pkl daud
DESCRIPTION
tuyangTRANSCRIPT
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai macam metode geofisika digunakan untuk mengetahui lapisan
bawah permukaan, metode-metode geofisika yang biasa digunakan seperti metode
seismik, metode geomagnet dan gravity, metode well logging, serta metode
geolistrik. Dalam identifikasi keberadaan batubara salah satu metode yang sering
digunakan adalah metode well logging, selain digunakan sebagai acuan dalam
identifikasi keberadaan batubara, metode ini juga digunakan untuk mengetahui
susunan dan kedalaman lapisan batuan dengan melihat sifat-sifat fisik yang
tergambar pada kurva log.
Sehubungan dengan adanya pembekalan tentang kegiatan dunia usaha
serta kerja di lingkungan tambang, perusahaan atau institusi baik milik swasta
atau pemerintah yang relevan dengan program serta kurikulum pendidikan sarjana
(S1) FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda maka Praktek Kerja Lapangan
(PKL) adalah salah satu usaha untuk menyiapkan dan menciptakan sumber daya
manusia yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik di Universitas
Mulawarman.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu persyaratan yang
harus ditempuh bagi mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, khususnya mahasiswa Program Studi Fisika.
Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini mahasiswa
dituntut untuk memadukan ilmu yang diperoleh dalam mengikuti perkuliahan
dengan kegiatan nyata yang ada di lapangan, yang mana sangat diperlukan untuk
menambah wawasan dan pengalaman, sehingga mahasiswa tidak hanya terpaku
pada teori saja, namun bersifat fleksibel dan realistis dengan situasi yang
dihadapinya dan dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan kondisi wilayah
kerja dan kemampuannya.
121
Laporan Praktek Kerja Lapangan
PT.Bukit Baiduri Energi (BBE) dipilih sebagai salah satu tempat untuk
menempatkan beberapa mahasiswa Fisika F-MIPA Universitas Mulawarman
untuk menjalani kegiatan Praktek Kerja Lapangan, karena PT.Bukit Baiduri
Energi (BBE) memiliki fasilitas kegiatan-kegiatan uji yang dapat mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang diajarkan dalam perkuliahan.
Pengujian yang dilakukan juga merupakan kegiatan pengujian yang
terakreditasi, sehingga selain untuk mempelajari aplikasi ilmu Geofisika secara
langsung, kegiatan PKL di PT. Bukit Baiduri Energi (BBE) juga ditujukan untuk
mempelajari sistem manajemen.
Dengan pertimbangan tersebut penulis ingin melakukan penelitian dan
mengevaluasi terhadap kedua metoda dengan harapan memperoleh hasil analisa
yang valid, pelaporan hasil yang cepat dan menjadi metode acuan pada pengujian
kualitas batubara.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Tujuan dilaksanakannya kegiatan PKL adalah :
Mempelajari aplikasi bidang ilmu Fisika, Kimia, Geofisika, Geologi yang
didapatkan dibangku kuliah.
Mengenal, mempelajari tahap - tahap Eksplorasi mulai dari survey,
pemboran, sampling, analisis kualitas barubara
Sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa FMIPA UNMUL
program studi Fisika
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini antara lain:
Memperbandingkan Evaluasi pemboran dengan menggunakan unit bor
Jacro dan Power Rig Chain Saw
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Adapun manfaat dari penulisan laporan kerja praktek ini dapat dilihat dari
beberapa pihak diantaranya sebagai berikut :
Bagi Perusahaan
Sebagai sarana untuk mencari bibit yang berkualitas demi
menghadapi persaingan yang cukup ketat di dunia tambang.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam evaluasi pemboran dengan unit bor Jacro dan
Power Rig Chain Saw.
Bagi Akademik
Sebagai sarana untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan perusahaan, sehingga dapat mempersiapkan calon-calon
tenaga ahli yang profesional.
Sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dan
kemampuan anak didik mengenai pengetahuan tentang dunia kerja
profesional.
Bagi Mahasiswa
Mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja dan
penerapannya dalam upaya memanfaatkan Sumber Daya Manusia
yang tersedia untuk kelancaran dan efisiensi operasional
Memahami pengolahan batubara yang meliputi proses
pengolahan batubara, bahan baku utama dan penunjang, fasilitas utama
dan penunjang serta produk hasil pengolahan batubara.
1.4 Tempat dan Topik Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Tempat PKL : Depertemen Eksplorasi PT.Bukit Baiduri
Energi
Topik PKL :“Evaluasi pemboran dengan menggunakan
unit bor Jacro dan Power Rig Chain Saw”
Alasan Pemilihan :
1. Memiliki ritme kerja yang sesuai dengan disiplin ilmu yang selama
ini telah dipelajari.
2. Mengaplikasikan teknik-teknik analisa fisika geofisika dan Geologi
pada analisa mutu pemboran.
1.5 Batasan masalah
Laporan Kerja Praktek ini membahas mengenai masalah evaluasi
pemboran dengan menggunakan unit bor Jacro dan Power Rig Chain Saw.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Kedua unit bor tersebut dievaluasi dengan menggunakan keadah
geofisika, fisika dan Geologi yaitu dengan menghitung batas terjauh dari
penyebaran batubara.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan Laporan Kerja Praktek di PT.BUKIT BAIDURI ENERGI
(BBE) disesuaikan dengan pedoman yang telah ditetapkan yaitu terdiri atas 5
(lima) bab dan beberapa sub bab yaitu :
1. Bab 1 Pendahuluan, berisi mengenai Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,
Tempat dan Topik PKL, Batasan Masalah dan Sistematika Penulisan.
2. Bab 2 Deskripsi Perusahaan, berisi penjelasan tentang Sejarah dan Latar
belakang PT. BUKIT BAIDURI ENERGI (BBE), Visi dan Misi, Bidang
Usaha, Arti dan Makna Logo PT.BUKIT BAIDURI ENERGI (BBE) serta
Orientasi Umum.
3. Bab 3 Tinjauan Pustaka, berisi deskripsi lingkup kerja
4. Bab 4 Hasil dan Pembahasan Pembahasan dan Evaluasi Rata-Rata Hasil
Pemboran Dengan 2 Unit Bor
5. Bab 5 Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1 Sejarah dan Latar Belakang
Perusahaan tambang batubara PT Bukit Baiduri Energi (BBE) adalah
sebuah perusahaan tambang peninggalan bangsa Belanda Timur yang berdiri pada
tahun 1849 bernama Oost Borneo Maathcapij .
Pada tahun 1974 perusahaan ini berubah menjadi CV. Baiduri Enterprise
dengan izin penambangan SK No. 107/Sk-DJ/DPP/101/Pertamb./1974 pada
tanggal 7 Mei dengan nomor Daftar Usaha 119 Kaltim yang dikeluarkan oleh
Departemen Pertambangan. Kemudian pada tanggal 4 Desember 1977, bentuk
perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT Bukit
Baiduri Enterprise. Tahun 1980 perusahaan ini resmi memiliki KP Eksplorasi DU
1518 dan DU 1519. Akhirnya pada awal tahun 1992, sebagian besar saham dari
PT Bukit Baiduri Enterprise dibeli oleh PT. Gajah Tunggal Mulia Group, suatu
kelompok usaha swasta nasional.
Perizinan KW 96PP0430, PT Bukit Baiduri Enterprise yang beralamat
kantor pusat di jalan Hayam Wuruk No. 28 Lantai 3, Jakarta Pusat, sebagai
pemegang Kuasa Pertambangan KW 96PP0430 memiliki izin untuk melakukan
penambangan batubara dari Direktoral Jendral Pertambangan Umum atas nama
Departemen Pertambangan dan Energi dengan nomor 1470.K/2014/1997.
Wilayah KW 96PP0340 masuk dalam wilayah daerah penelitian di Pit Jongkang.
Surat keputusan ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1997 berlaku
selama 11 tahun berturut-turut dengan luas wilayah 1.000 Ha dan berlaku sejak 9
November 1994.
Pada bulan September 1999 dilakukan perubahan luas menjadi 1.081 Ha,
dengan surat keputusan dari Direktorat Jendral Pertambangan Umum dengan
No.529K/24.03/DPJ/1999. Kemudian pada tanggal 1 September 1999, terakhir
wilayah KW 96PP0430 direvisi batasnya dengan disetujui Direktoral Jendral
125
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Pertambangan pada tanggal 17 Maret 2000, yang luas wilayahnya berubah
menjadi 3.081 Ha. Kuasa Pertambangan KW 96P00160 ini memiliki izin untuk
penambangan batubara dari Direktorat Jendral Pertambangan Umum atas nama
Departemen dan Energi dengan nomor 767.K/2014/DDJP/1989.
Pada tahun 1993 ada perubahan luas wilayah dari 870 Ha menjadi 1.000
Ha berdasarkan surat keputusan Direktorat Jendral Pertambangan Umum
No.2167.K/2014/DDJP/1993 tanggal 29 November 1993. Kemudian pada tahun
1996 wilayah KW 96PP0430 direvisi batasannya dan disetujui Direktur Jendral
Pertambangan Umum melalui Surat Keputusan No.98.K./2014/DDJP/1996 pada
tanggal 9 April 1996. Kemudian diperpanjang KW 96P00160 sesuai SK Direktur
Jendral Pertambangan Umum 571.K/24.1/DJP/2000 tanggal 3 November 2000
dan diubah menjadi IUP Eksplorasi melalui SK Gubernur Kalimantan Timur
No.503/K.383/2010, tanggal 2 Agustus 2010, masa berlaku 10 tahun.
Adapun areal tambang yang dimiliki PT Bukit Baiduri Energi yaitu
meliputi daerah Samarinda dan Tenggarong (Kab. Kutai Kartanegara) dengan
Luas ± 7.081 Ha dengan kantor pusat di Jakarta. Didirikan kantor cabang dengan
akte notaris Nomor 163 tertanggal 25 Februari 1994, terletak di Mine Site-
Merandai Kalimantan Timur. Pada tahun 2003 terjadi pergantian manajemen, PT
Bukit Baiduri Enterprise berubah nama menjadi PT Bukit Baiduri Energi.
Kontraktor yang ada di PT Bukit Baiduri Energi saat ini antara lain PT KTC, PT
RBM, PT Adil Jaya, KUD Kopta, INHOUSE PIT, dan PT SJR.
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 PT. BUKIT BAIDURI ENERGI
VISI
Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
MISI
Menjalankan usaha tambang batubara, serta energi baru dan terbarukan
secara teintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial kuat.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
TATA NILAI
Dalam mencapai visi dan misinya, PT. Bukit Baiduri Energi berkomitmen
untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut :
Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetensi dalam skala regionl maupun nasonal, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi, dan membangun kebanggaan bangsa.
Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
Dalam melaksanakan usahanya selalu berdasarkan kepada tata nilai :
Berwawasan lingkugan
Profesionalisme
Kebanggaan pegawai
Penerapan teknologi secara efektif dan efisien
Keadilan, kejujuran, keterbukaan dan dapat dipercaya
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2.3 Arti dan Makna Logo Perusahaan
Gambar 2.1 Makna Logo Perusahaan
1. Elemen logo membentuk huruf BBE secara keseluruhan merupakan
presentasi dimaksudkan sebagai Bukit Baiduri Energi yang bergerak maju
dan progresif
2. Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar PT.Bukit Baiduri
Energi dan aspirrasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis, dimana :
BIRU mencerminkan : dapat dipercaya dan bertanggung jawab
2.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penambangan PT. Bukit Baiduri Energi secara administrasi
terletak di Kota Madya Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur. Daerah penyelidikan dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat (melalui darat) dari Bandar Udara di Balikpapan ke pusat kota Samarinda
selama kurang lebih 3,5 jam.
PT Bukit Baiduri Energi berjarak ± 15 km dari pusat Kota Samarinda dan
dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat ke
arah JL.P.Suryanata ke Mine Site di Samarinda dan Tenggarong.
Lokasi pelabuhan PT. Bukit Baiduri Energi terletak di Merandai Desa
Loa Duri Ulu Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara, yang
memperoleh batubara dari area penambangan bagian selatan (South Area),
sedangkan batubara dari North Area dibawah ke pelabuhan PT Mahakam Coal
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Terminal (MCT) di Desa Ambalut, Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten
Kutai Kartanegara.
Sumber : Mine Plan And Design Departement, PT Bukit Baiduri Energi
Gambar 2. 2 Peta Lokasi PT Bukit Baiduri Energi
2.5 Keadaan Geografis PT. Bukit Baiduri Energi
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Lokasi tempat kerja PT.Bukit Baiduri Energi secara administratif terletak di
Desa Loa-Duri Kecamatan Loa-Janan Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi
kalimantan Timur. Secara geografis lokasi kerja PT. Bukit Baduri Energi dibatasi
pada sisi-sisi terluar oleh sistem koordinat lokal, yaitu :
Tabel 2.1: Keadaan Geografis dan Koordinat UTM PT.Bukit Baiduri Energi
N
o
Koordinat Geografis Koordinat UTM
Bujur Timur Lintang selatan East (x) Notrh (y)
1 117°5´5,2˝ 0°22´50,7˝ 509432,210 9957918,770
2 117°7´13,6˝ 0°22´50,7˝ 513400,405 9957918,723
3 117°7´13,6˝ 0°26´32,7˝ 513400,302 9951103,193
4 117°5´5,2˝ 0°26´32,7˝ 509432,128 9951103,248
2.6 Strategi Perusahaan
Strategi PT. Bukit Baiduri Energi untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu :
1. Memiliki sumber daya yang berkualitas dan penuh dedikasi
2. Memiliki cadangan mineral yang besar dan berkualitas tinggi
3. Kemampuan untuk menemukan dan mengembangkan deposit yang
dimiliki menjadi suatu unit bisnis pertambangan baru
4. Kondisi keuangan yang cukup stabil.
5. Beroperasi secara efisiensi ( berbiaya rendah )
6. Memaksimalkan nilai pemegang saham ( stakeholders value )
2.6 Struktur Organisasi Perusahaan
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Gambar 2.3: Struktur organisasi perusahaan
2.7 Kontraktor Pada PT. Bukit Baiduri Energi
PT. Bukit Baiduri Energi selaku perusahaan yang menjalankan kegiatan
penambangan batubara di kalimantan timur dalam melakukan kegiatan
penambangan batubara tidak mengerjakan sendiri tetapi memiliki beberapa mitra
kerja guna menyediakan pasokan batubara bagi perusahaan, perusahaan tersebut
antara lain:
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1. PT. Kok Toh Chong
Table 2.2: kontraktor yang menambang di pit Panorama
No Nama pit Kalori (kkal) Sulfur (%) Ash (%) Seam
1. Pit Panorama 5.820 2,72 5,04 B,BX,D,
C,F6
2. PT. Raya Bumi Mandiri
Table 2.3: kontraktor yang menambang di pit Pinang
NoNama Nama pit Kalori (kkal) Sulfur (%) Ash (%) Seam
1. Pit
Pinang
5.978 0,893 4,13 A5,,A6,A7,A8,A9
3. KUD KOPTA
Table 2.4: kontraktor yang menambang di pit Kopta
No Nama pit Kalori (kkal) Sulfur
(%)
Ash (%) Seam
1. Pit Kopta 6.408 1,14 4,42 A4 Lower,A4 Upper
A3
4. PT. ADIL JAYA
Table 2.5: kontraktor yang menambang di pit UDJ
No Nama pit Kalori (kkal) Sulfur (%) Ash (%) Seam
1. Pit UDJ 5.720 1,74 2,23 C2,C2 Lower,C2
Upper, C3
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
5. PT. KUD KOPTA
Table 2.6: kontraktor yang menambang di pit Sentra
No Nama pit Kalori (kkal) Sulfur (%) Ash (%) Seam
1. Pit centra 6.786 1,15 4,32 S, T, U, U,V,
WW
Selain di tambang oleh kontraktor PT.Bukit Baiduri Energi juga dalam
menambang Batubara mereka menambang sendiri, adapun pit yang dikelolah
sendiri oleh perusahaan adalah:
6. PT. BUKIT BAIDURI ENERGI
Table 2.7: pit yang di tambang oleh PT.Bukit Baiduri Energi
No Nama pit Kalori (kkal) Sulfur
(%)
Ash
(%)
Seam
1. Pit Bendang 5.749 2,15 3,32 A2, A3, A3
Upper, A3 Lower,
A4 Upper, A4
Lower,A5, A6.
2. Pit Merandai 5.749 1,31 7,96 A,B,A1,A2,A3,
A4
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB III
PELAKSANAAN PKL ( PRAKTEK KERJA LAPANGAN )
3.1 Deskripsi Lingkup kerja
3.1.1 Keadan Lingkungan
A. Flora
Tumbuh – tumbuhan yang ada sebagian besar merupakan semak
belukar yang terdapat pada daerah bantaran sungai dan hutan sekunder terdapat
pada daerah dataran tinggi.
Jenis – jenis pohon yang tumbuh pada daerah semak belukar adalah
jenis – jenis pioneer seperti mahang (Macaranga triloba, M.gigante) dan
anggerung (Trema orientalis). Tumbuhan bawah dari semak belukar berupa
rumput–rumputan (Paspalum conjugatum), pakis – pakisan atau paku – pakuan
(Acrosticum sp), jahe – jahean (Zingiber sp), alang – alang (Imerata cylindrical),
predang (Cryperus sp), dan karamunting (Melastome malabarium).
Jenis – jenis pohon yang tumbuh pada hutan sekunder umumnya tidak
komersial seperti laban (Vitex pubescent), jambu–jambuan (zyzygium sp), dan
simpur (Dilenia exelse).
B. Iklim
Seperti layaknya daerah – daerah lain di Indonesia, daerah penelitian
beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Batas antara musim penghujan dan kemarau tidak menentu, hal ini
disebabkan oleh letak wilayah yang dekat dengan garis khatulistiwa (lintang 0°)
yang berganti sepanjang bulannya dengan temperatur rata – rata berkisar 25° -
30°C. Data curah hujan bulanan dan hari hujan dapat dilihat pada (Tabel 3.1).
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.1.2 Keadaan Geologi
A. Morfologi Regional
Berdasarkan hasil pemetaan Departemen Eksplorasi PT. Bukit Baiduri
Energi (BBE), keadaan morfologi daerah penambangan terdiri dari lereng-lereng
perbukitan bergelombang rendah, berelevasi 10 - 30 m. Puncak - puncak yang
terpisah pada morfologi ini dapat mencapai 50 m. Bagian tengah meander sejauh
1-2 Km dari tepi sungai morfologinya berupa perbukitan bergelombang agak kuat
dengan elevasi 30 - 90 m. Perbukitan ini membentuk daerah perbukitan di mana
arah pegunungan Utara Selatan searah dengan aliran sungai Mahakam di Timur
dan Barat dari pegunungan tersebut. Setelah dari Samarinda arah sungai Mahakam
menjadi tersebar membentuk pola kipas ke Timur mengaliri daerah Kompleks
Delta Mahakam. Morfologi daerah pengamatan sangat berpengaruh dalam
mengontrol posisi Cropline, terutama didaerah rawa dan ketebalan batubara
terkontrol oleh tingkat pelapukan yang tinggi.Morfologi daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi dua satuan morfologi, yaitu:
1. Satuan dataran rendah
Daerah ini hampir tidak berelief, sebagian besar terdiri dari rawa-rawa.
Vegetasinya terdiri dari rumput rawa yang tumbuh lebat pada saat musim
penghujan. Pada saat musim penghujan rawa tersebut penuh dengan air.
Sedangkan pada musim kemarau rawa tersebut menjadi kering, sehingga saat
kemarau tiba rumput-rumput rawa tersebut dibakar penduduk setempat untuk
dijadikan lahan pertanian.
2. Satuan Bukit Bergelombang
Daerah ini terletak memanjang searah dengan perlapisan batubara pada
umumnya. Vegetasi pada umumnya adalah perdu, semak-semak serta tanaman
kecil. Kondisi perbukitan relatif tidak ada tanaman yang besar karena disamping
habis ditebang oleh perusahaan kayu juga terjadinya kebakaran hutan yang sangat
hebat terjadi pada tahun 1981 yang mengakibatkan jutaan hektar terbakar musnah.
12
14
Laporan Praktek Kerja Lapangan
B. Stratigrafi Regional
Secara regional daerah penambangan PT. Bukit Baiduri Energi (BBE)
termasuk dalam cekungan Kutai yang pada awal pengendapan merupakan daerah
genang laut dai arah Timur ke Barat akibat terjadinya penurunan daratan, proses
ini terbentuk kala Oligocene atas sampai Pliocene Cekungan Kutai merupakan
cekungan perairan dalam dengan batuan landas (basement) yang diduga miring
landai kearah Barat. Daerah pangangkatan Kuching mengalami deformasi besar
selama Oligocene – Miocene Awal sampai Miocene. Selama Miocene tengah
sampai dengan akhir setelah itu terendapkan sedimen-sedimen klastik pada
lingkungan susut laut, diantara sedimen klastik yang terbentuk selama progradasi
itu adalah formasi batuan urut dari yang tua ke muda.
Formasi Pemaluan
Berumur Miosen bawah terdiri dari serpih konkoidal keras, terdiri dari
variasi lithologi batupasir kuarsa dengan sisipan lempung serpihan, batulanau dan
pasiran dengan sisipan tipis batulanau, napal, dan batubara.
Formasi Bebuluh
Berumur Miosen bawah terdiri dari gamping dan napal dengan serpih
dan gamping pasiran, dimasukkan ke dalam lapisan anggota Pamaluan.
Formasi Pulaubalang
Berumur Miosen tengah terdiri dari lempung foraminifera, napal,
batugamping dan batupasir yang luas dan tersebar dari semenanjung Mangkalihat
sampai teluk Pamekan, digolongkan batupasirnya sebagai Graywacke dan
batupasir kuarsa. Cekungan formasi ini menutupi endapan campuran gamping –
napal – lempung dan sisipan bahan vulkanik berupa Tufa Dasitik di bagian
Selatan
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Formasi Balikpapan
Berumur Miosen atas terdiri dari lapisan Balikpapan bawah yang terdiri
dari batupasir kelabu lunak sampai putih lapuk, serpih warna gelap dan banyak
lapisan batubara tipis (Marka), interkalasi berupa napal dan batu gamping.
Anggota Balikpapan atas terutama bersifat Marine Neritic, terdiri dari napal dan
sisipan gamping tipis, gamping koral dan batupasir.
Formasi Kampung Baru
Berumur Miosen Atas (Mio-Plistosen), yang dicirikan oleh satuan-
satuan batuan yang terdiri dari batu lempung pasiran, batupasir dengan selingan
batubara dan tufa yang kurang terkonsolidasi dengan tingkat resistensi yang
rendah.
Formasi Alluvium
Merupakan batuan termuda dari cekungan Kutai, terdiri dari endapan
pasir, lumpur dan kerikil yang diendapkan dalam lingkungan sungai, rawa, delta
dan pantai.
3.1.3 Struktur Geologi
A. Struktur Geologi Umum
Struktur geologi yang ada di daerah cekungan Kutai adalah struktur
lipatan dan sesar. Batuan yang berumur tua seperti Formasi Pamaluan, Formasi
bebuluh dan Formasi Pulau Balang umumnya terlipat kuat yang menyebabkan
lapisan menjadi miring sekitar 40o dan bahkan ada yang sampai 75o. Batuan yang
lebih muda seperti Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru umumnya
terlipat lemah, tetapi di beberapa tempat terlipat kuat seperti di Utara Samarinda
atau yang berdekatan dengan struktur sesar. Daerah kuasa Pertambangan PT.
Bukit Baiduri Energi (BBE) termasuk dalam satuan fisiografi jalur antiklonarium
Samarinda yang membujur hamper Utara – Selatan, ditandai dengan morfologi
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
perbukitan bergelombang secara antiklinal. Jalur antiklinal Samarinda terletak
pada cekungan Kutai, yang disebelah Barat Dayanya berbatasan dengan daerah
pengangkatan Kuching, disebelah Timur dengan perairan dalam yaitu selat
Makasar Tepi Timur cekungan Kutai terbentuk komplek delta Mahakam yang
sejak zaman Moisen awal hingga kini berprogradasi ke arah Selatan Makasar. Di
sebelah Utara berbatasan dengan Semenanjung Mangkalihat dan batas Selatan
berupa sesar arah Barat – Timur Cekungan Kutai diduga terbentuk oleh rifting-
apart bertahap di masa Oligasen.
Sumber : Mining And Geology Departement, PT. Bukit Baiduri Energi ( BBE )
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Gambar 3.1 Kolom Stratigrafi Regional Cekungan Kutai
3.2 Hasil Kerja dan Pengamatan
1. Struktur Geologi Daerah Pengamatan
Struktur daerah penelitian adalah struktur Homoklin (miring satu arah)
yang merupakan bagian dari sayap antiklin Prangat sebelah barat, arah strike
relatif timur laut - barat daya. Besarnya kemirigan lapisan batubara 30o sampai
40o, dimana antiklin Prangat ini termasuk satuan antiklonarium Samarinda yang
memebentuk sistem lipatan-lipatan kecil dengan arah sumbu utara- selatan.
a. Daerah Pit Pinang KP 2000 Central Unit Power Rig Chain Saw
Bagian atas dari satuan batuan daerah KP 2000 Central adalah yang
berbutir kasar dan menengah. Di beberapa tempat berlapis dengan serpih dan
lanau. Batupasir ini mengandung lapukan feldspar bersifat lunak dan mudah
hancur bila terkena air. Satu atau dua lapisan batubara dengan ketebalan sampai
10 m tersisip di beberapa bagian dalam satuan ini. Ketebalan satuan batupasir ini
adalah sekitar 8 m di bagian utara dan 20 m di bagian selatan dari daerah endapan
Pit Pinang KP 2000 Central .
Menyusul di bagian satuan batupasir adalah satuan serpih dan
batulempung yang hanya kadang-kadang disisipi batupasir yang tipis. Ketebalan
satuan serpih sekitar 15.1 m sebelum dijumpai satuan batupasir lagi. Lapisan
batubara utama dengan ketebalan rata-rata 1.08 m.
Kemiringan lapisan di Pit Pinang KP 2000 berkisar antara 30° sampai
40° dengan arah yang berbeda (perlipatan). Namun secara keseluruhan
kemiringannya adalah 35° ke arah Barat laut. Lapisan batubaraPit Pinang KP
2000 ini terletak pada sayap timur dari sinklin Busang, porosnya diperkirakan
terletak sekitar 1,5 km di sebelah barat.
Panjang dari jebakan batubara adalah sekitar 2,7 km, di sebelah utara
berakhir pada satu patahan dengan arah timur-barat dan di sebelah selatan terjadi
penipisan pada daerah yang rendah dan berawa. Jebakan Pit Pinang KP 2000
Central berada di dalam Formasi Balikpapan.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
b. Daerah Pit Pinang KP 2000 Central Dengan Unit Bor Jacro
Sebuah sesar dengan arah strike U 200° B memotong lapisan-lapisan
dari sinklin Busang di daerah Pit Pinang KP 2000 Central . Jebakan Pit Pinang KP
2000 Central terletak di sebelah utara sesar ini dan jebakan Busang Tengah di
sebelah selatannya.
Pada bagian Timur laut dari daerah jebakan, batuan pada bagian atas
adalah batupasir yang masif. Sisipan serpih hanya sedikit sekali dan batupasir
tersebut sebagian besar berbutir halus. Ketebalannya sekitar 26 m dan sifatnya
lebih keras dan kompak dari batupasir Pit Pinang KP 2000 Central. Batupasir ini
diikuti dengan satuan serpih dan batulempung dengan ketebalan sekitar 30 m.
Kemudian dilapisi dengan batupasir sekitar 20 m yang diikuti serpih setebal
sekitar 50 m. Batubara terdapat pada satuan-satuan serpih/batulempung, 3 lapisan
pada satuan yang pertama dan 3 lagi pada yang kedua. Lapisan utama adalah
lapisan ketiga dari permukaan dengan ketebalan 1,60 m pada bagian Timur laut
yang kemudian menebal sampai 3,80 m di bagian tengah.
Pada bagian tengah/barat daya, satuan batupasir yang diuraikan di atas
telah hilang atau tinggal tipis sekali. Satuan serpih/batulempung yang
mengandung lapisan batubara utama terletak dekat dengan permukaan, bahkan di
beberapa tempat lapisan batubara pun telah hilang karena erosi.
Dua lapisan yang berada di atas lapisan utama terletak di bagian
tenggara daerah jebakan. Ketebalan dari kedua lapisan tersebut adalah sekitar 1,35
m. Kemiringan lapisan berkisar antara 30° sampai 40° mengarah ke timur dan
barat yaitu ke suatu sumbu sinklin yang letaknya sekitar 1 km dari garis singkapan
lapisan utama paling barat. Lapisan utama yang tersingkap terletak pada sayap
barat dari sinklin dan lapisan kedua dan ketiga (di atas lapisan utama) terletak
tepat pada sumbu sinklin. Arah sumbu sinklin di daerah ini adalah Utara –
Selatan. Jebakan Pit Pinang KP 2000 Central berada pada Formasi Balikpapan.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2.1 Kegiatan Lapangan
3.2.2.1 Survey Eksplorasi
Pengukuran topografi dilakukan dengan mengunakan alat theodolite/Total Station,
untuk mengetauhi variasi perbedaan tinggi/elevasi morfologi dan situasi daerah
penelitian.
Adapun perlengkapan yang digunakan :
1. Theodolite
2. Rambu
3. Meteran
4. Tripod
5. Prisma
6. Alat Tulis
Gambar 3.2 Rangkaian T heodolite/Total Station
Data yang diambil yaitu jarak dan arah. Proses penentuan titik bor di
lapangan dinamakan berdasarkan koordinat yang sudah ada dinamakan steak out.
Data dari survey ini diolah hingga menghasilkan output yang berupa peta.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2.2.2 Pemboran
Kegiatan pemboran eksplorasi dilakukan dengan 2 unit bor Jacro dan
Power Rig Chain Saw dengan kemiringan batubara 30˚ - 40˚. Lubang dari
pemboran berukuran N (76.00 mm) dan H (99.70 mm).
Adapun sistem pemboran ada 2 metode yaitu full corring dan touch corring. Lubang Full corring bertujuan untuk mengetahui urutan/Stratigraphy dan kemenerusan/Continuity batuan khususnya seam batubara. Sedangkan lubang Touch Coring untuk pengambilan sampel batubara guna analisa kualitas batubara.
Pada kegiatan pemboran, unit bor yang digunakan adalah Jacro dan Power Rig Chain Saw.
1. Unit Bor Jacro
Unit Bor Jacro yang digunakan adalah Jacro Tipe 175 dengan kedalaman pemboran ± 100 – 120 m. Unit bor Jacro bertujuan untuk menentukan batas terjauh dari penyebaran batubara dan juga pengambilan sampel coal untuk kualitas batubara. Sehinga pembentukkan model geologi dapat benar.
Dari hasil pemboran yang didapat core kemudian dicatat ketebalan lapisan batubara tersebut dan koordinat lokasi pemboran jika lapisan tersebut dianggap berpotensi daerah tersebuat akan siap untuk di tambang, tetapi harus melakukan pemboran dititik-titik lainya sesuai dengan arah kemiringan (Dip) guna mengetahui secara keseluruhan ketebalan, penyebaran dari Batubara tersebut. Adapun rangakai Unit dan maksimal kerja bor Jacro Tipe 175 sebagai berikut:
A. Perlengkapan unit bor Jacro Tipe 175
1. Menara Jacro
2. Mesin pengerak GREVES 14 HP tipe 1510
3. Mesin pompa air YANMAR MT 110/SANCHIN 30
4. Mesin pompa bor YANMAR MT 110/TC 24
5. Tank Oli Hidrolic
6. Hose Hidrolic
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
7. Kontrol VALVE
8. Tangki Culer Box Rotary Motor Orbit
9. Rut Pipa bor X
10. Pipa Core Barrel NMCQ atau Core Bit mata Vidai 4 mm
11. Mata bor Drag Bit atau mata vidia 6 mm
12. Kunci trimo 24” dan kunci trimo 36'' untuk membuka stang bor
13. Hose atau selang untuk sirkulasi air pada bor
14. Hose polipipit untuk air suplay
15. Mata bor Drag Bit
16. Mata bor batu VCD
17. Mata bor Core bit
18. Tabu Split
19. Oli Cooler
20. Pompa Oli Hidrolic
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Gambar 3.3 Rangkaian Unit Bor Jacro Tipe 175
B. Mekanisme kerja alat bor Jacro 175
Setting alat
Dalam melakukan pemboran apabila telah ditentukan tempat untuk
melakukan pemboran maka tahap selanjutnya adalah kita mulai meyeting alat,
dimana seting alat yanga dimaksut tersebut adalah proses mendidikan alat bor
beserta pemasangan rangkaian – rangkaian lainya. Dimana sebelumnya telah
dibuat tempat penampungan lumpur dan air dari hasil pemboran (Mud pit),
pembuatan fondasi , dan pemasangan air suplay
C. Pengoperasian mesin bor Jacro 175
Open Hole
Penetrasi dengan menggunakan mata bor tipe Drag Bit selanjutnya Rut
Pipa Bor X disambungkan pada setiap penetrasi alat bor dengan gaya putar dari
rotary dan diturunkan menggunakan sistem hirdrolik serta suplay air adalah
sistem kerja open hole dari mesin Jacro 175. Dengan adanya sludge yang keluar
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
pada saat pemboran kita dapat mengetahui dan menganalisis jenis formasi batuan
yang ada, saat pemboran berlangsung, apabila mata bor yang berlangsung tidak
dapat menggerus formasi batuan yang keras, maka akan ditambah beban pada
rotary tersebut, hingga Drag Bit berhasil menembus formasi batuan. Dan apabila
penetrasi belum juga berhasil menembus formasi batuan maka Drag Bit diganti
dengan menggunakan mata VCD yang kusus untuk formasi batuan yang keras.
kedalaman dari lubang pemboran dapat dihitung dengan menggunakan jumlah
Rut Pipa Bor X yang berhasil masuk kedalam lubang bor, dimana panjang tiap
Rut Pipa Bor X adalah 1,5 m. jika pada saat Open hole dilakukan apabila lumpur
pemboran (sludge) yang keluar terlihat potongan-potongan Batubara ini pertanda
bahwa pemboran telah mendapat lapisan (seam) batubara maka open hole di
hentikan dan selanjutnya dilakukan pemboran inti (corring)
Pemboran inti (Corring)
Pemboran inti adalah proses pengambilan sampel batubara pada saat
pemboran berlangsung apabila menemukan batubara.untuk melakukan pemboran
inti digunakan Pipa Core Barrel, dimana panjang Pipa Core Barrel bor inti 170
cm, dalam kegiatan pemboran kegiatan pemboran inti sangat penting dibutuhkan
karena dengan adanya bor inti maka kita dapat mengetahui penyebaran batubara
yang ada.
Pengambilan sampel batubara pada Pipa Core Barrel
Setelah Pipa Core Barrel bor inti dicabut dan ditempat pada tempat
yang disediakan kemudian dibersikan, selanjutnya membuka rangkaian dari Pipa
Core Barrel bor inti dengan mengeluarkan tabung Split, adapun cara
mengeluarkan tabung Split adalah :
1. Mata bor Core bit dilepaskan
2. Ring spy yang menahan Split dilepaskan
3. Membuka skrup lubang angin Pipa Core Barrel bor inti
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Selanjutnya memasukan air ke dalam Pipa Core Barrel bor inti melalui lubang
angin sambil ujung Pipa Core Barrel bor inti di pukul perlahan-lahan guna
mengelurkan Tabung Split
Gambar 3.4 Hasil Core/Corring
Apabilah tabung Spilt telah tercabut dan dibuka maka akan terlihat
sampel batubara dimana sampel tersebut diambil dan diisi pada kantong sampel
dan diberi kode, yang nantinya akan diserahkan ke lab untuk dianalisis.
2. Unit Power Rig Chain Saw
Adapun untuk pekerjaan pemboran unit Power Rig Chain Saw sistem pemboran vertical dan penetrasi dari pemboran sampai kedalaman 30 – 40 meter. dengan diameter lubang berukuran N (76.00 mm).
unit Power Rig Chain Saw bertujuan untuk menetukan batas cropline coal seam. Hal ini diperlukan untuk pembuatan model Geologi yang baik agar pada saat penambangan batasan cropline coal yang ditambang .
Adapun perlengkapan yang digunakan :
1. Mesin Penggerak Chain Saw
2. Mesin pompa air YANMAR MT 110/SANCHIN 30
3. Mesin pompa bor YANMAR MT 110/TC 24
4. Rut Pipa bor X
5. Pipa Core Barrel NMCQ atau Core Bit mata Vidai 4 mm
6. Mata bor Drag Bit atau mata vidia 6 mm
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
7. Kunci trimo 24” dan kunci trimo 36'' untuk membuka stang bor
8. Hose atau selang untuk sirkulasi air pada bor
9. Hose polipipit untuk air suplay
10. Mat bor Drag Bit
11. Mata bor batu VCD
12. Mata bor Core bit
13. Tabu Split
Gambar 3.5 Rangkaian Unit Power Rig Chain Saw
3.2.2.3 Proses Sampling Batubara dan Analisis Laboratorium
Sample batubara diambil dari berbagai titik yang sudah ditentukan dengan
cara Representative (mewakili). Sample batubara yang sudah diambil dicatat
identitas tempat pengambilan sample, tanggal, dan tahun,
3.2.2.4 Pralatan Preparasi Sampel
A. Pengering
Untuk mengeringkan sampel batu bara dapat dipakai lantai pengering-
udara (air-drying floor) atau oven pengering (air-drying oven).
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
· Lantai pengering-udara.Suatu lantai yang rata dan halus serta bersih yang
terletak di dalam ruangan bebas kontaminasi debu atau material lainnya. Ruangan
tersebut mempunyai sirkulasi udara yang baik tanpa panas yang berlebihan atau
aliran udara yang berlebihan. Kondisi lantai pengeringan-udara sedapat mungkin
harus mendekati kondisi yang disyaratkan untuk oven pengering-udara.
· Oven pengering udara. Suatu alat yang digunakan untuk mengalirkan udara
yang yang sedikit panas pada sampel. Oven harus dapat menjaga suhunya antara
10ºC-15ºC di atas suhu kamar. Suhu maksimal oven adalah 40ºC. Untuk batubara
yang mudah sekali teroksidasi, suhu oven tidak boleh melebihi 10ºC diatas suhu
kamar.
B. Penggerus
Beberapa jenis alat penggerus antara lain adalah :
Crusher Ada dua jenis crusher yaitu; hummer millyang fungsinya untuk
memecahkan sampel secara pukulan atau benturan, jaw crusher yang fungsinya
untuk memecahkan sampel secara menekan, contohnya roll crusherdan jaw
crusher.
Hummer mill Memiliki keuntungan :reduction ratio tinggi, dapat
memperkecil batubara lempengan (150 mm) dan mempunyai hasil penggerusan
tinggi, harganya murah, serta tidak terlalu makan banyak ruang. Kerugiannya
adalah mempunyai angin yang deras sehingga dapat berpengaruh terhadap
sampel Moisture, menghasilkan fines yang banyak dan tidak dapat dipakai pada
batubara basah.
Double Roll Crusher Keuntungan dari double roll crusher antara lain tidak
menimbulkan panas dan angin, tidak menghasilkan fines yang berlebihan dan
mudah menangani batubara basah.
Jaw Crusher Alat ini cocok untuk meremukkan batubara keras dan
kering. Untuk memperoleh hasil yang halus susah sekali. Kerugian utamanya
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
adalah kapasitas rendah (kecuali lempengannya besar) dan tidak dapat
mengerjakan batubara basah.
C. Pencampur
Ada beberapa jenis alat yang memadai yaitu paddle mixer, drum
mixer,dan double cone mixer (untuk batubara berukuran 1.0-0.2 mm). Yang
dioperasikan secara manual adalah riffle.
D. Pembagi
Pembagian sampel dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis.
Jika pembagian akan dilakukan secara manual tetapi tidak menggunakan riffle,
dapat dilakukan dengan cara yang disebut sebagai cara coning and quartering.
Prinsipnya ialah batubara dibentuk seperti gunung (timbunan mirip kerucut
pendek), ditekan sampai rata dan kemudian dibagi menjadi 4 bagian yang sama.
Dua bagian yang berlawanan disatukan untuk kemudian dibagi empat lagi, begitu
seterusnya sampai diperoleh berat yang diinginkan. Dua bagian lainnya dibuang.
Umumnya cara ini dipakai untuk membagi sampel apabila tidak tersedia riffle di
lapangan.
Riffle digunakan untuk membagi sampel menjadi dua bagian sama banyak,
kemudian membagi setengahnya lagi dan demikian seterusnya hingga diperoleh
berat yang diinginkan (sama dengan cara kerja coning and quartering).
Peralatan pembagi sampel yang bekerja secara mekanis antara lain rotary
sample divider (RSD) dan slotted belt. Keuntungan alat pembagi sampel mekanis
ialah reduction ratio dapat divariasikan, dan tidak perlu membagi sampel sampai
setengahnya secara berurutan. Setelah dibagi, sampel dapat diperoleh dengan
mengambil increment kecil yang banyak (diperlukan minimal 50 increment).Jadi,
menghindarkan tahap pencampuran.
Rotary Sample Divider alat ini terdiri atas sejumlah continer misalnya 12
atau 8 yang dibentuk seperti segmen-segmen pada pelat berputar sekitar 60 rpm.
Ukuran minimal lubang pintu harus tiga kali ukuran terbesar partikel batubara.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Jadi, sejumlah increment akan terpisah pada setiap putarannya, terbagi merata ke
settiap kontainer. Jika ada 8 segmen, satu kontainer akan mengandung fraksi
seperdelapan dari jumlah batu bara yang masuk ke RSD, sehingga kita dapat
mengambil fraksi 1/8, ¼ atau ½.
Slotted belt Suatu belt conveyor yang tidak berakhir mempunyai slot
dengan ruang pitch-nya diperalati oleh alat berbentuk bibir yang bertindak sebagai
pagar pemotong.
1. Analysis General
Moisture (GA)
Sample yang diambil dari Stockpile atau Room dihancurkan/ di Crusher
keukuran ± 3 mm dengan menggunakan alat Jaw Crusher kemudian setelah itu
dipilah secara manual (Riflle) atau dengan cara otomatis menggunakan alat Rotary
Sample Divider (RSD). Pemilahan atau pencampuran secara otomatis langsung
masuk kedalam 8 kotak pemilah, dari 8 kotak pemilah hanya diambil 4 kotak
pemilah saja yang saling berhadapan, lalu 4 kotak yang lainnya dibuang. 4 kotak
yang diambil dimasukkan lagi kedalam alat RSD, kemudian ambil 4 kotak
pemilah, 4 kotak yang lain dibuang. Lakukan proses ini sampai mendapatkan
berat sample ± 4 Kg dari berat sample 25 Kg yang sudah di crushing.
Setelah mendapatkan berat sample 4 Kg lalu dioven dengan suhu 400C selama ± 2
jam, setelah itu diCrushing lagi keukuran yang lebih halus yaitu ukuran 0,212 mm
menggunakan alat Raymond Mill lalu masukkan kedalam kantong sample dan di
stok.
2. Analysis Total Moisture
(TM)
Dalam analisa Total Moisture (TM) langkah pengadukan dan pemilahan
sama seperti langkah untuk menganalisa General Moisture. Setelah dilakukan
pengadukan dan pemilahan kemudian di oven menggunakan alat Drying Oven
selama ± 5 jam dalam suhu 400 C, setelah itu dicatat hasil perubahan dan selisih
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
dari berat sebelumnya. Lalu di oven lagi ± 1 jam catat selisih berat atau bobot
perubahannya, ulangi langkah berikut sampai mendapatkan hasil nilai bobot atau
berat yang konstan (tidak boleh lebih 18X) jika lebih 18X merupakan nilai bobot
atau berat oksidasi. Setelah itu di Crusher kedalam ukuran yang lebih halus lagi
dengan menggunakan alat Brown Crusher setelah di masukkan kedalam mesin
penghancur Brown Crusher di hancurkan lagi menggunakan alat yang ukurannya
lebih halus lagi dengan menggunakan alat Raymond Mill dengan ukuran 0,212
mm.
Sumber : Dept. Quality PT. Bukit Baiduri Energi
Gambar 3. 6 Skema Preparation Laboratory
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Evaluasi Pemboran Unit Jacro
Location : Pit Pinang KP 2000
Date Of Start : 02 Maret 2013
Date Of Finis : 05 Maret 2013
Equlipment : Jacro - 02
Drilling System : Partly Coring
Karena kemiringan batubara di areal KP 2000 berkisar antara 30˚ -
40˚ dengan maka kegiatan pemboran eksplorasi di KP 2000 dan dilakukan
dengan metode pemboran vertical. Adapun sistem pemboran yaitu touch
coring. Lubang Touch Coring bertujuan untuk pengambilan sampel batubara
guna analisa kualitas batubara.
Lubang dari pemboran berukuran N (76.00 mm) dan H (99.70 mm)
dilakukan dengan sistem bor vertical . Untuk penetrasi kedalaman dari jenis bor
Jacro 175 kondisi kedalaman 100 sampai 120 meter.
Untuk pemboran dengan unit bor Jacro bertujuan untuk menetukan batas
terjauh dari penyebaran batubara dan juga pengambilan sampel coal untuk
mentukan kualitas batubara. Sehingga pembentukan metode geologi dapat benar.
4.2 Hasil Evaluasi Pemboran Pawer Rig Chain Saw
Location : Pit Pinang KP 2000
Date Of Start : 10 Februari 2013
Date Of Finis : 11 Februari 2013
Equlipment : Pawer Rig Chain Saw - 02
Drilling System : Partly Coring
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Adapun untuk pekerjaan pemboran unit Power Rig Chain Saw sistem
pemboran vertical dan penetrasi dari pemboran sampai kedalaman 30 – 40 meter.
dengan diameter lubang berukuran N (76.00 mm).
Unit bor Power Rig Chain Saw bertujuan untuk menetukan batas cropline
coal seam. Hal ini diperlukan untuk pembuatan model Geologi yang baik agar
pada saat penambangan batasan cropline coal yang ditambang .
Jacro Power Rig Chain Saw
0
10
20
30 cropline
40
50 coal seam
60
Gambar 4.1 skema Pemboran
Dari gambar diatas memiliki perbandingan pemboran dari ke dua unit
bor dimana Power Rig Chain Saw bertujuan untuk menetukan batas croplin coal
seam dan agar pada saat penembangan batas cropline coal yang ditambang,
penetrasi dari pemboran sampai kedalaman 30 – 40 meter .
Adapun untuk bor unit Jacro bertujuan untuk mentukan batas terjauh
dari penyebaran barubara dengan penetrrasi kedalaman 100 sampai 120 .
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi pemboran dengan menggunakan unit Jacro dan Pawer
Rig Chain Saw PT. BUKIT BAIDURI ENERGI (BBE) dengan data yang ada
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil evaluasi pemboran ke 2 unit bor memiliki perbedaan
dalam penetrasi kedalaman dari jenis bor Jacro 175 kondisi kedalaman 100
sampai 120 meter. Adapun untuk pemboran unit Pawer Rig Chain Saw
penetrasi dari pemboran sampai kedalaman 30 sampai 40 meter.
2. Berdasarkan dari hasil evaluasi pemboran ke 2 unit bor memilik tujuan
yang berbeda, untuk pemboran dengan unit Pawer Rig Chain Saw adalah
untuk mentukan batas cropline coal seam hal ini diperlukan untuk
pembuatan model geologi yang baik agar pada saat penambangan batas
cropline coal yang ditambang. Sedangkan untuk pemboran dengan unit
Jacro adalah untuk menentukan batas terjauh dari penyebaran batubara
dan juga pengambilan sampel coal seam untuk mengetahui kualitas
batubara sehingga pembuatan model geologi dapat benar
3. Berdasarkan cara kerja alat bor ke 2 unit memiliki perbedan, untuk unit
Pawer Rig Chain Saw menggunakan metode manual dengan
menggunakan mesin Chain Saw dan tenaga manusia. Sedangkan untuk
unit Jacro menggunakan tenaga mesin Greves untuk mengangkat Rut
Pipa bor X.
4. Berdasarkan dari hasil uji Laboratorium, Sempel batubara di KP 2000
dengan unit bor Jacro memiliki kalori barubara 6,212. Sedangkan di KP
2000 dengan unit bor Pawer Rig Chain Saw memiliki kalori batubara
6,163
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, beberapa hal berikut ini kiranya dapatlah
dijadikan suatu bahan pertimbangan:
1. Dalam pengujian kandungan kalori batubara dan di lapangan tetap
menggunakan peralatan keselamatan kerja (K3) mengingat ada beberapa
reagen yang berbahaya jika dihirup langsung oleh analis
12