pkn kelas 10
TRANSCRIPT
Bab 1
A. pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Hak asasi manusia disebut hak dasar.
Hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan hak yang dimiliki manusia yang melekat (inheren)
padanya karena dia adalah manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan dengan segala harkat dan
martabatnya yang tinggi. Hal itulah yang membedakannya dengan makhluk lain. Hak asasi manusia ini
sifat-sifatnya mendasar dan fundamental. Dalam arti, pelaksanaannya mutlak diperlukan agar manusia
dapat berkembang sesuai dengan harkat, martabat, dan cita-citanya. Hak ini juga dianggap universal,
artinya dimiliki semua manusia tanpa membedakan bangsa, ras, agama, dan jenis kelamin.
Munculnya hak asasi manusia dilandasi oleh dua pemikiran. Kedua landasan itu adalah sebagai beikut :
1. Landasan langsung dan pertama, yaitu kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya.
Semua manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa
membedakan ras, agama, suku dan bahasa.
2. Landasan kedua dan lebih dalam, yaitu Tuhan menciptakan manusia dan semua manusia adalah
makhluk dari pencipta yang sama. Oleh karena itu, manusia di hadapan tuhan adalah sama, kecuali
amalnya.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiapmanusia sebagai anugerah Tuhan
yang melekat pada setiap dirimanusia sejak lahir. Dalam perwujudannya, hak asasi manusia tidakdapat
dilaksanakan secara mutak karena dapat melanggar hak asasiorang lain. Memperjuangkan hak sendiri
dengan mengabaikan hakorang lain, merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajibmenyadari
bahwa hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hakasasi orang lain, karena itulah ketaatan
terhadap aturan menjadipenting.
Dalam berbagai dokumen ataupun pemikiran para tokoh, pengertian hak asasi manusia mungkin
berbeda-beda. Tetapi, hampir semuapengertian mengarah pada suatu garis besar bahwa hak asasi
manusiamerupakan hak yang melekat dalam diri manusia yang tanpa haktersebut manusia menjadi
kehilangan inti keberadaan dirinya. Beberapapengertian dikemukakan oleh para tokoh atau yang terdapat
dalamdokumen HAM dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. John Locke (Two Treaties on Civil Government)
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia
dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak). Karena manusia sebagai makhluk sosial, hak-hak itu
akan berhadapan dengan hak orang lain, oleh sebab itu:
Hak asasi harus dikorbankan untukkepentingan masyarakat, sehingga lahir kewajiban.
Hak asasi semakin berkembang meliputiberbagai bidang kebutuhan, antara lain hak dibidang politik,ekonomi, dan sosial budaya.
2. Koentjoro Poerbapranoto (1976)
Hak asasi adalah hak yang bersifat asasi. Artinya, hak-hak yangdimiliki manusia nenurut kodratnya yang
tidak dapat dipisahkan darihakikatnya sehingga sifatnya suci.
3. UU No. 39 Tahun 1999 (Tentang Hak AsasiManusia)
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat padahakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang MahaEsa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjungtinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabatmanusia
B. Macam-macam Hak Asasi Manusia
Hak asasi yang kita kenal kini mencakup berbagai aspek kehidupan yang sangat penting bagi manusia.
Walaupun demikian, hak-hak asasintersebut tidak dengan serta dirumuskan secara lengkap
sebagaimana tercantum dalam dokumen-dokumen perlindungan terhadap HAM.Sesungguhnya
pandangan tentang hak asasi manusia sangat beragamdan bersifat dinamis. Dalam hal ini faktor-faktor
seperti sejarah danpandangan politik juga berpengaruh terhadap keragaman tersebut. Halini antara lain
dapat kita lihat kembali pada Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689), Declaration of Independence
(1776) dan pernyataan-pernyataan lain tentang hak asasi manusia.
Kelahiran dokumen-dokumen semacam itu biasanya diawali olehadanya kesadaran bahwa penindasan
manusia atas manusia yang lainmerupakan sebuah tindakan penistaan nilai kemanusiaan.
Kesadaransemacam itu bisa mendorong timbulnya pemberontakan, atauberkembangnya pemikiran akan
kebebasan yang akhirnya tertuangdalam dokumen pengakuan dan perlindungan terhadap hak
asasimanusia. Declaration of Independence,misalnya, merupakanpernyataan konstitusi Amerika Serikat
yang merdeka dari penjajahan;sementara Declaration des Droit de L’homme et du Citoyen
adalahpengakuan terhadap hak asasi setelah terjadinya revolusi Perancis.
Perkembangan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasimanusia sebenarnya dapat kita lacak
melalui berbagai dokumensemacam itu. Tetapi, selain dokumen-dokumen yang secara jelasmenyatakan
perlindungan seperti itu, terdapat pula berbagai pemikiranpara filsuf atau pemikir politik yang menyatakan
hal serupa. Berbagaipemikiran tersebut jika dirangkum menghasilkan berbagai macam hakasasi manusia
yang mencerminkan martabat kemanusiaan.Berikut ini pandangan dari berbagai tokoh yang
mengidentifikasimacam-macam hak asasi manusia
Fokus Kita :
Hak asasi manusia dalam pengertian hukum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia
sebagai anugerahTuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada
makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi
manusia tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan.
John Locke, Aristoteles, Montesquieu, J.J. Rousseau. Membagi HAM :
1. Hak kemerdekaan atas diri sendiri,
2. Hak kemerdekaan beragama,
3. Hak kemerdekaan berkumpul,
4. Hak menyatakan kebebasan warga negara dari pemenjaraan sewenang-wenang (bebas dari
rasa takut),
dan
5. Hak kemerdekaan pikiran dan pers
Brierly Membagi HAM :
Hak mempertahankan diri ( self preservation),
Hak kemerdekaan (independence),
Hak persamaan pendapat (equality)
Hak untuk dihargai (respect),dan
Hak bergaul satu dengan lain (intercourse)
Beberapa pengertian mengenai hak asasi manusia yang dikemukakanoleh para pemikir hingga abad ke-
19 masih sangat mendasar, yaitu menyangkut kemerdekaan untuk menyampaikan pendapat atau bebas
dari rasa takut. Pemaknaan terhadap hak asasi manusia kemudian berkembang seiring tingkat kemajuan
peradaban, hingga dewasa ini hak-hak asasi manusia mencakup beberapa bidang berikut:
Hak-hak Asasi Pribadi ( personalrights), yaitu meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasanmemeluk agama, kebebasan bergerak, dan sebagainya.
Hak-hak Asasi Ekonomi ( property rights), yaitu hak untuk memiliki, membeli, dan menjual, serta
memanfaatkan sesuatu.
Hak-hak Asasi Politik ( politicalrights), yaitu hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih
danmemilih dalam suatu pemilu), hak untuk mendirikan parpol, dansebagainya.
Hak-hak Asasi untuk mendapatkanperlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights
of legalequality).
Hak-hak Asasi Sosial danKebudayaan (social and cultural rights), yaitu meliputi hak untukmemilih
pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dansebagainya.
Hak-hak Asasi manusia untukmendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan( procedural rights). Misalnya, peraturan dalam hal penahanan,penangkapan,
penggeledahahan, peradilan dan sebagainya.
C. Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM
Pada masa lalu, banyak raja yang menyalahgunakan kekuasaan dengan melakukan penindasan
terhadap rakyat. Selain itu banyak pula kerajaanatau negara yang melakukan invansi dan kemudian
menjajah daerah lain. Tindakan-tindakan para penguasa yang lalim tersebut banyakmengakibatkan
penderitaan pihak yang ditindas dan dijajah. Keinginan untuk merdeka dari penindasan dan penjajahan
kemudian melahirkan pemberontakan terhadap kelaliman, hingga akhirnya muncul kesadaran bahwa
manusia lahir dengan derajat yang sama dan hak-hak asasi sebagaianugerah Tuhan yang tidak boleh
direnggut oleh pihak lain.Sebagaimana telah diuraikan di muka, perkembangan pemikiran danupaya
pemajuan, penghormatan dan penegakan hak asasi manusiasesungguhnya bersifat dinamis. Berbagai
peristiwa penistaan terhadapnilai kemanusiaan yang terjadi pada masa lalu sebelumnya
menyadarkanmanusia akan pentingnya perlindungan terhadap hak asasi tersebut. Tahapan
perkembangan hak asasi manusia sebenarya melalui perjalananyang sangat panjang, hal ini dapat kita
cermati dari berbagai peristiwamaupun dokumen yang lahir sebagai salah satu bentuk kesadaran
akanpentingnya perlindungan HAM.Salah satu tonggak dalam upaya pemajuan, penghormatan
danpenegakan hak asasi manusia yang telah mendapat perhatian duniainternasional, adalah ketika
organisasi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk Komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia pada
1946. Langkahuntuk pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM semakin nyataketika Majelis Umum
PBB mengeluarkan Deklarasi Universal Hak AsasiManusia ( Universal Declaration of Human Rights)
pada 10 Desember 1948.
Deklarasi ini menjadi salah satu acuan bagi negara-negara anggotaPBB untuk menyusun langkah-
langkah dalam penegakan HAM. Meskidemikian, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tidak bersifat
mengikatnegara-negara anggota PBB. Secara rinci, hak-hak asasi manusiatercantum dalam pembukaan
dan 30 pasal yang terdapat di dalamdeklarasi tersebut.
Berikut ini akan diuraikan sejarah perkembangan upaya pemajuan,penghormatan dan penegakan hak
asasi manusia dari berbagai sumber atau dokumen:
2500s.d.1000SM (HukumHamurabi) Perjuangan Nabi Ibrahim melawankelaliman Raja
Namrudyang memaksakan harus menyembah patung(berhala). Nabi Musa, memerdekakanbangsa
Yahudi dari perbudakanRajaFir’aun (Mesir) agar terbebas darikewenangan-wenangan raja yang
merasadirinya sebagai Tuhan. Terdapat pada masyarakat Babylonia yang menetapan ketentuan-
ketentuanhukum yang menjamin keadilan bagi warganya.
600 SM Di Athena (Yunani),Solontelah menyusun undang-undang yang menjamin keadilandan
persamaan bagi setiap warganya.Untuk itu dia membentuk Heliaie, yaituMahkamah Keadilan untuk
melindungiorang-orang miskan dan Majelis Rakyatatau Ecdesia. Karena gagasannya inilah Solon
dianggap sebagai pengajardemokrasi. Perjuangan Solon didukungoleh Parisles (tokoh negarawan
Athena).
527s.d.322SM Corpus Luris Kaisar Romawi pada masaFlavius Anacius Justinianus
menciptakanperaturan hukum modern yangterkodifikasi yang Corpus Luris sebagai jaminan atas keadilan
dan hak asasimanusia.Pada masa kebangkitan Romawi telahbanyak lahir filsuf terkenal dengan
visitentang hak asasi, seperti :Socrates dan Plato yang banyak dikenal sebagaipeletak dasar diakuinya
hak-hak asasimanusia, sertaAristoteles yang mengajarkan tentang pemerintahanberdasarkan kemauan
dan cita-citamayoritas warga.
D. PERAN SERTA DALAM UPAYA PEMAJUAN, PENG-HORMATAN, DAN PENEGAKAN HAM DI
INDONESIA
Peran serta dan upaya pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM di Indonesia, telah dilakukan baik
oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) Peran Serta Pemerintah :
1. Pada tanggal 7 Juni 1993, telah diupayakan berdirinya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM).
2. Disahkannya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia pada tanggal 13
November 1998.
3. Dalam amandemen UUD 1945, persoalan HAM mendapat perhatian khusus, yaitu dengan
ditambahkannya Bab XA tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri atas pasal 28 A hingga 28 J.
4. Berdirinya pengadilan HAM yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2000.
5. Pembentukan Komisi Penyelidik Pelanggraan (KPP) HAM tahun 2003 yang mempunyai tugas
pokok untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM, antara lain kasus di Tanjung Priok
dan Timor-Timur.
Peran Serta LSM : Berbagai LSM, telah melakukan advokasi thd para korban keja-hatan HAM, antara
lain Yayasan Lembaga Bantuan Hukum In-donesia (YLBHI), Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak
Keke-rasan (KonTras), Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manu-sia (Elsham). Mereka berperan
dalam memberikan bantuan hukum kepada korban kejahatan HAM serta menyebarluaskan pentingnya
perhatian thd persoalan HAM.
D. Hambatan dan Tantangan Dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM di
Indonesia
Perkembangan HAM di Indonesia :
1. Era 1945 s.d. 1955, bangsa Indonesia banyak disibukkan oleh perjua-ngan untuk
mempertahankan kemerdekaan dan terjadinya rongrongan oleh berbagai pemberontakan sehingga
masalah HAM masih terabaikan.
2. Era Orde Lama (1955-1965) hingga peristiwa G 30S PKI 1965, masih terjadi krisis politik &
kekacauan sosial sehingga persoa-lan HAM tidak memperoleh perhatian.
3. Era Orde Baru (1966-1998), dalam perjalanannya rezim ini ku-rang konsisten terhadap masalah
HAM. Meskipun telah berhasil membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
ERA REFORMASI, TELAH BANYAK MELAHIRKAN PRODUK PERATURAN PERUNDANGAN
TENTANG HAK ASASI MANUSIA :
1. Ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
2. UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Konven-si menentang penyiksaan dan perlakuan
atau peng-hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia.
3. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasio-nal Anti Kekerasan terhadap perempuan.
4. Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia.
5. Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi
dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan, perencanaan program, ataupun pelaksanaan
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
6. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
7. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
8. Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A-28J mengatur secara eksplisit
Pengakuan dan Jaminan Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.
9.
HAMBATAN PENEGAKAN HAM : Hambatan umum dalam pelaksanaan dan penegakan HAM di
Indonesia :
Faktor Kondisi Sosial-Budaya
Faktor Komunikasi dan Informasi
Faktor Kebijakan Pemerintah
Faktor Perangkat Perundangan
Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
TANTANGAN PENEGAKAN HAM : Tantangan dlm penegakan HAM di Indonesia untuk masa-masa yang
akan datang, telah digagas oleh Presiden Soeharto pada saat akan menyampaikan pidatonya di PBB
dalam Konfrensi Dunia ke-2 (Juni 1992) dengan judul “Deklarasi Indonesia Tentang HAM”.
Prinsip Universlitas,
Prinsip Pembangunan Nasional,
Prinsip Kesatuan Hak-Hak Asasi Manusia (Prinsip Indivisibility),
Prinsip Objektifitas atau Non Selektivitas,
Prinsip Keseimbangan,
Prinsip Kompetensi Nasional,
Prinsip Negara Hukum.
F. INSTRUMEN HUKUM DAN PERADILAN HAM INTERNASIONAL
Piagam PBB menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya adalah untuk menyebarluaskan dan
mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua tanpa
memandang perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa, dan agama No Tahun Uraian/Keterangan
1. 1958 Lahirnya Konvensi tentang Hak-hak Politik Perempuan.
2. 1966 Covenants of Human Rights telah diratifikasi oleh negara-negara
anggota PBB, isinya mencakup :
The International on Civil and Pilitical Rights, yaitu memuat tentang hak-hak sipil dan hak-hak politik pria dan wanita.
Optional Protocol, yaitu adanya kemungkinan seorang warga negara mengadukan pelanggaran hak assi kepada PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.
The International Covenant of Economic, Social and Cultural Rights, yaitu berisi syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya.
3. 1976 Konvensi Internasional tentang Hak-hak Khusus.
4. 1984 Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskrimansi Terhadap Wanita
5. 1990 Konvensi tentang Hak-hak Anak.
6. 1993 Konvensi Anti-Apartheid Olahraga.
7. 1998 Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yg Kejam, Tidak
Manusiawi, & Merendahkan Martabat Manusia.
8. 1999 Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskrimansi Rasial.
Sejarah mencatat bahwa dari masa ke masa, terdapat berbagai kejahatan kemanusiaan yang membawa
banyak korban manusia, baik yang meninggal maupun yang dilukai hak-hak dasarnya sebagai manusia.
Berikut ini adalah beberapa catatan tentang peristiwa-peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang
sempat menjadi isu internasional. No Ngr & Th Kejadian/Peristiwa
1. Jerman
1923 Setelah kemenangan pemilu melalui Partai Buruh Jerman Sosialis, Adolf Hitler mendirikan negara
totaliter. Lawan-lawan politiknya ditangkapi dan berbagai kejahatan kemanusiaan dilakukannya, dari
gerakan pembasmian orang-orang Yahudi, agresi ke Austria dan Cekoslowakia (1938), hingga
meletupkan Perang Dunia II dengan menyerbu Polandia (1939).
2. Uni Soviet
1979 85.000 tentara Uni Soviet, mengadakan invansi (penyerbuan) ke Kabul (Afganistan) yang
mendukung pemerintahan Babrak Karmal melalui kudeta sehingga menimbulkan korban perang
berkepanjangan sampai tahun 1990-an.
3. Uganda
1971 Idi Amin yang menjadi presiden Uganda pada 1971-1979 telah menjalankan pemerintahannya
dengan otoriter, lalim dan penuh teror. Mulai dengan pengusiran 80.000 keturunan Asia, penangkapan
semena-mena, hingga tidak kurang 300.000 orang korban pembunuhan tanpa proses peradilan.
Amerika Serikat 1989 Pembantaian anak-anak, pelakunya Patrick Edward P. Ia memberondong
murid SD di Cleveland (California) dengan korban 5 tewas dan 30 luka-luka. Semua korban
adalah anak Asia sehingga diduga unsur rasialisme. Peristiwa serupa pernah terjadi antara tahun
1985-1988 di Alabama, Illionis, Chicago, Philadelphia, dan Florida.
G. PERADILAN INTERNASIONAL HAM
PBB telah membentuk komisi untuk Hak Asasi Manusia (The United Nations Commission on Human
Rights).Memiliki kekuasaan untuk mengadili dan menghukum para penjahat kemanusiaan Internasional
(pelanggar HAM berat). Terdiri dari 18 negara anggota, berkembang menjadi 43 anggota. Indonesia
diterima tahun 1991. Cara kerja komisi PBB, sebagai berikut :
Melakukan pengkajian thd pelanggaran-pelanggaran yg dilakukan.
Seluruh temuan Komisi ini dibuat dalam Yearbook of Human Rights yang disampaikan kepada
sidang umum PBB.
Setiap warga negara dan atau negara anggota PBB berhak mengadu kepada komisi ini.
Mahkamah Internasional, segera menindak lanjuti pengaduan. Hasil pengkajian/temuan,
ditindaklan-juti untuk diadakan pendidikan, penahan, dan proses peradilan.
BEBERAPA CONTOH PELAKSANAAN DAN PROSES PENGADILAN INTERNASIONAL YANG
MENGADILI PELANGGARAN HAM :
Tahun 1987, Klaus Barbie (Nazi Jerman) dihukum seumur hidup, bersalah karena telah menyiksa
842 orang Yahudi dan partisan Perancis (343 tewas).
Februari 1993, DK PBB mengeluarkan resolusi 808 untuk mengadili para penjahat perang
pelanggar HAM di bekas negara Yugoslavia yang melakukan etnic cleansing. Pemimpin yang dianggap
paling bertanggung jawab adalah Slobodan Milosevic dan Ratko Mladic.
Maret 1993, Komisi HAM PBB telah mempublikasikan sebuah laporan yang menyatakan bahwa
militer El Salvador bertanggung jawab atas pelanggaran HAM selama perang 12 tahun.
BAB 2
A. PEMBUKAAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945
Piagam Jakarta
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan
kemerdekaanya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bila diperhatikan Piagam Jakarta terdapat kalimat yang ditandai warna merah ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Kalimat tersebut dirasa kurang tepat karena menyebutkan agama tertentu (Islam), padahal di
Indonesia terdapat bermacam-macam agama. Maka kemudian Pada sidang pertama PPKI TGL 18 Agustus 1945 rancangan UUD
hasil kerja BPUPKI dibahas kembali. Kalimat di atas diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Semua itu diterima peserta
sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa. Piagam Jakarta yang telah
mengalami perbaikan ini akhirnya menjadi Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea.
Berikut adalah Pembukaan (mukadimah) UUD 1945: YANG BENAR DAN SAHPembukaan UUD 1945"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.""Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.""Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.""Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Renungkan
Mungkin Anda pernah menghafal isi Pembukaan UUD 1945. Cobalah Anda renungkan isinya. Kalau mungkin,
hafallah kembali isinya.
Demikianlah Pembukaan UUD 1945 yang memuat rumusan Pancasila sebagai dasar negara, dan perubahannya setelah
Piagam Jakarta
Bayangkan apa yang mungkin akan terjadi jika Pembukaan UUD 1945 itu diubah !
Ungkapkan perasaan dan pendapatmu/pandanganmu !Apakah anda akan membiarkan hal tersebut terjadi ?
B. Sejarah Singkat Perumusan Pembukaan UUD NRI 1945
Jepang membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPKI-62 orang) tanggal 29 April 1945 dan dilantik 28 Mei 1945
dengan ketua : Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan wakil ketua R. Panji Soeroso dan Ichibangase (orang Jepang) yang mulai bekerja 29 Mei 1945.Tugas BPUPKI tersebut adalah :1. Membuat rancangan dasar negara2. Membuat rancangan Undang-Undang Dasar
BPUPKI Melakukan 2 kali sidang, yaitu :
1) Sidang pertama tanggal 29 mei s/d 1 juni 1945, membahas Dasar Negara Indonesia antara lain dikemukakan oleh :1) Muhammad Yamin (29 Mei 1945) yang diusulan secara lisan :a. Peri Kebangsaanb. Peri Kemanusiaanc. Peri Ketuhanand. Peri Kerakyatane. Kesejahteraan rakyat
Setelah berpidato Muhammad Yamin menyampaikan usulan tertulis yang terdiri dari :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa2. Kebangsaan Persatuan Indonesia3. Rasa Kemanusiaan Yang adil dan beradab4. Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan/perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2) Soepomo (31 Mei 1945 ) menyampaikan pokok-pokok
1. pikirannya sebagai berikut :2. Paham Negara Persatuan3. Warga negara hendaknya tunduk kepada Tuhan dan supaya ingat kepada Tuhan (Perhubungan negara dan agama) Sistem badan permusyawaratan4. Ekonomi negara bersifat kekeluargaan5. Hubungan antara bangsa yang bersifat Asia Timur Raya
3) Soekarno (1 Juni 1945) menyampaikan lima dasar negara sebagai berikut :
a. Kebangsaan Indonesiab. Internasionlisme atau Peri kemanusiaanc. Mufakat atau demokrasid. Kesejahteraan sosiale. Ketuhanan yang berkebudayaan
Namun, ketiga rumusan tersebut tidak ada yang ditetapkan sebagai dasar negara, maka dibentuklah Panitia Kecil
(Panitia Sembilan) yang terdiri atas : Soekarno (ketua), Moh. Hatta, Moh. Yamin, Achmad Soebardjo, Wachid Hasyim, Agus Salim, Abdulkahar Moedzakir, Abikusno Tjokrosoejoso, AA. Maramis.
Panitia Kecil berhasil menyusun Piagam Jakarta (Jakarta Charter) nama ini diberikan oleh M. Yamin pada tgl 22 Juni
1945, yaitu dokumen yang berisikan asas dan tujuan negara Indonesia Merdeka dengan rumusan berikut :1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk pemeluknya.2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Sidang kedua tanggal 10 sampai 16 Juli 1945, Membahas rancangan Undang- Undang Dasar Negara Indonesia
yang menghasilkan UUD 1945 yang terdiri dari :1. Pembukaan UUD 1945 empat alinea yg didlmnya tercantum rumusan Pancasila.2. Batang tubuh yg terdiri dari 16 BAB, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan.3. Penjelasan yang terdiri dari Penjelasan umum dan pasal demi pasal.
Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, diputuskan :
1. Mengesahkan Pembukaan UUD 19452. Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar menjadi UUD 19453. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Hoh. Hatta sebagai wakil presiden.4. Sebelum terbentuknya MPR kekuasaan dijalankan oleh presiden dng bantuan Komite nasional.C. MAKNA PEMBUKAAN UUD NRI 1945 Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme, kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan dengan padat dan khidmat dalam empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai universal artinya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh dunia, sedangkan lestari artinya mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah: Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan). Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur). Alinea III : memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa). Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila. Selanjutnya marilah kita uraikan satu persatu makna masing-masing Alinea Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut: Alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” Makna yang terkandung dalam Alinea pertama ini adalah menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapai masalah kemerdekaan melawan penjajah. Alinea ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, dan oleh karenanya harus ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak kemerdekaannya sebagai hak asasinya. Disitulah letak moral luhur dari pernyataan kemerdekaan Indonesia. Selain mengungkapkan dalil obyektif, alinea ini juga mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil tersebut di atas meletakkan tugas kewajiban bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaaan setiap bangsa. Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan ialah karena penjajahan itu bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini berarti setiap hal atau sifat yang bertentangan atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan juga harus secara sadar ditentang oleh bangsa Indonesia. Pendirian tersebut itulah yang melandasi dan mengendalikan politik luar negeri kita. Alinea kedua : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur” Kalimat tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita akan perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Hal Ini juga berarti adanya kesadaran keadaan sekarang yang tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah
yang kita ambil sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alinea ini jelas apa yang dikehendaki atau diharapkan oleh para "pengantar" kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkannya. Alinea ini mewujudkan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian : 1. Bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan; 2. Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan; 3. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Alinea ketiga : “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” Kalimat tersebut bukan saja menegaskan apa yang menjadi motivasi nyata dan materiil bangsa Indonesia, untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan motivasi spiritualnya, bahwa maksud dan tindakan menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa. Hal tersebut berarti bahwa bangsa Indonesia mendambakan kebidupan yang berkeseimbangan material dan spiritual serta keseimbangan kebidupan di dunia dan di akhirat. Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur dan mengilhami Proklamasi Kemerdekaan (sejak dari Piagam Jakarta) serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-Nyalah bangsa Indonesia berhasil dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan negara yang berwawasan kebangsaan. Alinea keempat : “Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan 13 kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar, untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka. Tujuan nasional negara Indonesia dirumuskan dengan "... Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial" Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menyusun kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan yang panjang dan padat ini, alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan: 1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu:melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial; 2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat; 3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. D. Makna Pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Undang-Undang Dasar merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia, sedangkan Pembukaan UUD
1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya,
Pembukaan juga merupakan sumber dari “cita hukum” dan” cita-cita moral” yang ingin ditegakkan baik dalam lingkungan
nasional maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di dunia
Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan khidmat dalam empat alinea itu, setiap alinea kata-katanya mengandung arti
dan makna yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yg universal & lestari.
>Universal, krn mengandung nilai-nilai yg dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh muka bumi; dan
>Lestari, krn mampu menampung dinamika masyara-kat, dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama
bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945,serta bersifat tetap/permanen,tidak boleh diubah oleh
siapapu;termasuk MPR hasil PEMILU,sebab merubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan NKRI yang berdasarkan
Pancasila.
E.KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD NRI 1945 DALAM NKRIPembukaan UUD mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang beradab diseluruh muka bumi. Kalimat
di dalam Pembukaan UUD tersebut antara lain “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan”.
Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 termuat unsur-unsur seperti yang diisyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum
yaitu “kebulatan dari keseluruhan peraturan hukum”. Adapun syarat-syarat yang dimaksudkan mencakup hal-hal berikut:
1. Adanya kesatuan objek (penguasa) yang mengadakan peraturan-peraturan hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya
suatu Pemerintah Republik Indonesia
2. Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar keseluruhan peraturan hukum. Hal initerpenuhi oleh adanya
dasar Filsafat Negara Pancasila
3. Adanya kesatuan daerah dimana keseluruhan peraturan hukum itu berlaku, terpenuhi oleh penyebutan “seluruh tumpah
darah Indonesia”
4. Adanya kesatuan waktu dimana keseluruhan peraturan hukum itu berlaku. Hal itu terpenuhi oleh penyebutan
“disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia” yang berlangsung saat sejak timbulnya
Negara Indonesia sampai seterusnya selama Negara Indonesia ada.
Pokok kaidah negera yang fundamental menurut ilmu hukm tata Negara mempunyai beberapa unsur mutlak antara lain:
1. Dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu bentuk pernyataan lahir sebagai
penjelmaan kehendak pembentuk Negara untuk menjadikan hal-hal tetentu sebagai dasar Negara yang dibentuknya.
2. Dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok Negara yang dibentuk sebagai berikut :
Dasar tujuan Negara (tujuan umum dan tujuan khusus).Tujuan umum, tercakup dalam kalimat untuk memajukan kesejahteraan
umumdan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Tujuan
umum ini berhubungan dengan masalah hubungan antara bangsa (hubungan luar negri) atau politik luar negeri Indonesia yang
bebas aktif. Tujuan khusus, tercakup dalam kaimat “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan
ehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan social bagiseluruh rakyat Indonesia. Tujuan ini bersifat khusus dalam
kerangka tujuan bersama, yaitu menuju masyarakat adil dan makmur. Ketentuan diadakannya Undang- Undang Dasar yang tersimpul dalam kalimat, “Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”. Bentuk Negara, adalah “Republik yang berkedaulatan Rakyat”
Dasar filsafat Negara (asas kerohaian) pancasila yang tercakup dalam kalimat “….dengan berdasar kepada : Ke-Tuhanan yang
MAha Esa; Kemanusian yang adil dan beradab, PersatuanIndonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyaaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dengan demikian, pembukaan UUD 1945 telah memenuhi syarat sebagai pokok kaidahNegara yang fundamental ( fundamental
norm ). Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD1945 (Batang Tubuh UUD 1945).UUD memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Karena sifatnya tertulis dan rumusannya jelas, UUD 1945 merupakan hukum positif yangmengikat pemerintah sebagai
penyelenggara negara, dan juga mengikat setiap warga negara.
2. Membuat norma–norma, aturan–aturan serta ketentuan –ketentuan yang dapat dan harusdilaksanakan secara
konstitusional.
UUD 1945, termasuk pembukaan UUD 1945 yang dalam tertib hukum Indonesia merupakan undang –undang yang tertinggi, menjadi alat kontrol norma–norma hukum yang lebihrendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia
.
1. Pokok-pokok Pikiran Dlm Pembukaan UUD 1945
Pokok pikiran pertama : ”Negara – begitu bunyinya – ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pokok pikiran kedua : ”Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. .
Pokok pikiran ketiga : ”Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakayatan dan permusyawaratan/ perwakilan”.
Pokok pikiran keempat : ”Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”.
2. Hubungan Pembukaan Dengan Batang Tubuh UUD 1945
Bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945, merupakan ”— suasanan kebatinan dari UUD Negara Indonesia
serta mewujudkan cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik tertulis maupun tidak tertulis”--.
Pembukan UUD 1945 mempunyai hubungan langsung dng Batang Tubuh UUD 1945, karena mengandung pokok-pokok
pikiran yang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal di Batang Tubuh UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945, memuat dasar falsafah negara Pancasila dan Batang Tubuh UUD 1945 yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.
3. Tata Urutan Peratutan Perundangan Yang Berlaku di Indonesia
Pada awalnya tercantum di dalam TAP MPRS No.XX/MPRS/1966, Selanjutnya dikukuhkan kembali dengan TAP MPR
No.V/MPR/1973, dan TAP MPR No.IX/MPR/1978. Di era reformasi, dirubah dengan keluarnya TAP MPR Nomor
III/MPR/2003
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Perpu
e. Peraturan Pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Perda
Tetapi dalam perjalanannya muncul UU No. 10 Tahun 2004 tentang tata urutan perundang-undangan RI sebagai berikut :
a. UUD 1945
b. UU / Perpu
c. Peraturan Pemerintah
d. Perpres
e. Perda
B. Perbandingan Konstitusi Pada Negara RI dengan Negara Liberal & Negara Komunis
a. Konstitusi Negara Republik Indonesia
Mekanisme demokrasi Pancasila telah tercantum di dalam Penjelasan UUD 1945. Penjabaran lebih lanjut sistem
Pemerintahan negara sebagai berikut :
• Indonesia ialah negara yg berdasar atas hukum.
• Indonesia menggunakan sistem konstitusional.
• Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR.
• Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di bawah majelis.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
• Menteri negara adalah pembantu Presiden ; Menteri negara tdk bertanggung jawab kpd DPR.
• Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Lembaga-lembaga Kenegaraan
Konsepsi Konstitusi negara republik Indonesia bersumber kepada UUD 1945, dan berdasarkan Pancasila.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Presiden
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Mahkamah Agung (MA)
b. Konstitusi Pada Negara Liberal
Negara tidak boleh campur tangan dalam urusan pribadi, ekonomi, dan agama warganya. Negara hanya berfungsi sebagai
“Penjaga Malam”, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban individu serta menjamin kebebasan seluas-luasnya dalam
memperjuangkan kehidupannya.
Bentuk negara yang diidamkan aliran liberalisme adalah demokrasi parlementer dengan persamaan hak bagi seluruh rakyat
di depan hukum dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. Contoh Konstitusi di Negara Inggris.
Pemerintahan negara Inggris dikenal sebagai induknya parlementaria (mother of parliament), dengan ciri-ciri : Kekuasaan legislatif (DPR/Parlemen) lebih kuat dari kekuasaan eksekutif (Pemerintah = Perdana Menteri).
Menteri-menteri (kabinet) harus mempertanggungja-wabkan semua tindakannya kepada DPR.
Program-program kebijaksanaan kabinet harus dise-suaikan dengan tujuan politik sebagian besar anggota parlemen.
Kedudukan kepala negara (raja, ratu, pengeran, atau kaisar) hanya sebagai lambang atau simbol yang tidak dapat diganggu gugat.
Raja atau ratu sebagai pemegang tahta kerajaan, dalam pemerintahan bersifat seremonial.
Ratu memberi persetujuan resmi terhadap undang-undang yang telah disahkan oleh parlemen, tetapi tidak boleh menyatakan
pendapatnya secara terbuka. Ratu bertanggung jawab atas penunjukkan Perdana Menteri dan pembubaran parlemen sebelum masa pemilihan.
Kekuasaan dan hak-hak istimewa raja/ratu, sebenarnya tergantung pada Perdana Menteri dan Kabinetnya.
Menteri-menteri kabinet berasal dari partai mayoritas dalam Majelis Rendah (House of Commons). Sedangkan raja/ratu secara
otomatis menduduki jabatan warisan dalam Majelis Tinggi (House of Lord).
BAB 3
Bentuk dan Kedaulatan Negara
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai dasar hukum, UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.Pancasila merupakan hukum diatas segala hukum (staats fundamental norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh beretentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, sebab UUD 1945 adalah hukum yang setingkat di bawah Pancasila.
UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat sattis/absolut. UUD 1945 dapat diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara. Bahkan soal perubahan UUD ini sudah tertuang sendiri pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 37.Menurut A.A Struycken proses lahirnya UUD 1945 sebagai konstitusi negara sudah dimulai sejak sebelum proklamasi kemerdekaan R.I. pada 29 april 1945, indonesia mendesak jepang untuk membentuk badan yang bertugas menyelidiki kemungkinan pemberian kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia sempat mengalami pergantian konstitusi negara. Indonesia pernah menjadi negara republik indonesia serikat antara 27 desember hingga 17 agustus 1950. Pada masa tersebut, konstitusi yang berlaku yaitu konstitusi RIS. Sementara itu, antara 17 agustus 1950- 5 juli 1959, konstitusi yang berlaku di indonesia adalah UUDS 1950. Setelah dekrit presiden pada 5 juli 59’, indonesia kembali ke konstitusi semula, yaitu UUD 1945 hingga sekarang.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa prancis, yaitu constitier, yang berarti membentuk. Dalam kehidupan sehari-hari kita telah terbiasa menerjemahkan constitution(dari bahasa inggris) menjadi undang-undang dasar(UUD).
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraBENTUK DAN KEDAULATAN NKRIMenurut teori modern, bentuk negara saat ini dibedakn menjadi dua, yaitu negara kesatuan (unitaris) dan negara serikat (federalis).Bentuk Negara IndonesiaPeriode 17 Agustus 1950 – sekarangNegara serikat dirasakan kurang cocok bagi Indonesia. Karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, agama, pulau-pulau, bahasa daerah, dan kemajemukan yang tinggi mengakibatkan resiko perpecahan tinggi. Dan kesulitan pemerintah federal mengatur negara bagian, membuat negara bagian cenderung ingin melepaskan diri dari RIS.
Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 [RIS] (Bentuk Negara Serikat)Dalam periode ini bentuk negara Republik Indonesia berubah menjadi negara serikat. Sebetulnya bukan kehendak bangsa Indonesia untuk memakai bentuk negara dan sistem pemerintahan, politik, dan administrasi negara seperti ini, namun keadaan yang memaksa demikian.
Periode 18 Agustus – 27 Desember 1949 (Bentuk Negara Kesatuan)Dalam masa ini bentuk negara sesuai dengan UUD45 yaitu kesatuan dan bentuk pemerintahannya republik
Isi pokok UUD NRI 1945 tentang Bentuk Negara
Tentang bentuk negara Indonesia ini dinyatakan dalam pasal 1 Ayat (1) UUD NRI 1945, yaitu negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik.
Sistem Pemerintahan NRISistem pemerintahan di Indonesia terbagi menjadi Sistem Pemerintahan Sentralisasi, Sistem Pemerintahan Desentralisasi, Sistem Pemerintahan Presidensial, dan Sistem Pemerintahan Parlementer.Kelebihan Sistem Sentralisasi :- Keseragaman peraturan di semua wilayah- Kesederhanaan Hukum- Pendapatan daerah dapat di alokasikan ke semua daerah dengan adil dan sesuai kebutuhan.
Kelemahan Sistem Sentralisasi :- Penumpukan pekerjaan di pusat, sehingga menghambat kinerja pemerintahan- Tidak sinkron antara peraturan yang dibuat di pusat dan kondisi lapangan di daerah
Sistem Pemerintahan SentralisasiSistem Pemerintahan DesentrlisasiKelebihan Sistem Desentralisasi- Daerah lebih berkembang, pembangunan lebih cepat- Peraturan dan kebijakan lebih tepat dan sesuai kebutuhan daerah
Kelebihan Sistem Desentralisasi
- Daerah lebih berkembang, pembangunan lebih cepat- Peraturan dan kebijakan lebih tepat dan sesuai kebutuhan daerahDiposkan oleh Arief Pramono di 10.41 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaSetiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan permerintahannya. Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan di dunia ini. Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing sistem. Sebelum lebih jauh membahas tentang Sistem Pemerintahan Indonesia, akan lebih baik lagi jika didahului dengan memahami beberapa hal dibawah ini.Klik untuk membaca lebih lanjut. >> Pengertian Sistem Pemerintahan
>> Kelebihan & kelemahan sistem pemerintahan presidensial dan parlementer.
>> Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial dan parlementer.
>> Perbedaan Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial
Sistem Pemerintahan dari Awal Kemerdekaanpada waktu awal kemerdekaan menganut sisten pemerintahan presidensial.Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 maka Presiden memiliki kekuasaan tertinggi dan dibantu oleh menteri-menteri sebagai pembantu presiden yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pada tanggal 12 September 1945 dibentuklah Kabinet Presidensial( Kabinet RI I) dengan 12 departemen dan 4 menteri negara. Selain itu wilayah Indonesia yang begitu luas dibagi menjadi 8 provinsi dan 2 daerah istimewa yang masing-masing wilayah dipimpin oleh gubernur.
Sistem Presidensial pernah berganti Sistem Parlementer yang dipimpin oleh kepala pemerintahan Perdana Menteri. Perdana Menteri Pertama Indonesia adalah Sutan Syahrir. Berubahnya sistem pemerintahan di Indonesia pada saat itu adalah pengaruh kuat dari kaum sosialis (KNIP). Selain itu Indonesia pada awal kemerdekaan juga masih belajar tentang bagaimana menjalankan pemerintahan. Dengan sistem parlementer ini maka Di Indonesia saat itu memiliki DPR yang anggotanya dipilih oleh rakyat. Sistem ini juga memungkinkan adanya banyak partai. Maksud dari sistem ini adalah untuk membatasi kewenangan presiden. Jika pada sistem presidensial kabinet bertanggungjawab kepada presiden maka sistem parlementer, Presiden bertanggungjawab kepada parlemen/DPR.Sebenarnya sistem parlementer ini adalah sebuah penyimpangan ketentuan UUD 1945 yang menyebutkan "pemerintahan harus dijalankan menurut sistem kabinet presidensial, dimana menteri sebagai pembantu presiden".
Karena sering mengalami kegagalan kabinet, dan banyak menimbulkan gerakan-gerakan pemberontakan yang menyebabkan stabilitas negara terganggu, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959 yang isinya antara lain mengembalikan konstitusi ke UUD 1945 dan bentuk pemerintahan kembali ke sistem presidensial.
Berikut Periodisasi Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949 Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949Bentuk Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan : PresidensialKonstitusi : UUD 1945Presiden & Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta(18 Agustus 1945 - 19 Desember 1948)Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)(19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)Ir. Soekarno & Mohammad Hatta(13 Juli 1949 27 - Desember 1949)
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda.Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang semula dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.
2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950Bentuk Negara : Serikat (Federasi)Bentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)Konstitusi : Konstitusi RIS
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)
Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota Den Hagg (Netherland) diadakan konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi
BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen.Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dam tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945 karena :1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (pasal 1 dan 2, Konstitusi RIS).2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence bangsa Indonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959Bentuk Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan : ParlementerKonstitusi : UUDS 1950
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta
UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut.Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat
untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang ternyata merupkan akhir dari upaya penyusunan UUD.Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli 1959.
4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966Bentuk Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : PresidensialKonstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta
Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Latar belakang dikeluarkannya dekrit ini adalah:
1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam. 2. Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang dasar 3. Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di daerah-daerahBerikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959:1. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945. 2. Pembubaran Badan Konstitusional 3. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin 1. Bentuk pemerintahan Presidensial Ir. Soekamo sebagai Presiden dan Perdana menteri dengan kabinetnya dinamakan Kabinet Kerja. 2. Pembentukkan MPR sementara dengan penetapan Presiden No. 2 tahun 1959. Keanggotaan MPRS terdiri dari 583 anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan daerah dan 200 wakil-wakil golongan.3. Pembentukkan DPR sementara berdasarkan penetapan Presiden No.3 tahun 1959 yang diketuai oleh Prcsiden dengan 45 orang anggotanya. 4. Pembentukkan Front Nasional melalui penetapan Prcsiden No.13 tahun 1959. tertanggal 31 Desember 1959. Tujuan Front Nasional adalah: a. Menyelesaikan Revolusi Nasional b. Melaksanakan pembangunan semesta nasional c. Mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI. Front Nasional banyak dimanfaatkan oleh PKI dan simpatisannya sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya.
5. Pembentukkan DPRGR Presiden Soekarno pada 5 Maret 1959 melalui penetapan Presiden No.3 tahun 1959 membubarkan DPR hasil Pemilu sebagai gantinya melalui penetapan Presiden No.4 tahun I960 Presiden membentuk DPRGR yang keanggotaannya ditunjuk oleh Soekarno. 6. Manipol USDEK Manifesto politik Republik Indonesia (Manipol) adalah isi pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959. Atas usul DPA Manipol dijadikan GBHN dengan Ketetapan MPRS No. 1 MPRS/I960, Menurut Presiden Soekano intisari dari Manipol ada lima yaitu : UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia. Disingkat menjadi USADEK. Berkembang pula ajaran Presiden Soekano yang dikenal dengan NASAKOM (Nasionalisme, Agama dan Komunis). 7. Berdasarkan Keputusan Presiden No.200 dan 201 tahun 1960 Presiden membubarkan Partai Masyumi dan PSI dengan alasan para pemimpin partai tersebut mendukung pemberontakan PRRI/Permesta.
Keadaan Ekonomi Mengalami Krisis, terjadi kegagalan produksi hampir di semua sektor. Pada tahun 1965 inflasi mencapai 65 %, kenaikan harga-harga antara 200-300 %. Hal ini disebabkan oleh a). penanganan dan penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih bersifat politis dan tidak terkontro. b). adanya proyek merealisasikan dan kontroversi.
Pada masa demokrasi terpimpin ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
• Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara• MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
• Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998Bentuk Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan : PresidensialKonstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Soeharto (22 Februari 1966 – 27 Maret 1968)Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)Soeharto & Adam Malik (24 Maret 1973 – 23 Maret 1978)Soeharto & Hamengkubuwono IX(23 Maret 1978 –11 Maret 1983)Soeharto & Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)Soeharto & Umar Wirahadikusumah(11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)Soeharto & Soedharmono (11 Maret 1993 – 10 Maret 1998)Soeharto & BJ Habiebie (10 Maret 1998– 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita.Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:• Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Setelah AmandemenBerdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.Pokok-pokok system pemerintahan Indonesiaberdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau
pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah DiamandemenSetelah dilakukan amandemen terhadap konstitusi Indonesia, Undang-undang dasar Negara Indonesia tahun 1945, maka terjadi perubahan pula pada pokok, pokok sistem pemerintahan sebagai berikutPokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut;1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut,
antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.Diposkan oleh Arief Pramono di 10.27 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Bentuk Negara dan PemerintahanBentuk Negara Indonesia adalah kepulauan yang sangat banyak dan dikelilingi oleh laut yang sangat luas. Kekayaan Negara Indonesia tidak terhitung jumlahnya, baik dari hasil lautnya, hasil bumi dan pertambangannya. Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk nagara yang terpenting ialah Negara Kesatuan (Unitarisme) dan Negara Serikat (Federasi).1. Negara Kesatuan ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, di seluruh negara yang berkuasa hanya ada satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh daerah. a.) Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi yang segala sesuatu dalam negara itu langsung diatur dan diulas oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal melaksanakannya. b.) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi, di mana kepada daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan daerah swatantra. Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1), dinyatakan bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.2. Negara Serikat (federasi) ialah suatu negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara, yang menjadi negara-negara bagian dari negara serikat itu. Negara-negara bagian itu asal mulanya adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri. Dengan menggabungkan diri dari dalam suatu negara serikat, maka yang negara tadinya berdiri sendiri itu dan sekarang menjadi negara bagian, melepaskan sebagian kekuasaannya dan menyerahkannya kepada negara serikat itu. Kekuasaan yang diserahkan itu disebutkan satu demi satu (limitatif), hanya kekuasaan yang disebutkan itu yang diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).Kekuasaan asli pada negara bagian. Negara bagian berhubungan langsung dengan rakyatnya. Kekuasaan negara serikat adalah kekuasaan yang diterimanya dari negara bagian. Biasanya yang diserahkan oleh negara-negara bagian kepada negara serikat ialah hal-hal yang berhubungan dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan, dan urusan pos.Adakalanya dalam pembagian kekuasaan antara pemerintah federasi dan pemerintah negara-negara bagian yang disebut adalah urusan-urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah negara-negara bagian, yang berarti bahwa bidang kegiatan pemerintah federal adalahurusan-urusan kenegaraan selebihnya (residuary powers).
Demikian sedikit penjelasan dari admin blog Sistem Pemerintahan Indonesia tentangBentuk Negara, semoga dapat menambah pengetahuan anda, terima kasih.Diposkan oleh Arief Pramono di 10.17 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Kedudukan Pembukaan UUD NRI 1945A. Pembukaan UUD 1945.Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksana kan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hakekat Pembukaan UUD 19451. Pembukaan UUD 1945 merupakan pernyataan kemerdekaan yang terperinci, dengan memuat pokok-pokok pikiran tentang adanya cita-cita luhur. Hal ini menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan dalam bentuk negara Indonesia merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur, dengan berdasarkan asas kerohanian Pancasila.2. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah fundamental negara, dalam hukum memiliki kedudukan yang tetap, kuat dan tidak berubah. Hal ini terletak pada kelangsungan hidup negera yang telah dibentuk dengan proklamasi kemerdekaan sebagai satu rangkaian kesatuan organik dalam kesatuan negara Republik Indonesia.3. Pembukaan UUD 1945 menurut hierarki tertib hukum, adalah peraturan yang
tertinggi merupakan dasar hukum diadakannya UUD negara, sehingga terjalin adanya hubungan kausal-organik antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasalnya.B. Pokok pikiran pembukaan UUD 1945. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara yang berkedaulatan berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.C. Kedudukan pembukaan dalam UUD 1945 Dalam hubungan dengan tertib hukum Indonesia, maka pembukaan mempunyai kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD. Dalam hubungan dengan kedudukan pembukaan sebagai pokok kaidah negara yang fundamentil, maka pembukaan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada batang tubuh UUD.Dengan perkataan lain : Pembukaan merupakan tertib hukum tertinggi dan terpisah dari batang tubuh UUD. Pembukaan merupakan pokok kaidah negara yang fundamentil yang menentukan adanya UUD itu Pembukaan terbawa oleh kedudukannya sebagai pokok kaidah negara yang fundamentil, mengandung pokok-pokok pikiran yang oleh UUD harus diciptakan/dituangkan dalam pasal-pasalnyaD. Makna setiap alinea dalam pembukaan.Alinea I makna objektif (universal), yaitu kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan makna subjektif (tekad yang tumbuh dari bangsa Indonesia), yaitu menghapuskan penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.ALINEA III► Pernyataan kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh nilai luhur bangsa yang bermartabat dan mempunyai harga diri sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain di dunia.► Motivasi spiritual religius, yaitu pengakuan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan rahmat Allah, bukan semata-mata usaha manusia atau rakyat dan bangsa Indonesia.ALINEA IV1.Tujuan negara, yaitu :− melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,− memajukan kesejahteraan umum,
− mencerdaskan kehidupan bangsa, dan− ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.2.Ketentuan akan adanya undang-undang dasar : “ ……… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-undang dasar …….. ”3.Asas politik negara, yakni asas politik dalam negeri berkedaulatan rakyat : “ ……. Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat …… “. Sedangkan asas politik luar negeri adalah bebas aktif.4. Asas kerohanian negara, yakni Pancasila : “ …… yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ……..
BAB 4
1. MATERI AJAR
2. Pengertian Pemerintahan Pusat dan Daerah
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintah, sedangkan
pemerintah berasal dari kata perintah. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
perintah mempunyai arti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu
sedangkan pemerintah adalah sekelompok orang yang secara bersama-sama
memikul tanggungjawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan memerintah
sesuatu negara (daerah-negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah
sesuatu negara (seperti kabinet merupakan suatu pemerintah). Bagaimana dengan
pengertian dari pemerintahan?
Pemerintahan atau “goverment” menurut C.F. Strong adalah organisasi dalam
mana dilektakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi.
Pemerintah (an) dalam arti luas merupakan sesuatu yang lebih besar dari pada
suatu badan atau kementrian-kementrian. Pemerintah (an), diberi tanggungjawab
meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemeliharaan perdamaian dan keamanan
negara, didalam atau pun diluar, pemerintah (an) harus memiliki kekuasaan militer
atau pengawasan atas angkatan bersenjata: kekuasaan legislatif atau sarana
pembuatan hukum; kekuasaan keuangan yaitu kesanggupan memungut uang yang
cukup untuk membayar biaya mempertahankan negara dan menegakkan hukum
yang dibuatna atas nama negara. Dengan demikian, pemerintahan mempunyai
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan kehakiman yang disebut tiga cabang
pemerintahan.
S.E. Finner neyatakan istilah “goverment” mempunyai empat arti yaitu
sebagai berikut:
1. Menunjukkan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan kontrol
atas pihk lain ( the activity or the process of governing).
2. Menunjukkan masalah-masalah ( hal ikhawal) megara dalam kegiatan atau
proses di atas dijumpai (state of affairs).
3. Menunjukkan orang-orang ( maksudnya pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-
tugas untuk memerintah (people charged with the duty of governing).
4. Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat
tertentu di perintah (the manner, method or system by which a particular
society is governed).
Berdasarkan hukum Tatanegara Republik Indonesia (UUD 1945) pemerintah itu
adalah presiden, Wakil presiden dengan menteri-menteri negara. Hal yang
demikian ini juga berlaku bagi negara-negara pada umumnya, baik yang menganut
sistem presidensial maupun parlementer. Pemerintah merupakan salah satu unsur
konstitutif negara. Peran pemerintah antara lain sebagai organisasi yang mengatur
dan memimpin negara, menegakkan hukum dan memberantas kekacauan,
mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang
bertentangan. Tanpa pemerintahan tidak mungkin negara itu berjalan secara baik.
1. Pengertian Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
Setiap negara selalu berupaya meningkatkan kesejahteraan warga negaranya
melalui penyelenggaran pemerintahan yang baik, walau tidak selalu berhasil.
Disisi lain, wilayah suatu negara cenderung sangat luas, dan jumlah warga
negaranya sangat banyak. Demi keefektifan dan efisiensi dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik untuk mewujudkan tujuan negara, dilakukanlah distribusi
kewenangan dan kekuasaan dalam bentuk pembagian wilayah penyelenggaraan
pemerintahan menjadi berapa daerah.
Berdasarkan ketentuan pasal 18 Ayat 1 dan 2, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dikenal adanya pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah. Pemerintahan pusatsebagai penyelenggara kegiatan pemerintahan secara
nasional yang berpusat di ibukota negara, sedangkan pemerintahan daerah terdiri
dari pemerintahan provinsi, dan pemerintahan provinsi terbagi atas pemerintahan
daerah, kabupaten dan kota.
Berdasarkan UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dalam
pasal 1 disebutkan bahwa pemerintah pusat adalah presiden RI yang memeng
kekuasaan pemerintahan negara RI sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara RI
tahun 1945. Sedangkana yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerinahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-uasnya dalam
sistem dan prinsip NKRI ebagaimana dimaksud dalam UUD RI 1945.pemerintah
daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 terdiri dari gubernur bupati atau
walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
Setiap daerah provinsi daerah kabupaten dan daerah kota mempunyai peerintahan
daerah yang diatur dengan UU. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tugas pemerintah adalah penugasan dari
pemerintah kepada daerah dan atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten atau kota dan atau desa serta dari pemerintah kabupaten atau kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Asas-asas dalam penyelenggaran pemerintahan yang baik atau “Good
Goverment” (Pusat dan Daerah) yaitu sebagai berikut:
N
o
Asas-asas Good
Governance Penjelasan Contoh
1. Kepastian hukum
Apapun yang dialkukan
pemerintah daerah
haruslah berdasarkan
hukum yang berlaku
2.
Tertib
penyelenggaraan
negara
Penyelenggaraan
pemerintah daerah
harus dilaksanaan
sesuai dengan tertib
administrasi negara
3.
Kepentingan
umum
Apapun yang dilakukan
pemerintah daerah
haruslah untuk
kepentingan umum
4. Keterbukaan
Masyarakat harus tau
apa yang dilakukan
oleh pemerintahnya
dan tidak boleh ditutup-
tutupi
5. Proposionalitas
Penyelenggaraan
negara harus
seimbang, tidak boleh
berat sebelah
6. Profesionalitas
Penyelenggaraan
pemerintah daerah
harus dilakukan oleh
orang yang ahli
dibidang masing-
masing
7. Akuntabilitas
Pemerintah harus bisa
mempertanggungjawab
kan tindakannya
kepada masyarakat
8. Efisiensi
Penyelenggaraan
pemerintah daerah
harus bisa dijalankan
dengan baik dengan
waktu, dana dan tenaga
seminimal mungkin
9. Efektivitas
Penyelenggaraan
pemerintah daerah
hatus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya
dalam mewujudkan
tujuan.
1. Hubungan pemerintahan pusat dan daerah
Berdasarkan ketentuan dalam aturan perundangan yang berlaku di negara
kesatuan Republik Indonesia, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dibagi dan
diserahkan kepada daerah utnuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintah menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Otonomi adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan tugas pembantuan
adalah penugasan dari pemrintah (pusat) kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintahan provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Walaupun pemerintahan daerah memiliki tnomi yang seluas-luasnya, dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan masih memiliki hubungan dengan
pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah lainnya. Pasal 2 (5) UU No. 32
Tahun 2004 menegaskan bahwa hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya yang dilaksanakan secara adil dan selaras.
Selanjutnya dalam ayat 7 ditegaskan bahwa hubungan wewenang, keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan
pemerintahan.
Berdasarkan hal tersebut, hubungan dan pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu hubungan struktural dan fungsional.
Hubungan struktural antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
menyangkut keduanya dalam sistem dan penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia, sedangkan hubungan funsional menyangkut atas pembagian tugas dan
kewenangan yang harus djalankan oleh pemerintahan pusat dan daerah dalm
rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
1. Hubungan struktural pemerintahan pusat dan daerah
Secara struktural pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan
pemerintahan ditingkat nasional. Dalam hal ini presiden RI memegang kekuasaan
pemerintahan NKRI sebagaimana ketetntuan yang terdapat pada UUD 1945.
Sedangkan pemerintahan daerah merupakan penyelanggara urusan pemerintahan
didaerah masing-masing bersama-sama DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dalam sistem dan prinsip NKRI. Pelaksanaan pemerintah daerah
mengacu pada UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU
Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antar pusat dan daerah.
Pemerintah desa adalah pemerintahan yang terdiri atas pemerintah desa dan
badan permusyawaratan desa atau BPD yaitu kepala desa dan perangkat desa
(sekretaris desa dan perangkat desa lainnya). Berdasarakan UU Nomor 32 Tahun
2004 yang dimaksud desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.
Secara struktural Presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
penyelenggaraan pemerintahan ditingkat nasional, sedangkan kepala daerah
(provinsi atau kabupaten/kota) merupaka penyelenggara pemerintahan diwilayah
darha masing-masing, sesuai dengan prinsip otonomi seluas-uasnya.
Dapat diketahui secara struktural kepala daerah kabupaten/kota tidak emmiliki
garis struktural dengan pemerintahan provinsi dan pemerintahan pusat karena
memiliki otonomi seluas-luasnya.
2. Hubungan fungsional pemerintahan pusat dan daerah
Hubungan fungsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang
harus dijalankan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang baik “Good Goverment”. Pembagian tugas,
wewenang dan kewajiban pemerintahan daerah pada dasarnya ditunjukkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hubungan fungsional antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerha
provinsi kabupaten dan kotta atau antara provinsi dengan kabupaten dan kota
telah diatur dalam UU dengan memperhatikan dengan memperhatikan kekhususan
dengan keragaman daerah. Hubungan fungsional tersebut menyangkut tentang
tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah.
1. Otonomi Daerah
Berdasarkan ketentuan peraturan perudang-undangan tersebut diketahui bahwa
pemerintah daerah provinsi, pemerintahan daerah kabupaten dan kota mengatur
dan mengurus urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintaha daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan yang oleh
UU ditentukan oleh urusan pemerintah pusat. Pemerintah daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi
dan tugas embantuan.
Dalam pelaksanakan otonomi daerah negara mengakui dan menghormati
persatuan kesatuan masyarakat hukum, adat, beserta hak-hak tradisonalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
NKRI. Dengan diberikannya otonomi pada daerah pemerintah daerah bisa
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan
kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan serta memilihara hubungan yang
serasi antar pusat dan daerah dalam menjaga keutuhan NKRI.
Hak dan kewajiban daerah otonom
Hak dan Kewajiban Daerah
Otonom Kewenangan Daerah Otonom
1. Megatur dan mengurus
sendiri urusan
pemerintahannya
2. Memilih pemimpin daerah
3. Mengelola peraturan daerah
4. Mengelola kekayaan daerah
5. Memungut pajak daerah dan
retribusi daerah
6. Mendapatkan bagi hasil dari
pengelolaan sumber daya
alam dan sumber-sumber
pendapatan lain yang sah
7. Mendapatkan hak lainnya
yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan
8. Melindungi masyarakat
9. Menjaga persatuan, kesatuan
dan kerukunan nasional serta
keutuhan NKRI
10.Meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat
11.Mengembangkan kehidupan
demokrasi
12.Mewujudkan keadilan dan
pemerataan
13.Meningkatkan pelayanan
dasar pendidikan
14.Menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan
15.Menyediakan fasilitas sosial
dan fasilitas umum yang
layak
16.Mengebangkan sistem
jaminan sosial
17.Menyususn perencanaan dan
tata ruang daerah
18.Mengembangkan sumber
daya produltif didaerah
19.Melestarikan lingkungan
hidup
20.Mengelola administrasi
kehidupan
21.Melestarikan nilai sosial
budaya
22.Membentuk dan menerapkan
peraturan perundang-
undangan sesuai dengan
kewenangannya
23.Kewajiban lain yang diatur
dalam peraturan perundang-
undangan
Pembagian Tugas dan Wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah
Dalam bab III (tentang Pembagian Urusan Pemerintahan), Pasal10 UU No. 32
Tahun 2004 disebutkan bahwa tugas dan wewenang yang menjadi urusan
pemerintahan pusat dan daerah adalah sebagai berikut:
Ayat (1) Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini
ditentukan menjadi urusan Pemerintah.
Ayat (2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Ayat (3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, dan agama.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat diluar urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud diatas, dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan sendiri sebagai urusan pemerintahan.
2. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada gubernur selaku wakil
pemerintah.
3. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/pemerintahan
desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
4. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai
dengan urusan yang
5.
Peran pemerintah pusat dalam kerangka otonomi daerah serta untuk mencapai
tujuan menciptakan kesejahteraan rakyat adalah sebgai berikut:
1. melakukan pembinaan, dengan memberikan pedoman, seperti dalam penilaian,
pengembangan, perencanaan dan pengawasan.
2. Memberikan standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian,
koordinasi, pemantauan dan evaluasi.
3. Memberikan fasilitas, yaitu berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan
dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi daerah dapat
dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kewenangan Bidang Keuangan
Hubungan antara pemerintahan pusat dengan daerah dalam bidang keuangan
ditegaskan dalam UUD 1945 bahwa “hubungan keuangan”, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang {Pasal 18A (2)}.
Undang-undang yang mengatur hubungan kewenangan antara pemerintahan pusat
dan daerah saat ini adalah UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara pusat dan Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut
ditegaskan adanya perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah
diantaranya sebagai berikut:
Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintahan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas peneyarahan tugas oleh
pemerintah kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal.
Kewenangan Bidang Politik
Dalam otonomi daerah, rakyat diberi kesempatan memilih langsung kepala
daerahnya dan wakil rakyat di daerah (anggota DPRD). Kepala daerah yang
terpilih juga bukan penguasa tunggal karena ia harus bertanggung jawab kepada
DPRD, jika melanggar peraturan, DPRD bisa memberhentikannya.
Kewenangan Bidang Administrasi
Dalam otonomi daerah, kewenangan di bidang administrasi adalah sebagai
berikut:
Menyangkut keuangan, pemerintah pusat memberikan uang kepada daerah,
dan daerah mengelolanya untuk kepentingan-kepentingan organisasinya. Uang
itu merupakan hasil pendapatan negara daari sumber daya alam, pajak dan
bukan pajak.
Daerah otonom juga melaksanakan kewenangan dalam bidan pelayanan publik
seperti: kesehatan, pendidikan, pertanian, pekerjaan umum, perhubungan,
agama, pertambangan dan lain-lain.
Daerah otonom juga diperbolehkan membuat peraturan daerah dan
mengusahakan sumber dana daerah melalui pembukaan dan promosi taman
wisata agro-bahari, pengembangan industri, pengembangan budaya dan
kesenian asli daerah, pengelolaan sumber daya alam dan lain-lain.
Otonom daerah dijalankan oleh pemerintah daerah selaku badan eksekutif
daerah dan DPRD sebagai badan legislatif daerah.
UU No. 32 Tahun 2004 juga mejelaskan tugas dan wewenang Kepala Daerah, yaitu
sebagai berikut:
Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Memegang teguh pancasila dan UUD 1945.
Menghormati kedaulatan rakyat.
Menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.
Meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat.
Mengajukan rencana peraturan daerah kepada DPRD.
Sedangkan DPRD,sebagai bagian dari pemerintahan daerah mempunyai tugas dan
wewenang sebagi berikut:
Bersama gubernur, bupati, atau walikota membentuk peraturan daerah.
Bersama gubernur, bupati, atau walikota membentuk dan menetapkan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Melakukan pengawasan.
1. Pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Pelaksanaan keputusan gubernur, bupati dan walikota.
3. Pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah.
4. Kebijakan pemerintah daerah.
5. Pelaksanaan kerja sama internasional di daerah.
6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah terhadap rencana
perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah.
Menampung dan menindak lanjuti aspirasi daerah dan masyarakat.
Sedangkan yang merupakan kewajiban DPRD adalah:
Mempertahankan dan memelihara keutuhan negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Mengamalkan Pancasila dan UUD 1945, serta mentaati segala peraturan
perundang-undangan.
Membina demokrasi dalam menyelenggarakan pemerintah daerah.
Meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah berdasarkan demokrasi ekonomi.
Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan pengaduan
masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaian
BAB 5
Pengertian Hukum
Hukum sebenarnya adalah bagian dari norma yang berlaku bagi masyarakat kita yaitu norma hukum.
Selain norma hukum kita juga mengenal norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Norma
hukum tentunya berbeda dengan norma-norma lainnya yang kemudian norma hukum tersebut disebut
sebagai hukum.
1. Pengertian Hukum
dari beberapa pendapat para pakar tentang pengertian hukum tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
Hukum memiliki unsur perintah dan larangan
Hukum merupakan kaidah atau norma yang harus ditaati yang bersifat memaksa.
Bagi yang melanggar tentunya akan mendapatkan sanksi. Sanksi adalah suatu akibat yang
diterima apabila melakukan perbuatan yang melanggar dari pihak yang berwajib menegakan
pelaksanaan hukum.
Menurut Pasal 10 KUHP, macam-macam sanksi :
Sanksi pokok terdiri dari:
1) Hukuman mati
2) Penjara
3) Kurungan serta denda
Sanksi tambahan terdiri dari:
1) Pencabutan hak-hak tertentu
2) Perampasan barang-barang tertentu
3) Pengumuman keputusan hakim
2. Asas dan tujuan hukum
Asas hukum terdiri atas dua, yaitu
a. Asas hukum umum, yaitu asas yang berhubungan dengan keseluruhan bidang hukum.
b. Asas hukum khusus, yaitu asas yang berlaku dalam lapangan hukum tertentu.
Dalam literatur hukum dikenal ada dua teori tentang tujuan hukum yaitu teori etis dan utilites. Teori etis
mendasarkan pada etika sedang menurut teori utilitis hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan.
B. Penggolongan Hukum
1. Hukum berdasarkan sumbernya, misalkan undang-undang, kebiasaan, traktat, dan yurisprudensi.
2. Hukum berdasarkan tempat berlakunya. Dibedakan menjadi hukum lokal, hukum nasional dan
hukum internasional
3. Hukum berdasarkan waktu berlakunya. Terbagi atas hukum positif (ius constitutum) dan hukum
dicitakan (ius constituendum).
4. Hukum berdasarkan isinya. Dibagi atas hukum perdata atau privat dan hukum publik.
5. Hukum berdasarkan cara mempertahankannya. Terbagi atas hukum material dan hukum formil.
Hukum material memuat peraturan yang mengatur hubungan dan kepentingan yang berwujud perintah
dan larangan, misalnya hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang. Sedangkan hukum formil yaitu
hukum yang mengatur cara bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material, misalnya
bagaimana cara mengajukan tuntutan, cara hakim mengambil keputusan .
6. Hukum berdasarkan bentuk dan wujud. Terbagi atas hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.
7. Hukum berdasarkan sanksi atau sifat. Terbagai atas hukum yang sifatnya mengatur dan hukum
yang sifatnya memaksa.
C. Sistem Hukum di Indonesia
Pasal 1 Ayat (3) menjelaskan “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Karena itu untuk mewujudkan
sebagai negara hukum maka segala penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan
pada hukum. Sayangnya Indonesia belum secara keseluruhan memiliki hukum nasional yang dibuat oleh
bangsa sendiri. Untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan hukum, maka hukum di Indonesia masih
menggunakan hukum-hukum warisan kolonial yang disesuaikan dengan keadaan hukum di Indonesia
atau sesuai dengan UUD 1945. Seperti yang tertulis dalam Pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 yang
berbunyi “ Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”. Hukum nasional yang merupakan warisan dari zaman
kolonial, antara lain:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia telah dilakukan kodifikasi. Sebagian besar dari aturan-aturan
pidana telah disusun dalam suatu kitab undang-undan, yaitu KUH Pidana. Sebagian lagi tersebar dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, seperti peraturan lalu lintas, peraturan tentang tindak pidana
terorisme. Selain sudah dikodifikasi, hukum pidana kita juga telah diunifikasi. Tujuan hukum positif
Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi “untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam pembukaan Undang
Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia
D. Lembaga-Lembaga Peradilan
1. Peradilan Umum Badan peradilan yang mengadili rakyat Indonesia pada umumnya atau rakyat
sipil. Peradilan umum sering disebut juga peradilan sipil.
2. Peradilan Agama Merupakan peradilan agama islam, yang memeriksa dan memutuskan
sengketa antara orang – orang yang beragama islam.
3. Peradilan Militer Peradilan yang mengadili anggota TNI baik angkatan darat, angkatan laut
maupun angkatan udara.
4. Peradilan Tata Usaha Negara Badan peradilan yang mengadili perkara-perkara yang
berhubungan dengan administrasi pemeintah.
Tingkat Lembaga Peradilan :
1. Pengadilan tingkat pertama, yaitu pengadilan negeri, pengadilan agama, pengadilan tata usaha
negara dan pengadilan militer.
2. Pengadilan tingkat kedua atau banding, yaitu pengadilan tinggi, pengadilan tinggi agama,
pengadilan tinggi tata usaha negara dan pengadilan tinggi militer.
3. Pengadilan tingkat kasasi, yaitu Mahkamah Agung
http://www.pn-yogyakota.go.id/pnyk/pengertian-peradilan.html
E. Peranan Lembaga Peradilan
Lembaga peradilan berperan untuk menerapkan dan menegakan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila. Pengadilan sebagai lembaga penegak hukum bertugas untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan setiap perkara yang diajukan kepadanya agar mendapatkan keadilan. Pengadilan tingkat
pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara yang pertama
kali diajukan. Fungsi pengadilan tingkat pertama adalah memeriksa tentang sah atau tidaknya suatu
penangkapan atau penahanan yang diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasa hukumnya.
Pengadilan tingkat kedua berfungsi sebagai pengadilan banding atau keputusan pada pengadilan tingkat
pertama. Pengadilan tingkat kasasi, yaitu Mahkamah Agung bertugas untuk memeriksa dan memutuskan
:
1. Permohonan Kasasi
2. Sengketa tentang kewenangan mengadili
3. Permohonan peninjuan kembali putusan pengadilan yang memperoleh keputusan hukum yang
pasti.
http://just-alfin.blogspot.com/2012/03/peranan-lembaga-lembaga-peradilan.html
F. Sikap Kesadaran Hukum
Menurut Prof. Dr. Achmad Ali SH. MH Kesadaran hukum adalah kesadaran tentang keberadaan dan
berlakunya norma hukum tertentu. Kesadaran hukum ada dua macam:
1. Kesadaran hukum yang positif adalah hukum yang untuk maksud baik. Contohnya karena
menyadari larangan untuk merampok maka si pelaku tercegah untuk melakukan perampokan.
2. Kesadaran hukum yang negatif adalah hukum yang digunakan untuk maksud buruk. Contohnya
karena menyadari haknya untuk dianggap “tidak bersalah” sebelum putusan hakim dan haknya untuk
dibela oleh advokat maka si pelaku berani melakukan korupsi.
G. Perbuatan Hukum
Perbuatan hukum adalah tindakan yang oleh hukum diberi akibat hukum berdasarkan anggapan bahwa
subjek hukum yang melakukannya memang menghendaki timbulnya akibat hukum yang bersangkutan.
Perbuatan hukum dapat berupa perbuatan yang sesuai atau menurut aturan hukum dan perbuatan yang
melanggar hukum. Perbuatan yang bertentang dengan hukum atau melanggar hukum atau dilarang oleh
undang-undang disebut sebagai kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan adalah perbuatan melanggar
hukum yang dikategorikan berat, sedangkan pelanggaran adalah perbuatan melanggar hukum yang
dikategorikan ringan