pertemuan parliamentary forum dan speakers’...
TRANSCRIPT
1
PERTEMUAN PARLIAMENTARY FORUM DAN SPEAKERS’ SUMMIT
DALAM G20 LEADERS SUMMIT
BUENOS AIRES, ARGENTINA, 31 OCTOBER – 2 NOVEMBER 2018
Latar belakang
Sepuluh tahun setelah KTT G20 pertama, Argentina menjadi tuan rumah KTT Pemimpin
G20 ke-13 pada November 2018. Tema KTT adalah Pembangunan untuk pembangunan
konsensus yang adil dan berkelanjutan dengan fokus pada tiga isu utama: masa depan
kerja, perjuangan melawan korupsi dan kesetaraan jender.
Untuk pertama kalinya, pertemuan paralel G20 Speakers of Parliament, P20,
diselenggarakan oleh IPU dan Kongres Nasional Argentina. Pertemuan ini membangun
konsensus untuk pembangunan serta updates pelaksanaan rekomendasi yang
diperlukan parlemen serta mengeksplorasi kemungkinan untuk memperkuat kerja
sama antara G20 dan negara-negara lain, dan menyelaraskan kebijakan, terutama dalam
pembangunan berkelanjutan. KTT para pimpinan Parlemen didahului oleh Forum
Parlement pada 31 Oktober dan 1 November.
DPR RI diwakili oleh Wakil Ketua DPR Bidang Korpolkam, Dr Fadli Zon dan Wakil
Ketua BKSAP, Dr Nurhayati Ali Assegaf. Selain sebagai peserta, keduanya juga menjadi
pembicara dalam beberapa sesi. Pada 13th G20 Leaders’ Summit tahun ini, tema yang
diangkat adalah “Building Consensus for Fair and Sustainable Development”. Di bawah
tema tersebut, terdapat tiga isu yang menjadi fokus pembahasan; lapangan kerja,
pemberantasan korupsi, dan kesetaraan gender.
2
Courtesy call Wakil
Ketua DPR RI Bidang
Korpolkam, Dr. Fadli
Zon dan Ketua BKSAP
DPR RI, DR. Nurhayati
Ali Assegaf dengan
Wakil Presiden
Argentina, Ms.
Gabriela Michetti dan
Ketua Parlemen
Argentina, Mr. Emilio
Monza, di Sela-sela
Sidang G20 Speakers’
Summit di Buenos
Aires, Argentina.
Pembukaan Sidang
Pertemuan parlemen G20 dibuka oleh Presiden IPU, Ms Gabriela Cuevas
Baron, dan Ketua Deputies (DPR) Argentina, Mr Emilio Monzo, Ms. Gabriela Michetti,
Wakil Presiden Argentina sekaligus Ketua Senat dan Mr. Anthony Gooch, mewakili
Secretary General of the Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD).
Dalam pidatonya Presiden IPU menyatakan bahwa saat ini IPU telah
memainkan peran sebagai parlemen global yang menyatukan anggota parlemen. Pada
pertemuan G20 ini, parlemen mendapat kesempatan untuk membuat penilaian sebagai
anggota parlemen, tentang upaya dan hasil yang dicapai di G20. Yang tentunya akan
penting guna merumuskan perspektif untuk tahun-tahun mendatang. Mengenai Tema
KTT G20 yang dihadiri Kepala Negara dan Pemerintahan tentang Membangun
konsensus untuk pembangunan yang adil dan berkelanjutan, diharapkan parlemen
dapat mendukung konsensus ini dan melalui fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan
dalam mencapai tujuan ini. Parlemen dapat memberikan kontribusi nyata untuk
memastikan stabilitas sosial-politik dan pertumbuhan ekonomi dan keuangan:
pendorong kesejahteraan penduduk. Sebagai anggota parlemen dan wakil rakyat,
3
adalah kewajiban kita untuk mendengarkan suara rakyat. Dalam banyak hal globalisasi
telah menjadi kekuatan yang luar biasa untuk kemajuan dan pertumbuhan, mengangkat
jutaan orang keluar dari kemiskinan. Pada saat yang sama, terjadi ketidaksetaraan
diberbagai belahan dunia sehingga masih banyak hal yang harus dilakukan.
Delegasi DPR RI
yang dipimpin
Wakil Ketua DPR
RI, Dr. Fadli Zon
saat menghadiri
G20 Speakers’
summit, di
Buenos Aires,
Argentina
Presentasi Delegasi DPR
Sementara itu, Dr Fadli Zon yang memimpin delegasi DPR, menjadi pembicara
dalam Forum Parlemen G20 and Speakers’ Summits di Buenos Aires, Argentina, 31
Oktober hingga 2 November 2018 disesi mengenai “Pemerintahan yang Bersih, Efektif,
Bebas dari Korupsi”. Forum ini merupakan forum bersejarah, sebab, forum P20 di
Argentina ini, merupakan yang pertama sejak penyelenggaraan KTT G20 pertama tahun
2008. Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN yang tergabung dalam G20.
Sebuah forum ekonomi dunia yang sangat strategis. Karena secara kolektif, G20
mewakili sekitar 65% penduduk dunia, 79% perdagangan global, dan setidaknya 85%
perekonomian dunia.
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, yang juga Presiden Global Organization of
Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) menekankan pentingnya peran parlemen
dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif, transparan, dan bebas dari korupsi.
Pemberantasan korupsi, menjadi elan vital bagi penyelenggara pemerintahan, dalam
4
mendukung tercapainya agenda pembangunan berkelanjutan. Pandangan tersebut
menjadi pembuka diskusi panel pada sesi ke-4 G20 Parliamentary Forum 31 Oktober
2018. Di hadapan Parlemen negara-negara G20, Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang juga
menjadi Presiden GOPAC, memaparkan pandangan GOPAC dan Indonesia mengenai
tema “Ensuring Transparent and Effective Governance, Free from Corruption.”
Dr. Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI yang juga menjabat sebagai Chair GOPAC menjadi pembicara pada sesi
“Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Bebas dari Korupsi:, Forum Parlemen G20 Speakers’ Summit, Buenos Aires - Argentina
Dalam presentasi Ketua GOPAC menekankan bahwa bahwa korupsi adalah
ancaman serius bagi pembangunan berkelanjutan. Dan bahayanya, ancaman itu hadir di
dalam tubuh penyelenggara pemerintahan dan negara. Baik eksekutif maupun legislatif.
Di tingkat nasional-regional- dan bahkan global. Mantan Sekjen PBB Ban Ki-Moon suatu
ketika pernah mengungkapkan, 30% dari dana bantuan pembangunan yang semestinya
disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, hilang di tengah jalan karena
praktik korupsi. Karena itu, pemerintahan yang bersih, transparan dan efektif, menjadi
syarat utama mewujudkan pembangunan berkualitas. Selama praktik korupsi masih
masif, maka pemerintahan akan selalu dalam kondisi lemah untuk merealisasikan
pembangunan kepada rakyatnya.
Dalam forum yang dihadiri para ketua parlemen negara-negara G20, Wakil Ketua
DPR Fadli Zon sebagai Presiden GOPAC, menyerukan tiga rekomendasi bagi parlemen
negara G20 dan dunia, untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih.
5
Dr. Fadli Zon
menyampaikan 3
rekomendasi
untuk
mewujudkan
Pemerintahan
yang bersih pada
Forum Parlemen
G20 Speakers
Global Summit,
Buenos Aires -
Argentina
Pertama, parlemen harus memiliki political will yang kuat untuk memastikan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan transparan. Kedua, parlemen juga
harus mengambil peran aktif dalam membuka dan mengusut secara tuntas setiap
kasus-kasus korupsi, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Ketiga, diperlukan
juga kerja sama antarparlemen dalam pemberantasan korupsi pada satu platform
bersama. Dalam konteks ini, GOPAC membuka diri kepada setiap anggota parlemen,
mantan anggota parlemen negara G20, dan organisasi-organisasi internasional untuk
berkolaborasi. Sebagaimana yang telah GOPAC lakukan pada 2016 bersama UNDP,
Islamic Development Bank, dan Westminister Foundation for Democracy. Ketiga
rekomendasi tersebut, menjadi kunci untuk membentuk suatu pemerintahan yang tidak
hanya transparan dan bersih, namun juga responsif terhadap berbagai permasalahan.
Indonesia juga menekankan pentingnya untuk memulai inisiatif dari institusi
parlemen. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan, harus dimulai dari
institusi parlemen itu sendiri. Saat ini telah ada beberapa negara yang mendeklarasikan
keterbukaan parlemen, seperti Parlemen Kanada pada 2012, Parlemen Perancis pada
2015, dan Parlemen Indonesia yang baru saja mendeklarasikan Open Parliament pada
Agustus 2018 lalu. Inisiatif positif ini perlu dukungan yang lebih luas. Indonesia
mengajak parlemen peserta forum G20, untuk mengambil momentum untuk melangkah
menuju keterbukaan yang lebih substantif. Menjadikan institusi parlemen yang lebih
terbuka dan transparan, demi terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan efektif.
6
Sementara itu, Dr Nurhayati Ali Assegaf yang baru-baru ini diangkat menjadi
anggota Executive Board Women Political Leader (WPL) organisasi dibawah patron
Angela Merkel, Kanselir Jerman, menjadi pembicara pada sesi Making Development
works for Women, yaitu mengenai bagaimana perempuan mendapat manfaat dari
pembangunan, bersama dengan Ms. Ockje Tellegen, Wakil Ketua Palemen Belanda, dan
Ms Maya F Allende, Ketua Parlemen Chile.
Ketua BKSAP DPR RI, Dr. Nurhayati Ali Assegaf menjadi Pembicara pada sesi “Making Development works for
women”, Forum Parlemen G20 and Speakers’ Summits di Buenos Aires, Argentina
Indonesia menyampaikan bahwa Perempuan masih memiliki pekerjaan yang
belum stabil dan pendapatan yang lebih sedikit daripada laki-laki. McKinsey Global
Institute di tahun 2016 memperkirakan bahwa $ 28 triliun dapat ditambahkan ke GDP
global tahunan jika perempuan berpartisipasi dalam angkatan kerja pada tingkat yang
sama dengan laki-laki, dan Organisasi Buruh Internasional memperkirakan pada tahun
2017 bahwa 865 juta perempuan dapat memainkan peran mereka secara signifikan.
Hal ini perlu menjadi perhatian bersama, karena begitu banyak potensi yang hilang.
Indonesia juga menegaskan perempuan memiliki potensi untuk berkontribusi
sepenuhnya pada ekonomi global. Sayangnya, sedikit perempuan yang terlibat dalam
pengambilan keputusan, hal ini membuat pembangunan lebih menguntungkan laki-laki
daripada perempuan. Perempuan masih memiliki pekerjaan yang belum stabil dan
7
pendapatan yang lebih sedikit daripada laki-laki. McKinsey Global Institute di tahun
2016 memperkirakan bahwa $ 28 triliun dapat ditambahkan ke GDP global tahunan jika
perempuan berpartisipasi dalam angkatan kerja pada tingkat yang sama dengan laki-
laki, dan Organisasi Buruh Internasional memperkirakan pada tahun 2017 bahwa 865
juta perempuan dapat memainkan peran mereka secara signifikan.
Perempuan memiliki potensi untuk berkontribusi sepenuhnya pada ekonomi
global. Sayangnya, sedikit perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan, hal
ini membuat pembangunan lebih menguntungkan laki-laki daripada perempuan.
Kesetaraan gender bukan hanya hak demokratis, tetapi prasyarat yang diperlukan
untuk pembangunan berkelanjutan karena memfasilitasi pemanfaatan semua sumber
daya yang tersedia untuk mendorong pembangunan. Kecuali perempuan dan laki-laki
memiliki kesempatan, kapasitas dan suara yang setara, kesetaraan gender tidak akan
tercapai. Inilah sebabnya mengapa kesetaraan gender dengan sendirinya bukan hanya
tujuan yang harus dicapai dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, tetapi juga
ambisi yang harus dicapai dalam sarana yang saling bersinggungan dan tersedia di
semua SDG.
Indonesia tidak menyangsikan bahwa kebijakan Negara-negara sudah menuju
kesetaraan jender. Namun, tantangan tetap ada. Pertama, perempuan masih berjuang
untuk stereotip budaya dan tradisional mereka. Kedua, politik itu mahal. Masih umum
untuk melihat bahwa laki-laki memiliki kesempatan menang yang lebih tinggi dalam
pemilihan umum. Dengan demikian, politisi laki-laki memiliki pengaruh yang tidak
proporsional atas urusan internal partai politik sementara perempuan tidak menerima
banyak dukungan, termasuk dalam sponsor kampanye politik. Ketiga, kemiskinan dan
kurangnya pendidikan membuat sulit untuk merekrut perempuan.
Dalam forum yang dihadiri oleh 20 parlemen Negara G20, Indonesia
mendorong agar keterwakilan perempuan bukan hanya tentang angka. Perempuan
harus diberi kesempatan, agar dapat mewakili diri mereka sendiri, dan dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan. Kepentingan perempuan tidak hanya tentang
keseimbangan jender, tetapi yang lebih penting, perspektif gender dalam semua aspek
pembangunan.
8
Pertemuan Bilateral
1. Pertemuan dengan Ketua Diputados (Chamber of Deputies) DPR Argentina, Mr
Emilio Monzó. Pada tanggal 1 November 2018
Disela-sela pertemuan
Parlemen G20 dan Speakers
Summit, delegasi
berkesempatan melakukan
pertemuan bilateral dengan
Ketua Diputados (Chamber of
Deputies) Argentina, Mr
Emilio Monzó untuk
membahas berbagai kerjasama
bilateral Indonesia –
Argentina. Dalam pertemuan
tersebut, Delegasi DPR menyampaikan pentingnya mekanisme bebas visa bagi WNI
pemegang paspor biasa untuk mengunjungi Argentina guna meningkatkan hubungan
bilateral kedua negara.
Hal ini ditanggapi positif oleh pihak Argentina, dan Ketua Diputados akan
menyampaikan rekomendasi terkait visa bagi WNI.
2. Pertemuan dengan Ketua Friendship Group Argentina – Indonesia. Mr Alvaro
Gonźalez, pada 2 November 2018.
Pada kesempatan terpisah, delegasi juga secara khusus bertemu dengan Group
Kerjasama Persahabatan Argentina - Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 2017.
Dalam pertemuan tersebut, Group Kerjasama menyampaikan surat pesan duka cita
dari konggres Argentina kepada Indonesia terkait jatuhnya pesawat Lion Air JT610
serta bencana tsunami di Palu-Donggala yang memakan banyak korban jiwa.
Argentina memberi bantuan berupa penyulingan air bersih untuk para pengungsi.
Hal disambut dengan apresiasi yang dalam dari delegasi Indonesia.
9
Dalam pertemuan tersebut,
Grup Kerjasama Persahabatan
juga menyampaikan niat untuk
mengunjungi Indonesia. Ketua
Grup menyampaikan bahwa
mereka telah beberapa kali
menerima kunjungan parlemen
Indonesia, dan sudah saatnya
untuk melakukan hal yang sama
ke Indonesia.
3. Pertemuan dengan Dr Anthony Gooch, Director of Public Affairs and
Communications Organization for Economic Co-operation & Development
(OECD), 1 November 2018
Pertemuan dengan OECD adalah untuk membahas kemungkinan kerjasama
antara GOPAC dengan OECD. Saat ini Indonesia, Dr Fadli Zon, adalah ketua GOPAC.
Jaringan dari GOPAC yang luas, yang saat ini mempunyia 62 national chapters dan
lebih kurang 1000 anggota, dan OECD yang mempunyai pakar dari berbagai
bidang yang dapat mendukung program-program GOPAC khususnya dalam hal
meningkatkan capacity building para anggota dan meningkatkan awareness
mengenai updated issues terkait pemberantasan korupsi.
Lebih lanjut OECD
mengundang Dr Fadli Zon
untuk hadir pada
parliamentary Forum OECD
bulan Februari 2019 untuk
mengenalkan GOPAC
kepada anggota parlemen
dalam network OECD.
10
KELUARAN SIDANG : JOINT STATEMENT Dalam pernyataan bersama yang menguraikan kesepakatan mereka, Para
Pimpinan Parlemen menyatakan keprihatinan mereka tentang erosi kepercayaan
publik terhadap lembaga-lembaga pemerintahan yang demokratis dan menegaskan
kembali komitmen untuk terus membangun parlemen yang efektif, representatif,
inklusif dan dapat diakses, yang melayani rakyat dan mengawasi pemerintah dengan
ketat.
Dengan terus membangun parlemen semacam itu untuk pengawasan yang
efektif, pernyataan bersama tersebut menyatakan: “Kami bertekad untuk memerangi
korupsi dalam segala bentuknya, untuk menolak tempat berlindung bagi orang-orang
korup dan hasil korupsi mereka, dan memastikan tata kelola yang terbuka, transparan
dan bertanggung jawab di semua tingkatan . Untuk tujuan ini, kami akan mendukung
pemberlakuan undang-undang, termasuk langkah-langkah anti-korupsi, yang akan
menumbuhkan kepercayaan baru dari masyarakat di institusi mereka dan secara umum
membantu memajukan Tujuan 16 dari SDG (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)
untuk masyarakat yang damai dan pemerintahan yang baik. ”
Memperhatikan berbagai inisiatif yang telah dikemukakan negara-negara
anggota G20 melalui pertemuan puncak mereka sejak 2008, Kepala Parlemen telah
mendorong para pemimpin G20 untuk secara aktif mengejar tujuan bersama mereka
dari pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif, dan untuk
menemukan solusi bagi tantangan umum yang dihadapi komunitas global, semua
dengan komitmen baru untuk perdamaian, demokrasi, kemakmuran dan kesejahteraan.
Mereka menegaskan bahwa Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan
dan SDG yang menyertainya merupakan peta jalan untuk pembangunan planet kita
yang adil, adil dan berkelanjutan.
“Kami akan mengejar upaya kami untuk meningkatkan kapasitas parlemen
kami masing-masing untuk mengubah komitmen global ini menjadi kenyataan nasional.
Dalam proses ini, kami juga akan berusaha untuk meningkatkan kerjasama
internasional dan solidaritas dalam mencapai tujuan tersebut bersama, termasuk
11
melalui keterlibatan parlemen aktif di Forum Politik PBB Tingkat Tinggi, mekanisme
internasional utama untuk memantau SDGs,”tambah Kepala Parlemen dalam
pernyataan bersama mereka.
Kepala Parlemen negara-negara G20 juga mendesak G20 Pemimpin Summit
mendatang, yang juga dijadwalkan di Argentina, untuk membangun konsensus dan
menginspirasi kebijakan lebih lanjut yang responsif gender pembangunan yang
mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan, kesempatan yang sama antara laki-
laki dan perempuan dalam pekerjaan, ilmu pengetahuan , teknologi dan pendidikan, dan
penghapusan semua bentuk kekerasan berbasis gender.
Pernyataan bersama tersebut ditutup dengan apreasi kepada Parlemen
Argentina atas penyelenggaraan yang baik, dan kesepakatan bahwa Parlemen Jepang
akan mengadakan forum Parlemen dan Speakers’ Summit G20 di sela-sela pertemuan
G20 kepala negara, pertengahan tahun 2019.
***