perubahan penutupan lahan di taman nasional …digilib.unila.ac.id/50119/8/skripsi tanpa bab...

62
PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (STUDI KASUS ENCLAVE KUBU PERAHU) (Skripsi) Oleh BAGUS SUGIARTO FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: phungliem

Post on 19-May-2019

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL BUKIT

BARISAN SELATAN (STUDI KASUS ENCLAVE KUBU PERAHU)

(Skripsi)

Oleh

BAGUS SUGIARTO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

ABSTRAK

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN TAMAN NASIONAL BUKIT

BARISAN SELATAN (STUDI KASUS DAERAH ENCLAVE KUBU

PERAHU)

Oleh

Bagus Sugiarto

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan salah satu kawasan

pelestarian alam yang mengalami tekanan dan ancaman. Kawasan hutan Taman

Nasional tersebut terdapat enclave Kubu Perahu TNBBS. Penelitian ini dilakukan

untuk memberikan kontribusi informasi mengenai perubahan tutupan lahan di

daerah enclave dan dilaksanakan pada bulan Februari−Mei 2018. Metode

pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara dan observasi lapang

lalu data sekunder dengan mengunduh citra Landsat dari

http://earthexplorer.usgs.gov. Dari hasil penelitian diketahui adanya perubahan

tutupan lahan di daerah enclave Kubu Perahu TNBBS, Tipe tutupan pertanian

mengalami penurunan 8.13% pada tahun 1991-2000. Kondisi sebaliknya terjadi

peningkatan seluas 3.62% di periode tahun 2000-2017 disebabkan berupa

kegiatan pertanian, jumlah penduduk, tanggungan keluarga dan akses masyarakat

yang mudah masuk ke dalam kawasan hutan. Kurun waktu tahun 1991-2000

luasan tipe tutupan lahn hutan bertambah yakni sebesar 338 ha. Keadaan ini

Page 3: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

Bagus Sugiarto

karena adanya peraturan perundangan yang mengharuskan masyarakat keluar dari

Kawasan hutan, selain itu juga diakibatkan oleh kekhawatiran masyarakat

terhadap bencana gempa bumi di sekitar daerah enclave Kubu Perahu.

Kata kunci: Aspek Sosial, Enclave, TNBBS, Tutupan Lahan

Page 4: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

ABSTRACT

LAND COVER CHANGE IN BUKIT BARISAN SELATAN NATIONAL

PARK (STUDY CASE OF ENCLAVE AREA IN KUBU PERAHU)

By

Bagus Sugiarto

Bukit Barisan Selatan National Park (TNBBS) is one of the natural conservation

areas that experience threats. National Park forest area which is in the enclave of

the Kubu Perahu National Park. This research was conducted to provide

information relating to the area in the enclave and carried out in February - May

2018. Methods of data collection in the form of primary data in the form of

interviews and field secondary data by trying Landsat imagery from

http://earthexplorer.usgs.gov. From the results of the research and mining of the

area in the enclave area of Kubu Perahu TNBBS, the type of agricultural cover

decreased 8.13% in 1991-2000. Conditions that occurred at 3.62% in the period

2000-2017 agricultural activities, population, family coverage and access to the

community in the Forest Zone. During 1991-2000 the area of forest cover

increased by 338 ha. This situation is due to regulations that prohibit people from

leaving the Forest Zone, in addition to those who were affected by the disaster in

the Kubu Perahu district.

Keywords: BBSNP, Classification, Enclave, Land Cover, Social Aspects,

Page 5: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL BUKIT

BARISAN SELATAN (STUDI KASUS ENCLAVE KUBU PERAHU)

Oleh

BAGUS SUGIARTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 6: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara
Page 7: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara
Page 8: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, 28 Desember 1995 sebagai

putra ke tiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan

Effendi (alm) dan Herawati (almh). Penulis menyelesaikan

pendidikan taman kanak-kanak di TK Darmawanita Bumi

Pratama Mandira pada tahun 2002. Kemudian pendidikan

dasar SD N 2 Yukum Jaya hingga tahun 2008.

Melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP N 3 Way Pengubuan hingga

tahun 2011. kemudian pendidikan menengah atas di SMA N 1 Terbanggi Besar

hingga tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan S1 Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2014 melalui jalur test Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis tercatat sebagai anggota utama himpunan

mahasiswa kehutanan (Himasylva). Penulis aktif dengan pernah menjadi ketua

pelaksana rangkaian kegiatan masa bimbingan Mentoring ke XIX Himasylva.

Penulis pernah menjadi anggota staff Kementerian Koordinator Eksternal BEM U

KBM Unila periode 2016.

Melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sridadi, Kecamatan Kalirejo,

Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari-Februari 2017. Pada bulan Juli-

Page 9: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

September 2017 melakukan kegiatan Paraktik Umum (PU) di Bagian Kesatuan

Pemangkuan Hutan (BKPH) Margasari, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)

Balapulang Divisi Regional Jawa Tengah. Penulis pernah menjadi asisten dosen

mata kuliah inventarisasi hutan, perencanaan kehutanan, pengelolaan jasa

lingkungan, dan manajamen hutan.

Mengikuti beberapa kegiatan lapangan diantaranya sebagai As Enumerator pada

penelitian biodiversitas di hutan pendidikan Tahura Wan Abdul Rachman pada

Lembaga Penelitian dan Pengembangan Biodiversitas Biotropika Universitas

Lampung. Berpartisipasi menjadi staff lapang penyusunan rencana induk

pengembangan dan pemberdayan masyarakat (PPM) dan Pemetaan Sosial di

Sekitar PT. Natarang Mining di Provinsi Lampung. Membantu pengambilan data

penilaian jasa lingkungan di Desa penyangga sekitar Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (TNBBS). Kegiatan lapangan lainnya yang dilakukan di luar

kegiatan perkuliahan.

Page 10: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

Untuk Ayah dan Ibu kemudian Paman dan Bibi serta Ketiga

Saudara-Saudaraku Tersayang

Page 11: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

SANWACANA

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Penutupan Lahan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Studi Kasus Enclave Kubu Perahu)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan di Universitas Lampung. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya hingga ke akhir

zaman.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang telah ikut membantu baik kelancaran dalam kegiatan maupun

dalam menyusun skripsi. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada beberapa

pihak sebagai berikut.

1. Bapak Prof.Dr.Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing pertama yang telah

membimbing dengan sabar, penuh pengertian dan memberikan pengarahan

kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Page 12: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

iii

3. Ibu Dr.Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan ide, motivasi, tenaga, waktu, gagasan, saran serta sumbangan

pemikiran dalam penulisan skripsi ini

4. Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku penguji utama yang telah

memberikan masukan, komentar dan bimbingan yang membangun di dalam

penulisan skripsi ini.

5. Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang telah memberikan

izin, arahan, dan bantuan selama proses sebelum hingga selesai penelitian.

6. Masyarakat daerah enclave Kubu Perahu yang telah bersedia menjadi

narasumber untuk penulis mengumpulkan data di lapangan.

7. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Ibu Rommy Qurniaty, S.P.,M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing dan memberikan arahan dalam selama proses perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu dosen Pertanian Universitas Lampung, khususnya jurusan S1

Kehutanan, yang telah memberikan ilmu dan membagikan pengalamannya

selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Lampung.

11. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahanda Effendi (Alm), Ibunda Herawati

(Almh), Binda Rosnani, Manda Timbang Hariyanto. terimakasih atas segala

kasih sayang, pengorbanan yang tiada lelah dan selalu mendoakan penulis,

memberikan sarana dan prasarana untuk menunjang perkuliahan, serta selalu

Page 13: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

iv

memberi semangat, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

12. Teristimewa kakak ku, Erik Prayoga Adhinata dan saudara kembarku Bagus

Sugiarta serta adikku Darmawansyah kasih sayang, semangat dan

kebersamaan selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

13. Teruntuk keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan

(Himasylva). Terima kasih atas segala azas, pembelajaran dan pengetahuan

sampai saat ini sehingga skripsi ini mampu diselesaikan.

14. Teruntuk keluarga besar Kehutanan 2014 “ Lugosyl”. Terima kasih atas

segala kebersamaan sampai saat ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun

ada harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Semoga kita

semua mendapat Rahmat dan kasih dari Allah SWT.

Wassalamu‘alaikum wr.wb.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Bagus Sugiarto

Page 14: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.3. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan .......................................... 7

2.2 Penutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahannya ............. 9

2.3 Etnoekologi .................................................................................... 16

2.4 Penginderaan Jauh (Remote Sensing) ............................................. 20

2.5 Citra Landsat .................................................................................. 22

2.6 Sistem Informasi Geografi ............................................................. 24

2.7 Metode Basis Data .......................................................................... 27

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 31

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 31

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 32

3.3 Jenis Data ....................................................................................... 32

3.4 Cara Pengumpulan Data ................................................................. 33

3.5 Metode Analisis Data ..................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 38

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 38

4.2 Penutupan Lahan di Daerah Enclave Kubu Perahu

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ........................................ 40

4.2.1 Penutupan lahan Kubu Perahu tahun 1991 .......................... 43

4.2.2 Penutupan lahan Kubu Perahu tahun 2000 .......................... 46

4.2.3 Penutupan lahan Kubu Perahu tahun 2017 .......................... 48

4.3 Perubahan Penutupan Lahan Kurun Waktu 1991-2000 ................ 50

4.3.1 Hutan .................................................................................... 51

4.3.2 Pertanian ............................................................................... 52

4.3.3 Bukan pertanian ................................................................... 52

Page 15: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

vi

Halaman

4.3.4 Lahan terbangun ................................................................... 53

4.3.5 No data ................................................................................. 54

4.1 Perubahan Penutupan Lahan Kurun Waktu 2000-2017 ................ 55

4.4.1 Hutan .................................................................................... 56

4.4.2 Pertanian ............................................................................... 56

4.4.3 Bukan pertanian ................................................................... 57

4.4.4 Lahan terbangun ................................................................... 58

4.4.5 No data ................................................................................. 58

4.2 Sejarah Pembangunan Jalan Liwa Krui ........................................ 59

4.3 Aspek Sosial Perubahan Tutupan Lahan....................................... 64

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 67

5.1 Simpulan ...................................................................................... 67

5.2 Saran ............................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 69

LAMPIRAN ............................................................................................. 75

Gambar 10-14............................................................................................ 75-77

Page 16: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Penampakan citra masing-masing tipe dan gambar penampakan

citra yang diambil di Kawasan Kubu Perahu ..................................... 42

2 Uji akurasi klasifikasi citra (overral classification accuracy) ........... 43

3 Tutupan lahan tahun 1991 .................................................................. 43

4 Tutupan lahan tahun 2000 .................................................................. 46

5 Tutupan lahan tahun 2017 .................................................................. 48

6 Perubahan luasan tutupan lahan Kubu Perahu untuk perbandingan

selang waktu 1991 sampai 2000 ......................................................... 54

7 Perubahan luasan tutupan lahan Kubu Perahu untuk perbandingan

selang waktu 2000 sampai 2017 ......................................................... 55

8 Jalan raya di tengah Kawasan TNBBS ............................................... 60

Page 17: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka penelitian ......................................................... 6

2. Peta lokasi penelitian di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan ................................................................................. 31

3. Peta tutupan lahan hasil analisis di Kubu Perahu

tahun 1991 ........................................................................................ 45

4. Grafik persentase tutupan lahan Tahun 1991 ................................... 46

5. Peta tutupan lahan hasil analisis di Kubu Perahu

tahun 2000 ........................................................................................ 47

6. Grafik persentase tutupan lahan tahun 2000 .................................... 48

7. Peta tutupan lahan hasil analisis di Kubu Perahu

tahun 2017 ........................................................................................ 49

8. Grafik persentase tutupan lahan tahun 2017 .................................... 50

9. Peta jalan melintasi Kubu Perahu di tengah Kawasan TNBBS ....... 61

10. Foto pengambilan salah satu titik pada observasi lapang ................ 75

11. Kegiatan wawancara dengan tokoh masyarakat .............................. 75

12. Kegiatan wawancara dengan masyarakat individu kunci ................ 76

13. Gambar jalan yang melintasi wilayah enclave Kubu Perahu ........... 76

14. Diagram batang perubahan tutupan lahan Kubu Perahu .................. 77

Page 18: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan lahan untuk tujuan permukiman dan pertanian terus terjadi yang

berdampak pada perubahan landscape (Maullana dan Darmawan, 2014).

Penetapan Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam (KSPA) merupakan salah satu

upaya untuk menanggapi masalah tersebut, yang bertujuan menjaga dan

melindungi keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia (PP No 108, 2015).

Tujuan lainnya adalah sebagai strategi oleh negara dalam mengelola kawasannya,

untuk menjaga spesies endemik atau khas daerah dan beberapa spesies kunci yang

terdapat di dalam kawasan hutan dari kepunahan.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan salah satu kawasan

pelestarian alam yang mengalami tekanan dan ancaman. Kubu Perahu merupakan

daerah enclave di TNBBS. Enclave merupakan pemilikan hak berupa

permukiman dan atau lahan garapan oleh perorangan atau badan hukum di dalam

Kawasan hutan berdasarkan bukti dan ketentuan peraturan perundang-undangan

(Permenhut No P.41, 2012). Permukiman dan lahan garapan yang ada untuk

dikelola harus diimbangi oleh pengetahuan masyarakat terhadap kawasan hutan

TNBBS agar tetap lestari.

Page 19: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

2

Peningkatan kapasitas dan pengetahuan terhadap Kawasan hutan masyarakat di

enclave Kubu Perahu mengalami perkembangan. Pemahaman tentang itu

berkembang sesuai dengan kedekatan dan atau perilaku masyarakat dalam

memanfaatkan Kawasan hutan (Utina, 2015). Nilai-nilai tradisi, sikap dan

perilaku berwawasan ekologis masyarakat dalam masyarakat dapat dikaji dan

diketahui melalui kegiatan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam

kegiatan penggunaan lahan.

Penggunaan lahan di daerah enclave Kubu Perahu menimbulkan perubahan

tutupan lahan. Perubahan tersebut mengurangi fungsi dan manfaat hutan serta

mengganggu kelangsungan hidup flora dan fauna di dalamnya. Kejadian

perubahan tutupan lahan dalam kurun waktu tertentu terjadi secara cepat di

wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Permasalahan yang

hampir sama terjadi di setiap taman nasional, seperti perburuan satwa liar, illegal

logging, perambahan, pencurian kayu dan tumbuhan langka, dan tata batas

Kawasan (Maullana dan Darmawan, 2014).

Menurut Sinaga dan Darmawan (2014), penyebab terjadinya perubahan tutupan

lahan di TNBBS dikarenakan adanya kegiatan perambahan yang dilakukan oleh

manusia (konversi lahan) yang membuat hilangnya hutan lahan kering primer

sebesar 8.737,9 ha sebesar 61,5 persen di salah satu Resort TNBBS. Sebelumnya

World Wildlife Fund (WWF) (2007), meluncurkan laporan studi berjudul Gone in

an Instant yang memperkirakan bahwa 28% (89.224 hektar) dari luas tutupan

hutan taman nasional tersebut telah hancur akibat pembukaan lahan, terlebih

untuk perkebunan kopi. Berdasarkan hasil penelitian lain konversi hutan menjadi

Page 20: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

3

pertanian lahan kering berupa perkebunan kopi yaitu seluas 7.325,40 ha kemudian

pada tahun1991-2000 seluas 5.891,17 ha dan pada tahun 2000-2013 (Puminda,

2015).

Kegiatan bermukim, penggunaan lahan dan wisata di enclave Kubu Perahu terus

mengalami perkembangan mengubah tutupan lahan. Sistem Informasi Geografis

(SIG) dan penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

kegiatan pemantauan perubahan lahan tersebut. Faktor pemicu perubahan tutupan

lahan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan

kawasan hutan. Ilmu etnoekologi sebagai ilmu yang mengkaji interaksi

masyarakat dengan lingkungan di sekitarnya untuk mendapat informasi yang

tepat.

Menyusun dan membuat suatu rencana pengelolaan memerlukan informasi yang

tepat. Informasi perubahan tutupan lahan yang terjadi di enclave Kubu Perahu

serta faktor pemicu perubahannya serat pemanfaatan jasa lingkungan oleh

masyarakat merupakan informasi yang diperlukan untuk menyusun sebuah

rencana pengelolaan. Perencanaan yang tepat harus dilakukan agar masalah yang

sedang terjadi di TNBBS mendapatkan solusi dan pemecahan yang tepat.

Penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk memberikan kontribusi informasi

mengenai perubahan tutupan lahan di daerah enclave Kubu Perahu Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan pada tahun 1991 hingga 2017 dan faktor pemicu

perubahannya.

Page 21: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

4

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui dan mendeskripsikan perubahan tutupan lahan di Enclave Kubu

Perahu TNBBS selama kurun waktu 26 tahun.

2. Mengetahui dan menganalisis aspek sosial yang menjadi pemicu adanya

perubahan tutupan lahan di enclave Kubu Perahu TNBBS selama tahun 1991

sampai 2017.

1.3 Kerangka Pemikiran

Perubahan tutupan lahan di daerah enclave Kubu Perahu TNBBS menjadi salah

satu permasalahan mengingat peran penutupan lahan di TNBBS sangat

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pengelolaan TNBBS. Oleh karena

itu dibutuhkan suatu pemantauan perubahan penutupan lahan dengan sistem

informasi geografis (SIG) dan penginderaan jauh untuk mengetahui besar

perubahan penutupan lahan dan faktor pemicu perubahan tersebut dianalisis

dengan ilmu etnoekologi dengan melihat fenomena aspek sosial yang

mempengaruhi perubahan tutupan lahan di daerah enclave Kubu Perahu TNBBS.

Pelaksanaan pemantauan perubahan penutupan lahan membutuhkan data spasial

seperti citra landsat dan data atribut sebagai bahan mentah untuk analisis

perubahan penutupan lahan, citra landsat yang telah dikumpulkan kemudian

diolah dengan menggunakan software GIS, hasil analisis citra kemudian disajikan

dalam bentuk layout peta tutupan lahan dan tabulasi luasan perubahan tutupan

lahan di enclave Kubu Perahu TNBBS. Hal yang perlu diketahui selanjutnya

Page 22: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

5

adalah kejadian-kejadian apa saja yang terjadi dan berdampak terhadap perubahan

luas penutupan lahan di daerah enclave Kubu Perahu TNBBS.

Kejadian-kejadian tersebut dapat diketahui melalui pendekatan etnoekologi.

Menurut Hilmanto (2010), dalam ilmu etnoekologi terdapat chronological

approach yang merupakan suatu pendekatan yang memfokuskan perkembangan

dinamis dari suatu kajian suatu interaksi manusia dengan alam, berdasarkan

proses kronologis dengan memahami kurun waktunya guna mengetahui aspek

sosial yang menjadi pemicu perubahan tutupan lahan. Kegiatan perambahan

seperti perburuan satwa liar, illegal logging, perambahan, pencurian

kayu/tumbuhan langka dan tata batas kawasan serta sejarah pengelolaan.

Data didapatkan dengan melakukan wawancara dan cara pengambilan sampel

adalah snowball sampling yang mengarahkan pada individu kunci sehingga

memberikan gambaran pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan narasumber.

wawancara dilakukan dengan cara interview standar tak terskedul, kemudian

mengamati secara langsung perilaku individu dan interaksi mereka dalam setting

penelitian, dan menelaah bukti unik yang tidak didapat saat interview dan

observasi di lapangan. Data kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan

pendekatan ilmu etnoekologi. Ilmu ini merupakan pendekatan mengenai interaksi

sosial masyarakat terhadap perubahan bentang alam yang terjadi diantaranya

terdapat pemukiman, lahan garapan dan aspek sosial yang dianggap menjadi

pemicu adanya perubahan lahan. Berikut bagan alir kerangka pikir penelitian

dijelaskan pada Gambar 1.

Page 23: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

6

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.

Overlay

Peta Perubahan Tutupan Lahan

Analisis Data

Perubahan Tutupan Lahan

Klasifikasi

Peta

Tutupan

Lahan

2000

Citra 2000

Aspek Sosial

Enclave Kubu Perahu

Peta

Tutupan

Lahan 1991

Citra 1991

Peta

Tutupan

Lahan 2017

Citra 2017

Page 24: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan

rekreasi alam (UU No 5, 1990). Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

membentang dari ujung selatan Provinsi Lampung mengikuti punggung

pegunungan Bukit Barisan sampai Provinsi Bengkulu di sebelah utara.

Perwakilan dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan TNBBS terdiri dari tipe

vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan tropika dan pegunungan di

Sumatera (Munawaroh dan Yuzammi, 2016). Secara geografis TNBBS terletak

antara 4°33’−5°57’ LS, 103°23’−104°43’ BT terdapat di Kabupaten Tanggamus,

Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Bengkulu Selatan (BBTNBBS, 2010).

Tipe ekosistem penyusun Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dibedakan

menjadi hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan bukit, hutan hujan

pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan tinggi dan cagar alam laut. Secara

umum telah teridentifikasi paling sedikit 514 jenis pohon, tumbuhan bawah

sekitar 98 jenis dari famili antara lain Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae,

Fagaceae, Annonaceae, Rosaceae, Zingiberaceae dan lain-lain serta 126 jenis

Page 25: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

8

anggrek, 26 jenis rotan, 24 jenis liana dan 15 jenis bambu yang hidup di kawasan

TNBBS (BBTNBBS, 2010). Fauna khas Pulau Sumatera semua hampir berada di

kawasan ini kecuali orangutan sumatera. Teridentifikasi 122 jenis mamalia

termasuk 7 jenis primata, 450 jenis burung termasuk 9 jenis burung rangkong, 123

jenis herpetofauna (reptil dan amphibi), 221 jenis serangga, 7 jenis moluska, 2

jenis krustasea serta 53 jenis ikan hidup di kawasan TNBBS (BBTNBBS, 2010).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki luasan 356.800 ha dan

mempunyai cagar alam laut sebesar 21.600 ha (Indraswati dkk., 2015). Kondisi

geografis dengan bentuk Kawasan yang memanjang membuat TNBBS memiliki

tipe vegetasi paling lengkap mulai dari hutan pantai, hutan hujan pegunungan

dataran rendah, hutan hujan dataran tinggi dan pegunungan (Arini dan Prasetyo,

2013). Dengan berbagai tipe tersebut, TNBBS merupakan laboratorium alam

yang mempunyai keanekaragaman hayati sangat tinggi. Kawasan ini juga

merupakan habitat berbagai spesies terancam punah dan langka yang masih tersisa

di Indonesia serta merupakan kawasan penting sistem penyangga kehidupan di

pulau Sumatera bagian selatan (WWF, 2007).

Daerah enclave Kubu Perahu terletak di bagian tengah sebelah timur TNBBS, 5

Km sebelah barat Kota Liwa, Lampung Barat. Kawasan ini termasuk dalam

Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat.

Kawasan ini bertipe ekosistem hutan hujan pegunungan tengah yang relatif masih

asli, merupakan habitat penting bagi berbagai jenis anggrek alam dan berbagai

jenis tumbuhan lainnya. Daerah ini terdapat jenis Amorphophallus, dengan 6

umbi yaitu Amorphophallus titanum, A. muelleri dan A. gigas, yang bisa

Page 26: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

9

ditemukan pada ketinggian antara 500–650 m dpl, suhu 27–28 ⁰C dan kelembaban

suhu 80–88% (Munawaroh dan Yuzammi, 2016). Enclave Kubu Perahu memiliki

jenis tutupan lahan berupa hutan primer, hutan sekunder dan semak belukar. Jenis

burung yang mendominasi tipe hutan primer dan hutan sekunder adalah jenis

burung dari famili Pycnonotidae, pada tipe semak belukar didominasi oleh famili

Nectariniidae dan Silvidae (Arini dan Prasetyo, 2013).

Terjadi deforestasi cukup besar di TNBBS pada kurun waktu 2 dekade tahun

terakhir. Balai Besar Taman Nasional mencatat, dari analisis citra Landsat sampai

2008, luas deforestasi mencapai 57.000 ha, dan pada 2009 menjadi 61.000 ha.

Penggundulan itu sebagian besar disebabkan oleh perambahan. Perambahan

dilakukan sedikitnya 16.214 kepala keluarga di TNBBS (Indraswati dkk., 2015).

Hal tersebut menjadikan ancaman besar terhadap kawasan TNBBS. Deforestasi

tertinggi terjadi pada tahun 1972-1985, setiap tahunnya seluas 28 km2 hutan di

babat habis. Dekade berikutnya yaitu pada tahun 1986-1996 deforestasi terjadi

hanya 15 km/th. Deforestasi meningkat kembali (21 km2/th) pada dekade terakhir.

Pelaku yang secara fisik membabat hutan di TNBBS adalah petani yang tinggal di

dalam dan di sekitar hutan (Suyadi, 2011).

2.2 Penutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahannya

Penutupan lahan merupakan materi dasar dari suatu lingkungan, yang mengacu

pada tipe vegetasi di lahan tertentu, sedangkan penggunaan lahan menekankan

aktivitas manusia terhadap lahan tersebut (Dewi dkk., 2011). Penutupan lahan

menurut Khalil (2009), menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang

Page 27: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

10

menutup permukaan lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara

langsung dari citra penginderaan jauh. Terdapat tiga kelas data secara umum

yang tercakup dalam penutupan lahan yaitu.

1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia.

2. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan

binatang.

3. Tipe pembangunan.

Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan

tertentu. Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan

menggunakan penginderaan jauh yang tepat. Sedangkan informasi tentang

kegiatan manusia pada lahan (penggunaan lahan) tidak selalu dapat ditafsir secara

langsung dari penutupan lahannya (Lillesand dan Kiefer, 2008).

Ardiansyah (2015) menyatakan bahwa faktor penting yang menentukan

kesuksesan pemetaan penggunaan lahan dan penutupan lahan terletak pada

pemilihan skema klasifikasi yang tepat dirancang untuk suatu tujuan tertentu.

Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam menjelaskan setiap

kategori penggunaan dan penutupan lahan. Khalil (2009) menganggap bahwa

pendekatan fungsional atau pendekatan berorientasi kegiatan akan lebih sesuai

digunakan untuk citra satelit ruang angkasa, sebagai skema klasifikasi tujuan

umum. Lillesand dan Kiefer (2008) menyampaikan bahwa pendekatan ini

merupakan sistem klasifikasi lahan yang umum digunakan di Amerika Serikat

yang diperkenalkan oleh United States Geological Survey (USGS) adalah sebagai

berikut.

Page 28: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

11

1. Sistem klasifikasi di atas disusun berdasarkan kriteria

2. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan

penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85%.

3. Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama.

4 . Hasil yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke

yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain.

5. Sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas.

6. Kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari penutupan

lahannya.

7. Sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang

diperoleh pada waktu yang berbeda.

8. Kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang

dapat diperoleh dari citra skala besar atau survey lapangan.

9. Pengelompokan kategori harus dapat dilakukan.

10. Harus memungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan

lahan dan penutupan lahan pada masa yang akan datang dan

11. Lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin.

Berdasarkan Badan Planologi Kehutanan, Harjadi (2009) klasifikasi penutupan

lahan dibagi sebagai berikut.

1. Hutan

a. Hutan lahan kering primer

Seluruh kawasan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang

belum menampakan bekas penebangan, termasuk hutan ultra basa, hutan daun

jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.

Page 29: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

12

b. Hutan lahan kering sekunder

Seluruh kawasan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah

menampakan bekas penebangan.

c. Hutan tanaman

Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah ditanami, termasuk hutan tanaman

untuk reboisasi.

d. Hutan rawa primer

Seluruh kawasan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa

gambut yang belum menampakan bekas penebangan.

e. Hutan rawa sekunder

Seluruh kawasan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa

gambut yang telah menampakan bekas penebangan.

f. Perkebunan

Seluruh kawasan perkebunan, yang sudah ditanami. Perkebunan rakyat yang

biasanya berukuran kecil akan sulit diidentifikasi dari citra maupun peta

persebaran sehingga memerlukan informasi lain, termasuk data lapangan.

2. Pemukiman

Kawasan pemukiman, baik perkotaan, pedesaan, industri dan lain−lain yang

memperlihatkan pola alur rapat.

3. Sawah

Semua aktivitas pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang.

Kelas ini juga memasukkan sawah musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi.

4. Lahan kering

a. Pertanian lahan kering

Page 30: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

13

Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran

dan ladang.

b. Pertanian lahan kering campur semak

Semua jenis pertanian kering yang berselang-seling dengan semak, belukar

dan hutan bekas tebangan.

5. Rawa

Kawasan yang digolongkan sebagai lahan rawa yang sudah tidak berhutan.

6. Tubuh air

Semua daerah perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu

karang, padang lamun dan lain−lain.

7. Belukar

a. Semak/belukar

Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau

kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan

dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan

lagi bekas/bercak tebangan.

b. Belukar rawa

Kawasan bekas hutan rawa/mangrove yang telah tumbuh kembali atau kawasan

dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi

rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak

tebangan.

Berdasarkan penelitian Arini dan Prasetyo (2013), teridentifikasi tipe hutan primer

dataran tinggi, hutan sekunder dataran tinggi, dan semak belukar dataran tinggi

Kubu Perahu mengalami fragmentasi habitat akibat pembangunan jalan provinsi

Page 31: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

14

yang menembus Kawasan TNBBS. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Sinaga dan Darmawan (2014), tipe hutan di TNBBS yaitu di Daerah Resort

Pugung Tampak terbagi atas hutan lahan kering primer, hutan lahan kering

sekunder, pertanian lahan kering, lahan terbuka, dan no data (air, badan air dan

bayangan air).

Kawasan konservasi umumnya memiliki klasifikasi tutupan lahan yang cenderung

sama, dari penelitian Rizki (2015), menyimpulkan klasifikasi tutupan lahan pada

Hutan Pendidikan Gunung Walat menghasilkan enam kelas tutupan lahan yang

terdiri dari hutan tanaman, pemukiman, pertanian, tanah kosong, semak, dan

vegetasi campuran. Sedangkan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC)

memiliki tipe penutupan lahan yaitu hutan alam, hutan tanaman pinus, semak,

ladang, lahan terbuka, badan air dan tidak ada data (Yusri, 2011).

Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang berubah karena

manusia pada waktu yang berbeda (Lillesand dan Kiefer, 2008). Deteksi

perubahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan di atas wilayah

tertentu dari fotografi tersebut peta penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat

dipetakan dan dibandingkan (Ardiansyah, 2015).

Faktor−faktor penyebab perubahan lahan adalah jenis kegiatan yang dapat

mencirikan terjadinya perubahan lahan. Kegiatan tersebut dapat berupa

gangguan terhadap hutan, penyerobotan dan perladangan berpindah. Gangguan

terhadap hutan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor

manusia (Pasha dan Agus, 2009). Berdasarkan penelitian mereka gangguan yang

disebabkan oleh alam meliputi kebakaran hutan akibat petir dan kemarau, letusan

Page 32: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

15

gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan erosi akibat hujan

deras yang lama. Sementara itu gangguan terhadap hutan yang disebabkan oleh

manusia dapat berupa penebangan liar, penyerobotan lahan dan kebakaran.

Lillesand dan Kiefer (2008), menyatakan bahwa perubahan lahan terjadi karena

manusia yang mengubah lahan pada waktu yang berbeda. Ekadinata dkk. (2012),

menyimpulkan pola−pola perubahan lahan terjadi akibat responnya terhadap

pasar, teknologi, pertumbuhan populasi, kebijakan pemerintah, degradasi lahan,

dan faktor sosial ekonomi lainnya.

Darmawan (2002), menerangkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya

perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan

dengan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan. Hasil

penelitian Yatap (2008) menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi berpengaruh

dominan terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan di Taman

Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) adalah kepadatan penduduk, laju

pertumbuhan penduduk, luas kepemilikan lahan, perluasan pemukiman dan

perluasan lahan pertanian.

Sulistiyono (2008) menyatakan bahwa faktor−faktor yang menyebabkan

perubahan penutupan lahan diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, mata

pencaharian, aksesibilitas dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan

pemerintah. Hal ini juga terjadi di kawasan hutan lindung dan hutan lainnya di

Provinsi lampung dimana faktor sosial mempengaruhi pemanfaatan hutan dan

lahan (Wulandari dan Inoue, 2018). Dengan demikian dapat dikatakan kelestarian

kawasan TNBBS pula dipengaruhi oleh faktor sosial.

Page 33: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

16

Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong

penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman

ataupun lahan−lahan budidaya. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah

berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut.

Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya

perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang

pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong

penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan

(Maullana dan Darmawan, 2014).

2.3 Etnoekologi

Pengetahuan lokal petani dalam memanfaatkan sumberdaya di sekitarnya dapat

dikaji dengan suatu disiplin ilmu yaitu etnoekologi (Utina, 2015). Secara istilah

Etnoekologi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu multi disiplin yang mengkaji

hubungan timbal balik antara aspek pola pikir dan aspek praktis suatu etnik

terhadap sumberdaya alam mereka berikut pengaruhnya dalam suatu proses

produksi (Jumari dkk., 2012). Kajiannya bertumpu pada bagaimana pemanfaatan

alam oleh kelompok masyarakat (ethnic) sesuai ragam kepercayaan, pengetahuan,

tujuan dan bagaimana pandangan kelompok etnis bersangkutan dalam

pemanfaatannya (Seftyono, 2011).

Studi etnoekologi berkembang tidak hanya mempelajari interaksi antara suatu

bentuk kehidupan dengan kehidupan lainnya dan lingkungannya, tetapi bersifat

menganalisis secara holistik sampai pada analisis tentang sistem pengetahuan

Page 34: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

17

masyarakat lokal dalam mengelola lingkungannnya berikut strategi adaptasi dan

sistem produksi yang dikembangkan di lingkungannya tersebut (Winarto dan

Choesin, 2014). Menelaah dari hal itu etnoekologi membahas mengenai

hubungan yang erat antara manusia, ruang hidup, dan semua aktivitas manusia di

bumi.

Kondisi tersebut sebagai adaptasi dari ilmu geografi, dikarenakan ilmu geografi

cakupannya sangat luas. Oleh karena itu etnoekologi suatu bidang ilmu yang

menspesifikan ilmu-ilmu tersebut diperlukan untuk memfokuskan fenomena-

fenomena yang terjadi di ruang aktivitas manusia. Dengan demikian, ilmu

etnoekologi merupakan ilmu yang menjembatani ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu

lingkungan alam dan ilmu lingkungan yang memfokuskan manusia sebagai aktor

dalam aktivitas lingkungan alam (Hilmanto, 2010).

Bentuk interaksi dan adaptasi manusia dengan alam, yaitu adanya aktivitas

manusia mengubah bentang alam di bumi, baik lingkungan biotik dan lingkungan

abiotik. Membuka ladang, melakukan domestikasi hewan maupun tumbuhan,

melakukan penghijauan, membuat bendungan, dan membuat sistem irigasi

merupakan contoh bentuk interaksi dan adaptasi manusia. Hal itu diketahui dan

dipelajari masyarakat lokal dengan cara interaksi terhadap lingkungan sekitar dan

pemahaman mereka dalam mengelola lahan (Walujo, 2011).

Etnoekologi memiliki pendekatan Chronological approach,yaitu suatu

pendekatan yang memfokuskan perkembangan dinamis dari suatu kajian suatu

interaksi manusia dengan alam, berdasarkan proses kronologis dengan memahami

kurun waktunya. Menurut Setiadi (2006), dengan memahami dimensi sejarah

Page 35: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

18

atau kronologis, kita tidak hanya dapat mengkaji perkembangannya, melainkan

dapat pula melakukan pendugaan proses fenomena atau masalah tersebut pada

masa yang akan datang.

Berdasarkan pendekatan sejarah atau kronologi tersebut kita juga dapat

melakukan pengkajian dinamika dan perkembangan suatu fenomena di daerah

atau wilayah tertentu. Manfaat dari pendekatan sejarah ini dapat digunakan untuk

menyusun suatu perencanaan pembangunan suatu aspek kehidupan dan dapat pula

menyusun suatu perencanaan yang serasi dan seimbang untuk kepentingan masa

yang akan datang.

Pendekatan Spatial approach merupakan pendekatan dengan mengedepankan

prinsip‐prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Ilmu etnoekologi yang

mengedepankan pendekatan aktivitas manusia, diarahkan pada aktivitas manusia

yang dilakukannya, dengan pertanyaan utama; “bagaimana kegiatan manusia atau

penduduk di suatu daerah/wilayah yang bersangkutan berjalan?”. Pendekatan

spatial approach mengenai aktivitas manusia ini juga dikaji penyebarannya,

interelasinya, dan deskripsinya dengan fenomena‐fenomena alaminya

(Yustyanasari, 2013).

Faktor keterbatasan lahan, pertumbuhan penduduk dan kebutuhan ekonomi

merupakan beberapa faktor yang mendasari penggunaan lahan di lingkungan

sekitarnya (Oktaviani dan Batoro, 2017). Aktivitas masyarakat yang tidak

terkendali menyebabkan kerusakan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan

terutama hilangnya hutan primer dari kawasan disebabkan oleh aktivitas pertanian

tradisional yang semakin hari memerlukan lahan yang lebih luas untuk memenuhi

Page 36: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

19

kebutuhan akan pangan kemudian disebabkan oleh kegiatan eksploitasi

sumberdaya.

Kegiatan masyarakat yang mengandung pengetahuan ekologi lokal penduduk

yang positif dan kearifan ekologi penduduk tidak boleh diabaikan atau bahkan

dicoba untuk dimusnahkan, tetapi dapat diintegrasikan sebagai dasar pengelolaan

lahan yang lestari (Iskandar dan Iskandar, 2016). Dengan adanya masyarakat di

wilayah Kubu Perahu Resort Balik Bukit TNBBS, tentunya memiliki pengetahuan

ekologi lokal serta kearifan ekologi yang dapat dijadikan suatu dasar pengelolaan

lingkungan di sekitar TNBBS.

Aktivitas dalam pemanfaatan kawasan hutan, masyarakat memanfaatkan lahan

sekitar tempat tinggal mereka baik yang terdapat di luar maupun didalam kawasan

hutan, kemudian mengolahnya menjadi kebun, persawahan, ladang ataupun

mengklaim lahan, sebagai tanah pribadi mereka sebagai warisan keluarga atau

nenek moyang mereka (Hasanudin, 2017). Karakteristik masyarakat di sekitar

Taman Nasional mempengaruhi aktivitas yang dilakukan masyarakat.

Karakteristik individu masyarakat merupakan ciri khas yang melekat pada

individu yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan dan lingkungan

individu yang bersangkutan. Hal yang sama juga terjadi di hutan lindung Provinsi

Lampung (Wulandari dan Inoue, 2018). Masyarakat mempunyai beberapa

karakter sosial meliputi tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, status sosial,

jumlah tanggungan keluarga dan tingkat kesehatan serta umur (Masri, 2010;

Watung dkk., 2013).

Page 37: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

20

Adalina dkk. (2015) mengemukakan bahwa tingkat umur sangat memberikan

pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menghasilkan barang dan jasa.

Kemampuan ini terkait dengan kondisi fisik, cara berpikir dan kemampuan untuk

bekerja. Sedangkan jumlah anggota keluarga pada setiap rumah tangga responden

memberikan gambaran mengenai ketersediaan tenaga kerja, tanggungan hidup

keluarga dan besarnya pendapatan keluarga. Kemudian jumlah anggota keluarga

pada setiap rumah tangga memberikan gambaran mengenai ketersediaan tenaga

kerja, tanggungan hidup keluarga dan besarnya pendapatan keluarga (Mulyono,

2012).

Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional umumya mempunyai mata

pencaharian utama sebagai petani. Hasil penelitian Adalina dkk. (2015)

menunjukkan 82,8% responden berprofesi petani, selebihnya (17,8%) mempunyai

mata pencaharian yang bervariasi, yaitu buruh, pedagang, wiraswasta, penyadap

dan pegawai harian lepas. Sedangkan penelitian lainnya mengatakan sektor

pertanian menjadi sumber penghidupan utama. Dengan pemanfaatan Hasil Hutan

Bukan Kayu (HHBK) Berupa pemanfaatan tanaman obat, kayu bakar,

menggunakan bambu, memanfaatkan tanaman hias, rotan, dan rumput sebagai

pakan ternak serta mengelola lahan Garapan (Adalina, 2017).

2.4 Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi suatu

objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji

Page 38: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

21

(Lillesand dan Kiefer, 2008). Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah

mengumpulkan data dan informasi tentang sumberdaya alam dan lingkungan

(Ardiansyah, 2015).

Prahasta (2005) menyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan metode

pengambilan data spasial yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan

penginderaan jauh memiliki keunggulan diantaranya.

1. Hasil yang didapat akan memiliki cakupan wilayah studi yang sangat

bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang luas.

2. Dapat memberikan gambaran unsur−unsur spasial yang komprehensif

dengan bentuk−bentuk geometri relatif dan hubungan yang benar.

3. Periode pengukuran relatif singkat dan dapat diulang kembali dengan cepat dan

konsisten.

4. Skala akurasi data spasial yang diperoleh dapat bervariasi dari yang keci

hingga yang besar.

5. Kecenderungan dalam mendapatkan data yang paling baru.

6. Biaya survey keseluruhan terhitung relatif murah.

Teknik−teknik pengamatan dengan metode penginderaan jauh sangat bervariasi.

Teknik−teknik ini pada umumnya masih dapat dibedakan melalui tipe wahana

yang digunakannya yaitu satelit, pesawat terbang, balon terbang, layang−layang.

Unmanned aerial vehicles (UAV), Autonomous underwater vehicles (AUV) dan

lainnya (Prahasta, 2008). Saat ini sistem satelit menjadi perhatian utama

dikarenakan kemampuannya dalam mengatasi kendala dalam keterbatasan dan

lamannya operasi dari sistem penginderaan jauh. Penggunaan pesawat luar

Page 39: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

22

angkasa yang mengorbit secara teratur mengelilingi bumi dari ketinggian

beberapa ratus kilometer menghasilkan pengamatan bumi yang teratur dengan

alat−alat penginderaan jauh yang sesuai (Campbel dan Wynne, 2011).

Menurut Lillesand dan Kiefer (2008), terdapat dua proses utama dalam

penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses data

dimaksud meliputi.

1. Sumber energi.

2. Perjalanan energi melalui atmosfer.

3. Interaksi antara energi dengan kenampakan di mukabumi.

4. Sensor warna satelit dan atau pesawat terbang.

5. Hasil pembentukan data dalam bentuk pictorial atau data numerik.

2.5 Citra Landsat

Satelit LDCM (Landsat Data Continuity Mission) telah diluncurkan pada tahun

2011 dari VAFB, CA dengan pesawat peluncur Atlas-V-401. Setelah meluncur di

orbitnya, satelit tersebut dinamakan sebagai Landsat-8. Satelit LDCM (Landsat-

8) dirancang diorbitkan pada orbit mendekati lingkaran sikron-matahari, pada

ketinggian: 705 km, inklinasi: 98.2º, periode: 99 menit, waktu liput ulang: 16 hari

(Sampurno dan Ahmad, 2016). Satelit LDCM (Landsat-8) dirancang membawa

Sensor pencitra OLI (Operational Land Imager) yang mempunyai kanal-kanal

spektral yang menyerupai sensor ETM+ (Enhanced Thermal Mapper plus) dari

Landsat-7. Sensor pencitra OLI ini mempunyai kanal-kanal baru yaitu: kanal-1:

Page 40: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

23

443 nm untuk aerosol garis pantai dan kanal 9: 1375 nm untuk deteksi cirrus; akan

tetapi tidak mempunyai kanal inframerah termal.

Sensor lainnya yaitu Thermal Infrared Sensor (TIRS) ditetapkan sebagai pilihan

(optional), yang dapat menghasilkan kontinuitas data untuk kanal-kanal

inframerah termal yang tidak dicitrakan oleh OLI (Sitanggang, 2010).

Ketersediaan data citra time series yang cukup panjang meliputi seluruh wilayah

Indonesia dan resolusi (spasial, temporal, radiometrik) bagus merupakan

keunggulan yang dimiliki oleh citra Landsat 8. Keunggulan ini tidak dimiliki

oleh citra-citra lainnya, sehingga sangat mendukung upaya pemanfaatan Landsat

8 ini untuk berbagai keperluan, seperti monitoring perubahan penutupan lahan,

deforestasi dan degradasi pada kawasan hutan.

Laju degradasi/deforestasi dapat diketahui dengan membandingkan penutupan

lahan hutan pada tahun tertentu dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk

keperluan tersebut, citra Landsat masih menjadi andalan bagi para analis bidang

kehutanan. Permasalahan yang muncul sebelum hadirnya Landsat 8 khususnya

pasca kerusakan kanal pada Landsat 7 adalah adanya striping pada data setelah

tahun 2003. Ini tentu sangat mengganggu khususnya dalam melakukan koreksi

radiometrik pada tahap pra pengolahan. Hadirnya Landsat 8 tanpa striping

mengakibatkan perubahan penutupan lahan lebih mudah dianalisis. Ketersediaan

informasi spasial mengenai kawasan-kawasan yang rawan degradasi akan

memberi peluang lebih dini bagi upaya pencegahan kerusakan lebih lanjut.

Page 41: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

24

2.6 Sistem Informasi Geografi

Sebuah sistem adalah suatu himpunan atau variabel yang terorganisasi, saling

berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu serta mempunyai

tujuan dan sasaran (Rahman dan Sandi, 2009). Pengertian lain sistem merupakan

serangkaian metode, prosedur, atau teknik yang disatukan oleh interaksi yang

teratur sehingga membentuk suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan

tertentu (Allen, 2009). Nilai suatu informasi tergantung pada banyak hal

termasuk waktu, konteksnya, biaya pengumpulan, penyimpanan, manipulasi dan

presentasi. Informasi dan komunikasi adalah suatu dari kunci proses

pembangunan dan merupakan karakteristik dari contemporary societies (Wibowo,

dkk., 2015). Berdasarkan beberaa pendapat tersebut sistem yaitu suatu kumpulan

variable dan/atau metode yang saling berinteraksi dan bergantung satu dengan

lainnya, untk mencapai suatu tujuan dan/atau sasaran tertentu, yang memiliki

informasi (waktu, konteksnya, biaya pengumpulan, manipulasi dan persentasi)

tergantung sasaran yang akan dicapai.

Geografi berasal dari gabungan kata Geo dan Graphy. Geo berarti bumi

sedangkan graphy berarti proses penulisan. Sehingga geografi berarti penulisan

tentang bumi. Secara ringkas pengertian geografi mencakup hubungan manusia

dengan tempat mereka berpijak dan menguasai sumberdaya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. salah satu alat dalam melukiskan keruangan adalah dalam

bentuk informasi hubungan spasial yang dikenal sebagai peta (Sinaga dan

Darmawan, 2014).

Page 42: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

25

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berdasarkan komputer

yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi

(georeference) dalam hal pemasukan, manajemen data, memanipulasi dan

menganalisis serta pengembangan produk dan percetakan (Allen, 2009).

Sedangkan Prahasta (2008) mengemukakan bahwa Sistem Informasi Geografis

merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi.

Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak

komputer untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data,

perubahan dan updating data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data,

presentasi data, analisa data.

Hartoyo dkk. (2010) menyatakan bahwa SIG merupakan sekumpulan perangkat

keras komputer (hardware), perangkat lunak (software), data−data geografis dan

sumberdaya manusia yang terorganisir, yang secara efisien mengumpulkan,

menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan semua

bentuk data yang bereferensi geografis. Menurut beberapa pendapat tersebut SIG

sebagai serangkain sistem yang mempunyai kumpulan informasi yang disajikan

dengan komponen perangkat keras dan lunak, yang menyajikan data yang

bereferensi geografis.

Pamuji (2013), menyampaikan Sistem Informasi Geografis (SIG) akan

memudahkan kita dalam melihat fenomena kebumian dengan prespektif yang

lebih baik. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan dan

penayangan data spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari

citra satelit, foto udara, peta bahkan statistik. Dengan tersedianya komputer

Page 43: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

26

dengan kecepatan dan kapasitas ruangan besar maka data dengan cepat dan

akurat akan dapat ditampilkan.

Mengakomodasi dinamika data, serta pemutakhiran data akan menjadi lebih

mudah dilakukan dengan SIG. Dengan citra satelit yang beresolusi tinggi kita

dapat melihat kondisi suatu lokasi di permukaan bumi secara akurat. Kemudian

hasil survey lapangan dapat langsung dimasukkan ke dalam database spasial

yang telah ada sebelumnya untuk mengetahui lokasi rawan dan butuh segera

ditangani (Pamuji, 2013; Deni, 2011).

Prahasta (2008), berpendapat bahwa SIG merupakan sistem kompleks yang

biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di

tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen

berikut.

1. Perangkat keras

Terdiri dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan

secara bersamaan, hard disk dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang

besar.

2. Perangkat lunak

Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang

tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci.

3. Data dan informasi geografi

Sistem Informasi Geografi dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan

informasi yang diperlukan, baik secara tidak langsung dengan cara

memasukkannya dari perangkat - perangkat lunak SIG yang lain maupun secara

Page 44: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

27

langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan

data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4. Manajemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan dikerjakan oleh

orang−orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan

(Prahasta, 2005). Secara rinci SIG tersebut dapat beroperasi dengan

membutuhkan komponen komponen sebagai berikut:

2.7 Metode Basis Data

Sistem Informasi Geografi menangani peta atau gambar, namun SIG lebih

menekankan kepada database. Konsep database merupakan pusat dari SIG dan

merupakan perbedaan utama antara SIG dan sistem drafting sederhana atau sistem

pemetaan komputer yang hanya dapat memproduksi output grafik yang baik.

Semua SIG kontemporer menggabungkan semua sistem manajemen database

(Latif, 2014).

Sistem informasi geografi memilki jenis data, dijelaskan sebagai berikut.

1. Data

Data adalah bahan dasar berupa fakta atau kondisi nyata yang ada di lapangan dan

akan diproses untuk menghasilkan suatu sistem informasi yang lebih bermanfaat

bagi pengguna tersebut.

2. Jenis Data SIG

Data yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis yang dikelompokkan

menjadi 2 jenis data yaitu.

Page 45: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

28

a. Data spasial

Data mengenai tata ruang yang dinyatakan melalui obyek dan mempunyai

kedudukan geometris serta serta bereferensi geografis seperti danau, jalan,

sungai dan lain−lain. Data spasial disajikan dalam bentuk grafis seperti titik,

garis dan luasan, lalu grafis tersebut dimodelkan titik menjadi node,

bagian/ segmen (arc), garis (line) dan luasan (Polygon) penyajian entity atau

obyek dengan menggunakan model raster dan model vektor.

b. Data Raster

Dalam model raster data disajikan dalam bentuk sel−sel berbentuk bujur

sangkar yang berukuran sama atau disebut sebagai Picture Element (pixel).

Nilai dari data raster tergantung pada pixel, koordinat pixel dan intensitas

warna.

Objek diwakili oleh kolom dan baris dari sel yang digunakan. Titik diwakili oleh

sederet sel, garis diwakili oleh sederet sel yang tersusun secara linier. Polygon

diwakili oleh sekelompok sel dengan nilai yang sama.

Keuntungan format raster adalah sebagai berikut.

1. Struktur data sederhana.

2. Implementasi overlay lebih mudah dan efisien.

3. Bermacam variasi dan analisa spasial mudah dilakukan.

4. Mudah dilakukan simulasi karena setiap unit spasial mempunyai bentuk

dan ukuran yang sama.

5. Teknologinya lebih murah dan berkembang.

Page 46: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

29

Kerugian format raster adalah sebagai berikut.

1. Volume data grafis sangat besar.

2. Pemakaian ukuran pixel untuk mengurangi volume data dapat menyebabkan

hilangnya informasi.

3. Hubungan jaringan sulit dibuat dan dibentuk.

4. Transformasi sistem proyeksi akan memakan waktu yang lama jika tidak

mengguakan algoritma dan hardware khusus.

c. Data Vektor

Dalam model vektor data dinyatakan dalam bentuk titik, garis dan polygon.

Data vektor dapat berasal dari hasil pengukuran dilapangan baik dengan

menggunakan GPS maupun Teodolith, atau digitasi dari peta setiap titik dan

garis mempunyai posisi geografis yang dinyatakan dalam koordinat Cartesius

(X,Y).

Keuntungan format data vektor adalah sebagai berikut.

1. Gambar struktur data sangat baik.

2. Proses encoding topologi lebih efisien dan operasi yang memerlukan informasi

topologi lebih efisien.

3. Akurasi Grafis lebih tinggi.

4. Volume data lebih sedikit

Kerugian format data vektor;

1. Struktur data lebih kompleks kombinasi layer−layer melalui proses overlay

lebih sulit dilakukan.

2. Simulasi sulit dilakukan karena setiap unit memiliki bentuk topologi yang

berbeda.

Page 47: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

30

3. Penyajian dan plotting lebih mahal terutama untuk kualitas yang tinggi

seperti warna dan arsiran.

4. Teknologinya mahal terutama mengenai hardware dan software yang canggih.

5. Tidak mungkin untuk melakukan analisis spasial dan filtering dalam polygon.

d. Data atribut

Data atribut merupakan data keterangan tentang spasial, baik data vektor

maupun data raster. Dalam pelaksanaannya file atribut akan dibuat dalam file

tersendiri dalam bentuk tabel-tabel dan hubungan antar label ini mengacu pada

konsepsi dasar organisasi basis datanya.

Page 48: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari−Mei 2018. Adapun

penelitian dilakukan di enclave Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Page 49: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

32

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu GPS (Global Positioning

Sistem), kamera, alat tulis dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan

paket Sistem Informasi Geografis termasuk software Arcview 10.3, Envi 5.2 dan

Erdas Imagine 8.5. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data−data

spasial penutupan lahan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan antara lain:

a. Citra Landsat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tahun 1991,

2000 dan 2017.

b. Peta dasar meliputi peta batas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

(TNBBS) dan peta administrasi.

c. Data−data kependudukan sekitar daerah enclave Kubu Perahu Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer meliputi data

spasial dan data atribut serta hasil wawancara. Data spasial merupakan data yang

bersifat keruangan, terdiri dari data citra satelit Landsat TNBBS tahun 1990, 2000

2010 dan 2017. Peta dasar meliputi peta batas TNBBS, peta administrasi dan

data−data kependudukan sekitar wilayah TNBBS. Data Ground Control Point

(GCP) merupakan data yang menyatakan posisi keberadaan sesuatu di

permukaan bumi dalam bentuk titik koordinat. Data atribut merupakan data

yang berbentuk tulisan maupun angka−angka. Data tersebut diantaranya data

kependudukan, data perubahan lahan yang pernah terjadi dan data penunjang.

Page 50: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

33

Lalu data hasil wawanwaca dengan individu kunci. Kemudian data sekunder

yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa studi literatur, hasil penelitian

terdahulu, dan dokumen pelengkap yang memiliki keterkaitan dengan penelitian

ini.

3.4 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dengan mengunduh citra Landsat dari http://earthexplorer.usgs.gov.

wawancara, dan dokumentasi temuan observasi lapang. Wawancara dilakukan

kepada pengelola dan masyarakat individu kunci sekitar daerah enclave Kubu

Perahu TNBBS yang ditentukan secara snowball sampling. Berikut ini adalah

langkah-langkah dalam pengumpulan data primer yang dilakukan dalam

penelitian ini.

1. Interview yaitu cara untuk memperoleh data dengan berbentuk pertanyaan

yang menggambarkan pengalaman, pengetahuan, opini, dan perasaan

narasumber. Metode yang dilakukan adalah interview standar tak terskedul

(Non-Schedule Standardised Interview).

2. Participant Observation yaitu dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung perilaku individu dan interaksi mereka dalam setting penelitian.

3. Telaah Organisation Record yaitu bukti unik dalam studi kasus, yang tidak

ditemui dalam interview dan observasi.

Adapun data sekunder diperoleh dengan dua cara, antara lain dengan mengunduh

data secara online, maupun pengumpulan data secara langsung. Mengunduh

Page 51: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

34

secara online adalah mengunduh berbagai publikasi ilmiah dari portal-portal

jurnal dan mengunduh data dari berbagai lembaga survey terkait. Pengumpulan

data secara langsung adalah melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi

terkait.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis penutupan lahan. Adapun

analisis yang dilakukan meliputi: pemulihan citra, penajaman citra (image

enhancement), pemotongan citra (Subset image), klasifikasi citra (Image

classifcation), accuracy assesement, overlay hasil klasifikasi, tabulasi data,

analisis deskriptif dan kuantitatif (Darmawan, 2002).

1. Pemulihan citra.

Sebelum melakukan analisis citra langkah pertama yang dilakukan adalah

melakukan koreksi terhadap citra tersebut. Koreksi citra perlu dilakukan terhadap

data mentah satelit dengan maksud untuk menghilangkan kesalahan−kesalahan

geometrik, koreksi geometrik ditujukan untuk memperbaiki distorsi geometrik

dari sistem koordinat yang akan digunakan. Penyeragaman data−data ke dalam

sistem koordinat dan proyeksi yang sama perlu dilakukan untuk mempermudah

proses pengintegrasian data−data selama penelitian. Dalam penelitian ini

proyeksi yang digunakan adalah Universal Tranverse Mercator (UTM) dan

sistem koordinat geografik yang menggunakan garis latitude (garis timur−barat)

dan garis longitude (garis utara−selatan).

Page 52: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

35

2. Penajaman citra (image enhancement).

Kegiatan ini dilakukan sebelum data citra digunakan dalam analisis visual,

dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras

diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai terapan langkah ini banyak

meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara visual dari citra.

3. Pemotongan citra (subset image).

Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang menjadi objek

penelitian. Batas wilayah yang akan dipotong dibuat dengan area of interest (aoi)

yaitu pada wilayah yang masuk ke dalam kawasan Resor Kubu PrahuTaman

Nasional Bukit Barisan Selatan.

4. Klasifikasi citra (Image classifcation).

Klasifikasi dilakukan dua tahap, yaitu klasifikasi tak terbimbing (unsupervised

classification) dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi

tak terbimbing dilakukan sebelum kegiatan cek lapangan (ground check). Pada

metode ini, proses klasifikasi mengelompokkan piksel−piksel citra berdasarkan

aspek statistik semata tanpa kelas−kelas yang didefinisikan sendiri (training

area). Peta hasil klasifikasi ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalan

kegiatan cek lapangan.

Klasifikasi terbimbing menggunakan training area berdasarkan titik-titik

koordinat yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Training area

merupakan identifikasi area−area tertentu di atas citra yang berisi tipe−tipe

penutupan lahan yang diinginkan. Kemudian karakteristik spektral milik

area−area ini digunakan untuk membimbing program aplikasi dalam menandai

Page 53: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

36

setiap piksel ke dalam salah satu kelas yang tersedia. Oleh karena itu, beberapa

parameter statistik multivariat seperti halnya rata−rata, standar deviasi dan matrik

korelasi akan dihitung untuk setiap training areanya, sementara setiap pikselnya

akan dievaluasi dan kemudian ditandai sebagai anggota suatu kelas yang paling

memungkinkan (maximum likelihood).

Kelas tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 kelas yaitu:

a. Hutan yaitu seluruh areal yang didominasi pepohonan baik hutan dataran

rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum maupun yang telah terjadi

bekas penebangan.

b. Pertanian yaitu semua aktivitas pertanian di lahan yang diusahakan untuk

tanaman pangan dan hortikultura.

c. Bukan pertanian yaitu seluruh lahan meliputi pengusahaan bukan tanaman

pangan semusim dan bukan hortikultura, semak belukar, padang rumput dan

sebagainya.

d. Lahan terbangun yaitu kenampakan lahan yang digunakan sebagai

lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan.

e. No data dalam penelitian meliputi awan, air dan bayangan awan.

Pengukuran accuracy assessment dilakukan menggunakan software GIS

dengan membandingkan interpretasi komputer dan pengecekan lapangan (ground

truth). Pengecekan lapangan (ground truth) dilakukan untuk mendapatkan

kebenaran adanya perubahan penutupan lahan di lapangan, melihat gejala−gejala

yang memungkinkan meluasnya perubahan tutupan lahan dan pengambilan titik

koordinat area contoh.

Page 54: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

37

Sedangkan data primer berupa hasil wawancara dan observasi lapang serta data

sekunder dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data berupa hasil

wawancara serta studi pustaka diolah menggunakan tiga tahapan meliputi reduksi,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun prosedur dalam menganalisis

data kualitatif, menurut Sugiyono (2013) dan penelitian yang dilakukan

Yuliasamaya dkk (2014) adalah sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti.

2. Penyajian Data

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya dengan menggunakan

teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang dapat diterima.

Page 55: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Perubahan tutupan lahan di daerah enclave Kubu Perahu Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan kurun waktu tahun 1991-2000 tipe tutupan lahan hutan

bertambah sebesar 338 ha dan lahan pertanian berkurang 8.13%. kemudian

tutupan lahan hutan meningkat 191 ha dan lahan pertanian meningkat seluas

3.62% di tahun 2000-2017.

2. Aspek sosial yang memicu terjadinya perubahan tutupan lahan di daerah

enclave Kubu Perahu adalah keluarnya peraturan PP No 108 tahun 2015

tentang pengelolaan hutan konservasi yang mengharuskan mereka keluar dari

hutan serta kekhawatiran masyarakat terhadap bencana gempa bumi periode

tahun 1990-2000 di sekitar daerah enclave Kubu perahu. Kegiatan pertanian,

jumlah penduduk, tanggungan keluarga dan akses masyarakat mudah masuk ke

dalam kawasan hutan sebab terdapat jalan yang membelah daerah kawasan

hutan dan terjadi perburuan satwa liar.

Page 56: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

68

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan, terutama terkait dengan analisis

vegetasi dengan menggunakan teknik penginderaan jauh dan GIS. Hal tersebut

dipadukan dengan analisis indeks vegetasi hutan guna untuk kegiatan

pemantauan dan inventarisasi.

2. Pemerataan informasi, pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat

dilakukan secara rutin dan menyeluruh guna mencegah kesalahpahaman antara

masyarakat dengan pihak TN yang sampai sekarang sering terjadi.

Page 57: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, E., Nursanti dan Andita, M.M. 2016. Perubahan penutupan lahan dan

analisis faktor yang mempengaruhi perubahan di kawasan taman nasional

berbak provinsi jambi. Prosiding Seminar Nasional Peran Geospasial

Dalam Membingkai NKRI. 309-321.

Adalina, Y. 2017. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar taman nasional

gunung hlmimun salak. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat

Biodiversity Indondonesia. 75-80.

Adalina, Y., Nurrochman, D.R., Darusman, D. dan Sundawati, L. 2015.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di taman nasional gunung halimun

salak oleh masyarakat kasepuhan sinar resmi jawa barat. J. Penelitian Hutan

dan Konservasi Alam. 12 (2): 105-118.

Allen, R.C. 2009. Engels’ pause: Technical change, capital accumulation, and

inequality in the british industrial revolution. J. Explorations in Economic

History. 46: 418-435.

Ardiansyah. 2015. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI 5.1

dan ENVI Lidar (Teori dan Praktek). Buku. PT. Labsig Inderaja Islim.

Jakarta. 268 hlm.

Arini, D.I.D. dan Prasetyo, L.B.P. 2013. Komposisi avifauna di beberapa tipe

lansekap taman nasional bukit barisan selatan. J. Penelitian Hutan dan

Konservasi Alam. 2: 135-131.

BBTNBBS . 2010. Rencana Strategis Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan Periode 2010-2014. Buku. Departemen Kehutanan. Lampung.

145 hlm.

BBTNBBS. 2010. Zonasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Periode 2010-

2014. Buku. Departemen Kehutanan. Lampung. 123 hlm.

Badan Planologi Kehutanan. 2007. Klasifikasi Penutupan Lahan. Buku.

Departemen Kehutanan. Jakarta. 66 hlm.

BPS. 2017. Lampung Barat Dalam Angka 2017. Buku. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat. 200 hlm.

Page 58: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

70

Campbel, J.B dan Wynne, R.H. 2011. Introduction to Remote Sensing. Fifth

Edition. Buku. The Guildford Press Publication. New York. 645 hlm.

Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau.

Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 hlm.

Deni. 2011. Analisis perambahan hutan di taman nasional bukit barisan selatan

(studi kasus desa tirom kecamatan pematang sawah kabupaten tanggamus).

J. Ilmu Kehutanan. 1: 9-20.

Dewi, S., Johana, F., Putra, P., Muhammad, T.Z., Degi, H.S., Gamma, G.,

Suyanto dan Andree, E. 2011. Perencanaan Penggunaan Lahan Untuk

Mendukung Pembangunan Rendah Emisi. Buku. World Agroforestry Centre

(ICRAF). Bogor. 129 hlm.

Ekadinata, A., Zulkarnain, M.T., Widayati, A., Dewi, S., Rahman, S. dan

Vannoordwijk, M. 2012. Perubahan Penggunaan Dan Tutupan Lahan Di

Indonesia Tahun 1990, 2000 dan 2005. Buku. World Agroforestry Centre

ICRAF, SEA Regional Office. Bogor. 6 hlm.

Handoko dan Darmawan, A. 2015. Perubahan tutupan hutan di taman hutan raya

wan abdul rachman (tahura war). J. Sylva Lestari. 3(2): 42-52.

Harjadi, B. 2009. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Buku.

BP2TPDAS. Surakarta. 140 hlm.

Hartoyo, G.M.E., Nugroho Y., Ario, B. dan Bilaludin, H. 2010. Modul pelatihan

sistem informasi geografis (sig) tingkat dasar. Buku. Tropenbos

International Indonesia Programme. Bogor. 127 hlm.

Hasanah, N. 2011. Perubahan Penutupan Lahan di Taman Nasional Kutai

Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

88 hlm.

Hasanudin, A.I. 2017. Sistem informasi geografis pemetaan madrasah kabupaten

indragiri hilir. J. Sistemasi. 6(1): 20–24.

Hilmanto, R. 2010. Etnoekologi. Buku. Penerbit Universitas Lampung. Bandar

Lampung. 91 hlm.

Indraswati, E., Nico, Y., Sunarni, W., Jhon, S.P., Immanuel, K., Novelina, T.,

Christine, W., Affriansyah, G. dan Meizannur. 2015. Membumikan Tata

Kelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Buku. TCFA. 141 hlm.

Iskandar, J. dan Iskandar, B.S. 2016. Etnoekologi dan pengelolaan agroekosistem

oleh penduduk desa karangwangi kecamatan cidaun cianjur selatan jawa

barat. J. Biodjati. 1(1):1-12.

Page 59: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

71

Jensen, J.R. 2005. Introductory Digital Image Processing Remote Sensing

Perspective. Buku. Prentice Hall. California. 544 hlm.

Jumari., S. D., Purwanto, Y. dan Guhardja, E. 2012. Etnoekologi masyarakat

samin jawa tengah. J. Bioma. 14(1): 7-16.

Kementerian Kehutanan. 2012. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.41 Tahun

2012 Tentang Tata Cara Tukar Menukar Kawasan Hutan. Buku. Menteri

Kehutanan. Jakarta. 5 hlm.

Khalil, B. 2009. Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Hutan Adat Kasepuhan

Citorek, Taman Nasional Gunung Hlmimun-Salak. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 102 hlm.

Latif, A. 2014. Desain sistem informasi geografis pemetaan dan letak kawasan

hutan lindung kabupaten merauke. J. Ilmiah Mustek Anim. 3: 248-266.

Lewerissa, E. 2015. Interaksi masyarakat sekitar hutan terhadap pemanfaatan

sumberdaya hutan di desa wangongira, kecamatan tobelo barat.

J. Agroforestri. 9: 10-20.

Lillesand, T.M. dan Kiefer, F.W. 2008. Penginderaan Jauh dan Interpretasi

Citra. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 746 hlm.

Masri. 2010. Identifikasi karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

nelayan Sungai Limau di Kabupaten Padang Pariaman dalam penyediaan

perumahan pemukiman. Tesis. Universitas Dipenogoro. Semarang. 141 hlm.

Maullana, D.A. dan Darmawan, A. 2014. Perubahan penutupan lahan di taman

nasional way kambas. J. Sylva Lestari. 2(1): 87-94.

Meizanur dan Wulandari, C. 2015. Analisis pengembangan obyek wisata alam di

resort balik bukit taman nasional bukit barisan selatan. J. Sylva Lestari.

3(1): 51-62.

Mulyono, M.B. 2012. Modal Sosial Dalam Pengelolaan Kebun Hutan (Dukuh) di

Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.

Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 149 hlm.

Munawaroh, M. dan Yuzammi. 2016. Konservasi ek-situ jenis amorphophlmlus

spp. di kebun raya liwa, kabupaten lampung barat, propinsi lampung.

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016. 85-92.

Mustika, I.Y., Kustanti, A. dan Hilmanto, R. 2017. Kepentingan dan peran aktor

dalam pengelolaan hutan mangrove di desa pulau pahawang kecamatan

marga punduh kabupaten pesawaran. J. Sylva Lestari. 5(2): 113-127.

Page 60: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

72

Naryanto, H.S. 2008. Analisis potensi kegempaan dan tsunami di kawasan pantai

barat lampung kaitannya dengan mitigasi dan penataan kawasan. J. Sains

dan Teknologi Indonesia. 10(2): 71-77.

Oktaviani, R. dan Batoro, J. 2017. Etnoekologi tanaman budidaya di bawah

naungan pinus (pinus merkusii jungh. & devriese) di desa duwet kedampul,

kecamatan tumpang, kabupaten malang. J. Biotropika. 5(1): 8-13.

Pamuji, D.T. 2013. Sistem Informasi Geografi (SIG) Pemetaan Hutan Menurut

Klasifikasi Sebagai Potensi Hutan Lindung di Kabupaten Blora. Skripsi.

Universitas Stikubank Semarang. Semarang. 104 hlm.

Pasha, R. dan Agus, S. 2009. Hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat

perambah hutan dengan pola penggunaan lahan di taman nasional bukit

barisan selatan. J. Organisasi dan Manajemen. 2: 82-94.

Peraturan pemerintah. 2015. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

108 Tahun 2015 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian

Alam. Buku. Presiden Republik Indonesia. Jakarta. 9 hlm.

Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Buku.

Informatika. Bandung. 305 hlm.

Prahasta, E. 2008. Remote Sensing Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan

Citra Digital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Buku. Informatika.

Bandung. 406 hlm.

Puminda , A.D. 2015. Perubahan Tutupan Lahan di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan Provinsi Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 47 hlm.

Puspasari, E., Wulandari, C., Darmawan, A. dan Banuwa, I.S. 2017. Aspek sosial

ekonomi pada sistem agroforestri di areal kerja hutan kemasyarakatan (hkm)

kabupaten lampung barat, provinsi lampung. J. Sylva Lestari. 5(3): 95-103.

Rahman, A.S dan Sandi, I.W.A. 2009. Analisis indeks vegetasi menggunakan

citra alosavnir-2 dan sistem informasi geografis (sig) untuk evaluasi tata

ruang kota denpasar. J. Bumi Lestari. 9(1): 1-11.

Rizki, H. 2015. Analisis Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat di Hutan

Pendidikan Gunung Walat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hlm.

Safira, G.C., Wulandari, C. dan Kaskoyo, H. 2017. Kajian pengetahuan ekologi

lokal dalam konservasi tanah dan air di sekitar taman hutan raya wan abdul

rachman. J. Sylva Lestari. 5(2): 23-29.

Page 61: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

73

Sampurno, R. dan Ahmad, T. 2016. Klasifikasi tutupan lahan menggunakan citra

landsat 8 operational land imager (oli) di kabupaten sumedang. J. Teknotan.

10:1978-1067.

Seftyono, C. 2011. Pengetahuan ekologi tradisional masyarakat orang asli jakun

dalam menilai ekosistem servis di tasik chini malaysia. J. Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. 15(1): 55-67.

Setiadi, H. 2006. Diskusi Penyusunan Pedoman Sig untuk Pemetaan Sejarah.

Buku. Cibogo. Bogor. 48 hlm.

Sinaga, R.P. dan Darmawan, A. 2014. Perubahan tutupan lahan di resort pugung

tampak taman nasional bukit barisan selatan (tnbbs). J. Sylva Lestari.

2(1): 77-86.

Sitanggang, G. 2010. Kajian pemanfaatan satelit masa depan : sistem

penginderaan jauh satelit ldmc (landsat 8). J. Berita Dirgantara.

1(2): 47-58.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif . Buku. Alfabeta. Bandung. 334 hlm.

Suharno, 2007. Distribusi dan klasifikasi resiko gempa daerah lampung dan

sekitarnya. J. Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana. 2(1): 71-77.

Sulistiyono, N. 2008. Aplikasi teknologi penginderaan jauh dalam mendeteksi

pola penggunaan lahan di das cikaso kabupaten sukabumi jawa barat.

J. Penelitian Rekayasa. 1(1): 57-60.

Suyadi. 2011. Deforestation in bukit barisan selatan national park, sumatra,

indonesia. J. Biologi Indonesia. 2: 195-206.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Buku. Presiden Republik

Indonesia. 31 hlm.

Utina, R. 2015. Kecerdasan ekologis dalam kearifan lokal masyarakat bajo desa

torosiaje provinsi gorontalo. Prosiding Konferensi dan Seminar Nasional

Pusat Studi Lingkungan Hidup Indonesia Ke-21 (Dua Puluh Satu). 14-20.

Watung, N., Dien, C. dan Kotambunan, O. 2013. Karakteristik sosial ekonomi

masyarakat nelayan di desa lopana kecamatan 118 amurang timur provinsi

sulawesi utara. J. Akulturasi. 1(2): 9-12.

Wibowo, K.M., Indra, K. dan Juju, J. 2015. Sistem informasi geografis (sig)

menentukan lokasi pertambangan batu bara di provinsi bengkulu berbasis

website. J. Media Infotama. 1: 51-60.

Page 62: PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL …digilib.unila.ac.id/50119/8/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-11-14 · pengumpulan data berupa data primer berupa wawancara

74

Winarto, Y.T. dan Choesin, E.M. 2014. Pengayaan pengetahuan lokal

pembangunan pranata sosial: pengelolaan sumberdaya alam dalam

kemitraan. J. Antropologi Indonesia. 6(4): 91-106.

Walujo, E.B. 2011. Sumbangan ilmu etnobotani dalam memfasilitasi hubungan

manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya. J. Biologi Indonesia. 7(2):

375-391.

Wulandari, C., Bintoro, A., Rusita, Santoso, T., Duryat, Kaskoyo, H., Erwin dan

Budiono, P. 2018. Community forestry adoption based on multipurpose tree

species diversity towards to sustainable forest management in icef of

university of lampung, indonesia. J. Biodiversitas. 19(3): 1102-1109.

Wulandari, C. dan Inoue, M. 2018. The importance of social learning for the

development of community based forest management in indonesia: the case

of community forestry in lampung province. J. Small-Scale Forestry. 17(3):

361-376.

WWF. 2007. Gone In An Instant. Buku. Asian Rhino and Elephant Action

Strategy. Jakarta. 55 hlm.

Yatap, H. 2008. Pengaruh Peubah Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan

Penggunaan dan Penutupan Lahan di Taman Nasional Gunung Hlmimun-

Salak. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 346 hlm.

Yudischa, R., Wulandari, C. dan Hilmanto, H. 2014. Dampak partisipasi wanita

dan faktor demografi dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan (hkm)

terhadap pendapatan keluarga di kabupaten lampung barat. J. Sylva Lestari.

2(3): 59-72.

Yuliasamaya, Darmawan, A. dan Hilmanto, R. 2014. Perubahan tutupan hutan

mangrove di pesisir kabupaten lampung timur. J. Sylva Lestari.

2(3): 111-124.

Yusra, A.I., Windupranata, W. dan Dwi, W. 2013. Pemetaan perubahan

penggunaan lahan di wilayah pesisir kecamatan bontang selatan, kota

bontang, provinsi kalimantan timur serta dampaknya terhadap aspek sosial

ekonomi. J Geografi. 1(2): 57-69.

Yusri, A. 2011. Perubahan Penutupan Lahan dan Analisis Faktor Penyebab

Perambahan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 102 hlm.

Yustyanasari, E. 2013. Pendekatan Geografi. Buku. Odix. Surakarta. 40 hlm.