persepsi petani terhadap pengembangan komoditas … · 2013. 7. 22. · persepsi petani terhadap...

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Oleh : Marita Sopia Anggraini H0406003 Pembimbing : 1. Ir. Sutarto, MSi 2. Arip Wijianto, SP, MSi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN

KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L)

DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

Marita Sopia Anggraini

H0406003

Pembimbing :

1. Ir. Sutarto, MSi

2. Arip Wijianto, SP, MSi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

mencurahkan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Petani Terhadap

Pengembangan Komoditas Garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo”. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Sutarto, MSi selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing utama

dalam penulisan skripsi.

4. Arip Wijianto, SP, MSi selaku pembimbing pendamping penulisan skripsi.

5. Ir. Supanggyo, MP selaku dosen penguji tamu.

6. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

7. Kepala Bappeda dan Kesbangpolinmas Kabupaten Sukoharjo yang telah

mempermudah perizinan pengumpulan data.

8. Kepala UPTD TPH dan mba wiwin staff UPTD Tanaman Pangan dan

Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten sukoharjo.

9. Segenap Penyuluh Pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

10. Pengurus dan anggota JARPETO (Jaringan Petani Organik) di Kabupaten

Sukoharjo.

11. Kedua orang tua penulis Bapak Sukirno dan Ibu Supinah terimakasih atas

kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada henti. Dede Budi Lestyono dan

Taufik Ramdhani Idayu atas segala dukungan serta kasih sayang yang

membuat penulis selalu bersemangat dalam menjalani perkuliahan.

Page 3: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

12. Nine Eleginia Setyawan dan Aulia Rizki Putri terima kasih atas bantuan,

canda tawa, semangat, kebersamaan, persahabatan yang indah dan aku sayang

kalian.

13. Indri, Fenny, Kuncoro “Bom2” cs, Andi, Darwis, Egi, Esti, Mumun, Harsini,

Kuning, Sun2, Dayu, Anna, Mita, Lulu, Dian cs, Ule cs, Kemprit, Datik cs,

Pipit, magangers jogja in love, anak buah dari Bapak Sutarto dan Bapak Arip

Wijianto serta temen-temen yang pernah satu kelompok dalam praktikum,

terima kasih untuk tawa kalian, semangat kalian, umpatan kalian, dan

kebersamaan dengan kalian.

14. Kakak tingkat PKP 2005 mas Fajar, mas Punta, mas Zuhud, dan mas Bangkit

kakak tingkat ilmu tanah 2005 terima kasih atas bantuan, saran, diskusi dan

motivasi yang telah diberikan.

15. Anak-anak Kos Putri Gubug Esem (teo, mega, dian “mune”, tia’s family,

Fian’s family, ame, mba dila, sari, dan ony) terima kasih atas dukungan,

umpatan serta persahabatan selama ini.

16. Seluruh teman-teman Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2006 di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas

kebersamaan dan kerjasamanya.

17. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-

pihak yang memerlukan.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 4: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN

KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L)

DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Marita Sopia Anggraini

H 0406003

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 18 Januari 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Sutarto, MSi NIP. 19530405 198303 1 002

Anggota I

Arip Wijianto, SP, MSi NIP. 19771226 200501 1 002

Anggota II

Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001

Surakarta, Januari 2011 Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Page 5: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI.............................................................................................. v

DAFTAR TABEL...................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi

RINGKASAN ............................................................................................ xii

SUMMARY............................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5

II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7

1. Pembangunan Pertanian ............................................................ 7

2. Persepsi ..................................................................................... 8

3. Faktor Pembentuk Persepsi ........................................................ 10

4. Petani.......................................................................................... 15

5. Garut (Maranta arundinacea L) ................................................ 16

6. Pengembangan Komoditas Garut .............................................. 19

B. Kerangka Berfikir .......................................................................... 24

C. Hipotesis ........................................................................................ 25

D. Pembatasan Masalah ...................................................................... 25

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 26

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 34

A. Metode Dasar Penelitian ................................................................. 34

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian .............................................. 34

Page 6: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

C. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 35

D. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37

1. Observasi ................................................................................... 37

2. Wawancara ................................................................................ 37

3. Pencatatan ................................................................................. 38

F. Metode Analisis Data ..................................................................... 38

IV. KONDISI UMUM WILAYAH ........................................................... 40

A. Keadaan Geografis ......................................................................... 40

B. Keadaan Penduduk ......................................................................... 41

C. Keadaan Pertanian .......................................................................... 45

D. Sarana perekonomian ...................................................................... 47

E. Pengembangan Komoditas Garut .................................................. 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 51

A. Karakteristik Individu Responden .................................................. 51

B. Faktor Pembentuk Persepsi ............................................................ 53

1. Umur ........................................................................................ 53

2. Pendidikan Formal ................................................................... 54

3. Pendidikan Non Formal ........................................................... 55

4. Pengalaman .............................................................................. 58

5. Pendapatan ............................................................................... 61

6. Motivasi .................................................................................... 63

C. Persepsi Petani Garut Terhadap pengembangan Komoditas Garut 65

1. Persepsi Petani Garut terhadap Ketersediaan Sarana Produksi 65

2. Persepsi Petani Garut terhadap Budidaya Garut ...................... 66

3. Persepsi Petani Garut terhadap Pengolahan Hasil Budidaya Garut 67

4. Persepsi Petani Garut terhadap Pemasaran ............................... 69

D. Hubungan Antara Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi Dengan

Persepsi Petani Garut Terhadap Pengembangan Komoditas Garut 70

1. Hubungan antara umur (X1) dengan persepsi petani garut

terhadap pengembangan komoditas garut ............................... 71

Page 7: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

2. Hubungan antara pendidikan formal (X2) dengan persepsi

petani garut terhadap pengembangan komoditas garut ............. 72

3. Hubungan antara pendidikan non formal (X3) dengan persepsi

petani garut terhadap pengembangan komoditas garut ............. 73

4. Hubungan antara pengalaman (X4) dengan persepsi petani garut

terhadap pengembangan komoditas garut ................................ 73

5. Hubungan antara pendapatan (X5) dengan persepsi petani garut

terhadap pengembangan komoditas garut ................................. 74

6. Hubungan antara motivasi (X6) dengan persepsi petani garut

terhadap pengembangan komoditas garut ................................. 75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 77

A. Kesimpulan ....................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi .....................................................

Tabel 2.2 Persepsi Petani Garut terhadap Ketersediaan Sarana Produksi .......

Tabel 2.3 Persepsi Petani Garut terhadap Budidaya Garut .................................

Tabel 2.4 Persepsi Petani Garut terhadap Pengolahan Hasil Budidaya Garut ....

Tabel 2.5 Persepsi Petani Garut terhadap Pemasaran Garut ...............................

Tabel 3.1 Data Luas Lahan Tanaman Garut (Irut) Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................................................

Tabel 3.2 Data Jumlah Responden Masing-Masing Desa ..................................

Tabel 3.3 Data yang digunakan dalam penelitian ...............................................

Tabel 4.1 Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Polokarto tahun 2008 ....................................................

Tabel 4.2 Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Polokarto tahun 2008 .....................................................

Tabel 4.3 Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Polokarto tahun 2008 ...................................................

Tabel 4.4 Luas areal panen dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Polokarto tahun 2008 ...................................................

Tabel 4.5 Jumlah ternak di Kecamatan Polokarto tahun 2008 .............................

Tabel 4.6 Sarana perekonomian di Kecamatan Polokarto tahun 2008 ..............

Tabel 4.7 Kandungan gizi tepung garut dan tepung terigu dalam tiap 100gram

Tabel 4.8 Data Produksi Tanaman Garut (Irut) Kabupaten Sukoharjo................

Tabel 5.1 Karakteristik individu responden ........................................................

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur ..............................................

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan formal .........................

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pendidikan non formal ..................

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan pengalaman ...................................

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan pendapatan ....................................

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan motivasi ........................................

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan tingkat persepsi terhadap pengembangan komoditas garut ...........................................

Hal

28

30

31

32

33

35

36

37

41

43

44

46

47

47 48

49

51 53

54

56

59

62

64 65

Page 9: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 5.9 Uji Hipotesis hubungan antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi petani garut terhadap pengembangan komoditas garut di sentra produksi garut Kecamatan Polokarto ..........................................................................

71

Page 10: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Skema Hubungan antara Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi

Petani dengan Persepsi Petani terhadap Pengembangan Komoditas Garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.........................................................................................

Hal

25

Page 11: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ................................................................. 85

Lampiran 2. Identitas Responden .................................................................. 94

Lampiran 3. Data Tabulasi Skor Variabel Penelitian ................................... 95

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman ............................ 97

Lampiran 5. Analisis Frekuensi Variable X dan Variable Y ........................ 98

Lampiran 6. Hasil Perhitungan T hitung ....................................................... 107

Lampiran 7. Hasil Analisis Usahatani Garut ................................................ 110

Lampiran 8. Foto Kegiatan Pengolahan Garut …………………………….. 113

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 115

Lampiran 10. Peta Kecamatan Polokarto ........................................................ 116

Page 12: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

Marita Sopia Anggraini. H0406003. 2010, “Farmers’ Perceptions Towards The Development Of Garut Commodity In Subdistrict Polokarto Regency Sukoharjo”. This thesis guided by Ir. Sutarto, MSi and Arip Wijianto, SP, MSi. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University Surakarta.

Garut plants (Maranta arundinacea L) is a type of tubers that contain lots of carbohydrates and can be used as an alternative food source. Garut plant can be substitute rice as staple crops without reducing the nutritional value. Garut production centers located in three villages in the Subdistrict Polokarto Regency Sukoharjo likes Polokarto Village, Bulu Village and Genengsari Village. At the garut production center, garut not only cultivated but also developed and utilized optimally to produce a variety of new processed products from garut tubers, such as garut flour and garut chips.

This research is aimed to analyze the factors of perception builder of farmers, to analyze the level of perception of farmers and to analyze the relationship of the factors and perception of garut farmers on garut commodity development. The basic method of this research is by using descriptive study with survai technique. The determination of the location of the research was done intentionally (purposive). Population in this research was the whole of farmers that cultivating garut . The respondents who were applied were 40 respondents by using proportional random technique (proportional random sampling). To know the factors in forming the perception and the level of perception of farmers by using the interval wide formula. While to know the relationship between the factors in forming the perception and the level of perception of farmers towards development of garut commodity used correlation of Rank Spearman (rs).

The result shows that age of respondent that is 25-35 years old as many 17 respondents or 42,5 percent. Formal education in great quantity is elementary graduated that is 21 respondents or 52,5 percent. Non formal education in great quantity is 22 respondents or 55 percent. The past experience in great quantity is 30 respondents or 75 percent. Income in great quantity is 27 respondents or 67,5 percent. Respondents Motivations in great quantity is 37 respondents or 92,5 percent.

The Result of the research show that the level of perception in the research area is 65 percent it means in good category. From the rank spearman analysis there is a real significant relationship is non formal educations with perception of farmers towards the development of garut commodity. There is a significant relationship is experience and motivations with perception of farmers. There is non-significant relationship between the ages, formal educations, and farmers income on garut commodity development with perception of farmers towards the development of garut commodity

Page 13: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian masih menjadi sektor yang memegang peranan penting

dalam pembangunan ekonomi mengingat sebagian besar penduduk masih

tergantung pada sektor ini. Pembangunan pertanian menurut Hadisapoetro

dalam Mardikanto (1994) didefinisikan sebagai suatu proses yang ditujukan

untuk selalu memperbesar produksi pertanian sekaligus mempertinggi

pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan menambah

peralatan, modal dan ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangan

manusia dalam perkembangan tumbuhan dan hewan. Pembangunan pertanian

merupakan sebagai bagian dari pembangunan nasional, pelaksanaannya

diarahkan untuk meningkatkan produktivitas yang diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas petani diperlukan tidak hanya

modal berupa uang tetapi juga perlu suatu kemauan dan niat untuk melakukan

suatu perubahan.

Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan pembangunan sektor

pertanian yaitu melalui kegiatan diversifikasi pertanian. Diversifikasi

pertanian menurut Soetriono dkk (2006), merupakan upaya-upaya untuk

mengembangkan atau menganekaragamkan usaha tani (mengusahakan

beberapa jenis usaha tani serta mengembangkan produksi pokok menjadi

beberapa produk baru). Diversifikasi pertanian bertujuan untuk memanfaatkan

keanekaragaman hayati yang terdapat di suatu daerah yang akan memperkaya

jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan usaha tani. Salah satu kegiatan

diversifikasi pertanian yaitu melalui budidaya komoditas garut.

Indonesia tiap tahun mengimpor tepung terigu tidak kurang dari 3 juta

ton, sehingga menguras devisa. Pada tahun 1998, impor tepung mencapai

3.150 juta ton atau setara dengan 4.250 juta ton gandum. Kebutuhan terigu

Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta ton pada tahun 2000 setara dengan

1

Page 14: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

devisa lebih dari US $ 1 miliar. pemerintah melalui APBN 1998/1999, pernah

menetapkan subsidi impor terigu 1,9 triliun rupiah. Prospek pengembangan

usaha tani (agribisnis) garut cukup cerah. Permintaan tepung terigu cenderung

meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peluang tepung

garut sebagai pengganti tepung terigu dalam negeri sangatlah besar

(Rukmana,2000).

Tanaman garut dapat diambil patinya untuk dibuat menjadi tepung

garut. Umbi garut dapat digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat

untuk mendinginkan perut, menawarkan racun ular, memperbanyak ASI,

mengobati disentri, eksim dan penurun panas serta daun keringnya dapat

dijadikan sebagai pakan ternak. Budidaya garut relatif mudah dengan modal

yang tergolong murah, selain itu juga mudah ditumpangsarikan dengan

tanaman palawija di ladang (tegalan) dapat juga tumbuh dengan mudah

dibawah naungan tanaman lain di sekitar pekarangan rumah. Tanaman garut

dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kekurangan air, bahkan pada lahan

kering garut dapat tumbuh dan menghasilkan produk dengan mutu yang baik.

Melihat potensi dan prospek dari budidaya garut, maka dapat menjadi peluang

bagi petani untuk meningkatkan usaha budidaya garut, sehingga mendukung

bertambahnya pendapatan serta akan meningkatkan kesejahteraan keluarganya

apabila dikembangkan secara optimal.

Tanaman garut sebenarnya telah lama tumbuh di lahan petani di

Kecamatan Polokarto, akan tetapi masih banyak yang mengganggap garut

sebagai tanaman liar. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang potensi yang dimiliki garut. Akan tetapi, setelah sebagian petani di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo mengetahui potensi yang dimiliki

garut, maka mereka memulai untuk mengembangkan komoditas garut

walaupun masih dalam skala kecil. Kecamatan Polokarto merupakan

Kecamatan terluas di Kabupaten Sukoharjo yaitu seluas 6.218 Ha. Di

Kecamatan Polokarto terdapat tiga Desa yang sebagian petaninya telah

membudidayakan garut, yaitu terdiri dari Desa Polokarto, Desa Bulu dan Desa

Genengsari. Di daerah tersebut garut tidak hanya dibudidayakan saja

Page 15: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

melainkan juga di kembangkan dan dimanfaatkan secara optimal sehingga

menghasilkan berbagai produk olahan baru dari umbi garut, seperti tepung

garut dan emping garut. Pemerintah dan JARPETO atau Jaringan Petani

Organik juga ikut membantu petani untuk mengembangkan komoditas garut

dengan cara mengadakan pelatihan tentang pengembangan komoditas garut di

Kecamatan Polokarto, sehingga pelatihan ini dapat dimanfaatkan oleh petani-

petani di Kecamatan Polokarto maupun petani-petani di kecamatan lain

apabila mereka ingin mengetahui informasi tentang pengembangan komoditas

garut.

Persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga

menimbulkan tanggapan terhadap suatu rangsang. Persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut perlu mendapat perhatian yang mendalam.

Hal ini dikarenakan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut

akan mempengaruhi pemikiran petani dalam membudidayakan garut serta

mengembangkan komoditas garut. Sehingga, dapat mempengaruhi

keberlanjutan komoditas garut khususnya di Kecamatan Polokarto. Hal ini

selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rogers (1983) bahwa

persepsi merupakan bagian yang penting dalam penentuan sikap seseorang di

dalam tahap persuasi, tahap persuasi ini merupakan tahap dimana persepsi

umum masyarakat terhadap suatu inovasi ini dibangun. Oleh karena itu,

penting untuk diadakannya penelitian tentang persepsi.

Peneliti memilih lokasi di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo

dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut sangat potensial bagi budidaya

tanaman garut dan Kecamatan Polokarto memiliki luas lahan terluas untuk

budidayakan garut di Kabupaten Sukoharjo, dan petaninya telah

mengembangkan komoditas garut menjadi olahan baru berupa tepung garut

dan emping garut. Penelitian tentang persepsi petani garut terhadap

pengembangan komoditas garut (Maranta arundinacea L) dilakukan untuk

mengkaji faktor-faktor pembentuk persepsi, persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut dan hubungan antara faktor-faktor pembentuk

persepsi dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut.

Page 16: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Persepsi petani dapat menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan petani

dalam mengembangkan komoditas garut, sehingga penting diteliti untuk

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang mendukung

pengembangan komoditas garut, khususnya di Kecamatan Polokarto.

B. Perumusan Masalah

Tanaman garut (Maranta arundinacea L) merupakan tanaman jenis

umbi-umbian yang banyak mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan

sebagai sumber makanan alternatif. Umbi garut dapat diolah menjadi berbagai

produk pangan, seperti emping garut, tepung garut yang selanjutnya dapat

diolah untuk berbagai macam makanan contohnya bubur dan kue. Selain itu,

daun kering dari tanaman garut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan

garut juga memiliki khasiat sebagai obat terhadap penyakit diare. Tanaman

garut juga diharapkan dapat berfungsi sebagai sumber bahan pangan lokal

yang yang dapat menggantikan beras sebagai karbohidrat.

Kenyataannya tanaman garut masih dibiarkan tumbuh secara liar di

pekarangan, tegal sehingga belum dibudidayakan secara intensif. Padahal

pengembangan garut secara intensif mulai dari tahap pengolahan tanah sampai

dengan tahap pemanenan bertujuan agar hasil tanaman garut yang berupa

umbi dapat mencapai hasil yang maksimal. Budidaya tanaman garut tidak

membutuhkan lahan secara spesifik dalam arti tanaman garut dapat tumbuh

dimana saja bahkan dibawah naungan tanaman lain. Selain itu, umbi garut

kurang dimanfaatkan secara optimal. Sebenarnya, umbi garut dapat diolah

menjadi berbagai produk baru, misalnya tepung garut dan emping garut. Umbi

garut yang telah diolah memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan umbi garut yang tidak diolah lebih lanjut.

Pengembangan komoditas garut dari segi budidaya garut, pengolahan

garut hingga pemasaran garut dapat menimbulkan respon dari petani melalui

rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional sehingga menimbulkan

persepsi pada diri petani. Persepsi seseorang terhadap sesuatu hal tidak dapat

berjalan secara spontan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat

membentuk persepsi, antara lain umur, pendidikan formal dan non formal,

Page 17: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pengalaman, pendapatan dan motivasi. Persepsi petani garut terhadap

pengembangan komoditas garut akan mempengaruhi keberlanjutan dari

keberadaan komoditas garut untuk masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian tersebut maka terdapat beberapa permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini meliputi :

1. Apa sajakah faktor-faktor pembentuk persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo?

2. Bagaimana persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo?

3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor pembentuk persepsi dengan

persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor pembentuk persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo.

2. Menganalisis persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

3. Menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk persepsi dengan

persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana mengembangkan pola pikir, menambah

pengalaman dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya, khususnya dalam

pengembangan komoditas garut.

Page 18: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan

untuk penelitian selanjutnya.

Page 19: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Mardikanto (1994), menjelaskan bahwa pembangunan pertanian

dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk memperoleh

kenaikan produksi pertanian dan untuk mempertinggi pendapatan.

Produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan

ketrampilan (skill) untuk memperbesar turut campur tangan manusia

didalam perkembangan tumbuhan dan hewan. Sedangkan menurut

Hadisapoetra (1973), menyatakan bahwa dari definisi pembangunan

pertanian telah dinyatakan bahwa tujuannya adalah peningkatan produksi

pertanian dan mempertinggi pendapatan dari produktivitas usaha tiap-tiap

petani. Terjadinya proses pembangunan didalam bidang pertanian pada

pokoknya ditentukan oleh faktor-faktor modal, ketrampilan (skill), tenaga,

alam, kesediaan petani sendiri dan kebutuhan akan tambahan hasil

pertanian

Pembangunan pertanian perlu lebih mengutamakan kegiatan

penyuluhan yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (petani),

agar selalu siap dan mampu menguasai serta menerapkan setiap alternatif

inovasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas usahatani

dan pendapatan petani, demi perbaikan kesejahteraan keluarga dan

masyarakat (Mardikanto, 1993).

Soetrisno (1999) menjelaskan bahwa mayoritas penduduk negara-

negara yang sedang berkembang adalah petani. Demikian halnya dengan

Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata pecaharian sebagai

petani. Oleh karena itu, pembangunan pertanian haruslah merupakan

tujuan utama. Mardikanto (1996) juga menjelaskan bahwa pembangunan

merupakan upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-

perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan

7

Page 20: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka

panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung oleh partisipasi

masyarakatnya dengan menggunakan teknologi yang terpilih.

Mosher (1978), menyatakan bahwa pembangunan pertanian tidak

bisa lepas dari penggunaan teknologi baru mengingat dinamika perubahan

preferensi konsumen akan produk pertanian yang cepat berubah. Lima

faktor pokok yang perlu diperhatikan dan senantiasa perlu dipenuhi yaitu:

a. Adanya pasar produk pertanian,

b. Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani,

c. Adanya atau tersedia sarana produksi secara lokal,

d. Adanya insentif produksi bagi petani,

e. Adanya transport yang memadai.

2. Persepsi

Menurut Effendy (1990), persepsi adalah pengindraan terhadap

suatu kesan yang timbul dalam lingkungan pengindraan ini dipengaruhi

oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Selain itu pengetahuan dan

pengalaman akan memperkaya pikirannya dengan perbendaharaan untuk

memperkuat daya persepsinya. Sedangkan Rakhmat (1998), berpendapat

bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Dengan kata lain persepsi ialah memberikan makna

pada rangsangan inderawi.

Menurut pendapat Walgito (1997), persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang

berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.

Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu

dilanjutkan atau diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan

terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia

lihat, apa yang ia dengar, dan individu mengalami persepsi. Sedangkan

menurut Boedaken et all (1975), menyatakan persepsi adalah proses yang

kompleks, dimana kita memilih, mengatur, dan menginterprestasikan

Page 21: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

stimulus atau stimulasi sensor menjadi sebuah pandangan dunia yang

sangat bermakna.

Chaplin (1974), menjelaskan bahwa didalam persepsi, orang yang

mempersepsikan sesuatu sadar terhadap objek-objek atau kejadian di

lingkungannya dan tidak selalu dapat dengan mudah untuk dipengaruhi.

Selain itu, kesadaran ini berarti bahwa seseorang mempunyai keyakinan

untuk melihat objek berdasarkan karakter setiap kejadian, situasi, waktu

dan tempat. Gilmer (1975) menjelaskan bahwa pengalaman masa lalu

mempengaruhi persepsi. Mengabaikan pengalaman masa lalu seseorang

sama saja dengan mengabaikan hal pokok yang paling menentukan

persepsi.

Neisser dalam Gavin (1998), menyatakan bahwa persepsi

melibatkan skema, eksplorasi, dan rangsangan. Perseptual skemata

(representasi internal) eksplorasi perseptual langsung terhadap rangsangan

lingkungan yang relevan. Eksplorasi dapat berarti bergerak, dan

memungkinkan sampling dari rangsangan yang tersedia. Jika sampel tidak

cocok skema, maka skema yang memainkan peran yang lebih besar. teori

konstruktivis tersebut dapat menjelaskan ilusi visual yang lebih baik

daripada langsung mengarah ke teori-teori persepsi. Jika informasi yang

tersimpan digunakan untuk memahami rangsangan pada saat ini, ilusi

mungkin hasil penerapan pengetahuan yang salah.

Devito (1997), menyatakan bahwa persepsi adalah proses dimana

kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera

kita. Persepsi mempengaruhi ransangan (stimulus) atau pesan apa yang

kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika

mencapai kesadaran. Proses persepsi sendiri dapat dijelaskaan dalam tiga

tahap yang bersifat kontinyu, bercampur-baur dan bertumpang tindih satu

sama lain. Ketiga tahap itu adalah:

a. Terjadinya stimulasi alat indera (sensory stimulation), dimana alat

indera distimulasi (dirangsang), seperti misalnya mendengarkan suara

musik.

Page 22: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Stimulasi terhadap alat indera diatur, dimana rangsangan terhadap alat

indera diatur menurut berbagai prinsip.

c. Stimulasi alat indera ditafsirkan-dievaluasi, dimana merupakan proses

subyektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima.

Persepsi adalah proses dengan bagaimana kita menerima informasi

atau rangsangan dari lingkungan kita dan mengubahnya menjadi

kesadaran psikologis. Morgan menjelaskan persepsi sebagai “proses

membedakan antara rangsangan dan interpreating makna mereka. Itu

campur tangan antara proses sensori, di satu sisi, dan perilaku, di pihak

lain. Menjadi proses campur tangan tidak langsung dapat diamati

(Hawkins et all, 1982).

3. Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi

Mulyana (2001), menyatakan bahwa atensi yang merupakan

bagian proses dari persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya

seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kepemilikan luas lahan,

kebiasaan dan bahkan faktor-faktor psikologis seperti kemauan, keinginan,

motivasi, pengharapan, dan sebagainya. Sedangkan, menurut Rakhmat

(1998) menyebutkan keragaman persepsi meliputi faktor personal dalam

individu berupa umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan luas

penguasaan lahan.

Menurut Hernanto (1993), umur akan mempengaruhi kemampuan

fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usaha. Selain

itu umur mempengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku

seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah

pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin

tepat segala tindakannya. Sedangkan berdasarkan data stastistik Indonesia

(2009), menyatakan bahwa dalam pembahasan demografi pengertian umur

adalah umur pada saat ulang tahun terakhir.

Faktor umur seseorang akan mempengaruhi persepsi terhadap

suatu inovasi. Klasifikasi ciri-ciri pengadopsi yang masuk kelompok

Page 23: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

lambat dan lamban, mereka rata-rata memiliki umur yang lebih tua,

sehingga kemampuan fisiologis sudah berkurang seperti pendengaran

penglihatan dan sebagainya (Sumintaredja dkk, 2001).

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon

dalam menjalankan usaha taninya, makin muda petani biasanya

mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum diketahui,

sehingga dengan demikian mereka akan berusaha lebih cepat melakukan

adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum bepengalaman

dalam soal inovasi tersebut (Soekartawi, 1988).

Umur dan jenis kelamin merupakan ciri untuk melihat adanya

perbedaan status sosial. Biasanya didasarkan persepsi dari masing-masing

orang. Hal ini seperti bentuk lain dari stratifikasi yaitu berbagai stratifikasi

umur dari kebudayaan satu ke kebudayaan lainnya

(Schaefer and Robert, 1983).

Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan formal merupakan

struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang,

lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan

tinggi. Sedangkan menurut Mulyana (2001), menyatakan bahwa tingkat

pendidikan seseorang merupakan faktor internal yang mempengaruhi

atensi, semakin besar perbedaan aspek-aspek internal maka semakin besar

perbedaan persepsi mereka mengenai realita.

Menurut Rakhmat (1998), perbedaan tingkat pendidikan akan

menghasilkan persepsi yang berbeda pula pada suatu obyek atau peristiwa.

Sedangkan menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi

adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi, begitupula

sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak kesulitan

untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.

Pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan,

kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat pada

pengembangan ketrampilan, ketrampilan (kejuruan) atau pekerjaan,

Page 24: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan

(Schaefer dan Robert, 1983).

Pendidikan nonformal menurut Sastraatmadja (1993), yaitu

sebagai pendidikan yang tidak mengenal batasan umur, kurikulum, uang

sekolah, ruangan tertentu dan tidak mengenal waktu. Pendidikan

nonformal di bidang pertanian biasanya dilakukan melalui kegiatan

penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal

yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan

dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka

pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya

sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah

menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf

hidup mereka.

Pendidikan Non Formal diartikan sebagai penyelenggaraan

pendidikan yang terorganisir yang berada di luar sistem pendidikan

sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang berlangsung

berada dalam suatu situasi interaksi belajar mengajar yang banyak

terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982).

Pendidikan non formal mengarah pada pendidikan yang bertempat

di luar dari aturan non formal. Khususnya, istilah atau ungkapan

pendidikan non formal digunakan pada orang dewasa yang buta huruf dan

pendidikan lanjutan untuk orang dewasa (Spencer, 1981).

Menurut Kartasapoetra (1991), Penyuluhan merupakan suatu

sistem pendidikan yang bersifat non formal/sistem pendidikan diluar

sistem persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara

mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu kerap mengerjakan

sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri.

Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang

diorganisir di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk

memenuhi keperluan khusus. Pendidikan non formal seperti penyuluhan

pertanian, pemberantasan buta huruf, pendidikan bidang kesehatan,

Page 25: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

keluarga berencana, program pemerintah dan lain-lainnya, mempunyai

potensi sangat besar di daerah pedesaan sebagai akibat kurang tersedianya

pendidikan formal karena pendidikan non formal ini dapat dipergunakan

sebagai sarana untuk meningkatkan standar kehidupan dan produktifitas

kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan

(Suhardiyono, 1992).

Mahmud (1990), berpendapat bahwa persepsi pada suatu waktu

tertentu tergantung bukan saja pada stimulus sendiri, tetapi juga pada latar

belakang beradanya stimuli itu, seperti pengalaman-pengalaman sensoris

yang terdahulu. Sedangkan menurut Rakhmat (1998), pengalaman

mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses

belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian

peristiwa yang pernah kita hadapi. Semakin banyak pengalaman seseorang

maka akan semakin cermat pula seseorang dalam mempersepsikan suatu

obyek.

Colhoun dan Acocella (1990), berpendapat bahwa pengalaman

merupakan hasil peristiwa yang menyenangkan atau menyakitkan

terhadap suatu obyek. Orang akan mengembangkan sikap positif terhadap

obyek bila itu menyenangkan dan sebaliknya jika obyek menyakitkan, ia

akan mengembangkan sikap negatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut W.Stern

dalam Walgito (1997), menyatakan bahwa pembawaan maupun

pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam

perkembangan individu, teori ini dikenal dengan teori konvergensi.

Perkembangan individu termasuk di dalamnya persepsi terhadap sesuatu,

juga ditentukan oleh faktor endogen (bawaan sejak lahir), maupun faktor

lingkungan (termasuk pendidikan) yang merupakan faktor eksogen. Faktor

lingkungan ynag mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan

individu yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial

Tingkat pendapatan (ekonomi) sebagai faktor internal jelas

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu realitas. Semakin besar

Page 26: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

perbedaan pendapatan antara dua orang, maka semakin besar pula

perbedaan persepsi seseorang terhadap realitas (Mulyana, 2001).

Soekartawi (1988), mengemukakan bahwa petani dengan tingkat

pendapatan yang tinggi ada hubungannya dengan penggunaan inovasi.

Petani dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu

yang diinginkan sehingga akan lebih efektif dalam partisipasi. Sedangkan

menurut Hernanto (1984), pendapatan merupakan faktor yang sangat

penting dalam menunjang perekonomian keluarga. Tingkat pendapatan

merupakan salah satu indikator sosial ekonomi seseorang di masyarakat

disamping pekerjaan, kekayaan dan pendidikan.

Pendapatan adalah dapat berupa pendapatan yang diperoleh dari

pekerjaan pokok, pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan

dan pendapatan yang diperoleh dari usaha subsistem dari semua anggota

rumah tangga, pendapatan dan penerimaan anggota rumah tangga dapat

diperinci atas pendapatan berupa uang, pendapatan berupa barang, lain-

lain penerimaan uang dan barang (Sumardi dan Evers, 1982).

Cara lain untuk mengukur ekonomi keluarga dengan lebih spesifik

adalah dengan pendapatan keluarga dan pengumpulan Sumber Daya.

Pemilikan tanah dan penggunaan tanah sangat berpengaruh terhadap gizi

keluarga, pendapatan keluarga menggambarkan hanya sebagian dari

Sumber Daya keluarga. Kebutuhan akan papan, pangan dan sandang

merupaka kebutuhan pokok keluarga (Sukarni, 1994).

Menurut Rakhmat (1998), tenaga-tenaga motivasional sangat

penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek

motivasi menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut

diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). Dikemukakan

juga oleh Mulyana (2001), bahwa motivasi merupakan faktor internal

yang mempengaruhi persepsi seseorang.

Persepsi dipengaruhi oleh kebutuhan dan motivasi yang memiliki

arti dorongan, berasal dari bahasa latin movere yang berarti mendorong,

Page 27: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

atau menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk

berperilaku, beraktivitas dalam pencapaian tujuan (Widayatun, 1999).

As’ad (1995) mengartikan motivasi sebagai dorongan. Dorongan

atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat

sehingga motif tersebut merupakan suatu “driving force” yang

menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya

itu mempengaruhi tujuan tertentu. Oleh karena itu, motivasi juga disebut

sebagai “the processby which behavior is energized and directed”.

Dengan kata lain, motif adalah yang melatarbelakangi individu berbuat

untuk mencapai tujuan.

Motivasi merupakan proses atau faktor yang menyebabkan

seseorang melakukan suatu tindakan dengan cara-cara tertentu.

Memotivasi maksudnya mendorong seseorang mengambil tindakan

tertentu. Proses motivasi terdiri dari : a) identifikasi atau apresiasi

kebutuhan yang tidak memuaskan; b) menetapkan tujuan yang dapat

memenuhi kepuasan dan; c) menyelesaikan suatu tindakan yang dapat

memberikan kepuasan (Johannsen and Terry, 1990).

Motivasi adalah dorongan atau tekanan yang menyebabkan

seseorang melakukan atau tidak melakukan kegiatan. Karena itu

keputusan petani untuk menerima sebuah inovasi dipengaruhi oleh

motivasi yang dimiliki oleh petani itu sendiri ke arah perubahan

(Mardikanto, 1997).

Menurut Mc Donald dalam Sardiman (1992) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari

pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting :

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam system”neurophysiological”

yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri

Page 28: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik

manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-

persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain,

dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

4. Petani

Wolf dalam Mardikanto (1994) menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan petani (peasant) adalah orang yang bercocok tanam di pedesaan

dengan mengusahakan tanaman dan hewan ternak. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa petani mempunyai kedudukan rangkap yaitu sebagai

pelaku ekonomi yang sekaligus juga sebagai kepala rumah tangga di

dalam kehidupannya.

Petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap

menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usaha tani

dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga

bayaran. Petani bukanlah bawahan penyuluh, berarti tidak ada pula sifat

perintah dan tugas serta kewajiban tertentu sesuatu hal, tidak pula sesuatu

sangsi jabatan terhadap hasil kerja yang telah diperlihatkan oleh petani

(Samsudin, 1982).

Para petani harus selalu memutuskan apa yang dihasilkannya dan

bagaimana menghasilkannya. Petani Indonesia pada umumnya dapat

dibagi dalam tiga kelompok rumah tangga berdasarkan luas usaha taninya:

usaha tani luas yang memiliki lahan 0,5 hektar atau lebih; petani kecil atau

marjinal dengan luas lahan rata-rata dibawah 0,5 hektar; dan petani tuna

Page 29: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

lahan yang mungkin hanya memiliki sedikit pekarangan di sekitar

rumahnya (Makeham dan Malcolm, 1991).

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti

luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan

pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani

berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor

produksi yang diketahui (Hernanto, 1993).

Mosher (1978), memberikan gambaran yang agak luas tentang

“petani”, yaitu:

a. Petani sebagai manusia

Petani seperti halnya manusia yang lain, ia juga rasional, memiliki

harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan kemauan untuk hidup lebih

baik. Di samping itu, petani seperti halnya manusia, yang lain juga

memiliki harga diri dan tidak bodoh, sehingga memiliki potensi yang

dapat dikembangkan guna memperbaiki hidupnya.

b. Petani sebagai juru tani

Petani yang melakukan kegiatan bertani, yang memiliki

pengalaman dan telah belajar dari pengalamannya. Hasil belajarnya itu

tercermin dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka terapkan dalam

kegiatan bertani.

c. Petani sebagai pengelola usahatani

Petani selain sebagai manusia dan juru tani, seorang petani

umumnya juga pengelola atau “manajer” dari usahataninya. Hal ini

berati bahwa petani adalah orang yang memiliki wewenang untuk

mengambil keputusan sendiri tentang usahatani yang dikelolanya, serta

terbiasa mempertanggungjawabkan hasil pengelolaannya itu kepada

keluarga serta masyarakat di lingkungannya.

Page 30: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5. Garut (Maranta arundinacea L)

Menurut Rukmana (2000), tanaman garut termasuk spesies

Maranta arundinacea, mempunyai taksonomi (sistematika) sebagai

berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Marantaceae

Genus : Maranta

Spesies : Maranta arundinacea Linn

Garut atau airut ditanam untuk rimpangnya dalam tanah yang

mengandung sekitar 20% pati berkualitas tinggi yang mudah dicerna dan

cocok untuk bayi, orang cacat dan orang tua. Tanaman ini merupakan

tanaman menahun dengan tinggi kira-kira 1 meter. Tanaman ini

diperbanyak dengan potongan-potongan rimpang yang bertunas, atau dari

pucuknya (Williams et all, 1993).

Garut (Maranta arundinacea L) kadang-kadang disebut juga west

indian arrowroot untuk membedakannya dengan tanaman ubi yang lain

misalnya queensland arrowroot (ganyong) dan brazilian arrowroot

(singkong). Bentuk tanaman ini adalah herba yang merumpun, tingginya

1,0-1,5 m dengan perakaran dengkal dan rhizome 20-45 cm, sedang

diameternya 2-5 cm. Agar garut dapat hidup dengan subur dan berproduksi

tinggi, diperlukan syarat-syarat untuk hidupnya, tanaman garut

memerlukan curah hujan minimum 150-200 cm perbulan. Tanah yang

digemari adalah tanah lempung yang subur terutama tanah lempung yang

berpasir yang banyak mengendung mineral vulkanik. Umumnya garut

dapat tumbuh normal pada ketinggian 900 m dari permukaan air laut

(Lingga, 1986).

Umbi garut dapat dibuat tepung dan pati garut yang dapat disimpan

lama ditempat yang kering. Mutu tepung garut yang satu dan lainnya

Page 31: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sangat berlainan, tergantung cara pengolahan dan mutu bahan bakunya.

Tepung garut kualitas komersial berwarna putih, bersih, bebas dari noda

dan kadar airnya tidak lebih dari 18,5 %, kandungan abu dan seratnya

rendah, pH 4,5 - 7 (Lesman, 2009).

Pengembangan usahatani garut secara intensif berpola agribisnis

dan agroindustri merupakan strategi dan solusi untuk menekan atau

menyetop impor tepung terigu untuk kemudian dapat digantikan sebagai

tepung garut, sehingga tanaman garut memiliki prospek cerah untuk

dibudidayakan (Rukmana, 2000).

6. Pengembangan Komoditas Garut

Teknik budidaya tanaman garut adalah sebagai beikut :

a. Pengolahan Tanah

Tanah diolah sampai gembur dan bebas dari gulma (rumput

liar), kemudian dikeringkan selama 15 hari. Tanah yang sudah diolah

dipola untuk dibuat bedengan-bedengan selebar 120 cm, tinggi 25-30

cm, panjang di sesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar

bedengan 30-50 cm (Rukmana, 2000).

b. Pemilihan Bibit

Bibit yang dipilih dengan ujung umbi sepanjang 4-7 cm, sehat

gemuk dan mempunyai 2-4 mata tunas. Kebutuhan bibit tiap hektar

adalah sekitar 3000-3500 kg bibit (Rukmana, 2000).

c. Penanaman

Lubang tanam dibuat sedalam 8-15 cm. Jarak lubang tanaman

37,5 x 75 cm. Waktu tanam yang paling baik adalah awal musim

hujan. Tiap lubang musim tanam yang ada ditanami dengan satu bibit

terpilih (Rukmana, 2000).

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiangan, pengairan,

pembumbunan, pemupukan susulan, dan perlindungan tanaman.

Page 32: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1) Penyiangan

Dilakukan pada waktu tanaman garut berumur 3-4 bulan.

Penyiangan dilakukan tiap bulan sekali pada fase tanaman garut

mulai berbunga penyiangan dihentikan.

2) Pengairan

Pada fase awal pertumbuhan bibit, dibutuhkan kondisi

tanah yang lembab sehingga tanah yang kering harus diairi.

Caranya dengan mengalirkan air melalui selang atau pipa ke areal

kebun.

3) Pembumbunan

Membumbun dilakukan mula-mula dengan

menggemburkan tanah di sekeliling batang tanaman garut,

kemudian tanahnya ditimbunkan pada bidang pangkal batang

tanaman hingga membentuk guludan kecil.

4) Pemupukan Susulan

Pemupukkan susulan dilakukan saat tanaman garut

berumur 3,5 bulan. Cara pemupukan adalah dengan ditabur pada

alur-alur dangkal di sepanjang antar barisan tanaman.

5) Perlindungan Tanaman

Perlindungan tanaman ditunjukkan pada gangguan hama

dan penyakit yang menyerang. Hama penting yang perlu di

waspadai adalah ulat penggulung daun (Colopedes athlius cran)

dan belalang.

(Rukmana, 2000).

e. Panen

Pemanenan umbi garut dapat dilakukan pada waktu tanaman

berumur 10-12 bulan setelah tanam. Tanaman garut yang layak

dipanen adalah yang memiliki ciri-ciri daun-daunnya menguning dan

layu atau mati, serta batang-batangnya roboh. Cara memanen adalah

dengan mencabut atau membongkar rumpun tanaman hingga umbi-

Page 33: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

umbinya terkuak ke permukaan tanah. Produksi umbi garut berkisar

7,5-37 ton/ha (Rukmana, 2000).

Pentingnya agribisnis di Indonesia adalah untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani. Agribisnis didukung oleh beberapa

sub sistem yang meliputi sub sistem pengadaan sarana produksi pertanian,

sub sistem budidaya usahatani, sub sistem pengolahan dan industri

pertanian, sub sistem pemasaran hasil pertanian dan sub sistem

kelembagaan penunjang kegiatan pertanian (Mardikanto, 2009).

Soekartawi (1991), menyatakan bahwa konsep agribisnis

sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi,

mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan

kegiatan pertanian. Sedangkan menurut Arsyad, dkk dalam Firdaus (2008)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu

kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari

mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang berhubungan

dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan

usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang

ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Mosher dalam Mardikanto (2009), menetapkan tersedianya sarana

produksi di tingkat lokal, sebagai salah satu syarat mutlak pembangunan

pertanian. Hal ini terutama disebabkan karena, untuk kegiatan produksi

selalu dibutuhkan sarana produksi yang terdiri dari benih unggul, pupuk

dan pestisida.

Pengolahan hasil atau yang kemudian dikenal sebagai agroindustri,

merupakan langkah yang perlu mendapat perhatian, untuk tujuan-tujuan:

perbaikan mutu, pengurangan kehilangan, peningkatan nilai tambah

produk, dan pemenuhan selera pasar yang pada gilirannya akan

memberikan tambahan penghasilan bagi petani sebagai pengelola kegiatan

pertanian (Mardikanto, 2009).

Tepung garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

jenang (dodol), kue dadar, kue semprit, cendol, cantik manis, roti, mie,

Page 34: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

makanan ringan, dan aneka kue tradisional. Sedangkan Umbi Garut dapat

digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat utuk mendinginkan

perut, menawarkan racun ular, memperbanyak ASI, mengobati disentri,

eksim dan penurun panas. Dibanding tepung terigu dan tepung beras

kandungan karbohidrat dan zat besi pada tepung Garut lebih tinggi,

sementara kandungan lemaknya paling rendah diantara ketiga jenis tepung

itu. Sedangkan kandung kalorinya hampir sama dengan beras dan terigu

(Departemen Kehutanan Sragen, 2009).

Umbi garut yang akan diolah lebih lanjut menjadi tepung harus

dalam kondisi segar dengan masa penyimpanan tidak lebih dari dua hari.

Cara pembuatan tepung garut adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan umbi

Pilih umbi garut yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah

panen.

b. Pembersihan

Bersihkan umbi garut dari kotoran (tanah) dan kulit atau sisik-

sisiknya.

c. Pencucian dan perendaman

Cucilah umbi garut dalam air mengalir hingga bersih, kemudian

segera direndam selama beberapa waktu agar tidak terjadi pencoklatan

(browning).

d. Penyawutan

Rajanglah umbi garut tipis-tipis dengan alat pengiris atau

penyawut ubi kayu.

e. Pengeringan

Keringkan sawut garut dengan cara dijemur atau menggunakan

alat pengering buatan hingga berkadar air 10%-12%.

f. Penepungan

Tumbuklah sawut kering hingga lembut, kemudian diayak

dengan ayakan tepung berulang-ulang. Tampung tepung garut dalam

wadah.

Page 35: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

g. Penyimpanan

Simpan wadah berisi tepung garut ditempat yang kering.

(Rukmana, 2000).

Budidaya secara intensif dapat menghasilkan rata-rata 21 ton

umbi/ha. Harga umbi basah Rp.1.000 - Rp1.500/kg. agaknya cukup

potensial untuk menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Umbi garut

cocok untuk pengembangan agribisnis pedesaan, biasanya digunakan oleh

masyarakat tani untuk membuat emping, untuk menghasilkan 1 kg emping

garut dibutuhkan umbi basah sebanyak 5 kg dengan harga jual Rp.13.000

hingga 15.000/kg emping. Cara membuat emping garut adalah sebagai

berikut:

a. Pilih umbi garut berdiameter 2-3 cm

b. Kupas kulitnya dan dicuci

c. Potong-potong setebal + 1cm

d. Rebus irisan garut dan tambahkan bumbu (1,5% garam dan

2%bawang putih)

e. Setelah masak, angkat dan tiriskan

f. Cetak dengan cara pipihkan di atas lembaran plastik (seperti pada

pembuatan emping melinjo)

g. Dikeringkan, setelah kering lakukan pengemasan

(BPTP Jogja, 2008)

Kegiatan pemasaran merupakan serangkaian proses sejak analisis

(permintaan) pasar, penyiapan produk, menawarkan/promosi produk,

penyampaian atau distribusi produk, negosiasi dan penetapan harga

produk, bahkan sampai dengan layanan pasca-jual agar konsumen tetap

menjadi pelanggan yang loyal (Kusnandar dkk, 2010).

Subsistem pemasaran dalam sistem agribisnis menempati posisi

yang sangat penting lebih penting dari subsistem produksi, karena sebagai

salah satu bentuk usahatani modern yang komersial, pemasaran hasil akan

sangat menentukan keberhasilan dan kelestarian usahatani yang dikelola

(Mardikanto, 2009).

Page 36: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

B. Kerangka Berpikir

Tanaman garut merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang

mulai di kembangkan oleh sebagian petani di Kecamatan Polokarto. Hal ini

dikarenakan tanaman garut merupakan tanaman yang potensial untuk

dikembangkan sebagai sumber karbohidrat non beras. Tanaman tersebut

mampu mensubtitusi beras sebagai tanaman pokok tanpa mengurangi nilai

gizinya. Selain itu, tanaman garut juga dapat diambil patinya sebagai tepung

terigu. Tanaman garut juga diharapkan dapat berfungsi sebagai sumber bahan

pangan lokal yang yang dapat menggantikan beras sebagai karbohidrat.

Sehingga, pengembangan olahan tanaman garut mampu meningkatkan

kesejahteraan petani.

Prospek budidaya garut dan pengembangan garut di Kabupaten

Sukoharjo pada dasarnya cukup cerah, oleh karena itu peluang peningkatan

produksi garut masih terbuka lebar. Akan tetapi pada kenyataannya budidaya

garut masih kurang berkembang. Hal tersebut dapat terlihat dari kurang

bertambahnya jumlah petani yang membudidayakan garut dalam usaha

taninya. Minat petani terhadap pengembangan budidaya garut sedikit. Hal ini

dikarenakan kurangnya pengetahuan petani terhadap manfaat garut.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Desiderato dalam Rakhmat, 1998). Persepsi yang terbentuk dalam diri petani

akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap suatu objek. Pada dasarnya,

petani dalam mengambil keputusan untuk membudidayakan garut dan

mengembangkan hasil budidaya garut tidak terlepas dari persepsinya. Adanya

persepsi petani yang kurang baik terhadap prospek serta keuntungan dari

budidaya garut dapat berdampak pada kurang tertariknya petani untuk

melakukan budidaya garut secara lebih intensif. Persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut dapat terlihat dari budidayanya yaitu

pengolahan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan dan panen serta

pasca panen berupa pengolahan hasil budidaya garut dan ketersediaan sarana

produksi serta pemasaran. Dari uraian tersebut, maka perlu diketahui

Page 37: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

bagaimana hubungan antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi petani

terhadap pengembangan komoditas garut (Maranta arrundinacea L) di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Skema hubungan tersebut

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Hubungan antara Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani dengan Persepsi Petani terhadap Pengembangan Komoditas Garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo

C. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka

berpikir diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor

pembentuk persepsi dengan persepsi petani terhadap pengembangan

komoditas garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

D. Pembatasan Masalah

1. Faktor pembentuk persepsi yang diteliti terdiri dari umur, pendidikan

formal, pendidikan non formal, pengalaman, pendapatan dan motivasi.

2. Persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut meliputi

ketersediaan sarana produksi, budidaya garut, pengolahan hasil budidaya

garut dan pemasaran.

3. Populasi penelitian adalah petani di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo yang membudidayakan komoditas garut.

Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi Petani : 1. Umur 2. Pendidikan formal 3. Pendidikan non formal 4. Pengalaman 5. Pendapatan 6. Motivasi

Persepsi Petani Terhadap Pengembangan Komoditas Garut : 1. Ketersediaan Sarana Produksi 2. Budidaya Garut 3. Pengolahan Hasil Budidaya

Garut 4. Pemasaran

Page 38: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

a. Faktor pembentuk persepsi

1) Umur merupakan lama hidup petani responden sampai pada saat

penelitian dilakukan, yang dinyatakan dalam tahun dan diukur

dengan skala rasio.

2) Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan

seseorang pada bangku sekolah atau lembaga pendidikan formal

saat penelitian dilaksanakan, yang diukur dengan skala ordinal.

3) Pendidikan non formal adalah pendidikan sesorang diluar bangku

sekolah atau pendidikan formal. Diukur dengan frekuensinya

dalam mengikuti kegiatan sosialisasi atau penyuluhan dan

pelatihan, diukur dengan skala ordinal.

4) Pengalaman adalah pengalaman yang dimiliki seseorang dalam

membudidayakan dan mengembangkan komoditas garut, diukur

dengan skala ordinal.

5) Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh seseorang dari

kegiatan usaha tani garut dalam satu musim tanam terakhir yang

dinyatakan dalam rupiah dan diukur dengan skala ordinal.

6) Motivasi adalah sesuatu yang menjadi alasan atau dorongan bagi

seseorang untuk membudidayakan komoditas garut, diukur dengan

skala ordinal.

b. Persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut adalah

penilaian petani terhadap pengembangan komoditas garut yang

dicerminkan pada pandangannya terhadap ketersediaan sarana produksi,

budidaya garut, pengolahan hasil budidaya garut, dan pemasaran.

1) Persepsi petani terhadap ketersediaan sarana produksi, yaitu

penilaian petani terhadap ketersediaan sarana produksi yang meliputi

bibit dan pupuk diukur dengan skala ordinal.

2) Persepsi petani terhadap budidaya garut merupakan penilaian petani

terhadap tingkat kerumitan atau kemudahan teknis budidaya garut

Page 39: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dari pengolahan tanah sampai pemanenan yang diukur dengan skala

ordinal.

3) Persepsi petani terhadap pengolahan hasil budidaya garut. Dalam hal

ini, terdapat dua kegiatan pengolahan hasil budidaya garut yaitu

pengolahan tepung garut dan pengolahan emping garut. Peneliti

ingin mengetahui bagaimana penilaian petani terhadap kegiatan

pengolahan hasil budidaya garut yang diukur dengan skala ordinal.

4) Persepsi petani terhadap pemasaran. Penilaian petani terhadap

pemasaran garut meliputi kemudahan pemasaran garut, kesesuaian

harga dan ketersediaan pasar terhadap garut diukur dengan skala

ordinal.

Page 40: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2. Pengukuran Variabel

a. Faktor Pembentuk Persepsi Tabel. 2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi

Variabel Indikator Kategori Skor 1. Umur 2.Pendidikan

Formal 3.Pendidikan

Non Formal 4 . Pengalaman

Usia responden pada saat dilakukan penelitian (tahun) Tingkat pendidikan formal yang ditempuh a. Pelatihan

b. Penyuluhan

a. Lama Budidaya

b. Lama Mengembangkan

garut c. Pengalaman mengolah

garut d. Kesulitan dalam

mengolah garut

25-35 tahun 36-46 tahun 47-57 tahun 58-68 tahun 69-79 tahun Tamat D3/S1 Tamat SMA Tamat SMP Tamat SD Tidak Sekolah 4 kali 3 kali 2 kali 1 kali Tidak pernah >6 kali 5-6 kali 3-4 kali 1-2 kali Tidak pernah > 8 tahun 7-8 tahun 5-6 tahun 3-4 tahun 1-2 tahun > 8 tahun 7-8 tahun 5-6 tahun 3-4 tahun 1-2 tahun Sangat sering Sering Cukup sering Kurang sering Tidak pernah Tidak mengalami kesulitan Mengalami sedikit kesulitan Cukup mengalami kesulitan

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3

Page 41: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

4. Pendapatan 6. Motivasi

Jumlah nominal yang diperoleh petani dari mengembangkan garut setiap musim tanam

Dorongan yang menjadikan petani membudidayakan dan mengembangkan garut

Sulit mengolah garut Sangat sulit mengolah garut 1.500.001-2.000.000 1.000.001-1.500.000 500.001-1.000.000 100.000-500.000 < 100.000 Atas kesadaran diri sendiri Terpengaruh lingkungan Mengikuti yang lain Bujukan orang lain Karena paksaan dari orang lain

2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Page 42: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b. Persepsi Petani Terhadap Pengembangan Komoditas Garut 1) Persepsi Petani Terhadap Ketersediaan Sarana Produksi

Tabel 2.2 Persepsi Petani terhadap Ketersediaan Sarana Produksi

Variabel Indikator Kriteria Skor 1. Bibit

2. Pupuk

a. Kemudahan memperoleh bibit

b. Kesesuaian

harga bibit a. Kemudahan

memperoleh pupuk

b. Kesesuaian

harga pupuk

a. Bibit sangat mudah diperoleh b. Bibit mudah diperoleh c. Bibit cukup mudah diperoleh d. Bibit sulit diperoleh e. Bibit sangat sulit diperoleh

a. Harga bibit yang tersedia sangat

murah b. Harga bibit yang tersedia murah c. Harga bibit yang tersedia cukup

murah d. Harga bibit yang tersedia mahal e. Harga bibit yang tersedia sangat

mahal a. Pupuk sangat mudah diperoleh b. Pupuk mudah diperoleh c. Pupuk cukup mudah diperoleh d. Pupuk sulit diperoleh e. Pupuk sangat sulit diperoleh

a. Harga pupuk yang tersedia

sangat murah b. Harga pupuk yang tersedia

murah c. Harga pupuk yang tersedia

cukup murah d. Harga pupuk yang tersedia

mahal e. Harga pupuk yang tersedia

sangat mahal

5 4 3 2 1

5

4 3

2 1

5 4 3 2 1

5

4

3

2

1

Page 43: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Persepsi Petani terhadap Budidaya Garut

Tabel 2.3 Persepsi Petani terhadap Budidaya Garut

Variabel Indikator Kriteria Skor 1. Pengolahan

tanah 2. Pemilihan

Bibit

3. Penanaman

4. Pemeliharaan

5. Panen

Kemudahan cara pengolahan tanah dalam budidaya garut Kemudahan dalam pemilihan bibit garut yang baik untuk dibudidayakan. Kemudahan terhadap cara-cara yang dilakukan dalam menanam garut. Kemudahan saat pemeliharaan yang dilakukan saat budidaya garut. Kemudahan saat panen yang dilakukan dalam budidaya gatrut

a. Pengolahan tanah sangat mudah

b. Pengolahan tanah mudah, c. Pengolahan tanah cukup

mudah d. Pengolahan tanah sulit e. Pengolahan tanah sangat sulit a. Pemilihan bibit sangat mudah b. Pemilihan bibit mudah c. pemilihan bibit cukup mudah d. Pemilihan bibit sulit e. Pemilihan bibit sangat sulit

a. Penanaman garut sangat mudah

b. Penanaman garut mudah, c. Penanaman garut cukup

mudah d. Penanaman garut sulit e. Penanaman garut sangat sulit

a. Pemeliharaan garut sangat mudah

b. Pemeliharaa garut mudah, c. Pemeliharaan garut cukup

mudah, d. Pemeliharaan garut sulit, e. Pemeliharaan garut sangat

sulit

a. panen garut sangat mudah b. panen garut mudah c. panen garut cukup mudah d. panen garut sulit e. panen garut sangat sulit

5

4 3

2 1

5 4 3 2 1

5

4 3

2 1

5

4 3

2 1

5 4 3 2 1

Page 44: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3) Persepsi Petani terhadap Pengolahan Hasil Budidaya Garut

Tabel 2.4 Persepsi Petani terhadap Pengolahan Hasil Budidaya Garut

Variabel Indikator Kriteria Skor 1. Kemudahan

dalam pengolahan tepung garut

2. Kemudahan

dalam pengolahan emping garut

Pendapat petani terhadap proses pengolahan tepung garut Pendapat petani terhadap proses pengolahan emping garut

a. Sangat Mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Sulit e. Sangat Sulit a. Sangat Mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Sulit e. Sangat Sulit

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

Page 45: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

4) Persepsi Petani terhadap Pemasaran Garut

Tabel 2.5 Persepsi Petani terhadap Pemasaran Garut

Variabel Indikator Kriteria Skor 1. Kemudahan

pemasaran garut

2. Kesesuaian harga

3. Ketersediaan Pasar

Mudah atau tidak garut di pasarkan Harga garut di pasar Permintaan masyarakat terhadap garut

a. Pemasaran garut sangat mudah

b. Pemasaran garut mudah c. Pemasaran garut cukup

mudah d. Pemasaran garut kurang

mudah e. Pemasaran garut tidak

mudah a. Harga garut di pasar

sangat mahal b. Harga garut di pasar

mahal c. Harga garut di pasar

cukup murah d. Harga garut di pasar

kurang murah e. Harga garut di pasar

murah a. Selalu tersedia

permintaan untuk garut b. Tersedia permintaan

untuk garut c. Cukup tersedia

permintaan untuk garut d. Tidak selalu tersedia

permintaan untuk garut e. Tidak ada permintaan

untuk garut

5

4 3

2

1

5

4

3

2

1

5

4

3

2

1

Page 46: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu

metode penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data, sehingga penelitian ini juga menyajikan data,

menganalisis, dan menginterpretasi (Achmadi dan Narbuko, 2003).

Penelitian ini menggunakan analisa kuantitatif yaitu penelitian yang

melibatkan lima komponen informasi ilmiah yaitu teori, hipotesis, observasi,

generalisasi empiris dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Mengandalkan

adanya populasi dan teknik penarikan sampel. Kemudian menggunakan

kuisioner untuk mengumpulkan datanya. Selanjutnya mengemukakan variabel

penelitian dalam analisis datanya dan yang terakir berusaha menghasilkan

kesimpulan secara umum, baik yang berlaku untuk populasi dan/atau sampel

yang diteliti (Singgih, 2006).

Teknik pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei. Adapun

penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi

dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Salah

satu keuntungan utama dari penelitian ini adalah mungkinnya pembuatan

generalisasi untuk populasi yang besar (Singarimbun dan Effendi, 2006).

B. Metode Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan

penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Lokasi penelitian yang dipilih

adalah Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dengan pertimbangan

bahwa Kecamatan Polokarto memiliki luas lahan untuk budidaya garut terluas

di Kabupaten Sukoharjo. Data tentang luas lahan untuk budidaya garut di

Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 3.1.

34

Page 47: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 3.1. Data Luas Lahan Tanaman Garut (Irut) di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

No Kecamatan Luas Lahan Garut(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulu Bendosari Grogol Kartasuro Sukoharjo Weru Tawangsari Mojolaban Baki Gatak Polokarto Nguter

- 8 - - - - - - - -

18 -

Jumlah 26

Sumber : Data Primer

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang

membudidayakan garut yang berada di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo. Terdapat sekitar 138 petani yang membudidayakan garut di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Petani yang

membudidayakan garut di Kecamatan Polokarto tersebar di tiga desa yaitu

di Desa Polokarto, Desa Genengsari dan Desa Bulu.

2. Sampel

Adapun jumlah sampel adalah sebanyak 40 responden. Penentuan

jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode proportional random sampling yaitu pengambilan responden

dengan menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau

kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006). Sedangkan untuk

pengambilan sampel dari jumlah sampel yang telah diperoleh dilakukan

dengan cara random atau secara acak.

Penentuan jumlah sampel dengan metode proportional random

sampling diperoleh sebanyak 40 responden dengan menggunakan rumus:

Page 48: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

ni = nNnk

Dimana :

ni : Jumlah sampel dari masing-masing desa

nk : Jumlah petani dari masing-masing desa yang menanam garut

N : Jumlah populasi atau jumlah petani yang membudidayakan garut

n : Jumlah petani responden yang diambil sebanyak 40 petani garut

Data tentang jumlah responden dari masing-masing desa dapat

dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2. Data Jumlah Responden Masing-Masing Desa

Kecamatan Desa Jumlah Petani Garut Jumlah Responden Polokarto Polokarto 60 17 Genengsari 27 8 Bulu 51 15 Jumlah 138 40

Sumber : Data Primer

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data pokok dan

data pendukung. Menurut cara memperolehnya dibedakan menjadi:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

obyek penelitian dan pengamatan langsung di lapang. Data primer dalam

penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan petani yang

membudidayakan garut di Desa Polokarto, Desa Genengsari dan Desa

Bulu Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau

lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data sekunder

diperoleh dengan cara mencatat secara langsung dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder berasal dari Kecamatan

Polokarto dalam angka dan data dari BPP Kecamatan Polokarto.

Sedangkan menurut sifatnya dibedakan menjadi :

Page 49: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan dengan cara skoring.

2. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan

gambar. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Data yang digunakan dalam penelitian

No. Data yang digunakan Sifat Data Sumber Data

Pr Sk Kn Kl Data Pokok :

1. Identitas responden X Petani 2. Faktor pembentuk persepsi

a. Umur b. Pendidikan formal c. Pendidikan non formal d. Pengalaman e. Pendapatan f. Motivasi

X X X X X X

X X X X X X

Petani Petani Petani Petani Petani Petani

3. Persepsi Petani Terhadap Pengembangan Komoditas Garut a. Ketersediaan Sarana Produksi b. Budidaya Garut c. Pengolahan Hasil Budidaya Garut d. Pemasaran

X X X X

Petani Petani Petani Petani

Data pendukung : 1. Keadaan Alam X X Instansi 2. Keadaan Penduduk X X Instansi

Keterangan : Pr = Primer Sk = Sekunder Kn = Kuantitatif Kl = Kualitatif

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara, merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara

pewawancara dengan responden untuk mendapatkan informasi dengan

bertanya secara langsung (Singarimbun dan Effendi, 2006). Wawancara

dilakukan dengan petani-petani sebagai responden dalam penelitian ini dan

pihak lain yang terlibat.

2. Observasi, pengertian observasi menurut Gulo (2002) adalah teknik

pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang

mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian perisiwa-peristiwa bisa

dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat

Page 50: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

seobyektif mungkin. Dilakukan untuk memahami data yang berbentuk

kegiatan atau perilaku.

3. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara

pada kuisioner dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait

dengan penelitian.

F. Metode Analisis Data

Faktor-faktor pembentuk persepsi dengan persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo dibagi menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik,

kurang baik dan tidak baik. Kategori pengukurannya dengan menggunakan

rumus lebar interval kelas, yaitu:

Kelas kategori : kelasjumlah

terendahnilaitertingginilai -

Sedangkan untuk mengetahui derajat tingkat hubungan antara faktor-

faktor yang membentuk persepsi dengan persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut di sentra produksi garut Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis korelasi untuk mencari keeratan

hubungan antara dua variabel. Uji korelasi menggunakan Rank Spearman (rs)

yang didukung dengan program SPSS versi 17 for windows.

Menurut Siegel (1988), rumus koefisien korelasi jenjang sperman (rs)

adalah :

rs = 1 - NN

diN

i

-

å=3

1

26

Keterangan : rs = koefisien korelasi rank spearman

N = jumlah sampel petani

di = selisih ranking antara faktor-faktor pembentuk persepsi

dengan persepsi petani terhadap pengembangan

komoditas garut

Page 51: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena

sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan rumus (Siegel, 1988) :

t= rs 2)(1

2

rs

N

--

Kesimpulan :

1. Jika t hitung ³ t tabel (a = 0,05) berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan

yang signifikan antara faktor-faktor pembentuk persepsi dengan persepsi

petani terhadap pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo.

2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) berarti Ho diterima, artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara antara faktor-faktor pembentuk persepsi

dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

Page 52: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kecamatan Polokarto merupakan salah satu Kecamatan dari 12

Kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Polokarto

merupakan Kecamatan terluas di Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah

Kecamatan Polokarto adalah 6.218 Ha yang terdiri dari 2.576 Ha merupakan

lahan sawah dan 3.642 Ha merupakan lahan bukan sawah. Jarak Ibu kota

Kecamatan dengan Desa sangat bervariasi dan yang terdekat adalah dengan

Desa Mranggen yaitu ± 1 Km dan jarak terjauh adalah Desa Pranan ± 10 Km.

adapun jarak pusat administrasi dari Kecamatan Polokarto adalah sebagai

berikut:

Jarak dari Ibu Kota Kabupaten/Kotamadya : 15 Km

Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 127 Km

Secara administrasi batas wilayah Kecamatan Polokarto adalah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Mojolaban

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kecamatan Bendosari

Sebelah Barat : Kecamatan Grogol

Secara umum Kecamatan Polokarto sebagian merupakan dataran

rendah dan sebagian merupakan daerah bergelombang dengan ketinggian 96

meter diatas permukaan laut. Temperatur rata-rata Kecamatan Polokarto

adalah 28o C dengan rata-rata curah hujan dalam 1 tahun 167 mm pada tahun

2008.

Secara administrasi Kecamatan Polokarto terbagi menjadi 17 Desa

yaitu Desa Pranan, Desa Bugel, Desa Karangwuni, Desa Ngombakan, Desa

Bakalan, Desa Godog, Desa Kemasan, Desa Kenokorejo, Desa Tepisari, Desa

Bulu, Desa Rejosari, Desa Polokarto, Desa Mranggen, Desa Wonorejo, Desa

Jatisobo, Desa Kayuapak dan Desa Genengsari. Desa yang terluas adalah Desa

40

Page 53: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Polokarto yaitu sebesar 824 Ha (13,25 %), sedangkan yang memiliki luas

paling kecil adalah Desa Bugel sebesar 154 Ha (2,48 %) dari luas Kecamatan

Polokarto.

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di suatu daerah menggambarkan kondisi sosial

ekonomi penduduk di daerah tersebut. Berikut ini adalah data keadaan

penduduk di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo berdasarkan pada

data Kecamatan Polokarto dalam angka tahun 2008.

1. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan salah satu sumber daya dari suatu daerah yang

berhubungan dengan tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja yang besar

merupakan peluang bagi pengembangan berbagai macam usaha. Menurut

Triyono (2009), penduduk diklasifikasikan sebagai usia belum produktif

(0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak produktif (lebih

dari 65 tahun). Jumlah Penduduk di Kecamatan Polokarto pada tahun 2008

yaitu 74.173 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin di Kecamatan Polokarto dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penduduk Kecamatan Polokarto menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Kelompok Umur(Tahun)

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

0-4 2.458 2.297 4755 5-9 2.886 2.799 5685

10-14 3.152 2.984 6136 15-19 3.315 3.050 6365 20-24 3.503 3.498 7001 25-29 3.427 3.530 6957 30-34 3.054 3.095 6149 35-39 2.723 2.858 5581 40-44 2.567 2.666 5233 45-49 2.300 2.234 4534 50-54 1.861 1.768 3629 55-59 1.437 1.448 2885 60-64 1.218 1.322 2540 65-69 1.065 1.229 2294 70-74 873 1.048 1921 >75 1.150 1.358 2508

Jumlah 36.989 37.184 74.173

Sumber : Data Kecamatan Polokarto dalam Angka Tahun 2008

Page 54: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui penduduk laki-laki di Kecamatan

Polokarto berjumlah 36.989 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah

37.184 jiwa. Data komposisi jumlah penduduk pada Tabel 4.1 dapat

digunakan untuk menghitung nilai Sex Ratio (SR) serta Angka Beban

Tanggungan (ABT).

SR = 100xperempuanpendudukJumlah

lakilakipendudukJumlah -

SR = 100184.37989.36

x

SR = 99,47

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Laki-laki lebih sedikit daripada penduduk Perempuan. Sex ratio penduduk

sebesar 99,47 jiwa, artinya tiap 100 orang penduduk perempuan terdapat

kurang lebih 99 orang penduduk laki-laki.

Apabila angka SR (sex ratio) di bawah 100, dapat menimbulkan

berbagai masalah, karena ini berarti di wilayah tersebut kekurangan

penduduk laki-laki, sehingga berakibat terjadinya kekurangan tenaga kerja

laki-laki untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang

berhubungan dengan perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila di suatu

daerah banyak penduduk laki-laki yang meninggalkan daerah atau

kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki (Mantra, 2007).

Jumlah penduduk usia non produktif antara 0-14 tahun dan lebih dari

65 tahun adalah 23.299 jiwa dan penduduk usia produktif antara 15-64

tahun adalah 50.874 jiwa orang. Perhitungan ABT dapat diketahui dengan

rumus:

100Pr

Prx

oduktifudukUsiaJumlahPendoduktifnudukUsiaNoJumlahPend

ABT =

8,45100874.50299.23

== x

Page 55: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Hal tersebut menunjukkan bahwa ABT di Kecamatan Polokarto

sebanyak 45,8 jiwa, yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia

produktif menanggung kurang lebih 46 jiwa penduduk usia non produktif.

Menurut Mantra (2007), tingginya ABT merupakan faktor penghambat

pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh

oleh golongan produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi

kebutuhan mereka yang belum produktif atau sudah tidak produktif.

2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal menggambarkan pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki oleh penduduk berdasarkan jenjang pendidikan

yang diselesaikannya. Pendidikan merupakan faktor penting dalam

menunjang kelancaran pembangunan. Masyarakat yang mempunyai

tingkat pendidikan tinggi akan mudah untuk mengadopsi suatu inovasi

baru sehingga akan memperlancar proses pembangunan. Jadi, tingkat

pendidikan digunakan sebagai parameter kemampuan sumber daya

manusia dan kemajuan suatu wilayah. Untuk mengetahui keadaan

penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Polokarto dapat dilihat

dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Polokarto tahun 2008

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

%

Buta Huruf Tidak/ Belum pernah sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/ MI Tamat SLTP/ MTS Tamat SLTA/ MA Tamat Akademi Tamat Perguruan Tinggi

1.395 14.019 10.711 21.978 10.350 11.330 3.805

585

1,88 18,90 14,44 29,63 13,95 15,28 5,13 0,79

Jumlah 74.173 100

Sumber data : Kecamatan Polokarto dalam Angka tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa prosentase tingkat

pendidikan penduduk Kecamatan Polokarto tertinggi yaitu tamat SD/MI

Page 56: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sejumlah 21.978 jiwa atau 29,63 persen, kedua adalah tidak atau belum

pernah sekolah sejumlah 14.019 jiwa atau 18,90 persen. Prosentase tingkat

pendidikan terendah yaitu tamat Perguruan Tinggi yaitu sejumlah 585 jiwa

atau 0.79 persen. Tingkat pendidikan di Kecamatan Polokarto yang

penduduknya mayoritas tamat SD/MI tersebut sangat mempengaruhi

kemampuan penduduk dalam menyerap berbagai pengetahuan dan inovasi

yang ada.. Hal ini juga dapat disebabkan oleh keadaan ekonomi yang

tidak memungkinkan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi,

sehingga berdampak pada pembangunan daerah kurang bisa berkembang

dan penduduk akan sulit menerima inovasi baru. Selain itu, kesadaran

akan pentingnya pendidikan masih kurang khususnya pada penduduk yang

tinggal di desa karena informasi dan pengetahuan tentang pendidikan

masih terbatas.

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur

perekonomian yang ada pada wilayah tersebut. Kecamatan Polokarto

merupakan daerah yang penduduknya mempunyai berbagai macam jenis

pekerjaan (heterogen), baik di sektor pertanian maupun di sektor non

petanian. Adapun jumlah penduduk menurut mata pencaharian di

Kecamatan Polokarto dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Polokarto tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

TNI Buruh Tani Petani Pengusaha PNS Jasa Perorangan Karyawan Swasta

110 17.105 12.320 1.587 1.070 4.663 4.849

0,26 41,02 29,54

3,8 2,57

11,18 11,63

Jumlah 41.704 100

Sumber data : Kecamatan Polokarto dalam Angka tahun 2008

Page 57: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar sekita

70,56 persen penduduk Kecamatan Polokarto bekerja pada sektor

pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Jenis pekerjaan lain

memiliki persentase yang lebih kecil berturut-turut yaitu; karyawan swasta

11,63 persen, jasa perorangan 11,18 persen, pengusaha 3,8 persen,

Pegawai Negri Sipil (PNS) 2,57 persen, dan TNI 0,26 persen. Berdasarkan

persentase tersebut, dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian dalam

sektor pertanian masih memegang peranan utama bagi masyarakat di

Kecamatan Polokarto dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

C. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian di wilayah Kecamatan Polokarto masih memegang

peranan penting sebagai penyedia sumber pangan atau bahan pangan. Keadaan

pertanian di suatu wilayah akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan

teknologi, lahan potensial dan kualitas sumber daya manusia yang baik dan

mendukung. Sektor pertanian di wilayah Kecamatan Polokarto mempunyai

potensi yang baik karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor

pertanian. Hal ini akan berjalan lebih baik lagi apabila masyarakat petani di

Kecamatan Polokarto mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki didalam kegiatan berusahatani, sehingga nantinya dari sektor

pertanian khususnya, mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

1. Luas areal panen dan produksi tanaman pangan

Tanaman pangan merupakan tanaman utama yang kebanyakan

dibudidayakan oleh petani di suatu wilayah dan berfungsi sebagai sumber

makanan pokok bagi penduduk di wilayah tersebut. Luas areal panen dan

produksi tanaman pangan dapat menggambarkan potensi dan kemampuan

yang dimiliki suatu daerah dalam menghasilkan makanan pokok bagi

penduduk di daerah tersebut. Berikut adalah gambaran luas areal panen

dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Polokarto pada tahun 2008 :

Page 58: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 4.4. Luas Areal Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Polokarto tahun 2008

No. Jenis Komoditi

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Rata-rata (ton/ha)

1. Padi 5.771 40.566 7,03 2. Jagung 496 3.045 6,14 3. Kacang Tanah 1.378 2.146 1,6 4. Kedelai 11 21 1,9

Sumber : Kecamatan Polokarto dalam Angka tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.4, maka dapat diketahui bahwa komoditas yang

paling banyak dibudidayakan dan memiliki potensi paling besar adalah

komoditas padi. Hal itu terjadi karena dalam waktu satu tahun budidaya

dapat dihasilkan 40.566 ton pada lahan seluas 5.771 ha, dengan

produktivitas sebesar 7,03 ton/ha padi. Hasil produksi padi tersebut

tercapai selain karena potensi wilayah Kecamatan Polokarto yang

mendukung, tetapi juga karena adanya keadaan saluran irigasi yang

memadai serta adanya luas lahan pertanian yang mendukung.

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas tidak terdapat data mengenai komposisi

garut, hal ini disebabkan karena selama ini garut tergolong tanaman yang

tidak dibudidayakan secara khusus hanya sebagai tanaman yang ditanam

untuk mendapatakan tambahan pendapatan keluarga. Garut tidak ditanam

pada satuan luas tertentu tetapi hanya ditanam pada sela-sela tanaman lain

maupun hanya di pekarangan rumah petani yang tidak tumbuh dengan

jarak tanam yang teratur.

2. Potensi produksi ternak

Salah satu manfaat dengan adanya ternak bagi masyarakat di suatu

wilayah yaitu sebagai sumber pendapatan atau sebagai tambahan

penghasilan secara ekonomis. Jenis ternak yang diusahakan masyarakat di

wilayah Kecamatan Polokarto adalah ternak besar yaitu sapi dan kerbau,

ternak kecil yaitu kambing dan domba serta ternak unggas yaitu ayam

kampung dan itik atau angsa. Berikut ini adalah gambaran potensi ternak

di Kecamatan Polokarto :

Page 59: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.5 Jumlah Ternak di Kecamatan Polokarto tahun 2008

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor) 1. Sapi 4.175 2. Kerbau 118 3. Kambing 2.891 4. Domba 3.677 5. Ayam Kampung 38.691 6. Itik atau angsa 8.202

Sumber : Kecamatan Polokarto dalam Angka tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.5 mengenai jumlah hewan ternak tersebut dapat

diketahui bahwa jumlah hewan ternak yang terdapat di Kecamatan

Polokarto cukup banyak dan beragam. Ayam kampung paling banyak di

pelihara di Kecamatan Polokarto yaitu sebanyak 38.691 ekor. Banyaknya

hewan ternak yang terdapat di Kecamatan Polokarto dapat dimanfaatkan

kotorannya untuk pembuatan pupuk kandang atau pupuk organik.

Penggunaan pupuk kandang untuk kebutuhan budidaya garut adalah salah

satu kegiatan yang dilakukan oleh petani yang membudidayakan garut di

Kecamatan Polokarto untuk mengembalikan kesuburan tanah yang

semakin menurun akibat penggunaan bahan-bahan kimia. Pupuk kandang

yang digunakan oleh petani garut untuk membudidayakan garutnya

menggunakan hasil dari kotoran ternak kambing dan domba.

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Sarana dan prasarana perekonomian yang ada mempunyai peranan

penting dalam menunjang kegiatan ekonomi dari suatu wilayah. Sarana

perekonomiam yang ada di Kecamatan Polokarto dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Sarana Perekonomian di Kecamatan Polokarto tahun 2008

No Sarana Perekonomian Jumlah

1. 2. 3. 4.

Pasar Umum Mini Market Toko Kelontong Kedai Makan

2 1

436 181

Sumber : Kecamatan Polokarto dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa sarana perekonomian yang ada

di Kecamatan Polokarto antara lain: pasar umum, mini market, toko

Page 60: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kelontong, dan kedai makan. Sarana perekonomian terbanyak di Kecamatan

Polokarto adalah toko kelontong. Adanya sarana perekonomian tersebut dapat

membantu masyarakat di Kecamatan Polokarto dalam memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari, kebutuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi.

E. Pengembangan Komoditas Garut

Tanaman garut merupakan tanaman tumbuhan herba merumpun dan

menahun. Batangnya tumbuh tegak yang merupakan kumpulan pelepah daun

saling tumpang tindih secara teratur, sehingga disebut batang semu. Program

pengembangan budidaya tanaman garut telah dicanangkan oleh pemerintah

melalui Menteri Pangan dan Hortikulturadan Menteri Pertanian pada tahun

1998/1999. Pencanangan budidaya tanaman garut dilakukan sebagai upaya

pengembangan potensi lokal yang belum termanfaatkan, padahal potensi yang

dimiliki sangat besar manfaatnya bagi petani secara ekonomi.

Berdasarkan potensi ekonominya, tanaman garut dapat diolah menjadi

tepung garut dan emping garut yang dapat menambah pendapatan masyarakat

khususnya petani. Tepung garut dapat mensubtitusi tepung terigu yang biasa

digunakan dalam industri makanan. Sehingga, impor terhadap tepung terigu

dapat ditekan sekecil mungkin yang dapat mengurangi beban pemerintah.

Tepung garut yang dihasilkan oleh umbi garut mengandung karbohidrat yang

cukup tinggi serta zat-zat gizi lainnya, seperti disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.7. Kandungan Gizi Tepung Garut dan Tepung Terigu dalam tiap 100gram

No Kandungan Gizi Tepung Garut Tepung Terigu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kalori (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Air (g) Bagian dapat dimakan (Bdd%)

355,00 0,70 0,20

85,20 8,00

22,00 1,50 0,09

12,00 100,00

365,00 8,90 1,30

77,30 16,00 106,00 1,20 0,12

12,00 100,00

Sumber : Direktorat Gizi Depkes Republik Indonesia (1981)

Page 61: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa kandungan karbohidrat garut

lebih tinggi dibandingkan dengan yang terkandung dalam tepung terigu. Hal

ini menunjukkan bahwa tepung garut memiliki potensi tinggi untuk

menggantikan tepung terigu.

Data tentang perkembangan produksi dan produktivitas garut di

Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Data Produksi Tanaman Garut (Irut) Kabupaten Sukoharjo

No Tahun Luas (Ha) Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi(ton)

1 2005 5 102 51 2 2006 5 170 85 3 2007 19 205,263 390 4 2008 20 329,5 659 5 2009 28 387,857 1086

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah produksi dan produktivitas

garut meningkat dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tanaman garut mulai berkembang di Kabupaten

Sukoharjo dan sudah mulai banyak petani yang tertarik membudidayakan

garut. Garut biasa dibudidayakan di pekarangan dan tegalan milik petani.

Tanaman garut sejak zaman dahulu sebenarnya sudah ada tetapi belum

dikembangkan sepenuhnya sehingga dianggap sebagai tanaman liar. Padahal,

dari tanaman garut terdapat kandungan gizi tinggi yang mampu mensubtitusi

beras sebagai makanan pokok. Selain itu, tepung garut dapat menggantikan

tepung terigu untuk pembuatan beraneka macam kue. Dalam rangka

merealisasikan hal tersebut pada tahun 2006 pemerintah Kabupaten Sukoharjo

mengadakan survey untuk mencari daerah yang memiliki potensi untuk

ditanami garut. Hasilnya Kecamatan Polokarto dipilih menjadi daerah yang

cocok untuk budidaya tanaman garut dan diadakan kegiatan pengembangan

komoditas garut. Pada saaat itu pemerintah Kabupaten Sukoharjo mengadakan

kegiatan pengembangan dengan membuat program pengembangan komoditas

garut. Program tersebut dilaksanakan tepatnya di Desa Polokarto Kecamatan

Polokarto. Kegiatan yang dilakukan adalah meliputi kegiatan sosialisasi dan

pelatihan. Wilayah Kecamatan Polokarto dipilih menjadi sasaran program

Page 62: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dikarenakan memiliki potensi lahan kering yang bagus yang cocok untuk

ditanami garut. Selain itu, petani di daerah tersebut sebelumnya juga telah

membudidayakan garut tetapi belum secara intensif sehingga manfaatnya

belum dapat dirasakan oleh petani.

Program pengembangan komoditas garut juga dilatar belakangi oleh

adanya lahan non produktif petani yang tidak dimanfaatkan. Melalui program

tersebut, lahan yang non produktif dapat ditanami dengan tanaman garut

sehingga lebih berdaya guna. Setelah empat tahun program selesai

dilaksanakan sekarang pengembangan komoditas garut meluas tidak hanya di

Desa Polokarto akan tetapi juga di Desa Bulu dan Desa Genengsari. Petani

memperoleh informasi tentang pengembangan komoditas garut melalui petani-

petani di Desa Polokarto selain itu juga melalui penyuluh pertanian di Desa

tersebut serta peran dari pengurus dan anggota JARPETO atau Jaringan Petani

Organik di Kabupaten Sukoharjo.

JARPETO merupakan suatu lembaga swadaya masyarakat yang tujuan

utamanya adalah mengembangkan pertanian organik di Kabupaten Sukoharjo.

JARPETO atau Jaringan Petani Organik memiliki banyak kegiatan yaitu salah

satu kegiatannya adalah pengembangan tanaman garut yang ada di Kecamatan

Polokarto. JARPETO membantu petani untuk memanfaatkan potensi lokal

yang dimiliki. Di Kecamatan Polokarto JARPETO membantu memanfaatkan

tanaman garut yang sudah ada untuk lebih dikembangkan lagi sehingga

memiliki nilai lebih untuk dipasarkan. JARPETO telah mengadakan pelatihan

dan penyuluhan di Kecamatan Polokarto terkait dengan pengembangan

komoditas garut. JARPETO juga ikut membantu petani dalam penyediaan

sarana produksi dan proses pemasaran produk hasil budidaya garut.

Page 63: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Individu Responden

Karakteristik individu responden yang diteliti dalam penelitian ini

meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Adapun identitas

responden dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Individu Responden Penelitian

No. Karakteristik Responden Jumlah (orang)

Presentase (%)

1. Umur a. Produktif (15-64 tahun) b. Non produktif (≥65 tahun)

38 2

95 5

Jumlah 40 100 2. Jenis kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

24 16

60 40

Jumlah 40 100 3. Tingkat pendidikan

a. Tidak sekolah b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Tamat PT (Diploma/S1)

3

21 9 7 -

7,5 52,5 22,5 17,5

- Jumlah 40 100

Sumber: Analisis Data Primer

1. Umur

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga

penelitian dilakukan. Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian

besar yaitu sebanyak 38 responden atau sebesar 97,5 persen responden

tergolong dalam umur produktif, sedangkan sisanya sebanyak 2 responden

atau sebesar 2,5 persen responden tergolong umur non produktif. Umur

mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu yang baru, selain itu

umur juga mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Petani yang tergolong

umur non produktif cenderung sulit menerima inovasi baru dan lebih

kolot, begitu juga sebaliknya petani yang berumur produktif cenderung

lebih mudah apabila diberikan pengetahuan baru. Golongan umur

51

Page 64: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

produktif lebih terbuka akan kemajuan. Pada umumnya responden yang

memiliki umur produktif memiliki semangat yang lebih tinggi. Hal

tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soekartawi (1988) bahwa

semakin muda petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa

yang belum mereka ketahui. Dengan demikian mereka akan berusaha

untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka

masih belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut. Sedangkan

menurut Lionberger dalam Mardikanto (2007), menyatakan bahwa

semakin tua (di atas 50 tahun) umur seseorang, biasanya semakin lamban

mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden

sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebesar 24 orang atau sebesar 60

persen sedangkan kaum perempuan sebanyak 16 responden atau sebesar

40 persen. Garut dibudidayakan serta dikembangkan oleh petani yang

sebagian besar merupakan kaum laki-laki serta dalam kelompok tani juga

kaum laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan kaum perempuan. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan usahatani, laki-laki lebih banyak

berperan. Laki-laki juga dianggap sebagai pemimpin sehingga dalam

keputusan usahatani pun lebih dominan daripada perempuan. Selain itu

juga responden laki-laki lebih berperan aktif dalam membudidayakan dan

mengembangkan komoditas garut.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan responden dalam penelitian ini beragam mulai dari SD

hingga SMA. Sebagian besar 21 responden atau sebesar 52,5 persen

responden menempuh pendidikan hingga tamat SD. Sebesar 9 responden

atau sebesar 22,5 persen responden lulusan SMP, sebesar 7 responden atau

sebesar 17,5 persen lulusan SMA, dan sisanya sebanyak 3 responden atau

sebesar 7,5 persen tidak sekolah. Tingkat pendidikan responden tergolong

rendah dan meskipun sebagian besar hanya lulusan SD namun responden

Page 65: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pemerintah, kelompok

tani maupun lembaga swasta seperti JARPETO. Tingkat pendidikan

responden sangat mempengaruhi kemampuan responden untuk menerima

inovasi yang diberikan. Pengetahuan yang diperoleh selama menempuh

pendidikan dapat digunakan sebagai pendukung dalam menjalankan

usahatani.

B. Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi

1. Umur

Umur merupakan lamanya waktu hidup petani responden sampai

pada saat penelitian dilakukan. Umur seseorang akan mempengaruhi

kemampuan fisik manusia yang berhubungan dengan kekuatan dalam

melakukan suatu pekerjaan maupun dalam menggunakan akal pikir.

Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Jumlah Kategori Umur Skor Responden (orang) Persentase (%)

a. 69-79 tahun b. 58-68 tahun c. 47-57 tahun d. 36-46 tahun e. 25-35 tahun

1 2 3 4 5

2 2 4

15 17

5 5

10 37,5 42,5

40 100

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa mayoritas umur petani

responden dalam penelitian ini antara 25-35 tahun, yaitu sebanyak 17

responden atau sebesar 42,5 persen termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Sedangkan, umur 36-46 tahun sebanyak 16 responden atau sebesar 40

persen termasuk dalam kategori tinggi, umur 47-57 tahun sebanyak 4

responden atau sebesar 20 persen termasuk dalam kategori sedang dan

umur 58-68 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 5 persen termasuk dalam

Page 66: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

kategori rendah. Tingkat umur 69-79 tahun dimana terdapat 2 responden

atau sebesar 5 persen yang termasuk dalam kategori sangat rendah.

Menurut Hernanto (1984), umur petani sangat mempengaruhi pengetahuan

fisik dalam merespon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan

usahatani. Tingkat umur tersebut dapat mempengaruhi responden dalam

merespon suatu informasi atau inovasi yang diterimanya, serta aktifitas

dalam berusaha tani. Petani responden dalam penelitian ini sebagian besar

tergolong dalam usia produktif, sehingga masih secara aktif melakukan

usahatani yaitu salah satunya membudidayakan dan mengembangkan

komoditas garut.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan

responden pada lembaga pendidikan formal atau bangku sekolah. Tingkat

pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan pengetahuan yang

lebih baik tentang cara berpikir, penerimaan suatu informasi, maupun

penilaian terhadap suatu masalah yang terjadi. Distribusi responden

berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal

Jumlah Tingkat Pendidikan Skor Responden (orang) Persentase (%)

a. Tidak sekolah b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Tamat D3/S1

1 2 3 4 5

3 21 9 7 -

7,5 52,5 22,5 17,5

- 40 100

Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan formal

responden yaitu tamat SD sebanyak 21 responden atau sebesar 52,5

persen, dan termasuk kategori rendah. Responden yang berpendidikan

Page 67: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

tamat SMP sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen termasuk

dalam kategori sedang, tamat SMA sebanyak 7 responden atau sebesar

17,5 persen termasuk dalam kategori tinggi, dan tidak sekolah sebanyak 3

responden atau sebesar 7,5 persen termasuk dalam kategori sangat rendah.

Tingkat pendidikan formal responden akan mempengaruhi pemikiran

petani terhadap pengelolaan usahataninya dan permasalahan yang

dihadapi. Kondisi responden yang sebagian besar berpendidikan formal

tamat SD akan cenderung memiliki pola pikir yang sederhana dalam

mengelola usahatani. Rendahnya tingkat pendidikan responden tidak

terlepas dari kurang memperhatikan pentingnya pendidikan, serta tidak

mempunyai biaya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Namun, untuk mengembangkan dan membudidayakan komoditas

garut tidak membutuhkan pendidikan formal yang tinggi, karena pada

umumnya petani garut berpedoman dari pengalaman bertani dan

pendidikan non formal yang diikuti oleh petani garut tersebut.

3. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal menurut Suhardiyono (1992), pendidikan

non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar sistem

pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan

khusus. Pendidikan non formal yang diukur dari penelitian ini meliputi,

frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan di bidang

pertanian dalam satu tahun terakhir. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan

dapat membantu petani responden dalam meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan, khususnya dalam memperoleh informasi serta inovasi baru

untuk diterapkan pada kegiatan usahatani khususnya usahatani garut.

Distribusi pendidikan non formal responden dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Page 68: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal Pendidikan Non Formal Skor Jumlah

(orang) Persentase (%)

a. Pelatihan · Tidak pernah · 1 kali · 2 kali · 3 kali · 4 kali

1 2 3 4 5

2 6

14 13 5

5 15 35

32,5 12,5

Jumlah 40 100 b. Penyuluhan

· Tidak pernah · 1-2 kali · 3-4 kali · 5-6 kali · >6 kali

1 2 3 4 5

3 4

13 11 9

7,5 10

32,5 27,5 22,5

Jumlah 40 100 Pendidikan non formal (pelatihan dan penyuluhan): · Sangat rendah · Rendah · Sedang · Tinggi · Sangat tinggi

2-3 4-5 6-7 8-9

10-11

1 8 9

22 -

2,5 20

22,5 55 -

Jumlah 40 100

Sumber : Analisis Data Primer Keterangan: Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 14 orang petani responden

atau sebesar 35 persen mengikuti kegiatan pelatihan yang berhubungan

dengan kegiatan budidaya garut dan pengembangan budidaya garut dalam

satu tahun sebanyak 2 kali dalam satu tahun terakhir dan termasuk dalam

kategori sedang. Sedangkan, sebanyak 13 responden atau sebesar 32,5

persen responden mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 3 kali termasuk

dalam kategori tinggi, sebanyak 6 responden atau sebesar 15 persen

mengikuti 1 kali pelatihan termasuk dalam kategori rendah, sebanyak 5

responden atau sebesar 12,5 persen mengikuti 4 kali pelatihan termasuk

Page 69: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dalam kategori sangat tinggi dan sebanyak 2 responden atau sebesar 5

persen tidak pernah mengikuti pelatihan selama satu tahun teakhir

termasuk dalam kategori sangat rendah. Biasanya kegiatan pelatihan yang

terkait dengan pengembangan komoditas garut diselenggarakan oleh

pemerintah, penyuluh pertanian dan lembaga swasta yaitu JARPETO.

Kegiatan pelatihan dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan petani dan

sesuai dengan program yang dibuat oleh pemerintah, penyuluh ataupun

JARPETO. Pelatihan yang dilaksanakan yaitu tentang pengolahan

komoditas garut dan juga dalam kegiatan pelatihan ini petani memperoleh

materi tentang pemasaran.

Menurut Kartasapoetra (1991), penyuluhan merupakan suatu sistem

pendidikan yang bersifat non formal atau sistem pendidikan di luar sistem

persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai

sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu kerap mengerjakan sendiri,

jadi belajar dengan mengerjakan sendiri. Adanya kegiatan penyuluhan

dapat membantu petani responden dalam meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan khususnya dalam memperoleh informasi serta inovasi baru

untuk diterapkan pada kegiatan usahataninya. Melalui kegiatan

penyuluhan petani dapat melihat dan mencoba secara langsung inovasi-

inovasi yang ditawarkan.

Kegiatan penyuluhan tergolong dalam kategori sedang, karena

sebanyak 13 orang atau sebesar 32,5 persen petani responden mengikuti

penyuluhan yang berhubungan dengan pengembangan komoditas garut

dalam satu tahun 3-4 kali. Kegiatan penyuluhan tentang komoditas garut

biasanya dilaksanakan setiap 40 hari sekali. Materi yang disampaikan

berbeda-beda setiap pertemuan sesuai dengan kebutuhan petani misalnya,

materi tentang pemasaran garut dan materi tentang cara mengolah garut

menjadi tepung garut. Dalam penelitian ini juga diperoleh data sebanyak

11 responden atau sebesar 27,5 persen mengikuti kegiatan penyuluhan

sebanyak 5-6 kali termasuk dalam kategori tinggi dan juga terdapat

sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen mengikuti kegiatan

Page 70: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

penyuluhan sebanyak lebih dari 6 kali termasuk dalam kategori sangat

tinggi. Sebanyak 4 responden atau sebesar 10 persen mengikuti kegiatan

penyuluhan sebanyak 1-2 kali termasuk dalam kategori rendah dan

terdapat 3 responden atau sebesar 7,5 persen tidak pernah mengikuti

kegiatan penyuluhan yang berhubungan dengan pengembangan komoditas

garut dalam waktu satu tahun terakhir termasuk dalam kategori sangat

rendah.

Kegiatan pelatihan maupun penyuluhan sangat penting, karena

melalui pertemuan tersebut petani dapat bertukar pikiran dalam

memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama, memperoleh

informasi yang berguna bagi usahataninya, bimbingan, saran bahkan

petunjuk yang berkaitan dengan budidaya dan pengembangan komoditas

garut, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengelola

usahataninya. Berdasarkan Tabel 5.4 pendidikan non formal responden

secara keseluruhan berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 22

responden atau 55 persen, yang artinya minat dan kesadaran petani

terhadap kegiatan pelatihan maupun penyuluhan tergolong tinggi.

Sedangkan, sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen termasuk

dalam kategori sedang, sebanyak 8 responden atau sebesar 20 persen

termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 responden atau sebesar

2,5 persen termasuk dalam kategori sangat rendah.

4. Pengalaman

Pengalaman seseorang tidak hanya diperoleh melalui kegiatan

belajar mengajar di kelas tetapi juga dapat diperoleh melalui kejadian atau

peristiwa-peristiwa yang terjadi selama hidupnya. Hal ini selaras dengan

pendapat Rakhmat (1998) yang mengatakan bahwa pengalaman tidak

selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga

melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Distribusi responden

berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Page 71: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Pengalaman Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) a. Pengalaman membudidayakan garut

· 1-2 tahun · 3-4 tahun · 5-6 tahun · 7-8 tahun · > 8 tahun

1 2 3 4 5

1 2 9

19 9

2,5 5

22,5 47,5 22,5

Jumlah 40 100 b. Pengalaman mengembangkan

komoditas garut

· 1-2 tahun · 3-4 tahun · 5-6 tahun · 7-8 tahun · > 8 tahun

1 2 3 4 5

6 6

28 - -

15 15 70 - -

Jumlah 40 100 c. Pengalaman mengolah garut

· Tidak pernah · Kurang sering · Cukup sering · Sering · Sangat sering

1 2 3 4 5

- - - 6

34

- - -

15 85

Jumlah 40 100 d. Kesulitan mengolah garut

· Sangat sulit mengolah garut · Sulit mengolah garut · Cukup mengalami kesulitan

mengolah garut · Mengalami sedikit kesulitan · Tidak mengalami kesulitan

1 2 3

4 5

- - -

2 38

- - -

5 95

Jumlah 40 100 Pengalaman mengembangkan komoditas garut · Berpengalaman sangat rendah · Berpengalaman rendah · Berpengalaman sedang · Berpengalaman tinggi · Berpengalaman sangat tinggi

4-7 8-11 12-15 16-19 20-23

- -

10 30 -

- -

25 75 -

Jumlah 40 100

Sumber : Analisis Data Primer Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi

Page 72: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki pengalaman membudidayakan garut 7-8 tahun, yaitu

sebanyak 19 orang petani atau sebesar 47,5 persen yang termasuk kategori

tinggi. Sisanya sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen

berpengalaman membudidayakan garut lebih dari 8 tahun dan 5-6 tahun

dan termasuk kategori sangat tinggi dan sedang, sedangkan 2 responden

atau sebesar 5 persen responden berpengalaman membudidayakan garut 3-

4 tahun termasuk dalam kategori rendah dan juga terdapat 1 responden

atau sebesar 2,5 persen berpengalaman membudidayakan garut 1-2 tahun

termasuk dalam kategori sangat rendah.

Berdasarkan Tabel 5.5 pengalaman responden terhadap

mengembangkan hasil budidaya garut termasuk dalam kategori sedang

yaitu terdapat 28 responden atau sebesar 70 persen telah mengembangkan

garut 5-6 tahun. Sedangkan, terdapat 6 responden atau sebesar 15 persen

telah mengembangkan komoditas garut selama 3-4 tahun dan 1-2 tahun

yang tergolong dalam kategori rendah dan sangat rendah.

Pengalaman responden dalam sering tidaknya mengolah garut yaitu

terdapat sebanyak 34 responden atau sebesar 85 persen menyatakan

bahwa mereka sangat sering mengolah garut termasuk dalam kategori

sangat tinggi dan 6 responden atau sebesar 15 persen menyatakan bahwa

mereka sering mengolah garut yang termasuk kedalam kategori tinggi.

Berdasarkan Tabel 5.5, terdapat 38 responden atau sebesar 95 persen

responden menyatakan bahwa membudidayakan garut tidak mengalami

kesulitan dan termasuk kedalam kategori sangat tinggi. Hal ini

dikarenakan garut sangat mudah dibudidayakan, tidak perlu perawatan

khusus yang rumit untuk membudidayakan garut serta mengolah garut

sangatlah mudah bagi petani garut. Untuk mengolah garut menjadi tepung

garut dan emping garut tidak memerlukan alat-alat yang sulit untuk

ditemukan dan proses pembuatan serta penggunaan alat juga relatif

mudah. Sisanya sebanyak 2 responden atau sebesar 5 persen mengalami

sedikit kesulitan dalam mengolah garut dan termasuk kedalam kategori

Page 73: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tinggi. Kesulitan yang sedikit dialami oleh responden bermacam-macam

ada responden yang mengalami kesulitan untuk mengolah garut menjadi

tepung garut dan ada juga responden yang mengalami kesulitan dalam

mengolah garut menjadi emping garut. Hal tersebut dikarenakan,

kurangnya pengetahuan petani untuk mengolah garut menjadi salah satu

produk olahan garut seperti tepung garut dan emping garut sehingga

responden mengalami sedikit kesulitan dalam mengolah garut.

Berdasarkan Tabel 5.5, pengalaman responden secara keseluruhan

berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 30 responden atau 75 persen

responden. Sisanya sebanyak 10 responden atau sebesar 25 persen

termasuk dalam kategori sedang. Pengalaman dapat dijadikan sebagai

pembelajaran bagi petani dalam usahatani untuk selanjutnya, dimana

petani dapat memilih apakah akan membudidayakan garut lagi untuk ke

depannya atau beralih ke usahatani lain. Pengalaman dapat mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap suatu objek, semakin baik pengalaman yang

diterima maka semakin baik pula persepsinya dan apabila pengalaman

yang diterima buruk atau tidak mempunyai pengalaman maka persepsi

petani terhadap pengembangan komoditas garut kurang baik atau bahkan

tidak baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Colhoun dan

Acocella (1990) yang berpendapat bahwa pengalaman merupakan hasil

peristiwa yang menyenangkan atau menyakitkan terhadap suatu obyek.

Orang akan mengembangkan sikap positif terhadap obyek bila itu

menyenangkan dan sebaliknya jika obyek menyakitkan, ia akan

mengembangkan sikap negatif.

5. Pendapatan

Keadaan ekonomi merupakan gambaran umum mengenai keadaan

perekonomian suatu rumah tangga. Faktor ekonomi rumah tangga salah

satunya tercermin melalui pendapatan. Menurut Hernanto (1984),

pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang

perekonomian keluarga. Tingkat pendapatan merupakan salah satu

indikator sosial ekonomi seseorang di masyarakat disamping pekerjaan,

Page 74: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kekayaan dan pendidikan. Pendapatan biasanya berpengaruh terhadap

kelanjutan atas apa yang telah diusahakan sebelumya. Begitu pula dengan

usahatani garut, dengan diketahuinya pendapatan responden yang

diperoleh dari hasil pengembangan komoditas garut, petani akan dapat

mengambil keputusan mengenai usahatani selanjutnya. Pendapatan

dihitung dari selisih penerimaan antara penerimaan dengan biaya produksi

yang dikeluarkan untuk budidaya komditas garut dalam 1 musim tanam

terakhir. Pendapatan dalam penelitian ini dinyatakan dengan berapa

jumlah pendapatan responden yang diperoleh dari hasil mengembangkan

komoditas garut dalam satu musim tanam terakhir. Data mengenai

pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) a. < 100.000 b. 100.000-500.000 c. 500.001-1.000.000 d. 1.000.001-1.500.000 e. 1.500.001-2.000.000

1 2 3 4 5

3 27 4 5 1

7,5 67,5 10

12,5 2,5

40 100

Sumber : Analisis Data Primer Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi

Dari Tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memperoleh pendapatan dari hasil mengembangkan komoditas

garut tergolong dalam kategori rendah yaitu responden yang memiliki

pendapatan Rp 100.000,00-Rp 500.000,00 sebanyak 27 responden atau

sebesar 67,5 persen. Sebanyak 5 responden atau sebesar 12,5 persen

memperoleh pendapatan sebesar Rp Rp 1.000.001,00-Rp 1.500.000,00

termasuk dalam kategori tinggi. Sebanyak 4 responden memiliki

pendapatan dari hasil mengembangkan garut sebesar Rp 500.001,00-Rp

1.000.000,00 termasuk dalam kategori sedang dan sebanyak 3 responden

Page 75: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

atau sebesar 7,5 persen responden memperoleh pendapatan sebesar kurang

dari Rp 100.000,00 termasuk dalam kategori sangat rendah. Terdapat 1

responden yang memperoleh pendapatan Rp 1.500.001,00-Rp

2.000.000,00 termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Tingkat pendapatan responden dari hasil mengembangkan

komoditas garut yang rata-rata rendah tersebut disesuaikan dengan luas

lahan, jumlah produksi, biaya produksi dan hasil produksi yang diperoleh

dari hasil mengembangkan komoditas garut yang dijual ke pasar.

Walaupun jumlah pendapatan yang diperoleh petani dari hasil

mengembangkan garut rendah, tetapi responden tetap mengembangkan

garut. Hal ini dikarenakan dalam mengembangkan komoditas garut hanya

merupakan usaha sampingan yang berfungsi untuk menambah pendapatan

keluarga. Selain itu, petani yang mengembangkan garut bertujuan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang dimiliki serta untuk menambah

pendapatan.

6. Motivasi

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alasan

psikologis yang mendorong petani membudidayakan dan mengembangkan

komoditas garut. Motivasi menurut Mardikanto (1997), dapat diartikan

sebagai dorongan atau tekanan yang menyebabkan seseorang untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Karena itu keputusan

petani untuk menerima sebuah inovasi dipengaruhi oleh motivasi yang

dimiliki oleh petani itu sendiri ke arah perubahan. Dengan adanya motivasi

inilah yang menjadikan petani mempunyai dorongan untuk mewujudkan

apa yang diharapkan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi

petani responden dalam membudidayakan komoditas garut dapat dilihat

pada Tabel 5.7.

Page 76: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi

No Kriteria Skor Jumlah % 1 2 3 4 5

Karena paksaan Karena bujukan orang lain Mengikuti yang lain Terpengaruh lingkungan Atas kesadaran sendiri

1 2 3 4 5

- - 3 -

37

- -

7,5 -

92,5

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi

Berdasarkan Tabel 5.7, motivasi responden dalam

membudidayakan dan mengembangkan komoditas garut sebagian besar

tergolong sangat tinggi yaitu 37 responden atau sebesar 92,5 persen

menyatakan bahwa responden membudidayakan garut atas dasar

kesadaran sendiri. Hal ini dikarenakan responden memiliki pemikiran

untuk mengoptimalkan lahan yang dimiliki. Mereka mencari cara untuk

mengoptimalkan lahan yang dimiliki yaitu salah satunya menanam

tanaman yang mudah ditanam di lahan yang tidak terlalu luas dan dapat

tumbuh dibawah naungan tanaman lain serta tahan terhadap kondisi

lingkungan yang kurang air sekalipun. Responden menganggap bahwa

garut merupakan umbi-umbian yang cocok ditanam di lahan yang mereka

miliki dan sangat mudah untuk dibudidayakan. Sehingga, responden

dengan kesadaran dari diri mereka masing-masing membudidayakan garut

dalam usahataninya.

Berdasarkan Tabel 5.7 terdapat 3 responden atau sebesar 7,5 persen

menyatakan bahwa responden membudidayakan garut atas dasar

mengikuti yang lain. Hal ini dikarenakan sebagian responden baru

membudidayakan garut setelah melihat responden lain yang telah

membudidayakan garut sebelumnya. Responden melihat bahwa dengan

membudidayakan garut dapat menambah pendapatan dan relatif mudah

untuk membudidayakan garut. Selain itu, responden juga baru mengetahui

Page 77: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

manfaat garut dari petani garut lainnya yang telah telebih dahulu

membudidayakan garut.

C. Persepsi Petani Terhadap Pengembangan Komoditas Garut

Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan tingkat persepsi terhadap pengembangan komoditas garut

Distribusi No Uraian Tingkat Persepsi

Skor Responden Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

Ketersediaan Sarana Produksi

Budidaya Garut Pengolahan Hasil Budidaya Garut Pemasaran

Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Baik Sangat baik Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Baik Sangat baik Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Baik Sangat baik Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Baik Sangat baik

4-7 8-11

12-15 16-19 20-23

5-9

10-14 15-19 20-24 25-29

2-3 4-5 6-7 8-9

10-11

3-5 6-8 9-11 12-14 15-17

- - 2

11 27 - -

18 22 - - -

22 18 - - 2

14 21 3

- - 5

27,5 67,5

- -

45 55 - - -

55 45 - - 5

35 52,5 7,5

Persepsi Total Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Baik Sangat baik

14-25 26-37 38-49 50-61 62-73

- - 5

26 9

- -

12,5 65

22,5

Sumber: Analisis Data Primer

1. Persepsi Petani terhadap Ketersediaan Sarana Produksi

Persepsi petani terhadap ketersediaan sarana produksi secara umum

yaitu berupa penilaian petani garut terhadap ketersediaan sarana produksi

yang digunakan dalam membudidayakan garut seperti bibit dan pupuk.

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa tingkat persepsi petani garut

terhadap ketersediaan sarana produksi garut tergolong sangat baik yang

berjumlah 27 responden atau sebesar 67,5 persen, sebanyak 11 responden

Page 78: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

atau sebesar 27,5 persen tergolong baik dan 2 responden atau sebesar 5

persen tergolong cukup baik. Hal tersebut dikarenakan responden merasa

bahwa ketersediaan sarana produksi yang ada sangat mudah untuk

diperoleh dan selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Sehingga, persepsi

petani terhadap ketersediaan sarana produksi memiliki kategori yang

sangat baik.

Responden yang memiliki persepsi sangat baik berarti resonden

merasa sangat puas terhadap ketersediaan sarana produksi garut. Sarana

produksi yang digunakan untuk membudidayakan garut sangat mudah

diperoleh. Responden memperoleh bibit garut ada yang berasal dari

sumbangan pemerintah pada tahun 2006, meminta dari tetangga yang telah

lama membudidayakan garut, serta ada juga yang membeli bibit garut ke

petani di daerah Sragen. Bibit garut sangat mudah diperoleh karena

sebenarnya umbi garut masih bisa tumbuh menjadi tanaman garut lagi

setelah 5-7 kali panen. Sehingga, garut sangat mudah dibudidayakan dan

tidak perlu biaya yang mahal untuk membeli bibit garut.

Pupuk yang digunakan oleh petani di Kecamatan Polokarto adalah

pupuk kandang. Garut dapat tumbuh dengan subur hanya dengan

menggunakan pupuk kandang tanpa campuran pupuk kimia. Pupuk

kandang sangat mudah diperoleh. Petani biasanya mengambil dari hasil

kotoran ternak yang dipeliharanya. Selain itu, ada sebagian petani yang

memperoleh pupuk kandang dengan membeli ke tetangga yang memiliki

ternak dengan harga yang murah yaitu Rp 500,-/Kg.

2. Persepsi Petani terhadap Budidaya Garut

Persepsi petani terhadap budidaya garut merupakan penilaian

petani terhadap kemudahan dalam cara membudidayakan garut.

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa tingkat persepsi baik sebanyak 22

responden atau sebesar 55 persen, dan persepsi cukup baik sebanyak 18

responden atau sebesar 45 persen. Hal tersebut dikarenakan

membudidayakan garut merupakan hal yang mudah bagi petani di

Kecamatan Polokarto karena garut mudah tumbuh dimana saja walaupun

Page 79: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

di daerah yang kekurangan air sekalipun dan dibawah naungan tanaman

lain. Untuk membudidayakan garut tidak membutuhkan modal yang

banyak dan mahal serta tidak memerlukan perawatan khusus.

Pertama kali dalam menanam garut harus dipersiapkan terlebih

dahulu lahan yang untuk digunakan dalam menanam garut. Petani

biasanya mengolah lahan dengan menggunakan cangkul. Tanah cukup

dicangkul dan dibuat lubang tanam untuk nantinya dimasukkan bibit garut

yang akan ditanam. Setelah itu, pemilihan bibit dilakukan dengan cara

memilih bibit garut yang mulus dan sehat, terutama bibit harus memiliki

tunas di bagian umbinya. Sebelum bibit dimasukkan kedalam lubang

tanam yang telah dibuat, diberi pupuk kandang terlebih dahulu baru

dimasukkan bibit garut kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah.

Biasanya satu lubang tanam berisi satu bibit garut. Pemeliharaan yang

dilakukan untuk menanam bibit garut yaitu dengan cara disiangi atau

dibuang gulma yang biasanya tumbuh disekitar garut. Penyiangan pertama

kali pada waktu garut berumur 3-4 bulan. Penyiangan berikutnya

dilakukan secara berulang setiap bulan sekali. Pada fase tanaman garut

sudah berbunga maka penyiangan dihentikan karena pada fase ini biasanya

gulma jarang sekali tumbuh disekitar tanaman. Setelah tanaman garut

tumbuh sekitar 10-12 bulan tanaman garut sudah siap dipanen. Cara

memanen garut cukup mudah yaitu hanya dengan menggunakan bantuan

cangkul untuk mencabut umbinya.

3. Persepsi Petani Terhadap Pengolahan Hasil Budidaya Garut

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa persepsi petani

terhadap pengolahan hasil budidaya garut adalah 22 responden atau

sebesar 55 persen memiliki persepsi yang cukup baik dan sebanyak 18

responden atau sebesar 45 persen memiliki persepsi baik. Hal ini

dikarenakan mengolah hasil dari budidaya garut merupakan hal yang

cukup mudah bagi sebagian besar responden. Sebagian besar responden

mengolah garut menjadi tepung garut dan emping garut. Setelah diolah

menjadi tepung garut ada juga yang menggunakan tepung garut untuk

Page 80: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

diolah atau dicampur kedalam bahan-bahan untuk dibuat aneka makanan

seperti dodol garut dan beraneka macam kue.

Cara mengolah umbi garut menjadi tepung garut cukup mudah

yaitu dengan cara garut dibersihkan terlebih dahulu, lalu dikupas kulit

luarnya dan dipotong-potong, jemur umbi garut yang telah dipotong-

potong selama 1 hari lalu digiling menggunakan mesin penggiling tepung

biasa atau juga bisa dilakukan dengan cara ditumbuk sampai halus umbi

garut tersebut, setelah itu tepung garut yang telah digiling atau ditumbuk

disaring untuk memperoleh hasil tepung garut yang halus. Sedangkan, cara

untuk mengolah umbi garut menjadi emping garut yaitu dengan cara umbi

garut dibersihkan terlebih dahulu lalu dikupas kulit luarnya dan dicuci

kembali umbi yang telah dikupas. Setelah itu, potong umbi garut yang

telah dibersihkan lalu kukus hingga matang. Pipihkan umbi garut yang

telah dikukus, caranya seperti membuat emping dari melinjo. Setelah umbi

garut berbentuk pipih, jemur dibawah sinar matahari langsung selama 1-2

hari. Setelah itu, untuk mengkonsumsinya emping digoreng terlebih

dahulu.

Petani garut di Kecamatan Polokarto tidak semuanya mengolah

hasil budidaya garut menjadi tepung garut dan emping garut. Ada yang

mengolah menjadi tepung garut saja, ada juga yang mengolah hanya

menjadi emping garut saja. Hal ini dikarenakan ada sebagian petani garut

yang kurang mengetahui secara lengkap cara mengolah umbi garut

menjadi tepung garut atau emping garut. Selain itu, hal tersebut

disesuaikan dengan keinginan petani atau selera petani untuk mengolah

umbi garut sesuai dengan yang disukainya. Kendala yang terdapat dalam

pengolahan hasil budidaya garut yaitu petani tidak memiliki alat

penggiling tepung untuk membuat tepung garut sehingga petani

mengalami sedikit kesulitan. Selain itu, pembuatan emping garut akan

terhambat apabila musim hujan. Hal ini dikarenakan untuk membuat

emping garut, umbi garut harus di jemur dibawah sinar matahari langsung.

Apabila musim hujan tiba sulit untuk mengeringkan umbi garut dan waktu

Page 81: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

yang dibutuhkan agar umbi garut kering menjadi lebih lama dan hal

tersebut akan mengurangi kualitas dari emping garut yang diolah.

4. Persepsi Petani terhadap Pemasaran Garut

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa persepsi petani

terhadap pemasaran garut adalah baik yaitu 21 responden atau sebesar 52,5

persen, persepsi petani cukup baik sebesar 14 responden atau sebesar 35

persen, sebanyak 3 responden atau sebesar 7,5 persen memiliki persepsi

sangat baik dan sisanya sebanyak 2 responden atau sebear 5 persen

memiliki persepsi kurang baik. Pemasaran garut yang sudah baik menurut

persepsi sebagian besar responden memicu responden untuk lebih

mengembangkan komoditas garut. Hal ini dikarenakan dalam berusahatani

hal yang terpenting adalah produk yang telah dihasilkan mudah

dipasarkan, harga produk yang ditawarkan mahal dan permintaan terhadap

produk olahan garut tinggi. Sehingga petani bersemangat untuk

melakukan kegiatan berusahatani.

Pemasaran garut biasanya dipasarkan ke pasar tradisional ataupun

dijual kepada tetangga-tetangga yang membutuhkan. Selain itu, terdapat

beberapa petani juga yang menjualnya ke kantor-kantor pemerintahan

yang ada di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Dalam hal pemasaran biasanya

JARPETO atau jaringan petani organik ikut serta membantu untuk

memasarkan produk hasil olahan garut. JARPETO mengumpulkan hasil

dari olahan garut petani dan memasarkannya ke berbagai tempat seperti

kantor-kantor dan pameran-pameran. Harga hasil budidaya garut yang

ditawarkan ke pasar relatif mahal sehingga menguntungkan bagi petani.

Satu kilogram tepung garut seharga Rp 20.000,00 dan harga emping garut

mentah 2 ons sekitar Rp 5000,00. Apabila garut dijual hanya dalam bentuk

umbi harganya yaitu hanya sekitar Rp 500,00 sampai Rp 1000,00 per Kg.

Permintaan terhadap hasil budidaya garut di pasar rata-rata selalu

ada. Akan tetapi, penawaran garut kepasar kadang menurun akibat dari

adanya musim hujan. Sedangkan, kendala dalam memasarkan garut yaitu

garut sulit dipasarkan di pasar modern. Petani belum memasarkan garut ke

Page 82: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pasar modern seperti pasar swalayan ataupun minimarket. Hal tersebut

dikarenakan untuk menembus pasar modern petani harus memiliki merk

dagang dan sertifikasi halal yang telah di sahkan oleh pemerintah.

Sedangkan, petani di Kecamatan Polokarto masih mengembangkan garut

dalam taraf usaha kecil. Selain itu, modal yang dikeluarkan akan lebih

banyak apabila petani ingin menembus pasar modern. Petani juga tidak

memiliki pengetahuan yang banyak tentang cara untuk menjual hasil

produksi garut ke pasar modern.

D. Hubungan Antara Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi dengan Persepsi

Petani terhadap pengembangan Komoditas Garut

Penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang

membentuk persepsi dengan persepsi petani terhadap pengembangan

komoditas garut (Maranta arrundinacea L) di Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang diteliti

adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman,

pendapatan, dan motivasi. Persepsi petani terhadap pengembangan komoditas

garut empat parameter, yaitu : persepsi terhadap ketersediaan sarana produksi,

persepsi terhadap budidaya garut, persepsi terhadap pengolahan hasil budidaya

garut, dan persepsi terhadap pemasaran garut. Hasil analisis secara

keseluruhan menunujukkan bahwa terdapat :

Analisis hubungan antara faktor-faktor yang membentuk persepsi

dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut (maranta

arrundinacea L) menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) SPSS 17,0 for

windows. Berikut adalah hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang

membentuk persepsi dengan persepsi petani terhadap pengembangan

komoditas garut (Maranta arrundinacea L) di Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo.

Page 83: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 5.9 Uji Hipotesis Hubungan antara Faktor Pembentuk Persepsi dengan Persepsi Petani Terhadap Pengembangan Komoditas Garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

Persepsi petani terhadap pengembangan komoditas

garut (Y total) Keterangan No

Faktor-faktor yang membentuk persepsi

(X) rs t hitung

1 2 3 4 5 6

Umur (X1) Pendidikan Formal (X2) Pendidikan non formal (X3) Pengalaman (X4) Pendapatan (X5) Motivasi (X6)

0,071 0.020 0,415** 0,394* 0,060 0,360*

0,439 0,123 2,811 2,642 0,370 2,378

NS NS SS S

NS S

Keterangan :

TTabel = 2,020 a = 0,05 rs = Korelasi rank Spearman SS = Sangat Signifikan S = Signifikan NS = Non signifikan

1. Hubungan antara Umur (X1) dengan Persepsi Petani Terhadap

Pengembangan Komoditas Garut (Y)

Berdasarkan Tabel 5.9, maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang tidak signifikan antara umur dengan persepsi petani

terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini dapat dilihat dari nilai t

hitung (0,439) < t Tabel (2,020), pada taraf signifikansi 95 % dengan a = 0,05

dan nilai rs adalah 0,071. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima yang

artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan

persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut.

Hubungan yang tidak signifikan antara umur dengan persepsi

petani terhadap pengembangan komoditas garut menunjukkan bahwa

persepsi petani tidak berhubungan dengan umur petani. Umur responden

dalam penelitian ini sebagian besar berada dalam kategori umur produktif.

Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena untuk menjadi seorang

petani yang mengembangkan komoditas garut tidak mensyaratkan segi

umur, sehingga berapapun umur seseorang, selama ia mampu bekerja dan

Page 84: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ada kemauan maka ia dapat mengembangkan komoditas garut. Sehingga,

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini umur responden tidak

memiliki hubungan dengan persepsinya terhadap pengembangan

komoditas garut.

2. Hubungan antara Pendidikan Formal (X2) dengan Persepsi Petani

Terhadap Pengembangan Komoditas Garut (Y)

Berdasarkan Tabel 5.9, maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan persepsi petani

terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini dapat dilihat dari nilai t

hitung (0,123) < t Tabel (2,020), pada taraf signifikansi 95 % dengan a = 0,05

dan nilai rs adalah 0,020. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima yang

artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal

petani dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut.

Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal

responden tidak berhubungan dengan persepsi petani terhadap

pengembangan komoditas garut. Mayoritas pendidikan formal responden

rendah yaitu sebanyak 21 responden atau sebesar 52,5 persen tamat SD.

Pendidikan formal responden yang rendah tersebut bukan berarti

responden memiliki persepsi yang buruk tehadap pengembangan

komoditas garut. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan tentang

pengembangan komoditas garut didapatkan melalui pengetahuan serta

informasi yang diperoleh dari kegiatan yang bukan berasal dari hasil

pendidikan formal. Responden memperoleh pengetahuan yang berasal dari

pendidikan non formal yaitu kegiatan seperti penyuluhan dan pelatihan

yang terkait dengan budidaya dan pengembangan komoditas garut,

sehingga petani lebih mengerti dan memahami tentang pengembangan

komoditas garut. Sehingga, dapat disimpulkan dalam penelitian ini

pendidikan formal responden tidak memiliki hubungan dengan

persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut.

Page 85: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

3. Hubungan antara Pendidikan Non Formal (X3) dengan Persepsi

Petani Terhadap Pengembangan Komoditas Garut(Y)

Berdasarkan Tabel 5.9, dapat diketahui bahwa hasil analisis

menunjukkan nilai rS sebesar 0,415**, pada taraf signifikansi 95% dengan

a=0,05. Nilai thitung sebesar 4,071 dan tTabel sebesar 2,020, sehingga dapat

dilihat bahwa thitung(2,811) > tTabel (2,020) maka Ho ditolak, yang artinya

terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal

petani dengan persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin sering petani yang mengikuti penyuluhan

dan pelatihan maka persepsi petani terhadap budidaya dan pengembangan

komoditas garut juga akan semakin baik.

Frekuensi kegiatan penyuluhan serta pelatihan yang semakin sering

dapat membuat petani lebih banyak menerima informasi, sehingga berguna

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, khususnya

tentang pengembangan komoditas garut. Melalui kegiatan penyuluhan atau

pelatihan, beragam informasi seperti cara budidaya, cara pengolahan hasil

dan cara pemasaran garut yang diperlukan petani dapat dengan mudah

diperoleh, sehingga ikut mempengaruhi keputusan petani dalam

mengembangkan komoditas garut. Semakin tinggi tingkat pendidikan non

formal yang pernah diikuti petani, maka persepsinya juga semakin baik.

Petani garut di Kecamatan Polokarto sering mengikuti kegiatan

penyuluhan yaitu setiap 40 hari sekali dan juga sering mengikuti kegiatan

pelatihan. Pengetahuan serta ketrampilan yang diperoleh melalui kegiatan

penyuluhan maupun pelatihan dapat memberikan pencerahan bagi petani,

dimana petani menjadi lebih mengerti apa saja keuntungan serta kendala

dalam mengembangkan komoditas garut, sehingga pada akhirnya akan

mempengaruhi persepsi petani garut itu sendiri.

4. Hubungan antara Pengalaman (X4) dengan Persepsi Petani Terhadap

Pengembangan Komoditas Garut (Y)

Berdasarkan Tabel 5.9, maka dapat diketahui nilai rS antara

pengalaman dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas

Page 86: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

garut adalah 0,394*, pada taraf signifikansi 95% dengan a = 0,05, dengan

nilai thitung sebesar 2,642 > tTabel 2,020, sehingga Ho ditolak, dan dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman

dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman responden dalam

mengembangkan komoditas garut maka akan semakin baik persepsi

mereka terhadap pengembangan komoditas garut.

Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang

dialami selama membudidayakan garut, sehingga nantinya dapat

mempengaruhi tingkat persepsi petani terhadap pengembangan komoditas

garut yang meliputi tentang ketersediaan sarana produksi, budidaya,

pengolahan hasil dan pemasaran. Rakhmat (1998), mengatakan bahwa

pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Hal tersebut sesuai

dengan hasil penelitian yaitu mayoritas petani memiliki pengalaman tinggi

yaitu sebesar 85% dalam mengembangkan komoditas garut, dimana petani

mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pengembangan komoditas

garut, sehingga dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk menentukan

keputusan atau tindakan dalam pengembangan komoditas garut

selanjutnya. Sebagian besar petani garut di Kecamatan Polokarto

berpendapat bahwa selama ini tidak mengalami kesulitan dalam

membudidayakan serta mengembangkan komoditas garut, sehingga petani

berpersepsi baik terhadap pengembangan komoditas garut. Jadi,

pengalaman responden yang tinggi tersebut memiliki hubungan dengan

persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut.

5. Hubungan antara Pendapatan (X5) dengan Persepsi Petani terhadap Pengembangan Komoditas Garut (Y)

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai rS yaitu sebesar 0,060, pada

taraf signifikansi 95% dengan a = 0,05, dengan thitung sebesar 0,802 dan

tTabel sebesar 2,020, sehingga dapat dilihat bahwa thitung(0,370) < tTabel

(2,020) sehingga Ho diterima, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang tidak signifikan antara pendapatan dengan persepsi petani

Page 87: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini menunjukkan bahwa

tinggi rendahnya pendapatan responden yang diperoleh dari hasil

mengembangkan garut tidak berhubungan dengan persepsinya terhadap

pengembangan komoditas garut.

Tingkat pendapatan responden mayoritas termasuk kategori

rendah. Pendapatan petani dari pengembangan komoditas garut jumlahnya

beragam sesuai dengan luas lahan yang dimiliki, tingkat produksi, biaya

produksi serta banyaknya jumlah produksi garut yang di jual, sehingga

bukan berarti petani dengan pendapatan yang lebih rendah akan memiliki

persepsi yang buruk terhadap pengembangan komoditas garut. Petani

dengan pendapatan rendah karena jumlah lahan yang dimiliki cenderung

lebih sempit dan jumlah produksi yang dijual ke pasar lebih sedikit,

sehingga hasilnya juga sedikit dibandingkan petani dengan pendapatan

yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat pendapatan petani dari hasil

mengembangkan komoditas garut di Kecamatan Polokarto bukan berarti

membuat petani memberikan persepsi yang buruk. Hal ini dikarenakan

mereka dapat menilai keuntungan mengembangkan komoditas garut dari

kemudahan membudidayakan garut yang tidak memerlukan banyak modal

dan perawatan khusus serta kemudahan dalam memasarkan dari hasil

olahan garut.

6. Hubungan antara Motivasi (X6) dengan Persepsi Petani terhadap Pengembangan Komoditas Garut (Y)

Berdasarkan Tabel 5.9, maka dapat diketahui nilai rS antara

motivasi dengan persepsi terhadap pengembangan garut adalah 0,360*,

pada taraf signifikansi 95% dengan a = 0,05, dengan nilai thitung (2,378) >

tTabel (2,020), sehingga Ho ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara motivasi dengan persepsi petani

terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi motivasi petani dalam membudidayakan garut dan

mengembangkan komoditas garut maka dapat memberikan tingkat

persepsi yang baik terhadap pengembangan komoditas garut.

Page 88: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Faktor motivasi petani terhadap pengembangan komoditas garut

dalam penelitian ini dibatasi pada motivasi psikologis petani. Kondisi di

lapang menunjukkan bahwa dorongan yang menyebabkan petani

mengembangkan komoditas garut adalah karena petani ingin

memanfaatkan lahan non produktif yang dimiliki untuk memperoleh

tambahan pendapatan. Responden yang berpersepsi baik adalah yang

memiliki motivasi sangat tinggi dimana mereka mempunyai dorongan

yang kuat dalam diri mereka untuk membudidayakan serta

mengembangkan komoditas garut untuk menambah pendapatan keluarga.

Sedangkan beberapa responden yang motivasinya sedang mereka kurang

memiliki dorongan yang kuat untuk mengembangkan komoditas garut

karena mereka mengembangkan komoditas garut akibat dari mengikuti

orang lain yang sebelumnya telah mengembangkan terlebih dahulu. Oleh

karena itu, motivasi petani dalam diri mereka sendiri kurang. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan, dalam penelitian ini motivasi responden dalam

membudidayakan garut dan mengembangkan komoditas garut memiliki

hubungan dengan persepsinya tehadap pengembangan komoditas garut.

Page 89: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.:

1. Faktor Pembentuk Persepsi petani terhadap pengembangan komoditas

garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui

sebagai berikut :

a. Umur dalam kategori produktif yaitu 25-35 tahun sebesar 42,5 persen.

b. Pendidikan formal responden tergolong dalam kategori rendah yaitu

tamat SD/MI yaitu sebesar 52,5 persen.

c. Pendidikan Non Formal tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar

55 persen petani garut mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan

yang berhubungan dengan pengembangan komoditas garut. Penyuluh

pertanian dan lembaga swasta JARPETO (Jaringan Petani Organik)

yang menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan tentang

pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto.

d. Pengalaman dalam kategori tinggi yaitu sebesar 75 persen responden

memiliki pengalaman dalam mengembangkan komoditas garut yang

meliputi pengalaman dalam membudidayakan garut, pengalaman

mengembangkan garut, pengalaman mengolah garut dan kesulitan

mengolah garut.

e. Pendapatan dalam kategori rendah yaitu sebesar 67,5 persen responden

memperoleh pendapatan dari hasil pengambangan komoditas garut

sebesar Rp 100.000,00-Rp 500.000,00.

f. Motivasi dalam kategori sangat tinggi sebesar 92,5 persen responden

membudidayakan garut karena atas kesadaran diri mereka sendiri.

Petani mengembangkan garut karena termotivasi untuk memperoleh

tambahan pendapatan.

77

Page 90: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

2. Tingkat persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui sebagai

berikut :

a. Persepsi petani terhadap ketersediaan sarana produksi termasuk dalam

kategori sangat baik yaitu sebesar 67,5 persen, hal ini berarti

responden merasa puas terhadap ketersediaan sarana produksi yang

digunakan untuk membudidayakan garut.

b. Persepsi petani terhadap budidaya garut termasuk dalam kategori baik

yaitu sebesar 55 persen, hal ini berarti petani merasakan kemudahan

terhadap budidaya garut. Budidaya garut meliputi kegiatan persiapan

lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

c. Persepsi petani terhadap pengolahan hasil budidaya garut termasuk

dalam kategori cukup baik yaitu sebesar 55 persen, berarti petani

cukup baik mengetahui tentang pengolahan hasil dari budidaya garut

dan petani merasa cukup mudah dalam mengolah hasil budidaya garut.

Petani biasanya mengolah garut menjadi tepung garut dan emping

garut.

d. Persepsi petani terhadap pemasaran garut termasuk dalam kategori

baik yaitu sebesar 52,5 persen, berarti petani merasa mudah dalam

memasarkan hasil dari olahan garut yang telah dibuat. Petani biasanya

memasarkan hasil produksi ke tetangga yang membutuhkan, pasar

tradisional dan ada juga yang menjual ke kantor-kantor pemerintahan

di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

3. Hubungan yang terjadi antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi

petani terhadap pengembangan komoditas garut (Maranta arundinacea L)

di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui sebagai

berikut :

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan persepsi

petani terhadap pengembangan komoditas garut (Maranta arundinacea

L) di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Sehingga, perbedaan

Page 91: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

umur responden tidak berhubungan dengan persepsinya terhadap

pengembangan komoditas garut.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal

dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut

(Maranta arundinacea L) di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo. Sehingga, pendidikan formal responden tidak berhubungan

dengan persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut.

c. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non

formal dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas

garut (Maranta arundinacea L) di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo. Sehingga, pendidikan non formal responden berhubungan

dengan persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut. Semakin

tinggi pendidikan non formal responden semakin baik persepsinya

terhadap pengembangan komoditas garut.

d. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan

persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut (Maranta

arundinacea L) di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

Sehingga, pengalaman responden berhubungan dengan persepsinya

terhadap pengembangan komoditas garut. Semakin tinggi pengalaman

responden semakin baik persepsinya terhadap pengembangan

komoditas garut.

e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan

persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut (Maranta

arundinacea L) di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

Sehingga, pendapatan responden tidak berhubungan dengan

persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut.

f. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan persepsi

petani terhadap pengembangan komoditas garut (Maranta arundinacea

L) di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Sehingga, motivasi

responden berhubungan dengan persepsinya terhadap pengembangan

Page 92: PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS … · 2013. 7. 22. · PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

komoditas garut. Semakin tinggi motivasi responden semakin baik

persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya penyuluh pertanian dan lembaga swasta JARPETO dapat

mempertahankan dan meningkatkan pendidikan non formal mengenai

pengembangan komoditas garut, khususnya lebih meningkatkan lagi

kegiatan pelatihan tentang pengembangan komoditas garut bagi petani di

Kecamatan Polokarto.

2. Sebaiknya petani garut yang memiliki pengalaman lebih tinggi dalam

mengembangkan komoditas garut, membantu petani garut lainnya dalam

memperoleh informasi dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi

petani garut tersebut dalam pengembangan komoditas garut.

3. Sebaiknya penyuluh pertanian terus memotivasi petani untuk bersama-

sama mengembangkan komoditas garut, misalnya dengan pembentukan

kelompok petani garut.