pikohidro menggunakan turbin tipe rotor sekrup …
TRANSCRIPT
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
1
PIKOHIDRO MENGGUNAKAN TURBIN
TIPE ROTOR SEKRUP PARSIAL
Yulianto1)
Bambang Priyadi2)
Tarmukan3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang 1) [email protected] 2) [email protected]
Abstrak
Untuk meningkatkan daya guna sumber energi terjun air pada aliran
datar yang tersedia cukup banyak, perlu dikembangkan alat konversi
energi berupa turbin dan generator. Sepasang perangkat ini berfungsi
untuk mengubah energi potensial air menjadi energi listrik. Untuk itu,
perlu adanya perancangan turbin yang efektif dan efisien jika diterapkan
pada aliran datar. Perancangan yang telah dibuat berupa turbin sekrup
yaitu turbin dengan rotor berbentuk sekrup unik dimasukkan dalam
sebuah pipa pesat unik sehingga dapat mengkonversi sebagian besar
energi terjun air menjadi energi mekanik secara efektif.
Pada penelitian ini dilakukan rancang bangun dan pengujian turbin
sekrup yang digunakan untuk memutar generator arus searah sehingga
menghasilkan listrik. Yang menjadi variabel penelitian adalah
karakteristik turbin meliputi sudut sudu, kecepatan putar, dan torsi.
Pengujian dilakukan dengan mengubah sudut sudu 45o, 60
o, dan 75
o
untuk kondisi tanpa beban dan berbeban dengan debit aliran konstan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada sudut sudu rendah (45o)
diperoleh putaran dan torsi lebih rendah, demikian juga pada sudut sudu
yang terlalu besar (75o). Hasil yang paling baik diperoleh pada sudut
sudu 60o. Kelemahan turbin ini yaitu jatuhnya kecepatan putar akibat
pembebanan tidak diimbangi dengan naiknya torsi, tapi sebaliknya yaitu
justru mengakibatkan jatuhnya torsi. Dari hasil pengujian menunjukkan
bahwa pembebanan sebaiknya tidak menyebabkan jatuhnya kecepatan
putar sampai dibawah 50 % putaran tanpa beban agar diperoleh daya
output optimal.
Kata-kata kunci: pikohidro, turbin sekrup, parsial, aliran datar.
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
2
Abstract
In order to increase the efficiency of energy sources plunging water on
the available flat flow, there is a need to develop an energy conversion
tool in the form of a turbine and generator. This pair of devices serves to
convert the potential energy of water into electrical energy. For this
reason, it is necessary to design turbines that are effective and efficient
if applied to flat flow. The design that has been made in the form of a
screw turbine is a turbine with a unique screw-shaped rotor inserted in
a unique rapid pipe so that it can convert most of the waterfall energy
into mechanical energy effectively.
In this research, the design and testing of screw turbines are used to
rotate direct current generators to produce electricity. The research
variables are turbine characteristics including blade angle, rotational
speed, and torque. The test is carried out by changing the blade angle of
45o, 60
o, and 75
o for no-load and load conditions with a constant flow
rate.
The test results show that at a low blade angle (45o) a lower rotation
and torque is obtained, as well as the angle of the blade that is too large
(75o). The best results are obtained at the angle of the 60
o blade. The
disadvantage of this turbine is that the fall in rotational speed due to
loading is not matched by an increase in torque, but on the contrary, it
results in a fall in torque. From the test results show that loading should
not cause a fall in the rotating speed to below 50% of the load without
load in order to obtain optimal output power.
Keywords: pycohydro, screw turbine, partial, streamline flow.
1. PENDAHULUAN
Kebanyakan sungai-sungai berupa aliran datar atau
mempunyai kemiringan terjun air yang kecil, tapi mempunyai
debit yang cukup besar. Dengan mengandalkan debit air, aliran
ini memiliki energi yang cukup untuk digunakan sebagai
pembangkit listrik skala piko. Untuk mengkonversi tenaga air
menjadi tenaga putar diperlukan turbin dengan desain yang tepat.
Turbin yang umum digunakan berupa kincir air sehingga banyak
energi air yang terabaikan dan tak bisa dikonversi ke energi
mekanik. Turbin jenis lain adalah Archimedes screw generator
(ASG) digunakan pada ketinggian terjun air yang rendah karena
memiliki efisiensi lebih 80%, dengan harga yang kompetitif, dan
tidak mempunyai pengaruh lingkungan yang cukup berarti. Pada
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
3
ketinggian terjun air rendah (kurang dari 5 meter), ASG memiliki
potensial terbesar dibandingkan jenis lainnya [1]. Parameter ASG
yang berpengaruh terhadap hasilnya adalah diameter luar dan
dalam dari ulir, kemiringan, jarak ulir, dan kondisi masukan dan
keluaran. Disamping ketinggian terjuan air itu sendiri. Turbin
Archimedes screw merupakan jenis turbin yang bekerja pada laju
aliran air yang rendah dan dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik level mikro. Keccepatan putar maksimum poros turbin di
capai jika turbin pada elevasi sudut 30o [1]. Tekanan maksimum
terjadi pada inlet turbin dengan satu sudu dan laju aliran pada
sitem turbin Archimedes berbanding terbalik terhadap jumlah
sudu. Semakin banyak jumlah sudu yang dimiliki turbin maka
semakin berkurang laju aliran yang dihasilkan [2]. Kecepatan
putar turbin screw tergantung pada jarak pitch, juga gesekanan
yang terjadi antara air dan permukaan sudu [3].
Dalam artikel ini ditawarkan jenis turbin yang dapat
digunakan pada aliran datar dengan efisiensi yang baik, karena
seluruh aliran air diumpankan ke turbin. Jenis turbin ini
dinamakan turbin rotor sekrup parsial, yaitu sebuah rotor bentuk
sekrup dilengkapi dengan potongan sudu-sudu yang dapat diatur
sudutnya dimasukkan dalam pipa pesat sebagai nozzle. Sisi depan
pipa pesat berupa corong sebagai kolektor atau pengkondisi
aliran, dan sisi belakang berupa nozzle untuk memperoleh torsi
dan kecepatan putar yang optimal.
Kebanyakan turbin memiliki banyak kelemahan, kurang efisien,
dan tidak kopatibel dengan ketinggian terjun air rendah dan debit
besar. Penyelesaian yang ditawarkan adalah menggunakan turbin
tenggelam, seluruh aliran air normal dialirkan ke dalam pipa
kolektor dan nozzle yang dilengkapi dengan rotor berbetuk ulir
unik. Sudu berbentuk sekrup sebagai rotor turbin dipasang di
dalam pipa kolektor dan nozzle, sehingga seluruh aliran air
dengan debit besar akan melalui pipa kolektor dengan aliran
dipercepat dan menuju sisi nozzle dengan kecepatan optimal dan
memutar rotor dengan torsi dan kecepatan optimal pula. Pada
kondisi banjir, air meluber tanpa merusak atau mengganggu kerja
turbin karena debit dan level terjun air tidak terlalu berubah.
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
4
Untuk keperluan ini harus dirancang khusus bentuk turbin yang
kemudian dinamakan turbin sekrup. Tujuan dari penelitian ini
adalah rancang bangun turbin untuk pikohidro yang kompatibel
dengan aliran datar. Turbin yang terdiri dari rotor berbentuk
sekrup dimasukkan dalam pipa pesat atau nozzle. Bentuk unik
turbin dan karakteristiknya yang akan menjadi temuan baru. Sudu
yang panjang memiliki torsi total sepanjang sudu dan tidak ada
energi yang terbuang percuma seperti halnya pada turbin lain.
Turbin jenis ini sangat cocok diterapkan sebagai penggerak utama
pada pembangkit listrik mikro/pikohidro (PLTM/PLTPH) dengan
karakteristik aliran air datar (sungai-sungai/bukan air terjun) yang
banyak dijumpai dan tersebar dari perkotaan sampai keseluruh
pelosok. Di daerah tertentu yang telah terjangkau aliran listrik,
PLTM/PLTPH dapat dikembangkan sebagai wisata mikrohidro
atau juga sebagai saran pendidikan bagi khalayak.
2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketersediaan Sumber Daya Air
Konsumsi energi di Indonesia selalu meningkat lebih dari 7
% per tahun[4,5]. Salah satu alternatif untuk mengatasinya adalah
memanfaatkan energi terbarukan, salah satunya dengan
memanfaatkan energi tenaga air yang jumlahnya sangat
berlimpah. Indonesia memiliki lebih dari 6000 sungai besar.
Sedangkan ketersediaan jumlah air permukaan rata-rata di
Indonesia sebesar 88,3 ribu m3/s atau setara dengan 2,78 triliun
m3/tahun [6]. Masalahnya adalah menentukan metoda agar
sebagian pasokan air ini bisa dimanfaatkan untuk energi
pembangkit listrik.
Pembangkit listrik bukan mengkonversi air menjadi energi
listrik, tapi mengkonversi enersi potensial air menjadi energi
listrik. Karena itu yang perlu diperhatikan adalah cara
memanfaatkan enersi potensial air untuk menghasilkan listrik
tanpa terlalu mengganggu manfaat air untuk kebutuhan yang
lainnya. Sehingga tidak terjadi konflik kepentingan antara
ketersediaan sumber air dengan pemenuhan kebutuhan energi.
Pemenuhan untuk irigasi dan pembangkitan listrik konvensional
harus selaras.
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
5
2.2 Turbin Pembangkit Listrik Skala Piko
Banyak model peralatan yang digunakan untuk konversi
enersi kinetik atau potensial air menjadi enersi mekanik pada
Pembangkit Listrik Tenaga Piko/Mikrohidro (PLTPH). Perangkat
ini dinamakan turbin, dengan berbagai prinsip dan bentuk
konstruksinya. Berikut ini beberapa macam turbin yang telah
dipertimbangkan dalam perancangan turbin sekrup parsial.
Turbin propeller (gambar 1) dengan jumlah sudu sekitar 3-6
tersusun paralel, yang dipasang pada ujung pipa pesat. Untuk
pengaturan kecepatan putar dan peningkatan efisiensi, turbin
propeller telah dikembangkan dengan posisi sudu dapat diatur
yang kemudian disebut turbin kaplan. Dari kedua tipe turbin
inilah telah diterapkan pada turbin Vortex, yang implementasinya
dipasang vertikal sehingga memiliki efisiensi yang baik.
Gambar 1. Turbin Propeller, Kaplan, dan Vortex
Turbin Turgo dan turbin Francis mengandalkan sudu-sudu
yang dipasang paralel. Sudu-sudu dimasukkan dalam rumah sudu
yang menyerupai pipa pesat. Daya tekan dan daya hisap enersi
potensial/kinetik air dikonversi menjadi enersi mekanik dalam
sudu-sudu tersebut. Kecepatan putar yang tinggi diperoleh dari
jumlah sudu paralel yang banyak. Turbin Pelton, mempunyai
prinsip kerja pancaran dari nozzel membentur sudu.
Pada turbin Francis semua sudu terbenam air, air dialirkan
kedalam rumah berbentuk ulir, pada sisi intake, enersi potensial
air digunakan untuk memberikan daya tekan dan pada sisi tail
menghasilkan daya isap pada rotor turbin. Pada turbin pelton,
energi yang masuk ke sudu berupa energi kinetik. Disamping
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
6
untuk mengubah enersi potensial menjadi energi kinetik, juga
untuk mengatur kapasitas air yang masuk ke turbin digunakan
Nozzel. Debit bisa diatur dengan menggeser posisi jarum sudu.
Bentuknya berupa pelek dengan sejumlah sudu berbentuk
elipsoida di sekelilinnya.
Turbin yang paling sederhana adalah model kincir yaitu roda
diputar oleh aliran air. Jenis ini memiliki efisiensi yang cukup
tinggi disamping murah, sederhana, mudah dan juga tidak begitu
berdampak pada lingkungan [2,7].
Jenis Archimedes screws pada gambar 3 adalah jenis turbin
dengan sudu-sudu berbentuk ulir yang panjang dimasukkan dalam
pipa. Turbin ini bukan teknologi yang paling efisien, tapi
sederhana, kuat, dan ramah ikan. Pada turbin ini, ikan dan puing-
puing kecil bisa melewati tanpa menyebabkan kerusakan. Pada
gambar 3, juga ditunjukkan turbin sekrup termodifikasi untuk
menyesuaikan kondisi aliran sungai. Turbin ini terdiri dari rumah
sebagi kolektor dan rumah sebagai nozzle. Pada sudu-sudu berupa
ulir dilengkapi dengan pengkondisi pra aliran dan sudu pengatur
kecepatan putar. Prioritas utama untuk mendapatkan enersi
terletak pada debit aliran air disamping ketingggian terjun air.
Gambar 3. Turbin Ulir[8,9] dan Turbin Skerup[9]
3. METODE
Secara garis besar metode penelitian ini melalui rancang
bangun turbin yang kompatibel dengan kondisi yang dibutuhkan,
yaitu diperuntukkan pada sungai-sungai yang umumnya memiliki
aliran datar (ketinggian terjun air yang rendah) tapi memiliki
debit air yang cukup. Hasil rancang bangun turbin diuji-cobakan
dilapangan untuk mengetahui unjuk kerjanya, meliputi kecepatan
putar dan torsi yang dihasilkan pada debit konstan. Berikut ini
langkah-langkah metodologi penelitian yang telah dilakukan.
Turbin Ulir Turbin Sekrup
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
7
3.1 Rancang Bangun Turbin
Turbin terdiri dari rotor berbentuk sekrup dengan diameter
tertentu dilengkapi dengan sudu-sudu parsial yang dapat diatur
sudut kemiringannya (45o,60
o, dan 75
o). Rotor dimasukkan dalam
pipa pesat yang terdiri dari dua bagian, yaitu (1) sisi depan sebagi
kolektor/ pengkondisi aliran dan (2) sisi belakang sebagai nozzle
untuk mendapatkan kecepatan aliran air yang memadai. Pada
gambar 4 ditunjukkan sketsa hasil rancangan.
Gambar 4. Sketsa Turbin Hasil Rancangan Realisasi turbin dibuat dengan spesifikasi mekanik seperti
ditunjukkan pada tabel 1. Pada gambar 5 ditunjukkan bentuk fisik
turbin yang telah dibuat.
Tabel 1. Spesifikasi Mekanik Turbin Hasil Rancang-Bangun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8
Diameter intake penstock
Diameter outake penstock
Diameter rotor
Panjang rotor
Panjang corong depan
Jumlah sudu
Sudut sudu
Susunan sudu
:
:
:
:
:
:
:
:
40 cm
30 cm
15 cm
47 cm
35 cm
6 biji
450, 60
0, 75
0
Paralel, 2 putaran
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
8
Gambar 5. Bentuk Fisik dan Pembuatan Turbin
3.2 Sistem Diagram Blok Pengujian
Sistem perangkat uji-coba terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1)
turbin sebagai penggerak utama, (2) generator untuk konversi ke
energi listrik, dan (3) beban untuk pengujian unjuk-kerja
berbeban. Diagram blok sistem ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Diagram Blok Pengujian
Penjelasan Diagram Blok Sistem
1) Beban Lampu, untuk mengetahui daya output dengan cara
mengukur tegangan dan arus.
2) Beban Mekanik, untuk mengukur torsi statis yaitu torsi pada
saat turbin ditahan sampai berhenti.
3) RPM Meter untuk mengukur kecepatan putar pada setiap
perlakuan beban
BEBAN LAPU
TURBIN
GENERATOR
BEBAN MEKANIK
Ket: Beban lampu: untuk mengukur torsi dinamis. Beban mekanik: untuk mengukur torsi statis
RPM METER
INSTAL TURBIN
REALISASI UJI-COBA
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
9
3.3 Langkah-langkah Pengujian
3.3.1 Pengujian Torsi Dinamis
Pengujian dimulai dengan sudut sudu diatur pada 45o, debit
air dipertahankan konstan, ditunggu beberapa saat dibiarkan
turbin sampai berputar stabil, diukur besarnya kecepatan putar
turbin, tegangan dan arus yang terjadi pada generator. Diulangi
perlakuan ini tapi terlebih dahulu dipasang beban berupa lampu
dengan nilai daya tertentu. Diulang lagi tapi terlebih dahulu
menambah beban lampu dengan daya yang lebih besar. Demikian
seterusnya sehingga sampai beban lebih atau tegangannya jatuh
mendekati nol. Setiap perlakuan selalu diamati kondisi dan
perubahan aliran air. Langkah berikutnya dilakukan dengan cara
yang sama untuk memeperoleh data dengan sudut sudu 60o dan
75o.
3.3.2 Pengujian Torsi Statis
Turbin dibebani dengan pemberat berlengan yang dipasang
pada pulley terkopel generator. Pemberat berlengan digeser
menjauh dari poros turbin sampai turbin berhenti dalam kondisi
setimbang. Perkalian antara pemberat dan panjang lengan
merupakan torsi statis dari turbin. Langkah berikutnya dilakukan
dengan cara yang sama untuk memeperoleh data dengan sudut
sudu 60o dan 75
o.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian dan Pengambilan Data
Mesin hasil rancangan diterapkan secara langsung di sungai
aliran datar dengan debit aliran dan ketinggian terjun air yang
relatif konstan. Pemasangan dilakukan dengan teliti untuk
meminimalkan aliran air yang bocor. Turbin yang telah dikopel
dengan generator dapat menghasilkan putaran dan tegangan
terinduksi pada generator. Pada gambar 7 ditunjukkan proses
ujicoba dan pengambilan data, serta ditunjukkan aliran turbulensi
di dalam turbin. Lalu dilakukan pengujian beberapa tahap
meliputi: (1) sudut sudu 45o, generator tanpa beban dan berbeban,
(2) sudut sudu 60o, generator tanpa beban dan berbeban, dan (3)
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
10
sudut sudu 75o, dalam kondisi generator tanpa beban dan
berbeban.
Gambar 7. Pengujian Turbin Pada tabel 2, ditunjukkan data yang diperoleh dalam pengujian
mesin dalam tiga kondisi sudut sudu. Dalam pengambilan data ini
banyak temuan-temuan yang semula belum dipahami dan
bermunculan disini. Antara lain, pada pengujian sudut sudu 45o
ternyata debit air yang tersedia hanya sampai pada level setengah
(50 %) dari ketinggian turbin, berarti kecepatan aliran air cukup
tinggi, tapi sebaliknya ternyata putaran turbin yang diperoleh
sangat rendah demikian juga torsinya. Pada tahap berikutnya
dilanjutkan pengujian pada sudut sudu 60o diperoleh hasil: putaran
meningkat dan level air juga meningkat menjadi ¾ ketinggian
turbin (sebut 75 %), ini berarti kecepatan aliran air menurun, tapi
kecepatan turbin dan torsi justru meningkat. Dugaan awal untuk
sudut sudu 75o pasti kecepatan putar turbin dan torsi akan
meningkat lagi. Kenyatannya tidak benar, yang dihasilkan adalah
level air penuh (100 %) atau kecepatan aliran menurun, diikuti
dengan kecepatan putar dan torsi turbin juga menurun.
Turbulensi di dalam turbin hampir tidak tampak. Pengujian
menggunakan butiran foam warna yang dimasukkan di dalam
turbin untuk mengetahui arah aliran menjadi gagal total dan tidak
dilanjutkan karena foam menjadi gangguan yang fatal
dikawatirkan dapat memecahkan turbin. Dari sini dapat
dibayangkan jika seekor ikan masuk dalam turbin dipastikan akan
hancur berantakan. Perkiraan awal, turbin ini dapat digunakan
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
11
pada air kotor (tercampur butiran sampah atau kerakol), dalam
kenyataanya tidak dapat kecuali air keruh (butiran halus, misalnya
pasir halus).
Tabel 2 Data Hasil Pengujian Sudut
Sudu
Perlakuan N Turbin
(rpm)
N Generator
(rpm)
Tegangan
Output (v)
Arus Output
(A)
45o Tanpa Beban 94,8 252,8 - -
60o Tanpa Beban 225,0 600,0 10 0
60o
Repeatable
Berbeban
450
345,5
281,0 281,5
209 208
6,0
4,0
4,0 3,0
2,0 1
0,6
1,5
1,4 1,5
1,8 1,9
75o Tanpa Beban 325 7,0 -
75o Berbeban 261.6
210 194
180
140 145
5,0
3,0 3,0
2,0
1.5 1
1,1
0,9 1,0
1,2
1,6 0,1
N : kecepatan putar
4.2 Analisis dan Pembahasan
Pengujian pada sudut 45o merupakan penelitian awal sebagai
dasar dalam pengujian tahap berikutnya. Pengujian-pengujian
pendahuluan ini dapat digunakan untuk mengetahui kendala di
lapangan. Sebagai misal yaitu pengujian pada sudut 45o,
memberikan petunjuk bahwa kecepatan putar turbin masih
dibawah standar yaitu 94,8 rpm, data ini menyerupai dengan hasil
pengujian pada penelitian sebelumnya[9] yang tanpa
membandingkan kecepatan putar pada berbagai sudut sudu. Tapi
hasil ini memberikan informasi bahwa ukuran turbin hampir tidak
mempengaruhi kecepatan putar jika dibuat pada sudut sudu yang
sama, dan dengan debit air yang sama. Data ini juga memberikan
keyakinan bahwa pada sudut sudu 45o menghasilkan kecepatan
putaran 94,8 rpm dengan catatan lokasi yang sama (kemiringan
dan debit yang sama).
Kecepatan putaran 94,8 rpm masih terlalu rendah untuk
memutar generator, yang ditargetkan dengan kecepatan putar
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
12
sebesar 1500 rpm. Peningkatan kecepatan putar digunakan pulley
dengan diameter 11/16. Jadi jika kecepatan putar yang diperoleh
sebesar 94,8 rpm, maka kecepatan putar turbin (16/11) x 94,8 =
139 rpm. Pada sudut sudu 45o ternyata tinggi jatuh air hanya
separuh tinggi turbin. Ini menunjukkan bahwa pada debit yang
sama, air mengalir dengan cepat tanpa diimbangi dengan kenaikan
torsi sehingga dapat dikatakan banyak energi yang tidak
dikonversi menjadi energi mekanik pada poros turbin. Dari
pengujian ini, kecepatan putar turbin tidak memadai, hanya
menghasilkan tegangan yang sangat rendah dan tidak sesuai
dengan kebutuhan putaran generator.
Sedangkan cara pengujian torsi statis digunakan pemberat
berlengan. Posisi pemberat dimulai dari posisi lengan terpendek
(terdekat dengan pulley), kemudian digeser menjauh sampai
mencapai kondisi setimbang atau labil. Besar torsi statis adalah
hasil perkalian pemberat dengan panjang lengan pada kondisi
stimbang. Dari pengambilan data ini diperoleh kesimpulan bahwa
pada sudut 450, banyak energi yang tidak di konversi menjadi
energi mekanik pada poros turbin. Alasan-alasan diperoleh dari
pengamatan, yaitu: (1) level air intake pada posisi terendah. Ini
dapat dibuktikan dari kombinasi hasil pengamatan, yaitu: (1)
putaran turbin rendah, (2) torsi rendah, dan (3) tegangan yang
dihasilkan generator juga rendah. Nilai-nilai ini tidak dianalisis
lebih lanjut karena terbukti sistem memiliki unjuk kerja yang
kurang efisien.
Sehingga dari penelitian pendahuluan ini dilakukan modifikasi
menjadi: (1) ukuran perbandingan pulley menjadi 8/3, dan (2)
mengubah sudut sudu menjadi 60o. Hasil uji coba menunjukkan
hasil putaran yang diperoleh telah dilipatkan menjadi 600 rpm atau
putaran turbin sekitar 225 rpm. Perubahan sudut dari 45o menjadi
60o dapat meningkatkan putaran yang signifikan dari 139 rpm
menjadi 225 rpm. Pada tabel 2 ditunjukkan hasil pengujian pada
berbagai sudut sudu. Pada sudut sudu 600 dengan tanpa dilakukan
perubahan debit, diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel 3.
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
13
Tabel 3. Data Hasil Pengujian pada Sudut Sudu 60o
No Variabel Hasil
1. Putaran turbin 225 rpm
2. Putaran generator 600 rpm
3. Ketinggian air di dalam pipa pesat 75 %
4. Kecepatan aliran = 0,86 m/ 0,86 m/s
5. Penampang outtage = 0,071 m2 0,071 m2
6. Debit 46 l/s Kecepatan aliran air menjadi lebih rendah yang dapat
dibuktikan dari kenaikan level air menjadi 75% dari ketinggian
turbin, tetapi putaran dan torsi turbin menjadi lebih tinggi. Ini
membuktikan adanya kenaikan efisiensi dalam konversi energi
terjun air menjadi energi putaran pada poros turbin. Walaupun
putaran yang dihasilkan lebih tinggi dibanding dengan posisi sudu
45o, tapi kecepatan putar 600 rpm masih kurang memiliki
kecepatan untuk menghasilkan tegangan yang lebih tinggi.
Harapannya pada sudut sudu 75o akan mencapai target kecepatan
putar, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Kecepatan putar yang
dibutuhkan adalah 1500 rpm. Karena itu disamping diperlukan
perubahan sudut sudu untuk mempercepat putaran turbin juga
diperlukan perubahan perbandingan pulley. Untuk mengubah
perbadingan pulley harus diperhatikan torsi yang dihasilkan harus
mencukupi. Perubahan perbandingan pulley diubah menjadi 8/3,
hasilnya dari 225 rpm menjadi 600 rpm. Perbandingan ini
dipertimbangkan berdasarkan pemikiran (1) tetap menjaga tidak
terjadinya slip pada pulley, (2) ketersediaan komponen yang ada
dipasaran dan mudah diperoleh, dan (3) meningkatkan kecepatan
putar generator. Untuk mendapatkan putaran yang di kehendaki,
seharusnya perbandingan pulley dengan rasio 6,67.
Pengujian juga menunjukkan bahwa dengan pembebanan,
kecepatan putar turbin jatuh cukup besar. Anehnya di sini yaitu
dengan penambahan beban menyebabkan turunnya kecepatan
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
14
putar disertai dengan turunnya torsi (daya) walaupun debit air
dipertahankan konstan. Pada gambar 8 ditunjukkan kurva
pembebanan menggunakan generator dc.
Gambar 8. Kurva Torsi vs Kecepatan Putar
Ketika tanpa beban, kecepatan putar mencapai 600 rpm, tapi
ketika dibebani, putaran menjadi berkurang sangat drastis.
Pengurangan kecepatan putar turbin ini tidak disertai dengan
naiknya torsi, tapi justru sebaliknya. Kecepatan putaran turun
disertai dengan turunnya torsi, artinya debit air juga turun. Seperti
halnya pada sebuah enginee, jika putaran turun mesin tidak bisa
menghisap bahan bakar lebih banyak, sehingga daya juga akan
turun. Pada turbin ini, jika putaran turun, tidak bisa menambah
debit air sehingga daya turun. Salah satu cara untuk menambah
debit air adalah dengan menambahkan ketinggian terjun air akan
memiliki tekanan hidrostatis yang lebih besar. Dari kurva pada
gambar 11, dapat diamati bahwa jatuhnya kecepatan putar dibatasi
pada kisaran di dekat 50 % dari kecepatan putar tanpa beban.
Pengaturan sudut sudu 75o mempunyai kasus simetri dengan
sudut sudu 45o. Jika pada sudut sudu 45
o, aliran air dilewatkan
begitu saja dengan konversi energi yang rendah, sebaliknya untuk
sudut sudu 75o, aliran air ditahan sehingga menghasilkan putaran
dan torsi yang rendah, sehingga total dayanya lebih rendah
dibanding dengan kondisi sudut sudu 60o. Pada putaran generator
Torsi
Kecepatan Putar
Sudut sudu 60o
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
15
261 rpm menghasilkan daya 5,5 watt, dan pada kecepatan putar
generator 166 rpm menghasilkan daya sekitar 2,3 watt. Ini berbeda
jika dibandingkan dengan sudut sudu 60o, yaitu menghasilkan
putaran 346 rpm dengan daya sebesar 6 watt pada debit air yang
sama. Besar daya ini bukan kapasitas turbin, tapi daya pengujian
untuk mendapatkan karakteristik turbin secara mudah. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa sudut sudu yang paling tepat dengan
efisiensi tertinggi adalah pada sudut sudu 60o. Perlu dicatat bahwa
pengujian yang telah dilakukan di atas adalah pada debit air rata-
rata yang sama dengan ketinggian terjun air yang berubah yang
disebabkan oleh perubahan sudut sudu. Disamping itu pengujian
dilakukan pada level air yang rendah.
5. PENUTUP
Dari hasil rancang bangun dan pengujian pada debit air
konstan dengan level terjun air sedikit berubah disebabkan
pengaruh pemasangan turbin ternyata sudut sudu 60o memiliki
torsi output yang paling besar dibandingkan dengan sudut sudu
45o dan 75
o. Penambahan sudut sudu lebih besar dari 60
o
meneyebabkan kecepatan putar menurun diikuti dengan
menurunnya torsi. Penambahan sudut sudu lebih besar diperlukan
penambahan debit/ ketinggian terjun air untuk mendapatkan daya
output yang lebih optimal. Untuk menjaga efisiensi optimal
konversi energi pada turbin sebaiknya jatuh kecepatan putar
berbeban tidak lebih dari 50 % kecepatan putar tanpa beban.
Penurunan kecepatan putar turbin diakibatkan oleh pembebanan
justru menyebabkan penurunan torsi, bukan sebaliknya.
Pembebanan dapat menyebabkan menurunnya debit air yang
melalui turbin dan meningkatkan level terjun air. Dengan
rancangan tertentu, kondisi ini dapat digunakan sebagai umpan
balik dalam pengendalian kecepatan putar pada kondisi
perubahan beban.
Jurnal ELTEK, Vol 16 Nomor 02, Oktober 2018 ISSN 1693-4024
16
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima-kasih kepada Ristek DIKTI
sebagai penyedia dana, kepada Direktur dan UPT P2M Politeknik
Negeri Malang yang telah memberi kesempatan kepada kami, dan
pimpinan wisata Sumberawan yang menyediakan lokasi sehingga
terlaksananya penelitian ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Shappy, P. Knapp, J. Mullowney, C. Delaney, 2013,
Optimization of an Archimedean Screw, Saint Michael’s
College
[2] Bachtiar A.N., Jauhar, Gamindra, 2015, “Rancang Bangun
Kincir Air Sistem Knock Down Untuk Pemenuhan Energi
Listrik Bagi Mayarakat Terisolir Di Sumatera Barat”, Jurnal
Teknik Mesin, STTI, Padang, Indonesia, 5(2): 88-96.
[3] C. Rorres, 2000, The Turn of The Screw Optimal Design of an
Archimedes Screw, Journal of Hydraulic Engineering, p. 72-
80.
[4] Siregar A., Syukri M., Sara I.D., Syahrizal, dan Gapy M,
2015, “Rancang Bangun Prototipe PLTPH Menggunakan
Turbin Open Flume, Seminar Nasional dan Expo Teknik
Elektro 2015”, 23 - 24 November 2015, Banda Aceh,
Indonesia. Hal. 66 -71.
[5] Radhika, Rendy Firmansyah, Waluyo Hatmoko, “ Perhitungan
Ketersediaan Air Permukaan Di Indonesia Berdasarkan Data
Satelit’, Jurnal Sumber Daya Air, 2017.
[6] Sukamta S., Kusmantoro A., 2013; “Perencanaan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro Jantur Tabalas Kalimantan
Timur”, Jurnal Teknik Elektro, Semarang, Indonesia 5(2):
58-03.
[7] Syukri M., Halid R., Sukma H., 2012, “Rancangbangun
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro Sistem Terapung,
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2012”, 12-14
November 2012, Banda Aceh, Indonesia, Hal. A63 – A70.
[8] Zulkiffli Saleh, M. Fauzan Syafitra, 2016, “Analisis
Perbandingan Daya Pada Saluran Pembawa Untuk Suplai
Yulianto dkk, Pikohidro Menggunakan Turbin, Hal 1-17
17
Turbin Ulir Archimides”, Simposium Nasional Teknologi
Terapan (SNTT) .
[9] Yulianto, Tarmukan, Bambang Priyadi, 2017, “Implementasi
Turbin Rotor Sekrup Untuk Aliran Datar”, Prosiding
Seminar Teknologi Elektro Terapan 1 (Jurusan Teknik
Elektro vol. 2017)