pilihan indikator kinerja kunci armada town square...
TRANSCRIPT
1
PILIHAN INDIKATOR KINERJA KUNCI
ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG
DALAM PERSPEKTIF
BALANCE SCORECARD
1. PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja diperlukan perusahaan untuk
memastikan keberhasilan strategi manajemen yang
tepat dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan
yang dijalankan perusahaan. Pengukuran kinerja yang
ada harus mampu mengukur kinerja perusahaan dari
segala aspek sehingga dapat diketahui keadaan
keseluruhan dari perusahaan.
Penilaian sebuah keberhasilan kinerja ditentukan
bagaimana mengukurnya, dan pengukuran sangat
bergantung pada indikator kinerjanya. Untuk
mendapatkan indikator kinerja yang komprehensif,
dapat menggunakan pendekatan balance scorecard
(BSC) yang terdiri dari empat perspektif, yaitu
perspektif finansial, perspektif konsumen, perspektif
proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan
indikator kinerja kunci pada Armada Town Square
(Mal Artos) dengan menggunakan perspektif balance
scorecard. Armada Town Square (Mal Artos)
merupakan mal pertama di Magelang. Armada Town
Square (Mal Artos) melakukan soft opening pada
2
7 Oktober 2011. Perusahaan ini didirikan oleh David
Herman Jaya dan merupakan salah satu unit usaha
baru dari New Armada Group. New Armada Group
merupakan perusahaan keluarga yang kental dengan
sistem “Chinese operation way” yang mana pemilik
sekaligus menjadi direksi, dan terlibat dalam
operasional dan dalam penilaian kinerja lebih
menitikberatkan kepada kinerja finansial karena
pengukuran kinerja tersebut lebih diukur melalui data
historis keuangan.
Balance Scorecard merupakan sistem manajemen
yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kinerja,
memantau perkembangan kinerja tersebut, serta
menjalin strategi (Kaplan et. al., 2010). Sebagai
contoh, untuk mengatur kinerja perusahaan
manufaktur (Fernandes et.al., 2006), untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan industri hotel
(Philips, Louvieris, 2005), atau untuk memiliki rencana
strategis dalam perusahaan keluarga (Craig, Moores,
2005).
Menurut Roseman dan Wise dalam Gunawan
(2009) dan Kotane dan Kuzmina (2011), dalam banyak
kasus, suatu analisa yang hanya memusatkan pada
perspektif keuangan tidak akan cukup untuk
menganalisis perkembangan suatu perusahaan.
Indikator yang tidak jelas akan mengakibatkan
pengukuran menjadi tidak jelas. Indikator seperti
kualitas kepuasan, jumlah klien, inovasi, pangsa pasar
cukup sering mengungkapkan posisi ekonomi
perusahaan dan kesempatan untuk pertumbuhan
3
yang lebih baik daripada indikator keuangan kinerja
perusahaan yang tercermin dalam laporan. Perpaduan
antara kedua aspek tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai
penentuan indikator kinerja dengan pendekatan
balance scorecard telah dilakukan, antara lain: Bauer
(2004) merumuskan indikator kinerja kunci yang
efektif memerlukan komitmen yang luas dalam waktu
dan sumber daya dan upaya tersebut dapat lebih
efisien dengan memasukkan multi dimensi. Dimensi
tersebut akan dipakai dalam penelitian sekarang. Lai
(2007) menemukan bahwa sebelum memutuskan
indikator kinerja kunci disamping perlu diketahui
strategi organisasi yang ditelaah berdasar evaluasi
internal, visi organisasi, dan variasi lingkungan atau
eksternal, perlu ditambahkan langkah identifikasi
input dan output pengetahuan prosedur (knowledge
procedure). Input pada langkah ini adalah memahami
knowledge bottleneck yaitu faktor keberhasilan kritikal
yang membutuhkan sumber daya atau waktu, dan
knowledge flow atau pengetahuan alur kerja yang
dapat dilihat dari transaksi. Output pada tahap ini
adalah pengetahuan prosedur dan lead/lag indicators.
Melihat penelitian-penelitian sebelumnya, proses
interaksi empat dimensi ukuran kinerja balance
scorecard pada perusahaan yang relatif baru dan
merupakan perusahaan keluarga masih belum banyak
diungkap. Oleh karena itu penelitian ini berusaha
mendesainkan indikator kinerja kunci dengan
4
perspektif balance scorecard di Armada Town Square
(Mal Artos).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
pertanyaan dalam penelitian ini adalah : “Apa saja
indikator kinerja kunci yang bisa digunakan bagi
peningkatan kinerja Armada Town Square Magelang
berdasarkan empat perspektif balance scorecard (pada
perspektif finansial, perspektif konsumen, perspektif
proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan)?
Penelitian ini mencoba untuk memberikan
kontribusi pada pengetahuan di bidang sistem
pengukuran kinerja dan bagi kalangan praktis
memberikan gambaran yang lebih konkret, khususnya
Armada Town Square sehingga dapat mengidentifikasi
indikator kinerja kunci yang sesuai bagi upaya
peningkatan kinerja organisasi.
2. TELAAH PUSTAKA
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor
penting dalam perusahaan atau organisasi.
Pendekatan teorities balance scorecard digunakan
sebagai kerangka teori karena sudah banyak
diterapkan dan teruji dalam pengukuran kinerja
perusahaan.
5
2.1 Indikator kinerja kunci
Indikator kinerja kunci merupakan ukuran yang
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh strategi
yang telah dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan
visi dan misi perusahaan (Moeheriono, 2012:1). Bisa
juga dikatakan indikator kinerja kunci merupakan
tolok ukur strategis dalam penilaian kinerja. Mulyadi
(2009:227) menyatakan ukuran atau indikator yang
efektif adalah indikator yang mampu menjelaskan
strategi perusahaan secara memadai, terdiri dari:
indikator hasil (Outcame measures atau Lag Indicator),
yaitu indikator yang menunjukkan keberhasilan
pencapaian strategik; dan indikator pemacu kinerja
(performance driver measure atau lead indicator), yaitu
indikator yang menunjukkan penyebab atau pemacu
ketercapaian indikator hasil. Minonne dan Turner
(2009) menekankan manajemen harus fokus pada
pengukuran hasil. Banyaknya alat ukur yang
dikembangkan oleh perusahaan tidak menjadi
masalah.
Menurut Kaplan dan Norton (2008), ada empat
aspek tolok ukur kinerja sebuah unit kerja dengan
balance scorecard, antara lain; aspek keuangan
(financial), kepuasan pelanggan (customer satisfaction),
proses bisnis (business process), dan pembelajaran
dan pertumbuhan (learning outcomes).
Dalam perspektif keuangan mengukur dampak
ekonomi dari tindakan pada pertumbuhan,
profitabilitas dan resiko dari pemegang saham. Ukuran
yang dipakai antara lain laba bersih, ROI, ROA, arus
6
kas. Dalam perspektif nonkeuangan memikirkan
bagaimana menjaga dan memperkuat posisi mereka di
pasar dan pada saat yang sama mempertahankan
efisiensi (Bauer, 2004). Semua pengukuran yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
harus dikaitan dengan tujuan keuangan sebagai
tujuan akhir (Sinha, 2006).
Penelitian ini sendiri mengacu penelitian Bauer
(2004), dimana dalam menentukan indikator kinerja
kunci (key performance indicator/KPI) dibuat
pengelompokan dimensi KPI berdasar perspektifnya,
kategori dan fokusnya yang dapat dilihat pada tabel
2.1, namun tidak tertutup kemungkinan industri yang
berbeda akan memakai driver yang spesifik dan
ukuran lain yang berhubungan.
Tabel 2.1 Skema Dimensi KPI
Kategori KPI
• Langsung
Keuangan Pelanggan • Persen
• Profitabilitas • Kualitas Produk • Rasio Sederhana
• Penghematan Biaya • Inovasi Produk • Indeks
• Pemanfaatan Sumberdaya • Ketepatan waktu • Rata-rata Komposit
• Produktivitas Staf • Kualitas Layanan • StatistikFokus KPI
Proses Bisnis Pembelajaran Pertumbuhan Fokus KPI
• Kualitas Proses • Inovasi • Waktu Horizon
• Produktivitas • Teknologi • Indikator
• Waktu Siklus • Pertumbuhan • Tipe
• Efisiensi Proses • Berbagi Pengetahuan • View
• Tingkat
Sumber: Bauer (2004:62) • Tujuan
Pengelompokan KPI Perspektif
Perspektif Keuangan:
Kinerja keuangan sebenarnya merupakan akibat atau
hasil dari kinerja non keuangan (pelanggan, proses
bisnis, dan pembelajaran dan pertumbuhan).
7
Profitabilitas:
Mengukur efektivitas keseluruhan atas organisasi
manajemen dalam menghasilkan laba (kontribusi laba
per segmen / pelanggan, margins spreads).
Penghematan biaya:
Mengukur bagaimana organisasi manajemen mencapai
skala ekonomi dan ruang lingkup kerja dengan
orang, staf dan praktek untuk mengontrol
operasional dan biaya overhead (biaya per
unit, perputaran persediaan, harga pokok barang).
Pemanfaatan sumber daya:
Mengukur seberapa efektif organisasi manajemen
memanfaatkan sumber daya bisnis yang ada
seperti asset, investasi (Sales per total aset, penjualan
per channel, win rate).
Produktivitas:
Mengukur output tenaga kerja (unit atau jumlah
transaksi atau nilai rupiah), bagaimana karyawan
menggunakan waktu mereka (rasio penjualan
terhadap aset, nilai penjualan dari pelanggan baru).
Perspektif Pelanggan:
Perspektif ini mengukur kemampuan organisasi
mempertemukan keinginan pembeli dengan kualitas
barang dan jasa (Bauer, 2004). Khare dan Rapesh
(2010) melakukan penelitian di mana pemilihan mal
dari konsumen didorong oleh potensi bisnis yang
8
ditawarkan oleh mal, memperkuat penelitian
sebelumnya bahwa mal sebagai bagian dari kegiatan
rekreasi konsumen (Jackson, 1991), dan yang
berhubungan dengan hiburan (Wakefield dan Baker,
1998). Suasana, desain dan tata letak mal
membangkitkan berbagai tingkat reaksi emosional dari
pelanggan (Baker et all,1992, Bitner, 1992; Babin dan
Attaway, 2000), dan memotivasi mereka untuk
menghabiskan waktu di mal lokal. Klien yang puas
akan membeli lebih sering dan dalam jumlah yang
lebih besar serta membeli barang-barang lain dan
menggunakan layanan lain yang ditawarkan oleh
perusahaan. Semakin banyak klien mendapat
pelayanan tepat waktu, semakin tinggi keuntungan
perusahaan. Reputasi yang baik juga dapat membantu
dalam memperkenalkan barang dan mengurangi risiko
komplain pelanggan. Reputasi juga memberikan
keuntungan dengan membina dan memelihara
hubungan dengan pemasok utama, distributor dan
mitra potensial (Prieto, Revila, 2006; Abdel-Maksoud
et.al., 2005).
Kualitas:
Mengukur kemampuan untuk memenuhi dan atau
melebihi persyaratan dan harapan pelanggan (keluhan
pelanggan, persentase jumlah kembali, Deffect Per
Million Oppotunities (cacat per juta peluang)).
9
Inovasi:
Mengukur kapabilitas organisasi untuk
mengembangkan produk baru, proses dan layanan
untuk menembus pasar dan segmen baru.
Ketepatan waktu:
Mengukur titik waktu (hari atau minggu atau bulan)
pada saat tugas manajemen dan karyawan selesai
(pengiriman tepat waktu, persentase pesanan
terlambat).
Perspektif Proses Bisnis:
Pada perspektif ini mengukur proses bisnis internal
yang menghasilkan kepuasan pelanggan dan
pemegang saham (Bauer, 2004). Manajemen
mengidentifikasi proses bisnis secara kritis yang harus
diunggulkan perusahaan. Peranannya untuk
memudahkan manajer mengetahui seberapa baik
bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa
yang dihasilkan telah sesuai dengan misi perusahaan.
Proses Efisiensi:
Mengukur seberapa efektif organisasi manajemen
menggabungkan quality control, dan praktik terbaik
untuk merampingkan proses operasional (yield
percentage, processes uptime, capacity utilization)
10
Waktu Siklus:
Mengukur durasi waktu (jam atau hari atau bulan)
yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan
tugas (waktu proses, waktu untuk layanan pelanggan).
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini mengembangkan pengukuran dan
tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan
tumbuh dengan tujuan menyediakan infrastruktur
untuk mendukung pencapaian ketiga perspektif
lainnya.
Pertumbuhan:
Mengukur kemampuan manajemen organisasi untuk
mempertahankan posisi ekonomi yang kompetitif di
tingkat pertumbuhan ekonomi dan industri (pangsa
pasar, akuisisi pelanggan atau retensi, account
penetration).
Teknologi:
Mengukur seberapa efektif organisasi IT (Informasi dan
Teknologi) dikembangkan, menerapkan dan
memelihara infrastruktur manajemen informasi dan
aplikasi (biaya IT, implementasi teknologi Corporate
Relation Management, Akses Web)
Kategori KPI
Yaitu penentukan kategori dimensi pengukurannya,
potensi pilihan termasuk beberapa
11
variasi seperti langsung, persentase, rasio,
indeks, komposit dan statistik.
Langsung:
Pengukuran nilai data mentah aktual (misalnya,
tingkat penjualan).
Persentase:
Perbandingan perubahan kinerja satu nilai relatif
dengan nilai yang sama pada waktu yang berbeda,
geografi, dll (misalnya, persentase perubahan di
penjualan vs tahun lalu).
Simple Ratio:
Perbandingan satu nilai relatif terhadap yang lain
untuk memberikan patokan untuk perbandingan
kinerja (Misalnya, rata-rata penjualan per hari).
Indeks:
Sebuah kombinasi dari beberapa ukuran terpisah yang
ditambahkan bersama-sama menghasilkan pada
indikator atau penampilan secara keseluruhan
(misalnya, pertumbuhan penjualan perusahaan dibagi
pertumbuhan penjualan industri untuk geografi
tertentu).
Rata-rata komposit:
Tambahan rata-rata tertimbang pada beberapa ukuran
yang mendekati yang menghasilkan indikator
komposit performance keseluruhan (misalnya,
12
kepuasan pelanggan merupakan campuran komposit
hasil dari survei, group fokus dan pengembalian
produk).
Statistik:
Ukuran multiple seperti rata-rata, varian, standar
deviasi dan standar varian yang menangkap
penyebaran dan distribusi dari ukuran performance
(misalnya, distribusi penjualan oleh demografi, channel
geografi).
Fokus KPI
Setelah menggabungkan perspektif, kelompok
dan dimensi, berikutnya adalah mempertimbangkan
fokus KPI:
Waktu Horizon - jangka pendek vs jangka panjang,
Rencana - strategis vs taktis, lndikator - lead vs
lag indicator, Tipe - kualitatif vs kuantitatif. View-
internal vs external, Tingkat - proses vs
hasil. Tujuan - perencanaan vs kontrol.
Hal ini penting untuk menyaring KPI akhir
untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya
condong mengarah hanya ke arah jangka pendek,
kuantitatif, tangible dan lag indicator, yang termudah
untuk dikembangkan. Sebagai contoh, aset berwujud
seperti investasi, real estate dan persediaan adalah
jauh lebih mudah untuk dinilai rupiahnya daripada
aset tidak berwujud seperti keterampilan, bakat,
pengetahuan karyawan dan kerja sama tim.
13
Dari pengkategorian dimensi KPI yang telah
dilakukan selanjutnya disusun menjadi Profil KPI
sebagaimana ditunjukkan contoh dalam tabel 2.2.
Tabel ini membantu manajemen dan karyawan
menemukan ringkasan cepat KPI yang spesifik.
Tabel 2.2 Profil KPI
Measure Name : Customer Cross-Sell Index Perspective : Customer
Measure Number : 001 Strategy : Revenue Growth
Measure Owner : Kevin Atkins Objective : Increase Customer Cross-Sel
o Financial o Cost Savings o Profitability o Direct Customer Cross-Sell Index:
Customer o Cycle Time o Quality o Percent Divide number ot
o Internal Process Growth o Resource Utilization o Ratio products sold by the
o Learning & Growth o Innovation o Technology Index number of customers
o Process Efficiency o Timeliness o Composite purchasing product in
o Productivity o Other o Statistical the last two years
Time Horizon Long Term Indicator Lead View Internal Purpose Planning
o Short Term o Lag o External o Control
Planning Strategic Type o Qualitative Level o Process o Trending
o Tactical Quantitative Outcome o Diagnostic
o Operational o Baseline
Fokus
KPI Profiler
Category FormulaFamilyPerspective
Sumber: Bauer (2004:19)
Secara khusus, Craig dan Moores (2005) dalam
Kotane dan Kuzmina (2011) menemukan indikator-
indikator non keuangan yang kebanyakan dipakai
khususnya untuk perusahaan keluarga. Pada
perspektif pelanggan menekankan pada
keberhasilan jalannya operasional, mempunyai
hubungan dekat dengan pelanggan, memiliki
keunggulan produk sehingga mampu menjaga
kesetiaan pelanggan. Pada perspektif proses bisnis
internal menekankan pada memacu inovasi terus
menerus, meningkatkan “customer value” untuk
menjaga hubungan kerjasama, membangun
bagaimana tercapainya keunggulan operasional, dan
14
mempromosikan corporate citizenship, yaitu tanggung
jawab perusahaan secara umum untuk memberikan
pertumbuhan dan nilai jangka panjang bagi
masyarakat bisnis. Pada perspektif pertumbuhan
menekankan kepada pengembangan kemampuan dan
keterampilan karyawan, pengembangan teknologi, dan
pembangunan iklim atau budaya perusahaan.
Ringkasan indikator tersebut di atas dapat dilihat
pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Indikator Kinerja Non Keuangan Perusahaan Keluarga
Perspektif Perusahaan Keluarga
(Craig, Moores, 2005)
Pelanggan Keunggulan operasional
Keakraban dengan customer
Keunggulan produk
Bisnis Internal Memacu Inovasi
Peningkatan nilai customer
Mencapai keunggulan operasional
Promosi corporate citizenship perusahaan
Pertumbuhan Kemampuan dan keterampilan karyawan
dan pembelajaran Teknologi
Iklim perusahaan
Sumber:
Inta Kotane, Irina Kuzmina-Merlino (2011)
European Integration Studies. 2011. No. 5
2.2 Peningkatan Kinerja
Peningkatan kinerja dapat diketahui dan diukur
jika individu atau sekelompok karyawan telah
mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok
ukur yang ditetapkan oleh organisasi (Moeheriono,
15
2009). Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi. Untuk
menggambarkan kondisi masa depan yang
dikehendaki dalam perencanaan strategis diperlukan
tiga tahap, yaitu:
(1) Perumusan visi
(2) Penjabaran visi ke dalam tujuan
(3) Penerjemahan tujuan ke dalam sasaran
strategik. Kejelasan kondisi masa depan yang
dilukiskan dalam sasaran strategik ini akan
menyebabkan ketepatan pemilihan ukuran yang
digunakan untuk mengukur ketercapaian
sasaran strategik.
Langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar
2.1 berikut:
KONDISI MASA DEPAN YANG KEGIATAN YANG AKAN
HENDAK DIWUJUDKAN DILAKSANAKAN UNTUK MEWUJDKAN
KONDISI MASA DEPAN
Visi
(1) Dijabarkan
Tujuan (Goal) Strategi
(2) Diterjemahkan (3) Diterjemahkan
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Dipilih inisiatif
strategik untuk (4) Dijabarkan
mewujudkan
sasaran strategik Program
(3)
(5) Dijabarkan
Anggaran
Gambar 2.1 Tahap-tahap Penjabaran Visi
Sumber : Mulyadi (2009:206)
16
Dalam mengidentifikasi indikator kinerja kunci,
Pangarkar dan Kirkwood (2007) menyampaikan yang
utama adalah memahami dengan jelas strategi
perusahaan. Menurut Gasperz (2006), strategi adalah
suatu pernyataan tentang apa yang harus dilakukan
oleh organisasi untuk bertindak dari satu titik
referensi ke titik referensi yang lain. Atau dengan kata
lain, strategi merupakan sekumpulan tindakan
terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang
organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan
dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan
pencapaian keunggulan hasil berkelanjutan.
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan
indikator kinerja kunci pada gambar 2.2.
Visi, misi,
tujuan
Hasil
Trendwatching
Analisa SWOT Strategi Sasaran
Strategi
Kinerja Indikator Kinerja Kunci Faktor
Keberhasilan
Kritikal
(Lag indicator / Lead indicator)
Gambar 2.2 Langkah-langkah Penentuan Indikator Kinerja Kunci
Sumber : Mulyadi (2009)
Mulyadi (2009:107-108) menyampaikan strategi
diawali dari hasil pengamatan tren perubahan
lingkungan makro, lingkungan industri, dan
lingkungan persaingan yang kemudian diterjemahkan
dalam SWOT analysis, yaitu suatu identifikasi faktor
strategis secara sistematis untuk merumuskan
17
strategi. Analisis SWOT bisa dilakukan dengan
melakukan Analisis Faktor-faktor Strategis Internal
dan Eksternal (IFAS – EFAS). Analisis faktor strategi
internal dan eksternal adalah pengolahan faktor-faktor
strategis pada lingkungan internal dan eksternal
dengan memberikan pembobotan dan rating pada
setiap faktor strategis.
Faktor strategis adalah faktor dominan dari
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi
yang ada dan memberikan keuntungan bila dilakukan
tindakan positif. Analisis lingkungan internal (IFAS)
untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan
dan kelemahan, dan analisis lingkungan eksternal
(EFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan
peluang dan ancaman.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal, berupa peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal, yang berupa kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesses). Menurut
Rangkuti (2002), dalam analisa SWOT dilakukan
identifikasi variabel-variabel yang merupakan
kekuatan dan peluang yang kemudian digunakan
skala likert mulai dari 4 (terbaik) sampai dengan 1
(terburuk), berupa Skala Likert Keunggulan dan
Peluang. Semakin penting faktor tersebut, maka
semakin tinggi bobot yang harus diberikan.
Maksimum total bobot adalah 1 (satu). Tahap
tersebut dilanjutkan dengan identifikasi variabel-
variabel yang merupakan kelemahan dan ancaman
18
dari luar yang kemudian digunakan skala likert mulai
dari 4 (terbaik) sampai dengan 1 (terburuk), berupa
Skala Likert Tantangan dan Ancaman. Semakin
penting faktor tersebut, maka semakin tinggi bobot
yang harus diberikan. Maksimum total bobot adalah 1
(satu).
Nilai rata-rata masing-masing faktor positif
selanjutnya dibandingkan dengan faktor negatif baik
di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Matrik Grand Strategy diperoleh dari total skor dari
matrik IFAS dan EFAS yang bertujuan melihat posisi
usaha dari empat kelompok strategi. Hasil dari
perhitungan tersebut dituangkan dalam diagram pada
gambar 2.3.
Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT
Kelemahan Internal
(Weakness)Kekuatan Internal
(Strength)
Ancaman
(Threat)
Peluang
(Opportunity)
Strategi
Agresif
Stretegi
diversifikasi
Stretegi
Turn around
Stretegi
Defensif
1
2
3
4
SO
STWT
WO
Sumber : Rangkuti (2002)
Kuadran 1 Merupakan situasi yang sangat
menguntungkan organisasi tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga
19
dapat memanfaatkan peluang dan
kekuatan yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif (Growth oriented)
Kuadran 2 Meskipun menghadapi berbagai
ancaman, organisasi ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk atau pasar).
Kuadran 3 Organisasi menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, namun di lain pihak
menghadapi beberapa kendala atau
kelemahan internal. Di sini, fokus
strategi adalah meminimalkan kelemahan
internal sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik (turn around
strategy).
Kuadran 4 Merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, organisasi menghadapi
berbagai ancaman dan kelemahan
internal. Strategi bagaimana
menekan/mengeliminir ancaman dan
kelemahan (defensif).
20
Penetapan strategi harus diterjemahkan ke dalam
tujuan yang terukur (Hustic, 2012). Perencanaan
strategik menghasilkan fokus kinerja personel (misi
dan strategi), arah kinerja ke depan (visi), pemacu
semangat untuk menghasilkan kinerja (keyakinan
dasar), dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam
menghasilkan kinerja (nilai dasar). Hubungan sebab
akibat yang didiskusikan menimbulkan komitmen tim
terhadap misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai
dasar dan strategi pilihan. Strategi pilihan kemudian
diturunkan dalam empat perspektif BSC. Hubungan
kausal antar empat perspektif akan membentuk peta
strategi yang terdiri dari faktor-faktor keberhasilan
kritikal (Critical Success Factor). CSF merupakan
faktor – faktor yang mempengaruhi kesuksesan suatu
perusahaan dengan mengidentifikasi elemen - elemen
penting dari suksesnya sebuah perusahaan. Dari
elemen yang ada kemudian diturunkan menjadi
indikator atau tolok ukur yang memberikan informasi
kepada kita sejauh mana kita berhasil mencapai
sasaran kinerja yang ingin kita capai.
Faktor keberhasilan kritikal ditentukan dengan
melakukan interview terhadap karyawan kunci,
obeservasi terhadap obyek sehingga didapatkan
pemahaman terhadap prosedur (knowledge bottleneck)
perusahaan dan alur kerjanya sebagai pertimbangan
untuk menetapkan lead/lag indicators (Lai, 2007).
Peningkatan kinerja yang dapat dicapai perusahaan
dapat diukur setelah ditetapkan standar pengukuran
dari indikator-indikator tersebut.
21
3. METODE PENELITIAN
Strategi penelitian yang digunakan dalam kegiatan
penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu tentang
pengukuran kinerja dengan unit analisisnya
organisasi, yaitu Armada Town Square Magelang.
Menurut Rahardjo dan Gudnanto (2011:250), studi
kasus adalah suatu metode untuk memahami individu
yang dilakukan secara integrative dan komprehensif
agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya
dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan
memperoleh perkembangan diri yang baik. Integrative
maksudnya menggunakan berbagai teknik
pendekatan, dan komprehensif yaitu data yang
dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu secara
lengkap.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang
digunakan berupa hasil interview kepada pemilik
untuk mengetahui latar belakang pendirian usaha, visi
dan misi perusahaan. Adapun untuk mengetahui
strategi dan mengidentifikasi key performance indicator
(KPI) dilakukan melalui interview dengan karyawan
kunci yang diwakili oleh General Manager, Finance
dan Accounting Manager, Human Resources dan
General Affair Manager, dan Building dan Maintenance
Manager, serta melibatkan team Sales dan Marketing
dalam melakukan analisis SWOT, dan di-support
dengan data kuantitatif yaitu struktur organisasi dan
22
standard operational procedure, laporan keuangan,
data karyawan, dan statistik jumlah pengunjung.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data
adalah pemilik maupun manajemen inti perusahaan.
Pendekatan yang digunakan melalui data persepsi atas
visi, misi dan strategi perusahaan karena penulis tidak
mendapati dokumen tertulis di perusahaan, hanya
pernyataan visi dan misi perusahaan yang selalu
diungkapkan pemilik kepada karyawan dan pihak
eksternal secara konsisten, dan data yang digunakan
adalah hasil interview kepada pemilik dan manajemen.
Metode pengumpulan datanya melalui interview,
observasi pada obyek penelitian, dan studi dokumen.
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan,
yaitu pada bulan Januari-Maret 2013.
Adapun langkah-langkah penelitian yang
digunakan untuk memberi jawab atas permasalahan
penelitian adalah:
1) Mencari data visi, misi, tujuan perusahaan dari
hasil interview ke pemilik dan manajemen.
2) Melakukan trend watching dan analisis SWOT.
3) Menentukan strategi berdasar analisis SWOT.
4) Menerjemahan visi, misi, dan strategi ke dalam
sasaran strategi berdasar empat perspektif balance
scorecard.
5) Melakukan interview dengan karyawan kunci
mengenai faktor–faktor yang mendukung dalam
keberhasilan bisnis mal dan melihat data-data
pendukung dan kemudian merumuskan Critical
Succes Factor (CSF) dan menyebarkan kuesioner
23
yang berisi daftar tolok ukur strategik untuk
diseleksi manajemen inti dan membuang daftar
indikator yang tereliminasi.
6) Merumuskan tolok ukur strategik yang telah
disetujui manajemen ini dalam dua indikator
kinerja kunci (lag indicator dan lead indicator)
dalam empat perspektif balanced scorecard, apakah
mencakup dimensi strategi dan mencocokkan ulang
kaitan antar indikator, adakah korelasi antara
strategi dengan rumusan indikator (cause effect
relationship).
7) Menyebarkan kuesioner untuk mengetahui bobot
indikator kinerja berdasar pendapat para karyawan
kunci dan mengolahnya dengan metode Analytic
Hierarchy Process (AHP).
8) Menyusun dan menjelaskan tabel indikator kinerja
kunci yang terpilih beserta bobot indikator kinerja.
Untuk lebih jelasnya, proses penelitian lapangan dapat
dilihat pada gambar 3.1.
24
Wawancara Visi, Misi, dan Tujuan
pendahuluan Armada Town Square
Trend watching dan analisis SWOT
Menentukan strategi
Penerjemahan Visi, Misi dan Strategi ke Dalam 4
(empat) sasaran strategik Perspektif BSC:
1. Perspektif Finansial
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Penentuan Critical Success Factor
Penyebaran Penentuan tolok ukur strategis
kuisioner (lag indicator – lead indicator)
Pengolahan Kuesioner dengan metode AHP
Analisis terhadap KPI
Armada Town Square
TAHAPPENGUMPULAN
DATA
TAHAP PENGOLAHAN
DATA
TAHAP REKOMENDASI
Gambar 3.1 Proses Penelitian Lapangan
Dalam melakukan analisis SWOT, dilakukan
dengan mengumpulkan ide atas faktor-faktor yang
menjadi kelemahan, kekuatan Mal Artos dari penulis
bersama team Sales Marketing yang terdiri dari empat
orang yaitu Staf Promosi, Tenant Leasing, Tenant
Relation, dan Customer Service. Penentuan bobot dan
rating merupakan hasil konsensus bersama.
Kuesioner dipakai untuk mengukur ekspresi
pendapat dari karyawan terutama dalam penentuan
indikator kinerja kunci dan diolah menggunakan
Proses Hirarki Analitik.
25
Saaty (1993) dalam Listyani (2006)
mendefinisikan Proses Hirarki Analitik (Analytical
Hierarchy Process atau AHP) sebagai suatu proses
untuk mengorganisasikan informasi dan judgement
dalam memilih alternatif yang paling disukai. Penulis
menggunakan metode AHP dibandingkan dengan
metode lainnya karena AHP aplikasinya mudah dan
memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan
proses pengambilan keputusan, karena dapat
digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami
oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan.
Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat
diuraikan menjadi keputusan – keputusan lebih kecil
yang dapat ditangani dengan mudah. Dalam hal ini
tujuan yang ingin dicapai adalah AHP digunakan
dalam menentukan bobot faktor keberhasilan kritikal
(CSF) dan bobot indikator kinerja kunci dan
mengurutkan prioritas dari beberapa indikator kinerja
kunci.
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan
berpasangan. Menurut Saaty (1993) dalam Listyani
(2006), untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah
skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai
dan definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel 3.1.
26
Tabel 3.1. Nilai Skala Banding Berpasangan
Nilai Definisi Penjelasan
Skala
1 Kedua elemen sama Dua elemen mempengaruhi
pentingnya. sama kuat pada sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit Pengalaman atau
lebih penting dari lainnya. pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas
lainnya.
5 Elemen yang satu jelas lebih Pengalaman atau
penting dibandingkan pertimbangan dengan kuat
elemen lainnya. disokong dan dominasinya
terlihat dalam praktek.
7 Satu elemen sangat jelas Satu elemen dengan kuat
lebih penting dibandingkan disokong dan dominasinya
elemen lainnya. terlihat dalam praktek.
9 Satu elemen mutlak lebih Sokongan elemen yang satu
penting dibanding elemen atas yang lainnya terbukti
lainnya. memiliki tingkat penegasan
tertinggi.
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua Kompromi diperlukan
pertimbangan di atas. diantara dua pertimbangan.
Kebalikan Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara
nilai-nilai elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, ¼, ...,
di atas 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B
terhadap A. Sumber : Listyani (2006)
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu
dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise
comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif
dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif, maupun
kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan
judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan
bobot dan prioritas.
27
4. ANALISIS
4.1 Gambaran umum obyek penelitian
New Armada Group, perusahaan karoseri
kendaraan di Indonesia mulai mengembangkan sayap
bisnisnya ke bidang property dengan membangun
Armada Town Square (Artos) berlantai tiga di pusat
kota tidar, Magelang. Armada Town Square dibangun
di atas lahan 3,2 hektare hadir di Magelang sebagai
bentuk sumbangsih ke masyarakat Magelang yang
dirasa belum memiliki kebanggaan ikon daerah. Lokasi
yang strategis berada di persimpangan antara jalur
Semarang-Magelang-Yogyakarta-Purworejo, tepatnya
di Jl. Mayjen Bambang Soegeng No.1 Magelang, ke
depan ditargetkan akan menjadi pusat lifestyle bagi
masyarakat setempat.
Dengan mengusung tagline “mall for Family
Shopping, Recreation and Cullinary”, Mal Artos siap
memenuhi kebutuhan masyarakat Magelang dan
sekitarnya dan juga menjadi ikon baru kota, antara
lain di Lower Ground dengan luas 19.229 meter
persegi, terdapat puluhan tenant seperti Tong Tji,
Carrefour, Pojok Busana, Ice Cream Campina,
Rumahku Café, Win Sportwear, Lola-Loli, Modern
Furniture, Lamara Fashion, House of Shasmira, Zoya,
Sakura Accessoris, Bigben Watch, Ultra Camera,
Istana Mie, Roxy Fashion, Vann Outlet, dan
Playstation. Kemudian di Ground Floor, dengan luas
16.976 meter persegi, antara lain Matahari
Department Store, Little Think, Hammer, Extreme
Camera, Beauty Optik, Optik Tunggal, HUH
28
Accessories, CFR, Sport Station, Excelso, Breadtalk, J
Co, KFC, dan Mustika Jewellery. Dan di Upper
Ground, dengan luas 10.452 meter persegi, antara lain
Sepatu Chiara, Batik Keris, Optik Gaya, Nori Jewelery,
Miu Shop, Oke Shop, Inul Vista, Refleksi Passion,
Pondok Pujian, Chatelain, Kharisma, Payless, Kid
Station dan sedikitnya ada dua puluh sembilan tenant
foodcourt pilihan dan beragam island.
Armada Town Square bukan hanya subyek
belanja, melainkan lebih dari itu masyarakat terutama
pengusaha lokal bisa turut aktif sebagai pelaku bisnis
dan memanfaatkan Artos. Manajemen berharap
pemberdayaan produk lokal bisa menjadi bagian
terintegrasi dengan mal ini. Target customer yaitu para
tenant dan juga pengunjung bukan hanya masyarakat
Kota maupun Kabupaten Magelang semata, namun
juga masyarakat luas di wilayah Kedu, Purworejo,
Kebumen, Semarang, Yogyakarta, dan Solo, dan juga
para wisatawan yang berkunjung ke Borobudur.
Harapannya agar wisatawan bisa lebih lama tinggal di
Magelang. Sementara dari segi produknya, Armada
Town Square menyewakan space yang tersedia kepada
tenant dalam kurun waktu tertentu, dan pada
beberapa tenant atau pihak ketiga memberlakukan
sistem bagi hasil. Untuk pengelolaan parkir,
manajemen menunjuk Secure Parking Indonesia
sebagai pengelola.
Sebagai anak perusahaan New Armada, yang
menjadi keyakinan dasar perusahaan mengacu ke
filosofi perusahaan induk, yaitu:
29
K1 – Konsumen
Kepuasan konsumen adalah komitmen kami
K2 – Karakter
Proaktif, peduli dan komunikasi yang baik adalah
kebiasaan kami
K3 – Kerja Tim
Kerja tim adalah kekuatan kami
K4 – Kemitraan
Pemasok, distributor, dan karyawan adalah mitra
kami
K5 – Kembangkan Diri
Terus mengembangkan diri adalah kunci sukses
kami
Meskipun tidak ada dokumen tertulis mengenai
visi dan misi perusahaan, pada berbagai kesempatan
owner selalu mengungkapkan hal yang sama yaitu visi
yang ingin dicapai perusahaan adalah menjadikan
Armada Town Square Magelang menjadi mal berkelas
nasional. Diminati dan nyaman untuk tamu, tenant
dan karyawan. Misi perusahaan adalah menyediakan
jasa layanan mal berkualitas dan menciptakan
loyalitas pengunjung, tenant, dan karyawan.
Pertumbuhan tingkat hunian sejak Oktober 2011
hingga sekarang telah mencapai berkisar tujuh puluh
persen. Sumber daya manusia yang dimiliki Armada
Town Square terdiri dari enam puluh enam staf dan
seratus sembilan belas tenaga harian yang diatur
dalam struktur organisasi. Job description disusun
30
sesuai fungsi staf. Berikut struktur organisasi dapat
dilihat pada gambar 4.1
31
4.2 Analisis Indikator kinerja kunci Armada Town
Square Magelang
Indikator kinerja kunci merupakan suatu
indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh strategi yang telah dilakukan oleh perusahaan
sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Berikut ini
adalah visi, misi dan tujuan perusahaan:
Visi : menjadikan Armada Town Square Magelang
menjadi mal berkelas nasional. Diminati dan
nyaman untuk tamu, tenant dan karyawan.
Misi : menyediakan jasa layanan mal berkualitas dan
menciptakan loyalitas pengunjung, tenant, dan
karyawan.
Tujuan:
Meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun
Meningkatkan nilai Return of Investment (ROI)
Menciptakan loyalitas pengunjung dan tenant
Meningkatkan kompetensi karyawan
Meningkatkan kualitas pelayanan
Dalam menentukan indikator kinerja kunci,
berdasarkan observasi bersama dan interview dengan
team Sales dan Marketing, dilakukan pemetaan
strategi yang diawali dengan dilakukan penginderaan
atas lingkungan dan pasar dan analisis SWOT yang
spesifik dengan menganalisa kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman Mal Artos. Langkah yang
dilakukan adalah membuat analisa untuk faktor-
faktor strategis yang termasuk dalam kondisi internal
dan eksternal sebagai berikut:
32
Tabel 4.1 Faktor – faktor Strategis Internal (IFAS)
No. Kekuatan Bobot Rating Skor
1 Berlokasi strategis di persimpangan jalan Semarang-
Magelang-Jogya-Salatiga
0,2 4 0,80
2 Mempunyai atrium terbesar di kota Magelang 0,1 2 0,20
3 Memiliki lahan parkir terbesar dan terluas di Magelang 0,1 3 0,30
4 Memiliki dua puluh sembilan (28) counter food dengan
spesialis menu masakan China, Asian, Tradisional, dan
Western dan tiga belas (13) counter aneka snack corner.
Hal tersebut menambah khasanah obyek wisata kuliner.
0,05 2 0,10
5 Memiliki keragaman kategori produk yang dipasarkan. 0,05 1 0,05
6 Banyak pilihan toko dengan "brand" ternama 0,1 2 0,20
7 Dengan kontribusi utama pendapatan dari penyewaan
ruang mal, arus kas relatif stabil, didukung oleh kontrak
jangka panjang dan tenant berkualitas
0,1 4 0,40
8 Adanya fleksibilitas penyesuaian service charge setiap
tahun yang melindungi terhadap kenaikan biaya operasi
0,2 4 0,80
9 Pencitraan yang baik sebagai pemilik (PT. Mekar Armada
jaya) sebagai putra daerah yang ikut membangun kota
Magelang
0,1 3 0,30
10 Memiliki nama dagang yang banyak dikenal (Armada) dan
memiliki banyak jaringan bisnis yang luas di Indonesia
0,2 2 0,40
TOTAL 1 3,15
No. Kelemahan Bobot Rating Skor
1 Merupakan mal baru, banyak calon tenant masih
pesimistis atas proyek mal tersebut mengingat Magelang
merupakan second city, bukan kota tujuan utama
0,2 -2 -0,40
2 Mal Artos menetapkan harga jual yang relatif kurang
kompetitif. Hal ini dapat diindikasikan melalui adanya
perbedaan harga yang cukup besar antara harga sewa
permeter persegi antara mal di Jogja dan Magelang,
sementara dari biaya operasional sama
0,2 -4 -0,80
3 Akses parkir hotel dan mal tidak dapat dipisahkan 0,1 -3 -0,30
4 Tarif parkir rendah untuk menghindari parkir liar dan
masalah dengan warga
0,05 -1 -0,05
5 Tingkat pengalaman karyawan pada bidang mal kurang 0,25 -2 -0,50
6 Marget segmentasi yang dibidik adalah kalangan
menengah ke atas, ada pasar terutama kalangan
menengah ke bawah yang kurang optimal.
0,2 -2 -0,40
TOTAL 1 -2,45
GRAND TOTAL 0,70
33
Keterangan:
Penentuan bobot dan rating merupakan hasil
konsensus bersama team Sales dan Marketing. Rating
(skala prioritas) diberikan nilai 1,2,3,4, apabila faktor
tersebut memiliki tingkat kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) terkuat, diberikan rating ke 4
dan bila tingkat kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) terlemah, diberikan rating ke-1.
Skor faktor diperoleh dari hasil perkalian bobot
dengan rating (skala prioritas) dengan hasil total skor
faktor kekuatan adalah sebesar 3,15; dan total skor
faktor kelemahan sebesar -2,45. Berdasarkan hasil
perhitungan skor faktor tersebut, diperoleh posisi
organisasi sebesar 0.70. Artinya bahwa untuk
memberi pelayanan yang baik, maka dilakukan
perbaikan di faktor kekuatan maupun kelemahan.
Demikian pula dilakukan analisa untuk faktor-
faktor yang termasuk dalam kondisi eksternal dimana
R=Rating (skala prioritas) diberikan nilai 1,2,3,4 dari
hasil interview, apabila faktor tersebut memiliki
tingkat peluang (opportunity) terkuat maka diberikan
rating ke 4 dan bila tingkat ancaman (threat) dan
kelemahan (weakness) terlemah, diberikan rating 1.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut:
34
Tabel 4.2 Faktor – faktor Strategis Eksternal (EFAS)
No. Peluang Bobot Rating Skor
1 Memberikan layanan dan fasilitas yang lebih lengkap
dari competitor, contoh box charger handphone , ruang
klinik, mobil ambulan
0,1 2 0,2
2 Bekerjasama dengan Event Organizer (EO) yang telah
memiliki jaringan bisnis yang luas.
0,4 4 1,6
3 Besarnya minat warga Magelang dan sekitarnya untuk
mengisi island karena tidak membutuhkan modal besar
0,2 3 0,6
4 Kebiasaan masyarakat Magelang untuk mengadakan
makan di luar rumah, bersama keluarga di hari Jumat,
Sabtu, dan Minggu
0,3 2 0,6
TOTAL 1 3,0
No. Ancaman Bobot Rating Skor
1 Kompetisi Mal akan menjadi lebih ketat dengan
munculnya mal, supermarket, atau lokasi pameran di
Magelang yang baru. Contoh: Giant Pakelan, Super Indo.
0,3 -2 -0,6
2 Regulasi pemerintah mengenai Tarif Dasar Listrik (TDL)
yang mengalami kenaikan sampai tiga tahap sangat
menyulitkan dan memperbesar biaya. Komponen biaya
terbesar mal adalah konsumsi l istrik
0,7 -3 -2,1
TOTAL 1 -2,7
GRAND TOTAL 0,3
Adapun hasil perhitungan total skor faktor
peluang adalah sebesar 3,00; dan total skor faktor
ancaman sebesar -2,70. Berdasarkan hasil
perhitungan skor faktor tersebut, diperoleh posisi
organisasi sebesar 0.30. Artinya bahwa untuk
memberi pelayanan yang baik, maka dilakukan
perbaikan di semua faktor, faktor peluang perlu
dimanfaatkan secara optimal maupun faktor ancaman
perlu untuk diminimalisasi.
Selanjutnya dari data tersebut dimasukkan ke
dalam diagram jaring-jaring analisis (cartecius) yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
35
3.15
0.7
0.3
3.0
-2.7
-2.53Kelemahan Internal
(Weakness)Kekuatan Internal
(Strength)
Ancaman
(Threat)
Peluang
(Opportunity)
Strategi
agresif
Stretegi
diversifikasi
Stretegi
Turn around
Stretegi
Defensif
1
2
3
4
SO
STWT
WO
Positioning
Gambar 4.2. Diagram Cartecius
Didasarkan gambar di atas, titik koordinat strategi
utama berada di kuadran I (3,15-3,0), ini artinya Mal
Artos sebaiknya memberikan dukungan terhadap
strategi agresif di mana strategi yang menguntungkan
bagi organisasi dalam memanfaatkan peluang yang
ada, serta memaksimalkan kekuatan perusahaan
dalam menghadapi persaingan bisnis.
Dari hasil analisis faktor internal dan faktor
eksternal yang ada pada Mal Artos diketahui bahwa
kondisi internal berada dalam keadaan kuat
sedangkan kondisi eksternal berada dalam keadaan
berpeluang (titik koordinat 0,70; 0,30), kondisi ini
dapat menjadi dasar untuk menentukan strategi
Strength Opportunities (agresif) yang dapat jelaskan
pada tabel berikut ini:
36
Tabel 4.3 Strategi Strength Opportunities (SO)
Kekuatan
Memberikan
layanan dan
fasil itas yang
lebih lengkap dari
competitor, contoh
box charger
handphone , ruang
klinik, mobil
ambulan
Bekerjasama dengan
Event Organizer (EO)
atau tenant berkelas
nasional yang telah
memiliki jaringan
bisnis yang luas.
Besarnya minat
warga Magelang dan
sekitarnya untuk
mengisi island
karena tidak
membutuhkan
modal besar
Kebiasaan
masyarakat
Magelang untuk
mengadakan makan
di luar rumah,
bersama keluarga
di hari Jumat,
Sabtu, dan Minggu
Berlokasi strategis di
persimpangan jalan Semarang-
Magelang-Jogya-Salatiga
Meningkatkan
penjualan ruang
kosong terutama
pemberdayaan
produk lokal yang
berkualitas
Menambah jumlah
tenant berkualitas
terutama penyedia
makanan dan
minuman
Mempunyai atrium terbesar di
kota Magelang
Memperbanyak
kegiatan atrium dengan
kerjasama dengan para
EO
Memiliki lahan parkir terbesar
dan terluas di Magelang
Meningkatkan
kenyamanan
fasil itas ruang
publik
Memiliki dua puluh sembilan
(28) counter food. Hal tersebut
menambah khasanah obyek
wisata kuliner.
Mengadakan acara
atau pertunjukan
hiburan pada masa
weekend
Memiliki keragaman kategori
produk yang dipasarkan.
Meningkatkan
hubungan dengan klien
potensial
Banyak pilihan toko dengan
"brand" ternama
Meningkatkan kualitas
hubungan dengan
tenant yang sudah ada
Dengan kontribusi utama
pendapatan dari penyewaan
ruang mal, arus kas relatif
stabil, didukung oleh kontrak
jangka panjang dan tenant
berkualitas
Meningkatkan
jasa baru dan
upaya pemenuhan
kebutuhan
pelanggan
Adanya fleksibil itas
penyesuaian service charge
setiap tahun yang melindungi
terhadap kenaikan biaya
operasi
Memberikan
pelayanan terbaik
sehingga
operasional
tenant lancar
Pencitraan yang baik sebagai
pemilik (PT. Mekar Armada
jaya) sebagai putra daerah
yang ikut membangun kota
Magelang
Membuat kegiatan
yang meningkatkan
citra publik dan
meningkatkan
hubungan baik dengan
media
Memiliki nama dagang yang
banyak dikenal (Armada) dan
memiliki banyak jaringan
bisnis yang luas di Indonesia
Bekerjasama dengan
tenant berkelas
nasional dan potensial
untuk mewujudkan visi
sebagai mal berkelas
nasional
Peluang
37
Keselarasan antara strategi Strength Opportunities (SO)
di atas dengan tujuan perusahaan, dijelaskan sebagai
berikut:
1. Dengan kekuatan lokasi strategis di persimpangan
jalan Semarang-Magelang-Jogya-Salatiga dan
peluang besarnya minat warga Magelang untuk
mengisi island karena tidak membutuhkan modal
besar, strategi yang dipilih yaitu dengan
meningkatkan penjualan ruang kosong terutama
untuk pemberdayaan produk lokal yang
berkualitas. Strategi ini selaras dengan tujuan
perusahaan di mana penjualan ruang untuk
meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun.
2. Adanya kekuatan pada lokasi yang strategis di
persimpangan jalan Semarang-Magelang-Jogya-
Salatiga dan adanya peluang kebiasaan masyarakat
Magelang untuk mengadakan makan di luar rumah
bersama keluarga pada hari Jumat, Sabtu dan
Minggu, strategi yang dipilih yaitu dengan
menambah jumlah tenant berkualitas khususnya
penyedia makanan dan minuman. Strategi ini
selaras dengan tujuan perusahaan yaitu
menciptakan loyalitas pengunjung dan juga untuk
meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun.
3. Dengan kekuatan mempunyai atrium terbesar di
kota Magelang dan peluang bekerjasama dengan
Event Organizer atau tenant berkelas nasional,
strategi yang dipilih yaitu memperbanyak kegiatan
mal atau bekerjasama dengan para EO untuk
menjaring pengunjung masuk dengan
38
memanfaatkan atrium. Strategi ini selaras dengan
tujuan perusahaan yaitu menciptakan loyalitas
pengunjung dan juga untuk meningkatkan
pendapatan dari tahun ke tahun.
4. Dengan kekuatan memiliki lahan pakir terbesar
dan terluas di banding mal pesaing dan peluang
memberikan layanan dan fasilitas yang lebih
lengkap dari competitor, strategi yang dipilih yaitu
meningkatkan kenyamanan fasilitas ruang publik.
Tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan
kualitas pelayanan dan menciptakan loyalitas
pengunjung dan tenant.
5. Dengan kekuatan memiliki dua puluh sembilan (28)
counter di Food Court dan peluang kebiasaan
masyarakat Magelang untuk mengadakan makan di
luar rumah, bersama keluarga di hari Jumat, Sabtu
dan Minggu, strategi yang dipilih mengadakan
acara atau pertunjukkan hiburan pada masa
weekend dengan tujuan meciptakan loyalitas
pengunjung dan meningkatkan kualitas pelayanan.
6. Dengan kekuatan memiliki keragaman kategori
produk yang dipasarkan dan peluang menjalin
kerjasama dengan Event Organizer (EO) atau tenant
berkelas nasional, strategi yang dipilih adalah
meningkatkan hubungan dengan klien potensial
dengan tujuan meningkatkan pendapatan dari
tahun ke tahun.
7. Dengan kekuatan banyak pilihan toko dengan
“brand” ternama dan peluang menjalin kerjasama
dengan Event Organizer (EO) atau tenant berkelas
39
nasional, strategi yang dipilih yaitu menjaga
hubungan baik dengan tenant yang sudah ada. Hal
ini selaras dengan tujuan menciptakan loyalitas
tenant.
8. Dengan kekuatan arus kas relatif stabil, didukung
oleh kontrak jangka panjang dan peluang
memberikan layanan baru dan fasilitas yang lebih
lengkap dari competitor, strategi yang dipilih yaitu
meningkatkan jasa baru dan upaya pemenuhan
kebutuhan pelanggan. Hal ini selaras dengan tujan
perusahaan meningkatkan kualitas pelayanan.
9. Adanya kekuatan pada fleksibilitas penyesuaian
service charge yang melindungi terhadap kenaikan
biaya operasi dan peluang memberikan layanan
baru dan fasilitas yang lebih lengkap dari
competitor, strategi yang dipilih yaitu memberikan
pelayanan terbaik sehingga operasional tenant
lancar. Hal ini selaras dengan tujuan meningkatkan
kualitas layanan dan menciptakan loyalitas tenant.
10. Adanya kekuatan pencitraan yang baik sebagai
pemilik (PT. Mekar Armada Jaya) sebagai putra
daerah yang ikut berperan membangun kota
Magelang, dan peluang menjalin kerjasama dengan
Event Organizer (EO) atau tenant berkelas nasional,
strategi yang dipilih yaitu membuat kegiatan yang
meningkatkan citra publik dan meningkatkan
hubungan baik dengan media. Hal ini selaras
dengan tujuan menciptakan loyalitas pengunjung
dan tenant.
40
11. Adanya kekuatan memiliki nama dagang yang
banyak dikenal (Armada) dan memiliki jaringan
bisnis yang luas dan adanya peluang adanya
kerjasama dengan Event Organizer (EO) atau tenant
berkelas nasional, strategi yang dipilih yaitu yaitu
menjalin kerjasama bisnis untuk mewujudkan visi
sebagai mal berkelas nasional. Hal ini selaras
dengan tujuan meningkatkan pendapatan dari
tahun ke tahun.
Berdasar visi, misi, tujuan dan strategi di atas
kemudian dijabarkan dalam sasaran-sasaran strategis
yang saling berhubungan yaitu:
Pada perspektif keuangan, sasaran strategi akhir yang
ingin dituju adalah shareholder value - nilai
perusahaan menurut persepsi pemegang saham.
Dalam hal ini yang dimaksud yaitu pengembalian
modal yang diperoleh melalui pertumbuhan
pendapatan dengan meningkatkan penjualan ruang
kosong untuk atrium dan island terutama
pemberdayaan produk lokal, dan menambah jumlah
tenant berkualitas khususnya penyedia makanan dan
minuman serta meningkatkan efisiensi biaya.
Pada perspektif customer, untuk mewujudkan
sasaran strategik akhir tersebut, perusahaan perlu
membangun customer capital-yang terdiri dari tiga
komponen (atribut produk yang ditawarkan kepada
customer, kualitas hubungan dengan customer, dan
citra perusahaan) yang secara bersama-sama
membentuk nilai yang dinikmati oleh customer dari
41
produk/jasa yang diperoleh dari perusahaan. Sasaran
strategi dengan memperbanyak kegiatan mal dan dan
atau bekerjasama dengan Event Organizer untuk
menjaring pengunjung masuk dengan memanfaatkan
atrium, mengadakan acara atau pertunjukkan hiburan
pada masa weekend, meningkatkan kualitas
hubungan dengan klien potensial dengan tenant yang
sudah ada, dan membuat kegiatan yang meningkatkan
citra publik dan meningkatkan hubungan baik dengan
media. Melalui jasa menyewakan ruang yang
menghasilkan nilai bagi customer, perusahaan mampu
mendatangkan arus masuk pendapatan yang menjadi
komponen penting dalam menciptakan kekayaaan
untuk membangun shareholder value.
Pada perspektif proses, untuk membangun
customer capital, Mal Artos perlu membangun proses
yang produktif dan cost yang efektif sehingga secara
tidak langsung kemampuan ini menjadi komponen
penting dalam penciptaan kekayaan untuk
membangun shareholder value. Sasaran strategis yang
dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik
sehingga operasional tenant lancar, menambah jasa
baru dan mempercepat inovasinya, meningkatkan
upaya pemenuhan kebutuhan customer antara lain
dengan meningkatkan kenyamanan fasilitas ruang
publik, dan ketersediaan customer database yang
andal, akurat, dan tepat waktu. Operasional yang
lancar dapat meminimalkan pengeluaran non rutin
sehingga pada jangka panjang dapat dilihat efisiensi
biayanya. Contohnya pemakaian lift atau travelator di
42
luar jam buka tutup mal. Apabila ada sinergi antara
pemilik gedung dengan para tenant dalam hal jam
operasional, biaya konsumsi listrik dapat lebih
dikendalikan. Di samping itu juga perlu dilakukan
upaya meningkatkan customer awareness, dalam hal
ini yang dimaksud adalah meningkatkan tanggung
jawab kepedulian terhadap masyarakat sekitar.
Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,
proses yang produktif dan cost yang efektif dihasilkan
oleh sumber daya manusia yang efektif, memiliki
kapabilitas, serta organisasi perusahaan yang
memampukan personel bekerja secara sinergistik dan
hal itu tidak lepas dari kepuasan karyawan terhadap
perusahaan.
Berdasar sasaran-sasaran strategik di atas dapat
disusun menjadi sebuah peta strategi sebagai berikut:
Mengambalikan
Modal
Meningkatnya image
Mal pada public
Meningkatnya kualitas
hubungan dengan
customer
Meningkatnya kualitas
jasa
Meningkatnya
customer
awareness
Bertumbuhnya
pendapatan
Meningkatnya
efisiensi biaya
Memenuhi
kebutuhan
customer
Meningkatnya
kecepatan proses
inovasi jasa
Mencapai
Operatioinal
excellent
SDM yang efektif
dan efisien
Meningkatnya
kapabilitas staf
Meningkatnya
kepuasan karyawan
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Proses
Perspektif
Pertumbuhan &
Pembelajaran
Gambar 4.3 Peta Strategi (Strategy Map) Armada Town Square
43
Melalui interview dengan manajemen inti yang
terdiri dari General Manager, Human Resources dan
General Affair Manager, Finance dan Accounting
Manager, Building dan Maintenance Manager dan
observasi, untuk menjadi mal yang diminati dan
nyaman untuk tamu, tenant dan karyawan, dari
sasaran strategis dapat ditentukan faktor keberhasilan
kritikal (critical success factor) pada masing-masing
perspektif balance scorecard yang bisa jadi pilihan
yang bisa digunakan Mal Artos yang ditampilkan pada
tabel 4.4.
Faktor keberhasilan kritikal digunakan penulis
untuk merumuskan profil indikator kinerja kunci
(KPI), kemudian penulis membagikan daftar kuesioner
ke manajemen inti yang berisi daftar KPI yang terdiri
dari dua puluh dua indikator yang telah dilengkapi
profil KPI (lampiran dua). Berdasar pengamatan pada
operasional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya,
penulis merumuskan usulan indikator-indikator
kinerja kunci sebagai berikut:
Perspektif Keuangan
1. Return on investment
2. Tingkat pertumbuhan pendapatan
3. Penurunan biaya
Perspektif Pelanggan
1. Jumlah customer baru
2. Tingkat profitabilitas pelanggan
3. Tingkat kepuasan pelanggan
4. Tingkat kualitas produk dan jasa
5. Kesetiaan customer
44
6. Frekuensi peliputan bagus oleh media
7. Tingkat reputasi organisasi
Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Jumlah keikutsertaan dalam kegiatan
masyarakat
2. Waktu dan kualitas respon atas permintaan
customer
3. Jumlah komplain pengunjung/tenant
4. Pelayanan tepat waktu
5. Jumlah jasa baru
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
1. Gaji, reward yang memadai
2. Tingkat pendidikan dan pengalaman
3. Turn over ratio karyawan
4. Moral karyawan (tingkat kehadiran, jumlah
terlambat)
5. Tingkat kepuasan karyawan
6. Keterampilan teknologi
7. Pelaksanaan training atau pelatihan
Dari empat responden atas kuesioner diperoleh hasil
lima belas indikator yang terpilih. Untuk indikator
yang memiliki jumlah di bawah dua responden
diabaikan. Penulis membuang daftar indikator yang
tereliminasi. Dari tolok ukur strategis yang disetujui
menghasilkan indikator kinerja kunci yang terdiri dari
ukuran hasil (lag indicator) dan selanjutnya dilakukan
perumusan ukuran pemacu (lead indicator). Untuk
mengetahui urutan prioritas per-indikator dilakukan
pembobotan faktor keberhasilan kritikal dan indikator
45
kinerja kunci. Berikut hasil kuesioner seleksi tolok
ukur strategis pada tabel 4.4, sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Seleksi Tolok Ukur Strategis
Faktor Keberhasilan Kritikal Tolok Ukur Strategik
CSF Lag Indikator 1 2 3 4
Pengembalian modal ROI V V V V 4
Pertumbuhan pendapatan Tingkat pertumbuhan
pendapatan
V V V V 4
Berkurangnya biaya Penurunan biaya V V V V 4
Jumlah customer baru V V V V 4
Tingkat profitabilitas
pelanggan
V 1
Tingkat kepuasan
pelanggan
V 1
Tingkat kualitas
produk dan jasa
V 1
Peningkatan kualitas
hubungan dengan customer
Kesetiaan customer V V V V 4
Frekuensi peliputan
bagus oleh Media
V V V V 4
Tingkat Reputasi
Organisasi
V 1
Pemenuhan Kebutuhan
Customer
Waktu dan kualitas
respon atas
permintaan customer
V V V 3
Jumlah komplain
pengunjung/tenant
V V V V 4
Pelayanan Tepat waktu V 1
Peningkatan kecepatan proses
inovasi jasa
Jumlah jasa baru V V V V 4
Tingkat pendidikan
dan pengalaman
V V V V 4
Turn over ratio
karyawan
V V V V 4
Moral Karyawan
(Tingkat kehadiran,
jumlah terlambat)
V 1
Tingkat kepuasan
karyawan
V V V 3
Keterampilan teknologi V 1
Pelaksanaan training
atau pelatihan
V V V V 4
V
Responden
V V
Gaji, Reward yang
memadai
V V V
VVJumlah keikutsertaan
dalam kegiatan
masyarakat
lingkungan
4
Jml
4
Perspektif
Keuangan
Pencapaian operational
"excellent"
Peningkatan image mall
kepada public
Proses
Customer Peningkatan kualitas jasa
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
Peningkatan kepuasan
karyawan
SDM yang efektif dan efisien
Peningkatan “Customer
awareness”
Peningkatan kapabilitas staff
46
Untuk mengetahui pembobotan indikator kinerja
kunci, dibuat struktur hirarki yang terdiri dari empat
level. Level satu adalah tujuan yang ingin dicapai,
yaitu kesuksesan kinerja Mal Artos. Level dua dari
struktur hirarki merupakan kriteria untuk mencapai
tujuan yang ada. Dalam hal ini, kriterianya
merupakan empat perspektif dalam BSC, yaitu
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Level tiga dari struktur hirarki
merupakan sub kriteria, yang merupakan CSF dari
masing-masing perspektif. Level empat dari struktur
hirarki merupakan alternatif, yang merupakan tolok
ukur strategik dari masing-masing CSF. Struktur
hirarki dapat dilihat pada gambar 4.4 Fokus
Kriteria Masalah
Sub Kriteria MasalahPB3
Perspektif
Proses
Bisnis
Perspektif
Pertumbuhan
dan
Pembelajaran
K1 K2 K3 P1 P2 PP3
PBY KSC JCB JKP JJB
P3 PB1 PB2 PB4 PP1 PP2
RPC
TPP TKK
GRW TOR PTP
Peningkatan Kinerja
Kriteria PenyebabPPB FPMROI CSR
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Gambar 4.4 Struktur Hirarki
Keterangan:
ROI = Return On Investment
PPB = Tingkat Pertumbuhan Pendapatan
PBY = Penurunan Biaya
FPM = Frekuensi Peliputan Bagus oleh Media
KSC = Kesetiaan Customer
47
JCB = Jumlah Customer Baru
CSR = Jumlah Keikutsertaan Dalam Kegiatan
Masyarakat Lingkungan
RPC = Waktu, Kualitas Respon atas Permintaan
Customer
JKP = Jumlah Komplain Pengunjung/Tenant
JJB = Jumlah Jasa Baru
GRW = Gaji dan Reward yang Memadai
TPP = Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
TOR = Turn Over Ratio Karyawan
TKK = Tingkat Kepuasan Karyawan
PTP = Pelaksanaan Training atau Pelatihan
Data untuk melakukan pembobotan atas tolok
ukur strategik diperoleh dari kuesioner (lampiran tiga)
yang disebarkan kepada empat orang inti yaitu HRGA
Manager, Finance dan Accounting Manager, Building
dan Maintenance Manager, dan General Manager.
Metode yang digunakan dalam proses pembobotan ini
adalah metode AHP. Pengolahan dengan AHP
dilakukan secara manual, dan proses
penghitungannya dibantu dengan software Microsoft®
Excel 2010. Dari hasil penghitungan, telah diperoleh
Rasio Konsistensi (CR) ≤ 10%, baik untuk masing-
masing perspektif BSC maupun per indikatornya.
Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise
comparison matrix (matriks perbandingan
berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar
kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan
dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal
48
seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di
atasnya. Perhitungan pembobotan masing-masing
perspektif dapat dilihat pada lampiran empat.
Ringkasan bobot indikator kinerja kunci disajikan
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Bobot Indikator Kinerja Kunci Armada Town Square
CSF Bobot Indikator Bobot
Pengembalian modal 22.9% ROI 22.9%
Pertumbuhan
pendapatan
42.5% Tingkat
pertumbuhan
pendapatan
42.5%
Berkurangnya biaya 34.6% Penurunan biaya 34.6%
Peningkatan
kualitas jasa
38.4% Jumlah customer
baru
38.4%
Peningkatan
kualitas hubungan
dengan customer
26.6% Kesetiaan
customer
26.6%
Peningkatan image
mall kepada public
35.0% Frekuensi
peliputan bagus
oleh Media
35.0%
Pemenuhan
Kebutuhan
Customer
24.6% Waktu dan
kualitas respon
atas permintaan
customer
24.6%
Pencapaian
operational
"excellent"
27.9% Jumlah komplain
pengunjung/tena
nt
27.9%
Peningkatan
kecepatan proses
inovasi jasa
22.3% Jumlah jasa baru 22.3%
SDM yang efektif 21.8% 43.2%
Tingkat
pendidikan dan
pengalaman
56.8%
28.6% Turn over ratio
karyawan
56.8%
Tingkat kepuasan
karyawan
43.2%
Peningkatan
kapabilitas staff
49.6% Pelaksanaan
training atau
pelatihan
49.6%
25.1%
Customer 49.2%
Peningkatan
kepuasan karyawan
Peningkatan
“Customer
awareness”
25.1%15.1%Proses
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
10.5%
Gaji, Reward
yang memadai
Jumlah
keikutsertaan
dalam kegiatan
masyarakat
lingkungan
Tolok Ukur StrategikFaktor Keberhasilan KritikalPerspektif Bobot
25.2%Keuangan
49
Kriteria yang dipakai dalam menentukan bobot yaitu:
a. Tingkat kesulitan untuk mencapai target indikator
kinerja kunci setiap sasaran makin sulit, bobot
kian tinggi.
b. Derajat kepentingan sasaran strategik dan
indikator kinerja kunci terhadap masa depan
organisasi atau unit kerja kian penting dan
strategik, bobot makin tinggi.
Bobot terbesar pada perspektif customer sebesar
49,2%. Prioritas utama dari hasil penelitian yaitu
dengan menekankan pada perpektif pelanggan
terutama peningkatan jumlah pelanggan baru.
Semakin tinggi jumlah pelanggan baru akan
meningkatkan okupansi, dan mendorong tercapainya
sasaran strategik perspektif lainnya. Urutan ke dua
yaitu perspektif keuangan sebesar 25,2%, urutan ke
tiga sebesar 15,1% yaitu perspektif proses bisnis, dan
urutan ke empat yaitu perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran sebesar 10,5%.
4.3 Pembahasan analisis indikator kinerja kunci
Armada Town Square Magelang
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5
berikut penjelasan atas indikator kinerja kunci pada
empat perspektif (keuangan, pelanggan, proses bisnis,
dan pertumbuhan dan pembelajaran) yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan ini menekankan pada
pengoptimalan penjualan ruang toko maupun
50
island (counter tidak permanen) sehingga terjadi
pertumbuhan pendapatan dan biaya operasional
yang semakin efisien sehingga mendorong
pengembalian modal yang semakin cepat.
Berdasarkan hal tersebut, maka faktor
keberhasilan kritikal (CSF) dari perspektif
keuangan, yaitu :
Pengembalian modal
Pertumbuhan pendapatan
Peningkatkan efisiensi biaya
Pada semua bidang bisnis, pengembalian modal
merupakan tujan akhir. Sebagai mal baru, atas
investasi yang dilakukan, harapan atas
pengembalian modal merupakan orientasi jangka
panjang. Berikut penjelasan yang disampaikan oleh
Finance dan Accounting Manager:
“Jika melihat dari sisi keuangan, untuk lima tahun pertama bisnis ini belum menghasilkan karena harga sewa berkisar mulai dari Rp 100.000,00 sampai Rp 175.000,00 /m2/bulan bergantung letak serta metode pembayarannya. Sementara mal di Jogja bisa jual dengan harga berkisar dari terendah Rp. 150.000,00 sampai kurang lebih Rp 500.000,00/m2/bulan. Tarif
service charge relatif lebih rendah berkisar Rp 40.000/m2/bulan sementara kota lain seperti Jogjakarta di atas Rp 50.000/m2/bulan. Pada tahap awal berdiri, memang butuh waktu untuk membawa pengunjung datang dan menghidupkan suasana mal apalagi Magelang adalah second city, sehingga dengan demikian prioritas utama adalah membuat event-event yang menarik atau kerjasama diskon promo atau undian berhadiah dengan tenant untuk menarik
51
masyarakat lokal datang dan sekaligus berbelanja di mal, sehingga mal ramai dan tenant tertarik untuk memperpanjang sewa selanjutnya dan kita memiliki posisi tawar yang lebih baik.”
Return On Investment menjadi lag indicator pada
CSF pengembalian modal karena dengan total
investasi aset sementara berkisar seratus empat
puluh milyar, menjadi ekspektasi owner dan
tuntutan bagi manajemen untuk mempercepat
payback period. Untuk mendorong hal itu, tingkat
persentase laba menjadi lead indicator karena
semakin tinggi laba diperoleh, semakin cepat modal
kembali.
Tingkat pertumbuhan pendapatan menjadi lead
indicator pada CSF bertumbuhnya pendapatan
karena sumber utama pendapatan pada bisnis ini
adalah pendapatan sewa yang mana bisa
diproyeksikan karena relatif sama pada kurun
waktu sewa tiga sampai lima tahun. Pangsa pasar
menjadi lag indicator karena dengan semakin
besarnya pangsa pasar yang bisa diraih akan
mendorong meningkatnya pendapatan.
Berkurangnya biaya menjadi lead indicator pada
CSF peningkatan efisiensi biaya dan cost
effectiveness process menjadi lag indicator.
Harga sewa relatif fleksibel. Untuk tenant yang
melakukan transaksi sebelum preopening sebagian
besar mendapat harga sewa per meter persegi
sebesar Rp 100.000,00 / m2 namun perbedaan
52
harga juga bisa terjadi karena perbedaan sistem
pembayaran atau lama sewa, tergantung hasil
negosiasi pada saat perjanjian sewa dilakukan.
Sebagai gambaran, dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Data Kontrak Sewa Ruang Mal Artos
No BLOKLUAS/
M2 UNIT JENIS USAHA HARGA/M 2 TOTAL
LAMA
SEWA
(BULAN)
CARA BAYAR
1 LG-3&4 50 2 ARMADA
FASHION (Roxy)
100.000 300.000.000 60 DP 20% 5bln, 80%
36bln
2 LG-5 16 1 VANN OUTLET 125.000 120.000.000 60 DP 30% 3BLN 70%
33 BLN
3 LG-6&7 32 2 WIN SPORTWEAR 100.000 192.000.000 60 DP 20% 5bln, 80%
36bln
4 LG-
11&12
32 2 SAKURA
FASHION
100.000 192.000.000 60 DP 20% 5bln, 80%
36bln
5 LG-
14&15
32 2 PT. PILOFICE 165.000 316.800.000 60 BF 10jt, DP 20%
12bln, 80% 40bln
6 LG-R1-3 96 3 PT. HERO
SUPERMARKET,
TBK
125.000 720.000.000 60 BF 10jt, DP 10%
1bln, 90% 48bln
7 LG-R4-6 96 3 PT. BILLIECHICK
INDONESIA
100.000 576.000.000 60 BF 10jt, 20% 4bln,
80% 36bln
8 LG-R13 32 1 CAMPINA 100.000 192.000.000 60 DP 20% 3 BLN,
80% 33 BLN
9 GF-1MA 80 1 BREAD TALK 100.000 480.000.000 60 DP 10% 2bln, 90%
48 bln
10 GF-3&4 64 2 PT. WARNA
MARDHIKA
150.000 576.000.000 60 BF 10jt, 10% 5bln,
90% 45bln
11 GF-5 32 1 PT. LEA SANENT 150.000 288.000.000 60 BF 10jt, 20% 5bln,
80% 36bln
12 GF-6 32 1 PT. PILOFICE 175.000 336.000.000 60 BF 10jt, 20% 12bln,
80% 40bln
13 GF-7&8 64 2 POSH BOY 150.000 576.000.000 60 DP 20% 5bln, 80%
36bln
14 GF-9-11 100 3 PT. BILLIECHICK
INDO (JWLRY)
135.000 810.000.000 60 BF 10jt, 20% 4bln,
80% 36bln
15 GF-12-
13
77 1 SEPATU BATA 110.000 304.920.000 36 DP 20% 3BLN, 80%
21 BLN
16 GF-14 32 1 OPTIK
INTERNASIONAL
135.000 155.520.000 36 DP 20% 3bln, 80%
36bln
17 GF-
22MA
210 1 MAP (SPORT
STATION)
100.000 1.260.000.000 60 DP 10% 2bln, 90%
48bln
18 GF-
26MA
130 1 JCO
DONUTS&CAFE
100.000 780.000.000 60 DP 10% 2bln, 90%
48bln
19 GF-
32MA
96 1 ES TELLER 77 150.000 864.000.000 60 BF 10jt, 20% 5bln,
80% 36bln
20 UP-1&2 64 2 NAUGHTY 130.000 299.520.000 36 BF 10jt, DP 20%
5bln, 80% 20bln
22 UP-4 32 1 OKE SHOP 125.000 240.000.000 60 DP 20% 3BLN, 80%
40 BLN
23 UP-R17-
18
64 2 STEAK OBONG 100.000 230.400.000 60 DP 20% 5bln, 80%
20bln
24 UP-R21 64 2 REFLEKSI
PASSION
100.000 384.000.000 60 BF 10jt, 20% 6bln,
80% 36bln
Sumber: Data Keuangan-Mal Artos
53
Pada diskusi yang dilakukan terutama dengan
Finance dan Accounting Manager, walaupun
indikator ini belum tersusun secara jelas, dalam
praktiknya fokus keuangan terutama mengejar arus
kas pendapatan yang optimal, terutama ke anchor
tenant seperti Carrefour dan Matahari Department
Store, KFC, Bread Talk dan J-Co, karena upaya
menekan biaya operasional sangat susah dilakukan,
apalagi biaya terbesar yaitu listrik yang mengalami
kenaikan sampai tiga kali pada tahun yang sama
dirasa sangat memberatkan baik pengelola gedung
maupun tenant. Sedang untuk pengembalian modal
merupakan tujuan jangka panjang, sehingga lebih
fokus ke pertumbuhan pendapatan yang optimal.
Berdasar hasil perhitungan AHP, bobot
perspektif keuangan pada posisi kedua setelah
perspektif pelanggan yaitu sebesar 25,2%.
Berdasarkan hasil pengolahan per indikator pada
perspektif keuangan, Armada Town Square lebih
mengutamakan tingkat pertumbuhan pendapatan
42,5% apabila dibandingkan dengan penurunan
biaya 34,6% dan pengembalian modal 22,9%.
2. Perspektif Pelanggan
Mal Artos memiliki pelanggan utama yaitu tenant,
dan langsung pengunjung karena pemilik gedung
juga memiliki counter di foodcourt yang dikelola
sendiri. Jumlah tenant saat ini 70 (tujuh puluh)
tenant toko, 28 (dua puluh delapan) tenant
foodcourt, 13 (tiga belas) tenant snack corner dan 30
54
(tiga puluh) tenant island. CSF dari perspektif
pelanggan adalah:
Peningkatan image mal pada public
Peningkatan kualitas hubungan dengan
customer
Peningkatan kualitas jasa
Dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan,
General Manager memberikan pendapat bahwa
diperlukan upaya-upaya kreatif seperti
penyelenggaraan dog show, pertunjukan artis,
program undian berhadiah dan lainnya sehingga
tamu puas dan mal yang terus berinovasi akan
menarik pelanggan datang dan meningkatkan
image positif:
“Mendapatkan tenant jauh lebih mudah daripada mempertahankannya apalagi mempunyai posisi tawar yang tinggi. Produk yang ditawarkan ke pengunjung mal harus sesuai dengan segmen pasar yang dibidik. Anchor tenant seperti Carrefour, Matahari, Bread Talk, J-Co, KFC, Inulvista sudah mempunyai brand yang ternama dan mereka menambah kekuatan mal ini dan itu bagus untuk meningkatkan image publik, namun mereka tetap perlu dipelihara. Kita perlu berinovasi terus dalam mengembangan mal menjadi tempat rekreasi dan meningkatkan kepuasan tamu maupun tenant lainnya mutlak untuk didapatkan supaya okupansi maksimal dan modal bisa kembali.”
Kesetiaan pelanggan menjadi lag indicator
untuk CSF peningkatan kualitas hubungan dengan
customer. Persentase customer yang menjadi
55
noncustomer sebagai lead indicator. Semakin kecil
persentase pelanggan yang jadi nonpelanggan maka
semakin baik kinerja. Untuk CSF peningkatan
kualitas jasa, jumlah customer baru menjadi lag
indicator. Semakin tinggi jumlah pelanggan maka
semakin baik kinerja. Persentase occupancy sebagai
indikator pendorong. Untuk meningkatkan citra
mal kepada publik, semakin tinggi frekuensi
peliputan bagus kepada media semakin baik
kinerja. Sebagai indikator pendorong adalah jumlah
komunikasi massa yang diciptakan melalui radio
atau press release yang dimuat di surat kabar.
Sebagai contoh, manajemen bekerja sama melalui
dengan Magelang Express sehingga masyarakat
dapat mendapatkan infomasi terkini seputar mal.
Bila dibandingkan dengan tiga perspektif
lainnya, bobot terbesar pada perspektif pelanggan
sebesar 49,2%, terutama jumlah pelanggan baru
karena semakin tinggi jumlah pelanggan baru akan
meningkatkan okupansi, dan dengan sendirinya
akan mendorong pertumbuhan pendapatan dan
pengembalian modal dan meningkatkan kepuasan
karyawan dan memicu karyawan bekerja lebih
optimal dan membuat inovasi kreatif lainnya.
Okupansi bisa diperoleh terutama dari sewa
tenant yang memberi kontribusi terhadap total
pendapatan berkisar tujuh puluh enam persen, dari
island, pameran, dan parkir. Dengan banyak event
atau aktivitas promosi dan sebagainya dilakukan di
mal sangat membantu peningkatan kunjungan
56
tamu dan meningkatkan penjualan, apalagi pada
saat libur atau akhir minggu. Hal ini dapat dilihat
dari tren masyarakat datang ke mal yaitu pada
weekend atau hari libur. Dari data statistik jumlah
pengunjung yang dimiliki oleh Departemen Sales
dan Marketing periode Oktober 2011-Desember
2013, pada saat weekdays, jumlah pengunjung
antara 900 (sembilan ratus) sampai 1.100 (seribu
seratus) orang, weekend rata-rata 3.000 (tiga ribu)
orang, pada saat liburan 4.000 (empat ribu) orang,
peak season seperti lebaran bahkan mencapai
52.000 (lima puluh dua ribu) orang perhari.
Pada CSF perspektif pelanggan, Armada Town
Square lebih menekankan pada peningkatan
jumlah customer baru 38,4% diantara kedua tolok
ukur strategis lainnya. Karena mal masih baru,
promosi melalui media diperlukan untuk menarik
orang datang, dan untuk indikator frekuensi
peliputan bagus oleh media ini diperoleh bobot
35,0%, dan untuk indikator kesetiaan customer
26,6%.
Berdasar diskusi yang dilakukan bersama
dengan General Manager, disadari bahwa kunci
utama keberhasilan mal adalah memaksimalkan
tingkat hunian atau okupansi, namun upaya ini
tidak lepas dari kegiatan promosi yang dilakukan
untuk mengenalkan produk ke masyarakat. Sedang
untuk menjaga kesetiaan pelanggan dan
bertanggung jawab atas kepuasan pelanggan,
dibentuk satu divisi di bawah Departemen Sales
57
dan Marketing, yaitu Tenant Relation dan Customer
Service.
Pada dasarnya, Mal Artos telah melakukan
langkah-langkah yang mendukung strategi
Strength-Opportunity (SO) seperti membuat
kegiatan yang meningkatkan citra publik dan
meningkatkan hubungan baik dengan media
dengan cara antara lain liputan kegiatan
entertaintment mal, kunjungan ke sekolah-sekolah
bekerjasama dengan dinas terkait melakukan
penyuluhan kesehatan, kegiatan donor darah,
maupun advetorial release.
Dalam upaya meningkatkan okupansi terutama
untuk produk lokal mengalami kendala salah
satunya adalah belum adanya mitra bisnis yang
mampu mengumpulkan relasinya dalam rangka
membentuk area dalam mal sebagai pusat teknologi
IT, olah raga maupun pertunjukan. Namun hal itu
terus dikejar terutama dengan memperkuat
jaringan melalui Event Organizer yang berkelas,
sekaligus untuk memperbanyak kegiatan internal
mal di atrium untuk menjaring pengunjung masuk.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal ini menekankan
kepada efektifitas dalam memberikan pelayanan
jasa kepada pelanggan, cepat, inovatif, dan peduli
pelanggan. Oleh karena itu, keberhasilan kritikal
dari perspektif proses bisnis internal adalah :
Peningkatan customer awareness
58
Pemenuhan kebutuhan tamu
Peningkatan kecepatan proses inovasi jasa
Operasional excellent
Dari observasi yang dilakukan tampak
kecenderungan bahwa mal lebih banyak dikunjungi
dari hari Jumat sampai Minggu siang, jumlah staf
yang bertugas di operation seperti Public area
attendant, Foodcourt, dan Security incharge lebih
banyak daripada di weekdays. Diperlukan
koordinasi dan kerjasama antar staf sehingga
operasional berjalan baik bahkan melakukan upaya
peningkatan kualitas jasa, seperti yang
dikemukakan oleh Building dan Maintenance
Manager:
“Perlu sinergi dari semua divisi maupun tenant sehingga operasional berjalan lancar dan aman dan manajemen tidak hanya berkutat pada masalah operasional namun bisa berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas”.
Untuk CSF peningkatan customer awareness,
lead indicator-nya adalah jumlah keikutsertaan
dalam kegiatan masyarakat. Sebagai contoh,
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang
pernah dilakukan oleh Mal Artos antara lain Donor
Darah Palang Merah Indonesia (PMI), salah satu
pendukung untuk galang dana untuk penderita
thalasemia bekerjasama dengan Rumah Sakit,
melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah untuk
memberikan informasi seputar AIDS dan akibatnya.
59
Semakin tinggi persentase kegiatan yang dilakukan
semakin baik kinerjanya.
Untuk CSF pemenuhan kebutuhan tamu, lag
indicator-nya adalah waktu dan kualitas respon
atas permintaan customer, semakin cepat waktu
respon, semakin baik kinerjanya. Hal ini bisa
didukung dengan ketersediaan data customer yang
dikelola melalui customer service atau staf tenant
relation.
Untuk CSF operational excellent, indikatornya
adalah jumlah komplain. Semakin kecil jumlah
komplain tenant atau pengunjung maka semakin
baik kinerjanya. Tingkat kesalahan layanan atau
penyimpangan pelayanan operasional terhadap
Standard Operational Procedure (SOP) sebagai
indikator pendorong. Sebagai contoh, deposit fitting
out tenant dapat diambil setelah toko buka, keluar
masuk barang tenant setelah atau sebelum jam
operasional. Terkait dengan kelancaran
operasional bersama, antara pemilik gedung
dengan penyewanya secara rutin per empat bulan
manajemen mengadakan “Tenant Gathering” untuk
mensosialisasikan informasi baru kepada tenant
atau berdiskusi bersama dalam rangka
mengembangkan mal.
Untuk CSF peningkatan kecepatan proses
inovasi jasa, lag indicator-nya adalah jumlah jasa
baru. Semakin tinggi jumlah jasa baru, semakin
baik kinerjanya. Sedang lead indicator-nya adalah
waktu untuk memasarkan jasa baru. Inovasi
60
diperlukan untuk menjadikan mal menjadi one stop
service bagi pengunjungnya.
Secara keseluruhan, pada perspektif proses
bisnis internal, penekanan terutama pada indikator
jumlah komplain pengunjung atau tenant dengan
bobot 27,9%, jumlah keikutsertaan dalam kegiatan
masyarakat lingkungan dengan bobot 25,1%, waktu
dan kualitas respon atas permintaan customer
dengan bobot 24,6%, dan jumlah jasa baru 22,3%.
Sesuai dengan visinya menjadi mal yang diminati
dan nyaman untuk tamu dan tenant, dan untuk
mencapai tujuan meningkatkan loyalitas customer
dan kualitas pelayanan maka Armada Town
Square mengutamakan pelayanan terutama
mencapai operational excellent dengan
meminimalkan komplain tenant atau tamu. Adapun
secara keseluruhan bobot pada perspektif proses
bisnis ini adalah sebesar 15,1%.
Dalam praktiknya, sinergi kadang tidak
berjalan, Human Resources dan General Affair
Manager juga menyampaikan:
“Upaya untuk melakukan proses belajar internal
masih sangat kurang dilakukan, hal ini tidak luput dari keterbatasan SDM yang dimiliki yang tidak imbang, upaya pengembangan produk dan peningkatan kualitas jasa seperti waktu respon penanganan komplain, ide kreatif yang bisa dibuat sebagai jasa baru seperti photobooth, jasa cuci mobil, dan sebagainya kadang dipikirkan, tapi tidak ter-follow up. Hal ini masih sangat perlu perhatian kita bersama”.
61
Dari praktik yang dilakukan, sangat diperlukan
penunjukan person in charge untuk hal-hal yang
terkait dengan proses belajar intern sehingga dapat
berjalan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan merupakan faktor pendorong
perspektif lainnya yaitu karyawan yang efektif dan
efisien serta meningkatkan kapabilitas sumber daya
supaya dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam
tiga perspektif BSC yang lain. Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan memiliki faktor-
faktor keberhasilan kritikal berikut :
SDM yang efektif dan efisien
Peningkatan kapabilitas staff
Peningkatan kepuasan karyawan
Kaitannya dengan upaya meningkatkan kompetensi
karyawan, berikut penjelasan yang disampaikan
oleh Human Resources and General Affair Manager:
“Tidak mudah mencari karyawan yang berpengalaman di bidang mal. Delapan puluh
persen karyawan kita sekarang adalah penduduk lokal Magelang dan belum berpengalaman, karyawan perlu pengembangan keterampilan, program sistem yang terpadu dan suasana organisasi yang nyaman, kalau mereka merasa nyaman mereka akan terus berpikir dan bertindak bagaimana supaya membuat tamu nyaman juga.”
62
Pada perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran, untuk mencapai sumber daya
manusia yang efektif dan efisien, lag indicator-nya
adalah gaji dan reward yang memadai dan tingkat
pendidikan dan pengalaman dan strategic job dan
rencana pengembangan karier sebagai indikator
pendorong. Sumber daya manusia yang dimiliki
Armada Town Square terdiri dari staf dan tenaga
harian. Untuk tenaga harian dibayar secara
mingguan. Untuk CSF peningkatan kepuasan
karyawan, indikatornya adalah tingkat kepuasan
karyawan dan turn over karyawan, semakin tinggi
tingkat kepuasan karyawan dan semakin rendah
turn over karyawan semakin baik kinerjanya. Pada
tahun pertama operasi, turn over relatif tinggi, hal
ini ditunjukkan dengan data sebagai berikut:
Tabel 4.7 Turn Over Jumlah Karyawan Mal Artos
BULAN
SO AWAL IN OUT SO AKHIR
Oct-11 63 0 0 63
Nov-11 63 4 0 67
Dec-11 67 0 1 66
Jan-12 66 4 4 66
Feb-12 66 6 5 67
Mar-12 67 3 2 68
Apr-12 68 0 3 65
May-12 65 5 3 67
Jun-12 67 1 7 61
Jul-12 61 0 1 60
Aug-12 60 2 5 57
Sep-12 57 3 0 60
Oct-12 60 2 3 59
Nov-12 59 1 1 59
Dec-12 59 1 1 59
32 36
JUMLAH KARYAWAN
Sumber : Data Departemen HRD - Mal Artos
63
Evaluasi terhadap prestasi karyawan dan
kenyamanan sistem manajemen, sarana dan
prasarana sebagai indikator pendorong. Untuk CSF
peningkatkan kapabilitas staff, lag indicator-nya
adalah pelaksanaan training atau pelatihan dimana
semakin tinggi jumlah jam training, semakin baik
kinerjanya. Jumlah jam training sebagai lead
indicator.
Peningkatan kapabilitas staf mendominasi
dibandingkan faktor keberhasilan kritikal lainnya
dengan bobot 49,6%. CSF SDM yang efektif
diberikan bobot 21,8%. Lag indicator yang
mendukung CSF tersebut adalah gaji dan reward
yang memadai dengan bobot 43,2% dan tingkat
pendidikan dan pengalaman dengan bobot 56,8%.
Sedangkan pada CSF peningkatan kepuasan
karyawan diberikan bobot 28,6%. Lag indicator
yang mendukung CSF tersebut adalah turn over
ratio dengan bobot 56,8% dan tingkat kepuasan
karyawan dengan bobot 43,2%. Sedang untuk
peningkatan kapabilitas staf diberikan bobot
sebesar 49,6% melalui training dan pelatihan. Hal
ini sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan kompetensi staf. Adapun bobot pada
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ini
adalah sebesar 10,5%.
Salah satu kelemahan perusahaan adalah
keterbatasan sumber daya manusia. Berdasar hasil
diskusi dengan Human Resources dan General
Affair Manager diketahui bahwa kegiatan training
64
baik untuk manajemen maupun staf operasional
jarang dilakukan, proses rekruitment yang
dilakukan yang sebelumnya minimal SMU sekarang
telah dirubah minimal D3 untuk level staf dan
reward dan gaji ditinjau berdasar prestasi karyawan
berdasar hasil penilaian karyawan tiap semester.
Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan
perbaikan terutama pada bidang training sehingga
masalah kualitas sumber daya manusia di Mal
Artos bisa teratasi.
5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan indikator
kinerja kunci yang dapat digunakan bagi peningkatan
kinerja Armada Town Square Magelang sebagai
berikut:
Pada perspektif keuangan adalah Return On
Investment (ROI), tingkat pertumbuhan
pendapatan, penurunan biaya.
Pada perspektif pelanggan yaitu jumlah customer
baru, kesetiaan customer, frekuensi peliputan
bagus oleh media.
Pada perspektif proses, indikatornya yaitu jumlah
keikutsertaan dalam kegiatan masyarakat, waktu
dan kualitas respon atas permintaan tamu atau
65
tenant, jumlah komplain pengunjung atau tenant,
jumlah jasa baru.
Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
yaitu gaji dan reward yang memadai, tingkat
pendidikan dan pengalaman, turn over ratio
karyawan, tingkat kepuasan karyawan, dan
pelaksanaan training atau pelatihan.
Saran
Penelitian ini juga memberikan saran-saran bagi
para praktisi maupun manajemen Armada Town
Square. Dalam penerapannya di lapangan, penelitian
ini diharapkan mampu membantu manajemen Armada
Town Square mengidentifikasi indikator kinerja kunci
yang bisa dipakai untuk mengukur kinerjanya. Saran
untuk manajemen Armada Town Square yaitu:
(1) Menggunakan pilihan indikator kinerja kunci
yang telah ditemukan sebagai pedoman
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan
kinerja. Sebelum hal tersebut diimplementasikan,
diperlukan persiapan terutama mempertegas
komitmen antara manajemen dengan pemilik atas
sasaran strategi perusahaaan karena strategi bisa
dilakukan jika ada komitmen bersama dan
dilakukan dengan konsisten; membuat
dokumentasi tertulis atas visi, misi, tujuan
perusahaan karena hal tersebut belum tertuang
secara tertulis sehingga tidak dipahami oleh
semua karyawan; serta adanya bank data yang
dikumpulkan secara baik dan regular yang bisa
66
dilakukan dengan menetapkan person in charge
yang bertugas mengumpulkan data secara tertib
dan reguler.
(2) Melakukan internalisasi kepada staf karena visi,
misi, tujuan, strategi, maupun indikator kinerja
kunci tidak hanya cukup dibuat tetapi terlebih
diperlukan upaya penerapan yang konsisten pada
semua level kayawan.
Keterbatasan dan Agenda Penelitian Mendatang
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam
lingkup dan interpretasinya. Penelitian ini sebatas
pada desain indikator kinerja kunci yang bisa
diterapkan. Mengingat perusahaan masih baru dan,
data relatif pendek yaitu satu setengah tahun sehingga
belum dilakukan komparasi data pertahun. Oleh
karena itu, diperlukan penelitian selanjutnya untuk
menyajikan company scorecard pada obyek yang sama
secara utuh dengan penentuan target dan action plan
setiap departemen.