persepsi dan harapan dokter umum rumah sakit … · persepsi dan harapan dokter umum rumah sakit...

123
PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Eunike 038114107 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: phunganh

Post on 17-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN

FARMASIS KLINIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh: Eunike

038114107

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

Page 2: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

Persetujuan Skripsi

PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI

KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK

Disusun oleh :

Eunike

NIM : 03114107

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Tanggal : 23 April 2007

ii

Page 3: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

iii

Page 4: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

PERSEMBAHAN

One life to live for Christ my Lord, One life to do my part,

One life in which to give my all With fervency of heart.

Brandt

In everything you do, put God first and He will direct You and crown your

efforts with success. Proverbs 3:4

Be a good courage, and He shall strengthen your heart, all ye that hope in the LORD. Psalm 31:24

Kupersembahkan karya ini kepada : My Savior, TUHAN YESUS KRISTUS

Mamaku yang tercinta Keluargaku di Magelang yang kusayangi

Sahabat-sahabatku Serta Almamaterku

iv

Page 5: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 April 2007

Penulis

Eunike

v

Page 6: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan ucapan syukur penulis persembahkan ke hadirat Tuhan

Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan

skripsi yang berjudul “Persepsi dan Harapan Dokter Umum Rumah Sakit Swasta di

Kota Yogyakarta Terhadap Perkembangan Peran Farmasis Klinik” dapat

terselesaikan dengan baik

Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Rumah Sakit P.K.U. Muhamadiyah, Rumah Sakit Panti Rapih dan Rumah Sakit

Bethesda yang telah memberikan ijin dan tampat sehingga penelitian ini dapat

dilakukan.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar

telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama persiapan usulan penelitian,

pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku Dosen

Penguji yang telah memberi masukan demi peningkatan hasil karya tulis ini.

5. Dokter-dokter Umum yang berpraktek di Rumah Sakit P.K.U. Muhamadiyah,

Rumah Sakit Panti Rapih dan Rumah Sakit Bethesda yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

vi

Page 7: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

6. Mama atas perhatian, dukungan, semangat, doa, dan cinta kasihnya yang sangat

besar.

7. Papa atas kasih sayangnya selama ini.

8. Keluarga di Magelang (Mak Pien, Ik Po, Ik Lanny, Ku Lewi, Ku Liang, Ku Kong

Hien, Kim Mella, Agnes, Yosua dan Raymond) atas semangat, dukungan, doa,

perhatian dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

9. Renny, atas kasih sayang, dukungan, semangat, doa dan air mata, serta suka dan

duka yang dibagi bersama selama ini.

10. Teman-teman Komsel Magelang (Mas Yuno, Bram, Yosy, Andrew, Boas, My

Twins (Wurie), Cisca, Acheng, Monike, Dian, Yonia, Ike, Syela, Beetha, Po2,

Victor, David, Yusak, Yoseph, Erwin, Erwan, Adie, Kris, David) untuk, doa,

semangat, keceriaan dan kebersamaan selama ini.

11. Teman-teman kost ‘Dewi’ (Ratih, Selvi, Indah, Lia, Lanny, Yohana, Anink,

Mellissa, Chika, Novi, Cie Ricka, Cie Meta, Cie Listy, Cie Maria, Tice, dll)

untuk dukungan, doa, dukungan, keceriaan dan kebersamaan yang diberikan

kepada penulis.

12. Teman-teman GPdI Magelang dan SM Elshaddai (Cie Fera, Cie Yoke, Ko

Lhank, Ko Sand, Ko Ayiem dan keluarga, Mas Poer) atas dukungan dan kasih

sayangnya.

13. David atas bantuannya mengerjakan revisi dan Wurie atas bantuannya dalam

menerjemahkan abstract.

14. Teman-teman kost ‘Wulung’ (Paulus, Roy, David, Hendra, Sigit) buat keceriaan

dan kebersamaan selama ini.

vii

Page 8: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

15. Diah Regziana atas dukungan, bantuan dan kebersamaan selama mengerjakan

skripsi ini dari awal sampai akhir.

16. Teman-teman Fakultas Farmasi USD, khususnya kelas C dan kelompok

praktikum E atas kekompakan dan keceriaan yang diberikan.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi

perkembangan dunia kesehatan.

Yogyakarta, 23 April 2007

Penulis

viii

Page 9: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v

PRAKATA............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xix

INTISARI............................................................................................................... xx

ABSTRACT ............................................................................................................. xxi

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1. Perumusan masalah.................................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 4

3. Manfaat penelitian...................................................................................... 7

B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

BAB II PENELAAH PUSTAKA

A. Farmasis dan Peran Farmasis ........................................................................... 9

B. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004........................ 14

ix

Page 10: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

C. Pelayanan Farmasi Klinik ................................................................................ 23

D. Keterangan Empiris.......................................................................................... 33

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................................ 34

B. Definisi Operasional Penelitian ....................................................................... 34

C. Responden........................................................................................................ 35

D. Alat Penelitian.................................................................................................. 36

E. Tata Cara Penelitian ......................................................................................... 37

F. Kesulitan Penelitian ......................................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persepsi Dokter Umum Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta Terhadap

Peran Farmasis Klinik ...................................................................................... 47

1. Persepsi responden terhadap ruang lingkup profesi farmasi..................... 47

2. Persepsi responden terhadap orientasi pelayanan farmasis........................ 48

3. Persepsi responden terhadap keikutsertaan farmasis dalam memberi

perhatian khusus terhadap kesejahteraan pasien ........................................ 49

4. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam memantau

penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

.................................................................................................................... 51

5. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam

menganalisis efektivitas biaya ................................................................... 52

6. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam

formularium obat........................................................................................ 53

x

Page 11: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

7. Persepsi responden terhadap komunikasi farmasi dengan dokter dan

tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah

terapi yang diberikan pada pasien .............................................................. 55

8. Persepsi responden terhadap pendokumentasian kegiatan yang

dilakukan farmasis untuk evaluasi terhadap pelayanan kesehatan ............ 56

9. Persepsi responden terhadap keterlibatan langsung farmasis dalam

perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan

farmasi dan penggunaan obat ................................................................... 57

10. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam pemberian

informasi obat kepada tenaga kesehatan lain ............................................. 58

11. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam masalah

yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug related problem) ............. 60

12. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertangung jawab dalam

pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs monitoring) ....... 61

13. Persepsi responden bahwa farmasis tidak harus bertanggung jawab

dalam penanganan pencampuran obat suntik............................................. 64

14. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam

penanganan nutrisi parenteral ................................................................... 65

15. Persepsi responden terhadap peran farmasis dalam penanganan obat

kanker atau sitostatika ................................................................................ 66

16. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam mengakses

penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk

memantau penggunaan obat yang rasional ................................................ 68

xi

Page 12: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

17. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam membantu

menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan masukan

pada dokter dalam peresepan ................................................................... 69

18. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam

memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien

rawat jalan .................................................................................................. 71

19. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam pelayanan

penggunaan obat dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain

dalam memaksimalkan proses terapi ......................................................... 73

B. Harapan Dokter Umum Terhadap Perkembangan Peran Farmasis Klinik di

Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta ........................................................ 74

1. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam

peresepan obat............................................................................................ 74

2. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium

bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan

terapi yang tepat bagi pasien ...................................................................... 76

3. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah

dipraktekkan oleh beberapa negara-negara maju....................................... 78

xii

Page 13: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

4. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan

dapat menuliskan hasil assasement-nya di medical record ...................... 80

5. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan

dapat bekerjasama dengan dokter spesialis................................................ 82

6. Harapan responden terhadap keterlibatan farmasis secara langsung pada

pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain akan dapat membantu

dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi

pasien ........................................................................................................ 84

C. Rangkuman Pembahasan ................................................................................. 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 88

B. Saran................................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90

LAMPIRAN.......................................................................................................... 93

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 102

xiii

Page 14: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kuisioner ..................................................................................... 38

Tabel 2. Jumlah Farmasis Dan Dokter Umum Yang Terdaftar di Rumah

Sakit Swasta di Kota Yogyakarta................................................ 43

Tabel 3. Profil Responden......................................................................... 44

xiv

Page 15: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Usia Responden........................................................................... 46

Gambar 2. Lama Praktek Responden............................................................ 47

Gambar 3. Persepsi responden terhadap ruang lingkup profesi Farmasi..... 47

Gambar 4. Persepsi responden terhadap orientasi pelayanan farmasis......... 48

Gambar 5. Persepsi responden terhadap keikutsertaan farmasis dalam

memberi perhatian khusus terhadap ksejahteraan pasien............ 50

Gambar 6. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam

memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap pasien

rawat jalan ................................................................................... 51

Gambar 7. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam

menganalisis efektifitas biaya ..................................................... 52

Gambar 8. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam formularium obat.............................................................. 54

Gambar 9. Persepsi responden terhadap komunikasi farmasi dengan

dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam

membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien............... 55

Gambar 10. Persepsi responden terhadap pendokumentasian kegiatan yang

dilakukan farmasis untuk evaluasi terhadap pelayanan

kesehatan..................................................................................... 57

xv

Page 16: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

Gambar 11. Persepsi responden terhadap keterlibatan langsung farmasis

dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan

pelayanan farmasi dan penggunaan obat..................................... 58

Gambar 12. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam

pemberian informasi obat kepada tenaga kesehatan lain ............ 59

Gambar 13. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis masalah

yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug related

problem) ...................................................................................... 60

Gambar 14. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertangung jawab

dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs

monitoring).................................................................................. 62

Gambar 15. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam penanganan pencampuran obat suntik.............................. 64

Gambar 16. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam penanganan nutrisi parenteral........................................... 66

Gambar 17. Persepsi responden terhadap peran farmasis dalam penanganan

obat kanker atau sitostatika ......................................................... 67

Gambar 18. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam

mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam

rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional.. 68

Gambar 19. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam

membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan

memberikan masukan pada dokter dalam peresepan .................. 70

xvi

Page 17: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

Gambar 20. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap

maupun pasien rawat jalan .......................................................... 72

Gambar 21. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam

pelayanan penggunaan obat dapat membantu dokter dan tenaga

kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi................... 73

Gambar 22. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta

memberikan saran dalam peresepan obat.................................... 75

Gambar 23. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik

maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk

memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi

pasien .......................................................................................... 76

Gambar 24. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter

seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara-negara

maju............................................................................................. 79

Gambar 25. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang

terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assasement-nya di

medical record ............................................................................ 81

xvii

Page 18: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

Gambar 26. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang

spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis

..................................................................................................... 83

Gambar 27. Harapan responden terhadap keterlibatan farmasis secara

langsung pada pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain

akan dapat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya

proses terapi yang tepat bagi pasien............................................ 85

xviii

Page 19: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Bethesda ........................ 93

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Panti Rapih .................... 94

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit P.K.U. Muhamadiyah.... 95

Lampiran 4. Kuisioner ..................................................................................... 96

Lampiran 10. Frekuensi jawaban kuisioner oleh responden ............................. 99

xix

Page 20: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

INTISARI

Saat ini praktek kefarmasian di rumah sakit telah mengarah ke orientasi pasien. Hal ini bertujuan untuk memaksimalken efek terapi, meminimalkan resiko, dan meminimalkan biaya pengobatan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dokter umum terhadap peran farmasis klinik di rumah sakit swasta di kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dengan rancangan penelitian deskriptif. Bahan yang digunakan adalah kuisioner yang diisi oleh dokter umum yang berpraktek pada rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta (26 responden). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang.

Dari penelitian ini disimpulkan responden memiliki persepsi tentang peran farmasis klinik yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1197/Menkes/SK/X/2004 yaitu: pelayanan farmasi rumah sakit yang berorientasi kepada pasien (100%) dan bertanggung jawab dalam pemantauan penggunaan obat (96%), namun responden tidak setuju farmasis menangani nutrisisi parenteral (69%). Dalam hal mengakses riwayat pengobatan pasien (50% tidak setuju dan 46% setuju. Responden memiliki harapan tentang keterlibatan farmasis klinik dalam menentukan obat sesuai diagnosis dokter (54%) dan visitasi (81%), namun sebanyak 50% dan 69% responden, tidak setuju farmasis klinik mendampingi dokter dan memberikan saran peresepan obat serta mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan dokter untuk menentukan diagnosis dan terapi yang tepat bagi pasien, namun di sisi lain 50% dan 31% setuju.

Kata kunci : persepsi, harapan, dokter umum, farmasis klinik

xx

Page 21: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

ABSTRACT

Nowadays, pharmaceutical practice in hospitals are directed to the patient oriented. It is purposed to maximize the therapy effects, minimize the risks, and also minimize the therapy costs. Based on those facts, the research is conducted to know the perception of general practitioner to the clinical pharmacist roles in the private hospital in Yogyakarta.

The research is an observational character with a descriptive research plan. The material used is questioners that filled by the general practitioners from private hospitals in Yogyakarta (26 respondent) who willingly to fill the questioners. The achieved data analyzed by descriptive statistics in the form of percentage and presented in the form of table and (stem) diagram.

According to the research, it can be concluded the respondents perceptions about the clinical pharmacist roles that are appropriate haved conform to the Minister of Public Health decree No. 1197/Menkes/SK/X/2004 about the hospitals pharmacy services as patient oriented services (100%) and responsible in drug related problem (96%). However, respondents disagreed on the hospital pharmacists involvement in the handling of parenteral nutrition (69%) and in access patient therapy (50%), but in the other side 46% agreed. Respondents have expectations to the involvement of clinical pharmacists to determine the appropriate medicine suitable to the doctor’s diagnosis (54%) and visitation (81%). However, 50% and 69% respondent disagree on the clinical pharmacist accompany the doctor during the examination and give advices on the prescription and also to discuss the examination result together with the doctor to determine the accurate diagnosis and therapy for the patient, but in the other side 50% and 31% agreed. Key words: perception, expectation, general practitioner, clinical pharmacist

xxi

Page 22: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pada saat ini, praktek profesi farmasis telah berubah dari orientasi produk

ke orientasi pasien. Pelayanan kefarmasian menuntut praktek manajemen terapi dan

konseling bagi pasien. Secara umum, farmasis harus terlibat bekerjasama dengan

dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam proses terapi seorang pasien dari aspek

pharmaceutical care (Matsumoto, Shimizu, and Fukuoka, 2003).

Cakupan praktek kefarmasian semakin meluas dari waktu ke waktu. Pada

tahun 1999, di 24 negara bagian di Amerika menyetujui suatu bentuk kolaborasi

praktek antara farmasis dan dokter, yaitu pada adanya delegasi penatalaksanaan

pasien menjadi tanggung jawab farmasis, meliputi terapi ulangan yang telah disetujui

oleh dokter sampai ke modifikasi atau inisiasi regimen terapi bagi pasien (Smith, Ray

and Shannon, 2002).

Perubahan pola pelayanan kefarmasian ini di negara-negara maju telah

lama berlangsung sedangkan di Indonesia masih sangat tertinggal bahkan sering

masih dalam tingkat wacana. Oleh karena itu sangat diharapkan profesi farmasis

yang memang bekerja dalam pelayanan kefarmasian (farmasi rumah sakit dan

farmasi komunitas) harus berani keluar dari keterkurungannya memasuki realitas

baru dalam pelayanan kefarmasian (Anonim, 2004a).

Praktik kefarmasian di rumah sakit mengalami pergeseran secara bertahap.

Pergeseran tersebut meliputi paradigma teknis yang menekankan pada produk obat

1

Page 23: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

2

dan peracikan, berubah menjadi pendekatan yang lebih berorientasi kepada

pelayanan pasien dan penanganan penyakit secara komprehensif. Salah satu

kebijakan pelayanan kesehatan menyangkut kebijakan penggunaan obat yang

rasional yaitu: tepat kualitas, tepat indikasi, tepat dosis, tepat penderita, dan tepat

harga. Termasuk juga komunikasi dan informasi terhadap pasien tentang penggunaan

obat yang efektif dan efisien dan hubungan dokter pembuat resep dan apotik/depo

yang menyerahkan obat. Menjawab tantangan ini profesi farmasi dalam pelayanan

kefarmasian di rumah sakit harus bekerja keras untuk meningkatkan profesionalisme.

Hal ini untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang terus berkembang

terhadap pelayanan kefarmasian yang bermutu (Yusmanita, 2002).

Proses pelayanan kesehatan di rumah sakit melibatkan kerjasama antara

farmasis dengan petugas kesehatan lain khususnya dokter. Dalam hal ini dokter

sebagai prescriber, yaitu orang yang berwenang untuk menuliskan resep untuk

pasien. Melalui peresepan inilah terjadi kerjasama antara dokter dengan farmasis

sebagai suatu health care team.

Proses kerjasama antara dokter dan farmasis ini merupakan proses yang

harus ditingkatkan terus menerus agar penggunaan obat yang menjadi tanggung

jawab bersama antar farmasis, dokter dan juga tenaga kesehatan lain memperoleh

keluaran terapi yang optimal. Farmasis memberikan jaminan bahwa obat yang

diberikan adalah obat yang benar dan diperoleh maupun diberikan dengan benar

(Anonim, 2004c).

Peran Farmasis klinik sebagai profesi yang menjalankan praktek pelayanan

kefarmasian di rumah sakit membutuhkan penerimaan profesi kesehatan lain

Page 24: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

3

khususnya dokter sebagai suatu health care team. Dengan adanya penerimaan yang

baik dari profesi kesehatan lain diharapkan dapat terjadi kerjasama yang baik dalam

suatu health care team. Dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara

farmasis dengan dokter dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian.

Perkembangan pelayanan farmasi klinik di Kota Yogyakarta masih cukup

lambat karena rumah sakit di Kota Yogyakarta sebagian besar belum melaksanakan

pelayanan farmasi klinik. Pada rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang telah

mulai melaksanakan pelayanan farmasi klinik (R.S. Bethesda, R.S. Panti Rapih dan

R.S. P.K.U. Muhamadiyah), belum semua aspek pelayanan farmasi klinik dilakukan.

Pelayanan farmasi klinik masih terbatas pada pengkajian resep, dispensing dan

pelayanan informasi obat oleh farmasis. Pihak rumah sakit juga sudah menempatkan

farmasis di bangsal-bangsal pada jam-jam tertentu. Diantara ketiga rumah sakit

tersebut ada juga farmasis yang mulai terlibat pada penanganan obat kanker maupun

obat suntik. Namun pemantauan penggunaan obat yang rasional belum maksimal dan

efektif dijalankan. Komunikasi antara farmasis dan staf medis dalam pengkajian

resep masih belum berjalan secara maksimal. Visitasi oleh farmasis pada pasien

rawat inap juga belum aktif dijalankan. Pemantauan kadar obat terapetik juga belum

dilaksanakan di rumah sakit terebut.

Berdasarkan kenyataan di atas maka perlu diidentifikasi seperti apa persepsi

dan harapan tenaga kesehatan lain, dalam hal ini dokter, tentang praktek farmasis

klinik sehingga praktek profesi farmasis klinik yang sudah ada saat ini dapat

dikembangkan dan proses kerjasama antara farmasis dan dokter dapat terjalin lebih

dinamis demi terjaminnya pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Page 25: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

4

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat

permasalahan yang akan diungkap melalui penelitian ini, yaitu:

a. seperti apa persepsi dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta

terhadap peran farmasis klinik mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan

RI nomor 1197 tahun 2004 mengenai standar pelayanan farmasi di rumah

sakit khususnya pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan?

b. seperti apa harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta

terhadap perkembangan farmasis klinik di masa mendatang dalam pelayanan

kefarmasian?

2. Keaslian penelitian

Penelitian tentang Persepsi Dokter Umum terhadap Farmasi Klinik di

Rumah Sakit di Kota Yogyakarta pernah dilakukan oleh Savitri (2005) yang

menitikberatkan pada bahasan mengenai sejauh mana pengenalan dan penilaian

dokter terhadap profesi farmasis klinik serta sikap dan saran dokter terhadap

profesi farmasis klinik secara profesional. Pada penelitian ini digunakan acuan

Standar Kompetensi Farmasi di Indonesia yang disusun oleh ISFI. Lingkup

penelitian ini adalah seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang

ada di Kota Yogyakarta.

Nurdiati (2005) juga pernah melakukan penelitian tentang Profesi

Farmasis di Rumah Sakit dalam Perspektif Dokter Spesialis di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Penelitian ini menitikberatkan pada persepsi dokter spesialis

Page 26: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

5

mengenai profesi farmasis di rumah sakit. Acuan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah literatur dari WHO mengenai pelayanan kefarmasian dan

Standar Kompetensi Farmasi di Indonesia yang disusun oleh ISFI. Lingkup

penelitian ini adalah seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang

ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perbedaan penelitian ini dibanding penelitian yang dilakukan oleh

Savitri (2005) dan Nurdiati (2005) adalah penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh informasi mengenai persepsi dokter umum tentang peran farmasis

klinik di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menitikberatkan

pada bahasan mengenai peran farmasis klinik sebagai Health Care Team sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 dan untuk mengetahui harapan dokter umum di rumah

sakit swasta di Kota Yogyakarta mengenai perkembangan peran farmasis klinik

di masa mendatang dalam pelayanan kefarmasian. Perbedaan yang mendasar

pada penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya adalah acuan yang

digunakan. Pada penelitian ini digunakan acuan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004.

Perbedaan lain penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya adalah

pada penelitian ini rumah sakit yang digunakan adalah rumah sakit swasta di

Kota Yogyakarta yang memiliki minimal 2 farmasis dan telah melakukan praktek

pelayanan farmasi klinik. Pada penelitian Savitri (2005) rumah sakit yang

digunakan tidak memiliki kriteria jumlah farmasis minimal 2. Pada penelitian

Savitri (2005) menggunakan seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah

Page 27: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

6

di Kota Yogyakarta tanpa kriteria telah melakukan pelayanan farmasi klinik.

Penelitian yang dilakukan Nurdiati (2005) rumah sakit yang digunakan adalah

seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang ada di Daerah

Istimewa Yogyakarta tanpa kriteria minimal memiliki dua farmasis dan belum

melakukan pelayanan farmasi klinik, sedangkan pada penelitian ini dilakukan

pada rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang memiliki minimal 2 farmasis

dan telah melakukan pelayanan farmasi klinik.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Wijayanti (2005)

mengenai Persepsi Dokter tentang Peran Apoteker di Apotek di Kota Magelang.

Penelitian ini menitikberatkan pada tanggapan dokter mengenai peran apoteker di

Apotek dewasa ini. Perbedaannya adalah penelitian Wijayanti (2005) berfokus

pada peran farmasis di Apotek sedangkan penelitian yang dilakukan ini berfokus

pada peran farmasis klinik di rumah sakit.

Muijrers (2003) juga melakukan penelitian yang berjudul: “Changing

relationships: attitudes and opinions of general practitioners and pharmacists

regarding the role of the community pharmacist” yang menitikberatkan pada

persamaan dan perbedaan pendapat antara dokter umum dengan farmasis

mengenai peran farmasis komunitas.

Perbedaan penelitian ini dibanding penelitian yang dilakukan oleh

Wijayanti (2005) dan Muijrers (2003) adalah penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh informasi mengenai persepsi dokter umum tentang peran farmasis

klinik di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta. Penelitian sebelumnya

menitikberatkan pada persepsi dokter mengenai peran farmasis komunitas.

Page 28: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

7

Muijrers (2003) membandingkan persamaan dan perbedaan pendapat antara

dokter umum dan farmasis, sedangkan penelitian ini hanya melihat dari sudut

pandang atau persepsi dokter umum tanpa membandingkan dengan persepsi

farmasis terhadap peran farmasis klinik di rumah sakit.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran persepsi dan

harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta mengenai

perkembangan peran farmasis klinik.

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan standar

praktek kefarmasian bagi farmasis klinik baik oleh ISFI ataupun

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan self-assessment bagi

farmasis klinik untuk peningkatan kinerja di rumah sakit.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui persepsi dan harapan dokter umum rumah sakit swasta di

Kota Yogyakarta terhadap peran farmasis klinik.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui persepsi dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta

terhadap peran farmasis klinik mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan

Page 29: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

8

RI nomor 1197 tahun 2004 mengenai standar pelayanan farmasi di rumah

sakit khususnya pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan.

b. Mengetahui harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta

terhadap perkembangan farmasis klinik dalam pelayanan kefarmasian.

Page 30: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Farmasis dan Peran Farmasis

Farmasis (Apoteker) adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berhak untuk melakukan pekerjaan kefarmasian

di Indonesia sebagai Farmasis (Apoteker) (Anonim, 1992).

Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia lingkup tanggung jawab

farmasis meliputi:

1. menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan yang

dibutuhkan masyarakat

2. menjamin mutu keamanan obat yang diberikan dan memperhatikan hak azasi dan

keunikan setiap pribadi

3. menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat atau alat

kesehatan yang digunakan demi tercapainya kepatuhan penggunaan

4. memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien

dalam menghasilkan keluaran terapi yang optimal.

Lingkup hak dari pelayanan kefarmasian menurut Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia meliputi:

1. hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga kesehatan lain

2. hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek

sesuai dengan standar yang ditetapkan

9

Page 31: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

10

3. hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajaran jasa profesional

kesehatan

4. hak untuk berbicara dalam rangka menegakkan keamanan masyarakat dalam

aspek sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.

Peran farmasis yang dikemukakan oleh WHO yang dikenal dengan istilah

“Seven Star Pharmacist” meliputi:

1. care giver

Farmasis sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan kinik, analitik,

teknik, sesuai peraturan perundang-undangan (Anonim, 2004c).

2. decision-maker

Farmasis mendasarkan pekerjaanya pada kecukupan, keefikasian dan biaya yang

efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya sumber

daya manusia obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain

(Anonim, 2004c).

3. comunicator

Farmasis harus berada pada posisi ideal antara dokter dan pasien, karena itu

farmasis haruslah dikenal dan percaya diri saat berinteraksi dengan profesi

kesehatan lain dan publik (Anonim, 1998).

4. leader

Farmasis diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang

empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengolah hasil

keputusan (Anonim 2004c).

Page 32: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

11

5. manager

Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran)

dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim

kesehatan (Anonim, 2004c).

6. life-long learner

Farmasis harus terus belajar sepanjang pengabdian profesinya (Anonim, 1998).

7. teacher

Farmasis bertanggung jawab untuk mendidik dan melatih farmasis generasi

mendatang (Anonim, 2004c).

Konsep seven star menjadi gambaran profil masa depan farmasis

sedangkan filosofi farmasis yaitu pharmaceutical care secara luas identik dengan

good pharmacy practice, sehingga dapat dikatakan bahwa good pharmacy practice

adalah jalan untuk mengimplementasikan pharmaceutical care (Anonim, 2004c).

Empat pilar yang disyaratkan WHO untuk pelaksanaan good pharmacy

practice adalah :

1. farmasis harus peduli terhadap kesejahteraan pasien dalam segala situasi dan

kondisi

2. kegiatan inti farmasi adalah menyediakan obat, produk pelayanan kesehatan lain,

menjamin kualitas, informasi dan saran yang memadai kepada pasien dan

memonitor penggunaan obat yang digunakan pasien

3. bagian integral farmasis adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan

peresepan yang rasional dan ekonomis, serta penggunaan obat yang tepat.

Page 33: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

12

4. tujuan tiap pelayanan farmasi yang dilakukan harus sesuai untuk setiap individu,

didefinisikan dengan jelas, dan dikomunikasikan secara efektif kepada semua

pihak yang terkait.

(Anonim, 2004c)

Empat elemen penting yang digariskan oleh WHO dalam good pharmacy

practice adalah :

1. kegiatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit

2. penyediaan dan penggunaan obat resep dokter dan produk pelayanan kesehatan

lain.

3. Pengobatan mandiri

4. mempengaruhi peresepan dan penggunaan obat.

(Anonim, 2004c)

Empat elemen tambahan yang disarankan meliputi :

1. farmasis bekerjasama dengan tenaga kesehatan masyarakat berupaya mencegah

penyalahgunaan obat dan penggunaan obat yang salah yang terjadi di masyarakat

2. menilai produk obat dan produk pelayanan kesehatan lain secara profesional

3. penyebarluasan informasi obat dan berbagai aspek pelayanan kesehatan yang

telah dievaluasi

4. terlibat dalam semua tahap-tahap pelaksanaan uji klinis.

(Anonim, 2004c)

Menurut Undang-Undang no. 7 tahun 1963 tentang farmasi, pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan perbekalan farmasi.

Page 34: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

13

Sistem praktek kefarmasisn dapat diartikan sebagai bagian integral dari

sistem pelayanan kesehatan yang utuh dan terpadu, terdiri dari struktur dan fungsi

jaringan pelayanan kefarmasian. Praktek kefarmasian adalah upaya penyelenggaraan

pekerjaan kafarmasian dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakitbagi perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat (Anonim, 2004c).

Menurut keputusan Menteri Kesehatan R.I. no. 1027 tahun 2004 pelayanan

kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab

langsung profesi farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien.

Pada Manajemen Pembangunan Kesehatan peran farmasis lebih

berhubungan dengan kepemimpinan dan manajemen kesehatan serta Peraturan

Perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan. Siapapun dan

dimanapun orang/pimpinan organisasi profesi berbicara dalam masalah kefarmasian,

intinya tidak lain adalah pelaksanaan “Pharmaceutical Care” (PC).

“Pharmaceutical Care” ada yang mengartikan “Asuhan Kefarmasian”, bisa juga

“Perhatian Kefarmasian” atau “Kepedulian Kefarmasian”. Pharmaceutical Care

adalah tanggung jawab farmakoterapi dari seorang farmasis untuk mencapai dampak

tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien (Azwar, 2004).

Definisi dari “Kepedulian Farmasi” atau“Pharmaceutical Care” menurut

Hepler (1990) yaitu: “Pharmaceutical care is the responsible provision of drug

therapy for the purpose of achieving definite outcomes which improve the patients

Quality of Life”. Dan diterjemahkan oleh Siregar (2005) bahwa definisi

Pharmaceutical Care adalah penyediaan pelayanan langsung dan bertanggung jawab

Page 35: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

14

yang berkaitan dengan obat, dengan maksud pencapaian hasil yang pasti dan

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Definisi dari Hepler C. D. dan Strand L. M.

inilah yang kemudian digunakan oleh ASHP (American Society of Hospital

Pharmacist Inc.)

Menurut Cipolle (1992) “Pharmaceutical Care is that component of

pharmacy practice which entails the direct interaction of the pharmacist with the

pateint for the purpose of caring for that patient’s drug-related needs”

(Pharmaceutical Care merupakan komponen praktek kefarmasian yang menuntut

adanya hubungan langsung antara farmasis dengan pasien yang bertujuan untuk

memperhatikan kebutuhan pasien yang berhubungan dengan obat).

Pelaksanaan kepedulian farmasi menunjukkan kematangan farmasi sebagai

suatu profesi klinik dan merupakan suatu perkembangan yang wajar dari banyak

kegiatan farmasi klinik yang matang dari farmasis (Siregar, 2005).

B. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik

yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004, tujuan pelayanan farmasi adalah :

Page 36: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

15

1. melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia

2. menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi

3. melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat

4. menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

5. melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan

6. mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

Tugas pokok pelayanan farmasi adalah :

1. melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

2. menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi

3. melaksanakan KIE

4. memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

5. melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

6. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

7. mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

8. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium

rumah sakit.

Page 37: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

16

Dalam prakteknya fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit dibagi menjadi

dua, yaitu :

1. Pengelolaan Perbekalan farmasi, meliputi :

a. memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

b. merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c. mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang

telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

d. memproduksi perbekalan farmasi untuk memenui kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

e. menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku

f. menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian

g. mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan, meliputi :

a. mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

b. mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan

c. mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan

d. memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan

e. memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga

Page 38: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

17

f. memberi konseling kepada pasien/keluarga

g. melakukan pencampuran obat suntik

h. melakukan penyiapan nutrisi parenteral

i. melakukan penanganan obat kanker

j. melakukan penentuan kadar obat dalam darah

k. melakukan pencatatan setiap kegiatan

l. melaporkan setiap kegiatan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 administrasi dan pengelolaan pelayanan di rumah sakit

memerlukan adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis serta selalu

berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar

bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.

Kepala instalasi farmasi juga harus terlibat langsung dalam perumusan segala

keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

Oleh karena itu dalam pengelolaan pelayanan farmasi di rumah sakit perlu

dibentuk Panitia Farmasi dan Terapi. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi

yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi,

sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang

ada di rumah sakit dan farmasis wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga

kesehatan lainnya.

Tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah menerbitkan kebijakan-

kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya; dan

Page 39: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

18

melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang

berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.

Ruang lingkup Panitia Farmasi dan Terapi sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 yaitu :

1. mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya, pemilihan obat

untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara

subyektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus

meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama

2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak

produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis

3. menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk

dalam kategori khusus

4. membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-

kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit

sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional

5. melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji

medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini

dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus-menerus penggunaan obat secara

rasional

6. mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat

7. menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

Page 40: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

19

Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi adalah:

1. memberikan rekomendasi pada Pimpinan Rumah Sakit untuk mencapai budaya

pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional

2. mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah

sakit, pedoman penggunaan antiboitik dan lain-lain

3. melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat

terhadap pihak-pihak yang terkait

4. melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan

umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

Dalam hal ini peran Farmasis dalam Panitia Farmasi dan Terapi diantaranya

adalah:

1. menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan

antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain

2. membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia

Farmasi dan Terapi

3. melaksanakan pendidikan dan pelatihan

4. melaksanakan pengkajian penggunaan obat.

Pada kebijakan dan prosedur pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus

mencantumkan hal-hal berikut, diantaranya: layanan perbekalan farmasi untuk pasien

rawat inap, rawat jalan, karyawan dan pasien tidak mampu; pengelolaan perbekalan

farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, pembuatan/produksi,

penyimpanan, pendistribusian dan penyerahan; pencatatan pelaporan dan

pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat

Page 41: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

20

inap, rawat jalan serta pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan

pasien; pemberian konseling atau informasi oleh apoteker kepada pasien maupun

keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek

pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan

obat; pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaaan obat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004, kebijakan dan prosedur pelayanan kefarmasian di rumah

sakit meliputi:

1. pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Tujuan dari pengelolaan perbekalan farmasi adalah untuk mengelola

perbekalan farmasi yang efektif dan efisien; menerapkan farmako ekonomi dalam

pelayanan; meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi; mewujudkan

Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna; serta melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan.

2. pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

a. pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi

persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin dan berat badan; nama,

nomor ijin, paraf dokter; tanggal resep, ruangan/unit asal resep), persyaratan

Page 42: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

21

farmasis (bentuk dan kekuatan sediaan; dosis dan jumlah obat; stabilitas dan

ketersediaan; aturan, cara dan teknik pengunaan), dan persyaratan klinik

(ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat; duplikasi pengobatan;

alergi, interaksi dan efek samping obat kontraindikasi; efek aditif)

b. dispensing

Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,

interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan

obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

dokumentasi.

Tujuan dari dispensing adalah untuk mendapatkan dosis yang tepat

dan aman; menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima

makanan secara oral atau emperal; menyediakan obat kanker secara efektif,

efisien dan bermutu, menurunkan total biaya obat.

c. pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang

digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Tujuannya adalah untuk menemukan ESO (Efek Samping Obat)

sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;

menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenali

sekali, yang baru saja ditemukan; mengenal semua faktor yang mungkin

dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau

mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat.

Page 43: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

22

d. pelayanan informasi obat

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh farmasis untuk

memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,

farmasis, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Tujuan pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi

mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah

sakit; menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi;

meningkatkan profesionalisme farmasis; menunjang terapi obat yang

rasional.

e. konseling

Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan

penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Tujuan dari konseling ini adalah memberikan pemahaman yang

benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama

obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama

penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara

penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.

f. pemantauan kadar obat dalam darah

Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas

permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.

Page 44: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

23

Tujuan pemantauan kadar obat dalam darah adalah mengetahui

kadar obat dalam darah, memberikan rekomendasi kepada dokter yang

merawat.

g. ronde/visite pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan visite pasien adalah untuk pemilihan obat, menerapkan

secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien,

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

h. pengkajian penggunaan obat

Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Tujuan pengkajian penggunaan obat adalah mendapatkan gambaran

keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter

tertentu, membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan/dokter satu dengan yang lain, penilaian berkala atas penggunaan

obat spesifik, menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

C. Pelayanan Farmasi Klinik

Praktik kefarmasian di rumah sakit mengalami pergeseran secara bertahap.

Pergeseran tersebut meliputi paradigma teknis yang menekankan pada produk obat

dan peracikan, berubah menjadi pendekatan yang lebih berorientasi kepada

Page 45: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

24

pelayanan pasien dan penanganan penyakit secara komprehensif. Salah satu

kebijakan pelayanan kesehatan menyangkut kebijakan penggunaan obat yang

rasional yaitu: tepat kualitas, tepat indikasi, tepat dosis, tepat penderita, dan tepat

harga. Termasuk juga komunikasi dan informasi terhadap pasien tentang penggunaan

obat yang efektif dan efisien dan hubungan dokter pembuat resep dan apotik/depo

yang menyerahkan obat. Menjawab tantangan ini profesi farmasi dalam pelayanan

kefarmasian di rumah sakit harus bekerja keras untuk meningkatkan profesionalisme.

Hal ini untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang terus berkembang

terhadap pelayanan kefarmasian yang bermutu (Yusmainita, 2002a).

Pelayanan farmasi rumah sakit saat ini terdiri atas pelayanan teknik dan

non-klinik dan pelayanan farmasi klinik (Clinical Pharmacy).

1. Pelayanan Teknik dan Non-klinik

Pelayanan teknik dan non-klinik yaitu meliputi pembuatan

(manufacturing) kontrol kualitas peracikan untuk pasien rawat inap dan rawat

jalan, pengadaan, pengolahan dan distribusi obat serta alat kesehatan, dan lain-

lain (Aslam, 2003).

2. Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit (Clinical Pharmacy Services)

Istilah farmasi klinik digunakan untuk mendeskripsikan praktek

kefarmasian yang berorientasi pada pelayanan kepada pasien lebih dari orientasi

kepada produk. Merupakan suatu disiplin yang terkait dengan penerapan

pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat

dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual (Aslam, 2003).

Page 46: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

25

Istilah farmasis klinik dapat digunakan untuk mendiskripsikan seorang

farmasis yang pekerjaan utamanya berinteraksi dengan tenaga kesehatan profesional

lainnya (khususnya dokter dan perawat), mewawancara dan menilai kesesuaian

kondisi kesehatan pasien terhadap pengobatannya, membuat rekomendasi terapetik

yang spesifik, memonitor tanggapan pasien terhadap terapi obat, menjaga

keselamatan pasien (khususnya terhadap pengaruh efek obat yang tak dikehendaki),

mengkonsultasi pasien, dan menyediakan informasi obat (Aslam, 2003).

Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Audit Group (1996)

didefinisikan sebagai ”A discipline concered with the application of pharmaceutical

expertise to help maximise drug efficacy and minimise drug toxicity in individual

patient”, yang dalam menjalankan praktek pelayananannya memerlukan

pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memberikan pelayanan kefarmasian

pada pasien. Sedangkan menurut Hepler dan Strand (1990) Pharmaceutical Care

didefinisikan sebagai suatu tanggung jawab pelaksanaan terapi obat yang bertujuan

memberi hasil akhir yang jelas dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kemudian pada tahun 1998 definisi Pharmaceutical Care ini

disempurnakan oleh Cipolle, Strand dan Morley, menjadi: Suatu praktek dimana

seorang profesi bertanggung jawab pada kebutuhan terapi obat pasien. Definisi ini

juga dipergunakan sebagai acuan terhadap pelayanan pasien yang dihasilkan oleh

praktek farmasi klinik (Aslam, 2003).

Filosofi farmasis yaitu pharmaceutical care secara luas identik dengan

good pharmacy practice, sehingga dapat dikatakan bahwa good pharmacy practice

adalah jalan untuk mengimplementasikan pharmaceutical care (Anonim, 2004c).

Page 47: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

26

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari good pharmacy practice di rumah

sakit, jadi dapat dikatakan pula pelayanan farmasi klinik adalah jalan untuk

mengimplementasikan pharmaceutical care.

Farmasi klinik juga dapat didefinisikan sebagai suatu keahlian khas ilmu

kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan

sesuai pada pasien, melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi

terspesialisasi dalam perawatan pasien yang memerlukan pendidikan khusus

(spesialisasi) dan atau pelatihan terstruktur tertentu. Keahlian ini mensyaratkan

penggunaan pertimbangan dalam pengumpulan dan intepretasi data pasien, serta

keterlibatan khusus pasien dan interaksi langsung antar profesional (Roy, 1998).

Jadi, pelayanan farmasi klinik adalah penerapan pengetahuan obat untuk

kepentingan pasien, dengan memperhatikan kondisi penyakit pasien dan

kebutuhannya untuk mengerti terapi obatnya. Pelayanan ini memerlukan hubungan

profesional dekat antara farmasis, pasien, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain.

Dengan kata lain, farmasi klinik adalah pelayanan berorientasi pasien, berorientasi

penyakit, berorientasi obat dan dalam praktik berorientasi antar disiplin (Siregar,

2005).

Pelayanan farmasi klinik sebagai bagian dari perawatan penderita yang

dilakukan oleh farmasis secara berinteraksi dengan penderita dan atau profesional

kesehatan lain, yang secara langsung terlibat dalam perawatan penderita(Siregar,

2005).

Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan

terap obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan

Page 48: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

27

obat. Karena itu misi farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan

kerasionalan, kemanfaatan, dan keamanan terapi obat (Siregar, 2005).

Peranan farmasis pada masa mendatang tidak lagi cukup dengan mengelola

obat sebagai barang, melainkan harus pula ikut berperan aktif dalam proses sakit dan

sembuh pasien, melalui kompetisi profesional dalam proses kefarmasian

(Yusmainita, 2002a).

Hepler dan Strand (1990) dalam tulisannya yang berjudul "Opportunities

and Responsibilities in Pharmaceutical Care" mendiskusikan manfaat profesi

farmasis untuk menurunkan Drug Related Morbidity and Mortality (DRMM).

Mereka mengemukakan bahwa ada 3 periode perkembangan farmasi,

yaitu:tradisional, dimana farmasis menyediakan, membuat, dan mengevaluasi produk

Transisi, pelayanan farmasi klinik dikembangkan (inilah yang sedang dikembangkan

rumah sakit di Indonesia).

Adapun yang menjadi dasar hukum dalam penyelenggaraan pelayanan

farmasi klinik di rumah sakit Indonesia yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.436/MenKes/SK/VI/1993 tentang: Standar Pelayanan Rumah Sakit dan

Standar Pelayanan Medis.

Secara garis besar ‘ruang lingkup’ fungsi farmasi klinik adalah:

1. pemantauan terapi obat

2. kesiapan untuk membantu selepas jam kerja “siap dipanggil” (on-call)

3. konsultan keliling (mengunjungi pasien)

4. berpartisipasi dalam Komite Farmasi dan Terapi

Page 49: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

28

5. ikut aktif dalam Penyusunan Formularium dalam rangka: merasionalkan

penggunaan obat, memajukan peresepan yang efektif dari segi biaya, mengatur

tambahan obat baru dan merumuskan pedoman bagi dokter

6. memberikan informasi tentang pemakainan obat secara finansial

7. ikut menyusun kebijakan penulisan resep

8. membuat kajian obat-obat baru

9. ikut aktif dalam pengendalian infeksi melalui: pemberian informasi obat,

pemantauan penggunaan, dan penyusunan Pedoman Penggunaan Antibiotika

10. pemberian informasi obat

11. audit medis dan audit klinik

12. uji coba klinik

13. tim nutrisi parenteral total

14. tim kemoterapi

15. analgesia yang dikendalikan pasien

16. pemantauan kadar obat terapetik (Teraupetic Drug Monitoring)

17. pelayanan antikoagulan

18. perawatan dan pengobatan luka

19. pencatatan riwayat pengobatan pasien

20. pengembangan alur pelayanan pengobatan sendiri

21. konseling pasien (untuk menigkatkan derajat kesehatan serta meningkatkan

pengetahuan dan kepatuhan pasien dalam pemakaian obat)

22. pemantauan efek samping obat

Page 50: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

29

23. promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit dan

perlindungan kesehatan.

(Aslam, 2003)

Filosofi pelayanan farmasi klinik menurut Prof. Nicholas Barber (cit.,

Aslam 2003), adalah bertujuan untuk memenuhi 4 hal yang berkaitan dengan proses

peresepan yang baik, yaitu: memaksimalkan efek terapetik, meminimalkan resiko,

meminimalkan biaya dan menghormati pilihan pasien. Memaksimalkan efek

terapetik meliputi efektivitas terapi, yaitu ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan

obat dan pengaturan dosis yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mengevaluasi

terapi. Tujuan kedua yaitu meminimalkan resiko atau ketidakamanan pemakaian obat

meliputi efek samping, dosis interaksi, dan kontraindikasi. Sedang meminimalkan

biaya adalah memastikan apakah jenis obat yang dipilih paling efektif dalm hal biaya

maupun rasional, apakah terjangkau oleh kemampuan pasien maupun rumah sakit,

dan jika tidak alternatif jenis obat apa yang memberikan manfaat dan keamanan yang

sama. Dan yang terakhir adalah menghormati pilihan pasien, karena keterlibatan

pasien dalam proses pengobatan akan menentukan keberhasilan terapi. Oleh karena

itu hak pasien harus diakui dan diterima semua pihak.

Dalam proses peresepan, farmasis dapat berperan dalam tiga hal yaitu:

1. sebelum proses peresepan

Melalui pembuatan dan pemberian pengaruh terhadap kebijakan dalam

memutuskan hal yang tepat untuk dikerjakan. Hal memerlukan masukan dari

Page 51: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

30

farmasis klinik dalam penyusunan formularium, kebijakan peresepan,

perdoman pengobatan, buletin informasi obat, evaluasi obat dan sebagainya.

2. selama proses peresepan

Mempengaruhi penulis resep dengan mempengaruhi pengetahuannya, sikap

dan prioritasnya dalam menulis resep. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi

masukan tentang praktek peresepannya dibandingkan dengan sejawatnya.

Sebagai alternatif, farmasis dapat berperan dalam proses pengambilan

keputusan dengan hadir pada saat penulisan resep atau menjadi anggota tim

multidisiplin, misalnya tim nutrisi parenteral, tim kemoterapi sitotoksik, tim

pemantauan terapi obat dan sebagainya.

3. sesudah proses peresepan

Melibatkan diri dalam mengkoreksi atau menyempurnakan kualitas peresepan.

Hal ini dapat terjadi sesaat setelah resep ditulis atau sebagai bagian proses

penatalaksanaan obat secara rutin. Farmasis dapat mengambil peran bermakna

dalam audit medis dan klinik. Pemantauan pasien dan peresepan menjadi tugas

utama farmasis klinik.

(Aslam, 2003)

Menurut Moberly (2005), pada pelayanan farmasi rumah sakit, dapat dilihat

dengan jelas keuntungan dari pemberian resep tambahan (Supplementary

Prescribing) sampai pemberian resep mandiri (Independent Prescribing) oleh

farmasis rumah sakit pada pasien. Pemberian resep tambahan didesain untuk terapi

penyakit kronis atau penyakit tidak akut. Hal ini untuk menjamin optimalnya proses

terapi pada pasien dengan penyakit kronis. Peresepan mandiri juga sangat membantu

Page 52: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

31

farmasis rumah sakit untuk menegakkan terapi bagi pasien. Farmasis seringkali

memiliki lebih banyak gagasan mengenai obat apa yang dibutuhkan pasien untuk

dapat dibawa pulang oleh mereka daripada dokter. Maka dengan mengijinkan

farmasis untuk menuliskan resep pada pasien dengan penegakan terapi secara

independen, hal ini akan sangat membantu pasien dan dapat menjadikan perpaduan

keahlian di rumah sakit (Hospital skill mix) lebih berguna.

Perkembangan pelayanan farmasi dari product oriented menjadi patient

oriented berarti menambah beban dan tanggung jawab farmasis rumah sakit terutama

pelayanan farmasi klinik. Selain harus menguasai bidang pelayanan farmasi produk

yang berorientasi sosio-ekonomi, farmasis juga harus menguasai pelayanan farmasi

klinik di rumah sakit. Dalam melaksanakan tugas farmasis rumah sakit harus

menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas melalui pendidikan formal

atau kursus singkat. Saat ini, tidak semua rumah sakit memiliki farmasis yang

menguasai bidang farmasi klinik (Yusmainita, 2002a).

Keragaman tingkat pendidikan dan profesi, merupakan salah satu kendala

dalam pelayanan farmasi yang optimal. Berkembangnya orientasi pelayanan farmasi

dari product oriented menjadi patient oriented dalam bentuk asuhan kefarmasian

yang belum tersosialisasi dengan baik mengakibatkan sebagian besar masyarakat

rumah sakit masih menganggap profesi farmasis rumah sakit sebagai pengelola

perbekalan farmasi atau pelayanan produk saja (Yusmainita, 2002a).

Berkembangnya pelayanan farmasi yang mengarah pada asuhan

kefarmasian (farmasi klinik), merupakan peluang dan tantangan untuk farmasis di

Indonesia. Hal ini menjadi peluang bagi farmasis untuk menunjukkan eksistensinya

Page 53: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

32

di bidang profesi kefarmasian karena selama ini peran tenaga farmasis lebih banyak

sebagai tenaga manajemen. Namun, hal ini juga sekaligus menjadi tantangan karena

perlu banyak belajar lagi akibat kurangnya kesiapan para farmasis, yang

dilatarbelakangi oleh sistem pendidikan farmasis di Indonesia yang sangat minim

mengarah pada farmasi klinik. Selain itu, juga keengganan para farmasis menambah

ilmu di bidang farmasi klinik karena peran farmasis di rumah sakit hanya

menyediakan, membuat, dan mengevaluasi produk. Mereka kurang berperan dalam

monitoring penggunaan obat di ward/ruangan (Yusmainita, 2002b).

Pada umumnya, rumah sakit di Indonesia sangat jarang menempatkan

farmasisnya di ward/ruangan/bangsal. Namun, dengan berkembangnya sistem Unit

Dose Dispensing (UDD) dan asuhan kefarmasian, farmasis harus siap masuk ward

dan berinteraksi serta bekerja sama dengan dokter, perawat, dan ahli gizi. Untuk

menunjang program ini, sangat perlu sekali kebijaksanaan pimpinan rumah sakit

untuk mengkondisikan farmasis masuk ward/ruangan di rumah sakit (Yusmainita,

2002a).

Menurut ”Board of Pharmaceutical Specialties” (2007) Pelayanan farmasi

klinik dibagi dalam lima subspesialis yaitu:

1. ”nuclear pharmacy”

2. ”nutrition support pharmacy”

3. ”pharmacotherapy”

4. ”psychiatric pharmacy”

5. ”oncology pharmacy”

Page 54: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

33

D. Keterangan Empiris

Dalam menjalankan peran farmasis klinik dalam rangka pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, maka farmasis akan bekerja

sama dengan profesi kesehatan yang lain antara lain dokter. Dari hasil penelitian ini

diharapkan akan diperoleh gambaran tentang persepsi dan harapan dokter umum

terhadap perkembangan peran farmasis klinik di rumah sakit swasta di Kota

Yogyakarta.

Page 55: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Persepsi dan Harapan Dokter Umum terhadap

Perkembangan Peran Farmasis Klinik di Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta”

termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif.

Penelitian observasional menurut Pratiknya (2003) adalah penelitian yang

observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan

yang apa adanya (in nature) tanpa ada manipulasi penelitian. Rancangan penelitian

deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian yang saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,

1998).

B. Definisi Operasional Penelitian

1. Persepsi

Sudut pandang yang diberikan oleh responden yaitu dokter umum rumah sakit

swasta di Kota Yogyakarta untuk menilai peran farmasis klinik di rumah sakit.

2. Farmasis klinik

Farmasis yang tidak hanya melakukan pelayanan kefarmasian rumah sakit dalam

bidang manajerial, namun juga dalam bidang klinik.

34

Page 56: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

35

3. Dokter umum

Dokter umum yang berpraktek di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang

memiliki 2 farmasis atau lebih.

4. Peran farmasis klinik

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang lebih berorientasi pada pasien

daripada berorientasi pada bidang manajerial obat berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004

khususnya mengenai pelayanan Kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan.

5. Harapan

Harapan responden terhadap perkembangan peran farmasis klinik di masa

mendatang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, dan sebagian pertanyaan dalam kuisioner

diambil dari Farmasi Klinik (Aslam, 2003) dan artikel “Will community

pharmacist really be able to prescribe independently?” (Moberly, 2005).

C. Responden

Responden adalah dokter umum yang berpraktek di rumah sakit swasta di

Kota Yogyakarta. Kriteria rumah sakit swasta yang digunakan untuk penelitian

adalah rumah sakit yang minimal memiliki 2 farmasis dan telah melakukan

pelayanan farmasi klinik. Responden yang digunakan adalah dokter umum yang

bersedia berpartisipasi dengan mengisi kuisioner.

Page 57: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

36

D. Alat Penelitian

Alat penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama kuisioner berisi pertanyaan tentang karakteristik responden yang

meliputi umur, jenis kelamin, lama praktek profesi dokter dan tempat praktek.

Bagian kedua kuisioner berisi pernyataan untuk mengetahui persepsi dokter terhadap

peran farmasis klinik. Kuisioner ini terdiri dari 25 pertanyaan dengan 4 alternatif

jawaban yaitu sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS). Kuisioner ini disusun berdasarkan fungsi pelayanan farmasis klinik di

rumah sakit yang tercantum dalam SK Menkes RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 dan

berdasarkan harapan perkembangan farmasis klinik di masa mendatang.

Kuisioner pada penelitian ini disusun berdasarkan modifikasi skala Likert

yakni dengan mengubah 5 alternatif jawaban menjadi 4 alternatif jawaban. Menurut

Hadi (1991), kategori jawaban di tengah (Ragu-Ragu) dihilangkan berdasarkan 3

alasan. Pertama, kategori di tengah mempunyai arti ganda yang tidak diharapkan

dalam suatu instrumen, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi

jawaban, bisa juga diartikan netral ( setuju tidak, tidak setuju juga tidak). Kedua,

tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah,

terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah

setuju atau ke arah tidak setuju. Ketiga, maksud kategorisasi 4 alternatif jawaban

adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju

atau ke arah tidak setuju.

Pada penelitian ini juga digunakan sumber informasi berupa wawancara

langsung pada responden yang bersedia didampingi saat mengisi kuisioner.

Page 58: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

37

E. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Analisis situasi dilakukan dengan penelusuran pustaka dari buku-buku

dan penelitian sejenis. Penelusuran pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan

informasi yang lebih akurat mengenai permasalahan yang akan diteliti.

2. Perumusan masalah

Sebelum pembuatan kuisioner dilakukan perumusan masalah terlebih

dahulu. Pada penelitian ini dilakukan penentuan masalah yang akan diteliti

dengan melihat pustaka yang ada.

3. Penentuan subyek penelitian

Subyek uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokter umum yang

berpraktek di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta. Kriteria rumah sakit swasta

yang digunakan untuk penelitian adalah rumah sakit yang minimal memiliki 2

farmasis dan telah melakukan pelayanan farmasi klinik. Berdasarkan hasil

wawancara langsung, rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang memenuhi

kriteria di atas adalah R.S Panti Rapih, R.S. Bethesda dan R.S. P.K.U. Muhamadiyah

4. Pembuatan kuisioner

Kuisioner merupakan alat pengumpulan informasi dengan menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden

(Nawawi, 1998). Pembuatan kuisioner dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Penyusunan kuisoner

Penyusunan kuisioner didasarkan pada fungsi pelayanan farmasis

klinik yang tercantum dalam KepMenKes R.I. No. 1197 tahun 2004 dan

Page 59: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

38

berdasarkan harapan perkembangan farmasis klinik. Kuisioner terdiri dari 25

pertanyaan. Dari 25 pertanyaan, 19 pertanyaan mengenai persepsi terhadap

peran farmasis klinik di rumah sakit, sedangkan 6 pertanyaan mengenai

harapan terhadap perkembangan peran farmasis klinik di rumah sakit.

Kuisioner berupa pertanyaan favorable dan pertanyaan unfavorable.

Pertanyaan favorable merupakan pertanyaan yang isinya mendukung,

memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang akan diukur. Pertanyaan

unfavorable merupakan pertanyaan yang tidak mendukung, berlawanan, tidak

memihak ataupun tidak menunjukkan ciri atribut yang diukur (Hadi, 1991).

Kedua pendekatan ini digunakan untuk menghindari adanya stereotipe pada

subyek penelitian.

Tabel 1. Kuisioner Jenis

Pertanyaan No Pertanyaan

P/H F/Uf 1. Farmasis adalah sebuah profesi yang menekuni ruang

lingkup obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat dan alat kesehatan.

P F

2. Farmasis pada perkembangannya harus mulai berorientasi pada pasien lebih dari berorientasi pada produk.

P F

3. Farmasis harus memberikan perhatian pertama dan utama kepada kesejahteraan pasien dengan segala aspeknya.

P F

4. Farmasis bertanggung jawab dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

P F

5. Farmasis bertanggung jawab dalam menganalisis efektivitas biaya.

P F

6. Farmasis tidak harus ikut bertanggung jawab dalam penyusunan formularium obat.

P Uf

7. Farmasis harus dapat berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien.

P F

Page 60: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

39

Tabel 1. Lanjutan 8. Farmasis harus mendokumentasi setiap kegiatan untuk

dilakukan evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian. P F

9. Farmasis harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

P F

10. Farmasis bertanggung jawab dalam memberikan informasi mengenai obat kepada dokter dan perawat.

P F

11. Farmasis harus bertanggung jawab mengenai masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drugs related problem).

P F

12. Farmasis tidak bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (terapeutic drugs monitoring).

P Uf

13. Farmasis tidak harus menangani pencampuran obat suntik.

P Uf

14. Farmasis tidak harus menangani nutrisi parenteral. P Uf 15. Farmasis harus menangani obat kanker atau sitostatika. P F 16. Farmasis dapat mengakses penyakit dan riwayat

pengobatan pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional.

P F

17. Farmasis dapat membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan masukan pada dokter dalam peresepan.

P F

18. Farmasis tidak perlu memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

P F

19. Keterlibatan farmasis seperti yang telah disebutkan di atas sangat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi.

P F

20. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat.

H F

21. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang farmasis dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien.

H F

22. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara maju.

H F

23. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assessment-nya di medical record.

H F

Page 61: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

40

Tabel 1. Lanjutan 24. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang,

farmasis dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis.

H F

25. Keterlibatan farmasis secara langsung pada pasien bersama-sama dengan dokter sangat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien.

H F

Keterangan :

P : Persepsi terhadap peran farmasis klinik H : Harapan terhadap perkembangan peran farmasis klinik F : Pertanyaan favorable Uf : Pertanyaan unfavorable

b. Uji validitas isi

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

menjalankan fungsi ukurnya. Artinya sejauh mana alat ukur itu mampu

mengukur atribut yang dirancang untuk mengukurnya (Azwar, 2003b).

Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana

kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi bahan yang

diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2002).

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes/kuisioner dengan analisis rasional atau lewat professional

judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah

“sejauh mana pertanyaan dalam tes/kuisioner mencakup keseluruhan kawasan

isi objek yang hendak diukur” atau sejauh mana isi tes/kuisioner

mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Isi dari kuisioner tersebut

Page 62: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

41

tidak saja harus komprehensif akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang

relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur (Azwar, 2003a).

Dalam hal ini penyusunan instrumen (kuisioner) haruslah

mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan untuk tujuan tersebut.

Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butir-butir soal instrumen

penelitian, terlebih dahulu harus ditelaah dan dinyatakan baik. Penelaah harus

dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan, atau

yang dikenal dengan istilah penilaian oleh ahlinya (Expert judgment)

(Nurgiyantoro, 2002).

Validitas isi tergantung pada penilaian subyektif individual.

Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik

apapun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap

orang akan sependapat mengenai sejauh mana validitas isi suatu tes/kuisioner

telah tercapai (Azwar, 2003b).

Uji validitas dengan topik permasalahan mengenai farmasis klinik

harus dilakukan bersama dengan ahli mengenai farmasis klinik. Uji ini

dilakukan untuk melihat kesesuaian mengenai tujuan yang akan diukur

dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1197/Menkes/SK/X/2004.

c. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan dalam penelitian ini adalah uji pemahaman bahasa.

Uji pemahaman bahasa ini bertujuan untuk melihat apakah tata bahasa dalam

kuisioner ini dapat dipahami maknanya oleh responden. Uji pemahaman

Page 63: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

42

bahasa ini tidak dilakukan karena jumlah subyek penelitian yang relatif kecil.

Uji validitas isi diasumsikan sudah mewakili uji pemahaman bahasa.

d. Uji reliabilitas

Reliabilitas (reliability, keterpercayaan) menunjuk pada pengertian

apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara

konsisten dari waktu ke waktu (Nurgiyantoro, 2002). Walaupun reliabilitas

mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan,

kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung

dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya.

Reliabilitas kuisioner pada penelitian ini tidak perlu diuji lagi karena

pertanyaan dalam kuisioner berupa pertanyaan langsung terarah pada

informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data yang termaksud berupa

fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Reliabilitas hasil kuisioner

terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan

jujur seperti apa adanya (Azwar, 2003b).

5. Penyebaran dan pengumpulan kuisioner

Kuisioner disebarkan kepada dokter umum yang berpraktek di R.S Panti

Rapih, R.S. Bethesda, R.S. P.K.U. Muhamadiyah secara langsung dengan

menyertakan proposal penelitian. Responden yang digunakan adalah dokter

umum yang bersedia mengisi kuisioner. Peneliti akan mendampingi responden

selama pengisian kuisioner untuk membantu responden menjelaskan maksud dari

kuisioner yang diajukan. Namun bila kemungkinan responden tidak dapat

Page 64: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

43

mengisi kuisioner pada saat kuisioner dibagikan, maka kuisioner akan ditinggal

selama 2-3 hari kemudian diambil lagi pada hari berikutnya. Bila responden

benar-benar tidak memungkinkan untuk ditemui karena aturan dari rumah sakit

tersebut, maka kuisioner hanya akan dititipkan pada sekretaris dokter umum

bagian UGD atau bagian pelayanan medik selama beberapa minggu, kemudian

diambil pada hari yang sudah ditentukan. Waktu penyebaran hingga

pengumpulan kuisioner dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2006.

6. Penentuan penggunaan responden

Subyek uji pada penelitian ini adalah seluruh dokter umum yang

praktek di rumah sakit swasta yang memiliki minimal 2 farmasis dan telah

melakukan pelayanan farmasi klinik di Kota Yogyakarta. Dalam hal ini

digunakan kriteria minimal memiliki dua farmasis karena dengan adanya

farmasis yang lebih dari satu, orientasi pelayanan di rumah sakit tidak hanya

orientasi pada aspek manajerial namun sudah mulai berorientasi pada aspek

klinik atau dapat dikatakan sudah mulai mempraktekan pelayanan farmasis

klinik. Responden yang digunakan adalah dokter umum yang bersedia mengisi

kuisioner.

Dalam penelitian diperoleh data 3 rumah sakit swasta yang memiliki

minimal 2 farmasis. Dari ketiga rumah sakit tersebut didapati 35 dokter umum.

Tabel 2. Jumlah Farmasis Dan Dokter Umum Yang Terdaftar di Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta

No Nama rumah sakit Jumlah farmasis Jumlah dokter umum 1. R.S. P.K.U. Muhamadiyah 7 16 2. R.S. Bethesda 9 11 3. R.S. Panti Rapih 4 8

Page 65: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

44

Jumlah dokter umum yang bersedia mengisi kuisioner adalah sebagai

berikut ini.

Tabel 3. Profil Responden No Nama rumah sakit Jumlah dokter

umum (Populasi)

Jumlah dokter umum yang bersedia mengisi kuisioner (Responden)

1. R.S. P.K.U. Muhamadiyah 16 15 2. R.S. Bethesda 11 7 3. R.S. Panti Rapih 8 4 Jumlah total 35 26

Dari 35 dokter umum, yang bersedia berpartisipasi mengisi kuisioner

adalah 26 responden (74%). Menurut Sevilla, dkk. (1993) ukuran minimum

jumlah subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif adalah 10%

dari populasi, namun untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum

20%. Penelitian ini telah memenuhi kriteria minimum 20% dari anggota populasi.

7. Pengolahan dan analisis data

Data yang diperoleh dikelompokkan menurut tiap-tiap pertanyaan

dalam kuisioner. Kemudian dianalisis dengan teknik analisis statistik deskripsi

menggunakan persentase. Jawaban yang sama dikelompokkan dan dijumlahkan

kemudian dihitung persentasenya dengan jumlah total 100%. Data ditampilkan

dalam bentuk tabel dan diagram batang.

F. Kesulitan Penelitian

1. kesulitan untuk bertemu responden, dikarenakan prosedur dari salah satu

rumah sakit yang tidak memperbolehkan peneliti bertemu langsung dengan

responden pada saat responden praktek di rumah sakit

Page 66: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

45

2. ada beberapa subyek uji dalam hal ini dokter umum yang berpraktek di

rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang tidak bersedia mengisi

kuisioner, sehingga responden yang digunakan sangat sedikit

3. ada beberapa responden yang tidak bersedia mengisi kuisioner secara

langsung dengan didampingi oleh peneliti, sehingga peneliti tidak dapat

menjelaskan apabila responden tidak paham terhadap pertanyaan dari

kuisioner

4. ada beberapa pertanyaan yang tidak dijawab oleh responden

5. beberapa responden ada yang tidak mengisi data karakteristik responden,

sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam membahas karakteristik

responden.

Page 67: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden yang bekerja di rumah sakit swasta di Kota

Yogyakarta meliputi usia dan lama praktek di rumah sakit tersebut. Berdasarkan

data yang diperoleh 12% responden berusia antara 20-29 tahun, 46% responden

berusia antara 30-39 tahun, 23% responden berusia antara 40-49 tahun, dan 8%

responden berusia antara 50-59 tahun. Sebagian besar responden berusia antara

30-39 tahun.

12%

46%

23%

8%11%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

20-29 tahun30-39 tahun40-49 tahun50-59 tahuntidak mengisi

Gambar 1. Usia Responden

Berdasarkan jumlah responden, sebanyak 92% responden yang bersedia

mengisi data mengenai lama praktek. Dari 92% responden yang mengisi data

lama praktek, 8% responden sudah berpraktek selama kurang dari 3 tahun, 54%

responden sudah berpraktek selama 3-6 tahun, 11% responden sudah berpraktek

selama 7-10 tahun, dan 19% responden sudah berpraktek selama lebih dari 11

tahun. Sebagian besar responden sudah berpraktek selama 3-6 tahun.

46

Page 68: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

47

8%

54%

11%19%

8%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

< 3 tahun3-6 tahun7-10 tahun> 11 tahuntidak mengisi

Gambar 2. Lama Praktek Responden

A. Persepsi Dokter Umum Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta Terhadap Peran Farmasis Klinik

1. Persepsi responden terhadap profesi farmasis yang menekuni ruang lingkup

obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat dan alat kesehatan

Fungsi pelayanan farmasi adalah pengelolaan perbekalan farmasi dan

pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Jadi

pelayanan farmasi di rumah sakit harus bertanggung jawab penuh pada pelayanan

obat dan alat kesehatan, yaitu dalam hal pengadaan, penyimpanan, dan

pendistribusian obat dan alat kesehatan sampai penggunaan oleh pasien.

62%

38%

0% 0% 0%

0%10%20%30%40%50%60%70%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 3. Persepsi responden terhadap profesi farmasis yang menekuni

ruang lingkup obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat dan alat kesehatan

Page 69: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

48

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62% responden sangat setuju

dan 38% responden menjawab setuju bahwa farmasis adalah sebuah profesi yang

menekuni ruang lingkup obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat

dan alat kesehatan. Responden sangat mengenal dan memahami ruang lingkup

profesi farmasis. Dalam hal ini ruang lingkup farmasi pelayanan obat tidak hanya

meliputi suplai obat dan menjamin mutu perbekalan farmasi namun juga dalam

hal pemberian informasi obat terutama pada pasien dan dokter sebagai rekan

kerja. Pelayanan obat yang dimaksud dapat meliputi aturan pakai, dosis, efek

samping, kontraindikasi dan interaksi obat serta monitoring obat.

2. Persepsi responden terhadap farmasis yang harus lebih berorientasi pada pasien

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi kepada pelayanan pasien. Pada perkembangannya pelayanan farmasi

di rumah sakit harus lebih berorientasi pada pasien demi menjamin efektivitas

terapi. Farmasis klinik berperan penting dalam pelayanan kefarmasian dengan

terlibat langsung pada proses pengobatan pasien di rumah sakit.

42%

58%

0% 0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 4. Persepsi responden terhadap farmasis yang harus lebih

berorientasi pada pasien

Page 70: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

49

Pada penelitian ini 100% responden setuju bahwa farmasis harus

berorientasi pada pasien lebih dari berorientasi pada produk. Responden

berpendapat bahwa pelayanan kefarmasian tidak dapat sekedar fokus pada

penyediaan dan pendistribusian obat, namun lebih pada proses pengobatan pada

pasien yang relatif tidak dapat digeneralisasikan. Tiap pasien memiliki kondisi

klinik yang berbeda-beda, sehingga pelayanan kefarmasian juga harus lebih

berorientasi pada keadaan pasien. Responden memahami bahwa dalam pelayanan

suplai obat dan perbekalan farmasi yang terjamin mutunya, farmasis harus

berfokus pada kebutuhan pasien. Pelayanan farmasi klinik yang berorientasi pada

pasien juga dapat berupa informasi obat yang tepat bagi pasien dalam hal

penggunaan obat. Hal ini untuk menjamin efektivitas maupun keamanan

penggunaan obat yaitu mencegah terjadinya adverse drug reaction, interaksi obat

yang bermakna klinik, terjadinya toksistas dan sebagainya.

3. Persepsi responden terhadap keikutsertaan farmasis dalam memberi perhatian khusus terhadap kesejahteraan pasien

Farmasis harus memberi perhatian khusus terhadap proses pengobatan

yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasis dalam hal ini farmasis

klinik perlu memperhatikan kemampuan pasien dalam melangsungkan proses

pengobatan. Tujuan utama farmasis adalah keberhasilan pengobatan bagi seluruh

pasien yang ada. Jadi farmasi harus terlibat dalam menentukan terapi yang

terjangkau bagi pasien. Farmasis harus terlibat dalam memperhatikan

kesejahteraan pasien lewat keputusan tindakan terapi yang diambil oleh tenaga

kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam bidang pelayanan obat. Tujuan

pelayanan farmasi adalah melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik

Page 71: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

50

dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan

keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.

31%

65%

0% 0% 4%

0%

20%

40%

60%

80%Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Tidak Menjaw ab

Gambar 5. Persepsi responden terhadap keikutsertaan farmasis dalam

memberi perhatian khusus terhadap ksejahteraan pasien

Responden (96%) setuju bahwa farmasis harus berusaha

melangsungkan terapi yang optimal bagi pasien sesuai dengan kondisi pasien dan

memperhatikan kesejahteraan pasien. Seluruh responden memiliki persepsi yang

baik mengenai peran farmasis yang terlibat langsung dalam proses terapi dengan

memperhatikan kesejahteraan pasien baik dari segi pemilihan obat, menjamin

efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan penyesuaian biaya yang

terjangkau bagi pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan masukan

atau saran kepada dokter agar peresepan menjadi rasional baik dari segi

pengunaan maupun segi ekonomi. Farmasis juga dapat memantau pelaksanaan

terapi sehingga dapat segera menganalisis dan memberi rekomendasi apabila

terjadi permasalahan dalam penggunaan obat.

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

(96%) menganggap farmasis sebagai rekan kerja yang sejajar dengan dokter

untuk ikut serta memperhatikan kesejahteraan pasien.

Page 72: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

51

4. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

Farmasis di rumah sakit, khususnya farmasis klinik berfungsi untuk

mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, mengidentifikasi dan mengatasi

masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan, serta

memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

Farmasis harus terlibat langsung dan memantau proses pengobatan baik pada

pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Hal ini untuk memastikan proses

pengobatan yang optimal bagi pasien.

42%

54%

4%0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 6. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien

rawat jalan

Peran farmasis dalam pemantauan penggunaan obat baik pada pasien

rawat inap maupun pasien rawat jalan dirasa cukup penting bagi sebgaian besar

responden (96%). Responden memiliki persepsi bahwa farmasis dapat terlibat

langsung dalam pengobatan untuk memantau efektivitas dan keamanan

penggunaan obat pada pasien. Farmasis dapat menganalisis dan memberikan

rekomendasi apabila ada kesalahan dalam aturan pakai, dosis obat, maupun

terjadinya interaksi obat atau reaksi alergi akibat penggunaan obat. Penggunaan

Page 73: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

52

obat yang tidak tepat indikasi juga dapat diketahui apabila farmasis terlibat

langsung dalam pemantauan penggunaan obat.

Namun 4% responden tidak setuju apabila farmasis bertanggung jawab

dalam pemantauan penggunaan obat. Hal ini dimungkinkan responden

berpendapat bahwa pemilihan dan pemantauan penggunaan obat adalah

wewenang dokter. Hal ini didukung oleh penelitian Savitri (2005) yang

menyebutkan bahwa 30% dokter tidak setuju bahwa farmasis merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang sangat

penting untuk peningkatan penggunaan obat secara rasional.

5. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam menganalisis efektivitas biaya

Farmasis harus menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan.

Farmasis harus terlibat dalam menentukan efektivitas biaya, baik biaya

pengadaan obat maupun alat kesehatan di rumah sakit maupun biaya pengobatan

pada pasien. Dalam hal ini farmasis klinik berperan penting untuk menganalisis

terapi yang terjangkau bagi masyarakat dan memaksimalkan efektivitas biaya

pengobatan pada pasien.

19%

66%

15%0% 0%

0%

20%

40%

60%

80%Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Tidak Menjaw ab

Gambar 7. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam

menganalisis efektifitas biaya

Page 74: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

53

Sebagian besar responden (85%) memiliki persepsi tentang peran

farmasis klinik bahwa farmasis klinik bertanggung jawab untuk menganalisis

efektivitas biaya pengobatan. Hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi

farmasis untuk berperan dalam memberikan masukan bagi dokter mengenai

terapi yang terjangkau bagi pasien. Farmasis dapat menjadi rekan kerja yang

sejajar bagi dokter dalam hal pemilihan obat.

6. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam penyusunan formularium obat

Formularium obat adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui

oleh Panitia Farmasi dan Terapi (Anonim, 2004). Farmasis berkewajiban untuk

mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah

sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain. Faramasis harus terlibat

dalam penyusunan formularium obat karena farmasis mempelajari masalah

mekanisme kerja obat (profil farmakodinamika obat), profil farmakokinetika

obat, maupun efek samping dan tokisistas obat. Berdasarkan pengetahuan

mengenai obat tersebut farmasis harus terlibat untuk memilih obat yang terjamin

efektivitas dan keamanannya berdasarkan evidence based, sehingga dapat

diputuskan apakah obat tersebut layak untuk digunakan atau tidak

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 juga disebutkan bahwa tugas farmasis dalam Panitia

Farmasi dan Terapi adalah menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil

Ketua/Sekretaris) dan bertugas menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan

terapi, pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunan obat dalam

Page 75: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

54

kelas terapi lain serta membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil

kesepakatan Panitia Farmasi dan Terapi.

0% 4%

69%

27%

0%

0%10%20%30%40%50%60%70%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 8. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam penyusunan formularium obat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (96%)

tidak setuju apabila farmasis tidak bertanggung jawab dalam penyusunan

formularium obat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden

memiliki persepsi yang baik terhadap peran farmasis dalam hal penyusunan

formularium obat.

Namun 4% responden menganggap bahwa farmasis tidak harus

bertanggung jawab dalam penyusunan formularium obat. Hal ini dimungkinkan

farmasis kurang menunjukkan perannya dalam memberikan informasi mengenai

obat pada dokter sebagai rekan kerja sehingga responden beranggapan bahwa

farmasis tidak dapat terlibat dalam penyusunan formularium obat. Hal ini dapat

dijadikan motivasi bagi farmasis untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuannya sehingga dapat dipercaya oleh dokter untuk terlibat dalam

penyusunan formularium obat.

Page 76: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

55

7. Persepsi responden bahwa farmasis harus dapat berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien

Farmasis harus memiliki komunikasi yang tetap dengan dokter dan

paramedis, selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan

atau rapat antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai

relevansi dengan farmasi. Kepala instalasi farmasi harus terlibat langsung dalam

perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan

penggunaan obat. Farmasis klinik harus terlibat langsung dalam membahas

masalah penentuan terapi bagi pasien. Dalam hal ini farmasis klinik dapat

memberikan masukan dalam menentukan terapi dan penggunaan obat sesuai

dengan kondisi pasien. Hal ini bertujuan untuk memantau efektivitas dan

keamanan penggunaan obat bagi pasien.

42%

58%

0% 0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Tidak Menjaw ab

Gambar 9. Persepsi responden bahwa farmasis harus dapat berkomunikasi

farmasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) setuju

bahwa farmasis harus berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain,

serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien.

Hal ini menunjukkan bahwa responden membutuhkan peran farmasis klinik

Page 77: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

56

untuk bekerjasama membahas masalah terapi dan penggunaan obat. Hal ini juga

menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi yang baik terhadap

keterlibatan langsung farmasis klinik dalam proses terapi pasien. Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian Savitri (2005) yang menyatakan bahwa dokter

menerima farmasis sebagai rekan kerja dalam pelayanan kesehatan, meskipun

tidak semua responden seratus persen setuju. Pada penelitian savitri (2005) juga

menunjukkan bahwa dokter dan farmasis telah mampu menjalin hubungan yang

baik. Farmasis juga mampu menguasai masalah kesehatan sehingga tidak

menemui hambatan berarti untuk berkomunikasi dengan dokter.

8. Persepsi responden terhadap pendokumentasian kegiatan yang dilakukan farmasis untuk evaluasi terhadap pelayanan kesehatan

Instalasi farmasi harus mempunyai dokumentasi yang rapi dan rinci

tentang pelayanan farmasi. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara

periodik terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi

menunjang peningkatan mutu pelayanan (Anonim, 2004b). Dalam pelayanan

kefarmasian di rumah sakit harus ada sistem yang mendokumentasikan

penggunaan obat yang salah atau mengatasi masalah obat. Kegiatan

pendokumentasian ini digunakan untuk bahan evaluasi dan juga dapat digunakan

sebagai referensi apabila terjadi masalah penggunaan obat yang relatif sama di

kemudian hari. Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai penunjang proses

pengobatan di rumah sakit.

Page 78: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

57

42%

58%

0% 0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 10. Persepsi responden terhadap pendokumentasian kegiatan yang

dilakukan farmasis untuk evaluasi terhadap pelayanan kesehatan

Gambar 10 menunjukkan seluruh responden menyetujui jika di instalasi

farmasi harus ada dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan

dilakukan evaluasi terhadap pelayanan farmasi demi meningkatkan mutu

pelayanan kefarmasian. Pendokumentasian ini sangat berguna untuk

menganalisis masalah pengobatan. Apabila pasien yang bersangkutan

mempunyai keluhan lain atau harus kembali ke rumah sakit dengan keluhan yang

sama, dokumen ini dapat mendukung strategi terapi selanjutnya.

9. Persepsi responden terhadap keterlibatan langsung farmasis dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat

Pelayanan Farmasi klinik adalah pelayanan yang lebih berorientasi pada

pasien. Agar penggunaan obat dan proses terapi dapat berjalan secara optimal

maka farmasis klinik perlu terlibat langsung dalam keputusan yang berhubungan

dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat. Farmasis klinik dapat

berperan serta menentukan obat dan terapi yang efektif sesuai dengan kondisi

pasien. Farmasis klinik juga dapat membantu memberi masukan pada tenaga

kesehatan lain khususnya dokter untuk memilih terapi yang tepat bagi pasien.

Page 79: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

58

23%

73%

4% 0% 0%0%

10%20%30%40%50%60%70%80%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 11. Persepsi responden terhadap keterlibatan langsung farmasis dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan

farmasi dan penggunaan obat

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (96%) setuju

bahwa farmasis harus harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan

yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat. Responden

memiliki persepsi yang baik terhadap peran dan keterlibatan farmasis klinik

secara langsung pada pasien, khususnya dalam penggunaan obat yang tepat bagi

pasien. Hal ini menunjukkan bahwa responden membutuhkan peran serta

farmasis klinik dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan

pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

10. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam pemberian informasi obat kepada tenaga kesehatan lain

Pelayanan rumah sakit farmasis harus melakukan penyebaran informasi

mengenai obat yang bermanfaat kepada dokter dan perawat. farmasis juga

berperan dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat

kepada dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain. Farmasis dapat

memberitahukan mengenai efek samping obat, interaksi obat, dosis yang tepat,

profil farmakodinamika dan farmakokinetika obat maupun kontra indikasi obat.

Page 80: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

59

Farmasis dapat menjelaskan efektivitas dan keamanan obat berdasarkan evidence

based untuk membantu dokter dalam pemilihan obat yang tepat bagi pasien.

46% 46%

8%

0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 12. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam

pemberian informasi obat kepada tenaga kesehatan lain

Sebagian besar responden (92%) setuju bahwa farmasis harus

bertanggung jawab dalam pemberian informasi obat kepada dokter dan perawat.

Hal ini menunjukkan responden beranggapan bahwa farmasis adalah profesi yang

menekuni bidang obat bertanggung jawab dalam memberikan informasi

mengenai obat kepada dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain. Hal ini juga

menunjukkan bahwa responden membutuhkan informasi mengenai obat dari

farmasis untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Namun 8% responden berpendapat bahwa farmasis tidak bertanggung

jawab dalam informasi obat pada tenaga kesehatan lain. Hal ini dimungkinkan

bahwa responden merasa sudah mengetahui mengenai informasi obat obat

sehingga tidak perlu lagi peran serta farmasis. Nurdiati (2005) menyebutkan

bahwa dokter spesialis merasa farmasis kurang menguasai ilmu kefarmasian

sehingga jawaban farmasis kurang memuaskan. Dokter spesialis tersebut merasa

lebih mengetahui masalah mengenai obat jadi tidak perlu bertanya dengan

Page 81: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

60

farmasis. Farmasis saat ini dituntut untuk lebih lagi menguasai ilmu pengetahuan

mengenai obat dan pengobatan sehingga dapat memberikan informasi yang

lengkap dan tepat mengenai obat dan tidak lagi diremehkan oleh dokter. Farmasis

perlu membuktikan bahwa farmasis menguasai bidang obat dan pengobatan.

11. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug related problem)

Farmasis bertanggung jawab dalam mengkaji instruksi pengobatan atau

resep pasien, mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat

dan alat kesehatan, serta memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat

dan alat kesehatan. Farmasis juga berfungsi untuk mengumpulkan dan meninjau

laporan mengenai efek samping obat. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan

kegagalan terapi dan mengoptimalkan serta menjamin keamanan proses terapi.

23%

62%

15%

0% 0%

0%

10%20%30%40%50%60%70%

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Tidak Menjaw ab

Gambar 13. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug related problem)

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden (85%)

memiliki persepsi terhadap peran farmasis klinik yang baik mengenai tanggung

jawab farmasis dalam masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug

related problem). Responden menghargai peran farmasis klinik yang terlibat

Page 82: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

61

secara langsung dalam penanganan terhadap masalah penggunaan obat pada

pasien. Farmasis klinik dapat memberikan masukan apabila terjadi masalah

dalam penggunaan obat (drug related problem).

Dengan pengetahuan yang dimiliki farmsis mengenai obat, farmasis

dapat menangani masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat. Apabila ada

obat yang ternyata tidak tepat indikasi, pemberian obat yang tidak perlu, dosis

dan aturan pakai yang tidak tepat, atau terjadi interaksi obat, kontra indikasi

maupun reaksi alergi, farmasis dapat segera melakukan analisis dan memberikan

rekomendasi mengenai masalah yang timbul akibat kesalahan penggunaan obat

tersebut. Farmasis juga dapat memberikan masukan pada dokter sebelum proses

terapi dilaksanakan sehingga dapat mencegah kesalahan terapi. Hal ini akan

menjamin keefektivitasan dan keamanan penggunaan obat.

Di sisi lain 15% responden baranggapan bahwa farmasis tidak

bertanggung jawab dalam drug related problem. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan responden beranggapan bahwa masalah terapi adalah wewenang

dokter. Farmasis harus dapat bersosialisasi dengan dokter dan menunjukkan

peran serta tanggung jawab farmasis dalam mengatasi drug related problem.

Farmasis harus membuktikan kemampuannya menganalis dan berani

memberikan rekomendasi apabila terjadi drug related problem agar peran

farmasis dapat lebih diakui oleh tenaga kesehatan lain maupun oleh masyarakat.

12. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs monitoring)

Farmasis bertanggung jawab dalam melakukan pemantauan kadar obat

dalam darah. Dengan diketahuinya kadar obat dalam darah dapat menunjang

Page 83: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

62

proses terapi. Dengan adanya data kadar obat dalam darah efektivitas terapi atau

penggunaan obat dapat terus dipantau sehingga dapat berjalan secara optimal.

Dengan memantau kadar obat dalam darah juga dapat membantu dalam

penyesuaian dosis, aturan pakai, frekuensi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

penggunaan obat pada tiap pasien dengan kondisi fisiologis yang berbeda-beda.

0%

46%

35%

15%

4%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 14. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs monitoring)

Pada gambar 14 dapat dilihat bahwa 35% dan 15% responden

menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa farmasis tidak harus

bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs

monitoring). Namun hasil penelitian tersebut juga menunjukkan 46%

responden memiliki persepsi bahwa dalam pelayanan kesehatan perlu dilakukan

pemantuan kadar obat dalam darah untuk menunjang proses terapi yang optimal

pada pasien.

Dengan data kadar obat dalam darah dapat diketahui keefektivan

maupun keamanan bahkan toksisitas obat. Bila obat dengan indeks terapi sempit

(digoksin, fenitoin) tidak dipantau kadar dalam darahnya akan dapat beresiko

tinggi untuk mengalami toksisitas. Maka perlu dipantau penggunaannya agar

tetap barada dalam jendela terapetik. Kondisi kesehatan maupun asupan makanan

Page 84: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

63

kadang juga mempengaruhi kadar obat dalam darah sehingga mempengaruhi efek

obat. Dengan adanya pemantauan kadar obat dalam darah dapat dilakukan

penyesuaian dosis dan aturan pakai sehingga proses terapi dapat berjalan lebih

optimal. Farmasis dalam hal ini menekuni dan mendalami pemantauan kadar obat

dalam darah dengan ilmu pengetahuan farmakokinetika.

Namun 50% responden setuju bahwa farmasis tidak harus bertanggung

jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs monitoring).

Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil wawancara beberapa responden tidak

mengetahui bahwa kadar obat dalam darah dapat dipantau sehingga dapat

digunakan sebagai penunjang pengobatan untuk penyesuaian dosis maupun

aturan pakai. Responden juga kurang mengerti bahwa farmasis menekuni ilmu

farmakokinetika yang mempelajari bagaimana memantau kadar obat dalam darah

dan mengaplikasikannya untuk tujuan pengobatan. Hal ini juga dimungkinkan

karena pelayanan farmasi klinik dalam therapeutic drugs monitoring belum

dilakukan di ketiga rumah sakit tersebut. Untuk itu farmasis harus dapat

menunjukkan pada tenaga kesehatan lain mengenai pentingnya pemantauan

kadar obat dalam darah dan mensosialisasikan kemampuan farmasis dalam

memantau kadar obat dalam darah.

Sebagian responden menjawab tidak setuju juga dapat dikarenakan

responden kurang memahami pertanyaan dalam kuisioner. Dimungkinkan

responden menjawab setuju karena selama ini farmasis memang tidak atau belum

bertanggung jawab dalam memantau kadar obat dalam darah. Hal ini terjadi

karena peneliti mengalami kesulitan untuk mendampingi responden dalam

Page 85: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

64

mengisi kuisioner, sehingga peneliti tidak dapat menjelaskan apabila responden

kurang mengerti mengenai pertanyaan dalam kuisioner tersebut.

13. Persepsi responden bahwa farmasis tidak harus bertanggung jawab dalam penanganan pencampuran obat suntik

Farmasis turut berperan penting dalam pencampuran obat suntik. Obat

suntik juga merupakan ruang lingkup pelayanan kefarmasian dalam hal

penggunaan obat. Dalam pencampuran obat suntik perlu diperhatikan masalah

interaksi farmasetik antar obat suntik tersebut. Dalam hal ini farmasis sebagai

profesi yang menekuni bidang obat bertanggung jawab untuk turut terlibat dalam

penanganan pencampuran obat suntik untuk mencegah resiko interaksi pada

pencampuran obat suntik yang membahayakan bagi pasien.

4%

35%

50%

11%

0%0%

10%

20%

30%

40%

50%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 15. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam penanganan pencampuran obat suntik

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (61%) tidak

setuju bahwa farmasis tidak harus bertanggung jawab dalam dalam penanganan

pencampuran obat suntik. Hal ini menunjukkan bahwa responden menghargai

peran farmasis yang harus terlibat langsung dalam penanganan penggunaan obat

termasuk obat suntik. Pencampuran obat suntik memiliki banyak permasalahan

dalam hal farmasetik. Apabila terjadi kesalahan pencampuran obat suntik dapat

Page 86: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

65

terjadi pengendapan, pembentukan partikel, pembentukan garam ataupun

perubahan pH. Sebagai contoh apabila obat suntik yang diberikan berupa injeksi

intra vena maka bila terjadi kesalahan pencampuran yang mengakibatkan

pembentukan partikel dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Atau

bila terjadi perubahan pH yang begitu drastis maka pada saat pengaplikasiannya

akan sangat tidak nyaman bagi pasien. Maka dari itu farmasis perlu bertanggung

jawab dalam penanganan pencampuran obat suntik.

Di sisi lain 39% responden berpendapat bahwa farmasis tidak perlu

bertanggung jawab dalam penanganan pencampuran obat suntik. Farmasis perlu

mensosialisasikan peran farmasis dalam hal penanganan pencampuran obat

suntik sehingga dokter dapat memahami fungsi keterlibatan farmasis dalam

penanganan pencampuran obat suntik.

14. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam penanganan nutrisi parenteral

Nutrisi parenteral merupakan sediaan obat yang termasuk dalam ruang

lingkup kefarmasian. Farmasis rumah sakit bertanggung jawab penuh dalam

penanganan nutrisi parenteral, baik dosis, frekuensi, maupun aturan pakai.

Farmasis dapat turut memantau apakah nutrisi yang diberikan tepat indikasi bagi

pasien. Penanganan nutrisi parenteral oleh farmasis rumah sakit ini juga berkaitan

dengan pencegahan resiko interaksi antara nutrisi parenteral dan obat lain yang

dikonsumsi pasien yang dapat mengakibatkan kegagalan terapi.

Page 87: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

66

4%

65%

19%

4% 8%

0%10%20%30%40%50%60%70%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 16. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab

dalam penanganan nutrisi parenteral

Sebagian besar responden (69%) setuju bahwa farmasis tidak harus

bertanggung jawab dalam penanganan nutrisi parenteral. Responden berpendapat

bahwa nutrisi paranteral dapat ditangani oleh tenaga kesehatan lain, tidak perlu

keterlibatan farmasis. Hal ini didukung penelitian Savitri (2005) yang

menyebutkan bahwa dokter berpendapat siapa saja dapat menangani masalah

obat dan alat kesehatan, tidak harus farmasis, sehingga peran farmasis dapat

digantikan oleh tenaga kesehatan lain. Padahal farmasis menekuni dan

mempelajari tentang farmasetik obat yang tidak dipelajari oleh tenaga kesehatan

lain. Farmasis mengetahui masalah mengenai interaksi farmasetik pada nutrisi

parenteral. Maka untuk mencegah resiko interaksi farmasetik farmasis perlu

terlibat dalam penanganan nutrisi parenteral.

15. Persepsi responden terhadap peran farmasis dalam penanganan obat kanker atau sitostatika

Farmasis bertanggung jawab menangani obat kanker atau sitostatika,

karena obat kanker termasuk obat yang berbahaya bagi pasien . Maka dari itu

penggunaannya harus dipantau baik dosis, frekuensi maupun aturan pakai agar

Page 88: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

67

terjamin keamanannya. Obat-obat sitostatika merupakan obat yang tidak selektif

dan dapat merusak sel-sel normal. Apabila dalam penanganannya tidak dipantau

dapat membahayakan tenaga kesehatan lain maupun pasien. Maka dari itu

farmasis yang mempelajari dan menekuni bidang obat harus bertanggung jawab

dalam penanganan obat kanker/ sitostatika.

11%

73%

8%4% 4%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 17. Persepsi responden terhadap peran farmasis dalam

penanganan obat kanker atau sitostatika

Gambar 17 menunjukkan sebagian besar responden (84%) setuju bahwa

farmasis harus bertanggung jawab dalam penanganan obat kanker atau

sitostatika. Responden memiliki persepsi yang baik terhadap peran farmasis

klinik untuk terlibat langsung dalam pengobatan penderita kanker demi

menjamin efektivitas dan keamanan penggunaan obat kanker.

Di sisi lain 12% responden menyatakan tidak setuju bahwa farmasis

bertanggung jawab dalam penanganan sitostatika. Maka dari itu farmasis perlu

meningkatkan peranannya dalam tim sitostatika dan lebih banyak berdiskusi

bersama dokter mengenai penanganan sitostatika agar dokter dapat memahami

peran penting farmasis dalam hal penanganan obat kanker.

Page 89: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

68

16. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional

Fungsi dan ruang lingkup farmasis dalam pelayanan farmasi

diantaranya adalah melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit

dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan

terapi (Anonim, 2004b). Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara

terus menerus penggunaan obat secara rasional.

19%

27%

50%

0% 4%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 18. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam

mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (50%)

tidak setuju bahwa farmasis dapat mengakses penyakit dan riwayat pengobatan

pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional.

Responden berpendapat bahwa yang berhak untuk mengakses riwayat

pengobatan pasien dalam rekam medis adalah dokter. Padahal tujuan farmasis

mengakses riwayat pengobatan dalam rekam medis adalah untuk melakukan

assessment penggunaan obat untuk memastikan apakah obat yang digunakan

tepat dan aman. Apabila ada keluhan dari pasien atau terjadi reaksi alergi akan

lebih jelas bagi farmasis untuk menelusuri penyebabnya dan memberikan

Page 90: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

69

rekomendasi jika diperbolehkan mengakses rekam medis. Dalam hal ini farmasis

perlu menekankan fungsi dan tugas farmasis pada tenaga kesehatan lain dan

mensosialisasikan perannya dalam mengakses rekam medis agar dokter

memahami pentingnya keterlibatan farmasis dalam mengakses riwayat

pengobatan dan mencantumkan rekomendasinya secara tertulis dalam rekam

medis.

17. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan masukan pada dokter dalam peresepan

Pekerjaan utama seorang farmasis klinik adalah berinteraksi dengan

profesi kesehatan lain (misalnya dokter dan perawat), mewawancara dan menilai

kesesuaian kondisi kesehatan pasien terhadap pengobatannya, membuat

rekomendasi terapetik yang spesifik, memantau tanggapan pasien terhadap terapi

obat, menjaga kesejahteraan pasien (khususnya dalam kaitannya dengan efek

obat yang tidak dikehendaki), mengonsultasi pasien, dan memberikan informasi

obat. Farmasi dapat berkontribusi selama proses peresepan yaitu sebelum, selama

dan sesudah resep ditulis. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah

penting yang terkait dengan obat, mengurangi resiko kesalahan penggunaan obat,

menyempurnakan informasi mengenai obat pada pasien dan meningkatkan

kepatuhan pasien mengonsumsi obat, menyempurnakan peresepan,

menyempurnakan hasil klinik, menyempurnakan efektivitas klinik,

menyempurnakan efektivitas biaya dan mempersingkat masa tinggal di rumah

sakit.

Page 91: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

70

15%

73%

12%0% 0%

0%

20%

40%

60%

80%Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Tidak Menjaw ab

Gambar 19. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan

masukan pada dokter dalam peresepan

Pada gambar 19 sebagian besar responden (88%) setuju bahwa

farmasis dapat membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan

memberikan masukan pada dokter dalam peresepan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa responden menghargai peran farmasis klinik untuk terlibat

langsung dalam proses peresepan dengan memberikan saran mengenai peresepan.

Responden memiliki persepsi bahwa farmasis klinik dapat memberikan informasi

yang menunjang proses terapi karena farmasis adalah profesi yang menekuni

bidang obat dan ahli dalam pelayanan pengobatan. Savitri (2005) juga

menyebutkan bahwa 90% dokter mengenal dan mengakui bahwa farmasis

merupakan profesi yang menguasai bidang obat dan pengobatan. Sejumlah 93%

dokter juga mengaku bahwa farmasis adalah mitra sejajar dokter dalam

pelayanan kesehatan yang memiliki keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh

profesi lain khusunya dalam hal obat dan pengobatan.

Namun 12% responden tidak setuju. Hal ini dimungkinkan responden

merasa farmasis tidak berhak terlibat dalam menentukan terapi dan memberikan

masukan dalam peresepan karena itu sepenuhnya adalah wewenang dokter. Oleh

Page 92: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

71

karena itu farmsis harus dapat membuktikan kemampuannya dalam hal memilih

terapi yang tepat bagi pasien agar dokter dapat menghargai peran farmasis dalam

pemberian saran mengenai peresepan sesuai dengan fungsi farmasis di rumah

sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004.

18. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

Tujuan pelayanan farmasi diantaranya ialah melaksanakan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat. Farmasis bertanggung

jawab memberikan konseling atau informasi kepada pasien maupun keluarga

pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek

pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam

penggunaan obat. Hal ini dikarenakan farmasis lebih mendalami mengenai efek

obat, efek samping, kontra indikasi, dosis dan aturan pakai dan interaksi obat

dibanding tenaga kesehatan lain. Dengan adanya konseling obat, farmasis bisa

menampung tiap keluhan pasien dan memonitoring proses pengobatan juga

memberikan saran pelaksanaan terapi yang tepat bagi pasien.

Terapi obat yang aman dan efektif seringkali terjadi apabila pasien

mempunyai pengetahuan tentang obat serta penggunaannya. Pasien yang

berpengetahuan tentang obatnya menunjukkan ketaatan yang meningkat terhadap

regimen obat yang ditulis, mengakibatkan hasil terapi yang meningkat. Hal ini

merupakan tanggung jawab farmasis. Konseling yang dilakukan farmasis ini

Page 93: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

72

adalah suatu komponen kepedulian farmasi dan bertujuan meningkatkan hasil

terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat yang tepat (Siregar, 2005).

0%8%

65%

27%

0%0%

10%20%30%40%50%60%70%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 20. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun

pasien rawat jalan

Sebagian besar responden (92%) tidak setuju bahwa farmasis tidak

perlu memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien

rawat jalan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden beranggapan bahwa

farmasis dalam hal ini farmasis klinik dapat terlibat langsung untuk menemui

pasien, memantau pengobatan pasien dan memberikan konseling mengenai obat.

Namun 8% responden berpendapat bahwa farmasi tidak bertanggung

jawab memberikan konseling pada pasien karena informasi yang diberikan dokter

sudah cukup memadai. Hal ini didukung oleh Savitri (2005) yang menyatakan

bahwa selama ini dokter sudah mengambil alih peran penting farmasis sebagai

drug informer yang lebih dipercaya pasien. Oleh Karena itu farmasis harus mulai

aktif untuk menjalankan konseling obat pada pasien dan memonitoring

pelaksanaan terapi secara langsung pada pasien agar dapat menumbuhkan rasa

kepercayaan masyarakat terhadap peran farmasis sebagai drug informer.

Page 94: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

73

Farmasis harus dapat membuktikan bahwa farmasis dapat memberikan konseling

yang lengkap dan tepat mengenai obat pada pasien.

19. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam pelayanan penggunaan obat dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi

Pelayanan farmasis klinik yang lebih berorientasi pada pasien dalam hal

penggunaan obat dan terlibat langsung pada pasien bermanfaat untuk

maksimalkan proses terapi dan meminimalkan risiko terapi. Dengan pengetahuan

mengenai obat yang ditekuni oleh farmasis klinik dapat membantu dokter dan

tenaga kesehatan lain dalam menangani pasien.

23%

77%

0% 0% 0%0%

10%20%30%40%50%60%70%80%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 21. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam

pelayanan penggunaan obat dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi

Pada gambar 21 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%)

memiliki persepsi tentang peran farmasis klinik bahwa keterlibatan farmasis

dalam pelayanan farmasi klinik sangat membantu dokter dan tenaga kesehatan

lain dalam memaksimalkan proses terapi. Dengan keterlibatan farmasis dalam

pelayanan penggunaan obat farmasis dapat mencegah apabila ada peresepan yang

salah atau memberi masukan untuk pemilihan terapi yang jauh lebih tepat sesuai

dengan keadaan pasien. Dengan informasi yang diberikan oleh farmasis dapat

Page 95: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

74

membantu dokter untuk memutuskan terapi yang tepat, memberikan dosis yang

tepat ataupun menyarankan bentuk sediaan yang tepat sesuai dengan kondisi

pasien sehingga proses terapi menjadi lebih maksimal.

B. Harapan Dokter Umum Terhadap Perkembangan Peran Farmasis Klinik di Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta

1. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat

Farmasis dapat berperan dalam proses pengambilan keputusan dengan

hadir pada saat penulisan resep atau menjadi anggota tim multidisiplin, misalnya

tim nutrisi parenteral, tim kemoterapisitotoksik, tim pemantauan terapi obat dan

sebagainya. Dalam hal ini farmasis dapat mengaplikasikan pengetahuan

terapetik, mengkorelasikan keadaan penyakit dengan pemilihan obat, dan

mengidentifikasi kontra indikasi obat. Pelayanan farmasi klinik ditujukan untuk

menyempurnakan peresepan.

Pada perkembangan ilmu kedokteran, farmakologi dan teknologi yang

berlangsung dengan pesat para dokter memerlukan bantuan dan masukan

farmasis dalam pemilihan obat. Fungsi farmasis dalam mendampingi dokter pada

saat pemeriksaan dan memberikan saran dalam peresepan obat adalah untuk

memaksimalkan efek terapetik yaitu efektivitas terapi meliputi ketepatan indikasi

pemilihan obat dan pengaturan dosis yang sesuai dengan kondisi pasien,

meminimalkan risiko meliputi efek samping, interaksi obat dan kontra indikasi

serta meminimalkan biaya sehingga terjangkau oleh kemampuan pasien.

Page 96: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

75

8%

42%50%

0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Tidak Menjaw ab

Gambar 22. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan

saran dalam peresepan obat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden 50% responden setuju,

namun 50% responden lain tidak setuju bahwa farmasis dapat medampingi

dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat. Hal ini

dikarenakan responden beranggapan itu adalah pekerjaan dan wewenang dokter.

Hal ini mungkin menimbulkan kekawatiran bahwa farmasis akan mengambil alih

tugas dan tanggung jawab dokter. Oleh karena itu farmasis harus

mensosialisasikan tugas dan peran farmasis agar dapat diterima oleh dokter.

Farmasis memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dari dokter sehingga

tidak mungkin mengambil alih tugas dokter. Farmasis merupakan patner yang

sejajar dengan dokter yang dapat membantu dokter memaksimalkan terapi dan

saling melengkapi dalam ilmu pengetahuan mengenai kesehatan. Kehadiran

farmasis jelas bukan suatu ancaman bagi dokter maupun sebaliknya. Dalam hal

ini farmasis hanya bertugas memastikan penggunaan obat yang rasional bagi

pasien dan memantau proses terapi untuk menjamin efektivitas dan keamanan

terapi.

Page 97: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

76

2. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien

Farmasis dapat ikut mengiterpretasikan data pemeriksaan laboratorium,

menggunakan catatan kasus pasien untuk mengkorelasikan keadaan penyakit

dengan pemilihan obat, merekomendasi pengaturan dosis dan menyarankan

pemilihan obat yang tepat sesuai dengan kondisi pasien (Aslam, 2003). Farmasis

klinik berperan penting dalam mengetahui dan mendiskusikan kondisi penyakit

pasien agar dapat menyimpulkan terapi yang tepat bagi pasien, dalam hal ini

menyangkut pemilihan obat, dosis, aturan pakai, frekuensi, dan sebagainya.

Fungsi pelayanan farmasis klinik yang berorientasi langsung pada pasien ini

adalah untuk memaksimalkan keberhasilan proses pengobatan.

4%

27%

65%

4% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 23. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan

menentukan terapi yang tepat bagi pasien

Sebagian besar responden (69%) tidak setuju bahwa farmasis klinik

dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium

bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang

tepat bagi pasien. Responden berpendapat bahwa farmasis klinik tidak berhak

Page 98: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

77

untuk mengkaji hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium serta tidak berhak

untuk menentukan diagnosis dan terapi. Responden beranggapan bahwa

penentuan diagnosis dan terapi adalah ruang lingkup dan wewenang dokter.

Padahal farmasis seperti yang telah disebutkan oleh Aslam (2003) di atas berhak

untuk mengintepretasikan data laboratorium dan catatan kasus pasien untuk

mengkorelasikan keadaan penyakit dengan pemilihan terapi yang tepat bagi

pasien. Dalam hal ini farmasis dapat diajak berdiskusi agar dapat mengerti

dengan jelas keadaan penyakit pasien dan membatu dokter dalam menentukan

terapi yang tepat bagi pasien, karena farmasis lebih mendalami mengenai

pemilihan obat. Dengan ikut terlibat dalam mengetahui diagnosis dan keadaan

penyakit pasien farmasis dapat lebih mudah memberikan rekomendasi yang

tepat. Dalam hal ini dokter yang memutuskan diagnosis, farmasis sebagai patner

berdiskusi. Jadi farmasis tidak memutuskan diagnosis. Farmasis dalam hal ini

jelas tidak mengambil wewenang dokter sebagai ahli yang berhak untuk

memutuskan diagnosis penyakit. Keikutsertaan farmasis adalah sebagai rekan

berdiskusi dan untuk mengetahui dengan jelas penyakit pasien. Keputusan

diagnosis tetap ada di tangan dokter. Jadi farmasis tidak menjadi ancaman seperti

yang dikuatirkan dokter selama ini.

Responden menjawab tidak setuju dimungkinkan karena responden

menganggap pertanyaan tersebut menyatakan bahwa farmasis dapat ikut

memutuskan diagnosis, sedangkan yang berhak untuk memutuskan diagnosis

adalah dokter. Responden dimungkinkan kurang memahami maksud dari

pertanyaan tersebut. Hal ini disebabkan kesulitan peneliti dalam mendampingi

Page 99: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

78

responden ketika mengisi kuisioner sehingga peneliti tidak dapat menjelaskan

apabila responden kurang memahami maksud dari pertanyaan kuisioner tersebut.

Di sisi lain 31% responden setuju farmasis dapat ikut berdiskusi untuk

menentukan terapi. Dengan mengetahui kondisi penyakit dengan rinci farmasis

dapat membantu dokter untuk pemilihan obat yang tepat maupun dosis, aturan

pakai dan bentuk sediaan obat yang tepat bagi pasien. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Savitri (2005) yang menyebutkan bahwa 93% dokter berpendapat

farmasis dapat diajak berdiskusi tentang interaksi obat, dosis, penggunaan obat

yang rasional dan pemilihan obat yang tepat guna.

3. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara-negara maju

Pada pelayanan farmasi rumah sakit, dapat dilihat dengan jelas

keuntungan dari pemberian resep tambahan (Supplementary Prescribing) sampai

pemberian resep mandiri (Independent Prescribing) oleh farmasis rumah sakit

pada pasien. Pemberian resep tambahan (Supplementary Prescribing) didesain

untuk terapi penyakit kronis atau penyakit tidak akut. Hal ini untuk menjamin

optimalnya proses terapi pada pasien dengan penyakit kronis. Peresepan mandiri

(Independent Prescribing) juga sangat membantu farmasis rumah sakit untuk

menegakkan terapi bagi pasien. Farmasis seringkali memiliki lebih banyak

gagasan mengenai obat apa yang dibutuhkan pasien untuk dapat dibawa pulang

oleh mereka daripada dokter. Maka dengan mengijinkan farmasis untuk

menuliskan resep pada pasien dengan penegakan terapi secara independen, hal ini

Page 100: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

79

akan sangat membantu pasien dan dapat menjadikan perpaduan keahlian di

rumah sakit (Hospital skill mix) lebih berguna (Moberly, 2005).

8%

46% 46%

0% 0%0%

10%

20%

30%

40%

50%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 24. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk

dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara-negara maju

Sebagian besar responden (54%) setuju bahwa farmasis dapat

menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan

oleh beberapa negara-negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa dokter memiliki

harapan yang baik terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat

menentukan obat yang tepat bagi pasien. Untuk itu farmasis harus meningkatkan

keterampilan untuk mengaplikasikan keadaan penyakit dengan pemilihan obat

serta menggunakan catatan kasus pasien agar dapat berperan secara efektif dalam

pelayanan pasien (Aslam, 2003).

Pada penelitian ini sejumlah 46% responden menyatakan tidak setuju.

Nurdiati (2005) menyebutkan bahwa 100% dokter spesialis berpendapat bahwa

farmasi tidak berhak menentukan terapi walau sesuai dengan diagnosis dokter di

rumah sakit. Menurut dokter spesialis terapi sepenuhnya wewenang dokter dan

tidak dapat dipisahkan dari diagnosis sehingga farmasis tidak berhak menentukan

terapi untuk pasien. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian.

Page 101: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

80

Pada penelitian Nurdiati 100% dokter spesialis tidak setuju farmasi dapat

menetukan terapi, sedangkan pada penelitian ini hanya 46% yang tidak setuju.

Responden (54%) mulai memiliki harapan bahwa farmasis dapat menentukan

terapi. Sebagian responden memiliki pemahaman yang terbuka mengenai peran

farmasis dan tidak menganggap farmasis sebagai ancaman bahkan berharap di

masa mendatang farmasis dapat bekerjasama dengan dokter sebagai rekan kerja

yang sejajar. Kesempatan ini dapat dipergunakan farmasis untuk lebih

meningkatkan pengetahuan mengenai obat secara khusus agar dapat

mengembangkan peran farmasis klinik yang berperan aktif dalam peresepan

sesuai dengan harapan responden. Dengan proses peningkatan pengetahuan

mengenai obat diharapkan farmasis di kemudian hari dapat membutktikan bahwa

proses terapi dapat berjalan lebih optimal apabila farmasis menentukan terapi

secara langsung sesuai diagnosis dokter.

4. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assessment-nya di medical record

Farmasis harus terlibat dalam ronde atau visite pasien. Ronde atau visite

pasien ini merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk membantu pemilihan

obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik, dan

menilai kemajuan pasien. Farmasis dapat memberikan hasil assessment-nya dan

memberi rekomendasi untuk menjamin penggunaan obat yang benar, melakukan

pengkajian terhadap catatan dalam medical record yang akan berguna untuk

pemberian obat. Setelah kunjungan farmasis dapat membuat catatan mengenai

Page 102: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

81

permasalahan dan penyelesaian masalah dalam suatu buku yang dapat digunakan

oleh setiap farmasis yang berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari

pengulangan kunjungan. Buku ini dapat berupa catatan yang serupa dengan

medical record atau merupakan bagian dari medical record.

12%

69%

19%

0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

0%

Gambar 25. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik

untuk dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assassment-nya di medical record

Pada gambar 25 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81%)

setuju bahwa farmasis dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang

terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assessment-nya di medical record.

Hal ini berbeda dengan penelitian Nurdiati (2005) dimana 56% dokter

spesialis berpendapat bahwa farmasis tidak perlu berhubungan langsung dengan

pasien karena dikawatirkan terjadi perbedaan persepsi antara informasi yang

diberikan oleh dokter dan farmasis. Sedang pada penelitian Savitri (2005) dokter

(20%) tidak setuju apabila farmasis ke bangsal-bangsal karena dikawatirkan akan

mengambil alih tugas dan tanggung jawab dokter. Padahal tugas farmasis dalam

berinteraksi langsung pada pasien adalah memastikan pasien telah mendapat

terapi yang tepat, mengawasi kepatuhan pasien menggunakan obat secara tepat,

memastikan kemajuan pengobatan pada pasien, mengetahui langsung apabila ada

Page 103: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

82

keluhan dari pasien mengenai terapi yang diterima. Hal ini bukan untuk

mengambil alih tugas dokter melainkan dapat memberi saran pada dokter

mengenai terapi yang jauh lebih sesuai. Maka perlu juga bagi farmasis untuk

menuliskan hasil assessment-nya di medical record untuk dapat mendukung

terapi yang lebih efektif. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 juga disebutkan bahwa dalam

pelayanan kefarmasian tugas farmsis adalah melakukan visitasi bersama dengan

dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Farmasis harus lebih berani melibatkan diri dalam visitasi, pemberian

saran dalam peresepan dan memberikan assessment dalam medical record juga

meningkatkan kemampuan agar lebih dipercaya oleh dokter untuk terlibat

langsung pada pasien. Hal ini merupakan kesempatan bagi farmasis untuk

dikenal masyarakat sebagai profesi yang berperan penting dalam kesehatan.

5. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis

Dalam strategi untuk memajukan praktek farmasi klinik, kemajuan yang

dicapai tergantung dari kerja individu dengan dokter tertentu yang melihat

adanya kebutuhan dan kepentingan terhadap pelayanan farmasi klinik. Cara yang

terbaik adalah farmasis klinik mencari dan bekerja sama dengan seorang dokter

yang menaruh perhatian dan memiliki spesialisasi yang farmasis tersebut tertarik

secara khusus untuk mempelajari lebih dalam. Farmasis juga harus belajar semua

yang dapat ia pelajari tentang terapetik dan obat-obatan dalam spesialisasi

Page 104: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

83

tersebut. Pada umumnya, setiap spesialis medis memiliki pemilihan pengobatan

sendiri.

8%

81%

11%,00% 0%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 26. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk

dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (89%)

setuju bahwa pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat

dispesialisasikan agar lebih menguasai suatu bidang khusus, dan dapat

bekerjasama dengan dokter spesialis. Responden berharap di masa mendatang

farmasis klinik dapat mengalami perkembangan dan dapat berdampingan dengan

dokter spesialis untuk menangani pasien secara khusus.

Farmasis harus selalu berkembang untuk meningkatkan pengetahuan

karena penguasaan ilmu sesuai dengan kemajuan jaman akan mempermudah

komunikasi dengan dokter. Maka dari itu farmasis juga perlu untuk mengimbangi

pengetahuan dokter dengan jalan menekuni bidang spesialisasi tertentu.

Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian kecil responden (11%)

tidak setuju apabila farmasis mendalami bidang spesialsisasi tertentu. Hal ini

dimungkinkan responden belum menganggap farmasis sebagai rekan kerja yang

sejajar sehingga tidak perlu dispesialisasikan seperti dokter. Hal ini merupakan

Page 105: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

84

tantangan bagi farmasis untuk menunjukkan bahwa farmasis kelak dapat menjadi

rekan kerja yang sejajar bagi dokter bahkan bagi dokter spesialis.

6. Harapan responden terhadap keterlibatan farmasis secara langsung pada pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain akan dapat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien

Tujuan farmasi klinik adalah memaksimalkan efek terapetik,

meminimalkan resiko dan meminimalkan biaya. Pelayanan farmasi klinik dengan

keterlibatan langsung dengan pasien di bangsal rumah sakit sangat diperlukan

untuk memberikan jaminan pengobatan rasional (efektif, aman, tersedia, dan

biayanya terjangkau). Farmasis dapat memaksimalkan efek terapetik dengan

meningkatkan efektivitas terapi. Farmasis dapat membantu dokter dalam

pemilihan obat dan ketepatan pengaturan dosis sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi pasien serta mengevaluasi hasil terapi. Farmasis juga dapat

meminimalkan resiko dengan memastikan resiko yang sekecil mungkin bagi

pasien serta meminimalkan masalah ketidakamanan pemakaian obat (efek

samping, dosis, interaksi, dan kontra indikasi). Farmasis dapat membantu

meminimalkan biaya dengan menyarankan jenis obat yang paling efektif baik

dalam hal biaya maupun pengobatan yang rasional serta menyarankan jenis obat

yang terjangkau oleh kemampuan pasien.

Farmasis juga dapat menjadi patner berdiskusi dalam pemilihan terapi

yang tepat bagi pasien dan memberikan informasi mengenai obat yang lengkap

dan tepat bagi dokter sebagai bahan pertimbangan dokter dalam menuliskan

resep. Farmasis juga dapat memberi informasi pada tenaga kesehatan lain demi

menjamin efektivitas terapi. Misalnya informasi interaksi obat-makanan pada

Page 106: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

85

perawat dan ahli gizi, informasi interaksi farmasetik pada pencampuran obat

suntik bagi perawat.

12%

88%

0% 0% 0%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sangat SetujuSetujuTidak SetujuSangat Tidak SetujuTidak Menjawab

Gambar 27. Harapan responden terhadap keterlibatan farmasis secara

langsung pada pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain akan dapat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat

bagi pasien

Gambar 27 menunjukkan seluruh responden memiliki harapan terhadap

peran farmasis klinik bahwa dengan keterlibatan farmasis secara langsung pada

pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain akan sangat membantu dokter

dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien. Dari hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa 100% responden berharap bahwa di

masa mendatang farmasis klinik mengalami perkembangan dan dapat terlibat

langsung pada pasien. Responden berpendapat bahwa dengan keterlibatan

farmasis klinik bersama dengan dokter dapat menjamin proses terapi yang tepat

bagi pasien dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan diketahuinya bahwa

responden berharap farmasis dapat terlibat langsung pada pasien, farmasis harus

lebih berani lagi terlibat di bangsal-bangsal, instalasi gawat darurat, instalasi

bedah, dan lain lain. Farmasi juga harus menunjukkan kemampuan serta belajar

lebih lagi agar dapat lebih dihargai oleh dokter maupun tenaga kesehatan lain.

Page 107: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

86

C. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan responden memiliki persepsi tentang peran

farmasis klinik yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi rumah

sakit yang menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan pelayanan

yang berorientasi kepada pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan

farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, namun dalam hal

keterlibatan farmasis dalam penanganan nutrisi parenteral dan dalam mengakses

penyakit maupun riwayat pengobatan pasien,69% dan 50% responden tidak setuju.

Hal ini dimungkinkan responden kurang memahami peran farmasis dalam pelayanan

penggunaan obat. Maka dari itu farmasis perlu melakukan sosialisasi mengenai peran

farmasi di rumah sakit agar peran farmasis klinik dapat lebih diterima dan dipahami

oleh dokter dan tenaga kesehatan lain terutama peran farmasis klinik yang belum

dapat dipahami dan diterima oleh dokter dan tenaga kesehatan lain.

Responden memiliki harapan tentang keterlibatan farmasis klinik dalam

menentukan obat sesuai diagnosis dokter, visitasi secara langsung pada pasien

bersama dokter akan dapat membantu menjamin terlaksananya proses terapi yang

tepat bagi pasien, namun 50% dan 69% responden tidak setuju bahwa farmasis

klinik dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan dan memberikan saran

peresepan obat serta mendiskusikan hasil pemeriksaan bersama dengan dokter untuk

menentukan diagnosis dan terapi yang tepat bagi pasien,. Hal ini dimungkinkan

karena responden merasa wewenang dan tanggung jawab responden dapat diambil

alih oleh farmasis. Hal ini menjadi ancaman tersendiri bagi responden. Oleh karena

Page 108: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

87

itu farmasis perlu membuktikan bahwa farmasis adalah mitra kerja dokter dalam

bidang kesehatan yang dapat bekerjasama dan membantu dokter dalam

mengoptimalkan proses terapi. Farmasis harus mengambil kesempatan yang ada

sesuai dengan harapan responden dengan terlibat lebih aktif dalam pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar farmasis dapat menunjukkan peran

dan tanggung jawab farmasis sehingga tenaga kesehatan lain dapat lebih memahami

fungsi dan peran farmasis dan tidak menganggap keberadaan farmasis sebagai suatu

ancaman namun sebagai rekan kerja yang sejajar dengan dokter.

Page 109: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Responden berkecenderungan setuju dengan peran farmasis klinik menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004

a. pelayanan farmasi rumah sakit merupakan pelayanan yang berorientasi

kepada pasien (100%)

b. pemantauan penggunaan obat (96%).

Responden tidak setuju dalam hal keterlibatan farmasis dalam:

a. penanganan nutrisi parenteral (69%)

b. dalam mengakses penyakit maupun riwayat pengobatan pasien (50%),

namun di sisi lain 46% setuju.

2. Responden memiliki harapan tentang keterlibatan farmasis klinik dalam:

a. menentukan obat sesuai diagnosis dokter (54%)

b. visitasi bersama dokter (81%).

Sebanyak 50% dan 69% responden tidak berharap bahwa farmasis klinik dapat

mendampingi dokter dalam pemeriksaan dan memberikan saran peresepan obat

serta mendiskusikan hasil pemeriksaan bersama dengan dokter untuk

memutuskan diagnosis dan terapi yang tepat bagi pasien, namun di sisi lain 50%

dan 31% setuju.

88

Page 110: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

89

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar:

1. dilakukan penelitian sejenis dengan tingkat populasi yang lebih luas yaitu se-

Jawa Tengah atau se-Indonesia.

2. dilakukan penelitian sejenis dengan responden yang berbeda misalnya pada

dokter spesialis atau perawat.

3. dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat menghambat

pelaksanaan pelayanan kefarmasian untuk terlibat dalam proses terapi dan terlibat

langsung di ruang perawatan.

4. dilakukan penelitian dengan berfokus pada jenis pelayanan farmasi klinik yang

telah dilakukan di rumah sakit yang akan diteliti.

5. dilakukan seminar bersama antara dokter dan farmasis secara berkala agar dokter

dapat lebih mengetahui peran farmasis klinik di rumah sakit dan dapat membuka

diri untuk bekerja sama dengan farmasis agar dapat mengoptimalkan proses

terapi di rumah sakit.

6. farmasis perlu segera memulai pelayanan kefarmasian yang berdasar atas

pelayanan farmasi klinik dan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

7. farmasis hendaknya terus mengembangkan ilmu sesuai dengan kemajuan zaman

dan sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran.

8. dapat dilakukan pengembangan dalam pendidikan kefarmasian di Indonesia

dengan membuka pendidikan spesialisasi dalam kefarmasian agar dapat

bekerjasama dengan dokter spesialis.

Page 111: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

90

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992, Undang-Undang Kesehatan No. 23, 3-75, DepKes RI, Jakarta

Anonim, 1998, The Role of The Pharmacist, Int pharm. J., vol 12, No. 3, 82-83 Anonim, 2004a, Aktualisasi Ditjen Yanfar dan Alkes, http://www.yanfar.go.id/

diakses tanggal 07 Maret 2006 Anonim, 2004b, Keputusan Menteri Kesehatan No.1197/MENKES/SK/X/2004

Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,1102-1140, DepKes RI, Jakarta

Anonim, 2004c, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, 14-16, ISFI, Yogyakarta ASHP, 1995, ASHP Statement on Pharmaceutical Care, 5, American Society of

Hospital Pharmacist Inc., USA Aslam M., Tan C. K., Prayitno A., 2003, Farmasi Klinis, Menuju Pengobatan

Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 3-25, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta

Azwar, D., 2004, Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010,

http://www.yanfar.go.id/ diakses tanggal 07 Maret 2006 Azwar, S., 2003a, Penyusunan Skala Psikologi, 5-7, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar, S., 2003a, Reliabilitas dan Validitas, 4-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Board of Pharmaceutical Specialties, 2007, Board of Pharmaceutical Specialties

Announces New Board and Specialty Council Member and Officers for 2007, www.activemater.com, diakses tanggal 11 Maret 2007

Cipolle R.J., Strand I.M., Morley P.C., 1992, Pharmaceutical Care: an Introduction

Kalamazoo, MI: Upjohn Company Cipolle R.J., Strand I.M., Morley P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, Mc

Craw-Hill, New York. Clinical Resource and Audit Group, 1996, Clinical Pharmacy in the Hospital

Pharmaceutical Service: A Framework for Practice, Scottish Office Depatment of Helath, Edinburgh

Hadi, Sutrisno, 1991, Analisis Butir untuk Instrumen, 21-23, Andi Offset,

Yogyakarta

Page 112: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

91

Hepler CD, Strand LM., 1990, Opportunities and responsibilities in

pharmaceutical care. Am J Hosp Pharm. Matsumoto, Shimizu, and Fukuoka, 2003, What Doctors Expect Of A Pharmacist,s

Work-How Pharmacist Is Evaluated By Doctors, Yakugaku Zasshi, Mar; 123(3); 173-178

Moberly Tom, 2005, Will Community Pharmacist Really be Able to Prescribe

Independently?, Pharmecutical Jurnal, http://www.pharmj.org.uk/ diakses tanggal 07 Maret 2006

Muijrers, (2003), Changing relationships: attitudes and opinions of general

practitioners and pharmacists regarding the role of the community pharmacist, Pharmecutical Jurnal, http://www.pharmj.org.uk/ diakses tanggal 07 Maret 2006

Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, 31, 117, 141, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta. Nurdiati, T., 2005, Profesi Farmasis di Rumah Sakit dalam Perspektif Dokter

Spesialis di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Nurgiantoro, 2002, Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 316, 319,

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Pratiknya A. W., 2003, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dalam Kancah Penelitian, 13, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta

Roy M.D., 1998, Basic Skills In Clinical Pharmacy Practice, 1-19, ASHP Inc., USA Savitri, R., 2005, Persepsi Dokter Umum Terhadap Profesi Farmasis Terkait Konsep

farmasi Klinik di Rumah Sakit Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalon, T. E., Regala, B. P., and Uriartc, G. G., 1993,

An Introduction to Research Methods, diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi 1, 72, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Siregar, Carles J.P., 2005, Farmasi Klinik: Teori dan Penerapan, 17, EGC, Jakarta Smith, W.E., Max D.R. and David M.S., 2002, Physician’s Expectation of

Pharmacists, Am Health-Syst Pharm, 50-59.

Page 113: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

92

Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, cetakan ke lima, CV Alfa Beta, Bandung

Wijayanti, (2005), Persepsi Dokter tentang Peran Apoteker di Apotek di Kota

Magelang, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta Yusmainita, 2002a, Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

http://www.farmasinet.com/ diakses tanggal 07 maret 2006 Yusmainita, 2002b, Perlindungan Pasien Melalui Pelayanan Asuhan Kefarmasian di

Rumah Sakit Pemerintah, http://www.farmasinet.com/ diakses tanggal 07 Maret 2006

Page 114: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

93

Page 115: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

94

Page 116: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

95

Page 117: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

96

Lampiran 4. Kuisioner

LEMBAR KUISIONER

Identitas responden

Nama : …………………………….

Alamat : …………………………….

Usia : …………………………….

Rumah sakit tempat praktek : …………………………….

Masa kerja di rumah sakit : …………………………….

Petunjuk :

Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat dan

keyakinan Anda.

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Respon No Pertanyaan SS S TS STS

1. Farmasis adalah sebuah profesi yang menekuni ruang lingkup obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat dan alat kesehatan.

2. Farmasis pada perkembangannya harus mulai berorientasi pada pasien lebih dari berorientasi pada produk.

3. Farmasis harus memberikan perhatian pertama dan utama kepada kesejahteraan pasien dengan segala aspeknya.

4. Farmasis bertanggung jawab dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Page 118: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

97

5. Farmasis bertanggung jawab dalam menganalisis efektivitas biaya.

6. Farmasis tidak harus ikut bertanggung jawab dalam penyusunan formularium obat.

7. Farmasis harus dapat berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien.

8. Farmasis harus mendokumentasi setiap kegiatan untuk dilakukan evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian.

9. Farmasis harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

10. Farmasis bertanggung jawab dalam memberikan informasi mengenai obat kepada dokter dan perawat.

11. Farmasis harus bertanggung jawab mengenai masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drugs related problem).

12. Farmasis tidak bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (terapeutic drugs monitoring).

13. Farmasis tidak harus menangani pencampuran obat suntik.

14. Farmasis tidak harus menangani nutrisi parenteral.

15. Farmasis harus menangani obat kanker atau sitostatika.

16. Farmasis dapat mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional.

17. Farmasis dapat membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan masukan pada dokter dalam peresepan.

18. Farmasis tidak perlu memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

19. Keterlibatan farmasis seperti yang telah disebutkan di atas sangat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi.

Page 119: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

98

20. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat.

21. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang farmasis dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien.

22. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara maju.

23. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assessment-nya di medical record.

24. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis.

25. Keterlibatan farmasis secara langsung pada pasien bersama-sama dengan dokter sangat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien.

Page 120: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

99

Lampiran 5. Frekuensi jawaban kuisioner oleh responden

No SS S TS STS TM K 1. 62% 38% 0% 0% 0% S

2. 42%

58% 0% 0% 0% S

3. 31% 65 % 0% 0% 4 %

S

4. 42% 54 % 4 %

0% 0% S

5. 19% 66% 15%

0% 0% S

6. 0% 4% 69% 27%

0% TS

7. 42% 58%

0% 0% 0% S

8. 42% 58%

0% 0% 0% S

9. 23% 73% 4%

0% 0% S

10. 46% 46%

8% 0% 0% S

11. 23% 62% 15%

0% 0% S

12. 0% 46% 35% 15%

4% TS

13. 4% 35%

50 % 11% 0% TS

14. 4% 65% 19% 4% 8%

S

15. 11% 73% 8% 4% 4%

S

16. 19% 27% 50 %

0% 4% TS

17. 15% 73% 12% 0% 0% S

18. 0% 8% 65% 27%

0% TS

19. 23% 77%

0% 0% 0% S

20. 8% 42% 50% 0% 0% S&TS

21. 4% 27% 65% 4%

0% TS

22. 8% 46% 46% 0% 0% S

23. 12%

69% 19% 0% 0% S

24. 8%

81% 11% 0% 0% S

25. 12%

88% 0% 0% 0% S

Page 121: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

100

Keterangan :

1. Farmasis adalah sebuah profesi yang menekuni ruang lingkup obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat dan alat kesehatan.

2. Farmasis pada perkembangannya harus mulai berorientasi pada pasien lebih dari berorientasi pada produk.

3. Farmasis harus memberikan perhatian pertama dan utama kepada kesejahteraan pasien dengan segala aspeknya.

4. Farmasis bertanggung jawab dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

5. Farmasis bertanggung jawab dalam menganalisis efektivitas biaya. 6. Farmasis tidak harus ikut bertanggung jawab dalam formularium obat. 7. Farmasis harus dapat berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan

lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien.

8. Farmasis harus mendokumentasi setiap kegiatan untuk dilakukan evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian.

9. Farmasis harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

10. Farmasis bertanggung jawab dalam memberikan informasi mengenai obat kepada dokter dan perawat.

11. Farmasis harus bertanggung jawab mengenai masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drugs related problem).

12. Farmasis tidak bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (terapeutic drugs monitoring).

13. Farmasis tidak harus menangani pencampuran obat suntik. 14. Farmasis tidak harus menangani nutrisi parenteral. 15. Farmasis harus menangani obat kanker atau sitostatistika. 16. Farmasis dapat mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam

rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional. 17. Farmasis dapat membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan

memberikan masukan pada dokter dalam peresepan. 18. Farmasis tidak perlu memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap

maupun pasien rawat jalan 19. Keterlibatan farmasis seperti yang telah disebutkan di atas sangat membantu

dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi. 20. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat

mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat.

21. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang farmasis dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien.

22. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara maju.

Page 122: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

101

23. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assassment-nya di medical record.

24. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang, farmasis dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis.

25. Keterlibatan farmasis secara langsung pada pasien bersama-sama dengan dokter sangat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien.

SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju TM = Tidak Mengisis K = Kecenderungan

Page 123: PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT … · PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK ... atas kasih

102

BIOGRAFI PENULIS

Eunike, lahir di Kota Magelang pada tanggal 29 Januari

1985. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan

Hendy Sugianto dan Lily Lydiawati. Penulis telah

menempuh pendidikan di TK Pius X Magelang, SD

Tarakanita Magelang, SLTP Tarakanita Magelang,

SMUN 1 Magelang, dan melanjutkan di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa

kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum

Formulasi dan Teknologi Sediaan Padat dan panitia

pelaksanan PIMFI pada bulan September 2006 sebagai

sie Acara.