perspektif tentang rentang kehidupan · pdf fileb. tahap perkembangan bayi baru lahir sampai...
TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
PERSPEKTIF TENTANG RENTANG KEHIDUPAN MANUSIA
MATA KULIAH : PERILAKU MANUSIA DALAM LINGKUNGAN SOSIAL
DOSEN : PROF. ADI FAHRUDIN, Ph.D
DR. TUKINO
Disusun sebagai Tugas Kelompok Pengganti Ujian Tengah Semester (UTS)
OLEH KELOMPOK IV
GILANG SUSALIT DAN HERU SUNOTO
PROGRAM PASCARASJANA SPESIALIS 1 PEKERJAAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL (STKS)
Jl. Ir. H. Djuanda 367 Bandung 40135
2013
2 | P a g e
PERSPEKTIF TENTANG RENTANG KEHIDUPAN MANUSIA
PENGANTAR
Kami akan mengkaji the Live Span Perspective (Perspektif tentang Rentang
Kehidupan Manusia); dari masa prenatal, bayi hingga usia dua tahun, anak usia dini,
masa anak sekolah, masa remaja, masa dewasa awal, dewasa, dewasa matang,
dan lanjut usia. Referensi utama kajian kita adalah dari buku Human Behavior and
the Social Enviroment: Integrating Theory and Evidance-Base Theory, John S.
Wodarski, PHD, Sophia F. Dziegielewski, PHD, LCSW (Editors). Untuk melengkapi
kajian ini, kami topang dengan referensi lain.
Masyarakat Barat biasa memandang human live span (rentang kehidupan manusia)
sebagai serangkaian tahapan/periode manusia, sejak konsepsi (dalam kandungan)
hingga meninggal.1 Secara global, ada delapan tahapan perkembangan psiko-sosial
manusia selama rentang kehidupan sejak dalam kandungan hingga meninggal,
yaitu2:
Perkiraan Usia Masa Krisis psiko-sosial
Janin – lahir Kandungan Trust Vs Mis-trust
0 – 2 tahun Bayi Autonomy Vs Shame & Doubt
2 – 6 tahun Anak awal Initiative Vs Guilt
7 – 12 tahun Anak akhir Industry Vs Inferority
13 – 19 tahun Remaja Identity Vs Role Confusion
20 – 39 tahun Dewasa awal Intimacy Vs Isolation
40 – 60 tahun Dewasa akhir Generativity Vs Stagnation
61 – atas Lansia Ego integrity Vs Dispair
Newman and Newman (2007)3 menjelaskan lima hal yang spesial yang terkait
dengan studi tentang perkembangan manusia, yaitu:
Pertama, manusia memiliki gagasan dan pengalaman yang mempengaruhi mereka
dalam melihat dunia luar.
1 Lewis R. Aiken, Human Development in Adulhood, hal 5.
2 Sumber: www.psycologyNotesHQ.com; downloaded at Oct 21th 2013.
3 Jay A. Manchini and Karen A. Roberto, Pathway of Human Development: Exploration and Change, Lexington
books, USA, 2009, hal 4.
3 | P a g e
Ke dua, manusia adalah tipikal yang merepresantasikan fikiran yang sedang
digagasnya, maka penting untuk keluar dari perilakunya dan mulai mencermati
makna kehidupannya sebagai manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Ke tiga, manusia memiliki rentang kehidupan yang panjang dan kemampuan yang
paling substansial adalah ia mengubah sepanjang waktu. Karena alasan ini, proses
identifikasi berpengaruh pada perubahan sepanjang hidupnya terkait gambaran
tentang kehidupan.
Ke empat, Studi tentang manusia menuntut untuk melihat elemen-elemen yang
mendasarinya untuk menjelaskan perubahan dan pola-pola sepanjang waktu. Maka,
memperhatikan konteks yang terjadi adalah penting.
Ke lima, Agar perubahan menjadi sebuah perkembangan, maka harus ada
semacam acuan agar menjadi lebih besar dan kompleks atau integrasi. Maka,
proses identifikasi tentang beragam konsekuensi akan memberikan teori
perkembangan manusia secara lebih lengkap.
Ada empat komponen penting dalam paradigma pembangunan manusia:
kesetaraan, keberlanjutan, produktivitas dan pemberdayaan.4 Maka, terkait dengan
peran pekerja sosial terhadap klien pada rentang perkembangan kehidupan manusia
harus memperhatikan 4 (empat) hal tersebut.
A. Tahap perkembangan prenatal
Pada umumnya, organisme manusia mengalami periode perkembangan
yang cepat pada usia kandungan 28 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan
janin dipengaruhi tiga faktor dari ibu hamil, yaitu:
1. Faktor biologis, yang termasuk didalamnya adalah asupan nutrisi,
konsumsi obat-obatan yang dilakukan ibu hamil tanpa resep dokter,
kebiasaan merokok, dan penerimaan akses pelayanan kesehatan, serta
perawatan ibu hamil.
2. Faktor psikologis, berupa tingkat emosional ibu yang tidak stabil, stress,
depresi, dan perlakuan kekerasan yang menyebabkan trauma.
3. Faktor sosial, berupa hubungan keluarga yang harmonis, dukungan penuh
dari lingkungan atas kehamilan dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan
4 Mahbub Al Haq, Reflection of Human Development, Oxford Univ. Press, New York, 1995.
4 | P a g e
ibu yang pada akhirnya akan membantu proses perkembangan janin
dengan baik.
4. Faktor ekonomi pun memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi
perkembangan janin dalam kandungan. Kondisi ekonomi yang kurang
selain dapat menghambat seseorang untuk mendapat layanan kesehatan
dan perawatan yang memadai, juga dapat menyebabkan tekanan emosi
sehingga menyebabkan kecemasan akan resiko yang dialami saat
kelahiran seperti bayi lahir dalam kondisi cacat karena tidak terpantau
perkembangannya, kekurangan nutrisi dalam kandungan dan proses
kelahiran yang tidak normal.
Pekembangan Janin Kurang Sehat
Masalah perkembangan janin yang kurang baik, tidak hanya bisa dialami oleh
orang yang tingkat ekonominya rendah. Orang yang dapat mengakses semua
sumber pelayanan pun mungkin dapat mengalami hambatan dalam masa-masa
prenatal ini. Meskipun masalahnya sebagian besar tidak berasal dari faktor
nutrisi atau pelayanan secara fisik. Sebagian besar masalah yang dialami orang
dengan kondisi ekonomi memadai adalah perilaku tidak sehat yang dapat
membahayakan janin, seperti mengkonsumsi obat-obatan, kebiasaan merokok
dan tekanan hidup yang disebabkan oleh kurangnya dukungan dari lingkungan
sekitar seperti keluarga.
Janin Cacat
Masalah lain yang biasa timbul pada masa ini adalah, ketika seorang ibu
mengetahui bahwa janin yang dikandungnya kemungkinan besar akan
mengalami kecacatan baik secara fisik maupun mental. Hal ini dapat membuat
ibu depresi dan memiliki keinginan untuk menyerah mempertahankan janinnya.
Kenyataan ini bukan suatu yang sederhana bagi calon orangtua maupun
anggota keluarga lainnya. Kekecewaan yang diungkapkan dengan perilaku
penolakan tidak akan dapat dihindari.
Disini, peran pekerja sosial menjadi lebih berat, sebagai edukator dan
motivator. Pekerja sosial dituntut untuk dapat menjelaskan situasi masalah dan
memberikan penguatan sehingga calon orang tua tersebut mau
5 | P a g e
mempertahankan janinnya, jika masih memungkinkan secara medis dan tidak
mengancam nyawa ibu maupun calon bayi.
Kehamilan yang tidak diinginkan turut menjadi masalah, diantaranya kehamilan
yang tidak diinginkan adalah:
1. Korban pemerkosaan,
2. Hamil akibat free sex,
3. Kehamilan remaja dan
4. Kehamilan orang di usia resiko tinggi, dan
5. Kehamilan yang tidak diinginkan.
Kondisi-kondisi di atas akan jauh lebih sulit penanganannya dibandingkan
dengan kehamilan yang direncankan dan diharapkan. Di satu sisi ada kondisi
psikologis calon ibu yang mendapat tekanan dan peristiwa traumatis, namun
disisi lain ada nyawa manusia lain yang harus diselamatkan (janin). Salah satu
cara yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengharapkan kehamilannya
adalah aborsi. Aborsi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti meminum
obat-obatan tertentu atau mendatangi seorang ahli yang biasa melakukan hal
tersebut.
Peran pekerja sosial
Peran Edukator. Peran sebagai edukator bisa pekerja sosial lakukan dengan
cara memberikan pengetahuan tentang tahap perkembangan janin ataupun
proses persalinan. Mungkin hal ini tidak akan disampaikan oleh paramedis yang
selama ini rutin memeriksa kesehatan ibu dan janinnya secara spesifitk. Tidak
semua orang memiliki pengetahuan tentang perkembangan janin dan proses
persalinan sehingga dirasa perlu bagi pekerja sosial untuk menginformasikan hal
tersebut sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perilaku atau kebiasaan ibu
yang bisa mengancam perkembangan janin serta meminimalisir perasaan
cemas seorang ibu hamil saat menjalani proses persalinan. Tentu dalam
prakteknya, pekerja sosial tidak hanya bekerja dengan calon ibu, melainkan
dengan suami dan seluruh anggota keluarga yang terdekat dengan ibu dan
calon bayi.
Peran Advokator. Peran ini untuk membantu calon orangtua yang
membutuhkan akses pelayanan kesehatan dalam rangka merawat pertumbuhan
6 | P a g e
ibu dan janinnya. Keluarga yang berpenghasilan rendah mungkin sangat
membutuhkan dukungan ini dan relatif memiliki informasi yang minim tentang
bagaimana cara mengakses pelayanan-pelayanan yang disediakan pemerintah.
Sedangkan pelayanan tersebut dibutuhkan tidak hanya pada saat prenatal, akan
tetapi dalam jangka panjang yaitu pada saat postnatal dan perawatan medis
lainnya.
Peran Konselor. Pekerja sosial dapat berperan sebagai konselor, yang
memberikan konseling secara individu maupun kelompok. Sebagai contoh,
biasanya konseling individu dilakukan pada kasus kehamilan remaja yang rentan
terhadap perilaku aborsi, sedangkan konseling kelompok dapat dilakukan
terhadap orangtua yang memiliki anak-anak disabilitas.
Peran Motivator. Peksos memberikan penguatan semangat dan secara
rasional memberikan gambaran efek positif dan negatif yang akan diambil jika
mengambil sikap desdruktif, semisal aborsi, baik dengan obat atau persalinan
paksa.
B. Tahap perkembangan bayi baru lahir sampai usia 2 Tahun
Proses kelahiran seorang bayi pada umumnya melalui 3 tahapan, yaitu:
Awal kelahiran,
Kelahiran anak ,dan
Keluarnya plasenta.
Selama usia 6 bulan pertama, aktivitas bayi masih menunjukkan gerakan-
gerakan yang tidak efektif atau dan random/tidak beraturan, namun perlahan
menjadi gerakan yang mulai berarti, misalnya bayi mulai berkedip,
menggenggam, menendang, meraih benda-benda disekitarnya, berguling dan
akhirnya merangkak. Pada masa ini, bayi yang baru lahir terus-menerus
bergerak untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Bayi mengeluarkan
seluruh energi yang dimiliki untuk mencoba memahami dan menguasai
dunianya. Aktivitas-aktivitas tersebut pasti akan dilakukan oleh bayi yang terlahir
dengan normal.
7 | P a g e
Bayi dengan Kecacatan
Tidak sedikit bayi yang dilahirkan mengalami kecacatan fisik maupun mental.
Bayi yang lahir dengan kecacatan, aktivitas yang seharusnya dilakukan sekuat
tenaga dan bergerak sesuai keinginannya tidak dapat dilakukan karena
gerakannya terbatas. Padahal jika dilihat dari tugas perkembangannya, masa
bayi ini merupakan masa Trust (belajar untuk mempercayai pengasuh dan
lingkungannya).
Pada dasarnya, bayi merupakan makhluk yang sangat menarik dan sangat
menggemaskan bagi orang-orang disekitarnya. Namun agak sedikit berbeda
dengan anak yang memiliki kecacatan. Kondisi tersebut dapat menjadi kurang
menarik bagi orangtua yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya.
Perasaan tersebut dapat menyebabkan kurangnya komunikasi antara orangtua
dengan bayi, sehingga perkembangan emosianalnya kurang mendapat stimulus.
Peran Pekerja Sosial
Kepada Kedua orang tua bayi. Peran pekerja sosial dalam memberikan
pelayanan terhadap bayi lebih diarahkan pada orangtuanya. Pekerja sosial
dapat memberikan dukungan berupa penyediaan lingkungan rumah yang aman,
ramah dan cocok untuk menjamin perkembangan anak dengan baik.
Lingkungan yang baik akan mendorong pertumbuhan kognitif, fisik dan
emosional anak sejak masih dini.
Kepada Lingkungan Sekitar. Penyediaan lingkungan yang baik itu dapat
diwujudkan dengan beberapa cara diantaranya:
Menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah diakses,
Menciptakan lingkungan yang ramah anak seperti “kota layak anak”,
Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap tumbuh kembang anak
melalui pelatihan pengasuhan terbaik bagi anak dan sebagainya.
Peran edukator dapat dilakukan oleh pekerja sosial dengan cara memberikan
pelatihan pengasuhan dan tahap perkembangan anak pada pasangan muda
yang belum memiliki pengalaman dalam mengasuh anak maupun pada
masyarakat luas. Tentunya pengetahuan dan keterampilan yang diberikan pada
orangtua yang memiliki bayi normal akan sangat berbeda dengan pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan orangtua yang memiliki bayi dengan
8 | P a g e
kecacatan tertentu. Orangtua harus diberi penjelasan tentang kebutuhan bayi
dan bagaimana peran-perannya untuk menjadi orangtua yang baik.
Layanan Kepada Keluarga yang kedua orang tuanya bekerja.
Saat ini tentunya banyak orangtua yang terus berkarir meskipun memiliki anak
yang masih bayi. Disatu sisi anak sangat membutuhkan pengasuhan orangtua
secara intensif, namun disisi lain orangtua pun harus tetap eksis dalam dunia
kerja demi memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Dalam kasus seperti ini,
tentunya pekerja sosial selain dapat menyediakan layanan:
Konseling bagi orangtua sebagai upaya untuk mengatasi stress yang
dihadapi,
Advokasi dan negosiasi terhadap pemerintah maupun lembaga-lembaga
non pemerintah yang menyediakan pelayanan perawatan anak (day care).
Tempat penitipan anak seperti ini sangat dibutuhkan terutama untuk bayi-
bayi yang memerlukan pengasuhan ekstra karena kecacatan yang diderita.
Tidak jarang pula pihak keluarga atau kerabat kesulitan untuk mengasuh
bayi yang cacat dan orangtua pun merasa segan jika harus menitipkan
anak dengan kondisi yang tidak normal. Negosiasi yang dilakukan pekerja
sosial diarahkan pada keringanan biaya yang diperlukan untuk menitipkan
bayi setiap harinya sehingga lebih terjangkau oleh orangtua yang memiliki
tingkat ekonomi rendah.
Peran pada aspek makro, pekerja sosial dapat tunjukkan melalui analisis
kebijakan dan evaluasi program-program perawatan anak yang sudah ada
sehingga keluarga prasejahtera dan memiliki bayi mendapat jaminan
kesehatan atau bantuan tunai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,
perumahan, ataupun saranan untuk mendukung perkembangan anak.
C. Masa Kanak-Kanak Awal/Anak Usia Dini (2-6 tahun)
Ciri-ciri pada masa usia 2 – 6 tahun adalah:
Anak semakin aktif bergerak dengan menggunakan koordinasi fisik yang
lebih baik.
Anak mengeksplorasi lingkungan, belajar menguasai kebebasan,
menentukan sikap dan melaksanakan tugas sesuai dengan kebutuhan diri
seperti bagaimana dia ke kamar mandi (toilet training).
9 | P a g e
Anak juga mulai mengenal konteks sosial, pengetahuan, nilai, keterampilan
tertentu yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan kelompok bermain.
Anak mulai melihat diri mereka sendiri sebagai individu yang terpisah dari
orang lain.
Menurut Erikson (1963) tahapan masa kanak-kanak awal adalah otonomi
vs rasa malu dan inisiatif vs rasa bersalah. Nilai-nilai yang dipelajari anak
ditransmisikan oleh orangtua secara langsung karena pada masa ini
orangtua merupakan agen utama yang menanamkan nilai-nilai tersebut.
Gaya pengasuhan dan penanaman nilai yang dilakukan oleh keluarga
sangat mempengaruhi suksesnya adaptasi anak dengan lingkungan pada
masa ini.
Usia dini juga merupakan usia awal mengenal pendidikan yang terstruktur.
Anak mulai beralih situasi yang awalnya berasal dari lingkungan keluarga
yang memberikan keamanan bagi dirinya dan pindah pada situasi
lingkungan pendidikan atau sekolah yang memiliki cakupan yang lebih luas
dan dianggap tidak seramah lingkungan keluarga.
Biasanya anak yang tidak sukses dalam pengalaman pendidikan usia dini,
maka akan memiliki resiko drop out dan terjun ke dunia menyimpang lebih
tinggi.
Dalam buku ini dinyatakan bahwa kemiskinan di Amerika menyebabkan
seseorang tidak mampu mendapatkan pelayanan pendidikan sehingga
sosialisasi dengan lingkungan menjadi sangat terbatas. Di negara tersebut,
lingkungan utama anak untuk bersosialisasi adalah keluarga dan sekolah. jika
anak yang tidak memperoleh kesempatan sekolah, akan kehilangan
kesempatan untuk bersosialisasi.
Berbeda dengan negara Indonesia. Secara umum, menggambarkan bahwa
kemiskinan tidak berbanding lurus dengan kegagalan seseorang dalam
menampilkan perilaku adaptif yang dipengaruhi pendidikan. Sekalipun anak
berasal dari keluarga miskin dan tidak mendapat akses pendidikan saat usia
kanak-kanak awal, sosialisasi anak dengan lingkungan masih dapat dilakukan
dengan baik dan dikembangkan dalam lingkungan masyarakat lebih luas seperti
lingkungan pertemanan dan ketetanggaan. Sosialisasi tersebut tidak menjadi
berkurang meskipun pendidikan tidak dilalui.
10 | P a g e
Peran pekerja sosial
Tidak jauh berbeda dengan tahap perkembangan sebelumnya yaitu
perkembangan bayi, intervensi yang dilakukan pekerja sosial lebih diarahkan
pada: (i) Orangtua dan (ii) Sistem yang memiliki kaitan langsung seperti
lingkungan pertemanan dan pendidikan (PAUD). Anak yang suka melawan atau
memiliki fobia tertentu mungkin membutuhkan pengasuhan yang lebih serius.
Pengasuhan yang efektif akan bisa mengkondisikan individu atau kelompok
menjadi orang yang memiliki perkembangan positif dan mmpu merespon setiap
stimulus dari orang lain dengan baik.
Fungsi utama pekerja sosial adalah peran Suporting, yaitu memberi dukungan
pada keluarga atau orangtua agar dapat memberikan pengasuhan yang terbaik.
D. Masa Kanak-Kanak akhir (7-12 Tahun)
Ciri-ciri perkembangan pada usia ini adalah:
Pada masa ini anak-anak mulai mampu menilai dirinya sendiri dengan
cara: (i) Mengevaluasi dan (ii) Membandingkan kemampuan akademik,
penampilan fisik, dan penerimaan sosial.
Masa ini disebut juga dengan masa sekolah. Anak memahami pendidikan
yang sebenarnya. Pada masa ini pula anak harus duduk secara klasikal
dalam waktu tertentu untuk mengikuti pendidikan di sekolah. Peraturan
sekolah menunjukkan bahwa anak tidak boleh makan, minum, lari-lari
diruang kelas. Anak mulai belajar mengenal huruf dan pengalaman
bersekolah merupakan faktor sosial yang signifikan untuk perkembangan
anak. dengan bersekolah, anak mengenal kawan yang lebih banyak dari
lingkungan yang lebih luas, anak mulai mendapatkan penghargaan untuk
berpendapat, belajar berolahraga, mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah dll.
Menurut Erik Erikson, tahapan perkembangan pada usia ini adalah seputar
industry vs inferiority merupakan kritik tentang perkembangan mental anak
dibandingkan dengan teman sebaya, keluarga, dan model peran-peran lain yang
memungkinkan mereka bisa berkembang secara baik. Harter (1987)
memberikan catatan atas buku erikson, sumber yang paling penting untuk
mendukung anak memiliki harga diri adalah keluarga dan teman-teman terdekat
(geng) bukan guru atau siapapun.
11 | P a g e
Pada masa ini keberadaan teman memiliki fungsi dan makna yang sangat besar
bagi anak. Keberadaan teman-teman dapat memperkuat norma-norma budaya
yang dapat mempengaruhi pembentukan nilai dan sikap pada anak,
memberikan informasi penting tentang perilaku yang sesuai dan menunjukkan
penguatan terhadap anak melalui peran gender dalam kelompok.
Untuk sebagian kelompok, pada masa ini anak memiliki keinginan untuk
memakai pakaian yang sama, menggunakan kata-kata dengan istilah yang
dianggap gaul, memainkan game yang sama dan menampilkan perilaku yang
berbeda dengan dirinya dengan tujuan agar diterima oleh teman-temannya.
Hal lain yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak pada tahap
perkembangan ini selain keberadaan teman sekolah adalah media masa, seperti
televisi, Play Station, bahkan facebook. Pada sebagian anak menghabiskan
waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan media massa. Hal
ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif, tergantung kontrol yang
dilakukan orangtua terhadap anak. pengawasan yang kurang terhadap anak
dapat memicu imajinasi anak yang tidak sesuai dengan kondisi dunia nyata.
Contoh negatif dari penggunaan internet yang dilakukan anak usia ini adalah
menggunakan facebook. Anak sudah mulai melakukan kebohongan melalui
memalsukan identitasnya karena sesungguhnya orang yang bisa membuat
facebook adalah orang yang usianya diatas 12 tahun. Padahal pada usia ini
anak harus sudah diajari tentang etika, baik buruk, pantas tidak pantas,
termasuk tidak boleh berbohong. Maka, seorang anak yang menggunakan
facebook, maka ia sudah melakukan sikap bohong, yaitu bohong tentang
identitas diri.
Pada tahap perkembangan ini resiko penelantaran dan perlakuan kekerasan
yang mungkin diterima anak pun semakin besar. Hal tersebut dapat diterima
anak dari pihak luar karena pada masa ini anak sudah tidak terbatas pada
konteks keluarga.
12 | P a g e
Peran pekerja sosial
Tugas pekerja sosial pada tahap perkembangan ini adalah:
Merancang dan mengimplementasikan rencana intervensi terhadap anak,
keluarga dan pihak-pihak terkait. Treatment berupa edukasi terhadap
perilaku menyimpang, gangguan emosional, meremehkan orang lain
melalui guru kelas atau anggota keluarga dan teman sebaya.
Pekerja sosial sekolah harus lebih sering melebur diri bersama anak
sehingga bisa membantu mereka melakukan negosisasi dalam kelompok
kecil. Karena struktur pertemanan menyediakan berbagai fasilitas untuk
mengembangkan anak usia sekolah.
Pekerja sosial peksos sekolah ikut bermain bersama anak dengan tujuan
untuk melakukan kontrol dan penanaman nilai-nilai positif yang harus ada
dalah diri setiap anak agar dapat menunjukkan keterampilan sosialnya.
Pekerja sosial harus jeli terhadap kasus-kasus kekerasan dan pelecehan
seksual yang mungkin dialami oleh anak baik di lingkungan sekolah
maupun tempat ia bermain.
Pekerja sosial harus mampu mendeteksi tindak kekerasan dan melakukan
pelaporan pada pihak yang berwenang demi memberikan perlindungan
pada anak.
E. Tahap perkembangan remaja (13-19 Tahun)
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak akhir dan dewasa.
Pada tahap ini perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi dalam diri
individu berlangsung dengan cepat. Hal itu ditandai dengan masa pubertas yang
menyebabkan kematangan reproduksi. Salah satu tugas yang paling penting
pada tahap ini adalah mengembangkan identitas diri.
Erikson menyatakan, bahwasannya rasa identitas diri hanya bisa diperoleh
setelah seseorang:
Bertanya,
Melakukan evaluasi ulang diri dan
Mencoba suatu hal yang baru.
Oleh karena itu masa remaja biasanya seorang individu bereksperimen dalam
beragam peran. Hal yang memiliki kontribusi dalam perkembangan identitas diri
remaja adalah :
13 | P a g e
Melakukan kegiatan-kegiatan lomba ilmiah kelas di sekolah,
Olahraga,
Bekerja paruh waktu dan ringan,
Menyalurkan hobi dan
menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Ahli lain semisal Hughes & Noppe menyatakan bahwa masa remaja adalah usia
kemandirian. Rice menyatakan bahwa ciri-ciri remaja yang gagal adalah:
Minder,
Tidak bisa bekerjasama dalam kelompok,
Pasif dan
Pesimis.
Terlebih lagi dengan remaja yang memiliki kecacatan, tentunya akan
memiliki masalah yang psikologis yang sangat kompleks.
Dilihat dari aspek akademis, apabila anak tidak mendapatkan hak atau tidak
terpenuhi hak pendidikan apalagi sampai DO maka akan mengalami kegagalan
dalam tahapan remaja. Hal ini akan berefek pada kegagalan perkembangan
kehidupan seperti menjadi gelandangan dan pengemis (gepeng), suka mabuk-
mabukan, tidak bertanggung jawab, kekanak-kanakan dan memberontak.
Pada masa ini, masalah yang sering muncul adalah ketegangan yang terjadi
antara remaja dengan orangtua, disatu sisi orangtua merasa bahwa remaja
harus mematuhi apa yang orangtua katakan, namun disisilain remaja merasa
bahwa dirinya memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Konflik
ini sering muncul berkaitan dengan keengganan remaja untuk melakukan tugas
rumah, belajar, dsisplin memanfaatkan waktu dan memilih teman.
Peran pekerja sosial
Peksos memiliki peran, yaitu:
Peran langsung
Peran tidak langsung.
14 | P a g e
Peran pada pelayanan langsung adalah sebagai konselor, mediator dan
edukator. Peran konselor dibutuhkan ketika:
Remaja mengalami masalah-masalah individu, baik itu terhadap kondisi
emosional yang tidak stabil, konflik dengan teman ataupun adaptasi
dengan lingkungan.
remaja menghadapi kebingungan-kebingungan dalam pencarian identitas,
hal ini sangat penting karena tidak sedikit remaja yang merasa gagal
melewati tahap perkembangan ini melakukan bunuh diri karena frustrasi.
Perlu ada orang yang mampu memberikan penguatan dan penjelasan
mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja selain orangtua.
Peran mediator dilakukan pekerja sosial untuk memperbaiki hubungan antara
orang tua dengan remaja yang sering mengalami konflik. Pekerja sosial
memberikan penguatan terhadap peran keluarga agar lebih bertanggung jawab
terhadap pemenuhan kebutuhan dan masa depannya, menciptakan relasi yang
penuh kehangatan dan kakraban dengan remaja sehingga mereka tidak merasa
dikekang dan memberikan keterampilan-keterampilan komunikasi 2 arah antara
remaja dan orang tua. Untuk membantu remaja yang berasal dari keluarga tidak
mampu, hal yang dapat dilakukan pekerja sosial adalah mengakses sistem
sumber yang dibutuhkan dan dapat dimanfaatkan dengan mudah. Contohnya
mencarikan donatur untuk memberikan beasiswa atau memberikan modal usaha
untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
Pekerja sosial harus siap melakukan pendampingan dan pengubahan perilaku
terhadap remaja-remaja yang memiliki perilaku indisipliner atau mal-adaptif.
Selain sebagai seorang konselor dan terapis, peran edukator dan motivator pun
sangat dibutuhkan dalam penanganan masalah remaja. Pekerja sosial dapat
memberikan informasi dan pengetahuan tentang bahaya penggunaan NAPZA,
free sex, kebiasaan merokok dan sebagainya. Pada tahap ini tindak kekerasan
yang dilakukan teman, guru atau keluarga pun masih besar kemungkinannya.
Pelayanan Tidak Langsung:
Pekerja sosial selain dapat melakukan pelayanan secara langsung dalam
menangani kasus seperti ini, juga dapat memberikan pelayanan secara tidak
15 | P a g e
langsung melalui upaya-upaya penciptaan program pendidikan masyarakat
untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap remaja.
Ranah Privat dan Publik
Selain peran-peran diatas, pekerja sosial pun dapat berperan dalam 2 lingkup
yaitu privat dan publik:
Secara privat berarti pekerja sosial memperbaiki suhu hubungan baik
antara anak dan keluarga dengan cara memberikan edukasi terhadap
orang tua agar memberikan ruang kreatif pada anak sesuai dengan
batasan tertentu. Terhadap anak ditanamkan bahwa orang tua pasti
melakukan yang terbaik dan dalam melakukan penolakan harus dengan
cara yang baik.
Dalam lingkup publik adalah pekerja sosial dapat berupaya menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan relasi antara anak dan keluarga
melalui program-program tertentu, membuat program-program yang
mendukung relasi.
F. Tahap perkembangan Dewasa Awal (20-39 Tahun)
Konsep tentang “kedewasaan” dapat dilihat dari aspek bilogis, hukum,
psikologis, ekonomi, sosial, atau perspektif budaya. Menurut aspek biologis atau
fisik, dewasa adalah seseorang yang sudah mencapai puncak perkembangan.5
Pada umumnya tugas perkembangan yang harus dilakukan pada tahap ini
adalah:
Pengalaman seseorang memasuki dunia kerja,
Menyelesaikan pendidikan,
Memilih pasangan hidup dan
Memutuskan untuk menjadi seorang individu seutuhnya.
Tahap perkembangan ini tidak ditandai dengan usia tertentu, melainkan oleh
peristiwa penting tertentu. Pada umunya, individu pada tahap dewasa awal ini
menunjukkan awal kecepatan, kelincahan dan kekuatan dalam melakukan
sesuatu. Puncak meningkatnya kekuatan otot untuk melakukan suatu kegiatan
5 Lewis R. Aiken, Human Development in Adulhood, hal 1.
16 | P a g e
adalah pada usia 20-30 tahun, setelah itu penurunan mulai terjadi dengan tanda-
tanda mulai muncul pengeriputan kulit.
Erikson (1963) menganggap bahwa tugas psiko-sosial utama pada tahap
perkembangan ini sebagai fase keintiman vs isolasi. Ia mengungkapkan
hipotesis yang didasarkan pada pembentukan identitas di masa remaja bahwa
seseorang akan berusaha membangun keintiman melalui cara kompromi dan
melakukan pengorbanan. Sebaliknya, individu akan melakukan isolasi ketika
merasa dirinya rapuh dan memerlukan perlindungan.
Pada tahap ini, individu mulai melakukan pilihan-pilihan dalam kehidupan.
Kepribadian, keterampilan dan peluang ikut mempengaruhi keutusan atau
pilihan setiap individu. Tugas perkembangan seorang individu pada tahap
dewasa awal tidak hanya fokus pada pilihan pekerjaan melainkan terhadap
aturan hidup mandiri dan pemilihan pasangan.
Selain menjalankan pernikahan, pada usia ini juga seorang individu mulai
menjalani peran baru yang mungkin harus dilalui pasca pernikahan yaitu
menjadi orangtua. Menjadi orangtua merupakan tugas yang tidak mudah karena
dengan menjadi orangtua, secara otomastis seorang individu harus mampu
memberikan pendidikan moral, menanamkan nilai-nilai dan memahami tahap
perkembangan anak. stress sering dialami individu pada tahap dewasa awal ini
karena masa transisinya dalam menjalankan karir dan peran barunya menjadi
orangtua mengakibatkan seseorang harus beradaptasi dengan dua situasi yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Tahap perkembangan masa lalu yang
belum tuntas akan menghambat individu dalam menjalankan tugas
perkembangan selanjutnya dengan maksimal. Hal tersebut memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap kondisi psikologis seseorang. Masalah yang biasa
muncul pada tahap perkembangan ini adalah:
Masalah perkawinan dan
Masalah keuangan yang diakibatkan pendapatan kurang dan pengelolaan
keuangan yang buruk.
Hal-hal tersebut dapat terjadi pada tahap perkembangan manusia pada
umumnya. Berbeda dengan tahap perkembangan dewasa awal yang dilalui
seorang individu dengan kecacatan. Hal ini akan menjadi riskan dan
17 | P a g e
menimbulkan berbagai kekhawatiran individu, keluarga maupun masyarakan
ketika seorang yang mengalami kecacatan memasuki tahap pernikahan, dunia
kerja bahkan menjadi orangtua. Banyak kekhawatiran akan ketidakmampuan
orang tersebut untuk melaksanakan peran dengan maksimal, atau bahkan
orangtua yang memiliki kecacatan akan mewariskan hal tersebut pada anaknya.
Hal lain yang mungkin dialami individu pada tahap ini adalah pemilihan
pasangan sesama jenis atau lebih dikenal dengan lesbian dan gay. Dalam
masyarakat, tentu hal ini tidak diperkenankan dan banyak orang yang
menentang hal ini dilakukan. Namun kembali pada topik sebelumnya, bahwa
seorang individu pada umumnya akan memasuki tahap dewasa awal. Tugas
perkembangannya adalah (i) memasuki dunia kerja, (ii) memilih pasangan, (iii)
menjadi orangtua dan (iv) menentukan pilihan-pilihan besar yang akan
menentukan hidupnya dimasa yang akan datang.
Peran pekerja sosial
Peran pekerja sosial yang dapat dilakukan dalam tahap perkembangan dewasa
awal ini adalah lebih cenderung pada:
Konselor,
Edukator,
Fasilitator dan
Advokator.
Hal-hal yang lebih sering dilakukan pekerja sosial dalam menangani masalah
individu pada tahap ini lebih pada penguatan dan pengarahan terhadap pilihan-
pilihan hidup seseorang. Alternatif yang diberikan pekerja sosial ditujukan untuk
menjawab kebingungan-kebingungan yang dialami individu dalam menentukan
pilihan.
Contoh peran pekerja sosial yang dapat dilakukan untuk membantu masalah
individu yang sudah menikah adalah:
Konseling perkawinan,
Memberikan pengetahuan atau edukasi tentang peran orangtua dan
bagaimana cara mendidik anak,
Manajemen keuangan keluarga.
18 | P a g e
Membantu mengakses sistem sumber seperti mengakses pelayanan
kesehatan dan perawatan anak bagi orangtua cacat yang memiliki anak
atau
Melakukan advokasi untuk individu yang memilih untuk hidup bersama
lawan jenis (gay dan lesbi) agar tetap mendapatkan hak-haknya tanpa
mendapatkan perbedaan perlakuan/diskriminasi.
G. Tahap perkembangan dewasa akhir (40-60 Tahun)
Pada tahapan usia ini, manusia biasanya mengalami perkembangan yang relatif
baru, yaitu:
Melanjutkan pekerjaan atau
Perpindahan tempat kerja, atau
Keluar dari pekerjaan dan memulai usaha mandiri (enterpreneur).
Secara fisiologis, pada tahap ini penurunan fungsi fisiologis menjadi lebih jelas
dibandingkan pada tahap dewasa awal. Fungsi penglihatan dan pendengaran
menurun, produksi hormon dan fungsi seksul pun menurun. Pada wanita, di usia
ini sudah mengalami menopause. Secara kesehatan, pada usia ini manusia
banyak mengalami gagguan kesehatan dan penyakit kronis seperti penyakit
jantung, hipertensi, arthritis, dan diabetes. Selain itu penelitian menunjukkan
bahwa puncak peningkatan kejadian kanker dapat dialami manusia antara usia
45-65 tahun. Ketika fungsi psikologis cenderung linear maka kesehatan
melemah.
Menurut Erikson (1963), krisis psiko-sosial yang dihadapi oleh individu pada
tahap kehidupan adalah pembangkitan vs stagnasi.
Pembangkitan dibuktikan dengan komitmen terhadap perbaikan kehidupan
bagi generasi mendatang.
Stagnasi terjadi ketika komitmen ini tidak dibuat. Beberapa orang dewasa
pada usia ini memilih untuk mempertahankan perkawinannya. Namun tidak
sedikit pula pasangan suami istri yang bercerai pada tahap perkembangan
ini.
Masa ini juga disebut masa pencarian “mendefinisikan ulang arti kehidupan”
dimana orang-orang membicarakan tentang tujuan masa depan. Laki-laki akan
mengalami krisis “paruh baya” dan perempuan akan mengalami “sindrom
19 | P a g e
kesepian”. Pada usia ini pula orangtua akan berusaha untuk menarik kembali
anaknya tinggal bersama.
Peran pekerja sosial
Fungsi pekerjaan sosial dalam membantu orang-orang yang berada pada tahap
perkembangan lebih cenderung pada peran terapis, namun selain itu terdapat
beberapa peran yang mungkin dilakukan, diantaranya :
1. Dari aspek ekonomi, memberikan penguatan terhadap klien tentang
manajemen keuangan keluarga, persiapan berwiraswasta dan keluar dari
pekerjaan dalam rangka menghadapi masa pensiun.
2. Dari aspek seksual, bagi individu yang sudah tidak memiliki pasangan
berikan alternatif untuk mencari pasangan baru agar dapat mengisi
kekosogan hidupnya
3. Terapi keluarga dan memberikan motivasi agar individu mampu
memanfaatkan kehidupan pada tahap ini sebaik mungkin.
4. Konseling perceraian jika seorang individu sudah tidak mungkin untuk hidup
bersama pasangannya lagi
5. Untuk masalah pekerjaan seorang peksos dapat mencari beberapa sistem
sumber dan mengkaitkan individu pada berbagai kesempatan kerja yang
ada, memberikan akses untuk mengikuti keterampilan-keterampilan yang
sesuai dengan keampuan dan harapan.
H. Tahap perkembangan usia lanjut (61 tahun keatas)
Menurut ahli gerontologis, usia lanjut dapat dibedakan kedalam 3 golongan
yaitu:
1. Lansia (elderly) antara usia 60 – 75 tahun.
2. Lansia tua (old) antara usia 75 – 90 tahun
3. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
Pada tahap ini, perubahan fisik individu semakin jelas yang ditandai dengan
penuaan seperti:
Rambut memutih,
Penipisan rambut,
Kerutan pada kulit,
20 | P a g e
Menurunnya kemampuan sensorik,
Pola tidur yang berubah dan
Penurunan kemampuan psikomotor.
Seiring berjalannya waktu, disaat individu mencapai usia 75 tahun ke atas,
gangguan kesehatan yang muncul menjadi semakin serius dan menyebabkan
berbagai masalah. Seringkali masalah kesehatan seperti osteoarthritis,
osteoporosis, demensia, gangguan penglihatan dan pendengaran, hipertensi,
diabetes, dan cacat terkait stroke menghambat individu untuk melakukan ADL
secara maksimal sehingga membutuhkan perawatan khusus.
Dalam tahap ini, Erikson (1963) membahas krisis psikologis pada usia lanjut
sebagai fase integritas ego vs putus asa.
Integritas melibatkan penerimaan kehidupan yang dilakukan oleh seorang
lanjut usia dengan mempertimbangkan makna dari aspek-aspek positif dan
negatif kehidupan. Pengakuan ini diperoleh melalui refleksi atas prestasi hidup
seseorang, tanpa memahami penerimaan ini sebagai ancaman.
Adapun putus asa merupakan bentuk dari penyesalan tentang kehidupan
seseorang dan keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Keinginan
ini sulit untuk diwujudkan karena secara realitas waktu yang ada saat ini bagi
seorang lanjut usia dirasa sudah tidak memadai.
Tahap usia lanjut merupakan tahap dimana sebagian besar individu kehilangan
pasangan dan temannya. Kehilangan dapat menimbulkan kesedihan, stress
dan traumatis. Pada perempuan hal ini dapat lebih banyak terjadi karena
menurut penelitian rentang kehidupan perempuan lebih panjang daripada usia
hidup laki-laki. Individu yang berada dalam tahap usia lanjut akan secara
otomatis berpikir tentang kematian. Makna kematian akan dimaknai berbeda
oleh setiap orang, karena hal ini bersifat sangat pribadi. Kecemasan akan
kematian harus ditangani melalui pendekatan secara individual meskipun
berkaitan erat dengan konteks sosial.
Kematangan seorang individu, khususnya pada usia lanjut, tidak menjamin
seseorang dapat terhindar dari kekerasan dan pelecehan seksual. Seorang
21 | P a g e
lanjut usia pun masih memiliki kemungkinan mengalami tindakan kekerasan
yang dapat dilakukan oleh keluarga ataupun pihak luar. Tindakan kekerasan
terhadap lanjut usia cukup sulit untuk diungkap karena masalahnya tersembunyi
dan sebagian besar hal tersebut dilakukan oleh keluarga terdekatnya. Selain
karena berada di lingkup domestik, terkadang pemikiran lanjut usia yang
memandang bahwa hal tersebut bukan merupakan suatu tindakan kekerasan
pun turut mempersulit pengungkapan kasus kekerasan yang terjadi. Hal itu bisa
disebabkan oleh ketidaktahuan lanjut usia tentang bentuk-bentuk kekerasan
maupun ketidakberdayaannya dalam keluarga (powerless).
Peran pekerja sosial
Dalam bekerja dengan lanjut usia, pekerja sosial harus memahami dan
mempelajari konteks lingkungan yang ada di sekitarnya. Sumber-sumber yang
berasal dari masyarakat dan dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan
lanjut usia harus dapat diidentifikasi dengan baik agar dapat mempermudah
proses pertolongan, seperti dukungan medis dan sosial.
Selain itu, kegiatan konseling pun masih sangat dibutuhkan untuk individu agar
dapat menyesuaikan diri saat kehilangan pasangan atau saat menerima
perubahan kondisi kehidupan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.
Peran pekerja sosial dalam menangani dan mencegah kasus kekerasan dan
pelecehan seksual yang dialami lanjut usia dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan diantaranya dengan cara:
Memberi pengetahuan tentang bentuk-bentuk kekerasan kepada lanjut usia
dan keluarga,
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan
bagi lanjut usia melalui sosialisasi atau mengakses lembaga-lembaga yang
memberikan pelayanan terhadap lanjut usia.
22 | P a g e
Peran pada Ranah Makro
Dalam upaya pencegahan dan perspektif makro, pekerja sosial dapat membantu
pemerintah dalam merancang program-program atau kebijakan yang pro
terhadap lanjut usia seperti program pelayanan kesehatan, bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar, bantuan tempat tinggal bagi lanjut usia terlantar dan
sebagainya.
***
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Eric Rayner et. al. Human Development: An introduction to the psychodynamics of growth, maturity and ageing, Fourth Edition, Routledge, London-New York, 2005. John S. Wodarski, PHD, Sophia F. Dziegielewski, PHD, LCSW (Editors), Human Behavior and the Social Enviroment: Integrating Theory and Evidance-Base Theory, Springer Publishing Co., New York, 2002. Jay A. Manchini and Karen A. Roberto, Pathway of Human Development: Exploration and Change, Lexington books, USA, 2009. Mahbub Al Haq, Reflection of Human Development, Oxford Univ. Press, New York, 1995 Lewis R. Aiken, Human Development in Adulthood, Pepperdine University, Retired Malibu, California, 2002. Richard M. Lerner et. al. Handbook of Psycology, vol 6, Developmental Psychology, John Wiley & Sons, Inc., Ner Jersey 2003. www.psycologyNotesHQ.com; downloaded at Oct 21th 2013 .