak-kakaknya mencerminkan pengalaman
wanita-wanita Cina yang pada tahun 1998. Biarpun dia sudah berusaha untuk berbaur
dengan budaya Jawa (dari main ketoprak sehingga menikah dengan orang Jawa),
Giok Tien menjadi takut melihat kondisi tanah Jawa yang semakin mengerikan.
Akhirnya, bersama kakak-kakaknya Giok Hwa dan Giok Hong dia mengambil
keputusan untuk melakukan yang disebut exit oleh Hirschman:
‘Cik, apa dalam keadaan demikian kita masih bisa mengharapkan perkecualian? Rasanya, kita tinggal menunggu waktu. Kangmas Gurdo Paksi adalah prajurit. Ia harus hanya menjalankan perintah Prabu Amurco Sabdo. Mungkin bukan dengan tangannya sendiri, tapi dengan tangan bawahannya ia bisa saja meniadakan kita semua,’ jawab Giok Tien.
209 Ibid. Hal. 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
... ‘Kalau begitu, mari kita menyiapkan barang-barang. Kita mengungsi saja ke kerajaan tetangga, ke Negara Singa,’ ajak Giok Hong.
‘Iya, Cik. Mungkin itulah satu-satunya cara kita menyelamatkan diri,’ sahut Giok Tien.”210
Biarpun mereka sudah mengambil keputusan untuk mengungsi, akhirnya ada
orang tidak dikenal yang masuk ke rumah, mengikat mereka, dan memerkosa dan
membunuh Giok Hwa dan Giok Hong. Biarpun Giok Tien tidak diperkosa kelompok
itu, akhirnya dia diperkosa oleh Radi Prawiro dan Prabu Murhardo. Ini membuat dia
trauma akan hubungan dengan orang Jawa. Biarpun akhirnya selamat, dia merasa
bersalah dan putus asa.
Ini mencerminkan pengalaman orang Cina pada saat itu. Sebagaimana
dikemukakan di atas, kekejian yang terjadi pada tanggal 13, 14, dan 15 Mei membuat
Cina menjadi sangat takut dan putus asa atas hubungan mereka dengan orang
pribumi. Sebagian melarikan diri dari Indonesia, dan sebagian lagi menjadi semakin
tertutup terhadap orang yang bukan dari kaum mereka. Rasa takut itu tidak mudah
hilang; sama seperti Giok Tien, warga keturunan Cina merasa takut untuk jangka
waktu yang lama, sehingga menjelang tahun baru 1999 ada yang takut akan terjadi
amuk massa lagi.
4.3.3 Setyoko / Gurdo Paksi
Setyoko dapat dilihat sebagai gabungan dari sifat Jenderal Wiranto, yang
menjadi Panglima ABRI pada tahun 1998, dan para aparat yang berusaha untuk
210 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 153 – 154.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
menyelamatkan korban Kerusuhan Mei 1998. Sama seperti Wiranto, Setyoko
menjadi pemimpin (senapati) tentara Medang Kamulan Baru. Namun, Radi Prawiro
(saingannya, yang mencerminkan Letnan Jenderal Prabowo Subianto)211 juga
menginginkan pangkat itu, sama seperti yang dituduh dari Letnan Jenderal Prabowo
Subianto:
“... [Joyo Sumengah] melihat [Gurdo Paksi] menjadi senapati. Sesungguhnya lurah prajurit itu adalah pangkat yang tinggi. ... Namun pangkat itu tetap jauh di bawah pangkat seorang senapati. ... Tak mengherankan, bila ... ia selalu berusaha untuk menjatuhkan dan meniadakan Gurdo Paksi dari Negara Pedang Kemulan ini.”212
Setelah kerusuhan dipicu oleh Radi Prawiro, Setyoko bersama beberapa
bawahannya berusaha untuk menyelamatkan korban dan menghentikan kerusuhan.
Ini mencerminkan perilaku beberapa anggota aparat, sebagaimana dikemukakan pada
Bab 2.2.4. Namun, sama seperti kenyataannya pada Mei 1998, mereka tidak mampu
mencegah kerusuhan. Selain itu, banyak yang bersikap pasif, atau bahkan turun ikut
kerusuhan.213
4.3.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah
Ada dua sifat Radi Prawiro yang dapat dikaji sebagai pencerminan kenyataan
sosial pada tahun 1998, yaitu perilakunya sebagai seorang pemerkosa dan perilakunya
sebagai tumenggung, atau penjaga istana. Kedua aspek tokoh itu mempunyai
kesamaan yang cukup banyak dalam perilaku rakyat dan aparat.
211 Lihat Bab 4.3.4 212 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 222. 213 Ibid. Hal. 151 – 152.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Pertama-tama akan dijelaskan bagaimana sifat Radi Prawiro dalam
memerkosa Giok Tien mencerminkan sikap nyata pemerkosa pada kerusuhan Mei
1998. Seperti halnya pemerkosa Mona di atas, Radi Prawiro tidak memperhatikan
usaha korbannya untuk melindungi diri, sebagaimana dijelaskan di bawah:
‘Radi Prawiro, jangan!’ tolak Giok Tien. Joyo Sumengah tak peduli lagi akan teriakan itu. Malah, ia jadi makin bernafsu. 214
Sementara, sama seperti halnya pemerkosa Andina di atas, Radi Prawiro tidak
menghiraukan bahwa Giok Tien sudah mempunyai pasangan. Dia justru menganggap
itu satu hal yang mendorong dirinya. Radi Prawiro juga sempat memperkosa Giok
Tien di depan Setyoko, tetapi beda dari halnya pemerkosa Andina, Radi Prawiro
berhasil dihentikan oleh si pasangan.
Selain itu, adapun kesamaan tindakan Radi Prawiro selaku tumenggung
dengan perilaku yang disangka dilakukan oleh Mayor Jenderal Syafrie Sjamsoeddin,
yang pada tahun 1998 bertanggung jawab atas Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) di Jakarta. Pasukan-pasukan di bawah kekuasaan Radi Prawiro
turun ke lapangan untuk memancing amuk massa, lalu diikuti oleh beberapa pasukan
di bawah kekuasaan Setyoko:
Lurah Prajurit Joyo Sumengah hanya memerlukan waktu sedikit saja untuk menyulut kebencian dan iri hati terhadap orang-orang Cina yang memang telah ada. Dibakarnya hati mereka sehingga mereka percaya bahwa segala malapetaka ini menimpa Negeri Pedang Kemulan karena orang-orang Cina itu hanya selalu ingat akan diri dan kekayaan mereka sendiri saja. Jadi biang keladi kekacauan di Pedang Kemulan ini adalah orang-orang Cina.
214 Ibid. Hal. 233.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
... [Prajurit-prajurit Gurdo Paksi] seperti diminumi ramuan yang membuat mereka kalap dan lupa diri. Kendati prajurit, mereka juga manusia yang seharusnya masih punya hati. Sebagian mereka bahkan ikut terjun ke tengah kerumunan massa yang membakar gedung-gedung orang Cina, lainnya lagi ikut memanasi, agar amuk massa itu makin berani menyerang orang-orang Cina. Lainnya lagi, kendati kelihatan ganas dan buas, hanya diam tak berdaya dan melihat- lihat saja. Mereka ini seakan sengaja membiarkan pusat-pusat perdagangan orang-orang Cina habis dilalap api dan dijarah. Sungguh mereka seakan tak mau berbuat apa-apa terhadap kekerasan yang menghancurkan orang-orang Cina. 215
Hal ini mencerminkan kenyataan sebagaimana sudah dijelaskan pada Bab 2.
Menurut sangkaan rakyat, Mayor Jenderal Syafrie Sjamsoeddin dan Letnan Jenderal
Prabowo Subianto menyuruh pasukan mereka untuk memancing amarah rakyat untuk
meneror musuh pemerintah dan memalukan Jenderal Wiranto, supaya Prabowo dapat
menjadi presiden setelah Soeharto turun.216 Sekelompok orang yang berciri seperti
aparat keamanan (badan tegap, rambut cepak) dilihat memancing masyarakat,
“memanasi” emosi masyarakat. Selain itu, aparat lain yang dilihat di jalan cenderung
hanya menjaga tempat-tempat tertentu, dan tidak mencegah kerusuhan lain yang
terjadi di depan mereka.
Kelompok yang tidak mengambil tindakan ini tidak hanya terbatas pada
prajurit awam saja; sebagaimana dijelaskan di atas, Jenderal Wiranto, yang
bertanggung jawab atas wilayah Jakarta, tidak menganggap kerusuhan itu sebagai hal
yang penting, tetapi malah bersiap untuk acara yang sudah direncanakan di luar
pulau. Biarpun belum terbukti ada perintah dari Presiden Soeharto maupun jenderal-
215 Ibid. Hal. 149, 152. 216 Purdey, Jemma. Op. Cit. Hal. 107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
jenderal yang ada di bawah pimpinannya untuk mengarahkan amarah massa, itu
merupakan suatu kesimpulan yang dapat ditarik oleh orang yang memperhatikan
situasi, 217 khususnya oleh orang yang menjadi sinis akibat mengalami kerusuhan itu.
4.3.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo
Prabu Murhardo mencerminkan Presiden Republik Indonesia pada tahun
1998, yaitu Soeharto. Ada beberapa aspek Prabu Murhardo yang mencerminkan
Soeharto, antara lain kegiatannya menggulingkan raja sebelumnya, kecenderungan
menggunakan bahasa Jawa, kedudukan sebagai pemimpin negara, dan kejatuhannya
sebagai akibat kerusuhan.
Prabu Murhardo telah menggulingkan Raja Medang Kamulan, Prabu Ajisaka,
untuk menjadi Raja Medang Kamulan:
... Kerajaan Medang Kamulan [adalah] kerajaan pertama yang muncul di Tanah Jawa, dengan rajanya Prabu Ajisaka.
...
... Prabu Murhardo juga merasa telah menyingkirkan [Prabu Ajisaka] yang dianggapnya telah demikian lama menyengsarakan rakyat di Tanah Jawa. 218
Ini mencerminkan teori bahwa Presiden Soeharto telah menyingkirkan
Presiden Soekarno dengan memimpin atau menjadi anggota dari Gerakan 30
217 Misalnya di Purdey, Jemma. Op. Cit. pada hal. 80 – 90. 218 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 88 – 93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
September, yang dikemukakan oleh ilmuwan Belanda dari Universitas Leiden,
Profesor Wim F. Wertheim. 219
Sementara, sebagai raja, Prabu Murhardo sering menggunakan bahasa Jawa.
Beberapa contoh yang tercatat termasuk wedar 220 (nampak),221 melorot222 (jatuh),223
wis manuta, amung sira gawe swarga224 (menurutlah sudah, hanya kau yang dapat
menyediakan surga bagiku),225 dan putri ayu amung yekti, bisa temen gawe
wuyung226 (sesungguhnya hanya kamu, putri cantik, yang membuat aku benar-benar
jatuh cinta). 227 Ini mencerminkan kebiasaan Soeharto dalam pembicaraannya; dia
sering menggunakan istilah bahasa Jawa, seperti mbalelo (membangkang),228 ngulad
sariro hangrasa wani (mawas diri, mengoreksi diri), 229 lengser keprabon, madeg
pandito230 (turun jabatan, menjadi orang religious yang hidup secara pas-pasan),231
dan tinggal gelanggang colong playu (tidak bertanggung jawab). 232
219 Sebagaimana dikemukakan dalam Bayang-Bayang PKI, yang dilarang diterbitkan di Indonesia.
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Op. Cit. Hal. 68. 220 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 133. 221 Zoetmulder, P. J. Op. Cit. Hal. 1407. 222 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 255. 223 Dalam konteks kalimatnya, menggauli. Zoetmulder, P. J. Op. Cit. Hal. 255. 224 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 250. 225 Merupakan penyusunan kalimat sendiri dari terjemahan ‘sudah’, ‘perintah’, ‘hanya’, ‘kamu’,
‘membuat’ ‘surga’ , dengan tambahan yang implisit dalam konteks. Purwadi. Op. Cit. Hal. 596, 280, 15, 529, 122, 544.
226 Ibid. Hal. 249. 227 Merupakan penyusunan kalimat sendiri dari terjemahan ‘putri’, ‘cantik’, ‘hanya’, ‘sungguh benar’,
‘bisa’, ‘sungguh’, ‘membuat’, ‘cinta’ dengan tambahan yang implisit dalam konteks. Purwadi. Op. Cit. Hal. 485, 27, 15, 602, 47, 555, 122, 600.
228 “Presiden Res mikan Waduk Kedungombo Yang Belum Mau Pindah Jangan Sampai Jadi Kelompok ‘Mbalelo’.” 1991. Kompas. 19 Mei. Hal. 1.
229 Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 64. 230 Ibid. Hal. 65. 231 Secara harafiah, “Berhenti sebagai raja, menjadi pendeta.” Diubah agar sesuai dengan Soeharto
(seorang Muslim yang menjadi presiden). Purwadi. Op. Cit. Hal. 258, 270, 442, 475. 232 Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 179.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Selain itu, Prabu Murhardo juga merupakan kepala negara Medang Kamulan
Baru, sama seperti halnya Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia pada Orde
Baru.
Terakhir, sama seperti halnya Soeharto, Prabu Murhardo terpaksa turun
jabatan setelah kerusuhan membara di seluruh negaranya. Dalam novel, Prabu
Murhardo mengundur diri setelah dipaksakan oleh senapatinya, Setyoko, sebagai
akibat dari tindakannya memerkosa Giok Tien; akhirnya, dia menunjukkan Aryo
Sabrang sebagai penggantinya. 233 Sementara, Soeharto mengundurkan diri secara
suka rela setelah 14 anggota kabinetnya meninggalkannya dalam kekacauan pasca-
Tragedi Mei 1998.234
4.3.6 Korsinah
Biarpun Korsinah tidak muncul dalam kerusuhan, dari perilakunya terhadap
Giok Tien selama di Sekar Kastubo dapat ditarik kesimpulan bagaimana dia akan
bersikap, yaitu berusaha untuk membantu orang-orang Cina. Dengan demikian,
Korsinah dapat ditafsirkan mencerminkan orang-orang Jawa yang berusaha untuk
melindungi orang-orang Cina.
Sifat baik Korsinah terlihat sekali selama Giok Tien menjadi bintang Sekar
Kastubo. Korsinah, yang sudah lama menjadi pemain ketoprak, memberi petunjuk
pada Giok Tien sehingga Giok Tien menjadi semakin pintar bermain, dan bahkan
233 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 271 – 278. 234 Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 12 – 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
melindungi Giok Tien dari guna-guna Radi Prawiro 235 dan menasihati agar tidak
melakukan hal yang bodoh:
‘Tien, panggung itu lain dengan dunia nyata. Di panggung, kamu bersandiwara. Di dunia nyata, kamu hidup seadanya. Karena panggung, kamu bisa kelihatan menarik dan dicintai. Ketika dandananmu dilepas dan bedak di wajahmu dihapus, kamu kembali menjadi biasa. Banyak laki- laki ingin menidurimu sebagai Ratu Kencanawungu yang anggun, merasakan gejolak nafsumu sebagai Ken Dedes yang menggairahkan, mencumbumu sebagai Anjasmara yang kenes, menggodamu sebagai Johar Manik yang liar, dan memain-mainkanmu sebagai Wahita atau Puyengan yang hangat. Tapi di ranjang, bau harum Kencanawungu telah mengambar, gejolak nafsu Ken Dedes itu telah mereda, bibir merangsang Anjasmara itu telah melayu pucat, keliaran Johar Manik dan kehangatan Wahita atau Puyengan hilang menjadi dingin,’ [ujar Korsinah]. 236
Kepedulian Korsinah terhadap Giok Tien ini mencerminkan perilaku beberapa
warga pada Kerusuhan Mei 1998. Sebagaimana dijelaskan di atas, ada orang-orang
pribumi yang membahayakan diri untuk membantu orang-orang Cina. Mereka
menyembunyikan keluarga Cina di rumah sendiri, memberikan pakaian Muslim
kepada orang Cina supaya mereka aman, dan mengusir massa yang sedang
beramuk. 237 Biarpun Korsinah tidak melakukan hal-hal ini, semangat melindungi
Giok Tien masih dipegang erat.
4.3.7 Keluarga Giok Tien
Keluarga Giok Tien yang akan dibahas pada sub-subbab ini ialah Giok Hwa
dan Giok Hong, yang diperkosa dan dibunuh pada saat terjadi kerusuhan. Ibu dari
235 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 182 – 185. 236 Ibid. Hal. 160. 237 Setiono, Beny G. Op. Cit. Hal. 1065.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kakak-beradik ini, Siok Nio, tidak akan dibahas karena sudah meninggal sebelum
kerusuhan.
Sama dengan halnya Giok Tien, Giok Hwa dan Giok Hong sangat takut ketika
terjadi kerusuhan yang diarahkan kepada orang Cina. Oleh karena Giok Tien dan
Setyoko cukup kaya, Giok Hwa dan Giok Hong bersiap untuk melarikan diri
(melakukan exit) ke Negara Singa. Namun, sebelum mereka dapat melarikan diri,
sekelompok orang bertopeng masuk ke rumah, lalu memerkosa dan membunuh
mereka:
Ketika mereka sibuk mengemasi barang-barang yang akan mereka bawa mengungsi ke Negara Singa, mereka terkejut setengah mati, karena mendengar pintu rumah mereka didobrak keras-keras. Dan mereka melihat sekelompok orang bertopeng masuk, dan mendekati mereka. Giok Tien, Giok Hong, dan Giok Hwa ketakutan sampai pucat pasi. Sebelum sempat mereka menjerit, orang-orang bertopeng itu sudah membekap mulut mereka. Giok Tien melihat, orang-orang bertopeng itu menelanjangi kedua kakaknya, mempermalukan, dan akhirnya memerkosa mereka. Dan lebih ngeri lagi, ia melihat, akhirnya, orang-orang bertopeng itu menusuk kedua kakaknya. Darah mereka berceceran. Giok Tien hampir pingsan, ketika melihat, bagaimana dalam kengerian itu Giok Hong mengembuskan napasnya yang terakhir. Dan ia hampir jatuh, ketika melihat seorang dari mereka menusuk-nusukkan sebilah keris ke tubuh Giok Hwa, lalu meninggalkan keris itu tertancap di dadanya. Semuanya itu berlangsung dengan demikian cepat, kejam, dan ganas. 238
Hal ini mencerminkan pengalaman beberapa wanita yang diperkosa.
Sebagaimana dilihat dari contoh Andina dan Mona di atas, perkosaan terjadi secara
ramai-ramai, dengan banyak orang berpartisipasi. Pemerkosa itu mengambil giliran
memerkosa wanita, sehingga setiap pemerkosa sudah dapat giliran. Biarpun Andina
238 Sindhunata. Op. Cit. Hal. 224.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dan Mona selamat, masih tercatat sebanyak 15 yang meninggal atau dibunuh setelah
mereka diperkosa, sama seperti Giok Hwa dan Giok Hong.
4.3.8 Aryo Sabrang
Aryo Sabrang, biarpun tokoh yang tidak banyak berperan dalam cerita, masih
mencerminkan kenyataan pada Kerusuhan Mei 1998 dengan sangat jelas. Dia
merupakan Adipati Nusa Barong, dan salah satu anak buah Prabu Murhardo. Setelah
Prabu Murhardo mengundur diri, Aryo Sabrang diangkat menjadi raja yang ternyata
adil dan bersikap jauh berbeda dari Prabu Murhardo:
[Rakyat] senang, karena Prabu Aryo Sabrang memerintah dengan sabar dan penuh keterbukaan. Semula mereka mengira, paling-paling Aryo Sabrang meneruskan apa saja yang telah dibuat pendahulunya. Ternyata tidak demikian halnya. Ia mau mendengarkan kata-kata rakyatnya.
Malahan ia bertekad menghapus segala kenangan lama yang membuat rakyat takut dan susah. Ia tidak ingin Negeri Medang Kamulan dialami rakyat sebagai Negeri Pedang Kemulan. Ia bahkan mengembalikan nama Medang Kamulan Baru pada nama aslinya. Dihapusnya pengertian ‘Baru’ dari nama negerinya, sehingga nama negeri itu adalah Medang Kamulan. ... Sekarang tiada lagi yang baru atau yang lama, yang ada hanyalah Medang Kamulan saja. Rakyat mengerti, perubahan ini tidak hanya sekadar berarti pengembalian nama, tapi juga penghapusan cara-cara pemerintahan yang ‘Baru’, yang dulu pernah menggantikan yang ‘Lama’. Memang Aryo Sabrang bertekad membawa Medang Kamulan ke masa depannya yang gemilang, karena itu ia harus memutuskan sama sekali dengan apa yang terdahulu, entah itu disebut yang ‘Lama’ atau yang ‘Baru’.239
Sifat dan perilaku Aryo Sabrang ini mencerminkan Presiden Jusuf Habibie.
Sama seperti Habibie (yang, sebelum menjadi Presiden, menduduki jebatan Wakil
239 Ibid. Hal. 280.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Presiden), 240 Aryo Sabrang merupakan anak buah pemimpin yang menduduki jebatan
tinggi, dijadikan presiden, lalu berusaha untuk menjauhi masa lalu.
Sementara, tindakan Aryo Sabrang menghapus jejak-jejak dari Medang
Kamulan Baru mencerminkan tindakan yang dimulai oleh Presiden Habibie dan
dilanjutkan oleh presiden-presiden lainnya. Beberapa tindakan Habibie yang dapat
dimaknai sebagai “menghapus jejak-jejak (pemerintahan sebelumnya)” termasuk
mengundangkan Instruksi Presiden Nomor 26 tahun 1998 yang secara formal
menghapus istilah “pribumi” dan “non-pribumi”, menyelesaikan proses perundangan
Undang-Undang Hak Asasi Manusia serta memulai proses amendemen Undang-
Undang Dasar 1945, yang lebih menekankan hak asasi manusia dan diharapkan untuk
lebih menyejahterakan rakyat. 241
240 Setiono, Beny G. Op. Cit. Hal. 1085 – 1089. 241 Ibid. Hal. 1085 – 1086.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Ringkasan Penelitian
Kerusuhan Mei 1998 adalah peristiwa yang sangat berpengaruh dalam sejarah
Indonesia. Akibat kekacauan ekonomi, mulai di Jakarta terjadi suatu pogrom dengan
orang Cina sebagai sasaran yang akhinrya tersebarkan ke seluruh Indonesia. Di
Jakarta sendiri, ada lebih dari seribu orang tewas, dan jumlah seluruh kerugian
diperkira sesedikit-sedikitnya Rp. 2,5 triliun, atau USD 238 juta. Sekitar 13 pasar,
2.479 rumah toko, 40 mal, 1.604 toko, 45 bengkel, 387 kantor, 9 SPBU, 8 bus dan
kendaraan umum lainnya, 1.119 mobil, 826 sepeda motor, dan 1.026 rumah dirusaki,
dijarah, dan / atau dibakar selama kerusuhan berlangsung. Sementara, di Surakarta
tercatat 56 kantor dan bank, 27 toko swalayan, 217 toko, 12 rumah makan, 18 ruang
pamer mobil, dan delapan pabrik dirusak dan dibakar. Massa juga membakar 287
mobil, 570 sepeda motor, 55 bus dan tujuh truk. Jumlah kerugian dari kerusuhan itu
mencapai Rp. 457 miliar. Tercatat banyak kasus di mana aparat tidak mampu atau
tidak berusaha untuk mencegah kerusuhan dan penjarahan. Akibat kerusuhan ini,
Soeharto harus mengundurkan diri dan pemerintahan Orde Baru berakhir.
Namun, oleh karena mereka dijadikan sasaran kerusuhan dan tidak dilindungi
oleh pemerintah sendiri, warga Indonesia keturunan Cina merasa sangat trauma.
Demikian pula Sindhunata, yang mencantumkan perasaannya dalam Putri Cina.
Tokoh utama pertama, Putri Cina, merasa kehilangan identitas akibat kerusuhan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
terjadi kepada dia. Dia mencari identitasnya dalam mitos orang Jawa, dan akhirnya
menyaksikan gara-gara yang terjadi pada tahun 1998. Melalui cerita Giok Tien,
seorang pemain ketoprak kuturnan Cina, pengambinghitaman orang Cina oleh
pemerintahan dibahas. Biarpun Giok Tien adalah istri dari Setyoko, Senapati kerajaan
Medang Kamulan Baru, dia diperkosa oleh raja Prabu Murhardo dan Radi Prawiro,
dan kakak-kakaknya diperkosa dan dibunuh. Akhirnya, akibat pemerkosaan istrinya,
Setyoko bersama Giok Tien memeras Prabu Murhardo untuk mengundurkan diri.
Namun, karena tidak terima cinta Giok Tien dan Setyoko, Radi Prawiro membunuh
mereka. Ketika Putri Cina melihat cinta tulus Giok Tien dan Setyoko, dia merasa
seakan mengerti bagaimana orang Jawa dan orang Cina bisa bekerja sama, dan
akibatnya merasa bebas.
Dalam pembahasan perasaannya, Sidhunata mendapatkan banyak ilham dari
kehidupan nyata. Tokoh yang berdasarkan tokoh sejarah termasuk Prabu Murhardo
sebagai cermin Presiden Soeharto, dan Setyoko dan Radi Prawiro beserta hubungan
mereka sebagai cermin Jenderal Wiranto dan Jenderal Prabowo Subianto. Tahun
keterjadiannya dilambangkan dengan sengkalan lagu “Cucak Rowo” yang sangat
popular pada tahun 1998. Indonesia, selain disebut tanah Jawa, juga digambarkan
dengan mitos yang sama. Situasi politik, yaitu korupsi, nepotisme, dan hukum
represif terhadap suku Tionghoa, di Medang Kamulan Baru dan Indonesia selama
Orde Baru sama. Psikologi suku Cina digambarkan dengan Putri Cina, yang berasa
kehilangan identitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
5.1.2 Kesimpulan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Kerusuhan Mei 1998 telah sangat
mempengaruhi pikiran warga Cina di Indonesia. Perkosaan, pembunuhan, dan
penjarahan massal itu telah meninggalkan bekas di hati mereka yang tidak mudah
hilang.
Penulisan Putri Cina bukanlah sekadar penulisan novel, tetapi pengabadian
suatu pengalaman dalam bentuk tulisan. Hal-hal yang terjadi di dalam novel
mempunyai maksud untuk mencatat pengalaman dan keterjadian untuk masa depan,
supaya orang dapat memahami apa yang dialami. Biarpun ditulis secara alegoris,
kenyataan sangat menonjol. Dengan Prabu Murhardo mencerminkan Soeharto dan
Giok Tien sebagai suara korban, Putri Cina mengemukakan kenyataan pahit yang
harus dipahami. Tulisan ini juga menyampaikan suatu pesan, bahwa perlu ada
kebhinekatunggalikaan supaya negeri ini bisa maju dan berkembang.
5.2 Saran
Dengan pengertian Putri Cina baru ini, dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut. Pertama, bisa dilakukan penelitian intertekstual Putri Cina dengan beberapa
karya sastra pasca-Reformasi yang dituliskan oleh orang keturunan Cina dapat dilihat
apabila ada kebiasaan baru untuk mencari jawaban atas kekerasan dan kerusuhan
melalui karya sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Kedua, bisa dilakukan penelitian sosiologis atas karya sastra Indonesia yang
dituliskan oleh orang keturunan Cina, dapat dilihat betapa Kerusuhan Mei 1998 telah
mempengaruhi psyche warga keturunan Cina di Indonesia.
Ketiga, bisa dilakukan penelitian psikologi sastra, dapat diteliti bagaimana
gara-gara yang terjadi dalam novel Putri Cina mempengaruhi tokoh Putri Cina atau
Giok Tien.
Keempat, bisa dilakukan penelitian sosiologi sastra atas bagaimana ciri-ciri
Presiden Soeharto digambarkan dalam karya sastra, misalnya dalam Putri Cina karya
Sindhunata, Paman Gober karya Seno Gumira Ajidarma, Bapak Presiden yang
Terhormat karya Agus Noor, dan Semar Gugat karya N. Riantiarno.
Kelima, teori scapegoat mechanism punya René Girard dapat diterapkan pada
novel Putri Cina untuk mengikuti perkembangan diskriminasi terhadap orang
keturunan Cina di Indonesia; ini dapat pula digabungkan dengan penelitian interteks
untuk melihat pogrom lain di sejarah Indonesia, misalkan pembunuhan 10,000 orang
keturunan Cina di Batavia pada tahun 1740.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani-Knapp, Retnowati. Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second President. 2007. Marshall Cavendish Editions: Singapura.
“Aksi Mahasiswa: Bentrok di Solo, Yogya, dan Samarinda.” 1998. Kompas. 9 Mei.
Hal. 3. “Amien Rais: Kerusuhan Jakarta dan Solo ada Dalangnya.” 1998. Kompas. 11 Juni.
Hal. 1. “Aparat Jamin Keamanan, Warga Masih Was-Was.” 1998. Kompas. 13 Agustus. Hal.
9 Arif, Ahmad dan Maria Hartiningsih. “10 Tahun Kerusuhan Mei: Berebut Ruang
Ingatan.” 2008. Kompas. 14 Mei. Hal. 1 Chailil, Munawar, dan Tim Forum. “Di Ujung Aksi Damai.” 1998. Forum Keadilan.
1 Juni. Culler, Jonathan. Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics, and the Study of
Literature. 1977. Routledge & Kegan Paul: London. dalam Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Cetakan Pertama. 2004. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.
2009. Gramedia: Jakarta. Dewi, Novita. “Putri Pewarta Perdamaian: Kajian atas Putri Cina karya Sindhunata”
dalam Sintesis Vol. 6 No. 1 Maret 2008. Hal. 40 – 49. Gie, Kwik Kian. “Warga Keturunan Tionghoa dan Distribusi.” 1998. Kompas. 7 Juni.
Hal. 4. Gunadi, Fannie. “Mona, di Balik Sprei Kembang.” 1998. Tempo. 12 Oktober. Hal.
63. Hamid, Usman dkk. Menatap Wajah Korban: Upaya Mendorong Penyelesaian
Hukum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Dalam Peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Cetakan Pertama. 2005. Diterbitkan bersama oleh Solidaritas Nusa Bangsa, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Asosiasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Penasehat Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia, Ikatan Keluarga Orang Hilang, dan Forum Keluarga Korban Mei 1998: Jakarta.
“Hampir Seluruh Kota Sepi dan Mencekam.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 11. Hartiningsih, Maria. “Pergumulan Menguakkan Identitas.” 2007. Kompas. 23
September. Hal. 11. Hartiningsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing
Berjelaga.” 2008. Kompas. 16 Mei. Hal. 49. “Hidup yang Terenggut”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 68 – 69. “Jangan Biarkan Pelecehan dan Perkosaan Tak Terselesaikan.” 1998. Kompas. 06
Juni. Hal. 12. Kelana, Aries, dan I. Made Suarjana. “Yang Untung dan Buntung.” 1998. Gatra. 23
Mei. Hal. 66 – 67. Khoiri, Ilham. “I. Wibowo tentang Liberalisasi Masyarakat Tionghoa.” 2008.
Kompas. 10 Februari. Hal. 12. “Kota Solo Penuh Asap.” 1998. Kompas. 15 Mei. Hal. 11. “Lega..., Lepas dari Jakarta.” 1998. Kompas. 21 Mei. Hal. 8. Luhulima, James. Hari-Hari Terpanjang: Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto
dan Beberapa Peristiwa Terkait. 2008. Kompas: Jakarta. “Luka Kerusuhan, Luka Perempuan.” 1998. Kompas. 5 Juni. Hal. 1. Obstfeld, Raymond. Fiction First Aid: Instant Remedies for Novels, Stories and
Scripts. 2002. Writer's Digest Books: Cincinnati, Amerika Serikat. “Perkosaan di Solo Tak Terungkap.” 1998. Kompas. 22 Juli. Hal. 11. “Peta Amuk di Kota Hantu”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 164 – 166. Prasetyadji, dan Wahyu Effendi (Tjoa Jiu Tie). 2008. Tionghoa dalam Cengkeraman
SBKRI. Jakarta: TransMedia. “Presiden Resmikan Waduk Kedungombo: Yang Belum Mau Pindah Jangan Sampai
Jadi Kelompok ‘Mbalelo’.” 1991. Kompas. 19 Mei. Hal. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Purdey, Jemma. Anti-Chinese Violence in Indonesia, 1996–1999. 2006. Singapore
University Press: Singapura. Purwadi. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Cetakan Pertama. 2004. Media Abadi:
Yogyakarta. Purwono, Dedy. “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”. 2008.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
“Rakyat Harus Ikut Mencari Perusuh.” 1998. Kompas. 22 Mei. Hal. 5. Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Cetakan Pertama. 2004. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah
Tersembunyi Orang Tionghoa di Indonesia. Edisi Pertama. 2008. TransMedia: Jakarta.
“’Si Lembut’ Itu Mendadak Beringas.” 1998. Kompas. 16 Mei. Hal. 11. Sindhunata. Putri Cina. Cetakan Kedua. 2007. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Siregar, Bakri. Sedjarah Sastera Indonesia Modern. 1964. Akademi Sastera dan
Bahasa “Multatuli”: Jakarta. “Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” 1998. Kompas. 14 Juli. Hal. 6. Sumbogo, Priyono B., Hidayat Gunadai, dan Andi Zulfikar Anwar. “Mereka Ingin
Reformasi tapi Jakarta Dijilat Api.” 1998. Gatra. 23 Mei. Hal. 24 – 31. Sumbogo, Priyono B., Khoiri Akhmadi, dan Nurlis Effendi. "Massa Hantu Merayap
dan Memicu Kerusuhan Itu." 1998. Gatra. 16 Mei. Hal. 24 – 28. Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan. 2008. Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta. Teeuw, A. Sastra Baru Indonesia I. Diterjemahkan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Edisi
Pertama. 1980. Nusa Indah: Ende. “Warga Desak Otak Kerusuhan Solo Diungkap.” 1998. Kompas. 06 Juni. Hal. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Wawancara pribadi dengan Wahyu Apri Wulan Sari, tanggal 15 November 2008. Wawancara pribadi dengan Sie Yulyani Retno Nugroho, tanggal 22 November 2008. Wijayanta, Hanibal W. Y., Sen Tjiauw, dkk. “Percik Bara Seantero Nusantara.” 1998.
Forum Keadilan. 1 Juni. Hal. 19. Woodrich, Christopher Allen. “Bangsa Tionghoa dalam Republik Indonesia, dengan
Fokus Pada Saat Rezim Soeharto, Dianalisa Dari Berbagai Definisi Kemanusiaan.” 2008. Makalah. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Woodrich, Christopher Allen. “Pandangan Pemuda-Pemudi Yogyakarta tentang
Kedudukan Suku Tionghoa di Indonesia.” Makalah. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
Zoetmulder, P. J. Dan S. O. Robson. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Diterjemahkan
Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Cetakan Kelima. 2006. Gramedia: Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
LAMPIRAN 1. Peta Kerusuhan di Jakarta242
242 “Peta Amuk di Kota Hantu”. 2003. Tempo. 25 Mei. Hal. 165.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
2.1 Data Kerusakan dan Korban Versi Pemerintah Daerah DKI Jakarta243 Jenis Korban / Kerusakan Jumlah
Pasar 13 Ruko 2479 Mall / Plaza / Swalayan 40 Toko 1604 Bengkel 45 Kantor Kecamatan 2 Kantor Polisi 11 Kantor Pemerintah Lainnya 8 Kantor Swasta 383 Bank 65 Restoran 24 Hotel 12 Pompa Bensin 9 Bis dan Metromini 8 Mobil 1119 Motor 821 Rambu Lalu Lintas 486 Taman 11 Pagar 18 Fasilitas Umum Lain 1 Rumah Penduduk 1026 Rumah Ibadah / Gereja 2 Korban Jiwa 2888 Total Bangunan 5723 Total Kendaraan 1948 Total Fasilitas Umum 516 2.2 Data Kerusakan dan Korban Versi Tim Relawan Untuk Kemanusiaan (TRUK)244
Jenis Jumlah Orang Hilang 31 Meninggal Akibat Senjata / Lain 27 Meninggal Akibat Dibakar 1190 Luka / Sakit 91 243 Hamid, Usman dkk. Menatap Wajah Korban: Upaya Mendorong Penyelesaian Hukum Kejahatan
Terhadap Kemanusiaan Dalam Peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Cetakan Pertama. 2005. Diterb itkan bersama oleh Solidaritas Nusa Bangsa, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Asosiasi Penasehat Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia, Ikatan Keluarga Orang Hilang, dan Forum Keluarga Korban Mei 1998: Jakarta. Hal. 118 – 119.
244 Ibid. Hal. 118 – 119.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lokasi Korban Jiwa Jumlah Yogya Department Store, Jakarta 288 Tempat Lain, Jakarta 101 Ramayana Plaza, Tangerang 144 Pertokoan Matahari, Tangerang 10 Sabar Subur Simone, Tangerang 8 Plaza Aria 2 Supermall Lippo 43 2.3 Data Korban Versi RSCM245
Lokasi Laki-Laki Wanita ? Jumlah BM Koli
Jakarta Utara Tgl 15/5/98 20 4 5 29 Tanjung Priok 1 0 0 1
Jakarta Barat
Tgl 15/5/98 21 4 2 27 Taman Sari 12 0 0 12 Jogja-D.mogot 1 0 0 1 Slipi Jaya 16 1 0 17
Jakarta Timur Rawa Bening 2 0 0 2 Klender 79 6 6 91 Gramedia 2 1 0 3
Jakarta Pusat 1 0 2 3 Tanah Abang 2 1 0 3
Jakarta Selatan Robinson Ps. Minggu 3 0 1 4 Tangerang Cileduk 82 9 3 94 27 121 2.4 Data Kerusakan dan Korban Versi Kodam Jaya246
Jenis Korban / Kerusakan Jumlah Korban Jiwa Perusuh / Penjarah 456 Korban Jiwa Mahasiswa 4 Korban Jiwa Aparat Keamanan 3 Korban Luka-luka 69 Mobil 1521 Motor 1172 Toko 2514 Bank 257 Rumah Penduduk 675 Pasar 16 Pos Polisi 9 Pompa Bensin 22 Supermarket 291 Diskotik 7 Hotel 8 245 BM = Bagian Manusia. Ibid. Hal. 119. 246 Ibid. Hal. 120.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Showroom 45 Tempat Ibadah 4 Gudang 11 Total Bangunan 3862 Total Kendaraan 2693 Total Korban Jiwa 463 2.5 Data Kerugian Bisnis Properti Akibat Kerusakan247 No. Jenis Bangunan Jumlah Harga per m / unit Unit 1 Ruko 4800 US$ 15.000 US$ 7,2 juta 2 Bank 180 Unit US$ 25.000 US$ 25.000
3 Pusat Perbelanjaan 120.000 m US$ 12 (sewa) US$ 16,8 juta
US$ 10 (renovasi) US$ 25,2 juta 2.6 Data Kerusakan dan Korban Versi TRUK248 Tanggal Hilang Meninggal Luka / Sakit Jumlah korban Senjata / lain Bakar 13 / 5 - - - 10 10 14 / 5 - 12 - 43 55 15 / 5 27 3 564 6 600 Total 27 15 564 59 665 2.7 Data Korban Jiwa dan Luka-Luka Versi Tabloid Berita Mingguan Adil249 Wilayah Lokasi Luka-Luka Korban
Jakarta Yogya Department Store 288 Tempat Lain 101
Tangerang
Ramayana Plasa Cileduk 144 Pertokoan Matahari 10 Sabar-Subur Cimone 8 Plasa Aria 2 Supermal Lippo Karawaci 43
Jumlah 101 495
247 Ibid. Hal. 120. 248 Merupakan sebagian dari tabel aslinya. Ibid. Hal. 121. 249 Ibid. Hal. 121.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2.8 Data Kerusakan Versi Tabloid Berita Mingguan Adil 250 Wilayah No. Material Jumlah
Jakarta
1 Pasar Swalayan, Restoran, Hotel 4304 2 Pasar Tradisional 13 3 Bank 535 4 Kantor Pemerintah dan Polisi 21 5 Kantor Swasta 157 6 SPBU 9 7 Rumah 1026 8 Mobil 1119 9 Sepeda Motor 821
10 Angkutan Umum 8
Bekasi
1 Ruko, Hotel 569 2 Bank 24 3 Pasar Swalayan 21 4 Mobil 53 5 Sepeda Motor 4 6 Angkutan Umum 19
Tangerang
1 Ruko 1272 2 Bank 13 3 Mobil 23 4 Mal, Hotel, Restoran 302 5 Sepeda Motor 7
2.9 Data Perkosaan Tim Gabungan Pencari Fakta251 Jenis Kekerasan Seksual Jakarta dan
Sekitarnya Medan Surabaya Jumlah
Total Perkosaan 50 1 2 53 Perkosaan dengan penganiayaan 14 14 Penyerangan seksual / penganiayaan 9 1 10 Pelecehan 5 6 4 15 Jumlah Total 78 8 6 92
250 Ibid. Hal. 122. 251 Ibid. Hal. 122.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
3. Transcript Wawancara Wahyu Apri Wulan Sari, ST
Tanya: Selamat Siang, Mbak. Bolehkah saya minta nama lengkap Mbak dan
curriculum vitae, misalnya umur, tempat dan tanggal lahir, dan pekerjaan?
Jawab: Nama saya Wahyu Apri Wulan Sari. Umur saya 24 tahun, dan saya lahir di
Surakarta tanggal 26 April, 1984. Saya masih belum mempunyai pekerjaan,
dan saya masih mencari-cari.
Tanya: Oke, terima kasih Mbak. Tolong beri tahu saya apa keturunanmu. Contohnya,
saya 25% German, 25% Irlandia, dan 50% Prancis.
Jawab: Saya adalah seorang Warga Negara Indonesia, yang dulunya nenek moyang
saya ada keturunan asal Asia Timur, yaitu Jepang, dari garis Ayah. Jadi kalau
dihitung dalam persen, kira-kira 25% Jepang dan 75% Jawa. Tapi nenek saya
bukan keturunan Ju-Gu-Hyan-Fu.
Tanya: Ah, saya bisa lihat bahwa mata Mbak agak sipit. Apakah Mbak sering
diperkira orang Cina oleh orang-orang “Pribumi?”
Jawab: Iya, tapi saya tetap enjoy dengan sebutan itu, dan saya tetap menerimanya.
Ketika mereka panggil saya “Cicik” atau “Ce-ce” juga saya tidak keberatan,
dan menurut saya itu adalah panggilan sayang dari mereka. Dan saya
menyukainya. Lagipula tidak ada bedanya antara orang Cina, atau orang
keturunan, dan orang Pribumi asli, semuanya sama-sama Warga Negara
Indonesia.
Tanya: Terus, pada saat terjadinya kekacauan pada bulan Mei 1998 Mbak ada di
mana?
Jawab: Ketika itu, saya masih berada di sekolah saya di Surakarta; ketika itu saya
masih SMP kelas II. Nama sekolah saya adalah SMP Negeri III Surakarta.
Saya berasal dari kota Surakarta, di mana kota tersebut didiami oleh beberapa
orang Jawa, Cina, dan beberapa orang Arab dan Pakistan.
Tanya: Terus, Mbak melihat dan mengalami apa saja pada saat itu? Keterjadiannya
apa di Surakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Jawab: Saya melihat banyak sekali pertokoan, mall, pasar, semuanya dibakar. Banyak
bangkai mobil dan kendaraan bermotor lainnya yang menjadi bangkai di jalan
raya pada saat itu. Penjarahan juga ada di mana-mana. Banyak rumah-rumah
penduduk di Surakarta, khususnya penduduk Cina, yang dijarah dan dibakar.
Bahkan ada banyak juga wanita yang diperkosa.
Tanya: Kira-kira seberapa wanita diperkosa?
Jawab: Tidak terlalu banyak, tidak sebanyak di kota Jakarta pada saat itu. Salah satu
teman saya yang terkena serangan itu, Lina (dia adalah warga keturunan Cina
yang memiliki toko buku terkenal di Solo, namanya Toko Buku Sekawan.
Tokonya dijarah), dia sendiri diperkosa, dan orang tuanya dibuang keluar.
Seisi tokonya dijarah penduduk. Walaupun penjagaan dari para penduduk
setempat sudah banyak membantu, tapi ternyata itu semuanya tidak berhasil.
Akhirnya Toko Sekawan tersebut terbakar, seisinya. Dan Lina sendiri menjadi
stress berat, sampai saat ini. Dia sekarang masih berada di Rumah Sakit Jiwa
Kentingan, Surakarta.
Tanya: Terus, pengalaman Mbak sendiri apa pada saat itu?
Jawab: Setiap saya dan keluarga saya berjalan di jalan dengan menggunakan mobil
atau kendaraan lain, dan kami hampir diserang penduduk, kami selalu berkata,
“Kami orang Jawa, kami Pro-Reformasi!,” atau menyebutkan nama
perusahaan kami yang dikenal dengan nama Indonesianya. Rumah kami juga
ditulisi dengan banner Pro-Reformasi, yang jumlahnya banyak sekali.
Tanya: Terus, bagaimanakah keluarga Mbak membantu orang Cina pada saat itu?
Apakah keluarga Mbak membantu, atau hanya duduk diam-diam?
Jawab: Dulu, sempat kami membantu orang Cina, yang rumahnya kebetulan
berhadapan dengan rumah tante saya di daerah Jagalan. Jagalan adalah salah
satu kampung Cina di Solo. Mereka satu keluarga bertempat tinggal di
Vihara, walaupun mereka tidak terkena serangan apapun, tapi mereka merasa
takut akan serangan yang mungkin akan tiba-tiba terjadi. Akhirnya mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kami tampung di rumah tante selama beberapa hari, dan kebetulan saat itu,
saya dan keluarga saya ikut juga.
Tanya: Terus, menurut Mbak bagaimana pengalaman orang Cina telah
mempengaruhi mereka dan Mbak sendiri?
Jawab: Awalnya kami semua takut untuk keluar rumah, bahkan kami berencana untuk
pindah ke luar kota, dan juga pindah sekolah. Solo benar-benar seperti kota
mati saat itu, tidak ada orang, cuma bangkai mobil dan motor, dan juga
pecahan kaca di mana-mana. Banyak gedung yang terbakar. Sekolah-sekolah,
termasuk sekolah saya pun, ditutup untuk beberapa waktu, sampai menunggu
pengumuman lebih lanjut dari pihak sekolah. Lebih parah lagi, kami tidak
bisa menemukan toko atau pasar yang terbuka, jadi kami sempat kehabisan
bahan makanan selama beberapa hari. Suasana saat itu benar-benar seperti
perang mendadak di kota Solo.
Tanya: Terus bagaimana pengaruh kepada orang Cina, menurut Mbak?
Jawab: Mereka sempat tersingkirkan, dan dipojokkan di antara masyarakat. Semisal
seperti sebuah kasta, mereka benar-benar seperti berada di kasta yang paling
rendah di antara semuanya. Dan juga sempat ada gap antara tetangga. Orang
Jawa dan orang Cina tidak mau saling menyapa dan bicara. Demikian juga
ketika di pasar tradisional, harga untuk mereka dipasang lebih tinggi dari
biasanya. Mereka sering dituduh kalau mereka adalah penyebab semuanya
yang telah terjadi.
Tanya: Terima kasih atas bantuan Mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
4. Transcript Wawancara Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho
Tanya: Selamat Siang, Cicik. Bolehkah saya minta nama lengkap Cicik dan
curriculum vitae, misalnya umur, tempat dan tanggal lahir, dan pekerjaan?
Jawab: Nama saya Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho. Saya berusia 25 tahun, dan
lahir di Semarang pada tanggal 8 Juli 1983. Saya bekerja sebagai secretary.
Tanya: Oke, terima kasih Cicik. Tolong beri tahu saya apa keturunanmu. Contohnya,
saya 25% German, 25% Irlandia, dan 50% Prancis.
Jawab: Keturunan saya 50% Cina dan 50% Jawa.
Tanya: Terus dulu Cicik pernah berkata bahwa Cicik pernah mengalami
ketidakadilan pada zaman sekolah. Bisakah Cicik menjelaskan?
Jawab: Iya, perlakuan dari teman-teman karena terlihat sekali perbedaan antara kami.
Saya berkulit putih jadi sangat terlihat kalau saya keturunan Chinese. Jadi ada
yang suka dan ada yang tidak suka. Kadang dari guru pun juga begitu
membedakan atau mendiskriminasikan saya karena ada keturunan Chinese.
Apapun usaha saya dia tidak menilai saya secara sportif karena dia tidak suka
pada orang yang keturunan Chinese.
Contohnya guru geografi di SMP saya (SMP Negeri 32, Semarang,
tahun 1996 - 1999). Dia menilai semua tugas saya dengan nilai yang menurut
saya tidak adil karena menurut kebanyakan guru yang lain atau teman-teman
saya hasil tugas saya itu mendapatkan nilai lebih dari yang dia berikan tetapi
karena dia tidak suka dengan suku Cina dia memberi nilai yang kurang bagus.
Walaupun begitu, ada guru yang tidak mendiskriminasikan saya, yaitu guru
BP atau Bimbingan Pelajar. Guru itu sangat baik pada saya karena dia sering
mendukung dan memberikan bimbingan banyak hal kepada saya, termasuk
dia mengetahui masalah saya dengan guru geografi tersebut. Tetapi guru
geografi itu selalu mempersulit saya dengan memberikan tugas yang lebih
banyak dan berat dibanding teman-teman saya yang lain, bahkan pernah yang
lain boleh berkelompok tapi saya harus mengerjakannya sendiri. Namun, hal
ini saya anggap karena guru itu sangat perhatian terhadap saya maka dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
memperlakukan saya seistimewa ini yah hal ini untuk menghibur saya sendiri
sehingga saya punya semangat untuk menghadapi beberapa hal yang terjadi
dikarenakan diskriminasi tersebut.
Tanya: Terus, pada saat terjadinya kekacauan pada bulan Mei 1998 Cicik ada di
mana?
Jawab: Saya berada di Semarang pada saat itu.
Tanya: Terus, Cicik melihat dan mengalami apa saja pada saat itu? Kejadiannya apa
di Semarang?
Jawab: Saya sedikit trauma dengan cerita-cerita dari teman-teman saya yang
mengalami hal itu secara nyata. Banyak para gadis Cina diperkosa dan
dibunuh sebagian dari keluarganya. Teman saya di Jakarta dikejar-kejar
gerombolan orang yang mengerikan pada saat pulang sekolah dan diperkosa,
kemudian cerita dari bos saya yang orang Taiwan pada saat itu dia awal
berbisnis di Jakarta pun juga hampir jadi korban kesadisan mereka.
Di Semarang banyak hal yang terjadi di luar, namun saat itu
beruntunglah saya tidak ada hal-hal yang terjadi pada saya; hanya kami
(keluarga saya) merasa sedikit takut karena banyak isu yang mengatakan,
seperti ninja-ninja itu akan mendatangi rumah-rumah orang Cina atau suku
Cina dengan membunuh atau bahkan merampas harta dan memerkosa para
gadis atau wanitanya. Jadi, kami hanya bersembunyi di dalam rumah dan
mempersiapkan pintu darurat bila seandainya sesuatu terjadi, dan kami merasa
was-was di saat malam. Jadi tidur pun merasa harus terjaga. Kemudian, saat
sekolah harus sedikit tertutup dengan menggunakan jaket dan topi untuk
menutupi identitas diri sehingga tidak mencolok di luar; itu karena di
Semarang ada kejadian dekat rumah kami di mana seorang gadis Cina yang
sedang naik motor dipukul sampai jatuh dari motornya dan diperkosa ramai-
ramai... dan dia dibiarkan tergeletak begitu saja di jalanan. Saya tidak melihat
kejadian ini dengan mata kepala saya sendiri; saya hanya mendengarnya dari
tetangga-tetangga yang menyaksikan kejadian ini. Akan tetapi, tidak seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
pun dari mereka yang berani menolong gadis itu saat kejadian berlangsung.
Dia akhirnya ditolong dan dibawa ke rumah sakit ketika segerombolan orang
jahat itu pergi meninggalkannya; namun, malang gadis itu akhirnya
meninggal dunia.
Tanya: Pada saat itu bagaimana perasaan Cicik terhadap orang-orang yang
melakukan kejahatan itu?
Jawab: Pada saat itu saya merasa sangat takut dan membenci sekali perbuatan
mereka.
Tanya: Terus, pengalaman Cicik sendiri sampai sekarang apa? Sudah ada
perubahan apa saja dalam hubungan orang Pribumi dengan orang Cina?
Jawab: Beberapa dari mereka bisa menerima kami sebagai orang Indonesia juga
walaupun secara dokumentasi kami sedikit dipersulit dan harus membayar
mahal ketika mereka menyadari kami dari bangsa Cina.
Tanya: Menurut Cicik bagaimana kekacauan dan diskriminasi yang terjadi kepada
orang Cina pada saat rezim Soeharto mempengaruhi orang Cina?
Bagaimana itu mempengaruhi Cicik sendiri?
Jawab: Ya, itu membuat kami para suku Cina merasa sangat susah bergaul dengan
orang Pribumi walaupun kami ingin disamakan dengan mereka, dan itu
membuat para suku Cina sedikit khawatir dengan anak-anak mereka dan
menyekolahkannya di sekolah khusus orang-orang Cina.
Tanya: Terus satu pertanyaan lagi. Menurut Cicik, apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki hubungan antara orang Pribumi dan orang Cina?
Jawab: Saling tenggang rasa kepada sesama meski beda agama dan ras, saling bekerja
sama dalam bidang apa saja dan saling membantu sesama, dan juga saling
menghargai untuk menghilangkan rasa diskriminasi.
Tanya: Terima kasih atas bantuan Cicik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Biografi Penulis 1. Nama : Christopher Allen Woodrich Tanggal Lahir : 15 Maret, 1989 Tempat Lahir : Windsor, Ontario, Kanada Agama / Kepercayaan : Humanis Sekular Alamat : Jalan Legi No. 5AA, Papringan Yogyakarta 55281, Indonesia Status : Bertunangan Nama ayah kandung : Harry Walker Woodrich (lahir 1957, wafat 2004) Nama ayah tiri : Ricky Edward Boismier (lahir 1960, wafat 2008) Nama ibu kandung : Diane Marie Boismier (née Rivest, lahir 1964) Nama saudara kandung : Jean-Luc Mathieu Woodrich (lahir 1990) Kyle Aaron Woodrich (lahir 1995) Timothy Adam Woodrich (lahir 1996) Nama saudara tiri : Christina Boismier (lahir 1984) 2. Sejarah Pendidikan 2008 – 2011 : Kuliah di jurusan Sastra Indonesia di Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta 2006 – 2007 : Ikut pertukaran pelajar Rotary International sebagai siswa
di SMA Bopkri 1, Yogyakarta 2002 – 2006 : SMA di J. L. Forster Secondary School, Windsor, Kanada 2001 – 2002 : SD di Children’s Achievement Centre, Windsor, Kanada 2000 – 2001 : SD di Maryvale, Windsor, Kanada 1999 – 2000 : SD di Regional Children’s Centre, Windsor, Kanada 1992 – 1999 : TK dan SD di St. Antoine Elementary School, Tecumseh,
Kanada 3. Pengalaman Pekerjaan dan Pengabdian 2010 – sekarang : Guru bahasa Inggris di SLB Bhakti Kencana 2, Berbah 2009 – sekarang : Guru les bahasa Inggris 2010 : Pembaca puisi, Puisi Pro, Pro 2 RRI Yogyakarta 2010 : Guru bahasa Inggris di SD Muhammadiyah Karanghargjo 2009 – sekarang : Guru bahasa Inggris di SD Bhinneka Tunggal Ika National Plus School 2007 – 2008 : Tukang daging di Price Choppers, Windsor, Kanada 2007 : Telemarketer di Family Vacation Centre, Windsor, Kanada 2007 : Kasir di Tim Horton’s, Windsor, Kanada 2006 – 2007 : Marketing di Charmy Snow Ice Yogyakarta 2005 – 2006 : Kasir di Wendy’s, Windsor, Kanada 2005 : Cleaning service dengan Ambassador Maintenance,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Windsor, Kanada 2004 – 2006 : Sukarela menjaga kantin sekolah J. L. Forster 2003 – 2006 : Sukarela menjual kartu bingo 2002 : Sukarela di Windsor Community Service sebagai perawat
untuk orang catat mental 2001 – 2003 : Bekerja sebagai pengasuh anak 1997 : Bekerja mengirim katalog toko Sears 4. Pengalaman dan Aktivitas Organisasi 2007 – 2008 : Anggota tim bowling Price Chopper 2007 – 2009 : Anggota Mataram Hash House Harriers 2007 : Anggota komite perencanaan konser “Breakthrough our
Sadness by Art,” dengan SMA Bopkri 1 2005 – 2006 : Ketua komite perencanaan prom J. L. Forster 2004 – 2006 : Anggota tim bowling J. L. Forster 2004 – 2005 : Anggota tim debat J. L. Forster 1996 – 1999 : Anggota Pramuka ‘Cub Scouts’ 1995 – 1996 : Anggota tim T-Ball 1994 – 1996 : Anggota Pramuka ‘Beaver Scouts’ 5. Penghargaan 2006 : Fundraiser terbaik di Bowl For Kids Sake 2006 2002 – 2006 : Honour roll di J. L. Forster Secondary School: penulis
telah mencapai rata-rata nilai 80% atau lebih 2002 – 2006 : Berbagai penghargaan untuk nilai terbaik, kehadiran, dsb. 1999 : Menerima penghargaan dari Optimist Club of Saint Clair
Beach
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI