perlunya manajemen dalam pendidikan

31

Click here to load reader

Upload: iphenk-rusapande

Post on 29-Jun-2015

3.281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

1. Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Salah satu agenda reformasi pendidikan adalah perbaikan mutu pendidikan yang

dimulai dari tingkat prasekolah SD, SLTP, SMU sampai perguruan tinggi dan kegiatan

non-formal di dalam kehidupan masyarakat. Masing-masing tingkatan memiliki

karakteristik dan aturan tersendiri dalam pelaksanaannya. Pada era sebelumnya,

masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan adalah persoalan yang hanya

diselesaikan oleh pemerintah dan para pengelola pendidikan. Tetapi memasuki abad ke 21

ini, khususnya di Indonesia pemahaman pentingnya pendidikan telah mengalami

kemajuan yang berarti dimana masyarakat telah berinisiatif sendiri dalam mengelola

pendidikan dan penyelenggaraannya, yakni dengan menggunakan pola manajemen

berbasiskan masyarakat (education based community), padahal pengelolaan pendidikan

sebelumnya dilakukan secara rutinitas tanpa ada pola manajemen sehingga pendidikan

tergantung pada penguasa (birokrasi) dan sentralistik.

Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan global

yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itu

sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan

(continous improvement) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing

dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh

lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas/mutu pendidikan dalam

pengelolaannya.

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika proses belajar-

mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar

sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang

bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan

pembangunan.

Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan

dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik

secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan

dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,

keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

berkembang.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 1

Page 2: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan

manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.

Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya

merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.

Manajamen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola

sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Husaini, 2010:9).

Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diprioritaskan

untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out put yang berkualitas tinggi.

Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan yang belum memiliki

manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.

Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab

tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Beberapa kendala manajemen

pendidikan Indonesia yang belum menunjukkan kemajuan sampai saat ini antara lain:

pertama, dampak manajemen yang sentralistik.

Meskipun banyak keberhasilan yang telah dicapai dunia pendidikan Indonesia namun

upaya untuk mengembangkan satu sistem pendidikan telah menimbulkan akibat-akibat

yang negatif. Kecenderungan tentang terjadinya sentralisasi yang berlebihan (over

centralization) pada perintah pusat telah dirasakan hampir pada semua aspek manajemen

pendidikan. Dalam banyak kasus adanya ketidakpercayaan timbal balik antara otoritas

pusat di satu pihak daerah menjadi kendala.

Kedua, mekanisme pendanaan oleh pemerintah. Komersialisasi pendidikan sekarang

sangat dirasakan oleh masyarakat mulai dari prasekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Lanjutan Pertama (SLTP), maupun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dalam hal

ini dapat dirasakan bahwa pemerintah sama sekali belum optimal membuat aturan

penetapan biaya penyelenggaraan pendidikan. Sepertinya pemerintah membebaskan

pendidikan sehingga dijadikan lahan bisnis tanpa mempertimbangkan unsur

keterjangkauan masyarakat dan pemerataan pendidikan.

Ketiga, manajemen dan organisasi. Lembaga pendidikan, terutama yang di bawah

naungan Depdiknas harus tunduk pada peraturan- peraturan yang berlaku secara seragam

untuk semua lembaga pendidikan. Padahal kebijakan seperti ini telah menimbulkan

banyak pengaruh negatif terhadap kehidupan lembaga pendidikan.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 2

Page 3: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Keempat, problem Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Artinya, meskipun usaha

untuk meningkatkan mutu tenaga pendidikan terus dilakukan, secara umum kualifikasi

pendidikan para guru/ dosen di Indonesia masih belum memadai. Di samping suasana

akademik belum memuaskan dan mutu staf administrasi pendidikan masih jauh dari

memadai untuk mendukung tuntutan tugas administrasi pendidikan di setiap lembaga

pendidikan yang ada.

2. Keuntungan Manajemen Strategi Jasa Pendidikan

Manajemen strategi dalam dunia pendidikan bisa diibaratkan sebagai sebuah upaya

membangun input untuk menghasilkan output; input dalam dunia pendidikan adalah

berupa tenaga pengajar/dosen yang berkualitas, ketersediaan sarana dan prasarana

pendidikan, administrasi yang baik, sedangkan outputnya adalah berupa lulusan suatu

institusi pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk

mencapai output ini, dibutuhkan suatu proses, yang disebut dengan proses manajemen

strategi.

Manajemen Strategi merupakan rangkaian dua perkataan terdiri dari

kata “Manajemen” dan “Strategi” yang masing–masing memiliki pengertian

tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah dengan memiliki

pengertian tersendiri pula. Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149), pengertian

manajemen strategi ada 4 (empat). Pengertian pertama Manajemen Strategi adalah

“proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan

menyeluruh, disertai penetapan cara  melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen

puncak dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk

mencapai tujuannya”. Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek yang penting,

antara lain :

(a) Manajemen Strategi merupakan proses pengambilan keputusan. (b) Keputusan

yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang berarti berkenaan dengan aspek

– aspek yang penting dalam kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan

cara melaksanakan atau cara mencapainya. (c) Pembuatan keputusan tersebut harus

dilakukan atau sekurang – kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala sekolah),

sebagai penanggung jawab utama pada keberhasilan atau kegagalan organisasinya.

(d) Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai

tujuan strateginya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 3

Page 4: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

harus mengetahui dan menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab

masing – masing. (e) Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak (kepala sekolah)

harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk

kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategi organisasi. 

Pengertian manajemen strategi yang kedua adalah “usaha

manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang

yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang

telah ditentukan”. Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang secara relatif luas dari

pengertian pertama yang menekankan bahwa “manajemen strategi merupakan

usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi”, yang mengharuskan

kepala sekolah dengan atau tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakasek, Pembina

OSIS, Kepala Tata Usaha), untuk mengenali aspek–aspek kekuatan organisasi yang

sesuai dengan misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategi

yang telah ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus

dimanfaatkan secara optimal.

Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategi adalah “arus keputusan dan tindakan yang

mengarah pada pengembangan strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan

organisasi”. Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan

organisasi (Ka Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus

menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling efektif atau

yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi. 

Pengertian yang keempat, “manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar

(disebut Perencanaan Strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh

(disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang

bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara

efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional)

yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan

Strategi) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.”

Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategi merupakan

suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling

berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama

pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur–unsurnya yang

terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah

Perencanaan Operasional dengan unsur – unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 4

Page 5: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Operasional, Pelaksanaan Fungsi – fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian,

fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja

internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.

Ada beberapa manfaat Manajemen Strategi di lingkungan organisasi pendidikan  yang

dapat memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Manfaat yang dapat

dipetik adalah : “manajemen strategi dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan

dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen, dan dalam proses pelaksanaan

pekerjaan dengan menggunakan semua sumber daya yang secara nyata dimiliki melalui

proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilai

hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.”

Secara terinci manfaat manajemen strategi jasa pendidikan adalah :

1) Organisasi pendidikan (sekolah) sebagai organisasi kerja menjadi dinamis,

karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi

realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang

selalu berubah terutama karena pengaruh globalisasi. Dengan kata lain

Manajemen Strategi sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik

dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada Tujuan Strategi dan Misi yang

realistik pula.

2) Implementasi Manajemen strategi melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi

sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara

terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung sebagai

proses yang efektif dan efisien. Dengan demikian berarti Manajemen Strategi mampu

menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategi dan

perwujudan Visi berlangsung secara terkendali.

3) Manajemen Strategi diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan

strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan

untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilih

dan disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan

pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategi.

4) Manajemen Strategi dapat berfungsi sebagai sarana dalam

mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara

merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global,

pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan

demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 5

Page 6: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

yang akan dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang

akan diwujudkan oleh organisasi.

5) Manajemen Strategi sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi

pendidikan, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai

posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit

dan atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya

untuk memperkuat keunggulan organisasi.

6) Manajemen Strategi di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang

terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan

ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense

of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata

lain manajemen strategi berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan

sekedar keberhasilan manajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau

keberhasilan keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.

4. Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan

Lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah mengalami perubahan besar, yaitu

lingkungan global pendidikan atau sering diistilahkan dengan globalisasi pendidikan.

Globalisasi berarti suatu proses keterbukaan yang seluas-luasnya, bebas dari

keterbelengguan kultural, bebas dari ketertutupan. Globalisasi dengan ciri pasar bebasnya

tidak hanya menjual barang produksi industri saja, melainkan juga sumberdaya manusia

yang siap kerja. Oleh karena itu kualitas menjadi acuan utama. Barang (produk

pendidikan) yang tidak berkualitas akan dicampakkan oleh konsumen, persaingan pasar

semacam ini menuntut barang dagangan yang berkualitas. Masyarakat sudah mulai

mempertanyakan dan memilih sekolah-sekolah berkualitas, karena mereka takut putra-

putrinya tidak mampu bahkan kalah bersaing di era globalisasi ini. (Radar Sulteng,

26/01/2011).

           Pemasaran, yang lebih dikenal dengan istilah asing “marketing” adalah suatu

metode baru untuk memajukan dan mengembangkan potensi sebuah organisasi dengan

memusatkan sasaran atau target, terutama pada masyarakat yang benar-benar

membutuhkan dan menginginkan organisasi kita, dan tujuan dari pemasaran adalah

membantu pengelola suatu organisasi untuk memutuskan produk apa yang mesti

ditawarkan terlebih dahulu.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 6

Page 7: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

            Mula-mula pemasaran dikenal dan dikembangkan oleh perusahaan multi nasional

besar dengan kekuatan ekonomi super. Tapi sekarang, setiap perusahaan dan bahkan

setiap orang telah menggunakannya, tidak ketinggalan pula organisasi-organisasi non-

profit seperti lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai pencetak biro jasa masa depan

telah memanfaatkan segi keunggulan pemasaran untuk meningkatkan kerjasama atau

transaksi mereka dengan pembeli, langganan dan publik. Suatu organisasi yang

memutuskan tetap eksis dan survive digelanggang persaingan yang ketat ini, mau tidak

mau, tidak akan sukses tanpa memiliki strategi pemasaran yang baik. (David W. Cravens,

Strategic Marketing, 1982).

Kotler mendefinisikan Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial di

mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Dengan

demikian pemasaran produk dan jasa, termasuk sekolah akan terkait kepada konsep:

permintaan, produk, nilai dan kepuasan pelanggan. 

Konsep produk dalam dunia pendidikan terbagi atas jasa kependidikan dan

lulusan. Jasa kependidikan sendiri terbagi atas jasa: kurikuler, penelitian, pengembangan

kehidupan bermasyarakat, ekstrakurikuler dan administrasi. Bentuk produk-produk

tersebut hendaknya sejalan dengan permintaan pasar atau keinginan pasar yang diikuti

oleh kemampuan dan kesediaan dalam membeli jasa kependidikan.

Sekolah hendaknya dapat berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Selain itu juga

perlu mencermati pergeseran konsep ‘keuntungan pelanggan’ menuju ‘nilai’ (value) dari

jasa yang terhantar. Sekolah mahal tidak menjadi masalah sepanjang manfaat yang

dirasakan siswa melebihi biaya yang dikeluarkan. Dan sebaliknya sekolah murah bukan

jaminan akan diserbu calon siswa apabila dirasakan nilainya rendah.

Langkah-langkah dalam pengelolaan pemasaran sekolah dapat diilustrasikan dalam

gambar berikut:

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 7

Visi Misi sekolah

Strategi Pemasaran Sekolah

Konsumen PendidikanPesaing

Strategi Pengelolaan Sekolah

Riset Pasar

Page 8: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Strategi pemasaran apa yang hendaknya diacu untuk dijadikan pijakan oleh lembaga

pendidikan, tentunya harus menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan.  Sebab

perkembangan lingkungan akan selalu menghasilkan tantangan-tantangan baru dan

kesempatan-kesempatan baru bagi lembaga pendidikan.

Salah satu strategi pemasaran pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan strategi

5 P: Product, Price, Place, Promotion, Personal Trait. Strategi tersebut dikenal dengan

Bauran Pemasaran (Marketing Mix).

Menurut Stanton (1999), Bauran Pemasaran adalah “Suatu kombinasi dari empat

variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sasaran pemasaran perusahaan yakni

produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi”.

Marketing mix pada produk barang yang diketahui berbeda dengan marketing mix

untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik jasa dan barang.

Marketing mix untuk barang dikenal dengan 4 P sedangkan untuk jasa, keempat hal

tersebut masih dirasa kurang mencukupi. Menurut Lupiyoadi (2002) ada variabel

tambahan untuk produk jasa yaitu orang(people), proses(procces), dan pelayanan

(customer service).

1. Product Pengertian produk menurut Stanton (1999): “Produk adalah apa saja yang ditawarkan

kedalam pasar untuk diperhatikan, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen termasuk di dalamnya objek fisik, jasa,

orang, tempat, organisasi dan gagasan-gagasan”.

Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2001): Produk adalah segala sesuatu, baik

menguntungkan atau tidak yang diperoleh seseorang melalui pertukaran.

Empat tingkat produk jasa menurut Kotler (2000) adalah:

1. Produk inti atau generik.

Terdiri dari jasa dasar, seperti ruangan kelas dan tempat duduk.

2. Produk yang diharapkan.

Terdiri dari produk inti bersama pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus

dipenuhi seperti ruang tunggu.

3. Produk tambahan.

Area yang memungkinkan suatu produk didiferensiasi terhadap yang lain.

4. Produk potensial.

Tampilan dan manfaat tambahan yang berguna bagi konsumen atau mungkin menambah

kepuasan konsumen.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 8

Page 9: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Menurut Fandy Tjiptono (1997) menyatakan secara garis besar strategi produk dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Strategi posisi produk.

Strategi posisi ini merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik

dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra(image) merek atau produk yang

lebih unggul dibandingkan merek atau produk pesaing. (menciptakan soft skill sekolah)

2. Strategi meninjau kembali posisi produk.

Strategi ini dilaksanakan dengan jalan meninjau kembali posisi produk dan bauran

pemasaran saat ini, serta berusaha mencari posisi baru yang lebih tepat bagi produk

tersebut.

3. Strategi lingkup produk.

Strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk suatu perusahaan

4. Strategi desain produk.

Strategi ini berkaitan dengan tingkat standarisasi produk.

5. Strategi eliminasi produk.

Strategi ini melakukan penghapusan pada produk yang tidak sukses karena produk

yang tidak sukses bila dipertahankan bisa merugikan perusahaan.

2. Harga (Price)

Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

1. Strategi penetapan harga produk baru.

Harga yang ditetapkan pada suatu produk baru harus dapat memberikan pengaruh yang

baik bagi pertumbuhan pasar, selain itu juga dapat mencegah timbulnya persaingan

sengit.

2. Strategi kepemimpinan harga.

Dengan melakukan penilaian kembali terhadap strategi penetapan harga yang telah

dilakukan, perusahaan memiliki tiga alternatif strategi, yaitu : mempertahankan harga,

menurunkan harga dan menaikkan harga.

3. Strategi kepemimpinan harga.

Strategi ini digunakan oleh pemimpin pasar (market leader) dalam suatu industri untuk

melakukan perubahan harga yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain dalam industri

tersebut.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 9

Page 10: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

3. Tempat (Place)

Menurut Lupiyoadi (2001) lokasi untuk menyediakan jasa kepada pasar sasaran

adalah dua kunci area keputusan. Keputusan lokasi dan saluran mencakup bagaimana

menyampaikan jasa kepada konsumen dan dimana terjadinya. Hal ini memiliki relevansi

yang besar karena jasa tidak disimpan serta diproduksi dan dikonsumsi ditempat yang

sama.

Lokasi yaitu keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan di mana

operasi dan stafnya ditempatkan. Pentingnya lokasi bagi perusahaan jasa tergantung tipe-

tipe interaksi konsumen dan jasa yang disediakan. Terdapat tiga tipe interaksi antara

penyedia jasa dan konsumen menurut Lupoyoadi (2001), yaitu :

1. Konsumen mendatangi penyedia jasa.

Misalnya pada jasa lembaga pendidikan, rumah sakit, bioskop dan lain-lain. Pada

kelompok ini, tempat menjadi aspek yang sangat penting. Karena konsumen harus

mendapatkan kemudahan akses dan melihat langsung kondisi perusahaan. Penyedia jasa

yang ingin mengembangkan bisnis dapat mempertimbangkan lebih dari satu tempat

lokasi.

2. Penyedia jasa yang mendatangi konsumen.

Pada kelompok ini faktor lokasi menjadi kurang penting. Dalam beberapa kasus

penyedia jasa tidak leluasa pergi kepada konsumen karena penyedia jasa harus didahului

panggilan konsumen.

3. Transaksi bisnis jasa dilakukan melalui ‘kepanjangan tangan’ perusahaan.

Dalam hal ini, lokasi tidak relevan. Yang penting adalah sarana komunikasi dan surat

menyurat yang efisien. Kadang-kadang dibutuhkan interaksi fisik tertentu antara

penyedia jasa dan konsumen.

Menurut, Lupoyoadi (2001), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian

konsumen, dalam hal ini adalah :

1.Faktor ambient (temperature, penerangan dan lain-lain).

2.Layout ( pengaturan, ukuran, kesesuaian perabot).

3.Signage (tanda yang menunjukkan keberadaan suatu lokasi).

Sementara, menurut Ghosh (1999), ada empat langkah dalam mengembangkan kebijakan

lokasi dengan faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :

1. Strategi pemasaran.

Target pasar dan posisi dalam shopping opportunity line.

2. Analisis regional.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 10

Page 11: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Variasi regional dalam potensi ekonomi dan tingkat kompetensi.

3. Analisis area.

Demografik populasi di sekitar tempat potensial.

4. Evaluasi tempat.

Tipe lokasi, arus lalu lintas, akses, biaya okupansi dan lain-lain.

4. Promosi.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah

mendengarkannya dan tidak yakin bahwa produk itu tidak akan berguna bagi mereka,

maka mereka tidak akan pernah membelinya.

Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2001) terjemahan David Octaveria. Strategi

Promosi adalah rencana untuk penggunaan yang optimal dari elemen-elemen promosi,

periklanan, humas, penjualan pribadi dan promosi penjualan.

Menurut Kotler (2000) terjemahan Hendra Teguh, SE. Promosi adalah terdiri dari

kumpulan kuat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek dirancang untuk

mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat dan lebih besar

oleh konsumen.

Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2001) terjemahan David Octarevia, tugas promosi

adalah :

1. Promosi informatif:

- Meningkatkan kesadaran atas produk baru.

- Menjelaskan bagaimana produk tersebut bekerja.

- Menyarankan kegunaan baru suatu produk.

- Membangun citra suatu perusahaan.

2. Promosi persuasif:

- Mendorong perpindahan merek.

- Merubah persepsi pelanggan atas atribut produk.

- Mempengaruhi pelanggan untuk membeli sekarang.

- Merayu pelanggan untuk datang.

Bentuk-bentuk promosi adalah :

1. Personal Selling.

Personal Selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon

pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 11

Page 12: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

2.Mass Selling.

Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk

memperkenalkan suatu produk.

3. Promosi Penjualan.

Penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang

dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera.

4. Public Relations.

Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk

mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap

perusahaan tersebut.

5. Direct Marketing.

Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan

suatu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur atau transaksi

disembarang lokasi.

5. People Trait

Dalam pemasaran jasa, kesuksesannya juga sangat tergantung pada SDM yang

dimiliki. Apalagi untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan langsung

antara penyedia jasa dengan konsumennya. Perusahaan juga harus mengantisipasi segala

kemungkinan terjadi permasalahan dalam pengelolaan SDM mulai dari tahap seleksi

hingga proses manajemen SDM yang lebih kompleks.

Peran penting SDM dalam perusahaan jasa harus dibedakan untuk pengelolaannya lebih

lanjut, Payne (1983), yang pada umumnya dapat dikelompokkan atas :

1.Contactors (Hubungan).

Sumber Daya Manusia yang berhubungan erat dengan konsumen dan memilih aktivitas

memasarkan secara konvensional. SDM yang terlibat dalam peran ini memerlukan

pelatihan, persiapan, dan motivasi yang tinggi untuk melayani konsumen sehari-hari.

Selain itu, dituntut memiliki kemampuan untuk bersikap responsif dalam memenuhi

kebutuhan konsumen

1.Modifiers (Sesekali).

SDM yang tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas pemasaran, kontak dengan

konsumen hanya dilakukan sesekali saja. Peran ini sangat penting, oleh karena itu harus

mempunyai pandangan yang sangat luas tentang strategi pemasaran jasa

perusahaan.Modifiers memerlukan keahlian untuk dapat menjalin kerja sama yang erat

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 12

Page 13: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

dengan para konsumen, oleh karena itu manajemen harus mengarahkan dan mengadakan

pelatihan serta pengembangan kerja sama secara intensif.

2.Influencers (Pengaruh).

Peran SDM ini lebih terfokus pada implementsi dari strategi pemasaran perusahaan.

Seoranginfluencers harus memiliki potensi kemampuan untuk menarik kosumen melalui

hasil yang diperolehnya.

3.Isolateds (Tak Langsung).

SDM yang berada pada peran ini tampaknya akan sulit berhasil apabila tidak

mendapatkan dukungan yang memadai dari manajemen terutama untuk memotivasi.

SDM harus diarahkan untuk mengetahui perannya serta strategi pemasaran sehingga

dapat berkontribusi lebih optimal.

5. Penerapan Prinsip-Prinsip Total Quality Manajemen (TQM) dalam Pendidikan

Dalam dunia persaingan global yang tajam saat ini, orang banyak berbicara tentang

“mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan produk dan/atau

jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan, dan kebutuhan tersebut

berkembang seiring dengan tuntutan mutu penggunanya.

Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir

sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk dan/atau jasa dibuat

sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik

temunya antara harapan dan kebutuhan pelanggan dengan hasil produk dan/atau jasa

itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk dan/atau jasa

adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pengguna/ pelanggan. Semakin

tinggi tuntutan pengguna maka semakin tinggi kualitas mutu tersebut.

Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan

dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas,

derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara

menghendel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi

TQM adalah: “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer

satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first time), melalui

perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid

Sadgrove, 1995).

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 13

Page 14: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan

bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan

usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan

terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.

Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan (bisa pula

sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa

meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini

secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses

pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa

kini maupun yang akan datang.

Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa,  yakni pelayanan

pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah

) adalah: 1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga

administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan

sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima

lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).[

Langkah-langkah Penerapan TQM di dunia pendidikan

1. Fokus pada Pengguna Jasa Pendidikan (Pelanggan)

Kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam

TQM. Oleh sebab itu, identifikasi pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka

merupakan aspek yang krusial. Adapun langkah pertama TQM adalah memandang

siswa/mahasiswa sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik.

2. Kepemimpinan

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 14

Page 15: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Kesadaran akan kualitas dalam lembaga pendidikan tergantung kepada faktor

intangibles, terutama sikap manajemen tingkat atas (pimpinan lembaga pendidikan

dasar menengah, kepala sekolah, dan pemimpin perguruan tinggi/rektorat) terhadap

kualitas jasa pendidikan. Pencapaian tingkat kualitas bukan hasil penerapan jangka

pendek untuk meningkatkan daya saing, melainkan melalui implementasi TQM yang

mensyaratkan kepemimpinan yang kontinyu. Dewan sekolah, pengawas dan

administrator berperan dalam memfokuskan dan memberi arahan pada wilayah dan

sekolah. Merekalah yang memiliki visi masa depan, dan  mereka jugalah yang

berkemampuan mengajak para guru dan staf untuk mau menerima visi itu sebagai

miliknya. Ini mengacu pada tanggung jawab bersama. Para guru dan staf memiliki

komitmen untuk mewujudkan visi tersebut. Pemimpin perlu memiliki karakteristik

pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untuk memimpin, kejujuran dan

integritas, kepercayaan diri, inisiatif, krativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibikitas,

kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma. Kualitas manajerial pimpinan

harus dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu

memperagakan kualitas kepemimpinan yang sama, yang diperlukan untuk

mengembangkan budaya TQM. Oleh sebab itu, keterlibatan langsung pemimpin

lembaga pendidikan sangatlah penting.

3. Perbaikan yang Berkesinambungan

Perbaikan yang berkesenimbangunan berkaitan dengan komitmen (continuous quality

improvement atau CQI) dan proses (continuous process improvement). Komitmen

terhadap kualitas dimulai dengan pernyatann dedikasi pada misi dan visi bersama,

serta pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi

tersebut (Lewis dan Simth, 1994). Perbaikan yang berkesinambungan tergantung

kepada dua unsur. Pertama, mempelajari proses, alat, dan ketrampilan yang tepat.

Kedua, menerapkan ketrampilan baru pada small achieveable projects. Upaya

perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam lembaga pendidikan harus

menggunakan pendekatan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga pendidikan, student

learning. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjamin kualitas lembaga

pendidikan, yaitu (1) Pendekatan akreditas, (2) Pendekatan outcome assessment, dan

(3) Pendekatan sistem terbuka (Lewish & Smith, 1994).[19]

Perbaikan berkelanjutan merupakan hal penting untuk setiap organisasi mutu.

Perbaikan tersebut hanya dapat dicapai bila setiap orang disekolah atau wilayah

bekerja bersama-sama dan:

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 15

Page 16: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

    * Menerapkan roda mutu pada setiap aspek kerja

    * Memahami manfaat jangka panjang pendekatan biaya mutu

    * Mendorong semua perbaikan baik besar maupun kecil

    * Mefokuskan pada upaya pencegahan dan bukab penyelesaian masalah

4. Manajemen SDM

Selain merupkan aset organisasi yang paling vital, sumber daya manusia merupakan

pelanggan internal yang menetukan kualitas akhir sebuah jasa dan lembaganya. Oleh

sebab itu, sukses tidaknya implementasi TQM sangat ditentukan oleh kesiapan,

kesediaan, dan kompetensi sumber daya manusia dalam lembaga pendidikan yang

bersangkutan untuk merealisasikannya secara sungguh-sungguh.

5. Manajemen Berdasarkan Fakta

Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata tentang kualitas yang

didapatkan dari berbagai sumber di seluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata-mata

atas dasar intuisi, praduga, atau organizational politics. Berbagai alat telah dirancang

dan dikembangkan untuk mendukung pengumpulan dan analisi data, serta

pengambilan keputusan berdasarkan fakta.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 16

Page 17: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Referensi

Arcaro,  Jerome S, Pendidikan Berbasis Mutu; Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Bambang H. Hadi Wiardjo dan Sulistijarningsih Wibisono, Memasuki Pasar Internasional Dengan ISO 9000, Sistem Manajemen Mutu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996).

Depdiknas, Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005)

Dr. Umedi, M.Ed., Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M), (Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004)

Drs. Zulian Yamit, Msi, Manajemen Kualitas Produk  Dan Jasa, (Yogyakarta: CV Adipura, 2001)

Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003)

Lupiyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta, Penerbit Salemba Empat, 2001)

Nasution, M, Nur, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Rochaety, Eti, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Radar Sulteng, edisi Rabu 26/01/2011

Ikhsan Madjido, http//topengawu.blogspot.com, diakses 28/01/2011 jam 23.05 WITA

http://www.uns.ac.id/data/0022.pdf

http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=Popular&topik=10&id=239

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 17

Page 18: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

6. Stakeholder Lembaga Pendidikan

Sebuah pepatah menyatakan bahwa sesuatu yang paling abadi di dunia adalah perubahan.

Tiada sesuatu yang bertahan statis di dunia, segalanya mengalami perubahan, demikian

pula dengan kondisi lembaga termasuk sekolah/madrasah juga memiliki kemampuan

untuk berubah. Oleh karena itu, hanya perubahan itu sendirilah yang akan abadi. � Secara empirik, mutu madrasah/sekolah selama ini hanya dipandang pada model

pembelajarannya saja. Sempat mencuat bahwa sekolah/madrasah dikatakan favorit

manakala pengajarnya profesional dalam mengajar atau dibilang lulusannya setara strata-

2 atau juga pernah kuliah diluar negeri. Wajar jika bermunculan sekolah/madrasah ingin

berubah dengan mengembangkan sistem berstandart internasional agar dikatakan sebagai

sekolah/madrasah yang favorit.

Perubahan memamang ada, banyak para pengelolah sekolah/madrasah yang cenderung

akan hal yang bersifat favorit. Tetapi realitanya, pengelola hanya memikirkan menjadi

sekolah/madrasah yang favorit tidak sekolah/madrasah yang bermutu. Sebab, mutu

sekolah/madrasah menjadi prioritas penting untuk menjadi sekolah/madrasah menuju

perubahan ke arah favorit mutunya. Secara jelasnya, sekolah/madrasah tidak

membutuhkan favorit, tapi bermutu.

Karya Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah mencoba memberikan

gagasan visioner untuk merubah dan membangun Indonesia dalam stakeholder

manajemen sekolah/madrasah. Selama ini banyak para stakeholder yang menjadikan

sekolah/madrasah sebagai lahan bisnis. Unsur mengabdi pada negara dan agama seraya

minta dibayar dengan gaji semata. Perselingkuhan stakeholder seperti ini yang

menjadikan mutu sekolah/madrasah hanya ditentukan dengan tarif pendidikan, sehingga

tidak ada lagi sekolah berstandart internasional tapi sekolah bertarif internasional.

Seyogyanya, perubahan lembaga dalam mengembangkan sekolah/madrasah perlu

digagaskan stakeholder potensial dan menformulasikan visi, misi serta tujuan

sekolah/madrasah yang tidak asal-asalan. Untuk mengetahui siapa stakeholder

sekolah/madrasah, manajer harus mengenal berbagai bentuk dan mutu layanan serta

produk yang dihasilkan oleh sekolah/madrasah. Sebab, berbagai bentuk mutu layanan dan

produk sekolah/madrasah akan memengaruhi stakeholder. Untuk itu, stakeholder bukan

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 18

Page 19: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

lagi mengenal dan menentukan tarif gaji yang diterima tapi mutu sekolah/madrasah itu

sendiri.

Penetapan stakeholder dari lembaga pendidikan merupakan proses yang sangat penting

dalam manajemen lembaga. Kesalahan dalam menentukan stakeholder potensial tersebut

akan berdampak pada kesalahan dalam proses perubahan manajemen selanjutnya yang

pada akhirnya akan menimbulkan tidak terserapnya produk dan layanan lembaga

pendidikan di masyarakat. Itulah sebabnya sebelum dilakukan analisis, lembaga

pendidikan harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya yang ada di

lembaga tersebut dengan memproyeksikan stakeholder utama ke depan.

Setelah diketahuinya dan ditetapkannya stakeholder utama, maka lembaga sudah mulai

lebih jelas berkaitan dengan hal utama. Kondisi ini akan sangat membantu dalam

pemilihan prioritas-prioritas lembaga. Ibaratnya, sekolah/madrasah akan disetir ke jalur

yang dituju. Namun demikian, agar operasional sekolah/madrasah tersebut lebih fokus

dan lebih tepat dalam menentukan prioritas-prioritas sekolah/madrasah maka

ditetapkanlah visi dan misi sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah merupakan tujuan

jauh yang harus dicapai oleh sekolah/madrasah dalam kurun waktu tertentu.

Sekolah/madrasah yang tidak memiliki visi dan misi atau memiliki visi dan misi yang

belum menjadi acuan kerja, maka setiap komponen sekolah/madrasah tersebut akan

bergerak ke arah yang menjadi visinya sendiri-sendiri. Sehingga sekolah/madrasah tidak

mempunyai arah karena setiap komponen menentukan arahnya sendiri –lembanga yang

tidak punya tujuan dan saling mementingkan ideologi sendiri-sendiri.

Selain itu, manajemen atau strategi dalam mengelolah sekolah/madrasah juga menjadi hal

yang vital. Strategi ini menjadi patokan utama sekolah/madrasah dalam pembuatan suatu

program-program kerja ke depan. Pengembangan strategi sekolah/madrasah harusnya

diutamakan pada hal yang bersifat kegiatan akademik dalam upaya untuk menghasilkan

lulusan atau produk sebagaimana yang dicitakan.

Dengan demikian, kemampuan dalam mencapai predikat sekolah/madrasah bermutu

harus memiliki manajemen pendidikan yang bermutu pula. Manakalah manajemen

sekolah/madrasah rendah, sudah bisa dipastikan lembaga akan mengalami kegagalan

berorganisir. Hal ini terkait pentingnya pengembangan mutu sekolah/madrasah

merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas

kehidupan bangsa Indonesia. Predikat positif yang disandangkan dari peningkatan

kualitas kehidupan pada akhirnya mengores pada sumber daya manusia (SDM) pada

suatu negara untuk lebih maju dan bermutu.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 19

Page 20: Perlunya Manajemen dalam Pendidikan

Namun, pengembangan mutu sekolah/madrasah bukanlah semuda yang dibayangkan.

Semuanya membutuhkan sebuah proses, tidak ada hal yang ‘kun fayakun’ langsung

jadi begitu saja. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menjadikan sekolah/madrasah

bermutu harus memiliki tingkat stakeholder potensial yang mampu memberikan visioer

dan memanajemen strategi pengelolaan sebuah lembaga.

Sepantasnya, para stakeholder berkepribadian yang bermutu pula. Kemampuan

memimpin dalam melaksanakan perubahan terutama perubahan dalam mindset orang-

orang yang ada di sekolah/madrasah akan menjadi titik awal dalam meraih pendidikan

bermutu yang memiliki karakter sekolah/madrasah yang kompetitif dan unggul.

Relevansinya, setiap lembaga harus memiliki tipe pemimpin potensial yang mampu

mengelola manajemen lembaga untuk mencapai mutu yang dibaggakan. Untuk itu, tidak

ada apresiasi yang lebih spesial terhadap karya ini, kecuali dengan membacanya.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 20