perpustakaan - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/900/1/indra...

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN IKTERUSNEONATORUM DI RSUD WATES KULONPROGO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan StikesJenderal Ahmad Yani Yogyakarta

INDRA AZHARI3210098/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL AHMAD YANIYOGYAKARTA

2014


PERPUSTAKAAN

ii


PERPUSTAKAAN

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah terdapat skripsi

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi

dan sepanjang pengetahuan penulis, juga tidak terdapat skripsi atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini akan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Juli 2014

( Indra Azhari )


PERPUSTAKAAN

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Hubungan Usia

Kehamilan Dengan Ikterus Neonatorum di RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta”

Penyusunan skripsi ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan

bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada

kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan

setulus-tulusnya kepada :

1. Dr. I Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta.

2. Ida Nursanti, S.Kep., Ns.,MPH, selaku pembimbing utama yang telah memberikan

semangat, bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Yuni Very Anto, S.Kep., Ns, selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dewi Retno Pamungkas, MNg., selaku Ketua Prodi Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

5. Ayah, ibu dan semua keluarga yang selalu memberikan semangat dan terimakasih

atas segala do’a, dukungan, dorongan, pengertian, dan kasih sayangnya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya.Besar harapan penulis

semoga skripsi ini mendapatkan masukan guna perbaikan, karena penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan masih jauh dari

sempurna.

Yogyakarta, April 2014

Penulis

(Indra Azhari )


PERPUSTAKAAN

vii

DAFTAR ISIHal

HALAMAN JUDULHALAMAN PENGESAHAN ................................................................... Error!Bookmark not defined.HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iiMOTTO ..................................................................................................... ivPERSEMBAHAN...................................................................................... vKATA PENGANTAR ............................................................................... viDAFTAR ISI.............................................................................................. viiDAFTAR TABEL ..................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR ................................................................................. xLAMPIRAN............................................................................................... xiINTISARI .................................................................................................. xiiABSTRACT ............................................................................................... xiiiBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3D. Manfaat penelitian............................................................................ 4E. Keaslian Penelitian........................................................................... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Bayi Baru Lahir................................................................................ 7B. Ikterus neonatorum........................................................................... 9C. Usia Kehamilan................................................................................ 17D. Kerangka Teori................................................................................. 20E. Kerangka Konsep ............................................................................. 21F. Hipotesis........................................................................................... 21

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian ....................................................................... 22B. Lokasi dan Waktu ............................................................................ 22C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 22D. Variabel Penelitian ........................................................................... 24E. Definisi Operasional......................................................................... 24F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................................... 25G. Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 26H. Analisa dan Model Statistik ............................................................. 27I. Etika Penelitian ................................................................................ 30J. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 31

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ................................................................................ 33B. Pembahasan...................................................................................... 37


PERPUSTAKAAN

viii

C. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 42BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 43B. Saran................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN


PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR TABEL

HalTABEL 2.1 Klasifikasi Ikterus................................................................ 11TABEL 2.2 Pemeriksaan Ikterus Pada Bayi ........................................... 14TABEL 2.3 Penilaian Kadar Bilirubin Cara Kremer .............................. 14TABEL 3.1 Definisi Operasional ............................................................ 24TABEL 3.2 Interpretasi Koefisiensi Korelasi ......................................... 30TABEL 4.1 Karakteristik Responden ..................................................... 34TABEL 4.2 Distribusi FrekuensiUsia Kehamilan................................... 35TABEL 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Ikterus ................................. 36TABEL 4.4 Distribusi FrekuensiHubungan Usia Kehamilandengan

Kejadian Ikterus Neonatorum.............................................. 36


PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR GAMBAR

HalGAMBAR 3.1 Pembagian Ikterik ........................................................... 13GAMBAR 3.2. Kerangka Teori Hubungan Usia Kehamilan dengan

Kejadian Ikterus Neonatorum......................................... 20GAMBAR 3.3. Kerangka Konsep Penelitian........................................... 21


PERPUSTAKAAN

xi

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Jadwal PenelitianLampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi RespondenLampiran 3 Inform ConsentLampiran 4 Data-Data Responden PenelitianLampiran 5 Lembar Observasi Ikterus NeonatorumLampiran 6 Formulir Pemeriksaan Ikterus NeonatorumLampiran 7 Lembar Konsultasi Dosen PembimbingLampiran 8 Data Hasil Penelitian


PERPUSTAKAAN

xii

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN IKTERUSNEONATORUM DI RSUD WATES KULONPROGO YOGYAKARTA

Indra Azhari1, Ida Nursanti2, Yuni Very Anto3

INTISARI

Latar Belakang : Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007membuktikan bahwa, penyebab kematian bayi di Indonesia adalah gangguanpernafasan 36,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, dan kelainandarah atau ikterus neonatorum 6,6 %. Angka kejadian ikterus pada bayi baru lahirberkisar antara 50% pada bayi baru lahir yang cukup bulan dan 75% pada bayi barulahir yang kurang bulan.Tujuan : Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan dengan kejadian ikterusneonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulonprogo Yogyakarta.Metode : Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cohortprospektif.Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, tehnik pengambilan sampelmenggunakan purposive sampling.Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayiyang lahir di RSUD Wates Yogyakarta.Jumlah responden dalam penelitian ini adalah72 pasangan ibu dan bayi. Data tersebut dianalisis dengan uji statistik chi-square (X2)dengan tingkat kemaknaan 95% dan p (α<0,05).Hasil : Pada penelitian ini dapatkan bahwa sebagian besar responden dalampenelitian ini adalah bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, yaitu sebanyak 55responden (76,4%), Sebagian besar responden tidak ikterus yaitu sebesar 40responden (55,6%). Hasil uji statistik diperoleh hasil p-value 0,002.Kesimpulan :Terdapat hubungan yang signifikan antara usia kehamilan dengankejadian ikterus neonatorum di RSUD Wates Kulonprogo Yogyakarta.Saran : Bagi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya secara rutin dan teratursertamengkonsumsi asupan gizi seimbang. Pada ibu bersalin disarankan untukmemberikan ASI Eksklusif sedini mungkin.

Kata Kunci :Usia Kehamilan, Ikterus Neonatorum.

1 Mahasiswa Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta2 Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta3 Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Wates Yogyakarta


PERPUSTAKAAN

xiii

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PREGNANCY AGE AND THEICTERUS NEONATORUM INCIDENCE AT LOCAL PUBLIC HOSPITAL

OF WATES, KULONPROGO, YOGYAKARTA

Indra Azhari1, Ida Nursanti2, Yuni Very Anto3

ABSTRACTBackground: The Basic Health Research of 2007 showed that the causes of infantdeaths were breathing disorders (36.9%), prematurity (32.4%), sepsis (12%),hypothermia (6.80%), and blood disorders or icterus neonatorum (6.6%). The numberof icterus incidences in newborn infants is around 50% in term newborn infants and75% in preterm newborn babies.Objective: To investigate the relationship between the pregnancy age and the icterusneonatorum incidence at Local Public Hospital of Wates, Kulonprogo, Yogyakarta.Method: This was an analytical survey employing the prospective cohort approach.The research data were collected through observations and the sample was selectedusing the purposive sampling technique. The research population comprised allinfants born at RSUD Wates, Yogyakarta. The number of the respondents in thestudy was 72, consisting of mother-infant pairs. The data were analyzed by the chi-square (χ2) statistical analysis at a significance level of 95% and p (α < 0.05).Results: The study shows that most of the respondents, namely 55 respondents(76.4%), are term infants. Most of the respondents, namely 40 respondents (55.6%),do not suffer from the icterus. The results of the statistical test show a p-value of0.002.Conclusion: There is a significance relationship between the pregnancy age and theicterus neonatorum incidence at Local Public Hospital of Wates, Kulonprogo,Yogyakarta.Suggestion: It is necessary for pregnant mothers to have their pregnancy routinelyand regularly checked and to consume balanced-nutrition intakes. Mothers havinginfants are suggested that they provide exclusive breastfeeding as early as possible.

Keywords:Pregnancy Age, Icterus Neonatorum

1Students of Nursing at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta.2Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta.3Nurse at Local Public Hospital of Wates, Kulonprogo, Yogyakarta.


PERPUSTAKAAN

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator

kesehatan, antara lain angka kematian perinatal, angka kematian bayi, dan angka

kematian balita. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir

sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan

kematian bayi.Secara garis besar, dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua

macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut

dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama

setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa selama

kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi

yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar

(Depkes RI, 2012).

Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator untuk menentukan derajat

kesehatan masyarakat. AKB merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase

antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran

hidup. Menurut World Health Organization (WHO) AKB sebagian besar disebabkan

oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%), bayi dengan berat lahir rendah (25-30%),

dan trauma persalinan (5-10%) (Depkes RI, 2012). Kabupaten Kulonprogo

merupakan salah satu kabupaten yang ada di DIY. Angka kematian bayi di kabupaten

Kulon Progo dari tahun 2004 sampai 2007 cenderung mengalami kenaikan dari tahun

2004 sebanyak 7,15/ 1000 kelahiran hidup menjadi 19,6/ 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2007 dan mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 12,1 / 1000 kelahiran

hidup (Dinkes Kulonprogo, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007 membuktikan bahwa, penyebab kematian bayi di Indonesia adalah


PERPUSTAKAAN

2

gangguan pernafasan 36,9 %, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, dan

kelainan darah atau ikterus neonatorum 6,6 % (Depkes, 2010).

Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus yaitu warna

kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Biasanya

mulai tampak pada kadar bilirubin serum ≥5 mg/dL. Ikterus biasanya fisiologis,

namun pada sebagian kasus dapat menyebabkan masalah seperti yang paling ditakuti

yaitu ensefalopati bilirubin (Sastroasmoro, 2007). Ensefalopati bilirubin (lebih

dikenal sebagai kernikterus) merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling

berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala

sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat

mempengaruhi kualitas hidup (Sukardi, 2008).

Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat

tingginya produksi ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Neonatus

memproduksi billirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Hal

ini dapat terjadi karena jumlah eritrosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih

pendek. Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500

gram atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama

kelahirannya. Bayi yang dilahirkan dalam usia kehamilan kurang bulan akan lebih

beresiko mengalami banyak masalah kesehatan salah satunya ikterus. Angka kejadian

ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 50% pada bayi baru lahir yang cukup

bulan dan 75% pada bayi baru lahir yang kurang bulan (Wiknjosastro, 2007).

Resiko terjadi ikterus pada bayi baru lahir meningkat 80% pada bayi kurang

bulan jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Peningkatan resiko terjadi akibat

dari kondisi organ hepar bayi prematur yang belum matang. Pada metabolisme

billirubin, yang memegang peranan penting adalah hepar sehingga keadaan hepar

yang immatur akan mengganggu jalannya metabolisme tersebut. Menurut Sukadi

(2008) bahwa penyebab ikterus dan hiperbillirubinemia saat ini masih merupakan

faktor predisposisi. Yang sering ditemukan antara lain dari faktor maternal seperti

komplikasi kehamilan (inkontabilitas) golongan darah ABO dan Rh, dan pemberian


PERPUSTAKAAN

3

air susu ibu (ASI), faktor perinatal seperti infeksi, dan trauma lahir (cephalhematon),

dan faktor neonatus seperti prematuritas, rendahnya asupan ASI, hipoglikemia, dan

faktor genetik (Sastroasmoro, 2007). Selain itu, faktor risiko terjadinya hiperbillirubin

diantaranya pada bayi kurang bulan atau kehamilan usia<37 minggu, bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR) dan jenis persalinan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2013), menunjukkan bahwa

prematuritas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian ikterus

neonatorum. Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti laksanakan di RSUD Wates

Kulon Progo pada bulan Januari 2014, diperoleh data yaitu pada tahun 2013 terdapat

2196 bayi yang dirawat dan 227 (10,3%) bayi diantaranya menderita ikterus

neonatorum. Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 6 maret 2014

menunjukkan bahwa 5 ibu yang mempunyai anak menderita ikterik, 3 diantaranya

lahir dengan usia kehamilan preterm atau kurang dari 37 minggu. Berdasarkan uraian

diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan

Antara Usia Kehamilan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Wates

Kulon Progo Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian adalah “Bagaimana Hubungan Antara Usia Kehamilan Dengan Ikterus

Neonatorum Di RSUD Wates Kulon Progo Tahun 2014 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinyahubungan antara usia kehamilan dengan kejadian ikterus neonatorum

di RSUD Wates Kulonprogo.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata usia kehamilan ibu yang melahirkan di RSUD Wates.


PERPUSTAKAAN

4

b. Diketahuinya insiden kejadian ikterus neonatus di RSUD Wates

c. Diketahuinya keeratan hubungan usia kehamilan dengan ikterus neonatorum.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sebagai

dasar dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta untuk menambah referensi khususnya tentang

hubungan usia kehamilan dengan ikterus neonatorum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi

Dapat memberikan masukan ataupun sebagai bahan pertimbangan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan neonatorum.

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang hubungan usia

kehamilan dengan kejadian ikterus neonatorum.

c. Bagi Tempat Penelitian

Dapat memberikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan dalam

rencana asuhan keperawatan yang berhubungan dengan usia kehamilan dan

kejadian ikterus neonatorum.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam kajian penelitian

yang berhubungan dengan usia kehamilan dengan ikterus neonatorum.

e. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

hubungan usia kehamilan dengan ikterus neonatorum sehingga dapat

memotivasi ibu untuk menjaga kesehatan selama kehamilan.


PERPUSTAKAAN

5

E. Keaslian Penelitian

Dari hasil survei yang dilakukan peneliti ditemukan beberapa penelitian yang

hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, antara lain :

1. Fitriani (2013), dengan judul penelitian “Hubungan Prematuritas dengan

kejadian ikterus neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian

retrospektif. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 98 responden dengan

tehnik pengambilan sampel Total Sampling. Hasil dari penelitian ini adalah

terdapat hubungan yang signifikan antara prematuritas dengan kejadian

ikterus neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan nilai p

value 0,001. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu

prematuritas, persamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel terikat yaitu

Ikterus neonatorum.

2. Faridah (2007), dengan judul gambaran ikterus neonatorum patologis pada

bayi aterm. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran penyebab

terjadinya ikterus neonatorum patologis pada bayi aterm. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa tidak satupun ikterus neonatus patologis disebabkan

oleh faktor ibu, seluruhnya disebabkan oleh faktor bayi. Metode penelitian

yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi sejumlah 116 dengan

tehnik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu gambaran ikterus neonatorum

patologis pada bayi aterm dan pada metode penelitiannya.

3. Mauliku dan Nurjanah (2009), dengan judul “Faktor-Faktor Pada Ibu Bersalin

Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperbilirubin Pada Bayi Baru Lahir Di

Rumah Sakit Dustira Cimahi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

mengetahui hubungan antara faktor-faktor pada ibu bersalin dengan kejadian


PERPUSTAKAAN

6

hiperbilirubin. Metode yang digunakan deskriptif analitik dengan rancangan

cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di rumah sakit

Dustira Cimahi sebanyak 92 responden dengan tehnik pengambilan sampel

random sampling melalui tehnik lotere. Hasil dari penelitian ini diperoleh p-

value 0,001 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

faktor usia kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian hiperbilirubin

pada bayi baru lahir di rumah sakit Dustira Cimahi. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu faktor-faktor pada ibu bersalin,

persamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel terikat yaitu Ikterus

neonatorum atau hiperbilirubin pada bayi baru lahir.


PERPUSTAKAAN

33

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo Yogyakarta menurut

sejarahnya adalah peninggalan jaman Belanda. Terletak disebelah alun-alun

Wates. Setelah merdeka, keberadaannya tetap dilestarikan hingga tahun 1963.

Kemudian karena tuntutan masyarakat berupaya mengembangkan diri dengan

cara pindah lokasi baru di dusun Beji, Kecamatan Wates Jl. Tentara Pelajar

Km 1 No. 5. Pada tanggal 26 Februari 1983, RSUD Wates berstatus RS tipe

D. Kemudian pada tahun 1994 menjadi RS tipe C, dan menjadi RS swadana

pada tahun 2001. Mulai bulan Juli 2010 RSUD Wates menjadi RS tipe B non

pendidikan.

Rumah Sakit Umum Daerah Wates merupakan rumah sakit

pemerintah kabupaten yang merupakan rujukan utama di daerah Kabupaten

Kulon Progo dan sekitarnya, karena memiliki fasilitas yang memadai dan

tersedianya layanan dengan berbagai jaminan kesehatan (Askes, Jampersal,

Jamkesmas, Jamsostek).

Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wates merupakan

salah satu ruang rawat inap yang digunakan untuk memberikan pelayanan

pada neonatus, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 28. Penggalakan ASI

eksklusif selalu dan terus dilakukan, sehingga sejak tahun 2009 Rumah Sakit

Umum Daerah Wates memperoleh penghargaan sebagai Rumah Sakit Sayang

Ibu dan Rumah Sakit Sayang Bayi tingkat propinsi Daerah Istimewa selama 3

tahun, kegiatannya antara lain : 10 langkah keberhasilan menyusui, lomba

menyusui, program kelas maternal, inisiasi menyusu dini dan lain-lain.


PERPUSTAKAAN

34

2. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 72 pasangan ibu dan bayi di

RSUD Wates Yogyakarta. Karakteristik responden yang meliputi usia

kehamilan, paritas, metode persalinan, dan jenis kelamin bayi dapat dilihat

pada Tabel 3.1

Tabel 4.1.Karakteristik Responden berdasarkan Usia Ibu, Pekerjaan, Pendidikan,

Parietas, Metode Persalinan, Jenis Kelamin bayi, dan berat lahir Di RuangBersalin RSUD Wates Yogyakarta

Karakteristik Responden frekuensi Persentase (%)1. Ibu

a. Umur1) > 41 thn2) 31—40 thn3) 21—30 thn4) < 20 thn

428373

5,638,951,44,2

b. Pendidikan1) SD2) SMP3) SMA4) PT

1029303

13,940,341,74,2

c. Pekerjaan1) IRT2) Buruh3) Swasta4) PNS

2328183

31,938,925,04,2

d. Paritas1) Primigravida2) Multigravida

2547

34,765,3

e. Metode Persalinan1) Spontan2) SC

3240

44,455,6

2. Bayia. Jenis kelamin bayi

1) Laki-laki2) Perempuan

3141

43,156,9

b. Berat lahir1) BBLR2) BBLC

1260

16,783,3

Tabel 4.1 memberikan gambaran karakteristik responden bahwa dari

72 responden sebagian besar memiliki umur 21—30 thn 37 (51,4%).

Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 30


PERPUSTAKAAN

35

(41,7%), sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai buruh yaitu

sebanyak 28 (38,9%). Paritas terbesar responden di RSUD Wates yaitu

multigravida sebanyak 47 (65,3%), sebagian besar responden melahirkan

secara Operasi SC sebanyak 40 (55,6%), sedangkan sebagian besar jenis

kelamin bayi yang lahir yaitu berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 41

bayi (56,9) dan sebagian besar responden memiliki berat lahir cukup dengan

jumlah 60 (83,3%).

3. Usia kehamilan

Usia kehamilan di bagi menjadi 3 yaitu : a. Kehamilan cukup bulan

(term atau aterm) yaitu masa gestasi 37—42 minggu (259—294 hari); b.

Kehamilan kurang bulan (preterm) yaitu masa gestasi kurang dari 37 minggu

(259 hari); c. Kehamilan lewat bulan (postterm) yaitu usia gestasi lebih dari

42 minggu (294 hari) (Marmi & Rahajo,2012)

Tabel 4.2.Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan di RSUD Wates

YogyakartaUsia Kehamilan n %

Preterm 17 23,6

Aterm 55 76,4

Jumlah 72 100,0

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mempunyai usia kehamilan cukup bulan, yaitu sebanyak 55

responden (76,4%).


PERPUSTAKAAN

36

4. Kejadian Ikterus Neonatorum

Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Kejadian Ikterus Neonatus Di RSUD Wates

YogyakartaKejadian Ikterus n %

Ikterus 32 44,4

Tidak ikterus 40 55,6

Jumlah 72 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini tidak mengalami ikterus sebesar 40 (55,6%).

5. Hubungan usia kehamilan dengan kejadian ikterus neonatorum

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Usia Kehamilan Dengan

Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta.

Kejadian Ikterus

% pCoefisien

contigencyNoUsia

Kehamilan

IkterusTidakikterus Jumlah

N % N %

1 Preterm 13 18,1 4 5,6 17 23,6 0,002 0,337

2 Aterm 19 26,4 36 50,0 55 76,4

Jumlah 32 44,4 40 55,6 72 100

Berdasarkan tabel 3.4. dapat diketahui bahwa dari total jumlah 72

responden diperoleh hasil bahwa dari 17 responden dengan kategori usia

kehamilan kurang bulan (preterm), 13 (18,1%) responden mengalami ikterus

dan 4 (5,6%) tidak mengealami ikterus. Sedangkan dari 55 responden

dengan kategori usia kehamilan cukup bulan (aterm), 19 (26,4%) responden

mengalami ikterus dan 36 (50,0%) tidak mengalami ikterus.


PERPUSTAKAAN

37

Nilai signifikansi ( value) diperoleh sebesar 0,002 dengan signifkansi

5% = 0,05. Karena nilai < 0,05maka H0 ditolak, hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan antara berat lahir dengan ikterus neonatorum di RSUD

Wates Yogyakarta.

B. Pembahasan1. Usia Kehamilan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Wates Yogyakarta

menunjukkan bahwa dari 72 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil

bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah pasangan ibu dan

bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, yaitu sebesar 55 (76,4%) sedangkan

pasangan ibu dan bayi dengan usia kehamilahan kurang bulan sebanyak 17

(23,6%). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mauliku dan Nurjanah

(2009), menunjukkan bahwa dari 92 responden, 21 (22,8%) responden

memiliki usia kehamilan kurang bulan, sedangkan 71 (77,2%) responden

memiliki usia kehamilan cukup bulan.Usia kehamilan sangat terkait dengan

pematangan organ. Pada bayi yang lahir kurang bulan organ hepar yang

berperan penting untuk memetabolisme bilirubin didalam darah belum matang

secara sempurna, selain itu usia kehamilan akan mempengaruhi berat badan

lahir bayi, kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama penyusuan

dibanding bayi yang lahir dengan usia kehamilan cukup bulan yang

mempunyai kematangan organ yang lebih sempurna.

Berdasarkan masa gestasi atau kehamilannya, usia kehamilan di bagi

menjadi 3 yaitu: a. kehamilan cukup bulan (term atau aterm) yaitu masa

gestasi 37-42 minggu (259-294 hari); b. kehamilan kurang bulan (preterm)

yaitu masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari); c. kehamilan lewat bulan

(postterm) yaitu usia gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari) (Marmi &

Raharjo, 2012).


PERPUSTAKAAN

38

Untuk mempermudah petugas kesehatan dalam mengenali secara dini

penyulit atau gangguan kesehatan yang timbul pada ibu hamil, pemeriksaan

kehamilan atau kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan

teratur. Bila kehamilan normal jumlah kunjungan cukup dilakukan sebanyak 4

kali, yaitu : a. 1 kali pada trimester I; b. 1 kali pada trimester II; dan c. 2 kali

pada trimester III (Prawirohardjo, 2010).

2. Kejadian Ikterus Neonatorum

Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Wates Yogyakarta

tentang ikterus menunjukkan bahwa dari 72 responden diperoleh hasil bahwa

sebagian besar bayi tidak ikterus 40 (55,6%) responden dan 32 (44,4%)

responden mengalami ikterus.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Mauliku dan Nurjanah (2009), yang menunjukkan bahwa

kejadian hiperbilirubin pada bayi baru lahir masih relatif tinggi yaitu20

(95,2%) dengan sebagian kejadian ikterus terjadi pada kehamilan kurang

bulan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukardi dkk, (2013) bayi yang lahir

asfiksia dapat mengalami ikterus neonatorum. Asfiksia terjadi karena

kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan asupan oksigen ke organ dan

jaringan yang lainnya berkurang, sehingga neonatus dapat mengalami ikterus

neonatorum (Surasmi, 2005). Asfiksia ini disebabkan oleh hipoksia janin

dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul

dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir (Wiknjosastro,

2007). Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih pada bayi ikterus menurut

Mansjoer (2002) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor 1) Berat lahir < 2.000

gram (BBLR), 2) Masa gestasi <37 minggu (prematur), 3) Asfiksia, hipoksia,

sindrom gawat nafas pada neonatus, 4) Infeksi, 5) Trauma pada kepala, 6)

Hipoglikemia, hiperkarbia, 7) Proses hemolisis akibat inkompatibilitas darah.

Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke

2—3 setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan


PERPUSTAKAAN

39

menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10. Ikterus neonatorum adalah

menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan billirubin

dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau

kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin

darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonatus

ikterus masih belum terlihat meskipun kadar billirubin darah sudah

melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar billirubin indirect

(Unconjugated) dan kadar billirubin direct (conjugated). Billirubin indirect

akan mudah melewati darah otak apabila bayi dalam keadaan berat bayi lahir

rendah, hipoksia dan hipoglikemia (Markum H, 2005).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kejadian ikterus neonatorum yang

terjadi pada bayi baru lahir memang dipengaruhi oleh banyak faktor.Kasus

ikterus ini juga perlu mendapat penanganan secara cepat agar tidak berlanjut

menjadi komplikasi seperti ensefalopati billirubin (kernicterus).

3. Hubungan usia kehamilan Dengan Kejadian ikterus Neonatorum

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang bersalin

dengan usia kehamilan kurang bulan (<37 minggu) sebagian besar bayinya

mengalami ikterus sebanyak 13 (40,6%) responden, sedangkan responden

yang melahirkan dengan usia kehamilan cukup bulan (37—40 minggu)

sebagian besar bayinya tidak mengalami ikterus yaitu sebanyak 36 (90,0%).

Dengan nilai taraf signifikan (pvalue) sebesar 0,002 sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian ikterus

neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maluliku dan Nurjanah (2009) yaitu terdapat hubungan antara faktor usia

kehamilan dengan kejadian hiperbilirubin pada bayi baru lahir. Wiknjosastro

(2007) mengatakan bahwa bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari

37 minggu terjadi imaturitas enzimatik karena belum sempurnanya


PERPUSTAKAAN

40

pematangan hepar, sehingga akan menyebabkan hipotiroidismus, menurut

Hidayat (2005) bahwa bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi atau usia

kehamilan kurang dari 37 minggu lebih sering mengalami hiperbilirubin

dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Hal ini dikarenakan faktor

kematangan hepar, dimana pada bayi yang prematur atau kurang bulan

kondisi hepar belum matur sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek

menjadi bilirubin direk belum sempurna.

Hal ini menjelaskan bahwa usia kehamilan merupakan faktor resiko

terhadap kejadian ikterus neonatorum, karena usia kehamilan merupakan

faktor penting penentu kualitas kesehatan bayi yang dilahirkan, karena usia

kehamilan yang kurang berkaitan dengan berat lahir rendah dan tentunya akan

berpengaruh kepada kematangan organ-organ pada bayi dan daya tahan tubuh

bayi yang belum siap menerima dan beradaptasi dengan lingkungan luar

rahim, sehingga berpotensi terjadi komplikasi salah satunya adalah ikterus

neonatorum yang dapat menyebabkan terjadinya hiperbillirubin.

Pada bayi baru lahir terutama pada bayi yang lahir dengan usia

kehamilan kurang bulan (<37 minggu) akan mengalami ikterus pada minggu-

mingu pertama kehidupan. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir terdapat

pada 25-50% neonatus cukup bulan dan angka kejadian ikterus akan lebih

tinggi pada neonatus kurang bulan. ikterus pada bayi baru lahir merupakan

suatu gejala fisiologis jika bayi tidak kuning dalam 24 jam pertama kelahiran

dan kurang dari 14 hari (Saifuddin, 2006).Usia kehamilan sangat menentukan

kualitas tumbuhkembang bayi yang dilahirkan. Bayi yang lahir dengan

kehamilan kurangdan memiliki berat lahiryang sangat rendah berpotensi

terkena berbagai komplikasi. Menjaga kehamilan sangat penting sampai usia

kehamilan yang cukup bulan (37—40 minggu) agar bayi dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Dua dari tiga kematian pada masaneonatus (bayi

baru lahir sampai usia empat minggu) biasanya terkait dengan kelahiran

kurang bulan (prematur)dan berat lahir rendah.


PERPUSTAKAAN

41

Bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang bulan tetapi tidak

mengalami ikterus hal ini dapat dipengaruhi oleh berat badan lahir bayi,

paritas, onset laktasi, pemberian ASI, pekerjaan, pendidikan dan usia ibu. Jika

bayi yang lahir dengan usia kurang bulan tetapi ibu bayi memiliki onset dan

pengeluaran serta menyusui bayinya dengan baik dan dengan frekuensi yang

cukup maka hal ini akan berpengaruh terhadap kejadian ikterus pada bayi. Hal

ini disebabkan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan

perlindungan langsung melawan serangan penyakit serta menyediakan

lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yaitu flora usus

(Blackburn, 2007). Menyusui segera setelah bayi lahir dengan frekuensi

sering (minimal 8 kali sehari) dapat memberikan cairan dan energi yang

cukup sehinga mencegah terjadinya penurunan berat badan setelah lahir yang

berlebihan dan mempercepat pemulihan penurunan berat badan pada bayi

setelah lahir. Menurut Mishra, et al. (2008), ibu postpartum perlu

memberikan ASI yang cukup secara teratur untuk mengurangi kejadian

ikterus neonatorum

Bayi yang lahir dengan usia kehamilan cukup bulan tetapi mengalami

ikterus, hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang dapat

meningkatkan permebialitas darah otak atau membran sel otak seperti asfiksia,

prematuritas, dan infeksi. Pemberian makanan yang awal dapat menurunkan

kadar bilirubin serum, sedangkan pemberian ASI dapat meningkatkan kadar

bilirubin serum karena pada ASI mengandung glukuronidase yang dapat

menyebabkan ikterus(Wahab. S, 2003). Selain itu ikterus pada bayi yang lahir

cukup bulan dapat disebabkan karena pengalaman ibu dalam merawat bayi,

pendidikan, dan pekerjaan serta frekuensi pemberian ASI pada bayi.


PERPUSTAKAAN

42

4. Keeratan Hubungan

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa nilai koefisien

contingency adalah 0,337.Menurut Sugiono (2010) jika nilai koefisien

contingency antara 0,002 – 0,399 maka hubungan dua variabel itu termasuk

rendah. Nilai koefisien contingency pada penelitian ini adalah 0,337 atau

diantara 0,002 – 0,399. Jadi dapat disimpulkan bahwa keeratan hubungan

dalam penelitian ini rendah

.

C. Keterbatasan PenelitianFaktor yang menyebabkan ikterus pada bayi baru lahir yaitu berat lahir bayi,

asfiksia, pemberian ASI, jenis persalinan. Tetapi dalam penelitian ini hanya meneliti

tentang usia kehamilan dengan kejadian ikterus, sedangkan faktor lain yang

mempengaruhi tidak dikendalikan.


PERPUSTAKAAN

43

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan usia kehamilan dengan

kejadian ikterus neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta. Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima dengan data sebagai

berikut:

1. Sebagian besar responden rata—rata usia kehamilan ibu yang melahirkan di

RSUD Wates Yogyakarta memiliki usia kehamilan cukup bulan yaitu sebesar

55 (76,4%) responden mempunyai usia kehamilan cukup bulan.

2. Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak mengalami ikterus

sebanyak 40 (55,6%), sedangkan yang mengalami ikterus sebanyak 32 (44,4)

responden

3. Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia kehamilan dengan variabel

ikterus neonatorum dengan nilai pvalue0,002< 0,05, dengan keeratan hubungan

sebesar 0,337 (rendah).

B. SaranDari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi bidan dan perawat RSUD Wates Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan agar petugas

kesehatan mampu melakukan antisipasi dan deteksi dini pada bayi baru lahir

yang bermasalah untuk mencegah terjadinya ikterus neonatorum.

2. Bagi ibu hamil dan postpartum hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang

ikterus neonatorum fisiologis karena usia kehamilan.


PERPUSTAKAAN

44

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan acuan untuk

meneliti dan menggali faktor-faktor yang mempengaruhi usia kehamilan

dengan kejadian ikterus neonatorum.

4. Bagi peneliti

Dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan

yang kemudian dapat ditindak lanjuti dengan penelitian lain.


PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Ali R, Ahmed S, Qadir M, Ahmad K. (2012). Icterus Neonatorum in Near-Term andterm Infants.SQU Medical Journal, Vol. 12, Iss. 2, pp. 153-160.

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta

Blackburn. S. T. (2007). Maternal Fetal and Neonatal Physiology.A clinicalperspective. Washington: Saunders Elsevier

Depkes RI. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta.

. (2010). Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan http://www. Depkes. Go. Id/ downloads/SKN%20final. Pdf. (diakses tanggal7 November 2013 pukul 09.24 WIB).

. (2012). Rencana kesehatannasionalhttp://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2127 . (diaksestanggal 29 November 2013 pukul 11.23 WIB).

Dinkes Kabupaten Kulon Progo.(2013). Profilkesehatan Kabupaten Kulon Progo2013 (data 2012).Kulon Progo.

Fanaroff A,& Lissauer T. (2009). At a Glance Neonatal. Jakarta: Erlangga.

Faridah, S. (2007).Gambaran Ikterus Neonatorum Patologis Pada Bayi Aterm.Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fitriani.(2013). Hubungan Prematuritas dengan Kejadian Ikterus Neonatorum.Yogyakarta: STIKES Alma Ata.

Gusliham, (2009).Dasa Tjipta, Kuning Pada Bayi Baru Lahir. Kapan Harus KeDokter?.Medan, Devisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan AnakFK USU.

Hidayat A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama- Jakarta: SalembaMedika.

. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisa Data. Jakarta:Salemba Medika.

. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.


PERPUSTAKAAN

Kusmini, R. (2012). Asuhan Kebidanan pad Bayi yang Baru Lahir. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Markum, H. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

Marmi & Raharjo (2012), Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan AnakPrasekolah.Yogyakarta : Puataka Pelajar.

Mauliku, N.E dan Nurjanah, A. (2009).Faktor-Faktor Pada Ibu Bersalin YangBerhubungan Dengan Kejadian Hiperbilirubin Pada Bayi BaruLahir.Cimahi.

Mishra, S, Ramesh A, Ashok K.D, and Vinod K.P. (2008). Jaundice in the NewbornsDivision of Neonatology, Department of Pediatrics, All India Institute ofMedical Sciences Ansari Nagar New Delhi India, Indian Journal ofPediatrics, vol. 75, hal 159.

Ngastiah.(2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. (2010).Ilmu Kebidnan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

Saifuddin, A.B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal DanNeonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Sugiyono. (2010) Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Sukardi A. (2008). Buku ajar neonatologi. Jakarta: IDAI.

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: SalembaMedika.

Surasmi, A. (2005). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Varney, H. Kriebs. Carolyn.(2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Alih bahasa AnaLusiyana. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawihardjo.

perpustakaan - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/900/1/indra...

Documents