plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf ·...

168
i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER 1 (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh Anne Septi Yunisa 101224015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

i

KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA

DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XII SEMESTER 1

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Anne Septi Yunisa

101224015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dan melindungi saya

Kedua orang tua saya Bapak Wijaya dan Ibu Siwi yang selalu mendoakan,

memberikan semangat, dan mendukung saya dalam pembuatan skripsi.

Kakakku Leo Agung Bayu Wijanarko dan adikku tersayang Agnes Titah Miranti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

v

MOTO

PEMENANG bukanlah mereka yang tidak pernah

KALAH tetapi mereka yang tidak pernah

MENYERAH.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Mei 2015

Saya yang menyatakan,

Anne Septi Yunisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anne Septi Yunisa

Nomor Mahasiswa : 101224015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA

DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XII SEMESTER 1

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Mei 2015

Yang menyatakan

Anne Septi Yunisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

viii

ABSTRAK

Yunisa, Anne Septi.2015. Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel

Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan

Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh

dua tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. Peneliti

mengumpulkan data dengan cara membaca sekaligus menandai setiap kalimat

yang mengandung konflik batin yang dialami kedua tokoh utama, lalu

menuliskannya pada kartu data. Peneliti menganalisis data dengan mengamati

dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.

Dalam novel ini terdapat 2 tokoh utama, yaitu Sasana dan Jaka serta 7

tokoh tambahan, yaitu Ibu, Ayah, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, dan Kalina.

Peristiwa terjadi ketika Sasana kecil antara tahun 1993 sampai 1999 di daerah

Jakarta, Malang, Sidoarjo, dan Batam. Latar sosial menggambarkan sikap

masyarakat yang masih susah menerima adanya transgender di lingkungan

mereka, pelecehan seksual, adanya organisasi massa yang meresahkan warga,

buruh yang diperlakukan tidak adil, aborsi, dan budaya dangdut. Alur yang

digunakan adalah alur kronologis atau alur maju.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa konflik batin tokoh

Sasana dan Jaka adalah timbulnya perasaan takut, tidak percaya diri, emosional,

frustasi, dan sedih yang disebabkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan

penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi pada Sasana

maupun Jaka. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus yang meng-

hubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester 1.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bagi para guru agar

dapat mengambil nilai moral yang terkandung dalam novel Pasung Jiwa untuk

diajarkan kepada peserta didiknya. Bagi para mahasiswa, diharapkan penelitian ini

dapat dijadikan reverensi dalam penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

ix

ABSTRACT

Yunisa, Anne Septi. 2015. Jaka and Sasana’s Intrapersonal Conflicts Portrayed

in Okky Madasari’s Pasung Jiwa and Its Relevance to Literature

Learning in Senior High School Grade XII Semester I (A Psychological

Approach Literature Research). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP,

Universitas Sanata Dharma.

This research aimed to describe intrapersonal conflicts faced by the two

main characters in Okky Madasari’s novel entitled Pasung Jiwa. The researcher

collected the data by reading and examining every sentence which contains

intrapersonal conflicts experienced by both of main characters then wrote the data

on data card. The researcher analyzed the data by examining carefully every

sentence which contains intrapersonal conflicts.

There are two main characters in the novel, they are Jaka and Sasana. The

seven additional characters in the novel are Mother, Father, Cak, Man, Masita,

Banua, Elis, and Kalina. The story took places in Batam, Malang, Sidoarjo, and

Jakarta in year 1993-1998 when Sasana was a child. The social background of the

story is a society which is intolerant with transgender issue, a sexual abuse

atmosphere, a society frightening mass organisation, unfair treatment to working

class, abortion, and dangdut culture. The plot of the story is chronological plot.

From psychological approach analysis, it can be concluded that Jaka and

Sasana’s intrapersonal conflicts are anxieties, inferiority, emotional

characteristics, frustrations, and deep sadness. Their intrapersonal conflicts are the

consequences of their unfulfilled physiological needs, needs to feel safe, needs to

posses and love, need to be respected, and needs of self actualization.bBased on

analysis result, the researcher developed a syllabus that connected the

intrapersonal conflicts with the literature learning in Senior High School grade XII

semester I and put it into the basic competence and core competence in the

learning design.

Based on this research, the researcher suggested the teacher to teach the

good values from the story of this novel to their students. For the university

students who want to conduct a research, this study is suggested as a reference.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

berkat rahmat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung

Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di

SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)” diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Berkat doa, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi

ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI

yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing pertama yang

dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan dalam penyusunan

skjripsi ini.

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan

teliti membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Semua dosen PBSI yang telah membantu peneliti dalam belajar di

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Robertus Marsidiq yang telah membantu kelancaran penulis dalam

mengurus segala keperluan yang digunakan untuk keperluan skripsi.

6. Kedua orangtua, Ignatius Wijaya Hadi dan Fransiska Marti Sasiwi

yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada peneliti.

7. Kakak dan adik peneliti, Leo Agung Bayu Wijanarko yang selalu

memberikan semangat serta Agnes Titah Miranti yang selalu

mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

xi

8. Sahabat-sahabat, Cicilia Ingga Kusuma dan Silviana Yudi Apsari yang

selalu membagikan tawa dan candanya untuk peneliti agar lebih

bersemangat lagi untuk mengerjakan skripsi.

9. Simbah putri yang selalu menginspirasi peneliti untuk tidak pernah

putus asa dengan apa yang sedang peneliti perjuangkan, yaitu skripsi.

10. Seluruh teman seperjuangan PBSI 2010 yang selalu memberi

dukungan.

11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu persatu

pada kesempatan ini.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini memberi manfaat bagi

pembelajaran sastra.

Yogyakarta, 21 Mei 2015

Peneliti,

Anne Septi Yunisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………................. . ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... iv

MOTO .. .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….. ................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS . ................................... vii

ABSTRAK .. ................................................................................................... viii

ABSTRACT …. ................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

1.5 Batasan Istilah ..................................................................... 5

1.6 Sistematika Penyajian ......................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 8

2.1 Penelitian yang Relevan ............................................... 8

2.2 Landasan Teori ............................................................. 10

2.2.1 Hakikat Novel …………………………………… 10

2.2.2 Struktur Karya Sastra …………………………… 11

2.2.2.1 Tokoh dan Penokohan ........................... 12

2.2.2.2 Latar ..................................................... 14

2.2.2.3 Alur ...................................................... 15

2.2.3 Psikologi Sastra ..................................................... 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

xiii

2.2.4 Psikologi Abraham Maslow .................................. 18

2.2.5 Konflik… ............................................................... 21

2.2.6 Konflik Batin ......................................................... 22

2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA ................................. 23

2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .... 25

2.2.9 Silabus ............................................................... 26

2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 30

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 30

3.2 Sumber Data ........................................................................ 31

3.3 Instrumen Penelitian ........................................................... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 31

3.5 Teknik Analisis Data .......................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 33

4.1 Deskripsi Data .................................................................... 33

4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan ........................................... 34

4.2.1 Tokoh Utama ......................................................... 34

4.2.2 Tokoh Tambahan .................................................. 46

4.3 Analisis Latar ....................................................................... 57

4.3.1 Latar Tempat ......................................................... 57

4.3.2 Latar Waktu ........................................................... 65

4.3.3 Latar Sosial ............................................................ 72

4.4 Analisis Alur ....................................................................... 78

4.4.1 Paparan .................................................................. 78

4.4.2 Rangsangan ........................................................... 79

4.4.3 Gawatan ................................................................. 80

4.4.4 Tikaian ................................................................... 82

4.4.5 Rumitan ................................................................. 83

4.4.6 Klimaks ................................................................. 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

xiv

4.4.7 Leraian ................................................................... 85

4.4.8 Selesaian ................................................................ 86

4.5 Analisis Konflik Batin Menggunakan Teori Psikologi

Abraham Maslow ............................................................... 86

4.5.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis ............ 86

4.5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman 88

4.5.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Cinta dan

Keberadaan ............................................................ 92

4.5.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan

Penghargaan .......................................................... 94

4.5.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi

Diri ........................................................................ 96

4.6 Konflik Batin Aibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan

Dasar Tokoh Sasana ........................................................... 98

4.6.1 Rasa Takut ............................................................. 98

4.6.2 Tidak Percaya Diri ................................................ 98

4.6.3 Emosional .............................................................. 99

4.6.4 Frustasi .................................................................. 100

4.6.5 Kesedihan .............................................................. 100

4.7 Konflik Batin Aibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan

Dasar Tokoh Jaka ............................................................... 101

4.7.1 Rasa Takut ............................................................. 101

4.7.2 Tidak Percaya Diri ................................................ 102

4.7.3 Frustasi .................................................................. 102

4.7.4 Emosional .............................................................. 103

4.8 Relevansi Hasil Analisis Konflik Batin Dua Tokoh Utama

dalam Pembelajaran Sastra di SMA kelas XII semester 1 . 103

4.8.1 Aspek Bahasa ........................................................ 104

4.8.2 Aspek Perkembangan Psikologis Siswa ................ 105

4.8.3 Aspek Latar Belakang Budaya .............................. 106

4.9 Silabus ................................................................................ 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

xv

4.10 RPP ..................................................................................... 107

4.11 Pembahasan ........................................................................ 108

BAB V PENUTUP .................................................................................. 110

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 110

5.2 Implikasi ............................................................................. 112

5.3 Saran ................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 113

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 115

LAMPIRAN SILABUS ................................................................................. 116

LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 119

LAMPIRAN LEMBAR SOAL .................................................................... 126

LAMPIRAN PENILAIAN ........................................................................... 133

LAMPIRAN MATERI ................................................................................. 138

LAMPIRAN PENGGALAN NOVEL ......................................................... 141

BIODATA ...................................................................................................... 153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu

lainnya. Namun, manusia tetaplah makhluk sosial. Setiap pertemuan antarmanusia

seringkali menimbulkan konflik, baik antarindividu maupun antarkelompok.

Peristiwa atau kejadian seperti itu pun telah banyak yang diangkat menjadi sebuah

karya sastra. Menurut Faruk, karya sastra sendiri adalah objek manusiawi, fakta

kemanusiaan, atau fakta kultural sebab merupakan hasil ciptaan manusia.

Meskipun demikian, karya itu mempunyai eksistensi yang khas yang

membedakannya dari fakta kemanusiaan lainnya seperti sistem sosial dan sistem

ekonomi dan yang menyamakannya dengan sistem seni rupa, seni suara, dan

sebagainya (Faruk, 2012: 77).

Karya sastra khususnya novel selalu menampilkan tokoh yang memiliki

karakter sehingga novel juga menggambarkan kejiwaan manusia walaupun

gambaran tokohnya hanyalah fiksi. Dengan kenyataan itu, karya sastra terlibat

dalam aspek kehidupan manusia termasuk ilmu jiwa atau psikologi. Penelitian

yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk

pemahaman karya sastra dari sisi psikologi karena setiap tokoh dalam karya sastra

khusunya novel selalu diberi jiwa dan raga kemanusiaan dalam kehidupannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

2

Seperti yang dikatakan oleh Rahmanto (1988: 15), apabila karya-karya

sastra tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan masalah-masalah dunia nyata,

pembelajaran sastra sudah tidak ada gunanya. Namun, jika sastra itu dapat

ditunjukkan mempunyai relevansi dengan masalah dunia nyata, pembelajaran

sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting. Untuk itulah secara khusus

peneliti melakukan penelitian terhadap konflik batin tokoh utama dalam novel

agar pesan-pesan moral yang terkandung dalam ceritanya dapat dijadikan panutan.

Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari yang merupakan novel

pemenang Khatulistiwa Literary Award 2012 sangat menarik untuk dibaca dan

dijadikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang menarik untuk

diteliti dari novel ini adalah konflik batin dua tokoh utama, yaitu Sasana dan Jaka

yang dihadirkan dalam pergulatan manusia mencari kebebasan dan melepaskan

diri dari segala kungkungan, dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan

tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, hingga dominasi ekonomi

dan belenggu kekuasaan.

Berdasarkan fenomena itu peneliti terdorong untuk menganalisis konflik

batin tokoh dari segi psikologi dalam mengahadapi realitas yang bertentangan

dengan hati nuraninya. Analisis ini didorong pula oleh adanya alasan bahwa

belum ada penelitian terhadap novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari, terutama

penelitian dari sudut psikologi. Persoalan-persoalan psikologi yang mendalam

dalam novel Pasung jiwa ini juga mendorong peneliti untuk menggunakan

pendekatan psikologi sastra dalam mengkajinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

3

Sebelum menganalisis persoalan yang dialami oleh tokoh utama, peneliti

akan terlebih dahulu menganalisis unsur intrinsik dalam novel Pasung Jiwa.

Menurut Sukada (1987: 47), analisis aspek intrinsik, yaitu analisis mengenai

unsur-unsur yang secara keseluruhan membangun struktur karya sastra. Unsur-

unsur itu terdiri dari insiden, perwatakan, plot, teknik cerita, komposisi cerita, dan

gaya bahasa. Penelitian ini hanya akan membahas empat unsur intrinsik, yaitu

alur, tokoh, penokohan, dan latar karena keempat unsur tersebut memiliki kaitan

dengan permasalahan psikologi tokoh utama.

Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan

pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra dan memperluas

kritik sastra.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dipecahkan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimanakah deskripsi unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur dalam

novel Pasung jiwa karya Okky Madasari ?

2. Bagaimanakah konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari ?

3. Bagaimanakah relevansi hasil analisis konflik batin dua tokoh utama dalam

novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pembelajaran sastra di

SMA kelas XII semester 1?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan tiga rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur dalam novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

2. Mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam

novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

3. Mendeskripsikan relevansi hasil analisis konflik batin dua tokoh utama

dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pembelajaran sastra

di SMA kelas XII semester 1.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sastra,

bidang ilmu psikologi, dan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA.

1. Bagi peneliti sastra

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

dapat memberikan sumbangan dalam pemahaman mengenai karya sastra,

khususnya novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari..

2. Bagi bidang ilmu psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai sikap dan perwatakan manusia yang secara langsung maupun

tidak langsung berkaitan dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

5

3. Bagi pembelajaran bahasa dan sastra di SMA

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan

pembelajaran sastra di SMA dan dapat memberikan informasi tentang novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini diberikan beberapa definisi istilah yang memudahkan

pembaca memahami penelitian ini yaitu sebagai berikut

a. Novel

Novel adalah proses rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh

dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.

(Sudjiman, 1990: 55)

b. Psikologi

Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3).

c. Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan

proses dan aktivitas kejiwaan (Minderop, 2010: 55).

d. Konflik

Konflik merupakan suatu hal yang bertentangan antarindividu atau suatu

kelompok karena adanya kesalahpahaman atau perbedaan pendapat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

6

e. Konflik Batin

Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin

manusia itu sendiri (Tjahjono, 1987: 113).

f. Tokoh

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165).

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I, yaitu pendahuluan, yang berisi

latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi

landasan teori, yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab ini

memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III adalah

metodologi penelitian, yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian,

metode, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data, dan teknik

analisis data.

Bab IV berisi analisis unsur tokoh, penokohan, latar, alur dan hasil

pembahasan konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya

Okky Madasari beserta relevansi hasil analisis konflik batin tokoh Sasana dan

Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dalam pembelajaran sastra

di SMA. Pada bab V dipaparkan kesimpulan tentang penelitian yang dilakukan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

7

implikasi dari penelitian tersebut, dan saran terhadap penelitian yang akan

dilakukan selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

8

]BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, peneliti menemukan tiga

penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Prabaningtyas

(2013), Bukit Shintawati (2010), dan Suryadi (2011). Berikut ini pemaparan

tentang tiga penelitian terdahulu tersebut.

Penelitian Prabaningtyas (2013) berjudul Konflik Batin Tokoh Setadewa

dalam Novel Burung-burung Manyar Karya YB. Mangunwijaya dan

implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi

Sastra). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, latar, karakteristik

tokoh dan konflik batin yang dialami oleh tokoh Setadewa, serta implementasinya

dalam pembelajaran sastra di SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan

cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak

terpenuhi dari Setadewa. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut

timbul rasa takut, tidak percaya diri, emosional, dan frustasi.

Penelitian Bukit Shintawati (2010) berjudul “Konflik Batin Tokoh Dimas

dalam Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik

Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran

Sastra SMA”. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan konflik batin yang

dialami oleh tokoh Dimas dalam menghadapi kemelut hidup, yaitu jatuh cinta

kepada ibu kosnya, dan akibat psikis yang muncul berkaitan dengan perbuatannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

9

itu serta mendeskripsikan implementasi novel Pacarku Ibu Kosku karya Wiwik

Karyono sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa untuk menentukan sikap dalam

perbuatannya, Dimas tidak lepas dari konflik-konflik batin. Keteguhan Dimas

untuk mempertahankan super ego atau hati nuraninya beberapa kali harus

mengalami ujian, dan Dimas harus mengalami akibatnya yaitu kehilangan prinsip

hidup yang telah ia pertahankan.

Penelitian Suryadi (2011) berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam

Cerpen “Jaring Laba-laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan

Implementasinya dalam pembelajaran di SMA Kelas XII”. Tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan apa saja konflik batin yang dialami tokoh utama dalam

cerpen “Jaring Laba-Laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan bagaimana

konflik batin tersebut terjadi dan mendeskripsikan bagaimana implementasi

cerpen “Jaring Laba-Laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dalam pembelajaran

sastra di SMA kelas XII. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat konflik

batin yang dialami oleh tokoh utama. Konflik tersebut terjadi beberapa kali dan

merupakan akibat dari adanya pertentangan antara dua kekuatan yang berbeda

dalam diri tokoh utama. Penyebabnya adalah dorongan id begitu besar dan tidak

mampu diimbangi oleh ego.

Setelah meninjau hasil penelitian yang terdahulu dapat dikatakan bahwa

penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian yang sejenis. Penelitian konflik

batin dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra sudah pernah dilakukan.

Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan oleh penulis masih relevan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

10

bermanfaat untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti dua

tokoh utama sekaligus, yaitu Sasana dan Jaka Wani dalam novel Pasung Jiwa

karya Okky Madasari. Dalam penelitian sebelumnya, belum ada peneliti terdahulu

yang meneliti dua tokoh utama sekaligus dalam penelitiannya Selain itu, novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari mengandung banyak pesan moral dan nilai

perjuangan yang bermanfaat untuk pembelajaran sastra di SMA.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Hakikat Novel

Novel adalah cerita yang mengisahkan bagian penting dari episode

kehidupan manusia (misalnya masa remajanya saja, masa tuanya saja, dan

sebagainya) dan diikuti perubahan nasib (Tjahjono, 1987: 159). Menurut (KBBI,

2008: 969) novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian

cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan watak

dan sifat pelaku.

Rahmanto (1988: 70) mengatakan bahwa novel, seperti halnya bentuk

prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya

dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti Latar, Perwatakan,

Cerita, Teknik cerita, Bahasa, dan Tema

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan

cerita yang menyajikan tentang kehidupan manusia dan segala tingkah laku

manusia. Penceritaan di dalamnya biasanya menceritakan seputar kehidupan

sosial, politik, religiusitas, ekonomi, dan lain sebagainya serta memiliki struktur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

11

yang kompleks dan dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita,

teknik cerita, bahasa, dan tema.

2.2.2 Struktur Karya Sastra

Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan

yang menganggap karya sastra sebagai “makhluk” yang berdiri sendiri,

menganggap bahwa karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya,

baik pembaca, bahkan pengarangya sendiri. Analisis struktural merupakan bagian

yang utama sebelum menerapkan analisis yang lain. Tanpa analisis struktural

kebulatan makna yang digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap

(Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 1).

Sejalan dengan teori di atas Wiyatmi (2006: 89) menyatakan bahwa dalam

penerapannya pendekatan struktural ini memahami karya sastra secara close

reading (membaca karya sastra secara tertutup tanpa melihat pengarangnya,

hubungannya dengan realitas, dan pembaca). Menurut Nurgiyantoro (2007: 37),

analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang

bersangkutan. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai struktur karya sastra di

atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktur sastra merupakan proses pertama

dalam analisis karya sastra yang harus dilakukan sebelum diterapkan analisis lain

agar terjadi kebulatan makna intrinsik dari karya sastra tersebut.

Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2007: 23) adalah unsur-unsur yang

secara langsung membangun cerita. Unsur yang dimaksud terdiri atas peristiwa,

cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

12

bahasa. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penelitian ini terbatas pada

tokoh dan penokohan, latar, dan alur karena unsur-unsur intrinsik tersebut yang

dibutuhkan peneliti untuk menganalisis konflik batin tokoh Sasana dan Jaka Wani

dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

2.2.2.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:

165) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan. Selain itu, tokoh juga merupakan individu yang berkesan hidup,

memiliki ciri-ciri kejiwaan, dan ciri-ciri kemasyarakatan (Hariyanto, 2000: 34).

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat

dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu berdasarkan tingkat pentingnya tokoh

dalam sebuah cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh, dan berdasarkan

perwatakannya.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 176), berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam

sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi :

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam prosa

yang bersangkutan (Wahyuningtyas & Santosa, 2011: 3). Sayuti (dalam Wiyatmi,

2006: 31) mengungkapkan bahwa ada tiga cara untuk menentukan tokoh utama

atau sentral. Pertama, tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema.

Kedua, paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Ketiga, paling banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

13

memerlukan waktu penceritaan. Tokoh utama dalam sebuah novel mungkin saja

lebih dari seorang, meskipun kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan

mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya

terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.

b. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam

cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama

(Wahyunintyas & Santoso, 2011: 3).

Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan di atas, tidak akan begitu

saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan “sarana” yang memungkinkan

kehadirannya. Ada dua cara menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung

(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Nurgiyantoro, 2007: 195-

210). Berikut penjelasan kedua teknik tersebut :

a) Teknik Langsung (telling, analitik)

Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca

secara tidak berbelit-belit dan disertai deskripsi kehadirannya, yang mungkin

berupa sikap, watak, tingkah laku, atau juga ciri fisiknya.

b) Teknik tak langsung (showing, dramatik)

Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat serta tingkah laku

tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kehadirannya

sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan.

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Sedangkan menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

14

Wahyuningtyas & Santosa (2011: 5), penokohan mengacu pada teknik

perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pengertian dari tokoh adalah orang yang memainkan suatu

adegan dalam cerita, sedangkan penokohan adalah watak atau karakter yang ada

dalam setiap tokoh.

2.2.2.2 Latar

Latar atau setting disebut juga landasan tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 216). Menurut

Wiyatmi (2006:40), latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh

disuatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat tertentu.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 227-234), unsur latar dapat dibedakan ke

dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan denga masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

15

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berbikir dan bersikap.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah suatu lingkungan atau

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar

tempat, waktu, dan sosial.

2.2.2.3 Alur

Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting. Menurut Abrams

(dalam Nurgiyantoro, 2007: 113), alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa

yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai

peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Alur

juga dapat diartikan sebagai struktur penceritaan dalam prosa fiksi yang di

dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan

hukum sebab-akibat serta logis (Tjahjono, 1988: 107). Sejalan dengan pendapat

Stanton dalam Nurgiyantoro (2007: 113) mengemukakan bahwa alur adalah cerita

yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

peristiwa yang lainnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa alur adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan

terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.

Secara umum, struktur alur dapat digambarkan sebagai berikut (Sudjiman, 1988:

30):

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

16

1) Awal

a. Paparan (exsposition)

Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca yang

disebut juga dengan eksposisi. Pada bagian ini pengarang memberikan gambaran

awal kepada pembaca untuk memudahkan pembaca mengikuti jalan cerita

selanjutnya. Pengarang memperkenalkan para tokoh, menggambarkan secara

singkat watak tokoh-tokohnya, serta menjelaskan tempat terjadinya peristiwa

dalam cerpen.

b. Rangsangan (inciting moment)

Pada rangsangan terjadi peristiwa yang menimbulkan terjadinya gawatan

sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang

akan berlanjut pada bagian gawatan. Tidak ada patokan mengenai panjang

paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada

gawatan (Sudjiman, 1988: 33).

c. Gawatan (rising action)

2) Tengah

a. Tikaian (conflict)

Tikaian adalah perseisihan yang timbul karena adanya dua kekuatan yang

bertentangan. Tikaian ini dapat berupa pertentangan tokoh dengan suara hati dan

prinsip dirinya, dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh

lain, ataupun pertentanganantara dua unsur dalam diri satu tokoh tersebut

(Sudjiman, 1988: 35).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

17

b. Rumitan (complication)

Perkembangan dari gejala muda tikaian menuju ke klimaks cerita disebut

rumitan.

c. Klimaks

Klimaks akan tercapai apabila rumitan sudah mencapai puncaknya. Oleh

sebab itu klimaks disebut juga sebagai titik puncak suatu cerita (Hariyanto, 2000:

39).

3) Akhir

a. Leraian (falling action)

Leraian menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian.

b. Selesaian (denouement)

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Tidak menutup

kemungkinan sebuah cerita berakhir dalam keadaan salah satu atau bahkan

beberapa tokohnya masih berada dalam masalah.

2.2.3 Psikologi Sastra

Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3). Psikologi sastra

adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas

kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal penting yang perlu

dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan

pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan

(Minderop, 2010: 55)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

18

Sastra dan psikologi sama-sama membicarakan manusia. Bedanya, sastra

membicarakan manusia yang diciptakan (manusia imajiner) oleh pengarang,

sedangkan psikologi membicarakan manusia yang diciptakan Tuhan yang secara

riil. Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya sastra bersifat imajiner, tetapi di

dalam menggambarkan karakter dan jiwanya, pengarang menjadikan manusia

yang hidup di alam nyata sebagai model di dalam penciptaannya (Wiyatmi, 2006:

107). Dengan demikian, dalam menganalisis tokoh dalam karya sastra dan

perwatakannya, seorang pengkaji sastra juga harus mendasarkan pada teori dan

hukum psikologi yang menjelaskan perilaku dan karakter manusia.

Berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan

bahwa psikologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang segala

tingkah laku dan kejiwaan manusia. Psikologi sastra sebagai ilmu sastra yang

mendekati sastra dari sudut psikologis. Peneliti bermaksud untuk memanfaatkan

teori-teori psikologi yang relevan untuk menemukan gejala yang tersembunyi atau

sengaja disembunyikan oleh pengarangnya. Dengan memusatkan perhatian pada

tokoh-tokoh, maka dapat dianalisis konflik batin yang terdapat dalam cerita.

2.2.4 Psikologi Abraham Maslow

Ada beberapa teori psikologi diantaranya teori psikoanalisis Sigmund

freud, teori psikoanalisis humanistik Fromm, psikologi analitik Jung, dan teori

humanistik Abraham Maslow. Dalam penelitian ini, kaitan antar penokohan, latar,

dan alur akan dianalisis dengan konflik batin tokoh yang ada dalam teori

humanistik Abraham Maslow.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

19

Menurut Maslow (dalam Minderop, 2011: 277), tingkah laku manusia

lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar

kehidupan si individu lebih bahagia dan sekaligus memuaskan. Maslow juga

beranggapan bahwa kebutuhan di level rendah harus terpenuhi terlebih dahulu

sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang memotivasi. Lima

kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif, yang berarti

bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi

(Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010: 331).

Maslow (dalam Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010: 332) menyampaikan

teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi

atau bahkan selalu terpenuhi dan kemampuannya untuk muncul kembali.

Kebuthan fisiologis, misalnya kebutuhan pangan, sandang. papan, oksigen, seks,

dan sebagainya, demi kelangsungan hidup manusia.

b. Kebutuhan akan Keamanan

Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka

menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di

dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas ketergantungan, perlindungan, dan

kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam. Kebutuhan akan hukum,

ketenteraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan

keamanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

20

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan

Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka

menjdai termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan, seperti keinginan

untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan

untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan

masyarakat, atau Negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek

dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk

memberi dan mendapatkan cinta.

d. Kebutuhan akan Penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan ini mencakup penghormatan diri,

kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi.

Terdapat dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan, yaitu reputasi dan harga

diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang

dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri

adalah perasaan pribadi seorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan

percaya diri.

e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan

semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orang yang

mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika

mereka dimaki, ditolak dan diremehkan oleh orang lain. Dengan kata lain, orang-

orang yang mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada pemenuhan kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

21

cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak

kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan.

Menurut Maslow, kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar apa pun akan

mengarah kepada beberapa jenis patologi. Ancaman bagi rasa aman seseorang

bisa mengarah pada rasa ketakutan, tidak aman, dan putus asa. Ketika cinta tidak

terpebuhi, seseorang dapat menjadi defensif, terlalu agresif, atau kurang

bersosialisasi. Kurang dihargai akan menghasilkan penyakit kejiwaan yang

disebut meragukan diri sendiri (self-doubt), menganggap dirinya kurang (self-

depreciation), dan tidak percaya diri. Deprivasi dari kebutuhan aktualisasi diri

dapat mengarah kepada patologi, atau metapatologi, yang didefinisakan sebagai

ketidakhadiran nilai, kurangnya pemenuhan, dan kehilangan makna hidup. (Jess

Feist & Gregory J. Feist, 2008: 251).

2.2.5 Konflik

Konflik adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya

pertentangan dua atau lebih kekuatan (Hariyanto, 2000: 39). Sejalan dengan itu,

menurut Baron (2005: 194) konflik merupakan suatu proses di mana individu atau

kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera melakukan

tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka. Selain itu

Minderop (2010: 229) juga berpendapat bahwa konflik terjadi karena manusia

harus memilih. Konflik bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang,

misalnya adanya kebebasan versus ketidakbebasan dan adanya kerja sama versus

persaingan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa konflik merupakan suatu hal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

22

bertentangan antar individu atau suatu kelompok karena adanya kesalahpahaman

atau perbedaan pendapat.

2.2.6 Konflik Batin

Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan

atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga

memengaruhi tingkah laku. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2008:

723). Menurut Heerdjan (1987: 31), konflik adalah keadaan pertentangan antara

dorongan-dorongan yang berlawanan, tetapi ada sekaligus bersama-sama dalam

diri seseorang konflik batin timbul pada saat ego menghadapi dorongan kuat dari

id yang tidak dapat diterimanya dan dihayati sebagai berbahaya. Bila kekuatan

naluri melebihi kemampuan ego untuk mengendalikan dan menyalurkannya,

muncullah gejala rasa cemas, takut, sedih, dan emosional. Ini tanda bahaya, yang

menyatakan bahwa ego berhasil menyelesaikan konflik.

Menurut Tjahjono (1987: 113), konflik batin adalah pertarungan individual

yang terjadi dalam batin manusia itu sendiri. Seringkali untuk membuat sebuah

keputusan atau ketetapan, terjadilah pergumulan antara kekuatan keberanian dan

ketakutan, kebajikan dan kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya

(Tjahjono, 1987: 113). Konflik terjadi karena manusia harus memilih. Konflik

bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang. Singkatnya, menurut

Minderop (2011: 230), konflik terjadi karena:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

23

1. Adanya kebebasan versus ketidakbebasan

Manusia kerap kali ingin melakukan sesuatu di masa kecil, namun kita

diberi pelajaran bahwa yang kita lakukan harus diikuti dengan sikap

bertanggung jawab.

2. Adanya kerja sama versusu persaingan

Kompetisi telah diajarkan sejak masa kecil hingga deewasa, sejak di

sekolah dasar hingga terjun ke masyarakat, dalam bidang pekerjaan. Di

saat bersamaan kita harus pula bekerja sama dan menolong orang lain.

Kontradiksi semacam ini berpotensi melahirkan konflik.

3. Adanya ekspresi impuls versus standar moral

Suatu masyarakat menganut sistem moral yang mengatur tingkah laku

anggota masyarakat sebagai individu dan sebagai warga masyarakat.

Misalnya, naluri agresif seksual kerap kali berkonflik dengan satandar

moral yang bilamana dilanggar akan melahirkan frustasi.

2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik

dan peserta didik dengan peserta didik dalam rangka memperoleh pengetahuan

yang baru dikehendaki dengan menggunakan berbagai media, metode, dan sumber

belajar yang sesuai dengan kebutuhan (Fadlillah, 2014: 173). Pengajaran sastra

dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat,

yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak (Rahmanto,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

24

1988: 16). Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa

aspek perlu dipertimbangkan. Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan

jika ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27) :

1. Bahasa

Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak

aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh

masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor lain seperti cara penulisasn yang

dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan

kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra dapat

lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk

memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat

penguasaan bahasa siswanya.

2. Psikologi

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan

psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar

pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja

sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang

dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan

psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30)

menyajikan tentang perkembangan psikologi anak :

a. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi

masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

25

b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke

realitas. Pada tahap ini anak telah menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan,

dan bahkan kejahatan.

c. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi

dan sangat berniat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.

d. Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal yang praktis

saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya juga harus diperhatikan. Biasanya siswa akan

mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat

hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara

umum guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan

prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para

siswa.

2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Menurut Muslich (2007: 10), KTSP merupakan penyempurnaan dari

kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Departemen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

26

Pendidikan Nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua

sekolah telah melaksanakan KTSP. KTSP disusun dalam rangka memenuhi

amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich,

2007: 1).

Materi pembelajaran yang akan digunakan untuk pelajaran Bahasa

Indonesia kelas XII semester 1 dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

sebagai berikut :

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

5. Memahami pembacaan novel 5.2 Menjelaskan unsur-unsur

intrinsik dari pembacaan

penggalan novel

2.2.9 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema

tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Fadlillah,

2014: 135). Prinsip-prinsip pengembangan silabus menurut Mulyasa (dalam

Fadlillah, 2014: 137-140) antara lain :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

27

1. Ilmiah

Setiap materi yang dikembangkan dalam bentuk silabus harus mempunyai

nilai-nilai kebenaran sehingga muatan materi-materi yang dikembangkan dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Relevan

Setiap materi yang dikembangkan harus mengacu pada karakteristik

peserta didik, sebab mereka yang akan menjalankan proses pembelajaran yang

sesungguhnya. Untuk itulah pengembangan silabus harus relevan dengan

kebutuhan peserta didik.

3. Fleksibel

Setiap materi yang dikembangkan dalam silabus harus dapat dilaksanakan

sesuai dengan keadaan.

4. Kontinuitas

Setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki

keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta

didik.

5. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi inti, kompetensi

dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

28

6. Memadai

Ruang lingkup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian dapat mencapai kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

7. Aktual dan Kontekstual

Ruang lingkup kompetensi dasar indikator, materi pokok, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memperhatikan

perkembangan teknologi saat ini.

8. Efektif

Keterlaksanaan silabus dalam proses pembelajaran dan tingkat pembentukan

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus (Mulyasa dalam Fadlillah, 2014: 144). Menurut Fadlillah (2014: 152),

dalam penyusunan RPP tetap harus memperhatikan prisnsip pengembangan dan

penyusunan RPP. Prinsip penyusunan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, bakat, tingkat

intelektual, emosi, potensi, motivasi, lingkungan peserta didik serta kecepatan

belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

29

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat peserta didik untuk mendorong semngat belajar, minat, motivasi, dan

kreativitas.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP.

6) Penekanan pada keterkaitan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan,

indikator, penilaian, dan sumber belajar dalam pengalaman belajarnya.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu.

8) Penerapan teknologi dan komunikasi secara sistematis yang sesuai dengan

situasi dan kondisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada metodologi penelitian ini terdapat enam subbab, yaitu pendekatan

dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data,

dan teknik analisis data. Kelima hal tersebut dijelaskan secara terperinci dalam

setiap subbab berikut ini.

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra merupakan penelaahan sastra yang

menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra

yang dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, dan teks sendiri (karya).

Psikologi sastra ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis aspek kejiwaan

para tokoh dalam suatu karya sastra. Dalam analisis, pada umumnya yang menjadi

tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya (Ratna,

2011: 343). Dengan menggunakan pendekatan tersebut peneliti dapat lebih mudah

memahami dan menganalisis tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor dalam Moleong (2007: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang

dan perilaku yang diamati. Penelitian ini juga menghasilkan prosedur analisis

yang tidak menggunakan prosedur analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

31

statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian ini termasuk kualitatif karena

peneliti akan menyajikan kata-kata tertulis yang mengandung konflik batin dari

dua tokoh utama yang terdapat dalam novel.

3.2 Sumber Data

Suharsimi Arikunto (1990: 172) mengatakan bahwa, sumber data dalam

penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data merupakan tempat

asal muasal data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini adalah

Judul : Pasung Jiwa

Pengarang : Okky Madasari

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2013

Jumlah Halaman : 328 halaman

3.3 Instrumen Penelitian

Menurut Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian

Kualitatif (2006: 168), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.

Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir

data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Dalam penelitian

ini yang berperan sebagai alat pengumpulan data adalah peneliti sendiri.

Penelitilah yang mengumpulkan data-data dari novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (1990: 134) teknik pengumpulan data adalah cara-cara

yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

32

Pertama, peneliti memilih novel yang akan diteliti. Kedua, peneliti

membaca sambil menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin dua

tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa dengan bolpoin berwarna. Ketiga,

menuliskan setiap kalimat yang mengandung konflik batin dua tokoh utama pada

kertas HVS.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar, sehingga dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data (Moleong, 2007). Teknik analisa data yang digunakan oleh

peneliti dalam melakukan analisis data dalam novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari adalah :

1) Peneliti membaca ulang data yang sudah dikumpulkan dan mengamati dengan

teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.

2) Peneliti menelaah data yang terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara

menghubungkannya dengan teori, apakah kalimat tersebut sesuai dengan teori

atau tidak.

3) Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat

yang menunjukkan konflik batin.

4) Peneliti menghubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di kelas XII SMA

semester 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Dalam bab empat ini dideskripsikan unsur intrinsik karya sastra yang dibatasi

pada tokoh, penokohan, alur, dan latar. Peneliti memilih empat dari enam unsur

intrinsik yang ada karena unsur tersebut bisa membantu dalam menemukan

konflik batin yang dialami oleh tokoh Sasana dan Jaka.

Tokoh dan penokohan dimulai dari kutipan (1) sampai kutipan (74). Latar

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu latar tempat dimulai dari kutipan (75) sampai

kutipan (95), latar waktu dimulai dari kutipan (96) sampai kutipan (117), dan latar

sosial dimulai dari kutipan (18) sampai kutipan (134). Alur juga meliputi beberapa

bagian, yaitu paparan yang dimulai dari kutipan (135) sampai kutipan (138),

rangsangan dimulai dari kutipan (139) sampai kutipan (142), gawatan dimulai dari

kutipan (143) sampai (146), tikaian dimulai dari kutipan (147) sampai kutipan

(150), rumitan dimulai dari kutipan (151) sampai kutipan (154), klimaks hanya

terdapat pada kutipan (155), leraian terdapat pada kutipan (156) dan (157), dan

selesaian terdapat pada kutipan (158) dan (159). Konflik batin kedua tokoh

dimulai dari kutipan (160) sampai kutipan (189).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi

sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek-aspek psikologi dari tokoh utama dalam

karya sastra tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran

sastra di SMA kelas XII semester 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

34

4.2 Analsis Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165). Menurut

Wahyuningtyas & Santoso, (2011: 3), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaanya dalam prosa yang bersangkutan. Tokoh tambahan adalah tokoh

yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat

diperlukan untuk mendukung tokoh utama.

Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan di atas, tidak akan begitu

saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan “sarana” yang memungkinkan

kehadirannya. Ada dua cara menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung

(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Nurgiyantoro, 2007: 195-

210). Menurut Nurgiyantoro (2007: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran

yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

4.2.1 Tokoh Utama

Ada dua tokoh utama yang terdapat dalam novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari yaitu Sasana dan Jaka. Mereka dikatakan sebagai tokoh sentral karena

keduanya hadir begitu dominan dalam setiap cerita.

a. Sasana

Sasana digambarkan sebagai tokoh “aku”. Hal ini ditunjukkan pengarang

dengan teknik langsung atau ekspositori malalui kutipan sebagai berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

35

(1) “Mau jadi apa kamu ikut-ikutan seperti itu?” Hanya itu saja kalimat

yang aku dengar. Selebihnya suara Ibu hanya seperti dengungan lebah

yang berputar-putar di atas kepalaku. (Madasari, 2013: 20)

Tokoh Sasana digambarkan sebagai seorang anak laki-laki dari keluarga

yang cukup berpendidikan dan terpandang di Jakarta. Ayahnya seorang pengacara

dan ibunya seorang dokter ahli bedah. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut

(2) Aku laki-laki kecil tak berdaya, yang hanya bisa melakukan setiap hal

yang orangtuaku tunjukkan. (Madasari, 2013: 14)

(3) “Percuma punya suami pengacara kalau ngurus anak SMA saja nggak

becus!” serunya. Ayah diam saja. Ia sama sekali tak membantah.

(Madasari, 2013: 40)

(4) Sampai-sampai ia merasa perlu mendatangkan banyak banyak dokter

untuk memeriksa kondisiku. Padahal ia sendiri juga dokter, bahkan

dokter ahli bedah. (Madasari, 2013: 41)

Sedari dalam kandungan ibunya, Sasana sudah dikenalkan dengan karya-

karya piano klasik dan setelah ia bersekolah pun ia dimasukkan orangtuanya

untuk kursus piano. Prestasinya membanggakan. Selain lancar bermain piano, ia

meraih prestasi akademis di sekolahnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut

(5) Saat masuk sekolah dasar, aku sudah mahir memainkan komposisi-

komposisi klasik dunia. Beethoven, Chopin, Mozart, Bach, Brahms..

Sebutkan saja! Aku bisa memainkan semuanya dengan indah.

(Madasari, 2013: 15)

(6) Pada usia yang sangat muda, baru naik kelas 4 SD, aku sudah puluhan

kali memainkan piano di depan banyak orang. Di sekolah sampai di

pusat-pusat perbelanjaan. Untuk hanya sekedar latihan hingga untuk

lomba. Piala-pialaku berjajar, foto-fotoku dipamerkan. Di sekolah, aku

selalu termasuk sepuluh murid yang paling pintar. (Madasari, 2013:

15)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

36

Saat memasuki SMA, ia menjadi korban pemerasan oleh kelompok gang

di sekolah, dimana ia harus menyetor uang jajannya ke gang tersebut. Hingga

suatu hari ia dipukuli sehingga menyebabkan badannya remuk dan mengenakan

tongkat ke sekolah. Bagi Sasana, ke sekolah seperti neraka. Selalu dibayang-

bayangi ketakutan akan pemukulan dan penghinaan oleh kelompok gang tersebut.

Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui

kutipan sebagai berikut

(7) Setiap hari, lima anggota Dark Gang menghampiriku saat aku baru

keluar dari kelas. Mereka minta jatah lima ribu rupiah. Kadang mereka

menggeledah tasku, mengambil apa saja yang bisa diambil. Aku

menurut. Apa pun yang mereka minta aku berikan. Asalkan aku tak

dipukul hingga ketika pulang penuh lebam dan membuat ibuku

kembali menangis. (Madasari, 2013: 34).

Tokoh Sasana juga digambarkan sebagai tokoh yang pantang menyerah

ketika ia mendapatkan kesempatan hidupnya ketiga setelah keluar dari Rumah

Sakit Jiwa. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau

ekspositori melalui kutipan sebagai berikut

(8) Aku tidak mau menyerah. Aku harus bisa menjadi Sasa yang dulu.

Bahkan harus lebih! Hidup baruku dimulai. Hidupku yang ketiga.

Hidup pertama dimulai saat aku dilahirkan, lalu aku mati di sekolah

laki-laki. Hidup keduaku dimulai saat aku bertemu Cak Jek hingga aku

dikubur di rumah sakit jiwa. Sekarang aku dapat kesempatan ketiga.

Tak akan aku sia-siakan. (Madasari, 2013: 228-229)

Setelah dipukuli oleh kelompok gang di sekolahnya, Sasana juga tidak

mendapatkan pembelaan yang cukup, terutama dari orangtuanya. Hal ini

ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan sebagai berikut

(9) “Ada satu anak jenderal, satu anak pejabat. Kasusnya tidak bisa

diproses,” jawab Ayah datar. “Hah? Anak kita disiksa seperti anjing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

37

lalu pelakunya tidak bisa diproses?!” Ibu berteriak. Kini ia bukan

hanya marah pada orang-orang yang menganiayaku dan pada polisi

yang tak memproses perkaraku. Ia marah pada ayahku. “Apa tidak bisa

kamu lakukan sesuatu? Ini anak kita! Anak kandung kita sendiri

disiksa orang kaya gitu dan kamu hanya diam saja?!” (Madasari, 2013:

36)

Jalan hidupnya berubah, ketika ia melanjutkan pendidikan tingginya di

Malang. Di sana, Sasana menemukan dirinya sendiri dengan melahirkan sosok

Sasa. Memakai daster, berbedak, dan bergincu. Sisi feminin yang bersembunyi

dalam dirinya selama ini. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(10) Aku pake BH itu. Berenda, berwarna merah muda. Agak gelid an gatal

ketika benda seperti itu tiba-tiba menempel di dada. (Madasari, 2013:

54)

(11) “Ini, sekarang coba pakai ini”, katanya. Ia memberikan lipstik, bedak,

pemerah pipi, dan benda-benda lainnya yang tak kuketahui namanya.

(Madasari, 2013: 55)

Di rumah orang tuanya, Sasa berusaha untuk menjadi Sasana. Sayangnya

hal ini membuatnya tertekan hingga mengalami gangguan jiwa. Rumah Sakit Jiwa

pun menjadi rumah baru bagi Sasana. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(12) Kenapa mereka semua di sini? Karena tak waras? Sama seperti aku?

Aku tak waras. Aku sinting. Haha! Aku tertawa. Kini aku menyadari

sesuatu. Tempat ini akan menyelamatkanku dari ketidakwarasan. Ini

tempat pembebasan. (Madasari, 2013: 116)

Sasana juga merupakan anak yang pemberani, patuh terhadap orang tuanya,

suka menolong, pemberontak, dan mempunyai bakat dalam bergoyang dan

menyanyi dangdut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik

tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

38

(13) Tapi kemudian ketika tangan itu kembali meremas tonjolan dadaku,

tangan-tangan ku tak lagi bisa dikendalikan. Dengan cepat pukulanku

mengenai wajah laki-laki itu. Lalu berlanjut dengan kaki-kakiku yang

menendang dada dan kemaluannya. (Madasari, 2013: 62)

(14) Demi Ibu, aku bertekad mengendalikan diri. Aku mengurung jiwa dan

pikiran ku. Aku membangun tembok-tembok tinggi, aku mengikat

tangan dan kakiku sendiri. Aku tak akan melakukan satu hal pun yang

di luar kebiasaan. Aku akan patuh dalam garis batas yang telah dibuat

Ayah dan Ibu. (Madasari, 2013: 30)

(15) Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja aku merasa ada semangat

yang menyala dalam diriku. Semngat untuk mencari Marsini.

Semangat untuk menyelamatkannya. Juga semangat untuk membalas

siapa saja yang sudah melakukan kejahatan pada Marsini. (Madasari,

2013: 85)

(16) Pada satu titik, aku tak mau hanya jadi penonton dan pengekor. Aku

naik ke tempat yang biasa dipakai orang untuk pidato. Aku menyanyi,

aku bergoyang. Itulah suaraku, itulah teriakanku. Air mataku

berdesakan saat gemuruh tepuk tangan terdengar. Aku merasa begitu

berarti. Harga diriku membulat dan mengeras. Inilah wujud

pelampiasan dendam ku pada orang-orang yang telah merobek harga

diriku. (Madasari, 2013: 243)

(17) Lagu-lagu yang aku sudah hafal luar kepala. Awalnya aku hanya

bersenandung, kemudian menyanyi lepas. Habis satu lagu langsung

disambung lagu lain. Setelah panas menyanyikan tiga lagu, aku pun

berdiri. Menyanyi sambal bergoyang. (Madasari, 2013: 47)

Sasana juga digambarkan sebagai anak yang kurang bersyukur karena

diciptakan sebagai seorang laki-laki dan iri dengan adik perempuannya yang

bernama Melati. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(18) Kini ada sesuatu yang bisa kuingat selain piano dan nada-nada itu:

Melati. Nama yang indah, bukan? Melati. Aku suka mengucapkannya

berulang kali. Berbeda sekali dengan namaku: Sasana. Sama sekali tak

indah. Terlalu garang, terlalu keras. Selalu mengingatkanku pada

perkelahian dan darah. Seperti tempat orang bertinju. (Madasari, 2013:

16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

39

Teknik pelukisan tokoh yang digunakan dalam novel Pasung Jiwa karya

Okky Madasari adalah teknik langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau

dramatik. Dalam pelukisan tokoh Sasana teknik langsung atau ekspositori dapat

dilihat melalui kutipan (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), dan (8). Teknik tidak

langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (9), (10), (11), (12), (13),

(14), (15), (16), (17), dan (18).

Berdasarkan kutipan (1) sampai (18) dapat disimpulkan bahwa pengarang

menggambarkan Sasana dengan menggunakan sudut pandang “aku”. Kutipan (2),

(3), (4) menjelaskan bagaimana kehidupan keluarga Sasana, dimana sang Ayah

bekerja sebagai pengacara dan Ibunya yang bekerja sebagai dokter bedah. Dalam

kutipan tersebut juga dijelaskan ciri fisik Sasana, yaitu seorang laki-laki. Kutipan

(5) dan (6) menjelaskan kalau Sasana adalah seorang anak yang cerdas dan pintar

bermain piano dari kecil. Kutipan (7) menjelaskan Sasana berkali-kali mengalami

pemukulan dan penghinaan yang dilakukan oleh kelompok gang di sekolahnya.

Kutipan (8) menjelaskan sikap Sasana yang pantang menyerah. Dia tak ingin

menyia-nyiakan kesempatan hidupnya lagi, setelah sebelumnya pernah terpuruk.

Kutipan (9) menjelaskan bagaimana Sasana tidak mendapatkan pembelaan yang

cukup dari orangtuanya dan hukum. Kutipan (10) dan (11) menjelaskan perubahan

fisik Sasana yang menjadi feminin dan merubah nama menjadi Sasa. Disitulah dia

menemukan dirinya sendiri.

Kutipan (12) menjelaskan saat Sasa berusaha menjadi Sasana. Dia

tertekan dan kemudian gila. Kutipan (13) menjelaskan sikap Sasana yang

pemberani. Dia berani memukul seseorang yang berusaha melecehkannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

40

Kutipan (14) menjelaskan sikap Sasana yang patuh terhadap orang tuanya. Dia

rela memasung pikiran dan tangannya agar tidak melakukan hal-hal yang tidak

dikehendaki orangtuanya. Kutipan (15) menjelaskan sikapnya yang mau turun

tangan membantu temannya Cak Man yang sudah dia anggap seperti keluarganya

sendiri. Dia membantu berdemo agar anaknya Cak Man yang hilang bisa kembali

lagi. Kutipan (16) menjelaskan bagaimana Sasana memiliki jiwa pemberontak. Itu

terlihat ketika dia melawan rasa takutnya untuk melampiaskan dendamnya kepada

orang-orang yang dulu melecehkannya dengan cara berdemo bersama beberapa

mahasiswa. Kutipan (17) menjelaskan bakat Sasana yaitu menyanyi dangdut dan

berjoget. Kutipan (18) menjelaskan kekurangan Sasana yang tidak menerima

dilahirkan sebagai seorang laki-laki. Dia iri dengan adik perempuannya yang

bernama Melati

b. Jaka

Jaka atau Cak Jek atau Jaka Wani adalah teman Sasana ketika mereka

mengamen di kota Malang. Di sini dia juga digambarkan sebagai tokoh “aku”.

Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui

kutipan sebagai berikut

(19) Karena itu pula sejak pindah ke pulau ini, aku tak lagi mengenalkan

diri sebagai Jek. Itu nama panggung. Itu nama masa lalu. Aku di sini

adalah Jaka. Si Jaka Wani. Si Jaka yang sebenarnya tak butuh nama.

(Madasari, 2013: 163)

Di tengah novel ini, Jaka menceritakan dirinya menjadi buruh pabrik di

Batam. Kehidupan buruh pabrik yang sangat membosankan. Setiap hari mereka

harus bekerja dari pagi sampai sore. Hidup seperti robot, sementara keinginan

terdalamnya sebagai seniman tertimbun dalam-dalam. Hal ini ditunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

41

pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai

berikut

(20) Tiap pagi seluruh penghuni mes berjalan bersama-sama menuju pintu

gerbang pabrik. Saat seperti ini kami sudah tidak ada bedanya lagi

dengan kawanan kerbau yang sedang digiring ke sawah. (Madasari,

2013: 162)

(21) Bukannya memegang gitar, ketipung, atau kecrekan, eee… malah

mengusap-usap kaca untuk dijadikan layar televisi. Setiap hari dari jam

delapan pagi sampai jam empat sore, aku berdiri di hadapan meja besar

ini, mengusap dan memasang ratusan bahkan bisa sampai ribuan kaca

setiap hari. Pikiranku sudah mati. (Madasari, 2013: 159)

Untuk menghemat biaya kontrakan, Jaka tinggal di mes pabrik. Setiap hari

sabtu para buruh pabrik menerima upah mingguannya. Pada saat itulah mereka

bersenang-senang. Ada yang berbelanja, ada yang menyisihkan sebagian upahnya

untuk ditabung, ada yang mabuk-mabukan, dan ada yang pergi ke tempat

pelacuran. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori

melalui kutipan sebagai berikut

(22) Sama seperti kakangku saat sebelum menikah, aku juga tinggal di mes

pabrik yang memang dibangun untuk buruh-buruh. Satu ksmsr diisi

empat orang. (Madasari, 2013: 162)

(23) Ketika Sabtu sore tiba, semua penghuni mes jalan-jalan ke pusat kota.

Sabtu adalah hari kami menerima upah setelah enam hari bekerja.

(Madasari, 2013: 164)

(24) Kami menyusuri toko-toko itu, melihat-lihat, membeli kalau memang

ada yang dimaui. Kami tak terlalu banyak membeli barang. Lebih suka

menghabiskan uang untuk cari makanan enak dan minum bir atau tuak.

(Madasari, 2013: 165)

(25) Sejak hari itu, aku selalu mendatangi Elis setiap Sabtu. Kerap aku

sampai kehabisan uang, karena terlalu lama berada di dalam kamar.

Dasar Lonte, walaupun sudah jadi langganan tetap, masih aja dia

hitung-hitungan sama aku. Selalu mau dapat bonus tambahan, tapi

tidak pernah mau aku bayar kurang sedikit saja. (Madasari, 2013: 176)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

42

Namun, situasi itu tidak berlangsung lama, Jaka dipecat dari pabrik karena

dianggap melawan mandor pabrik. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik

langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut

(26) “Terserah. Itu artinya kamu dipecat dari perusahaan ini”, katanya.

“Tanpa pesangon karena kamu sendiri yang melakukan kesalahan dan

tidak mau mengikuti aturan. (Madasari, 2013: 199)

Dalam perjalanan selanjutnya, Jaka jatuh cinta dengan Elis, perempuan di

lokalisasi yang menjadi ‘langganannya’. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(27) Tak lama kemudian Elis datang. Aku pun bertanya, “Dari mana?”

“Kerja, Mas. Lumayan, sudah ada yang mau jadi langganan “,

jawabnya. Kepalaku seperti dipukul dengan palu mendengar jawaban

itu. “Kamu ngelonte lagi?!” aku tak bisa menahan diri. Aku marah.

Aku seperti suami yang baru menangkap basah istrinya tidur dengan

laki-laki lain. (Madasari, 2013: 185)

(28) “Masa aku Cuma kamu anggap pelanggan to, Lis”. Suaraku tidak lagi

segarang sebelumnya. Kemarahan itu tenggelam digantikan oleh

kekecewaan. (Madasari, 2013: 186)

Kemudian ia kabur ke Jakarta, meninggalkan Elis dan bergabung dengan

Laskar keagamaan. Jaka yang semula merasa tertekan akan dirinya sendiri yang

pengecut dan miskin mulai menemukan jati dirinya pada Laskar. Hal ini

ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan sebagai berikut

(29) “Ini ada yang mau gabung”, kata Jali saat sang pemimpin masuk

rumah. Aku menyalami seorang laki-laki berbaju serba putih dan

berjenggot tebal itu. Orang itu tersenyum lalu berkata, “Intinya, di sini

kita berjuang demi kebaikan. Demi agama kita. Demi Allah. Itu yang

harus jadi niat kalau mau berjuang bersama di sini.” Kata-kata seperti

orang ini sungguh adem sekali didengar. Pekerjaan seperti apa yang

sebenarnya harus kulakukan? (Madasari, 2013: 251)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

43

(30) Jangan-jamgan ini memang jalanku untuk bisa berbuat kebaikan. Lihat

saja, baru sekedar niat saja jalanku sudah dipermudah. Aku bisa tenang

tanpa kurang makan dan tempat tinggal. (Madasari, 2013: 253)

Jaka yang sempat belajar pada Laskar di Jakarta, dielu-elukan ketika dia

pulang ke Malang. Orang-orang Laskar Malang menjadikannya pemimpin karena

dia dianggap paling berpengalaman. Jaka yang semula bukan siapa-siapa, kini

memiliki dukungan massa, uang, dan pengaruh politik. Hal ini ditunjukkan

pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai

berikut

(31) Di Malang aku bisa jadi pemimpin. Bahkan Amat dan kawan-kawan

dengan rela hati memberiku tempat sebagai pemimpin mereka. Mereka

sangat percaya, pengalamanku di Jakarta berguru langsung adalah

kekuatan besar. (Madasari, 2013: 264)

(32) Pertemuan hari itu diakhiri dengan perjanjian: Kami adalah sahabat

polisi. Kami adalah laskar keamanan yang lahir dari inisiatif

masyarakat untuk membantu kerja polisi. Kami dan polisi akan selalu

berkoordinasi. Kami beroperasi dengan petunjuk polisi. Polisi bergerak

menegakkan hukum atas setiap hal yang merisaukan laskar. Kami

berjuang bersama demi agama, demi Negara. Atas setiap kegiatan

keamanan yang kami lakukan atas perintah polisi, kami akan mendapat

upah yang layak. (Madasari, 2013: 272)

Tokoh Jaka juga digambarkan sebagai provokator atau ahli persuasi,

pengecut, sombong, kejam, dan egois. Jaka juga mencari arti hidupnya sendiri,

merasa terpenjara karena keadaan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik

tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(33) “Rabu besok kita mogok kerja. Semuanya bareng-bareng. Biar pabrik

rugi. Bayangkan kalau sehari saja pabrik tidak beroperasi. Mereka

akan kebingungan. Buruh-buruh seperti kita dapat perhatian. Kita

semua bisa minta apa saja pada mereka.”

“Kalau kita dipecat?” Tanya Rustam. “Bagaimana mau dipecat kalau

semuanya ikut mogok? Mau mereka memecat semua buruh? Mau

mereka rugi lebih banyak?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

44

“Bah! Mudah sekali kau ngomong, Jak! Bagaimana bisa kita ajak

semua orang buat mogok?” Tanya Tumpak. (Madasari, 2013: 215)

(34) Siapa pun yang kenal aku sejak dulu tahu, aku ahli dalam berbicara.

Jagoan dalam memengaruhi orang. Maka ketika kesempatan seperti

sekarang datang, dengan mudah aku bisa pidato berapi-api, membuat

siapa pun di hadapanku tak sabar segera berangkat dan menggunakan

senjata untuk berjuang. (Madasari, 2013: 266)

(35) Aku menelan ludah. Kakiku gemetar. Aku ketakutan. Ketakutan yang

sama dengan yang dulu kurasakan saat disekap di penjara tentara.

(Madasari, 2013: 189)

(36) Ingatan itu kini mematikan seluruh keberanianku. Aku hanya diam

mematung saat orang-orang itu memaksa masuk ke rumah dan

membuka pintu kamar Elis. Aku tak melakukan apa-apa, bahkan

bersuara pun aku tak bisa. Aku hanya jadi penonton saat Elis terus

meronta dan menangis karena orang-orang itu memaksanya keluar

kamar. (Madasari, 2013: 189)

(37) Kini aku Jaka Baru, pejuang untuk agama dan Tuhanku. Orang bersih

yang dihormati. Orang berani yang ditakuti. Kata-kataku adalah

perintah, kemarahanku adalah ancaman besar. Aku bisa berbuat apa

saja. Aku punya kekuatan, aku punya kekuasaan. (Madasari, 2013:

265)

(38) Aku ayunkan parang yang kugenggam. Kuhancurkan drum, keyboard,

gitar, mik, dan salon. (Madasari, 2013: 268)

(39) Aku tak menjawab, tapi masih terus memandang ke arah mereka. Lalu

aku buru-buru memalingkan wajah dan naik ke dalam truk. Masih bisa

aku dengar teriakan mereka, “Cak Jek… kenapa sekarang jadi begini?

Itu kafe tempat kami cari duit!” “Cak Jek...Cak Jek... iki Memed karo

Lenan!” (Madasari, 2013: 267)

Dalam pelukisan tokoh Jaka teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat

melalui kutipan (19), (20), (21), (22), (23), (24), (25), dan (26). Teknik tidak

langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (27), (28), (29), (30), (31),

(32), (33), (34), (35), (36), (37), (38), dan (39). Berdasarkan kutipan-kutipan

tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (19) menjelaskan bagaimana pengarang

juga menggambarkan Jaka sebagai tokoh “aku” karena dalam novel Pasung Jiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

45

terdapat dua tokoh utama. Kutipan (20) dan (21) menjelaskan keterpaksaan Jaka

bekerja di pabrik. Dia merasa bosan dan hanya dianggap sebagai robot. Impiannya

menjadi seniman tidak terwujud, dia terpaksa bekerja mengusap kaca televisi di

pabrik elektronik.

Kutipan (22), (23), (24), (25) menjelaskan bagaimana Jaka menggunakan

upahnya yang dia terima saat bekerja di pabrik tersebut. Dia menggunakan upah

untuk berbelanja, membeli minum-minuman keras, ditabung, atau pergi ke

tempat pelacuran. Kutipan (26) menjelaskan saat Jaka dipecat dari pabrik tempat

dia bekerja. Dia dipecat karena memecahkan kaca televisi yang menurutnya tidak

disengaja. Kutipan (27) dan (28) menjelaskan bagaimana Jaka jatuh cinta dengan

Elis, wanita yang dia temui di tempat lokalisasi. Namun, sayangnya Elis tidak

menyadari kalau Jaka mencintainya. Kutipan (29) dan (30) menjelaskan ketika

Jaka meninggalkan Batam dan bergabung dengan Laskar keagamaan di Jakarta.

Dia merasa menemukan jati dirinya ketika bergabung dengan lascar tersebut.

Kutipan (31) menjelaskan saat Jaka pindah ke Malang dan menjadi pemimpin

Laskar di daerah Malang. Kutipan (32) menjelaskan Jaka yang dulu miskin dan

pengecut, setelah bergabung dengan Lakar, dia merasa punya segalanya.

Kutipan (33) dan (34) menjelaskan sikap Jaka yang pandai mempengaruhi

dan membujuk temannya dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kutipan

(35) dan (36) menjelaskan sikap Jaka yang pengecut. Itu terbukti ketika Elis akan

diarak keliling kampung, Jaka hanya diam saja tanpa berbuat apa-apa. Kutipan

(37) menjelaskan sikap Jaka yang sombong setelah bergabung di Laskar. Dia

merasa sudah mempunyai kekuasaan, kekuatan, dan semua orang tunduk padanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

46

Kutipan (38) menjelaskan sikap Jaka yang kejam. Dia gunakan parangnya untuk

mengahancurkan barang-barang yang menurutnya melanggar kaidah di Laskar

keagamaan yang dia anut. Kutipan (39) menjelaskan sikap Jaka yang egois. Dia

tidak memperdulikan kepentingan orang lain, dia menghancurkan lahan pekerjaan

Leman dan Memed yang dulu mereka juga pernah mengamen bersama.

4.2.2 Tokoh Tambahan

Tokoh-tokoh lain yang ada dalam novel Pasung Jiwa ini adalah Ibu, Ayah,

Cak Man, Marsita, Banua, Elis, dan Kalina. Tokoh tambahan merupakan tokoh

yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat

diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas & Santoso, 2011:3).

a. Ibu

Tokoh Ibu di sini yang dimaksud adalah Ibu dari Sasana. Dia digambarkan

sebagai seorang Ibu yang penuh kasih sayang dan mencintai anaknya dalam

keadaan apa pun. Meskipun pada awalnya dia otoriter dengan memaksa Sasana

berlatih piano dan marah apabila Sasana mendengarkan musik dangdut tetapi pada

akhirnya Ibu bisa mengerti keadaan anaknya yang transeksual. Hal ini ditunjukkan

pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan sebagai berikut

(40) Ibu memelukku. Ia mendekap kepalaku, menempelkan ke dadanya.

Hal yang sudah lama sekali tak pernah ia lakukan. “Sas.. Sasana, apa

pun yang kamu takutkan, ada ibu di sini. Ada Ayah juga yang akan

menjagamu,” bisiknya. (Madasari, 2013: 115)

(41) Aku tetaplah bagian dalam hidupnya. Ibu tetap ingin bersamaku. Kata

Ibu, di saat seperti inilah cinta sebagai orang tua diuji. (halaman 283)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

47

(42) Mereka suka sekali mendudukkan aku di depan piano, menuntun

tanganku untuk memencet-mencet tiap tutsnya. Aku tak menyukainya.

Tapi orangtuaku sebaliknya. (Madasari, 2013: 14)

(43) Ibu marah besar. Tak pernah aku melihatnya marah seperti ini. Dalam

ingatanku, inilah kali pertama ia memarahiku. Sepanjang jalan di

dalam mobil Ibu hanya diam. Tapi begitu sampai di rumah, ia langsung

menarik tanganku., membawaku ke ruang tengah menyuruhku duduk,

lalu ia bicara lama dengan suara tinggi. “Kamu mau jadi berandalan?”

Kata-kata itu terus diucapkannya berulang. “Kamu mabuk ya, sampai

goyang-goyang kayak gitu? Mau jadi apa kamu ikut-ikutan seperti

itu?” (Madasari, 2013: 20)

Saat Sasana dipukuli oleh kelompok gang di sekolah, Ibu juga tidak

percaya dengan penjelasan yang diberikan oleh Sasana. Ibu menuduh anaknya

berkelahi. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(44) “Jadi kenapa kamu berkelahi?” Tanya ibu lagi.

“Sasana nggak berkelahi, Bu”, jawabku.

“Sasana! Kamu sudah jadi pembohong sekarang ya?”

Mata Ibu tiba-tiba memerah. Sebentar lagi ia pasti menangis. Aku tak

tahan dan merasa sangat bersalah. “Sasana tidak berkelahi, Bu…

Sasana dikeroyok…” Jawabanku tak berhasil menahan tangis Ibu.

“Dengar Sasana, apa pu alasannya, berkelahi itu tidak baik,” kata Ibu

sambal menatapku tajam. (Madasari, 2013: 34)

Ibu juga rela berpisah dengan suaminya dan Melati lalu memilih tinggal

bersama Sasana. Ibu yang awalnya otoriter, di akhir cerita dia digambarkan

sebagai Ibu yang percaya kepada anaknya dan tidak menuntut apa pun dari

Sasana. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(45) “Melati tinggal dengan Ayah di rumah. Ibu akan menemanimu mulai

sekarang.” Katanya. (Madasari, 2013: 281)

(46) Mereka bertengkar hebat saat itu. Hingga akhirnya Ibu tegas

memutuskan: ia akan tinggal bersamaku. (Madasari, 2013: 283)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

48

(47) Setelah beberapa minggu hidup bersama, aku dan Ibu sudah seperti

dua sahabat yang saling percaya dan mau membuka rahasia. Dia bukan

lagi Ibu yang menuntut kesempurnaan dari anak-anaknya, yang

kecewa dan marah ketika anaknya tak memenuhi harapannya.

(Madasari, 2013: 282)

Ibu menjadi manajer pribadi Sasana. Hal ini ditunjukkan pengarang

dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai

berikut

(48) Ibu sudah membuat jadwal manggungku sampai enam bulan ke depan.

Ibu mempelajari bisnis hiburan dengan cepat. Ambisinya untuk

menjadikanku bintang paling top melebihi cita-cita Cak Jek untuk jadi

professional. (Madasari, 2013: 287)

Dalam pelukisan tokoh Ibu, teknik tidak langsung atau dramatik dapat

dilihat melalui kutipan (40), (41), (42), (43), (44), (45), (46), dan (47). Teknik

langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (48). Berdasarkan kutipan-

kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (40) dan (41) menjelaskan

sikap kasih sayang seorang Ibu kepada Sasana. Ibu ingin selalu bersama Sasana

dalam keadaan apa pun. Kutipan (42) menjelaskan sikap Ibu yang awalnya

memaksa Sasana untuk bermain piano, padahal Sasana tidak menyukainya.

Kutipan (43) menjelaskan bagaimana Ibu tidak menyukai dangdut dan melarang

Sasana untuk menonton dangdut.

Kutipan (44) menjelaskan sikap Ibu yang tidak mempercayai Sasana

dipukuli dan dibully oleh kelompok gang di sekolahnya. Dia menuduh Sasana

berkelahi. Kutipan (45) dan (46) menjelaskan bagaimana Ibu pada akhirnya

memilih berpisah dengan suami dan Melati, agar bisa tinggal bersama Sasana.

Kutipan (47) menjelaskan bagaimana Ibu pada akhirnya tidak lagi menjadi Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

49

yang otoriter dan menuntut kesempurnaan anaknya, dia menjadi Ibu yang selalu

ada saat anaknya membutuhkan, dan menjadi sahabat bagi anaknya. Kutipan (48)

menjelaskan ketika Ibu memilih menjadi manajer Sasana daripada profesinya

sebagai dokter bedah. Dia menemani Sasana ketika ada kerjaan manggung di

berbagai acara.

b. Ayah

Tokoh Ayah yang dimaksud di sini adalah Ayah dari Sasana. Ayah

digambarkan sebagai sosok yang otoriter dan pemarah. Ayah juga selalu memaksa

Sasana untuk bermain piano klasik dan melarang Sasana untuk menonton

dangdut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(49) Piano memang benda istimewa di rumah ini. Bagi Ayah dan Ibuku,

memainkan piano adalah sebuah tradisi yang harus dijunjung tinggi.

Aku sendiri heran kenapa mereka sampai bersikap seperti itu.

(Madasari, 2013: 16)

(50) “Musik seperti itu tidak baik, Sasana,” kata Ayah. “Musik nya orang

mabuk, orang tidak pernah sekolah. Kamu lihat sendiri kan, semalam

banyak orang mabuk?” Aku menggeleng. Memang tak kulihat orang

mabuk tadi malam. Yang aku lihat semua orang bergoyang dengan

senang. “Jangan pernah lagi nonton-nonton yang seperti itu. Tidak

baik.” Ayah mengakhiri pembicaraan. (Madasari, 2013: 23)

Ayah juga tidak mempercayai Sasana saat dia dipukuli oleh kelompok

gang di sekolahnya. Ayah justru memukulnya dan memakinya. Pergolakan batin

sang Ayah terjadi saat dia merasa tidak mampu membela anaknya yang dipukuli

mendapatkan keadilannya karena salah satu dari anggota gang tersebut merupakan

anak pejabat. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

50

(51) Begitu datang Ayah langsung menampar wajahku. Aku terkejut.

Ayahku selalu lembut dan sabar kenapa tiba-tiba bisa main tangan.

“Kamu kalau mau jadi jagoan sini berkelahi sama Ayah!” Wajah Ayah

merah. Ia sangat marah. Ibu terus menangis terisak-isak. “Dulu juga

sudah berkelahi. Ibu bilang ke Ayah, tapi Ayah diam. Karena Ayah

percaya kamu anak baik, tidak mungkin berkelahi lagi. Tapi ini apa?

Apa?” Ayah bicara sambal berdiri. Tangannya terus menunjuk-nunjuk

ke arahku. (Madasari, 2013: 36)

(52) “Mereka mengancam ke kantor Ayah…” kata Ayah sambal terisak.

Ayah kemudian berdiri mendekatiku. Ia memelukku lalu berkata,

“Maafkan Ayah ya, Sasana… Ayah tidak mampu membelamu…”

(Madasari, 2013: 43)

Pada akhirnya Ayah berpisah dengan Istrinya dan putus hubungan dengan

Sasana karena Ayah malu memiliki anak seperti Sasana. Hal ini ditunjukkan

pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan sebagai berikut

(53) Ayah malu sekali malam itu. Meski tetangga-tetangga masih belum

percaya aku anaknya, tapi Ayah merasa kini semua orang

menertawakannya. (Madasari, 2013: 283)

(54) Tapi ketika ia pulang untuk mengambil barang. Ayah marah besar.

Ayah tak mau Ibu mengunjungiku. Ayah mau kami putus hubungan.

Ayah tak mau ada lagi ruang untukku dalam hidupnya. (Madasari,

2013: 283)

Dalam pelukisan tokoh Ayah, pengarang hanya menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (49), (50),

(51), (52), (53), dan (54). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kutipan (49) dan (50) menjelaskan sikap Ayah yang juga menuntut Sasana

untuk pandai bermain piano. Dia juga melarang Sasana untuk menonton konser

dangdut. Kutipan (51) menjelaskan sifat Ayah yang pemarah dan tidak percaya.

Dia memukul dan memarahi Sasana yang babak belur ketika pulang sekolah,

Ayah mengira Sasana berkelahi, padahal Sasana dipukul dan dirampas uanganya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

51

oleh kelompok gang di sekolahnya. Kutipan (52) menjelaskan kekecewaan

seorang Ayah yang tidak mampu membela anaknya yang menjadi korban

pemukulan oleh kelompok gang di sekolahnya. Kutipan (53) dan (54)

menjelaskan sikap Ayah yang malu mempunyai anak transgender seperti Sasana.

Dia juga memutus hubungannya dengan Sasana, dan tidak ingin tinggal bersama

anaknya.

c. Cak Man

Cak Man merupakan teman Cak Jek di Malang. Dia pemilik warung

tempat Cak Jek dan Sasa bertemu, anaknya yang bernama Marsini menghilang

setelah menuntut kenaikan gaji di tempatnya bekerja. Marsini merupakan

tumpuan ekonomi keluarga Cak Man. Pada akhirnya dia mendapat kabar kalau

Marsini sudah meninggal. Cak Man digambarkan sebagai sosok yang mudah

menyerah dengan keadaan dan hanya pasrah. Hal ini ditunjukkan pengarang

dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai

berikut

(55) Cak Man sudah jadi seperti keluarga. Warung kopinya sudah seperti

rumah kami juga. Cak Man senang, sejak aku dan Cak Jek bikin

hiburan di warungnya, semakin banyak orang yang datang untuk ngopi

dan nongkrong sampai pagi. Aku dan Cak Jek sudah tak perlu

membayar lagi kalau minum dan makan di warung milik Cak Man itu.

Kata dia, “Ini bagian bisnis. Kita sama-sama untung.” (Madasari,

2013: 49)

(56) Cak Man punya empat anak. Anak pertamanya perempuan, Marsini.

Kerja di pabrik sepatu di Sidoarjo. Kiriman uang Marsini datang setiap

bulan. “Ini aku baru pulang dari tempat Marsini,” kata Cak Man

“Niatnya mau ambil jatah bulanan. Sudah seminggu kok belum

dikirim-kirim.” (Madasari, 2013: 81)

(57) Cak Man yang tadi sudah lebih tenang kini kembali terisak-isak. “Aku

sakjane wis pasrah..” katanya. (Madasari, 2013: 84)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

52

(58) “Yok opo carane?” Cak Man tak terlalu bersemangat menanggapi

kami. Ia sudah putus asa. Seperti yang tadi ia katakana sendiri, ia

sudah pasrah, apa pun yang terjadi pada Marsini. Sama sekali tak ada

harapan yang ia simpan. (Madasari, 2013: 85)

Dalam pelukisan tokoh Cak Man, pengarang hanya menggunakan teknik

tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (55),

(56), (57), dan (58). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kutipan (55) menjelaskan sikap Cak Man yang ramah, dia mengijinkan sua

temannya Cak Jek dan Sasana untuk mengamen di warung kopinya. Kutipan (56)

menjelaskan bagaimana Cak Man kehilangan seorang anak bernama Marsini yang

menjadi tumpuan ekonomi Cak Man dan istrinya. Kutipan (57) dan (58)

menjelaskan sikap Cak Man yang pasrah dan menyerah dengan keadaan ketika dia

mendapat cobaan, bahwa anaknya yang bernama Marsini menghilang.

d. Masita

Masita adalah seorang dokter yang sedang mengadakan penelitian di

Rumah Sakit Jiwa dimana Sasana dirawat. Masita digambarkan sebagai wanita

ramah dengan pemikiran yang kritis dan memiliki jiwa pemberontak. Setelah

berdiskusi panjang tentang arti kebebasan, Masita mengajak Sasana melarikan diri

dari Rumah Sakit Jiwa. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan

teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

(59) Masita dokter. Ia sedang mengambil pendidikan psikiatri sebagai

spesialisasinya. Ia berada di sini untuk penelitiannya. (Madasari, 2013:

146)

(60) Perawat ini masih muda. Baju putihnya yang membuatnya tampak

menyeramkan dan lebih tua dari usianya. (Madasari, 2013: 130)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

53

(61) Aku menatap matanya. Lembut dan hangat. Tak seperti perawat lain

yang kala menatap kami seperti hendak menelan bulat-bulat.

(Madasari, 2013: 131)

(62) “Masita” Ia mengulurkan tangan sambal menyebutkan namanya.

Senyumnya manis sekali. Aku menerima ulurang tangan itu. Kami

berjabat tangan. Tanda kesetaraan. Simbol kesederajatan. Yang waras

dan tak waras kini tak lgi dipisahkan dalam dua lapisan kasta. Aku

merasa akrab tanpa sedikitpun rasa curiga atau tak aman. (Madasari,

2013: 131)

(63) “Kamu sepertinya sudah jadi tak waras gara-gara terlalu lama di sini,”

kataku. Masita tertawa. Lalu aku juga tertawa. Tak apalah menjadi tak

waras jika selamanya bisa tertawa bersama Masita seperti ini.

(Madasari, 2013: 146)

(64) “Setidaknya di luar sana kehendak bebas kalian bisa terus dihidupkan,”

jawabnya. “Di sini kehendak itu sengaja dimatikan. Agar kalian patuh,

agar kalian tak berontak. Akhirnya, lihat yang dilakukan Banua dan

Gembul. Mereka memk percaya. Ia bunuh diri mereka sendiri. Sebab

itu satu-satunya kehendak bebas yang masih bisa mereka ikuti.” Kata-

kata Masita seperti membangunkanku dari khayalan panjang.

(Madasari, 2013: 151)

(65) “Kalian harus berontak.” Aku menatapnya tak percaya. Ia menyuruh

kami berontak. Apakah itu artinya aku akan kembali ditangkap tentara,

disiksa, dan dihina? “Kalau aku jadi kalian, aku akan lebih memilih

mati di luar daripada mati di sini.” Benar sekali kata-katanya.

(Madasari, 2013: 152)

Dia juga akrab dengan Sasana, Masita mengingatkan Sasana dengan

adiknya yang bernama Melati, itulah yang membuat Sasana nyaman berteman

dengan Masita. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik

langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut

(66) Masita, sekarang aku tahu kenapa aku merasa nyaman dan senang

bersamanya. Karena ada banyak hal dalam diri Melati yang ada dalam

diri Masita. Termasuk ketika dia sedang bingung, takut, sekaligus

kesal seperti ini. (Madasari, 2013: 149)

Dalam pelukisan tokoh Masita teknik tidak langsung atau dramatik dapat

dilihat melalui kutipan (59), (60), (61), (62), (63), (64), dan (65). Sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

54

teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (66). Berdasarkan

kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (59) dan (60)

menjelaskan ciri-ciri Masita meskipun tidak terlalu lengkap. Di situ dia dijelaskan

sebagai dokter muda yang sedang mengadakan penelitian di Rumah Sakit Jiwa di

mana Sasana dirawat. Kutipan (61), (62), dan (63) menjelaskan sikap Masita yang

ramah dan tulus berteman dengan Sasana. Kutipan (64) dan (65) menjelaskan

pemikiran-pemikiran Masita yang luas dan kritis. Dia juga memiliki jiwa

pemberontak, dia membantu Sasana untuk keluar dari Rumah Sakit Jiwa, karena

dia tahu kalau Sasana tidaklah sakit jiwa seperti orang-orang katakana. Kutipan

(66) menjelaskan alasan kenapa Sasana nyaman berteman dengan Masita, itu

karena sikap Masita yang mirip dengan adiknya.

e. Banua

Banua merupakan seorang pasien Rumah Sakit Jiwa di mana Sasana

dirawat. Banua digambarkan sebagai seorang teman yang lebih tua dari Sasana,

dia memiliki sifat yang humoris dan periang. Dia juga sedang memperjuangkan

kebebasannya, sama dengan Sasana. Dulu Banua juga dipaksa masuk ke pesantren

oleh orangtuanya, ia menolaknya tetapi orangtuanya tetap memaksa. Pada

akhirnya, Banua memutuskan bunuh diri untuk menemukan kebebasannya. Hal ini

ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik

melalui kutipan sebagai berikut

(67) Salah satu laki-laki yang ikut bergoyang langsung dekat denganku.

Usianya sepertinya sekitar lima tahun lebih tua daripada usiaku. Banua,

begitu dia mengenalkan dirinya. (Madasari, 2013: 118)

(68) Banua mengingatkanku pada Cak Jek. Gaya bicara mereka mirip: sok

tahu, sok yakin, sok benar. Tapi dalam setiap perkataannya terselip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

55

kelucuan-kelucuan yang menghibur semua orang. Kesoktahuan Banua

adalah kesoktahuan yang jujur dan tulus.( Madasari, 2013: 119)

(69) Banua memulai ceritanya ketika ia dipaksa masuk ke pesantren setelah

lulus SMP. Ia menolak, tapi orangtuanya tetap memaksa. Aku bisa

paham ketidakberdayaannya. (Madasari, 2013: 140)

(70) Banua telentang di lantai. Tubuhnya telanjang. Pisau menghujam di

dadanya. Itu pisau yang sering kami lihat di ruang makan. Ada ceceran

darah di sekitar tubuhnya. Tak ada yang menyentuh tubuh Banua.

(Madasari, 2013: 142)

Dalam pelukisan tokoh Banua, pengarang hanya menggunakan teknik

tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (67),

(68), (69), dan (70). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kutipan (67) dan (68) menjelaskan sikap Banua yang humoris dan pintar.

Kesoktahuannya yang jujur ini membuat Sasana bangga dengan Banua. Kutipan

(69) menjelaskan bagaimana Banua dipaksa masuk ke pesantren oleh orang

tuanya dan dia tidak bisa menolaknya, itulah yang membuat Banua masuk ke

Rumah Sakit Jiwa. Kutipan (700 menjelaskan bagaimana pada akhirnya Banua

bunuh diri untuk mendapatkan kebebasannya.

f. Elis

Elis adalah sosok pelacur yang melayani para buruh pabrik dengan

bayaran rendah. Menurutnya menjadi pelacur bukan karena paksaan, melainkan

suatu pilihan, dia harus mengirimkan uang untuk kebutuhan anaknya. Elis

digambarkan sebagai wanita yang tegar dan pemberani. Hal ini ditunjukkan

pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan sebagai berikut

(71) “Tidak buat saya semua, Mas. Bosnya kan juga mesti disetori”, katanya.

“Makanya kalau ditambahi juga boleh. Biar bagian saya jadi tambah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

56

banyak,” bisiknya tepat di telingaku. “Berapa yang mesti disetor?”

tanyaku. Mukanya kini tampak masam. “Tiap terima tamu satu jam

saya Cuma dapat lima ribu, Mas.” (Madasari, 2013: 175)

(72) “Ah, ngaco! Saya tidak percaya mereka terpaksa. Saya percaya semua

hal tergantung pada kita. Mau menerima atau melawan. Mau dikurung

atau mau bebas merdeka.” (Madasari, 2013: 173)

(73) Cuh! Ludah Elis meloncat ke wajah tamunya dan ke wajah bos tempat

ini. Ia lari cepat-cepat kea rah pintu. Kemarahan dua laki-laki yang kena

ludahnya tak bisa menyamai kecepatan langkah Elis. (Madasari, 2013:

180)

Dalam pelukisan tokoh Elis, pengarang hanya menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (71), (72),

dan (73). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan

(71) menjelaskan kehidupan Elis sebagai seorang pelacur yang hanya dibayar

murah setiap kali melayani pelanggannya. Kutipan (72) menjelaskan sikap Elis

yang tegar dengan segala pilihannya. Kutipan (73) menjelaskan sikap Elis yang

pemberani. Dia mau melawan pelanggannya yang sudah kurang ajar terhadap

dirinya.

g. Kalina

Kalina adalah teman Jaka saat bekerja di pabrik elektronik. Kalina protes

dipecat karena dia hamil, sementara yang menghamilinya adalah mandor sendiri.

Kalina digambarkan sebagai sosok wanita yang pemberani dan mau melawan, dia

berontak dan meronta di hadapan buruh pabrik. Nasibnya hampir sama dengan

buruh perempuan lain yang dipaksa melayani permintaan para mandor tanpa bisa

mengelak. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

57

(74) “Mandor itu… Mandor itu sudah memperkosa saya!” Perempuan itu

bicara sambil menuding ke arah si mandor. Si mandor bergerak,

menarik tangan perempuan itu agar turun dari meja. Tapi suara

perempuan itu tak bisa dibendung lagi. “Sekarang saya bunting, saya

malah dipecat! Dasar binatang! Dia perkosa saya juga seperti

binatang!” Mandor itu kini benar-benar liar seperti binatang. Ditariknya

perempuan itu dengan kasar sehingga jatuh tersungkur ke lantai.

Perempuan itu tak menyerah. Ia berdiri dan berteriak-terika. (Madasari,

2013: 195)

Dalam pelukisan tokoh Kalina, pengarang hanya menggunakan teknik

tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (74).

Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (74)

menjelaskan sikap Kalina yang mau melawan dan memberontak dengan segala

ketidakadilan terhadap dirinya. Dia dipecat dari tempatnya bekerja setelah

diperkosa oleh mandornya sendiri.

4.3 Analisis Latar

Menurut Wiyatmi (2006:40), latar memiliki fungsi untuk memberi konteks

cerita. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami

oleh tokoh disuatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat

tertentu. Menurut Nurgiyantoro (2007:227-234), unsur latar dapat dibedakan ke

dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

4.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro 2007:227-234). Latar tempat pada novel

Pasung Jiwa mengambil tempat di empat kota besar di Indonesia. Keempat kota

tersebut adalah Kota Jakarta, Malang, Sidoarjo, dan Batam. Berikut latar tempat

yang ada dalam novel Pasung Jiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

58

4.3.1.1 Jakarta

Latar kota Jakarta menjadi latar tempat di mana Sasana dan keluarganya

tinggal, kemudian pertama kali dia mengenal dangdut, dan pada akhirnya dia

masuk Rumah Sakit Jiwa karena trauma yang sering dialaminya. Jakarta juga

menjadi tempat di mana Jaka pertama kali bergabung dengan Laskar keagamaan.

Berikut penggambaran beberapa tempat tersebut

a. Kampung belakang kompleks

Di sinilah pertama kali Sasana mengenal musik dangdut. Dia datang

sendirian untuk menonton dangdut yang ada di kampung belakang kompleks.

Jarak antara rumah dan kampung itu tidak terlalu jauh. Berikut kutipan tidak

langsung yang menggambarkan latar tersebut

(75) Aku tak ingat bagaimana awalnya. Saat itu sedang masa libur sekolah.

Aku baru lulus SD, bersiap masuk SMP. Malam itu aku sudah berada di

kampung di belakang kompleks rumahku, berdiri di antara laki-laki dan

perempuan menonton sebuah pertunjukan. Seorang perempuan berbaju

gemerlap berdiri di panggung. Ia baru selesai menyanyikan satu lagu.

(Madasari, 2013: 17)

b. WC Sekolah

WC sekolah merupakan tempat di mana Sasana dipukuli oleh kelompok

gang di sekolahnya. Di sekolah barunya yang homogen, Sasana dipukuli dan

dimintai uang. Dia dianiaya secara fisik hingga terluka parah karena dikeroyok.

Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(76) Mereka membawaku ke WC yang berada di belakang sekolah.

Lokasinya terpencil, jauh dari tempat aktivitas murid-murid sekolah ini.

Jarang sekali ada yang ke sini kalau ingin buang air. Ini WC lama yang

dulu digunakan sebelum sekolah ini memperluas lokasi dan merenovasi

bangunannya. (Madasari, 2013: 31)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

59

(77) Pagi ini Dark Gang mencegatku di pagar sekolah. Mereka langsung

menyeretku ke belakang, ke WC yang dulu digunakan untuk

menghajarku pertama kali. Tanpa bicara, mereka lancarkan pukulan dan

tendangan ke tubuhku. (Madasari, 2013: 38)

c. Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit Jiwa merupakan tempat di mana Sasana di rawat setelah

kepulangannya dari Malang. Orang tua Sasana menganggap dia gila setelah

Sasana berlari-lari sendiri di lapangan. Sasana merasa ketakutan-ketakutan yang

dia alami saat SMA dan di penjara selalu mengikutinya. Traumanya saat dipukuli

kelompok gang di sekolahnya dan penyiksaan-penyiksaan yang dia alami

dipenjara membuatnya masuk Rumah Sakit Jiwa. Berikut kutipan tidak langsung

yang menggambarkan latar tersebut

(78) Meski sama-sama berteralis, tempat ini jauh lebih baik dibanding sel

tempat aku dikurung waktu itu. Di sini lebih bersih, jauh lebih terang,

ada tempat tidur yang ditata rapi dengan seprai putih dan sarung bantal

putih. Selembar selimut bergaris-garis diletakkan di atasnya. Di pojok

ruangan ada ruangan kecil. Aku melangkah menuju ruangan itu. Sebuah

kamar mandi kecil, lengkap dengan WC dan satu kaca di dinding.

(Madasari, 2013: 111)

(79) Aku baru tahu jawabnya pagi ini. Setelah dua malam berada di tempat

ini, pagi ini pertama kalinya aku keluar kamar. Seorang petugas

menjemputku. Ia membawaku menyusuri lorong-lorong panjang,

melewati kamar-kamar berteralis yang serupa dengan kamarku. Kami

menuju tanah lapang yang berumput. Banyak orang berkumpul di situ.

Semuanya memakai baju putih, dengan model mirip piama. Sama

seperti baju yang kukenakan. (Madasari, 2013: 115)

d. Rumah Kontrakan

Rumah kontrakan merupakan salah satu tempat Sasana dan Ibunya setelah

berpisah dengan Ayah dan adiknya Melati. Ayahnya tidak ingin tinggal bersama

Sasana karena malu anaknya yang transgender. Kemudian Ibunya lah yang tetap

ingin tinggal dan menemani Sasana dalam keadaan apapun, Ibunya rela melepas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

60

pekerjaannya sebagai dokter bedah dan menjadi menejer pribadi Sasana ketika

Sasana mendapat jadwal manggung sebagai penyanyi dangdut. Berikut kutipan

tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(80) Kami akhirnya menemukan rumah yang disewakan dengan harga

murah. Rumah itu tak besar, hanya terdiri atas dua kamar, ruang tamu

yang merangkap ruang keluarga, dan dapur di bagian belakang. Tapi

ada garasi yang bisa memuat mobil. Ibu menyukainya. Rumah kecil ini

cukup untuk kami tinggali berdua, katanya. (Madasari, 2013: 281)

e. Prumpung

Prumpung merupakan salah satu daerah yang berada di Jakarta. Di situlah

Jaka pertama kali bergabung ke dalam Laskar Keagamaan. Berikut kutipan tidak

langsung yang menggambarkan latar tersebut

(81) Berjalan dari pagi sampai petang aku sampai di tempat keramaian.

Tulisan besar yang terpasang di daerah itu sudah akrab di telingaku:

Prumpung. Aku memilih berhenti di sini. Pasti banyak hal yang bisa

kulakukan di sini. (Madasari, 2013: 249)

(82) Aku mengikuti mereka. Kami berjalan melewati Pasar Prumpung yang

ramai, lalu masuk ke jalan-jalan yang lebih kecil. Lalu kami masuk ke

rumah besar dengan halaman luas di depannya. Tepat di samping rumah

berdiri masjid besar. Aku diajak masuk rumah. Banyak orang

didalamnya. Ada yang ngobrol, tidur-tiduran, atau nonton TV.

(Madasari, 2013: 250)

Berdasarkan kutipan (81) dapat dijelaskan bahwa pertama kali Jaka di

Jakarta, daerah yang dituju adalah Prumpung. Jaka berharap di situ dia akan

mendapatkan pekerjaan. Sedangkan kutipan (82) menjelaskan latar di mana Jaka

diajak ke markas Laskar Keagamaan yang kebetulan berada di daerah Prumpung.

4.3.1.2 Malang

Malang adalah tempat di mana Sasana kuliah, tetapi dia memutuskan

untuk meninggalkan kuliahnya dan mengubah namanya menjadi Sasa serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

61

memilih mengamen bersama teman barunya yang bernama Cak Jek. Cak Jek yang

mengubah nama menjadi Jaka Wani bergabung dalam sebuah Laskar Keagamaan

dan menjadi pemimpin di kota Malang. Berikut penggambaran beberapa tempat

tersebut.

a. Kota Batu

Kota Batu merupakan salah satu daerah yang ada di Malang. Di kota ini

Sasana dan Jaka menyewa rumah untuk ditinggali bersama. Mereka mencari uang

bersama dengan cara mengamen dan manggung di acara hajatan. Berikut kutipan

tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(83) Tempat yang masih sepi, sawah di sana-sini, dingin sepanjang hari.

Batu, begitu nama kota itu. Harga tanah masih sangat murah di sana.

Wajar saja kalau harga sewa satu rumah sama dengan harga sewa

kamar kosku sebelumnya. Sebuah rumah kecil kami sewa bersama. Ya,

bersama. Sekarang Cak Jek tinggal bersamaku. Kami tingga bersama,

bekerja bersama. Aku benar-benar meninggalkan kuliahku. (Madasari,

2013: 52)

Berikut kutipan langsung yang menggambarkan latar tersebut

(84) “Opo to.. Opo to… Ya ini! Ini jalan kita jadi professional. Kita akan

jadi bintang dangdut paling top di seluruh Malang.” Cak Jek bicara

penuh semangat sambal tangannya terus bergerak. (Madasari, 2013: 53)

b. Rumah Ibu Jaka

Rumah ini merupakan rumah warisan Ibu Jaka di Malang. Ibunya

meninggal bunuh diri karena tidak kuat membayar hutang yang dia pinjam di

rentenir. Kemudian rumah tersebut diambil oleh rentenir untuk melunasi sisa

hutang Ibu Jaka. Jaka yang mengetahui hal itu langsung marah dan merebut

kembali rumah tersebut. Rumah itu kemudian diubah Jaka menjadi markas Ormas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

62

Keagamaan yang dia pimpin di Malang. Berikut kutipan tidak langsung yang

menggambarkan latar tersebut

(85) Rumah ini kini jadi milikku. Aku bisa meninggalinya. Aku bisa kembali

hidup di kampung, tinggal di rumahku sendiri. Bersama kawan-kawan

lascar, aku bisa berjuang di kampung ku sendiri. (Madasari, 2013: 263)

(86) Rumah Ibu kini bukan hanya markas laskar. Rumah ini sudah jadi

tempat berkumpulnya orang yang mau belajar agama dan berdoa

bersama. (Madasari, 2013: 265)

c. Alun-alun Kota Batu

Alun-alun kota merupakan salah satu tempat Sasana dan Jaka mengamen.

Mereka bisanya mengamen pada malam hari dan siang hari mereka gunakan

untuk istirahat. Ketika mengaamen di alun-alun, Sasana mendapat perlakuan tidak

sopan dari lima orang laki-laki yang pada saat itu sedang mabuk. Berikut kutipan

tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(87) Malam ini kami hanya beredar di seputar alun-alun. Sudah hampir

subuh saat kami mampir di warung lesehan pojok utara alun-alun. Ada

lima laki-laki di warung itu. Tak terlalu banyak. Tapi tetap lumayanlah

untuk nambah-nambah rezeki. Penutup sebelum kami mengakhiri mala

mini. (Madasari, 2013: 61)

4.3.1.3 Sidoarjo

Sidoarjo adalah kota di mana Marsini bekerja. Marsini adalah anak dari

Cak Man yang merupakan salah satu teman Sasana dan Jaka. Marsini hilang

setelah dia menuntut kenaikan gaji di tempatnya bekerja. Sasana dan Jaka berniat

untuk membantu mengembalikan Marsini dengan cara berdemo, tetapi mereka

kemudian di penjara dan dianiaya oleh petugas setempat. Berikut penggambaran

beberapa tempat tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

63

a. Pabrik Sepatu

Pabrik sepatu merupakan tempat Marsini bekerja. Cak Man yang

merupakan teman Sasana dan Jaka mempunyai anak yang bernama Marsini.

Marsini hilang setelah ikut demo kenaikan gaji ditempatnya bekerja. Berikut

kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(88) Cak Man punya empat anak. Anak pertamanya perempuan, Marsini.

Kerja di pabrik sepatu di Sidoarjo. (Madasari, 2013: 81)

(89) Sesuai rencana, kami sampai di pabrik tempat Marsini bekerja sekitar

jam sebelas siang. Pabrik itu dikelilingi pagar tinggi. Semuanya

tertutup, taka da celah sedikit pun untuk melihat apa yang ada di

dalamnya. Hanya ada satu pintu masuk yang juga selalu ditutup. Dua

pos penjagaan berada di situ. Cak jek dan Cak Man menuju k epos

penjagaan itu, sementara kami menunggu di bawah pohon di seberang

jalan. (Madasari, 2013: 90-91)

b. Kantor Koramil

Kantor Koramil merupakan tempat Sasana, Jaka, dan teman-temannya

ditahan setelah mereka demo agar Marsini dikembalikan. Selama penahanan

tersebut dijelaskan Sasana sangat trauma dan ketakutan terhadap perlakuan aparat

yang ada di penjara tersebut. Berikut kutipan tidak langsung yang

menggambarkan latar tersebut

(90) Aku berada di sel sempit. Sendirian. Masih dengan hanya memakai

celana dalam dan BH. Entah di mana Cak Jek, Cak Man, dan kawan-

kawan Marjinal. (Madasari, 2013: 96)

(91) Setiap hari mereka melakukan hal sama. Membawaku keluar dari sel,

menanyaiku sekali-dua kali, lalu sisanya mereka gunakan tubuhku

untuk melayani mereka. Aku sudah kehilangan harapan, sampai pada

hari keempat belas, mereka membawaku keluar dari gedung itu. Baru

aku tahu di mana sebenarnya aku berada selama ini. Kantor Koramil.

Mereka melepaskanku. (Madasari, 2013: 100)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

64

4.3.1.4 Batam

Batam adalah tempat pabrik elektronik di mana Jaka bekerja menjadi

buruh pabrik. Batam juga menjadi tempat perkenalan pertama kali dengan

perempuan yang bernama Elis, dia mengenal Elis di tempat lokalisasi dan

menyukainya secara diam-diam. Berikut penggambaran beberapa tempat tersebut

a. Pabrik Elektronik

Pabrik elektronik merupakan pabrik tempat Jaka bekerja setelah dia lepas

dari tahanan sewaktu ikut membantu demo untuk mengembalikan Marsini yang

hilang. Impiannya menjadi seniman dan pengamen harus ia kubur dalam-dalam,

nasib membawanya bekerja sebagai buruh pabrik barang-barang elektronik milik

Jepang. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(92) Untunglah mencari kerja di Batam tidak terlalu susah disbanding

dengan mencari kerja di Jawa. Banyak pabrik di sini. Pabrik-pabrik

baru juga terus berdiri. Tak sampai satu bulan tinggal di tempat

kakangku, aku sudah mendapat pekerjaan di pabrik barang-barang

elektronik milik Jepang. (Madasari, 2013: 161)

b. Nagoya

Nagoya merupakan tempat pusat pembelanjaan di Batam. Biasanya buruh

pabrik menggunakan gajinya untuk berbelanja berbagai kebutuhan di Nagoya.

Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut

(93) Dari dermaga itu kami menuju ke pusat pertokoanNagoya. Ini pusat

belanja terbesar di pulau ini. Banyak barang yang didatangkan dari luar

negeri. Baju, parfum, dan berbagai barang lainnya. Kami menyusuri

took-toko itu, melihat-lihat, membeli kalau memang ada yang dimau.

(Madasari, 2013: 165)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

65

c. Sintai

Sintai merupakan salah satu daerah lokalisasi yang berada di Batam. Di

Sintai, Jaka bertemu dengan seorang pelacur yang bernama Elis. Dia

menyukainya tetapi tidak berani mengutarakannya. Berikut kutipan tidak langsung

yang menggambarkan latar tersebut

(94) SINTAI. Begitu tulisan besar yang terpampang di gerbang tempat yang

kami tuju. Mobil-mobil berjajar di samping gerbang. Pengunjung keluar

masuk bergantian. Tempat ini memang ramai. Setidaknya sampai

kunjunganku yang ketiga ini tempat ini tak pernah sepi. (Madasari,

2013: 168)

(95) Maka saekarang aku susuri lorong yang diterangi lampu kerlap-kerlip

warna-warni ini. Menyusuri lorong ini taka da bedanya dengan

menyusuri jalanan sebuah kota. Rumah-rumah kecil bejajar

dipinggirnya. Penghuninya menunggu di depan pintu, memanggil-

manggil setiap orang yang lewat untuk bertamu. Di sepanjang lorong

banyak yang berjualan. Makanan, rokok, bir, sabun, kondom, dan pil

penguat. (Madasari, 2013: 168)

4.3.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro 2007:230).

Peristiwa yang diceritakan dalam novel Pasung Jiwa merupakan peristiwa yang

mengambil setting tahun 90-an. Ketika masih terjadi kerusuhan dimana-mana dan

ketika rakyat sedang susah akibat krisis moneter.

Peristiwa yang terjadi dalam novel Pasung Jiwa dimulai saat pengarang

menceritakan riwayat singkat bagaimana Sasana dipaksa berlatih piano oleh

orangtuanya dan berakhir saat pengarang menceritakan ketika Sasana dan Jaka

mendapatkan kebebasannya. Berikut beberapa peristiwa yang menunjukkan

adanya latar waktu dalam novel Pasung Jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

66

Peristiwa terjadi ketika Sasana naik kelas 4 SD. Dia sudah pandai bermain

piano dan mendapatkan juara dalam diberbagai perlombaan. Berikut kutipan tidak

langsung yang menggambarkan hal tersebut

(96) Pada usia yang sangat muda, baru naik kelas 4 SD, aku sudah puluhan

kali memainkan piano di depan banyak orang. Di sekolah sampai di

pusat-pusat perbelanjaan. Untuk hanya sekedar latihan hingga untuk

lomba. (Madasari, 2013: 15)

Peristiwa juga terjadi saat libur sekolah, ketika Sasana bersiap masuk

SMP. Dia mulai mengenal musik dangdut dan menyukainya. Berikut kutipan

tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(97) Aku tak ingat bagaimana awalnya. Saat itu sedang masa libur sekolah.

Aku baru lulus SD, bersiap masuk SMP. Malam itu aku sudah berada di

kampung di belakang komplek rumahku, berdiri di antara puluhan laki-

laki dan perempuan menonton sebuah pertunjukan. Seorang perempuan

berbaju gemerlap berdiri di panggung. Ia baru selesai menyelesaikan

satu lagu. Menyapa penonton dengan akrab dan genit, yang langsung

disambut sorakan dan tepuk tangan penonton. (Madasari, 2013: 17)

Peristiwa juga terjadi pada pagi hari, ketika Sasana mendapat gangguan

dari kelompok gang di sekolahnya. Saat masuk SMA, Sasana sering medapat

pukulan dan harus menyetor uang ke anggota gang di sekolahnya. Berikut kutipan

tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(98) Pagi ini DARK Gang mencegatku di pagar sekolah. Mereka langsung

menyeretku ke belakang, ke WC yang dulu digunakan untuk

menghajarku pertama kali. (Madasari, 2013: 38)

Peristiwa terjadi pada tanggal 17 Agustus 1993, Sasana melanjutkan

pendidikannya di Malang. Di sana Sasana meninggalkan kuliahnya dan memilih

untuk mengamen bersama Cak Jek. Di Malang, Sasana juga menemukan jati

dirinya. Dia perlihatkan sisi feminism nya dan mengganti nama menjadi Sasa.

Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

67

(99) 17 Agustus 1993

Sungguh aku tak hanya sedang menyanyi. Aku sedamg benar-benar

mandi lho. Tubuhku lengket dan manis. Lidahku tak tahan mau

menjilat-jilat lengan, jari, paha, semuanya! Kalau lidahku sendiri saja

sudah begitu tergoda, bagaimana dengan lidah-lidah mereka yang

sedang berkerumun di depan panggung ini? Dari tadi mereka bergoyang

tanpa henti, sambal matanya jelalatan kea rah panggung. (Madasari,

2013: 45-46)

(100) Malam yang menjadi awal ini semua. Seharian itu aku tidur nyenyak.

Setelah dua bulan jadi aanak baru di Malang, aku menemukan sesuatu

yang membuatku bahagia. (Madasari, 2013: 48)

Peristiwa juga terjadi pada malam hari, ketika Sasana sedang mengamen

bersama Jaka di alun-alun Batu. Dia mendapat perlakuan tidak sopan dari lima

orang laki-laki dan membuatnya marah. Berikut kutipan tidak langsung yang

menggambarkan hal tersebut

(101) Malam ini kami hanya beredar di seputar alun-alun. Sudah hampir

subuh saat kami mampir di warung lesehan pojok utara alun-alun.

Ada lima laki-laki di warung itu. Tak terlalu banyak. Tapi lumayanlah

untuk nambah-nambah rezeki. Penutup sebelum kami mengakhiri

malam itu. Aku belum selesai menyanyikan satu lagu saat salah

seorang laki-laki itu meremas tonjolan dadaku. Ia melakukannya

sambal tertawa. (Madasari, 2013: 61)

Peristiwa terjadi pada pagi hari, ketika Cak Man berkunjung ke rumah

Jaka dan Sasana di Batu. Kedatangan Cak Man ingin memberitahukan ke mereka

kalau anaknya yang bernama Marsini menghilang setelah ikut berdemo kenaikan

gaji di tempatnya bekerja. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan

hal tersebut

(102) Cak Man datang ke rumah kami pagi ini. Mengejutkan. Sebab ia tak

pernah datang ke sini sebelumnya. Aku dan Cak Jek juga tak pernah

memberikan alamat jelas di mana kami tinggal. Cak Man hanya tahu

nama kampung tempat kami tinggal. Ia nekat datang begitu saja, lalu

bertanya ke orang-orang. Dengan hanya menyebutkan nama semua

orang sudah tahu siapa yang dicari Cak Man. “Anakku ilang” katanya

sesaat setelah kami persilakan duduk. (Madasari, 2013: 80-81)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

68

Peristiwa juga terjadi pada sekitar jam 11.00 siang, ketika Sasana, Cak Jek,

Cak Man, dan beberapa teman-temannya datang ke Sidoarjo untuk berdemo di

tempat Marsini bekerja agar pihak pabrik memberi tahu keberadaan Marsini

sekarang. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(103) Kami tak hanya membawa alat ngamen, tapi juga spanduk dan karton-

karton yang sudah ditulisi permintaan agar Marsini segera

dipulangkan. Sesuai rencana, kami sampai di pabrik tempat Marsini

bekerja sekitar jam sebelas siang. Pabrik itu dikelilingi pagar tinggi.

Semuanya tertutup, tak ada celah sedikit pun untuk melihat apa yang

ada di dalamnya. (Madasari, 2013: 90-91)

Peristiwa terjadi pada hari keempat belas, ketika Sasana dikeluarkan dari

penjara. Setelah melakukan demo di Sidoarjo, Sasana dan teman-temannya

ditahan karena dianggap membuat kerusuhan. Selama ditahan Sasana dipukuli dan

dilecehkan. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(104) Aku sudah kehilangan harapan, sampai pada hari keempat belas,

mereka membawaku keluar dari gedung itu. Baru aku tahu di mana

sebenarnya aku berada selama ini. Kantor Koramil. Mereka

melepaskanku. Mereka melemparkan kaus dan celana pendek padaku.

“Awas kalau berani macam-macam lagi,” kata salah satu dari mereka.

Sebuah tendangan mendarat di punggung ku “Sana… pergi cepat!”

katanya. (Madasari, 2013: 100)

Peristiwa terjadi pada bulan Maret 1995, ketika Sasana memilih pulang ke

rumahnya di Jakarta dan mengubah dirinya dari Sasa menjadi Sasana. Sasana

pulang dalam keadaan stress berat, dia merasa ketakutan-ketakutan nya selama di

penjara kemarin selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Kemudian akhirnya

dia dimasukkan orang tuanya ke Rumah Sakit Jiwa. Berikut kutipan tidak

langsung yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

69

(105) Maret 1995

Aku memilih terperangkap. Terkurung dalam jeruji kasih, terikat

dalam rantai-rantai kenangan. Inilah yang terbaik untukku saat ini.

Sebuah kurungan yang aman, yang menjatuhkanku dari segala

masalah dan kesakitan. Di sini aku mengubur diriku dari kehidupan,

menenggelamkan dariku dari keinginan dan kesenangan. Aku

meringkuk di sudut paling gelap dari tubuh tinggi-besar ini.

Mengubah suara, mengubah rambut dan muka. Mengubah semuanya.

(Madasari, 2013: 101)

(106) Ayah dan Ibu menganggapku tak waras. Aku baru tahu jawabannya

pagi ini. Setelah dua malam berada di tempat ini. Pagi ini pertama

kalinya aku keluar kamar. Seorang petugas menjemputku. Ia

membawaku menyusuri lorong-lorong panjang, melewati kamar-

kamar berteralis yang serupa dengan kamarku. (Madasari, 2013: 115)

Peristiwa juga terjadi pada pagi hari, ketika Sasana tidak menemukan lagi

temannya yang bernama Banua. Banua ditemukan bunuh diri di kamarnya, dia

menganggap dengan bunuh diri dia akan menemukan kebebasannya. Berikut

kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(107) Pagi ini tak kutemukan Banua di tempat senam pagi. Orang-orang

yang berkumpul di sana memanggil namaku dan berseru,

“Goyang..goyang!” saat aku datang. Kucari-cari Banua. Aneh sekali,

tak ada dia yang paling bersemangat memintaku bergoyang.

(Madasari, 2013: 140-141)

Peristiwa terjadi pada hari Sabtu malam pukul 01.00 dini hari, ketika

Sasana dan teman-temannya kabur dari Rumah Sakit Jiwa. Masita membantu

Sasana agar bisa keluar dari Rumah Sakit Jiwa, Masita berharap setelah keluar

dari Rumah Sakit Jiwa Sasana menemukan kebebasannya yang sesungguhnya.

Berikut kutipan langsung yang menggambarkan hal tersebut

(108) “Dua hari lagi Sabtu. Sabtu malam waktu yang terbaik. Semakin

sedikt petugas yang jaga malam,” kata Masita. (Madasari, 2013: 153)

(109) “Kalian harus keluar mala mini. Bagaimanapun caranya,” kata

Masita. (Madasari, 2013: 153)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

70

Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(110) Jam satu dini hari, Masita membuka pintu kamarku. Lebih cepat satu

jam dari rencana karena dengan begitu kami punya cukup waktu

untuk keluar dari tempat ini sebelum jam dua. (Madasari, 2013: 153)

Peristiwa terjadi pada bulan Mei tahun 1995, ketika Jaka mendapatkan

pekerjaan di Batam sebagai buruh di pabrik elektronik. Setelah keluar dari

penjara, mimpinya sebagai seniman harus ia kubur dalam-dalam. Ia harus

menggantikan tugas kakaknya untuk mengirimi uang bulanan kepada Ibunya.

Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(111) Mei 1995

Ya beginilah yang namanya masib. Maunya apa, jadinya apa. Kalau

mengikuti yang kumau, ya pasti aku memilih ngamen saja. Bebas,

hati selalu senang, tidak diatur-atur orang. Tapi mau bagaimana lagi

kalau nasibku sekarang malah berada di tempat ini. Bukannya

memegang gitar, ketipung, atau kecrekan, eee… malah mengusap-

usap kaca untuk dijadikan layar televise. (Madasari, 2013: 159)

Peristiwa terjadi pada malam hari, ketika Jaka pergi ke tempat lokalisasi

yang berada tidak jauh dari tempatnya bekerja. Di tempat lokalisasi Jaka bertemu

dengan salah satu pelacu yang bernama Elis, dia menyukainya namun tidak berani

mengungkapkannya. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal

tersebut

(112) Malam ini aku sudah bertekad harus memilih sendiri. Maka sekarang

aku susuri lorong yang diterangi lampu kerlap-kerlip warna-warni ini.

Langkahku berhenti di depan satu kamar. Penghuninya masih sangat

muda, memakai atasan yang seperti kaos singlet dan celana pendek

setengah paha. Ia tersenyum padaku sambil terus mengisap rokoknya.

Aku memilih berhenti di sini, sebab perempuan itu tak menawar-

nawariku untuk masuk. Ia hanya duduk dan terus tersenyum

(Madasari, 2013: 168)

Peristiwa juga terjadi pada bulan Maret 1998, ketika terjadi krisis moneter

di mana-mana Sasana diajak untuk ikut berdemo ke Jakarta. Dia ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

71

melampiaskan kemarahan dan membalaskan dendamnya saat dulu dia perlakukan

tidak adil di penjara. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal

tersebut

(113) Maret 1998

Kota ini menjadi tak biasa. Antrean panjang orang di depan toko

minyak dan bank. Harga sewa kontrakan dan makanan naik dua kali

lipat. Uang ngamen makin berkurang. Semua orang kini jadi pelit dan

merasa kekurangan. Melalui obrolan dari warung ke warung kudengar

kata-kata krismon, krisis moneter. (Madasari, 2013: 239)

(114) Hari terakhir sebelum berangkat Jakarta, kami melakukan pertemuan

rahasia di rumah salah seorang mahasiswa tersebut. Di rumah itu

kami siapkan poster, spanduk, dan bekal yang akan dibawa ke Jakarta.

Mereka berkata padaku, “Sa, kamu maju ya nanti pas demo di

Jakarta.” (Madasari, 2013: 242)

Peristiwa juga terjadi pada bulan Desember 1999, ketika Jaka mendapat

kabar kalau Soeharto sudah tidak lagi menjabat menjadi Presiden. Dia

memutuskan untuk kembali dan mencari pekerjaan di Jawa. Berikut kutipan tidak

langsung yang menggambarkan hal tersebut

(115) Desember 1999

Angin darat membawa kabar. Katanya semua sudah berubah di negeri

seberang. Pak Harto sudah bukan presiden, tentara sudah taka da lagi

punya kuasa, semua orang bebas melakukan apa saja. Lama hidup di

laut, membuatku punya banyak kenalan orang kapal. Aku jadi punya

pilihan : kembali ke Batam atau ikut kapal yang mau pergi ke Jawa,

ke Jakarta. Dari situ aku bisa pergi ke mana saja. Tentu saja aku

memilih ke Jawa. Tak ada yang kulakukan di Batam selain bekerja di

pabrik. (Madasari, 2013: 247-248)

Peristiwa terjadi pada malam hari, ketika Sasana akan manggung di alun-

alun kota Malang. Ibunya yang dulu lebih memaksakan kehendak Sasana,

sekarang sudah bisa menerima Sasana apa adanya. Berikut kutipan tidak langsung

yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

72

(116) Ibu memilihkan kostum warna emas untuk malam ini. Bentuknya

celana panjang ketat berumbai dengan atasan tanpa lengan yang

penuh kerlap-kerlip. Dengan baju seperti itu, aku akan lebih mudah

bergoyang. Setiap gerakanku akan menghasilkan lekak-lekuk

maksimal dan penonton akan merasakan kepuasan total. (Madasari,

2013: 290)

Peristiwa terjadi pada pagi hari, ketika Jaka pergi ke penjara untuk

menjenguk Sasana. Sasana di penjara setelah acara manggungnya di alun-alun

Malang mendapatkan protes dari ormas keagamaan yang dipimpin oleh Jaka.

Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(117) Pagi-pagi aku berangkat ke Lowokwaru. Aku pakai jubah putih dan

serbanku. Di tanganku aku genggam golok. Di punggungku ada tas

yang berisi uang dan baju. Mudah sekali bagi orang sepertiku

mendapatkan sesuatu. Petugas penjara menyambutku. Ia turuti semua

permintaanku. Aku diantar ke ruang khusus untuk bicara berdua

dengan Sasa. (Madasari, 2013: 318)

Dari penjelasan tentang latar waktu yang digambarkan dalam novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari, dapat disimpulkan bahwa ada latar waktu

yang mempengaruhi terbentuknya konflik batin dalam tokoh Sasana dan Jaka.

4.3.3 Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berbikir dan bersikap (Nurgiyantoro,

2007:233). Dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari selain terdapat

keberagaman latar tempat juga terdapat keberagaman latar sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

73

Piano merupakan benda istimewa di keluarga Sasana. Sejak lahir, Sasana

sudah dikenalkan dengan dentingan-dentingan piano. Meskipun orang tua Sasana

bukan seorang seniman, namun mereka memaksa agar Sasana pandai bermain

piano. Hal ini terlihat dalam kutipan tidak langsung di bawah ini

(118) Piano memang benda istimewa di rumah ini. Bagi ayah dan ibuku,

memainkan piano adalah bagian tradisi yang harus dijunjung tinggi.

Aku sendiri heran kenapa mereka sampai bersikap seperti itu. Ayah

dan ibuku bukan pemain music. Mereka memang bisa memainkan

piano. Tapi permainan mereka hanya sekadarnya, jauh berbeda

dengan kemampuanku saat kelas 4 SD. (Madasari, 2013: 16)

Prinsip yang dipegang orang tuanya tersebut membuat Sasana merasa

terkurung dengan aturan-aturan yang memaksanya. Dia terpaksa menyukai apa

yang tidak menjadi kesukaannya. Hingga kemudian dia mengenal musik dangdut.

Dalam novel ini pengarang mencoba untuk menonjolkan dangdut. Dangdut

merupakan musik khas Indonesia yang tidak asing lagi di masyarakat. Berikut

kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(119) Si penyanyi tersenyum senang, merasa ia begitu diinginkan. Gendang

ditabuh, gitar dipetik, musik mulai dimainkan. Musik yang tak pernah

kudengar sebelumnya. Yang sangat berbeda dengan komposisi-

komposisi yang kumainkan, juga lagu-lagu yang aku dengarkan. Lalu

penyanyi itu mulai menyanyikan lagu yang juga belum pernah aku

tahu. Tapi entah kenapa lagu itu seperti tak asing buatku. Lagu itu

langsung akrab di telingaku, bahkan liriknya dengan mudah

kuhafalkan. (Madasari, 2013: 18)

Orang tua Sasana melarang dia untuk tidak menyukai dan menonton musik

dangdut, mereka menganggap musik dangdut hanya untuk orang-orang nakal dan

pemabuk. Latar sosial juga terjadi ketika Sasana masuk ke sekolah khusus laki-

laki. Di sekolah ini, Sasana dipaksa untuk gabung dengan kelompok gang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

74

disuruh menyetor uang untuk mereka. Berikut kutipan langsung yang

menggambarkan hal tersebut

(120) “Kamu mau jadi anggota geng kita?” tanyanya. Aku diam. Tak paham

maksud pertanyaannya. “Jawab!” serunya sambil memukul dadaku.

Aku berteriak kesakitan. Sakit sekali. Kini tubuhku didorong ke arah

orang lain. (Madasari, 2013: 32)

(121) Salah satu dari mereka menarik tubuhku, lalu kembali menekanku ke

dinding. “Jadi, mulai sekarang kamu anggota Dark Gang. Siaaap?!”

“Si…ap…” jawabku. Lemah dan pelan. Dia masih belum puas.

“Jawab yang kears!” serunya. “Siaaap!” teriakku. Sekeras-kerasnya.

(Madasari, 2013: 32)

Berikut kutipan tidak langsung yang juga menggambarkan latar sosial tersebut

(122) Setiap hari, lima anggota Dark Gang menghampiriku saat aku baru

keluar dari kelas. Mereka minta jatah lima ribu rupiah. Kadang

mereka menggeledah tasku, mengambil apa saja yang bisa diambil.

(Madasari, 2013: 34)

Dalam novel ini juga terdapat latar sosial yang menggambarkan tingkatan

kelas berdasarkan golongan pangkat. Setelah dipukuli oleh kelompok gang di

sekolahnya, Sasana tidak memperoleh keadilan dari pihak sekolah maupun

hukum, mereka takut memproses kasus pemukulan tersebut karena salah satu

anggota gang merupakan anak pejabat. Berikut kutipan langsung yang

menggambarkan status sosial tersebut

(123) “Ada satu anak jenderal, satu anak pejabat. Kasusnya tidak bisa

diproses,” jawab Ayah datar. “Hah? Anak kita disiksa seperti anjing

lalu pelakunya tidak bisa diproses?!” Ibu berteriak. (Madasari, 2013:

42)

Latar sosial juga terjadi mengenai adanya tradisi saweran. Tradisi ini

diperkenalkan pengarang ketika Sasana sedang mengamen bersama Jaka. Setelah

mengamen biasanya seorang pengamen mengedarkan kantong kepada orang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

75

orang sekitar. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar sosial

tersebut

(124) Kadang kalau kami sudah kehabisan uang dan tak ada satu pun yang

mengundang, kami main saja di jalanan. Orang-orang satu per satu

berkumpul lalu aku berkeliling mengedarkan kantong mita saweran.

Dari uang itu kami bisa makan, sambal menunggu panggilan orang

hajatan yang butuh hiburan. (Madasari, 2013: 47)

Latar sosial terjadi ketika pengarang mencoba menggambarkan anak

jalanan. Ketika sedang beristirahat di warung, Sasana dihampiri oleh beberapa

pengamen jalanan, mereka mengatasnamakan dirinya Marjinal. Lewat lagu yang

mereka nyanyikan mereka sedang memperjuangkan hak mereka sebagai rakyat

agar tidak selalu ditindas oleh pejabat Negara. Berikut kutipan tidak langsung

yang menggambarkan hal tersebut

(125) Penampilan nyeleneh mereka justru sangat sangar. Rambut dicukur di

bagian samping lalu ditegakkan bagian atasnya. Anting-anting di

salah satu telinga. Kaus hitam dengan gambar-gambar seram. Celana

jins robek-robek dengan rantai menggelantung di saku. Ada tato di

tangan, leher, atau kaki mereka. Gambarnya macam-macam. Dari ular

hingga gambar perempuan. (Madasari, 2013: 65)

Adanya kebiasaan seseorang kelas menengah ke bawah ketika ingin

meminta bantuan. Pada umumnya mereka tidak membutuhkan waktu terlalu lama

untuk sekedar berbasa-basi untuk meminta bantuan. Sasana dan Jaka mengajak

dua orang anak pengamen jalanan untuk mengamen bersama mereka. Berikut

kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(126) Cak Jek memberi isyarat untuk mendekati dua bocah itu. Tak butuh

waktu lama buat sesame orang jalanan seperti kami untuk berbasa-

basi. Hanya dengan menawarkan makan bersama, dua bocah itu sudah

mau mengikuti kami. (Madasari, 2013: 70)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

76

Terdapat kebiasaan orang-orang mengundang seseorang untuk mengisi

acara sunatan atau nikahan di desa mereka. Sasana, Jaka, Memed dan Leman

diminta untuk menyanyi di acara sunatan yang diadakan oleh warga sekitar tempat

mereka tinggal. Berikut kutipan langsung yang menggambarkan latar sosial

tersebut

(127) “Begini lho, Mas, kami mau menyunatkan anak lanang. Ingin ada

sedikit rame-ramean. Lihat tulisan di depan itu jadi mau nanya-

nanya,” kata si tamu laki-laki. “Wah… bisa. Bisa sekali! Kami sering

kok ditanggep buat sunatan,” balas Cak Jek. (Madasari, 2013: 74)

Peristiwa selanjutnya terjadi ketika Cak Jek, Sasana, dan beberapa

temannya berdemonstrasi menuntut kembalinya Marsini yang menghilang setelah

menuntut kenaikan gaji. Demonsrasi adalah cara mereka menuntut keadilan atas

ketidakadilan yang mereka peroleh. Berikut kutipan tidak langsung yang

menggambarkan hal tersebut

(128) Lha tapi kemudian apa yang terjadi hari ini? Ternyata mau tidak mau

kami mesti juga berurusan dengan Negara, dengan politik. Terus

sekarang Cak Jek sendiri yang mengusulkan berdemonstrasi dengan

cara yang nyeni. (Madasari, 2013: 89)

Peristiwa juga terjadi ketika Sasana dituduh anggota PKI oleh petugas

keamanan yang menahan setelah demonstrasi menuntut kembalinya Marsini. Pada

jaman itu PKI (Partai Komunisi Indonesia) dianggap yang sering membuat

kerusuhan dan cenderung melawan pemerintah.Berikut kutipan langsung yang

menggambarkan hal tersebut

(129) “Hei, cong, kowe PKI ya?” Tanya si komandan. Aku langsung

menggeleng. PKI apa? Partai Komunis Indonesia? Partai yang

dilarang itu? Seumur-umur tahu namanya juga Cuma dari pelajaran

sekolah. “Jawab!” “Bukan”, jawablu. “Terus ngopo bikin rusuh koyok

mau awan?” (Madasari, 2013: 97)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

77

Mengenai kebiasaan orang-orang ketika mengetahui sesuatu yang

menyimpang dengan moral dan aturan yang ada. Elis dianggap melanggar moral

ketika orang-orang mendapati dia sedang bersenggama dengan pria lain di rumah

Jaka. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut

(130) Kubiarkan orang-orang itu menggiring Elis dan tamu Elis berjalan

menyusuri perkampungan. Mulut orang-orang itu tak henti bersuara.

Ada yang berteriak “Lonte”, “Pelacur”, “Zina” dan “Dosa”. Semua

orang keluar rumah, berdiri di pinggir jalan, seperti melihat tontonan.

(Madasari, 2013: 190)

Novel ini juga menggunakan kelas sosial yang menunjukkan kalangan

buruh dan orang berkantor. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan

hal tersebut

(131) Kami berjalan meninggalkan wilayah pabrik menuju barisan ruangan

yang dipindahkan oleh gudang-gudang. Di situlah semua orang

kantoran berada. Orang-orang sekolahan, pegawai-pegawai, manajer,

sampai direktur semua berkantor di situ. Lain dengan kami, buruh-

buruh, yang hanya diisap tenaganya. Kalau mereka yang dipakai kan

otaknya, kepintarannya. Kami kerja dengan seragam buruh yang sama

sekali tidak necis ini. Sementara orang-orang kantoran kerja dengan

baju yang bagus dan rapi, bahkan ada yang pakai jas dan dasi. Meski

sama-sama kerja, kami ini sudah beda kelas. Mereka jauh lebih tinggi

kelasnya. (Madasari, 2013: 196)

Dalam novel ini juga terdapat kebiasaan yang menggambarkan tentang

aborsi yang dilakukan oleh seorang dukun. Berikut kutipan tidak langsung yang

menggambarkan hal tersebut

(132) Aku duduk menghadap perempuan yang berbaring di atas tikar

dengan hanya berbalut sarung. Persis seperti suami yang sedang

menunggui istri yang mau melahirkan. Perempuan tua pemilik rumah

sedang menyiapkan semuanya. Persis seperti dukun yang sedang

menyiapkan Ubo Rampe. Tak jauh dari tempatku duduk, ada baskom

berisi gumpalan daging. Napasku sesak. (Madasari, 2013: 205)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

78

Adanya kebiasaan pada jaman reformasi. Dimana saat itu terjadi krisis

moneter dan kerusuhan dimana-mana. Berikut kutipan tidak langsung yang

menggambarkan hal tersebut

(133) Maret 1998

Kota ini menjadi tak biasa. Antrean panjang orang di depan toko

minyak dan bank. Harga sewa kontrakan dan makanan naik dua kali

lipat. Uang ngamen makin berkurang. Semua orang kini jadi pelit dan

merasa kekurangan. Melalui obrolan dari warung ke warung kudengar

kata-kata krismon, krisis moneter. (Madasari, 2013: 239)

Adanya organisasi massa (Ormas) yang mengatasnamakan agama tertentu.

Berikut kutipan langsung yang menggambarkan hal tersebut

(134) Aku menyalami seorang laki-laki berbaju serbaputih dan berjenggot

tebal itu. Orang itu tersenyum lalu berkata “Intinya, di sini kita

berjuang demi kebaikan. Demi agama kita. Demi Allah. Itu yang

harus jadi niat kalau mau berjuang bersama di sini.” (Madasari, 2013:

251)

4.4 Analisis Alur

Alur yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama

yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian

(Sudjiman, 1988: 30). Seperti yang dikatakan oleh Sudjiman (1988:30-36),

struktur alur meliputi paparan (exsposition), rangsangan (inciting moment),

gawatan (rising action), tikaian (conflict), rumitan (complication), klimaks,

leraian (falling action), selesaian (denouement).

4.4.1 Paparan

Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca yang

disebut juga dengan eksposisi (Sudjiman, 1988: 31). Tahap paparan dalam novel

Pasung Jiwa diawali dengan memaparkan tentang tokoh utama Sasana dan latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

79

belakang Sasana sebagai anak yang dipaksa bermain piano oleh orangtua nya

padahal dia lebih menyukai musik dangdut.

(135) Jika bunyi piano adalah suara yang pertama kali kukenal saat berada

dalam rahim ibuku, piano pula benda pertama yang dikenalkan Ayah

dan Ibu setelah aku lahir. Mereka suka sekali mendudukkan aku di

depan piano, menuntun tanganku untuk memencet-mencet tiap

tutsnya. Aku tak menyukainya. Tapi orangtuaku sebaliknya.

(Madasari, 2013: 14)

(136) “Lho, kok malah senyum? Kenapa semalam sampai goyang kayak

gitu?” “Musiknya enak, Yah. Badan Sasana jadi mau goyang sendiri,”

jawabku sambal memainkan tangan. Entah kenapa tanganku ingin

bergerak ketika aku menyebut kata ‘goyang’. (Madasari, 2013: 22)

Piano merupakan bagian tradisi yang harus dijunjung tinggi oleh keluarga

Sasana. Ayahnya bekerja sebagai pengacara dan ibunya sebagai ahli bedah, walau

kedua orang tuanya bukan pemusik mereka menginginkan anaknya untuk menjadi

anak yang mahir dalam memainkan piano.

(137) Mereka percaya, benda ini akan akan sangat berguna. Tak hanya

untuk kebahagiaan mereka berdua, tapi juga demi masa depan anak-

anak mereka. Mereka yakin, music yang dimainkan dengan piano itu

akan memberikan kecerdasan pada anak-anak mereka. Itu keyakinan

yang mereka dapat dari buku-buku yang mereka baca. Aku dan melati

menjadi perwujudan keyakinan itu. (Madasari, 2013: 17)

(138) Ketika aku sudah bukan lagi bayi dan memasuki masa kanak-kanak,

orangtuaku mendatangkan seorang guru piano untuk mengajariku.

guru itu datang seminggu dua kali pada sore hari. Pada hari-hari guru

itu datang, aku selalu dimandikan lebih awal. Lalu pengasuhku

membawaku ke ruang tengah, tempat piano keluargaku berafda.

Hanya satu jam guru itu mengajariku. Tapi rasanya sangat lama. Aku

tak menyukainya. (Madasari, 2013: 14)

4.4.2 Rangsangan

Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan

sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang

akan berlanjut pada bagian gawatan. (Sudjiman, 1988:33) Saat masuk SMA,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

80

orangtua Sasana memasukkan Sasana di sekolahan khusus laki-laki, hal itu

dilakukan agar Sasana tidak berbuat yang aneh-aneh.

(139) Aku tak bisa membantah ketika setelah lulus SMP dimasukkan ke

SMA khusus laki-laki. Sebuah SMA yang dikelola yayasan khusus

Katolik. Mereka berdua yang memilihkan untukku, tanpa pernah

bertanya aku ingin sekolah di mana. Ayah dan Ibu berpikir itu yang

terbaik untukku. Pergaulan dengan sesama laki-laki akan

menghindarkan aku dari hal-hal yang buruk. (Madasari, 2013: 30)

Namun, terdapat gejala premanisme di sekolahnya. Sehari-hari Sasana

menjadi korban pemerasan dan pemukulan oleh kelompok gang di sekolah, di

mana ia harus menyetor uang jajannya ke gang tersebut.

(140) Dua orang yang memegang tanganku mendorong tubuhku hingga

mengenai dinding. Kepealaku terbentur. Belum sempurna aku berdiri,

salah seorang dari mereka mendorongku kembali, lalu menekan

tubuhku ke dinding. Tangannya kini mencekik leherku. (Madasari,

2013: 31-32)

(141) Setiap hari, lima anggota Dark Gang menghampiriku saat aku baru

keluar dari kelas. Merea minta jatah lima ribu rupiah. Kadang mereka

menggeledah tasku, mengambil apa saja yang bisa diambil. Aku

menurut apa pun yang mereka minta aku berikan. Asalkan aku tak

dipukul hingga ketika pulang penuh lebam dan membuat ibuku

menangis. (Madasari, 2013: 34)

Bagi Sasana, ke sekolah seperti ke neraka. Selalu dibayang-bayangi

ketakutan akan pemukulan dan penghinaan oleh kelompok gang tersebut.

(142) Tatap matanya mengingatkan pada sesuatu: Aku benci perkelahian,

aku tak mau ada darah. Aku benci dunia laki-laki. Aku ingin

tenggelam dalam dunia Melati. (Madasari, 2013: 39)

4.4.3 Gawatan

Jalan hidup Sasana berubah, ketika ia melanjutkan kuliahnya di Malang.

Di sana dia bertemu dengan Jaka atau Cak Jek, seorang pengamen yang mahir

bermain gitar dalam alunan lagu-lagu dangdut membuat Sasana akhirnya ikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

81

menyanyi dan bergoyang. Cak Jek kemudian mengajak Sasana untuk mengamen.

Sasana yang seolah menemukan dunianya menerima ajakan Cak Jek, dan lambat

laun ia mulai meninggalkan kuliah dan tempat kosnya.

(143) Pada suatu siang, Cak Jek menyuruhku pindah kos. Katanya kosku tak

lagi layak. Kosku itu hanya untuk mahasiswa. Sementara aku… aku

bukan lagi mahasiswa. Aku penghibur. Aku biduan. Aku mencari

uang dari suara dan goyangan. Lebih dari urusan uang, tentu saja aku

sedang mencari kesenangan. (Madasari, 2013: 50)

Untuk membuat lebih menarik Cak Jek mendandani Sasana dengan

pakaian wanita dan mereka mulai mengamen dan pentas dari satu panggung

hajatan ke panggung hajatan lainnya. Semenjak itu Sasana merubah namanya

menjadi Sasa. Ia menikmati perubahan penampilan dirinya dari seorang pria

menjadi wanita sexy dengan goyangan mautnya. Dengan menjadi Sasa ia merasa

nyaman dan bebas menjadi apa yang dia inginkan.

(144) Sambil terus tersenyum, Cak Jek mengeluarkan satu persatu isi plastik

itu: sepatu merah dengan hak yang tinggi dan lancip, rok-rok mini,

dan blus-blus seksi warna-warni. Waaah… benda-benda yang indah.

Benda-benda yang sejak kecil selalu ingin kumiliki tapi tak pernah

bias. (Madasari, 2013: 52)

Hingga suatu hari Sasana, Jaka, dan beberapa temannya ditangkap polisi

setelah berdemo menuntut agar anak Cak Man yang bernama Marsini segera

dipulangkan. Marsini diculik sesudah menuntut kenaikan gaji di tempatnya

bekerja. Ketika ditangkap dan dipenjara, Sasana menerima perlakuan tidak

senonoh, ia dipukuli dan diperkosa oleh para tentara dan komandan yang

menangkapnya.

(145) Matahari pas berada di atas kepala, langit sedang cerah-cerahnya. Dan

aku hanya memakai celana dalam dan BH, berada di tengah jalanraya,

tanpa ada pelindung aopa-apa di atas kepala. Cak Jek kini beraksi. Dia

mengambil pengeras suara yang kupegang, lalu berorasi di tengah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

82

orang-orang. Musik terus dimainkan dengan suara agak pelan dan aku

terus bergoyang. “Kami ingin Marsini kembali. Pemilik pabrik ini

harus bertanggungjawab. Marsini hilang setelah meminta naik upah.”

Teriak Cak Jek berulang kali. (Madasari, 2013: 94)

(146) Aku tak menjawab. Aku tak sudi menjawab. Aku tahu, apa pun yang

aku katakana tak akan memuaskannya. Tangan dan kakinya mulai

dimainkan. Memukul, menendang. Biarlah. Hajar terus aku, asal tidak

kausuruh mengisap penismu. Kini dia menarik tubuhku, lalu dengan

kasar menarik celana dalamku sampai putus dan lepas begitu saja. Ia

dorong tubuhku menghadap ke dinding. Lalu…aaaaarrghhh! Sakit,

sakit. Sakit di hati. Sakit di tubuh. Mereka melakukannya bergiliran.

Aku benar-benar sudah merasa bukan agi manusia. (Madasari, 2013:

100)

4.4.4 Tikaian

Sasana begitu terpukul sehingga ketika keluar dari penjara, ia memutuskan

untuk menata hidupnya dan kembali pada kedua orang tuanya. Namun,

kembalinya Sasana pada keluarganya tak berlangsung lama. Jiwanya terus

menerus dibayangi rasa sakit dan terhina atas ulah bejat tentara-tentara yang

menangkap dan memperkosanya hingga akhirnya ia harus dirawat di Rumah Sakit

Jiwa.

(147) Kenapa mereka semua di sini? Karena tak waras? Sama seperti aku?

Aku tak waras. Aku sinting. Haha! Aku tertawa. Kini aku aku

menyadari sesuatu. Tempat ini akan menyelamatkanku dari

ketidakwarasan. Ini tempat pembebasan. Bebas dari ketakutan, bebas

dari kesintingan. Saat semua yang sinting adalah normal, saat

kewarasan adalah keanehan. Apa yang tak boleh kulakukan di sini?

Aku sedang tidak waras. (Madasari, 2013: 116)

Selama di Rumah Sakit Jiwa, Sasana bertemu dengan Masita. Seorang

dokter sekaligus teman yang membantu Sasana dan penghuni RSJ lainnya untuk

kabur.

(148) “Kalian harus berontak.” Aku menatapnya tak percaya. Ia menyuruh

kami berontak. Apakah itu artinya aku akan kembali ditangkap

tentara, disiksa, dan dihina? “Kalau aku jadi kalian, aku akan lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

83

memilih mati di luar daripada mati di sini.’ Benar sekali kata-katanya.

Aku tak mau mati di tempat ini. Aku tak mau menghabiskan seluruh

waktuku di sini. (Madasari, 2013: 152)

Berbeda dengan Sasana, selepas dari penjara Jaka bekerja sebagai buruh di

sebuah pabrik elektronik di Batam. Menjadi buruh pabrik yang hidup teratur dari

senin sampai Jumat, bekerja dari pagi sampai sore dengan upah yang tidak

seberapa membuat Jaka merasa bosan. Hidup seperti robot, sementara keinginan

terdalamnya sebagai seniman tertimbun dalam-dalam.

(149) Kalau mengikuti yang kumaui, ya pasti aku memlih ngamen saja.

Bebas, hati selalu senang, tidak diatur-atur orang. Tapi mau

bagaimana lagi kalau nasibku sekarang malah berada di tempat ini.

Bukannya memegang gitar, ketipung, atau kecrekan, eee... malah

mengusap-usap kaca untuk dijadikan layar televisi. (Madasari, 2013:

159)

(150) Setiap hari dari jam delapan pagi sampai jam empat sore, aku berdiri

di hadapan meja besar ini, mengusap dan memasang ratusan bahkan

bisa sampai ribuan kaca setiap hari. Pikiranku sudah mati. Aku

bekerja sudah tudak pakai otak lagi. (Madasari, 2013: 159)

4.4.5 Rumitan

Jaka yang semula merasa tertekan akan dirinya sendiri yang pengecut dan

miskin mulai menemukan jati dirinya pada sebuah laskar berjubah putih untuk

ikut berjuang bagi Agama dan Tuhan. Jaka yang sempat belajar pada Laskar di

Jakarta, dielu-elukan ketika dia pulang ke Malang. Orang-orang Laskar Malang

menjadikannya pemimin karena dianggap paling berpengalaman. Jaka yang

semula bukan siapa-siapa kini memiliki dukungan massa, uang, dan pengaruh

politik.

(151) Kini aku Jaka Baru, pejuang untuk agama dan Tuhanku. Orang

bersih yang dihormati. Orang berani yang ditakuti. Kata-kataku

adalah perintah, kemarahanku adalah ancaman besar. Aku bisa

berbuat apa saja. Aku punya kekuatan, aku punya kekuasaan. Dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

84

hal yang tak pernah aku miliki sepanjang hidupku sebelumnya.

(Madasari, 2013: 265)

Setelah kabur dari Rumah Sakit Jiwa Sasana kembali ke Malang, ia

mencoba kembali mengamen sendirian tanpa Cak Jek. Pada saat itu masa krisis

moneter Sasana ditawari untuk berdemo di Jakarta. Setelah rezim Soeharto turun

Sasana memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya, namun Ayahnya

sangat malu melihat anaknya yang berdandan perempuan dan tidak ingin tinggal

bersama lagi.

(152) Ayah malu sekali malam itu. Meski tetangga-tetangga masih belum

percaya aku anaknya, tapi Ayah merasa semua orang kini

menertawakannya. Setelah aku pergi, Ibu memaksa ingin

menemuiku. Ayah melarang. Katanya aku bukan anaknya. Ibu

berkeras. Hingga akhirnya Ayah berkata, “Terserah kalau kau mau

menemui dia. Tapi jangan pernah membawa dia ke rumah ini.”

(Madasari, 2013: 283)

Ibunya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai ahli bedah

dan menjadi manejer pribadi Sasana. Sasana kembali bernyanyi dangdut dan yang

berbeda di sini Sasana mendapat dukungan dari Ibunya. Beberapa jadwal

manggung mulai berdatangan dan salah satu acara yang akan ia isi berada di

Malang.

(153) Sudah terlalu banyak juga yang Ibu lakukan hingga membuatku

seperti ini. Dia manajerku. Dia yag menagtur semua jadwal

manggungku. Dia yang memilihkan aku pakaian, dia juga yang

mencarikan aku tukang rias untuk mendandaniku. Dia selalu

menemaniku setiap ada pementasan. (Madasari, 2013: 277)

(154) Purwokerto, Jogja, Surabaya, dan Malang. Itu kota yang akan segera

kudatangi dalam waktu dekat ini. Aku akan mengisi bermacam-

macam acara. Ada hiburan politik, pesta pernikahan, hingga acara

dangdut komersial. Yang terakhir itu akan diadakan di Malang. Ibu

bekerja sama dengan pengusaha lokal di Malang untuk membuat

pentas dangdut komersialku di kota itu. (Madasari, 2013: 288)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

85

4.4.6 Klimaks

Pada suatu hari Jaka melakukan pembersihan acara dangdut porno. Dia

menghancurkan acara itu dan menangkap Sasana karena menganggapnya telah

menistakan agama dan mengandung pornografi.

(155) Kini mereka bergerak menarik semua pakaianku. Aku melawan dan

meronta. Aku tidak mau ditelanjangi. Aku tidak mau dipermalukan

seperti ini. Tapi mereka tak peduli. Kini sekelilingku penuh dengan

orang-orang berjubah putih itu. Mereka semua tertawa menyaksikan

aku ditelanjangi teman-temannya. Seluruh bajuku diambil hanya

celana dalam yang masih melekat di tubuhku. Aku menangis

meraung-raung. Menangisi rasa terhina dan kekalahanku. Aku

merasa sakit, jauh lebih sakit dibanding jika aku dihajar habis-

habisan. Sambil terus terisak, aku tatap orang-orang disekelilingku

satu per satu. Aku mau mereka merasakan kebencian dan dendam

yang sedang kutanam. Tatapan berhenti pada sepasang mata yang

sangat aku kenal. Ia pun menatap aku. Dalam beberapa hitungan,

tatapan kami beradu. Ia kemudian lebih dulu mengalihkan

pandangan. (Madasari, 2013: 293)

4.4.7 Leraian

Jaka akhirnya goyah ketika melihat amarah pada diri Sasana. Apalagi Jaka

adalah orang yang membangkitkan Sasa pada diri Sasana. Dia merasa menyesal

dengan apa yang sudah dia perbuat.

(156) Binatang... binatang... binatang... Benarkah aku binatang? Apakah

aku manusia jika membiarkan orang yang kukeanl dikeroyok di

depan mata? Apakah aku masih manusia jika aku tak punya lagi

belas kasihan? Tapi apakah aku binatang jika memang aku sedang

berjuang untuk hal yang kuanggap benar? (Madasari, 2013: 310)

(157) Apa arti semua yang kulakukan, kalau orang yang melahirkan ku

saja melihatku sebagai binatang? Apa lagi yang kubanggakan? Demi

apa lagi semua yang kulakukan? Demi agama? Demi Tuhan? Kalau

Ibu saja melihatku sebagai binatang pasti juga demikian dengan

Tuhan. Apakah semua yang kulakukan benar? Apakah memang ini

yang dikehendaki Tuhan? Duh, Guti Allah...( Madasari, 2013: 316)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

86

4.4.8 Selesaian

Pada akhirnya Jaka memilih untuk menyelamatkan Sasana dan bersama-

sama membebaskan diri dari belenggu yang menjerat diri mereka msing-masing.

(158) “Maafkan aku, Sa...” kataku pelan. Sasa tetap bergeming. Kepalanya

tetap menunduk. “Maafkan aku, Sa...” aku ulang lagi kata-kataku.

Kali ini sambil bangkit dari duduk dan menyentuh pundaknya. Sasa

mengusir tanganku dengan kasar. (Madasari, 2013: 319)

(159) Aku berhenti menangis. Au bangkit dan berkata, “Kita harus pergi,

Sa.” Sasa mendongak dan menatapku. “Kita?” Aku mengangguk.

“Kita akan pergi sama-sama. Kita ngamen lagi seperti dulu.” Sasa

masih terus memandangiku. Aku kembali duduk, bicara dengan

memelankan suaraku. “Sa.. Sa, percayalah padaku. Kamu harus

bebas. Kita berdua harus bebas.” (Madasari, 2013: 320)

4.5 Analisis Konflik Batin Menggunakan Teori Psikologi Abraham

Maslow

Analisis psikologis dua tokoh utama, Sasana dan Jaka ini menggunakan

teori Abraham Maslow. Maslow (1970 dalam Feist: 330-331) mengungkapkan

kebutuhan-kebutuhan dasar manusia digolongkan menjadi lima tingkatan, yaitu

kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi

diri. Berikut uraian dan analisisnya

4.5.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis

Dalam novel Pasung Jiwa tokoh Sasana dan Jaka memiliki kebutuhan

fisiologis. Kebutuhan fisiologis Sasana mulai tidak terpenuhi setelah Sasana kabur

dari Rumah Sakit Jiwa. Ia mencoba memberanikan diri kembali mengamen di

Malang. Memulai usaha dari awal tanpa ada bantuan dari Jaka berdampak pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

87

tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis Sasana. Berikut kutipan yang

menggambarkan hal tersebut

(160) Dua minggu pertama di kota ini aku hidup di jalanan. Aku tak

punya uang buat sewa kamar, walaupun di desa-desa yang mblusuk

sekalipun. Malam aku kerja, siang aku tidur dan latihan. Tempatnya

bisa di mana saja. Kadang di masjid, kadang di bawah pohon di

taman kota, kadang aku juga masuk ke kampusku dulu mencari

celah yang sepi dan bisa dipakai untuk tidur barang sejenak.

(Madasari, 2013: 229)

Sejak saat itu kebutuhan fisiologis Sasana mulai tidak terpenuhi. Ia mulai

mencari uang sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tuanya meski hanya

dengan cara mengamen. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Sasana memiliki kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi sehingga

mengakibatkan dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kebutuhan fisiologis juga tidak terpenuhi oleh tokoh Jaka. Ketika Jaka

bekerja di Batam, ia tinggal di sebuah mes pabrik yang satu kamar ditinggali oleh

beberapa kamar. Ia juga tidak mempunyai apa-apa selain tenaganya untuk bekerja.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(161) Sama seperti kakangku saat sebelum menikah, aku juga tinggal di

mes pabrik yang memang dibangun untuk buruh-buruh. Satu kamar

diisi empat orang. Padahal normalnya hanya untuk satu orang. Tapi

yam au apalagi? Perlunya kan hanya untuk tidur. Yang penting

badan bisa dibaringkan sudah cukup. Barang juga sama sekali tidak

punya. Baju juga tak sampai lima potong. Untuk bekerja selalu

memakai seragam yang diberikan perusahaan. (Madasari, 2013:

162)

Belum lama bekerja sebagai buruh di pabrik tersebut, Jaka dipecat karena

tanpa sengaja ia memecahkan kaca produksi pabrik tersebut. Kebutuhan fisiologis

Jaka tidak terpenuhi karena dia dipecat tanpa diberi pesangon dari pabriknya.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

88

(162) “Terserah. Itu artinya kamu dipecat dari perusahaan ini,” katanya.

“Tanpa pesangon karena kamu sendiri yang melakukan kesalahan

dan tidak mau mengikuti aturan.” (Madasari, 2013: 199)

4.5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman

Sasana dan Jaka dalam novel Pasung Jiwa membutuhkan akan rasa aman,

rasa aman dari teman-temannya SMA, tentara, maupun preman. Kebutuhan akan

hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan

rasa aman. Sejak kecil, Sasana selalu dipaksa orang tuanya untuk menyukai piano,

ia selalu tersiksa dan tertekan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh orang

tuanya. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(163) Memainkan piano hanya soal menggunakan alat, pikirku saat itu.

Kalau sekedar mengikuti apa yang diajarkan guru, aku dengan

mudah melakukannya. Meski sebenarnya aku tak suka dan selalu

tersiksa. (Madasari, 2013: 15)

Ketika Sasana SMA, ia juga mengalami tindak kekerasan yang dilakukan

oleh kelompok anggota geng di sekolahnya. Setiap hari uang sakunya diambil dan

ia dipukuli sampai babak belur. Sampai pada akhirnya kasusnya tersebut tidak

dapat diproses karena salah satu anggota geng tersebut merupakan anak jendral.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(164) Wajah-wajah yang asing, jelas mereka bukan teman sekelasku. Dua

orang merapat ke tubuhku, kiri dan kanan. Satu orang berjalan di

depanku, dua orang di belakangku. Kedua tanganku kini dipegang

dua orang yang berjalan di sampingku. “Ikut kami,” kata salah satu

di antara mereka. Aku kebingungan sekaligus ketakutan. Orang-

orang ini sejak awal sudah menunjukkan sikap bermusuhan.

(Madasari, 2013: 31)

(165) Salah satu dari mereka menarik tubuhku, lalu kembali menekanku

ke dinding. “Jadi mulai sekarang kamu anggota Dark Gang.

Siaaap?!” “Si..ap..,” jawabku. Lemah dan pelan. Dia masih belum

puas. “Jawab yang kears!” serunya. “Siaaap!” teriakku. Sekeras-

kerasnya. Bukan karena aku benar-benar siap ikut geng itu, tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

89

karena aku takut. Takut dipukuli dan ditendang lagi. (Madasari,

2013: 32)

(166) “Ada satu anak jenderal, satu anak pejabat. Kasusnya tidak bisa

diproses,” jawab Ayah datar. “Hah? Anak kita disiksa seperti anjing

lalu pelakunya tidak bisa diproses?!” Ibu berteriak. Kini ia bukan

hanya marah pada orang-orang yang menganiayaku dan pada polisi

yang tak memproses perkaraku. Ia marah pada ayahku. (Madasari,

2013: 42)

Kebutuhan rasa aman juga tidak terpenuhi ketika Sasana dipenjara setelah

membantu Cak Man demo di pabrik tempat anaknya bekerja agar anaknya yang

diculik dipulangkan. Selama dipenjara, Sasana mendapat perlakuan yang tidak

senonoh, ia diperkosa dan dipukuli oleh beberapa tentara yang ada tahanan

tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(167) Aku bangun sambal meringis kesakitan. Pipiku terasa bengkak dan

panas. Belum sempurna aku berdiri, sebuah tendangan bersarang di

perutku. Aku terhuyung ke belakang sampai membentur dinding.

Orang yang lain kini menarik rambutku. Aku berteriak. Ia terus

menarik, memaksaku mengikuti ke mana langkahnya. Kami

berhenti di ruangan tanpa jendela. “Duduk!” seru mereka sambal

mendorong tubuhku ke kursi itu. Mereka keluar. Pintu ditutup. Aku

sendirian di dalam ruang yang gelap. Kepalaku semakin berat,

tubuhku lemas, aku sangat haus dan lapar. Apa yang terjadi

denganku? Apa yang terjadi dengan kawan-kawanku? Cemas dan

takut memenuhi pikiran dan perasaanku. (Madasari, 2013: 96-97)

(168) Sepanjang malam aku terus menggigil. Antara kesakitan, ketakutan,

dan kedinginan. Aku masih tetap memakai celana dalam dan BH.

Sedikit pun mereka tak tersentuh untuk memberiku kain penutup

apa saja. Dasar bajingan! (Madasari, 2013: 99)

Setelah keluar dari penjara, Sasana mengalami ketakutan dan kecemasan

yang selalu membayanginya ia merasa dirinya tidak aman dan dihantui oleh

orang-orang yang dulu telah menyiksanya. Hal itu membuat Sasana harus dirawat

di Rumah Sakit Jiwa. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

90

(169) Semakin aku berpapasan dengan banyak orang, semakin kalut

perasaanku. Orang-orang itu menatapku penuh heran. Apakah

mereka sudah menemukan kejanggalan pada diriku? Mereka seperti

curiga, aku adalah orang di luar golongan mereka yang bisa

menimbulkan bahaya. Kini tatapan mereka jadi penuh kebencian.

Aku merasa terancam. Aku merasa tak lama lagi mereka akan

mengerubungiku, meneriakiku, lalu mengarakku tanpa baju. Aku

ketakutan. Aku sedang tidak aman. Segala hal bisa mereka lakukan.

(Madasari, 2013: 109)

Beberapa bulan di Rumah Sakit Jiwa kemudian Sasana memutuskan

untuk kabur bersama teman-temannya. Keluar dari Rumah Sakit bukan serta-

merta Sasana aman, dia dipukuli oleh preman-preman pasar ketika dia tak mau

membayar setoran. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(170) Mereka pergi membawa semua barangku. Tape, mik, dan uang yang

kubawa dari rumah. Aku masih tersungkur di tanah. Banyak orang

di sekitarku yang melihat kejadian itu. Kenapa tak satu pun

menolongku? Kenapa taka da yang berani melawan preman-preman

itu? (Madasari, 2013: 237)

Dari kutipan-kutipan di atas maka dapat diambil kesimpulan Sasana

mengalami konflik batin yang sangat mendalam, rasa cemas, sedih, takut, malu

akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan rasa aman Jaka tidak terpenuhi ketika rumah kontrakan yang

ia tinggali bersama Elis di Batam didatangi oleh sejumlah massa dan menyuruh

Elis untuk pergi dari rumah tersebut karena rumah itu sudah dijadikan tempat

pelacuran oleh Jaka. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(171) Aku menelan ludah. Kakiku gemetar. Aku ketakutan. Ketakutan

yang sama dengan yang dulu kurasakan saat disekap di penjara

tentara. Ingatan tentang masa itu kembali datang. Kembali

kurasakan siksaan mereka. Rasa sakit yang luar biasa disekujur

tubuhku, rasa terhina dan malu yang mengeras dalam hatiku.

Ingatan itu kini mematikan seluruh keberanianku. Aku hanya diam

mematung saat orang-orang itu memaksa masuk rumah dan

membuka pintu kamar Elis. Aku tak melakukan apa-apa, bahkan

bersuara pun aku tidak. (Madasari, 2013: 189)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

91

Ketakutan dan merasa bersalah selalu membayangi Jaka, setelah keluar

dari rumah kontrakan itu Jaka kembali ke mes yang dulu sudah disediakan oleh

pabrik tempatnya bekerja. Tak berapa lama bekerja, dia dipecat karena

memecahkan salah satu kaca. Jaka kemudian menjadi buronan satpam pabrik

karena telah membuat kerusuhan mengajak para buruh untuk berdemo besar-

besaran. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(172) Aku ikut berjalan bersama mereka ke dalam kapal. Sepuluh hari di

laut tak jadi soal. Bahkan lebih lama juga lebih baik. Berada di laut

bersama mereka jauh lebih aman untukku daripada tetap berada di

daratan. Aku bisa bekerja tanpa dibayar. Asal bisa sembunyi dengan

aman dan bisa tetap makan. (Madasari, 2013: 221)

Jaka juga mengalami rasa tidak aman ketika dia bersama teman-teman

Laskarnya sedang menggrebek kos-kosan di sekitar kampus yang dipakai untuk

tempat maksiat. Bayangan tentang Elis kembali muncul berupa tatapan pelacur-

pelacur yang sedang ia razia. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(173) Bertahun-tahun aku dikejar oleh tatapan Elis yang terakhir kali

kulihat. Tatapan penuh gugatan karena aku tak melawan orang-

orang yang membawanya. Bertahun-tahun aku berusaha

melepaskan diri dari tatapan itu. Kini, tatapan itu kembali hadir

melalui mata perempuan lain. Aku gemetar. Aku ketakutan. Jiwaku

terbelah, masing-masing berebutan saling menenggelamkan.

(Madasari, 2013: 303)

Ketakutan Jaka berlanjut ketika Ibunya yang sduah meninggal masuk

dalam mimpinya dan menuduhnya sebagai binatang. Ketakutan itu bermula ketika

Jaka memasukkan Sasana ke dalam penjara karena goyangan Sasana yang

bertentangan dengan Laskar yang ia pimpin. Rasa tidak aman akan hukuman

orang tuanya itu terlihat dari kutipan beriku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

92

(174) Ibu datang dalam mimpiku malam ini. Ia menangis di kamarnya.

Waktu aku dekati ia malah marah. Mendorongku menjauhinya. Aku

bertanya kenapa. Ibu melotot dan menuding mukaku, ‘Kamu bukan

anakku. Kamu binatang.” Aku terbangun seketika. Tubuhku penuh

peluh. Aku gemetar. Lalu aku menangis. (Madasari, 2013: 316)

4.5.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan

Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka

menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan. Dalam novel

Pasung Jiwa, masing-masing tokoh juga membutuhkan rasa cinta dan kebaraan

dari keluarga maupun lingkunnya.

Kebutuhan cinta dan kebaradaan yang tidak terpenuhi oleh Sasana ketika

dia bersama Jaka sedang berjalan menuju tempat hajatan yang akan mereka hadiri.

Di sepanjang perjalanan Sasana mengenakan pakaian yang feminin sehingga

pandangan mereka berubah ketika melihat Sasana. Rasa malu dan tidak percaya

diri selalu membayangi Sasana. Berikut kutipan yang menggambarkan hal

tersebut

(175) Apalagi orang-orang ini, yang pikiran dan kelakuannya sangat

berbeda dari yang biasa kutemui di jalanan. Di hadapan orang-orang

ini aku malu, merasa telah melakukan sesuatu yang tak pantas.

Padahal tak ada hal buruk yang mereka lakukan padaku. Mereka

hanya melihatku sambil tersenyum, tertawa, lalu membicarakanku

dengan orang di sebelah mereka. Aku bisa membedakan tatapan

yang menghina atau gerak tubuh yang mengundang masalah.

(Madasari, 2013: 77)

Setelah kabur dari Rumah Sakit Jiwa, Sasana kembali mengamen lagi di

Malang. Di sana dia menyewa rumah kontrakan di daerah gang sempit tak jauh

dari pasar itu yang kebanyakan tetangganya adalah pelacur. Kebutuhan akan

keberadaannya di sini tidak terpenuhi karena dia merasa tidak percaya diri tinggal

di lingkungan pada umumnya. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

93

(176) Aku menyewa rumah kontrakan murahan di gang sempit tak jauh

dari pasar sayur. Sengaja aku memilih tempat itu, selain karena

harganya yang murah juga karena aku ingin mencari lingkungan

yang nyaman menerima orang sepertiku. Bukan karena aku takut

atau malu. Persaan seperti itu sudah tak ada pada diriku. Tak lebih

karena aku tak mau mengganggu orang-orang yang masih belum

bisa biasa bertetangga dengan orang sepertiku. (Madasari, 2013:

234)

Kebutuhan cinta akan keluarganya juga tidak terpenuhi ketika Sasana

kembali ke rumah orang tuanya. Sejak kabur ke Malang, Sasana diajak beberapa

mahasiswa untuk ikut demonstrasi ke Jakarta. Kemudian dia kembali ke rumah

orangtuanya, namun orang tua Sasana tidak menyambut dia dengan pelukan atau

senyum kebahagian tetapi dengan raut muka yang penuh amarah, malu, dan sedih.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(177) Tak aka ada yang percaya ayahku yang pengacara dan ibuku yang

dokter bedah punya anak seperti aku. Betapa malunya ayah dan ibu

jika semua orang di perumahan ini tahu anak mereka adalah

manusia seperti aku. Juga Melati, pasti ia akan sedih dan malu kalau

semua temannya tahu dia punya kakak seperti aku. (Madasari, 2013:

279)

Kebutuhan cinta yang tidak terpenuhi oleh Jaka ketika dia tinggal

bersama Elis, seorang pelacur yang dia suka sejak di Sintai. Sintai adalah tempat

lokalisasi di daerah Batam. Elis diusir dari tempat tersebut karena pengaduan dari

pelanggannya yang merasa tidak puas. Sejak tinggal bersama Jaka kemudian

menyukai Elis, namun Elis tidak mengetahui kalau Jaka menyukainya. Berikut

kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(178) Tak lama kemudian Elis datang. Aku pun bertanya, “Dari mana?”

“Kerja, Mas. Lumayan, sudah ada yang mau jadi langganan,”

jawabnya. Kepalaku seperti dipukul dengan palu mendengar

jawaban itu. “Kamu nglonte lagi?!” Aku tak mau menahan diri. Aku

marah. Aku seperti suami yang baru menangkap basah istrinya tidur

dengan laki-laki lain. (Madasari, 2013: 185)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

94

Rasa kehilangan orang yang dicintai Jaka muncul ketika Elis diusir oleh

warga dari kontrakan itu karena mereka mengetahui rumah yang ditinggali Elis

bersama Jaka sudah dijadikan tempat pelacuran.

4.5.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Penghargaan

Setelah orang-orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan,

mereka bebas untuk menngejar kebutuhan akan penghargaan, yang mencakup

penghormatan diri, kepercayaan diri, dan kemampuan. Dalam novel Pasung Jiwa,

tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan membuat masing-masing tokoh

menjadi tidak percaya diri dan malu.

Kebutuhan akan penghargaan tidak terpenuhi ketika Sasana dituduh

berkelahi oleh orang tuanya. Orang tuanya tidak mempercayai kalau di sekolah

Sasana menjadi korban kekerasan kelompok geng. Berikut kutipan yang

menggambarkan hal tersebut

(179) Begitu datang Ayah langsung menampar wajahku. Aku terkejut.

Ayahku yang selalu lembut dan sabar kenapa tiba-tiba bisa main

tangan. “Kamu kalau mau jadi jagoan sini berkelahi sama Ayah!”

(Madasari, 2013: 36)

Ketika sedang ngamen bersama Jaka di Malang, Sasana mendapat

perlakuan yang tidak sopan yang dilakukan oleh orang-orang mabuk. Rasa tidak

dihargai dan tidak percaya diri muncul setelah mendapat perlakuan tersebut.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(180) Aku belum selesai menyanyikan satu lagu saat salah seorang lelaki

itu meremas tonjolan dadaku. Ia melakukannya sambal tertawa.

Teman-temannya yang melihat pun ikut tertawa. Bau minuman

keras menyengat ketika laki-laki itu mendekat. Mereka semua

sedang mabuk. Remasan yang begitu cepat. Meninggalkan perasaan

ganjil, antara rasa kehilangan dan dipermalukan. (Madasari, 2013:

61)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

95

Ketika di tangkap di Sidoarjo, Sasana merasa dirinya tidak dihargai dan

diperlakukan dengan tidak sopan. Dia kembali menjadi korban pelecehan seksual

dan kekerasan oleh beberapa tentara yang menangkapnya. Berikut kutipan yang

menggambarkan hal tersebut

(181) Perih.. Perih rasanya di hatiku. Lebih sakit dibanding badanku yang

sudah remuk ini. Apa yang mereka pikirkan tentang aku? Aku ini

penyanyi. Penari. Seniman. Aku makan dari apa yang aku bisa. Aku

menjual hiburan, orang membayar dengan uang. Apa yang salah

dengan pakainanku? Apa yang salah dengan penampilanku? Ini

caraku membuat orang lain terhibur dan senang. Aku pun senang

berdandan dan berpakaian seperti ini. Jadi apa salahnya? Seenaknya

saja bilang aku bisa dipakai orang. Cih! (Madasari, 2013: 98)

Marah akibat tidak dihargai dan dipermalukan harus kembali dialami

Sasana ketika acara konsernya di Malang. Laskar Malang menganggap hiburan

dan pakaian Sasasna melanggar aturan agama, sehingga harus dibubarkan dengan

paksa. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(182) Semua orang yang ada di sini tertawa. Sambil terus menyebut kata

bencong. Aku tidak terima. Kudekati orang yang pertama

menyebutku bencong. Kuludahi dia tepat di muka. Kakiku bergerak

cepat, menendang kemaluannya. Orang itu jadi meradang. Ia balas

memukulku dengan tongkat yang dipegangnya. Aku jatuh

tersungkur. “Udani ae, ben kapok. Lanangan kok dadi wedok!” Kini

mereka bergerak menarik semua pakaianku. Aku melawan dan

meronta. Aku tidak mau ditelanjangi. Aku tidak mau dipermalukan

seperti ini. Tapi mereka tak peduli. (Madasari, 2013: 292)

Kebutuhan akan penghargaan yang tidak terpenuhi ketika Jaka dipecat

dari pekerjaannya di pabrik daerah Batam. Dia dipecat karena tanpa sengaja telah

memecahkan kaca layar televisi yang diproduksi pabrik tersebut. Dipecat tanpa

pesangon membuat dirinya tidak dihargai selama dia bekerja di pabrik tersebut.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

96

(183) Bangsat! Ini bukan sekedar soal upah dua hari. Ini soal harga diri.

Aku tidak sudi tenagaku diperas tanpa mendapat upah yang

memang sudah menjadi hakku. Tak pedulu hanya dua hari atau

bahkan dua jam sekalipun. Hak tetap saja hak. (Madasari, 2013:

198)

4.5.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Ketika kebutuhan di level rendah terpenuhi, orang secara sistematis

beranjak ke level berikutnya, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan

aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri dan sadar akan potensi diri. Berikut

tidak terpenuhinya kebutuhan akyualisasi diri yang dialami oleh masing-masing

tokoh

Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak terpenuhi terlihat ketika Sasana

merasa menyesal dilahirkan menjadi seorang laki-laki. Hal itu terjadi ketika

Sasana dipukuli oleh kelompok Geng di sekolahnya. Berikut kutipan yang

menggambarkan hal tersebut

(184) Sekarang aku tahu kenapa Ayah tiba-tiba mau memindahkan aku ke

sekolah lain. Sekolah yang lebih nyaman, sekolah yang diisi banyak

perempuan. Sekolah yang penuh dengan orang-orang yang lembut,

indah, dan tak suka kekerasan. Aaah… aku semakin menyesal

dilahirkan sebagai laki-laki. (Madasari, 2013: 44)

Orang yang mengaktualisasi diri dapat menerima diri mereka sendiri apa

adanya. Tetapi Sasana belum bisa menerima dirinya sendiri karena ditumbuhi rasa

cemas, iri, takut, dan khawatir akan keberadaannya. Berikut kutipan yang

menggambarkan hal tersebut

(185) Aku menggeleng. Kataku, aku terpenjara dalam tubuhku sendiri.

Aku selalu merasa berada di tempat yang salah. Aku begitu iri pada

Melati. Aku membenci tubuhku sendiri. (Madasari, 2013: 282)

(186) Tubuhku adalah perangkap pertamaku. Lalu orangtuaku, lalu semua

orang yang kukeanl. Lalu semua hal yang kuketahui, segala sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

97

yang kulakukan. Semua adalah jebakan-jebakan yang tertata di

sepanjang hidupku. Semuanya mengurungku, mengungkungku

menjadi tembok-tembok tinggi yang menjadi perangkap sepanjang

tiga puluh tahun. (Madasari, 2013: 293)

Orang-orang yang mengaktualisasi diri dapat mempertahankan harga diri

mereka bahkan ketika dimaki, ditolak, dan diremehkan orang lain. Berikut kutipan

yang menggambarkan hal tersebut

(187) Dan tahukah apa yang paling menyiksaku selama mengikuti

persidangan ini? Mereka merampas seluruh pakaianku. Aku tak

boleh berdandan sesuai kemauanku. Mereka mengharuskanku

mencukur rambut, memakai celana dan baju laki-laki. Mereka

membunuh Sasa, sebelum aku membunuh diriku sendiri. (Madasari,

2013: 3015)

Kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi ketika Jaka bekerja sebagai

buruh pabrik di Batam. Menjadi buruh membuatnya sangat tersiksa, dia belum

bisa menerima kenyataan yang ada. Berikut kutipan yang menggambarkan hal

tersebut

(188) Yang lebih parah dari semua ini, aku semakin tidak kenal diriku

sendiri. Ke mana si Jek yang dulu itu? Pabrik ini telah membunuh

seluruh jiwaku yang dulu. Aku pun sengaja menjauhkan diri dari

Jek yang dulu. Aku tak mau selalu berandai-andai. Pengandaian

hanya akan membuatku semakin tersiksa. (Madasari, 2013: 163)

Pikiran-pikiran tentang Elis dan Sasana selalu datang. Pada akhirnya rasa

bersalah, khawatir, dan putus asa selalu membayangi Jaka. Berikut kutipan yang

menggambarkan hal tersebut

(189) Di balik kegagahan yang dilihat orang, aku begitu lemah dan putus

asa. Bayangan-bayangan itu... suara-suara itu.. Elis, Sasa, dan

ibunya, mereka selalu datang silih berganti. Tak pernah sedetik pun

pikiranku bebas dari kungkungan mereka. Melawan sesuatu yang

ada dalam pikiran jauh lebih susah daripada melawan musuh dalam

kenyataan. (Madasari, 2013: 311)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

98

4.6 Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar

Tokoh Sasana

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam hidup

Sasana, maka menyebabkan konflik batin yang dialami oleh Sasana, yaitu

4.6.1 Rasa Takut

Rasa takut adalah salah satu konflik batin yang dialami oleh Sasana akibat

kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Sasana merasa dirinya terancam saat dia

dipukuli dan diperas oleh kelompok geng di sekolahnya waktu SMA, dapat dilihat

pada kutipan (164) dan (165). Selanjutnya Sasana juga mengalami rasa tidak

aman ketika dia di penjara di Sidoarjo, di sana dia diperkosa dan dipukuli oleh

anggota tentara yang mengkapnya, itu terlihat pada kutipan (167) dan (168).

Akibat, dibayangi oleh rasa takut Sasana harus masuk ke Rumah Sakit Jiwa, dia

dianggap tidak waras. Itu terlihat pada kutipan (169).

Selain itu, ketakutan Sasana juga dialami ketika semua barang dan

uangnya dirampas oleh preman-preman pasar, tidak ada yang mau menolongnya.

Itu terlihat pada kutipan (170). Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk aktualisasi

diri, membuat Sasana merasa takut orang-orang tidak menerima keberadaan

dirinya. Itu terlihat pada kutipan (185) dan (186).

4.6.2 Tidak percaya diri

Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam diri Sasana juga

menyebabkan dirinya tidak percaya diri. Kutipan (176), Sasana merasa malu

tinggal di lingkungan pada umumnya, ia tidak siap orang-orang tidak mau

menerima dirinya. Kutipan (175), juga menggambarkan kalau Sasana merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

99

malu dan tidak percaya diri berdandan perempuan ketika mengisi acara di salah

satu hajatan warga desa, dia merasa orang-orang menertawai dan menghinanya.

Selain itu kutipan (180) juga menceritakan hilangnya kepercayaan diri Sasana

ketika dia sedang mengamen di alun-alun, beberapa orang menghampirinya lalu

meremas dada Sasana. Mendapat perlakuan seperti membuat dia merasa

dipermalukan dan tidak dihargai. Tidak terpenuhi kebutuhan akan cinta juga

membuat konflik batin dalam diri Sasana. Sasana malu dan tidak percaya diri

ketika tetangga rumah tahu bahwa orangtuanya memiliki anak seperti dia. Itu

terlihat pada kutipan (177).

4.6.3 Emosional

Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, membuat Sasana emosi dengan apa

yang dialaminya. Pada kutipan (170). Sasana merasa marah dengan orang-orang

yang selalu memukuli dan menghinanya, dia mencoba untuk berani melawan

tetapi pada akhirnya Sasana yang kembali kalah. Kutipan (166), ketika dia

dipukuli dan diperas oleh kelompok Geng di sekolahnya membutanya emosi.

Kasusnya tidak dapat diproses karena salah satu anggota Geng merupakan anak

jenderal. Kurangnya penghargaan akan dirinya membuat Sasana emosional, itu

terlihat pada kutipan (180), ketika dadanya diremas oleh beberapa orang mabuk,

Sasana menghajarnya habis-habisnya namun kemudian dilerai oleh Jaka. Selain

itu ketika konsernya di Malang, Sasana kembali dipermalukan oleh Laskar yang

dipimpin oleh Jaka. Dia kembali ditelanjangi dan dimasukkan ke penjara oleh

temannya sendiri, itu menyebabkan Sasana emosi dan mencoba untuk melawan,

itu terlihat pada kutipan (182).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

100

4.6.4 Frustasi

Kebutuhan akan rasa aman dan aktualisasi diri yang tidak terpenuhi

menyebabkan Sasana mengalami frustasi. Itu terlihat pada kutipan (163), Sasana

menyukai musik dangdut. Waktu dia kecil dia dipaksa oleh orangtuanya untuk

menyukai piano. Sasana merasa frustasi dan tersiksa dengan aturan yang dibuat

oleh orangtuanya, tiap pagi dan sore dia harus ikut les piano. Sasana juga

mengalami frustasi dan depresi setelah keluar dari penjara, dia merasa semua

orang akan menangkapnya dan akan memukulinya. Rasa takut yang selalu

membayanginya membuat dia frustasi dan akhirnya orangtuanya memasukkan dia

ke Rumah Sakit Jiwa. Itu terlihat pada kutipan (169).

Pada kutipan (184), (185), (186), dan (187), terlihat Sasana menyesal

dilahirkan menjadi seorang laki-laki. Dia juga merasa hidupnya ada yang salah,

tiap apa yang dilakukan selalu salah sehingga orang-orang selalu menyingkirkan,

menghina, dan meremehkan dia.

4.6.5 Kesedihan

Hal yang membuat Sasana mengalami kesedihan ketika ayahnya malu

mengakui Sasana sebagai anaknya karena kondisi Sasana yang berbeda dengan

lainnya. Itu terlihat pada kutipan (177). Tidak terpenuhinya kebutuhan akan

penghargaan juga membuat Sasana sedih. Itu terlihat pada kutipan (179), ketika

orangtua Sasana tidak percaya bahwa Sasana menjadi korban pemukulan dan

pemerasan oleh kelompok Geng di sekolahnya, mereka mengira Sasana berkelahi.

Kesedihan Sasana juga muncul ketika pekerjaannya sebagai penyanyi dangdut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

101

tidak dihargai oleh orang-orang. Dia merasa selalu disalahkan dengan pakaian dan

dandanannya yang seperti perempuan, itu terlihat pada kutipan (181).

4.7 Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar

Tokoh Jaka

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam hidup

Sasana, maka menyebabkan konflik batin yang dialami oleh Jaka, yaitu

4.7.1 Rasa takut

Rasa takut adalah salah satu konflik batin yang dialami oleh Jaka akibat

kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Jaka merasa dirinya terancam saat dia dan

Elis diusir oleh warga dari rumah kontrakan yang mereka tinggali bersama. Hal

itu terlihat pada kutipan (171), orang-orang mengusir Elis dan Jaka karena rumah

yang mereka tinggali dijadikan tempat pelacuran. Jaka merasa ketakutan melihat

Elis diarak keliling kampung, namun dia hanya bisa diam saja tanpa

menolongnya.

Ketakutan Jaka semakin bertambah ketika merasa tidak aman tinggal di

Batam setelah dipecat dari pabrik tempat dia bekerja. Setelah di pecat tanpa uang

pesangon, Jaka mencoba melawan dengan memukul karyawan pabrik tersebut

sehingga dia menjadi buronan satpam pabrik tersebut. Itu terlihat pada kutipan

(172), dia kemudian melarikan diri ke laut mencari tempat yang aman. Selain itu,

bayangan tentang Elis selalu menghantuinya ketika dia menggelar razia di kos-

kosan yang dijadikan tempat maksiat bersama para Laskar. Melalui tatapan

pelacur itu dia juga melihat tatapan Elis yang dulu menatapnya meminta tolong

agar tidak diarak keliling kampung. Itu terlihat pada kutipan (173).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

102

Rasa takut yang dialami Jaka juga terjadi ketika Ibunya menemuinya di

dalam mimpi dan berkata kalau Jaka adalah binatang. Jaka takut akan hukuman

yang diberikan orangtuanya karena dia merasa bersalah sudah memasukan Sasana

ke penjara dan membunuh orang-orang yang dia dan Laskar anggap melanggar

aturan agama. Itu terlihat pada kutipan (174). Kutipan (178), Jaka mengalami rasa

takut kehilangan Elis yang dia cintai, namun Elis tidak tahu kalau dia

mencintainya.

4.7.2 Tidak percaya diri

Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam diri Jaka juga menyebabkan

dirinya tidak percaya diri. Seperti kutipan (188), Jaka belum siap menerima

kenyataan yang ada, di tidak percaya diri bekerja sebagai buruh bukan seniman.

Dia meresa tertekan bekerja di pabrik tersebut karena membuatnya semakin jauh

dengan Jaka yang dulu.

4.7.3 Frustrasi

Tidak terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri menyebabkan Jaka

mengalami frustasi atas hidupnya. Dengan demikian, rasa bersalah, khawatir, dan

putus asa selalu membayangi Jaka karena bayangan tentang Elis dan Sasana selalu

datang di dalam pikirannya. Permasalahan hidup Jaka membuat dirinya tertekan,

Sasana harus mendekam di penjara setelah ditangkap oleh para Laskar yang

dipimpin Jaka dan Elis perempuan yang dia cintai juga harus rela diarak keliling

kampung tanpa ada yang menolongnya. Itu terlihat pada kutipan (189).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

103

4.7.4 Emosional

Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar fisiologis membuat Jaka emosi

dengan apa yang dialami. Dia dipecat dari pabrik tempatnya bekerja tanpa

pesangon sedikitpun. Sasana merasa dirinya tidak dihargai. Kurangnya

penghargaan akan tokoh lain membuat Jaka emosi, lalu memukul salah satu

karyawan yang memecatnya. Itu terlihat pada kutipan (183).

4.8 Relevansi Hasil Analisis Konflik Batin Dua Tokoh Utama dalam

Pembelajaran Sastra di SMA kelas XII semester 1

Ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan guru memilih bahan

pembelajaran novel di SMA. Tiga aspek itu meliputi bahasa, psikologi siswa, dan

latar belakang budaya siswa (Rahmanto, 2005:27-28). Berkaitan dengan bahan

pembelajaran sastra tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kreatifitas siswa

dalam mengapresiasikan sastra dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran

dan daya khayal, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.

Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari ini sarat dengan nilai-nilai

kehidupan sehingga dapat dipelajari dan ditawarkan pada siswa. Novel ini dapat

digunakan untuk mengembangkan kepekaan siswa memahami suatu masalah

dalam kehidupan nyata dan memungkinkan untuk diajarkan di SMA kelas XII

semester I berkaitan dengan menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan

penggalan novel. Berikut ini hasil analisis novel Pasung Jiwa dari ketiga aspek di

atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

104

4.8.1 Aspek Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam novel ini tidak jauh dari penguasaan bahasa

siswa, artinya kosakata yang dipergunakan pada umumnya sudah dipahami oleh

siswa dan tidak menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mengartikannya.

Meskipun terdapat kosakata dalam bahasa daerah Jawa Timur, siswa diharapkan

dapat memahaminya karena pengarang secara tidak langsung memberi penjelasan

ke dalam bahasa Indonesia pada halaman bagian bawah yang diberi dengan tanda

bintang (*). Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut

(190) “Yok opo to kon iki? Kalau orang-orang itu mengeroyok kita

bagaimana?” Tanya Cak Jek saat kami sudah menjauh dari warung

itu. “Ya aku hajar semuanya. Memangnya aku takut apa?” “Kon iki

yo… mbok rodo mikir… Memangnya mampu melawan orang orang

segitu banyak?” (Madasari, 2013: 63)

(191) “Yok opo carane?” Cak Man tak terlalu bersemangat menanggapi

kami. Ia sudah putus asa. (Madasari, 2013: 85)

(192) “Ojo macem-macem kon, cong. Gak ono sing wani ambek Cak

Karson. Preman pasar. Ingat-ingat!” (Madasari, 2013: 237)

(193) “Lho.. sampeyan ini mau Marsini bali opo ora?” Cak Jek kesal

kami tak bersemangat mendukung rencananya. (Madasari, 2013:

86)

Dalam idenya, Okky Madasari menggunakan kalimat sederhana yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan pembaca dalam

menangkap arti dan maksud. Untuk pembelajaran apresiasi sastra, guru juga dapat

memanfaatkan gaya bahasa dalam novel Pasung Jiwa sebagai materi

pembelajaran kebahasaan, misalnya penggunaan kosakatanya, struktur kalimat

dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

105

4.8.2 Aspek Perkembangan Psikologis Siswa

Pada umumnya siswa SMA berada pada masa peralihan antara tahap

realistik ke tahap generalisasi, anak sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis

saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena (Rahmanto, 2005). Dengan demikian diharapkan

siswa mempunyai minat untuk menemukan nilai-nilai kehidupan, menganalisis

masalah-masalah yang ada dalam novel Pasung Jiwa, dan menemukan penyebab

serta jalan keluar dari masalah itu. Siswa SMA memiliki pola pemikiran yang

kritis terhadap suatu masalah, oleh karena itu, dengan pemikiran demikian dapat

menentukan orientasi hidup mereka. Berikut kutipan yang menggambarkan hal

tersebut

(194) Aku bangun kesiangan hari ini. Memang selama libur aku bangun

lebih siang pada saat hari sekolah. Tapi tak pernah sesiang ini.

(Madasari, 2013: 21)

(195) Tapi demi ibu, aku bertekad mengendalikan diri. Aku mengurung

jiwa dan pikiranku. Aku membangun tembok-tembok tinggi, aku

mengikat tangan dan kakiku sendiri. Aku tak akan melakukan satu

hal pun yang di luar kebiasaan. (Madasari, 2013: 30)

(196) Hidupku kini hanya untuk berdendang dan bergoyang. Sudah tak

terhitung berapa kali aku membolos kuliah. (Madasari, 2013: 49)

(197) Aku ini manusia. Cari uang dengan apa yang aku bisa. Menyanyi,

berjoget, dan berdandan. Mereka memberikan uang atas kenikmatan

mata dan telinga yang mereka dapatkan. Tapi jangan coba-coba

memperlakukan seenaknya. (Madasari, 2013: 62)

(198) Ibu yang membuatku tahan melalui setiap detik ingatanku. Ia

merawatku dengan sabar. Membawakan makanan untukku sehari

tiga kali, menungguiku, menanyakan apa yang kurasakan.

(Madasari, 2013: 105)

(199) Ibu datang dalam mimpiku mala mini. Ia menangis di kamarnya.

Waktu aku dekati ia malah marah. Mendorongku menjauhinya. Aku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

106

bertanya kenapa, Ibu melotot dan menuding mukaku, “Kamu bukan

anakku. Kamu binatang.” (Madasari, 2013: 316)

Dari kutipan (194) dan (196) menjelaskan bahwa hal yang dilakukan oleh

tokoh Sasana tidak sepantasnya untuk ditiru, Sasana melupakan tanggung

jawabnya sebagai anak kepada orang tuanya yang sudah membiayai dia kuliah.

Selain itu kutipan (195) dan (198) menjelaskan sifat Sasana yang patuh dan

mencintai orang tuanya. Kutipan (197) menjelaskan bahwa orang-orang yang

memiliki kelainan seksual tidak pantas untuk disingkirkan dan dicemooh dari

lingkungan masyarakat, sedangkan kutipan (199) menjelaskan rasa penyesalan

Jaka ketika Ibunya datang ke dalam mimpinya dan mengutuknya. Dengan

ditemukan hal-hal tersebut diharapkan sebagai gambaran kepada siswa agar dapat

menemukan permasalahan dari kehidupan dalam novel sehingga pada akhirnya

siswa dapat menemukan dan membedakan suatu yang baik dan yang tidak baik

dalam kehidupan.

4.8.3 Aspek Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya juga penting dalam pengajaran sastra. Hal ini akan

menambah minat dan ketertarikan peserta didik dalam menganalisis sebuah novel.

Novel Pasung Jiwa menggunakan latar belakang budaya kaum transgender, anak

jalanan, dan buruh, sehingga siswa dapat memahami permasalahan-permasalahan

yang terjadi dalam kehidupan. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut

(200) “Begini lho, Mas, kami mau menyunatkan anak lanang. Ingin ada

sedikit rame-ramean. Lihat tulisan di depan itu jadi mau nanya-

nanya,” kata si tamu laki-laki. “Wah… bisa. Bisa sekali! Kami sering

kok ditanggep buat sunatan,” balas Cak Jek. (Madasari, 2013: 74)

(201) Penampilan nyeleneh mereka justru sangat sangar. Rambut dicukur di

bagian samping lalu ditegakkan bagian atasnya. Anting-anting di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

107

salah satu telinga. Kaus hitam dengan gambar-gambar seram. Celana

jins robek-robek dengan rantai menggelantung di saku. Ada tato di

tangan, leher, atau kaki mereka. Gambarnya macam-macam. Dari ular

hingga gambar perempuan. (Madasari, 2013: 65)

(202) “Soal biaya gimana?” tanya perempuan itu. “Jangan mahal-mahal…

ini sambatan lho..” “Itu mboten sah dipikirne. Kami jadi penghibur

sudah panggilan jiwa.” (Madasari, 2013: 75)

(203) Setiap hari dari jam delapan pagi sampai jam empat sore, aku berdiri

di hadapan meja besar ini, mengusap dan memasang ratusan bahkan

bisa sampai ribuan kaca setiap hari. (Madasari, 2013: 159)

Kutipan di atas melukiskan kehidupan para kaum buruh, anak jalanan, dan

kebiasaan yang ada di daerah Malang. Ini merupakan gambaran suasana

kehidupan orang marjinal. Berasarkan hasil analisis dalam pemilihan bahan

pembelajaran sastra di SMA. Pertama, jika dilihat dari aspek bahasa, dapat

diketahui bahwa bahasa yang digunakan tidak jauh dari penguasaan bahasa siswa.

Meskipun ada beberapa yang menggunakan bahasa Jawa tetapi dapat dilihat

dalam bahasa Indonesia di halaman bawah (note kaki) sehingga dapat dimengerti

oleh siswa.

Kedua, dari aspek psikologis, novel ini mempunyai kesesuaian dalam

tahap perkembangan siswa karena pada umumnya siswa SMA sudah pada tahap

dapat memahami masalah-masalah kehidupan dengan berusaha menganalisis

fenomena dalam kehidupan nyata. Ketiga, dilihat dari aspek latar belakang

budaya, makan novel ini menghadirkan latar sosial budaya yang ada di

lingkungan masyarakat pada umunya.

4.9 Silabus (terlampir)

4.10 RPP (terlampir)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

108

4.11 Pembahasan

Setelah melakukan penelitian dengan menjawab semua rumusan masalah.

Konflik batin telah ditemukan dengan cara mencermati tokoh dan penokohan,

latar, dan alur. Dalam teori terdapat 5 tingkatan yang menggolongkan kebutuhan-

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan,

kebutuhan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan

akan aktualisasi diri. Pada hasil analisis, peneliti menemukan konflik batin yang

terjadi dalam diri tokoh Sasana dan Jaka akibat tidak terpenuhinya 5 kebutuhan

dasar manusia. Penemuan tersebut sudah bisa dijadikan gambaran tentang bentuk

konflik batin.

Peneliti mennggunakan tiga penelitian yang relevan. Penelitian yang

pertama menemukan 5 kebutuhan dasar manusia yang tidak terpenuhi pada tokoh

utama. Penelitian relevan yang kedua menemukan kebutuhan akan aktualisasi diri

yang tidak terpenuhi pada tokoh utama, sedangkan penelitian yang ketiga

menemukan adanya pertentangan antara dua kekuatan yang berbeda dalam diri

tokoh utama. Dalam penelitian relevan yang ketiga peneliti menggunakan teori

psikoanalisis Sigmeund Freud, dimana ada id, ego, dan superego dalam diri

manusia ketika salah satu diantaranya tidak seimbang maka akan menimbulkan

konflik batin dalam diri manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

109

Dalam teori yang digunakan dan hasil penelitian yang ditemukan,

keduanya dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII

semester 1. Standar kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini adalah

memahami pembacaan novel dan kompetensi dasar yang sesuai dengan hal ini

adalah menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

110

BAB V

PENUTUP

Ada tiga hal utama yang akan dikemukakan pada bab lima ini, yaitu

kesimpulan hasil penganalisisan, implikasi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari memiliki dua tokoh utama.

Tokoh utama dalam novel ini yaitu Sasana atau kerap dipanggil Sasa dan Jaka

atau kerap dipanggil Jaka Wani atau Jaka Baru. Sasana memiliki kepribadian yang

cerdas, patuh terhadap orang tuanya, optimis, pemberontak, keras kepala, dan

pantang menyerah. Sedangkan, tokoh Jaka digambarkan sebagai provokator atau

ahli persuasui, pengecut, sombong, kejam, dan egois. Tokoh tambahan yang

berkaitan dengan konflik batin tokoh utama adalah Ibu, Ayah, Cak Man, Masita,

Banua, Elis, dan Kalina.

Novel Pasung Jiwa ini berlatar tempat di Malang, Jakarta, Batam, dan Sidoarjo.

Latar waktu yang mempengaruhi konflik batin tokoh Sasana dan Jaka adalah

ketika Sasana naik kelas 4 SD, saat libur sekolah ketika Sasana bersiap masuk

SMP, pada pagi hari, malam hari, ketika pukul 11.00 siang, pada tanggal 17

Agustus 1993, hari keempat belas setelah keluar dari penjara, bulan Maret 1995,

pada bulan Mei 1995, Sabtu malam pukul 01.00, dan pada bulan Maret 1998,

pada bulan Desember 1999. Latar sosial digambarkan melalui kehidupan

masyarakat yang kompleks mengenai adanya pandangan masyarakat tentang

transgender, kehidupan buruh pabrik, pelacuran, serta organisasi massa yang

mengatasnamakan agama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

111

Alur yang terdapat dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari adalah

alur kronologis atau alur maju. Pengarang menceritakan dari awal hingga akhir

secara jelas. Mulai dari Sasana dilahirkan, bertemu dengan Jaka di warung nya

Cak Man di Malang, saat menyewa rumah di Batu dan mengamen bersama, ketika

Sasana diperlakukan tidak manusiawi waktu masuk penjara karena demonstrasi,

saat Sasana masuk Rumah Sakit Jiwa dan Jaka pergi ke Batam untuk memulai

hidup baru, saat Sasana tidak dianggap oleh Ayah nya, saat Jaka bergabung

dengan Laskar keagamaan, saat Sasana dimasukkan ke penjara oleh Jaka, dan saat

Jaka menyesal kemudian mengeluarkan Sasana dari penjara.

Peneliti menganalisis konflik batin tokoh Sasana dengan menggunakan

teori psikologi Abraham Maslow. Tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan

penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri menyebabkan Sasana dan Jaka

tidak dihargai sebagai manusia, kuatir, cemas, takut, dan sedih. Permasalahan itu

semua menimbulkan konflik batin yang berupa rasa frustasi, kesedihan, dan

ketakutan.

Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan sebagai bahan pembelajaran

sastra di SMA kelas XII semester 1. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan Standar Kompetensi (SK) :

Memahami pembacaan novel dan Kompetensi Dasar (KD) : Menjelaskan unsur-

unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

112

5.2 Implikasi

Analiisis konflik batin dalam novel Pasung Jiwa dapat digunakan dalam

pembelajaran sastra, seperti :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengajaran apresiasi sastra di

SMA, terutamanya analisis karya sastra yang menggunakan pendekatan psikologi

sastra.

2. Penelitian ini dapat memperluas wawasan siswa SMA dan lebih peka dengan

permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat mengenai adanya

transgender, buruh, pelacuran, dan laskar keagamaan.

3. Siswa diharapkan mempu menerapkan sikap positif dari tokoh utama yang

selalu optimis dan berani dalam kehidupan sehari-hari.

5.3 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan agar para guru

dapat mengambil nilai yang terkandung dalam novel Pasung Jiwa untuk diajarkan

kepada peserta didiknya. Bagi para mahasiswa, agar penelitian ini dapat dijadikan

reverensi dalam penyusuhan skripsi Peneliti juga menyarankan agar penelitian

selanjutnya dapat mengangkat permasalahan yang berbeda dari sudut pandang

lain sebagai obyek penelitiannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

113

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Baron, Robert. A. 2005. Psikologi Sosial. Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Bukit Shintawati, Maria Devy. 2010. Konflik Batin Tokoh Dimas dalam

Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik

Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam

Pembelajaran Sastra SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta,

Edisi Keempat : Balai Pustaka.

Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,

SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Faruk.2012. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian: Theories of

Personality. Edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.

_______________________________. 2008. Theories of Personality. Edisi 6.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hariyanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Heerdjan, Soeharto. 1987. Apa Itu Kesalahan Jiwa? Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Madasari, Okky. 2013. Pasung Jiwa. Jakarta: Gramedia.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar

Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

114

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Prabaningtyas, Agustina Galuh. 2009. Konflik Batin Tokoh Satadewa dalam Novel

Burung-burung Manyar Karya YB. Mangunwijaya dan Implementasinya

dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Ratna, I Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika

Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa.

Suryadi, A. Nico. 2011. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Cerpen “Jaring Laba-

laba” Karya Ratna Indraswari Ibrahim dan Implementasinya dalam

Pembelajaran di SMA Kelas XII. Skripsi. Yogyakarta : PBSI, JPBS, FKIP,

USD.

Tjahjono, Liberatus Tengsoe.1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan

Apresiasi. NTT: Nusa Indah.

Wahyuningtyas, Sri & Santosa, Wijaya Heru. 2011. Sastra: Teori dan

Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

115

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Silabus

LAMPIRAN 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

LAMPIRAN 3 : Lembar Soal

LAMPIRAN 4 : Penilaian

LAMPIRAN 5 : Materi Pembelajaran

LAMPIRAN 6 : Penggalan Novel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

116

LAMPIRAN 1

SILABUS

Nama Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semster : XII/ 1

Standar Kompetensi : Mendengarkan

5. Memahami pembacaan novel

Kompetensi

Dasar Indikator

Nilai

Karakter

Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Penilaian

Alokasi

Waktu

Alat/ Bahan/

Sumber

Belajar

5.2

Menjelaskan

unsur-unsur

intrinsik dari

pembacaan

penggalan

novel

Menganalisis

tokoh,

penokohan, latar,

dan alur yang

terdapat dalam

penggalan novel

di dalam

kelompok.

Kreatif

Bersahabat/

Komunikat

if

Disiplin

Rasa ingin

tahu

Kerja sama

Pengertian

Novel

Tokoh,

penokohan,

latar, dan alur

Konflik batin

Membaca

penggalan

novel Pasung

Jiwa karya

Okky

Madasari.

Menganalisis

tokoh,

Jenis tes

- Lisan

- Tulisan

- Perbuatan

Bentuk tes

- Uraian

2x90

menit

Alat :

- Viewer

- Laptop

- Novel

Bahan :

- Lembar

Kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

117

Kompetensi

Dasar Indikator

Nilai

Karakter

Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Penilaian

Alokasi

Waktu

Alat/ Bahan/

Sumber

Belajar

Mengidentifikasi

konflik batin

yang dialami

tokoh Sasana dan

Jaka dalam

penggalan novel.

Menghubungkan

nilai-nilai

kehidupan yang

terkandung

dalam novel

dengan

kehidupan

sehari-hari secara

sistematis.

penokohan, latar,

dan alur yang

terdapat dalam

penggalan novel

di dalam

kelompok.

Mengidentifikasi

konflik batin yang

terdapat dalam

penggalan novel

Menemukan dan

menghubungkan

nilai-nilai

kehidupan yang

terkandung dalam

novel dengan

kehidupan sehari-

hari

Mempresentasikan

hasil penemuan di

depan kelas

Sumber :

- Madasari,

Okky. 2013.

Pasung Jiwa.

Jakarta: PT.

Gramedia.

- Nurgiyantoro,

Burhan.

2010. Teori

Pengkajian

Fiksi.

Yogyakarta:

Gadjah Mada

University

Press.

- Pusat Bahasa.

2007. Kamus

Besar Bahasa

Indonesia.

Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai

Pustaka

- Kosasih,

Engkos.

2007. Cerdas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

118

Berbahasa

Indonesia

untuk

SMA/MA

Kelas XII.

Jakarta:

Erlangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

119

LAMPIRAN 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/ 1

Standar Kompetensi : 5. Memahami Pembacaan Novel

Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan

penggalan novel

Alokasi Waktu : 4x45 menit

I. Indikator

1. Menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan alur yang terdapat dalam

penggalan novel di dalam kelompok.

2. Mengidentifikasi konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam penggalan

novel.

3. Menghubungkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam novel

dengan kehidupan sehari-hari secara sistematis.

II. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan alur yang

terdapat dalam penggalan novel di dalam kelompok.

2. Siswa mampu mengidentifikasi konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam

penggalan novel.

3. Siswa mampu menghubungkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung

dalam novel dengan kehidupan sehari-hari secara sistematis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

120

III. Materi Pembelajaran

Pengertian novel (terlampir)

Tokoh, penokohan, latar, dan alur (terlampir)

Konflik batin (terlampir)

IV. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran

Cooperatif Learning

2. Metode Pembelajaran

Penugasan

Diskusi

Tanya Jawab

V. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan I

Kegiatan Metode Alokasi

Waktu

1. Kegiatan Awal

Guru memberikan salam

Guru menjelaskan SK, KD, dan tujuan

pembelajaran.

Guru mengajukan sejumlah pertanyaan lisan

tentang novel.

Misalnya :

a. Novel apa yang sedang atau pernah

kalian baca atau sedang kalian lihat?

b. Coba jelaskan hal yang menarik dari

novel tersebut sehingga kalian tertarik

membacanya?

Ceramah

Tanya jawab

5’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

121

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru memberikan pertanyaan pancingan

yang terkait dengan tokoh, penokohan, latar,

dan alur.

Siswa distimulus berupa pemberian materi

tentang pengertian novel, tokoh, penokohan,

latar, dan alur.

Siswa dibentuk kelompok menjadi 4-5

orang. Kemudian masing-masing kelompok

dibagi satu lembar penggalan novel Pasung

Jiwa.

Masing-masing siswa di dalam kelompok

membacakan penggalan novel Pasung Jiwa

karya Okky Madasari.

Elaborasi

Siswa berdiskusi kelompok untuk

menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan

alur.

Konfirmasi

Siswa diajak untuk merangkum apa yang

sudah dipelajari dan dapat menghubungkan

nilai-nilai kehidupan yang terkandung

dalam novel dengan kehidupan sehari-hari.

Siswa menanggapi rangkuman yang

dibacakan

3. Kegiatan Akhir

Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta

kecakapan hidup yang bisa dipetik dari

pembelajaran.

Ceramah

Diskusi

Presentasi

Tanya jawab

10’

15’

10’

30’

10’

10’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

122

Pertanyaan reflektif :

a. Bagaimana pembelajaran memahami

unsur-unsur yang terkandung dalam

novel hari ini?

b. Apakah kamu mengalami kesulitan?

c. Apa yang kamu senangi ketika belajar

memahami unsur-unsur yang terkandung

dalam novel?

Guru menyimpulkan dan memberi

peneguhan pembelajaran ini.

Pertemuan II

Kegiatan Metode Alokasi

Waktu

Kegiatan Awal

Guru memberikan salam

Guru menjelaskan SK, KD, dan tujuan

pembelajaran.

Guru mengajukan sejumlah pertanyaan

lisan tentang konflik batin.

Guru mengulang materi yang telah

dipelajari (tokoh, penokohan, latar,

tema, dan nilai patriotisme

Siswa menjawab pertanyaan yang

diberikan guru

Guru memberikan motivasi kepada

siswa

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru memberikan pertanyaan

Ceramah

Tanya jawab

5’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

123

pancingan yang terkait dengan konflik

batin.

Siswa distimulus berupa pemberian

materi tentang pengertian konflik batin.

Siswa masuk ke dalam kelompok yang

sudah dibentuk sebelumnya.

Masing-masing siswa di dalam

kelompok membacakan kembali

penggalan novel Pasung Jiwa karya

Okky Madasari.

Elaborasi

Siswa mengidentifikasi konflik batin

yang dialami tokoh Sasana dan Jaka di

dalam kelompok.

Setiap kelompok menukarkan hasil

analisis yang sudah dibuat ke kelompok

lain.

Setiap kelompok menanggapi hasil

analisis yang sudah dibuat oleh

kelompok lain dan mendiskusikannya

bersama.

Konfirmasi

Perwakilan kelompok melaporkan hasil

analisis penggalan novel yang dibuat

oleh kelompok lain di depan kelas.

Guru memberikan pembetulan dan

pengarahan atas hasil kerja siswa

3. Kegiatan Akhir

Guru mengajak siswa untuk

merangkum apa yang sudah dipelajari

Ceramah

Diskusi

Presentasi

10’

10’

30’

15’

10’

10’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

124

Guru menyimpulkan dan memberi

peneguhan pembelajaran ini.

Tanya jawab

VI. Sumber Belajar, Alat dan Bahan

Sumber :

Madasari, Okky. 2013. Pasung Jiwa. Jakarta: PT. Gramedia

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka

Kosasih, Engkos. 2007. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA

Kelas XII. Jakarta: Erlangga

Alat dan Bahan :

Alat peraga : lembar kerja

Laptop

LCD

VII. Penilaian

Jenis tes : tertulis

Bentuk tes :

1. Penilaian kognitif

Uraian Singkat (terlampir)

2. Penilaian Afektif

Lembar Pengamatan (terlampir)

3. Penilaian Psikomotorik

Lembar Penilaian Kerja (terlampir)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

125

Mengetahui, Yogyakarta, 21 Mei 2015

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

NIP. NIP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

126

LAMPIRAN 3

Lembar soal

Penggalan Novel Pasung Jiwa (terlampir)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan tokoh dan karakter dari masing-masing tokoh yang terlibat

dalam penggalan novel Pasung Jiwa yang sedang kalian baca?

2. Bagaimana alur yang digunakan dalam penggalan novel Pasung Jiwa?

Jelaskan!

3. Analisis latar tempat dan waktu yang dialami oleh para tokoh dalam

penggalan novel Pasung Jiwa! Berikan kutipan yang mendukung

jawabanmu!

4. Jelaskan konflik batin yang dialami oleh tokoh Sasana/ Jaka dalam

penggalan novel yang kamu baca!

5. Jika anda mengalami permasalahan hidup seperti yang dialami tokoh

Sasana dan Jaka atau melihat orang di sekitar anda mengalami hal serupa,

apa yang sebaiknya anda perbuat? Ceritakan alasannya!

Kunci Jawaban

Penggalan Novel Pasung Jiwa 1

1. Tokoh Karakter

a. Sasana

Iri hati

Penurut

Keras kepala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

127

1.

2. Alur yang digunakan dalam penggalan novel tersebut adalah alur maju. Itu

terbukti ketika pengarang menceritakan kehidupan Sasana waktu kecil dan

kemudian beranjak ketika Sasana masuk SMP dan mulai mengenal

dangdut.

3. Analisis latar

Bentuk latar Latar Bukti kutipan

Latar tempat Kampung belakang

kompleks

Rumah Sasana

Di meja makan

Di kamar Sasana

“Malam itu aku sudah berada

di kampung di belakang

kompleks rumahku, berdiri di

antara puluhan laki-laki dan

perempuan menonton sebuah

pertunjukan.” (halaman 17)

“Tapi begitu sampai di rumah,

ia langsung menarik tanganku,

membawaku ke ruang tengah,

menyuruhku duduk, lalu ia

bicara lama dengan suara

tinggi.” (halaman 20)

“Di meja makan, Ayah dan

Ibuku sudah menunggu.”

(halaman 21)

“Aku berbaring tengkurap di

kamar. Tak kujawab semua

a. Ayah

Tegas

Otoriter

b. Ibu Pemarah

c. Minah Patuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

128

pertanyaan Ayah dan Ibu.”

(halaman 24)

Latar waktu Malam hari

Pagi hari

Sore hari

“Malam itu Ibu marah besar.

Tak pernah aku melihatnya

seperti ini.” (halaman 19)

Pagi hari, pintu kamarku

diketuk. Aku bangun

kesiangan hari ini.” (halaman

21)

Sore itu aku bermain-main

dengan Melati di rruang

tengah.” (halaman 24)

4. Konflik batin yang dialami tokoh Sasana adalah ketika dia selalu tersiksa

dan tidak suka ketika orangtuanya memaksakan dirinya untuk menyukai

piano.

5. Jika saya atau teman di sekitar saya mengalami masalah tersebut, saya

akan berbicara baik-baik dan jujur dengan orang tua agar mereka dapat

mengerti dan tidak salah paham.

Kunci Jawaban

Penggalan novel Pasung Jiwa 2

1. Analisis tokoh

Tokoh Karakter

a. Sasana Berani

Mempunyai tekad yang kuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

129

b. Masita Optimis

Suka menolong

Pandai

2. Alur yang digunakan dalam penggalan novel tersebut adalah alur maju. Itu

terbukti ketika pengarang menceritakan Sasana sedang berada di Rumah

Sakit Jiwa dan Masita membantunya agar bisa keluar dari Rumah Sakit

tersebut.

3. Analisis latar

Bentuk Latar Latar Bukti Kutipan

Latar tempat Di bangku taman

Lorong Rumah Sakit

Jiwa

“Pagi ini kami habiskan

dengan duduk di bangku

taman. Aku lebih banyak

mendengarkan.” (halaman

150)

“Sepanjang Sabtu siang, aku

dan Masita terus bersama.

Kami menyusuri lorong-

lorong, memeriksa pintu tiap

kamar.” (halaman 153)

Latar waktu Pagi hari

Sabtu siang

“Pagi ini kami habiskan

dengan duduk di bangku

taman. Aku lebih banyak

mendengarkan.” (halaman

150)

“Sepanjang Sabtu siang, aku

dan Masita terus bersama.”

(halaman 153)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

130

Jam satu dini hari “Jam satu dini hari, Masita

membuka pintu kamarku.

Lebih cepat satu jam dari

rencana karena dengan begitu

kami punya cukup waktu

untuk keluar dari tempat ini

sebelum jam dua.” (halaman

153)

4. Konflik batin yang dialami oleh tokoh Sasana adalah ketakutannya akan

kehilangan seorang teman.

5. Jika saya atau teman di sekitar saya mengalami masalah tersebut, saya

tidak akan melakukannya dengan gegabah dalam mengambil keputusan,

harus dipikir secara matang apa yang kita putuskan supaya berakhir baik.

Kunci Jawaban

Penggalan novel Pasung Jiwa 3

1. Analisis tokoh

Tokoh Karakter

a. Jaka

b. Amat

c. Leman

d. Memed

Sombong

Arogan

Kejam

Egois

Penurut

Pasrah

Tidak berani melawan

Pasrah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

131

Tidak berani melawan

2. Alur yang digunakan dalam penggalan novel tersebut adalah alur maju. Itu

terbukti ketika pengarang menceritakan kehidupan Jaka ketika bergabung

dengan Laskar agama dan mengahncurkan café-café yang mereka anggap

tidak sesuai dengan kaidah yang mereka anut.

3. Analisis latar

Bentuk Latar Latar Bukti Kutipan

Latar tempat Di Malang

Kafe

Markas Laskar

agama

“Aku tetap tinggal di Malang.

Di Jakarta selamanya aku hanya

akan jadi cecunguk.” (halaman

264)

“Lalu kami bergerak ke pusat

kota, mendatangi kafe-kafe yang

jadi tempat disko dan mabuk-

mabukan. Di sini tak semudah

sebelumnya. Centeng-centeng

kafe menghalangi kami masuk.”

(halaman 267)

“Dua polisi datang ke markas

sehari setelah operasi pertama

kami.”(halaman 269)

Latar waktu Malam minggu

Pagi hari

“Malam Minggu kami jadikan

hari serangan. Sebelum magrib

orang-orang yang mau ikut

operasi sudah berkumpul di

rumahku.” (halaman 266)

“Aku deg-degan. Sejak pagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

132

salah tingkah, semakin menjadi

saat rombongan datang dan satu

persatu polisi keluar dari mobil.”

(halaman 270)

4. Konflik batin yang dialami tokoh Jaka adalah ketika Jaka merasa berat hati

menghancurkan drum, keyboard, gitar, mik, dan salon di sebuah café yang

mengingatkan dia terhadap sosok Sasana saat mengamen bersama.

5. Jika saya atau teman di sekitar saya mengalami masalah tersebut, saya

akan melihat dulu baik buruknya melakukan tindakan-tindakan tersebut

untuk ke depannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

133

LAMPIRAN 4

Penilaian

Penilaian Kognitif

Teknik : Tes tertulis

Bentuk : Uraian

No. Aspek Penilaian Skor Bobot Skor x

Bobot

1. a. Siswa dapat menyebutkan tokoh dan karakter

yang terlibat dalam penggalan novel Pasung

Jiwa dengan lengkap, menggunakan bahasa

yang benar.

b. Siswa dapat menyebutkan tokoh dan karakter

yang terlibat dalam penggalan novel Pasung

Jiwa dengan lengkap, tidak menggunakan

bahasa yang benar.

c. Siswa tidak dapat menyebutkan tokoh dan

karakter yang terlibat dalam penggalan novel

Pasung Jiwa dengan lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang benar.

5

3

1

4

20

2. a. Siswa dapat menjelaskan alur yang terjadi

dalam penggalan novel Pasung Jiwa

menggunakan bahasa yang benar, disertai

alasan yang lengkap

b. Siswa dapat menjelaskan alur yang terjadi

dalam penggalan novel Pasung Jiwa, tidak

menggunakan bahasa yang benar, dan disertai

alasan yang lengkap

c. Siswa tidak dapat menjelaskan alur yang

5

3

1

4

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

134

3.

terjadi dalam penggalan novel Pasung Jiwa,

tidak menggunakan bahasa yang benar, dan

tidak disertai dengan alasan yang lengkap

a. Siswa dapat menyebutkan latar tempat dan

waktu yang dialami oleh para tokoh dalam

novel Pasung Jiwa dengan menggunakan

bahasa yang benar, dan memberikan kutipan

dengan lengkap.

b. Siswa dapat menyebutkan latar tempat dan

waktu yang dialami oleh para tokoh dalam

novel Pasung Jiwa, tidak menggunakan

bahasa yang benar, dan memberikan kutipan

dengan lengkap.

c. Siswa tidak dapat menyebutkan latar tempat

dan waktu yang dialami oleh para tokoh

dalam novel Pasung Jiwa dengan

menggunakan bahasa yang benar, dan tidak

memberikan kutipan dengan lengkap.

5

3

1

4

20

4. a. Siswa dapat menjelaskan konflik batin yang

dialamo oleh tokoh Sasana/ Jaka dalam

penggalan novel Pasung Jiwa dengan

menggunakan bahasa yang benar.

b. Siswa dapat menjelaskan konflik batin yang

dialamo oleh tokoh Sasana/ Jaka dalam

penggalan novel Pasung Jiwa dan tidak

menggunakan bahasa yang benar.

c. Siswa tidak dapat menjelaskan konflik batin

yang dialamo oleh tokoh Sasana/ Jaka dalam

penggalan novel Pasung Jiwa dengan

menggunakan bahasa yang benar.

5

3

1

4

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

135

5. a. Siswa dapat menuliskan permasalahan hidup

sehari-hari yang dikaitkan dengan

permasalahan hidup yang dialami oleh

Sasana dan Jaka menggunakan bahasa yang

benar.

b. Siswa dapat menuliskan permasalahan hidup

sehari-hari yang dikaitkan dengan

permasalahan hidup yang dialami oleh

Sasana dan Jaka, tidak menggunakan bahasa

yang benar.

c. Siswa tidak dapat menuliskan permasalahan

hidup sehari-hari yang dikaitkan dengan

permasalahan hidup yang dialami oleh

Sasana dan Jaka menggunakan bahasa yang

benar.

5

3

1

4

20

Total Skor 100

Skor yang diperoleh

Nilai : x 100

Skor Maksimal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

136

Penilaian Afektif

Bentuk : Lembar Pengamatan

No Nama Disiplin Cermat Kerja

sama Kejujuran Etika

Rata-

rata

Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 5

Penafsiran angka : 5 = Sangat baik

4 = Baik

3 = Cukup

2 = Kurang

1 = Sangat kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

137

Penilaian Psikomotorik

No. Aspek yang

dinilai Deskripsi Skor Bobot

Skor x

Bobot

1. Presentasi a. Siswa mampu

mempresentasikan hasil

analisis penggalan novel

Pasung Jiwa dengan

lengkap, menggunakan

bahasa yang benar.

b. Siswa mampu

mempresentasikan hasil

analisis penggalan novel

Pasung Jiwa dengan

lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang

benar.

c. Siswa mampu

mempresentasikan hasil

analisis penggalan novel

Pasung Jiwa dengan tidak

lengkap, dan tidak

menggunakan bahasa yang

benar.

5

3

1

4

20

Total Skor 20

Skor yang diperoleh

Nilai = x 100

Skor Maksimal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

138

LAMPIRAN 5

Materi Pembelajaran

Pengertian novel

Novel berasal dari bahasa novella yang berarti “sebuah barang baru yang

kecil”. Kemudian kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk

prosa. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh permasalahan

kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. (Kosasih, 2007:83).

Unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel

a. Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro,

2007:165) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral

dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan

apa yang dilakukan dalam tindakan. Selain itu, tokoh juga merupakan

individu yang berkesan hidup, memiliki ciri-ciri kejiwaan, dan ciri-ciri

kemasyarakatan (Hariyanto, 2000:34).

Menurut Nurgiyantoro (2007:176), berdasarkan tingkat pentingnya tokoh

dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi :

1. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam prosa

yang bersangkutan (Wahyuningtyas & Santosa, 2011:3). Sayuti (dalam

Wiyatmi, 2006:31) mengungkapkan bahwa ada tiga cara untuk

menentukan tokoh utama atau sentral. Pertama, tokoh itu yang paling

terlibat dengan makna atau tema. Kedua, paling banyak berhubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

139

dengan tokoh lain. Ketiga, paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Tokoh

utama dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari seorang, meskipun kadar

keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi,

banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara

keseluruhan.

2. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita

tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama

(Wahyunintyas & Santoso, 2011:3).

a. Alur

Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan

sebab-akibat.

b. Latar

Latar meliputi tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam cerita.

Latar dalam suatu cerita bisa bersifat factual, bisa pula imajiner. Latar

berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas jalannya cerita.

c. Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan

karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau

lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga

memengaruhi tingkah laku. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat,

2008:723).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

140

Menurut Tjahjono (1987:113), konflik batin adalah pertarungan individual yang

terjadi dalam batin manusia itu sendiri. Seringkali untuk membuat sebuah

keputusan atau ketetapan, terjadilah pergumulan antara kekuatan keberanian dan

ketakutan, kebajikan dan kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya

(Tjahjono, 1987:113).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

141

Lampiran 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/33/2/101224015_full.pdf · 2015-07-08 · i KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

153

BIODATA

Anne Septi Yunisa lahir di Rembang, 7 Juni 1992. Ia

lulus Taman Kanak-kanak Santa Maria Rembang pada

tahun 1998. Setelah lulus taman kanak-kanak, ia

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Santa Maria

Rembang padda tahun 1998 – 2004. Sekolah Menengah

Pertama OV. Slamet Riyadi Rembang dipilihnya

sebagai sekolah lanjutan setelah lulus dari Sekolah

Dasar.

Ia lulus dari Sekolah Menengah Pertama pada Tahun 2007. Ia lulus Sekolah

Menengah Atas Santa Maria Rembang pada tahun 2010. Pada tahun 2010, ia

melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Ia menyelesaikan masa kuliah pada tahun

2015 dengan menyusun skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Sasana dan

Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi

Sastra).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI