permenkes no. 82 tahun 2015

9
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN, SERTA SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG SUBBIDANG SARPRAS KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Ayat $) huruf b dan Ayat (7) huruf f Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, dan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) huruf d dan huruf e, serta Pasal 5 Ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2Ol5 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016;

Upload: phungkien

Post on 14-Jan-2017

249 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 82 TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS

BIDANG KESEHATAN, SERTA SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG

SUBBIDANG SARPRAS KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Ayat $)huruf b dan Ayat (7) huruf f Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2016, Pasal 59 Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan, dan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) huruf d dan

huruf e, serta Pasal 5 Ayat (4) Peraturan Presiden Nomor

137 Tahun 2Ol5 tentang Rincian Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang

Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang

Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016;

Mengingat : 1.

4.

2.

c.

6.

Undang-Undang Nomor Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2OO3 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2OO4 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO4 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 442 1) ;

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5063);

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5679);

11.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2OIS tentang

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2OL6 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767);

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang

Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang

Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 288);

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1508).

MEMUTUSKAN:

MenetapKan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK

TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG

KESEHATAN, SERTA SARANA DAN PRASARANA

PENUNJANG SUBBIDANG SARPRAS KESEHATAN TAHUN

ANGGARAN 2016.

Pasal 1

(1) Dana Aiokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana

dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras

Kesehatan Tahun Anggaran 2016 diberikan kepada

daerah untuk membantu mendanai kegiatan bidang

kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai

dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional

tahun 2016.

8.

9.

10.

(2)

(3)

-4-

Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana

dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras

Kesehatan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016.

Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana

dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras

Kesehatan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana

dimaksud pada ayat ( 1) bertujuan untukmeningkatkan akses dan kualitas pelayanan

kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, dan

pelayanan kefarmasian dalam rangka mendukung

pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016.

Pasal 2

Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan

Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun

Anggaran 2O 16 terdiri atas:

a. dana alokasi khusus lisik reguler bidang kesehatan;

b. dana alokasi khusus Iisik reguler sarana dan

prasarana penunjang subbidang sarpras kesehatan;

dan

c. dana alokasi khusus nonlisik bidang kesehatan.

Pasal 3

Dana alokasi khusus fisik reguler bidang kesehatan,

dan dana alokasi khusus lisik reguler sarana dan

prasarana penunjang subbidang sarpras kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a dan

huruf b diarahkan untuk kegiatan:

a. subbidang pelayanan kesehatan dasar;

b. subbidang pelayanan kesehatan rujukan; dan

c. subbidangpelayanankefarmasian.

Kegiatan subbidang pelayanan kesehatan dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. rehabilitasi bangunan Puskesmas rusak sedang

atau berat;

(1)

(21

-5-

b. pembangunan gedung untuk peningkatan fungsi

Puskesmas;

c. pembangunan Puskesmas baru termasuk rumah

dinas;

d. penyediaan alat kesehatan di Puskesmas;

e. penyediaan alat penunjang di Puskesmas;

f. penyediaan Puskesmas keliling perairan;

g. penyediaan Puskesmas keliling roda 4 (empat);

h. penyediaan kendaraan operasional roda 2 (dua);

i. penyediaan ambulans; dan/atauj. penyediaan perangkat sistem informasi kesehatan

di Puskesmas.

(3) Kegiatan subbidang pelayanan kesehatan rujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. penyediaan sarana prasarana dan peralatan

medis untuk penguatan rumah sakit daerah

sesuai dengan standar kelas rumah sakit yang

telah ditetapkan sampai dengan tahun 2015;

b. penyediaan sarana prasarana dan peralatan

medis untuk penguatan rumah sakit umum

daerah sesuai dengan standar rujukannasional/ provinsi/ regional;

c. penyediaanambulans;

d. penyediaan mobil jenazah;

e. penyediaan unit transfusi darah rumah sakit dan

bank darah rumah sakit;

f. Penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) rumah sakit;

g. instalasi pemeliharaan sarana dan prasarana

rumah sakit;

h. peralatan kalibrasi di rumah sakit; dan/atau

i. pembangunan rumah sakit kelas D pratama.

(41 Kegiatan subbidang pelayanan kefarmasian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

meliputi:

a. penyediaan obat dan bahan medis habis pakai ditingkat Kabupaten/ Kota;

-6-

b. pembangunan baru, rehabilitasi,

sarana pendukung instalasi farmasi

Kabupaten/ Kota;

pembangunan baru, rehabilitasi,

sarana pendukung instalasi farmasi

Provinsi; dan/atau

penyediaan kendaraan distribusi(dua)/roda 4 (empat).

pengadaan

di tingkat

pengadaan

di tingkat

rodad.

(1)

Pasal 4

Penggunaan kegiatan yang dibiayai dengan dana alokasi

khusus fisik reguler sarana prasarana penunjang

subbidang sarpras kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) pelaksanaannya tidak duplikasi

dengan sumber pendanaan 1ain.

Pasai 5

Dana alokasi khusus nonfisik Bidang Kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c

digunakan untuk kegiatan:

a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK);

b. akreditasiPuskesmas;

c. akreditasi rumah sakit; dan/atau

d. Jaminan Persalinan (Jampersal)

Kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a meliputi:

a. upaya kesehatan promotif dan preventif;

b. dukungan manajemen di Puskesmas; dan

c. dukungan manajemen dinas kesehatan

Kabupaten/ Kota.

Kegiatan akreditasi Puskesmas sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:

a. pendampingan akreditasi Puskesmas; dan

b. survei akreditasi Puskesmas.

Kegiatan akreditasi rumah sakit sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf c meliputi:

a. pendampingan akreditasi rumah sakit; dan

(2\

(3)

(4)

7

b. survei akreditasi rumah sakit.

(5) Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal)

sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi:

a. biaya operasional rumah tunggu kelahiran;

b. biaya operasional ibu hamil, bersalin, nifas,

tenaga kesehatan, dan pendamping di rumah

tunggu kelahiran; dan/atau

c. biaya transportasi dan/atau perjalanan dinas ibu

hamil, nifas, beserta tenaga

kesehatan/pendamping dari rumah ke rumah

tunggu kelahiran maupun dari rumah tunggu

kelahiran ke fasilitas pelayanan kesehatan dan

sebaliknya.

Pasal 6

Ketentuan lebih lanjut mengenai Penggunaan Dana Alokasi

Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana

Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran

2016 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Direktur

Rumah Sakit Provinsi, dan Direktur Rumah Sakit

Kabupaten/Kota harus melakukan pelaporan secara

berjenjang dan berkala setiap tiga bulan.

Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dan

penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan,

serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang

Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 kepada

Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri;

(1)

(2)

-8-

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menyampaikan kompilasilaporan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan melaiui Kepala Biro Perencanaan danAnggaran.

Kompilasi laporan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) harisetelah triwulan yang bersangkutan berakhir.

Pasal 8

Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota melakukan

pembinaan dan pengawasan secara berjenjang terhadappenggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan serta

Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras

Kesehatan Tahun Anggaran 2016, sesuai dengan tugas dan

kewenangan masing-masing.

Pasal 9

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari20t6.

(3)

(4)

-9-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 Desember 2015

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR