pertanian dan pengairan · web viewhutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai...

126
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Upload: others

Post on 19-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Page 2: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 3: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

BAB VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara diamanatkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan perlu lebih ditingkatkan melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifika-si, diversifikasi dan rehabilitasi, secara terpadu, serasi dan merata dengan tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.

Sejak dimulainya Pembangunan Lima Tahun Pertama sampai dengan Repelita IV ini, pembangunan pertanian merupakan titik sentral dari usaha-usaha pembangunan, sehingga pemerintah mem-berikan perhatian utama pada pembangunan sektor pertanian dan pengairan. Dalam Repelita IV, pembangunan pertanian dalam ar-ti luas serta pembangunan pengairan akan terus ditingkatkan.

Meskipun demikian, baik titik berat maupun ruang lingkup pembangunan pertanian dan pengairan pada Repelita I dan Repe-lita-repelita berikutnya tidak selalu sama. Selama Repelita I dan II, titik berat pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi padi melalui intensifikasi, terutama di daerah-dae-rah yang potensial tinggi yakni di daerah-daerah sawah ber-irigasi. Dalam menunjang usaha ini, titik berat pembangunan pengairan diarahkan pada rehabilitasi bangunan dan jaringan irigasi yang sejak berpuluh tahun terakhir sebelum dimulainya Repelita telah rusak berat karena tidak pernah diperbaiki dan dipelihara secara baik. Dalam meningkatkan komoditi ekspor, rehabilitasi perkebunan-perkebunan milik negara mendapat per-hatian yang utama pula. Sebelum berakhirnya Repelita II, di samping melanjutkan program-program yang sedang berjalan, mu-lai diperhatikan daerah-daerah rawan pangan diikuti dengan program padat karya dengan sasaran peningkatan pendapatan golongan rendah di daerah pedesaan. Pembangunan pengairan dimulai dengan perluasan daerah irigasi baru dan pembangunan irigasi sederhana. Di bidang perkebunan, di samping intensi-fikasi dan rehabilitasi perkebunan rakyat, dalam usaha mem-percepat pembangunan perkebunan rakyat, sudah mulai dirintis program Perkebunan Inti Rakyat. Dalam bidang perikanan digiat-kan pembangunan kapal-kapal penangkapan ikan serta merehabi-litasi dan membangun tempat-tempat pendaratan ikan bagi pera-hu-perahu nelayan. Bimas ayampun telah dimulai, di samping

VI/3

Page 4: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

pengembangan perusahaan-perusahaan peternakan ayam.

Dalam Repelita III, dirintis intensifikasi padi di dae-rah-daerah yang terbelakang sistem pengairannya dengan opera-si-operasi khusus (Opsus), dengan sistem gogo rancah, serta intensifikasi palawija di lahan kering. "Pemindahan" ternak dari daerah padat ternak ke daerah jarang ternak di luar Ja-wa, termasuk daerah transmigrasi mulai dilaksanakan secara besar-besaran, ditambah dengan impor ternak. Impor sapi perah-pun dilakukan secara intensif dalam rangka mengurangi impor bahan baku untuk pabrik-pabrik pengolahan susu kaleng. Dalam pada itu motorisasi perahu-perahu nelayan tradisional diper-luas pula.

Dalam Repelita IV ini, sudah mulai dirintis PIR swasta di mana perusahaan swasta dijadikan inti dalam pengembangan per-kebunan rakyat, baik untuk tanaman perkebunan maupun untuk perikanan tambak. Hortikultura dan palawija, terutama kede-lai, mulai diperhatikan pengembangannya baik melalui intensi-fikasi maupun ekstensifikasi. Perluasan tanaman kedelai di daerah yang kemasaman tanahnya tinggi dilakukan melalui pe-ngapuran.

Usaha peningkatan produksi pertanian, diharapkan akan me-ningkatkan tarap hidup petani serta memperluas kesempatan ker-ja di sektor agribisnis dalam mendukung perkembangan industri terutama sektor industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku dan barang jadi, dalam rangka mencapai perekonomi-an yang semakin seimbang.

Seperti tampak dalam Tabel VI - 1, secara garis besar ha-si1-haail pembangunan yang dicapai dalam sektor pertanian se-jak dimulainya Repelita I sampai pada tahun pertama Repelita IV, terutama dari segi produksi menunjukkan suatu perkembang-an yang menggembirakan.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa keadaan produksi beras pada tahun 1968, sebelum dimulainya Repelita I, baru mencapai 11,666 juta ton (17,156 juta ton gabah), sedangkan produksi beras (gabah) pada tahun 1984 adalah sebesar 25,825 juta ton (37,978 juta ton gabah) atau meningkat sebesar 121% dibanding tahun 1968. Dibandingkan dengan produksi beras (gabah) tahun 1983, pada tahun 1984 meningkat sebesar 7,6%. Produksi tahun 1984 tersebut sudah jauh melampaui perkiraan produksi beras dalam tahun pertama Repelita IV yakni sebesar 24,7 juta ton.

Produksi jenis palawija yang mempunyai peningkatan ter-

VI/4

Page 5: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 1PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,

1968 - 1984(ribu ton)

VI/5

Page 6: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

tinggi adalah produksi kedelai yang pada tahun 1984 telah men-capai 743 ribu ton atau 38,6% di atas tahun 1983. Sedangkan produksi kedelai pada tahun 1968 baru mencapai 420 ribu ton.

Produksi perikanan laut dan darat pada awal Repelita IV masing-masing sebesar 1.700 ribu ton dan 559 ribu ton atau bila dibandingkan tahun sebelumnya masing-masing meningkat 1,1% dan 4,9%. Produksi perikanan laut dan perikanan darat sebelum Repelita I masing-masing baru mencapai 723 ribu ton dan 437 ribu ton, berarti pada awal Repelita IV produksi per-ikanan laut naik sekitar dua setengah kali dan perikanan da-rat naik satu seperempat kali dari sebelum Repelita I.

Dibanding dengan tahun sebelumnya, pada awal Repelita IV produksi daging, telur dan susu juga mengalami peningkatan yang berarti. Produksi daging meningkat sebesar 5,5%, produk-si telur 8,1% dan produksi susu 24,5%. Sebelum Repelita I produksi daging, telur dan susu masing-masing baru mencapai 305 ribu ton, 51 ribu ton dan 29 ribu ton, sedang pada awal Repelita IV produksi daging dua seperempat kali, telur hampir tujuh kali dan susu enam kali dari sebelum Repelita I.

Populasi ternak pada awal Repelita IV , bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya secara keseluruhan mengalami kenaik-an. Populasi ternak yang mengalami kenaikan terbesar adalah ayam ras petelur yaitu 12,3%, yang meningkat dari 28.436.000 ekor pada tahun 1983 menjadi 31.947.000 ekor pada tahun 1984. Diikuti pula dengan kenaikan populasi ayam ras pedaging/broi-ler yaitu 10%, meningkat dari 34.135.000 ekor pada tahun 1983 menjadi 37.548.000 ekor pada tahun 1984.

Pada awal Repelita IV berbagai Jenis produksi perkebunan mengalami peningkatan pula bila dibandingkan dengan tahun 1983, seperti kapas mencapai 154%, kelapa sawit 6,6% dan teh 8,2%. Sebelum Repelita I produksi kapas masih belum menunjuk-kan hasil yang berarti, sedangkan produksi kelapa sawit dan teh masing-masing telah mencapai 181 ribu ton dan 73 ribu ton sedang pada awal Repelita IV masing-masing mencapai 1.044 ju-ta ton dan 119 ribu ton atau sekitar enam kali dan dua kali dari sebelum Repelita I.

Dengan adanya kebijaksanaan mengenai pembatasan jumlah ekspor kayu bulat, maka perkembangan industri dalam negeri cukup menggembirakan. Pada tahun 1982 jumlah produksi kayu bulat yang diolah di dalam negeri naik menjadi 76%, tahun 1983 naik mencapai 87%, dan pada tahun 1984 jumlah tersebut naik menjadi 94% dari jumlah produksi kayu bulat. Di samping

VI/6

Page 7: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

itu perhatian pada pembinaan sumber-sumber alam telah diting-katkan pula. Pengawasan terhadap para pemegang Hak Penguasaan Hutan (HPH) telah diperketat dan disempurnakan agar para pe-megang HPH benar-benar memenuhi kewajiban-kewajibannya, seper-ti melaksanakan penebangan hutan secara tertib, menanami kem-bali hutan-hutan bekas tebangan dan lain-lain. Di samping itu mereka harus melaksanakan kewajibannya untuk mendirikan indus-tri hasil hutan.

Perkembangan produksi beberapa hasil pertanian terpenting dan perkembangan volume ekspornya masing-masing dapat dilihat dalam Tabel VI - 1 dan Tabel VI - 2.

Pada awal Repelita IV, pembangunan pengairan telah menye-lesaikan perbaikan dan peningkatan irigasi seluas 87.072 ha, pembangunan jaringan irigasi seluas 69.144 ha, dan pengembang-an daerah rawa seluas 48.577 ha. Selama Repelita I kegiatan perbaikan dan peningkatan irigasi mencapai seluas 936.073 ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 191.246 ha dan pe-ngembangan daerah rawa seluas 118.797 ha. Selama Repelita II telah dilaksanakan perbaikan dan peningkatan irigasi seluas 527.840 ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 325.942 ha dan pengembangan daerah rawa seluas 179.202 ha. Sedangkan selama Repelita III perbaikan dan peningkatan irigasi seluas 394.651 ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 437.271 ha dan pengembangan daerah rawa seluas 456.189 ha.

B. PERTANIAN PANGAN

1. Padi/Beras

Dengan memperhatikan hasil-hasil selama Repelita sebelum-nya, peningkatan produksi pertanian tanaman pangan selama Re-pelita IV akan tetap diusahakan melalui peningkatan produksi dalam satu kesatuan luas melalui program intensifikasi di se-mua daerah. Kualitas pelaksanaan intensifikasi terus diting-katkan baik melalui program Intensifikasi Khusus (Insus) mau-pun Operasi Khusus (Opsus), untuk daerah-daerah yang poten-sial relatif rendah. Peningkatan produksi juga diusahakan de-ngan ekstensifikasi yaitu perluasan areal dengan pembukaan lahan pertanian baru di lahan beririgasi, lahan kering, lahan rawa dan lahan pasang surut, baik di daerah transmigrasi mau- pun bukan daerah transmigrasi. Usaha peningkatan produksi di-samping melalui intensifikasi dan ekstensifikasi juga diusa-hakan melalui diversifikasi dan rehabilitasi tanaman.

VI/7

Page 8: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 2

VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING,1968 - 1984(ribu ton)

1)Jenis Produksi 1968 1973 1978 1982 1983 1984

1. Karet 770,0 890,2 918,2 861,2 941,3 1.011,6

2. Minyak sawit 152,4 262,7 412,3 231,6 348,7 140,4

3. Teh 20,2 39,6 61,6 76,3 75,1 91,6

4. Kopi 84,7 100 222,8 234,5 245,8 287,5

5. Lada 24,6 25,6 38 37,3 45,0 33,5

6. Tembakau 8,2 33,2 27,3 19,4 25,7 20,0

7. Udang (segar danAwetan) 2,9 28,8 32,6 25,4 26,2 28,0

8. Ikan segar 3,4 5,9 13,9 42,2 33,9 23,1

9. Kulit ternak 5,4 4,9 4,8 4,6 5,4 7,610.Kayu Bulat 2) 1.239,5 19.489,0 19:212,0 3.132,0 2.992,0 1.556,0

11.Kayu olahan2) 864,0 2.679,8 3.530.0 4.967,0

12.Jagung 91,0 181,3 21,1 0,5 17,9 148,3

13.Kacang tanah 9,5 21,4 2,2 0,8 1,0 0,001

14.Gaplek 162,0 75,4 307,8 207,7 342,3 0,2

1) Angka diperbaiki2) Dalam ribu m3

VI/8

Page 9: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Seperti telah disinggung diatas, pada awal Repelita IV produksi gabah/beras mencapai 25,825 juta ton beras atau 37,978 juta ton gabah, meningkat sebesar 7,6% di atas tahun 1983 (Tabel VI - 3), yang dicapai sebagai akibat meningkatnya hasil rata-rata per ha. Keadaan produksi beras pada tahun 1968, sebelum dimulainya Repelita I, baru mencapai 11,666 juta ton, yang berarti keadaan produksi beras pada tahun 1984 adalah 121% di atas tahun 1968. Peningkatan produksi beras selama Repelita I, II dan III, masing-masing setiap tahunnya meningkat rata-rata sebesar 4,8%, 3,9% dan 6,5%. Seperti tam-pak dalam Tabel VI - 4, hasil rata-rata beras per ha mening-kat dari 2,62 ton pada tahun 1983 menjadi 2,68 ton pada tahun 1984 untuk seluruh Indonesia. Di Jawa hasil rata-rata beras per ha meningkat dari 3,08 ton pada tahun 1983 menjadi 3,13 ton pada tahun 1984 dan di luar Jawa meningkat dari 2,12 ton pada tahun 1983 menjadi 2,16 ton pada tahun 1984. Meningkat-nya hasil rata-rata ini merupakan hasil dari peningkatan kua-litas intensifikasi, baik melalui Intensifikasi Khusus (In-sus) maupun melalui Operasi Khusus (Opsus), dan tersedianya pengairan yang lebih teratur, disamping iklim yang menguntung-kan pula. Sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI - 5, hasil rata-rata beras per ha sawah intensifikasi pada tahun 1984 mencapai 3,08 ton, 2,3% di atas tahun 1983.

Peningkatan juga terjadi pada luas panen intensifikasi, karena adanya peningkatan areal Inmas yang merupakan salah satu program peningkatan produksi padi (beras) yang setiap tahun ditingkatkan baik mutu maupun luasnya. Luas panen inten-sifikasi padi pada tahun 1984 meningkat sebesar 14,3% diban-ding tahun 1983. Untuk luas panen Insus tahun 1984 telah men-capai 3.977 ribu ha atau 14,4% di atas tahun sebelumnya (Tabel VI - 6).

Peningkatan usaha pemberantasan hama dan penyakit yang diikuti pula dengan perluasan varietas yang tahan penya-kit, misalnya PB - 50, PB - 52 dan PB - 54 yang merupakan varietas-varietas padi yang cukup tahan terhadap penyakit vi-rus dan tungro, juga merupakan usaha dalam rangka meningkat-kan produksi gabah/beras per ha. Seperti tampak dalam Tabel V I - 7, penggunaan insektisida dalam tahun 1984 terus mening-kat. Untuk daerah serangan wereng coklat biotipe 1 dan daerah serangan baru pengendaliannya diusahakan dengan penanaman pa-di VUTW seperti PB - 26, PB - 29, PB - 30, PB - 34, Asahan, Citarum, Serayu dan Brantas. Bagi daerah serangan wereng co-klat biotipe 2 dilakukan penanaman padi VUTW - 2 seperti PB - 32, PB - 36 dan PB - 38. Sebagai akibatnya, pada tahun 1984 tingkat kerusakan padi sawah mengalami penurunan (Tabel VI-8).

VI/9

Page 10: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 3

PRODUKSI BERAS (PADI)1)

1968 - 1964(ribu ton)

2)Daerah 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Jawa:

Beras 7.043 8.864 10.607 14.181 14.707 16.187(Padi) (10.357) (13.035) (15.598) (20.855) (21.628) (23.804)

Luar Jawa : Beras 4.623 5.743 6.918 8.856 9.299 9.638(Padi) ( 6.798) ( 8.445) (10.174) (12.729) (13.674) (14.174)

Indonesia : Beras 11.666 14.607 17.525 23.037 24.006 25.825(Padi) (17.155) (21.480) (25.772) (33.584) (35.302) (37.978)

1) Bentuk produksi gabah kering giling2) Angka diperbaiki

VI/ 10

Page 11: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI – 1PRODUKSI BERAS (PADI)

1968 – 1984

Page 12: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

VI/11

Page 13: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 4

HASIL RATA-RATA BERAS (PADI)*) PER HA,1968 - 1984

(ton)

Jenis hasil 1968 1973 1978 1982 19831) 1984

Jawa : Beras 1,65 1,94 2,23 2,98 3,08 3,13(Padi) (2,43) (2,85) (3,28) (4,39) (4,53) (4,60)

Luar Jawa : Beras 1,23 1,49 1,66 2,04 2,12 2,16(Padi) (1,81) (2,19) (2,43) (3,00) (3,12) (3,18)

Indonesia : Beras 1,45 1,74 1,96 2,54 2,62 2,68(Padi) (2,13) (2,56) (2,89) (3,74) (3,85) (3,94)

1) Angka diperbaiki•) Bentuk produksi gabah kering giling

VI/ 12

Page 14: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI - 2HASIL RATA-RATA BERAS (PADI) PER HA,

1968 - 1984

VI/13

Page 15: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 5HASIL RATA-RATA BERAS (PADI) *) PROGRAM INTENSIFIKASI,

1968 - 1984(ton per ha)

VI/14

Page 16: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK - 3

HASIL RATA-RATA BERAS PROGRAM INTENSIFIKASI1968 - 1984

VI/15

Page 17: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 6LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI,

1968 - 1984 (ribu ha)

VI/16

Page 18: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI – 4 LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI

1968-1984

VI/17

Page 19: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI - 4)

VI/18

Page 20: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 7

PENGGUNAAN INSEKTISIDA, RODENTISIDA, FUNGISIDA DAN LAIN-LAIN

DI PROGRAM TANAMAN PANGAN,1968 - 1984

(ton)1)

Jenis pembasmi hama 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Insektisida 630,6 1.504,20 4.615 11.254,80 13.982,49 13.907,38

Rodentisida 40,2 116 121 94,70 171,25 88

Fungisida 2) 743,04 696,60 94,40 276 300,95

1) Angka diperbaiki2) Dalam kiloliter

VI/ 19

Page 21: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 8

LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAWA DAN MADURA,1968 - 1984(ha)1) 2)

Uraian 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Jumlah luaspanen kotor 3.600.000 3.670.422 3.766.282 4.126.951 4.776.746 5.109.955(termasukkerusakan)

Kerusakan 195.000 123.422 135.453 123.225 114.569 60.727

% Kerusakan 5,4% 3,4% 3,6% 3,0% 2,4% 1,2%

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VI/20

Page 22: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI - 8LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAWA DAN MADURA,

1968 - 1984 (ha)

3.500 -

VI/21

Page 23: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Penyediaan prasarana dan tenaga penyuluh terus disempur-nakan dan ditambah, guna meningkatkan kegiatan penyuluhan. Jumlah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang telah selesai dibangun sampai dengan tahun 1984 adalah sebanyak 1.324 unit. Dengan demikian penyelenggaraan kursus tani, usaha pertanian percontohan, petak percontohan, siaran pertanian melalui ra-dio, televisi, slide/film dan penyebaran informasi pertanian dapat dilaksanakan lebih teratur. Kini di 27 propinsi telah tersedia tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk ting-kat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) sebanyak 18.047 orang, Penyuluh Pertanian Madya (PPM) untuk tingkat wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) sebanyak 8.560 orang dan Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) untuk tingkat kabupa-ten sebanyak 1.395 orang. Seorang PPL melakukan metode Latih-an dan Kunjungan (LAKU) bertugas mengunjungi kelompok petani sekali 2 minggu secara teratur, sehingga dapat membina 16 ke-lompok tani/kontak tani yang masing-masing meliputi 160-320 orang petani maju. Kemudian para petani maju tersebut secara individu diharapkan dapat mengadakan pendekatan kepada para petani lainnya.

Sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI - 9, jumlah para petani yang menggunakan pupuk selama Repelita III terus me-ningkat. Dosis penggunaan pupuk disesuaikan dengan rekomenda-si. Penggunaan pupuk yang semakin meningkat itu menunjukkan kesadaran petani yang semakin besar akan manfaat pupuk yang mendorong peningkatan mutu Insus.

Selama Repelita I, II dan III luas panen padi di seluruh tanah air terus meningkat. Begitu pula pada awal Repelita IV luas panen padi mengalami peningkatan yaitu 5,2% diatas tahun sebelumnya, dari 9.162 ribu ha dalam tahun 1983, menjadi 9.636 ribu ha dalam tahun 1984. Untuk daerah-daerah di luar Jawa luas panen padi meningkat sebesar 79 ribu ha atau 1,8% diatas tahun 1983 dan di Jawa meningkat dengan 395 ribu ha atau 8,3% diatas tahun 1983 (Tabel VI - 10). Peningkatan luas panen tersebut yang mengakibatkan produksi beras/gabah mening-kat pada awal tahun Repelita IV.

2. Palawija dan Hortikultura

Selain dari produksi padi, sumber pendapatan petani ada-lah juga dari produksi palawija dan hortikultura sebagai usa-ha menjaga stabilitas pendapatannya. Produksi palawija dan hortikultura juga mempunyai peranan penting sebagai sumber bahan makanan yang bergizi.

VI/22

Page 24: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 9

PENGGUNAAN PUPUK DI PROGRAM TANAMAN PANGAN,1968 - 1984

(ton zat hara)

Jenis hasil 1968 1973 1978 1982*)

1983 1984

N 95.000 312.038 478.905 1.060.066 973.374 1.064.988

P20 24.400 65.292 126.905 354.589 317.268 378.817

K20 400 1.875 11.769 43.344 54.354 61.582

Jumlah: 119.800 379.205 617.579 1.457.999 1.344.996 1.505.387

*) Angka diperbaiki

VI/23

Page 25: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 26: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 27: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 10

LUAS PANEN PADI,1968 - 1984(ribu ha)

*)Jenis hasil 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Jawa 4.264 4.567 4.750 4.749 4.779 5.174

Luar Jawa 3.756 3.836 4.179 4.239 4.383 4.462

Indonesia 8.020 8.403 8.929 8.988 9.162 9.636

*) Angka diperbaiki

VI/24

Page 28: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Pengembangan produksi palawija dan hortikultura dilakukan dalam rangka pelaksanaan diversifikasi pertanaman. Bagi para petani di daerah yang sudah berpengairan tujuannya untuk mem-berikan manfaat dalam memantapkan penghasilan petani sepan-jang tahun dan meningkatkan daya guna air dalam menekan per-kembangan hama/penyakit. Sedangkan bagi para petani yang dae-rahnya belum berpengairan, produksi palawija dan hortikultu-ra, dijadikan tanaman utama.

Di samping itu telah diintensifkan usaha-usaha terasering dan intensifikasi tanaman palawija melalui program Reboisasi Penghijauan pada lahan-lahan yang kemiringannya tinggi yang diperkenalkan melalui Demplot-demplot Penghijauan.

Pada awal Repelita IV hasil rata-rata per ha ubi kayu me-ningkat 7% di atas tahun 1983, kedelai meningkat 5,7%, jagung 4,5% dan ubi jalar 3,8%. Pada tahun 1984 produksi kedelai me-nunjukkan peningkatan yang terbesar yaitu sebesar 743 ribu ton, atau bila dibanding tahun 1983 peningkatan sebesar 38,6%. Pada tahun 1968 produksi kedelai baru mencapai 420 ri-bu ton, yang berarti produksi pada tahun 1984 hampir dua kali produksi pada tahun 1968. Peningkatan produksi kedelai pada dua tahun terakhir antara lain sebagai hasil usaha pemberian pupuk kapur pada lahan-lahan yang kemasaman tanahnya tinggi. Keadaan ini dapat diikuti dalam Tabel VI - 11.

Seperti tampak dalam Tabel VI - 12, luas panen kedelai pada awal Repelita IV meningkat 31,1% dibanding tahun 1983, kemudian diikuti oleh ubi kayu 9,7%, ubi jalar 1,4% dan ja-gung 0,8%.

Dalam Tabel VI - 13, terlihat bahwa luas panen sayuran pada tahun 1984 adalah sebesar 750 ribu hektar dan luas panen buah-buahan sebesar 825 ribu hektar. Produksi sayuran pada tahun 1984 sebesar 3.628 ribu ton, dan produksi buah-buahan sebesar 6.374 ribu ton. Hasil rata-rata per hektar sayuran dan buah-buahan pada tahun 1984 masing-masing sebesar 48,37 kuintal/ha dan 77,26 kuintal/ha.

C. PETERNAKAN

Seperti pada Repelita sebelumnya usaha peningkatan produk-si peternakan selama Repelita IV tetap menitik beratkan pada usaha peningkatan kegiatan-kegiatan pengamanan ternak, pengem-bangan usaha produksi dan distribusi ransuman serta obat-obat-an dan peningkatan kegiatan penyuluhan bagi para peternak.

VI/25

Page 29: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 11

PRODUKSI DAN HASIL RATA - RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,1968 - 1984

1)Jenis Palawija Satuan 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Jagung : Produksi ribu ton 3.165 3.690 4.029 3.235 5.087 5.359

Hasil rata-rata kr/ha2) 9,83 10,75 13,32 15,69 16,94 17,71

Ubi kayu : Produksi ribu ton 11.356 11.186 12.902 12.988 12.103 14.205

Hasil rata-rata kw/ha 75,60 78,00 93,00 98 99 106

Ubi jalar . Produksi ribu ton 2.364 2.387 2.083 1.676 2.213 2.338

Hasil rata-rata kw/ha 58,50 62,99 69,00 76 79 82

Kedelai . Produksi ribu ton 420 541 617 521 536 743

Hasil rata-rata kw/ha 6,20 7,28 8,41 8,58 8,38 8,86

Kacang tanah : Produksi ribu ton 287 290 446 437 460 522

Hasil rata-rata kw/ha 7,27 6,98 8,80 9,47 9,58 9,48

1) Angka diperbaiki2) Kuintal/ha

Page 30: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI - 6PRODUKSI DAN HASIL RATA – RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,

1968 – 1984

Jagung

VI/27

Page 31: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

VI/28

Page 32: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI-6)(ribu ton)

VI/29

Page 33: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 12

LUAS PANEN PALAWIJA,1968 - 1984

(ribu ha)

*)Jenis

Palawija1968 1973 1978 1982 1983 1984

Jagung 3.220 3.433 3.025 2.061 3.002 3.025

Ubi kayu 1.503 1.429 1.383 1.324 1.221 1.339

Ubi jalar 404 379 301 220 280 284

Kacang tanah 395 416 506 461 481 523

Kedelai 677 743 733 608 640 839

* ) Angka diperbaiki

VI/30

Page 34: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI - 7LUAS PANEN PALAWIJA,

1973 - 1984(ribu ha)

VI/31

Page 35: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

VI/32

Page 36: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 13

LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA,1968 – 1984

U r a I a n Satuan 1968 1973 1978 1982 19831) 1984

Luas panen:

Sayuran ribu ha 660 676 642 797 738 750

Buah-buahan ribu ha 488 696. 436 560 542 825

Produksi:

Sayuran ribu ton 1.791 2.295 1.927 1.903 2.473 3.628

Buah-buahan ribu ton 2.272 4.249 2.709 4.226 3.867 6.374

Hasil rata-rata:

Sayuran kw/ha2) 29,85 33,94 30,00 23,87 33,51 48,37

Buah-buahan kw/ha 46,56 61,03 62,13 79,60 71,35 77,26

1).Angka diperbaiki 2) Kwintal/ha

VI/33

Page 37: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Tujuan usaha-usaha tersebut adalah untuk meningkatkan popula-si ternak, mempertinggi pendapatan para peternak dan memper-luas kesempatan berusaha. Perkembangan populasi ternak dan unggas meningkat cukup besar, sebagai akibat dari telah dilak-sanakannya Bimas dan makin berkembangnya usaha-usaha peternak-an (Tabel VI - 14). Populasi ayam kampung pada awal Repelita IV mengalami peningkatan 6% di atas tahun 1983. Begitu pula populasi ayam ras petelur pada tahun 1984 juga mengalami pe-ningkatan sebesar 12,3% dibanding tahun sebelumnya, dan ayam ras pedaging/broiler meningkat 10%. Secara keseluruhan popu-lasi ternak yang mengalami kenaikan terbesar adalah ras pete-lur, yang diikuti dengan kenaikan populasi ayam ras pedaging/ broiler.

Pada tahun 1981 telah ditetapkan kebijaksanaan baru me-ngenai batas jumlah ternak maksimal yang diperkenankan dalam satu usaha peternakan sehingga mendorong pelaksanaan Bimas dalam usaha pengembangan ayam ras petelur dan pedaging. Kebi-jaksanaan ini merupakan cara yang lebih baik dalam usaha pe-merataan pembangunan dan hasil-hasilnya diantara para peter-nak ayam.

Langkah-langkah dalam rangka meningkatkan populasi ternak selama ini adalah dengan meningkatkan kelahiran dan mengenda-likan pemotongan terhadap ternak betina. Langkah-langkah ter-sebut disertai kebijaksanaan impor ternak bibit dan penyebar-an/pemindahan ternak dalam mengembangkan daerah ternak yang baru, diantaranya ke daerah transmigrasi. Di samping itu te-lah dijalankan juga usaha-usaha peningkatan pembibitan hijau-an makanan ternak, serta peningkatan keterampilan para petani peternak. Hal ini erat hubungannya dengan usaha penyebaran ternak.

Usaha-usaha seperti intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi adalah suatu cara dalam rangka usaha meningkatkan produksi ternak. Penyediaan paket kredit dengan syarat ringan bagi para peternak yang diberikan dalam bentuk bibit, makanan ternak, dan obat-obatan, serta bimbingan dalam pengelolaan ternak dan dalam pemasaran hasilnya adalah merupakan pelaksa-naan intensifikasi. Pelaksanaan diversifikasi diwujudkan da-lam bentuk dorongan untuk mengusahakan peternakan yang bera-neka ragam, yang bertujuan untuk membantu meningkatkan perse-diaan hasil ternak. Ekstensifikasi dilaksanakan di daerah-dae-rah yang kurang padat penduduknya dengan memperhatikan usaha-usaha pengembangan daerah transmigrasi dan pemukiman kembali.

Seperti tampak dalam Tabel VI - 15, pada awal tahun Rape-

VI/34

Page 38: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 14

POPULASI TERNAK, 1968 - 1983 (ribu ekor)

Jenis Ternak 1968 1973 1978 1982 1983*) 1984

1. Sapi 6.576 6.637 6.330 6.594 6.660 6.741

2. Sapi perah 45 78 93 140 162 173

3. Kerbau 2.870 2.489 2.312 2.513 2.538 2.724

4. Kambing 7.282 6.793 8.051 7.891 8.049 8.210

5. Domba 3.556 3.547 3.611 4.231 4.316 4.402

6. Babi 2.727 2.768 2.902 3.587 3.677 3.854

7. Kuda 612 645 615 658 665 672

8. Ayam Kampung 61.119 82.207 108.916 139.787 148.174 157.064

9. Ayam Ras petelur 250 2.173 6.071 26.312 28.436 31.947

10. Ayam Ras pedaging/broiler - - - 31.033 34.135 37.548

11. I t i k 7.269 11.124 17.541 23.861 25.436 27.114

• ) Angka diperbaiki

VI/35

Page 39: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK - 8P O P U L A S I T E R N A K

1968-1984

VI/36

Page 40: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI - 8)

VI/37

Page 41: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI - 8)

VI/38

Page 42: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI - 8)

VI/39

Page 43: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI - 8)

VI/40

Page 44: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 15

PENYEBARAN BIBIT TERNAK,,1973 - 1984

(Ekor)

Jenis Ternak 1973 1978 1982*)

1983 1984

1.Sapi 5.540 14.812 20.794 25.918 33.339

2.Kerbau 307 1.665 7.195 1.952 1.850

3.Kambing/Domba 212 905 11.496 12.735 10.308

4.Kuda 403 - 1.272 2.507 2.905

') Angka diperbaiki

VI/41

Page 45: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

lita IV telah didistribusikan sebanyak 33.339 ekor sapi, 1.850 ekor kerbau dan 10.308 ekor kambing domba.

Dengan digiatkannya usaha Inseminasi Buatan dan penyedia-an pejantan dengan mutu genetik yang lebih baik maka semakin banyak semen beku yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan kelahiran ternak. Sebanyak 609.402 dosis semen beku pada ta-hun 1984 telah didistribusikan untuk inseminasi. Sehubungan dengan kegiatan tersebut, populasi ternak besar pada tahun 1984 mengalami peningkatan bila dibanding dengan tahun 1983. Begitu pula populasi kambing dan domba telah mengalami pening-katan. Sedang populasi sapi perah meningkat dari 162 ribu ekor pada tahun 1983 menjadi 173 ribu ekor pada tahun 1984 atau meningkat sebesar 6,8%. Selama Repelita I kenaikan popu-lasi sapi perah adalah sebesar 11,5% setiap tahun, kemudian selama Repelita II kenaikan populasi sapi perah setiap tahun hanya mencapai 3,7%. Tetapi selama Repelita III kenaikan se-tiap tahun populasi sapi perah kembali meningkat sehingga le-bih besar dari Repelita-repelita sebelumnya, yaitu sebesar 11,7%.

Sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI - 16, pada awal Repelita IV produksi daging, telur dan susu masing-masing te-lah mencapai 686 ribu ton, 345 ribu ton dan 178 juta liter atau masing-masing mengalami kenaikan sebesar 5,5%, 8,1% dan 24,5% dibanding tahun 1983. Sebelum Repelita I produksi da-ging, telur dan susu masing-masing baru sebesar 305 ribu ton, 51 ribu ton dan 29 juta liter. Dengan perkataan lain keadaan produksi tersebut pada awal Repelita IV bila dibanding dengan keadaan sebelum Repelita I, masing-masing untuk daging hampir dua seperempat kali, untuk telur hampir tujuh kali dan untuk susu enam kali. Bagian terbesar daging yang dihasilkan di da-lam negeri adalah daging sapi. Produksi telur yang dihasilkan terdiri dari telur itik, telur ayam kampung dan telur ayam ras.

Dalam menunjang usaha-usaha peningkatan produksi tersebut ditingkatkan pula keterampilan petugas pemerintah pengelola peternakan, baik di pusat maupun di daerah. Seperti tampak pada Tabel VI - 17. pada awal Repelita IV, jumlah tenaga Penyuluh Peternakan Lapangan (PPL) telah mencapai 1.618 orang, sedangkan pada tahun sebelumnya baru mencapai 1.407 orang. Tenaga inseminator telah mencapai 625 orang pada tahun 1984, pada tahun sebelumnya baru sebanyak 595 orang. Tenaga vaksinator pada tahun 1984 mencapai 5.652 orang, sedangkan tahun sebelumnya baru 5.436 orang. Tenaga laboratorium diag-nostik pada tahun 1984 tetap tidak mengalami penambahan dari

VI/42

Page 46: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 16

PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,1968 - 1984

*)Uraian Satuan 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Daging ribu ton 305 379,4 475 629 650 686

Telur ribu ton 51 81,4 151 297 319 345

Susu juta l i t e r 29 35,0 62 117 143 178

*) Angka diperbaiki

VI/43

Page 47: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 17

JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR,1973 - 1984

(orang)

Jenis Palawija1973 1978 1982 1983 19841)

1. SMS/PPS2) 24 248 368 428 428

2. PPL & demonstrator 250 463 936 1.407 1.618

3. Kader Peternak 782 2.694 2.754 2.754 4.219

4. Inseminator 26 295 391 595 625

5. LaboratoriumDiagnostik 14 205 312 313 313

6. Vaksinator

- 1.130 1.130 5.436 5.652

1) Angka diperbaiki

2) SMS/PPS - Subject Matter Specialist/ Penyuluh Peternakan Spesialis

VI/44

Page 48: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI – 9 JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR

1975 – 1984

VI/45

Page 49: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

(Lanjutan Grafik VI - 9)

VI/46

Page 50: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

tahun sebelumnya yaitu sebanyak 313 orang. Tenaga kader pe-ternakan pada tahun 1984 sudah menjadi 4.219 orang, sedang pada tahun sebelumnya baru 2.754 orang.

Seperti tampak dalam Tabel VI - 18, walaupun volume eks-por tulang dan tanduk mengalami penurunan akibat permintaan di dalam negeri yang meningkat, tetapi pada awal Repelita IV masih ada jenis hasil ternak yang diekspor yang mengalami peningkatan, dibanding tahun 1983 seperti ekspor kulit sapi yang pada tahun 1984 naik sampai sebesar 255%.

D. PERIKANAN

Selama Repelita IV pembangunan perikanan dilanjutkan se-bagaimana yang telah digariskan didalam Repelita III yaitu pengembangan perikanan rakyat dengan tujuan meningkatkan pen-dapatan para nelayan, memperluas kesempatan berusaha, memper-tinggi produksi demi peningkatan mutu gizi pola konsumsi pa-ngan rakyat dan peningkatan ekspor.

Pembangunan/rehabilitasi pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan dilaksanakan sejak Repelita II. Sejumlah pelabuhan perikanan pada awal Repelita IV terus dibangun dan direhabi-litasi dalam rangka menunjang peningkatan usaha perikanan-rakyat, seperti memasarkan hasil produksi para nelayan dan tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan. Di samping itu te-lah direhabilitasi sejumlah pangkalan pendaratan ikan (PPI). Sampai tahun 1984 telah dibangun pula sebanyak 153 buah PPI dimana sampai akhir Repelita II baru mencapai 83 buah dan sam-pai akhir Repelita III mencapai 147 buah. Pelabuhan perikanan yang dibangun sampai tahun 1984 adalah sebanyak 25 buah, yang terdiri dari 22 buah pelabuhan perikanan pantai, 2 buah pela-buhan perikanan nusantara dan 1 buah pelabuhan perikanan sa-mudera. Pada akhir Repelita II jumlah pelabuhan perikanan ba-ru sebanyak 21 buah yang terdiri dari pelabuhan perikanan pantai 19 buah dan pelabuhan perikanan nusantara 2 buah, se-dangkan pelabuhan perikanan samudera belum dibangun. Sedang-kan sampai akhir Repelita III mencapai 24 buah pelabuhan per-ikanan, yang terdiri dari 21 buah pelabuhan perikanan pantai, pelabuhan perikanan nusantara dan pelabuhan perikanan samu-dera masing-masing 2 buah dan 1 buah.

Pada awal Repelita IV saluran tambak terus dibangun dan direhabilitasi dalam rangka mengembangkan budidaya perikanan tambak. Sampai dengan tahun 1984 saluran tambak yang telah dibangun meliputi 639,7 km yaitu, di Aceh, Lampung, Jawa Ba-

VI/47

Page 51: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 52: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 18VOLUME EKSPOR HASIL - HASIL TERNAK,

1968 - 1984(ton)

Jenis Hasil ternak 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Kulit:

Sapi 1.462 2.634,1 1.410,3 650,3 1.181,7 4.200

Kerbau 696,7 503,4 120,6 18,7 9,7 0

Kambing 2.037,1 1.080,4 2.294,1 3.000,6 3.374,0 2.800

Domba 1.159,8 710,8 1.007,6 933,6 823,2 600

Tulang 8 Tanduk 8.351,0 5.585,2 7.879,0 2.457,3 0 2.200

• ) Angka diperbaiki

VI/48

Page 53: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

rat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Teng-gara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Untuk mencukupi kebutuhan benih udang sejak Repelita II telah dibangun Balai Benih Udang (BBU). Sampai saat ini telah dibangun 3 buah BBU sama keadaannya seperti pada akhir Repe-lita III. Disamping itu telah dibangun pula 44 buah Balai Be-nih Ikan (BBI) dibandingkan 43 buah BBI pada akhir Repelita III, dan 4 Balai Benih Udang Galah (BBUG), sedang pada akhir Repelita III baru 3 buah, yang digunakan untuk pengembangan budidaya air tawar. Keadaan sampai akhir Repelita II BBU yang dibangun baru 1 buah, BBI 25 buah dan BBUG 2 buah.

Kebutuhan benih ikan terus bertambah karena usaha inten-sifikasi dan ekstensifikasi perikanan terus ditingkatkan. Perusahaan-perusahaan milik negara telah membantu menyediakan kebutuhan akan sarana dalam rangka pemasaran ikan antar pu-lau, disamping turut mengembangkan usaha perikanan rakyat di daerah sekitarnya. Kebutuhan akan sarana tersebut meliputi “cold storage”, “freezer” dan truk-truk pendingin, sedangkan pengembangan perikanan rakyat adalah dalam membantu pemasaran hasil perikanan rakyat dan pengembangan teknologi produksinya.

Di samping dana KIK/KMKP, oleh bank-bank Pemerintah di-sediakan juga kredit yang berasal dari proyek perkreditan pe-desaan bagi para petani tambak di, Jawa dan Sulawesi Selatan. Kredit itu juga disediakan untuk motorisasi dan pembangunan pabrik es. Penyaluran kredit itu dilakukan melalui Bank Rak-yat Indonesia (BRI).

Dalam usaha untuk melindungi kegiatan para nelayan tradi-sional terhadap saingan yang tidak seimbang dari para pengu-saha kapal trawl yang masih sering memasuki daerah penangkap-an bagi para nelayan tradisional, maka pada tahun 1980 telah dikeluarkan kebijaksanaan untuk membatasi kegiatan kapal trawl.

Produksi perikanan secara keseluruhan pada awal Repelita IV, telah mencapai 2.259 ribu ton atau naik sebesar 2,0% di-bandingkan sebelumnya. Produksi perikanan laut pada tahun itu telah mencapai 1.700 ribu ton atau naik 1,1% sedang produksi perikanan darat mencapai 559 ribu ton atau naik 4,9% diban-dingkan tahun sebelumnya. Produksi perikanan laut dan darat sebelum Repelita I masing-masing baru mencapai 723 ribu ton dan 437 ribu ton, berarti kenaikan produksi perikanan laut

VI/49

Page 54: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

dan darat pada awal Repelita IV masing-masing telah mencapai sekitar dua setengah kali dan satu seperempat kali dari sebe-lum Repelita I. Keadaan tersebut dapat diikuti pada Tabel VI - 19.

Pada Tabel VI - 20 dapat dilihat bahwa jumlah perahu/ka-pal motor terus bertambah, yang berarti bahwa para nelayan semakin banyak menggunakan perahu/kapal motor serta alat-alat penangkapan yang lebih produktip sehingga dapat membantu me-reka dalam meningkatkan pendapatannya. Jumlah perahu/kapal motor pada tahun 1984 adalah sebanyak 103.600 bush, yang ber-arti kenaikan sebesar 20,0% dibanding dengan tahun 1983 yang berjumlah 86.351 buah. Jumlah perahu tanpa motor dalam tahun 1984 telah berkurang yaitu sebanyak 8.706 buah, yang berarti turun 4,0% dibanding dengan tahun 1983, dengan demikian jum-lah nelayan pemakai perahu/kapal motor semakin bertambah.

Pada awal Repelita IV produksi perikanan perairan umum telah mencapai 276 ribu ton atau 3,7% di atas tahun sebelum-nya dan produksi usaha budidaya mencapai 283 ribu ton atau meningkat 6,0% dibanding tahun sebelumnya (Tabel VI - 21).

Sebagaimana dapat diikuti dalam Tabel VI - 22, pada awal Repelita IV ekspor udang segar/awetan menunjukkan kenaikan terbesar yaitu 7,1% dibanding tahun sebelumnya, yang diikuti oleh kenaikan ekspor ikan hias yaitu 3,5%.

E. PERKEBUNAN

Pembangunan perkebunan selama Repelita IV merupakan kelan-jutan dan peningkatan kegiatan dalam Repelita III, yang tetap menekankan pada pembangunan perkebunan rakyat dengan melaksa-nakan usaha-usaha intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi, dan ekstensifikasi. Dalam melaksanakan usaha-usaha tersebut juga tetap diperhatikan berbagai pola dan kegiatan pengembang-an perkebunan antara lain pola intensifikasi, poly Unit Pelak-sana Proyek (UPP), pola Perkebunan Intl Rakyat (PIR) atau Nu-cleus Estate and Smallholder (NES).

Seperti pada uraian-uraian sebelumnya, kegiatan intensi-fikasi dan diversifikasi ditujukan untuk meningkatkan produk-tifitas tanaman. Selama Repelita IV akan dilaksanakan kegiat-an-kegiatan intensifikasi dan diversifikasi tanaman semusim seperti halnya pada Repelita III, yang meliputi budidaya tabu, kapas, serat karung dan tembakau serta beberapa budi-daya tanaman tahunan seperti cengkeh dan lada. Luas areal

VI/50

Page 55: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 19

PRODUKSI PERIKANAN,1968 - 1984

(ribu ton)

*)Jenis Hasil 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Ikan Laut 723 889 1.227 1.490 1.682 1.700

Ikan Darat 437 389 420 524 533 559

Jumlah : 1.160 1.278 1.647 2.014 2.215 2.259

*) Angka diperbaiki

VI/51

Page 56: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI - 10PRODUKSI PERIKANAN,

1968 - 1984

VI/52

Page 57: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 20

PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL MOTORDAN PERAHU TANPA MOTOR,1968 - 1984(buah)

w)Jenis Perahu/Kapal 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Perahu/Kapal Motor 5.707 12.267 25.992 58.500 86.351 103.600

Perahu Tanpa Motor 278.206 230.615 222.121 226.000 220.706 212.000

Jumlah: 283.913 242.882 248.113 284.500 307-.057 315.600

*) Angka diperbaiki

VI/53

Page 58: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 21

PRODUKSI PERIKANAN DARAT,1968 - 1984

(ribu ton)

*)Jenis Usaha 1968 1973 1978 1982 1983 1984

Usaha Budidaya 117 139 171 256 267 283

Tambak 45 60 (88) (112) (134) (141)

Kolam 53 52 (58) (87) ( 81) (85)

Sawah 19 27 (25) (57) ( 52) (57)

Perairan Umum 320 250 249 268 266 276

Jumlah : 437 389 420 524 533 559

• ) Angka diperbaiki

VI/54

Page 59: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 22

VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,1968 - 1984

(ton)

*)Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1982 1983 1984

1. Udang Segar/Awetan

2.902 28.787 32.620 25.400 26.166 28.025

2.Ikan segar 3.416 5.868 13.907 42.200 33.903 23.131

3. Katak 2.867 2.325 1.700 3.296 2.200

4 Ikan Bias 23 286 359 240 197 204

5 Ubur-ubur (diasin)

1.935 1.935 1.860 3.400 4.108 2.556

6. Lainnya 13.376 12.435 12.414 15.160 20.695 19.579

Jumlah:

21.652 52.178 63.485 88.100 88.365 75.695

•) Angka diperbaiki

VI/55

Page 60: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

intensifikasi yang telah dilaksanakan pada awal tahun Repeli-ta IV adalah Tabu Rakyat Intensifikasi (TRI) seluas 163.184 ha, yang berarti mengalami penurunan 3,8% dibandingkan tahun sebelumnya, yang terutama diakibatkan karena menurunnya areal TRI di Jawa Barat (Tabel VI - 23).

Dalam melaksanakan usaha-usaha rehabilitasi dan peremaja-an yang melalui pola Unit Pelaksana Proyek (UPP), dilakukan suatu pembinaan perkebunan rakyat secara terpadu yang meli-puti pembinaan dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan tanam-an, pengolahan dan pemasaran hasil. Dalam hubungan ini sejak 1979/80 pemerintah telah menyediakan fasilitas kredit lunak jangka panjang untuk perkebunan rakyat dengan harapan para petani dibidang perkebunan akan lebih bergairah dalam usaha perkebunannya.

Melalui UPP diusahakan peningkatan kegiatan penyuluhan, penyediaan sarana produksi, pelayanan kredit bagi petani per-kebunan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, rehabilita-si dan pembangunan fasilitas pengolahan hasil-hasil perkebun-an rakyat.

Di samping itu telah dilaksanakan pembinaan yang menggu-nakan perkebunan besar baik milik Negara maupun milik Swasta Nasional sebagai perkebunan inti. Cara pembinaan ini dikenal dengan sebutan PIR atau NES dan dilaksanakan terutama pada areal bukaan baru (ekstensifikasi). Dalam sistem PIR ini per-kebunan inti di samping mengusahakan kebunnya sendiri juga berkewajiban membantu pembangunan perkebunan rakyat yang ber-bentuk bimbingan dalam pemanfaatan teknologi yang lebih maju dalam bidang produksi dan pembinaan dalam bidang pengolahan dan pemasaran hasilnya.

Pembangunan perkebunan besar swasta diarahkan kepada pe-ningkatan kemampuan managemen dan teknis, rehabilitasi perke-bunan dengan fasilitas kredit bank swasta, pengembangan PIR dengan perkebunan swasta sebagai intinya dan perkebunan rak-yat di sekitarnya sebagai pelaksana.

Usaha pembangunan Perkebunan Besar Negara diarahkan kepa-da peningkatan effisiensi baik dengan mengembangkan teknologi baru, maupun meningkatkan efisiensi pengelolaan sesuai dengan perkembangannya. Di samping itu peranan PNP/PTP lebih diting-katkan di dalam pembinaan perkebunan rakyat sebagai kebun in-ti melalui pola PIR dalam pembukaan wilayah baru untuk usaha perkebunan.

VI/56

Page 61: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 23

AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,1978 - 1984

(ha)

*)L o k a s i 1978 1982 1983 1984

1.Jawa Barat 6.086 13.865 29.387 10.741

2.Jawa Tengah 19.352 59.391 41.150 52.474

3.DI Yogyakarta 2.509 6.360 4.771 3.328

4.Jawa Timur 49.685 114.064 94.293 96.641

Jumlah : 77.632 193.680 169.601 163.184

N)*) Angka diperbaiki

VI/57

Page 62: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

GRAFIK VI – 11AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI

1978 – 1984

VI/58

Page 63: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Sebagai hasil usaha-usaha pembangunan tersebut, sebagian besar produksi perkebunan terpenting pada awal Repelita IV menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi hasil perkebunan terpenting yang mengalami pening-katan terbesar pada awal Repelita IV bila dibandingkan tahun sebelumnya adalah kapas yaitu mencapai 154%. Begitu pula un-tuk kelapa sawit dan teh menunjukkan kenaikan produksi yang cukup baik, masing-masing sebesar 6,6% dan 8,2%. Sebelum Re-pelita I keadaan produksi kapas masih belum menunjukkan ha-sil yang berarti, tetapi bagi kelapa sawit dan teh masing-ma-sing baru mencapai 181 ribu ton dan 73 ribu ton. Dengan demi-kian kenaikan produksi kelapa sawit dan teh pada awal Repeli-ta IV masing-masing hampir enam kali dan dua kali dari sebe-lum Repelita I (Tabel VI - 24).

Seperti tampak pada Tabel VI - 25, produksi kapas rakyat pada awal Repelita IV juga menunjukkan peningkatan yang ter-besar yaitu 154% di atas tahun sebelumnya, kemudian diikuti produksi teh rakyat meningkat dengan 8,7%, sedangkan cengkeh, kopi dan karet rakyat pada awal tahun Repelita IV masing-ma-sing hanya mengalami peningkatan sebesar 5%, 3,1% dan 1% di-bandingkan tahun sebelumnya.

Produksi teh dilingkungan perkebunan besar swasta pada awal Repelita IV menunjukkan peningkatan yang terbesar yaitu 17,6% di atas tahun sebelumnya, sedangkan kopi meningkat 12,5%. Produksi perkebunan besar swasta lainnya, seperti ka-ret, inti sawit, dan gula tebu, masing-masing hanya menunjuk-kan peningkatan 0,7%, 1,5% dan 4,5%. Produksi kelapa kopra dan cengkeh adalah tetap seperti tahun sebelumnya (Tabel VI - 26).

Seperti tampak pada Tabel VI - 27 pada awal Repelita IV produksi minyak sawit dilingkungan perkebunan negara menunjuk-kan kenaikan 9% dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian dii-kuti dengan produksi teh, dan gula tebu yang peningkatannya masing-masing sebesar 5,7%, dan 2,4%, sedangkan untuk produk-si kopi dan tembakau tidak mengalami kenaikan.

Volume ekspor hasil perkebunan yang menunjukkan peningkat-an yang terbesar pada awal Repelita IV dibanding tahun sebe-lumnya adalah teh yaitu mencapai 22%, sedang kopi meningkat 17,1% dan karet 7,5% (Tabel VI - 28).

F. KEHUTANAN

Pembangunan kehutanan yang dilaksanakan selama Repelita I

VI/59

Page 64: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 24

PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING,1968 - 1984

(ribu ton)

*)Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1982 1983 1984

1. Karet 735 845 884 900 1.007 1.012

2. Minyak Sawit 181 289 532 884 979 1.040

3. Inti Sawit 35 64 94 157 165 275

4. Kelapa/Kopra 1.133 1.237 1.575 1.718 1.604 1.608

5. Kopi 150 150 223 281 305 315

6. Teh 73 67 91 94 110 119

7. Cengkeh 17 22 21,2 32,2 40,6 42,6

8. Lada 47 29 46 34 46 46

9. Tembakau 54 80 81 106 109 106

10. Gula/Tebu 749 1.009 1.516 1.627 1.628 1.777

11. Kapas - 1,1 0,5 13 13 33

*) Angka diperbaiki

VI/60

Page 65: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 25

PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT1968 - 1984(ribu ton)

Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1982 1983 1984

1. Karat 531 599 612 586 673 680

2. Kelapa/Kopra 1.131 1.233 1.554 1.707 1.590 1.594

3. Teh 33 14 17 17 23 25

4. Kopi 144 140 206 262 287 296

5. Cengkeh 17 22 21 32 40 42

6. Gula/Tebu 203 199 485 1.373 1.249 1.387

7. Lada 47 29 46 34 46 46

8. Tembakau 54 69 68 97 100 97

9. Kapas - 1,1 0,5 13 13 33

*) Angka diperbaiki

VI/61

Page 66: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 26

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA1968 - 1984(ribu ton)

*)Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1982 1983 1984

1. Karet 102 109 110 125 133 134

2. Teh 12 10 15 16 17 20

3. Kopi 6 4 7 6 8 9

4. Minyak sawit 59 82 165 285 269 266

5. Intl sawit 11 18 22 47 68 69

6. Gula tabu 23 118 71 72 88 92

7. Kelapa/Kopra 2 4 21 11 14 14

8. Cengkeh - 0,11 0,20 0,20 0,60 0,60

*) Angka diperbaiki

VI/62

Page 67: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 27

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA,1968 - 1984(ribu ton)

Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1982 1983*) 1984

1. Karat 103 137 162 189 201 198

2. Minyak sawit 122 207 367 599 710 774

3. Intl sawit 24 46 72 110 97 206

4. Teh 28 43 59 61 70 74

5. Gula tebu 523 693 960 182 291 298

6. Kopi 7 6 10 13 10 10

7. Tembakau-

11 13 9 9 9

*) Angka diperbaiki

VI/63

Page 68: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 28

VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,1968 - 1984

(ribu ton)

Jenis Hasil 1968 1973 1978 1982 1983 *) 1984

1. Karat 770,9 890 918,2 861,2 941,3 1.011,6

2. Minyaksawit 152,4 262,7 412,3 231,6 348,7 140,4

3. Kopi 84,7 100,8 222,8 234,5 245,6 287,5

4. Teh 20,2 39,6 61,6 76,3 75,1 91,6

5• Lada 24,6 25,6 38,0 37,3 45,4 33,5

6. Tembakau 8,2 33,2 27,3 19,4 25,7 20,0

*) Angka diperbaiki

VI/64

Page 69: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Repelita II dan Repelita III dilanjutkan dalam Repelita IV.

Dalam Repelita I (1969 - 1974) kebijaksanaan pembangunan Kehutanan dimaksudkan untuk memberi iklim yang baik bagi pe-nanaman modal asing yang didasari oleh Undang-undang No. 1 Tahun 1963 dan Undang-undang No. 6 Tahun 1968, masing-masing tentang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Nege-ri. Kebijaksanaan tersebut telah menjadi landasan bagi pengem-bangan sistem HPH yang pada awal kegiatan terutama berperan dalam peningkatan produksi dan ekspor log dari luar Jawa.

Dalam Repelita II (1974 - 1979) pembangunan kehutanan de-ngan inti produksi dan ekspor kayu bulat diteruskan dan sis-tem HPH lebih ditingkatkan. Upaya pelestarian sumberdaya hu-tan diintegrasikan kedalam sistem HPH. Kebijaksanaan pengem-bangan industri kehutanan mulai dikembangkan dan dikaitkan dengan sistem HPH.

Dalam Repelita III (1979 - 1984) sistem HPH dalam pening-katan produksi kehutanan lebih ditingkatkan dan diarahkan kepada industri dan pengolahan dalam negeri. Ekspor log mulai dibatasi, sedangkan ekspor kayu gergajian dan kayu lapis dikembangkan. Ekspor kayu bulat dikurangi secara tajam dari tahun ke tahun, sehingga pada tahun ter- akhir Repelita III dibatasi hanya 1.500.000 m3. Ekspor hasil hutan olahan ditingkatkan dengan mendorong tumbuhnya industri kayu gergajian dan kayu lapis.

Dalam Repelita IV produksi kehutanan untuk memenuhi kebu-tuhan di dalam negeri dan ekspor hasil hutan berupa bahan ja-di akan makin ditingkatkan. Aneka jenis produksi dikembangkan dan pembangunan hutan industri mulai dikembangkan.

Realisasi produksi kayu bulat selama Repelita I menunjuk-kan perkembangan yang cukup pesat. Dalam tahun 1968/69 pro-duksi kayu bulat hanya mencapai jumlah 5,25 juta m3. Produksi kayu bulat pada akhir Repelita I mencapai 25,80 juta m3 dan pada akhir Repelita II mencapai 26 juta m3; sedangkan pada akhir Repelita III mencapai 23,46 juta m3. Selama Repelita I peningkatan produksi kayu bulat rata-rata sebesar 57,4% per tahun dan selama Repelita II sebesar 6,9% setiap tahun. Da-lam Repelita III produksi kayu bulat mengalami kenaikan ra-ta-rata 5,4% per tahun. Dalam tahun 1984/85 produksi kayu bulat meningkat menjadi 26,96 juta m3. Realisasi produksi kayu bulat sejak tahun 1968/69 sampai tahun 1984/85 dapat dilihat pada Tabel VI - 29.

VI/65

Page 70: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 29

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU BULAT1968/69 - 1984/85

Uraian Satuan 1968/69 1973/74 1978/79 1982/83 1983/842) 1984/853)

Produksi ribu M3 r.e l) 5.251 25.800 26.256 13.236 23.462 26.958

Ekspor ribu M3 r.e 1.239,5 19.488 19.212 3.132 2.992 1.556

Persentaseekspor ter-hadap pro-duksi

persen 23,6% 75,5% 73,2% 23,6% 13% 6%

1) r.e. = round wood equivalent2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/66

Page 71: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Di samping produksi kayu bulat yang dihasilkan dari areal HPH terdapat produksi kayu jati yang terutama dihasilkan dari Pulau Jawa oleh Perum Perhutani. Selama Repelita II produksi kayu jati berkisar sekitar setengah juta m3 setiap tahunnya. Produksi kayu jati ini hanya merupakan bagian kecil dari se-luruh produksi kayu bulat Indonesia. Memasuki pertengahan Re-pelita III produksi kayu bulat jati telah meningkat menjadi sekitar 700,0 ribu m3 setiap tahun. Pada tahun pertama Repe-lita IV produksi kayu bulat meningkat menjadi 758 ribu m3. Perkembangan produksi kayu bulat jati sejak tahun 1968/69 sampai tahun pertama Repelita IV dapat diperiksa pada Tabel VI - 30.

Dengan semakin banyaknya jenis kayu yang dapat dimanfaat-kan sebagai bahan baku industri kayu yang ada, maka pemanfa-atan jenis kayu lain makin mendapat perhatian besar dari para pemegang HPH. Dari realisasi produksi sampai Maret 1985 ter-nyata sudah sebanyak 22 jenis kayu yang dimanfaatkan.

Produksi kayu bulat tahun 1984/85 apabila dibandingkan dengan tahun 1983/84 mengalami kenaikan sebesar 15%, sedang-kan produksi kayu bulat jati pada tahun 1984/85 naik sebesar 5,6%.

Perkembangan produksi kayu olahan (gergajian dan kayu la-pis) selama Repelita I sampai akhir Repelita III dan tahun pertama Repelita IV tercantum pada Tabel VI - 31.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa produksi kayu olahan terus meningkat. Khususnya dalam periode Repelita III produksi kayu gergajian meningkat rata-rata 8% tiap tahun. Sedang persentase produksi rata-rata terhadap kapasitas ter-pasang sebesar 77%.

Pada tahun terakhir Repelita III produksi kayu gergajian ternyata jauh dibawah kapasitas produksi industri yang ada, yaitu sekitar 42%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pasaran luar negeri kayu gergajian ramin dan makin berkurangnya po-tensi kayu ramin. Demikian pula produksi kayu lapis pada ta-hun terakhir Repelita III baru mencapai 54% dari kapasitas produksi. Hal tersebut disebabkan, antara lain, karena pro-duksi kayu lapis sebagian besar baru menginjak tahun pertama produksi dan pemasarannya belum cukup luas.

Realisasi produksi kayu gergajian pada tahun 1984/85 tercatat 6,6 juta m3 (Tabel VI - 31) terdiri dari 4,3 juta m3 produksi non HPH dan 2,3 juta m3 produksi HPH. Dengan demiki-

VI/67

Page 72: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 30

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU BULAT JAT1,1968/69 - 1984/85

Uraian Satuan 1968/69 1973/74 1978/79 1982/83 1983/841) 1984/852)

Produksi ribu M3 468 676 475 691 718 758

Volume ekspor ribu M3 42 72,4 72,9 29,8 23,6 28,4

Persentase

Eksport ter-

Hadap produksi Persen 9% 10,7% 15,3% 4,3% 3,3% 3,7%

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VI/68

Page 73: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 31

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN,1968/69 - 1984/85

Uraian Satuan 1968/69 1973/74 1978/79 1982/83 1983/841) 1984/852)

Produksi

a. kayu gergajian ribu M3 177 1.374 3.500 6.798 7.945 6.600

b. kayu lapis ribu M3 - - 424 2.617 3.300 3.600

- 388

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/69

Page 74: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

an apabila dibandingkan dengan produksi pada tahun 1983/1984 terdapat penurunan produksi kayu gergajian sebesar 16,9%.

Realisasi produksi kayu lapis tahun 1984/1985 tercatat 3,6 juta m3, meningkat sebesar 9,1% dibandingkan dengan pro-duksi tahun sebelumnya.

Dalam rangka memenuhi kewajiban pembangunan industri peng-olahan kayu, maka para pemegang HPH yang kecil (luas, potensi dan kemampuan) atau yang karena beberapa pertimbangan tidak mungkin membangun industrinya sendiri, diarahkan untuk berke-lompok dan bersama-sama mendirikan industri perkayuan terpadu yang berintikan kayu lapis. Hasil kebijaksanaan ini telah pu-la menunjukkan kemajuan yang cukup memadai.

Kapasitas terpasang industri penggergajian yang ada seka-rang dinilai sudah cukup, sehingga pengembangannya untuk se-mentara diarahkan pada diversifikasi produksi melalui pening-katan tingkat keterpaduannya.

Dalam tahun 1984/85 terjadi penambahan kapasitas terpa-sang sebesar 3,3% dibandingkan dengan tahun 1983/84 (Tabel VI - 32). Sampai dengan bulan Maret 1985 tercatat 19 unit in-dustri penggergajian terpadu sudah dalam tahapan produksi dengan kapasitas 178.750 m3/tahun.

Hasil hutan bukan kayu yang mempunyai potensi untuk diusa-hakan adalah: rotan, tengkawang, arang, gondorukem, minyak kayu putih, damar, kopal dan sebagainya. Potensi produksi berbagai jenis hasil hutan tersebut belum diketahui secara pasti, baik kuantita, kualita maupun penyebarannya.

Dalam Repelita III telah dimulai inventarisasi hasil hu-tan bukan kayu secara umum. Pelaksanaan inventarisasi ini ma-sih dengan intensitas yang rendah. Sampai akhir Repelita III telah diselesaikan inventarisasi hasil hutan bukan kayu di propinsi-propinsi : Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Beng-kulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Musa Tenggara Barat.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilaksanakan selama ini mengenai beberapa jenis komoditi hasil hutan bukan kayu yang potensial untuk dikembangkan, pada tahun 1984/85 telah dilakukan inventarisasi secara khusus mengenai jenis rotan. Inventarisasi potensi rotan tersebut dilaksanakan di propinsi Kalimantan Timur (Kabupaten Pasir) dan wilayah propinsi Kali-mantan Tengah (Kabupaten Barito Selatan). Wilayah tersebut

VI/70

Page 75: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI- 32

PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DENGANBAHAN BAKU DARI AREAL HPH

1978/79 - 1984/85

VI/71

Page 76: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

dinilai mempunyai potensi rotan yang cukup besar, terutama rotan tanaman hasil budidaya masyarakat di sekitar hutan.

Langkah awal dalam rangka pengembangan produksi hasil hu-tan bukan kayu telah dilakukan melalui kegiatan pembuatan be-berapa pilot proyek pengembangan budidaya rotan di Jawa Ba-rat, Sumatera Barat dan Sulawesi Utara.

Hutan rakyat, yaitu hutan yang berada di lahan milik rak-yat atau lahan desa, terdapat di banyak daerah, di antaranya ada hutan rakyat yang sudah lama ada dan ada yang merupakan hasil pelaksanaan program penghijauan. Hutan rakyat ini mem-punyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku ka-yu.

Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan informasi tentang hutan rakyat tersebut baik tentang luas, lokasi maupun potensinya. Informasi yang diper-oleh akan digunakan sebagai dasar dalam pengembangan dan pem-binaan hutan milik rakyat berikut pedoman penataan hasilnya.

Sejalan dengan kebijaksanaan penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, partisipasi swasta di bidang pengusahaan hutan berkembang dengan pesat. Jumlah HPH sampai dengan bulan Maret 1983, dihitung berdasarkan sumber permodalannya, ada-lah: Perusahaan Swasta Nasional sebanyak 457 HPH (45.032.900 ha) dengan investasi sebesar US $ 1.591,0 juta dan Perusahaan Swasta Asing/Campuran sebanyak 62 HPH (7.599.800 ha) dengan investasi sebesar US $ 379,1 juta (Tabel VI - 33).

Penanaman modal di bidang pengusahaan hutan, baik dari modal swasta nasional maupun modal swasta asing, ternyata mempunyai perkembangan yang cukup memadai.

Selama Repelita III investasi PMA di bidang “logging” te-lah menurun rata-rata per tahun sebesar 10%, sebaliknya di bidang industri pengolahan kayu mengalami kenaikan rata-rata sebesar 28,6% per tahun. Selama Repelita III telah terjadi pengalihan saham asing ke pihak swasta Indonesia sebesar 33% dari rencana pada akhir Repelita III.

Untuk meningkatkan kemampuan dan efisiensi pengusahaan hutan dan untuk menjamin kemantapan bahan baku bagi industri pengolahan, pada tahun 1984/85 diusahakan pengelompokan pe-megang HPH. Pengelompokan itu dapat dilakukan melalui merger, pemilikan saham oleh perusahaan HPH dalam suatu industri, atau melalui kerjasama dalam penyediaan bahan baku. Sampai

VI/72

Page 77: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 33

PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN,1973/74 - 1984/85

(Unit Usaha)

Page 78: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

Jenis dan Sifat Usaha 1973/74 1978/79 1982/83 1983/84 1984/85*)

Perusahaan yang telahmendapat Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan (SK - HPH) :

a. Nasional 116 301 457 459 464

b. Joint Enterprise 47 69 53 53 53

c. Straight investment 14 12 9 9

Jumlah : 177 382 519 521 526

*) Angka sementara

VI/73

Page 79: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

saat ini sebanyak 62 pemegang HPH telah mengikuti petunjuk teknis baru dan sebanyak 113 perusahaan pemegang HPH telah mengelompokkan diri dalam 28 kelompok.

Menjelang akhir Repelita II jumlah pemegang Hak Pengusa-haan Hutan meliputi 462 unit dengan luas areal kerja 44,93 juta hektar. Pada akhir Repelita III jumlah pemegang Hak Peng-usahaan Hutan tersebut meningkat menjadi 519 unit dengan luas areal kerja 52,63 juta hektar. Pada tahun 1984/85 jumlah pe-megang HPH menjadi 526 unit dengan luas areal kerja 53,80 ju-ta Ha.

Peranan bidang Kehutanan di dalam pemupukan devisa negara melalui ekspor hasil hutan sejak Repelita I terus meningkat. Pada tahun 1973 devisa negara yang berasal dari bidang kehu-tanan telah menduduki tempat kedua sesudah minyak bumi seba-gai sumber devisa terbesar. Realisasi pemasaran ekspor hasil hutan sejak permulaan Repelita I sampai akhir Repelita III dan tahun pertama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel VI - 34.

Dalam Repelita I ekspor kayu bulat meningkat dengan pe-sat, naik rata-rata sebesar 55,0% setiap tahun. Pada waktu itu ekspor hasil hutan lainnya, seperti ekspor kayu jati se-tiap tahunnya tetap.

Selama Repelita II ekspor kayu bulat tidak banyak menga-lami peningkatan antara lain karena makin meningkatnya konsum-si kayu dalam negeri. Demikian pula dengan ekspor kayu jati. Lagi pula dalam periode itu telah dirintis kebijaksanaan un-tuk mengalihkan ekspor dari kayu bulat ke kayu hasil olahan (Tabel VI - 34), dalam rangka menggiatkan industri dalam negeri dan perluasan lapangan kerja.

Memasuki masa Repelita III jumlah ekspor kayu bulat menga-lami penurunan yang menyolok, rata-rata per tahun 27%. Walau-pun demikian, berkat perkembangan harga yang terjadi peneri-maan devisa yang dihasilkan tetap meningkat. Ekspor kayu da-lam bentuk kayu bulat dikurangi secara berangsur-angsur, se-hingga tahun 1983 ekspor kayu bulat tinggal sebanyak 2.992,0 ribu m3. Sementara itu terjadi peningkatan ekspor kayu olah-an. Ekspor kayu gergajian meningkat rata-rata 15,0% per tahun dengan peningkatan nilai devisa rata-rata sebesar 44,5% per tahun, sedang ekspor kayu lapis meningkat sebesar 104% per tahun, dengan peningkatan nilai devisa rata-rata sebesar 93,6% per tahun. Ekspor kayu bulat jati mengalami penurunan volume sebesar 0,42% karena makin banyak produksi kayu bulat

VI/74

Page 80: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 34

REALISASI EKSPOR HASIL HUTANSEJAK REPELITA I SAMPAI DENGAN REPELITA III

DAN TAHUN PERTAMA REPELITA IV1968/69 - 1984/85

1968/69 1973/74 1978/79 1982/83 1983/84Kenaikan/Penurunan 1984/85 1)

J a n i sImpolite III

'Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai000 m3 000 US$ 000 m3 000 US$ 000 m3 000 US$ 000 M3 000 US$ 000 M3 000 US$ 000 M3 OOOUS$ 000 M3 000 US$

Kayu Bulat 1.239,5 pm 19.488 583.900 19.212 1.008,7 3.132 313.100 2.992 316.100 -27.6 +5,2 1.556 '150.050

Kayu Gergajian - - 388 18.230 756 22.400 1.462 223.900 2.045 238.905 +15,8 +44,5 1.669 234.620

KAT. Lapis - - 69,9 10.330 1.365 312.664 2.106 509.700 +104 +93,6 2.806 627.626

Veneer - - 38,0 4.600 177,8 29.700 74 15.700 + 72,4 +99.4 93,1 18.440

Kayu Jati 42 pm 72,4 pm 72,9 pm 29,8 12,1 23,6 15.5 -0,42 +13,75 28,4 pm

Hasil HutanIkutan pm pm 126.314 17.140 157.757 58.615 143.553 80.242 137.604 72.103 167.576 49.919

1) Angka sementara

Page 81: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

jati yang diolah dalam negeri. Walaupun demikian penerimaan devisa dari ekspor kayu jati rata-rata meningkat sebesar ra-ta-rata 13,75% setahun (Tabel VI - 34).

Pada tahun 1979/80 ekspor hasil hutan sebagian besar masih berupa kayu bulat, sedang ekspor kayu olahan masih sangat sedikit. Ekspor kayu olahan didominir oleh kayu gergajian je-nis ramin. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka ditempuh ber-bagai kebijaksanaan untuk merubah posisi Indonesia dari peng-ekspor kayu bulat menjadi pengekspor kayu olahan. Secara te-gas diadakan pembatasan ekspor kayu bulat dengan mengurangi secara bertahap sehingga pada tahun 1985 Indonesia tidak lagi mengekspor kayu bulat. Kebijaksanaan tersebut berhasil menaik-kan jumlah industri pengolahan kayu dalam negeri dan jumlah ekspor kayu olahan, walaupun masih pada tingkat industri me-kanis, yaitu penggergajian dan kayu lapis. Sejak tahun 1981/ 82 peranan ekspor kayu olahan Indonesia makin besar Tabel VI - 35.

Realisasi ekspor kayu lapis pada tahun 1984/85 adalah sebesar 2.805,5 ribu m3, dan devisa yang dihasilkannya se-besar US $ 627.626.400. Yang berarti kenaikan volume ekspor sebesar 33,2% dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Sedangkan kenaikan nilai devisa yang dihasilkan sebesar 67,1% (Tabel VI - 34).

Negara tujuan ekspor kayu lapis Indonesia yang terbesar adalah Amerika Serikat (28%), Hongkong & RRC (23%) dan Timur Tengah (14%). Negara tujuan lainnya adalah Inggris, Jepang, Taiwan, Singapura, Afrika Utara dan lain-lain (Tabel VI - 36). Dalam tahun ini mulai terlihat adanya diversifikasi dalam ekspor kayu lapis seperti tampak dari adanya ekspor berupa block board, decorative plywood dan sebagainya (Tabel VI - 34).

Realisasi ekspor kayu gergajian dalam tahun 1984/85 (sampai Desember 1984) adalah sebesar 1.669 ribu m3 dengan perolehan devise sebesar US $ 234.620.000.

Realisasi ekspor veneer dalam tahun 1984/85 adalah se-besar 93 ribu m3 dengan nilai devisa sebesar US $ 18.440; ber-arti volumenya dibandingkan dengan tahun sebelumnya meningkat sebesar 26%, sedang nilainya meningkat 17%. Ekspor veneer ke-banyakan ke negara-negara Korea, Jepang, Singapura dan U.S.A. Ekspor veneer terutama dilakukan oleh perusahaan yang pabrik kayu lapisnya baru mulai berproduksi (Tabel VI - 34).

Ekspor kayu sejak tahun 1973/74 sebagian besar terdiri

VI/76

Page 82: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 35

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU OLAHAN TERHADAP SELURUH EKSPOR KAYU INDONESIA

SEJAK REPELITA I SAMPAI DENGAN REPELITA III1969/70 - 1984/85

1969/70 1978/79 1982/83 1983/84 1984/851)

1. Volume (x1.000m3) 37,20 430,70 864,00 2.679,80 4.967

2. % Terhadap seluruhekspor kayu

0,8 2,20 4,30 46,10 76,15

1) Angka sementara

VI/77

Page 83: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

dari jenis meranti. Pada tahun 1984/85 ekspor kayu jenis me-ranti mencapai 63,7% dari seluruh ekspor (Tabel VI - 37).

Hasil hutan bukan kayu yang mempunyai potensi cukup besar sebagai sumber devisa negara adalah rotan, tengkawang, arang dan gondorukem. Perkembangan ekspor dan nilai devisa jenis-jenis hasil hutan tersebut dapat dilihat pada Tabel VI - 37.

Realisasi ekspor hasil hutan bukan kayu pada tahun 1984/1985 adalah sebesar 83 ribu ton dengan nilai devisa se-besar US $ 42.008.000. Jenis komoditi ekspor hasil hutan bukan kayu tersebut terdiri dari Damar, Rotan, Arang, Gon-dorukem dan lain-lainnya (Tabel VI - 38).

Peredaran hasil hutan di dalam negeri, baik dalam hal ka-yu bulat sebagai penghara industri maupun dalam hal kayu ger-gajian dan kayu lapis, dalam rangka memenuhi kebutuhan domes-tik akan kayu selama Repelita I, II dan III menunjukkan pe-ningkatan yang cukup tinggi. Dalam Repelita III pemasaran ka-yu olahan di dalam negeri khususnya kayu lapis, mengalami pe-ningkatan rata-rata 33,1% per tahun, sedangkan kayu gergajian rata-rata mengalami kenaikan sebesar 20,2% per tahun. Pada tahun 1984/85 pemasaran kayu olahan di dalam negeri mengalami penurunan sebesar 25% bila dibandingkan dengan tahun 1983/84.

Untuk memperlancar arus pengiriman kayu dari luar Jawa ke Pulau Jawa dan Bali, dan untuk menjamin persediaan kayu dalam jumlah yang cukup dalam waktu yang relatif singkat, maka pada tahun 1984 telah dibentuk Pusat Perkayuan di Marunda. Pusat Perkayuan itu akan berfungsi melayani penyediaan bahan baku kayu untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Di samping itu sampai tahun 1984 telah pula dilakukan persiapan pembangunan pusat perkayuan lainnya, seperti Kanci di Cirebon, Jenu di Tuban, Alalak di Kalimantan Selatan, Muara Sabak di Jambi dan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Untuk meningkatkan jumlah dan mutu tenaga kerja kehutanan telah dilakukan kegiatan pendidikan dan latihan. Hasil yang dicapai dalam pendidikan kehutanan, yaitu hasil lulusan Kur-sus Kehutanan Menengah Atas (KKMA), sampai dengan tahun 1980 adalah sebanyak 3.320 orang. Hasil ini masih dirasakan ku-rang, sehingga pada tahun 1980 dibuka kembali Sekolah Kehutan-an Menengah Atas (SKMA) di 2 lokasi, yaitu di Samarinda, di Kalimantan Timur, dan di Kadipaten, di Jawa Barat. Sampai de-ngan tahun 1983/84 kedua SKMA tersebut telah menghasilkan se-banyak 202 orang lulusan. Untuk tahun-tahun mendatang diren-canakan untuk menambah SKMA di beberapa tempat. Pada tahun

VI/78

Page 84: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 36

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA TUJUAN,

1973/74 - 1984/85(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

1973/74 1978/79 1983/84Negara Tujuan Akhir Akhir 1982/83 Akhir 1984/851)

Repelita I Repelita I I Repelita I I I

1, Jepang 63,3 45,7 54,2 33,4 58,2

2. Korea Selatan 9,7 25,7 8,3 5,5 6,0

3. Taiwan 9,2 16,9 15,0 7,0 19,7

4. Singapura 9,8 6,9 8,7 10,1 9,6

5. Italia*) 1,7 2,8 3,1 6,1 -

6. Lain-lain 6,3 2,0 10,7 21,1 6,3

* ) Termasuk ekspor ke Eropa lainnya 1) Angka sementara

VI/79

Page 85: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 37

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU MENURUT JENIS,AKHIR REPELITA I, II DAN III

1973/74 - 1984/85(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

Jenis Kayu 1973/74 1978/79 1982/83 1983/84 1) 1984/85*)

Meranti 58,0 66,0 56,7 70,2 63,7

Ramin 8,8 5,5 14,6 14,6 -

Agathis 3,9 1,8 1,2 2,7 4,1

Jati 0,8 0,2 0,7 0,8 -

Pulai 1,7 2,3 0,7 1,7 1,7

Kapur/Keruing 6,9 10,6 14,4 4,5 6,0

Lain-lain 19,9 13,6 11,7 5,5 20,9

1) Angka diperbaiki*) Khusus kayu bulat (Angka sementara)

VI/80

Page 86: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 87: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 38PERKEMBANGAN EKSPOR HASIL HUTAN BUKAN KAYU INDONESIA

1968/69 - 1984/85

VI/81

Page 88: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

1984/85 telah dihasilkan lulusan SKMA sebanyak 331 orang.

Pada tahun 1984/85 Pendidikan dan Latihan Kehutanan telah dilaksanakan dalam bidang-bidang inventarisasi dan tats guna hutan, perlindungan hutan dan pelestarian alam, reboisasi dan rehabilitasi lahan, pengusahaan hutan dan administrasi/kepe-gawaian.

Pembangunan kehutanan juga mencakup Pembangunan Taman Na-sional, Kawasan Konservasi, Reboisasi lahan Kritis, Konserva-si tanah serta perlindungan alam. Kegiatan-kegiatan pembangun-an tersebut dikembangkan melalui sektor Sumber Alam dan Ling-kungan Hidup.

G. PENGAIRAN

Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam program pembangunan pengairan adalah perbaikan dan peningkatan kemampuan jaringan irigasi yang sudah ada, pembangunan jaringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa dan perbaikan, pengaturan serta penga-manan sungai untuk pengendalian banjir. Kegiatan-kegiatan po-kok tersebut perlu ditunjang dengan kegiatan-kegiatan seperti penyelidikan dan perancangan sumber-sumber air, penelitian dan survai.

Pada awal Repelita IV telah dilaksanakan perbaikan dan peningkatan irigasi yang meliputi areal seluas 87.072 ha, pembangunan jaringan irigasi baru yang meliputi areal seluas 69.144 ha, pembangunan daerah rawa yang meliputi areal seluas 48.577 ha, dan pengaturan pengamanan sungai dan penanggulang-an akibat bencana alam gunung berapi yang meliputi areal 24.869 ha (Tabel VI-39).Di samping itu pada awal Repelita IV telah direhabilitasi dan dibangun jaringan tarsier sekitar 122.313 ha.

Selama Repelita I perbaikan dan peningkatan irigasi men-capai 936.073 ha, pembangunan jaringan irigasi baru 191.246 ha, pengembangan daerah rawa 118.797 ha, dan pengaturan pe-ngamanan sungai serta penanggulangan akibat bencana alam gu-nung berapi 289.068 ha. Selama Repelita II telah dilaksanakan perbaikan dan peningkatan irigasi yang mencapai 527.840 ha, pengembangan jaringan irigasi baru 325.942 ha dan pengembang-an daerah rawa 179.202 ha dan pengaturan pengamanan sungai serta penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi 434.523 ha. Sedangkan selama Repelita III kegiatan perbaikan dan peningkatan irigasi seluas 394.651 ha, pembangunan jaring-

VI/82

Page 89: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

TABEL VI - 39

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,1973 - 1984

(Luas areal dalam ha)*)

Program 1973 1978 1982 1983 1984

1. Perbaikan dan Pe-ningkatan Irigasi

936.073 527.840 72.468 394.651 87.072

2. Pembangunan Jaring-an Irigasi Baru

191.246 325.942 108.607 437.271 69.144

3. PengembanganIrigasi Rawa

118.797 179.202 87.687 456.189 48.577

4. Penyelamatan Hutan,Tanah dan Air

289.068 434.523 148.601 487.100 24.869

*) Angka-angka Akhir Repelita I, II dan III, merupakan angka kumulatip

VI/83

Page 90: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 91: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan
Page 92: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

an irigasi baru 437.271 ha dan pengembangan daerah rawa 456.189 ha dan pengaturan pengamanan sungai serta penanggu-langan akibat bencana alam gunung berapi 487.100 ha.

Selanjutnya akan diuraikan secara lebih terperinci gam-baran mengenai pelaksanaan program-program pengairan pada awal Repelita IV.

1. Program Perbaikan dan Peningkatan Irigasi

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VI-39, pada awal Re-pelita IV melalui program perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi telah dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan kemam-puan jaringan irigasi meliputi areal seluas 87.072 ha.

Proyek-proyek yang sampai akhir Repelita III sudah atau hampir menyelesaikan rehabilitasi jaringan irigasi utama an-tara lain irigasi Cisadane dengan areal irigasi seluruhnya 40.600 ha, Ciujung (24.300 ha), Sedeku (30.000 ha), Gambar-sari (20.000 ha), Pemali Comal (30.000 ha), Pekalen Sampean (229.000 ha), Delta Brantas (32.000 ha) dan Tabo-Tabo (11.500 ha). Kegiatan proyek-proyek tersebut pada umumnya sudah dimu-lai sejak Repelita I dan II, dan masih akan dilanjutkan untuk kegiatan penyelesaian jaringan tersier dan drainase (pem-buang).

Kegiatan rehabilitasi jaringan utama, dan kelengkapan ja-ringan tersier serta drainase juga dilaksanakan dan dilanjut-kan dalam Repelita IV antara lain di daerah irigasi Jatilu-hur, Serayu - Pemali Comal, Pekalen Sampean, Seputih – Sekam-pung dan Sadang. Hasil yang dicapai meliputi jaringan irigasi sekitar 1.062 ha, jaringan tersier sekitar 46.429 ha dan pem-buatan jaringan drainase serta pemeliharaan jaringan irigasi di daerah-daerah tersebut mencakup areal sekitar 1.095.804 ha dan pemeliharaan pengairan pasang surut di wilayah Sumatera dan Kalimantan sekitar 200.332 ha. Di daerah-daerah irigasi lainnya seperti Cirebon, Rentang (Semarang Barat), Warujayeng - Turi Tunggorono (Jawa Timur), Aceh Utara, Aceh Barat, Sima-lungun, Jenebarang, Bolango - Bionga, Lombok Selatan dan Mbay Lembor, realisasi tahun 1984 meliputi jaringan irigasi seki-tar 45.109 ha dan jaringan tersier sekitar 29.351 ha.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi baru

Pada awal Repelita IV program pembangunan irigasi baru meliputi areal seluas 69.144 ha (Tabel VI-39). Selama Repeli-ta III, irigasi sedang kecil dan sederhana menempati priori-

VI/84

Page 93: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

tas pertama karena dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu se-kitar 1 sampai 3 tahun, dan juga dapat menjangkau daerah-dae-rah produksi yang lokasinya terpisah-pisah dan terpencil.

Di samping pengembangan irigasi sedang kecil dan sederha-na juga dilanjutkan pembangunan prasarana irigasi baru yang besar yang secara teknis memerlukan penanganan yang khusus. Sampai dengan akhir Repelita III beberapa diantara proyek-pro-yek tersebut antara lain irigasi Krueng Jrue Kiri dengan areal irigasi sekitar 2.500 ha, Gumbasa (7.200 ha), Cidurian (9.900 ha), Lodoyo (12.400 ha), Belitang (19.500 ha), Way Je-para (6.600 ha) dan Way Pengubuan (5.000 ha), sudah dapat di-selesaikan jaringan irigasi utamanya dan dalam tahap penyele-saian jaringan tersier dan drainase. Proyek-proyek irigasi lainnya seperti irigasi Krueng Barn, Kali Progo, Manu Sira-sira, Pasaman, Jambu Aye, Way Rarem, Teluk Lada, Ciletuh, Pa-dawaras, Kedu Selatan, Bali, Wawotobi, S. Daerah Sitiung, Du-moga, Luwu, San Rego, Citandui, Wonogiri, Kali Brantas, Sungai Ular, Bah Bolen dan daerah irigasi lainnya, kegiatan pembangunan jaringan utama, tersier dan drainase masih terus dilanjutkan. Jaringan tersier yang telah di rehabilitasi dan dibangun sekitar 46.533 ha.

Kegiatan lain adalah usaha pengembangan tanah pertanian di lahan kering di daerah-daerah seperti Jawa Tengah, Yogya-karta, Bali, Nusa Tengara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Usaha pemanfaatan daerah rawa untuk perluasan pertanian dan pemukiman dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan pe-ngairan rawa pasang surut di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan/Tengah dan proyek-proyek reklamasi rawa bukan pasang surut di daerah-daerah Aceh, Su-matera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Ka-limantan Selatan, Kalimanatan Tengah dan Irian Jaya.

Pada awal Repelita IV hasil pelaksanaan program tersebut di daerah rawa dan pasang surut mencakup areal seluas 48.577 ha, sekitar dua pertiga diantaranya potensial untuk lahan usaha pertanian.

4. Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air.

Program penyelamatan hutan, tanah dan air merupakan pem-bangunan pengairan yang menunjang sektor pertanian yang ditu-

VI/85

Page 94: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

jukan untuk pengamanan daerah produksi, daerah pemukiman yang padat penduduk dan jalur-jalur pengangkutan terhadap gangguan bencana banjir. Program itu juga dimaksudkan untuk mengaman-kan sungai-sungai yang merupakan sumber air bagi jaringan iri-gasi yang sudah ada. Usaha yang dilakukan berkenaan dengan pelaksanaan program itu ialah pengaturan dan pengamanan su-ngai, yang kegiatannya meliputi pengerukan dasar sungai, pe-lurusan aliran, pembuatan sudetan, perlindungan dan perkuatan tebing, pembuatan tanggul, pembuatan saluran banjir, pembuat-an pintu-pintu banjir dan lain-lainnya, termasuk latihan pe-nanggulangan banjir bagi petugas dan penduduk setempat.

Pada awal Repelita IV realisasi kegiatan tersebut meli-puti areal seluas 24.869 ha yang dilaksanakan melalui proyek-proyek pengamanan sungai tersebar dan pengaturan pengamanan sungai besar yang dikelola secara khusus. Proyek-proyek itu antara lain meliputi Bengawan Solo, Cimanuk, Citanduy, Ci-sanggarung, Sungai Arakundo, Sungai Ular, Kali Brantas dan Pengendalian Banjir Jakarta. Di samping untuk pengendalian banjir, proyek itu juga dimaksudkan untuk menunjang sektor industri, seperti untuk pembangunan tenaga listrik, untuk pe-nyediaan air bagi keperluan industri dan rumah tangga. Dalam hubungan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan waduk-waduk besar seperti Wonogiri yang sudah berfungsi Wadaslintang dan Kedung Ombo yang sedang dalam tahap pelaksanaan serta Jatige-de dan Wonorejo yang dalam tahap persiapan.

Untuk menanggulangi bencana alam akibat gunung berapi, seperti Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Semeru dan Gunung Agung serta Gunung Galunggung, terutama terhadap bahaya ban-jir lahar, telah dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pembuat-an kantong-kantong pasir, checkdam dan bangunan pengendali lainnya.

H. PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Penelitian Pertanian

Tujuan penelitian pertanian adalah untuk mendapatkan in-formasi teknologi dalam rangka memberi dukungan terhadap pem-bangunan pertanian. Kegiatan ini diarahkan agar dapat membe-rikan dampak positif dalam rangka pencapaian tujuan pembangun-an pertanian. Hasil-hasil penelitian yang telah dicapai seba-gai berikut :

a. Dalam bidang penelitian pangan telah dihasilkan beberapa

VI/86

Page 95: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

varitas padi unggul, seperti PB 50, PB 52, PB 54, dan PB-56. Di samping itu telah dihasilkan pula varitas padi yang diberi nama Cipunegara, Barito, Krueng Aceh dan Ba-tang Agam. Khusus dalam penelitian palawija telah diha-silkan satu varitas unggul jagung yang diberi nama Pari-kesit. Selain itu telah dihasilkan juga varitas unggul ubi, di antaranya varitas ubi kayu Adira yang mempunyai potensi produksi 30/35 ton/ha dengan kandungan karbohi-drat sebesar 41,0-45,0% dan beberapa varitas unggul kede-lai, seperti orbs Galunggung, Lokon, Guntur dan Wilis. Pada awal tahun Repelita IV telah dihasilkan 6 varitas padi yaitu : Batang Ombilin, Kapuas, Arias, Ranau, Cika-pundung dan Maninjau.

b. Penelitian bidang hortikultura telah menemukan cara pem-berantasan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) dan cara baru untuk mempercepat perbanyakan bibit nanas, pemuliaan bibit durian, pengecambahan bibit duku dan umbi belah pada pisang. Di samping itu telah dikete-mukan pula suatu cara pengepakan dan penyimpanan buah-buahan serta pembiakan anggrek yang siap untuk dikembang-kan.

c. Penelitian di bidang peternakan yang dilakukan sampai se-karang telah menemukan jenis vaksin pencegahan dan pembe-rantasan penyakit ngorok pada sapi dengan kekebalan yang lebih lama melalui pemberian dosis pengobatan yang lebih rendah, dan cara penggunaan yang lebih mudah dari pada jenis-jenis vaksin yang telah diketahui sebelumnya.

d. Penelitian dalam bidang perikanan telah menemukan sumber-sumber potensi baru untuk peningkatan penangkapan dan un-tuk pendugaan potensi sumber daya perikanan laut. Juga telah ditemukan teknik budidaya perikanan diantaranya pembenihan udang galah, udang windu, udang penoid dan bandeng.

e. Penelitian di bidang perkebunan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan produksi terutama meliputi hasil per-kebunan penting, seperti karet, kelapa sawit, coklat, te-bu, kelapa, tembakau, dan cengkeh. Penelitian yang telah dilakukan itu antara lain telah menghasilkan penemuan ber-bagai klon (bibit) unggul karet, seperti PR 300, PR 303 dan PR 261. Klon tersebut mempunyai potensi produksi di atas 1.400 kg/ha/tahun. Ditemukan pula varitas kelapa ba-ru seperti KB1, 02, KB3 dan KB4, yang mempunyai potensi produksi masing-masing 4 ton kopra/ha/tahun.

VI/87

Page 96: PERTANIAN DAN PENGAIRAN · Web viewHutan rakyat ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan baku kayu. Pada tahun 1984/85 telah diambil langkah-langkah untuk mengumpulkan

f. Sampai sekarang penelitian di bidang kehutanan telah menghasilkan sejumlah pedoman pengenalan jenis pohon eks-por dan menemukan jenis tanaman yang cocok untuk reboisa-si, penghijauan dan rehabilitasi padang alang-alang. Mi-salnya dari 259 jenis botanis kayu perdagangan Indonesia, telah diteliti sifat-sifatnya secara lengkap sebanyak 150 jenis dan dalam usaha perbaikan mutu kayu ekspor telah disusun klasifikasi keawetan 91 jenis kayu serta penge-nalan sifat veneer dan kayu lapis yang dibuat dari 141 jenis kayu.

2. Penelitian Pengairan

Pelaksanaan penelitian di bidang pengairan, meliputi ke-giatan-kegiatan survai dan penyelidikan yang diperlukan dalam rangka mempersiapkan perencanaan teknis bangunan pengairan, perencanaan pengembangan wilayah sungai dan perencanaan pe-ngelolaan lingkungan pengairan, danau-danau dan waduk-waduk. Untuk menunjang program Inpres Penghijauan dan Reboisasi di-laksanakan juga pemasangan instalasi jaringan hidro-metrologi dan observasi hidrologi.

VI/88