pinjaman angsuran

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar. Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut. Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.

Upload: widie-mutz-djahroni

Post on 04-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: pinjaman angsuran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Metode penjualan  angsuran pada  mulanya berasal  dari penjualan  

rumah pada perusahaan   real estate, tetapi pada masa sekarang

penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang

bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti mobil, motor;

mesin;  alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa

jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama

dalam mencapai operasi skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di

kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan

metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya

meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam

hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan

meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan

meningkatnya volume penjualan perusahaan.       

Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah.

Masalah utama adalah:“membandingkan antara beban dan

pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu :

a) Apakah laba kotor dari  penjualan angsuran dianggap telah

direalisasi pada saat terjadinya penjualan ataukah harus diakui

selama masa kontrak angsuran tersebut?

b) Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan

penjualan angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan

tersebut?

c) Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang

tidak dapat tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang

angsuran?

Page 2: pinjaman angsuran

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENJUALAN ANGSURAN

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan

dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau

berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli,

penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama

dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus

menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang angspenjulannya,

maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang

belum diterimanya.

Penjualan angsuran dapat menimbulkan pertanyaan mengenai pola yang

layak dari penetapan pendapatan. Pendapatan ini biasanya ditetapkan atas

dasar akrual dalam periode dimana penjualan itu terjadi dalam kontrak yang

tidak dipaksakan untuk harus diterima, kemudia perkiraan penagihan yang

diterima pada periode yang panjang berada dalam ketidakpastian sehingga

disarankan agar penetapan pendapatan ditunda sampai probabilitas penagihan

dapat diperkirakan dengan layak.

Masalah Non Kas

Masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menekan resiko terjadinya

kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat

menjadi seminimal mungkin. usaha untuk meminimalkan resiko ini

digolongkan dalam 3 kelompok

Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran

Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan

angsuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi :

Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan angsuran

hanya diberikan pada calon pembeli ang kemampuan dan kejujurannya

dapat dipercaya, misalnya peawai negeri, profesi tertentu dan sebagainya

Page 3: pinjaman angsuran

3

Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan

atasan pembeli

Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji

Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual

Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual

beli angsuran yang isinya antara lain :

perjanjian penjualan bersyarat

Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung

diserahkan kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas barang

tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai

Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit

Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan

bermontor digunakan sebagai jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut

digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang

bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang kepada bank bukan

kepada penjual barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau BPKB akan

diterima dari bank.

Menjaminkan kepada pihak ketiga

Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga,

sampai pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai bukti

pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.

Perjanjian beli-sewa

Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah

pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum

pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang

sudah diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi

Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual

Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus

berfikir masak-masak sebelum memutuskan untuk membetalkan pembelian

angsuran. karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi

Page 4: pinjaman angsuran

4

pembeli dan keutungan bagi pihak penjual. Agar keadaan ini dapat terwujud

maka :

Uang muka harus cukup besar

adalah melebihi penurunan nilai dari barang bbaru menjadi barang bekas

Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang

Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar penurunan

nilai atas baran yang dijual dan semakin besar peluang untuk

menghilangkan jejak bagi pembeli

Angsuran cukup besar

Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selamajangka

waktu angsuran

Jaminan Bagi Pihak Penjual

Pihak penjual biasanya melindungi diri dan memperoleh jaminan kalau pihak

pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran menurut kontrak. Jika harta

pribadi dijual, maka resiko kerugian karena kegagalan pihak pembeli

menyelesaikan kontrak dapat diminimasi dengan pemilikian kembali atas

harta benda tersebut.

Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang,

pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran

tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi

ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak

asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli.

Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk

diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak

ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa

bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :

Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana

barang-barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih

berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.

Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah

dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan

Page 5: pinjaman angsuran

5

menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang

belum dibayar kapada si penjual.

Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu

badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi.

Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak

atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan

dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).

Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan

kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam

kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada

pembeli

Masalah Akuntansi

Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran

dapatdikelompokkan menjadi 4, yaitu :

a) Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.

b) Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.

c) Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.

d) Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.

2.2 PENGAKUAN LABA KOTOR

Metode P engakuan P endapatan

Sesuai prinsip akuntansi maka pendapatan baru akan di akui apabila 2

kriteria berikut sudah di penuhi yaitu :

Earning process telah selesai

Telah terjadi pertukaran

Apabila ke dua syarat tersebut sudah terpenuhi berarti pendapatan sudah di

realisir dan pendapatan akan diakui. Sesuai denga terpenuhinya kriteria

relisasi maka ada 4 dasar pengakuan pendapatan:

Dasar penjualan

Dasar penerimaan kas / tunai

Dasar produk selesai

Page 6: pinjaman angsuran

6

Dasar presentase produk

` Pengakuan pendapatan di dalam penjualan angsuran sangat erat kaitannya

dengan pengakuan laba kotor.

Laba Kotor Penjualan Angsuran

Ada 2 dasar didalam pengakuan laba kotor penjualan angsuran adalah :

Dasar Penjualan

Laba kotor atas penjualan diakui dalam periode penjualan angsuran yang

terjadi tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima

atautidak.Agar laporan rugi-laba dapat mencerminkan “Proper matching

revenuewith expenses” sebaiknya peruahaan mencadangkan biaya

penagihan dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penjualan

tersebut.

Dasar Kas

Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayarandari

piutang penjualan angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas

tersebutterdiri dari 2 unsur yaitu :

ü  Pembayaran atas harga pokok penjualan

ü  Pembayaran atas laba kotor 

Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebutada 3

metode, yaitu :

a. Harga pokok Penjualan kemudian laba kotor. 

Penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun

pembayaran angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran

atas harga pokok penjualan. Selama harga pokok penjualan angsuran

tersebut belum selesai diterima pembayarannya perusahaan belum

mengakuinya sebagai laba kotor. Metode ini tidak dapat

mencerminkan propermatching revenue with exspenses karena terlalu

konservatif. Dalam metode ini laba kotor akan diakui apabila harga

pokok sudah terbayarkan.

Page 7: pinjaman angsuran

7

b. Laba kotor kemudian harga pokok penjulan.

Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran pertama-tama

dianggap sebagai pembayaran laba kotor, sampai semua laba kotor atas

penjualan angsuran tersebut diterima.Setelah laba kotor tersebut

direalisir semua, maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai

pembayaran atas harga pokok penjualan.Dalam metode ini

pembayaran angsuran pertama-tama diakaui sebagai laba kotor

kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya

diperhitungkan.

c. Harga pokok dan laba kotor secara proporsional (metode

penjualan angsuran)

Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap teerdiri dari

2 unsur yaitu pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran

atas laba kotor secara proporsional.

Dalam hal ini pembayaran angsuran untuk setiap periode terdiri dari 2

unsur yaitu: -Pembayaran atas harga pokok penjualan.-Pembayaran

atas laba kotor, secara proposional.

Contoh Soal

Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property

menjual 10 unit rumah dengan harga pokok per kapling Rp

300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00 ditambah

bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap

semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali

angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.

Diminta:

1. Buat skedul pembayaran angsurannya

2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan

metode laba kotor diakui pada saat penjualan dan metode laba

kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.

Page 8: pinjaman angsuran

8

Penyelesaian :

1. Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )

Angsuran

ke

Tgl bayar Bunga Angsuran Jml

pembayaran

Sisa harga

kontrak

1 Sept 05 - - - 4.000.000

(U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000

I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000

II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000

III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000

IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000

V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000

VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000

VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000

VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000

IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000

X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0

Jumlah Total 880.000 4.000.000 4.880.000 -

2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan

a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.

Jurnal yang dibuat sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan transaksi Jurnal

1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : 10

x Rp 400.000 = 4.000.000

uang muka 20% = 800.000

HP rumah :

10 x Rp 300.00 = 3.000.000

Kas 800.000

Piutang angsuran 3.200.000

Rumah 3.000.000

Laba penjualan angs 1.000.000

2. Ajp tgl 31 Des 05 :

Bunga yang masih harus diterima 4

bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)

4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

Piutang bunga 106.667

Pendapatan bunga 106.667

Page 9: pinjaman angsuran

9

3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :

Menutup rekening nominal ke

iktisar laba rugi

Laba penjualan angs 1.000.000

Pendapatan bunga 106.667

Iktisar laba rugi 1.106.6674. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :

Reversal entries atas bunga yang

akan diterima th. 2005

Pendapatan bunga 106.667

Piutang bunga 106.667

5. Penerimaan angsuran I

Tgl 1 Maret 06 :

Angsuran pokok : 3.200.000/10

= 320.000

Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000

Kas 480.000

Piutang angsuran 320.000

Pendapatan bunga 160.000

6. Penerimaan angsuran II

Tgl 1 Sept 06

Angsuran pokok = 320.000

Bunga 6 bln x 10% per tahun x

(3.200.000 – 320.000) = 144.000

Kas 464.000

Piutang angsuran 320.000

Pendapatan bunga 144.000

7. Ajp tgl 31 Desember 06 :

Bunga yang masih harus diterima 4

bln

4/12 x 10% x (3.200.000 –

640.000) = 85.333

Piutang bunga 85.333

Pendapatan bunga 85.333

Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan

metode ini pada tahun kedua sudah tidak ada lagi pengakuan

laba atas penjualan angsuran rumah.

b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan transaksi Jurnal

1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :

10 x Rp 400.000 = 4.000.000

uang muka 20% = 800.000

HP rumah :

10 x Rp 300.00 = 3.000.000

Kas 800.000

Piutang angsuran 3.200.000

Rumah 3.000.000

LKBD 1.000.000

Page 10: pinjaman angsuran

10

2. Ajp tgl 31 Des 05 :

a. Bunga yang masih harus diterima 4

bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)

4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

b. Penyesuaian LKBD atau Laba kotor

direalisasi (LKD)

% laba kotor :

1.000.000 x 100% = 25%

4.000.000

Piutang bunga 106.667

Pendapatan bunga 106.667

LKBD 200.000

LKD 200.000

3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :

Menutup rekening nominal ke iktisar

laba rugi

LKD 200.000

Pendapatan bunga 106.667

Iktisar laba rugi 306.6674. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :

Reversal entries atas bunga yang akan

diterima th. 2005

Pendapatan bunga 106.667

Piutang bunga 106.667

5. Penerimaan angsuran I Kas 480.000

2.3 PERHITUNGAN BUNGA DAN ANGSURAN

Dalam hal ini pembayaran kredit terdiri-dari dua unsur, yaitu :

1. Bunga yang diperhitungkan

2. Angsuran pokok pinjaman

Dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima tergantung :

1. Dasar perhitungan bunga

2. Dasar penentuan angsuran pokok pinjaman

Didalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu :

a. Bunga dihitung dari sisa pinjaman (sistem bunga menurun)

Di dalam perhitungan bunga ini tergantung pada total sisa pinjaman.

Karena sisa pinjaman dari priode ke priode semakin menurun maka

pembayaran bunga pun ikut menurut, atau dihitung dengan

mengkalikan persentase tingkat bunga dengan sisa pinjaman tersebut.

b. Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)

Di dalam perhitungan ini besarnya bunga untuk semua priode

didasarkan pada pokok pinjaman awal, atau besarnya pembayaran

Page 11: pinjaman angsuran

11

bunga untuk setiap priode adalah dengan mengkalikan tingkat

persentase bunga dengan pokok pinjaman awal.

Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem

perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :

a. Sistem angsuran tetap

Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan sistem ini

dengan membagi total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.

b. Sistem anuitet

Dalam sistem ini terbagi menjadi :

1. Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.

Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan

besarnya bunga untuk setiap priodenya selalu tetap.

2. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.

Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun

sedangkan besarnya angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga

jumlah angsuran secara keseluruhan selalu menurun.

3. Bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat.

Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan

menggunakan pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran,

bunga dan angsuran pokok pinjaman dihitung dengan prosedur :

- Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan

membagi pokok pinjaman dengan nilai tunai yang akan diterima

setiap periode selama jangka waktu angsuran.

- Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa

pokok pinjaman pada awal priode.

- Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan kas

yang diterima dengan bunga pada priode tersebut.

2.4 TUKAR TAMBAH

Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang

serupadengan barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik

pembeli biasanyadihargai lebih barang tersebut sehingga harga jualnya

Page 12: pinjaman angsuran

12

terlalu tinggi oleh karenaitu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi

bersihnya saja. Besarnya itu tentunyatidak boleh lebih dari harga pokok

penggantinya.

Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilair

ealisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran

biaya perbaikan sebelum dijual,biaya pemasaran dan laba normal. Selisih

antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan dalam

rekening cadangankelebihan harga.Transaksi yang berhubungan dengan

tukar tambah pencatatannya adalah :

·         Untuk mencatat penjulan :

Piutang penjulan angsuran xxxx

Persediaan barang dagangan xxxx

Cadangan kelebihan harga xxxx

Penjualan angsuran xxxx

·         Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :

Harga pokok penjualan angsuran xxxx

Persediaan barang dagangan xxxx

Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisasi :

Penjualan angsuran xxxx

Harga pokok penjualan angsuran xxxx

Cadangan kelebihan harga xxxx

Laba kotor belum direalisir xxxx

Contoh:

Pada awal tahun 2007 toko elektronik ”Metrika” menjual mesin cuci

”Electrolux” secara angsuran sebesar Rp7.500.000. Cara pembayarannya

adalah sebagai berikut:

a) Sebagai uang muka diterima sebuah mesin cuci merk ”Yamoto”

dengan nilai yang disepakati sebesar Rp2.000.000,00.

b) Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing

Rp550.000,00 Mesin cuci yang diterima diperkirakan membutuhkan

biaya perbaikan sebesar Rp500.000,00. Setelah diperbaiki diperkirakan

Page 13: pinjaman angsuran

13

dapat dijual dengan harga Rp2.400.000,00. Dalam penjualan mesin

cuci ”Electrolux” perusahaan memperhitungkan laba normal sebesar

10% dari harga jual. Harga perolehan mesin cuci “Electrolux” sebesar

Rp5.600.000,00.

Perhitungan:

Harga yang disepakati Rp2.000.000,00

Harga jual mesin cuci ”Yamoto” Rp2.400.000,00.

Biaya perbaikan Rp500.000,00

Laba normal

10% x Rp46.000.000,00 Rp240.000,00

(Rp 740.000,00)

Taksiran nilai realisasi bersih (Rp1.660.000,00)

Kelebihan harga Rp 340.000,00

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Untuk mencatat penjualan

Piutang penjualan angsuran Rp5.500.000,00

Persediaan Barang Dagangan

(mesin cuci ”Yamoto”) Rp1.660.000,00

Cadangan kelebihan harga Rp 340.000,00

Penjualan angsuran Rp 7.500.000,00

Untuk mencatat beban pokok penjualan angsuran

Beban pokok penjualan angsuran Rp5.600.0000,00

Persediaan Barang Dagangan Rp 5.600.0000,00

2.5 KEGAGALAN PELUNASAN PIUTANG ANGSURAN AKTIVA

TETAP

Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi

angsurannya, maka ini berarti seluruh laba yang diperhitungkan tidak

dapat semuanya direalisasikan. Dengan adanya kegagalan pelunasan ini,

biasanya aktiva tetap yang terjual dimiliki kembali oleh si penjual dan

Page 14: pinjaman angsuran

14

aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva tetap

tersebut ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran angsuran

yang telah dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh

pembeli.

Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut maka pihak penjual

akan mengakui adanya laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba

atau rugi pemilikan kembali yang diakui tergantung pada metode laba

yang digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui pada saat

penjualan, laba atau rugi dihitung dengan cara membandingkan

nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan jumlah piutang

angsuran yang belum dilunasi.

Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui proposional

dengan penerimaan kas maka laba atau rugi dihitung dengan cara

jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah pengurangan laba

kotor yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah piutang

angsuran yang belum dilunasi.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan

pelunasan penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.

Contoh Soal

Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap dengan harga

pokok Rp 80.000.000, dan dijual dengan harga Rp 100.000.000. Uang

muka ditentukan sebesar Rp. 30.000.000, dan sisanya dibayar secara

angsuran. Setelah membayar angsuran sejumlah Rp 40.000.000, pembeli

menyatakan tidak mampu lagi untuk melunasi sisa angsurannya, akibatnya

aktiva tersebut ditarik kembali oleh pengusaha tersebut dan nilai pada saat

dimiliki kembali oleh penjual adalah Rp 28.000.000.

Penyelesaian kasus diatas adalah pengusaha tersebut akan membuat jurnal

dan melakukan perhitungan sebagai berikut:

Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat

penjualan.

Page 15: pinjaman angsuran

15

Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran

yang belum dilunasi kemudiaan dibandingkan dengan nilai pemilikan

kembali aktiva tetap.

Jumlah piutang angsuran awal adalah:

Rp. 100.000.000 – Rp. 30.000.000 = Rp. 70.000.000

Jumlah angsuran yang telah dibayar = Rp. 40.000.000

Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp. 30.000.000

Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap = Rp. 28.000.000

Rugi pemilikan kembali = Rp. 2.000.000

Jurnal yang dibuat :

Aktiva tetap Rp. 28.000.000

Rugi pemilikan kembali Rp. 2.000.000

Piutang Angsuran Rp. 30.000.000

Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsional

dengan penerimaan kas.

Cara perhitungan laba rugi pemilikan kembali adalah sebagai berikut :

Menghitung Tingkat laba kotor =

Rp. 100.000.000 – Rp. 80.000.000 x 100 % = 20 %

Rp. 100.000.000

Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:

Rp. 70.000.000 – Rp. 40.000.000 = Rp. 30.000.000

Laba Kotor yang Belum Direalisasi ( LKBD ) harus disesuaikan

( dikurangi ) sebesar 20 % x Rp 30.000.000 = Rp.6.000.000

Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah:

Page 16: pinjaman angsuran

16

Aktiva tetap Rp. 28.000.000

LKBD Rp. 6.000.000

Piutang angsuran Rp. 30.000.000

Laba pemilikan kembali Rp. 4.000.000

Page 17: pinjaman angsuran

17

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan

dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau

berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli,

penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama

dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus

menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya,

maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang

belum diterimanya.

Namun disisi lain perusahaan menghadapi kemungkinan terjadinya

kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya,

untuk menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam

penjualannya. Pembeli perlu diseksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian

yang mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya.

Permasalahan dari penjualan angsuran ini tidak terbatas pada hal diatas

tetapi juga masalah perhitungan besarnya bunga dan angsuran beserta

pencatatannya. Untuk pembayaran bunga perusahaan dapat menerapkan 2

dasar perhitungan, yaitu bunga dihitung dari sisa pinjaman dan dari pokok

pinjaman, sedangkan perhitungan angsuran pokok pinjaman dapat dilakukan

dengan sistem angsuran tetap dan sistem anuitet.

3.2 SARAN

Page 18: pinjaman angsuran

18

DAFTAR PUSTAKA

http://zikrullahazza.blogspot.co.id/2012/08/penjualan-angsuran.html

https://www.academia.edu/11652434/penjualan_angsuran

http://www.scribd.com/doc/90089146/Bab-7-Penjualan-Angsuran#scribd

http://mandailingjulu.blogspot.co.id/2012/10/kegagalan-pelunasan-piutang-

angsuran.html