petunjuk teknis model pengembangan pertanian …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-p3mi/m-p3mi.pdf ·...

34

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan
Page 2: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

i

PETUNJUK TEKNIS

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI

INOVASI (m-P3MI) BERBASIS AGRIBISNIS PERTANIAN DI

NUSA TENGGARA BARAT

Penyusun:

Yohanes Geli Bulu

Prisdiminggo

Penyunting:

Ketut Puspadi

Dwi Praptomo S.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jl. Raya Peninjauan Narmada Kotak Pos 1017 Mataram 83010 Telp : (0370) 671312 Faks : (0370) 671620 E-Mail : [email protected]

www.ntb.litbang.deptan.go.id

KEMENTRIAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NTB

2013

Page 3: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

ii

KATA PENGANTAR

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3M)

merupakan program strategis Badan Litbang Pertanian yang dilakukan sejak tahun

2011 di Desa Setanggor Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan

m-P3MI di Kabupaten Lombok Tengah merupakan agroekosistem lahan sawah irigasi

dengan basis komoditas padi sawah pada tahun 2013, model di kembangkan pada

agroekosistem lahan kering di Desa Gunung Malang Kabupaten Lombok Timur

dengan basis komoditas jagung. Pendekatan m-P3MI berbasis inovasi dan agribisnis

terbukti dapat mempercepat dan memperluas proses difusi dan adopsi inovasi

pertanian. Penyebarluasan informasi dan inovasi pertanian melalui jejaring

kerjasama dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) akan mempercepat

penyebaran inovasi teknologi

Kegiatan diseminasi teknologi dan informasi hasil penelitian dan pengkajian

agar lebih meluas sesuai kebutuhan pengguna maka diperlukan suatu pendekatan

strategi atau model yang mampu menjangkau seluruh pelaku agribisnis dan

pemangku kepentingan yang luas dengan memanfaatkan berbagai media dan

saluran komunikasi yang sesuai dengan seluruh stakeholder yang memiliki

karakteristik yang berbeda. Strategi atau model tersebut dikenal dengan nama

Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).

Untuk mengimplementasikan kegiatan m-P3MI berbasis inovasi dan agribisnis

sebagai upaya percepatan diseminasi inovasi sesuai kebutuhan pengguna,

diperlukan petunjuk teknis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan

evaluasi kegiatan diseminasi teknologi dan informasi hasil penelitian dan pengkajian.

Melalui petunjuk teknis ini, diharapkan pelaksanaan kegiatan diseminasi teknologi

dapat mempercepat proses difusi dan adopsi teknologi pertanian.

Mataram, Januari 2013 Kepala BPTP-NTB

Dr.Ir.H.Dwi Praptomo S,Ms NIP:19591226 198303 1 002

Page 4: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

iii

DAFTAR ISI

Halaman judul………………………………………………………….. i

Kata pengantar ………………………………………………………….. ii

Daftar isi…………………………………………………………………… iii

Pendahuluan………………………………………………………….. 1

Definisi, konsep dan strategi pelaksanaan m-P3MI ……….. 4

Perancangan model…………………………………………………… 9

Organisasi pelaksana…………………………………………………… 18

Daftar pustaka………………………………………………………….. 20

Lampiran-lampiran…………………………………………………….. 21

Page 5: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan m-P3MI sebagai terobosan diseminasi yang

diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2011.

Pendekatan m-P3MI sebagai program pembangunan pertanian dalam

rangka mendukung program Kementrian Pertanian menuju

terbentuknya pertanian unggul berkelanjutan yang berbasis

sumberdaya local serta untuk meningkatkan kemandirian pangan,

nilai tambah, daya saing ekspor dan kesejahteraan petani.

Pelaksanaan pendekatan m-P3MI sebagai upaya meningkatkan

jangkauan kegiatan diseminasi melalui spectrum diseminasi multi

channel (SDMC).

Pelaksanaan kegiatan m-P3MI diharapkan bersinergi dengan

program pembangunan ekonomi lainnya yang sudah eksis di

perdesaan. Antara m-P3MI dengan program pembangunan lainnya

bisa saling memperkuat sehingga menjadi sumber pertumbuhan

ekonomi yang kelak bergerak meluas dan memberikan kontribusi

nyata bagi pembangunan pertanian secara regional dan bahkan

nasional.

Integrasi kegiatan m-P3MI dengan program pembangunan

daerah akan mampu menyebarluaskan inovasi teknologi ke tingkat

penggunadan pengambil kebijakan di daerah. Sejumlah inovasi

teknologi hasil penelitian dan pengkajian telah menjadi penggerak

utama pertumbuhan dan dan pengembangan usaha agribisnis di

perdesaaan.

Luas dan kedalaman konektivitas antar pelaku dalam m-P3MI

membentuk jejaring rantai nilai (value chain) yang makin lama

makin membesar. Implementasi model ini menghasilkan nilai tambah

ekonomi yang besar, melalui pengembangan usaha yang

terdiversifikasi luas, efisien, dan padu-padan dalam satu jaringan

rantai pasok. Jenis usaha dikembangkan seluas mungkin melalui

Page 6: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

2

diversifikasi berspektrum luas secara horisontal, vertikal, temporal

dan fungsional.

Menurut Simatupang (2004), diversifikasi horisontal merujuk

pada konfigurasi ragam usaha berdasarkan lokasi spasial. Pada

tingkat usahatani, diversifikasi horisontal dapat berupa antar pola

tanam secara spasial. Jika berupa usaha-usaha yang berkelompok

homogen menjadi suatu klaster (cluster), maka diversifikasi

horisontal dapat dipandang sebagai konfigurasi dari klaster-klaster

elemen pembentukan sistem agribisnis tersebut.

Implementasi kegiatan m-P3MI di lapangan berbentuk unit

percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Unit

percontohan bersifat holistik dan komprehensif meliputi aspek

perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, aspek

pemberdayaan kelembagaan tani, aspek pengembangan dan

penguatan kelembagaan sarana pendukung agribisnis. Diharapkan

dalam proses pembelajaran dan diseminasi teknologi berjalan

simultan, sehingga spectrum diseminasi menjadi semakin meluas.

Unit percontohan m-P3MI sekaligus berfungsi sebagai

laboratorium lapang dan juga sebagai ajang kegiatan pengkajian,

untuk perbaikan teknologi dan pemberdayaan kelembagaan tani,

kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan pengkajian

perbaikan teknologi produksi sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi

perubahan lingkungan bio-fisik dan sosial ekonomi yang berkembang

sangat dinamis. Selama proses pengkajian diharapkan mendapat

umpan balik (feedback) dari stakeholder dan pengguna untuk

penyempurnaan model pengembangan.

Dengan kegiatan yang berspektrum luas, m-P3MI diyakini akan

mampu mempercepat pembangunan perdesaan, yang pada akhirnya

menjadi “center of excelent” bagi pembangunan pertanian di daerah

dan regional. Untuk mendukung harapan tersebut, m-P3MI dituntut

menjadi penggerak pembangunan dan menjadi pengungkit

pertumbuhan pembangunan di perdesaan sehingga dapat

mendukung percepatan pembangunan pertanian.

Page 7: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

3

Petutunjuk teknis ini sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan

m-P3MI sebagai penggerak percepatan pembangunan pertanian di

perdesaan berbasis inovasi. Pendekatan wilayah desa dalam

pembangunan pertanian dapat diposisikan sebagai titik ungkit

pembangunan ekonomi wilayah.

1.2. Tujuan m-P3MI

1) Mempercepat arus diseminasi inovasi teknologi

2) Memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan

teknologi berbasis kebutuhan pengguna.

3) Meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif Badan Litbang

Pertanian.

4) Memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi

tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi.

1.3. Keluaran

1) Model kelembagaan SUA berbasis IPTEK inovatif.

2) Model pengadaan sistem teknologi. dasar (antara lain benih

dasar, prototipe alat/mesin pertanian, dll)

3) Model penyediaan sistem informasi, konsultasi dan sekolah

lapang bagi para praktisi agribisnis.

4) Model pembinaan kemampuan masyarakat. dan pemda

setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan

percontohan SUA berbasis IPTEK mutakhir secara mandiri.

1.4. Manfaat M-P3MI

1) Terjadinya percepatan penyebaran inovasi pertanian yang

dihasilkan Badan Litbang Pertanian dalam mendukung

pengembangan SUA

2) Terjadinya perluasan jangkauan penggunaan teknologi kepada

berbagai pengguna utama dan pengguna usaha di sektor

pertanian

Page 8: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

4

1.5. Sasaran m-P3MI

1) Meningkatnya produksi pertanian unggulan di perdesaan

menuju pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan

2) Meningkatnya nilai tambah, daya saing dan ekspor berbagai

usaha agribisnis di perdesaan

3) Optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan

4) Semakin banyak jumlah petani atau peternak yang mengadopsi

teknologi dalam waktu yang relatif singkat, melalui SDMC

II. DEFINISI, KONSEP DAN STRATEGI

PELAKSANAAN MP3MI

2.1. Definisi

1) m-P3MI (Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi) adalah suatu model kegiatan diseminasi

melalui suatu unit percontohan kongkrit di lapangan.

Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan inovasi

teknologi, melibatkan satu poktan atau Gapoktan.

Peragaan inovasi teknologi meliputi aspek teknis dan

kelembagaan.

2) Aspek teknis adalah meliputi teknik budidaya tanaman

atau ternak sesuai komoditas yang dikembangkan dari

Poktan atau Gapoktan contoh.

3) Aspek kelembagaan adalah menyangkut pemberdayaan

Poktan dan atau Gapoktan serta pemberdayaan

kelembagaan pendukung termasuk kelembagaan pasar

(input – output).

4) Diseminasi adalah cara dan proses penyampaian hasil-hasil

teknologi kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui

dan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pengguna.

5) Spektrum diseminasi adalah jangkauan perluasan diseminasi

Page 9: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

5

dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan

pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait.

6) Multi Channel adalah seperangkat jalur dan pelaku komunikasi

yang dapat dimanfaatkan untuk mendistribusikan informasi

inovasi teknologi.

7) Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau

perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan

praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau

cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi

ke dalam produk atau proses introduksi.

8) Model Pengembangan Teknologi adalah hasil kegiatan

pengkajian yang dilakukan terhadap teknologi spesifik lokasi

melalui uji kesesuaian terhadap sosial, ekonomi, budaya, dan

kelembagaan setempat, yang selanjutnya dapat dijabarkan ke

dalam bentuk penyiapan perumusan kebijakan, bimbingan

teknis, maupun peluang untuk dijadikan pilot project.

9) Paket Teknologi Pertanian adalah rakitan dan/atau gabungan

komponen teknologi yang telah melalui berbagai uji keseuaian

lahan dan agroklimat dan kesesuaian terhadap kondisi sosial,

ekonomi, budaya, dan kelembagaan setempat.

10) Penelitian Pertanian adalah kegiatan yang dilakukan menurut

kaidah dan metode ilmiah dan dilakukan secara sistematis

untuk menghasilkan data, informasi, dan keterangan yang

berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian suatu asumsi

dan atau hipotesis yang menghasilkan suatu rumusan ilmiah

berupa komponen teknologi pertanian.

11) Pengkajian teknologi Pertanian adalah kegiatan pengujian

kesesuaian komponen teknologi pertanian pada berbagai kondisi lahan dan agroklimat untuk menghasilkan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi.

12) Pengembangan Teknologi Pertanian adalah kegiatan pengujian kesesuaian teknologi pertanian spesifik lokasi pada berbagai kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan kelembagaan setempat untuk menghasilkan model-model pengembangan dan paket teknologi pertanian.

Page 10: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

6

13) Penerapan Teknologi Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan model-model pengembangan dan paket teknologi pertanian oleh masyarakat pengguna secara luas untuk meningkatkan pembangunan pertanian.

14) Pengguna Teknologi adalah swasta/pelaku agribisnis, pengambil kebijakan/birokrat, akademis/ilmuwan, penyuluh, petani, dan masyarakat umum.

15) Teknologi Pertanian adalah cara atau metode serta proses atau produk pertanian yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatanberbagai disipiln ilmu pengetahuan yang

menghasilkan nilai bagipemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan meningkatkan mutukehidupan manusia.

2.2. Konsep Model

Istlilah “model” dalam program pengembagan pertanian perdesaan melalui inovasi yang disingkat m-P3MI merupakan kegiatan yang berada dalam koridor Tupoksi Badan Litbang Pertanian sesuai Kepres No. 177/2000 dan Kepmentan No. 01/Kpts/OT.210/2001.

Fokus kegiatan m-P3MI tetap pada model percontohan, yang pelaksanaan kegiatan lebih diarahkan pada perluasan jangkauan penggunaan inovasi. Model yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang menyediakan pilihan solusi terbaik terhadap pemecahan masalah peningkatan produksi pertanian. Pelaksanaan kegiatan berbasis agroekosistem atau berbasis komoditas unggulan di perdesaan.

Wujud model yang dibangun adalah visualisasi atau peragaan dari inovasi yang akan dikembangkan secara luas. Tampilan model berbentuk unit percontohanberskala pengembangan berwawasan agribisnis. Model bersifat dinamis dalam arti pemodelan mengikuti dinamika perkembangan kebijakan inovasi, mengakomodasi peluang penggunaan input atau proses yang berpengaruh pada output.

Muatan pertanian perdesaan dalam model ini memiliki konteks penyebarluasan inovasi yang berorientasi pada suatu kawasan seragam secara bio-fisik dan sosial ekonomi, serta

Page 11: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

7

secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam. Unit Percontohan dilaksanakan berbasis inovasi pertanian yang memiliki perspektif pengembangan agribisnis.

Inovasi pertanian dalam unit percontohan merupakan

teknologi dan kelembagaan agribisnis unggul hasil temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian. m-P3MI merupakan wahana untuk mengintroduksikan, memperluas penerapan teknologi pertanian dan kelembagaan unggul yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.

Inovasi teknologi yang dikaji dalam unit percontohan

m-P3MI merupakan teknologi matang dan siap digunakan pada skala pengembangan, serta mempunyai potensi pemberian dampak terhadap penggunaan sumberdaya yang lebih optimal untuk memaksimumkan pendapatan petani di perdesaan.

Kriteria teknologi matang yang diujicobakan adalah sebagai berikut:

a) Mampu menyelesaikan masalah teknis penting di wilayah

tersebut. Sebuah masalah dianggap penting apabila

terjadi secara meluas, memiliki dampak yang besar

terhadap potensi penurunan produksi, memiliki dampak

social ekonomi yang negatif.

b) Membantu petani untuk memenuhi permintaan pasar.

c) Terbkti bias diadaptasikan secara lokal dan dapat

diadaptasikan pada kondisi lingkungan, bio-fisik tertentu,

sosial ekonomi dan budaya setempat.

d) Teknologi tersebut memiliki dampak signifikan terhadap

peningkatan mata pencaharian keluarga petani dan

masyarakat di sekitarnya. Dampak-dampak signifikan yang

dimaksud meliputi peningkatan profitabilitas usaha petani,

mengurangi resiko ekonomi dan meningkatkan daya saing

rantai pasok (suplay chain).

e) Input (fisik dan jasa) yang dibutuhkan untuk menerapkan

teknologi tersebut tersedia secara lokal dan terjangkau

oleh para petani.

Page 12: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

8

2.3. Strategi Pelaksanaan Model

1) m-P3MI merupakan suatu program pengembangan model

pengembangan pertanian perdesaan melalui inovasi dalam

kawasan spesifik lokasi berbasis sumberdaya lokal dengan

pendekatan agribisnis.

2) m-P3MI dilaksanakan secara partisipatif dengan

perencanaan dari bawah melalui pemberdayaan

masyarakat petani.

3) Pemilihan komoditas dan inovasi teknologi yang

dikembangkan ditentukan dan dibangun oleh masyarakat

secara musyawarah, berdasarkan potensi dan pasar, serta

berbasis pada masalah pengembangannya.

4) Dukungan infrastruktur pertanian menjadi prasyarat utama

dalam pengembangan m-P3MI dan menjadi

tanggungjawab pemerintah daerah/Dinas terkait/

kelompok tani dan petani.

5) Bantuan input produksi hanya diberikan pada tahap awal

pelaksanaan penerapan teknologi, dinilai sebagai pinjaman

yang harus dikembalikan untuk digunakan sebagai modal

bergulir kelompok.

Page 13: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

9

III. RANCANGAN MODEL

3.1. Inisiasi Model

A. Penentuan Lokasi

Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan pada dua

agroekosistem, yaitu lahan sawah dan lahan kering. Dari sisi basis

komoditas di fokuskan pada komoditas pangan, hortikultura,

perkebunan, dan peternakan. Pemilihan lokasi sangat menentukan

keberlangsungan kegiatan m-P3MI. Lokasi yang dipilih harus

memenuhi criteria yang tepat sebagai prasyarat untuk mendorong

keberhasilan dan pencapaian tujuan. Kriteria pemilihan lokasi dan

Poktan/Gapoktan Sbb:

1) Sentra produksi atau kawasan prioritas pengembangan

komoditas oleh pemda setempat. Atau lokasi dipilih pada lokasi

yang sebelumnya sudah ada kegiatan sinergi antara berbagai

program kementrian pertanian seperti Primatani, PUAP, SLPTT,

PSDSK, P2KH, FEATI, LM3, P4MI.

2) m-P3MI bisa ditempatkan di salah satu lokasi penyelenggaraan

program strategis yang memiliki perspektif pengembangan ke

depan.

3) Lokasi m-P3MI harus strategis, baik dari aspek jarak mapupun

aksesibilitas, mudah dijangkau sehingga mudah melakukan

advokasi kepada Pemda, asosiasi petani, LSM, Perguruan Tinggi,

perusahaan swasta, pemerintah kecamatan dan desa.

4) Poktan/Gapoktan yang akan melaksanakan percontohan, dipilih

dari poktan/Gapoktan yang sudah atau sedang melaksanakan

program Pemda, atau program lainnya.

B. Identifikasi Masalah 1) Keragaan data bio-fisik dan ekonomi: topografi, sumber air

permukaan, pola curah hujan, jenis lahan atau tanah. Data

sosial ekonomi seperti akses transportasi, struktur keluarga

Page 14: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

10

petani, struktur penguasaan lahan pertanian, jenis usahatani

yang dikelola, penerapan teknologi, pemasaran hasil,

pendapatan usahatani, jenis agribisnis usahatani, bentuk usaha,

skala usaha, tkerjasama bisnis.

2) Keragaan existing teknologi: (teknologi Budidaya tanaman dan

ternak, pola tanam dan pola usahatani yang dilakukan petani).

3) Keragaan existing produktivitas usahatani yang dilakukan

petani, pendapatan petani, sumber pendapatan petani.

4) Keragaan existing kelembagaan kelompok tani, kelembagaan

pasar sarana produksi, kelembagaan pasar hasil pertanian dan

kelembagaan kredit pertanian, sumber permodalan,

kelembagaan permodalan usahatani.

5) Potensi, masalah dan peluangan pengembangan pertanian.

Potensi meliputi keunggulan dilakukan intensifikasi, diversifikasi

produk atau usaha, dan integrasi dengan usaha lain. Peluang

adalah kemungkinan untuk menambah skala usaha akibat dari

adanya peluang pasar atau permintaan, termasuk masalah

teknis dan ekonomis.

C. Perancangan Model Perancangan model didasarkan pada hasil identifikasi potensi,

masalah dan peluang pengembangan pertanian. Orientasi

perancangan model berbasis komoditas unggulan.

1) Pada m-P3MI yang berbasis budidaya tanaman, penyusunan

model diawali dengan pola tanam termasuk peningkatan IP.

2) Inovasi yang perlu diperkenalkan mencakup inovasi teknologi dan

kelembagaan.

3) Pada m-P3MI berbasis integrasi tanaman ternak, yaitu

bermuatan teknologi dan kelembagaan. Kegiatan integrasi bahwa

inovasi teknologi diarahkan pada upaya mengoptimalkan

sumberdaya petani.

4) Inovasi kelembagaan lebih diarahkan pada aspek pemberdayaan

poktan dan atau Gapoktan, kelembagaan pasar input/output dan

permodalan usaha dan kemitraan dengan pihak lain.

Page 15: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

11

5) Pada saat mendisain model melibatkan berbagai pihak terkait,

meliputi petani/ kontak tani, pemda dan pihak lain yang

berkepentingan yang mampu menunjang usaha agribinis

perdesaan. Sumber teknologi dengan memanfaatkan hasil

penelitian, pengkajian atau lembaga lain di luar Badan Litbang

Pertanian.

D. Implementasi Model

Disain atau rancangan m-P3MI yang telah memperoleh

dukungan berbagai pihak (kelompok tani, pengusaha, pelaku

agribisnis, dan stakeholder pemerintah daerah) melalui

koordinasi, sosialisasi dan integrasi program yang telah menjadi

kesepakatan bersama, selanjutnya diimplementasikan di

lapangan dalam bentuk unit percontohan yang berskala

pengembangan dan berwawasan agribisnis.

Skala pengembangan disesuaikan dengan basis komoditas

yang diusahakan. Skala percontohan bertujuan agar pihak

pengguna/stakeholder yakin bahwa teknologi tersebut mampu

beradaptasi baik terhadap lingkungan bio-fisik dan sosial

ekonomi.

Terdapat dua kondisi yang harus dipenuhi agar spekctruk

diseminasi teknologi yang diujicobakan semakin luas, sebagai berikut:

Pertama, teknologi yang diseminasikan harus kompetibel

dengan permasalahan petani yang sedang dihadapi, atau teknologi

yang diimplementasikan merupakan teknologi yang mampu

memecahkan permasalahan petani. Disamping itu teknologi harus

bersifat tepat guna, menguntungkan, sesuai kebutuhan, tidak rumit,

hasil nyata, biaya murah dan teruji.

Kedua, untuk menjamin tingginya efektifitas adopsi, khususnya

bagi petani dengan pengetahuan yang relatif rendah, adalah melalui

peragaan langsung di lapang menggunakan percontohan dengan

skala pengembangan.

Page 16: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

12

Perluasan spektrum diseminasi suatu teknologi dapat

menggunakan berbagai agen tau media. Agen yang dapat digunakan

adalah agen yang bersifat formal dan atau informal. Agen formal

meliputi para PPL yang ada disetiap desa, tenaga teknisi kontrakan

dari propinsi, tenaga penyuluh dari propinsi, tenaga penyuluh

perusahaan swasta, dan lainnya.

Agen informal adalah petani, kontak tani, petani inovatif, tokoh

agama, tokoh masyarakat, orang yang berpengaruh di desa,

kecamatan atau kabupaten, lembaga swadaya atau perkumpulan

yang ada di desa, seperti kelompok arisan, pengajian dan

perkumpulan lainnya. Media yang dapat digunakan adalah media

tercetak dan elektronik.

Perluasan spectrum percepatan adopsi inovasi teknologi dapat

dilakukan melalui petani dan atau kontak tani, dengan menggunakan

pendekatan Farmer Empowerment Through Agricultural and

Teknology Information (FEATI). Penekatan ini melalui pemberdayaan

petani khususnya petani kooperator pelaksana percontohan, sehingga

mereka mampu menjadi pnyuluh swadaya di lingkungannya. Melalui

pemberdayaan akan mampu mencetak petani menjadi penyuluh

swadaya, mampu menyebarkan inovasi teknologi kepada petani lain

di desanya, luar desa dan luar kecamatan yang berjalan secara

konsisten, bertahap dan alami.

Tujuan menggunakan berbagai channel diseminasi adalah agar

diseminasi teknologi kepada pengguna dapat dipercepat. Percepatan

adopsi suatu teknologi dicirikan oleh dua hal yaitu; percepatan atau

perpendekan waktu adopsi, perluasan jangkauan adopsi atau

perbanyakan adopter atau kombinasi antara keduanya.

Praktek penyebaran informasi melalui multi channel sudah

berlangsung di tingkat lapang. Salah satunya seperti ditampilkan

dalam Gambar 1, merupakan hasil pengkajian pada kegiatan m-P3MI

yang dilakukan pada tahun 2012 di kabupaten Lombok Tengah, Nusa

Tenggara barat.

Selama dilakukan kegiatan m-P3MI yang dirancang oleh BPTP,

dibutuhkan dukungandan peran aktif Pemda setempat, swasta,

Page 17: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

13

petani, kelompok tani dan Gapoktan, dukungan dari Badan Litbang

Pertanian, Perguruan Tinggi dan Praktisi Pertanian, sampai

terwujudnya model pengembangan pertanian perdesaan

berwawasan agribisnis.

Gambar 1. Model percepatan difusi dan adopsi teknologi pertanian

melalui usaha agribisnis pada kegiatan m-P3MI di kabupaten Lombok Tengah

Page 18: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

14

E. Pengawalan Teknologi Pengawalan teknologi dilakukan pada tahap pelaksanaan dan

pengembangan model di tingkat lapang. Pelaksanaan dan

pengembangan model disesuaikan dengan kondisi bio-fisik dan sosial

ekonomi petani dan lingkungan pasar. Model yang dikembangkan dan

dilaksanakan sudah merupakan hasil kesepakatan dengan petani dan

kelompok tani/Gapoktan.

Pengawalan teknologi usahatani tanaman pangan, perkebunan

dan peternakan di lokasi kegiatan merupakan suatu model yang

dibangun berbasis usaha agribisnis. Pengawalan teknologi dilakukan

di dua lokasi agroekosistem, yaitu pada agroekosistem lahan sawah

di kecamatan Praya Barat, kabupaten Lombok Tengah dengan

melakukan pengawalan teknologi sistem tanam legowo, teknologi

perbenihan padi, dan pengolahan hasil gabah menjadi beras.

Kegiatan agribisnis tersebut telah dilakukan kelompok tani/Gapoktan

di desa Setanggor dan Tanak Rarang kecamatan Praya Barat

kabupaten Lombok Tengah.

Page 19: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

15

Pengawalan teknologi pada agroekosistem lahan kering yang

merupakan pengembangan model pada lahan kering berbasis

usahatani jagung. Beberapa teknologi unggulan Badan Litabng

Pertanian akan dikembangkan di pertanian lahan kering seperti

penggunaan varietas jagung komposit yang tahan terhadap

kekeringan. Selain itu, dilakukan pendampingan teknologi jagung

dalam pemanfaatan dan efesiensi penggunaan sumberdaya air sumur

bor pada MK I dan MK II guna meningkatkan indeks pertanaman.

Disamping pengawalan teknologi dan pengembangan model,

secara simultan juga dilakukan promosi, advokasi kepada berbagai

pihak termasuk pemerintah daerah, lembaga penyuluhan, pengusaha

swasta, pedagang, kios sarana produksi, pemerintahan desa dan

kecamatan.

Tahapan kegiatan pengembangan model percontohan meliputi:

1. Melakukan identifikasi komoditas unggulan yang dipilih dengan

cara mempersempit terjadinya yield gap melalui peningkatan

produktivitas, penurunan biaya dan peningkatan efesiensi

penggunaan sumberdaya per satuan luas serta komoditas

terpilih berpeluang untuk dipasarkan.

2. Melakukan identifikasi peningkatan indeks pertanaman (IP)

untuk tanaman semusim dan atau meningkatkan nilai tambah

produk yang dihasilkan melalui teknologi pasca panen.

Page 20: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

16

3. Optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian yang dimiliki

petani, dengan integrasi dengan usaha lainnya yang

memungkinkan secara bio-fisik dan sosial ekonomi.

4. Melakukan pemberdayaan kelembagaan tani untuk mendukung

usaha agribisnis meliputi: pemberdayaan kelompok

tani/Gapoktan, kelembagaan input, kelembagaan permodalan

melalui penumbuhan permodalan kelompok, usaha perbenihan,

kelembagaan pasar output (kelompok menjual hasil secara

bersama-sama/ kolektif), isiasi kemitraan dengan pihak lain

(kemitraan penyediaan modal dan sarana produksi serta

kemitraan pemasaran hasil).

5. Promosi dan advokasi. Untuk meningkatkan dan memperluas

spectrum diseminasi teknologi dilakukan pada skala

percontohan di kelompok tani/Gapoktan perlu dilakukan melalui

promosi dan advokasi.

6. Time Frame untuk mendapatakan model pengembangan

teknologi berwawasan agribisnis dapat dilakukan dalam jangka

waktu menengah (3 tahun) hingga jangka panjang (5 tahun).

Time Frame sangat tergantung pada jenis komoditas unggulan

yang akan dikembangkan.

F. Pengembangan Kemitraan

Kegiatan promosi dan advokasi merupakan bagian dari kegiatan

pengembangan kemitraan dalam usaha agribisnis. Kegiatan advokasi

sangat penting dilakukan sebagai upaya promosi kegiatan kepada

pengguna maupun kepada pemangku kepentingan di daerah,

meliputi pemerintah daerah (Bapeda, Bakorluh, Dinas Pertanian,

Dinas Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, BP4K, BP3K),

Perguruan Tinggi, LSM, Perusahaan swasta/BUMN, Pengusaha benih,

Penangkar benih, Pedagang hasil, kios sarana produksi, koperasi, dll.

Pengembangan kemitraan agribisnis dapat dilakukan dengan berbagai channel sehingga akan mendukung percepatan pengembangan model (Gambar 2). Pengembangan kemitraan dan

percepatan pengembangan model melalui berbagai channel dengan

Page 21: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

17

konsep Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) merupakan kegiatan yang dilakukan secara integrasi dan bersamaan. Pendekatan ini akan mempercepat proses diseminasi dan usaha agribisnis.

Gambar 2. Model percepatan diseminasi inovasi melalui SDMC dalam

pendampingan kelembagaan petani dalam usaha agribisnis perbenian padi di kabupaten Lombok Tengah.

Page 22: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

18

IV. ORGANISASI PELAKSANA

m-P3MI merupakan program berbasis agroekosistem bersifat

lintas institusi lingkup Kementrian Pertanian mulai dari Pusat

sampai daerah sehingga organisasi pelaksanaan juga bersifat

lintas institusi.

A. Tim Pengarah

Ketua : Menteri Pertanian

Anggota : Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal/ Kepala

Badan Lingkup Kemtan, Kepala Biro Perencanaan

dan Keuangan Kemtan.

B. Tim Pembina

Ketua : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian

Sekretaris : Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Kepala Balai

BesarPengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian.

Anggota : Kepala Puslitbang Tanaman Pangan,

Kepala Puslitbang Hortikultura,

Kepala Puslitbang Perkebunan,

Kepala Puslitbang Peternakan, Kepala BBSDLP,

Kepala PSEKP, Kepala BB Mektan, Kepala Pustaka,

Kepala BB Biogen, Kepala BB Pasca Panen.

Page 23: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

19

C. Tim Pelaksana

Ketua : Kepala Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

Sekretaris : Ketau Program dan Evaluasi BBP2TP

Anggota : Kepala BPTP Instansi Terkait: Dinas Lingkup

Pertanian Terkait Kabupaten, BAPPELUH,

BP4K, BAPPEDA, BP3K, Pengusaha Swasta/

BUMN, Pengusaha Lokal, Kelompok Tani/

Gapoktan, Kepala Desa, Camat.

Page 24: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

20

V. DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Pedoman

Umum Primatani. 2005. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Republik Indonesia.

Hendaya R., A. Jauhari, Enrico S., A. Gozali, dan Sad Hutomo. 2009. Desain Model Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Program Unggulan Badan Litbang Pertanian. Laporan Penelitian SINTA 2009. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Simatupang P. 2004. Primatani Sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 2 No. 3 September 2004: 209 – 225.

Bulu Y. G., Ketut Puspadi, Srihastuti, dan Kukuh Wahyu. 2012. Laporan Penelitian Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) Berbasis Usaha Agribisnis di Nusa

Tenggara Barat, 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat.

Page 25: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

21

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TEKNIK BUDIDAYA PADI DAN PENGELOLAAN PRODUKSI BENIH PADI

Pengembangan usaha perbenihan padi terus dilakukan, baik

kegiatan di Kebun BPTP-NTB maupun kerjasama dengan

penangkaran benih yang dilaksanakan di lahan petani. Seiring

dengan tuntutan kebutuhan petani akan mendapatkan benih yang

berkualitas demi peningkatan hasil usahatani khususnya tanaman

padi. Untuk peningkatan produksi padi, banyak cara yang bisa

dilakukan antara lain; 1) peningkatan populasi tanaman, 2)

penggunaan pupuk berimbang, 3) pengendalian hama terpadu.

1. Persiapan Lahan

Hal- hal yang perlu diperhatikan untuk kegiatan persiapan lahan

antara lain; 1) bekas tanaman sebelumnya harus dibersihkan dari

petakan sawah terutama biji padi yang tersisa kemungkinan

tumbuh dan tercampur dengan yang baru. 2) pengendalian gulma

dengan cara pengolahan tanah dilakukan secara sempurna yakni

olah pertama dan kedua dilakukan dalam waktu minimal 7 hari. 3)

diharapkan tumpukan jerami yang ada di kembalikan kelahan

dengan cara disebar merata keseluruh petakan.

2. Persiapan benih

Untuk lahan seluas 1 Ha, benih padi yang diperlukan kisaran

antara 20– 30 kg.

Benih yang digunakan adalah yang berkualitas dan berlabel yakni

kelas FS, SS, dan ES. Persentase tumbuh benih minimal 95 atau

maksimal 98 persen. Sebelum benih disemai terlebih dahulu

dilakukan seed treatmen berupa Cruiser 350 FS dengan dosis 4 ml

berbanding 1 kg benih padi kemudian di kering anginkan selama

24 - 48 jam.

Page 26: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

22

3. Persemaian padi

Pembuatan bedengan persemaian dengan lebar 1 meter dan

panjang tergantung kondisi dilapangan. Tinggi bedengan 10 - 20

cm, Sekeliling bedengan dibuatkan draenase agar memudahkan

keluar masuknya air Persemaian dipupuk pada umur 7 HSS cukup

dengan Phonska dengan dosis 100 grm/meter persegi.

Pemantauan hama penyakit dilakukan saat persemaian diatas 7

HSS dan sehari sebelum benih /bibit dicabut perlu pemantauan

hama dan bila terdapat gejala perlu dilakukan penyemprotan

artinya pengendalian dini. Umur benih/bibit paling telat 21 HSS,

melebihi anakan kurang

4. Pengolahan tanah

Olah tanah dengan menggunakan traktor yang sudah biasa

dilakukan petani: yakni pembalikan tanah yang pertama,

kemudian diikuti olah tanah kedua dengan interval 7 hari

dimaksudkan agar daun gulma mengalami pelayuan termasuk

akar menjadi mati. Untuk menekan gulma agar tidak bekembang

lebih cepat maka perlu dilakukan pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida seperti Logran dengan dosis 15 gr/Ha

atau Roundup + Gromoxone dengan takaran 1- 2 ltr /Ha.

5. Penanaman

Setelah benih padi menjadi bibit, dan sebelum ditanam di petakan

sawah sebaiknya dicaplak terlebih dahulu dengan ukuran mata

caplak 20 cm. Tanaman teratur tentunya memudahkan untuk

pengawasan terutama adanya serangan hama dan penyakit pada

tanaman padi. Tanam dengan cara Legowo 2 : 1 atau 4 : 1 sudah

biasa dilakukan dan tidak mengurangi populasi.

6. Pemupukan

Pemberian pupuk berimbang pada tanaman padi sangat penting

karena sebagai perkembangan akar, batang kokoh, pertumbuhan

vegetatifnya akan lebih cepat dan daya simpan gabah padi.

Pertumbuhan tanaman yang baik akan memberikan hasil panen

Page 27: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

23

yang diharapkan. Untuk tanaman padi pemberian pupuk pertama

yakni pada umur (0 - 7 hari setelah tumbuh} kebutuhan 50 kg

KCl +100 kg SP-36 + 100 kg Urea ( rekomendasi ) atau 50 kg Za

+ 50kg SP-36 + 50 kg Urea, 120 kg/Ha Ponska.

Pemberian pupuk ke dua (28 HST) dengan kebutuhan 100 kg

Urea (rekomondasi), atau 100 kgUrea + 120 kg /Ha phonska.

Pemberian pupuk ke tiga (42 HST) dengan kebutuhan 100 kg Urea

(rekomendasi) dan 120 kg ponska. Selain pupu makro yang tertera

diatas pupuk mikro{ pengatur tumbuh seperti: Score, disemprotkan

lewat dan pada umur 45 hari dan diikuti pada saat umur 50 persen

keluar malai. Vicrow disemprotkan pada umur 2 dan 4 minggu

stelah tanam pindah.

7. Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan pertama dan pembumbunan dilakukan 15 - 20 HST

(sebelum pemupukan II), penyiangan dilakukan dengan

menggunakan kiskis. Penyiangan bisa saja mengalami perubahan

waktu tergantung kondisi dilapangan. Penyiangan ke dua

dilakukan pada umur 30-35 HST (sebelum pemupukan III) dengan

menggunakan kiskis. Penyiangan juga dapat dilakukan dengan

menggunakan herbisida sejenis Lindomin yang selektif dengan

takaran 1-2 liter /Ha

8. Pengendalian hama dan penyakit

Seperti tanaman lainnya, tanaman padi saat dipersemaian sudah

mulai diserang hama-hama. Hama – hama tersebut antara lain;

wereng coklat, wereng hijau, kupu hama palsu. Saat setelah bibit

dipetakan sawah antara lain: wereng coklat, wereng hijau, kupu

hama palsu, blas batang, blas leher, walang sangit, burung pipit.

Selain itu penyakit pada tanaman padi yakni Tungro akibatnya

tanaman bergelombang dan kerdil kemerahan. Untuk serangan

hama-hama tersebut diatas biasanya dikendalikan dengan

insektisda sejenis Comfidor WP, Compidor Ultra, Spontan,

Virtako,Filia, amistartop, Matador dll, sedangkan untuk penyakit

seperti Tungro bisa dikendalikan dengan Cruiser 350 FS melalui

Page 28: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

24

seed treatmen sebelum benih disemai. Hawar daun, busuk daun

juga dilami pada tanaman padi setelah umur diatas 40 HST,

tertutama kena hujan dimalam hari atau angin kencang

mengalami kemerahan dapat dikendalikan dengan pungisida atau

bakterisida seperti Nativo, batocyn dan punisida lainnya.

9. Panen

Padi di panen saat malai gabah padi sudah kuning sekitar 85

persen atau masak fisiologi sesuai Deskripsi berdasarkan umur

varietas padi, sebelum dipanen terlebih dahulu dilakukan rouging

dan memperhatikan keseragaman tanaman. Tanaman yang

menyimpang harus disingkirkan atau ditaru pada tempat yang

berlainan. Alat panen sepeti terval dan lainnya harus steril dengan

campuran varietas lain.

10. Prosessing padi setelah dipanen

Setelah padi dipanen, tahapan proses kegiatan terus berlangsung

diantaranya pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Pada

setiap proses kegiatan kemungkinan terjadi penyusutan baik

kualitas maupun kuantitas yang diakibatkan oleh keterlambatan

atau penundaan, kesalahan penanganan.

11. Pengeringan

Setelah padi di panen, pengeringan perlu dilakukan agar

kandungan kadar air dalam gabah padi berkurang. Tingkat kadar

air semakin rendah otmatis daya simpan gabah semakin lama

daya tahannya. Kadar air untuk benih sampai 10 persen.

Penggunaan terval atau lantai semen sebagai media pengeringan

sangat sesuai karena prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan

yang lainnya. Bila suhu udara dan penyinaran matahari berjalan

dengan normal kegiatan pengeringan paling cepat 2 hari atau

hanya paling lambat 3 hari.

Page 29: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

25

12. Pemisahan gabah padi dari Kotoran lainnya

Setelah gabah padi telah kering dan tingkat kadar air suda sampai yang telah ditentukan prses selnjutnya adalah gabah dimasukan dalam karung. Kemudian gabah dikipas apa dengan mesin alat kipas lain bisa digunakan.

13. Pengemasan dan Penyimpanan

Untuk pengemasan benih padi sudah biasa dilakukan yakni kantong plastic ukuran 10 kg, kemudian benih tersebut disusun diatas alas dari kayu/papan.

Page 30: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

26

BUDIDAYA JAGUNG DAN PROSES PRODUKSI BENIH JAGUNG Pendahuluan Penempatan lokasi untuk produksi benih suatu varietas harus

terisolasi, jarak dengan lokasi varietas lain yang umur berbunganya

bersamaan minimal 300 m dan perlu diperhatikan arah angin, atau

dapat dilakukan isolasi waktu minimal selang 21 hari hal ini untuk

mencegah terjadinya persilangan dengan varietas lain

(Subachtirudin).

1. Persiapan lahan

Untuk lahan berigasi biasanya penanaman jagung dilakukan pada

kegiatan MK I atau MK II setelah ditanami padi, sedangkan untuk

lahan kering dilakukan penanaman pada kegiatan musim tanam MH.

Bila gulma/rumput dihawatirkan menganggu pertumbuhan tanaman

jagung maka dilakukan penyemprotan pra-tumbuh yakni herbisida

agar rumput bisa ditekan dengan menggunakan herbisida Roundup

+ Gromoxone 276 SL, atau Calaris 550 SC, atau Paracol 250 /180

SL/ dengan takaran 1,5 – 2 liter /Ha. Untuk itu petani dapat memilih

jenis herbisida yang ampuh dan dapat mengatasi rumput dengan

baik.

Untuk lahan bekas tanaman padi diharapkan jerami yang dihasilkan

dikembalikan sebagai mulsa untuk menutup tanah dalam jangka

pendek, jangka menengah akan diserap taaman sebagai hara

(pupuk) setelah jerami mengalami pelapukan ,dan jangka panjang

memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang baik mempermudah

penyerapan hara oleh tanaman disaat diberikan pupuk terhadap

tanaman baik pupuk organik maupun an-organik.

Petakan sawah berigasi / jenuh air perlu dibuatkan parit pada

sekeliling petakan dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan

masuk keluar air dalam petakan, demikian juga pada setiap 4- 5

meter pembuatan draenase/selokan melintang timur-barat perlu

dilakukan agar petakan tidak menggenang air/becek. Genangan

air/becek secara terus menerus akan mengakibatkan benih jagung

Page 31: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

27

menjadi busuk an tidak dapat tumbuh. Draenase/ selokan dibuat

sedalam 20-30 cm dan lebar 20 cm/selebar mata cangkul.

2. Penyiapan benih

Untuk lahan seluas 1 Ha, benih jagung yang diperlukan kisaran

antara 15 – 20 bila 1 biji /lubang, dan 20 -25 kg bila 1-2 biji/lubang

tergantung besar kecil biji yang akan ditanam. Sebelum benih

ditanam terlebih dahulu dilakukan seed treatmen berupa penggunaan

saromildengan cara dilarutkan dalam air kemudian dicampurkan

dengan benih jagung.

3. Penanaman

Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan plotting dengan

menggunakan ajir bambu yang jarak tanaman telah ditentukan. Ajir

untuk barisan tanaman dipasang ditepi bagian timur dan barat

petakan sawah dengan cara ajir ditancapkan setiap 75 cm,

sedangkan pada setiap 20 cm diberi tanda dengan cara tali rafiah

dililitkan pada tali nilon sebagai tanda jarak tanam dalam barisan.

Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm, tiap lubang

tanaman diberikan 1-2 biji /lubang. Setelah dilakukan penanaman

perlu ditutup tanah atau kompos/pupuk kandang sekitar 1.500 kg Ha.

4. Pemupukan

Pemberian pupuk pertama (7-10 hari setelah tumbuh) kebutuhan 50

kg ZA + 50 kg Urea + 200 kg + SP-36 + 100 kg KCl (Zubachtirudin)

atau 50 kg Za + 100 kg + SP-36 + 200 kg/Ha Pelangi atau 50 kg Za

+ 50 kg SP-36 + 200 kg/Ha Phonska dan dibuatkan lubang dengan

cara ditugal disamping tanaman sekitar 7-10 cm kemudian ditutup

dengan tanah.

Pemberian pupuk ke dua (25 - 30) HST dengan kebutuhan 150 kg

Urea/Ha atau 250 kg/Ha Pelangi atau 200 kg/Ha phonska yang

diberikan dalam lubang yang dibuat 10 -15 cm dari tanaman dan

diutup dengan tanah.

Pemberian pupuk ke tiga (40 - 45) HST dengan kebutuhan 100 kg

Urea yang diberi, sedangkan pemupukan ketiga tidak perlu dilakukan,

Page 32: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

28

namun demikian tanaman pertumbuhan yang tidak sempuna perlu

dilakukankan dan dibuat lubang dengan ditugal 10 – 15 cm disamping

tanaman dan ditutup dengan tanah. Kebutuhan pupuk tersebut diatas

dibuat beberapa opsi yang akan digunakan petani dilapangan

nantinya setelah kegiatan berjalan dengan pertimbangan variasi jenis

pupuk yang ada dilokasi. Opsi penggunaan pupuk hasil penelitian

dan opsi lain berdasarkan pengalaman.

5. Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan pertama dan pembumbunan dilakukan 15 - 20 HST

(sebelum pemupukan II), penyiangan dilakukan dengan

menggunakan cangkul dan dilanjutkan dengan pembumbunan

tanaman tumbuh dengan kokoh. Penyiangan bisa saja mengalami

perubahan waktu tergantung kondisi dilapangan.

Penyiangan ke dua dilakukan pada umur 30 - 35 HST (sebelum

pemupukan III) dengan menggunakan cangkul dan sekaligus

membuat guludan agar tanaman dapat tumbuh lebih kokoh.

Penyiangan juga dapat dilakukan dengan mengunakan herbisida

Paraquat dengan takaran 1-2 liter /Ha

6. Pengendalian hama dan penyakit

Seperti tanaman lainnya, mulai keluar pucuk tanaman jagung sudah

mulai diserang hama-hama seperti; lalat bibit, penggerek pucuk, kutu

daun, wereng hijau, dan ulat jengkal/heliotis selain itu penyakit pada

tanaman jagung seperti hawar dn,karat daun, bercak daun, bulai,

abusuk batang. Untuk serangan hama-hama biasanya dikendalikan

dengan insektisda Carbofuran, Matador, Comfidor WP, amistartop dll,

sedangkan untuk penyakit seperti bulai bisa dikendalikan dengan

Saromil melalui seed treatmen sebelum tanam.

7. Panen

Sama hal dengan tanaman padi, tanaman jagung juga perlu

perhatian khusus keseragamannya tinggi tanaman yang dominan

dan tanaman rendah/kerdil perlu disingkirkan dengan cara dicabut.

Tanaman jagung Srikandi kuning dipanen saat masak fisiologi pada

Page 33: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

29

umur tanaman 105 - 110 HST. Sebelum dipanen tanaman jagung

bagian atas tongkol di pangkas kemudian dikupas langsung/buka

klobotnya dipetakan lahan/sawah terutama dimusim hujan hal ini

dilakukan agar menghindari kadar air yang tinggi akibat hujan terus

menerus klobot menjadi jamuran sekaligus mempengruhi kualitas

jagung itu sendiri, kemudian dibiarkan sampai 7 hari asalkan jagung

dalam keadaan aman baru dipanen.

8. Prosessing setelah dipanen

Setelah jagung dipanen, tahapan proses kegiatan terus berlangsung

diantaranya pengeringan, pemipilan, sortasi, pengemasan dan

penyimpanan. Pada setiap proses kegiatan kemungkinan terjadi

penusutan baik kualitas maupun kuantitas yang diakibatkan oleh

keterlambatan atau penundaan, kesalahan penanganan.

9. Pengeringan

Jagung setelah dipanen terlebih dahulu dikeringkan dengan

menggunaka terval, bersamaan dengan itu kegiatan seleksi tongkol

mulai dilakukan. Tongkol jagung yang kena jamur mulai diambil untuk

pakan ternak demikian juga biji pada tongkol warna lain/varietas

yang berbeda, sehingga pengeringan selanjutnya harus dipisahkan

antara yang akan dijadikan benih dengan yang tidak digunakan.

Pengeringan kembali dilakukan setelah pemipilan dilakukan hingga

kadar air 10 persen.

10. Pemipilan

Setelah jagung mulai kering artinya kadar airnya mulai mengalami

penyusutan umtuk sementara jagung yang sudah dapat dipipil maka

tongkol bisa dimasukkan dalam karung plastic dan dimasukkan

dalam karung untuk diproses selanjutnya yakni sortasi biji, namun

demikian karung berisi jagung tersebut dalam keadaan karung berdiri

dan terbuka dan beralas kayu/papan dan tidak dengan semen. Untuk

saat ini pemipilan dilakukan dengan alat sederhana/manual sedang

alat mesin yang ada kurang baik untuk pemilan jagung karena

sebagian pecah pada bagian biji. Sebelum dilakukan pemipilan ujung

Page 34: PETUNJUK TEKNIS MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/m-P3MI/m-P3MI.pdf · 3.1.Inisiasi Model A. Penentuan Lokasi Dari sisi agroekosistem, m-P3MI dilakukan

30

tongkol terutama biji kecll dipotong atau bila tidak dilakukan

pemotongan tongkol dilakukan pengaaan setelah dilakukan

pemipilan.

11. Pengemasan dan Penyimpanan

Untuk pengemasan benih sementara ini masih sedang dipelajari

kemasan pelastik yang digunakan balitsereal saat ini. Sedangkan

untuk kemasan penyimpanan bisa menggunakan kaleng/ jerigen

pelastik.