pkm gt_akuaponik sebagai jawaban kemandirian pertanian dan perikanan kota surabaya

25
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM AKUAPONIK SEBAGAI JAWABAN KEMANDIRIAN PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SURABAYA BIDANG KEGIATAN: PKM GT Diusulkan oleh : Achmad Zaimul Khaqqi Pamuji NIM. 13 250 0030 (Angkatan 2013) Mohammad Shoffi Al-Baihaqi NIM. 13 250 0013 (Angkatan 2013) Irene Dian Kinasih NIM. 12 250 0020 (Angkatan 2012) UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2014

Upload: himabioplacenta

Post on 02-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwanamun tidak sebanding dengan luas areal pertanian. Diperkirakan dalam 24 tahunke depan lahan pertanian Kota Surabaya akan habis dan beralih fungsi (Arifin,2012). Peralihan ini disebabkan adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhantempat tinggal dan sulitnya mencari air untuk bercocok tanam. Hasil survei BadanPusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jatimsampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen. Selama ini solusi yang dilakukanuntuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian adalah denganhidroponik (Lingga, 1984), tetapi harga larutan nutrisinya relatif mahal bagi parapetani, sehingga membuat para petani kurang tertarik untuk melakukannya.Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep penerapan sistemakuaponik skala rumah tangga di Kota Surabaya. Kelebihan sistem ini telahterbukti keberhasilannya di Kota Barbados kepulauan Karibia dan Bangladeshdalam mengurangi ketergantungan akan impor produk pertanian dan pemakaianpestisida (Aquaponics4You, 2014). Berdasarkan kelebihannya, maka penerapansistem akuaponik skala rumah tangga berpotensi dan layak diaplikasikan untukmenyelesaikan permasalahan Kota Surabaya, antara lain ketidakmandirianpemenuhan produk pertanian dan perikanan, kurangnya pendapatan untuk biayahidup dan tingginya jumlah pengangguran. Penerapan sistem akuaponik skalarumah tangga diharapkan dapat menjadikan Kota Surabaya mandiri dalammemenuhi produk pertanian dan perikanan, meningkatkan income keluarga danmenjadi bentuk usaha baru untuk mengurangi angka pengangguran.Sistem ini akan berlangsung bila didukung oleh pemerintah dan LSMuntuk membangkitkan minat masyarakat mencoba melakukannya. Secara spesifikinstansi dan organisasi yang dapat berperan dalam pelaksanaan danpengembangan program ini antara lain Pemkot, Deptan Provinsi, LSM dankalangan akademisi. Sedangkan pendanaan program ini dapat diperoleh dariprogram CSR perusahaan, PNPM Mandiri serta KUR sebagai programberkelanjutan.Pada sistem akuaponik skala rumah tangga, sebaiknya jenis ikan yangdigunakan adalah ikan mujair atau nila. Kedua jenis ikan tersebut bersifatpemakan tumbuhan (herbivora), sehingga memudahkan dan menguntungkanpemeliharaan, karena murahnya harga pakan dan tingginya minat konsumsimasyarakat. Sedangkan tanaman yang dipadukan sebaiknya dari jenis sawi,bayam dan kangkung. Pada tahap awal, ketiga tanaman tersebut yangdiintensifkan, sedangkan kedepannya masih banyak jenis tanaman lainnya yangdapat diaplikasikan secara sistem akuaponik. Pengembangan tersebut memerlukandukungan penuh dari akademisi dan Badan Litbang Deptan.Sistem akuaponik skala rumah tangga jika diterapkan minimal 1 dari 5rumah, maka kebutuhan produk pertanian dapat terpenuhi secara mandiri. Jikagagasan ini diterapkan secara massal disetiap perkampungan Kota Surabayasecara konsisten dan berkelanjutan, maka Kota Surabaya akan terbebas dariketergantungan produk pertanian, bahkan dapat menjadi pemasok produkpertanian ke daerah lain.

TRANSCRIPT

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

AKUAPONIK SEBAGAI JAWABAN KEMANDIRIAN PERTANIAN DAN

PERIKANAN KOTA SURABAYA

BIDANG KEGIATAN:

PKM – GT

Diusulkan oleh :

Achmad Zaimul Khaqqi Pamuji NIM. 13 250 0030 (Angkatan 2013)

Mohammad Shoffi Al-Baihaqi NIM. 13 250 0013 (Angkatan 2013)

Irene Dian Kinasih NIM. 12 250 0020 (Angkatan 2012)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA

SURABAYA

2014

iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat tersusun.

Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti Program Kreatifitas

Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT). Melalui kesempatan ini kami ucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Tatang Sopandi, M.P, yang bersedia sebagai dosen pembimbing

utama karya tulis ini,

2. Bapak Arif Yachya S.Si., M.Si atas saran-sarannya,

3. Orang tua dan saudara-saudara kami yang telah merestui dan mendoakan

langkah-langkah kami dalam menyusun karya tulis ini,

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna, meskipun

demikian penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan, Insya

Allah.

Surabaya, 08 Maret 2014

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL................................................................................................................ iPENGESAHAN .................................................................................................. iiKATA PENGANTAR ........................................................................................ iiiDAFTAR ISI....................................................................................................... ivDAFTAR TABEL............................................................................................... vRINGKASAN ..................................................................................................... vi

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1Latar Belakang ............................................................................................. 1Tujuan .......................................................................................................... 2Manfaat ........................................................................................................ 2

GAGASAN ......................................................................................................... 3Kondisi Geografis Surabaya ........................................................................ 3Kondisi Tanaman Hortikultura di Surabaya ................................................ 3Kondisi Perikanan di Surabaya .................................................................... 4Konsep Sumber Hara Tanaman pada Sistem Akuaponik ............................ 6Konsep Hidroponik dalam Sistem Akuaponik............................................. 7Konsep Dana Modal Penerapan Sistem Akuaponik .................................... 7Solusi yang Pernah Ditawarkan ................................................................... 8Gagasan Baru yang Ditawarkan................................................................... 8Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan..................................... 9Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan.................................... 10

KESIMPULAN................................................................................................... 11Inti Gagasan ................................................................................................. 11Teknik Implementasi Gagasan..................................................................... 11Prediksi Keberhasilan Gagasan.................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ 15

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Sayuran yang dapat dibudidayakan di Kota Surabaya

pada sistem akuaponik ................................................................... 3Tabel 2. Jenis ikan yang direkomendasi pada sistem akuaponik................. 5Tabel 3. Identifikasi pelaksana, sumber dana dan program

penerapan sistem akuaponik .......................................................... 9Tabel 4. Peranan instansi terkait dalam pengembangan sistem

akuaponik....................................................................................... 9

vi

RINGKASAN

Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwanamun tidak sebanding dengan luas areal pertanian. Diperkirakan dalam 24 tahunke depan lahan pertanian Kota Surabaya akan habis dan beralih fungsi (Arifin,2012). Peralihan ini disebabkan adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhantempat tinggal dan sulitnya mencari air untuk bercocok tanam. Hasil survei BadanPusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jatimsampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen. Selama ini solusi yang dilakukanuntuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian adalah denganhidroponik (Lingga, 1984), tetapi harga larutan nutrisinya relatif mahal bagi parapetani, sehingga membuat para petani kurang tertarik untuk melakukannya.

Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep penerapan sistemakuaponik skala rumah tangga di Kota Surabaya. Kelebihan sistem ini telahterbukti keberhasilannya di Kota Barbados kepulauan Karibia dan Bangladeshdalam mengurangi ketergantungan akan impor produk pertanian dan pemakaianpestisida (Aquaponics4You, 2014). Berdasarkan kelebihannya, maka penerapansistem akuaponik skala rumah tangga berpotensi dan layak diaplikasikan untukmenyelesaikan permasalahan Kota Surabaya, antara lain ketidakmandirianpemenuhan produk pertanian dan perikanan, kurangnya pendapatan untuk biayahidup dan tingginya jumlah pengangguran. Penerapan sistem akuaponik skalarumah tangga diharapkan dapat menjadikan Kota Surabaya mandiri dalammemenuhi produk pertanian dan perikanan, meningkatkan income keluarga danmenjadi bentuk usaha baru untuk mengurangi angka pengangguran.

Sistem ini akan berlangsung bila didukung oleh pemerintah dan LSMuntuk membangkitkan minat masyarakat mencoba melakukannya. Secara spesifikinstansi dan organisasi yang dapat berperan dalam pelaksanaan danpengembangan program ini antara lain Pemkot, Deptan Provinsi, LSM dankalangan akademisi. Sedangkan pendanaan program ini dapat diperoleh dariprogram CSR perusahaan, PNPM Mandiri serta KUR sebagai programberkelanjutan.

Pada sistem akuaponik skala rumah tangga, sebaiknya jenis ikan yangdigunakan adalah ikan mujair atau nila. Kedua jenis ikan tersebut bersifatpemakan tumbuhan (herbivora), sehingga memudahkan dan menguntungkanpemeliharaan, karena murahnya harga pakan dan tingginya minat konsumsimasyarakat. Sedangkan tanaman yang dipadukan sebaiknya dari jenis sawi,bayam dan kangkung. Pada tahap awal, ketiga tanaman tersebut yangdiintensifkan, sedangkan kedepannya masih banyak jenis tanaman lainnya yangdapat diaplikasikan secara sistem akuaponik. Pengembangan tersebut memerlukandukungan penuh dari akademisi dan Badan Litbang Deptan.

Sistem akuaponik skala rumah tangga jika diterapkan minimal 1 dari 5rumah, maka kebutuhan produk pertanian dapat terpenuhi secara mandiri. Jikagagasan ini diterapkan secara massal disetiap perkampungan Kota Surabayasecara konsisten dan berkelanjutan, maka Kota Surabaya akan terbebas dariketergantungan produk pertanian, bahkan dapat menjadi pemasok produkpertanian ke daerah lain.Kata kunci : akuaponik, pertanian, perikanan, Kota Surabaya

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2011 menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwa (Redaksi Surabaya Pagi,

2011). Laju pertumbuhan penduduk yang cepat harus diiringi oleh pemenuhan

kebutuhan lapangan kerja, pangan dan tempat tinggal yang cukup dan layak.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) luas Kota Surabaya sebesar 326.360 km2

dimana 1.634 ha berupa lahan pertanian yang 60 persennya telah dikuasai

pengembang perumahan (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012). Diperkirakan

dalam 24 tahun ke depan lahan pertanian di Surabaya akan habis dan beralih

fungsi (Arifin, 2012).

Alih fungsi lahan pertanian menjadi pertokoan dan perumahan disebabkan

adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhan tempat tinggal dan sulitnya para

petani mencari air yang sesuai untuk bercocok tanam (Redaksi Surabaya Kita,

2011). Hal ini memicu para petani di daerah perkotaan beralih ke jenis usaha

lainnya, sehingga menyebabkan penurunan produk pertanian daerah.

Ditinggalkannya usaha pertanian tersebut telah dibuktikan dari hasil survei BPS

yang menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa Timur (Jatim)

sampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen (Panca, 2013). Selama ini belum ada

solusi nyata untuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian di

Kota Surabaya. Sistem pertanian yang memungkinkan untuk diaplikasikan di

daerah perkotaan dengan lahan yang sempit adalah hidroponik. Media yang

digunakan pada sistem hidroponik berupa air yang mengandung nutrisi bagi

tanaman (Lingga, 1984). Kelebihan sistem hidroponik dapat dilakukan di lahan

sempit, misalnya teras rumah atau ruangan kosong di dalam rumah. Sedangkan

kekurangannya berupa mahalnya larutan nutrisi, sehingga membuat para petani

kurang tertarik melakukannya.

Berdasarkan permasalahan diatas, solusi yang dapat ditawarkan berupa

penerapan sistem akuaponik, yaitu gabungan sistem hidroponik dan akuakultur

yang saling bersimbiotik (Rakocy et al., 2006., Diver, 2006). Pertanian

menggunakan sistem akuaponik dapat dilakukan di lahan sempit, tanaman tidak

2

perlu disiram dan dipupuk, air kolam tidak perlu diganti, ramah lingkungan dan

bisa dilakukan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagian besar tanaman

hortikultura dapat tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik (Diver, 2006).

Sistem akuaponik menghasilkan dua produk, yaitu produk pertanian dan

perikanan. Berdasarkan kelebihannya tersebut maka sistem akuaponik layak

menjadi solusi punahnya lahan pertanian di perkotaan. Selain itu sistem

akuaponik juga dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat dijadikan

penghasilan tambahan para ibu rumah tangga, karena sifat dari akuaponik yang

sederhana, praktis dan mudah dilakukan oleh semua kalangan tanpa memerlukan

keahlian khusus. Bila ditinjau dari segi lingkungan, penerapan sistem akuaponik

akan membuat daerah pemukiman perkotaan menjadi lebih hijau dan sejuk.

Berdasarkan beberapa kelebihan inilah yang membuat sistem akuaponik layak

diaplikasikan menjadi sistem pertanian dan perikanan di Kota Surabaya.

Tujuan

Karya tulis ini bertujuan merumuskan konsep pengembangan sistem

akuaponik di Kota Surabaya untuk meningkatkan ketahanan pangan secara

mandiri, menambah penghasilan keluarga dan menurunkan jumlah pengangguran

di Kota Surabaya.

Manfaat

Manfaat karya tulis ini adalah menambah pengetahuan dan menggugah

Pemerintah Kota dan masyarakat Surabaya untuk menerapkan sistem akuaponik

sebagai jawaban kemandirian pangan, peningkatan pendapatan keluarga dan

bentuk usaha baru yang potensial.

3

GAGASAN

Kondisi Geografis Surabaya

Menurut Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Surabaya berada

diantara 7° 9' - 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur,

sehingga beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 172 mm. Surabaya

merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 m dpl pada kemiringan < 3 %

dan perbukitan landai dengan ketinggian 25 - 50 m dpl pada kemiringan 5 - 15 %

sehingga kelembapan udara sekitar 42 - 96 % dan suhu berkisar 25 - 30° C

(Badan Lingkungan Hidup, 2011).

Kondisi Tanaman Hortikultura di Surabaya

Kebutuhan sayuran tidak sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan

oleh petani. Selama ini pemenuhan kebutuhan produk hortikultura didapatkan dari

Kabupaten Mojokerto dan Malang. Jika daerah tersebut gagal panen maka terjadi

kelangkaan sayuran, sehingga harganya meroket. Jika ditinjau dari kondisi

geografis Surabaya maka tanaman yang dapat dibudidayakan antara lain sawi,

kangkung dan bayam. Persyaratan hidup masing-masing tanaman ditunjukkan

pada tabel 1.

Tabel 1. Sayuran yang dapat dibudidayakan di Kota Surabaya pada sistem

akuaponik

Pembeda

Sawi

(Brassica

juncea)

Bayam

(Amaranthus

sp.)

Kangkung

(Ipomoea

aquatica)

Suhu (oC) 15 – 25 17 – 28 25 – 30

Ketinggian (m dpl) 5 – 1.200 < 1.400 < 2.000

Kelembaban (%) 80 – 90 50 – 60 60

Masa panen (hari) 40 – 50 21 – 30 25

Harga / ikat (Rp) 3.500 25 2.250

(Sumber : Cahyono, 2003., Bandini & Aziz, 2000., Palada & Chang, 2003)

4

Kondisi Perikan di Surabaya

Perairan sungai dan laut di Surabaya sudah tercemar oleh limbah industri

dan rumah tangga yang dibuang di sepanjang sungai Surabaya (Rizki & Petrus,

2013). Penurunan kualitas perairan sungai dan laut berdampak pada turunnya

perolehan ikan hasil tangkapan nelayan, sehingga masyarakat mengandalkan hasil

perikanan dari budidaya air tawar. Menurut Dinas Pertanian Bidang Perikanan dan

Kelautan Kota Surabaya, jenis ikan air tawar yang sesuai untuk dibudidayakan di

Surabaya antara lain bandeng, udang vannamei, lele, nila, patin, tawes, mas,

gurami dan mujair (Dinas Pertanian Bidang Perikanan dan Kelautan Kota

Surabaya, 2013).

Budidaya ikan air tawar di Kota Surabaya tidak terlepas dari beberapa

kendala, misalnya sempitnya lahan budidaya, tingginya kadar garam air tanah

akibat rembesan air laut dan susahnya mencari sumber air. Kendala-kendala

tersebut membuat para petani tidak tertarik melakukannya. Selama ini kebutuhan

hasil perikanan tergantung dari Kabupaten Sidoarjo, Pasuruan dan Kediri, tetapi

harga ikan relatif mahal karena adanya biaya pengiriman dan kondisi ikan sudah

tidak segar lagi. Solusi yang dapat ditawarkan berupa penerapan sistem

akuaponik. Pada sistem ini sumber air yang dipakai berasal dari air PDAM yang

telah dinetralisir kandungan kaporitnya. Salah satu kelebihan sistem ini adalah

tidak perlu penggantian air karena air yang bersifat toksik terhadap ikan akibat

penumpukan kotoran ikan (amoniak) dan sisa-sisa makanan akan diuraikan oleh

bakteri nitrifikasi menjadi nitrat yang menjadi sumber hara bagi tanaman,

sehingga ikan tetap sehat. Pada sistem akuaponik air kolam tersebut sama dengan

media pertumbuhan pada sistem hidroponik.

Semua ikan dapat dibudidayakan pada sistem akuaponik tapi ikan yang

direkomendasi adalah ikan lele dan ikan mujair karena mengeluarkan amonia

yang banyak, sehingga nutrisi tanaman dapat terpenuhi dan tahan pada air yang

relatif kotor. Profil dan persyaratan hidup ikan lele dan mujair ditunjukkan pada

tabel 2.

5

Tabel 2. Jenis ikan yang direkomendasi pada sistem akuaponik

PembedaIkan lele

(Clarias gariepinus)

Ikan Mujair

(Tilapia mossambica)

DO (ppm) > 3 > 3

Suhu (oC) 22 – 25 20 – 25

pH 6.5 – 7,5 7 – 8

Ketinggian (m dpl) 10 – 140 150 – 1.000

MakananOmnivora, cenderung

karnivora dan rakusHerbivora

Masa panen (bulan) 4 – 5 5

Harga / Kg (Rp) 15.000 – 25.000 20.000 – 25.000

(Sumber : Puspowardodo & Abbar, 2005., Sugiarti, 1988)

Mahalnya pakan ikan dan besarnya permintaan pasar, maka ikan mujair

atau nila lebih disarankan pada sistem akuaponik. Pakan ikan mujair dapat berupa

limbah sayuran pasar, dedaunan atau hasil sayuran dari akuaponik, sehingga

terbentuk siklus mutualisme diantara keduanya. Kebalikan dari ikan lele yang

memerlukan pakan berbahan dasar hewani untuk pertumbuhannya karena sifatnya

yang pemakan daging (karnivora). Penggunaan ikan mujair atau nila yang bersifat

pemakan tumbuhan (herbivora) memudahkan dan menguntungkan pemeliharaan,

karena tidak terlalu mengeluarkan biaya yang besar dalam perawatan, sedangkan

harga jualnya di pasar serta minat masyarakat relatif tinggi. Ikan lele juga bisa

diberi pakan berupa limbah sayuran, akan tetapi pertumbuhannya menjadi lebih

lambat karena tidak sesuai dengan fisiologisnya yang membutuhkan protein

hewani. Selain itu sistem penjualan ikan lele cenderung membutuhkan tengkulak

yang umumnya merugikan pembudidaya, karena rendahnya harga beli dari

tengkulak dan ditambah lagi faktor kecurangan dalam penimbangan. Sebaliknya

ikan mujair atau nila berpotensi dijual langsung pembudidaya ke pasar tradisional,

warung kaki lima, restoran atau warga sekitar, karena tingginya daya minat

masyarakat pada ikan mujair/nila dibanding ikan lele.

6

Konsep Sumber Hara Tanaman pada Sistem Akuaponik

Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan hara makro dan mikro

yang diperoleh dari udara, tanah dan air. Hara makro vital bagi tanaman adalah

nitrogen yang terkandung melimpah di udara dalam bentuk gas dan di tanah

dalam bentuk persenyawaan. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk amoniak

dan nitrat (Barker & Bryson, 2007). Pada sistem pertanian tradisional dengan

media tanah perlu dilakukan penambahan nitrat atau amoniak untuk memenuhi

kebutuhan nitrogen tanaman, sehingga diperoleh hasil panen sesuai harapan.

Harga senyawa nitrat dan amoniak di pasaran relatif mahal. Pada sistem

hidroponik kebutuhan nitrat atau amoniak lebih besar sebab tidak menggunakan

tanah, sehingga diperlukan biaya yang relatif tinggi untuk pembuatan larutan

nutrisi terlebih lagi larutan nutrisi tersebut perlu penggantian secara periodik.

Pada sistem akuaponik tidak perlu dilakukan pembuatan laturan nutrisi

sebab air kolam sudah kaya akan unsur hara makro dan mikro dari kotoran dan

sisa-sisa pakan ikan. Ammoniak dan ammonium adalah produk akhir metabolik

yang diekresikan ikan dan diketahui pada kadar sedang mempengaruhi nafsu

makan ikan, sedangkan pada kadar tinggi bersifat toksik bagi ikan (Alanara et al.,

2001). Selanjutnya ammoniak dan ammonium tersebut diuraikan oleh bakteri

pengikat nitrogen, yaitu nitrosomonas dan nitrobacter menjadi nitrat. Bakteri

Nitrosomonas berperan sebagi biofilter yang bertugas menkonversi amonia

menjadi nitrit.

2NH3 + 3O2 2HNO2 + 2H2O

Selanjutnya nitrit diubah menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter (Rakocy et al.,

2006).

2HNO2 +O2 2HNO3

Kedua bakteri ini memerlukan substrat untuk perlekatan karena keduanya

bersifat nonmotil (tidak dapat bergerak) (Mancinelli, 1996). Sabut kelapa dapat

digunakan sebagai substratnya karena permukaannya yang kasar, mudah diperoleh

dan tidak memerlukan biaya. Air kolam yang telah mengandung nitrat dialirkan

ke tempat pembesaran tanaman untuk filtrasi sisa-sisa pakan dan penyerapan

nitrat sebagai sumber nutrisi seperti pada sistem hidroponik, hasilnya air kembali

bersih dan aman bagi ikan (Aquaponics4You, 2014).

7

Konsep Hidroponik dalam Sistem Akuaponik

Perbedaan mendasar dari hidroponik dan akuaponik adalah asal sumber

nutrisi. Hidroponik memperoleh sumber nutrisi dari preparasi larutan nutrisi

dengan komposisi tertentu. Sedangkan akuaponik memanfaatkan air kolam yang

mengandung kotoran ikan yang kaya akan sumber N dan sisa pakan yang

mengandung hara makro dan mikro.

Semua jenis metode hidroponik dapat diterapkan pada sistem akuaponik

namun yang disarankan adalah Nutrien Film Tehnique (NFT). Menurut Chadirin

(2007), NFT adalah metode dimana akar tanaman ditempatkan di lapisan air

dangkal sesuai kebutuhan sehingga tanaman dapat memperoleh air, nutrisi,

oksigen dan terjaga dari kebusukan.

Konsep Dana Modal Penerapan Sistem Akuaponik

Penerapan sistem akuaponik memerlukan pendanaan yang dapat diperoleh

dari dana pribadi, bantuan pemerintah, atau perusahaan. Beberapa sumber dana

potensial untuk penerapan sistem akuaponik di masyarakat, antara lain :

1. Program responbilitas social dari perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR). Undang - Undang No. 27 Tahun 2008 menyebutkan

bahwa perusahaan wajib mengalokasikan dana 3% dari total keuntungan

bersihnya sebagai dana CSR perusahaan (Jaringan Usaha Kecil Indonesia

Online, 2007).

2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri)

menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community

development) sebagai pendekatan operasionalnya untuk meningkatkan

efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja

(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, 2014).

3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari

Pemerintah melalui PT. Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan

Usaha. Program ini merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses

oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki prospek bisnis yang

baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan (Deputi Bidang

Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, 2007).

8

Solusi yang Pernah Ditawarkan

Selama ini bentuk nyata kegiatan warga Surabaya untuk meningkatkan

usaha pertanian berupa pemberdayaan hidroponik yang dilakukan dan

diimplementasikan oleh organisasi lingkungan hidup Tunas Hijau Club di

Semolowaru Indah I Blok T-10 Surabaya (Tunas Hijau Club, 2011). Akan tetapi

pelaksanaannya hanya terbatas di keanggotaan Tunas Hijau Club dan

kelangsungannya tidak terjaga yang kemungkinan disebabkan mahalnya larutan

nutrisi sehingga membuat masyarakat kurang tertarik melakukannya.

Gagasan Baru yang Ditawarkan

Penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga telah dilakukan di

Barbados, kepulauan Karibia dengan tujuan mengurangi ketergantungan akan

impor produk pertanian. Sedangkan di Bangladesh juga disosialisasikan aplikasi

akuaponik untuk memerangi pemakaian pestisida pada produk pertanian

(Aquaponics4You, 2014).

Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan

pada masyarakat serta kondisi terkini, maka upaya terobosan untuk menunjang

ketahanan pangan Kota Surabaya secara mandiri dapat dilakukan melalui

penerapan sistem akuaponik. Kelebihan ini antara lain tidak memerlukan lahan

luas, tanaman tidak memerlukan penyiraman dan pemupukan, tahan terhadap

penyakit, air kolam tidak perlu diganti, ramah lingkungan, menghasilkan sayuran

organik dan ikan yang berkualitas serta bisa dilakukan oleh semua kalangan

masyarakat tanpa membutuhkan keterampilan khusus.

Penerapan sistem akuaponik merupakan solusi yang mampu menjawab

beberapa permasalahan di Kota Surabaya diantaranya dapat menjadi solusi

penyempitan lahan di perkotaan, meningkatkan ketahanan pangan secara mandiri,

menambah pendapatan keluarga, mengurangi jumlah pengangguran dan membuat

Kota Surabaya lebih hijau dan sejuk.

9

Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan

Gagasan aplikasi sistem akuaponik skala rumah tangga dapat terwujud

melalui partisipasi aktif berbagai pihak yang disebutkan pada tabel 3.

Tabel 3. Identifikasi pelaksana, sumber dana dan program penerapan sistem

akuaponik

Pelaksana Sumber danaProgram yang

diterapkan

Kalangan akademisi

(mahasiswa/Perguruan

Tinggi

Alokasi dana APBD

pemerintah melalui

pengajuan usulan

Sosialisasi sistem

akuaponik

Pemerintah Desa

Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM)

Pengajuan usulan

sistem akuaponik

sebagai program CSR

perusahaan yang

berkelanjutan

Pelatihan pembuatan

sistem akuaponik skala

kecil sebagai media

pembelajaran dan

percontohan di setiap

desa

Dinas Pertanian

Dinas Perikanan

Pengajuan usulan

sistem akuaponik

sebagai program PNPM

Mandiri dan program

KUR

Pelaksanaan pembuatan

sistem akuaponik di

setiap rumah

Untuk pengembangan sistem akuaponik berkelanjutan sebagai dasar

kemandirian masyarakat Surabaya di masa depan dapat dicapai melalui partisipasi

aktif beberapa instansi yang ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Peranan instansi terkait dalam pengembangan sistem akuaponik

Instansi Peranan

Lembaga penelitian

Melakukan riset metode akuaponik yang

mampu menghasilkan output berkualitas

Melakukan riset bakteri nitrifikasi yang

10

Instansi Peranan

berkualitas

Universitas / Institut

pertanian dan perikanan

Melakukan riset bibit tanaman dan ikan unggul

yang sesuai dengan karakteristik akuaponik

serta potensi pasar dan rencana bisnis

Pemerintah

Kebijakan dan arahan untuk konversi lahan

sempit di perkotaan menjadi sistem akuaponik

Membuat pasar khusus produk organik

Memberikan kemudahan dalam

mengalokasikan dana melalui program PNPM

Mandiri dan KUR

Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan

Gagasan penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga dapat

diimplementasikan dengan baik apabila didukung beberapa hal strategis sebagai

berikut :

1. Adanya riset berkelanjutan dalam pengembangan akuaponik sebagai

sistem pertanian dan perikanan di Surabaya.

2. Pemerintah mensosialisasikan program sistem akuaponik skala rumah

tangga.

3. Penegasan kembali aturan dalam UU No. 27 tahun 2008 tentang

Corporate Social Responsibility perusahaan mengenai kemanfaatan aliran

dana CSR. Pembuatan kebijakan pemerintah dapat dilakukan apabila dana

tidak terdistribusi dengan baik.

4. Sistem akuaponik dijadikan program PNPM Mandiri dan KUR yang

berkelanjutan sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

lapangan pekerjaan.

5. Komitmen antara pemerintah, petani dan masyarakat untuk menjadikan

Kota Surabaya lebih hijau dan lebih mandiri dalam menunjang ketahanan

pangan.

11

KESIMPULAN

Inti Gagasan

Gagasan kemandirian Kota Surabaya dalam bidang pertanian dan

perikanan dapat dicapai dengan menerapkan sistem akuaponik. Ikan yang

digunakan adalah ikan mujair yang dipadukan dengan tanaman sawi, bayam dan

kangkung. Penerapan sistem akuaponik yang didukung secara totalitas oleh

warga, pihak akademisi dan pemerintahan dapat menciptakan kemandirian produk

pertanian dan perikanan, menambah pendapatan keluarga dan mengurangi jumlah

pengangguran di Kota Surabaya.

Teknik Implementasi Gagasan

Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan sistem

akuaponik berbasis kemandirian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pendekatan secara gradual (bertahap) kepada Pemerintah

Desa, LSM dan kelompok tani sebagai awal pelaksanaan kerjasama

dengan masyarakat.

2. Melakukan kemitraan strategis dengan perusahaan yang memiliki program

dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai modal awal

pengembangan sistem akuaponik.

3. Sosialisasi dan penyuluhan program sistem akuaponik yang akan

dilaksanakan oleh kalangan akademisi melalui program pengabdian

masyarakat.

4. Melakukan pelatihan pembuatan sistem akuaponik skala kecil oleh Dinas

Pertanian dan Perikanan sebagai media pembelajaran dan percontohan di

setiap Desa.

5. Penanaman kepercayaan kepada masyarakat (trust) akan menjadi lebih

baik jika dilakukan sistem akuaponik.

6. Mobilisasi masyarakat untuk melaksanakan program yang di sepakati

bersama.

7. Melakukan pengajuan usulan dana melalui program PNPM Mandiri

dengan konsep pemberdayaan masyarakat mandiri.

12

8. Memberikan kredit murah kepada masyarakat melalui program KUR

sebagai modal berkelanjutan.

9. Montoring dan pembimbingan pembuatan sistem akuaponik skala rumah

tangga berbasis kemandirian yang telah dilakukan.

10. Melakukan mekanisme evaluasi secara periodik dan professional.

Prediksi Keberhasilan Gagasan

Gagasan penerapan sistem akuaponik ini dapat dijadikan solusi sistem

pertanian dan perikanan Kota Surabaya. Jika 1 dari 5 rumah menerapkan sistem

akuaponik maka kebutuhan pangan dapat terpenuhi secara mandiri. Jika gagasan

ini diterapkan secara massal, konsisten dan berkelanjutan, maka beberapa

permasalahan Kota Surabaya terselesaikan, karena penerapan sistem akuaponik

skala rumah tangga telah terbukti sukses mengatasi ketergantungan impor produk

pertanian di Barbados, kepulauan Karibia (Aquaponics4You, 2014).

13

DAFTAR PUSTAKA

Alanara A, Kadri S, & Paspatis M 2001, ‘Feed management’, in Dominic H,

Thierry B &Malcolm J (eds), Food intake in fish, Blacwell Science Ltd,

Oxford.

Aquaponics4You 2014, ‘Step by step how to build your own aquaponics system’,Aquaponics4You, viewed 03 March 2014,

<http://aquaponics4You.com>.

Arifin S 2012, ‘Lahan pertanian Jatim menyusut 879,3 ha/tahun’, Bappeda Jawa

Timur, viewed 03 March 2014, <www.bappeda.jatimprov.go.id>.

Badan Lingkungan Hidup 2011, ‘Status lingkungan hidup daerah Kota Surabaya2011’, BLH Surabaya, viewed 03 March 2014, <http://lh.sura

baya.go.id>.

Bandini & Aziz 2000, ’Bayam’, Penebar Swadaya, Jakarta.

Barker, AV & Bryson, GM 2007, ‘Nitrogen’, in AV Barker & DJ Pilbeam (eds),Handbook of Plant nutrition, Press-Taylor and Francis Group, Boca

Raton.

Cahyono B 2003, ’Teknik dan strategi budi daya sawi hijau’, Yayasan Pustaka

Nusantara, Yogyakarta.

Chadirin Y 2001, ’Pelatihan aplikasi teknologi hidroponik untuk pengembangan

agribisnis perkotaan’, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha 2007, ’Kredit Usaha

Rakyat’, Departemen Koperasi, viewed 03 March 2014,

<www.depkop.go.id>.

Dinas Pertanian Bidang Perikanan dan Kelautan Kota Surabaya 2013, ’Profilperikanan Kota Surabaya 2012 Surabaya’, Dipertas Surabaya, viewed 03

March 2014, <http://dipertasby.files.wordpress.com/2013/03/profil-

perikanan suraba ya-2012.pdf>.

Dinas Pertanian Kota Surabaya 2012, ‘60 persen lahan pertanian surabaya

dikuasai pengembang’, Republika, viewed 03 March 2014,

<www.republika.co.id>.

14

Diver, S 2006, ‘Aquaponics — integration of hydroponics with aquaculture’,ATTRA - National Sustainable Agriculture Information Service,

National Center for Appropriate Technology.

Jaringan Usaha Kecil Indonesia Online 2007, ‘Pengertian / definisi CSR -

Corporate Social Responsibilty’, Jaringan Usaha Kecil Indonesia Online

Blog, viewed 03 March 2014, <http://www.usaha-kecil.com>.

Lingga, P 1984, ’Hidroponik: Bercocok tanam tanpa tanah’, Niaga Swadaya.

Mancinelli, RL 1996, ‘The nature of nitrogen: an overview. Life support &

biosphere science’, International Journal of Earth Space, vol. 3, pp. 17–24.

Palada MC & Chang LC 2003, Suggested Cultural Practices for Moringa,

AVRDC, Internasional Cooperators Guide.

Panca EH 2013, ‘Luas lahan pertanian di jawa timur alami penyusutan’, Tribun

News, viewed 03 March 2014, <www.tribunnews.com>.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri 2014, ’Tentang PNPM’,PNPM, viewed 03 March 2014, <http://www.pnpm-mandiri.org/>.

Puspowardodo, H & Abbar, SD 2006, ’Pembenihan dan pembehan ikan lele

dumbo hemat air’, Kanisius, Yogyakarta.

Rakocy, JE , Masser, MP & Losordo, TM 2006, ‘Recirculating aquaculture tank

production systems: Aquaponics — integrating fish and plant culture’.Southern Regional Aquaculture Center.

Redaksi Surabaya Kita 2011, ‘Petani surabaya barat sulit air tak bisa cocoktanam’, Surabaya Kita, viewed 03 March 2014,

<www.redaksisurabayakita.com>.

Redaksi Surabaya Pagi 2011, ‘Penduduk surabaya bertambah 36.577 orang’,Surabaya Pagi, viewed 03 February 2014, <www.surabayapagi.com>.

Rizki & Petrus 2013, ’Kematian ribuan ikan sungai surabaya akibat limbah

kembali terjadi’, Mongabay blog, viewed 03 February 2014,

<http://www.mongabay.co.id>.

Sugiarti 1988, ’Teknik pembenihan ikan Mujair dan Nila’, CV Simpleks, Jakarta.

Tunas Hijau Club 2011, ’Kebun di halaman depan, rumah kompos dan hidroponik

di samping markas tunas hijau’, Tunas hijau Club Blog, viewed 03

February 2014, <http://tunashijau.org>.

18

Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama / NIMProgram

Studi

Alokasi

Waktu

(jam/

minggu)

Uraian Tugas

1

Ach. Zaimul

Khaqqi P.

132500030

Ketua kelompok

Biologi6 jam per

minggu

- Koordinasi kerja

kelompok

- Pengusul ide gagasan

2

Mohammad Shoffi

Al-baihaqi

132500013

Anggota

Biologi6 jam per

minggu

- Editing proposal

- Pengkaji materi dengan

dosen pembimbing

3

Irene Dian K.

122500020

Anggota

Biologi6 jam per

minggu

- Dokumentasi kegiatan

- Finishing proposal