persalinan preterm

16
BAB I PENDAHULUAN Persalinan preterm merupakan jenis persalinan dengan terjadinya kontraksi uterus serta proses pengembangan dan dilatasi serviks pada usia gestasi antara 20 – 37 minggu. Frekuensi persalinan preterm mencapai 12% dari keseluruhan persalinan yang ada dan menimbulkan sekitar 70% permasalahan morbiditas dan mortalitas pada neonatus di Amerika Serikat. Di Indonesia, kasus persalinan preterm mencapai 18,5% dar i tot al per sal ina n yang ada dan menimb ulkan sek ita r 65- 75% mor tal ita s dan morbiditas neonatus. Pencegahan yang adekuat baik dalam proses pengenalan kasus persalinan  pret erm sepert i faktor psikologi s, etiol ogi, dan patof isio logi dari persalinan preterm dapat membantu dalam mengurangi kasus mortalitas dan morbiditas neonatus yang ada. Penyebab pasti dari persalinan preterm masih belum diketahui dengan pasti.  Namun secara umum dapat disebabkan dari berbagai faktor baik dari ibu ataupun dari  janin itu sendiri. Manajemen ut ama dalam pen anganan persal inan pematur seharusnya  berhubungan dengan identifikasi faktor risiko, diagnosis waktu perkiraan persalinan, etiologi dari persa linan preterm, evalua si adanya  feta l distres s , pember ian ter api farmakologi yang ber sif at pro fil aks is dan men urunkan ter jad inya gejala distre ss respirasi dan infeksi intra amnion, pemberian terapi tokolitik bila ada indikasi yang menyertai dan persiapan penangan yang adekuat pada neonatus yang akan dilahirkan. Bayi-bayi yang lahir dengan kondisi preterm akan mengalami permasalahan  baik dalam sistem pernafasan, persarafan ataupun sirkulasi. Bayi preterm juga akan mengal ami kon di si BBLR ya ng akan memper buruk keadaan den gan segala komplikasinya.

Upload: sun-tzu

Post on 06-Jul-2015

1.299 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 1/16

 

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan preterm merupakan jenis persalinan dengan terjadinya kontraksi

uterus serta proses pengembangan dan dilatasi serviks pada usia gestasi antara 20 – 

37 minggu. Frekuensi persalinan preterm mencapai 12% dari keseluruhan persalinan

yang ada dan menimbulkan sekitar 70% permasalahan morbiditas dan mortalitas pada

neonatus di Amerika Serikat. Di Indonesia, kasus persalinan preterm mencapai 18,5%

dari total persalinan yang ada dan menimbulkan sekitar 65-75% mortalitas dan

morbiditas neonatus.

Pencegahan yang adekuat baik dalam proses pengenalan kasus persalinan

 preterm seperti faktor psikologis, etiologi, dan patofisiologi dari persalinan preterm

dapat membantu dalam mengurangi kasus mortalitas dan morbiditas neonatus yang

ada. Penyebab pasti dari persalinan preterm masih belum diketahui dengan pasti.

 Namun secara umum dapat disebabkan dari berbagai faktor baik dari ibu ataupun dari

 janin itu sendiri.

Manajemen utama dalam penanganan persalinan pematur seharusnya

 berhubungan dengan identifikasi faktor risiko, diagnosis waktu perkiraan persalinan,

etiologi dari persalinan preterm, evaluasi adanya   fetal distress, pemberian terapi

farmakologi yang bersifat profilaksis dan menurunkan terjadinya gejala distress

respirasi dan infeksi intra amnion, pemberian terapi tokolitik bila ada indikasi yang

menyertai dan persiapan penangan yang adekuat pada neonatus yang akan dilahirkan.

Bayi-bayi yang lahir dengan kondisi preterm akan mengalami permasalahan baik dalam sistem pernafasan, persarafan ataupun sirkulasi. Bayi preterm juga akan

mengalami kondisi BBLR yang akan memperburuk keadaan dengan segala

komplikasinya.

Page 2: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 2/16

 

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DEFENISI PERSALINAN PRETERM

Persalinan preterm adalah persalinan pada kehamilan antara 20-37 minggu

dengan angka kejadian mencapai 10-15 % kehamilan yang ada.

2.2 EPIDEMOLOGI PERSALINAN PRETERM

Persalinan preterm dan kehamilan merupakan bagian yang paling berat dalam

dunia Obstetrik dan Ginekologi. Di Amerika Serikat, persalinan preterm memiliki

insidensi kasus yang cukup tinggi dimana hampir selalu ada untuk 1 dari 10

 persalinan, dan menyebabkan sedikitnya 75% kematian neonatus, termasuk dengan

kasus malformasi kongenital. Di negara berkembang insidennya sekitar 7% dari

seluruh persalinan. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena

 potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan

dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm

dan pertumbuhan janin yang terhambat.

2.3 ETIOLOGI PERSALINAN PRETERM

Etiologi yang paling sering menyebakan terjadinya persalinan preterm adalah:

1. Komplikasi medis dan obstetrik 

Sebanyak 28% persalinan preterm kehamilan tunggal disebabkan oleh

 beberapa hal (seperti pre eklampsia (50%), gawat janin (25%), akibat IUGR,

solution plasenta atau kematian janin), dan sebanyak 72% persalinan preterm

dengan atau tanpa disertai ketuban pecah dini.

Page 3: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 3/16

 

2. Abortus imminens

Perdarahan pervaginam pada awal kehamilan seringkali berkaitan dengan

meningkatnya perubahan pada akhir kehamilan. Weiss dkk (2002)

melaporkan adanya kaitan antara perdarahan per vaginam pada kehamilan 6-

13 minggu, dengan kejadian meningkatnya persalinan sebelum kehamilan 24

minggu, persalinan preterm dan solusio plasenta.

3. Gaya Hidup

Merokok, kenaikan BB selama kehamilan yang tidak memadai serta

  penggunaan obat-obatan tertentu memiliki peranan penting dalam angka

kejadian persalinan dan outcome BBLR. Cassaenuva 2005 menyimpulkan

 bahwa faktor maternal lain yang berkaitan dengan persalinan preterm adalah

kehamilan remaja atau usia tua, tubuh pendek, kemiskinan, defisiensi vit C,

dan faktor pekerjaan.

4. Faktor Genetik 

Perkiraan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetic dengan persalina

 preterm adalah sifat persalinan yang berulang, menurun dalam keluarga dan

 banyak pada ras tertentu.

5. Chorio Amnionitis

Infeksi selaput ketuban dan cairan amnion yang disebabkan oleh berbagai

 jenis mikroorganisme dapat menjelaskan peristiwa ketuban pecah dini atau

  persalinan preterm. Diduga karena endotoksin sebagai produk dari bakteriyang dapat merangsang monosit desidua untuk menghasilkan cytokine yang

selanjutnya dapat merangsang asam arachidonat dan produksi prostaglandin.

Prostaglandin E2 dan F2α bekerja dengan modus parakrin untuk merangsang

terjadinya kontraksi miometrium.

Page 4: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 4/16

 

2.4 FAKTOR RISIKO PERSALINAN PRETERM

Mekanisme pasti dari persalinan preterm sampai saat ini masih belum

diketahui dengan pasti, namun diduga akibat perdarahan desidual, (seperti abrusi,

faktor mekanik seperti overdistensi uterus dengan keadaan gestasi yang multiple atau

  polyhidroamnion), inkompetensi serviks (seperti trauma), distorsi uterus (seperti

fibrous uteruss, inflamasi serviks (seperti infeksi bacterial vaginosis), inflamasi

maternal/ demam (seperti infeksi saluran urinaria), perubahan hormon, dan

insufisiensi uteroplasenta (seperti hipertensi, alkohol, penyalahgunaan obat,

merokok).

Walaupun terkadang prediksi waktu kelahiran pada persalinan preterm tidak 

tepat, berbagai metode maternal lain dan sifat kehamilan dapat menjadi salah satu

 bahan perbandingan. Yang terpenting, kondisi dari janin yang dilahirkan menjadi

 bagian penting dalam persalinan, dimana kondisi janin akan menmpengaruhi keadaan

lingkungan uterus dan sekaligus mengaktivasi jalur pasenta dan janin.

Beberapa faktor risiko yang sering menimbulkan persalinan preterm termasuk 

kondisi demografi (seperti ras kulit hitam, usia ibu (< 17 tahun atau > 35 tahun),

sosial ekonomi yang rendah, dan berat badan ibu yang kurang sebelum kehamilan)

 budaya dan prilaku, riwayat persalinan permatur sebelumnya. Persalinan preterm juga

  berhubungan dengan kondisi psikologis ibu (seperti kematian anggota keluarga

terdekat, hubungan yang tdak harmonis dengan keluarga, tetangga, ataupun

lingkungan pekerjaan).

Bila disingkat, faktor risiko persalinan preterm terbagi atas dua kriteria, yaitu:

Page 5: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 5/16

 

1. Faktor risiko mayor 

a. Kehamilan multiple,

 b. Hidramnion,

c. Anomali uterus,

d. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,

e. Serviks mendatar/ memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32

minggu,

f. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,

g. Riwayat persalinan preterm sebelumnya,

h. Operasi abdominal pada kehamilan preterm,

i. Riwayat operasi konisasi,

 j. Iritabilitas uterus.

2. Faktor risiko minor 

a. Penyakit yang disertai demam,

 b. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu,

c. Riwayat pielonefritis,

d. Merokok lebih dari 10 batang perhari,

e. Riwayat abortus pada trimester II,

f. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali

Page 6: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 6/16

 

Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau

dua atau lebih faktor risiko minor atau keduanya.

Sedangkan dari kelainan obstetrik, sejumlah kelainan obstetrik, medis dan

anatomis berkaitan dengan angka kejadian persalinan preterm seperti:

 No  Risk Factor Problem

1 Obstetrik complication In previous or current pregnancy (severehypertensive state of pregnancy, anatomic

disorders of the placenta such as abrutio

  placenta, placenta previa, circumvalallate

  placenta), placental insufficiency, preterm

rupture of the membrane, polyhydramnion or 

oligohydroamnion), previous preterm or low birthweight infant, low socioeconomic status, maternal 

age < 18 years or > 40 years, low prepragnancy

weight, non-caucasian race, multiple pregnancy,

  short interval between pregnancy (3 months),inadequate or excessive weight gain during 

 pregnancy, previous abortion, previous laceration

of cervix uterus.

2 Medical Complication Pulmonary systemic, hypertension Renal disease,

  Heart disease, infection (pyelonephritis, acute

  systemic infection, genital infection such as

  gonorrhea, herpes simplex, mycoplasmosis),

  fetotoxic infection (cytomegalovirus infection,

toxoplasmosis, listerioisis), maternal systemicinfection (pneumonia, influenza, malaria),maternal intraabdominal sepsis (appendicitis,

cholecystitis, diverticulitis), heavy cigarette

  smoking, alcoholism or drug addiction, severe

anemia, malnutrition or obesity, leaking benign

cystic teratoma, perforated gastric or duodenal 

ulcer, adnexal torsion, maternal trauma or burns.

3 Surgical complication Any intra abdominal procedure, conization

cervix, previous incision in uterus or cervix (like

 sectio caesaria)

4 Genital-tract anomalie Bicomunate, subseptate unicomutate uterus,

congenital cervical incompetency

Metode untuk menilai kemungkinan terjadinya persalinan preterm adalah

dengan memonitor aktivitas uterus (home uterine activity monitoring:HUAM),

menilai estriol saliva, fetal fibronectin (FFN), dan pengukuran panjang serviks.

Page 7: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 7/16

 

Pemeriksaan HUAM (home uterine activity monitoring ) sudah tidak lagi

dilakukan karena telah ditemukannya pemeriksaan dengan tokodinamometri dalam

menilai kontraksi uterus pada persalinan preterm. Untuk pemeriksaan persalinan

 preterm dengan menggunakan pengukuran saliva estriol didasarkan pada produksi

kelenjar adrenal yang menghasilkan dehydroepiandrosterone akan meningkat pada

kehamilan sehingga menjadi standar pengukuran maternal estriol. Namun, maternal

estriol dipengaruhi dengan kondisi diurnal tubuh yang berubah, dapat ditekan apabila

mengkonsumsi bethametasone, sehingga dapat mempengaruhi penilaian maternal

estriol yang diinginkan.

Pengukuran FFN didasarkan pada membran protein dari sel desidual plasenta,

dimana ketika FFN meningkat maka kemungkina telah terjadinya kondisi yang

mengarah ke persalinan preterm. Untuk pemeriksaan lain yang dapat dilakukan

adalah dengan mengukur panjang dari serviks. Umumnya pertumbuhan serviks yang

masih pendek pada awal atau akhir trimester kedua akan mempengaruhi terjadinya

 persalinan preterm.

2.4.1 Evaluasi Pre-konsepsi

Ketika risiko persalinan pretem pada pasien multipara menjadi sulit untuk 

diatasi, adanya riwayat persalinan sebelumnya dan kemampuan psikologis ibu

menjadi salah satu bagian terpenting untuk proses kehamilan berikutnya. Melakukan

 proses identifikasi sebelumnya pada proses pre-konsepsi akan dapat membantu dalam

menentukan kearah perjalanan berikutnya. Telah diketahui bahwa sekitar 30%

seorang ibu akan dapat mengalami kehamilan kembali pada rentang 2 tahun setelah

 persalinannya, dan ini menjadi salah satu standar intervensi tindakan berikutnya.

2.4.2 Trauma Serviks

Penyebab tersering terjadinya persalinan preterm adalah perlukaan pada

daerah serviks, yang bisa diakibatkan karena tindakan operatif pada proses dysplasia

Page 8: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 8/16

 

uterus, atau akibat persalinan. Komplikasi yang tersering akibat proses aborsi bahwa

 pada masa 10 minggu kehamilan adalah terjadinya persalinan preterm akibat serviks

yang telah mengalami dilatasi sampai 10 mm. Namun, dapat juga ditemukan bahwa

 persalinan preterm dapat muncul pada terminasi elektif trimester kedua atau lebih.

Dilatasi serviks dengan diperantarai oleh laminaria atau kontraksilitas serviks seperti

 penggunaan misoprostol akan dapat melukai serviks daripada tindakan mekanikal

dilatasi manual biasa.

Displasia serviks harus dapat ditangani dengan tepat ketika diagnosa telah

ditegakkan. Namun, tindakan dalam penanganan diplasia serviks akan meningkatkan

kecenderungan persalinan preterm sebanyak 200-300%. Risiko akan diperberat

apabila tindakan operatif yang melukai permukaan serviks telah dilakukan.

Trauma pada persalinan akan mempermudah terjadinya kesulitan pada kala III

atau mempermudah persalinan preterm. Ketika seorang ibu memiliki riwayat laserasi

serviks, umumnya mereka tidak menyadari bahwa kecenderungan terjadinya laserasi

  pada serviks menjadi lebih tinggi. Defek sekitar 50% pada serviks akan

meningkatkan terjadinya persalinan preterm pada trimester kedua. Akurasi  pengukuran gelombang ultrasonic transvaginal  akan dapat membantu dalam

mendiagnosa kemungkinan terjadinya persalinan preterm terlebih dahulu.

. 2.4.3 Infeksi Saluran Genital

Ketika seorang terdiagnosa mengalami infeksi baik gonorrhea, clamydia atau

trichomoniasis, kecenderungan mudah mengalami infeksi berulang ada sekitar 25%

 pada rentang 12 bulan, namun bagaimana hubungannya mengakibatkan persalinan

  preterm masih membingungkan. Bakterial vaginalis merupakan sindrom penyakit

vaginal yang ada hubungan dengan flora normal vagina. Diagnosis bacterial vaginalis

haruslah didasarkan pada hasil bakteri gram positif sebanyak 3-4 dengan

menggunakan pemeriksaan sederhana dan diagnostik standar (yaitu discharge putih

Page 9: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 9/16

 

keabuan yang homogen, adanya clue cell > 20% pada pemeriksaan saline, dan pH

vagina > 4,50).

2.4.4 Riwayat Persalinan Sebelumnya

Riwayat persalinan preterm merupakan salah satu kategori faktor risiko dalam

  persalinan. Riwayat persalinan preterm sebelumnya menjadi salah satu penyebab

kemungkinan terjadinya persalinan preterm pada persalinan berikutnya. Dengan

acuan sebanyak 10-12% risiko yang ada, risiko persalinan preterm akan meningkat

sebanyak 15%, 30%, dan 45% apad persalinan berikutnya. Konseling ore-konsepsi

akan membantu ibu untuk menentukan tindakan apa yang dilakukan pada

kehamilannya. Waktu yang baik adalah pada minggu ke-4 atau ke-6 setelah

 persalinan preterm yang dialami oleh ibu.

Lyke dan kawan-kawan menemukan bahwa persalinan preterm spontan, pre

eklampsia, atau deviasi pertumbuhan fetal pada kehamilan awal meningkatkan

kecenderungan yang sama untuk kehamilan berikutnya, terlebih bila disertai dengan

komplikasi. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan metode Kohort didapatkan

sebanyak 536.419 wanita Inggris, dengan rentang kehamilan antara 32-36 minggu,

akan meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm. Pada kehamilan berikutnya

dari 2,7% menjadi 14,7% (dengan odds ratio (OR) 6,12; dan Confidence interval (CI)

95% 5,84-6,42) dan meningkat pada kehamilan dengan pre-eklampsia dari 1,1%

menjadi 1,8% (OR 1,60; 95% CI, 1,41-1,81). Pada kehamilan pertama rentang usia

sebelum 28 minggu akan meningkat pada kehamilan berikutnya sebanyak 26,0% (OR 

13,1; 95% CI, 10,8-15,9) dan meningkat dengan keadaan pre-eklampsia yang

menyertai yaitu 3,2% (OR 2,96; 95% CI, 1,80-4,88).

Risiko pre-eklampsia pada kehamilan pertama dengan rentang kehamilan

antara 32 dan 36 minggu meningkat di kehamilan kedua yaitu dari 14,1% menjadi

25,3% (OR 2,08; 95% CI, 1,87-2,31) dan meningkatkan risiko kecenderungan berat

 badan janin rendah yaitu dari 3,1% menjadi 9,6% (OR 2,82; 95% CI, 2,38-3,35).

Page 10: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 10/16

 

Deviasi pertumbuhan janin pada pre-eklampsia di kehamilan pertama akan

meningkatkan risiko ke kehamilan berikutnya yaitu dari 1,1% menjadi 1,85 (OR 1,62;

95% CI, 1,34-1,96).

2.4.5 Keguguran Pada Trimester Kedua

Keguguran pada trimester kedua dapat disebabkan oleh berbagai penyebab

(seperti sifilis), sindrom antifosfolipid, diabetes, gangguan genetic, kelainan multiple

congenital, trauma serviks, atau inkompetensinya serviks. Dengan pendataan rekam

medic yang tepat akan membantu dalam menilai kemungkinan penyebab pasti dari

keguguran pada trimester kedua.

 

2.5 MANAJEMEN PENEGAKAN PERSALINAN PRETERM

2.5.1 Prinsip Dasar Penegakan Persalinan Preterm

Manajemen penegakan persalinan preterm harusnya berhubungan dengan

riwayat kehamilan dan persalinan pasien sebelumnya, adanya infeksi yang menyertai,

dan abnormalnya kondisi serviks dan uterus. Apabila penilaian terhadap gejala

antifosfolipid , pemberian antikardiolipin dan antibody antikoagulan lupus harusnya

telah diberikan dari awal.

Kondisi kehamilan sekarang harus disertakan baik dalam bentuk laporanmedis atau laporan autopsy. Penanganan terhadap kondisi sosial, dukungan dari

keluarga, kondisi finansial yang menyertai, penggunaan obat-obatan, atau kematian

orang terdekat haruslah disadari dari awal.

Page 11: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 11/16

 

Penilaian lain yang diperlukan adalah mengukur panjangnya serviks dan ada

tidaknya trauma di sekitar serviks haruslah diperiksa dengan menggunakan speculum

atau pemeriksaan komputer seperti USG. Adanya infeksi seperti bakterial vaginalis,

 bakteri asimptomatik harus sudah ditangani terlebih dahulu.

Pengukuran penjangnya serviks selama perawatan prenatal, yang dilakukan

 pada usia kehamilan 24-28 minggu lebih sensitif dalam memprediksi persalinan

 preterm pada wanita dengan risiko tinggi. Sedangkan untuk menilai wanita dengan

risiko sedang, pemeriksaan lain yang dapat membantu adalah dengan menggunakan

tranvaginal ultrasound  pada usia kehamilan 24 minggu. Panjangnya serviks yang

  berhubungan dengan persalinan preterm adalah < 25 mm (dengan tranvaginal 

ultrasound  ukurannya 6,2) untuk usia kehamilan 24 minggu, ≤ 25 mm (dengan

tranvaginal ultrasound ukurannya 9,6) untuk usia kehamilan 28 minggu

Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah menilai panjangnya porsio

serviks dengan menggunakan teknik Cerivlenz, yaitu suatu pengukuran intravagina.

Pemeriksaan manual ini lebih bersifat akurat, bermanfaat dan murah dalam menilai

 panjangnya serviks.

2.5.2 Riwayat Persalinan Preterm

Tabel berikut ini memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara riwayat

 persalinan preterm dengan kejadian persalinan preterm berikutnya

Table of Recurrent Spontaneous Preterm Births According to Prior Outcome in

15.863 Women Delivering Their First and Subsequent Pregancies at Parkaland 

 Hospital. Adiopted from Bicom and associates 2001

 Birth Outcome Second Birth ≤ 34 weeks (%)

 First birth ≥ 35 weeks 5

 First birth ≤ 34 weeks 16  

 First and second birth ≤ 34 weeks 41

Page 12: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 12/16

 

Meskipun pasien hamil dengan riwayat persalinan preterm jelas memiliki

risiko tinggi mengalami persalinan preterm ulangan, peristiwa ini hanya 10% dari

keseluruhan persalinan preterm. Dengan kata lain 90% kejadian persalinan preterm

tidak dapat diramalkan berdasarkan riwayat persalinan preterm.

2.5.3 Riwayat keguguran pada Trimester Kedua

Penentuan penyebab dari kejadian keguguran sebelumnya dapat diambil dari

riwayat rekam medik sebelumnya atau bahkan bila perlu dapat dilakukan

  pemeriksaan autopsy. Pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaaan reagen

rapid plasma, skreening infeksi gonorrhoe atau clamidya, test asam vagina, antibody

antikardiolipin, antibody antikoagulan lupus, aktivasi waktu protombin parsial, dan

 pemeriksaan gula darah per 1 jam dapat membantu dalam mendiagnosis penyebab

yang ada. Sebagai tambahan sebaiknya pasien juga perlu difikirkan pernah

mengalami TORCH (toxoplasmosis, infeksi lain, rubella, infeksi cytomegalovirus,

herpes simplex), immunoglobulin G, dan immunoglobulin M pada proses skreening.

Hysterosalpingogram pre-konsepsi akan bermanfaat pada kasus keguguran

lebih dari 2 kali pada trimester kedua.

2.5.4 Marker Persalinan Preterm

Sejumlah penelitian telah mencoba untuk mengidentifikasikan sejumlah

marker persalinan preterm secara biomekanikal dan klinis serta menghubungkannya

dengan sejumlah kasus yang ada. Hasil yang diharapkan adalah munculnya fetal

fibronektin dalam secret serviks vaginal, yang bila berarti positif (dengan hasil >

50ng per ml) setelah kehamilan 20 minggu, mengidentifikasikan disrupsi sel desidual.

Pada tahun 1995, Badan Administrasi Obat-obatan Dan Makanan Amerika Serikat

men-sahkan immnunoassay enzimatik fibronektin dapat digunakan untuk skreening

 persalinan preterm. Pada pasien yang simptomatik, fetal fibronektin, memiliki hasi

Page 13: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 13/16

 

sensitiviitas yang tinggi (69-93%) dan hasil prediktif negative senilai 99,7% (hal ini

 berarti hanya ada 1 hasil negatif dari 333 kemungkinan persalinan yang terjadi). Hasil

yang positif menandakan bahwa ada kemungkinan sekitar 83% pasien dengan

keadaan yang simptomatik.

Tabel 2. Hasil Marker Biomekanikal Prediksi Persalinan Preterm

  Marker Test Sensitivity

(%)

 Specifity

(%)

 PPV NPV  

 Fibronectin Cervical or 

vaginal 14-17 

69 to 93 72 to 86 13 to 83 81 to 99

Cytokine

(Interleukin-

6)

Serum5,16  50 73 to 85 47 to 57 67 to 86  

 Estradiol-

17ß

Serum6  52 100 100 79

 Estriol Salivary7  12 71 to 76 12 to 14 --

 Progesteron

e

Serum6  71 77 27 77  

 PPV = Positive Predictive Value; NPV = Negative Predictive Value

*-- Values are a summary of ranges noted in the cited articles

 Information from refferences 5, 6, and 7, and 14 through 17 

2.5 PENANGANAN PERSALINAN PRETERM

Persalinan preterm sulit untuk didiagnosa dan potensial utama dalam

 penanganannya adalah dengan mengatasi iritabilitas dari uterus. Penggunaan tokolitik 

menjadi salah satu terapi yang dianggap aman memiliki kemungkinan untuk menjadi

salah satu faktor risiko dalam persalinan preterm. Morbiditas dan mortalitas neonatus

ditentukan berdasarkan usia kehamilan terlebih pada usia kehamilan dibawah 28

minggu. Penggunaan tokolitik sebaiknya diberikan pada kasus dengan kondisi

Page 14: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 14/16

 

neonatus yang viable karena efek penggunaannya yang jangka panjang, dan neonatus

 justru lebih sulit untuk bertahan hidup pada usia persalinan dibawah 32 minggu,

dengan kondisi yang rentan untuk mengalami infeksi seperti infeksi intra amnion.

Selain itu, risiko mortalitas dan morbiditas neonatus akan lebih rendah pada

usia kehamilan lebih dari 32 minggu., dimana walaupun tokolitik telah digunakan,

namun efek penggunaannya pada usia 32 minggu kehamilan tidak terlalu

mempengaruhi kondisi janin. Dalam rentang usia kehamilan antara 24-33 minggu,

 penggunaan tokolitik masih dianggap diperbolehkan dengan segala pengawasan yang

tepat. Tabel berikut menjelaskan mengenai kondisi kemampuan tubuh untuk 

 bertahan, morbiditas utama jangka pendek, dan efek jangka panjang berdasarkan usia

kehamilan.

Tabel: Morbiditas dan Mortalitas Neonatus Berdasarkan Usia Kehamilan

Gestational

Age, wk 

Survival Respiratory

Distress

Syndrome

Intraventricular

Hemorrhage

Sepsis Necrotizing

Enterocolitis

Intact

24 40% 70% 25% 25% 8% 5%

25 70% 90% 30% 29% 17% 50%

26 75% 93% 30% 30% 11% 60%

27 80% 84% 16% 36% 10% 70%

28 90% 65% 4% 25% 25% 80%

29 92% 53% 3% 25% 14% 85%

30 93% 55% 2% 11% 15% 90%

31 94% 37% 2% 14% 8% 93%

32 95% 28% 1% 3% 6% 95%

33 96% 34% 0% 5% 2% 96%

34 97% 14% 0% 4% 3% 97%

Penggunaan tokolitik masih dianggap tidak terlalu membantu dalam mengatasi

  persalinan preterm. Prinsip utama yang diinginkan dalam pengguanaan tokolitik 

Page 15: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 15/16

 

adalah penggunaannya yang lebih dari 48 jam untuk mencapai manfaat maksimal

  penggunaan glukokortikoid dalam menurunkan terjadinya insidensi RDS. Ketika

tokolitik dianggap telah berhasil dalam waktu 48 jam dengan membrane yang telah

intak, beberapa penelitian menyarankan sebaiknya tokolitik diberikan dalam kondisi

yang memang memerlukan istirahat total atau dalam keadaan hidrasi.

Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat amnionitis dan yang mengalami gejala

 persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk 

meningkatkan keluaran neonatal.

Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani

ekspektatif, harus dilakukan intervensi, yaitu dengan:1) Akselerasi pematangan fungsi paru

·Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12

mg im. 2 x selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap

12 jam (im) sampai 4 dosis.1,5,9

·Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akanmeningkatkan kadar tri-iodothyronine yang dapat

meningkatkan produksi surfaktan.

1·Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen

membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan

surfaktan.1

2) Pemberian antibiotika

Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka

kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Diberikan 2

gram ampicillin (iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai

(ACOG).Peneliti lain memberikan antibiotika kombinasi untuk 

kuman aerob maupun anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan

kultur dan tes sensitivitas1,5,7

Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap

faktor risiko persalinan preterm, bila tidak ada kontra indikasi,

Page 16: Persalinan Preterm

5/7/2018 Persalinan Preterm - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/persalinan-preterm-559abb3a999d8 16/16

 

diberi tokolitik.

3) Pemberian tokolitik 

a. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis

 perawatan 3 x 10 mg.

5 b. Golongan beta-mimetik 

- Salbutamol

Per infus: 20-50

µg/menitPer oral : 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau

- TerbutalinPer infus: 10-15

µg/menitSubkutan: 250

µg setiap 6 jam

Per oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance) - Efek samping :

Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi

miokardial, edema paruc. Magnesium sulfat

- Parenteral

:4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menitinfus 2-4gr/jam (maintenance)

- Efek samping :

Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (padaibu dan bayi