pidato menteri keuangan pada tentang jawaban … pidato menteri... · 1 pidato menteri keuangan...
TRANSCRIPT
PIDATO MENTERI KEUANGAN
PADA RAPAT PARIPURNA DPR RI
TENTANG JAWABAN PEMERINTAH
ATAS
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI DPR RI
TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2019
BESERTA NOTA KEUANGANNYA
Rapat Paripurna DPR RI, 4 September 2018
REPUBLIK INDONESIA
1
PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA
DPR RI TENTANG JAWABAN PEMERINTAH ATAS
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI DPR RI
TERHADAP RUU TENTANG APBN TA 2019
BESERTA NOTA KEUANGANNYA
TANGGAL 4 SEPTEMBER 2018
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,
Yang Saya hormati, Saudara Ketua, Wakil Ketua, serta Para
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala Rahmat dan Karunia-Nya,
kita diberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan tugas dan
kewajiban kenegaraan dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2019, beserta Nota Keuangannya.
Perkenankanlah kami atas nama Pemerintah, mengucapkan terima
kasih kepada semua fraksi di DPR RI atas seluruh pandangan dan
masukan yang konstruktif terhadap berbagai macam substansi RUU
APBN Tahun Anggaran 2019 beserta Nota Keuangannya, yang telah
disampaikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16
2
Agustus 2018. Semua pandangan dan masukan dari semua Fraksi di
DPR RI, tentunya akan menjadi bahan yang berharga dalam
pembahasan bersama antara Pemerintah dan DPR RI pada tahap
berikutnya.
Sidang Dewan yang terhormat,
APBN merupakan instrumen yang sangat penting untuk menjalankan
amanah bernegara, dalam menjaga perekonomian dan menciptakan
kemakmuran yang berkeadilan. Pada saat ini, kita dihadapkan pada
kondisi perekonomian global yang masih penuh gejolak, sebagai akibat
kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak ke
seluruh dunia. Kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga
oleh The Federal Reserve, serta perang dagang dengan negara Tiongkok,
telah berimbas negatif pada banyak negara, termasuk emerging
economies. Beberapa negara yang memiliki fondasi ekonomi yang
rentan ditambah dengan kebijakan ekonomi mereka yang dianggap tidak
konsisten dengan fundamental ekonominya, telah mengalami krisis
seperti Venezuela, Argentina, serta Turki.
Indonesia harus meningkatkan kewaspadaannya di dalam menghadapi
lingkungan ekonomi yang sangat menantang ini. Dilihat dari sumber
permasalahannya, gejolak ekonomi global dan pengaruh negatifnya
terhadap negara-negara berkembang diperkirakan masih akan
berlangsung hingga tahun 2019. Oleh karena itu RAPBN 2019 dirancang
untuk mampu mengantisipasi terus berlangsungnya gejolak global
tersebut. APBN memiliki fungsi sebagai instrumen untuk alokasi,
distribusi dan stabilisasi. Ketiga fungsi tersebut harus makin
dioptimalkan agar perekonomian Indonesia relatif tetap terjaga dan
dapat menyesuaikan terhadap lingkungan ekonomi baru.
3
Pemerintah bersama-sama otoritas moneter (Bank Indonesia) dan
Otoritas Jasa Keuangan terus melakukan bauran kebijakan untuk
menjaga stabilitas dan penyesuaian terhadap tantangan baru, dengan
mengurangi sumber kerentanan perekonomian Indonesia, terutama
yang berasal dari defisit transaksi berjalan. Dengan demikian,
perekonomian Indonesia tetap mampu untuk menjaga ketahanannya
secara fleksibel dan terus dapat menjaga momentum kemajuan. RAPBN
tahun 2019 sebagai instrumen kebijakan fiskal harus dirancang agar
tetap sehat, adil, dan mandiri, sehingga dapat efektif menjalankan fungsi
alokasi, distribusi dan stabilisasi dalam konteks gejolak ekonomi global
yang masih akan berlangsung hingga tahun depan.
APBN tahun 2018 telah mampu menjadi alat untuk membantu menjaga
stabilitas perekonomian nasional dengan berbagai kebijakan fiskal yang
ekspansif namun secara terukur dengan tingkat defisit yang semakin
menurun. Dengan tantangan yang berbeda, RAPBN tahun 2019 disusun
dengan tujuan untuk tetap menjaga momentum pembangunan, namun
dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap gejolak global. RAPBN
tahun 2019 didesain Adil, Sehat, dan Mandiri. Kesehatan RAPBN tahun
2019 terus dijaga dengan semakin menurunkan rasio defisit anggaran
serta mengarahkan defisit keseimbangan primer juga semakin mengecil.
Aspek keadilan dicerminkan dengan menjaga keseimbangan antara
pembangunan fisik dan pembangunan sumber daya manusia, antara
alokasi belanja Pusat dan alokasi belanja daerah, serta penerapan sistem
perpajakan yang adil, baik sebagai instrumen insentif bagi masyarakat,
maupun bagi pengembangan dunia usaha. Aspek Kemandirian
diwujudkan dengan meningkatkan kontribusi penerimaan perpajakan di
dalam penerimaan negara, serta penggunaan instrumen pembiayaan
utang yang semakin menurun.
4
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Ijinkanlah kami memberikan tanggapan atas berbagai pandangan dan
masukan yang telah disampaikan oleh fraksi-fraksi di DPR RI terhadap
RAPBN Tahun Anggaran 2019 beserta Nota Keuangannya, sebagai
berikut.
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai
Golongan Karya, Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya,
Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Amanat Nasional,
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi
Partai NasDem, serta Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat,
menyampaikan masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh sisi permintaan agregat, yaitu konsumsi rumah tangga,
investasi, belanja pemerintah, dan ekspor dikurangi impor. Serta dari
sisi penawaran atau produksi, yaitu pertumbuhan ekonomi ditentukan
oleh jumlah dan produktivitas tenaga kerja, modal dan teknologi.
Dengan gejolak lingkungan global dan ancaman perang dagang, maka
aliran modal ke dalam negeri akan semakin menurun, sehingga akan
mempengaruhi investasi dan ekspor. Oleh karena itu pemerintah fokus
untuk menggunakan instrumen fiskal dan kebijakan lainnya untuk
menetralisir dan melawan pelemahan global dengan tetap mendorong
investasi dan ekspor, serta mengendalikan impor. APBN juga digunakan
untuk melindungi daya beli masyarakat, serta mengurangi kemiskinan
dan kesenjangan. Dengan demikian, faktor permintaan dalam menjaga
momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan sebesar
5,3 persen. Asumsi tersebut cukup realistis dan optimistis. Pemerintah
memandang perlu untuk memberikan sinyal optimisme kepada pelaku
5
usaha pada saat perekonomian dunia menunjukkan risiko gejolak yang
lebih besar, meskipun masih diprediksi tumbuh pada level 3,9 persen
untuk tahun 2018 dan tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen
tersebut, didukung oleh konsumsi rumah tangga yang diharapkan dapat
tumbuh 5,1 persen dengan stabilitas harga barang pokok kebutuhan
masyarakat akan terus dijaga agar tetap terjangkau. Selain itu, konsumsi
Pemerintah diproyeksikan tumbuh 5,4 persen dengan anggaran belanja
yang semakin efisien dan produktif serta mendukung program prioritas
pembangunan.
Motor penggerak pertumbuhan ekonomi tahun 2019 diharapkan berasal
dari investasi dan ekspor, meskipun lingkungan global sangat
menantang. Iklim investasi dalam negeri terus diperbaiki dengan
berbagai insentif fiskal dan kebijakan struktural melalui perbaikan dan
penyederhanaan perijinan. Belanja negara diarahkan kepada sektor yang
produktif. Sementara itu, dukungan peningkatan ekspor termasuk
pariwisata dilakukan melalui berbagai instrumen fiskal dan lembaga
keuangan, termasuk memacu produk-produk manufaktur yang memiliki
nilai tambah tinggi.
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai
Golongan Karya, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai
Amanat Nasional, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan, Fraksi Partai NasDem, serta Fraksi Partai Hati
Nurani Rakyat menyampaikan pandangan mengenai dinamika nilai
tukar rupiah. Bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan,
Pemerintah akan terus menjaga agar perubahan nilai tukar Rupiah
mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang menopangnya,
dan fleksibilitas Rupiah dapat dikelola dan diserap oleh perekonomian
6
secara baik. Dengan demikian stabilitas perekonomian dan sektor
keuangan terus terjaga. Kami akan terus mewaspadai pergerakan nilai
tukar Rupiah yang dipicu oleh sentimen global dan perubahan kebijakan
negara Amerika Serikat.
Di dalam konteks yang sangat dinamis ini, penetapan asumsi nilai tukar
untuk tahun 2019 menjadi tantangan yang tidak mudah karena harus
mencerminkan kombinasi antara faktor fundamental yang menopang
nilai Rupiah kita, namun juga harus antisipatif terhadap sentimen pasar
yang mudah berubah. Dengan menggunakan seluruh instrumen
kebijakan, baik instrumen fiskal maupun instrumen kebijakan
struktural, Pemerintah akan terus melakukan penguatan struktur
perekonomian Indonesia dengan memperkuat sektor industri
manufaktur yang mampu menghasilkan devisa, dan mengurangi impor
– terutama impor barang konsumtif, dan juga untuk mendukung sektor
pariwisata, sehingga neraca perdagangan dan transaksi berjalan menjadi
menguat. Perbaikan iklim investasi agar dapat menarik arus modal dari
luar juga terus diperbaiki untuk memperkuat neraca modal di neraca
pembayaran, sehingga neraca pembayaran akan semakin kokoh untuk
menopang stabilitas nilai tukar rupiah. Pemerintah juga terus
memperkuat basis investor dalam negeri dan melakukan pendalaman
pasar keuangan dan pasar surat berharga, sehingga stabilitas nilai surat
berharga Pemerintah dapat dijaga. Bank Indonesia dan OJK terus
menjaga sistem keuangan dan fungsi intermediasi agar tetap stabil dan
tahan terhadap guncangan global. Dalam rangka mitigasi dan antisipasi
terhadap risiko nilai tukar rupiah, Pemerintah dan Bank Indonesia akan
terus menyiapkan dan memanfaatkan kerjasama regional dan global
untuk memperkuat instrumen second line of defense.
7
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Menanggapi pandangan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai
Gerakan Indonesia Raya, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi
Partai Amanat Nasional, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa,
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan, Fraksi Partai NasDem, dan Fraksi Partai Hati
Nurani Rakyat mengenai target penerimaan perpajakan, Pemerintah
akan berupaya untuk mewujudkan kemandirian APBN yang ditunjukkan
dengan semakin besarnya peranan penerimaan perpajakan terhadap
pendapatan negara, yaitu 83 persen dalam RAPBN tahun 2019, hal ini
meningkat tajam dibandingkan tahun 2014 sebesar 74 persen.
Dalam RAPBN tahun 2019, penerimaan perpajakan ditargetkan tumbuh
15 persen, relatif lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dalam
beberapa tahun terakhir. Target tersebut disusun dengan
mempertimbangkan perbaikan kinerja perpajakan dan peningkatan
kepatuhan pembayaran pajak. Selain itu, perbaikan pertumbuhan
ekonomi hingga semester satu 2018 menghasilkan pertumbuhan
penerimaan perpajakan sebesar 14,3 persen, atau lebih tinggi dari
pertumbuhan semester satu tahun 2017 yang tumbuh sebesar 9,6
persen. Target pertumbuhan penerimaan pajak 2019 akan diwujudkan
melalui sumber penerimaan rutin yang dibayarkan dan/atau disetorkan
oleh Wajib Pajak (voluntary payment) yang berbasiskan pada
kepatuhan sukarela (voluntary compliance) dan upaya (extra effort)
Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
bersinergi penuh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Selain itu, dilakukan beberapa kebijakan utama perpajakan dalam tahun
2019 meliputi: (i) penguatan fungsi pelayanan (tax services), (ii)
8
peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui implementasi Automatic
Exchange of Information (AEoI), serta penertiban ekspor, impor, dan
cukai berisiko tinggi, (iii) penegakan hukum secara berkeadilan, dan
(iv) melanjutkan reformasi perpajakan yang komprehensif, melalui
reformasi sumber daya manusia, regulasi, teknologi informasi dan
proses bisnis.
Meskipun penerimaan perpajakan terus diupayakan meningkat, untuk
kemandirian APBN kita Pemerintah tetap menjaga iklim investasi, serta
meningkatkan pelayanan bagi para pembayar pajak dan pelaku usaha
yang patuh dan baik, juga terus menggunakan instrumen fiskal secara
aktif di dalam bentuk insentif untuk mendukung kegiatan dunia usaha
dan melindungi perekonomian Indonesia.
Pemerintah menyampaikan penghargaan atas dukungan segenap fraksi
dan anggota Dewan terhadap reformasi perpajakan yang terus bergulir
dan mengharapkan kerjasama yang konstruktif terus bisa berjalan,
sehingga kita dapat meningkatkan tax ratio dan mendorong
kemandirian APBN dalam jangka menengah panjang.
Selanjutnya, Pemerintah juga sepakat dengan pandangan Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera dan Fraksi Partai Kebangkitan
Bangsa, agar Pemerintah terus melakukan evaluasi terkait belanja
perpajakan (tax expenditure). Belanja perpajakan dalam bentuk
berbagai insentif yang diberikan Pemerintah untuk mendorong
perkuatan industri dan menciptakan multiplier effect yang besar bagi
perekonomian, juga untuk melindungi kelompok masyarakat yang
masih rentan, terutama kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Besaran belanja perpajakan dalam perekonomian kita cukup besar, yaitu
sebesar 1,1 persen terhadap PDB pada tahun 2016 dan tahun 2017, dan
akan terus kami evaluasi efektivitasnya dan dipergunakan secara
9
bijaksana ke depan. Dalam waktu dekat, Pemerintah juga akan
menerbitkan laporan belanja perpajakan (tax expenditure report) secara
reguler setiap tahun sebagai bentuk transparansi kebijakan fiskal kita.
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang kami hormati,
Pemerintah mengapresiasi dukungan Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai
Amanat Nasional, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera, dan Fraksi Partai NasDem agar
Pemerintah memperhatikan pembangunan Sumber Daya Manusia
sejalan dengan strategi RAPBN tahun 2019 yang mengedepankan
investasi di bidang pendidikan dan kesehatan untuk menghasilkan SDM
Indonesia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dengan percaya
diri di dunia internasional. Untuk itu, Pemerintah terus mengefektifkan
alokasi anggaran pendidikan untuk diarahkan dalam meningkatkan
akses, distribusi, dan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Kemudian
menekankan bahwa alokasi anggaran dalam RAPBN tahun 2019 harus
dimanfaatkan dalam membiayai kegiatan yang berkaitan langsung
dengan penyelenggaraan pendidikan.
Selain itu, terobosan kebijakan akan dilakukan Pemerintah untuk
meningkatkan kualitas guru dan tenaga pendidikan, seperti penilaian
kinerja, peningkatan kualifikasi akademik, sertifikasi, dan peningkatan
kesejahteraan guru dan tenaga pendidik. Upaya peningkatan
kesejahteraan guru tersebut sejalan dengan pandangan Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera agar ada kepastian atas tunjangan guru PNS dan
non PNS, yang dalam APBN dialokasikan, baik melalui anggaran
Kementerian/Lembaga, maupun Transfer ke Daerah. Dari sisi
penyaluran juga akan dilakukan perbaikan melalui dukungan Teknologi
10
Informasi, sehingga dapat dilaksanakan dengan tepat sasaran, tepat
waktu, dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana saran Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Pemerintah
telah melakukan berbagai upaya untuk mempermudah penyaluran
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dengan tetap menjaga
akuntabilitas, melalui pengurangan persyaratan penyaluran, simplifikasi
pelaporan daerah, dan memberikan kemudahan bagi daerah terpencil
melalui penyaluran dalam periode 6 bulan. Sedangkan untuk satuan
biaya BOS, mulai tahun 2019 akan memperhitungkan tidak hanya
jumlah peserta didik, namun juga kesulitan geografis yang dihadapi
sekolah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.
Dalam hal percepatan penyelesaian sarana dan prasarana pendidikan,
pada tahun 2019 Pemerintah melakukan terobosan dengan melibatkan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di dalam
melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi ruang-ruang kelas, serta
melakukan supervisi pembangunan sarana prasarana yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah yang bersumber dari dana DAK.
Sementara itu, Pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya
perbaikan pembangunan bidang kesehatan, antara lain peningkatan
kualitas dan ketersediaan tenaga kesehatan, penguatan program
promotif dan preventif dengan mendorong pola hidup sehat, perluasan
Penerima Bantuan Iuran dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional
yang dalam tahun 2019 akan diberikan kepada 96,8 juta jiwa dengan
diikuti peningkatan ketepatan sasaran, perbaikan manajemen, tata
kelola, akuntabilitas, serta efisiensi BPJS Kesehatan dan perbaikan
pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Di samping itu, terkait
sarana dan prasarana kesehatan, Pemerintah akan mendorong
11
pembangunan rumah sakit di daerah yang dibiayai melalui skema kerja
sama Pemerintah dan Badan Usaha.
Selanjutnya, Pemerintah memiliki pandangan yang sama dengan Fraksi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera, untuk mengutamakan gizi, baik dalam aspek
ketersediaan gizi maupun aspek tenaga gizi. Hal ini sejalan dengan
upaya Pemerintah untuk mempercepat penanganan stunting, yang
dalam tahun 2019 diarahkan pada 160 kabupaten/kota, perluasan dari
tahun 2018 yang difokuskan pada 100 kabupaten/kota. Upaya ini akan
dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif,
antara lain dalam bentuk pemberian makanan tambahan untuk 525 ribu
ibu hamil dan 1,5 juta balita kurus, pemberian ASI hingga anak usia 23
bulan didampingi pemberian makanan pendamping ASI, serta
pemberian suplemen tambahan untuk ibu menyusui dan anak usia 7-23
bulan.
Dalam hal tenaga kesehatan, Pemerintah akan terus melanjutkan
berbagai kebijakan, seperti wajib kerja dokter spesialis, program
nusantara sehat dalam bentuk penempatan dokter/tenaga kesehatan di
wilayah tertentu, internship, serta program beasiswa/tugas belajar
untuk tenaga kesehatan daerah.
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai
Demokrat, Fraksi Partai Amanat Nasional, Fraksi Partai
Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi
Partai Persatuan Pembangunan, dan Fraksi Partai NasDem
yang menyoroti percepatan penurunan kemiskinan, kesenjangan dan
12
penguatan program perlindungan sosial, dapat kami jelaskan sebagai
berikut.
Pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan jaring pengaman sosial
bagi masyarakat miskin melalui program perlindungan sosial. Hal ini
untuk menghindari terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusif
dan menghasilkan ketimpangan yang melebar. Kebijakan perlindungan
sosial yang dilakukan oleh Pemerintah terdiri dari dua strategi: (i)
mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin melalui program
Bantuan Pangan Non Tunai, Program Keluarga Harapan, Program
Indonesia Pintar dan bidik misi, serta bantuan iuran Jaminan Kesehatan
Nasional; dan (ii) meningkatkan pendapatan masyarakat miskin,
diantaranya bantuan permodalan dan mendorong usaha kecil rumahan
melalui bantuan sosial stimulan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan
Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh beberapa lembaga, program
perlindungan sosial seperti PKH, PIP, dan Bantuan Pangan mampu
secara efektif mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan. Oleh
karena itu, pada tahun 2019, pemerintah menargetkan persentase
kemiskinan lebih turun lagi menjadi 8,5 persen – 9,5 persen, dan rasio
gini pada kisaran 0,38-0,39. Upaya menurunkan kemiskinan dan
kesenjangan tersebut tidak mudah, tetapi dapat dilakukan dengan
bauran kebijakan yang tepat dan terbukti efektif, peningkatan efisiensi
dan efektivitas implementasi program perlindungan sosial, koordinasi
antar semua pemangku kepentingan, serta sinergi antara program dan
antara Kementerian/Lembaga pada program perlindungan sosial.
Di dalam rangka penguatan program perlindungan sosial tersebut,
Pemerintah melakukan peningkatan efektivitas PKH melalui:
(1) meningkatkan besaran bantuan sebesar 100 persen yang diikuti
13
dengan penguatan peran pendamping dan verifikasi pemenuhan
kewajiban (conditionalities); (2) pemberian besaran bantuan sesuai
aspek keadilan; dan (3) pemberian bantuan untuk lansia melalui
program tersendiri di luar PKH. Pemerintah juga akan melakukan
perluasan cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Program JKN untuk
menjamin keterjangkauan masyarakat miskin atas layanan kesehatan
dapat terpenuhi.
Pada akhir tahun 2019 Pemerintah menargetkan penyaluran bantuan
pangan non tunai (BPNT) akan bertahap menuju kepada 15,6 juta
keluarga penerima manfaat. Melalui skema BPNT tersebut, pelaksanaan
dan penyaluran bantuan pangan diharapkan bisa lebih transparan, tepat
sasaran, dan penerima bantuan mempunyai fleksibilitas, baik kualitas
maupun bentuk pangan yang diinginkan. Selain itu, Penggunaan
kartu/voucher bantuan diharapkan dapat mendorong upaya
pemberdayaan masyarakat miskin melalui E-Warong, serta memberikan
akses jasa keuangan terutama kepada masyarakat miskin.
Disamping penguatan program-program tersebut, Pemerintah melalui
sinergi PKH dengan program pemberdayaan masyarakat (KUBE, UEP
dan KUR), dan melalui instrumen alokasi dana desa diharapkan mampu
mengurangi kemiskinan, kesenjangan dan meningkatkan kemandirian
masyarakat hingga tingkat desa. Pada bidang pertanian, Pemerintah
juga memperkuat Reformasi Agraria dan Perhutanan Sosial sebagai
bentuk penataan aset produktif dan keberpihakan terhadap para petani
dan rakyat kecil dengan target 9 juta sertifikat pada tahun 2019.
Namun demikian, Pemerintah menyadari bahwa masih terdapat
tantangan terutama terkait efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
program-program perlindungan sosial, khususnya dari aspek ketepatan
sasaran. Oleh karena itu, Pemerintah sependapat dengan pandangan
14
Fraksi Partai Amanat Nasional dan Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera agar Pemerintah melakukan sinergi program-program
kemiskinan, bantuan sosial, subsidi, dan program sektoral lainnya
melalui penyatuan seluruh basis data "by name by address" untuk
perencanaan dan penganggaran, baik bagi program perlindungan sosial,
bansos dan subsidi. Untuk ini, Pemerintah telah menyiapkan satu basis
data (unified data) yang bersumber dari 40 persen golongan masyarakat
dengan pendapatan terendah, yaitu Basis Data Terpadu Program
Penanganan Fakir Miskin (DTPPFM) yang dikelola oleh Kementerian
Sosial dan TNP2K.
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Menanggapi pandangan dari Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi
Partai Demokrat, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan, dan Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat mengenai
perlunya Pemerintah memperbaiki mekanisme pengawasan dan evaluasi
Dana Desa dapat disampaikan bahwa, Pemerintah sependapat untuk
terus melakukan berbagai upaya perbaikan dalam pelaksanaan evaluasi
dan pengawasan Dana Desa. Pemerintah juga melakukan penguatan
monitoring dan evaluasi kapasitas perangkat desa, serta koordinasi,
konsolidasi dan sinergi dari tingkat Pemerintahan Pusat, Pemerintah
Daerah, kecamatan, hingga desa.
Dalam rangka meningkatkan pengawasan, telah dan akan terus
dilakukan upaya pengawasan yang terintegrasi, efektif, dan efisien,
melalui:
1) Bupati/Walikota untuk memberdayakan aparat pengawas fungsional
di daerah, serta melakukan pembinaan kepala desa untuk
pelaksanaan keterbukaan informasi di desa,
15
2) mendorong Bupati/Walikota untuk mengoptimalkan peran
organisasi perangkat daerah kabupaten/kota dan kecamatan dalam
melakukan pendampingan teknis penyelenggaraan pemerintahan
desa,
3) meningkatkan pencegahan penyimpangan penggunaan Dana Desa
melalui pembentukan Sekretariat Pengawalan Dana Desa di
kabupaten/kota dari berbagai unsur pemerintahan,
4) kerjasama dengan POLRI melalui MoU dengan ruang lingkup
sosialisasi dan regulasi, fasilitasi pengamanan, penegakan hukum,
dan pengelolaan dana desa, termasuk pertukaran informasi dan
pembinaan,
5) kerjasama dengan KPK, Kejaksaan, dan BPKP untuk melakukan
pengawasan terhadap penggunaan Dana Desa,
6) kerjasama dengan Perguruan Tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan
LSM yang tergabung dalam POKJA masyarakat sipil dalam
melakukan monitoring dan pengawasan penggunaan Dana Desa,
serta
7) peningkatan peran Satgas Dana Desa untuk melakukan pengendalian
dan pengawasan terhadap penggunaan Dana Desa.
Selain itu juga dilakukan, penguatan kompetensi tenaga pendamping
untuk memperkuat kapasitas aparat desa dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan penyusunan laporan
pertanggungjawaban Dana Desa. Dengan berbagai langkah tersebut
diharapkan pemanfaatan Dana Desa dapat lebih optimal dan semakin
fokus pada upaya pengentasan kemiskinan, mengurangi ketimpangan
pelayanan dasar antardesa, memajukan perekonomian desa, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.
16
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Selanjutnya menanggapi pandangan Fraksi Partai Gerakan
Indonesia Raya, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera, dan Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan terkait dengan tren peningkatan pembiayaan utang
dalam kurun waktu 2015-2018 dapat disampaikan penjelasan sebagai
berikut. APBN yang terdiri dari sisi penerimaan, belanja, dan
pembiayaan (termasuk utang) adalah instrumen untuk mengelola
perekonomian dengan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilitasi. Dalam
periode 2015-2017, perekonomian Indonesia dihadapkan pada
penurunan harga-harga komoditas global secara drastis yang
menghantam dunia usaha dan menekan penerimaan negara, baik dalam
bentuk penerimaan perpajakan maupun non pajak. Sementara itu
tujuan untuk membangun infrastruktur yang tertinggal, memperbaiki
kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sangat mendesak, serta
pengurangan kemiskinan dan kesenjangan antar daerah merupakan
prioritas yang tidak dapat ditunda. Dalam rangka mengelola tekanan
global, jatuhnya komoditas, dan menjalankan program pembangunan
yang prioritas dan strategis tersebut, maka APBN melakukan fungsi
stabilisasi (counter cyclical), fungsi alokasi dan fungsi distribusi dengan
mendesain defisit APBN 2015-2017 yang meningkat di atas 2 persen dari
PDB. Meskipun peningkatan angka defisit APBN yang berarti
penambahan utang negara secara nominal Rupiah, namun defisit APBN
tetap dijaga di bawah batas yang ditetapkan oleh Undang-Undang
Keuangan Negara. Dengan likuiditas global yang longgar, dan suku
bunga global yang masih rendah pada periode 2015-2017 yang lalu, juga
tingkat inflasi dalam negeri yang relatif stabil rendah, maka pembiayaan
utang dapat dikelola dengan aman.
17
Memasuki tahun 2018, Pemerintah melakukan konsolidasi fiskal dengan
menurunkan tingkat defisit APBN. Fungsi stabilisasi APBN secara
bertahap disesuaikan karena perekonomian tidak bisa menerima suatu
shock yang sifatnya mendadak. Langkah ini akan terus dipertahankan
pada tahun 2019, yaitu melalui konsolidasi fiskal dengan penurunan
tingkat defisit, dengan lingkungan global yang berubah sangat cepat,
dengan likuiditas global yang makin mengetat dan suku bunga global
yang cenderung meningkat, maka APBN harus dirancang lebih hati-hati
dengan terus menurunkan tingkat defisit dan bahkan bertujuan untuk
mencapai keseimbangan primer yang mendekati seimbang dan positif.
Penambahan dan pengurangan utang negara adalah bagian dari
keseluruhan desain untuk menggunakan APBN sebagai instrumen
kebijakan makro ekonomi dan dalam rangka menjalankan fungsi APBN
sesuai mandat Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu APBN sebagai
alat stabilisasi (counter cyclical), alokasi dan distribusi untuk mengelola
perekonomian Indonesia dalam rangka mencapai pertumbuhan,
pemerataan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia
secara menyeluruh.
Pembahasan dan perdebatan baik secara politik maupun substantif
mengenai APBN, termasuk kebijakan defisit APBN dan besaran
tambahan utang negara setiap tahun, selalu dilakukan secara detail,
terbuka dan transparan dalam proses pembahasan APBN dengan Dewan
Perwakilan Rakyat dan pada akhirnya disetujui dan ditetapkan dalam
bentuk Undang-Undang APBN setiap tahunnya. Pertanggungjawaban
APBN, termasuk pertanggungjawaban besaran utang yang disampaikan
oleh Pemerintah, juga dibahas secara detail oleh seluruh fraksi DPR
secara terbuka dan ditetapkan dalam Undang-Undang
Pertanggungjawaban dan Pelaksanaan APBN (Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat). Inilah yang disebut proses politik dan proses hukum
18
yang konstitusional yang sudah diatur di dalam tata negara Republik
Indonesia dan diatur dalam peraturan perundangan-undangan yang
terus dipatuhi dan dijaga oleh Pemerintah.
Pemerintah terus memiliki komitmen menjaga keuangan negara, APBN,
dan utang negara secara hati-hati (prudent), sesuai kaidah-kaidah
kehati-hatian dan standar pengelolaan utang yang diterapkan oleh
semua negara secara konsisten. Ukuran dan standar pengelolaan utang
negara dinilai, diteliti dan diamati oleh semua lembaga keuangan yang
independen dan memiliki reputasi global. Ini adalah bagian dari tradisi
pertanggung jawaban Pemerintah yang baik di dalam pengelolaan
keuangan negara terhadap rakyat, termasuk kepada generasi yang akan
datang. Seluruh komponen APBN termasuk pembiayaan utang negara,
akan terus dimanfaatkan secara produktif, efisien, dan akuntabel,
sehingga dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian Indonesia dan
menciptakan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan utang negara sangat transparan dan akuntabel, diteliti dan
dinilai oleh seluruh pemangku kepentingan. Dengan menggunakan
standar kehati-hatian yang tinggi dan terus menggunakan standar best
practice yang dipakai secara global, pengelolaan utang dan APBN
Indonesia memperoleh penilaian yang positif dari seluruh lembaga
rating dunia, sehingga rating Indonesia saat ini mencapai investment
grade. Capaian ini tentu saja harus kita jaga dengan hati-hati dan
bertanggung jawab. Pemerintah juga terus menurunkan risiko
pembiayaan dengan melakukan upaya diversifikasi instrumen, baik yang
bersifat konvensional maupun instrumen yang berbentuk syariah, dan
meningkatkan variasi sumber pembiayaan, baik yang berasal dari
sumber domestik, maupun yang berasal dari berbagai lembaga
multilateral. Dengan demikian, risiko pengelolaan utang negara dapat
terus diminimalkan dan biaya utang terus diupayakan dapat ditekan.
19
Hal ini juga akan bermanfaat dalam memperkuat dan memperdalam
pasar keuangan dalam negeri dan pasar surat berharga sebagai alat
investasi, sehingga sektor keuangan Indonesia akan makin stabil dan
memiliki daya tahan. Utang dan seluruh elemen APBN jelas bukanlah
tujuan, namun mereka adalah instrumen untuk mencapai tujuan
bernegara dan mengelola perekonomian Indonesia.
Pengelolaan utang yang produktif, tercermin dari upaya Pemerintah
mengalihkan belanja yang bersifat konsumtif menjadi produktif sejak
tahun 2015 melalui reformasi subsidi energi dan belanja
kementerian/lembaga. Peningkatan belanja produktif dapat dicermati
dari meningkatnya belanja strategis, terutama belanja infrastruktur,
serta belanja pendidikan, belanja kesehatan, dan belanja perlindungan
sosial.
Selanjutnya menanggapi pandangan Fraksi Partai Gerakan
Indonesia Raya, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera, dan Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan agar Pemerintah meningkatkan kehati-hatian di dalam
pengelolaan utang termasuk di dalamnya SBN, seiring adanya
ketidakpastian perekonomian global, dapat kami sampaikan sebagai
berikut. Pemerintah telah meningkatkan kewaspadaan terhadap
pengawasan kondisi perekonomian domestik dan global, serta
menyiapkan skema protokol manajemen krisis (Crisis Management
Protocol/CMP) di pasar SBN dan juga skema mekanisme stabilisasi
pasar SBN melalui Bond Stabilization Framework (BSF). Pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Keuangan, bersama Bank Indonesia dan OJK
akan terus melakukan upaya pengembangan dan pendalaman pasar
keuangan untuk memitigasi risiko yang mungkin timbul akibat
ketidakpastian perekonomian global. Di sisi lain, sebagai bagian dari
strategi pembiayaan pada tahun 2019, upaya efisiensi atas kombinasi
20
sumber pendanaan serta pengembangan sumber pembiayaan yang
kreatif akan terus dilakukan oleh Pemerintah.
Pemerintah selalu meriview tambahan penerbitan SBN serta
kepemilikan SBN. Di sisi lain kita juga selalu mempertimbangkan risiko
pembalikan modal dalam waktu singkat (sudden reversal) di dalam
menghadapi gejolak di pasar global. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
Pemerintah terus melakukan upaya mengembangkan dan memperdalam
pasar keuangan domestik yang dilakukan melalui penerbitan project-
based sukuk dan meningkatkan peran investor domestik, khususnya
investor ritel di pasar SBN.
Selanjutnya Pemerintah akan bersungguh-sungguh memperhatikan
pandangan Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai
Kebangkitan Bangsa, dan Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan, mengenai keberlanjutan program-program
infrastruktur yang dibiayai PMN sejak tahun 2015 agar dapat
memberikan hasil dan nilai tambah, baik berupa pengembalian nilai
pokok maupun manfaat ekonomi dan sosial yang dirasakan masyarakat
dan rencana keterlibatan pihak swasta.
Pemerintah mempunyai komitmen yang kuat untuk mengakselerasi
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kapasitas
produksi dan penguatan daya saing. Salah satu upaya Pemerintah
dilakukan melalui penambahan PMN kepada BUMN yang sebagian
besar dipergunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur, baik
sarana dan prasarana transportasi permukiman, air bersih dan sanitasi,
serta infrastruktur untuk mendukung ketahanan energi.
Beberapa capaian dari alokasi investasi kepada BUMN antara lain:
1) pembangunan proyek ruas tol trans Jawa, pembangunan jalan tol
trans Sumatera;
21
2) penyaluran pembiayaan kepada Pemda dalam rangka percepatan
pembangunan infrastruktur daerah, antara lain kepada Pemerintah
Kabupaten Konawe-Sulawesi Tenggara untuk pembangunan RSUD
dan Pemprov Lampung untuk pembangunan sektor jalan;
3) pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di seluruh Indonesia;
4) penjaminan proyek infrastruktur ketenagalistrikan, telekomunikasi,
jalan tol, dan air minum;
5) pembangunan proyek LRT (Light Rail Transit ) Jabodebek; serta
6) pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan di kawasan
Indonesia Timur, antara lain Pelabuhan Bitung, Kendari, Tarakan,
Sorong, Merauke, dan Manokwari.
Pemerintah juga telah mengembangkan skema pembiayaan alternatif
non-utang yang kreatif dan inovatif untuk mendukung pendanaan
infrastruktur, seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha/KPBU.
Dalam rangka mendukung KPBU dalam penyediaan infrastruktur,
Pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas penyiapan
proyek (Project Development Facility/PDF) dan dukungan kelayakan
atas sebagian biaya konstruksi (Viability Gap Fund/VGF).
Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Demikianlah tanggapan Pemerintah atas Pemandangan Umum DPR RI
berkenaan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2019 beserta Nota
Keuangannya. Tanggapan atas Pemandangan Umum yang lengkap dan
terinci kami sampaikan dalam lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari jawaban yang telah kami sampaikan ini.
Akhirnya atas nama Pemerintah, kami menyambut baik ajakan Dewan
Perwakilan Rakyat yang terhormat untuk bersama-sama membahas
22
RUU APBN tahun 2019 beserta Nota Keuangannya secara lebih
mendalam, dan cermat pada tahap selanjutnya. Kami juga berharap
proses tersebut dapat dilaksanakan atas dasar prinsip kemitraan dan
tanggung jawab bersama di dalam mengemban amanat rakyat, sehingga
rangkaian proses pembahasan dan persetujuan DPR atas RUU APBN
Tahun 2019 yang diajukan oleh Bapak Presiden dapat diselesaikan
secara tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, agar kita senantiasa diberikan kekuatan dan
kemampuan dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab kepada bangsa dan negara ini.
Demikian kami sampaikan dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 4 September 2018
A.N. PEMERINTAH
MENTERI KEUANGAN
SRI MULYANI INDRAWATI