pinjaman angsuran
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan
rumah pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang
penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang
bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti mobil, motor;
mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa
jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama
dalam mencapai operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di
kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan
metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya
meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam
hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan
meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan
meningkatnya volume penjualan perusahaan.
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah.
Masalah utama adalah:“membandingkan antara beban dan
pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu :
a) Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah
direalisasi pada saat terjadinya penjualan ataukah harus diakui
selama masa kontrak angsuran tersebut?
b) Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan
penjualan angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan
tersebut?
c) Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang
tidak dapat tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang
angsuran?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan
dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau
berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli,
penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama
dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus
menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang angspenjulannya,
maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang
belum diterimanya.
Penjualan angsuran dapat menimbulkan pertanyaan mengenai pola yang
layak dari penetapan pendapatan. Pendapatan ini biasanya ditetapkan atas
dasar akrual dalam periode dimana penjualan itu terjadi dalam kontrak yang
tidak dipaksakan untuk harus diterima, kemudia perkiraan penagihan yang
diterima pada periode yang panjang berada dalam ketidakpastian sehingga
disarankan agar penetapan pendapatan ditunda sampai probabilitas penagihan
dapat diperkirakan dengan layak.
Masalah Non Kas
Masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menekan resiko terjadinya
kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat
menjadi seminimal mungkin. usaha untuk meminimalkan resiko ini
digolongkan dalam 3 kelompok
Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan
angsuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi :
Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan angsuran
hanya diberikan pada calon pembeli ang kemampuan dan kejujurannya
dapat dipercaya, misalnya peawai negeri, profesi tertentu dan sebagainya
3
Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan
atasan pembeli
Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji
Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual
Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual
beli angsuran yang isinya antara lain :
perjanjian penjualan bersyarat
Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung
diserahkan kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas barang
tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai
Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit
Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan
bermontor digunakan sebagai jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut
digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang
bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang kepada bank bukan
kepada penjual barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau BPKB akan
diterima dari bank.
Menjaminkan kepada pihak ketiga
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga,
sampai pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai bukti
pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.
Perjanjian beli-sewa
Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah
pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum
pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang
sudah diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi
Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual
Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus
berfikir masak-masak sebelum memutuskan untuk membetalkan pembelian
angsuran. karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi
4
pembeli dan keutungan bagi pihak penjual. Agar keadaan ini dapat terwujud
maka :
Uang muka harus cukup besar
adalah melebihi penurunan nilai dari barang bbaru menjadi barang bekas
Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar penurunan
nilai atas baran yang dijual dan semakin besar peluang untuk
menghilangkan jejak bagi pembeli
Angsuran cukup besar
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selamajangka
waktu angsuran
Jaminan Bagi Pihak Penjual
Pihak penjual biasanya melindungi diri dan memperoleh jaminan kalau pihak
pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran menurut kontrak. Jika harta
pribadi dijual, maka resiko kerugian karena kegagalan pihak pembeli
menyelesaikan kontrak dapat diminimasi dengan pemilikian kembali atas
harta benda tersebut.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang,
pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran
tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi
ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak
asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli.
Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk
diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak
ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa
bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :
Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana
barang-barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih
berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.
Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah
dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan
5
menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang
belum dibayar kapada si penjual.
Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu
badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi.
Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak
atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan
dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).
Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan
kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam
kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada
pembeli
Masalah Akuntansi
Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran
dapatdikelompokkan menjadi 4, yaitu :
a) Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
b) Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.
c) Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.
d) Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.
2.2 PENGAKUAN LABA KOTOR
Metode P engakuan P endapatan
Sesuai prinsip akuntansi maka pendapatan baru akan di akui apabila 2
kriteria berikut sudah di penuhi yaitu :
Earning process telah selesai
Telah terjadi pertukaran
Apabila ke dua syarat tersebut sudah terpenuhi berarti pendapatan sudah di
realisir dan pendapatan akan diakui. Sesuai denga terpenuhinya kriteria
relisasi maka ada 4 dasar pengakuan pendapatan:
Dasar penjualan
Dasar penerimaan kas / tunai
Dasar produk selesai
6
Dasar presentase produk
` Pengakuan pendapatan di dalam penjualan angsuran sangat erat kaitannya
dengan pengakuan laba kotor.
Laba Kotor Penjualan Angsuran
Ada 2 dasar didalam pengakuan laba kotor penjualan angsuran adalah :
Dasar Penjualan
Laba kotor atas penjualan diakui dalam periode penjualan angsuran yang
terjadi tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima
atautidak.Agar laporan rugi-laba dapat mencerminkan “Proper matching
revenuewith expenses” sebaiknya peruahaan mencadangkan biaya
penagihan dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penjualan
tersebut.
Dasar Kas
Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayarandari
piutang penjualan angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas
tersebutterdiri dari 2 unsur yaitu :
ü Pembayaran atas harga pokok penjualan
ü Pembayaran atas laba kotor
Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebutada 3
metode, yaitu :
a. Harga pokok Penjualan kemudian laba kotor.
Penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun
pembayaran angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran
atas harga pokok penjualan. Selama harga pokok penjualan angsuran
tersebut belum selesai diterima pembayarannya perusahaan belum
mengakuinya sebagai laba kotor. Metode ini tidak dapat
mencerminkan propermatching revenue with exspenses karena terlalu
konservatif. Dalam metode ini laba kotor akan diakui apabila harga
pokok sudah terbayarkan.
7
b. Laba kotor kemudian harga pokok penjulan.
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran pertama-tama
dianggap sebagai pembayaran laba kotor, sampai semua laba kotor atas
penjualan angsuran tersebut diterima.Setelah laba kotor tersebut
direalisir semua, maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai
pembayaran atas harga pokok penjualan.Dalam metode ini
pembayaran angsuran pertama-tama diakaui sebagai laba kotor
kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya
diperhitungkan.
c. Harga pokok dan laba kotor secara proporsional (metode
penjualan angsuran)
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap teerdiri dari
2 unsur yaitu pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran
atas laba kotor secara proporsional.
Dalam hal ini pembayaran angsuran untuk setiap periode terdiri dari 2
unsur yaitu: -Pembayaran atas harga pokok penjualan.-Pembayaran
atas laba kotor, secara proposional.
Contoh Soal
Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property
menjual 10 unit rumah dengan harga pokok per kapling Rp
300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00 ditambah
bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap
semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali
angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.
Diminta:
1. Buat skedul pembayaran angsurannya
2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan
metode laba kotor diakui pada saat penjualan dan metode laba
kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.
8
Penyelesaian :
1. Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )
Angsuran
ke
Tgl bayar Bunga Angsuran Jml
pembayaran
Sisa harga
kontrak
1 Sept 05 - - - 4.000.000
(U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000
I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000
II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000
III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000
IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000
V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000
VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000
VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000
VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000
IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000
X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0
Jumlah Total 880.000 4.000.000 4.880.000 -
2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan
a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi Jurnal
1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : 10
x Rp 400.000 = 4.000.000
uang muka 20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00 = 3.000.000
Kas 800.000
Piutang angsuran 3.200.000
Rumah 3.000.000
Laba penjualan angs 1.000.000
2. Ajp tgl 31 Des 05 :
Bunga yang masih harus diterima 4
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
Piutang bunga 106.667
Pendapatan bunga 106.667
9
3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke
iktisar laba rugi
Laba penjualan angs 1.000.000
Pendapatan bunga 106.667
Iktisar laba rugi 1.106.6674. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang
akan diterima th. 2005
Pendapatan bunga 106.667
Piutang bunga 106.667
5. Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
Kas 480.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 160.000
6. Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok = 320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
Kas 464.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 144.000
7. Ajp tgl 31 Desember 06 :
Bunga yang masih harus diterima 4
bln
4/12 x 10% x (3.200.000 –
640.000) = 85.333
Piutang bunga 85.333
Pendapatan bunga 85.333
Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan
metode ini pada tahun kedua sudah tidak ada lagi pengakuan
laba atas penjualan angsuran rumah.
b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi Jurnal
1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000 = 4.000.000
uang muka 20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00 = 3.000.000
Kas 800.000
Piutang angsuran 3.200.000
Rumah 3.000.000
LKBD 1.000.000
10
2. Ajp tgl 31 Des 05 :
a. Bunga yang masih harus diterima 4
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
b. Penyesuaian LKBD atau Laba kotor
direalisasi (LKD)
% laba kotor :
1.000.000 x 100% = 25%
4.000.000
Piutang bunga 106.667
Pendapatan bunga 106.667
LKBD 200.000
LKD 200.000
3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke iktisar
laba rugi
LKD 200.000
Pendapatan bunga 106.667
Iktisar laba rugi 306.6674. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2005
Pendapatan bunga 106.667
Piutang bunga 106.667
5. Penerimaan angsuran I Kas 480.000
2.3 PERHITUNGAN BUNGA DAN ANGSURAN
Dalam hal ini pembayaran kredit terdiri-dari dua unsur, yaitu :
1. Bunga yang diperhitungkan
2. Angsuran pokok pinjaman
Dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima tergantung :
1. Dasar perhitungan bunga
2. Dasar penentuan angsuran pokok pinjaman
Didalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu :
a. Bunga dihitung dari sisa pinjaman (sistem bunga menurun)
Di dalam perhitungan bunga ini tergantung pada total sisa pinjaman.
Karena sisa pinjaman dari priode ke priode semakin menurun maka
pembayaran bunga pun ikut menurut, atau dihitung dengan
mengkalikan persentase tingkat bunga dengan sisa pinjaman tersebut.
b. Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)
Di dalam perhitungan ini besarnya bunga untuk semua priode
didasarkan pada pokok pinjaman awal, atau besarnya pembayaran
11
bunga untuk setiap priode adalah dengan mengkalikan tingkat
persentase bunga dengan pokok pinjaman awal.
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem
perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :
a. Sistem angsuran tetap
Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan sistem ini
dengan membagi total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.
b. Sistem anuitet
Dalam sistem ini terbagi menjadi :
1. Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan
besarnya bunga untuk setiap priodenya selalu tetap.
2. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun
sedangkan besarnya angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga
jumlah angsuran secara keseluruhan selalu menurun.
3. Bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat.
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan
menggunakan pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran,
bunga dan angsuran pokok pinjaman dihitung dengan prosedur :
- Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan
membagi pokok pinjaman dengan nilai tunai yang akan diterima
setiap periode selama jangka waktu angsuran.
- Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa
pokok pinjaman pada awal priode.
- Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan kas
yang diterima dengan bunga pada priode tersebut.
2.4 TUKAR TAMBAH
Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang
serupadengan barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik
pembeli biasanyadihargai lebih barang tersebut sehingga harga jualnya
12
terlalu tinggi oleh karenaitu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi
bersihnya saja. Besarnya itu tentunyatidak boleh lebih dari harga pokok
penggantinya.
Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilair
ealisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran
biaya perbaikan sebelum dijual,biaya pemasaran dan laba normal. Selisih
antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan dalam
rekening cadangankelebihan harga.Transaksi yang berhubungan dengan
tukar tambah pencatatannya adalah :
· Untuk mencatat penjulan :
Piutang penjulan angsuran xxxx
Persediaan barang dagangan xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
Penjualan angsuran xxxx
· Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :
Harga pokok penjualan angsuran xxxx
Persediaan barang dagangan xxxx
Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisasi :
Penjualan angsuran xxxx
Harga pokok penjualan angsuran xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
Laba kotor belum direalisir xxxx
Contoh:
Pada awal tahun 2007 toko elektronik ”Metrika” menjual mesin cuci
”Electrolux” secara angsuran sebesar Rp7.500.000. Cara pembayarannya
adalah sebagai berikut:
a) Sebagai uang muka diterima sebuah mesin cuci merk ”Yamoto”
dengan nilai yang disepakati sebesar Rp2.000.000,00.
b) Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing
Rp550.000,00 Mesin cuci yang diterima diperkirakan membutuhkan
biaya perbaikan sebesar Rp500.000,00. Setelah diperbaiki diperkirakan
13
dapat dijual dengan harga Rp2.400.000,00. Dalam penjualan mesin
cuci ”Electrolux” perusahaan memperhitungkan laba normal sebesar
10% dari harga jual. Harga perolehan mesin cuci “Electrolux” sebesar
Rp5.600.000,00.
Perhitungan:
Harga yang disepakati Rp2.000.000,00
Harga jual mesin cuci ”Yamoto” Rp2.400.000,00.
Biaya perbaikan Rp500.000,00
Laba normal
10% x Rp46.000.000,00 Rp240.000,00
(Rp 740.000,00)
Taksiran nilai realisasi bersih (Rp1.660.000,00)
Kelebihan harga Rp 340.000,00
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Untuk mencatat penjualan
Piutang penjualan angsuran Rp5.500.000,00
Persediaan Barang Dagangan
(mesin cuci ”Yamoto”) Rp1.660.000,00
Cadangan kelebihan harga Rp 340.000,00
Penjualan angsuran Rp 7.500.000,00
Untuk mencatat beban pokok penjualan angsuran
Beban pokok penjualan angsuran Rp5.600.0000,00
Persediaan Barang Dagangan Rp 5.600.0000,00
2.5 KEGAGALAN PELUNASAN PIUTANG ANGSURAN AKTIVA
TETAP
Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi
angsurannya, maka ini berarti seluruh laba yang diperhitungkan tidak
dapat semuanya direalisasikan. Dengan adanya kegagalan pelunasan ini,
biasanya aktiva tetap yang terjual dimiliki kembali oleh si penjual dan
14
aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva tetap
tersebut ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran angsuran
yang telah dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh
pembeli.
Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut maka pihak penjual
akan mengakui adanya laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba
atau rugi pemilikan kembali yang diakui tergantung pada metode laba
yang digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui pada saat
penjualan, laba atau rugi dihitung dengan cara membandingkan
nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi.
Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui proposional
dengan penerimaan kas maka laba atau rugi dihitung dengan cara
jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah pengurangan laba
kotor yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan
pelunasan penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.
Contoh Soal
Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap dengan harga
pokok Rp 80.000.000, dan dijual dengan harga Rp 100.000.000. Uang
muka ditentukan sebesar Rp. 30.000.000, dan sisanya dibayar secara
angsuran. Setelah membayar angsuran sejumlah Rp 40.000.000, pembeli
menyatakan tidak mampu lagi untuk melunasi sisa angsurannya, akibatnya
aktiva tersebut ditarik kembali oleh pengusaha tersebut dan nilai pada saat
dimiliki kembali oleh penjual adalah Rp 28.000.000.
Penyelesaian kasus diatas adalah pengusaha tersebut akan membuat jurnal
dan melakukan perhitungan sebagai berikut:
Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat
penjualan.
15
Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran
yang belum dilunasi kemudiaan dibandingkan dengan nilai pemilikan
kembali aktiva tetap.
Jumlah piutang angsuran awal adalah:
Rp. 100.000.000 – Rp. 30.000.000 = Rp. 70.000.000
Jumlah angsuran yang telah dibayar = Rp. 40.000.000
Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp. 30.000.000
Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap = Rp. 28.000.000
Rugi pemilikan kembali = Rp. 2.000.000
Jurnal yang dibuat :
Aktiva tetap Rp. 28.000.000
Rugi pemilikan kembali Rp. 2.000.000
Piutang Angsuran Rp. 30.000.000
Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsional
dengan penerimaan kas.
Cara perhitungan laba rugi pemilikan kembali adalah sebagai berikut :
Menghitung Tingkat laba kotor =
Rp. 100.000.000 – Rp. 80.000.000 x 100 % = 20 %
Rp. 100.000.000
Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:
Rp. 70.000.000 – Rp. 40.000.000 = Rp. 30.000.000
Laba Kotor yang Belum Direalisasi ( LKBD ) harus disesuaikan
( dikurangi ) sebesar 20 % x Rp 30.000.000 = Rp.6.000.000
Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah:
16
Aktiva tetap Rp. 28.000.000
LKBD Rp. 6.000.000
Piutang angsuran Rp. 30.000.000
Laba pemilikan kembali Rp. 4.000.000
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan
dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau
berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli,
penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama
dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus
menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya,
maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang
belum diterimanya.
Namun disisi lain perusahaan menghadapi kemungkinan terjadinya
kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya,
untuk menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam
penjualannya. Pembeli perlu diseksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian
yang mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya.
Permasalahan dari penjualan angsuran ini tidak terbatas pada hal diatas
tetapi juga masalah perhitungan besarnya bunga dan angsuran beserta
pencatatannya. Untuk pembayaran bunga perusahaan dapat menerapkan 2
dasar perhitungan, yaitu bunga dihitung dari sisa pinjaman dan dari pokok
pinjaman, sedangkan perhitungan angsuran pokok pinjaman dapat dilakukan
dengan sistem angsuran tetap dan sistem anuitet.
3.2 SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
http://zikrullahazza.blogspot.co.id/2012/08/penjualan-angsuran.html
https://www.academia.edu/11652434/penjualan_angsuran
http://www.scribd.com/doc/90089146/Bab-7-Penjualan-Angsuran#scribd
http://mandailingjulu.blogspot.co.id/2012/10/kegagalan-pelunasan-piutang-
angsuran.html