persepsi dan perilaku mahasiswa dalam pendidikan …/persepsi... · dalam pendidikan karakter...

199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret) SKRIPSI Oleh: DIPTASARI WIBAWANTI K8408002 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Februari 2013

Upload: doque

Post on 07-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA

DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

(Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret)

SKRIPSI

Oleh:

DIPTASARI WIBAWANTI

K8408002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Februari 2013

Page 2: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Diptasari Wibawanti

NIM : K8408002

Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Sosiologi Antropologi

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di

Jurusan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 29 Januari 2013

Yang membuat pernyataan

Diptasari Wibawanti

Page 3: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA

DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

(Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret)

Oleh:

DIPTASARI WIBAWANTI

K8408002

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Februari 2013

Page 4: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 29 Januari 2013

Pembimbing I,

Drs. A.Y. Djoko Darmono, M.Pd

NIP. 19530826 198003 1 005

Pembimbing II,

Yosafat Hermawan T., S.Sos., M.A.

NIP. 19760627 200604 1 001

Page 5: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Senin

Tanggal : 4 Februari 2013

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. MH Sukarno, M.Pd ..........................

Sekertaris : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ..........................

Anggota I : Drs. A.Y. Djoko Darmono, M.Pd ..........................

Anggota II : Yosafat Hermawan T., S.Sos., M.A ..........................

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 6: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Sesempurna-sempurna iman seorang mukmin adalah mereka yang paling bagus

akhlaknya. (Hadist Riwayat Muslim)

Page 7: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu Subambini dan Bapak Suharto, mbak Ning, mas

Bayu, mas Cahyo, dan Yoga, kalian keluarga yang

terbaik

2. Keluarga besar UKM Taekwondo UNS yang membuat

hidupku penuh warna

3. Almamater

Page 8: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK Diptasari Wibawanti. K8408002, PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (STUDI KASUS DI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Februari 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap pendidikan karakter sebagai pelaksanaan visi FKIP UNS, (2) strategi penerapan visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan (3) mengetahui perilaku mahasiswa di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai proses dan hasil penerapan visi FKIP UNS tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan P IPS FKIP UNS. Penelitian menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data berasal dari mahasiswa, dosen dan pimpinan Jurusan P IPS, serta pimpinan FKIP. Teknik pengambilan informan yang digunakan yaitu teknik purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi langsung, dan analisis dokumen. Untuk meningkatkan kesahihan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber. Tahapan analisis interaktif penelitian meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemahaman informan mengenai penjabaran visi berkarakter kuat dan cerdas sangat beragam. Namun hal ini disepakati sebagai kriteria ideal yang harus ada dalam kepribadian pendidik, yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Berkarakter kuat dan cerdas dijabarkan sebagai keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ yang mampu diaplikasikan dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis dalam kehidupan sehari-hari, yang mengarah pada perubahan positif bagi dirinya dan orang lain. (2) Untuk membentuk calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas, pendidikan karakter dilaksanakan secara bertahap melalui kurikulum, program dan kebijakan, penciptaan lingkungan yang sehat dan kondusif, keteladanan serta pengawasan. Pendidikan karakter bukan merupakan mata kuliah khusus, melainkan terintegrasi dalam kurikulum. Dosen berperan penting sebagai figur teladan bagi mahasiswa. (3) Pendidikan karakter belum dilaksanakan secara optimal di jurusan P IPS, karena terlalu menekankan segi fisik yang diatur melalui kebijakan seragam, di mana hal ini masih menimbulkan pro kontra. FKIP belum menetapkan kriteria resmi evaluasi pendidikan karakter, sehingga penilaian keberhasilan hanya sampai pada pengamatan individual. Mahasiswa belum mengaplikasikan nilai-nilai berkarakter kuat dan cerdas secara optimal, karena kurang paham atas makna berkarakter kuat dan cerdas, belum terbentuknya kesadaran pribadi, belum ada contoh yang bisa diteladani, serta kurang ada sosialisasi lebih lanjut terkait dengan program dan kebijakan.

Kata kunci: persepsi, perilaku, pendidikan karakter, mahasiswa

Page 9: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT Diptasari Wibawanti. K8408002, BEHAVIOR IN CHARACTER EDUCATION (A CASE STUDY ON SOCIAL SCIENCE EDUCATION DEPARTMENT OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY OF SEBELAS MARET UNIVERSITY). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. February 2013.

This research aims (1) to find out the perception of Social Science

applicatstrong and intelligence character in Social Science Education Department of Teacher Training and Education Faculty and (3) to find out the behavior of Social

s students as the process and product of FKIP s vision application.

This research was taken place in Social Science Education Department of FKIP UNS. This study employed a descriptive qualitative approach, with a single embedded strategy. The data source derived from the students, lecturers and

techniques used were interview, direct observation, and document analysis. To improve the data validity, the author employed data triangulation technique encompassing source triangulation. The interactive analysis stage of this research included data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing.

e explanation of strong and intelligence character-vision was very varied. But it was agreed as the ideal criterion that should exist in educator personality, that was expected to be possessed by the student FKIP as the prospect teacher. Having strong and intelligence character was defined as the balance between IQ, SQ, and EQ that could be applied to thinking, attitude, and practical behavior in daily life, leading to the positive change for the self and others. (2) To create a prospect educator with strong character and intelligence, the character education was carried out gradually through curriculum, program and policy, creating a healthy and conducive environment, precedence and supervision. Character education is not special course, but integrated into curriculum. The lecturer plays an important role as the model figure to the students. (3) Character education had not been undertaken optimally in Social Science Education department, because it emphasized mostly on physical aspect governed through uniform policies, in which it still resulted in pros and cons. The Teacher Training and Education Faculty had not applied yet the official criteria of character education evaluation, so that the success assessment was limited to individual observation only. The students had not applied yet the strong and intelligence character values optimally, because they understood poorly the meaning of having strong and intelligence character, personal awareness had not been created, and the lack of further socialization concerning the program and policy.

Keywords: perception, behavior, character education, students

Page 10: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga proses penelitian dan

penyusunan skripsi ini berjalan dengan cukup baik. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan pada junjungan kita Rasullulah SAW.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak berjalan

dengan mudah, cukup banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan, dan berkat

karunia Allah SWT serta peran berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi.

Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. A.Y. Djoko Darmono, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah

memberikan arahan, masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Yosafat Hermawan Trinugraha, S.Sos., M.A. selaku Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi.

6. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang telah

mengawal selama peneliti menempuh studi.

7. Dewan Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS.

8. Teman-teman Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi angkatan 2008.

9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga amal baik dan keikhlasan membantu peneliti mendapatkan

imbalan dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari

kekurangan. Semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 29 Januari 2013

Peneliti

Page 11: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

PERNYATAAN............................................................................................... ii

PENGAJUAN .................................................................................................. iii

PERSETUJUAN .............................................................................................. iv

PENGESAHAN ............................................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 9

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan ............................. 9

Kajian Teori ...................................................................................... 9

1. Tinjauan Pendidikan Karakter .................................................... 9

a. Pengertian Karakter ............................................................... 9

b. Pengertian Pendidikan Karakter............................................ 12

c. Urgensi Pendidikan Karakter ................................................ 18

d. Pilar Pendidikan Karakter ..................................................... 20

e. Teori Pendidikan Karakter .................................................... 23

f. Prinsip dan Metode Pendidikan Karakter ............................. 29

Page 12: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

g. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ........................... 33

2. Tinjauan Persepsi dan Perilaku ................................................... 40

a. Persepsi ................................................................................. 40

b. Perilaku ................................................................................. 41

3. Tinjauan Visi FKIP UNS ............................................................ 45

a. Visi Berkarakter Kuat dan Cerdas ........................................ 45

b. Guru Berkarakter Kuat dan Cerdas ....................................... 52

Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 61

B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 62

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 66

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 66

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 68

C. Data dan Sumber Data ...................................................................... 72

D. Teknik Pengambilan Informan .......................................................... 75

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 76

F. Uji Validitas Data.............................................................................. 78

G. Analisis Data ..................................................................................... 79

H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 84

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian.................................................... 84

B. Deskripsi Temuan Penelitian ............................................................ 89

1. Persepsi Konsep Berkarakter Kuat dan Cerdas ........................... 90

2. Strategi Penanaman Nilai Berkarakter Kuat dan Cerdas ............ 97

a. Keteladanan ........................................................................... 100

b. Program dan Kebijakan ......................................................... 104

c. Kontrol dan Pengawasan ....................................................... 110

d. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif ............................. 113

3. Perilaku Mahasiswa Terkait dengan Penerapan Berkarakter

Kuat dan Cerdas .......................................................................... 116

a. Indikator Nilai Karakter dan Perilaku ................................... 117

b. Penilaian dan Evaluasi .......................................................... 150

Page 13: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Pembahasan ....................................................................................... 155

1. Rumusan Berkarakter Kuat dan Cerdas sebagai Konsep

Pendidikan Karakter .................................................................... 155

2. Strategi Penanaman Nilai Berkarakter Kuat dan Cerdas ............ 158

3. Perilaku Mahasiswa terkait dengan Indikator Nilai Berkarakter

Kuat dan Cerdas .......................................................................... 167

a. Nilai-nilai Karakter ............................................................... 167

b. Evaluasi Pendidikan Karakter ............................................... 177

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 179

A. Simpulan ........................................................................................... 179

B. Implikasi............................................................................................ 181

C. Saran.................................................................................................. 182

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 184

LAMPIRAN ..................................................................................................... 187

Page 14: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Nilai-nilai Karakter dan Deskripsi ............................................................ 22

2.2. Karakteristik, Definisi, dan Indikator Budaya Kerja ................................ 60

3.1. Rincian Waktu Penelitian.......................................................................... 67

4.1. Indikator dan nilai karakter prioritas yang diterapkan di FKIP ................ 119

4.2. Indikator, nilai karakter dan perilaku praksis mahasiswa FKIP ............... 175

Page 15: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Metode Pendidikan Karakter .................................................................... 32

2.2. Indikator Guru dan Dosen Profesional...................................................... 58

2.3. Skema Kerangka Berpikir ......................................................................... 65

3.1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ............................. 80

4.1. Visi Berkarakter Kuat dan Cerdas di gedung F ........................................ 95

4.2. Poster/anjuran yang terdapat di gedung F ................................................. 113

4.3. Mahasiswa menggunakan seragam putih gelap hari Senin ....................... 134

4.4. Metode Pendidikan Karakter di jurusan P IPS .......................................... 165

Page 16: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Field Note ..................................................................................................... 187

2 Interview Guide............................................................................................ 255

3 Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ................................................. 259

4 Surat Permohonan Ijin Research dan Observasi .......................................... 260

5 Surat Permohonan Ijin Research/Try Out .................................................... 261

6 Surat Keterangan Penelitian ......................................................................... 262

Page 17: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemendiknas telah mendeklarasikan tentang "Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa" sebagai gerakan nasional pada 14 Januari 2010. Deklarasi

nasional tersebut harus diakui secara jujur, disebabkan oleh kondisi bangsa yang

semakin tidak stabil karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh

globalisasi. Dampak globalisasi yang terjadi telah menyebabkan masyarakat

Indonesia mengalami degradasi karakter dan moral. Berbagai peristiwa seperti

Kasus Gayus Tambunan, Angelina Sondakh dengan kasus Blackberry-nya hingga

John Kei dengan jaringan pembunuh bayarannya merupakan contoh lunturnya

karakter dan moral bangsa. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa masyarakat

ternyata mampu melakukan tindak kekerasan yang sebelumnya belum pernah

terbayangkan. Hal ini terjadi karena globalisasi telah membawa masyarakat pada

pemujaan materi sehingga terjadi ketimpangan antara pembangunan ekonomi

dengan kebudayaan masyarakat. Padahal, karakter merupakan suatu pondasi

bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.

Salah satu alternatif yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, atau

paling tidak mengurangi, masalah degradasi moral dan karakter bangsa adalah

pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena

pendidikan membelajarkan dan membimbing generasi muda sebagai generasi

penerus bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif,

pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa

dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab

berbagai masalah degradasi moral dan karakter bangsa. Pendidikan merupakan

mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan dan pembangunan

karakter bangsa. Selain itu, pendidikan juga berfungsi sebagai sarana mencapai

tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Menurut Rajasa (2007) tiga

hal prinsipal tersebut (Muslich, 2011:3) antara lain:

Page 18: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

1. Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju, berbudaya, dan berpengaruh.

2. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa.

3. Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek di atas yakni re-aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah. Internalisasi ini harus berupa suatu concerted efforts dari seluruh masyarakat dan pemerintah. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan

nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau

pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik

untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan karakter sebagai satu konsep pendidikan yang menanamkan budi

pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), serta

tindakan (action) merupakan suatu solusi untuk memperbaiki karakter dan moral

bangsa. Seperti yang dikemukakan Kementerian Pendidikan Nasional (2011:1)

pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik

atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action).

Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus

Platform pendidikan karakter bangsa Indonesia telah dipelopori oleh

tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara yang tertuang dalam tiga kalimat, yaitu Ing

ngarsa sung tuladha (di depan memberikan teladan), Ing madya mangun karsa (di

tengah membangun kehendak), dan Tut wuri handayani (di belakang memberikan

dorongan). Ketiga prinsip ini ditujukan bagi seorang guru atau pendidik. Bahwa

menjadi guru atau pendidik harus mampu memberikan contoh, panutan, dan

Page 19: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

keteladanan bagi peserta didiknya. Selain itu, guru atau pendidik juga harus

memberikan bimbingan untuk membangun tujuan dan cita-cita peserta didiknya.

Dan yang terakhir, seorang guru atau pendidik harus mampu memberikan

dorongan dan motivasi, sehingga peserta didik memiliki semangat dan daya juang

dalam mengembangkan potensi dirinya.

Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman

nilai-nilai kebaikan kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-

nilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama

manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa sehingga menjadi manusia yang

seutuhnya. Pendidikan karakter di perguruan tinggi perlu melibatkan berbagai

komponen terkait yang didukung oleh proses pendidikan itu sendiri, yaitu isi

kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan warga kampus,

pengelolaan perkuliahan, pengelolaan berbagai kegiatan mahasiswa,

pemberdayaan sarana dan prasarana, serta etos kerja seluruh warga kampus.

Pendidikan karakter meskipun sudah sering digembor-gemborkan

sebagai suatu hal yang mendesak untuk segera ditindaklanjuti dalam kinerja

pendidikan, tampaknya belum sehebat grand design yang telah dibentuk

pemerintah dalam implementasinya di lapangan. Pendidikan karakter perlahan

mengalami kemunduran serta kurang mendapat perhatian serius. Hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor. Koesoema (2007:119) menyebutkan bahwa

Kemunduran pendidikan karakter disebabkan adanya perbedaan pandangan dan

visi tentang pendidikan karakter. Perbedaan pemahaman tentang pendidikan

karakter ini bisa mempengaruhi penerapan pendidikan karakter di tingkat satuan

pendidikan bahkan di tingkat negara.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta merupakan sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),

yang didirikan untuk mencetak tenaga-tenaga pendidik yang handal dan

profesional. Untuk menghasilkan tenaga pendidik yang baik maka diperlukan

lembaga pendidikan yang baik pula. Kualitas pendidikan ditandai oleh kualitas

Page 20: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

lulusan LPTK, sehingga kualitas LPTK harus senantiasa dibangun dan

dikembangkan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas pula. Dalam konteks

membangun karakter calon generasi bangsa, penyiapan calon tenaga pendidik

profesional yang berkarakter tentunya memiliki korelasi yang tinggi. Sebab setiap

calon pendidik dewasa ini dituntut memiliki kemampuan dalam membina karakter

peserta didiknya, sehingga pembinaan karakter mahasiswa calon tenaga pendidik

harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan profesional

tenaga pendidik selama di lingkungan kampus. Oleh karena itu FKIP UNS

mengusung visi menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga kependidikan

berkarakter kuat dan cerdas.

Berkarakter kuat dan cerdas berarti bahwa pendidikan seharusnya

dapat menghasilkan orang baik dan juga pintar. Pendidikan tidak cukup hanya

berhenti pada memberikan pengetahuan paling mutakhir, namun juga harus

mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter kuat setiap

peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan

tujuan hidupnya. Pendidik harus memiliki komitmen yang kuat dalam

melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan

kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik

untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu

dan teknologi. Di sisi lain, pendidik juga harus mampu membuka mata hati

peserta didik untuk dapat melihat masalah-masalah bangsa dan dunia, seperti

kemiskinan, ketidakadilan, serta persoalan lingkungan hidup. Peserta didik harus

diarahkan untuk mampu mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus diajarkan

untuk memiliki panggilan hidup untuk menjadi bagian dari pemecahan persoalan-

persoalan yang dihadapi bangsa dan dunia. Agar mampu menyelenggarakan

pendidikan tersebut, maka diperlukan sosok guru yang berkarakter kuat dan

cerdas.

digugu lan ditiru

secara tidak langsung memberikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya.

Profil dan penampilan guru seharusnya memiliki dan menunjukkan kepribadian

dan karakter kuat yang dapat membawa peserta didiknya ke arah pembentukan

Page 21: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

karakter yang kuat pula. Dalam konteks ini guru berperan sebagai teladan atau

contoh bagi peserta didiknya. Guru yang berkarakter kuat dan cerdas adalah guru

yang berkualifikasi dan berkompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan

sosial. Mahasiswa sebagai bagian dari FKIP UNS sekaligus calon guru atau

pendidik harus mampu menampilkan sosok cerminan seorang guru yang

berkarakter kuat dan cerdas, sesuai dengan visi FKIP UNS.

Grand design berkarakter kuat dan cerdas yang ideal ternyata belum

sepenuhnya dapat diaplikasikan secara optimal. Realita di lapangan masih banyak

ditemukan penyimpangan-penyimpangan sebagai bukti adanya kesenjangan

antara idealitas karakter kuat dan cerdas dengan realitas pelaksanaannya. Sebagai

contohnya adalah budaya instan, plagiarisme, dan konsumerisme mahasiswa.

Budaya instan adalah bahwa mahasiswa menginginkan proses yang serba

cepat/instan namun dapat menghasilkan produk yang maksimal. Mahasiswa

menginginkan nilai yang tinggi dengan instan, sehingga banyak dari mereka

malas untuk belajar, namun menggunakan jalan pintas seperti bertanya pada

teman, membuka buku atau catatan, hingga browsing di internet saat sedang ujian.

yang strategis (biasanya deretan meja belakang) dapat mempengaruhi hasil nilai

yang dicapai. Hal ini terkait dengan keleluasaan mahasiswa dalam melaksanakan

cara pintasnya. Pada posisi-posisi yang dianggap strategis, mahasiswa akan lebih

leluasa membuka catatan, browsing di google, maupun menyenggol teman di

sebelahnya untuk bertanya.

Selanjutnya, budaya plagiarisme adalah bahwa mahasiswa melakukan

peniruan terhadap berbagai hasil karya orang lain, namun mengganti label dengan

namanya sendiri. Hal ini merupakan dampak negatif dari adanya kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Peniruan yang sering dilakukan

mahasiswa biasanya terkait dengan pengerjaan tugas dari dosen. Tugas-tugas

seperti membuat artikel, paper, maupun makalah seringkali hanya sekedar

copy/paste dari internet. Mahasiswa juga merupakan subjek konsumsi yang besar.

Hal ini dapat dilihat dari penampilan mahasiswa yang lebih senang dengan

berbagai barang mahal dan bermerk terkenal, yang jauh dari kesederhanaan dan

Page 22: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kesahajaan seorang calon pendidik. Penampilan mahasiswa yang suka

mengenakan pakaian bermerk, sepatu bermerk, tas dan berbagai aksesoris yang

bermerk pula, menunjukkan wujud konsumsi mahasiswa yang berlebihan, yang

jauh dari kesederhanaan seorang pendidik. Mahasiswa calon pendidik bukanlah

seorang artis yang harus selalu tampil fashionable dengan barang bermerk.

Budaya konsumsi menghambat kreativitas dan produktivitas mahasiswa di mana

mereka malas untuk berpikir kritis, dan hanya suka mengonsumsi barang yang

sudah jadi. Berbagai kebijakan pemerintah yang sering tidak berpihak pada rakyat

seperti kenaikan BBM yang akan dilaksanakan pada bulan April misalnya, tidak

disikapi secara kritis oleh mahasiswa.

Kemudian, muncul berbagai pertanyaan terkait dengan budaya instan,

plagiarisme dan konsumerisme mahasiswa sebagai realitas yang berjalan dalam

kehidupan kampus, yang ternyata tidak sejalan dengan nilai-nilai berkarakter kuat

dan cerdas yang diharapkan dimiliki oleh pendidik. Visi FKIP UNS berkarakter

kuat dan cerdas yang ideal sepertinya belum mampu diaplikasikan dalam bentuk

pendidikan karakter bagi mahasiswa sebagai calon pendidik secara optimal.

Pendidikan karakter masih mengalami hambatan karena berbagai perilaku non-

edukatif yang dilakukan mahasiswa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka

penulis merasa tertarik untuk meneliti pelaksanaan visi FKIP UNS terkait dengan

bagaimana persepsi dan perilaku mahasiswa dalam mengaplikasikan nilai-nilai

karakter ideal yang diharapkan, serta strategi pelaksanaan pendidikan karakter

dalam kehidupan kampus. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Persepsi

dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter (Studi Kasus di

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

terhadap pendidikan karakter sebagai pelaksanaan visi FKIP UNS?

2. Bagaimana strategi penerapan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi

FKIP UNS di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial?

Page 23: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Bagaimana perilaku mahasiswa di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial sebagai proses dan hasil penerapan pendidikan karakter dalam upaya

mencapai visi FKIP UNS tersebut?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial terhadap pendidikan karakter sebagai pelaksanaan visi FKIP UNS

2. Untuk mengetahui strategi penerapan pendidikan karakter dalam upaya

mencapai visi FKIP UNS di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

3. Untuk mengetahui perilaku mahasiswa di Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial sebagai proses dan hasil penerapan pendidikan karakter

dalam upaya mencapai visi FKIP UNS tersebut

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiwa jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP UNS ini diharapkan mempunyai manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan dalam

bidang ilmu sosial yaitu Sosiologi, karena merupakan deskripsi analisis tentang

persepsi dan perilaku mahasiswa dalam pelaksanaan pendidikan karakter dalam

upaya pencapaian visi FKIP UNS yang terjadi di jurusan P IPS FKIP UNS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa

Dapat menambah wawasan, pengetahuan, mahasiswa sebagai calon guru

atau pendidik untuk mengaplikasikan pemikiran, sikap, dan perilaku yang

sesuai dengan nilai-nilai berkarakter kuat dan cerdas serta kemampuan

untuk mengembangkan karakter calon peserta didik.

b. Bagi institusi

Dapat menjadi bahan evaluasi terkait dengan pelaksanaan pendidikan

karakter untuk mencapai visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas.

Page 24: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

c. Bagi masyarakat umum (akademisi)

Dapat memberikan kontribusi terhadap guru-guru yang berkarakter kuat

dan cerdas sebagai output yang berhasil dari FKIP UNS serta dapat

membelajarkan dan mendidik peserta didik untuk mengembangkan

karakternya sehingga menghasilkan output yang baik pula.

Page 25: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian Teori

1. Tinjauan Pendidikan Karakter

a. Pengertian Karakter

Istilah karakter memiliki pengertian yang beragam. Secara etimologis

karakter berasal dari karasso

dasar, sidik (seperti dalam sidik jari). Koesoema (2007: 90) mengungkapkan

seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang da

Dalam hal ini, masyarakat Yahudi melihat karakter seperti alam, atau lebih khusus

lautan, yakni sebagai sesuatu yang bebas, yang tidak dapat dikuasai manusia, yang

mrucut seperti menangkap asap. Karakter dideskripsikan sebagai sesuatu yang

berdiri sendiri, namun tidak dapat dipisahkan dengan hal yang memiliki karakter

tersebut.

Setiap manusia memiliki ciri khas yang terwujud dalam ucapan

maupun sikap yang ditunjukkannya kepada manusia yang lain. Ciri khas inilah

yang disebut sebagai karakter, seperti yang dikemukakan oleh Kertajaya bahwa

tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut,

dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap,

diasosiasikan sebagai kepribadian merupakan suatu ciri yang khas yang dimiliki

setiap individu yang memberikan kekhasan pada pribadinya, sehingga dapat

yang ditunjukkan oleh individu; sejumlah atribut yang dapat diamati pada

indivi

berkenaan pula dengan lingkungan di mana ia tinggal. Nilai dan norma yang

Page 26: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dianut suatu masyarakat mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku dari individu

yang menjadi anggotanya. Menurut

nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan

moral yang kemudian ditinjau dengan ukuran baik-buruk serta benar-salah.

Terminologi karakter sedikitnya memuat dua hal yaitu values (nilai-

nilai) dan kepribadian. Karakter yang baik pada gilirannya merupakan suatu

penampakan dari nilai yang baik pula yang dimiliki oleh orang atau sesuatu, di

luar persoalan apakah baik itu sebagai sesuatu yang asli atau sekadar kamuflase.

Menurut

yang melekat dalam sebuah entitas... Sedangkan sebagai aspek kepribadian,

karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang:

utuh, karakter mendasarkan diri pada tata nilai yang dianut masyarakat. Tata nilai

yang mendasari pemikiran serta perilaku individu tidak didapat secara serta merta,

namun membutuhkan suatu proses internalisasi nilai yang sesuai dengan budaya

yang dianut oleh masyarakat. Proses internalisasi inilah yang kemudian

membentuk karakter seorang individu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Kementerian Pendidika

akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap, dan

Selain memuat 2 aspek yaitu nilai-nilai (values) dan kepribadian,

istilah karakter memiliki pengertian sebagai temperamen, seperti yang

diungkapkan oleh Koesoema (2007: 79) bahwa

Karakter sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga bisa dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki individu sejak lahir.

Page 27: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Di sini, istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian.

Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari

diri seseorang yang bersumber dari bentukan/konstruksi yang diterima dari

lingkungan masyarakatnya, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan

seseorang sejak lahir. Maka, karakter merupakan perpaduan dua hal, yakni

sebagai bawaan yang dimiliki seorang individu sejak lahir dan bentukan dari

lingkungan masyarakat di mana seorang individu tinggal.

Adanya perbedaan pandangan terhadap istilah karakter tersebut

menyebabkan munculnya ambiguitas. Mounier dalam Koesoema (2007: 90)

mengajukan dua cara interpretasi atas ambiguitas terminologi karakter.

Ia melihat karakter sebagai dua hal, yaitu yang pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed). Dalam pemahaman yang pertama, karakter dipahami sebagai suatu

keadaan yang telah dimiliki oleh seorang individu, yang telah diberikan begitu

saja, sebagai sesuatu yang telah ada dari awal adanya individu, atau dengan kata

lain, telah dimiliki individu sejak lahir. Hal ini menyiratkan bahwa karakter ada

dengan dipaksakan begitu saja pada diri seseorang, mau ataupun tidak mau.

Sedangkan dalam pemahaman yang kedua, karakter dipahami sebagai suatu

kemampuan seorang individu untuk menguasai kondisi yang telah dimilikinya

sejak lahir itu. Maka, karakter merupakan usaha yang dikehendaki untuk

mengatasi keterbatasan keadaan yang dimiliki seorang individu. Melalui hal ini,

individu diajak untuk mengenali keterbatasan diri, potensi, serta kemungkinan-

kemungkinan bagi perkembangan dirinya.

Koesoema (2007: 104) memberikan pengertian karakter yang lebih

menekankan pada aspek willed sebagai usaha penyempurnaan diri yakni karakter

mau sekadar berhenti atas determinasi kodratinya, melainkan juga sebuah usaha

Page 28: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya

dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah

hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga yang mengandung

nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan

dan tantangan. Maka, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sebuah

kondisi dinamis struktur antropologis manusia yang khas dan berbeda sebagai

hasil keterpaduan olah hati, pikir, raga, rasa dan karsa sebagai kondisi bawaan

sejak lahir yang disertai dengan usaha menuju penyempurnaan diri, yang

dipengaruhi oleh lingkungan.

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di

Indonesia yang mengandung komitmen tentang pendidikan karakter yakni dalam

pasal 3 yang menyebutkan,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas

manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, di

mana pengembangan dan pembentukan watak (karakter) merupakan tujuan

mendasar. Sedangkan Kemendiknas (2011: 1) secara implisit menegaskan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-

mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi

Page 29: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,

Dengan demikian, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) dan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) merupakan landasan yang kokoh untuk

melaksanakan pendidikan karakter bukan sebagai bentuk grand design saja

namun implementasi operasional secara nyata. Seperti yang dikemukakan

Kemendiknas (2011: 1) bahwa:

Pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter 2010: pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itulah maka pendidikan karakter bukan sekedar

mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, namun lebih dari itu,

pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang

baik sehingga individu menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan

salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik serta biasa melakukannya

(psikomotor). Hal ini sesuai dengan pendapat Kemendiknas (2011: 1) bahwa

(moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral

feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan

pada habit atau kebiasaan yang terus-

Pendidikan merupakan proses pembangunan karakter, seperti yang

dipahami sebelumnya bahwa karakter dapat dibangun dengan usaha untuk

karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Tergantung pada bekal

masing-masing. Mau dibawa kemana karakter mereka dan mau dibentuk seperti

Page 30: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

seperti mengisi sebuah gelas kosong. Individu digambarkan sebagai sebuah gelas,

yang memiliki bekal potensi, jadi bersih atau kotornya sebuah gelas menjadi satu

unsur yang sangat penting. Kemudian, pendidikan merupakan air yang dituangkan

ke dalam gelas, yang mempengaruhi keadaan gelas yang awalnya kosong.

Pendidikan diharapkan seperti air yang jernih yang mampu mengisi individu

dengan kebajikan.

Mengingat bahwa karakter tidak diperoleh secara serta merta

namun melalui proses internalisasi nilai, maka kajian pendidikan karakter

sebagai pendidikan nilai menjadikan upaya eksplisit mengajarkan nilai-nilai,

untuk membantu individu mengembangkan pemikiran dan perilaku guna

bertindak dengan cara-cara yang pasti. Persoalan baik dan buruk, kebajikan-

kebajikan, dan keutamaan-keutamaan menjadi aspek penting dalam

pendidikan karakter semacam ini. Sedangkan pendidikan karakter sebagai

aspek kepribadian lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti. Seperti

-krama, sopan

santun, dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih

menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang

dapat disebut berkepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma

Pendapat yang hampir serupa disampaikan oleh Lickona (1991) bahwa

pendidikan karakter by definition

kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat

dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung

jawab, menghormati hak

3). Sehingga pendidikan karakter diharapkan dapat memberikan hasil

pembentukan karakter yang diwujudkan dalam kehidupan individu sehari-hari.

Page 31: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sedangkan menurut Winataputra (2010: 8) pendidikan karakter dapat dimaknai

watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-

Pendidikan karakter akan memperluas wawasan para pelajar tentang

nilai-nilai moral dan etis yang membuat mereka semakin mampu mengambil

keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks ini,

pendidikan karakter yang diterapkan dalam lembaga pendidikan kita bisa menjadi

salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Kita ingin menciptakan sebuah

lingkungan hidup yang menghargai hidup manusia, menghargai keutuhan dan

keunikan ciptaan, serta menghasilkan sosok pribadi yang memiliki kemampuan

intelektual dan moral yang seimbang sehingga masyarakat akan menjadi semakin

manusiawi.

Pendidikan karakter bukan sekadar memiliki dimensi integratif, dalam

arti mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang

kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun

sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit

sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan

dalam masyarakat kita.

Pendidikan karakter merupakan bagian dari kinerja sebuah lembaga

pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai macam keterlibatan individu dan

tata aturan kelembagaan. Pendidikan karakter dapat dipahami melalui dua cara,

seperti pendapat yang dikemukakan oleh Koesoema (2007: 124-125) yakni yang

pertama memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang

sifatnya lebih sempit (narrow scope to moral education). Dalam pemahaman ini,

pendidikan karakter lebih berkaitan dengan bagaimana menanamkan nilai-nilai

tertentu dalam diri anak didik di sekolah. Paradigma ini menekankan pentingnya

penanaman nilai-nilai tertentu yang menjadi prioritas kelembagaan yang ingin

ditanamkan dalam diri anak didik sesuai dengan profil lulusan yang ingin dicapai

oleh lembaga pendidikan tertentu.

Page 32: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Paradigma kedua melihat pendidikan karakter dari sudut pandang

pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama melihat keseluruhan dalam

peristiwa pendidikan itu sendiri (educational happenings). Paradigma kedua ini,

membahas secara khusus bagaimana nilai kebebasan itu tampil dalam kerangka

keputusan yang sifatnya tidak saja personal, melainkan juga kelembagaan, dalam

relasinya dengan unsur-unsur pendidikan dalam lingkungan sekolah, dan dalam

kaitannya dengan lembaga lain yaitu keluarga, instansi pemerintah, dan

masyarakat. Maka, pendidikan karakter bukan saja sebagai pembentukan moral

yang melibatkan keputusan individu secara personal, namun juga hubungan

kelembagaan.

Pembentukan dan pengembangan karakter sebagai upaya pendidikan

diharapkan dapat memberikan dampak positif baik bagi individu secara personal

maupun bagi lingkungannya. Pendidikan karakter berusaha mendidik para peserta

didiknya agar mampu mengambil keputusan dengan bijak serta berkomitmen atas

segala dampak keputusannya tersebut. Hal ini sesuai pendapat Megawangi (2004)

-anak agar

dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif

Terkait dengan upaya mendidik karakter para peserta didik, tidak lepas

dari aspek moral dan etika. Pembentukan dan pengembangan karakter

memerlukan keterlibatan semua aspek dimensi manusia baik kognitif, emosi,

maupun fisik, sehingga sistem pendidikan yang terlalu menekankan pada aspek

hafalan dan orientasi untuk lulus ujian tidak relevan dengan konsep pendidikan

karakter secara holistik. Dalam hal ini, Megawangi (2007) juga mengemukakan

proses knowing the good, loving the good, and acting the good. Yakni, suatu

proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga

akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hand Husaini,

2010: 3).

Page 33: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Karakter memberikan kualifikasi tertentu terhadap individu atas

pilihan mana yang diambilnya. Karakter menjadi suatu identitas atas pengalaman

yang telah dialami oleh seorang individu, sehingga kematangan karakter menjadi

kualitas pribadi yang dapat diukur. Seperti yang dikatakan oleh Foerster yaitu

kesatuan esensial antara si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang

dimilikinya. Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi,

(Koesoema, 2007: 42). Karakter memberikan kekuatan dan penguatan atas

keputusan seorang individu, yang kemudian ditambahkan oleh Foerster memiliki

empat ciri, yaitu

1) Keteraturan interior melalui mana setiap tindakan diukur berdasarkan

hierarki nilai. Ini tidak berarti bahwa karakter yang terbentuk dengan baik

tidak mengenal konflik, melainkan selalu merupakan sebuah kesediaan

dan keterbukaan untuk mengubah dari ketidakteraturan menuju

keteraturan nilai.

2) Koherensi yang memberikan keberanian melalui mana seseorang dapat

mengakarkan diri teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing

pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang

membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi

meruntuhkan kredibilitas seseorang.

3) Otonomi. Yang dimaksud dengan otonomi di sini adalah kemampuan

seseorang untuk menginternalisasikan aturan dari luar sehingga menjadi

nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat melalui penilaian atas keputusan

pribadi tanpa terpengaruh atau desakan dari pihak lain.

4) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang

untuk mengingini apa yang dipandang baik, sedangkan kesetiaan

merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya

pembentukan dan pengembangan karakter yang melibatkan semua aspek dimensi

manusia baik kognitif, afektif (emosi), dan psikomotor (fisik) dengan mengetahui,

Page 34: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

merasakan, dan melaksanakan perilaku yang baik (knowing the good, loving the

good, and acting the good) sehingga menjadi habit atau kebiasaan yang terus

menerus dipraktikkan yang bersifat personal maupun sosial sebagai tanggung

jawab bersama pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orangtua.

c. Urgensi Pendidikan Karakter

Winataputra (2010: 10) menyampaikan urgensi dari pengejawantahan

komitmen nasional pendidikan karakter, secara kolektif telah dinyatakan pada

Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai

Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

yang dibacakan pada akhir Sarasehan Tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut:

1) Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.

2) Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh.

3) Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua. Oleh karena itu, pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut.

4) Dalam upaya merevitalisasi pendidikan dan budaya karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan. Sistem pendidikan saat ini terlalu berorientasi pada pengembangan

otak kiri yaitu pada ranah kognitif, dan kurang memperhatikan pengembangan

otak kanan pada ranah afektif. Tanpa mengesampingkan peran ranah

pengetahuan, namun pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi

fungsi otak kanan, yakni pada ranah afektif. Pada sisi lain, pembentukan karakter

harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek

knowledge, feeling, dan action. Pembentukan karakter memerlukan latihan yang

terus menerus atau kontinyu. Pendidikan karakter sebagai upaya pembentukan dan

pengembangan karakter yang melibatkan semua aspek dimensi manusia baik

kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan mengetahui, merasakan, dan

Page 35: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

melaksanakan perilaku yang baik sehingga menjadi kebiasaan yang terus menerus

dipraktikkan.

Pendidikan karakter meskipun sudah sering digembor-gemborkan

sebagai suatu hal yang mendesak untuk segera ditindaklanjuti dalam kinerja

pendidikan, tampaknya belum sehebat grand design yang telah dibentuk

pemerintah dalam implementasinya di lapangan. Pendidikan karakter dinilai telah

mengalami kemunduran. Lickona dalam Koesoema (2007: 119-122) menyebutkan

bahwa kemunduran pendidikan karakter dipengaruhi oleh berbagai macam asumsi

teoritis-filosofis yang berkembang seiring dengan berjalannya historis pemikiran

mengenai pendidikan karakter itu sendiri, yaitu antara lain:

Asumsi pertama berasal dari pandangan Darwinian tentang moralitas.

Moralitas dalam kerangka pandangan evolusi Darwin mengalami perubahan

signifikan dari waktu ke waktu. Semuanya mengalir, tidak tetap, termasuk nilai-

nilai moral yang diyakini dalam masyarakat. Merosotnya nilai-nilai moral, entah

dalam keluarga, dalam masyarakat, dll, dianggap sebagai bagian dari proses

evolusi ini. Mereka yang memiliki pandangan moral ala Darwin berpendapat

bahwa tentang nilai-nilai moral tidak ada yang tetap. Atau terhadapnya tidak dapat

diambil sebuah kesepakatan bersama. Dengan demikian, usaha pendidikan

karakter menjadi tidak relevan diterapkan di sekolah karena tentang moral ini

tidak ada sesuatu yang stabil yang bisa diajarkan kepada mereka.

Asumsi kedua, filsafat positivisme yang membedakan antara fakta-

fakta ilmiah yang teruji dengan bukti-bukti, dengan nilai (value) yang oleh kaum

positivis dipahami sekadar sebagai ekspresi perasaan, bukan sebagai kebenaran

-satunya data yang dapat

diobservasi. Yang dimaksud dengan fakta adalah apa yang kasat mata dan dapat

diamati. Penghayatan nilai-nilai moral bagi kaum positivis bukan merupakan

sebuah fakta yang bisa diverifikasi secara nyata. Oleh karena itu, pendidikan

karakter yang banyak berurusan dengan nilai-nilai moral tak dapat dijadikan

materi untuk diperdebatkan secara publik dan karena itu juga tidak dapat

diajarkan di sekolah.

Page 36: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Asumsi ketiga, personalisme yang menjunjung nilai-nilai subjektivitas,

otonomi, dan rasa tanggung jawab. Personalisme menekankan kebebasan individu

atas tanggung jawab moral pribadi. Personalisme mencoba mengembalikan

makna dan hakikat keberadaan individu sebagai pribadi di tengah cengkeraman

arus komunitaris. Personalisme berusaha mengembalikan individu sebagai subjek

yang bebas, bertanggungjawab atas perilaku dan keputusannya, terbuka kepada

yang lain, berorientasi pada kebaikan, sehingga menjadi proses promosi pribadi

yang dinilai berdasarkan totalitas fungsi yang dimilikinya, melalui proses evolutif

yang menyertainya, di mana secara faktual ia mengakarkan dirinya dalam

kehidupan sosial. Kebebasan individu dan tanggung jawab moral pribadi individu

atas keputusannya membuat pendidikan karakter yang mencoba menumbuhkan

pemahaman akan nilai-nilai moral cenderung bersifat internal, personal, dan

individual. Oleh karena itu, proyek bersama bagi pendidikan karakter yang

diterapkan di sekolah bisa dianggap sebagai intervensi atas otonomi dan tanggung

jawab indiviu bagi perilakunya.

Asumsi keempat, pluralisme sosio-politik-kultural. Pluralisme

senantiasa berkaitan dengan gagasan tentang keragaman, kejamakan, kekayaan,

yang dilekatkan pada berbagai macam konteks. Pluralisme sosial kultural

mengacu pada situasi sosial sebuah masyarakat yang sangat kompleks, yang

memiliki beraneka ragam pandangan dunia, konsep-konsep nilai dan skema

perilaku yang ada dalam suatu situasi tertentu. Dalam kerangka pendidikan,

pluralisme berarti metode dan objek pedagogis yang menunjuk pada proses

pembelajaran dan penginternalisasian perilaku toleran dan menghasilkan rasa

hormat pada nilai-nilai lain yang berbeda. Tantangan pendidikan karakter

berhadapan dengan pluralisme moral adalah relativisme dan permisivisme ini.

Relativisme moral membuat pendidikan karakter yang memiliki dimensi personal

dan sosial macet. Sementara, permisivisme membuat skema perilaku bersama

yang tidak selaras dengan nilai-nilai dan norma moral bisa meruyak masuk dalam

pendidikan karakter. Jika ini terjadi, pendidikan karakter tidak dapat dilaksanakan

secara efektif sebagai sebuah program bersama sebab senantiasa menemui

hambatan-hambatan praktis aplikasi di lapangan.

Page 37: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d. Pilar Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter, Lickona (1992) menekankan pentingnya

moral knowing atau pengetahuan

tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, yakni untuk mengetahui, merasakan, dan

mempraktikkan karakter yang baik.

Moral knowing terdiri dari enam hal, yaitu moral awareness

(kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral),

perspective taking, moral reasoning, decision making, dan self knowledge. Moral

feeling juga sebagai aspek yang harus ditanamkan, yang terdri dari enam hal, yaitu

conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan

orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu

mengontrol diri), dan humility (kerendahan hati). Moral action ialah bagaimana

membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata.

Tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya yakni

moral knowing dan moral feeling. Untuk memahami apa yang mendorong

seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus dilihat tiga aspek yang lain dari

karakter, yakni kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Pendidikan karakter sebagai upaya pembentukan dan pengembangan

karakter bukan saja mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, namun

lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan. Perbuatan baik

sebagai hasil dari pengetahuan dan perasaan tentang moral diharapkan tidak hanya

dijalankan sesekali atau kadang-kadang saja, namun terus menerus hingga

menjadi kebiasaan untuk berbuat baik. Untuk itu, para penggiat pendidikan

karakter berupaya merumuskan pilar-pilar penting dalam pendidikan karakter.

Menurut Indonesia Heritage Foundation (IHF) dalam Kesuma, Triatna & Permana

(2011: 14), nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan antara lain:

1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya: berarti melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya dan saling menghormati pemeluk agama lain

Page 38: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2) Kemandirian dan tanggung jawab: berarti tidak tergantung kepada orang

lain dan berusaha melaksanakan tugas dan kewajibannya

3) Kejujuran/amanah, bijaksana: perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan dan tindakan

4) Hormat dan santun: menghargai dan sopan terhadap orang lain

5) Dermawan, suka menolong dan gotong royong: suka memberi pada orang

lain yang membutuhkan

6) Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras: percaya pada kemampuan diri,

selalu berusaha berinovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru,

bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan tidak mudah menyerah

7) Kepemimpinan dan keadilan: kemampuan mengoordinasi orang lain dan

tidak membeda-bedakan

8) Baik dan rendah hati: bersikap tidak menyombongkan kemampuan diri

9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan: menghargai perbedaan agama, suku

bangsa, pendapat, dan tindakan yang berbeda dari dirinya

Kesembilan pilar pendidikan karakter tersebut saling terkait, dan

mengesampingkan salah satu pilar dari pilar yang lainnya akan berpengaruh

terhadap proses pendidikan karakter secara holistik.

Sedangkan Kemendiknas (2010: 8-10) berpendapat bahwa

pengembangan nilai-nilai karakter diidentifikasi dari beberapa sumber, yaitu

agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yang menghasilkan 18

nilai-nilai karakter dengan deskripsinya, yakni sebagai berikut:

Tabel 2.1. Nilai-nilai Karakter dan Deskripsi

No. Nilai Deskripsi

1 Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

Page 39: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10 Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

11 Cinta tanah air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa

12 Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain

13 Bersahabat/ komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

14 Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

15 Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16 Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

17 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18 Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

(Sumber: Kemendiknas, 2010: 8-10)

e. Teori Pendidikan Karakter

Page 40: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pendidikan karakter secara umum dapat dipahami melalui dua

paradigma, seperti yang disampaikan oleh Koesoema (2007:136-137), yaitu

pertama, memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang

lebih sempit (narrow scope to moral education). Pendidikan karakter dalam

pandangan ini berkaitan dengan bagaimana menanamkan nilai-nilai moral tertentu

dalam diri anak didik, seperti nilai-nilai yang berguna bagi pengembangan

pribadinya sebagai makhluk individual sekaligus sosial. Kedua, melihat

pendidikan karakter dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas,

terutama melihat keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan itu sendiri

(educational happenings). Paradigma kedua membahas secara khusus bagaimana

nilai kebebasan itu tampil dalam kerangka hubungan yang sifatnya lebih

struktural, misalnya dalam hal pengambilan keputusan yang bersifat kelembagaan,

dalam relasinya pelaku pendidikan lain, seperti keluarga, masyarakat (sekolah,

lembaga agama, asosiasi, yayasan, dll), dan negara.

Jika kedua paradigma tersebut digabungkan, maka akan muncul

sebuah pemahaman baru tentang pendidikan karakter sebagai pedagogi.

Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memberikan perhatian pada tiga hal

penting bagi pertumbuhan manusia, yaitu perkembangan kemampuan kodrati

manusia sebagaimana yang dimiliki secara berbeda oleh setiap individu. Dalam

mengembangkan kemampuan kodrat ini manusia tidak dapat mengabaikan

relasinya dengan lingkungan sosial, di mana dalam relasi antara individu dan

masyarakat ini, manusia mengarahkan diri pada nilai-nilai. Pendidikan karakter

sebagai sebuah pedagogi memberikan tiga matra penting setiap tindakan edukatif

maupun campur tangan intensional bagi sebuah kemajuan pendidikan. Seperti

Maka, pembaruan dalam dunia pendidikan, serta penerapan program pendidikan

karakter dalam setiap lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari tiga

Pendidikan karakter yang memberikan perhatian pada perkembangan

individu membuat pendidikan karakter memiliki fungsi pedagogis. Melepaskan

salah satu matra dari tiga matra penting yang sangat fundamental bagi pendidikan

Page 41: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

karakter membuat setiap usaha pengembangan pendidikan karakter menjadi

timpang, superfisial, dan tidak efektif. Maka, matra individu, sosial, dan moral

mengacu pada unsur-unsur yang menjadi faktor pembentuk pendidikan karakter,

yang dijelaskan oleh Koesoema (2007:146-147) sebagai berikut

Matra individu dalam pendidikan karakter menyiratkan dihargainya

nilai-nilai kebebasan dan tanggungjawab. Nilai-nilai kebebasan inilah yang

menjadi prasyarat utama sebuah perilaku bermoral. Yang menjadi subjek yang

bertindak dan subjek moral adalah pribadi itu sendiri. Matra sosial mengacu pada

corak relasional antara individu dengan individu lain, atau dengan lembaga lain

yang menjadi cerminan kebebasan individu dalam mengorganisir dirinya sendiri.

Kehidupan sosial dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik dan stabil karena

ada relasi kekuasaan yang menjamin kebebasan individu yang menjadi

anggotanya. Matra moral menjadi jiwa yang menghidupi gerak dan dinamika

masyarakat sehingga masyarakat tersebut menjadi semakin berbudaya dan

bermartabat. Tanpa ada matra moral ini, masyarakat akan hidup dalam suatu tirani

kekuasaan yang melecehkan individu dan menghalangi kebebasan.

Selanjutnya, terdapat berbagai pendekatan untuk memahami

pendidikan karakter. Seperti yang dikemukakan oleh Muslich (2011:106), yaitu

Menurut Hersh setidaknya ada lima pendekatan, yaitu pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pengembangan perilaku sosial. Elias mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi ini menurut Rest didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yaitu perilaku, kognisi, dan afeksi.

Berbagai pendekatan yang dikemukakan oleh berbagai pakar untuk

memahami pendidikan karakter sangat bermacam-macam, sehingga untuk alasan-

alasan praktis dalam penggunaannya di lapangan, berbagai pendekatan tersebut

diringkas menjadi lima tipologi pendekatan, yaitu pendekatan penanaman nilai,

pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, pendekatan

Page 42: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Kelima pendekatan tersebut kemudian dijabarkan oleh Muslich

(2011:108-120). Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), adalah

suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial

dalam diri siswa. Menurut pendekatan ini, tujuan pendekatan nilai adalah

diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai siswa yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Terkait dengan itu, metode

yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan

positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.

Sedangkan pendekatan perkembangan kognitif menekankan pada

aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan perkembangan kognitif

mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam

membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan

moral dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat

pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat

yang lebih tinggi. Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai oleh pendekatan ini.

Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih

kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa

untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam

suatu masalah moral.

Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan

penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan

cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Tujuan

utama pendidikan moral menurut pendekatan ini yaitu pertama, membantu siswa

untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam

menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral

tertentu. Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional

dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang

nilai-nilai mereka.

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi

penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan

perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai

Page 43: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mereka sendiri. Sedangkan tujuan pendidikan karakter adalah pertama, membantu

siswa agar menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-

nilai orang lain. Kedua, membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara

terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri.

Ketiga, membantu siswa agar mampu menggunakan secara bersama-sama

kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami

perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.

Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)

menekankan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-

sama dalam suatu kelompok. Tujuan utama pendidikan karakter berdasarkan

pendekatan ini adalah pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk

melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-

sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong siswa untuk

melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam

pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan

sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu

proses demokrasi.

Dari berbagai macam pendekatan terhadap pendidikan karakter

tersebut, kesemuanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dan bukan berarti pendekatan yang satu lebih baik dari pendekatan yang lain.

Akan tetapi, suatu pendekatan tertentu dianggap lebih tepat diaplikasikan dalam

penanaman nilai (inculcation approach) adalah pendekatan yang paling tepat

alasan yang dikemukakan oleh Muslich (2011:120-122) antara lain

1) Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai tertentu dalam

diri siswa. Pengajarannya bertitik tolak dari nilai-nilai sosial tertentu,

yakni nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat Indonesia.

Page 44: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2) Menurut nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan pandangan hidup

bangsa Indonesia, manusia memiliki berbagai hak dan kewajiban dalam

hidupnya. Dalam rangka pendidikan karakter, siswa perlu diperkenalkan

dengan hak dan kewajibannya, supaya menyadari dan dapat melaksanakan

hak dan kewajiban tersebut dengan sebaik-baiknya.

3) Menurut konsep luhur bangsa Indonesia, hakikat manusia adalah makhluk

Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial, dan makhluk individu.

Sehubungan dengan hakikatnya itu, manusia memiliki hak dan kewajiban

asasi. Siswa juga perlu diperkenalkan dengan hak dan kewajiban asasinya

sebagai manusia.

4) Dalam pembelajaran pendidikan karakter di Indonesia, faktor isi atau nilai

merupakan hal yang amat penting. Nilai-nilai ini harus diajarkan kepada

anak, sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian, dalam pembelajaran pendidikan karakter, faktor isi dan proses

sama-sama dipentingkan.

Kemudian, Komensky memberikan 11 kanon bagi sebuah

pembelajaran moral di sekolah, yang bisa dipertimbangkan sebagai metode bagi

pengembangan karakter moral individu (Koesoema, 2007:148-152) yaitu pertama,

dalam diri kaum muda haruslah ditanamkan semua keutamaan tanpa

mengecualikan satu pun. Keutuhan dan kelurusan hati dalam pendidikan moral ini

mewajibkan bahwa tidak ada satu keutamaan pun yang dikecualikan, kalau tidak

mau menggangu harmoni dan keseluruhan proses pendidikan. Kedua, kemampuan

dalam mengarahkan pertimbangan intelektual dalam membedakan secara jernih

apa yang baik dan buruk (prudenza). Prudenza juga bisa berarti kemampuan

untuk meramalkan dampak-dampak dan hasil dari suatu perbuatan, terutama

perbuatan moral. Ketiga, keadilan. Keutamaan sejati terdapat dalam kemampuan

diri untuk menimbang dan menilai segala sesuatu secara seimbang dan adil, atau

dalam memberikan penghargaan terhadap sesuatu itu apa adanya, sesuai dengan

halnya itu sendiri.

Keempat, sikap ugahari (la temperanza). Sikap ugahari merupakan

kemampuan untuk mengaktualisasikan dan memuaskan dorongan-dorongan

Page 45: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

keinginan dalam diri serta tuntutan insting secara seimbang melalui cara-cara

yang tepat. Kelima, keteguhan (la fortezza). Orang yang belajar tentang nilai-nilai

keteguhan ini terutama melalui cara-cara mengalahkan diri sendiri, tahan

menanggung kesulitan dan penderitaan, mampu bergembira dan optimis di setiap

waktu, mampu menahan rasa tidak sabar, mengeluh atau amarah. Keenam

bersikap adil. Melaksanakan keadilan dengan cara tidak melakukan hal yang jahat

atau merusak bagi orang lain, memberikan kepada orang lain hak-haknya. Ketujuh

keutamaan akan keteguhan itu memiliki dua macam wajah. Yaitu mengerjakan

dengan kesungguhan apa yang sedang dihadapi dan kesediaan menanggung derita

atas jerih lelah dan pekerjaan/tugas-tugas.

Kedelapan mengerjakan dengan kesungguhan apa yang sedang

dihadapi dapat dilihat dari kenyataan bahwa anak didik itu memiliki kemampuan

untuk setia pada tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Kesembilan jika

anak-anak muda mampu memberikan makna atas jerih payah dan kerja keras

mereka, mereka akan melakukan segala sesuatu secara sungguh-sungguh dan

menyenangkan. Kesepuluh kesiapsediaan dan kemurahan hati melayani yang lain.

Kesebelas penanaman keutamaan ini dimulai sejak kecil.

f. Prinsip dan Metode Pendidikan Karakter

Selain adanya beberapa pendekatan dalam memahami pendidikan

karakter maupun 11 kanon yang diberikan oleh Komensky, pendidikan karakter

perlu dikembangkan dengan prinsip-prinsip yang kuat. Lickona et al dalam

Muslich (2007: 129) menemukan 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat

berjalan dengan efektif, yaitu

1) Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya

sebagai fondasi karakter yang baik.

2) ecara komprehensif yang mencakup pikiran,

perasaan, dan perilaku.

3) Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam

pengembangan karakter.

4) Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.

Page 46: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5) Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.

6) Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang

menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan

membantu siswa untuk berhasil.

7) Usahakan mendorong motivasi diri siswa.

8) Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang

berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk

mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa.

9) Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan

jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.

10) Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya

pembangunan karakter.

11) Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter,

dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.

Maka, pendidikan karakter memerlukan keterlibatan berbagai pihak,

baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat, di mana setiap pihak memiliki fungsi

dan perannya masing-masing dalam optimalisasi pendidikan karakter. Nilai-nilai

yang dikembangkan dalam penanaman karakter dipelajari secara komprehensif

mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku yang didukung dengan kurikulum

akademik serta stabilitas lingkungan.

Sedangkan Koesoema (2007: 218) menyatakan 6 prinsip pendidikan

karakter di sekolah yang dapat dijadikan sebagai pedoman agar mudah dimengerti

dan dipahami oleh peserta didik dan setiap individu yang bekerja dalam

lingkungan pendidikan sekolah. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

Pertama, karakter ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. Kedua, setiap keputusan yang diambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. Ketiga, karakter yang baik dilakukan dengan cara-cara yang baik. Keempat, jangan mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan, pilihlah patokan yang lebih baik dari mereka. Kelima, apa yang kamu lakukan memiliki makna dan transformatif. Keenam, bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah kamu menjadi pribadi yang lebih baik.

Page 47: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan karakter

merupakan suatu tindakan yang akan menentukan seseorang secara sadar menjadi

manusia yang baik dalam berperilaku.

Selanjutnya, Budimansyah (2010: 10-11) mengemukakan bahwa

dalam konteks mikro pada satuan pendidikan, maka program pendidikan karakter

perlu dikembangkan dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-

nilai karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal

peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.

2. Melalui semua subjek pembelajaran, pengembangan diri, dan budaya

satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai

karakter dilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran/mata

kuliah, kokurikuler dan ekstra kurikuler.

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither cought nor

taught, it is learned), mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan

karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat

ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui

proses belajar. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan

yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori,

prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran tertentu.

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh

peserta didik bukan oleh guru/dosen. Guru/dosen menerapkan prinsip

keteladanan dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip

ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana

belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk perilaku individu

yang bermoralitas baik, yang mampu menerapkan strategi atau metode yang tepat

agar pencapaiannya efektif dan menuju sasaran. Koesoema (2007:212-217)

mengajukan lima metode pendidikan karakter yang diselenggarakan di sekolah

Page 48: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dan

Gambar 2.1. Metode Pendidikan Karakter

(Sumber: Koesoema, 2007: 217)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Mengajarkan. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman

konseptual struktur nilai tertentu sehingga mahasiswa memiliki gagasan

nilai-nilai pedoman perilaku bagi pengembangan karakternya. Hal ini

berarti bahwa pembuat kebijakan di FKIP harus memberikan pengetahuan

mengenai nilai-nilai berkarakter kuat dan cerdas yang harus dimiliki calon

pendidik, program-program riilnya, serta kerugian bila tidak

melaksanakannya.

2) Memberikan keteladanan. Keteladanan merupakan posisi yang terpenting

dalam pendidikan karakter. Setiap anak memiliki kecenderungan lebih

banyak belajar melalui visual. Untuk itu, baik pembuat kebijakan, dosen,

maupun staf kependidikan harus dapat menjadi teladan bagi mahasiswa di

dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

3) Menentukan prioritas. Lembaga pendidikan dalam hal ini lebih khusus

yaitu fakultas, harus menetapkan prioritas yang jelas agar proses evaluasi

atas berhasil tidaknya pendidikan karakter menjadi lebih jelas. Prioritas di

Mengajarkan

Memberikan teladan

Refleksi

Praksis prioritas

Menentukan prioritas

Page 49: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sini adalah apa yang menjadi fokus utama dari pendidikan karakter

tersebut, yaitu nilai berkarakter kuat dan cerdas.

4) Praksis prioritas, merupakan proses verifikasi bukti sejauh mana prioritas

lembaga direalisasikan. Realisasi visi merupakan pertanggungjawaban

bahwa pendidikan karakter benar-benar dilaksanakan.

5) Refleksi, merupakan proses evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan

karakter bagi pengembangan karakter mahasiswa calon pendidik. Jadi

mahasiswa dan lembaga pendidikan melakukan pendalaman untuk melihat

sejauh mana perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil pendidikan

karakter, sehingga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kemajuan

untuk proses selanjutnya.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pendidikan

karakter tidak dapat terwujud jika hanya mengandalkan komitmen satu atau

beberapa pihak saja, melainkan semua individu yang terlibat dalam lingkungan

pendidikan FKIP harus ikut berpartisipasi dalam mewujudkan lingkungan yang

sehat dan kondusif agar visi FKIP UNS yang hendak menjadi lembaga penghasil

dan pengembang calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas dapat tercapai.

g. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Menurut Kemendiknas (2011:5-

karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan,

tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas

disertai dengan program remidiasi dan pengayaan. Berikut adalah strategi

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah:

a. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik

dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan

mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu

Page 50: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran

kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya

pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa,

dan karsa), serta psikomotor (olah raga). Pembelajaran kontekstual mencakup

beberapa strategi, yaitu: pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran

kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, dan

pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan

nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti: karakter cerdas,

berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.

b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar

Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui

kegiatan pengembangan diri, yaitu:

1) Kegiatan rutin

Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus

menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin,

upacara besar kenegaraan, pemeriksanaan kebersihan badan, piket kelas,

dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru,

tenaga pendidik, dan teman.

2) Kegiatan spontan

Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga,

misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena

musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.

3) Keteladanan

Merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta

didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik

sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya

nilai disiplin, kebersihan dan kerapihan, kasih sayang, kesopanan,

perhatian, jujur, dan kerja keras.

4) Pengkondisian

Page 51: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan

pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah,

halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang

dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.

c. Kegiatan ko-kurikuler dan/atau kegiatan ekstrakurikuler

Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang

mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan perangkat pedoman

pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka

mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko-

kurikuler dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.

d. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat

Dalam kegiatan ini, sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan

antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah

dan masyarakat.

Kemudian, menurut Abidinsyah (2011:5-6) strategi pendidikan

karakter antara lain:

a. Kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan karakter bukanlah pembelajaran sebuah bidang studi akan tetapi

menjadi bagian yang terintegrasi dalam keutuhan semua proses pembelajaran

tiap bidang studi. Agar penginternalisasian nilai-nilai moral pada setiap bidang

studi dapat terwujud secara efektif, maka diperlukan strategi pembelajaran

yang memiliki keunggulan ganda yakni dampak instruksional dan penuturan

dalam penguatan karakter. Pendekatan ini menurut para ahli pendidikan nilai

disebut pendekatan integral yang memadukan kemampuan kognitif dan afektif.

Strategi pembelajaran nilai dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan

yakni pendekatan klarifikasi nilai, penanaman nilai, perkembangan moral

kognitif dan analisis nilai, serta pembelajaran berbuat. Melalui pendekatan ini

diharapkan dapat dibuat suatu skenario pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAKEM). Selanjutnya sistem evaluasi perlu

dikembangkan melalui indikator-indikator yang mampu untuk mengukur

keberhasilan terhadap nilai-nilai yang diinginkan.

Page 52: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

b. Budaya sekolah.

Pendidikan karakter adalah upaya yang mesti berujung pada perubahan

perilaku, dari perilaku yang tidak baik menjadi perilaku yang lebih baik.

Pendidikan karakter dengan demikian tidak cukup sekedar diajarkan agar

siswa tahu dan hafal, melainkan harus dilakukan dan menjadi sebuah perilaku.

Mengajarkan karakter dengan demikian tidak cukup hanya dengan

mengatakannya, mencatat, membacanya secara bersama, melainkan

membutuhkan keteladanan dan kesiapan para guru untuk menjadi role of

models di depan para siswanya. Oleh karena itu, guru sebagai warga sekolah

mempunyai kesempatan besar melakukan pendidikan dan mestinya harus

memiliki visi yang baik tentang pentingnya karakter, memberikan keteladanan

di sekolah dengan menciptakan budaya kehidupan sekolah yang akan

membentuk karakter anak didik, penciptaan kultur dan nilai yang ditetapkan

melalui tata tertib dan peraturan di sekolah secara konsisten.

c. Kegiatan pengembangan diri.

Setiap individu mendapatkan pendidikan melalui cara saat ia meluangkan

waktu dan situasi ketika ia dilibatkan, serta dalam peristiwa yang dialaminya.

Melalui perspektif pendidikan karakter maka dalam proses pembelajaran nilai,

peserta didik harus melibatkan semua cara, kondisi dan peristiwa pendidikan.

Oleh karena itu, keterlibatan langsung dari peserta didik dalam berbagai

kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan diri merupakan wahana yang

efektif dalam pengembangan kepribadian peserta didik yang matang atau

kaffah. Matang berarti mampu mengaktualisasikan diri. Dalam konteks

pendidikan nasional semua cara, kondisi dan peristiwa dalam kegiatan

ekstrakurikuler sebaiknya selalu diarahkan pada kesadaran nilai-nilai universal

agama sekaligus pemeliharaan fitrah beragama.

d. Keluarga dan masyarakat.

Seperti halnya sekolah, keluarga memiliki arti penting bagi perkembangan

karakter, kehidupan anak, akan tetapi keluarga memiliki corak pendidikan

Page 53: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

yang berbeda dari sekolah yakni, pendidikan bukan berjalan atas dasar tatanan

yang diformalkan melainkan tumbuh dari kesadaran moral sejati antara

orangtua dan anak. Karena itu, pendidikan karakter dalam keluarga dibangun

melalui ikatan emosional kodrati. Oleh karena itu, unsur keteladanan dari

orang tua merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan karakter

anak. Keberhasilan pendidikan karakter yang telah dibangun melalui proses

pembelajaran dan budaya sekolah harus mampu untuk diterapkan menjadi

pembiasaan keseharian di lingkungan keluarga. Suatu kebiasaan yang

dilakukan di lingkungan keluarga akan menjadi cerminan karakter dari suatu

masyarakat secara luas.

Pendekatan yang digunakan Kemendiknas (2011:5-7) dalam

stream top down;

kedua melalui stream bottom up; dan ketiga melalui

Ketiga alur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Stream Top Down

Jalur/aliran pertama inisiatif lebih banyak diambil oleh Pemerintah/

Kementerian Pendidikan Nasional dan didukung secara sinergis oleh

Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Dalam stream ini pemerintah menggunakan lima strategi

yang dilakukan secara koheren, yaitu:

1) Sosialisasi

Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang

pentingnya pendidikan karakter pada lingkup/tingkat nasional, melakukan

gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.

2) Pengembangan regulasi

Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Gerakan Nasional

Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan Nasional bergerak

mengonsolidasi diri di tingkat internal dengan melakukan upaya-upaya

pengembangan regulasi untuk memberikan payung hukum yang kuat bagi

pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pendidikan karakter.

3) Pengembangan kapasitas

Page 54: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kementerian Pendidikan Nasional secara komprehensif dan massif akan

melakukan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan

karakter. Perlu disiapkan satu sistem pelatihan bagi para pemangku

kepentingan pendidikan karakter yang akan menjadi aktor terdepan dalam

mengembangkan dan mensosialisikan nilai-nilai karakter.

4) Implementasi dan kerjasama

Kementerian Pendidikan Nasional mensinergikan berbagai hal yang terkait

dengan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi,

dan sasaran unit utama.

5) Monitoring dan evaluasi

Secara komprehensif Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan

monitoring dan evaluasi terfokus pada tugas, pokok, dan fungsi serta

sasaran masing-masing unit kerja baik di Unit Utama maupun Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota, serta stakeholder pendidikan lainnya.

Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam mengontrol dan

mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja.

b. Stream Bottom up

Pembangunan pada jalur/tingkat (stream) ini diharapkan dari inisiatif yang

datang dari satuan pendidikan. Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada

sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan

karakter sesuai dengan ciri khas di lingkungan sekolah tersebut.

c. Stream Revitalisasi Program

Pada jalur/tingkat ketiga, merevitalisasi kembali program-program kegiatan

pendidikan karakter di mana pada umumnya banyak terdapat pada kegiatan

ekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai karakter.

Selanjutnya, tiga pendekatan tersebut diintegrasikan menjadi suatu

kesatuan baru yakni integrasi tiga pendekatan top down-bottom up-revitalisasi.

Ketiga jalur/tingkat top down yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih

bersifat penggalian best practice dan habituasi, serta revitalisasi program kegiatan

yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan. Ketiga pendekatan tersebut,

hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting

Page 55: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam Desain Induk

kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan

dan atau virtual) pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menerapkan

pendekatan terintegrasi dalam semua mata kuliah (embeded approach

hal ini, khusus untuk mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, sesuai dengan misi

kurikulernya untuk mengembangkan nilai dan sikap, maka pengembangan

nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai

strategi/metode pendidikan nilai (value/character education). Untuk semua mata

kuliah tersebut nilai/karakter harus dikembangkan sebagai dampak pembelajaran

(instructional effects) dan juga dampak pengiring (nurturant effects). Sementara

itu untuk mata kuliah lainnya, yang secara formal memiliki misi akademik utama

selain pengembangan nilai/karakter, wajib dikembangkan berbagai kegiatan yang

diyakini memiliki dampak pengiring (nurturant effects) bagi berkembangnya

nilai/karakter dalam diri peserta didik. Kemudian ditambahkan lagi oleh

Winataputra (2010) bahwa,

Dalam lingkungan satuan pendidikan tinggi, suasana kehidupan kampus (riil untuk PT tatap muka dan/atau virtual/sistemik untuk PTJJ) seyogyanya dikondisikan agar lingkungan fisik dan alam, akademik, sosial-kultural, dan/atau lingkungan komunikasi elektronik pada satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan sivitas akademika dan tenaga kependidikannya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikannya yang memang mencerminkan perwujudan nilai/karakter. Dalam kegiatan kokurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas atau

di luar website yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran

seperti di studio, laboratorium dan sejenisnya, serta kegiatan ekstra kurikuler,

yakni kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung

pada suatu mata pelajaran, seperti kegiatan pengembangan bakat minat dan

inovatif-kreatif, dll, perlu dikembangkan proses pembiasaan (habituation) dan

Page 56: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

penguatan (reinforcement) yang diyakini mampu menguatkan pengembangan

nilai/karakter secara kontekstual, misalnya gerakan Go Green, Kampus Ilmiah dan

Religius, Kampus Unggul Mutu dan Berakhlaq Mulia, dan sejenisnya.

Sedangkan di lingkungan keluarga masing-masing, termasuk keluarga

besar Asrama, dan di masyarakat serta lingkungan virtual seperti facebook, blog,

twitter harus selalu diupayakan agar terjadi proses penguatan dari pendidik dan

pimpinan perguruan tinggi, serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku

berkarakter mulia yang dikembangkan menjadi kegiatan keseharian. Dalam

bidang penelitian, perguruan tinggi dapat mengembangkan pusat kajian, kegiatan

penelitian dan pengembangan, pertemuan ilmiah, pelatihan, dan sejenisnya dalam

upaya pendidikan karakter yang hasilnya dapat disumbangkan untuk

meningkatkan kualitas dan dampak pendidikan karakter dalam konteks

pembangunan karakter bangsa.

2. Tinjauan Persepsi dan Perilaku

a. Persepsi

Persepsi merupakan cara pandang terhadap sesuatu hal. Individu

mengenali dunia luarnya dengan alat inderanya. Bagaimana individu dapat

mengenali dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya, hal ini berkaitan dengan

persepsi (perception). Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan

mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat inderanya. Persepsi berkaitan dengan tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu.

Menurut Gerungan (200

cepat melihat dan memahami perasaan-perasaan, sikap-sikap dan kebutuhan-

mulus

yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang

Page 57: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

adalah proses kategorisasi di mana organisme dirangsang oleh masukan tertentu

(obyek-obyek di luar, peristiwa, dll) dan organisme berespon dengan

menghubungkan masukan dengan salah satu kategori obyek-obyek atau peristiwa-

peristiwa. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (menarik

kesimpulan). Jadi dapat disimpulkan, dalam persepsi stimulus dapat datang dari

luar individu, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan.

Persepsi merupakan aktivitas integrated, maka seluruh apa yang terdapat dalam

diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, dan aspek-aspek

lain dalam diri individu akan berperan dalam persepsi tersebut.

Dengan demikian, proses interpretasi dan pengorganisasian merupakan

proses pemberian makna terhadap stimulus oleh individu yang menerimanya. Hal

ini berarti bahwa stimulus menjadi sesuatu yang tidak bermakna ketika tidak

ditafsirkan, dimengerti, dan diberi oleh individu penerima stimulus. Manusia

mempunyai kecenderungan untuk membentuk kesan akan informasi meskipun

mereka hanya mempunyai sedikit informasi dan terkadang proses pengolahan

informasi yang mereka lakukan sebenarnya dilakukan berada di bawah dominasi

perasaan bukan oleh pikiran.

Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter di FKIP, proses

interpretasi makna atas visi berkarakter kuat dan cerdas merupakan proses awal

pembentukan persepsi terhadap bagaimana seharusnya kepribadian seorang

pendidik. Hal ini menjadi sangat penting terutama dalam mengarahkan pandangan

mahasiswa dalam mengembangkan diri sesuai dengan nilai-nilai karakter yang

diharapkan FKIP.

b. Perilaku

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan

seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Perilaku yang

dilakukan individu itu tidak timbul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat

dari stimulus atau rangsangan yang diterima individu baik dari luar (eksternal)

maupun dari dalam (internal) individu yang bersangkutan. Pendapat Josef Banka

(1977) yang dikutip Mangunwijaya (1993: 71) menjelaskan bahwa perilaku

Page 58: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

p dengan

kecenderungan atau keterarahan pada suatu tujuan tertentu, kemampuan yang

berhubungan dengan struktur kegiatan yang kurang lebih berkaitan dengan

lingkungan, dan dinamika yang menemukan pengungkapannya dalam energi dan

irama kegiatan itu sendiri. Sehingga, perilaku adalah salah satu bagian dari

budaya dan berpengaruh terhadap perilaku yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Perilaku pada manusia dapat dibedakan menjadi 2, yakni perilaku yang

refleksif dan perilaku non-refleksif. Perilaku refleksif merupakan perilaku yang

terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme

tersebut. Stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat susunan

syaraf, yakni pusat pengendali perilaku. Dalam perilaku refleksif, respon langsung

timbul begitu menerima stimulus. Sedangkan perilaku non-refleksif adalah

perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merupakan suatu tindakan yang mengatur hubungan antara individu dengan

individu dan individu dengan lingkungannya, baik yang terjadi secara spontan

maupun dikendalikan oleh kesadaran. Perilaku dan aktivitas atas dasar psikologis

inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis. Walgito (2003:

15) menjelaskan pendapat Skinner bahwa perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Perilaku yang alami (innate behavior) yang kemudian disebut juga sebagai

responent behavior, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang

jelas, misalnya perilaku yang bersifat refleksif

2) Perilaku operan (operant behavior) yaitu perilaku yang ditimbulkan

stimulus yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh

organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus

dari luar.

Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi latar

belakang dalam pembentukan perilaku, di antaranya adalah:

Page 59: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1) Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Salah satu pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning

atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti

yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.

2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Di samping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,

pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight.

3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Pembentukan perilaku juga dapat dibentuk dengan menggunakan model

atau contoh. Hal ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning

theory)

Sehingga dapat dijelaskan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas

dari keadaan individu itu sendiri maupun lingkungan di mana individu tersebut

berada. Perilaku manusia itu didorong oleh beberapa motif tertentu seperti

kebiasaan, melalui pengertian (insight) serta menggunakan model. Dengan

demikian kondisi tersebut membawa manusia memiliki perilaku yang

berpengaruh terhadap kehidupan dan lingkungannya. Dalam kaitannya dengan

pendidikan karakter, yang dinilai sebagai hasil bukanlah sekedar pengetahuan dan

perasaan yang diucapkan atau dikatakan, melainkan perubahan perilaku yang

mengarah semakin positif, sesuai dengan nilai-nilai berkarakter kuat dan cerdas.

Dalam pandangan yang lain, Weber

tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi

tindakan bukanlah hal yang introspektif, melainkan lebih bersifat empati, yakni

bagaimana menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang melakukan

tindakan, dan situasi serta tujuan-tujuan mau dilihat menurut persektif tersebut.

Kemudian Weber juga menambahkan mengenai tipe-tipe tindakan sosial, yang

mendasarkan pada pentingnya rasionalitas. Hal ini berhubungan dengan

pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan (Johnson,

1986: 219-221).

Page 60: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1) Rasional instrumental

Tindakan rasional instrumental meliputi pertimbangan dan pilihan yang

sadar yang berhubungan dengan tujuan dan alat yang digunakan untuk

mencapainya. Individu yang memiliki berbagai tujuan, dipandang mampu

memilih suatu tujuan dengan kriteria tertentu. Kemudian, memilih alat-alat

yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang dipilihnya. Akhirnya,

pilihan menunjukkan pertimbangan efisisensi dan efektivitas individu.

2) Rasional berorientasi nilai

Tindakan rasional berorientasi nilai menunjukkan bahwa telah ada nilai-

nilai yang bersifat absolut yang menentukan tujuan-tujuan, di mana

kemudian alat-alat yang digunakan untuk mencapainya, merupakan obyek

pertimbangan yang sadar.

3) Tindakan tradisional

Tindakan tradisional merupakan tindakan yang bersifat nonrasional.

Individu yang berperilaku karena kebiasaan, atau yang mungkin dilakukan

secara umum oleh banyak orang dalam kelompok atau masyarakatnya,

tanpa melakukan refleksi yang sadar maupun perencanaan, perilaku inilah

yang digolongkan sebagai tindakan tradisional.

4) Tindakan afektif

Tindakan ini ditandai dengan dominasi perasaan atau emosi, tanpa adanya

refleksi intelektual ataupun perencanaan yang sadar. Tindakan ini bersifat

tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, maupun kriteria

rasionalitas lain.

Meski begitu, keempat tipe tindakan tersebut merupakan bentuk tipe

ideal. Tidak banyak tindakan yang seluruhnya sesuai dengan salah satu tipe ideal

tersebut. Misalnya, suatu tindakan tradisional mungkin mencerminkan

kepercayaan pada nilai-nilai tradisi dalam masyarakat, di mana berarti tindakan

ini mengandung rasionalitas yang berorientasi nilai. Pola perilaku khusus yang

sama mungkin bisa sesuai dengan kategori-kategori tindakan sosial yang berbeda

dalam situasi-situasi yang berbeda, tergantung pada orientasi subyektif dari

Page 61: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

individu yang terlibat. Mahasiswa, dosen, staf kependidikan, maupun pembuat

kebijakan di jurusan P IPS FKIP UNS mungkin memiliki arti subyektifnya

masing-masing dalam berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter kuat dan

cerdas.

3. Tinjauan Visi FKIP UNS

a. Visi Berkarakter Kuat dan Cerdas

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010, Pasal 84 ayat (2) a

insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, dan berkepribadian luhur; sehat, berilmu, dan cakap; kritis, kreatif,

inovatif, mandiri, percaya diri dan berjiwa wirausaha; serta toleran, peka sosial

tinggi sebagai satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sepenuhnya

terikat dan harus merujuk pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang secara

substantif mengandung visi dan misi pendidikan karakter. Oleh karena itu secara

imperatif perguruan tinggi merupakan salah satu situs pendidikan karakter yang

mengejawantahkan pembangunan karakter bangsa. Menurut Winataputra (2010)

Pengembangan nilai/karakter di perguruan tinggi juga mencakup pilar Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan (yang mencakup kegiatan pembelajaran secara kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler), penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta pengembangan budaya satuan pendidikan tinggi (university culture) yang tercermin dalam kegiatan keseharian dalam berbagai bentuk perilaku keseharian di kelas, laboratorium, lapangan olah raga, studio, situs virtual, dan dalam masyarakat kampus atau kantor, dan lingkungan kampus/kantor.

yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan sasaran

si FKIP UNS merupakan

agenda tujuan-tujuan yang akan diwujudkan oleh FKIP UNS melalui program dan

kegiatan yang disusun dalam rencana pengembangan dengan program-program

Page 62: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

yang dapat diukur dengan prestasi dan kualitas yang dicapai. Untuk menghasilkan

tenaga kependidikan yang handal dan profesional, maka dibutuhkan lembaga yang

handal dan profesional pula. Oleh karena itu, FKIP UNS mempunyai visi menjadi

dan cerdas mengandung cita-cita, nilai,

semangat, dan motivasi yang merupakan proses sekaligus usaha, yang

digambarkan dengan serangkaian kegiatan dan sasaran dari lembaga, sehingga

akan mampu menghasilkan lulusan yang bukan hanya cerdas secara intelektual,

tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual, moral, dan sosial.

Untuk merealisasikan visi berkarakter kuat dan cerdas tersebut, maka

FKIP UNS merumuskan misinya sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan secara efektif

untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul, berdaya saing

tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

2) Melaksanakan penelitian yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran serta mampu menjadi penghasil bagi berbagai kegiatan inovatif

dalam bidang kependidikan

3) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang

kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat

4) Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang

pengembangan bidang kependidikan

Rumusan pendidikan karakter semestinya diungkapkan secara jelas

secara lisan maupun tertulis serta mampu dipahami oleh setiap orang yang terlibat

dalam kehidupan kampus, seperti yang telah dirumuskan dalam visi FKIP UNS

berkarakter kuat dan cerdas. Visi pendidikan karakter yang ditetapkan merupakan

cita-cita yang akan dicapai melalui kinerja lembaga pendidikan. Tanpa visi yang

diungkapkan melalui pernyataan yang jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak

yang terlibat di dalam lembaga pendidikan tersebut, setiap usaha pengembangan

pendidikan karakter akan sia-sia. Maka, visi berkarakter kuat dan cerdas nantinya

akan menjadi dasar acuan bagi setiap kerja, penyusunan program, dan pendekatan

pendidikan karakter yang dilaksanakan di kampus.

Page 63: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Visi dan misi FKIP UNS tersebut juga didukung dengan visi dan misi

5 program studi yang berada dalam lingkup Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, yaitu Pendidikan Sosiologi Antropologi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan

Geografi, Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

1) Pendidikan Sosiologi Antropologi

Visi Pendidikan Sosiologi Antropologi: Menjadi program studi

penghasil dan pengembang tenaga-tenaga kependidikan Sosiologi Antropologi

berkarakter kuat, cerdas, dan berakhlak mulia.

Misi Pendidikan Sosiologi Antropologi:

a) Mendidik calon tenaga kependidikan Sosiologi Antropologi yang

profesional, berakhlak mulia, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa

b) Mengembangkan landasan keilmuwan pendidikan dan pembelajaran

Sosiologi Antropologi yang berkarakter dan berkompetensi

c) Mendidik calon tenaga guru atau pendidik pendidikan Sosiologi

Antropologi yang mampu merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi, membimbing, melatih, dan melakukan proses

pembelajaran

d) Melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang

berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mampu

berkompetisidan berkolaborasi di lapangan tingkat regional, nasional,

dan internasional.

2) Pendidikan Ekonomi

Visi Pendidikan Ekonomi: Menjadi Program Studi penghasil tenaga

pendidik yang memiliki kompetensi unggul di bidang Pendidikan Ekonomi di

Asia Tenggara yang berkarakter kuat dan cerdas tahun 2015.

Misi Pendidikan Ekonomi:

a) Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran, dan bimbingan secara

efektif untuk menghasilkan lulusan di bidang pendidikan ekonomi

(Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Bidang Keahlian

Page 64: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Khusus Pendidikan Tata Niaga, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Administrasi Perkantoran) yang unggul, berdaya saing tinggi, mandiri,

dan berkepribadian.

b) Melaksanakan penelitian dan pengembangan yang mendukung

pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran agar mampu menghasilkan

berbagai inovasi dalam bidang pendidikan ekonomi.

c) Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang

pendidikan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat.

d) Memperluas jaringan kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri

dalam bidang tri dharma perguruan tinggi.

e) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang

pengembangan bidang pendidikan ekonomi.

3) Pendidikan Geografi

Visi Pendidikan Geografi: Menjadi program studi unggulan dalam

menghasilkan guru Geografi yang profesional, serta sebagai pusatpengembangan

dan pelayanan data spasial dan media pembelajaran di tingkat nasional.

Misi Pendidikan Geografi:

a) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Geografi yang berbasis

teknologi informasi yang menghasilkan guru profesional yang

memiliki kompetensi di tingkat nasional.

b) Meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c) Mengembangkan dan memberi pelayanan media pembelajaran

Geografi.

d) Mengembangkan, menganalisis, dan memberi pelayanan data spasial.

4) Pendidikan Sejarah

Visi Pendidikan Sejarah: Menghasilkan sarjana Pendidikan Sejarah

profesional yang memiliki wawasan bidang ilmu sosial yang luas dalam

meningkatkan kualitas pendidikan menengah dan LPTK yang relevan dengan

perkembangan zaman serta ilmu dan teknologi melalui pembelajaran yang

inovatif.

Misi Pendidikan Sejarah:

Page 65: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a) Menghasilkan tenaga kependidikan sejarah yang profesional.

b) Menyelenggarakan pendidikan sejarah dengan konsep pembelajaran

berorientasi pada kurikulum nasional yang ditunjang oleh kurikulum

lokal sebagai wahana adaptasi/pengembangan secara fleksibel yang

disempurnakan secara berkelanjutan.

c) Meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan sejarah dan

meningkatkan proses pematangan kepribadian (budi pekerti, norma,

dan etika) sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki ketrampilan

dan penguasaan pendidikan sejarah dalam konteks sosial sesuai

teaching university.

d) Mengembangkan pembelajaran sejarah yang inovatif sebagai

sumbangsih bagi dunia keilmuan dan pendidikan.

e) Berperan serta dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya

lokal dan budaya nasional dalam menghadapi globalisasi.

f) Mengembangkan penelitian pendidikan sejarah dan pengabdian pada

masyarakat sebagai kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait

dengan pendidikan sejarah.

g) Melakukan kemitraan dengan pihak luar dalam penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

5) Pendidikan Kewarganegaraan

Visi Pendidikan Kewarganegaraan: Menjadi lembaga pengembangan

dan pembudayaan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan yang

unggul dengan berorientasikan pada nilai-nilai ideologi dan konstitusi negara.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan:

a) Menyelenggarakan pembelajaran dalam bidang pendidikan

kewarganegaraan dalam mengembangkan peserta didik menjadi warga

negara yang demokratis, bertanggung jawab, memiliki semangat

kebangsaan dan cinta tanah air dalam mendukung kemajuan bangsa.

b) Menyelenggarakan penelitian dan kajian yang berorientasikan pada

pengembangan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan

kewarganegaraan dalam rangka menjawab persoalan bangsa.

Page 66: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c) Menyelenggarakan program pengabdian pada masyarakat yang

berorientasikan pada pemberdayaan masyarakat agar mampu menjadi

warga negara yang demokratis, kritis, peka, dan kontributif terhadap

bangsa.

d) Mengembangkan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan

kewarganegaraan yang didasarkan pada ideologi dan konstitusi negara

untuk menunjang pembelajaran dalam bidang kewarganegaraan.

Visi yang baik akan membentuk budaya yang pada gilirannya akan

memperbaiki prestasi dan kualitas lembaga pendidikan serta calon lulusannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, ada lima lapisan yang biasanya dapat diamati

secara langsung di dalam sebuah lembaga pendidikan, dalam hal ini lembaga

sekolah yang disampaikan oleh Koesoema (2007: 157-159), yaitu lapisan pertama

yang bisa dilihat dalam satu momen pendidikan adalah lapisan operasional

sekolah. Dalam lapisan operasional sekolah ini, orang akan melihat secara

langsung berbagai macam kegiatan rutin yang terjadi di sekolah. Lapisan kedua

adalah organisasi sekolah. Yang dimaksud dengan organisasi adalah hal-hal yang

berkaitan dengan pengaturan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Lapisan kedua

merupakan kesepakatan bersama, berupa peraturan tertulis dan kesepakatan

bersama, yang diketahui oleh masing-masing individu di dalam sekolah sehingga

mereka dapat berpartisipasi secara tepat dan efektif sesuai dengan

pengorganisasian kegiatan sekolah tersebut.

Lapisan ketiga adalah pembuatan program sekolah. Program ini bukan

sekadar penentuan waktu dan jadwal kegiatan, melainkan berkaitan langsung

dengan isi pendalaman yang akan menjadi sasaran program tersebut. Lapisan

keempat berkaitan dengan kebijakan sekolah (policy). Kebijakan sekolah

berkaitan dengan urusan tentang bagaimana sekolah mau dijalankan. Lapisan

kelima berupa tujuan (purpose) sekolah. Tujuan ini bisa mengacu pada tujuan

umum yang ingin dicapai oleh sekolah. Tujuan umum ini bisa disebut dengan visi,

yaitu berupa latar belakang filosofis kinerja pendidikan yang dipercaya oleh

lembaga pendidikan. Visi ini merupakan cita-cita yang akan diraih. Rumusan visi

ini, agar operasional dan terukur dijelmakan melalui rumusan misi sekolah. Misi

Page 67: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sekolah merupakan sebuah rumusan akan tujuan (goal) yang ingin direalisasikan

secara nyata. Tujuan yang ingin direalisasikan ini dapat ditera dan diukur melalui

indikator tertentu. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya misi sekolah dapat

dievaluasi secara transparan objektif melalui parameter tertentu.

Lapisan keenam adalah keyakinan dan asumsi. Keyakinan dan asumsi

yang dimiliki oleh lembaga pendidikan ini biasanya tidak tertulis, namun diyakini

ada dan menjadi dasar berlangsungnya proses pendidikan keyakinan dan asumsi

ini biasanya tidak perlu ditulis sebagai kesepakatan, namun diandaikan ada.

Lapisan paling dalam, merupakan dasar stabilitas relasional yang menjembatani

antara orang tua dan sekolah. Tanpa kepercayaan satu sama lain yang diandaikan

ada, lembaga pendidikan tidak berfungsi. Tanpa kepercayaan dan niat baik dari

masing-masing pihak, sekolah tidak akan memiliki makna. Betapa pun penting

dan fundamentalnya lapisan keenam tersebut, lapisan ini tidak memiliki daya

paksa atau daya operasional dalam kegiatan sekolah seandainya sekolah itu tidak

menetapkan tujuan-tujuan bagi kinerja lembaga pendidikan mereka. Namun, bila

sekolah tidak memiliki tujuan, proses pendidikan yang terjadi pasti akan

memberikan hasil-hasil tertentu. Antara tujuan pendidikan dan hasil langsung dari

sebuah kegiatan mendidik memang tidak memiliki korelasi secara langsung.

Sag

umum mengenai misi organisasi dan merupakan sumber legitimasi yang

Sehingga tujuan merupakan suatu patokan yang dapat digunakan anggota

organisasi maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan organisasi yaitu

mengenai efektivitas dan efisiensi.

FKIP UNS memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi kumulatif tinggi dan

berkepribadian pendidik serta masa studi dan masa tunggu makin pendek

2) Menghasilkan penelitian dan pengembangan yang semakin meningkat

dalam kualitas maupun kuantitas

3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang semakin meningkat

dalam kualitas dan kuantitas

Page 68: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4) Menghasilkan produk-produk inovatif dalam bidang kependidikan

Maka, tujuan tersebut dijadikan sebagai dasar ukuran untuk

mengevaluasi setiap peningkatan kualitas baik akademik, personal, maupun

penyempurnaan sistem pendidikan.

Komitmen bersama pimpinan FKIP UNS:

1) Memiliki kesamaan kepentingan dan kesadaran spiritual untuk

mewujudkan visi FKIP UNS dalam membentuk tenaga kependidikan yang

berkarakter kuat dan cerdas

2) Memiliki kesamaan kpeentingan dan kesadaran spiritual dalam

mewujudkan misi FKIP UNS melalui peningkatan daya saing institusi

melalui komunikasi yang produktif, efektif, santun

3) Prestasi sebagai keberhasilan bersama berdasarkan Standart Performance

yang disepakati. Apresiasi atas kekuatan (strength) dan keunggulan

(advantage) dari masing-masing institusi

4) Menjadikan kebodohan dan ketidaklayakan dalam melayani konsumen

FKIP UNS menjadi musuh bersama untuk dikikis dan diperbaiki secara

terus menerus

Visi lembaga pendidikan akan menentukan sejauh mana program

pendidikan karakter berhasil diterapkan di dalam lingkungan kampus. Visi FKIP

UNS sebagai idealisme dan cita-cita yang secara konkret menjadi pedoman

perilaku, sumber motivasi, sehingga setiap civitas akademika di FKIP UNS

semakin tumbuh dan berkembang secara utuh.

b. Guru Berkarakter Kuat dan Cerdas

Seorang guru sebagai pendidik harus memiliki karakter yang kuat serta

memenuhi kompetensi pendidik. Menurut UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (10)

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dihayati dan dikuasai oleh guru

adalah mereka yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan hati nurani, bukan

tuntutan material oriented, yang membatasi tugas dan tanggung jawab mereka

Page 69: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

sebagai guru dan sebatas dinding sekolah. Mulyasa (2008: 75-184)

mengkategorikan kompetensi yang harus dimiliki guru, antara lain:

1) Kompetensi paedagogik

2) Kompetensi kepribadian

3) Kompetensi profesional

4) Kompetensi sosial

Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing

peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi sosial

adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Seorang guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya yang

berkaitan dengan tugasnya sebagai guru dan tentunya juga untuk meningkatkan

status guru menjadi tenaga profesional yang semuanya tercakup dalam keempat

kompetensi tersebut. Seorang guru yang berkarakter, berarti guru tersebut telah

memenuhi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial, serta dapat menjunjung tinggi nilai-nilai

amanah dan keteladanan.

Guru yang menjunjung tinggi nilai amanah dan keteladanan patut

dijadikan sebagai contoh. Guru sebagai sosok yang patut dicontoh, harus

menunjukkannya dalam sikap, tindakan, dan penalaran yang baik, serta

menunjukkan guru yang berkarakter, seperti pendapat Muslich (2011: 142), yaitu:

1) Memiliki pengetahuan keagamaan yang luas dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara aktif

2) Meningkatkan kualitas keilmuan secara berkelanjutan

Page 70: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

3) Bersih jasmani dan rohani 4) Pemaaf, penyabar, dan jujur 5) Berlaku adil terhadap peserta didik dan semua stakeholders pendidikan 6) Mempunyai watak dan sifat ketuhanan (robbaniyah) yang tercermin

dalam pola pikir, ucapan, dan tingkah laku 7) Tegas bertindak, profesional, dan proporsional 8) Tanggap terhadap berbagai kondisi yang mungkin dapat

mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir peserta didik 9) Menumbuhkan kesadaran diri sebagai penasehat

Guru harus memiliki karakter yang kuat yang diwujudkan dalam

pemikiran, sikap, serta perbuatan. Hal ini berarti bahwa guru harus memiliki tiga

komponen penting karakter, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral

action. Artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan tentang moral, perasaan

tentang moral, serta perbuatan yang bermoral. Menurut Shaleh dan Suriadinata

berkarakter kuat ditunjukkan oleh ciri

sebagai berikut:

1) Guru harus bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat,

sikap, dan amaliahnya yang mencerminkan ketakwaannya tersebut.

2) Guru harus suka bergaul, khususnya bergaul dengan anak-anak, sebab

anak-anak adalah kalangan yang akan menjadi teman dialog mereka.

3) Guru adalah orang yang penuh minat, penuh perhatian, mencintai

profesinya dan pekerjaannya, dan berusaha untuk mengembangkan dan

meningkatkan profesinya tersebut agar kemampuan mengajarnya lebih

baik.

4) Guru adalah orang yang suka belajar secara terus menerus. Selain sebagai

pendidik yang mentransformasikan pengetahuan dan wawasan kepada

peserta didik, guru juga harus menjadi orang terdidik yang selalu

mempelajari hal-hal baru.

Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab yang besar dalam

menghasilkan generasi yang berkarakter, bermoral, dan berbudaya. Guru memiliki

peran yang sangat besar dalam pembentukan dan pengembangan karakter peserta

didik. Asmani (2011: 74-84) menyampaikan beberapa peran utama guru dalam

pendidikan karakter, yaitu:

Page 71: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

1) Keteladanan

Dalam pendidikan karakter, keteladanan yang dibutuhkan oleh guru

berupa konsistensi dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan-

larangannya, kepedulian terhadap nasib orang tidak mampu, kegigihan dalam

meraih prestasi secara individu dan sosial, ketahanan dalam menghadapi

tantangan, rintangan, dan godaan, serta kecepatan dalam bergerak dan

beraktualisasi.

2) Inspirator

Seseorang akan menjadi sosok inspirator jika ia mampu

membangkitkan semangat untuk maju dengan menggerakkan segala potensi yang

dimiliki untuk meraih prestasi bagi diri dan masyarakat. Jika semua guru mampu

menjadi sosok seorang inspirator maka kader-kader bangsa akan muncul sebagai

sosok inspirator.

3) Motivator

Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemampuan guru dalam

membangkitkan spirit, etos kerja, dan potensi dalam diri peserta didik. Setiap anak

adalah unik, yang mempunyai bakat spesifik dan berbeda dengan orang lain.

Maka, tugas guru adalah melahirkan potensi tersebut ke permukaan dengan

banyak berlatih, mengasah kemampuan, dan mengembangkan potensi semaksimal

mungkin.

4) Dinamisator

Artinya seorang guru tidak hanya membangkitkan semangat, tetapi

juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong gerbong ke arah tujuan

dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi. Guru harus kaya dengan

gaagasan, pemikiran, kreativitas, serta visi yang jauh ke depan. Seorang guru juga

harus mempunyai kemampuan manajemen, kemampuan sosial, dan humaniora,

serta jaringan yang luas.

5) Evaluator

Artinya, guru harus selalu mengevaluasi metode pembelajaran yang

selama ini dipakai dalam pendidikan karakter. Guru juga harus mampu

mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan, dan agenda yang direncanakan.

Page 72: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Evaluasi adalah wahana meninjau kembali efektivitas, efisiensi, dan produktivitas

sebuah program.

Profesi guru menuntut profesionalitas yang tinggi, sehingga harus terus

dikembangkan. Pengembangan profesionalitas guru bukan hanya terletak pada

kualitas lembaga pendidikan yang pernah ditempuhnya, namun pada kemauan dan

kemampuan guru untuk mengembangkan diri ketika sudah menduduki profesinya

sebagai guru. Sajidan (2011: 9-12) mengemukakan minimal ada tujuh indikator

yang harus terus dibangun oleh guru/pendidik dalam rangka mengembangkan

profesionalitas, yaitu antara lain:

Indikator pertama, adalah keterampilan mengajar (teachingskill). Guru

yang mempunyai kompetensi pedagogik tinggi adalah guru yang senantiasa

memilih model, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan

karakteristik kompetensi dasar (KD) dan karakteristik peserta didik. Indikator

kedua adalah wawasan content pengetahuan yang ia sampaikan. Kompetensi ini

secara umum dikenal dengan sebutan kompetensi profesional. Guru hendaknya

secara terus menerus mengembangkan dirinya dengan meningkatkan penguasaan

pengetahuan secara terus menerus.

Indikator ketiga adalah dinamis terhadap perubahan kurikulum

(dynamic curriculum). Kurikulum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan

pengguna lulusan dam masukan dari para pakar. Saat ini di semua satuan tingkat

pendidikan menerapkan KBK/KTSP, sehingga dalam implementasi KBK, guru

memposisikan diri sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (student centered

learning).

Indikator keempat adalah penggunaan alat pembelajaran /media

pembelajaran yang baik (good using learning equipment/media). Pengembangan

alat/media pembelajaran dapat berbasis kompetensi lokal maupun modern dan

berbasis ICT (ICT based learning). Indikator kelima adalah penguasaan teknologi.

Penguasaan teknologi mutlak diperlukan oleh guru.

Indikator keenam adalah sikap personal. Guru adalah agen

pembelajaran dan sekaligus sebagai agen pembentuk karakter. Pendidikan

karakter mampu menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik, sehingga peserta

Page 73: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

didik menjadi paham tentang mana yang baik dan yang salah, mampu merasakan

nilai yang baik dan mau melakukannya (knowing the good, feeling the good, and

acting the good). Pendidikan karakter merupakan sebuah proses panjang yang

memerlukan kontinuitas dalam perbuatan, artinya untuk membentuk peserta didik

yang berkarakter baik diperlukan upaya secara berkelanjutan/ konsisten.

Indikator ketujuh adalah guru hendaknya menjadi teladan (best

practises) bagi peserta didiknya. Untuk mengetahui ciri-ciri ideal seorang guru

yang dapat dijadikan teladan oleh peserta didik, paling tidak melalui dua

pendekatan, yaitu pendekatan pembiasaan dan pendekatan yang terprogram

melalui intervensi dalam pembelajaran.

Pendekatan pembiasaan (habituasi) dilakukan oleh seorang pendidik

karena terjadi dalam interaksi keseharian, misalnya dalam proses belajar

mengajar, maupun dalam proses pergaulan di luar kelas. Keberhasilan tipe

keteladanan seperti keilmuan, kepemimpinan, keikhlasan, penampilan

(performance), tingkah laku, tutur kata dan sebagainya. Pendekatan yang

terprogram melalui intervensi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara

penjelasan atau perintah agar diteladani. Seperti lazimnya seorang guru

memerintah muridnya untuk membaca, mengerjakan tugas, tugas terstruktur yang

dikerjakan di luar kelas atau seorang guru memberi penjelasan di depan siswa

kemudian ditirukan oleh murid-muridnya. Pendekatan ini dilakukan agar peserta

didik terlatih dalam kedisiplinan dan keuletan dalam mempelajari ilmu

pengetahuan.

Page 74: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 2.2. Indikator Guru dan Dosen Profesional

(Sumber: Sajidan, 2011:9)

Cerdas bukanlah berupa kecerdasan tunggal, namun kecerdasan yang

bersifat ganda, yang mencakup kecerdasan intelektual (Intelectual Quotient-IQ),

kecerdasan emosi (Emotional Quotient-EQ), dan kecerdasan spiritual (Spiritual

Quotient-SQ). Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk mempelajari

sesuatu serta menangani situasi baru. Kecerdasan intelektual memiliki peran

dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan mensintesis objek,

memberikan informasi mengenai baik buruk, untung rugi, dan sebagainya.

Seorang guru harus cerdas secara intelektual, karena guru sebagai pendidik dan

pengajar yang mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didik.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengelola dan mengontrol diri

pada setiap situasi. Menurut Goleman

kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, daya tahan

dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,

mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali

emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan dalam

pengelolaan diri ini bukan hanya ketika berhadapan dengan peserta didik saja,

GURU DAN DOSEN PROFESIONAL

GOOD TEACHING

SKILL

GOOD KNOWLEDGEABLE

DYNAMIC CURRICULUM

GOOD USING LEARNING

EQUIPMENT/MEDIA

GOOD USING TECHNOLOGY

GOOD PROFESIONAL

ATTITUDE

GOOD EXAMPLE/BEST

PRACTISES

Page 75: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

namun juga saat berhadapan dengan teman seprofesi, orang tua siswa, maupun

masyarakat.

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup

kita dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan spiritual mencakup

kemampuan berpandangan holistik, bersikap fleksibel, menghadapi penderitaan

dan rasa sakit, kesadaran diri yang tinggi, serta kualitas hidup yang diilhami oleh

visi dan nilai-nilai. Seorang guru dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan

mampu melihat kebermaknaan dirinya dalam konteks hidup yang luas, sehingga

mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat. Guru yang cerdas secara

spiritual akan menjadi sosok teladan bagi peserta didiknya.

Guru yang cerdas, berarti ia bisa berpikir dan bertindak cerdas,

maksudnya seorang guru cepat tanggap dalam menghadapi masalah, cepat

mengerti dan memahami masalah yang dihadapi, tajam dalam menganalisis dan

mencari alternatif solusi, serta mampu memecahkan masalah dengan tindakan

yang tepat. Guru yang cerdas berarti ia cerdas secara intelektual, emosi, dan

spiritual. Nilai-nilai utama yang menjadi pilar cerdas adalah responsif, analitis,

inovatif, dan solutif. Guru juga harus cerdas dalam membaca, memanfaatkan, dan

mengembangkan peluang secara produktif dan kompetitif. Profil guru yang

berkarakter kuat dan cerdas berarti ia mampu menumbuhkan inspirasi agar peserta

didik dapat mengembangkan potensidirinya secara optimal.

Hidayatullah (2009: 236-238) menggambarkan budaya kerja yang

berlandaskan karakter kuat (meliputi amanah dan keteladanan) dan cerdas,

sebagai berikut:

Page 76: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 2.2. Karakteristik, Definisi, dan Indikator Budaya Kerja

No. Karakteristik Definisi Indikator 1 Komitmen Tekad yang mengikat dan melekat

pada seorang pendidik untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik

Memiliki ketajaman visi

Rasa memiliki (sense of belonging)

Bertanggung jawab (sense of responsibility)

2 Kompeten Kemampuan seorang pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran (mengajar dan mendidik) dan kemampuan memecahkan berbagai masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Senantiasa mengembangkan diri

Ahli di bidangnya Menjiwai

profesinya Memiliki

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional

3 Kerja keras Kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai

Bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh

Bekerja melebihi target (extra ordinary process)

Produktif (out-standing result)

4 Konsisten Kemampuan melakukan sesuatu dengan istiqomah, ajeg, fokus, sabar, dan ulet serta melakukan perbaikan yang terus menerus

Memiliki prinsip (istiqomah)

Tekun dan rajin Sabar dan ulet Fokus

5 Kesederhanaan Kemampuan mengaktualisasikan sesuatu secara efektif dan efisien

Bersahaja Tidak mewah Tidak berlebihan Tepat guna

6 Kedekatan Kemampuan berinteraksi secara dinamis dalam jalinan emosional antara dosen dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran/pendidikan

Perhatian pada mahasiswa (student centered)

Learning centered Terjalinnya

Page 77: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

hubungan emosional yang harmonis

7 Pelayanan maksimal

Kemampuan untuk membantu atau melayani atau memenuhi kebutuhan peserta didik secara optimal

Dipenuhinya Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Kepuasan Cepat dan tanggap Pelayanan cepat Proaktif

8 Cerdas Kemampuan cepat mengerti dan memahami, tanggap, tajam dalam menganalisis dan mampu mencari laternatif-alternatif solusi, dan mampu memecahkan masalah (cerdas intelektual)

Kemampuan memberikan makna/nilai terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan sehingga hasilnya optimal (cerdas emosi dan spiritual)

Responsif, analitis, inovatif, dan solutif

Mewarnai

berbagai aktivitas yang dilakukan

(Sumber: Hidayatullah, 2009: 237-238)

Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani

Ekowati (2010) dengan judul Relevansi Visi Misi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dengan

Kepribadian Mahasiswa. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sesuai

dengan penjabaran visi misi FKIP UNS Berkarakter Kuat dan Cerdas, maka

mahasiswa FKIP UNS belum secara keseluruhan dalam menjalankan visi misi

tersebut, dan sebagian kecil dari keseluruhan indikator visi misi belum diterapkan

pada mahasiswa. Hal tersebut dibuktikan antara lain dengan yang pertama, masih

ditemukannya mahasiswa yang belum menaati aturan seragam yang telah

ditetapkan pada hari Senin dan Selasa, padahal seragam yang telah ditetapkan

adalah salah satu simbol yang dapat menunjukkan aspek kesederhanaan yang

ingin diterapkan dalam jabaran karakter kuat yang berusaha ditanamkan pada diri

Page 78: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

mahasiswa, berarti mahasiswa belum mempunyai jiwa keguruan yang seharusnya

menjadi dasar bagi calon pendidik. Kedua, masih ditemukannya mahasiswa yang

tidak jujur dalam melaksanakan ujian untuk mengukur aspek kognitif, maka poin

amanah pada penjabaran karakter belum bisa dijalankan oleh sebagian mahasiswa

selain itu mahasiswa belum bisa menerapkan aspek kerja keras sebagai kunci

keberhasilan. Ketiga, mahasiswa kurang tertarik pada kegiatan sosial dan

organisasi kampus, dari hal itu dapat ditarik benang merah bahwa mahasiswa

belum dapat menggali potensi yang ada pada diri mahasiswa yang bersangkutan

untuk dapat menjadi calon guru yang memiliki karakter kuat dan cerdas.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Furqon

menceritakan penelitiannya tentang pendidikan karakter terutama pendidikan

karakter yang dilakukan dalam kehidupan sekolah. Isinya meliputi tujuan

pendidikan, akhlak dan karakter, kedudukan dan pentingnya karakter, pentingnya

guru berkarakter, tahap-tahap pendidikan karakter, strategi pembentukan karakter,

nilai-nilai karakter, dan semua hal yang menyangkut pendidikan karakter di

sekolah.

B. KERANGKA BERPIKIR

Visi FKIP UNS Berkarakter Kuat dan Cerdas merupakan agenda

tujuan-tujuan yang akan diwujudkan oleh FKIP UNS melalui program dan

kegiatan yang disusun dalam rencana pengembangan dengan program-program

yang dapat diukur dengan prestasi dan kualitas yang dicapai. FKIP UNS

mengusung visi menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga kependidikan

t dan cerdas merupakan

prioritas nilai yang mengandung cita-cita, semangat, dan motivasi yang

merupakan proses sekaligus usaha, yang digambarkan dengan serangkaian

kegiatan dan sasaran dari lembaga, sehingga akan mampu menghasilkan lulusan

yang bukan hanya berkarakter dan cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas

secara emosional, spiritual, moral, dan sosial.

Page 79: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Rumusan visi ini kemudian dijelmakan menjadi misi. Misi merupakan

sebuah rumusan operasional akan tujuan (goal) yang ingin direalisasikan secara

nyata. Maka FKIP UNS merumuskan misinya sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan secara efektif

untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul, berdaya saing

tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

2. Melaksanakan penelitian yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran serta mampu menjadi penghasil bagi berbagai kegiatan inovatif

dalam bidang kependidikan

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang

kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat

4. Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang

pengembangan bidang kependidikan

Visi dan misi tersebut kemudian menjadi dasar penetapan tujuan-

tujuan yang ingin dicapai oleh FKIP UNS, yakni sebagai berikut:

1. Menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi kumulatif tinggi dan

berkepribadian pendidik serta masa studi dan masa tunggu makin pendek

2. Menghasilkan penelitian dan pengembangan yang semakin meningkat

dalam kualitas maupun kuantitas

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang semakin meningkat

dalam kualitas maupun kuantitas

4. Menghasilkan produk-produk inovatif dalam bidang kependidikan

Selanjutnya, dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka

sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi

serta Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 553/H27/PP/2009

tentang Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam Sistem Kredit Semester,

pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi diterapkan di setiap

institusi/fakultas, yakni Jurusan/Program studi di lingkungan UNS.

Page 80: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Visi dan misi tersebut juga menjadi dasar acuan bagi penyusunan

program dan kebijakan dengan pendekatan pendidikan karakter yang menjunjung

tinggi nilai-nilai karakter dan kecerdasan. Lebih lanjut, strategi/pendekatan untuk

melaksanakan pendidikan karakter untuk mencapai visi berkarakter kuat dan

cerdas disusun sesuai dengan program dan kebijakan yang telah ditetapkan.

Kemudian program serta pembelajaran KBK diaplikasikan secara nyata dalam

kehidupan kampus, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian,

maupun pengabdian masyarakat, serta pengembangan IPTEKS (Ilmu

Pengetahuan, Teknologi, dan Seni).

Dalam pelaksanaan inilah akan terlihat bagaimana perilaku mahasiswa

dalam kehidupan kampus, apakah sudah berjalan sesuai dengan indikator-

indikator nilai karakter yang dilaksanakan melalui pendidikan karakter untuk

menuju visi berkarakter kuat dan cerdas. Sehingga dari keseluruhan pelaksanaan

pendidikan karakter yang meliputi program maupun kurikulum dalam kehidupan

kampus, sebagai proses pembentukan dan pengembangan karakter serta

kecerdasan warga kampus, akan menghasilkan output mahasiswa yang

berkarakter kuat dan cerdas.

Page 81: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir

Pelaksanaan dalam Kehidupan Kampus

Perilaku Mahasiswa

Visi dan Misi FKIP UNS

Program dan kebijakan FKIP UNS

Tujuan FKIP UNS

Output Mahasiswa Berkarakter Kuat dan Cerdas

Lingkungan Kampus FKIP UNS

Dosen, staf, sarana prasarana, fasilitas, dll

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Strategi/pendekatan Berkarakter Kuat dan Cerdas

Page 82: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. FKIP UNS mengusung visi menjadi LPTK

penghasil

Rumusan visi tersebut mengandung cita-cita dan tujuan FKIP UNS untuk

mencetak calon tenaga pendidik yang memiliki karakter, kompeten, dan cerdas.

Lebih lanjut, visi tersebut dijabarkan dalam rumusan misi FKIP UNS sebagai

berikut:

5. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan secara efektif

untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul, berdaya saing

tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

6. Melaksanakan penelitian yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran serta mampu menjadi penghasil bagi berbagai kegiatan inovatif

dalam bidang kependidikan

7. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang

kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat

8. Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang

pengembangan bidang kependidikan

FKIP UNS terdiri dari 6 jurusan, yaitu Jurusan Ilmu Pendidikan,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Jurusan

Pendidikan Teknik dan Kejuruan, dan Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan. Penelitian tentang pelaksanaan pendidikan karakter untuk mencapai

visi FKIP UNS ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang terdiri dari 5 program studi, yaitu Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi,

Prodi Pendidikan Geografi, Prodi Pendidikan Sejarah, Prodi Pendidikan PPKn,

Page 83: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

dan Prodi Pendidikan Ekonomi. Di mana Prodi Pendidikan Ekonomi terdiri dari 3

Bidang Keahlian Khusus, yaitu BKK Pendidikan Tata Niaga, BKK Pendidikan

Akuntansi, dan BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran.

Lokasi ini dipilih karena Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan jurusan dengan jumlah program studi paling banyak yang ditambah

dengan 3 BKK, sebagai bagian dari FKIP UNS yang merupakan sasaran visi

berkarakter kuat dan cerdas, sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan data

dan informasi yang dibutuhkan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan lamanya penelitian ini berlangsung,

mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian, yakni dari

bulan Agustus 2012 hingga bulan Januari 2013. Namun tidak menutup

kemungkinan adanya perubahan waktu yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang diperlukan dalam penelitian. Adapun jadwal penelitian adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian

No Jadwal Kegiatan

2012 2013

Agust Sept Okt Nov Des Jan

1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Perizinan

4. Penelitian dan Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penulisan Laporan Akhir

Page 84: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif yang

dilakukan pada suatu obyek dan mengkondisikan seperti apa adanya. Adapun

yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah menitikberatkan pada proses

yang diambil dari fenomena-fenomena yang ada kemudian ditarik suatu

kesimpulan elitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang- g,

2007:4). Maka, dalam penelitian tentang pelaksanaan pendidikan karakter untuk

mencapai visi FKIP UNS di jurusan P IPS ini, mengamati bagaimana berjalannya

kehidupan mahasiswa di kampus terkait dengan aplikasi Berkarakter Kuat dan

Cerdas.

Dalam hal ini, Sugiyono (2006:9) mengungkapkan tentang teknik

pengumpulan data dan analisis data dari metode penelitian kualitatif, yakni bahwa

etode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi . Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang digunakan

untuk meneliti kondisi obyek alamiah berupa data deskriptif yang berbentuk kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam

penelitian mengenai penerapan nilai-nilai berkarakter kuat dan cerdas ini peneliti

mengumpulkan data tentang pemahaman dan pengaplikasiannya dalam perilaku

sehari-hari mahasiswa, mengolah data yang didapat baik dari mahasiswa maupun

dosen dan pejabat kampus, lalu menganalisis dan mengiterpretasikannya.

Sedangkan Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa yang dimaksud metode

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

Page 85: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

sumber adalah berupa data verbal dan peneliti menulisnya berupa deskriptif dari

apa yang didapat di lapangan.

Menurut Sutopo tugas peneliti dalam penelitian kualitatif yaitu

Menggambarkan atau menjelaskan tentang situasi yang sebenarnya untuk

meliputi pada latar ilmiah dan individu secara holistik (utuh) yaitu tidak

mengisolasi individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi

sebagai bagian dari keutuhan atau keseluruhan.

Selain itu, Basrowi dan Suwandi (2008:1-

kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman tentang kenyata

Moleong (2007:6) mensintesiskan bahwa

memahami tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya secara holistik yang dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dalam bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subyek penelitian meliputi persepsi, tindakan, serta perilaku secara holistik dan

naturalistik. Penafsiran kualitatif secara interpretif atas pengalaman manusia

dengan menggunakan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan

metode yang sistematis. Penelitian ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan

pendidikan karakter dalam upaya pencapaian visi FKIP di Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang mengambil

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggambarkan obyek

Page 86: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

yang menjadi pokok permasalahannya dengan mengumpulkan, menyusun,

mengklasifikasikan lalu menganalisis dan menginterpretasikannya. Di mana

obyek realitas adalah bagaimana para informan mendeskripsikan pemahaman dan

pelaksanaan visi berkarakter kuat dan cerdas dalam proses kehidupan kampus

FKIP UNS dan peneliti mengintepretasikannya sesuai dengan fenomena atau

permasalahan yang ada dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter untuk

mencapai visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas tersebut.

Metode deskriptif lebih memusatkan pada penemuan fakta

sebagaimana keadaan sebenarnya di lapangan, sehingga penelitian deskriptif

membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Sesuai

dengan permasalahan yang diteliti yakni mengenai proses dan hasil pelaksanaan

pendidikan karakter dalam upaya pencapaian visi FKIP UNS di jurusan P IPS,

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, karena penelitian ini berupaya memaparkan obyek-obyek yang diteliti

berdasarkan fakta pada masa sekarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadari

Nawawi, et al (2005:73) bahwa

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya. Penelitian ini mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan

mendalam mengenai kondisi faktual tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut

apa adanya di lapangan studinya. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka

dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena

penelitian ini akan menggambarkan secara jelas dan sistematis keadaan yang ada

secara menyeluruh dan mendalam mengenai kondisi dan fakta tentang

pelaksanaan pendidikan karakter yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di

jurusan P IPS.

Page 87: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

k

berupa studi etnografis, penelitian grounded, ataupun pendekatan lainnya,

selalu terikat dengan kekhususan karakteristik dari konteksnya yang dipilih

berdasarkan pertimbangan tertentu, dan dijadikan sasaran penelitian. Lebih lanjut,

dalam penelitian kualitatif, tingkatan penelitian hanya dibedakan dalam penelitian

studi kasus terpancang dan studi kasus tidak terpancang. Penelitian ini

menggunakan penelitian studi kasus terpanca

2006:139). Maka, penelitian ini memfokuskan pada suatu masalah yang sudah

ditetapkan sebelumnya, yakni tentang pemahaman dan perilaku mahasiswa terkait

dengan pelaksanaan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi FKIP UNS.

Selanjutnya, jenis penelitian kualitatif dibedakan menjadi dua, yaitu

studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Penelitian ini menggunakan studi kasus

tunggal yang terarah pada sasaran dengan satu karakteristik, seperti yang

pada satu sasaran, di mana dalam hal ini penelitian dilakukan di satu lokasi, yakni

di jurusan P IPS FKIP UNS.

Maka, penelitian kualitatif deskriptif ini dilakukan di lingkup jurusan P

IPS FKIP UNS yakni, di Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Prodi

Pendidikan Ekonomi, Prodi Pendidikan Geografi, Prodi Pendidikan Sejarah, dan

Prodi Pendidikan PPKn, dengan subyek penelitian dari mahasiswa dan dosen

jurusan P IPS FKIP UNS untuk menginterpretasikan pemahaman dan pelaksanaan

pendidikan karakter untuk mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas dalam

kegiatan keseharian di lingkungan kampus, baik dalam pendidikan dan

pengajaran, penelitian, maupun pengabdian masyarakat, serta pengembangan

IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) sebagai upaya mencapai visi

FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas.

Page 88: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

C. Data dan Sumber Data

Penelitian ilmiah memerlukan data atau informasi yang relevan dengan

persoalan yang dihadapi sehingga mengena dan tepat. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan 2 jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Menurut Lofland d

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain- Dengan demikian sumber data

utama dalam penelitian ini ialah berupa kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan

tindakan merupakan sumber data yang peneliti dapatkan dari lapangan dengan

mengamati atau mewawancarai informan yang telah ditentukan. Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang proses dan

hasil pelaksanaan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi FKIP UNS oleh

mahasiswa dan dosen di Jurusan P IPS yang terlibat langsung dalam proses

pelaksanaannya berupa hasil wawancara dan hasil observasi.

2. Data sekunder

umber data bisa

dikelompokkan jenis dan posisinya, mulai dari yang paling nyata sampai dengan

yang paling samar-samar, dan mulai dari yang paling terlibat sampai yang bersifat

-data penguat yang didapat dari sumber

bacaan dan berbagai macam sumber lainnya baik pribadi maupun publik, yang

terdiri dari surat-surat, buku harian, serta laporan rapat, buletin resmi, usul-usul

kebijakan, dan berbagai dokumen resmi pemerintahan. Data sekunder juga dapat

berupa buku, majalah, buletin, jurnal, hasil survei, studi historis, dan sebagainya.

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan

melengkapi informasi yang telah peneliti dapatkan melalui wawancara maupun

observasi di lapangan. Data sekunder yang digunakan oleh peneliti antara lain

dokumen, arsip-arsip, dan laporan yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan

karakter sesuai visi FKIP UNS, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku

tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Page 89: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Sumber Data

Dalam menentukan sumber data, peneliti harus benar-benar berpikir

mengenai kemungkinan kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan. Sumber

data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai data dalam suatu

litian kualitatif

terdiri dari narasumber atau informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi,

menggunakan sumber data berupa narasumber (informan), peristiwa atau

aktivitas, lokasi penelitian serta penggunaan dokumen dan foto-foto.

1. Narasumber (informan)

Narasumber atau informan adalah orang-orang yang dipandang

memahami permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan

informasi kepada peneliti. Sutopo (2002:57-

kualitatif posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting

Peneliti dan narasumber di dalam penelitian memiliki posisi yang

sama. Narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada apa yang diminta

peneliti, tetapi ia lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang

ia miliki. Selain itu, setiap tingkah laku informan juga merupakan sumber

informasi data. Informan yang peneliti ambil untuk mengumpulkan data terdiri

dari pimpinan fakultas (Dekan), pimpinan jurusan (Ketua Jurusan), serta dosen

dan mahasiswa dari 5 Program Studi yang ada dalam lingkup jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi, prodi

Pendidikan Ekonomi, prodi Pendidikan Geografi, prodi Pendidikan Sejarah, dan

prodi Pendidikan PPKn.

2. Peristiwa, aktivitas, perilaku

Data atau informasi juga dapat diperoleh dari peristiwa atau aktivitas

dan perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitian.

Dengan mengamati peristiwa dan perilaku yang terjadi, peneliti bisa mengetahui

proses tentang bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena

Page 90: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

menyaksikannya sendiri secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo

(2002:58-59) bahwa

peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak. Sedangkan aktivitas merupakan kegiatan rutin yang berulang atau yang bisa juga hanya satu kali terjadi, aktivitas yang formal dan juga yang tidak formal, yang tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati siapa

Di sini peneliti akan mengamati narasumber (informan) seputar

perilaku dan aktivitas mahasiswa yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan

karakter untuk mencapai visi FKIP UNS, yang dapat dilihat dari kedisiplinan

menaati peraturan (seragam putih-gelap setiap hari Senin-Selasa), kegiatan dan

keaktifan dalam perkuliahan, capaian IPK, cara berinteraksi dan bersosialisasi

dengan teman dan dosen, dan lain-lain. Tidak hanya sebatas mengamati aktivitas

dan perilaku saja tetapi peneliti juga berusaha memahami aktivitas dan perilaku

yang mereka lakukan lewat cerita narasumber secara mendalam.

3. Tempat atau lokasi

Mengenai tempat atau lokasi Sutopo (2002:60) berpendapat bahwa,

dilakukan, bisa digali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat

sa

memperoleh informasi yang berkaitan dengan peristiwa atau perilaku yang terjadi,

atau bahkan yang berkaitan dengan sikap dan persepsi para pelakunya.

Lokasi dan lingkungan FKIP UNS merupakan salah satu komponen

yang mendukung dalam penelitian ini karena dengan mengamati lokasi dan

lingkungan kampus, peneliti mampu mengkaji secara subjektif mengenai keadaan

kampus untuk memungkinkan menarik kesimpulan yang berkaitan dengan

permasalahan proses dan hasil penerapan pendidikan karakter dalam upaya

mencapai visi FKIP UNS dalam kehidupan kampus.

4. Dokumen, arsip, dan gambar

Page 91: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Dalam penelitian ini, dokumen yang dapat digunakan adalah penelitian-penelitian

serupa yang telah dilakukan, baik di tempat yang sama maupun di tempat yang

berbeda. Dokumen, arsip-arsip, dan laporan yang terkait dengan visi FKIP UNS

serta peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang Pendidik dan Tenaga

Kependidikan. Sedangkan gambar yang digunakan dalam penelitian berupa foto-

foto yang berkaitan dengan aktivitas subyek di lapangan. Menurut Sutopo

masalah yang dikaji, misalnya gambar peta, potret, dan juga gambar buatan

D. Teknik Pengambilan Informan

Di dalam penelitian kualitatif, yang digunakan untuk pengambilan

informan sangat selektif. Informan mempunyai fungsi yang sangat bermakna

sebagai sumber informasi permasalahan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik purposive sampling yaitu informan diambil tidak ditekankan

pada jumlah melainkan ditekankan pada kekayaan informasi yang dimilikinya

sebagai sumber data. Menurut Patton yang dikutip Sutopo (2002: purposive

adalah peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga

kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

informan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yakni yang dianggap

memiliki kekayaan informasi atau dianggap paling tahu tentang permasalahan

yang diteliti.

purposive

sampling yaitu teknik mendapatkan informasi dengan memilih individu-individu

yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat

diperca

purposive sampling, peneliti tidak menjadikan semua orang sebagai informan,

tetapi peneliti memilih informan yang dipandang tahu dan cukup memahami

Page 92: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang terkait dengan upaya pencapaian

visi FKIP UNS dalam kehidupan kampus khususnya di lingkungan jurusan P IPS.

Hal ini didasarkan pada kriteria khusus terutama untuk informan mahasiswa,

yakni mahasiswa tingkat 3 atau lebih yang dipandang telah mengalami proses

pendidikan karakter di jurusan P IPS.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang disebut

wawacara mendalam (in-depth interviewing).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara

mendalam (in-depth interviewing) untuk memperoleh berbagai data yang

berkaitan dengan permasalahan kesenjangan antara indikator nilai berkarakter

kuat dan cerdas dengan realitas persepsi dan perilaku yang terjadi di jurusan P

dilakukan pada waktu dan kondisi konteks yang dianggap paling tepat guna

ini bersifat

terbuka, tidak terstruktur, sehingga wawancara dapat dilakukan berulang-ulang

pada informasi yang sama agar informasi yang diperoleh mantap dan jelas.

semistruktur/mendalam (in-depth interview) adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat, dan ide-

Page 93: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana persepsi, strategi, dan perilaku

sebagai proses dan hasil pelaksanaan pendidikan karakter untuk mencapai visi

FKIP UNS. Peneliti juga menerapkan teknik face to face sehingga peneliti dapat

mengungkap secara langsung keterangan dari informan tanpa melalui perantara.

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati perilaku atau aktivitas dan

memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek,

sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik

memperoleh pemahaman mengenai proses dan tindakan suatu obyek yang diteliti

yaitu manusia, tempat, dan situasi sosial. Sutopo (2002:64) mengungkapkan

a. Observasi tak berperan, yaitu kehadiran peneliti dalam observasi sama sekali tidak diketahui oleh subyek yang diamati.

b. Observasi berperan pasif, kehadiran peneliti di dalam lokasi menunjukkan peran yang paling pasif, sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh subyek yang diamati dan hal itu membawa pengaruh pada yang diamati.

c. Observasi berperan aktif. Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peran tersebut hanya bersifat sementara.

d. Observasi berperan penuh, peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi berperan

pasif, di mana peneliti mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh

obyek penelitian. Teknik pengumpulan data dengan observasi berperan pasif

bermanfaat bagi peneliti untuk mendapatkan data deskriptif faktual dan terinci

mengenai perilaku informan dalam pelaksanaan pendidikan karakter dalam

pencapaian visi FKIP UNS di jurusan P IPS. Data yang didapat dari observasi

meliputi penampilan fisik informan dan tingkah laku informan, dalam hal ini

Page 94: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

berkaitan dengan kedisiplinan menaati peraturan (seragam putih-gelap setiap hari

Senin-Selasa), kegiatan dan keaktifan dalam perkuliahan, capaian IPK, cara

berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman dan dosen, dan lain-lain. Dalam

kegiatan observasi ini, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang dan

mendengarkan apa yang mereka ucapkan.

3. Analisis Dokumen

atau sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa tertentu dan dapat dimanfaatkan

(2006:82)

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan sejarah kehidupan

(life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen berbentuk karya

misalnya karya seni dapat berupa gambar patung, dan lain-lain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.

Menurut Hadari Nawawi (1995:

cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi

bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik sumber maupun

buku-buku, koran, majalah, dan lain- knik yang

dilakukan adalah menganalisis dokumen dan arsip dengan cara mengamati,

mencatat, dan menyimpulkan apa yang tersirat dalam setiap arsip yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, kemudian berusaha untuk memahami

maknanya. Dokumen dan arsip serta gambar yang dimaksudkan adalah arsip-arsip

dan laporan yang terkait dengan visi FKIP UNS serta gambar potret yang

berkaitan dengan perilaku mahasiswa dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

F. Uji Validitas Data

Dalam penelitian, data yang berhasil dikumpulkan perlu diuji

kebenarannya. Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya, maka perlu dilakukan uji validitas data. Validitas data merupakan

Page 95: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

pengujian data dalam penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

atau tidak. Dalam penelitian ini, uji validitas data menggunakan metode

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandin

Maksudnya adalah data yang diperoleh akan diuji keabsahannya dengan cara

mengecek kepada sumber lain sehingga dihasilkan suatu kebenaran.

Menurut Patton yang dikutip Sutopo (2002:77-85) dinyatakan bahwa

untuk mendapatkan data yang valid dalam suatu penelitian digunakan empat

macam trianggulasi, yaitu:

1. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber, yaitu mengarahkan peneliti agar di

dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data

yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap

kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda.

2. Trianggulasi metode, yaitu dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan

data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan

data yang berbeda.

3. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari

beberapa peneliti.

4. Trianggulasi teori, yaitu dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data atau

sumber. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber dilakukan dengan cara

membandingkan data yang diperoleh dari informan satu dengan informan yang

lain, data aktivitas atau peristiwa, serta data dokumen, arsip dan gambar yang

diperoleh selama penelitian.

G. Analisis Data

pengorganisasian data ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar

Page 96: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

proses pengumpulan data. Analisis data diperoleh dengan cara mengorganisasikan

dan mengurutkan data ke dalam kelompok tertentu.

Penelitian ini menggunakan model teknik analisis data interaktif.

komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh peneliti kualitatif. Tiga

komponen tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan

menggunakan teknik analisis deskriptif, maka ketiga komponen utama tersebut

diawali dengan pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya keempat komponen

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

antara lain wawancara mendalam, observasi langsung dan analisis dokumen.

Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dan

akan dihentikan bila data yang diperlukan telah memadai untuk penarikan

kesimpulan.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penyederhanaan, pengabstraksian, dan pentransformasian data kasar dari

lapangan. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan

ditransformasikan dalam berbagai cara seperti melalui seleksi yang ketat, melalui

uraian singkat, maupun menggolongkan dalam klasifikasi yang telah ditentukan.

Proses ini berlangsung terus selama penelitian dilakukan. Fungsinya untuk

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik.

3. Penyajian data

Penyajian data merupakan kegiatan mengorganisasikan data dan

informasi yang telah direduksi secara sistematis untuk memungkinkan penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa

Page 97: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

teks naratif, gambar/skema, grafik, maupun tabel. Penyajian data harus tertata

secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami mengenai

berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang memungkinkan peneliti

melakukan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman

tersebut.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang

berupa gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak akan

terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus

diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.

Untuk itu peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan,

penelusuran data kembali, melihat lagi field note sehingga kesimpulan penelitian

lebih bisa dipercaya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan bekerja secara siklus, artinya kegiatan

tersebut merupakan sesuatu yang saling menjalin pada sebelum, selama, dan

sesudah pengumpulan data di lapangan berdasarkan sumber data yang ada.

Model interaktif dalam analisis data sebagaimana dikatakan di atas,

oleh Sutopo (2002:96) dapat dapat dibuat bagan seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

(Sumber: Sutopo, 2002: 96)

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan

Page 98: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang

harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Menurut Sutopo (2002:187-190)

teratur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Bogdan

dan Suwandi, 2008:84-92).

Untuk kegiatan analisis intensif ini terdiri dari kegiatan analisis data

dan tahapan akhir yaitu tahap penulisan laporan. Keempat tahapan tersebut ialah

sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing.

b. Mengumpulkan bahan/sumber materi penelitian.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Mengurus perijinan penelitian.

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

a. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi

berperan pasif, dan analisis dokumen.

b. Membuat field note

c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.

3. Tahap Analisis Data

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan proposal

penelitian.

b. Melakukan analisis awal.

c. Mengembangkan penyajian data dengan analisis lanjut kemudian dicek

ulang dengan temuan di lapangan.

d. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data.

Page 99: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

e. Membuat kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Tahap Penulisan Laporan

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan, yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan

orang yang cukup memahami penelitian.

c. Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi.

d. Penyusunan laporan akhir.

Page 100: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian

Universitas Sebelas Maret, diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976

dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 1976, tanggal

8 Maret 1976, yang semula bernama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret,

disingkat UNS, yang merupakan penyatuan dari lima unsur perguruan tinggi yang

ada di Surakarta pada waktu itu, yaitu terdiri dari:

1. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta

2. Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Negeri Surakarta

3. Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta yang sudah diintegrasikan

ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta

4. Universitas Gabungan Surakarta (UGS), merupakan gabungan beberapa

Universitas Swasta di Surakarta, yaitu Universitas Islam Indonesia cabang

Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945 cabang Surakarta, Universitas

Cokroaminoto Surakarta, dan Universitas Nasional Saraswati Surakarta

5. Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN)

Veteran cabang Surakarta

Saat ini Universitas Sebelas Maret termasuk sepuluh universitas

terbaik di Indonesia menurut webometrik. UNS terdiri atas sembilan fakultas,

yaitu; (1) Fakultas Teknik; (2) Fakultas Pertanian; (3) Fakultas Sastra dan Seni

Rupa; (4) Fakultas MIPA; (5) Fakultas Hukum; (6) Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik; (7) Fakultas Ekonomi; (8) Fakultas Kedokteran; dan (9) Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Menyangkut dengan penelitian tentang

pendidikan karakter, fokus utama dalam penelitian ini ialah pelaksanaan

pendidikan karakter yang secara jelas tercantum dalam visi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yaitu menjadi LPTK penghasil

dan pengembang tenaga kependidikan berkarakter kuat dan cerdas.

Page 101: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

FKIP UNS terletak di kampus induk Universitas Sebelas Maret yang

beralamatkan di Jl. Ir. Sutami 36 A Ketingan, Jebres, Surakarta, di mana fakultas

ini letaknya paling belakang atau di sebelah utara berdekatan dengan pintu masuk

gerbang belakang kampus. Fakultas ini berbatasan sebelah timur dengan gedung

Pasca Sarjana UNS, sebelah barat dengan gedung Fakultas Hukum UNS, vihara,

pura, dan gereja kampus, sebelah selatan dengan gedung UPT Mata Kuliah

Umum, dan sebelah utara dengan Masjid Kampus Nurul Huda UNS sehingga

membuat letak FKIP UNS menjadi strategis. Namun, terdapat beberapa jurusan

yang tersebar di beberapa lokasi selain di kampus Kentingan, antara lain Jurusan

Ilmu Pendidikan kampus Kleco dan Kebumen, Jurusan Pendidikan Teknik

Kejuruan kampus Pabelan, serta Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

kampus Ngoresan dan Manahan.

Dalam perjalanannya, program studi yang terdapat di FKIP UNS

mengalami beberapa perubahan. Pada tahun akademik 1997/1998 program studi

yang ada di FKIP UNS mengacu pada SK Dirjen Dikti No. 222/Dikti/Kep/1996

tanggal 11 Juli 1996. Berdasarkan SK tersebut program studi di lingkungan FKIP

UNS sebanyak 16 program studi. Pada bulan Desember 2000, berdasarkan SK

DIKTI Depdiknas No. 442/DIKTI/KEP/2000 tanggal 20 Desember tentang

pembentukan Program Studi S1 Pendidikan Sosiologi Antropologi di UNS, maka

mulai Tahun Akademik 2001/2002 secara resmi Program Studi Pendidkan

Sosiologi-Antropologi dibuka di bawah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial FKIP UNS. Sesuai dengan surat keputusan Dirjen Dikti nomor

400a/Dikti/Kep/1992 dan nomor 400b/Dikti/Kep/1992 FKIP UNS merupakan

salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia yang

mendapat tugas menyelenggarakan Program D-2 PGSD baik guru kelas maupun

guru pendidikan jasmani. Berdasarkan surat Dirjen Dikti nomor 4856/D/T/2004

FKIP UNS diizinkan menyelenggarakan Program Pendidikan Taman Kanak-

kanak baik jenjang D-2 maupun S-1. Dengan demikian di FKIP sekarang ada 6

jurusan dengan 19 program studi.

Page 102: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Program studi yang ada pada masing-masing jurusan di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yaitu:

1. Jurusan Ilmu Pendidikan (IP), dengan program studi:

a. Pendidikan Luar Biasa (Pendidikan Khusus)

b. Bimbingan dan Konseling (BK)

c. Pendidikan Guru Sekoah Dasar (PGSD)

d. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD)

2. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS), dengan program

studi:

a. Pendidikan Ekonomi, yang terdiri atas:

1) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga

2) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

3) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran

b. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

c. Pendidikan Geografi

d. Pendidikan Sejarah

e. Pendidikan Sosiologi-Antropologi

3. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (P.MIPA),

dengan program studi:

a. Pendidikan Matematika

b. Pendidikan Fisika

c. Pendidikan Kimia

d. Pendidikan Biologi

4. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (PBS), dengan program studi:

a. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

b. Pendidikan Bahasa Inggris

c. Pendidikan Seni Rupa

d. Pendidikan Bahasa Jawa

5. Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan (PTK), dengan program studi:

a. Pendidikan Teknik Mesin

b. Pendidikan Teknik Bangunan

Page 103: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

6. Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (POK), dengan program

studi:

a. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

b. Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan yang menjadi lokasi penelitian adalah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang terletak di

gedung C FKIP UNS. Jurusan P.IPS ini merupakan jurusan dengan jumlah

program studi terbanyak, yaitu sebanyak 5 program studi, seperti yang telah

disebutkan di atas. Jurusan P.IPS dipimpin oleh seorang ketua jurusan yakni

Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd dengan dibantu oleh seorang sekretaris jurusan

yakni Bapak Drs. Sunarto, M.M. Berikut daftar nama ketua dan sekretaris prodi di

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Ekonomi

Kaprodi : Dr. Wiedy Murtini, M.Pd

Sekprodi : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Kaprodi : Dr. Sri Haryati, M.Pd

Sekprodi : Dr. Triyanto, M.Hum

3. Pendidikan Geografi

Kaprodi : Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si

Sekprodi : Dra. Inna Prihatini, MS

4. Pendidikan Sejarah

Kaprodi : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd

Sekprodi : Drs. Herimanto, M.Pd

5. Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Kaprodi : Drs. MH. Sukarno, M.Pd

Sekprodi : Drs. Slamet Subagya, M.Pd

Jurusan P.IPS memiliki berbagai fasilitas yang dapat menunjang dalam

proses perkuliahan, antara lain ruang perkuliahan yang terdapat di gedung A, B,

Page 104: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

maupun C, aula yang terletak di gedung C lantai 2, mushola yang terletak di

gedung C lantai 2, serta hotspot area di area selter dan lobi gedung. Selter

maupun lobi yang dilengkapi dengan hotspot area dimanfaatkan mahasiswa untuk

melakukan berbagai kegiatan, seperti diskusi, belajar kelompok, internetan dan

lain sebagainya. Hal ini mendukung pengembangan karakter mahasiswa yang

komunikatif dan kreatif.

Jurusan P.IPS juga berdekatan dengan Perpustakaan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang terletak di gedung B. Perpustakaan

merupakan sarana pendukung yang menyediakan buku referensi kuliah sebagai

sumber pembelajaran. Sarana yang ada di perpustakaan antara lain buku, jurnal,

karya ilmiah dan sumber belajar lainya, komputer, printer, televisi, meja dan kursi

yang menjadi pendukung mahasiwa dalam mencari sumber belajar. Perpustakaan

juga menunjang dalam pengembangan karakter mahasiswa yang gemar mambaca

dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu, jurusan P.IPS yang

berdekatan dengan tempat peribadatan seperti masjid Nurul Huda, gereja kampus,

vihara serta pura mendukung dalam penciptaan suasana kampus yang religius.

Lebih lanjut, Jurusan P.IPS sebagai bagian dari Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret memberikan prioritas tersendiri

terhadap penampilan. Hal ini terlihat dari adanya aturan dalam berbusana.

Peraturan tersebut tercantum di dalam buku pedoman akademik FKIP UNS (2010:

31) bahwa khusus hari Senin dan Selasa mahasiswa mengenakan pakainan rapi

tidak ketat, atasan putih dan bawahan gelap. Ini merupakan salah satu upaya untuk

mewujudkan visi FKIP UNS membentuk guru berkarakter kuat dan cerdas yang

dimulai dengan pendisiplinan melalui cara berbusana. Penampilan menjadi bagian

penting dalam membangun citra guru yang berkarakter.

Dengan demikian, lingkungan Jurusan P.IPS sebagai tempat

berinteraksi warga kampus, baik dosen, staf maupun mahasiswa diupayakan

menjadi lingkungan yang kondusif dalam mendukung pembentukan dan

pengembangan karakter calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas, sesuai

dengan visi FKIP UNS. Hal ini dibuktikan dengan proses belajar mengajar yang

Page 105: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

dibentuk sedemikian rupa sehingga menunjang pengembangan karakter jujur,

kerja keras, dan cerdas. Selanjutnya, adanya pendisiplinan tata cara berbusana

pada hari Senin dan Selasa, di mana mahasiswa mengenakan pakainan rapi tidak

ketat, atasan putih dan bawahan gelap sebagai upaya pembentukan citra guru yang

sederhana. Selain itu, hotspot area dan perpustakaan yang dimanfaatkan

mahasiswa untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti diskusi, belajar kelompok,

internetan dan lain sebagainya diciptakan sedemikian rupa sehingga mendukung

proses pengembangan karakter mahasiswa yang komunikatif, kreatif, gemar

membaca, dan ingin tahu.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh selama penelitian,

maka langkah selanjutnya ialah melakukan analisis terhadap data tersebut guna

menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan pada awal

penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian disusun secara sistematis

sehingga mempermudah peneliti dalam menarik kesimpulan. Deskripsi hasil dan

analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan data yang dimiliki sesuai

dengan pokok permasalahan yang dikaji pada penelitian ini yaitu pelaksanaan

pendidikan karakter untuk mencapai visi FKIP UNS, yakni menjadi LPTK

penghasil dan pengembang tenaga kependidikan berkarakter kuat dan cerdas.

Rumusan masalah yang pertama yakni mengenai persepsi mahasiswa

terhadap pendidikan karakter sesuai konsep visi FKIP UNS berkarakter kuat dan

cerdas. Rumusan masalah kedua yakni strategi pelaksanaan visi FKIP UNS

khususnya di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini mencakup

indikator pencapaian visi FKIP UNS, serta strategi penanaman dan pengawasan

terhadap indikator yang telah dirumuskan oleh FKIP UNS.

Sedangkan rumusan masalah yang ketiga yaitu mengenai perilaku

mahasiswa dalam proses implementasi visi FKIP UNS. Hal ini mencakup apakah

perilaku mahasiswa sudah sesuai dengan indikator yang dirumuskan oleh FKIP

Page 106: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

UNS, penyimpangan yang dilakukan, serta bagaimana menanggapi penyimpangan

tersebut. Untuk lebih jelas, berikut uraian analisisnya:

1. Persepsi Konsep Berkarakter Kuat dan Cerdas

Berkarakter kuat dan cerdas menjadi rumusan utama dalam visi yang

diusung oleh FKIP UNS. Sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK), FKIP berusaha menghasilkan dan mengembangkan tenaga

kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas. Rumusan ini mencakup

kepribadian unggul, profesionalitas, kecerdasan, dan keluasan wawasan. Rumusan

berkarakter kuat dan cerdas pun berusaha ditanamkan dalam diri setiap

mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa secara personal maupun kelompok, dosen

dan para staf tenaga kependidikan pun diharapkan mampu memberikan contoh

yang dapat diteladani para mahasiswa.

Visi FKIP untuk menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga

kependidikan berkarakter kuat dan cerdas diakui Pak Syarif memang diarahkan

sebagai satu konsep pendidikan karakter. Hal ini untuk membentuk karakter

mahasiswa FKIP yang merupakan calon guru agar memiliki ciri-ciri yang khas

dan berbeda dengan mahasiswa fakultas lain.

terutama karena kita FKIP sebagai LPTK kan mestinya harus beda dengan fakultas yang lain, bagaimana karakter mahasiswa dari FKIP itu kan mestinya kan berbeda dengan yang lain. Nah dengan visi semacam itu kan nanti akan memberikan ciri-ciri tertentu dari apa yang

Hal yang senada disampaikan oleh informan lain. Menurut Titik,

sasaran dari visi berkarakter kuat dan cerdas adalah sumber daya manusia di FKIP

yaitu mahasiswa sebagai calon pendidik. Mengenai penjabarannya, informan

berpendapat bahwa berkarakter itu berarti mahasiswa calon pendidik harus

mempunyai suatu karakter atau kelebihan yang mencirikan dirinya sebagai

seorang calon pendidik. Sedangkan yang dimaksud dengan cerdas mencakup

kecerdasan sikap, kepribadian, dan pemikiran.

Page 107: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

dia hanya bisa mengajar tetapi dia juga bisa mendidik anak didiknya sehingga bangsanya akan menjadi maju. Nah..cerdasnya kan kita sebagai Sumber Daya Manusia yang istilahnya kita sebagai seorang calon pendidik, kalau seandainya kita nggak cerdas bagaimana kita bisa mendidik anak didik kita. Ya..cerdas itu kan perpaduan antara

Sebagai seorang calon pendidik, mahasiswa FKIP dibekali dengan

kemampuan, kompetensi, serta karakter yang memberikan ciri-ciri yang khas pada

dirinya sehingga berbeda dengan mahasiswa dari fakultas yang lain. Ciri-ciri

inilah yang berusaha dibentuk pada diri setiap mahasiswa FKIP dengan rumusan

berkarakter kuat dan cerdas.

Visi berkarakter kuat dan cerdas merupakan cita-cita FKIP dalam

membentuk dan mengembangkan calon tenaga pendidik dan kependidikan yang

handal dan profesional. Hal ini diakui oleh Pak Faizal, selaku Dekan FKIP

sebagai kepribadian yang sepantasnya dan semestinya dimiliki oleh seorang guru.

oses perenungan yang cukup dalam, untuk berpikir bagimana

agar calon pendidik itu berkepribadian sebagai guru yang handal, sebagai guru

Sebagai rumusan utama yang diusung oleh FKIP UNS, visi

berkarakter kuat dan cerdas memiliki penjabaran yang kompleks. Visi berkarakter

kuat dan cerdas harus terintegrasi dalam kurikulum setiap program studi. Hal ini

berarti bahwa kurikulum harus mencakup mata kuliah-mata kuliah yang berisi

tentang pendidikan karakter, antara lain mengenai pengembangan kepribadian,

etika profesi, kewirausahaan, maupun pendidikan agama. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari bu Dini.

di dalam kurikulum. Ya..kalau di dalam kurikulum di Pendidikan Ekonomi misalnya di situ ada tentang pengembangan kepribadian misalnya, ada lagi tentang etika, etika profesi misalnya, kemudian juga

(Dini/28/06/2012)

Page 108: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Hal tersebut senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pak

Aryo, bahwa mata kuliah-mata kuliah diarahkan untuk pencapaian visi

berkarakter kuat dan cerdas, di mana hal ini dilakukan melalui penataan

kurikulum nasional yang sesuai dengan visi dan misi FKIP UNS sebagai berikut,

ngka penataan secara kurikulum itu, kita menyatukan antara kurikulum nasional, dan juga kurikulum yang sesuai dengan visi dan misi, sesuai dengan visi dan misi, nanti baik kurikulum yang mata kuliah-mata kuliah itu kita arahkan sesuai dengan visi dan misi.(Aryo/29/06/2012) Secara riil, informan memberikan pendapatnya bahwa visi berkarakter

kuat dan cerdas ini, dalam konteks prodi Pendidikan Geografi, dijabarkan dalam

program kerja, yang kemudian diturunkan ke dalam rencana strategis atau renstra,

yang semuanya tidak menyimpang dari visi misi berkarakter kuat dan cerdas.

menjabarkannya yang pertama di dalam program kerja, program kerja terus kemudian program kerja itu diturunkan dari rencana strategi, renstra, renstra prodi, kami punya renstra prodi, jadi prodi itu kami ambil dari visi dan misi, dan renstra itu tidak..tidak boleh menyimpang

(Aryo/29/06/2012) Lebih lanjut mengenai penjabaran berkarakter kuat dan cerdas,

disampaikan oleh bu Dini, bahwa yang dimaksud dengan orang yang berkarakter

kuat adalah seseorang yang seimbang antara IQ (Intelektual Quotient), EQ

(Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). IQ diharapkan mampu

dibentuk dengan optimalisasi perkuliahan. Mata kuliah-mata kuliah yang ada di

jurusan P IPS diharapkan mendidik ke arah pencerdasan intelektual dan

akademik. EQ merupakan kecerdasan emosi yang berbentuk softskill, di mana

pengembangannya dengan etika profesi keguruan, bahasa, maupun

pengembangan karakter melalui ekstrakurikuler. Sedangkan SQ dikembangkan

dengan optimalisasi pendidikan moral melalui mata kuliah agama.

EQ, dan SQnya, iya kan? Dari SQnya kita dapat mata kuliah Pendidikan Agama, ya kan semua agama, kemudian dari IQnya, dari semua mata kuliah kan itu mendidik ke arah pencerdasan akademiknya

Page 109: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

ya, dan juga kalau EQ, lha itu kan sebetulnya soft skill, jadi bentuk soft skillnya itu, jadi kalau dari karakter, bentukan karakter apa ya? Ya agama ya ada, kemudian ada pembentukan karakter dalam bentuk etika kepribadian ya profesi gurunya, kemudian bahasanya, kemudian

Hal tersebut disepakati oleh informan yang lain. Sari yang merupakan

mahasiswi prodi Pendidikan Ekonomi menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan berkarakter kuat dan cerdas ialah FKIP ingin membentuk calon pengajar

yang berkarakter, serta cerdas yang meliputi cerdas secara intelektual, spiritual,

dan emosional, seperti yang dijabarkannya berikut ini,

mempunyai karakter, kemudian karakter tadi aku pernah baca di bukunya Pak Dekan tapi lupa poin-poinnya apa saja, tapi di situ disebutkan kriteria-kriteria berkarakter itu seperti apa. Terus kemudian kalau cerdas itu, cerdas itu meliputi cerdas dari EQ, IQ, dan SQnya

(Sari/01/05/2012) Yusuf yang merupakan mahasiswa Pendidikan PKn, mengungkapkan

bahwa visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas merupakan tujuan yang

diharapkan dapat dimiliki oleh setiap lulusan FKIP. Oleh karena itu, setiap lulusan

FKIP diharapkan mampu menjaga nama baik almamater dengan berperilaku yang

depannya akan menjadi orang yang berkarakter kuat dan cerdas, di luar nanti dan

Sedangkan informan yang lain mengemukakan bahwa visi berkarakter

kuat dan cerdas ini searah dengan target pendidikan, yakni membentuk manusia

berakhlak dan manusia pembelajar. FKIP berupaya untuk mengembangkan calon

pendidik yang memiliki karakter yang berakhlak dan mampu membelajarkan diri

sendiri serta orang lain.

yang berakhlak atau berkarakter, berkarakter, sehingga itu sebagai bentuk dari ini e..karakter ini, kalau itu sebagai guru, maka sebagai guru itu gimana to? Yang kedua menghasilkan manusia pembelajar, manusia pembelajar, jadi kalau saya itu jadi guru harus tetep, mesti tetep belajar, kalau mau jadi guru yang baik, gitu lho. Nah itu yang

Page 110: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

kedua, sehingga sebenarnya karakter kuat dan cerdas itu yang

FKIP UNS merupakan LPTK yang bertujuan membentuk calon tenaga

kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas. Hal ini dimaksudkan sebagai

kepribadian ideal yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon

guru. Berkarakter kuat dan cerdas sebagai dua komponen yang saling terkait dan

saling membangun bagi pribadi pendidik yang unggul. Berkarakter kuat dan

cerdas kemudian mengilhami setiap sisi kehidupan kampus FKIP, di mana

melibatkan seluruh warga kampus baik pejabat kampus, dosen, staf, maupun

mahasiswa. Oleh karena itu, wajar apabila terdapat berbagai macam pendapat

mengenai penjabaran visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas.

Namun, hal yang berbeda diungkapkan oleh Esty. Esty mengaku tidak

begitu mengetahui tentang visi FKIP. Informan pun agak kebingungan menjawab

pertanyaan saya seputar visi FKIP. Bahkan informan mencampuradukkan visi

FKIP dengan visi prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi. Hal ini

diungkapkannya sebagai berikut,

yang ber..generasi FKIP, yang generasi guru berkarakter kuat, cerdas, dan berakhlak mulia. Soalnya, saya lihatnya di depan gedung F. Dulu saya kan, saya kan jarang lewat situ, tapi dulu itu memang ada tulisannya gitu saya kira, cuma berkarakter kuat dan cerdas, tapi kok pernah saya beberapa kali lihat di situ ditambah berakhlak mulia tadi mbak, oh ganti toh, maksude Tulisan di depan gedung F FKIP UNS yang dimaksudkan Esty hanya

sekarang, namun Esty rancu mencampuradukkannya dengan visi prodi Sosiologi

Antropologi, yakni menjadi program studi penghasil dan pengembang tenaga-

tenaga kependidikan Sosiologi Antropologi berkarakter kuat, cerdas, dan

berakhlak mulia.

Page 111: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Gambar 4.1. Visi Berkarakter Kuat dan Cerdas di Gedung F FKIP UNS

Mengenai jabaran visi FKIP UNS yang dikatakannya pun, informan

cukup bingung menjelaskan. Esty mengkritisi pe

menurut sepengetahuannya bahwa karakter atau watak itu merupakan bawaan dari

lahir, merupakan kondisi faktor biologis yang tidak bisa diubah-ubah.

saya tahu dari dosen itu kalau watak itu sebenernya nggak bisa, watak itu emang udah watak gitu lho, nggak bisa diubah-ubah, kayak bawaan dari faktor biologis, apa itu saya sebenernya nggak ngerti kok itu pemilihan, pemilihan katanya itu karakter gitu lho kenapa nggak apa

teteg maksude yang bener-bener karakter itu kan nggak bisa diubah, nggak bisa diowah-owah Menurut Esty, FKIP ingin menciptakan pendidik yang mempunyai

kepribadian dan mentalitas yang kuat, lebih dari sekedar pintar, serta dapat

dijadikan contoh atau teladan untuk anak didiknya.

tahan terhadap godaan kayak tahan, apa ya, itu mbak berkarakter kuat.

Page 112: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

menurut aku tuh lebih dari sekedar pintar ya, kayak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, kalau pinter kan kayak cuma berkutat di, di ilmu-ilmu itu aja, kalau diterapkannya mungkin belum, belum bisa, ya itu teorinya gitu aja, terus, iya juga bisa diterapkan di kehidupannya sehari-(Esty/25/05/2012) Lebih lanjut, menurut Anwar, informan belum cukup mengetahui

mengenai visi misi FKIP UNS, meskipun saat ini informan sudah semester 6.

Ditambahkannya bahwa yang dimaksud dengan berkarakter kuat dan cerdas ialah

mahasiswa FKIP UNS sebagai calon guru diharapkan menjadi guru yang mampu

memberikan perubahan positif bagi peserta didiknya, serta mampu menciptakan

inovasi-inovasi.

dan cerdas itu begini mbak, kita itu diharapkan, kelak itu menjadi guru yang mampu memberikan perubahan pada murid yang akan kelak kita ajar. Perubahan itu tentunya perubahan yang positif. Cerdas di sini itu yang dimaksud, kita itu apa ya, ya tadi mampu membuat semacam inovasi- Informan yang merupakan mahasiswa Geografi ini, mengungkapkan

bahwa menurut sepengetahuannya mengenai visi FKIP, yang lebih dikenalnya

pada

keseluruhan tubuh FKIP, atau dalam kata lain yakni mahasiswa, dosen, pejabat

keseluruhan tubuh FKIP itu sendiri, nggak..nggak cuma mahasiswa tapi juga

tenaga pengajar dan staf-sta

Oleh karena itu, visi FKIP berusaha dicapai dengan melaksanakan pendidikan

karakter baik dalam kegiatan akademik maupun non-akademik. Pendidikan

karakter bukan hanya tanggungjawab pembuat kebijakan ataupun dosen saja,

melainkan merupakan tanggungjawab bersama setiap elemen lembaga

pendidikan.

Namun sayangnya, menurut informan, warga kampus sebagai sasaran

dari visi FKIP ini belum mencerminkan sikap yang berkarakter kuat dan cerdas.

Mahasiswa baru sekedar mengetahui visi ini sebagai slogan saja, tapi belum

Page 113: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

apa ya, sebatas ucapan saja, untuk perbuatan atau tindakan dari mahasiswa sendiri

pun belum, apa itu namanya itu, mencerminkan hal i

Menurut pengakuan Anwar tersebut membuktikan bahwa beberapa mahasiswa

belum memahami makna dari visi berkarakter kuat dan cerdas.

Maka, visi berkarakter kuat dan cerdas sebagai cita-cita untuk

membentuk dan mengembangkan calon tenaga pendidik yang berakhlak dan

pembelajar, harus terintegrasi dalam kurikulum setiap program studi. Penataan

kurikulum harus mencakup mata kuliah-mata kuliah yang berisi tentang

pendidikan karakter, antara lain mengenai pengembangan kepribadian, etika

profesi, kewirausahaan, maupun pendidikan agama. Optimalisasi mata kuliah-

mata kuliah tersebut diarahkan untuk pencapaian visi berkarakter kuat dan cerdas.

Penjabaran rumusan berkarakter kuat dan cerdas, dalam hal ini sebagai

kriteria yang harus melekat dalam kepribadian seorang pendidik, adalah

keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu mengaplikasikannya dalam

pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis dalam kehidupan sehari-hari.

Keseimbangan di antara ketiganya akan membentuk pribadi dengan mentalitas

yang kuat dan perilaku yang mengarah pada perubahan positif baik bagi dirinya

maupun bagi orang lain di sekitarnya.

2. Strategi Penanaman Nilai Berkarakter Kuat dan Cerdas

FKIP UNS mengusung visi berkarakter kuat dan cerdas. Rumusan ini

dimaksudkan sebagai kriteria kepribadian ideal yang diharapkan dapat dimiliki

oleh mahasiswa FKIP yang merupakan calon guru. Hal ini mencakup kepribadian

unggul, profesionalitas, kecerdasan, dan keluasan wawasan. Rumusan berkarakter

kuat dan cerdas pun berusaha ditanamkan dalam diri setiap mahasiswa dengan

berbagai cara dan strategi.

Rumusan berkarakter kuat dan cerdas tidak begitu saja diperoleh

secara spontan dalam waktu semalam, namun melewati proses yang panjang

Page 114: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

untuk merenungkan dan memikirkan tentang gambaran sosok seorang pendidik

yang handal yang nantinya akan dihasilkan oleh FKIP. Ide mengenai konsep

berkarakter kuat dan cerdas tersebut, selanjutnya dibawa ke hadapan senat

fakultas untuk dipertimbangkan. Kemudian, senat memberikan keputusan untuk

mengesahkan konsep ini sebagai rumusan visi yang diharapkan dapat menjiwai

kehidupan kampus FKIP ke depan.

tanggal 22 November kalau tidak salah, tahun 2007 disahkan oleh senat, jadi melalui proses yang cukup panjang, dan alhamdulillah mendapat respon yang cukup positif. Itu, sejarahnya semacam itu, dan

(Faizal/20/12/12) Untuk mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas, maka FKIP

menetapkan indikator-indikator sebagai acuan dalam pelaksanaan penanaman

nilai-nilai yang diharapkan, melalui pendidikan karakter. Pertama, seorang guru

yang berakhlak atau berkarakter, harus memiliki sifat amanah. Sifat amanah ini

menunjukkan bahwa guru adalah sebagai panggilan jiwa sekaligus profesi.

amanah sebagai guru, jadi guru itu amanah, bukan, bukan sekedar profesi, bukan sekedar profesi tapi amanah. Makanya kalau bisa jadi guru itu, satu, harus panggilan jiwa, kemudian yang kedua sebagai profesi, kalau hanya salah satu pincang, jadi amanah itu intinya adalah

Agar sifat amanah tersebut tetap berjalan dengan baik, maka harus

didukung dengan 4 (empat) indikator, antara lain komitmen, kompetensi, kerja

keras, dan konsisten. Keempat indikator inilah yang diharapkan mampu

membawa seorang guru untuk memelihara sifat amanah.

komitmen yang kuat, yang kedua harus mengembangkan kompetensi secara terus menerus, sebagai manusia pembelajar, kemudian yang ketiga bekerja keras dan bersungguh-sungguh, yang keempat harus

Selanjutnya Pak Faizal menambahkan ciri yang kedua terkait dengan

karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu keteladanan.

Page 115: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

nah kaitannya dengan keteladanan, memberi contoh itu gampang, memberi teladan itu gampang, tetapi menjadi contoh dan menjadi teladan susahnya bukan main. Bagaimana seorang calon guru atau

(Faizal/20/12/12) Untuk menjadi contoh atau teladan memang tidak mudah. Seorang

guru paling tidak harus mampu melakukan dan mengelola 3 (tiga) hal, yaitu

kesederhanaan, kedekatan dengan peserta didik, serta pelayanan yang maksimal.

punya jiwa kedekatan dengan murid, ada hubungan emosional antara guru dengan

(Faizal/20/12/12).

Pendidikan karakter diterapkan dengan keterlibatan berbagai pihak, hal

ini bukan semata-mata tanggungjawab dosen, namun merupakan tanggungjawab

semua unsur di FKIP. Lebih lanjut, dalam melaksanakan pendidikan karakter,

seorang dosen perlu menguasai 3 kompetensi, yakni melakukan aktivitas yang

dapat menjadi teladan, aktif dan peduli melakukan upaya pembentukan karakter,

serta menginternalisasikan dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam

pembelajaran.

atau teladan bagi orang lain, mahasiswa, baik akademik maupun non akademik. Kedua turut aktif dan peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Ketiga, dalam melakukan pembelajaran dapat menginternalisasikan dan mengintegrasikan nilai-(Faizal/20/12/12) Selanjutnya, visi berkarakter kuat dan cerdas memuat rumusan yang

kedua, yakni cerdas. Seorang guru tidak hanya harus berkarakter atau berakhlak

dan mampu mengajar, namun juga mendidik, maka guru harus memiliki

kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

emosi dan spiritual, syukur spiritualnya juga kuat, sehingga guru itu tidak punya kemampuan hanya mengajar saja, tapi juga kemampuan

Page 116: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

untuk mendidik. Kemampuan mendidik itu bukan intelektual ya, tapi

Selanjutnya, bagaimana pendidikan karakter dilaksanakan di FKIP

yaitu melalui keteladanan, program dan kebijakan, pengawasan, serta

menciptakan lingkungan yang kondusif akan diuraikan lebih lanjut sebagai

berikut:

a. Keteladanan

Sesuai dengan penjabaran karakter yang disampaikan Pak Faizal,

dosen mengambil peran penting sebagai teladan. Keteladanan diajarkan bukan

hanya melalui teori, namun melalui contoh praktek langsung dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam kehidupan kampus FKIP UNS, terutama di Jurusan P IPS,

mahasiswa tentu sangat berkiblat pada contoh dari dosen, sebagai pendidiknya di

kampus.

Dalam pendidikan karakter, dosen mengambil peran yang sangat

penting. Posisi dosen sebagai orang yang di depan ialah sebagai gambaran contoh

yang secara riil dilihat oleh mahasiswa. Bu Dini mengiyakan bahwa dosen saat ini

dosennya udah, dosennya tentu lebih, namanya dosen itu kan kalau pendidikan

)

Hal tersebut dibenarkan oleh informan lain. Pak Ahmad, sebagai

seorang pendidik juga berusaha memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa.

Namun, bagaimana yang terjadi kemudian berpulang kepada mahasiswa sendiri,

apakah mampu menangkap contoh yang diberikan dosen atau malah sebaliknya.

berpenampilan misalnya, tapi kemudian mahasiswa bisa menangkap nggak apa

yang diajarkan? (Ahmad/18/06/12)

Hal ini menjadi sangat riskan mengingat bahwa perilaku dosen tak

selamanya mulia. Dari beberapa pernyataan informan, beberapa dosen dinilai lalai

dalam memberikan contoh yang baik dan layak bagi mahasiswanya. Salah satunya

menurut informan Esty, bahwa dosen terlalu mendikte mahasiswa untuk memiliki

Page 117: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

karakter kuat dan cerdas, namun belum mampu memberikan maupun menjadi

contoh.

maksude dosen juga harus menjadikan dirinya juga seperti itu sebagai contoh atau teladan, kalau aku sih kayak gitu, tapi kenyataannya kan juga banyak juga, nggak semua sih, banyak juga

(Esty/25/05/2012) Pernyataan lain disampaikan oleh Sari, yaitu mengenai metode

pembelajaran dosen. Dosen, karakter, serta metode pengajarannya sangat

berpengaruh terhadap mahasiswa dan motivasinya masuk kuliah. Informan

mengaku malas masuk kuliah dengan dosen pengampu yang tidak jelas, artinya

dosen tersebut mengajar seenaknya, disambi bercerita kesana kemari di luar

konteks materi perkuliahan, dan sebagainya.

a ya gimana ya..jadi dosen itu, kita masuk, nggak masuk itu sama aja gitu lho, kita masuk pun useless gitu lho. Jadi kuliah fulltime, kalau boleh milih ya kuliah fulltime sama yang nggak fulltime, tapi yang nggak fulltime itu lebih ngena, kuliahnya itu lebih efektif daripada fulltime, tapi kita, kitanya nggak tahu dosennya malah cerita kemana-mana gitu-gitu yang kadang bikin, kadang itu

Hal yang serupa disampaikan pula oleh Esty. Informan merasa kurang

paham pada cara mengajar yang digunakan dosennya. Esty mengaku tidak

mengetahui tujuan pembelajaran yang dimaksud oleh dosen yang bersangkutan

yang menggunakan metode mengajar dengan diselingi menyanyi.

yaudah. Aku juga bingung gitu lho, kan ya ihh..kita juga mahasiswa terus kita bukan anak TK juga, terus gunanya apa sih, emang apa buat cuma, emang buat lelucon, apa memang model pembelajarannya

(Esty/25/05/2012) Selanjutnya ditambahkan oleh Sari bahwa dosen sangat berpengaruh

terhadap motivasi belajarnya, terutama di kampus. Informan mengakui bahwa dia

sangat membutuhkan bantuan dosen yang dapat mengarahkan materi kuliah

sehingga mudah dan menyenangkan untuk dipelajari. Dosen yang diharapkannya

Page 118: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

ialah dosen yang mampu mengelola kelas dengan runtut dan rapi, sehingga

mahasiswa yang diajar mengetahui tujuan pembelajaran.

nek aku itu piye ya (kalau aku itu gimana ya), teacher centered gitu, jadi dulu ada pernah ada dosen di semester 2-3, jadi dia menyampaikan materi hitungan, dia bisa menyampaikan pakai power point, ya bisa pakai power point, dan runtut, yang penting itu runtut. Jadi gini, nggak masalah kok kalau dosen itu atau guru itu pakai, pakai metode ekspositori, ceramah, tapi tujuannya disampaikan, jadi kita mau belajar itu tahu tujuannya. (Sari/01/05/2012) Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa bagaimana dosen

mampu mengelola kelas dengan menggunakan metode yang tepat, sangat

mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam pembelajaran.

Dosen menempati posisi yang penting dalam proses pendidikan

karakter, yaitu sebagai sosok yang dijadikan contoh. Contoh keteladanan dari

dosen sangat perlu, karena berpengaruh terhadap pola perilaku mahasiswa kepada

dosen yang bersangkutan. Dosen dapat memberikan pengaruh positif maupun

negatif. Yusuf berpendapat bahwa kedisiplinan dosen dalam mematuhi jam masuk

kuliah mempengaruhi motivasi mahasiswa untuk berlaku yang sama.

urung teko (belum datang), malah jam setengah 8 atau setengah 8 lebih itu baru masuk, kadang-kadang mending yang mepet aja itu malah lebih baik, daripada kita disana malah membuang- 5/06/2012) Sedangkan menurut hasil pengamatan, beberapa dosen belum bisa

menerapkan kedisiplinan waktu secara konsisten. Beberapa dosen tidak

mengawali pembuatan kontrak kuliah di awal perkuliahan sebagai hasil

kesepakatan bersama antara dosen dan mahasiswa. Selanjutnya, ketika terjadi

pelanggaran atas jam masuk kuliah, katakanlah mahasiswa terlambat 10 menit,

tidak diperbolehkan mengikuti kuliah. Sedangkan di waktu lain, dosen terlambat

30 menit, dan tetap masuk ruang kuliah seperti tidak terjadi apa-apa. Hal ini

menunjukkan adanya inkonsistensi terhadap kedisiplinan waktu kuliah.

Sebagai sosok teladan, dosen juga mengambil peran penting sebagai

pencegah kecurangan dalam ujian. Esty menyatakan bahwa dosen yang

Page 119: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

mempunyai kewibawaan akan disegani oleh mahasiswanya, sehingga mahasiswa

pun akan berpikir ulang bila ingin curang saat ujian

itu udah, udahlah iya udah wibawa ya misalnya apa ya, dia itu nggak ditakuti tapi disegani gitu lho, nah yang segan itu buat kita itu jadi pekewuh dewe Dalam hal ini, menurut Yusuf, sejauh mana dosen memberikan

perhatian terhadap proses pembelajaran mahasiswa akan mempengaruhi motivasi

mahasiswa untuk berlaku jujur. Dosen diharapkan mampu mengelola kelas secara

disiplin dan kondusif, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi mahasiswa

untuk berbuat curang.

lebih disiplin, jadi kalau semisal dosennya itu membuat disiplin, itu pasti mahasiswa jadi disiplin, istilahnya nggak ada yang nyontek gitu

Dari pernyataan Esty dan Yusuf dapat dilihat bahwa dosen sangat

berperan dalam penanaman kejujuran bagi mahasiswa. Sejauh mana dosen peduli

bukan semata-mata pada hasil nilai akademis saja, namun terhadap proses

pembelajaran secara holistik, serta ketegasan dan kewibawaan mereka dalam

menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran akan berpengaruh terhadap perilaku

mahasiswa untuk lebih jujur dan orisinal.

Melihat permasalahan tersebut, sebenarnya dari pihak pembuat

kebijakan sudah memberikan perhatian lebih. Hal yang selalu ditekankan ialah

kepedulian, bagaimana dosen juga peduli terhadap perubahan perilaku yang lebih

dianjurkan oleh Pak Dekan juga, kepedulian kita itu ternyata ada yang belum

Hampir semua mahasiswa yang menjadi informan menyepakati

tentang pentingnya contoh keteladanan dari dosen dalam memahami dan

mengaplikasikan nilai-nilai karakter, bukan hanya sebagai teori namun secara

prakteknya dalam kehidupan nyata. Hal ini membuktikan bahwa peran dosen

sebagai contoh atau teladan sangat besar.

Page 120: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Sayangnya, tidak semua dosen sudah menjalankan porsinya untuk

dijadikan sebagai contoh. Meski begitu, jurusan tidak mempunyai otoritas lebih

dalam melakukan pembinaan maupun pengarahan kepada dosen-dosen yang

mungkin belum memenuhi kriteria keteladanan ini.

rus terang karena yang namanya dosen itu memang otoritasnya itu tinggi dibandingkan dengan yang lain termasuk..sebab jurusan nggak mungkin hanya akan memanggil kemudian mengingatkan paling itu kalau ada kasus-kasus seperti itu, ini ada kejadian seperti ini, maka ada laporan seperti ini kita bisa mengadakan pendekatan mungkin kita bisa

Sedangkan dalam proses interaksi yang biasa terjadi di lingkungan

kampus P IPS FKIP UNS, baik Pak Syarif sebagai seorang pribadi maupun

sebagai seo

gedhek-gedhek

(geleng-

perguruan tinggi memang memiliki otoritas yang tinggi pula sebagai konsekuensi

profesinya tersebut. Tapi bukan berarti hal ini digunakan seenaknya sendiri tanpa

mengingat pentingnya memberikan teladan bagi anak didiknya.

b. Program dan kebijakan

Pelaksanaan pendidikan karakter di FKIP untuk mencapai visi

berkarakter kuat dan cerdas, menurut Pak Ahmad harus berlandaskan pada Tri

Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan pengajaran, penelitian, pengabdian,

serta penunjang yang lain. Hal ini dilaksananakan secara riil melalui aktivitas-

aktivitas dosen dan mahasiswa baik internal dalam proses pembelajaran maupun

Dharma perguruan tinggi, pendidikan pengajaran, penelitian, pengabdian, dan

Sebagai salah satu bagian dari Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Program Studi Pendidikan Ekonomi pun mencanangkan pendidikan

karakter yang khusus berbasis kewirausahaan. Pendidikan Ekonomi secara

spesifik memandang bahwa karakter seorang enterpreneur adalah karakter yang

Page 121: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

pas bagi seorang calon pendidik. Hal ini dinyatakan secara langsung oleh Bu Dini

selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.

character building based enterpreneurship, jadi, jadi sejak kepemimpinan saya, sudah mencanangkan character building based enterpreneurship, artinya khusus spesifik untuk Pendidikan Ekonomi bagaimana mengembangkan karakter dan basiknya adalah enterpreneurship(Dini/28/06/2012) Pendidikan karakter dengan basis enterpreneurship diakui oleh Bu

Dini sesuai dengan kebijakan pemerintah. Pemerintah dalam hal ini

mencanangkan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai budaya bangsa dan

kewirausahaan.

mi, character buildingnya basisnya adalah enterpreneur. Itu sesuai dengan kebijakan pemerintah ya, kebetulan pemerintah kemarin kan waktu itu saya, saya ikut TOT di Jakarta, dan juga ada membangun pembangunan karakter berbasis nilai-nilai budaya bangsa, penanaman nilai-nilai budaya bangsa dan

(Dini/28/06/2012) Di samping itu, FKIP sebagai bagian dari Universitas Sebelas Maret

yang berorientasi pada pencapaian Enterpreneur University, tentunya berusaha

menyusun program dan kegiatan yang menunjang ke arah pencapaian

enterpreneur university tersebut. Begitu pula dengan prodi Geografi, yang

menurut pernyataan dari Pak Aryo, bahwa prodi Geografi mengharapkan

terbentuknya guru plus, yakni guru profesional yang dibekali dengan ketrampilan

tambahan dalam pengembangan media. Hal ini dibuktikan dengan outlet

Bakosurtanal milik prodi Geografi yang menjadi salah satu outlet terbesar di

Indonesia.

enterpreneur university. Enterpreneur university itu sudah sudah mendidik enterpreneurship, seorang guru yang profesional juga sebagai informan juga tidak hanya sekedar guru tapi guru plus, oke..dengan pengembangan media. Prodi Geografi alhamdulillah menjadi salah satu outlet yang 6 besar di Indonesia

Page 122: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Sebagai bagian dari FKIP, prodi Pendidikan Ekonomi memiliki

program-program khusus yang dirancang sesuai dengan arah kebijakan FKIP.

Informan menyampaikan beberapa program yang mendukung pencapaian visi

berkarakter kuat dan cerdas, antara lain dengan mengadakan seminar nasional

pembangunan karakter berbasis kewirausahaan.

character building based enterpreneurship dengan mengundang Prof. Furqon sebagai pakar karakternya kemudian juga dari enterpreneurshipnya Pak Supriyanto, M.Sc, Ph.D dari

Selanjutnya yang kedua ialah mengadakan sosialisasi kepada

juga diprogram ke depan tidak hanya itu aja, bagaimana nanti memberikan

Kemudian, informan juga menyampaikan bahwa prodi Pendidikan

Ekonomi menetapkan program untuk memasang banner-banner yang berisi kata-

kata motivasi seputar pendidikan karakter. Banner-banner ini dimaksudkan

sebagai motivasi bagi para mahasiswa untuk berperilaku sesuai dengan amanat

-banner

yang di sepanjang sini, ya tentang apa itu, pendidikan karakter, kata-kata motivasi

Lebih lanjut, prodi Pendidikan Ekonomi juga telah memulai workshop

terpadu. Menurut informan, berbagai program yang ditetapkan nantinya akan

diarahkan untuk membangun prodi Pendidikan Ekonomi sebagai enterpreneurship

center yang bertujuan untuk membangun karakter mahasiswa.

kemudian mulai akan membuat kayak enterpreneurship centernya di Pendidikan Ekonomi dalam rangka itu tadi, guna membangun karakter di Pendidikan Ekonomi, basisnya adalah enterpreneurship(Dini/28/06/2012) Begitu pula dengan program studi Pendidikan Ekonomi yang

melandaskan kewirausahaan sebagai pendidikan karakternya. Bu Dini sebagai

ketua program studi Pendidikan Ekonomi mengungkapkan bahwa program-

Page 123: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

program yang disusun telah mendapat persetujuan dari pihak kampus, untuk

kemudian melakukan tindak lanjut secara bertahap.

getting started to be, gitu karena barang anunya realitas yang lainnya dalam tahap untuk jalan ya, TORnya udah jalan semua, diacc semua tinggal nanti kita ada

Sedangkan dalam upaya mengembangkan pendidik Geografi yang

mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional, prodi Pendidikan

Geografi menyusun program-program yang menunjang pada tercapainya visi

berkarakter kuat dan cerdas. Program-program tersebut antara lain berbagai

kerjasama seperti expert meeting dan visiting profesor dengan akademisi Geografi

dari luar negeri, seperti Jerman, Meksiko, serta Malaysia.

expert meeting untuk kemarin Oktober kemarin 2010 itu kita datang, didatangi oleh 60 expert dari Jerman dan Asia itu untuk kegiatan akademis, expert meetingnya ada di Indonesia, tempatnya di Solo dan Geografi kita jadi hostnya. Kemudian kita kedatangan tamu dan mendatangkan tamu dari Meksiko, dari Jerman, dari Austria, kemudian dari Malaysia, kita sudah ada itu dosen tamu yang disebut dengan visiting profesor(Aryo/29/06/2012) Selain itu, diadakan juga sharing pengalaman antara mahasiswa dari

luar negeri dengan mahasiswa, dosen serta guru-guru Geografi, yang kemudian

dilanjutkan dengan diskusi kelompok.

sharing experiencesmahasiswa, dosen, dan guru-guru. Gitu jadi seperti yang tadi pembelajaran guru-guru dan sebagainya yang ada di Austria, nah..itu terutama Geografi, nah..ini nanti kita pada tadi ada stadium, terus ada small group discussion, baik dengan dosen, mahasiswa dan guru-

Sayangnya, sebagai salah satu sasaran yang menjadi subyek sekaligus

obyek dari pendidikan karakter di FKIP, program-program yang dicanangkan

untuk mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas belum mampu dipahami oleh

Page 124: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

program-program

(Yusuf/15/06/2012)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh informan yang lain. Menurut

informan, warga kampus sebagai sasaran dari visi FKIP ini belum mencerminkan

sikap yang berkarakter kuat dan cerdas. Mahasiswa baru sekedar mengetahui visi

ini sebagai slogan saja, tapi belum mampu mencerminkannya dalam tindakan,

atau tindakan dari mahasiswa sendiri pun belum, apa itu namanya tu,

m

Berdasarkan pengakuan Yusuf dan Anwar tesebut dapat diketahui

bahwa mahasiswa belum memahami makna dari visi berkarakter kuat dan cerdas.

Mahasiswa sekedar mengetahui visi berkarakter kuat dan cerdas sebagai slogan

teoritis yang sering digaungkan di FKIP, namun belum mengetahui praktek

seperti apa yang harus dilakukan sebagai konsekuensi aplikatifnya.

Meski begitu, Yusuf cukup memiliki wawasan mengenai strategi yang

digunakan FKIP dalam melaksanakan pendidikan karakter. Menurut Yusuf salah

satu strategi FKIP ialah dengan menerapkan mata kuliah moral yang wajib ada di

ya..dasar lah penanaman nilai-

Selanjutnya ditambahkan oleh Yusuf, FKIP menetapkan nilai-nilai

karakter yang diharapkan mampu dimiliki dan diaplikasikan oleh para lulusannya.

Nilai-

dalamnya harus dimasukkan nilai karakter itu. Itu karakter bertanggungjawab,

Selain dilaksanakan melalui berbagai program dan kebijakan yang

telah disebutkan di atas, pendidikan karakter yang berupaya menanamkan nilai-

nilai berkarakter kuat dan cerdas juga tergantung pada dosen, sebagai pendidik

mahasiswa di kampus. Dosen, yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan

pendidikan karakter, menurut Pak Ahmad, mempunyai gayanya masing-masing

Page 125: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada mahasiswanya. Ada dosen yang

cukup keras dengan menegur secara langsung, namun ada pula yang kurang

peduli bila mahasiswa bersikap kurang baik.

-masing dosen kan punya gaya sendiri, nggak bisa disamakan antara dosen satu dengan yang lain. Ada yang ddidiamkan saja. Semacam ini kan gaya masing-masing. Tapi sebenarnya dosen punya kewajiban mengingatkan hal-hal yang kurang baik. (Ahmad/18/06/12) Sebagai seorang dosen, bu Dini mempunyai cara membelajarkan

karakter yang khas. Informan membelajarkan mahasiswanya melalui kegiatan

yang sering mereka kerjakan, seperti pembelajaran tanggungjawab melalui

pemberian tugas, bekerjasama dan kepemimpinan melalui pembagian kelompok,

keberanian mengemukakan pendapat melalui presentasi, dan lain sebagainya.

situ kan ada kegiatan presentasi. Di dalam presentasi itu dinilai bagaimana, bagaimana dia kemampuan bekerjasama, bagaimana dia kemampuan untuk bertanggungjawab, bagaimana kemampuan untuk dia menjadi pemimpin, bagaimana kemampuan dia untuk

(Dini/28/06/2012) Hal yang serupa disampaikan oleh Pak Aryo. Secara pribadi, informan

sebagai salah satu dosen menerapkan sistem pembelajaran karakter yang detail,

tidak mengesampingkan hal-hal kecil, bahkan malah memulainya dari hal-hal

yang kecil

-betul menyampaikan pendidikan karakter itu kepada mahasiswa saya dari hal yang kecil, dik. Mahasiswa kita ini diajarkan oleh Rasulullah, yang pertama itu kalau salah itu minta maaf, susahnya..susah banget minta maaf. Kemudian yang kedua mengucapkan terima kasih kepada siapa saja, orang yang berjasa apapun kecilnya. Yang ketiga memberikan respect, memberikan apreciated, memberikan penghargaan, kepada teman, orang yang dituakan, atau anak kecil pun di bawah kita. (Aryo/29/06/2012) Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa nilai-nilai karakter dipelajari

dari hal-hal yang kecil, seperti meminta maaf saat melakukan kesalahan,

mengucapkan terimakasih pada orang yang berjasa, serta memberikan respect

Page 126: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

atau penghargaan. Pak Aryo menyatakan bahwa hal-hal kecil yang dalam

lingkungan interaksi dengan orang lain ini merupakan ajaran langsung dari

mencoba menerapkan yang kecil-

c. Kontrol dan pengawasan

Dalam pendidikan karakter tentunya harus ada kontrol dan

pengawasan pada berjalannya proses penanaman karakter. Sebagai seorang ketua

program studi, bu Dini memberikan pengawasan secara langsung terhadap

mahasiswa. Beliau sering menyampaikan mengenai visi FKIP berkarakter kuat

dan cerdas di berbagai kesempatan. Bu Dini pun sering menjelaskan bahwa orang

sukses tidak hanya didukung oleh hardskill yang unggul, tapi juga oleh softskill

yang berkarakter.

au saya pas sebagai pimpinan misalnya diundang untuk dialog interaktif atau untuk ketemu dengan pertemuan mahasiswa, selalu saya sampaikan bahwa kita itu, visi kita adalah membangun apa, lulusan yang berkarakter kuat dan cerdas. Berkarakter kuat itu yang gimana, karakter kuat itu ya kuat, antara ya seimbang antara EQ, SQ, dan IQnya tentu saja. Dan yang saya selalu jelaskan juga bahwa orang sukses itu tidak hanya hardskillnya tok, tapi softskillnya. (Dini/28/06/2012) Pengawasan lain yang dilakukan oleh ketua prodi Pendidikan Ekonomi

ini ialah berbentuk teguran secara langsung. Hal ini biasanya terkait dengan cara

berpakaian mahasiswa yang belum sesuai dengan peraturan yang ditetapkan

FKIP. Bahkan bu Dini juga menyampaikan mengenai teguran langsung dari

Pembantu Dekan I mengenai cara berpakaian mahasiswa Pendidikan Ekonomi.

Ekonomi katanya penampilannya paling seksi-seksi, pakai celananya pakai celana

jeans. Nah..itu saya sering se

Hal yang serupa juga dilaksanakan oleh dosen yang lain. Pak Ahmad

sering mengingatkan mahasiswa untuk berpenampilan yang lebih rapi dan sopan.

Page 127: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

gimana? Sebagai pendidik, kita memang punya kewajiban untuk mengingatkan

Selain itu, Pak Aryo menerapkan strategi kontrol yang berbeda.

Informan menanamkan pada mahasiswanya untuk segera meminta maaf bila

melakukan kesalahan. Permintaan maaf tersebut disampaikan melalui surat yang

harus dibuat sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan dengan membubuhkan

nama dan tanda tangan yang jelas. Hal ini terkait dengan mahasiswa yang tidak

disiplin, misalnya membolos dengan sengaja maupun kecurangan mahasiswa

dalam mengerjakan ujian dan tugas.

-anak itu saya suruh bikin surat mbak, surat permintaan maaf seperti ini. Ditulis tangan nggak apa-Pernah satu kelas itu saya suruh nulis surat semua. Mereka itu sebelumnya bikin suratnya itu isinya sama, persis kata-katanya, cuma nama sama tanda tangannya saja yang diganti dengan Yunita misalnya. Surat permintaan maaf itu kan personal, mestinya sangat personal, kok ya copy/paste Lebih lanjut, informan yang lain melakukan pengawasan dengan

memberikan pengarahan secara personal kepada mahasiswa, dengan cara

memanggil mahasiswa yang bersangkutan. Bentuk kontrol seperti ini lebih

bersifat personal dan dapat disampaikan dari hati ke hati, karena menurut bu Dini,

mahasiswanya sudah dianggap sebagai anak sendiri.

-kadang saya panggil, tapi kan kalau diberitahu ya, kalau diberi pengarahan...itu kalau anak ya namanya, kita kan menganggap seperti anak saya sendiri, bagaimana mengarahkan mereka dia itu tidak tidak merasa sakit hati apalagi dia down nyuwun pangapunten(Dini/28/06/2012) Berbagai bentuk kontrol dan pengawasan terhadap mahasiswa dapat

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Informan mengemukakan

bentuk pengawasan secara tidak langsung, yakni dapat disampaikan melalui dosen

tidak langsung melalui dosennya masing- 12).

Pendidikan karakter memang berjalan bertahap dan melalui proses yang panjang

dengan menerapkan berbagai strategi maupun pengawasan.

Page 128: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Menanggapi hal tersebut, Pak Syarif menyepakati bahwa pendidikan

karakter membutuhkan proses yang panjang, kontinyu, dan berkesinambungan.

Menurut beliau, proses pendidikan karakter memang harus diawali dengan

pemaksaan pada aturan-aturan, selanjutnya pembiasaan yang nantinya akan

menjadi kebiasaan, kemudian lebih dalam lagi menjadi kebutuhan, akhirnya

menjadi karakter.

ada dasarnya kan pembentukan karakter itu dimulai dari pemaksaan yang pertama ya, memang..memang agak dipaksa, kemudian dibiasakan, ketika ini sudah menjadi kebiasaan ini akhirnya kemudian menjadi kebutuhan, kemudian tanpa disadari mereka ini sudah mempuny Untuk mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas memang memerlukan

proses yang panjang dan bertahap. Selanjutnya, ditambahkan oleh Pak Faizal

bahwa akan ada peraturan mengenai larangan menjual rokok di kantin kampus,

sehingga hal ini akan meminimalkan kegiatan merokok yang saat ini cukup

banyak dilakukan oleh mahasiswa maupun staf kependidikan dan dosen.

Ini sudah saya

(Faizal/20/12/12).

Merokok, memang sangat personal bagi kebutuhan sebagian orang.

Namun hal ini, bila dilakukan di tempat umum, bisa mengganggu kepentingan

orang lain yang mungkin tidak suka dengan asap rokok. Yusuf memberikan

pendapatnya bahwa hal ini selain memang tidak baik menurut agama, juga

merugikan orang lain yang secara tidak langsung ikut menghisap asap rokok yang

dihasilkan.

itu makruh ya, ya itu sih nggak baik, karena apa, karena kita, kita malah ikut-ikutan ya secara tidak langsung kita ikut-ikutan merokok,

Sebelumnya, merokok merupakan hal yang biasa terlihat di lingkungan

kampus, terlebih lagi di kantin. Mayoritas hal ini dilakukan oleh mahasiswa pria,

serta ada pula sedikit staf administrasi kependidikan dan dosen. Padahal, dilihat

Page 129: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

dari segi kesehatan dan pendidikan, merokok bukanlah hal yang baik, apalagi bila

hal ini dilakukan oleh akademisi di lingkungan pendidikan. Puntung-puntung

rokok pun sering terlihat mengotori beberapa pojok gedung karena tidak dibuang

di tempat sampah.

d. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Pihak FKIP telah berusaha untuk mewujudkan iklim pendidikan yang

stabil dan kondusif bagi pembentukan dan pengembangan sikap dan tindakan

yang berkarakter kuat dan cerdas. Salah satunya ialah penempatan poster-poster

yang berisi anjuran mengenai pemakaian pakaian yang sopan, dan sebagainya.

Gambar 4.2. Poster/anjuran yang terdapat di gedung F

Namun sayangnya poster anjuran tersebut baru ada di beberapa sisi

gedung F saja, dan belum ditemukan di gedung yang lain. Meski begitu, Anwar

Page 130: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

menilai bahwa poster tersebut sudah cukup efektif, karena tindakannya sudah

sesuai dengan esensi poster, dan terdapat sanksi atas pelanggaran poster tersebut.

menurut saya sudah efektif juga. Itu tindakannya juga memang seperti itu, soalnya saya dulu pernah melihat itu memang mahasiswa yang pakai kaos nggak, nggak dilayani. Meskipun hal tersebut belum didasari oleh kesadaran pribadi karena

takut ancaman tidak mendapat pelayanan yang diharapkan. Seperti yang

disampaikan oleh Anwar, bahwa mahasiswa yang mempunyai kepentingan yang

sangat vital akan berusaha mematuhi peraturan dengan tujuan supaya mendapat

pelayanan atas kepentingannya.

Sedangkan di lingkungan jurusan P IPS, himbauan bagi mahasiswa

untuk berpenampilan yang rapi dan sopan telah ada di beberapa tempat, seperti di

pintu ruang jurusan P IPS dan papan pengumuman. Hal ini dilakukan untuk

menghimbau mahasiswa agar menaati peraturan seragam dan berpenampilan

layaknya seorang calon pendidik. Sanksi atas pelanggaran terhadap himbauan

tersebut ialah tidak mendapatkan pelayanan baik secara akademik maupun

administrasi di jurusan, program studi, maupun BKK.

Dalam menerapkan pendidikan karakter memang melibatkan berbagai

faktor dan komponen, baik sistem maupun lingkungan. Lingkungan fisik dan

sosial sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan karakter.

berhasil, ketika sama-sama jalan dari depan sana bareng dengan anak Ekonomi, woo..malah diguyu (ditertawakan) misalnya, kita akhirnya

ngopo ndadak seragam-seragam (kenapa harus pakai

(Syarif/13/12/12) Menanggapi pentingnya lingkungan bagi berjalannya pendidikan

karakter, Pak Syarif menuturkan bahwa lingkungan kampus FKIP sudah cukup

stabil dan kond

lingkungan di sini saya kira sudah..sudah cukup kondusif untuk pembentukan

Page 131: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

sedemikian rupa dengan berbagai perangkat yang mendukung terciptanya suasana

yang kondusif, seperti poster-poster himbauan, surat peringatan, dan sebagainya.

tidak seragam Senin-Selasa di hari Senin Selasa, masih pakai apa namanya, celana pensil misalnya, itu tidak akan dilayani secara administrasi. Mahasiswa mau ngurus apapun, tolong dibaca itu dulu,

(Syarif/13/12/12) Lingkungan memang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan

pendidikan karakter. Hal ini diungkapkan Pak Syarif dengan mengemukakan

contoh di PGSD. Lingkungan PGSD yang terpisah dengan kampus induk, tidak

memungkinkan mahasiswanya untuk membandingkan dan iri dengan mahasiswa

fakultas yang lain. Penciptaan iklim yang sehat dan kondusif memungkinkan

setiap program dan kegiatan yang diterapkan dapat berjalan dengan baik.

faktor ya. Untungnya lagi karena di sana terpisah dengan kampus induk di sini, sehingga merek

apapun yang diterapkan di sana bisa dilakukan dengan baik, misalnya saja upacara misalnya, penghormatan kepada dosen, setiap kali jabat tangan seperti itu, mencium tangan gurunya, di sana terbiasa, di sini kan tidak, memang pembentukan karakter di sana sudah agak

Visi berkarakter kuat dan cerdas merupakan suatu konsep pendidikan

karakter yang berusaha diterapkan dan dicapai dalam proses pembelajaran di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Untuk membangun pendidik yang

berkarakter kuat dan cerdas, FKIP memilih nilai-nilai budaya bangsa dan

kewirausahaan sebagai basis strategi penanaman pendidikan karakter.

Secara riil, seperti disampaikan baik oleh bu Dini maupun Pak Aryo,

penanaman nilai-nilai karakter dilakukan dari hal-hal yang kecil dan detail, seperti

pembelajaran tanggungjawab melalui pemberian tugas, bekerjasama dan

kepemimpinan melalui pembagian kelompok, keberanian mengemukakan

pendapat melalui presentasi. Sedangkan pembelajaran karakter pribadi dengan

belajar meminta maaf saat melakukan kesalahan, mengucapkan terimakasih pada

Page 132: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

orang yang berjasa, serta memberikan respect atau penghargaan. Program-

program yang lain sebagai upaya penanaman nilai-nilai karakter antara lain,

seminar nasional pembangunan karakter, workshop, kerjasama dengan akademisi

dari luar negeri, dan lain-lain.

Pendidikan karakter bukan hanya diaplikasikan melalui berbagai

program dan kebijakan, namun juga melalui penciptaan iklim kampus yang stabil

dan kondusif. Iklim lingkungan kampus yang nyaman dan kondusif berusaha

diciptakan FKIP dengan disiplin waktu, seragam pada hari Senin-Selasa, poster-

poster teguran, dan lain sebagainya.

Pengawasan atau kontrol dilakukan dalam proses pembelajaran

karakter baik di dalam kelas maupun luar kelas, dilaksanakan seiring dengan

berjalannya pendidikan karakter. Hal ini dilakukan dengan teguran secara

individual personal baik secara langsung, ataupun tidak langsung yang

disampaikan melalui mahasiswa lain atau dosen, maupun secara komunal saat

proses belajar mengajar di kelas, dialog interaktif, dan sebagainya.

3. Perilaku Mahasiswa Terkait dengan Penerapan Berkarakter Kuat

dan Cerdas

Dalam upaya mengembangkan sosok calon pendidik yang berkarakter

kuat dan cerdas, tidak jarang ditemui beberapa kekurangan dan kelemahan.

Grand design berkarakter kuat dan cerdas yang ideal bukanlah mudah untuk

dicapai. Hal ini bukan semata-mata merupakan proses yang berhenti begitu saja

ketika seorang mahasiswa telah lulus dari FKIP UNS, namun terus berlanjut dan

berkembang sesuai dengan sikap dan perilakunya. Sehingga upaya

membelajarkan mahasiswa yang didukung dengan contoh dari dosen harus terus

diupayakan selama masa perkuliahan. Dengan harapan bahwa setelah lulus,

mahasiswa mampu mengembangkan karakter kuat dan cerdas secara mandiri.

Berikut ini akan diuraikan perilaku mahasiswa terkait dengan indikator nilai

karakter, penyimpangannya, serta sejauh mana pendidikan karakter dapat berjalan

dan dievaluasi:

Page 133: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

a. Indikator Nilai Karakter dan Perilaku

Mengenai nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan FKIP sebagai

pembeda dan ciri yang khas sebagai seorang calon guru kepada mahasiswanya,

Pak Syarif mendeskripsikannya ke dalam poin-poin karakter, antara lain

kejujuran, disiplin, spiritualitas tinggi, manajemen emosi, tanggungjawab, serta

menghormati dan menghargai orang lain.

mengutamakan kebenaran misalnya, itu misalnya, spiritualitasnya kuat misalnya, disiplinnya tinggi misalnya, kemudian emosionalnya misalnya bisa terkontrol, apalagi ya, memiliki tanggungjawab yang tinggi, bisa menghormati atau menghargai orang lain, nah..itu kan nilai-nilai yang nanti akan dikembangkan sebagai calon guru yang

Sayangnya, upaya membelajarkan mahasiswa untuk memiliki karakter

kuat dan cerdas tidak lepas dari kendala dan hambatan. Nilai-nilai karakter yang

diharapkan mampu dimiliki oleh mahasiswa, belum sepenuhnya dapat dimengerti

dan dilaksanakan dalam kehidupan mahasiswa baik di dalam kampus maupun di

luar kampus. Hal ini mengingat perjalanan pendidikan karakter di FKIP yang

memang baru berjalan beberapa tahun terakhir, sehingga masih berproses secara

bertahap.

Dalam hal ini, informan menyampaikan, warga kampus sebagai

sasaran dari visi FKIP ini belum mencerminkan sikap yang berkarakter kuat dan

cerdas. Ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain dari segi mahasiswa.

Mahasiswa baru sekedar mengetahui visi ini sebagai slogan saja, tapi belum

apa ya, sebatas ucapan saja, untuk perbuatan atau tindakan dari mahasiswa sendiri

pun belum, apa itu namanya

Selanjutnya yang kedua adalah dosen. Dosen sebagai pengajar dan

pembimbing bagi mahasiswa, yang menjadi contoh bagi tindakan dan perbuatan

yang diharapkan mengarah pada pembentukan karakter kuat dan cerdas ini

Page 134: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

menurut Anwar belum memberikan contoh yang selayaknya, bahkan terkesan

tutup mata.

terbawa oleh sistem pengajaran yang lama, jadi dia itu apa ya, tertutup dengan hal-hal baru yang saat ini mungkin itu bisa membuat membangun karakter mahasiswanya. Tapi dia apa ya, terkesan tutup

(Anwar/25/05/2012) Sedangkan yang ketiga ialah staf kependidikan. Anwar menambahkan

bahwa staf kependidikan di FKIP belum menunjukkan kinerja yang maksimal.

Sebagai salah satu bagian dari tubuh FKIP yang berperan membantu mahasiswa

dalam hal keadministrasian, kependidikan, kemahasiswaan, dan lain-lain, staf

sering menunjukkan sikap yang kurang ramah, dan terkesan memandang sebelah

mata pada mahasiswa.

sendiri itu belum maksimal, nggak tahu, kita ngelihat konteks karakter, kan kalau orang yang berkarakter itu harus mampu menghargai orang lain kan, itu pasti banyak sekali, maksudnya yang..yang istilahnya itu tidak menganggap mahasiswa, jadi mahasiswa itu terkesan apa ya istilahnya itu, nggak dianggap gitu lho mbak. Yaa..kalau kita menuntut satu fasilitas seperti itu, terkesan nggak dilayani dengan..dengan ramah

Hal tersebut menunjukkan bahwa belum ada kebulatan dan

keseimbangan antara pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas dengan

sikap apklikatif. Kurang pahamnya civitas akademika dalam menghayati visi

berkarakter kuat dan cerdas menimbulkan konsekuensi buramnya tindakan yang

harus dilakukan sebagai bentuk perubahan perilaku yang dianggap belum sesuai

dengan nilai-nilai yang diharapkan.

Meski begitu, civitas akademika di FKIP UNS yang belum

sepenuhnya dapat memiliki karakter kuat dan cerdas, masih merupakan proses

mungkin ya masih baru taraf menuju lah, menuju kesitu, dalam artian ya masih

ada yang belum, ada yang udah, ada yan

(Yusuf/15/06/2012)

Page 135: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Hal tersebut juga disampaikan oleh informan yang lain. Bu Dini

memandang bahwa saat ini FKIP sedang dalam tahap transisi menuju ke arah

berkarakter kuat dan cerdas, sehingga masih ada beberapa kekurangan yang

(Dini/28/06/2012)

Belum mampunya mahasiswa dalam mengaplikasikan nilai-nilai

karakter dalam kehidupan kampus FKIP tersebut terbukti dari munculnya

beberapa penyimpangan yang dilakukan. Berikut ini adalah nilai-nilai karakter

yang menjadi patokan di FKIP UNS, serta perilaku yang dilakukan oleh

mahasiswa:

Tabel 4.1. Indikator dan nilai karakter prioritas yang diterapkan di FKIP

Definisi operasional Komponen Indikator

Indikator operasional Nilai karakter

Visi FKIP UNS

Berkarakter kuat dan cerdas

1. Nilai keamanahan

Komitmen Kejujuran Tanggung jawab

Kompeten

Kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, profesional

Kerja keras Kerja keras

Konsisten Disiplin

2. Keteladanan

Kesederhanaan Bersahabat/ komunikatif Kedekatan

Pelayanan maksimal

Responsif

3. Berpikir dan bertindak cerdas

Kecerdasan intelektual

Inovatif

Kecerdasan emosional

Manajemen emosi

Kecerdasan spiritual

Religius

(Sumber: hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen yang telah diolah)

Page 136: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

1) Kejujuran

Nilai karakter jujur mempunyai posisi penting dalam keseluruhan

karakter seorang pendidik. Seseorang yang mampu berkata dan berperilaku jujur

akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Sebaliknya orang yang tidak bisa

berperilaku jujur, tidak akan dipercaya oleh orang lain. FKIP UNS sebagai LPTK

yang mendidik mahasiswa calon tenaga kependidikan tentunya berusaha

menanamkan karakter jujur pada diri setiap warganya. Sayangnya hal ini

dicederai oleh perilaku yang tidak jujur, antara lain curang dalam ujian,

copy/paste tugas kuliah, dan lain sebagainya.

tapi apa, nyontek punyanya teman, walaupun mungkin nulis sendiri tapi ternyata isinya sama dengan yang lain. Apalagi model komputer itu sekarang, satu kelas itu mungkin hampir 50 % itu hampir sama.

Adanya anggapan bahwa parameter kecerdasan intelektual ditunjukkan

dengan perolehan nilai yang tinggi, atau lebih khusus bagi mahasiswa adalah

pencapaian IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi. Hal ini membuat

mahasiswa mau tidak mau harus berusaha dengan keras dalam setiap ujian

ataupun tugas. Sayangnya, hal ini juga menimbulkan munculnya penyimpangan

berupa tindakan curang atau mencontek.

Dalam hal ini, mencontek diklasifikasikan menjadi tiga hal, yaitu

membuka buku/catatan kecil, bertanya pada teman, dan mencari jawaban di

internet.

a) Membuka buku/catatan kecil

Perbuatan curang dalam ujian atau mencontek biasanya dilakukan

mahasiswa sebagai jalan pintas untuk memperoleh nilai yang tinggi. Adanya

perbedaan kemampuan intelektual antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang

lain, menyebabkan mahasiswa yang merasa kurang pandai mencari cara cepat

untuk dapat bersaing nilai dengan mahasiswa yang lain. Membuka buku atau

catatan merupakan cara yang dianggap cukup ampuh.

Page 137: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Anwar, seorang informan, mengatakan bahwa dia tidak pernah

membuka buku catatan sendiri, biasanya informan memanfaatkan temannya yang

membuka buku catatan untuknya, sehingga informan tinggal menerima jawaban

pernah buka buku sendiri, nek buka buku temen, hehehe.. Saya cuma menerima

Informan lain juga mengakui bahwa dia pernah melakukan kecurangan

saat ujian, untuk meraih nilai yang bagus. Menurutnya, mahasiswa lain yang

pintar pun bisa melakukan kecurangan, apalagi informan yang mengakui hanya

punya kemampuan biasa saja.

membohongi diri saya sendiri, itu. Yaa..bullshit lah istilahnya kalau orang pinter aja, itu bisa buka, apalagi kita, yaa..kita yang kemampuannya mungkin udah mentok, mau gimana lagi, ya itu karena

Selanjutnya, muncul istilah posisi menentukan prestasi. Ada anggapan

bahwa agar tidak ketahuan pengawas ujian saat akan berbuat curang, mahasiswa

harus memposisikan diri pada tempat-tempat yang dianggap aman. Menurut Titik,

posisi aman ini adalah tempat duduk di depan, karena biasanya dosen pengawas

ujian lebih sering memperhatikan tempat duduk bag

apa, posisi menentukan prestasi, kita cari posisi yang sekiranya aman buat kita,

(Titik/24/05/12)

b) Bertanya pada teman

Bertanya pada teman saat ujian merupakan salah satu cara menyontek

yang sering dilakukan oleh mahasiswa. Titik mengaku pernah menyontek, dia

mengaku sering bertanya pada temannya saat ujian. Namun informan mengaku

tidak pernah membuka catatan, buku ataupun browsing di internet. Menurutnya,

teman itu perantara, jadi teman dimanfaatkannya untuk tempat bertanya saat ujian.

Page 138: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Sedangkan menurut hasil observasi, Titik kurang bisa berperilaku jujur

Pada awalnya Titik tidak mau mengaku kalau dirinya pernah berbuat curang saat ujian. Informan bersikeras bahwa selalu jujur dan mengerjakan ujian sebisanya, karena menurutnya ujian tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan pribadi, maka harus dikerjakan sendiri. Namun, setelah dikejar dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendesak, akhirnya informan mengaku sambil sedikit tertawa. (Catatan lapangan/24/05/2012) Hal ini menunjukkan bahwa informan dalam hal ini kurang bisa

mengakui secara jujur ketika dia berbuat kesalahan. Informan baru mengaku

setelah didesak dengan pertanyaan-pertanyaan yang cukup menyudutkan.

Berbuat curang dengan bertanya pada teman juga diakui oleh informan

yang lain. Esty mengaku pernah melakukan kecurangan saat ujian. Menurutnya,

curang saat ujian sudah merupakan hal yang biasa dan wajar dilakukan oleh

mahasiswa, bahkan sudah menjamur. Dalam hal ini, kecurangan saat ujian bisa

bermacam-macam, seperti membuka catatan, bertanya pada teman, dan

sebagainya. Sedangkan Esty secara pribadi mengaku kecurangannya dalam ujian

lebih sering pada kegiatan bertanya pada teman, sedangkan untuk membuka

catatan atau browsing

lah, kayaknya nggak usah ditutupi semuanya udah pada, maksude udah menjamur

Selain Titik dan Esty, mahasiswi lain pun mengaku pernah melakukan

kecurangan saat ujian dengan bertanya pada teman. Hal ini diakui Sari tanpa

berusaha ditutup- . Eh..kalau nyontek pernah

saat ujian, namun informan hanya melakukannya sekali-kali saja. Informan

mengungkapkan bahwa lebih memilih pasrah ketika dihadapkan pada soal ujian

yang sulit, mengerjakan sebisanya dan tidak ngoyo untuk bertanya pada teman.

-nanya aja. Kalau nggak, nggak terlalu sering sih aku i, kalau maksudnya, kalau ujian ya misalkan nggak bisa ya lebih ke pasrah aja, oh..udah nggak bisa ya udah, lebih ke pasrah aja, kalau

(Sari/01/05/2012)

Page 139: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

c) Mencari jawaban di internet

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi selain

menimbulkan dampak positif berupa distribusi informasi yang cepat, juga

menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah penggunaan internet untuk

melakukan kecurangan pada saat ujian. Koneksi internet yang dapat dengan

mudah diakses melalui handphone kadang disalahgunakan untuk mencari jawaban

soal ujian. Namun, cara ini dianggap kurang efektif karena membutuhkan banyak

waktu. Bila menggunakan cara ini, Sari biasanya mempersiapkan terlebih dulu

materi- Disiapkan sebelumnya, hehe.. Iya

tetep, disiapkan sebelumnya. Soalnya kalau gitu nggak efektif juga sih, kalau

dapat soal baru nyari gitu tetep buang-

Hal yang serupa disampaikan oleh Anwar. Mahasiswa dengan IPK di

atas 3,5 itu ternyata mengaku pernah melakukan cara browsing ini saat ujian. Cara

browsing, itu apa ya intensitasnya nggak, nggak begitu, nggak begitu sering, cuma

kalau pas memang kepepet butuh referensi ya

(Anwar/25/05/2012).

Namun sayangnya, perilaku curang saat ujian sudah membudaya

dalam kehidupan kampus. Tindakan curang saat ujian dianggap sudah merupakan

hal yang biasa dan wajar dilakukan oleh mahasiswa, bahkan sudah membudaya.

hampir, ya nggak, nggak semua sih. Aku yakin 1-2 sih mesti ada, yo walaupun

cuma 1-

Menurut hasil observasi, Esty bersikap sangat terbuka.

Informan tanpa berusaha menutup-nutupi dan menjawab dengan mantap bahwa dia pernah mencontek saat ujian. Ekspresi wajah dari informan pun tidak mengalami perubahan yang menunjukkan bahwa dia tidak menyembunyikan sesuatu. Informan juga menambahkan bahwa menurutnya berbuat curang saat ujian sudah wajar dan biasa terjadi dalam perkuliahan. (Catatan lapangan/25/05/2012)

Page 140: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Meskipun tindakan curang yang dilakukan Esty merupakan perbuatan

tidak jujur, namun pengakuan informan yang terbuka dan blak-blakan

menunjukkan tindakan yang jujur.

Hal yang serupa diungkapkan oleh Anwar. Informan mengaku

bukanlah seorang mahasiswa yang terbiasa menyontek, namun menurutnya

menyontek merupakan hal yang sangat manusiawi, dan hampir semua mahasiswa

tentu pernah melakukannya.

kalau nyontek terus mungkin minta bantuan temen, itu kan tidak bisa dipungkiri, mahasiswa yang jujur pun mungkin sekali-sekali waktu juga pernah ngelirik pekerj Menurut Anwar, menyontek sudah menjadi layaknya tradisi yang

turun temurun dilakukan oleh hampir setiap mahasiswa. Maka, menyontek

kemudian dianggap sebagai hal yang wajar dan biasa. Meskipun informan pun

menyadari bahwa menyontek merupakan hal yang curang dan menyalahi konsep

pendidikan berkarakter kuat dan cerdas.

merupakan perbuatan yang curang tapi kalau mungkin kalau dilihat dari keseharian dari istilahnya itu tradisi itu kan kalau menurut saya pribadi emang sudah manusiawi jadi mau tidak nyontek itu gimana gitu kalau pas mengalami bener-(Anwar/25/05/2012) Berdasarkan hasil observasi, informan berusaha bersikap terbuka.

Walaupun baru pertama kali kenal, informan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara terbuka. Hal ini ditunjukkannya saat secara terang-terangan mengakui kebiasaanya merokok. Meskipun sambil sedikit tersenyum, informan mengakui bahwa sekali waktu dia merokok, namun dia berusaha tidak merokok di lingkungan kampus. (Catatan lapangan/25/05/2012) Hal tersebut menunjukkan bahwa informan berusaha jujur mengakui

kebiasaan yang menurutnya merupakan kebiasaan tidak baik, bahkan terhadap

peneliti yang saat itu baru 24 jam dikenalnya.

Senada dengan hal tersebut, tindakan curang mahasiswa ini pun

dibenarkan oleh Pak Aryo yang merupakan seorang dosen, sebagai suatu hal yang

Page 141: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

manusiawi. Bahkan beliau mengatakan bahwa saat menjadi mahasiswa pun

melakukan hal yang serup

jadi mahasiswa kayak gitu. Saya yang jadi mahasiswa yo pernah kayak gitu,

Tindakan curang yang dilakukan mahasiswa saat ujian maupun

plagiarisme dalam mengerjakan tugas yang diakui beberapa pihak sebagai suatu

hal yang biasa dan wajar dilakukan menunjukkan adanya rantai hubungan yang

turun temurun telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa sebelumnya. Hal ini

membuktikan adanya sikap konservatif terhadap tradisi lama yang dianggap

memberikan kemudahan dalam proses belajar, namun nyatanya hal ini mencederai

karakter dan kepribadian mahasiswa.

Anggapan bahwa menyontek adalah hal yang wajar ternyata juga

dipengaruhi oleh dosen. Informan menyatakan bahwa selama ini dosen hanya

sekedar memberikan teguran pada mahasiswa yang menyontek, sehingga berbuat

ketahuan nyontek kan istilahnya itu pol-pole cuma di tegur seperti itu mbak, jadi

dari kami sendiri pun udah nga

Selanjutnya pun, tidak ada tindak lanjut atas kecurangan yang

dilakukan mahasiswa, meskipun dosen sudah menangkap basah mahasiswa yang

sedang menyontek tersebut. Sehingga hal ini menyebabkan kecanduan bagi

mahasiswa, karena tidak adanya sanksi yang tegas sebagai hukuman atas

kesalahan yang dilakukan.

saya kan bersih, hahaha..maksud saya itu mbak ya ada ketahuan mungkin lembaran catatan fotokopinya seperti itu sudah banyak ketahuan, sudah pernah ketahuan tapi cuma diambil. Iya terus ngerjain

Informan lain menuturkan bahwa tindakan curang mahasiswa juga

tergantung dari bagaimana cara mengajar dosen mata kuliah yang bersangkutan.

Bila cara mengajar dosen runtut dan menyenangkan tentunya mahasiswa juga

nyaman untuk belajar. Sebaliknya, bila dosen menyampaikan materi tidak runtut,

Page 142: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

atau materi yang diujikan tidak sesuai dengan yang diajarkan, tentunya hal ini

menyusahkan mahasiswa juga.

dosennya neranginnya kita ngeh, jelas, runtut, itu ya enak, kita belajarnya juga enak, nggak perlu kayak gitu. Tapi kalau masih, materinya itu masih di awang-awang gitu lho, masih ngambang gitu, mo belajar apa kadang apa yang ajar, apa yang ada di buku, nggak ada di ujian, itu kan kadang juga haduh nyesek (Sari/01/05/2012) Senada dengan hal tersebut, Yusuf mengatakan bahwa dosen sangat

berpengaruh terhadap kedisiplinan mahasiswa saat ujian. Dosen diharapkan

mampu mengelola kelas secara disiplin dan kondusif, sehingga tidak memberikan

kesempatan bagi mahasiswa untuk berbuat curang.

lebih disiplin, jadi kalau semisal dosennya itu membuat disiplin, itu pasti mahasiswa jadi disiplin, istilahnya nggak ada yang nyontek gitu lho, ya it Dalam hal ini, menurut Yusuf, dosen memberikan pengaruh yang

cukup besar. Sejauh mana dosen memberikan perhatian terhadap proses

pembelajaran mahasiswa akan mempengaruhi motivasi mahasiswa untuk berlaku

jujur. Jadi, dosen yang hanya peduli pada hasil ujian yang bagus, akan berdampak

berpikir sendiri. Ya gitulah, ada dosen yang killer, ada yang dosen enak, ada yang

dosen sedengan, itu ya i

Dalam menanggapi kecurangan mahasiswa, tindakan dosen biasanya

berkaitan dengan nilai mata kuliah yang bersangkutan. Informan menyatakan

bahwa dalam suatu kasus, seorang mahasiswa pernah ketahuan mencontek oleh

dosen. Kemudian dosen tersebut mengambil contekan mahasiswa dan tetap

memperbolehkannya mengerjakan ujian. Pembelajaran dari dosen lebih pada

sistem punishment atau hukuman. Dalam hal ini, mahasiswa yang ketahuan

mencontek akan mendapat nilai yang jelek atau bahkan tidak mendapatkan nilai

pada mata kuliah tersebut.

Page 143: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

kepekannya itu, tapi nggak ada tindak lanjut lagi juga kok. Enggak, nggak, dulu diambil, he-em, dia tetep ngerjain, katanya dapet nilai juga, nggak tahu kayaknya C atau piye apa aku lupa tapi pokoknya dapat nilai lah waktu

Sebagai seorang pendidik, Pak Aryo menerapkan treatment khusus

untuk mengantisipasi tindakan curang mahasiswa, dengan memberikan soal

tentang analisis dan evaluasi.

soalnya. Kalau soalnya bukan kognitif, bukan kognitif 1, 2, 3 tapi sudah menganalisis, mengevaluasi, mereka tidak bakalan bisa nyontek, bagaimana dia bisa menganalisis, mengevaluasi, jadi kita berikan data, share, silakan dianalisis sekalian dievaluasi. Itu..ada kalimat, beberapa

Sedangkan bu Dini menerapkan strategi yang berbeda untuk

mengantisipasi tindakan curang mahasiswa, yaitu dengan format peer attachment,

atau disebut juga dengan penilaian teman sejawat. Strategi ini dilakukan dengan

cara saling mengontrol pekerjaan teman, sehingga mahasiswa saling memberikan

penilaian atas pekerjaan mahasiswa yang lain.

iasanya ngatasinnya dengan ada format peer attachment, penilaian teman sejawat ya kan? Jadi dia akan, saya bilang ini akan ada penilaian teman sejawat, jadi anda akan saling mengontrol e..pekerjaan temen-temennya, saya bilang. A menilai A, B, C, D; B menilai B, A, C, D, jadi anda jangan anu e..apa itu? Enak-enak, semua temen akan

Dengan menggunakan format peer attachment sebagai strategi dalam

mengantisipasi kecurangan mahasiswa, terjadi transparansi bahwa semua tugas

benar-benar melalui proses pengoreksian, sehingga mahasiswa tahu bahwa tugas

yang mereka kerjakan tidak asal diberi nilai secara acak saja, namun benar-benar

dikoreksi. Informan pun menyampaikan bahwa bila terjadi kecurangan yang

dilakukan oleh mahasiswa, maka mahasiswa yang bersangkutan akan langsung

dikoreksi. Pernah terjadi saya bilang kalau sampai terjadi nyontek misalnya, akan

Page 144: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Informan juga tegas dalam mengatasi tindak kecurangan yang

dilakukan mahasiswa dalam membuat tugas. Informan menyampaikan pernah

mendapati tugas beberapa mahasiswa yang sama, kemudian informan menulis

kata CURANG di tugas-tugas tersebut, dan mengambil tindak lanjut memanggil

mahasiswa yang bersangkutan untuk mengonfirmasi tindakan curang mereka.

-4 orang sama, itu akan saya tulisi CURANG, coret-coret-coret. Mereka akan saya panggil. Nanti akan bu, nanti akan sampai ngaku yang punya saya

2) Tanggungjawab

Mahasiswa FKIP sebagai seorang calon pendidik, diharapkan mampu

memiliki tanggungjawab yang tinggi. Tanggungjawab yang dimaksud ialah

mengetahui dan menaati

bertanggungjawab itu mahasiswa yang apa namanya, tahu aturan dan melakukan,

(Syarif/13/12/12) Mahasiswa yang telah dewasa dan memiliki pemikiran yang

luas, seringkali tertantang untuk melanggar aturan-aturan yang mapan. Sehingga

mahasiswa harus dibentuk untuk memiliki sikap tanggungjawab.

Berkaitan dengan tanggungjawab sebagai seorang mahasiswa FKIP

UNS, maka setiap hari Senin dan Selasa wajib mengenakan seragam atasan putih

dan bawahan gelap, hal ini dinyatakan dalam Pedoman Akademik Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2010/2011 mengenai tata cara berpakaian untuk

mahasiswa. Untuk kuliah teori, mahasiswa berpakaian rapi tidak ketat, hari Senin

dan Selasa pakaian atas putih, bawah gelap dan sopan, bercelana dan memakai

(kemeja), bersepatu dan berkaos kaki. Sedangkan untuk mahasiswi berpakaian

rapi tidak ketat, hari Senin dan Selasa pakaian atas putih bawah gelap, sopan dan

bersepatu.

Program penggunaan seragam putih gelap pada hari Senin-Selasa

mulai diberlakukan FKIP pada tahun 2008. Seragam ini menurut Pak Faizal,

bertujuan untuk membentuk disiplin dan kebersamaan yang berusaha dibiasakan

Page 145: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

PPL itu pakai seragam, di

dunia kerja juga seragam. Seragam itu membentuk disiplin, kebersamaan,

karakter, macem-

Mengenai kebijakan penggunaan seragam putih gelap pada hari Senin-

Selasa tersebut, Pak Syarif menyatakan hal yang tidak terduga. Informan

informan menambahkan bahwa seragam putih gelap saat ini baru sekedar menjadi

himbauan yang disosialisasikan melalui surat edaran. Hal ini menyebabkan

pelanggaran pada himbauan seragam ini belum diberikan sanksi yang mengikat.

itu mbok dibuat aturan bukan hanya sekedar edaran. Karena sekarang kan itu istilahnya masih surat edaran, jadi yang namanya surat edaran itu kan belum ada, apa namanya, sanksi yang mengikat, begitu, jadi

Belum adanya aturan yang jelas dan tegas mengenai kebijakan

seragam ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya ialah karena belum

adanya aturan etika berpakaian bagi dosen. Hal inilah yang sebenarnya masih

menjadi pro dan kontra.

untuk dosen kan belum ada, itu lho, yang dulu sering diprotes juga dari, kita melarang mahasiswi untuk tidak pakai celana panjang, tapi

Hal ini diakui Pak Faizal memang masih mengalami sedikit hambatan.

Sejauh ini masih ada beberapa mahasiswa dan sebagian kecil dosen yang belum

antaranya itu. Ada sebagian kecil dosen, sangat kecil yang juga tidak sepakat. Iya

ada 1-

Sebagai konsekuensinya, realita yang terjadi di lingkungan kampus

FKIP pun menunjukkan beberapa mahasiswa yang masih belum mengenakan

pakaian sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh FKIP tersebut. Seperti yang

dikemukakan informan berikut ini.

Page 146: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

blusnya pendek, aduhai kan gitu. Jadi ibaratnya kan itu yang ndak berkarakter, iya kan? Tidak mencerminkan penampilan seorang guru itu gimana. Ya memang kita kadang masih

Bu Dini mengemukakan pendapatnya bahwa kebijakan pemakaian

seragam merupakan satu cara pendisiplinan yang bertujuan untuk membangun

pendisiplinan dengan membangun karakter dengan pendisiplinan seragam

Hal tersebut dibenarkan oleh Pak Aryo. Informan menuturkan bahwa

kebijakan ini merupakan salah satu media pendisiplinan bagi mahasiswa, agar

kan salah satu

saja, hanya salah satu alat untuk mendisiplinkan, hanya salah satu alat ya, jadi

agar kita berpenampilan layaknya calon guru.

Lebih lanjut, informan menambahkan bahwa ada ketentuan seragam

khusus juga yang berlaku bagi dosen. Sedangkan kebijakan seragam putih gelap

yang berlaku bagi mahasiswa, ternyata juga memberikan dampak positif bagi

-dosen kan juga

sekarang jarang sudah tidak ada lagi dosen pakai jeans. Itu kita sekarang sudah

malu.

Informan yang lain berpendapat, bahwa ketentuan penggunaan

seragam diadakan dalam rangka untuk memberikan kesadaran bagi mahasiswa

untuk berpenampilan yang baik dan rapi sesuai karakter pendidik. Hal ini memang

lebih

memberikan kesadaran berpenampilan yang rapi, yang baik. Pendidik itu harus

(Ahmad/18/06/12)

Sari menyampaikan bahwa dia tidak merasa keberatan dengan

ketentuan seragam putih gelap ini. Menurut informan, seragam putih gelap dapat

menunjukkan identitas diri. Sebagai seorang mahasiswa FKIP UNS, pakaian

Page 147: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

seragam putih gelap pada hari Senin-Selasa merupakan salah satu pembeda

den

masalah sih nek buat aku. Aku nggak ada masalah, soalnya itu juga apa ya, untuk

Menurut hasil observasi, Sari hampir selalu menggunakan rok saat ke

kampus.

Informan, meskipun dalam kesehariannya di UKM Taekwondo selalu sporty dengan mengenakan celana panjang dan kaos, namun saat ke kampus dia mengganti kostumnya dengan rok dan kemeja. Walaupun peneliti melihat sekali dua kali, informan menggunakan kemeja putih bergaris-garis saat hari Senin-Selasa, tapi dia konsisten menggunakan rok saat ke kampus. (Catatan lapangan/01/05/2012) Hal tersebut menunjukkan tanggungjawab informan dalam menghayati

perannya sebagai mahasiswa calon guru, untuk berusaha membiasakan diri

berpenampilan menggunakan rok.

Sedangkan Anwar juga mengaku bahwa dirinya tidak pernah merasa

mbak, kalau memang hari Senin dan Selasa disuruh memakai seperti itu, oke-oke

ataupun keberatan karena berhubungan dengan kebiasaannya mengenakan

seragam dari sejak SMA.

kan dulu SMA juga kan masih apa ya, istilahnya kan dibatasi dengan seragam seperti itu juga oke-oke saja, apalagi ini kan kuliah, untuk, untuk hari Senin dan Selasa saja. Jadi menurut saya itu nggak jadi

Mengenai kebijakan pemakaian seragam hitam putih, Yusuf

memandang hal tersebut sebagai bentuk pembiasaan. Menurutnya mahasiswa

FKIP sebagai calon guru memang harus dibiasakan untuk mematuhi aturan

sebagai wujud pendisiplinan, salah satunya yakni aturan penggunaan seragam

putih gelap pada hari Senin dan Selasa tersebut.

pendidikan, pendidikan dalam arti keguruan, kita sebagai calon guru, kita harus dibiasakan, dibiasakan dalam artian kita harus mematuhi

Page 148: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

aturan. Kalau kita sudah dibiasakan mematuhi aturan pasti di luarnya kan gampang kita mematuhi aturan, nggak mungkin kita akan melanggar aturan itu, contohnya ya, hari Senin sama Selasa pakaian

Namun tanggapan yang berbeda disampaikan oleh Esty. Menanggapi

seragam putih gelap yang dilaksanakan setiap hari Senin dan Selasa ini, informan

dengan tegas menyatakan ketidaktahuannya dan balik mempertanyakan tujuannya

nggak

Menurut informan, dia tidak tahu kenapa harus ada kebijakan seragam

putih gelap setiap hari Senin Selasa. Informan juga mempertanyakan tujuan serta

hubungannya dengan pencapaian visi dan misi FKIP.

kan udah nggak dibatasi oleh seragam, kalau aku menurutku dulu gitu kan, terus yaudah itu, terus masuk di sini, terus tahu oh..kayak gitu, sebenernya itu buat apa, aku nggak ngerti juga, untuk menyeragamkan atau gimana, visi, hubungannya sama visi misi itu apa, aku kan juga nggak ngerti juga, tapi kenapa sih

Informan mengaku tahu mengenai kebijakan seragam putih gelap

tersebut pada saat OSMARU, namun sayangnya tidak ada sosialisasi lebih lanjut

terkait dengan tujuan kebijakan tersebut. Selain itu, informan juga merasa agak

terganggu dengan kebijakan seragam ini. Menurutnya penggunaan kemeja atau

blus putih terkesan seperti anak SMA. Secara pribadi, informan pun mengaku

malas menggunakan rok.

a kan dulu nggak punya hem putih ya, ya maksudnya hem putih itu kayak masih SMA banget gitu lho, kalau aku sih mikirnya gitu, kayak gitu. Harus beli hem putih. Anu apa rok, harus pakai rok, dulu kan aku paling males banget pakai rok-an, paling males banget pakai

Hal ini didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa

informan lebih sering mengenakan celana panjang saat ke kampus.

Informan yang secara terbuka mengakui keengganannya menggunakan rok, dalam kesehariannya di kampus memang lebih sering mengenakan celana panjang, lebih spesifik yakni celana pensil

Page 149: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

berbahan jeans. Informan mengenakan rok bila ada keperluan ke kantor prodi. (Catatan lapangan/25/05/2012) Hal tersebut menunjukkan bahwa informan belum menghayati secara

sadar untuk berpenampilan seperti yang diharapkan FKIP.

Terkait dengan hal tersebut, mahasiswa FKIP yang sangat banyak pun

tidak lepas dari kekurangan. Hal ini terlihat dari masih adanya beberapa

mahasiswa yang belum rapi dalam memakai seragam putih gelap ini.

mereka tetep mau pake item putih ya meskipun dalam pelaksanaannya

tapi udah item putih itu, tapi kalau di Pendidikan IPS kan masih kalau item putihnya ya masih pake jeans, baju ya sekenanya gitu, kadang cowok-cowok pake polo shirt Hal ini pun dibenarkan oleh Anwar. Informan menuturkan bahwa

teman-teman mahasiswa yang lain masih mengenakan seragam yang

dimodifikasi, dalam arti bahwa masih ada mahasiswa yang mengenakan bahan

jeans, dan lain sebagainya.

-Selasa itu kayaknya ngeliatnya juga item putih, tapi item putih yang dimodif, dalam artian itu mungkin atasnya putih tapi kaos berkerah, bawahnya mungkin kan apa ya, bawahnya itu pokoknya gelap, mungkin itu dari celana, celana dengan bahan jeans seperti itu. Tapi untuk aturan yang sebenarnya kan atas, atas itu bener-bener kemeja putih bawah celana kain item, seperti itu. Kalau saya sih itu masih ya masih wajar saja kan paling nggak masih menunjukkan atas

Sesuai dengan pengakuannya, informan beberapa kali terlihat

mengenakan celana panjang jeans saat di kampus.

Peneliti melihat bahwa beberapa kali Anwar mengenakan celana panjang jeans saat di kampus. Meski begitu, dengan atasan kemeja putih polos, Anwar berusaha menaati kebijakan penggunaan seragam pada hari Senin-Selasa. (Catatan lapangan/25/05/2012) Menurut hasil observasi, beberapa mahasiswa masih terlihat belum

kompak dalam penggunaan seragam pada hari Senin-Selasa. Himbauan

penggunaan seragam yang menyatakan untuk menggunakan pakaian atasan putih

dan bawahan gelap diinterpretasikan bermacam-macam oleh para mahasiswa.

Page 150: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Yang terjadi kemudian adalah pakaian putih-gelap yang beraneka ragam.

Mahasiswa laki-laki kebanyakan mengenakan kemeja putih dan celana panjang

hitam, baik dari bahan kain katun maupun jeans. Sedangkan mahasiswi, ada yang

mengenakan kemeja putih dengan bawahan rok, ada juga yang menggunakan

bawahan celana pensil yang saat ini sedang tren. Mahasiswi muslim yang

berjilbab menggunakan jilbab dengan berbagai warna, seperti hitam, abu-abu,

coklat, merah, maupun hijau.

Sedangkan menurut pendapat Yusuf, mahasiswa FKIP yang belum

bisa mematuhi kebijakan penggunaan seragam putih hitam tersebut dikarenakan

tidak adanya sanksi atas pelanggaran yang terjadi. Seperti dikatakannya berikut

ang juga. Ada yang siswa mahasiswa mungkin menaati aturan, ada juga yang mungkin seenaknya sendiri, itu ada. Karena apa, ya mungkin nggak ada sanksinya, gitu. Kalau kita melanggar juga nggak ada

Gambar 4.3. Mahasiswa menggunakan seragam putih gelap pada hari Senin

Page 151: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Namun menurut pengakuan Anwar, mereka yang kurang

bertanggungjawab dalam mengenakan seragam putih gelap ini ialah karena

kurangpahamnya mahasiswa atas tujuan penggunaan seragam putih gelap ini. Hal

ini disampaikan oleh Anwar,

menunjukkan apa ya, bahwa itu pendidikan yang berkarakter, tapi saya cuma tahu sebatas itu tapi untuk lebih detailnya itu ditujukan untuk apa, itu saya sendiri belum paham. Jadi yang saya ketahui itu aja, pakai

Sedangkan menurut informan yang lain, kepatuhannya mengenakan

seragam putih gelap tergantung pada dosen yang mengampu mata kuliah yang

bersangkutan. Menurutnya, ada dosen yang menomorsatukan penampilan. Bahkan

beliau tidak memperbolehkan mahasiswanya yang mengenakan pakaian bukan

yang penampilan itu nomor satu, nggak ada rok, nggak boleh masuk, nggak boleh

Lebih lanjut, seragam putih gelap sangat ditekankan saat kuliah Micro

Teaching. Namun, masih ada beberapa mahasiswa yang mengakali seragam

dengan membawa baju ganti. Esty mengatakan bahwa masih ada teman-temannya

yang membawa celana ganti saat kuliah Micro Teaching. Biasanya, ketika dosen

masuk kelas, mahasiswa yang bersangkutan buru-buru ke kamar mandi untuk

k

temen-

Terkait dengan kebijakan penggunaan seragam pada hari Senin-Selasa

tersebut, beberapa mahasiswa mengakui tidak merasa keberatan maupun

terbebani, dan bersedia mematuhinya. Hal ini dialami oleh Sari, Anwar, dan

Yusuf. Namun, ada pula mahasiswa yang merasa keberatan, bahkan terkesan

terbebani untuk mematuhi kebijakan ini, seperti Esty. Hal ini dapat disebabkan

oleh kurangnya sosialisasi lebih lanjut mengenai kebijakan maupun program yang

ditetapkan oleh pihak FKIP, sehingga mahasiswa kurang mengetahui tujuan dan

maksud kebijakan maupun program yang bersangkutan.

Page 152: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

3) Kompeten

Profesi guru tentunya menuntut kualifikasi tertentu yang menunjukkan

kemampuan mendidik yang mampu mengarahkan peserta didiknya untuk

memiliki karakter yang kuat dan cerdas. Hal ini diwujudkan dengan kompetensi-

kompetensi khusus yang wajib dimiliki oleh seorang pendidik, yakni kompetensi

paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional. FKIP sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang

menyiapkan calon tenaga pendidik dan kependidikan telah menyusun sedemikian

rupa kurikulum yang sesuai untuk membekali para mahasiswa agar memiliki

keempat kompetensi tersebut.

Menurut Pak Ahmad, mahasiswa harus dibekali dengan kompetensi-

kompetensi pendidik, agar mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan

-betul digodok, agar betul-betul memiliki kemampuan yang

baik dan tinggi sehingga nanti bisa melaksanakan tugas dengan

(Ahmad/18/06/12). Pendidik yang memiliki kemampuan yang baik harus mampu

menerapkannya dengan baik pula.

Bekal bagi mahasiswa FKIP agar mempunyai kompetensi dan ciri khas

yang mencirikan mereka sebagai calon pendidik yang membedakan dengan

mahasiswa dari fakultas lain, menurut Titik, diberikanlah mata kuliah-mata kuliah

khusus mengenai kependidikan, seperti pendidikan peserta didik, profesi

kependidikan, maupun micro teaching.

tentang pendidikan peserta didik apa, profesi kependidikan dan juga ada apa, micro teaching dan juga ada pembekalan yang nanti PPL

Berdasarkan hasil observasi, informan menunjukkan kompetensinya

dengan kemampuan manajerial yang baik.

Informan menjabat sebagai ketua umum organisasi mahasiswa pecinta alam Garba Wira Bhuana UNS selama 2 tahun, yakni 2 periode kepengurusan. Kemampuan pengelolaan yang baik menunjukkan

Page 153: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

kompetensi profesionalnya dalam mengemban jabatan. (Catatan lapangan/24/05/2012) Kompetensi mahasiswa berusaha ditingkatkan dengan berbagai mata

kuliah yang diajarkan. Hal inilah yang merupakan media pembentukan karakter

bagi mahasiswa. Pendidikan karakter yang berupaya menanamkan nilai-nilai

karakter tertentu, bukan berarti menambah satu mata kuliah khusus, melainkan

pendidikan karakter terintegrasi dalam setiap mata kuliah, di dalam proses

pembelajaran.

karakter itu tidak hanya satu mata kuliah tapi terintegrasi di dalam semua mata kuliah, ya dalam bentuk tadi ya, misalnya dalam proses

Sedangkan Pak Aryo, sebagai ketua prodi Pendidikan Geografi

menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki keterampilan lebih untuk

mendukung profesionalitasnya. Hal ini didukung dengan berbagai program seperti

pengembangan media untuk membekali mahasiswa, sehingga menjadi guru plus.

tida

(Aryo/29/06/2012)

Mata kuliah aplikatif yang lain sebagai sarana untuk meningkatkan

kompetensi mahasiswa adalah magang. Magang diarahkan sebagai pembelajaran

dan pelatihan di dunia kerja. BKK Akuntansi adalah salah satu program studi

tempat magangnya, ada tempat magang, ada yang magang 1 bulan, ada yang lebih

Menurut hasil observasi, Sari menunjukkan kompetensinya dengan

menjadi asisten dosen di BKK Akuntansi dan sekretaris umum UKM Taekwondo

UNS.

Selama semester 4-5 informan menjadi asisten dosen dengan tugas membantu keadministrasian BKK Akuntansi. Selain itu, saat ini informan juga menjabat sebagai sekretaris umum di UKM Taekwondo UNS, yang mengelola keadministrasian organisasi. Informan juga

Page 154: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

memberikan les tambahan pada beberapa siswa SMP. (Catatan lapangan/01/05/2012)

4) Kerja Keras

Mahasiswa sebagai seorang calon pendidik, yang nantinya akan

berhadapan dengan banyak peserta didik, diharapkan mampu meningkatkan

kemampuannya sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini

harus diiringi dengan kerja keras, mengingat bahwa tugas pendidik tidaklah

sedikit dan mudah. Mahasiswa dilatih untuk bekerja keras agar dalam dirinya

tercipta karakter yang kuat dan tangguh.

Kerja keras ditunjukkan mahasiswa dengan berbagai kegiatan yang

mereka ikuti, namun tetap mampu mempertahankan sisi akademisnya. Salah satu

contohnya adalah Sari, yang sangat bekerja keras bagi kebaikan dirinya maupun

BKK Akuntansi. Informan yang nyambi menjadi asisten dosen dan menjadi

sekretaris umum di UKM Taekwondo UNS ini, tetap mampu meraih nilai

akademis yang bagus.

boleh ngajar, jadi kalau ngajar kan ada namanya dosen luar biasa, jadi mereka yang ngajar gitu. Kita nggak boleh ngajar, jadi kita paling bantu ngawas terus bantu administrasi di BKK gitu, misalkan ada, ada kegiatan magang, kita yang bikin surat magangnya, kita bikin perjanjian magangnya, kita bantu dari sisi administrasi, terus misalkan ada rapat-rapat gitu, jadi

(Sari/01/05/2012) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, Sari selalu berusaha

menjalankan kewajibannya dengan sungguh-sungguh.

Di organisasi kemahasiswaan, informan lah yang berperan penting dalam setiap kegiatan. Namun, hal ini tidak membuat dia lupa pada kewajibannya sebagai mahasiswa. Bahkan saat menjadi panitia kejuaraan Taekwondo di Semarang, informan tetap mengerjakan tugas kuliahnya saat waktu istirahat. (Catatan lapangan/01/05/2012) Sedangkan informan yang lain, yaitu Anwar, rela lembur untuk

mengerjakan laporan-laporan praktikum.

Page 155: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Informan yang mengaku sering bangun kesiangan karena harus lembur mengerjakan berbagai macam laporan praktikum ini, saat wawancara dengan peneliti terlihat matanya merah dan berkantung. Hal ini menunjukkan kesungguhannya dalam mengerjakan kewajibannya sebagai mahasiswa prodi Geografi. (Catatan lapangan/25/05/2012) Hal yang serupa juga dijalani oleh Titik. Titik yang merupakan

mahasiswi tingkat akhir di prodi Pendidikan Sejarah dan menjabat sebagai ketua

umum organisasi pecinta alam Garba Wira Bhuana UNS selalu bekerja keras

terutama dalam pengerjaan tugas-tugas kuliah. Meskipun organisasi mahasiswa

yang diikutinya menuntut partisipasi penuh, namun Titik tidak pernah lalai dalam

waktu ya langsung dikerjain, langsung diku

Kerja keras mahasiswa juga diakui oleh bu Dini. Sebagai seorang

dosen, beliau menerapkan kedisiplinan dan ketegasan dalam pengumpulan tugas.

Meski begitu, beliau sangat menghargai mahasiswanya yang mau gigih dan

bekerja keras mengumpulkan tugas ke rumahnya di Klaten pada dini hari,

meskipun batas pengumpulan tugas sudah lewat.

misalnya 2, seminggu lagi. Kalau saya mesti gitu, 2 minggu. Kemudian, dikumpulkan paling lambat pada saat ujian semester. Ujian semester paling lambat 24 jam misalnya. Nah..pernah ada anak-anak itu jam 2 malam datang ke rumah kan. Kan lewat, dilempar brraakk gitu kan. Anak saya nanya, Ma..itu kok jam 2 kok baru nganter, berarti udah lewat. Ndak pa-(Dini/28/06/2012)

5) Disiplin

Disiplin merupakan salah satu nilai karakter yang diharapkan dapat

dipenuhi oleh FKIP UNS. Disiplin berarti tepat waktu, serta kepatuhan pada

aturan dan tata tertib yang dimiliki oleh FKIP UNS. Dalam hal ini, peneliti

melihat kedisiplinan dalam ketepatan waktu masuk kuliah, kerajinan masuk

kuliah, serta kedisiplinan dalam mengenakan seragam putih gelap pada hari

Senin-Selasa.

Page 156: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Mengenai kedisiplinan dalam waktu masuk kuliah, ke-5 informan

mahasiswa mengaku pernah terlambat. Salah satunya Esty. Esty mengaku sering

terlambat masuk kuliah pada semester awal. Hal ini disebabkan karena jam masuk

kuliah yang terlalu pagi yakni jam 7, sedangkan jarak dari rumahnya ke kampus

cukup jauh yakni sekitar 30 menit perjalanan.

sama Klaten, jadinya 30 menit dari kampus. Sebenernya sering telatnya itu kadang-kadang, waktu semester awal, soalnya jam 7 tet,

Meski begitu, pada semester-semester berikutnya, informan mengaku

tidak mengalami kesulitan dalam mematuhi jam masuk kuliahnya, karena masuk

-semester ini kan udah agak siang,

Menurut hasil observasi, Esty berusaha disiplin dalam mematuhi jam

masuk kuliah.

Informan terlihat berlari-lari kecil karena jam sudah menunjukkan waktu masuk kuliah. Walaupun sebelumnya dia menempuh perjalanan setengah jam dari rumahnya, dan sudah terlihat ngos-ngosan. Namun dia tetap menyempatkan melambaikan tangan dan menyapa peneliti terlebih dulu. (Catatan lapangan/25/05/2012) Hal serupa disampaikan oleh Sari. Informan juga mengalami masalah

an sering, hehe.

(Sari/01/05/2012). Hal tersebut biasanya karena kelelahan setelah seharian

sebelumnya beraktivitas, sehingga tidurnya terlalu malam. Informan juga

menambahkan kalaupun telat masuk kuliah siang karena berhubungan dengan

adanya kegiatan organisasi.

tidurnya kemaleman, capek kemarin seharian beraktivitas, capek gitu. Mau bangun tu berat, dan sebagainya, paling itu. Kayak gitu doang kalau telat, kalau telat masuk kuliah siang, kalau kuliah siang itu paling telatnya gara-gara sebelumnya ada kegiatan apa, atau di

Page 157: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

organisasi lagi ngurusin (Sari/01/05/2012) Sedangkan menurut hasil observasi, Sari agaknya kurang berdisiplin

saat merasa sudah kelelahan.

Setelah selesai melakukan persiapan untuk kejuaraan Taekwondo, Sari tidak segera menuju kampus untuk kuliah meskipun waktu sudah menunjukkan saatnya masuk kuliah. Informan mengungkapkan bahwa dia menunggu sms dari temannya saat dosen sudah masuk ruang kuliah. (Catatan lapangan/01/05/2012) Informan lain yang juga merupakan mahasiswa yang aktif di

organisasi menyatakan bahwa dia sering telat masuk kuliah. Keterlambatannya ini

disebabkan oleh banyaknya tugas dan praktikum di prodi Geografi yang

menyebabkan informan lembur hingga malam hari, sehingga sering bangun

menggunakan tugas praktikum kan lebih banyak, jadi sering lembur, nah..gara-

Hal yang senada disampaikan oleh penggiat organisasi yang lain.

Yusuf dengan jujur mengakui kadang-kadang terlambat masuk kuliah. Hal ini

diakuinya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti bangun kesiangan, serta

nggak pernah lagi, yaa..kadang-kadang sih, ya itu karena mungkin ya apa itu

namanya faktor-

Ditambahkan lagi oleh informan bahwa dosen menempati posisi yang

penting sebagai sosok yang dijadikan contoh. Keteladanan dari dosen sangat

perlu, karena berpengaruh terhadap pola perilaku mahasiswa kepada dosen yang

bersangkutan. Dosen dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif, seperti

ada, itu sama aja kan. Itu sebenarnya hal sepele, itu malah membuat mahasiswa

itu malah malas, kadang-

Page 158: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Berdasarkan hasil observasi, informan lebih suka menunggu dosennya

masuk ruang kuliah terlebih dulu, daripada dia harus menunggu dosen berlama-

lama.

Saat bertemu dengan informan, dan peneliti menanyakan tentang kuliah, dia sering menyampaikan sedang menunggu dosen, padahal pada saat tersebut dia sedang berada di GRHA UKM UNS, bukan di kampus FKIP. Dia lebih memilih main-main dulu, sambil menunggu sms pemberitahuan dari temannya saat dosennya datang. (Catatan lapangan/15/06/2012) Selain terlambat, ada juga mahasiswa yang tidak disiplin karena

membolos pada jam kuliah. Hal ini pun diakui oleh Sari, mahasiswi Pendidikan

Informan menambahkan bahwa dia menggunakan strategi untuk membolos.

Selanjutnya, informan memanfaatkan ketentuan 75 % presensi masuk kuliah

sebagai syarat mengikuti ujian KD, sehingga informan melihat 25 % kesempatan

di setiap Kompetensi Dasar yang dapat informan gunakan untuk 1 kali bolos.

-lihat, kalau emang penting ya bolos, misalkan, misalkan kan kita punya jatah kan, 1 KD 4 kali pertemuan 1 kali boleh bolos, nah..itu dihitung, jadi aku

Begitu pula dengan informan yang lain. Esty mengaku pernah

membolos, namun intensitasnya tidak sesering seperti dirinya terlambat. Hal ini

karena tuntutan organisasi. Informan adalah penggiat organisasi dengan kegiatan

yang cukup banyak, dia harus rela membolos kuliah saat ada kegiatan yang

bertabrakan dengan jam kuliahnya. Meski begitu, ia mengaku tidak suka

membolos karena akan tertinggal materi kuliahnya.

emang bener-bener ada acara itu jelas, kayak ada apa kegiatan, kebetulan kan dulu juga kegiatannya sempet padat banget, jadinya terpaksa bolos, sebenernya nggak begitu seneng bolos aku, semester 1 semester 2 tuh semester 1 semester 2 tuh sama sekali belum eh..nggak pernah bolos, semester 3-4 itu paling banyak bolos, hampir 10 hari

/2012)

Page 159: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Namun hal ini tidak dilakukan oleh Anwar. Untuk urusan membolos,

informan termasuk mahasiswa yang rajin, karena dia mengaku tidak pernah

membolos, apalagi tanpa alasan yang jelas. Anwar mengaku alasannya

meninggalkan perkuliahan adalah karena

(Anwar/25/05/2012)

Beberapa mahasiswa yang mengungkapkan belum mampu dalam

mematuhi jam masuk kuliah, seperti yang diakui oleh Esty, Sari, Anwar, dan

Yusuf, dengan berbagai alasan yang menghambat kedisiplinan mereka,

menunjukkan belum adanya kesadaran pribadi dari mahasiswa yang bersangkutan

untuk berusaha lebih disiplin. Meski begitu, seperti yang diungkapkan oleh Yusuf,

hal ini juga dipengaruhi oleh contoh keteladanan dari pendidik yang ternyata

belum bisa memberikan contoh yang semestinya.

6) Bersahabat/komunikatif

Saat ini, seorang guru bukan hanya harus pintar dengan banyaknya

wawasan dan pengetahuan, namun juga harus mampu menjalin kedekatan dengan

peserta didiknya. Sebagaimana seorang mahasiswa mampu menjalin komunikasi

baik dengan sesama mahasiswa, dengan dosen, maupun dengan staf kependidikan.

Sikap yang bersahabat dan komunikatif menjadi poin penting untuk

mengembangkan karakter mahasiswa FKIP.

Sikap yang bersahabat mulai dipupuk dalam diri setiap mahasiswa

sejak awal memasuki bangku perkuliahan. Penerimaan mahasiswa baru atau yang

lebih dikenal dengan OSMARU merupakan salah satu sarana awal untuk

mengembangkan sikap yang bersahabat. Hal ini yang mungkin dulu banyak

disalahartikan sebagai ajang perpeloncoan dan balas dendam dari senior kepada

juniornya, kini telah mengalami perubahan yang positif. OSMARU tidak lagi

menjadi ajang perpeloncoan mahasiswa, namun berjalan lebih akademis dan

Page 160: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

mendidik, dengan berusaha mengenalkan mahasiswa baru dengan lingkungan

kampus yang baru, serta para penghuninya.

Jurusan P IPS yang terdiri dari 5 program studi menyediakan sarana

berinteraksi yang luas. Hal ini merupakan media bagi para mahasiswa untuk

melatih diri menjalin komunikasi dengan orang lain. Titik salah satunya mengaku

mempunyai banyak teman baik dari prodinya sendiri, maupun dari prodi-prodi

-akrab banget, biasanya temen

dari SMA, atau temen kost gitu. Nek

(Titik/24/05/12)

Dalam berbagai kesempatan, peneliti dan informan sering bertemu, dan kami pasti saling bersalaman dan mengobrol terlebih dulu sebelum melanjutkan keperluan masing-masing. Dari jarak yang jauh pun, informan akan melambaikan tangan dan tersenyum, kemudian menghampiri peneliti. (Catatan lapangan/24/05/2012) Hal tersebut menunjukkan bahwa informan cukup bersahabat bahkan

dengan peneliti yang bukan teman seprodi maupun seorganisasi.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan yang lain. Sikap

ramah yang ditunjukkan minimal dengan tindakan menyapa dilakukan oleh Esty

baik pada kakak-kakak tingkat maupun teman-teman dari prodi yang lain.

tahu kenal kakak tingkat, tapi nggak tahu itu angkatan berapa, paling juga, penting kalau ketemu juga nyapa apalah. Adek tingkat kenal, yo nggak semua sih, maksude dari angkatan bawahku pas, terus angkatan bawahnya lagi itu. Prodi lain kenal, P IPS eh..ekonomi ada, Geografi

(Esty/25/05/2012) Menurut hasil observasi, Esty adalah mahasiswi yang ramah.

Meskipun informan satu tingkat lebih muda dari peneliti, tapi dia tidak merasa canggung untuk bercerita banyak tentang dirinya, kuliah, organisasi, maupun kesulitannya dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Dalam interaksi yang terjadi, informan hampir selalu menyapa terlebih dulu, kemudian menjabat tangan peneliti. (Catatan lapangan/25/05/2012)

Page 161: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Ini menunjukkan bahwa terhadap orang yang lebih dewasa pun,

informan menjalin hubungan yang baik dan bersahabat.

Sedangkan informan yang lain, yaitu Sari, yang memang merupakan

teman satu organisasi dengan peneliti, sudah menjadi seperti adik bagi peneliti.

Informan yang lebih banyak bertemu dengan peneliti di sekretariat UKM Taekwondo dan berbagai kegiatan taekwondo, sudah seperti adik, yang banyak curhat tentang kehidupannya. Bahkan informan sering mengantar-jemput saat ada kegiatan bersama dengan peneliti. (Catatan lapangan/01/05/2012)

7) Responsif

Guru sebagai pendidik merupakan subyek pembawa perubahan. Guru

dituntut untuk memiliki sikap yang responsif terhadap perubahan sosial yang

terjadi di masyarakat. Hal ini pula yang ingin diwujudkan FKIP dalam diri

mahasiswanya. Bagaimana mahasiswa mampu secara cepat dan tepat tanggap

terhadap situasi dan lingkungan masyarakat. Hal ini diarahkan untuk menanamkan

karakter pendidik yang mampu memberikan pelayanan maksimal.

Menurut informan, seorang pendidik harus selalu mengikuti

perkembangan informasi, baik melalui buku, koran maupun media yang lain. Hal

ini dilakukan untuk meningkatkan wawasan agar memiliki pemikiran yang kritis

dalam menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.

-guru pasti tiap harinya baca buku ataupun koran ataupun yang lain, harus update, update tentang berita gitu kan, ya harus tahu juga, sebagaimana ya guru itu harus kritis, ada banyak guru yang mungkin

Sejauh ini, tindakan responsif mahasiswa sebagai bentuk tindakan

kritis yang disalurkan melalui beberapa wadah, seperti organisasi kemahasiswaan.

BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa merupakan salah satu organisasi yang

sering terlihat responsif menanggapi perkembangan dan perubahan sosial yang

-aksi,

tindakan responsif tersebut belum menunjukkan hasil yang solutif.

Page 162: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

8) Inovatif

Seorang guru yang cerdas, bukan hanya pintar dengan penguasaan

materi dan pengetahuan yang luas, namun juga bagaimana mereka mampu

menciptakan karya dan produk yang baru baik bagi peserta didiknya maupun bagi

dunia pendidikan. Kecerdasan inteletual bukan lagi melulu tentang penguasaan

pengetahuan secara teoritis. Hal ini tidak hanya ditunjukkan melalui prestasi

akademis dengan nilai tertentu yang tertera di atas kertas, tapi juga bagaimana

mahasiswa mampu berinovasi dan membawa perubahan positif bagi dirinya

maupun lingkungan sekitarnya.

harus menjadi guru yang mampu berinovasi jadi kita itu tidak tidak boleh menelan mentah apa yang kiat dapatkan terus kita berikan kepada murid. Kita itu harus mempunyai inovasi-inovasi untuk

(Anwar/25/05/2012) Informan berinovasi lebih banyak dengan pengembangan media.

Di prodi Pendidikan Geografi, mahasiswa lebih banyak dituntut untuk penguasaan pengembangan media, baik peta konvensional, peta digital, macromedia flash, maupun power point. Hal inilah yang diaplikasikan informan saat PPL. (Catatan lapangan/25/05/2012) FKIP menyediakan media bagi mahasiswa untuk mengembangkan

potensi dan kreativitasnya melalui Program Kreativitas Mahasiswa atau PKM.

PKM memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan kreativitasnya untuk

menciptakan inovasi-inovasi baik dalam pendidikan, kewirausahaan, dan lain

sebagainya. Hal ini dimanfaatkan salah satunya oleh Titik, untuk menyalurkan

ide-

suatu karya lah, setidaknya dari universitas kan udah sosialisasinya tinggi, kalau

Informan mengikuti PKM sebanyak 3 kali, yakni tahun 2010 sebagai syarat perolehan beasiswa, kemudian tahun 2011 lolos, namun karena informan mengurusi banyak kegiatan di organisasi, sehingga lupa mengurus keperluan PKM, dan yang terakhir tahun 2012 tidak lolos. (Catatan lapangan/24/05/2012)

Page 163: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

Meskipun belum ada PKM yang terealisasikan, namun inovasi dan

kreativitas informan telah ditunjukkan dengan keikutsertaannya tersebut.

Hal tersebut dibenarkan oleh informan lain. Yusuf yang merupakan

mahasiswa prodi PKn juga memanfaatkan PKM untuk menyalurkan ide-idenya,

serta sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.

ketertarikan gitu lah, kemarin yang saya bikin sama temen saya itu PKMM, pengabdian masyarakat, itu sosialisasi undang-undang nomor 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, penelitian kemarin itu saya ngambilnya di Sukoharjo, ya karena mungkin ketidaktahuannya lebih banyak di Sukoharjo, di sana juga banyak kecelakaan gitu, jadi saya memilihnya di sana, gitu. Ya ada (Yusuf/15/06/2012)

9) Manajemen Emosi

Seorang pendidik harus memiliki kecerdasan emosional. Hal ini

mengingat bahwa sebagai pendidik, dia dituntut untuk mampu mengelola dan

mengorganisasi banyak orang, yaitu peserta didiknya. Peserta didik dengan

berbagai kepribadian dan karakternya yang unik dan berbeda satu dengan yang

lain, harus dikelola oleh pendidik yang sabar dengan manajemen emosi yang

tinggi. Pengelolaan emosi diri yang baik akan memberikan pengaruh yang baik

pula bagi pengelolaan peserta didiknya.

Menurut hasil observasi, Sari merupakan orang yang kurang bisa

mengontrol emosi.

Informan beberapa kali terlalu menggebu-gebu saat bercerita mengenai permasalahan di organisasi, hal ini terkait dengan amanah yang dipegangnya sebagai seorang sekretaris umum. Namun, beberapa kali pula, informan marah-marah pada staf yang lain saat dia terlalu lelah dan banyak pikiran. Informan juga beberapa kali terlihat ngambek. (Catatan lapangan/01/05/2012) Mengenai manajemen emosi, hal ini memang sangat personal bagi

para mahasiswa maupun dosen. Tidak jarang dosen pun belum mampu

memanajemen emosinya, apalagi untuk mengajarkan cara pengendalian emosi

Page 164: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

pada mahasiswa. Pendidikan karakter memang sangat memerlukan contoh, salah

satunya dari pendidik.

mengajarkan apa namanya, mereka tidak bisa mengendalikan emosi, hehehe.. ya memang kita terpulang ke karakter dari pendidiknya dulu. Dan nggak mungkin lah misalnya karakter kita itu suka marah misalnya, sedikit-sedikit emosinya naik, kalau kita nanti ngandani

(Syarif/13/12/12) Berdasarkan observasi terhadap Yusuf, dia menunjukkan pembawaan

yang tenang.

Yusuf tidak pernah meluapkan emosinya baik senang maupun marah secara meluap-luap. Dia tertawa sekali-kali saat bercanda dengan teman-temannya. Namun, dia tidak pernah terlalu marah meskipun menghadapi anggota organisasinya yang agak ngeyel. (Catatan lapangan/15/06/2012)

10) Religius

Salah satu nilai karakter yang sangat penting yakni religius. Hal ini

terkait dengan bagaimana mahasiswa sebagai seorang makhluk membina

hubungan vertikal dengan Tuhan. Selain harus membina hubungan baik dengan

sesama manusia, yang ditunjukkan dengan nilai karakter bersahabat/komunikatif,

mahasiswa tidak boleh melalaikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk yang

wajib melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan.

FKIP sebagai kampus yang memiliki ribuan mahasiswa yang sangat

multikultural, menganut beberapa keyakinan baik Islam, Katolik, Kristen, Hindu

maupun Budha. Lingkungan jurusan P IPS yang merupakan bagian dari FKIP

merupakan lingkungan yang sangat mendukung dalam pemenuhan kebutuhan

rohani mahasiswa. Jurusan P IPS terletak dekat dengan tempat-tempat ibadah

keagamaan, antara lain masjid Nurul Huda, gereja kampus, vihara, dan pura.

Untuk mendukung pembentukan mahasiswa yang memiliki

religiusitas, maka FKIP memfasilitasi salah satunya dengan diadakannya mata

kuliah Pendidikan Agama di setiap program studi. Hal ini diarahkan sebagai

Page 165: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

pembekalan pengetahuan dan wawasan keagamaan bagi mahasiswa. Penguasaan

materi keagamaan bukan satu-satunya hal yang ingin dicapai, tapi bagaimana

membentuk mahasiswa yang mampu mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut

dalam setiap dimensi kehidupannya.

Spiritualitas mahasiswa yang tinggi ditunjukkan salah satunya dengan

penampilan yang santun sesuai dengan ajaran agama, yakni mahasiswi muslim

yang mengenakan jilbab. Kaum muslim baik perempuan maupun laki-laki wajib

menutup aurat mereka. Jilbab merupakan kain penutup aurat yang dipakai oleh

perempuan. Titik dan Esty merupakan mahasiswi muslim yang telah

mengamalkan ajaran ini. Bukan berarti mahasiswi muslim yang tidak berjilbab

tidak mempunyai nilai religius, akan tetapi hal ini sebagai penanda yang mungkin

belum bisa diamalkan oleh mereka yang merasa belum mampu.

Esty mengalami perubahan penampilan sejak masuk kuliah tahun 2009 hingga saat ini. Pada semester 1-2, Esty belum menggunakan jilbab. Namun, mulai semester berikutnya hingga saat ini, dia sudah konsisten menggunakan jilbab baik di kampus, maupun luar kampus. (Catatan lapangan/25/05/2012) Menurut pengamatan pada informan yang lain, Sari sering membawa

mukena kemana pun dia pergi.

Saat di sekretariat UKM Taekwondo, dan waktu sudah menunjukkan waktu sholat, informan mengeluarkan mukena dan segera mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat. Dalam berbagai kegiatan pun, Sari sering membawa mukena untuk beribadah. (Catatan lapangan/01/05/2012) Sedangkan dari informan yang lain, saya bisa melihat bahwa mereka

juga berusaha mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Wawancara yang

saya lakukan dengan Pak Aryo dan Anwar yang kebetulan berlangsung sama-

sama pada hari Jumat, keduanya berakhir sebelum waktu ibadah sholat Jumat.

Informan di akhir wawancara menyampaikan bahwa mereka akan bersiap-siap

untuk ibadah sholat Jumat.

Selain itu, spiritualitas yang tinggi dapat menjadi penyembuh bagi

penyakit-penyakit yang sekiranya sudah menjangkiti hampir semua mahasiswa,

Page 166: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

yakni tindakan tidak jujur mahasiswa dalam ujian maupun mengerjakan tugas.

Ibadah merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dilihat

Pak Aryo sebagai salah satu cara yang bisa mengurangi gejala-gejala perilaku

mahasiswa yang kur -lama juga anak-anak yang semakin ke sini

ya, saya melihat ya anak-

(Aryo/29/06/2012)

b. Penilaian dan Evaluasi

Sejauh ini, pendidikan karakter sudah berjalan kurang lebih 5 tahun di

FKIP. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Pak Syarif, saat ini nilai-nilai

karakter yang diajarkan kepada mahasiswa FKIP sudah sampai pada tahap

menjadi kebiasaan. Mahasiswa sudah merasa adanya kekurangan saat tidak

menaati aturan dan tidak perlu diingatkan atas pelanggaran tersebut.

itu sebenarnya sudah sadar bahwa kalau mereka nggak pakai seragam mereka itu mesti akan nyingkir-nyingkir. Nah..artinya mereka kan woo..ini saya itu merasa ada sesuatu yang kurang, saya tidak mesti berpakaian seperti ini pada hari ini kan. Saya tidak perlu

Senada dengan hal tersebut, dalam melihat perilaku mahasiswa terkait

dengan pelaksanaan visi berkarakter kuat dan cerdas di lingkungan FKIP, Pak

Aryo mengatakan bahwa pendidikan karakter saat ini sedang berjalan dalam

proses di mana sudah ada perbaikan-perbaikan, baik individual maupun komunal.

-perbaikan, ada perbaikan baik secara apa, individual maupun secara komunal alhamdulillah saya lihat sudah ada perubahan yang signifikan, cuman karena perubahannya adalah perilaku, apa yang bisa, yang..yang kita amati hanya dari secara subyektif gitu, tidak langsung absolut kita lihat angkanya gitu, tapi saya melihat it Informan sebagai ketua program studi Pendidikan Geografi juga

menambahkan bahwa hasil dari pendidikan karakter tidak dapat langsung dilihat

secara instan, melainkan dapat dilihat dari prestasi-prestasi lulusan di masa yang

Page 167: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

akan datang, seperti peraihan beasiswa unggulan serta peran lulusan FKIP seperti

di MGMP.

kita bisa melihat setelah mereka lulus, iya kan, ternyata e..melihatnya itu juga bisa kita lihat pada saat mereka di MGMP, bagaimana peran

(Aryo/29/06/2012) Pendidikan karakter tentunya bertujuan untuk memperbaiki serta

membentuk para mahasiswa untuk memiliki karakter tertentu yang diharapkan

oleh FKIP. Sayangnya perubahan perilaku sebagai hasil proses pendidikan

karakter belum dapat diukur dengan suatu parameter khusus secara pasti. Meski

begitu, selama proses pembentukan karakter yang terjadi di FKIP, saat ini sudah

mulai menunjukkan hasil.

kedisiplinannya bagaimana, kejujurannya bagaimana, kalau kami hanya menilainya bahwa sekarang ini di 2012 tampaknya memang kita sudah akan ini, bahwa pendidikan atau pembentukan karakter

Untuk menilai atau pun mengukur perubahan perilaku terkait dengan

pembelajaran karakter mahasiswa, begitu pula Pak Aryo mengungkapkan bahwa

belum ada ukuran secara pasti untuk memberikan standar maupun kriteria sejauh

memang sangat sulit ya memberikan satu standar patokan, kriteria, mereka sudah

berkarakter atau belum, tapi yang jelas perilakunya, dilihat

(Aryo/29/06/2012)

Sedangkan Pak Ahmad menyampaikan bahwa ukuran penilaian

kepribadian belum ada secara pasti. Perubahan perilaku hanya bisa dilihat melalui

pengamatan mengenai sejauh mana nilai-nilai karakter yang diharapkan FKIP

memberi

belum ya, belum dilakukan. Yo paling sebagai hasil pengamatan saja bagaimana

Page 168: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Selanjutnya, menurut bu Dini, bahwa parameter keberhasilan dari

penerapan pendidikan karakter ialah bilamana mahasiswa telah mampu bersikap

dan berperilaku sesuai dengan yang FKIP harapkan, antara lain mahasiswa sudah

berpenampilan secara santun, berbicara dengan baik, serta berperilaku jujur.

ya sudah sesuai dengan apa yang di kita inginkan, misalnya gini..mahasiswa nggak nyontekan, mahasiswa udah berpenampilan santun, mahasiswa udah berbicara dengan baik di

(Dini/28/06/2012) Namun sayangnya, parameter ini terbatas pada hal-hal yang hanya

nampak dari luar saja, seperti cara bicara, perilaku, sopan santun serta berbagai

produk yang mereka hasilkan dalam perkuliahan. Parameter keberhasilan ini

belum mampu melihat hal- yang nampak di luar kan dari

fisikly kan dari lihat sopan santun, perilaku, kemudian ada produk mereka di

Sedangkan secara sistem, pendidikan karakter di FKIP ternyata belum

ditopang dengan sistem evaluasi yang jelas. Pak Faizal selaku pimpinan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan menyampaikan bahwa belum ada sistem evaluasi

periodik bagi penilaian pendidikan karakter, namun sejauh mana pendidikan

karakter sudah berjalan dapat dilihat melalui beberapa penelitian yang dilakukan

(Faizal/20/12/12).

Sesuai dengan pendapat tersebut, menunjukkan bahwa belum ada

parameter atau ukuran secara pasti untuk menilai apakah nilai-nilai karakter yang

disusun sebagai penjabaran visi FKIP sudah tercapai atau belum. Hal ini

menyebabkan mahasiswa belum mempunyai patokan atau pedoman atas perilaku

yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan nilai-nilai karakter tersebut. Meski

begitu, perilaku mahasiswa diharapkan dapat mengarah pada perubahan menuju

sikap dan kepribadian layaknya calon pendidik.

Page 169: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Meskipun menemui beberapa hambatan baik dari pihak mahasiswa

maupun dosen, namun secara prinsip, tidak ada hambatan berarti dalam

pelaksanaan pendidikan karakter di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

Hambatannya antaranya itu. ada sebagian kecil dosen, sangat kecil yang juga

tidak sepakat. Iya ada 1-

(Faizal/20/12/12). Proses pendidikan karakter yang memang baru berjalan sekitar

5 tahun ini, masih berusaha menempatkan diri dalam situasi fisik dan sosial FKIP.

Namun, hal ini diakui Pak Faizal, baik sistem maupun lingkungan telah

mengalami kemajuan ke tahap-

Secara keseluruhan, baik sistem maupun lingkungan fisik dan sosial

sudah cukup mendukung dalam proses pendidikan karakter. Meskipun hal ini

diakui Pak Syarif belum sepenuhnya, namun 90 % komponen sudah siap untuk

pembentukan mahasiswa yang berkarakter kuat dan cerdas.

sudah mendukung, karena seperti saya contohkan, itu kan termasuk di sini bagaimana tanggapan..ya itu kan termasuk lingkungan, bagaimana pergaulan anak-anak FKIP dengan fakultas yang lain, itu kan termasuk salah satu faktor juga di lingkungan FKIP, saya kira sudah cukup

Mahasiswa yang ternyata belum mampu sepenuhnya mengaplikasikan

nilai-nilai karakter yang diharapkan untuk mencapai berkarakter kuat dan cerdas

karena beberapa sebab, antara lain kurang paham atas makna berkarakter kuat dan

cerdas, belum adanya kesadaran pribadi, kurang adanya sosialisasi lanjut terkait

dengan program maupun kebijakan, sikap konservatif warga kampus yang

mempertahankan tradisi lama, belum adanya contoh yang bisa dijadikan teladan,

serta pengaruh lingkungan fisik dan sosial.

Konsep pendidikan karakter bukan berarti harus menambahkan satu

mata kuliah khusus mengenai pendidikan karakter, melainkan harus

mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata kuliah yang diajarkan

dalam kurikulum FKIP UNS. Bukan hanya itu, nilai-nilai karakter juga harus

Page 170: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

diilhami, dihayati, dan diaplikasikan oleh setiap civitas akademika dalam

kehidupan kampus, baik dalam perkuliahan, dalam interaksi dengan warga

kampus yang lain, maupun dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, dan

kegiatan-kegiatan yang lain. Di mana setiap kegiatan maupun program harus

diarahkan dan ditujukan untuk pencapaian visi berkarakter kuat dan cerdas.

Mahasiswa sebagai salah satu sasaran pencapaian visi berkarakter kuat

dan cerdas, mengalami perubahan perilaku dari sejak pertama memasuki proses

pembelajaran di FKIP hingga saat ini. Namun perubahan ini tidak dapat diukur

dengan parameter angka secara pasti, melainkan menggunakan indikator-indikator

kompetensi yang kemudian dicerminkan dengan perilaku nyata mahasiswa.

Sejauh mana perubahan yang terjadi sebagai dampak penerapan pendidikan

karakter di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tidak dapat dilihat hasilnya

secara instan, melainkan sebagai proses yang terus menerus, kontinyu, dan

berkesinambungan. Kehidupan kampus yang berjalan saat ini merupakan bagian

dari proses untuk menuju/mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas.

Page 171: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

C. Pembahasan

1. Rumusan Berkarakter Kuat dan Cerdas sebagai Konsep Pendidikan

Karakter

Setelah melakukan penelitian di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS mengenai pelaksanaan

pendidikan karakter yang sesuai dengan amanat visi berkarakter kuat dan cerdas,

dapat diketahui bahwa pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas yang

telah dirumuskan oleh pihak kampus sebagai tujuan utama tersebut, ternyata

belum dapat dimengerti dan dipahami secara sama oleh warga kampus. Meskipun

telah ada upaya mengarahkan berbagai pandangan dan pendapat agar mencapai

satu arah yang sejalan.

Sebagai sebuah tujuan utama yang ingin dicapai oleh FKIP,

berkarakter kuat dan cerdas merupakan rumusan cita-cita mengenai kepribadian

ideal seorang pendidik. Wajib kita ingat, bahwa FKIP merupakan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan yang berupaya menghasilkan dan

mengembangkan tenaga-tenaga pendidik dan kependidikan yang handal dan

profesional. Oleh karena itulah, rumusan berkarakter kuat dan cerdas diharapkan

mampu dipahami oleh seluruh warga kampus FKIP, terutama dalam hal ini

mahasiswa, sebagai obyek yang dididik untuk menjadi calon guru.

Setiap individu yang terlibat dalam pendidikan karakter di FKIP

diharapkan memiliki ciri khas yang terwujud dalam ucapan dan perilaku yang

ditunjukkan kepada individu lain dan lingkungan sekitar. Ciri khas inilah yang

disebut sebagai karakter. Karakter atau yang seringkali diasosiasikan sebagai

kepribadian disepakati sebagai suatu ciri yang khas yang dimiliki setiap individu

yang memberikan kekhasan pada pribadinya, sehingga dapat dibedakan dengan

individu yang lain. Inilah yang disampaikan oleh Pak Syarif yang mengharapkan

mahasiswa FKIP terutama jurusan P IPS agar memiliki ciri khas keguruan yang

Page 172: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

berkarakter kuat dan cerdas, sehingga bisa dibedakan dengan mahasiswa fakultas

lain.

duan segala tabiat atau perilaku manusia, paduan dari segala perilaku manusia yang bersifat tetap sehingga nanti akan menjadi tanda yang khusus dari pribadi. Antaranya kita membentuk itu tadi, jadi orang akan melihat, di depan sana misalnya ya, depan sana itu ada mahasiswa Senin, ada yang berjalan pakai putih gelap, ini mesti mahasiswa FKIP. Ini

(Syarif/13/12/12) Namun sayangnya, warga kampus sebagai sasaran dari visi FKIP ini

belum sepenuhnya mencerminkan sikap yang berkarakter kuat dan cerdas.

Mahasiswa baru sekedar mengetahui visi ini sebagai slogan saja, tapi belum

apa ya, sebatas ucapan saja, untuk perbuatan atau tindakan dari mahasiswa sendiri

Menurut pengakuan Anwar tersebut, membuktikan bahwa beberapa mahasiswa

belum memahami makna dari visi berkarakter kuat dan cerdas. Informan sekedar

mengetahui visi berkarakter kuat dan cerdas sebagai slogan teoritis yang sering

digaungkan di FKIP, namun belum mengetahui praksis seperti apa yang harus

dilakukan sebagai konsekuensi aplikatifnya.

Hal ini sebenarnya belum bisa dianggap sebagai hasil dari proses

pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang sesuai dengan amanat visi dan misi

FKIP berupaya untuk menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan, bukan

hanya sekedar pemahaman dan pengetahuan. Pengetahuan dan pemahaman

berupa ucapan belum menunjukkan adanya perubahan perilaku sebagai hasil

aktualisasi nilai-nilai karakter. Mahasiswa sebagai pelaku semestinya mampu

mengaktualisasikan nilai-nilai karakter serta merefleksikan perbuatan dan

tindakannya dalam kaitannya dengan perkembangan diri sendiri dan orang lain.

Pemahaman atas visi berkarakter kuat dan cerdas yang ternyata belum

mampu dimengerti oleh seluruh individu yang terlibat di dalam FKIP menjadi

satu kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini bisa saja

Page 173: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

membuat ketimpangan ketika satu individu dengan yang lain memperdebatkan

pemahamannya atas esensi visi berkarakter kuat dan cerdas ini terkait dengan

tindak lanjut dan strategi pelaksanaan pendidikan karakter dalam mencapai tujuan

yang diharapkan.

Meskipun mahasiswa dan dosen memberikan pemaknaan yang sedikit

berbeda-beda mengenai visi berkarakter kuat dan cerdas, seperti Pak Faizal yang

lebih fokus pada amanah dan keteladanan serta kecerdasan baik intelektual,

emosional, dan spiritual yang disepakati oleh bu Dini dan Sari, Pak Syarif yang

memahami sebagai ciri khas kepribadian guru yang membedakan dengan fakultas

lain, Pak Aryo yang berpendapat mengenai optimalisasi mata kuliah untuk

membentuk pribadi pendidik, Yusuf yang mengemukakan bahwa sebagai guru

nantinya harus menjaga nama baik almamater, Anwar yang mengatakan bahwa

guru yang mampu berinovasi dan membawa perubahan positif bagi anak

didiknya, maupun Esty yang secara terbuka mengakui kekurangtahuannya namun

berpersepsi mengenai mentalitas yang kuat bagi calon guru. Namun mereka sudah

mengarah pada satu titik pemahaman yang sama, yakni bahwa visi berkarakter

kuat dan cerdas adalah harapan kepribadian ideal yang semestinya dimiliki oleh

sosok seorang guru atau pendidik.

Inti dari rumusan berkarakter kuat dan cerdas menurut para informan

yang kemudian dipahami sebagai kriteria yang harus dimiliki oleh seorang

pendidik, ialah keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu

mengaplikasikannya dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis terkait

dengan kebebasan yang bertanggungjawab dalam memberikan keputusan dalam

kehidupan sehari-hari. Keseimbangan di antara ketiganya akan membentuk

pribadi dengan mentalitas yang kuat dan perilaku yang mengarah pada perubahan

positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Hal tersebut bukan

berarti menambahkan satu mata kuliah khusus mengenai pendidikan karakter,

namun dibangun dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam

kurikulum setiap program studi, di mana penanaman nilai-nilai karakter disisipkan

di setiap mata kuliah.

Page 174: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

Pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas yang ternyata

belum serupa, menunjukkan bahwa pada tataran moral knowing, yakni sebagai

titik awal pembentukan karakter masih terdapat kekurangan. Baik pihak kampus

maupun mahasiswa semestinya mengembangkan pengetahuan terkait dengan

moral knowing untuk berperilaku yang berkarakter kuat dan cerdas. Hal ini pun

sedikit demi sedikit dapat membangun perasaan untuk berperilaku sesuai karakter

pendidik yang kuat dan cerdas. Perilaku praksis yang menunjukkan karakter kuat

dan cerdas pun diterapkan secara berkesinambungan dan terus menerus agar

menjadi kebiasaan.

Visi berkarakter kuat dan cerdas pada gilirannya diharapkan mampu

menjadi budaya baik sehingga akan memperbaiki perilaku-perilaku individu yang

terlibat dalam pendidikan kampus FKIP. Perilaku yang berkarakter kuat dan

cerdas yang masih dalam proses, diharapkan dapat mengilhami setiap langkah

mahasiswa FKIP dalam kehidupannya di kampus maupun di luar kampus. Hal ini

tentunya bukan hanya merupakan pengetahuan dan praksis yang dikerjakan sekali

saja dan kemudian hilang. Melainkan sebagai praksis yang telah menjadi

kebiasaan, di mana mahasiswa dapat mengembangkan diri secara utuh sehingga

menjadi sosok pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas baik kognitif, afektif,

maupun psikomotornya sehingga dapat menjadi output yang berkualitas dari

lembaga pendidikan FKIP.

2. Strategi Penanaman Nilai Berkarakter Kuat dan Cerdas

Visi berkarakter kuat dan cerdas diintegrasikan dan diinternalisasikan

melalui berbagai strategi, baik melalui kebijakan yang programatik, maupun

dengan keteladanan interpersonal serta penciptaan lingkungan yang sehat dan

kondusif. Selanjutnya, tanggungjawab pendidikan karakter bukan hanya di

pundak dosen yang dalam hal ini merupakan pendidik bagi mahasiswa, namun

merupakan tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan di FKIP,

baik pembuat kebijakan, dosen, maupun staf kependidikan. Bagaimana strategi

pendidikan karakter dan pelaksanaannya di FKIP akan dijelaskan sebagai berikut:

Page 175: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Dalam pendidikan karakter di FKIP, keteladanan merupakan hal yang

sangat penting. Hal ini menurut informan, bukan hanya memberikan contoh dan

teladan, tapi bagaimana bisa menjadikan dirinya sebagai contoh dan teladan.

Keteladanan menjadi bentuk visual yang jelas sebagai praksis pendidikan

karakter. Dalam hal ini, dosen mengambil peran penting, di mana pengelolaan

kelas yang tepat dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam pembelajaran.

Selain itu, dosen juga menjadi penegak kedisiplinan, di mana konsistensi dalam

penerapan waktu kuliah menjadi pelatihan kedisiplinan yang baik bagi

mahasiswa. Selanjutnya, dosen juga menjadi sosok yang mempengaruhi kejujuran

mahasiswa. Sejauh mana kepedulian dosen bukan hanya semata-mata pada hasil

nilai akademis saja, namun terhadap proses pembelajaran secara holistik, serta

ketegasan dan kewibawaan dalam menerapkan nilai-nilai kejujuran, akan

meminimalkan tindakan-tindakan yang mengarah pada kecurangan, seperti

mencontek dan copy/paste tugas.

Namun, dosen hanyalah manusia biasa. Banyaknya tuntutan yang

harus dipenuhi seorang dosen dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas,

terkadang membuatnya lalai dalam tugasnya menjadi teladan bagi mahasiswanya.

Hal ini dikemukakan oleh informan, bahwa tidak semua dosen dapat dijadikan

sebagai teladan. Artinya ada dosen, satu atau beberapa yang informan anggap

belum bisa memenuhi kriteria sebagai sosok yang pantas untuk diteladani. Hal ini

pun dibenarkan oleh Pak Syarif sebagai salah satu pembuat kebijakan di jurusan P

IPS, bahwa masih ada beberapa dosen yang kurang peduli dengan pendidikan

karakter yang saat ini dilaksanakan di FKIP. Menurut beliau, pimpinan fakultas

pun sering menekankan bahwa dosen harus meningkatkan kepeduliannya terhadap

perkembangan mahasiswa terkait dengan pencapaian visi berkarakter kuat dan

(Syarif/13/12/12).

Menanggapi hal tersebut, informan menyampaikan bahwa dosen

memiliki otoritas yang tinggi, sehingga jurusan P IPS, dalam hal ini tidak bisa

Page 176: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

sekedar memanggil kemudian mengingatkan, ataupun melakukan pembinaan dan

pengarahan lebih lanjut. Jurusan hanya akan menindaklanjuti bila ada kasus-kasus

yang dilaporkan secara resmi, kemudian melakukan pendekatan-pendekatan yang

sesuai.

Sedangkan secara personal, dosen menanamkan nilai-nilai karakter

kepada mahasiswa dengan cara dan gayanya masing-masing, yang berbeda satu

dengan yang lain. Bu Dini salah satunya, membelajarkan mahasiswa melalui

kegiatan yang sering mereka kerjakan, seperti pembelajaran tanggungjawab

melalui pemberian tugas, kepemimpinan dan kerjasama melalui pembagian

kelompok, serta keberanian berpendapat melalui kegiatan presentasi. Informan

yang lain, yaitu Pak Aryo membelajarkan mahasiswanya dengan menerapkan

pendidikan karakter dari hal-hal yang kecil dan detail, seperti meminta maaf bila

melakukan kesalahan, mengucapkan terima kasih kepada orang yang berjasa,

serta memberikan penghargaan dan respect pada orang lain. Selanjutnya,

pendidikan karakter di FKIP dilaksanakan dengan menyusun berbagai kebijakan

yang bersifat programatik. Hal ini dilaksanakan melaui seminar, workshop,

maupun kerjasama dengan akademisi dari luar negeri.

Dalam pendidikan karakter di FKIP, setiap individu di dalam lembaga

pendidikan baik edukatif maupun non-edukatif memiliki keterlibatan dengan

tugas, kewajiban dan tanggungjawab yang khas, sesuai dengan statusnya di dalam

lembaga tersebut. Hal ini penting supaya setiap individu yang telibat dalam

lembaga pendidikan mengenali betul tugas dan tanggungjawabnya sehingga

pendidikan karakter dapat diterapkan semakin efektif. Hal ini juga untuk menjaga

agar kebebasan individu tidak menjadi hambatan bagi individu lain untuk

berkembang.

Katakanlah sebagai contoh bahwa setiap individu memiliki kebebasan

untuk mengonsumsi rokok. Namun, hal ini harus dikelola sedemikian rupa

mengingat lingkungan kampus sebagai lingkungan pendidikan yang melibatkan

banyak individu baik mahasiswa, dosen, maupun staf kependidikan dan non-

Page 177: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

kependidikan, yang mungkin saja merasa kebebasannya menghirup udara yang

sehat dan segar terganggu dengan asap rokok yang dihasilkan oleh individu lain.

lagi ini mau ngontrol kantin, kantin itu jangan jual rokok. Ini saya sudah membuat

menjual rokok di kantin, di mana satu sisi mungkin hal ini dapat menyebabkan

pemasukan bagi pengelola kantin menurun, namun di sisi lain dapat mengurangi

ketidaknyamanan individu-individu yang merasa terganggu karena asap rokok,

sehingga kebebasan individu tidak bertabrakan dengan kebebasan individu yang

lain. Hal tersebut merupakan bentuk kontrol dan pengawasan yang dilakukan

pihak FKIP dalam penerapan pendidikan karakter. Pengawasan dilaksanakan

dalam proses pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas.

Pendidikan karakter sebagai upaya mengembangkan kepribadian yang

utuh, harus diikuti dengan perubahan sistem dan kultur yang mendukung bagi

tumbuh dan berkembangnya pribadi individu. Memperbaiki sistem saja belum

cukup jika kultur lembaga pendidikan tidak diubah. Sistem yang sangat baik, bisa

saja dimasuki oleh kultur non-edukatif yang dapat mematahkan esensi dari

pendidikan karakter itu sendiri. Sistem yang teratur dan mapan dengan berbagai

aturan dan kebijakan harus disertai dengan konsistensi dan komitmen yang kuat

dalam penerapannya. Bila tidak, maka peraturan ini hanya akan menjadi sekedar

tulisan, dan tidak ada aplikasi praktis di lapangan.

Kultur di FKIP secara perlahan dan bertahap telah mulai diperbaiki

sejak disahkannya visi berkarakter kuat dan cerdas, pada November 2007. Hal

yang paling terlihat tentunya ialah penampilan fisik baik mahasiswa, dosen,

maupun staf kependidikan. Peraturan penggunaan seragam putih-gelap pada hari

Senin-Selasa bagi mahasiswa, yang dalam kenyataannya baru sekedar himbauan

melalui surat edaran, ternyata secara berangsur-angsur membawa perubahan yang

cukup berarti bagi budaya penampilan sederhana seorang pendidik. Meskipun hal

ini memiliki kelemahan dengan tidak adanya sanksi yang mengikat di satu sisi,

namun di sisi lain, hal ini merupakan proses yang diharapkan dapat

Page 178: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

membelajarkan mahasiswa untuk secara sadar mau merubah penampilan sesuai

dengan himbauan yang disampaikan oleh FKIP.

Adanya pro dan kontra yang tidak terlepas dari peraturan seragam

putih-gelap tersebut menunjukkan proses transisi penerapan pendidikan karakter

di FKIP. Adanya sikap kritis beberapa dosen dan mahasiswa yang menyatakan

kekurangsetujuannya terhadap seragam ini tidak serta merta mematahkan

komitmen para individu yang secara sadar mengakui perubahan positif

penampilan fisik yang saat ini bisa dikatakan lebih santun. Kesantunan cara

berpenampilan ini mengingat bahwa mahasiswa merupakan calon pendidik yang

nantinya akan menjadi teladan bagi para peserta didiknya, serta konteks sosial di

mana lingkungan pendidikan FKIP menjunjung nilai-nilai kesopanan dan

kesantunan.

Secara langsung, FKIP menciptakan sebuah pendekatan pendidikan

karakter melalui kurikulum serta melalui program-program yang disusun. Hal ini

sesuai dengan berbagai pendapat dari para dosen bahwa penjabaran visi

berkarakter kuat dan cerdas harus terintegrasi dalam kurikulum setiap program

studi. Sekali lagi disampaikan, bahwa ini bukan berarti bahwa pendidikan karakter

harus disisipkan menjadi satu mata kuliah khusus. Melainkan kurikulum harus

mencakup mata kuliah-mata kuliah yang di dalamnya berisi tentang pendidikan

karakter dengan nilai-nilai karakter prioritas yang ingin ditanamkan kepada

mahasiswa.

Sedangkan secara tidak langsung, FKIP melaksanakan pendidikan

karakter dengan cara menciptakan lingkungan moral yang membantu setiap

individu dalam lingkungan pendidikan agar semakin dapat menemukan

individualitasnya dan menghayati kebebasannya secara lebih penuh dan

bertanggungjawab. Lingkungan moral yang sehat adalah kondisi di mana setiap

individu di lembaga pendidikan merasa bahwa kebebasan dan keunikannya

dihargai. Setiap individu dengan keunikannya ingin diterima dan kebebasannya

dihargai terkait dengan bagaimana kebebasan ini tampil berhadapan dengan

kebebasan individu lain. Hal ini, telah dilakukan dengan penerapan disiplin waktu

Page 179: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

kuliah, seragam putih-gelap pada hari Senin-Selasa, serta poster-poster anjuran

dan peringatan, dan lain sebagainya.

Koesoema (2007:218) menyatakan, bahwa ada 6 prinsip dasar

pendidikan karakter yang dapat dijadikan sebagai pedoman agar mudah

dimengerti dan dipahami oleh setiap individu yang bekerja dalam lingkungan

pendidikan sekolah. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

Pertama, karakter ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. Kedua, setiap keputusan yang diambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. Ketiga, karakter yang baik dilakukan dengan cara-cara yang baik. Keempat, jangan mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan, pilihlah patokan yang lebih baik dari mereka. Kelima, apa yang kamu lakukan memiliki makna dan transformatif. Keenam, bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah kamu menjadi pribadi yang lebih baik. Suatu hal yang dilakukan secara umum oleh banyak orang belum tentu

baik, akan tetapi hal baik pada dasarnya memang baik, meskipun hanya sedikit

orang yang melakukannya. Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat bahwa

pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang

yang akan menentukan orang tersebut secara sadar menjadi manusia yang baik

dalam berperilaku. Oleh karena itu, FKIP bukan saja membuat peraturan sebagai

tata tertib resmi dan tertulis yang wajib ditaati, melainkan lebih dalam, yakni

untuk menanamkan kesadaran bagi setiap individu untuk berperilaku lebih baik.

Selain itu, pendidikan karakter di lembaga pendidikan, banyak

melibatkan penanaman nilai. Untuk itu, pendidikan karakter dilaksanakan dengan

metode yang integral sehingga tujuan pendidikan karakter semakin terarah.

Koesoema (2007:212-217) mengajukan lima metode pendidikan karakter dalam

konteks sekolah yaitu mengajarkan, keteladanan, menentukan prioritas, praksis

prioritas, dan refleksi.

6) Mengajarkan. Mengajarkan karakter berarti bahwa pembuat kebijakan di

FKIP harus memberikan pengetahuan mengenai nilai-nilai berkarakter

Page 180: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

kuat dan cerdas yang harus dimiliki calon pendidik, program-program

riilnya, serta kerugian bila tidak melaksanakannya.

7) Memberikan keteladanan. Baik pembuat kebijakan, dosen, maupun staf

kependidikan harus dapat menjadi teladan bagi mahasiswa di dalam proses

pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

8) Menentukan prioritas. Fakultas harus menetapkan prioritas nilai

berkarakter kuat dan cerdas yang jelas agar proses evaluasi atas berhasil

tidaknya pendidikan karakter menjadi lebih jelas.

9) Praksis prioritas, merupakan proses verifikasi sejauh mana prioritas nilai

berkarakter kuat dan cerdas direalisasikan.

10) Refleksi, merupakan proses evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan

karakter bagi pengembangan karakter mahasiswa calon pendidik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pendidikan

karakter tidak dapat terwujud jika hanya mengandalkan komitmen satu atau

beberapa pihak saja, melainkan semua individu yang terlibat dalam lingkungan

pendidikan FKIP harus ikut berpartisipasi dalam mewujudkan lingkungan yang

sehat dan kondusif agar visi FKIP UNS yang hendak menjadi lembaga penghasil

dan pengembang calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas dapat tercapai.

Hal ini memang membutuhkan proses yang panjang, kontinyu dan

berkesinambungan. Sedangkan menurut Pak Syarif, proses pendidikan karakter di

jurusan P IPS memang harus diawali dengan pemaksaan pada aturan-aturan,

selanjutnya pembiasaan yang nantinya akan menjadi kebiasaan, kemudian lebih

dalam lagi menjadi kebutuhan, akhirnya menjadi karakter.

itu dimulai dari pemaksaan yang pertama ya, memang..memang agak dipaksa, kemudian dibiasakan, ketika ini sudah menjadi kebiasaan ini akhirnya kemudian menjadi kebutuhan, kemudian tanpa disadari mereka ini sudah mempunyai perilaku mempunyai karakter tertent

Page 181: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Gambar 4.4. Metode Pendidikan Karakter di jurusan P IPS

(Sumber: hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen yang telah diolah)

Pemaksaan di sini bukan berarti tindakan koersif secara represif,

namun mendidik mahasiswa untuk mengenal aturan-aturan dan kebijakan-

kebijakan terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter. Mahasiswa yang sudah

mengenal adanya aturan dan kebijakan baru dibiasakan untuk menjalankan aturan

dan kebijakan tersebut dalam bingkai lingkungan moral yang sehat dan kondusif.

Habituasi ini akhirnya dapat menjadi kebiasaan setelah dilaksanakan berulang-

ulang dan terus menerus. Aturan dan kebijakan yang telah menjadi kebiasaan,

akhirnya semakin dihayati mahasiswa menjadi kebutuhan yang tidak dapat lepas

baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Akhirnya hal ini

menjadi karakter yang secara sadar dikembangkan mahasiswa dalam dirinya.

Pendidikan karakter di FKIP berjalan dengan melibatkan kontrol dan

pengawasan dari berbagai pihak, baik dari pembuat kebijakan sendiri, maupun

dari dosen sebagai pendidik. Pengawasan ini berupaya mengantisipasi tindakan-

tindakan di luar nilai karakter yang diharapkan, serta memberikan teguran awal

bagi bentuk tindakan tersebut. Hal tersebut telah banyak dilaksanakan oleh dosen

di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti Bu Dini, Pak Ahmad, Pak

Aryo, dan Pak Syarif. Namun dari mereka, memiliki gaya pengawasan masing-

masing yang berbeda satu sama lain.

Bu Dini melakukan pengawasan dengan teguran langsung maupun

tidak langsung dengan menyampaikannya pada teman atau dosen mata kuliah

yang bersangkutan. Pak Ahmad memberikan contoh agar bisa dipahami

Pembiasaan

Paksaan

Karakter

Kebutuhan Kebiasaan

Page 182: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

mahasiswanya dengan sabar. Pak Aryo mengantisipasi kecurangan dengan

pemberian soal evaluasi dengan analisis individual. Sedangkan Pak Syarif

memberikan ketegasan sejak awal dengan pembuatan kontrak kuliah yang

disepakati dan dilaksanakan bersama.

Sedangkan pemerintah telah menetapkan strategi pendidikan karakter

bagi satuan pendidikan. Menurut Kemendiknas (2011:5-

pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam

pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan

penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.

e. Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran kontekstual paling pas dalam kerangka pendidikan karakter. Hal

ini menjembatani pengetahuan teoritis yang didapat mahasiswa dengan

penerapan praktis di lapangan.

f. Pengembangan Budaya Sekolah

Pendidikan karakter dilaksanakan dengan merubah sistem dan kultur secara

bertahap, agar mampu mewujudkan lingkungan moral yang sehat dan

kondusif. Kultur non-edukatif yang mencederai karakter mahasiswa seperti

tindakan curang dalam ujian, copy/paste tugas, membolos kuliah, dan lain

sebagainya telah mulai dihilangkan dengan pengkondisian dan keteladanan.

g. Kegiatan pengembangan diri

Pelaksanaan pendidikan karakter perlu didukung dengan kegiatan

pengembangan diri yang searah dengan nilai-nilai karakter yang diharapkan

FKIP. Organisasi kemahasiswaan merupakan satu wadah pengembangan diri

yang dapat mendukung terwujudnya pengembangan karakter yang integral

dan utuh.

Page 183: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

h. Keluarga dan masyarakat

Dalam hal ini, FKIP mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter

yang dikembangkan di lingkungan pendidikan dengan pembiasaan di rumah

dan masyarakat.

3. Perilaku Mahasiswa terkait dengan Indikator Nilai Berkarakter Kuat

dan Cerdas

Terkait dengan nilai-nilai karakter apa saja yang ingin ditanamkan

FKIP kepada para mahasiswanya, tidak dapat dilepaskan dari situasi dan konteks

sosial di mana pendidikan karakter tersebut diterapkan. Mengingat bahwa FKIP

sebagai LPTK, yaitu lembaga pendidikan yang mendidik dan membelajarkan

mahasiswanya untuk menjadi guru atau pendidik, maka nilai-nilai yang dipilih

berkaitan erat dengan kepribadian ideal yang diharapkan dapat dimiliki oleh

seorang guru. Berikut ini dijelaskan mengenai nilai-nilai karakter dan bagaimana

pengukuran terhadap sejauh mana pendidikan karakter telah dilaksanakan di

jurusan P IPS:

a. Nilai-nilai karakter

Nilai-nilai yang diharapkan FKIP antara lain karakter kuat dan cerdas,

di mana karakter kuat dijabarkan dalam 2 hal yakni amanah dan keteladanan, di

mana amanah dijabarkan lagi menjadi menjadi 4 hal, yaitu komitmen, kompeten,

kerja keras, dan konsisten, sedangkan keteladanan dijabarkan lagi menjadi 3 hal,

yakni kesederhanaan, kedekatan, dan pelayanan maksimal. Rumusan kedua, yakni

cerdas dijabarkan menjadi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

kecerdasan spiritual. Untuk lebih jelasnya mengenai nilai-nilai karakter yang

ditanamkan FKIP terhadap mahasiswanya, berikut uraiannya:

1) Kejujuran

Kultur yang tidak menunjukkan perilaku yang berkarakter dan sangat

tidak mendidik, bisa berjalan terus menerus menjadi praksis harian dalam

lingkungan pendidikan, yang pada gilirannya individu dalam lembaga pendidikan

merasa bahwa perilaku tersebut merupakan hal yang wajar dan tidak bertentangan

Page 184: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

dengan prinsip-prinsip moralitas dan prinsip-prinsip pendidikan. Sebagai salah

satu contohnya seperti adanya kultur persaingan yang tidak sehat, secara riil

misalnya mencontek. Prestasi akademis yang dianggap dengan perolehan nilai

yang tinggi menimbulkan persaingan dan kompetisi. Hal ini, kadang melalaikan

pentingnya proses untuk meraih prestasi tersebut. Demi keunggulan dalam meraih

prestasi, individu tidak memperdulikan apakah cara-cara yang mereka gunakan

searah dengan nilai moral atau tidak.

Hal ini terbukti dari semua informan yang mengakui ketidakjujurannya

saat ujian, yakni dengan membuka catatan, bertanya pada teman, maupun

browsing jawaban melalui internet. Bahkan, dosen yang dalam posisinya sebagai

seorang pendidik pun menganggap perbuatan curang mahasiswa sebagai hal yang

biasa, wajar, dan manusiawi. Karena kultur non-edukatif ini sudah berlangsung

lama dan terus menerus, sehingga seringkali aturan yang berusaha memperbaiki

hal tersebut hanya menjadi sekedar wacana tertulis.

Kultur non-edukatif ini diperkuat dengan tidak adanya sanksi yang

tegas bagi setiap tindakan curang yang mungkin diketahui oleh dosen. Sanksi atas

tindakan curang tersebut tergantung dari masing-masing dosen mata kuliah yang

bersangkutan. Meminjam istilah dari salah satu informan, yakni Yusuf, yang

mengemukakan adanya 3 tipe dosen, yakni lunak, sedengan, dan killer. Dosen

yang dianggap lunak berarti dosen tersebut biasanya hanya memberikan teguran

lisan tanpa memberikan tindakan lebih lanjut. Kemudian, dosen yang dianggap

sedengan, berarti dosen tersebut menegur secara lisan dan tindakan, yakni

menghampiri mahasiswa yang bersangkutan, kemudian mengambil contekan,

namun belum ada tindakan lebih lanjut lagi sebagai sanksi. Sedangkan tipe yang

terakhir, yakni dosen killer, biasanya langsung bertindak saat mengetahui

tindakan curang mahasiswa. Hal ini biasanya diikuti dengan pemberian sanksi

berupa pengurangan nilai maupun langsung dinyatakan gagal dalam mata kuliah

yang bersangkutan.

2) Tanggungjawab

Tanggungjawab merupakan nilai komitmen yang menunjukkan

keamanahan seorang calon pendidik. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku

Page 185: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

mahasiswa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tanggungjawab mahasiswa dalam praksisnya

terlihat dari kepatuhan mereka terhadap tata aturan yang ditetapkan FKIP. Salah

satu aturan yang menjadi perhatian banyak pihak ialah seragam putih-gelap pada

hari Senin-Selasa.

Kebijakan penggunaan seragam putih-gelap pada hari Senin-Selasa

bertujuan untuk membangun kesadaran mahasiswa sebagai seorang calon guru,

untuk berpenampilan lebih rapi dan santun sesuai dengan penampilan pendidik.

Oleh karena itu, hal ini dilaksanakan sebagai wujud pembiasaan agar mahasiswa

terbiasa berpenampilan layaknya pendidik. Seragam ini, dapat dikatakan belum

merupakan peraturan resmi dekan maupun fakultas, karena baru merupakan

himbauan tertulis yang disampaikan melalui surat edaran, sehingga pelanggaran

atas kebijakan ini tidak dikenakan sanksi.

Adanya pro dan kontra mengenai kebijakan seragam ini merupakan

wujud respon kritis mahasiswa dan dosen. Seragam putih-gelap di satu sisi

berupaya membelajarkan mahasiswa agar terbiasa berpenampilan layaknya

seorang calon pendidik, mengingat bahwa output FKIP diharapkan menjadi

pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas. Namun di sisi lain, hal ini

dikhawatirkan menjadi belenggu yang mengikat kebebasan individu untuk hal

yang cukup mendasar, yakni berpakaian. Seragam dikhawatirkan mencederai

kebebasan individu yang sepatutnya dihargai dalam kerangka pendidikan

karakter. Namun, terlepas dari pro dan kontra mengenai penetapan seragam putih-

gelap tersebut, informan yang menyatakan tetap patuh dan bersedia menjalankan

kebijakan seragam dengan penuh kesadaran menunjukkan perilaku yang sangat

bertanggungjawab.

3) Kompeten

Sebagai seorang calon guru, mahasiswa FKIP belajar agar memiliki

kompetensi-kompetensi khusus untuk menjadi pendidik. Yang membedakan

profesi dengan pekerjaan lain adalah bahwa untuk mencapai profesi tersebut

Page 186: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

seseorang harus berproses melalui belajar, sehingga mereka memiliki kompetensi-

kompetensi khusus sebagai hasil proses belajar yang cukup tentang teori dan

profesi yang diampunya. Guru bukan hanya sebagai profesi atas konsekuensi dari

kompetensi-kompetensi yang dimiliki. Guru semestinya juga merupakan

panggilan hidup, bukan hanya kinerja profesional. Mereka tergerak bukan hanya

alasan ekonomi sebagai tindakan yang berguna (useful), melainkan karena

memaknai tindakan profesinya sebagai tindakan yang luhur (honorable).

Hal inilah yang disampaikan oleh Pak Faizal sebagai komponen dari

satu, harus panggilan jiwa, kemudian yang kedua

sebagai profesi, kalau hanya salah satu pincang, jadi amanah itu intinya adalah

dan panggilan hidup inilah etika profesi menjadi penting. FKIP telah

memfasilitasi pembekalan kompetensi mahasiswa melalui mata kuliah-mata

kuliah yang sesuai dengan program studi masing-masing, dan mata kuliah-mata

kuliah kependidikan seperti Perkembangan Peserta Didik, Profesi Kependidikan,

dan lain sebagainya, serta mata kuliah praksis seperti Magang, Micro Teaching,

dan PPL. Informan sebagai calon pendidik telah cukup memenuhi kompetensi-

kompetensi tersebut dengan berproses selama perkuliahan, dengan meningkatkan

kemampuan dan memperbaiki perilakunya.

4) Kerja Keras

Calon pendidik yang berkarakter dapat dilihat dari sejauh mana ia

mampu bekerja sungguh-sungguh untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya.

Perilaku ini menunjukkan kerja keras mereka mengatasi berbagai hambatan baik

dalam hal akademis maupun non-akademis. Mahasiswa FKIP, dalam hal ini

informan, merupakan mahasiswa-mahasiswa yang berperan aktif dalam organisasi

kemahasiswaan, di mana masalah-masalah keorganisasisan harus diselesaikan

dengan kerja keras, namun mereka tetap bekerja keras pula untuk mengikuti

perkuliahan dengan sebaik-baiknya. Hal ini ditunjukkan dengan kerja keras

mereka untuk menepati berbagai tugas yang mampu diselesaikan tepat waktu,

serta keikutsertaan mereka dalam organisasi kemahasiswaan yang tidak

mengganggu capaian prestasi akademis.

Page 187: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

5) Disiplin

Dalam lingkup pendidikan, kedisiplinan dapat menjaga ketertiban dan

keteraturan, sehingga tata hidup antarmanusia menjadi lebih dalam. Teratur

berarti bahwa segala hal terletak pada tempat dan posisinya masing-masing.

Disiplin berarti proses penyesuaian diri dengan tata aturan yang diterapkan dan

kesediaan individu menerima peraturan dengan bebas. Disiplin dapat dilihat

dalam dua pendekatan, pertama dikaitkan dengan konteks relasi antara mahasiswa

dan dosen dengan lingkungan, seperti tata tertib, kontrak kuliah, dan lain

sebagainya. Kedua, disiplin juga bisa dilihat sebagai hasil dari sebuah proses

pembelajaran.

Menurut hasil penelitian, kedisiplinan mahasiswa dalam mematuhi

aturan jam masuk kuliah masih perlu diperbaiki. Pengakuan informan bahwa

mereka sering terlambat masuk kuliah maupun membolos, menunjukkan belum

adanya kesadaran pribadi dari mereka untuk berusaha lebih disiplin. Hal ini masih

menjadi hambatan bagi nilai kedisiplinan untuk berkembang. Begitu pula dengan

dosen, inkonsistensi atas waktu kuliah yang dilakukan dosen bukanlah bentuk

pembelajaran kedisiplinan yang tepat. Ketika dosen melarang mahasiswa

mengikuti kuliah karena terlambat, tentunya dosen juga harus memberikan contoh

untuk menerapkan aturan yang serupa bagi dirinya. Akan lebih baik dibuat

kontrak kuliah yang mengatasi kesepakatan antara mahasiswa dan dosen terkait

dengan waktu kuliah tersebut.

6) Bersahabat/komunikatif

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

Mahasiswa dalam hal ini sebagai makhluk individu sekaligus sosial, meemrlukan

media interaksi dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya. FKIP menyediakan media

yang luas bagi berbagai perjumpaan antara individu dengan individu yang lain,

baik mahasiswa, dosen, staf kependidikan, dan lain sebagainya. Interaksi

merupakan wahana bagi praksis pendidikan karakter di mana individu akan

merasa pribadinya diterima dan kebebasannya dihargai. Hal ini berjalan cukup

baik di lingkungan jurusan P IPS, di mana perjumpaan dengan mahasiswa dari

Page 188: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

prodi yang sama, mahasiswa dari prodi lain, maupun dengan dosen menjadi salah

satu interaksi sosial yang melibatkan penghargaan atas keunikan dan kebebasan

individu lain.

Interaksi yang bersahabat ditunjukkan setiap informan dengan

penyambutan yang ramah terhadap keinginan peneliti untuk wawancara dengan

mereka. Baik informan yang telah dikenal maupun yang baru kenal sesaat

sebelum wawancara, tidak menunjukkan kecanggungan yang kaku. Dalam setiap

kesempatan perjumpaan kami pun, sikap yang bersahabat dan komunikatif selalu

ditunjukkan oleh setiap informan.

7) Responsif

Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan mampu cepat tanggap dalam

melihat dan menghadapi permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.

Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang semestinya jeli dan kritis melihat

permasalahan sosial budaya, politik maupun ekonomi. Namun sejauh ini, media

pelayanan bagi mahasiswa masih terbatas melalui organisasi kemahasiswaan saja.

Ormawa menjadi satu-satunya wadah bagi mahasiswa untuk beraspirasi dan

memberikan pelayanan bagi masyarakat. Sayangnya, tanggapan mahasiswa masih

terbatas pada kritik sosial politik yang belum menawarkan tindakan yang solutif.

Sehingga, tindakan responsif mahasiswa belum menunjukkan kemajuan yang

berarti. Hal ini pun seringkali hanya sebatas aksi yang tidak ditindaklanjuti

dengan tindakan praktis.

8) Inovatif

Mahasiswa yang kreatif dan inovatif menunjukkan dimanfaatkannya

kecerdasan intelektual yang dapat diterapkan dalam lingkup praktis. Hal ini

terlihat dari pola berpikir dan usaha menghasilkan cara atau produk baru dari

berbagai hal yang sudah ada. Universitas dan fakultas telah menyediakan media

pengembangan inovasi dan kreativitas mahasiswa melalui Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM). Namun, sayangnya media ini belum banyak dimanfaatkan

oleh mahasiswa untuk menyalurkan ide dan gagasan baru mereka.

Page 189: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

Beberapa informan seperti Titik, Yusuf, dan Anwar mengaku bahwa

PKM dapat menjadi media pengembangan inovasi yang tepat bagi mahasiswa

untuk terus menciptakan karya. Mereka tidak pernah lelah untuk mencoba dan

berinovasi dengan mengikuti PKM berulang kali. Namun, ada pula yang mengaku

kurang tertarik dengan konsep PKM di mana pada satu sisi berupaya

mengembangkan kreativitas dan inovasi mahasiswa, namun di sisi lain melibatkan

manipulasi dana penelitian. Sedangkan informan yang lain merasa kurang mampu

dalam mengembangkan ide barunya ke dalam bentuk penelitian ilmiah.

9) Manajemen Emosi

Pengelolaan emosi menjadi hal yang mendesak namun sangat personal

dalam pendidikan karakter. Meski begitu hal ini memberikan pengaruh secara

sosial. Kecerdasan emosi saat ini sudah banyak diakui sebagai salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kesuksesan seorang individu. Namun, berdasarkan

keterangan informan, bahwa manajemen emosi masih sulit dilaksanakan.

Mengingat pengelolaan emosi merupakan hal yang privat bagi setiap mahasiswa,

sehingga treatment yang diberikan pun tidak bisa disamaratakan. Keterbatasan

dosen dalam membelajarkan mahasiswa untuk mengelola emosi menjadi salah

satu hal yang menghambat dalam proses pengembangan nilai manajemen emosi.

Hal ini terkait pula dengan keteladanan yang dapat dicontoh oleh mahasiswa.

10) Religius

Religius berarti sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku ini mendasarkan diri pada

hubungan vertikal dengan Tuhan, dan hubungan horizontal dengan sesama

manusia. Hubungan vertikal dengan Tuhan dipenuhi dengan cara bersyukur

melaksananakan ritual upacara keagamaan, ibadah, dan perintah Tuhan yang lain,

serta menjauhi hal-hal yang dilarang sesuai ajaran agama. Sedangkan hubungan

horizontal dipenuhi dengan toleransi terhadap pemeluk agama lain.

Kebutuhan atas pemenuhan diri dengan keyakinan akan suatu Zat yang

mengatasi segala sesuatu merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia.

Page 190: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

Manusia perlu pedoman hidup yang mengarahkan diri pada pencapaian rasa

syukur pada Yang Esa. Hal ini dipenuhi FKIP dengan adanya tempat-tempat

ibadah bagi berbagai agama, seperti masjid, gereja kampus, vihara, dan pura.

Diadakan pula mata kuliah khusus mengenai Pendidikan Agama. Mahasiswa

jurusan P IPS dapat dikatakan cukup memiliki nilai religius, yang dapat dilihat

dari rajin tidaknya mereka dalam beribadah. Tempat-tempat ibadah yang telah

disebutkan sebelumnya tidak pernah sepi saat waktu ibadah tiba. Informan pun

menunjukkan religiusitasnya dengan mengenakan jilbab yang dilakukan oleh Titik

dan Esty sebagai kewajiban bagi muslimah. Informan yang lain seperti Anwar,

Yusuf, dan Pak Aryo juga menunjukkan religiusitasnya dengan melaksanakan

sholat Jumat.

Berikut ini disajikan tabel perilaku mahasiswa yang direfleksikan

dengan indikator dan nilai karakter yang diharapkan FKIP UNS.

Page 191: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

Tab

el 4

.2. I

ndik

ator

, nila

i kar

akte

r, d

an p

erila

ku p

raks

is m

ahas

isw

a FK

IP

Def

inis

i op

eras

iona

l K

ompo

nen

Indi

kato

r In

dika

tor

oper

asio

nal

Nila

i kar

akte

r P

erila

ku M

ahas

isw

a

Vis

i FK

IP

UN

S

Ber

kara

kter

ku

at d

an

cerd

as

1. N

ilai

keam

anah

an

Kom

itmen

Kej

ujur

an

Mah

asis

wa

kura

ng b

erpe

rila

ku ju

jur,

sal

ah

satu

indi

kato

rnya

ada

lah

men

cont

ek/

kecu

rang

an d

alam

ujia

n da

n tu

gas

Tan

ggun

g ja

wab

M

ahas

isw

a cu

kup

bert

angg

ungj

awab

, sal

ah

satu

indi

kato

rnya

ada

lah

mem

atuh

i dan

ke

sedi

aan

men

jala

nkan

keb

ijaka

n se

raga

m

Kom

pete

n

Kom

pete

nsi

peda

gogi

, ke

prib

adia

n, s

osia

l, pr

ofes

iona

l

Mah

asis

wa

seba

gai c

alon

pen

didi

k te

lah

cuku

p m

emen

uhi k

ompe

tens

i pen

didi

k, s

alah

sa

tu in

dika

torn

ya a

dala

h ke

mam

puan

ak

adem

is d

enga

n ca

paia

n IP

K y

ang

baik

dan

pe

rbai

kan

peri

laku

men

jadi

lebi

h po

sitif

Ker

ja k

eras

K

erja

ker

as

Mah

asis

wa

cuku

p be

kerj

a ke

ras,

sal

ah

satu

nya

ditu

njuk

kan

deng

an tu

gas

yang

di

sele

saik

an te

pat w

aktu

, tan

pa m

enir

u ha

sil

peke

rjaa

n or

ang

lain

, ser

ta k

eiku

tser

taan

da

lam

org

anis

asi k

emah

asis

waa

n ya

ng ti

dak

men

ggan

ggu

capa

ian

pres

tasi

aka

dem

is

Kon

sist

en

Dis

iplin

Ked

isip

linan

mah

asis

wa

dala

m m

emat

uhi

atur

an ja

m m

asuk

kul

iah

mas

ih p

erlu

di

perb

aiki

, sal

ah s

atun

ya te

rkai

t den

gan

kete

rlam

bata

n m

asuk

kul

iah

dan

peri

laku

m

embo

los

2. K

etel

adan

an

Kes

eder

hana

an

Ber

saha

bat/

M

ahas

isw

a sa

ngat

ber

saha

bat d

an

Page 192: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

Ked

ekat

an

kom

unik

atif

ko

mun

ikat

if, s

alah

sat

unya

terl

ihat

dar

i in

tera

ksi a

ntar

mah

asis

wa

dan

mah

asis

wa

deng

an d

osen

yan

g in

tens

dan

dek

at

Pela

yana

n m

aksi

mal

R

espo

nsif

Tin

daka

n re

spon

sif

mah

asis

wa

belu

m

mer

upak

an b

entu

k ta

ngga

pan

bera

rti.

Hal

ini

seri

ngka

li ha

nya

seba

tas

aksi

yan

g tid

ak

ditin

dakl

anju

ti de

ngan

tind

akan

pra

ktis

.

3. B

erpi

kir

dan

bert

inda

k ce

rdas

Kec

erda

san

inte

lekt

ual

Inov

atif

Beb

erap

a m

ahas

isw

a be

lum

mam

pu

men

cipt

akan

inov

asi,

sala

h sa

tu in

dika

torn

ya

yakn

i kur

ang

dim

anfa

atka

nnya

PK

M s

ebag

ai

sara

na p

enge

mba

ngan

kre

ativ

itas

dan

inov

asi

Kec

erda

san

emos

iona

l M

anaj

emen

em

osi

Pem

bela

jara

n m

anaj

emen

em

osi c

ukup

sul

it di

laks

anak

an, m

engi

ngat

pen

gelo

laan

em

osi

mer

upak

an h

al y

ang

priv

at b

agi s

etia

p m

ahas

isw

a

Kec

erda

san

spir

itual

R

elig

ius

Mah

asis

wa

dapa

t dik

atak

an c

ukup

mem

ilik

i ni

lai r

elig

ius,

sal

ah s

atu

indi

kato

rnya

dap

at

dilih

at d

ari i

bada

h ya

ng r

ajin

, dan

tem

pat

ibad

ah y

ang

jara

ng s

epi

(Sum

ber:

has

il w

awan

cara

, obs

erva

si d

an a

nalis

is d

okum

en y

ang

tela

h di

olah

)

Page 193: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

b. Evaluasi pendidikan karakter

Pendidikan karakter agar tetap berjalan memerlukan adanya proses

evaluasi untuk memperbaiki kinerjanya selama ini. Proses penilaian ini terdapat

dalam dua macam, pertama merupakan penilaian praktis bagi program pendidikan

karakter di lembaga pendidikan. Penilaian ini mengacu pada proses penanaman

nilai yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan. Kedua, penilaian pendidikan

karakter dalam konteks yang lebih luas, artinya bagaimana menilai pendidikan

karakter dalam kerangkan pertumbuhan dan perkembangan individu secara

kelembagaan dalam relasinya dalam lembaga pendidikan maupun dengan

lembaga lain yang relatif terhadap dunia pendidikan.

Penilaian pendidikan karakter di FKIP yang diakui belum mempunyai

parameter secara pasti menunjukkan sulitnya menilai keseluruhan proses belajar

mahasiswa yang indikasinya adalah perkembangan kepribadian. Pendidikan

karakter pun tidak bisa dinilai dengan model kuantifikasi nilai dalam jumlah nilai

dan angka-angka. Penilaian terhadap pendidikan karakter di FKIP ialah melihat

sejauh mana pengetahuan itu mengubah sikap, perilaku yang koheren dengan

konsep sebuah lembaga yang mendidik.

Pada hakihatnya, pendidikan karakter membutuhkan penilaian dari

individu sebagai bentuk refleksi perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang

diyakininya, serta dari komunitas yang menilai sejauh mana struktur lingkungan

pendidikan mampu menumbuhkan karakter moral setiap individu dalam sistem

tersebut. Penilaian pendidikan karakter berkaitan dengan unsur pemahaman,

motivasi, keinginan, dan praksis dari individu. Hal ini semestinya mengevaluasi

dan menelaah corak relasional antar individu di dalam lembaga pendidikan. Selain

itu, juga menelaah adanya kultur non-edukatif yang berpotensi melemahkan

kinerja individu dan lembaga.

Penilaian pendidikan karakter diarahkan pada perilaku dan tindakan,

bukan sekedar pengetahuan dan pemahaman yang dimengerti dan dikatakan saja.

FKIP UNS sebagai lembaga pelaksana pendidikan karakter belum menetapkan

kriteria resmi penilaian pendidikan karakter, sehingga sampai saat ini, setelah

Page 194: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

perjalanan kurang lebih 5 tahun pendidikan karakter dilaksanakan, evaluasi

keberhasilan pendidikan karakter hanya sampai pada pengamatan individual

dosen dan pembuat kebijakan serta beberapa riset. Dan sebagai hasil pengamatan

tersebut diperoleh hasil bahwa telah ada perbaikan-perbaikan yang ditunjukkan

melalui perubahan perilaku yang lebih positif, seperti kesantunan dalam

berpenampilan, tindakan curang informan yang berkurang, serta peningkatan

kedisiplinan.

Indikator yang ditetapkan kemudian sebagai nilai-nilai karakter

prioritas yang ingin ditanamkan FKIP dalam diri mahasiswanya menjadi satu-

satunya pegangan bagi penilaian sejauh mana pendidikan karakter berhasil

dilaksakan. Namun, hal ini tidak berhenti begitu saja. Pendidikan karakter akan

berjalan terus menerus dan berkesinambungan, di mana hasil akhir proses

pendidikan karakter akan dapat dilihat dari bagaimana peranan output lulusan

FKIP nantinya di dalam dunia pendidikan maupun masyarakat sosial secara luas.

Page 195: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang pertama yakni mengenai persepsi

mahasiswa terhadap pendidikan karakter dalam pelaksanaan visi FKIP UNS,

maka deskripsi dan analisis yang didapat menunjukkan bahwa:

Pemahaman informan baik mahasiswa, dosen maupun pembuat

kebijakan mengenai penjabaran visi berkarakter kuat dan cerdas sangat beragam.

Namun mereka sepakat bahwa berkarakter kuat dan cerdas merupakan kriteria

ideal yang harus melekat dalam kepribadian seorang pendidik, yang diharapkan

dapat dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Berkarakter kuat dan

cerdas dijabarkan sebagai keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu

mengaplikasikannya dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis dalam

kehidupan sehari-hari. Keseimbangan di antara ketiganya akan membentuk

pribadi dengan mentalitas yang kuat dan perilaku yang mengarah pada perubahan

positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain di sekitarnya.

Kemudian, rumusan masalah yang kedua yakni mengenai strategi

penanaman nilai-nilai karakter prioritas yang diharapkan FKIP, menunjukkan

bahwa :

Untuk membentuk calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas,

dilaksanakan secara bertahap, terus menerus, dan berkesinambungan dengan

sistem pendidikan karakter melalui kurikulum, program dan kebijakan, penciptaan

lingkungan yang sehat dan kondusif, serta keteladanan hingga sampai hal personal

yang mendetail. Pendidikan karakter bukanlah merupakan satu mata kuliah

khusus, melainkan terintegrasi dalam kurikulum dan setiap mata kuliah harus

memuat nilai-nilai karakter prioritas yang ingin ditanamkan FKIP pada

mahasiswa. Program atau kebijakan yang disusun FKIP dan diterapkan secara

menyeluruh ialah kebijakan seragam putih gelap pada hari Senin-Selasa. Program

dan aturan lain lebih tergantung pada kebijakan masing-masing program studi.

Dosen mengambil peran yang sangat penting dan strategis dalam pelaksanaan

Page 196: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

pendidikan karakter, terutama sebagai teladan bagi mahasiswa, serta melakukan

kontrol dan pengawasan. Pengawasan dilakukan di dalam kelas maupun luar kelas

dengan teguran secara individual personal secara langsung, ataupun tidak

langsung yang disampaikan melalui mahasiswa lain atau dosen, maupun secara

komunal.

Selanjutnya adalah rumusan masalah ketiga yakni perilaku mahasiswa

sebagai proses dan hasil dari pelaksanaan pendidikan karakter dalam upaya

mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas, menunjukkan bahwa :

Pendidikan karakter belum dilaksanakan secara optimal di jurusan P

IPS FKIP UNS, karena masih terhambat oleh beberapa hal. Pelaksanaan

pendidikan karakter masih terlalu menekankan pada segi fisik yang terlihat dari

cara berpenampilan mahasiswa, yang kemudian diatur melalui kebijakan

penggunaan seragam. Namun, penerapan kebijakan seragam ini masih

menimbulkan pro kontra, di mana terpengaruh oleh berbagai faktor, seperti

kurang adanya legalitas karena hanya berupa himbauan melalui surat edaran

(belum menjadi peraturan resmi) dan lingkungan kampus yang melibatkan

mahasiswa dari fakultas lain, yang tidak menerapkan kebijakan seragam.

Pendidikan karakter di FKIP juga masih terhambat karena adanya budaya non-

edukatif seperti anggapan bahwa kecurangan yang merupakan tindakan tidak jujur

mahasiswa baik dalam ujian maupun tugas adalah hal yang wajar. FKIP juga

belum menetapkan kriteria resmi evaluasi pendidikan karakter, sehingga penilaian

sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter hanya sampai pada pengamatan

individual.

Secara personal, mahasiswa belum mampu sepenuhnya

mengaplikasikan nilai-nilai karakter prioritas yang diharapkan FKIP untuk

mencapai berkarakter kuat dan cerdas secara optimal, sehingga masih perlu

beberapa perbaikan. Kurang optimalnya mahasiswa dalam mengaktualisasikan

nilai-nilai karakter tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

kurangpahamnya mahasiswa atas makna berkarakter kuat dan cerdas, belum

terbentuknya kesadaran pribadi, belum adanya contoh yang bisa dijadikan teladan,

serta kurang adanya sosialisasi lebih lanjut terkait dengan program maupun

Page 197: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

kebijakan. Dampak pelaksanaan pendidikan karakter terhadap perubahan perilaku

mahasiswa saat ini bukan merupakan hasil akhir karena pendidikan karakter

adalah proses yang terus menerus, kontinyu dan berkesinambungan.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di

atas, maka dapat dikaji implikasi sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian penggunaan pendekatan pendidikan

karakter dari Doni Koesoema. Doni Koesoema mengemukakan pendekatan

pendidikan karakter dalam konteks lembaga pendidikan. Pendekatan ini

berperan penting dalam menganalisis data yang telah ditemukan dalam

penelitian.

Pendidikan karakter di FKIP merupakan upaya pencapaian visi

berkarakter kuat dan cerdas, di mana hal ini membutuhkan keterlibatan

berbagai komponen di kampus, baik mahasiswa, dosen, staf kependidikan,

maupun pembuat kebijakan. Pendidikan karakter berupaya membelajarkan

dan membiasakan mahasiswa untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

berkarakter kuat dan cerdas. Pendekatan konteks kelembagaan dari Doni

Koesoema menjadi pendekatan penting dalam menganalisis pelaksanaan

pendidikan karakter di jurusan P IPS FKIP yang sesuai dengan konteks FKIP

sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang berupaya membentuk

dan mengembangkan mahasiswa calon guru yang berkarakter kuat dan cerdas.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari penelitian ini ialah pelaksanaan pendidikan

karakter di jurusan P IPS FKIP UNS harus lebih memperhatikan banyak hal.

Setiap komponen di FKIP harus memahami posisi dan tugasnya dalam

pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan karakter juga harus dilaksanakan

secara menyeluruh, bukan hanya pada aspek fisik yang selama ini

diperhatikan banyak pihak. Kekompakan dosen dan pembuat kebijakan perlu

ditingkatkan demi penerapan program dan peraturan yang lebih efektif. Dosen

Page 198: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

yang menjadi komponen penting sebagai teladan juga perlu meningkatkan

kepeduliannya terutama terhadap mahasiswa yang merupakan sasaran utama

dalam proses pendidikan karakter. Perbaikan sistem serta penciptaan

lingkungan yang sehat dan kondusif menjadi perubahan yang positif dan

bertahap. Penelitian ini juga menjadi evaluasi bagi pelaksanaan pendidikan

karakter di jurusan P IPS FKIP, agar setiap mahasiswa lebih meningkatkan

kualitas diri untuk mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter

prioritas yang diharapkan, di mana hal ini mencakup keamanahan,

keteladanan, dan berpikir serta bertindak cerdas.

3. Implikasi Metodologis

Implikasi metodologis dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif untuk melihat fenomena tentang pendidikan karakter di FKIP.

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan secara detail dan memahami persepsi,

tindakan dan perilaku informan dalam pelaksanaan pendidikan karakter, baik

dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Dengan pendekatan

deskriptif kualitatif, peneliti berupaya melihat secara faktual realitas yang

terjadi dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter di jurusan P IPS,

kemudian melakukan analisis dan menginterpretasikannya. Oleh karena itu,

dengan pendekatan ini dapat melihat dan menggambarkan secara riil tindakan

dan perilaku setiap komponen yang terlibat dalam proses pendidikan karakter.

C. SARAN

Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang pelaksanaan

pendidikan karakter di jurusan P IPS FKIP UNS, maka peneliti memberikan

saran-saran untuk menambah wawasan, sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa

Mahasiswa sebaiknya lebih memahami posisinya sebagai seorang calon

pendidik, untuk memperbaiki diri dengan pembelajaran dan pembiasaan

bersikap, bertindak dan berperilaku yang berkarakter kuat dan cerdas,

selama proses perkuliahan di FKIP.

Page 199: PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN …/Persepsi... · DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... kesadaran pribadi, belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

2. Bagi dosen

Dosen perlu lebih merefleksi, mengevaluasi, dan memperbaiki diri

sehingga dapat menempatkan diri untuk menjadi figur teladan bagi

mahasiswa. Dosen juga perlu mengadakan pendekatan dan pengawasan

yang lebih personal.

3. Bagi jurusan

Baik staf kependidikan maupun pimpinan jurusan perlu melakukan

evaluasi diri terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang masih

berjalan. Program dan kebijakan harus dilaksanakan dengan bentuk aturan

yang jelas, agar dapat diterapkan secara efektif.

4. Bagi FKIP

Pelaksanaan pendidikan karakter perlu perbaikan sistem maupun

lingkungan, sehingga pihak FKIP sebaiknya menyusun sistem evaluasi

yang dapat menilai keberhasilan pendidikan karakter, agar selalu

mengalami peningkatan dan kemajuan. Perlu diadakan sosialisasi lebih

lanjut mengenai berbagai program dan kebijakan yang dilaksanakan FKIP

dalam proses pendidikan karakter.