pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/uts sim - ani astuti - kmb.doc · web viewmahasiswa...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS INDIVIDU
TEGNOLOGI SMART PHONE DALAM SISTEM MANAJEMEN MANDIRI PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KRONIS
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas untuk UTS dimata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Disusun oleh:
Ani Astuti 1006833533
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2012
TEGNOLOGI SMART PHONE DALAM SISTEM MANAJEMEN MANDIRI PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KRONIS
Ani Astuti
Mahasiswa Program Magister Keperawatan Medikal Bedah (NPM. 1006833533) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Abstrak
Banyak consensus tentang pencegahan dan pengobatan penyakit kronis seperti
diabetes melitus, peyakit jantung, hipertensi, nyeri kronik, obesitas, asma, HIV dan
penyakit kronis lainnya yang memerlukan manajemen mandiri yang cukup besar bagi
pasien. Individu memerlukan monitor untuk tubuhnya, menurunkan stimulus
psikologis ketika terjadi stress, meningkatkan aktifitas fisik dan menghindari
perubahan lingkungan yang berbahaya. Pencegahan atau pengobatan penyakit kronis
akan sangat dibantu oleh sebuah sistem yang inovatif yaitu smart phone assisted
(SPA) yang dapat memantau tubuh, dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-
hari, dan kemudian mengingatkan orang tersebut untuk mengambil tindakan korektif
ketika risiko kesehatan diidentifikasi. Sistem ini menyediakan pemantauan kontinu
pada kondisi kesehatan pengguna sistem dan memberikan konteks yang berharga
berupa saran / masukan untuk meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
kata kunci : smart phone, phone mobile, telehome, penyakit kronik, pemantauan
kontinyu,, identifikasi resiko kesehatan
Latar Belakang
Lebih dari 100 juta orang Amerika hidup dengan penyakit kronis. Sebagai contoh
penyakit diabetes diderita oleh 21 juta orang Amerika dan hipertensi diderita 74 juta
orang. Pengeluaran yang dikibatkan oleh penyakit kronis lebih dari 75% dari
anggaran kesehatan. Tidak seperti penyakit akut yang hanya memerlukan hari rawat
yang singkat, penyakit kronis memerlukan monitoring dan manajemen jangka
panjang, perubahan lifestyle serta kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Diperkirakan hanya 50% pasien saja yang survive dengan penyakit kronis dinegara
berkembang dengan mengikuti rekomendasi pengobatan. Ketidakpatuhan terhadap
terapi jangka panjang sekaligus merusak efektivitas pengobatan, membuat masalah ini
penting dalam kesehatan masyarakat baik dari perspektif kualitas hidup dan ekonomi
kesehatan (Chen. G et all , 2006).
Di wilayah Asia Tenggara Penyakit kronis dan tidak menular menjadi penyebab
kematian. Perkembangan ekonomi negara yang berdampak pada kenaikan pendapatan
per kapita penduduknya menjadi pemicu tingginya prevalensi penyakit ini.”Penyakit
kronis dan tidak menular merupakan pembunuh terbesar di dunia. Sekitar 80 persen
kematian akibat penyakit kronis dan tidak menular terjadi di negara-negara dengan
penghasilan rendah dan sedang. Hasil riset Cameron Institute Kanada memperkirakan,
Indonesia mengalami kerugian 37,2 miliar dollar AS per tahun sebagai dampak
penyakit kronis dan tidak menular. Hal itu akibat meningkatnya biaya pelayanan
kesehatan dan hilangnya produktivitas warga (Kompas, 2011)
Disamping itu Sistem pengobatan belum mampu secara efektif beradaptasi dalam
perubahan dramatis yang terjadi dalam sistem informasi untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat, mulai dari penyakit akut sampai penyakit kronis dan berkaitan
dengan gaya hidup. Meskipun penyakit akut dapat diobati dengan baik di klinik atau
rumah sakit, namun penyakit kronis sebagian besar memerlukan pendekatan yang
sangat berbeda. Keterlibatan pasien sangat penting untuk keberhasilan dalam
manajemen pengobatan penyakit kronis yang berkelanjutan . Umpan balik dari data
kesehatan yang relevan untuk masing-masing pasien akan memfasilitasi keterlibatan
pasien. Namun, kurangnya peralatan yang efektif dan mudah digunakan untuk
pemantauan diri dan perawatan diri sering meningkatkan risiko perburukan penyakit
kronis (Sha. K, Zhan. G et all, 2005)
Banyak tipe dari penyakit kronis yang memerlukan manajemen mandiri terhadap
penyakit dan memerlukan model perawatan kolaboratif yang dapat mengoptimalkan
kesehatan individu. khususnya monitoring mandiri sangat penting bagi peningkatan
kesadaran dan pendeteksian kemajuan kesehatan sebagai dasar dari pendekatan
pengaturan diri bagi pasien sehingga dapat mengatasi perubahan gaya hidup.
Tantangan mendasar, bagaimanapun, adalah untuk menurunkan hambatan dan
meningkatkan motivasi bagi pasien untuk mengadopsi pendekatan pengaturan diri
untuk jangka panjang perawatan (Chen G, et all, 2006).
Salah satu kemajuan tegnologi untuk memantau kesehatan individu dengan penyakit
kronis adalah dengan menggunakan tegnologi informasi smart phone, phone mobile,
cell phone, mobile divices & monitor Bluetooth serta telemonitoring yang
memberikan kontribusi yang cukup baik dalam meningkatkan kemampuan individu
untuk memantau kesehatan diri secara mandiri. Teknologi ponsel digunakan sangat
luas dalam berbagai pengaturan dan dalam beberapa studi penelitian telah dievaluasi
secara resmi dampaknya dalam pemantauan penyakit kronis. Gambaran dari
penerapan ponsel untuk pemantauan nirkabel untuk outcome kesehatan dan intervensi
promosi kesehatan telah dilakukan. Ada literatur yang muncul pada penerapan ponsel
dalam pemberian layanan kesehatan, meskipun bukti diterbitkan terbatas. sebagai
teknologi yang terus berkembang, ponsel akan menjadi semakin penting dalam
strategis pelaksanaan skema pemantauan kesehatan. Oleh karena itu penting bahwa
perawat menyadari inovasi di bidang ini (Blake, 2008).
Model Penggunaan tegnologi informasi seperti smart phone assisted (SPA) seperti
yang dilkakukan oleh Sha. K, Zha. G dan kawan-kawan, dimana sistem ini akan
mendeteksi reaksi biologis dari individu terkait penyakit seperti peningkatan denyut
jantung, dan secara otomatis mengevaluasi data seseorang yang berkaitan dengan
kondisi penyakit dan mengidentifikasi resiko prilaku dan meneruskannya kedata
maining pusat untuk kemudian diberikan umpan balik untuk tindakan koreksi yang
tepat. Tegnologi ini telah memberikan dampak bagi penurunan angka morbiditas dan
mortalitas pada penyakit kronis.
Tegnologi Smarth phone
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Information technology (IT) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun
yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan
komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi
Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan
rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern misalnya ponsel (Wikipedia,
2011).
Menurut Telekomunikasi Seluler dan Internet Asosiasi, ada sekitar 262 juta pelanggan
telepon seluler di Amerika Serikat. Hampir setiap rumah tangga di Amerika Serikat
memiliki satu ponsel. Tidak hanya penggunaan ponsel untuk komunikasi suara yang
meningkat, tetapi juga penggunaannya untuk pesan teks dan akses internet terus
meningkat ..Penggunaan ponsel dan pesan teks telah ditemukan lebih tinggi di
kalangan remaja dan dewasa muda dibandingkan dengan orang dewasa di seluruh
dunia. (Krisnha. S, et all, 2009).
Smartphone adalah teknologi canggih yang merupakan kombinasi PDA dan mobile
phone. Menurut Brusco (2010), smartphone adalah mobile phone yang memiliki
fungsi seperti sistem komputerisasi, pengiriman pesan (email), akses internet dan
memiliki berbagai aplikasi sebagai sarana pencarian informasi seperti kesehatan,
olahraga, uang dan berbagai macam topik. Atau bila disimpulkan smartphone
layaknya komputer namun dalam ukuran kecil. Smartphone menjadi sebuah
kebutuhan primer untuk pribadi maupun profesional. Smartphone sangat cocok bagi
professional yang sering melakukan komunikasi jarak jauh seperti kirim pesan
(email). Kelebihan yang dimiliki smartphone adalah sistem canggih yang berfungsi
untuk download dan install aplikasi dengan waktu singkat.
Tegnologi smart phone dalam manajemen mandiri pada pasien dengan penyakit kronis
Smart Phone Assisted (SPA) adalah sebuah ponsel pintar yang didisain untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem penginderaan dan
teknologi komunikasi. Desain SPA, adalah untuk membantu sistem manajemen
perawatan diri pada penyakit kronis dengan partisipasi penginderaan. Ada tiga fungsi
utama sistem. Pertama, digunakan untuk mengumpulkan real-time biomedis dan data
lingkungan dari peserta dengan menggunakan sensor, yang akan sangat berguna bagi
pasien untuk memahami kemungkinan penyebab dari penyakit kronis. Kedua, analisis
data dan algoritma data mining digunakan untuk mencari pengaturan seri waktu dan
hubungan antara biomedis dan parameter lingkungan, yang akan membantu
profesional perawatan kesehatan untuk merancang rencana asuhan keperawatan bagi
pasien. Ketiga, sistem secara otomatis memicu on-line survei dan mengirimkan
pemberitahuan alarm, terutama mengurangi keterlibatan perawatan kesehatan
profesional, yang tidak hanya menghemat biaya medis tetapi juga melindungi peserta
sedini mungkin (Sha K, Zhan. G, 2006).
Gambar 1 : Kerangka sistem SPA
Sistem SPA terdiri dari tiga bagian utama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1,
termasuk area jaringan sensor tubuh. Sensor area untuk mengumpulkan data biomedis
dan lingkungan, server untuk menyimpan dan menganalisa data, dan sekelompok
profesional perawatan kesehatan untuk memeriksa catatan dan memberikan saran
perawatan kesehatan. Daerah jaringan sensor tubuh termasuk ponsel pintar, satu set
biosensor dan satu set sensor lingkungan. Ponsel pintar ini bekerja sebagai base
station untuk jaringan daerah sensor pada tubuh , yang tidak hanya dapat menerima
data sementara dan merasakan data tetapi juga bekerja sebagai router untuk
berkomunikasi.
Penggunaan smart phone pada pasien dengan penyakit jantung juga merupakan
bagian dari program peningkatan gaya hidup (termasuk diet yang lebih baik dan
olahraga) diduga secara klinis bermanfaat. Pada aplikasi ini pasien diharapkan untuk
mengukur tekanan darah mereka sekali atau dua kali sehari dan dikirim peringatan
SMS pada waktu yang disepakati. Kemudian pasien harus memakai manset pengukur
dan tekan Start tombol pada kontroler monitor. Ini secara otomatis menghubungkan
ke Smartphone dan transfer data. Perawat jantung atau komunitas perawat, atau ahli
jantung dapat memeriksa data melalui server.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Marshal. A et all (2007) penggunaan smart
phone pada pasien COPD menmperlihatkan hasil yang nyata dimana cara kerjanya
sama dengan penggunaan smart phone pada penyakit kronik lainya. Aplikasi ini telah
dikembangkan menggunakan Microsoft Visual Studio untuk Smartphone Windows
Mobile dan telah digunakan pada Qtek 8300 dan O2 XDA Graphite telepon untuk
tujuan pengujian. Sensor pemantauan adalah Nonin 410 Bluetooth Pulse oksimeter
[13]. Sensor ini dihubungkan untuk Smartphone oleh Bluetooth, sebelum memulai
aplikasi. Hubungan dan fungsi pasangan dalam Sistem operasi smartphone yang
digunakan. Tujuan desain untuk aplikasi rehabilitasi adalah untuk menyederhanakan
rutinitas pengguna utama, yang akan digunakan pada harian dasar, dan memberikan
fungsi yang lebih kompleks dalam menu terpisah.
Penelitian yang dilakukan oleh Bielli et al (2004) mengembangkan penggunaan
Wireless Health Outcome Sistem Monitoring (WHOMS). Sistem ini menciptakan
metode dimana kuesioner terstruktur dapat dikirim langsung ke ponsel pasien dengan
tim manajemen medis mereka. Pertanyaan pasien secara otomatis ditransfer ke sebuah
situs resmi yang kemudian menampilkan kondisi kesehatan pasien saat ini dalam
bentuk grafik, dan dapat diakses oleh tim medis. Evaluasi menunjukkan bahwa jarak
monitoring menggunakan ponsel, adalah masuk akal dan informasi kesehatan dapat
dikumpulkan dari sebagian besar pasien dengan cara ini. Proporsi ini dapat
meningkatkan pengaturan dalam masyarakat jika keluarga juga ikut terlibat untuk
membantu pasien dengan pemanfaatan teknologi. Namun, jenis teknologi ini tidak
dapat diakses oleh semua kelompok pasien (Blake H, 2008).
Selain itu ada penelitian yang juga menggunakan tegnologi informasi yaitu
telehomecare. Ada bukti substansial bahwa penerapan telehomecare untuk program
manajemen penyakit kronis menghasilkan kepuasan pasien yang tinggi. Penelitian
menunjukkan bahwa ketika telehomecare digunakan untuk membantu mengelola
PPOK, baik pasien dan perawat mampu menggunakan teknologi dengan nyaman dan
tanpa kesulitan (Bowles & Baugh, 2007;. Calazzo et al, 2004). Jenkins dan
McSweeny menemukan bahwa sebagian besar peserta dalam studi mereka merasakan
pengalaman bahwa telehomecare sangat nyaman dan bermanfaat, dan menjelaskan
pemeriksaan fisik yang memadai. Kedua pasien dan perawat menemukan bahwa
videoconference lebih cepat dan memungkinkan untuk lebih sering berkonsultasi
(Bowles & Baugh, 2007). Sementara kekhawatiran tentang penggunaan teknologi
yang dapat memiliki efek merugikan pada hubungan pasien-provider, namun
penelitian konsisten menunjukkan bahwa pasien sangat puas pada sistem yang
menggantikan kunjungan rumah dengan konsultasi video (Dansky et al. 2001). Dalam
salah satu penelitian terhadap pasien yang menerima perawatan kesehatan di rumah,
kelompok kontrol dan intervensi keduanya menerima kunjungan rutin kesehatan
rumah, namun kelompok intervensi juga berpartisipasi dalam konsultasi video. setelah
mengambil mempertimbangkan tingkat rehospitalization, analisis menunjukkan ada
penghematan biaya sebesar $ 63,00 per pasien dalam intervensi kelompok. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan dalam indikator kualitas, menunjukkan
bahwa telehomecare mampu mempertahankan kualitas pelayanan dengan biaya
efektif (Dansky et al., 2007).
Teknologi ponsel juga telah paling sering diterapkan pada pemantauan nilai glucosa
darah pada anak dan diabetes dewasa. Dalam wawancara dengan 244 orang dewasa
dengan diabetes tipe 1 di Spanyol, Gimenez-Pérezet al (2002) menemukan bahwa
sangat rendah penggunaan internet untuk tujuan yang berhubungan dengan kesehatan,
tiga perempat dari sampel memiliki sebuah ponsel, dengan hampir semua pasien
menggunakan ponsel lebih dari sekali minggu. Para peneliti menyimpulkan bahwa
ponsel memiliki potensi untuk mengelola diabetes pada masyarakat. Anhøj dan
Møldrup (2004) melakukan penelitian pada pasien asma yang menunujukkan
peningkatan grafik dalam pemantauan menggunakan sistem telepon. Farmer et al
(2005) menjelaskan perkembangan dan implementasi dari sistem telemedicine real-
time, yang mampu mengirimkan data glukosa darah dari monitor glukosa darah
menggunakan telepon ponsel dan mengumpulkan data tentang tingkat aktivitas fisik,
pola makan dan dosis insulin. Di Inggris penelitian menerima secara rinci umpan
balik tentang ponsel termasuk charting histogram yang penuh warna untuk kontrol
glikemik selama dua minggu sebelumnya. Informasi ini dapat diakses oleh staf medis
yang bisa memonitor kadar glukosa darah pasien, mengidentifikasi individu yang
tidak melaukan pengujian dan akses grafik yang menunjukkan pola dosis insulin dan
bagaimana mereka dapat dimodifikasi dengan diet dan olahraga
(Farmer et al 2005). Sistem ini memiliki secara resmi telah diuji dalam lingkungan
perawatan primer dan sekunder, yang menunjukkan potensi untuk implementasi skala
luas.
Di Nigeria telah menggunakan mobile phone based on patient compliance system
(MPCS) untuk mengetahui adaptasi pasien terhadap penyakit kronis, seperti model
mengatasi biomedis atau stres, model pengaturan diri dianggap menjadi yang paling
komprehensif dan fleksibel. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1 bawah, model
pengaturan diri dari kepatuhan pasien biasanya menggunakan umpan balik negatif,
yang memantau regimen pasien yang relevan perilaku.model pengaturan sendiri
dibandingkan dengan regimen pengobatan yang dianjurkan. Ketika penyimpangan
terdeteksi, sinyal kesalahan dihasilkan sebagai umpan balik kepada pasien. Jika pasien
termotivasi untuk mematuhi, ia akan menyesuaikan perilaku, yang akan terus dipantau
untuk memenuhi pengaturan diri (Amosa & Longe, 2012).
Rekomendasi
Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat terlihat besarnya pemanfaatan tegnologi
informasi khususnya smart phone, mobile phone dan telehome dalam membantu
perawatan pasien dengan penyakit kronis. Dimana tegnologi ini mampu memadirikan
pasien dengan penyakit kronik dalam memantau kondisi penyakit mereka, menjaga
kualitas hidup mereka, menekan angka kesakitan dan kematian serta menekan cost
sehubungan dengan perawatan yang lama di RS dan besarnya biaya kunjungan rumah.
Di Indonesia tegnologi ini sangat memungkinkan untuk dilakukan, karena akses
masayarakat dalam penggunaan mobile phone, smart phone semakin meningkat, rata-
rata orang Indonesia dengan ekonomi menengah keatas memiliki fasilitas smart
phone, dan untuk golongan ekonomi menengah kebawah mobile phone pun sudah
mampu dimiliki oleh masyarakat. Dengan melihat fenomena yang ada bukan tidak
mungkin ini menjadi bahan pertimbangan kita semua sebagai tenaga kesehatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanana asuhan keperawatan pada masyarakat secara luas
dan terstruktur dengan memanfaatkan tegnologi informasi ini bukan lagi hanya
sekedar wacana namun harus ditindak lanjutin untuk selanjutnya diterapkan di
Indonesia.
Kesimpulan
1. Penyakit kronis di Negara berkembang khususnya di Indonesia dari tahun ke tahun
prevalensinya semakin meningkat. Peningkatan jumlah pasien dengan penyakit
kronis dapat berakibat meningkatnya biaya pelayanan kesehatan dan hilangnya
produktivitas warga yang menjadi pemicu tingginya angka kemiskinan.
2. Penerapan berbagai kemajuan teknologi bermanfaat untuk mengembangkan
fasilitas dan sarana di bidang kesehatan. seperti perkembangan tegnologi informasi
dalam bidang kesehatan memberikan kontribusi yang sangat besar pada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya dalam perawatan pasien
dengan penyakit kronis.
3. Smart phone mampu memberikan akses yang sangat besar dalam pemantauan
kesehatan pasien dengan penyakit kronis dan memandirikan pasien dalam
memantau kodisi kesehatannya serta dapat melindungi pasien sedini mungkin
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Daftar Pustaka
Amosa & Longe (2012) Mobile-Phone Based Patient Compliance System for Chronic Illness care in Nigeria, JCS & T Vol 12 No. 1 Department of Computer Science, Federal Polytechnic Ede, Osun State, Nigeria.
Blake. H, (2008) Innovation in practice: mobilephone technology in patient care professional issues, [email protected]
Black. H, (2008) Mobile phone technology in chronic disease management. Art & science health communication. Artikel.
Brusco, J.M (2010). Using Smartphone Application in Perioperative Practice. AORN Journal Vol.92/5, 503-508
Krisnha. S, et all (2009) Healthcare via Cell Phones: A Systematic Review school of Public Health, Saint Louis University, St. Louis, Missouri. Health Services Research and Development Program, Harry S.
Kenaikan Pendapatan Picu Penyakit Kronis direkomendasikan oleh kompashealthhttp://health.kompas.com/read/2011/06/22/06155252/Kenaikan.Pendapatan.Picu.Penyakit.Kronis diperoleh tanggal 27 April 2011
Mulen. S (2008) The Ontario Telehomecare Strategy Phase One Program: An innovative model for chronic disease management, Vol. 1: Iss. 12, Article 9.http://digitalcommons.mcmaster.ca/meducator/vol1/iss12/9 diperoleh pada tanggal 26 April 2009
Marshal A, et all (2007) Self management of chronic disease using mobile devices and Bluetooth monitors Keyworth Institute, Faculty of Engineering, Woodhouse Lane University of Leeds, Leeds LS2 9JT, UK.
Malasanos, T (2008) Mobile Phones Integrated into Diabetes Management: A Logical Progression Journal of Diabetes Science and Technology Volume 2, Issue 1, January 2008 Diabetes Technology Society.
Sha. K, Zhan.G, et all (2006) SPA: A Smart Phone Assisted Chronic Illness Self-Management System with Participatory Sensing, Dept. of Computer Science,Dept. of Psychology,Dept. of Family Medicin, Wayne State University
Stachura. M. E. &Khasanshina (2007) Telehomecare and Remote Monitoring: An Outcomes Overview, AdvaMed; advance Medical Technology Association College of Georgia 1120 Fifteenth Street Augusta GA 30912
Tegnologi informasi direkomendasikan oleh wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasi diperoleh tanggal 27 April 2012