permasalahan lingkungan yang muncul akibat gempa padang
TRANSCRIPT
PERMASALAHAN LINGKUNGAN YANG MUNCUL AKIBAT GEMPA
PADANG 2009
RIFKI ABRAR 1106023045
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi). Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur
pertemuan 3 lempeng tektonik besar yang aktif dan bergerak, yaitu: Lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Lempeng Eurasia dan Indo-Australia bertumbukan dilepas pantai barat
pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai selatan kepulauan
Nusa Tenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan,
sedangkan lempeng Australia dan Pasifik bertumbukan di sekitar Pulau Papua.
Sementara itu, pertemuan antara ketiga lempeng tersebut terjadi di sekitar
Sulawesi. Akibat terletak pada pertemuan 3 lempeng tersebut, di kawasan
Indonesia banyak terdapat patahan-patahan aktif, seperti patahan Semangko di
Sumatera.
Pada beberapa tahun terakhir ini, bencana alam akibat gempa bumi makin
sering terjadi di Indonesia, terutama di wilayah sebelah barat pulau Sumatera.
Pada tanggal 30 September 2009, warga indonesia dikejutkan dengan gempa bumi
yang terjadi di Sumatera Barat dengan kekuatan 7.6 skala richter(SR). Gempa
tektonik ini terjadi pada pukul 17.16.09 WIB dengan pusat gempa (episentrum) 57
km di barat laut Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat (0,84 (LS) dan 99,65
(BT) dan kedalaman 71 km. Berselang 22 menit kemudian, tepatnya pada pukul
17:38:52 WIB terjadi gempa susulan berkekuatan 6,2 SR. Pusat gempa berada
pada koordinat 0.72 LS - 99.94 BT, pada kedalaman 110 km dan berjarak 22 km
arah barat daya Pariaman, Sumatera Barat.
Berdasarkan data terakhir yang diterbitkan oleh Satkorlak PB Provinsi
Sumatera Barat dan BNPB, jumlah korban jiwa pascabencana gempa bumi di
Sumatera Barat tercatat sebanyak 1.117 jiwa meninggal dunia, 1.214 jiwa korban
luka berat,
1.688 luka ringan, serta pengungsi sejumlah 410 jiwa, yang sebagian besar berada
di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang. Selain itu, total jumlah rumah
yang mengalami kerusakan sebanyak 249.833 unit dengan rincian: 114.797 unit
rumah rusak berat, 67.198 unit rumah rusak sedang dan 67.838 unit rumah rusak
ringan. Dampak bencana juga mengakibatkan kerusakan sejumlah gedung
pemerintahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan, hotel
dan gedung/perkantoran keuangan dan perbankan.
Dilihat dari ilmu teknik sipil, berdasarkan data Satkorlak PB Provinsi
Sumatera Barat dan BNPB banyak bangunan yang rusak di Padang setelah gempa
30/09/09. Pada umumnya bangunan yang rusak tidak memenuhi standar
kelayakan teknik sipil seperti kerusakan struktur yang tidak sesuai dengan standar
dalam pembangunan serta tidak memperhatikan jenis tanah dimana bangunan
tersebut didirikan, dan juga perencanaan pembangunan yang kurang baik,
pemilihan bahan material yang tidak sesuai standar dan jenis bangunan yang akan
didirikan.
Gempa yang berkekuatan 7,6 skala richter tidak hanya berdampak terbatas
pada kegagalan struktur, ternyata gempa ini menimbulkan permasalahan
lingkungan yang muncul pasca gempa padang. Kehidupan manusia tidak lepas
dari lingkungan. Kita bernafas lewat udara. Kita makan, minum, menjaga
kesehatan juga membutuhkan lingkungan. Apabila lingkungan kita sudah
tercemar, maka setiap aktivitas yang dilakukan manusia pasti akan terganggu,
apalagi pasca gempa padang banyak bangunan rumah warga yang ambruk dan
terpaksa tinggal di pengungsian dengan standar lingkungan yang tidak sehat.
Untuk itulah peran teknik sipil diperlukan, baik dalam mengkaji permasalahan
yang timbul pasca gempa dan mencari solusinya terutama masalah lingkungan,
agar bisa mempertahankan kehidupan manusia dan memberi kenyamanan
hidupnya.
Pasca gempa padang banyak fasilitas lingkungan rusak, seperti MCK,
septic tank, saluran limbah, sumur, saluran air bersih, tempat pembuangan
sampah, dan lainnya. Tidak berfungsinya fasilitas ini dapat mencemari lingkungan
sekitar seperti pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah yang
bisa menimbulkan berbagai macam penyakit menular.
Pencemaran Tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk
hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang disebabkan
limbah padat maupun cair yang mencemari tanah. Pasca gempa banyak saluran
pipa air limbah baik dari industri maupun rumah tangga banyak yang bocor.
Gejala pencemaran tanah dapat diketahui dari tanah yang tidak dapat digunakan
untuk keperluan fisik manusia. Tanah yang tidak dapat digunakan, misalnya tidak
dapat ditanami tumbuhan, tandus dan kurang mengandung air tanah. Faktor-faktor
yang mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah antara lain banyaknya
tumpukan sampah pasca gempa padang yang telah lama tidak diangkut banyaknya
mobil sampah yang diforsir untuk membantu evakuasi dan mengankut material
bekas gempa sehingga tidak maksimalnya pembuangan sampah kota ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) di Air Dingin, dan juga kecenderungan masyarakat saat
membuang limbah sampahnya ke TPS selalu mencampur adukkan sampah
organik dan non organik seperti plastik, kaleng, kaca yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke tanah.
Faktor lain yang dapat mengurangi kualitas tanah yaitu penggunaan detergen yang
merembes kedalam tanah yang berpengaruh terhadap air tanah, flora dan fauna
tanah.
Pencemaran Air
- Saluran air bersih dan sanitasi
Pasca gempa yang melanda kota padang dengan kekuatan 7,6 skala richter,
banyak warga kota padang yang kesulitan mencari air bersih untuk keperluan
masak, minum, dan mandi karena saluran pipa air bersih dari PDAM banyak yang
bocor dan juga banyak sumur warga yang keruh pasca gempa. Dari PDAM sendiri
telah berupaya memperbaiki pipa yang bocor dibeberapa titik seperti didepan
Stasiun Kereta Api di Simpang Haru dan menjelang Pasar Alai. Di dua titik ini,
warga banyak yang memanfaatkan perbaikan instalasi air bersih ini untuk
mengambil air bersih untuk memenuhi kebutuhan. Dan juga PDAM sendiri telah
meminta bantuan 50 truk tangki yang berisi air bersih dari wilayah lain untuk
disalurkan ke rumah-rumah warga, serta bantuan dari Pihak Australia yaitu
semacam alat yang bisa mengubah air laut menjadi air minum. Dan juga bantuan
dari P&G bekerjasama dengan World Vision Indonesia dan pemerintah setempat,
mendistribusikan 700.000 saset bubuk penjernih air PUR beserta perlengkapan
pengolahnya. PUR terbukti dapat memurnikan air hingga aman untuk dikonsumsi
khususnya pada situasi tanggap bencana. Hanya memerlukan waktu 20 menit,
telah dapat menyulap 10 liter air sumur yang keruh menjadi bersih, bening dan
tidak berbau hanya dengan satu saset PUR.
Disamping penyediaan air bersih, hal yang tidak perlu dikesampingkan
yaitu masalah sanitasi. Pasca gempa banyak warga yang membuang limbahnya
secara langsung ke sungai, tempat terbuka dan sebagainya yang sangat potensial
mencemari lingkungan. Disisi lain pemahaman masyarakat tentang sanitasi juga
rendah, perilaku dan buruknya sanitasi masyarakat dikarenakan kurang
mengenalnya pola hidup bersih dan hal ini akan memperburuk kondisi kesehatan
lingkungan sekitar, dimana munculnya beberapa penyakit yang dominan terjadi
seperti malaria, diare, disentri, dan muntaber.
Pencemaran udara
Pencemaran udara dapat bersumber dari manusia atau dapat berasal dari
alam. Adanya pencemaran udara ditunjukkan oleh adanya gangguan pada
makhluk hidup yang berupa kesukaran bernapas, batuk, sakit tenggorokan, mata
pedih, serta daun-daun yang menguning pada tanaman. Pasca gempa padang
banyak korban yang belum terevakuasi sepenuhnya hingga hari kesembilan proses
evakuasi terhadap korban berjalan lambat sehingga menimbulkan bau yang
kurang sedap dari si korban karena susahnya medan dan puing-puing beton yang
besar serta di padang sendiri masih kekurangan alat berat dan terhambatnya
bantuan alat berat dari wilayah lain karena jalan-jalan penghubung memasuki kota
Padang juga terhambat karena longsor. Jalan Raya dari Kota Bukittinggi ke
Padang, terputus di Lembah Hanai, Cilaeng, sehingga tidak bisa dilewati
kendaraan. Begitu juga jalan utama yang menghubungkan wilayah Pesisir Selatan
dengan Kota Padang, hanya bisa dilewati kendaraan satu jalur. Jalan penghubung
dari Kota Padang ke Solok juga mengalami longsor. Sedangkan jalan ke wilayah
Pasaman Barat, juga mengalami longsor, sehingga kendaraan dari arah Medan,
Sumatera Utara, kesulitan memasuki Kota Padang.
Dan juga banyaknya debu yang beterbangan akibat dari proses pengangkutan
puing-puing reruntuhan pasca gempa yang mengakibatkan munculnya penyakit
ISPA dikalangan masyarakat sehingga pemerintah membagikan masker gratis dari
Dinas Kesehatan.
Mitigasi
Mitigasi adalah salah satu usaha untuk mengurangi risiko dalam
menghadapi bencana (bahaya). Salah satu upaya tanggap lingkungan yang
dilakukan adalah penyuluhan bagi masyarakat (korban) tentang kesadaran dalam
menjaga pola hidup yang sehat serta melakukan pengelolaan dan pemanfaatan
fasilitas secara optimal, serta kembali merehabilitasi dan merekonstruksi fasilitas
yang ramah lingkungan agar kondisi lingkungan disekitar jauh lebih baik
daripada sebelum gempa terjadi.
Oleh karena itu ilmu teknik sipil memiliki peran yang sangat penting
dalam pengembangan infrastruktur agar kehidupan manusia bisa lebih baik dan
nyaman. Pembangunan infrstruktur harus didasarkan perencanaan yang lebih baik
dengan memperhatikan keselarasan antara lingkungan terbangun dengan
lingkungan alami.
Referensi
http://palembang.tribunnews.com/m/index.php/08/10/2009/air-laut-siap-minum-untuk-warga-padang
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=80018
http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/09/sanitasi-darurat-pada-daerah-bencana/
Tugas Pengantar Sistem Rekayasa Teknik Sipil
Permasalahan Lingkungan yang Muncul Akibat Gempa Padang
2009
Disusun oleh
Nama : Rifki Abrar
NPM : 1106023045
Jurusan : Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia