plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2020. 1. 27. · (ptbk), carried out in 3 cycles. each...
TRANSCRIPT
i
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA
MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA
DENGAN MEDIA BONEKA
PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Lis Aviani
NIM 091114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA
MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA
DENGAN MEDIA BONEKA
PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Lis Aviani
NIM 091114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan”
(Samuel Johnson)
“Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali”
(Arthur Hugh Clough)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Setiap orang yang mencintai dunia pendidikan khususnya bimbingan dankonseling...
Keluargaku tercinta:
Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Dionisius Jemu Susilo dan Ibu Yulia Ngadinem
Keduaadikku tersayangDominikus Agus Atmoko dan Yustina Imas Yulian
Teman-temanku BK USD angkatan 2009
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA
MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA
DENGAN MEDIA BONEKA
PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA
Lis Aviani
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama
melalui metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini di TK
Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam
3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Subjek pada
penelitian ini adalah anak usia dini kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun
Ajaran 2013/2014 dengan jumlah20 anak.Data hasil penelitian diperoleh dari
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian mengenai keterampilan bekerjasama pada anak usia dini
melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka hasil sebagai berikut:
prapenelitian diperoleh hasil kemampuanketerampilan bekerjasama anak adalah
45%dengan kategori rendah, kemudian dilanjutkan perbaikan ke siklus I danhasil
penelitian meningkat 70% dengan kategori cukup, kemudian dilanjutkan pada
siklus II dan hasil penelitian meningkat 90%dengan kategori sangat baik. Untuk
lebihmemaksimalkan keterampilan bekerjasama melalui penerapan metode
bercerita dengan boneka peneliti melanjutkan ke siklus III dengan peningkatan
sangat baik97%. Berdasarkan dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan ada
perkembangan keterampilan bekerjasama dengan penerapan metode bercerita
menggunakan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta
Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci: Keterampilan bekerjasama, bercerita, boneka, anak usia dini
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
DEVELOPING THE COOPERATION SKILL THROUGH
STORYTELLING METHOD USING DOLLS FOR
YOUNG CHILDREN AT TK MANGUNAN YOGYAKARTA
Lis Aviani
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2014
This study aims at developing the cooperation skill through storytelling
method using dolls for young children at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014
school year. This research is an action research of guidance and counseling
(PTBK), carried out in 3 cycles. Each cycle was carried out in 1 meeting. The
subject in this study is the early childhood students of class A at TK Mangunan
Yogyakarta in 2013/2014 school year which consists of 20 children. The data
were obtained from interviews, observation and documentation.
The results of research on the cooperation skill through storytelling method
using dolls can be presented as follows: in the pre-research, it is found that the
cooperation skill ability of the children is 45% of a low category, then continued
to improvement to the first cycle and the result of the study increased 70% with
average category, then continued on the second cycle and the result of the study
increased 90% with very good category. To further maximize the cooperation skill
through storytelling method using dolls, the researcher continued her research to
the third cycle and it increased in the third cycle with 97% of very good category.
Based on the results of the study, the researcher concludes that there is
improvement of the cooperation skill through storytelling method using dolls for
young children at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014 school year.
Keywords: cooperation skills, storytelling, dolls, young children
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkah dan rahmat Tuhan Yesus Kristus, sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
Penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak
yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan
kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini
3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., P.Si., M.A, selaku sekretaris Program Studi
Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran
dalam proses penyelesaian skripsi ini
4. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam
membimbing dan mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses
penyusunan skripsi ini
5. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A selaku dosen yang selalu meluangkan
waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam mendampingi penulis
pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati
sehingga berguna untuk bekal hidup
7. Rumei Endri Yani, S.Pd, selaku Kepala TK Mangunan Yogyakarta, yang
berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian
8. Francisia Fegawati Pramono, S.Pd dan Kristina Brevi Kusumowinahyu, S.Pd,
selaku guru kelas TK Mangunan Yogyakarta, yang bersedia membantu,
membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian
9. Seluruh anak TK Mangunan Yogyakarta, khususnya siswa kelas A Tahun
Ajaran 2013/2014 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis
melaksanakan penelitian
10. Kedua orangtua tersayang, Bapak Dionisius Jemu Susilo dan Ibu Yulia
Ngadinem yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi, doa, kasih sayang
dan segalanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
11. Adik-adikku Dominikus Agus Atmoko dan Yustina Imas Yulian, yang selalu
mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, kebahagiaan, dan
kebersamaan
12. Agnes Muryani, yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan dari
penulis masih kecil hingga dewasa
13. Sahabat-sahabatku (Clara Iyud Ambar Ciptaningsih, Fransiska Wening
Panitis, Desak Made Suniari, Ermelinda Sri Novita Sari, Aldian Putranto
Hadi, Muhamad Riduan, Chatarina Erni, Elisabeth Viviana, Doni Rebi,
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT.............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Rumusan Masalah ................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
F. Definisi Operasional.............................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Bekerjasama ................................................... 11
1. Pengertian Keterampilan Bekerjasama ........................... 11
2. Tujuan dan Manfaat Kerjasama ...................................... 15
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Keterampilan Bekerjasama Anak .................................... 17
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4. Ciri-ciri Bekerjasama....................................................... 19
5. Aspek-aspek Keterampilan Bekerjasama........................ 20
B. Bercerita................................................................................ 22
1. Pengertian Metode Bercerita....................................... .... 22
2. Fungsi danManfaat Penggunaan Metode Bercerita........ 23
3. Teknik Penggunaan Metode Bercerita............................ 27
C. Media Bimbingan .................................................................. 30
1. Pengertian Media Bimbingan .......................................... 30
2. Fungsi dan Manfaat Media Bimbingan ........................... 31
3. Ragam Media Bimbingan ............................................... 33
4. Media untuk Anak Usia Dini .......................................... 35
D. Penggunaan Media Boneka ................................................... 43
1. PengertianBoneka ........................................................... 43
2. Jenis Boneka ................................................................... 44
3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Boneka ...................... 46
E. Anak Usia Dini ...................................................................... 48
1. Pengertian Anak Usia Dini ............................................. 48
2. Karakteristik Anak Usia Dini.......................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 58
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 58
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 59
D. Setting Penelitian ................................................................... 59
E. Prosedur Penelitian................................................................ 61
F. Langkah Tahapan Penelitian ................................................. 63
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 76
H. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 79
I. Teknik Analisis Data ............................................................. 82
J. Kriteria Keberhasilan ............................................................ 83
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ............... 85
1. Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ........................ 86
2. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Siklus I ............................................................................ 94
3. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Siklus II ........................................................................... 107
4. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Siklus III .......................................................................... 119
B. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas...... 131
C. Pembahasan ........................................................................... 133
D. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 137
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 139
B. Saran ...................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 141
LAMPIRAN ........................................................................................... 147
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru….... ........................... 80
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak ..................................... 81
Tabel 3.3. Kriteria Kategori Hasil Persentase Skor Observasi
Terhadap Keterampilan Bekerjasama .................................. 83
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas A TK Mangunan ....... 85
Tabel 4.2. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama
Pada Pra Tindakan ............................................................... 91
Tabel 4.3. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada
Siklus I ................................................................................. 102
Tabel 4.4. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada
Siklus II ................................................................................ 114
Tabel 4.5. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada
Siklus III ............................................................................... 126
Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama
Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III .................. 132
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) ........ 62
Gambar 4.1. Grafik Hasil Observasi Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III ................................................... 133
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan ........ 143
Lampiran 2. Satuan Layanan Bimbingan ............................................. 159
Lampiran 3. Kisi-Kisi Penelitian ......................................................... 180
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ........................................................ 183
Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian .................................................. 186
Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ........................................................ 192
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ......................................................... 199
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Chaplin (dalam Suhartini, 2004) keterampilan sosial
merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh
individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan
kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di
sekitarnya. Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell, 1998)
mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:
kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri, bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang ada,
dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Anak yang menguasai keterampilan
bekerjasama, diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri terhadap norma
kelompok, karena keterampilan bekerjasama merupakan salah satu aspek
perkembangan anak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
anak untuk memulai dan memiliki hubungan sosial.
Kemampuan keterampilan bekerjasama pada anak sangat penting,
karena hal ini akan menjadi bekal saat anak memasuki dunia pergaulan yang
lebih luas, di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan
mempengaruhi kehidupannya. Kurangnya keterampilan dalam bekerjasama
akan menyebabkan rasa rendah diri, kenakalan, dan dijauhi dalam pergaulan.
Oleh sebab itu individu harus diajarkan dan dilatih memiliki keterampilan
bekerjasama sejak usia dini, yang bisa didapat dari lingkungan keluarga,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
masyarakat dan lingkungan sekolah. Sekarang ini yaitu ketika pertama kali
anak memasuki sekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK).
Menurut Purwadarminta (1976), Taman Kanak-Kanak (TK) adalah
salah satu bentuk pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai
memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar di TK adalah
untuk membantu perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya
cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Belajar dan bermain di
TK, akan mempermudah anak untuk belajar mengembangkan keterampilan
bekerjasama, karena saat anak melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) anak dituntut
memiliki keterampilan bekerjasama yang baik, karena intensitas berinteraksi
lebih banyak dan harus ditanamkan dan diajarkan pada masa prasekolah.
Anak memiliki perkembangan keterampilan bekerjasama dengan baik,
apabila orangtua memberikan pola asuh yang baik. Orangtua selalu
mendorong anak untuk mandiri, namun menerapkan batasan yang jelas,
selalu bersikap hangat dan penuh kasih sehingga anak tumbuh menjadi
pribadi yang bahagia, punya kemampuan menyelesaikan masalah, dan pintar
bersosialisasi. Namun kebanyakan para orang tua sering beranggapan bahwa
keterampilan bekerjasama anak tidaklah begitu penting untuk diperhatikan
dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan anak dapat belajar dengan
sendirinya untuk berinteraksi secara baik dengan teman, saudara atau orang
lain. Orangtua beranggapan bahwa memasukkan anak ke sekolah atau ke
lembaga pendidikan sudah cukup untuk membentuk keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bekerjasama, padahal keterampilan bekerjasama anak juga diperoleh di dalam
keluarga dan lingkungan sekitar.
Orangtua tidak menyadari bahwa sekolah maupun lembaga pendidikan
yang diberikan kepada anak belum tentu dapat membentuk perkembangan
keterampilan kerjasama secara baik, karena kebanyakan sekolah dan lembaga
pendidikan tersebut lebih mengedepankan tujuan bagaimana peserta didiknya
menjadi pintar dan cerdas (kognitif) tanpa memperhatikan bagaimana
perkembangan keterampilan kerjasama peserta didiknya. Oleh karena itu para
orangtua sebaiknya tidak melepaskan tanggungjawabnya dalam hal
membentuk perkembangan keterampilan kerjasama anak.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas yang ada di TK
Mangunan Yogyakarta (26 September 2013) masih terdapat anak-anak yang
tidak menyapa terhadap sesama teman, terdapat anak yang tidak mau
bergabung dengan teman– teman kelompok. Anak masih terlihat asyik dengan
kegiatan sendiri tanpa membutuhkan interaksi dengan teman bermainnya.
Anak masih terlihat egois dan bermain dengan menguasai permainannya,
Selain itu cara anak bekerjasama dalam sebuah kelompok juga masih kurang
sehingga perlu ditingkatkan.
Berdasarkan observasi (26 September 2013) di TK Mangunan
Yogyakarta saat proses pembelajaran berlangsung menunjukan masih terdapat
siswa yang tidak mau bergabung dengan kelompok, beberapa anak hanya
diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya, anak
hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja. Kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keterampilan bekerjasama anak di TK Mangunan Yogyakarta juga bisa dilihat
dari kurangnya interaksi anak dengan teman sebaya dan kurangnya sikap saling
membutuhkan dan kerjasama dalam kegiatan di sekolah. Misalnya dalam
kegiatan menempel berkelompok, anak masih egois dan tidak mau dibantu
teman, dalam kegiatan pembelajaran anak sulit sekali berbagi alat tulis misalnya
penghapus dan pensil. Contoh lain yaitu anak sulit sekali bekerjasama dalam
permainan, misalnya dalam bermain sepak bola anak hanya ingin menguasai
bola tanpa memberi kesempatan anak yang lain untuk ikut menendang bola.
Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan melalui
wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan observasi dapat ditarik
kesimpulan bahwa kurangnya interaksi pada anak, anak-anak masih egois dan
anak-anak tidak mau bergabung dalam kelompok saat guru kelas membagikan
tugas dalam kelompok. Hal ini menunjukan masih kurang maksimal sikap
bekerjasama pada anak.
Kerjasama menurut Saputra (2005) adalah gejala saling mendekati
untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan yang sama. Perkembangan
keterampilan bekerjasama sangat dipengaruhi oleh kondisi anak dan
lingkungan sosialnya, baik orang tua, teman sebaya, dan masyarakat sekitar.
Apabila kondisi anak dan lingkungan sosial dapat memfasilitasi atau
memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka anak
akan dapat mencapai keterampilan kerjasama yang baik, akan tetapi apabila
lingkungan sosial itu kurang kondusif cenderung anak akan menampilkan
perilaku yang kurang baik. Kebanyakan anak merasa kesulitan dalam
berinteraksi dengan teman, Guru maupun orang yang baru dikenalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Salah satu penyebab masih kurangnya keterampilan bekerjasama anak
adalah metode pengajaran kurang memiliki variasi dalam bermain, serta
pembagian tugas kepada anak seringkali bersifat individual atau tidak
berkelompok. Proses pembelajaran tanpa adanya kegiatan bermain akan
mengakibatkan anak cepat bosan dan jenuh di kelas sehingga diperlukan
upaya yang baru untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak agar
lebih optimal yaitu dengan menggunakan boneka.
Boneka adalah sejenis mainan yang berbentuk beraneka ragam, seperti
manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta tokoh-
tokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan yang paling tua, karena
pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno boneka sudah ada. Namun,
fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu
dan sekarang. Berawal dari sebuah cerita pengantar tidur, kemudian menjadi
kegiatan di waktu senggang, saat ini dongeng/cerita boneka telah menjadi
sebuah kegiatan pengajaran di sekolah (Kathryn Geldard, 2008).
Saat ini di sekolah anak tidak hanya datang dan mendengarkan guru
ceramah, melainkan dapat berinteraksi dengan anak yang lain dengan adanya
kegiatan pengajaran yang menarik salah satunya dapat menggunakan boneka.
Boneka memberikan ruang yang aman dalam pengekspresian fantasi terkait
dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri.
Melalui penggunaan boneka anak-anak dapat bermain peran untuk menjadi
orang atau binatang yang menjadi kesukaannya. Saat anak-anak menggunakan
boneka mereka dapat menciptakan dialog dalam drama, memerankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kepribadian dan perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka
sukai dan telah terpisah dari mereka. Misalnya, barbie yang cantik dan suka
menolong, beruang teddy yang bersifat lembut dan menyenangkan, dan
monyet yang nakal, rakus serta menghibur.
Boneka dapat digunakan dalam bentuk cerita menarik tentang kisah
keseharian anak, dan ide ceritanya pun dapat bervariasi. Lebih tepat dikatakan
bahwa dengan metode bercerita menggunakan boneka, maka cerita yang akan
disampaikan adalah cerita tentang keseharian yang dialami anak-anak.
Pencerita tidak harus menceritakan cerita-cerita legenda atau seperti dongeng
pada umumnya, akan tetapi bisa mengangkat ide yang ada dalam kehidupan
keseharian anak-anak. Banyak hal positif yang dapat disampaikan kepada
anak dengan cara mendongeng/cerita boneka. Tidak hanya merangsang
mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain, tetapi juga
menanamkan nilai-nilai sosial.
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan
di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang
perhatian anak terhadap guru sesuai dengan tema bimbingan. Bila isi cerita
dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak-kanak, maka mereka
dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkan dengan penuh
perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
Moeslichatoen (1999) berpendapat bahwa metode bercerita merupakan
salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan. Melalui metode bercerita inilah para guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur
secara efektif, dan anak-anak menerima dengan senang hati. Bercerita bagi
seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat
mengembangkan imajinasinya menjadi apapun yang dia inginkan. Dalam
cerita seorang anak dapat memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi
proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk didalamnya
perkembangan emosi dan sosialnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dan dengan judul ”Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama
Melalui Penerapan Metode Bercerita dengan Media Boneka pada Anak Usia
Dini di TK Mangunan Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan terutama
terhadap kelas yang berdasarkan wawancara dan observasi kurang memiliki
sikap bekerjasama yakni kelas A. Melalui penerapan metode bercerita
menggunakan media boneka diharapkan dapat membantu mengembangkan
keterampilan bekerjasama pada anak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan data pengamatan serta
data wawancara masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Beberapa anak belum menyapa sesama teman.
2. Beberapa anak belum bergabung dengan teman-teman kelompok.
3. Anak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-
temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4. Anak-anak membeda-bedakan teman, misalnya anak-anak perempuan
hanya bergaul dengan yang perempuan saja dan anak laki-laki hanya
bermain dengan yang laki-laki.
5. Anak hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini,
dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut:
Apakah keterampilan bekerjasama dapat dikembangkan melalui penerapan
metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
Mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui penerapan metode
bercerita dengan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan
Yogyakarta Tahun 2013/2014.
E. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
memberi manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang
pendidikan khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Menggali
upaya-upaya mengembangkan kualitas terutama layanan bimbingan
klasikal melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak sekolah
untuk menerapkan metode bercerita dengan media boneka sebagai alat
dalam mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak.
b. Bagi guru BK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai
dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan
metode bercerita dengan media boneka. Selain itu, guru diharapkan
mampu untuk semakin kreatif menyusun sendiri teknik penyampaian
materi bimbingan yang mampu membuat sikap bekerjasama anak
berkembang.
c. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menambah wawasan, referensi dan pengetahuan
penelitian sejenis.
F. Definisi Operasional
Menurut Suryabrata (dalam Purwanto, 2007) definisi operasional
adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang
dapat diamati (diobservasi). Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi
operasional mengarah pada sifat konkrit yang dapat diamati. Definisi
operasional pada penelitian ini adalah:
1. Keterampilan Bekerjasama: merupakan cara anak dalam melakukan
interaksi baik dalam hal tingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan kedua belah
pihak.
2. Metode Bercerita: adalah suatu cara untuk bercerita atau menuturkan
sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain.
3. Boneka: adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam,
seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta
tokoh-tokoh fiksi.
4. Anak Usia Dini: anak yang belum memasuki pendidikan di bangku
Sekolah Dasar (SD). Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada umumnya
mengikuti program Taman Kanak-kanak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Bekerjasama
1. Pengertian Keterampilan Bekerjasama
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian
belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan,
disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan
perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras)
dan kasih sayang.
Merrel (2008) memberikan pengertian keterampilan sosial sebagai
perilaku spesifik, inisiatif, mengarahkan pada hasil sosial yang diharapkan
sebagai bentuk perilaku seseorang. Combs & Slaby (dalam Cartledge &
Milburn,1992) memberikan pengertian keterampilan sosial adalah
kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan
cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial dan disaat yang
sama berguna bagi dirinya dan orang lain. Sedangkan Matson dan
Ollendick (dalam Widyanti, 2008) menerjemahkan keterampilan sosial
sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi secara baik dengan
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
lingkungannya dan menghindari konflik saat berkomunikasi baik secara
fisik maupun verbal.
Hargie (1998) memberikan pengertian keterampilan sosial sebagai
kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan perilaku yang
dipelajari. Menurut Suardi (1979) keterampilan sosial adalah suatu
kemahiran dalam bergaul dengan orang lain. Sementara itu, Surya (1988)
menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah perangkat perilaku tertentu
yang merupakan dasar bagi tercapainya interaksi sosial secara efektif.
Matson (1998) mengatakan bahwa keterampilan sosial membantu
seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan
masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya.
Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri
sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang
lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik,
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain.
Dari kutipan di atas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah
usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, mereka
semakin membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang
tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia
lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
manusia. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat ditarik
kesimpulan bahwa keterampilan sosial merupakan cara anak dalam
melakukan interaksi baik dilihat dari bentuk perilaku maupun dalam
bentuk komunikasi dengan orang lain.
Salah satu ciri khas keterampilan sosial yang berkembang adalah
kerjasama, belajar kerjasama yang mengembangkan kognitif maupun
sosial. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus
kepentingan bersama dan tujuan bersama. Kerjasama dan pertentangan
merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial atau
masyarakat, diantara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan
kelompok, dan kelompok dengan seseorang. Pada umumnya kerjasama
menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan
diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan.
Kerjasama diantara dua pihak yang bertentangan dinamakan kerjasama
berlawanan (antagonic cooperation), merupakan suatu kombinasi yang
amat produktif dalam masyarakat modern (Carol seefeldt & Barbara,
2008).
Makna kerjasama merupakan sifat ketergantungan manusia
memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial
untuk selalu berinteraksi dengan oranglain atau kelompok lain. Hubungan
dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang
bermakna adalah hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama bermakna
bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang atau kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus diusahakan dan
dicapai, sehingga harapan-harapan, motivasi, sikap dan lain-lainnya yang
ada pada diri atau kelompok dapat diketahui oleh orang atau kelompok
lain. Adanya hubungan timbal balik ini akan menghilangkan kecurigaan,
prasangka dan praduga. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk
mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. (Yudha & Rudyanto,
2005).
Surgent (dalam Sentosa, 1992) menyatakan bahwa kerjasama
merupakan usaha terkoordinasi diantara anggota kelompok atau
masyarakat yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Sentosa
(1992) juga menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu bentuk interaksi
sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan
tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok secara
keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan
bila individu lain juga mencapai tujuan.
Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
keterampilan bekerjasama adalah kemampuan berintaraksi antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama
dalam jangka waktu tertentu. Pada pendidikan anak usia dini,
keterampilan bekerjasama dapat diartikan sebagai keterampilan dalam
usaha bersama menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan antara anak
dengan anak ataupun antara anak dengan orang dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Tujuan dan Manfaat Bekerjasama
Seorang anak diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, sehingga seorang anak selalu membutuhkan kehadiran
orang lain. Seorang anak dalam melakukan kegiatan berkelompok
memerlukan kerjasama dengan anak yang lain, anak pasti akan memilih
teman sebaya yang memiliki pemikiran yang sama dengannya agar dapat
menyelesaikan sebuah permainan dengan baik.
Tujuan bekerjasama adalah untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan dan menguntungkan. Begitu juga dengan anak, bahwa
bekerjasama yang diharapkan dengan teman sebaya dalam satu kelompok
akan menghasilkan sesuatu. Hafsah (2000) mengatakan bahwa pada
dasarnya, maksud dan tujuan dari sebuah kerjasama adalah bahwa dalam
bekerjasama harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan
kedua pihak. Tentu saja, saling menguntungkan bukan berarti bahwa
kedua pihak yang bekerjasama tersebut harus memiliki kekuatan dan
kemampuan yang sama serta memperoleh keuntungan yang sama besar,
akan tetapi, kedua pihak memberi kontribusi atau peran yang sesuai
dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga keuntungan
atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat proporsional,
artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing. Begitu juga
dengan anak, jika kedua anak saling bekerjasama untuk menghasilkan
atau menyelesaikan sesuatu, maka kedua anak harus memilki peran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menggunakan kekuatan dan pemikiran masing-masing untuk bekerjasama
atau saling berhubungan.
Menurut Yudha (2005) tujuan bekerjasama untuk anak usia dini
yaitu untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan
baru agar dapat ikut, berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan
terus berkembang, membentuk kepribadian anak didik agar dapat
mengembangkan kemampuan, berkomunikasi dan bekerjasama dengan
orang lain dalam berbagai situasi sosial, mengajak anak untuk
membangun pengetahuan secara aktif karena dalam pembelajaran
kerjasama (kooperatif), serta anak TK tidak hanya menerima pengetahuan
dari guru begitu saja tetapi siswa menyusun pengetahuan yang terus
menerus sehingga menempatkan anak sebagai pihak aktif. Selain itu juga
dapat memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru
dengan anak didik. Hal ini bertujuan untuk membangun suatu proses
sosial yang akan membangun pengertian bersama.
Berdasarkan dua pendapat para ahli mengenai tujuan bekerjasama
dapat ketahui bahwa kemampuan bekerjasama bertujuan mengembangkan
kreativitas anak dalam berkelompok atau bermain bersama teman-
temannya karena jika anak tidak memiliki kemampuan bekerjasama anak
belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang
lain atau anak lain di luar dirinya.
Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan
kemampuan bekerjasama yaitu untuk mengajak anak agar dapat saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tolong menolong, untuk menciptakan mental anak didik yang penuh rasa
percaya diri agar dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan
baru, serta dapat meningkatkan sosialisasi anak terhadap lingkungan.
Bekerjasama memiliki manfaat yang dapat diperoleh anak ketika
melakukan suatu kegiatan atau permainan. Menurut Kusnadi (2003)
mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, bekerjasama memiliki
beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
1) Bekerjasama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan.
2) Bekerjasama mendorong berbagai upaya terciptanya banyak energi.
3) Bekerjasama mendorong terciptanya hubungan yang baik antar
individu serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
4) Bekerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan
semangat kelompok.
5) Bekerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang
terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga
dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.
Adanya kerjasama, anak yang satu dengan yang lain akan
menciptakan interaksi sosial yang baik dan hubungan yang baik sehingga
dapat mengakrabkan hubungan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keterampilan
Bekerjasama Anak
Perkembangan keterampilan bekerjasama anak sangat dipengaruhi
oleh kondisi anak dan lingkungan sosialnya, baik orangtua, teman sebaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dan masyarakat sekitar. Apabila kondisi anak dan lingkungan sosial dapat
memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak
secara positif maka anak akan mencapai keterampilan bekerjasama yang
baik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan bekerjasama
anak antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor eksternal dan
internal. Natawidjaya (dalam Setiasih, 2006) menjelaskan bahwa faktor
internal merupakan faktor yang dimiliki manusia sejak dilahirkan yang
meliputi kecerdasan, bakat khusus, jenis kelamin, dan sifat-sifat
kepribadiannya.
Faktor eksternal yaitu yang dihadapi oleh individu pada waktu dan
setelah anak dilahirkan serta terdapat pada lingkungan seperti keluarga,
sekolah, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat. Faktor internal
eksternal adalah faktor yang terpadu antara faktor luar dan dalam yang
meliputi sikap, kebiasaan, emosi dan kepribadian.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan bekerjasama
anak bisa didapat dari faktor anak itu sendiri, faktor dari luar dan
gabungan antara faktor dari dalam diri anak dan faktor luar. Faktor dari
dalam diri anak sudah ada sejak dilahirkan yang sudah terbentuk sejak
awal dan bisa dikembangkan. Sedangkan faktor dari luar terbentuk karena
pengaruh dan dorongan dari lingkungan. Anak yang memiliki
keterampilan bekerjasama yang baik bisa di dapat dari gabungan kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
faktor tersebut, yaitu karena bakat dari dirinya sendiri dan pengaruh dan
masukan yang didapat anak dari luar.
4. Ciri-ciri Bekerjasama
a. Menurut Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini (2003) ciri-
ciri keterampilan bekerjasama adalah:
1) Senang bermain dengan teman (tidak bermain sendiri).
2) Dapat melaksanakan tugas.
3) Dapat memuji teman atau orang lain.
b. Menurut Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Yogyakarta (2009) ciri-ciri keterampilan
bekerjasama adalah:
1) Anak dapat bergabung dalam permainan kelompok.
2) Anak dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok.
3) Anak bersedia berbagi dengan teman-temannya.
4) Anak dapat mendorong anak lain untuk membantu orang lain.
5) Anak merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan.
6) Anak bergabung bermain dengan teman saat istirahat.
7) Anak mengucapkan terima kasih apabila dibantu teman.
c. Menurut Tedjasaputra, (2001) ciri-ciri keterampilan bekerjasama
adalah:
1) Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan
teman.
2) Anak mau berbagi dengan teman yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3) Anak mau menghadapi masalah bersama-sama.
4) Mau menunggu giliran.
5) Belajar mengendalikan diri.
6) Mau berbagi.
Berdasarkan ciri-ciri keterampilan bekerjasama di atas, maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa seorang anak dikatakan dapat
bekerjasama jika memenuhi ciri-ciri keterampilan bekerjasama di
atas.
5. Aspek–Aspek Keterampilan Bekerjasama
Menurut Johnson dan Johnson (1993) keterampilan bekerjasama
dibagi menjadi lima aspek yaitu:
a. Mendengarkan: proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan
melalui ujaran. Misalnya, anak mendengarkan penjelasan guru saat
bimbingan.
b. Menghormati: menaruh hormat, menjunjung, menghargai kepada
orang lain. Misalnya, anak menyapa, memanggil, mengucapkan
salam, mengucapkan terima kasih kepada orang lain secara sopan
menggunakan bahasa yang baik.
c. Interaksi tatap muka: hubungan timbal balik saling mempengaruhi
antara individu. Misalnya, Anak saling senyum dengan teman, anak
mengarahkan pandangan saat teman berbicara dan anak menatap
dengan muka datar terhadap teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Komunikasi: bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi
satu sama lainnya sengaja atau tidak sengaja. Tidak hanya terbatas
pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga
dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Pada saat anak-
anak dapat mengenali perasaan dalam diri mereka dan orang lain dan
dapat memulai menunjukkan perasaan mereka dengan tepat, mereka
cenderung berhasil dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi mencakup pertukaran antara dua atau lebih orang.
Biasanya, seseorang mengawali perbincangan dan yang lain
meresponnya. Pada awal kanak-kanak, interaksi pertemanan
didasarkan pada aktivitas permainan bersama. Namun demikian,
disaat anak-anak tumbuh, interaksi menjadi lebih fokus ada
penerimaan dan keakraban pertemanan.
e. Interaksi Sosial: hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara
individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Misalnya: saling menegur,
berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.
Berdasarkan pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
dalam keterampilan bekerjasama mengandung lima komponen. Apabila
seorang anak dapat melaksanakan kelima komponen tersebut maka
dikatakan dapat bekerjasama. Guru dapat membantu mengembangkan
keterampilan bekerjasama anak misalnya metode bercerita dengan media-
media yang sesuai untuk anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
B. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang
perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan
tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain
(Bachri:2005).
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak
didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK, metode bercerita
dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan,
atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan
pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia
anak TK. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang
awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka
cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan
bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak
pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran,
Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan
penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan,
kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya
pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu
yang mengasyikkan bagi anak usia TK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Fisher dalam (Suwangsih, 2011), menyatakan bahwa bercerita
adalah bentuk kreativitas yang menyenangkan yang terbentuk dalam lintas
negara dan budaya. Cerita-cerita yang lahir dari masyarakat
mengkomunikasikan apa yang ada dalam cerita dan memperluas wawasan
anak tentang berbagai ragam budaya.
2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Metode Bercerita
Adapun fungsi dari metode bercerita (Moeslichatoen :2004) yaitu :
a. Melatih daya konsentrasi.
b. Melatih mengungkapkan daya pikir
c. Menambah pengetahuan dan keterampilan anak dalam
mengkomunikasikan isi gambar.
d. Melatih menghubungkan isi gambar sesuai dengan imajinasi anak.
e. Melatih mengungkapkan imajinasi anak.
f. Melatih anak berkomunikasi secara lisan.
g. Menambah kosa kata dalam berbahasa
Menurut Musfiroh (2005) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat
metode bercerita sebagai berikut:
a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
c. Memacu kemampuan verbal anak.
d. Merangsang minat menulis anak.
e. Merangsang minat baca anak.
f. Membuka cakrawala pengetahuan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Metode bercerita dimaknai sebagai metode yang dapat
mengembangkan berbagai hal: sosial, moral, emosional, bahasa dan
sebagainya. Musfiroh (2008) menyebutkan manfaat bercerita adalah
sebagai berikut:
a. Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah
dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak setiap hari.
b. Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan
dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara, menulis, dan
menyimak.
c. Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk
mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap
peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak
untuk memiliki kepekaan sosial.
d. Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu
permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang
baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaimana
mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh
masyarakat.
e. Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa saja
yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti menghargai orang lain,
bersikap baik kepada teman, dan selalu bersikap jujur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
f. Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang
memiliki retensi lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang
diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.
g. Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai
yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.
h. Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru
sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti
figur lekat orang tua.
i. Bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita,
alur, plot, dan demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai
hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang
bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian sekelilingnya.
j. Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses belajar
terutama mengenai empati sehingga anak dapat mengkonkretkan
rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang sesuatu
masalah dari sudut pandang orang lain.
Sedangkan menurut Bachri (2005), manfaat bercerita adalah “dapat
memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak
mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru
baginya”.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan
imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara
berfikir anak. Misalnya media dongeng/bercerita dapat berfungsi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
penggugah kreativitas anak-anak. Melalui dongeng/cerita, guru bisa
menyampaikan pesan-pesan, hikmah-hikmah dan pengalaman-
pengalaman kepada murid-muridnya. Di samping memperkaya imajinasi
anak, dongeng/bercerita pun menjadikan anak-anak merasa belajar
sesuatu, tetapi tak merasa digurui.
Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak TK
(Moeslichatoen:2004) di antaranya adalah :
a. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK
dapat dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok
dalam cerita secara keseluruhan.
b. Melatih daya pikir anak TK, untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk
hubungan-hubungan sebab akibatnya.
c. Melatih daya konsentrasi anak TK untuk memusatkan perhatiannya
kepada keseluruhan cerita.
d. Mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak
dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan
sesuatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya.
e. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan
suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya.
f. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secra
efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Teknik Penggunaan Metode Bercerita
Menurut Majid (2008) ada beberapa metode penyampaian cerita
yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh para pencerita. Metode
penyampaian cerita dijabarkan sebagai berikut.
a. Tempat bercerita
Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh
juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa
duduk dan mendengarkan cerita.
b. Posisi duduk
Sebelum guru memulai bercerita, sebaiknya ia memposisikan para
siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita. Kemudian
guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya,
guru tidak langsung duduk pada awal bercerita tetapi memulainya
dengan berdiri. Selama bercerita, guru hendaknya tidak duduk terus,
tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah posisi gerakan sesuai
jalannya cerita.
c. Bahasa cerita
Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang
lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari, tetapi lebih ringan
dibandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap
dipahami oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
d. Intonasi guru
Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang
muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita, guru
hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian mengeraskan
sedikit demi sedikit. Perubahan naik-turunnya cerita harus sesuai
dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai pada puncak
konflik ia harus menyampaikannya dengan suara ditekan dengan
maksud menarik perhatian para siswa. Para ahli pendidikan
berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah
ketika konflik mulai berkembang dan mereka akan merasa lega dari
ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks. Maka guru
hendaknya menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam cerita dengan
suara yang meyakinkan yang dapat membuat siswa penasaran hingga
tiba saat klimaks. Ketika guru menyampaikan klimaks, ia harus
menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita.
e. Pemunculan tokoh-tokoh
Ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari
terlebih dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkan secara
hidup di depan para siswa. Guru juga harus dapat menggambarkan
setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya dan
memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
f. Penampakan emosi
Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan
emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar
bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. jika situasinya
menunjukkan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka
intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut.
g. Peniruan suara
Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang dan
peristiwa tertentu. Seorang guru dalam bercerita dituntut untuk dapat
melakukan peniruan suara ini sesuai dengan yang diinginkan dalam
cerita. Peniruan suara ini dapat menciptakan penjiwaan dalam cerita
dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para siswa.
h. Penguasaan terhadap siswa yang tidak serius
Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga
mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan.
Apabila guru melihat siswa mulai bosan, jenuh dan banyak bercanda,
maka ia harus mencari penyebabnya. Ketika proses cerita
berlangsung, guru mungkin menemukan salah seorang murid yang
mengabaikan cerita dan menyepelekannya. Guru tidak boleh
memotong penyampaian cerita untuk memperingatkan anak tersebut,
tetapi dapat menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukkan
kembali si anak di tempat duduknya atau membiarkannya berdiri di
samping si guru. Bisa juga dengan menyebut nama siswa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menatapnya. Biasanya, tindakan ini bisa mengembalikan perhatian
siswa.
i. Menghindari ucapan spontan
Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap menceritakan
suatu peristiwa. Ucapan spontan yang dimaksud adalah ucapan
spontan yang merupakan kebiasaan sehari-hari si guru atau bisa
dikatakan latah. Kebiasaan tersebut tidak baik karena dapat
memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Guru sebaiknya
bercerita dengan ucapan yang jelas dan lancar.
Kesembilan hal di atas sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan guru ketika bercerita. Memang, membaca petunjuk-petunjuk
yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan media yang
mendukung sesuai dengan cerita.
C. Media Bimbingan
1. Pengertian Media Bimbingan
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium artinya perantara atau pengantar. Media adalah perantara
atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Association for
Education and Communication Technology (AECT) mengartikan media
sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi.
Gagne (Sadiman, 1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa (Sadiman,1996).
Pada awalnya, media banyak digunakan dalam dunia pendidikan
khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, yang memanfaatkan
media umumnya guru mata pelajaran. Namun seiring berjalannya waktu,
media tidak hanya diperlukan oleh guru mata pelajaran dalam proses
pembelajaran di kelas saja, tetapi juga diperlukan dalam proses bimbingan
yang dilakukan oleh guru BK di sekolah.
Maka, berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa media bimbingan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk membantu penyaluran pesan atau informasi dari pembimbing (guru
BK) kepada klien (siswa) dalam proses bimbingan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga klien akan
mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih
baik.
2. Fungsi dan Manfaat Media Bimbingan
Menurut Sudrajat (2008) media bimbingan memiliki beberapa
fungsi:
a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda,
tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan
sebagainya. Media dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta
didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka
obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek yang dimaksud
bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-
gambar yang dapat disajikan secara audio, visual, dan audial.
b. Media dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak
mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta
didik tentang suatu obyek yang disebabkan beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, obyek terlalu besar.
Kedua, obyek terlalu kecil. Ketiga, obyek yang bergerak terlalu
lambat. Keempat, obyek yang bergerak terlalu cepat. Kelima, obyek
yang terlalu kompleks. Keenam, obyek yang bunyinya terlalu halus.
Ketujuh, obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui
penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada peserta didik. Media memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
c. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
d. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
e. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
f. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
g. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak.
Menurut Arsyad (2010), manfaat praktis dari penggunaan media
pembimbingan dalam proses belajar mengajar, adalah:
a. Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar atau
bimbingan.
b. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar atau, interakasi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, dan siswa bisa belajar sendiri-sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
d. Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, dan terjadinya interaksi
langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.
3. Ragam Media Bimbingan
Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3
macam, yaitu:
a. Media audio, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran dan
mampu memanipulasi kemampuan suara. Dilihat dari sifat pesan yang
diterimanya media ini menerima pesan verbal maupun non verbal.
Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan
nonverbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Jenis-jenis media yang termasuk dalam media ini adalah
program radio dan program media rekam (software), yang disalurkan
melalui hardware seperti radio dan alat-alat perekam seperti
phonograph record (disc recording), audio tape (tape recorder) yang
menggunakan pita magnetik (cassette), dan compact disk. Program
media rekam sangat mungkin untuk sasaran dalam jangkauan terbatas,
seperti proses pembelajaran di kelas kecil maupun kelas besar. Contoh
media bimbingan yang berupa media audio adalah rekaman instrumen
untuk refleksi, rekaman proses konseling.
b. Media visual, yaitu media yang melibatkan indera penglihatan. Jenis
media yang termasuk dalam media visual ini adalah media cetak-
verbal, cetak-grafis dan visual non cetak. Pertama, media visual-
verbal, adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan
linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual-nonverbal-grafis
adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni berupa
simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis, seperti gambar (sketsa,
lukisan, dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta. Ketiga, media
visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga
dimensi berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, bola
dunia, boneka, diorama, dan sebagainya.
Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam
bentuk media cetak seperti buku, komik, majalah, koran, modul,
poster, dan atlas; bisa juga dibuat di atas papan visual seperti papan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tulis dan papan pamer (display board); dan bisa dibuat dalam bentuk
tayangan, yakni melalui projectables aids atau alat-alat yang mampu
memproyeksikan pesan-pesan visual, seperti opaque projector, OHP
(overhead projector), digital projector (LCD). Contoh media
bimbingan yang berupa media grafis adalah poster bimbingan, banner
bimbingan, papan bimbingan, kliping bimbingan, dan folder
bimbingan.
c. Media audio visual, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran
dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan yang dapat
disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan nonverbal
yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan nonverbal
yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan yang terdengar
dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti
film dokumenter, film dokumenter, film drama, bermain peran
menggunakan boneka dan lain-lain. Semua program tersebut dapat
disalurkan melalui peralatan film, video, dan juga televisi dan dapat
disambungkan pada alat proyeksi (projectable aids). Contoh media
bimbingan yang berupa media proyektif adalah film-film untuk
refleksi. Selain itu, pertunjukan permainan peran menggunakan
boneka, wayang dan sebagainya.
4. Media untuk Anak Usia Dini
Menurut Kathryn Geldard (2008) media yang sesuai untuk anak
usia dini dibagi menjadi enam yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
a. Buku/cerita, yaitu suatu media yang dapat dibawakan dengan bercerita
secara lisan. Cerita yang dibawakan haruslah menarik dan
mengundang perhatian anak. Isi ceritanya dapat melibatkan orang,
hewan, figur fantasi, dan semua jenis objek tidak bernyawa, seperti
kereta api, batu, jam, dan vas bunga. cerita yang menarik dapat
membuat anak memperhatikan cerita serta anak dapat memahami apa
yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut. Sehingga anak tidak
jenuh, bahkan menjadikan kegiatan yang menyenangkan.
Adapun tujuan ketika menggunakan buku/cerita yaitu: 1)
membantu anak-anak mengenali kecemasan mereka atau tekanan
dengan mengenali karakter atau situasi dalam cerita, 2) membantu
anak-anak menemukan mereka dari waktu ke waktu. Misalnya, anak-
anak menemukan bahwa mereka memiliki ketakutan ditinggal
sendirian, takut dikhianati atau perasaan berlebihan untuk bertanggung
jawab bagi orang lain,
b. Tanah Liat, yaitu suatu media dari tanah, ciri khas tanah ini adalah
kering, lengket, dan menggumpal serta melunak jika terkena air.
Tanah liat membuat anak-anak menjadi kreatif. Selama pelaksanaan
aktivitas kreatif ini, emosi dalam diri anak-anak akan keluar dan
diekspresikan melalui aktivitas tersebut. Tanah liat membuat anak-
anak mengekspresikan emosi yang beragam, anak-anak akan
mematahkan tanah liat atau dengan agresif meninjunya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
memisahkannya dengan frustrasi. Sehingga emosi yang ditahan anak-
anak akan terekspresikan dan memiliki dampak penyembuhan.
Oleh karena itu bentuk tanah liat dapat dengan mudah diubah,
media ini mengajak anak-anak untuk terus melanjutkan latihan dengan
mengembangkan tema yang ada dan menggali tema yang baru.
Tanah liat adalah media tiga dimensi. Hal ini membuat anak-
anak memiliki kebebasan yang lebih kreatif daripada menggunakan
media dua dimensi, seperti melukis atau menggambar. Dengan
menggunakan tanah liat, anak-anak akan merasa bebas menciptakan
bentuk yang realistis, imajinatif, atau simbolok. Misalnya, anak-anak
dapat membuat bentuk tanah liat yang mewakilik monster. Bentuk ini,
yang mewakili monster dapat terlihat realistis dan seperti hewan, atau
terlihat seperti sosok fantasi atau memiliki bentuk simbolis, atau
hanya bentuk tanah liat yang kasar.
Tujuan menggunakan tanah liat yaitu: 1) membantu anak-anak
menceritakan dan berbagi kisah mereka dengan menggunakan tanah
liat untuk mengilustrasikan elemen-elemen dalam kisah tersebut, 2)
anak-anak dapat memproyeksikan perasaan diri pada tanah liat
sehingga mereka dapat mengenali dan memilikinya, 3) membantu
anak-anak mengenali dan mengatasi masalah yang terjadi, 4)
membantu anak-anak mengeksplorasi hubungan dan mengembangkan
pemahaman atas hubungan tersebut, 5) membuat anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
merasakan keberhasilan dan kepuasan ketika menyelesaikan tugas
kreatif.
c. Gambar, yaitu media atau alat bantu yang sering digunakan dalam
proses belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
pesan yang dituangkan dalam bentuk memberi label dan
menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik berupa gambar
orang, tempat, benda-benda sekitar, binatang, konsep bilangan dan
lain-lain.
Semua media mengajak anak-anak untuk menggali,
merasakan, dan bermain. Anak dapat menggunakan media untuk
membuat gambar atau mempresentasikan simbol masalah,
perasaan, dan tema, yang terkait dengan kisah mereka atau bagian
dari kisah mereka. Oleh karena itu, akan dapat mengembangkan
gambaran lingkungan mereka yang bermasalah dan mengenali
posisi mereka dalam lingkungan tersebut. Mereka juga dapat
menggunakan media untuk menggali perubahan apapun yang telah
terjadi dalam lingkungan atau mengubah apa yang telah mereka
lakukan di masa-masa tertentu.
Media juga membuat anak-anak mampu membuat
pernyataan yang kuat dalam bentuk yang dapat diterima.
Misalnya, perilaku agresif atau yang tidak dapat diterima dapat
ditunjukkan melalui lukisan. Dengan cara ini, perilaku dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
ditahan dan tidak diwujudkan dalam tindakan. Hal ini membuat
anak-anak bereksperimen dan merasakan emosi negatif.
Media juga membuat anak-anak bersifat konstruktif dan
destruktif, tetapi dengan cara yang bermanfaat. Misalnya, anak-
anak dapat merusak gambar yang telah mereka buat dengan
mencoret-coret bagian pada gambar yang menyimbolkan sesuatu
yang membuat mereka marah. Jika mereka mau, mereka dapat
menghancurkan seluruh gambar dengan menyobeknya dan
membuangnya.
Adapaun tujuan penggunaan media tanah liat yaitu: 1) anak
dapat menceritakan kisah mereka, dengan menggambar dan
melukis, anak-anak yang memiliki kesulitan menceritakan kisah
mereka secara verbal dapat menjelaskan dan memberi informasi
mengenai diri mereka, keluarga dan lingkungan mereka. Mereka
dapat melakukannya baik dengan representasi langsung atas orang
dan kejadian atau secara tidak langsung melalui cara proyektif
menggunakan reprensentasi simbolis, 2) anak dapat
mengekspresikan perasaan emosional yang tertekan atau kuat,
emosi ini dapat diekspresikan melalui aktivitas kreatif atau
diwujudkan melaui simbol yang digunakan dalam gambar dan
lukisan, 3) membantu anak mengendalikan kejadian yang telah
atau sedang dialami, dengan menggambar atau melukis, anak-anak
dapat mengurutkan kejadian dalam hidup mereka melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
penggunaan buku atau komik dan dongeng. Mereka kemudian
dapat menggabungkan elemen kreatif seni dan fantasi,
bereksperimen dengan perubahan dalam kisah mereka dan dapat
menguasainya.
d. Drama Imajinatif, yaitu drama yang dibuat oleh anak-anak. Anak-anak
seringkali menikmati berpura-pura menjadi orang lain seperti dokter
yang memeriksa pasien atau ibu yang menyusui anaknya. Dalam
drama tersebut, mereka mendandani dan menggunakan prperti,
misalnya paket makanan kosong ketika mereka berpura-pura
berbelanja. Dengan demikian, mereka menggabungkan penggunaan
objek, tindakan, kata-kata, dan interaksi sosok imajinatif untuk
menghasilkan drama.
Anak-anak yang berusia dua dan tiga tahun dapat meniru peran
orang dewasa dalam hidup mereka, mereka harus menggunakan objek
nyata atau mainan yang menyerupai sosok-sosok nyata dalam drama
mereka.
Anak-anak yang berusia empat tahun ke atas tidak bergantung
pada objek nyata dalam drama imajinatif mereka. Kisaran usia ini,
mereka biasanya mampu menggunakan objek yang tidak berhubungan
untuk menyimbolkan atau mengganti objek yang terlibat dalam
drama. Misalnya, balok kayu dapat digunakan sebagai telepon.
Mereka juga mampu menggantikan tindakan bagi objek dalam drama
imajinatif mereka. Misalnya, anak-anak dapat mengepalkan tinju ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mulut mereka seolah-olah sebuah cangkir ketika berpura-pura minum.
Oleh karena anak mampu melakukan pemikiran abstrak, mereka dapat
dengan mudah memainkan drama fantasi seperti pahlawan super,
monster, dan peri.
Pada drama imajinatif, anak-anak menjadi terlibat penuh dalam
tindakan tokoh dalam situasi yang diimajinasikan. Anak-anak menjadi
aktor dalam kesadaran penuh.
Terkadang drama imajinatif itu menyertakan penggunaan
keterampilan sosial, tetapi tidak selalu. Ketika keterampilan sosial
terlibat, dapat disebut sebagai drama sosio dramatik. Penggunaan
keterampilan sosial terjadi ketika menggunakan drama imajinatif
dalam bentuk interaksi verbal dan nonverbal antara konselor dan
anak-anak saat memerankan drama.
Adapun tujuan dari pengunaan drama imajinatif yaitu: 1) anak-
anak dapat mengeluarkan dan mengartikulasikan ide, harapan, rasa
takut, dan fantasi secara verbal dan nonverbal, 2) anak-anak dapat
mengekspresikan pikiran atau memproses pikiran, 3) mencapai rasa
lega yang menyembuhkan dari rasa sakit emosional, 4) anak-anak
dapat menguasai masalah dan peristiwa di masa lalu, 5) memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman atas
peristiwa di masa kini dan di masa lalu, 6) membantu anak-anak
melatih perilaku baru dan menyiapkan diri bagi situasi kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tertentu, 7) memberi anak-anak kesempatan untuk membangun konsep
diri dan kepercayaan diri.
e. Bak Pasir, yaitu sebuah media dapat terbuat dari kayu atau plastik.
Idealnya, berbentuk persegi dengan sisi sepanjang 1 meter dan tinggi
50 mm. Bak pasir kayu harus memiliki garis anti air. Pasir yang
digunakan harus bersih.
Simbol yang dapat digunakan untuk mewakili hal-hal konkrit,
seperti jalan, rumah, sekolah, pusat perbelanjaan, dan orang. Sebagai
tambahan, simbol simbol dapat digunakan untuk mewakili konsep
yang tidak berbentuk , seperti rahasia, pikiran, keyakinan, harapan,
dan hambatan emosional. Oleh karena itu, simbol dapat digunakan
untuk mewakili hal-hal konkret ataupun tidak berbentuk, atau abstrak
yang memiliki tempat dalam kisah anak-anak.
Adapun tujuan dari dari penggunaan bak pasir yaitu: 1)
mengeksplorasi peristiwa tertentu, masa lalu, sekarang, dan masa
depan, 2) mengeksplorasi tema dan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut, 3) melakukan hal yang dapat atau tidak dapat
diterima oleh mereka, 4) mengubah kisah mereka, seperti yang dibuat
dalam bak pasir, dengan memproyeksikan fantasi mereka didalamnya,
5) menguasai masalah dan peristiwa di masa lampau dan masa kini.
f. Boneka/Mainan, adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-
macam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi
wajah serta tokoh-tokoh fiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Boneka dan mainan memiliki manfaat yang sama dan dapat
pula menambah dimensi lain pada suatu dongeng. Melalui boneka dan
mainan, anak-anak menjadi terlibat secara langsung dalam
menciptakan dan mengucapkan dialog cerita dan menggerakkan
boneka dan mainan untuk berakting dalam cerita. Melalui hal ini,
anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan
cerita. Hal ini membuat mereka membuat hubungan dengan lebih
mudah antara anatara perasaan emosional mereka dan yang dimiliki
tokoh dalam cerita.
Adapun tujuan dari penggunaan boneka/mainan yaitu: 1)
menguasai masalah atau peristiwa di masa lampau, 2) mendapatkan
kekuatan melalui ekspresi fisik, 3) mengembangkan kemampuan
mengatasi masalah dan pengambilan keputusan, 4) mengembangkan
keterampilan sosial, 5) meningkatkan keterampilan sosial.
D. Media Boneka
1. Pengertian Boneka
Boneka adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-
macam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi
wajah serta tokoh-tokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan
yang paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno
boneka sudah ada. Namun fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya
ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Sudjana & Rivai (2007) mengatakan secara umum boneka
(marionette dalam bahasa Perancis), ada 2 yaitu:
a. Tubuh yang dihubungkan dengan lengan, kaki dan badannya,
digerakkan dari atau dengan tali-tali atau kawat-kawat halus.
b. Boneka yang digerakkan dari bawah oleh seorang yang tangannya
dimasukkan ke bawah pakaian boneka.
Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang
termasuk tiruan dari bentuk binatang. Pada perkembangannya, boneka
tidak hanya sebagai mainan anak ataupun perlambang kenegaraan.
Di bidang pendidikan, boneka mulai digunakan sebagai media
dalam membantu tumbuh kembang anak. Boneka merupakan salah satu
media pembelajaran yang tidak asing lagi dan sering digunakan pada
sekolah tingkat dasar dan menengah. Cara penyajian boneka sebagai
media pembelajaran bergantung pada kretivitas guru/ konselor yang juga
disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.
2. Jenis Boneka
Menurut Sudjana & Rivai (2007) boneka dibedakan menjadi lima
jenis yaitu:
a. Boneka Jari
Boneka ini terbuat dari alat sederhana seperti tutup botol, bola
pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka.
Dapat pula dibuat dari semacam sarung tangan, di mana pada ujung
jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
demikian bisa langsung dimainkan. Boneka ini bisa dibuat menjadi
berbagai karakter misalnya binatang/hewan, tumbuhan, kendaraan,
buah-buahan dll. Selain itu, bisa dibuat karakter kartun seperti
Doraemon, boneka jari Upin Ipin, boneka jari Spiderman, Boneka jari
Shaun The Sheep dan kawan-kawan, boneka jari Spongebob dan
Patrick, Boneka jari Angry Bird dan lain-lain.
b. Boneka Tangan
Pada boneka tangan ini satu tangan hanya dapat memainkan
satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri
dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya
hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang
memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai
tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain). Boneka ini bisa
dibuat menjadi beberapa karkater misalnya, bapak dan ibu guru,
keluarga (ayah, ibu, adik dan kakak), keluarga muslimin, teman-teman
bermain, teman-teman sekolah, hewan, sayuran, dan kendaraan.
c. Boneka Tongkat
Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan
menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan
tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya
adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka
tongkat sebagai media pendidikan/pembelajaran di sekolah, maka
tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Boneka ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bisa dibuat beberapa karakter misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang,
lurah, nelayan dan sebagainya. Boneka tongkat dapat dibuat dari kayu
yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya.
d. Boneka Tali
Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai di negara barat.
Perbedaan yang mencolok antara boneka tali dengan boneka yang lain
adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-
gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara menggerakkannya
dengan tali. Maka kedudukan tangan orang yang memainkannya
berada di atas boneka yang dimainkannya. Karakter boneka ini
misalnya, robot dan orang.
e. Boneka Bayang-bayang
Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka
yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-
bayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal
dengan “Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang
semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan
boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. Selain itu diperlukan
lampu untuk membuat bayang-bayang layar.
3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Boneka
Menurut Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi penggunaan boneka
ada 6 yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a. Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait dengan interaksi
pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri.
b. Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan
anak-anak.
c. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan
perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan
telah terpisah dari mereka.
d. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima.
e. Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi.
f. Melatih anak belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan
bermain bersama/bekerjasama.
Menurut Geldard (2008) adapun manfaat penggunaan boneka ada 3,
yaitu:
a. Anak-anak menjadi terlibat secara langsung dalam menciptakan dan
mengucapkan dialog cerita dan menggerakan boneka untuk berakting
dalam cerita.
b. Anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan
cerita.
c. Membuat hubungan anak-anak lebih mudah antara perasaan emosional
mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
E. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Biecheler dan Snowman (dalam Patmonodewo, 2003)
menyatakan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3
sampai 6 tahun. Mereka pada umumya mengikuti program prasekolah dan
Taman Kanak kanak. Di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program
Tempat Penitipan Anak (3 sampai 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3
tahun), sedangkan pada usia 4 sampai 6 tahun pada umumnya mereka
mengikuti program Taman Kanak-kanak.
Anak prasekolah adalah anak yang belum memasuki pendidikan di
bangku Sekolah Dasar (SD). Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada
umunya mengikuti program Taman Kanak-kanak. Program Taman
Kanak-kanak dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas
A merupakan kelas anak -anak yang lebih kecil yaitu usia 3-4 tahun dan
kelas B merupakan kelas anak -anak yang lebih besar yaitu 5-6 tahun.
2. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak Taman Kanak-kanak berusia antara empat sampai enam
tahun, dan setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, yang harus
dipahami oleh para guru, sehingga kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan minat, kebutuhan dan tingkat pemahaman anak. Hal itu sesuai
dalam Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal 2005,
Departemen Agama RI. Pengertian karakteristik anak itu sendiri menurut
Oemar Hamalik (2002) adalah perilaku awal sebagai tingkah laku yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
harus diperoleh anak sebelum memperoleh tingkah laku terminal yang
baru. Perilaku awal tersebut meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan
individual, dan kepribadian. Menurut Sunarto & Hartono (2002), setiap
manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga muncul
perbedaan individu yang meliputi berbagai bidang yaitu:
a. Perbedaan kognitif.
b. Perbedaan dalam kecakapan bahasa.
c. Perbedaan dalam kecakapan motorik.
d. Perbedaan latar belakang.
e. Perbedaan bakat.
f. Perbedaan kesiapan belajar.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa karakteristik anak usia
dini meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan individual, dan
kepribadian yang yang dilihat dari aspek fisik motorik, kognitif, bahasa,
sosial-emosional.
1) Fisik Motorik
Perkembangan motorik dibagi dua yaitu motorik halus dan
motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena
adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat,
berlari, melempar dan memanjat, dan lain sebagainya. Sedangkan
motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus, seperti:
menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sebagainya. Menurut Hurlock (1978) perkembangan motorik
tergantung pada:
a) Perkembangan syaraf dan otot.
b) Kematangan fisik.
c) Mengikuti pola yang dapat diramalkan.
d) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.
e) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.
Mempelajari keterampilan motorik perlu di perhatikan pula
kesiapan dan kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, bimbingan,
model yang baik serta motivasi (Hurlock, 1978) dengan cara trial and
error, meniru dan pelatihan. Anak usia TK memiliki sejumlah ciri
fisik sebagai berikut:
a) Sangat aktif. Anak usia ini sangat menyukai kegiatan yang
dilakukan atas kemauan sendiri.
b) Memerlukan istirahat yang cukup. Setelah melakukan banyak
aktivitas, meskipun sering tidak disadari anak memerlukan
istirahat.
c) Otot-otot besar besar lebih berkembang daripada kontrol
terhadap jari dan tangan. Sehingga anak belum dapat melakukan
aktivitas yang rumit.
d) Koordinasi tangan dan matanya kurang sempurna karena anak
sulit mengalami kesulitan dalam memfokuskan pandangannya
pada objekobjek yang kecil ukurannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
e) Tulang tengkorak masih lunak, sehingga berbahaya jika terjadi
benturan.
f) Motorik halus anak perempuan lebih terampil daripada anak
laki-laki. Snowman (Patmonodewo, 2003).
2) Kognitif
Piaget (Santrock, 2007) mendiskripsikan perkembangan
kognitif anak dalam beberapa tahapan, dan anak usia TK berada pada
tahap pra operasioanal yaitu: anak mulai menggunakan gambaran
gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran
simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan
gambargambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang
melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan
tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan
ini seperti egosentrisme dan sentralisasi. Hal yang berperan penting
dalam perkembangan kognitif menurut Vygotsky (Santrock, 2007)
adalah orang lain dan bahasa. Vygotsky berpendapat bahwa anak
mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional
dengan cara berinteraksi. Perkembangan kognitif berhubungan
dengan konteks sosial. Menurut Bandura (Crain, 2007:), sosialisasi
merupakan proses inklusif yang mempengaruhi hampir tiap jenis
perilaku, termasuk kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3) Bahasa
Anak usia tiga sampai lima tahun oleh Seefeldt & Wasik
(2008) merupakan masa dahsyat di bidang bahasa. Anak usia empat
tahun terjadi peledakan perbendaharaan kata mencapai 4000 sampai
6000 kata. Akan tetapi sering terjadi pemakaian salah kata dan salah
nama benda karena begitu banyak kata-kata baru yang dipelajari.
Bercakap-cakap merupakan kegiatan favorit pada usia ini.
Perbendaharaan kata anak meluas sampai 5000 ke 8000 kata pada
usia lima tahun. Pada usia ini struktur kalimat yang digunakan anak
menjadi lebih rumit. Anak prasekolah menurut Santrock (2007)
mengalami kemajuan dalam pragmatik. Mereka lebih pandai dalam
bercakap-cakap dan muncul pendekatan analitis. Pendekatan analitis
ini muncul jika anak diminta mengatakan sesuatu yang pertama kali
muncul dalam benak mereka ketika mereka mendengar suatu kata.
Hal penting dalam belajar bicara menurut Hurlock (1978) adalah
sebagai berikut:
a) Persiapan fisik untuk berbicara. Kematangan mekanisme bicara
merupakan kematangan syaraf dan otot mekanisme suara yang
meliputi saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah.
b) Kesiapan mental untuk berbicara. Kesiapan mental berhubungan
dengan kematangan otak khususnya pada bagian-bagian asosiasi
otak. Kesiapan ini berkembang pada usia 12 dan 18 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
c) Model yang baik untuk ditiru. Model ini diperlukan anak untuk
mengucapkan kata dengan benar, dan menggabungkan kata
menjadi kalimat yang benar. Jika model yang baik ini kurang
maka anak sulit belajar bicara dan hasilnya berada di bawah
kemampuan mereka.
d) Kesempatan untuk berpraktek. Motivasi anak untuk berbicara
menjadi berkurang tatkala kesempatan berbicara dihilangkan, dan
orang lain tidak mengerti, sehingga anak akan merasa marah dan
putus asa.
e) Motivasi. Jika isyarat dan tangis bisa menjadi pengganti bicara
untuk memperoleh keinginannya, maka dorongan untuk belajar
akan melemah.
f) Bimbingan. Bimbingan yang baik adalah dengan cara:
menyediakan model yang baik, mengatakan kata-kata dengan
perlahan dan jelas sehingga bisa dipahami, dan memberikan
bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap
kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model
tersebut.
4) Sosio emosional
Menurut Seefeldt & Wasik (2008) anak usia tiga-lima tahun
mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara
serasi ungkapan seperti sedih, marah, dan bahagia. Situasi emosi
mereka cepat berubah dan sangat bergantung pada kegiatan. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
juga sulit memisahkan perasaan dari tindakan. Bagi mereka
mengendalikan perasaan hati sering merupakan tantangan.
Mengajarkan anak tentang cara yang sesuai untuk mengungkapkan
emosi mereka merupakan tonggak yang penting dalam
perkembangan mereka. Anak usia empat tahun mulai memahami
bahwa pengungkapan emosi secara ekstrim bisa mempengaruhi orang
di sekitarnya. Mereka mulai memahami bahwa orang lain itu
mempunyai perasaan juga. Sehingga pada saat anak menginjak usia
lima tahun, mereka mulai mengatur emosi dan mengungkapkan
perasaan dengan cara yang secara sosial lebih diterima. Yasin
Musthofa (2007) mengungkapkan bahwa ciri-ciri perkembangan
sosial masa kanak-kanak awal adalah:
a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan di lingkungan keluarga dan
lingkungan bermain.
b) Anak sudah mulai mengikuti peraturan.
c) Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain, walaupun
masih kecenderungan egosentris.
d) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain.
e) Anak mulai memiliki sikap simpati, empati dan altruisme, yaitu
kepedulian terhadap orang lain.
Perilaku sosial anak usia empat tahun menurut Seefeldt &
Wasik (2008) mulai membedakan antara anak-anak yang mereka
sukai untuk bermain dan anak-anak yang mereka tidak sukai. Tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mereka semakin tertarik untuk bermain dengan anak-anak yang lain
dalam sebuah kelompok. Ketika menginjak usia lima tahun mereka
menjadi sangat sosial dengan mengembangkan keterampilan
kerjasama yang efektif. Pada usia tiga sampai lima tahun, menurut
Seefeldt & Wasik (2008), hubungan sosial bisa mempengaruhi
perkembangan kognitif dan emosi anak. Anak-anak yang ditolak
secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah.
Pola perilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak
awal (Hurlock, 1978) meliputi pola perilaku sosial dan pola perilaku
asosial. Pola perilaku sosial meliputi:
a) Kerja sama. Sampai anak berumur 4 tahun mereka belajar
bermain atau bekerjasama dengan anak lain. Semakin banyak
kesempatan yang diberikan untuk melakukan sesuatu bersama,
maka semakin cepat mereka belajar kerja sama.
b) Persaingan. Akan menambah sosialisasi anak jika persaingan
dijadikan dorongan bagi anak untuk berusaha. Tetapi jika
diekspresikan dalam bentuk pertengkaran atau kesombongan
maka akan megakibatkan sosialisasi yang buruk.
c) Kemurahan hati. Anak belajar jika kemurahan hati dengan
berbagai akan menghasilkan penerimaan sosial.
d) Hasrat akan penerimaan sosial. Keinginan untuk diterima oleh
orang dewasa timbul lebih awal kemudian baru timbul diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
oleh teman sebaya. Keinginan ini akan mendorong anak
menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
e) Simpati. Anak baru mulai berperilaku simpatik sampai mereka
mengalami situasi yang mirip dengan duka. Anak
mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong teman atau
menghibur seseorang yang sedang sedih.
f) Empati. Empati hanya berkembang jika anak dapat memahami
ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.
g) Ketergantungan. Ketergantungan akan mendorong anak untuk
berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial.
Ketergantungan kepada orang lain ini dalam bentuk bantuan,
perhatian, dan kasih sayang.
h) Sikap ramah. Anak bersedia bersama atau melakukan sesuatu
untuk orang atau anak lain untuk mengekspresikan sikap ramah
dan kasih sayang anak.
i) Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Sikap ini muncul jika
anak diberi kesempatan dan dorongan untuk berbagi, belajar
memikirkan orang lain, dan berbuat untuk orang lain.
j) Meniru. Anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan
sosial dari meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok
sosial.
k) Perilaku kelekatan (attachment behavior). Ketika bayi anak
mengembangkan kelekatan pada ibu atau pengasuh, perilaku ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kemudian pada saat menginjak masa kanak-kanak awal dialihkan
kepada anak lain dan membina persahabatan dengan mereka.
Menurut Steinberg, Hughes, dan Piaget (Anggani Sudono,
2004) ciri-ciri perkembangan sosio-emosional anak usia 4 tahun
antara lain yaitu: sangat antusias, lebih menyukai bekerja dengan dua
atau tiga teman yang dipilih sendiri, dapat membereskan alat
permainannya, tidak menyukai bila dipegang tangannya, ada
kecenderungan berlari lepas di halaman sekolah, ada keinginan untuk
membawa pulang barang-barang milik sekolah, dan menyukai hasil
pekerjaannya dan selalu ingin membawanya pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Hidayat (2012) menyatakan
bahwa PTBK dalam pengertian ini dimaksudkan untuk meningkatkan
program layanan BK sehingga menjadi lebih baik. PTBK dilakukan oleh
peneliti sendiri oleh karena itu masalah yang akan dipecahkan dalam rangka
peningkatan layanan BK adalah masalah yang dirasakan dan dihadapi oleh
peneliti sendiri.
Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas
dalam konteks proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Sehingga
penelitian ini menjadi bagian dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto 2006) penelitian yang akan
dilakukan menggunakan penelitian tindakan (action research) yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini mengkaji
rendahnya keterampilan bekerjasama pada anak usia dini kelas A TK
Mangunan Yogyakarta. Alternatif pemecahannya dengan bercerita
menggunakan media boneka dari kain flanel. Proses pelaksanaan tindakan
dilakukan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak kelas A Taman Kanak-Kanak
Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Kelas ini terdiri dari 20
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
anak dengan 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek penelitian ini
adalah keterampilan bekerjasama yang dilakukan dengan metode bercerita
menggunakan media boneka dari kain fanel.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas A Taman Kanak-Kanak
Mangunan yang terletak di Jl. Yogya-Solo Km 12 Mangunan Kalitirto
Berbah Sleman Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
November-Desember 2013, selama tiga minggu dengan pembagian waktu
sebagai berikut : satu minggu pertama pada tanggal 28 Novemberr 2013
mengadakan tindakan siklus pertama. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal
5 Desember 2013. Siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 Desember
2013.
D. Setting Penelitian
Penelitian ini menggunakan setting kelas. Data diperoleh pada saat
proses bimbingan klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas.
1. Partisipan dalam Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif
dan beberapa teman pengamat, yaitu:
a. Mitra Kolaboratif
Nama : Francisia Fegawati Pramono, S.Pd.
NIP : -
Pangkat/ Gol. : -
Jabatan : Wali kelas A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. Pengamat 1
Nama : Desak Made Suniari
NIM : 091114018
Status : Mahasiswa BK USD
c. Pengamat 2
Nama : Fransiska Wening Panitis
NIM : 091114012
Status : Mahasiswa BK USD
2. Topik Bimbingan
Upaya perbaikan akan dilaksanakan selama 3 siklus. Masing-
masing siklus adalah satu pertemuan selama 30 menit. Adapun topik
bimbingan pada siklus-siklus perbaikan adalah sebagai berikut:
a. Siklus 1
Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama
Topik Bahasan : Gotong Royong
Waktu : 28 November 2013 pukul 09.30 – 10.00 WIB
Tempat : Aula TK Mangunan
Jumlah Siswa : 20 Orang
b. Siklus 2
Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama
Topik Bahasan : Peduli Sesama
Waktu : 5 Desember 2013 pukul 09.30 – 10.00WIB
Tempat : Ruang Kelas A TK Mangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Jumlah Siswa : 20 Orang
c. Siklus 3
Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama
Topik Bahasan : Kebersamaan
Waktu : 12 Desember 2013 pukul 09.00–10.00 WIB
Tempat : Ruang Aula TK Mangunan
Jumlah Siswa : 20 Orang
3. Pengorganisasian Kelas
Pengorganisasian kelas dalam penelitian ini anak duduk secara
melingkar dan acak agar anak tidak hanya berdekatan dengan teman
terdekatnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terlatih bergabung dengan
teman-teman yang lain.
E. Prosedur Penelitian
Pada PTBK ini peneliti menggunakan model Hopkins (1993) yang
mencakup empat langkah utama namun diawali dengan adanya identifikasi
masalah. Keempat langkah utama tersebut, yaitu: 1) perencanaan (planning),
2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting).
Keempat langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus
(Wiriatmadja, 2005). Keempat langkah tersebut tergambar dalam gambar di
bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar: 3.1
Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993)
Bagan PTBK di atas dapat diartikan bahwa setiap tahapan penelitian
wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria
keberhasilan PTBK itu sendiri. Berdasarkan bagan PTBK dapat diketahui
bahwa kegiatan penelitian diawali dari tahap identifikasi masalah. Tahap
identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan FGD (Focus
Group Discussion) yang meliputi wawancara dan observasi. Kegiatan
tersebut dilakukan untuk merumuskan akar masalah agar lebih mempermudah
peneliti untuk membuat tahap perencanaan. Tahap perencanaan disusun
berdasarkan hasil identifikasi masalah. Tahap ini digunakan sebagai acuan
pemberian tindakan bimbingan.
Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti memberikan tindakan kepada anak
sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pada pelaksanaan
tahapan tindakan ini peneliti tetap melakukan observasi dan wawancara guna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Pada
tahapan ini peneliti akan melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan dan
membuat refleksi setiap siklus.
Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi setelah
melakukan tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan hasil yang
diperoleh melalui observasi. Pada tahapan refleksi ini selain hasil penelitian
dan renungan dari peneliti juga berisi evaluasi proses. Jika pada tahap ini
peneliti belum mencapai tujuan dari patokan yang telah dibuat maka peneliti
akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang telah
dilakukan.
F. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dapat
dijabarkan sesuai dengan bagan PTK di atas. Secara teknis Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling sama dengan PTK namun perbedaan
yang muncul adalah PTK dilaksanakan pada mata pelajaran tertentu dan
PTBK dilaksanakan pada program bimbingan dan konseling. Tahapan pada
bagan di atas dapat diuraikan di bawah ini.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperoleh berdasarkan hasil Focus Group
Discussion (FGD) yang meliputi wawancara dan observasi. Pada
penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan metode FGD melalui
wawancara dan observasi. Dari hasil FGD diperoleh bahwa keterampilan
bekerjasama anak-anak TK Mangunan Yogyakarta kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas yang ada di TK
Mangunan Yogyakarta masih terdapat anak-anak yang tidak menyapa
terhadap sesama teman, terdapat anak yang tidak mau bergabung dengan
teman-teman kelompok. Anak masih terlihat asyik dengan kegiatan
sendiri tanpa membutuhkan interaksi dengan teman bermainnya. Anak
masih terlihat egois dan bermain dengan menguasai permainannya,
Selain itu cara anak bekerjasama dalam sebuah kelompok juga masih
kurang sehingga perlu ditingkatkan.
Berdasarkan observasi di TK Mangunan Yogyakarta saat proses
pembelajaran berlangsung menunjukan masih terdapat siswa yang tidak
mau bergabung dengan kelompok, beberapa anak hanya diam ketika
diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya, Anak hanya
berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja. Kurangnya
keterampilan bekerjasama anak di TK Mangunan Yogyakarta juga bisa
dilihat dari kurangnya interaksi anak dengan teman sebaya dan
kurangnya sikap saling membutuhkan dan kerjasama dalam kegiatan di
sekolah. Misalnya dalam kegiatan menempel berkelompok, anak masih
egois dan tidak mau dibantu teman, dalam kegiatan pembelajaran anak
sulit sekali berbagi alat tulis misalnya penghapus dan pensil. Contoh lain
yaitu anak sulit sekali bekerjasama dalam permainan, misalnya dalam
bermain sepak bola anak hanya ingin menguasai bola tanpa memberi
kesempatan anak yang lain untuk ikut menendang bola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan
melalui wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan observasi
terdapat kesamaan yaitu kurangnya interaksi pada anak, anak-anak masih
egois dan anak-anak tidak mau bergabung dalam kelompok saat guru
kelas membagikan tugas dalam kelompok. Hal ini menunjukan masih
kurang maksimal sikap bekerjasama pada anak.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu
menganalisis data kemudian membuat kesimpulan. Pemilihan rencana
tindakan berdasar FGD yang telah dianalisis untuk mendapatkan inti
permasalahan. Terkait dengan inti permasalahan maka peneliti memilih
topik-topik yang berhubungan dengan keterampilan bekerjasama yang
sesuai dengan tugas perkembangan sosial anak-anak usia dini yaitu
Gotong Royong, Peduli Sesama, dan Kebersamaan. Rencana tindakan
dijabarkan kedalam tiga siklus.
Siklus I
a. Perencanaan (Planing)
Perencanaan tindakan untuk meningkatkan keterampilan
bekerjasama pada anak yaitu melalui metode bercerita menggunakan
boneka dari kain flanel. Cerita yang dipilih “asal mula nyamuk
berdengung” dengan menggunakan media boneka dari kain flannel
dengan karakter orang jawa yang telah disesuaikan dengan judul
cerita yang telah dipilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan
bimbingan klasikal:
a) Peneliti menetapkan cerita rakyat “Asal mula nyamuk
berdengung” yang sesuai dengan kebutuhan anak untuk
meningkatkan keterampilan bekerjasama pada anak. Alasan
pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait
perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolong-
menolong dan cinta damai. Pemilihan boneka berdasarkan
cerita yang akan dibawakan.
b) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang
mendukung cerita, serta media yang sesuai dengan topik
cerita. Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokoh-
tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan
karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka
tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-
macam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa
sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang
berbeda suku.
c) peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta
menetapkan jadwal pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka
a) Peneliti menetapkan SPB dengan topik kerjasama.
b) Peneliti memberikan salam pembuka.
c) Peneliti menetapkan cerita, cerita yang telah dipilih adalah
cerita rakyat dari gunung kidul yaitu “Asal mula nyamuk
berdengung”
d) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang akan
digunakan dan disesuaikan dengan tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung.
e) Peneliti menutup kegiatan.
3) Menyiapkan instrument Interactional Group Disccusion (IGD)
Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dengan
guru kelas, observasi check list, serta dokumentasi.
4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus I apa maksudnya
Wawancara dengan guru kelas, observasi dan dokumentasi,
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
perilaku bekerjasama anak. Indikator keberhasilan dilihat dari
peningkatan setiap siklus.
5) Pelaksanaan tindakan (Action)
Pemberian tindakan melalui bimbingan klasikal dengan
topik yang telah ditetapkan. Bimbingan klasikal diawali dengan
pengantar cerita, kemudian anak-anak mendengarkan cerita
yang diperankan menggunakan boneka dari kain flanel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a) Peneliti mengkondisikan tempat dan suasana yang nyaman
di dalam kelas.
b) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara melingkar dan
secara acak. Hal ini bertujuan agar anak-anak mau
membaur dengan semua temannya tanpa pilih-pilih.
c) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan
memberikan pengantar tentang cerita yang akan
disampaikan.
d) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam
cerita “asal mula nyamuk berdengung‟‟ dengan
menggunakan boneka dari kain flanel.
e) Peneliti bercerita menggunkan boneka dari kain flanel dan
anak-anak mendengarkan.
f) Peneliti memberikan kesempatan pada anak untuk
menceritakan kembali nama-nama tokoh dan sifat-sifat
yang dimiliki tokoh-tokoh dalam cerita.
6) Observasi (observation) atau pengamatan
Observasi dilaksanakan saat peneliti melakukan
bimbingan klasikal. Observasi dilakukan oleh guru kelas dengan
menggunakan check list dan dokumentasi dilakukan oleh mitra
kolaboratif. Pengamatan dilakukan guna mendapatkan rekam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
data mengenai layanan bimbingan klasikal yang telah
dilaksanakan.
7) Refleksi (reflection)
Refleksi ini dilakukan untuk memahami proses dan
melihat pengaruh pelaksanaan bimbingan klasikal terhadap
perubahan perilaku anak secara kognisi, afeksi, psikomotorik
dan konasi serta kendala nyata dalam penelitian tindakan.
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan tindakan selanjutnya.
Siklus II meliputi :
a. Perencanaan (Planing)
Setelah melakukan refleksi dari upaya perbaikan siklus I.
Cerita yang dipilih pada siklus II “bawang merah dan bawang putih”
menggunakan boneka dari kain flannel dengan karakter keluarga
yang disesuaikan dengan cerita. Upaya perbaikan siklus 2 disusun
sebagai berikut:
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan
bimbingan klasikal :
a) Peneliti menetapkan cerita “bawang merah dan bawang
putih”. Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang
putih karena didalam cerita tersebut mengandung nilai sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan merugikan diri
sendiri yang sesuai dengan kebutuhan anak guna untuk
meningkatkan kerjasama pada anak.
b) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang sesuai
dengan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, serta media yang
mendukung cerita. Pemilihan boneka disesuaikan dengan
cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini
peneliti memilih boneka figur keluarga yaitu: ibu, nenek tua,
kakak dan adik. Penggunaan boneka figur keluarga
dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja anggota
dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini diharapkan
anak-anak bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak
memiliki salah satu anggota keluarga
c) Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta
menetapkan jadwal pertemuan.
2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka :
a) SPB dengan topik peduli terhadap sesama.
b) Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa
tengah yaitu „‟Bawang merah dan bawang putih”
c) Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung.
3) Menyiapkan instrument Interactional Group Disccusion (IGD)
penelitian ini menggunakan wawancara dengan guru kelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
observasi checklist yang dilakukan oleh guru kelas, dokumentasi
dilakukan oleh mitra kolaboratif.
4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus II
Wawancara dengan guru kelas, observasi, serta
dokumentasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
keterampilan bekerjasama anak sebagai bahan pertimbangan
untuk melakukan sikus berikutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada siklus kedua menggunakan metode bercerita dengan
media boneka dari kain flanel yang telah disesuaikan dengan topik
bimbingan. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan kualitas dari
keterampilan bekerjasama anak.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Peneliti mengkondisikan tempat agar suasana nyaman. Hal ini
dimaksudkan agar anak tidak bosan dan mendapat suasana baru.
2) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan dan acak.
Bertujuan agar anak-anak mau membaur dengan teman-teman
yang lain.
3) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan
memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam
cerita “Bawang merah dan bawang putih‟‟ dengan menggunakan
boneka.
5) Peneliti bercerita menggunakan boneka dan anak-anak
mendengarkan.
6) Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti
memberikan kesempatan menceritakan kembali tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki.
c. Observasi (Observation) atau Pengamatan
Pengamatan atau obseravasi tetap dilakukan selama proses
pemberian tindakan pada putaran kedua ini. Pengamatan dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal
dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada
anak. Selain melakukan pengamatan peneliti juga melakukan
wawancara dengan guru kelas sedangkan dokumentasi dilakukan
oleh mitra kolaboratif.
d. Refleksi (reflection)
Refleksi ini digunakan untuk melihat pengaruh secara kognisi,
afeksi, psikomotorik pada siklus II guna untuk memperbaiki pada
siklus selanjutnya. Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap diri
sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Siklus III meliputi:
a. Perencanaan (Planing)
Rencana tindakan pada putaran ketiga dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil refleksi pada putaran kedua. Cerita yang
dipilih “Si bungkuk dan si buta” dengan menggunakan media boneka
dari kain flanel dengan karakter manusia yang disesuaikan dengan
cerita tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan
bimbingan klasikal:
a) Peneliti menetapkan cerita “si bungkuk dan si buta” alasan
pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu
berbagi kepada sesama, memaafkan orang yang bersalah dan
bersahabat. Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan
anak-anak usia dini.
b) Peneliti menetapkan boneka yang sesuai dengan tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita serta media yang sesuai dengan
topik cerita. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita
yang akan dibawakan, kali ini boneka yang digunakan
dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman.
c) Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta
menetapkan jadwal pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka:
a) SPB dengan topik kebersamaan.
b) Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa
tengah yaitu „‟Si bungkuk dan si buta”
c) Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung.
3) Menyiapkan Instrument Interactional Group Disccusion (IGD)
Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara
dengan guru kelas, observasi check list yang akan dilakukan
oleh guru kelas, serta dokumentasi.
4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus III
Wawancara dengan guru kelas, observasi, dokumentasi,
untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perilaku
bekerjasama anak yang bisa dilihat dari kenaikan setiap siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan pada siklus ketiga menggunakan metode bercerita
dengan media boneka dari kain flanel yang telah disesuaikan dengan
topik bimbingan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari
perilaku bekerjasama anak.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
1) Peneliti mengkondisikan suasana agar nyaman
2) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan secara
acak, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung
dengan teman-teman terdekat.
3) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan
memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan.
4) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam
cerita “Si bungkuk dan si buta‟‟ dengan menggunakan boneka.
5) Peneliti bercerita menggunkan boneka dan anak-anak
mendengarkan.
6) Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti
memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki.
c. Observasi (Observation) atau Pengamatan
Pengamatan/observasi dilakukan selama proses pemberian
tindakan pada putaran ketiga ini. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal dapat
membantu mengembangkan perilaku bekerjasama pada anak. Selain
itu peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas. serta
dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi pada putaran ketiga dilakukan dengan memperhatikan
pada hasil pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
akan tetap dilanjutkan apabila belum ada perubahan perilaku yang
merupakan indikator dari keterampilan bekerjasama itu sendiri.
Refleksi ini digunakan untuk melihat pengaruh secara kognisi,
afeksi, psikomotorik anak pada siklus III. Refleksi dilakukan oleh
peneliti terhadap diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.
G. Teknik Pengumpulan Data Saat Proses Penelitian
Menurut Wijaya Kusuma (2010) metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Data dan hasil
pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Sumber data adalah
subyek darimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian adalah
menggunakan bukti-bukti dokumentasi, gambar, pengamatan dan instrumen.
Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Wawancara Mendalam
Menurut Dedy Mulyana (2004), wawancara mendalam tergolong
dalam jenis wawancara tak terstruktur. Wawancara mendalam bersifat
luwes, susunan pertanyaan dapat diubah dan disesuaikan dengan
kebutuhan serta kondisi saat wawancara. Dedy Mulyana (2004)
menambahkan bahwa wawancara mendalam adalah metode yang
dimungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya
dan lingkungannya dengan menggunakan istilahnya sendiri tentang
gejala yang diteliti, tidak sekadar menjawab pertanyaan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan
metode wawancara mendalam. Alasan peneliti menggunakan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
wawancara mendalam adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi
yang diinginkan secara lebih detail dan mendalam. Adapun kekurangan
dari wawancara adalah informasi atau data yang diperoleh dari
wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya,
sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.
2. Observasi
Observasi (pengamatan) dapat diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian, dengan menggunakan lembar observasi yang merupakan
panduan dalam melakukan penilaian terhadap indikator-indikator dari
aspek yang diamati. Bentuk lembar observasi (pengamatan) dimaksud
adalah berbentuk daftar dengan daftar checklist berdasarkan aspek-aspek
yang ada dalam indikator keterampilan bekerjasama. Langkah-langkah
menggunakan observasi yaitu, pengamat hanya melakukan pengamatan
kemudian melihat daftar atau lembar observasi, kemudian memberikan
penilaian ke tanda checklist pada lembar observasi.
Alasan peneliti menggunakan observasi yaitu karena banyak
gejala yang diselidiki dengan observasi datanya lebih akurat dan sulit
dibantah. Keunggulan dari observasi yaitu banyak objek yang hanya bisa
diambil datanya hanya dengan observasi. Misalnya karena objek banyak
dan tidak ada waktu untuk wawancara dan mengisi kuesioner. Kejadian
yang serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan
memperbanyak observer dan banyak kejadian yang dipandang kecil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain ternyata sangat
menentukan hasil penelitian. Akan tetapi, observasi juga memiliki
kelemahan yaitu, observasi tergantung pada kemampuan pengamat dalam
mengingat kejadian dan keadaan dalam waktu pengamatan tersebut.
Sering juga menjumpai objek yang tidak menyenangkan karena tahu
bahwa objek tersebut sedang di observasi.
Pedoman Penilaian Observasi Menurut Departemen Agama RI
(2004) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan
berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh
tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Menurut
Pedoman penilaian Kemendiknas dirjen Mandas dan menengah
Direktorat Pembinaan TK SD (2010):
a. Anak yang belum berkembang (BB) Seperti: dalam melaksanakan
tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian diberi tanda
centang ( ).
b. Anak yang mulai berkembang (MB) seperti: anak melaksanakan
tugas namun belum benar, maka pada kolom penilaian diberi tanda
centang ( ).
c. Anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) seperti: anak
melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain, maka pada kolom
penilaian diberi tanda centang ( ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) anak melaksanakan
tugas dan melebihi seperti yang diharapkan, maka pada kolom
penilaian diberi tanda centang ( ).
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prastasi, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto,
2006). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini foto-foto kegiatan
anak.
Alasan peneliti menggunakan dokumentasi adalah untuk
memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok anak
dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas berlangsung
digunakan dokumentasi. Peneliti menggunakan metode ini untuk
mendokumentasikan foto anak yang diambil pada waktu anak dalam
kegiatan bercerita menggunakan boneka.
Keunggulan dari dokumentasi adalah hasil yang diperoleh apabila
ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah, maka
metode ini tidak begitu sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, kelemahan
dari metode ini adalah objek sulit untuk dirubah, harus tetap.
H. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian (Wijaya Kusuma, 2010) adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya
hasilnya lebih baik, dalm arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
lebih mudah diolah. Seperangkat instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara dengan guru kelas. Wawancara ini berdasarkan
aspek-aspek yang ada dalam keterampilan bekerjasama. Adapun kisi-kisi
pedoman wawancara adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Kisi-kisi lembar wawancara terhadap guru kelas
Aspek Sub/
Aspek Dimensi
Pertanyaan
Respons guru
kelas terhadap
keterampilan
bekerjasama
anak
a. Mendengarkan 1. Apakah anak-anak
mendengarkan dengan baik
ketika peneliti bercerita
dengan media boneka?
Jelaskan!
2. Apakah anak-anak
mendengarkan ketika ada
teman bercerita
menggunakan media
boneka? Jelaskan!
b. Menghormati 1. Apakah anak-anak mampu
menghargai dan menaruh
hormat terhadap orang lain?
Misalnya, anak saling
menyapa, mengucapkan
terima kasih? Jelaskan!
c. Interaksi tatap
muka
1. Apakah anak-anak menatap
teman yang sedang bertanya
atau berbicara? Jelaskan!
d. Komunikasi
1. Apakah anak-anak
merespon saat diberi
pertanyaan? Misalnya?
2. Apakah anak-anak
mengarahkan pandangan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
arah lain ketika ada teman
bertanya?
3. Apakah anak-anak
memegang benda lain ketika
ada teman yang bertanya?
e. Interaksi sosial 1. Apakah anak-anak saling
membantu dalam menata
ruang kelas sebelum
memulai kegiatan
bimbingan? Misalnya?
2. Apakah anak-anak saling
berkelahi?
2. Pedoman observasi
Pedoman observasi merupakan garis besar atau kisi-kisi yang
digunakan berdasarkan aspek-aspek keterampilan bekerjasama sebagai
acuan dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data melalui metode
observasi ini dilaksanakan saat bimbingan berlangsung. Adapun kisi-kisi
pedoman observasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi-kisi lembar observasi anak
Aspek Indikator No Item Jumlah
a. Mendengarkan
Mampu menangkap pesan
1,2,3 3
b. Menghormati Mampu menjunjung dan
menghargai orang lain
4,5,6,7 4
c. Interaksi Tatap
muka
Mampu mempengaruhi antara
individu
8,9 2
d. Komunikasi Mampu berinteraksi secara
verbal
Mampu berinteraksi secara
non verbal
10,11,1
2,13,14,
15,
6
e. Interaksi Sosial Mampu mempengaruhi antara
kelompok
16,17,
18
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh
gambaran visualisasi mengenai aktivitas siswa selama proses bimbingan
berlangsung. Dokumentasi berupa foto-foto saat kegiatan berlangsung
selama bimbingan dengan menggunakan media kamera. Dokumentasi
dilakukan untuk melihat catatan-catatan yang dilakukan dalam penelitian.
I. Teknik Analisis Data
Moleong (2005) menyatakan bahwa analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga data ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Adapun
secara lebih rinci analisis datanya adalah sebagai berikut:
1. Analisis data hasil wawancara
Data hasil wawancara dianalisis dengan mendiskripsikan atau
merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada aspek-aspek
keterampilan bekerjasama.
2. Analisis data observasi
Data kuantitatif, yang berupa nilai presentase yang diperoleh pada
aspek yang telah diamati. Data yang diperoleh melalui lembar observasi
setiap setiap siklus dikumpulkan lalu dipresentase berapa siswa yang
berhasil. Ini untuk mengetahui penguasaan anak secara umum. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kualitatif berupa data aktivitas anak yang diperoleh melalui catatan
khusus pencapaian anak dalam keterampilan dalam bekerjasama.
3. Analisis data dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk
melihat catatan-catatan atau arsip-arsip yang dilakukan dalam penelitian.
Data hasil dokumentasi dianalisis dengan mendiskripsikan sesuai gambar
yang diambil.
J. Kriteria Keberhasilan
1. Kuantitatif
Dalam indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu meningkatnya
keterampilan bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media
boneka yaitu 80% dari aspek penilaian. Untuk menentukan keberhasilan
anak, digunakan rumus :
Presentase Kategori
85 – 100% Sangat Baik
71 – 84 % Baik
65 – 70 % Cukup
51 – 64 % Kurang
0 – 50 % Sangat Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
2. Kualitatif
a. Anak-anak mulai bisa menyapa terhadap sesama teman.
b. Anak-anak mulai mau bergabung dengan teman – teman kelompok.
c. Anak tidak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi
dengan teman-temannya.
d. Anak-anak tidak membeda-bedakan teman, misalnya anak-anak
perempuan hanya bergaul dengan yang perempuan saja dan anak
laki-laki hanya bermain dengan yang laki-laki.
e. Anak mulai bisa berbagi makanan kepada teman-teman tanpa pilih-
pilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling ini dilaksanakan di TK
Mangunan Yogyakarta. Tindakan dalam penelitian ini adalah
mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui media boneka dari kain
flanel. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November 2013 sampai
dengan bulan Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus
untuk setiap siklus direncanakan 1 kali pertemuan. Adapun waktu
pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling kelas A TK
MangunanYogyakarta dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas A TK Mangunan
Siklus Hari/Tanggal Topik Media Boneka
Pra Jumat,
4 Oktober 2013
Saling
menolong
Tidak menggunakan media
boneka
I Kamis,
28 November 2013
Gotong
Royong
Menggunakan media boneka
serta media-media yang
mendukung. Boneka yang
digunakan disesuaikan dengan
cerita yang dibawakan saat
bimbingan. Judul cerita pada
siklus I asal mula nyamuk
berdengung.
II Kamis,
5 Desember 2013
Peduli
Sesama
Menggunakan media boneka
dan media yang mendukung.
Boneka disesuaikan dengan
cerita yang dibawakan saat
bimbingan. Judul cerita pada
siklus II bawang merah dan
bawang putih.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
III Kamis,
12 Desember 2013
Saling
membantu
Menggunakan media boneka
dan media yang mendukung.
Boneka disesuaikan dengan
cerita yang dibawakan saat
bimbingan. Judul cerita pada
siklus III si bungkuk dan si
buta.
Penjabaran hasil penelitian dan pembahasan tiap siklus sebagai berikut:
1. Pra Tindakan
Pra tindakan dilaksanakan selama 1 x pertemuan, dengan alokasi
waktu 1 x 30, dan pada bimbingan ini dilakukan observasi untuk
mengamati perilaku anak terkait keterampilan bekerjasama anak.
Tindakan yang dilakukan pra tindakan adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun SPB dengan pertimbangan
dari dosen pembimbing dan guru kelas A TK Mangunan Yogyakarta.
Peneliti juga menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman
wawancara dan observasi yang telah dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan merencanakan
segala sesuatu sebelum pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang
dilaksanakan saat perencanaan meliputi :
1) Penyusunan Perangkat Bimbingan
a) Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
SPB disusun sebagai pedoman pelaksanaan bimbingan
supaya sesuai dengan metode bimbingan yang digunakan.
Metode yang digunakan adalah metode cerita yang
difokuskan untuk keterampilan bekerjasama. Pada pra
tindakan materi yang diberikan adalah saling menolong.
2) Penyusunan Instrumen Penelitian
a) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara untuk guru kelas yang bersangkutan.
Pertanyaan yang diajukan kepada guru sebanyak lima butir.
Wawancara ini digunakan guna untuk menambah wawasan
peneliti yang tidak tercatat dalam observasi.
b) Lembar Observasi
Lembar observasi telah dibuat dan digunakan untuk mencatat
hasil pengamatan selama pelaksanaan pra tindakan terkait
keterampilan bekerjasama selama mengikuti bimbingan.
b. Pelaksanaan Pra Tindakan
Pada hari Jumat, 4 Oktober 2013 melaksanakan pra tindakan.
Peneliti bersama dua mitra kolaboratif. Pada pelaksanaan pra tindakan
ini yang menjadi mitra kolaboratif adalah dua orang guru kelas yang
bersangkutan. Cerita yang diberikan berjudul ”Persahabatan Tiga Ekor
Binatang” peneliti hanya membacakan cerita menggunakan buku
cerita. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pra tindakan yaitu
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
1) Kegiatan awal:
a) Peneliti membuka dengan salam pembuka.
b) Peneliti bersama dengan guru kelas meminta anak-anak
duduk secara rapi di luar halaman sekolah.
c) Peneliti membacakan judul cerita yang akan dibacakan.
2) Kegiatan inti:
a) Peneliti membacakan cerita yang berjudul “Persahabatan
Tiga Ekor Binatang”. Cerita ini menceritakan tiga binatang
yang bersahabat dalam susah dan senang. Sebelumnya
peneliti mengkonsultasikan dengan guru kelas terlebih dahulu
dalam menyesuaikan cerita.
Alasan peneliti memilih cerita tersebut karena
mengandung nilai-nilai sosial seperti saling menolong,
kerjasama, dan tidak membeda-bedakan teman. Selain itu
pemilihan cerita disesuaikan dengan perkembangan anak.
Saat peneliti menceritakan cerita terdapat anak-anak yang
malas untuk mendengarkan cerita, anak-anak bermain dengan
teman-teman terdekatnya, dan ada anak yang pergi tanpa ijin.
b) Peneliti bertanya pada anak-anak seusai membacakan cerita
namun hanya beberapa anak yang spontan merespon
pertanyaan.
c) Peneliti mengajak anak-anak bermain “menuntun orang
buta”. Peneliti meminta anak-anak untuk berpasangan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
orang. Salah satu dari dua orang matanya ditutup
menggunakan kain yang berwarna gelap dan dianggap
sebagai orang yang buta dan tugas anak yang tidak ditutup
matanya adalah menuntun anak yang matanya ditutup
berjalan ke suatu tempat tujuan. Adapun tujuan dari
permainan ini adalah mengajak anak untuk bekerjasama
dalam mencapai tujuan.
Ketika melakukan perjalanan menuntun orang buta
terdapat anak yang mencelakakan temannya yaitu dengan
cara menjatuhkan temannya ke dalam tempat yang kotor,
terdapat pula anak yang menangis karna ditakut-takuti oleh
temannya, dan masih terdapat anak yang menggeret
temannya kedalam lobang yang agak dalam.
3) Kegiatan penutup:
a) Peneliti mengevaluasi kegiatan hari ini dengan cara bertanya
pada anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak.
b) Peneliti mengajak anak-anak bersama-sama membereskan
tikar yang telah dipakai selama kegiatan hari ini.
c) Peneliti mengajak anak-anak bersiap-siap dan berdoa.
d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam dan
pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi Pra Tindakan
1) Data Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas maka ditemukan
beberapa pernyataan sebagai berikut:
a) Bimbingan hari ini kurang menarik karena hanya
menggunakan metode cerita, anak-anak hanya bisa
mendengarkan. Anak-anak kurang menunjukkan rasa
gembira dan kurang merespon pertanyaan yang diberikan.
b) Saat permainan masih terdapat anak-anak yang kurang
antusias, masih terdapat anak-anak yang mengarahkan
pandangan ke arah yang lain, dan anak-anak kurang
menunjukkan muka senang.
2) Data Hasil Observasi
a) Kuantitatif
Tabel 4.2.
Perkembangan keterampilan bekerjasama anak pra tindakan
Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak
BB MB BSH BSB
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi
penjelasan
11 2 3 4
55% 10% 15% 20%
2. Anak dapat mendengarkan ketika
teman sedang berbicara
10 2 2 6
50% 10% 10% 30%
3. Anak bisa merespon saat diberi
pertanyaan
11 2 3 4
55% 10% 15% 20%
4. Anak menyapa teman-temannya 12 3 2 3
605 15% 10% 15%
5. Anak dapat mengucapkan salam 11 2 3 4
55% 10% 15% 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 9 3 3 5
45% 15% 15% 25%
7. Anak berbicara secara sopan kepada
orang lain
12 2 2 4
60% 10% 10% 20%
8. Anak saling senyum dengan teman 10 3 3 4
50% 15% 15% 20%
9. Anak dapat menatap teman yang
sedang berbicara
11 3 2 4
55% 15% 10% 20%
10. Anak mau memberi semangat kepada
teman
10 2 3 5
50% 10% 15% 25%
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 12 2 2 4
60% 10% 10% 20%
12. Anak bisa mengungkapkan
perasaannya
13 3 2 2
65% 15% 10% 10%
13. Anak menunjukan muka senang
(mata berbinar)
12 3 2 3
60% 15% 10% 15%
14. Anak duduk dengan tegap 10 3 3 4
50% 15% 15% 20%
15. Anak menunjukan rasa gembira 9 3 3 5
45% 15% 15% 25%
16. Anak bersama-sama menata ruang
kelas
13 2 2 3
65% 10% 105 15%
17. Anak mau membereskan alat-alat
yang digunakan setelah bermain
11 3 3 3
55% 15% 15% 15%
18. Anak tidak langsung pergi
meninggalkan ruang kelas
12 2 3 3
60% 10% 15% 15%
Tabel prosentase (%) nilai pra tindakan
Hasil yang dicapai pada pra tindakan masih belum maksimal
dan belum mencapai target. Apabila dipresentase keberhasilan
keterampilan bekerjasama dari 20 anak pada pra tindakan ini adalah
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No Hal-hal yang diobservasi Hasil observasi
pra tindakan
1. Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-
sungguh ketika diberi penjelasan
45%
2. Anak dapat mendengarkan ketika teman
sedang berbicara
50%
3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 45%
4. Anak menyapa teman-temannya 40%
5. Anak dapat mengucapkan salam 45%
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 55%
7. Anak berbicara secara sopan kepada orang
lain
40%
8. Anak saling senyum dengan teman 50%
9. Anak dapat menatap teman yang sedang
berbicara
45%
10. Anak mau memberi semangat kepada teman 50%
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 40%
12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 35%
13. Anak menunjukan muka senang (mata
berbinar)
40%
14. Anak duduk dengan tegap 50%
15. Anak menunjukan rasa gembira 55%
16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 35%
17. Anak mau membereskan alat-alat yang
digunakan setelah bermain
45%
18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan
ruang kelas
40%
RATA-RATA 45%
Tabel prosentase (%) nilai perkembangan pra tindakan
b) Kualitatif
Berdasarkan pengamatan, pada pra tindakan anak-anak
kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan
cerita. Anak-anak kurang antusias saat menjawab pertanyaan.
Saat bermain games anak-anak kurang kerjasama dengan
anak-anak yang lain, kurang dalam membaur serta menyapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
teman-temannya, bahkan terdapat anak yang mencelakai
temannya.
Observasi dilakukan oleh peneliti saat proses
bimbingan dan di luar jam bimbingan. Observasi ini
dilakukan saat anak-anak istirahat. Berdasarkan observasi
yang dilakukan peneliti terkait keterampilan bekerjasama
masih terdapat anak yang belum mau bergaul dengan teman-
temannya, anak hanya bergaul dengan teman-teman tertentu
saja. Anak masih belum bisa berbagi makanan saat ada
temannya yang ingin meminta makanannya. Anak masih
harus dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan untuk
menyapa orang lain dan mengucapkan terima kasih.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan bimbingan dengan metode bercerita
dengan media boneka pada pra tindakan, selanjutnya dilaksanakan
refleksi terhadap bimbingan yang telah berlangsung. Guru kelas dan
peneliti mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan selama
pelaksanaan pra tindakan dan melakukan evaluasi.
Secara umum, pelaksanaan bimbingan klasikal telah sesuai
dengan SPB yang telah disusun. Namun demikian, masih terdapat
hambatan yang muncul saat pelaksanaan sehingga perlu dilakukan
perbaikan. Beberapa hambatan itu antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
1) Saat peneliti bercerita, sebagian anak tidak memperhatikan dan
mendengarkan
2) Anak bermain dengan benda yang lain ketika mendengarkan
cerita.
3) Saat bermain games anak-anak belum terlibat sepenuhnya.
4) Anak-anak kurang antusias.
2. Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam 1 x pertemuan, dengan alokasi waktu 1
x 30 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Perencanaan
Siklus I dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan
yang terjadi pada saat pra tindakan, yaitu lebih meningkatkan kegiatan
bimbingan dengan menghadirkan media boneka dari kain flanel, anak
diingatkan untuk lebih memperhatikan cerita yang akan disampaikan
oleh pembimbing dengan menggunakan boneka dari kain flanel. Pada
tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti menyusun Satuan
Layanan Bimbingan (SPB). Pada bimbingan ini, peneliti lebih
memfokuskan pada cerita yang berisi pesan-pesan mengenai
kerjasama dengan orang lain menggunakan boneka dari kain flanel
dan media yang menarik berdasarkan refleksi dari pra tindakan.
Selanjutnya peneliti juga menyusun instrumen penelitian seperti
pedoman wawancara dan observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
SPB dengan cerita asal mula nyamuk berdengung dan media boneka
dari kain flanel yang telah disiapkan. Peneliti memilih boneka yang
sesuai dengan tokoh-tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang
digunakan dengan karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan
boneka tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-macam
suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa sehingga anak-anak
dapat menghormati teman-teman yang berbeda suku. Cerita rakyat
yang dipilih sudah dimodifikasi oleh peneliti dengan
menyederhanakan alur cerita dan menggunakan gambar-gambar
sebagai simbol untuk memudahkan anak. Alasan pemilihan cerita
karena mengandung nilai-nilai sosial terkait perkembangan anak usia
dini seperti kerjasama, tolong-menolong dan cinta damai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Peneliti sebelumnya telah mengkonsultasikan kepada dosen
pembimbing dan guru kelas yang bersangkutan. Selama bimbingan
berlangsung peneliti dibantu oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam
melakukan pengamatan. Topik yang dibahas dalam pelaksanaan
tindakan siklus I adalah “Gotong Royong”. Siklus I dilakasanakan
pada tanggal 28 November 2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai
10.00 WIB. Jumlah siswa yang hadir pada siklus I berjumlah 20
siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan yang terjadi pada siklus I sebagai
berikut :
1) Kegiatan Awal
a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking
agar suasana menjadi nyaman.
b) Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak,
hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung
dengan teman-teman terdekat.
c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
“asal mula nyamuk berdengung” dengan menggunakan
boneka dari kain flanel.
2) Kegiatan Inti
a) Peneliti bercerita menggunakan boneka dari kain flanel
dengan judul cerita “asal mula nyamuk berdengung”. Cerita
ini cerita rakyat dari daerah gunung kidul yogyakarta yang
menceritakan kerjasama antara pak dukuh, mbok surmi, trinil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dan trunul serta para warga yang bekerjasama dalam
mengusir ratu nyamuk yang selama ini mengganggu para
warga. Berkat kerjasama para warga akhirnya mereka mampu
memberantas ratu nyamuk itu.
Cerita rakyat dimodifikasi oleh peneliti dengan
menyederhanakan alur cerita dan menggunakan gambar-
gambar sebagai simbol untuk memudahkan anak. Alasan
pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait
perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolong-
menolong dan cinta damai. Pemilihan boneka berdasarkan
cerita yang akan dibawakan.
Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokoh-
tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan
karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka
tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-
macam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa
sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang
berbeda suku.
b) Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita yang
disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam
cerita?”, “siapa yang mau menjadi pak dukuh, trinil dan
trunul, mbok surti, Mengapa?”, siapa yang tidak mau menjadi
ratu nyamuk? mengapa?‟‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
c) Peneliti mengajak anak-anak bermain “menjala nyamuk”
yang diperankan menggunakan boneka dari kain flanel.
Pertama-tama peneliti menawarkan siapa yang mau menjadi
salah satu tokoh dalam cerita menjala nyamuk. Anak-anak
antusias dan bersemangat ingin menjadi salah satu peran
dalam cerita menjala nyamuk. Kemudian peneliti
memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih boneka
yang sesuai dengan perannya.
Tokoh-tokoh yang ada dalam bermain menjala
nyamuk yaitu: nyamuk-nyamuk yang suka mengganggu,
trinil dan trunul yang baik hati. Peneliti memulai bermain
menggunakan boneka dan bertanya kepada nyamuk mengapa
suka mengganggu, kemudian nyamuk-nyamuk itu
menjawab”karena kau lapar, karena aku bisa terbang, karena
aku tidak bisa diam”. Kemudian peneliti bertanya kepada
trunul dan trinil “trunul dan trinil apakah kalian sering
diganggu oleh para nyamuk?”. Trunul dan trinil menjawab
bermacam-macam jawaban. Lalu peneliti bertanya kembali
“apakah yang harus kita lakukan untuk mengusir nyamuk-
nyamuk itu”?. Anak-anak pun antusias dan bersemangat
menjawab untuk mengusir nyamuk-nyamuk itu. Mereka
akhirnya berhasil mengusir nyamuk-nyamuk yang suka
mengganggu itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Melalui penggunaaan boneka anak-anak dapat
berkreasi, merespon pertanyaan yang diberikan oleh orang
lain, anak menjadi lebih berani berbicara dan menghargai
pendapat teman, anak-anak belajar kerjasama dalam
menyelesaikan masalah.
3) Penutup
a) Peneliti melakukan evaluasi mengenai bimbingan hari ini
dengan cara bertanya kepada anak-anak apakah hari ini
menyenangkan atau tidak.
b) Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi
c) Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang.
d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam kemudian
pulang.
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi
1) Data Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas maka ditemukan
pernyataan sebagai berikut:
a) Bimbingan hari ini menyenangkan karena menggunakan
media boneka sehingga anak-anak sangat tertarik baik dari
cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu
sendiri.
b) Bermain menggunakan boneka cukup mengajarkan anak-
anak kerjasama dengan teman-teman yang lain. Misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
anak-anak sudah mulai menyapa teman-temannya. Anak-
anak sudah terlihat antusias saat bermian boneka.
c) Ya, sudah mulai memperhatikan dan mendengarkan ketika
pencerita bercerita dengan boneka, anak-anak sudah mulai
mendengarkan dan memperhatikan meskipun masih ada
beberapa anak yang masih perlu dibantu.
d) Ya, ketika ada teman yang maju di depan bercerita dengan
boneka anak-anak terlihat sudah mulai memperhatikan dan
mulai mendengarkan. Namun ada beberapa anak yang masih
harus diingatkan.
e) Ya, sudah mulai menyapa teman-teman sekitarnya, mulai
menyapa ibu guru misalnya mengucapkan selamat pagi atau
siang. Beberapa anak sudah mulai bisa mengucapkan terima
kasih tanpa harus ada bantuan dari guru tapi ya masih ada
yang belum mampu mengucapkan terima kasih saat diberi
pertolongan.
f) Terkait keterampilan bekerjasama pada hari ini masih
terdapat anak yang belum bersama-sama menata ruang kelas
yang akan digunakan, masih terdapat anak yang bermalas-
malasan, dan masih terdapat anak yang berbicara dengan
teman yang lain ketika mengikuti bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
g) Saat anak-anak dibagi dalam kelompok kecil dan harus
mendengarkan teman yang sedang berbicara anak-anak sudah
mulai mampu menghargai temannya.
h) Ya, anak-anak sudah mulai merespon saat diberi pertanyaan
oleh peneliti terkait cerita yang dibawakan. Namun yang
belum bisa merespon juga masih ada beberapa anak.
i) Anak-anak mulai memperhatikan teman yang berbicara di
depan kelas. Sebagian anak sudah mulai mampu
memperhatikan teman yang berbicara dan tidak mengalihkan
pandangan ke arah lain.
j) Anak-anak sebagian sudah saling membantu dalam menata
ruang kelas saat bimbingan akan berlangsung. Misalnya
beberapa anak sudah mulai bersama-sama menata meja dan
kursi mereka.
2) Data Hasil Observasi
a) Kuantitatif
Tindakan siklus 1 dilaksanakan untuk mengembangkan
keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalah-
masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan.
Observasi yang dilakukan pada saat bimbingan berlangsung
menghasilkan data siklus I yang dirangkum dalam hasil
observasi 20 anak sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tabel 4.3.
Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus I
Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak
BB MB BSH BSB
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 7 4 4 5
35% 20% 20% 25%
2. Anak dapat mendengarkan ketika teman
sedang berbicara 7 3 5 5
35% 15% 25% 25%
3. Anak bisa merespon saat diberi
pertanyaan 7 2 4 7
35% 10% 20% 35%
4. Anak menyapa teman-temannya
7 3 5 5
35% 15% 25% 25%
5. Anak dapat mengucapkan salam 6 3 5 6
30% 15% 25% 30%
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 6 4 5 5
30% 20% 25% 25%
7. Anak berbicara secara sopan kepada
orang lain 6 3 5 6
30% 15% 25% 30%
8. Anak saling senyum dengan teman 5 2 6 7
25% 10% 30% 35%
9. Anak dapat menatap teman yang sedang
berbicara 5 3 5 7
25% 15% 25% 35%
10. Anak mau memberi semangat kepada
teman 6 3 5 6
30% 15% 25% 30%
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 6 4 5 5
30% 20% 25% 25%
12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 5 3 6 6
25% 15% 30% 30%
13. Anak menunjukan muka senang (mata
berbinar) 5 4 5 6
25% 20% 25% 30%
14. Anak duduk dengan tegap
6 4 4 6
30% 20% 20% 30%
15. Anak menunjukan rasa gembira
6 3 4 7
30% 15% 20% 35%
16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 5 4 5 6
25% 20% 25% 30%
17. Anak mau membereskan ala-alat yang
digunakan setelah bermain
6 3 5 6
30% 15% 25% 30%
18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan
ruang kelas 7 4 4 5
35% 20% 20% 25%
Tabel Prosentase (%) Nilai siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan
bekerjasama dari 20 anak pada siklus I adalah sebagai
berikut:
No Hal-hal yang diobservasi
Hasil
observasi
siklus I
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi
penjelasan
65%
2. Anak dapat mendengarkan ketika
teman sedang berbicara
65%
3. Anak bisa merespon saat diberi
pertanyaan
65%
4. Anak menyapa teman-temannya 65%
5. Anak dapat mengucapkan salam 70%
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 70%
7. Anak berbicara secara sopan kepada
orang lain
70%
8. Anak saling senyum dengan teman 75%
9. Anak dapat menatap teman yang sedang
berbicara
75%
10. Anak mau memberi semangat kepada
teman
70%
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 70%
12. Anak bisa mengungkapkan
perasaannya
75%
13. Anak menunjukan muka senang (mata
berbinar)
75%
14. Anak duduk dengan tegap 70%
15. Anak menunjukan rasa gembira 70%
16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 75%
17. Anak mau membereskan ala-alat yang
digunakan setelah bermain
70%
18. Anak tidak langsung pergi
meninggalkan ruang kelas
65%
RATA-RATA 70%
Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
b) Kualitatif
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,
tampak beberapa anak yang belum bersama-sama menata
ruang kelas ketika akan memulai bimbingan, beberapa anak
masih duduk bersandar dan malas saat mendengarkan cerita
dengan menggunakan media boneka, dan beberapa anak
masih berbicara dengan teman yang lain ketika diberi
pertanyaan. Selain di kelas peneliti melakukan observasi di
luar kelas tepat saat anak anak istirahat. Sebagian anak
membereskan meja dan kursi yang telah dipakai saat
bimbngan berlangsung. Salah satu anak mengatakan “ ayo
dibereskan dulu kursinya bareng-bareng” lalu ada beberapa
anak langsung membereskan kursi secara bersama-sama.
Beberapa anak istirahat di kelas dan makan bekal yang
dibawanya dari rumah. Tiba-tiba ada satu anak yang
membuka bekalnya dan makan. Satu anak datang dan
meminta sedikit makanannya namun tidak diijinkan. Lalu ada
satu anak datang dan berkata “kan kata ibu guru kita harus
bebagi makanan sama teman, nggak boleh pelit‟‟ lalu si anak
tersebut membagi makanannya dan tersenyum.
Pada anak-anak yang lain dijumpai mereka sedang
bermain bola di halaman sekolah. Ada satu anak jatuh karena
bermain bola dan menangis kemudian teman-teman yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
menghampiri dan melihatnya. Lalu beberapa anak
mengatakan “udah jangan nangis ya” anak yang lain
mengatakan “ayo dibawa ke tempat bu guru di kantor biar
dikasih obat terus udah nggak sakit lagi”. Kemudian anak-
anak bersama-sama membawa teman yang sakit ke ruang
guru untuk diobati.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak sudah mulai
bisa membangun kerjasama. Hal ini terlihat saat anak-anak
saling membantu dan saling mengingatkan antar teman yang
satu dengan yang lain.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi
yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan
untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan
bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Pada siklus I anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat
peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu
menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain
boneka dengan judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu
bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak
bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
pun mampu bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada
siklus I beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa dilihat
ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun
orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah
mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah
mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang
mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak
sudah mampu mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat
anak-anak bersama-sama mendengarkan pengumuman dan
mengucapkan salam.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa
antusias anak mengikuti bimbingan pada saat menggunakan media
boneka pada siklus I lebih baik dibandingkan dengan pra tindakan.
Pada siklus I ada hambatan-hambatan yang dialami yaitu anak-anak
masih sulit untuk diarahkan, tidak mendengarkan penjelasan peneliti,
dan hanya mau bergabung dengan teman-teman terdekatnya. Peneliti
pada saat siklus I mempunyai kekurangan dalam menyampaikan cerita
menggunakan boneka yaitu suara yang kurang jelas dan volume yang
kurang keras. Peneliti belum tegas dalam menegur anak yang malas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
3. Siklus II
Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I, dalam pelaksanaan
perbaikan siklus II bertujuan untuk memperbaiki tindakan pada siklus I.
Siklus II dilaksanakan I kali pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 30
menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan
yang terjadi pada saat siklus I, yaitu peneliti membawakan cerita yang
berbeda dan lebih menarik dengan media boneka dari kain flanel yang
disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih.
Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan cerita terlebih dahulu
kepada guru kelas yang bersangkutan. Alasan pemilihan cerita
bawang merah dan bawang putih karena di dalam cerita tersebut
mengandung nilai-nilai sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya
akan merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan
cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini peneliti
memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan adik. Penggunaan
boneka figur keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja
yang termasuk anggota dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga
ini anak-anak diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang
tidak memiliki salah satu anggota keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Ket: Peneliti bercerita dengan boneka
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
SPB dan media boneka yang telah disiapkan. Peneliti sebelumnya
telah mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru kelas
yang bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu
oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam melakukan pengamatan. Topik
yang dibahas dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah “peduli
terhadap sesama”. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Desember
2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai 10.00 WIB. Jumlah siswa yang
hadir pada siklus II berjumlah 20 siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan
yang terjadi pada siklus II sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking
agar suasana menjadi nyaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
b) Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak, hal
ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan
teman-teman terdekat.
c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
“Bawang Merah dan Bawang Putih” dengan menggunakan
boneka.
2) Kegiatan Inti
a) Peneliti bercerita menggunakan boneka dengan judul cerita
“Bawang Merah dan Bawang Putih”. Cerita ini menceritakan
tentang alkisah dua orang perempuan yang baik hati (bawang
putih) dan berhati jahat (bawang merah) serta ibu tiri yang
jahat (ibu bawang merah). Bawang putih pernah diusir oleh
ibu tirinya dan kemudian dia bertemu dengan seorang nenek
yang baik hati dan memberinya labu yang berisi emas.
Bawang merah dan ibunya iri melihatnya, akhirnya mereka
berdua datang untuk menemui sang nenek dan meminta labu
tapi yang terjadi adalah labu itu berisi ular yang membunuh
mereka berdua. Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan
cerita terlebih dahulu kepada guru kelas yang bersangkutan.
Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang
putih karena di dalam cerita tersebut mengandung nilai-nilai
sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan
merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini
peneliti memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan
adik. Penggunaan boneka figur keluarga dimaksudkan untuk
memperkenalkan siapa saja yang termasuk anggota dalam
keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini anak-anak
diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak
memiliki salah satu anggota keluarga.
b) Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita yang
disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam
cerita?”, “siapa yang mau menjadi bawang merah, bawang
putih, ibu tiri dan nenek? Mengapa?”.
Anak-anak merespon secara bersama-sama secara spontan
saat diberi pertanyaan.
c) Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka.
Peneliti menetapkan judul cerita yaitu pak tani, bebek dan si
kancil yang suka mencuri. Peneliti menanyakan pada anak-
anak siapakah yang ingin menjadi peran dalam tokoh cerita
itu, lalu anak-anak bersemangat ingin menjadi salah satu
tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak kemudian memilih
boneka sesuai dengan keinginannya.
Setelah anak-anak selesai mengambil boneka peneliti
memulai membuka “teman-teman yang pintar mari kita
mendengarkan cerita pak tani, bebek dan si kancil yang suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
mencuri”. Anak-anak dengan bersemangat mendengarkan
cerita. Peneliti bertanya „ pak tani, apa yang bapak tanam di
ladang itu?”, lalu pak tani menjawab” aku menanam cabe,
tomat, timun dan kol”. Kemudian bebek mencetus “aku
temannya pak tani dan suka membantu pak tani”. Pak tani
dan bebek bersahabat.
Peneliti bertanya kepada kancil “halooo kancil”,lalu
kancil menjawab” hai hahahah aku mau mencuri di
ladangnya pak tani‟. Pak tani mendapati hasil tanamannya
hilang setiap hari. Lama kelamaan pak tani mengetahui
kancilah yang sering mencuri tanamannya, hati pak tani sedih
sekali. Sang kodok merasa kasihan kepada pak tani. Peneliti
bertanya kepada anak-anak “teman-teman mari kita bantu pak
tani dan sang kodok supaya tanaman pak tani tidak dicuri lagi
oleh kancil”. Kemudian anak-anak menjawab “ kita buat
lubang supaya kancil masuk lubang, buat tali lalu diikat,
disemprot”. Peneliti bertanya kepada pak tani “bagaimana
pak tani”? lalu pak tani menjawab “ahaaa kita buat lubang
saja biar kancil masuk lubang terus mati”. Kemudian pak tani
membuat lubang dengan dibantu sang kodok. Akhirnya
kancil punterperangkap dalam lubang itu dan menjerit-jerit
kesakitan. Lalu kancil meminta maafkepada pak tani dan pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
tani pun memaafkan kancil dengan syarat janji tidak akan
mengulangi lagi.
Melalui bermain boneka ini anak-anak diharapkan
bisa peduli dengan teman-teman atau orang yang sedang
berkesusahan. Melalui cerita menggunakan boneka, anak-
anak bersama diajak untuk membantu pak tani yang sedang
susah karena tanamannya dicuri oleh kancil. Peneliti bertanya
kepada anak-anak dalam cerita tadi “siapa yang menyerupai
kamu?”, siapakah yang tidak seperti kamu?”. Anak-anak
antusias dan bersemangat saat bimbingan berlangsung.
3) Penutup:
a) Peneliti melakukan evaluasi mengenai bimbingan hari ini
dengan cara bertanya kepada anak-anak apakah hari ini
menyenangkan atau tidak.
b) Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi
c) Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang.
d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam kemudian
pulang.
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi
1. Data Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan guru pendidik maka ditemukan
pernyataan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
a) Bimbingan hari ini sangat menyenangkan karena
menggunakan media boneka dan cerita yang bervariasi
sehingga anak-anak sangat tertarik dan antusias baik dari
cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu
sendiri.
b) Bermain boneka dengan bercerita dapat meningkatkan
kerjasama anak. Anak yang biasanya hanya diam sekarang
sudah mulai mau berbicara. Anak-anak sudah mulai mau
berbaur dengan teman-teman yang lain. Anak-anak sangat
antusias dan bersemangat saat mengikuti bimbingan.
c) Ya, sebagian besar anak-anak mendengarkan saat peneliti
bercerita menggunakan media boneka, hal ini terliahat saat
anak-anak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti.
d) Ya, ketika ada teman yang sedang bercerita di depan kelas
sebagian anak sudah bisa mendengarkan serta
memperhatikan.
e) Anak-anak sudah saling menyapa, mengucapkan terima kasih
dan mengucapkan salam tanpa harus ada aba-aba dari guru.
f) Ya, sebagian besar anak sudah mampu menatap teman yang
mengajaknya bicara tanpa mengalihkan pandangan ke arah
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
g) Anak-anak sebagian besar merespon saat diberi pertanyaan,
serta mampu bersama-sama memecahkan masalah yang
diberikan secara bersama-sama.
h) Anak-anak mampu membereskan tempat yang dipakai saat
bimbingan berlangsung tanpa aba-aba dari guru.
2. Data Hasil Observasi
a) Kuantitatif
Tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengembangkan
keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalah-
masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan.
Observasi yang dilakukan pada saat bimbingan berlangsung
menghasilkan data siklus II yang dirangkum dalam hasil
observasi 20 anak sebagai berikut :
Tabel 4.4.
Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus II
Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak
BB MB BSH BSB
1. Anak dapat mendengarkan
dengan sungguh-sungguh
ketika diberi penjelasan
4 5 5 6
20% 25% 25% 30%
2. Anak dapat mendengarkan
ketika teman sedang
berbicara
3 6 6 5
15% 30% 30% 25%
3. Anak bisa merespon saat
diberi pertanyaan
3 5 6 6
15% 25% 30% 30%
4. Anak menyapa teman-
temannya
3 4 5 8
15% 20% 25% 40%
5. Anak dapat mengucapkan
salam
2 5 6 7
10% 25% 30% 35%
6. Anak bisa mengucapkan 2 6 6 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
terima kasih 10% 30% 30% 30%
7. Anak berbicara secara sopan
kepada orang lain
3 6 6 5
15% 30% 30% 25%
8. Anak saling senyum dengan
teman
1 5 6 8
5% 25% 30% 40%
9. Anak dapat menatap teman
yang sedang berbicara
1 6 6 7
5% 30% 30% 35%
10. Anak mau memberi
semangat kepada teman
2 5 7 6
10% 25% 35% 30%
11. Anak bisa berbicara dengan
jelas
3 6 5 6
15% 30% 25% 30%
12. Anak bisa mengungkapkan
perasaannya
1 6 6 7
5% 30% 30% 35%
13. Anak menunjukan muka
senang (mata berbinar)
1 5 7 7
5% 25% 35% 35%
14. Anak duduk dengan tegap
2 5 5 8
10% 25% 25% 40%
15. Anak menunjukan rasa
gembira 0 6 7 7
0% 30% 35% 35%
16. Anak bersama-sama menata
ruang kelas
2 6 6 6
10% 30% 30% 30%
17. Anak mau membereskan
alat-alat yang digunakan
setelah bermain
2 5 6 7
10% 25% 30% 35%
18. Anak tidak langsung pergi
meninggalkan ruang kelas
1 5 6 8
5% 25% 30% 40%
Tabel Prosentase (%) Nilai siklus II
Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan
bekerjasama dari 20 anak pada siklus II adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
No Hal-hal yang diobservasi
Hasil
observasi
siklus II
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi
penjelasan
80%
2. Anak dapat mendengarkan ketika teman
sedang berbicara
85%
3. Anak bisa merespon saat diberi
pertanyaan
85%
4. Anak menyapa teman-temannya 85%
5. Anak dapat mengucapkan salam 90%
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 90%
7. Anak berbicara secara sopan kepada
orang lain
85%
8. Anak saling senyum dengan teman 95%
9. Anak dapat menatap teman yang sedang
berbicara
95%
10. Anak mau memberi semangat kepada
teman
90%
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 85%
12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 95%
13. Anak menunjukan muka senang (mata
berbinar)
95%
14. Anak duduk dengan tegap 90%
15. Anak menunjukan rasa gembira 100%
16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 90%
17. Anak mau membereskan alat-alat yang
digunakan setelah bermain
90%
18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan
ruang kelas
95%
RATA-RATA 90%
Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
b) Kualitatif
Berdasarkan observasi pada siklus II, anak-anak
menunjukan rasa gembira, anak-anak mendengarkan dengan
sungguh-sungguh, anak-anak merespon saat diberi
pertanyaan. Namun masih terdapat anak yang belum
bersama-sama menata ruang kelas. Pada bimbingan hari ini
siswa tampak lebih serius dan antusias mendengarkan cerita
menggunakan media boneka.
Observasi yang dilakukan peneliti tidak hanya di dalam
kelas tetapi di luar kelas terutama saat jam istirahat. Saat jam
istirahat hampir semua anak-anak berhamburan untuk keluar
kelas dan bermain. Peneliti menjumpai beberapa anak yang
tinggal di dalam kelas. Anak-anak membuka bekal mereka
dan makan di kelas. Salah satu anak membuka bekalnya
namun karena terlalu kuat membuka tutupnya maka
makanannya pun berhamburan di lantai. Lalu si anak tersebut
menangis dan seketika itu juga teman-teman yang ada di
kelas bersama-sama membantu membereskan makanan yang
jatuh ke lantai. Teman-teman yang lain menawarkan
makanannya dan kemudian mereka makan bersama.
Di luar kelas dijumpai anak laki-laki sedang bermain
sepak bola sendiri kemudian datang beberapa anak
mendatanginya. Lalu si anak tersebut mengajak anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
yang lain untuk bermain bola secara bersama-sama. Dengan
rasa gembira mereka bermain bola secara bersama sama.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak sudah
berkembang dengan baik dalam bekerjasama dengan orang
lain. Hal ini dapat dilihat pada anak-anak yang dengan
sendirinya tanpa bantuan orang lain dapat membantu teman-
teman yang lain.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi
yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan
untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan
bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Pada siklus II anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat
peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu
menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain
boneka dengan judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu
bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak
bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak
pun mampu bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada
siklus II beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dilihat ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman
ataupun orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak
sudah mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah
mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang
mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak
sudah mampu mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat
anak-anak bersama-sama membantu temannya yang kesusahan,
mendengarkan penjelasan dan mengucapkan salam.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa
antusias dan semangat anak mengikuti bimbingan pada saat
mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus II lebih
baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dilihat dari sikap anak
yang mendengarkan dan bersemangat saat peneliti bercerita
menggunakan media boneka. Pada saat kegiatan bermain boneka
sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya
saat memecahkan masalah.
4. Siklus III
Siklus III dilaksanakan dengan alokasi waktu 1 x 30 menit. Siklus
III dilakukan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang muncul dan
hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II. Pada akhir siklus III juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
dilakukan observasi oleh mitra kolaboratif. Pada tindakan siklus III,
tindakan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Siklus III dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan
yang terjadi pada saat siklus II, yaitu peneliti ingin lebih
meningkatkan keterampilan bekerjasama anak melalui media boneka
dari kain flanel. Dalam siklus ini, peneliti menggunakan boneka yang
berbeda dengan siklus II. Anak-anak diajak untuk memperhatikan saat
peneliti bercerita menggunakan boneka. Pada tahap perencanaan
tindakan siklus III, peneliti menyusun Satuan Layanan Bimbingan
materi “Saling membantu”. Peneliti juga menyusun instrumen
penelitian seperti pedoman observasi dan pedoman wawancara.
Cerita yang telah dipilih si bungkuk dan si buta. Alasan
pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu berbagi
kepada sesama,memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Hal
tersebut terkait dengan tugas perkembangan anak-anak usia dini.
Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih, kali ini
boneka yang digunakan dengan karakter keluarga yaitu saudara atau
teman supaya anak-anak lebih mengenal anggota keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Ket: Peneliti bercerita dengan boneka
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
SPB yang telah disusun oleh peneliti dan sebelumnya telah
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pendidik yang
bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu oleh
dua mitra kolaboratif dalam melakukan pengamatan. Materi siklus III
mencakup saling membantu yang disajikan melalui media boneka,
adapun tahap-tahap pelaksanaan bimbingan pada siklus III adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking
agar suasana menjadi nyaman.
b) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara acak, hal ini
bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan
teman-teman terdekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita “Si
buta dan si bungkuk” dengan menggunakan boneka.
2) Kegiatan Inti
a) Peneliti bercerita menggunakan media boneka dengan judul
cerita “si buta dan si bungkuk”. Cerita ini menceritakan si
buta dan si bungkuk yang bersahabat sejak lama. Si buta dan
si bungkuk sering berburu binatang untuk dimasak. Suatu
ketika mereka berburu binatang di hutan dan mendapatkan
hasil buruan, namun si bungkuk berbuat licik kepada si buta.
Lama kelamaan si buta mengetahui jika diakali oleh si
bungkuk. Si buta marah dengan si bungkuk, namun akhirnya
mereka berdua saling memaafkan dan kembali menjadi
sahabat. Peneliti terlebih dahulu mengkonsultasikan cerita
tersebut kepada guru pembimbing sebelum bimbingan
berlangsung. Alasan pemilihan cerita karena mengandung
nilai-nilai sosial yaitu berbagi kepada sesama,memaafkan
orang yang bersalah kepada kita.
Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan
anak-anak usia dini. Pemilihan boneka disesuaikan dengan
cerita yang telah dipilih, kali ini boneka yang digunakan
dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman. Peneliti
bertanya pada anak-anak mengenai cerita si bungkuk dan si
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
buta. Siapa sajakah nama-nama tokoh pemain dalam cerita
tersebut? Siapa yang ingin menjadi si buta? Si bungkuk?.
Peneliti bertanya kepada anak-anak mengenai cerita si
buta dan si bungkuk. Siapa saja nama tokoh-tokoh pemain
dalam cerita tersebut?, Siapa yang ingin menjadi si buta dan
si bungkuk? Mengapa?
b) Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka.
Saat ini peneliti mengajak anak-anak bermain boneka secara
spontan tanpa memberikan judul. Peneliti hanya memberikan
nama-nama tokoh yaitu teddy, jheny, dan kakak. Anak-anak
berantusias ingin memerankan. Peneliti memilih anak-anak
yang belum pernah menjadi peran dalam cerita. Mula-mula
peneliti bertanya kepada kakak “hai kakak apa yang akan
kamu lakukan?”, lalu kakak menjawab “aku akan mengajak
jhenny ke mall beli baju, yuk jhenny ke pasar‟ jhenny
menjawab “iya kak aku ikut ke pasar”. Dan teddy hanya diam
saja karena tidak diajak ke mall oleh kakak dan jhenny.
Peneliti bertanya pada anak-anak “bagaimana ya perasaan
teddy?” lalu anak-anak menjawab kasihan dan sedih. Penelliti
kemudian bertanya “bagaimana jika kita menghibur tedy agar
tidak sedih lagi” salah satu anak menjawab “aku mau nyanyi
buat teddy” lalu anak tersebut menyanyi lihat kebunku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Peneliti bertanya kepada teddy “ bagaimana teddy senang
ngga?” teddy menjawab senang dan tersenyum. Peneliti
mengajak anak-anak bernyanyi “burung pipit‟ bersama-sama.
Alasan pemilihan boneka menggunakan figur boneka
keluarga seperti kakak adik adalah supaya anak-anak lebih
mengenal anggota keluarga. Pemilihan cerita secara spontan
menggunakan boneka ini diharapkan agar anak-anak dapat
mengemukakan ide-ide yang bisa membantu teddy ketika
ditinggal sendiri. Anak-anak yang biasanya masih kurang
terlibat diharapkan terlibat melalui cerita spontan
menggunakan boneka ini. Anak-anakbersama-sama
menghibur teddy yang sedih dengan bersama-sama
bernyanyi.
3) Penutup
a) Peneliti mengevaluasi kegiatan hari ini dengan cara bertanya
pada anak-anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak.
b) Peneliti mengajak anak-anak untuk membereskan segala
peralatan dan permainan serta membereskan tempat yang
telah dipakai.
c) Peneliti mengajak anak-anak untuk bersiap-siap dan berdoa.
d) Peneliti mengajak anak-anak memberikan salam kemudian
pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi Siklus III
1) Data hasil wawancara
a) Bimbingan hari ini sangat menyenangkan karena
menggunakan media boneka dan cerita yang bervariasi
sehingga anak-anak sangat tertarik dan antusias baik dari cerita
yang dibawakan maupun dengan media boneka itu sendiri.
b) Keuntungan menggunakan boneka, anak-anak menjadi terlibat
dan berhubungan secara personal dengan cerita, membuat
hubungan anak-anak lebih mudah antara perasaan emosional
mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita.
c) Bermain menggunakan boneka mengajarkan anak-anak
bekerjasama dengan teman-teman yang lain. Anak-anak yang
pasif menjadi berani berbicara. Anak-anak belajar
memecahkan masalah secara bersama-sama. Anak-anak sudah
terlihat antusias.
d) Ya, jelas ada perubahan pada anak-anak. Anak-anak yang
tadinya tidak mau bergabung dengan teman-teman yang lain
kini mulai bergabung dan membaur.
e) Anak-anak mampu menghargai orang yang sedang berbicara di
depan kelas. Anak-anak mampu mendengarkan dan bisa
menceritakan kembali apa yang didengarnya.
f) Ya, anak-anak menatap teman yang sedang berbicara tanpa
mengarahkan pandangan lain ataupun memegang benda lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
g) Anak-anak bersama-sama saling membereskan tempat yang
dipakai saat bimbingan berlangsung.
2) Data Hasil Observasi
a) Kuantitatif
Tindakan siklus III dilaksanakan untuk meningkatkan
keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalah-
masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan.
Adapun hasil penilaian siklus III adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5.
Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus III
Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak
BB MB BSH BSB
1. Anak dapat mendengarkan
dengan sungguh-sungguh
ketika diberi penjelasan
1 0 12 7
5% 0% 60% 35%
2. Anak dapat mendengarkan
ketika teman sedang berbicara
0 0 1 19
0% 0% 5% 95%
3. Anak bisa merespon saat
diberi pertanyaan
2 0 1 17
10% 0% 5% 85%
4. Anak menyapa teman-
temannya
2 0 0 18
10% 0% 0% 90%
5. Anak dapat mengucapkan
salam
1 0 0 19
05% 0% 0% 95%
6. Anak bisa mengucapkan
terima kasih
1 0 0 19
5% 0% 0% 95%
7. Anak berbicara secara sopan
kepada orang lain
1 0 0 19
5% 0% 0% 95%
8. Anak saling senyum dengan
teman
1 0 0 19
5% 0% 0% 95%
9. Anak dapat menatap teman
yang sedang berbicara
1 0 0 19
5% 0% 0% 95%
10. Anak mau memberi semangat
kepada teman
1 0 0 19
5% 0% 0% 95%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
11. Anak bisa berbicara dengan
jelas
0 0 0 20
0% 0% 0% 100%
12. Anak bisa mengungkapkan
perasaannya
0 0 1 19
0% 0% 5% 95%
13. Anak menunjukan muka
senang (mata berbinar)
0 0 0 20
0% 0% 0% 100%
14. Anak duduk dengan tegap
0 0 0 20
0% 0% 0% 100%
15. Anak menunjukan rasa
gembira 0 0 4 16
0% 0% 20% 80%
16. Anak bersama-sama menata
ruang kelas
0 0 0 20
0% 0% 0% 100%
17. Anak mau membereskan ala-
alat yang digunakan setelah
bermain
0 0 0 20
0% 0% 0% 100%
18. Anak tidak langsung pergi
meninggalkan ruang kelas
0 0 0 20
0% 0% 0% 100%
Tabel Prosentase (%) Nilai siklus III
Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan
bekerjasama 20 anak pada siklus III ini adalah sebagai berikut:
No Hal-hal yang diobservasi
Hasil
observasi
siklus III
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 95%
2. Anak dapat mendengarkan ketika teman
sedang berbicara 100%
3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 90%
4. Anak menyapa teman-temannya 90%
5. Anak dapat mengucapkan salam 95%
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 95%
7. Anak berbicara secara sopan kepada orang
lain 95%
8. Anak saling senyum dengan teman 95%
9. Anak dapat menatap teman yang sedang
berbicara 95%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
10. Anak mau memberi semangat kepada
teman 95%
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 100%
12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 100%
13. Anak menunjukan muka senang (mata
berbinar) 100%
14. Anak duduk dengan tegap 100%
15. Anak menunjukan rasa gembira 100%
16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 100%
17. Anak mau membereskan alat-alat yang
digunakan setelah bermain 100%
18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan
ruang kelas 100%
RATA-RATA 97%
Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus III
b) Kualitatif
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, siswa
tampak lebih memperhatikan dan serius mengikuti bimbingan.
Anak-anak tampak lebih antusias dan bersemangat. Anak lebih
terlihat ceria. Anak-anak dapat memberikan kesempatan pada
teman yang belum pernah bermain dan bercerita menggunakan
boneka. Salah satu anak mengatakan “aku udah pernah,
sekarang yang belum pernah aja kak yang bermain boneka”.
Anak-anak pun dengan penuh semangat memberikan
dukungan pada anak yang belum pernah bercerita
menggunakan boneka.
Saat ada anak yang bercerita dengan boneka anak-anak
terlihat saling memperhatikan dan mendengarkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
sungguh-sungguh. Anak-anak terlihat bekerjasama ketika
peneliti mengajak untuk membantu teman yang sedih dalam
cerita tersebut. Anak-anak bersama-sama mencari jalan keluar
agar anak yang sedih dalam cerita itu tidak lagi sedih. Lalu
mereka bersama-sama bernyanyi untuk menghibur anak yang
sedih. Anak-anak tampak gembira dan bersemangat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa kerjasama antar anak
sudah berkembang dengan baik, hal ini dapat dilihat pada
anak-anak yang tanpa dibantu oleh guru sudah memiliki
inisiatif untuk membantu teman-temannya.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi
yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan
untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan
bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Pada siklus III anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat
peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu
menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain
boneka tanpa judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu bercerita
dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak bersama-sama
untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak pun mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada siklus III beberapa
anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa dilihat ketika beberapa
anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun orang lain yang
sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah mampu menghargai
teman-teman dalam kelompok, anak sudah mampu mengorganisir
teman-temannya membereskan tempat yang mereka pakai. Ranah
psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak sudah mampu
mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat anak-anak
bersama-sama membantu temannya yang kesusahan, mendengarkan
penjelasan dan mengucapkan salam.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa
antusias dan semangat anak mengikuti bimbingan pada saat
mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus III jauh
lebih baik dibandingkan dengan siklus II. Hal ini dilihat dari sikap
anak yang mendengarkan dan bersemangat saat peneliti bercerita
menggunakan media boneka. Pada saat kegiatan bermain boneka
sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya
anak dapat bercerita dengan boneka tanpa topik cerita yang ditentukan
oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan meliputi hasil
wawancara dengan guru kelas dan observasi siklus III.
1. Hasil Wawancara
Melalui wawancara, peneliti memperoleh data tentang tanggapan
dari guru pendidik terkait penggunaan metode bercerita dengan media
boneka untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama anak. Hasil
wawancara dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Guru pendidik berpendapat bahwa anak-anak merasa senang dan
tertarik serta lebih antusias saat bimbingan menggunakan media
boneka.
b. Guru pendidik berpendapat melalui penggunaan boneka pesan-pesan
yang ingin disampaikan dalam cerita lebih mudah ditangkap oleh
anak-anak.
c. Guru pendidik berpendapat melalui penggunaan boneka dan bermain
keterampilan bekerjasama anak dapat dikembangkan karena dengan
bermain anak-anak dituntut bersama-sama dengan temannya
mencapai tujuan secara bersama.
d. Guru pendidik berpendapat melalui metode bercerita dengan media
boneka anak-anak mulai berani berbicara di depan kelas. Anak-anak
dilatih untuk belajar bersama-sama menghargai orang yang sedang
berbicara di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
e. Guru pendidik berpendapat anak-anak secara bersama-sama dengan
temannya belajar untuk memecahkan masalah demi mencapai tujuan
bersama.
2. Hasil Lembar Observasi
Berdasarkan hasil dari lembar observasi keterampilan
bekerjasama yang telah disusun. Berikut adalah data hasil observasi pra
tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III.
Tabel 4.6.
Data Hasil Observasi keterampilan bekerjasama
Pra tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Siklus Persentase Rata-rata
Aktivitas anak Kategori
Pra tindakan 45% Rendah
Siklus I 70% Cukup
Siklus II 90% Sangat Baik
Siklus III 97% Sangat Baik
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi pada
pra tindakan 45% siklus I dilakukan dengan hasil 70% dengan kategori
cukup, setelah peneliti melanjutkan pada siklus II menghasilkan 90%
termasuk dalam kategori sangat baik, dan dilakukan penelitian kembali
pada siklus III yaitu 97% termasuk dalam kategori sangat baik. Berikut
ini adalah grafik peningkatan hasil penelitian :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Gambar 4.1.
Grafik hasil peningkatan penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II
dan siklus III
Grafik Hasil Peningkatan Penelitian
C. Pembahasan
Upaya untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui
metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian tindakan yang terdiri dari 3
siklus perbaikan menghasilkan beragam data mengenai perilaku nyata anak di
kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Data tersebut
dijadikan sebagai tolak ukur mengenai keberhasilan dalam penelitian
tindakan ini. Data yang dihasilkan melalui melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data menghasilkan data yang variatif namun terlihat sejalan.
Mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak usia dini bukan
suatu hal yang mudah. Metode bercerita yang hanya menggunakan buku
cerita dan tanpa media membuat anak tidak tertarik. Hal tersebut bisa jadi
Pra tindakan
Siklus I
Siklus IISiklus III
0
20
40
60
80
100
45
70
90
97
Pra tindakanSiklus I
Siklus II
Siklus III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
karena berbagai macam faktor diantaranya guru kelas yang bersangkutan
kurang kreatif dalam menerapkan metode, belum menggunakan media
bimbingan, anak seringkali kurang dilibatkan sehingga anak tidak bisa
berekspresi. Semua faktor tersebut menjadikan bimbingan klasikal membuat
siswa kurang bisa bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut tampak pada
pelaksanaan pra tindakan.
Dari hasil penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III
diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan pada keterampilan bekerjasama
anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Berdasarkan
pengamatan terkait keterampilan bekerjasama anak, terlihat peningkatan pada
anak mulai terampil mendengarkan, berkomunikasi, berinteraksi,
menghormati. Hal-hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru
kelas yang bersangkutan dan wawancara.
Hasil penelitian sebelum tindakan pada siklus I, yaitu kegiatan pra
tindakan anak menunjukan bahwa pada pra tindakan anak-anak belum
antusias, kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan cerita.
Anak-anak harus dipaksa duduk oleh guru agar mau mendengarkan. Anak-
anak kurang merespon saat peneliti memberi pertanyaan. Saat bermain games
“menuntun orang buta jalan” anak-anak belum mampu bekerjasama dengan
anak-anak yang lain. Hal ini terlihat pada anak yang hanya mau berjalan
sendiri tanpa peduli dengan temannya. Hanya mau bermain dengan teman-
teman yang disukai. Ketika ada teman yang terjatuh pun anak-anak hanya
diam saja dan tidak membantu. Kemudian untuk siklus selanjutnya penenliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
menggunakan metode bercerita melalui media boneka yang dianggap dapat
membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak.
Keadaan yang berbanding terbalik justru terlihat pada pelaksanaan
perbaikan siklus I, II dan III dimana metode bercerita dengan media boneka
digunakan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan keduanya menunjukkan
adanya perbedaan dibandingkan dengan pra penelitian. Anak menjadi lebih
terampil dalam hal mendengarkan, berkomunikasi, menghormati, dan
berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu peneliti juga merasakan
kepuasan pribadi melihat kondisi anak yang terlihat saling bekerjasama
memecahkan masalah secara bersama-sama saat bermain menggunakan
boneka. Anak yang sebelumnya hanya diam saja mulai berani berbicara
mengeluarkan pendapat. Kegiatan ini memotivasi anak untuk menumbuhkan
keterampilan bekerjasama dalam suatu kegiatan atau bermain. Anak akan
terbiasa dalam bekerjasama dengan teman dan lebih baik dalam berinteraksi.
Keterampilan bekerjasama anak bisa dilatih dengan bermain misalnya
salah satunya bermain boneka, karena bermain adalah dunia kerja anak dan
menjadi hak setiap anak untuk bermain tanpa dibatasi usia. Dalam pasal 33
konvensi hak-hak anak (dalam Mayke, 2010) disebutkan hak anak untuk
beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan
rekreasi yang sesuai dengan usia yang bersangkutan untuk turut serta bebas
dalam kehidupan budaya seni.
Kegiatan bermain yang bisa meningkatkan sebuah interaksi dan
mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak di TK Mangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Yogyakarta adalah dengan menggunakan media boneka. Bermain boneka ini
tidak hanya akan membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama,
tetapi juga mengembangkan aspek lainnya.
Seperti yang dikemukakan Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi
penggunaan boneka yaitu, Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait
dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri.
Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan anak-
anak. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan
perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan telah
terpisah dari mereka. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima.
Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi. Melatih anak
belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan bermain bersama/
bekerjasama. Aspek sosial yang terlihat dari bermain boneka adalah anak
melakukan kegiatan bersama dengan teman kelompoknya. Mempertahankan
hubungan yang sudah terbina.
Aspek lain yang bisa diambil dari bermain boneka untuk mengasah
ketajaman penginderaan. Penginderaan meliputi penglihatan dan
pendengaran. Dengan bermain boneka dapat mengasah penglihatan karena
membantu anak melihat bentuk, warna, dan model melalui media boneka.
Mengasah pendengaran, saat anak-anak mendengarkan cerita melalui boneka
anak terlatih untuk mendengarkan orang lain. Untuk itu, kegiatan bermain
boneka ini akan melatih anak dalam bekerjasama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, II dan III ini membuktikan
bahwa dengan bermain dan bercerita dengan media boneka sangat baik
digunakan pada anak terutama anak usia dini yang dimana masih dalam
proses penyerapan berbagai informasi. Hal ini terlihat pada perilaku anak di
sekolah yang kurang dalam berbagi dengan teman, tidak mau mengalah dan
kerjasama anak dengan kelompok atau teman sebaya masuk dalam kategori
kurang, dalam hal ini stimulasi tidak hanya pada kegiatan bermain tetapi
dapat dilakukan saat guru mendekati dan berinteraksi dengan murid.
D. Keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti juga memiliki kendala-
kendala yang tidak bisa dipecahkan oleh peneliti sehingga penelitian tidak
maksimal. Adapun kendala-kendala yang tidak bisa dipecahkan dalam
penelitian ini yaitu dari faktor siswa, ada satu anak yang masih ditunggui oleh
orangtuanya di saat kegiatan bimbingan berlangsung. membuat anak tidak
mandiri dan percaya diri, harus dibujuk dulu, dijelaskan berulang-ulang untuk
melakukan permainan boneka. Ada anak yang diam dan kemudian tiba-tiba
menangis lalu meminta pulang.
Menurut informasi yang didapat peneliti ketika melakukan tanya
jawab dengan orangtua anak, didapat informasi bahwa sebagian orangtua
memberikan permainan yang lebih memfokuskan pada perkembangan
kognisi anak, sehingga tidak membutuhkan interaksi dengan teman lain.
Permainan tersebut misalnya video game, play station, game online, dan
jenis-jenis permainan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Keterbatasan waktu dalam kegiatan bermain boneka membuat peneliti
harus membagi waktu agar permainan selesai tepat waktu dan semua anak
bisa melakukan permainan. Selain itu keterbatasan kemampuan dalam
peneliti melakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa keterampilan bekerjasama anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta
dapat dikembangkan melalui penggunaan media boneka sesuai dengan
analisis data, terlihat dari hasil pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III.
Dari 20 anak, dapat dilihat jumlah anak yang memiliki keterampilan
bekerjasama yang baik. Pada siklus 1 atau sebesar 70% yang termasuk pada
kategori cukup dan pada siklus II sebesar 90% yang berarti termasuk kategori
sangat baik, dan siklus III sebesar 97%. Penggunaan media boneka dengan
keterampilan bekerjasama meningkat dari siklus I sampai siklus III.
Keterampilan bekerjasama melalui penggunaan boneka mengalami
perubahan yang baik. Perubahan tersebut terlihat sekali ketika anak
berinteraksi dengan teman dalam bermain boneka. Anak dapat aktif serta
anak menjadi tertarik dan antusias dalam proses kegiatan bimbingan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka saran
yang dapat disampaikan adalah :
1. Bagi Guru
Guru diharapkan dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini,
salah satunya menggunakan boneka sehingga penyampaian materi
bimbingan lebih menyenangkan. Guru juga hendaknya sedini mungkin
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
membiasakan anak untuk saling berbagi, dan bekerjasama dalam
kehidupan sehari-hari dan menjadikan bekal yang baik bagi anak untuk
berinteraksi dengan orang dewasa maupun dengan seusianya. Selain itu,
Guru diharapkan mampu untuk terus meningkatkan kreatifitasnya
menghasilkan metode baru yang bisa diterapkan dalam bimbingan agar
anak tidak bosan dan semakin bersemangat dalam bersekolah.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk
mengaplikasikan metode bercerita dengan media boneka untuk
mengembangkan keterampilan bekerjasama anak dalam mengikuti suatu
kegiatan. Bagi peneliti juga diharapkan semakin variatif, inovatif, dan
kreatif dalam menggunakan boneka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
DAFTAR PUSTAKA
Adistyasari, Ria. 2013. “Meningkatkan Keterampilam Sosial dan Kerjasama Anak
Dalam Bermain Angin Puyuh”. Program sarjana. Universitas Nergeri
Semarang. Semarang.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan
Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud.
Geldard, Kathryn. 2008. Konseling Anak-anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayat, Dede Rahmat & Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan dalam
Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT. Indeks.
Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta : Erlangga.
Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Holubec,E. 1993. Circles of learning. Edina:
Interaction Book Company.
Majid, Abdul Aziz. 2008. Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Moleong L.J.1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Musfiroh, T. 2008. Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Patmonodewo, S. 2003. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Depdikbud.
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Saputra, Yudha M & Rudyanto. 2005.Pembelajaran kooperatif Untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Seefeldt, Carol & Barbara.2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT
Macanan Jaya Cemerlang.
Sobarna, Ayi. 2010. Efektivitas Metode “Storytelling”Bermedia Boneka untuk
Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi. Jurnal Mimbar, Vol.
XXVI, NO. 1 (Januari-Juni 2010), halaman 71-80.
Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar
BaruAlgensindo.
Suwangsih, Dede . 2011. Membentuk Moralitas Anak Usia Dini Melalui
Penerapan Metode Storytelling Dengan Media Wayang (Kelompok B
Tk Hati Mekar Kabupaten Sumedang).
http://repository.upi.edu/operator/upload/pro_2011_iecs_dede_metode
_storytelling_dengan_media_wayangx(1).pdf . Diunduh pada 26
September 2012 pukul 21:00 WIB
Tedjasaputra, Mayke S.2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
WJS, Purwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lampiran 1 Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan
Nama Kegiatan Rincian Kegiatan Keterangan
Focus Group Discussion
Pengumpulan data awal melalui:
1. Wawancara
Hasil wawancara dengan guru terkait keterampilan
bekerjasama ditemukan masalah:
a. Anak belum mau bergabung dalam kelompok
kecil saat guru membagi kelompok secara acak
b. Anak kurang saling membantu
c. Anak masih membeda-bedakan teman.
2. Observasi
Hasil observasi ditemukan masalah:
a. Anak kurang bisa bekerjasama dengan anak
yang lain, hal ini terlihat saat anak berada dalam
kelompok kecil yang dibagi oleh guru.
b. Anak kurang berkomunikasi dengan teman
yang lain.
c. Anak kurang saling membantu dengan teman
Hasil FGD sebagai dasar untuk
menentukan tema dan menyusun angket
kuesioner penelitian kepada anak-anak TK
Mangunan Yogyakrta
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang lain.
d. Anak hanya mau bergabung dengan teman-
teman terdekat.
Siklus I
Perencanaan:
Perencanaan tindakan untuk meningkatkan kerjasama
anak yaitu melalui metode bercerita menggunakan
boneka
1. Merencanakan tindakan yang akan
diterapkan dalam kegiatan bimbingan
klasikal
- Peneliti menetapkan cerita rakyat
atau dongeng “Asal mula nyamuk
berdengung” yang sesuai dengan
kebutuhan anak untuk
meningkatkan kerjasama pada anak
- Peneliti menetapkan boneka serta
benda-benda yang sesuai dengan
topik cerita
- peneliti bersama dengan guru
mengorganisir anak-anak serta
menetapkan jadwal pertemuan.
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
2. Mengembangkan SPB, cerita, dan
boneka
- SPB dengan topik saling
membantu
- Cerita yang akan diberikan adalah
cerita rakyat dari gunung kidul
yaitu „‟Asal mula nyamuk
berdengung”
- Boneka yang akan digunakan
adalah tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita rakyat tersebut serta benda-
benda yang mendukung.
3. Menyiapkan instrument IGD
- Pada pengumpulan data ini peneliti
menggunakan observasi yang akan
dilakukan oleh peneliti sendiri
yaitu check list, dokumentasi, serta
wawancara dengan guru.
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
4. Menetapkan indikator keberhasilan
siklus I
- Observasi, dokumentasi, dan
wawancara dengan guru untuk
mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan perilaku kerjasama
anak, guna sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan
refleksi.
Tindakan:
Pemberian tindakan terhadap anak yaitu
melakukan bimbingan klasikal dengan topik yang
berkaitan dengan tema yang telah ditetapkan,
bimbingan klasikal diawali dengan pengantar
cerita terlebih dahulu, kemudian anak-anak
mendengarkan cerita yang diperankan
menggunakan boneka.
1. Tempat di ruang kelas, peneliti
mengkondisikan tempat dan suasana
yang nyaman.
2. Peneliti mengajak anak-anak duduk
secara melingkar dan diacak, ini
bertujuan agar anak-anak tidak hanya
bergabung dengan teman-teman
terdekat.
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Peneliti membuka pertemuan dengan
salam dan dilanjutkan memberikan
pengantar tentang cerita yang akan
disampaikan.
4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan
sifat yang ada dalam cerita “asal mula
nyamuk berdengung‟‟ dengan
menggunakan boneka
5. Peneliti bercerita menggunkan boneka
dan anak-anak mendengarkan
6. Peneliti memberikan kesempatan pada
anak untuk menceritakan nama-nama
tokoh dan sifat-sifat yang dimiliki
dengan cara bertanya pada anak.
Pengamatan:
Bimbingan klasikal dilaksanakan oleh
peneliti sendiri. Dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal, peneliti sekaligus melakukan observasi
perilaku anak dalam bimbingan klasikal
Dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal peneliti sekaligus melakukan
observasi terhadap perilaku anak.
Peneliti menggunakan observasi check
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
list, sedangkan dokumentasi dilakukan
oleh mitra kolaboratif.
Refleksi:
Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk memahami
proses dan melihat pengaruh pelaksanaan bimbingan
klasikal terhadap perubahan perilaku anak serta
kendala nyata dalam penelitian tindakan. Refleksi
dalam penelitian ini dilakukan untuk merevisi
tindakan selanjutnya.
Refleksi ini digunakan untuk
melihat pengaruh, melihat hambatan
dan kekurangan pada siklus 1 guna
untuk memperbaiki pada siklus
selanjutnya. Peneliti melakukan refleksi
terhadap tindakannya dan dibantu oleh
mitra kolaboratif
Siklus II Perencanaan:
Rencana tindakan pada putaran kedua
dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
refleksi pada putaran pertama. Rencana tindakan
pada siklus kedua tetap dilakukan menggunakan
boneka namun dengan topik yang berbeda.
1. Merencanakan tindakan yang akan
diterapkan dalam kegiatan bimbingan
klasikal
- Peneliti menetapkan cerita atau
dongeng yang sesuai dengan
kebutuhan anak guna untuk
meningkatkan kerjasama pada anak.
- Peneliti menetapkan boneka serta
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
media yang mendukung topik cerita.
- Peneliti bersama dengan guru
mengorganisir anak-anak serta
menetapkan jadwal pertemuan.
2. Mengembangkan SPB, cerita, dan
boneka:
- SPB dengan topik peduli terhadap
sesama
- Cerita yang akan diberikan adalah
cerita rakyat dari jawa tengah yaitu
„‟Bawang merah dan bawang putih”
- Boneka yang akan digunakan adalah
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
rakyat tersebut serta media yang
mendukung.
3. Menyiapkan instrument IGD
- Dalam pengumpulan data ini peneliti
menggunakan observasi yang akan
dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
check list, dokumentasi, serta
wawancara dengan guru.
4. Menetapkan indikator keberhasilan
siklus II
- Observasi, dokumentasi, dan
wawancara dengan guru untuk
mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan perilaku kerjasama
anak sebagai bahan pertimbangan
untuk melakukan refleksi.
Tindakan:
Tindakan pada siklus kedua tetap
menggunakan metode bercerita dengan media
boneka yang telah disesuaikan dengan topik
bimbingan Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dari perilaku kerja sama anak.
1. Tempat di luar kelas atau alam terbuka,
peneliti mengkondisikan tempat dan
suasana yang nyaman. Ini dimaksudkan
agar anak tidak bosan dan mendapat
suasana baru.
2. Peneliti mengajak anak-anak duduk
secara berdekatan dan diacak, ini
bertujuan agar anak-anak tidak hanya
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bergabung dengan teman-teman
terdekat.
3. Peneliti membuka pertemuan dengan
salam dan dilanjutkan memberikan
pengantar tentang cerita yang akan
disampaikan.
4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan
sifat yang ada dalam cerita “Bawang
merah dan bawang putih‟‟ dengan
menggunakan boneka
5. Peneliti bercerita menggunakan boneka
dan anak-anak mendengarkan
6. Setelah anak-anak mendengarkan cerita
kemudian peneliti memberikan
kesempatan menceritakan kembali
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan
sifat-sifat yang dimiliki dengan cara
bertanya.
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pengamatan :
Pengamatan/obseravasi tetap dilakukan
selama proses pemberian tindakan pada putaran
kedua ini. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana upaya pemberian
bimbingan klasikal dengan tema kerjasama dapat
meningkatkan kerjasama pada anak.
Dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal peneliti sekaligus melakukan
observasi terhadap perilaku anak.
Peneliti menggunakan observasi check
list, sedangkan dokumentasi dilakukan
oleh mitra kolaboratif.
Refleksi :
Kegiatan refleksi pada putaran kedua
dilakukan dengan memperhatikan pada hasil
pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian
tindakan akan tetap dilanjutkan apabila belum ada
perubahan perilaku yang merupakan indikator dari
kerjasama itu sendiri.
Refleksi ini digunakan untuk
melihat pengaruh, melihat hambatan dan
kekurangan pada siklus II guna untuk
memperbaiki pada siklus selanjutnya.
Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap
diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Siklus III Perencanaan:
Rencana tindakan pada putaran ketiga tetap
dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
refleksi pada putaran kedua. Rencana tindakan
pada siklus ketiga tetap dilakukan menggunakan
boneka namun dengan topik yang berbeda.
1. Merencanakan tindakan yang akan
diterapkan dalam kegiatan bimbingan
klasikal
- Peneliti menetapkan cerita atau
dongeng yang sesuai dengan
kebutuhan anak guna untuk
meningkatkan kerjasama pada
anak.
- Peneliti menetapkan boneka serta
benda-benda yang sesuai dengan
topik cerita.
- Peneliti bersama dengan guru
mengorganisir anak-anak serta
menetapkan jadwal pertemuan.
2. Mengembangkan SPB, cerita, dan
boneka:
- SPB dengan topik aku dan teman
- Cerita yang akan diberikan adalah
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
cerita rakyat dari jawa tengah
yaitu „‟Si bungkuk dan si buta”
- Boneka yang akan digunakan
adalah tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita rakyat tersebut serta benda-
benda yang mendukung.
3. Menyiapkan instrument IGD
- Dalam pengumpulan data ini
peneliti menggunakan observasi
yang akan dilakukan oleh peneliti
sendiri yaitu check list ,
dokumentasi, serta wawancara
dengan guru.
4. Menetapkan indikator keberhasilan
siklus III
- Observasi, dokumentasi, dan
wawancara dengan guru untuk
mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan perilaku kerjasama
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
anak guna sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan
refleksi.
Tindakan:
Tindakan pada siklus ketiga tetap menggunakan
metode bercerita dengan media boneka yang telah
disesuaikan dengan topik bimbingan Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari perilaku
kerja sama anak.
1. Tempat di dalam kelas, peneliti
mengkondisikan tempat dan
suasana yang nyaman.
2. Peneliti mengajak anak-anak duduk
secara berdekatan dan diacak, ini
bertujuan agar anak-anak tidak
hanya bergabung dengan teman-
teman terdekat.
3. Peneliti membuka pertemuan
dengan salam dan dilanjutkan
memberikan pengantar tentang
cerita yang akan disampaikan.
4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh
dan sifat yang ada dalam cerita “Si
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
buta dan si bungkuk‟‟ dengan
menggunakan boneka
5. Peneliti bercerita menggunkan
boneka dan anak-anak
mendengarkan
6. Setelah anak-anak mendengarkan
cerita kemudian peneliti
memberikan kesempatan pada anak
untuk menceritakan kembali tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita dan
sifat-sifat yang dimiliki dengan
cara bertanya.
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pengamatan :
Pengamatan /observasi tetap dilakukan
selama proses pemberian tindakan pada putaran
ketiga ini. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal
dengan tema kerjasama dapat meningkatkan
kerjasama pada anak.
Dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal peneliti sekaligus melakukan
observasi terhadap perilaku anak.
Peneliti menggunakan observasi check
list, sedangkan dokumentasi dilakukan
oleh mitra kolaboratif.
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Refleksi :
Kegiatan refleksi pada putaran ketiga
dilakukan dengan memperhatikan pada hasil
pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian tindakan
akan tetap dilanjutkan apabila belum ada perubahan
perilaku yang merupakan indikator dari kerjasama itu
sendiri.
Refleksi ini digunakan untuk
melihat pengaruh, melihat hambatan
dan kekurangan pada siklus III guna
untuk mengetahui keberhasilan mealaui
metode bercerita dan media boneka.
Refleksi dilakukan oleh peneliti
terhadap diri sendiri dan dibantu mitra
kolaboratif.
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran 2 Satuan Layanan Bimbingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan : Saling tolong-menolong
B. Bidang Bimbingan : Pribadi – sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan
F. Standart Kompetensi: Siswa mampu memahami pentingnya tolong-menolong
G. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengembangkan rasa saling tolong-
menolong
H. Indikator : Siswa dapat menerapkan sikap saling tolong-menolong
dalam kehidupan sehari-hari
I. Sasaran : Siswa TK
J. Materi Pelayanan : Cerita Persahabatan Tiga Ekor Binatang
K. Metode : Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah
Sesi Kegiatan
Waktu Pembimbing Siswa
1. a. Membuka kegiatan dengan
salam
a. Mendengarkan 5 menit
2.
a. Bercerita menggunakan media
boneka dengan judul
persahabatn tiga ekor binatang
b. Memberikan kesempatan pada
anak untuk bermain menuntun
orang buta
a. Mendengarkan
b. Berpartisipasi
5 menit
15 menit
3. a. Kesimpulan
b. Menutup kegiatan
a. Mendengarkan
b. Mendengarkan
5 menit
Total 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
N. Waktu : 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan
P. Alat dan bahan : Boneka
R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan
S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Handout
Tolong-menolong terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif
saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si
penjahat untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula
kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang di
dalamnya terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama
artinya dengan kita menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan
diri sendiri.
Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup
bertetangga, baik tetangga di tempat kita tinggal, di tempat bermain,
dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan
pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah
kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita
mendapat musibah sementâra tetangga kita malah menertawakannya
atau malah sengaja menambah beban. Ini semua memerlukan
pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala
kita juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya
mengharapkan pertolongan orang lain saja, melainkan kita juga harus
mau menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling menolong. Dengan cara
seperti itu, maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama manusia
akan dapat diatasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Persahabatan Tiga Ekor Binatang
Di dalam sebuah sumur menetas dan tumbuh hampir bersamaan tiga ekor
binatang, yaitu seekor siput, kura-kura, dan katak. Mereka bersahabat, dan setiap
hari bermain bersama di sumur yang sudah jarang digunakan itu.
Suatu hari kura-kura memandang ke atas, ke arah permukaan sumur yang terang
benderang. Bagaimana keadaan di atas sana ya? Tampaknya sangat terang dan segar.
Ayo naik ke sana teman-teman!”
“Bodoh kamu, kura-kura….! Bagaimana mungkin kita memanjat sampai ke atas?
Aku aja yang bisa melompat tidak bisa mencapai permukaan. Apalagi kamu yang hanya
bisa merangkak pelan, hampir merayap…Apalagi kamu siput, jalanmu seperti itu mana
mungkin bisa memanjat…” Katak mencela rencana si kura-kura.
Tak peduli kata-kata si katak, keesokan harinya si kura-kura mulai merangkak pelan
memanjat dinding sumur yang ditumbuhi lumut dan tanaman perdu.
“Jalan aja pelan gitu kok nekad mau memanjat sumur! Dasar bodoh! Aku aja
yang bisa melompat tinggi tak mungkin bisa mencapai atas…Hoooi tahu diri dong…!”
Begitulah celaan katak kepada kura-kura yang disampaikan berulang kali. Kura-kura
sambil tersenyum meneruskan usahanya.
“Jalan pelan begitu kapan nyampainya?” mendengar teriakan katak, kura-kura
menambah kecepatan jalannya. “Tuh capek khan? Udah, nyerah aja!” kura-kura justru
menghentikan istirahatnya dan mulai berjalan lagi. Begitulah setiap celaan katak
membuat kura-kura semakin bersemangat membuktikan bahwa dia bisa lebih baik.
“Siput, kamu jangan ikut-ikutan si kura-kura! Jalanmu merayap pelan gitu
mana mungkin bisa memanjat!” Siput yang sebenarnya tertarik mengikuti jejak kura-
kura mengurungkan niatnya.
Kura-kura terus merangkak memanjat dinding sumur, makan dedaunan yang
tumbuh di dinding sumur, hingga akhirnya mencapai mulut lubang sumur. Dia melongok
ke dalam lubang dan berteriak “Hei katak dan siput… Naiklah! Di sini pemandangan
bagus, terang dan hawanya segar. Kalian pasti bisa memanjat ke sini!”
“Ogah kura-kura…! Kamu mau tanggung jawab kalau aku terpeleset dan jatuh?! Hei
siput… Jangan dengar si kura-kura…Memanjat ke atas tidak semudah yang dia
bilang,kamu pasti tidak bisa!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan : Gotong Royong
B. Bidang Bimbingan : Pribadi – sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan
F. Standart Kompetensi: Siswa mampu memahami pentingnya rasa gotong royong
G. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengembangkan rasa gotong royong
H. Indikator : Siswa dapat menerapkan rasa gotong royong dalam
kehidupan sehari-hari
I. Sasaran : Siswa TK
J. Materi Pelayanan : Cerita rakyat dari gunung kidul dengan judul “asal mula
nyamuk berdengung”
K. Metode : Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah
Sesi Kegiatan
Waktu Pembimbing Siswa
1. a. Membuka kegiatan dengan
salam
a. Mendengarkan 5 menit
2.
a. Bercerita menggunakan media
boneka dengan judul “asal
mula nyamuk berdengung”
b. Memberikan kesempatan pada
anak bercerita dengan boneka
dengan judul “menjala
nyamuk”
a. Mendengarkan
b. Berpartisipasi
5 menit
15 menit
3. a. Kesimpulan
b. Menutup kegiatan
a. Mendengarkan
b. Mendengarkan
5 menit
Total 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
N. Waktu : 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan
P. Alat dan bahan : Boneka
R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan.
S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Handout
Arti kerjasama Kerjasama merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama
dan menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau
pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua orang
menurut batas kemampuannya masing-masing.
ASAL MULA NYAMUK BERDENGUNG
Alkisah, pada zaman dahulu di kaki bukit di daerah kabupaten Gunung
kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah dusun terpencil yang jauh
dari keramaian. Penduduk di dusun tersebut senantiasa hidup rukun, damai,
dan sejahtera. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka berladang dan
berternak hewan seperti sapi dan kambing. Setiap hari mereka pergi ke ladang
dan ngarit (mencari rumput) untuk ternak mereka dengan perasaan senang dan
aman.
Suatu ketika suasana damai dan tenang itu terusik oleh kabar akan
kedatangan Ratu Nyamuk ke dusun itu. Seluruh warga pun menjadi cemas dan
takut keluar rumah untuk mencari nafkah. Bagaimana mereka tidak takut, tubuh
Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan ukurannya sebesar kambing. Ratu Nyamuk itu
juga memiliki kaki yang panjang dan berbulu. Demikian paruhnya amat runcing
dan tajam sehingga dapat menusuk kulit hewan yang kasar seperti kuda
sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang atau hewan yang dihisap darahnya
akan meninggal karena kehabisan darah.
warga 1: “Bagaimana kalau Ratu Nyamuk itu kita jebak dan binasakan ramai-
ramai?”
warga lainnya: “Maaf, Saudara. Saya kira apa yang kamu usulkan tidak akan
berhasil, Ratu Nyamuk itu dapat terbang tinggi sehingga sulit
untuk menjebaknya, apalagi membinasakannya.”
Suasana musyawarah tersebut cukup menegangkan. Sudah banyak usulan yang
disampaikan oleh warga, namun belum satu pun yang disepakati secara bersama-
sama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian besar dari warga sudah ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
merasa cemas dan putus asa karena belum juga menemukan cara yang tepat untuk
membinasakan si Ratu Nyanuk.
Kepala dusun : “Tenang, Saudara-saudara! Kita tidak perlu putus asa, Setau
saya, Ratu Nyamuk itu memakai sebuah subang yang menjadi rahasia
kesaktiannya. Jika subang itu kita ambil, tentu kekuatannya akan
hilang dan akan berubah menjadi kecil. Dengan demikian, kita
dapat menghalaunya dengan mudah.”
Warga 1 : “Tapi, Pak Dukuh. Siapa yang akan berani mengambil subang Ratu
Nyamuk itu?” tanya seorang warga.
Kepala dusun : “Saya juga mendengar bahwa saat ini si Ratu Nyamuk sedang siap
bertelur. Dengan demikian, dia pasti memerlukan pertolongan untuk
mengeluarkan telurnya. Satu-satunya orang yang dapat menolongnya
adalah dukun bayi,”
Warga : “Lalu bagaimana si dukun dapat mengambil subang Ratu Nyamuk itu?”
Kepala dusun : “Sebelum menolongnya, dukun bayi itu harus meminta sebuah
syarat kepada Ratu Nyamuk untuk menyerahkan subangnya,”
Mendengar penjelasan itu seluruh peserta rapat mengangguk-anggukan kepala
pertanda setuju. Akhirnya, para warga sepakat untuk meminta pertolongan Mbok
Surti, satu-satunya dukun bayi yang ada di dusun itu. Mbok Surti dikenal
sebagai dukun bayi yang pemberani dan memiliki banyak pengetahuan.
kepala dusun :“Bagaimana Mbok Surti, apakah kamu mau bersedia melaksanakan
tugas ini?” kepada Mbok Surti yang juga hadir dalam musyawarah
itu.
Mbok Surti : “Demi keamanan dan ketentraman bersama, aku bersedia melaksanakan
amanat para warga ini,”
Suatu hari, saat hendak bertelur, Ratu Nyamuk itu datang menemui Mbok
Surti untuk meminta pertolongan. Sesuai dengan yang diamanatkan kepadanya,
Mbok Surti pun mengajukan persyaratan kepada Ratu Nyamuk itu.
Mbok Surti: “Saya bersedia membantumu wahai Ratu Nyamuk, tetapi dengan syarat
kamu harus menyerahkan subangmu kepadaku,”
Ratu Nyamuk :“Baiklah, Mbok. Aku terima persyaratanmu,”
Setelah menyerahkan subangnya kepada Mbok Surti, Ratu Nyamuk itu segera
terbang ke atas sebuah pohon. Sementara itu, Mbok Surti segera menyimpan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
subang itu baik-baik. Ia kemudian mengambil seonggok jerami dan meletakannya
di bawah pohon temapat Ratu Nyamuk bertengger.
Ratu Nyamuk: “Hai, Mbok Surti! Untuk apa jerami itu?”
Mbok Surti: “Kamu akan bertelur diatas jerami ini agar telur-telurmu aman,”
Ratu Nyamuk itu segera terbang rendah diatas tumpukan jerami setelah Mbok
Surti memintanya. Begitu dia hendak mengeluarkan telurnya, Mbok Surti dengan
cepat membakar tumpukan jerami itu. Api pun menyala sangat besar dan padam
dengan cepat sehingga menimbulkan kepulan asap tebal yang berwarna hitam.
Tak ayal, Ratu Nyamuk pun jatuh ke tanah dan menggelepar-gelepar terkena
kepulan asap jerami. Beberapa saat kemudian, telur sebesar jagung keluar
dari tubuhnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada saat yang bersamaan,
tubuh Ratu Nyamuk perlahan-lahan berubah menjadi kecil hingga sebesar
telurnya. Hal itu dikarenakan tubuhnya yang sangat lemah, sementara subang
saktinya sudah tidak melekat padanya.
Beberapa saat kemudian, telur Ratu Nyamuk yang jumlahnya sangat banyak
itu tiba-tiba menetas menjadi nyamuk-nyamuk kecil. Ratu Nyamuk itu kemudian
mengajak anak-anaknya untuk mengelilingi Mbok Surti dan merebut kembali
subangnya. Namun, ketika dia hendak meminta kembali subangnya kepada Mbok
Surti, suara yang keluar dari mulutnya hanya suara dengungan.
Ratu Nyamuk : “Ngung...ngung...ngung...,”
Suara dengungan itu lalu ditirukan oleh semua anak-anaknya. Mbok Surti
yang tidak mengerti maksud dengungan itu lalu meninggalkan mereka. Namun,
Ratu Nyamuk dan anak-anaknya mengejar dan mengelilinginya dengan berdengung.
Oleh karena merasa terganggu oleh suara dengungan itu, Mbok Surti segera
mengumpulkan jerami dan membakarnya. Begitu api yang membakar jerami itu
padam, asap tebal pun mengepul dan mengenai Ratu Nyamuk dan anak-anaknya.
Mereka pun berterbangan meninggalkan Mbok Surti karena tidak tahan dengan
asap jerami itu. Berkat bantuan Mbok Surti mengusir nyamuk-nyamuk tersebut,
penduduk itu kembali hidup nyaman dan aman. Mereka pun dapat mencari nafkah
dan mencari rumput di ladang tanpa dihantui perasaan cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan : Peduli terhadap sesama
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan
F. Standart Kompetensi: Memahami pentingnya peduli terhadap sesama
G. Kompetensi Dasar: Mengetahui dan membina kepedulian terhadap sesama
H. Indikator :Menumbuhkan rasa kasih sayang dan peduli terhadap
sesama
I. Sasaran : Siswa TK
J. Materi Pelayanan :
K. Metode : Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah
Sesi Kegiatan
Waktu Guru Pembimbing Siswa
1 a. Membuka kegiatan dengan salam
b. Memberikan pengantar materi dan
pengantar cerita.
a. Mendengarkan
b. Mendengarkan
5 menit
2
a. Bercerita menggunakan media
boneka tongkat tentang bawang
merah bawang putih
b. Memberikan kesempatan pada
anak untuk bercerita dengan
media boneka
a. Berperan aktif
b. berperan aktif
5 menit
15 menit
3 a. Kesimpulan
b. Menutup kegiatan
a. Mendengarkan
b. Mendengarkan
5 menit
Total 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
N. Waktu : 1 x 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan
P. Alat dan bahan : Boneka
R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan.
S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Handout
Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai.
Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama
Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini terganggu lantaran
si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat
keluarga kecil itu bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.
Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya
bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih telah meninggal, kedua
orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu
Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja.
Namun, lama-kelamaan, timbul juga pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih
untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri
semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu.
Setelah berdiskusi dengan Bawang Putih, keduanya pun melangsungkan
pernikahan. Saat baru menikah, ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik
terhadap Bawang Putih. Akan tetapi, ternyata itu hanyalah kamuflase
keduanya. Diam-diam, keduanya merencanakan sesuatu untuk
menyingkirkan Bawang Putih.
Maka, ibu tiri dan Bawang Merah menyuruh Bawang Putih melakukan
banyak pekerjaan rumah yang berat-berat. Tentunya, semua beban ini tidak
diceritakan Bawang Putih kepada ayahnya. Lagipula, setelah menikah
dengan ibu Bawang Merah, ayahnya bukannya kunjung bahagia melainkan
malah sakit-sakitan yang berujung pada kematiannya.
Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak
bisa berbuat apapun di hadapan ibu tiri dan Bawang Merah. Satu-satunya
hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara
tirinya. Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka
malah semakin menjadi-jadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju
kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih melapor
kepada ibu tirinya. Namun, bukannya mengasihaninya, ibu tiri Bawang Putih
malah menyuruh untuk mencarinya sampai ketemu. Jika tidak, Bawang Putih
tidak diperbolehkan pulang.
Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya.
Namun, sejauh kakinya melangkah tidak ditemukannya baju kesayangan
ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang Putih hampir saja menangis jika
tidak melihat lampu minyak di gubuk tepi sungai. Bawang Putih pun
menghampirinya.
Bawang Putih: Tok. Tok. Tok. ( mengetuk pintu gubuk itu).
Nenek tua : memperhatikan Bawang Putih dan berkata, "Hai, gadis manis, apa
yang kamu lakukan malam-malam?"
Bawang putih : "Begini, Nek, aku kehilangan sebuah baju dan sedang
mencarinya, apakah Nenek melihatnya?"
Nenek tua "Apakah baju yang kamu cari berwarna merah?"
Bawang Putih : "Ah iya benar sekali, Nek. Bisakah Nenek memberikannya
padaku?"
Nenek tua : tersenyum. "Dengan satu syarat. Kamu harus tinggal di sini dan
membantu Nenek selama seminggu. Bagaimana?"
Bawang Putih "Baiklah, Nek, aku mau."
Tinggallah Bawang Putih selama seminggu di gubuk si Nenek. Selama
tinggal di sana, Bawang Putih melakukan apa yang sudah dijanjikannya
dengan rajin dan tanpa mengeluh sedikit pun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Seminggu pun lewat. Akhirnya, Nenek itu memanggil Bawang Putih untuk
mengembalikan baju ibu tirinya. Bahkan, si Nenek memberikan Bawang Putih
bonus sebuah labu. Ada dua labu yang disodorkan untuk dipilih Bawang
Putih, labu besar dan labu kecil. Bawang Putih mengambil labu yang kecil.
Nenek tua, "Kenapa kamu mengambil labu yang kecil, Nak?"
"Bawang putih : Tangan-tanganku kecil dan tenagaku hanya kuat
mengangkat labu yang kecil. Jadi, aku memilih labu kecil."
Si Nenek pun tersenyum. Bawang Putih pulang dengan riang gembira.
Sesampainya di rumah, setelah memberikan baju kepada ibu tirinya, Bawang
Putih membelah labu kecil miliknya. Tak disangka ternyata isinya emas-berlian
yang sangat banyak. Bawang Merah yang mengintip tak jauh dari situ segera
memanggil ibunya. Melihat emas-berlian itu, ibu Bawang Merah segera
merebutnya dari tangan Bawang Putih.
Ibu : "Dari mana kau mendapatkan ini semua?"
Bawang Putih menceritakannya dengan jujur tanpa kurang satu detail
pun. Ibu Bawang Merah kemudian punya ide. Dia memerintahkan Bawang
Merah untuk melakukan hal serupa Bawang Putih.
Bawang Merah pun setuju. Dia pergi ke rumah Nenek itu dan tinggal
selama seminggu. Namun, dasar pemalas, Bawang Merah tidak melakukan
semuanya dengan sungguh-sungguh. Pada akhir minggu, Bawang Merah
dipanggil oleh si Nenek yang hendak mengembalikan bajunya. Waktu si
Nenek hendak beranjak, Bawang Merah bertanya, "Mana labu untukku?"
Si Nenek bingung mendengar pertanyaan itu. Namun, akhirnya dia
mengerti. Kemudian, membawakan dua labu, kecil dan besar, kepada
Bawang Merah. Tentu saja, Bawang Merah mengambil labu yang besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Nenek tua : tersenyum dan. "Kenapa kamu memilih labu yang besar?"
Bawang merah; "Yang besar tentu isinya banyak."
Lalu Bawang Merah pulang ke rumah. Ibunya yang sudah tidak sabar
segera menyambut kedatangan putrinya. Keduanya kemudian membelah
labu besar pemberian si Nenek. Bukannya keluar emas-berlian, yang keluar
justru binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking dan sebagainya
yang segera mematuk mereka berdua. Keduanya langsung meninggal di
tempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan : Kebersamaan
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan
F. Standart Kompetensi: Memahami pentingnya kebersamaan
G. Kompetensi Dasar: Mengetahui dan membina kebersamaan
H. Indikator :Menumbuhkan rasa kebersamaan dengan orang lain
I. Sasaran : Siswa TK
J. Materi Pelayanan :
K. Metode : Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah
Sesi Kegiatan
Waktu Guru Pembimbing Siswa
1 a. Membuka kegiatan dengan salam
b. Memberikan pengantar materi dan
pengantar cerita.
a. Mendengarkan
b. Mendengarkan
5 menit
2
a. Bercerita menggunakan media
boneka tentang si buta dan si
bungkuk
b. Memberikan kesempatan pada
anak bercerita dengan boneka
a. Berperan aktif
b. berperan aktif
5 menit
15 menit
3 a. Kesimpulan
b. Menutup kegiatan
a. Mendengarkan
b. Mendengarkan
5 menit
Total 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
N. Waktu : 1 x 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan
P. Alat dan bahan : Boneka
R. Rencana tindak lanjut : Konseling bagi yang membutuhkan.
S. Daftar Pustaka : www.ceritanusantara.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Handout
Alkisah, hiduplah dua orang pemuda bersahabat. Keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemuda yang satu bertubuh
kekar tetapi matanya buta, sedangkan sahabatnya dapat melihat namun
tubuhnya bungkuk. Oleh karena itu, orang sering menyebut mereka dengan
panggilan Si Buta dan Si Bungkuk.
Kedua sahabat ini seakan tidak dapat terpisahkan karena kemana pun
pergi akan selalu bersama. Selain itu, keduanya juga saling memahami. Jika
salah seorang sedang marah, sahabatnya akan berdiam diri atau membujuk
agar kemarahannya reda. Begitu juga ketika menghadapi suatu masalah,
mereka akan mengatasinya secara bersama-sama.
Tetapi apabila diperhatikan lebih seksama, ternyata rasa saling
membutuhkan itu lebih menguntungkan Si Bungkuk ketimbang Si Buta.
Anehnya, Si Buta yang sangat baik hatinya tidak sedikit pun merasa curiga
kalau Si Bungkuk selalu menipunya. Ketika mereka sedang makan di acara
selamatan misalnya, Si Bungkuk selalu saja mengambil jatah lauk berupa ikan
atau ayam dan hanya menyisakan nasi dan sayuran dalam piring Si Buta.
Sebenarnya kelakuan “nakal” Si Bungkuk tersebut tidak hanya dilakukan
pada saat ada acara selamatan saja, tetapi juga setiap ada kesempatan.
Si Bungkuk selalu memanfaatkan kebutaan mata sahabatnya untuk
mendapatkan keuntungan sendiri. Celakanya, Si Buta tidak mengetahui hal
itu dan tetap menganggap Si Bungkuk juga jujur seperti dirinya.
Tetapi, sepandai-pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga ke
tanah. Hal ini terjadi ketika Si Bungkuk mengajak Si Buta pergi ke hutan untuk
berburu binatang. Konon, karena waktu itu belum ada senapan, para
pemburu hanya menggunakan peralatan tradisional berupa jipah atau faring
(jaring), tombak, dan kadang anjing sebagai pencari jejak binatang buruan.
Peralatan ini juga dipakai oleh Si Bungkuk dan Si Buta untuk berburu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Dalam perjalanan ke tengah hutan,
Si Bungkuk berkata, “Nanti kalau mendapatkan binatang buruan, hasilnya akan
kita bagi dua sama rata.”
Perkataan Si Bungkuk tadi tentu saja membuat hati Si Buta menjadi gembira.
Dengan bersemangat ia langsung memerintahkan anjing burunya untuk
mencari jejak binatang. Sedangkan Si Bungkuk mengikutinya dari belakang
sambil membawa tombak di tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti
arah yang ditunjukkan oleh si anjing buru.
Rupanya hari itu mereka sedang bernasib baik. Tidak berapa lama berjalan
sang anjing buru telah berhasil menemukan seekor rusa jantan cukup besar
dengan tanduknya yang bercabang-cabang. Si Bungkuk segera menombak
rusa jantan tersebut hingga mati.
Setelah mati, tubuh rusa segera dipotong-potong dengan tujuan untuk
dibagi dua sama rata menurut keinginan Si Bungkuk. Tetapi karena sifat Si
Bungkuk yang licik, maka setelah dibagi dua bagian Si Buta hanyalah berupa
tulang-tulang rusa. Sedangkan daging dan lemaknya menjadi milik Si
Bungkuk.
kata Si Bungkuk: “Karena telah dibagi dua, sebaiknya kita masak sendiri-sendiri
saja agar sesuai dengan selera kita,”
Keduanya pun mulai memasak sesuai dengan selera masing-masing. Oleh
karena Si Bungkuk tidak pandai memasak, ia hanya menusuk daging-daging
besar bagiannya kemudian membakarnya. Sedangkan Si Buta yang pandai
memasak segera mengeluarkan bumbu-bumbu gulai yang dibawanya dari
rumah. Setelah daging rusa matang keduanya lalu duduk berhadapan untuk
makan bersama.
kata Si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging besar ke dalam mulutnya
“Nikmat,”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
kata Si Buta sambil mencium bau harum masakannya. Namun, ketika mulai
memakannya barulah ia sadar kalau yang dimasaknya hanyalah berupa
tulang-belulang rusa dan berkata; “Sedap,”
kata Si Buta : “Aku kira hasil buruan kita berupa rusa besar dan gemuk. Rupanya
hanya rusa kecil yang banyak tulangnya. Besok pagi kita harus
berburu lebih keras lagi,”
sambil tetap mengiggit gulai tulangnya dengan sangat keras karena kesal
hingga bola matanya hampir keluar.
Ketika bola mata Si Buta hampir keluar dari lubangnya, atas kehendak Tuhan,
secara ajaib ia dapat melihat.
Si buta : “Aku dapat melihat! Aku dapat melihat!”
teriaknya kegirangan sambil menatap sekeliling dan akhirnya tertuju pada
daging-daging milik Si Bungkuk dan tulang-tulang hasil buruan miliknya.
Si Buta : “Wah, rupanya rusa buruan kita memang besar dan gemuk. Engkau
telah berbuat curang kepadaku!” teriak dengan sangat marah.
Si Buta lalu berjalan menuju tulang-tulang rusa yang menjadi bagiannya dan
mengambil sebuah tulang kaki. Tulang itu kemudian dipukulkan berkali-kali ke
tubuh Si Bungkuk hingga menjerit kesakitan dan minta ampun. Namun, Si Buta
yang sudah tidak buta lagi tetap saja memukulinya sebagai pelampiasan
rasa amarahnya terhadap Si Bungkuk.
Agar tidak dipukuli terus oleh Si Buta, Si Bungkuk berusaha bangkit
menghindar. Dan, sama seperti Si Buta, terjadi keajaiban pula pada Si
Bungkuk. Setelah bangkit badannya tidak bungkuk lagi layaknya manusia
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Si bungkuk : “Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!”
Keduanya pun akhirnya sadar kalau itu adalah kehendak Tuhan Yang Maha
Kuasa. Mereka kemudian saling meminta maaf dan diakhiri dengan
berpelukan sebagai tanda terjalinnya persahabatan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrument Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Kisi –kisi lembar wawancara terhadap guru kelas
Aspek
Sub aspek/dimensi Pertanyaan
Respons guru kelas terhadap
keterampilan bekerjasama
anak
a. Mendengarkan
1. Apakah anak-anak mendengarkan dengan baik ketika
peneliti bercerita dengan media boneka? Jelaskan!
2. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman
bercerita menggunakan media boneka? Jelaskan!
b. Menghormati
1. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh
hormat terhadap orang lain? Misalnya, anak saling
menyapa, mengucapkan terima kasih? Jelaskan!
c. Interaksi tatap muka
1. Apakah anak-anak menatap teman yang sedang bertanya
atau berbicara? Jelaskan!
d. Komunikasi
1. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan?
Misalnya?
2. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke arah lain
ketika ada teman bertanya?
3. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada
teman yang bertanya?
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
e. Interaksi Sosial
1. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang
kelas sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya?
2. Apakah anak-anak saling berkelahi?
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kisi-kisi lembar observasi anak
Aspek Indikator No Item
Jumlah
Mendengarkan a. Mampu menangkap pesan 1,2,3 3
Menghormati a. Mampu menjunjung dan menghargai orang lain
4,5,6,7 4
Interaksi Tatap Muka a. Mampu mempengaruhi antara individu
8,9 2
Komunikasi a. Mampu berinteraksi secara verbal
b. Mampu berinteraksi secara non verbal
10,11,12,13,14,15,
6
Interaksi Sosial a. Mampu mempengaruhi antara kelompok 16,17,18 3
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Lampiran 4 Instrument Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Berikut ini panduan wawancara guru kelas mengenai bimbingan. Panduan
wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan anak
menurut guru kelas yang bersangkutan.
A. Panduan Wawancara pra Tindakan
1. Bagaimana dengan bimbingan hari ini?
2. Apakah perilaku-perilaku yang muncul saat bimbingan?
3. Lalu ibu bagaimana menghadapinya?
4. Media apa yang ibu gunakan selama ini?
5. Apakah ibu pernah menggunakan media boneka?
B. Panduan wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
keadaan anak setelah diadakan bimbingan melalui metode bercerita
dengan media boneka pada setiap siklus.
1. Bagaimana dengan bimbingan hari ini? jelaskan!
2. Bagaimana dengan metode bercerita dan media boneka yang
digunakan hari ini ? jelaskan!
3. Apakah anak-anak mendengarkan dengan baik ketika peneliti bercerita
dengan media boneka? Jelaskan!
4. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman bercerita
menggunakan media boneka? Jelaskan!
5. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh hormat terhadap
orang lain? Misalnya, anak saling menyapa, mengucapkan terima
kasih? Jelaskan!
6. Apakah anak-anak menatap teman yang sedang bertanya atau
berbicara? Jelaskan!
7. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan? Misalnya?
8. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke arah lain ketika ada
teman bertanya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
9. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada teman yang
bertanya?
10. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang kelas
sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya?
11. Apakah anak-anak saling berkelahi?
12. Perilaku yang menunjukan peningkatan keterampilan bekerjasama,
misalnya? jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Pedoman Observasi Keterampilan Bekerjasama anak
Nama: Tanggal:
No PERNYATAAN BB MB BSH BSB
1. Anak dapat mendengarkan
dengan sungguh-sungguh
ketika diberi penjelasan
2. Anak dapat mendengarkan
ketika teman sedang berbicara
3. Anak bisa merespon saat
diberi pertanyaan
4. Anak menyapa teman-
temannya
5. Anak dapat mengucapkan
salam
6. Anak bisa mengucapkan
terima kasih
7. Anak berbicara secara sopan
kepada orang lain
8. Anak saling senyum dengan
teman
9.. Anak dapat menatap teman
yang sedang berbicara
10. Anak mau memberi semangat
kepada teman
11. Anak bisa berbicara dengan
jelas
12. Anak bisa mengungkapkan
perasaannya
13. Anak menunjukan muka
senang (mata berbinar)
14. Anak duduk dengan tegap
15 Anak menunjukan rasa
gembira
16. Anak bersama-sama menata
ruang kelas
17. Anak mau membereskan alat-
alat yang digunakan setelah
bermain
18. Anak tidak langsung pergi
meninggalkan ruang kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Hasil Skoring Siklus Pra Tindakan
No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1. BSH BB MB BSB BB BSB BB BB BSB BB MB BB BSB BB BB BB BB MB
2. BB BSB BB BB BB BSB BB BSB BSB BSB BB BB BB BSH BB BB BB MB
3. BB BSB BB MB MB BSB BB BB BSB BB MB BB BB BB BB BB BB BSB
4. BB BSB BB MB MB BSB BB BSB BB BSB BB BSB BB BSH BB MB MB BSH
5. MB BSB BB BSH BB MB BSH BB BB MB BSH BB MB BB BB BSH BB BSH
6. BB BSB BSB BB BSH BSB BB MB BB BB BB BSH BB BSH BSH BB BSH BSH
7. MB BB BSB MB BB BSB BB MB BSH MB BSB MB BSB MB BSH MB BSB BSB
8. BB BSH BSB BB BB BSH BB MB BSH BB BSH BB BB BB BB BSB BSH BB
9. BB BB BSB BB BSH BB BB BB BB BB BB BB BSB BB BSH BB BB BB
10. BSH BSH BB BSH BB BSH MB BB BB BSH BSB BB BB MB BSB BB BSH BB
11. BB BB BSH BB BSB MB BB BSB BB BSB BB BB BSH BB BSB BB BB BB
12. BB BB BB BB BSB BB BSH BB BB BB BB BSH MB BSB BSB BB MB BB
13. BB BB MB BB BSB MB BB BSB BB BB BB MB BB BSB BSB BB BB BB
14. BB BB BB BSB BSB BB BB BSB MB BSB BB BSB BB BSB BSB BSH BSB BSB
15. BSH BB BB BSB BB BB MB BB BB BSB BB MB MB BSB MB BB BB BB
16. BB BB BSH BSB BSH BB BSB BSH MB BB BSB BB BB BB BB BB MB BB
17. BSB BB BB BB BB BSH BB BSH BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
18. BSB MB BSH BB BB BB BSB BSH BB BSH BB BB BSH BB MB BB BB BB
19. BSB BB BB BB BB BB BSB BB MB BB BB BB BB BB BB BSB BB BB
20. BSB MB BB BB BB BB BSB BB BSB BSH BSB BB BB MB MB BSB BSB BB
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Hasil Skoring Siklus I
No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 BB MB BSB BSB BB BB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB
2 BB MB BSB BSB BB MB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB
3 BB MB BSB BSB BB BB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB
4 BB BB BSB BSB BB MB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB
5 BB BB BSB BSB BB BB BB BSB BB BB BSH BB BB BB BSB BB BSB BB
6 BB BB BSB BSH BB MB BB BSB MB BB BSB MB BSH BB BSB MB BSB BB
7 BB BB BSB BSH MB BB MB BSB MB MB BSB MB BSH MB BSB MB BB BB
8 BSH BB BSH BSH MB BB MB BSH MB MB BSB MB BSH MB MB MB BB MB
9 BSH BB BSH BSH MB BB MB BSH BSH MB BSB BSH BSH MB MB MB BB MB
10 MB BB BSH BSH BSH MB BSH BSH BSH BSB BSB BSH BSH MB MB BSB BB MB
11 MB BSH BSH MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB MB BSH MB BSB BSH BSB BB MB
12 MB BSH BB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB MB BSH MB BSB BSH BSB BB BSH
13 MB BSH MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB MB BSH MB BSB BSH BSB MB BSH
14 BSH BSH MB BB BSH BSH BSH MB BSB BSB MB BSH MB BSB BSH BSB MB BSH
15 BSH BSH BB BB BSH BSH BSB MB BSB BSB BB BSB BSB BSB BB BSB MB BSH
16 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSB BB BSH BSH BSB
17 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB
18 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB
19 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB
20 BSB BSB BB BB BSB BSB BSB BB BSB BSH BB BSB BSB BSH BB BSH BSH BSB
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Hasil Skoring Siklus II
No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 BB MB BB MB BB MB BB BB BB MB BB BB BB BB MB MB BB BB
2 MB MB BB MB BB MB BB BSB BSH MB BB MB MB MB MB MB BB MB
3 BB MB BB MB MB MB BB BSB BSH BB MB MB MB MB MB BB MB MB
4 MB MB BSH MB MB MB MB BSB BSH BB MB MB MB BB MB BB MB MB
5 MB MB BSH BSH MB MB MB BSB BSH MB MB MB MB MB MB MB MB MB
6 BSH MB BSH BSH BSH MB MB BSB BSH MB MB MB MB MB MB MB MB MB
7 BB BSH BSH BSH BSH BSB MB BSB BSH MB MB MB BSB MB BSH MB MB BSH
8 MB BSH BSH BSH BSH BSB MB BSB MB BSB MB BSB BSB BSB BSH MB BSH BSH
9 MB BSH BSH BSH BSH BSB MB BSB MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH
10 BSH BSH BSB BB BSH BSB BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH
11 BSH BSH BSB BB BSH BSB BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH
12 BSH BSH BSB BB MB BSB BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH
13 BSH BSH BSB BSB MB BSH BSH BSH MB BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSB
14 BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSB BSH BB BSB BSH BSB BSB BSH BSB BSB
15 BSB BSH BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSB BSH BSB BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
16 BSB BSH MB BSB BSB BSH BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB
17 BSB BSH MB BSB BSB BSH BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB
18 BSB BB MB BSB BSB BSH BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB
19 BSB BB MB BSB BSB BB BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB
20 BSB BB MB BSB BSB BB BSB MB BSB BSH BSB BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hasil Skoring Siklus III
No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
2 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
3 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
4 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
5 BSH BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB
6 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB
7 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
8 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
9 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
10 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB
11 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB
12 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
13 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
14 BSH BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
15 BSH BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB
16 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB
17 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
18 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
19 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
20 BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Hal-hal yang
diobservasi
Pra Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III
BB MB BSH BSB Jml (%) BB MB BSH BSB Jml (%) BB MB BSH BSB Jml (%) BB MB BSH BSB Jml (%)
Anak dapat
mendengarkan
dengan sungguh-
sungguh ketika diberi
penjelasan
11
2 3 4 9 45% 7 4 4 5 13 65% 4 5 5 6 16 80% 1 0 12 7 19 95%
Anak dapat
mendengarkan ketika
teman sedang
berbicara
10
2 2 6 10 50% 7 3 5 5 13 65% 3 6 6 5 17 85% 0 0 11 9 20 100%
Anak bisa merespon
saat diberi
pertanyaan
11
2 3 4 9 45% 7 2 4 7 13 65% 3 5 6 6 17 85% 2 0 11 7 18 90%
Anak menyapa
teman-temannya
12 3 2 3 8 40% 7 3 5 5 13 65% 3
4 5 8 17 85% 2 0 0 18 18 90%
Anak dapat
mengucapkan salam
11 2 3 4 9 45% 6 3 5 6 14 70% 2 5 6 7 18 90% 1 0 0 19 19 95%
Anak bisa
mengucapkan terima
kasih
9 3 3 5 11 55% 6 4 5 5 14 70% 2 6 6 6 18 90% 1 0 0 19 19 95%
Anak berbicara
secara sopan kepada
orang lain
12 2 2 4 8 40% 6 3 5 6 14 70% 3 6 6 5 17 85% 1 0 0 19 19 95%
Anak saling senyum
dengan teman
10 3 3 4 10 50% 5 2 6 7 15 75% 1
5 6 8 19 95% 1
0 0 19 19 95%
Anak dapat menatap
teman yang sedang
berbicara
11 3 2 4 9 45% 5 3 5 7 15 75% 1 6 6 7 19 95% 1 0 0 19 19 95%
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Anak mau memberi
semangat kepada
teman
10 2 3 5 10 50% 6 3 5 6 14 70% 2 5 7 6 18 90% 1 0 0 19 19 95%
Anak bisa berbicara
dengan jelas
12 2 2 4 8 40% 6 4 5 5 14 70% 3 6 5 6 17 85% 0 0 0 20 20 100%
Anak bisa
mengungkapkan
perasaannya
13 3 2 2 7 35% 5 3 6 6 15 75% 1
6 6 7 19 95% 0 0 1 19 20 100%
Anak menunjukan
muka senang (mata
berbinar)
12 3 2 2 8 40% 5 4 5 6 15 75% 1 5 7 7 19 95% 0 0 0 20 20 100%
Anak duduk dengan
tegap
10 3 3 4 10 50% 6 4 4 6 14 70% 2 5 5 8 18 95% 0 0 0 20 20 100%
Anak menunjukan
rasa gembira
9 3 3 5 11 55% 6 3 4 7 14 70% 0 6 7 7 20 100% 0 0 4 16 20 100%
Anak bersama-sama
menata ruang kelas
13 2 2 3 7 35% 5 4 5 4 15 75% 2 6 6 6 18 90% 0 0 0 20 20 100%
Anak mau
membereskan alat-
alat yang digunakan
setelah bermain
11 3 3 3 9 45% 6 3 5 6 14 70% 2 5 6 7 18 90% 0 0 0 20 20 100%
Anak tidak langsung
pergi meninggalkan
ruang kelas
12 2 3 3 8 40% 7 4 4 5 13 65% 1 5 6 8 19 95% 0 0 0 20 20 100%
RATA-RATA
45% 70% 90% 97%
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 6 Foto-foto Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Dokumentasi Siklus I
Ket: peneliti membuka pertemuan bimbingan dengan salam
Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan boneka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
Ket: anak-anak antusias memilih boneka yang hendak dimainkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Dokumentasi siklus II
Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Ket: peneliti memberikan kesempatan kepada anak-anak yang hendak
bercerita dengan boneka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Dokumentasi siklus III
Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Ket: anak-anak masuk dalam kelompok kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI