pertemuan 1 (perkenalan) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku...

27
PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) Brakkk!!! Suara itu mengusik ketenangan sore di pertengahan bulan Juni yang melankolis ini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang selalu berhembus di sekelilingku dan aku meski pasrah. Meski linangan air mata di kelopak, akan terus kubelai bunga-bunga kehidupan ini, meski durimu terlalu sering melukaiku, tapi harummu memabukanku. Mereka tuli, atau mungkin telinga mereka sengaja ditulikan, disumbat dengan kapas, hingga tak dapat lagi mendengarkan Orang-orang yang sedang duduk di kursi angkringan pun tak mempedulikan suara itu, barangkali memang tak ada rasa ingin tahu, justru asyik menikmati segelas teh-jahe dan mengepulkan asap rokok dari dalam mulutnya. Itulah satu hal yang menarik dari kota ini, setiap orang bebas mengekspresikan diri, merajut lembaran cerita kehidupan dari gulungan benang-benang bahasa dan makna hidup yang nyaris telanjang. Seorang laki-laki kurus kerempeng dan berambut panjang. Entah apa yang sedang ada pikirannya, sedang kalut atau sedang tergesa-gesa, hingga tak lagi bisa berpikir untuk menginjak pedal rem motornya. Atau bisa juga matanya rabun hingga tak dapat melihat pintu gerbang untuk masa depannya yang tertutup oleh kabut kegelapan. *** Aku tahu siapa laki-laki itu, Ricky namanya. Lama aku tak bertemu dia, terakhir kali saat kita sama-sama mengambil mata kuliah apresiasi budaya, yang dosennya bu Tutik dan selalu membuatku tak pernah absen, woww….seksi. Angin bertiup kencang, menghembuskan debu-debu yang mengotori jantung hatiku, lapangan Pancasila ini. Aku dengar dari anak-anak, tak lama lagi lapangan ini tinggal cerita, akan dibangun gedung FISE, yang dulunya bernama FIS. Lapangan yang penuh kenangan buatku, juga mungkin buat Totok, sohibku. Kemana dia, biasanya sore seperti ini sudah ngajak ngankring, yang ujung-ujungnya minta dibayarin, tiap ketemu utang….utang, tapi pas lagi dapat uang kiriman dari kampung, makannya di Garden Café, seminggu kemudian dia sudah terlihat lagi di angkringan. Selain itu kata yang diucapkan pertama kali bila ketemu aku adalah…. "Bec, rokok bec," bukan menawarkan tapi…. "Tuku Bec…," Kalau bukan seperti itu tentu adalah….. "Citra gimana Bec?" "Hanif?" "Dewi?" "Pipit?" Jauh di depan tampak kerumunan orang di depan gedung LPM, aku sendiri kurang jelas apa LPM, tapi yang kutahu akronimnya saja. Tapi aku tak lebih tertarik jika bandingkan dengan menikmati indahnya sore ini, debu-debu yang tadi beterbangan kemudian mengkristal, berkilauan, memancarkan cahaya jingga-jingga kadang juga kelabu, sesekali merah delima pula, saat para mahasiswi melintas, seperti di jalan Kaliurang di bulan puasa, membuat terpana dan merana. ****

Upload: lythuy

Post on 09-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

PERTEMUAN 1 (PERKENALAN)

Brakkk!!! Suara itu mengusik ketenangan sore di pertengahan bulan Juni yang melankolis ini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang selalu berhembus di sekelilingku dan aku meski pasrah. Meski linangan air mata di kelopak, akan terus kubelai bunga-bunga kehidupan ini, meski durimu terlalu sering melukaiku, tapi harummu memabukanku.Mereka tuli, atau mungkin telinga mereka sengaja ditulikan, disumbat dengan kapas, hingga tak dapat lagi mendengarkan Orang-orang yang sedang duduk di kursi angkringan pun tak mempedulikan suara itu, barangkali memang tak ada rasa ingin tahu, justru asyik menikmati segelas teh-jahe dan mengepulkan asap rokok dari dalam mulutnya. Itulah satu hal yang menarik dari kota ini, setiap orang bebas mengekspresikan diri, merajut lembaran cerita kehidupan dari gulungan benang-benang bahasa dan makna hidup yang nyaris telanjang.Seorang laki-laki kurus kerempeng dan berambut panjang. Entah apa yang sedang ada pikirannya, sedang kalut atau sedang tergesa-gesa, hingga tak lagi bisa berpikir untuk menginjak pedal rem motornya. Atau bisa juga matanya rabun hingga tak dapat melihat pintu gerbang untuk masa depannya yang tertutup oleh kabut kegelapan.***Aku tahu siapa laki-laki itu, Ricky namanya. Lama aku tak bertemu dia, terakhir kali saat kita sama-sama mengambil mata kuliah apresiasi budaya, yang dosennya bu Tutik dan selalu membuatku tak pernah absen, woww….seksi.Angin bertiup kencang, menghembuskan debu-debu yang mengotori jantung hatiku, lapangan Pancasila ini. Aku dengar dari anak-anak, tak lama lagi lapangan ini tinggal cerita, akan dibangun gedung FISE, yang dulunya bernama FIS. Lapangan yang penuh kenangan buatku, juga mungkin buat Totok, sohibku.Kemana dia, biasanya sore seperti ini sudah ngajak ngankring, yang ujung-ujungnya minta dibayarin, tiap ketemu utang….utang, tapi pas lagi dapat uang kiriman dari kampung, makannya di Garden Café, seminggu kemudian dia sudah terlihat lagi di angkringan. Selain itu kata yang diucapkan pertama kali bila ketemu aku adalah…."Bec, rokok bec," bukan menawarkan tapi…."Tuku Bec…,"Kalau bukan seperti itu tentu adalah….."Citra gimana Bec?""Hanif?""Dewi?""Pipit?"

Jauh di depan tampak kerumunan orang di depan gedung LPM, aku sendiri kurang jelas apa LPM, tapi yang kutahu akronimnya saja. Tapi aku tak lebih tertarik jika bandingkan dengan menikmati indahnya sore ini, debu-debu yang tadi beterbangan kemudian mengkristal, berkilauan, memancarkan cahaya jingga-jingga kadang juga kelabu, sesekali merah delima pula, saat para mahasiswi melintas, seperti di jalan Kaliurang di bulan puasa, membuat terpana dan merana.****

Page 2: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Dapat lokasi mana mas?", tanya Ricky pada salah satu laki-laki yang juga sedang mengamati tempelan kertas pengumuman itu."Pengasih, Kulon Progo, lokasi 15," jawabnya."Sama mas, saya juga di sana," kata Ricky.Ricky mengulurkan tangannya pada laki-laki itu, sementara orang-orang masih berebut, berdesakkan sesekali saling dorong, mirip rebutan jatah raskin di kelurahan."Kenalkan nama saya Ricky.""Rohmad, panggil aja Somad atau Ciu," sambut orang itu."Fakultas apa?""Manajemen!""Asal kamu mana?"Bekonang, Sukoharjo,"Jawaban Somad tadi menerbangkan Ricky kembali ke masa lalunya yang selama ini tenggelam bersama deburan ombak pantai selatan, seakan tubuhnya menjadi ringan kemudian bersama rombongan burung-burung bangau yang sedang berimigrasi, melintasi langit Kota Jogja sore itu, terus terbang ke arah selatan melewati pasar seni Gabusan terus ke selatan sampai akhirnya hinggap di sebuah gubuk reyot di tepi pantai sebelah barat Parang Tritis. Peristiwa yang tidak pernah terlupakan saat menjelang senja ketika para pengunjung pantai itu mulai meninggalkan pantai, para pedagang mulai mengemasi barang dagangannya, dan para penarik delman meninggalkan pantai yang mulai sepi. Ricky masih enggan meninggalkan pantai duduk di atas selembar koran matanya menatap deburan ombak yang semakin mendekat kearah pantai. Tangannya melingkar di pinggang gadis berambut sebahu yang menyandarkan kepala di pundaknya, angin laut yang menerpa semakin dingin dirasakan, maka semakin erat pula Ricky memeluk gadis itu.Disinilah samudra tanpa batas sejauh mata memandang hanya air laut yang berkilauan memantulkan sinar rembulan, tapi ini bukan Samudra Hindia yang penuh mitos itu, ini samudra hati, yang penuh relung hingga ombaknya mampu menghancurkan batu karang, yang airnya mampu memantulkan cahaya berwarna merah jambu. Hearty sosok gadis yang ada dalam benak Ricky mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di kota itu, seminggu setelah Ricky mengakhiri jalinan asmara dengan Zaim, salah satu sepupunya mengenalkannya dengan Hearty.Gadis lugu itu menggelayut manja dalam pelukan Ricky, meski ini baru sehari mengenal Ricky, tapi dia merasa menemukan pelindung dan tambatan hati setelah sekian lama hatinya terombang ambing di tengah lautan asmara, ingin rasanya laki-laki ini menjadi yang terbaik untuk dirinya. Dalamnya laut bisa di ukur dalamnya hati siapa sangka begitu pepatah yang sering diajarkan oleh guru bahasa Indonesia ketika di sekolah, tapi entah apa yang ada dalam benak Ricky.****Masih di tepi pantai, malam mulai menyambut, mengucapkan selamat datang pada dua insan yang sedang kasmaran itu. Pelukan tangan Ricky semakin erat, mata kedua anak manusia itu saling menatap, seperti saling menyelami palung hati mereka yang paling dalam. Tangan Ricky mulai membelai rambut Hearty dengan lembut, gadis itu pun memberikan senyuman, Ricky pun membalas."Ty' kamu lihat kupu-kupu di sekeliling kita nggak?""Kenapa?""Karena ada mawar di sini, mawar itu kamu Ty', aku sendiri pangeran kupu-kupu itu.""Ihh…genit…."Hearty merasakan degup jantung Ricky yang tak karuan sama seperti yang ia rasakan,

Page 3: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

bibirnya mulai bergetar, tak lama matanya terpejam. Ricky tahu apa yang akan ia lakukan. Burung-burung camar tak ada lagi yang terbang di atas deburan ombak, pantai ini tinggal menyisakan beberapa pengunjung dan pedagang yang masih menunggu barang dagangannya laku terjual."Wooiii, ngelamun lo!", teriak Somad sambil menepuk bahu Ricky."Ehhh…ahkk…nggak apa-apa aku.""Ayo kita kesana," ajak Somad sambil menunjuk ke arah kafe yang tak jauh dari situ, Ricky membalas dengan menganggukkan kepalanya, entah siapa yang mempunyai ide mengadakan pertemuan di tempat itu."Dari jurusanmu, cuma kamu sendiri?", tanya Somad. "Nggak juga, ada beberapa tapi cewek-cewek semua"."Asyik dong?", kelakar Somad"Biasa aja tuh,"Mereka berdua sudah berada di kafe, tampak masih sepi. Memang sebenarnya tempat ini hanya semacam kantin biasa, mirip kantin-kantin waktu kita masih SMA dulu, mungkin biar terlihat keren namanya diganti kafe, beginilah arus gombalisasi merasuki seluruh nadi kehidupan, menipu diri sendiri, tapi mau apalagi, sudahlah.Terlihat dua orang cewek duduk di bangku depan kafe, seorang berkerudung dan satunya berambut lurus panjang dan diikat, mirip ekor kuda di Pantai Parang Tritis ditambah tas pinggang biru bergambar Hello Kitty dan bertuliskan Happy di bawah gambar itu, mirip anak-anak abg yang punya hobi jalan-jalan ke mall. Mereka kelihatan asyik bercanda, mungkin saling menceritakan ketampanan cowoknya masing-masing, binatang kesayangan, boneka barbie koleksinya, adiknya yang bandel dan lucu, lokasi KKN yang jauh atau neneknya yang funky, entah.Somad mendekati dua cewek itu, lagaknya mirip don juan yang sering gonta-ganti pacar dan idola kaum hawa." Permisi….pertemuan KKN juga ya?", sapanya sambil tersenyum. Salah satu dari mereka menganggukan kepalanya, yaitu cewek berambut ekor kuda dan bertas biru bertuliskan Happy itu sambil tersenyum.Ricky ikut mendekat melempar senyum, menatap si rambut ekor kuda itu, si rambut ekor kuda tersipu dan mencoba memalingkan muka ke arah temannya yang duduk di sebelahnya, tapi terlambat, pertanyaan Ricky seakan mengunci gerakannya, seperti jagoan karateka mengunci lawannya dan menyerah tanpa syarat, dramatik."Hai, boleh kutahu nama kamu?" sapa Ricky"Ririn". Jawab si rambut ekor kuda itu sambil menjabat tangan Ricky."Namaku Ricky", sambut Ricky sambil tersenyum.Ehm, entah baru dari dukun pelet mana tadi Ricky sebelum berangkat ke kampus hingga memberikan pesona magis, atau mungkin masih terpengaruh alkohol yang diminum tadi malam bersama teman-teman kos, boleh dibilang begitu karena matanya masih merah dan rabut gondrongnya acak-acakan seperti orang yang baru bangun tidur.Ricky ikut duduk di sampin bangku dua cewek itu, kemudian mengeluarkan rokok dari sakunya, menyalakan dan menghisap dalam-dalam seakan menikmati sebuah kedamaian saat asap rokok mengepul keluar dari mulutnya. Tidak bisa dimengerti memang, meski para pecandu rokok tahu akan kebiasaannya itu tetap saja, hal itu masih dilakukan, tragis.Belum sempat melanjutkan perkenalannya, Ricky tiba-tiba di kejutkan deru motor yang melaju kencang dari arah selatan kafe itu dan tiba-tiba mengerem mendadak di depan Ricky. Cewek yang dibonceng turun dari motor dan menyalami Ririn dan temannya tadi, sepertinya mereka sudah saling kenal, paling tidak mereka pernah bertemu. Sedang yang cowok masih berada di atas sepeda motornya, terlihat angkuh, berkacamata minus seperti orang yang kecanduan

Page 4: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

membaca yang menghabiskan dua puluh jam dalam sehari hanya untuk membaca, hanya ikut tren atau memang bawaan dari kecil, mungkin.Matanya menatap Ricky, seperti orang yang baru menang lotre, tampak keheranan dan mimik yang serius. Tidak seperti biasa memang, sore ini Ricky hanya berkaos oblong dan celana pendek, semua pinjaman dari Ali Borneo yang juga teman satu kos, awalnya sih pinjam tapi malas mengembalikan, hari-hari lain saat keluar kos Ricky lebih senang memakai celana jeans panjang warna biru kesukaannya. Sebentar cowok tersenyum pada Ricky, tapi Ricky justru memalingkan muka ke arah Somad yang sedari tadi hanya duduk terdiam."Rokok yu", kata Ricky sambil mengulurkan bungkusan rokok ke arah Somad. Tanpa memberikan jawaban somad mengambil sebatang rokok lantas menyalakannya."Oiii…ngumpulnya pindah sini saja", teriak seseorang dari arah barat."Siapa yu?", tanya Ricky.Somad hanya menggelengkan kepalanya dan menunjuk ke arah asal suara tadi, memberikan isyarat untuk mengajak Ricky beranjak dari tempat duduknya. Ricky berdiri dan kemudian melangkahkan kakinya dengan malas diikuti Somad, Ririn dan temannya tadi. Sedangkan cowok berkacamata tadi mengajak cewek yang dibonceng tadi untuk naik kembali dan mengikuti rombongan Ricky.***Di tempat itu sudah berkumpul beberapa orang, kemudian muncul seorang cewek membawa tikar dan menggelarnya di tempat itu. Tanpa menunggu dipersilakan semuanya mengambil posisi tempat duduk di atas tikar itu. Satu persatu memperkenalkan diri, rupanya cowok berkacamata tadi bernama Agung, sedangkan yang berteriak memanggil tadi bernama Soleh, tidak memakai gus di depannya, ada yang bernama Edy, Latifah, Yosi, Fitri, dan Dwi, cewek yang dibonceng Agung tadi.Mereka berjumlah sembilan belas orang, tidak termasuk teman Ririn tadi karena dia pulang saat Ricky dan yang lain meninggalkan kafe tadi. Saat seseorang mengenalkan diri, nama, alamat kos, alamat rumah, nomor HP dan status, yang terakhir tidak ada yang berstatus janda ataupun duda, tapi soal perawan atau perjaka, entah. Ricky tidak begitu tertarik dengan sesi kenal mengenal itu, ia lebih tertarik mengamati gerak-gerik Ririn sambil sesekali melemparkan senyum padanya. Rambut lurus panjang Ririn membuat Ricky kembali melamun, terbang ke arah barat menelusuri jalan Jendral Soedirman terus ke arah barat melewati tugu trademark-nya Jogja itu, melewati Ring Road barat sampai pasar Godean dan akhirnya singgah di rumah septy, cinta lagi-lagi cinta kenapa sih ini?SWEET MEMORY 1Di akhir semester enam, pertengahan tahun 2003 sebenarnya Ricky sudah bisa mengambil mata kuliah yang mengasyikkan itu, KKN. Syarat-syarat yang diperlukan untuk mengambil mata kuliah itu terpenuhi, tapi rayuan Tyle teman barunya nongkrong di kantin membuat Ricky mengurungkan niatnya mengambil mata kuliah itu. Tyle mengajak Ricky masuk dalam kepanitian POSKAM, dulu namanya OSPEK, mungkin karena terdengar seram atau hanya terdiri dari beberapa huruf saja atau biar terlihat beda dengan kampus lain, terlalu menyita waktu memikirkan hal sepele seperti itu. Akhirnya Ricky tertarik juga masuk dalam kepanitian, ia masuk dalam divisi keamanan, bukan karena tampangnya yang seram dengan rambut ikal gondrongnya hanya karena sudah tidak ada lagi divisi lain yang membutuhkan tambahan orang, mau tidak mau Ricky masuk divisi keamanan.Ricky mengajak teman-teman gengnya dulu untuk ikut juga bergabung dengan kepanitian POSKAM, namun hanya beberapa orang yang tertarik salah satunya Endrik. Mereka berdua sudah berkawan lama, tapi Ricky baru benar-benar dekat dengan Endrik saat semester tiga. Saat itu mereka tergabung dalam satu kelompok belajar "Sumber Rejeki", mirip nama sebuah tempat

Page 5: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

penggilingan padi, sangat filosofis. Nama itu merupakan ide dari Ricky karena sudah kehabisan ide untuk kelompoknya. Sebenarnya kelompok ini tidak lebih hanya sekumpulan anak-anak yang malas kuliah tapi rajin nongkrong di warung soto emak yang juga jualan.Saat acara penyambutan mahasiswa baru inilah, Ricky mengenal Septy. Saat itu Septy menjadi pemadu kelompok tujuh, di bawah pohon beringin besar dan tinggi menjulang kelangit di depan kampus itu satu persatu mahasiswa baru memperkenalkan diri termasuk para pemandunya. Dari perkenalan itu Ricky tahu nama gadis manis berkulit sawo matang dan berambut teruai panjang nan seksi itu bernama Septy. Kecerian dan kecentilan Septy menarik perhatian Ricky, mirip Avril Lavigne dalam video klipnya"complicated" yang sering ditayangkan di beberapa stasiun televisi, sangat hiperbolis. Saat istirahat makan siang Ricky mendekati Septy yang sedang duduk sendirian."Hai Sep, nggak makan kamu", sapa Ricky."Hai juga mas", balas Septy sambil tersenyum"Kamu jurusan apa sih, Sep?"."Seruker"."Masa sih", jawab Ricky seolah tidak percaya."Nggak percaya, terserah"."Percaya deh"."Nanti malam ada konser, nonton yuk Sep?", Ricky merayu."Wah aku mau nonton bareng kakakku"."Kakak apa kakak nih?", tanya Ricky penasaran."Kakak,….kakak perempuanku, tadi udah janjian"."Ikutan ya?", pinta Ricky."Maunya, nggak janji ya"."Aku tunggu nanti sore ya?", balas Ricky sambil berlalu meninggalkan Septy, gadis itu hanya tersenyum ke arah Ricky.Hari ini acara penyambutan mahasiswa baru fakultas selesai, besok giliran di jurusan masing-masing. Tempat parkir motor semakin sepi, tampak Ricky masih menunggu seseorang dengan perasaan cemas, mungkinkah Septy mau di ajak nonton konser musik itu, dari kejauhan sudah terdengar perfomance dari band-band pembuka, memang konser itu menghadirkan band-band papan atas Indonesia seperti /rif, Pas Band dan juga band-band pendatang baru yang mulai merilis album. Sambil menghisap sebatang rokok, Ricky duduk di depan pintu gerbang tempat parkir motor yang ada di samping kampus.Tiba-tiba datang sebuah motor dengan sorot lampunya yang menyala terang dan suara knalpot yang keras memekakkan telinga, Septy rupanya tampak dari senyum dan kecentilannya saat berada di atas motor, menggemaskan. Memang dari sini sudah terlihat bagaimana karakterisitik gadis ini, cara bicaranya, kecentilannya, dan apalagi kalau bukan knalpot motornya yang di ganti model sport, coba pikirkan."Hallo,…he..he sendirian kok belum belum balik, nungguin siapa?", sapa Septy sambil mematikan mesin motornya, penuh basa-basi."Nungguin siapa ya?", kata Ricky tanpa butuh jawaban."Jadi nih ngajak nontonnya"."Jadi dong, dari tadi di tungguin di sini"."Oh…ya"."Kan dah janji", jawab Ricky meyakinkan."Sorry, tapi aku telpon kakakku dulu ya?"."Boleh", jawab Ricky.Mereka berdua meninggalkan kampus, lalu mencari wartel yang terdekat dengan kampus.

Page 6: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

Setelah gadis centil itu menelepon kakaknya, ia menghampiri Ricky yang sedari tadi menunggu di luar KBU sambil mengamati ikan Louhan yang terdiam seperti hilang kebebasannya dalam kotak kaca aquarium milik pengusaha wartel itu. Setelah menitipkan motor, mereka berdua menuju tempat konser musik di depan auditorium itu. Dengan sengaja Ricky merangkulkan tangan kirinya ke pundak gadis centil itu, sontak dia kaget,"Eits, jangan ambil kesempatan dong". Kata gadis itu sambil melepaskan rangkulan tangan yang ada di pundaknya, Ricky hanya tersenyum.Tiga tahun sudah kota ini menempa Ricky, mengajarkan tentang arti kehidupan seperti dulu waktu kecil, saat ia belum genap berumur empat puluh hari ia sudah diasuh oleh neneknya, ibunya sibuk bekerja setelah masa cuti melahirkan habis. Dari situ ia mulai merasakan bahwa seorang laki-laki harus bisa mandiri, melindungi wanita seperti apa yang pernah ia rasakan waktu masa kecilnya, ibunya dan neneknya merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tidak mengherankan bila Ricky saat ini memperlakukan Septy demikian. Seperti yang pernah ia lakukan saat masih pacaran dengan Zaim, gadis Rembang yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di dekat ring road timur itu.Setiap akhir pekan atau malam minggu untuk sekedar jalan-jalan atau cuci mata layaknya anak-anak muda pada umumnya, menelusuri trotoar dan emperan toko yang menjajakan berbagai kerajin dan aksesoris di sepanjang jalan Malioboro. Atau ketika bersama Hearty saat malam mingguan di pantai Parang Tritis, sama seperti yang dilakukan pada gadis centil itu.Saat ini hanya ada tiga nama perempuan yang mampu menjerat hati Ricky, pertama Zaim, yang mulai menjadi pacarnya sejak 17 Agustus 2002, meski baru dikenal seminggu sebelumnya. Kedua Hearty, seminggu setelah putus dengan Zaim, sepupunya yang kuliah di kota Solo mengenalkannya pada cewek yang memiliki bibir seksi yang selalu membuat Ricky enggan memalingkan wajahnya jika sudah bertatap muka dengan Hearty.Nama-nama cewek ini belum termasuk dengan teman-teman dekat Ricky bahkan sangat dekat, pacar tanpa status yang sekarang lebih nge-trendnya TTM barangkali, ada yang bernama Priska, Dian, Dina, Amah, beberapa nama bahkan sudah tidak bisa diingat lagi. Ada satu kesamaan diantara ketiga perempuan tadi, yaitu sama-sama memiliki rambut panjang, meski Zaim lebih suka rambut panjangnya dijepit, Hearty lebih sering menggulung rambutnya lalu gelungan rambut itu ditusuk dengan tusukan rambut yang mirip supit untuk makan mie seperti model rambut Oshin dari Jepang, sedangkan Septy lebih suka membiarkan rambut panjangnya terurai meskipun terlihat acak-acakan saat tertiup angin, barangkali benar-benar terobsesi menjadi Avril Lavigne karena aksesoris yang dipakai pun terlihat nge-punk.***Di samping panggung yang menghadap ke arah selatan itu Ricky dan Septy menyaksikan performance band-band yang membawakan lagu-lagu beraliran ska, rock dan pop alternative itu. Kedua remaja itu larut dalam irama lagu-lagu yang dibawakan band-band tadi, anggukan kepala dan goyangan badan mengikuti alunan musik. Septy mengeluarkan botol berisi air mineral kemudian menawarkan pada Ricky sebelum ia sendiri meminumnya, bibir yang basah menambah dia semakin terlihat seksi. Sekarang Septy tak lagi melepaskan pelukan Ricky, hanya sesekali ia mencubit pinggang Ricky karena laki-lagi gondrong ini mencium pipinya.Padahal sebelum makan siang tadi Septy dibuat 'keki' oleh Ricky, betapa tidak saat acara nonton di ruang Cineclub laki-laki ini sengaja duduk berdampingan dengan cewek bernama Dina yang dikenalnya gara-gara salah sebut nama, wajahnya dan rambutnya memang mirip dengan Septy hanya dia berkulit kuning langsat, Ricky dengan pede-nya memanggil Dina dengan meneriakkan nama "Septy!". Dina pun menoleh ke belakang dan berkata,"Maaf mas, saya bukan Septy, namaku Dina, tapi saya senang dengan cara kamu mengajak kenalan".

Page 7: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

Saat film baru diputar beberapa menit Septy menyaksikan Dina sudah menyandarkan kepalanya di pundak Ricky, ia hanya tersenyum. Belum sempat mengalihkan perhatiannya, ia dikagetkan suara dari belakang tempatnya duduk."Sep, ngapain di situ sendirian, sini aja", pinta Ricky.Tanpa memberikan jawaban Septy beranjak dari tempat duduknya dan menuju kearah Ricky dan Dina. Inikah yang dinamakan double date, maybe. Malam ini jelas berbeda justru Septylah yang menemani nonton konser. Sebelum acara selesai Septy mengajak pulang, kemudian keduanya berpisah di depan pintu gerbang kampus.***Tahun telah berganti, hujan turun hampir setiap hari di awal tahun 2004 ini, kadang membuat malas ngampus, hari ini tepat tanggal 13 Februari, yang berarti besok adalah Valentine day, hari kasih sayang begitu ditunggu banyak anak muda abg, atau yang pernah merasa muda. Gerimis yang tak kunjung reda menambah dingin udara pagi ini, tidak seperti biasanya anak-anak kos sudah ngumpul di ruang tamu, termasuk Ricky. Sambil menikmati segelas kopi ditangannya, Daniel teman kos Ricky yang tak lain adalah adik dari Ali Borneo itu menyeletuk,"Kemana nih kita malam ini, malam valentine kan?"."Jalan dong", seseorang menanggapi.Yang lain hanya tersenyum, "Nongkrong di bunderan aja, gimana?", usul Ricky. Bundaran yang dimaksud adalah istilah untuk menyebut daerah sekitar pintu gerbang utama masuk kampus biru, seperti Ashadi Siregar menyebut UGM dalam novelnya "Cintaku Di Kampus Biru" karena di situ terdapat sebuah bundaran yang tepat berada di tengah jalan, mungkin dibangun agar arus lalu lintas yang melewati jalan itu bisa teratur dan tidak memutar . Apabila memandang ke arah utara terlihat gedung megah Grha Shaba Pramana dengan latar belakang gunung Merapi, saat sore hari dan langit cerah gunung api terlihat kokoh nun jauh di sana."Boleh, daripada keliatan jomblo dong kita kalau di kos aja, ya nggak Jar", kata Daniel mengiyakan."Ya,…ya…ya", jawab Fajar diikuti tawa anak-anak kos.Meskipun para penghuni kos berasal dari berbagai suku atau agama yang berbeda, tapi keakraban antar anak kos tetap terjaga, meski terkadang harus berselisih dengan teman hanya gara-gara rebutan tempat jemuran, atau terlalu lama merendam baju karena ember yang tersedia terbatas, jadi mesti bergantian atau masalah sepele, saling ejek bila tim sepakbola jagoannya ada yang kalah, begitulah layaknya kos-kosan pada umumnya.***Menjelang Isya', Ricky, Fajar dan Daniel sudah bersiap meninggalkan kos, dua motor sudah mereka siapkan, satu milik Fajar sedangkan satunya lagi milik Ricky.Suara mesin motor dua tak Fajar sudah memekakan telinga, "Let's go coy", pekik Daniel. Maka ketiga anak ini pun menelusuri jalan Gejayan, terus ke selatan dan berbelok ke arah jalan Colombo mampir sebentar ke tempat kos teman Fajar, kemudian mereka menuju tempat yang telah disepakati tadi pagi, bunderan. Sampai di tempat itu mereka bertiga duduk di atas rerumputan yang masih basah karena hujan yang tak kunjugan reda hingga sore tadi. Belum sampai setengah jam duduk di situ seorang SPG menawarkan sebungkus rokok mild produk baru. Fajar tanpa basa-basi mengambil sebatang rokok, menyalakan dan menghisap dalam-dalam sambil sesekali menggoda SPG itu, Fajar pun membeli sebungkus rokok itu. Sedang Ricky dan Daniel sibuk mengirim sms dengan ponsel masing-masing, tapi dengan siapa Ricky sms-an? Siapa lahi kalau bukan dengan Septy, mengucapkan selamat merayakan malam valentine rupanya, Daniel pun demikian, tapi entah dengan siapa, adik perempuannya, mamanya, teman kampus yang diincarnya saat ospek tahun lalu, yang hingga kini belum mampu ditaklukkannya."Gila, Fajar nih sok akrab gitu", celetuk Daniel sambil meraih bungkusan rokok dari tangan

Page 8: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

Fajar tentu setelah perempuan itu pergi. Fajar hanya tersenyum lalu duduk di dekat Ricky yang dari tadi sibuk sibuk berkirim sms."Jar malam ini kita berikrar, ini malam valentine terakhir kita jalan tanpa di temani cewek, apalagi ma kamu Jar yang sok laku gitu", kata Daniel."Bener Nel", kata Fajar.Ricky hanya tersenyum, mereka tidak tahu kalau dia sebenarnya sudah mengajak Septy untuk nonton konser musik besok siang di lembah UGM. Belum sempat mengahabiskan malam valentine di bunderan tiba-tiba hujan mulai turun lagi, mereka bertiga cepat-cepat menuju motor masing-masing, "Cabut coy!" teriak Daniel, ketiganya balik ke kost."Selamat datang para Prince of love, selamat berjomblo ria", ledek Ali sambil masuk kamarnya, saat mereka bertiga sampai kos."Sok!", kata Daniel."Patungan beli minum yuk?" ajak Daniel."Mau berangkat nggak?""Tunggu yang lain dulu, deh biar rame".Dari dalam kamar Ali terdengar tawa kecil seorang cewek, pantas dia langsung masuk kamar ketika mereka bertiga datang tadi. Benar-benar perayaan valentine yang penuh 'kasih sayang' love is die "cinta sampai mati maksudnya", garing. Sebentar melepas kaos yang basah, Ricky meyalakan rokok yang tadi dibeli fajar untuk mengusir dinginnya malam yang menusuk hingga ke dalam tulang.***14 Februari 2004, Ricky merapikan kamar kosnya, sambil mendengarkan alunan lagu dar CD yang diputar di komputernya dan tentunya sambil menunggu seseorang yang akan diajaknya nonton konser musik, si "Avril Lavigne", Septy. Terakhir kali mereka berdua nonton konser musik saat perayaan pergantian tahun kemarin, kebetulan konser gratis itu di gelar di kampus mereka berdua. Saat itu Ricky hampir pingsan karena penuh sesak penonton, karena Septy mengajak menonton lebih dekat dengan panggung. Kalau mereka berdua nge-date, tidak hanya nonton konser musik, beberapa waktu lalu Septy mengajak Ricky nonton film "Eifel, am In Love", di bioskop yang terletak dekat stasiun Lempuyangan itu.Ada cerita lucu malam sebelum mereka berdua nonton, selepas adzan Isya' ponsel Ricky berdering, Septy mengirim sms yang berisi:"Lagi ngapain? Nonton The Soul yuk"Ricky pun segera membalas sms itu, "The Soul? Dimana?"Sebenarnya dia belum tahu kalau The Soul adalah judul film yang baru di putar di bioskop-bioskop 21, lalu ia pura-pura bertanya pada Ali, "Li, The Soul nama grup band baru ya?""Kurang tahu, iya kayaknya"tapi beberapa menit kemudian Septy membalas sms. "Di Mataram, tapi aku dibayarin ya? He…hee".Tidak terbayang jika tadi Ricky menambahi sms yang dikirim dengan "Band baru ya? Tapi nggak usah dekat panggung lagi ya", untungnya tidak waktu itu.Sembilan lebih lima belas menit, sebuah motor masuk pintu gerbang kos dengan deru knalpot yang meraung, sedetik kemudian suara itu menghilang."Ric, ada yang nyari nih", teriak Ali dari kamarnya."Masuk dik orangnya ada kok", tambahnya."Hi..", sapa Septy saat Ricky membukakan pintu kamarnya."Hi juga, masuk", kata Ricky.Sebelumnya Septy juga pernah masuk kamar ini, saat itu ia numpang ngerjain tugas, sulit di tebak memang karakter cewek ini, hal itu sering terlintas dalam pikiran Ricky. Sebulan

Page 9: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

setelah mereka saling kenal, sebenarnya Ricky pernah mengungkapkan isi hatinya, saat di depan kampus, ketika itu tiba-tiba Ricky menghentikan laju motor Septy, gadis itu menghentikan laju motornya juga, tanpa basa-basi Ricky menyatakan rasa cintanya, gila memang, tapi itu yang terjadi. Septy berjanji memberikan jawaban seminggu kemudian, saat itu tepat pada malam peringatan bulan bahasa, saat beberapa kelompok teater ikut memeriahkan acara malam itu. Hati Ricky berdebar-debar menanti Septy di sebuah pendopo kampus dan tentu juga jawaban yang akan diberikan si "Avril Lavigne" itu, sayang jawaban yang diterima Ricky tidak sesuai yang diharapkan, never lose guys!Tapi hari ini, tepat hari valentine, semuanya akan berbeda. Seperti keduanya sudah saling mengerti satu sama lain, hanya tidak ada ikatan. Septy tidak mampu menolak ajakan Ricky begitu juga sebaliknya."Mau pake motor siapa Sep?""Terserah"."Motorku aja ya".Kemudian mereka meninggalkan kos Ricky menuju Lembah UGM, setelah membeli tiket konser, keduanya menuju ke arah panggung tempat konser, sayang sekali penonton sudah berdesakan, konser ini menampilkan grup musik Peterpan dan Ungu, juga band-band pembuka tentunya. Di luar gedung tenis indoor ini hujan turun dengan lebat, sehingga suasana pengap di dalam gedung mulai terasa, beberapa cewek-cewek abg banyak yang pingsan, panitia pun terlihat sibuk membopong, gadis-gadis abg itu. Ricky menarik tangan Septy untuk mengajaknya agak ke belakang, selain karena berdesak-desakan dengan penonton. Sudah banyak yang mulai "menggila" saling dorong dan melempar botol mineral, meski sebelum masuk sudah ada "razia" bagi yang membawa minuman mineral dalam botol diminta panitia pun mereka mulai "trance" mengikuti alunan musik. Ini mengingatkan Ricky saat nonton konser Hellowen dengan band pembukanya Jamrud di Mandala Krida, saat lagu Forever and one, penonton pun demikian lebih seru lagi.Pukul empat sore pertunjukan musik itu selesai, hujan turun justru semakin deras. Beberapa orang memilih bertahan di dalam gedung, tapi tidak untuk mereka berdua, hujan bukan menjadi halangan. Mereka berdua menuju tempat parkir dan balik lagi ke kos Ricky.***Dalam kamar kos berukuran tiga kali tiga meter, hanya berisi seperangkat komputer lengkap dengan speaker active-nya, kasur lantai, lemari plastik, rak buku yang berisi buku-buku yang "memusingkan". Sepasang anak muda yang sedang mereguk asmara yang memabukkan seperti anggur yang disimpan puluhan tahun, mereka saling bercanda, saling memuji, saling merayu, sesekali diam mematung, saling bertatap mata, sangat klasik memang."Sep, ganti baju ya, basah tuh"."Mas aja, nanti sakit lagi"."Terserah deh, tapi keringkan rambutmu". Kata Ricky sambil memberikan handuk pada Septy.Ricky kemudian mengambil kaos dan celana pendek lantas melepas pakaiannya yang basah dan menggantinya dengan pakaian yang di ambilnya tadi dari lemari, Septy masih asyik mendengarkan alunan lagu yang diputarnya di komputer. Sesekali Septy mengangguk-anggukkan kepalanya, rupanya sedang memutar lagu dari penyanyi idolanya, "Avril Lavigne". Di luar hujan semakin deras saja, dari kamar samping terdengar anak-anak kos berteriak-teriak, asyik main game."Suka lagu itu ya Sep?", kata Ricky sambil merangkulkan tangannya ke pundak Septy."Hhmm"."Request dong"."Apa?"

Page 10: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Kamu"."Apa?", Septy mengulang pertanyaannya."Kamu", Ricky mengulang jawabannya."Emang aku punya lagu?"."Trus punya siapa?", ganti Ricky yang bertanya.Sambil membalikkan badannya, matanya menatap tajam kearah Ricky, begitu juga dia. Jemari tangan mereka saling menggenggam, kemudian Septy melepaskan genggaman itu, sekarang jemari kedua tangannya sudah berada di pipi kanan dan kiri Ricky."Mas, kenapa sih kamu terlalu baik sama aku?""Kenapa ya?""Padahal aku pernah mengecewakan kamu"."Tapi yang kamu perlu tahu Sept, cuma kamu satu-satunya cewek yang aku sayangi."Mendengar ucapan Ricky seperti itu, jantung Septy berdegup semakin kencang, nafasnya menderu tidak teratur, ia hanya teringat saat Ricky memejamkan mata dan merebahkan dirinya. Ketika tersadar tampak Ricky sudah ada di depannya dengan berdandan rapi, mengikat rambut panjangnya dan wangi parfum tercium tajam sampai hidung Septy."Jam berpa mas?""Setengah enam"."Hahhh…"."Setengah enam, kenapa?"Tanpa menjawab kemudian Septy beranjak bangun dari tempat tidur, wajahnya tampak lesu, tapi senyum bahagianya mulai menampak, rambut kusut dirapikannya dengan jemari tangannya, kemudian Ricky memberikan sisir yang baru saja dipakainya."Masih hujan Sep, santai dulu aja", kata Ricky sambil membantu merapikan rambut Septy."Nggak ah nanti kemaleman,""Nginep sini aja?""Weekkk…", katanya sambil menjulurkan lidahnya.Ricky hanya tersenyum dan memberikan air mineral dalam di gelas."Dah aku pulang ya?""Nekat?""Habis nunggu reda? Kesenengan mas Ricky dong"."Sesekali bolehkan?""Nggak pulang aja deh"."Anterin ya?""Nggak usah ngrepotin nanti".Kemudian Ricky mengambil kunci motor Septy, mengambil motor Septy yang dari tadi pagi di parkir di kos, "Bener, nggak mau dianterin?" kata Ricky sambil menuntun keluar motor gadis centil ini."Bener, besok aja kita ketemuan di kampus ya", minta Septy."Ok".Setelah mesin motor dinyalakan Septy naik ke atas jok motornya yang super "ceper", suara knalpotnya yang mirip suara helikopter itu mulai meninggalkan kos Ricky, gadis itu melampaikan tangan ke arah Ricky, dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ricky masuk kembali ke dalam kamar, belum sempat membuka pintu kamarnya, sambil keluar kamar mandi Ali menyeletuk, "valentine ama cewek nih ye", ledeknya kemudian di ikuti anak-anak kos lainnya."Kemana Ric?" kata Ali."Iya nih, cerita-cerita dulu dong". Tambah Daniel

Page 11: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

Ricky hanya tersenyum, tumben kakak beradik ini klop, biasanya seperti kucing dan tikus dalam di film kartun Tom & Jerry.Hati Ricky berbunga-bunga, inilah pembalasan dari ledekan Ali semalam.***Mungkinkan valentine tahun depan masih bersama Septy, seperti yang diikrarkan dengan Fajar dan Daniel di bunderan UGM, kalau valentine tahun depan akan berkumpul di tempat itu lagi, tentu dengan pasangan masing-masing, Daniel dengan ceweknya, Ricky dengan Septy, bagaimana dengan Fajar? Terserah dia, mau dengan cewek atau cowok, memang selama ini belum pernah pacaran, sangat ironis dengan tampang dan style-nya. Bagaimana tidak, beberapa malam sebelumnya, tiba-tiba Fajar datang ke kos dengan tergesa-gesa, nafasnya tersengal-sengal seperti sehabis latihan badminton saja kemudian mengetuk-ketuk pintu kamar Ricky, "Ric ada dua cewek nganggur mau nggak?", katanya."Nganggur, nggak punya pekerjaan?" jawab Ricky santai."Mau nggak?" desak Fajar."Mau apa?""Kalau mau ikut aku!"Ricky mengerti maksud dari ucapan Fajar, mungkin maksudnya dia baru saja berkenalan dengan seorang teman, cewek pastinya, mungkin lewat sms salah kirim, chating, surat nyasar karena salah alamat, atau ketemu di jalan, pasar, terminal atau mungkin juga sebelah selatan stasiun Tugu, Jogja. Takut mengecewakan Fajar Ricky dengan malas mengambil jaket kulit hitamnya, mengambil kunci dan menuntun motor keluar, kemudian menyalakan motornya di depan pintu gerbang, menemani Fajar menjemput impiannya. Sungguh inilah malam yang akan membuat Fajar kena skakmat atau Knock out. Betapa tidak sesaat menjemput cewek-cewek tadi dan mengajak nonton konser Boomerang di Mandala Krida, yang hanya tinggal menyanyikan beberapa lagu lagi, dalam perjalanan pulang dari atas motornya Fajar memanfaatkan motor sportnya, jok motor yang lebih tinggi di belakang membuat cewek yang duduk di belakangnnya merosot ke depan, ini memang akal licik anak itu dengan menambahkan "dudukan" shock belakang menjadikan motornya nungging. Dengan begitu ketika paha cewek tadi berimpitan dengan paha Fajar, pun dia dengan mengendalikan motor dengan menggunakan tangannya saja bisa, karena laju motor tidak terlalu kencang. Bagaimana dengan tangan kiri Fajar, tentu memegang paha kiri cewek tadi, tapi apa yang terjadi pemirsa yang budiman? Tangan kiri cewek tadi menyapu bersih serangan fajar dari sayap kiri kemudian meng-counter attack dan menusuk hingga jantung pertahanan Fajar. Ricky yang mengikuti di belakangnya hanya tersenyum, tapi peristiwa ini akan menjadi senjata rahasia bila di kos nanti sedang "perang tanding" We…eee Lha dalah begitu kira-kira Ki Dalang dalam memainkan para lakon-lakonnya dalam dunia pewayangan.***SunyiBulan Februari mulai 2004 habis sudah, menyisakan cerita yang hitam-putih, hijau-biru, merah-kuning dan hijau seperti pelangi, dalam kos tiga kali tiga meter itu Ricky merebahkan tubuhnya di atas kasur busa yang di belinya di sebuah toko di Jalan Kaliurang, sambil menghisap rokok yang tinggal sebatang, matanya menerawang langit-langit kamar yang di penuhi "solomontho", diiringi alunan buffalo soldier-nya Bob Marley. Kado yang masih terbungkus rapi digenggamnya, dipukulkan pelan-pelan bungkusan itu di keningnya. Semestinya kado itu akan di berikan pada Septy saat valentine lalu. Di dalamnya terdapat sebuah kartu ucapan valentine yang terbuat dari kayu yang biasa dipakai untuk makan es cream, juga sebuah gelang manik-manik.Ricky masih ingat ketika acara nonton film di ruang cineclub, waktu Dina tertidur di

Page 12: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

pundaknya, ia merayu Septy untuk memberikan salah satu gelang manik-manik milik Septy, gadis itu memang melepas aksesoris di tangannya itu tetapi hanya untuk sekedar dipinjamkan kepada Ricky, entah hilang atau jatuh yang pasti barang itu sudah tidak ada, hilang. Maka sehari sebelum valentine,di sebuah mall di jalan Solo Ricky membeli kartu ucapan dan gelang-gelang manik-manik itu juga tentu coklat khas valentine, kenapa hanya coklat yang diberikan kepada Septy waktu itu, lupa barangkali.Pintu kamar menderit, seseorang membukanya, Ricky tersadar dan menoleh ke arah pintu itu."Hallo bos"."Tyle edan loh, ngagetin", kata Ricky."Sorry bos, ngapain hari gini ngelamun?" ledek Tyle"Sorry ya dengerin musik coy", Ricky menyanggah."Awas mau CM-an nih"."Beli rokok Tyl, stok habis nih"."Santai bos, ambil tuh di tas"."Minggir-minggir…ganggu aja", setelah ambil sebatang rokok Ricky ngeloyor keluar kamar dan duduk di ruang tamu. Punya teman seperti itu terkadang juga menyebalkan, tapi Tyle salah satu teman akrabnya, sering diajak curhat, penurut, pengorbanannya luar biasa. Ketika itu Tyle pernah di "utus" Ricky mencari alamat rumah Septy, mencari info ke sana-sini, menjadi spionase, telik sandi, agen rahasia, pesuruh tepatnya. Ricky sendiri tahu kalau Tyle menaruh hati juga pada Dina, suatu hari tepatnya hari Jumat, sebelum rapat panitia Dies Natalis fakultas, Tyle bercerita kalau Dina mengungkapkan isi hatinya, bahwa ia mencintainya. Ricky pun diajaknya ke sebuah rumah kos cewek yang tidak jauh dari kampus barat itu, ternyata di situ sudah ada Dina dan teman-temannya.Sepertinya Tyle ingin memberikan kepastian atau tanggapan, jawaban lebih tepatnya. Ricky tidak ambil pusing dengan hal itu, memang tidak ada perasaan apa-apa terhadap Dina, justru gadis ini pernah membuatnya naik darah, penyebabnya saat Septy menceritakan kalau ada seorang cewek yang menyarankan untuk menjauhi Ricky, play boy-lah, suka tepe-tepe, (tebar pesona) dengan anak-anak barulah. Ricky tahu saat Septy terus didesaknya untuk memberikan nama cewek itu. Tapi sampai hari ini Tyle tidak pernah jalan lagi dengan Dina."Ric, pesan minum Ric", teriak Tyle dari kamar."Pesen dhewe"."Lagi seru nih, tanggung".Sebetulnya Ricky enggan, tapi akhirnya melangkahkan kaki ke warung "burjo" depan kos."Gitu, di mana-mana tamu harus disambut.""Tamu tak diundang loh"."Cerewet ah, lagi seru nih"."Acara nanti malam kemana Tyl"."Heehh…"."Nanti malam kemana, bolot!""Main kartu, ajak Paijo ma Ali", iblis mulai merasuki"Punya uang berapa loh, makan aja ngutang", Ricky meledeknya."Septy gimana kabarnya Ric", tiba-tiba Tyle mengalihkan pembicaraan."Nggak tau.""Gimana sih?""Gimana ya, cewek yang aneh.""Apanya yang aneh."Ricky tidak memberikan jawaban, lalu tidur diatas kasurnya, sampai sore.

Page 13: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

***Ruang cineclub tampak ramai, hari ini ada acara bedah film"Kiamat Sudah Dekat" dan menghadirkan pak Haji, Dedy Mizwar. Ricky menempati kursi yang masih kosong di pojok paling belakang, bersebelahan dengan Mbokdhe, teman jurusan Tyle yang seksi. Film mulai di putar penonton pun larut oleh alur ceritanya, karakteristik tokoh pemeran dalam film itu sangat memukau atau perbedaan latar sosial budaya yang menambah daya tarik film ini.Dari pojok belakang yang berlainan, tampak Septy bersama teman-temannya ikut menyaksikan Film ini, meski Ricky sudah menonton beberapa kali, termasuk bersama si "Avril Lavigne" saat yang bersangkutan mengerjakan tugas kuliah di kamar kosnya. Tetapi nonton bareng dilanjutkan bedah Film dari salah satu pemeran utamanya sungguh memberikan kepuasan tersendiri.Sesekali Septy melirik ke arah Ricky, begitu juga sebaliknya. Tak satu pun dari keduanya beranjak dari tempat duduknya, menghampiri, menyapa, sekedar menanyakan kabar, sama sekali tidak. Septy tetap cuek bebek, Ricky juga bebek cuek.Sampai acara selesai, tidak ada perubahan. Ricky berdiri dari tempatnya duduk dan keluar bersama teman-temannya termasuk Mbokdhe, bagaimana dengan Septy, jauh di pojok ruang cineclub."Yang sudah ya sudah Sep." bujuk salah seorang temannya."Apanya?" jawab Septy"Aku tahu kok yang ada di pikiranmu.""Paranormal kamu.""Hampir.""Sombong banget sih dia, sok cuek."Satu persatu penonnton meinggalkan ruangan, cineclub kembali sunyi.***Esoknya, saat Septy ada kuliah di kampus timur, kebetulan Ricky pun demikian. Tanpa di sengaja keduanya bertemu di tempat parkir motor, "Tunggu Sep." teriak saat melikat Septy menuntun motornya dan hendak pulang."Ada apa,"serunya"Ada yang akan aku omongin ma kamu,""Ha..lah…""Please dong, kita ke kafe yuk,""Males, awas minggir…"Ricky pun berlalu sesaat motor Septy perlahan meninggalkannya. Dalam hatinya pun Septy ingin mengiyakan ajakan Ricky, rasa rindu yang terus menyelimutinya, saat mau tidur, makan, mandi, cuci baju, cuci piring, namun seperti kaku kedua bibirnya, hingga tak mampu mengatakan demikian. Ricky juga membiarkan Septy berlalu begitu saja, tidak seperti di film-film, kalau terjadi demikian sang laki-laki mengejar kekasihnya, tunangannya, atau istrinya dan dengan gentle mengutarakan permintaan maaf, memberikan setangkai bunga serta mengatakan "Sayang berikan aku satu kesempatan lagi", tidak dengan Ricky, justru."Hai Prita?""Hai Noti?""Hai Lusi?""Ambar.""Ima.""Mirna.""Tirrr….turrr."

Page 14: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

SWEET MEMORY 2

Kringgg….., telepon di dekat TV itu berdering, seorang nenek tua berjalan tertatih-tatih lalu mengangkat gagang telepon."Hallo.""Siapa.""Ohh…ya…ya…he..e ibu sehat, kamu dan keluaga di sana gimana? Anak-anak?.""Mau ngobrol sama Neng?""Neng ada telpon dari mama," kata nenek itu lalu meletakkan gagang telpon di atas meja."Ya mbah." Ririn berlari kecil lalu mengangkat gagang telepon itu."Pa kabar mah,""Sehat mah,""He…eehh"."Kulon Progo mah,""Berapa ya? Sembilan belas orang kayaknya mah,""Ya nanti paling pulang mah, kan gak punya KTP sini,""Dedek mana mah? Lagi maen ya.""Ya dah, makasih mah."Ririn kemudian menutup telepon dari mamanya, remote TV, mengganti chanel, kebetulan salah satu stasiun televisi menayangkan" ADA APA DENGAN CINTA" versi sinetron, kemudian duduk di kursi yang menghadap kearah TV itu."Ada apa neng mamah telpon?" tanya nenek itu."Tanya kabar aja mbah, sama nanti pilpres pulang ngga?""Neng mau pulang?""Iya mbah, papap kan jadi tim sukses."Ririn menyandarkan kepalanya di kursi itu, kalau nonton film ini ia jadi teringat dengan Aan, teman di jurusannya. Waktu itu ia di ajak Aan nonton film ini di bioskop Mataram tak jauh dari rumah embahnya ini. Sebenarnya Ririn tahu kalau Aan menaruh hati padanya, itu bisa di lihat saat mengerjakan praktikum di Wonosari, Gunung Kidul Aan mengenalkan Ririn kepada pakdhenya. Dari cara ia memandang juga perhatian yang diberikan sudah bisa membuktikan, kalau memang laki-laki ini menaruh hati padanya.Tapi mengapa Ririn tidak membuka hatinya untuk laki-laki ini?Suatu hari seorang sahabatnya, juga teman satu jurusan pernah curhat padanya, sahabatnya itu mengatakan bahwa ia sangat mengagumi atau menaruh hati pada Aan. Setiap curhat pasti yang dibicarakan tentang laki-laki ini, tentang kepribadiannya, sikapnya, juga ketampanannya. Saat itu Ririn hanya tersenyum, tidak berani mengatakan bahwa Aan sering mengajak bertemu, mengantar pulang, bahkan yang terakhir nonton film ini.Ririn jadi teringat dengan Raden cowoknya sekarang.Setelah beberapa minggu putus dari Agus, cowok yang dipacarinya sejak masih SMA. Pada suatu sore di depan toko milik mamahnya, beberapa cowok-cowok sedang bersendau gurau dengan penjaga toko milik mamahnya itu. Ririn sendiri waktu itu sedang duduk di teras rumahnya sambil membaca koran harian lokal. Tiba-tiba seorang penjaga toko yang agak bawel itu memanggilnya."Neng kesini sebentar!" teriaknya"Ada apa?""Sini,"Ririn menghampiri penjaga toko itu."Ada apa sih?"

Page 15: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Ini ada yang mau kenalan,""Siapa?""Ayo, katanya mau kenalan," kata penjaga toko yang cerewet itu sambil menarik tangan Raden.Sambil malu-malu cowok itu mengulurkan tangannya, Ririn kemudian menjabat tangan cowok itu dan menyebutkan namanya."Ririn,""Raden,"Kemudian perkenalan itu berlanjut dengan hubungan percintaan sampai saat ini.Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, meski rumah neneknya ini tidak jauh dari pasar Lempuyangan tapi pada waktu seperti ini, kios-kios di pasar sudah tutup, hanya beberapa pedagang pecel lele dan sate kambing yang masih tampak ramai pengunjung.Ririn masuk kamar dan mengambil HP, ia mau mengirim SMS pada Raden dan memberitahu kalau ia mau pulang saat pilpres putaran pertama nanti. Setelah mengirim SMS, Ririn mematikan TV dan kembali lagi masuk kamar. Dalam kamar yang berukuran sangat sempit ini, sudah hampir empat tahun ia tinggali, dari mulai ia kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta sebelah selatan Mandala Krida, hingga sekarang semester enam disalah satu perguruan tinggi negeri di Jogja ini. Di tempat kuliah yang pertama ia hanya betah selama dua semester saja, seorang teman kuliah di kampus itu mengajaknya untuk ikut mendaftar di perguruan tinggi negeri tempat kuliahnya sekarang.Empat tahun tinggal di rumah ini, embah, ibu dari mamahnya begitu sangat menyayanginya, menyiapkan sarapan, makan siang, makan malam juga kalau sedang tidak enak badan, tentu embahnya ini yang merawatnya. Mungkin karena ia mirip dengan mamanya, tapi nenek mana yang tidak sayang pada cucunya tanpa ada pengecualian.Ririn belum juga merasakan kantuk, meski dari tadi pagi hingga sore hari berada di kampus untuk kuliah dan pertemuan KKN sore harinya. Sama sekali ia belum bisa tidur, dinyalakan pelan-pelan radio dari ponsel, takut mengganggu tidur embah. Terdengar lagu dari Boomerang yang berjudul "bungaku", lagu ini mengingatkan saat pertama kali meninggalkan kota asalnya, dalam perjalanan menuju kota Jogja ini di dalam bus yang penuh sesak ia dan beberapa teman SMA-nya akan ikut tes UMPTN di Jogja. Lagu itu di putar berulang ulang oleh sopir bus, barangkali hanya ada kaset itu saja.Sambil mendengarkan lagu tadi, dalam hati ia bertanya."Siapa sih cowok tadi?""Jurusan apa ya dia?""FIS? FT? FIK?FBS?""FMIPA, jelas tidak mungkin,""Masa bodo, emang gue pikirin,"***

OBSERVASISabtu pagi, di akhir bulan Juni 2004 hampir seluruh kota Jogja diguyur hujan deras, padahal hari ini akan ada acara observasi lokasi KKN untuk kelompok 15 ke Kulon Progo, tepatnya di kecamatan Pengasih. Ricky sudah ada di atas motornya Somad sudah ada di boncengan, meski mesin motornya sudah dinyalakan tapi rombongan mahasiswa KKN ini belum juga berangkat.Terjadi perdebatan antara Ayu dan Soleh sang ketua kelompok, saling mempertahankan argumennya masing-masing, Ayu ingin rombongan ini lewat jalur utara, lewat jalan Godean, sedang Soleh ingin rombongannya lewat jalur selatan lewat jalan Gamping. Akhirnya

Page 16: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

diputuskan bagi rombongan yang ingin lewat jalur utara bergabung dengan Ayu, sedang yang mau lewat jalur selatan bergabung dengan soleh. Rombongan terbagi menjadi dua dan di sepakati untuk bertemu di batas kota kecamatan Pengasih.Sementara rintik hujan masih terus mengiringi rombongan ini. 09.00 WIB lebih kurang rombongan sudah sampai di batas kota kecamatan Pengasih, rombongan Ayu sudah sampai terlebih dahulu, mereka menunggu di sebuah warung di pinggir jalan yang sengaja belum dibuka oleh pemiliknya, kini hujan turun dengan lebat. Tak berapa lama rombongan kedua yang dipimpin Soleh pun tiba. Setelah berhenti dan mematikan mesin motor mereka segera menghambur untuk mencari tempat berteduh, meski sudah memasuki musim kemarau terkadang hujan masih juga turun.Salah satu dari rombongan itu adalah Ricky, ia ikut menghambur bersama teman-temannya itu, jaket kulit yang dipakainya ia lepaskan, kemudian ia mengeluarkan bungkusan dari saku jaket, mengambil isinya sebatang dan menyalakan. Sementara Ririn asyik bercanda dengan Ipah teman sekampusnya, sesekali matanya melirik Ricky, ia tidak menyadari hal itu lebih asyik memandang jalanan yang tergenang air oleh air hujan, ada satu kedamaian dalam hatinya saat air hujan membasahi, kali ini ia tak mengingat lagi kenangan masa lalunya. Ada keteduhan terpancar dari raut muka Ricky, tak lagi muram seperti hari-hari sebelumnya, 'harus aku tahklukkan apa pun yang terjadi!'Hujan yang tak kunjung reda, memaksa rombongan ini terus melanjutkan perjalanan menuju kantor kecamatan Pengasih. Setelah sampai di kantor itu, tanpa babibu lagi mereka diperintah untuk menemui Kepala Desa Pengasih, kemudian Kepala Desa itu memerintahkan untuk langsung menemui Kepala Dukuh, tempat KKN, harus sesuai prosedur birokrasi mirip judul salah satu lagu saja 'birokrasi kompleks'.Konvoi motor itu menarik perhatian penduduk setempat, beberapa diantara mereka memperhatikan Ricky dan teman-temannya ini. Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan sampailah rombongan ini tiba di kediaman Kepala Dukuh, seperti intruksi sebelumnya rombongan ini terbagi menjadi dua. Satu kelompok diketuai oleh Agung, kelompok satunya di ketuai oleh Soleh. Ricky dan Ririn tergabung menjadi satu kelompok, berlokasi di dukuh Timpang, sedang Soleh dan kelompoknya berlokasi di dukuh Ngento.Setelah memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan rombongan ini, Soleh meminta teman-temannya yang lain memperkenalkan diri, mulai dari Ayu, Ajeng, sampai akhirnya Ricky dan Ririn. Kepala Dukuh Timpang yang tak lain adalah seorang kaum hawa, ya Kepala Dukuh Timpang adalah seorang perempuan bernama Sri, anak-anak memanggil dengan Bu Sri. Setelah acara kenal mengenal selesai, kemudian kegiatan observasi dimulai, setelah melihat data penduduk setempat, potensi-potensi sumber daya alam dan manusia setempat, sarana dan prasarana umum penduduk serta tetek bengeknya yang sangat melelahkan, mereka mohon diri.***Hujan sudah reda beberapa jam yang lalu, matahari sudah condong kearah barat, bahkan hampir tenggelam. Rombongan mahasiswa yang akan mengadakan kuliah kerja nyata itu mulai meningggalkan perkampungan penduduk yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani itu. Satu persatu mereka memisahkan diri, ada yang langsung balik ke kos, balik ke rumah, atau sekedar ingin belanja-belanja terlebih dahulu, terserah mereka.Ricky memacu motornya dengan pelan, menikmati hamparan sawah yang mulai menguning, ia teringat dengan sawah neneknya, setiap musim panen tiba, Ricky selalu menyempatkan mengunjungi ibu dari mamanya itu, ikut memanen padinya. Salah satu kegiatan yang menyenangkan, berkumpul dengan penduduk desa seperti dengan tetangga-tetangga neneknya itu, orang-orang yang low profile, meski mereka berpendapatan tidak tetap, mereka tampak

Page 17: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

bahagia, berbeda dengan, orang-orang yang tinggal di sekitar rumahnya, di kota Tangerang. Ketika pertama kali memasuki perbatasan kota kecamatan Pengasih tadi pagi, jiwa Ricky seperti mendapat siraman air dari air terjun Grojogan Sewu, tak jauh dari rumah neneknya itu, menyejukkan. Setelah sekian lama jiwanya mengering, setelah kejadian-kejadian yang menimpa dirinya, menyiksa batinnya.Dalam perjalanan pulang itu Ricky tetap berboncengan dengan Somad teman barunya yang di kenalnya sewaktu pertemuan beberapa hari yang lalu. Di depannya ada Ipah yang berboncengan dengan Ririn, kemudian mereka berpisah, di perempatan dekat pos polisi di depan toko buku besar itu Ricky berbelok ke kiri kearah kampus, sedangkan Ipah dan Ririn berbelok ke kanan ke arah Stasiun Lempuyangan, tempat tinggal neneknya.***Pesta sepak bola, para penggila bola, pesta para Bandar taruhan Benua Eropa di gelar. Meski cukup melihat acara ini di layar televisi, anak-anak kos Ricky pun menggelar acara nonton bareng setiap pertandingan tanpa terkecuali, termasuk Ali yang paling doyan pasang taruhan di setiap pertandingan. Entah barang apalagi yang harus di gadaikan untuk ikut pasang taruhan malam ini."Dari mana aja Ric seharian nggak kelihatan?" tanya Ali pada Ricky."Kulon Progo Li.""Ngapain?""Liat lokasi KKN.""Baru ngambil po?"" He,,,eh.""Hari gini…?""Emang kamu dah?""Udah dong.""Kapan? Perasaan kamu di kos aja, ke kampus aja nggak pernah, bisa-bisanya dah ikut KKN.""Beda dong, lagian dekat sini aja, di kota."Ali memang sangat dekat dengan Ricky, dibandingkan dengan anak-anak kos yang lain. Ricky mengenal Ali saat mulai pertama kali pindah ke kos ini dari tempat kos sebelumnya di jalan Kaliurang.Di kos yang memiliki tiga puluhan kamar, yang berarti juga berpenghuni sejumlah kamar tersebut. Kos-kosan itu terbagi menjadi dua blok, barat dan timur. Kedua blok tersebut dipisahkan oleh rumah pemiliknya, biasanya disebut induk semang. Ricky, Ali, Daniel, Fajar, menempati blok sebelah timur, mereka dipercaya untuk mengaturnya. Seperti mengadakan acara nonton bareng seperti ini, tak perlu lobi sana-sini."Kemana Ric?" tanya Ali sambil nyeruput kopi dari cangkir bergambar kalajengking itu."Tidurlah, besok aku mau balik," jawab Ricky."Kemana Tangerang?""Enggak, ke tempat eyang,"Setelah menutup pintu dan mematikan lampu kamarnya, Ricky berbaring di sebelah tembok yang penuh tulisan kata-kata yang tak karuan, seperti tembok curhat saja, yang berisi kata-kata umpatan, tanda tangan, kata-kata mutiara, puisi, lirik lagu, sketsa gadis telanjang, gambar mobil, motor, pokoknya tak karuan.Rasa lelah setelah seharian ke Pengasih belum juga hilang, mata Ricky menerawang ke langit-langit kamarnya yang sudah lama tidak dibersihkan. Namun ada yang membuatnya tak bisa tidur nyenyak malam ini, dari langit-langit itulah muncul wajah Ririn yang sedang tersenyum mengembang dengan bibir merahnya yang merekah. Satu kenyataan yang tak bisa diungkapkan dengan seribu bahasa dari belahan dunia manapun. Ricky membalas senyuman itu,

Page 18: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

Ririn pun melambaikan tangannya, Ricky pun kembali membalas dengan lambaian tangannya. Tapi tak lama bayangan itu menghilang, Ricky tersadar dari lamunannya itu, ia mengambil ponsel dan mengatur alarm, setengah enam.***Tepat lima tiga puluh pagi, alarm dari ponsel Ricky sudah memecahkan keheningan pagi ini, tapi ia masih juga enggan untuk bangkit dari tidurnya. Semestinya ia akan berangkat ke rumah eyangnya di pinggiran kota Solo itu. Fajar yang kamarnya tepat disamping kamar Ricky, ikut terbangun, lalu dengan sedikit sempoyongan, seperti sedang mengeluarkan jurus mabuk, ia menuju kamar Ricky, pintu kamar itu di gedor-gedor, taka lama Ricky terbangun dan membukakan pintu kamarnya."Jadi balik nggak lo?"tanya Fajar sambil tangannya memegang daun pintu kamar Ricky untuk menjaga keseimbangan tubuhnya."Tau neh, lemes banget,""Lagian ngapain pulang ke rumah eyangmu, nanggung amat, mending setelah selesai KKN.""Nggak enak dah lama aku pernah main ke sana, sekalian nanti ikut pilpres di sana, aku punya KTP sana.""Baguslah, jadilah warga negara yang baik," balas Fajar sambil berlalu."Mau kemana kamu?""Pesen kopi ke depan,""Sekalian Jar."Tak lama Fajar sudah kembali dengan dua gelas kopi, diletakkan satu di atas meja ruang tamu. Sesaat kemudian Ricky muncul dari kamarnya dengan membawa sebatang rokok dan dilemparkan ke arah Fajar. Setelah mengahabiskan kopi di gelasnya, kemudian Ricky mengeluarkan motor dari parkiran."Jar aku balik dululah, kopi bayarin dulu nanti diganti.""Ok, coy hati-hati.""Tank's."***

2 in 1Siang yang sangat terik ditambah suara bising kendaraan yang lalu lalang seolah tak ada putusnya, sesekali angin bertiup kencang menerbangkan debu jalanan kota baja ini. Di sebuah agen bus antar kota antar propinsi tampak Ririn bersama Raden duduk berdampingan di kursi tunggu calon penumpang. Satu tas punggung berwarna orange dan tas plastik berisi kue donat bikinan mamanya yang sengaja untuk oleh-oleh embah juga teman-temannya, khususnya Ima, sobat karibnya itu yang sering kali menanyakannya setiap ia pulang ke Cilegon. Lama menunggu bus belum juga tiba, sesekali Ririn melihat jam dinding yang tepat di depan tempat duduk, tampak gelisah."Kenapa gelisah amat?" tanya Raden sambil memandang Ririn."Lama banget sih, nggak biasanya kayak gini.""Sabar dong nanti juga datang.""Iya tapi kalo kesorean sampai sana siang dong.""Emang kenpa?""Iya besok aku harus masuk pagi, ada upacara pelepasan.""Wajib datang ya?""Iya dong, kasian ya nggak pernah ngrasain KKN.""Iya deh, ngalah.""Itu kali ya, busnya?"

Page 19: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Ya udah siap-siap, tiketnya jangan lupa.""Bantuan dong, bengong aja.""Oke bos," jawab raden sambil menenteng tas berwarna orange itu.Mereka berdua menaiki tangga pintu depan bus itu, Raden berjalan di depan di ikuti Ririn. Tampak bus tidak begitu penuh sesak penumpang, tidak sampai sepuluh orang dalam bus itu."Nomor berapa?" tanya Raden"Dua belas, sini nih.""Taruh di mana tasnya?""Masukin atas aja!" kata Ririn sambil menunjuk ke bagian tempat penyimpanan barang di atas tempak duduk nomor dua belas itu.Sepertinya bus tidak akan lama parkir di agen ini, mungkin karena sudah terlambat berangkat sesuai dengan jadual semestinya."Maaf mas sudah mau berangkat," kata salah satu kru bus itu."Sebentar ya pak," jawab Raden."Udah cepetan turun sana nanti kena marah sopir," ledek Ririn."Kok gitu sih,""Tau nggak sih ni dah mau berangkat.""Ya udah kalo gitu, nanti salam aja buat embah, jangan lupa nanti sms ya kalo dah sampai," jawab Raden sambil melambaikan tangannya ke arah Ririn."Da..aa.""Da..aa sayang."jawab Raden sambil melangkahkan kakinya meninggalkan tempat duduk Ririn.Bus perlahan meninggalkan Kota Cilegon, Ririn melambaikan tangannya ke arah Raden yang masih berdiri di depan agen bus itu. Tampak di luar Raden membalas dengan melambaikan tangannya.***Di tempat lain di lereng Gunung Lawu yang sejuk dengan pemandangan alam yang memesona, suasana pedesaaan yang tidak bisa di dapatkan di tempat lain, tampak Ricky dibantu sepupu perempuannya menyiapkan barang-barang keperluan di KKN nanti, tas yang dibawanya dari Jogja terlihat sudah penuh. Dia tampak mondar madir mengingat satu persatu barang-barang yang akan di perlukan nanti."Ci pinjam tas kamu dong, kayaknya nggak muat neh," kata Ricky pada sepupunya itu."Yang mana, habis kebanyakaan nih, kaya mau transmigrasi aja.""Kamu belum tau tempatnya sih.""Udah biar temanmu aja yang bawa golok seperti ini.""Penting nih, nanti buat kerja bakti di sana.""Kalau gitu pake ranselku aja, tas kamu tinggal di sini.""Boleh juga, ide bagus.""Tapi jangan lupa balikin kalau dah selesai, pamitan eyang dulu sana.""Oke, beresin tuh tali-tali, kasian eyang nanti yang beresin," kata Ricky sambil berlalu."Mau balik sekarang?"tanya eyang."Iya, besok pagi ada upacara pemberangkatan, Ricky pamit dulu ya eyang, nanti kalo dah selesai KKN main sini lagi." Kata Ricky sambil memeluk eyangnya yang tampak terharu."Hati-hati di sana, adat istiadat di desa beda dengan kota, kamu harus bersikap santun, jangan sampai mempermalukan sekolahmu." Pesan eyangnya pada Ricky."Baik eyang, saya pasti ingat pesan eyang.""Kasih kabar kalo dah sampai di Jogja.""Ya eyang.""Mau berangkat sekarang mas?" tanya sepupu perempuannya itu.

Page 20: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Iyalah, udah sore gini, takut kemaleman.""Alah cowok ini, paling berapa jam sih sampai sana?""Di sana masih harus beresin barang-barang yang mau aku titipin temanku.""Barang apaan?""Tivi, tape, juga komputer, anak-anak kos banyak yang pulang, biar aman aja.""Jangan lupa sampai sana SMS.""Oke, deh,""Dah ya aku berangkat dulu.""Hati-hati bro."Sesaat kemudian Ricky dengan sepeda motornya sudah melesat meninggalkan kampung halaman mamanya, Ricky memang dilahirkan di rumah eyangnya itu, tapi setelah duduk di bangku sekolah dasar ia bersama keluarganya pindah ke Tangerang.Setelah lulus SMA Ricky, melanjutkan studinya di kota pelajar, Jogja. Hampir setiap liburan ia sempatkan mengunjungi neneknya. Rindu masa kecilnya dulu, ketika bersama sepupu-sepupunya, ia sering diajak almarhum kakeknya, yang biasa ia panggilnya eyang kakung, membajak sawah sambil bermain lumpur, lalu mandi di sungai gembong, yang airnya mengalir sangat jernih. Peristiwa yang sudah tidak mungkin bisa terulang kembali, saat ini. Mungkin hanya rumah eyangnya saja yang masih bisa diajak bernostagia juga tentu eyang putri dan sepupunya yang sudah menginjak remaja itu, saat mengisi liburan di sela-sela kuliahnya.***Bus AKAP Putra Remaja tujuan Jogja terus melaju dengan kencang, setelah berhenti sejenak di sebuah rumah makan di daerah Indramayu tadi. Terlihat para penumpang dalam bus itu sudah terlelap dalam tidurnya, sementara di luar tampak gelap, segelap hati Ririn. Ia masih belum bisa menerima pesan dari bibi dan emaknya tempo hari yang disampaikan melalui SMS, yang isinya mereka kurang setuju terhadap hubungan yang dijalin dengan Raden, banyak sekali alasan yang diutarakan bibinya lewat pesan di handponenya itu. Tanpa terasa air mata Ririn membasahi pipinya, diusapnya airmata itu dengan lengan bajunya.Ririn dihadapkan dengan satu pilihan yang sangat sulit, ia tak bisa menutupi rasa cintanya dengan Raden, di satu sisi ia tidak mau mengecewakan bibi dan emaknya. Dibandingkan dengan orang tuanya, rasa kasih sayang yang diberikan kedua orang itu kepadanya dirasakan lebih besar. Sejak masih umur tiga bulanan, ia dibawa bibi dan emaknya ke Cijulang pinggiran kota Ciamis, sebelah barat pantai Pangandaran setengah jam perjalanan dari tempat wisata itu, ia dirawat kedua orang itu di sana. Ketika itu ibu yang mengandungnya masih dalam pemulihan semenjak melahirkannya.Di sana ia tinggal hingga menginjak bangku SMA, kemudian papanya menyarankan untuk masuk di salah satu sekolah SMA di Cilegon. Meski waktu itu sangat berat meningkalkan kota Ciamis yang membesarkannya, serta emaknya yang sering mendongengkan sebelum ia pulas dalam tidur, saudara juga teman-teman sekolahnya dulu, toh ia tetap memilih masuk sekolah pilihan papanya itu. Ririn mulai merasakan hidup di kota serta kemewahan yang tak di dapatnya selama di tinggal di desa, semua keinginannya selalu dipenuhi.Gaya hidup pun tentu berubah rambut yang dulu panjang penuh ketombe dan dikepang dua kini dibiarkan terurai panjang dan tak lagi penuh ketombe, mukanya yang dulu penuh dengan jerawat kini memancarkan sinar purnama, kuku tangannya yang dulu dibiarkan tak terawat kini diberi warna-warni yang selalu berganti tiap hari. Pergi ke salon yang dulu biasa dilakukan ketika ada saudara atau tetangga terdekat sedang punya hajat kini sudah menjadi kegiatan rutin diakhir pekan.Sebetulnya saat pertama masuk SMA itu Ririn masih tampak polos, lugu juga terlihat

Page 21: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

kampungan. Kalau saja teman sebangkunya waktu itu bukan Angel anak seorang manajer di tempat ayahnya bekerja, mungkin akan lain cerita. Angellah yang mengubah gaya hidup Ririn yang lugu dan kampungan itu. Berawalnya saat pesta ulang tahun Angel yang ke tujuh belas, yang dirayakan secara wah itu. Dengan tema "Seventeen With You" pesta berlangsung meriah, semua teman sekelas dan beberapa teman gaul di undang pada pesta itu, begitu juga Ririn. Seperti biasa awalnya pesta ulang tahun itu biasa saja, acara diawali dengan sambutan yang terlihat hanya basa-basi, lalu acara tiup lilin, potong kue."Ledakkkannn…." Teriak salah seorang teman Angel.Kemudian seorang DJ naik ke atas panggung kecil di halaman belakang rumah Angel yang super megah itu. Alunan musik disco menggema ke seluruh sudut pekarangan, kemudian Angel dan teman-temannya menghambur mendekati panggung, mereka menggerakkan tubuhnya mirip seseorang yang sedang menggaruk-garuk tubuhnya karena rasa gatal di tubuhnya, tidak karuan. Awalnya Ririn hanya duduk di kursi yang di sediakan tuan rumah dekat taman, sambil menyaksikan tarian aneh yang diperagakan teman-temannya itu. Jauh berbeda dengan apa yang diajarkan guru tari di sekolahnya dulu, atau tarian yang ditampilkan saat acara peringatan tujuh belasan di kampung emaknya.Angel melihat teman sebangkunya itu duduk termangu kursi santai taman itu, ia menghampiri Ririn."Hai Rin ayo dong ikutan goyang," sambil tangannya menarik lengan Ririn."Nggak ahh," jawab Ririn sambil menatap wajah Angel yang sudah mengucurkan keringat itu."Ayolah, kita senang-senang.""Aku disini ajalah.""Ohh…no, kamu aku undang bukan untuk menjaga tamanku. Tapi merayakan ulang tahunku, please dong." Angel terus mendesak.Akhirnya Ririn menurut saja saat Angel menuntunnya ke arah kerumunan teman-temannya yang sudah tampak trance itu."Ayo goyangkan badan sesukamu, ikuti alunan musiknya," kata Angel."Aku nggak bisa.""Oke aku ajarin.""Aku malu Angel.""Please…."Ririn pun ikut bergoyang seperti teman-temannya, meski sedikit kaku dan dengan gerakan yang monoton. Pesta berlangsung hingga tengah malam, satu persatu teman-teman Angel mulai meninggalkan pesta itu. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih asyik ngobrol sambil menghabiskan sisa hidangan yang tak sempat mereka nikmati karena asyik, mengikuti alunan musik yang disuguhkan DJ sewaan papa Angel tadi. Ririn masih di situ, tiba-tiba seorang cowok mendekati Ririn."Hai boleh kenalan dong?" Kata cowok itu sok ramah."Teman Angel ya?""Boleh dibilang begitu.""Ager," sebut cowok itu sambil mengulurkan tangannya."Ririn.""Sekelas dengan Angel.""Sebangku.""Oh, ya.""Kamu sendiri?""Aku teman mainnya.""Main apa main neh?"

Page 22: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Mau nginep sini?""Pulang.""Boleh aku antar?""Maaf aku ada yang jemput.""Cowok kamu.""Bukan, papaku.""Wow, anak papa ya, sudah aku tebak dari tadi, kamu terlihat seperti anak rumahan, jarang ikut pesta seperti ini ya?" ledek cowok tadi."Emang kenapa?" jawab Ririn sedikit emosi."Sorry gue hanya bercanda.""Sorry juga, aku harus pulang itu papaku datang."Ririn berlalu begitu saja meninggalkan cowok tadi dan sisa-sisa pesta ulang tahun Angel yang tinggal sampah-sampah dan kursi yang tampak berantakan itu. Di mana Angel? Mungkin ia sudah tertidur lelap sambil memeluk kunci mobil hadiah ulang tahun dari papanya. Sekarang tinggal Ager dan pembantu rumah Angel yang sedang membersihkan sisa pesta itu, Ager mengambil jaket yang di titipkan ke salah satu pembatu Angel, kemudian melangkahkan kakinya menuju sepeda motor yang di parkir di halaman depan rumah Angel.***Beberapa hari kemudian di sekolah, Angel tampak tersenyum dan menghampiri Ririn. Seperti ada sesuatu yang akan di sampaikan kepada gadis kampungan itu. Sementara Ririn masih asyik dengan PR yang ada di atas mejanya, tidak salah memang juara kelas disandangnya, karena selain belajar tidak ada yang di kerjakan oleh Ririn, sepulang sekolah ia langsung ikut bimbingan belajar hingga pukul lima sore. Itu dilakukannya tiga kali dalam seminggu, belum lagi ditambah belajar dirumah selepas makan malam bersama keluarganya."Rin, tau nggak apa yang akan aku omongin?" pertanyaan Angel membuat Ririn penasaran."Heehhh….ada apa?""Ada salam buat kamu.""Dari siapa?" tanya Ririn penasaran."Ager, kemarin kamu kenalan sama dia ya?""Oh Ager, ya kenapa emangnya?""Kayaknya dia suka sama kamu deh," kata Angel menggoda."Apa apaan sih kamu ini?""Bener Rin, kemarin dia ke rumahku terus cerita banyak tentang perkenalanmu dengan dia.""Trus gimana salamnya,""Salam balik aja deh.""Itu aja?" sahut Angel menyelidik."Emangnya apa lagi?""Terserah kamu, kok tanya aku sih?""Dia sekolah dimana?""Wah penasaran ya?""Ih…. kamu ini.""Dia dah lulus kemarin.""Nggak kuliah?""Tahun depan kali.""Ohh, gitu ya.""Emang kenapa?""Tanya aja.""Dah deh nanti aku atur kencan kalian."

Page 23: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

Benar saja perkataan Angel, sepulang sekolah Ager sudah nongkrong di depan sekolah, ia duduk di jok motornya tepat, di seberang jalan gerbang sekolah Angel dan Ririn itu. Setengah dua siang tepat pelajaran terakhir selesai, anak-anak di sekolah Ririn mulai berhamburan keluar ruang kelas. Angel yang pada waktu pelajaran terakhir hanya menyandarkan kepalanya di atas meja, bergegas mengemasi buku-buku pelajarannya."Angel, aku bareng kamu ya?" kata Ririn sambil menenteng tasnya."Sorry say, gue nggak bawa mobil, dijemput ama cowok gue.""Trus aku bareng siapa?""Bareng gue aja lagi, tapi sampai gerbang sekolah ya..he…he." jawab Angel setengah bercanda."Awas ya kamu!" kata Ririn sewot."Makanya cari cowok dong biar pulangnya ada yang jemput," ledek Angel."Dah buruan nggak usah banyak omong, cowok kamu pasti dah nunggu.""Oke kita balik sekarang."Ririn dan Angel keluar kelas, di luar sudah tampak sepi, tinggal beberapa anak laki-laki saja yang masih asyik bermain basket di tengah terik matahari siang ini. Angel berjalan di depan tampak berjalan dengan tergesa-gesa diikuti Ririn di belakangnya."Ayo buruan, lambat amat jalannya," kata Angel meneriaki Ririn."Sabar dong ini juga sudah setengah berlari.""Dasar perawan desa lo..""Ih..nyebelin amat sih cowokmu itu, emang mau ngajak kemana sih?""Mau nonton, mau ikut lo?""Ngapain, jadi obat nyamuk dong aku.""Enggak, pembantu gue.""Najis!""Eh Rin, bukannya itu Ager?" tanya Angel setengah ragu sambil menunjuk ke arah laki-laki sedang duduk di atas jok sepeda motor di depan gerbang sekolah."Yang bener aja, ngapain di kesini?""Jemput lo kali?""Nggak mungkin, ada perlu ma kamu barangkali.""Mana mungkin, biasanya kalo ada perlu ma gue pasti nelpon duluan.""Yah, ini nggak biasanya, memang harus seperti itu terus."Tanpa terasa mereka berdua sudah melewati pintu gerbang sekolah itu. Angel langsung menuju mobil cowoknya yang sudah di parkir di dekat gerbang sekolah."Rin aku duluan ya?""Hati-hati ya.""Oke makasih."Angel membuka pintu mobil dan masuk ke dalam lalu menutup kembali pintu mobil itu, sekejap mobil yang ditumpangi Angel dan cowoknya tadi melesat meninggalkan Ririn yang masih berdiri di depan gerbang sekolah. Sesaat kemudian Ager turun dari motornya dan menghampiri Ririn."Hai Rin."sapa Ager."Hai juga," jawab Ririn ragu-ragu."Mau pulang, aku antar ya?""Makasih, tapi biasanya aku pulang naik angkot saja."jawab Ririn mencoba menolak tawaran Ager."Ohh..gitu ya, tapi ini bukan biasanya?""Maksudnya?"

Page 24: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Yah, gimana ya?" kata Ager sedikit kecewa."Apanya yang gimana?""Enggak….enggak kok, eh…Rin ngomong-ngomong dah makan siang belum, gue traktir ya?" kata Ager merayu."Belumlah, aku makan siang di rumah aja.""Please dong Rin sekali ini aja, itung-itung sebagai permintaan maaf gue.""Memang kamu punya salah apa sama aku?" kata Ririn sedikit heran."Ya, gue kan dah nyita waktu lo buat pulang, mau ya," rayu Ager pantang menyerah.Kali ini Ririn tak bisa menjawab, tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Tapi Ager tahu apa yang harus dilakukan, ia berlari ke arah motornya, dalam sekejap dia sudah kembali di hadapan Ririn. Sejenak Ririn terpaku, saat melihat tingkah aneh Ager, sejenak ia tersenyum melihat cowok itu."Ayo Rin naik," kata Ager."Kemana?""Ayolah, tunggu apa lagi.""Tapi makan saja kan?""Lebih dari itu boleh," jawab Ager sambil tertawa.Kemudian Ririn naik ke boncengan motor Ager, lalu mencubit pinggang Ager sambil berkata, "Ayo jalan buruan.""Oke deh,"jawab Ager sambil memacu motornya.Tak berapa lama mereka sudah berada di sebuah kafe yang baru di buka beberapa hari yang lalu. Ririn dengan serius membaca menu-menu yang tersedia pada daftar menu yang diberikan seorang pramusaji kafe. Sedangkan Ager lebih tertarik menatap wajah Ririn yang tampak memerah jingga karena terpaan sinar matahari sewaktu dalam perjalanan tadi. Sebenarnya bukan hanya Ager saja yang menaruh hati pada Ririn, beberapa teman cowok di kelas Ririn juga sedang bersaing untuk mendapatkan perhatian Ririn, termasuk Japer si murid yang sok jagoan yang berambut seperti landak dan berhidung panjang seperti pinokio.***Ririn terjaga saat kenek bus membangunkannya, " Maaf mbak mau turun mana, Terminal Jombor atau Terminal Giwangan ?""Sekarang dah sampai mana mas?" tanya Ririn sambil mengucek-ngucek matanya."Dah sampai Muntilan mbak bentar lagi masuk Jogja." Jawab kenek bus itu sambil membangunkan penumpang lain dengan pertanyaan yang sama seperti apa yang ditanyakan pada Ririn."Mas nanti aku turun terminal Giwangan aja ya, aku dijemput temanku di sana."Bus terus melaju karena tak satupun penumpang yang turun di Terminal Jombor, lewat Ring Road sopir bus semakin menambah kecepatan, memang hari masih sangat pagi jalan yang hampir mirip jalan tol itu masih lengang belum banyak kendaraan melintas, hanya sepeda motor para pedagang sayuran yang ingin membawa dagangannya ke pasar, itu pun di jalur khusus sepeda motor.Empat puluh menit kemudian bus Putra Remaja itu sampai di Terminal Giwangan. Bus berhenti, tampak diluar seorang gadis berjilbab putih berdiri sambil mengamati penumpang bus Putra Remaja itu yang satu persatu. Dalam pesan SMS yang dikirim dari sahabat juga teman kuliah di jurusan Biologi untuk menjemput di Terminal Giwangan ini.Ririn masih mengemasi dan mengecek barang-barang bawaannya, kemudian ia keluar paling belakang. "Ema…..!!!"teriak Ririn sambil belari kecil ketempat sahabatnya berdiri."Hai….Ririn." kata Ema gadis berjilbab putih tadi sambil memeluk Ririn."Apa kabar Ma, ngapain aja liburan?" tanya Ririn.

Page 25: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Udah ceritanya nanti aja kita harus sampai kampus jam delapan, ada upacara pelepasan KKN.""Oh iya aku hampir lupa ayo cepet, mau langsung ke tempatku apa mampir dulu ke rumahmu?""Langsung ke tempatmu aja, sekarang dah jam tujuh, lagian aku dah bawa jaket almamaterku.""Oke ayo buruan,"Kedua gadis itu segera meninggalkan Terminal Giwangan yang sudah mulai ramai, melewati agen-agen bus lalu menuju ke tempat parkir motor. Berdua berboncengan menuju rumah nenek Ririn di sebelah selatan Stasiun Lempuyangan. Tidak beberapa lama mereka sampai di rumah nenek Ririn, kurang lebih dua puluh menit perjalanan yang di tempuh dari Giwangan ke Lempuyangan. Rumah nenek Ririn tampak sepi, "Assalamualaikum." Teriak Ririn sambil mengetuk pintu rumah neneknya itu. Kemudian seorang wanita setengah baya membukakan pintu, " Ehhh…mbak Ririn toh.""Embah mana budhe?" tanya Ririn."Ada di dapur, lagi masak."."Ayo masuk dulu Ma"." Ok, kamu mandi aja dulu Rin ini udah hampir telat nih"."Aku cuci muka ajalah biar gak telat". Jawab Ririn sambil melangkah menuju ke kamar mandi. Di dapur Ririn langsung memeluk neneknya yang sering ia panggil "embah" itu."Gimana neng papa sama mama sehat? Adik-adik jugakan". Tanya neneknya terlihat begitu terharu sambil memeluk erat cucu perempuannya itu." Alhamdullilah sehat, dapat salam dari wati Mbah, katanya kapan Embah mau ke sana lagi"."Wah Embah sudah tidak kuat lagi kalau naik kendaraan jauh-jauh, Neng mau mandi? Mau dimasakin air anget dulu pa Neng?" kata Nenek itu sambil melepaskan pelukannya."Nggak usah Mbah, Neng cuma mau cuci muka aja, buru-buru mau ke kampus ada upacara pelepasan KKN". Jawab Ririn dari dalam kamar mandi di ujung dapur itu." Wah, kalo gitu Mbah siapin sarapannya saja, ini ada lauk tempe goreng kesukaanmu Neng"."Waduh, makasih Mbah, ini Neng buru-buru mau ke kampus nanti buat makan siang aja Mbah, Neng bawa bekal aja kemarin mam bikinin donat buat bekal di jalan tapi belum dimakan, oh…iya Mbah ada oleh-oleh buat Mbah, Budhe dan Pakdhe sekeluarga ada di meja, Neng berangkat dulu Mbah"."Hati-hati ya Neng"."Ya Mbah, Assalamualaikum"."Waalaikum salam"." Ayo Ma kita harus cepet-cepet nih". Kata Ririn sambil berjalan ke arah Ema."Dah pamit sama Embah Rin?""Sudah, ayo kita berangkat".***Lapangan Pancasila UNY sudah ramai dengan mahasiswa-mahasiswi yang akan mengikuti upacara pelepasan KKN. Mereka sudah berbaris rapi memakai jas almamater, tampak beberapa dosen pembimbing KKN sudah hadir semua, sepertinya upacara pemberangkatan KKN sudah akan dimulai. Kelompok 15 a dan 15 b berbaris menjadi satu barisan, hampir semua anggota kelompok sudah hadir. Di barisan bagian depan tampak Agung dan Sholeh keduanya adalah ketua kelompok 15 a dan 15 b yang akan menempati lokasi KKN di Dukuh Timpang dan Ngento, Pengasih, Kulon Progo.Tampak juga Edi, Somad juga Yosi berada di barisan tengah, mereka asyik bersendau gurau. "Edan iki, nggak di mulai- mulai upacarane, keburu panas neh." Kata Somad setengah berteriak."Sabar Mad, apa semalem habis dua botol". Sela Yosi

Page 26: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

"Katanya jam delapan dimulai, ini udah delapan seperempat, belum ada tanda-tanda upacara dimulai, sial!" umpat Somad." Santai Mad, ehh…mana nih si gondrong Ricky mana nih belum kelihatan?" tanya Edy."Paling ketiduran di kosnya barangkali, atau belum datang dari tempat eyangnya? Kemaren waktu pertemuan kelompok juga tidak datang". Jawab Somad."Emang kos di mana dia Mad?" tanya Edy"Karangasem, dekat jalan Gejayan".Matahari pagi itu mulai meninggi, memasuki musim kemarau seperti ini sinar matahari terasa menyengat di kulit. Beberapa mahasiswa malah sudah ada yang berteduh di bawah pohon pinggir Lapangan Pancasila itu.***Di tempat kos Ricky suasana begitu ramai, anak-anak kos saling berebut untuk masuk kamar mandi. Mereka juga ingin mengikuti upacara pemberangkatan KKN. "Wooii cepet woo !!!" Teriak Andre mahasiswa asal Magelang itu."Sabar….sabar". Teriak Anas dari dalam kamar mandi.Sedangkan Ricky berada di kamar mandi sebelah kamar mandi yang dipakai Anas." Nas libur semester balik Demak Nggak?" Tanya Ricky setengah berteriak."Nggak balik, mau ngambil semester pendek"."Kalo gitu aku titip barang-barangku yo Nas"."Yo, emang mau berapa bulan KKN-nya?""Satu setengah bulan paling Nas, mungkin awal bulan September nanti sudah mulai penarikan KKN". Jawab Ricky sambil membuka pintu kamar mandi. Kemudian Andre masuk ke kamar mandi yang baru saja digunakan Ricky. Sebentar kemudian Ricky sudah bersiap-siap berangkat ke kampus, memakai celana jeans warna hitam dan kaos hitam juga, tangan kanannya menenteng jas almamater yang masih terbungkus plastik.***Ratusan mahasiswa sudah berdiri berjajar rapi sesuai dengan kelompoknya. Ricky terlihat baru melintasi Gang Guru menuju parkiran, setelah motor diparkir di sisi sebelah selatan ia bergegas bergabung dengan teman-temannya. Sepertinya acara pelepasan KKN itu sudah lama dimulai, dari jauh Somad melambai-lambaikan tangan ke arah Ricky, Ricky pun membalasnya dan segera bergabung."Saya kira Anda nggak datang Ricky". Celetuk Somad sok hormat pada Ricky."Sorry, lagi balik kemaren dari rumah Eyang"."Pantesan, aku telpon-telpon nggak masuk-masuk, di sana nggak ada sinyal?""Iya Mad, tempat Eyangku di kampung banget, kadang-kadang aja kalo lagi beruntung ada sinyalnya, he…he".Sedang asyiknya mereka ngobrol tiba-tiba dari arah belakang datang Ririn dan seorang temannya, Somad menyikut tangan Ricky, "Ada apa Mad?" tanya Ricky setengah kaget."Lihat belakang", bisik Somad."Apa.. !!?" tanya Ricky sambil menoleh ke belakang, bersamaan dengan itu Ririn juga melihat ke arah Ririn. Di depan seorang dosen pembibing lapangan tampak memberikan pengarahan mengenai pelaksanaan KKN nanti setelah tiba di lokasi.Sebagian mahasiswa tampak serius memperhatikan pengarahan itu, tapi sebagian besar lebih suka bercanda, reunian, atau berdiskusi untuk merencanakan keberangkatan mereka ke lokasi esok pagi.Hari semakin siang, matahari semakin menyengat dan suasana semakin membosankan. Sebentar kemudian acara pelepasan itu selesai, barisan mahasiswa tingkat akhir itu membubarkan diri, bahkan sebagian sudah membubarkan diri sebelum pembimbing terakhir memberikan

Page 27: PERTEMUAN 1 (PERKENALAN) fileini, saat mengalihkan pandangan ke arah asal suara tadi, sekejap aku tertuju pada bayanganku sendiri, meski telah lama kubinasakan, dia laksana angin yang

pengarahan, termasuk Ricky dan teman-temannya. Di bawah pohon rindang di dekat pos satpam yang "terbengkalai" itu mereka berkumpul. Tampak Daviq, Syahbana, Mofa, juga Erick sahabat lama Ricky yang lama menghilang dari kehidupan kampus. Mereka sengaja menungu Ricky, begitu Ricky keluar barisan Erick langsung berteriak memanggilnya, Ricky…!!!!". Ricky segera menoleh ke asal suara itu. Begitu melihat Erick, Ricky bergegas berlari kerah teman lamanya itu lalu memberikan pukulan ke arah lengan Erick, bertubi-tubi. Erick hanya tertawa dan diikuti teman-teman yang lain, sejak semester satu mereka semua sudah sangat akrab dan pukulan itulah simbol rasa "kangen" karena lama tidak bertemu, benci karena tidak pernah memberi kabar mungkin juga rasa dendam, dendam karena selalu ia yang direpotkan. Seperti juga hari ini, Erick menagih janji Ricky untuk menyerahkan surat cuti kuliah yang hampir habis. Selama Erick menghilang dari kampus Ricky dan Mofalah yang mengurus surat cuti kuliah itu, surat itu Ricky yang menyimpan. Pada mulanya Ricky tak acuh pada Erick saat "minggat" dari kampus, tapi rasa persahabatan meluluhkan kerasnya hati Ricky."Gimana kabarnya Bro?" Erick menga"