persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) …/kajian-yuridis... · maka pemerintah...

106
PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) KAJIAN YURIDIS PEROLEHAN HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA MELALUIPERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA ANTARA PEDAGANG DENGAN BANK DI PASAR PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA Disusun Oleh: PUTU KRISNA ADI PERDANA NIM : E. 0004035 Disetujui untuk dipertahankan Dosen Pembimbing TUHANA, S.H, M.Si NIP. 132 162 557 ii

Upload: lydang

Post on 29-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PEROLEHAN HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA MELALUIPERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT

HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA ANTARA PEDAGANG DENGAN BANK DI PASAR PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA

Disusun Oleh:

PUTU KRISNA ADI PERDANA NIM : E. 0004035

Disetujui untuk dipertahankan

Dosen Pembimbing

TUHANA, S.H, M.Si NIP. 132 162 557

ii

Page 2: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena kebaikan dan

anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul

”KAJIAN YURIDIS PEROLEHAN HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

MELALUI PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT

HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA ANTARA PEDAGANG DENGAN

BANK DI PASAR PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA” yang diajukan

sebagai syarat tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Hukum (SH) Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dalam

menyusun penulisan hukum (skripsi) ini selain bahan-bahan yang erat kaitannya

dengan penyusunan skripsi ini, tidak luput pula dengan adanya bimbingan,

dorongan serta doa dari berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Moh Yamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang

telah memberi izin dan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Tuhana, S.H, M.Si, selaku Pembimbing penulisan hukum (skripsi)

Penulis yang telah banyak membantu memberikan pengarahan, bimbingan,

serat saran dari awal hingga akhir penulisan hukum ini

3. Bu Ambar Budhi S., S.H., M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang

juga telah banyak membantu dalam penulisan hukum (skripsi) ini.

4. Bapak Bambang Joko S, S.H, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta jajaran staf Fakultas Hukum UNS yang telah

memberikan ilmu, membimbing Penulis dan membantu kelancaran sehingga

dapat menjadi bekal bagi Penulis dalam penulisan hukum ini dan semoga

dapat Penulis amalkan dalam kehidupan masa depan penulis.

vi

Page 3: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

6. Bapak Wayan Dharma Jaya, S.H., M.H, selaku Manager Area Pasar Jaya

cabang Pasar Rumput dan seluruh karyawan Perusahaan Daerah Pasar Jaya

yang telah membantu selama penelitian dan penulisan hukum (skripsi)

berlangsung.

7. Bapak Wayan Dharma Jaya dan keluargaku tercinta (mama, Ari adikku),

terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan doa yang

selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

(skripsi) ini .Terima kasih telah sabar menunggu dan memberikan semangat

dan keceriaan serta membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Ayusitta Damayanti, S.H. beserta keluarga, terima kasih telah memberikan

semangat, dukungan, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

hukum (skripsi) dan terima kasih karena telah menemani dalam suka duka

penulis sehingga akhiraya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

(skripsi).

9. Sahabat-sahabatku yang terindah dalam hidupku

10. Rekan-rekan angkatan 2004 tak terkecuali, yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya bagi penulis.

Akhir kata mengingat banyaknya bantuan yang telah penulis terima dari

berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,, sekali lagi,

penulis mengucapkan terima kasih banyak, semoga Allah membalas semua

kebaikan kalian semua yang telah diberikan kepada penulis.

Surakarta, 11 April 2009

Penulis

PUTU KRISNA ADI

vii

Page 4: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

ABSTRAK

PUTU KRISNA ADI PERDANA, E. 0004035, ”KAJIAN YURIDIS PEROLEHAN HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA MELALUI PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA ANTARA PEDAGANG DENGAN BANK DI PASAR PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA” Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tahun 2009.

Penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha di Perusahaan Daerah Pasar Jaya, hambatan yang dihadapi dan penyelesaiannya.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini merupakan penelitian hukum empirik yang bersifat deskriptif, data penelitian meliputi data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah studi lapangan dan studi dokumen, teknik analisis data ini dilakukan dengan teknik analisis data yang kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh dua kesimpulan, yaitu pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha dimulai dengan membuat Perjanjian Kerjasama antara Perusahaan Daerah Pasar Jaya, pedagang, bank. Mengajukan syarat-syarat sesuai dengan perjanjian kerjasama kepada bank, Bank meneliti kelengkapan untuk selanjutnya dibuatkan perjanjian kredit,Kreditur memperoleh Nota Realisasikredit dengan nilai 80% dari harga penjualan Hak Pemakaian Tempat Usaha dengan syarat 20% dari harga penjualan telah dilunasi, penyerahan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha sebagai Agunan paling lambat 30 hari setelah pencairan kredit, pengembalian kredit oleh pedagang kepada bank, Hambatan yang dihadapi adalah bagaimana pemenuhan pengembalian kredit apabila debitur meninggal dunia, Barang yang menjadi objek perjanjian musnah karena Force Majure , Debitur melakukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku yang mengakibatkan hilangnya Hak Pemakaian Tempat Usaha, terjadi kredit macet. Upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah mengharuskan calon kreditur untuk memiliki asuransi jiwa kreditur, mengkoordinasikan dengan pihak Perusahaan Daerah Pasar Jaya untuk mengasuransikan bangunan yang menjadi objek perjanjian kredit, meminta ke aktifan Perusahaan Daerah Pasar Jaya untuk turut serta bertanggung jawab dalam hal terjadinya kredit macet dan pelanggaran berat yang mengakibatkan kreditur kehilangan Hak Pemakaian Tempat Usaha sehingga pengembalian kredit dapat berjalan lancar.

Implikasi teoritis penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha harus selalu berpedoman pada Peraturan Daerah Khusus Ibukota (OKI) Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 Tentang Pengurusan Pasar dan Keputusan Direksi Perusahan Daerah (PD) Pasar Jaya Nomor: 450 Tahun 2003 dan ketentuan perbankan dan pelaksanaanya harus berpedoman pada perjanjian pokok. Implikasi praktis dari penelitian dan penulisan hukum (skripsi) ini adalah menjadi rujukan bagi pihak yang melaksanakan perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian

viii

Page 5: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Tempat Usaha agar memahami prosedur dan pelaksanaan perjanjian kredit baik dan benar supaya dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 6: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

PERSEMBAHAN iv

KATAPENGANTAR vi

ABSTRAK viii

DAFTAR ISI xi

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 5

C. TujuanPenelitian 5

1. Tujuan Obyektif 5

2. Tujuan Subyektif 5

D. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Teoritis 6

2. Manfaat Praktis 6

E. Metode Penelitian 6

1. Jenis Penelitian & Sifat Penelitian 7

2. Jenis Data 8

3. Sumber Data 9

4. Teknik Pengumpulan Data 9

5. Teknik Analisis Data 10

F. Sistematika Penulisan Hukum (skripsi) 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 13

A. Kerangka Teoritis 13

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 13

2. Tinjauaan Umum Tentang Kredit 24

3. Tinjauan Umum Tentang Jaminan 30

4. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi 31

ix

Page 7: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

5. Tinjauan Umum Tentang Pasar, Hak

pemakaian Tempat Usaha Pemakai Tempat Usaha

42

B. KerangkaPemikiran 44

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

A. Deskripsi Umum Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya 48

1. Sejarah dan Dasar Hukum Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya 48

2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia 52

B. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha di Pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya 59

C. Hambatan yang Timbul Dalam Pelaksanaa Perjanjian

Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha di Pasar Perusahaan Daerah Pasar Jaya 85

BAB IV : PENUTUP 98

A. Kesimpulan 98

B. Saran 100

DAFTARPUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam yang

berlimpah, namun bukan merupakan suatu jaminan bahwa suatu negara yang

memiliki kekayaan alam yang berlimpah berarti masyarakatnya makmur dan

sejahtera. Seperti yang tertulis di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 bahwa memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat Indonesia

merupakan tujuan luhur bangsa Indonesia.

Menyadari akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam terutama

terkait dengan kegunaan serta manfaatnya bagi kemakmuran bangsa Indonesia

maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai

landasan konstitusional perekonomian bangsa, sehingga dalam hal

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dapat semaksimal dan

seefektif mungkin berguna bagi kemakmuran rakyat, yang dinyatakan bahwa:

”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional”.

Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dalam rangka

pemerataan pembangunan dengan tidak mengurangi pengawasan dari

pemerintah pusat maka pemerintah membuat suatu sistem pengelolaan terpadu

dan terstruktur dengan jelas yaitu dengan pembentukan perusahaan daerah.

Atas dasar landasan konstitusional yang tdah diatur dalam Pasal 33 Undang-

Undang Dasar 1945 maka terbit Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah. Secara keseluruhan pada intinya Undang-Undang

Nomor: 5 Tahun 1962 mengatur perusahaan daerah, dengan salah satu isinya

meliputi pengertian Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah sebagaimana

diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1962 adalah

suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan

Page 9: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan. Menurut Pasal 5 ayat (3) dan

ayat (4) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

disebutkan bahwa:

”Perusahaan Daerah bergerak dalam bidang usaha yang sesuai dengan urusan

rumah tangganya menurut peraturan yang mengatur tentang pokok-pokok

pemerintahan di daerah”.

”Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak di daerah yang bersangkutan diusahakan oleh Perusahaan

Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang

dipisahkan.”

Dalam rangka menjalankan fungsi dan tugasnya serta agar memenuhi

asas kemanfaatan umum seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor: 5

Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah maka merupakan suatu tuntutan

bahwa perusahaan daerah harus memprotek segala urusan rumah tangganya

dengan hukum yang berlaku agar dapat memberikan kepastian hukum.

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya sebagai salah satu Badan Usaha

Milik Daerah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (OKI) Jakarta didirikan

dengan maksud dan tujuan untuk melakukan pengurusan pasar dan fasilitas

perpasaran lainnya dalam rangka pengembangan perekonomian daerah serta

menunjang Anggaran Daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional (Pasal 5

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor: 12 Tahun

1999).

Perusahaan Daerah Pasar Jaya merupakan perusahaan daerah yang

seluruh modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, maka dalam

hal pengelolaan kekayaan milik daerah yang terdapat di pasar-pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya berlaku ketentuan Menteri Dalam Negeri

Nomor; 153 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang

dipisahkan Jo Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota (OKI)

Jakarta Nomor; 17 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang Daerah. Barang

yang dipisahkan diartikan sebagi barang milik daerah baik barang bergerak

maupun barang tidak bergerak yang dikelola oleh badan usaha milik daerah.

Page 10: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Tanah dan bangunan pasar milik Perusahaan Daerah Pasar Jaya

merapakan kekayaan daerah yang dipisahkan dimana pengurusannya

diserahkan untuk dikelola berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta Nomor; 6 Tahun 1992 tertanggal 21 Juli 1992 tentang

Pengurusan Pasar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam Peraturan Daerah

DKI Jakarta Nomor; 6 Tahun 1992 disebutkan bahwa untuk dapat

menggunakan tempat-tempat usaha harus mendapatkan ijin pemakaian tempat

usaha secara tertulis dari Gubernur Kepala Daerah agar pemakaian tempat

mempunyai hak memakai tempat di pasar (Pasal 1 huruf 9). Menurut

Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 1992 juga disebutkan bahwa Pemakai

Tempat Usaha adalah orang atau badan hukum yang berdasarkan izin

penghunian tempat mempunyai hak memakai tempat di pasar untuk

memperdagangkan barang dan jasa (Pasal 1 huruf e).

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

untuk dapat dikatakan sebagai pemakai tempat usaha (pedagang) di pasar

pasar Perusahaan Daerah Pasar Jaya haruslah terlebih dahulu memiliki ijin

berupa kepemilikan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU).

Pengertian Hak Pemakaian Tempat Usaha terdapat dalam Pasal 9 ayat (2)

Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 1992 menambahkan bahwa Hak

Pemakaian Tempat Usaha di pasar ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya, untuk jangka waktu selama-lamanya 20 tahun. Untuk itu

sebagai pelaksanaaan Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 1992 Jo. Peraturan

Daerah Nomor: 12 Tahun 1999 maka ditetapkan Keputusan Direksi

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya Nomor; 450 Tahun 2003 tentang Hak

Pemakaian Tempat Usaha dan Ketentuan Pemakaian Tempat Usaha di pasar-

pasar Perusahaan Daerah Pasar Jaya.

Hak pemakaian tempat usaha di pasar-pasar Perusahaan Daerah Pasar

Jaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 merupakan suatu hak

untuk memakai atas kebendaan berwujud dan tempat usaha pada bangunan

pasar yang dapat dimiliki dan dialihkan serta dapat dijadikan jaminan kredit,

Page 11: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

baik kredit modal kerja maupun kredit pemilikan Hak Pemakaian Tempat

Usaha. Hal ini sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) dan (2) Keputusan Direksi

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya Nomor 450 Tahun 2003, yaitu :

”Pemakaian tempat usaha dapat menjaminkan Hak Pemakaian Tempat

Usahanya yang berupa sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha dan Surat

Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha untuk memperoleh kredit bank setelah

terlebih dahulu mendapatkan ijin tertulis / referensi dan direksi atau pejabat

yang ditunjuk.”

Penggunaan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

sebagai jaminan dalam pemberian kredit oleh bank untuk mendapatkan

kepemilikan hak pemakaian tempat usaha tentunya mengakibatkan adanya

hubungan hukum baik antara Bank dengan Penjamin atau orang yang

menjaminkan sertifikat. Adanya hubungan hukum antar para pihak maka

timbullah hak dan kewajiban para pihak. Pada dasarnya penggunaan Sertifikat

Hak Pemakaian Tempat Usaha sebagai jaminan kredit dalam rangka untuk

memberikan kemudahan bagi pedagang dalam hal pembayaran pelunasan

sertifikat hak pemakaian tempat usaha itu sendiri.

Dalam rangka untuk mengetahui dengan jelas mengenai Pengadaaan

hak pemakaian tempat usaha terkait dalam hal pemilikan Hak Pemakaian

Tempat Usaha dengan jaminan sertifikat hak pemakaian tempat usaha maka

penyusun berniat untuk membuat penulisan hukum dengan judul ”KAJIAN

YURIDIS PEROLEHAN HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

MELALUI PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT

HAK PEMAKAIAN TEMPAT USAHA ANTARA PEDAGANG DENGAN

BANK DI PASAR PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA”.

Page 12: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha melalui perjanjian kredit dengan

bank?

2. Bagaimana hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian kredit

untuk memperoleh Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha dan

solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian sudah tentu mempunyai suatu tujuan yang

jelas dan pasti sebagai sarana yang akan dicapai untuk pemecahan masalah

yang dihadapi. maka berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan oleh

penyusun, tujuan penelitian penulisan hukum ini adalah :

1. Tujuan Obyektif:

a. Untuk meneliti lebih terperinci tentang prosedur yang harus

dilaksanakan untuk mendapatkan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha melalui perjanjian kredit dengan bank.

b. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

perjnajian kredit untuk memperoleh Sertifikat hak Pemakaian Tempat

Usaha dan solusi yang diberikan dalam hal terjadinya hambatan

berdasarkan aturan hukum yang berlaku.

2. Tujuan Subyektif:

a. Untuk mengetahui segala sesuatu mengenai pelaksanaan perjanjian

kredit dalam hal untuk memperoleh kepemilikan sertifikat hak

pemakaian tempat usaha di pasar Perusahaan Daerah Pasar Jaya.

b. Untuk melatih kemampuan dan ketrampilan penulis agar siap terjun di

dalam masyarakat.

c. Untuk menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan penulis sebagai

mahasiswa guna melengkapi persyaratan untuk mencapai dan meraih

Page 13: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

gelar kesarjanaan (S-l) pada bidang Hukum di Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritisa.

a. Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam

perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Salah satu usaha memperbanyak wawasan dan pengalaman serta

menambah pengetahuan tentang Hukum Perdata, Hukum Perjanjian

dan khususnya Hukum Jaminan.

c. Dapat bermanfaat dalam mengadakan penelitian yang sejenis

berikutnya disamping itu sebagai pedoman penelitian yang lain.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat pada

umumnya dan pengguna tempat usaha di pasar dibawah kebijakan

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam

menyelesaikan hambatan-hambatan yang timbul dalam pengadaan dan

pelaksanaan pemberian kredit dalam rangka pengadaan modal usaha

bagi pedagang.

c. Pelaksanaan hasil penelitian dapat menambah dan mengembangkan

pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dalam pemberian kredit

untuk pengadaaan modal usaha terkait dengan produk hukum baru.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsannya suatu

penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang

hendak dicapai sebelumnya, sedangkan dalam penentuan metode mana yang

akan digunakan penyusun harus cermat agar metode yang dipilih nantinya

tepat dan jelas sehingga untuk mendapatkan hasil dengan kebenaran yang

Page 14: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

dapat dipertanggungjawabkan dapat tercapai. Metode penelitian merupakan

satu faktor yang penting dan menunjang proses penyelesaian suatu

permasalahan yang dibahas, di mana metode merupakan cara utama yang

digunakan dengan suatu tujuan mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis

yang dihadapi dengan mengadakan klasifikasi yang didasarkan pada

pengamatan, dapat ditentukan jenis-jenis metode penelitian (Winarno

Surakhmad, 1992: 130).

Pengertian metode sendiri adalah usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana

dilakukan dengan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1994 :4). Pengertian metode

sebenarnya adalah cara bagaimana penelitian akan dijalankan.

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisis dan konstruksi yang akan dilakukan secara metodologi, sistematis dan

konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu.

Sistematis adalah berdasarkan suatu sistem sedangkan konsisten adalah tidak

adanya hak-hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu (Soerjono

Soekanto, 1991 :42).

Guna mendapatkan data dan pengolahan data yang diperlukan dalam

rangka penulisan hukum ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian hukum yang

empiris, yaitu penelitian yang mengkaji hukum dalam realitas kenyataan di

dalam masyarakat Penulis mencari data dan informasi secara langsung ke

lapangan dan sumbernya yaitu di Pasar Perusahaan Daerah Pasar Jaya .

2. Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang

deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia , keadaan atau gejala-gejala lainnya

Page 15: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

(Soerjono Soekanto, 1984 :10). Penelitian dalam hukum ini diharapkan

dapat memberikan data yang seteliti mungkin mengenai pelaksanaan

perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha.

3. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif.

4. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi

ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Pasar Daerah Pasar Jaya.

5. JenisData

Penulis dalam penelitian ini menggunakan jenis data sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek

penelitian lapangan dengan cara mengumpulkan data-data yang

berguna dan berhubungan dengan judul penulisan hukum dan

permasalahan yang diangkat, dalam hal ini data diperoleh secara

langsung dari sumber pertama di lapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan

kepustakaan (Soerjono & Sri Mahmudji, 2003 :13). Data sekunder

adalah sejumlah keterangan fakta-fakta yang tidak diperoleh secara

langsung dari sumber pertama dan dapat melalui bahan dokumen

mengenai pengangkutan, peraturan perundang-undangan, laporan,

buku-buku kepustakaan, dan sebagainya yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas.

Page 16: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

6. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana suatu data atau tempat data

yang dibutuhkan dalam penelitian ditemukan atau digali sesuai dengan

jenis data yang akan dipergunakan, maka yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini yakni:

a. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu data atau keterangan yang diperoleh

dari semua pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang

menjadi obyek penelitian.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder, yakni data yang bersumber dari bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Bahan hukum primer meliputi Kitab Undang-Undang beserta

peraturan perundang-undangan yang terkait bahan hukum sekunder

yaitu buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti, hasil penelitian yang relevan, dan buku-buku penunjang

lainnya. Sedangkan bahan hukum tersier berupa bahan hukum yang

bersifat menunjang bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri

dari kamus ensiklopedia, dan lain-lain (Burhan Ashofa, 2001 : 104).

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara untuk

memperoleh data dalam penelitian yang mendukung dan berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti dalam penulisan hukum ini.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data dengan cara terjun

langsung ke obyek penelitian yaitu di Pasar Daerah Pasar Jaya dan

Page 17: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

selanjutnya penulis melakukan pengamatan secara langsung. Hal ini

dimaksudkan agar diperoleh data yang valid.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan dimana

satu pihak berfungsi sebagi pencari informasi atau penanya sedangkan

pihak lain berfungsi sebagai sumber informasi atau informan. Dalam

penulisan hukum ini, penyusun menggunakan metude wawancara

berencana dan wawancara tidak berencana, yang dimaksud dengan

wawancara berencana yaitu dimana sebelum dilakukan wawancara

telah dipersiapkan suatu daftar pertanyaan yang sistematis, sehingga

pewawancara berpatokan pada pertanyaan yang telah disusun dan

pokok pembicaraan tidak boleh menyimpang dari apa yang telah

ditentukan.Alat bantu yang digunakan berupa daftar pertanyaan, alat

tulis, dan alat perekam, sedangkan dalam wawancara tidak berencana,

disini tidak berarti bahwa peneliti tidak terlampau terikat pada aturan-

aturan yang ketat. Alat yang digunakan berupa pedoman wawancara

yang memuat hal-hal pokok secara garis besar yang ditanyakan, alat

tulis, dan alat perekam. Dalam penelitian ini, penulis melakukan

wawancara dengan narasumber bapak Wayan Dharma Jaya S.H,M.H

selaku Manager area Perusahaan Daerah Pasar Jaya cabang Pasar

Rumput

c. Studi Dokumen (bahan pustaka)

Teknik ini merupakan cara mengumpulkan data dengan cara

mengkaji substansi atau isi suatu bahan hukum yang berupa buku,

seperti literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen serta

tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Teknik Analisis Data

Dalam suatu penelitian, teknik analisis data merupakan suatu hal

yang sangat penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang

Page 18: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

diteliti berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan. Pada tahap ini

seluruh data yang telah terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga

tercapai sebuah kesimpulan yang nantinya akan menjadi hasil akhir dari

penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis data yang bersifat kualitatif.

Menurat Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memehami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain, secara holistik, dan dengad cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa. Pada konteks khustis yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (2007:6).

F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM (SKRIPSI)

Sistematika penulisan hukum (skripsi) ini dibuat agar gambaran

keseluruhan dari isi penulisan hukum ini jelas ruang lingkupnya, sistematika

penulisan hukum ini meliputi empat bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang menjadi

alasan pemilihan judul, perumusan masalah yang menjadi dasar penulisan

skripsi, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan hukum

(skripsi).

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kerangka teori dan kerangka

pemikiran. Dalam kerangka teori diuraikan mengenai Tinjauan Umum

Tentang Perjanjian, tinjauan mengenai kredit pada umumnya, tinjauan

mengenai jaminan, tinjauan tentang wanprestasi, Tinjauan Umum tentang

pasar, Hak Pemakaian Tempat Usaha, Pemakai Tempat Usaha

Page 19: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengertian sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha sebagai hak

kebendaaan yang dapat dijadikan jaminan kredit ditinjau dari hukum perdata

di Indonesia, proses dan tata cara pelaksanaan pemberian kredit dengan

sertifikat hak pemakaian tempat usaha sebagai jaminan di Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya

Pandangan hukum yang berlaku terkait dengan wanprestasi dan penyelesaian

menurut hukum yang berlaku apabila terjadi wanprestasi

BAB IV:PENUTUP

Dalam bab ini terbagi dalam dua bagian yaitu simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 20: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian menurut ketentuan Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata diatur dalam Pasal 1313 yang berbunyi

”Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatnya dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Rumusan yang

diberikan pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut

merupakan pengertian yang tidak sempurna dan kurang memuaskan,

karena terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut

menurut pendapat Abdulkadir Muhammad, yaitu

1) Hanya menyangkut sepihak saja

Hal ini diketahui dari perumusan satu orang atau lebih

mengikatkan diri nya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Kata

kerja mengikatkan sifatnya hanya datang dari satu pihak saja ,tidak

kedua belah pihak. Seharusnya peruumusan itu adalah saling

mengikatkan diri.

2) Kata perbuatan mencangkup juga tanpa konsensus

Pengertian ”perbuatan” termasuk juga tindakan

melaksanakan tugas tanpa causa,tindakan melawan hukum yang

tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai kata

”persetujuan”.

3) Pengertian perjanjian terlalu luas

Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut terlalu luas,

dapat juga mencangkup pelangsungan perkawinan, janji kawin,

yang diatur dalam lapangan hukum keluarga.

13

Page 21: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Hubungan yang diatur dalam pengertian perjanjian dalam

Kitab Undang-Undang hukum Perdata adalah hubungan antara

debitur dengan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja.

Perjanjian yang dikehendaki dalam Buku Ketiga Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata sebenarnya adalah perjanjian yang bersifat

kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal.

4) Tanpa menyebutkan tujuan

Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut tidak

menyebutkan tujuan mengadakan perjanjian ,sehingga pihak-pihak

yang mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.

Perjanjian menurut Abdulkadir Muhammad adalah suatu

perjanjian dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan

diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan

(1992:78).

Menurut Prof. Subekti, SH. “Perjanjian adalah suatu

perikatan di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana

dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”

(1990:1). Prof.Subekti, S.H. juga menyatakan dalam bukunya

“hukum perjanjian” bahwa kata sepakat berarti suatu persesuaian

paham dan kehendak antara dua pihak (1990:26).

Berdasarkan pengertian perjanjian diatas dapat dirumuskan

bahwa perjanjian merupakan kesepakatan antara dua orang atau

dua pihak, mengenai hal-hal pokok yang menjadi objek dari

perjanjian. Kesepakan itu timbul karena adanya kepentingan dari

masing-masing pihak yang saling membutuhkan. Perjanjian juga

dapat disebut sebagai persetujuan, karena dua pihak tersebut setuju

untuk melakukan sesuatu.

Page 22: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

b. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, yang terdiri dari 4 (empat) empat syarat yaitu:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri

Para pihak yang mengadakan perjanjian harus sepakat, setuju atau

sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan dan

syarat-syarat perjanjian. Apa yang dikehendaki oleh salah satu pihak, juga

harus dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka mehendaki sesuatu yang

sama secara timbal balik.

Maksud dari kata sepakat yaitu harus ada kemauan diantara para

pihak yang mengadakan perjanjian mengenai hal-hal pokok dari perjanjian

yang diadakan tersebut, maka kedua - belah pihak harus mempunyai

kebebasan kehendak. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1321 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata yang menyebutkan tiada sepakat yang sah apabila

sepakat itu diberikan karena khekilafan atau diperoleh karena paksaan atau

penipuan. Pengertian sepakat dilukiskan sebagai pernyataan kehendak

dengan bebas, artinya tidak mengandung cacat dalam kehendak, tidak

boleh ada kekhilafan atau kesesatan (dwaling) paksaan (dwang), dan

penipuan (bedrog).

2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Dalam ketentuan Pasal 1329 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata disebutkan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat

perikatan-perikatan, jika oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap

untuk bertindak kecuali apabila oleh undang-undang tidak dinyatakan

cakap. Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum.

Dalam Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang disebut

sebagai orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah:

a) Orang-orang yang belum dewasa

b) Mereka yang ditaruh di dalam pengampunan

Page 23: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c) Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang,

dan sernua orang kepada siapa undang-undang telah melarang

membuat perjanjian tertentu.

Menurut Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

kriteria orang belum dewasa adalah orang-orang yang belum berumur 21

tahun dan sebelumnya belum pernah kawin. Berdasarkan kriteria tersebut

dapat ditafsirkan bahwa orang dewasa adalah orang yang telah mencapai

umur 21 tahun, tetapi berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor: 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan dikatakan bahwa anak yang belum

mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

ada di bawah kekuasaan orang tuanya. Orang tua akan mewakili anak

tersebut dalam melakukan perbuatan hukum di dalam dan di luar

pengadilan. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor: 1 Undang-

Undang Tahun 1974 maka yang disebut orang dewasa adalah orang yang

sudah mencapai umur 18 tahun.

Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan adalah setiap orang

dewasa yang selalu dalam keadaan sakit ingatan (gila), dungu, boros dan

lemah akalnya, seperti yang disebutkan dalam Pasal 1433 Kitab Hukum

Perdata. Pembentuk undang-undang memandang bahwa yang

bersangkutan tidak mampu menyadari tanggung jawabnya sehingga tidak

cakap untuk mengadakan perjanjian.

Mengenai kecakapan seorang istri yang bersuami diatur dalam

Pasal 108 dan Pasal 110 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menyebutkan ketidakcakapan seorang istri untuk melakukan perbuatan

hukum tanpa bantuan suaminya, sedangkan Pasal 110 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata menyebutkan mengenai ketidakcakapan seorang

istri menghadap di muka sidang pengadilan, tetapi dengan keluarnya

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dinyatakan

bahwa hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dalam

pergaulan masyarakat perbuatan hukum dan menghadap di muka

Page 24: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

pengadilan tanpa bantuan suaminya. Istri mempunyai kedudukan yang

sama dengan suami dalam melakukan perbuatan hukum atau melakukan

tindakan hukum.

3) Mengenai hal tertentu

Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian disebutkan bahwa suatu

perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu. Suatu perjanjian harus ada

suatu objek tertentu. Objek perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus

ditentukan jenisnya. Hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang

dapat menjadi objek perjanjian, sedangkan barang-barang yang

dipergunakan untuk kepentingan umum tidak dapat dijadikan objek

perjanjian.

4) Suatu sebab yang halal

Dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

ditetapkan sebagai syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adalah

suatu sebab yang halal. Dengan sebab (causa) ini dimaksudkan tiada lain

adalah isi perjanjian.

Undang-Undang tidak memberikan pengertian tentang sebab

(oorzak causa). Yurisprudensi causa ditafsirkan sebagai isi atau maksud

dari perjanjian, tetapi sebab yang mendorong para pihak untuk

mengadakan perjanjian. Maksud suatu sebab yang halal adalah sebab yang

tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan kepentingan

umum.

c. Asas-asas Perjanjian

Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas yaitu:

(Mariam Darus Badrulzaman, 1998: 108).

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebesan berkontrak merupakan salah satu asas yang

penting dalam hukum perjanjian. Asas ini merupakan perwujudan manusia

Page 25: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

yang bebas, pancaran hak asasi manusia. Asas kebebasan berkontrak

berhubungan erat dengan isi perjanjian, yakni kebebasan untuk

menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian diadakan.

Asas tersebut tersimpul dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Perdta yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.” Dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

disebutkan bahwa untuk sahnya perjanjian deiperlukan syarat-syarat;

sepakat mereka yang mengikatkan diri, kecakapan membuat perjanjian,

suatu hal tertentu, dan sebab yang halal.

Kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang

dibuat sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak

yang membuat perjanjian. Terhadap asas kebebasan berkontrak dibatasi

oleh tiga hal, yaitu tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban

umum dan kesusilaan.

2) Asas konsensualisme

Asas konsensualisme dapat ditemukan dalam Pasal 1320 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1320 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata disebutkan secara tegas bahwa untuk sahnya

perjanjian harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam Pasal

1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditemukan dalam perkataan

“semua” menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk

menyatakan kehendak yang dirasakan baik untuk menciptakan perjanjian,

Asas ini menentukan adanya perjanjian. Menurut asas ini perjanjian lahir

sejak tercapai kesepakatan antara para pihak dalam perjanjian,

3) Asas kepercayaan

Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan orang lain,

menumbuhkan kepercayaan di antara para pihak bahwa satu sama lain

Page 26: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

akan memegang janjinya untuk memenuhi prestasi di kemudian hari.

Tanpa adanya kepercayaan itu, maka perjanjian tidak mungkin diadakan

para pihak.

Adanya kepercayaan ini, para pihak akan mengikatkan diri dan

perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat seperti undang-undang.

4) Asas keseimbangan

Asas keseimbangan menghendaki para pihak memenuhi dan

melaksanakan perjanjian yang mereka buat. Kreditur mempunyai hal

untuk menuntut pelaksanaan prestasi dengan melunasi utang melalui

kekayaan debitur, namun kreditur juga mempunyai beban untuk

melaksanakan perjanjian dengan itikad baik, sehingga dapat dikatakan

bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajiban untuk

memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur

seimbang.

5) Asas kebiasaan

Asas kebiasaan diatur dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata jo Pasal 1347 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Menurut Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan

bahwa suatu persetujuan tidak hanya mengikat hal-hal yang secara tegas

dinyatakan dari dalamnya tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat

perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.

Dalam Pasal 1347 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mengatakan bahwa hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya

diperjanjikan dianggap secara diarn-diam dimasukkan dalam perjanjian

meskipun tidak secara tegas dinyatakan. Kebiasaan yang dimaksud dalam

Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah kebiasaan pada

umumnya dan kebiasaan yang dimaksud dalam Pasal 1347 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata adalah kebiasaan setempat (khusus) atau

kebiasaan yang lazim berlaku di dalam golongan tertentu.

Page 27: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

d. Akibat Hukum Perianiian yang Sah

Suatu perjanjian yang telah dibuat secara sah sesuai dengan Pasal

1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menimbulkan akibat hukum

yaitu:

1) Berlaku sebagai undang-undang

Para pihak harus menaati perjanjian itu sama dengan undang-

undang. Apabila salah satu pihak melanggar perjanjian yang dibuat, maka

dianggap telah melanggar undang-undang. Pihak yang melakukan

pelanggaran tersebut akan mendapat hukuman seperti yang telah

ditetapkan undang-undang.

Dalam perkara perdata, hukuman bagi pelanggar perjanjian

ditetapkan oleh hakim berdasarkan undang-undang atas permintaan pihak

lainnya. Menurut undang-undang pihak yang tidak memenuhi isi

perjanjian diharuskan:

a) Membayar ganti kerugian;

b) Perjanjian dapat diputuskan;

c) Menanggung beban resiko;

d) Membayar biaya perkara jika sampai diperkarakan di pengadilan.

2) Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak

Perjanjian yang mengikat para pihak, tidak boleh ditarik atau

dibatalkan secara sepihak. Para pihak yang ingin menarik kembali atau

membatalkan perjanjian tersebut, harus mendapat persetujuan dari pihak

yang lain, jadi diperjanjikan lagi, tetapi apabila ada alasan-alasan yang

cukup menurut undang-undang perjanjian dapat ditarik kembali atau

dibatalkan secara sepihak.

Alasan-alasan yang diberikan oleh undang-undang dapat diketahui

dalam pasal-pasal undang-undang sebagai berikut:

Page 28: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

a) Perjanjian yang bersifat terus-menerus, berlakunya dapat dihentikan

secara sepihak. Misalnya Pasal 1571 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata tentang sewa-menyewa yang dibuat secara tidak tertulis dapat

diberhentikan dengan memberitahukan kepada penyewa.

b) Perjanjian sewa suatu rumah yang diatur dalam Pasal 1587 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata setelah setelah berakhir waktu sewa

seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian tertulis, penyewa tetap

menguasai rumah tersebut tanpa ada teguran dari pemilik yang

menyewakan, maka penyewa tetap dianggap meneruskan penguasaan

rumah atas dasar sewa-menyewa dengan syarat-syarat yang sama

untuk waktu yang ditentukan menurut kebiasaan setempat. Jika

pemilik ingin menhentikan sewa-menyewa tersebut ia harus

memberitahukan kepada penyewa menurut kebiasaan setempat.

c) Perjanjian memberi kuasa (lastgeving) yang diatur dalam Pasal 1814

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pemberi kuasa dapat menarik

kembali kuasanya, apabila ia menhendakinya.

d) Perjanjian penerima kuasa (lasgeving) yang diatur dalam pasal 1817

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, penerima kuasan dapat

membebaskan diri dari kuasa yang diterimanya dengan

memberitahukan kepada pemberi kuasa.

3) Pelaksanaan dengan itikad baik

Menurut Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (tegoeder

trouvi). Norma ini merupakan salah satu sendi yang terpenting dari hukum

perjanjian.

Istilah itikad baik ada dua macam pengertian yaitu sebagai ukuran

subjektif dan ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian itu. Hal

tersebut mengandung arti bahwa pelaksanaan perjanjian itu harus

mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Setiap perjanjian

Page 29: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

harus dilengkapi dengan aturan-aturan, undang-undang dan adat kebiasaan

di suatu tempat di samping kepatutan.Perjanjian tidak hanya mengikat

terhadap hal-hal yang secara tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga

untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang. Atas dasar hal ini, kebiasaan

juga ditunjuk sebagai sumber hukum disamping undang-undang.

Kebiasaan tersebut ikut menentukan hak dan kewajiban para pihak

dalam perjanjian, tetapi kebiasaan tersebut tidak boleh mengesampingkan

undang-undang. Dengan kata lain undang-undang tidak dapat

dikesampingkan oleh adapt kebiasaan yang menyimpang dari ketentuan

undang-undang tersebut. Hal yang diperjanjikan untuk dilaksanakan,

dinamakan prestasi. Prestasi dapat diartikan sebagai pemenuhan kewajiban

bila dilaksanakan membuat suatu janji (promise) untuk memenuhi prestasi.

e. Berakhirnya Perjanjian

Dalam suatu perjanjian kita harus tahu kapan perjanjian itu berakhir.

Perjanjian dapat berakhir karena:

1) Ditentukan dalam perjanjian oleh pihak, misalnya persetujuan yang

berlaku untuk waktu tertentu.

2) Ditentukan oleh undang-undang mengenai batas berlakunya suatu

perjanjian, misalnya menurut Pasal 1066 ay at (3) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata disebutkan bahwa para ahli waris dapat mengadakan

perjanjian untuk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan pemecahan

harta warisan, tetapi waktu persetujuan tersebut oleh ayat (4) dibatasi

hanya dalam waktu limatahun.

3) Ditentukan oleh para pihak atau undang-undang bahwa perjanjian akan

hapus dengan terjadinya peristiwa tertentu. Misalnya jika salah satu pihak

meninggal dunia, maka perjanjian tersebut akan berakhir. Hal ini terdapat

dalam:

Page 30: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

a) Perjanjian perseroan, Pasal 1646 ayat (4) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata;

b) Perjanjian pemberian kuasa, Pasal 1813 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata;

c) Perjanjian kerja, Pasal 1603 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

4) Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging). Opzegging dapat

dilakukan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak. Opzegging hanya

ada pada perjanjian-perjanjian yang bersifat sementara, misalnya:

a) Perjanjian kerja;

b) Perjanjian sewa-menyewa.

c) Perjanjian hapus karena putusan hakim.

d) Tujuan perjanjian telah tercapai.

e) Berdasarkan kesepakatan para pihak (heroeping) (R.Subekti,

1995:56).

2. Tinjauan tentang Kredit

a. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “creder” yang berarti

percaya. Dasar dari kredit adalah adanya kepercayaan. Pihak bank selaku

pemberi kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur)

sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik

menyangkut jangka waktu, prestasi maupun kontraprestasinya (Muhamad

Djumhana, 1996:229).

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan dalam Pasal 1 butir (1) adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

Page 31: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu dengan pemberian bunga.

b. Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas

kredit adalah sebagai berikut:

1) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan dari pemberi kredit

bahwa prestasi yang diberikannya, baik dalam bentuk uang, barang

atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu

tertentu di masa yang akan datang.

2) Tenggang Waktu

Tenggang waktu adalah suatu inasa yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada

masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung

pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang ada sekarang lebih tinggi

nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3) Degree of risk

Degree of risk yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari

Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya,

karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu,

maka masih terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat

diperhitungkan dengan adanya unsur risiko maka timbul jaminan

dalam pemberian kredit.

4) Prestasi

Prestasi atau objek kredit jumpai dalam praktek perkreditan

adalah dalam bentuk uang (Thomas Suyatno, 1995:12-13).

Page 32: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang

hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri.

Tujuan pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi bank tersebut

didirikan. Dalam prakteknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai

berikut:

1) Mencari keuntungan

2) Membantu usaha debitor

3) Membantu pemerintah

Selain memiliki tujuan, pemberian suatu fasilitas kredit juga

memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit tersebut antara lain :

1) Meningkatkan daya guna uang

2) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3) Meningkatkan daya guna barang

4) Meningkatkan peredaran barang

5) Sebagai alat stabilitas ekonomi

6) Meningkatkan kegairahan berusaha

7) Meningkatkan pemerataan pendapatan

8) Meningkatkan hubungan internasional (Kasmir, 2004:105-109)

d. Jenis-jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi:

1) Dilihat dari segi Kegunaan

a) Kredit Investasi

Kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha

atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan

rehabilitasi. Contoh kredit untuk membangun pabrik atau membeli

mesin-mesin.

Page 33: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

b) Kredit Modal Kerja

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan produksi dalam

operasionalnya. Contoh kredit untuk membeli bahan baku,

membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan

dengan proses produksi perusahaan.

2) Dilihat dari segi Tujuan Kredit

a) Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau

produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan

barang atau jasa, contoh kredit untuk membangun pabrik yang

nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian menghasikan

produk pertanian dan kredit pertambangan menghasilkan bahan

tambang.

b) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang atau jasa yang

dihasilkan, karena memang untuk dipakai oleh seseorang atau

badan usaha, contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi,

kredit perabotan rumah tangga.

c) Kredit Perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk

membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari

hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering

diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan

membeli barang dalam jumlah besar, contoh kredit ekspor dan

impor.

3) Dilihat dari segi Jangka Waktu

a) Kredit Jangka Pendek

Page 34: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun

atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan

modal kerja, contoh untuk peternakan misal kredit peternakan

ayam, untuk pertanian misal tanaman padi.

b) Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya antara 1 tahun sampai 3 tahun dan

biasanya untuk investasi, contoh kredit untuk pertanian, misal

tanamanjeruk.

c) Kredit Jangka Panjang

Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang, yakni

di atas 3 tahun atau 5 tahun dan biasanya untuk investasi Jangka

panjang, contoh untuk tekstil berupa pembelian mesin, kredit

konsumtif untuk perumahan.

4) Dilihat dari segi Jaminan

a) Kredit Dengan JaminanKredit yang diberikan dengan suatu

Jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau

tidak berwujud atau jaminan orang. Setiap kredit yang dikeluarkan

akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.b)

Kredit Tanpa JaminanKredit yang diberikan tanpa jaminan barang

atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek

usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur

selama ini.

5) Dilihat dari segi Sektor Usaha

a) Kredit Pertanian

Kredit untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka

panjang.

b) Kredit Peternakan

Page 35: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Kredit jangka pendek untuk peternakan ayam, kambing

dan sebagainya.

c) Kredit Industri

Kredit untuk membiayai industri kecil, menengah dan besar.

d) Kredit Pertambangan

Kredit untuk jenis usaha tambang yang dibiayainya dalam

bentuk kredit jangka panjang seperti tambang emas, minyak atau

timah.

e) Kredit Pendidikan

Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan

prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para

mahasiswa.

f) Kredit Profesi

Kredit yang diberikan kepada para profesional, seperti

dosen, dokter atau pengacara.

g) Kredit Perumahan

Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian

perumahan.

h) Sektor-sektor lainnya (Johannes Ibrahim, 2004:96-98)

e. Prinsip-nrinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu kredit diberikan, pihak bank wajib mempunyai

keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan

kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai

dengan yang diperjanjikan (Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor: 10

Tahun 1998). Keyakinan tersebut dapat diperoleh dengan melakukan

analisa kredit dengan memintakan berbagai persyaratan yang harus

dipenuhi oleh calon penerima kredit

Page 36: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

3. Tinjauan Umum Tentang Jaminan

a. Pengertian Jaminan

Secara umum hukum jaminan adalah keselurahan dari ketentuan-

ketentuan yang mengatur tentang jaminan di dalam pemberian kredit.

Sedangkan jaminan ialah sesuatu yang menimbulkan keyakinan bahwa

debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang

timbul dari suatu perikatan (Hartono Hadi Soeprapto, 1984:50).

Berdasarkan pengertian di atas, jaminan merupakan sesuatu yang

mempunyai nilai mudah diuangkan yang dengan janji sebagai jaminan

untuk pembayaran dari kewajiban debitur yang ada. Adanya jaminan

tersebut memang diperlukan oleh kreditur. Kredit yang diberikan akan

lebih aman dalam pelunasannya bila disertai adanya suatu jaminan,

dengan demikian fungsi jaminan dalam pemberian kredit adalah penting

sekali karena memberikan hak dan kekuasaan pada bank (kreditur) untuk

mendapatkan pelunasan dari barang-barang kaminan tersebut bila debitur

ingat janji dalam membayar kembali hutang pada waktu yang telah

ditentukan dalam perjanjian.

b. Bentuk-bentuk Jaminan

Bentuk jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1) Jaminan yang timbul dari undang-undang, dan

2) Jaminan yang timbul dari atau perjanjian (Hartono

Hadisoeprapto, 1984:5)

Jaminan yang timbul dari undang-undang dimaksudkan adalah

bentuk-bentuk jaminan yang adanya telah ditentukan oleh suatu undang-

undang. Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi

sebagai berikut: ”Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak

maupun tidak bergerak, baik yang sudah maupun baru akan ada di

kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan

perseorangan.” Dengan ketentuan undang - undang seorang kreditur telah

Page 37: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

diberikan jaminan yang berupa harta benda dari milik debitur tanpa

khusus diperjanjikan terlebih dahulu, namun dengan jaminan semacam itu

kedudukan kreditur hanyalah merupakan kreditur konkoren saja terhadap

seluruh kekayaan debitur.

Jaminan yang timbul dari undang-undang juga diatur dalam Pasal

1131 kitab Undang-Undang Hukuni Perdata adalah sebagai berikut:

”Kebendaan terebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang

yang mengutangkan kepadanya pendapatan penjualan benda-benda itu

dibagi-bagi menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang

masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-

alasan yang sah untuk didahulukan.”

Berdasarkan ketentuan-ketentuan Pasal 1131 pada kalimat terakhir

yang berbunyi kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-

alasan yang sah untuk didahulukan, maka antara kreditur dan debitur

dapat membuat perjanjian jaminan secara khusus, sehingga dapat

memberikan alas an bagi kreditur untuk mendapatkan hak

didahulukan/preferensi dalam pembayaran piutangnya.

Bentuk jaminan yang timbul karena perjanjian yang dibuat khusus

dengan kreditur dan debitur itu dapat dibedakan antara bentuk jaminan

yang bersifat kebendaan dan yang bersifat perorangan.

1) Jaminan yang bersifat kebendaan

Jaminan yang bersifat kebendaan dapat diadakan antara

kreditur dengan debiturnya, tetapi juga dapat dibedakan antara

kreditur dengan seseorang ketiga yang menjamin dipenuhinya

kewajiban-kewajiban si berhutang (debitur) (R. Subekti, 1996: 17).

Jaminan yang bersifat kebendaan berupa hak mutlak atas suatu

benda tertentu dari debitur yang dapat dipertahankan pada setiap

orang. Jaminan ini mempunyai ciri-ciri:

a) Mempunyai hubungan langsung atas bendanya;

Page 38: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

b) Dapat dipertahankan kepada siapapun;

c) Selalu mengikuti bendanya (droit de surte);

d) Yang lebih tua mempunyai kedudukan yang lebih tinggi;

e) Dapat diperalihkan kepada orang lain. (J. Satrio, 1993:13).

Atas dasar ciri-ciri tersebut maka jaminan pada jaminan

kebendaan harus benda yang dapat dialihkan dan mempunyai nilai jual

(ekonomis), pemberian jaminan kebendaan selalu berupa

menyendirikan suatu bagian dari kekayaan seseorang si pemberi

jaminan dan menyediakan guna pemenuhan pembayaran hutang

seorang debitur tersebut dapat berupa kekayaan sendiri (debitur) atau

kekayaan seorang ketiga.

Penyendirian atau penyidiaan secara khusus itu diperuntukan

bagi keuntungan seorang kreditur tertentu yang telah memintanya,

karena apabila tidak ada penyendirian atau penyediaan secara khusus

bagian dari kekayaan tadi, seperti halnya dengan seluruh kekayaan si

debitur dijadidkan jaminan untuk pembayaran semua hutang debitur,

dengan demikian, pemberian jaminan kebendaan pada seorang kreditur

tertentu memberikan kepada kreditur tersebut suatu preferensi atau hak

didahulukan terhadap para kreditur lainnya.

Jaminan kebendaan meliputi barang bergerak, barang tetap

(tak bergerak), barang tak berwujud (piutang). Memberikan suatu

barang dalam jaminan berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas

barang itu. Pada asasnya yang harus dilepaskan adalah kekuasaan

untuk memindahkan hak milik atas barang itu dengan cara apapun juga

(menjual, menukarkan, menghibangkan. Untuk barang-barang

bergerak cara paling efektif untuk mencegah barang itu dipindahkan

hak miliknya oleh debitur adalah menarik barang itu dari kekuasaan

fisik debitur maka dalam gadai (pand) telah ditetapkan oleh Pasal 1152

Page 39: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

ayat(2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa barang yang

diberikan dalam gadai harus ditarik dari kekuasaan (fisik) si debitur).

Untuk barang tetap (tak bergerak) penguasaan fisik atas

barangnya tidak relevan untuk pemindahan hak milik, tetapi

menentukan untuk itu adalah suatu perbuatan adminstratif yang

memindahkan hak milik ini.

2) Jaminan yang bersifat perorangan

Jaminan yang bersifat perorangan adalah selalu suatu perjanjian

antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang

menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang (debitur)

(R.Subekti, 1996: 4), ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa)

pengetahuan si berhutang tersebut, atau juga dapat berarti pihak ketiga

guna kepentingan kreditur mengikatkan diri untuk memenuhi hutang

dari debitur, manakala debitur tidak memenuhi janjinya.

Dalam Jaminan perorangan selalu dimaksudkan bahwa untuk

pemenuhan kewajiban-kewajiban si berhutang yang dijamin

pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian (jumlah) tertentu,

harta benda si penanggung (penjamin) dapat disita dan dilelang

menurut ketentuan-ketentuan pelaksanaan (eksekusi) putusan-putusan

pengadilan. Mengingat pada sifatnya yang assesoir maka seorang

penanggung diberikan hak istimewa untuk supaya si berhutang utama

(debitur) terlebih dahulu dilelang sita harta kekayaannya, meskipun

hak istimewa boleh ditiadakan dan memang dalam praktik sering

ditiadakan. Juga kepada seorang penanggung bersama-sama

menganggung pembayaran satu hutang, untuk diadakannya

”pemecahan” atau pembagian beban tanggungannya. Dalam hal

beberapa orang itu bersama-sama menanggung pemenuhan hutang

tersebut sepenuhnya, dapat dituntut pembagian sama rata dalam hal

kewajiban penanggungan dibatasi sampai suatu jumlah tertentu dapat

dituntutnya pembagian menurut imbangan jumlah-jumlah pembatasan

Page 40: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

tersebut. Hal ini seringkali dalam praktik sering ditiadakan jika hak-

hak istimewa untuk menuntut ditiadakarmya pembagian atau

pemecahan ini ditiadakan maka semua penanggung berkedudukan

seperti seorang debitor tanggung-menanggung sehingga masing-

masing dapat dituntut untuk membayar seluruh hutang yang

ditanggungnya.

Lembaga jaminan perorangan ini dari dulu sampai sekarang

tidak mengalami perkembangan. Oleh karena tuntutan kreditur

terhadap seorang penanggung tidak diberikan suatu privilege atau

kedudukan istimewa di atas tuntutan-tuntutan kreditur lainnya dari si

penanggung, maka jaminan perorangan ini tidak banyak berguna bagi

dunia perbankan.

c. Macam-macam Jaminan

Dalam praktik perbankan di Indonesia jaminan yang sering dipakai

adalah jaminan kebendaan yang meliputi:

1) Gadai atau Pand

Dasar hukum dari pand adalah terdapat di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata Buku II tentang Pasal 1150 sampai dengan 1160

butir ke-20. Pengertian pand sebagaimana dirumuskan di dalam Pasal

1150 KUHPerdata adalah sebagai berikut:

”Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang (kreditur) atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang (debitur) atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutan itu untuk mengambil pelunasan barang-barnag bergerak tersebut secara didahulukan dari ada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara barang itu. Biaya-biaya mana harus didahulukan”.

Objek gadai adalah benda bergerak baik itu benda yang berwujud

maupun tidak berwujud sehingga cara untuk mengadakan pengikatan

gadai juga berbeda persyaratannya tergantung pada jenis benda apa yang

digadaikan itu. Namun demikian, ada persyaratan umum yang harus

Page 41: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

dipenuhi pada setiap penggadaian benda-benda yaitu harus ada perjanjian

gadai dengan benda yang digadaikan itu harus diserahkan oleh debitur

(pemberi gadai) kepada kreditur pemegang gadai.

Hapusnya hak gadai dapat terjadi karena:

a) Hapusnya perikatan pokok;

b) Karena benda gadai keluar dari kekuasaan pemegang gadai;

c) Karena musnahnya benda gadai;

d) Karena penyalahgunaan benda gadai;

e) Karena pelaksanaan eksekusi;

f) Karena kreditur melepaskan benda gadai secara sukarela;

g) Percampuran.

2) Fidusia

Menurut sejarahnya fidusia berasal dari Belanda, yaitu dengan

adanya arrest 25 Januari 1929. Arrest ini kemudian menjadi dasar hukum

dalam arrest berikutnya, seperti keputusan HR 3 Januari 1941, NJ.

1941,470.

Dari arrest ini dapat disimpulkan bahwa perjanjian di mana salah

satu pihak mengikatkan diri untuk menyerahkan barang miliknya sebagai

jaminan merupakan title yang sempurna dari penyerahan, walaupun

penyerahan nyata tidak terjadi. Penyerahan di sini bersifat abstrak.

Perjanjian ini tidak berlaku jika diselubungi dengan perjanjian jual beli.

Selanjutnya yurisprudensi yang pertama di Indonesia mengenai

fidusia ialah dengan adanya arrest Hoogee recht shop tanggal 18 Agustus

1932. Yurisprudensi ini sebagai jalan keluar yang ditempuh pengadilan

untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam hak gadai menurut

KUHPerdata dalam hubungannya dengan esensi penguasaan benda oleh

pemegang gadai.

Page 42: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Dalam perkembangan selanjutnya timbul kebutuhan-kebutuhan

baru dalam masyarakat yang belum diatur dalam undang-undang.

Khususnya kebutuhan akan jaminan fidusia, di mana benda yang

dijaminkan masih dibutuhkan untuk mengembangkan dan melanjutkan

usahanya. Maka untuk Itu kemudian dibentuk Undang-Undang No. 41

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Menurut Pasal 1 Undang-Undang

No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia bahwa fidusia adalah

pengaliahan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan

ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap

dalam penguasaan pemilik benda.

Lembaga jaminan fidusia dibentuk dengan maksud bahwa

peminjam menyerahkan hak miliknya atas benda jaminan itu secaa

kepercayaan. Dengan adanya jaminan fidusia maka hubungan hukum yang

terjadi antara debitur pemberi fidusia dan kreditur penerima fidusia

merupakan hubungan hukum yang berdasarkan kepercayaan. Pemberi

fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan hak miliknya

yang diserahkan kepadanya setelah debitur melunasi hutangnya.Kreditur

sebagai penerima fidusia juga percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan

menyalahgunakan barang jaminan yang ada dalam kekuasaannya.

Sifat-sifat hukum fidusia adalah sebagai berikut:

a) Fidusia adalah hak kebendaan

Hak kebendaan ini adalah absolut, artinya hak ini dapat

dipertahankan terhadap setiap orang. Pemegang hak itu berhak

menuntut setiaporang yang mengganggu haknya. Setiap orang

berhak menghormati hak itu.

Hak kebendaan mempunyai zaaksgevolg (droit de

suite), artinya hak itu mengikuti bendanya di dalam tangan

siapapun benda itu berada. Di dalam karakter ini terkandung

asas hak yang tua didauhulukan dari hak yang muda (droit de

Page 43: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

preference). Karena ada beberapa hak kebendaan yang

diletakkan di atas suatu benda maka kekuatan hak itu

ditentukan oleh urutan waktu. Hak kebendaan memberikan

wewenang yang luas kepada pemiliknya dan hak kebendaan

jangka waktunya tidak terbatas (Mariam Darus Badrul Zaman,

1984: 5).

Hak fidusia yang diperoleh kreditur merupakan hak

kebendaan yang bersifat memberikan jaminan yang dapat

dipertahankan terhadap siapapun juga. Tujuan sifat kebendaan

di sinilah untuk memberikan jaminan bagi pemegang fidusia

bahwa di kemudian hari piutangnya past! dibayar dari nilai

barang jaminan.

b) Fidusia adalah hak accessoir

Fidusia ini adalah bersifat accessoir adanya tergantung

kepada perjnjian pokok yang biasanya berupa perjanjian

peminjaman uang pada bank. Di dalam praktik perbankan

perjanjian fidusia ini sering diadakan sebagai tambahan

jaminan pokok manakala jaminan pokok itu dianggap kurang

memenuhi. Adakalanya fidusia juga diadakan secara tersendiri

dalam arti tidak sebagai tambahan jaminan pokok, yaitu

sebagaimana yang sering dipakai oleh pedagang kecil atau

pengecer sebagai jaminan kredit mereka yang dimintakan pada

bank (Sri Soedewi M.S, 1982:26). Fidusia ini bukan

merupakan hak yang berdiri sendiri, tetapi adanya dan

hapusnya tergantung pada perjanjian pokok. Lahir dan

berakhirnya penyerahan hak milik secara fidusia tergantung

dari perjanjian pokok, misalnya perjanjian pinjam uang.

Page 44: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c) Fidusia adalah hak preference

Pemilik fidusia mempunyai hak preferensi jika pemberi

jaminan fidusia pailit maka benda fidusia tidak jatuh ke

dalamboedel pailit. Pemilik jaminan fidusia untuk pelunasan

hutangnya (Mariam Darus Badrulzaman, 1984: 98).

Untuk pelunasan hutangnya, kreditur fidusia

mempunyai hak untuk lebih didahulukan dari kreditur-kreditur

lainnya. Mengenai hak yang didahulukan ini dapat dita lihat

dalam Pasal 1133 KUHP Perdata, yaitu hak untuk didahulukan

diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak istimewa.

d) Parate eksekusi

Hak melakukan parate eksekusi yaitu wewenang yang

diberikan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan

piutangnya dari kekayaan debitur tanpa memiliki eksekutornya

title atau hak seseorang kreditur untuk melakukan parate

eksekusi dengan menjalankan sendiri apa yang menjadi

haknya tanpa perantara hakim. Sebagai konsekuensinya dari

penyerahan hak milik secara fidusia sebagai jaminan oleh

Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang Nomor: 42 Tahun 1999

diakui sebagai hukum jaminan kebendaan yang baru, maka

pemilik fidusia mempunyai hak melakukan parate eksekusi

(menjual dengan kekuasaan sendiri dengan benda yang

menjadi jaminan fidusia apabila debitur cidera janji). la berhak

menagih piutangnya dari hasil penjualan benda fidusia tanpa

eksekutorial title. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pemilik fidusia tidak boleh mengadakan perjanjian untuk

mendaku benda fidusia (Mariam Darus Badrulzaman,

1984:98).

Page 45: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

e) Luas hak milik fidusia

Ada 2 aliran atau pendapat mengenai luas hak milik

fidusia.Aliran yang pertama menyatakan bahwa hak milik

fidusia bersifat sempurna, sedangkan aliran yang kedua

menyatakan bahwa pemilik fidusia terbatas.

1) Pendirian kuno

Dikemukakan dalam pendirian kuno bahwa hak

milik fldusia adalah hak milik yang sempurna, berdasarkan

perjanjian fidusia itu merupakan perjanjian yang bersifat

obligator. Pendirian ini dianut pada zaman romawi yang

disebut fidusia com credit ore.Veenhoven menerima

pendirian ini dengan catatan bahwa hak milik disini bersifat

sempurna yang terbatas yakni digantungkan kepada syarat

tertentu. Untuk memiliki fidusia hak miliknya

digantungkan kepada syarat putus. Hak milik yang

sempurna baru lahir jika pemberi fidusia tidak memenuhi

kewajibannya (wanprestasi). Bagi pemberi fidusia hak

miliknya yang sempurna digantungkan pada syarat tangguh

jika ia memenuhi hutangnya demi hukum benda fidusia

kembali menjadi hak miliknya.

2) Pendirian modern

Mengemukakan bahwa perjanjian penyerahan hak

milik secara fidusia sebagai jaminan merupakan hak milik

terbatas. Perjanjian ini hanya melahirkan hak jaminan dan

bukan hak milik. Perbedaan kedua pendirian ini akan

menjadi jelas dalam hal pemilik fidusia jatuh pailit.

Menurut pendirian pertama jika pemilik fidusia pailit

seluruh kekayaan pemilik fidusia termasuk benda fidusia

jatuh ke dalam boedel pailit. Sedangkan menurut pendirian

Page 46: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

modern jika pemegang fidusia pailit benda fidusia tidak

termasuk ke dalam boedek pailit. Terhadap kedua pendirian

ini, pendirian kedua yakni pendirian modern lebih disetujui

sebab tujuan pihak-pihak dalam perjanjian fidusia bukan

menciptakan hak milik, akan tetapi jaminan saja.

3) Hak Tanggungan

Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1996 Tentang

Hak tanggungan. Undang-undang ini ditetapkan untuk

memenuhi ketentuan Pasal 51 Undang-Undang Nomor: 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

atau yang dikenal sebagai Undang-undang Pokok Agraria

(UUPA).Berlakunya Undang-Undang Hak Tanggungan

tersebut, maka ketentuan tentang Hipotik yang diatur dalam

buku II KUHP Perdata sepanjang mengenai pembebanan

Hak Tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda

yang berkaitan dengan tanah, serta ketentuan tentang

crediet verband diatur dalam staatsblad 908: 542 jo

staatsblead 1909.586 dan staatsblad 1937; 190 jo

staatsblad 1937: 191 dinyatakan tidak berlaku lagi.

3. Tinjauan Tentang Wanprestasi

a. Pengertian Wanprestasi

Dalam pelaksanaan perjanjian, dapat terjadi wanprestasi yang

berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan bersama dalam

perjanjian. Menurut Prof. Dr. Mariam Daus Badrulzaman, SH. yang

disebut dengan wanprestasi adalah ”debitur” karena kesalahan tidak

melaksanakan apa yang diperjanjikan” (Mariam Daus Badrulzaman,

1983:108).

Tidak dipenuhinya kewajiban itu dapat terjadi karena dua hal,

yaitu:

Page 47: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

1) Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan ataupun karena

kelalaian,

2) Karena keadaan memaksa (force majour), di luar kemampuan debitur.

b. Bentuk dan wujud wanprestasi

Menurut Subekti wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang

debitur dapat berupa:

1) Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi

2) Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana yang

diperjanjikan,

3) Debitur memenuhi presatsi tetapi tidak tepat waktunya (terlambat),

4) Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukan (Subekti, 1993: 49).

Pada kenyataannya, sangat sulit untuk menentukan apakah debitur

dikatakan tidak memenuhi perikatan, karena pada saat mengadakan

perjanjian pihak-pihak tidak menentukan waktu untuk melakukan suatu

prestasi tersebut.

c. Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi

Adapun akibat hukum bagi debitur yang lalai atau melakukan

wanprestasi, dapat menimbulkan hak bagi kreditur, yaitu:

1) Menuntut pemenuhan perikatan,

2) Menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan tersebut bersifat

timabal balik, menuntut pembatalan perikatan,

3) Menuntut ganti rugi,

4) Menuntut pemenuhan perikatan dengan disertai ganti rugi,

5) Menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.

Page 48: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi dapat juga disebabkan

karena keadaan memaksa (force majour). Keadaan memaksa (force majour)

yaitu salah satu alasan pembenar untuk membebaskan seseorang dari

kewajiban untuk mengganti kerugian (Pasal 1244 dan 1445 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata).

Menurut undang-undang ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk

adanya keadaan memaksa, yaitu:

1) Tidak memenuhi prestasi,

2) Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur,

3) Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepada debitur.

Pasal 1244 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi jika ada

alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan

bunga, apabila ia tidak dapat membuktikan bahwa hal tidak dilaksanakan atau

tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu, pun tidak dapat

dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itupun jika itikad buruk

tidaklah ada pada pihaknya. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat

disimpulkan bahwa kesalahan memaksa adalah suatu kejadian yang tak

terdua, di luar kesalahan pihak debitur tetapi segala akibat peristiwa itu harus

dipikulkan kepadanya karena ia telah menyanggupi atau karena

penganggungan dengan segala akibat itu termasuk dalam sifat perjanjiannya.

Dalam soal ganti rugi dan keadaan memaksa itu suatu soal yang

mendahuluinya adalah menetapkan maksud dari kedua belah pihaktentang

apakah yang menjadi kesanggupan masing-masing dan apakah suatu peristiwa

dapat diangap sebagai suatu keadaan memaksa atau tidak adalah soal yang

mengenai penilaian hasil pembuktian yang induk pada pemeriksaan kasasi

(Subekti, 1993: 57).

Page 49: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

4. Tinjauan Umum tentang pasar, Hak Pemakaian Tempat Usaha,

Pemakai Tempat Usaha

Tanah dan bangunan pasar milik Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan yang pengurusannya diserahkan

untuk dikelola berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota (OKI) Jakarta

Nomor 6 Tahun 1992 tanggal 21 Juli 1992.

Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 1992 tentang pengurusan pasar di

Daerah Khusus Ibu Kota Pasal 1 huruf a menyatakan : ”Pasar adalah suatu

tempat transaksi jual beli umum milik pemerintah daerah, tempat pedagang

secara teratur dan langsung mernperdagangkan barang dan jasa.”

Sedangkan dalam Pasal 1 huruf c dinyatakan bahwa ”pemakai tempat

usaha adalah orang atau badan hukum yang berdasarkan ijin penghunian

tempat mempunyai hak memakai tempat di pasar untuk memperdagangkan

barang dan jasa.”

Ijin pemakaian tempat usaha adalah ijin tertulis dari Gubernur atau

kepala daerah atas pemakaian tempat di pasar. Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2)

Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 1992 ditegaskan bahwa Hak Pemakaian

Tempat Usaha di pasar ditetapkan oleh direksi untuk jangka waktu 20 tahun,

Adapun asas-asas umum hukum benda dalam KUH Perdata menurut

Prof Subekti antara lain;

a. Asas tertutup, dengan ini dimaksudkan bahwa tidak dapat dibuat hak

kebendaan baru selain yang telah disebut secara limitatif dalam

Undang-Undang.

b. Asas Absolut, bahwa hak kebendaan dapat dipertahankan terhadap

siapapun. Setiap orang harus menghormati hak tersebut.

c. Dapat diserahkan, bahwa pemilikan benda mengandung wewenang untuk

menyerahkan bendanya.

Page 50: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

d. Asas mengikuti, bahwa hak kebendaan akan mengikuti bendanya di

tangan siapapun berada.

e. Asas Publisitas, bahwa pendaftaran benda merupakan bukti

kepemilikan.

f. Asas Individual, bahwa objek hak kebendaan hanya terdapat benda yang

dapat ditentukan.

g. Asas totalitas, bahwa hak milik hanya dapat diletakkan terhadap benda

secara totalitas atau secara keseluruhan dan tidak pada bagian-bagian

benda.

h. Asas Pelekatan (asorsi), yaitu asas yang melekatkan benda pelengkap pada

benda pokoknya.

i. Asas besit merupakan title sempurna, berlaku bagi benda bergerak dan

secara letak dalam Pasal 1977 KUH Perdata. Asas ini dewasa ini hanya

dapat berlaku bagi benda bergerak tidak atas nama ataupun tidak terdaftar.

Hak pemakaian diatur dalam Pasal 9 ayat (2) Perda OKI Jakarta No. 6

Tahun 1992 tentang pengurusan pasar di daerah kliusus ibu kota dengan

jangka waktu kurang lebih 20 tahun, Merupakan suatu hak untuk memakai

atas kebendaan berwujud dari tempat usaha dan bangunan pasar yang dapat

dimiliki dan dialihkan serta dapat dijadikan jaminan kredit, baik kredit modal

usaha, maupun kredit kepemilikan hak pemakaian tempat usaha.

B. Kerangka Pemikiran

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya mengeluarkan Keputusan Direksi

Nomor: 450 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Khusus

Ibukota (OKI) Jakarta Nomor; 6 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan dan

Pengembangan Pasar. Di dalam Peraturan Daerah Khusus Ibukota (OKI)

Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 disebutkan mengenai Hak Pemakaian Tempat

Usaha sebagai ijin untuk memakai tempat usaha di kios yang terdapat pada

pasar di Jakarta. Hal ini terdapat pada Pasal 1 huruf f Disebutkan ”Pemakai

Tempat Usaha adalah orang atau badan hukum yang berdasarkan ijin

Page 51: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

penghunian tempat mempunyai hak memakai tempat di pasar untuk

memperdagangkan barang dan jasa”. Hak pemakaian tempat usaha

sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat 2 Peraturan Daerah Khusus Ibukota

(OKI) Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan dan Pengembangan

Pasar merupakan suatu hak untuk memakai atas kebendaan berwujud dari

tempat usaha pada bangunan pasar yang dimiliki dan dapat dialihkan serta

dapat dijadikan jaminan kredit baik kredit modal kerja maupun kredit

pemilikan Hak Pemakaian Tempat Usaha. Hal ini sesuai dengan Pasal 10 ayat

1 dan ayat 2 Keputusan Direksi Peraturan Daerah Pasar Jaya Nomor: 450

Tahun 2003 yaitu: ”Pemakai tempat usaha dapat menjaminkan Hak

Pemakaian Tempat Usahanya yang berapa Sertiflkat Hak Pemakaian Tempat

usaha dan surat perjanjian pemakaian tempat usaha untuk memperoleh Kredit

bank setelah terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari Direksi atau pejabat

yang ditunjuk”.

Perolehan Sertiflkat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) dengan

cara mengajukan permohonan kredit pada bank dimulai melalui pembuatan

Perjanjian Kerjasama tiga pihak yaitu pedagang, bank, Perusahaan Daerah

Pasar Jaya. Perjanjian kerjasama ini merupakan perjanjian awal untuk

memulai pengadaaan fasilitas pemberian kredit bagi pedagang untuk

memperoleh Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha untuk selanjutnya

menjadi dasar pembuatan perjanjian kredit.

Terkait dengan hal tersebut maka pedagang yang hendak memiliki

sertiflkat hak pemakaian tempat usaha sebagai bentuk kepemilikan hak untuk

menggunakan tempat di pasar, dapat melakukan perjanjian kredit dengan bank

dengan catatan apabila bank telah mambayar lunas sisa pembayaran yang

belum dilakukan oleh pedagang dalam rangka untuk memperoleh sertifikat

hak pemakaian tempat usaha maka sertiflkat hak akan terlebih dahulu di tahan

oleh bank hingga utang pedagang lunas. Namun sebelum hal itu dilakukan

harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak yang tertuang dalam bentuk

perjanjian tertulis yang dibuat di hadapan notaris.

Page 52: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Apabila perjanjian itu baik dari segi formal maupun segi materialnya

telah sah menurut hukum yang berlaku maka dilakukanlah pelaksanaan

pemberian kredit sesuai dengan waktu dan cara yang telah di sepakati dalam

perjanjian pemberian kredit dengan bank. Kedua belah pihak yang

mengadakan perjanjian yang dalam hal ini antara lain adalah pedagang

(debitur) dan bank (kreditur) harus menjalankan hak dan kewajibannya

masing masing yang telah tertuang dan disepakati dalam perjanjian kredit

apabila hak dan kewajiban para pihak telah dipenuhi maka selesailah

pelaksanaan pemberian kredit. Tetapi apabila salah satu pihak melakukan

wanprestasi maka diperlukan solusi dan penyelesaian dimana ternyata

penyelesaian itu tidak hanya melihat ke perjanjian pokok yaitu perjanjian

pemberian kredit tetapi juga harus melihat menurut hukum dan aturan yang

berlaku dimana hukum itu terdapat didalam KUH Perdata sebagai sumber

hukum perdata di Indonesia dan juga Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan Fidusia khususnya. Mengingat bahwa Hak Pemakaian

Tempat Usaha merupakan produk hukum dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya maka mengenai pelaksanaan eksekusi maupun penyelesaian perkara

harus melihat juga dari Peraturan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Nomor: 6 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan dan Pengembangan Pasar juga

dari Keputusan Direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya Nomor: 450

Tahun 2003 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota

(DKI) Nomor: 6 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan dan Pengembangan Pasar.

Sehingga solusi yang didapatkan dapat bersinergis dengan hukum yang ada

dan ganti kerugian dapat mencerminkan prinsip keadilan.

Untuk lebih jelasnya lihat bagan dibawah ini:

Page 53: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Gambar 1

Alur Kerangka Pemikiran

Hak Pemakaian Tempat Usaha

Syarat penggunaan tempat usaha di pasar

di PD Pasar Jaya

Sertifikat hak pemakaian tempat usaha

Di bayar lunas oleh pedagang

Di bayar sementara oleh bank

Perjanjian kerjasama

Pelaksanaan perjanjian

Hambatan pelaksanaan

Solusi

- Perda DKI No. 6 Th. 1992 tentang pengelolaan dan pengembangan pasar

- Kep. Direksi PD Pasar Jaya No. 450 Th. 2003 tentang pelaksanaan Perda DKI No. 6 Tahun 1992 tentang pengelolaan dan pengembangan pasar

Perjanjian Pemberian kredit

Page 54: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

1. Sejarah dan Dasar Hukum Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

a. Sejarah Singkat Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, pada awalnya adalah

perusahaan pasar hasil reorganisasi di lingkungan Djawatan Perekonomian

Rakyat Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang ditetapkan melalui

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor

lb.3/2/15/66 Tanggal 24 Desember 1966, dan kemudian disahkan dengan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Ekbang 8/8/13305 Tanggal 23

Desember 1967. Seiring dengan perkembangan kota Jakarta menjadi kota

metropolitan dan persaingan usaha yang makin kompetitif, status dan

kedudukan hukum Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya ditingkatkan

dengan Peraturan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 7 Tahun

1982 dan disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

511.2331 - 181 Tanggal 19 April 1983.

Dalam upaya meningkatkan peranan Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya sebagai perusahaan daerah yang lebih profesional serta

mengantisipasi tuntutan perkembangan bisnis perpasaran di Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang makin kompetitif dan untuk

meningkatkan fungsi dan peranannya maka Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya ditetapkan kembali dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 12 Tahun 1999 Tanggal 30 Desember 1999,

dengan bergulirnya waktu pasar terus berkembang. Pada mulanya pasar

merupakan tempat bertemunya pedagang dan pembeli dan terjadinya

transaksi langsung, namun dari waktu ke waktu, dan tuntutan konsumen

pasar yang terus berubah maka pasar tidak hanya sekedar menjadi tempat

bertemunya pedagang dan konsumen serta terjadi transaksi barang riil di

Page 55: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

pasar, tetapi pasar merupakan entity business yang lengkap dan kompleks

dimana kenyamanan dan kepuasan pelanggan (consumer satisfaction)

yang menjadi tujuan utama.

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya mengelola 151 (seratus lima

puluh satu) pasar yang tersebar di seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. Total nilai asset perusahaan lebih dari 3 (tiga) triliun Rupiah.

Pasar-pasar yang dikelola banyak berlokasi di tempat yang strategis antara

lain Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Jatinegara, Pasar Burung,

Pasar Pramuka, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Pagi, Pasar Blok M, Pasar

Cipulir, Pasar Mayestik dan puluhan pasar milik Perusahaan Daerah Pasar

Jaya lainnya. Omset bisnis yang diperdagangkan diseluruh pasar yang

dikelola Perusahaan Daerah Pasar Jaya lebih dari 150 Triliun

Rupiah/Tahun dengan jumlah tempat usaha 98.507 Tempat Usaha.

Berdasarkan survei yang didukung dengan hasil wawancara

denagan Bapak Wayan Dharma Jaya S.H,M.H selaku Manager Hukum

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya setiap hari pasar dikunjungi lebih dari

2 (dua) juta pengunjung atau kurang lebih dua puluh persen penduduk

Jakarta. Hal ini merupakan satu kekuatan ekonomi bagi kota Jakarta.

Menyadari akan pentingnya peranan pasar bagi laju perekonomian daerah

maka Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya membuat berbagai produk

hukum sebagai langkah kebijakan dalam rangka melindungi kepentingan

pedagang dan pembeli. Menciptakan fasilitas yang mendukung serta

menciptakan kestabilan harga dan kelancaran distribusi barang atau jasa

dalam rangka menunjang anggaran daerah dan petumbuhan perekonomian

nasional merupakan tugas pokok Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.

Mengacu pada Pasal 9 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

(DKI) Jakarta Nomor 12 Tahun 1999 Tentang Perusahaan Daerah Pasar

Jaya, modal dasar Pasar Jaya ditetapkan sebesar Rp. 500.000.000.000,00

(lima ratus miliar rupiah ). Modal dasar tersebut yang disetor dan

dipisahkan dari kekayaan daerah sebesar Rp.327.175.929.293.09(tiga ratus

Page 56: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

dua puluh tujuh miliar seratus tujuh puluh lima juta sembilan ratus dua

puluh tiga rupiah sembilan cen)adalah merupakan modal Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya yang saat pendirian ditambah Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah dan modal yang berasal dari kekayaan pasar Inpres

yang dialihkan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dan penyertaan

modal dapat disediakan berupa aset.

b. Landasan Hukum Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

a) Landasan Hukum Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya didirikan dengan mengacu

pada Peraturan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 12 Tahun

1999 Tanggal 30 Desember 1999 Tentang Perusahaan Daerah Pasar

Jaya Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Landasan hukum

ini penting dalam rangka memberikan acuan dan dasar hukum yang

jelas untuk memenuhi kepastian hukum dan memberikan kewenangan

yang legal menurut hukum yang berlaku bagi Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya untuk melakukan tindakan hukum dan melaksanakan tugas

pokok dan fungsi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.

b) Landasan Operasional perusahaan Daerah Pasar Jaya

Dalam rangka terpenuhinya tujuan pendirian Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya maka Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

membutuhkan landasan hukum yang memberikan kewenangan

beroperasi yaitu Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota (DKI)

Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 Tanggal 21 Juli 1992 Tentang

Pengurusan Pasar di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta (disahkan

oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor 511.231-234

Tanggal 2 Maret 1993 dan SK Gubernur Propinsi Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 54 Tahun 2000 Tanggal 5 Mei 2000

Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Page 57: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c. Visi,Misi, Fungsi Perusahaan Daerah (DKI) Pasar Jaya

a) Visi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

"Menjadikan pasar tradisional dan modern sebagai sarana

unggulan dalam penggerak perekonomian daerah Provinsi Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta".

b) Misi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

"Menyediakan pasar tradisional dan modern yang bersih,

aman, nyaman dan berwawasan lingkungan serta memenuhi kebutuhan

barang dan jasa yang lengkap, segar, murah dan bersaing". Pelayanan

terbaik adalah kata kunci yang menjadi obsesi pada setiap karyawan

Perusahaan Daerah Pasar Jaya di semua lini organisasi. Setiap

karyawan menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya melaksanakan

tugas adalah bagian dari pelayanan kepada masyarakat.

c) Tugas pokok Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

Mengacu pada Pasal 9 Peraturan Daerah Propinsi Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 12 Tahun 1999 Tentang

Perusahaan Daerah (PD) Pasar jaya, maka yang menjadi tugas pokok

melaksanakan pelayanan umum dalam bidang perpasaran, meliputi :

1) Membina pedagang pasar

2) Ikut menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang

dan jasa.

d) Fungsi Peusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

Mengacu pada ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 12 Tahun 1999 tentang Perusahaan

Daerah Pasar Jaya dalam melaksanakan tugas pokok memiliki fungsi :

Page 58: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

1) Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan

pengawasan bangunan pasar.

2) Melakukan pengelolaan pasar dan fasilitas perpasaran.

3) Melakukan pembinaan pedagang pasar.

4) Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi

barang dan jasa.

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya dapat mengadakan kerjasama dengan badan

hukum lain baik pemerintah maupun swasta. Terkait dengan hal

tersebut Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dapat melakukan

diversifikasi usaha dengan persetujuan Dewan.

2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan asset terpenting bagi

perusahaan, maju mundurnya perusahaan sangat tergantung dengan

kualitas SDM, teamwork, dan komitmen dalam berorganisasi serta strategi

jitu perusahaan dalam menangkap peluang dan memenangkan setiap

persaingan yang dihadapi. Salah satu program utama dalam bidang

organisasi adalah restrukturisasi dan pengurangan jumlah karyawan serta

pendelegasian tugas dan tanggung jawab secara tepat dan proporsional.

Sistem pengelolaan pasar yang semula berdasarkan pendekatan wilayah

kotamadya (5 wilayah) diubah menjadi berdasarkan letak geografis

yaitu (20 Area).

Program restrukturisasi berjalan mulus dan dapat mengurangi

beban operasional serta meningkatkan kesejahteraan karyawan yang

diimbangi dengan meningkatnya produktivitas kerja. Pada awal tahun

2007 jumlah karyawan 1.876 orang, seiring dengan adanya karyawan

yang pensiun, meninggal dunia atau yang mundur atas permintaan sendiri.

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dipimpin oleh 4 (empat) orang

Direktur yang terdiri atas Direktur Utama, Direktur Administrasi,

Page 59: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Direktur Operasi dan Direktur Perencanaan & Hukum yang masing-

masing bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta melalui Badan Pengawas Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Kepala

Satuan Pengawasan Intern, 7 (tujuh) Manager Divisi dan 19 (sembilan

belas) Manager Area serta 1 (satu) Unit Strategic Business Unit / Unit

Usaha Perpakiran.

Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Pasar Jaya dapat

dijelaskan dalam bagan di bawah :

Page 60: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Bagan 1

Page 61: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Struktur organisasi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

menunjukkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab masing-masing

bagian (bagan struktur organisasi terdapat dalam lampiran). Adapun

struktur organisasi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya terdiri dari :

a. Dewan Pengawas

1) Dewan Pengawas mengadakan pengawasan terhadap semua

kegiatan pelaksanaan tugas Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.

2) Pengawasan dapat dilakukan dengan cara :

a) Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

b) Sewaktu-waktu dipandang perlu menurut pertimbangan Dewan

Komisaris dalam menjalankan tugasnya.

3) Memberikan saran pendapat kepada Direksi mengenai rencana

kerja dan anggaran Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya serta

perubahannya.

4) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya serta menyampaikan hasil penilaian

kepada Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dengan

tembusan Direksi.

5) Menyampaikan laporan kepada Gubernur Daerah Khusus Ibukota

(DKI) Jakarta sesuai dengan pedoman penyusunan.

6) Menyelenggarakan rapat Dewan Pengawas dengan Direksi.

Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur dan

dengan ketentuan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan paling

banyak 4 (empat) orang.

b. Direksi

1) Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dipimpin oleh Direksi yang

terdiri dari seorang Direktur Utama, Direktur Administrasi,

Direktur Operasi dan Direktur Perencanaan dan Hukum. Direksi

diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Rapat Umum

Page 62: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Pemegang Saham untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat

diangkat kembali.

2) Sebelum surat pengangkatan Direksi ditetapkan terlebih dahulu

dimintakan pertimbangan dari Gubernur.

3) Permintaan pertimbangan dimaksud dilampirkan persyaratan-

persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Menetapkan tata tertib Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya sesuai

dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku

5) Menyampaikan laporan kepada gubernur sesuai dengan pedoman

penyusunan laporan.

6) Memimpin, mengelola Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dan

bertanggung jawab atas kekayaannya.

7) Menyelenggarakan ketatalaksanaan Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

8) Membuat rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja.

9) Mewakili perusahaan ke luar dan ke dalam pengadilan secara

bersama-sama atau dapat menunjuk salah satu anggota direksi.

10) Membina kerja sama yang baik dengan instansi yang baik dengan

instansi lain.

11) Mengangkat dan memberhentikan karyawan Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya.

12) Direktur utama bertanggung jawab kepada gubernur

13) Direktur Administrasi dan Direktur Operasi serta direktur

perencanaan dan hukum bertanggung jawab kepada Direktur

Utama

Dalam melaksanakan tugasnya Direksi dibantu oleh:.

a) Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Tugasnya antara lain :

1. Melakukan audit atas keuangan dan kekayaan Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya.

Page 63: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

2. Meneliti pembenaran laporan keuangan, neraca dan

perhitungan laba rugi.

3. Melakukan pengawasan-pengawasan terhadap pelaksanaan

tugas dan tata kerja organisasi.

4. Mengadakan pengawasan-pengawasan terhadap operasional

terutama yang menyangkut solvabilitas, liquiditas, atau

rehabilitas dan rasio-rasio keuangan yang lain dalam rangka

selalu menjaga nilai kesehatan perusahaan yang optimal.

5. Membuat laporan hasil pemeriksaan kepada Direktur Utama.

6. Mengurus dan mengelola piutang-piutang yang telah

diputuskan direksi.

7. Menyampaikan saran dan pendapat kepada direksi.

8. Mengadakan pengawasan, pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja.

9. Mengadakan pengawasan-pengawasan terhadap kegiatan-

kegiatan umum terutama yang menyangkut liquiditas dan

ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku.

b) Manager Area

Manager Area adalah pejabat yang ditunjuk oleh direksi untuk

mengurusi keperluan pasar-pasar yang termasuk kedalam pengurusan

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dalam rangka untuk membantu

hal-hal yang diperlukan direksi. Menager area diletakkan dan

ditempatkan di masing-masing pasar yang ada di Jakarta. Fungsinya

adalah memberikan laporan mengenai perkembangan pasar dan

mengembangkan pasar.

Page 64: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c) Manager Divisi

Manager Divisi adalah kepala masing-masing divisi ,yang

merupakan bagian/ komponen dari setiap bagian satuan kerja yang di

kepalai direktur bagian yang bertanggung jawab kepada direktur

utama.

1. Direktur bagian administrasi adalah kepala dari satuan

Administrasi yang terdiri atas:

a. Divisi hukum dan humas

b. Divisi sumber daya manusia

c. Divisi keuangan

2. Direktur opersaional adalah kepala dari satuan Operasional yang

terdiri dari:

a. Divisi Usaha

b. Divisi Tekhnik

3. Direktur Perncanaan dan hukum adalah kepala dari satuan

perencanaan dan hukum yan tediri atas:

a. Divisi Perencanaan

b. Divisi Hukum dan Kantib

Ketentuan hukum yang ada yaitu Peraturan Daerah Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor: 6 tahun 1992 Tentang

Pengurusan Pasar di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

menetapkan bahwa dalam hal wewenang pengurusan pasar adalah

direksi. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1992 butir

kesatu disebutkan bahwa direksi adalah Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya. Direksi bertugas untuk menetapkan tempat-tempat sebagai

pasar, pembagian tempat dalam pasar, penggunaan areal dalam pasar,

jam buka dan tutupnya pasar dan batas wilayah pasar.

Page 65: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya mengelola 151 (seratus lima

puluh satu) pasar yang tersebar di seluruh wilayah Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta. Total nilai asset perusahaan lebih dari 3 (tiga)

triliun Rupiah. Pasar pasar yang dikelola banyak berlokasi di tempat

yang strategis antara lain Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar

Jatinegara, Pasar Burung, Pasar Pramuka, Pasar Induk Kramat Jati,

Pasar Pagi, Pasar Blok M, Pasar Cipulir, Pasar Mayestik dan puluhan

pasar milik Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya lainnya.

B. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha Di Lingkungan Perusahaan Daerah (PD)

Pasar jaya

Perjanjian kredit merupakan perikatan antara dua pihak atau lebih yang

menggunakan uang sebagai objek dari perjanjian, jadi dalam perjanjian kredit

ini titik beratnya adalah pemenuhan prestasi antara para pihak yang

menggunakan uang sebagai objek atau sesuatu yang dipersamakan dengan

uang. Kredit menurut ketentuan Undang-undang Perbankan yaitu Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (selanjutnya disebut

Undang-Undang Perbankan), adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

unluk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.

Kredit bank dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) merupakan bentuk jenis kredit yang diberikan oleh Pihak Bank

kepada para pedagang yang hendak memiliki kios dipasar Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya. Jenis kredit ini diadakan dan direkomendasikan oleh

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dengan pihak bank dalam rangka

memberikan kemudahan bagi pedagang untuk mendapatkan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU), sebagai syarat mutlak untuk

Page 66: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

mendapatkan hak pemakaian kios sebagai tempat usaha dipasar dibawah

pengurusan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Kredit ini akan digunakan

untuk melunasi pembelian Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

sebagai bukti kepemilikan kios.

Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) merupakan hak untuk

memakai atas kebendaan berwujud dari tempat usaha pada bangunan pasar,

sesuai ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan Direksi Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya Nomor 450 Tahun 2003 bahwa Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) dapat dijaminkan oleh Pemakai Tempat

kepada Bank untuk memperoleh kredit, setelah terlebih dahulu mendapat ijin

tertulis/ referensi dari Direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Referensi

ini diperlukan karena baik tanah dan bangunan atas obyek hak tersebut

merupakan milik Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya sehingga apabila pada

suatu saat terjadi wanprestasi atas pelaksanaan pengembalian kredit

diperlakukan tetentuan-ketentuan perpasaran yang berlaku oleh pemilik asset.

Perjanjian pemakaian tempat usaha antara Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

dengan para pedagang, mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak

yang berkaitan dengan Hak Pemakaian Tempat Usaha, baik pada bangunan

yang baru dibangun maupun bangunan lama yang sudah ada dan salah satu

diantaranya yang diatur adalah mengenai pembelian/penebusan harga hak

pemakaian tempat usaha untuk jangka waktu tertentu dan atau selama-

lamanya untuk masa pemakaian 20 (dua puluh) tahun.

Kredit dengan jaminan Sertikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) hanya diberikan bagi calon pedagang yang hendak berdagang di

pasar Perusahan Daerah (PD) Pasar Jaya. Artinya bahwa kredit ini hanya

diberikan kepada pedagang yang hendak melunasi pembayaran Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) sebagai bukti kepemilikan kios di pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Dengan mengajukan permohonan kredit

kepada bank maka Pedagang akan mendapatkan bantuan kredit untuk

melunasi pembelian Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

Page 67: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

karena tanpa melunasi Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

maka pedagang tidak dapat melakukan kegiatan perdagangan di pasar-pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Setelah pedagang memperoleh kredit dari

bank maka pedagang dapat langsung menggunakan kredit yang diberikan oleh

Bank untuk melunasi pembelian Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU). Pelunasan pembayaran tersebut selanjutnya akan di tindak lanjuti

oleh pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dengan mengeluarkan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU), tetapi oleh Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

tersebut akan diberikan langsung kepada bank karena berdasarkan perjanjian

kerjasama dan perjanjian kredit dinyatakan bahwa dengan adanya perjanjian

kredit maka Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) akan di

pegang oleh Bank sebagai jaminan. Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) akan dipegang kembali oleh pedagang jika sudah melunasi kredit

yang telah diberikan oleh bank sesuai dengan mengikuti aturan yang tertuang

didalam perjanjian kredit. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai kreditur

kepada pedagang sebagai debitur selalu dilakukan dengan membuat suatu

perjanjian. Mengenai bentuk perjanjian ini tidak ada bentuk yang pasti, karena

tidak ada peraturan yang mengaturnya, tapi yang jelas perjanjian kredit selalu

dibuat dalam bentuk tertulis dan mengacu pada Pasal 1320 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (KUHPdt) tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.

Bank selaku kreditur dalam memberikan fasilitas kredit kepada para

pemakai tempat usaha / pedagang pasar selalu didahului dengan adanya ikatan

hukum berupa perjanjian pemberian kredit atau perjanjian kredit dengan

berpedoman pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu Pasal 1313

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1320 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Mengingat belum ada peraturan yang secara khusus mengatur tentang

perjanjian kredit. Asas yang melandasi timbulnya perjanjian kredit adalah asas

kebebasan berkontrak. Dalam penulisan hukum (skripsi) ini penulis

Page 68: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

menggunakan Bank DKI sebagai bank daerah yang berperan menjadi mitra

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dalam hal pemberian faslitas kredit.

Selanjutnya Bank Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan di sebut sebagai Bank

DKI.

Sesuai ketentuan Pasal 6 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 12 Tahun 1999 Tentang Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya ditetapkan bahwa tugas Pokok Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya adalah melaksanakan pelayanan umum dalam bidang perpasaran,

membina pedagang pasar, ikut membantu menciptakan stabilitas harga dan

kelancaran distribusi barang dan jasa di pasar.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa salah

satu fungsi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya adalah melakukan pembinaan

pedagang pasar (Pasal 7 butir C Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta Nomor: 12 Tahun 1999).

Pembinaan pedagang ini dilakukan oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, membantu mendapatkan

fasilitas kredit perbankan, baik untuk modal usaha maupun kredit investasi

pemilikan tempat usaha. Pembangunan pasar untuk penyediaan tempat usaha

pedagang pasar dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota

(DKI) Jakarta dan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, baik dengan dana

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya maupun melalui kerjasama dengan Pihak

Ketiga (Pengembang Swasta). Dalam praktek perbankan setiap pemberian

kredit, Bank DKI sebagai kreditur selalu meminta benda sebagai jaminan atas

pemberian kredit tersebut yaitu untuk memberikan rasa aman bagi kreditur

yaitu bank dalam hal pengembalian kredit yang dipinjam. Rasa aman ini

sangat penting untuk memberikan keyakinan bagi pemberi modal bahwa

minimal modal yang diberikan tidak hilang begitu saja. Dilihat dari ketentuan

perbankan, pemberian kredit oleh Bank DKI mengandung suatu resiko, oleh

sebab itu dalam pemberian kredit perlu adanya jaminan unluk memberikan

Page 69: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

keyakinan bagi kreditur akan kemampuan debitur di dalam melunasi kredit

sesuai dengan persyaratan yang telah diperjanjikan.

Pedagang sebagai calon debitur yang hendak mengajukan permohonan

kredit kepada bank, harus melalui suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Prosedur ini menurut Bapak Wayan

Dharma Jaya ,S.H.,M.H melalui wawancara pada hari Senin tanggal 6 Oktober

2008 pukul 09.00 WIB disebutkan bahwa prosedur berdasarkan atas

kesepakatan antara para pihak yang tertuang dalam perajanjian kerjasama

adalah tergantung pada dengan siapa saja Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

mengadakan perjanjian kerjasama dalam hal pengadaan kredit untuk

pedagang. Perjanjian kerjasama merupakan perjanjian awal yang berfungsi

sebagai aturan utama yang harus di ikuti oleh para pedagang jika ingin

mengajukan permohonan kredit pada bank–bank tertentu seperti salah satunya

yaitu Bank DKI. Perjanjian kerjasama diadakan karena Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya ingin memfasilitasi pedagang agar memperoleh kemudahan

dalam hal pelayanan untuk mendapatkan kredit untuk memperoleh Sertifikat

Hak Pemakaian Tempat Usaha. Menurut pendapat Bapak Wayan Dharma

Jaya,S.H.,M.H. sebagian besar bank ingin memperoleh kepastian hukum dan

kejelasan calon debitur yang ingin memperoleh Kredit pinjaman dari bank,

sedangkan mayoritas pedagang yang ada dipasar adalah pedagang kecil yang

kebanyakan belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan belum

memiliki Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) yang jelas.

Kekhususan yang turut menambah keragaman prosedur kredit

kepemilikan hak pemakaian tempat usaha juga menurut Bapak Wayan

Dharma Jaya ,S.H.,M.H. yaitu berasal dari manakah dana pembangunan pasar.

Dalam hal dana dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, maka harga

pembelian Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) yang akan

dibayar calon pemakai tempat akan masuk dan menjadi hak Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya sehingga dalam hubungan dengan Kredit Pemilikan

tempat Usaha / Kios, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya bertindak selaku

Page 70: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

avalis para calon debitur yang akan memperoleh kredit dari Bank DKI. Bank

tetap diperlukan karena dapat mempermudah Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya dalam pengelolalan keuangan yang masuk dari pembayaran Sertifikat

Hak Pemakaian Tempat Usaha dan Perusahaan Daerah Pasar Jaya dalam hal

memperoleh dana pembangunan pasar selalu menggunakan kredit dengan

bank untuk memperepat pembangunan.

Dalam hal biaya pembangunan berasal dari kerjasama Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya dengan Pihak Ketiga. Pihak ketiga turut terlibat

karena pihak ketiga sebagai pihak yang menyediakan dana pembangunan atau

dapt juga bertindak sebagai pihak debitur kepada bank DKI untuk

memperoleh dana pembangunan pasar. Kompensasi berupa hak pemasaran

tempat usaha merupakan hak Pihak Ketiga (pengembang), maka harga Hak

Pemakaian Tempat Usaha juga merupakan hak Pihak Ketiga (pengembang)

sehingga dalam hubungan dengan kredit pemilikan tempat usaha, Pihak

Ketiga (pengembang) bertindak sebagai avalis. Prosedur yang di berikan

adalah sebagai berikut:

a. Prosedur Kredit Kepemilikan Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) di

Pasar-Pasar yang Dibangun dengan Dana Pihak Developer

Dasar hukumnya adalah Perjanjian Kerjasama (PKS) tiga pihak

antara Bank DKI, Perusahaan Daerah Pasar Jaya, dan developer. Hal ini

didasarkan karena dalam pembangunan pasar dana yang digunakan adalah

dana pribadi pihak Developer. Sehingga prosedurnya adalah sebagai

berikut:

1) Para pedagang (para pembeli HPTU) dikordinir atas rekomendasi

Developer /pengembang mengajukan permohonan kredit kepada bank

dengan melampirkan syarat-syarat yang ditetapkan Bank DKI sesuai

dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS)

2) Kemudian Bank DKI meneliti permohonan tersebut disetujui atau tidak

(ditolak)

Page 71: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

3) Permohonan kredit yang disetujui selanjutnya dibuat perjanjian kredit

antara pedagang/pembeli HPTU/Debitur dengan Bank DKI sebagai

Kreditur dengan nilai plafon kredit debesar 80% dari harga jual Hak

pemakaian tempat usaha karena uang muka (DP) sebesar 20% telah

dibayar lunas oleh pedagang /pembeli HPTU kepada Developer

/pengembang selama masa pembangunan.

4) Jaminan (agunan) kredit adalah Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) atas nama debitur, penyerahan SHPTU dilakukan oleh

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya melalui Developer /pengembang

kepada bank pemberi kredit bersamaan dengan pencairan kredit atau

paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pencairan kredit sesuai dengan

PKS atau Cover Note yang diterbitkan oleh Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya.

5) Pencairan kredit /nilai kredit sebesar 80% dari harga jual HPTU setelah

dikurangi dana pinjaman (ascrow account) sebesar 10% langsung

dipindah bukukan ke rekening Developer atau pengembang.

6) Dana penjaminan dalam rekening penjaminan sebesar 10% atas nama

developer harus tetap dijaga oleh Developer selama jangka waktu /masa

kredit karena pihak developer bertindak sebagai Avalis (penjamin),

sedangkan pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya akan membantu

dalam hal pengamanan pengembalian angsuran kredit dari pedagang

(debitur) apabila debitur wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian

kredit.

7) Apabila debitur wanprestasi tidak melaksanakan kewajiban angsuran

kredit kepada bank atau tidak melaksanakan kewajiban kepada

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya sesuai ketentuan perpasaran

(peraturan daerah), setelah diberikan peringatan oleh Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya (atas permohonan bank atau pengembang) sesuai

ketentuan Perjanjian Kerjasama (PKS) dan perjanjian kredit dan tempat

usahanya telah dilakukan penutupan sementara serta HPTUnya

dibatalkan oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, maka sisa

Page 72: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

tunggakkan kredit debitur kepada Bank DKI sebagai kreditur akan

ditutup dari dana penjaminan yang ada pada rekening penjamin milik

pengembang dengan cara pendebetan oleh Bank (DKI) .

8) Rekening Ascrow /penjaminan harus tetap dijaga jumlahnya oleh

Developer /pengembang sebesar 0% selama masa /jangka waktu kredit (3

-5 tahun sesuai dengan perjanjian kredit).

9) Apabila terjadi pendebetan rekening penjaminan oleh Bank DKI maka

barang jaminan (SHPTU) harus dikembalikan dan diserahkan kepada

Developer selanjutkan akan dipasarkan /dijual kepada peminat lain.

10) Tempat usaha yang HPTU nya telah dibatalkan oleh Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya harus dikosongkan oleh pedagang /debitur secara sukarela

atau secara paksa oleh dan atas instruksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya jika tidak juga mengosongkan tempat usahanya.

b. Prosedur Pemberian Kredit (Pasar yang Dibangun dengan Dana Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya )

Dasar hukum yang digunakan adalah Perjanjian Kerjasama Antara

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dengan Bank yaitu yang dalam

penulisan hukum (skripsi) ini adalah Bank DKI (PKS)

1) Pedagang (pembeli Hak Pemakaian Tempat Usaha ) dikoordinir atas

rekomendasi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya mengajukan

permohonan kepada Bank DKI dengan melampirkan syarat-syarat yang

ditetapkan bank sesuai dengan perjanjian kerjasama (PKS).

2) Kemudian Bank DKI meneliti Permohonan kredit tersebut untuk di

setujui atau di tolak .

3) Permohonan Kredit yang di setujui selanjutnya dibuat perjanjian kredit

antar pedagang /pembeli hak pemakaian tempat usaha (debitur) dan

Bank DKI (kreditur) dengan nilai plafon kredit sebesar 80% dari harga

jual Hak Pemakaian Tempat Usaha karena uang muka sebesar 20 %

Page 73: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

telah dibayar lunas oleh pedagang /pembeli hak kepada Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya selama masa pembangunan .

4) Agunan atau jaminan kredit adalah Sertifikat Hak pemakaian Tempat

usaha (SHPTU) atas nama debitur, penyerahan SHPTU oleh Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya kepada Bank DKI bersamaan dengan pencairan

kredit (paling lambat 30 hari setelah pencairan kredit sesuai PKS).

5) Nilai kredit sebesar 80% dari harga jual HPTU setelah dikurangi Ascrow

Account (dana penjaminan )10 % langsung dipindahbukukan ke

rekening Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya .

6) Dana penjaminan dalam rekening penjamin sebesar 10 % atas nama

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya harus tetap dijaga oleh Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya karena Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

bertindak sebagai penjamin /avalis sesuai dengan kesepakatan yang

terdapat didalam PKS.

7) Apabila Debitur melakukan Wanprestasi yang artinya tidak

melaksanakan kewajibannya untuk mmbayar angsuran kredit pada bank

atau tidak melaksanakan kewajibannya pada Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya setelah diberikan peringatan oleh Perusahaaan Daerah (PD)

Pasar Jaya maka sesuai dengan ketentuan PKS dan Perjanjian Kredit,

tempat usaha akan ditutup sementara serta HPTU nya akan dibatalkan

oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, maka sisa tunggakan Debitur

kepada bank akan ditutup dari Rekening Penjaminan melalui pendebetan

oleh Bank DKI.

8) Rekening Ascrow harus tetap dijaga jumlahnya oleh Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya sebesar 10 % selama jangka waktu kredit yaitu 3 s/d 5

tahun.

9) Apabila terjadi pendebetan rekening penjaminan oleh Bank DKI, maka

barang jaminan (SHPTU) harus diserahkan kepada Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya dan selanjutnya akan di pasarkan /dijual kepada peminat

lainnya .

Page 74: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

10) Tempat usaha yang HPTU nya telah dibatalkan oleh Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya harus dikosongkan baik secara paksa ataupun sukarela

oleh debitur yang telah terbukti melakukan wanprestasi atau pelanggaran

tertentu.

Prosedur yang telah dilakukan dan dipenuhi dapat memberikan hak

dan diatur lebih lanjut dalam ketentuan pedoman pengurusan pasar.

Ketentuan dan hak itu antara lain:

a. Ketentuan pemakaian tempat usaha di pasar atas dasar pemakaian

tempat secara harian, secara bulanan atau jangka waktu tertentu,

ditetapkan oleh Direksi.

b. Hak pemakaian tempat usaha di pasar ditetapkan oleh Direksi, untuk

jangka waktu selama - lamanya 20 ( dua puluh ) tahun.

c. Pemakai tempat usaha dapat memperoleh dan mempergunakan tempat

dipasar menurut jumlah yang ditetapkan oleh Direksi.

d. Pasar - pasar yang hak pemakaiannya telah berakhir dapat diberikan

perpanjangan hak pemakaian selama jangka waktu tertentu dengan harga

yang ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya sambil

menunggu peremajaan / renovasi.

Pengadaan Prosedur dan jaminan didasarkan pada Pasal 1131 dan

Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan

bahwa kebendaan menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang

menghutangkan (kreditur) .

Berdasarkan ketentuan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata tersebut dapat diketahui bahwa semua perjanjian yang dibuat oleh

debitur dijamin dengan seluruh harta kekayaan baik bergerak maupun tidak

bergerak, baik yang sekarang ada maupun yang akan ada di kemudian hari

yang menjadi milik debitur. Jaminan ini sifatnya umum dan kedudukan

semua kreditur di sini semua sama, tidak ada yang diistimewakan.

Penyerahan benda sebagai jaminan pada dasarnya tidak untuk dimiliki oleh

Page 75: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Bank, tetapi penyerahan tersebut semata-mata untuk melunasi hutang

debitur. Jika debitur wanprestasi dalam pelunasan kredit yang diterima.

Bagi kreditur di dalam penulisan hukum ini adalah Bank DKI,

sebagai pihak yang memberikan kredit dalam menjalankan fungsinya harus

berpedoman kepada prinsip kehati-hatian, sebab kredit yang diberikan

mengandung resiko yang sangat besar bagi kreditur itu sendiri. Hal ini

mendorong Pihak Bank DKI perlu mengadakan suatu mekanisme

prosedural, dimana mekanisme ini harus ditempuh oleh pihak debitur yang

hendak mengajukan permohonan kredit. Tujuan dari adanya prosedur

tersebut adalah untuk mengetahui letak kesalahan yang dapat timbul apabila

terjadi masalah dalam pemberian kredit. Pemberian fasilitas kredit kepada

para pedagang pasar untuk penebusan harga jual Hak Pemakaian Tempat

Usaha sangat beresiko, mengingat adanya kemungkinan debitur tidak dapat

memenuhi berbagai kewajiban pengembalian kredit sebagaimana ditetapkan

dalam perjanjian kredit. Perjanjian kredit yang mengikat para pihak akan

berjalan sebagaimana mestinya, apabila kreditur dan debitur menepati isi /

materi yang diperjanjikan. Suatu masalah akan timbul apabila salah satu

pihak melakukan wanprestasi atas perjanjian kredit yang kemungkinan

dapat menimbulkan kredit macet.

Kondisi tersebut memaksa pihak Bank DKI sebagai kreditur

melakukan upaya penyelamatan dan pengamanan kredit yang telah

diberikan kepada debitur sesuai dengan sanksi-sanksi yang diatur dalam

perjanjian kredit. Biasanya dalam praktek perbankan upaya-upaya eksekusi

benda jaminan dalam praktek merupakan upaya terakhir.

Melalui penelitian di Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya pada

dasarnya perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian

Tempat Usaha (SHPTU) dilakukan dalam rangka untuk mempermudah

pedagang untuk dapat memiliki Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) sebagai bukti kepemilikan kios di pasar Perusahaan Daerah (PD)

Page 76: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Pasar Jaya. Perjanjian kredit sebagaimana diketahui tidak berdiri sendiri,

karena dalam hal pelaksanaan perjanjian kredit mengacu pada perjanjian

kerjasama sebagai perjanjian pokok dalam pemberian kredit dari Bank DKI

kepada Debitur. Perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian

Tempat Usaha (SHPTU) selalu diikuti dengan perjanjian pemberian jaminan

oleh debitur kepada Bank DKI dimana dalam hal ini debitur akan

mengajukan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) sebagai

jaminan.

Pemberian Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

dalam pelaksanaan pemberian kredit sebagai jaminan merupakan syarat

utama karena mengacu pada ketentuan dalam perjanjian kerjasama,

memiliki keistimewaaan yaitu pedagang tetap dapat menggunakan kios

hingga kredit dilunasi oleh pedagang. Perjanjian kredit dengan

menggunakan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) di pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dilaksanakan berdasarkan kepercayaan

karena dalam Perjanjian Kerjasama (PKS) disebutkan bahwa Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya dalam hal pelaksanaan perjanjian kerjasama

bertindak sebagai avalis atau penjamin. Kedudukan pihak Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya sebagai penjamin didasarkan karena mayoritas

pedagang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan

pembukuan yang jelas, sehingga mengacu pada ketentuan pendirian

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dimana salah satu fungsi Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya adalah mensejahterakan pedagang. Pihak Bank DKI

menginginkan kepastian akan dilunasinya pinjaman yang diberikan oleh

Bank DKI. Perjanjian kerjasama ini berdasarkan kepercayaan karena tidak

membutuhkan lembaga khusus untuk melakukan eksekusi dan juga tidak

ada tindakan menahan barang yang menjadi objek jaminan perjanjian kredit,

sehingga dapat disimpulkan bahwa yang ditahan sementara oleh Bank DKI

sebagai jaminan adalah bukti kepemilikan hak milik penggunanaan kios

yaitu Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU). Pedagang tetap

Page 77: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

dapat menggunakan kios untuk melakukan kegiatan perdagangan, karena itu

dalam menyalurkan dana tersebut Bank harus melaksanakan asas-asas

perkreditan yang sehat, dan asas kehati-hatian serta perlu penilaian yang

seksama dari berbagai faktor dalam setiap pertimbangan permohonan kredit,

dengan maksud agar sejak awal telah ada upaya pencegahan dan

pengurangan resiko itu.

Dalam setiap permohonan pemberian kredit biasanya Bank DKI

akan melakukan penilaian dari berbagai aspek antara lain yang lazim adalah

dari segi watak debitur (character), dari segi kemampuan debitur (capacity),

modal (capital), jaminan atau dalam istilah Bank DKI disebut agunan

(collateral) dan prospek usaha debitur (condition of economic). Karakter

atau watak debitur (character) merupakan faktor terpenting didalam

penilaian pemberian kredit. Penilaian terhadap aspek karakter calon debitur

terutama dari segi keuangannya memang sangat sulit dan sulit untuk

mendapatkan datanya, penilaian karakter ini akan memudahkan pihak Bank

DKI apabila calon debitur tersebut merupakan nasabah Bank DKI. Dalam

pemberian fasilitas kredit pemilikan tempat usaha/kios, pihak perbankan

memerlukan adanya agunan pokok yaitu berupa benda yang dapat menjadi

jaminan kredit. Dalam hal ini agunan pokok tersebut berupa Hak Pemakaian

Tempat Usaha sebagaimana yang dijelaskan diatas, merupakan benda

bergerak yang tidak berwujud.

Dalam rangka penerapan asas-asas kehati-hatian tersebut, maka

penyaluran fasilitas kredit Hak Pemakaian Tempat Usaha di bangunan pasar

kepada para pedagang pasar Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, didahului

dengan Perjanjian Kerjasama (Perjanjian Induk) antara Bank Pemberi Kredit

yaitu Bank DKI dan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya (avalis) atau antara

Bank Pemberi Kredit yaitu Bank DKI, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

(pemilik dan pengelola gedung) dan pengembang. Perjanjian kerjasama ini

merupakan perjanjian induk / awal dari perjanjian kredit antara para

pedagang (calon debitur) dan Bank pemberi kredit.

Page 78: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Perjanjian kredit dengan jaminan Serifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha (SHPTU) berasal dari suatu perjanjian kerjasama antara beberapa

pihak yang terkait seperti Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya selaku pihak

yang berinisiatif untuk menyediakan fasilitas kredit untuk pedagang dalam

rangka untuk melunasi pembayaran Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha, Pihak Bank dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah Bank DKI,

dan pihak ketiga seperti developer selaku pihak pembangun jika ikut

memberikan dan pembangunan pasar. Dalam kaitan dengan masalah Kredit

Pemilikan Tempat Usaha / Kios terdapat beberapa perbedaan yang

mendasar antara pembangunan dengan dana sendiri Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya dan yang berasal dari kerjasama Pihak Ketiga, yaitu :

a. Dalam hal dana dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, maka harga Hak

Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) yang akan dibayar calon pemakai

tempat masuk dan menjadi hak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

sehingga dalam hubungan dengan Kredit Pemilikan tempat Usaha / Kios,

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya bertindak selaku avalis para calon

debitur yang akan memperoleh kredit dari Bank DKI.

b. Dalam hal biaya pembangunan berasal dari kerjasama Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya dengan Pihak Ketiga, karena kompensasi berupa Hak

Pemasaran Tempat Usaha merupakan hak Pihak Ketiga (pengembang),

maka harga Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) juga merupakan hak

Pihak Ketiga (pengembang) sehingga dalam hubungan dengan kredit

pemilikan tempat usaha Pihak Ketiga (pengembang) bertindak sebagai

avalis.

Dalam perjanjian kerjasama pada dasamya diatur hal-hal antara

lain :

a. Tujuan pemberian fasilitas kredit

b. Syarat-syarat calon Debitur

Page 79: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c. Referensi / rekomendasi dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

terhadap calon debitur yang dianggap layak mendapatkan fasilitas kredit

di Bank DKI.

d. Penempatan dana Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya atau pengembang

di Bank DKI (avalis).

e. Agunan/ jaminan.

f. Pembukaan rekening escrow account yang dapat digunakan untuk

menutupi tunggakan apabila terjadi tunggakan oleh debitur.

g. Ketentuan dan syarat kredit.

h. Eksekusi barang jaminan apabila terjadi kredit macet.

Perjanjian kerjasama antara Bank DKI dan Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya (pemilik dan pengelola pasar) dan atau dengan pengembang

merupakan perjanjian yang mengawali Perjanjian Kredit antara Bank DKI

(kreditur) dan pedagang / pembeli Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU).

Perjanjian kerjasama dimaksud merupakan salah satu upaya pencegahan

atau upaya preventif dalam perjanjian kredit pemakaian tempat usaha di

bangunan pasar yang sangat beresiko tinggi disamping adanya jaminan /

agunan, baik jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan. Perjanjian

Kerjasama (induk) dalam pemberian fasilitas kredit dengan jaminan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha dibuat terutama untuk

mengantisipasi timbulnya kredit macet dan untuk pelaksanaan eksekusi

barang jaminan apabila debitur wanprestasi tidak melaksanakan isi

perjanjian kredit yaitu tidak memenuhi kewajiban pengembalian angsuran

kredit pada waktunya. Eksekusi barang jaminan melalui ketentuan Peraturan

Daerah yang mendasari terbitnya Hak Pemakaian Tempat Usaha di

bangunan pasar, jauh lebih efisien dan cepat. Didalam perjanjian kerjasama

ini memuat berbagai ketentuan yang sebelumnya telah disepakati oleh para

pihak yang terlibat langsung dalam pemberian kredit yaitu Bank DKI

(Kreditur), Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya selaku pihak yang mewakili

bank untuk melakukan pengawasan pemenuhan Kredit, dan pihak developer

Page 80: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

(apabila biaya pembangunan pasar dan kios berasal dari dana pihak

developer). Selain berisi hak dan kewajiban para tersebut pihak dalam

pelaksanaan perjanjian kredit, di dalam perjanjian kerjasama juga terdapat

ketentuan dasar yang harus dipenuhi oleh pedagang jika hendak ingin

mengajukan kredit. Artinya bahwa apabila persyaratan tersebut telah

dipenuhi maka setidaknya pedagang telah memenuhi persyaratan awal.

Perjanjian kerjasama memuat syarat untuk mendapatkan rekomendasi

sebagai pedagang terdaftar di lingkungan (pasar) Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya. Apabila ketentuan tersebut telah dipenuhi dan dilengkapi maka

pedagang dapat mengajukan permohonan kredit pada Bank DKI.

Perjanjian Kerjasama (induk) dalam pemberian fasilitas kredit

dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) dibuat

terutama untuk mengantisipasi timbulnya kredit macet dan untuk

pelaksanaan eksekusi barang jaminan apabila debitur wanprestasi tidak

melaksanakan isi perjanjian kredit yaitu tidak memenuhi kewajiban

pengembalian angsuran kredit pada waktunya. Eksekusi barang jaminan

melalui ketentuan Peraturan Daerah yang mendasari terbitnya hak

pemakaian tempat usaha di bangunan pasar, jauh lebih efisien dan cepat.

Perjanjian kerjasama menyebutkan bahwa untuk mendapatkan

rekomendasi dan diakui sebagai pedagang adalah selain harus

menandatangani perjanjian pemakaian tempat usaha juga harus memenuhi

kriteria yaitu:

a. Memiliki kekayaan bersih sebesar paling banyak Rp.200.000.000,-

(Dua Ratus Juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan .

b. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu

miliar rupiah)

c. Warga Negara Indonesia

Page 81: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar .

e. Berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum .

f. Telah melakukan kegiatan usaha menimal satu tahun serta mempunyai

potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

Selain itu pedagang yang hendak mengajukan permohonan kredit

harus melengkapi persyaratan–persyaratan tertentu yang di wajibkan oleh

Bank DKI sebagai persyaratan umum yaitu:

a. Memberikan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

b. Fotokopi Kartu keluarga (KK)

c. Laporan penjualan perhari /perbulan (boleh tulis tangan)

d. Surat pernyataan /cover note dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

akan menyerahkan asli Surat Ijin Pemakaian Tempat Usaha dan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) kepada bank

pemberi kredit paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Bank

mencairkan kredit debitur yaitu pedagang.

e. Data diri

f. Foto kios

g. Bukti retribusi pasar

h. Buku Tabungan tiga bulan terakhir (kalo ada)

i. Denah Kios

j. Surat Rekomendasi dari Manager Area Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya

k. Foto kopi Bukti Pembayaran Uang Muka sebesar 20% kepada

Perusahaan Daerah Pasar Jaya atau developer jika dalam

pembangunan pasar dana berasal dari dana pihak developer (sesuai

dengan perjanjian kerjasama ).

Page 82: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

l. Surat Pemesanan Perpanjangan Hak Sewa / Sertifikat Hak Pemakaian

Tempat Usaha (SHPTU).

m. Menyerahkan asli surat penunjukan tempat kios yang akan ditempati

debitur yang diterbitkan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya kepada

Kreditur sebagai jaminan awal sebelum Surat Ijin Pemakaian Tempat

Usaha dan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU)

diterbitkan .

n. Fotocopy Nomor Peserta Wajib Pajak (NPWP) untuk nilai kredit

diatas 50 juta.

Pihak bank sebagai kreditur sesuai dengan aturan Undang-Undang

Perbankan dan untuk memenuhi asas prisip kehatihatian ,maka akan

menindak lanjuti permohonan kredit pedagang dengan melakukan analisis

kredit. Pihak Bank DKI dalam hal ini akan melakukan penilaian beberapa

aspek seperti aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum dan aspek

ekonomi jika permohonan kredit disetujui oleh Bank DKI untuk

dilaksanakan. Analisis kredit ini penting guna menyusun laporan analisis

kredit.

Laporan analisis kredit berisi tentang penguraian dan kesimpulan

serta penyajian alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil

keputusan sebagai bahan informasi yang akurat. Laporan analisis kredit

akan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Bank DKI untuk memutuskan

disetujui atau tidak permohonan kredit yang diajukan oleh pihak pedagang.

Disetujuinya permohonan bantuan kredit pedagang ditandai dengan

diterbitkannya Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SP2K). Surat

Persetujuan Pemberian Kredit merupakan suatu prosedur yang diterapkan

oleh bank karena SP2K adalah komunikasi pertama antara Pihak Bank DKI

dengan pedagang sebagai calon Debitur yang beris beberapa keterangan

yang merupakan syarat-syarat utama yang akan dituangkan dalam perjanjian

kredit diikuti syarat tambahan lainnya yang bersifat tekhnis. Dalam SP2K

Page 83: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

akan dijelaskan beberapa hal yang penting untuk diketahui oleh pedagang

yang hendak menjadi calon debitur yaitu:

a. Jenis Kredit

b. Platfont Kredit

c. Penggunaan Kredit

d. Angsuran kredit

e. Bunga Kredit

f. Provisi

g. Jaminan kredit

h. Pengikatan

i. Akad kredit

j. Biaya-biaya Lainnya

Pihak pedagang sebagai calon debitur akan dibuatkan perjanjian

kredit dengan pihak Bank DKI dengan bantuan Notaris. Notaris diperlukan

mengingat bahwa perjanjian kredit ini merupakan perjanjian kredit yang

bersifat khusus yang timbul dari perjanjian kerjasama yang sebelumnya

dibuat oleh para pihak yang terkait dengan pengadaan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU), yaitu Bank DKI, Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya ,dan pihak pengembang jika melibatkan pihak Developer

dalam hal pengadaan dana pembangunan Kios.

Perjanjian kredit dibuat dihadapan notaris dengan beberapa

pertimbangan yaitu perjanjian kredit merupakan salah satu aspek terpenting

dalam pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani oleh

pihak Bank DKI dan debitur maka tidak ada pemberian kredit itu. Perjanjian

kredit merupakan ikatan antara bank dengan debitur yang isinya

menentukan dan mengatur mengenai hak dan kewajiban antara kedua belah

pihak sehubungan dengan pemberian kredit. Perjanjian kredit biasanya

diikuti dengan perjanjian jaminan maka dapat diketahui bahwa perjanjian

kredit adalah pokok atau prinsip sedangkan perjanjian jaminan merupakan

Page 84: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

perjanjian ikutan atau accessoir artinya ada dan berakhirnya perjanjian

jaminan tergantung dari perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit.

Perjanjian kredit dalam hal dengan jaminan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) merupakan perjanjian yang bersifat

accessoir artinya perjanjian kredit berasal dari perjanjian induk yaitu

perjanjian kerjasama. Perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) tidak seperti perjanjian kredit Bank

DKI pada umumnya, karena perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh Bank

DKI pada umumnya bersifat perjanjian standar /perjanjian baku. Perjanjian

baku atau perjanjian standar adalah jenis perjanjian yang berisikan klausula

baku ,dimana klausula baku adalah bagian dari perjanjian baku yang

bertentangan dengan asas kesepakatan dan asas itikad baik. Klausula baku

adalah bagian dari perjanjian standart yang dibuat tanpa ada kesepakatan

dari pihak debitur, sehingga biasanya perjanjian baku dibuat dalam bentuk

sudah jadi berupa formulir.

Perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha memiliki perbedaan. Perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha dibuat dihadapan notaris, sehingga terbuka

adanya perundingan dengan pihak bank untuk tercapainya kesepakatan para

pihak. Hal yang menguatkan pendapat penulis bahwa perjanjian permberian

kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha tidak

termasuk kedalam perjanjian baku adalah bahwa perjanjian kredit diawali

dengan perjanjian kerjasama antara Bank DKI, pihak Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya atau pengembang jika ada campur tangan pihak developer

dalam hal pembangunan pasar, dan pihak pedagang sebagai calon debitur

yang diwakilkan.

Perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak pemakaian tempat

usaha dibuat dihadapan notaris dengan rincian sebagai berikut:

Page 85: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

a. Nomor perjanjian kredit

b. Waktu pembuatan perjanjian kredit,meliputi hari, tanggal, bulan, dan

tahun

c. Identitas para pihak

d. Ketentuan umum

e. Jumlah pokok kredit

f. Pencairan kredit

g. Jangka waktu kredit

h. Suku bungan dan provisi

i. Pembayaran kembali kredit

j. Denda tunggakan

k. Agunan

l. Biaya-biaya

m. Penyerahan tagihan bank kepada pihak lain

n. Lain-lain

o. Ketentuan lain-lain

p. Tanda tangan para pihak ,saksi-saksi dan suami istri.

Para pihak dengan disasikan para saksi dan notaris setelah

menyetujui perjanjian kredit maka perjanjian kredit ditandatangani oleh

kedua belah pihak diatas materai enam ribu. Perjanjian kredit dengan

jaminan Sertikat Hak Pemakaian Tempat Usaha disepakati dengan nilai

paltfond kredit sebesar 80% dari harga jual Hak Pemakaian Tempat Usaha

karena uang muka sebesar 20% telah dibayar lunas oleh pedagang /pembeli

hak kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya selama masa pembangunan.

Nilai kredit sebesar 80% dari harga jual Sertifikat Hak Pemakaian

Tempat Usaha (SHPTU) setelah dikurangi Ascrow Account (dana

penjaminan) 10% langsung dipindah bukukan kerekening Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya, setelah perjanjian disepakati. Ascrow account

adalah rekening giro atas nama pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar jaya

yang disimpan oleh bank untuk menampung dana penjaminan dari pihak

Page 86: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

kedua terhadap fasilitas kredit yang diberikan kepada Debitur yang besarnya

10% dari nominal kredit yang diberikan pihak Bank DKI kepada debitur.

Diberikan atas nama pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya karena

berdasarkan perjanjian kerjasama dan perjanjian kredit pihak Perusahan

Daerah (PD) Pasar Jaya bertindak sebagai avalis (penjamin) mengingat

jumlah kredit yang diberikan dalam jumlah besar dan untuk memberikan

kepastian dipenuhinya hak bank sebagai kreditur maka pihak Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya bertindak sebagai avalis pedagang. Syarat lain

dalam hal pelaksanaan pejanjian kredit yang harus dipenuhi oleh pihak

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya adalah bahwa dalam waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pencairan kredit sesuai dengan Perjanjian

Kerja Sama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya harus menyerahkan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) sebagai jaminan .

Pejanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha (SHPTU) yang dilakukan oleh pedagang sebagai pihak debitur

dengan pihak Bank DKI sebagai pihak kreditur dengan melalui persetujuan

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, jika dilihat dari jenis perjanjiannya

temasuk perjanjian timbal balik yaitu para pihak mendapatkan haknya

masing-masing juga menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.

Hak dan kewajiban yang timbul dalam perjanjian kredit dengan Jaminan

Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) di pasar Perusahaan

Daerah Pasar Jaya antara lain:

a. Hak dan kewajiban Bank yang dalam penulisan hukum (skripsi) ini

adalah Bank DKI selaku kreditur

1) Hak kreditur

a) Menentukan dan menetapkan persyaratan dalam pemberian

kredit kepada debitur sesuai ketentuan yang berlaku di pihak

pertama

Page 87: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

b) Menyetujui diterimanya atau ditolaknya suatu permohonan

kredit yang diajukan oleh debitur sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di pihak pertama

c) Mendebet Escrow Account Dana Penjaminan sebesar sisa

kewajiban debitur berdasakan kuasa dari pihak Perusahaaan

Daerah (PD) Pasar Jaya (apabila biaya pembangunan berasal dari

dana Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya) atau pihak developer

(apabila pembangunan berasal dari dana pihak developer) ,untuk

pelunasan kewajiban debitur apabila Debitur wanprestasi setelah

melalui proses penyelesaian kredit sebagaimana yang telah

disepakati dalam perjanjian kerjasama dan perjanjian kredit

d) Mendebet Ascrow Account / Dana Penjaminan sebesar sisa

kewajian debitur berdasarkan kuasa dari pihak Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya /developer untuk pelunasan kewajiban

debitur apabila pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

/developer membatalkan Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU)

atas nama debitur secara sepihak akibat debitur tidak memenuhi

ketentuan perjanjian pemakaian tempat usaha dan melanggar

ketentuan hukum yang berlaku.

e) Menerima pembayaran biaya administrasi dan provisi dan

mendapatkan keuntungan dari bunga yang ditetapkan, asalkan

selama sesuai dengan aturan yang belaku pada pihak bank

sebagai kreditur dan dicantumkan dalam isi perjanjian kredit.

2) Kewajiban Kreditur (Bank DKI)

a) Menjelaskan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dan

calon debitur mengenai ketentuan dan syarat dalam pemberian

kredit yang berlaku di pihak Bank DKI.

b) Memproses permohonan kredit calon Debitur yang telah

mendapatkan rekomendasi dari pihak Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya setelah seluruh kelengkapan persyaratan kredit telah

dipenuhi oleh calon debitur yaitu pedagang.

Page 88: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c) Melakukan pengawasan pemeriksaan dan kordinasi dengan

pihak perusahaan Daerah (PD) Pasar jaya.

d) Menyampaikan kepada pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya Daftar Debitur yang permohonan kreditnya disetujui oleh

pihak Bank sebagai Kreditur.

e) Melakukan realisasi kredit (pencairan kredit) sesuai dengan

ketentuan yang berlaku pada pihak Bank DKI yang bertindak

sebagai kreditur.

f) Mencantumkan dalam perjanjian kredit perihal ketentuan dalam

penyelesaian tunggakan kredit sebagaimana yang telah diatur

dan disepakati dalam perjanjian kerjasama.

g) Menyimpan Dokumen kredit sampai seluruh kewajiban

pedagang sebagai debitur ,kepada pihak Bank DKI sebagai

kreditur terpenuhi / dilunasi.

h) Menyerahkan dokumen kredit sesuai dengan ketentuan yang

belaku pada pihak Bank DKI kepada pihak debitur (pedagang),

apabila yang melunasi kewajiban Debitur kepada pihak Bank

DKI adalah debitur yang bersangkutan.

i) Menyerahkan dokumen kredit sesuai dengan ketentuan yang

berlaku pada pihak Bank DKI sebagai kreditur, kepada pihak

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya apabila yang melunasi

kewajiban Debitur (pedagang) yaitu Perusahaan Daerah Pasar

Jaya.

j) Mentaati apa yang disebutkan dalam perjanjian kredit.

b. Hak dan kewajiban Debitur (Pedagang)

1) Hak Debitur

a) Memperoleh kredit sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan

dalam perjanjian kredit

b) Menggunakan Kredit untuk melunasi pembelian Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha.

Page 89: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

c) Menerima kembali objek jaminan yaitu Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha jika kredit telah dilunasi oleh debitur.

2) Kewajiban Debitur

a) Membayar angsuran kredit setiap bulan dengan disertai bunga

sesuai dengan apa yang telah disepakati dalm perjanjian kredit

dengan cara dan jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian

kredit.

b) Membayar angsuran kredit tiap bulan tepat waktu sesuai dengan

tanggal perjanjian kredit

c) Membayar denda-denda sesuai dengan ketentuan yag telah

ditetapkan dalam perjajian kredit apabila terjadi keterlambatan

pembayaran angsuran kredit.

d) Menyerahkan barang jaminan dengan melalui perusahaan daerah

pasar jaya karena Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya memiliki

kewenangan untuk itu berdasarkan aturan yang belaku dan

ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama.

e) Mentaati apa saja yang disebukan dalam perjanjian kredit

f) Mentaati peraturan yang berlaku di Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya dan di Bank DKI yang bertindak sebagai kreditur

,karena pelanggaran dapat berakibat batalnya pelaksanaan

perjanjian kredit dan debitur dapat dianggap wanprestasi.

Pelaksanaan perjanjian kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) di pasar Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya dalam rangka memperoleh bantuan pelunasan pembelian sertifikat oleh

pedagang, memiliki kekhususan sendiri yaitu adanya peran serta aktif pihak

lain yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian kredit. Keterlibatan pihak

lain itu didasarkan karena dalam hal pembangunan pasar, dana

pembangunan berasal dari dana Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya atau

dapat juga berasal dari pihak Developer. Berdasarkan hal tersebut maka

dibuatlah perjanjian kerjasama ,didalama perjanjian kerjasama turut juga

Page 90: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

disebutkan hak dan kewajiban pihak Pasar Jaya /Developer terkait dengan

pemenuhan hak dalam hal pembangunan pasar, hak dan kewajiban itu

antaralain:

1) Hak pihak Perusahaan Daerah Pasar Jaya/Developer

a) Menentukan calon pembeli Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU)

untuk diproses lebih lanjut oleh pihak Bank DKI untuk dijadikan

sebagai calon debitur.

b) Mendapatkan daftar nama calon debitur yang permohonan

kreditnya telah disetujui oleh pihak Bank DKI.

c) Menerima hasil pencairan kredit Debitur sebagai pelunasan

pembelian Hak Pemakaian Tempat Usaha atas nama debitur

sebagai timbal balik dari dikeluarkannya dana pihak Perusahaan

Daerah (PD) Pasar jaya atau Pihak Developer untuk biaya

pembangunan kios.

2) Kewajiban Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya /Developer

a) Menyerahkan kepada pihak Bank DKI daftar calon debitur yang

telah mendapat rekomendasi dari pihak Perusahaaan Daerah (PD)

Pasar Jaya yang memerlukan fasilitas kredit dari Bank DKI untuk

pembelian Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU).

b) Memberikan keterangan dan data yang diperlukan Bank DKI dalam

proses pemberian kredit kepada debitur .

c) Bertindak sebagai penjamian atas fasilitas kredit yang diberikan

Bank DKI kepada debitur dengan menempatkan Escrow Account

Dana Panjaminan pada Bank DKI sebesar 10% dari nominal kredit

yang diberikan pihak Bank DKI kepada debitur.

d) Memproses penerbitan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) atas nama Debitur yang permohonan kreditnya telah

disepakati oleh Bank DKI.

e) Menyerahkan asli Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) atas nama Debitur kepada pihak Bank DKI setelah ada

Page 91: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

penetapan masa Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) untuk

pasar yang baru dibangun dan paling lambat dua minggu setelah

realisasi kredit untuk pasar-pasar yang hanya direnovasi.

f) Mencantumkan syarat dalam Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha

antara pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya atau Developer

dengan pihak Debitur, bahwa pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya dapat membatalkan Hak pemakaian Tempat Usaha (HPTU)

apabila debitur Wanprestasi atas kewajibannya terhadap pihak

Bank DKI.

g) Melunasi sisa kewajiban debitur kepada pihak Bank DKI baik

karena debitur wanprestasi maupun karena pembatalan Hak

Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) secara sepihak oleh Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya atau pihak Developer karena tidak

terpenuhinya kewajiban Debitur sesuai dengan ketentuan yang

berlaku pada pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya .

h) Memberitahukan secara tertulis kepada pihak Bank DKI paling

lambat tujuh hari tentang pembatalan Hak Pemakaian Tempat

Usaha (HPTU) secara sepihak oleh pihak Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya akibat tidak dipenuhinya kewajiban debitur sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya.

i) Menjaga tersedianya dana pada Escrow Account Dana Penjaminan

sebesar 10% dari nominal kredit yang diberikan oleh pihak Bank

DKI kepada Debitur setelah terjadinya pendebetan oleh Bank DKI.

C. Hambatan yang Timbul Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan

Jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) di pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya serta Cara Penyelesaiannya

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wayan Dharma Jaya,

S.H.,M.H. selaku Manager Area Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya pada

Page 92: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

hari Senin tanggal 6 Oktober 2008 pukul 09.00 WIB. Dalam rangka

pengurusan pasar, maka Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya menetapkan

berbagai aturan yang mengacu pada aturan umum yang terdapat dalam

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1992 mengenai Pengurusan Pasar. Aturan-

aturan tersebut terdapat dalam Pasal 8 hingga Pasal 17 Peraturan Daerah

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 6 tahun 1992 Tentang

Pengurusan Pasar di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Apabila

ketentuan tersebut dilanggar maka dapat mengakibatkan hilangnya Hak

Pemakaiaan Tempat Usaha (HPTU) seperti Syarat-syarat Ketentuan

Pemakaian Tempat Usaha antara lain:

a. Memiliki Surat Izin Pemakaian Tempat Usaha dan Surat Izin Usaha

Perdagangan.

b. Memakai sendiri tempat usaha tersebut sesuai dengan izin yang

diterbitkan.

c. Pengalihan hak pemakaian tempat usaha dan perubahan jenis jualan harus

memiliki izin terlebih dahulu dari Direksi.

d. Izin sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2 harus terlebih dahulu

diajukan kepada Direksi.

e. Memiliki Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha ( SHPTU ) dan

Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha ( PPTU ).

Perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha (SHPTU) adalah cara terbaru yang diberikan oleh Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya untuk mempermudah pedagang yang mengalami kesulitan

dalam hal untuk melunasi pembelian Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha (SHPTU). Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya mengerti bahwa

mayoritas pedagang yang melakukan kegiatan jual beli di pasar Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya adalah pedagang sektor usaha kecil, karena pasar

yang di bawah pengawasan dan pembinaan serta pengembangan Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Jaya adalah pasar tradisional. Perjanjian kredit dengan

jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) memiliki

Page 93: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

kelebihan yaitu dengan adanya perolehan kredit dengan jaminan Sertifikat

Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) adalah pedagang dapat memperoleh

dana yang cepat untuk membeli Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) karena dengan dimilikinya Sertifikat Hak Pemakaian Tempat

Usaha (SHPTU) oleh pedagang maka pedagang telah sah menurut hukum

memiliki hak untuk dapat berdagang dipasar-pasar Perusahaan Daerah (PD)

Pasar Jaya. Diharapkan dengan adanya kerjasama pihak Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya dengan Bank DKI untuk mengadakan fasilitas pemberian

kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU),

maka pedagang dapat berdagang di kios pasar secepatnya karena kebanyakan

pedagang pasar adalah pedagang sektor usaha kecil yang meggantungkan

hidupnya pada usaha perdagangan. Pedagang menurut Peraturan Daerah

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor :6 Tahun 1992 Tentang

Pengurusan Pasar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Peraturan tersebut

menegaskan dalam Pasal 1 huruf e bahwa pemakai tempat usaha adalah

orang atau badan hukum yang berdasarkan izin penghunian tempat

mempunyai Hak Pemakaian Tempat di pasar untuk memperdagangkan

barang atau jasa.

Menurut keputusan direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

Nomor: 450 Tahun 2003 turut menegaskan bahwa pedagang untuk dapat

melakukan kegiatan perdagangan di pasar Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya harus memiliki Surat Ijin Pemakaian Tempat Usaha dan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha (Pasal 1 huruf k). Dengan adanya fasilitas

pemberian kredit dengan jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) maka pedagang dapat melakukan kegiatan perdagangan dengan

bantuan kredit bank, meskipun Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) dipegang oleh bank sebagai jaminan. Hal ini akan menguntungkan

pedagang yang hendak berdagang di pasar Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya dan akan memberikan masukan terhadap pendapatan daerah karena

pendapatan daerah Jakarta banyak dihasilkan dari kegiatan ekonomi pasar.

Page 94: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Dengan berbagai prosedur yang tentunya ketat demi menjaga kepentingan

bank sebagai kreditur tentunya diharapkan dapat mengatasi permasalahan

yang mungkin timbul dalam hal pelaksanaan pemberian kredit. Permasalahan

yang timbul dan cara penyelesaian yang akan digunakan antara lain:.

a. Debitur meninggal dunia

Masalah mengenai meninggal dunianya seorang debitur merupakan

hal yang harus diperhatikan secara serius, agar pihak bank

mempersiapkan solusi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal

tersebut. Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya telah memperhatikan hal

tersebut dengan serius mengingat posisi Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya bertindak selaku Avalis debitur berdasarkan kesepakatan yang

terdapat dalam perjanjian kerjasama.

Pihak Bank DKI dalam perjanjian kredit mengantisipasinya dengan

menggunakan asuransi diri debitur untuk pelunasan kredit. Debitur

meninggal dunia, maka pihak keluarga yang ditinggalkan wajib melapor

ke Bank yang terkait yaitu Bank DKI. Dengan melampirkan Surat

Keterangan Kematian dari aparat setempat maka pihak keluarga dapat

mengajukan klaim asuransi kematian atas nama debitur, dengan demikian

pihak bank akan mendapatkan pelunasan pinjaman dari klaim asuransi

tersebut dan pihak keluarga dan ahli waris yang ditinggalkan dapat

membayar sisa pinjamannya saja atau dapat terhindar dari tanggungan

pelunasan hutang debitur jika ternyata klaim asuransi dapat melunasi

hutang debitur. Pelunasan hutang dengan melalui klaim asuransi dapat

dilakukan karena bank dalam perjanjian kredit langsung mengasuransikan

jiwa debitur ke pihak asuransi yang ditunjuk oleh Bank DKI. Perusahaan

asuransi yang dipilih merupakan perusahaan asuransi yang telah

mempunyai kerjasama dengan pihak Bank DKI sehingga memiliki latar

belakang yang jelas di Jakarta bisanya perusahaan asuransi yang

dugunakan adalah AKRIDA.

Page 95: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

b. Keadaan memaksa (force majure)

Keadaan memaksa seperti bencana alam (gempa bumi, banjir),

pemogokan kerja, huru-hara, kebakaran, kerusuhan massa, sabotase,

pemberontakan dan perang yang masing-masing kejadian tersebut

berskala luas dan sangat nyata menghalangi atau tidak memungkinkan

salah satu pihak melaksanakan prestasinya. Mengacu pada ketentuan

yang ada dan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerjasama,

perjanjian kredit maka para pihak dianggap tidak melakukan wanprestasi

jika megalami keterlambatan untuk melaksanakan kewajiban.

Pihak Bank DKI mengatasi hal tersebut dengan mencantumkan

dalam klausula perjanjian mengenai kewajiban debitur untuk

mengansuransikan benda yang menjadi objek perjanjian dalam perjanjian

kredit. Keadaan memaksa memungkinkan hialngnya bangunan yang

menjadi objek perjanjian. Perjanjian kerjasama telah membahas mengenai

adanya kemungkinan jika terjadi kedaan memaksa.Dalam hal musnahnya

tempat usaha (kios) pedagang, maka berdasarkan perjanjian kerjasama

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya memiliki kewajiban untuk asuransi

bangunan pasar. Pihak yang terkena force majeure berkewajiban untuk

memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya dalam waktu

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah terjadinya force

mejeure.

c. Kehilangan Hak Pemakaian Tempat Usaha

Pemegang Hak Pemakaian Tempat Usaha dalam hal ini adalah

debitur, dapat setiap saat dicabut hak kebendaannya. Pencabutan hak

kebendaaan debitur dapat diakukan jika ternyata debitur atau pedagang

melakukan pelanggaran keras terhadap ketentuan yang berlaku di pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, seperti yang terdapat dalam

Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan Pasar.

Pencabutan Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) menjadi suatu

Page 96: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

pemasalahan baru dalam pelaksanaan kredit karena Bank DKI tidak akan

mentolerir pelanggaran barat demi keamanan Bank DKI, karena tidak

tercatat sebagai pedagang sah menurut hukum sebagai pedagang dipasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Pihak Bank DKI bekerjasama

dengan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya melalui perjanjian kerjasama

menyepakati bahwa jika ternyata pedagang melakukan pelanggaran yang

mengakibatkan dicabutnya Hak Pemakaian Tempat Usaha maka pihak

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya bertindak sebagai avalis akan

menangani proses pelunasan kredit bank. Salah satu solusinya yaitu

menjual kembali kios kepada masyarakat untuk mendapatkan pedagang

baru yang hendak membeli kios. Tujuannya dengan demikian maka

pembayaran pembelian kios dari pedagang yang baru nantinya

diharapkan dapat digunakan oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

untuk melunasi pinjaman kredit pedagang lama kepada Bank DKI dan

terhadap pedagang baru akan dibuatkan Sertifikat Hak Pemakaian

Tempat Usaha (SHPTU) yang baru dengan atas namanya.

d. Kredit macet atau kredit bermasalah

Perikatan yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling banyak

terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata).

Rumusan di atas memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam

suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, pihak yang satu wajib

berprestasi dan pihak lainnya berhak atas prestasi. Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang

membuatnya (Pasal 1338 Ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

Perkataan “semua” yang terdapat dalam pasal tersebut

mengandung suatu pernyataan untuk para pihak bahwa diperbolehkan

Page 97: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

membuat perjanjian apa saja asalkan dibuat secara sah dan perjanjian itu

akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu Undang-undang.

Pemenuhan kewajiban yang diatur dalam perjanjian kredit merupakan

faktor yang sangat menentukan baik bagi kreditur maupun debitur secara

umum pemenuhan pembayaran angsuran kredit yang dilakukan oleh

debitur akan menentukan penggolongan dari kredit itu sendiri apakah ia

dikategorikan sebagai kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit

diragukan, dan kredit macet.

Kredit dianggap bermasalah apabila dikategorikan sebagai kredit

kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Sedang kredit macet

berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor: 26/22/KEP/DIR

Tertanggal 29 Mei 1993 Tentang Kualitas Aktiva Produktif dan

Pembentukan Penyisihan, dan Penghapusan Aktiva Produktif, dan

terakhir dengan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor:

30/267/KEP/DIR Tertanggal 27 Februari 1998 Tentang Kualitas

Produktif.

Penggolongan kualitas kredit menurut Pasal 4 Surat Keputusan

Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR kredit macet merupakan kredit

yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah

melampaui 270 hari, atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

Kredit dikatakan macet apabila debitur sudah tidak memenuhi

kewajibannya sama sekali sebagai suatu bentuk kontra prestasi pada

kreditur sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit

yang mereka sepakati dan kondisi itu akan menimbulkan adanya kerugian

bagi kreditur.

Page 98: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Pemenuhan kewajiban-kewajiban pemakaian tempat sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Nomor: 6 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaannya maupun pemenuhan

Kewajiban yang ditetapkan dalam Perjanjian Kredit merupakan faktor

yang sangat menentukan mengenai status obyek barang jaminan yaitu

Hak Pemakaian Tempat Usaha. Sesuai ketentuan Pasal 10 Ayat (1)

Keputusan Direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya ditetapkan bahwa

Pemakai tempat usaha dapat menjaminkan Hak Pemakaian Tempat

Usahanya (HPTU) yang berupa Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha

(SHPTU) dan Surat Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha untuk

memperoleh Kredit Bank DKI, setelah terlebih dahulu mendapat ijin

tertulis / referensi dari Direksi atau pejabat yang ditunjuk. Pada Pasal 10

ayat 2 ditegakan bahwa dijaminkan adalah masa Hak Pemakaian Tempat

Usaha selama-lamanya sesuai umur masa hak pemakaian tempat usaha

tersebut.

Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan Direksi

Perusahaan Daerah Pasar Jaya Nomor: 450 Tahun 2003 dapat diketahui

bahwa Hak Pemakaian Tempat untuk jaminan kredit Bank DKI harus

mendapat ijin / referensi dari Direksi Perusahaan Daerah Pasar Jaya.

Fungsi referensi di sini adalah untuk mengetahui apakah Hak

Pemakaian Tempat Usaha dimaksud tidak dalam posisi telah dijaminkan

ke Bank DKI / Bank lain sehingga dapat dihindarkan adanya penjaminan

dua kali. Penjaminan dua kali untuk memperoleh kredit sangat mungkin

terjadi mengingat pemakai tempat tersebut mengajukan permohonan

dengan alasan/ membawa surat keterangan kehilangan dari Kepolisian,

disamping itu referensi ini mempunyai akibat hukum apabila pemakai

tempat (debitur) melakukan wanprestasi yaitu tidak melaksanakan

ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam Perjanjian Kredit, maka

atas permohonan Bank DKI (Kreditur) Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Page 99: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Jaya dapat melakukan tindakan hukum sesuai ketentuan perpasaran yang

berlaku yaitu antara lain :

a. melakukan peringatan-peringatan

b. melakukan penutupan sementara atas tempat usaha debitur

c. melakukan pencabutan / pembatalan hak pemakaian tempat usaha

Hal ini sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Daerah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 jo Pasal 11 Keputusan Direksi

Perusahaan Daerah Pasar Jaya Nomor 450 Tahun 2003.

Akibat hukum atas pembatalan hak pemakaian tempat usaha diatas,

maka seluruh hak dan kewajiban pemakai tempat usaha yang

bersangkutan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya beralih menjadi

hak dan kewajiban Kreditur (Bank DKI) dan Kreditur diperlakukan

sebagaimana layaknya pemakai tempat usaha (Pasal 11 ayat 6 Keputusan

Direksi Persahaan Daerah (PD) Pasar Jaya Nomor 480 Tahun 2003).

Penggolongan kredit sebagai kredit macet berdasarkan hasil

penilaian harus terlebih dahulu ditentukan atau dicantumkan kebijakan

perkreditan bank, sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Bank

Indonesia Nomor. 26/4/BPPP Tanggal 29 Mei 1993 secara operasional

penanganan penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh dengan

berbagai cara :

a. Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit

yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

b. Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal

pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang

tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.

c. Penataan kembali (Restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit

berupa penambahan dana bank atau konvensi seluruh atau sebagian

Page 100: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau konvensi

seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam

perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan kembali atau

persyaratan kembali.

Langkah dan upaya tersebut dilakukan oleh kreditur sebagai

alternatif penyelesaian kredit macet sebelum dilakukan penyelesaian

secara hukum sesuai perjanjian kredit itu sendiri maupun benda obyek

jaminan dari lembaga jaminan yang ada. Hal ini mengingat adanya

ketentuan-ketentuan khusus atas hak pemakaian tempat usaha tersebut,

sehingga meskipun telah dilakukan eksekusi atas barang jaminan sesuai

perjanjian kredit, langkah pengosongan barang jaminan ataupun

pengaktifan kembali tempat tersebut oleh pemegang hak yang baru (yang

memperoleh lelang dari BUPN) memerlukan ijin / persetujuan pemilik

bangunan dalam hal ini Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.

Meskipun terdapat aturan-aturan khusus tentang hak pemakaian

tempat di bangunan Pasar, dalam pelaksanaannya Bank masih tetap dapat

menerima obyek jaminan berupa hak pemakaian tempat usaha. Menurut

pendapat penulis untuk ke depan, agar lebih memberikan kekuatan dan

kepastian hak, maka Hak Pemakaian Tempat di bangunan pasar dapat

ditingkatkan menjadi Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan,

Peningkatan Status ini, sudah barang tentu terlebih dahulu harus merevisi

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992 dan Peraturan Daerah Nomor: 12

Tahun 1999, sehingga nantinya dalam bangunan Pasar dapat dijumpai 3

macam hak yang dapat dipilih oleh calon pemakai tempat yaitu Hak

Pemakaian Tempat Usaha, sewa kontrak dan Hak Guna bangunan diatas

Hak Pengelolaan. Pemberian Hak Guna Bangunan diatas Hak

Pengelolaan oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dimungkinkan oleh

Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 jo Permendagri Nomor 1

Tahun 1977.

Page 101: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 Permendagri Nomor 1

Tahun 1977, hak atas tanah berupa hak milik, Hak Guna Bangunan dan

Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan tunduk pada ketentuan Undang-

Undang Pokok Agraria sehingga statusnya sama dengan hak atas tanah

yang tercantum dalam Pasal 16, dapat dialihkan dan dijadikan objek

jaminan dalam Perjanjian Kredit, hanya saja ada perjanjian yang melekat,

akibat hukum adanya perjanjian yang melekat itu maka setiap pengalihan

hak termasuk penjaminan hak harus dengan persetujuan pemegang.

Page 102: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ,maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha di Pasar Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

antara lain : membuat Perjanjian Kerjasama (PKS) pengadaan kredit antara

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dengan Pedagang dan Bank DKI,

dengan menjadikan Perjanjian kerjasama sebagai acuan utama para

pedagang mengajukan permohonan kredit kepada Bank DKI dengan

melampirkan syarat-syarat yang ditetapkan Bank DKI sesuai dengan

Perjanjian Kerjasama (PKS) dan ketentuan perbankan, kemudian Bank

DKI meneliti permohonan tersebut disetujui atau tidak, jika disetujui maka

ditandatangani oleh Bank DKI dan akan diberikan Daftar Debitur kepada

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dan Developer secara terlampir.

Permohonan kredit yang disetujui selanjutnya dibuatkan perjanjian kredit

dihadapan notaris antara pedagang/pembeli HPTU/Debitur dengan Bank

DKI sebagai Kreditur untuk memperoleh Nota bukti Realisasi kredit yang

digunakan untuk mencairkan dana kredit dengan nilai plafon kredit

debesar 80% dari harga jual Hak Pemakaian Tempat Usaha (HPTU)

dengan syarat uang muka (DP) sebesar 20% telah dibayar lunas oleh

pedagang /pembeli HPTU kepada Developer /pengembang atau

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya (jika dana pembangunan berasal dari

PD.Pasar Jaya), penyerahan SHPTU dilakukan oleh Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya kepada Bank DKI sebagai agunan bersamaan dengan

pencairan kredit atau paling lambat 30 hari setelah pencairan kredit sesuai

dengan PKS atau Cover Note yang diterbitkan oleh Perusahaan Daerah

Pasar Jaya. Pencairan kredit /nilai kredit sebesar 80% dari harga jual

Page 103: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

HPTU setelah dikurangi dana pinjaman (ascrow account) sebesar 10%

langsung dipindah bukukan ke rekening Developer atau pengembang.

Pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya akan membantu dalam hal

pengamanan pengembalian angsuran kredit dari pedagang (debitur)

2. Hambatan yang Timbul Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan

Jaminan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) di Pasar

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya serta cara penyelesaiannya antara lain:

a. Debitur meninggal dunia.

Pihak keluarga hanya cukup memberitahukan kepada pihak

bank dengan melampirkan surat Keterangan Kematian dari aparat

terkait untuk kemudian dilaporkan kepada bank. Bank DKI akan

mengajukan klaim asuransi kematian sebagai ganti pelunasan hutang

debitur.

b. Keadaan memaksa (force majure)

Keadaan memaksa seperti bencana alam, kebakaran, kerusuhan

massa yang memungkinkan hilangnya bangunan yang menjadi objek

perjanjian sehingga memungkinkan salah satu pihak tidak

melaksanakan prestasinya. Pihak Bank DKI mengatasi hal tersebut

mewajibkan debitur untuk mengansuransikan benda yang menjadi

objek perjanjian kredit saat perjanjian kedit diadakan. Pihak yang

terkena force majeure berkewajiban untuk memberitahukan secara

tertulis kepada pihak Bank DKI dalam waktu selambat-lambatnya 14

(empat belas) hari setelah terjadinya force mejeure dan para pihak

dianggap tidak melakukan wanprestasi.

c. Kehilangan Hak Pemakaian Tempat Usaha

Pemegang Hak Pemakaian Tempat Usaha (debitur), dapat

setiap saat dicabut hak kebendaannya karena melakukan pelanggaran

Page 104: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

keras terhadap ketentuan yang berlaku di pasar Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya, maka karena berdasarkan Perjanjian Kerjasama pihak

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya bertindak sebagai avalis akan

menangani proses pelunasan kredit Bank DKI, dengan cara menjual

kembali kios kepada masyarakat untuk mendapatkan pedagang baru

yang hendak membeli kios. Pembayaran pembelian kios dari pedagang

yang baru nantinya digunakan oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya untuk menutup tunggakan pedagang lama dan terhadap pedagang

baru akan dibuatkan Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha yang

baru dengan atas namanya.

d. Kredit macet atau kredit bermasalah

Penanganan penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh

dengan berbagai cara :Penjadwalan kembali (Rescheduling),

Persyaratan kembali (Reconditioning), Penataan kembali

(Restructuring) dan konvensi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi

penyertaan dalam perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan

kembali atau persyaratan kembali.

B. Saran

1. Peraturan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor: 6 Tahun 1992

Tentang Pengurusan Pasar dan Keputusan Direksi Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya Nomor: 450 Tahun 2003 sebagai aturan pelaksaaan PerDa

Nomor: 6 Tahun 1992 segera direvisi dan dilakukan penyesuaian, adalah

peraturan tersebut disesuaikan dengan adanya penggunaan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha sebagai jaminan kredit karena didalam

peraturan-peraturan tersebut telah di singgung mengenai penggunaan Hak

Pemakaian Tempat Usaha (HPTU) sebagai jaminan untuk memperoleh

kredit ke bank. Dalam pasal-pasal berikutnya tidak membahas secara

khusus prosedur pengajuan dan penggunaan HPTU sebagai jaminan

kredit pada bank.

Page 105: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

2. Penyampaian informasi terkait dengan adanya penggunaan Sertifikat Hak

Pemakaian tempat Usaha harus lebih ditingkatkan karena mayoritas

pedagang masih memiliki keterbatasan pengetahuan mengenai hukum dan

konsekuensi yang dapat timbul dari adanya penggunaan Sertifikat Hak

Pemakaian Tempat Usaha, hambatan yang akan timbul serta cara

mengatasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan Perusahaan Daerah

(PD) Pasar Jaya sebagai Pihak yang mengadakan fasilitas kredit dengan

bank, harus mengadakan pembinaan kepada pedagang sebagai calon

debitur, serta harus lebih teliti dalam memeriksa kelengkapan dokumen

kredit untuk diberikan cap /tandatangan dalam dokumen kredit. Antara

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dengan pedagang harus diadakan

sharing (temu pedapat) sebelum mengadakan perjanjian kredit agar Bank

yang nantinya akan dimintakan oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya

sebagai kreditur adalah bank yang mudah untuk diakses pelaksaaan

kreditnya oleh pedagang untuk memastikan pelaksanaan pemberian kredit

dapat berjalan dengan baik, mengingat mayoritas pedagang juga memiliki

tabungan di bank.

3. Terhadap pedagang yang ada perlu dilakukan suatu penataan baik dengan

atau tanpa terlibatnya Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya seperti

dibentuknya organisasi pedagang sebagai perwakilan dan pihak yang

mengkoordinasi pedagang untuk mengatisipasi kemungkinan masalah

yang timbul dalam pelaksaan perjanjian kredit.

Page 106: PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) …/Kajian-yuridis... · maka pemerintah menggunakan Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional perekonomian

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Kadir Muhammad. 1992. Hukum Perjanjian . Bandung: Citra Aditya Bakti Hartono Hadi Soeprapto. 1984. Pokok-pokok hukum perikatan dan hukum

Jaminan . Yogyakarta : Liberty Mariam Darus Badrulzaman.1997. Bab-bab tentang credit Verband ,gadai dan

fiducia, Bandung: Alumni. R. Subekti. 1996. Jaminan –jaminan untuk Pemberian Kredit menurut hukum

Indonesia . Bandung: PTCitra Aditya Bhakti R. Subekti dan Tjitrosudibio.1984.KUH Perdata .Jakarta:Pradya Paramita Subekti ,1987.Hukum perjanjian .Jakarta :intermasa .

R. Subekti. 1981. Aneka Perjanjian. Bandung: Alumni

Soerjono Soekanto. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Djambatan

Winarno Surakhmad. 1980. Pengantar Penelitian Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang N0. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah UU No. 42 Th. 1999 tentang Jaminan Fidusia

PerDa DKI No. 6 Th. 1992 tentang pengelolaan dan pengembangan pasar

Kep. Direksi PD Pasar Jaya No. 450 Th. 2003 tentang pelaksanaan Perda DKI No. 6 tahun 1992 tentang pengelolaan dan pengembangan pasar