perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan ...repository.ump.ac.id/6186/3/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1.Motivasi
a.Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya (Uno,2009: 3).
Menurut Sardiman (2007:73) motif adalah daya atau upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi berpangkal dari kata motif yang
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya satu tujuan. Bahkan motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Adapun menurut Mc.Donald (Sardiman, 2007:73) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga elemen/ ciri pokok dalam
motivasi itu sebagai berikut.
6
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
7
1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu siswa.
Perkembangan motivasi siswa akan membawa beberapa perubahan energi di dalam
sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling” afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong
karena adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut
soal kebutuhan.
Motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan
untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang
membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku
menuju sasaran (Sagala, 2009:100).
Menurut Djamarah (2008:148) motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,maka ia
akan secara sadar melakukan suatu kegiatan yang memerlukan motivasi dari luar
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
8
dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan,terutama
belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali
melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi
intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh
pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan
dibutuhkan dan sangat berguna kini dan masa datang. Perlu ditegaskan, bahwa anak
didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang
terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu.
Dorongan untuk belajar bersumber kebutuhan yang berisikan keharusan untuk
menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul
berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan
seremonial. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Djamarah 2008:149-151).
Motivasi dikatakan ektrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya
diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai
tujuan yang terletak dari luar hal yang dipelajarinya misalnya, untuk mencapai
angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik
bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivasi diperlukan agar anak didik mau belajar. Baik motivasi ekstrinsik yang
positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap
perilaku anak didik. Diakui, angka, ijasah, pujian, hadiah dan sebagainya
berpengaruh positif dengan merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan
ejekan, celaan, hukuman, hinaan, sindiran kasar dan sebagainya berpengaruh
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
9
negatif dengan rengangnya hubungan guru dengan anak didik. Jadilah guru sebagai
orang yang dibenci oleh anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran yang
dipegang guru itu tidak dikuasai oleh anak didik.
b. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari
faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsure jiwa dan
raga.Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari
dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah
pentinganya.Menurut Djamarah (2002:188-121) ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar adalah sebagai berikut.
1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar Seseorang
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah
sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar.
2) Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar
Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah
kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar dirinya.
Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah
terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar.
3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik,tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Memuji orang lain berarti
memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan
semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
10
4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginan untuk
menguasai sejarah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar.
5) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar sesalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan.
6) Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar
Dari hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi
prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik
buruknya prestasi belajar seseorang anak didik.
c. Ciri-ciri Motivasi
Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam belajar, orang yang
memiliki motivasi dapat terlihat dari tingkah lakunya dalam belajar sehingga dapat
dibedakan orang yang memiliki motivasi belajar dengan orang yang tidak memiliki
motivasi belajar. Menurut Sardiman (2007:83) motivasi dalam diri setiap orang itu
memilki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya).
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
11
3) Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah, untuk orang dewasa
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pembrantas
korupsi, penentangan pada setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya).
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) Senang mencari dan memcahkan masalah dan soal-soal.
d. Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2007:85) ada tiga fungsi motivasi dalam belajar adalah
sebagai berikut.
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
12
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak
serasi dengan tujuannya.
2. Berprestasi
a. Pengertian Berprestasi
Prestasi diri adalah hasil usaha yang dicapai dari segala usaha yang telah
dikerjakan dan merupakan puncak dari pengembangan potensi diri baik karena hasil
belajar, bekerja/berlatih keterampilan dalam bidang tertentu. Berprestasi dapat
dilakukan di berbagai aspek kehidupan, antara lain:
1) Aspek politik
Misalnya seseorang mampu mengelola sebuah partai kecil menjadi partai
besar pemenang pemilu.
2) Aspek ekonomi
Misalnya seseorang mampu menjalankan usahanya. Keberhasilan itu dapat
diperoleh berkat pengerahan daya dan kekuatan dalam usahanya.
3) Aspek sosial budaya
Misalnya sebuah grup musik menjadi sangat terkenal tidak hanya di tingkat
nasional, namun sampai tingkat internasional berkat ketekunannya.
4) Aspek pendidikan
Misalnya seorang siswa lulus dengan nilai yang memuaskan berkat ketekunan dan
belajar yang keras.
b. Faktor yang Mempengaruhi Berprestasi dalam Belajar
Prestasi belajar merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar itu sendiri. Seorang anak dikatakan berhasil dalam belajar apabila anak
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
13
tersebut meningkat dari segi prestasi, karena belajar merupakan proses sadangkan
prestasi adalah hasil dari proses. Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi
adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Belajar merupakan proses kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis, atau budi pekerti serta sikap. Jadi
kesimpulannya prestasi belajar merupakan hasil dari belajar.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:130) prestasi yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai yang mempengaruhinya baik
dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang
sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal antara lain:
1) Faktor Jasmaniah (fisiologis) Yang merupakan sifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk dalam faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, stuktur
tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri
atas faktor intelektual (potensial kecerdasan dan bakat), dan faktor kecakapan nyata
(prestasi yang telah dimiliki). Sedangkan faktor non intelektual meliputi unsur-
unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan
penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal meliputi:
1) Faktor sosial seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan kelompok.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
14
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
c. Pentingnya Prestasi Diri Bagi Keunggulan Bangsa
Kita harus mampu mempertahankan hidup dalam kehidupan. Kita harus
menjadikan hidup lebih bermakna. Untuk itu, setiap manusia pasti memiliki berbagai
macam kebutuhan. Menurut Maslow, seorang ahli ilmu jiwa, manusia memiliki 5
kebutuhan diantaranya :
Kebutuhan dasar atau kebutuhan fisik yang menyangkut pemenuhan keperluan
jasmani, seperti makan, minum, pakaian, perumahan, dan sebagainya.
Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, manusia harus mengusahakan
dengan daya kekuatan yang dimilikinya. Setiap manusia harus berprestasi agar tercapai
hal berikut:
Dapat memenuhi kebutuhanya sehingga dapat mampu mempertahankan hidup
dan kehidupanya. Sebagai bentuk aktualisasi diri,
Setiap manusia perlu pengakuan atas keberadaanya (eksistensinya).
Pengakuan tersebut diberikan oleh masyarakat, lembaga ataupun negara. Semakin
tinggi prestasi seseorang, pengakuan masyarakat semakin tinggi pula.
Memberi makna atau manfaat pada orang lain, bangsa dan negara. Manusia
sebagai makhluk sosial dalam kehidupanya, selalu bersama orang lain dan saling
membutuhkan. Memberi kepuasan batin kepada diri sendiri dan motivasi untuk lebih
berprestasi. Manusia melakukan sesuatu untuk mengharapkan sesuatu hasil yang
memuaskan. Prestasi diri memiliki peran yang sangat penting bagi keunggulan bangsa.
Peran prestasi diri sebagai berikut ;
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
15
1) Meningkatkan taraf hidup bangsa dan negara.
2) Memperkokoh stabilitas nasional, persatuan dan kesatuan.
3) Mengharumkan nama baik bangsa dan negara dimata internasional.
4) Menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Konsep dan Definisi tentang Motivasi Berprestasi
Dengan dipahaminya motivasi pada diri seseorang, bila dikaitkan dengan
prestasi akan mempunyai pengertian tersendiri dan lebih khusus menggambarkan
kespesifikan tentang dorongan atau kebutuhan akan gambaran berprestasi yang
bervariasi pada seseorang.
Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berhasil
dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan. Ukuran dimaksud dapat berupa
prestasinya sendiri sebelumnya atau dapat pula prestasi orang lain.Akan tetapi tautan
dari motif berprestasi juga mempunyai interaksi dengan orang lain. Dalam keadaan
ini maka motif berprestasi dapat dimasukan sebagai motif sosial.
Konsep-konsep motivasi berprestasi ini sebelumnya banyak dikaitkan
dengan dunia usaha, tetapi pada perkembangannya kemudian ternyata konsep-konsep
tersebut mulai terlihat refrensinya bila dikenakan belajar di sekolah. Seperti
dikemukakan oleh Sri Mulyani Martiniah (1984:24), bahwa motivasi tergolong sifat
sosial, dan motif berpestasi ini adalah untuk bepacu dalam ukuran keunggulan.
Perkembangan motivasi berprestasi selanjutnya akan dipengaruhi oleh
faktor pengasuhan orang tua. Penelitian Winter Bottom (Sri Mulyani
Martiniah,1984) mengemukakan bahwa anak-anak yang mempunyai motivasi
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
16
berprestasi tinggi,mereka melatih lebih awal untuk dapat mandiri dan untuk
menguasai kecakapan-kecakapan tertentu.
Konsep-konsep motivasi berprestasi ini sebelumnya banyak dikaitkan
dengan dunia usaha,tetapi pada perkembangannya kemudian ternyata konsep-
konsep tersebut mulai terlihat relevensinya bila dikenakan dalam dunia pendidikan.
Guna memperjelas konsep motivasi berprestasi berikut peneliti kemukakan
beberapa pendapat, antara lain;
a. Robert C.Beck
Need for Achievmnt adalah kebutuhan untuk berprestasi,suatu keinginan
untuk selalu unggul dan menjadi terbaik (Elida Prayitno.1989:8)
b. Heckhusen
Mengemukakan bahwa pada dasarnya ia menerima prinsip konsep motivasi
berprestasi dari Mc Clelland, hanya kemudian lebih dikembangkan konsep tersebut
kearah kajian dari segi kognitif. Heckhusen mendefinisikan motif berprestasi
sebagai suatu usaha untuk meninggalkan atau mempertahankan kecakapan pribadi
setinggi mungkin dalam segala aktivitas,dan suatu ukuran keunggulan yang
digunakan sebagai pembanding (Sri Mulyani Martiniah,1984:22).
c. Sri Mulyani Martiniah
Mengemukakan pendapatnya bahwa motivasi berprestasi tergolong motif
sosial,dan motif berprestasi ini adalah motif yang mendorong individu untuk
berpacu dalam ukuran keunggulan (1984:29).
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
17
d. David Ms Clelland
Mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu usaha untuk mencapai
sukses,yang bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran
keunggulan.Keunggulan ini dapat berupa prestasi orang lain tetapi juga prestasinya
sendiri sebelumnya. (Mugiarso,1988:5)
Dari uraian konsep-konsep dan definisi diatas maka peneliti menyimpulkan
bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu motif sosial dan motivasi
berprestasi ini adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan
atau kesuksesan melalui kompetisi yang didasarkan atas suatu ukuran keunggulan
tertentu.
4. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi
Dalam mengadakan penilaian lebih jauh tentang keadaan motivasi
berprestasi yang ada dan berkembang dalam diri individu,perlu kiranya diketahui
ciri atau sifat dari individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Adapun cirri-
ciri yang dimaksudkan antara lain;
a. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mengatribusikan sukses pada
usaha dan mengatribusi kegagalan pada tidak adanya usaha.
b. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi rendah tidak melihat usaha sebagai
suatu yang menentukan hasil.
c. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menganggap penyebab
sukses adalah adanya kemampuan yang tinggi, sedangkan yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah menganggap kegagalan terjadi karena kekurangan
dalam kemampuan .
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
18
d. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi secara efektif mempunyai
kemampuan yang tinggi.
Ada kecenderungan sifat dari individu yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi,berdasarkan pada pendapat-pendapat Hemans Dn Heckhusen dalam Sri
Mulyani Martiniah (1984:27-28), penulis memadukan sifat-sifat tersebut secara
lebih khusus yaitu:
a. Lebih memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi tugas yang berhubungan
dengan prestasi.
b. Berorientasi kedepan,dan mempunyai perspekti bahwa menangguhkan pemuasan
adalah untuk dapat memperoleh penghargaan pada waktu kemudian.
c. Ulet dan tangguh untuk melaksanakan tugas pada tingkat kesukaran tertentu.
d. Berjuang untuk mendapatkan prestasi sosial dengan jalan mencari pasangan yang
lebih berkemampuan dari pada yang simpatik.
e. Lebih memilih tugas-tugas yang mengandung resiko atau tingkat kesukaran sedang
dibanding memilih tugas-tugas yang beresiko atau tingkat kesukaran lebih tinggi.
f. Adanya dorongan untuk menyelesaikan tugas yang belum selesai dengan suatu
tugas yang menonjol.
5. Pengukuran Motivasi Berprestasi
Dari penjelasan diatas, setelah dipahaminya ciri-ciri dan sifat-sifat yang
terdapat pada individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maka dapatlah
dipakai sebagai alasan untuk mengukur seberapa besar motivasi berprestasi yang
ada dalam diri individu tersebut. Mengukur kebutuhan untuk berprestasi ini Mc
Clelland dan kolega-koleganya mengadaptasikan sebuah alat ukur yang
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
19
berkembang oleh Murai dan Morgan yang disebut TAT (Thematik Aperception
Test). Alat ukur ini dikembangkan untuk mengukur kepribadian,dimana terdiri dari
30 buah gambar manusia yang sebagian berbentuk realitas dan sebagian yang lain
berbentuk yang lain.
Mc Clelland menerima asumsi dari hasil tes tersebut dengan mengemukakan
bahwa fantasi-fantasi itu tidak hanya memproyeksikan kepribadian semata, tetapi
juga memproyeksikan motif-motif yang ada pada diri individu (E.
Koeswara,1989:179).
Pada penelitian-penelitian terhadap motif berprestasi yang dilakukan Mc
Clelland dan Heckhausan mereka mengembangkan pula cara-cara penyekoran TAT
dengan pada delapan faktor yang diskor. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Bayangan Berprestasi (Achievment Imagery)
Yaitu yang dibuat subyek menunjukan bahwa peneranan dalam cerita
melakukan pembuatan yang kompetitif dengan suatu ukuran keunggulan,misalnya
melakukan pekerjaannya sebaik mungkin, atau melebihi orang lain, atau melakukan
sesuatu, menjadi lebih baik dari pada yang pernah dilakukan sebelumnya.
b. Kebutuhan Berprestasi (Achievment Need)
Adalah penyelesaian dari harapan atau keinginan dari subyek yang
diceritakan dan bertujuan untuk mencapai prestasi tertentu.
c. Aktivitas Instrument (Instrumental Activity)
Yaitu perbuatan dan aktivitas instrumental atau pikiran oleh pemeran
dalam cerita menunjukan bahwa sesuatu sedang dilakukan tentang pencapaian
prestasi dalam bentuk hasil yang sukses, meragukan atau gagal.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
20
d. Harapan Akan Hasil (Anticipation Out Comes)
Yaitu jika pemeran dalam cerita yang disampaikan memikirkan tentang
sukses dalam mencapai tujuan, atau mereka cemas akan hasil yang dicapainya.
e. Rintangan-Rintangan (Obsttacles or Block)
Yaitu apabila dalam cerita-cerita menunjukan adanya hambatan atau
rintangan-rintangan ini dapat berupa; kekurangan waktu, kegagalan faktor
lingkungan ataupun faktor pribadi.
f. Tekanan yang Mendidik (Nurturan Press)
Yaitu apabila dalam cerita-cerita ada dorongan yang memberi motivasi
untuk mencapai prestasi.
g. Keadaan Efektif (Aektive States)
Yaitu cerita yang dikemukakan menunjukan bahwa pemeran cerita
mengalami:
1) Suatu keadaan yang efektif positif yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
2) Keuntungan obyektif tertentu sebagai akibat prestasiyang berhasil menghasilkan
efek positif, yaitu termasuk didalamnya keadaan efektif yang berhubungan dengan
kegagalan dalam mencapai suatu tujuan prestasi, dan juga keadaan yang obyektif
yang mengikuti kegagalan total yang memungkinkan terjadinya efek negatif.
h. Thema Prestasi (Achievment Theme)
Adalah bila bayaran berprestasilah yang menjadi tema utama dalam cerita
yang dikemukakan, tema yang dikemukakan menyangkut pencapaian prestasi atau
tidak.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
21
Sehubungan dengan penjelasan diatas, mengingat salah satu yang menjadi
tujuan penulisan skripsi ini adalah menyangkut hal motivasi berprestasi siswa di
sekolah, maka diperlukan instrument (pengumpul) data yang dapat mengukur
gambaran memotivasi berprestasi secara tepat guna serta sedikit banyak turut
mengeliminasi kelemahan-kelemahan metode pengukuran berdasarkan TAT. Untuk
Itu pada penelitian ini penulis menyusun instrument angket yang dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip dari dimensi yang diskor pada TAT guna mengukur
motif berprestasi siswa di sekolah.
6. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif
ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri
dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan pada mereka.Hal senada juga di ungkapkan oleh Anita Lie (2010:23)
mengatakan Cooperatif Learning merupakan pembelajaran gotong royong yaitu
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
22
sistem pembelejaran yang member kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
sama dengan siswa lain.
Dari pengertian dari beberapa ahli di atas pembelajaran kooperatif
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang terarah dalam
kelompok, yang terdiri dari empat orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sama
dipengaruhi oleh keterlibatan dari suatu anggota kelompok itu sendiri. Jadi
pembelajaran Coopertif Lierning dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dilakukan
dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam
anggota dan didalam kelompok tersebut, anggota saling membantu untuk
memahami materi guna meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
b. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Cooperatif Learning
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif seperti yang diungkapkan oleh Anita Lie (2010:31)
antara lain:
1) Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.Unsur
tersebut menerangkan bahwa sekelompok masyarakat sangat tergantung pada
anggota masyarakat yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut dapat
diaplikasikan pada proses pembelajaran di kelas. Ketika siswa bekerja dalam
sebuah kelompok diharapkan saling bergantung kepada siswa lain dalam
kelompoknya sehingga terjadi ketergantungan yang positif.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
23
2) Tanggung Jawab yang Positif
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran Cooperatif Learning setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan
metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
3) Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan semua anggota.
4) Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan ketrampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
5) Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif. Berikut ini urutan langkah-langkah perilaku guru dalam
pembelejaran kooperatif (Cooperatife Learning).
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 : Menyampaikan tujuan
dan motivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
24
belajar
Fase 2 : Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan mendemontrasikan
atau lewat bacaan
Fase 3 : Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok –
kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Fase 4 : Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok -
kelompok belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas mereka
Fase 5 : Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing
- masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Fase 6 : Menberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok
c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
25
maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010:
57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka
dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa
dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-
keterampilan proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
lainnya.
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Rusman (2010:217) arti Jigsaw berasal dari bahasa Inggris
yang artinya adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebut dengan istilah
puzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw bekerja seperti pola gergaji, dimana siswa melakukan
kegiatan belajar bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
penbelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson pada tahun 1978.
Dalam teknik penbelajaran ini siswa akan bekerja dalam kelompok yang
sama dengan latar belakang yang berbeda. Hal tersebut juga diungkapkan
oleh Isjoni (2010:54) mengatakan pembelajaran dengan menggunakan tipe
Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
26
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal.
Dalam model pembelajaran ini, model pembelajaran tipe Jigsaw
merupakan bentuk model yang menekankan kepada siswa untuk dapat
belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk aktif dan saling membantu
dalam hal menguasai materi. Siswa akan ditugaskan untuk membaca sub
bab,buku materi,atau materi lain yang berbentuk narasi. Tiap anggota tim
akan diacak untuk menjadi anggota ahli dalam aspek tertentu dari tugas
membaca tersebut. Tiap anggota dalam satu tim akan mendapatkan materi
yang berbeda-beda. Setelah membaca materinya, siswa ahli dari tim yang
berbeda akan saling berkumpul mendiskusikan topik yang sedang mereka
bahas, setelah berkumpul dan berdiskusi lalu mereka kembali kepada tim
asalnya untuk mengajarkan topik mereka kepada tim asalnya untuk
mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya. Setelah itu akan
dilakukan penilaian secara individu untuk semua topik dan diberikan skor
dan rekognisi tim yang berdasarkan peningkatan nilai masing-masing
individu.
Dalam model Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
saling mengemukakan pendapat dan ketrampilam berkomunikasi, lebih
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya serta
menyampaikan informasi tentang materi yang dipelajari kepada teman
kelompok lainnya. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level
dimana siswa telah mendapatkan ketrampilan akademis dari pemahaman,
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
27
membaca maupun ketrampilan kelompok untuk belajar bersama karena
dalam model Jigsaw materi yang pas digunakan model ini adalah materi
yang berbentuk naratif.
b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok
kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok
secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan
4 sampai dengan 6 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan
beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku,
agama, status sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut kelompok asal.
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3) Setiap siswa yang mendapat sub topik yang sama berkumpul
membentuk tim ahli. Tim ahli membahas sub topik masing-masing dan
menjadi ahli dalam topik itu.
4) Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, anggota kembali ke kelompok
asal masing-masing. Kemudian secara bergantian, tiap siswa yang telah
menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang sub topik yang
mereka kuasai.
5) Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau
membuat rangkuman. Guru bisa juga memberikan tes pada kelompok.
Tapi pada saat mengerjakan tes siswa tidak boleh bekerja sama.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
28
Bagan 2.3
pengelolaan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Sumber:(http/forumgurunusantara. Blogspot. Com/ 2012/
Pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw_305. html.diakses pada 15 Maret
2013)
Keterangan :
I : Kelompok asal
II : Kelompok ahl
1. Kelemahan dan Keunggulan
a. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
1) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks
misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli
yang tempat duduknya nanti akan berpindah.
2) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan
perangkat pembelajaran.
b. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa
dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang
disampaikan.
2) Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
29
3) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan
yang dihadapi dalam mempelajari materi
4) Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan
minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.
8. Mata Pelajaran IPS
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih relatif baru digunakan.Pendidikan IPS merupakan
padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.
Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913
mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan
kurikulum di AS (Solihatin & Raharjo,2009:14).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdispliner dari
aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, ekonomi, antropologi, filsafat,dan psikologi sosial.
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 merupakan fusi dari berbagai
disiplin ilmu, pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
"pendidikan” dari pada “transfer konsep”(Solihatin & Raharjo, 2009:14).
Karena dalam pembelajaran pendidikan IPS mahasiswa diharapkan
memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
30
serta melatih sikap, moral, nilai, dan ketrampilannya berdasarkan konsep
yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran IPS harus
diformulasikan pada aspek kependidikannya. Konsep IPS yaitu, (1)
interaksi, (2) salingketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4)
keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan 30egara30y30, (6) pola
(patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, 10)
keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (30egara30y), (12) kekhususan,
(13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme. Tujuan ilmu pengetahuan
sosial (pendidikan IPS), para ahli sering mengaitkan dengan berbagai
sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut.
Sapriya (2007:40) mengatakan (dalam Sekolah Dasar tahun 2004)
dikemukakan bahwa IPS merupakan suatu pelajaran yang mengkaji
serangkaian fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial dan kewarganegaraan sedangkan fungsinya adalah untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan 30egara Indonesia.
Daldjoeni (1997:8), mengatakan hal yang dibahas dalam IPS adalah
hubungan antara manusia (Human Relationship) dan ini mencakup
hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, serta
kelompok dengan alam.
Pengertian IPS ditingkat sekolah itu sendiri mempunyai perbedaan
makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa khususnya
IPS ditingkat Sekolah Dasar dengan IPS di Sekolah lanjutan. Trianto
(2010:171) mengatakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
31
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdispliner dari aspek cabang-cabang ilmu sosial yang merupakan
bagian dari kurikulum sekolah yang diturukan dari isi materi sosiologi,
sejarah, ekonomi, politik, antropologi, dan psikologi sosial.
Bagan 2.4
Keterpanduan Cabang IPS
Sumber: (Trianto 2010:172)
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Trianto (2010:176) mengatakan tujuan utama Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi didalam masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
Geografi
Sejarah
Sosiologi
Antropologi
Ilmu politik
Ekonomi
Psikologisosial
Filsafat
Ilmu Pengetahuan
Sosial
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
32
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
maka program - program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan
dengan baik. Dari rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah
kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudaian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan
yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7) Fasilitator didalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
33
8) Mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya “to prepare student to be well-functioning citizens in a
democratioc society” dan mengembangkan penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan
siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
Menurut Etin dan Raharjo (2009:15) mengatakan pada dasarnya tujuan
dari pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai denagan bakat, minat,
kemampuan, dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Disini dijelaskan bahwa
pendidikan IPS ditekankan pada unsur pendidikan dan penbekalan kepada
siswa. Sementara itu Gross dalam (Etin dan Raharjo 2009:14) mengatakan
bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara
yang baik dalam kehidupan di masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial juga
mempelajari hubungan sosial dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat
sebagaimana anak tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat
yang dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungannya.
Materi pembelajaran IPS telah terorganisir seperti pada mata pelajaran
lainnya. Penerapan IPS sudah dimulai sejak anak duduk di kelas 1 SD hingga
ke jenjang pendidikan SMA. Bahan ajar IPS pun dimulai dari hal yang
sederhana sampai ke hal yang sangat komplek, dari diri sendiri, keluarga,
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
34
lingkungan masyarakat, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, hingga
dunia. Bahan ajar IPS pun mengupas sejarah masa lampau, ekonomi, tata
negara, hingga ilmu bumi. Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial cakupannya sangat
luas dan kompleks.
Dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu Mata Pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Mata Pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
dalam kehidupan bermasyarakat.Dengan pendekatan tersebut diharapkan
siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada
bidang ilmu yang berkaitan.
Ruang lingkup Mata Pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1) Manusia, tempat, dan lingkungan
2) Waktu, berkelanjutan, dan perubahan
3) Sistem sosial dan budaya
4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
35
B. Penelitian Yang Relevan
Dalam kajian pustaka ini disajikan hasil-hasil penelitian yang pernah
dilakukan dan berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan,antara lain:
Nur Hidayah (2010). Judul Penelitian “Upaya Peningkatan Minat dan
Prestasi Belajar Matematika Materi Pengukuran Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas IV SDN 01 Sidomukti”. Disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan
minat dan prestasi belajar Matematika materi pengukuran.
Gilang Ramadhan (2008). Judul Penelitian “Keefektifan Model
Pembelajaran Jigsaw dalam Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas VI SDN 1 Wiroditan Pekalongan”. Disimpulkan bahwa model
pembelajaran Jigsaw efektif dalam pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran
Matematika siswa kelas VI SDN Wiroditan Pekalongan.
Afida Lutfiana (2010).Judul Penelitian “Peningkatan Peran Aktif dan
Pemahaman Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Di Kelas XI MA Negeri Brebes”. Disimpulkan bahwa peran aktif dan
pemahaman konsep Matematika siswa kelas XI MA Negeri 1 Brebes melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkat.
Septia Purwaningsih (2011). Judul Penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar IPS pada Teknologi, Komunikasi, dan Transportasi Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Siswa Kelas IV SDN I Purwokerto Kidul”. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada aspek kognitif di kelas IV pada Mata Pelajaran IPS
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
36
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian sebelumnya adalah
pembelajaraan dengan menggunakan kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Dari penelitian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut. Pendekatan Jigsaw dalam penelitian sebelumnya membuat
siswa aktif dan berpartisipasi mengikuti pembelajaran karena menggunakan gerak
fisik, dengan aktivitas intelektual dalam belajar. Sedangkan dalam penelitian ini
diharapkan motivasi berprestasi dalam belajar peserta didik meningkat. Jadi yang
jadi pembeda dalam penelitian ini adalah pada objek dan subjek penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Motivasi belajar IPS masih rendah diantaranya disebabkan suasana belajar
yang kurang menyenangkan sehingga membuat pelajaran IPS dirasa
membosankan dan siswa malas untuk mempelajarinya. Motivasi belajar yang
rendah tentunya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, jika motivasi belajar
rendah maka prestasi belajar siswa juga rendah. Untuk itu diperlukan strategi
pembelajaran yang tepat dan mendukung.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Model
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
37
tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan,
saat kuis berlangsung mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran
inilah yang peneliti terapkan dalam pembelajaran IPS di kelas VII A SMP
Muhammadiyah 1 Purwokerto. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan
motivasi belajar siswa meningkat minimal menjadi 85% dari siswa yang
berjumlah 41 dan memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata
pelajaran IPS yakni 80. Peningkatan motivasi belajar ditunjukkan dalam proses
pembelajaran yaitu meningkatnya aktivitas siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran akan dilaksanakan dengan daur siklus yang
terdiri dari dua siklus sesuai dengan perencanaan. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, observasi, dan refleksi. Apabila dalm siklus I belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar, maka akan dilakukan pertemuan siklus II. Sacara
sistematis, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
38
Bagan 2.5
Skema kerangka berpikir
KondisiAwal
TindakanAwal
Kondisiakhir
Guru masihmenggunakanpembelajarankonvensional
Guru dalam KBMmerencanakanpembelajaranmenggunakan
model Kooperatiftipe Jigsaw
Prestasi belajar meningkat
Siklus I dibentukkelompok belajar tipe
Jigsaw, (kelompokasal, merolling antar
kelompok ahli,presentasi tim asal,
evaluasi,penghargaan)
Siklus II dibentukkelompok belajar
tipe Jigsaw,(kelompok asal,merolling antarkelompok ahli,
presentasi tim asal,evaluasi,
penghargaan
Siswa kurang aktifdalam
belajar,kurangmemahami secarakeseluruhan danprestasi belajarmasih rendah
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013
39
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
tindakannya adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan motivasi berprestasi IPS pada siswa Kelas VII A SMP
Muhammadiyah 1 Purwokerto.
Upaya Meningkatkan Motivasi..., Elis Widiastuti, FKIP UMP, 2013