USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
AKUAPONIK SEBAGAI JAWABAN KEMANDIRIAN PERTANIAN DAN
PERIKANAN KOTA SURABAYA
BIDANG KEGIATAN:
PKM – GT
Diusulkan oleh :
Achmad Zaimul Khaqqi Pamuji NIM. 13 250 0030 (Angkatan 2013)
Mohammad Shoffi Al-Baihaqi NIM. 13 250 0013 (Angkatan 2013)
Irene Dian Kinasih NIM. 12 250 0020 (Angkatan 2012)
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2014
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat tersusun.
Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti Program Kreatifitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT). Melalui kesempatan ini kami ucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Tatang Sopandi, M.P, yang bersedia sebagai dosen pembimbing
utama karya tulis ini,
2. Bapak Arif Yachya S.Si., M.Si atas saran-sarannya,
3. Orang tua dan saudara-saudara kami yang telah merestui dan mendoakan
langkah-langkah kami dalam menyusun karya tulis ini,
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna, meskipun
demikian penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan, Insya
Allah.
Surabaya, 08 Maret 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL................................................................................................................ iPENGESAHAN .................................................................................................. iiKATA PENGANTAR ........................................................................................ iiiDAFTAR ISI....................................................................................................... ivDAFTAR TABEL............................................................................................... vRINGKASAN ..................................................................................................... vi
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1Latar Belakang ............................................................................................. 1Tujuan .......................................................................................................... 2Manfaat ........................................................................................................ 2
GAGASAN ......................................................................................................... 3Kondisi Geografis Surabaya ........................................................................ 3Kondisi Tanaman Hortikultura di Surabaya ................................................ 3Kondisi Perikanan di Surabaya .................................................................... 4Konsep Sumber Hara Tanaman pada Sistem Akuaponik ............................ 6Konsep Hidroponik dalam Sistem Akuaponik............................................. 7Konsep Dana Modal Penerapan Sistem Akuaponik .................................... 7Solusi yang Pernah Ditawarkan ................................................................... 8Gagasan Baru yang Ditawarkan................................................................... 8Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan..................................... 9Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan.................................... 10
KESIMPULAN................................................................................................... 11Inti Gagasan ................................................................................................. 11Teknik Implementasi Gagasan..................................................................... 11Prediksi Keberhasilan Gagasan.................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ 15
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Sayuran yang dapat dibudidayakan di Kota Surabaya
pada sistem akuaponik ................................................................... 3Tabel 2. Jenis ikan yang direkomendasi pada sistem akuaponik................. 5Tabel 3. Identifikasi pelaksana, sumber dana dan program
penerapan sistem akuaponik .......................................................... 9Tabel 4. Peranan instansi terkait dalam pengembangan sistem
akuaponik....................................................................................... 9
vi
RINGKASAN
Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwanamun tidak sebanding dengan luas areal pertanian. Diperkirakan dalam 24 tahunke depan lahan pertanian Kota Surabaya akan habis dan beralih fungsi (Arifin,2012). Peralihan ini disebabkan adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhantempat tinggal dan sulitnya mencari air untuk bercocok tanam. Hasil survei BadanPusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jatimsampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen. Selama ini solusi yang dilakukanuntuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian adalah denganhidroponik (Lingga, 1984), tetapi harga larutan nutrisinya relatif mahal bagi parapetani, sehingga membuat para petani kurang tertarik untuk melakukannya.
Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep penerapan sistemakuaponik skala rumah tangga di Kota Surabaya. Kelebihan sistem ini telahterbukti keberhasilannya di Kota Barbados kepulauan Karibia dan Bangladeshdalam mengurangi ketergantungan akan impor produk pertanian dan pemakaianpestisida (Aquaponics4You, 2014). Berdasarkan kelebihannya, maka penerapansistem akuaponik skala rumah tangga berpotensi dan layak diaplikasikan untukmenyelesaikan permasalahan Kota Surabaya, antara lain ketidakmandirianpemenuhan produk pertanian dan perikanan, kurangnya pendapatan untuk biayahidup dan tingginya jumlah pengangguran. Penerapan sistem akuaponik skalarumah tangga diharapkan dapat menjadikan Kota Surabaya mandiri dalammemenuhi produk pertanian dan perikanan, meningkatkan income keluarga danmenjadi bentuk usaha baru untuk mengurangi angka pengangguran.
Sistem ini akan berlangsung bila didukung oleh pemerintah dan LSMuntuk membangkitkan minat masyarakat mencoba melakukannya. Secara spesifikinstansi dan organisasi yang dapat berperan dalam pelaksanaan danpengembangan program ini antara lain Pemkot, Deptan Provinsi, LSM dankalangan akademisi. Sedangkan pendanaan program ini dapat diperoleh dariprogram CSR perusahaan, PNPM Mandiri serta KUR sebagai programberkelanjutan.
Pada sistem akuaponik skala rumah tangga, sebaiknya jenis ikan yangdigunakan adalah ikan mujair atau nila. Kedua jenis ikan tersebut bersifatpemakan tumbuhan (herbivora), sehingga memudahkan dan menguntungkanpemeliharaan, karena murahnya harga pakan dan tingginya minat konsumsimasyarakat. Sedangkan tanaman yang dipadukan sebaiknya dari jenis sawi,bayam dan kangkung. Pada tahap awal, ketiga tanaman tersebut yangdiintensifkan, sedangkan kedepannya masih banyak jenis tanaman lainnya yangdapat diaplikasikan secara sistem akuaponik. Pengembangan tersebut memerlukandukungan penuh dari akademisi dan Badan Litbang Deptan.
Sistem akuaponik skala rumah tangga jika diterapkan minimal 1 dari 5rumah, maka kebutuhan produk pertanian dapat terpenuhi secara mandiri. Jikagagasan ini diterapkan secara massal disetiap perkampungan Kota Surabayasecara konsisten dan berkelanjutan, maka Kota Surabaya akan terbebas dariketergantungan produk pertanian, bahkan dapat menjadi pemasok produkpertanian ke daerah lain.Kata kunci : akuaponik, pertanian, perikanan, Kota Surabaya
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2011 menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwa (Redaksi Surabaya Pagi,
2011). Laju pertumbuhan penduduk yang cepat harus diiringi oleh pemenuhan
kebutuhan lapangan kerja, pangan dan tempat tinggal yang cukup dan layak.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) luas Kota Surabaya sebesar 326.360 km2
dimana 1.634 ha berupa lahan pertanian yang 60 persennya telah dikuasai
pengembang perumahan (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012). Diperkirakan
dalam 24 tahun ke depan lahan pertanian di Surabaya akan habis dan beralih
fungsi (Arifin, 2012).
Alih fungsi lahan pertanian menjadi pertokoan dan perumahan disebabkan
adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhan tempat tinggal dan sulitnya para
petani mencari air yang sesuai untuk bercocok tanam (Redaksi Surabaya Kita,
2011). Hal ini memicu para petani di daerah perkotaan beralih ke jenis usaha
lainnya, sehingga menyebabkan penurunan produk pertanian daerah.
Ditinggalkannya usaha pertanian tersebut telah dibuktikan dari hasil survei BPS
yang menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa Timur (Jatim)
sampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen (Panca, 2013). Selama ini belum ada
solusi nyata untuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian di
Kota Surabaya. Sistem pertanian yang memungkinkan untuk diaplikasikan di
daerah perkotaan dengan lahan yang sempit adalah hidroponik. Media yang
digunakan pada sistem hidroponik berupa air yang mengandung nutrisi bagi
tanaman (Lingga, 1984). Kelebihan sistem hidroponik dapat dilakukan di lahan
sempit, misalnya teras rumah atau ruangan kosong di dalam rumah. Sedangkan
kekurangannya berupa mahalnya larutan nutrisi, sehingga membuat para petani
kurang tertarik melakukannya.
Berdasarkan permasalahan diatas, solusi yang dapat ditawarkan berupa
penerapan sistem akuaponik, yaitu gabungan sistem hidroponik dan akuakultur
yang saling bersimbiotik (Rakocy et al., 2006., Diver, 2006). Pertanian
menggunakan sistem akuaponik dapat dilakukan di lahan sempit, tanaman tidak
2
perlu disiram dan dipupuk, air kolam tidak perlu diganti, ramah lingkungan dan
bisa dilakukan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagian besar tanaman
hortikultura dapat tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik (Diver, 2006).
Sistem akuaponik menghasilkan dua produk, yaitu produk pertanian dan
perikanan. Berdasarkan kelebihannya tersebut maka sistem akuaponik layak
menjadi solusi punahnya lahan pertanian di perkotaan. Selain itu sistem
akuaponik juga dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat dijadikan
penghasilan tambahan para ibu rumah tangga, karena sifat dari akuaponik yang
sederhana, praktis dan mudah dilakukan oleh semua kalangan tanpa memerlukan
keahlian khusus. Bila ditinjau dari segi lingkungan, penerapan sistem akuaponik
akan membuat daerah pemukiman perkotaan menjadi lebih hijau dan sejuk.
Berdasarkan beberapa kelebihan inilah yang membuat sistem akuaponik layak
diaplikasikan menjadi sistem pertanian dan perikanan di Kota Surabaya.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan merumuskan konsep pengembangan sistem
akuaponik di Kota Surabaya untuk meningkatkan ketahanan pangan secara
mandiri, menambah penghasilan keluarga dan menurunkan jumlah pengangguran
di Kota Surabaya.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah menambah pengetahuan dan menggugah
Pemerintah Kota dan masyarakat Surabaya untuk menerapkan sistem akuaponik
sebagai jawaban kemandirian pangan, peningkatan pendapatan keluarga dan
bentuk usaha baru yang potensial.
3
GAGASAN
Kondisi Geografis Surabaya
Menurut Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Surabaya berada
diantara 7° 9' - 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur,
sehingga beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 172 mm. Surabaya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 m dpl pada kemiringan < 3 %
dan perbukitan landai dengan ketinggian 25 - 50 m dpl pada kemiringan 5 - 15 %
sehingga kelembapan udara sekitar 42 - 96 % dan suhu berkisar 25 - 30° C
(Badan Lingkungan Hidup, 2011).
Kondisi Tanaman Hortikultura di Surabaya
Kebutuhan sayuran tidak sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan
oleh petani. Selama ini pemenuhan kebutuhan produk hortikultura didapatkan dari
Kabupaten Mojokerto dan Malang. Jika daerah tersebut gagal panen maka terjadi
kelangkaan sayuran, sehingga harganya meroket. Jika ditinjau dari kondisi
geografis Surabaya maka tanaman yang dapat dibudidayakan antara lain sawi,
kangkung dan bayam. Persyaratan hidup masing-masing tanaman ditunjukkan
pada tabel 1.
Tabel 1. Sayuran yang dapat dibudidayakan di Kota Surabaya pada sistem
akuaponik
Pembeda
Sawi
(Brassica
juncea)
Bayam
(Amaranthus
sp.)
Kangkung
(Ipomoea
aquatica)
Suhu (oC) 15 – 25 17 – 28 25 – 30
Ketinggian (m dpl) 5 – 1.200 < 1.400 < 2.000
Kelembaban (%) 80 – 90 50 – 60 60
Masa panen (hari) 40 – 50 21 – 30 25
Harga / ikat (Rp) 3.500 25 2.250
(Sumber : Cahyono, 2003., Bandini & Aziz, 2000., Palada & Chang, 2003)
4
Kondisi Perikan di Surabaya
Perairan sungai dan laut di Surabaya sudah tercemar oleh limbah industri
dan rumah tangga yang dibuang di sepanjang sungai Surabaya (Rizki & Petrus,
2013). Penurunan kualitas perairan sungai dan laut berdampak pada turunnya
perolehan ikan hasil tangkapan nelayan, sehingga masyarakat mengandalkan hasil
perikanan dari budidaya air tawar. Menurut Dinas Pertanian Bidang Perikanan dan
Kelautan Kota Surabaya, jenis ikan air tawar yang sesuai untuk dibudidayakan di
Surabaya antara lain bandeng, udang vannamei, lele, nila, patin, tawes, mas,
gurami dan mujair (Dinas Pertanian Bidang Perikanan dan Kelautan Kota
Surabaya, 2013).
Budidaya ikan air tawar di Kota Surabaya tidak terlepas dari beberapa
kendala, misalnya sempitnya lahan budidaya, tingginya kadar garam air tanah
akibat rembesan air laut dan susahnya mencari sumber air. Kendala-kendala
tersebut membuat para petani tidak tertarik melakukannya. Selama ini kebutuhan
hasil perikanan tergantung dari Kabupaten Sidoarjo, Pasuruan dan Kediri, tetapi
harga ikan relatif mahal karena adanya biaya pengiriman dan kondisi ikan sudah
tidak segar lagi. Solusi yang dapat ditawarkan berupa penerapan sistem
akuaponik. Pada sistem ini sumber air yang dipakai berasal dari air PDAM yang
telah dinetralisir kandungan kaporitnya. Salah satu kelebihan sistem ini adalah
tidak perlu penggantian air karena air yang bersifat toksik terhadap ikan akibat
penumpukan kotoran ikan (amoniak) dan sisa-sisa makanan akan diuraikan oleh
bakteri nitrifikasi menjadi nitrat yang menjadi sumber hara bagi tanaman,
sehingga ikan tetap sehat. Pada sistem akuaponik air kolam tersebut sama dengan
media pertumbuhan pada sistem hidroponik.
Semua ikan dapat dibudidayakan pada sistem akuaponik tapi ikan yang
direkomendasi adalah ikan lele dan ikan mujair karena mengeluarkan amonia
yang banyak, sehingga nutrisi tanaman dapat terpenuhi dan tahan pada air yang
relatif kotor. Profil dan persyaratan hidup ikan lele dan mujair ditunjukkan pada
tabel 2.
5
Tabel 2. Jenis ikan yang direkomendasi pada sistem akuaponik
PembedaIkan lele
(Clarias gariepinus)
Ikan Mujair
(Tilapia mossambica)
DO (ppm) > 3 > 3
Suhu (oC) 22 – 25 20 – 25
pH 6.5 – 7,5 7 – 8
Ketinggian (m dpl) 10 – 140 150 – 1.000
MakananOmnivora, cenderung
karnivora dan rakusHerbivora
Masa panen (bulan) 4 – 5 5
Harga / Kg (Rp) 15.000 – 25.000 20.000 – 25.000
(Sumber : Puspowardodo & Abbar, 2005., Sugiarti, 1988)
Mahalnya pakan ikan dan besarnya permintaan pasar, maka ikan mujair
atau nila lebih disarankan pada sistem akuaponik. Pakan ikan mujair dapat berupa
limbah sayuran pasar, dedaunan atau hasil sayuran dari akuaponik, sehingga
terbentuk siklus mutualisme diantara keduanya. Kebalikan dari ikan lele yang
memerlukan pakan berbahan dasar hewani untuk pertumbuhannya karena sifatnya
yang pemakan daging (karnivora). Penggunaan ikan mujair atau nila yang bersifat
pemakan tumbuhan (herbivora) memudahkan dan menguntungkan pemeliharaan,
karena tidak terlalu mengeluarkan biaya yang besar dalam perawatan, sedangkan
harga jualnya di pasar serta minat masyarakat relatif tinggi. Ikan lele juga bisa
diberi pakan berupa limbah sayuran, akan tetapi pertumbuhannya menjadi lebih
lambat karena tidak sesuai dengan fisiologisnya yang membutuhkan protein
hewani. Selain itu sistem penjualan ikan lele cenderung membutuhkan tengkulak
yang umumnya merugikan pembudidaya, karena rendahnya harga beli dari
tengkulak dan ditambah lagi faktor kecurangan dalam penimbangan. Sebaliknya
ikan mujair atau nila berpotensi dijual langsung pembudidaya ke pasar tradisional,
warung kaki lima, restoran atau warga sekitar, karena tingginya daya minat
masyarakat pada ikan mujair/nila dibanding ikan lele.
6
Konsep Sumber Hara Tanaman pada Sistem Akuaponik
Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan hara makro dan mikro
yang diperoleh dari udara, tanah dan air. Hara makro vital bagi tanaman adalah
nitrogen yang terkandung melimpah di udara dalam bentuk gas dan di tanah
dalam bentuk persenyawaan. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk amoniak
dan nitrat (Barker & Bryson, 2007). Pada sistem pertanian tradisional dengan
media tanah perlu dilakukan penambahan nitrat atau amoniak untuk memenuhi
kebutuhan nitrogen tanaman, sehingga diperoleh hasil panen sesuai harapan.
Harga senyawa nitrat dan amoniak di pasaran relatif mahal. Pada sistem
hidroponik kebutuhan nitrat atau amoniak lebih besar sebab tidak menggunakan
tanah, sehingga diperlukan biaya yang relatif tinggi untuk pembuatan larutan
nutrisi terlebih lagi larutan nutrisi tersebut perlu penggantian secara periodik.
Pada sistem akuaponik tidak perlu dilakukan pembuatan laturan nutrisi
sebab air kolam sudah kaya akan unsur hara makro dan mikro dari kotoran dan
sisa-sisa pakan ikan. Ammoniak dan ammonium adalah produk akhir metabolik
yang diekresikan ikan dan diketahui pada kadar sedang mempengaruhi nafsu
makan ikan, sedangkan pada kadar tinggi bersifat toksik bagi ikan (Alanara et al.,
2001). Selanjutnya ammoniak dan ammonium tersebut diuraikan oleh bakteri
pengikat nitrogen, yaitu nitrosomonas dan nitrobacter menjadi nitrat. Bakteri
Nitrosomonas berperan sebagi biofilter yang bertugas menkonversi amonia
menjadi nitrit.
2NH3 + 3O2 2HNO2 + 2H2O
Selanjutnya nitrit diubah menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter (Rakocy et al.,
2006).
2HNO2 +O2 2HNO3
Kedua bakteri ini memerlukan substrat untuk perlekatan karena keduanya
bersifat nonmotil (tidak dapat bergerak) (Mancinelli, 1996). Sabut kelapa dapat
digunakan sebagai substratnya karena permukaannya yang kasar, mudah diperoleh
dan tidak memerlukan biaya. Air kolam yang telah mengandung nitrat dialirkan
ke tempat pembesaran tanaman untuk filtrasi sisa-sisa pakan dan penyerapan
nitrat sebagai sumber nutrisi seperti pada sistem hidroponik, hasilnya air kembali
bersih dan aman bagi ikan (Aquaponics4You, 2014).
7
Konsep Hidroponik dalam Sistem Akuaponik
Perbedaan mendasar dari hidroponik dan akuaponik adalah asal sumber
nutrisi. Hidroponik memperoleh sumber nutrisi dari preparasi larutan nutrisi
dengan komposisi tertentu. Sedangkan akuaponik memanfaatkan air kolam yang
mengandung kotoran ikan yang kaya akan sumber N dan sisa pakan yang
mengandung hara makro dan mikro.
Semua jenis metode hidroponik dapat diterapkan pada sistem akuaponik
namun yang disarankan adalah Nutrien Film Tehnique (NFT). Menurut Chadirin
(2007), NFT adalah metode dimana akar tanaman ditempatkan di lapisan air
dangkal sesuai kebutuhan sehingga tanaman dapat memperoleh air, nutrisi,
oksigen dan terjaga dari kebusukan.
Konsep Dana Modal Penerapan Sistem Akuaponik
Penerapan sistem akuaponik memerlukan pendanaan yang dapat diperoleh
dari dana pribadi, bantuan pemerintah, atau perusahaan. Beberapa sumber dana
potensial untuk penerapan sistem akuaponik di masyarakat, antara lain :
1. Program responbilitas social dari perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR). Undang - Undang No. 27 Tahun 2008 menyebutkan
bahwa perusahaan wajib mengalokasikan dana 3% dari total keuntungan
bersihnya sebagai dana CSR perusahaan (Jaringan Usaha Kecil Indonesia
Online, 2007).
2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri)
menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community
development) sebagai pendekatan operasionalnya untuk meningkatkan
efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, 2014).
3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari
Pemerintah melalui PT. Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan
Usaha. Program ini merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses
oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki prospek bisnis yang
baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan (Deputi Bidang
Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, 2007).
8
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Selama ini bentuk nyata kegiatan warga Surabaya untuk meningkatkan
usaha pertanian berupa pemberdayaan hidroponik yang dilakukan dan
diimplementasikan oleh organisasi lingkungan hidup Tunas Hijau Club di
Semolowaru Indah I Blok T-10 Surabaya (Tunas Hijau Club, 2011). Akan tetapi
pelaksanaannya hanya terbatas di keanggotaan Tunas Hijau Club dan
kelangsungannya tidak terjaga yang kemungkinan disebabkan mahalnya larutan
nutrisi sehingga membuat masyarakat kurang tertarik melakukannya.
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga telah dilakukan di
Barbados, kepulauan Karibia dengan tujuan mengurangi ketergantungan akan
impor produk pertanian. Sedangkan di Bangladesh juga disosialisasikan aplikasi
akuaponik untuk memerangi pemakaian pestisida pada produk pertanian
(Aquaponics4You, 2014).
Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan
pada masyarakat serta kondisi terkini, maka upaya terobosan untuk menunjang
ketahanan pangan Kota Surabaya secara mandiri dapat dilakukan melalui
penerapan sistem akuaponik. Kelebihan ini antara lain tidak memerlukan lahan
luas, tanaman tidak memerlukan penyiraman dan pemupukan, tahan terhadap
penyakit, air kolam tidak perlu diganti, ramah lingkungan, menghasilkan sayuran
organik dan ikan yang berkualitas serta bisa dilakukan oleh semua kalangan
masyarakat tanpa membutuhkan keterampilan khusus.
Penerapan sistem akuaponik merupakan solusi yang mampu menjawab
beberapa permasalahan di Kota Surabaya diantaranya dapat menjadi solusi
penyempitan lahan di perkotaan, meningkatkan ketahanan pangan secara mandiri,
menambah pendapatan keluarga, mengurangi jumlah pengangguran dan membuat
Kota Surabaya lebih hijau dan sejuk.
9
Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan
Gagasan aplikasi sistem akuaponik skala rumah tangga dapat terwujud
melalui partisipasi aktif berbagai pihak yang disebutkan pada tabel 3.
Tabel 3. Identifikasi pelaksana, sumber dana dan program penerapan sistem
akuaponik
Pelaksana Sumber danaProgram yang
diterapkan
Kalangan akademisi
(mahasiswa/Perguruan
Tinggi
Alokasi dana APBD
pemerintah melalui
pengajuan usulan
Sosialisasi sistem
akuaponik
Pemerintah Desa
Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)
Pengajuan usulan
sistem akuaponik
sebagai program CSR
perusahaan yang
berkelanjutan
Pelatihan pembuatan
sistem akuaponik skala
kecil sebagai media
pembelajaran dan
percontohan di setiap
desa
Dinas Pertanian
Dinas Perikanan
Pengajuan usulan
sistem akuaponik
sebagai program PNPM
Mandiri dan program
KUR
Pelaksanaan pembuatan
sistem akuaponik di
setiap rumah
Untuk pengembangan sistem akuaponik berkelanjutan sebagai dasar
kemandirian masyarakat Surabaya di masa depan dapat dicapai melalui partisipasi
aktif beberapa instansi yang ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Peranan instansi terkait dalam pengembangan sistem akuaponik
Instansi Peranan
Lembaga penelitian
Melakukan riset metode akuaponik yang
mampu menghasilkan output berkualitas
Melakukan riset bakteri nitrifikasi yang
10
Instansi Peranan
berkualitas
Universitas / Institut
pertanian dan perikanan
Melakukan riset bibit tanaman dan ikan unggul
yang sesuai dengan karakteristik akuaponik
serta potensi pasar dan rencana bisnis
Pemerintah
Kebijakan dan arahan untuk konversi lahan
sempit di perkotaan menjadi sistem akuaponik
Membuat pasar khusus produk organik
Memberikan kemudahan dalam
mengalokasikan dana melalui program PNPM
Mandiri dan KUR
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Gagasan penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga dapat
diimplementasikan dengan baik apabila didukung beberapa hal strategis sebagai
berikut :
1. Adanya riset berkelanjutan dalam pengembangan akuaponik sebagai
sistem pertanian dan perikanan di Surabaya.
2. Pemerintah mensosialisasikan program sistem akuaponik skala rumah
tangga.
3. Penegasan kembali aturan dalam UU No. 27 tahun 2008 tentang
Corporate Social Responsibility perusahaan mengenai kemanfaatan aliran
dana CSR. Pembuatan kebijakan pemerintah dapat dilakukan apabila dana
tidak terdistribusi dengan baik.
4. Sistem akuaponik dijadikan program PNPM Mandiri dan KUR yang
berkelanjutan sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan pekerjaan.
5. Komitmen antara pemerintah, petani dan masyarakat untuk menjadikan
Kota Surabaya lebih hijau dan lebih mandiri dalam menunjang ketahanan
pangan.
11
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Gagasan kemandirian Kota Surabaya dalam bidang pertanian dan
perikanan dapat dicapai dengan menerapkan sistem akuaponik. Ikan yang
digunakan adalah ikan mujair yang dipadukan dengan tanaman sawi, bayam dan
kangkung. Penerapan sistem akuaponik yang didukung secara totalitas oleh
warga, pihak akademisi dan pemerintahan dapat menciptakan kemandirian produk
pertanian dan perikanan, menambah pendapatan keluarga dan mengurangi jumlah
pengangguran di Kota Surabaya.
Teknik Implementasi Gagasan
Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan sistem
akuaponik berbasis kemandirian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan secara gradual (bertahap) kepada Pemerintah
Desa, LSM dan kelompok tani sebagai awal pelaksanaan kerjasama
dengan masyarakat.
2. Melakukan kemitraan strategis dengan perusahaan yang memiliki program
dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai modal awal
pengembangan sistem akuaponik.
3. Sosialisasi dan penyuluhan program sistem akuaponik yang akan
dilaksanakan oleh kalangan akademisi melalui program pengabdian
masyarakat.
4. Melakukan pelatihan pembuatan sistem akuaponik skala kecil oleh Dinas
Pertanian dan Perikanan sebagai media pembelajaran dan percontohan di
setiap Desa.
5. Penanaman kepercayaan kepada masyarakat (trust) akan menjadi lebih
baik jika dilakukan sistem akuaponik.
6. Mobilisasi masyarakat untuk melaksanakan program yang di sepakati
bersama.
7. Melakukan pengajuan usulan dana melalui program PNPM Mandiri
dengan konsep pemberdayaan masyarakat mandiri.
12
8. Memberikan kredit murah kepada masyarakat melalui program KUR
sebagai modal berkelanjutan.
9. Montoring dan pembimbingan pembuatan sistem akuaponik skala rumah
tangga berbasis kemandirian yang telah dilakukan.
10. Melakukan mekanisme evaluasi secara periodik dan professional.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Gagasan penerapan sistem akuaponik ini dapat dijadikan solusi sistem
pertanian dan perikanan Kota Surabaya. Jika 1 dari 5 rumah menerapkan sistem
akuaponik maka kebutuhan pangan dapat terpenuhi secara mandiri. Jika gagasan
ini diterapkan secara massal, konsisten dan berkelanjutan, maka beberapa
permasalahan Kota Surabaya terselesaikan, karena penerapan sistem akuaponik
skala rumah tangga telah terbukti sukses mengatasi ketergantungan impor produk
pertanian di Barbados, kepulauan Karibia (Aquaponics4You, 2014).
13
DAFTAR PUSTAKA
Alanara A, Kadri S, & Paspatis M 2001, ‘Feed management’, in Dominic H,
Thierry B &Malcolm J (eds), Food intake in fish, Blacwell Science Ltd,
Oxford.
Aquaponics4You 2014, ‘Step by step how to build your own aquaponics system’,Aquaponics4You, viewed 03 March 2014,
<http://aquaponics4You.com>.
Arifin S 2012, ‘Lahan pertanian Jatim menyusut 879,3 ha/tahun’, Bappeda Jawa
Timur, viewed 03 March 2014, <www.bappeda.jatimprov.go.id>.
Badan Lingkungan Hidup 2011, ‘Status lingkungan hidup daerah Kota Surabaya2011’, BLH Surabaya, viewed 03 March 2014, <http://lh.sura
baya.go.id>.
Bandini & Aziz 2000, ’Bayam’, Penebar Swadaya, Jakarta.
Barker, AV & Bryson, GM 2007, ‘Nitrogen’, in AV Barker & DJ Pilbeam (eds),Handbook of Plant nutrition, Press-Taylor and Francis Group, Boca
Raton.
Cahyono B 2003, ’Teknik dan strategi budi daya sawi hijau’, Yayasan Pustaka
Nusantara, Yogyakarta.
Chadirin Y 2001, ’Pelatihan aplikasi teknologi hidroponik untuk pengembangan
agribisnis perkotaan’, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha 2007, ’Kredit Usaha
Rakyat’, Departemen Koperasi, viewed 03 March 2014,
<www.depkop.go.id>.
Dinas Pertanian Bidang Perikanan dan Kelautan Kota Surabaya 2013, ’Profilperikanan Kota Surabaya 2012 Surabaya’, Dipertas Surabaya, viewed 03
March 2014, <http://dipertasby.files.wordpress.com/2013/03/profil-
perikanan suraba ya-2012.pdf>.
Dinas Pertanian Kota Surabaya 2012, ‘60 persen lahan pertanian surabaya
dikuasai pengembang’, Republika, viewed 03 March 2014,
<www.republika.co.id>.
14
Diver, S 2006, ‘Aquaponics — integration of hydroponics with aquaculture’,ATTRA - National Sustainable Agriculture Information Service,
National Center for Appropriate Technology.
Jaringan Usaha Kecil Indonesia Online 2007, ‘Pengertian / definisi CSR -
Corporate Social Responsibilty’, Jaringan Usaha Kecil Indonesia Online
Blog, viewed 03 March 2014, <http://www.usaha-kecil.com>.
Lingga, P 1984, ’Hidroponik: Bercocok tanam tanpa tanah’, Niaga Swadaya.
Mancinelli, RL 1996, ‘The nature of nitrogen: an overview. Life support &
biosphere science’, International Journal of Earth Space, vol. 3, pp. 17–24.
Palada MC & Chang LC 2003, Suggested Cultural Practices for Moringa,
AVRDC, Internasional Cooperators Guide.
Panca EH 2013, ‘Luas lahan pertanian di jawa timur alami penyusutan’, Tribun
News, viewed 03 March 2014, <www.tribunnews.com>.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri 2014, ’Tentang PNPM’,PNPM, viewed 03 March 2014, <http://www.pnpm-mandiri.org/>.
Puspowardodo, H & Abbar, SD 2006, ’Pembenihan dan pembehan ikan lele
dumbo hemat air’, Kanisius, Yogyakarta.
Rakocy, JE , Masser, MP & Losordo, TM 2006, ‘Recirculating aquaculture tank
production systems: Aquaponics — integrating fish and plant culture’.Southern Regional Aquaculture Center.
Redaksi Surabaya Kita 2011, ‘Petani surabaya barat sulit air tak bisa cocoktanam’, Surabaya Kita, viewed 03 March 2014,
<www.redaksisurabayakita.com>.
Redaksi Surabaya Pagi 2011, ‘Penduduk surabaya bertambah 36.577 orang’,Surabaya Pagi, viewed 03 February 2014, <www.surabayapagi.com>.
Rizki & Petrus 2013, ’Kematian ribuan ikan sungai surabaya akibat limbah
kembali terjadi’, Mongabay blog, viewed 03 February 2014,
<http://www.mongabay.co.id>.
Sugiarti 1988, ’Teknik pembenihan ikan Mujair dan Nila’, CV Simpleks, Jakarta.
Tunas Hijau Club 2011, ’Kebun di halaman depan, rumah kompos dan hidroponik
di samping markas tunas hijau’, Tunas hijau Club Blog, viewed 03
February 2014, <http://tunashijau.org>.
18
Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
No Nama / NIMProgram
Studi
Alokasi
Waktu
(jam/
minggu)
Uraian Tugas
1
Ach. Zaimul
Khaqqi P.
132500030
Ketua kelompok
Biologi6 jam per
minggu
- Koordinasi kerja
kelompok
- Pengusul ide gagasan
2
Mohammad Shoffi
Al-baihaqi
132500013
Anggota
Biologi6 jam per
minggu
- Editing proposal
- Pengkaji materi dengan
dosen pembimbing
3
Irene Dian K.
122500020
Anggota
Biologi6 jam per
minggu
- Dokumentasi kegiatan
- Finishing proposal