perubahan paradigma pembelajaran_penilaian partial

13
PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN Perubahan paradigma dapat diartikan sebagai perubahan pola pikir terhadap proses pembelajaran. Ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi diantaranya: 1. menurut Prof. Dr. Sudarwan Danin (2005), ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi pada proses pembelajaran yaitu: a. perubahan paradigma terhadap Guru Guru tidak lagi sebagai mesin penjual pengetahuan melainkan harus mampu tampil sebagai pelatih atau fasilitator belajar. Guru harus bisa memlatih siswa agar mampu berpikir, terampil memecahkan masalah, dan membuat makna. Guru dan siswa harus mampu menciptakan proses pembelajaran dari pengusaan materi ke belajar berdasarkan hasil akhir(PBL). Hal itu bukan semata- mata berapa banyak materi yang harus dikuasai oleh anak didik melainkan apakah materi itu bermaslahat bagi kehidupannya nanti. b. perubahan paradigma terhadap proses belajar mengajar pergeseran proses pembelajaran dari belajar adversarial ke belajar kooperatif, dengan titik tekan pada pemecahan masalah. Aktivitas belajar tidak selalu harus terpaku diruang kelas, tetapi di pusat-pusat sumber belajar, antara lain memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat.

Upload: zainudin-aboed

Post on 02-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN

PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN

Perubahan paradigma dapat diartikan sebagai perubahan pola pikir terhadap proses

pembelajaran. Ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi diantaranya:

1.      menurut Prof. Dr. Sudarwan Danin (2005), ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi

pada proses pembelajaran yaitu:

a.       perubahan paradigma terhadap Guru

Guru tidak lagi sebagai mesin penjual pengetahuan melainkan harus mampu tampil sebagai

pelatih atau fasilitator belajar. Guru harus bisa memlatih siswa agar mampu berpikir, terampil

memecahkan masalah, dan membuat makna. Guru dan siswa harus mampu menciptakan

proses pembelajaran dari pengusaan materi ke belajar berdasarkan hasil akhir(PBL). Hal itu

bukan semata-mata berapa banyak materi yang harus dikuasai oleh anak didik melainkan

apakah materi itu bermaslahat bagi kehidupannya nanti.

b.      perubahan paradigma terhadap proses belajar mengajar

pergeseran proses pembelajaran dari belajar adversarial ke belajar kooperatif, dengan titik

tekan pada pemecahan masalah. Aktivitas belajar tidak selalu harus terpaku diruang kelas,

tetapi di pusat-pusat sumber belajar, antara lain memanfaatkan potensi yang ada di

masyarakat.

c.       perubahan paradigma terhadap sumber belajar

Sumber-sumber belajar konvensional, seperti buku dan diktat, tidak akan memadai lagi,

walau tetap diperlukan. Sekarang para guru harus mampu menggunakan sumber belajar

berteknologi tinggi, seperti internet, CD-ROM, e-mail, dan sebagainya.

d.      perubahan paradigma penilaian hasil belajar

Bergeser dari assessment tidak autentik ke assessment yang berbasis kinerja. Apa yang

diakses oleh para guru bukan semata apa yang dikuasai oleh siswa dalam termologi kognitif,

melainkan apakah penguasaannya itu dapat ditampilkan dalam perbuatan nyata digunakan

kerja atau di masyarakat.

2.      menurut Prof. I Wayan Subagia, Ph.d.

a.       perubahan paradigma terhadap siswa

Page 2: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

Dulu siswa bertindak sebagai pebelajar hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru.

Namun sekarang siswa dianggap sebagai anak, anggota keluarga, dan anggota masyarakat

sehingga prose belajarnya bukan hanya di kelas.

b.      perubahan paradigma terhadap guru

Guru yang dulu berfungsi sebagai sumber belajar kini berubah menjadi fasilitator dalam

pembelajaran, sebagai orang tua, anggota masyarakat, model prilaku. Artinya guru harus bisa

menjadi contoh bagi siswanya.

c.       perubahan paradigma terhadap cara atau proses belajar mengajar

Proses pemindahan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kini bergeser menjadi proses

pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, proses pembudayaan, dan proses

adaptasi.

d.      perubahan paradigma terhadap tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dulu untuk menyiapkan memasuki jenjang yang lebih tinggi dan

untuk terjun ke mesyarakat bergeser menjadi tujuan pembalajaran untuk memperoleh

pekerjaan dan untuk memperoleh pengakuan.

e.       perubahan paradigma terhadap sumber belajar

Dulu sumber belajar itu seragam untuk memudahkan guru dalam mengajar, namun sekarang

sumber belajar itu beragam dan itu lebih baik.

f.       perubahan paradigma terhadap hasil belajar

Dulu hasil belajar merupakan kumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai namun

sekarang sudah bergeser, bahwa hasil belajar sebagai perubahan cara berpikir, berbicara, dan

berbuat.

g.      perubahan paradigma terhadap cara menilai hasil belajar

Terjadi pergeseran terhadap cara menilai hasil belajar yaitu penilaian parsial menjadi

penilaian secara holistik(menyeluruh), dan penilaian secara tradisional menjadi penilaian

secara otentik(kenyataan).

h.      perubahan paradigma terhadap pengawasan pembelajaran

Pengawas dulu hanya sebagai pemantau namun sekarang juga sebagai supervisi(memberi

bantuan) dan evaluasi(menilai)

3.      Menurut Ida Bagus Putu Arnyana dalam makalahnya yang yang berjudul Model

Pembelajaran inovatif Berwawasan Lingkungan

Perubahan paradigma yang terjadi antara lain:

1)      Dari peran guru sebagai pentrasfer ke fasilitator, pembimbing, dan konsultan.

Page 3: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

2)      Dari peran guru sebagai sumber pengetahuan menjadi kawan belajar.

3)      Dari belajar dijadwal secara ketat menjadi terbuka fleksibel sesuai keperluan.

4)      Dari belajar berdasarkan fakta menuju berbasis masalah atau proyek.

5)      Dari belajar berbasis teori menuju dunia tindakan nyata serta refleksi.

6)      Dari kebiasaan mengulang dan latihan menuju perancangan dan penyelidikan.

7)      Dari kompetitif menjadi kolaboratif.

8)      Dari fokus kelas menjadi fokus masyarakat.

9)      Dari pembelajaran yang mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif.

10)  Dari penggunaan kompuer menjadi obyek belajar menuju penggunaan komputer sebagai alat

belajar.

11)  Dari presensi media yang statis menuju interaksi media yang dinamis.

12)  Dari komunikasi sebatas ruang yang terbatas menjadi komunikasi yang tidak terbatas.

13)  Dari penilaian hasil belajar yang normatif menuju pengukuran unjuk kerja yang

komprehensif.

4.   Dalam buku “Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi” oleh Paul Suparrno, dkk (2001)

disebutkan beberapa perubahan paradigma pembelajaran yaitu :

A. Pembelajaran di Sekolah

1.   Aktifitas siswa dalam belajar

Siswa yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktifitas yakni

aktif dalam berpikir (minds on) dan aktif dalam berbuat (bands on). Perbuatan nyata siswa

dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajarnya.

Pengalaman sebagai hasil hasil perbuatan siswa, selanjutnya diolah dengan menggunakan

kerangka berpikir dan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan.

Dengan cara ini siswa dapat mengembangkan pemahaman bahkan mengubah pemahaman

sebelumnya menjadi semakin baik. Pemahaman baru ini dapat melahirkan tindakan yang lain

sebagai perwujudan keingintahuannya. Dengan demikian, proses siswa aktif merupakan

proses yang tiada henti.

Agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran diperlukan adanya proses

pembiasaan. Untuk itu, perlu di identifikasi beberapa kecakapan dasar penunjang yang harus

menjadi kemampuan yang melekat dalam diri siswa diantaranya :

         Kemampuan bertanya, merupakan kemampuan siswa untuk mempersoalkan sehingga dalam

diri siswa terdapat keinginan untuk mengetahui melalui proses belajarnya.

         Kemampuan pemecahan masalah (problem solving), yaitu permasalahan yang muncul di

dalam pembelajaran harus diselesaikan oleh siswa selama proses belajarnya.

Page 4: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

         Kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal merupakan sarana agar terjadi

pemahaman yang benar dari hasil proses berpikir dan berbuat terhadap gagasan siswa yang

ditemukan dan ingin dikembangkan.

Pembelajaran siswa aktif dapat dikembangkan ke arah reflektif (Paradigma Pedagogi

Reflektif). Pengalaman belajar siswa disamping diolah untuk memperoleh pengetahuan

ilmiah, harus dapat pula dijadikan bahan refleksi kritis. Melalui refleksi, siswa diajak untuk

menyadari dampak yang timbul dari ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat,

mengasah hati nurani, meningkatkan kepedulian sosial, dan menumbuhkan rasa tanggung

jawab.

2.   Pembelajaran yang konstruktivis

Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan merupakan bentukan (konstruksi) orang yang

sedang belajar. Pengetahuan yang dibentuk dengan sendirinya harus memunculkan dorongan

untuk mencari atau menemukan pengalaman baru. Pembelajaran yang menekankan proses

pembentukan pengetahuan oleh siswa ini dinamakan pembelajaran yang konstruktivis. Dalam

konteks belajar ini, siswa dapat menemukan sesuatu (pengetahuan) dan mengalami

perkembangan pemikiran. Agar hal tersebut tercapai, diperlukan pergeseran paradigma dalam

pembelajaran kepada hal-hal yang utama yaitu :

Dari Menjadi

Mengajar Belajar Indroktinasi Partisipatif sebagai mediator dan

fasilitator

Guru sebagai subjek Siswa  sebagai subjek

Mengumpulkan Menemukan pengetahuan

Pengetahuan Mengembangkan kerangka

berpikir

 3. Metode pembelajaran

Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya dapat

mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai

metode yang aktif dan konstruktivistik. Namun demikian, dapat pula ditelusuri beberapa

metode yang cukup efektif dalam mengaktifkan siswa dan membantu pengkonstruksian

tersebut yaitsalah satunya metode penemuan dengan penekanan pada kerangka berpikir

metode ilmiah.

Page 5: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

Dalam penerapan metode penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan,

membuat hipotesis, memunculkan prediksi, menguji hipotesis, memanipulasi objek untuk

melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencari jawaban sendiri, menggambarkan

kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, dan

mengekpresikan gagasan selama proses pembentukan konstruksi pengetahuan yang baru.

Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif dan konstruktivis mengharuskan guru

untuk mengubah cara pandang. Dalam persiapan mengajar, guru lebih memfokuskan pada

penciptaan pengalaman bagi  siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan. Guru

dapat  menentukan bahan pelajaran yang tepat sehingga dengan pemahaman akan konsep

yang dibentuk siswa memungkinkan mereka dapat menghubungkannya dengan pemahaman

sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman konsep baru

dan benar.

4.   Peralatan dan Laboratorium

Untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang aktif dan konstruktivis maka

kelengkapan fasilitas sekolah menjadi suatu keharusan. Ketersediaan alat bantu pelajaran dan

laboratorium yang memadai harus disertai pula dengan pengelolaan yang baik dan

pendayagunaan yang optimal. Dengan penguasaan guru atas alat bantu pelajaran, alat dan

perangkat laboratorium, kemampuuan merancang dan mengembangkan sendiri yang disertai

kemampuan dalam menggunakannya serta mengaktifkan siswa belajar dapat memungkinkan

adanya dinamika baru dalam kegiatan belajar siswa.

5.   Evaluasi 

Hasil sebuah evaluasi harus dapat difungsikan secara maksimal, tidak hanya untuk

mengukur sejauh mana siswa telah mencapai taraf penguasaan bahan pelajaran tapi juga

memperbaiki kinerja para guru dalam pengelolaan pembelajaran serta dapat memberi

masukan untuk mengetahui siswa yang harus mendapat bimbingan lebih dalam proses

belajarnya.

Dalam mengevaluasi aktivitas proses belajar siswa, yang diperlukan adalah identifikasi

kecakapan siswa macam apa yang diterapkan dan diharapkan dapat dikembangkan selama

pembelajaran dan dapat dievaluasi.

6.   Ebtanas di sekolah

Hakikat ebtanas untuk mengukur keberhasilan belajar siswa pada kenyataannya telah

berkembang menjadi fungsi-fungsi lain yang kadang di luar diri siswa sendiri. Ebtanas telah

berpengaruh pada cara bagaimana guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran.

Namun saat ini banyak yang mengkritik pelaksanaan ebtanas bahkan ada usulan untuk

Page 6: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

menghilangkan ebtanas. Yang perlu dicermati adalah bahwa bentuk soal ebtanas menjadikan

guru berusaha untuk mentransfer sebanyak mungkin pengetahuan yang diujikan dalam

ebtanas. Maka saat ini ebtanas tidak mampu menjadi faktor penggertak yang mendorong

terwujud dan berkembangnya proses pembelajaran yang aktif dan konstruktivis.

7. Les privat

Saat ini banyak diselenggarakan bentuk-bentuk les privat baik atas permintaan siswa,

orang tua, maupun atas inisiatif pihak sekolah. Namun entah disadari atau tidak, semua

bepusat pada sukses meraih nilai dari berbagai tes yang dilaksanakan di eskolah. Bahkan

untuk kegiatan les privat banyak lembaga di luar sekolah yang menawarkan jasanya dan

bahkan memberi jaminan sukses (meraih nilai terbaik).

Di sekolah terdapat kegiatan ekstakurikuler namun sekarang sudah mengalami

penyempitan makna karena kegiata tersebut hanya dipandang sebagai pengisi waktu luang

atau sebagai formalitas saja. Yang perlu dikembangkan adalah bahwa kegiatan

ekstrakurikuler merupakan sarana belajar tentang berbagai nilai yang tidak dilakukan di

ruang kelas.

B. Kurikulum

1.   Beban dan isi kurikulum

Tujuan pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan

pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan

sekitarnya.

Padatnya kurikulum di negara kita tahun 1975, 1984, dan 1994 menyebabkan beban

belajar siswa berat serta semakin berat pula beban orang tua untuk membeli buku teks.

Menyikapi kurikulum yang demikian, kepala sekolah harus mendorong para guru untuk

mempertimbangkan penjabaran materi dengan mmendahulukan materi yang sangat esensial.

Dengan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya pengurangan jumllah mata pelajaran

sekaligus jumlah materi pada setiap mata pelajaran. Pengurangan materi secara kuantitatif

memungkinkkan untuk memberi perhatian pada dimensi nilai dari setiap pelajaran.

2.   Less is more

Pendidikan yang banyak dikembangkan di Amerika menekankan less is more yaitu

jumlah bahan dikurangi supaya siswa dapat meneliti secara mendalam. Dalam hal ini siswa

memiliki kesempatan untuk berpikir kritis dan berefleksi. Yang dapat dilakukan yaitu :

         Menghilagkan substansi pelajaran yang berulang-ulang

Page 7: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

         Menghilangkan bahan pokok yang tidak esensial

         Menawarkan ketuntasan belajar

         Menyediakan materi terapan

         Membiasakan pola berbudi pekerti, disipliin, tertib, menerapkan hak asasi manusia,

kewajiban serta kepedulian sosial

         Menyajikan kurikulum pilihan yang sesuai dengan kemempuan sumber daya daerah.

3.   Kurikulum yang sesuai dengan  tantangan zaman

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menuntut adanya kurikulum yang

sesuai dengan zamannya seperti penguasaan bahasa yang lebih berorientasi pada fungsi

bahasa sebagai alat komunikasi yang membantu siswa belajar mengkomunikasikan pemikiran

dan pengetahuannya secara sistematis. Contohnya adalah penguasaan bahasa inggris yang

dapat mengembangkan pengetahuan lewat informasi dari buku-buku asing.

4.   Kurikulum yang membebaskan

Isi kurikulum pendidikan di sekolah seharusnya ditentukan oleh pemerintah dan tidak

bebas dari keinginan pemerintah sebagai penguasa negara dengan tujuan-tujuannya.

Kurikulum mesti dikritisi sehingga memberi peluang kepada siswa untuk memilih bahan

pelajaran yang paling sesuai dengan minat dan peluang karir di masa depan.

5.   Orientasi

Kurikulum tahun 1994 yang kita ketahui sangat padat dengan materi dapat disiasati

dengan tidak mengabaikan tujuan pendidikan menengah yakni meningkatkan pengetahuan

siswa agar dapat melanjutkan penndidikan ke jenjang yang lebih tinggi.adalah melalui

koordinasi dengan guru mata pelajaran sejenis di sekolahnya sendiri, materi secara

keseluruhan dapat ditata, dipilah, dan diseleksi menurut konteks setempat.

6.   Sentralisasi-desentrallisasi

Kurikulum sekolah yang menganut sistem sentralisasi membawa konsekuensi bahwa

penentuan mata pelajaran, bahan pelajaran dan evaluasi pelajaran ditentukan oleh pusat.

Sistem sentralisasi mengabaikan konteks setiap daerah yang berbeda satu dengan lainnya

dalam banyak hal. Semestinya ssetiap sekolah mempunyai kebebasan untuk menentukan

mata pelajaran sebagai kurikulum lokal.

7.   Buku pelajaran

Sekolah dapat menentukan dan memilih buku yang cocok dengan konteks siswanya,

isinya mencakup materi yang harus diketahui, menciptakan pembelajaran yang melibatkan

segala potensi yang ada dalam masyarakat, mengakomodasikan berbagai perbedaan siswa,

serta memperhatikan masa depan.

Page 8: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

8.   Evaluasi dan penilaian

Evaluasi sebuah proses belajar seharusnya bersifat menyeluruh dengan memperhatikan

aspek-aspek pembelajaran. Sebuah penilaian dalam konteks pendidikan baru bersifat

menyeluruh jika mencakup aspek proses dan hasil belajar, yang secara bertahap

menggambarkan perubahan perilaku.

9. Penjurusan di Sekolah Menengah Umum

Penjurusan di SMU sekarang dilakukan di kelas II agar siswa mendapatkan bekal materi

ilmu pengetahuan alam atau IPA maupun jurusan lainnya serta siswa tidak dipaksa untuk

berkepanjangan mempelajari hal-hal yang tidak sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Jika penjurusan dikembangkan di kelas III, maka minat siswa tidak terkembangkan sejak

dini.

Page 9: Perubahan Paradigma Pembelajaran_penilaian Partial

DAFTAR PUSTAKA

Aryana.2009.Model Pembelajaran Inovatif Berwawasan Lingkungan.Pelatihan gugu-guru SMP se-

Bali Tahun 2009

Danim, Sudarmawan. 2005. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birikrasi ke Lembaga

Akademik. Jakarta: Bumi Aksara

Suparno,dkk.2001.Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.Yogyakarta : Kanisius