pernikahan dini

3
PERNIKAHAN DINI DARI SEGI KESEHATAN Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak- kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 s/d 19 tahun, namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih digolongkan dalam kelompok remaja. Anak sekolah tingkat SLTP/SLTA memasuki usia remaja dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual dengan permasalahan- permasalahan yang begitu kompleks. Oleh sebab itu masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan manusia, dikatakan penting karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat tergantung kepada orang lain ke masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi yang selalu membawa ciri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingungan dan gejolak remaja seperti masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksperimental (selalu ingin mencoba). Dengan kelabilan emosi remaja tersebut dan tingkah laku eksperimentalnya yang menggunung, maka tidak mustahil para remaja mencoba sesuatu yang ‘tidak biasa’ yaitu menikah pada usia dini. Potret ini biasa kita jumpai pada daerah-daerah pedesaan yang kurang mengerti akan pendidikan dan kesehatan reproduksi, bahkan dibeberapa tempat banyak remaja yang memutuskan menikah setelah tamat Sekolah Dasar (SD), ini tentu sangat ironi karena hal tersebut bisa berakibat kurang baik bagi kesehatannya (alat reproduksi).

Upload: idil-akbar

Post on 27-Jul-2015

25 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pernikahan dini

PERNIKAHAN DINI DARI SEGI KESEHATAN

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 s/d 19 tahun, namun jika pada usia remaja

sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia

remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih digolongkan

dalam kelompok remaja. Anak sekolah tingkat SLTP/SLTA memasuki usia remaja dimana

pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis

maupun intelektual dengan permasalahan-permasalahan yang begitu kompleks. Oleh sebab

itu masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan manusia, dikatakan penting

karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat tergantung kepada orang lain ke

masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab, masa ini juga mengandung resiko akibat

suatu masa transisi yang selalu membawa ciri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingungan

dan gejolak remaja seperti masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksperimental (selalu

ingin mencoba). Dengan kelabilan emosi remaja tersebut dan tingkah laku eksperimentalnya

yang menggunung, maka tidak mustahil para remaja mencoba sesuatu yang ‘tidak biasa’

yaitu menikah pada usia dini. Potret ini biasa kita jumpai pada daerah-daerah pedesaan yang

kurang mengerti akan pendidikan dan kesehatan reproduksi, bahkan dibeberapa tempat

banyak remaja yang memutuskan menikah setelah tamat Sekolah Dasar (SD), ini tentu sangat

ironi karena hal tersebut bisa berakibat kurang baik bagi kesehatannya (alat reproduksi).

Berdasarkan realita yang ada, bahwa menikah di usia belia (12 atau 14 tahun) bukanlah hal

yang tabu bagi sebagian masyarakat (khususnya pedesaan) yang ‘kurang’ dari segi

pendidikan. Sebagaimana kita ketahui, usia belia/remaja adalah masa-masa emosi sedang

labil dan masa pencarian jati diri, maka bukan sesuatu yang aneh jika pada usia tersebut

dihadapkan pada kondisi yang secara mental sama sekali belum siap untuk dijajalnya

ditemukan banyak remaja yang usia belasan tahun sudah menyandang status janda, status

tersebut adalah status yang kebanyakan dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, kondisi

ini tentu menjadi pintu masuk dari resiko-resiko lain yang harus ditanggung oleh remaja yang

berstatus janda, terlebih lagi jika remaja tersebut hamil yang ujung-ujungnya akan menjadi

beban keluarganya dalam pengurusan selanjutnya baik itu pada masa kehamilan maupun

pasca melahirkan.

Jika potret pernikahan dini (hamil usia remaja) biasa dijumpai di pedesaan, namun di

perkotaan pernikahan usia belia memang sangat jarang dijumpai, akan tetapi ini bukan berarti

Page 2: Pernikahan dini

remaja kota terbebas dari kontaminasi hamil di usia remaja, hanya saja kontennya yang

berbeda. Derasnya arus informasi turut menyumbang tingkah polah remaja yang yang secara

sadar ataupun tidak telah keluar dari koridor agama yang tercermin dari free sex sehingga

berujung pada hamil pra nikah, hal ini jauh lebih berbahaya dari pada potret hamil usia

remaja di pedesaan (menikah usia belia) karena akibatnya bukan hanya pada remaja tersebut,

melainkan keluargapun ikut kena dampaknya karena akan merusak citra keluarga di mata

masyarakat.

Terlepas dari apapun yang melatarbelakangi kehamilan remaja usia dini, tetap saja

mendatangkan resiko tersendiri, baik itu secara psikis, kesehatan reproduksi ibu, serta

keselamatan ibu dan bayi yang menjadi taruhan.

Berikut beberapa resiko yang timbul dari kehamilan usia dini, antara lain:

1. Kurangnya Perawatan Selama Hamil dan Sebelum Melahirkan

2. Mengalami Pendarahan

3. Hipertensi

4. Kelahiran prematur

5. Resiko Tertular Penyakit Menular Seksual (PMS)

6. Depresi Pasca Melahirkan

7. Keguguran

8. Anemia Kehamilan

9. Keracunan Kehamilan (Gestosis)