pesona lingkar kampus april 2015.pdf

8
EdisiApril2015 www.ipb.ac.id Pesona Lingkar Kampus diperuntukkan bagi 17 Desa Lingkar Kampus di Sekitar IPB Darmaga melalui Kantor Desa atau Kelurahan. Kel. Balumbang Jaya, Kel. Setu Gede, Kel. Margajaya, Desa Babakan, Cikarawang, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Benteng, Cibanteng, Petir, Ciherang, Neglasari, Sinarsari, Sukawening, Purbasari, Sukadamai dan Dramaga. Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati, Redaktur Pelaksana: Siti Zulaedah Editor : Nunung Munawaroh, Reporter Rio Fatahilah, Siti Zulaedah, Dedeh H, M.Awaluddin Layout : Bambang Andriyanto, Fotografer: Cecep AW Sirkulasi: M. Awaluddin Alamat Redaksi: Sekretariat Bidang Humas, Gd. Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Darmaga. Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] KiprahdanCapaianIPB dalamBidangPengabdiankepadaMasyarakat KiprahdanCapaianIPB dalamBidangPengabdiankepadaMasyarakat YayanJadikanCiherangTengah KampungPercontohanTogabuzi ApaItu Biogas? DrD.IwanRiswandi: SekolahVokasiMenjawabTantanganMEA GuruBesarIPB: KonsumenHarusPintar PembukaanDesaMitra, LangkahFemaSemakinDekat denganMasyarakat AgrianitaIPB GelarPemeriksaanKesehatan danPapsmear TeknologiIPB untukBawangMerah

Upload: nguyenhuong

Post on 19-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Edisi�April�2015

www.ipb.ac.idPesona Lingkar Kampus

diperuntukkan bagi 17 Desa Lingkar Kampus di Sekitar IPB Darmaga melalui Kantor Desa atau Kelurahan.

Kel. Balumbang Jaya, Kel. Setu Gede, Kel. Margajaya, Desa Babakan, Cikarawang, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Benteng, Cibanteng, Petir, Ciherang,

Neglasari, Sinarsari, Sukawening, Purbasari, Sukadamai dan Dramaga.

Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti

Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati, Redaktur Pelaksana: Siti Zulaedah

Editor : Nunung Munawaroh, Reporter Rio Fatahilah, Siti Zulaedah, Dedeh H, M.Awaluddin

Layout : Bambang Andriyanto, Fotografer: Cecep AW Sirkulasi: M. Awaluddin

Alamat Redaksi: Sekretariat Bidang Humas, Gd. Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Darmaga.

Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

Kiprah�dan�Capaian�IPB�dalam�Bidang�Pengabdian�kepada�Masyarakat

Kiprah�dan�Capaian�IPB�dalam�Bidang�Pengabdian�kepada�Masyarakat

Yayan�Jadikan�Ciherang�Tengah�Kampung�Percontohan�Togabuzi�

Apa�Itu

Biogas?Dr�D.�Iwan�Riswandi:�

Sekolah�Vokasi�Menjawab�Tantangan�MEA

Guru�Besar�IPB:�Konsumen�Harus�Pintar

Pembukaan�Desa�Mitra,�Langkah�Fema�Semakin�Dekat�

dengan�Masyarakat

Agrianita�IPB�Gelar�Pemeriksaan�Kesehatan�

dan�Papsmear

Teknologi�IPB�untuk�Bawang�Merah

2

alam situasi serba sulit termasuk kelangkaan Dpangan pada awal dekade 1960‐an, para pemimpin tidak mengambil jalan pintas dengan

mengandalkan impor pangan tetapi memilih jalan keluar yang sangat visioner yakni mendirikan Institut Pertanian Bogor (IPB). Lembaga pendidikan tinggi ini didirikan untuk mendidik generasi muda agar mencintai pertanian, mengugah kesadaran bangsa akan pentingnya pertanian, agar tidak terjadi kelangkaan pangan dan kita menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat atas pangan.

Dalam Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terfokus yang diadakan oleh Dewan Guru Besar (DGB) IPB, Selasa (14/4) di Kampus IPB Gunung Gede Bogor, Rektor IPB Prof.Dr Herry Suhardiyanto memaparkan kiprah dan capaian IPB dalam pengembangan pendidikan tinggi yang dibagi dalam beberapa bidang capaian, salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat. Rektor menegaskan capaian ini perlu terus dikaji dan dijadikan landasan kemajuan bangsa pada masa kini dan masa yang akan datang.

“IPB pernah berperan penting dalam revolusi hijau, khususnya menginisiasi konsep Bimbingan Massal (Bimas) hingga implementasinya yang melibatkan mahasiswa untuk turun ke lapangan. Pada tahun 1971, Koperasi Unit Desa (KUD) lahir bersamaan dengan Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK) sebagai implikasi dari penerapan konsep Bimas. Selain itu, IPB membuat sejarah lahirnya indikator pengukuran kemiskinan dari Prof. Sajogyo. IPB

juga menginisiasi penelitian khusus wanita dan membuat lembaga khusus yakni Pusat Studi Wanita (PSW),” papar Rektor.

Beberapa model pengabdian kepada masyarakat yang dir int is oleh IPB s iap untuk direpl ikasi dan diimplementasikan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. IPB juga memiliki program pembinaan desa lingkar kampus pada 17 desa yang dilakukan dengan tema pendampingan kewirausahaan pangan. Program ini fokus diantaranya pada bidang pengembangan usaha tani terpadu (pertanian organik, peternakan, perikanan, home industry dan pengolahan pangan), pengembangan klinik tanaman terpadu, pengelolaan sumberdaya air dan jaringan irigasi, pengembangan kelembagaan keuangan mikro, dan perbaikan kualitas kesehatan dan lingkungan.

IPB juga secara aktif melakukan pembinaan dan promosi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan sentra UMKM di wilayah Kampus IPB Dramaga. Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan (IncuBie) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB telah secara nasional menjadi rujukan bagi pengembangan inkubator bisnis di beberapa perguruan tinggi. “Program pengabdian masyarakat yang dinilai cukup berhasil melibatkan partisipasi mahasiswa adalah program IPB Goes to Field. Program non‐ Satuan Kredit Semester (SKS) ini bertujuan mengirim mahasiswa ke lapangan, baik di lahan‐lahan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, agroindustri, dan bidang jasa lainnya agar mahasiswa mendapat pengalaman praktis dan dapat membantu masyarakat,” pungkas Rektor. (RF)

TOPIK UTAMA

Kiprah�dan�Capaian�IPB�dalam�Bidang�Pengabdian�kepada�Masyarakat

Edisi April / 2015

3

ekompakan yang dimiliki warga Kampung Ciherang KTengah RT.4 RW.11 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga membuat Yayan Suryani (28) tertarik

untuk mengembangkan tanaman obat dan kebun bergizi (Togabuzi) di lingkungan tempat tinggalnya. Kekompakan tersebut terlihat dari banyaknya warga yang tidak segan memberikan lahannya kepada kelompok tani untuk digarap dan dijadikan kebun percontohan Togabuzi.

“Dengan adanya Togabuzi di Ciherang Tengah ini, diharapkan para generasi muda tetap dapat mengenal istilah‐istilah lokal mengenai tanaman‐tanaman yang ada di sekitar mereka, khususnya di lingkungan pekarangan serta manfaat dan kegunaannya masing‐masing,” ujar l u l u s a n D e p a r te m e n S a i n s Ko m u n i ka s i d a n Pengembangan Masyarakat (SKPM) Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Selain itu, tanaman di lingkungan pekarangan untuk pengobatan tradisional dan pemenuhan kebutuhan sehari‐hari yang dinilainya sudah mulai jarang diterapkan oleh masyarakat, tetap tumbuh berkembang di desa‐nya. Karena menurutnya, tanaman di lingkungan pekarangan dapat memberikan berbagai manfaat, mulai dari manfaat kesehatan, estetika atau keindahan, hingga memberikan manfaat ekonomi.

Yayan yang dipercaya sebagai Ketua Pengelola Togabuzi Kampung Ciherang Tengah ini, kini patut berbangga, pasalnya kampung dipilih oleh IPB yang bekerjasama

dengan Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk mengembangkan biogas dari hibah 30 ekor sapi. Bahkan dalam kegiatan Jumat Keliling (Jumling) IPB 2015 lalu, kampung ini dijadikan kampung percontohan untuk pembuatan obat‐obat herbal, disamping sektor peternakan dan pengembangan biogas.

Yayan mengatakan, saat ini ia tengah fokus pada penggemukan ternak sapi. Meski usaha penggemukan sapi memiliki peluang besar, bukan berarti usaha ini akan bebas melenggang tanpa masalah. “Butuh biaya cukup besar di awal pemeliharaan, harga daging sapi potong di pasaran tidak sebanding dengan biaya pakan yang dikeluarkan, kenaikan bobot badan sapi tidak optimal akibat serangan penyakit atau kekurangan nutrisi pakan, dan sulitnya pemasaran sapi potong bagi peternak pemula. Namun, dengan dukungan warga dan IPB, saya yakin usaha ini akan tumbuh berkembang dengan baik,” imbuhnya.(Awl)

Yayan�Jadikan�Ciherang�Tengah�

Kampung�Percontohan�Togabuzi�

Edisi April / 2015

4

arga Desa Ciherang di Kecamatan Dramaga WKabupaten Bogor, tidak lama lagi akan merasakan manfaat yang dihasilkan dari

limbah ternak sapi. Tentu saja limbah tersebut setelah terlebih dulu diolah menjadi biogas.

Pakar Biogas dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Salundik menjelaskan, Teknologi Biogas merupakan salah satu teknik pengolahan limbah cair secara biologis dengan sistem anaerobik (anaerobic treatment). Perombakan bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob melalui beberapa tahap hingga akhirnya terbentuk gas methan atau biogas.

Keuntungan dari penerapan teknologi biogas dengan proses perombakan bahan organik secara anaerobik adalah dapat mengurangi pencemaran, karena terjadi penurunan jumlah padatan akibat terjadinya degradasi senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Penurunan nilai Biology Oxygen Demand (BOD) hingga 70‐85 persen dan Chemical Oxygen Demand (COD) hingga 60 persen. Dengan teknologi ini juga dapat mengontrol bau yang ditimbulkan dari lingkungan peternakan. Bau yang dihasilkan dari perombakan kotoran biasanya disebabkan oleh lepasnya ammonia, asam lemak terbang dan sulphida. Pada biodigester, bau dan gas akan tersimpan dalam penampung gas.

Produk biogas yang dihasilkan sebagai sumber energi bersih, bernilai kalor dan efisiensi pemanfaatannya cukup tinggi bila dibandingkan dengan sumber energi lain. Lumpur keluaran dari instalasi biodigester merupakan bahan organik yang stabil, bebas bakteri patogen dan tidak berbau. Lumpur buangan dapat digunakan langsung ataupun disaring sebagai pupuk padat dan cair. Padatan ditumpuk di bawah naungan untuk dikeringkan.

Sedangkan bagian yang cair dimasukkan ke dalam tong‐tong plastik yang selanjutnya akan diolah fermentasi lanjut dengan penambahan bahan organik yang mempunyai kandungan mineral dan protein tinggi, selanjutnya setelah fermentasi disaring kemudian diberi aliran udara dengan aerator untuk menghilangkan bau dan gas‐gas lain.

Berikut adalah cara memproduksi Biogas: 1.Tipe dan Bentuk Instalasi Biodigester�Untuk menghasilkan biogas diperlukan suatu bangunan instalasi pengolah untuk merombak bahan organik yang kedap udara atau yang lebih dikenal dengan istilah biodigester. Secara umum instalasi biodigester terdiri atas beberapa bagian antara lain: a. Sumur pencerna (digester). Merupakan tempat

untuk menampung dan tempat fermentasi bahan baku limbah organik.

b. Pengumpul gas (gas holder). Pengumpul biogas yang dihasilkan.

c. Pipa masukan (inlet). Saluran masuk bahan baku ke dalam digester.

d. Pipa pengeluaran (outlet). Saluran pembuangan lumpur sisa (sludge).

e. Pipa penyalur biogas. Pipa penyaluran biogas dari instalasi ke tempat penggunaan (kompor gas di dapur atau generator).

Instalasi biodigester dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, berdasarkan sumur pencerna dan penampung gas yaitu tipe kubah (doom)/tetap (fixed) dan tipe terapung (floating).

Instalasi biogas tipe kubah (doom)/tetap (fixed) berupa bangunan sumur pencerna menyatu dengan tangki pengumpul gas hingga volume tetap (Gambar 2), sedangkan tipe terapung (floating) bangunan sumur pencerna terpisah dengan tungkup pengumpul gas dimana tangki pengumpul gas ini mengambang (floating) di atas lumpur organik di dalam sumur pencerna.

Apa�Itu

Biogas?

Edisi April / 2015

5

Sistem pemasukan bahan baku ke dalam instalasi biodigester yang ada dua sistem yaitu kontinyu dan curah. Sistem pengisian kontinyu yaitu sistem pengisian bahan baku ke dalam digester yang dapat dilakukan setiap saat, hal tersebut dimungkinkan dengan adanya pipa masukkan (inlet) dan pipa keluaran (outlet), dengan sistem ini akan terjadi aliran dan dorongan, sehingga bahan baku masukkan yang baru akan mendorong keluar bahan baku yang lama (first in first out / fifo).

Bahan untuk pembuatan instalasi biogas bisa dari metal, semen beton, fiber glass atau secara sederhana bisa dibuat dari plastic polyethylene (Gbr 3). Untuk bahan plastik polyethylene dibuat rangkap dua agar lebih kuat dan tidak mudah bocor. Ukuran panjang sesuai kebutuhan dan ketersediaan lahan, bagian penampung gas terpisah (Gbr 4). Kelengkapan lain yang juga dapat ditambahkan untuk optimalisasi produksi dan penggunaan Biogas adalah pengaduk pada digester, pengaman gas, dan pemurni biogas (untuk menangkap H S 2

dan Co ).2

3. Penempatan Instalasi Biogas

Penempatan instalasi biodigester akan sangat mempengaruhi operasional instalasi biodigester. Instalasi biodigester diharapkan di tempatkan pada bagian rendah dan ditanam dalam tanah, dengan lobang inlet menyatu dengan ujung saluran pembuangan dari kandang (Gbr 5). Dengan demikian diharapkan setiap hari begitu membersihkan kandang, limbah akan secara otomatis mengalir masuk ke dalam digester mengikuti aliran air secara gravitasi. Sehingga tidak diperlukan lagi tenaga untuk mengangkut kotoran ke dalam digester. Antara pipa masukkan (inlet) dengan saluran pembuangan dari kandang ada celah yang kosong agar bahan baku berupa kotoran ternak yang masuk ada daya dorong berupa jatuhan kotoran.

Gbr 5.Penempatan Instalasi Biogas dekat Kandang

Produksi dan Penggunaan BiogasDari waktu pengisian awal bahan organik ke dalam instalasi biodigester setelah tercipta suasana kedap udara, rata‐rata 14 hari kemudian biogas sudah dihasilkan dan dapat dinyalakan. Cepat lambatnya biogas dapat dinyalakan tergantung dari komposisi CH dan CO 4 2

dihasilkan. Komposisi biogas sangat tergantung dari bahan organik masukan yang dirombak (lignin, selulosa, atau hemiselulosa), imbangan C/N dan aktivitas mikroorganisma. Produksi biogas sangat tergantung dari kondisi dalam proses perombakan dan bahan organik yang dirombak. Produksi biogas dari ternak seperti pada Tabel 3.

Kotoran Produksi Kotoran

(kg/ekor/hari) Produksi Gas (m3/kg)

Sapi dan Kerbau 10 – 25 0.023 ‐ 0.080

Babi 1.2 – 3 0.040 ‐ 0.110

Ayam 0.12 – 0.15 0.065 – 0.126

Tabel 3. Produksi Kotoran dan Biogas dari Beberapa Ternak

Bahan bakar gas dapat digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai macam keperluan seperti memasak, penerangan, pemanas, atau menggerakan generator listrik. Untuk memasak dapat dibuat kompor sederhana atau dapat juga digunakan kompor gas LPG yang telah dimodifikasi, dan penerangan dapat menggunakan lampu petromaks yang dimodifikasi atau listrik dari generator yang menggunakan biogas sebagai bahan bakar.

Gbr 9. Pemanfaatan Lumpur Buangan sebagai Pupuk Organik

Tipe Tetap Tipe Floating

Gbr 2. Tipe Instalasi Biodigester untuk Menghasilkan Biogas

Edisi April / 2015

6

Ma s y a r a k a t Ekonomi ASEAN (MEA) bersepakat

untuk memberlakukan pasar tunggal pada akhir tahun 2 0 1 5 m e n d a t a n g . Kesepakatan pelaksanaan MEA ini diikuti oleh 10 negara ASEAN yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa, dan sekitar 43 persen jumlah

penduduknya ada di Indonesia. Artinya, pelaksanaan MEA akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang maupun investasi, sehingga kesiapan sumberdaya manusia (SDM) menjadi isu yang sangat strategis. Demikian disampaikan oleh Wakil Direktur Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr D.Iwan Riswandi, dalam siaran Dialog Pakar IPB di RRI Bogor, Selasa (31/3). Dikatakan, MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa tetapi juga pasar tenaga kerja profesional. Hal ini akan menjadikan persaingan yang ketat. Lalu bagaimana mempersiapkan SDM yang baik? Indonesia, terang Dr Iwan, memiliki peluang untuk mempersiapkan tenaga kerja yang unggul, salah satunya melalui pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh IPB. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.66 tahun 2013 tentang Statuta IPB, yang menjelaskan kewenangan IPB menyelenggarakan jalur akademik, profesi, dan vokasi. Pendidikan vokasi berbeda dengan pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyiapkan lulusan untuk memiliki keahlian tertentu dalam memasuki lingkungan pekerjaan dan pengembangan keilmuan terapan. Pada pendidikan vokasi, mahasiswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah dan terampil mencari terobosan inovasi praktis yang dihadapi di lingkungan kerja dan mengembangkan usaha. Pendidikan vokasi akan menghasilkan lulusan yang siap bekerja, berusaha menemukan aplikasi praktis dan inovasi, serta memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk menyelesaikan permasalahan. Pendidikan vokasi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tenaga ahli profesional.

Beban pengajaran pada program pendidikan vokasi lebih mengutamakan pada aspek keterampilan dan keahlian dibandingkan dengan aspek teori. Pendidikan vokasi mendorong adanya perbaikan proaktif untuk melakukan penyesuaian diri dengan perubahan lingkungan dan mampu mengadopsi strategi antisipatif dalam jangka panjang. Pola pendidikan vokasi yang diterapkan adalah 70‐20‐10, yaitu 70 persen pengalaman bekerja, 20 persen dari cara belajar lain, dan 10 persen dengan mengikuti sekolah formal dan membaca. Dengan pola pembelajaran seperti itu, terang Dr Iwan, akan lebih menarik bagi para pengusaha untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas, sesuai dengan yang dibutuhkan. (wrw)

Dr�D.�Iwan�Riswandi:�Sekolah�Vokasi�Menjawab�Tantangan�MEA Guru�Besar�IPB:�

Konsumen�Harus�Pintar

Pe m a h a m a n y a n g b a i k m e n g e n a i

perilaku konsumen berdampak positif bagi produsen jika sesuai dengan etika bisnis. Pemahaman tersebut dapat juga berdampak negatif bagi konsumen jika produsen tergelincir menggunakan pemahaman untuk memanipulasi konsumen. Demikian disampaikan Prof.Dr Ujang Sumarwan, Guru Besar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (Fema IPB), dalam rangka memperingati Hari Konsumen Nasional 2015 yang jatuh pada tanggal 20 April. Prof Ujang mengatakan, konsumen memiliki kelemahan y a n g b i s a d i m a n f a a t k a n p r o d u s e n u n t u k memanipulasinya. Oleh karena itu, konsumen harus aktif dan lebih rasional untuk mencegahnya. Produsen dan konsumen memiliki kepentingan yang berbeda. Selaku penyedia kebutuhan, produsen memiliki tanggung jawab sosial terhadap konsumen guna menjaga kepercayaan terhadap produk dan jasanya sekaligus mencegah konflik. Beberapa hal yang sering kali merugikan konsumen diantaranya manipulasi harga, promosi pengurangan harga yang tidak benar (diskon), adanya biaya kemasan, manipulasi timbangan, pemberian harga ganjil, dan tidak adanya tanggal kadaluarsa. Informasi yang kurang menyebabkan konsumen tidak mampu menilai apa yang dikonsumsi dan tidak bisa bereaksi bagaimana seharusnya terhadap produk‐produk yang tidak aman bagi mereka. Untuk melindungi hak konsumen, terang Prof Ujang, dibutuhkan bimbingan dan perlindungan dari semua pihak yang terlibat dalam dalam proses penyediaan makanan, terutama dari pemerintah dan pihak legislatif. Semua ini dilakukan karena adanya pemberlakuan hukum positif di Indonesia melalui regulasi UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mewujudkan upaya perlindungan konsumen dari bahaya‐bahaya terhadap kesehatan dan keamanan produk konsumsinya, adalah dengan tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen. Informasi ini diperlukan guna memberikan kemampuan pada konsumen untuk memilih dengan tepat. Alternatif lainnya adalah pendidikan konsumen, tersedianya ganti rugi bagi konsumen, dan kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen.

Prof.Dr Ujang Sumarwan

Edisi April / 2015

7

Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Arif Satria membuka kegiatan Desa Mitra sekaligus meminta izin kepada masyarakat Desa Cibadak Kecamatan

Ciampea Kabupaten Bogor yang akan menjadi lokasi program pengembangan masyarakat oleh mahasiswa Fema. Dr Arif Satria menyampaikan hal itu saat “Pembukaan Desa Mitra Mahasiswa Fema” di Desa Cibadak, Minggu (29/3). Program ini melibatkan lembaga kemahasiswaan di Fema, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (Himaiko), serta Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu‐Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera). “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan ilmu yang bermanfaat. Kami berharap mahasiswa dapat membawa kenangan manis di masyarakat Desa Cibadak,” pesan dekan termuda di IPB ini kepada para mahasiswa. Perwakilan Kepala Desa Cibadak, Yunus, menyampaikan terima kasih kepada Fema IPB yang telah mau bersama‐sama membangun desa. “Semoga adanya mahasiswa di Desa Cibadak, membawa pencerahan untuk warga, dan membawa kemajuan dari segala aspek kehidupan. Terima kasih pula atas bantuannya untuk mengadakan khitanan massal di tahun 2014 kemarin,” ujarnya. Kegiatan yang akan berlangsung hingga bulan Oktober 2015 mendatang ini, memadukan kompetensi dari tiga Departemen di Fema, yaitu Departemen Gizi Masyarakat (GM), Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), dan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM). Di tahun 2015 ini, salah satu program baru yang akan dilaksanakan di desa yaitu program edukasi gizi pra nikah untuk masyarakat desa. Pasalnya, selama ini masyarakat belum mengetahui pentingnya kondisi kesehatan sebelum pernikahan dilaksanakan. Di tempat yang sama, Ketua Departemen SKPM, Dr Siti Amanah memberikan pesan kepada hadirin tentang berbagai langkah awal untuk memajukan Desa Cibadak. “Kita harus melihat dan merencanakan, tahun 2020 nanti Desa Cibadak akan kita bangun seperti apa?” tanyanya. Ia juga b e r t u t u r b a h w a b a n y a k k e g i a t a n ekonomi mikro yang d a p a t d i b a n g u n dengan menambah nilai jual suatu barang, seperti singkong yang bisa diolah menjadi singkong salju, dan kerudung yang bisa dihias sehingga harga jual lebih tinggi. [RTP]

Edisi April / 2015

Pembukaan�Desa�Mitra,�Langkah�FEMA�Semakin�Dekat�dengan�Masyarakat

Agrianita�IPB�Gelar�Pemeriksaan�Kesehatan�dan�Papsmear

alam rangka memperingati Hari Kartini 21 DApril 2015, Agrianita Institut Pertanian Bogor (IPB) melaksanakan serangkaian acara,

diantaranya pemeriksaan kesehatan dan papsmear yang diperuntukkan bagi para dosen, istri dosen, pegawai, istri pegawai, dan masyarakat umum (non IPB). Acara dilaksanakan di Agrifitness Wisma Tamu Landhuis, Kampus IPB Dramaga Bogor. Pemeriksaan kesehatan dan papsmear ini terselenggara setiap tahunnya atas kerjasama Agrianita dengan Yayasan Kanker Indonesia yang telah berlangsung selama delapan tahun. Pemeriksaan kesehatan yang tersedia di antaranya pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol. Pemeriksaan papsmear diperuntukkan bagi wanita yang sudah menikah dan sudah pernah melahirkan. Pemeriksaan ini melibatkan tenaga medis secara langsung termasuk dokter ahli kandungan. Papsmear sebaiknya dilakukan enam bulan sekali atau setidaknya satu tahun sekali, hasil dapat diketahui seminggu setelah pemeriksaan dilakukan. “Acara ini bertujuan untuk memfasilitasi upaya pencegahan berbagai macam penyakit terutama kanker serviks bagi para wanita. Diharapkan setelah mengikuti pemeriksaan ini, para wanita semakin sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi, dan jika ditemukan adanya gangguan kesehatan dapat segera ditangani,” ujar Elly Ernan selaku penanggung jawab acara pemeriksanaan kesehatan dan papsmear ini. Untuk pelaksanaan kegiatan ini, IPB menyediakan 100 tiket gratis bagi 100 pendaftar yang termasuk dalam golongan II ke bawah hingga tenaga honorer yang ada di IPB. “Hal ini merupakan bentuk dukungan IPB untuk memberikan kesempatan bagi semua lapisan sivitas yang ada di IPB, sehingga dapat meningkatkan kepedulian terhadap diri sendiri dan keluarga,” tambah Elly.(NRA)

8

ada hari ini, masih banyak persoalan yang harus Pdiselesaikan oleh bangsa Indonesia. Dalam rangka mengurai permasalahan bangsa, Institut Pertanian

Bogor (IPB) terus menghadirkan inovasi dan riset khususnya dalam bidang pertanian. Salah satu masalah yang sering muncul adalah masalah sembilan bahan pokok (sembako) yang merupakan produk dari pertanian. Salah satu komoditas yeng rentan terjadi masalah di masyarakat adalah bawang merah. Untuk itu IPB memberikan sentuhan teknologi dalam lingkup penelitian institusi pada komoditas yang sangat tergantung oleh inflasi ini. Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian (Faperta) IPB Prof.Dr Sobir menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk menerapkan teknologi bagi peningkatan stabilitas produksi, ketersediaan, distribusi dan pemanfaatan bawang merah.

“Penerapan teknologi ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai masalah terkait bawang merah di Indonesia, mulai dari stabilitas harga, menghadapi tekanan dalam pertambahan penduduk, anomali iklim dan keterbatasan lahan,” jelas Prof. Sobir. Dalam rangka meningkatkan produksi bawang merah, pada program ini dilakukan penerapan beberapa

teknologi untuk penyesuaian terhadap perubahan iklim. Untuk itu dilakukan pengembangan sistem pertanian, penyediaan sumberdaya genetik, serta pemuliaan dan teknologi benih bawang merah yang adaptif terhadap perubahan iklim dan kondisi lingkungan. Selain itu juga dikembangkan sentra produksi bawang merah di Indonesia melalui pemberdayaan petani dan diversifikasi sentra produksi bawang merah untuk konsumsi dan bibit, tambah Prof. Sobir. Sebagai langkah untuk menanggulangi fluktuasi harga, dalam program ini dikembangkan teknologi penyimpanan jangka panjang bawang merah segar pada suhu rendah. Sent u h a n tekn o lo g i in i d ima ks u d ka n u nt u k mengantisipasi fluktuasi produksi dan ketersediaan bawang merah sebagai akibat dari perubahan iklim. Adapun upaya untuk mendukung ketahanan pangan maka dilaksanakan pemodelan teknologi produksi pengolahan bawang merah. Suatu penerapan teknologi akan kurang efektif bila tidak didukung dengan sistem yang ada. Untuk itu dalam program ini dilakukan secara utuh melalui perbaikan rantai pasokan untuk sistem pertanian yang berkeadilan. “Perbaikan sistem kami lakukan dengan pengembangan model supply chain bawang merah untuk mengantisipasi fluktuasi produksi sebagai akibat dari perubahan iklim,” tegas Prof. Sobir. (AS)

Teknologi�IPB�untuk�Bawang�Merah

Edisi April / 2015

Prof. Dr Sobir