permen pu 2013 - no 14 tentang perubahan pertama permen pu no 7 tahun 2011.pdf

1528
  PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PRT/M/2013  TENTAN G PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah diterbitkanny a Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI  Tahun 2000 Nomor 64, Tambah an Lembaran Negara Nomor 3956) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 95); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 65,  Tambaha n Lembaran Negara Nomor 39 57); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi Konstruksi Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70  Tahun 2 012;

Upload: ydsuhadi

Post on 04-Nov-2015

250 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR : 14/PRT/M/2013

    TENTANG

    PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN

    PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : bahwa dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden

    Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

    2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, perlu

    dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar

    dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa

    Konsultansi;

    Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI

    Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara

    Nomor 3956) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010

    (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 95);

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang

    Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi

    (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3957);

    3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

    Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

    sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

    dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

    4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara

    serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I

    Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

    Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

    5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

    Pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi Konstruksi

    Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70

    Tahun 2012;

  • 6. Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun 2012 tentang

    Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan

    Provinsi Papua Barat;

    7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;

    8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

    08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

    Kementerian Pekerjaan Umum;

    9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

    21/PRT/M/2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2011;

    10. Peraturan Menteri keuangan Nomor 25/PMK.05/2012

    tentang Pelaksanaan Sisa Pekerjaan Tahun Anggaran Berkenaan Yang Dibebankan Pada Daftar Isian

    Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran

    Berikutnya;

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG

    PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN

    PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN

    JASA KONSULTANSI.

    Pasal I

    Beberapa ketentuan dalam Batang Tubuh dan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar Dan Pedoman

    Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi diubah sebagai

    berikut:

    1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 6, angka 7, dan angka 13 diubah, diantara angka 6 dan angka 7 disisipkan 1 (satu) angka yaitu angka 6a

    serta diantara angka 12 dan angka 13 disisipkan 2 (dua) angka yaitu

    angka 12a dan 12b, sehingga Pasal 1 secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

    1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat

    pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang

    disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD.

    2. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau

    ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

    3. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah Satuan Kerja yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari dana anggaran

    pemerintah.

    4. Kepala Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Kasatker adalah Kuasa Pengguna Anggaran dan/atau Barang.

  • 5. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah

    pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

    6. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit

    organisasi yang dibentuk oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga/ Kepala Daerah/ Pimpinan Institusi yang berfungsi melaksanakan

    pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen. ULP dapat berdiri

    sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

    6a. Kelompok Kerja ULP yang selanjutnya disebut Pokja ULP adalah perangkat dari ULP yang disusun dan ditetapkan oleh Kepala ULP

    berfungsi untuk melaksanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

    Anggota Pokja ULP terlebih dahulu ditetapkan oleh PA/KPA/Kepala Daerah.

    7. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditetapkan oleh KPA

    berfungsi untuk melaksanakan pengadaan langsung.

    8. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat

    yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan

    menerima hasil pekerjaan.

    9. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang

    perseorangan yang menyediakan Pekerjaan Konstruksi/Jasa

    Konsultansi Konstruksi.

    10. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud

    fisik lainnya.

    11. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang

    mengutamakan adanya olah pikir (brainware).

    12. Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang

    didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai di atas Rp

    100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

    12a. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi adalah seluruh pekerjaan yang

    menggabungkan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan

    pekerjaan konstruksi dan/atau pengadaan barang konstruksi

    dan/atau pengoperasian dan layanan pemeliharaan.

    12b. Mata Pembayaran Utama adalah mata pembayaran yang pokok dan

    penting yang nilai bobot kumulatifnya minimal 80% (delapan puluh

    per seratus) dari seluruh nilai pekerjaan, dihitung mulai dari mata pembayaran yang nilai bobotnya terbesar.

    13. Kontrak kerja konstruksi selanjutnya disebut Kontrak adalah

    keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa dalam

    pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi.

    14. Ahli Hukum Kontrak adalah seorang/pejabat ahli yang dapat memberikan pendapat terhadap Kontrak untuk pekerjaan

    konstruksi dan Jasa Konsultansi yang bernilai di atas

    Rp 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dan/atau yang bersifat kompleks sebelum di tandatangani oleh para pihak.

    15. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

  • 16. Pejabat Eselon I atau Pimpinan Unit Kerja setara Eselon I adalah

    Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Menteri/ Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah, Inspektur Jenderal, Kepala Badan, dan Direktur

    Jenderal/ Deputi.

    2. Diantara Pasal 3 dan Pasal 4 disisipkan 1 (satu) pasal baru yaitu Pasal 3a sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 3a

    Pemilihan Penyedia Barang/Jasa secara elektronik mematuhi ketentuan

    sebagai berikut:

    a. Pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa di lingkungan

    Kementerian Pekerjaan Umum dilaksanakan secara full e-procurement, kecuali provinsi Papua dan Papua Barat hanya diwajibkan bagi ibukota provinsi;

    b. Pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa diluar Kementerian

    Pekerjaan Umum dilaksanakan berdasarkan ketentuan K/L/D/I bersangkutan.

    3. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi

    sebagai berikut:

    Pasal 4

    Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan Pekerjaan

    Konstruksi dan Jasa Konsultansi harus mematuhi ketentuan sebagai

    berikut:

    a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab

    untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya

    tujuan pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi;

    b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan

    Dokumen Pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi Konstruksi

    yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan Pekerjaan Konstruksi

    dan Jasa Konsultansi;

    c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung

    yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;

    d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang

    ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;

    e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak

    langsung dalam proses pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa

    Konsultansi;

    f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

    keuangan negara dalam pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa

    Konsultansi;

    g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau

    kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau

    pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan

    negara;

  • h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk

    memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut

    diduga berkaitan dengan pengadaan pekerjaan konstruksi dan Jasa

    Konsultansi; dan

    i. Proses pelaksanaan pelelangan/seleksi harus segera dimulai setelah

    rencana kerja dan anggaran Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah

    Daerah/ Institusi disetujui DPR/DPRD sampai dengan penetapan

    pemenang, penandatanganan kontrak dilakukan setelah Dokumen Anggaran disahkan.

    4. Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yaitu Pasal

    4a, Pasal 4b, dan Pasal 4c sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 4a

    (1) Nilai paket pekerjaan konstruksi sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah),

    diperuntukkan bagi usaha kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang

    menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha kecil.

    (2) Nilai paket pekerjaan Jasa Konsultansi sampai dengan

    Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

    diperuntukkan bagi usaha kecil.

    (3) Jasa konsultansi dapat dilakukan oleh konsultan perorangan

    dengan nilai sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima

    puluh juta rupiah).

    Pasal 4b

    (1) Penggunaan surat jaminan untuk paket pekerjaan konstruksi

    sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi sampai dengan Rp 750.000.000,00

    (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) menggunakan surat jaminan

    yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/ Perusahaan Asuransi, bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat

    (unconditional), dan diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban

    Penyedia Barang/Jasa dengan substansi sesuai yang tercantum dalam dokumen pengadaan.

    (2) Penggunaan surat jaminan untuk paket pekerjaan konstruksi di atas

    Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi di atas Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

    rupiah) menggunakan surat jaminan yang dikeluarkan oleh Bank

    Umum, bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), dan diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok

    Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia

    Barang/Jasa dengan substansi sesuai yang tercantum dalam

    dokumen pengadaan.

    Pasal 4c

    Khusus untuk ibukota provinsi Papua dan Papua Barat diatur sebagai

    berikut:

    a. Paket pengadaan pekerjaan konstruksi yang bernilai paling tinggi

    Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dapat dilaksanakan

    dengan mekanisme pengadaan langsung.

  • b. Paket pengadaan pekerjaan konstruksi yang bernilai paling tinggi

    Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dapat dilaksanakan dengan mekanisme pengadaan langsung yaitu Kabupaten Nduga,

    Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Puncak

    Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Tolikora, Kabupaten Memberamo Tengah, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Pegunungan

    Bintang, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Paniai,

    Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten Lani Jaya.

    c. Pengusaha lokal yang mengikuti pengadaan langsung tidak diwajibkan memiliki pengalaman sebagai penyedia barang/jasa

    dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir.

    d. Paket pengadaan pekerjaan konstruksi yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) harus bermitra dengan

    pengusaha lokal melalui kerjasama operasi/kemitraan dan

    pengusaha lokal tidak diwajibkan memenuhi persyaratan kemampuan dasar.

    e. Dalam hal Paket pengadaan pekerjaan konstruksi yang bernilai di

    atas Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), Pokja ULP tidak boleh melarang, menghambat, dan membatasi keikutsertaan calon

    penyedia dari luar provinsi dan/atau Kabupaten/Kota, namun agar

    memprioritaskan yang bekerjasama dengan pengusaha lokal.

    5. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) dicabut, sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 6

    Dalam rangka menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dilakukan berdasarkan metode pelaksanaan/kerja dan spesifikasi teknis dengan

    memperhatikan data harga pasar setempat, yang diperoleh berdasarkan

    hasil survey menjelang dilaksanakannya pengadaan dengan mempertimbangkan informasi yang meliputi:

    a. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan

    Pusat Statistik (BPS);

    b. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh

    asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat

    dipertanggungjawabkan;

    c. daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal;

    d. biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan

    mempertimbangkan faktor perubahan biaya;

    e. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs

    tengah Bank Indonesia;

    f. hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain;

    g. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan

    perencana (engineers estimate);

    h. norma indeks yaitu tentang nilai harga terendah dan harga tertinggi

    dari suatu barang/jasa yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait

    atau Pemerintah Daerah setempat; dan/atau

    i. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

  • 6. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 6 (enam) pasal, yaitu Pasal 6a,

    Pasal 6b, Pasal 6c, Pasal 6d, Pasal 6e, dan Pasal 6f, sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 6a

    (1) Pemilihan Pekerjaan Konstruksi pada prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi.

    (2) Khusus untuk Pekerjaan Konstruksi bersifat kompleks, terintegrasi,

    dan/atau diyakini jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia

    Pekerjaan Konstruksi dilakukan melalui metode Pelelangan Terbatas dengan prakualifikasi.

    (3) Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks,

    terintegrasi, atau bernilai di atas Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), harus menggunakan persyaratan/kriteria evaluasi

    teknis yang ditetapkan terlebih dahulu oleh Pejabat Eselon I terkait

    untuk menghindari persyaratan/ kriteria yang diskriminatif dan/ atau pertimbangan yang tidak obyektif.

    Pasal 6b

    Dalam hal Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang gagal, Pokja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung berdasarkan persetujuan

    PA, dengan tetap memperhatikan prinsip efisiensi, efektifitas, dan

    akuntabilitas, dengan ketentuan:

    a. hasil pekerjaan tidak dapat ditunda;

    b. menyangkut kepentingan/keselamatan masyarakat; dan

    c. tidak cukup waktu untuk melaksanakan proses Pelelangan/

    Seleksi/ Pemilihan Langsung dan pelaksanaan pekerjaan.

    Pasal 6c

    (1) Evaluasi dokumen penawaran harus berdasarkan pada pedoman

    evaluasi penawaran dan ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.

    (2) Pada pengadaan Pekerjaan Konstruksi, untuk harga penawaran yang

    nilainya di bawah 80% (delapan puluh perseratus) HPS, wajib

    dilakukan evaluasi kewajaran harga dengan ketentuan:

    a. Meneliti dan menilai kewajaran harga satuan dasar meliputi

    harga upah, bahan, dan peralatan dari harga satuan penawaran,

    sekurang-kurangnya pada setiap mata pembayaran utama;

    b. Meneliti dan menilai kewajaran kuantitas/koefisien dari unsur upah, bahan, dan peralatan dalam Analisa Harga Satuan;

    c. Hasil penelitian butir a. dan butir b. digunakan untuk

    menghitung harga satuan yang dinilai wajar tanpa memperhitungkan keuntungan yang ditawarkan; dan

    d. Harga satuan yang dinilai wajar digunakan untuk menghitung

    total harga penawaran yang dinilai wajar dan dapat dipertanggungjawabkan.

    e. Total harga sebagaimana dimaksud pada huruf d. dihitung

    berdasarkan volume yang ada dalam daftar kuantitas dan harga.

    (3) Apabila total harga penawaran yang diusulkan lebih kecil dari hasil

    evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka harga

    penawaran dinyatakan tidak wajar dan gugur harga.

  • (4) Apabila total harga penawaran lebih besar dari hasil evaluasi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka harga penawaran dinyatakan wajar dan apabila peserta tersebut ditunjuk sebagai

    pemenang pelelangan, harus bersedia untuk menaikkan Jaminan

    Pelaksanaan menjadi 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.

    (5) Apabila peserta yang bersangkutan tidak bersedia menaikkan nilai

    Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

    penawarannya digugurkan dan Jaminan Penawaran dicairkan dan

    disetorkan ke kas Negara/Daerah, serta dimasukkan dalam Daftar Hitam.

    Pasal 6d

    (1) Dalam hal Penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan konstruksi dalam waktu bersamaan dengan menawarkan peralatan yang sama

    untuk beberapa paket yang diikuti dan dalam evaluasi memenuhi

    persyaratan pada masing-masing paket pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan

    dengan cara melakukan klarifikasi untuk menentukan peralatan

    tersebut akan ditempatkan, sedangkan untuk paket pekerjaan lainnya dinyatakan peralatan tidak ada dan dinyatakan gugur.

    (2) Ketentuan hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu)

    paket pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

    dikecualikan dengan syarat kapasitas dan produktifitas peralatan secara teknis dapat menyelesaikan pekerjaan lebih dari 1 (satu)

    paket.

    (3) Dalam hal Penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan konstruksi atau jasa konsultansi dalam waktu bersamaan dengan menawarkan

    personil yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan dalam

    evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1

    (satu) paket pekerjaan dengan cara melakukan klarifikasi untuk

    menentukan personil tersebut akan ditempatkan, sedangkan untuk paket pekerjaan lainnya personil dinyatakan tidak ada dan

    dinyatakan gugur.

    Pasal 6e

    (1) Identifikasi bahaya dan tingkat risiko K3 pada pekerjaan yang dapat timbul dalam pelaksanaan harus dicantumkan dalam dokumen

    pengadaan pekerjaan konstruksi.

    (2) Evaluasi teknis Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K) dilakukan terhadap sasaran dan program K3

    untuk pengendalian risiko bahaya K3.

    Pasal 6f

    (1) Dalam hal jawaban sanggahan banding menyatakan

    pelelangan/seleksi gagal dan harus dilakukan evaluasi ulang, maka

    tidak ada sanggahan dan sanggahan banding terhadap hasil evaluasi ulang.

    (2) Apabila peserta keberatan terhadap hasil evaluasi ulang dapat

    mengajukan pengaduan yang ditujukan kepada APIP K/L/D/I bersangkutan.

  • 7. Diantara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 3 (tiga) pasal, yaitu Pasal 8a,

    Pasal 8b, dan Pasal 8c sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 8a

    Pembayaran bulanan/termin pada pekerjaan konstruksi dilakukan

    senilai pekerjaan yang telah terpasang, termasuk peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan:

    a. Peralatan dan/atau bahan yang merupakan bagian dari pekerjaan

    utama namun belum dilakukan uji fungsi (commisioning) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1. Berada di lokasi pekerjaan sebagaimana tercantum dalam

    Kontrak dan perubahannya;

    2. Memiliki sertifikat uji mutu dari pabrikan/produsen;

    3. Bersertifikat garansi dari produsen/agen resmi yang ditunjuk

    oleh produsen;

    4. Disetujui oleh PPK sesuai dengan capaian fisik yang diterima;

    5. Dilarang dipindahkan dari area lokasi pekerjaan dan/atau

    dipindahtangankan oleh pihak manapun; dan

    6. Keamanan penyimpanan dan risiko kerusakan sebelum diserahterimakan secara satu kesatuan fungsi merupakan

    tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.

    b. Dalam hal peralatan dan/atau bahan dibuat/dirakit oleh Penyedia

    Barang/Jasa, maka persyaratan sertifikat uji mutu dan sertifikat garansi sebagaimana dimaksud pada butir a.2 dan butir a.3 tidak

    diperlukan;

    c. Pembayaran peralatan dan/atau bahan harus memenuhi syarat yaitu untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan

    dan bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari Kontrak

    Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan.

    Pasal 8b

    (1) Dalam hal terjadi keterlambatan dan akan melampaui tahun

    anggaran berjalan akibat kesalahan Penyedia Pekerjaan Konstruksi, sebelum dilakukan pemutusan kontrak Penyedia Pekerjaan

    Konstruksi dapat diberi kesempatan menyelesaikan pekerjaan

    sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa

    berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dengan diberlakukan denda sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian

    Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.

    (2) Dalam hal penyelesaian pekerjaan akibat keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melampaui tahun anggaran

    berjalan, diterbitkan adendum untuk mencantumkan sumber dana

    tahun anggaran berikutnya atas sisa pekerjaan yang akan diselesaikan dan memperpanjang masa berlaku jaminan

    pelaksanaan.

    (3) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Penyedia Pekerjaan

    Konstruksi dinilai tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan

    pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima

    puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan.

  • Pasal 8c

    Penyesuaian harga (Price Adjustment) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dalam

    dokumen pengadaan;

    b. penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak tahun jamak dengan jenis kontrak harga satuan serta kontrak gabungan lump

    sum dan harga satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang

    telah tercantum dalam dokumen pengadaan dan/atau perubahan dokumen pengadaan;

    c. penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap bagian Kontrak

    Lump Sum pada kontrak gabungan lump sum dan harga satuan serta terhadap pekerjaan dengan harga satuan timpang;

    d. penyesuaian harga tidak berlaku untuk jenis pekerjaan yang bersifat

    borongan misalnya pekerjaan lump sum;

    e. penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal

    dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari

    negara asal barang tersebut; dan

    f. indeks harga bahan bangunan/konstruksi yang digunakan adalah

    indeks harga perdagangan besar sub sektor konstruksi bersumber

    dari Badan Pusat Statistik (BPS).

    8. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) diubah sehingga secara keseluruhan Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 9

    (1) Ketentuan mengenai Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi tercantum dalam Lampiran yang

    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini yang

    terdiri dari:

    a. Lampiran I tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan

    Konstruksi, meliputi:

    1. Buku Pedoman Pekerjaan Konstruksi

    Pedoman Penyusunan Dokumen Pengadaan, Evaluasi

    Penawaran, Evaluasi Kualifikasi, dan Penghitungan

    Penyesuaian Harga/Eskalasi.

    2. Buku Standar PK 01 HS

    Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

    (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi,

    Satu Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Harga Satuan.

    3. Buku Standar PK 01 LS

    Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

    (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi, Satu Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Lump Sum.

    4. Buku Standar PK 01 Gabungan

    Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung), Pascakualifikasi,

    Satu Sampul, Sistem Gugur Kontrak Gabungan Harga

    Satuan dan Lump Sum.

  • 5. Buku Standar PK 02 HS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Satu

    Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Harga Satuan.

    6. Buku Standar PK 02 LS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi

    (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Satu

    Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Lump Sum.

    7. Buku Standar PK 02 Gabungan

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi

    (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Satu

    Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump Sum.

    8. Buku Standar PK 03 LS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Dua

    Sampul, Sistem Nilai, Kontrak Lump Sum Terintegrasi Tanpa Penyetaraan Teknis.

    9. Buku Standar PK 04 LS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi

    (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Dua

    Tahap, Sistem Gugur Dengan Ambang Batas, Kontrak Lump Sum Terintegrasi Dengan Penyetaraan Teknis.

    10. Buku Standar PK 05

    Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi Tunggal.

    11. Buku Standar PK 06

    Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi

    Terintegrasi.

    b. Lampiran II tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

    Konsultansi, meliputi:

    1. Buku Pedoman Jasa Konsultansi Konstruksi

    Pedoman Penyusunan Dokumen Seleksi, Evaluasi Penawaran,

    Evaluasi Kualifikasi dan Penyesuaian Harga/Eskalasi

    (Kontrak Tahun Jamak Pelaksanaan Jasa Konsultansi

    Konstruksi lebih dari 12 Bulan).

    2. Buku Standar JK 07 HS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Badan Usaha) Prakualifikasi, Dua Sampul, Evaluasi Kualitas, Kontrak Harga Satuan (Seleksi Umum).

    3. Buku Standar JK 07 LS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi (Badan Usaha) Prakualifikasi, Dua Sampul, Evaluasi Kualitas,

    Kontrak Lump Sum (Seleksi Umum).

    4. Buku Standar JK 08 HS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Badan Usaha), Prakualifikasi, Dua Sampul, Evaluasi Kualitas

    dan Biaya, Kontrak Harga Satuan (Seleksi Umum).

  • 5. Buku Standar JK 08 LS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi (Badan Usaha) Prakualifikasi, Dua Sampul, Evaluasi Kualitas

    dan Biaya, Kontrak Lump Sum (Seleksi Umum).

    6. Buku Standar JK 09 HS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Badan Usaha) Prakualifikasi, Satu Sampul/Dua Sampul,

    Evaluasi Pagu Anggaran, Kontrak Harga Satuan (Seleksi

    Sederhana/Seleksi Umum).

    7. Buku Standar JK 09 LS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Badan Usaha) Prakualifikasi, Satu Sampul/Dua Sampul, Evaluasi Pagu Anggaran, Kontrak Lump Sum (Seleksi

    Sederhana/Seleksi Umum).

    8. Buku Standar JK 10 HS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Badan Usaha) Prakualifikasi, Satu Sampul, Evaluasi Biaya

    Terendah, Kontrak Harga Satuan (Seleksi Sederhana).

    9. Buku Standar JK 10 LS

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Badan Usaha) Prakualifikasi, Satu Sampul, Evaluasi Biaya

    Terendah, Kontrak Lump Sum (Seleksi Sederhana).

    10. Buku Standar JK 11

    Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi

    (Perseorangan) Pascakualifikasi, Satu Sampul, Evaluasi Kualitas, Kontrak Harga Satuan/Lump Sum (Seleksi

    Umum/Seleksi Sederhana).

    11. Buku Standar JK 12

    Standar Dokumen Kualifikasi Jasa Konsultansi Konstruksi.

    (2) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi di bidang pekerjaan umum dilaksanakan sesuai dengan Standar dan Pedoman

    Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi yang

    ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri ini.

    (3) Kontrak pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dapat

    menggunakan:

    a. kontrak Lump Sum, Harga Satuan, Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan untuk pekerjaan tunggal atau terintegrasi.

    b. kontrak Lump Sum Jasa Konsultansi didasarkan atas produk/keluaran (Output based) yang harus dihasilkan konsultan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja/TOR. Jenis pekerjaan pada

    kelompok ini yaitu feasibility study, design, study, evaluasi, kajian, telaah, pedoman, petunjuk, produk hukum, sertifikasi,

    dan lainnya.

    Kontrak Harga Satuan Jasa Konsultansi didasarkan atas input

    (tenaga ahli dan biaya-biaya langsung terkait termasuk

    perjalanan dinas) yang harus disediakan konsultan (Input based) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan

    Kerja/TOR. Jenis pekerjaan pada kelompok ini yaitu

    supervisi/pengawasan pekerjaan fisik, monitoring dan evaluasi,

    manajemen kontrak, survey, dan lainnya.

  • Pasal II

    Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:

    a. Perjanjian/Kontrak yang ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan

    Menteri ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya Perjanjian/Kontrak.

    b. Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

    Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2013

    MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

    DJOKO KIRMANTO

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    AMIR SYAMSUDIN

    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR M

  • Pasal II

    Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini: a. Perjanjian/Kontrak yang ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan

    Menteri ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya Perjanjian/Kontrak.

    b. Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2013

    MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

    DJOKO KIRMANTO

    Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

    AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR M

  • LAMPIRAN

    1. PEDOMAN & BUKU STANDARD TENTANG KONSTRUKSI 2. PEDOMAN & BUKU STANDARD TENTANG KONSULTAN

  • 1

    PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN PENGADAAN, EVALUASI PENAWARAN, EVALUASI KUALIFIKASI PEKERJAAN KONSTRUKSI, DAN PENGHITUNGAN

    PENYESUAIAN HARGA/ESKALASI

  • 2

    1. BAB I ....................................................................................................................................................... 3

    KETENTUAN UMUM .............................................................................................................................. 3

    2. BAB II ...................................................................................................................................................... 7

    PENYUSUNAN DOKUMEN PENGADAAN .............................................................................................. 7

    3. BAB III ................................................................................................................................................... 19

    TAHAPAN PELELANGAN /PEMILIHAN LANGSUNG ........................................................................... 19

    4. BAB IV ................................................................................................................................................... 35

    EVALUASI PENAWARAN ...................................................................................................................... 35

    5. BAB V .................................................................................................................................................... 73

    PENETAPAN METODE PENILAIAN KUALIFIKASI ................................................................................. 73

    6. BAB VI ................................................................................................................................................... 84

    PENETAPAN PENGUMUMAN, SANGGAHAN, DAN SANGGAHAN BANDING ................................. 84

    7. BAB VII .................................................................................................................................................. 88

    PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL ................................................. 88

    8. BAB VIII ................................................................................................................................................. 94

    LAIN - LAIN ........................................................................................................................................ 94

  • BAB I

    KETENTUAN UMUM

    A. PENGERTIAN ISTILAH

    Dalam Pedoman Tata Cara Pengadaan Dan Evaluasi Penawaran Pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang dimaksud dengan:

    1. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

    2. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya termasuk pengadaan barang konstruksi maupun pengoperasian dan layanan pemeliharaan.

    3. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD.

    4. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

    5. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Institusi yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

    6. Kelompok Kerja ULP yang selanjutnya disebut Pokja ULP adalah Kelompok Kerja ULP adalah perangkat dari Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang berfungsi untuk melaksanakan Pemilihan Penyedia jasa. Anggota Pokja ULP terlebih dahulu ditetapkan oleh PA/KPA/Kepala Daerah

    7. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.

    8. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

    9. Penyedia adalah badan usaha yang menyediakan/melaksanakan Pekerjaan Konstruksi.

    10. Subpenyedia adalah penyedia yang mengadakan perjanjian kerja dengan penyedia penanggung jawab kontrak, untuk melaksanakan sebagian pekerjaan (subkontrak).

    11. Kemitraan/KSO adalah kerja sama usaha antar penyedia baik penyedia nasional maupun penyedia asing, yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis.

    12. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh penyedia kepada PPK/Pokja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia [Catatan : Surat Jaminan dari asuransi diperuntukkan bagi usaha kecil]

  • 4

    13. Kontrak Pekerjaan Konstruksi yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia yang mencakup Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) ini dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) serta dokumen lain yang merupakan bagian dari kontrak.

    14. Kontrak Harga Satuan adalah jenis kontrak pekerjaan konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.

    15. Kontrak Lump Sum adalah jenis kontrak pekerjaan konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa.

    16. Kontrak Gabungan Lump Sum Dan Harga Satuan adalah jenis kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.

    17. Nilai Kontrak adalah total harga pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.

    18. Hari adalah adalah hari kalender untuk proses pemilihan secara elektronik, pelaksanaan kontrak. dan jaminan-jaminan, kecuali hari kerja untuk proses sanggahan banding.

    19. Daftar kuantitas dan harga atau kebutuhan biaya/harga adalah daftar kuantitas yang telah diisi harga satuan dan jumlah biaya keseluruhannya yang merupakan bagian dari penawaran.

    20. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perhitungan perkiraan biaya seluruh volume pekerjaan dikalikan dengan Harga Satuan yang disusun dan ditetapkan oleh PPK, dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan sudah termasuk biaya umum, keuntungan pekerjaan, dan beban pajak, serta digunakan oleh Pokja ULP untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya.

    21. Penyetaraan Teknis adalah penyesuaian/penyetaraan usulan teknis berdasarkan hasil kombinasi penawaran teknis peserta untuk mendapatkan rancangan terbaik dalam mencapai hasil/kinerja konstruksi dari beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda.

    22. Pekerjaan utama adalah jenis pekerjaan yang secara langsung menunjang terwujudnya dan berfungsinya suatu konstruksi sesuai peruntukannya yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pengadaan.

    23. Mata Pembayaran Utama adalah mata pembayaran yang pokok dan penting yang nilai bobot kumulatifnya minimal 80% (delapan puluh per seratus) dari seluruh nilai pekerjaan, dihitung mulai dari mata pembayaran yang nilai bobotnya terbesar yang ditetapkan oleh Pokja ULP dalam Dokumen Pengadaan.

    24. Harga Satuan Pekerjaan (HSP) adalah harga satu jenis pekerjaan tertentu per satu satuan tertentu.

    25. Harga Satuan Dasar (HSD) adalah harga satuan komponen dari harga satuan pekerjaan (HSP) per satu satuan tertentu.

  • 5

    26. Metoda pelaksanaan pekerjaan adalah metode yang menggambarkan penguasaan penyelesaian pekerjaan yang sistematis dari awal sampai akhir meliputi tahapan/urutan pekerjaan (utama) dan uraian/cara kerja dari masing-masing jenis kegiatan pekerjaan utama dan penunjang pekerjaan utama yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

    27. Personil inti adalah tenaga ahli atau tenaga teknis yang akan ditempatkan secara penuh, yang di dalam organisasi pelaksanaan posisinya sebagai manajemen pelaksanaan pekerjaan.

    28. Bagian pekerjaan yang disubkontrakan adalah bagian pekerjaan bukan pekerjaan utama, atau pekerjaan spesialis yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pemilihan, yang pelaksanaannya diserahkan kepada penyedia barang/jasa dan disetujui terlebih dahulu oleh PPK.

    29. Masa Pelaksanaan (jangka waktu pelaksanaan) adalah jangka waktu untuk melaksanakan pekerjaan dihitung berdasarkan SPMK sampai dengan serah terima pertama pekerjaan.

    30. Tanggal mulai kerja adalah tanggal mulai kerja penyedia yang dinyatakan pada Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), yang diterbitkan oleh PPK.

    31. Tanggal penyelesaian pekerjaan adalah tanggal penyelesaian seluruh pekerjaan.

    32. Masa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya Kontrak terhitung sejak tanggal penandatanganan kontrak sampai dengan masa pemeliharaan berakhir.

    33. Masa pemeliharaan adalah kurun waktu kontrak yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak, dihitung sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan sampai dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan.

    34. Kegagalan Konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna atau penyedia dalam periode pelaksanaan kontrak.

    35. Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan oleh penyedia kepada PPK dan terlebih dahulu diperiksa serta diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, menjadi tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak, dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum.

    36. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa.

    37. Prakualifikasi adalah proses penilaian kualifikasi yang dilakukan sebelum pemasukan penawaran.

    38. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kualifikasi yang dilakukan setelah pemasukan penawaran.

    39. Formulir Isian Kualifikasi adalah isian dari peserta pengadaan barang/jasa dalam proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya.

    40. Daftar Isian Kualifikasi adalah dokumen yang disampaikan oleh peserta berisi pakta integritas dan formulir isian kualifikasi.

    41. Daftar Hitam adalah daftar yang memuat identitas Penyedia Barang/Jasa dan/atau Penerbit Jaminan yang dikenakan sanksi oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berupa larangan ikut serta dalam proses

  • 6

    pengadaan barang/jasa diseluruh Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi lainnya.

    42. Daftar Hitam Nasional adalah daftar hitam yang dimuat dalam Portal Pengadaan Nasional Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah.

    B. TUJUAN Pedoman ini disusun dengan tujuan: 1. Sebagai pedoman Kelompok Kerja (Pokja) ULP dalam menyusun dokumen

    pengadaan, mengevaluasi penawaran, dan mengevaluasi kualifikasi; 2. Penyedia yang diyakini mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik, dengan

    harga penawaran yang wajar; 3. Agar pelaksanaan pengadaan dilakukan secara efisien, efektif, transparan,

    terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

    C. RUANG LINGKUP 1. Pedoman ini digunakan untuk pelaksanaan pelelangan mencakup:

    a. Pengadaan pekerjaan konstruksi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang seluruh pembiayaannya bersumber dari anggaran pembangunan pemerintah (pusat/daerah).

    b. Pengadaan pekerjaan konstruksi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang sebagian pembiayaannya bersumber dari anggaran pembangunan pemerintah (pusat/daerah) dan sebagian bersumber dari pinjaman atau hibah dalam negeri.

    2. Pedoman ini digunakan untuk mempermudah/menuntun Pokja ULP dalam pelaksanaan pelelangan/pemilihan langsung sesuai dengan yang tercantum dalam standar dokumen pengadaan meliputi: a. Metode Satu Sampul, Evaluasi Sistem Gugur:

    1) Pascakualifikasi: a) Kontrak Harga Satuan (Buku Standar PK 01 HS); b) Kontrak Lump Sum (Buku Standar PK 01 LS); dan c) Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump Sum (Buku Standar PK

    01 Gabungan). 2) Prakualifikasi:

    a) Kontrak Harga Satuan (Buku Standar PK 02 HS); b) Kontrak Lump Sum (Buku Standar PK 02 LS); dan c) Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump Sum (Buku Standar PK

    02 Gabungan). b. Metode Dua Sampul, Evaluasi Sistem Nilai, Prakualifikasi, Kontrak Lump

    Sum (Buku Standar PK 03 LS); c. Metode Dua Tahap, Evaluasi Sistem Gugur Dengan Ambang Batas,

    Prakualifikasi, Kontrak Lump Sum (Buku Standar PK 04 LS); d. Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Tunggal (Buku Standar PK 05); e. Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Terintegrasi (Buku Standar PK 06).

  • 7

    BAB II

    PENYUSUNAN DOKUMEN PENGADAAN

    A. PERSIAPAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

    Proses Perumusan Persiapan pengadaan pekerjaan konstruksi dimulai dari identifikasi kebutuhan pekerjaan konstruksi sampai dengan pengumuman rencana pengadaan tersebut. Pengumuman dilakukan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui website K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional. setelah Rencana Kerja Anggaran (RKA) dari K/L/D/I disetujui oleh DPR/DPRD.

    Dokumen yang diperlukan antara lain, Rencana Umum Pengadaan (RUP), yang terdiri dari:

    1. Kebijakan Umum Pengadaan yang meliputi:

    a. Pemaketan Pekerjaan;

    b. Cara Pelaksanaan Pekerjaan;

    c. Pengorganisasian Pekerjaan; dan

    d. Penetapan Penggunaan Produksi Dalam Negeri.

    e. Rencana Penganggaran Biaya Pengadaan Serta Biaya Pendukungnya.

    2. Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang meliputi:

    a. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan,

    b. Waktu pelaksanaan yang diperlukan,

    c. Spesifikasi Teknis Pekerjaan yang akan diadakan,

    d. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.

    B. IDENTIFIKASI DAN PEMILIHAN METODE PENGADAAN

    PA/KPA dalam menyusun rencana pengadaan, perlu melakukan identifikasi kebutuhan pekerjaan konstruksi dan menetapkan metode pengadaan, serta wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    1. Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan atau yang akan diadakan adalah untuk kegiatan yang ada di dalam Rencana Kerja K/L/D/I yang telah diuraikan dalam Rencana Strategis oleh unit kerja di bawahnya.

    2. Dilakukan pemaketan untuk Pekerjaan Konstruksi sesuai kebutuhan teknis dengan memberikan kesempatan bagi usaha kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem konstruksi, kualitas dan kemampuan teknis usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil.

    3. Jadwal kegiatan harus memperhatikan waktu pemilihan penyedia, pelaksanaan pekerjaan dan batas waktu penyelesaian pekerjaan sehingga dapat difungsikan sesuai rencana sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

    4. Memperhatikan kesiapan untuk pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi seperti perencanaan/desain yang diperlukan, lahan, persetujuan kontrak tahun jamak (untuk kontrak tahun jamak) serta besarnya dana/biaya

    5. Pemilihan metode pengadaan pada prinsipnya menggunakan metode pelelangan umum, dalam hal ini dapat dilakukan mengikuti ketentuan di dalam pedoman ini namun tidak terbatas untuk memilih metode pengadaan yang lain sesuai dengan tatacara pengadaan yang berlaku, yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012.

  • 8

    6. Pemilihan metode pengadaan dilakukan dengan mempertimbangkan, jenis, sifat, kompleksitas pekerjaan, nilai barang/jasa serta jumlah penyedia barang/jasa yang ada antara lain:

    a. Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Satu Sampul:

    1) Evaluasi Sistem Gugur dengan Pascakualifikasi.

    Digunakan untuk pekerjaan konstruksi yang umumnya pekerjaan tunggal, yaitu pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai tahapan kegiatan setelah perencanaan teknik diselesaikan terlebih dahulu.

    Penetapan krtiteria evaluasi sistem gugur ditentukan dalam dokumen pengadaan sebagai berikut:

    a) Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan memenuhi persyaratan substantif yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan dan diyakini menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan, meliputi :

    (1) tahapan/urutan penyelesaian pekerjaan utama;

    (2) metode kerja setiap kegiatan bagian pekerjaan utama (tidak termasuk metode/proses produksi barang jadi/pabrikan ); dan

    (3) metode kerja setiap kegiatan pekerjaan penunjang/sementara (apabila ada) yang terkait dengan pekerjaan utama.

    catatan:

    pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang/sementara harus ditegaskan dalam Dokumen Pelelangan.

    b) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan serah terima pertama/Provisional Hand Over (PHO) yang ditawarkan tidak melebihi jangka waktu yang ditetapkan dalam Dokumen Pelelangan.

    Pokja ULP dilarang:

    (1) mensyaratkan network planning/CP, cash flow, atau diagram;

    (2) mensyaratkan jadwal kebutuhan material, peralatan, dan personil/tenaga kerja; dan

    (3) mensyaratkan urutan secara teknis jenis kegiatan yang dilaksanakan.

    kecuali persyaratan (a), (b), dan/atau (c) tersebut telah disetujui oleh Eselon I terkait.

    c) jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimal yang disediakan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan, meliputi:

    (1) jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan utama;

    (2) jumlah alat dapat berbeda sepanjang kapasitas sesuai dengan yang disyaratkan dan memenuhi keteknisan operasional;

    (3) 1 (satu) alat dapat dipakai untuk lebih dari 1 (satu) paket pekerjaan sepanjang kapasitas dan produktifitas peralatan sesuai dengan yang disyaratkan dan memenuhi keteknisan operasional;

    (4) Dalam hal Penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan konstruksi dalam waktu bersamaan dengan menawarkan peralatan yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan dalam evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan dengan cara

  • 9

    melakukan klarifikasi untuk menentukan peralatan tersebut akan ditempatkan, sedangkan untuk paket pekerjaan lainnya peralatan dinyatakan tidak ada dan dinyatakan gugur;

    (5) Ketentuan hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan sebagaimana dimaksud pada butir (4), dapat dikecualikan dengan syarat kapasitas dan produktifitas peralatan secara teknis dapat menyelesaikan pekerjaan lebih dari 1 (satu) paket;

    (6) Dalam hal Penyedia mengikuti beberapa paket pekerjaan konstruksi atau jasa konsultansi dalam waktu bersamaan dengan menawarkan personil yang sama untuk beberapa paket yang diikuti dan dalam evaluasi memenuhi persyaratan pada masing-masing paket pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan dengan cara melakukan klarifikasi untuk menentukan personil tersebut akan ditempatkan, sedangkan untuk paket pekerjaan lainnya personil dinyatakan tidak ada dan dinyatakan gugur;

    Catatan:

    (a) Pertimbangan keperluan AMDAL, ijin tempat, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan utama yang ditawarkan (misal AMP, Batching Plant, kapal keruk, atau alat lain yang memerlukan "instaling") tidak dijadikan dasar dalam penilaian/evaluasi teknis, kecuali persyaratan tersebut telah disetujui oleh Eselon I terkait.;

    (b) Tahun Pembuatan tidak dijadikan pertimbangan dalam penilaian, kecuali persyaratan tersebut telah disetujui oleh Eselon I terkait;

    (c) Kepemilikan peralatan dapat dilihat dari milik sendiri/ sewa/ surat dukungan/lainnya; Dalam hal menawar lebih dari satu paket pekerjaan, maka kemampuan menyediakan peralatan dapat dinyatakan dengan milik sendiri/ sewa/ surat dukungan/lainnya. Apabila peralatan utama 1 (satu) untuk menawar lebih dari satu paket pekerjaan perlu dilakukan perhitungan kemampuan produktifitas alat yang bersangkutan.

    d) Spesifikasi Teknis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan, meliputi:

    (1) Apabila menyampaikan usulan perubahan spesifikasi teknis tidak boleh lebih rendah dari yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan; dan

    (2) Apabila tidak menyampaikan usulan perubahan spesifikasi teknis dianggap mengikuti spesifikasi teknis yang diberikan untuk pelaksanaan pekerjaan.

    (3) Dalam hal pekerjaan konstruksi tunggal spesifikasi teknis tidak dapat menggugurkan

    e) Personil Inti yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dlam Dokumen Pengadaan serta posisinya dalam manajemen pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan organisasi pelaksana yang diajukan, meliputi:

    (1) Organisasi Pelaksanaan:

    (a) Manager Pelaksanaan/Proyek,

  • 10

    (b) Manager Teknik,

    (c) Manager Keuangan/Administrasi,

    (d) Pelaksana.

    (2) Penilaian personil manajerial (ahli/terampil) pada organisasi pelaksanaan pekerjaan. sampai Untuk usaha non kecil tidak termasuk tenaga terampil dan/atau personil pendukung, sedangkan untuk usaha kecil cukup personil pelaksana (tenaga terampil);

    (3) Kompetensi personil manajerial pada butir (1), meliputi:

    (a) Jabatan;

    (b) Pendidikan;

    (c) Pengalaman; dan

    (d) Profesi/keahlian.

    (e) Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan meliputi:

    (4) mensubkontrakkan/bekerja sama dengan penyedia jasa usaha kecil;

    (5) bukan pekerjaan utama;

    (6) pekerjaan spesialis; dan

    (7) memilih perkerjaan yang disubkontraakan sesuai yang tercantum dalam lembar Data Pemilihan (LDP).

    2) Evaluasi Sistem Gugur dengan Prakualifikasi.

    Digunakan untuk pekerjaan tunggal dan kompleks, yaitu pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Penetapan kriteria evaluasi penawaran sama seperti pada sistem gugur pascakualifikasi.

    3) Evaluasi Sistem Gugur dengan Ambang Batas

    Metode satu sampul, sistem gugur dengan ambang batas, pascakualifikasi/prakualifikasi.

    Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai angka (skor) terhadap unsur-unsur teknis yang dinilai berdasarkan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan; dan penawaran dinyatakan lulus teknis apabila masing-masing unsur maupun nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang batas minimal yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.

    Penetapan krtiteria evaluasi sistem gugur ambang batas sama dengan sistem gugur hanya pemberian bobot/nilai pada krtiteria evaluasi ambang batas ditetapkan oleh pejabat eselon 1 terkait.

    Dalam hal pemberian bobot/nilai pada kriteria/substansi/uraian evaluasi teknis dengan sistem gugur ambang batas belum ditetapkan oleh pejabat eselon 1 terkait di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, maka Pokja ULP menggunakan evaluasi sistem gugur.

    b. Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Dua Sampul:

    Sistem Nilai, Prakualifikasi, tanpa penyetaraan:

    Digunakan untuk pekerjaan terintegrasi tanpa penyetaraan, yang merupakan pekerjaan konstruksi bersifat kompleks, dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

  • 11

    dan/atau pengadaan barangnya dilaksanakan dalam satu kontrak untuk menghasilkan kinerja hasil pekerjaan (outcome) sesuai yang ditetapkan. Contoh: Design and Build; Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract/PBC); Engineering, Procurement, and Construction (EPC)/Turn Key.

    c. Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Dua Tahap

    Sistem Gugur dengan ambang batas, Prakualifikasi, tanpa penyetaraan atau dengan penyetaraan.

    Digunakan untuk pekerjaan terintegrasi (tanpa/dengan) penyetaraan, yang merupakan pekerjaan konstruksi bersifat kompleks, dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan/atau pengadaan barangnya dilaksanakan dalam satu kontrak untuk menghasilkan kinerja hasil pekerjaan (outcome) sesuai yang ditetapkan. Contoh: Design and Build; Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract/PBC); Engineering, Procurement, and Construction (EPC)/Turn Key.

    C. PEMAKETAN PEKERJAAN

    PA/KPA dalam melakukan pemaketan pekerjaan konstruksi wajib memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

    1. Memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi usaha kecil;

    2. Nilai paket pekerjaan sampai dengan Rp. 2.500.000.000,- diperuntukkan bagi usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil kecuali untuk pekerjaan konstruksi yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil;

    3. Menetapkan sebanyak-banyaknya paket pekerjaan konstruksi untuk usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem, kualitas dan kemampuan teknis usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil;

    4. PA/KPA dilarang memecah paket pengadaan menjadi beberapa paket kecil dengan maksud untuk menghindari pelelangan;

    5. PA/KPA dilarang menyatukan dan memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa daerah/lokasi yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di daerah/lokasi masing-masing;

    6. PA/KPA dilarang menyatukan/menggabungkan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya dapat dipisahkan dan/atau besaran nilainya yang seharusnya dilakukan oleh usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil;

    7. PA/KPA dilarang menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan yang tidak objektif.

    D. PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

    1. PPK menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Barang/Jasa, kecuali untuk Kontes/Sayembara;

    2. ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK;

    3. Nilai total HPS bersifat terbuka dan tidak rahasia;

    4. HPS disusun paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran;

    5. HPS digunakan sebagai:

  • 12

    a. alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;

    b. dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan Pengadaan Jasa Konsultansi yang menggunakan metode Pagu Anggaran; dan

    c. dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan Pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS.

    6. Penyusunan HPS didasarkan pada data harga pasar setempat, yang diperoleh berdasarkan hasil survei menjelang dilaksanakannya Pengadaan, dengan mempertimbangkan informasi yang meliputi:

    a. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS);

    b. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

    c. daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal;

    d. biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya;

    e. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia;

    f. hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain;

    g. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana (engineers estimate);

    h. norma indeks; dan/atau

    i. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

    7. Dalam menyusun HPS telah memperhitungkan:

    a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN); dan

    b. keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar bagi penyedia maksimal 15% (lima belas perseratus) dari total biaya tidak termasuk PPN.

    8. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan Pajak Penghasilan (PPh) penyedia.

    9. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.

    E. PENYUSUNAN DOKUMEN TAHUN JAMAK 1. Pokja ULP wajib melakukan penyusunan Dokumen Pengadaan (Tahun Jamak)

    sebelum melaksanakan proses Pelelangan. Pekerjaan Konstruksi yang dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak (Multi Years Contract) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pengadaannya memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan

    sumber dana yang diperlukan untuk pengadaan yang berasal dari rupiah murni (APBN/APBD).

    b. Secara teknis pekerjaan tidak dapat dipecah-pecah dan/atau penyelesaian pekerjaan tersebut membutuhkan waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dan/atau dalam rangka mengefektifkan pencapaian program sesuai target yang telah ditetapkan.

    c. Kegiatan/paket pekerjaan konstruksi tersebut sudah mendapatkan persetujuan pelaksanaan kontrak tahun jamak dari menteri keuangan (yang bersumber dari APBN) atau kepala daerah (yang bersumber dari APBD).

    d. Dalam melaksanakan pelelangan kontrak tahun jamak dilakukan sekaligus meliputi keseluruhan biaya pelaksanaan paket pekerjaan sampai dengan

  • 13

    selesai, tidak berdasarkan anggaran yang tersedia di tahun pertama (bertahap).

    2. Dalam penyusunan Dokumen Pengadaan (Tahun Jamak) untuk kontrak lumpsum tidak dibolehkan ada penyesuaian Harga, ketentuan penyesuaian harga agar mempertimbangkan sesuai jenis kontrak yang dipilih yaitu: a. Kontrak Harga Satuan

    1) Dokumen acuan/referensi yang digunakan adalah: a) Buku Standar PK 01 HS

    Standar Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi, Satu Sampul, Evaluasi Sistem Gugur, Kontrak Harga Satuan.

    b) Buku Standar PK 02 HS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Satu Sampul, Evaluasi Sistem Gugur, Kontrak Harga Satuan.

    c) PK 05

    Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi Tunggal.

    2) Ketentun penyesuaian harga dapat dilihat pada subbab F. PERHITUNGAN PENYESUAIAN HARGA.

    b. Kontrak Lump Sum 1) Dokumen acuan/referensi yang digunakan adalah:

    a) Buku Standar PK 01 LS

    Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi, Satu Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Lump Sum.

    b) Buku Standar PK 02 LS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Satu Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Lump Sum.

    c) Buku Standar PK 03 LS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Dua Sampul, Sistem Nilai, Kontrak Lump Sum Terintegrasi Tanpa Penyetaraan Teknis.

    d) Buku Standar PK 04 LS

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Dua Tahap, Sistem Gugur Dengan Ambang Batas, Kontrak Lump Sum Terintegrasi Dengan Penyetaraan Teknis.

    e) Buku Standar PK 05

    Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi Tunggal.

    f) Buku Standar PK 06

    Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

    2) Hal-hal yang perlu diperhatikan: a) Pengumuman

    Harus ditambahkan pencantuman sumber pendanaan dan tahun anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut dan Jangka waktu pelaksanaan.

    b) Dalam kontrak lump sum tidak dibolehkan adanya Penyesuaian Harga (Price Adjustment), juga adanya pekerjaan tambah, maka

  • 14

    dalam memilih jenis kontrak Lump Sum ini harus sudah dipastikan bahwa volume, spesifikasi teknis dan gambar sudah pasti.

    c. Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan 1) Dokumen acuan/referensi yang digunakan adalah:

    a) Buku PK 02 Gabungan

    Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung), Pascakualifikasi, Satu Sampul, Sistem Gugur Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump Sum.

    b) Buku PK 03 Gabungan

    Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum/Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi, Satu Sampul, Sistem Gugur, Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump Sum.

    c) Buku PK 05

    Standar Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi Tunggal.

    d) Buku PK 06

    Pedoman Evaluasi Kualifikasi Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

    2) Hal-hal yang perlu diperhatikan: a) Penyesuaian harga (Price Adjustment) dilakukan sesuai dengan

    ketentuan pada bagian kontrak harga satuan, dengan penjelasan sebagai berikut: (1) penyesuaian harga diberlakukan terhadap bagian Kontrak

    Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan;

    (2) penyesuaian harga tidak diberlakukan pada bagian Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan timpang atau harga Lump Sum. penyesuaian harga tidak berlaku untuk jenis pekerjaan yang bersifat borongan misalnya pekerjaan Lump Sum.

    (3) tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan;

    b) Pengumuman

    Pada pengumuman harus ditambahkan pencantuman sumber pendanaan dan tahun anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut termasuk perkiraan kebutuhan dana untuk Penyesuaian Harga dan jangka waktu pelaksanaan.

    c) Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)

    Harus ditambahkan ketentuan Penyesuaian Harga (Price Adjustment) pada SSUK disisipkan sesuai dengan ketentuan pada bagian kontrak harga satuan.

    d) Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)

    Harus ditambahkan ketentuan Penyesuaian Harga yaitu penetapan koefisien komponen bahan, tenaga kerja, alat kerja, dan bahan bakar sesuai dengan ketentuan pada bagian kontrak harga satuan.

    F. PERHITUNGAN PENYESUAIAN HARGA 1. Penyesuaian harga (Price Adjustment) dilakukan dengan ketentuan sebagai

    berikut: a. tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dalam

    dokumen pengadaan; b. penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak tahun jamak dengan

    jenis kontrak harga satuan serta kontrak gabungan lump sum dan harga

  • 15

    satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam dokumen pengadaan dan/atau perubahan dokumen pengadaan;

    c. penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap bagian Kontrak Lump Sum pada kontrak gabungan lump sum dan harga satuan serta terhadap pekerjaan dengan harga satuan timpang;

    d. penyesuaian harga tidak berlaku untuk jenis pekerjaan yang bersifat borongan misalnya pekerjaan lump sum;

    e. penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut; dan

    f. indeks harga bahan bangunan/konstruksi yang digunakan adalah indeks harga perdagangan besar sub sektor konstruksi bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).

    2. Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)

    Harus ditambahkan ketentuan Penyesuaian Harga (Price Adjustment) pada SSUK sebagai berikut:

    Penyesuaian Harga: a. Harga yang tercantum dalam kontrak dapat berubah akibat adanya

    penyesuaian harga sesuai dengan peraturan yang berlaku; b. Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa

    pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan.

    c. Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan biaya operasional sebagaimana tercantum dalam penawaran Harga satuan Timpang dan Harga jenis pekerjaan Lump Sum.

    d. Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak awal/adendum kontrak. Agar diperhatikan pengambilan indeks penyesuaian harga: 1) pada saat pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan

    pekerjaan; 2) pada saat pekerjaan lebih cepat dari jadwal pelaksanaan pekerjaan

    menggunakan indeks harga yang terkecil antara jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan pada saat realisasi pelaksanaan pekerjaan; atau

    3) Pada saat pekerjaan terlambat karena kesalahan rekanan penyesuaian harga satuan dan nilai kontrak menggunakan indeks harga sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan pada kontrak awal. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.

    e. indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut. f. Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya

    adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum kontrak tersebut ditandatangani.

    g. Penyesuaian Harga Satuan, ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

    Hn = Ho (a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+.....) Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan; Ho = Harga Satuan pada saat harga penawaran; a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;

    Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead maka a = 0,15.

    b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja, dsb;

  • 16

    Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah 1,00. Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan

    (mulai bulan ke-13 setelah penandatanganan kontrak). Bo, Co, Do = BAB CVIII Indeks harga komponen pada bulan ke-12

    setelah penanda-tanganan kontrak h. Penetapan koefisien Kontrak pekerjaan dilakukan oleh Menteri dan

    dicantumkan dalam Syarat-syarat Khusus Kontrak. i. Penetapan koefisien bahan, tenaga kerja dan alat kerja ditetapkan dalam

    Syarat-syarat Khusus Kontrak. j. khusus indeks harga bahan bangunan/konstruksi yang digunakan adalah

    indeks harga perdagangan besar bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). k. khusus indeks harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menggunakan harga resmi

    Pertamina untuk BBM industri. l. khusus penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal

    dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;

    m. Dalam hal indeks harga tidak termuat di butir j), k), l), dan m), digunakan indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi teknis.

    n. Rumusan penyesuaian nilai kontrak ditetapkan sebagai berikut: Pn = (Hn1xV1)+(Hn2xV2)+(Hn3xV3)+.... dst

    Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga Satuan; Hn = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah

    dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian Harga Satuan;

    V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan

    o. Pembayaran penyesuaian harga dilakukan oleh PPK, apabila penyedia telah

    mengajukan tagihan disertai perhitungan dan data-data; p. Penyedia dapat mengajukan penyesuaian harga secara berkala selambat-

    lambatnya setiap 6 (enam) bulan.

    3. Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) Harus ditambahkan ketentuan Penyesuaian Harga yaitu penetapan koefisien komponen bahan, tenaga kerja, alat kerja, dan bahan bakar pada SSKK sebagai berikut:

    Penyesuaian harga

    a. Untuk Penyesuaian Harga digunakan adalah indeks dari komponen pekerjaan yang terbesar yang dikeluarkan oleh .................... [diisi BPS atau Instansi Teknis Lainnya (jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS)].

    b. Koefisien komponen bahan, tenaga kerja dan alat kerja ditetapkan sebagai berikut: ......................... [koefisien komponen adalah perbandingan antara nilai bahan, tenaga kerja dan alat kerja terhadap Harga Satuan dari pembobotan HPS, dapat dilakukan sesuai pengelompokan jenis pekerjaan dari HPS], contoh:

    Jenis Pekerjaan Koefisien Komponen

    a. b. c. d. a+b+c+d

    Timbunan 0,15 . .. .. 1,00

    Galian 0,15 . .. .. 1,00

    Galian dengan alat 0,15 . .. .. 1,00

    Beton 0,15 . .. .. 1,00

    Beton bertulang 0,15 . .. .. 1,00

  • 17

    Catatan:

    Koefisien komponen dapat diambil dari analisa HSP Pembentuk Harga Satuan pada Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

    G. PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

    1. Dalam penyusunan Dokumen Pengadaan secara elektronik perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

    a. Seluruh Satuan Kerja/SNVT di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum wajib menayangkan Rencana Umum Pengadaan sesuai dengan alokasi DIPA pada sistem e-procurement Kementerian Pekerjaan Umum segera setelah rencana kerja dan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum disetujui oleh DPR;

    b. Rencana Umum Pengadaan berisi seluruh informasi paket kegiatan administrasi umum, swakelola, dan kontraktual.

    c. Dalam penerapan secara elektronik:

    1) Pokja ULP wajib mengunggah (Upload) dokumen pengadaan dalam sistem pengadaan secara elektronik di website www.pu.go.id dan penyedia wajib mengunduh (download) untuk mengikuti pelaksanaan pengadaan;

    2) Pada prinsipnya data kualifikasi dan data penawaran dari peserta disampaikan secara elektronik dan penyerahan dokumen asli (hardcopy) hanya dilakukan terhadap penawaran yang akan diusulkan sebagai calon pemenang (calon pemenang lelang, calon pemenang cadangan 1, dan calon pemenang cadangan 2 apabila ada);

    3) Substansi yang akan dievaluasi (administrasi, teknis, harga, dan kualifikasi) yang disampaikan secara elektronik wajib ditetapkan oleh Pokja ULP dalam dokumen Pengadaan;

    4) Isian data kualifikasi yang disampaikan secara elektronik akan dilakukan pembuktian berdasarkan dokumen asli atau copy yang telah dilegalisir oleh yang berwenang;

    5) Jaminan penawaran asli dari penyedia yang mengikuti pengadaan secara elektronik wajib disampaikan dan diterima oleh Pokja ULP sebelum batas akhir memasukkan penawaran;

    6) Pembukaan dokumen penawaran disaksikan oleh wakil peserta yang hadir dan berita acara ditandatangani oleh Pokja ULP dan dua orang saksi sesuai dengan dokumen pengadaan;

    7) Data yang digunakan oleh Pokja dalam evaluasi dokumen penawaran dan penyedia jasa adalah data yang diunggah (upload) pada sistem pengadaan secara elekronik sesuai dengan yang tertulis dalam dokumen pengadaan, kecuali jaminan penawaran atau syarat lain yang telah ditetapkan;

    8) Jika suatu paket pelelangan setelah seluruh proses ekstrasi berhasil dan terdapat lebih dari satu dokumen elektronik yang tidak rusak, berbeda isinya, dan tidak saling melengkapi serta tidak ada keterangan perubahan dokumen maka dokumen yang digunakan untuk evaluasi adalah dokumen yang di up-load paling akhir. Tetapi jika waktu uploadnya sama maka yang digunakan adalah dokumen yang waktu modifikasinya paling akhir. Dokumen elektronik yang dimaksud adalah dokumen administrasi, teknis, harga, dan dokumen kualifikasi sesuai yang ditentukan dalam dokumen pengadaan;

  • 18

    9) Dokumen elektronik yang rusak (sesudah mendapat klarifikasi dari LSPE (Kemen PU)) akibat kesalahan pengiriman dokumen oleh Penyedia Jasa, yang mengakibatkan dokumen tersebut tidak dapat dilakukan evaluasi oleh Pokja ULP, maka dokumen elektronik tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat;

    10) Usahakan Dokumen Pengadaan diunggah secara utuh (lengkap) serta tidak boleh terputus (tidak terjadi jeda) agar tidak menimbulkan salah pengertian bagi penyedia;

    11) Setelah dapat dipastikan dokumen telah diunggah seluruhnya secara utuh, Pokja ULP mencantumkan keterangan bahwa dokumen telah ter-upload secara lengkap dengan diberi tanda khusus dan waktu misalnya selesai/lengkap tanggal .... hari .... pukul .....;

    12) Apabila terdapat hambatan teknis yang terkait dengan sistem pengadaan secara elektronik sehingga Pokja ULP tidak dapat mengunggah (upload) dokumen pengadaan secara utuh atau mengunduh (download) pada saat pembukaan penawaran maka segera memberitahukan/menghubungi pihak terkait, dalam hal ini pengelola sistem LPSE, untuk diadakan perubahan/penyesuaian jadwal dengan memperhatikan alokasi waktu yang cukup;

    13) Propinsi Papua dan Papua Barat (kecuali Ibukota Propinsi), dalam penyusunan dokumen pengadaan agar Pokja ULP menyesuaikan ketentuan yang masih mengatur proses pelelangan secara manual (hard copy) menjadi dokumen pengadaan secara semi elektronik;

    14) Ketentuan-ketentuan tersebut di atas dimungkinkan terjadi penyesuaian mengikuti perkembangan teknologi informasi dan diatur dalam ketentuan/peraturan lebih lanjut.

    15) Lain lain :

    a) Hari adalah hari kalender dan setiap tahapan diakhir hari kerja

    b) Penjelasan dokumen dan/atau penjelasan lapangan dapat dihadiri penyedia jasa

    c) Pembukaan penawaran dapat dihadiri penyedia jasa.

    d) Jaminan penawaran asli disampaikan sebelum batas akhir penutupan pemasukan penawaran.

    e) Sanggah disampaikan dengan online, kecuali sanggahan banding.

    2. PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK DI KEMENTERIAN/LEMBAGA/DAERAH/ INSTANSI LAIN Dalam hal pengadaan secara elektronik di Kementerian/Lembaga/ Daerah/Instansi lain (di luar Kementerian Pekerjaan Umum) dapat menggunakan ketentuan pengadaan secara elektronik di Kementerian/ Lembaga/ Daerah/Instansi bersangkutan.

  • 19

    BAB III

    TAHAPAN PELELANGAN /PEMILIHAN LANGSUNG A. METODE PENGADAAN DAN EVALUASI PENAWARAN

    1. Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Satu Sampul

    a. Pengumuman/undangan:

    1) Pascakualifikasi diawali dengan pengumuman; atau

    2) Prakualifikasi diawali dengan undangan bagi peserta yang lulus kualifikasi.

    b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan/Pemilihan:

    1) Dalam hal pascakualifikasi, melakukan Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan; atau

    2) Dalam hal prakualifikasi, melakukan Pengambilan Dokumen Pemilihan bagi peserta yang lulus kualifikasi.

    c. Pemberian Penjelasan;

    d. Pembuatan Berita Acara Penjelasan serta Adendum/perubahan (apabila ada adendum/perubahan);

    e. Penyampaian Dokumen Penawaran;

    f. Pembukaan Dokumen Penawaran;

    g. Pembuatan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran ;

    h. Evaluasi Dokumen Penawaran;

    1) Koreksi Aritmatik

    2) Evaluasi Administrasi

    3) Evaluasi Teknis

    4) Evaluasi Harga

    5) Evaluasi Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi

    a) Dalam hal pascakualifikasi, terdapat tahapan evaluasi kualifikasi dan pembuktian.

    b) Dalam hal prakualifikasi sudah dilakukan pada tahapan prakualifikasi.

    i. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan

    j. Penetapan Pemenang

    k. Pengumuman Pemenang

    l. Sanggahan, Sanggahan Banding (dalam hal prakualidikasi tidak ada sanggah banding).

    2. Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Dua Sampul (Prakualifikasi)

    a. Undangan kepada peserta yang lulus kualifikasi;

    b. Pengambilan Dokumen Pemilihan;

    c. Pemberian Penjelasan;

    d. Pembuatan Berita Acara Penjelasan serta Adendum/perubahan (apabila ada adendum/perubahan);

    e. Penyampaian Dokumen Penawaran;

    f. Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I;

    g. Pembuatan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I;

  • 20

    h. Evaluasi Penawaran Sampul I

    1) Evaluasi Administrasi;

    2) Evaluasi Teknis (catatan: penawaran dinyatakan lulus teknis apabila masing-masing unsur maupun nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang batas minimal)

    i. Pembuatan Berita Acara Evaluasi Administrasi dan Teknis Sampul I;

    j. Pemberitahuan/Pengumuman Sampul I (tidak ada Sanggahan, Sanggahan Banding pada Sampul I);

    k. Undangan Pembukaan Sampul II;

    l. Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II;

    m. Pembuatan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II;

    n. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II: Evaluasi Harga (termasuk kombinasi teknis dan harga/biaya);

    o. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan;

    p. Penetapan Pemenang;

    q. Pengumuman Pemenang;

    r. Sanggahan, Sanggahan Banding.

    3. Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Dua Tahap (Prakualifikasi) dengan Penyetaraan Teknis

    a. Undangan kepada peserta yang lulus kualifikasi;

    b. Pengambilan Dokumen Pemilihan;

    c. Pemberian Penjelasan;

    d. Pembuatan Berita Acara Penjelasan serta Adendum/perubahan (apabila ada adendum/perubahan);

    e. Penyampaian Dokumen Penawaran Tahap I;

    f. Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I;

    g. Pembuatan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I;

    h. Evaluasi Penawaran Tahap I:

    1) Evaluasi Administrasi;

    2) Evaluasi Teknis (dapat dilakukan klarifikasi terhadap desain yang diajukan).

    i. Pembuatan Berita Acara Evaluasi Administrasi dan Teknis

    j. Pengumuman hasil evaluasi administrasi dan teknis

    k. Penyetaraan teknis (apabila diperlukan/dilakukan):

    1) Dalam melakukan penyetaraan teknis, jika diperlukan Pokja mengundang peserta yang lulus evaluasi administrasi dan teknis guna membahas penyetaraan teknis;

    2) Pembuatan risalah/adendum hasil penyetaraan teknis.

    l. Undangan pengambilan adendum dokumen hasil penyetaraan teknis bagi peserta yang lulus evaluasi administrasi dan teknis;

    m. Rapat pembahasan Penyetaraan Teknis;

    n. Penyampaian Penawaran ulang terkait Penyetaraan Teknis;

    o. Evaluasi penawaran penyetaraan teknis;

    p. Pembuatan Berita Acara Evaluasi Tahap I (termasuk hasil evaluasi penyetaraan teknis);

    q. Penetapan Peserta yang lulus evaluasi Tahap I;

  • 21

    r. Pemberitahuan/Pengumuman peserta yang lulus evaluasi Tahap I;

    s. Penyampaian Dokumen Penawaran Tahap II (Harga);

    t. Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II;

    u. Pembuatan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II;

    v. Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II;

    w. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan;

    x. Penetapan Pemenang;

    y. Pengumuman Pemenang;

    z. Sanggahan, Sanggahan Banding Tahap II.

    B. PELELANGAN

    1. Pokja ULP mengumumkan pelelangan umum pasca/prakualifikasi melalui website Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta portal pengadaan nasional melalui LPSE atau jika diperlukan melalui media cetak dan/atau elektronik paling kurang 7 (tujuh) hari kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

    2. Pengumuman pelelangan umum pasca/prakualifikasi paling sedikit memuat:

    a. Nama dan alamat Pokja ULP yang akan mengadakan pelelangan;

    b. Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;

    c. Nilai total Harga Perkiraan Sendiri (HPS);

    d. Syarat-syarat peserta pelelangan; dan

    e. Tempat, tanggal, hari dan waktu untuk mengambil Dokumen Pengadaan.

    3. Dalam pengumuman dilarang mencantumkan persyaratan:

    a. Peserta harus berasal dari provinsi/kabupaten/kota tempat lokasi pelelangan;

    b. Pendaftaran harus dilakukan oleh:

    1) direktur utama / pimpinan perusahaan;

    2) penerima kuasa dari direktur utama/ pimpinan perusahaan/ pengurus koperasi yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian/Anggaran Dasar;

    3) kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik; atau

    4) pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili perusahaan yang bekerja sama.

    c. Pendaftaran harus membawa asli dan/atau rekaman/fotocopy/legalisir Akta Pendirian, Izin Usaha, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), kontrak kerja sejenis, Sertifikat Badan Usaha (SBU) dan/atau dokumen-dokumen lain yang sejenis;

    d. Persyaratan lainnya yang sifatnya tidak objektif atau diskriminatif; dan

    e. Persyaratan selain yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya kecuali diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

    4. Apabila dari hasil identifikasi ternyata tidak ada penyedia dalam negeri yang mampu mengerjakan, maka pelelangan umum diumumkan di website komunitas internasional (seperti www.dgmarket.com, www.undp.org dan lain-lain) serta diberitahukan kepada penyedia yang diyakini mampu mengerjakan.

    5. Apabila terbukti terjadi kecurangan dalam pengumuman, kepada:

  • 22

    a. Kelompok Kerja ULP dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau

    b. Peserta yang terlibat dimasukkan ke dalam Daftar Hitam dan/atau dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    C. PENDAFTARAN DAN PENGAMBILAN DOKUMEN PENGADAAN

    1. Peserta melakukan pendaftaran;

    2. Semua peserta wajib melakukan pendaftaran sebelum mengambil dokumen pengadaan.

    3. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan pengambilan dokumen;

    4. Peserta dapat mengambil dokumen pengadaan sesuai hari, tanggal, waktu dan tempat pengambilan yang ditentukan dalam pengumuman;

    5. Pada tahap pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan, Pokja ULP:

    a. Mencatat nama pendaftar, nama dan alamat perusahaan serta nomor telepon, nomor faksimili dan/atau alamat e-mail pihak yang dapat dihubungi, untuk keperluan korespondensi;

    b. Memberikan Dokumen Pengadaan dalam bentuk file (softcopy) dan/atau cetakan (hardcopy); dan

    c. Dapat mengunggah (upload) Dokumen Pengadaan melalui website Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi.

    6. Pokja ULP dilarang memungut biaya apapun dari peserta;

    7. Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar melampirkan surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal;

    8. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan pengambilan dokumen.

    D. PEMBERIAN PENJELASAN

    1. Pemberian penjelasan dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditentukan, serta dihadiri oleh para peserta yang terdaftar;

    2. Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran;

    3. Perwakilan peserta yang hadir pada saat pemberian penjelasan menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas kepada Pokja ULP.

    4. Dalam pemberian penjelasan, harus dijelaskan kepada peserta mengenai:

    a. lingkup pekerjaan;

    b. metode pemilihan;

    c. cara penyampaian Dokumen Penawaran;

    d. kelengkapan yang harus dilampirkan bersama Dokumen Penawaran;

    e. jadwal batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran dan pembukaan Dokumen Penawaran;

    f. tatacara pembukaan Dokumen Penawaran;

    g. metode evaluasi;

    h. hal-hal yang menggugurkan penawaran;

    i. jenis kontrak yang akan digunakan;

    j. ketentuan dan cara evaluasi