motor induksi rotor belita - core

79
PERPUSTAKAAN I T S PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENG TUR KECEPATAN MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA 3 PHASE LOOP TERTUTUP I DENGAN METODE PENGATURAN IMPEDANSI R TOR YANG OIOPERASIKAN MELALUI IBM PC 1 r bJ-9 P-1 0 •• h : l/a"u Shalaltu&li" N RP : 2882201 091 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRJ INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPE ER SURABAYA 1994

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

PERPUSTAKAAN I T S

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENG TUR KECEPATAN MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA

3 PHASE LOOP TERTUTUP

I

DENGAN METODE PENGATURAN IMPEDANSI R TOR YANG OIOPERASIKAN MELALUI IBM PC 1

P~ r bJ-9 ~3

P-1 0 •• h :

l/a"u Shalaltu&li" N RP : 2882201 091

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRJ

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPE ER SURABAYA

1994

Page 2: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENG TUR KECEPATAN MOTOR INDUKSI ROTOR BEUT

3 PHASE LOOP TERTUTUP DENGAN METODE PENGATURAN IMPEDANSI R TOR

i

YANG DIOPERASIKAN MElAlUI IBM PC !

IUGAS AKHIR D•aJukan Guna Memenuhi SebaaiaD Persyaratan

Untuk Memperoleb Gclar

Sarjana TckDik Elektro

Pad a

Bidanc Studt Teknik Sistcm Tenap

JurusaD Teknik Elektro

Fakuhas Teknologi lndustri

lnstitut Teknologi Seruluh Nopcmber

S•ra bay a

MengetahuitMenyetujul I

Dosen fembimbing

'~~- . .. ~~r lr. Teguh Yuwono

I SURABAYA

Oktober, 1994

Page 3: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Kupersembahkan karya ini buat ay hku R Syamsul Azhar, ibuku Nur Kulsum serta ad -adikku: Febi AriefWibisino, Mey Lina Hima Fa 7 iati dan Dewi Septanti.

Page 4: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

ABSTRAK

Pengaturan kecepatan Motor lnduksi Rotor Belitan secara konve ional banyak

dilakukan dengan menggunakan kontaktor-kontaktor mekanis

ma!:,111etis. Hal ini menimbulkan banyak kesl;llitan. Diantaranya p rawatan yang

mahal dan pengaturan kecepatan yang tidak bisa kontinyu. etapi <;iengan

berkemban!:111ya Power Semikonduktor kesulitan-kesulitan dala pengaturan

kecepatan ini dapat teratasi.

Dalam buku Tugas Akhir ini dibahas penggl:lnaan power .

yang berupa rangkaian SCR Pe11gatur Plrase yang dipasang pada r tor. Selain itu

ditambahkan juga kontrol otomatis, dimana setting putaran di apatkan dari

sebuah PC. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengatur kecepatan I bih dari satu

Motor lnduksi Rotor Belitan dengan sebuah PC dari suatu ruang ko

Untuk maksud diatas diturunkan rangkaian ekijivalen tor. Dengan

adanya rangkaian ekuivalen dan model matematisnya dibuatka grafik-grafik

perubahan torsi, slip, kecepatan terhadap perubahan tegangan rotor.

Dari grafik-grafik yang didapatkan akhimya direncanaka dan dibuat

dalam bentuk alat.

iii

Page 5: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

KAT A PENGANT AR

Puji syukur kami panjatkan kehadhirat Allah SWT. Karena hanya berkat

limpahan Rahmat dan KaruniaNya penyusunan Tugas Akhir ini dapat kami

selesaikan dengan baik.

Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk memperol~h gelar sarjana

dijurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi lndustri lnstitut Tekn logi Sepuluh

Nopember Surabaya, yang mempunyai bobot 6 sks dari 160 sk yang harus

diselesaikan oleh seorang mahasiswa.

Judul Tugas Akhir yang kami tulis ini adalah Pere1 anaan llan

Pembuatan A/at Pengatur Kecepatan Motor lnduksi Rotor Be/it Phase Loop

Tertutup denga11 Metode Pe11gatura11 Tega11gan Rotor.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini kami telah berusaha ngan sekuat

kemampuan untuk·menghadapi se~ala hambatan dan rintangan. Na un qemikian

kami menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini rna ih jauh dari

sempuma. Untuk itu segala kritik dan saran untuk perbaikannya kami terima

dengan senang hati.

Akhimya harapan kami semoga buku tugas akhir 1m erguna bagi

pembaca yang memerlukannya.

Surabaya, Se tember I 994

Penu is

'l ' -~=·1

!

i 1

"'~~)

Page 6: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullilah, penysunan buku Tugas Akhir ini telah Qapat ka i selesaikan.

Dalam penyusunam ·. · .. buku Tugas Akhir ini hingga selcsai, peny 1,m mendapat

banyak bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu sudah selayaknya penyusun ingin menyampaik rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:

I. Ayah dan lbu yang telah memberi dorongan moril yang tak tern lai harganya.

2. Jr. Teguh Yuwono selaku dosen pembimbing yang banya memberikan

bimbingan serta pengarahan hingga terselesaikannya Tugas Akhi m1.

3. Rekan-rekan di Lab. B 101 yang telah memberi bantijan moril.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya. Amien

v

Page 7: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

DAFTARISI

Judul Lembar Pengesahan ii Abstrak lll

Kata Pengantar IV

Ucapan terima kasih v Daftar isi VI

Daftar Gambar Vlll

BAB I PENDAHULUAN I. I. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 3 1.3. Tujuan 4 1.4. Metode 4 1.5. Batasan Masalah 5

BAB II MOTOR INDUKS1 ROTOR BELIT AN T1GA PHA A Ill. Prinsip Kerja Motor Induksi Rotor Belitan 6 II.2. Rangkaian ekuivalen dari Motor Induksi Rotor Beli n 8

11.2.1. Model Transformator dari Motor 1nduksi 8 II.2.2. Model dari Rangkaian Rotor Motor Induksi 8 II.2.3. Rangkaian Ekuivalen Terakhir 11

II.3. Oaya dan Kopel Motor Induksi Rotor Belitan 12 11.3.1. Pembentukan Kopel Induksi 15 Karakteristik Kopel Kecepatan 17

II.4. Persamaan Umum Torsi 17 BAB III SCR SEBAGAI PENGATUR PHASE

III. I. Karakteristik SCR 21 III.l.l. Penyalaan SCR 22

Ill.2. Konsep Dasar Pengaturan Motor Induksi Rotor Bel tan 25 ID.3. SCR Sebagai Pengatur Sudut Phase 32

III.3.1. Behan Resistif 32 ID.3.2. Rangkaian Ekuivalen Rotor dengan tiga SC terhubung

Delta 34

VI

Page 8: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

BAB IV PERENCANAAN DAN PEMBUAT AN RANG PENGATUR TEGANGAN PAOA ROTOR MOTOR INDUKSI R TOR BELIT TIGAPHASE

IV.l. Skema Dasar Rangkaian 40 IV.2. Perencanaan Rangkaian 41

IV.2.1. Rangkaian Suplai Daya 43 IV.2.2. Rangkaian Penjumlah 45 IV.2.3. Rangkaian Interface 48 IV.2.4. Rangkaian Penyalaan SCR 51 IV.2.5. Rangkaian DAC (Digital to Analog Converter 55

BAB V PENUTUP V.I. Kesimpulan 59 V.2. Saran 60

DAITAR PUSTAKA 61 LAMP IRAN

APENDIK A APENDIK B

Vll

Page 9: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

DAFT AR GAM BAR

GAMBAR 2.1. Model Transformator dari Motor Induk:si Rotor Belitan 2.2. Model Rangkaian Rotor Motor lnduksi Rotor Belitan 2.3. Model Rangkaian Rotor Motor Induksi Rotor Belitan 2.4. Rangkaian ekuivalen terakhir per-phase Motor Induk:si 2.5. Diagram Aliran Daya Motor lnduksi Rotor Belitan Tiga Phase 2.6. Diagram Phasor dari Medan Stator dan Rotor 2. 7. Grafik Torsi Kecepatan Motor lnduksi Rotor Belitan 2.8. Karakteristik Kopel Kecepatan 3 .1. Simbol SCR 3.2. pn-Junction 3.3. Diagram Rangkaian 3.4. Karakteristik V-I 3.5. Grafik Torsi-slip dengan Rex sebagai Parameter 3.6. Rangkaian Ekuivalen Rotor 1 phase dengan Menambah SCR 3.7. Karakteristik Tegangan Rotor (Ero)- slip (s) pada Torsi Konstan 3.8. Diagram phasor dari Arus Rotor 3.9. Grafik Torsi- Tegangan Rotor pada slip Konstan 3.10. SCR Pengatur Phase dengan beban Resistip dan Induktip 3.11. Diagram Skematik dari SCR Pengatur Phase dalam Sususnan Del a 3.12. Rangkaian ekuivalen dari gambar 3 .11. 3.13. Diagram Bentuk Gelombang Beban Resistip dan lnduktip 3.14. Bentuk gelombang beban resistip dan Induktip 4.1. Skema Dasar SCR Pengatur Phase dalam Hubungan Delta 4.2. Blok Diagram Pengatur Kecepatan Motor Induksi Rotor Belitan 4.3. Op-amp 4.4. Slot Komputer 4.5. Blok Diagram Universal Interface 4.6. Susunan Terminal IC TCA 785 4.7. Blok Diagram IC TCA 785 4.8. Diagram Pulsa 4. 9. Lebar sudut Penyalaan sebagai fungsi Tegangan 4. 10. MC 1408

Vlll

HAL 8 9 10 12 13 16 17 20 21 21 22 23 26 27 29 31 32 33 36 36 38 39 40 41 46 49 50 51 52 54 55 56

Page 10: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

1.1. La tar Belakang

BABI

PENDAHULUAN

Kecepatan Motor Induksi Rotor Belitan dapat diatur deng cara mengatur

harga resistansi luar Motor Induksi Rotor Belitan. Resistansi l ar Motor Induksi

Rotor Belitan adalah resistansi tambahan yang dipasang p da r~ngkaian rotor

melalui cincin slip. Metode konvensional pengaturan resist nsi luar adalah

secara mekanis dengan menggunakan rele-rele magnetis dank ntaktor-kontaktor

mekanis. Pengaturan resistansi luar secara mekanis me punyai beberapa

kelemahan, yaitu.

1. Rele-rele magnetis dan kontaktor-kontaktor mekanis yang di ergunakan banyak

memerlukan perawatan.

2. Perubahan resistansi luar tidak kontinyu, yang mengak batkan pengaturan

kecepatan Motor lnduksi Rotor Belitan tidak kontinyu.

3. Sulit dikembangkan untuk menerapkan pengaturan kecepatan s carajerat tertutup

·(closed loop).

Kemajuan yang pesat dalam bidang elektronika daya dewasa ini,

memungkinkan pengaturan harga resistansi luar Motor Ind ksi secara statis.

1

Page 11: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

2

Metode atau teknik pengaturan kecepatan Motor lnduksi secara statis ada

beberapa macam, diantaranya :

a). Teknik kontrol tegangan rotor.

b). Teknik kontrol tegangan, arus dan frekuensi stator.

c). Teknik kontrol tegangan rotor.

d). Teknik kontrol impedansi rotor.

Pada tugas akhir ini memakai salah satu teknik diatas yaitu tekni kontrol tegangan

rotor.

Pengaturan tegangan rotor secara statis dapat men atasi kelemahan

pengaturan secara mekanis karena :

1. Rangkaian tidak memerlukan perawatan.

2. Perubahan harga tegangan rotor dapat diatur kontinyu, sehi gga pengaturan

kecepatan Motor Induksi kontinyu.

3. Lebih mudah dikembangkan untuk menerapkan pengaturan kece atan secara jerat

tertutup (closed loop).

4. Hanya membutuhkan sebuah resistansi luar untuk setiap phase ya.

5. Untuk pengaturan kecepatan Motor Induksi yang jumlahny banyak dapat

dilakukan dengan menambah rangkaian Interface agar dapat dik ntrol dari sebuah

PC.

Page 12: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

3

Dikarenakan pengaturan harga resistansi luar secara stat s dapat mengatasi

kelemahan pengaturan secara mekanis. maka penulis tertarik m mbahas rangkaian

kontrol impedansi rotor untuk mengatur motor induksi rotor litan, berdasarkan

prinsip pengaturan harga resistansi luar.

1.2. Permasalahan

Harnpir setiap motor induksi rotor belitan yang

kecepatan putar yang bisa diatur menurut kebutuhan. Setelah ke epatan diset pada

harga tertentu maka kecepatan putar dipertahankan konstan pad harga tersebut.

Seringkali kecepatan yang konstan akan berubah akibat a anya pernbebanan

ataupun gangguan. Hal ini tidak boleh terjadi. Selain itu tor induksi rotor

belitan yang dioperasikan tentunya rnernbutuhkan kecepatan yan teliti dan akurat.

Untuk rnengatasi masalah-rnasalah tersebut diatas. Diperl an alat pengatur

kecepatan jerat tertutup (closed loop). Dimana setiap putaran yan telah didapatkan

akan diumpanbalikkan dan dibandingkan dengan tegangan r ferensi. Sehingga

setiap adanya kesalahan akan selalu terdeteksi dan sel njutnya diadakan

pembetulan Selain itu untuk mendapatkan kecepatan putar yan dapat dikontrol

secara otomatis maka tegangan referensi dapat diset dari sebuah dengan bantuan

rangkaian tambahan (interface) dan sebuah rangkaian DAC ( igital to analog

converter).

Page 13: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

4

Rangkaian pengatur impedansi rotor yang dipergunakan di ini membutuhkan

SCR (sillicon contorlled rectifier) yang dioperasikan sebagai switch (kontak)

buka-tutup. Untuk penyalaan SCR dibutuhkan sebuah penyulut.

Rangkaian penyulut (trigger) yang dipakai disini menggunakan pentrigger yaitu

tipe TCA 785. Jadi untuk setiap phasenya Motor Induksi Rotor Be ·tan membutuhkan

sebuah SCR d.an sebuah rangkaian penyulut.

1.3. Tujuan

l.Membuat sistem pengaturan tegangan rotor untuk mengatur kec patan putar motor

induksi rotor belitan yang lebih praktis dan mudah dibanding alat konvensional

yang bekerja secara mekanis dengan menggunakan rele-r le magnetis dan

kontaktor-kontaktor mekanis.

2.Penambahan kontrol otomatis dari sebuah PC memungki kan mendapatkan

pengaturan kecepatan yang lebih teliti dan akurat.

3.Memungkinkan untuk dipakai sebagai alat pengatur kecepat n lebih dari satu

motor induksi rotor belitan yang dapat dikontrol dari sebuah IB PC.

1.4. Metode

Metode yang dipergunakan adalah studi ·ian laboratorium.

Informasi- informasi yang diperoleh dari studi literatur akan di

dasar untuk menganalisa merancang, dan membuat rangkaian. Se angkan pengujian

laboratorium dilakukan untuk mengamati bentuk gelombang t arus

Page 14: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

5

komponen-komponen pembentuk rangkaian. Dengan mengamati bentuk gelombang

tegangan dan arus komponen- komponen pembentuk rangkaia dapat diketahui

kesalahan-kesalahanlbenar tidaknya suatu rangkaian. Pe amatan dilakukan

dengan menggunakan oskiloskop.

1.5. Batasan masalah

1. Rangkaian penyalaan yang dibahas dan dimodifikasi adala rangkaian dengan

menggunakan IC pen-trigger yaitu tipe TCA 785.

2. Rangkaian Interface dioperasikan dengan menggunakan ba sa assembly.

3. Pembuatan dan perancangan rangkaian secara keseluruhan disesuaikan dengan

komponen- komponen yang terdapat dipasaran dan fasili as yang tersedia di

laboratorium TTL Fakultas Teknologi Industri Institut eknologi Sepuluh

Nopember.

4. Perrnasalahan harmonisa tidak dibahas.

5. Transfer function dari rangkaian tidak diberikan.

6. Pembuki:ian matematik rumus-rumus dasar rangkaian tidak d ahas.

7. Perrnasalahan biaya tidak dibahas.

Page 15: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

6

BAB II

MOTOR INDUKSI ROTOR BELIT N

II.l. Prinsip kerja Motor lnduksi Rotor belitan

Motor Induksi Rotor Belitan adalah motor arus yang bekerja

berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada stator te apat belitan tiga

phase dan pada rangkaian rotomya terdapat belitan tiga p ase seperti yang

terdapat pada stator. Hal ini yang menyebabkan motor induk i jenis ini disebut

Motor Induksi Rotor Belitan.

Bila belitan stator motor induksi diberi tegangan listrik ti a phase seimbang,

maka pada belitan stator akan mengalir arus tiga phase

akan dihasilkan medan magnet putar yang bergerak meng lilingi inti stator

melalui celah udara dengan kecepatan :

120 Ns = p fs ................................................................................. (2.1)

Arti notasi-notasi persamaan di atas,

Ns = kecepatan sinkron motor induksi

fs = frekuensi sumber tegangan (Hz)

P = jumlah kutub stator

Page 16: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

7

Medan magnet putar tersebut akan memotong k nduktor-konduktor

belitan rotor dan mengakibatkan timbulnya tegangan !nd~ks! p da belitan rotor.

Jika belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka pa a belitan rotor

mengalir arus listrik Adanya arus listrik dalam medan magnet ang berputar akan

menimbulkan gaya pada rotor. Bila torsi awal yang dihasilkan o eh gaya pada rotor

lebih besar dari torsi beban, maka rotor akan berputar sea h dengan medan

magnet putar.

Tegangan induksi rotor terjadi karena terpotongnya kon uktor belitan rotor

oleh medan magnet putar. Jadi agar tegangan terinduksi har s ada perbedaan

relatifantara kecepatan sinkron (Ns) dengan kecepatan mekani poros rotor (NJ

Perbedaan tersebut disebut kecepatan slip (Nslip). Kecepatan sip dinyatakan oleh

persamaan dibawah ini :

Nslip = Ns - Nr .......................................................................... (2.2)

Cara Jain menyatakan perbedaan relatifNs dan Nr adalah slip (s Secara matematis

slip dinyatakan oleh persamaan :

Ns- N s Ns r .............................................................................. (2.3)

Berdasarkan persamaan (2.3) kecepatan motor dapat dinyatakan ebagai fungsi slip

dan kecepatan sinkron, yaitu :

Nr = ( 1-s)Ns ................................................................................................... (2.4)

Page 17: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

8

11.2. Rangkaian ekuivalen dari Motor lnduksi Rotor

II.2.1. Model transformator dari Motor Induksi Roto

Operasi dari motor induksi berdasarkan pada tegangan dalam

rangkaian rotor yang diinduksikan dari rangkaian stator. Karen tegangan dan arus

dalam rangkaian rotor dari Motor Induksi Rotor Belitan pa dasamya adalah

operasi transformator, maka rangkaian ekuivalen dari Motor In uksi Rotor Belitan

hampir sama dengan rangkaian ekuivalen dari transformator.

Rangkaian ekuivalen per phase yang menyatakan operasi dari motor induksi

terlihat pada gambar 2.1

11 R1 )(1 12 aelf

+

Up 11 Rr

Gambar2.1 Model transformator dari Motor Induksi Rotor Bel n

D.2.2. Model dari rangkaian rotor

Bila tegangan diberikan pada kumparan stator dari otor Induksi Rotor

Belitan, maka tegangan tersebut akan diinduksikan pada mparan rotor dari

mesin. makin besar kecepatan relatip dari rotor terhadap medan utar stator makin

Page 18: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

9

besar tegangan yang diinduksikan. Kecepatan relatip bila rotor dalam

keadaan diam (stasioner). Keadaan itu disebut kondisi dengan 'r tor terkunci'. Bila

tegangan yang diinduksikan pada kondisi 'rotor terkunci' a lab Ero, maka

tegangan yang dibangkitkan untuk suatu harga slip s tertentu ada h :

Es = Ero

Dalam rangkaian rotor terdapat tahanan dan reaktans . Tahanan rotor Rr

adalah konstan tidak tergantung dari slip. Sedangkan reaktansi r tor Xr tergantung

pada slip. Bila induktansi rotor Lr, maka :

Xr = wrLr

= 2pfr Lr

Karena,

fr = s fe.

Xrs = 2p s fe Lr

= s (2p fe Lr)

= sXro

dimana : fr = frekuensi rotor

fe = frekuensi stator

Xro = reaktansi dari rotor pada kondisi 'rotor terkunci'

Jadi rangkaian ekuivaJen dari rotor dapat terJihat pada ga.rnbar .2

Page 19: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

10

J)(p = JaXPo

+

Gambar2.2. Model rangkaian rotor

arus yang mengalir dalam rotor adalah :

Er = lr =

lr :;:;:

lr :;:;:

lr (Rr + }Xr) Er .

Rr + }Xr sEro

Rr+}sXro

RriS E~o }Xro ........................................................................ (2.5)

dari persamaan (2.5) didapat bahwa pengaruh kecepatan pada r tor dapat dianggap

sebagai akibat perubahan impedansi dari rotor yang mendapa daya dari sumber

tegangan yang konstan Ero. Impedansi ekuivalen dari rotor dal hal ini adalah :

Zreg ::::: RriS + )Xr0 ....................................................... ................. (2.6}

dan ra.ngkaian rotor ekuiva1en yang menggunakan persamaan ini terlihat pada

gambar 2.3. Dalam rangkaian tersebut, tegangan rotor ada1ah onstan Ero, dan

impedansi rotor Zreq mengandung semua pengaruh dari peruba an slip rotor.

lr JXro

+ Era ... ,..

Gambar2.3. Model rangkaian rotor Motor lnduksi Rotor Be/ita

Page 20: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

11

ll.2.3. Rangkaian ekuivalen terakbir

Untuk menghasilkan rangkaian ekuivalen perphase rakhir dari Motor

Induksi Rotor Belitan, adalah penting untuk menyatak:an bagi rotor dari model

pada level tagangan stator. Seperti pada transfonnator biasa, egangan, arus dan

impedansi pada sisi sekunder dapat dinyatakan dari sisi pri er melalui rasio

belitan dari trafo.

Vp = V's =a Vs

Ip = rs = Is/a

dan

Z's = a2 Zs

Pada rangkaian rotor motor induksi transformasi yang sa a dapat dilakukan.

Bila rasio belitan efektif dari motor induksi adalah aeff , maka entuk transfonnasi

dari tegangan rotor adalah :

E2 = E'r = aeff Ero········································ .. ······················· ..................... (2. 7)

persamaan arus rotor menjadi

= I, Oe.IJ···································· .. ····· ........................................... (2.8)

persamaan impedansi rotor menjadi

Z2 = a~ff (R,Is + }Xro) ............................................... ................ (2.9)

Bila didefinisikan :

R2 = a~tr R, ...... ........................................................................ (2.1 0)

Page 21: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

12

X2 a;ff Xro ............................................................................. (2.11) maka rangkaian ekuivalen terakhir dati motor induksi terlih pada gam bar 2.4

lr R1 JX1 Ir JXZ

I• +

Rc B2

Gambar2.4. Rangkaian ekuivalen terakhir per-phase Motor Induksi Rot r Belitan

ll.J. Daya dan kopel Motor Induksi Rotor Belitan

Pada dasarnya motor induksi dapat dinyatakan sebagai sfonnator yang

berputar. Inputnya merupakan tenaga listrik dengan tegangan

Dalam transformator biasa keluarannya merupakan merupakan

kumparan sekunder, sedangkan pada motor induksi

dihubungkan singkat, sehingga tidak dihasilkan tenaga listrik melainkan tenaga

mekanis.

Hubungan tenaga listrik input dan tenaga mekanis yang m rupakan keluaran

dari motor induksi diperlihatkan dalam diagram aliran daya pada

Daya input pada motor induksi Pin merupakan daya elektri dengan tegangan

dan arus tiga phase. kerugian pertama merupakan kerugian

stator (Peu stator). Kemudian kerugian daya berupa hysterisis d arus Eddy pada

stator (Pfe inti). Daya yang tersisa diberikan kepada rotor melal · celah udara (air

Page 22: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

13

gap power) Pag dari mesin. Setelah daya diberikan kepada ro or sebagian akan

hilang berupa kerugian tembaga l2R pada rotor dan sisanya dirubah menjadi

tenaga mekanis Pkon. Akhirnya setelah dikurangi dengan ke gian gesekan dan

angin akan dihasilkan daya output Pout dari motor.

dalam Stator

Masukan

Rotor

Keluaran rotor

atau B.H.P ~ ___ Angin&

Gambar2.S. Diagram a/iran daya

Dari gambar 2.4. dapat diturunkan suatu persamaan

nik

Dalam rangkaian ekuivalen terlihat bahwa elemen yang dapat enyerap daya dari

celah udara (air gap) adB.lah tahanan R2/s. Jadi daya dalam celah dara adalah:

Pag 3 h 2 R2/s

Kerugian tembaga pada rotor adalah

P cur == 3 lr 2 Rr

Karena daya tidak berubah bila melalui trafo ideal, maka keru ian tambaga pada

rotor dapat dinyatakan dengan :

P cur == 3 h 2 R2

Page 23: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

14

Setelah kerugian tembaga stator, kerugian inti dan kerugia rotor dikurangkan

dari daya input motor. maka daya yang tersisa dirubah dari da a elektris menjadi

daya mekanis atau disebutjuga daya konversi (Pkon) adalah.:

P~:.on - P ag - P cur

P~:.on 3 h 2 Rz (l - s}

s ........................................................... (2.12)

Kopel yang diinduksikan dalam mesin didefinisikan

dibangkitkan oleh konversi daya dari elektris ke mekanis.

dengan kopel yang sebenarnya terdapat pada teminal dari

faktor yang sama dengan kopel karena gesekan dan angin.

Jika rugi-rugi gesekan dan angin diabaikan, kopel i diberikan oleh

persamaan:

~~~~ ............................................................................... (2.13)

dimana : Tind = kopel induksi

com = kecepatan rotor

Jika persamaan (2.12) disubstitusikan ke persamaan (2.13) rnak

3 /z 2 R2 (1 - s) T;nd = roms ............................................................ (2.14)

dan juga persamaan (2.8) dan (2.10) disubstitusikan ke persa aan (2.14) rnaka:

MIL K PERPUST.!\KAAN

INSTITUT TEi<NOLOGJ

SEP JLUH - NOPEMBER

Page 24: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

15

3 s Ero 2 R,_ 2 ........................................................... (2.15) (j)S (Rr + jsXro)

dimana ros = putaran stator

atau

k S Er~ 2 Rrf S ........................................................... (2.16}

(Rrl s) + Xro2

dim ana

k = 3/cj)s

11.3.1. Pembentukan kopel induksi

Seperti pada umumnya, torsi yang dihasilkan oleh m tor listrik dibentuk

karena interaksi antara medan dan arus. Dalam induksi torsi.

elektromagnetik terjadi karena interaksi antara medan putar sta or dan arus rotor.

Adapun persamaan umum tentang torsi elektromagnetik motor nduksi adalah

T = kBnet. Br sin 0 ............................................................. (2.17)

dimana Bnet adalah medan putar stator yang dihasilkan karen kumparan stator

disuplai sumber tegangan Es dan Br adalah medan pada r r yang dihasilkan

karena arus mengalir pada kumparan rotor yang dihubung sin at dan sin a adalah

sudut antara Bnet dan Br. Dari gambar 2.6. terlihat bahwa:

sin o = sin (cP + 90) = cos <P

+ adalah sudut phase antara tegangan rotor dan arus rotor.

Page 25: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

16

Gambarl.6. Diagram phasor dari medan stator dan rotor

Bnet sebanding dengan tegangan pada kumparan stator, Es dan Br sebanding

dengan arus rotor Ir hingga persamaan (2.17) dapat ditulis

T = k Es I, cos (j). ................................................................. (2.18)

sedangkan

coscj) =

Er Rr + jsX,

R R, + jsX,

maka persamaan (2.18) menjadi

T = !,£: ~;:, ...................................................................... (2.19)

karena Er = sEs

Xr = sXro

dimana Xro adalab reaktansi rotor pada frekuensi stator, mak torsi motor induksi

menjadi:

T kE 2 R - s . 2 ................................................................. (2.20)

(Rr + }Xro)

Page 26: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

17

11.3.2. Karakteristik kopel kecepatan

Seberapa banyak kecepatan motor akan berkurang bila b an bertambah ?.

Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diturunkan suatu grafi kopel T terhadap

kecepatan s dari motor induksi. Berdasarkan persamaan (2. 16) grafik torsi

kecepatan • slip ditunjukkan oleh gambar 2. 7.

Dari grafik ini jelaslah bahwa kecepatan akan ber g (slip akan

membesar) bilamana torsi beban bertambah. Tetapi pertamba an torsi beban ini

harus dibatasi · sampai batas dari torsi yang dihasilkan moto Tmaks seperti

diperlihatkan pada gambar tersebut. Daerah ketja motor ini te lihat pada bagian

yang diarsir pada garnbar 2.7.

T Torsi males.

l.o

Gambar 2.7.11

Grafik tom kecepatan MIRB

11.4.Persamaan umum torsi

Dalam keadaan urnurn ada beberapa torsi yang bekerja ada poros motor

yaitu torsi elektro magnetik Ta, torsi statis Ts yang membuat mot , berputar dengan

1} M.H. Rashid, Power Electronics, Prentice-hall International Inc., New Je sey, 1988, hal.350

Page 27: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

18

kecepatan dengan kecepatan konstan dan torsi dinamik Tj yan timbul pada saat

transien ka.rena momen inersia J dari motor.

Torsi statis ini ditentukan oleh beban motor dan selalu elawan torsi yang

dihasilkan oleh motor dan juga tennasuk di dalamnya torsi be nol yaitu torsi

akibat gesekan dan yang lainnya. Pada dasarnya torsi statis da dianggap sebagai

jumlah dua jenis torsi, yaitu torsi beban nol To dan torsi Tl yang disebabkan karena

beban luar atau beban yang dipasang pada motor.

Ts = To + Tl ........................................................................... (2.21)

Seringkali yang digunakan dalam perhitungan adalah torsi beban 1 atau disebut juga

torsi berguna sedangkan torsi beban nol sangat kecil jika diban '·ngkan torsi beban

sehingga dapat diabaikan. Torsi dinamik juga diperlihatkan untuk eadaan transien

dJ dt

tetapi seringkali yang penting adalah untuk J berharga konstan, m a

dro 1j = J -;It ........................................................................... (2.22)

Hubungan antara torsi yang dihasilkan motor dan torsi perubahan aitu Ts + Tj harus

selalu dalam keadaan seimbang tetapi berlawanan arab

Ta - -( Ts +Tj) ................................................................ (2.23)21

2l Sw.ilo M., DR. Ir., diktat kuliah teknik tenaga listrik I. hal. 45.

Page 28: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

19

Tanda negatif ini menunjukkan arab yang berlawanan. Karena yang dipentingkan

hanyalah besarannya saja maka tanda negatif bisa dihilangk Persamaan (2.23)

menja.di:

Ta - Ts + Tj ....................................................................... (2.24)

untuk keadaan steady state, Tj harus s.ama dengan nol karena tak ada perubahan

kecepatan terhadap waktu sehingga dw/dt = 0, dan persamaan ( .23) untuk keadaan

konstan.

Ta - Ts ................................................................................. (2.25)

Kesimpulan yang kita peroleh berdasarkan persamaan (2.25)

elelctro- magnetik yang dihasilkan motor selalu mengikuti orsi beban dalam

pengertian jika torsi beban turu~ maka torsi motorpun akan tu . Demikian juga

bila torsi beban naik. Dan pada kondisi steady state harga keduan a harus sama. Pada

motor induksi gejala ini tak dapat diikuti terus untuk beban yang t rus naik.

Berdasarkan terjadinya torsi pada motor induksi ya g tergantung dari

besarnya arus rotor dan faktor daya rotor, pada suatu harga torsi eban tertentu, arus

rotor naik tetapi harga faktor daya cenderung turon se ingga resultannya

menyebabkan torsi elektromagnetik turon. 3l kopel-kecepatan ri motor induksi

seperti terlihat pada gambar 2. 8.

3) Subagio, DR. Ir., diktat kuliah mesin AC, hal 19.

Page 29: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Gambar2.8 Karakteri.rtik kopel-kecepatan

20

Page 30: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

BAD III

SCR SEBAGAI PENGA TUR PHA E

ill.l. Karakteristik SCR

Sebuah SCR adalah komponen yang terdiri dari 4 la isan semikonduktor

pnpn dengan tiga junction pn. SCR mempunyai tiga terminal y itu : anoda, katoda

dan gate. Gambar 3.2. menunjukkan 3 bagian pn junctio serta gambar 3.1.

menunjukkan simbol dari SCR.

A

G k

Gambar 3.1

Simbol SCR

A

G

Gate

k

p Jl

n J2 p

JJ n

Pada saat tegangan anoda positip terhadap katoda, junct n Jl dan J3 adalah

forward bias. Junction J2 reverse bias, dan hanya aliran arus boc yang mengalir dari

anoda ke katoda. Dengan demikian SCR mengalami forward b ocking atau kondisi

off-state dan arus bocor yang mengalir disebut sebagai arus off-state (Ip). Jika

21

Page 31: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

22

tegangan anoda ke katoda (Vak) dinaikkan sampai harga yang

reverse bias J2 akan putus, keadaan ini disebut sebagai avala che breakdown dan . '

tegangannya disebut tegangan forward breakdown (V). Karena ·unction J 1 dan J3

sudah forward bias maka J1 dan J3 akan bergerak beba melintas ke semua

junction yang menghasilkan arus anoda forward yang besar. De gan demikian SCR

a.kan on!konduk. Tegangan drop pada 4 lapisan juction sebesar V.

Pada keadaan on arus anoda dibatasi oleh impedansi . atau resistansi luar

(Rl) seperti gambar 3.3. Arus anoda besamya harus lebih bes r, yang disebut arus

latching (Il), untuk mempertahankan Il dibutuhkan kuantitas aliran pembawa

melewati junction. Apabila 11 tidak dipertahankan pada harga tert ntu atau turun maka

SCR akan kembali dalam kondisi blocking. Karakterist

ditunjukkan pada gambar :>.4.

+

Vs k

Gambar3.3 Diagram rangkaian

A

I T

v-i dari SCR

Page 32: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Reverse berakdown voltage

0

Gambar 3.451

Karakteristik V-I

Gate Trigerred

Vak

Pada saat SCR konduk, SCR akan bersifat seperti kond

23

a diode, dan SCR

tidak dapat dikontrol lagi. SCR akan terus-menerus konduk arena tanpa adanya

penipisan lapisan pada junction J2 disebabkan aliran pem awa yang bebas

bergerak. Jika arus anoda forward dikurangi 1 level disebut lding current (Ih).

Daerah penipisan akan meluas sekitar J2 untuk menurunkan j lah dari pembawa

dan SCR akan mengalami kondisi blocking. Besaran Ih dalam s ala mA dan lebih

kecil daripada II.

Jika katoda positip terhadap anoda, makajunction J2 forw d bias dan junction

J 1 dan J3 reverse bias. kondisi ini sama dengan 2 dioda yang te ubung seri dengan

tegangan reverse dari dioda. SCR akan mengalami blocking reve se dan arus bocor

reverse disebut arus reverse (lr), yang akan mengalir melalui SC 1

5} M.H. Rashid, Power Electronics, Prentice hall Inc., New Jersey, 1989, H . 468

Page 33: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

24

Meskipun SCR dapat dinyalakan dengan

melebihi V 00 , tetapi dengan cara ini dapat merusak SCR. Dal praktek tegangan

forward dijaga dibawah V 80 dan penyalaan SCR dapat dilakuk:an dengan

memberikan tegangan positip antara gate dan katoda, ini di

3.4. Saat SCR dinyaJakan dengan diberi sinyaJ gate dan arus

daripada Ih, ini menyebabkan SCR terus-menerus konduk m skipun sinyal gate

dilepas.

111.1.1. Penyalaan SCR

SCR dapat dinyalakan dengan memperbesar arus ano . Penyalaan tersebut

dapat dilakukan dengan berbagai cara Sebagai berikut :

1. Menaikkan suhu

Jika suhu SCR tinggi, dimana akan menambah jumlah pa ngan elektron-hole,

yang akan memperbesar arus bocor. Kenaikan arus ini me ebabkan al dan a2

bertambah.

2. Penyinaran

Jika penyinaran diJakuk:an pada junction SCR, mak jumJah pasangan

elektron-hole akan bertambah. Sehingga SCR akan konduk.

3.Penarnbahantegangan

J ika tegangan forward anoda-katoda lebih besar daripa tegangan V 80

, arus

bocor akan mencapai harga tertentu sehingga SCR kondu . Penyalaan dengan

cara ini dapat mengakibatkan SCR rusak.

Page 34: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

25

4. Pemberian arus gate (triger)

Jika anoda SCR forward bias, pemberian arus gate dim na tegangan positip

diberikan pada terminal gate dan tegangan negatip pada katoda akan

menyebabkan SCR konduk. Apabila arus gate diperbesa, tegangan forward

blocking akan menl!run seperti ditunjukkan pada gambar 4.

Dari keempat cara penyalaan diatas penulis akan menggunakan cara

keempat yaitu penyalaan dengan memberikan arus pada gate SC (triger). Pemilihan

cara ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

1. Tidak merusak komponen (SCR), karena tegangan forw rd bias dibatasi.

2. Untuk penggunaannya sebagai pengontrol phase pengatur nya paling mudah.

III.2. Konsep dasar pengaturan motor induksi rotor b litan tiga-phase

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengat r kecepatan motor

induksi rotor belitan, seperti yang telah disebutkan dalam babl. Salah satu caranya

dilakukan dengan mengatur tegangan rotor melalui resistansi luar ang dipasang pada

slip rings rotor motor induksi rotor belitan.

Dari persamaan tentang torsi motor induksi seperti yang su ah dijelaskan pada

bab 2 persamaan (2.16) jika harga tahanan luar Rex dirubah-u ah akan diperoleh

grafik_ torsi-kecepatan dengan Rex sebagai parameter seperti pada gambar 3.5. Grafik

tersebut menerangkan bahwa merubah hambatan rotor akan mem engaruhi lengkung

kopel-kecepatan dimana terlihat empat kurva untuk empat nilai h mbatan rotor yang

I

berbeda Rexl, Rex2, Rex3, dan Rex4 dimana Rexl < Rex2 < 1

ex3 < Rex4. Dari

Page 35: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

26

grafik itu juga jika pada suatu harga slip atau kecepatal} tertent ditarik garis tegak

lurus sumbu slip dan memotong keempat kurva.

1 . t-.,

-:-1

Gambar 3.5.61

Graflk torsi-slip dengan Rex sebagai parameter

Dari gambar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ji a terjadi perubahan

torsi beban, maka kecepatan akan berubah. Agar kecepatan rotor idak berubah dapat

dilakukan dengan mengatur harga resistansi luar Rex. Jadi jika tor i pada kedudukan 1

pada ~ diturunkan hingga titik 2, maka Rexl harus diganti enjadi Rex2 agar

kecepatan ~ tetap terjaga.

Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mempe

motor pada harga torsi yang mengalami penurunan maka harga resistansi luar(Rex)

harus dinaikkan sampai harga tertentu. Hal ini berarti jika tor · motor mengalami

penurunan akibat adanya pernbebanan maka untuk memepertaha an kecepatan putar,

arus yang mengalir pada kurnparan rotor harus diturunkan juga.

6) P.C. SEN, Principles of Electric Machines and Power Electronics, John

Canada, 1989, Hal. 282. illey & Sons, Inc.,

Page 36: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

27

Untuk keperluan diatas diperlukan rangkaian tambahan yan berfungsi sebagai

pengatur phase. Ini dapat dilakukan dengan menambahkan kom nen SCR (Silicon

Controlled Rectifier), dimana untuk mengatur harga resistansi I ar Motor lnduksi

RotorBelitan tiga-phase dibutuhkan 3 buah SCR yang terhubung De

Bertolak dari pemikiran ten tang penurunan rangkaian eku · alen rotor seperti

pada bab 2 gambar 2.3 yang menganggap bahwa tegangan Ero onstan sedangkan

impedansi rotor Zeq mengandung semua perubahan dari slip roto , dan jika gambar

tersebut ditulis kembali dengan menambahkan resistansi luar (R ) dan SCR maka

akan didapatkan gambar 3.6.

T

jxro Rr/s

eo-. Ero

Gambar3.6 Rangkaian ekuiva/en rotor I ; dengan menamhah S

Bila ditinjau kembali persamaan torsi motor induksi rotor be 'tan dibawah ini

kEs ErR 2 - 2 ..................................................................... (3.1) ::::

R + (s ..-¥ro)

dimana Es adalah tegangan stator yang merupakan panghasil meda, putar stator yang

-besarnya konstan dan Er adalah tegangan pada rotor. Sedangkan

E, s Es ..................................................................... ~ ............... (3.2)

Page 37: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

28

Agar nantinya dapat lebih mudah dipahami perlu didefinisikan ke bali tentang notasi

Es pada stator tetap Es,

maka persamaan (3.2) menjadi:

Er = S Ero·········································· .. •······················· .................. {3.3) dan persamaan torsi motor induksi rotor belitan berubah menjadi:

T = k Es ;ro Rjs .... ········· .............................................................. (3.4) (R/s) +Xm

pada persamaan torsi motor induksi rotor belitan diatas antara E dan Ero besarnya

sam a.

Pada gambar 3.6 jika SCR dinyalakan dengan sudut peny laan CJ.0 , dimana a

lebih besar daripada nol, maka besar tegangan yang melalui resist i luar (Rex) akan

berkurang. Hal ini dapat dikatakan juga bahwa tegangan Ero yang erkurang, misalkan

sebesar Vo dan arus yang mengalir pada reistansi luar (Rex) n berkurang juga.

Kedal~ persamaan torsi perubahan ini dapat dituliskan menjadi :

T _ k E~ Vo R/s .................................................................... (3.S) (R/s) + Xro 2

Jika torsi beban konstan maka berlaku persamaan

kt Vot Rls1 k2 Vo2 Rls2 (Ris)2 + Xro 2 = (R/s)2 + Xro 2 ................................................... (3.6)

Jika dibuat grafik antara tegangan rotor Ero dengan kecepatan moto atau slip diperoleh

gambar 3.7. kurva dari gambar ini diperoleh dengan menerapkan arga R lebih besar

dari 1 ohm.

Page 38: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

29

Pada kurva gambar 3.7. , jika ditarik garis tegak lurus sumbu torsi ( torsi

konstan) bertambahnya harga resistansi rotor menyebabkan membesamya slip.

Keadaan ini identik dengan gambar 3. 7. bahwa pada torsi konstan jika tegangan rotor

diturunkan menyebabkan slip akan membesar.

c 60

0 t ,. Ill

.. 0'~~~~~~--~--~--~~

·• .a .) .t~~~t ·• ·• .7 . a ·9 •

'"'"'"

Gambar3.7. Karakteristik tegangan rotor ( Ero) - slip (S) pada torsi

Sekarang akan dilihat bagaimana pengaruh penurunan teg 'gan rotor pada torsi

konstan terhadap arus dan faktor daya dari rotor. Untuk menja ab pertanyaan ini

marilah dilihat kembali pada terjadinya torsi elektromagne ik motor, seperti

diperlihatkan dalam persamaan (3.4.) dimana arus rotor

I, = j(R!s)~: X,. 2 ................................................................ (3. 7)

~ I J ' ............................................... 1 ................. (3.8) (RJs)2 + Xro 2

cos q, =

,

Page 39: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

30

dari grafik gambar 3.7. jika tegangan Ero turun menjadi Vo m a slip akan turun

menjadi Sl. Jika kedua besaran ini digantikan pada persamaan 3.7. n 3.8. maka:

frt =

cos cj> =

Vo

J <RI;>2 + i~ 2

Rlsi

Jika dihitung harga Irl lebih besar dibandingkan dengan Ir dan cos cj>l lebih kecil

daripada cos +· Untuk selanjm.»ya ~t(lil~h_at ~da tabel 1

PERHITUHGAl~ ARUS DAN SUDtiT··-PHASA

,.. ...... Vo I l' 91

--0, 2 e.o 3, 922 1 1 I J I

0, 3 55, 61 ll, 009 1 f,, 7 0

0, ll qq., ~·4 1+ I l J~, 21. 6 2

0,5 36,42 ll, 2 9 3 7 26, ~.·

o. 6 34, (\2 4, 1l7 9 30, 9

.,,, 7 32' 39 ll, 6L~3 34,9 9

o, 6 31,Ll6 q,921 36, 6

0,9 30, 69 ~l' 17tj. 1-!1, 9 9

1 30,:72 S,q.36 ll ~. ---

Tabel diatas diperoleh dengan menerapkan hrgataharum -otor R = 4 ohm , ---------- ·-

Xro= 4 ohm dan tegangan stator Ero = 80 volt dan pada torsi beba sekitar 3 Nn motor

berputar dengan slip sebesar 0,2.

Page 40: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

31

Jika kedua keadaan ini digambarkan ke dalam bentuk iagram phasor akan

diperoleh gambar 3.8. dari gambar tersebut dapat dilihat bah a harga arus yang

dibutuhkan tetap, sebesar I (I= Ir cos~) meskipun tegangan rotor erubah. Jadi dengan

merubah tegangan rotor disamping menyebabkan berubahnya h rga arus rotor juga

menyebabkan berubahnya sudut phase rotor. Jelaslah bahwa pe empatan SCR pada

sisi rotor ini berfungsi sebagai pengatur phase tegangan dari rotor.

Gambar3.8. Diagram phasor dari arus rotor

Dari uraian diatas, jika kecepatan dipertahankan pada rga konstan, maka

penurunan tegangan rotor akan mengakibatkan turunnya torsi e

dihasilkan motor. Grafik perubahan torsi sebagai fungsi tegang rotor dengan slip

konstan ditunjukkan pada gambar 3. 9.

Page 41: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

32

Gambar 3.9'1

Graflk torsi (1) - tegangan rotor (Ero) pada slip kon tan

ID.J. SCR Sebagai Pengatur Sudut Phase

Pada bab ini akan dibahas pengatur sudut 3 phase den gan tiga buah SCR

terhubung delta yang dipasang pada tirik netral dari kumparan t ga phase terhubung

bintang. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas, yang pertama kan dibahas tentang

beban resisttip sedang yang kedua yang merupakan permasa1ah811 dari tugas akhir ini

yaitu tentang beban resistip dan induktip yang merupakan mngl aian ekuivalen dari

rotor.

ID.J.l. Debao Resistip

Gambaran tentang beban tiga phese terhubung bintang s dangkan pada titik

bintangnya ditempatkan tiga buah SCR dalam susunan delta diperl hatkan pada gambar

3.10. Rangkaian ini dapat dipakai karena hambatan dalam SCR S<l~gat kecil, sehingga

11 M. Rama.moorty and M. Arunachalam, Dynamic Performance of a Close -Loop Induction

Motor Speed Control System with P~ontrolled SCR's in the Rotor, IEEE T1 ~ns. on Industry Aplication, vol. IA-15, No. 5, September/Oktober 1979

Page 42: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

33

secara prak.tis rangkaian SCR dalam hubungan delta tm me dekati suatu "titik

bintang".

~ A I r·. r ·-----.----._..,.,\~ :---,..,__,-...,_ - I . , :: I :·:.c.ll ·: .

Gambar3.10 SCR pengatur phase 3 ; dengan beban resistip

Dalam gambar 3.10 ini phase A dapat mengirim arus ke ph e yang lainnya jika

SCR1 dalam keadaan menghantar dan begitu juga untuk phase-p se lainnya. Ada hal

yang sangat penting sehubungan dengan waktu penyalaan dari etiga SCR tersebut

yaitu ketiga SCR dinyalakan dengan berheda sudut sehesar 1 0°. Jadi jika SCR1

dinyalakan pada sudut a maka SCR2 dinyalakan pada sudut 0° + a dan SCR3

dinyalakan pada sudut 240° + a.

Untuk melihat gejala yang terjadi atau bentuk gelomban yang terjadi perlu

dibuat diagram gelombang seperti yang ditunjukkan pada gamba 3.11. Pada gambar

ini bentuk gelombang dari tegangan beban pada phase A dinyalak dan phase A lebih

positip dari phase B dan C. SC~ tidak dalam keadaan menghanta tetapi SCR3

dalam

keadaan menghantar karenanya a.rUs mengalir dari phase A ke ph C. Karena semua

phase menghantar, tegangan pada beban resistip sama dengan gangan phase dari

Page 43: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

34

sumber. Keadaan ini berlangsung hingga saat SC~ berhenti m nghantar. Padamnya

SCR3 ini karena ada dua arus yang besamya sama tetapi b rlawanan arab yang

melewati SCR3 yaitu arus dari phase A ke B dan dari phase 6 Ice . Kejadian fnf terjadf

pada sudut 120°. Padamnya SCR3 ini mengakibatkan arus hanya engalir dari phase A

ke B, maka tegangan pada beban adalall EA.c I 2 yaitu tegangan "line to line" yang

terbagi dua karena ada dua beban yang besarnya sama. Hal in berlangsung hingga

SC~ dinyalakan pada sudut 180°. Sekarang arus mengalir dari

lewat SCR1 dan SCR2 dan terus berlangsung hingga SCR1 berh nti menyala. Selama

periode itu semua phase menghantar dan tegangan beban sarna d

dari sumber. Ketika SCRI berhenti rnenghantar {sudut 240°) hanya sc~ yang

menghantar dan tegangan beban menjadi Es-A /2 sampai den SCR3 dinyalakan.

Padamnya SCR1 karena mengalirnya arus B-C dan arus C-B yang sarnya sama tetapi

berlawanan arab. Pada saat SC~ dinyalakan yaitu pada sudut 300 semua phase dalam

keadaan menghantar (karena sc~ masih rnenghantar) dan tegan an beban bentuknya

mengikuti tegangan sumber sampai saat padamnya SC~. Padamn a SC~ terjadi pada

sudut 360° . Pada saar ini lengkap sudah satu periode bentuk elombang tegangan

beban phase A dan periode berikutnya mulai terjadi jika SCR, dinyalakan kembali

yaitu pada sudut 420°.

ill.3.2. Rangkaian ekuivalen rotor dengan tiga SCR t rbubung delta

Pada bab Ill.2 telah diterangkan dengan jelas bagaiman proses pengaturan

kecepatan dari motor induksi dengan SCR. pada pembahasan k i ini motor induksi

Page 44: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

35

yang digunakan adalah kenis rotor belit 3 phase. Jadi jumlah SC yang dipakai harus

memenuhi kriteria pengaturan tegangan tiga phase. Dalam hal i i jumlah SCR yang

digunakan berjumlah tiga buah dalam susunan delta dan dipasa pada titik bintang

dari rotor. Susunan dalam bentuk delta mempunyai keuntunga yang relatip lebih

murah beayanyajika dibandingkan dengan yang menggunakan ena buah SCR.

Gambaran dari sistem pengaturan yang dibahas ini diperlihatkan d am gambar 3.11.

, '

Gambar 3.1181

Diagram skematik dari SCR pengatur phase dalam susun n delta

Rex dalam gambar 3.11. ini adalah hambatan luar yang dipasang ntara SCR dengan

belitan rotor melalui cincin slip (slip ring). Fungsi dari hambatan uar Rex ini adalah

uintuk mengatasi torsi start dari motor induksi dan untuk mene tukan daerah kerja

motor. Berdasarkan gambar 2.3. rangkaian ekuivalen dari gamb 3.11. drtunjukkan

81 M. Ramamoorty and M. Arunachalam, Dynamic Performance of a Close ~Loop Induction

Motor Speed Control System with Phase-Controlled SCR's in the Rotor, IEEE Tr ns. on Industry Aplication, vol. IA-15, No. 5, September/Oktober 1979

Page 45: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

36

dalam gambar 3.12. Dalam gambar 3.12 itu, ERo adalah teganga rotor per phase dan

dianggap sebagai sumber tegangan dan xr + R/s sebagi beban.

Gambar 3.12 Rangkain ekuivalen darl gambar 3.11.

Bentuk gelombang yang terjadi pada beban jika SCR diny lakan dengan sudut

a=n/3 diperlihatkan dalam gambar 3.13 dan bentuk gelomb g untuk phase A

diperlihatkan dalam gambar 3.13 (e). Pada sudut ini SCR1

diny

keadaan padam sedangkan SCR3 masih menghantar. Pada saat ini arena ada dua SCR

yang aktif dan semua phase dalam keadaan menghantar (lihat g bar 3.13 d). maka

tegangan beban mengikuti bentuk tegangan sumbernya. Hal ini erlangsung hingga

titik 2 yaitu saat SCR3 mengalami pemadaman karena mengali ya dua arus yang

besarnya sama dan berlawanan arah yaitu arus A-B dan arus B- (gam bar 3.13 d).

Peristiwa ini terjadi pada sudut 120° + ~. dimana cp adalah beda p ase antara arus dan

.1 ;

Page 46: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

37

tegangan (gambar 3.13 b) atas kejadian ini hanya ada arus dari phas A ke B sedangkan

phase C not, sehingga tegangan beban adalah EA-<: /2. Hal ini berla gsung sampai pada

titik 3 SC~ dinyalakan. Akibatnya semua phase menghantarkan tau menerima arus

sehingga tegangan beban mengikuti tegangan sumbemya. Pada titi 4, kembali hanya

dua phase yang bekelja yaitu phase A dan B dan arus mengalir d phase B ke C. hal

ini teljadi karena SCR1 padam akibat dua arus yang harganya sam tetapi berlawanan

arab mengalir padanya. Hal ini teljadi pada sudut 240° + ~ dan teg ngan beban adalah

EB-A I 2. Hal ini berlangsung hingga titik 5 yaitu saat SCR3 dinyalak n pada sudut 300°,

pada saat ini kembali semua phase aktif karena ada dua SCR yan bisa dilewati arus

yaitu SCR3 dan SC~ , sehingga tegangan beban bentuknya engikuti tegangan

sumber. Hal ini berlangsung terus hingga mencapai titik 6 yaitu saat SC~ padam

sehingga phase A tidak dialiri arus. Sampai dengan titik 6 ini len kaplah sudah satu

periode dari bentuk gdombang tegangan beban untuk phase A da akan diulang lagi

pada periode berikutnya.

Tegangan beban rata-rata phase A untuk 1/2 cycle positip ad lah :

V av = J1! [J~ sin(rot)d(rot) + J~SO+<x sin(rot)d(rot) + J3!2 J;so-+-u sin(rot-n/ )d(rot) J dan untuk 1/2 cycle negatip adalah:

v J2E [J300-+-u . ( \rl J360 . r::;t;:;' J300 . J av = -,..- 11 sm rotJW(rot) + 360 sm (rot)d(rot) + ~ 3/l 300++-« sm (rot+ 6)d(rot)

Page 47: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

... .. .. ..............

/ ' ' / X / \

I . '·----­I ' ~' ''

Gambar3.13 Diagram bentuk gelombang beban resistip dan indu tip

38

Page 48: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

39

I

}ii\-b I

l . ~

~ :/ ",..,. if I

, I ,

r P.ct

Gambar3.14 Bentuk gelombang beban resistip dan lnduktip

Page 49: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

BABIV I

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN RA GKAIAN

PENGATURAN TEGANGAN PADA ROT R MOTOR

INDUKSI ROTOR BELITAN 3 PH SE

IV.l. Skema dasar rangkaian

Gambaran skematik dari rangkaian pengatur kecepatan otor induksi rotor

belitan dengan memasang tiga buah SCR pengatur phase daJam h bungan delta pada

bagian rotor, diperlihatkan dalam gambar 4.1

TJ

M.I.

Gambar4.1

SkeiiUJ dasar SCR pengatur phase dalam hubungan

Pada slip-ring motor induk:si rotor belitan 3-phase dihubung an dengan suatu

resistansi luar Rex. Selanjutnya resistansi luar Rex dihubun dengan tiga buah

SCR yang terhubung delta seperti terlihat dalam gambar 4.1. s · gkan pengaturan

40

Page 50: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

sudut penyalaannya dilakukan oleh suatu rangkaian tersendi i yang dinamakan

rangkaian penyalaan (trigger).

IV.l.Perencanaan dan Pembuatan rangkaian

Untuk mempennudah pengertian prinsip kerja rangkaian pengatur kecepatan

motor induksi rotor belitan secara keseluruhan maka dibawah ini diberikan blok

diagram rangkaian :

l suplai 3 phase

I TACHO I'" slip ring.. s~ I R SLIP RING .. "

MIRB rotor Terhubu ~g delta ,.

VT a

cs<> VC ~KONTROLLERt--: ... -

VR'f' ~-------+----~ RANGKAIAN

PENYALruN

DAC PC

Gambar 4.291

Blok diagram pengatur kecepatan Motor lnduksi Rotor J elitan

91 M. Ramamoorty and M. Arunachalam, Dynamic Performance of a < losed-Loop Induction

Motor Speed Control System With Phase-Controlled SCR's in the Rotor, IE ~ Trans. on Industry Application, Vol. IA-15, No.5, September/October 1979.

41

Page 51: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Prinsip kerja hlok diagram pada gamhar 4.2. adalah sehagai herik t:

Pada slip-rings motor induksi rotor helium tiga-ph!L~ nit rnba.hka.'1 !iga bua.~

resistansi luar. Selanjutnya resistansi luar dihuhungkan dengan ga huah SCR yang

terhuhung delta. Dimana kaki Anoda dan Katoda SCR terhuhung pada resistansi luar

sedangkan kaki Gate-nya dihuhungkan pada rangkaian penyal n (trigger). Pada

poros rotor motor dipasang sehuah tachogenerator (pada sistem ontrol otomatis hal

ini hiasa disehut dengan sistem kontrol secara closed loop), d na setiap motor

herputar dengan kecepatan yang tertentu, tacogenerator selalu mencatat

seberapa besar kecepatan motor. Disamping itu akan

mengkonversikan kecepatan putar motor menjadi tegangan DC VT) yang besarnya

berbanding lurus dengan kecepatan putar motor. Selanjut ya keluaran dari

tachogenerator VT dibandingkan dengan tegangan DC (VR) ya g telah ditetapkan

melalui suatu rangkaian sumer (penjumlah). Dalam Tugas Akh ini VR diberikan

dari sebuah rangkaian DAC (digital to analog konverter). VR dapat

ditentuk:an dari sebuah PC dengan bantuan rangkaian Universal In erface.

Rangkaian Penjumlah akan mendeteksi perhedaan tega an antara VT dan

YR. Hasil penjumlahan adalah tegangan VC. Selanjutnya VC aka diwnpankan pada

rangkian kontroller untuk mendapatkan besaran tegangan dan ke litian yang cukup.

Pada rangkaian penyalaan VC ini akan dijadikan referensi se erapa hesar sudut

penyalaan akan diberikan, jadi hila VC yang diterima berubah m a sudut penyalaan

42

Page 52: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

akan berubah juga. Sudut penyalaan yang didapat diurnpank pada gate SCR.

Dengan demikian SCR akan konduk atau on dengan sudut phase

dengan sudut penyalaan . Dengan menggunakan IC TCA 785 sud t penyalaan dapat

diatur mulai dari oo sampai 180°.

Untuk sudut penyalaan 0° kecepatan motor induksi rotor titan maksimurn

sedangkan pada sudut penyalaan 180° kecepatan motor minimum.

Rangkaian yang digunakan dalam pengaturan kecepatan otor induksi rotor

belitan 3-phase meliputi rangkaian suplai daya, rangkaian 0 -AMS, rangkaian

Trigger (penyalaan), rangkaian OAC (Digital to Analog Conve er) dan rangkaian

Universal Interface.

IV.2.1. Rangkaian suplai daya (regulator)

Suplai daya digunakan untuk menyuplai tegangan DC yang dibutuhkan

rangkaian penyalaan ( + 15V), rangkaian penjurnlah dan kontroller yang

membutuhkan suplai tegangan (+12V,-12V), dan rangkaian DAC ang membutuhkan

suplai tegangan (+12V, -12V, +5V). Sedangkan rangkaian niversal Interface

diambilkan suplai tegangan dari PC.

Rangkaian suplai daya yang dirancang harus memenuhi be rapa persyaratan

yaitu:

1. Riple yang terjadi sekecil mungkin.

2. Keluaran tegangan DC harus mendekati harga yang sebenarnya.

43

Page 53: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Suplai DC yang dirancang rnenggunakan IC seri LM 78x untuk rnernberikan

tegangan keluaran positip dan LM 79xx digunakan untuk rn rnberikan tegangan

keluaran negatip. Seri LM 78xx dan 79xx rnerupakan IC re lator dengan tiga

terminal.

Pemilihan pada IC seri 78xx (dalarn kernasan plastik) karena

.I OJ

1. Arus keluaran rnelebihi 0.5 A.

2. Pengarnan intern terhadap pernbebanan lebih terrnik.

3. Tidak rnernerlukan tarnbahan komponen ekstern (rangkaian le "h sederhana).

4. Pengarnanan daerah arnan bagi transistor keluaran.

S. Pembatas arus hubung singkat intern.

Pemilihan pada IC seri 79xx (dalam kemasan plastik) arena mempunyat

sifat-sifat :

I. Arus keluaran melebihi 0.5 A.

2. Pengarnanan terhadap terrnik, hubungsingkat, dan daerah aman

3. Penindasan kerut yang tinggi.

Garnbar dari rangkaian suplai daya diberikan pada Apendiks B

Kumparan primer Trafo T (tipe CT) dihubungkan dengan egangan AC 220V

satu-phase, output kumparan sekunder dipilih yang 12V. Tegang 12V output Trafo

yang rnasih berupa tegangan AC disearahkan dengan diode bridg menjadi tegangan

IOJ Wasito S., Kumpuian Data Penting Komponen Elektronika, P.T. Multi 'edia, Jakarta, 1985

44

Page 54: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

DC. Tegangan DC basil penyearahan mempunyai riple Untuk

mengurangi riple yang timbul dipakai kapasitor jenis Elco(ele olit condensator).

Untuk menghasilkan tegangan keluaran + 12V, kaki Elco positip ·hubungkan dengan

masukan IC LM 7812, sedangkan kaki negatip dihubungk dengan ground.

Keluaran dari LM 7812 diberi kondensator untuk memperkecil riple yang terjadi.

Untuk menghasilkan keluaran negatif -12V, kaki Elco negatip hubungkan dengan

input LM 7912 dan kaki positip dihubungkan dengan ground. al ini merupakan

kebalikan dari LM 7812. Sedangkan untuk menghasilkan keluar n positip +5V LM

7805 tidak perlu mengambil tegangan dari keluaran trafo 5V t tapi langsung dari

keluaran LM 7812.

Untuk suplai + 15V dibuatkan rangkaian tersendiri deng trafo bukan CT.

Rangkaian ini menggunakan IC LM 7815.

IV.2.2. Rangkaian Penjumlah

Rangkaian penjumlah dirancang untuk menjumlahkan egangan keluaran

tachogenerator VT dan tegangan referensi yang diset dari perso al komputer (PC).

Agar didapatkan basil yang mendekati penjumlahan sebenarnya dipakai rangkaian

Op-Amp sebagai berikut :

45

Page 55: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Gambar4.3 Op-.amp

Keterangan pin-pin op-amps :

Pin2 : Masukan pembalik

Pin3 : Masukan tak membalik

Pin4 : Tegangan suplai (-V)

Pin 7 : Tegangan suplai (+V)

Pin : Keluaran

6

Banyak tipe op-amp yang terdapat di pasaran, tetapi yang dipilih adalah LM

741, yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Bila diserikan umpan balik, efek arus offset pada tegangan ke ran sangat kecil

kurang lebih 30 m V sehingga tidak diperlukan offset.

2. Ketelitian cukup tinggi.

3. Harga relatip murah dan mudah didapat dipasaran.

Rangkaian penjumlah diperlihatkan pada Apendiks B.

Vref (keluaran DAC) diumpankan pada masukan membalik IC 1.

46

Page 56: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

47

Sedangkan keluaran diumpanbalikkan pada masukan pembalik. ada keadaan ini ICI

difungsikan sebagai buffer dari Vref.

V01

= Vref

Vtacho (VT) diumpankan pada masukan pembalik IC

Sedangkan masukan tak membalik di ground. keluaran IC2 di panbalikkan pada

masukan pembalik melalui Rf = 1 Ok. Sehingga dalam hal ini I 2 berfungsi sebagai

pembalik tegangan dengan penguat lx. Ke1uaran yang didapat se esar:

V02 - - (Rf!Ri) x VT =- (10/10) x VT

- -VT

Selanjutnya V01 dan V02 diumpankan pada masukan balik IC3 melalui

Ril dan Ri2 sebesar lOk. Masukan pembalik IC3 di ground. Sed gkan keluaran IC3

diumpanbalikkan pada masukan pembalik melalui Rf. Kel an yang didapat

memenuhi persamaan :

(;::11) ,h (::) Karena masukan pembalik (-) mengalir arus yang dapat diabaikan maka 11 dan 12

semua mengalir melalui Rf. Drop tegangan pada Rf = VO

vo :::::: -(h +h)Rf

VO :::::: c'01 vo2) Rf, - Ri1 + Ri; ' karena Ri 1 = Ri2 = Rf, m a:

vo :::::: -(VOt + V02)

- -(VR- V1)

Page 57: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

= (VT- VR)

IV.2.3. Rangkaian Interface

Rangkaian interface adalah rangkaian yang menghubungk isyarat dari satu

peralata.n ke peralata.n yang lain. Suatu peralata.n eksternal (dil komputer) agar

dapat menerima isyarat masukan dari komputer harus diinterface n terlebih dahulu.

Bila peralatan eksternal yang dipakai menggunakan sistem analog maka agar isyarat

keluaran dari rangkaian interface dapat diterima harus dibuat n terlebih dahulu

rangkaian pengubah isyarat analog menjadi digital, yang biasa disebut rangkaian

DAC (digital to Analog Converter).

Rangkaian interface akan dikenal komputer jika di mem ri tahu komputer

alamat dari rangkaian tersebut. Untuk J/0 channel, komputer m nyediakan alamat

dari OOOh sampai 3fth. Pada prinsipnya di bebas menentuka alamat yang di

inginkan. Akan tetapi komputer sudah memberikan standard al mat-alamat yang

sudah digunakan dan alamat-alamat yang bisa digunakan sebagai p ototype card. Jadi

harus dipastikan bahwa tidak ada peralata.n lain yang mempunyai a at sama. Untuk

PPI Progamable Pheripheral Interface alamat yang standard dip i adalah 300h

sampai 303h.

Dalam Tugas Akhir ini dibutuhkan peralatan yang dapat m nyalurkan isyarat

keluaran analog berupa tegangan referensi yang nantinya akan dib · ndingkan dengan

tegangan keluaratJ tacho. Jadi rangkaian interface yang dibuat berfungsi untuk

48

Page 58: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

menyalurkan data digital 8-bit. Selanjutnya rangkaian m1 dil takkan pada slot

komputer.

Pin-pin pada slot komputer diperlihatkan dalam gambar 4.4

GID: Bl IS!DU tS Ide

IIQ9 -s Ydc

DIQl -u Vdc

ows + 12 Vdc

GID:IlO -awv -liiBKI

-IOV -101

-DACU DiQl

-DACU DIQl

-letresk . Cl.I:BlO

1107 1106 llQ5 no• IIQl

·DACU !/C I ALl

+S Ydc oac GID:Ill

~io---.'11: ·I/0 CB Cl SOl 106 IDS 104 SOl SOl SOl SDO

11---alO:·I/O CH IDY lBJ Sll9 SUI 8117 81l6 sus SlH S.Ul Slll

1+---.'!lO:SUl suo 8!9 su SA7 SAo us IU SAl SAl Ill

~__, 31: SAO

Gambar4.4 Slot komputer

49

Page 59: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Apabila diberikan data 8-bit pada komputer maka data ten jebut akan mengisi

data bus. Sinyal -lOW memberi instruksi pada perangkat 1/0 un uk membaca data

pada data bus. Sinyal ini aktive low dan bersama-sama dengan ' )Oard select' akan

memebentuk sinyal yang memberi tahu .rangkaian output bahwa c ata pada data bus

sudah boleh dibaca. Sinyal ini disebut 'board write strobe'. Pr nsipnya di hanya

memberikan perintah OUT, semua timing diatur oleh komputer.

Karena data bus dipakai bersama-sama dengan peralatan h ian secara paralel,

maka pengiriman data ke alamat tertentu harus segera dibaca 1>leh alat tersebut.

Untuk ini diperlukan alat penyimpan sementara (latches) agar da a bisa digunakan.

Dalam hal ini yang dipakai sebagai latch adalah PPI 8255. PPI dl pat mengeluarkan

data 16 bit berupa data 8bit Al-A8 dan 8bit Bl-B8.

ADDRESS DECODING .......................... . ............ .

DISPLAY I

~ 0

~ Q

IADDRESS SELECIJ I KOMPARATORI DATABUFFER ~~ ~

~ ~ ADDRESS BUS ~~ DATABUS ~,

SLOT EXPAND IBM-PC

Gambar4.5 Blok diagram universal inteiface

50

Page 60: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

IV .2.4. Rangkaian penyalaan SCR

Rangkaian penyalaan SCR berfungsi untuk membuka gerb g gate SCR. Untuk

membangkitkan sinyal ramp digunakan IC TCA 785. Gamba 4.6 menunjukkan

susunan pasak-pasak dari IC TCA 785.

l]s Q2 Ql L CU Ull C10 R9 16 15 14 13 u 11 10 9

12 34 56 7 8 Os Q2 Qu Ql Usyn I Qz Uref

Gambar4.6 Susunan terminal IC TCA 785

Keterangan sambungan terminal:

Nomorpasak Simbol Fungsi

1. Qs Rangkaltanah

2. Q2- Keluaran 2 terbalik

3. QU Keluaran U

4. QI- Keluaran I terbalik

5. Usin Tegangan sinkron

6. I Inhibit

7. QZ KeluaranZ

8. Uref Tegangan referensi

51

Page 61: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

9. Rg Tahanan ramp

10. CIO Kapasitansi pendakian

11. Ull Tegangan referensi

12. C12 Perpanjangan pulsa

13. L impuls panjang

14. Q1 Keluaran 1

15. Q2 Keluaran 2

16. Us Tegangan sumber

Diagram blok rangkaian dalam IC TCA 785 diperlihatkan pada ga

Cl2

6 13

perpanjangan 12 pulsa

ai 4 QI 4QJ

IS QZ

lQl 3QU

7QZ

inhibit pemin pulsa panjang

Gambar4.7. Blok diagram TCA 785

52

Page 62: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Cara kerja/fungsi IC TCA 785 :

Sinyal sinkronisasi dari tegangan jala-jala disalurkan rn lalui tahanan yang

berharnbat tinggi (tegangan Us). Peraba nol akan rnenetapkan letak titik nol dan

dimasukkan kedalarn rnernori sinkron. Peraba ini akan me gendalikan sebuah

generator tangga. Kapasitor ClO dari generator ini akan dimuati engan arus konstan

(tergantung pada r9). Bila tegangan ramp Ul 0 rnelebihi harga Ull sudut penyalaan 0),

rnaka sinyalnya akan diteruskan ke rangkaian logik. Sudut pen alaan dapat diatur

antara 0 sampai 180 derajat, tergantung pada besarnya tegangan pe gendali Ull.

Pada tenninal keluaran Ql danQ2 akan keluar tegangan pul a positip selama 30

rnilcro detik setiap setengan gelombang. Panjang pulsa ini dap diperpanjang 180

derajat dengan mengubah kapasitor C12. Bola terminal 12 di ahkan maka akan

tirnbul pulsa-pulsa yang panjangnya antara sampai 180 derajat.

Pada terminal keluaran Q 1- dan Q2- akan keluar sinyal keb ikan dari sinyal Q 1

dan Q2. Pada terninal 3 akan tersedia sinyal sebesar + 180 derajat yang dapat dipakai

untuk rnengendalikan suatu rangkaian logik diluar IC.

Pada terminal keluara QZ (pasak7) terdapat suatu sinyal ang sesuai dengan

hubungan NOR pada Q1 dan Q2.

Dengan bantuan terminal rnasukan inhibit terminal keluar Q1, Q2, dan Q1-,

Q2-, QU dapat diblokir.

Dengan bantuan terminal 13, pulsa keluaran QI dan Q2 apat diperpanjang

rnenjadi (180-a.).

53

Page 63: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Bentuk gelombang dari masing-masing pasak TCA 785 d. rlihatkan pada

gambar4.8

0 cp 180

U 15 Q2 , 12 ditanahkaD

..._.-i-------Ul4 Ql, 12 ditanabkan

................................. ] Ul Ql , 13 ditanahkan

r.------u3

Gambar4.8 Diagram pulsa

Gambar 4. 9 . menunjukkan rangkaian pemotong ph ' dengan SCR. Sudut

phase dapat diatur mulai dari oo sampai 180°, melalui pasak 11 IC TCA 785 dengan

54

Page 64: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

memberikan tegangan referensi masukan (VC). Tegangan VC did patkan dari keluaran

rangkaian op-ams.

Dengan menerapkan TCA 785 kedalam rangkaian nyalaan didapatkan

gambar rangkaian diperlihatkan pada Apendiks B.

Hubungan tegangan input referensi pin II dengan sudu penyalaan a adalah

sebagai berikut:

vc

30 90 120

Gambar4.9

150 180

• a

Lebar sudut penyalaan a' sebagai fungsi tegangan ref ere si (pin II)

Pada rangkaian ini .arus penyalaan sampai 50 mA. Lebar pulsa yalaan kira-kira I 00

J,l.detik.

IV.l.S. Rangkaian DAC (digital to analog converter)

Rangkaian DAC berfungsi untuk mengubah sinyal t angan digital yang

didapatkan dari rangkaian universal interface menjadi tegangan nalog yang nantinya

55

Page 65: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

alqm dibandingkan clengan tegangan keluaran tachogenerator melalui rangkaian

pembanding. Sebagai pengubah tegangan digital ke analog diguna IC MC 1408.

Karakteristik umum : ·-· ----·---· __ ._ ____ ....... .

1. Memiliki resolu.si sc:tx:sar 1/2-'6.

2. Akurasi relatip : kira-kira 0.19% error maksimum.

3. Setting time typical sebesar 300ns.

4. Masukan non-inverting, juga kompatibel dengan MTTL dan C S.

5. Tegangan output minimum -5.0V, maksimum +0.4V.

6. Kecepatan cukup tinggi dengan slew rate= 5.0 mNs.

7. Power supply: +5.0V dan -5.0V sampai -15V.

~--_. ____ ~IAC8080 lout u

u IISbAI Vrrc -J :> A2

Al Vrrc +I A4

AS A' CO"P A7

"•• lsbA8

Gambar4.10 MC/408

MC 1408 merupakan DAC 8 bit. Gam bar 4.10 menunjukka pemakain standard

untuk IC MC 1408.

Keterangan tiap pasak (pin) MC 1408

pasak13 _:vee (suplai positip). yaitu 5.0 v

56

Page 66: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

pasak 3

pasak2

pasak 5-12

pasak4

:VEE (suplai negatip), yang dipakai -12V.

: GND (ground)

: Masukan data biner (digital) yang akan diubah ke analog.

: keluaran. keluaran dari MC 1408 ini berupa a s yang dapat diatur

levelnya dengan Iref.

pasak 14,15 : Vref(+) dan Vref(-) sebagai pengontrol besarn arus keluaran (Io).

pasak 1

Pasa.k16

Besarnya Vref(+) menentukan Iref, dan dapat dia dengan mengubah

Rref. Sedangkan Iref mengatur besarnya arus k luaran (Io ). Rt yang

dihubungkan ke ground berfungsi sebagai kom asi arus bias untuk

temperatur drift. Jika ingin memakai tegangan r erensi negatif, maka

Vref( +) dihubungkan dengan Rt ke ground,

tegangan referensi tersebut.

: Range kontrol.

Untuk mengatur range dari tegangan kel

Vref(-) yang diberi

dihubungkan ke ground maka range keluaran -0. V s/d +0.4V. Range

ini dapat diubah sampai maksimum -5,0V deng melepas hubungan

pasak l(tetapi suplai negatip hsrus lebih negatif d

: Compensation. Pasak ini harus dihubungkan den an kapasitor ke Vee.

Jika Iref menjadi 1/2 kali, maka nilai kapasitor s menjadi 2 kali

untuk kompensasi phase. Untuk Vref = +2.0 V dan Rref= I.OK,

mak.a C untuk kompensasi ini minimum sebesar 15 pF.

57

Page 67: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

Arus keluaran lo dapat dicari dengan rumus :

fo = vf AI +&+&+A4 +AS +4§.+ A1 + A8] AL 2 4 8 16 32 64 128 25

Dimana K = Vref/R14

An = 'I' jika high

An = '0' jika low

Jika keluaran MC 1408 dihubungkan dengan op-ams, maka keluar op-ams dapat

dicari dengan rumus :

VO = IO.RO

(kedua input op.ams dapat dianggap memiliki beda potensial 0 vo t).

Keluaran dari rangkaian Universal interface yang berupa tabus On (n = 0, 1,

2, 3, 4, 5, 6, 7) diberikan p8Qa masukan data PPI 8255. PPI 82 5 berfungsi sebagai

buffer. Apabila dimasukkan data biner 8 bit dari PC, maka CSO an CSl (chip select)

yang berfungsi sebagai clock akan 'high'. Pada saat itu PPI 8 5 diaktifkan untuk

menerima data dari data bus yang berupa data biner 8 bit. Untuk s lanjutnya data Dn (n

:== 0 ,1, 2, 3, 4, 5 ,6 ,7) akan tetap tersimpan dalam buffer. Setelah ta masuk, CSO dan

CS 1 .akan 'low' kembali. CSO dan CS l akan 'high' lagi bila dari C dimasukkan data

lain yang berbeda. Ketika CSO dan CS I 'high' data yang telah ters pan pa.da buffer di

reset dan data baru disimpan.

Keluaran data dari buffer Qn (n = 0, I, 2, 3, 4, 5, 6, 7) di 'rikan pada masukan

data An (n = 0, I, 2, 3. 4. S. 6. 7) MC1408. Gambar rangkaian DA diperlihatkan pada

ApendiksB.

MILIK ERPUSTAKAAN

INSTI UT TEKNOLOGI

SEPUL H - NOPEMBER

58

Page 68: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

V.l. Kesimpulan

BABV

PENUTUP

Pengaturan sudut phase tegangan rotor Motor Ind i Rotor Belit 3 phase

mempunyai pengaruh yang sama dengan pengaturan resis i luar rotor dalam hal

pengaturan kecepatan.

Pada torsi konstan membesamya tegangan beban (R x) rotor menyebabkan

turunnya kecepatan rotor, dan turunnya tagangan beban (Rex menyebabkan naiknya

kecepatan rotor.

Dengan demikian pengaturan kecepatan Motor Induks Rotor Belitan 3 phase

dengan metode pengaturan tegangan rotor, dapat dipakai un menggantikan metode

konvensional yang menggunakan rele-rele magnetis d kontaktor-kontaktor

mekanis.

TCA 785 sebagai IC pentrigger secara luas karena

mempunyai banyak kelebihan tidak cocok untuk digunakan

phase tagangan rotor. Hal ini disebabkan frekuensi rotor gat rendah dibawah

ambang batas frekuensi kerja minimum TCA 785 (I 0 HZ).

59

Page 69: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

V.2. Saran

Untuk mendapatkan unjuk kerja yang optimal pada ngaturan sudut phase

tagangan rotor dibutuhkan rangkaian penjumlah (summing) ra tegangan VT dari

Tacho dan tegangan VR yang diset dari PC yang betul-betul pr sisi. Selain itu umpan

baliknya dibuatkan sebuah rangkaian ADC. Hal ini dimaks

dilakukan dari sebuah PC melalui sebuah softwar.

60

Page 70: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

DAFfAR PUSTAKA

1. M.H. Rashid, "Power Electronics: Circuits, Devices and A plication", Prentice

Hall International, Inc., New Jersey, 1988.

2. M Ramamoorty dan M. Arunachalam,"Dynamics Perforrnan of a Closed Loop

Induction Motor Speed Control with Phase Controlled SCR's n the Rotor", IEEE

Trans. on Industry Application System, Vol. IA-15, September ktober, 1979.

3. M Ramamoorty and N.S. Wani,"Chopper Controlled Slip-ri g Induction Motor

with Closed Loop Control", IEEE Trans. on Industry E ectronincs Control

Instrument Vol. IECI -24, No, 2, PP. 153-161, May 1977.

4. P.C. Sen, "Principle of Electric Machines and Power Electro cs", John Willey &

Sons, Inc., New York, 1984.

5. Robert F. Coughlin dan Frederick F. Driscoll, "Operational plifier and Linear

Integrated Circuit", 2nd Edition, Prentice Hall, Inc., 1982.

6. RP. Basu, "Variable Speed Induction Motor Using Thyristors in the Secondary",

IEEE Trans. Power Application System Vol. PAS-90 PP. 9-514 Mart/April,

1971.

7. Wasito S.,"Kumpulan Data Penting Elektronika", P. T. Multim ia, Jakarta, 1985. I

61

Page 71: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

3 PHASE

SCR ...-----. Terhubung

delta

~------.n Kontroler , Rangkaian Penyalaan

DAC PC

·"

Page 72: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

1 1 2 1 3 l 1

AI .A

LR7815

+5V

H 1-

8MD

It ,. I

~ LR7912

~ l-

ct 221 uv

LR7811

I Vln +UV l +UV IC

0 z: •

1---{ I ¥ t--

• ---...--------:--------,1• iTille POUII 8UPLAI

s,::· I Mullhr TST/28822818'11 ReuJshn

D~(e: 27•S[P 1994 ~-~ e6 n·a-11: f>t~uf>ti\ri't I Or::aun Jtu~

1 1 2 1 3 1

Page 73: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

+12U

-uu

+12U

+5U

+l2U -uu

Ilk 2.5U '

2.1U

-uv

+12V

3

2

-uu liiC

uout

luf"

on

Page 74: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

VR ( REFl

-12V

+12 I!>

-l2V

"';, A > Vout

-uv

on

Page 75: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

~ I L ~ I .. 74LSII

AI 2 l

A9 I A lf3 If

74LSl2 A& 2 8255

l PAl 4 :I AI I PAl .. PA2 ~

I PAl I

PA4 •• A£:4:>' PA5 .. , PA6 ...

1--- A7 4 PA7 .. , P17 21 l!::t [] "\7 ~ P86 .l:.

II 6 1:'r PII ~..t

E2• 'Y6 ~ ~-- RESET Pl4 .l:"'-El "' 'YI • At PIJ :J

; 'Y4 T AI Pl2 ,. ., I ] _, 'YJ ~ :s• 111" ,.. 11

T "R1r , .. .. H. :l C 'It 'Y2

I "' 'Y I NJI I A 'YI 27 D7 PC7 ~ ""' ~: D6 PC6 ~i-

~.- Dl PC5 1-i-II D4 PC4 1-i-

11(10.::1 :I DJ PCJ 1-i-1111

D2 PC2 1-1-- ". ~!!:: Dl PCI :It: -Ulr r Dl PCI II[IJ

c ·c --. .. ,,

rc.. I .. r 6

~ 4

~ ..............

II •••••••• : ] I 9 __r--- • - •o 2 :,., ~:::~:;: ~- -d c u• r .__

~ iij!,~ ~ ~ ~ i Dll - I ,

Title • IHTIIPACI

51Ze J A4

11u111ter 1••vts1on TIT-'2882281891

Data~ 7•"il!: .. •••• lihaot Gf' r lle~ 1211/1 Dr::twll au•

l. I I 2 3 J 4 t

Page 76: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

AC

A

+lSU

1-

I

-L ~ ....

AC

Cr+lSU

1'-1

•I

-L ...

1

I. 47U!.L -r-

~*

I. 47U!.L -r-

**

1

llsya 2211(

lsya 2211(

I 2

P•laa

~~···· ~Gate 8CI1

=!-2. 2UFC NICHJ

TCA 785

C::=~---1--~_.--Uref

17 ~~1

: J' *ISIItF II IC

P•lsa

TCA 785 ~····· Gate 8CI3

~ I 4 l

I 12

:::; • 2UFC NICHJ

vrer

..... _r X' o~ .... ~* ..... r 2

l

AC

+lSU

_c ~

T

1.47~ -r-

~*

3

lsya 2211C

4

P•lsa

~'···· Ga-te 8CR2 TCA 785

~------~~-+-4--Uref

__.;z. 2UFI "ICHJ

221C

~ ~? ~~ 1

_[' _[' _L1511tF --r- -r- -r-

11 IC

A

f-

I

1-

c

1-

I Tit t• 1•1 laa•kalaa Trl••••

3

Nu•~•r T8T.,2882281891

Ttle: fltlllllll I Dr111u1Liioi&! 4

Page 77: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO ITS

EE 1799 TUGAS AKHIR - 6 SKS

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Bidang Studi Tugas Diberikan Tugas Diselesaikan Dosen Pembimbing Judul Tugas Akhir

Yanu Shalahuddin 2882201091 Teknik Sistem Tena a

Ir. Teguh Yuwono

r· - SEP .1993

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGATUR KECE ATAN MOTOR INDUKSI ROTOR BELITAN 3 PHASA DENGAN METODE PENGATURAN IMPEDANSI ROTOR YANG DIOPERASIKAN MELALUI SEBUA IBM PC

Uraian Tugas Akhir : Hampir setiap motor yang dioperasikan p

membutuhkan kecepatan yang konstan. Padahal kecepatan Motor akan berubah baik akibat adanya pembebanan. Untuk mengatasi hal ini harus dilengkapi alat pengatur kecepatan.

Pada Tugas Akhir ini dibahas mengenai al kecepatan Motor Induksi 3 phasa dengan metode Tahanan Luar Slip-ring Ro .. tor Hotor Induksi tertutup. Metode pengaturan 1n1 relatif se ekonomis untuk aplikasi daya rendah dan medium dengan metode pengaturan yang lain.

Output dari Motor berupa putaran dihubun sebuah Tachometer. Tachometer akan merubah puta Tagangan. Tegangan output Tacho dibanding Tegangan Referensi yang di set melalui sebu Rangkaian pembanding tersebut berupa sebuah OP­Tegangan yang didapat diumpankan pada rangka yang akan menyulut SCR sesuai dengan sudut a y sebagai output dari rangkaiaq Trigger. SCR dira dan dihubungkan dengan tahanan luar Slip-ring M Rotor Belitan.

Mengetahui Surabaya, ?6 S

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Ko~rdinator

047·1-·( Ir. Sidarjanto )

NIP. 130532003

Mengetahui, Teknik Elektro ITS

~ 3uk Astrowulan MSEE )

da Industri seringkali

guan maupun etiap Motor

t pengatur Pengaturan

rangkaian erhana dan

dibanding

kan dengan an menjadi an dengan h IBM PC. MP. Selisih an Trigger ng didapat gkai Delta tor Induksi

1993

imbing

Page 78: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

a. Judul Tugas Akhir

b. Ruang lingkup

c. Latar Belakang

d. Penelaahan masalah

e. Tujul'ln·

f. Metodologi

USULAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN DAN PE PENGATUR KECEPA INDUKSI ROTOR BEL! DENGAN METODE IMPEDANSI ROT DIOPERASIKAN MELAL

ALAT MOTOR

AN 3 PHASA PENGATURAN

YANG IBM PC

- Teknik Tenaga Li ·trik - Elektronika Sist .m Tenaga

Metode pengaturan kecepatan Motor Induksi 3 hasa banyak macamnya. Diantar Teknik pengaturan Tegan an Stator, Tegangan/Arus da Frekuensi Stator, Daya Rotor dan Impedansi Rotor. Dari semua sistem pengatur n diatas, metode pengatura Impedansi Rotor yang palin mudah dan relatif ekonomis untuk daya rendah dan sedang. Tugas Akhir ini a an membahas metode pengatura Impedansi Rotor. Pada alat pe~gat r kecepatan yang biasa tegang n referensi akan diberikan elalui set referensi secara m nual. Tetapi Pada Tugas Akhi ini set referensi diberi an secara otomatis dari se uah IBM PC melalui Interface.

:-Mempelajari kecepatan phasa.

-Mempelajari pembuatan kecepatan.

-Mempelajari

siste pengaturan Motor Induksi 3

canaan dan pengatur

dari sebuah Kontr 1

IBM PC otomatis

Hencari n1etode kecepatan Motor In Belitan 3 phasa mudah dan relati

pengaturan uksi Rotor ang paling

ekonomis dengan kemampu n yang maksimal.

1. Studi literatur 2. Perancangan per latan 3. Pembuatan peral tan 4. Penguj ian da 1 seting

peralatan 5. Penulisan buku

Page 79: MOTOR INDUKSI ROTOR BELITA - CORE

g. Relevansi

h. Jadwal Kegiatan

Kegiatan

l.Studi Literatur 2.Perancansan alat 3.Pembuatan alat 4.Pengujian dan

seting alat 5.Penulisan buku

I

-

: Dengan didapatk~nnya metode pengaturan yan~ lebih mudah dan relatif ekonomis dengan kemampuan yang ~aksimal akan menigkatkan keefektifan kerja Motor Induksi ~otor Belitan dalam Industri.

Bulan

II III IV v VI

-----· ----~------------------~----~----~------~------+-----~----~~