pes
TRANSCRIPT
PES YANG MEMATIKAN (BLACK DEATH)
PES YANG MEMATIKAN
(BLACK DEATH)
Pernah mendengar penyakit pes? pasti pernah dong, setelah Perang Dunia II cina pernah kena
wabah ini, beberapa tahun yang lalu India juga. Tidak ada seorang pun yang tahu dari mana
penyakit pes itu berasal. Apakah anda tahu??
Ada yang menduga wabah ini berasal dari India yang dibawa oleh kapal para pedagang yang pulang
dari India ke Timur Tengah dan Genoa di Itali, dan menyebar ke Indonesia melalui cara yang
serupa. Ada yang menduga kuman ini dibawa oleh tentara Mongol yang menyerbu dari Asia ke
Eropa melalui jalan darat. Kemudian diketahui bahwa kuman pes menyebar melalui binatang
pengerat.
Bakteri pes ini Pasteurella pestis (nama yang indah ya???) ngekos di tikus, tErus darah tikusnya
diisep kutu, trus kutunya nggigit orang….. Korbannya: tikus, kutu, orang (ternyata ada yang lebih
sakti dari ki joko bodo ye?). Wabah pes pernah melanda dunia selama berabad-abad. Sering terjadi
infeksi yang berbahaya, yang di abad lalu pernah menyebabkan pandemi pes (black death) dengan
akibat berjuta-juta kematian (ngeri aja ne).
Anda ingin mengenal pestis lebih jauh????
Penyakit Pes????
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang bernama Pasteurella pestis. Pes merupakan infeksi pada
hewan pengerat liar, yang dikeluarkan dari satu hewan pengerat ke hewan lain dan kadang-kadang
dari hewan pengerat ke manusia karena gigitan pinjal.
Morfologi dan identifikasi
Pasteurella pestis adalah batang Gram-negatif gemuk yang menunjukkan pewarnaan bipolar yang
mencolok dengan pewarnaan khusus. Bakteri ini tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh sebagai anaerob
fakultatif pada banyak perbenihan bakteriologi. Pertumbuhan bakteri lebih cepat bila berada dalam
perbenihan yang mengandung darah atau cairan jaringan dan tumbuh paling cepat pada suhu 30o C.
Dalam biakan agar darah pada suhu 37o C, dalam 24 jam dapat muncul koloni yang sangat kecil.
Suatu inokulum virulen, yang berasal dari jaringan terinfeksi, menghasilkan koloni abu-abu dan
kental, tetapi setelah dibiak ulang di laboratorium, koloni menjadi tak teratur dan kasar. Organisme
ini tidak banyak memiliki aktivitas biokimia, dan hal ini agak bervariasi.
Semua pasteurella pestis memiliki lipopolisakarida dengan aktivitas endotoksik bila dilepaskan.
Organisme ini menghasilkan banyak antigen dan toksin yang bertindak sebagai faktor virulensi.
Bakteri ini menghasilkan koagulase pada suhu 280 C (suhu normal pinjal) tetapi tidak pada suhu
350 C (penularan lewat pinjal akan rendah atau tak pernah terjadi dalam cuaca yang sangat panas).
Pasteurella pestis juga menghasilkan bakteriosin (pestisin); enzim isositrat liase, yang konon
bersifat khusus; dan hasil-hasil lainnya. Beberapa antigen pasteurella pestis bereaksi silang dengan
pasteurella lain.
Gb. Pasteurella pestis
Patogenisis dan patologi
Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan pasteurella pestis, organisme yang
termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh koagulase menyumbat
proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan
ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya
terkontaminasi pasteurella pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme
yang diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau
ekstra sel. P pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic
yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat mengalami nekrosis.
Meskipun infasinya dapat berhenti di situ P pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.
Gejala
Setelah terinfeksi selama 2-7 hari, timbul demam tinggi dan limfa denopati yang terasa nyeri,
biasanya disertai pembesaran kelenjar getah bening yang hebat dan nyeri pada lipat paha atau
ketiak, muntah-muntah dan diare dapat muncul pada sepsis dini. Kemudian terjadi pembekuan
intravaskuler yang
menyebar, menyebabkan hipotensi, perubahan mental, dan kegagalan ginjal dan jantung. Akhirnya,
dapat muncul tanda-tanda pneumonia dan meningitis dan P pestis berkembang biak secara intra
veskuler dan dapat dilihat pada sediaan apus darah.
Pengobatan
Bila tidak cepat diobati, pes dapat menyebabkan angka kematian hampir 50 % ; pneumonia akibat
pes hampir 100 % fatal. Obat pilihan adalah Streptomisin. Tetracyclin adalh obat alternatif dan
kadang-kadang diberikan kombinasi dengan Streptomisin. Resistensi terhadap P pestis belum
ditemukan.
Cara Penyebaran dan Pengendalian
Pasteurella pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus)
dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan
kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain
dapat juga menularkan infeksi.
Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada hewan yang terinfeksi, vektor,dan kontak
manusia dan pembantaian hewan yang terinfeksi pes. Semua pasien yang dicurigai menderita pes
harus diisolasi terutama kalau kemungkinan keterlibatan paru-paru belum disingkirkan. Kontak
pasien yang dicurigai menderita pneumonia pes harus diberi tetrasiklin 0’5 gram per hari selama 5
hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi lingkungan juga berperan dalam mencegah
penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi kasus pes, perlu usaha masyarakat
dalam menjaga sanitasi dan higienitas lingkungannya.
Pes(sampar)merupakan penyakit yang terdaftar dalam Karantina International dan juga disebut
remerging disease,dan masih merupakan masalahkesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) atupun wabah.Pes masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1910 melalui pelabuhan
TanjungPerak,Surabaya,kemudian,tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung
Mmas,Semarang,tahun1923 melalui pelabuhan Cirebon dan tahun 1927 melalui pelabuhan
Tegal.Korban yangdiakibatkan karena penyakit pes dari tahun 1910 sampai dengan tahun 1960
tercatat245.375 orang dengan angka kematian tertinggi yaitu 23.275 orang yang terjadi padatahun
1934.
Berkat peningkatan kemampuan kita di dalam pemberantasan penyakit pes yang
meliputipenatalaksanaan dan penanganan kasus, rodent dan pinjalnya maka sejak terjadinyawabah
pes pada tahun 1987 diKecamatan Nongkojajar,Kabupaten Pasuruan yangmenewaskan 21
orang;kasus pes pada manusia dapat ditekan hingga tidak ditemukan lagi adanya kematian.
Tujuan pembangunan dibidang kesehatan ialah memperbaiki tingkat kesehatan rakjat terutama bags
rakjat pedesaan. Dengan perbaikan kesehatan rakjat tersebut diharapkan pro¬duktivitas kerdja akan
meningkat dan dengan demikian mem¬bantu proses ladju pembangunan. Perbaikan kesehatan
rakjat merupakan salah satu investasi dalam manusia (human invest¬ment) jang tjukup panting
dalam pembangunan. Pelajanan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah mau¬pun masjarakat.
Dalam lingkungan pemerintah dilaksanakan pelajanan kesehatan jang terintegrasikan. Pelajanan
kesehatan oleh masjarakat pada achir-achir ini djuga menundjukkan per¬kembangan jang
meningkat, balk jang dilakukan oleh organi asi masjarakat maupun oleh perusahaan-perusahaan
untuk karyawan-karyawan mereka sendiri.Kesehatan masyarakat telah dibentuk pada tahun
1971/72. Sehingga dengan demikian dewasa ini unit kesehatan masyarakat tersebar diberbagai pro-
¬pinsi. Lima belas orang tenaga spesialis pendidikan ke¬sehatan masjarakat telah dididik, dimana
lima orang diantara¬-nya telah dikirim keluar negeri. Disamping itu telah ditingkatkan pengetahuan
dan ketrampilan sebanjak 228 orang petugas-petu¬gas kesehatan.
Pengertian Penyakit Pes
Pes merupakan penyakit Zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapatditularkan kepada
manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkanoleh kuman/bakteri. Selain itu
pes juga dikenal dengan nama Pesteurellosis atauYersiniosis/Plague.
Pasteurella pestis adalah batang Gram-negatif gemuk yang menunjukkan pewarnaan bipolar yang
mencolok dengan pewarnaan khusus. Bakteri ini tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh sebagai anaerob
fakultatif pada banyak perbenihan bakteriologi. Pertumbuhan bakteri lebih cepat bila berada dalam
perbenihan yang mengandung darah atau cairan jaringan dan tumbuh paling cepat pada suhu 30o C.
Dalam biakan agar darah pada suhu 37o C, dalam 24 jam dapat muncul koloni yang sangat kecil.
Suatu inokulum virulen, yang berasal dari jaringan terinfeksi, menghasilkan koloni abu-abu dan
kental, tetapi setelah dibiak ulang di laboratorium, koloni menjadi tak teratur dan kasar. Organisme
ini tidak banyak memiliki aktivitas biokimia, dan hal ini agak bervariasi.
Semua pasteurella pestis memiliki lipopolisakarida dengan aktivitas endotoksik bila dilepaskan.
Organisme ini menghasilkan banyak antigen dan toksin yang bertindak sebagai faktor virulensi.
Bakteri ini menghasilkan koagulase pada suhu 280 C (suhu normal pinjal) tetapi tidak pada suhu
350 C (penularan lewat pinjal akan rendah atau tak pernah terjadi dalam cuaca yang sangat panas).
Pasteurella pestis juga menghasilkan bakteriosin (pestisin); enzim isositrat liase, yang konon
bersifat khusus; dan hasil-hasil lainnya. Beberapa antigen pasteurella pestis bereaksi silang dengan
pasteurella lain.Pes merupakan infeksi pada hewan pengerat liar, yang dikeluarkan dari satu hewan
pengerat ke hewan lain dan kadang- kadang dari hewan pengerat ke manusia karena gigitan pinjal.
B.Cara Penularan dan Faktor Penyebab PenyakIt
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.Kuman-kuman pes yang
terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia,apabila ada pinjal
yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi,dan kuman-kuman tersebut akan
dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
1.
_______ _____
Penularan pes secara eksidental dapat terjadi pada orang – orang yang bila digigit oleh pinjal tikus
hutan yang infektif.Ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja di hutan,ataupun pada orang-orang yang
mengadakan rekreasi/camping di hutan.
2. Direct contact
Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus hutan,
misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana ianya
terkena darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes.
3.
_________________________
Kasus yang umum terjadi dimana penularan pes pada orang karena digigit oleh pinjal
infeksi setelah menggigit tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes.
4.
Penularan pes dari tikus hutan komersial melalui pinjal .Pinjalyang efektif kemudian
menggigit manusia.
5. __ ___
Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans
(Human flea)
6. droplet
_______________
Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain melalui
percikan ludah atau pernapasan.
Pada no.1s/d5,penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo.Pes
bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes)
FAKTOR PENYEBAB PES
Pes disebabkan oleh :
Kuman/BAKTERI Yersinia pestis(Pasteurella pestis).
Kuman berbentuk batang,ukuran 1,5-2X0,5-0,7 mikron.
Bersifat bipolar,non motil,non sporing.
Gram negatif
Pada suhu 280C merupakan suhu optimun tetapi kapsul terbentuk tidak sempurna
Pada shu 370C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut.
Mata rantai infeksi
Perubahan patologi akibat pes adalah tidak khas.reaksi radang didapatkan pada endotel pembuluh
limfa dan pembuluh darah pada bubonic flague,pada tempat infeksi terdapat lesi local berupa fesikel
yang kemudian berubah menjadi radang nekrotik.
Sejumlah besar kuman pesdapat dijumpai dikelenjar-kelenjar infeksi sebagai contoh jantung sering
kali ikut terserang dan pendarahan infiltrasi dengan sel-sel radang,paru-paru dapat mengalami
kerusakan yang berat karena adanya bendungan dan pendarahan ke dalam alveoli dan bronkioli.
Dari bronkiolitis dan alveolitis bacterial tersebut kemudian akan terdjadi bronkopneumonia dan
akhirnya konsolidasi lubus.
Susunan saraf pusat juga dapat mengalami gangguan berupa bendungan dan pendarahan kecil pada
otak dan terkadang terjadi meningitis.
Strategi Pengendalian dan Penanganan Penyakit
Pasteurella pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus)
dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan
kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain
dapat juga menularkan infeksi.Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada hewan yang
terinfeksi, vektor,dan kontak manusia dan pembantaian hewan yang terinfeksi pes. Semua pasien
yang dicurigai menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan keterlibatan paru-paru
belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai menderita pneumonia pes harus diberi tetrasiklin
0’5 gram per hari selama 5 hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi lingkungan juga
berperan dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi kasus
pes, perlu usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas lingkungannya.
C.Tahap Pencegahan Penyakit dan pengobatan
1.Tahap Pencegahan
Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak dengan tikus serta pinjalnya
harus diisolasi teruatama yang menderiata poneumia semua perlengkapa yang berhubungan dengan
korban harus dimusnahkan dan semua orang yang berhubungan dengan korban harus diberi obat
pencegahan.perlindungan erseorangan dengan vaksinasi selama epidemic pes dapat mengurangi
penularan penyakit pes.
Memberantas tikus dengan racun perangkap dan mengawasi secara teratur terjadnya wabah pes
pinjal tikus dapat diberantas dengan insektisida misalnya DDT.
2.Pengobatan Penyakit
Kemoterapi saat ini sangat efektif untuk menurunkan angka kematian penderita. Yang paling efektif
untuk mengobati pes adalah krolampenikol,oksitetrasiklin dan streptomisin.untuk dosisnya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk tersangka pes
a) Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau
b) Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut
2. Untuk Penderita Pes
Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut,kemudian
dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari berturut-turut.Setelah panas hilang
dilanjutkan dengan pemberian :
a) Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis diturunkan
menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau
b) Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.
3. Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:
a) Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo.
b) Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru
Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline 500mg/hari selama 10
hari berturut-turut
D.Peran Keluarga dalam Usaha Pencegahan Penyakit
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Dalam hal ini peran keluarga sangat penting dalam
pencegahan penyakit pes demi terciptanya keluarga yang sehat dan bersih dan masing masing
anggota keluarga menjaga kebersihan. memperbaiki rumah karena rumah yang kotor menjadi
tempat tinggal menyenangkan bagi tikus dan kutu-kutunya. Rumah-rumah tidak boleh dibangun
secara berdempetan, apalagi bersesak-sesakan di sebuah area. Pada masa itu, rumah rakyat sebagian
besar dibangun dari bambu atau gedek. Dinding-dinding gedek itu sering kali dibikin rangkap
sehingga di antaranya terdapat celah atau lubang yang memungkinkan tikus bersarang. Oleh karena
itu, disarankan agar dinding cukup satu lapis saja. Kalaupun harus dibangun rangkap, maka dinding
bagian dalamnya harus dibikin agar mudah dibuka dan dibersihkan.
A.Kesimpulan
Pes merupakan penyakit Zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapatditularkan kepada
manusia
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.Kuman-kuman pes yang
terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia,apabila ada pinjal
yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi,dan kuman-kuman tersebut akan
dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak dengan tikus serta pinjalnya
Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan penyakit pes demi terciptanya keluarga yang sehat
dan bersih dan masing masing anggota keluarga menjaga kebersihan.
B.Saran
Melalui makalah ini penulis berharap agar para pembaca senantiasa peduli akan kesehatan serta
berperilaku hidup sehat agar terhindar dari penyakit pes dengan memulai pencegahan sejak dini
sehingga penyakit tidak berkembang menjadi kronis.
PLAGUE/PENYAKIT PES
Penyebaran penyakit plague/pes
Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.
Jenis2 plague dan gejalanya pada manusia
Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:
Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain.
Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.
Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar.
Binatang yang dapat menjadi pembawa plague
Semua binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing, anjing, kelinci, rusa, kambing dll.
Gejala plague pada kucing
Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut (sariawan), terdapat kotoran pada mata.
Diagnosa plague
Diagnosa dilakukan dengan mengambil cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic plague) dan tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14 hari.
Pengobatan plague
Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague. Penicilin tidak efektif untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah.
Pencegahan plague
1. Orang2/binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic selambat2nya 7 hari setelah kontak dg penderita.
3. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd waktu kontak dg penderita plague
4. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas lainnya.
5. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg banyak terdapat sarang tikus.
6. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.
7. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.