perubahan energi listrik menjadi energi kalor
DESCRIPTION
Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi KalorTRANSCRIPT
ARTIKEL
KONVERSI ENERGI
“Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Kalor (Setrika)”
Dosen Pengampu
MISDIYANTO, ST
DI SUSUN OLEH
SRIWIDYAWATI 10 543 0030
ROHMATUL MAUGHFIROH 10 543 0024
NURHOLIFAH 10 543 0026
ANNA MAULIA TRISNA 10 543 0039
NEYA LIANA 10 543 0040
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2013
Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Kalor
Perubahan energi listrik menjadi energi kalor dapat diamati pada alat-alat seperti setrika
listrik, kompor listrik, solder, dan teko listrik.
Alat-alat tersebut dapat menghasilkan kalor karena memiliki elemen pemanas. Elemen
pemanas merupakan sejenis hambatan listrik. Ketika
elemen pemanas dialiri arus listrik selama waktu tertentu, maka sebagian arus listrik ini akan
berubah menjadi energi kalor. Adanya energi kalor menyebabkan benda-benda yang
berhubungan dengan konduktor elemen pemanas, seperti pakaian pada setrika listrik, bahan
makanan pada kompor listrik, timah pada solder, dan air pada teko listrik, akan mengalami
kenaikan suhu.
Elemen pemanas biasanya terbuat dari kawat nikrom yang dililitkan pada lempeng
isolator tahan panas, seperti asbes mika. Seluruh bagian lilitan ini ditutupi lagi dengan bahan
isolator yang tahan panas, seperti keramik. Alat-alat listrik tersebut aman untuk disentuh karena
bagian elemen pemanas telah disekat dengan isolator tahan panas. Besarnya kalor yang
dihasilkan elemen pemanas tergantung pada panjang kawat, luas penampang kawat, dan jenis
kawat.
PERPINDAHAN KALOR PADA SETRIKA LISTRIK
Perpindahan kalor sangat banyak penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai
dari yang paling sederhana seperti penggunaan setrika, pemanas air, rice cooker dan kulkas
dalam rumah tangga, sampai kepada hal-hal yang lebih kompleks seperti perancangan ketel uap
(boiler) di pabrik-pabrik. Bahkan, salah satu penyebab kehidupan di bumi ini masih ada karena
adanya perpindahan kalor dari matahari ke bumi. Tanpa adanya perpindahan kalor dari matahari,
maka mustahil ada kehidupan di bumi ini.
Secara umum, pengertian kalor adalah sejumlah energi yang berpindah dari suatu sistem ke
lingkungan atau sebaliknya, yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu. Kata kalor berasal dari kata
Caloric yang pertama kali diperkenalkan oleh A.L. Lavoisier, seorang ahli kimia dari Perancis.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka memiliki satuan yaitu Joule (N.m) atau kalori
(disingkat kal) dan beberapa dimensi lain sebagai satuan dari energi.
Sedangkan perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari laju
perpindahan kalor di antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu. Setiap kali
terdapat perbedaan suhu dalam material atau di antara material maka perpindahan kalor akan
terjadi. Kalor akan mengalir dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu rendah.
Mekanisme perpindahan kalor ada tiga macam yaitu perpindahan kalor secara konduksi,
perpindahan kalor secara konveksi, dan perpindahan kalor secara radiasi.
Pada pembahasan bentuk aplikasi perpindahan kalor ini, alat yang digunakan sebagai objek
kajian adalah setrika listrik, suatu alat yang biasa kita jumpai sehari-hari. Dari prinsip kerja
setrika listrik ini akan diulas lebih lanjut ilmu penerapan transfer kalor pada alat sehingga dapat
kita ketahui secara mendalam. Setelah memahami aplikasi perpindahan kalor pada alat, kita akan
lebih tertarik untuk mempelajari ilmu perpindahan kalor secara keseluruhan, tidak hanya terbatas
pada alat yang menjadi contoh kajian tulisan ini. Melalui sebuah contoh kajian yang sederhana,
kita akan lebih mudah menganalisa dan memahami setiap mekanisme yang ada.
DESKRIPSI ALAT SETRIKA
Setrika listrik adalah alat yang digunakan untuk melicinkan atau menghaluskan pakaian
agar terlihat lebih rapi setelah dicuci dan dikeringkan. Terkadang lipatan-lipatan pakaian cukup
sulit dihilangkan akibat dari proses pencucian maupun ketika pakaian diperas, sehingga pakaian
yang sudah dikeringkan akan kusut. Dengan menggunakan setrika, maka lipatan pada pakaian
tersebut dapat dihaluskan secara mudah dan praktis.
Setrika listrik pada dasarnya memanfaatkan perubahan energi dari listrik menjadi panas.
Energi panas itulah yang kemudian kita manfaatkan untuk menghaluskan permukaan pakaian
yang kusut. Akan tetapi, tentunya perubahan energi listrik dalam setrika tidak terjadi begitu saja.
Ada beberapa komponen yang mendukung cara kerja setrika listrik sehingga dapat menghasilkan
panas. Komponen utama pada setrika listik antara lain :
1. Elemen pemanas
Elemen pemanas adalah suatu elemen yang akan menimbulkan panas bila dialiri arus
listrik. Sebenarnya, elemen pemanas listrik hanyalah sebuah resistor listrik yang bekerja pada
prinsip pemanasan Joule, yaitu arus listrik mengalir melalui resistor dan mengubah energi listrik
menjadi panas. Elemen pemanas ini biasanya terdiri dari kawat (wire) yang terbuat dari nichrome
(80% nikel dan 20% krom). Nichrome merupakan bahan yang ideal, karena memiliki resistansi
yang relatif tinggi. Dari keseluruhan lilitan pada elemen pemanas tersebut, kemudian ditutup
dengan isolator untuk mencegah induksi listrik dari elemen menuju alas setrika.
2. Plat dasar (alas/sole plate)
Alas setrika adalah bagian setrika yang akan bersentuhan langsung dengan kain yang
dihaluskan. Alas setrika dibuat dari bahan konduktor antikarat seperti alumunium, stainless steel
atau teflon, agar tidak mudah kotor, lengket dan tidak mengotori kain yang disetrika.
3. Besi pemberat
Pemberat biasanya terbuat dari besi. Sesuai dengan namanya, komponen ini berfungsi
sebagai pemberat pada setrika agar lebih mudah dalam pemakaiannya.
4. Tutup
Penutup atau selungkup setrika dibuat dari bahan isolator untuk mencegah bahaya sengatan
listrik. Disamping itu, penutup juga memiliki sifat antipanas guna mencegah bahaya sentuhan ke
bagian tubuh manusia.
5. Pemegang
Tangkai pemegang setrika terbuat dari bahan isolasi (kayu atau plastik). Ini dimaksudkan apabila
ada kebocoran arus listrik tidak akan membahayakan pemakainya.
6. Kabel penghubung
Kabel daya ini terbuat dari kabel fleksibel dengan inti serabut yang dibungkus dengan bahan
isolasi, menjadikannya tetap lentur sehingga tidak mudah putus dan aman dari bahaya sengatan
listrik.
7. Pengatur On-Off dan panas
Hampir semua setrika listrik dilengkapi dengan pengatur suhu, sehingga tinggi rendahnya suhu
dapat disesuaikan dengan jenis tekstil/kain yang akan disetrika. Pengatur suhu ini biasanya
menggunakan prinsip bimetal.
PRINSIP KERJA DAN PENERAPAN PERPINDAHAN KALOR
Sistim kerja setrika listrik adalah dengan mengubah energi listrik menjadi energi panas.
Perubahan bentuk energi tersebut dihasilkan oleh rangkaian listrik yang memiliki hambatan
cukup besar. Hambatan inilah yang menyebabkan timbulnya panas pada bagian setrika yang
disebut elemen pemanas. Elemen pemanas membangkitkan panas secara bertahap dan setrika
listrik modern sudah dilengkapi dengan komponen yang disebut termostat. Dengan adanya
komponen ini dalam rangkaian setrika listrik, maka panas yang dikehendaki oleh pengguna dapat
diatur dan stabil sehingga tidak menyebabkan timbulnya panas berlebih yang dapat memicu
kebakaran pada elemen.
Arus listrik mengalir dari sumber tegangan menuju lampu, kemudian langsung ke saklar
bimetal. Pada sistim saklar ini, ketika kedua logam tersebut kontak, maka arus akan terus
mengalir menuju elemen pemanas yang terdiri dari lilitan kawat sebagai bentuk resistor. Saklar
yang kontak tersebut menyebabkan rangkaian tertutup dan setrika akan mengalami pemanasan
pada tingkatan tertentu. Ketika panas yang ditentukan telah mengalami keadaan maksimal, maka
secara otomatis termostat pada rangkaian saklar akan bekerja. Rangkaian akan terputus karena
prinsip bimetal tadi menyebabkan salah satu logam mengalami pemuaian dan menyebabkan
saklar terbuka. Akibatnya tidak ada arus yang mengalir serta lampu indikator akan mati. Jadi,
prinsip kerja rangkaian setrika listrik sebenarnya sederhana.
Setelah sejumlah energi panas dibangkitkan oleh elemen pemanas, maka selanjutnya panas
tersebut dialirkan menuju alas setrika. Mekanisme perpindahan kalor tersebut berlangsung secara
konduksi. Konduksi merupakan proses transfer kalor di dalam zat perantara dimana energi panas
berpindah dari molekul satu ke molekul lain hanya dengan jalan getaran termal berkala, tanpa
ada pemindahan massa zat perantara sama sekali (Abdul Jamal dan Tamrin, 1995).
Aliran perpindahan panas yang terjadi pada elemen pemanas kemudian dihubungkan
(kontak) secara langsung dengan alas setrika, sehingga panas merambat pada alas akibat
konduksi. Tidak ada transfer massa pada peristiwa tersebut, hanya saja perpindahan kalor
dibantu dengan pergerakan-pergerakan elektron yang terdapat pada kedua bahan logam tersebut,
yaitu pada elemen maupun alas.