pernyataan persetujuan - institutional repository uin...

120
PERNYATAAN PERSETUJUAN Laporan Skripsi dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSCELETAL DISORDERS PADA WELDER DI BAGIAN FABRIKASI PT. CATERPILLAR INDONESIA TAHUN 2010 Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 20 Desember 2010 Mengetahui, Iting Shofwati, ST, M.KKK Pembimbing Skripsi I Minsarnawati, SKM, MKM Pembimbing Skripsi II

Upload: dinhtruc

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN

MUSCULOSCELETAL DISORDERS PADA WELDER DI BAGIAN

FABRIKASI PT. CATERPILLAR INDONESIA

TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 20 Desember 2010

Mengetahui,

Iting Shofwati, ST, M.KKK

Pembimbing Skripsi I

Minsarnawati, SKM, MKM

Pembimbing Skripsi II

Page 2: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

ii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 20 Desember 2010

Penguji I,

Iting Shofwati, ST, MKKK

Penguji II,

Catur Rosidati, SKM, MKM

Penguji III,

dr. Ali Nurrahman, MKKK

Page 3: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Taufik Zulfiqor

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 Agustus 1988

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Narogong Molek 6 Blok F/64 No. 02 RT.02/RW.019,

Kel.Kp.Pengasinan, Kec.Rawa Lumbu, Bekasi Timur. 17115

Agama : Islam

Status Pernikahan : Akan menikah

Nomor Handphone : +62(21) 9922 5968

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2006-2010 S1-Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2003-2006 SMA Negeri 3 Bekasi

2000-2003 SLTP Negeri 16 Bekasi

1994-2000 SD Negeri Margahayu I Kp.Pengasinan, Bekasi Timur

PENGALAMAN MAGANG

Februari – Maret 2010 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk Strategic Bussines Unit

Daerah Wilayah I, Divisi Keselamatan Kerja dan Lingkungan.

PENGALAMAN ORGANISASI

2010-2011 Staff Administrasi Komisi Penanggulangan AIDS Kota Tangerang

Selatan

2009-2010 Staf Ahli Departemen Litbang Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMII) Cabang Ciputat.

2009-2010 Koordinator Lembaga Semi Otonom (LSO) Fund Rising

Komisariat Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES)

PMII

2008-2009 Koordinator Departemen Kaderisasi Komisariat Fakultas

Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII

2008-2009 Ketua Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I & II Kecamatan

Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang

2008-2009 Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan

Mahasiswa (DPW PPM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2008-2010 Ketua Marawis Al-Farizi Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEM J) Kesehatan Masyarakat

Page 4: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan pertolongan kepada para

hambanya. Dan dengan memohon kepada Alloh SWT semoga memberikan tambahan

rahmat dan Islam kepada orang yang termulya dari kesekian hambanya, yaitu

makhluq-Nya yang paling mulia, Muhammad Saw.

Laporan ini merupakan hasil dari proses kegiatan penelitian yang dilakukan di

PT. Caterpillar Indonesia selama 1 bulan. Begitu banyak pengalaman dan

pengetahuan yang tidak dapat tertuang dalam laporan ini. Semoga dengan laporan

skripsi ini, mudah-mudahan Alloh SWT selalu melimpahkan pertolongan dan ridla-

Nya sehingga dapat menjadi manfaat bagi yang membaca secara umumnya dan bagi

penulis secara khususnya.

Sebagai akhir kata, dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur

memberikan ucapan terimakasih atas terselesaikannya skripsi ini kepada:

1. Keluargaku tercinta, Bapak dan Mama yang selalu memberikan nasihat dan

semangat agar selalu menjadi orang yang mengamalkan ilmunya. Serta

Kakakku Yuli, yang telah berkenan meminjamkan laptopnya untuk

menyelesaikan skripisi ini.

2. Guruku, KH. Drs. Misbahul Anam, At Tijanny yang merupakan sumber

inspirasi dan telah banyak memberikan nasihat hingga saat ini.

3. Prof. Dr (Hc). dr. MK. Tadjudin, SP.And selaku Dekan, yang telah banyak

memfasilitasi selama kegiatan menuntu ilmu.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat yang telah membuka jalan pengetahuan Kesehatan

Masyarakat yang luas.

5. Bunda Iting Shofwati ST, M.KKK selaku pembimbing yang secara tulus dan

penuh kesabaran menyalakan pelita di gelapnya dunia.

6. Bunda Minsarnawati, SKM, MKM yang telah memberikan coretan ilmu dan

kasih sayang selama penyusun skripsi ini.

7. Bunda Catur Rosidati, SKM, MKM, selalu menyediakan waktunya untuk

sharing selama penulisan skripsi ini.

Page 5: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

v

8. dr. Ali Nurrahman, M.KKK selaku penguji yang telah memberikan banyak

saran terhadap skipsi ini.

9. Pak Ahmad Gozali yang banyak membantu administrasi.

10. Ibu Tari selaku General Manager PT. Caterpillar Indonesia yang secara

terbuka menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian skripsi.

11. Bapak Yogi Daryoto, ST yang telah banyak membantu penlitian dan

memotivasi penulis untuk terus belajar.

12. Bapak Moch. Iswantara, Bapak Rudi dan Bapak Budi yang selalu

membimbing di lapangan dan memberikan masukan-masukan bermanfaat

serta motivasi dalam memaknai hidup ini.

13. Kawan-kawan di Istana Kertamukti; Kang Surma Adnan, Mas Fajar Iqbal,

Mas Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak

Rizwan dan Kakak Bagol.

14. Segenap Insan Pergerakan dan Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu

‘Yakin Usaha Sampai’.

15. Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.

16. Khushushon ilaa Jam’iyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy

Wheels of zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian

Rawar, Dauly, Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin,

Yunus, Musthafa Iban, Said Muchsin, Trimunggara).

Selalu bergerak dalam kreatifitas..!

17. Dan Łẳkh, makasih yaa,,,

Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan

kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan hati untuk

berkarya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memperluas wisata ilmu,

khusunya di dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta, 20 Desember 2010

Penulis

Page 6: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

vi

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2010

Muhamad Taufik Zulfiqor, NIM : 106101003341

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculosceletal Disorders

pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

viii + 114 Halaman, 22 Tabel, 10 Gambar, 2 Skema, 1 Grafik, Lampiran

ABSTRAK

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai

sangat sakit. Hasil studi pendahuluan diperoleh 80% pekerja (10 welder) merasakan

keluhan MSDs, 40% pekerja mengeluh pada bagian pinggang, 20% pada lengan

kanan, betis kanan dan leher bawah, 20% keluhan pada lengan kanan dan pinggang

saja.

Penelitian ini dilakukan di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada

Juni-Desember 2010. Sampel penelitian sebanyak 75 orang menggunakan desain

cross sectional study. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan Kruskall

Wallis. Variabel yang diteliti adalah risiko pekerjaan, usia, masa kerja, indeks masa

tubuh, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani.

Hasil penelitian didapatkan tingkat keluhan MSDs ringan sebanyak 58 orang

(77,3%) dan keluhan MSDs berat sejumlah 7 orang (9,3%). Hasil uji statistik

menunjukkan adanya hubungan antara keluhan MSDs dengan risiko pekerjaan (p

value = 0,000), masa kerja (p value = 0,002), kebiasaan merokok (p value = 0,044)

dan kesegaran jasmani (p value = 0,000). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah

usia (p value = 0,116) dan indeks masa tubuh (p value = 0,941).

Pekerja disarankan melakukan istirahat disaat mulai merasakan stres pada otot

tubuh, melakukan senam pagi setiap hari dan menggunakan back support untuk

meminimalisir keluhan MSDs. Perusahaan dapat melakukan rotasi pekerjaan untuk

menghindari stress pada otot tubuh akibat pekerjaan yang menetap, melakukan

pengawasan terhadap kegiatan senam pagi dan melakukan program quit smoking

untuk mengendalikan kebiasaan merokok pekerja.

Daftar Bacaan : 48 (1987 - 2009)

Kata Kunci : Keluhan MSDs, Welder, Risiko pekerjaan, Kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, Masa kerja

Page 7: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

vii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

CONCENTRATION SAFETY AND HEALTH WORK

Thesis, December 2010

Muhamad Taufik Zulfiqor, NIM : 106101003341

Factors Associated to Welders of Musculosceletal Disorders Complaints in

Fabrication Division at PT. Caterpillar Indonesia Year 2010

viii + 114 Pages, 22 Tables, 10 Pictures, 2 Skemes, 1 Grafic, 6 Attachments

ABSTRACT

Musculoskeletal disorders (MSDs) is a pain on the parts of muscle sceletal

when that pain starting from a very mild complaint until the very sick. Preliminary

study had been showed that 80% of workers (10 welders) symptoms of MSDs, 40%

of workers felt on waist, 20% felt on right arm, right leg and under neck, 20% of pain

felt on right arm and waist.

This researched was conducted in the Fabrication of PT. Caterpillar Indonesia

on June until December 2010 with 75 samples and using a cross sectional study

design. The statistical test had been used chi square and Kruskall Wallis. Variables

studied an occupational risk, age, periode of employment, body mass index, smoking

habits and physical fitness.

The results showed a mild level of MSDs complaints were 58 peoples (77.3%)

and complaints of heavy MSDS number of 7 persons (9.3%). Statistical analysis

showed an association between MSDs complaints with occupational risk (p value =

0.000), periode of employment (p value = 0.002), smoking habits (p value = 0.044)

and physical fitness (p value = 0.000). While that is not related to age (p value =

0.116) and body mass index (p value = 0.941).

To reduce the MSDs complaints suggested to take a rest while begin to feel

stress on the muscles of the body, doing morning exercises every day and use a back

support and company can do the job rotation to avoid stress on the muscles of the

body due to permanent jobs, would be monitoring stretching activities and conducting

a quit smoking program.

Reading list : 48 (1987 - 2009)

Keywords : MSDs complaints, welder, Occupational risk, Periode of employment,

Smoking habits, Physical fitness

Page 8: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv

DAFTAR SKEMA ..................................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 7

1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

1.4.1. Tujuan Umum ............................................................................... 8

1.4.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 8

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

1.5.1. Bagi Perusahaan ............................................................................ 9

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat .................................. 10

1.5.3. Bagi Peneliti .................................................................................. 10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ...................................................... 12

2.1.1. Jenis-Jenis MSDs ........................................................................ 13

2.1.2. Gejala MSDs................................................................................ 14

Page 9: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

ix

2.1.3. Faktor-Faktor Penyebab MSDs .................................................. 16

2.1.4. Pengendalian MSDs ................................................................... 29

2.1.5. Metode Penilaian Risiko MSDs .................................................. 30

2.2. Kerangka Teori ...................................................................................... 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep .................................................................................. 40

3.2. Definisi Operasional .............................................................................. 42

3.3. Hipotesis ................................................................................................ 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian ................................................................................... 45

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 45

4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................. 45

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ....................................... 46

4.4.1. Variabel Keluhan MSDs .............................................................. 46

4.4.2. Variabel Faktor Pekerjaan ........................................................... 47

4.4.3. Variabel Usia ............................................................................... 52

4.4.4. Variabel Kesegaran Jasmani ........................................................ 52

4.4.5. Variabel Kebiasaan Merokok ...................................................... 52

4.4.6. Variabel Lama Kerja ................................................................... 53

4.4.7. Variabel Indeks Masa Tubuh ....................................................... 53

4.5. Pengolahan Data .................................................................................... 53

4.5.1. Menyunting Data (Editing) .......................................................... 53

4.5.2. Mengkode data (Coding) ............................................................. 54

4.5.3. Memasukkan data (Entry) ........................................................... 54

4.5.4. Membersihkan data (Cleaning) ................................................... 54

4.6. Analisis Data ......................................................................................... 54

4.6.1. Analisis Univariat ....................................................................... 54

4.6.2. Analisis Bivariat ......................................................................... 55

Page 10: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

x

BAB V HASIL

5.1. Gambaran Umum PT. Caterpillar Indonesia .......................................... 56

5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Caterpillar Indonesia ............................. 56

5.1.2. Visi dan Misi PT. Caterpillar Indonesia ...................................... 56

5.1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Caterpillar

Indonesia ...................................................................................... 57

5.1.4. Gambaran Bagian Produksi PT. Caterpillar Indonesia ................ 59

5.2. Analisis Univariat................................................................................... 60

5.2.1. Gambaran Keluhan MSDs Pekerja di Bagian Fabrikasi PT.

Caterpillar Indonesia .................................................................... 60

5.2.2. Gambaran Risiko Pekerjaan di Bagian Fabrikasi PT.

Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ............................................... 62

5.2.3. Gambaran Usia dan Masa kerja pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ......................... 62

5.2.4. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia 2010 .................................... 63

5.2.5. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ......................... 64

5.2.6. Gambaran Kesegaran Jasmani pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ......................... 65

5.3. Analisis Bivariat ..................................................................................... 65

5.3.1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs

pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia ........ 65

5.3.2. Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs pada

welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun

2010 ............................................................................................. 66

5.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada

welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun

2010 ............................................................................................. 67

Page 11: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xi

5.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs

pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

Tahun 2010 .................................................................................. 68

5.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan

MSDs pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia Tahun 2010 ................................................................. 69

5.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs

pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

Tahun 2010 .................................................................................. 70

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 71

6.2. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs .. 71

6.2.1. Keluhan Musculosceletal Disorders ............................................ 71

6.2.2. Risiko Pekerjaan ......................................................................... 75

6.2.3. Usia Pekerja ................................................................................ 76

6.2.4. Masa Kerja .................................................................................. 77

6.2.5. Indeks Masa Kerja ...................................................................... 77

6.2.6. Kebiasaaan Merokok .................................................................. 77

6.2.7. Kesegaran Jasmani ..................................................................... 78

6.3. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs .. 78

6.3.1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs ....... 78

6.3.2. Hubungan antara Usia dengan Keluhan MSDs ........................... 82

6.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs ................ 84

6.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs ... 86

6.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan

MSDs ........................................................................................... 87

6.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs .... 90

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan ............................................................................................ 94

7.2. Saran .................................................................................................. 94

Page 12: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xii

7.2.1. Bagi Pekerja ................................................................................. 94

7.2.2. Bagi Perusahaan ......................................................................... 95

7.2.3. Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Grand Score RULA ................................................................................. 32

Tabel 2.2. Tabulasi penilaian pada punggung ......................................................... 37

Tabel 2.3. Ketegori Nilai Paparan pada Bagian Tubuh ........................................... 38

Tabel 2.4. Kategori Tingkat Paparan & Tindakan .................................................. 38

Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................................ 42

Tabel 4.1. Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh .......................... 48

Tabel 4.2. Contoh Perhitungan pada Lembar QEC .................................................. 51

Tabel 4.3. Kategori Paparan Total dan Level Tindakan .......................................... 51

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Keluhan MSDs ........ 60

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ........................ 62

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia dan Masa Kerja di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ........................ 63

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ........................ 63

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ........................ 64

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ........................ 65

Tabel 5.7. Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs

Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010 ......................................................................................................... 66

Tabel 5.8. Analisis Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs Pada

Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010 ... 67

Tabel 5.9. Analisis Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada

Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010 ... 67

Page 14: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xiv

Tabel 5.10. Analisis Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs

Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010 ......................................................................................................... 68

Tabel 5.11. Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs

Pada Resonden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

Berdasarkan pada tahun 2010 ................................................................. 69

Tabel 5.12. Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs

pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

Berdasarkan tahun 2010 .......................................................................... 70

Page 15: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. The Trauma Bucket ................................................................................ 13

Gambar 2.2. Nordic Body Map .................................................................................... 16

Gambar 2.3. Postur Tubuh Janggal .............................................................................. 17

Gambar 2.4. Posisi Tubuh yang Akan diukur .............................................................. 18

Gambar 2.5. Senam 4-Before ....................................................................................... 25

Gambar 2.6. Proses Penilaian RULA .......................................................................... 31

Gambar 6.1. Postur Kerja yang Tidak Ergonomis ...................................................... 73

Gambar 6.2. Meja Kerja yang Digunakan di PT. Caterpillar Indonesia ..................... 75

Gambar 6.3. Penggunaan Alat Kerja yang Beratnya mencapai 15 kg ........................ 81

Gambar 6.4. Back Support .......................................................................................... 82

Gambar 6.5. Kegiatan Senam Pagi di PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ............ 92

Page 16: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xvi

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Kerangka Teori ....................................................................................... 39

Skema 3.1. Kerangka Konsep ................................................................................... 41

Page 17: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1. Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Responden Berdasarkan .............. 61

Page 18: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xviii

DAFTAR ISTILAH

HEX = Alat berat jenis Hydraulic excavator yang terdiri dari Swing Frame, Base

frame, Boom, Stick dan Link as.

SWS = Sheet Work System merupakan lembar aturan kerja yang ada di Fabrikasi

TTT = Alat berat jenis traktor yang terdir dari C frame, Blade dan Canopy.

WTD = Workshop yang hanya mengerjakan bagian HEX & TTT yang berukuran

besar seperti Grapples dan Log forks tipe D10 dan D11.

Welder = Orang yang melakukan pengelasan di bagian Fabrikasi

A1 = posisi punggung saat netral (< 200).

A2 = posisi punggung saat gerakan fleksi, putaran atau bengkok ( 200-60

0).

A3 = posisi punggung saat fleksi, putaran atau bengkok (> 600).

B1 = pekerjaan yang dilakukan dengan keadaan tidak statis (manual handling).

B2 = pekerjaan yang dilakukan dengan keadaan statis.

B3 = intensitas jarang saat melakukan pekerjaan manual handling.

B4 = intensitas sering saat melakukan pekerjaan manual handling.

B5 = intensitas sangat sering saat melakukan pekerjaan manual handling.

C1 = posisi lengan berada pada atau di bawah pinggang.

C2 = posisi lengan pada ketinggian dada.

C3 = posisi lengan berada pada atau lebih di atas bahu.

D1 = intensitas lengan jarang bergerak.

D2 = intensitas lengan sering bergerak.

D3 = intensitas lengan sangat sering bergerak.

E1 = posisi pergelangan tangan saat posisi netral (lurus dengan tangan).

E2 = posisi pergelangan tangan saat menyimpang atau bengkok ≥ 450.

F1 = intensitas jarang ada gerak berulang pada pergelangan tangan.

F2 = intensitas sering ada gerak berulang pada pergelangan tangan.

F3 = intensitas sangat sering ada gerak berulang pada pergelangan tangan.

G1 = tidak ada posisi gerak leher fleksi, ekstensi > 200 ataupun gerak berputar.

G2 = leher jarang melakukan gerak fleksi, ekstensi >200 ataupun gerak berputar.

G3 = leher sering melakukan gerak fleksi, ekstensi >200 ataupun gerak berputar.

Page 19: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xix

H1 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar ≤ 5 kg.

H2 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar 6-10 kg.

H3 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar 11-20 kg.

H4 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar ≥21 kg.

J1 = pekerja menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu <2 jam.

J2 = pekerja menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu 2-4 jam.

J3 = pekerja menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu > 4 jam.

K1 = berat benda yang dipegang dengan satu tangan sebesar < 1kg.

K2 = berat benda yang dipegang dengan satu tangan sebesar 2-4 kg.

K3 = berat benda yang dipegang dengan satu tangan sebesar > 4kg.

Page 20: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pernyataan telah melakukan penelitian

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Lampiran 2 Daftar isian nordic body map

Lampiran 3 Gambar nordic body map

Lampiran 4 Lembar pertanyaan quick expossure check

Lampiran 5 Lembar tabulasi penilaian quick expossure check

Lampiran 6 Output analisis data

Page 21: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah keluhan pada bagian-bagian

otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan

sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam

jangka waktu yang lama akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada

sendi, ligamen dan tendon (Grandjean, 1993).

Musculoskeletal disorders termasuk dari pembengkakan dan dampak

degenarif kondisi otot, tendon, ligament, sendi pembuluh perifer dan pembuluh

darah. Bagian utama tubuh yang terlibat adalah punggung, leher, bahu, lengan

bawah dan tangan (extrimitas bagian atas), meskipun bagian extrimitas bawah

perlu juga mendapatkan perhatian lebih. Kejadian MSDs terdapat pada banyak

negara, yang berdampak pada pengeluaran biaya pengobatan dan juga penurunan

kualitas hidup. Pada banyak negara, kejadian tersebut banyak terkait oleh

penyakit akibat kerja. Di Amerika Serikat, Kanada, Finlandia, Swedia dan

Inggris, MSDs telah banyak menyebabkan tingginya tingkat ketidak-hadiran

bekerja. MSDs tentunya lebih banyak terjadi pada sektor industri. Risiko tinggi

juga terjadi pada sektor fasilitas perawat, transportasi udara, pertambangan,

proses pembuatan makanan, penyamakan kulit dan sektor pembuatan/manufaktur

seperti alat berat, kendaraan, perabot, alat rumah tangga, elektronik, tekstil,

pakaian, dan sepatu (Susan Stock et.al. 2005).

Page 22: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

2

Dalam Media Relations Officer ILO Jakarta, 2007 menyebutkan :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ILO (Organisasi Perburuhan

Internasional), sekitar 2,2 juta jiwa per tahun di seluruh belahan dunia

kehilangan nyawa akibat kecelakaan ataupun penyakit yang terkait dengan

pekerjaan atau rata-rata setiap hari 6.000 orang meninggal, setara dengan satu

orang setiap 15 detik. Akibat pekerjaan juga setiap tahun sebanyak 270 juta

jiwa lainnya menderita luka parah dan 160 juta lainnya mengalami penyakit

jangka panjang atau pendek.

Pada faktanya, Europan communities (2008) telah memperkirakan sekitar

40% dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan,

atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang telah menderita MSDs setiap

tahun. Berdasarkan hasil survey sebelumnya oleh lembaga de santé publique de

Montréal pada tahun 2005 didapatkan data bahwa cidera musculoskeletal

disorders (MSDs) menyebabkan kehilangan waktu kerja terjadi sekitar 21% pada

perusahaan manufacture (Installation, maintenance, and repair occupations) dan

sektor pelayanan jasa, mayoritas yang menerima pajanan ini adalah operator

ataupun pekerja kasar (dalam Susan Stock et al, 2005).

Lain halnya dengan European Foundation for the Improvement of Living

and Working yang melakukan survei pada 235 juta pekerja di 31 negara Eropa

pada tahun 2007, memperoleh 25% mengalami nyeri punggung dan 23% nya

nyeri otot, hal tersebut karena diakibatkan menderita MSDs. Di Negara Amerika

Serikat sendiri yang merupakan negara maju dalam industri manufaktur telah

mencatat bahwa WMSDs (work related musculoskeletal disorders) menjadi

penyebab utama penyakit akibat kerja dan kehilangan 846.000 hari kerja setiap

tahun dengan total biaya pengobatan yang dikeluarkan mencapai $20 milliar

sampai $43 milliar (National Academy of Sciences dalam Humantech, 2003).

Page 23: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

3

Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah

kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita

pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami

pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota

di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%),

gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT (1.5%)

(Depkes RI, 2005).

Sedangkan hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi

ITB pada tahun 2006-2007, diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja

melaporkan keluhan pada musculoskeletal sesudah bekerja (dalam Mega

Octarisya, 2009).

Banyak studi mengenai faktor yang turut berkontribusi terhadap MSDs

pada pekerjaan pengelasan, salah satunya disebabkan oleh posisi yang buruk

(jongkok, berlutut dan over head), berat alat yang tidak standar, posisi leher dan

bahu statis dengan mendongak ke atas (Humantech 2003). Fakta mengenai risiko

yang ditimbulkan dari faktor pekerjaan, menurut Grandjen (1993) adalah sikap

kerja yang tidak alamiah pada umumnya akan menyebabkan terjadinya keluhan

otot skeletal. Sedangkan untuk faktor pekerja itu sendiri, berdasarkan penelitian

dari Guo et al. (dalam Bridger, 1995) dikatakan bahwa pada umur 35 tahun,

merupakan episode pertama seseorang akan mengalami nyeri punggung, hal

tersebut dapat dikarenakan pada usia di atas 35 tahun terjadi proses degenerasi

dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berkurangnya stabilitas otot dan

Page 24: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

4

sendi. Semakin bertambah usia seseorang, semakin tinggi risiko terjadinya

penurunan elastisitas tulang.

Dalam mengatasi masalah elastisitas persendian, Humantech (2003)

menjelaskan bahwa seseorang yang tidak pernah melakukan senam ataupun

olahraga secara rutin akan menyebabkan otot menjadi tidak fleksibel/kehilangan

elastisitasnya sehingga berakibat keluhan MSDs. Sedangkan peningkatan keluhan

MSDs itu sendiri juga dipengaruhi oleh umur dan masa kerja, Ohlsson et al.

(1989) melaporkan bahwa derajat keluhan MSDs meningkat secara signifikan

seiring dengan bertambahnya masa kerja.

Berdasarkan hasil penelitian Juniani dkk, diketahui bahwa ketika

melakukan aktifitas pengelasan dengan bebas, pekerja yang sering merasakan

kaku pada bahu pada sebanyak 66%, sebanyak 69% pekerja merasa sakit atau

nyeri pada leher, 52% nafas pekerja merasa tertekan pada saat melakukan

pengelasan dan 77% merasakan nyeri pada bagian punggung.

Hasil penelitian Ansyari (2007) pada pekerja pembungkus dodol,

menyimpulkan bahwa: 1) Dari fasilitas kerja yang tidak ergonomis tersebut

banyak ditemui keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja yaitu 100% pekerja

merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang, bokong,

lutut, betis, kaki, dan lengan. 100% tidak merasakan sakit pada siku dan lengan.

2) Setelah dilakukan fasilitas terjadi penurunan keluhan 70% pekerja merasakan

keluhan agak sakit dan 30% nya merasakan sakit pada leher, bahu, lengan,

punggung, pinggang, bokong, 80% pekerja merasakan keluhan agak sakit dan

20% sakit pada lengan, pergelangan tangan, paha, pantat, lutut, betis dan kaki. 3)

Page 25: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

5

Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri

pekerja terjadi peningkatan produktivitas sebesar 15% -22%.

Hasil penelitian Hendra dan Suwandi (2008), diketahui bahwa pekerjaan

pemanenan kelapa sawit dan pemuatannya ke atas truk mempunyai skor REBA

antara 8–10 atau risiko tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan segera.

Keluhan MSDs terbanyak dialami pada bagian leher dan punggung bawah, yaitu

masing-masing sebanyak 98 responden. Sedangkan keluhan paling sedikit adalah

pada bagian pantat/bokong. Varibel yang secara signifikan berhubungan dengan

keluhan MSDs adalah jenis pekerjaan, umur, dan lama kerja.

PT. Caterpillar Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur pembuatan alat berat dengan terdiri dari proses fabrikasi dan

perakitan/assembling. Perakitan terdiri dari proses penyatuan komponen-

komponen yang dibuat di PT. Caterpillar ataupun barang import. Sedangkan

bagian Fabrikasi merupakan proses awal pembuatan komponen untuk unit

hydraulic excavator (HEX), Track Type Tracktor (TTT) serta Work Tool (WTD).

Komponen yang dibuat untuk unit jenis HEX adalah swing frame, base frame,

boom, stick dan link as. Untuk unit jenis TTT yang dikerjakan di fabrikasi antara

lain C-frame, blade, canopy sedangkan Work tool mengerjakan blade untuk jenis

D10 dan D11, bucket tipe 992 serta tipe besar lainnya sesuai dengan pesanan

yang diminta. Selain itu, work tool juga menyediakan peralatan untuk kegiatan

kehutanan seperti grapples dan log forks. Bahan untuk pembuatan komponen

tersebut berasal dari besi dengan kualitas tinggi, kemudian besi-besi tersebut

dibentuk menjadi komponen-komponen dengan teknik pengelasan. Teknik

Page 26: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

6

pengelasan yang ada terbagi menjadi dua jenis yaitu tack weld (pengelasan titik)

dan full weld (pengelasan panjang) dengan posisi pengelasan yang berbeda-beda,

sehingga hal tersebut menyumbangkan beberapa variasi bahaya termasuk risiko

MSDs. Adapun jumlah pekerja di Fabrikasi yang melakukan proses pengelasan

adalah sejumlah 75 orang.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bulan Juni 2010 terhadap

10 pekerja bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dengan menggunakan

kuesioner Nordic Body Map, diketahui bahwa seluruh pekerja merasakan keluhan

MSDs setelah bekerja. Sebanyak dua orang (20%) merasakan keluhan pada

bagian pinggang, lengan kanan, betis kanan dan kiri serta leher bawah, sebanyak

satu orang (10%) merasakan keluhan nyeri dan pegal-pegal pada pinggang,

lengan kanan, betis kanan dan kiri, sejumlah satu orang (10%) merasakan keluhan

pada pinggang dan lengan kanan, serta sebanyak empat orang (40%) merasakan

keluhan hanya pada pinggang saja.

Selain itu belum ada penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor

yang terkait dengan keluhan MSDs di PT. Caterpillar Indonesia, maka peniliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

tahun 2010”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni 2010

terhadap 10 pekerja di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia, seluruhnya

Page 27: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

7

merasakan adanya gejala MSDs seperti nyeri ataupun pegal-pegal setelah bekerja.

Gangguan MSDs pada pekerja dapat mempengaruhi penurunan performance

kerja, produktivitas dan kualitas kerja, hubungan dalam pekerjaan, penurunan

kewaspadaan, gangguan dalam kehidupan keluarga, dan meningkatkan risiko

terjadinya kecelakaan. Juga belum pernah ada penelitian terkait dengan faktor-

faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja di PT. Caterpilllar

Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara pekerjaan, usia pekerja, masa kerja,

kebiasaan merokok, indeks masa tubuh dan kesegaran jasmani dengan keluhan

MSDs di PT. Caterpilllar Indonesia.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan MSDs pada welder di PT. Caterpillar Indonesia

tahun 2010?

2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan di PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010?

3. Bagaimana gambaran faktor pekerja (usia, indeks masa tubuh, kebiasaan

merokok, masa kerja, kesegaran jasmani) di PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010?

4. Apakah ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs pada

welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

5. Apakah ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada welder di di

PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

Page 28: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

8

6. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder

di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

7. Apakah ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada

welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

8. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada

welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

9. Apakah ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada

welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja bagian Fabrikasi di PT.

Caterpillar Indonesia tahun 2010

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keluhan MSDs pada welder di bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan di PT. Caterpillar Indonesia

tahun 2010.

3. Diketahuinya gambaran faktor pekerja (usia, Masa kerja, indeks masa

tubuh, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani) di PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010.

Page 29: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

9

4. Diketahuinya hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs

pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

5. Diketahuinya hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

6. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

7. Diketahuinya hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan

MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010.

8. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010.

9. Diketahuinya hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan

MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun

2010.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Perusahaan

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan MSDs

pada pekerja di PT. Caterpillar Indonesia sehingga program-program

K3 perusahaan terkait ergonomi dapat lebih dioptimalkan untuk

mencapai keberhasilan.

Page 30: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

10

2. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan/koreksi/update terhadap

potensi MSDs yang ada di lingkungan kerja.

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Diperoleh ilmu/metode baru dalam pengukuran risiko ergonomi pada

pekerjaan.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan gambaran agar keilmuan K3 yang

akan diajarkan di kampus nantinya dapat lebih mendekati kondisi di

lingkungan kerja.

3. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

dengan institusi lain.

1.5.3. Bagi Peneliti

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan

meneliti terkait ergonomi.

2. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait risiko ergonomi

yang telah didapat di perkuliahan pada tempat kerja yang

sesungguhnya.

3. Meningkatkan kemampuan penulis khususnya dalam proses

identifikasi bahaya ergonomi di lingkungan kerja.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan oleh mahasiswa Program studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena ingin

mengetahui gambaran keluhan MSDs dan faktor-faktor yang berhubungan berupa

Page 31: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

11

faktor pekejaan dan faktor pekerja (usia, Masa kerja, indeks masa tubuh,

kebiasaan merokok, kesegaran jasmani). Penelitian dilakukan pada bulan Juni-

Desember 2010 di PT. Caterpillar Indonesia bagian Fabrikasi, JL. Raya

Narogong KM.19, Cileungsi, Bogor 16820. Penelitian ini menggunakan desain

cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja las/welder di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 75

responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan

data primer. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung keluhan MSDs

dengan nordic body map dan pengukuran risiko pada faktor pekerjaan dengan

menggunakan lembar quick expossure check (QEC) serta data karakteristik

pekerja dengan menggunakan kuesioner, timbangan berat badan dan microtoa.

Data-data tersebut dianalisis secara univariat untuk memperoleh frekuensi jumlah

dan persentase, sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel dependen

dengan independen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi

square dan uji Kruskall wallis.

Page 32: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Musculoskelatal Disorders (MSDs)

MSDs adalah cidera atau penyakit pada sistem syaraf atau jaringan

seperti otot, tendon, ligament, tulang sendi, tulang rawan atapun pembuluh

darah. Rasa sakit yang akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak

fleksibel, panas/terbakar, kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman.

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa

sangat sakit. Apabila otot statis menerima beban statis secara berulang dan

dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan

pada sendi, ligamen dan tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit,

keluhan ini disebut keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera

pada sistem Musculoskeletal (Humantech, 2003).

MSDs dapat dilihat dengan menganalogikan pada sebuah ember.

Trauma kecil yang diterima dari pekerjaan oleh tubuh “Trauma Bucket”.

Kebetulan, tubuh dapat menyembuhkan MSDs dengan sendirinya akan tetapi

dibutuhkan waktu tertentu, sehingga kemampuan tubuh untuk menyembuhkan

sendiri diibaratkan seperti “Valve Healing”. Akan tetapi jika terlalu banyak dan

sering trauma yang didapatkan oleh tubuh manusia dengan kemampuannya

yang terbatas, justru akan memicu MSDs. Adapun gambar tersebut dapat

dilihat berikut ini :

Page 33: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

13

Gambar 2.1.

The Trauma Bucket Theory

Sumber : Applied Ergonomics Training Manual , Humantech 2003

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Menurut Katharine et al. [2005], Cummulative

Trauma Disorders (CTD) atau biasa juga disebut MSDs adalah nyeri

muskuloskeletal yang tetap dan selalu muncul akibat trauma setelah 6 (enam)

minggu dengan tingkat keluhan „mild’, „moderate’ and „severe discomfort’.

Standar ergonomi OSHA mengatakan bahwa “work-related muskuloskeletal

disorder” termasuk CTD disebabkan atau diperberat oleh faktor risiko yang

ada di tempat kerja, termasuk tanda atau gejala yang menetap setidaknya

selama 7 hari, atau secara klinis didiagnosis work-related muskuloskeletal

disorder.

2.1.1. Jenis-Jenis MSDs

Secara garis besar keluhan otot dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi saat

otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan

segera hilang apabila pembebanan di hentikan.

Page 34: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

14

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa

sakit pada otot terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi

otot yang terlalu berlebihan akibat pembebanan kerja yang terlalu

panjang dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan

otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot berkisar antara 15-

20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot

melebihi 20% maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat

kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan.

Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat

terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang

menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma‟mur,1996).

Adapun tiga jenis utama dari MDS tipe extrimitas atas adalah :

1. Tendon disorders (Tendinitis, Tenosynovitis, DeQuervain‟s disease,

Ganglion Cyst, Epicondylitis)

2. Nerve disorders & Neuro vascular disorders (carpal tunnel syndrome,

cubital tunnel syndrome, thoracic outlet syndrome, H-A Vibration)

3. Back disorders

2.1.2. Gejala MSDs

Menurut Suma‟mur (1996), gejala-gejala MSDs yang biasa

dirasakan oleh seseorang adalah:

1. Leher dan punggung terasa kaku.

2. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas.

Page 35: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

15

3. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.

4. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.

5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri

disertai bengkak.

6. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

7. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan

serta kehilangan kepekaan.

8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi

rasa panas.

Untuk memperoleh gambaran gejala MSDs dapat menggunakan

Nordic Body Map (NBM) dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak

nyaman (sedikit sakit), sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat dan

menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasi tingkat dan jenis

keluhan otot skelektal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat

sederhana, namun kurang teliti karena mengandung nilai subjektifitas

yang tinggi (Kuorinka et al, 1997).

Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk

kuesioner checklist ergonomi. Berntuk lain dari checklist ergonomi

adalah checklist International Labour Organizatation (ILO). Namun

kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering

digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan

kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan

tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang

sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung

bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangan/tangan,

Page 36: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

16

pinggang/pantat, lutut dan tumit/kaki (Kroemer, 2001). Adapun

gambarnya sebagai berikut:

Gambar 2.2.

Nordic Body Map

Sumber : Ketut Tirtayasa, et al. 2003.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keluhan MSDs

Hubungan sebab akibat faktor penyebab timbulnya MSDs sulit

untuk dijelaskan secara pasti. Namun ada beberapa faktor risiko tertentu

yang selalu ada dan berhubungan atau turut berperan dalam

menimbulkan MSDs. Faktor-faktor risiko tersebut bisa diklasifikasikan

dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia atau

pekerja (Pheasant, 1991; Oborne, 1995) dan ditambah lagi dengan faktor

psikososial (Susan Stock, et al, 2005).

Page 37: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

17

1. Faktor Pekerjaan

a. Postur Kerja

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang

menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin

tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah

pada umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan dengan

kemampuan pekerja (Grandjen, 1993).

Berdasarkan hasil penilitian Hendra dan Raharjo (2008),

diperoleh bahwa skor risiko (REBA) pada pekerjaan pemuatan

kelapa sawit ke dalam truk sebesar 8-10/high risk, dan 83,7% dari

117 pekerja merasakan keluhan MSDs pada leher dan punggung

bawah. Adapun postur-postur janggal adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3.

Postur Tubuh Janggal

Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)

b. Frekuensi

Frekuensi yang terlampau sering akan mendorong fatigue

dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat

dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk

Page 38: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

18

peregangan otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila

gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal dan beban yang

berat. Berdasarkan studi yang dilakukan European Campaign On

Musculoskeletal Disorders pada tahun 2008 terhadap 235 juta

orang pekerja di Eropa, melaporkan 62% telah terpapar MSDs

pada tangan akibat adanya gerak repetitive/berulang dan 46%

dilaporkan akibat posisi tubuh yang melelahkan selama bekerja.

Gambar 2.4.

Posisi tubuh yang akan diukur

Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)

c. Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi

sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per

Page 39: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

19

hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur

tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik (Brief Survey Methode

dalam Humantech, 2003).

Berdasarkan hasil studi Octarisya (2009), diketahui bahwa

59,3% pekerja yang mengalami keluhan MSDs diakibatkan oleh

aktifitas mengangkat/manual handling dengan total waktu kerja

selama 6 jam setiap hari.

d. Beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang

direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut

Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak

melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan

wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Berdasarkan studi oleh European Campaign On

Musculoskeletal Disorders terhadap 235 juta pekerja di beberapa

negara Eropa pada tahun 2008, diperoleh 18% pekerja telah

mengalami MSDs diakibatkan pekerjaan memindahkan benda

berat dari container setiap harinya.

e. Alat Perangkai/Genggaman

Menurut Tarwaka (2004) pada saat tangan harus

memegang alat ataupun menekan tombol, maka jaringan otot

tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari

pegangan alat, apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan

Page 40: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

20

rasa nyeri otot menetap. Berdasarkan hasil studi Susan et al.

(2004), permasalahan ergonomi pada operator mesin dan

assembler adalah ketika tangan digunakan untuk menghidupkan

mesin (seperti mendorong tombol dan menekan panel),

menggenggam besi untuk membuka kotak, memegang benda atau

pun alat kerja dengan ujung jari (Susan, 2005).

2. Faktor Lingkungan

a. Getaran

Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan

kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini akan menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat

dan akibatnya menimbulkan rasa nyeri otot (NIOSH, 1997). Hal

yang sama ditemukan oleh John (2007) bahwa getaran yang

berlebihan menyebabkan rasa sakit pada otot, sendi dan organ-

organ internal; menyebabkan mual dan trauma ke tangan, lengan,

kaki dan kaki. Getaran diukur dengan arah, kecepatan dan

frekuensi pada tubuh.

b. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya

menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya

kekuatan otot (NIOSH, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian John (2007), sebuah rentang

suhu nyaman pada umumnya adalah 68-74 derajat Fahrenheit dan

Page 41: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

21

dipengaruhi juga oleh beban kerja fisik dengan kelembaban antara

20 sampai 60 persen.

c. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat

obyek secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan.

Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi

cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara

membuka mata lebar-lebar. Intensitas cahaya untuk membaca

sekitar 300-700 lux, pekerjaan di kantor 400-600 lux, pekerjaan

yang memerlukan ketelitian 800-1200 lux dan pekerjaan di

gudang 80-170 lux (NIOSH, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian Spinger (2007), diperoleh

bahwa mengurangi cahaya silau di tempat kerja dapat

meningkatkan produktifitas sebanyak 7%, sehingga ketika

seseorang bekerja di depan komputer dapat bertahan hingga 8 –

12 jam.

3. Faktor Pekerja

a. Usia

Menurut Oborne [1995] keluhan otot skeletal biasanya

dialami seseorang pada usia kerja yaitu 24-65 tahun. Keluhan

pertama biasa dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan

akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Sedangkan

menurut Bridger [2003], sejalan dengan meningkatnya usia akan

terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di

Page 42: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

22

saat seseorang berusai 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi

degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan

menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

Berdasarkan hasil penelitian Collins dan O'Sullivan (2009)

yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki dengan

jenis pekerjaan yang berbeda di Irlandia dan rentang umur antara

18-66 tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan

bagian leher lebih banyak dialami pada pekerja yang muda

daripada pekerja yang tua.

Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Mathiowetz et al.

(1985) dalam NIOSH (1997), diperoleh tidak ada hubungan antara

munculnya keluhan MSDs dengan usia pekerja, hal tersebut

dibuktikan bahwa pada tangan pekerja yang sudah tua tidak

mengalami penurunan kekuatan ototnya. Torell er al. [1988]

menemukan bahwa tidak ada hubungan antara keluhan MSDs

dengan usia, akan tetapi mereka hubungan yang sangat kuat

antara beban kerja (dengan kategori rendah, sedang, berat) dengan

gejala atau diagnosis MSDs.

b. Jenis Kelamin

Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan

jenis kelamin pemakainya bahwa kekuatan otot wanita hanya 60%

dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami

wanita dibandingkan pria (Oborne, 1995).

Page 43: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

23

Menurut Michael (2001) dalam hasil studinya menemukan

bahwa pekerja wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya

keluhan MSDs. Berdasarkan laporan yang diterimanya, pekerja

wanita mempunyai risiko lebih dari dua kali lipat.

c. Waktu Kerja

Penentuan waktu dapat diartikan sebagai teknik

pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan

kerja mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan

dalam keadaan tertentu pula serta untuk menganalisa keterangan

itu hingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan

pekerjaan itu pada tingkat prestasi tertentu.

Berdasarkan hasil studi mengenai keluhan MSDs pada

supir bis yang dilakukan oleh Karuniasih [2009], diketahui bahwa

supir yang telah bekerja/mengendarai lebih dari 2 jam merasakan

pegal-pegal pada punggung dan leher.

d. Kebiasaan Merokok

Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok

pun masih dalam taraf perdebatan para ahli. Namun dari

penelitian oleh para ahli diperoleh bahwa meningkatnya frekuensi

merokok akan meningkatkan keluhan otot yang dirasakan.

Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama

dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap

10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti merokok

selama setahun memiliki risiko LBP sama dengan mereka yang

Page 44: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

24

tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas

paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi

oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk

melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan

mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah

(Jeanie Croasmun. 2003). Sedangkan menurut Bustan (2000),

kebiasaan merokok dibagi menjadi 4 kategori yaitu, kebiasaan

merokok berat (> 20 batang/hari), sedang (10-20 batang/hari),

ringan (< 10 batang/hari) dan tidak merokok.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Annuals of

Rheumatic Diseases (Croasmun, 2003) terhadap 13.000 perokok

dan non perokok dengan rentang umur antara 16 s.d 64 tahun,

dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk

merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan efek rokok akan

menciptakan respon rasa sakit atau sebagai permulaan rasa sakit,

mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga

meningkatkan risiko terkena osteoporosis, menghambat

penyembuhan luka patah tulang serta menghambat degenerasi

tulang.

e. Kesegaran Jasmani

Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang

yang dalam aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu

untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan

kesehariannya memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat

Page 45: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

25

akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran

tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan

otot. Keluhan otot akan meningkat akibat kurangnya kelenturan

otot sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik tanpa kesegaran

jasmani (Mitchell, 2008).

Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh Evans

(1996) yang dilakukan terhadap 10 pekerja dan telah berumur

(tua), didapatkan bahwa olahraga telah terbukti efektif

meningkatkan daya tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat karena

adanya kenaikan 128 % kapasitas oksigan pada otot akibat

olahraga yang dilakukan setiap hari selama 12 pekan (Evans,

1996).

Gambar 2.5.

Senam 4-Before

Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan (2005)

Page 46: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

26

Sejalan dengan penelitian di atas, Moore (1998) telah

melakukan penelitian terhadap 60 pekerja di perusahaan

manufaktur dengan mengadakan senam selama 5-8 menit setiap

harinya dalam dua bulan. Senam tersebut meliputi gerakan pada

leher, bahu, tangan, pinggang, punggung dan kaki. Maka

diperoleh hasil yang signifikan yaitu pekerja merasakan

peningkatan fleksibilitas otot dan pengurangan rasa sakit pada

otot.

f. Kekuatan Fisik

Seperti yang dilaporkan oleh NIOSH (2007) bahwa

keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut

pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya.

Dalam studinya, Chaffin (1991) mengemukakan bahwa

pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko tiga kali

lipat lebih besar mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja

yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama halnya

dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih

diperdebatkan.

g. Masa Kerja

Ohlssson et al (1989) melaporkan bahwa terjadinya

peningkatan derajat keeratan (OR) antara nyeri pada leher dan

bahu dengan masa kerja yang bergantung pada usia kerja. Derajat

peningkatan keluhan MSDs semakin bertambah ketika masa kerja

seseorang semakin lama.

Page 47: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

27

Berdasarkan penilitian yang dilakukan Octarisya (2009),

didapatkan bahwa sebesar 66,7% pekerja yang berumur lebih dari

15 tahun telah mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu

kanan dan kiri, leher dan punggung bawah.

h. Indeks Masa Tubuh

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator

kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus BB2/TB (berat

badan2/tinggi badan), adapun menurut WHO (2005) dikategorikan

menjadi tiga yaitu kurus (< 18,5) normal (18,5-25) dan gemuk

(25-30) serta obesitas (> 30). Kaitan IMT dengan MSDs adalah

semakin gemuk seseorang makan bertambah besar risikonya

untuk mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan

kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat

badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah.

Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan penekanan

pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia

nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE. 1998).

Kegemukan dan obesitas mengarah pada konsekuensi

kesehatan yang serius. Risiko semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya BMI. Indeks massa tubuh merupakan faktor risiko

utama untuk penyakit kronis seperti musculoskeletal disorders

terutama osteoarthritis. Penelitian Heliovaara (1987), yang

dikutip NIOSH (1997) menyebutkan bahwa tinggi seseorang

berpengaruh terhadap timbulnya herniated lumbar disc pada jenis

Page 48: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

28

kelamin wanita dan pria, tapi pada berdasarkan IMT, hanya

berpengaruh pada jenis kelamin pria. Selain itu IMT tidak

berhubungan terhadap MSD karena pengukuran menggunakan

Nordic hanya terkait pada tubuh bagian atas dan MSDs extrimtas

atas. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Karuniasih (2009)

terhadap 52 orang supir bus travel, 90,4% keluhan MSDs dialami

oleh supir yang memiliki indeks masa tubuh > 25 telah

mengalami.

4. Faktor Psikososial

Aspek sosial yang tidak baik dapat mempengaruhi terhadap

peningkatan insiden MSDs. Dapat juga disebabkan karena beban

pekerjaan yang berlebihan (over stress) ataupun beban kerja yang

terlampau ringan (under stress). Contohnya pekerjaan yang sangat

sedikit aktifitas fisiknya dan hanya menghabiskan waktu dengan

banyak duduk, dapat meningkatkan prevalensi MSDs.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh European Agency for

Safety and Health at Work (2003), adapun jenis pemicu dari faktor

psikososial lainnya adalah permintaan pekerajaan yang berlebih,

tugas yang kompleks, tekanan waktu, kontrol kerja yang rendah,

kurang motivasi dan lingkungan sosial yang buruk. Gabungan

psikososial tersebut dapat memiliki efek yang lebih serius jika

dibandingkan dengan pajanan tunggal saja.

Sedangkan fakta mengenai dampak kecemasan akan adanya

re-organisasi/pergantian struktural kepengurusan memiliki risiko dua

Page 49: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

29

kali lipat untuk menyebabkan munculnya MSDs. Berdasarkan hasil

survey, hal tersebut biasanya sering dialami oleh laki-laki yang telah

berumur/tua (Michael, 2001).

2.1.4. Pengendalian MSDs

Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et al,

1997):

1. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya

menggunakan pengendalian teknik.

2. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijkan manajemen yang sering

disebut pengendalian administratif.

3. Menggunakan alat pelindung diri.

Agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan

pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut

adalah :

1. Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping.

2. Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara

sembarangan, karena dapat meningkatkan risiko cidera.

3. Jangan ragu meminta tolong pada orang.

4. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.

5. Apabila barang yang hendak dipindahkan terlalu berat, jangan

melanjutkan.

6. Lakukan senam/peregangan otot sebelum bekerja.

Page 50: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

30

2.1.5. Metode Penilaian Risiko MSDs

1. RULA (Rapid Upper Limb Assessment )

a. Definisi

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya

dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan

penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini

dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan

dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja

yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel

penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang

akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang diselidiki

dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee‟

dalam Santon (2005) sebagai faktor beban eksternal (external

load faktors) yang meliputi :

1) Jumlah gerakan

2) Kerja otot statis

3) Gaya

4) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan

5) Waktu kerja tanpa istirahat

b. Pengukuran

1) Tahap 1

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat

untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang

Page 51: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

31

membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B.

Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta

pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher,

punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa

seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan

atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang

mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian

atas dapat tercakup dalam penilaian.

2) Tahap 2

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan

B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari

sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur

bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur

Grup A yang meliputi lengan atas, lengan bawah,

pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati

dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.

Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk

memperoleh skor A.

Gambar 2.6.

Proses Penilaian Rula

Sumber : Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. Santon et al, 2005

Page 52: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

32

3) Tahap 3

Berdasarkan grand score dari gambar di atas,

tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4

action level berikut :

Tabel 2.1.

Grand Score RULA

Level Skor Action Level

Low 1 – 2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau

berulang untuk waktu yang lama.

Medium 3 – 4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin

saja perubahan diperlukan.

High 5 – 6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera.

Very

High > 7

Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan

sesegera mungkin (mendesak).

Sumber : Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. Santon et al,

2005

2. REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Reba adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett

dan Lynn McAtamney yang secara efektif digunakan untuk menilai

postur tubuh pekerja. Selain itu metode REBA memperhitungkan

beban yang ditangani dalam suatu sistem kerja, coupling dan

aktivitas yang dilakukan. Metode ini relatif mudah digunakan karena

untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar

sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut. Pada akhirnya nilai

akhir dari REBA memberikan indikasi level resiko dari suatu

pekerjaan dan tindakan yang harus dilakukan/diambil (Neville

Stanton, 2004).

Page 53: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

33

Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui

yaitu: Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan

menggunakan video atau foto.

a. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian

tubuh seperti :

1) badan (trunk)

2) leher (neck)

3) kaki (leg)

4) lengan bagian atas (upper arm)

5) lengan bagian bawah (lower arm)

6) pergelangan tangan (hand wrist)

b. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas

kerja.

c. Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan

menghitung skor akhir dari kegiatan tersebut.

3. Quick Expssure Checklist (QEC)

a. Definisi

Quick expossure check (QEC) merupakan metode untuk

mengukur risiko terkait penyakit akibat musculoskeletal disorder

(MSDs) (Li dan Buckle, 1999). Penggunaan QEC sangatlah

mudah diterapkan, berfungsi untuk mengevaluasi tempat kerja

dan desain peralatan kerja serta memudahkan untuk mendesain

ulang tempat kerja. QEC membantu mencegah banyak MSDs

yang ada di tempat kerja. QEC mengukur 4 (empat) bagian tubuh

Page 54: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

34

yang paling berisiko terhadap MSDs. Metode ini telah

dikembangkan oleh praktisi/ahli di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja pada beberapa perusahaan untuk :

1) Mengidentifikasi faktor risko untuk pekerjaan terkait cidera

bagian belakang.

2) Mengevaluasi level risiko untuk bagian tubuh yang berbeda.

3) Mengukur perbedaan risiko MSDs pada sebelum dan sesudah

pekerjaan.

4) Mengembangkan tempat kerja menjadi sarana dalam

mengurang risiko MSDs dan mengurangi biaya yang

dikeluarkan akibat MSDs.

5) Meningkatkan kesadaran tingkat manajer, teknisi, desainer,

kesehatan dan pelaksana keselamatan terhadap faktor risiko

ergonomi di tempat kerja.

6) Membandingkan tingkat paparan yang diterima oleh dua

pekerja atau lebih dengan pekerjaan yang sama, atau

perbandingan risiko dengna pekerjaan lainnya.

Keunggulan yang paling utama dalam menggunakan QEC

adalah :

1) Mudah untuk diterapkan.

2) Membantu untuk melakukan perubahan ergonomi.

3) Selaras dengan metode pengukuran lainnya.

4) Melindungi bahaya fisik akibat MSDs

5) Tidak perlu waktu lama untuk mempelajarinya.

Page 55: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

35

6) Mempertimbangkan kombinasi bahaya yang ada di tempat

kerja.

Adapun kekurangan dari metode ini adalah :

a) Metode ini hanya terfokus pada faktor fisik tempat kerja saja.

b) Skor/nilai paparan yang disarankan butuh validitas kembali.

c) Perlu pengembangan lebih lanjut untuk memberikan

pengukuran yang tepat.

b. Pengukuran

1) Punggung

Mengukur postur punggung (fleksi, ekstensi, deviasi,

radial, memutar) dengan posisi normal ≤ 200 yang ditulis

dengan A1, sedangkan bahaya sedang dengan gerakan fleksi

atau putaran atau bengkok 200-60

0 (A2) dan bahaya kategori

berat dengan sudut ≥ 600

(A3). Serta dengan

mempertimbangkan jenis pekerjaan kategori statis ataupun

manual handling.

2) Bahu dan Lengan

Mengukur postur bahu dan lengan (fleksi, ekstensi,

deviasi, radial, memutar) khsusnya pada saat pekerjaan

mengangkat ataupun mengambil barang. Posisi bahaya

adalah saat lengan berada di atas kepala (C3) ataupun

melakukan pekerjaan dimana benda berada pada posisi di

bawah pinggang (C1) dan C2 Pada ketinggian dada.

Page 56: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

36

3) Pergelangan Tangan

Postur ini diukur selama pekerjaan dengan posisi

pergelangan tangan tidak sesuai. (E1 Posisi netral lurus

dengan lengan, E2 Menyimpang atau bengkok ≥ 450, F1

≤10 kali/menit, F2 11 - 20 kali/menit, F3 ≥ 20 kali/menit)

4) Leher

Posisi leher didefinisikan berbahaya jika terdapat

gerakan fleksi, ekstensi, deviasi dan radial lebih dari 200serta

gerakan memutar.

5) Berat beban

Berat beban yang dibawa pada saat melakukan

pekerjaan dengan kategori beban rendah ≤ 5 kg (H1), beban

sedang 5-10 kg (H2), beban berat 11-20 kg (H3) dan H4,

sangat berat (≥ 20 kg). Untuk kategori berat benda yang

digunakan/dibawa dengan menggunakan satu tangan adalah

ringan K1 dengan berat benda ≤ 1 kg, K2 sedang 1-4 kg &

K3 dengan berat ≥ 4 kg.

6) Waktu kerja

Ketegori penilaian waktu kerja berdasarkan lama yang

dibutuhkan dalam sehari oleh sesorang untuk menyelesaikan

pekerjaannya dengan kategori penilaian J1 untuk pekerjaan

dilakukan ≤ 2 jam, 2-4 jam J2dan J3 ≥ 4 jam

Page 57: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

37

c. Penghitungan

Contoh perhitungan/penilaian MSDs untuk faktor pekerjaan

diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.2.

Tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung

Sumber : University of Surrey, Buckle 2005

Untuk menetukan besar risiko dari faktor pekerjaan dengan

berpedoman pada tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung

yang menghasilkan nilai kombinasi postur kerja (A1-A3) dan

berat (H1-H4).

Jika diperoleh nilai pada A2 dan H2 maka akan didapat nilai

6, kemudian nilai tersebut ditulis pada yang kolom kosong yang

tersedia di bagian pojok kanan bawah. Begitu juga dengan tabel

berikutnya dihitung dengan cara yang sama.

Setelah itu, nilai yang terdapat pada kotak bertuliskan

”score 1” hingga “score 6” dijumlahkan sehingga diperoleh total

skor risiko paparan MSDs pada salah satu bagian tubuh yang

nantinya dibandingkan dengan nilai standar yang ada. Prosedur

yang sama dapat dilakukan kembali pada perhitungan risiko

MSDs bagian tubuh lainnya seperti bahu, pergelangan tangan,

leher.

Page 58: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

38

Untuk mengetahui level risiko/paparan dari hasil

perhitungan di atas, dapat mengacu pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3.

Kategori Nilai Paparan Pada Bagian Tubuh

Skor Tingkat Paparan

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Punggung (static) 8-15 16-22 23-29 29-40

Punggun (Gerak) 10-20 21-30 31-40 41-56

Bahu/lengan 10-20 21-30 31-40 41-56

Pergelangan tangan 10-20 21-30 31-40 41-56

Leher 4-6 8-10 12-14 16-18

Sumber : University of Surrey, Buckle 2005

Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap

bagian tubuh, lalu dibagi dengan angka 176 (total skor/176).

Adapun hasil perhitungan tersebut dikategorikan

berdasarkan tabel berikut berikut :

Tabel 2.4.

Kategori Tingkat Paparan & Tindakan

Tingkatan QEC

skor Ekuivalen

skor RULA Tindakan

Low ≤ 40 % 1 - 2 Dapat diterima

Medium 41 – 50 % 3 – 4 Perlu investigasi lebih lanjut

High 51 – 70 % 5 – 6 Investigasi lebih lanjut dan

perubahan segera

Very

High > 70 % 7+

Invesetigasi dan perubahan

seketika

Sumber : QEC work related, Buckle and Li, 2005

2.2. Kerangka Teori

Berbagai faktor risiko ergonomi dapat menyebabkan terjadinya MSDs

yaitu, faktor pekerjaan, faktor lingkungan dan faktor manusia atau pekerja.

Faktor pekerjaan antara lain gerakan berulang, postur, beban, durasi, frekuensi,

sikap paksa tubuh, statis, manual handling beban berat serta postur dan

Total Skor = Skor (punggung + leher + bahu + pergelangan tangan

176

Page 59: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

39

peralatan kerja yang tidak sesuai (Grandjen, 1993; Kuorinka et al, 1995, Cohen

et. Al, 1997; NIOSH, 1997; Susan Stock et.al, 2005). Selanjutnya faktor

lingkungan antara lain getaran mekanis mikroklimat. Sedangkan faktor

manusia atau pekerja antara lain umur, waktu kerja, jenis kelamin, ukuran

tubuh atau antropometri dan kesehatan atau kesegaran jasmani serta masa

seseorang bekerja (Pheasant, 1995; Oborne, 1995). Faktor organisasi lainnya

yang paling berpengaruh sebagai penyebab terjadinya MSDs adalah jadwal

kerja/shift kerja, langkah kerja, lingkungan kerja dan psikososial (Susan Stock

et.al, 2005). Adapun skema yang didapat sebagai berikut :

Faktor Pekerjaan

(Postur Kerja, Force/beban,

Frekuensi, Durasi. Alat perangkai

/genggaman)

Faktor lingkungan

1. Getaran

2. Mikromiklat

3. Pencahayaan

Faktor Pekerja

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Waktu kerja

4. Kebiasaan merokok

5. Kesegaran jasmani

6. Indeks Masa Tubuh

7. Masa kerja

8. Kekuatan fisik

Faktor Psikososial

1. Kepuasan kerja

2. Organisasi kerja

3. Stress mental

KELUHAN MSDs

Skema 2.1.

Kerangka Teori Keluhan MSDs

Sumber : Kuorinka et al, 1995; NIOSH, 1997; Pheasant, 1995; Oborne, 1995;

Cohen et. Al, 1997; Susan Stock et.al, 2005.

Page 60: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

40

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dibuat untuk menjelaskan kaitan antara keluhan MSDs

dengan faktor pekerjaan dan faktor pekerja berupa umur, kebiasaan merokok,

indeks masa tubuh, kesegaran jasmani, masa kerja. Untuk faktor jenis kelamin

tidak diteliti karena seluruh pekerja di bagian Fabrikasi berjenis kelamin laki-laki,

sedangkan faktor waktu kerja tidak diteliti karena waktu kerja yang diterapkan

kepada seluruh pekerja Fabrikasi adalah sama, yaitu 8 (delapan) jam kerja setiap

hari. Faktor lingkungan seperti getaran, mikromiklat dan pencahayaan tidak diteliti

karena keterbatasan alat ukur dan memerlukan ahli atau yang telah tersertifikasi

untuk mengukurnya.

Untuk faktor psikososial seperti kepuasan kerja, stress mental dan

organisasi kerja tidak diteliti karena penelitian ini hanya terfokus terhadap

pengukuran karakteristik fisik pekerjaan pada bagian fabrikasi di PT. Caterpillar

Indonesia. Sedangkan pengaruh faktor stress terhadap keluhan MSDs, belum

didapatkan penelitian dan fakta-fakta yang jelas serta belum ada alat ukur/uji yang

akurat, untuk saat ini alat ukur tersebut masih dalam tahapan pengujian dan

pengembangan alat ukur (NIOSH 2002). Adapun skema kerangka konsep dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 61: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

41

Skema 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian

Keluhan MSDs

Risiko Pekerjaan

Usia

Masa Kerja

Indeks Masa Tubuh

Kebiasaan Merokok

Kesegaran Jasmani

Page 62: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

42

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1.

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Keluhan

MSDs

Gejala yang ada pada salah satu bagian

tubuh atau lebih yang dirasakan oleh

responden berupa pegal pada otot,

kaku, nyeri, kesemutan, rasa terbakar

dan bengkak pada persendian.

Mengisi

lembar

Nordic Body

Map

Nordic Body

Map

1. Keluhan berat; jika memiliki satu

gejala atau lebih yang menetap

selama > 3 hari dalam waktu 7

(tujuh) hari terakhir.

2. Keluhan ringan; jika memiliki satu

gejala atau lebih yang menetap

selama 1 hari dalam waktu 7 (tujuh)

hari terakhir.

3. Tidak ada keluhan

(Katharine et al. 2005)

Ordinal

2. Risiko

Pekerjaan

Tingkat risiko/paparan dari aktifitas

pekerjaan dengan mengukur postur

leher, bahu, siku, tangan dan

pergelangan tangan, serta punggung

dengan mengacu pada skor Quick

Expossure Check

Observasi,

Wawancara

Lembar QEC,

Kuesioner,

Kamera,

Busur, tabel

skor

1. Risiko Sedang; jika diperoleh nilai

total QEC 40% - 50%

2. Risiko rendah; jika diperoleh nilai

total QEC ≤ 40%

Buckle and Li, 2005

Ordinal

Page 63: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

43

3. Usia Terhitung lama hidup pekerja saat

tahun kelahiran hingga penelitian

dilakukan.

Wawancara Kuesioner Tahun Ratio

4. Masa Kerja Lamanya bekerja sebagai juru

las/welder.

Wawancara Kuesioner Tahun Ratio

5. Indeks

Masa

Tubuh

Kondisi status gizi pekerja saat

dilakukan penelitian. Dihitung dengan

rumus BB2/TB (berat badan

2/tinggi

badan) (WHO 200).

Pengukuran

langsung

Timbangan

badan dan

microtoa

1. Obesitas; jika IMT > 30

2. Overweight ; jika IMT 25-30

3. Normal ; jika IMT 18,5-25

4. Underweight ; jika IMT < 18,5

(WHO, 2003)

Ordinal

6. Kebiasaan

Merokok

Banyaknya jumlah rokok yang

dikonsumsi oleh pekerja setiap hari.

Wawancara Kuesioner 1. Berat jika > 20 batang/hari

2. Sedang jika 10-20 batang/hari

3. Ringan < 10 batang per hari

4. Tidak merokok jika berhenti > 1 tahun

(Bustan, 2000)

Ordinal

7. Kesegaran

Jasmani

Kegiatan melakukan senam

pagi/olahraga dalam seminggu.

(Humantech, 2003)

Wawancara

dan observasi

Kuesioner 1. Kurang; jika melakukan senam

pagi/olahraga < 5 x/minggu

2. Cukup; jika melakukan senam

pagi/olahraga ≥ 5 x/minggu

Ordinal

Page 64: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

44

3.3. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pekerjaan dengan keluhan MSDs pada welder di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

2. Ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada welder di bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

4. Ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

5. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

6. Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

Page 65: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

45

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

cross sectional study (potong lintang) dimana variabel independen dan dependen

diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober tahun 2010 di PT.

Caterpillar Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Narogong KM.19, Cileungsi,

Bogor 16820.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian Fabrikasi PT.

Caterpillar Indonesia sejumlah 115 orang. Adapun pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi berikut ini:

Keterangan :

n : Besar sampel

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

P1 : Proporsi usia pekerja > 35 tahun terhadap keluhan MSDs (28%)

P2 : Proporsi usia pekerja ≤ 35 tahun terhadap keluhan MSDs (50%)

Z2

1-/2 : Derajat kemaknaan pada uji dua sisi (two tail), = 5%

Z1- : Kekuatan uji 90%

n = [ Z1-/2 2 P (1-P) + Z1- P1 (1-P1) + P2 (1-P2) ]2

(P1-P2)2

Page 66: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

46

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang dibutuhkan sebesar :

n = 102

Hasil perhitungan statistik di atas, maka sampel yang dibutuhkan sebanyak

102 sampel. Sampel diambil adalah orang yang melakukan pengelasan di bagian

Fabrikasi. Berdasarkan data perusahaan di bagian Fabrikasi, proses pengelasan

dikerjakan oleh 75 orang, oleh karena itu sampel yang digunakan adalah seluruh

pekerja (total population) pengelasan.

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada pekerja bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, nordic

body map, lembar QEC, timbangan berat badan (Laica 36020 Italy), microtoa dan

kamera digital serta penggaris busur. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh

dengan menggunakan profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan standard

work system (SWS) bagian fabrikasi serta data pendukung lainnya. Adapun

penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen penelitian

yang digunakan adalah sebagai berikut :

4.4.1. Variabel Keluhan MSDs (Musculoscelatal disorders)

Keluhan MSDs pada pekerja diperoleh dengan menanyakan langsung

melalui instrumen kesioner dan menggunakan nordic body map untuk

mengetahui dimana letak keluhan yang dirasakan ketika ataupun setelah

n = [ 1.96 2 x 0.39 (1-0.39) + 1.28 0.28 (1-0.28) + 0.50 (1-0.50) ]2

(0.28-0.50)2

Page 67: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

47

bekerja (lampiran 1). Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk

memberikan tanda ada atau tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh

tersebut. Kuisioner Nordic Body Map ini diberikan kepada seluruh sampel

yang terdapat pada stasiun kerja. Selanjutnya keluhan pada Nordic body map

dikelompokkan menjadi dua kategori :

1. Keluhan berat apabila responden memiliki satu gejala atau lebih yang

menetap selama > 3 hari dalam waktu 7 (tujuh) hari terakhir.

2. Keluhan ringan apabila responden memiliki satu gejala atau lebih yang

menetap selama 1 hari dalam waktu 7 (tujuh) hari terakhir.

3. Tidak ada keluhan apabila responden tidak merasakan keluhan dalam

waktu 7 (tujuh) hari terakhir.

4.4.2. Variabel Faktor Pekerjaan

Data mengenai faktor pekerjaan diperoleh melalui perhitungan risiko

MSDs pada bagian tubuh tertentu (punggung, leher, bahu/lengan,

pergelangan tangan) dengan mempertimbangkan faktor durasi, beban serta

frekuensi pekerjaan pada penggunaan instrumen quick expossure check.

Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Persiapan pengukuran

a. Dipilih tempat dan pekerja yang akan diobservasi serta

mendiskusikan bersama supervisior atau manajer perusahaan.

b. Setiap pekerjaan dibagi menjadi beberapa tahapan tugas/task,

kemudian akan diukur besar risikonya.

Page 68: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

48

c. Dicatat data mengenai nama pekerjaan, detail pekerjaan nama

peneliti, waktu dan tanggal penilaian pengukuran.

2. Pelaksanaan pengukuran

a. Pada lembar observer’s assessment, risiko MSDs pada pekerjaan

diukur dan di-ceklist pada kotak pertanyaan A-G mengenai postur

dan gerakan tubuh. Pada saat mengukur risiko pekerjaan, observer

harus melihat pada posisi yang paling jelas.

b. Sedangkan untuk worker’s assessment, pekerja diberikan pertanyaan

mengenai beban dan durasi pekerjaanya dalam sehari. Adapun

penilaian risiko pada pekerjaan berdasarkan postur tubuh dapat dilihat

pada tabel 4.1.

c. Untuk membantu pengukuran dapat menggunakan kamera digital dan

busur guna memperoleh besar sudut postur tubuh.

d. Untuk mengetahui berat barang dan berat alat yang digunakan oleh

pekerja dapat digunakan timbangan berat.

Tabel 4.1.

Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh

Contoh Gerakan Keterangan

A1 Hampir netral (tegak lurus dengan kaki atau ≤ 200)

A2 Fleksi atau putaran atau bengkok ( 200-60

0)

A3 Fleksi atau putaran atau bengkok (> 600)

Page 69: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

49

Tabel 4.1.

Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh

Contoh Gerakan Keterangan

Untuk posisi duduk atau berdiri pada pekerjaan.

Apakah pekerjaan tersebut dalam keadaan statis?

B1 Tidak

B2 Ya

Posisi tangan saat bekerja:

C1 Pada atau dibawah pinggang

C2 Pada ketinggian dada

C3 Pada atau lebih di atas bahu

Frekuensi Gerak Bahu / lengan

D1 Jarang (bergerak sebentar-sebentar)

D2 Sering (bergerak biasa dengan sedikit berhenti)

D3 Sangat Sering (hampir tidak berhenti)

E1 Posisi netral lurus dengan lengan (< 150)

E2 Menyimpang atau bengkok ≥ 150

Apakah ada gerak berulang

F1 ≤10 kali / menit

F2 11 - 20 kali / menit

F3 ≥ 20 kali / menit

Apakah ada gerak leher flkesi, ekstensi ≥ 200 atau berputar?

G1 Tidak

G2 Ya, jarang

G3 Ya, sering

(Lanjutan)

Page 70: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

50

Tabel 4.1.

Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh

Contoh Gerakan Keterangan

Berapa berat beban yang dibawa anda (pekerja)?

H1 Low (≤ 5 kg)

H2 Moderate (6 - 10 kg)

H3 Berat (11 – 20 kg)

H4 Sangat Berat (≥ 21 kg)

Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam sehari oleh

seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya? (DURASI)

J1 ≤ 2 jam

J2 2 - 4 jam

J3 ≥ 4 jam

Berapa berat benda yang dipegang dengan menggunakan

satu tangan?

K1 Low (< 1 kg)

K2 Medium (2 - 4 kg)

K3 High (> 4 kg)

Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)

3. Perhitungan dan Analisis hasil pengukuran

a. Hasil observasi dan penilaian risiko pekerjaan dimasukkan ke kolom-

kolom pada lembar ke dua sesuai dengan kode pertanyaan (A1-L2).

Maka didapatkan skor risiko pada setiap bagian tubuh. Adapun salah

satu contoh perhitungan skor risiko bagian tubuh dapat dilihat pada

tabel 4.2.

(Lanjutan)

Page 71: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

51

Tabel 4.2.

Salah Satu Contoh Perhitungan Pada Lembar QEC

Tabel disamping menunjukkan kombinasi antara

penilaian postur (A1-H3) dan beban (H1-H4). Tentukan

nilai yang sesuai pada kolom yang ada, contoh

kombinasi antara A2 dan H2 maka ditemukan kolom

dengan nilai 6. Masukkan nilai tersebut pada kolom

“score 1” di pojok bawah kanan.

Sumber : Neville Santon 2005

b. Lakukan kembali prosedur perhitungan di atas pada setiap bagian

tubuh.

c. Dari perhitungan skor risiko berdasarkan bagian tubuh, kemudian

dijumlahkan seluruhnya (total skor) dan dibagi dengan angka 176

(total skor/176), adapun formulasi perhitungan total skor dapat dilihat

sebagai berikut :

d. Hasil perhitungan total skor kemudian disesuaikan dengan kriteria

quick exposure check pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Kategori Tingkat Paparan & Tindakan

Tingkatan QEC skor Tindakan

Low ≤ 40 % Dapat diterima

Medium 41 – 50 % Perlu investigasi lebih lanjut

High 51 – 70 % Investigasi lebih lanjut dan perubahan segera

Very High > 70 % Investigasi dan perubahan seketika

Sumber : QEC work related, Buckle and Li, 2005

Total Skor = Skor (punggung + leher + bahu + pergelangan tangan

176

Page 72: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

52

e. Kemudian dari hasil tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori

yaitu risiko sedang dan risiko rendah :

1) Risiko sedang; jika diperoleh nilai total QEC 40% - 50%

2) Risiko rendah; jika diperoleh nilai total QEC ≤ 40%

4.4.3. Variabel Usia

Data usia pekerja diperoleh dengan menanyakan tanggal lahir

pekerja.

4.4.4. Variabel Kesegaran Jasmani

Data kesegaran jasmani diperoleh dengan mengobservasi dan

menanyakan langsung mengenai keikutsertaan pekerja dalam mengikuti

kegiatan senam pagi ataupun olahraga yang dilakukan diluar perusahaan

serta melakukan konfirmasi data yang diperoleh kepada supervisior ataupun

leader di masing-masing bagian. Adapun pengelompokkan data yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Kurang; jika melakukan senam pagi ataupun olahraga < 5 x/minggu.

2. Cukup; jika melakukan senam pagi ataupun olahraga ≥ 5 x/minggu.

4.4.5. Variabel Kebiasaan Merokok

Data mengenai kebiasaan merokok diperoleh melalui menanyakan

langsung kepada pekerja dengan instrumen berupa kusioner. Adapun

pengelompokkan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Berat jika > 20 batang/hari

2. Sedang jika 10-20 batang/hari

3. Ringan < 10 batang per hari

4. Tidak merokok

Page 73: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

53

4.4.6. Variabel Masa Kerja

Data mengenai masa kerja diperoleh dengan menanyakan berapa

lama telah melakukan bekerja sebagai welder baik itu di PT. Caterpillar

Indonesia ataupun perusahaan tempat sebelumnya bekerja.

4.4.7. Variabel Indeks Masa Tubuh

Data mengenai berat badan diperoleh dengan mungukur berat badan

menggunakan timbangan berat badan jenis Laica 36020 Italy. Sedangkan

data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan menggunakan

microtoa. Adapun data yang diperoleh adalah dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Obesitas; jika IMT > 30

2. Overweight ; jika IMT 25-30

3. Normal ; jika IMT 18,5-25

4. Underweiht ; jika IMT < 18,5

4.5. Pengolahan Data

Seluruh data yang telah dikumpulkan baik primer maupun sekunder akan

diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut :

4.5.1. Menyunting data (Editing)

Dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan ketepatan pengisian lembar

kuesioner dan lembar penilaian risiko MSDs QEC serta gambar aktivitas

pekerjaan yang dilakukan pekerja. Pemeriksaan ini dilakukan pada saat di

lapangan

Page 74: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

54

4.5.2. Mengkode data (Coding)

Proses pendeskripsian data dan pemberian kode pada jawaban

responden, dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah

pengolahan data selanjutnya. Adapun kode yang diberikan adalah sebagai

berikut:

1. Karakteristik responden diberi kode A1 – A3.

2. Variabel masa kerja diberi kode B1 – B4.

3. Variabel kebiasaan merokok diberi kode C1 – C7.

4. Variabel kesegaran jasmani diberi kode D1 – D7.

5. Variabel keluhan MSDs diberi kode E1 – E5.

4.5.3. Memasukkan data (Entry)

Memasukkan data dalam program atau fasilitas analisis data

berdasarkan klasifikasi.

4.5.4. Membersihkan data (Cleaning)

Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan

tidak ada yang salah dan menghindari kesalahan dalam menganalisis (error).

Sedangkan pada lembar QEC perlu dipastikan kembali penempatan skor

pada kolom yang telah disediakan.

4.6. Analisis Data

4.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

persentase masing-masing variabel yang dianalisis dari tabel distribusi.

Variabel tersebut meliputi variabel risiko MSDs pada faktor pekerjaan, usia

Page 75: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

55

pekerja, indeks masa tubuh, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, dan

masa kerja yang mempengaruhi keluhan MSDs serta gambaran tingkat risiko

MSDs pada pekerja.

4.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan dependen menggunakan uji Chi square pada variabel

indeks masa tubuh, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani. Sedangkan

uji Kruskall wallis dengan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan

(α) 5% digunkanan pada variabel usia kerja dan masa kerja yang memiliki

data numerik serta tidak berdistribusi normal.

Jika P value ≤ nilai α (0,05) maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value > nilai α

(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kedua

variabel.

Rumus Uji Chi square Rumus Uji Kruskal wallis

Keterangan:

X2 : Chi square

O : Nilai observasi

E : Nilai ekspektasi

Keterangan:

N = jumlah sampel

Tg = jumlah peringkat pada kelompok g

ng = jumlah sampel pada kelompok g

Page 76: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

56

BAB V

HASIL

5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Caterpillar Indonesia

PT. Caterpillar Indonesia merupakan suatu perusahaan pembuatan

alat berat ternama yang berasal dari Amerika. PT. Caterpillar Indonesia

bertugas membuat sebagian alat berat tersebut di Indonesia. Sedangkan hasil

produksinya dipasarkan oleh Trakindo. PT. Catepillar Indonesia didirikan

pertama kali pada tahun 1982 dengan nama PT. Natra Raya hingga

kemudian pada saat Maret 2010 berganti nama menjadi PT. Caterpillar

Indonesia. Perusahaan ini memiliki luas area sebesar 10 hektar tanah dimana

sekitar 15.000 m2 merupakan lahan untuk kegiatan manufacturing yang

berlokasi di Jl. Narogong Raya Km 19 Cileungsi Bogor 16820. PT.

Caterpillar Indonesia memiliki pekerja sekitar 300 orang. Dimana

pekerjanya merupakan pekerja yang handal dan memiliki loyalitas tinggi.

Saat ini system CPS (Caterpillar Production System) diberlakukan untuk

lebih meningkatkan kualitas produk.

5.1.2. Visi dan Misi PT. Caterpillar Indonesia

1. Visi

“Pekerja dan proses kami bisa membuat produk utama Caterpillar

menjadi pesaing handal di pasaran ASEAN. Kami menjadi penyelia

yang dipilih oleh masyarakat daerah Asia Pasifik untuk produk work

tools dan OHT truck bodies.”

Page 77: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

57

2. Misi

Untuk menyediakan produk utama dan work tools Caterpillar yang

fleksibel, responsif dan biaya manufacturing yang efektif dengan

semangat untuk melakukan continuous improvement. Maka Caterpillar

memiliki misi sebagai berikut :

a. Kami memberikan nilai-nilai Caterpillar dan menunjukkannya pada

kegiatan sehari-hari.

b. Kami akan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan bebas

kecelakaan untuk seluruh karyawan.

c. Kami memperbesar posisi kami sebagai perusahaan manufacture

tingkat ASEAN.

d. Dengan bekerjasama dengan kelompok produk work tool, kami

menemukan bisnis model dan proses optimum untuk merespon

kebutuhan yang unik pada bisnis work tool.

e. Kami membangun kemampuan dan proses kelas dunia melalui

penggunaan dari Caterpillar Production System.

f. Kami sangat terkait dengan komunitas lokal.

5.1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Caterpillar

Indonesia

Keselamatan di PT. Caterpillar Indonesia sangat mendapat perhatian

khusus karena sifatnya yang penting. Slogan “Employee Safety First”

merupakan salah satu bukti bahwa PT. Caterpillar Indonesia sangat

memperhatikan kesejahteraan karyawannya. “Kerjasama, komunikasi yang

terbuka dan keterlibatan karyawan sangat penting untuk menciptakan suatu

Page 78: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

58

tempat kerja yang aman” merupakan penjelasan dari slogan tersebut. PT.

Caterpillar Indonesia menginginkan seluruh karyawannya selamat tiba di

rumah, setiap orang dan setiap hari. Untuk lebih meningkatkan keselamatan

karyawan, PT. Caterpillar Indonesia memberlakukan Safety Walk setiap hari

senin di awal bulan, safety and council meeting setiap hari selasa di tiap

minggunya, juga melakukan Safety Sign Off, FMEA Risk Assesment dan

SWS Audit.

PT. Caterpillar Indonesia berhasi melakukan 294 hari kerja Zero

Recordble Accident mulai tanggal 22 Juni 2006 sampai 26 Agustus 2008,

sehingga pada perayaan 2 tahunnya pada tahun 2008 PT. Caterpillar

Indonesia mulai memperhatikan masalah ergonomi yang tentunya jika tidak

di perhatikan akan menyebabkan masalah kesehatan bagi karyawan di

kemudian hari.

1. Visi Keselamatan

“Visi keselamatan Caterpillar adalah dikenal sebagai pemimpin

dalam industrinya dengan menciptakan dan memelihara tempat kerja

yang bebas kecelakaan. Kami percaya bahwa kecelakaan dan cidera

dapat dihindari, karenanya kami dari hal ini adalah nol. keselamatan

karyawan merupakan hal utama dalam segala hal yang kami lakukan dan

kami percaya dengan terus meningkatkan praktek, proses dan kinerja

keselamatan akan mendukung keunggulan usaha, dimana seluruh

karyawan Caterpillar dikenal seluruh dunia.”

Page 79: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

59

2. Kebijakan Mutu

“PT. Caterpillar Indonesia membuat dan mengirimkan produk

Caterpillar dengan kualitas unggul pada pelanggan melalui keterlibatan

semua karyawan, penerapan Caterpillar Production System dan

peningkatan mutu yang berkesinambungan pada setiap aspek bisnis

kami. Kami akan bekerja dengan seluruh mitra kerja Value Stream untuk

memacu perbaikan ini secara berkesinambungan.”

5.1.4. Gambaran Bagian Produksi PT. Caterpillar Indonesia

HEX merupakan akronim dari Hydraulic Excavator, sedangkan TTT

adalah Track-Type Tractor dan WTD adalah Work Tool Demand. Sehingga

produksi utama PT. Caterpillar Indonesia saat ini adalah HEX, TTT dan

WTD.

1. Fabrikasi

Pertama kali PT. Caterpillar Indonesia melakukan kegiatan

operasi adalah untuk mengerjakan OTO (One Time Order) work tool

yang dipesan hanya satu kali dengan spesefikasi khusus. Semua kegiatan

fabrikasi kelas A untuk Excavator dilakukan di PT. Caterpillar

Indonesia. Sedangkan Track-Type Tractor yang dikerjakan di fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia antara lain : C-frame, blade, canopy. Untuk

memenuhi kebutuhan sumber daya di fabrikasi, maka PT. Caterpillar

Indonesia membutuhkan orang-orang yang biasa melakukan kegiatan las

dengan berkualitas dan memiliki pengalaman.

Page 80: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

60

2. Assembly, Test dan Paint

Mesin dirakit berasal dari material yang didapat dari Caterpilllar

pusat, fabrikasi yang diproduksi di PT. Caterpillar Indonesia dan

material yang dibeli dari supplier lokal. Sehingga membutuhkan

investasi modal yang sangat rendah. Dibutuhkan orang-orang yang teliti

mengerjakan bidang ini, karena kesalahan dalam melakukan assembly

bisa mengakibatkan ketidakpuasan konsumen.

3. Work Tool

PT. Caterpillar Indonesia memproduksi berbagai macam work

tool dalam skala besar. Work tool mengerjakan blade untuk D10 dan

D11, bucket tipe 992 dan tipe besar lainnya sesuai dengan pesanan yang

diminta. Selain itu, work tool juga menyediakan peralatan untuk

kegiatan kehutanan seperti grapples dan log forks.

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Gambaran Keluhan MSDs pada Responden di Bagian Fabrikasi PT.

Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Keluhan Jumlah %

Keluhan Berat 7 9,3

Keluhan Ringan 58 77,3

Tidak ada keluhan 10 13,4

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Page 81: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

61

Berdasarkan pengumpulan data dengan kuesioner terhadap 75

responden, diketahui bahwa tidak semua responden mengalami keluhan

MSDs. Sebanyak 10 responden (13,4%) sama sekali tidak mengalami

keluhan dan sebesar 65 responden merasakan keluhan MSDs yang

merasakan keluhan, diantaranya 7 responden mengalami keluhan MSDs

berat dan 58 responden mengalami keluhan MSDs ringan.

Indikator keluhan MSDs pada penelitian ini berdasarkan pada 27

titik tubuh. Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan bagian tubuh

yang merasakan keluhan MSDs dapat dilihat pada grafik berikut berikut.

Grafik 5.1.

Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh Pada Responden di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas, diperoleh paling banyak keluhan yang

dirasakan adalah pada bagian pinggang yaitu sejumlah 45 responden, betis

Page 82: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

62

kanan dan kiri, serta sebanyak 30 responden yang merasakan keluhan bagian

leher. Sedangkan bagian tubuh yang paling sedikit dirasakan keluhan adalah

pada paha kiri yaitu sejumlah dua orang.

5.2.2. Gambaran Risiko Pekerjaan di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai faktor pekerjaan diperoleh dari

pengukuran bagian tubuh leher, punggung, bahu dan pergelangan tangan

dengan mempertimbangkan durasi, frekuensi dan beban pekerjaan. Adapun

hasil yang diperoleh mengenai faktor pekerjaan pada responden di bagian

Fabrikasi dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Tingkat Risiko Pekejaan Jumlah %

Sedang 39 52

Rendah 36 48

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa paling banyak

pekerjaan dengan tingkat risiko sedang yang dialami oleh 39 pekerja (52%)

sedangkan tingkat risiko rendah dialami oleh 36 orang pekerja (48%).

5.2.3. Gambaran Usia dan Masa Kerja pada Responden di Bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai usia dan masa kerja responden pada

bagian Fabrikasi di PT. Caterpillar Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.3.

Page 83: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

63

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia dan Masa Kerja di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

NO Variabel Mean SD Min – Max

1 Usia Pekerja 30,71 (tahun) 6,281 21 – 43

2 Masa Kerja 84,13 (Bulan) 75,642 8 – 240

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden di

bagian Fabrikasi adalah 31 tahun, untuk usia responden paling muda adalah

21 tahun, sedangkan usia responden paling tua adalah 43 tahun.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki masa kerja terendah adalah selama 8 bulan, responden yang

memiliki masa kerja terlama adalah 20 tahun dan rata-rata masa kerja

responden adalah 84,13 bulan (7 tahun).

5.2.4. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Responden di Bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia 2010

Hasil penelitian mengenai indeks masa tubuh pada responden di

bagian Fabrikasi PT. Caterpilar Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Indeks Masa Tubuh Jumlah %

Obesitas (IMT >30) 13 17.3

Over weight (IMT 25-29,9) 11 14.7

Normal (IMT 18-24,9) 32 42.7

Under weight (IMT < 18) 19 25.3

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Page 84: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

64

Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki obesitas

sejumlah 13 pekerja (17,3%), over weight sebanyak 11 pekerja (14,7%),

under weight sejumlah 19 pekerja (25,3%) dan pekerja yang memiliki IMT

normal sebesar 32 pekerja (42,7%).

5.2.5. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Responden di Bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian terkait kebiasaan merokok pekerja dapat diketahui

berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari dengan

pengkategorian merokok dan tidak merokok. Adapun distribusi kebiasaan

merokok pada responden di bagan Fabrikasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Kebiasaan Merokok Jumlah %

Berat 1 1.3

Sedang 8 10,7

Ringan 30 40

Tidak merokok 36 48

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden paling

banyak tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sejumlah 36 orang (48%),

responden paling banyak memiliki kebiasaan merokok ringan yaitu sebesar

30 orang, sedangkan responden yang memiliki kebiasaan merokok berat

hanya terdapat 1 orang (1,3%).

Page 85: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

65

5.2.6. Gambaran Kesegaran Jasmani pada Responden di Bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai gambaran pekerja berdasarkan kesegaran

jasmani pada responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada

tahun 2010 dapat dilihat pada berikut.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Kesegaran Jasmani N %

Kurang 48 64

Cukup 27 36

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 48 pekerja

(64%) memiliki kesegaran jasmani yang kurang, sedangkan responden yang

memiliki kesegaran jasmani yang baik adalah sebanyak 27 pekerja (36%).

5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada

Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Analisis Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

berdasarkan hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs dapat

dilihat pada tabel berikut:

Page 86: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

66

Tabel 5.7.

Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs Pada

Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010

Risiko

Pekerjaan

Keluhan MSDs Total

P value Berat Ringan Tidak ada

n % n % n % n %

Sedang 7 17,9 31 79,5 1 2,6 39 100

0,000

Rendah 0 0 27 75 9 25 36 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 39 responden yang

memiliki risiko pekerjaan yang sedang, responden paling banyak mengalami

tingkat keluhan MSDs ringan yaitu sebesar 31 pekerja (79,5%). Sedangkan

dari 36 responden dengan risiko pekerjaan yang rendah, paling banyak

memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 27 pekerja (75%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square

diperoleh p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan

MSDs pada welder yang dialami oleh responden.

5.3.2. Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs pada Welder di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Analisis responden berdasarkan hubungan antara usia pekerja

dengan keluhan MSDs diperoleh menggunakan uji non parametrik yaitu uji

kruskall-wallis. Hal tersebut tersebut dikarenakan data variabel usia

merupakan data yang berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 87: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

67

Tabel 5.8.

Analisis Hubungan Antara Usia Dengan Keluhan MSDs Pada Responden

di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010

Keluhan MSDs N Mean P value

Berat 7 35.57

0,116 Ringan 58 30.55

Tidak ada keluhan 10 28.20

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Kruskall-

wallis diperoleh p value 0,116 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan

tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan keluhan MSDs pada welder

di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada tahun 2010.

5.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada Welder di

Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan

keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9.

Analisis Hubungan antara Masa Pekerja dengan Keluhan MSDs Pada

Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010

Tingkat keluhan n Mean P value

Berat 7 170.29

0,002 Ringan 58 82.02

Tidak ada keluhan 10 36.10

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil uji Kruskall-wallis diperoleh p value sebesar

0,002 (P value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

Page 88: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

68

antara masa kerja dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

5.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs pada

Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai hubungan antara indeks masa tubuh

dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.10.

Analisis Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs

Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010

Variabel

Keluhan MSDs Total P

value Berat Ringan Tidak ada

n % n % n % n %

Obesitas 2 15,4 9 69,2 2 15,4 13 100

0,941 Over weight 1 9,1 8 72,7 2 18,2 11 100

Normal 3 9,4 26 81,2 3 9,4 32 100

Under weight 1 5,3 15 78,9 3 15,8 19 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 13 responden yang

memiliki yang obesitas, paling banyak responden mengalami keluhan MSDs

ringan yaitu sebesar 9 (69,2%) dari 13 pekerja. Responden yang under

weight, paling banyak mengalami keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 15

(78,9%) dari 19 pekerja. Sedangkan responden yang memiliki IMT normal,

paling banyak mengalami keluhan MSDs ringan.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,941 (p

value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara indeks

Page 89: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

69

masa tubuh dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder pada bagian

Fabrikasi di PT. Caterpillar Indonesia.

5.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs pada

Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.11.

Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs

pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010

Variabel

Keluhan MSDs Total

P value Berat Ringan Tidak Ada

n % n % n % n %

Berat 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0

0,044 Sedang 4 50,0 4 50,0 0 0,0 8 100,0

Ringan 1 3.3 24 80,0 5 16,7 30 100,0

Tidak merokok 2 5,6 29 80,6 5 12,8 36 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari 30 responden

yang memiliki kebiasaan merokok ringan, paling banyak responden

memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 24 pekerja (80%).

Sedangkan pada responden yang tidak merokok, paling banyak memiliki

keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 29 pekerja (80,6%).

Dari hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,044 (p value >

0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan

merokok dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada tahun 2010.

Page 90: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

70

5.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs pada

Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Tabel 5.12.

Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs

pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010

Variabel

Keluhan MSDs Total

P value Berat Ringan Tidak ada

n % n % N % n %

Kurang 6 12,5 41 85,4 1 2,1 48 100 0, 000

Cukup 1 3,7 17 63,0 9 33,3 27 100

Sumber : Data Primer

Dilihat dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa dari 48 responden

yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang, responden yang paling

banyak adalah memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sebesar 41 pekerja

(85,4%). Sedangkan responden yang memiliki kesegaran jasmani yang

cukup, paling banyak mengalamai keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 17

pekerja (63,0%) dari 27 pekerja.

Berdasarkan dari hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,001

(p value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan olahraga dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada tahun 2010.

Page 91: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

71

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

a. Data keluhan MSDs hanya berdasarkan keluhan responden yang dapat bersifat

subjektif, karena tidak didukung oleh data medis yang dapat memastikan

bahwa responden benar menderita MSDs.

b. Pengukuran dengan metode QEC (quick exposure check) hanya mengukur

risiko pekerjaan pada tubuh bagian atas saja, sehingga jika ada keluhan yang

dirasakan pada tubuh bagian bawah maka tidak dapat diketahui besar risiko

dan pengaruhnya dengan faktor pekerjaan.

6.2. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs

6.2.1. Keluhan Musculosceletal Disorders

Keluhan MSDs pada pekerja dalam penelitian ini ditinjau dari

tingkat keluhannya dan bagian tubuh yang dirasakan keluhan. Menurut

Humantech (2003), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian

otot rangka yang dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga

keluhan yang terasa sangat sakit. Hal tersebut dapat terjadi jika otot

menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan

dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan

tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut

musculosceletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculosceletal.

Page 92: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

72

Dari hasil pengukuran keluhan MSDs berdasarkan tingkat keluhan

maka diperoleh paling banyak (77,3%) pekerja yang mengalami keluhan

MSDs ringan, sedangkan pekerja dengan keluhan MSDs berat sebanyak

9,4% dan pekerja yang tidak mengalami keluhan MSDs sebanyak 13,3%.

Sedangkan pengelompokkan keluhan MSDs berdasarkan bagian tubuh

diperoleh bahwa 60% pekerja merasakan keluhan pada bagian pinggang,

pekerja merasakan keluhan pada leher sebanyak 57% dan merasakan sakit

pada bagian bahu kanan serta kiri sejumlah 48%.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan yang telah dilakukan oleh

Juniani (2007) pada welder yang melakukan pengelasan bahwa keluhan

MSDs seperti kaku sering dirasakan pada bagian bahu sebanyak 66%,

pekerja merasa sakit atau nyeri pada leher sebanyak 69% dan merasakan

nyeri pada bagian pinggang sebanyak 77%.

Menurut NIOSH (1997), MSDs pada leher dan bahu terjadi karena

pekerja melakukan gerakan berulang ‘repetitive work’, posisi leher dan

bahu dalam keadaan menahan beban berat serta posisi yang ekstrim ketika

bekerja. Sedangkan keluhan MSDs yang terjadi pada pinggang ‘low back

pain’ dapat muncul akibat postur kerja yang buruk seperti membungkuk

dan gerakan mengangkat berulang sehingga memaksa kerja otot/sendi

tulang belakang dan akhirnya terjadi pembengkakan pada sendi. Menurut

James (2007), ketika ruas-ruas tulang menekuk ke depan maka otot akan

bekerja dengan keras untuk menopang tulang/rangka bagian atas sampai

Page 93: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

73

kepala, sehingga otat akan melentur. sehingga semakin sering dan semakin

lama digunakan dengan berlebihan, maka hal demikian akan menyebabkan

hilangnya kelenturan pada otot tersebut.

Gambar 6.1.

Postur Kerja yang Tidak Ergonomis

A

B

a. Contoh postur kerja yang tidak ergonomis, b. postur kerja tidak ergonomis

Sumber :a. James T. Alberts (2007) b. dokumentasi Peneliti

Berdasarkan hasil temuan di tempat penelitian, diketahui bahwa

munculnya keluhan MSDs dikarenakan terdapat beberapa workshop yang

tidak memiliki alat bantu kerja berupa meja kerja. Meja kerja yang biasa

digunakan untuk memudahkan dalam melakukan pengelasan dan dirancang

sedemikian rupa dengan mempertimbangkan aspek ergonomis. Penggunaan

alat tersebut diharapkan dapat meningkatkan produkstivitas dan juga

pekerja dapat melakukan pengelasan tanpa berada pada posisi yang tidak

Page 94: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

74

ergonomis sehingga dapat menghindari ergonomi berupa musculosceletal

disorders. Akibatnya jika ada pekerja yang bekerja tanpa workshop maka

mereka akan melakukan pengelasan secara bebas dan tanpa disadari telah

bekerja dengan posisi yang tidak standard dan berisiko.

Beberapa pekerja juga menuturkan bahwa keluhan yang dirasa besar

kemungkinan disebabkan oleh posisi yang statis dan tidak standar (seperti

jongkok, membungkuk dan overhead) saat melakukan pengelasan, terutama

ketika melakukan pengelasan panjang/full weld. Hal tersebut sesuai

sebagaimana yang diungkapkan dalam James (2007), posisi statis ditandai

oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh dan

tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama

karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.

Selain itu disebabkan juga oleh postur yang tidak sesuai seperti mengelas

dalam posisi jongkok, membungkuk dan pengelasan over head serta adanya

aktifitas manual handling saat memindahkan bahan baku seperti besi baja

ke meja kerja.

Hal yang sama dilaporkan oleh Europan communities (2008) bahwa

sekitar 40% dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari

paparan pekerjaan, atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang di Eropa

telah menderita MSDs setiap tahunnya dan juga cidera musculoskeletal

disorders (MSDs) menyebabkan kehilangan waktu kerja terjadi sekitar 21%

pada perusahaan manufacture (Installation, maintenance, and repair

Page 95: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

75

occupations) dan sektor pelayanan jasa, terutama mayoritas yang menerima

pajanan ini adalah operator ataupun pekerja kasar (dalam Susan Stock et al,

2005).

Adapun gambar dari meja kerja adalah sebagai berikut :

Gambar 6.2.

Meja Kerja yang Digunakan di PT.Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Sumber : Dokumentasi Peneliti

6.2.2. Risiko Pekerjaan

Risiko pekerjaan diukur dengan menggunakan metode quick

exposure check ketika melakukan pengelasan pada tubuh bagian atas.

Menurut Buckle (2005), pengukuran dilakukan pada bagian tubuh atas

seperti leher, punggung, lengan dan bahu serta dengan mempertimbangkan

berat beban yang diangkat, durasi, frekuensi dan postur.

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh 52% pekerjaan memiliki

risiko sedang, sedangkan 48% lainnya memiliki risiko pekerjaan ringan.

Namun tinggi rendahnya tingkat risiko pekerjaan yang ada dipengaruhi oleh

Page 96: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

76

banyaknya jumlah permintaan barang dari pasar sehingga membuat pekerja

untuk bekerja lebih ekstra untuk memenuhi target bulanan. Oleh karena itu,

semakin tinggi dari pekerjaan maka semakin besar pula peluan seseorang

untuk mengalami keluhan MSDs. Berdasarkan studi yang dilakukan

European Campaign On Musculoskeletal Disorders pada tahun 2008

terhadap 235 juta orang pekerja di Eropa, melaporkan 62% telah terpapar

MSDs pada tangan akibat adanya gerak repetitive/berulang dan 46%

dilaporkan akibat posisi tubuh yang melelahkan selama bekerja.

6.2.3. Usia Pekerja

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya

keluhan MSDs. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa rata-rata usia

pekerja adalah 31 tahun, usia pekerja paling tua adalah 43 tahun dan usia

pekerja paling muda adalah 21 tahun. Melihat teori yang diungkapkan dalam

Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada

usia kerja yaitu 24-65 tahun dan keluhan pertama biasa dialami pada usia 35

tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur. Lain halnya menurut Bridger (2003), sejalan dengan meningkatnya

usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat

seseorang berusai 30 tahun. Oleh karena itu pekerja yang ada di bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia mempunyai potensi untuk mengalami

keluhan MSDs.

Page 97: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

77

6.2.4. Masa Kerja

Masa kerja diukur dengan menjumlahkan total keseluruhan masa

kerja baik itu di PT. Caterpillar Indonesia ataupun perusahaan sebelumnya

bekerja. Menurut Ohlssson et al (1989), semakin lama masa kerja seseorang

dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang

secara fisik maupun secara psikis. Hal ini dikarenakan tingkat endurance

otot yang sering digunakan untuk bekerja akan menurun seiring lamanya

seseorang bekerja. Berdasarkan tabel hasil 5.4, dapat dilihat bahwa rata-rata

masa kerja adalah 84 bulan atau setara dengan 7 tahun. Masa kerja terlama

adalah 20 tahun.

6.2.5. Indeks Masa Tubuh

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status

gizi pekerja. Menurut Horn et al (1998), seseorang dengan kelebihan berat

badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus

menerus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang

yang mengakibatkan kelelahan dan nyeri otot. Berdasarkan hasil, diperoleh

pekerja yang memiliki indeks masa tubuh obesitas sejumlah 13 pekerja

(17,3%) dan pekerja dengan indeks masa tubuh normal sebanyak 32 pekerja

(42,7%).

6.2.6. Kebiasaan Merokok

Hasil penelitian terkait kebiasaan merokok pekerja dapat diketahui

berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari dengan

Page 98: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

78

pengkategorian merokok dan tidak merokok. Pekerja yang termasuk tidak

merokok jika tidak pernah ataupun sudah berhenti merokok lebih dari satu

tahun. Berdasarkan hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa responden

yang merokok adalah sejumlah 39 pekerja (52%) dan responden yang tidak

merokok sejumlah 36 pekerja (48%). Menurut Croasmun (2003), kebiasaan

merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya

untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut

untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan

mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah.

6.2.7. Kesegaran Jasmani

Kesegeran jasmani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

munculnya keluhan MSDs. Menurut Mitchell (2008), tingkat kesegaran

tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.

Keluhan otot akan meningkat akibat kurangnya kelenturan otot sejalan

dengan bertambahnya aktivitas fisik tanpa kesegaran jasmani. Berdasarkan

hasil uji univariat dapat dilihat bahwa 64% pekerja memiliki kesegaran

jasmani yang kurang, sedangkan 36% lainnya memiliki kesegaran jasmani

yang cukup.

6.3. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs

6.3.1. Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan keluhan MSDs di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia, Cileungsi 2010 diperoleh bahwa

dari 39 pekerja dengan risiko pekerjaan sedang dan mengalami keluhan

Page 99: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

79

MSDs ringan adalah sebesar 31 orang (79,5%), sedangkan dari 36 pekerja

dengan risiko pekerjaan rendah dan mengalami keluhan MSDs ringan adalah

sejumlah 27 orang (75%).

Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.9) diperoleh p value 0,000

(< 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor pekerjaan

dengan keluhan MSDs. Dari 75 welder, 85,2% welder yang bekerja di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia mengalami keluhan MSDs. Hasil

tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendra dan Raharjo

(2008) bahwa 83,7% pekerja merasakan keluhan MSDs pada leher dan

punggung bawah dengan skor risiko pekerjaan (REBA) 8-10/high risk.

Menurut Grandjen (1993), keluhan MSDs terjadi karena sikap kerja

tidak alamiah yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin

tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada

umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja.

Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan diperoleh bahwa masih ada

beberapa welder yang bekerja dengan postur janggal yang berisiko untuk

menyebabkan MSDs seperti kemiringan punggung ataupun leher yang

melebihi 200, jongkok, membungkuk dan posisi pengelasan di atas

kepala/overhead (Neville Santon 2005).

Menurut supervisior di bagian Fabrikasi WTD, keadaan di atas

terjadi karena beberapa workshop belum memiliki meja kerja sehingga

pekerja harus melakukan pengelasan secara bebas dan tidak dapat dipungkiri

Page 100: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

80

jika mereka bekerja dengan posisi-posisi yang berisiko untuk menimbulkan

keluhan MSDs. Selain postur kerja yang tidak alamiah, keluhan MSDs akan

meningkat bila dalam pekerjaan melakukan gerakan berulang dengan beban

yang berat. Menurut Buckle (2005), beban yang diperbolehkan untuk

diangkat secara manual dikategorikan menjadi 4 bagian yaitu ringan (≤ 5

kg), sedang (6 - 10 kg), berat (11 – 20 kg) dan sangat berat (≥ 21 kg).

Sedangkan berat alat kerja yang digunakan dengan satu tangan

dikategorikan menjadi 3 yaitu, low (< 1 kg), medium (2 - 4 kg) dan high (> 4

kg), sehingga dapat disimpulkan semakin berat alat yang digunakan dengan

intensitas yang tinggi (sering) maka akan semakin meningkatkan risiko

untuk mengalami MSDs. Hasil survei oleh European Campaign On

Musculoskeletal Disorders terhadap 235 juta pekerja di beberapa negara

Eropa pada tahun 2008, diperoleh 18% pekerja telah mengalami MSDs

diakibatkan pekerjaan memindahkan benda berat dari container setiap hari.

Berdasarkan standar QEC, berat alat kerja yang digunakan termasuk

kategori high, hal tersebut dapat dilihat dari alat kerja seperti gerinda yang

memiliki berat sampai 4,5 kg dan alat pengencang baut yang memiliki berat

mencapai 15 kg.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari supervisior di bagian

Fabrikasi, perusahaan menginstruksikan kepada pekerja yang akan

mengangkat benda dengan berat minimal 15 kg agar menggunakan crane

yang telah disediakan. Penggunaan alat pengencang baut yang beratnya

Page 101: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

81

melebihi standar terpaksa digunakan karena alat yang lebih ringan yang

biasa digunakan sedang mengalami kerusakan.

Gambar 6.3.

Penggunaan alat kerja yang beratnya mencapai 15 kg

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Seluruh pekerjaan yang ada di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia telah memiliki standard work sheet (SWS) guna memudahkan

pekerja dalam pencapaian target produksi. SWS tersebut mengatur setiap

detail pekerjaan yang akan dikerjakan, sehingga setiap pekerja dituntut harus

dapat melakukan pekerjaannya sesuai target serta dengan

mempertimbangkan keselamatan pekerja. Namun melihat beratnya

pekerjaan yang dilakukan di bagian Fabrikasi, risiko untuk terkena MSDs

tetap tidak dapat dihilangkan hingga 0%, Hal tersebut dapat dikarenakan

tidak ada pekerjaan yang tidak memiliki risiko, apalagi jenis pekerjaan yang

ada adalah pembuatan komponen dasar alat berat yang mayoritas berbahan

dasar dari baja sehingga diperlukan tenaga yang ekstra & ketahanan fisik

yang baik dalam mengerjakannya.

Page 102: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

82

Oleh karena itu, melihat besarnya dampak yang muncul maka

perusahaan dapat menerapkan sistem job rotation dan perusahaan

menghimbau kembali kepada pekerja untuk menggunakan back support

guna meminimalisir keluhan MSDs, serta perusahaan mewajibkan kepada

pekerja agar melakukan senam pagi secara rutin.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan dalam Parkes et al.

(2005) bahwa otot yang tegang dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu

istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Selain himbauan untuk

beristirahat, perusahaan juga menyediakan back support yang berfungsi

menyokong pinggang dan punggung guna menghindari risiko ketika dalam

posisi membungkuk. Akan tetapi banyak pekerja yang tidak memakainya

karena merasa kurang nyaman dan ruang geraknya terbatas ketika bekerja.

Adapun jenis back support yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 6.4.

Back Support

Sumber : www.ergoweb.com

6.3.2. Hubungan antara Usia dengan Keluhan MSDs

Menurut Bridger (1995), sejalan dengan meningkatnya usia akan

terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi degenerasi

Page 103: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

83

berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,

pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan

otot menjadi berkurang sehingga semakin tua seseorang maka semakin

tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang

yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs.

Hasil analisis hubungan antara faktor usia dengan keluhan MSDs di

bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia menyebutkan bahwa kelompok

pekerja yang memiliki keluhan MSDs berat (9,4%) berusia rata-rata 36

tahun, sedangkan mereka yang memiliki keluhan MSDs ringan (77,3%)

berusia rata-rata 31 tahun. Lain halnya dengan kelompok pekerja dengan

kategori tidak ada keluhan MSDs (13,3%) memiliki rata-rata usia 28 tahun.

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa keluhan MSDs akan

meningkat secara linear sesuai dengan bertambahnya usia.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang terdapat dalam

Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada

usia kerja yaitu 24-65 tahun dan keluhan pertama biasa dialami pada usia 35

tahun serta tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur. Sedangkan teori yang disebutkan oleh Bridger (2003) bahwa sejalan

dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan

ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun

terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan

menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

Page 104: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

84

Berdasarkan hasil uji statistik (tabel 5.10) diperoleh p value 0,116

(>0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia pekerja

dengan keluhan MSDs. Tidak adanya hubungan dimungkinkan karena

pekerja yang memiliki usia dibawah umur rata-rata untuk terkena keluhan

MSDs (31 tahun), lebih banyak yang bekerja dengan risiko pekerjaan ringan

daripada risiko pekerjaan sedang dan juga lebih banyak yang memiliki masa

kerja dibawah rata-rata (7 tahun) untuk mengalamai keluhan MSDs. Selain

itu, banyak terdapat pekerja yang berumur dibawah usia rata-rata terjadinya

keluhan MSDs (31 tahun) dan mengalami keluhan MSDs. Sebaliknya,

terdapat pekerja yang berumur diatas usia rata-rata terjadinya keluhan MSDs

(31 tahun) akan tetapi tidak mengalami keluhan MSDs berat.

6.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs

Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait

dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan

masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan faktor risiko

yang sangat mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan risiko terjadinya

MSDs, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja

yang tinggi.

Berdasarkan hasil analisis antara faktor masa kerja dengan keluhan

MSDs di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia menunjukkan bahwa

kelompok pekerja yang memiliki keluhan MSDs berat sebanyak 9,4%

memiliki masa kerja rata-rata 170,3 bulan (14 tahun), sedangkan kelompok

dengan keluhan MSDs ringan sebanyak 77,3% memiliki masa kerja rata-rata

Page 105: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

85

82 bulan (7 tahun). Lain halnya dengan kelompok pekerja dengan kategori

tidak ada keluhan MSDs (13,3%) memilki rata-rata masa kerja 36 bulan (3

tahun). Hasil penelitian tersebut menunjukkan keluhan MSDs berbanding

lurus dengan bertambahnya masa kerja. Hasil di atas sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Ohlssson et al (1989) bahwa keluhan MSDs akan

semakin bertambah ketika masa kerja seseorang bertambah juga kejenuhan

baik secara fisik maupun secara psikis.

Berdasarkan hasil uji statistik (tabel 5.11) diperoleh p value 0,002 (<

0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja pekerja

dengan keluhan MSDs yang dialami mereka. Hasil yang sama didapatkan

dari penelitian yang dilakukan oleh Octarisya (2009) bahwa 66,7% pekerja

yang memiliki masa kerja > 15 tahun telah mengalami MSDs lebih berat

dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 15 tahun sehingga dapat

disimpulkan bahwa derajat peningkatan keluhan MSDs semakin meningkat

ketika masa kerja seseorang semakin lama, karena semakin lama seseorang

bekerja tentunya akan menerima risiko yang lebih besar jika dibandingkan

dengan pekerja yang baru.

Hal ini dapat dimungkinkan perusahaan menerapkan program K3

terkait ergonomi baru pada pertengahan tahun 2008 (safety ergonomic),

sehingga pekerja itu cukup lama tidak mendapatkan program ergonomi dari

awal bekerja. Untuk memperkecil risiko keluhan MSDs pada pekerja,

perusahaan dapat melakukan job rotation guna menghindari stress pada otot

tubuh akibat pekerjaan yang monoton.

Page 106: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

86

6.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs

Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang maka

bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini disebabkan

karena seseorang yang mengalami kelebihan berat badan akan berusaha

menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung

bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan penekanan

pada bantalan saraf tulang belakang yang dapat mengakibatkan hernia

nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE. 1998).

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan p value sebesar 0,941

(> 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara indeks masa

tubuh dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT.Caterpillar

Indonesia pada tahun 2010. Hasil uji diperoleh bahwa sebagian besar

pekerja memiliki IMT normal dan mengalami keluhan MSDs ringan yaitu

sejumlah 26 pekerja.

Hasil penelitan di atas tidak sama dengan hasil penelitian Karuniasih

(2009) yang meneliti 52 orang supir bus travel, yaitu sejumlah 90,4%

keluhan MSDs dialami oleh supir bus yang memiliki indeks masa tubuh

berlebih (overweight) ataupun obesitas.

Secara teori, IMT merupakan faktor yang berhubungan dengan

munculnya keluhan MSDs, namun pada hasil penelitian kali ini diperoleh

hasil yang berbeda. Ketidaksesuaian tersebut dapat dimungkinkan pekerja

yang diteliti memiliki rata-rata IMT normal yaitu sebesar 23,08 kg2/m (IMT

< 25). Kemungkinan lainnya adalah pekerja memiliki masa kerja di bawah

Page 107: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

87

rata-rata untuk mengalami keluhan MSDs (7 tahun). Selain itu, responden

yang mengalami obesitas tidak merasakan keluhan dapat disebabkan karena

mereka melakukan olahraga di luar jam kerja seperti di akhir pekan. Hal ini

didukung pula dari uji crosstab antara variabel IMT dengan kesegaran

jasmani, dimana pekerja yang mengalami obesitas dan memiliki kesegaran

jasmani cukup, jumlahnya lebih banyak daripada pekerja yang memiliki

kesegaran jasmani kurang.

6.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs

Kebiasaan merokok terkait erat antara meningkatnya keluhan otot

dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok akan

menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk meng-

konsumsi oksigen akan menurun. Selain itu, masuknya karbon monoksida

dari rokok ke dalam aliran darah akan mengikat sel darah pembawa oksigen

lebih kuat sehingga transportasi oksigen terganggu. Hal ini membuat

pasokan oksigen ke otot berkurang yang mengakibatkan penumpukan asam

laktat yang mengakibatkan nyeri pada otot (NIOSH, 1997).

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,044 (<

0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan

munculnya keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia. Melihat data di atas dapat diketahui bahwa

pekerja yang mengalami keluhan MSDs berat dan memiliki kebiasaan

merokok ringan adalah sejumlah 1 orang (3,3%), sedangkan pekerja yang

Page 108: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

88

memiliki kebiasaan merokok sedang lebih banyak mengalami keluhan

MSDs berat yaitu sebesar 4 orang (50%).

Menurut The Surgeon General’s Advisory Group on Smoking and

Health dalam Bustan (2008), menyebutkan bahwa kausa haruslah ditemukan

lebih sering pada penderita dibanding dengan dengan yang tidak menderita,

orang-orang yang terpapar harus lebih banyak ditemukan daripada yang

tidak terpapar dan insiden penyakit meningkat sesuai peningkatan lama dan

tingginya dosis keterpaparan.

Berdasarkan hasil survey oleh Annuals of Rheumatic Diseases dalam

Croasmun (2003), diperoleh hubungan antara perokok dengan munculnya

keluhan MSDs dan dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih

besar untuk merasakan MSDs. Meningkatnya frekuensi merokok akan

meningkatkan keluhan otot yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot

sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Hal

tersebut dikarenakan kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-

paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan me-

nurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut

pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen

dalam darah rendah dan akhirnya efek rokok akan menciptakan respon rasa

sakit atau sebagai permulaan rasa sakit (osteoporosis, undegenerasi tulang)

akibat dari penyerapan kalsium yang terganggu.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, perusahaan memberlakukan

kebijakan mengenai larangan merokok di area sekitar perusahaan. Sangsi

Page 109: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

89

bagi mereka yang melanggar larangan merokok tersebut berupa Putus

Hubungan Kerja (PHK). Larangan merokok tersebut ditujukan untuk

menghindari bahaya yang disebabkan oleh rokok tersebut seperti ledakkan,

kebakaran ataupun bahaya kesehatan seperti jantung dan gangguan paru-

paru, sehingga bagi pekerja yang perokok akhirnya lebih memilih untuk

merokok di luar area perusahaan. Hasil temuan lainnya, terdapat beberapa

pekerja yang merokok secara sembunyi-sembunyi di dalam pabrik. Padahal

tindakan merokok secara sembunyi-sembunyi di dalam pabrik sangatlah

berisiko baik itu dari sisi keselamatan kerja maupun karir pekerjaannya di

perusahaan. Melihat fakta tersebut, sehingga kemungkinan besar pekerja

untuk memiliki risiko keluhan MSDs yang diakibatkan oleh kebiasaan

merokok semakin besar.

Selain itu, dimungkinkan bagi mereka yang tidak merokok bukan

berarti akan terhindar untuk mengalami keluhan MSDs. Hal ini dapat

disebabkan mereka telah terpapar asap rokok dari rekan kerja atau

lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, bagi pekerja yang merokok

sebaiknya diberikan informasi mengenai besarnya dampak yang ditimbulkan

dari kebiasaan merokok. Dan demi menjaga kesehatan para pekerjanya yang

merupakan salah satu aset utama, maka perusahaan seharusnya dapat

menyelenggarakan pelatihan quit smoking ataupun pelatihan lainnya yang

bertujuan untuk mengurangi kebiasaan merokok sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas pekerjanya.

Page 110: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

90

6.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs

Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang

dalam aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat

dan berolahraga. Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya

memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering

mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan

mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot (Mitchell, 2008).

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.000 (<

0,05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kesegaran

jasmani dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder pada bagian

Fabrikasi di PT.Caterpillar Indonesia. Dari hasil penelitan di atas didapatkan

bahwa paling banyak pekerja adalah yang kurang melakukan olahraga dan

memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 41 orang (54,7%).

Sedangkan pekerja paling sedikit adalah yang kurang melakukan olahraga

tapi tidak memiliki keluhan MSDs yaitu satu orang (1,3%).

Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Evans (1996) terhadap 10 pekerja bahwa olahraga telah

terbukti efektif meningkatkan daya tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat

karena adanya kenaikan 128 % kapasitas oksigen pada otot akibat olahraga

yang dilakukan setiap hari selama 12 pekan. Sebaliknya menurut WHO,

kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan menurunnya kesehatan tubuh

yang selanjutnya dapat mempertinggi frekuensi sakit dan akhirnya

memperpendek umur. Hal tersebut berdasarkan hasil survey di Amerika

Page 111: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

91

bahwa tercatat 250,000 jiwa melayang setiap tahun hanya karena gaya hidup

pasif. berdasarkan penelitian epidemiologi olahraga yang dilakukan oleh

Monica Optional Study of Activity (MOSPA) menunjukkan bahwa

seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik/olahraga akan

meningkatkan risiko untuk mengalami hipertensi, stroke, kanker, diabetes

dan osteoporosis.

Melihat hasil penelitian di PT. Caterpillar Indonesia di atas bahwa

masih banyak pekerja yang tidak melakukan senam pagi dengan ritun di

perusahaan atau bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan senam. Hal

tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan, selain itu pekerja belum

memiliki kesadaran bahwa senam pagi yang diadakan perusahaan dapat

meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan memperkecil risiko munculnya

keluhan MSDs.

Pada umumnya keluhan MSDs dialami oleh seseorang yang dalam

aktifitas kesehariannya tidak mempunyai cukup waktu untuk beristirahat dan

jarang berolahraga. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan

mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot. Olahraga secara rutin dapat

meningkatkan alirahan darah ke otot, tendons dan ligament sehingga dapat

membantu meningkatkan nutrisi pada sel. Adapun gambar dari kegiatan

senam pagi yang dilakukan di PT.Caterpillar Indonesia dapat dilihat pada

gambar 6.4.

Berolahraga dapat meningkatkan temperatur, meningkatkan

metabolisme dan tingginya kadar oksigen darah. Sehingga lama kelamaan

Page 112: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

92

otot tubuh akan menjadi kuat dan menambah daya tahan serta menghindari

kelelahan otot. Olahraga juga dapat memberikan struktur tulang yang kuat

dan stabil serta mencegah terjadinya cidera. Hal tersebut tertuang dalam

Undang-undang UU.23/1992 tentang kesehatan pasal 46 bahwa dengan

olahraga atau latihan jasmani yang benar akan dicapai tingkat kesegaran

jasmani yang baik dan merupakan modal penting dalam peningkatan

prestasi.

Gambar 6.5.

Kegiatan senam pagi di PT.Catepillar Indonesia pada tahun 2010

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Melihat pentingnya dampak yang diakibatkan dari kurang olahraga,

maka perusahaan sebaiknya tidak hanya mewajibkan pekerjanya untuk

melakukan senam akan melainkan melakukan pengawasan dan memberikan

sanksi jika ada pekerja yang tidak melaksanakannya. Selain itu, perusahaan

juga dapat memberikan hadiah/penghargaan kepada pekerja yang rutin

Page 113: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

93

melakukan senam atau dapat juga diadakan perlombaan senam. Hal

demikian semata-mata dilakukan untuk memotivasi pekerja agar melakukan

senam pagi dan juga sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap

pekerjanya yang merupakan aset utama serta merupakan upaya

meningkatkan produktivitas pekerja.

Page 114: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

94

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 75 welder di bagian

Fabrikasi PT.Caterpillar Indonesia diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Gambaran welder yang mengalami keluhan MSDs adalah 65 orang dengan tingkat

keluhan ringan yaitu 58 orang (89,3%) dan jumlah keluhan berat adalah 7 orang

(9,3%).

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs antara lain risiko pekerjaan

(p value = 0,000), masa kerja (p value = 0,002), kebiasaan merokok (p value =

0,044) dan kesegaran jasmani (p value = 0,000).

3. Faktor-faktor yang tidak berhubungan adalah antara usia kerja dengan keluhan MSDs

(p value 0.116). Tidak ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan

MSDs (p value 0,941).

7.2. Saran

7.2.1. Bagi Pekerja

1. Pekerja sebaiknya melakukan istirahat disaat sudah mulai merasakan stres

pada otot tubuh. Selain itu, pekerja diharapkan untuk menggunakan back

support guna meminimalisir keluhan MSDs sebagaimana yang telah

dihimbau perusahaan.

2. Melihat besarnya manfaat senam pagi, maka sebaiknya pekerja wajib

mengikuti senam pagi di perusahaan.

3. Dari melihat dampak yang ditimbulkannya, bagi pekerja yang merokok,

disarankan untuk berhenti merokok.

Page 115: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

95

7.2.2. Bagi Perusahaan

1. Untuk menghindari terjadinya keluhan MSDs akibat dari risiko pekerjaan

dapat dilakukan dengan menghimbau pekerja untuk melakukan istirahat

disaat pekerja sudah mulai merasakan stres pada otot tubuh. Selain itu

diharapkan perusahaan menyediakan back support dalam berbagai ukuran

dan menghimbau pekerja untuk menggunakannya guna meminimalisir

keluhan MSDs.

2. Perusahaan dapat melakukan rotasi pekerjaan dengan tetap

mempertimbangkan kualifikasinya untuk menghindari stress pada otot tubuh

akibat pekerjaan yang terus menerus.

3. Perusahaan dapat menyelenggarakan pelatihan quit smoking yang bertujuan

untuk mengurangi kebiasaan merokok pada pekerjanya.

4. Untuk mencegah keluhan MSDs yang diakibatkan kurangnya kesegaran

jasmani, perusahaan mewajibkan senam pagi kepada seluruh pekerja dan

harus melakukan pengawasan terhadap pekerjanya selama kegiatan senam

pagi sampai kesadaran melakukan senam melekat dan membudaya pada

pekerja, serta memberikan sanksi bagi pekerja yang tidak mengikuti senam

pagi ataupun memberikan hadiah bagi pekerja teladan yang selalu melakukan

senam.

7.2.3. Peneliti Selanjutnya

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi secara medis

keluhan MSDs untuk memperoleh data yang objektif. Selain itu, pengukuran

dilakukan ketika sebelum bekerja, saat bekerja dan setelah bekerja.

Page 116: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

96

2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode REBA atau metode

lainnya untuk mengukur risiko ergonomi tubuh bagian yang diakibatkan dari

pekerjaan.

3. Peneliti selanjutnya diharapakan dapat meneliti variabel lainnya seperti faktor

lingkungan dan faktor psikososial.

Page 117: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

96

DAFTAR PUSTAKA

Ansyari, Muhammad. 2007. Pengaruh Penerapan Ergonomi pada Fasilitas Kerja

Terhadap Produktivitas Pekerja Pembungkus Dodol Di Desa Paya

Perupuk Kecamatan Tanjung Pura. USU : Medan.

Apriandriani, Rida. 2007. Gambaran Faktor Risiko Pada Sewing, Press Stunt

Plug Operator dan Packing di PT Panarub Industri-Tangerang (S4913).

FKM UI : Depok.

Bridger,R.S. 1995. Introduction to Ergonomics CCOHS. Work related

Musculoskeletal Disorders (WMSDs) Diakses dari :

http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html#top

Buckle, Peter. 2005. Ergonomics and musculoskeletal disorders: overview.

Occupational Medicine. Oxford University Press.

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta

Chaffin et.al. 1991. Second Edition. Occupational Biomechanics. John Wiley &

Sons.Inc : New York.

Cohen, Alexander L. et, al. 1997. Element of Ergonomics Program. A primer

Based On Workplace Evaluations Of Musculoskeletal Disorders.

Departement Of Health and Human Services NIOSH :USA.

Collins, John & Leonard O'Sullivan. 2009 Psychosocial risk exposures and

musculoskeletal disorders across working-age males and females.

Ergonomics Research Group, University of Limerick : Ireland.

Croasmun, Jeanie. 2003. Link Reported Between Smoking and MSDs. Annals of

Rheumatic Diseases : Reuters. Diakses dari :

http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.

Departemen Kesehatan. 2005. Profil Masalah Kesehatan thaun 2005. Jakarta.

European Agency for Safety and Health at Work. 2003. Expert forecast on

emerging physical risks related to occupational safety and health. Bilbao.

European Agency for Safety and Health at Work. 2005. Priorities for

occupational safety and health research in the EU-25. Official

Publications of the European Communities : Luxembourg.

Page 118: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

97

European Campaign On Musculoskeletal Disorders. 2008. Work-related

musculoskeletal disorders: prevention report. Office for Official

Publications of the European Communities : Luxemburg.

Evans, W. 1996. Reversing Sarcopenia: How Weight Training Can Build Strength

and Vitality. Geriatrics. Diakses dari :

http://www.ergoweb.com/forum/index.cfm?page=topic&topicID=5022.

Geoffrey David, et al. 2005. Further Development of The Usability and Validity of

The Quick Exposure Check (QEC). University of Surrey : Guildford.

Grandjean, E. 1993. 4th

Edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis,

Inc : London.

Hendra & Suwandi Rahardjo. 2008. Risiko Ergonomi Dan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit.

FKM UI : Depok.

Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. Humantech Inc :

Berkeley Australia.

John. 2007. Application of Ergonomic at Workplace. Diakses dari :

http://www.safetyinfo.com/guests/Ergonomic%20and%20MSD%20Fact%

20Sheet.html.

Julling, Angela. 2004. Facts About Smoking. Last Packet- The Effect of Smoking

on Repetitive Strain Injuries. Guest Author - Marji Hajic.

Karuniasih. 2009. Tinjauan faktor risiko dan keluhan subjektif terhadap

timbulnya muskuloskeletal disorders pada pengemudi travel X Trans

tujuan Jakarta-Bandung tahun 2009. Diakses dari :

http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125749&loka

si=lokal.

Ketut Tirtayasa, et al. 2003. Jurnal Human Ergo. The change of working posture

in manggur decreases cardiovascular load and musculoskeletal

complaints among balinese gamelan craftsmen. Udayana University :

Udayana.

Kuorinka, et al. 1987. Standardized Nordic questionnaire for the analysis of

musculoskeletal symptoms.

Kroemer, K.H.E and E. Grandjean. 1998. Fitting The Task to The Human. 2nd

edition. Taylor & Francis : London.

Page 119: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

98

Kroemer Karl, et al. 2001. Ergonomics: How to Design for Ease and Efficience.

2nd ed. Prentice Hall of International Series : New Jersey.

Linga, Gita F. 2007. Media Relations Officer ILO. Jakarta.

Michael, R. 2001. Physical, Psychosocial and Work Organization Factors on

Injury/illness Absences. Diakses dari :

http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=340.

Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear (ed). __

Nataya Charoonsri, dkk. 2008. Identifikasi Risiko Ergonomi Pada Stasiun

Perakitan Daun Sirip Diffuser di PT X. Trisakti University : Jakarta.

Neville Santon, et al. 2004. Handbook of Human Factors and Ergonomics

Methods. CRC press : New York.

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 1997.

Musculoskeletal Disorders (MSDs) and Workplace Factors – A Critical

Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal

Disorders of the Neck, Upper Extremity and Low Back. National Institute

for Occupational Safety and Health (NIOSH).

National Institute for Occupational Safety and Health. 2007. Ergonomic

Guidelines for Manual Material Handling. 4676 Columbia Parkway

Cincinnati.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Komsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi ke 2.

Guna Widya : Surabaya.

Oborne, David J. 1995. Ergonomics at Work. Human Factor in Design and

Development. 3rd

edition. John Wiley and Sons ltd : Chicester.

Ohlsson K, et al. 1989. Self- reported symptoms in the neck and upper limbs of

female assembly workers. Scand J Work Environ Health.

Oktarisya, Mega. 2009. Tinjauan Faktor Risiko MSDs pada Pekerja Departemen

Perasional, PT. Repex, HLPA Station 2009. FKM UI : Depok.

Orawan Kaewboonchoo, et al. 1998. The Standardized Nordic Questionnaire

Applied to Workers Exposed to Hand-Arm Vibration. Wakayama Medical

University and Gifu University : Jepang.

Page 120: PERNYATAAN PERSETUJUAN - Institutional Repository UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2382/1/MUHAMAD... · Kel.Kp.Pengasinan, ... (PBL) I & II Kecamatan

99

Parkes, Katharine R. et al. 2005. Musculo-skeletal disorders, mental health and

the work environment. Department of Experimental Psychology,

University of Oxford.

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work and Health. Maryland. Aspen

Publishers, Insc : Maryland, Gaithersburg.

_______________. 1999. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the

Design of Work. Taylor & Francis : London.

Romadhona, Andri. 2009. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengangkat dan Mendorong Pasien Pada Perawat IGD RSUD dr.

Adjidarmo. FKIK UIN : 2009.

Suheni, Yuliana. 2007. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke Atas Di Badan Rumah Sakit

Daerah Cepu. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat , Universitas Negeri

Semarang : Semarang.

Springer, T.J. 2007. Promotion and Control of Risk Ergonomics. St. Charles.

Diakses dari : http://ergorehabblog.blogspot.com/2007/11/ergonomics-

illumination-risks-and.html.

Suma’mur, P.K. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamtan Kerja. Cetakan 13.

Haji Masagung: Jakarta.

Susan Stock et.al. 2005. Work-related Musculoskeletal Disorders, Guide and

Tools for Modified Work. National Library of Quebec : Montréal.

Tan HC dan Horn SE. 1998. Pratical manual of physical medicine and

rehabilitation. St. louis, Mosby.

Tarwaka, Bakri,SHA. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dan Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.