plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2020. 1. 27. · (ptbk), carried out in 3 cycles. each...

224
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Lis Aviani NIM 091114020 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA

MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA

DENGAN MEDIA BONEKA

PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Lis Aviani

NIM 091114020

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA

MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA

DENGAN MEDIA BONEKA

PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Lis Aviani

NIM 091114020

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan”

(Samuel Johnson)

“Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali”

(Arthur Hugh Clough)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Setiap orang yang mencintai dunia pendidikan khususnya bimbingan dankonseling...

Keluargaku tercinta:

Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Dionisius Jemu Susilo dan Ibu Yulia Ngadinem

Keduaadikku tersayangDominikus Agus Atmoko dan Yustina Imas Yulian

Teman-temanku BK USD angkatan 2009

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRAK

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA

MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA

DENGAN MEDIA BONEKA

PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA

Lis Aviani

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama

melalui metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini di TK

Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam

3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Subjek pada

penelitian ini adalah anak usia dini kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014 dengan jumlah20 anak.Data hasil penelitian diperoleh dari

wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian mengenai keterampilan bekerjasama pada anak usia dini

melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka hasil sebagai berikut:

prapenelitian diperoleh hasil kemampuanketerampilan bekerjasama anak adalah

45%dengan kategori rendah, kemudian dilanjutkan perbaikan ke siklus I danhasil

penelitian meningkat 70% dengan kategori cukup, kemudian dilanjutkan pada

siklus II dan hasil penelitian meningkat 90%dengan kategori sangat baik. Untuk

lebihmemaksimalkan keterampilan bekerjasama melalui penerapan metode

bercerita dengan boneka peneliti melanjutkan ke siklus III dengan peningkatan

sangat baik97%. Berdasarkan dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan ada

perkembangan keterampilan bekerjasama dengan penerapan metode bercerita

menggunakan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta

Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci: Keterampilan bekerjasama, bercerita, boneka, anak usia dini

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

ABSTRACT

DEVELOPING THE COOPERATION SKILL THROUGH

STORYTELLING METHOD USING DOLLS FOR

YOUNG CHILDREN AT TK MANGUNAN YOGYAKARTA

Lis Aviani

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2014

This study aims at developing the cooperation skill through storytelling

method using dolls for young children at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014

school year. This research is an action research of guidance and counseling

(PTBK), carried out in 3 cycles. Each cycle was carried out in 1 meeting. The

subject in this study is the early childhood students of class A at TK Mangunan

Yogyakarta in 2013/2014 school year which consists of 20 children. The data

were obtained from interviews, observation and documentation.

The results of research on the cooperation skill through storytelling method

using dolls can be presented as follows: in the pre-research, it is found that the

cooperation skill ability of the children is 45% of a low category, then continued

to improvement to the first cycle and the result of the study increased 70% with

average category, then continued on the second cycle and the result of the study

increased 90% with very good category. To further maximize the cooperation skill

through storytelling method using dolls, the researcher continued her research to

the third cycle and it increased in the third cycle with 97% of very good category.

Based on the results of the study, the researcher concludes that there is

improvement of the cooperation skill through storytelling method using dolls for

young children at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014 school year.

Keywords: cooperation skills, storytelling, dolls, young children

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkah dan rahmat Tuhan Yesus Kristus, sehingga penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak

yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan

kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini

3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., P.Si., M.A, selaku sekretaris Program Studi

Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran

dalam proses penyelesaian skripsi ini

4. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam

membimbing dan mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses

penyusunan skripsi ini

5. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A selaku dosen yang selalu meluangkan

waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam mendampingi penulis

pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati

sehingga berguna untuk bekal hidup

7. Rumei Endri Yani, S.Pd, selaku Kepala TK Mangunan Yogyakarta, yang

berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian

8. Francisia Fegawati Pramono, S.Pd dan Kristina Brevi Kusumowinahyu, S.Pd,

selaku guru kelas TK Mangunan Yogyakarta, yang bersedia membantu,

membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian

9. Seluruh anak TK Mangunan Yogyakarta, khususnya siswa kelas A Tahun

Ajaran 2013/2014 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis

melaksanakan penelitian

10. Kedua orangtua tersayang, Bapak Dionisius Jemu Susilo dan Ibu Yulia

Ngadinem yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi, doa, kasih sayang

dan segalanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

11. Adik-adikku Dominikus Agus Atmoko dan Yustina Imas Yulian, yang selalu

mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, kebahagiaan, dan

kebersamaan

12. Agnes Muryani, yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan dari

penulis masih kecil hingga dewasa

13. Sahabat-sahabatku (Clara Iyud Ambar Ciptaningsih, Fransiska Wening

Panitis, Desak Made Suniari, Ermelinda Sri Novita Sari, Aldian Putranto

Hadi, Muhamad Riduan, Chatarina Erni, Elisabeth Viviana, Doni Rebi,

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................. viii

ABSTRACT.............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7

C. Rumusan Masalah ................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian .................................................................. 8

E. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

F. Definisi Operasional.............................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bekerjasama ................................................... 11

1. Pengertian Keterampilan Bekerjasama ........................... 11

2. Tujuan dan Manfaat Kerjasama ...................................... 15

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Keterampilan Bekerjasama Anak .................................... 17

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

4. Ciri-ciri Bekerjasama....................................................... 19

5. Aspek-aspek Keterampilan Bekerjasama........................ 20

B. Bercerita................................................................................ 22

1. Pengertian Metode Bercerita....................................... .... 22

2. Fungsi danManfaat Penggunaan Metode Bercerita........ 23

3. Teknik Penggunaan Metode Bercerita............................ 27

C. Media Bimbingan .................................................................. 30

1. Pengertian Media Bimbingan .......................................... 30

2. Fungsi dan Manfaat Media Bimbingan ........................... 31

3. Ragam Media Bimbingan ............................................... 33

4. Media untuk Anak Usia Dini .......................................... 35

D. Penggunaan Media Boneka ................................................... 43

1. PengertianBoneka ........................................................... 43

2. Jenis Boneka ................................................................... 44

3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Boneka ...................... 46

E. Anak Usia Dini ...................................................................... 48

1. Pengertian Anak Usia Dini ............................................. 48

2. Karakteristik Anak Usia Dini.......................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 58

B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 58

C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 59

D. Setting Penelitian ................................................................... 59

E. Prosedur Penelitian................................................................ 61

F. Langkah Tahapan Penelitian ................................................. 63

G. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 76

H. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 79

I. Teknik Analisis Data ............................................................. 82

J. Kriteria Keberhasilan ............................................................ 83

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ............... 85

1. Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ........................ 86

2. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Siklus I ............................................................................ 94

3. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Siklus II ........................................................................... 107

4. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Siklus III .......................................................................... 119

B. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas...... 131

C. Pembahasan ........................................................................... 133

D. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 137

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 139

B. Saran ...................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 141

LAMPIRAN ........................................................................................... 147

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru….... ........................... 80

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak ..................................... 81

Tabel 3.3. Kriteria Kategori Hasil Persentase Skor Observasi

Terhadap Keterampilan Bekerjasama .................................. 83

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas A TK Mangunan ....... 85

Tabel 4.2. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama

Pada Pra Tindakan ............................................................... 91

Tabel 4.3. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada

Siklus I ................................................................................. 102

Tabel 4.4. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada

Siklus II ................................................................................ 114

Tabel 4.5. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada

Siklus III ............................................................................... 126

Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama

Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III .................. 132

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) ........ 62

Gambar 4.1. Grafik Hasil Observasi Siswa Pra Tindakan, Siklus I,

Siklus II, dan Siklus III ................................................... 133

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan ........ 143

Lampiran 2. Satuan Layanan Bimbingan ............................................. 159

Lampiran 3. Kisi-Kisi Penelitian ......................................................... 180

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ........................................................ 183

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian .................................................. 186

Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ........................................................ 192

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ......................................................... 199

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Chaplin (dalam Suhartini, 2004) keterampilan sosial

merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh

individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan

kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di

sekitarnya. Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell, 1998)

mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:

kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,

menghargai diri sendiri, bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang ada,

dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Anak yang menguasai keterampilan

bekerjasama, diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri terhadap norma

kelompok, karena keterampilan bekerjasama merupakan salah satu aspek

perkembangan anak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

anak untuk memulai dan memiliki hubungan sosial.

Kemampuan keterampilan bekerjasama pada anak sangat penting,

karena hal ini akan menjadi bekal saat anak memasuki dunia pergaulan yang

lebih luas, di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan

mempengaruhi kehidupannya. Kurangnya keterampilan dalam bekerjasama

akan menyebabkan rasa rendah diri, kenakalan, dan dijauhi dalam pergaulan.

Oleh sebab itu individu harus diajarkan dan dilatih memiliki keterampilan

bekerjasama sejak usia dini, yang bisa didapat dari lingkungan keluarga,

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

masyarakat dan lingkungan sekolah. Sekarang ini yaitu ketika pertama kali

anak memasuki sekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK).

Menurut Purwadarminta (1976), Taman Kanak-Kanak (TK) adalah

salah satu bentuk pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai

memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar di TK adalah

untuk membantu perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya

cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Belajar dan bermain di

TK, akan mempermudah anak untuk belajar mengembangkan keterampilan

bekerjasama, karena saat anak melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) anak dituntut

memiliki keterampilan bekerjasama yang baik, karena intensitas berinteraksi

lebih banyak dan harus ditanamkan dan diajarkan pada masa prasekolah.

Anak memiliki perkembangan keterampilan bekerjasama dengan baik,

apabila orangtua memberikan pola asuh yang baik. Orangtua selalu

mendorong anak untuk mandiri, namun menerapkan batasan yang jelas,

selalu bersikap hangat dan penuh kasih sehingga anak tumbuh menjadi

pribadi yang bahagia, punya kemampuan menyelesaikan masalah, dan pintar

bersosialisasi. Namun kebanyakan para orang tua sering beranggapan bahwa

keterampilan bekerjasama anak tidaklah begitu penting untuk diperhatikan

dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan anak dapat belajar dengan

sendirinya untuk berinteraksi secara baik dengan teman, saudara atau orang

lain. Orangtua beranggapan bahwa memasukkan anak ke sekolah atau ke

lembaga pendidikan sudah cukup untuk membentuk keterampilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

bekerjasama, padahal keterampilan bekerjasama anak juga diperoleh di dalam

keluarga dan lingkungan sekitar.

Orangtua tidak menyadari bahwa sekolah maupun lembaga pendidikan

yang diberikan kepada anak belum tentu dapat membentuk perkembangan

keterampilan kerjasama secara baik, karena kebanyakan sekolah dan lembaga

pendidikan tersebut lebih mengedepankan tujuan bagaimana peserta didiknya

menjadi pintar dan cerdas (kognitif) tanpa memperhatikan bagaimana

perkembangan keterampilan kerjasama peserta didiknya. Oleh karena itu para

orangtua sebaiknya tidak melepaskan tanggungjawabnya dalam hal

membentuk perkembangan keterampilan kerjasama anak.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas yang ada di TK

Mangunan Yogyakarta (26 September 2013) masih terdapat anak-anak yang

tidak menyapa terhadap sesama teman, terdapat anak yang tidak mau

bergabung dengan teman– teman kelompok. Anak masih terlihat asyik dengan

kegiatan sendiri tanpa membutuhkan interaksi dengan teman bermainnya.

Anak masih terlihat egois dan bermain dengan menguasai permainannya,

Selain itu cara anak bekerjasama dalam sebuah kelompok juga masih kurang

sehingga perlu ditingkatkan.

Berdasarkan observasi (26 September 2013) di TK Mangunan

Yogyakarta saat proses pembelajaran berlangsung menunjukan masih terdapat

siswa yang tidak mau bergabung dengan kelompok, beberapa anak hanya

diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya, anak

hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja. Kurangnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

keterampilan bekerjasama anak di TK Mangunan Yogyakarta juga bisa dilihat

dari kurangnya interaksi anak dengan teman sebaya dan kurangnya sikap saling

membutuhkan dan kerjasama dalam kegiatan di sekolah. Misalnya dalam

kegiatan menempel berkelompok, anak masih egois dan tidak mau dibantu

teman, dalam kegiatan pembelajaran anak sulit sekali berbagi alat tulis misalnya

penghapus dan pensil. Contoh lain yaitu anak sulit sekali bekerjasama dalam

permainan, misalnya dalam bermain sepak bola anak hanya ingin menguasai

bola tanpa memberi kesempatan anak yang lain untuk ikut menendang bola.

Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan melalui

wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan observasi dapat ditarik

kesimpulan bahwa kurangnya interaksi pada anak, anak-anak masih egois dan

anak-anak tidak mau bergabung dalam kelompok saat guru kelas membagikan

tugas dalam kelompok. Hal ini menunjukan masih kurang maksimal sikap

bekerjasama pada anak.

Kerjasama menurut Saputra (2005) adalah gejala saling mendekati

untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan yang sama. Perkembangan

keterampilan bekerjasama sangat dipengaruhi oleh kondisi anak dan

lingkungan sosialnya, baik orang tua, teman sebaya, dan masyarakat sekitar.

Apabila kondisi anak dan lingkungan sosial dapat memfasilitasi atau

memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka anak

akan dapat mencapai keterampilan kerjasama yang baik, akan tetapi apabila

lingkungan sosial itu kurang kondusif cenderung anak akan menampilkan

perilaku yang kurang baik. Kebanyakan anak merasa kesulitan dalam

berinteraksi dengan teman, Guru maupun orang yang baru dikenalnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Salah satu penyebab masih kurangnya keterampilan bekerjasama anak

adalah metode pengajaran kurang memiliki variasi dalam bermain, serta

pembagian tugas kepada anak seringkali bersifat individual atau tidak

berkelompok. Proses pembelajaran tanpa adanya kegiatan bermain akan

mengakibatkan anak cepat bosan dan jenuh di kelas sehingga diperlukan

upaya yang baru untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak agar

lebih optimal yaitu dengan menggunakan boneka.

Boneka adalah sejenis mainan yang berbentuk beraneka ragam, seperti

manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta tokoh-

tokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan yang paling tua, karena

pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno boneka sudah ada. Namun,

fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu

dan sekarang. Berawal dari sebuah cerita pengantar tidur, kemudian menjadi

kegiatan di waktu senggang, saat ini dongeng/cerita boneka telah menjadi

sebuah kegiatan pengajaran di sekolah (Kathryn Geldard, 2008).

Saat ini di sekolah anak tidak hanya datang dan mendengarkan guru

ceramah, melainkan dapat berinteraksi dengan anak yang lain dengan adanya

kegiatan pengajaran yang menarik salah satunya dapat menggunakan boneka.

Boneka memberikan ruang yang aman dalam pengekspresian fantasi terkait

dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri.

Melalui penggunaan boneka anak-anak dapat bermain peran untuk menjadi

orang atau binatang yang menjadi kesukaannya. Saat anak-anak menggunakan

boneka mereka dapat menciptakan dialog dalam drama, memerankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

kepribadian dan perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka

sukai dan telah terpisah dari mereka. Misalnya, barbie yang cantik dan suka

menolong, beruang teddy yang bersifat lembut dan menyenangkan, dan

monyet yang nakal, rakus serta menghibur.

Boneka dapat digunakan dalam bentuk cerita menarik tentang kisah

keseharian anak, dan ide ceritanya pun dapat bervariasi. Lebih tepat dikatakan

bahwa dengan metode bercerita menggunakan boneka, maka cerita yang akan

disampaikan adalah cerita tentang keseharian yang dialami anak-anak.

Pencerita tidak harus menceritakan cerita-cerita legenda atau seperti dongeng

pada umumnya, akan tetapi bisa mengangkat ide yang ada dalam kehidupan

keseharian anak-anak. Banyak hal positif yang dapat disampaikan kepada

anak dengan cara mendongeng/cerita boneka. Tidak hanya merangsang

mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain, tetapi juga

menanamkan nilai-nilai sosial.

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan

di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang

perhatian anak terhadap guru sesuai dengan tema bimbingan. Bila isi cerita

dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak-kanak, maka mereka

dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkan dengan penuh

perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.

Moeslichatoen (1999) berpendapat bahwa metode bercerita merupakan

salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan

cerita kepada anak secara lisan. Melalui metode bercerita inilah para guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur

secara efektif, dan anak-anak menerima dengan senang hati. Bercerita bagi

seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat

mengembangkan imajinasinya menjadi apapun yang dia inginkan. Dalam

cerita seorang anak dapat memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi

proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk didalamnya

perkembangan emosi dan sosialnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dan dengan judul ”Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama

Melalui Penerapan Metode Bercerita dengan Media Boneka pada Anak Usia

Dini di TK Mangunan Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan terutama

terhadap kelas yang berdasarkan wawancara dan observasi kurang memiliki

sikap bekerjasama yakni kelas A. Melalui penerapan metode bercerita

menggunakan media boneka diharapkan dapat membantu mengembangkan

keterampilan bekerjasama pada anak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan data pengamatan serta

data wawancara masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Beberapa anak belum menyapa sesama teman.

2. Beberapa anak belum bergabung dengan teman-teman kelompok.

3. Anak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-

temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

4. Anak-anak membeda-bedakan teman, misalnya anak-anak perempuan

hanya bergaul dengan yang perempuan saja dan anak laki-laki hanya

bermain dengan yang laki-laki.

5. Anak hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini,

dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut:

Apakah keterampilan bekerjasama dapat dikembangkan melalui penerapan

metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

Mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui penerapan metode

bercerita dengan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan

Yogyakarta Tahun 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

memberi manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang

pendidikan khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Menggali

upaya-upaya mengembangkan kualitas terutama layanan bimbingan

klasikal melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak sekolah

untuk menerapkan metode bercerita dengan media boneka sebagai alat

dalam mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak.

b. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai

dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan

metode bercerita dengan media boneka. Selain itu, guru diharapkan

mampu untuk semakin kreatif menyusun sendiri teknik penyampaian

materi bimbingan yang mampu membuat sikap bekerjasama anak

berkembang.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat menambah wawasan, referensi dan pengetahuan

penelitian sejenis.

F. Definisi Operasional

Menurut Suryabrata (dalam Purwanto, 2007) definisi operasional

adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang

dapat diamati (diobservasi). Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi

operasional mengarah pada sifat konkrit yang dapat diamati. Definisi

operasional pada penelitian ini adalah:

1. Keterampilan Bekerjasama: merupakan cara anak dalam melakukan

interaksi baik dalam hal tingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan kedua belah

pihak.

2. Metode Bercerita: adalah suatu cara untuk bercerita atau menuturkan

sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan

disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan

pengetahuan kepada orang lain.

3. Boneka: adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam,

seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta

tokoh-tokoh fiksi.

4. Anak Usia Dini: anak yang belum memasuki pendidikan di bangku

Sekolah Dasar (SD). Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada umumnya

mengikuti program Taman Kanak-kanak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bekerjasama

1. Pengertian Keterampilan Bekerjasama

Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian

belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan

pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan

berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan,

disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan

anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan

perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras)

dan kasih sayang.

Merrel (2008) memberikan pengertian keterampilan sosial sebagai

perilaku spesifik, inisiatif, mengarahkan pada hasil sosial yang diharapkan

sebagai bentuk perilaku seseorang. Combs & Slaby (dalam Cartledge &

Milburn,1992) memberikan pengertian keterampilan sosial adalah

kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan

cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial dan disaat yang

sama berguna bagi dirinya dan orang lain. Sedangkan Matson dan

Ollendick (dalam Widyanti, 2008) menerjemahkan keterampilan sosial

sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi secara baik dengan

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

lingkungannya dan menghindari konflik saat berkomunikasi baik secara

fisik maupun verbal.

Hargie (1998) memberikan pengertian keterampilan sosial sebagai

kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik

secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang

ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan perilaku yang

dipelajari. Menurut Suardi (1979) keterampilan sosial adalah suatu

kemahiran dalam bergaul dengan orang lain. Sementara itu, Surya (1988)

menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah perangkat perilaku tertentu

yang merupakan dasar bagi tercapainya interaksi sosial secara efektif.

Matson (1998) mengatakan bahwa keterampilan sosial membantu

seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan

masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya.

Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan

berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri

sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang

lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik,

bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain.

Dari kutipan di atas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah

usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, mereka

semakin membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang

tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia

lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

manusia. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat ditarik

kesimpulan bahwa keterampilan sosial merupakan cara anak dalam

melakukan interaksi baik dilihat dari bentuk perilaku maupun dalam

bentuk komunikasi dengan orang lain.

Salah satu ciri khas keterampilan sosial yang berkembang adalah

kerjasama, belajar kerjasama yang mengembangkan kognitif maupun

sosial. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus

kepentingan bersama dan tujuan bersama. Kerjasama dan pertentangan

merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial atau

masyarakat, diantara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan

kelompok, dan kelompok dengan seseorang. Pada umumnya kerjasama

menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan

diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan.

Kerjasama diantara dua pihak yang bertentangan dinamakan kerjasama

berlawanan (antagonic cooperation), merupakan suatu kombinasi yang

amat produktif dalam masyarakat modern (Carol seefeldt & Barbara,

2008).

Makna kerjasama merupakan sifat ketergantungan manusia

memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial

untuk selalu berinteraksi dengan oranglain atau kelompok lain. Hubungan

dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang

bermakna adalah hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama bermakna

bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang atau kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus diusahakan dan

dicapai, sehingga harapan-harapan, motivasi, sikap dan lain-lainnya yang

ada pada diri atau kelompok dapat diketahui oleh orang atau kelompok

lain. Adanya hubungan timbal balik ini akan menghilangkan kecurigaan,

prasangka dan praduga. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk

mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. (Yudha & Rudyanto,

2005).

Surgent (dalam Sentosa, 1992) menyatakan bahwa kerjasama

merupakan usaha terkoordinasi diantara anggota kelompok atau

masyarakat yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Sentosa

(1992) juga menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu bentuk interaksi

sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan

tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok secara

keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan

bila individu lain juga mencapai tujuan.

Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa

keterampilan bekerjasama adalah kemampuan berintaraksi antara dua

orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama

dalam jangka waktu tertentu. Pada pendidikan anak usia dini,

keterampilan bekerjasama dapat diartikan sebagai keterampilan dalam

usaha bersama menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan antara anak

dengan anak ataupun antara anak dengan orang dewasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2. Tujuan dan Manfaat Bekerjasama

Seorang anak diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, sehingga seorang anak selalu membutuhkan kehadiran

orang lain. Seorang anak dalam melakukan kegiatan berkelompok

memerlukan kerjasama dengan anak yang lain, anak pasti akan memilih

teman sebaya yang memiliki pemikiran yang sama dengannya agar dapat

menyelesaikan sebuah permainan dengan baik.

Tujuan bekerjasama adalah untuk mendapatkan hasil yang

diharapkan dan menguntungkan. Begitu juga dengan anak, bahwa

bekerjasama yang diharapkan dengan teman sebaya dalam satu kelompok

akan menghasilkan sesuatu. Hafsah (2000) mengatakan bahwa pada

dasarnya, maksud dan tujuan dari sebuah kerjasama adalah bahwa dalam

bekerjasama harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan

kedua pihak. Tentu saja, saling menguntungkan bukan berarti bahwa

kedua pihak yang bekerjasama tersebut harus memiliki kekuatan dan

kemampuan yang sama serta memperoleh keuntungan yang sama besar,

akan tetapi, kedua pihak memberi kontribusi atau peran yang sesuai

dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga keuntungan

atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat proporsional,

artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing. Begitu juga

dengan anak, jika kedua anak saling bekerjasama untuk menghasilkan

atau menyelesaikan sesuatu, maka kedua anak harus memilki peran dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

menggunakan kekuatan dan pemikiran masing-masing untuk bekerjasama

atau saling berhubungan.

Menurut Yudha (2005) tujuan bekerjasama untuk anak usia dini

yaitu untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan

baru agar dapat ikut, berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan

terus berkembang, membentuk kepribadian anak didik agar dapat

mengembangkan kemampuan, berkomunikasi dan bekerjasama dengan

orang lain dalam berbagai situasi sosial, mengajak anak untuk

membangun pengetahuan secara aktif karena dalam pembelajaran

kerjasama (kooperatif), serta anak TK tidak hanya menerima pengetahuan

dari guru begitu saja tetapi siswa menyusun pengetahuan yang terus

menerus sehingga menempatkan anak sebagai pihak aktif. Selain itu juga

dapat memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru

dengan anak didik. Hal ini bertujuan untuk membangun suatu proses

sosial yang akan membangun pengertian bersama.

Berdasarkan dua pendapat para ahli mengenai tujuan bekerjasama

dapat ketahui bahwa kemampuan bekerjasama bertujuan mengembangkan

kreativitas anak dalam berkelompok atau bermain bersama teman-

temannya karena jika anak tidak memiliki kemampuan bekerjasama anak

belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang

lain atau anak lain di luar dirinya.

Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan

kemampuan bekerjasama yaitu untuk mengajak anak agar dapat saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

tolong menolong, untuk menciptakan mental anak didik yang penuh rasa

percaya diri agar dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan

baru, serta dapat meningkatkan sosialisasi anak terhadap lingkungan.

Bekerjasama memiliki manfaat yang dapat diperoleh anak ketika

melakukan suatu kegiatan atau permainan. Menurut Kusnadi (2003)

mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, bekerjasama memiliki

beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

1) Bekerjasama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan.

2) Bekerjasama mendorong berbagai upaya terciptanya banyak energi.

3) Bekerjasama mendorong terciptanya hubungan yang baik antar

individu serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.

4) Bekerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan

semangat kelompok.

5) Bekerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang

terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga

dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.

Adanya kerjasama, anak yang satu dengan yang lain akan

menciptakan interaksi sosial yang baik dan hubungan yang baik sehingga

dapat mengakrabkan hubungan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keterampilan

Bekerjasama Anak

Perkembangan keterampilan bekerjasama anak sangat dipengaruhi

oleh kondisi anak dan lingkungan sosialnya, baik orangtua, teman sebaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

dan masyarakat sekitar. Apabila kondisi anak dan lingkungan sosial dapat

memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak

secara positif maka anak akan mencapai keterampilan bekerjasama yang

baik.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan bekerjasama

anak antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor eksternal dan

internal. Natawidjaya (dalam Setiasih, 2006) menjelaskan bahwa faktor

internal merupakan faktor yang dimiliki manusia sejak dilahirkan yang

meliputi kecerdasan, bakat khusus, jenis kelamin, dan sifat-sifat

kepribadiannya.

Faktor eksternal yaitu yang dihadapi oleh individu pada waktu dan

setelah anak dilahirkan serta terdapat pada lingkungan seperti keluarga,

sekolah, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat. Faktor internal

eksternal adalah faktor yang terpadu antara faktor luar dan dalam yang

meliputi sikap, kebiasaan, emosi dan kepribadian.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan bekerjasama

anak bisa didapat dari faktor anak itu sendiri, faktor dari luar dan

gabungan antara faktor dari dalam diri anak dan faktor luar. Faktor dari

dalam diri anak sudah ada sejak dilahirkan yang sudah terbentuk sejak

awal dan bisa dikembangkan. Sedangkan faktor dari luar terbentuk karena

pengaruh dan dorongan dari lingkungan. Anak yang memiliki

keterampilan bekerjasama yang baik bisa di dapat dari gabungan kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

faktor tersebut, yaitu karena bakat dari dirinya sendiri dan pengaruh dan

masukan yang didapat anak dari luar.

4. Ciri-ciri Bekerjasama

a. Menurut Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini (2003) ciri-

ciri keterampilan bekerjasama adalah:

1) Senang bermain dengan teman (tidak bermain sendiri).

2) Dapat melaksanakan tugas.

3) Dapat memuji teman atau orang lain.

b. Menurut Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Penelitian

Universitas Negeri Yogyakarta (2009) ciri-ciri keterampilan

bekerjasama adalah:

1) Anak dapat bergabung dalam permainan kelompok.

2) Anak dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok.

3) Anak bersedia berbagi dengan teman-temannya.

4) Anak dapat mendorong anak lain untuk membantu orang lain.

5) Anak merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan.

6) Anak bergabung bermain dengan teman saat istirahat.

7) Anak mengucapkan terima kasih apabila dibantu teman.

c. Menurut Tedjasaputra, (2001) ciri-ciri keterampilan bekerjasama

adalah:

1) Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan

teman.

2) Anak mau berbagi dengan teman yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

3) Anak mau menghadapi masalah bersama-sama.

4) Mau menunggu giliran.

5) Belajar mengendalikan diri.

6) Mau berbagi.

Berdasarkan ciri-ciri keterampilan bekerjasama di atas, maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa seorang anak dikatakan dapat

bekerjasama jika memenuhi ciri-ciri keterampilan bekerjasama di

atas.

5. Aspek–Aspek Keterampilan Bekerjasama

Menurut Johnson dan Johnson (1993) keterampilan bekerjasama

dibagi menjadi lima aspek yaitu:

a. Mendengarkan: proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan

melalui ujaran. Misalnya, anak mendengarkan penjelasan guru saat

bimbingan.

b. Menghormati: menaruh hormat, menjunjung, menghargai kepada

orang lain. Misalnya, anak menyapa, memanggil, mengucapkan

salam, mengucapkan terima kasih kepada orang lain secara sopan

menggunakan bahasa yang baik.

c. Interaksi tatap muka: hubungan timbal balik saling mempengaruhi

antara individu. Misalnya, Anak saling senyum dengan teman, anak

mengarahkan pandangan saat teman berbicara dan anak menatap

dengan muka datar terhadap teman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

d. Komunikasi: bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi

satu sama lainnya sengaja atau tidak sengaja. Tidak hanya terbatas

pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga

dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Pada saat anak-

anak dapat mengenali perasaan dalam diri mereka dan orang lain dan

dapat memulai menunjukkan perasaan mereka dengan tepat, mereka

cenderung berhasil dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Komunikasi mencakup pertukaran antara dua atau lebih orang.

Biasanya, seseorang mengawali perbincangan dan yang lain

meresponnya. Pada awal kanak-kanak, interaksi pertemanan

didasarkan pada aktivitas permainan bersama. Namun demikian,

disaat anak-anak tumbuh, interaksi menjadi lebih fokus ada

penerimaan dan keakraban pertemanan.

e. Interaksi Sosial: hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara

individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Misalnya: saling menegur,

berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.

Berdasarkan pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan

dalam keterampilan bekerjasama mengandung lima komponen. Apabila

seorang anak dapat melaksanakan kelima komponen tersebut maka

dikatakan dapat bekerjasama. Guru dapat membantu mengembangkan

keterampilan bekerjasama anak misalnya metode bercerita dengan media-

media yang sesuai untuk anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

B. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang

perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan

tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain

(Bachri:2005).

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak

didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK, metode bercerita

dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan,

atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan

pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia

anak TK. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang

awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka

cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan

bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak

pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran,

Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan

penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan,

kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya

pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu

yang mengasyikkan bagi anak usia TK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Fisher dalam (Suwangsih, 2011), menyatakan bahwa bercerita

adalah bentuk kreativitas yang menyenangkan yang terbentuk dalam lintas

negara dan budaya. Cerita-cerita yang lahir dari masyarakat

mengkomunikasikan apa yang ada dalam cerita dan memperluas wawasan

anak tentang berbagai ragam budaya.

2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Metode Bercerita

Adapun fungsi dari metode bercerita (Moeslichatoen :2004) yaitu :

a. Melatih daya konsentrasi.

b. Melatih mengungkapkan daya pikir

c. Menambah pengetahuan dan keterampilan anak dalam

mengkomunikasikan isi gambar.

d. Melatih menghubungkan isi gambar sesuai dengan imajinasi anak.

e. Melatih mengungkapkan imajinasi anak.

f. Melatih anak berkomunikasi secara lisan.

g. Menambah kosa kata dalam berbahasa

Menurut Musfiroh (2005) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat

metode bercerita sebagai berikut:

a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.

b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.

c. Memacu kemampuan verbal anak.

d. Merangsang minat menulis anak.

e. Merangsang minat baca anak.

f. Membuka cakrawala pengetahuan anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Metode bercerita dimaknai sebagai metode yang dapat

mengembangkan berbagai hal: sosial, moral, emosional, bahasa dan

sebagainya. Musfiroh (2008) menyebutkan manfaat bercerita adalah

sebagai berikut:

a. Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah

dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak setiap hari.

b. Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan

dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara, menulis, dan

menyimak.

c. Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk

mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap

peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak

untuk memiliki kepekaan sosial.

d. Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu

permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang

baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaimana

mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh

masyarakat.

e. Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa saja

yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti menghargai orang lain,

bersikap baik kepada teman, dan selalu bersikap jujur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

f. Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang

memiliki retensi lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang

diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.

g. Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai

yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.

h. Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru

sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti

figur lekat orang tua.

i. Bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita,

alur, plot, dan demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai

hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang

bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian sekelilingnya.

j. Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses belajar

terutama mengenai empati sehingga anak dapat mengkonkretkan

rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang sesuatu

masalah dari sudut pandang orang lain.

Sedangkan menurut Bachri (2005), manfaat bercerita adalah “dapat

memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak

mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru

baginya”.

Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan

imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara

berfikir anak. Misalnya media dongeng/bercerita dapat berfungsi sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

penggugah kreativitas anak-anak. Melalui dongeng/cerita, guru bisa

menyampaikan pesan-pesan, hikmah-hikmah dan pengalaman-

pengalaman kepada murid-muridnya. Di samping memperkaya imajinasi

anak, dongeng/bercerita pun menjadikan anak-anak merasa belajar

sesuatu, tetapi tak merasa digurui.

Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak TK

(Moeslichatoen:2004) di antaranya adalah :

a. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK

dapat dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok

dalam cerita secara keseluruhan.

b. Melatih daya pikir anak TK, untuk terlatih memahami proses cerita,

mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk

hubungan-hubungan sebab akibatnya.

c. Melatih daya konsentrasi anak TK untuk memusatkan perhatiannya

kepada keseluruhan cerita.

d. Mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak

dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan

sesuatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya.

e. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan

suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya.

f. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secra

efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

3. Teknik Penggunaan Metode Bercerita

Menurut Majid (2008) ada beberapa metode penyampaian cerita

yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh para pencerita. Metode

penyampaian cerita dijabarkan sebagai berikut.

a. Tempat bercerita

Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh

juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa

duduk dan mendengarkan cerita.

b. Posisi duduk

Sebelum guru memulai bercerita, sebaiknya ia memposisikan para

siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita. Kemudian

guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya,

guru tidak langsung duduk pada awal bercerita tetapi memulainya

dengan berdiri. Selama bercerita, guru hendaknya tidak duduk terus,

tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah posisi gerakan sesuai

jalannya cerita.

c. Bahasa cerita

Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang

lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari, tetapi lebih ringan

dibandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap

dipahami oleh siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

d. Intonasi guru

Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang

muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita, guru

hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian mengeraskan

sedikit demi sedikit. Perubahan naik-turunnya cerita harus sesuai

dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai pada puncak

konflik ia harus menyampaikannya dengan suara ditekan dengan

maksud menarik perhatian para siswa. Para ahli pendidikan

berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah

ketika konflik mulai berkembang dan mereka akan merasa lega dari

ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks. Maka guru

hendaknya menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam cerita dengan

suara yang meyakinkan yang dapat membuat siswa penasaran hingga

tiba saat klimaks. Ketika guru menyampaikan klimaks, ia harus

menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita.

e. Pemunculan tokoh-tokoh

Ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari

terlebih dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkan secara

hidup di depan para siswa. Guru juga harus dapat menggambarkan

setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya dan

memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

f. Penampakan emosi

Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan

emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar

bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. jika situasinya

menunjukkan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka

intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut.

g. Peniruan suara

Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang dan

peristiwa tertentu. Seorang guru dalam bercerita dituntut untuk dapat

melakukan peniruan suara ini sesuai dengan yang diinginkan dalam

cerita. Peniruan suara ini dapat menciptakan penjiwaan dalam cerita

dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para siswa.

h. Penguasaan terhadap siswa yang tidak serius

Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga

mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan.

Apabila guru melihat siswa mulai bosan, jenuh dan banyak bercanda,

maka ia harus mencari penyebabnya. Ketika proses cerita

berlangsung, guru mungkin menemukan salah seorang murid yang

mengabaikan cerita dan menyepelekannya. Guru tidak boleh

memotong penyampaian cerita untuk memperingatkan anak tersebut,

tetapi dapat menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukkan

kembali si anak di tempat duduknya atau membiarkannya berdiri di

samping si guru. Bisa juga dengan menyebut nama siswa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

menatapnya. Biasanya, tindakan ini bisa mengembalikan perhatian

siswa.

i. Menghindari ucapan spontan

Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap menceritakan

suatu peristiwa. Ucapan spontan yang dimaksud adalah ucapan

spontan yang merupakan kebiasaan sehari-hari si guru atau bisa

dikatakan latah. Kebiasaan tersebut tidak baik karena dapat

memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Guru sebaiknya

bercerita dengan ucapan yang jelas dan lancar.

Kesembilan hal di atas sangat penting untuk diketahui dan

diperhatikan guru ketika bercerita. Memang, membaca petunjuk-petunjuk

yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan media yang

mendukung sesuai dengan cerita.

C. Media Bimbingan

1. Pengertian Media Bimbingan

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium artinya perantara atau pengantar. Media adalah perantara

atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Association for

Education and Communication Technology (AECT) mengartikan media

sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran

informasi.

Gagne (Sadiman, 1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai

jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa (Sadiman,1996).

Pada awalnya, media banyak digunakan dalam dunia pendidikan

khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, yang memanfaatkan

media umumnya guru mata pelajaran. Namun seiring berjalannya waktu,

media tidak hanya diperlukan oleh guru mata pelajaran dalam proses

pembelajaran di kelas saja, tetapi juga diperlukan dalam proses bimbingan

yang dilakukan oleh guru BK di sekolah.

Maka, berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa media bimbingan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk membantu penyaluran pesan atau informasi dari pembimbing (guru

BK) kepada klien (siswa) dalam proses bimbingan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga klien akan

mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih

baik.

2. Fungsi dan Manfaat Media Bimbingan

Menurut Sudrajat (2008) media bimbingan memiliki beberapa

fungsi:

a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh

para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda,

tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan

sebagainya. Media dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta

didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka

obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek yang dimaksud

bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-

gambar yang dapat disajikan secara audio, visual, dan audial.

b. Media dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak

mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta

didik tentang suatu obyek yang disebabkan beberapa faktor. Faktor-

faktor tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, obyek terlalu besar.

Kedua, obyek terlalu kecil. Ketiga, obyek yang bergerak terlalu

lambat. Keempat, obyek yang bergerak terlalu cepat. Kelima, obyek

yang terlalu kompleks. Keenam, obyek yang bunyinya terlalu halus.

Ketujuh, obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui

penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan

kepada peserta didik. Media memungkinkan adanya interaksi

langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

c. Media menghasilkan keseragaman pengamatan

d. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis.

e. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

f. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

g. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak.

Menurut Arsyad (2010), manfaat praktis dari penggunaan media

pembimbingan dalam proses belajar mengajar, adalah:

a. Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat

memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar atau

bimbingan.

b. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar atau, interakasi yang lebih langsung

antara siswa dan lingkungannya, dan siswa bisa belajar sendiri-sendiri

sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

d. Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang

peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, dan terjadinya interaksi

langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.

3. Ragam Media Bimbingan

Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3

macam, yaitu:

a. Media audio, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran dan

mampu memanipulasi kemampuan suara. Dilihat dari sifat pesan yang

diterimanya media ini menerima pesan verbal maupun non verbal.

Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan

nonverbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Jenis-jenis media yang termasuk dalam media ini adalah

program radio dan program media rekam (software), yang disalurkan

melalui hardware seperti radio dan alat-alat perekam seperti

phonograph record (disc recording), audio tape (tape recorder) yang

menggunakan pita magnetik (cassette), dan compact disk. Program

media rekam sangat mungkin untuk sasaran dalam jangkauan terbatas,

seperti proses pembelajaran di kelas kecil maupun kelas besar. Contoh

media bimbingan yang berupa media audio adalah rekaman instrumen

untuk refleksi, rekaman proses konseling.

b. Media visual, yaitu media yang melibatkan indera penglihatan. Jenis

media yang termasuk dalam media visual ini adalah media cetak-

verbal, cetak-grafis dan visual non cetak. Pertama, media visual-

verbal, adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan

linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual-nonverbal-grafis

adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni berupa

simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis, seperti gambar (sketsa,

lukisan, dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta. Ketiga, media

visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga

dimensi berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, bola

dunia, boneka, diorama, dan sebagainya.

Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam

bentuk media cetak seperti buku, komik, majalah, koran, modul,

poster, dan atlas; bisa juga dibuat di atas papan visual seperti papan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

tulis dan papan pamer (display board); dan bisa dibuat dalam bentuk

tayangan, yakni melalui projectables aids atau alat-alat yang mampu

memproyeksikan pesan-pesan visual, seperti opaque projector, OHP

(overhead projector), digital projector (LCD). Contoh media

bimbingan yang berupa media grafis adalah poster bimbingan, banner

bimbingan, papan bimbingan, kliping bimbingan, dan folder

bimbingan.

c. Media audio visual, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran

dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan yang dapat

disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan nonverbal

yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan nonverbal

yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan yang terdengar

dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti

film dokumenter, film dokumenter, film drama, bermain peran

menggunakan boneka dan lain-lain. Semua program tersebut dapat

disalurkan melalui peralatan film, video, dan juga televisi dan dapat

disambungkan pada alat proyeksi (projectable aids). Contoh media

bimbingan yang berupa media proyektif adalah film-film untuk

refleksi. Selain itu, pertunjukan permainan peran menggunakan

boneka, wayang dan sebagainya.

4. Media untuk Anak Usia Dini

Menurut Kathryn Geldard (2008) media yang sesuai untuk anak

usia dini dibagi menjadi enam yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

a. Buku/cerita, yaitu suatu media yang dapat dibawakan dengan bercerita

secara lisan. Cerita yang dibawakan haruslah menarik dan

mengundang perhatian anak. Isi ceritanya dapat melibatkan orang,

hewan, figur fantasi, dan semua jenis objek tidak bernyawa, seperti

kereta api, batu, jam, dan vas bunga. cerita yang menarik dapat

membuat anak memperhatikan cerita serta anak dapat memahami apa

yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut. Sehingga anak tidak

jenuh, bahkan menjadikan kegiatan yang menyenangkan.

Adapun tujuan ketika menggunakan buku/cerita yaitu: 1)

membantu anak-anak mengenali kecemasan mereka atau tekanan

dengan mengenali karakter atau situasi dalam cerita, 2) membantu

anak-anak menemukan mereka dari waktu ke waktu. Misalnya, anak-

anak menemukan bahwa mereka memiliki ketakutan ditinggal

sendirian, takut dikhianati atau perasaan berlebihan untuk bertanggung

jawab bagi orang lain,

b. Tanah Liat, yaitu suatu media dari tanah, ciri khas tanah ini adalah

kering, lengket, dan menggumpal serta melunak jika terkena air.

Tanah liat membuat anak-anak menjadi kreatif. Selama pelaksanaan

aktivitas kreatif ini, emosi dalam diri anak-anak akan keluar dan

diekspresikan melalui aktivitas tersebut. Tanah liat membuat anak-

anak mengekspresikan emosi yang beragam, anak-anak akan

mematahkan tanah liat atau dengan agresif meninjunya atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

memisahkannya dengan frustrasi. Sehingga emosi yang ditahan anak-

anak akan terekspresikan dan memiliki dampak penyembuhan.

Oleh karena itu bentuk tanah liat dapat dengan mudah diubah,

media ini mengajak anak-anak untuk terus melanjutkan latihan dengan

mengembangkan tema yang ada dan menggali tema yang baru.

Tanah liat adalah media tiga dimensi. Hal ini membuat anak-

anak memiliki kebebasan yang lebih kreatif daripada menggunakan

media dua dimensi, seperti melukis atau menggambar. Dengan

menggunakan tanah liat, anak-anak akan merasa bebas menciptakan

bentuk yang realistis, imajinatif, atau simbolok. Misalnya, anak-anak

dapat membuat bentuk tanah liat yang mewakilik monster. Bentuk ini,

yang mewakili monster dapat terlihat realistis dan seperti hewan, atau

terlihat seperti sosok fantasi atau memiliki bentuk simbolis, atau

hanya bentuk tanah liat yang kasar.

Tujuan menggunakan tanah liat yaitu: 1) membantu anak-anak

menceritakan dan berbagi kisah mereka dengan menggunakan tanah

liat untuk mengilustrasikan elemen-elemen dalam kisah tersebut, 2)

anak-anak dapat memproyeksikan perasaan diri pada tanah liat

sehingga mereka dapat mengenali dan memilikinya, 3) membantu

anak-anak mengenali dan mengatasi masalah yang terjadi, 4)

membantu anak-anak mengeksplorasi hubungan dan mengembangkan

pemahaman atas hubungan tersebut, 5) membuat anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

merasakan keberhasilan dan kepuasan ketika menyelesaikan tugas

kreatif.

c. Gambar, yaitu media atau alat bantu yang sering digunakan dalam

proses belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan

pesan yang dituangkan dalam bentuk memberi label dan

menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik berupa gambar

orang, tempat, benda-benda sekitar, binatang, konsep bilangan dan

lain-lain.

Semua media mengajak anak-anak untuk menggali,

merasakan, dan bermain. Anak dapat menggunakan media untuk

membuat gambar atau mempresentasikan simbol masalah,

perasaan, dan tema, yang terkait dengan kisah mereka atau bagian

dari kisah mereka. Oleh karena itu, akan dapat mengembangkan

gambaran lingkungan mereka yang bermasalah dan mengenali

posisi mereka dalam lingkungan tersebut. Mereka juga dapat

menggunakan media untuk menggali perubahan apapun yang telah

terjadi dalam lingkungan atau mengubah apa yang telah mereka

lakukan di masa-masa tertentu.

Media juga membuat anak-anak mampu membuat

pernyataan yang kuat dalam bentuk yang dapat diterima.

Misalnya, perilaku agresif atau yang tidak dapat diterima dapat

ditunjukkan melalui lukisan. Dengan cara ini, perilaku dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

ditahan dan tidak diwujudkan dalam tindakan. Hal ini membuat

anak-anak bereksperimen dan merasakan emosi negatif.

Media juga membuat anak-anak bersifat konstruktif dan

destruktif, tetapi dengan cara yang bermanfaat. Misalnya, anak-

anak dapat merusak gambar yang telah mereka buat dengan

mencoret-coret bagian pada gambar yang menyimbolkan sesuatu

yang membuat mereka marah. Jika mereka mau, mereka dapat

menghancurkan seluruh gambar dengan menyobeknya dan

membuangnya.

Adapaun tujuan penggunaan media tanah liat yaitu: 1) anak

dapat menceritakan kisah mereka, dengan menggambar dan

melukis, anak-anak yang memiliki kesulitan menceritakan kisah

mereka secara verbal dapat menjelaskan dan memberi informasi

mengenai diri mereka, keluarga dan lingkungan mereka. Mereka

dapat melakukannya baik dengan representasi langsung atas orang

dan kejadian atau secara tidak langsung melalui cara proyektif

menggunakan reprensentasi simbolis, 2) anak dapat

mengekspresikan perasaan emosional yang tertekan atau kuat,

emosi ini dapat diekspresikan melalui aktivitas kreatif atau

diwujudkan melaui simbol yang digunakan dalam gambar dan

lukisan, 3) membantu anak mengendalikan kejadian yang telah

atau sedang dialami, dengan menggambar atau melukis, anak-anak

dapat mengurutkan kejadian dalam hidup mereka melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

penggunaan buku atau komik dan dongeng. Mereka kemudian

dapat menggabungkan elemen kreatif seni dan fantasi,

bereksperimen dengan perubahan dalam kisah mereka dan dapat

menguasainya.

d. Drama Imajinatif, yaitu drama yang dibuat oleh anak-anak. Anak-anak

seringkali menikmati berpura-pura menjadi orang lain seperti dokter

yang memeriksa pasien atau ibu yang menyusui anaknya. Dalam

drama tersebut, mereka mendandani dan menggunakan prperti,

misalnya paket makanan kosong ketika mereka berpura-pura

berbelanja. Dengan demikian, mereka menggabungkan penggunaan

objek, tindakan, kata-kata, dan interaksi sosok imajinatif untuk

menghasilkan drama.

Anak-anak yang berusia dua dan tiga tahun dapat meniru peran

orang dewasa dalam hidup mereka, mereka harus menggunakan objek

nyata atau mainan yang menyerupai sosok-sosok nyata dalam drama

mereka.

Anak-anak yang berusia empat tahun ke atas tidak bergantung

pada objek nyata dalam drama imajinatif mereka. Kisaran usia ini,

mereka biasanya mampu menggunakan objek yang tidak berhubungan

untuk menyimbolkan atau mengganti objek yang terlibat dalam

drama. Misalnya, balok kayu dapat digunakan sebagai telepon.

Mereka juga mampu menggantikan tindakan bagi objek dalam drama

imajinatif mereka. Misalnya, anak-anak dapat mengepalkan tinju ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

mulut mereka seolah-olah sebuah cangkir ketika berpura-pura minum.

Oleh karena anak mampu melakukan pemikiran abstrak, mereka dapat

dengan mudah memainkan drama fantasi seperti pahlawan super,

monster, dan peri.

Pada drama imajinatif, anak-anak menjadi terlibat penuh dalam

tindakan tokoh dalam situasi yang diimajinasikan. Anak-anak menjadi

aktor dalam kesadaran penuh.

Terkadang drama imajinatif itu menyertakan penggunaan

keterampilan sosial, tetapi tidak selalu. Ketika keterampilan sosial

terlibat, dapat disebut sebagai drama sosio dramatik. Penggunaan

keterampilan sosial terjadi ketika menggunakan drama imajinatif

dalam bentuk interaksi verbal dan nonverbal antara konselor dan

anak-anak saat memerankan drama.

Adapun tujuan dari pengunaan drama imajinatif yaitu: 1) anak-

anak dapat mengeluarkan dan mengartikulasikan ide, harapan, rasa

takut, dan fantasi secara verbal dan nonverbal, 2) anak-anak dapat

mengekspresikan pikiran atau memproses pikiran, 3) mencapai rasa

lega yang menyembuhkan dari rasa sakit emosional, 4) anak-anak

dapat menguasai masalah dan peristiwa di masa lalu, 5) memberikan

kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman atas

peristiwa di masa kini dan di masa lalu, 6) membantu anak-anak

melatih perilaku baru dan menyiapkan diri bagi situasi kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

tertentu, 7) memberi anak-anak kesempatan untuk membangun konsep

diri dan kepercayaan diri.

e. Bak Pasir, yaitu sebuah media dapat terbuat dari kayu atau plastik.

Idealnya, berbentuk persegi dengan sisi sepanjang 1 meter dan tinggi

50 mm. Bak pasir kayu harus memiliki garis anti air. Pasir yang

digunakan harus bersih.

Simbol yang dapat digunakan untuk mewakili hal-hal konkrit,

seperti jalan, rumah, sekolah, pusat perbelanjaan, dan orang. Sebagai

tambahan, simbol simbol dapat digunakan untuk mewakili konsep

yang tidak berbentuk , seperti rahasia, pikiran, keyakinan, harapan,

dan hambatan emosional. Oleh karena itu, simbol dapat digunakan

untuk mewakili hal-hal konkret ataupun tidak berbentuk, atau abstrak

yang memiliki tempat dalam kisah anak-anak.

Adapun tujuan dari dari penggunaan bak pasir yaitu: 1)

mengeksplorasi peristiwa tertentu, masa lalu, sekarang, dan masa

depan, 2) mengeksplorasi tema dan masalah yang berkaitan dengan

peristiwa tersebut, 3) melakukan hal yang dapat atau tidak dapat

diterima oleh mereka, 4) mengubah kisah mereka, seperti yang dibuat

dalam bak pasir, dengan memproyeksikan fantasi mereka didalamnya,

5) menguasai masalah dan peristiwa di masa lampau dan masa kini.

f. Boneka/Mainan, adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-

macam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi

wajah serta tokoh-tokoh fiksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Boneka dan mainan memiliki manfaat yang sama dan dapat

pula menambah dimensi lain pada suatu dongeng. Melalui boneka dan

mainan, anak-anak menjadi terlibat secara langsung dalam

menciptakan dan mengucapkan dialog cerita dan menggerakkan

boneka dan mainan untuk berakting dalam cerita. Melalui hal ini,

anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan

cerita. Hal ini membuat mereka membuat hubungan dengan lebih

mudah antara anatara perasaan emosional mereka dan yang dimiliki

tokoh dalam cerita.

Adapun tujuan dari penggunaan boneka/mainan yaitu: 1)

menguasai masalah atau peristiwa di masa lampau, 2) mendapatkan

kekuatan melalui ekspresi fisik, 3) mengembangkan kemampuan

mengatasi masalah dan pengambilan keputusan, 4) mengembangkan

keterampilan sosial, 5) meningkatkan keterampilan sosial.

D. Media Boneka

1. Pengertian Boneka

Boneka adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-

macam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi

wajah serta tokoh-tokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan

yang paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno

boneka sudah ada. Namun fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya

ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Sudjana & Rivai (2007) mengatakan secara umum boneka

(marionette dalam bahasa Perancis), ada 2 yaitu:

a. Tubuh yang dihubungkan dengan lengan, kaki dan badannya,

digerakkan dari atau dengan tali-tali atau kawat-kawat halus.

b. Boneka yang digerakkan dari bawah oleh seorang yang tangannya

dimasukkan ke bawah pakaian boneka.

Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang

termasuk tiruan dari bentuk binatang. Pada perkembangannya, boneka

tidak hanya sebagai mainan anak ataupun perlambang kenegaraan.

Di bidang pendidikan, boneka mulai digunakan sebagai media

dalam membantu tumbuh kembang anak. Boneka merupakan salah satu

media pembelajaran yang tidak asing lagi dan sering digunakan pada

sekolah tingkat dasar dan menengah. Cara penyajian boneka sebagai

media pembelajaran bergantung pada kretivitas guru/ konselor yang juga

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.

2. Jenis Boneka

Menurut Sudjana & Rivai (2007) boneka dibedakan menjadi lima

jenis yaitu:

a. Boneka Jari

Boneka ini terbuat dari alat sederhana seperti tutup botol, bola

pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka.

Dapat pula dibuat dari semacam sarung tangan, di mana pada ujung

jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

demikian bisa langsung dimainkan. Boneka ini bisa dibuat menjadi

berbagai karakter misalnya binatang/hewan, tumbuhan, kendaraan,

buah-buahan dll. Selain itu, bisa dibuat karakter kartun seperti

Doraemon, boneka jari Upin Ipin, boneka jari Spiderman, Boneka jari

Shaun The Sheep dan kawan-kawan, boneka jari Spongebob dan

Patrick, Boneka jari Angry Bird dan lain-lain.

b. Boneka Tangan

Pada boneka tangan ini satu tangan hanya dapat memainkan

satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri

dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya

hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang

memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai

tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain). Boneka ini bisa

dibuat menjadi beberapa karkater misalnya, bapak dan ibu guru,

keluarga (ayah, ibu, adik dan kakak), keluarga muslimin, teman-teman

bermain, teman-teman sekolah, hewan, sayuran, dan kendaraan.

c. Boneka Tongkat

Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan

menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan

tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya

adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka

tongkat sebagai media pendidikan/pembelajaran di sekolah, maka

tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Boneka ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

bisa dibuat beberapa karakter misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang,

lurah, nelayan dan sebagainya. Boneka tongkat dapat dibuat dari kayu

yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya.

d. Boneka Tali

Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai di negara barat.

Perbedaan yang mencolok antara boneka tali dengan boneka yang lain

adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-

gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara menggerakkannya

dengan tali. Maka kedudukan tangan orang yang memainkannya

berada di atas boneka yang dimainkannya. Karakter boneka ini

misalnya, robot dan orang.

e. Boneka Bayang-bayang

Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka

yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-

bayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal

dengan “Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang

semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan

boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. Selain itu diperlukan

lampu untuk membuat bayang-bayang layar.

3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Boneka

Menurut Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi penggunaan boneka

ada 6 yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

a. Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait dengan interaksi

pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri.

b. Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan

anak-anak.

c. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan

perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan

telah terpisah dari mereka.

d. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima.

e. Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi.

f. Melatih anak belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan

bermain bersama/bekerjasama.

Menurut Geldard (2008) adapun manfaat penggunaan boneka ada 3,

yaitu:

a. Anak-anak menjadi terlibat secara langsung dalam menciptakan dan

mengucapkan dialog cerita dan menggerakan boneka untuk berakting

dalam cerita.

b. Anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan

cerita.

c. Membuat hubungan anak-anak lebih mudah antara perasaan emosional

mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

E. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Biecheler dan Snowman (dalam Patmonodewo, 2003)

menyatakan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3

sampai 6 tahun. Mereka pada umumya mengikuti program prasekolah dan

Taman Kanak kanak. Di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program

Tempat Penitipan Anak (3 sampai 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3

tahun), sedangkan pada usia 4 sampai 6 tahun pada umumnya mereka

mengikuti program Taman Kanak-kanak.

Anak prasekolah adalah anak yang belum memasuki pendidikan di

bangku Sekolah Dasar (SD). Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada

umunya mengikuti program Taman Kanak-kanak. Program Taman

Kanak-kanak dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas

A merupakan kelas anak -anak yang lebih kecil yaitu usia 3-4 tahun dan

kelas B merupakan kelas anak -anak yang lebih besar yaitu 5-6 tahun.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak Taman Kanak-kanak berusia antara empat sampai enam

tahun, dan setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, yang harus

dipahami oleh para guru, sehingga kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan minat, kebutuhan dan tingkat pemahaman anak. Hal itu sesuai

dalam Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal 2005,

Departemen Agama RI. Pengertian karakteristik anak itu sendiri menurut

Oemar Hamalik (2002) adalah perilaku awal sebagai tingkah laku yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

harus diperoleh anak sebelum memperoleh tingkah laku terminal yang

baru. Perilaku awal tersebut meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan

individual, dan kepribadian. Menurut Sunarto & Hartono (2002), setiap

manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga muncul

perbedaan individu yang meliputi berbagai bidang yaitu:

a. Perbedaan kognitif.

b. Perbedaan dalam kecakapan bahasa.

c. Perbedaan dalam kecakapan motorik.

d. Perbedaan latar belakang.

e. Perbedaan bakat.

f. Perbedaan kesiapan belajar.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa karakteristik anak usia

dini meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan individual, dan

kepribadian yang yang dilihat dari aspek fisik motorik, kognitif, bahasa,

sosial-emosional.

1) Fisik Motorik

Perkembangan motorik dibagi dua yaitu motorik halus dan

motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena

adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat,

berlari, melempar dan memanjat, dan lain sebagainya. Sedangkan

motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus, seperti:

menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

sebagainya. Menurut Hurlock (1978) perkembangan motorik

tergantung pada:

a) Perkembangan syaraf dan otot.

b) Kematangan fisik.

c) Mengikuti pola yang dapat diramalkan.

d) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.

e) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.

Mempelajari keterampilan motorik perlu di perhatikan pula

kesiapan dan kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, bimbingan,

model yang baik serta motivasi (Hurlock, 1978) dengan cara trial and

error, meniru dan pelatihan. Anak usia TK memiliki sejumlah ciri

fisik sebagai berikut:

a) Sangat aktif. Anak usia ini sangat menyukai kegiatan yang

dilakukan atas kemauan sendiri.

b) Memerlukan istirahat yang cukup. Setelah melakukan banyak

aktivitas, meskipun sering tidak disadari anak memerlukan

istirahat.

c) Otot-otot besar besar lebih berkembang daripada kontrol

terhadap jari dan tangan. Sehingga anak belum dapat melakukan

aktivitas yang rumit.

d) Koordinasi tangan dan matanya kurang sempurna karena anak

sulit mengalami kesulitan dalam memfokuskan pandangannya

pada objekobjek yang kecil ukurannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

e) Tulang tengkorak masih lunak, sehingga berbahaya jika terjadi

benturan.

f) Motorik halus anak perempuan lebih terampil daripada anak

laki-laki. Snowman (Patmonodewo, 2003).

2) Kognitif

Piaget (Santrock, 2007) mendiskripsikan perkembangan

kognitif anak dalam beberapa tahapan, dan anak usia TK berada pada

tahap pra operasioanal yaitu: anak mulai menggunakan gambaran

gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran

simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan

gambargambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang

melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan

tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan

ini seperti egosentrisme dan sentralisasi. Hal yang berperan penting

dalam perkembangan kognitif menurut Vygotsky (Santrock, 2007)

adalah orang lain dan bahasa. Vygotsky berpendapat bahwa anak

mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional

dengan cara berinteraksi. Perkembangan kognitif berhubungan

dengan konteks sosial. Menurut Bandura (Crain, 2007:), sosialisasi

merupakan proses inklusif yang mempengaruhi hampir tiap jenis

perilaku, termasuk kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

3) Bahasa

Anak usia tiga sampai lima tahun oleh Seefeldt & Wasik

(2008) merupakan masa dahsyat di bidang bahasa. Anak usia empat

tahun terjadi peledakan perbendaharaan kata mencapai 4000 sampai

6000 kata. Akan tetapi sering terjadi pemakaian salah kata dan salah

nama benda karena begitu banyak kata-kata baru yang dipelajari.

Bercakap-cakap merupakan kegiatan favorit pada usia ini.

Perbendaharaan kata anak meluas sampai 5000 ke 8000 kata pada

usia lima tahun. Pada usia ini struktur kalimat yang digunakan anak

menjadi lebih rumit. Anak prasekolah menurut Santrock (2007)

mengalami kemajuan dalam pragmatik. Mereka lebih pandai dalam

bercakap-cakap dan muncul pendekatan analitis. Pendekatan analitis

ini muncul jika anak diminta mengatakan sesuatu yang pertama kali

muncul dalam benak mereka ketika mereka mendengar suatu kata.

Hal penting dalam belajar bicara menurut Hurlock (1978) adalah

sebagai berikut:

a) Persiapan fisik untuk berbicara. Kematangan mekanisme bicara

merupakan kematangan syaraf dan otot mekanisme suara yang

meliputi saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah.

b) Kesiapan mental untuk berbicara. Kesiapan mental berhubungan

dengan kematangan otak khususnya pada bagian-bagian asosiasi

otak. Kesiapan ini berkembang pada usia 12 dan 18 bulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

c) Model yang baik untuk ditiru. Model ini diperlukan anak untuk

mengucapkan kata dengan benar, dan menggabungkan kata

menjadi kalimat yang benar. Jika model yang baik ini kurang

maka anak sulit belajar bicara dan hasilnya berada di bawah

kemampuan mereka.

d) Kesempatan untuk berpraktek. Motivasi anak untuk berbicara

menjadi berkurang tatkala kesempatan berbicara dihilangkan, dan

orang lain tidak mengerti, sehingga anak akan merasa marah dan

putus asa.

e) Motivasi. Jika isyarat dan tangis bisa menjadi pengganti bicara

untuk memperoleh keinginannya, maka dorongan untuk belajar

akan melemah.

f) Bimbingan. Bimbingan yang baik adalah dengan cara:

menyediakan model yang baik, mengatakan kata-kata dengan

perlahan dan jelas sehingga bisa dipahami, dan memberikan

bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap

kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model

tersebut.

4) Sosio emosional

Menurut Seefeldt & Wasik (2008) anak usia tiga-lima tahun

mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara

serasi ungkapan seperti sedih, marah, dan bahagia. Situasi emosi

mereka cepat berubah dan sangat bergantung pada kegiatan. Mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

juga sulit memisahkan perasaan dari tindakan. Bagi mereka

mengendalikan perasaan hati sering merupakan tantangan.

Mengajarkan anak tentang cara yang sesuai untuk mengungkapkan

emosi mereka merupakan tonggak yang penting dalam

perkembangan mereka. Anak usia empat tahun mulai memahami

bahwa pengungkapan emosi secara ekstrim bisa mempengaruhi orang

di sekitarnya. Mereka mulai memahami bahwa orang lain itu

mempunyai perasaan juga. Sehingga pada saat anak menginjak usia

lima tahun, mereka mulai mengatur emosi dan mengungkapkan

perasaan dengan cara yang secara sosial lebih diterima. Yasin

Musthofa (2007) mengungkapkan bahwa ciri-ciri perkembangan

sosial masa kanak-kanak awal adalah:

a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan di lingkungan keluarga dan

lingkungan bermain.

b) Anak sudah mulai mengikuti peraturan.

c) Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain, walaupun

masih kecenderungan egosentris.

d) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain.

e) Anak mulai memiliki sikap simpati, empati dan altruisme, yaitu

kepedulian terhadap orang lain.

Perilaku sosial anak usia empat tahun menurut Seefeldt &

Wasik (2008) mulai membedakan antara anak-anak yang mereka

sukai untuk bermain dan anak-anak yang mereka tidak sukai. Tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

mereka semakin tertarik untuk bermain dengan anak-anak yang lain

dalam sebuah kelompok. Ketika menginjak usia lima tahun mereka

menjadi sangat sosial dengan mengembangkan keterampilan

kerjasama yang efektif. Pada usia tiga sampai lima tahun, menurut

Seefeldt & Wasik (2008), hubungan sosial bisa mempengaruhi

perkembangan kognitif dan emosi anak. Anak-anak yang ditolak

secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah.

Pola perilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak

awal (Hurlock, 1978) meliputi pola perilaku sosial dan pola perilaku

asosial. Pola perilaku sosial meliputi:

a) Kerja sama. Sampai anak berumur 4 tahun mereka belajar

bermain atau bekerjasama dengan anak lain. Semakin banyak

kesempatan yang diberikan untuk melakukan sesuatu bersama,

maka semakin cepat mereka belajar kerja sama.

b) Persaingan. Akan menambah sosialisasi anak jika persaingan

dijadikan dorongan bagi anak untuk berusaha. Tetapi jika

diekspresikan dalam bentuk pertengkaran atau kesombongan

maka akan megakibatkan sosialisasi yang buruk.

c) Kemurahan hati. Anak belajar jika kemurahan hati dengan

berbagai akan menghasilkan penerimaan sosial.

d) Hasrat akan penerimaan sosial. Keinginan untuk diterima oleh

orang dewasa timbul lebih awal kemudian baru timbul diterima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

oleh teman sebaya. Keinginan ini akan mendorong anak

menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.

e) Simpati. Anak baru mulai berperilaku simpatik sampai mereka

mengalami situasi yang mirip dengan duka. Anak

mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong teman atau

menghibur seseorang yang sedang sedih.

f) Empati. Empati hanya berkembang jika anak dapat memahami

ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.

g) Ketergantungan. Ketergantungan akan mendorong anak untuk

berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial.

Ketergantungan kepada orang lain ini dalam bentuk bantuan,

perhatian, dan kasih sayang.

h) Sikap ramah. Anak bersedia bersama atau melakukan sesuatu

untuk orang atau anak lain untuk mengekspresikan sikap ramah

dan kasih sayang anak.

i) Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Sikap ini muncul jika

anak diberi kesempatan dan dorongan untuk berbagi, belajar

memikirkan orang lain, dan berbuat untuk orang lain.

j) Meniru. Anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan

sosial dari meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok

sosial.

k) Perilaku kelekatan (attachment behavior). Ketika bayi anak

mengembangkan kelekatan pada ibu atau pengasuh, perilaku ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

kemudian pada saat menginjak masa kanak-kanak awal dialihkan

kepada anak lain dan membina persahabatan dengan mereka.

Menurut Steinberg, Hughes, dan Piaget (Anggani Sudono,

2004) ciri-ciri perkembangan sosio-emosional anak usia 4 tahun

antara lain yaitu: sangat antusias, lebih menyukai bekerja dengan dua

atau tiga teman yang dipilih sendiri, dapat membereskan alat

permainannya, tidak menyukai bila dipegang tangannya, ada

kecenderungan berlari lepas di halaman sekolah, ada keinginan untuk

membawa pulang barang-barang milik sekolah, dan menyukai hasil

pekerjaannya dan selalu ingin membawanya pulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Hidayat (2012) menyatakan

bahwa PTBK dalam pengertian ini dimaksudkan untuk meningkatkan

program layanan BK sehingga menjadi lebih baik. PTBK dilakukan oleh

peneliti sendiri oleh karena itu masalah yang akan dipecahkan dalam rangka

peningkatan layanan BK adalah masalah yang dirasakan dan dihadapi oleh

peneliti sendiri.

Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas

dalam konteks proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Sehingga

penelitian ini menjadi bagian dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto 2006) penelitian yang akan

dilakukan menggunakan penelitian tindakan (action research) yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini mengkaji

rendahnya keterampilan bekerjasama pada anak usia dini kelas A TK

Mangunan Yogyakarta. Alternatif pemecahannya dengan bercerita

menggunakan media boneka dari kain flanel. Proses pelaksanaan tindakan

dilakukan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak kelas A Taman Kanak-Kanak

Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Kelas ini terdiri dari 20

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

anak dengan 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek penelitian ini

adalah keterampilan bekerjasama yang dilakukan dengan metode bercerita

menggunakan media boneka dari kain fanel.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas A Taman Kanak-Kanak

Mangunan yang terletak di Jl. Yogya-Solo Km 12 Mangunan Kalitirto

Berbah Sleman Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

November-Desember 2013, selama tiga minggu dengan pembagian waktu

sebagai berikut : satu minggu pertama pada tanggal 28 Novemberr 2013

mengadakan tindakan siklus pertama. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal

5 Desember 2013. Siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 Desember

2013.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting kelas. Data diperoleh pada saat

proses bimbingan klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas.

1. Partisipan dalam Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif

dan beberapa teman pengamat, yaitu:

a. Mitra Kolaboratif

Nama : Francisia Fegawati Pramono, S.Pd.

NIP : -

Pangkat/ Gol. : -

Jabatan : Wali kelas A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

b. Pengamat 1

Nama : Desak Made Suniari

NIM : 091114018

Status : Mahasiswa BK USD

c. Pengamat 2

Nama : Fransiska Wening Panitis

NIM : 091114012

Status : Mahasiswa BK USD

2. Topik Bimbingan

Upaya perbaikan akan dilaksanakan selama 3 siklus. Masing-

masing siklus adalah satu pertemuan selama 30 menit. Adapun topik

bimbingan pada siklus-siklus perbaikan adalah sebagai berikut:

a. Siklus 1

Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama

Topik Bahasan : Gotong Royong

Waktu : 28 November 2013 pukul 09.30 – 10.00 WIB

Tempat : Aula TK Mangunan

Jumlah Siswa : 20 Orang

b. Siklus 2

Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama

Topik Bahasan : Peduli Sesama

Waktu : 5 Desember 2013 pukul 09.30 – 10.00WIB

Tempat : Ruang Kelas A TK Mangunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Jumlah Siswa : 20 Orang

c. Siklus 3

Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama

Topik Bahasan : Kebersamaan

Waktu : 12 Desember 2013 pukul 09.00–10.00 WIB

Tempat : Ruang Aula TK Mangunan

Jumlah Siswa : 20 Orang

3. Pengorganisasian Kelas

Pengorganisasian kelas dalam penelitian ini anak duduk secara

melingkar dan acak agar anak tidak hanya berdekatan dengan teman

terdekatnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terlatih bergabung dengan

teman-teman yang lain.

E. Prosedur Penelitian

Pada PTBK ini peneliti menggunakan model Hopkins (1993) yang

mencakup empat langkah utama namun diawali dengan adanya identifikasi

masalah. Keempat langkah utama tersebut, yaitu: 1) perencanaan (planning),

2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting).

Keempat langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus

(Wiriatmadja, 2005). Keempat langkah tersebut tergambar dalam gambar di

bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Gambar: 3.1

Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993)

Bagan PTBK di atas dapat diartikan bahwa setiap tahapan penelitian

wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria

keberhasilan PTBK itu sendiri. Berdasarkan bagan PTBK dapat diketahui

bahwa kegiatan penelitian diawali dari tahap identifikasi masalah. Tahap

identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan FGD (Focus

Group Discussion) yang meliputi wawancara dan observasi. Kegiatan

tersebut dilakukan untuk merumuskan akar masalah agar lebih mempermudah

peneliti untuk membuat tahap perencanaan. Tahap perencanaan disusun

berdasarkan hasil identifikasi masalah. Tahap ini digunakan sebagai acuan

pemberian tindakan bimbingan.

Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah

disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti memberikan tindakan kepada anak

sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pada pelaksanaan

tahapan tindakan ini peneliti tetap melakukan observasi dan wawancara guna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Pada

tahapan ini peneliti akan melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan dan

membuat refleksi setiap siklus.

Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi setelah

melakukan tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan hasil yang

diperoleh melalui observasi. Pada tahapan refleksi ini selain hasil penelitian

dan renungan dari peneliti juga berisi evaluasi proses. Jika pada tahap ini

peneliti belum mencapai tujuan dari patokan yang telah dibuat maka peneliti

akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang telah

dilakukan.

F. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dapat

dijabarkan sesuai dengan bagan PTK di atas. Secara teknis Penelitian

Tindakan Bimbingan dan Konseling sama dengan PTK namun perbedaan

yang muncul adalah PTK dilaksanakan pada mata pelajaran tertentu dan

PTBK dilaksanakan pada program bimbingan dan konseling. Tahapan pada

bagan di atas dapat diuraikan di bawah ini.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperoleh berdasarkan hasil Focus Group

Discussion (FGD) yang meliputi wawancara dan observasi. Pada

penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan metode FGD melalui

wawancara dan observasi. Dari hasil FGD diperoleh bahwa keterampilan

bekerjasama anak-anak TK Mangunan Yogyakarta kurang maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas yang ada di TK

Mangunan Yogyakarta masih terdapat anak-anak yang tidak menyapa

terhadap sesama teman, terdapat anak yang tidak mau bergabung dengan

teman-teman kelompok. Anak masih terlihat asyik dengan kegiatan

sendiri tanpa membutuhkan interaksi dengan teman bermainnya. Anak

masih terlihat egois dan bermain dengan menguasai permainannya,

Selain itu cara anak bekerjasama dalam sebuah kelompok juga masih

kurang sehingga perlu ditingkatkan.

Berdasarkan observasi di TK Mangunan Yogyakarta saat proses

pembelajaran berlangsung menunjukan masih terdapat siswa yang tidak

mau bergabung dengan kelompok, beberapa anak hanya diam ketika

diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya, Anak hanya

berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja. Kurangnya

keterampilan bekerjasama anak di TK Mangunan Yogyakarta juga bisa

dilihat dari kurangnya interaksi anak dengan teman sebaya dan

kurangnya sikap saling membutuhkan dan kerjasama dalam kegiatan di

sekolah. Misalnya dalam kegiatan menempel berkelompok, anak masih

egois dan tidak mau dibantu teman, dalam kegiatan pembelajaran anak

sulit sekali berbagi alat tulis misalnya penghapus dan pensil. Contoh lain

yaitu anak sulit sekali bekerjasama dalam permainan, misalnya dalam

bermain sepak bola anak hanya ingin menguasai bola tanpa memberi

kesempatan anak yang lain untuk ikut menendang bola.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan

melalui wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan observasi

terdapat kesamaan yaitu kurangnya interaksi pada anak, anak-anak masih

egois dan anak-anak tidak mau bergabung dalam kelompok saat guru

kelas membagikan tugas dalam kelompok. Hal ini menunjukan masih

kurang maksimal sikap bekerjasama pada anak.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu

menganalisis data kemudian membuat kesimpulan. Pemilihan rencana

tindakan berdasar FGD yang telah dianalisis untuk mendapatkan inti

permasalahan. Terkait dengan inti permasalahan maka peneliti memilih

topik-topik yang berhubungan dengan keterampilan bekerjasama yang

sesuai dengan tugas perkembangan sosial anak-anak usia dini yaitu

Gotong Royong, Peduli Sesama, dan Kebersamaan. Rencana tindakan

dijabarkan kedalam tiga siklus.

Siklus I

a. Perencanaan (Planing)

Perencanaan tindakan untuk meningkatkan keterampilan

bekerjasama pada anak yaitu melalui metode bercerita menggunakan

boneka dari kain flanel. Cerita yang dipilih “asal mula nyamuk

berdengung” dengan menggunakan media boneka dari kain flannel

dengan karakter orang jawa yang telah disesuaikan dengan judul

cerita yang telah dipilih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan

bimbingan klasikal:

a) Peneliti menetapkan cerita rakyat “Asal mula nyamuk

berdengung” yang sesuai dengan kebutuhan anak untuk

meningkatkan keterampilan bekerjasama pada anak. Alasan

pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait

perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolong-

menolong dan cinta damai. Pemilihan boneka berdasarkan

cerita yang akan dibawakan.

b) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang

mendukung cerita, serta media yang sesuai dengan topik

cerita. Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokoh-

tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan

karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka

tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-

macam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa

sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang

berbeda suku.

c) peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta

menetapkan jadwal pertemuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka

a) Peneliti menetapkan SPB dengan topik kerjasama.

b) Peneliti memberikan salam pembuka.

c) Peneliti menetapkan cerita, cerita yang telah dipilih adalah

cerita rakyat dari gunung kidul yaitu “Asal mula nyamuk

berdengung”

d) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang akan

digunakan dan disesuaikan dengan tokoh-tokoh yang ada

dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung.

e) Peneliti menutup kegiatan.

3) Menyiapkan instrument Interactional Group Disccusion (IGD)

Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dengan

guru kelas, observasi check list, serta dokumentasi.

4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus I apa maksudnya

Wawancara dengan guru kelas, observasi dan dokumentasi,

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

perilaku bekerjasama anak. Indikator keberhasilan dilihat dari

peningkatan setiap siklus.

5) Pelaksanaan tindakan (Action)

Pemberian tindakan melalui bimbingan klasikal dengan

topik yang telah ditetapkan. Bimbingan klasikal diawali dengan

pengantar cerita, kemudian anak-anak mendengarkan cerita

yang diperankan menggunakan boneka dari kain flanel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

a) Peneliti mengkondisikan tempat dan suasana yang nyaman

di dalam kelas.

b) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara melingkar dan

secara acak. Hal ini bertujuan agar anak-anak mau

membaur dengan semua temannya tanpa pilih-pilih.

c) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan

memberikan pengantar tentang cerita yang akan

disampaikan.

d) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam

cerita “asal mula nyamuk berdengung‟‟ dengan

menggunakan boneka dari kain flanel.

e) Peneliti bercerita menggunkan boneka dari kain flanel dan

anak-anak mendengarkan.

f) Peneliti memberikan kesempatan pada anak untuk

menceritakan kembali nama-nama tokoh dan sifat-sifat

yang dimiliki tokoh-tokoh dalam cerita.

6) Observasi (observation) atau pengamatan

Observasi dilaksanakan saat peneliti melakukan

bimbingan klasikal. Observasi dilakukan oleh guru kelas dengan

menggunakan check list dan dokumentasi dilakukan oleh mitra

kolaboratif. Pengamatan dilakukan guna mendapatkan rekam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

data mengenai layanan bimbingan klasikal yang telah

dilaksanakan.

7) Refleksi (reflection)

Refleksi ini dilakukan untuk memahami proses dan

melihat pengaruh pelaksanaan bimbingan klasikal terhadap

perubahan perilaku anak secara kognisi, afeksi, psikomotorik

dan konasi serta kendala nyata dalam penelitian tindakan.

Refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan tindakan selanjutnya.

Siklus II meliputi :

a. Perencanaan (Planing)

Setelah melakukan refleksi dari upaya perbaikan siklus I.

Cerita yang dipilih pada siklus II “bawang merah dan bawang putih”

menggunakan boneka dari kain flannel dengan karakter keluarga

yang disesuaikan dengan cerita. Upaya perbaikan siklus 2 disusun

sebagai berikut:

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan

bimbingan klasikal :

a) Peneliti menetapkan cerita “bawang merah dan bawang

putih”. Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang

putih karena didalam cerita tersebut mengandung nilai sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan merugikan diri

sendiri yang sesuai dengan kebutuhan anak guna untuk

meningkatkan kerjasama pada anak.

b) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang sesuai

dengan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, serta media yang

mendukung cerita. Pemilihan boneka disesuaikan dengan

cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini

peneliti memilih boneka figur keluarga yaitu: ibu, nenek tua,

kakak dan adik. Penggunaan boneka figur keluarga

dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja anggota

dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini diharapkan

anak-anak bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak

memiliki salah satu anggota keluarga

c) Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta

menetapkan jadwal pertemuan.

2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka :

a) SPB dengan topik peduli terhadap sesama.

b) Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa

tengah yaitu „‟Bawang merah dan bawang putih”

c) Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada

dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung.

3) Menyiapkan instrument Interactional Group Disccusion (IGD)

penelitian ini menggunakan wawancara dengan guru kelas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

observasi checklist yang dilakukan oleh guru kelas, dokumentasi

dilakukan oleh mitra kolaboratif.

4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus II

Wawancara dengan guru kelas, observasi, serta

dokumentasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

keterampilan bekerjasama anak sebagai bahan pertimbangan

untuk melakukan sikus berikutnya.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada siklus kedua menggunakan metode bercerita dengan

media boneka dari kain flanel yang telah disesuaikan dengan topik

bimbingan. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan kualitas dari

keterampilan bekerjasama anak.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

1) Peneliti mengkondisikan tempat agar suasana nyaman. Hal ini

dimaksudkan agar anak tidak bosan dan mendapat suasana baru.

2) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan dan acak.

Bertujuan agar anak-anak mau membaur dengan teman-teman

yang lain.

3) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan

memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

4) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam

cerita “Bawang merah dan bawang putih‟‟ dengan menggunakan

boneka.

5) Peneliti bercerita menggunakan boneka dan anak-anak

mendengarkan.

6) Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti

memberikan kesempatan menceritakan kembali tokoh-tokoh

yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki.

c. Observasi (Observation) atau Pengamatan

Pengamatan atau obseravasi tetap dilakukan selama proses

pemberian tindakan pada putaran kedua ini. Pengamatan dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal

dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada

anak. Selain melakukan pengamatan peneliti juga melakukan

wawancara dengan guru kelas sedangkan dokumentasi dilakukan

oleh mitra kolaboratif.

d. Refleksi (reflection)

Refleksi ini digunakan untuk melihat pengaruh secara kognisi,

afeksi, psikomotorik pada siklus II guna untuk memperbaiki pada

siklus selanjutnya. Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap diri

sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Siklus III meliputi:

a. Perencanaan (Planing)

Rencana tindakan pada putaran ketiga dilakukan dengan

mempertimbangkan hasil refleksi pada putaran kedua. Cerita yang

dipilih “Si bungkuk dan si buta” dengan menggunakan media boneka

dari kain flanel dengan karakter manusia yang disesuaikan dengan

cerita tersebut.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan

bimbingan klasikal:

a) Peneliti menetapkan cerita “si bungkuk dan si buta” alasan

pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu

berbagi kepada sesama, memaafkan orang yang bersalah dan

bersahabat. Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan

anak-anak usia dini.

b) Peneliti menetapkan boneka yang sesuai dengan tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita serta media yang sesuai dengan

topik cerita. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita

yang akan dibawakan, kali ini boneka yang digunakan

dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman.

c) Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta

menetapkan jadwal pertemuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka:

a) SPB dengan topik kebersamaan.

b) Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa

tengah yaitu „‟Si bungkuk dan si buta”

c) Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada

dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung.

3) Menyiapkan Instrument Interactional Group Disccusion (IGD)

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara

dengan guru kelas, observasi check list yang akan dilakukan

oleh guru kelas, serta dokumentasi.

4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus III

Wawancara dengan guru kelas, observasi, dokumentasi,

untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perilaku

bekerjasama anak yang bisa dilihat dari kenaikan setiap siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tindakan pada siklus ketiga menggunakan metode bercerita

dengan media boneka dari kain flanel yang telah disesuaikan dengan

topik bimbingan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari

perilaku bekerjasama anak.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

1) Peneliti mengkondisikan suasana agar nyaman

2) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan secara

acak, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung

dengan teman-teman terdekat.

3) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan

memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan.

4) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam

cerita “Si bungkuk dan si buta‟‟ dengan menggunakan boneka.

5) Peneliti bercerita menggunkan boneka dan anak-anak

mendengarkan.

6) Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti

memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali

tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki.

c. Observasi (Observation) atau Pengamatan

Pengamatan/observasi dilakukan selama proses pemberian

tindakan pada putaran ketiga ini. Pengamatan dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal dapat

membantu mengembangkan perilaku bekerjasama pada anak. Selain

itu peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas. serta

dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi pada putaran ketiga dilakukan dengan memperhatikan

pada hasil pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

akan tetap dilanjutkan apabila belum ada perubahan perilaku yang

merupakan indikator dari keterampilan bekerjasama itu sendiri.

Refleksi ini digunakan untuk melihat pengaruh secara kognisi,

afeksi, psikomotorik anak pada siklus III. Refleksi dilakukan oleh

peneliti terhadap diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.

G. Teknik Pengumpulan Data Saat Proses Penelitian

Menurut Wijaya Kusuma (2010) metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Data dan hasil

pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Sumber data adalah

subyek darimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian adalah

menggunakan bukti-bukti dokumentasi, gambar, pengamatan dan instrumen.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :

1. Wawancara Mendalam

Menurut Dedy Mulyana (2004), wawancara mendalam tergolong

dalam jenis wawancara tak terstruktur. Wawancara mendalam bersifat

luwes, susunan pertanyaan dapat diubah dan disesuaikan dengan

kebutuhan serta kondisi saat wawancara. Dedy Mulyana (2004)

menambahkan bahwa wawancara mendalam adalah metode yang

dimungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya

dan lingkungannya dengan menggunakan istilahnya sendiri tentang

gejala yang diteliti, tidak sekadar menjawab pertanyaan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan

metode wawancara mendalam. Alasan peneliti menggunakan metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

wawancara mendalam adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi

yang diinginkan secara lebih detail dan mendalam. Adapun kekurangan

dari wawancara adalah informasi atau data yang diperoleh dari

wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya,

sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.

2. Observasi

Observasi (pengamatan) dapat diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian, dengan menggunakan lembar observasi yang merupakan

panduan dalam melakukan penilaian terhadap indikator-indikator dari

aspek yang diamati. Bentuk lembar observasi (pengamatan) dimaksud

adalah berbentuk daftar dengan daftar checklist berdasarkan aspek-aspek

yang ada dalam indikator keterampilan bekerjasama. Langkah-langkah

menggunakan observasi yaitu, pengamat hanya melakukan pengamatan

kemudian melihat daftar atau lembar observasi, kemudian memberikan

penilaian ke tanda checklist pada lembar observasi.

Alasan peneliti menggunakan observasi yaitu karena banyak

gejala yang diselidiki dengan observasi datanya lebih akurat dan sulit

dibantah. Keunggulan dari observasi yaitu banyak objek yang hanya bisa

diambil datanya hanya dengan observasi. Misalnya karena objek banyak

dan tidak ada waktu untuk wawancara dan mengisi kuesioner. Kejadian

yang serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan

memperbanyak observer dan banyak kejadian yang dipandang kecil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain ternyata sangat

menentukan hasil penelitian. Akan tetapi, observasi juga memiliki

kelemahan yaitu, observasi tergantung pada kemampuan pengamat dalam

mengingat kejadian dan keadaan dalam waktu pengamatan tersebut.

Sering juga menjumpai objek yang tidak menyenangkan karena tahu

bahwa objek tersebut sedang di observasi.

Pedoman Penilaian Observasi Menurut Departemen Agama RI

(2004) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan

berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh

tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah

dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Menurut

Pedoman penilaian Kemendiknas dirjen Mandas dan menengah

Direktorat Pembinaan TK SD (2010):

a. Anak yang belum berkembang (BB) Seperti: dalam melaksanakan

tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian diberi tanda

centang ( ).

b. Anak yang mulai berkembang (MB) seperti: anak melaksanakan

tugas namun belum benar, maka pada kolom penilaian diberi tanda

centang ( ).

c. Anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) seperti: anak

melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain, maka pada kolom

penilaian diberi tanda centang ( ).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) anak melaksanakan

tugas dan melebihi seperti yang diharapkan, maka pada kolom

penilaian diberi tanda centang ( ).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prastasi, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto,

2006). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini foto-foto kegiatan

anak.

Alasan peneliti menggunakan dokumentasi adalah untuk

memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok anak

dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas berlangsung

digunakan dokumentasi. Peneliti menggunakan metode ini untuk

mendokumentasikan foto anak yang diambil pada waktu anak dalam

kegiatan bercerita menggunakan boneka.

Keunggulan dari dokumentasi adalah hasil yang diperoleh apabila

ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah, maka

metode ini tidak begitu sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, kelemahan

dari metode ini adalah objek sulit untuk dirubah, harus tetap.

H. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian (Wijaya Kusuma, 2010) adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya

hasilnya lebih baik, dalm arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

lebih mudah diolah. Seperangkat instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut :

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman wawancara dengan guru kelas. Wawancara ini berdasarkan

aspek-aspek yang ada dalam keterampilan bekerjasama. Adapun kisi-kisi

pedoman wawancara adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Kisi-kisi lembar wawancara terhadap guru kelas

Aspek Sub/

Aspek Dimensi

Pertanyaan

Respons guru

kelas terhadap

keterampilan

bekerjasama

anak

a. Mendengarkan 1. Apakah anak-anak

mendengarkan dengan baik

ketika peneliti bercerita

dengan media boneka?

Jelaskan!

2. Apakah anak-anak

mendengarkan ketika ada

teman bercerita

menggunakan media

boneka? Jelaskan!

b. Menghormati 1. Apakah anak-anak mampu

menghargai dan menaruh

hormat terhadap orang lain?

Misalnya, anak saling

menyapa, mengucapkan

terima kasih? Jelaskan!

c. Interaksi tatap

muka

1. Apakah anak-anak menatap

teman yang sedang bertanya

atau berbicara? Jelaskan!

d. Komunikasi

1. Apakah anak-anak

merespon saat diberi

pertanyaan? Misalnya?

2. Apakah anak-anak

mengarahkan pandangan ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

arah lain ketika ada teman

bertanya?

3. Apakah anak-anak

memegang benda lain ketika

ada teman yang bertanya?

e. Interaksi sosial 1. Apakah anak-anak saling

membantu dalam menata

ruang kelas sebelum

memulai kegiatan

bimbingan? Misalnya?

2. Apakah anak-anak saling

berkelahi?

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi merupakan garis besar atau kisi-kisi yang

digunakan berdasarkan aspek-aspek keterampilan bekerjasama sebagai

acuan dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data melalui metode

observasi ini dilaksanakan saat bimbingan berlangsung. Adapun kisi-kisi

pedoman observasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kisi-kisi lembar observasi anak

Aspek Indikator No Item Jumlah

a. Mendengarkan

Mampu menangkap pesan

1,2,3 3

b. Menghormati Mampu menjunjung dan

menghargai orang lain

4,5,6,7 4

c. Interaksi Tatap

muka

Mampu mempengaruhi antara

individu

8,9 2

d. Komunikasi Mampu berinteraksi secara

verbal

Mampu berinteraksi secara

non verbal

10,11,1

2,13,14,

15,

6

e. Interaksi Sosial Mampu mempengaruhi antara

kelompok

16,17,

18

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh

gambaran visualisasi mengenai aktivitas siswa selama proses bimbingan

berlangsung. Dokumentasi berupa foto-foto saat kegiatan berlangsung

selama bimbingan dengan menggunakan media kamera. Dokumentasi

dilakukan untuk melihat catatan-catatan yang dilakukan dalam penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Moleong (2005) menyatakan bahwa analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga data ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Adapun

secara lebih rinci analisis datanya adalah sebagai berikut:

1. Analisis data hasil wawancara

Data hasil wawancara dianalisis dengan mendiskripsikan atau

merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada aspek-aspek

keterampilan bekerjasama.

2. Analisis data observasi

Data kuantitatif, yang berupa nilai presentase yang diperoleh pada

aspek yang telah diamati. Data yang diperoleh melalui lembar observasi

setiap setiap siklus dikumpulkan lalu dipresentase berapa siswa yang

berhasil. Ini untuk mengetahui penguasaan anak secara umum. Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

kualitatif berupa data aktivitas anak yang diperoleh melalui catatan

khusus pencapaian anak dalam keterampilan dalam bekerjasama.

3. Analisis data dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh

dari hasil observasi dan wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk

melihat catatan-catatan atau arsip-arsip yang dilakukan dalam penelitian.

Data hasil dokumentasi dianalisis dengan mendiskripsikan sesuai gambar

yang diambil.

J. Kriteria Keberhasilan

1. Kuantitatif

Dalam indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu meningkatnya

keterampilan bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media

boneka yaitu 80% dari aspek penilaian. Untuk menentukan keberhasilan

anak, digunakan rumus :

Presentase Kategori

85 – 100% Sangat Baik

71 – 84 % Baik

65 – 70 % Cukup

51 – 64 % Kurang

0 – 50 % Sangat Kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

2. Kualitatif

a. Anak-anak mulai bisa menyapa terhadap sesama teman.

b. Anak-anak mulai mau bergabung dengan teman – teman kelompok.

c. Anak tidak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi

dengan teman-temannya.

d. Anak-anak tidak membeda-bedakan teman, misalnya anak-anak

perempuan hanya bergaul dengan yang perempuan saja dan anak

laki-laki hanya bermain dengan yang laki-laki.

e. Anak mulai bisa berbagi makanan kepada teman-teman tanpa pilih-

pilih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling ini dilaksanakan di TK

Mangunan Yogyakarta. Tindakan dalam penelitian ini adalah

mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui media boneka dari kain

flanel. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November 2013 sampai

dengan bulan Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus

untuk setiap siklus direncanakan 1 kali pertemuan. Adapun waktu

pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling kelas A TK

MangunanYogyakarta dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas A TK Mangunan

Siklus Hari/Tanggal Topik Media Boneka

Pra Jumat,

4 Oktober 2013

Saling

menolong

Tidak menggunakan media

boneka

I Kamis,

28 November 2013

Gotong

Royong

Menggunakan media boneka

serta media-media yang

mendukung. Boneka yang

digunakan disesuaikan dengan

cerita yang dibawakan saat

bimbingan. Judul cerita pada

siklus I asal mula nyamuk

berdengung.

II Kamis,

5 Desember 2013

Peduli

Sesama

Menggunakan media boneka

dan media yang mendukung.

Boneka disesuaikan dengan

cerita yang dibawakan saat

bimbingan. Judul cerita pada

siklus II bawang merah dan

bawang putih.

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

III Kamis,

12 Desember 2013

Saling

membantu

Menggunakan media boneka

dan media yang mendukung.

Boneka disesuaikan dengan

cerita yang dibawakan saat

bimbingan. Judul cerita pada

siklus III si bungkuk dan si

buta.

Penjabaran hasil penelitian dan pembahasan tiap siklus sebagai berikut:

1. Pra Tindakan

Pra tindakan dilaksanakan selama 1 x pertemuan, dengan alokasi

waktu 1 x 30, dan pada bimbingan ini dilakukan observasi untuk

mengamati perilaku anak terkait keterampilan bekerjasama anak.

Tindakan yang dilakukan pra tindakan adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun SPB dengan pertimbangan

dari dosen pembimbing dan guru kelas A TK Mangunan Yogyakarta.

Peneliti juga menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman

wawancara dan observasi yang telah dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing.

Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan merencanakan

segala sesuatu sebelum pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang

dilaksanakan saat perencanaan meliputi :

1) Penyusunan Perangkat Bimbingan

a) Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

SPB disusun sebagai pedoman pelaksanaan bimbingan

supaya sesuai dengan metode bimbingan yang digunakan.

Metode yang digunakan adalah metode cerita yang

difokuskan untuk keterampilan bekerjasama. Pada pra

tindakan materi yang diberikan adalah saling menolong.

2) Penyusunan Instrumen Penelitian

a) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara untuk guru kelas yang bersangkutan.

Pertanyaan yang diajukan kepada guru sebanyak lima butir.

Wawancara ini digunakan guna untuk menambah wawasan

peneliti yang tidak tercatat dalam observasi.

b) Lembar Observasi

Lembar observasi telah dibuat dan digunakan untuk mencatat

hasil pengamatan selama pelaksanaan pra tindakan terkait

keterampilan bekerjasama selama mengikuti bimbingan.

b. Pelaksanaan Pra Tindakan

Pada hari Jumat, 4 Oktober 2013 melaksanakan pra tindakan.

Peneliti bersama dua mitra kolaboratif. Pada pelaksanaan pra tindakan

ini yang menjadi mitra kolaboratif adalah dua orang guru kelas yang

bersangkutan. Cerita yang diberikan berjudul ”Persahabatan Tiga Ekor

Binatang” peneliti hanya membacakan cerita menggunakan buku

cerita. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pra tindakan yaitu

sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

1) Kegiatan awal:

a) Peneliti membuka dengan salam pembuka.

b) Peneliti bersama dengan guru kelas meminta anak-anak

duduk secara rapi di luar halaman sekolah.

c) Peneliti membacakan judul cerita yang akan dibacakan.

2) Kegiatan inti:

a) Peneliti membacakan cerita yang berjudul “Persahabatan

Tiga Ekor Binatang”. Cerita ini menceritakan tiga binatang

yang bersahabat dalam susah dan senang. Sebelumnya

peneliti mengkonsultasikan dengan guru kelas terlebih dahulu

dalam menyesuaikan cerita.

Alasan peneliti memilih cerita tersebut karena

mengandung nilai-nilai sosial seperti saling menolong,

kerjasama, dan tidak membeda-bedakan teman. Selain itu

pemilihan cerita disesuaikan dengan perkembangan anak.

Saat peneliti menceritakan cerita terdapat anak-anak yang

malas untuk mendengarkan cerita, anak-anak bermain dengan

teman-teman terdekatnya, dan ada anak yang pergi tanpa ijin.

b) Peneliti bertanya pada anak-anak seusai membacakan cerita

namun hanya beberapa anak yang spontan merespon

pertanyaan.

c) Peneliti mengajak anak-anak bermain “menuntun orang

buta”. Peneliti meminta anak-anak untuk berpasangan dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

orang. Salah satu dari dua orang matanya ditutup

menggunakan kain yang berwarna gelap dan dianggap

sebagai orang yang buta dan tugas anak yang tidak ditutup

matanya adalah menuntun anak yang matanya ditutup

berjalan ke suatu tempat tujuan. Adapun tujuan dari

permainan ini adalah mengajak anak untuk bekerjasama

dalam mencapai tujuan.

Ketika melakukan perjalanan menuntun orang buta

terdapat anak yang mencelakakan temannya yaitu dengan

cara menjatuhkan temannya ke dalam tempat yang kotor,

terdapat pula anak yang menangis karna ditakut-takuti oleh

temannya, dan masih terdapat anak yang menggeret

temannya kedalam lobang yang agak dalam.

3) Kegiatan penutup:

a) Peneliti mengevaluasi kegiatan hari ini dengan cara bertanya

pada anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak.

b) Peneliti mengajak anak-anak bersama-sama membereskan

tikar yang telah dipakai selama kegiatan hari ini.

c) Peneliti mengajak anak-anak bersiap-siap dan berdoa.

d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam dan

pulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

c. Data Hasil Wawancara dan Observasi Pra Tindakan

1) Data Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas maka ditemukan

beberapa pernyataan sebagai berikut:

a) Bimbingan hari ini kurang menarik karena hanya

menggunakan metode cerita, anak-anak hanya bisa

mendengarkan. Anak-anak kurang menunjukkan rasa

gembira dan kurang merespon pertanyaan yang diberikan.

b) Saat permainan masih terdapat anak-anak yang kurang

antusias, masih terdapat anak-anak yang mengarahkan

pandangan ke arah yang lain, dan anak-anak kurang

menunjukkan muka senang.

2) Data Hasil Observasi

a) Kuantitatif

Tabel 4.2.

Perkembangan keterampilan bekerjasama anak pra tindakan

Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak

BB MB BSH BSB

1. Anak dapat mendengarkan dengan

sungguh-sungguh ketika diberi

penjelasan

11 2 3 4

55% 10% 15% 20%

2. Anak dapat mendengarkan ketika

teman sedang berbicara

10 2 2 6

50% 10% 10% 30%

3. Anak bisa merespon saat diberi

pertanyaan

11 2 3 4

55% 10% 15% 20%

4. Anak menyapa teman-temannya 12 3 2 3

605 15% 10% 15%

5. Anak dapat mengucapkan salam 11 2 3 4

55% 10% 15% 20%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 9 3 3 5

45% 15% 15% 25%

7. Anak berbicara secara sopan kepada

orang lain

12 2 2 4

60% 10% 10% 20%

8. Anak saling senyum dengan teman 10 3 3 4

50% 15% 15% 20%

9. Anak dapat menatap teman yang

sedang berbicara

11 3 2 4

55% 15% 10% 20%

10. Anak mau memberi semangat kepada

teman

10 2 3 5

50% 10% 15% 25%

11. Anak bisa berbicara dengan jelas 12 2 2 4

60% 10% 10% 20%

12. Anak bisa mengungkapkan

perasaannya

13 3 2 2

65% 15% 10% 10%

13. Anak menunjukan muka senang

(mata berbinar)

12 3 2 3

60% 15% 10% 15%

14. Anak duduk dengan tegap 10 3 3 4

50% 15% 15% 20%

15. Anak menunjukan rasa gembira 9 3 3 5

45% 15% 15% 25%

16. Anak bersama-sama menata ruang

kelas

13 2 2 3

65% 10% 105 15%

17. Anak mau membereskan alat-alat

yang digunakan setelah bermain

11 3 3 3

55% 15% 15% 15%

18. Anak tidak langsung pergi

meninggalkan ruang kelas

12 2 3 3

60% 10% 15% 15%

Tabel prosentase (%) nilai pra tindakan

Hasil yang dicapai pada pra tindakan masih belum maksimal

dan belum mencapai target. Apabila dipresentase keberhasilan

keterampilan bekerjasama dari 20 anak pada pra tindakan ini adalah

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

No Hal-hal yang diobservasi Hasil observasi

pra tindakan

1. Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-

sungguh ketika diberi penjelasan

45%

2. Anak dapat mendengarkan ketika teman

sedang berbicara

50%

3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 45%

4. Anak menyapa teman-temannya 40%

5. Anak dapat mengucapkan salam 45%

6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 55%

7. Anak berbicara secara sopan kepada orang

lain

40%

8. Anak saling senyum dengan teman 50%

9. Anak dapat menatap teman yang sedang

berbicara

45%

10. Anak mau memberi semangat kepada teman 50%

11. Anak bisa berbicara dengan jelas 40%

12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 35%

13. Anak menunjukan muka senang (mata

berbinar)

40%

14. Anak duduk dengan tegap 50%

15. Anak menunjukan rasa gembira 55%

16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 35%

17. Anak mau membereskan alat-alat yang

digunakan setelah bermain

45%

18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan

ruang kelas

40%

RATA-RATA 45%

Tabel prosentase (%) nilai perkembangan pra tindakan

b) Kualitatif

Berdasarkan pengamatan, pada pra tindakan anak-anak

kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan

cerita. Anak-anak kurang antusias saat menjawab pertanyaan.

Saat bermain games anak-anak kurang kerjasama dengan

anak-anak yang lain, kurang dalam membaur serta menyapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

teman-temannya, bahkan terdapat anak yang mencelakai

temannya.

Observasi dilakukan oleh peneliti saat proses

bimbingan dan di luar jam bimbingan. Observasi ini

dilakukan saat anak-anak istirahat. Berdasarkan observasi

yang dilakukan peneliti terkait keterampilan bekerjasama

masih terdapat anak yang belum mau bergaul dengan teman-

temannya, anak hanya bergaul dengan teman-teman tertentu

saja. Anak masih belum bisa berbagi makanan saat ada

temannya yang ingin meminta makanannya. Anak masih

harus dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan untuk

menyapa orang lain dan mengucapkan terima kasih.

d. Refleksi

Setelah dilaksanakan bimbingan dengan metode bercerita

dengan media boneka pada pra tindakan, selanjutnya dilaksanakan

refleksi terhadap bimbingan yang telah berlangsung. Guru kelas dan

peneliti mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan selama

pelaksanaan pra tindakan dan melakukan evaluasi.

Secara umum, pelaksanaan bimbingan klasikal telah sesuai

dengan SPB yang telah disusun. Namun demikian, masih terdapat

hambatan yang muncul saat pelaksanaan sehingga perlu dilakukan

perbaikan. Beberapa hambatan itu antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

1) Saat peneliti bercerita, sebagian anak tidak memperhatikan dan

mendengarkan

2) Anak bermain dengan benda yang lain ketika mendengarkan

cerita.

3) Saat bermain games anak-anak belum terlibat sepenuhnya.

4) Anak-anak kurang antusias.

2. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam 1 x pertemuan, dengan alokasi waktu 1

x 30 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Siklus I dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan

yang terjadi pada saat pra tindakan, yaitu lebih meningkatkan kegiatan

bimbingan dengan menghadirkan media boneka dari kain flanel, anak

diingatkan untuk lebih memperhatikan cerita yang akan disampaikan

oleh pembimbing dengan menggunakan boneka dari kain flanel. Pada

tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti menyusun Satuan

Layanan Bimbingan (SPB). Pada bimbingan ini, peneliti lebih

memfokuskan pada cerita yang berisi pesan-pesan mengenai

kerjasama dengan orang lain menggunakan boneka dari kain flanel

dan media yang menarik berdasarkan refleksi dari pra tindakan.

Selanjutnya peneliti juga menyusun instrumen penelitian seperti

pedoman wawancara dan observasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Ket: peneliti bercerita dengan boneka

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

SPB dengan cerita asal mula nyamuk berdengung dan media boneka

dari kain flanel yang telah disiapkan. Peneliti memilih boneka yang

sesuai dengan tokoh-tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang

digunakan dengan karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan

boneka tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-macam

suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa sehingga anak-anak

dapat menghormati teman-teman yang berbeda suku. Cerita rakyat

yang dipilih sudah dimodifikasi oleh peneliti dengan

menyederhanakan alur cerita dan menggunakan gambar-gambar

sebagai simbol untuk memudahkan anak. Alasan pemilihan cerita

karena mengandung nilai-nilai sosial terkait perkembangan anak usia

dini seperti kerjasama, tolong-menolong dan cinta damai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Peneliti sebelumnya telah mengkonsultasikan kepada dosen

pembimbing dan guru kelas yang bersangkutan. Selama bimbingan

berlangsung peneliti dibantu oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam

melakukan pengamatan. Topik yang dibahas dalam pelaksanaan

tindakan siklus I adalah “Gotong Royong”. Siklus I dilakasanakan

pada tanggal 28 November 2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai

10.00 WIB. Jumlah siswa yang hadir pada siklus I berjumlah 20

siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan yang terjadi pada siklus I sebagai

berikut :

1) Kegiatan Awal

a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking

agar suasana menjadi nyaman.

b) Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak,

hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung

dengan teman-teman terdekat.

c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

“asal mula nyamuk berdengung” dengan menggunakan

boneka dari kain flanel.

2) Kegiatan Inti

a) Peneliti bercerita menggunakan boneka dari kain flanel

dengan judul cerita “asal mula nyamuk berdengung”. Cerita

ini cerita rakyat dari daerah gunung kidul yogyakarta yang

menceritakan kerjasama antara pak dukuh, mbok surmi, trinil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

dan trunul serta para warga yang bekerjasama dalam

mengusir ratu nyamuk yang selama ini mengganggu para

warga. Berkat kerjasama para warga akhirnya mereka mampu

memberantas ratu nyamuk itu.

Cerita rakyat dimodifikasi oleh peneliti dengan

menyederhanakan alur cerita dan menggunakan gambar-

gambar sebagai simbol untuk memudahkan anak. Alasan

pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait

perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolong-

menolong dan cinta damai. Pemilihan boneka berdasarkan

cerita yang akan dibawakan.

Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokoh-

tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan

karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka

tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-

macam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa

sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang

berbeda suku.

b) Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita yang

disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam

cerita?”, “siapa yang mau menjadi pak dukuh, trinil dan

trunul, mbok surti, Mengapa?”, siapa yang tidak mau menjadi

ratu nyamuk? mengapa?‟‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

c) Peneliti mengajak anak-anak bermain “menjala nyamuk”

yang diperankan menggunakan boneka dari kain flanel.

Pertama-tama peneliti menawarkan siapa yang mau menjadi

salah satu tokoh dalam cerita menjala nyamuk. Anak-anak

antusias dan bersemangat ingin menjadi salah satu peran

dalam cerita menjala nyamuk. Kemudian peneliti

memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih boneka

yang sesuai dengan perannya.

Tokoh-tokoh yang ada dalam bermain menjala

nyamuk yaitu: nyamuk-nyamuk yang suka mengganggu,

trinil dan trunul yang baik hati. Peneliti memulai bermain

menggunakan boneka dan bertanya kepada nyamuk mengapa

suka mengganggu, kemudian nyamuk-nyamuk itu

menjawab”karena kau lapar, karena aku bisa terbang, karena

aku tidak bisa diam”. Kemudian peneliti bertanya kepada

trunul dan trinil “trunul dan trinil apakah kalian sering

diganggu oleh para nyamuk?”. Trunul dan trinil menjawab

bermacam-macam jawaban. Lalu peneliti bertanya kembali

“apakah yang harus kita lakukan untuk mengusir nyamuk-

nyamuk itu”?. Anak-anak pun antusias dan bersemangat

menjawab untuk mengusir nyamuk-nyamuk itu. Mereka

akhirnya berhasil mengusir nyamuk-nyamuk yang suka

mengganggu itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Melalui penggunaaan boneka anak-anak dapat

berkreasi, merespon pertanyaan yang diberikan oleh orang

lain, anak menjadi lebih berani berbicara dan menghargai

pendapat teman, anak-anak belajar kerjasama dalam

menyelesaikan masalah.

3) Penutup

a) Peneliti melakukan evaluasi mengenai bimbingan hari ini

dengan cara bertanya kepada anak-anak apakah hari ini

menyenangkan atau tidak.

b) Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi

c) Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang.

d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam kemudian

pulang.

c. Data Hasil Wawancara dan Observasi

1) Data Hasil Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas maka ditemukan

pernyataan sebagai berikut:

a) Bimbingan hari ini menyenangkan karena menggunakan

media boneka sehingga anak-anak sangat tertarik baik dari

cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu

sendiri.

b) Bermain menggunakan boneka cukup mengajarkan anak-

anak kerjasama dengan teman-teman yang lain. Misalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

anak-anak sudah mulai menyapa teman-temannya. Anak-

anak sudah terlihat antusias saat bermian boneka.

c) Ya, sudah mulai memperhatikan dan mendengarkan ketika

pencerita bercerita dengan boneka, anak-anak sudah mulai

mendengarkan dan memperhatikan meskipun masih ada

beberapa anak yang masih perlu dibantu.

d) Ya, ketika ada teman yang maju di depan bercerita dengan

boneka anak-anak terlihat sudah mulai memperhatikan dan

mulai mendengarkan. Namun ada beberapa anak yang masih

harus diingatkan.

e) Ya, sudah mulai menyapa teman-teman sekitarnya, mulai

menyapa ibu guru misalnya mengucapkan selamat pagi atau

siang. Beberapa anak sudah mulai bisa mengucapkan terima

kasih tanpa harus ada bantuan dari guru tapi ya masih ada

yang belum mampu mengucapkan terima kasih saat diberi

pertolongan.

f) Terkait keterampilan bekerjasama pada hari ini masih

terdapat anak yang belum bersama-sama menata ruang kelas

yang akan digunakan, masih terdapat anak yang bermalas-

malasan, dan masih terdapat anak yang berbicara dengan

teman yang lain ketika mengikuti bimbingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

g) Saat anak-anak dibagi dalam kelompok kecil dan harus

mendengarkan teman yang sedang berbicara anak-anak sudah

mulai mampu menghargai temannya.

h) Ya, anak-anak sudah mulai merespon saat diberi pertanyaan

oleh peneliti terkait cerita yang dibawakan. Namun yang

belum bisa merespon juga masih ada beberapa anak.

i) Anak-anak mulai memperhatikan teman yang berbicara di

depan kelas. Sebagian anak sudah mulai mampu

memperhatikan teman yang berbicara dan tidak mengalihkan

pandangan ke arah lain.

j) Anak-anak sebagian sudah saling membantu dalam menata

ruang kelas saat bimbingan akan berlangsung. Misalnya

beberapa anak sudah mulai bersama-sama menata meja dan

kursi mereka.

2) Data Hasil Observasi

a) Kuantitatif

Tindakan siklus 1 dilaksanakan untuk mengembangkan

keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalah-

masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan.

Observasi yang dilakukan pada saat bimbingan berlangsung

menghasilkan data siklus I yang dirangkum dalam hasil

observasi 20 anak sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Tabel 4.3.

Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus I

Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak

BB MB BSH BSB

1. Anak dapat mendengarkan dengan

sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 7 4 4 5

35% 20% 20% 25%

2. Anak dapat mendengarkan ketika teman

sedang berbicara 7 3 5 5

35% 15% 25% 25%

3. Anak bisa merespon saat diberi

pertanyaan 7 2 4 7

35% 10% 20% 35%

4. Anak menyapa teman-temannya

7 3 5 5

35% 15% 25% 25%

5. Anak dapat mengucapkan salam 6 3 5 6

30% 15% 25% 30%

6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 6 4 5 5

30% 20% 25% 25%

7. Anak berbicara secara sopan kepada

orang lain 6 3 5 6

30% 15% 25% 30%

8. Anak saling senyum dengan teman 5 2 6 7

25% 10% 30% 35%

9. Anak dapat menatap teman yang sedang

berbicara 5 3 5 7

25% 15% 25% 35%

10. Anak mau memberi semangat kepada

teman 6 3 5 6

30% 15% 25% 30%

11. Anak bisa berbicara dengan jelas 6 4 5 5

30% 20% 25% 25%

12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 5 3 6 6

25% 15% 30% 30%

13. Anak menunjukan muka senang (mata

berbinar) 5 4 5 6

25% 20% 25% 30%

14. Anak duduk dengan tegap

6 4 4 6

30% 20% 20% 30%

15. Anak menunjukan rasa gembira

6 3 4 7

30% 15% 20% 35%

16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 5 4 5 6

25% 20% 25% 30%

17. Anak mau membereskan ala-alat yang

digunakan setelah bermain

6 3 5 6

30% 15% 25% 30%

18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan

ruang kelas 7 4 4 5

35% 20% 20% 25%

Tabel Prosentase (%) Nilai siklus I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan

bekerjasama dari 20 anak pada siklus I adalah sebagai

berikut:

No Hal-hal yang diobservasi

Hasil

observasi

siklus I

1. Anak dapat mendengarkan dengan

sungguh-sungguh ketika diberi

penjelasan

65%

2. Anak dapat mendengarkan ketika

teman sedang berbicara

65%

3. Anak bisa merespon saat diberi

pertanyaan

65%

4. Anak menyapa teman-temannya 65%

5. Anak dapat mengucapkan salam 70%

6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 70%

7. Anak berbicara secara sopan kepada

orang lain

70%

8. Anak saling senyum dengan teman 75%

9. Anak dapat menatap teman yang sedang

berbicara

75%

10. Anak mau memberi semangat kepada

teman

70%

11. Anak bisa berbicara dengan jelas 70%

12. Anak bisa mengungkapkan

perasaannya

75%

13. Anak menunjukan muka senang (mata

berbinar)

75%

14. Anak duduk dengan tegap 70%

15. Anak menunjukan rasa gembira 70%

16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 75%

17. Anak mau membereskan ala-alat yang

digunakan setelah bermain

70%

18. Anak tidak langsung pergi

meninggalkan ruang kelas

65%

RATA-RATA 70%

Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

b) Kualitatif

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,

tampak beberapa anak yang belum bersama-sama menata

ruang kelas ketika akan memulai bimbingan, beberapa anak

masih duduk bersandar dan malas saat mendengarkan cerita

dengan menggunakan media boneka, dan beberapa anak

masih berbicara dengan teman yang lain ketika diberi

pertanyaan. Selain di kelas peneliti melakukan observasi di

luar kelas tepat saat anak anak istirahat. Sebagian anak

membereskan meja dan kursi yang telah dipakai saat

bimbngan berlangsung. Salah satu anak mengatakan “ ayo

dibereskan dulu kursinya bareng-bareng” lalu ada beberapa

anak langsung membereskan kursi secara bersama-sama.

Beberapa anak istirahat di kelas dan makan bekal yang

dibawanya dari rumah. Tiba-tiba ada satu anak yang

membuka bekalnya dan makan. Satu anak datang dan

meminta sedikit makanannya namun tidak diijinkan. Lalu ada

satu anak datang dan berkata “kan kata ibu guru kita harus

bebagi makanan sama teman, nggak boleh pelit‟‟ lalu si anak

tersebut membagi makanannya dan tersenyum.

Pada anak-anak yang lain dijumpai mereka sedang

bermain bola di halaman sekolah. Ada satu anak jatuh karena

bermain bola dan menangis kemudian teman-teman yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

menghampiri dan melihatnya. Lalu beberapa anak

mengatakan “udah jangan nangis ya” anak yang lain

mengatakan “ayo dibawa ke tempat bu guru di kantor biar

dikasih obat terus udah nggak sakit lagi”. Kemudian anak-

anak bersama-sama membawa teman yang sakit ke ruang

guru untuk diobati.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak sudah mulai

bisa membangun kerjasama. Hal ini terlihat saat anak-anak

saling membantu dan saling mengingatkan antar teman yang

satu dengan yang lain.

d. Refleksi

Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi

yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan

untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan

bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Pada siklus I anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat

peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu

menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain

boneka dengan judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu

bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak

bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

pun mampu bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah

afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada

siklus I beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa dilihat

ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun

orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah

mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah

mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang

mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan

dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak

sudah mampu mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat

anak-anak bersama-sama mendengarkan pengumuman dan

mengucapkan salam.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa

antusias anak mengikuti bimbingan pada saat menggunakan media

boneka pada siklus I lebih baik dibandingkan dengan pra tindakan.

Pada siklus I ada hambatan-hambatan yang dialami yaitu anak-anak

masih sulit untuk diarahkan, tidak mendengarkan penjelasan peneliti,

dan hanya mau bergabung dengan teman-teman terdekatnya. Peneliti

pada saat siklus I mempunyai kekurangan dalam menyampaikan cerita

menggunakan boneka yaitu suara yang kurang jelas dan volume yang

kurang keras. Peneliti belum tegas dalam menegur anak yang malas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

3. Siklus II

Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I, dalam pelaksanaan

perbaikan siklus II bertujuan untuk memperbaiki tindakan pada siklus I.

Siklus II dilaksanakan I kali pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 30

menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan

yang terjadi pada saat siklus I, yaitu peneliti membawakan cerita yang

berbeda dan lebih menarik dengan media boneka dari kain flanel yang

disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih.

Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan cerita terlebih dahulu

kepada guru kelas yang bersangkutan. Alasan pemilihan cerita

bawang merah dan bawang putih karena di dalam cerita tersebut

mengandung nilai-nilai sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya

akan merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan

cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini peneliti

memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan adik. Penggunaan

boneka figur keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja

yang termasuk anggota dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga

ini anak-anak diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang

tidak memiliki salah satu anggota keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Ket: Peneliti bercerita dengan boneka

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

SPB dan media boneka yang telah disiapkan. Peneliti sebelumnya

telah mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru kelas

yang bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu

oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam melakukan pengamatan. Topik

yang dibahas dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah “peduli

terhadap sesama”. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Desember

2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai 10.00 WIB. Jumlah siswa yang

hadir pada siklus II berjumlah 20 siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan

yang terjadi pada siklus II sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal

a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking

agar suasana menjadi nyaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

b) Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak, hal

ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan

teman-teman terdekat.

c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

“Bawang Merah dan Bawang Putih” dengan menggunakan

boneka.

2) Kegiatan Inti

a) Peneliti bercerita menggunakan boneka dengan judul cerita

“Bawang Merah dan Bawang Putih”. Cerita ini menceritakan

tentang alkisah dua orang perempuan yang baik hati (bawang

putih) dan berhati jahat (bawang merah) serta ibu tiri yang

jahat (ibu bawang merah). Bawang putih pernah diusir oleh

ibu tirinya dan kemudian dia bertemu dengan seorang nenek

yang baik hati dan memberinya labu yang berisi emas.

Bawang merah dan ibunya iri melihatnya, akhirnya mereka

berdua datang untuk menemui sang nenek dan meminta labu

tapi yang terjadi adalah labu itu berisi ular yang membunuh

mereka berdua. Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan

cerita terlebih dahulu kepada guru kelas yang bersangkutan.

Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang

putih karena di dalam cerita tersebut mengandung nilai-nilai

sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan

merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini

peneliti memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan

adik. Penggunaan boneka figur keluarga dimaksudkan untuk

memperkenalkan siapa saja yang termasuk anggota dalam

keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini anak-anak

diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak

memiliki salah satu anggota keluarga.

b) Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita yang

disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam

cerita?”, “siapa yang mau menjadi bawang merah, bawang

putih, ibu tiri dan nenek? Mengapa?”.

Anak-anak merespon secara bersama-sama secara spontan

saat diberi pertanyaan.

c) Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka.

Peneliti menetapkan judul cerita yaitu pak tani, bebek dan si

kancil yang suka mencuri. Peneliti menanyakan pada anak-

anak siapakah yang ingin menjadi peran dalam tokoh cerita

itu, lalu anak-anak bersemangat ingin menjadi salah satu

tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak kemudian memilih

boneka sesuai dengan keinginannya.

Setelah anak-anak selesai mengambil boneka peneliti

memulai membuka “teman-teman yang pintar mari kita

mendengarkan cerita pak tani, bebek dan si kancil yang suka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

mencuri”. Anak-anak dengan bersemangat mendengarkan

cerita. Peneliti bertanya „ pak tani, apa yang bapak tanam di

ladang itu?”, lalu pak tani menjawab” aku menanam cabe,

tomat, timun dan kol”. Kemudian bebek mencetus “aku

temannya pak tani dan suka membantu pak tani”. Pak tani

dan bebek bersahabat.

Peneliti bertanya kepada kancil “halooo kancil”,lalu

kancil menjawab” hai hahahah aku mau mencuri di

ladangnya pak tani‟. Pak tani mendapati hasil tanamannya

hilang setiap hari. Lama kelamaan pak tani mengetahui

kancilah yang sering mencuri tanamannya, hati pak tani sedih

sekali. Sang kodok merasa kasihan kepada pak tani. Peneliti

bertanya kepada anak-anak “teman-teman mari kita bantu pak

tani dan sang kodok supaya tanaman pak tani tidak dicuri lagi

oleh kancil”. Kemudian anak-anak menjawab “ kita buat

lubang supaya kancil masuk lubang, buat tali lalu diikat,

disemprot”. Peneliti bertanya kepada pak tani “bagaimana

pak tani”? lalu pak tani menjawab “ahaaa kita buat lubang

saja biar kancil masuk lubang terus mati”. Kemudian pak tani

membuat lubang dengan dibantu sang kodok. Akhirnya

kancil punterperangkap dalam lubang itu dan menjerit-jerit

kesakitan. Lalu kancil meminta maafkepada pak tani dan pak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

tani pun memaafkan kancil dengan syarat janji tidak akan

mengulangi lagi.

Melalui bermain boneka ini anak-anak diharapkan

bisa peduli dengan teman-teman atau orang yang sedang

berkesusahan. Melalui cerita menggunakan boneka, anak-

anak bersama diajak untuk membantu pak tani yang sedang

susah karena tanamannya dicuri oleh kancil. Peneliti bertanya

kepada anak-anak dalam cerita tadi “siapa yang menyerupai

kamu?”, siapakah yang tidak seperti kamu?”. Anak-anak

antusias dan bersemangat saat bimbingan berlangsung.

3) Penutup:

a) Peneliti melakukan evaluasi mengenai bimbingan hari ini

dengan cara bertanya kepada anak-anak apakah hari ini

menyenangkan atau tidak.

b) Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi

c) Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang.

d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam kemudian

pulang.

c. Data Hasil Wawancara dan Observasi

1. Data Hasil Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan guru pendidik maka ditemukan

pernyataan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

a) Bimbingan hari ini sangat menyenangkan karena

menggunakan media boneka dan cerita yang bervariasi

sehingga anak-anak sangat tertarik dan antusias baik dari

cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu

sendiri.

b) Bermain boneka dengan bercerita dapat meningkatkan

kerjasama anak. Anak yang biasanya hanya diam sekarang

sudah mulai mau berbicara. Anak-anak sudah mulai mau

berbaur dengan teman-teman yang lain. Anak-anak sangat

antusias dan bersemangat saat mengikuti bimbingan.

c) Ya, sebagian besar anak-anak mendengarkan saat peneliti

bercerita menggunakan media boneka, hal ini terliahat saat

anak-anak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

peneliti.

d) Ya, ketika ada teman yang sedang bercerita di depan kelas

sebagian anak sudah bisa mendengarkan serta

memperhatikan.

e) Anak-anak sudah saling menyapa, mengucapkan terima kasih

dan mengucapkan salam tanpa harus ada aba-aba dari guru.

f) Ya, sebagian besar anak sudah mampu menatap teman yang

mengajaknya bicara tanpa mengalihkan pandangan ke arah

lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

g) Anak-anak sebagian besar merespon saat diberi pertanyaan,

serta mampu bersama-sama memecahkan masalah yang

diberikan secara bersama-sama.

h) Anak-anak mampu membereskan tempat yang dipakai saat

bimbingan berlangsung tanpa aba-aba dari guru.

2. Data Hasil Observasi

a) Kuantitatif

Tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengembangkan

keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalah-

masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan.

Observasi yang dilakukan pada saat bimbingan berlangsung

menghasilkan data siklus II yang dirangkum dalam hasil

observasi 20 anak sebagai berikut :

Tabel 4.4.

Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus II

Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak

BB MB BSH BSB

1. Anak dapat mendengarkan

dengan sungguh-sungguh

ketika diberi penjelasan

4 5 5 6

20% 25% 25% 30%

2. Anak dapat mendengarkan

ketika teman sedang

berbicara

3 6 6 5

15% 30% 30% 25%

3. Anak bisa merespon saat

diberi pertanyaan

3 5 6 6

15% 25% 30% 30%

4. Anak menyapa teman-

temannya

3 4 5 8

15% 20% 25% 40%

5. Anak dapat mengucapkan

salam

2 5 6 7

10% 25% 30% 35%

6. Anak bisa mengucapkan 2 6 6 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

terima kasih 10% 30% 30% 30%

7. Anak berbicara secara sopan

kepada orang lain

3 6 6 5

15% 30% 30% 25%

8. Anak saling senyum dengan

teman

1 5 6 8

5% 25% 30% 40%

9. Anak dapat menatap teman

yang sedang berbicara

1 6 6 7

5% 30% 30% 35%

10. Anak mau memberi

semangat kepada teman

2 5 7 6

10% 25% 35% 30%

11. Anak bisa berbicara dengan

jelas

3 6 5 6

15% 30% 25% 30%

12. Anak bisa mengungkapkan

perasaannya

1 6 6 7

5% 30% 30% 35%

13. Anak menunjukan muka

senang (mata berbinar)

1 5 7 7

5% 25% 35% 35%

14. Anak duduk dengan tegap

2 5 5 8

10% 25% 25% 40%

15. Anak menunjukan rasa

gembira 0 6 7 7

0% 30% 35% 35%

16. Anak bersama-sama menata

ruang kelas

2 6 6 6

10% 30% 30% 30%

17. Anak mau membereskan

alat-alat yang digunakan

setelah bermain

2 5 6 7

10% 25% 30% 35%

18. Anak tidak langsung pergi

meninggalkan ruang kelas

1 5 6 8

5% 25% 30% 40%

Tabel Prosentase (%) Nilai siklus II

Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan

bekerjasama dari 20 anak pada siklus II adalah sebagai

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

No Hal-hal yang diobservasi

Hasil

observasi

siklus II

1. Anak dapat mendengarkan dengan

sungguh-sungguh ketika diberi

penjelasan

80%

2. Anak dapat mendengarkan ketika teman

sedang berbicara

85%

3. Anak bisa merespon saat diberi

pertanyaan

85%

4. Anak menyapa teman-temannya 85%

5. Anak dapat mengucapkan salam 90%

6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 90%

7. Anak berbicara secara sopan kepada

orang lain

85%

8. Anak saling senyum dengan teman 95%

9. Anak dapat menatap teman yang sedang

berbicara

95%

10. Anak mau memberi semangat kepada

teman

90%

11. Anak bisa berbicara dengan jelas 85%

12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 95%

13. Anak menunjukan muka senang (mata

berbinar)

95%

14. Anak duduk dengan tegap 90%

15. Anak menunjukan rasa gembira 100%

16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 90%

17. Anak mau membereskan alat-alat yang

digunakan setelah bermain

90%

18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan

ruang kelas

95%

RATA-RATA 90%

Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

b) Kualitatif

Berdasarkan observasi pada siklus II, anak-anak

menunjukan rasa gembira, anak-anak mendengarkan dengan

sungguh-sungguh, anak-anak merespon saat diberi

pertanyaan. Namun masih terdapat anak yang belum

bersama-sama menata ruang kelas. Pada bimbingan hari ini

siswa tampak lebih serius dan antusias mendengarkan cerita

menggunakan media boneka.

Observasi yang dilakukan peneliti tidak hanya di dalam

kelas tetapi di luar kelas terutama saat jam istirahat. Saat jam

istirahat hampir semua anak-anak berhamburan untuk keluar

kelas dan bermain. Peneliti menjumpai beberapa anak yang

tinggal di dalam kelas. Anak-anak membuka bekal mereka

dan makan di kelas. Salah satu anak membuka bekalnya

namun karena terlalu kuat membuka tutupnya maka

makanannya pun berhamburan di lantai. Lalu si anak tersebut

menangis dan seketika itu juga teman-teman yang ada di

kelas bersama-sama membantu membereskan makanan yang

jatuh ke lantai. Teman-teman yang lain menawarkan

makanannya dan kemudian mereka makan bersama.

Di luar kelas dijumpai anak laki-laki sedang bermain

sepak bola sendiri kemudian datang beberapa anak

mendatanginya. Lalu si anak tersebut mengajak anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

yang lain untuk bermain bola secara bersama-sama. Dengan

rasa gembira mereka bermain bola secara bersama sama.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak sudah

berkembang dengan baik dalam bekerjasama dengan orang

lain. Hal ini dapat dilihat pada anak-anak yang dengan

sendirinya tanpa bantuan orang lain dapat membantu teman-

teman yang lain.

d. Refleksi

Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi

yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan

untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan

bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Pada siklus II anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat

peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu

menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain

boneka dengan judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu

bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak

bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak

pun mampu bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah

afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada

siklus II beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

dilihat ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman

ataupun orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak

sudah mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah

mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang

mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan

dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak

sudah mampu mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat

anak-anak bersama-sama membantu temannya yang kesusahan,

mendengarkan penjelasan dan mengucapkan salam.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa

antusias dan semangat anak mengikuti bimbingan pada saat

mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus II lebih

baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dilihat dari sikap anak

yang mendengarkan dan bersemangat saat peneliti bercerita

menggunakan media boneka. Pada saat kegiatan bermain boneka

sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya

saat memecahkan masalah.

4. Siklus III

Siklus III dilaksanakan dengan alokasi waktu 1 x 30 menit. Siklus

III dilakukan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang muncul dan

hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II. Pada akhir siklus III juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

dilakukan observasi oleh mitra kolaboratif. Pada tindakan siklus III,

tindakan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Siklus III dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan

yang terjadi pada saat siklus II, yaitu peneliti ingin lebih

meningkatkan keterampilan bekerjasama anak melalui media boneka

dari kain flanel. Dalam siklus ini, peneliti menggunakan boneka yang

berbeda dengan siklus II. Anak-anak diajak untuk memperhatikan saat

peneliti bercerita menggunakan boneka. Pada tahap perencanaan

tindakan siklus III, peneliti menyusun Satuan Layanan Bimbingan

materi “Saling membantu”. Peneliti juga menyusun instrumen

penelitian seperti pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Cerita yang telah dipilih si bungkuk dan si buta. Alasan

pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu berbagi

kepada sesama,memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Hal

tersebut terkait dengan tugas perkembangan anak-anak usia dini.

Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih, kali ini

boneka yang digunakan dengan karakter keluarga yaitu saudara atau

teman supaya anak-anak lebih mengenal anggota keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

Ket: Peneliti bercerita dengan boneka

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

SPB yang telah disusun oleh peneliti dan sebelumnya telah

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pendidik yang

bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu oleh

dua mitra kolaboratif dalam melakukan pengamatan. Materi siklus III

mencakup saling membantu yang disajikan melalui media boneka,

adapun tahap-tahap pelaksanaan bimbingan pada siklus III adalah

sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking

agar suasana menjadi nyaman.

b) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara acak, hal ini

bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan

teman-teman terdekat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita “Si

buta dan si bungkuk” dengan menggunakan boneka.

2) Kegiatan Inti

a) Peneliti bercerita menggunakan media boneka dengan judul

cerita “si buta dan si bungkuk”. Cerita ini menceritakan si

buta dan si bungkuk yang bersahabat sejak lama. Si buta dan

si bungkuk sering berburu binatang untuk dimasak. Suatu

ketika mereka berburu binatang di hutan dan mendapatkan

hasil buruan, namun si bungkuk berbuat licik kepada si buta.

Lama kelamaan si buta mengetahui jika diakali oleh si

bungkuk. Si buta marah dengan si bungkuk, namun akhirnya

mereka berdua saling memaafkan dan kembali menjadi

sahabat. Peneliti terlebih dahulu mengkonsultasikan cerita

tersebut kepada guru pembimbing sebelum bimbingan

berlangsung. Alasan pemilihan cerita karena mengandung

nilai-nilai sosial yaitu berbagi kepada sesama,memaafkan

orang yang bersalah kepada kita.

Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan

anak-anak usia dini. Pemilihan boneka disesuaikan dengan

cerita yang telah dipilih, kali ini boneka yang digunakan

dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman. Peneliti

bertanya pada anak-anak mengenai cerita si bungkuk dan si

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

buta. Siapa sajakah nama-nama tokoh pemain dalam cerita

tersebut? Siapa yang ingin menjadi si buta? Si bungkuk?.

Peneliti bertanya kepada anak-anak mengenai cerita si

buta dan si bungkuk. Siapa saja nama tokoh-tokoh pemain

dalam cerita tersebut?, Siapa yang ingin menjadi si buta dan

si bungkuk? Mengapa?

b) Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka.

Saat ini peneliti mengajak anak-anak bermain boneka secara

spontan tanpa memberikan judul. Peneliti hanya memberikan

nama-nama tokoh yaitu teddy, jheny, dan kakak. Anak-anak

berantusias ingin memerankan. Peneliti memilih anak-anak

yang belum pernah menjadi peran dalam cerita. Mula-mula

peneliti bertanya kepada kakak “hai kakak apa yang akan

kamu lakukan?”, lalu kakak menjawab “aku akan mengajak

jhenny ke mall beli baju, yuk jhenny ke pasar‟ jhenny

menjawab “iya kak aku ikut ke pasar”. Dan teddy hanya diam

saja karena tidak diajak ke mall oleh kakak dan jhenny.

Peneliti bertanya pada anak-anak “bagaimana ya perasaan

teddy?” lalu anak-anak menjawab kasihan dan sedih. Penelliti

kemudian bertanya “bagaimana jika kita menghibur tedy agar

tidak sedih lagi” salah satu anak menjawab “aku mau nyanyi

buat teddy” lalu anak tersebut menyanyi lihat kebunku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Peneliti bertanya kepada teddy “ bagaimana teddy senang

ngga?” teddy menjawab senang dan tersenyum. Peneliti

mengajak anak-anak bernyanyi “burung pipit‟ bersama-sama.

Alasan pemilihan boneka menggunakan figur boneka

keluarga seperti kakak adik adalah supaya anak-anak lebih

mengenal anggota keluarga. Pemilihan cerita secara spontan

menggunakan boneka ini diharapkan agar anak-anak dapat

mengemukakan ide-ide yang bisa membantu teddy ketika

ditinggal sendiri. Anak-anak yang biasanya masih kurang

terlibat diharapkan terlibat melalui cerita spontan

menggunakan boneka ini. Anak-anakbersama-sama

menghibur teddy yang sedih dengan bersama-sama

bernyanyi.

3) Penutup

a) Peneliti mengevaluasi kegiatan hari ini dengan cara bertanya

pada anak-anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak.

b) Peneliti mengajak anak-anak untuk membereskan segala

peralatan dan permainan serta membereskan tempat yang

telah dipakai.

c) Peneliti mengajak anak-anak untuk bersiap-siap dan berdoa.

d) Peneliti mengajak anak-anak memberikan salam kemudian

pulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

c. Data Hasil Wawancara dan Observasi Siklus III

1) Data hasil wawancara

a) Bimbingan hari ini sangat menyenangkan karena

menggunakan media boneka dan cerita yang bervariasi

sehingga anak-anak sangat tertarik dan antusias baik dari cerita

yang dibawakan maupun dengan media boneka itu sendiri.

b) Keuntungan menggunakan boneka, anak-anak menjadi terlibat

dan berhubungan secara personal dengan cerita, membuat

hubungan anak-anak lebih mudah antara perasaan emosional

mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita.

c) Bermain menggunakan boneka mengajarkan anak-anak

bekerjasama dengan teman-teman yang lain. Anak-anak yang

pasif menjadi berani berbicara. Anak-anak belajar

memecahkan masalah secara bersama-sama. Anak-anak sudah

terlihat antusias.

d) Ya, jelas ada perubahan pada anak-anak. Anak-anak yang

tadinya tidak mau bergabung dengan teman-teman yang lain

kini mulai bergabung dan membaur.

e) Anak-anak mampu menghargai orang yang sedang berbicara di

depan kelas. Anak-anak mampu mendengarkan dan bisa

menceritakan kembali apa yang didengarnya.

f) Ya, anak-anak menatap teman yang sedang berbicara tanpa

mengarahkan pandangan lain ataupun memegang benda lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

g) Anak-anak bersama-sama saling membereskan tempat yang

dipakai saat bimbingan berlangsung.

2) Data Hasil Observasi

a) Kuantitatif

Tindakan siklus III dilaksanakan untuk meningkatkan

keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalah-

masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan.

Adapun hasil penilaian siklus III adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5.

Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus III

Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak

BB MB BSH BSB

1. Anak dapat mendengarkan

dengan sungguh-sungguh

ketika diberi penjelasan

1 0 12 7

5% 0% 60% 35%

2. Anak dapat mendengarkan

ketika teman sedang berbicara

0 0 1 19

0% 0% 5% 95%

3. Anak bisa merespon saat

diberi pertanyaan

2 0 1 17

10% 0% 5% 85%

4. Anak menyapa teman-

temannya

2 0 0 18

10% 0% 0% 90%

5. Anak dapat mengucapkan

salam

1 0 0 19

05% 0% 0% 95%

6. Anak bisa mengucapkan

terima kasih

1 0 0 19

5% 0% 0% 95%

7. Anak berbicara secara sopan

kepada orang lain

1 0 0 19

5% 0% 0% 95%

8. Anak saling senyum dengan

teman

1 0 0 19

5% 0% 0% 95%

9. Anak dapat menatap teman

yang sedang berbicara

1 0 0 19

5% 0% 0% 95%

10. Anak mau memberi semangat

kepada teman

1 0 0 19

5% 0% 0% 95%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

11. Anak bisa berbicara dengan

jelas

0 0 0 20

0% 0% 0% 100%

12. Anak bisa mengungkapkan

perasaannya

0 0 1 19

0% 0% 5% 95%

13. Anak menunjukan muka

senang (mata berbinar)

0 0 0 20

0% 0% 0% 100%

14. Anak duduk dengan tegap

0 0 0 20

0% 0% 0% 100%

15. Anak menunjukan rasa

gembira 0 0 4 16

0% 0% 20% 80%

16. Anak bersama-sama menata

ruang kelas

0 0 0 20

0% 0% 0% 100%

17. Anak mau membereskan ala-

alat yang digunakan setelah

bermain

0 0 0 20

0% 0% 0% 100%

18. Anak tidak langsung pergi

meninggalkan ruang kelas

0 0 0 20

0% 0% 0% 100%

Tabel Prosentase (%) Nilai siklus III

Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan

bekerjasama 20 anak pada siklus III ini adalah sebagai berikut:

No Hal-hal yang diobservasi

Hasil

observasi

siklus III

1. Anak dapat mendengarkan dengan

sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 95%

2. Anak dapat mendengarkan ketika teman

sedang berbicara 100%

3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 90%

4. Anak menyapa teman-temannya 90%

5. Anak dapat mengucapkan salam 95%

6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 95%

7. Anak berbicara secara sopan kepada orang

lain 95%

8. Anak saling senyum dengan teman 95%

9. Anak dapat menatap teman yang sedang

berbicara 95%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

10. Anak mau memberi semangat kepada

teman 95%

11. Anak bisa berbicara dengan jelas 100%

12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 100%

13. Anak menunjukan muka senang (mata

berbinar) 100%

14. Anak duduk dengan tegap 100%

15. Anak menunjukan rasa gembira 100%

16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 100%

17. Anak mau membereskan alat-alat yang

digunakan setelah bermain 100%

18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan

ruang kelas 100%

RATA-RATA 97%

Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus III

b) Kualitatif

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, siswa

tampak lebih memperhatikan dan serius mengikuti bimbingan.

Anak-anak tampak lebih antusias dan bersemangat. Anak lebih

terlihat ceria. Anak-anak dapat memberikan kesempatan pada

teman yang belum pernah bermain dan bercerita menggunakan

boneka. Salah satu anak mengatakan “aku udah pernah,

sekarang yang belum pernah aja kak yang bermain boneka”.

Anak-anak pun dengan penuh semangat memberikan

dukungan pada anak yang belum pernah bercerita

menggunakan boneka.

Saat ada anak yang bercerita dengan boneka anak-anak

terlihat saling memperhatikan dan mendengarkan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

sungguh-sungguh. Anak-anak terlihat bekerjasama ketika

peneliti mengajak untuk membantu teman yang sedih dalam

cerita tersebut. Anak-anak bersama-sama mencari jalan keluar

agar anak yang sedih dalam cerita itu tidak lagi sedih. Lalu

mereka bersama-sama bernyanyi untuk menghibur anak yang

sedih. Anak-anak tampak gembira dan bersemangat.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kerjasama antar anak

sudah berkembang dengan baik, hal ini dapat dilihat pada

anak-anak yang tanpa dibantu oleh guru sudah memiliki

inisiatif untuk membantu teman-temannya.

d. Refleksi

Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi

yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan

untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan

bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Pada siklus III anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat

peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu

menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain

boneka tanpa judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu bercerita

dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak bersama-sama

untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak pun mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah afektif adalah

ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada siklus III beberapa

anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa dilihat ketika beberapa

anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun orang lain yang

sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah mampu menghargai

teman-teman dalam kelompok, anak sudah mampu mengorganisir

teman-temannya membereskan tempat yang mereka pakai. Ranah

psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak sudah mampu

mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat anak-anak

bersama-sama membantu temannya yang kesusahan, mendengarkan

penjelasan dan mengucapkan salam.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa

antusias dan semangat anak mengikuti bimbingan pada saat

mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus III jauh

lebih baik dibandingkan dengan siklus II. Hal ini dilihat dari sikap

anak yang mendengarkan dan bersemangat saat peneliti bercerita

menggunakan media boneka. Pada saat kegiatan bermain boneka

sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya

anak dapat bercerita dengan boneka tanpa topik cerita yang ditentukan

oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan meliputi hasil

wawancara dengan guru kelas dan observasi siklus III.

1. Hasil Wawancara

Melalui wawancara, peneliti memperoleh data tentang tanggapan

dari guru pendidik terkait penggunaan metode bercerita dengan media

boneka untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama anak. Hasil

wawancara dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Guru pendidik berpendapat bahwa anak-anak merasa senang dan

tertarik serta lebih antusias saat bimbingan menggunakan media

boneka.

b. Guru pendidik berpendapat melalui penggunaan boneka pesan-pesan

yang ingin disampaikan dalam cerita lebih mudah ditangkap oleh

anak-anak.

c. Guru pendidik berpendapat melalui penggunaan boneka dan bermain

keterampilan bekerjasama anak dapat dikembangkan karena dengan

bermain anak-anak dituntut bersama-sama dengan temannya

mencapai tujuan secara bersama.

d. Guru pendidik berpendapat melalui metode bercerita dengan media

boneka anak-anak mulai berani berbicara di depan kelas. Anak-anak

dilatih untuk belajar bersama-sama menghargai orang yang sedang

berbicara di depan kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

e. Guru pendidik berpendapat anak-anak secara bersama-sama dengan

temannya belajar untuk memecahkan masalah demi mencapai tujuan

bersama.

2. Hasil Lembar Observasi

Berdasarkan hasil dari lembar observasi keterampilan

bekerjasama yang telah disusun. Berikut adalah data hasil observasi pra

tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III.

Tabel 4.6.

Data Hasil Observasi keterampilan bekerjasama

Pra tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Siklus Persentase Rata-rata

Aktivitas anak Kategori

Pra tindakan 45% Rendah

Siklus I 70% Cukup

Siklus II 90% Sangat Baik

Siklus III 97% Sangat Baik

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi pada

pra tindakan 45% siklus I dilakukan dengan hasil 70% dengan kategori

cukup, setelah peneliti melanjutkan pada siklus II menghasilkan 90%

termasuk dalam kategori sangat baik, dan dilakukan penelitian kembali

pada siklus III yaitu 97% termasuk dalam kategori sangat baik. Berikut

ini adalah grafik peningkatan hasil penelitian :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Gambar 4.1.

Grafik hasil peningkatan penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II

dan siklus III

Grafik Hasil Peningkatan Penelitian

C. Pembahasan

Upaya untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui

metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini telah dilaksanakan

sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian tindakan yang terdiri dari 3

siklus perbaikan menghasilkan beragam data mengenai perilaku nyata anak di

kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Data tersebut

dijadikan sebagai tolak ukur mengenai keberhasilan dalam penelitian

tindakan ini. Data yang dihasilkan melalui melalui berbagai macam teknik

pengumpulan data menghasilkan data yang variatif namun terlihat sejalan.

Mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak usia dini bukan

suatu hal yang mudah. Metode bercerita yang hanya menggunakan buku

cerita dan tanpa media membuat anak tidak tertarik. Hal tersebut bisa jadi

Pra tindakan

Siklus I

Siklus IISiklus III

0

20

40

60

80

100

45

70

90

97

Pra tindakanSiklus I

Siklus II

Siklus III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

karena berbagai macam faktor diantaranya guru kelas yang bersangkutan

kurang kreatif dalam menerapkan metode, belum menggunakan media

bimbingan, anak seringkali kurang dilibatkan sehingga anak tidak bisa

berekspresi. Semua faktor tersebut menjadikan bimbingan klasikal membuat

siswa kurang bisa bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut tampak pada

pelaksanaan pra tindakan.

Dari hasil penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III

diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan pada keterampilan bekerjasama

anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Berdasarkan

pengamatan terkait keterampilan bekerjasama anak, terlihat peningkatan pada

anak mulai terampil mendengarkan, berkomunikasi, berinteraksi,

menghormati. Hal-hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru

kelas yang bersangkutan dan wawancara.

Hasil penelitian sebelum tindakan pada siklus I, yaitu kegiatan pra

tindakan anak menunjukan bahwa pada pra tindakan anak-anak belum

antusias, kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan cerita.

Anak-anak harus dipaksa duduk oleh guru agar mau mendengarkan. Anak-

anak kurang merespon saat peneliti memberi pertanyaan. Saat bermain games

“menuntun orang buta jalan” anak-anak belum mampu bekerjasama dengan

anak-anak yang lain. Hal ini terlihat pada anak yang hanya mau berjalan

sendiri tanpa peduli dengan temannya. Hanya mau bermain dengan teman-

teman yang disukai. Ketika ada teman yang terjatuh pun anak-anak hanya

diam saja dan tidak membantu. Kemudian untuk siklus selanjutnya penenliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

menggunakan metode bercerita melalui media boneka yang dianggap dapat

membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak.

Keadaan yang berbanding terbalik justru terlihat pada pelaksanaan

perbaikan siklus I, II dan III dimana metode bercerita dengan media boneka

digunakan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan keduanya menunjukkan

adanya perbedaan dibandingkan dengan pra penelitian. Anak menjadi lebih

terampil dalam hal mendengarkan, berkomunikasi, menghormati, dan

berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu peneliti juga merasakan

kepuasan pribadi melihat kondisi anak yang terlihat saling bekerjasama

memecahkan masalah secara bersama-sama saat bermain menggunakan

boneka. Anak yang sebelumnya hanya diam saja mulai berani berbicara

mengeluarkan pendapat. Kegiatan ini memotivasi anak untuk menumbuhkan

keterampilan bekerjasama dalam suatu kegiatan atau bermain. Anak akan

terbiasa dalam bekerjasama dengan teman dan lebih baik dalam berinteraksi.

Keterampilan bekerjasama anak bisa dilatih dengan bermain misalnya

salah satunya bermain boneka, karena bermain adalah dunia kerja anak dan

menjadi hak setiap anak untuk bermain tanpa dibatasi usia. Dalam pasal 33

konvensi hak-hak anak (dalam Mayke, 2010) disebutkan hak anak untuk

beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan

rekreasi yang sesuai dengan usia yang bersangkutan untuk turut serta bebas

dalam kehidupan budaya seni.

Kegiatan bermain yang bisa meningkatkan sebuah interaksi dan

mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak di TK Mangunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Yogyakarta adalah dengan menggunakan media boneka. Bermain boneka ini

tidak hanya akan membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama,

tetapi juga mengembangkan aspek lainnya.

Seperti yang dikemukakan Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi

penggunaan boneka yaitu, Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait

dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri.

Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan anak-

anak. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan

perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan telah

terpisah dari mereka. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima.

Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi. Melatih anak

belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan bermain bersama/

bekerjasama. Aspek sosial yang terlihat dari bermain boneka adalah anak

melakukan kegiatan bersama dengan teman kelompoknya. Mempertahankan

hubungan yang sudah terbina.

Aspek lain yang bisa diambil dari bermain boneka untuk mengasah

ketajaman penginderaan. Penginderaan meliputi penglihatan dan

pendengaran. Dengan bermain boneka dapat mengasah penglihatan karena

membantu anak melihat bentuk, warna, dan model melalui media boneka.

Mengasah pendengaran, saat anak-anak mendengarkan cerita melalui boneka

anak terlatih untuk mendengarkan orang lain. Untuk itu, kegiatan bermain

boneka ini akan melatih anak dalam bekerjasama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, II dan III ini membuktikan

bahwa dengan bermain dan bercerita dengan media boneka sangat baik

digunakan pada anak terutama anak usia dini yang dimana masih dalam

proses penyerapan berbagai informasi. Hal ini terlihat pada perilaku anak di

sekolah yang kurang dalam berbagi dengan teman, tidak mau mengalah dan

kerjasama anak dengan kelompok atau teman sebaya masuk dalam kategori

kurang, dalam hal ini stimulasi tidak hanya pada kegiatan bermain tetapi

dapat dilakukan saat guru mendekati dan berinteraksi dengan murid.

D. Keterbatasan Penelitian

Di dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti juga memiliki kendala-

kendala yang tidak bisa dipecahkan oleh peneliti sehingga penelitian tidak

maksimal. Adapun kendala-kendala yang tidak bisa dipecahkan dalam

penelitian ini yaitu dari faktor siswa, ada satu anak yang masih ditunggui oleh

orangtuanya di saat kegiatan bimbingan berlangsung. membuat anak tidak

mandiri dan percaya diri, harus dibujuk dulu, dijelaskan berulang-ulang untuk

melakukan permainan boneka. Ada anak yang diam dan kemudian tiba-tiba

menangis lalu meminta pulang.

Menurut informasi yang didapat peneliti ketika melakukan tanya

jawab dengan orangtua anak, didapat informasi bahwa sebagian orangtua

memberikan permainan yang lebih memfokuskan pada perkembangan

kognisi anak, sehingga tidak membutuhkan interaksi dengan teman lain.

Permainan tersebut misalnya video game, play station, game online, dan

jenis-jenis permainan lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Keterbatasan waktu dalam kegiatan bermain boneka membuat peneliti

harus membagi waktu agar permainan selesai tepat waktu dan semua anak

bisa melakukan permainan. Selain itu keterbatasan kemampuan dalam

peneliti melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa keterampilan bekerjasama anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta

dapat dikembangkan melalui penggunaan media boneka sesuai dengan

analisis data, terlihat dari hasil pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III.

Dari 20 anak, dapat dilihat jumlah anak yang memiliki keterampilan

bekerjasama yang baik. Pada siklus 1 atau sebesar 70% yang termasuk pada

kategori cukup dan pada siklus II sebesar 90% yang berarti termasuk kategori

sangat baik, dan siklus III sebesar 97%. Penggunaan media boneka dengan

keterampilan bekerjasama meningkat dari siklus I sampai siklus III.

Keterampilan bekerjasama melalui penggunaan boneka mengalami

perubahan yang baik. Perubahan tersebut terlihat sekali ketika anak

berinteraksi dengan teman dalam bermain boneka. Anak dapat aktif serta

anak menjadi tertarik dan antusias dalam proses kegiatan bimbingan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka saran

yang dapat disampaikan adalah :

1. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini,

salah satunya menggunakan boneka sehingga penyampaian materi

bimbingan lebih menyenangkan. Guru juga hendaknya sedini mungkin

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

membiasakan anak untuk saling berbagi, dan bekerjasama dalam

kehidupan sehari-hari dan menjadikan bekal yang baik bagi anak untuk

berinteraksi dengan orang dewasa maupun dengan seusianya. Selain itu,

Guru diharapkan mampu untuk terus meningkatkan kreatifitasnya

menghasilkan metode baru yang bisa diterapkan dalam bimbingan agar

anak tidak bosan dan semakin bersemangat dalam bersekolah.

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk

mengaplikasikan metode bercerita dengan media boneka untuk

mengembangkan keterampilan bekerjasama anak dalam mengikuti suatu

kegiatan. Bagi peneliti juga diharapkan semakin variatif, inovatif, dan

kreatif dalam menggunakan boneka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

DAFTAR PUSTAKA

Adistyasari, Ria. 2013. “Meningkatkan Keterampilam Sosial dan Kerjasama Anak

Dalam Bermain Angin Puyuh”. Program sarjana. Universitas Nergeri

Semarang. Semarang.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan

Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud.

Geldard, Kathryn. 2008. Konseling Anak-anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hidayat, Dede Rahmat & Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan dalam

Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT. Indeks.

Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta : Erlangga.

Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Holubec,E. 1993. Circles of learning. Edina:

Interaction Book Company.

Majid, Abdul Aziz. 2008. Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong L.J.1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas.

Musfiroh, T. 2008. Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Patmonodewo, S. 2003. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Depdikbud.

141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo

Saputra, Yudha M & Rudyanto. 2005.Pembelajaran kooperatif Untuk

Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Seefeldt, Carol & Barbara.2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT

Macanan Jaya Cemerlang.

Sobarna, Ayi. 2010. Efektivitas Metode “Storytelling”Bermedia Boneka untuk

Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi. Jurnal Mimbar, Vol.

XXVI, NO. 1 (Januari-Juni 2010), halaman 71-80.

Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar

BaruAlgensindo.

Suwangsih, Dede . 2011. Membentuk Moralitas Anak Usia Dini Melalui

Penerapan Metode Storytelling Dengan Media Wayang (Kelompok B

Tk Hati Mekar Kabupaten Sumedang).

http://repository.upi.edu/operator/upload/pro_2011_iecs_dede_metode

_storytelling_dengan_media_wayangx(1).pdf . Diunduh pada 26

September 2012 pukul 21:00 WIB

Tedjasaputra, Mayke S.2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana Indonesia.

WJS, Purwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Lampiran 1 Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan

Nama Kegiatan Rincian Kegiatan Keterangan

Focus Group Discussion

Pengumpulan data awal melalui:

1. Wawancara

Hasil wawancara dengan guru terkait keterampilan

bekerjasama ditemukan masalah:

a. Anak belum mau bergabung dalam kelompok

kecil saat guru membagi kelompok secara acak

b. Anak kurang saling membantu

c. Anak masih membeda-bedakan teman.

2. Observasi

Hasil observasi ditemukan masalah:

a. Anak kurang bisa bekerjasama dengan anak

yang lain, hal ini terlihat saat anak berada dalam

kelompok kecil yang dibagi oleh guru.

b. Anak kurang berkomunikasi dengan teman

yang lain.

c. Anak kurang saling membantu dengan teman

Hasil FGD sebagai dasar untuk

menentukan tema dan menyusun angket

kuesioner penelitian kepada anak-anak TK

Mangunan Yogyakrta

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

yang lain.

d. Anak hanya mau bergabung dengan teman-

teman terdekat.

Siklus I

Perencanaan:

Perencanaan tindakan untuk meningkatkan kerjasama

anak yaitu melalui metode bercerita menggunakan

boneka

1. Merencanakan tindakan yang akan

diterapkan dalam kegiatan bimbingan

klasikal

- Peneliti menetapkan cerita rakyat

atau dongeng “Asal mula nyamuk

berdengung” yang sesuai dengan

kebutuhan anak untuk

meningkatkan kerjasama pada anak

- Peneliti menetapkan boneka serta

benda-benda yang sesuai dengan

topik cerita

- peneliti bersama dengan guru

mengorganisir anak-anak serta

menetapkan jadwal pertemuan.

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

2. Mengembangkan SPB, cerita, dan

boneka

- SPB dengan topik saling

membantu

- Cerita yang akan diberikan adalah

cerita rakyat dari gunung kidul

yaitu „‟Asal mula nyamuk

berdengung”

- Boneka yang akan digunakan

adalah tokoh-tokoh yang ada dalam

cerita rakyat tersebut serta benda-

benda yang mendukung.

3. Menyiapkan instrument IGD

- Pada pengumpulan data ini peneliti

menggunakan observasi yang akan

dilakukan oleh peneliti sendiri

yaitu check list, dokumentasi, serta

wawancara dengan guru.

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

4. Menetapkan indikator keberhasilan

siklus I

- Observasi, dokumentasi, dan

wawancara dengan guru untuk

mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan perilaku kerjasama

anak, guna sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan

refleksi.

Tindakan:

Pemberian tindakan terhadap anak yaitu

melakukan bimbingan klasikal dengan topik yang

berkaitan dengan tema yang telah ditetapkan,

bimbingan klasikal diawali dengan pengantar

cerita terlebih dahulu, kemudian anak-anak

mendengarkan cerita yang diperankan

menggunakan boneka.

1. Tempat di ruang kelas, peneliti

mengkondisikan tempat dan suasana

yang nyaman.

2. Peneliti mengajak anak-anak duduk

secara melingkar dan diacak, ini

bertujuan agar anak-anak tidak hanya

bergabung dengan teman-teman

terdekat.

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

3. Peneliti membuka pertemuan dengan

salam dan dilanjutkan memberikan

pengantar tentang cerita yang akan

disampaikan.

4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan

sifat yang ada dalam cerita “asal mula

nyamuk berdengung‟‟ dengan

menggunakan boneka

5. Peneliti bercerita menggunkan boneka

dan anak-anak mendengarkan

6. Peneliti memberikan kesempatan pada

anak untuk menceritakan nama-nama

tokoh dan sifat-sifat yang dimiliki

dengan cara bertanya pada anak.

Pengamatan:

Bimbingan klasikal dilaksanakan oleh

peneliti sendiri. Dalam pelaksanaan bimbingan

klasikal, peneliti sekaligus melakukan observasi

perilaku anak dalam bimbingan klasikal

Dalam pelaksanaan bimbingan

klasikal peneliti sekaligus melakukan

observasi terhadap perilaku anak.

Peneliti menggunakan observasi check

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

list, sedangkan dokumentasi dilakukan

oleh mitra kolaboratif.

Refleksi:

Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk memahami

proses dan melihat pengaruh pelaksanaan bimbingan

klasikal terhadap perubahan perilaku anak serta

kendala nyata dalam penelitian tindakan. Refleksi

dalam penelitian ini dilakukan untuk merevisi

tindakan selanjutnya.

Refleksi ini digunakan untuk

melihat pengaruh, melihat hambatan

dan kekurangan pada siklus 1 guna

untuk memperbaiki pada siklus

selanjutnya. Peneliti melakukan refleksi

terhadap tindakannya dan dibantu oleh

mitra kolaboratif

Siklus II Perencanaan:

Rencana tindakan pada putaran kedua

dilakukan dengan mempertimbangkan hasil

refleksi pada putaran pertama. Rencana tindakan

pada siklus kedua tetap dilakukan menggunakan

boneka namun dengan topik yang berbeda.

1. Merencanakan tindakan yang akan

diterapkan dalam kegiatan bimbingan

klasikal

- Peneliti menetapkan cerita atau

dongeng yang sesuai dengan

kebutuhan anak guna untuk

meningkatkan kerjasama pada anak.

- Peneliti menetapkan boneka serta

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

media yang mendukung topik cerita.

- Peneliti bersama dengan guru

mengorganisir anak-anak serta

menetapkan jadwal pertemuan.

2. Mengembangkan SPB, cerita, dan

boneka:

- SPB dengan topik peduli terhadap

sesama

- Cerita yang akan diberikan adalah

cerita rakyat dari jawa tengah yaitu

„‟Bawang merah dan bawang putih”

- Boneka yang akan digunakan adalah

tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

rakyat tersebut serta media yang

mendukung.

3. Menyiapkan instrument IGD

- Dalam pengumpulan data ini peneliti

menggunakan observasi yang akan

dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

check list, dokumentasi, serta

wawancara dengan guru.

4. Menetapkan indikator keberhasilan

siklus II

- Observasi, dokumentasi, dan

wawancara dengan guru untuk

mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan perilaku kerjasama

anak sebagai bahan pertimbangan

untuk melakukan refleksi.

Tindakan:

Tindakan pada siklus kedua tetap

menggunakan metode bercerita dengan media

boneka yang telah disesuaikan dengan topik

bimbingan Hal ini dilakukan untuk meningkatkan

kualitas dari perilaku kerja sama anak.

1. Tempat di luar kelas atau alam terbuka,

peneliti mengkondisikan tempat dan

suasana yang nyaman. Ini dimaksudkan

agar anak tidak bosan dan mendapat

suasana baru.

2. Peneliti mengajak anak-anak duduk

secara berdekatan dan diacak, ini

bertujuan agar anak-anak tidak hanya

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

bergabung dengan teman-teman

terdekat.

3. Peneliti membuka pertemuan dengan

salam dan dilanjutkan memberikan

pengantar tentang cerita yang akan

disampaikan.

4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan

sifat yang ada dalam cerita “Bawang

merah dan bawang putih‟‟ dengan

menggunakan boneka

5. Peneliti bercerita menggunakan boneka

dan anak-anak mendengarkan

6. Setelah anak-anak mendengarkan cerita

kemudian peneliti memberikan

kesempatan menceritakan kembali

tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan

sifat-sifat yang dimiliki dengan cara

bertanya.

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Pengamatan :

Pengamatan/obseravasi tetap dilakukan

selama proses pemberian tindakan pada putaran

kedua ini. Pengamatan dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana upaya pemberian

bimbingan klasikal dengan tema kerjasama dapat

meningkatkan kerjasama pada anak.

Dalam pelaksanaan bimbingan

klasikal peneliti sekaligus melakukan

observasi terhadap perilaku anak.

Peneliti menggunakan observasi check

list, sedangkan dokumentasi dilakukan

oleh mitra kolaboratif.

Refleksi :

Kegiatan refleksi pada putaran kedua

dilakukan dengan memperhatikan pada hasil

pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian

tindakan akan tetap dilanjutkan apabila belum ada

perubahan perilaku yang merupakan indikator dari

kerjasama itu sendiri.

Refleksi ini digunakan untuk

melihat pengaruh, melihat hambatan dan

kekurangan pada siklus II guna untuk

memperbaiki pada siklus selanjutnya.

Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap

diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.

152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Siklus III Perencanaan:

Rencana tindakan pada putaran ketiga tetap

dilakukan dengan mempertimbangkan hasil

refleksi pada putaran kedua. Rencana tindakan

pada siklus ketiga tetap dilakukan menggunakan

boneka namun dengan topik yang berbeda.

1. Merencanakan tindakan yang akan

diterapkan dalam kegiatan bimbingan

klasikal

- Peneliti menetapkan cerita atau

dongeng yang sesuai dengan

kebutuhan anak guna untuk

meningkatkan kerjasama pada

anak.

- Peneliti menetapkan boneka serta

benda-benda yang sesuai dengan

topik cerita.

- Peneliti bersama dengan guru

mengorganisir anak-anak serta

menetapkan jadwal pertemuan.

2. Mengembangkan SPB, cerita, dan

boneka:

- SPB dengan topik aku dan teman

- Cerita yang akan diberikan adalah

153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

cerita rakyat dari jawa tengah

yaitu „‟Si bungkuk dan si buta”

- Boneka yang akan digunakan

adalah tokoh-tokoh yang ada dalam

cerita rakyat tersebut serta benda-

benda yang mendukung.

3. Menyiapkan instrument IGD

- Dalam pengumpulan data ini

peneliti menggunakan observasi

yang akan dilakukan oleh peneliti

sendiri yaitu check list ,

dokumentasi, serta wawancara

dengan guru.

4. Menetapkan indikator keberhasilan

siklus III

- Observasi, dokumentasi, dan

wawancara dengan guru untuk

mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan perilaku kerjasama

154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

anak guna sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan

refleksi.

Tindakan:

Tindakan pada siklus ketiga tetap menggunakan

metode bercerita dengan media boneka yang telah

disesuaikan dengan topik bimbingan Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari perilaku

kerja sama anak.

1. Tempat di dalam kelas, peneliti

mengkondisikan tempat dan

suasana yang nyaman.

2. Peneliti mengajak anak-anak duduk

secara berdekatan dan diacak, ini

bertujuan agar anak-anak tidak

hanya bergabung dengan teman-

teman terdekat.

3. Peneliti membuka pertemuan

dengan salam dan dilanjutkan

memberikan pengantar tentang

cerita yang akan disampaikan.

4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh

dan sifat yang ada dalam cerita “Si

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

buta dan si bungkuk‟‟ dengan

menggunakan boneka

5. Peneliti bercerita menggunkan

boneka dan anak-anak

mendengarkan

6. Setelah anak-anak mendengarkan

cerita kemudian peneliti

memberikan kesempatan pada anak

untuk menceritakan kembali tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita dan

sifat-sifat yang dimiliki dengan

cara bertanya.

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Pengamatan :

Pengamatan /observasi tetap dilakukan

selama proses pemberian tindakan pada putaran

ketiga ini. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal

dengan tema kerjasama dapat meningkatkan

kerjasama pada anak.

Dalam pelaksanaan bimbingan

klasikal peneliti sekaligus melakukan

observasi terhadap perilaku anak.

Peneliti menggunakan observasi check

list, sedangkan dokumentasi dilakukan

oleh mitra kolaboratif.

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Refleksi :

Kegiatan refleksi pada putaran ketiga

dilakukan dengan memperhatikan pada hasil

pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian tindakan

akan tetap dilanjutkan apabila belum ada perubahan

perilaku yang merupakan indikator dari kerjasama itu

sendiri.

Refleksi ini digunakan untuk

melihat pengaruh, melihat hambatan

dan kekurangan pada siklus III guna

untuk mengetahui keberhasilan mealaui

metode bercerita dan media boneka.

Refleksi dilakukan oleh peneliti

terhadap diri sendiri dan dibantu mitra

kolaboratif.

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

Lampiran 2 Satuan Layanan Bimbingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Pokok Bahasan : Saling tolong-menolong

B. Bidang Bimbingan : Pribadi – sosial

C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal

D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan

F. Standart Kompetensi: Siswa mampu memahami pentingnya tolong-menolong

G. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengembangkan rasa saling tolong-

menolong

H. Indikator : Siswa dapat menerapkan sikap saling tolong-menolong

dalam kehidupan sehari-hari

I. Sasaran : Siswa TK

J. Materi Pelayanan : Cerita Persahabatan Tiga Ekor Binatang

K. Metode : Bercerita

L. Kegiatan dan Langkah

Sesi Kegiatan

Waktu Pembimbing Siswa

1. a. Membuka kegiatan dengan

salam

a. Mendengarkan 5 menit

2.

a. Bercerita menggunakan media

boneka dengan judul

persahabatn tiga ekor binatang

b. Memberikan kesempatan pada

anak untuk bermain menuntun

orang buta

a. Mendengarkan

b. Berpartisipasi

5 menit

15 menit

3. a. Kesimpulan

b. Menutup kegiatan

a. Mendengarkan

b. Mendengarkan

5 menit

Total 30 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas

N. Waktu : 30 menit

O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan

P. Alat dan bahan : Boneka

R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan

S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Handout

Tolong-menolong terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif

saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si

penjahat untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula

kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang di

dalamnya terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama

artinya dengan kita menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan

diri sendiri.

Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup

bertetangga, baik tetangga di tempat kita tinggal, di tempat bermain,

dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan

pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah

kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita

mendapat musibah sementâra tetangga kita malah menertawakannya

atau malah sengaja menambah beban. Ini semua memerlukan

pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala

kita juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya

mengharapkan pertolongan orang lain saja, melainkan kita juga harus

mau menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling menolong. Dengan cara

seperti itu, maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama manusia

akan dapat diatasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Persahabatan Tiga Ekor Binatang

Di dalam sebuah sumur menetas dan tumbuh hampir bersamaan tiga ekor

binatang, yaitu seekor siput, kura-kura, dan katak. Mereka bersahabat, dan setiap

hari bermain bersama di sumur yang sudah jarang digunakan itu.

Suatu hari kura-kura memandang ke atas, ke arah permukaan sumur yang terang

benderang. Bagaimana keadaan di atas sana ya? Tampaknya sangat terang dan segar.

Ayo naik ke sana teman-teman!”

“Bodoh kamu, kura-kura….! Bagaimana mungkin kita memanjat sampai ke atas?

Aku aja yang bisa melompat tidak bisa mencapai permukaan. Apalagi kamu yang hanya

bisa merangkak pelan, hampir merayap…Apalagi kamu siput, jalanmu seperti itu mana

mungkin bisa memanjat…” Katak mencela rencana si kura-kura.

Tak peduli kata-kata si katak, keesokan harinya si kura-kura mulai merangkak pelan

memanjat dinding sumur yang ditumbuhi lumut dan tanaman perdu.

“Jalan aja pelan gitu kok nekad mau memanjat sumur! Dasar bodoh! Aku aja

yang bisa melompat tinggi tak mungkin bisa mencapai atas…Hoooi tahu diri dong…!”

Begitulah celaan katak kepada kura-kura yang disampaikan berulang kali. Kura-kura

sambil tersenyum meneruskan usahanya.

“Jalan pelan begitu kapan nyampainya?” mendengar teriakan katak, kura-kura

menambah kecepatan jalannya. “Tuh capek khan? Udah, nyerah aja!” kura-kura justru

menghentikan istirahatnya dan mulai berjalan lagi. Begitulah setiap celaan katak

membuat kura-kura semakin bersemangat membuktikan bahwa dia bisa lebih baik.

“Siput, kamu jangan ikut-ikutan si kura-kura! Jalanmu merayap pelan gitu

mana mungkin bisa memanjat!” Siput yang sebenarnya tertarik mengikuti jejak kura-

kura mengurungkan niatnya.

Kura-kura terus merangkak memanjat dinding sumur, makan dedaunan yang

tumbuh di dinding sumur, hingga akhirnya mencapai mulut lubang sumur. Dia melongok

ke dalam lubang dan berteriak “Hei katak dan siput… Naiklah! Di sini pemandangan

bagus, terang dan hawanya segar. Kalian pasti bisa memanjat ke sini!”

“Ogah kura-kura…! Kamu mau tanggung jawab kalau aku terpeleset dan jatuh?! Hei

siput… Jangan dengar si kura-kura…Memanjat ke atas tidak semudah yang dia

bilang,kamu pasti tidak bisa!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Pokok Bahasan : Gotong Royong

B. Bidang Bimbingan : Pribadi – sosial

C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal

D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan

F. Standart Kompetensi: Siswa mampu memahami pentingnya rasa gotong royong

G. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengembangkan rasa gotong royong

H. Indikator : Siswa dapat menerapkan rasa gotong royong dalam

kehidupan sehari-hari

I. Sasaran : Siswa TK

J. Materi Pelayanan : Cerita rakyat dari gunung kidul dengan judul “asal mula

nyamuk berdengung”

K. Metode : Bercerita

L. Kegiatan dan Langkah

Sesi Kegiatan

Waktu Pembimbing Siswa

1. a. Membuka kegiatan dengan

salam

a. Mendengarkan 5 menit

2.

a. Bercerita menggunakan media

boneka dengan judul “asal

mula nyamuk berdengung”

b. Memberikan kesempatan pada

anak bercerita dengan boneka

dengan judul “menjala

nyamuk”

a. Mendengarkan

b. Berpartisipasi

5 menit

15 menit

3. a. Kesimpulan

b. Menutup kegiatan

a. Mendengarkan

b. Mendengarkan

5 menit

Total 30 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas

N. Waktu : 30 menit

O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan

P. Alat dan bahan : Boneka

R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan.

S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

Handout

Arti kerjasama Kerjasama merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama

dan menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau

pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua orang

menurut batas kemampuannya masing-masing.

ASAL MULA NYAMUK BERDENGUNG

Alkisah, pada zaman dahulu di kaki bukit di daerah kabupaten Gunung

kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah dusun terpencil yang jauh

dari keramaian. Penduduk di dusun tersebut senantiasa hidup rukun, damai,

dan sejahtera. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka berladang dan

berternak hewan seperti sapi dan kambing. Setiap hari mereka pergi ke ladang

dan ngarit (mencari rumput) untuk ternak mereka dengan perasaan senang dan

aman.

Suatu ketika suasana damai dan tenang itu terusik oleh kabar akan

kedatangan Ratu Nyamuk ke dusun itu. Seluruh warga pun menjadi cemas dan

takut keluar rumah untuk mencari nafkah. Bagaimana mereka tidak takut, tubuh

Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan ukurannya sebesar kambing. Ratu Nyamuk itu

juga memiliki kaki yang panjang dan berbulu. Demikian paruhnya amat runcing

dan tajam sehingga dapat menusuk kulit hewan yang kasar seperti kuda

sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang atau hewan yang dihisap darahnya

akan meninggal karena kehabisan darah.

warga 1: “Bagaimana kalau Ratu Nyamuk itu kita jebak dan binasakan ramai-

ramai?”

warga lainnya: “Maaf, Saudara. Saya kira apa yang kamu usulkan tidak akan

berhasil, Ratu Nyamuk itu dapat terbang tinggi sehingga sulit

untuk menjebaknya, apalagi membinasakannya.”

Suasana musyawarah tersebut cukup menegangkan. Sudah banyak usulan yang

disampaikan oleh warga, namun belum satu pun yang disepakati secara bersama-

sama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian besar dari warga sudah ada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

merasa cemas dan putus asa karena belum juga menemukan cara yang tepat untuk

membinasakan si Ratu Nyanuk.

Kepala dusun : “Tenang, Saudara-saudara! Kita tidak perlu putus asa, Setau

saya, Ratu Nyamuk itu memakai sebuah subang yang menjadi rahasia

kesaktiannya. Jika subang itu kita ambil, tentu kekuatannya akan

hilang dan akan berubah menjadi kecil. Dengan demikian, kita

dapat menghalaunya dengan mudah.”

Warga 1 : “Tapi, Pak Dukuh. Siapa yang akan berani mengambil subang Ratu

Nyamuk itu?” tanya seorang warga.

Kepala dusun : “Saya juga mendengar bahwa saat ini si Ratu Nyamuk sedang siap

bertelur. Dengan demikian, dia pasti memerlukan pertolongan untuk

mengeluarkan telurnya. Satu-satunya orang yang dapat menolongnya

adalah dukun bayi,”

Warga : “Lalu bagaimana si dukun dapat mengambil subang Ratu Nyamuk itu?”

Kepala dusun : “Sebelum menolongnya, dukun bayi itu harus meminta sebuah

syarat kepada Ratu Nyamuk untuk menyerahkan subangnya,”

Mendengar penjelasan itu seluruh peserta rapat mengangguk-anggukan kepala

pertanda setuju. Akhirnya, para warga sepakat untuk meminta pertolongan Mbok

Surti, satu-satunya dukun bayi yang ada di dusun itu. Mbok Surti dikenal

sebagai dukun bayi yang pemberani dan memiliki banyak pengetahuan.

kepala dusun :“Bagaimana Mbok Surti, apakah kamu mau bersedia melaksanakan

tugas ini?” kepada Mbok Surti yang juga hadir dalam musyawarah

itu.

Mbok Surti : “Demi keamanan dan ketentraman bersama, aku bersedia melaksanakan

amanat para warga ini,”

Suatu hari, saat hendak bertelur, Ratu Nyamuk itu datang menemui Mbok

Surti untuk meminta pertolongan. Sesuai dengan yang diamanatkan kepadanya,

Mbok Surti pun mengajukan persyaratan kepada Ratu Nyamuk itu.

Mbok Surti: “Saya bersedia membantumu wahai Ratu Nyamuk, tetapi dengan syarat

kamu harus menyerahkan subangmu kepadaku,”

Ratu Nyamuk :“Baiklah, Mbok. Aku terima persyaratanmu,”

Setelah menyerahkan subangnya kepada Mbok Surti, Ratu Nyamuk itu segera

terbang ke atas sebuah pohon. Sementara itu, Mbok Surti segera menyimpan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

subang itu baik-baik. Ia kemudian mengambil seonggok jerami dan meletakannya

di bawah pohon temapat Ratu Nyamuk bertengger.

Ratu Nyamuk: “Hai, Mbok Surti! Untuk apa jerami itu?”

Mbok Surti: “Kamu akan bertelur diatas jerami ini agar telur-telurmu aman,”

Ratu Nyamuk itu segera terbang rendah diatas tumpukan jerami setelah Mbok

Surti memintanya. Begitu dia hendak mengeluarkan telurnya, Mbok Surti dengan

cepat membakar tumpukan jerami itu. Api pun menyala sangat besar dan padam

dengan cepat sehingga menimbulkan kepulan asap tebal yang berwarna hitam.

Tak ayal, Ratu Nyamuk pun jatuh ke tanah dan menggelepar-gelepar terkena

kepulan asap jerami. Beberapa saat kemudian, telur sebesar jagung keluar

dari tubuhnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada saat yang bersamaan,

tubuh Ratu Nyamuk perlahan-lahan berubah menjadi kecil hingga sebesar

telurnya. Hal itu dikarenakan tubuhnya yang sangat lemah, sementara subang

saktinya sudah tidak melekat padanya.

Beberapa saat kemudian, telur Ratu Nyamuk yang jumlahnya sangat banyak

itu tiba-tiba menetas menjadi nyamuk-nyamuk kecil. Ratu Nyamuk itu kemudian

mengajak anak-anaknya untuk mengelilingi Mbok Surti dan merebut kembali

subangnya. Namun, ketika dia hendak meminta kembali subangnya kepada Mbok

Surti, suara yang keluar dari mulutnya hanya suara dengungan.

Ratu Nyamuk : “Ngung...ngung...ngung...,”

Suara dengungan itu lalu ditirukan oleh semua anak-anaknya. Mbok Surti

yang tidak mengerti maksud dengungan itu lalu meninggalkan mereka. Namun,

Ratu Nyamuk dan anak-anaknya mengejar dan mengelilinginya dengan berdengung.

Oleh karena merasa terganggu oleh suara dengungan itu, Mbok Surti segera

mengumpulkan jerami dan membakarnya. Begitu api yang membakar jerami itu

padam, asap tebal pun mengepul dan mengenai Ratu Nyamuk dan anak-anaknya.

Mereka pun berterbangan meninggalkan Mbok Surti karena tidak tahan dengan

asap jerami itu. Berkat bantuan Mbok Surti mengusir nyamuk-nyamuk tersebut,

penduduk itu kembali hidup nyaman dan aman. Mereka pun dapat mencari nafkah

dan mencari rumput di ladang tanpa dihantui perasaan cemas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Pokok Bahasan : Peduli terhadap sesama

B. Bidang Bimbingan : Bimbingan sosial

C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal

D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan

F. Standart Kompetensi: Memahami pentingnya peduli terhadap sesama

G. Kompetensi Dasar: Mengetahui dan membina kepedulian terhadap sesama

H. Indikator :Menumbuhkan rasa kasih sayang dan peduli terhadap

sesama

I. Sasaran : Siswa TK

J. Materi Pelayanan :

K. Metode : Bercerita

L. Kegiatan dan Langkah

Sesi Kegiatan

Waktu Guru Pembimbing Siswa

1 a. Membuka kegiatan dengan salam

b. Memberikan pengantar materi dan

pengantar cerita.

a. Mendengarkan

b. Mendengarkan

5 menit

2

a. Bercerita menggunakan media

boneka tongkat tentang bawang

merah bawang putih

b. Memberikan kesempatan pada

anak untuk bercerita dengan

media boneka

a. Berperan aktif

b. berperan aktif

5 menit

15 menit

3 a. Kesimpulan

b. Menutup kegiatan

a. Mendengarkan

b. Mendengarkan

5 menit

Total 30 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas

N. Waktu : 1 x 30 menit

O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan

P. Alat dan bahan : Boneka

R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan.

S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

Handout

Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai.

Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama

Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini terganggu lantaran

si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat

keluarga kecil itu bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.

Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya

bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih telah meninggal, kedua

orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu

Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja.

Namun, lama-kelamaan, timbul juga pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih

untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri

semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu.

Setelah berdiskusi dengan Bawang Putih, keduanya pun melangsungkan

pernikahan. Saat baru menikah, ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik

terhadap Bawang Putih. Akan tetapi, ternyata itu hanyalah kamuflase

keduanya. Diam-diam, keduanya merencanakan sesuatu untuk

menyingkirkan Bawang Putih.

Maka, ibu tiri dan Bawang Merah menyuruh Bawang Putih melakukan

banyak pekerjaan rumah yang berat-berat. Tentunya, semua beban ini tidak

diceritakan Bawang Putih kepada ayahnya. Lagipula, setelah menikah

dengan ibu Bawang Merah, ayahnya bukannya kunjung bahagia melainkan

malah sakit-sakitan yang berujung pada kematiannya.

Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak

bisa berbuat apapun di hadapan ibu tiri dan Bawang Merah. Satu-satunya

hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara

tirinya. Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka

malah semakin menjadi-jadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju

kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih melapor

kepada ibu tirinya. Namun, bukannya mengasihaninya, ibu tiri Bawang Putih

malah menyuruh untuk mencarinya sampai ketemu. Jika tidak, Bawang Putih

tidak diperbolehkan pulang.

Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya.

Namun, sejauh kakinya melangkah tidak ditemukannya baju kesayangan

ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang Putih hampir saja menangis jika

tidak melihat lampu minyak di gubuk tepi sungai. Bawang Putih pun

menghampirinya.

Bawang Putih: Tok. Tok. Tok. ( mengetuk pintu gubuk itu).

Nenek tua : memperhatikan Bawang Putih dan berkata, "Hai, gadis manis, apa

yang kamu lakukan malam-malam?"

Bawang putih : "Begini, Nek, aku kehilangan sebuah baju dan sedang

mencarinya, apakah Nenek melihatnya?"

Nenek tua "Apakah baju yang kamu cari berwarna merah?"

Bawang Putih : "Ah iya benar sekali, Nek. Bisakah Nenek memberikannya

padaku?"

Nenek tua : tersenyum. "Dengan satu syarat. Kamu harus tinggal di sini dan

membantu Nenek selama seminggu. Bagaimana?"

Bawang Putih "Baiklah, Nek, aku mau."

Tinggallah Bawang Putih selama seminggu di gubuk si Nenek. Selama

tinggal di sana, Bawang Putih melakukan apa yang sudah dijanjikannya

dengan rajin dan tanpa mengeluh sedikit pun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

Seminggu pun lewat. Akhirnya, Nenek itu memanggil Bawang Putih untuk

mengembalikan baju ibu tirinya. Bahkan, si Nenek memberikan Bawang Putih

bonus sebuah labu. Ada dua labu yang disodorkan untuk dipilih Bawang

Putih, labu besar dan labu kecil. Bawang Putih mengambil labu yang kecil.

Nenek tua, "Kenapa kamu mengambil labu yang kecil, Nak?"

"Bawang putih : Tangan-tanganku kecil dan tenagaku hanya kuat

mengangkat labu yang kecil. Jadi, aku memilih labu kecil."

Si Nenek pun tersenyum. Bawang Putih pulang dengan riang gembira.

Sesampainya di rumah, setelah memberikan baju kepada ibu tirinya, Bawang

Putih membelah labu kecil miliknya. Tak disangka ternyata isinya emas-berlian

yang sangat banyak. Bawang Merah yang mengintip tak jauh dari situ segera

memanggil ibunya. Melihat emas-berlian itu, ibu Bawang Merah segera

merebutnya dari tangan Bawang Putih.

Ibu : "Dari mana kau mendapatkan ini semua?"

Bawang Putih menceritakannya dengan jujur tanpa kurang satu detail

pun. Ibu Bawang Merah kemudian punya ide. Dia memerintahkan Bawang

Merah untuk melakukan hal serupa Bawang Putih.

Bawang Merah pun setuju. Dia pergi ke rumah Nenek itu dan tinggal

selama seminggu. Namun, dasar pemalas, Bawang Merah tidak melakukan

semuanya dengan sungguh-sungguh. Pada akhir minggu, Bawang Merah

dipanggil oleh si Nenek yang hendak mengembalikan bajunya. Waktu si

Nenek hendak beranjak, Bawang Merah bertanya, "Mana labu untukku?"

Si Nenek bingung mendengar pertanyaan itu. Namun, akhirnya dia

mengerti. Kemudian, membawakan dua labu, kecil dan besar, kepada

Bawang Merah. Tentu saja, Bawang Merah mengambil labu yang besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

Nenek tua : tersenyum dan. "Kenapa kamu memilih labu yang besar?"

Bawang merah; "Yang besar tentu isinya banyak."

Lalu Bawang Merah pulang ke rumah. Ibunya yang sudah tidak sabar

segera menyambut kedatangan putrinya. Keduanya kemudian membelah

labu besar pemberian si Nenek. Bukannya keluar emas-berlian, yang keluar

justru binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking dan sebagainya

yang segera mematuk mereka berdua. Keduanya langsung meninggal di

tempat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Pokok Bahasan : Kebersamaan

B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Sosial

C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal

D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan

F. Standart Kompetensi: Memahami pentingnya kebersamaan

G. Kompetensi Dasar: Mengetahui dan membina kebersamaan

H. Indikator :Menumbuhkan rasa kebersamaan dengan orang lain

I. Sasaran : Siswa TK

J. Materi Pelayanan :

K. Metode : Bercerita

L. Kegiatan dan Langkah

Sesi Kegiatan

Waktu Guru Pembimbing Siswa

1 a. Membuka kegiatan dengan salam

b. Memberikan pengantar materi dan

pengantar cerita.

a. Mendengarkan

b. Mendengarkan

5 menit

2

a. Bercerita menggunakan media

boneka tentang si buta dan si

bungkuk

b. Memberikan kesempatan pada

anak bercerita dengan boneka

a. Berperan aktif

b. berperan aktif

5 menit

15 menit

3 a. Kesimpulan

b. Menutup kegiatan

a. Mendengarkan

b. Mendengarkan

5 menit

Total 30 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas

N. Waktu : 1 x 30 menit

O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan

P. Alat dan bahan : Boneka

R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan.

S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Handout

Alkisah, hiduplah dua orang pemuda bersahabat. Keduanya memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemuda yang satu bertubuh

kekar tetapi matanya buta, sedangkan sahabatnya dapat melihat namun

tubuhnya bungkuk. Oleh karena itu, orang sering menyebut mereka dengan

panggilan Si Buta dan Si Bungkuk.

Kedua sahabat ini seakan tidak dapat terpisahkan karena kemana pun

pergi akan selalu bersama. Selain itu, keduanya juga saling memahami. Jika

salah seorang sedang marah, sahabatnya akan berdiam diri atau membujuk

agar kemarahannya reda. Begitu juga ketika menghadapi suatu masalah,

mereka akan mengatasinya secara bersama-sama.

Tetapi apabila diperhatikan lebih seksama, ternyata rasa saling

membutuhkan itu lebih menguntungkan Si Bungkuk ketimbang Si Buta.

Anehnya, Si Buta yang sangat baik hatinya tidak sedikit pun merasa curiga

kalau Si Bungkuk selalu menipunya. Ketika mereka sedang makan di acara

selamatan misalnya, Si Bungkuk selalu saja mengambil jatah lauk berupa ikan

atau ayam dan hanya menyisakan nasi dan sayuran dalam piring Si Buta.

Sebenarnya kelakuan “nakal” Si Bungkuk tersebut tidak hanya dilakukan

pada saat ada acara selamatan saja, tetapi juga setiap ada kesempatan.

Si Bungkuk selalu memanfaatkan kebutaan mata sahabatnya untuk

mendapatkan keuntungan sendiri. Celakanya, Si Buta tidak mengetahui hal

itu dan tetap menganggap Si Bungkuk juga jujur seperti dirinya.

Tetapi, sepandai-pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga ke

tanah. Hal ini terjadi ketika Si Bungkuk mengajak Si Buta pergi ke hutan untuk

berburu binatang. Konon, karena waktu itu belum ada senapan, para

pemburu hanya menggunakan peralatan tradisional berupa jipah atau faring

(jaring), tombak, dan kadang anjing sebagai pencari jejak binatang buruan.

Peralatan ini juga dipakai oleh Si Bungkuk dan Si Buta untuk berburu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

Dalam perjalanan ke tengah hutan,

Si Bungkuk berkata, “Nanti kalau mendapatkan binatang buruan, hasilnya akan

kita bagi dua sama rata.”

Perkataan Si Bungkuk tadi tentu saja membuat hati Si Buta menjadi gembira.

Dengan bersemangat ia langsung memerintahkan anjing burunya untuk

mencari jejak binatang. Sedangkan Si Bungkuk mengikutinya dari belakang

sambil membawa tombak di tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti

arah yang ditunjukkan oleh si anjing buru.

Rupanya hari itu mereka sedang bernasib baik. Tidak berapa lama berjalan

sang anjing buru telah berhasil menemukan seekor rusa jantan cukup besar

dengan tanduknya yang bercabang-cabang. Si Bungkuk segera menombak

rusa jantan tersebut hingga mati.

Setelah mati, tubuh rusa segera dipotong-potong dengan tujuan untuk

dibagi dua sama rata menurut keinginan Si Bungkuk. Tetapi karena sifat Si

Bungkuk yang licik, maka setelah dibagi dua bagian Si Buta hanyalah berupa

tulang-tulang rusa. Sedangkan daging dan lemaknya menjadi milik Si

Bungkuk.

kata Si Bungkuk: “Karena telah dibagi dua, sebaiknya kita masak sendiri-sendiri

saja agar sesuai dengan selera kita,”

Keduanya pun mulai memasak sesuai dengan selera masing-masing. Oleh

karena Si Bungkuk tidak pandai memasak, ia hanya menusuk daging-daging

besar bagiannya kemudian membakarnya. Sedangkan Si Buta yang pandai

memasak segera mengeluarkan bumbu-bumbu gulai yang dibawanya dari

rumah. Setelah daging rusa matang keduanya lalu duduk berhadapan untuk

makan bersama.

kata Si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging besar ke dalam mulutnya

“Nikmat,”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

kata Si Buta sambil mencium bau harum masakannya. Namun, ketika mulai

memakannya barulah ia sadar kalau yang dimasaknya hanyalah berupa

tulang-belulang rusa dan berkata; “Sedap,”

kata Si Buta : “Aku kira hasil buruan kita berupa rusa besar dan gemuk. Rupanya

hanya rusa kecil yang banyak tulangnya. Besok pagi kita harus

berburu lebih keras lagi,”

sambil tetap mengiggit gulai tulangnya dengan sangat keras karena kesal

hingga bola matanya hampir keluar.

Ketika bola mata Si Buta hampir keluar dari lubangnya, atas kehendak Tuhan,

secara ajaib ia dapat melihat.

Si buta : “Aku dapat melihat! Aku dapat melihat!”

teriaknya kegirangan sambil menatap sekeliling dan akhirnya tertuju pada

daging-daging milik Si Bungkuk dan tulang-tulang hasil buruan miliknya.

Si Buta : “Wah, rupanya rusa buruan kita memang besar dan gemuk. Engkau

telah berbuat curang kepadaku!” teriak dengan sangat marah.

Si Buta lalu berjalan menuju tulang-tulang rusa yang menjadi bagiannya dan

mengambil sebuah tulang kaki. Tulang itu kemudian dipukulkan berkali-kali ke

tubuh Si Bungkuk hingga menjerit kesakitan dan minta ampun. Namun, Si Buta

yang sudah tidak buta lagi tetap saja memukulinya sebagai pelampiasan

rasa amarahnya terhadap Si Bungkuk.

Agar tidak dipukuli terus oleh Si Buta, Si Bungkuk berusaha bangkit

menghindar. Dan, sama seperti Si Buta, terjadi keajaiban pula pada Si

Bungkuk. Setelah bangkit badannya tidak bungkuk lagi layaknya manusia

normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

Si bungkuk : “Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!”

Keduanya pun akhirnya sadar kalau itu adalah kehendak Tuhan Yang Maha

Kuasa. Mereka kemudian saling meminta maaf dan diakhiri dengan

berpelukan sebagai tanda terjalinnya persahabatan kembali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrument Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

Kisi –kisi lembar wawancara terhadap guru kelas

Aspek

Sub aspek/dimensi Pertanyaan

Respons guru kelas terhadap

keterampilan bekerjasama

anak

a. Mendengarkan

1. Apakah anak-anak mendengarkan dengan baik ketika

peneliti bercerita dengan media boneka? Jelaskan!

2. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman

bercerita menggunakan media boneka? Jelaskan!

b. Menghormati

1. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh

hormat terhadap orang lain? Misalnya, anak saling

menyapa, mengucapkan terima kasih? Jelaskan!

c. Interaksi tatap muka

1. Apakah anak-anak menatap teman yang sedang bertanya

atau berbicara? Jelaskan!

d. Komunikasi

1. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan?

Misalnya?

2. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke arah lain

ketika ada teman bertanya?

3. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada

teman yang bertanya?

180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

e. Interaksi Sosial

1. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang

kelas sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya?

2. Apakah anak-anak saling berkelahi?

181

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Kisi-kisi lembar observasi anak

Aspek Indikator No Item

Jumlah

Mendengarkan a. Mampu menangkap pesan 1,2,3 3

Menghormati a. Mampu menjunjung dan menghargai orang lain

4,5,6,7 4

Interaksi Tatap Muka a. Mampu mempengaruhi antara individu

8,9 2

Komunikasi a. Mampu berinteraksi secara verbal

b. Mampu berinteraksi secara non verbal

10,11,12,13,14,15,

6

Interaksi Sosial a. Mampu mempengaruhi antara kelompok 16,17,18 3

182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

Lampiran 4 Instrument Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

Berikut ini panduan wawancara guru kelas mengenai bimbingan. Panduan

wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan anak

menurut guru kelas yang bersangkutan.

A. Panduan Wawancara pra Tindakan

1. Bagaimana dengan bimbingan hari ini?

2. Apakah perilaku-perilaku yang muncul saat bimbingan?

3. Lalu ibu bagaimana menghadapinya?

4. Media apa yang ibu gunakan selama ini?

5. Apakah ibu pernah menggunakan media boneka?

B. Panduan wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

keadaan anak setelah diadakan bimbingan melalui metode bercerita

dengan media boneka pada setiap siklus.

1. Bagaimana dengan bimbingan hari ini? jelaskan!

2. Bagaimana dengan metode bercerita dan media boneka yang

digunakan hari ini ? jelaskan!

3. Apakah anak-anak mendengarkan dengan baik ketika peneliti bercerita

dengan media boneka? Jelaskan!

4. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman bercerita

menggunakan media boneka? Jelaskan!

5. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh hormat terhadap

orang lain? Misalnya, anak saling menyapa, mengucapkan terima

kasih? Jelaskan!

6. Apakah anak-anak menatap teman yang sedang bertanya atau

berbicara? Jelaskan!

7. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan? Misalnya?

8. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke arah lain ketika ada

teman bertanya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

9. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada teman yang

bertanya?

10. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang kelas

sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya?

11. Apakah anak-anak saling berkelahi?

12. Perilaku yang menunjukan peningkatan keterampilan bekerjasama,

misalnya? jelaskan!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

Pedoman Observasi Keterampilan Bekerjasama anak

Nama: Tanggal:

No PERNYATAAN BB MB BSH BSB

1. Anak dapat mendengarkan

dengan sungguh-sungguh

ketika diberi penjelasan

2. Anak dapat mendengarkan

ketika teman sedang berbicara

3. Anak bisa merespon saat

diberi pertanyaan

4. Anak menyapa teman-

temannya

5. Anak dapat mengucapkan

salam

6. Anak bisa mengucapkan

terima kasih

7. Anak berbicara secara sopan

kepada orang lain

8. Anak saling senyum dengan

teman

9.. Anak dapat menatap teman

yang sedang berbicara

10. Anak mau memberi semangat

kepada teman

11. Anak bisa berbicara dengan

jelas

12. Anak bisa mengungkapkan

perasaannya

13. Anak menunjukan muka

senang (mata berbinar)

14. Anak duduk dengan tegap

15 Anak menunjukan rasa

gembira

16. Anak bersama-sama menata

ruang kelas

17. Anak mau membereskan alat-

alat yang digunakan setelah

bermain

18. Anak tidak langsung pergi

meninggalkan ruang kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

Hasil Skoring Siklus Pra Tindakan

No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1. BSH BB MB BSB BB BSB BB BB BSB BB MB BB BSB BB BB BB BB MB

2. BB BSB BB BB BB BSB BB BSB BSB BSB BB BB BB BSH BB BB BB MB

3. BB BSB BB MB MB BSB BB BB BSB BB MB BB BB BB BB BB BB BSB

4. BB BSB BB MB MB BSB BB BSB BB BSB BB BSB BB BSH BB MB MB BSH

5. MB BSB BB BSH BB MB BSH BB BB MB BSH BB MB BB BB BSH BB BSH

6. BB BSB BSB BB BSH BSB BB MB BB BB BB BSH BB BSH BSH BB BSH BSH

7. MB BB BSB MB BB BSB BB MB BSH MB BSB MB BSB MB BSH MB BSB BSB

8. BB BSH BSB BB BB BSH BB MB BSH BB BSH BB BB BB BB BSB BSH BB

9. BB BB BSB BB BSH BB BB BB BB BB BB BB BSB BB BSH BB BB BB

10. BSH BSH BB BSH BB BSH MB BB BB BSH BSB BB BB MB BSB BB BSH BB

11. BB BB BSH BB BSB MB BB BSB BB BSB BB BB BSH BB BSB BB BB BB

12. BB BB BB BB BSB BB BSH BB BB BB BB BSH MB BSB BSB BB MB BB

13. BB BB MB BB BSB MB BB BSB BB BB BB MB BB BSB BSB BB BB BB

14. BB BB BB BSB BSB BB BB BSB MB BSB BB BSB BB BSB BSB BSH BSB BSB

15. BSH BB BB BSB BB BB MB BB BB BSB BB MB MB BSB MB BB BB BB

16. BB BB BSH BSB BSH BB BSB BSH MB BB BSB BB BB BB BB BB MB BB

17. BSB BB BB BB BB BSH BB BSH BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB

18. BSB MB BSH BB BB BB BSB BSH BB BSH BB BB BSH BB MB BB BB BB

19. BSB BB BB BB BB BB BSB BB MB BB BB BB BB BB BB BSB BB BB

20. BSB MB BB BB BB BB BSB BB BSB BSH BSB BB BB MB MB BSB BSB BB

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

186

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Hasil Skoring Siklus I

No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BB MB BSB BSB BB BB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB

2 BB MB BSB BSB BB MB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB

3 BB MB BSB BSB BB BB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB

4 BB BB BSB BSB BB MB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB

5 BB BB BSB BSB BB BB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB

6 BB BB BSB BSH BB MB BB BSB MB BB BSB MB BSH BB BSB MB BSB BB

7 BB BB BSB BSH MB BB MB BSB MB MB BSB MB BSH MB BSB MB BB BB

8 BSH BB BSH BSH MB BB MB BSH MB MB BSB MB BSH MB MB MB BB MB

9 BSH BB BSH BSH MB BB MB BSH BSH MB BSB BSH BSH MB MB MB BB MB

10 MB BB BSH BSH BSH MB BSH BSH BSH BSB BSB BSH BSH MB MB BSB BB MB

11 MB BSH BSH MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB MB BSH MB BSB BSH BSB BB MB

12 MB BSH BB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB MB BSH MB BSB BSH BSB BB BSH

13 MB BSH MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB MB BSH MB BSB BSH BSB MB BSH

14 BSH BSH MB BB BSH BSH BSH MB BSB BSB MB BSH MB BSB BSH BSB MB BSH

15 BSH BSH BB BB BSH BSH BSB MB BSB BSB BB BSB BSB BSB BB BSB MB BSH

16 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSB BB BSH BSH BSB

17 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB

18 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB

19 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB

20 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

187

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Hasil Skoring Siklus II

No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BB MB BB MB BB MB BB BB BB MB BB BB BB BB MB MB BB BB

2 MB MB BB MB BB MB BB BSB BSH MB BB MB MB MB MB MB BB MB

3 BB MB BB MB MB MB BB BSB BSH BB MB MB MB MB MB BB MB MB

4 MB MB BSH MB MB MB MB BSB BSH BB MB MB MB BB MB BB MB MB

5 MB MB BSH BSH MB MB MB BSB BSH MB MB MB MB MB MB MB MB MB

6 BSH MB BSH BSH BSH MB MB BSB BSH MB MB MB MB MB MB MB MB MB

7 BB BSH BSH BSH BSH BSB MB BSB BSH MB MB MB BSB MB BSH MB MB BSH

8 MB BSH BSH BSH BSH BSB MB BSB MB BSB MB BSB BSB BSB BSH MB BSH BSH

9 MB BSH BSH BSH BSH BSB MB BSB MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH

10 BSH BSH BSB BB BSH BSB BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH

11 BSH BSH BSB BB BSH BSB BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH

12 BSH BSH BSB BB MB BSB BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH

13 BSH BSH BSB BSB MB BSH BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSB

14 BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSB BSH BB BSB BSH BSB BSB BSH BSB BSB

15 BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSB BSH BSB BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB

16 BSB BSH MB BSB BSB BSH BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB

17 BSB BSH MB BSB BSB BSH BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB

18 BSB BB MB BSB BSB BSH BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB

19 BSB BB MB BSB BSB BB BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB

20 BSB BB MB BSB BSB BB BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Hasil Skoring Siklus III

No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

2 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

3 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

4 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

5 BSH BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB

6 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB

7 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

8 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

9 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

10 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB

11 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB

12 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

13 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

14 BSH BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

15 BSH BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB

16 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB

17 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

18 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

19 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

20 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB

Keterangan :

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

189

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Hal-hal yang

diobservasi

Pra Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III

BB MB BSH BSB Jml (%) BB MB BSH BSB Jml (%) BB MB BSH BSB Jml (%) BB MB BSH BSB Jml (%)

Anak dapat

mendengarkan

dengan sungguh-

sungguh ketika diberi

penjelasan

11

2 3 4 9 45% 7 4 4 5 13 65% 4 5 5 6 16 80% 1 0 12 7 19 95%

Anak dapat

mendengarkan ketika

teman sedang

berbicara

10

2 2 6 10 50% 7 3 5 5 13 65% 3 6 6 5 17 85% 0 0 11 9 20 100%

Anak bisa merespon

saat diberi

pertanyaan

11

2 3 4 9 45% 7 2 4 7 13 65% 3 5 6 6 17 85% 2 0 11 7 18 90%

Anak menyapa

teman-temannya

12 3 2 3 8 40% 7 3 5 5 13 65% 3

4 5 8 17 85% 2 0 0 18 18 90%

Anak dapat

mengucapkan salam

11 2 3 4 9 45% 6 3 5 6 14 70% 2 5 6 7 18 90% 1 0 0 19 19 95%

Anak bisa

mengucapkan terima

kasih

9 3 3 5 11 55% 6 4 5 5 14 70% 2 6 6 6 18 90% 1 0 0 19 19 95%

Anak berbicara

secara sopan kepada

orang lain

12 2 2 4 8 40% 6 3 5 6 14 70% 3 6 6 5 17 85% 1 0 0 19 19 95%

Anak saling senyum

dengan teman

10 3 3 4 10 50% 5 2 6 7 15 75% 1

5 6 8 19 95% 1

0 0 19 19 95%

Anak dapat menatap

teman yang sedang

berbicara

11 3 2 4 9 45% 5 3 5 7 15 75% 1 6 6 7 19 95% 1 0 0 19 19 95%

190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Anak mau memberi

semangat kepada

teman

10 2 3 5 10 50% 6 3 5 6 14 70% 2 5 7 6 18 90% 1 0 0 19 19 95%

Anak bisa berbicara

dengan jelas

12 2 2 4 8 40% 6 4 5 5 14 70% 3 6 5 6 17 85% 0 0 0 20 20 100%

Anak bisa

mengungkapkan

perasaannya

13 3 2 2 7 35% 5 3 6 6 15 75% 1

6 6 7 19 95% 0 0 1 19 20 100%

Anak menunjukan

muka senang (mata

berbinar)

12 3 2 2 8 40% 5 4 5 6 15 75% 1 5 7 7 19 95% 0 0 0 20 20 100%

Anak duduk dengan

tegap

10 3 3 4 10 50% 6 4 4 6 14 70% 2 5 5 8 18 95% 0 0 0 20 20 100%

Anak menunjukan

rasa gembira

9 3 3 5 11 55% 6 3 4 7 14 70% 0 6 7 7 20 100% 0 0 4 16 20 100%

Anak bersama-sama

menata ruang kelas

13 2 2 3 7 35% 5 4 5 4 15 75% 2 6 6 6 18 90% 0 0 0 20 20 100%

Anak mau

membereskan alat-

alat yang digunakan

setelah bermain

11 3 3 3 9 45% 6 3 5 6 14 70% 2 5 6 7 18 90% 0 0 0 20 20 100%

Anak tidak langsung

pergi meninggalkan

ruang kelas

12 2 3 3 8 40% 7 4 4 5 13 65% 1 5 6 8 19 95% 0 0 0 20 20 100%

RATA-RATA

45% 70% 90% 97%

191

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

Lampiran 6 Foto-foto Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

Dokumentasi Siklus I

Ket: peneliti membuka pertemuan bimbingan dengan salam

Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan boneka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

Ket: peneliti bercerita dengan boneka

Ket: anak-anak antusias memilih boneka yang hendak dimainkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

Dokumentasi siklus II

Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

Ket: peneliti bercerita dengan boneka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

Ket: peneliti memberikan kesempatan kepada anak-anak yang hendak

bercerita dengan boneka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

Dokumentasi siklus III

Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

Ket: peneliti bercerita dengan boneka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

Ket: anak-anak masuk dalam kelompok kecil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI