petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan administrasi...

83

Upload: others

Post on 25-May-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran
Page 3: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

ii

TIM PENYUSUN

Sesuai SK Dekan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Tim Penyusun Pedoman

Praktikum Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel

Surabaya Tahun 2019

Penanggung Jawab

Dr. H. Masruhan, M.Ag

Ketua

Dr. Nur Lailatul Musyafa‟ah, Lc., M.Ag

Sekretaris

Dr. Sanuri, M.Fil.I

Anggota

Moh. Faizur Rohman, M.HI

Dr. Holilur Rohman, M.HI

Agus Solikin, M.SI.

Novi Sopwan, M.Si

Page 4: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah swt.Atas berkat

dan rahmatNya, buku Pedoman Praktikum Peradilan Agama bagi mahasiswa

Fakultas Syari‟ah dan Hukum ini dapat diterbitkan setelah mengalami beberapa

kali revisi.

Kuliah Praktik di Pengadilan Agama merupakan salah satu bagian dari

kurikulum perkuliahan yang berlaku bagi semua mahasiswa Program S1 Prodi

Hukum Ekonomi Syari‟ah, Hukum Keluarga Islam, Ilmu Falak, Hukum Pidana

Islam, Hukum Tata Negara, dan Perbandingan Mazhab Fakultas Syari'ah dan

Hukum UIN Sunan Ampel, karena itu dibutuhkan buku panduan sebagai

pedoman pelaksanaannya. Buku ini memuat petunjuk praktis bagi para

mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Praktik, juga bagi para Dosen

Pembimbing Tempat Praktik dan Koordinator Tempat Praktek.

Kami menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan dalam buku

ini, meskipun telah kami adakan perbaikan. Oleh karena itu, kritik yang

konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan buku panduan ini ke arah

yang lebih diharapkan.

Semoga buku ini bermanfaat dan dengan berbekal buku pedoman ini

diharapkan pelaksanaan Praktikum Peradilan Agama bisa berjalan dengan baik

dan lancar.

Surabaya, 27 Mei 2019

Dekan,

Dr. H. Masruhan, M.Ag

Page 5: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

iv

Page 6: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Dasar Pemikiran 1

B. Dasar Hukum 2

C. Tujuan 2

D. Dosen Pembimbing Tempat Praktik 3

E. Koordinator Tempat Praktik 3

F. Peserta 3

G. Bobot SKS 4

H. Waktu 4

I. Tempat 4

BAB II PEMBEKALAN 5

A. Waktu Pembekalan 5

B. Materi Pembekalan 5

C. Nara Sumber Pembekalan 5

D. Mekanisme Pembekalan 5

BAB III PELAKSANAAN 7

BAB IV PELAPORAN 9

BAB V PENILAIAN 10

BAB VI TATA TERTIB PESERTA 11

BAB VII PENUTUP 12

Page 7: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

vi

LAMPIRAN

1. Contoh Sampul Depan 13

2. Contoh Sampul Dalam 14

3. Contoh Persetujuan Dosen Pembimbing dan

Koordinator Tempat Praktik 15

4. Contoh Pengesahan Laporan Praktik Peradilan Agama 16

5. Contoh Outline Laporan Praktik Peradilan Agama 17

6. Contoh Daftar Hadir Pembekalan Praktik Peradilan Agama 18

7. Contoh Daftar Hadir Praktik di Pengadilan Agama 19

8. Contoh Daftar Nilai Praktik Peradilan Agama 20

9. Biodata Peserta Praktik 21

10. Contoh Template Artikel Jurnal 22

11. Berkas yang harus Dibawa dan Dikembalikan 23

12. Daftar Pengadilan Agama Tempat Praktik 25

13. Materi 1 30

14. Materi 2 50

15. Materi 3 64

16. SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75

Page 8: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Bagi semua mahasiswa program S-1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum

UIN Sunan Ampel terdapat suatu bagian dari kurikulum keahlian berkarya

yang harus diikuti. Kurikulum tersebut dibuat untuk mengembangkan

kemampuan mahasiswa secara praktis terhadap teori-teori yang diperoleh

pada waktu perkuliahan. Salah satu kurikulum keahlian berkarya tersebut

adalah Praktikum Peradilan Agama.

Praktikum Peradilan Agama merupakan implementasi yang

menjembatani antara teori dan praktik di dalam peradilan dan

mengkorelasikan antara hal tersebut yang nantinya bisa memperoleh

pengalaman dan wawasan yang sempurna berkat hasil penggabungan antara

teori dan praktik peradilan.

Secara teoretis, Praktikum Peradilan Agama adalah usaha pelaksanaan

teori tentang tata laksana dan proses beracara serta berperkara di Pengadilan

Agama secara langsung. Dengan bimbingan dan arahan Koordinator Tempat

Praktik, mahasiswa diharapkan memperoleh informasi mengenai penerapan

Administrasi Umum, Administrasi Perkara, dan Tata Laksana Persidangan

Perkara di Pengadilan Agama.

Dengan Praktikum Peradilan Agama ini, mahasiswa diharapkan dapat

mengaktualisasikan disiplin ilmu yang masih dalam tataran teoretis terhadap

realisasi praktis, dan sebagai usaha pengembangan ilmu yang didapat

sebelumnya. Selain itu, Praktikum Peradilan Agama juga memiliki

keterampilan yang dapat mengasah kemampuan dalam menganalisis dan

mengumpulkan suatu keputusan hukum tentang masalah-masalah yang

terjadi di pengadilan.

Page 9: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

2

B. Dasar Hukum

Pelaksanaan Praktikum Peradilan Agama ini didasarkan pada:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Tainggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan;

4. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 52 tahun 2016

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama nomor 56 tahun 2015

tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya;

5. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

Tata Kerja UIN Sunan Ampel;

6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44

Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;

7. Keputusan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Nomor 380 Tahun 2018

tentang Pedoman Akademik Program Sarjana, Magister, dan Doktor.

C. Tujuan

Diadakannya Praktikum Peradilan Agama ini bertujuan antara lain:

1. Memperkaya wawasan praktis mahasiswa tentang penerapan

Administrasi Umum maupun Administrasi Perkara, tata persidangan

perkara dan segi-segi lain yang berkenaan dengan penerapan hukum

acara Peradilan Agama.

2. Mengembangkan kemampuan mahasiswa secara praktis terhadap teori-

teori Peradilan Agama yang diperolehnya waktu kuliah.

Page 10: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

3

D. Dosen Pembimbing Tempat Praktik

Dosen Pembimbing Tempat Praktik (dulu disebut Dosen Pembimbing

Lapangan) adalah dosen Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel

yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Syari‟ah dan

Hukum.

Dosen Pembimbing Tempat Praktik bertugas mengobservasi tempat

praktik, mengantar dan menjemput di Pengadilan Agama, memberikan

pembekalan secara kelompok kepada mahasiswa, membimbing dan

memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan, memberikan penilaian,

dan melaporkan hasil tugasnya kepada pimpinan.

E. Koordinator Tempat Praktik

Koordinator Tempat Praktik (dulu disebut Dosen Pamong) ialah

hakim/panitera di Pengadilan Agama yang ditempati praktik yang diangkat

oleh Pimpinan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel atau

Pimpinan Pengadilan Agama yang bersangkutan, untuk menjadi Koordinator

Tempat Praktik.

Koordinator Tempat Praktik bertugas membimbing mahasiswa saat

praktik di Pengadilan, dan membimbing pembuatan laporan, dan

memberikan penilaian kepada mahasiswa.

F. Peserta

Peserta Praktikum Peradilan Agama adalah mahasiswa program strata

satu Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah, Prodi Hukum Keluarga, Prodi Ilmu

Falak, Prodi Hukum Pidana Islam, Prodi Hukum Tata Negara, dan Prodi

Perbandingan Mazhab Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel

yang telah menyelesaikan perkuliahan semester VI.

Page 11: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

4

G. Bobot SKS

Praktikum Peradilan Agama merupakan salah satu prasyarat kelulusan

yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum.

Praktikum Peradilan Agama memiliki bobot 3 SKS sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam kurikulum.

H. Waktu

Kegiatan Praktikum Peradilan Agama dilaksanakan pada semester

genap. Jadwal pelaksanaan mengikuti kalender akademik dan ditempuh

selama tiga minggu (15 hari kerja efektif).

I. Tempat

Praktik dilaksanakan di beberapa Pengadilan Agama di Jawa Timur

yang ditunjuk oleh Pengadilan Tinggi Agama Surabaya.

Page 12: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

5

BAB II

PEMBEKALAN

A. Waktu Pembekalan

Sebelum Praktikum Peradilan Agama dilaksanakan, mahasiswa akan

diberi materi pembekalan di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya selama

satu hari dari jam 08.00-13.00 WIB.

B. Materi Pembekalan

Pembekalan dilaksanakan secara bertahap, yaitu pembekalan secara

umum dan pembekalan secara kelompok:

1. Materi pembekalan secara umum adalah pendalaman materi tentang

pengadilan agama yang meliputi:

a. Praktik Perkara Perdata pada Peradilan Agama.

b. Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan

Pengadilan Agama.

2. Materi pembekalan secara kelompok adalah penjelasan tentang

pembagian kelompok, tugas-tugas yang harus dilaksanakan, jadwal

kegiatan, sistem penilaian, dan tata cara membuat laporan hasil praktik.

C. Nara Sumber Pembekalan

Nara sumber pembekalan secara umum adalah Hakim dan atau

Panitera Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi Agama, atau ahli yang

berkompeten dalam bidang Peradilan Agama. Adapun Nara sumber

pembekalan secara kelompok adalah Dosen Pembimbing Tempat

Praktik.

Page 13: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

6

D. Mekanisme Pembekalan

Pembekalan diawali dengan pertemuan secara serempak di tempat dan

tanggal yang ditentukan. Materi pembekalan disampaikan oleh narasumber

dari Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi Agama untuk memberikan

pengarahan melalui ceramah, dialog, atau praktik/simulasi. Setelah

pendalaman materi, mahasiswa berkumpul secara berkelompok dengan

Dosen Pembimbing Tempat Praktik masing-masing untuk memastikan

kesiapan kelompok sebelum berangkat praktik ke Pengadilan Agama.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pembekalan

Praktikum Peradilan Agama adalah:

1. Panitia mengundang seluruh Dosen Pembimbing Tempat Praktik dan

peserta praktik untuk mendapatkan pengarahan.

2. Narasumber yang ditunjuk panitia menyampaikan materi pembekalan.

3. Setelah narasumber menyampaikan materi, peserta diperkenankan aktif

bertanya kepada narasumber dipandu moderator, yang dilanjutkan dengan

jawaban atau tanggapan dari narasumber.

4. Setelah pembekalan, masing-masing kelompok diwajibkan melakukan

koordinasi dengan Dosen Pembimbing Tempat Praktik untuk persiapan

pemberangkatan yang telah ditetapkan panitia.

Page 14: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

7

BAB III

PELAKSANAAN

Pelaksanaan Praktikum Peradilan Agama diatur sebagai berikut:

1. Jadwal kegiatan disusun dengan memberikan alokasi waktu yang cukup

untuk sub-sub kegiatan berikut:

a. Penerimaan peserta secara resmi oleh pimpinan Pengadilan Agama dan

pengarahan peserta oleh Koordinator Tempat Praktik;

b. Pelaksanaan materi pokok praktik;

c. Diskusi dan kerja kelompok;

d. Pelepasan peserta secara resmi oleh pimpinan Pengadilan Agama dan

advis dari Koordinator Tempat Praktik;

2. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, misalnya A dab B. Setiap kelompok

melaksanakan kegiatan praktik secara bergilir sebagaimana contoh tabel

berikut:

No Jenis kegiatan Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Penerimaan dan

pengarahan

peserta oleh

Koordinator

Tempat Praktik

A

B

2 Struktur

organisasi PA

dan peraturan

per-UU-an yang

mengaturnya.

A A B

3 a. Administrasi

umum

b. Urusan

kepegawaian

c. Urusan

keuangan

A B

Page 15: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

8

4 Kepaniteraan

Perkara

A A B B A B B B A B B

5 Observasi

pelaksanaan tata

persidangan

perkara

B B A A B A A A B A A

6 Diskusi dan kerja

kelompok

A

B

7 Pelepasan dan

evaluasi peserta

oleh Koordinator

Tempat Praktik

dan Dosen

Pembimbing

Tempat Praktik

A

B

3. Supaya informasi yang diperoleh memadai, semua anggota kelompok diberi

beban yang tersebar merata dan proposional untuk mengikuti, mengamati,

dan memahami segi-segi penerapan dari materi pokok parktikum.

Page 16: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

9

BAB IV

PELAPORAN

Laporan Pelaksanaan Praktik Peradilan Agama diatur sebagai berikut:

1. Setiap kelompok peserta membuat laporan tertulis tentang hasil Praktik di

Pengadilan Agama.

2. Secara umum, laporan Praktikum Peradilan Agama dibagi ke

dalam dua bagian, yaitu bagian awal dan bagian isi. Bagian

awal terdiri atas cover luar, cover dalam, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, kata pengantar, dan daftar

isi. Sedangkan bagian isi dibagi ke dalam empat bab yaitu:

Pendahuluan, Pelaksanaan Praktik, Analisis, Penutup

(Kesimpulan dan Saran), Daftar Pustaka dan lampiran-

lampiran.

3. Laporan ditulis dalam kertas ukuran A4, spasi 1.5, font

Times New Roman 12.

4. Selain membuat laporan praktik, mahasiswa diwajibkan

membuat artikel jurnal dari hasil temuan praktik di

Pengadilan Agama.

5. Artikel mencakup Judul, Abstrak, Kata kunci, Latar

Belakang, Isi/Hasil Praktik, Analisis, Simpulan, Saran, dan

Daftar Pustaka (artikel ditulis sekitar 5000-6000 kata).

6. Laporan dan artikel dibuat sebanyak 4 eksemplar dalam hard

copy dan soft copy (word dan pdf), masing-masing untuk

Dosen Pembimbing Tempat Praktik, Koordinator Tempat

Praktik, Pengadilan Agama, dan Fakultas/Laboratorium.

7. Batas akhir penyerahan laporan kepada Dosen Pembimbing

Tempat Praktik, Koordinator Tempat Praktik, Pengadilan

Agama, dan Fakultas/Laboratorium adalah tanggal satu

minggu setelah pelaksanaan praktik.

Page 17: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

10

BAB V

PENILAIAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi dan penilaian, antara

lain:

1. Evaluasi diberikan oleh dua orang dosen, yaitu Koordinator Tempat Praktik

dari instansi peradilan tempat praktik dan Dosen Pembimbing Tempat

Praktik dari fakultas yang ditetapkan oleh pimpinan instansi masing-masing.

2. Hal-hal yang terkait langsung dengan penilaian/evaluasi hasil praktik

adalah:

a. Keaktifan mahasiswa dalam pembekalan.

b. Keaktifan mahasiswa selama melaksanakan praktik di Pengadilan Agama

c. Hasil laporan tertulis tentang praktik di Pengadilan Agama.

3. Sistem penilaian menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = Nilai Koordinator (50%) + Nilai Dosen Pembimbing (pembekalan

20% + laporan 30%)

4. Angka penilaian, baik dari Dosen Pembimbing Tempat Praktik maupun

Koordinator Tempat Praktik, bergerak dengan interval antara angka 0 sampai

dengan 100.

Angka Huruf Keterangan

91-100 A+ Lulus

86-90 A Lulus

81-85 A- Lulus

76-80 B+ Lulus

71-75 B Lulus

66-70 B- Lulus

61-65 C+ Lulus

56-60 C Lulus

51-55 C- Lulus

40-50 D Tidak Lulus

<39 E Tidak Lulus

Page 18: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

11

BAB VI

TATA TERTIB PESERTA

Semua peserta Praktikum Pengadilan Agama wajib melaksanakan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengikuti pembekalan dan bertanda tangan di daftar hadir.

2. Membentuk ketua kelompok dengan dipandu Dosen Pembimbing Tempat

Praktik setelah mengikuti agenda pembekalan.

3. Mengkoordinasikan keberangkatan dan informasi awal perihal biaya living

cost dari Dosen Pembimbing Tempat Praktik (bila diperlukan).

4. Memakai jaket almamater pada waktu pembekalan dan selama praktik di

Pengadilan Agama.

5. Mengisi daftar hadir setiap hari, dengan dikoordinasikan oleh ketua

kelompok kepada Koordinator Tempat Praktik setempat.

6. Menyusun laporan dari hasil praktik.

Page 19: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

12

BAB VI

PENUTUP

Buku Pedoman Praktikum Peradilan Agama ini dibuat sebagai pegangan

dalam pelaksanaan Praktik Peradilan Agama. Segala sesuatu yang tidak termuat

dalam pedoman Praktikum Peradilan Agama ini akan ditentukan kemudian oleh

panitia.

Page 20: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

13

* Lampiran-Lampiran

Lampiran 1: Contoh Sampul Depan

LAPORAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA

DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO

KOORDINATOR TEMPAT PRAKTIK: _________________________

DOSEN PEMBIMBING:______________________

NAMA KELOMPOK:

1. ............................. NIM ...............................

2. ............................. NIM ...............................

3. ............................. NIM ...............................

4. ............................. NIM ...............................

5. ............................. NIM ...............................

6. ............................. NIM ...............................

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2019

Page 21: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

14

Lampiran 2: Contoh Sampul Dalam

LAPORAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA

DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik

Sebagai Prasyarat Kelulusan Mata Kuliah Praktik Peradilan Agama

KOORDINATOR TEMPAT PRAKTIK: _____________________

DOSEN PEMBIMBING:__________________

NAMA KELOMPOK:

1. ............................. NIM ...............................

2. ............................. NIM ...............................

3. ............................. NIM ...............................

4. ............................. NIM ...............................

5. ............................. NIM ...............................

6. ............................. NIM ...............................

7. ............................. NIM ...............................

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2019

Page 22: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

15

Lampiran 3: Contoh Persetujuan Dosen Pembimbing Tempat Praktik dan

Koordinator Tempat Praktik

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN KOORDINATOR

TEMPAT PRAKTIK

Dengan ini kami menyatakan bahwa laporan Praktik Peradilan Agama

di Pengadilan Agama ____________ yang bertempat di _________________,

dan berlangsung sejak _____________ dinyatakan telah memenuhi syarat

untuk diserahkan ke fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya.

Dosen Pembimbing Tempat Praktik Koordinator Tempat Praktik

Nama ________________ Nama ________________

NIP NIP

Page 23: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

16

Lampiran 4: Contoh Pengesahan Laporan Praktik Peradilan Agama

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA

Dengan ini Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel

menyatakan bahwa laporan Praktik Peradilan Agama di Pengadilan Agama

____________ yang bertempat di _________________, sudah berlangsung

sejak _____________ telah dinyatakan sah dan dapat diterima sebagai prasyarat

kelulusan mata kuliah Praktik Peradilan Agama.

Surabaya, _________________

Dekan,

Dr. H. Masruhan, M.Ag

NIP. 195904041988031003

Page 24: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

17

Lampiran 5: Contoh Outline Laporan Praktik Peradilan Agama

COVER

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN KOORDINATOR TEMPAT

PRAKTIK

PENGESAHAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi PA

B. Struktur Organisasi PA

C. Jumlah Hakim, Panitera, Juru Sita, Karyawan Administrasi

D. Fasilitas Pendukung

E. Dan lain-lain yang relevan

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK PERADILAN

A. Administrasi Umum

B. Kepaniteraan Perkara

C. Tata Persidangan Perkara

D. Temuan Studi

BAB III ANALISIS

A. Faktor Pendukung

B. Faktor Penghambat

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 25: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

18

Lampiran 6: Daftar Hadir Pembekalan Praktik Peradilan Agama

DAFTAR HADIR

PESERTA PEMBEKALAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN ___________

Kelompok: PA ___________ Dosen Pembimbing: _____________

NO NIM NAMA TANDA TANGAN

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

Surabaya, __________

Ketua,

__________________

Page 26: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

19

Lampiran 7: Daftar Hadir Praktik di Pengadilan Agama

DAFTAR HADIR MAHASISWA PRAKTIK PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN ___________

Kelompok: PA ___________ Dosen Pembimbing: _____________

NO NIM NAMA L/P JULI 2019 KET

T A N G G A L

1

2

3

4

5

6

Surabaya, __________

Koordinator Tempat Praktik, Dosen Pembimbing Tempat Praktik,

______________________ ______________________________

Page 27: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

20

Lampiran 8: Daftar Nilai Praktik Peradilan Agama

DAFTAR NILAI PRAKTIK PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN ___________

Kelompok: PA ___________

NO NIM NAMA NILAI Total

Nilai

Koordinator

(50%)

Nilai Pembimbing

PEMBEKALAN

(20%)

LAPORAN

(30%)

1

2

3

4

5

6

Surabaya, __________

Koordinator Tempat Praktik, Dosen Pembimbing Tempat Praktik,

______________________ ______________________________

Angka Huruf Keterangan

91-100 A+ Lulus

86-90 A Lulus

81-85 A- Lulus

76-80 B+ Lulus

71-75 B Lulus

66-70 B- Lulus

61-65 C+ Lulus

56-60 C Lulus

51-55 C- Lulus

40-50 D Tidak Lulus

<39 E Tidak Lulus

Page 28: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

21

Lampiran 9: Biodata Peserta Praktik

Nama :

NIM :

Jurusan :

Prodi :

Alamat :

Contact person:

Foto

Page 29: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

22

Lampiran 10: Contoh Template Artikel Jurnal

JUDUL

(Tema dipilih dari hasil temuan praktik yang sekiranya menarik untuk dijadikan judul artikel)

Nama peserta praktik dan dosen pembimbing Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Jl. A. Yani 117 Surabaya Email 1 peserta dan dosen pembimbing

Abstract: abstrak memuat uraian singkat dan jelas, serta menjelaskan keseluruhan isi artikel. Tekanan penulisan abstrak terutama pada hasil praktik ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris (150-200 kata) Keywords: ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dalam 3-5 kata.

Abstrak: Kata Kunci

Pendahuluan Pendahuluan merupakan tulisan yang menjelaskan latar belakang secara

ringkas tentang alasan kenapa tema dalam artikel ini menarik untuk ditulis.

Pembahasan Isi pembahasan artikel mencakup temuan hasil praktik yang menarik

untuk dijadikan tulisan sesuai dengan tema artikel. Pembahasan mencakup profil PA, hasil temuan/praktik, dan analisis.

Simpulan Simpulan memuat ringkasan dari uraian mengenai hasil dari

pembahasan.

Saran

Saran disusun berdasarkan temuan penelitian yang telah dibahas.

Daftar Pustaka

Ditulis dengan mencantumkan nama penulis. Judul buku (ditulis miring). Tempat terbit: penerbit, tahun terbit.

Contoh penulisan daftar pustaka: Anonim. Simposium Hukum Perburuhan. Bandung: Bina Cipta, 1977.

Page 30: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

23

Lampiran 11: Berkas yang harus di bawa ke PA dan Berkas yang harus

dikembalikan ke Laboratorium Fakultas Syari„ah dan Hukum UIN Sunan

Ampel oleh Dosen Pembimbing Tempat Praktik (Dosen Pembimbing

Lapangan)

A. Obervasi

1. Berkas yang harus dibawa ke PA

a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)

b. Surat permohonan izin praktikum dari fakultas ke PA yang

bersangkutan

c. Surat pengantar dari Pengadilan Tinggi Agama

d. Daftar mahasiswa peserta praktikum

2. Berkas yang harus dikembalikan ke Laboratorium

a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah

ditandatangani dan distempel (2 lembar) dari PA yang

bersangkutan

b. Biodata Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong) yang telah

terisi

c. Hasil perjalanan dinas

B. Mengantar

1. Berkas yang harus dibawa ke PA

a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)

b. Daftar Hadir Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong)

c. Daftar hadir mahasiswa selama praktik

d. Daftar Nilai praktik mahasiswa

2. Berkas yang harus dikembalikan ke Laboratorium

a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah

ditandatangani dan distempel (2 lembar) dari PA yang

bersangkutan

b. Daftar Hadir Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong)

c. Hasil perjalanan dinas

Page 31: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

24

C. Menjemput

1. Berkas yang harus dibawa ke PA

a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)

b. Honor untuk Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong) dan

Kuwitansi Pembayaran dari keuangan Fakultas

2. Berkas yang harus dikembalikan ke Laboratorium

a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah

ditandatangani dan distempel (2 lembar) dari PA yang

bersangkutan

b. Kuwitansi pembayaran dari keuangan Fakultas yang telah

ditandatangani oleh penerima (Koordinator Tempat Praktik)

c. Hasil perjalanan dinas

d. Daftar Hadir mahasiswa selama praktik

e. Daftar nilai praktik mahasiswa

Page 32: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

25

Lampiran 12: Daftar Pengadilan Agama di Jawa Timur Tempat Praktik

Mahasiswa FSH UIN Sunan Ampel Surabaya

1 NAMA

SATKER

PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA

Alamat Jl. Mayjend Sungkono No. 7, Surabaya Kode Pos 60225 Telp

(031) 5681797 Fax 5680426

Website www.pta-surabaya.go.id

Email [email protected]

2 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA SURABAYA

Alamat Jl. Ketintang Madya VI/3, Surabaya Kode Pos 60232 Telp

('031) 8292146, Fax 8293341

Website www.pa-surabaya.go.id

Email [email protected]

3 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO

Alamat Jl. Moh Husni Thamrin No. 88, Bojonegoro Kode Pos 62113

Telp ('0353) 881235 Fax 892229

Website http://pa-bojonegoro.go.id/

Email Email: [email protected]

4 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA TUBAN

Alamat Jl. Sunan Kalijogo No. 27, Tuban Kode Pos 62314 Telp (0356)

321326 Fax 324939

Website http://www.pa-tuban.net/

Email [email protected]

5 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA LAMONGAN

Alamat Jl. Panglima Sudirman No. 738 B, Lamongan Kode Pos 62212

Telp (0322) 321185 Fax 311017

Website http://www.palamongan.net/

Email [email protected]

6 NAMA PENGADILAN AGAMA KODYA MALANG

Page 33: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

26

SATKER

Alamat Jl. Raden Panji Suroso No. 1 Malang Kode Pos 65126 Telp

('0341) 491812 Fax 473563

Website www.pa-malangkota.go.id

Email

[email protected]

7 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA KEDIRI

Alamat Jl. Sekartaji No. 12, Kediri Kode Pos 64101 Telp (0354)

Telp.682175 Fax 682175

Website http://pa-kedirikab.go.id/1/

Email e-mail : [email protected]

8 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO

Alamat Jl. RA Basuni No. 21, Mojokerto Kode Pos 61361Telp (

'0321) 323352 Fax 323352

Website http://www.pa-mojokerto.go.id/

Email [email protected]

9 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA JOMBANG

Alamat Jl.Yos Sudarso Denanyar Jombang Telp. / Fax. (0321)

861337

Website http://www.pa-jombang.go.id/

Email Email : [email protected] / [email protected]

10 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA GRESIK

Alamat Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 45, Gresik Kode Pos 61121

Telp (031) 3981685 Fax 3981685

Website http://www.pagresik.net/

Email [email protected]

11 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA NGANJUK

Page 34: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

27

Alamat Jl. Gatot Subroto Nganjuk - 64411 Kode Pos 64411 Telp

(0358) 323744 Fax 323744

Website www.pa-nganjuk.com

Email [email protected]

12 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA SIDOARJO

Alamat Jl. Hasanuddin No. 90 Sidoarjo Kode Pos 61215 Telp Pos

('031) 8921012 Fax 8921012

Website http://www.pa-sidoarjo.net/

Email [email protected]

13 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA TRENGGALEK

Alamat Jl. Dr. Sutomo No. 21, Trenggalek Kode Pos 66311 Telp

(0355) 791427 Fax 791427

Website www.patrenggalekkab.go.id

Email [email protected]

14 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA PASURUAN

Alamat Jl. Imam Bonjol No. 60 Pasuruan - 67122 Telp. (0343) 410284

Fax. 431155

Website www.pa-pasuruan.web.id

Email [email protected]

15 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA PROBOLINGGO

Alamat Jl. Raya Bromo KM. 07 Kota Probolinggo.Telp. 0335 –

421736 Fax. 0335 – 4430559

Website www.paprobolinggo.com

Email [email protected]

16 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA KRAKSAAN

Alamat Jl. Mayjend Sutoyo No. 69, Kraksaan Kode Pos 67282 Telp

(0335) 841213 Fax 843400

Website www.pakraksan.pta-surabaya.go.id

Page 35: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

28

Email [email protected]

17 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA BANGKALAN

Alamat Jl. Soekarno - Hatta No. 19, Bangkalan Kode Pos 69116 Telp

('031) 3095582 Fax 061482

Website www.pabangkalan.pta-surabya.go.id

Email [email protected]

18 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA SAMPANG

Alamat Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 86, Sampang Kode Pos 69213

Telp (0323) 321025 Fax 326396

Website www.pa-sampang.com

Email [email protected]

19 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA BANGIL

Alamat Jl. Layur No. 51Bangil - 67153 Telp. (0343) 741552 Fax.

745202

Website www.pabangil.pta-surabaya.go.id

Email [email protected]

20 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA MADIUN

Alamat Jl. Raya Tiron Km. 6, Nglames, Madiun Kode Pos 63151 Telp

( 0351) 463301 Fax 463301

Website www.pakabmadiun.net

Email [email protected]

21 NAMA

SATKER

PENGADILAN AGAMA KAB MALANG

Alamat Jl. Panji Suroso No. 1 Kel. Panarukan, Kepanjen Malang -

65163, Telp. (0341) 397200 Fax. 395786

Website www.pa-malangkab.go.id

Email [email protected]

22 NAMA PENGADILAN AGAMA KODYA MADIUN

Page 36: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

29

SATKER

Alamat Jl. Cokrobasonto No. 2 Madiun - 63135 Telp.(. 0351) 464854

Fax. 495878

Website www.pakotamadiun.com

Email [email protected]

Page 37: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

30

Lampiran 13: Materi 1

POLA BINDALMIN (POLA PENERIMAAN PERKARA & POLA

REGISTER PERKARA)

A. Prosedur Penyelenggaraan Administrasi Perkara

1. Prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama/Mahkamah

Syar‟iyah, melalui beberapa Meja, yaitu Meja I (termasuk di dalamnya

kasir), Meja II dan Meja III.

2. Pengertian Meja tersebut adalah merupakan kelompok pelaksana teknis

yang harus dilalui oleh suatu perkara di Pengadilan Agama/Mahkamah

Syar‟iyah, mulai dari penerimaan sampai perkara tersebut diselesaikan.

a. Meja I

1. Menerima Gugatan, Permohonan.

2. Menerima Perlawanan (Verzet), Pernyataan Banding, Kasasi, PK,

Eksekusi, penjelasan dan penaksiran biaya perkara dan biaya Eksekusi.

3. Menaksir biaya perkara sebagaimana ditetapkan dalam pasal 121

HIR/145 RBg

4. Membuat Surat Kuasa untuk membayar (SKUM)

5. Menyerahkan kembali 1 exemplar Surat Gugatan/Permohonan setelah

diberi Nomor Perkara kepada Penggugat/ Pemohon.

6. Penerimaan perkara Perlawanan (Verzet) hendaknya dibedakan antara

Perlawanan (Verzet) terhadap Putusan Verstek dengan Perlawanan pihak

ketiga (Darden Verzet).

7. Penerimaan Verzet terhadap Putusan Verstek tidak diberi nomor baru.

Sedang perlawanan pihak ketiga (Darden Verzet) dicatat sebagai perkara

baru dan mendapat nomor baru sebagai perkara gugatan.

8. Dengan demikian penerimaan perkara secara keseluruhan meliputi:

1) Perkara Permohonan

2) Perkara Gugatan

3) Perkara Banding

4) Perkara Kasasi

5) Perkara PK

6) Perkara Eksekusi

9. Pemegang Kas merupakan bagian dari Meja Pertama.

Page 38: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

31

10. Pemegang Kas menerima Slip Bukti stor ke Bank sebagai pembayaran

uang panjar biaya perkara sebagaimana tersebut dalam SKUM.

11. Melakukan penerimaan uang panjar perkara/biaya eksekusi dan

membukukan dalam buku jurnal yang terdiri atas :

1) KI.PA 1/P – untuk perkara Permohonan.

2) KI.PA 1/G – untuk perkara Gugatan.

3) KI.PA 2 – untuk perkara Banding.

4) KI.PA 3 – untuk perkara Kasasi.

5) KI.PA 4 – untuk perkara Peninjauan Kembali.

6) KI.PA 5 – untuk Permohonan Eksekusi.

12. Seluruh kegiatan pengeluaran keuangan perkara harus melalui Kasir dan

dicatat secara tertib dalam Buku Jurnal dan Buku Induk yang

bersangkutan.

13. Dengan demikian pada pemegang Kas harus tersedia uang kontan dan

meterai Putusan.

14. Untuk pengeluaran biaya redaksi dan meterai dicatat dalam Buku

Jurnal sesuai dengan tanggal diputusnya perkara tersebut.

15. Pemegang Kas menandatangani SKUM, membubuhi nomor perkara dan

tanggal penerimaan perkara dalam SKUM dan dalam surat

Gugatan/Permohonan sebagaimana tersebut dalam buku jurnal yang

berkaitan dengan perkara yang diajukan.

16. Menyerahkan tindasan SKUM yang telah di cap LUNAS dan satu Surat

Gugatan yang telah diberi Nomor Perkara pada Penggugat/Pemohon.

17. Menyerahkan Berkas Perkara pada Meja II untuk diproses lebih lanjut.

18. Terhadap perkara prodeo, tetap dibuatkan SKUM NIHIL dan SKUM

tersebut didaftarkan pada pemegang Kas sebagai diutarakan di atas.

19. Yang penting diketahui bahwa setiap Pemegang Kas Pengadilan harus

menyiapkan 2 (dua) buah stempel penerimaan perkara:

a. Untuk Pengadilan Agama:

1) Perkara Gugatan:

Nomor : ....../Pdt.G/20..../PA....

Tanggal: ...........................

2) Perkara Permohonan :

Nomor : ............/Pdt.P/20..../PA....

Page 39: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

32

Tanggal: .................................

b. Untuk Pengadilan Tinggi Agama :

Nomor : ....../Pdt.G/20..../PTA

Tanggal: ...........................

b. Meja II

1. Menerima Surat Gugatan/Permohonan yang telah distempel Nomor

Perkara dan tindasan pertama SKUM dari Meja I (Kasir)

2. Mendaftar/mencatat surat Gugatan/ Permohonan dalam register yang

bersangkutan serta memberi nomor register pada Map Berkas Perkara

tersebut.

3. Nomor register diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh kasir.

4. Asli surat Gugat/Permohonan dimasukan dalam sebuah map khusus

dengan melampirkan tindasan pertama SKUM dan surat-surat yang

berhubungan dengan Gugatan/Permohonan, disampaikan kepada Wakil

Panitera, untuk selanjutnya berkas Gugatan/ Permohonan tesebut

disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama melalui Panitera.

5. Menerima kembali berkas perkara yang telah diberi PMH dan Penugasan

Panitera Pengganti serta mencatatnya dalam Register Perkara

6. Menyerahkan Berkas Perkara pada Majelis Hakim.

7. Mencatat semua kegiatan penyelesaian perkara berdasarkan laporan

Panitera Pengganti.

8. Mendaftar/Mencatat Putusan Pengadilan Agama/ Pengadilan Tinggi

Agama/ Mahkamah Agung dalam semua buku register yang

bersangkutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Sub Kepaniteraan Permohonan/Gugatan mempelajari kelengkapan

persyaratan dan mencatat semua data-data perkara, yang baru diterimanya

dalam buku penerimaan tentang perkara, kemudian menyampaikannya

kepada Panitera dengan melampirkan semua formulir-formulir yang

berhubungan dengan pemeriksaan perkara.

b. Panitera sebelum meneruskan berkas-berkas yang baru diterimanya itu

kepada Ketua Pengadilan Agama, terlebih dahulu menyuruh petugas yang

bersangkutan untuk mencatatnya dalam buku register perkara yang

nomornya diambil dari SKUM.

Page 40: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

33

c. Selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat-surat gugat

diterima dibagian kepaniteraan, Panitera harus sudah menyerahkan

kepada Ketua Pengadilan Agama yang selanjutnya Ketua Pengadilan

Agama mencatat dalam buku ekspedisi yang ada padanya dan

mempelajarinya, kemudian menyampaikan kembali berkas perkara

tersebut kepada Panitera dengan disertai penetapan penunjukan Majelis

Hakim (PMH) yang harus dilakukannya dalam waktu selambat-

lambatnya 10 (sepuluh hari) sejak Gugatan/Permohonan didaftarkan.

d. Panitera menyerahkan berkas perkara yang diterimanya dari Ketua/Wakil

Ketua Pengadilan Agama kepada Majelis/Hakim yang bersangkutan.

e. Setelah Majelis/Hakim menerima berkas perkara dari Ketua/Wakil Ketua,

maka Ketua Majelis/Hakim harus membuat Penetapan Hari Sidang

(PHS).

c. Meja III

1. Menyerahkan Salinan Putusan Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi

Agama/Mahkamah Agung kepada yang berkepentingan.

2. Menyerahkan Salinan Penetapan Pengadilan Agama/kepada pihak yang

berkepentingan.

3. Menerima Memori/Kontra Memori Banding, Memori/Kontra Memori

Kasasi, Jawaban/Tanggapan Peninjauan Kembali dan lain-lain.

4. Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas banding, kasasi, PK.

5. Menerima berkas perkara yang telah diminutasi dan mencatatnya dalam

buku kendali khusus untuk itu.

6. Mengisi instrumen penerimaan berkas yang telah diminutasi hari itu dan

diserahkan pada Meja II untuk dicatat dalam Register Induk Perkara.

7. Menyimpan Arsip Berkas Perkara Berjalan.

8. Menyiapkan dan memproses permohonan Eksekusi.

Pendaftaran Perkara Tingkat Banding

1. Permohonan banding didaftarkan kepada petugas Meja I pengadilan

agama/mahkamah syar‟iyah.

2. Tenggang waktu banding adalah sebagai berikut:

a. Permohonan banding dapat diajukan dalam waktu 14 (empat belas)

hari setelah putusan diucapkan atau setelah diberitahukan dalam hal

putusan tersebut diucapkan di luar hadir.

Page 41: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

34

b. Penghitungan waktu 14 (empat belas) hari dimulai pada hari

berikutnya (besoknya) setelah putusan diucapkan atau setelah putusan

diberitahukan, dan apabila hari ke-14 (keempat belas) jatuh pada hari

libur, maka diperpanjang sampai hari kerja berikutnya.

c. Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang

waktu tersebut di atas tetap dapat diterima dan dicatat, kemudian

panitera membuat surat keterangan bahwa permohonan banding telah

lampau waktu.

3. Petugas Meja I menaksir besarnya panjar biaya banding berpedoman

pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama/Mahkmah Syar‟iyah

tentang Panjar Biaya Perkara kemudian dituangkan dalam SKUM, yang

terdiri dari:

a. Biaya pendaftaran.

b. Biaya banding yang dikirimkan ke pengadilan tinggi agama/mahkamah

syar‟iyah provinsi yang besarnya sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat

(2) PERMA Nomor 02 Tahun 2009.

c. Ongkos pengiriman biaya banding melalui bank/kantor pos.

d. Biaya fotokopi/penggandaan dan pemberkasan.

e. Ongkos pengiriman berkas perkara banding.

f. Ongkos jalan petugas pengiriman.

g. Biaya-biaya pemberitahuan, yang berupa:

1) biaya pemberitahuan akta banding.

2) biaya pemberitahuan memori banding.

3) biaya pemberitahuan kontra memori banding.

4) biaya pemberitahuan memeriksa berkas (inzage) bagi pembanding.

5) biaya pemberitahuan memeriksa berkas (inzage) bagi terbanding.

6) biaya pemberitahuan amar putusan bagi pembanding.

7) biaya pemberitahuan amar putusan bagi terbanding.

4. Berkas perkara banding yang telah lengkap dibuatkan SKUM dalam rangkap

empat:

a. Lembar pertama warna hijau untuk bank.

b. Lembar kedua warna putih untuk pembanding.

c. Lembar ketiga warna merah untuk kasir.

d. Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.

Page 42: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

35

5. Petugas Meja I menyerahkan berkas permohonan banding yang dilengkapi

dengan SKUM kepada pihak yang bersangkutan untuk membayar uang

panjar yang tercantum dalam SKUM kepada bank.

6. Pemegang kas setelah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara

banding harus menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM.

7. Pemegang kas kemudian membukukan uang panjar biaya perkara banding

yang tercantum pada SKUM dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara Banding.

8. Apabila panjar biaya perkara banding telah dibayar lunas, panitera membuat

akta pernyataan banding dan mencatat permohonan banding tersebut dalam

Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Permohonan

Banding.

9. Permohonan banding dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja harus telah

diberitahukan kepada pihak lawan.

10. Tanggal penerimaan memori banding dan kontra memori banding harus

dicatat dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan

Banding, kemudian salinannya disampaikan kepada masing-masing

lawannya dengan membuat relaas pemberitahuan/penyerahannya.

11. Sebelum berkas perkara dikirim ke pengadilan tinggi agama/mahkamah

syar‟iyah provinsi, kedua belah pihak harus diberi kesempatan untuk

memeriksa berkas perkara (inzage) dan hal itu dituangkan dalam akta.

12. Dalam waktu satu bulan sejak permohonan banding diajukan, berkas perkara

banding berupa bundel A dan bundel B harus sudah dikirim ke pengadilan

tinggi agama/mahkamah syar‟iyah (Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 1947). Khusus untuk permohonan banding yang

pemberitahuannya melalui pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah lain,

dapat lebih dari satu bulan.

13. Biaya perkara banding untuk pengadilan tinggi agama/ mahkamah syar‟iyah

provinsi harus dikirim melalui bank/ kantor pos dan tanda bukti pengiriman

uang harus dikirim dan menyatu dengan berkas yang bersangkutan.

14. Apabila para pihak masing-masing mengajukan upaya hukum banding,

maka:

a. Penyebutan pihak-pihak adalah: Pembanding I/ Terbanding II lawan

Terbanding I/Pembanding II;

Page 43: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

36

b. Pembanding I adalah pihak yang lebih dahulu mengajukan permohonan

banding, atau kalau tanggal pengajuan permohonan bandingnya sama,

siapa yang paling berhak mengajukan upaya banding.

c. Biaya perkara banding yang dikirim ke pengadilan tinggi

agama/mahkamah syar‟iyah provinsi hanya dipungut dari pengaju

pertama.

d. Pengaju kedua hanya dibebani biaya:

1. Fotokopi penggandaan berkas.

2. Pemberitahuan akta banding.

3. Pemberitahuan memori banding.

4. Pemberitahuan kontra memori banding.

e. Berkas banding terdiri dari 1 (satu) bundel A dan 2 (dua) bundel B.

f. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah segera melaporkan

secara tertulis ke pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi

tentang adanya upaya hukum banding yang diajukan oleh kedua belah

pihak tersebut agar berkas perkaranya di pengadilan tinggi

agama/mahkamah syar‟iyah provinsi dijadikan satu.

1. Pencabutan permohonan banding dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Pembanding mengajukan permohonan pencabutan kepada ketua

pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah.

b. Apabila permohonan pencabutan dilakukan oleh kuasanya, harus

disetujui oleh pihak prinsipal.

c. Panitera membuat akta pencabutan banding yang ditanda tangani oleh

panitera dan pembanding.

d. Pencabutan permohonan banding tersebut harus diberitahukan kepada

pihak terbanding.

e. Pencabutan permohonan banding disertai akta pencabutan dan

pemberitahuannya kepada pihak terbanding harus segera dikirim oleh

panitera ke pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah dibarengi

surat pengantar yang ditandatangani ketua atau panitera pengadilan

agama/mahkamah syar‟iyah.

Page 44: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

37

f. Berkas perkara banding yang belum dikirim ke pengadilan tinggi

agama/mahkamah syar‟iyah provinsi, tidak dikirim ke pengadilan

tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi.

2. Pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi mengirimkan

salinan putusan beserta bundel A ke pengadilan agama/mahkamah

syar‟iyah.

3. Ketua pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah harus membaca putusan

banding dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para

pihak.

4. Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan banding dikirimkan

kepada pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi.

Pendaftaran Perkara Kasasi

1. Permohonan kasasi didaftarkan kepada petugas Meja I pengadilan

agama/mahkamah syar‟iyah.

2. Permohonan kasasi dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas)

hari setelah putusan diucapkan atau setelah pemberitahuan amar putusan.

3. Dalam hal permohonan kasasi atas penetapan (voluntair) dapat diajukan

dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah diucapkan atau

diberitahukan kepada pemohon.

4. berikutnya (keesokan harinya) setelah amar putusan diberitahukan, dan

apabila hari ke-14 (keempat belas) jatuh pada hari libur, maka diperpanjang

sampai hari kerja berikutnya.

5. Petugas Meja I menaksir besarnya panjar biaya kasasi berpedoman pada

Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama/Mahkmah Syar‟iyah tentang

Panjar Biaya Perkara kemudian dituangkan dalam SKUM, yang terdiri dari:

a. Biaya pendaftaran.

b. Biaya perkara kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung RI yang

besarnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a

PERMA Nomor 02 Tahun 2009.

c. Ongkos pengiriman biaya perkara kasasi.

d. Biaya pemberitahuan akta kasasi.

e. Biaya pemberitahuan memori kasasi.

f. Biaya pemberitahuan kontra memori kasasi.

g. Biaya fotokopi/penggandaan dan pemberkasan.

Page 45: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

38

h. Biaya pengiriman berkas perkara kasasi.

i. Biaya transportasi petugas pengiriman.

j. Biaya pemberitahuan amar putusan kasasi kepada pemohon kasasi.

k. Biaya pemberitahuan amar putusan kasasi kepada termohon kasasi.

6. Petugas Meja I membuat SKUM rangkap empat:

a. Lembar pertama warna hijau untuk bank.

b. Lembar kedua warna putih untuk pemohon kasasi.

c. Lembar ketiga warna merah untuk kasir.

d. Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.

7. Apabila para pihak masing-masing mengajukan upaya hukum kasasi, maka:

a. Biaya perkara kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung hanya dipungut

satu kali, yaitu dari pengaju pertama.

b. Pengaju kedua hanya dibebani biaya:

1) Fotokopi penggandaan berkas.

2) Pemberitahuan akta kasasi.

3) Pemberitahuan memori kasasi.

4) Pemberitahuan kontra memori kasasi.

c. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah melaporkan secara

tertulis ke Mahkamah Agung mengenai upaya hukum kasasi yang

diajukan oleh kedua belah pihak.

8. Petugas Meja I menyerahkan permohonan kasasi yang dilengkapi dengan

SKUM kepada pihak pengaju untuk membayar panjar biaya perkara kasasi

kepada Kasir melalui Bank.

9. Pemegang Kas setelah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara

kasasi harus menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM.

10. Permohonan kasasi dapat diterima apabila panjar biaya perkara kasasi yang

tercantum dalam SKUM telah dibayar lunas.

11. Pemegang Kas membukukan uang panjar biaya kasasi yang tercantum dalam

SKUM pada Buku Jurnal Keuangan Perkara kasasi.

12. Biaya permohonan kasasi untuk Mahkamah Agung dikirim oleh pemegang

kas melalui Bank BNI Syari‟ah Kantor Layanan BNI Syari‟ah Mahkamah

Agung Jl. Medan Merdeka Utara Nomor 9 – 13 Jakarta Pusat, Nomor

Rekening 179179175 atas nama Kepaniteraan Mahkamah Agung (Surat

Panitera Mahkamah Agung RI Nomor 464/PAN/XI/2008 tanggal 12

Page 46: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

39

November 2008 yang ditujukan kepada para Ketua PN, PA dan PTUN), dan

bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan.

13. Apabila panjar biaya perkara kasasi telah dibayar lunas, maka Panitera pada

hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang dilampirkan pada berkas

perkara dan mencatat permohonan kasasi tersebut dalam Buku Register

Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Kasasi.

14. Permohonan kasasi yang telah terdaftar, dalam waktu 7 (tujuh) hari harus

telah diberitahukan kepada pihak lawan.

15. Memori kasasi, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sesudah

permohonan kasasi terdaftar, harus sudah diterima pada kepaniteraan

Pengadilan Agama. Apabila dalam waktu tersebut memori kasasi belum

diterima, pemohon kasasi dianggap tidak menyerahkan memori kasasi.

Penghitungan 14 (empat belas) hari tersebut sama dengan pada butir 3) di

atas.

16. Panitera memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan dalam

waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari salinan memori kasasi harus

diberitahukan kepada pihak lawan.

17. Setelah memori kasasi diberitahukan kepada pihak lawan, kontra memori

kasasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari harus sudah disampaikan

kepada kepaniteraan pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah untuk

diberitahukan kepada pihak lawan.

18. Dalam waktu 60 hari sejak permohonan kasasi diajukan, berkas permohonan

kasasi berupa bundel A dan bundel B harus dikirim ke Mahkamah Agung.

19. Apabila syarat formal permohonan kasasi tidak dipenuhi oleh pemohon

kasasi, maka berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung

(Pasal 45 A ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 yang telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009).

20. Yang dimaksud dengan syarat formal permohonan kasasi adalah tenggang

waktu permohonan kasasi, pernyataan kasasi, panjar biaya perkara kasasi

dan memori kasasi, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46 dan 47 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2009).

Page 47: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

40

21. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah membuat surat keterangan

bahwa permohonan kasasi tersebut tidak memenuhi syarat formal (Pasal 45

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009).

22. Berdasarkan surat keterangan panitera tersebut dan setelah ketua meneliti

kebenarannnya, ketua pengadilan agama/ mahkamah syar‟iyah membuat

penetapan yang menyatakan bahwa permohonan kasasi tersebut tidak dapat

diterima.

23. Salinan penetapan ketua pengadilan agama/ mahkamah syar‟iyah tersebut

pada butir 21 di atas diberitahukan/ disampaikan kepada para pihak sesuai

ketentuan yang berlaku.

24. Dengan dikeluarkannya penetapan ketua pengadilan agama/mahkamah

syar‟iyah tersebut, maka putusan yang dimohonkan kasasi menjadi

berkekuatan hukum tetap dan terhadap penetapan ini tidak dapat dilakukan

upaya hukum.

25. Petugas kepaniteraan mencatat kode “TMS” (tidak memenuhi syarat formal)

dalam kolom keterangan pada Buku Induk Register Perkara.

26. Ketua pengadilan agama/mahkamah syar'iyah melaporkan permohonan

kasasi yang tidak memenuhi syarat formal dengan dilampiri penetapan

tersebut ke Mahkamah Agung.

27. Tanggal penerimaan memori kasasi dan kontra memori kasasi harus dicatat

dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Kasasi.

28. Pencabutan permohonan perkara kasasi dilakukan dengan langkah sebagai

berikut:

a. Permohonan pencabutan diajukan oleh pemohon kasasi kepada Ketua

Mahkamah Agung melalui ketua pengadilan agama/mahkamah syar'iyah

yang memeriksa perkara dan disetujui oleh termohon kasasi.

b. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar'iyah membuat Akta

Pencabutan Kasasi yang ditandatangani panitera, pemohon kasasi dan

termohon kasasi.

c. Pengadilan agama/mahkamah syar'iyah mengirim surat kepada Ketua

Mahkamah Agung RI cq Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan

Agama MARI dengan lampiran huruf a) dan b). (Surat Tuada ULDILAG

MA RI No. 08/TUADA-AG/VII/2001 tanggal 5 Juli 2001).

Page 48: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

41

29. Ketua pengadilan agama/mahkamah syar'iyah harus membaca putusan

kasasi dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para pihak.

30. Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan kasasi dikirim ke Mahkamah

Agung.

Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali

1. Permohonan peninjauan kembali diajukan secara tertulis bersama-sama

dengan risalah peninjauan kembali yang menyebutkan alasan permohonan

peninjauan kembali yang jelas dan rinci.

2. Permohonan peninjauan kembali tersebut di atas didaftarkan kepada petugas

Meja I.

3. Panitera membuat akta permohonan peninjauan kembali.

4. Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan

alasan-alasan sebagai berikut :

a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat

pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan

pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.

b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat

menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.

c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada

yang dituntut.

d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa

dipertimbangkan sebab-sebabnya.

e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama,

atas dasar yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya

telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain.

f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu

kekeliruan yang nyata.

5. Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang

didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam poin 2) adalah 180

(seratus delapan puluh) hari untuk:

Page 49: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

42

a. yang disebut pada angka 4) huruf a) sejak diketahui kebohongan atau tipu

muslihat atau sejak putusan hakim pidana memperoleh kekuatan hukum

tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.

b. yang disebut pada angka 4) huruf b) sejak ditemukan surat-surat bukti,

yang hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah

dan disahkan oleh pejabat yang berwenang;

c. yang disebut pada angka 4) huruf c), d), dan f) sejak putusan memperoleh

kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang

berperkara;

d. yang tersebut pada angka 4) huruf e) sejak sejak putusan yang terakhir

dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah

diberitahukan kepada pihak yang berperkara.

6. Novum adalah surat bukti yang sudah ada sebelum perkara diperiksa di

tingkat pertama akan tetapi tidak ditemukan sehingga tidak bisa diajukan

sebagai alat bukti dalam persidangan. Alat bukti yang dibuat setelah perkara

diputus bukan termasuk novum.

7. Tata cara penyumpahan novum adalah sebagai berikut:

a. Ketua Pengadilan atau hakim yang ditunjuk mempelajari surat bukti yang

diajukan oleh pemohon PK, apakah surat bukti tersebut memenuhi

persyaratan novum atau tidak.

b. Setelah novum tersebut dipelajari, Ketua Pengadilan Agama atau hakim

yang ditunjuk melakukan sidang untuk mengambil sumpah terhadap

pemohon PK yang mengajukan novum.

c. Lafal sumpahnya adalah “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya telah

menemukan surat bukti berupa ………… pada hari…, tanggal…,

bulan…, tahun… di …….. dan belum pernah diajukan di persidangan”.

d. Penyumpahan penemuan novum dibuat dalam berita acara sidang

penyumpahan novum dan ditandatangani oleh Ketua atau hakim yang

ditunjuk dan panitera sidang.

Register Perkara

1. Register perkara adalah merupakan daftar yang memuat secara lengkap dan

rinci mengenai suatu perkara, sehingga semua kegiatan perkara yang terjadi

harus dimuat dalam kolom-kolom register perkara, misalnya : harus

disebutkan alasan penundaan, tanggal penundaan, tanggal Minutasi, Amar

Page 50: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

43

Putusan diisi bila perkara sudah putus sesuai instrumen Amar Putusan

(AMP) dan dibuat oleh Ketua Majelis Hakim.

2. Pendaftaran perkara dalam Buku Register harus dilakukan dengan tertib dan

cermat.

3. Buku Register perkara di Pengadilan Agama terdiri dari :

a. Register Induk Perkara Gugatan (R1-PA1G)

b. Register Induk Perkara Permohonan. (RI-PA1P)

c. Register Permohonan Banding (RI-PA2).

d. Register Permohonan Kasasi (RI-PA3).

e. Register Permohonan Peninjauan Kembali (RI-PA4).

f. Register Penyitaan Barang Bergerak (RI-PA5).

g. Register Penyitaan Barang Tidak Bergerak (RI-PA6).

h. Register Surat Kuasa Khusus (RI-PA7).

i. Register Eksekusi (RI-PA8).

j. Register Akta Cerai (RI-PA9).

k. Register Perkara Jinayah (RI-PA10)

l. Register P 3 HP (RI-PA11).

m. Register Ekonomi Syari‟ah (RI-PA12).

n. Register Itsbat Rukyat Hilal dan Pemberian Nasehat/Keterangan Tentang

Perbedaan Penentuan arah kiblat dan Penentuan awal waktu Sholat (RI-

PA13)

o. Regeister eksekusi Putusan Arbitrase Syariah (RI-PA14)

p. Register Mediasi (RI-PA15), yang kolomnya terdiri dari nomor urut,

Nomor Perkara, para pihak, nama mediator, hasil mediasi dan keterangan.

4. Buku Register diberi nomor halaman, halaman pertama dan terakhir

ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama dan halaman lainnya diparaf.

5. Banyaknya halaman pada setiap Buku Register dinyatakan pada halaman

awal dan keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama.

6. Apabila Buku Register Induk Pekara sudah penuh, maka penulisan Buku

Register Induk Perkara selanjutnya pada halaman awal ditulis “BUKU INI

MERUPAKAN LANJUTAN DARI BUKU SEBELUMNYA, TERDIRI

......... HALAMAN dan seterusnya”.

7. Buku Register Induk Perkara memuat seluruh data perkara dalam Tingkat

Pertama, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali, dan Eksekusi.

Page 51: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

44

8. Buku Register harus diganti setiap tahun dan tidak boleh digabung dengan

tahun sebelumnya.

9. Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Induk Perkara

Permohonan ditutup setiap bulan. Nomor urut setiap bulan dimulai dari

nomor 1 (satu), sedangkan nomor perkara berlanjut untuk satu tahun.

10. Penutupan buku dibuat pada halaman tersendiri.

11. Penutupan Buku Register setiap akhir bulan, ditandatangani oleh petugas

register, dengan perincian sebagai berikut:

a. Sisa bulan lalu : .......................... perkara

b. Masuk bulan ini : .......................... perkara

c. Putus bulan ini : .......................... perkara

d. Sisa bulan ini : .......................... perkara

12. Penutupan Buku Register setiap akhir tahun, ditandatangani oleh Panitera

dan diketahui Ketua Pengadilan Agama, dengan perincian sebagai berikut :

a. Sisa tahun lalu : .......................... perkara

b. Masuk tahun ini : .......................... perkara

c. Putus tahun ini : .......................... perkara

d. Sisa tahun ini : .......................... perkara

13. Buku Register Permohonan Banding, Register Permohonan Kasasi, dan

Register Permohonan Peninjauan Kembali ditutup setiap akhir tahun, dengan

rekapitulasi sebagai berikut :

a. Sisa tahun lalu : .......................... perkara

b. Masuk tahun ini : .......................... perkara

c. Putus tahun ini : .......................... perkara

d. Sisa tahun ini : .......................... perkara

1) Sudah dikirim : .......................... perkara

2) Belum dikirim : .......................... perkara

Jurnal Kuangan Perkara

1. Awal Buku Jurnal Keuangan Perkara ditulis jumlah halaman, halaman

pertama dan terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan Agama, sedangkan

halaman lainnya diparaf Ketua Pengadilan Agama.

2. Apabila Buku Jurnal Keuangan Perkara sudah penuh, maka awal Buku

Jurnal Keuangan Perkara buku selanjutnya ditulis, “BUKU JURNAL INI

TERDIRI DARI ....... HALAMAN,yaitu halaman ......... s/d halaman .......

Page 52: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

45

MERUPAKAN LANJUTAN DARI BUKU JURNAL SEBELUMNYA, dan

seterusnya”.

3. Kolom keterangan dalam jurnal keuangan perkara, hendaknya diisi apabila

ada Banding, Kasasi dan PK.

4. Setelah berlakunya PNBP tanggal 23 Juli 2008, belum ditarik biaya

pendaftaran dan redaksi, apabila perkara tersebut putus dan masih ada sisa

panjar maka harus dikeluarkan biaya pendaftaran dan redaksi. Apabila sudah

tidak ada sisa panjar, maka harus diberitahukan kepada Penggugat/Pemohon

melalui surat untuk memenuhi kewajibannya membayar biaya tersebut,

berdasarkan surat Wakil Ketua Mahkamah Agung bidang Non Yudisial

tanggal 04 November 2008, Nomor : 42/WKMA-N.Y/XII/2008 tentang

Petunjuk Pelaksanaan PP.RI Nomor 53 tahun 2008 tentang PNBP, point 12.

5. Buku Jurnal Keuangan Perkara Tingkat Pertama terdiri dari 2 (dua) halaman

muka, yaitu halaman kiri dan kanan, hanya muka halaman sebelah kiri yang

diisi, sedangkan muka sebelah kanan disiapkan bila ada Verzet, juga

disiapkan apabila banyak pihak/kegiatan, muka halaman kiri penuh, maka

pindah kehalaman muka sebelah kanan.

6. Nomor perkara ditulis pada halaman kiri dan nomor halaman ditulis pada

halaman kanan.

7. Nomor halaman sama dengan nomor perkara.

Keterangan:

1) Tanggal pengeluaran di K1.PA.1, harus berdasarkan tanggal instrumen di

PGL, walalupun Jurusita belum mengambil ongkos jalannya.

2) Tanggal pengeluaran di K1.PA.1 harus sesuai di Buku Induk Keuangan

Perkara (K1.PA.6).

3) Apabila akan dilakukan pemanggilan kepada pihak berperkara untuk

pengucapan Ikrar Talak, hendaknya Meja I dan Meja III, terlebih dahulu

meneliti apakah berkas sudah selesai diminutasi, sebelum menetapkan

Jurusita untuk memanggil.

Pelaporan Perkara

a. Laporan

1. Laporan Keadaan Perkara : LI-PA.1

2. Laporan Perkara yang Dimohonkan Banding : LI-PA.2

3. Laporan Perkara yang Dimohonkan Kasasi : LI-PA.3

Page 53: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

46

4. Laporan Perkara yang Dimohonkan PK : LI-PA.4

5. Laporan Perkara yang Dimohonkan Eksekusi: LI-PA.5

6. Laporan Kegiatan Hakim : LI-PA.6

7. Laporan Keuangan Perkara : LI-PA.7

8. Laporan Jenis Perkara : LI-PA.8

9. Laporan Hasil Mediasi : LI-PA.9

10. Laporan Penggunaan Formulir Akta Cerai : LI-PA.10

11. Laporan Pertanggungjawaban Uang Iwadl : LI-PA.11

12. Laporan Sebab-sebab Terjadinya Perceraian : LI-PA.12

13. Laporan Tahunan : LI-PA.13

b. Asli laporan dikirim kepada Ketua Pengadilan Tinggi Agama, sedangkan

lembar kedua dikirimkan kepada Mahkamah Agung cq. Direktur Jendral

Badan Peradilan Agama.

c. Laporan Keadaan Perkara, Laporan Keuangan Perkara, dan Laporan Jenis

Perkara dibuat setiap akhir bulan dan harus diterima oleh Pengadilan

Tinggi Agama selambat-lambatnya tanggal 10 dan Mahkamah Agung

selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

d. Laporan Perkara yang Dimohonkan Banding, Laporan Perkara yang

Dimohonkan Kasasi, Laporan Perkara yang Dimohonkan Peninjauan

Kembali dan Laporan Perkara yang Dimohonkan Eksekusi, dibuat setiap

4 (empat) bulan, yaitu pada akhir bulan April, Agustus, dan Desember.

e. Laporan Kegiatan Hakim dibuat setiap 6 bulan yaitu pada akhir bulan

Juni dan Desember.

f. Laporan Keadaan Perkara berisi tentang keadaan perkara sejak diterima

sampai diputus dan diminutasi.

g. Laporan Perkara yang Dimohonkan Banding berisi tentang keadaan

perkara yang dimohonkan banding, mulai tanggal putusan, tanggal

permohonan banding, sampai tanggal pengiriman berkas perkara ke

pengadilan tinggi agama/mahkamah syar'iyah provinsi.

h. Laporan Perkara yang Dimohonkan Kasasi berisi tentang keadaan perkara

yang dimohonkan kasasi, mulai tanggal penerimaan berkas dari

pengadilan tinggi agama/mahkamah syar'iyah provinsi sampai dengan

tanggal pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung.

Page 54: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

47

i. Laporan Perkara yang Dimohonkan Peninjauan Kembali berisi tentang

keadaan perkara yang dimohonkan peninjauan kembali, mulai tanggal

penerimaan berkas dari Mahkamah Agung atau pengadilan tinggi

agama/mahkamah syar'iyah provinsi sampai dengan tanggal pengiriman

berkas perkara ke Mahkamah Agung.

j. Laporan Perkara yang Dimohonkan Eksekusi berisi tentang keadaan

perkara yang dimohonkan eksekusi, mulai tanggal permohonan eksekusi

sampai dengan selesainya eksekusi.

k. Perkara yang lebih dari 6 (enam) bulan sejak diterima ternyata belum

diputus, harus disebutkan alasannya dalam kolom keterangan.

l. Perkara sebagaimana tersebut pada angka 1) huruf b) sampai dengan

huruf e) di atas, tetap dilaporkan dalam setiap laporan sampai perkara

diputus.

m. Laporan Kegiatan Hakim berisi tentang jumlah perkara yang diterima,

diputus, sisa perkara, serta jumlah perkara yang sudah maupun yang

belum diminutasi.

n. Laporan tentang keadaan keuangan perkara harus sesuai dengan Buku

Induk Keuangan Perkara.

o. Laporan LI-PA1 sampai dengan LI-PA7 adalah laporan yang bersifat

evaluasi, sehingga dari laporan-laporan tersebut dapat dipantau tentang

kegiatan para pejabat peradilan secara keseluruhan, baik Hakim maupun

pejabat kepaniteraan yang berhubungan dengan jalannya

penyelenggaraan peradilan.

p. Laporan LI-PA8 adalah laporan yang berisi tentang:

jumlah dan jenis perkara.

jumlah perkara yang diputus.

sisa perkara yang belum diputus pada setiap akhir bulan.

q. Laporan LI-PA9 sampai dengan LI-PA12 adalah laporan yang bersifat

khusus untuk menggambarkan pelaksanaan mediasi penggunaan akta

cerai. Pertanggungjawaban uang iwadl dan sebab-sebab terjadinya

perceraian;

r. Laporan LI-PA13 adalah laporan yang bersifat tahunan dan mencakup

semua jenis laporan.

Pengarsipan

Page 55: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

48

a. Setelah berkas perkara diminutasi, maka petugas Meja III (tiga) menyimpan

berkas perkara untuk keperluan arsip.

b. Secara umum berkas perkara dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis :

1. Arsip aktif (masih berjalan) yaitu berkas perkara yang telah diputus dan

diminutasi, tetapi masih dalam proses banding, kasasi atau peninjauan

kembali, dan masih memerlukan penyelesaian akhir. termasuk perkara

yang memerlukan eksekusi tetapi belum ada permohonan eksekusi,

demikian pula perkara cerai talak yang belum dilakukan sidang

penyaksian ikrar talak.

2. Arsip tidak aktif (sudah final) yaitu berkas perkara yang putusannya telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dqn tidak memerlukan penyelesaian

akhir.

c. Berkas berjalan harus mempunyai box dan daftar isi box.

d. Berkas perkara yang masih berjalan dikelola oleh Panitera Muda

Gugatan/petugas yang bertanggung jawab untuk itu, sedangkan arsip b¥rkas

perkara yang sudah tidak aktif dipindahkan pengelolaannya pada Panitera

Muda Hukum.

e. Penataan berkas perkara dan arsip berkas perkara dilakukan dalam 3 (tiga)

tahap, yakni:

Tahap pertama

1. Pendataan dan pemisahan arsip aktif dan tidak aktif.

2. Arsip berkas perkara yang masih aktif disusun secara vertikal/horizontal

sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.

3. Penataan arsip berkas perkara dimasukkan dalam box dengan diberikan

catatan :

a. Nomor urut box.

b. Tahun perkara.

c. Jenis perkara.

d. Nomor urut perkara.

Tahap Kedua

1. Membuat daftar isi yang ditempel dalam box.

2. Arsip yang telah disusun menurut jenis perkara, dipisahkan menurut

klasifikasi perkaranya dan disimpan dalam box tersendiri.

Page 56: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

49

3. Menghimpun salinan resmi putusan untuk dijilid sesuai klasifikasi

masing-masing dan menyimpannya di perpustakaan.

4. Memasukkan berkas perkara dalam box, dan menyimpannya dalam

rak/almari.

5. Membuat Daftar Isi Rak (DIR) atau Daftar Isi Almari (DIL)

Tahap ketiga

1. Memisahkan berkas perkara yang sudah mencapai masa untuk dihapus

(30 tahun).

2. Menyimpan arsip berkas perkara yang memiliki nilai sejarah untuk

dimasukkan dalam box untuk disimpan dalam rak/almari tersendiri.

3. Menghapus arsip berkas perkara yang telah memenuhi syarat

penghapusan dengan membuat berita acara yang ditandatangani oleh

Panitera dan Ketua Pengadilan Agama.

4. Melaporkan penghapusan arsip tersebut kepada Mahkamah Agung

dengan dilampiri berita acara penghapusan.

5. Penyimpanan dalam bentuk lain Pengadilan juga dapat menyimpan

berkas perkara dalam bentuk lain, seperti pada pita magnetik, disket, atau

media lainnya.

Page 57: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

50

Lampiran 14: Materi 2

TEHNIK PEMERIKSAAN PERKARA

Oleh:

Drs. H. Achmad Hanifah, M.HES

I. GUGATAN:

1. Mediasi:

a. Seluruh perkara melalui mediasi

b. Hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak

c. Usaha mendamaikan bukan hanya pada sidang pertama, tetapi dapat

dilakukan setiap sidang (130 HIR/154 RBC).

d. Khusus perceraian Hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak dan

suami isteri harus hadir

2. Gugatan Gugur (124 dan 126 HIR)

a. Penggugat tidak hadir pada sidang pertama

b. Penggugat telah dipanggil secara patut

c. Penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah

d.Tidak Ne Bis In Idem (dapat memasukkan gugatan baru)

e. Sebelum diperiksa pokok perkara

3. Pencabutan Gugatan (271 - 272 RV/HIR dan RBG tidak mengatur)

Page 58: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

51

a. Hak Penggugat

b. Sebelum pemeriksaan perkara

c. Persetujuan Tergugat apabila Pemeriksaan sudah berlangsung

d. Pencabutan dilakukan dengan surat

e. Kalau sudah dipanggil, Tergugat harus disampaikan pemberitahuan

pencabutan

f. Harus ada penetapan pencabutan

4. Perubahan Gugatan (127 RV/HIR dan RBG tidak mengatur)

a. Hak Penggugat

b. Sebelum pemeriksaan, tidak perlu persetujuan Tergugat

c. Setelah pemeriksaan harus persetujuan Tergugat dan Tergugat berhak

menanggapi

d. Tidak menambah atau menyimpang dari kejadian materil (tidak

merubah posita dan petitum)

5. Provisi (180 ayat 1) HIR

Permintaan menjatuhkan provisi sebelum memeriksa pokok perkara.

Contoh: a. Ijin suami isteri pisah tempat sementara pasal 77. UU No.7/89.

b. Penghentian sementara pembangunan.

6. Komulasi

Tujuan:

a. Mewujudkan peradilan sederhana cepat dan biaya ringan.

b. Menghindari putusan yang saling bertentangan.

Bentuk: a. Komulasi Subyektif.

b. Komulasi Obyektif.

Pengecualian:

a. Pemilik obyek gugatan berbeda, Putusan MA-RI No. 201K/SIP/1972

b. Tunduk pada Hukum Acara yang berbeda, Putusan MA-RI

No. 677/SIP/1972

c. Tunduk pada Kompetensi Absolut yang berbeda.

7. Asessoir

a. Murni: Sita jaminan.

b. Tidak Murni: Nafkah anak, nafkah isteri.

Syarat: - Satu kesatuan dengan gugatan pokok.

- Saling mendukung tidak boleh bertentangan.

Page 59: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

52

II. JAWABAN

1. Eksepsi

a. Kompetensi Relatif.

- Berdasarkan Wilayah Hukum.

- Pengadilan Agama mana yang berwenang.

- Diajukan pada sidang pertama bersama jawaban pokok perkara.

- Gugatan nafkah anak, nafkah isteri, penguasaan anak dan harta

bersama, tunduk pada 118 HIR/142 Rbg atau pasal 73 UU 7/89.

b. Kompetensi Absolut.

- Pengadilan mana yang berwenang dari lingkungan pengadilan.

- Pasal 134 HIR, 132 RV:

1) Dapat diajukan tergugat setiap saat, sebelum putusan

dijatuhkan.

2) Secara ex. Oficio Hakim harus menyatakan diri tidak

berwenang.

3) Dapat diajukan pada tingkat Banding dan Kasasi

c. Prosesual:

1. Surat kuasa tidak sah.

2. Error In Persona.

3. Ne Bis In Idem.

4. Obscuur Libel.

5. Gugatan Prematur.

2. Jawaban Pokok Perkara

3. Rekonvesi

- Tujuan:

a. Menegakkan Asas Peradilan Sederhana

b. Menghemat biaya dan waktu

c. Menghindari putusan saling bertentangan

- Syarat-syarat :

a. Gugatan Rekonvensi diformulasi secara tegas

- Merumuskan dengan jelas posita

- menyebut dengan rinci petitum gugatan

b. Tergugat Rekonvensi, terbatas pada Penggugat Konvensi

c. Diajukan bersama-sama dengan jawaban

Page 60: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

53

d. Diajukan sebelum pembuktian

- Pengecualian:

a. Dilarang gugatan Rekonvensi kepada diri orang yang bertindak

berdasarkan suatu Kualitas

b. Dilarang Gugatan Rekonversi di luar Yuridiksi Pengadilan yang

memeriksa perkara.

catatan: - Jual beli (kewenangan PN)

Rekonvensi

- Hibah (kewenangan PA)

c. Dilarang Gugatan Rekonvensi terhadap Verzet eksekusi

d. Dilarang gugatan Rekonvensi pada Tingkat Banding

III. VERZET

1. Verzet terhadap Putusan Verstek.

a. Syarat-syarat Putusan Verstek:

1) Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut

2) Tidak hadir tanpa alasan yang sah

3) Gugatan beralasan dan berdasarkan Hukum

4) Apabila Tergugat mengajukan eksepsi pada permohonan Verzet :

a) Wajib lebih dahulu memutus eksepsi

b) Eksepsi dikabulkan pemeriksaan berhenti

c) Eksepsi ditolak, dilanjutkan dengan acara pemeriksaan Putusan

Verstek

b. Penerapan acara Verstek tidak imperatif.

1) Ketidakhadiran Tergugat pada sidang pertama dapat diputus

Verstek

2) Mengundur sidang dan memanggil tergugat sekali lagi

c. acara Verstek, tergugat lebih dari satu:

1) Pada sidang pertama, semua tergugat tidak hadir (verstek)

2) Salah seorang tergugat tidak hadir, sidang wajib ditunda

3) Tetap tidak hadir pada sidang berikutnya pemeriksaan secara

Kontradiktor

2. Derden Verzet

Derden Verzet: Sita dan Eksekusi

IV. INTERVENSI (70 RV dan 279 RV)

Page 61: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

54

1. Voeging

a. Pihak ketiga bergabung kepada Penggugat atau Tergugat

b. Penggugat dan Tergugat menanggapi

c. Putusan sela:

1) Tolak, lanjutkan pemeriksaan pokok perkara

2) Kabul, disebutkan kedudukan pihak ketiga tersebut

2. Tussenkomst

a. Pihak ketiga bergabung karena ada kepentingan

b. Tidak memihak kepada Penggugat atau Tergugat

c. Putusan sela:

1) Tolak, banding bersama pokok perkara danpemeriksaan perkara

pokok dilanjutkan

2) Kabul, disebutkan kedudukan pihak ketiga tersebut

3) Dua perkara diperiksa bersama-sama

3. Vrijwaring

a. Menarik pihak ketiga untuk bertanggung jawab

b. Membebaskan Tergugat dari tanggung jawab

c. Penggugat dan Tergugat menanggapi

d. Tolak : Putusan akhir, dapat dibanding bersama pokok perkara,

perkara pokok di lanjutkan

e. Kabul : Putusan sela, perkara dilanjutkan

V. PEMBUKTIAN

1. Pengertian:

Upaya para pihak yang berperkara untuk meyakinkan hakim akan

kebenaran peristiwa atau kejadian yang diajukan oleh para pihak yang

bersengketa dengan alat-alat bukti yang telah ditetapkan oleh UU.

163 HIR/283 RSG barang siapa yang mengatakan ia mempunyai hak atau ia

menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu atau untuk

membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak

itu atau adanya kejadian itu.

Contoh: waris - hibah.

2. Tujuan

Page 62: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

55

a. Memberi keyakinan kepada hakim tentang adanya peristiwa-peristiwa

tertentu sehingga hakim dapat mengambil putusan berdasarkan

pembuktian tersebut.

b. Mencari Kebenaran Formil (Hakim Pasif)

3. Fakta yang tidak perlu dibuktikan:

1) Hukum Positif Doktrin Ius Curia Novit: Hakim dianggap mengetahui

semua Hukum

2) Fakta yang diketahui umum: Bendera Republik Indonesia Merah Putih

3) Fakta yang tidak dibantah: Sesuatu yang tidak dibantah dianggap telah

terbukti kebenarannya

4) Fakta yang ditemukan selama proses persidangan:

a) Tergugat tidak datang di persidangan, penggugat tidak perlu

membuktikan fakta tersebut.

b) Penggugat/Tergugat menolak/tidak mampu menunjukkan dokumen

asli/foto copy

4. Alat-alat bukti: 164 HIR/284 RBG/1866 KUH Perdata

a. Bukti surat:

1) Akta Otentik: 165 HIR/285 Rbg

- Syarat Formal:

a) Bersifat partai (kesepakatan Pihak).

b) Dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang.

c) Memuat hari, tanggal, tahun.

d) Ditandatangani Pejabat

- Syarat Materil:

a) Isinya berhubungan langsung yang di sengketakan.

b) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan

ketertiban umum.

c) Sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti.

- Nilainya sempurna dan mengikat:

a) Tidak memerlukan bantuan lain (untuk mencapai batas minimal)

b) Kalau diajukan bukti lawan, jatuh menjadi bukti, permulaan,

untuk mencapai batas minimal harus ditambah bukti lain.

2) Akta dibawah tangan

- Syarat Formal:

Page 63: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

56

a) Bersifat partai (kesepakatan Pihak).

b) Tidak dihadapan pejabat.

c) Bermaterai.

d) Ditandatangani Kedua belah pihak.

e) Diberi tanggal

- Syarat Materil:

a) Isinya berhubungan langsung yang di sengketakan.

b) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan

ketertiban umum.

c) Sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti.

- Nilainya:

a) Bila diakui isi dan tanda tangan oleh tergugat, nilainya sama

dengan akta autentik sempurna dan mengikat.

b) Kalau tidak diakui isi dan tanda tangan, menjadi alat bukti

permulaan.

3) Akta Sepihak

- Syarat Formal:

a) Ditulis sendiri yang membuat

b) Sekurang-kurangnya sipenandatangan menulis sendiri dengan

huruf dengan jumlah yang akan diserahkan.

c) Diberi tanggal

- Syarat Materil:

a) Berkaitan langsung dengan pokok perkara.

b) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan

ketertiban umum.

c) Sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti.

- Nilainya:

a) Bila diakui isi dan tanda tangan oleh tergugat, nilainya sama

dengan akta autentik sempurna dan mengikat.

b) Kalau tidak diakui isi dan tulis tangan, menjadi alat bukti

permulaan.

4) Surat lain yang bukan akta

- Tidak sengaja dibuat sebagai alat bukti

Page 64: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

57

- Contoh: surat biasa, catatan harian (294 ayat 2 RBG, 1881 ayat 2 KUH

Perdata)

- Nilainya:

a) Tergantung penilaian Hakim.

b) Kalau mengandung fakta, sebagai bukti permulaan.

b. Saksi

- Syarat Formil:

1) Memberi keterangan didepan sidang pengadilan

2) Tidak terlarang sebagai saksi (145 HIR/172 RBG)

3) Yang berhak mengundurkan diri, menyatakan bersedia jadi saksi

4) Mengucapkan sumpah

- Syarat Materil:

1) Memberi keterangan peristiwa yang dialami, didengar dan dilihat

sendiri

2) Keterangan yang diberikan, harus mempunyai sumber pengetahuan

yang jelas (171(1)HIR, 368(1)RBG)

- Pendapat, persangkaan saksi berdasarkan akal pikiran atau

perasaan,

tidak bernilai sebagai alat bukti yang sah

3) Keterangan saksi harus saling bersesuaian dengan yang lain

atau alat bukti yang sah

- Nilainya:

1) Apabila memenuhi syarat formil dan materil serta mencapai batas

minimal, maka nilainya bebas.

2) Hakim bebas menyatakan benar atau tidak dapat diterima atau

tidak.

c. Persangkaan

Persangkaan hakim: Persangkaan yang ditarik oleh hakim berdasarkan

kenyataan atau keadaan-keadaan yang timbul dalam persidangan.

1) Alibi: A mengatakan bahwa tanggal yang tercantum dalam akta dia

berada di Medan, untuk membuktikan alibi, A memperlihatkan tiket

2) Bukti perzinaan (subekti)

Page 65: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

58

3) Tergugat yang telah dipanggil secara sah dan patut, tetap tidak hadir

dalam persidangan tanpa alasan yang sah, dianggap tergugat telah

melepaskan haknya

- Nilai pembuktian:

- Bebas:

1) Satu persangkaan saja tidak mencukupi batas minimal

2) Satu persankaan ditambah satu bukti lain

- Persangkaan menurut undang-undang: Persangkaan menurut Undang-

undang adalah persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus UU

berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan-perbuatan tertentu atau

peristiwa tertentu (1916 KUH/Perdata). Contoh:

1) Perbuatan yang oleh UU dinyatakan batal.

2) Kekuatan yang oleh UU diberikan kepada pengakuan atau sumpah

salah satu pihak

3) Perjanjian yang dibuat berdasarkan paksaan merupakan alasan

batalnya perjanjian

4) Semua yang dibuat oleh orang belum dewasa atau berada dibawah

pengampunan adalah batal demi hukum

5) 1337 KUHP: setiap perjanjian harus berdasarkan kausa yang halal,

tidak bertentangan dengan UU, kesusilaan, ketertiban umum.

- Nilai pembuktian:

1) Sempurna (volledig)

2) Mengikat (bindende)

3) Menentukan (beslissend)

d. Pengakuan

- Syarat Formil:

1) Disampaikan di muka sidang

2) Disampaikan oleh pihak yang berperkara atau kuasanya dalam

bentuk lisan atau tertulis

3) Pencabutan/penarikan pengakuan hanya dimungkinkan dalam hal

adanya kekeliruan terhadap suatu peristiwa dan dapat dicabut

kembali, asal pencabutan diganti dangan keterangan yang dapat

dibuktikan kebenarannya dengan dalil baru

- Syarat Materil:

Page 66: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

59

1) Pengakuan yang diberikan berhubangan langsung pokok perkara

2) Tidak merupakan kebohongan atau kepalsuan yang nyata dan

terang

3) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan

ketertiban umum.

- Macam-macam pengakuan:

1. Pengakuan murni:

Contoh: Penggugat menuntut nafkah satu juta rupiah perbulan

selama satu tahun, tergugat mengakui bahwa ia tidak memberi

nafkah kepada penggugat selama satu tahun sebesar

satu juta perbulan.

Nilainya: a. sempurna, b. Mengikat, c. menentukan, d. memaksa,

dan e. berdiri sendiri

2. Pengakuan yang berkualifikasi:

Pengakuan yang disertai sangkalan terhadap sebagaian dari

tuntutan Penggugat. Contoh: Tergugat mengakui tidak memberi

nafkah kepada penggugat, tetapi bukan satu juta rupiah perbulan

melainkan lima ratus ribu rupiah perbulan sesuai

penghasilan/kemampuan tergugat.

Nilainya: a. Tidak sempurna, b. Tidak mengikat, c. Tidak

menantukan, d. Tidak dapat berdiri sendiri, harus dibantu alat

bukti lain, dan e. Bukti permulaan

3. Pengakuan berklausula:

Pengakuan yang disertai dengan keterangan tambahan yang

bersifat membebaskan. Contoh: Tergugat mengakui kewajiban

memberi nafkah kepada panggugat satu juta rupiah perbulan, tetapi

kewajiban itu telah dilunasi setiap bulan.

Nilainya: a. Tidak sempurna, b. Tidak mengikat, c. Tidak

menantukan, d. Tidak dapat berdiri sendiri, harus dibantu alat bukti

lain, e. Bukti permulaan.

e. Sumpah

1. Sumpah Penambahan: (Suppletoir)

- Syarat Formil:

Page 67: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

60

1) Melengkapi/menguatkan pembuktian yang sudah ada, tatapi belum

mencapai batas minimal

2) Bukti yang ada, baru bernilai bukti permulaan

3) Para pihak tidak mampu lagi manambah alat bukti lain

4) Dibebankan atas perintah hakim

5) Diucapkan di depan sidang secara person atau surat kuasa dengan

surat kuasa istimewa

6) Dangan putusan sela

- Syarat Materil:

1) Isi sumpah harus mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri pihak

yang berperkara

2) Isi sumpah harus berkaitan langsung dengan pokok perkara

3) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan

ketertiban umum.

2. Sumpah Pemutus:

- Syarat Formil:

1) Harus dalam proses berperkara

2) Sama sekali tidak ada bukti yang diajukan kedua belah pihak

3) Permintaan salah satu pihak yang berperkara

4) Diucapkan dipersidangan secara inpersonal

5) Atau oleh kuasa dengan surat kuasa istimewa

6) Dengan putusan sela

- Syarat Materil:

1) Isi sumpah harus mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri atau

2) yang dilakukan bersama-sama oleh kedua belah pihak

3) Isi sumpah harus mempunyai hubungan langsung dengan pokok

perkara

4) Harus Litis Decisoir (menentukan)

5) Dapat mengembalikan kepada pihak lawan

- Nilainya: Nilai pembuktian sumpah pemutus maupun sumpah

penambahan adalah sama:

- Mutlak

- Bersifat sempurna

- Mengikat

Page 68: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

61

- Menentukan

- Memaksa

- Mencapai batas minimal pembuktian

- Hanya dapat dilumpuhkan dengan putusan pidana yang telah

berkekuatan hukum tetap, atas dasar sumpah palsu

- Menolak mengucapkan sumpah pemutus mengakibatkan kekalahan

pihak yang harus bersumpah (Delaat)

- Jika pihak yang harus mengucapkan sumpah mengembalikan pada

pihak yang meminta lawan bersumpah (Deferent) dan tidak bersedia

bersumpah, maka dia (Deferent) dikalahkan (156 HIR/182 RBG.193

KUH Perdata)

3. Sumpah Penaksir: (155(1) HIR, 1940 KUH Perdata

Sumpah untuk menetapkan jumlah ganti rugi atau harga barang yang

akan dikabulkan.

- Syarat formil:

a. Penggugat membuktikan haknya

b. Perbuatan melawan hukum

c. Akibat wanprestasi

- Syarat Materil:

a. Wewenang hakim secara exafield

b. Tidak diberikan kepada para pihak

c. Penerapannya tidak wajib (UU tidak mewajibkan hakim

menerapkan)

d. Tidak ada cara lain untuk menentukan jumlah ganti rugi atau harga

barang yang dituntutnya kecuali dengan sumpah penaksir

e. Hanya dapat diperiksa kepada penggugat

Nilainya: a. sempurna

b. mengikat

c. menantukan

d. senilai dengan sumpah penambahan

e. tidak mutlak: - hakim percaya benar dan layak dikabulkan

- tidak percaya, ditolak, hakim

mempertimbangkan sendiri atau menggunakan juru taksir yang resmi.

f. Pemeriksaan setempat

Page 69: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

62

Pemeriksaan oleh hakim karena jabatannya

Dilakukan diluar kantor Penagdilan Agama

Untuk mengetahui dengan jelas dan pasti letak, luas, batas-batas

obyek sengketa tanah atau mengetahui kuantitas dan kualitas

barang sengketa

g. Keterangan ahli

Memberi kesaksian secara obyektif berdasarkan keahliannya

Membantu hakim menambah pengatahuan

Contoh : Dokter ahli, ahli forensik, ahli perbankan dll

VI. PUTUSAN

Pengertian: Kesimpulan akhir yang diambil oleh majelis hakim yang

diberi wewenang dalam menyelesaikan sengketa/perkara yang dituangkan

dalam bentuk putusan, diucapkan hakim dalam sidang terbuka untuk umum.

Kekuatan: Kekuatan mengikat, Kekuatan Pembuktian, Kekuatan

eksekutorial

Susunan visi

1. Kepala putusan:

a. Putusan

b. No.Perkara

c. Bismillahirrahmanirrahim

d. Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Identitas pihak:

a. Nama dan seterusnya

b. Tempat tinggal (kalau tidak jelas, ditulis “terakhir bertempat tinggal di

….. “ dan sekarang tidak diketahui tempat tinggalnya di wilayah

negeri Republik Indonesia.

c. Jika menggunakan kuasa hukum, nama kuasa hukum

ditempatkan setelah identitas pihak meteril

3. Konsideran:

a. Pengadilan agama tersebut

b. Telah membaca surat-surat yang bersangkutan

c. Telah mendengar para pihak, dan telah memeriksa bukti-bukti.

4. Duduk perkaranya:

Page 70: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

63

a. Gugatan yang diajukan penggugat

b. Jawaban yang diajukan tergugat

c. Replik

d. Duplik

e. Kesimpulan

5. Tentang hukumnya:

a. Pokok masalah atau pokok sengketa

b. Analisis dan penilaian terhadap alat bukti yang diajukan

c. Fakta hukum yang telah dikonstatir

d. Penemuan dan penerapan hukum

e. Kesimpulan

6. Amar putusan:

- Dalam Konvensi

a. Provisi

b. Eksepsi

c. Pokok perkara

- Dalam Rekonvensi

- Dalam Intervensi

- Dalam Kompensi dan Rekonvensi

Page 71: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

64

Lampiran 15: Materi 3

TEKNIK PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG

oleh

H. Syaifuddin Latief, SH, M.HES

A. Pendahuluan

Tugas Panitera/Panitera Pengganti adalah membantu hakim dengan

menghadiri dan mencatat jalannya sidang pengadilan. Catatan sidang itu

selanjutnya disusun menjadi berita acara persidangan. Untuk dapat

mengikuti dan mencatat jalannya persidangan dengan baik, seorang

panitera/panitera pengganti harus mempunyai pengetahuan tentang hukum

formil khususnya yang berkenaan dengan proses persidangan dan hukum

materiil yang menjadi kewenangan pengadilan agama, tampa mengerti

hukum formil dan hukum materiil mustahil dapat mengikuti dan mencatat

jalannya persidangan dengan baik, tak mungkin pula dapat menyusun berita

acara persidangan dengan tepat dan benar.

Disamping itu harus mengerti tata bahasa Indonesia dan bahasa

hukum serta dapat menggunakannya secara tepat. Tak kalah pentingnya

seorang panitera/panitera pengganti harus menguasai teknologi informasi

dan memiliki ketrampilan untuk mengoperasikannya sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan berita acara secara tepat waktu. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini sepintas kilas dipaparkan tahapan-tahapan proses

persidangan sesuai hukum acara dengan harapan agar panitera penggugati

paham tentang tahapan proses persidangan sehingga dapat mengikuti dan

mencatat jalannya persidangan, mampu mengidentifikasi mana yang relevan

dan harus dicatat dan mana yang tidak perlu dicatat. Pada akhirnya panitera

pengganti mampu menyusun berita acara persidangan dengan benar,tepat

sasaran, dan tepat waktu.

B. Persidangan

1. Pengajuan Gugatan

a. Agar gugatan dapat disidangkan, gugatan harus diajukan kepada

Pengadilan yang berwenang (Pasal 118 (1) HIR. pasal 66, 67 dan

pasal 73 UU. No. 7/1989 jis. UU. No.3/2006 dan UU. No.50/2009.

Page 72: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

65

b. Dalam pengajuan gugatan, pihak penggugat harus mendaftarkannya.

Gugatan itu baru dapat didaftar apabila panjar biaya perkara sudah

dibayar (pasal 121 ayat (4) HIR., pasal 89 dan 90 UU.No.7/1989 jis.

UU.No.3/2006 dan UU.No.50/2009.

c. Setelah gugatan terdaftar, diberi nomor perkara, kemudian diajukan

kepada ketua pengadilan sesuai prosedur.

2. Persiapan Sidang

a. Ketua pengadilan menunjuk majelis hakim untuk menyidangkan

perkara tersebut dengan penetapan (PMH).

b. Hakim yang ditunjuk menentukan hari sidang dengan penetapan

(PHS) dan memerintahkan panitera/jurusita untuk memanggil para

pihak agar menghadap pada sidang Pengadilan Agama pada hari

sidang yang telah ditetapkan dengan membawa saksi-saksi serta bukti-

bukti yang diperlukan (pasal 121 ayat (1) HIR.).

c. Pemanggilan dilaksanakan oleh Jurusita. Surat panggilan tersebut

dinamakan exploit. Exploit beserta salinan surat gugat diserahkan

kepada tergugat pribadi di tempat tinggal/diamnya (pasal 121 ayat (2)

jo. 390 ayat (1) HIR.).

d. Jika tergugat tidak diketemukan, surat panggilan tersebut disampaikan

kepada Lurah/Kepala Desa yang bersangkutan untuk diteruskan

kepada tergugat (pasal 390 ayat (1) HIR.).

e. e.Kalau tergugat sudah meningal, maka surat panggilan disampaikan

kepada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak diketahui, maka

disampaikan kepada Kepala Desa di tempat tinggal terakhir (pasal 390

ayat (2) HIR.)

f. f.Apabila tempat tinggal/diam tergugat tidak diketahui, maka surat

panggilan disampaikan kepada Bupati dan untuk selanjutnya surat

panggilan tersebut ditempelkan pada papan pengumuman di

Pengadilan Agama yang bersangkutan (pasal 390 ayat (3) HIR., untuk

perkara perceraikan berlaku pasal 27 PP. No.9/1975), sebagai lex

specialis.

g. g.Pasal 126 HIR. memberi kemungkinan untuk memanggil tergugat

yang tidak hadir sekali lagi sebelum perkaranya diputus oleh hakim.

Page 73: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

66

h. h.Setelah melakukan pemanggilan, jurusita harus menyerahkan relaas

(risalah) panggilan kepada hakim yang akan memeriksa perkara yang

bersangkutan.

i. Pada hari sidang yang telah ditentukan, sidang pemeriksaan

3. Proses persidangan

Susunan Persidangan

a. Susunan persidangan berbentuk Majelis yang terdiri dari seorang

ketua dan dua orang hakim anggota, dibantu seorang

panitera/panitera pengganti yang tugasnya mencatat jalannya

persidangan (pasal 11 UU. No. 48/2009, pasal 80 ayat (1) dan 97

UU.No.7/1989 jis. UU.No.3/2006 dan UU.50/2009.

b. Pihak penggugat dan tergugat duduk berhadapan dengan majelis

hakim, posisi tergugat di sebelah kanan dan penggugat di sebelah

kiri.

c. Apabila persidangan berjalan lancar, persidangan lebih kurang 8

kali, yaitu mulai sidang pertama (perdamaian) sampai putusan

hakim.

Sidang Pertama

a. Setelah hakim membuka sidang dengan menyatakan “Sidang

dinyatakan terbuka untuk umum” diikuti dengan ketukan palu,

hakim mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada penggugat

dan tergugat untuk mencocokkan identitas para pihak.

b. ika yang hadir adalah kuasa dari para pihak, maka hakim

mempersilahkan para pihak untuk meneliti surat kuasa khusus

pihak lawan. Apabila tidak ditemukan adanya kekuarangan atau

cacat pada surat kuasa, sidang dilanjutkan (pasal 123 ayat 1 HIR.).

c. Hakim berupaya mendamaikan kedua belah pihak (pasal 130 ayat

(1) HIR. jo. PERMA No.1/2008, pasal 82 UUPA). Meskipun para

pihak menjawab bahwa tidak mungkin damai karena uapaya

penyelesaikan secara kekeluargaan melalui musyawarah telah

ditempuh, akan tetapi tidak berhasil, mediasi tetap wajib ditempuh.

Sidang Kedua (Jawaban Tergugat)

Page 74: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

67

a. Apabila para pihak dapat berdamai, ada dua kemungkinan: Khusus

perkara perceraian, gugatan dicabut (Buku II, hal. 116). Mereka

mengadakan perdamaian di luar atau di muka sidang.

b. Apabila perdamaian dilakukan di luar sidang, hakim tidak ikut

campur. Kedua belah pihak berdamai sendiri. Ciri dari perdamaian di

luar pengadilan ialah: Dilakukan para pihak sendiri tanpa ikut

campurnya hakim. Apabila salah satu pihak ingkar janji,

permasalahannya dapat diajukan lagi kepada pengadilan.

c. Apabila perdamaian dilakukan di muka hakim, dibuatkan akta

perdamaian (pasal 130 ayat (2) HIR.), ciri-cirinya ialah: Kekuatan akta

perdamaian sama dengan putusan pengadilan (pasal 130 ayat (2)

HIR.). Jika salah satu pihak ingkar janji, perkara tidak dapat diajukan

kembali.

d. Jika tidak tercapai perdamaian, sidang dimulai dengan mebacakan

surat gugat, kalau tergugat sudah siap dengan surat jawabannya,

dilanjutkan dengan penyerahan jawaban dari pihak tergugat. Jawaban

sekurang-kurangnya dibuat 3 lembar, untuk hakim (masuk dalam

berkas perkara), untuk penggugat, dan untuk tergugat sendiri (pasal

131 dan 132b ayat (1) HIR.).

e. Bersamaan dengan jawaban yang pertama itu pula tergugat dapat

mengajukan: Eksepsi mengenai kompetensi maupun eksepsi lainnya,

khusus kompetensi absolut dapat diajukan setiap waktu pemeriksaan

(pasal 133, 134, dan 136 HIR.).

f. Gugatan rekonpensi (pasal 132b ayat (1) HIR.).

g. Jika dalam persidangan tingkat pertama tidak diajukan gugatan

rekonpensi, maka pada tingkat banding tidak dapat diajukan.

Sidang Ketiga (Replik)

Penggugat menyerahkan replik (tanggapan penggugat terhadap

jawaban tergugat) sekurang-kurangnya rangkap 3 untuk hakim

(masuk dalam berkas), tergugat, dan penggugat sendiri.

Sidang Keempat (Duplik)

Tergugat menyerahkan duplik, yaitu tanggapan terhadap replik dari

penggugat.

Sidang Kelima (Pembuktian Dari Penggugat)

Page 75: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

68

Sidang kelima dapat disebut sidang pembuktian oleh penggugat.

Penggugat mengajukan alat-alat bukti untuk memperkuat dalil-

dalilnya dan melemahkan dalil tergugat, berupa surat-surat dan saksi-

saksi. Bukti surat berupa foto copy harus dinazegelen lebih dahulu dan

dicocokkan dengan aslinya oleh hakim maupun tergugat. Hakim

memberi pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan oleh tergugat,

penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dalam sidang perdata justru dalam pembuktian ini ada tanya jawab

dan perdebatan-perdebatan di bawah pimpinan hakim. Apabila

pembuktian belum selesai, dilanjutkan pada sidang berikutnya, bisa

dua tiga kali atau lebih tergantung pada kelancaran pembuktian. Saksi-

saksi yang diajukan sebelum diperiksa harus disumpah terlebih dahulu

(pasal 147 HIR.).

Sidang Keenam (Pembuktian Dari Tergugat)

Dalam persidangan ini giliran tergugat untuk mengajukan alat-alat

bukti atau sidang pembuktian dari tergugat. Jalannya persidangan

sama dengan sidang kelima, tanya jawab kebalikan dari sidang kelima.

Sidang Ketujuh (Penyerahan Kesimpulan)

Sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan dari kedua belah

pihak. Kesimpulan dimaksud adalah kesimpulan dari sidang-sidang

tersebut.

Sidang Kedelapan (Pembacaan Putusan)

Sidang kedelapan ini dinamakan sidang putusan, hakim membacakan

putusan di hadapan para tihak. Setelah selesai membaca putusan

hakim mengetukkan palu dan para pihak yang tidak puas diberi

kesempatan untuk mengajukan banding dalam tenggang waktu 14 hari

terhitung dari hari berikutnya setelah dibacakan putusan. Bagi pihak

yang tidak hadir, salinan putusan/isi putusan itu harus diberitahukan

kepadanya (pasal 64 UUPA/ 179 ayat (2) HIR.).

C. Berita Acara Sidang

1. Pengertian

Berita acara sidangan adalah berita acara dikaitkan dengan

persidangan. Berita acara searti dengan “proces verbaal” (Bld.),

verslag (Bld.), official report/police warant (Ing.). Dalam Kamus

Page 76: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

69

Hukum Yan Pramadya Puspa disebutkan “Segala kejahatan dan

pelanggaran yang didapatinya segera polisi atau pegawai khusus

yang ditunjuk untuk itu segera membuat acara atau proses verbal

yang memuat asal usul kejadian, meliputi: tempat kejadian, tanggal

dan jam, pelaku-pelaku dan saksi-saksi bila mungkin disertai

alamat, pekerjaan dsb., jalannya peristiwa, diberi tanggal

pembuatannya, dan tanda tangan si pembuat. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, berita acara berarti catatan laporan yang

dibuat (oleh polisi) mengenai waktu terjadi, tempat, keterangan,

dan petunjuk lain mengenai suatu perkara atau peristiwa.

Persidangan berasal dari kata sidang yang berarti pertemuan

untuk membicarakan sesuatu. Persidangan berarti cara, proses,

perbuatan bersidang. Pasal 97 UUPA menyatakan, “Panitera, Wakil

Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti bertugas

membantu hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang

pengadilan”, di dalam penjelasannya dikatakan bahwa berdasarkan

catatan panitera, disusun berita acara persidangan. Pasal 186 ayat

(1) HIR. menyatakan, “Panitera membuat berita acara dari tiap-tiap

satu perkara di dalam berita acara itu disebut juga selain dari yang

terjadi dalam persidangan, nasehat yang tersebut pada ayat ketiga

pasal 7 Reglemen tentang aturan Hakim dan Mahkamah serta

kebijaksanaan kehakiman di Indonesia”. Jadi berita acara

persidangan adalah tulisan yang berisi catatan tentang proses

persidangan yang dibuat dan disusun dalam bentuk tertentu oleh

pejabat yang berwenang untuk itu. 2. Bentuk Dan Pembuatan Berita Acara Persidangan

Ditinjau dari segi bentuk dan pembuatannya, berita acara

persidangan dapat digolongkan sebagai “akta otentik” karena

memenuhi dua unsur: Dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang

untuk itu. Pembuatannya sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

Berita acara persidangan sebagai suatu akta otentik

mempunyai kekuatan pembuktian: a. Kekuatan Pembuktian Lahir

Yang dimaksud kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan

pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahiriahnya atau yang

Page 77: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

70

tampak pada lahirnya. Surat yang tampak seperti akta, dianggap

mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta sepanjang tidak

terbukti sebaliknya.

b. Kekuatan Pembuktian Formil

Artinya memberi kepastian tentang peristiwa bahwa

pejabat atau para pihak menyatakan dan melakukan seperti yang

dimuat dalam akta. Kekuatan pembuktian formil menyangkut

pertanyaan, “Benarkah ada pernyataan?”.

c. Kekuatan Pembuktian Materiil

Berarti memberi kepastian tentang peristiwa bahwa

pejabat atau para pihak menyatakan dan melakukan seperti yang

dimuat dalam akta. Kekuatan pembuktian materiil menyangkut

pertanyaan, “Benarkan isi pernyataan dalam naskah itu?”.

3. Fungsi Berita Acara Persidangan

a. Sumber Informasi

Berita acara persidangan sebagai akta otentik yang

mempunyai tiga kekuatan pembuktian sebagaimana diuraikan di

atas (lahir, formil, matriil) menjadi salah satu sumber informasi

bagi hakim dalam mebuat putusan. Menurut yurisprudensi, apa

yang diterangkan dalam berita acara itu dianggap benar, karena

dibuat secara resmi dan ditandatangani oleh hakim dan panitera

pengganti yang bersangkutan, kecuali dapat dibuktikan

sebaliknya (Putusan MA-RI No. 901 K/Sip/1974 tanggal 18

Pebruari 1976).

b. Pengganti Putusan Yang Hilang

Jika karena sesuatu hal putusan asli hilang, salinan

maupun foto copynya tidak dapat diketemukan, maka berita

acara persidangan yang antara lain memuat amar putusan yang

diucapkan oleh hakim di persidangan, dapat dijadikan sebagai

alat bukti pengganti putusan yang hilang.

4. Hal-Hal Yang Harus Dimuat Dalam Berita Acara

a. Waktu Dan Tempat

Berita acara pertama-tama harus memuat waktu dan

tempat terjadinya peristiwa yang meliputi: hari, tanggal, jam,

dan tempat terjadinya peristiwa. Mengenai jam terjadinya

peristiwa tidak lazim disebutkan dalam berita acara persidangan

Page 78: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

71

meskipun dalam penundaan sidang sering disebutkan oleh

hakim yang memerintahkan kepada pihak-pihak untuk hadir

pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan. Hal ini

disebabkan karena pada umumnya dimualainya persidangan

tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan dalam penundaan

(pasal 186 ayat (1) HIR.). b. Nama Para Pihak Besrta Identitasnya

Pasal 55 UUPA menyatakan bahwa tiap pemeriksaan

perkara di pengadilan dimulai sesudah diajukan suatu

permohonan atau gugatan dari pihak-pihak yang berperkara dan

telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku. Karena itu

dalam kenyataannya apakah pihak-pihak yang namanya tersebut

dalam surat gugatan telah cocok dengan para penghadap. Jika

diwakili oleh kuasanya, maka sebutkan pula identitas mereka

serta dasar pemberian kuasa. c. Susunan Persidangan

Pasal 17 UU. No. 4/2004 dan pasal 80 UUPA menentukan

bahwa sidang dengan majelis hakim yang sekurang-kurangnya

terdiri dri tiga orang dan dibantu oleh seorang panitera atau

yangditugaskan untuk itu. d. Sidang Terbuka Untuk Umum

Pasal 13 ayat (1) UU. No. 48/2009 sidang terbuka untuk

umum merupakan suatu asas yang harus dipatuhi. Karena itu

harus diperhatikan jangan sampai lupa. Kelalaian tidak

menyebutkan hal itu akan berakibat tidak sahnya persidangan.

Dikecualikan dari hal itu persidangan yang menyangkut perkara

yang oleh undang-undang memang dikecualikan, misalnya

masalah perceraian (pasal 80 ayat (2) UUPA). e. Datang Tidaknya Pihak-Pihak

Pasal 122-125 dan 390 HIR. para pihak hadir sendiri atau

kuasa hukumnya, bisa jadi salah satu atau kedua belah pihak

maupun kuasa hukumnya tidak hadir. f. Upaya Perdamaian

Page 79: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

72

Pasal 130 ayat (1) HIR. dan pasal 82 UUPA. Upaya

perdamaian imperatif bagi hakim, dilanjutkan dengan mediasi

sesuai PERMA No . 1/2008. g. Sidang Tertutup

Khusus perkara perceraian pemeriksaannya dalam sidang

tertutup untuk umum (Pasal 80 ayat (2) UUPA). h. Pembacaan Surat Gugatan

Pemeriksaan perkara dimulai dengan pembacaan surat

gugatan (Pasal 131 ayat (1) HIR.). Dalam praktek kalau yang

hadir dalam persidangan adalah kuasa hukumnya, biasanya

minta kepada Majelis untuk tidak usah dibacakan karena telah

membaca salinan surat gugat yang dilampirkan pada surat

panggilan. Meskipun demikian dalam berita aca persidangan

tetap ditulis dibacakan.

i. Jawab-Menjawab

Jawaban tergugat atas gugatan penggugat. Replik, jawaban

penggugat atas jawaban tergugat. Duplik, jawaban tergugat atas

replik penggugat. Biasanya sampai tiga kali (Pasal 131 ayat (2)

– 135, dan 136 HIR.)

j. Pembuktian

Dimulai dari bukti penggugat, tanggapan bukti penggugat

oleh tergugat, barulah bukti tergugat dan tanggapan bukti

tergugat oleh penggugat.

k. Pemeriksaan Alat-Alat Bukti

Pemeriksaan alat-alat bukti (pasal 164 HIR), alat-alat bukti

dalam perkara perdata ada 5 macam, yaitu: Surat Saksi

Persangkaan-persangkaan Pengakuan Sumpah

l. Pemeriksaan Saksi

Pasal 169 – 172 HIR Ketua menanya namanya,

pekerjaannya, umurnya dan tempat diam atau tinggalnya, ada

tidaknya hubungan darah atau hubungan persemendaan dengan

kedua belah pihak, apakah ia makan gaji atau jadi pembantu

pada salah satu pihak (pasal 144 ayat (2) HIR.). Tiap-tiap

kesaksian harus berisi segala sebab pengetahuan (pasal 171 ayat

(1) HIR.). Sebelum saksi memberikan keterangannya, lebih

dahulu disumpah menurut agamanya (pasal 147 HIR.). Hakim

Page 80: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

73

dapat mengajukan segala pertanyaan kepada saksi dengan

maunya sendiri yang ditimbangnya berguna untuk mendapat

kebenaran (pasal 150 ayat (3) HIR.). Kedua belah pihak boleh

mengajukan pertanyaan kepada saksi melalui hakim, hakim

boleh tidak menanyakan apa yang hendak ditanyakan pihak-

pihak kepada saksi jika pertanyaan itu menyimpang dari perkara

itu (pasal 150 ayat (1 dan 2) HIR.).

m. Kesimpulan

Kesimpulan penggugat. Kesimpulan tergugat.

Dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

n. Rapat Musyawarah

Pasal 14 UU. No. 48/2009, permusyawaratan bersifat

rahasia, hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau

pendapatnya secara tertulis, jika tidak tercapai sepakat bulat,

pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan

(dissenting opinion).

o. Pembacaan Putusan

Pembacaan putusan dalam sidang terbuka untuk umum

(pasal 13 ayat (2) UU. 48/2009, pasal 60 dan 81 ayat (1) UUPA.

p. Penandatangan Berita Acara Dan Putusan

Berita acara ditandatangani oleh ketua majelis dan panitera

yang bersidang (pasal 51 UU.No. 48/2009 dan pasal 62 ayat (3)

UUPA. Putusan ditandatangani oleh ketua majelis, hakim-hakim

yang memutus perkara(hakim anggota), dan panitera yang

bersidang (pasal 52 ayat (2) UU. No. 48/2009 dan pasal 62 ayat

(2) UUPA)

Kehadiran Panitera/Panitera Pengganti Dalam Rapat Permusyawaratan

Pasal 51 UU. No. 48/2009 menyatakan, “Penetapan,

ikhtisar rapat permusyawaratan, dan berita acara pemeriksaan

sidang ditandatangani oleh ketua majelis hakim dan panitera

sidang.” Berdasarkan ketentuan tersebut panitera/panitera

pengganti ikut hadir dalam rapat permusyawaratan hakim.

Dalam Buku II Edisi Revisi dikatakan, “Apabila dipandang

perlu dan mendapat persetujuan majelis hakim, panitera sidang

dapat mengikuti rapat pemusyawaratan majelis hakim” (Buku II

Edisi Revisi, hal. 31). Meskipun demikian ikut tidaknya

Page 81: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

74

panitera/panitera pengganti dalam rapat permusyawaratan hakim

terserah pada ketua majelis.

Pemberian Nomor Urut Pada Berita Acara Sidang

Nomor urut berita acara sidang harus dibuat secara

bersambung dari sidang pertama sampai sidang

terakhir.Jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan tertulis menjadi

kesatuan berita acara dan diberi nomor urut halaman (Buku II

Edisi Revisi 2010, hal. 31).

Pengetikan Tanya Jawab Dalam Berita Acara

Cara pengetikan tanya jawab tidak terdapat aturan yang

baku, selama ini yang dianjurkan menggunakan sistem iris talas

dan balok. Baik sistem iris talas maupun balok sebenarnya yang

dimaksud adalah agar ada pemisahan secara jelas antara

pertanyaan hakim dengan jawaban. Untuk selanjutnya terserah

mana yang paling mudah, rapi, dan efisien

Page 82: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

75

Page 83: PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI …fish.uinsby.ac.id/.../buku-pedoman-pa-72-halaman.pdf · SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

76