perlindungan konsumen perspektif hukum · pdf filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram)...

104
PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisa Terhadap UU No. 8 Th. 1999) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (SSY) Oleh : RIDWAN NIM : 102043124930 KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: dinhhuong

Post on 06-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Analisa Terhadap UU No. 8 Th. 1999)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (SSY)

Oleh :

RIDWAN NIM : 102043124930

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kepada segenap umat-Nya, Salawat

serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT., akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisis Terhadap UU No. 8 Tahun 1999)

Betapapun hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan, berkat dukungan dan

bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum beserta Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA, MM, Ketua Program Studi

Perbandingan Mazhab dan Hukum beserta Bapak. Dr. H. Muhammad Taufiki,

M.Ag, Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

ii

3. Bapak Dr. JM. Muslimin, P.hD dan Bapak. Dr. H. Muhammad Taufiki,

M.Ag., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga

karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Majelis Ulama Indonesia yang telah memberikan data-data dan literatur-

literatur yang berhubungan dengan kebutuhan penulis untuk menyelesaikan

tulisan ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ayah dan bunda yang tercinta H. Lukman Hakim dan Hj. Romlah yang

senantiasa mendoakan, mendukung dan membantu ananda (penulis), baik

moril maupun materil.

8. Kakanda Ardiamsyah yang selalu menemani dan memberikan dukungan,

semangat dan motifasi kepada adinda (penulis).

9. Para rekan-rekan mahasiswa/i Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fiqh

Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

2002, yang telah menkontribusikan dukungannya kepada penulis dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini.

10. Segenap sahabat terdekat di lingkungan Rumah (rayap-rayap) Abu, Yuyu,

Baba, Andi, Gendut, Qway.

Page 4: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

iii

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang

terbaik dari apa yang telah dikontribusikan kepada penulis baik moril maupun

materil. Mudah-mudahan ini bukanlah karya ilmiah terakhir, yang

dipersembahkan oleh penulis, semoga skripsi ini bermanfaat, Amien.

Jakarta, 13 Syawal 1431 H

22 September 2010 M

Penulis

Ridwan

Page 5: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8

D. Review Kepustakaan ................................................................... 9

E. Metode Penulisan Skripsi ............................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 13

BAB II KONSEP HUKUM ISLAM TENTANG MAKANAN HALAL

DAN HAK-HAK KONSUMEN

A. Pengertian Makanan Halal .......................................................... 15

B. Dasar Hukum Makanan Halal ...................................................... 18

C. Syarat-syarat dan Kriteria Makanan Halal Dalam Islam .............. 22

D. Sistem dan Prosedur Penetapan Produk Halal .............................. 23

E. Hakikat dan Hak-hak Konsumen dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen .............................................................. 31

Page 6: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

v

BAB III KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen di

Indonesia .................................................................................... 34

B. Asas dan Tujuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen ......... 39

C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Muslim dalam Undang-

Undang No.8 Tahun 1999 ............................................................ 47

BAB IV ANALISIS TERHADAP UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF

ISLAM

A. Analisis Terhadap Bentuk-bentuk Perlindungan Ponsumen

Dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.................................................................................... 60

B. Analisis Relevansi UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Jaminan Kehalalan Produk Bagi Konsumen

Muslim ........................................................................................ 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 91

B. Saran .......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 95

LAMPIRAN

Page 7: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kedudukan konsumen sangat lemah,

antara lain disebabkan oleh tingkat kesadaran dan tingkat pendidikan konsumen

yang relatif masih rendah, hal ini diperburuk dengan anggapan sebagian

pengusaha yang rela melakukan apapun demi produk mereka, tanpa

memperhitungkan kerugian-kerugian yang akan dialami oleh konsumen, juga

pemahaman mereka tentang etos-etos bisnis yang tidak benar, seperti anggapan

bahwa bisnis harus memperoleh keuntungan semata-mata, bisnis tidak bernurani,

ada juga yang beranggapan bahwa bisnis itu memerlukan banyak biaya maka

akan merugikan apabila dibebani dengan biaya-biaya sosial, dan sebagainya.

Perhatian terhadap perlindungan konsumen sangat diperlukan mengingat

setiap orang pada suatu waktu, apakah sendiri atau berkelompok bersama orang

lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu barang atau jasa

tertentu. Oleh karena itu diperlukan pemberdayaan konsumen.

Patut disyukuri kini di Indonesia telah memiliki undang-undang yang

mengatur tentang perlindungan konsumen, yaitu dikeluarkannya undang-undang

No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan terhadap konsumen. UU ini disahkan oleh

BJ Habibie Presiden peralihan pada saat itu.1

1 Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi, ( Jakarta : Ghalia

Indonesia, 2002 ), h. 13

Page 8: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

2

Dalam undang-undang tersebut, disebutkan bahwa hak konsumen adalah

hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

atau jasa. Undang-undang ini menunjukkan bahwa setiap konsumen, termasuk

konsumen muslim yang merupakan mayoritas konsumen di Indonesia, berhak

untuk mendapatkan barang dan jasa yang nyaman dikonsumsi olehnya, salah satu

pengertian nyaman bagi konsumen muslim adalah bahwa barang tersebut tidak

bertentangan dengan kaidah agamanya, yaitu halal. Selanjutnya dalam undang-

undang ini juga disebutkan bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar,

jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. Hal ini

memberikan pengertian kepada kita bahwa keterangan halal yang diberikan oleh

perusahaan haruslah benar atau telah teruji terlebih dahulu. Dengan demikian

perusahaan tidak dapat dan serta merta mengklaim bahwa produknya halal,

sebelum melalui pengujian kehalalan yang telah ditentukan.

Dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan akan terwujud suatu

tatanan masyarakat dan hukum yang baik, dan terjadi keseimbangan antara

produsen dan konsumen yang baik, sehingga tercipta suatu perekonomian yang

sehat dan dinamis sehingga tercapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat

Indonesia.

Sehubungan dengan uraian di atas Islam telah mangajarkan bahwa setiap

perbuatan yang merugikan pihak lain itu dilarang, terutama dalam pemakaian

barang atau jasa. Sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an Surat An-nisa :

Page 9: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

3

Allah berfirman:

Artinya : “Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan

janganlah membunuh dirimu, sesungguhnva Allah adalah maha

penyayang kepadamu”. (Q.S. An-Nisa/ 4: 29)

Dalam ayat tersebut secara jelas Allah telah mensyariatkan bahwa

transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia harus dengan cara

yang baik dan benar, yaitu harus saling merelakan, dan cara-cara yang batil

dilarang oleh Agama.

Pembeli atau konsumen seharusnya menerima barang dalam kondisi baik

dan dengan harga yang wajar. Mereka juga harus diberitahu apabila terdapat

kekurangan-kekurangan pada suatu barang.2

Islam melarang produk-produk di bawah ini ketika berhubungan dengan

konsumen atau pembeli3 :

1. Penggunaan alat ukur atau timbangan yang tidak tepat.

2. Penimbunan dan pemanipulasian harga.

3. Penjualan barang palsu atau rusak

4. Bersumpah untuk mendukung sebuah penjualan.

5. Membeli barang-barang curian

2 Rafik Isa Beekum, Etika Bisnis Islami, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004 ), h. 72. 3 Ibid, h. 73-75

Page 10: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

4

6. Larangan mengambil bunga atau riba.

Dengan demikian ini membuktikan, bahwa Islam adalah agama yang

universal. Karena mengatur segala kebutuhan dan kegiatan manusia, tak

terkecuali dalam hal muamalah, misalnya perekonomian dan bisnis dengan

berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.

Al-Quran merupakan wahyu yang diturunkan dengan berbagai tujuan.

Diantara tujuan tersebut adalah membasmi kemiskinan materiil dan spiritual,

kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup serta pemerasan manusia atas

manusia dalam bidang agama, sosial, ekonomi, dan juga politik.4 Selain itu Al-

Quran juga merupakan sumber ajaran agama Islam yang menyangkut semua

dimensi kehidupan manusia. Dengan tujuan eksistensinya, Al-Quran merupakan

sumber ajaran yang memuat nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur aktifitas-

aktifitas manusia termasuk aktifitas ekonomi dan bisnis.5

Kalau kita bicara tentang konsumen, pada mulanya memang tidak

mengenal suku bangsa. Namun kita sebagai umat Islam hendaklah dapat memilih

produk-produk mana yang aman dikonsumsi oleh muslim. Dengan kata lain, ada

legalitas. Misalnya hak konsumen dalam kebersihan, kesehatan, keamanan, juga

kehalalan. Karena dalam Islam mengkomsumsi yang halal, suci dan baik

4 Quraish Shihab. Wawasan al-Quran. (Bandung : Mizan, 1996), h. 12

5 Mohammad R. Lukman Fauroni. Vlsi al-Quran Tentang Etika Dan Bisnis, ( Jakarta :

Salemba Diniyah ), h. 4.

Page 11: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

5

merupakan perintah agama dan hukumnya adalah wajib, sebagai mana dalam

firman Allah SWT :

Artinya : ”Hai sekalian manusia! makanlah yang halal lagi baik dan apa yang

terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan,

karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al-

Baqarah 2: 168 )

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan salah satu

perwujudan dan rasa syukur dan keimanan kepada Allah, sebaliknya,

mengkonsumsi yang tidak halal di pandang sebagai mengikuti ajaran setan,

karena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) menyebabkan segala amal ibadah

yang dilakukan tidak akan diterima oleh Allah SWT.6

Sebagai konsumen yang menduduki peringkat mayoritas, umat Islam

harus melindungi bahan-bahan makanannya dan bahan pencemaran bahan-bahan

haram, baik bahan utamanya maupun bahan aditif dalam proses pengolahannya.

Karena bagaimanapun masalah halal lebih terfokus pada hubungan langsung

antara manusia dengan Tuhannya, yang tidak boleh ditutupi hanya untuk

kepentingan praktis, misalnya kepentingan ekonomi, bisnis, politik, stabilitas, dan

lain-lain yang belum jelas kecenderungannya.

Oleh karena itu maka pemerintah bersama dengan ulama atau pemuda

agama Islam berkewajiban untuk melakukan pengawasan dan hal-hal yang dapat

6 Departemen Agama RI, Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal Majlis Ulama

Indonesia, 2003, h. 2

Page 12: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

6

mempengaruhi kehalalan dan bahan pokok, bahan tambahan, produksi dan

pengedaran makanan serta minuman.7

Kasus-kasus makanan halal yang dapat meragukan masyarakat akan

mempunyai dampak negatif tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan itu sendiri,

tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bangsa pada umumnya.

Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman

adalah suatu yang erat sekali kaitannya dengan ibadah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah musyawarah para

ulama zu’ama, dan cendekiawan muslim dipandang sebagai lembaga paling

berkompeten dalam pemberian jawaban masalah sosial keagamaan (ifta) yang

senantiasa timbul dihadapi masyarakat Indonesia. Hal ini mengingat bahwa

lembaga ini merupakan wadah bagi semua umat Islam Indonesia yang beraneka

ragam kecenderungan dan madzhabnya, oleh karena itu fatwa yang dikeluarkan

oleh MUI diharapkan dapat diterima oleh seluruh kalangan dan lapisan

masyarakat, serta diharapkan pula dapat menjadi acuan pemerintah dalam

pengambilan kebijaksanaan.

Salah satu wujud nyata dan upaya MUI adalah dengan dibentuknya

lembaga pengkajian pangan, obat-obatan, dan kosmetika Majelis Ulama

Indonesia (LP. POM MUI). Fungsi dan lembaga ini adalah melakukan penelitian,

audit dan pengkajian secara seksama dan menyeluruh terhadap produk-produk

7 Departeman Agama RI, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, ( Jakarta : 2003),

h. 2

Page 13: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

7

olahan. Hasil penelitiannya kemudian dibawa ke komisi fatwa untuk membahas

dalam sidang komisi dan kemudian difatwakan hukumnya, yakni fatwa halal, jika

sudah diyakini bahwa produk bersangkutan tidak mengandung unsur-unsur

benda-benda haram atau najis.8

Dengan adanya kejelasan label halal ini diharapkan konsumen muslim

menjadi tenang ketika menkonsumsi makanan. sebagaimana dalam undang-

undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen telah dicantumkan

dalam pasal 8 UUPK, disamping itu pemerintah juga telah mengeluarkan UU no.

76 /1996 tentang pangan dan (PP) no. 69 I 1999 pasal 10 ayat 1, juga dipertegas

oleh SK Menteri Agama RI no. 518 tentang labe1isasi halal.9

Meski demikian masih banyak para produsen yang tidak memperdulikan

tentang kehalalan produk mereka. Sedangkan mayoritas penduduk Indonesia

adalah muslim, jadi sejauh manakah UU no. 8 tahun 1999 ini merespon

kepentingan hukum Islam perlu diteliti lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang inilah penulis bermaksud melakukan

penelitian dengan judul : “PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM ”. (Analisa Terhadap UU No. 8 Th. 1999)

8 Departeman Agama, Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal, h. 6

9 Wiwid Prast, “Bread Talk Dan Masalah Serti/Ikasi Halal’, Dalam Furqon, IV, 18, Mei

2006. hlm.47

Page 14: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari luasnya permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis merasa perlu membatasi

permasalahan yang akan dibahas. Untuk itu, penulis hanya akan membahas

tentang UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dan setelah

melihat pembatasan masalah, maka penulis dapat merumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap UU No.8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen ?

2. Bagaimana hakikat UU perlindungan konsumen dan nilai Islam

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap UU no.8

tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah hakikat UU perlindungan konsumen

Adapun manfaat dan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber informasi bagi

akademisi, praktisi dan penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu pedoman kehalalan produk

yang bisa dikonsumsi konsumen muslim

Page 15: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

9

D. Review Kepustakaan

1. Muhammad Ihsan (102046225379)

Judul : Efektifitas Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi

Syari’ah Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen. (Studi Kasus AJB Bumi Putera 1912

cabang Syari’ah)

Membahas tentang : Klausula baku yang dikeluarkan oleh perusahaan

Asuransi Syari’ah serta akibat hukumnya ditinjau dari Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang perlindungan Konsumen.

Hubungan antara akad Asuransi Syari’ah dan ketentuan pasal 18 UU No. 8

Tahun 1999 dalam perjanjian Asuransi Syari’ah.

2. Siti Nurseha (103046128321)

Judul : Hubungan Antara Persepsi Konsumen Terhadap Loss Leader Princing

Dengan Keputusan Pembelian Konsumen Pada Alfa Mart.

Membahas tentang :Bagaimana persepsi konsumen terhadap leader pricing

yang dilakukan alfa mart & adakah hubungan antara persepsi konsumen

terhadap loss leader pricing dengan keputusan pembelian konsumen.

3. Muhammad Fauzi Rahula (101046122355)

Judul : Sikap Konsumen Terhadap Promosi Product Fast Food Dalam

Perspektif Islam.

Page 16: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

10

Membahas tentang : Gambaran umum responden KFC M.T Haryono jakarta

Selatan Serta karakteristik konsumen berdasarkan pada pengetahuan dan

status ekonomi.

4. Siti Rohmah (101046122319)

Membahas Tentang :Bagaimana proses sertifikasi halal pada product Papa

Ron’s Pizza dan apakah label halal sebagai suatu upaya perlindungan

konsumen muslim, berpengaruh penjualan produk dan dapat memenuhi

prefensi dikalalngan konsumen Papa Ron’s Pizza.

E. Metode Penulisan skripsi

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang mendasarkan kajiannya

pada kajian literatur murni atau penelitian kepustakaan. Karena kajian ini adalah

analisis UU maka untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan untuk

memperoleh data yang obyektif serta otentik, dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Pendekatan perundang-undangan

Dalam metode ini peneliti perlu memahami hirarki, dan asas-asas

dalam perundang–undangan. Menurut pasal 1 angka 2 UU No. 10 Tahun

2004, peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum. Selanjutnya, Pasal 7 (1) UU No. 10 Tahun 2004 menetapkan jenis dan

Page 17: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

11

hirarki perundang-undangan Republik Indonesia. Menurut ketentuan tersebut,

Jenis dan hirarki peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

c. Peraturan Pemerintah.

d. Peraturan Presiden.

e. Peraturan Daerah.10

Oleh karena dalam pendekatan perundang-undangan peneliti bukan

saja melihat kepada bentuk peraturan perundang-undangan saja, melainkan

juga menelaah materi muatannya, perlu kiranya peneliti mempelajari dasar

ontologis lahirnya undang-undang Perlindungan Konsumen. Dalam penerapan

sebuah undang-undang harus mencerminkan gagasan yang ada

dibelakangnya, yaitu keadilan. Undang-Undang bukan sekedar produk tawar-

menawar politik.11

2. Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk penelitian dokumentasi yang dikuatkan dalam

jenis penelitian kepustakaan atau libray research.12

Maka pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian perundang-undangan,

sehingga diharapkan penulis dapat berkonsentrasi dalam penelusuran dan

10 Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007) h. 96

11 Ibid, h. 102

12 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta : UI Press, 1986 ), h. 102

Page 18: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

12

pengumpulan bahan-bahan pustaka dan data-data literatur yang relevan

dengan penelitian dalam skripsi ini.

Adapun sumber-sumber pengumpulan data ini diambil:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu informasi yang langsung mempunyai

wewenang dan bertanggungjawab terhadap pengumpulan data sumber.13

Sumber data primer yang digunakan adalah UU RI NO 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu informasi yang tidak secara langsung

mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap informasi yang ada

padanya.14

Sumber data sekunder yang digunakan adalah kitab-kitab

(Tafsir, Hadits, Fiqih) yang menerangkan tentang cara bermuamalah

dalam Islam serta sumber-sumber lain seperti Buku-Buku, Artikel llmiah,

dan referensi lain yang berkaitan dengan pembahasan ini.

3. Analisis Data

Sebagai tindak lanjut pengumpulan data, maka analisis data menjadi

sangat signifikan untuk menuju penelitian ini dan dalam menganalisa data

penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah

13 Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan; Prosedur dan Strategi, ( Bandung : Angkasa,

1993), h. 42

14 Ibid.

Page 19: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

13

yang diselidiki dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek

atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya.15

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh serta ada

keterkaitan antar bab yang satu dengan yang lain dan untuk lebih mempermudah

dalam proses penulisan skripsi ini, perlu adanya sistematika penulisan. Adapun

sistematika pada penulisan skripsi ini akan melalui beberapa tahap bahasan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran secara keseluruhan skripsi yang

meliputi: Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Tujuan

penulisan skripsi, Metode penulisan skripsi, Analisis data, Sistematika

penulisan skripsi.

BAB II KONSEP ISLAM TENTANG MAKANAN HALAL DAN HAK-

HAK KONSUMEN (VERSI MUI)

Pada bab ini pembahasannya meliputi: Pengertian dan Dasar hukum

makanan halal, Syarat-syarat dan kriteria makanan halal. dan Sistem

dan Prosedur Penetapan Produk Halal. Serta hakikat Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

15 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta : Gajahmada University

Press, 1991 ), h. 63

Page 20: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

14

BAB III KETENTUAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Bab tiga merupakan hal-hal yang menyangkut: Latar belakang

lahirnya UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, azas

dan tujuan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,

Bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam UU No. 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen.

BAB IV ANALISA TERHADAP UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Analisis yang dibahas meliputi: Analisis terhadap bentuk-bentuk

perlindungan konsumen dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen, Analisis terhadap UU No. 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen perspektif hukum Islam.

BABV PENUTUP

Bab ini merupakan rangkaian akhir dan penulisan skripsi yang

meliputi: Kesimpulan, Saran-saran, Sedangkan pada bagian akhir

skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran.

Page 21: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

15

BAB II

KONSEP ISLAM TENTANG MAKANAN HALAL

DAN HAK-HAK KONSUMEN

A. Pengertian Makanan Halal

Secara etimologi makan adalah memasukan sesuatu melalui mulut.1

Dalam bahasa Arab makanan berasal dari kata at‟tha‟âm dan jamaknya al-

at‟imah yang artinya makanan-makanan.2 Sedangkan dalam ensiklopedi hukum

Islam yaitu segala sesuatu yang dimakan oleh manusia, sesuatu yang

menghilangkan lapar.3

Halal berasal dari bahasa arab yang artinya membebaskan, memecahkan,

membubarkan dan membolehkan. Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam

yaitu segala sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak dihukum jika

menggunakan, atau mengerjakan sesuatu yang boleh dikerjakan menurut Syara’4

Sedangkan menurut buku petunjuk teknis sistem produksi halal yang

diterbitkan oleh Departemen Agama menyebutkan bahwa makanan adalah :

barang yang dimaksudkan untuk dimakan dan diminum oleh manusia, serta bahan

1 W.J.S. Peorwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Cet. V, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,

1976), h.662

2 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002), h.853

3 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam. h.25

4 Ibid.

Page 22: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

16

yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Sedangkan halal adalah :

sesuatu yang boleh menurut Islam.5

Jadi pada intinya, makanan halal adalah makanan yang baik yang

dibolehkan memakannya menurut ajaran Islam, yaitu sesuai dengan tuntunan Al-

Qur’an dan Al-Hadits. Sedangkan pengertian makanan yang baik yaitu segala

makanan yang dapat membawa kesehatan bagi tubuh, dapat menimbulkan nafsu

makan dan tidak ada larangan dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Tetapi dalam

hal yang lain diperlukan keterangan yang lebih jelas berdasarkan ijma' dan qiyas

terhadap sesuatu nash yang sifatnya umum yang harus digali oleh ulama agar

kemudian tidak menimbulkan hukum yang syubhat (menimbulkan keragu-

raguan). Dan para ulama telah sepakat (ijma') tentang halalnya binatang-binatang

ternak seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing serta diharamkannya segala sesuatu

yang bisa menimbulkan bahaya dalam bentuk keracunan, timbulnya penyakit atau

adanya efek samping, dengan demikian para ulama memberikan keterangan

tentang hukum-hukum makanan dan minuman.

Banyak ulama mengungkapkan pendapatnya tentang "halal" diantaranya

sebagai berikut6 :

Kata "halâl" berasal dari bahasa Arab. Menurut Ibn Manzhur, halal itu

berasal dari kata "al hillu yang berarti tidak terikat (al-thalâq). Lafazh halal

5 Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk teknis pedoman sistem produksi halal,

Departemen Agama RI, Jakarta: 2003. hlm. 3.

6 Hussein Bahresy, Pedoman Fiqh Islam, ( Surabaya : Al-Ikhlas, 1981 ), h. 303.

Page 23: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

17

merupakan lawan dari kata "haram", sedangkan lafazh "haram" itu pada asalnya

berarti mencegah atau merintangi (al-man‟u). Oleh karena itu, setiap yang

mengharamkan itu menjadi tercegah atau terlarang.

Ibn Manzhur menjelaskan bahwa haram itu berarti segala sesuatu yang

diharamkan Allah.7 Atas dasar itu, al-Munawi memberikan definisi halal "sesuatu

yang tidak diharamkan". Maka, di dalamnya terkandung sesuatu yang

dimakruhkan atau diperbolehkan.8 Definisi ini masih kabur karena belum

memberikan batasan yang jelas dan spesifik.

Al-Jurjani memberikan definisi halal sebagai “sesuatu yang jika

digunakan tidak mengakibatkan mendapat siksa”.9

Menurut Qal'aji dan Qunaibi, lafazh halal itu berasal dari halla al-syai'i

apabila sesuatu itu telah menjadi mubah. Oleh karena itu, pengertian halal identik

dengan "mubah",10

maka wajar apabila Al-Qardlawi secara eksplisit

mengidentikkan keduanya seperti tercermin dalam definisi halal yang

diberikannya yaitu “sesuatu yang mubah yang diizinkan oleh Syar'i untuk

dikerjakan”.11

7 Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, Juz XV. h.9

8 Muhammad Abd Al-Rauf al-Munawi, Al-Taufîq „ala Muhimmât al-Ta‟rif Mu‟jam Lughowi

Mutshalahi, ( Beirut : Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1990 ), cet ke-1, h.20.

9 Al-Jurjani, Al-Ta‟rifat, (Mesir : Maktabah wa Mathba’ah Mushtafa al-Halabi wa Auladuh,

1936), h.82

10 Wahbah al-Zuhaily, Al-Tafsir al-Munîr, Juz II, h.72.

11 M. Yusuf al-Qardlawi, Al-Halâl wa al-Haram Fi al-Islâm, (t.t.: Dar al-Ma’rifah, 1985),

h.14

Page 24: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

18

Dalam definisi yang diungkapkan al-Qardlawi tersebut terdapat dua unsur.

Pertama, sesuatu yang mubah yang terdapat dalam dzat. Dengan demikian, secara

substantif benda tersebut dzatnya adalah mubah. Kedua, "yang diizinkan oleh

Syar'i” jadi makanan halal adalah berkaitan dengan perbuatan mukallaf yang

diperbolehkan untuk dingerjakan.

B. Dasar Hukum Makanan Halal.

Pada asalnya : segala sesuatu yang diciptakan Allah itu halal, tidak ada

yang haram, kecuali jika ada nash (dalil) yang mengharamkannya.12

Sebagaimana

dalam sebuah kaidah fikih :

13

Artinya : Pada asalnya segala sesuatu itu mubah (boleh) sebelum ada dalil yang

mengharamkannya.

Para ulama, dalam menetapkan prinsip bahwa segala sesuatu asal

hukumnya boleh, , merujuk kepada ayat al Qur'an :

... Artinya : Dialah yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di bumi... (QS.

Al-Baqarah/ 2 : 29)

Dari ayat di atas dapat dikatakan bahwasanya makanan yang diharamkan

oleh Islam sangatlah sedikit, sebaliknya makanan yang dibolehkan oleh Islam

12 Yusuf Qardhâwi, Halal Haram Dalam Islam, (Solo: Era Intermedia, 2003), h.36.

13 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang : Dina Utama, 1994), cet.I, h.127

Page 25: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

19

sangatlah banyak, jadi selama belum ada nash yang melarang atau

mengharamkannya, akan kembali pada asalnya, yaitu boleh.

Dalam hal makanan, ada yang berasal dari binatang ada pula yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan. Ada binatang darat dan ada pula binatag laut. Ada

binatang yang boleh dimakan dan ada pula binatang yang najis dan dilarang

memakannya. Demikian juga makanan yang berasal dari bahan tumbuh-

tumbuhan. Marilah kita mempelajari keterangan dari Al-Qur'an dan Hadits yang

menyatakan makanan dan minuman yang halal dan yang haram dan kesimpulan

hukum yang diambil dari pada keduanya.

Kepedulian Allah SWT sangat besar terhadap soal makanan dan aktifitas

makan untuk makhluknya. Hal ini tercermin dari firman-Nya dalam al-Qur'an

mengenai kata tha'am yang berarti "makanan" yang terulang sebanyak 48 kali

dalam berbagai bentuknya. Ditambah pula dengan kata akala yang berarti

"makan" sebagai kata kerja yang tertulis sebanyak 109 kali dalam berbagai

derivasinya, termasuk perintah "makanlah" sebanyak 27 kali. Sedangkan kegiatan

yang berhubungan dengan makan yaitu "minum" yang dalam bahasa Al-Qur'an

disebut syariba terulang 39 kali.14

14 Tiench Tirta Winata, Makanan Dalam Perspektif Al-Qur‟an Dan Ilmu Gizi, (Jakarta : Balai

Penerbit FKUI, 2006), h.1.

Page 26: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

20

Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah halal kecuali yang

beracun dan membahayakan nyawa manusia.15

Dasar hukum Al-Qur'an tentang makanan halal diantaranya yaitu

Artinya : "dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepadaNYA". (QS. Al-Mâ'idah/ 5 : 88)

Juga dalam surat Al-Nahl

Artinya : Makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah diberikan Allah

kepadamu dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-NYA

menyembah. (QS. Al-Nahl/ 16 : 114).

Ayat-ayat di atas bukan saja menyatakan bahwa mengkonsumsi yang halal

hukumnya wajib karena merupakan perintah agama, tetapi menunjukkan juga hal

tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan rasa syukur dan keimanan kita

kepada Allah. Sebaliknya, mengkonsumsi yang tidak halal dipandang sebagai

mengikuti ajaran syaitan.

Sebenarnya dalam Al-Qur'an makanan yang diharamkan pada pokoknya

hanya ada empat yaitu dalam surat Al-Baqarah :

15 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem

Produksi Halal, h.7

Page 27: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

21

Artinya : "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan)

bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih

disebut (nama) selain Allah. Tetapi, barang siapa dalam keadaan

terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya, tidak

(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun,

Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah/ 2 : 173)

Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa makanan yang diharamkan

diantaranya :

1. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati dengan

tidak disembelih ; termasuk didalamnya hewan yang mati tercekik, dipukul,

jatuh, ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat disembelih,

hanya bangkai ikan dan belalang saja yang boleh kita makan.

2. Darah, sering pula diistilahkan dengan darah yang mengalir, maksudnya

adalah darah yang keluar pada waktu penyembelihan sedangkan darah yang

tersisa setelah penyembelihan yang ada pada daging setelah dibersihkan

dibolehkan. Ada dua macam darah yang dibolehkan untuk kita

mengkonsumsinya yaitu jantung dan limpa.

3. Babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram, darahnya, dagingnya,

maupun tulangnya.

4. Binatang yang ketika disembelih menyebut selain nama Allah.

Page 28: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

22

Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat produk pangan halal

menurut syari'at Islam adalah :

1. Halal dzatnya;

2. Halal cara memperolehnya;

3. Halal dalam memperosesnya;

4. Halal dalam penyimpanannya;

5. Halal dalam pengangkutannya;

6. Halal dalam penyajiannya;

C. Syarat-syarat dan Kriteria Makanan Halal Menurut Islam.

Dalam hal makanan sebenarnya ada dua pengertian yang bisa kita

kategorikan kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau

substansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah benar

dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang batil. Jadi, makanan

yang pada dasar dzatnya halal namun cara memperolehnya dengan cara yang batil

seperti : mencuri, hasil korupsi dan perbuatan batil lainnya, maka secara otomatis

berubah stasus hukumnya menjadi haram.

Makanan halal secara dzatiyah (substansi barangnya), menurut Sayyid

Sabiq dibagi dalam dua kategori, yaitu jamad (benda mati) dan hayawan

(binatang).16

16 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal, Direkorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Tanya Jawab Seputar Produk Halal, (Jakarta, 2003), h.7

Page 29: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

23

Yang termasuk makanan dan minuman yang halal adalah :

1. Bukan berarti dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang

dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih

menurut ajaran Islam.

2. Tidak mengandung sesuatu yang digolongkan sebagai najis menurut ajaran

Islam.

3. Dalam proses, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau

berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai mana

huruf a, b, c, dan d di atas atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut

ajaran Islam.

D. Sistem dan Prosedur Penetapan Produk Halal.

Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat-obatan, maupun

kosmetika, kiranya dapat dikategorikan dalam kelompok mutasyabihat (syubhat),

apalagi jika produk tersebut berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non

muslim, sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal. Sebab, tidak

tertutup kemungkinan dalam proses pembuatannya tercampur atau menggunakan

bahan-bahan yang haram atau tidak suci. Dengan demikian, produk-produk

olahan tersebut bagi umat Islam jelas bukan merupakan persoalan sepele, tetapi

merupakan persoalan besar. Maka wajarlah jika umat Islam sangat

berkepentingan untuk mendapatkan ketegasan tentang status hukum produk-

Page 30: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

24

produk tersebut, sehingga apa yang akan mereka konsumsi tidak menimbulkan

keresahan dan keraguan.

Semua persoalan-persoalan tersebut harus segera mendapat jawabannya.

Membiarkan persoalan tanpa jawaban dan membiarkan umat dalam kebingungan

atau ketidakpastian tidak dapat dibenarkan, baik secara Syar’i maupun secara

i’tiqodi. Atas dasar itulah, para ulama dituntut untuk segera mampu memberikan

jawaban dan berupaya memberikan kehausan umat akan kepastian ajaran Islam

berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi itu, terutama mengenai produk-

produk yang akan dikonsumsi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah musyawarah para

ulama zu’ama, dan cendekiawan muslim dipandang sebagai lembaga paling

berkompeten dalam pemberian jawaban masalah sosial keagamaan (ifta) yang

senantiasa timbul dihadapi masyarakat Indonesia. Hal ini mengingat bahwa

lembaga ini merupakan wadah bagi semua umat Islam Indonesia yang beraneka

ragam kecenderungan dan madzhabnya, oleh karena itu fatwa yang dikeluarkan

oleh MUI diharapkan dapat diterima oleh seluruh kalangan dan lapisan

masyarakat, serta diharapkan pula dapat menjadi acuan pemerintah dalam

pengambilan kebijaksanaan.

Salah satu wujud nyata dari upaya MUI adalah dengan dibentuknya

lembaga pengkajian pangan, obat-obatan, dan kosmetika Majelis Ulama

Indonesia (LP. POM MUI). Fungsi dari lembaga ini adalah melakukan penelitian,

audit dan pengkajian secara seksama dan menyeluruh terhadap produk-produk

Page 31: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

25

olahan. Hasil penelitiannya kemudian dibawa ke komisi fatwa untuk membahas

dalam sidang komisi dan kemudian difatwakan hukumnya, yakni fatwa halal, jika

sudah diyakini bahwa produk bersangkutan tidak mengandung unsur-unsur

benda-benda haram atau najis.17

Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan)

bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih)

disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan

terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya, tidak

(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun,

Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah/ 2 : 173)

Menurut ayat di atas, benda yang termasuk kelompok haram li-zatih

sangat terbatas, yaitu darah yang mengalir dan daging babi ; sedang sisanya

termasuk kedalam kelompok haram li-ghoirih yang karena cara penanganannya

tidak sejalan dengan syari’at Islam. Selain kedua benda yang dijelaskan al-Qur’an

itu, benda haram li-zatih juga dijelaskan dalam sejumlah hadits Nabi ; misalnya

binatang buas dan binatang bertaring, dan sebagainya. Demikian juga alkohol

(khamar). Untuk kepentingan penetapan fatwa halal, MUI hanya memperhatikan

apakah suatu produk mengandung unsur-unsur benda haram li-zatih atau haram

li-ghairih yang karena cara penanganannya tidak sejalan dengan syari’at Islam,

atau tidak. Dengan arti kata, MUI tidak sampai mempersoalkan dan meneliti

17 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal, Direkorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal

Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003), h.7

Page 32: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

26

keharamannya dari sudut haram li-ghairih, sebab masalah ini sulit dideteksi, dan

persoalannya diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Prosedur dan penetapan mekanisme penetapan fatwa, sama dengan

penetapan fatwa secara umum. Hanya saja, sebelum masalah tersebut (produk

yang dimintakan fatwa halal) dibawa ke Sidang Komisi, LP.POM MUI terlebih

dahulu melakukan penelitian dan audit ke pabrik bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya, prosedur dan mekanisme penetapan fatwa halal,

secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada para auditor LP.POM

tentang benda-benda haram menurut syari’at Islam. Dalam hal ini benda

haram li-zatih dan haram li-ghairih yang karena cara penanganannya tidak

sejalan dengan syari’at Islam. Dengan arti kata, para auditor harus mempunyai

pengetahuan memadai tentang bendabenda haram tersebut.

2. Para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-pabrik (perusahaan)

yang meminta sertifikasi halal, pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

a. Pemeriksaan secara seksama terhadap bahan-bahan produk, baik bahan

baku maupun bahan tambahan (penolong)

b. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian bahan produk.

3. Bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa di laboratorium, terutama bahan-

bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau mengandung benda haram

(najis), untuk mendapat kepastian

Page 33: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

27

4. Pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak jarang dilakukan lebih dari satu

kali, dan tidak jarang pula auditor (LP.POM) menyarankan bahkan

mengharuskan agar mengganti suatu bahan yang dicurigai atau diduga

mengandung bahan yang haram (najis) dengan bahan yang diyakini

kehalalannya atau sudah bersertifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain

yang dipandang berkompeten, jika perusahaan tersebut tetap menginginkan

mendapat sertifikat halal dari MUI

5. Hasil pemeriksaan dan audit LP.POM tersebut kemudian dituangkan dalam

sebuah Berita Acara, dan kemudian Berita Acara itu diajukan ke Komisi

Fatwa MUI untuk disidangkan

6. Dalam Sidang Komisi Fatwa, LP.POM menyampaikan dan menjelaskan isi

Berita Acara, dan kemudian dibahas secara teliti dan mendalam oleh sidang

komisi

7. Suatu produk yang masih mengandung bahan yang diragukan kehalalannya,

atau terdapat bukti-bukti pembelian bahan produk yang dipandang tidak

transparan oleh Sidang Komisi, dikembalikan kepada LP.POM untuk

dilakukan penelitian atau auditing ulang ke perusahaan bersangkutan

8. Sedangkan produk yang telah diyakini kehalalannya oleh Sidang Komisi,

diputuskan fatwa halalnya oleh Sidang Komisi.

9. Hasil Sidang Komisi yang berupa fatwa halal kemudian dilaporkan kepada

Dewan Pimpinan MUI untuk di-tanfz-kan dan keluarkan Surat Keputusan

Fatwa Halal dalam bentuk Sertifikat Halal.

Page 34: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

28

Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat Sertifikat

Halal, MUI menetapkan dan menekankan bahwa jika sewaktu-waktu ternyata

diketahui produk tersebut mengandung unsur-unsur bahan haram (najis), MUI

berhak mencabut Sertifikat Halal produk bersangkutan. Disamping itu, setiap

produk yang telah mendapat Sertifikat Halal diharuskan pula memperhatikan atau

memperpanjang Sertifikat halalnya setiap dua tahun, dengan prosedur dan

mekanisme yang sama. Jika, setelah dua tahun terhitung sejak berlakunya

Sertifikat Halal, perusahaan bersangkutan tidak mengajukan permohonan

(perpanjangan) Sertifikat Halal perusahaan itu dipandang tidak lagi berhak atas

sertifikat Halal, dan kehalalan produk-produknya diluar tanggung jawab MUI.

Bagi masyarakat yang ingin mendapat informasi tentang produk (perusahaan)

yang telah mendapat Sertifikat Halal MUI dan masa keberlakuannya, LP.POM

MUI telah menerbitkan Jurnal Halal.18

Hasil kajian yang memerlukan fatwa MUI disampaikan kepada MUI

untuk mendapat fatwa halal. Hasil kajian yang memerlukan fatwa MUI dan yang

telah mendapat fatwa halal dari MUI diterbitkan sertifikat halalnya dan

dikukuhkan oleh Menteri Agama. Adapun prosedurnya sebagai berikut :

1. Sistem Sertifikasi Halal

Menteri Agama melalui lembaga pemeriksa halal menyerahkan

sertifikat halal kepada pemohon dengan tembusan kepada badan pengawas

obat dan makanan. Sertifikat halal berlaku selama dua tahun dan dapat

18 Ibid, h.18-20.

Page 35: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

29

diperbarui untuk jangka waktu yang sama sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Menteri Keuangan atas usul Menteri Agama

menetapkan struktur biaya sertifikasi halal yang sama terhadap pemohon.

Sertifikat halal dapat dicabut apabila pelaku usaha pemegang sertifikat

yang bersangkutan melakukan pelanggaran dibidang halal setelah diadakan

pemeriksaan oleh lembaga pemeriksa halal dan mendapat rekomendasi dari

KHI untuk pencabutan sertifikat halal. Setiap pelaku usaha yang telah

mendapatkan sertifikat halal terhadap produknya mencantumkan keterangan

atau tulisan halal dan nomor sertifikat pada label setiap kemasan produk

dimaksud.

Bentuk, warna dan ukuran tentang keterangan atau tulisan halal dan

nomor registrasi halal ditetapkan oleh Menteri Agama. Produk pangan, obat,

kosmetika dan produk lain berasal dari luar negeri yang dimasukkan ke

Indonesia berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam keputusan ini.

Sertifikat halal yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi luar negeri

dapat diakui setelah melakukan perjanjian saling pengakuan yang berlaku

timbal balik (re-ciprocal), penilaian terhadap lembaga sertifikasi, dan tempat

proses produksi. Perjanjian tersebut dilaksanakan oleh Menteri Agama dan

badan yang berwenang di luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Biaya

Biaya pemeriksaan, sertifikat halal, dan survailen ditanggung oleh

pelaku usaha yang mengajukan permohonan. Besar biaya pemerikasaan dan

Page 36: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

30

biaya sulvailen ditetapkan oleh lembaga pemeriksa halal, sedangkan biaya

sertifikasi ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Biaya sertifikasi

disetorkan ke kas negara.

3. Pembinaan, Pengawasan Dan Pelaporan

Pembinaan pelaku usaha di bidang penerapan sistem jaminan halal

dilaksanakan oleh Departemen Agama. Pengawasan terhadap produksi, impor

dan peredaran produk halal dilaksanakan oleh instansi yang berwenang.

4. Landasan Hukum

a) UU No. 7/1996 tentang Pangan

Didalam UU No. 7 tahun 1996 beberapa pasal berkaitan dengan masalah

kehalalan produk pangan, yaitu dalam Bab label dan iklan pangan pasal

30, 34, dan 35.

b) PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Ada dua pasal yang berkaitan dengan sertifikasi halal dalam PP No.69 ini

yaitu pasal 3, ayat (2), pasal 10 dan 11.

c) Kepmenkes No. 924/Menkes/SK/VIII/1996 tentang perubahan atas

Kepmenkes No. 82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan

“Halal” pada Label Makanan.

Demikianlah sistem dan prosedur produk halal yang dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka melindungi konsumen muslim agar hanya

mengkonsumsi makanan halal. Karena masalah kehalalan barang yang mereka

konsumsi menyangkut diterima tidaknya ibadah seorang muslim.

Page 37: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

31

E. Hakikat Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dan Hak-Hak konsumen

Telah disebutkan dalam undang-undang perlndungan konsumen bahwa

tujuannya adalah unuk melindungi para konmsumen dari produsen yang tidak

bertanggung jawab atau mengenyampingkan kepentingan konsumen.

Dibawah ini adalah Hak-hak konsumen yang harus dipenuhi oleh

produsen, ada 9 Hak-hak konsumen, yaitu :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan\atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan\atau jasa serta mendapatkan barang dan\atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan\ atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan\atau jasa yang

digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani srecara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

Page 38: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

32

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan\atau penggantian, apabila

barang dan\jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagai mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

Republik Indonesia menganut falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup

bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, UU tentang

Perlindungan Konsumen (UU No. 8 Tahun 1999) sebagai produk dari Dewan

Perwakilan Rakyat Indonesia, terikat pada pandangan hidup dan dasar negara itu.

Falsafah hukum perlindungan konsumen juga adalah Pancasila. Guna memenuhi

butir-butir falsafah tersebut, UU No. 8 Tahun 1999 menegaskan, bahwa

perlindungan konsumen Indonesia berdasarkan "manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan, dan keselamatan, serta kepastian hukum" (pasal 2 dan

penjelasan pasal)

1. Tujuan UU Perlindungan konsumen :

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakai barang dan/atau jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi.

Page 39: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

33

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam menjalankan usaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan konsumen.

2. Fungsi UU Perlindungan Konsumen

a. Menyeimbangkan daya tawar konsumen terhadap pelaku usaha; dan

b. Mendorong pelaku usaha untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab

dalam menjalankan kegiatannya.

3. Keberadaan Undang-Undang Konsumen semata-mata untuk memberikan

kepastian hukum terhadap segala yang diperoleh konsumen.

Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkan hukum untuk

memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas

barang dan/atau jasa, untuk membela hak-haknya apabila dirugikan oleh

perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen tersebut. Pemberdayaan

konsumen itu adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan

kemandiriannya melindungi diri sendiri hingga mampu mengangkat harkat

dan martabat konsumen dengan menghindari berbagai akses negatif

pemakaian, penggunaan dan pemanfaatan barang dan/atau jasa kebutuhannya.

Disamping itu, juga kemudahan dalam proses menjalankan sengketa

konsumen yang timbul karena kerugian harta bendanya,

keselamatan/kesehatan tubuhnya, penggunaan dan/atau pemanfaatan produk

konsumen.

Page 40: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

34

BAB III

KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen di Indonesia.

Pada dasarnya kalau berbicara mengenai perlindungan konsumen maka

tidak terlepas dari gerakan perlindungan konsumen diseluruh dunia. Sebab

konsumen bukanlah masalah nasional saja, melainkan juga sudah menjadi

permasalahan di seluruh dunia. Sebagaimana diketahui perkembangan

perekonomian yang sangat pesat telah menghasilkan berbagai jenis barang atau

jasa yang dapat dikonsumsi. Dengan berbagai produk yang sedemikian luasnya

dan dengan dukungan kemajuan teknologi komunikasi dan informatika, telah

menyebabkan perluasan ruang gerak arus transaksi barang atau jasa melintasi

batas-batas wilayah suatu Negara.1

Az. Nasution menggambarkan fenomena ini dengan “dunia yang secara

teknis dan psikologis makin mengecil menyebabkan denting garpu disalah satu

ujung dunia terdengar jelas di ujung lainnya”.2

Konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai jenis barang atau jasa

yang ditawarkan secara variatif, baik yang berasal dari produksi domestik maupun

1 Gunawan Wijaya, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, ( Jakarta : Gramedia, 2000 ), h.

11.

2 Az. Nasution, Konsumen Dan Hukum, ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995 ), h. 61

Page 41: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

35

yang berasal dari luar negeri. Kondisi yang demikian disatu sisi sangat

bermanfaat bagi konsumen, karena kebutuhan yang diinginkan dapat dipenuhi

dengan disertai kebebasan untuk memilih variasi barang atau jasa tersebut. Tetapi

disisi yang lain dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen

tidak seimbang, dimana konsumen pada posisi yang lemah. Konsumen hanya

dijadikan objec aktivitas bisnis untuk meraup laba sebeser-besarnya oleh pelaku

usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar

yang merugikan konsumen.

Fenomena di atas kemudian mengilhami gerakan perlindungan konsumen

diseluruh dunia. Oleh karena itu lahirlah gerakan konsumen diseluruh dunia yang

merupakan bukti bahwa hak-hak masyarakat (konsumen) dijunjung tinggi dan

dihargai. Adapun gerakan perlindungan konsumen secara teroganisir diawali pada

tahun 1891, yaitu dengan terbentuknya Liga Konsumen yang untuk pertama kali

di New York, pada tahun 1898 di tingkat Nasional Amerika Serikat terbentuk

Liga Konsumen Nasional (The Nasional Consumer‟s League). Organisasi ini

tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga pada tahun 1903 telah

berkembang menjadi 64 cabang yang meliputi 20 negara bagian.3

Pada tahun 1962 Presiden AS John F. Kennedy menyampaikan Consumer

Message kepada konggres, dan ini dianggap sebagai era baru gejolak konsumen.

Setelah itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi nomor 39/248

3 Wijaya, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, h. 13.

Page 42: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

36

Tahun 1985 tentang perlindungan konsumen (guidelenis for consumerprotecton),

juga merumuskan hak-hak konsumen yang perlu dilindungi, yang meliputi:4

1. Perlindungan Konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

keamanannya;

2. Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen.

3. Tersedianya informasi yang menandai bagi konsumen untuk memberikan

kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan

kepentingan pribadi.

4. Pendidikan konsumen.

5. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.

6. kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen.

Sampai dengan tahun 1995, CI telah mempunyai 203 anggota yang

berasal dari 80 negara termasuk Indonesia. Di Indonesia ditandai dengan

terbentuknya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tanggal 11

mei 1973. Dalam perkembangannya di Indonesa telah terbentuk kurang lebih 19

organisasi konsumen termasuk Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen

(LP2K) semarang.

Sejak YLKI didirikan muncul panca hak konsumen yang terdiri atas :5

1. Hak atas keamanan dan keselamatan.

2. Hak informasi.

4 Ibid, h. 27-28.

5 Nasution, Konsumen Dan Hukum, h. 30.

Page 43: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

37

3. Hak untuk memilih.

4. Hak untuk didengar.

5. Hak atas lingkungan hidup yang baik.

Secara konseptual hak-hak konsumen tersebut dalam bentuk konsep

rancangan UUPK hukum yang disampaikan pada pemerintah dan semua pihak

yang bertanggung jawab agar dimasukan dalam jaringan hukum Indonesia

sehingga dapat menjadi salah satu instrument hukum.6

Pada tahun 1981 untu pertama kalinya YLKI mengusulkan kepada

pemerintah Indonesia untuk mengeluarkan Undang-undang perlindungan

konsumen, karena banyaknya keluhan konsumen yang disampaikan kepada

lembaga ini. Tetapi usulan ini ditolak dengan alasan di Indonesia telah ada aturan

yang membahas tentang konsumen. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan

masalah konsumen itu termuat dalam lingkungan hukum perdata (KUH Perdata,

KUHD, dan lain-lain) maupun hukum publik (Hukum Pidana, hukum

administrasi, hukum internasional, hukum acara perdata, hukum acara pidana, dan

lain-lain). Disamping itu bentuk lain dari hubungan dan masalah konsumen

terdapat pula penanggulangnnya dalam etika bisnis yang lazim disebut regulasi

sendiri (Self regulation) dari kalangan pengusaha atau profesi ( antara lain : kode

etik, kode pemasaran, kode praktek pengusaha atau profesi)7 Oleh karena itu

6 Ibid, h. 80.

7 Ibid, h. 62.

Page 44: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

38

pemerintah beranggapan belum perlu adanya peraturan perundang-undangan yang

baru.

Tetapi pada kenyataannya “Hukum Konsumen” yang dimaksud oleh

pemerintah Indonesia, menurut Az.Nasution, SH, banyak yang mengalami

kendala dalam pemanfaatannya, yaitu8:

1. Peraturan perundang-undangan tersebut diterbitkan bukan untuk tujuan

khusus untuk menghatur dan atau melindungi.

2. Dalam peraturan tersebut tidak menyebutkan dengan jelas apa yang dimaksud

dengan kepentingan konsumen.

3. Kebebasan kalangan pelaku usaha dalam bisnis telah banyak merugikan

konsumen, hal ini membuktikan bahwa perundang-undangan tersebut sudah

tidak memadai lagi.

4. Hukum acara yang berlaku tidak mudah dimanfaatkan oleh konsumen yang

dirugikan.

5. Berbagai kepentingan konsumen sebagaimana yang telah disepakati oleh PBB

dalam resolusi tentang pedoman perlindungan konsumen memerlukan sarana

dan prasarana hukum untuk dapat diwujudkan bagi kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu masyarakat Indonesia melalui organisasi konsumen terus

berusaha agar undang-undang perlindungan konsumen di Indonesia dapat segera

terbentuk. Dan akhirnya perjuangan selama bertahun-tahun itu membuahkan

hasil, yaitu pada tanggal 20 April 1999 pemerintah telah bersedia mengeluarkan

8 Ibid., h. 80-81

Page 45: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

39

UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang disahkan oleh

presiden B.J Habibie (Presiden Indonesia pada waktu itu).

Dengan munculnya UUPK ini diharapkan akan dapat mendidik

masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari akan segala hak-hak dan kewajiban-

kewajiban yang dimiliki konsumen dan pelaku usaha. Dalam konsiderans

Undang-Undang ini dikatakan bahwa untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian,

kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta

menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab. Agar

tercipta suatu kegiatan perekonomian yang baik dan sah menurut hukum Islam

serta tidak merugikan bagi konsumen.

B. Asas dan Tujuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Sedangkan

yang dimaksud sebagai konsumen di sini adalah setiap orang pemakai barang atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jadi yang

dimaksud konsumen dalam Undang-undang ini adalah konsumen akhir, bukan

untuk diperjual belikan kembali.

Dalam pasal 2 disebutkan bahwa Perlindungan konsumen berasaskan

manfaat, keadilan, keseimbangan, Keamanan, dan keselamatan konsumen, serta

kepastian hukum. Sedangkan maksud dari pasal ini yaitu perlindungan konsumen

Page 46: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

40

diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 asas yang relevan dalam

pembangunan nasional, yaitu :

1. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memmberikan manfaat

sebesar-besesarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku

usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan

spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi

atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen

mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

Memperhatikan substansi pasal 2 UU Perlindungan Konsumen demikian

penjelasannya, tampak bahwa perumusannya mengacu pada filosofi

Page 47: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

41

pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang

berlandaskan pada falsafah Negara Republik Indonesia.

Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini yang

menjadi rujukan pertama baik dalam pengaturan perundang-undangan maupun

dalam berbagai aktivitas yang berhubungan dengan gerakan perlindungan

konsumen oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum juga oleh banyak jurist

menyebut sebagai tujuan hukum. Persoalannya, sebagai tujuan hukum hal ini

masih terdapat kesulitan dalam mewujudkan secara bersamaan, dan sering antara

tujuan yang satu dengan yang lainnya terjadi benturan.

Asas keamanan dan keselamatan konsumen yang dikelompokan ke dalam

asas manfaat oleh karena keamanan dan keselamatan konsumen itu sendiri

merupakan bagian dari manfaat penyelenggaraan perlindungan yang diberikan

kepada konsumen di samping kepentingan pelaku usaha secara keseluruhan.

Menyangkut asas keseimbangan yang dikelompokan ke dalam asas

keadilan, mengingat hakikat keseimbangan yang dimaksud adalah juga keadilan

bagi kepentingan masing-masing pihak, yaitu konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah. Kepentingan pemerintah dalam hubungan ini tidak dapat dilihat

dalam hubungan transaksi dagang secara langsung menyertai pelaku usaha dan

konsumen. Kepentingan pemerintah dalam rangka mewakili kepentingan publik

yang kehadirannya tidak secara lansung di antara para pihak tetapi melalui

Page 48: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

42

berbagai pembatasan dalam bentuk kebijakan yang dituangkan dalam berbagai

peraturan perundang-undangan.

Keseimbangan perlindungan antara pelaku usaha dan konsumen

menampakan fungsi hukum sebagai sarana pengendalian hidup bermasyarakat

dengan menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat

atau dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial.

Dalam konsep efisiensi, suatu proses dikatakan telah mencapai efisiensi

apabila proses yang bersangkutan menghasilkan output maksimal dengan input

minimum. Di bidang ekonomi konsep tersebut menjelma dalam bentuk; efficient

production, efficient exchange, dan utilitarian efficiency. Dalam hubungan ini,

maka pranata hukum juga perlu dilihat sebagai “faktor produksi”, yang baru

menjadi efisien apabila nilai ekonomi barang dan jasa telah dimanfaatkan

semaksimal mungkin oleh pranata hukum bersangkutan.

Asas-asas Hukum Perlindungan Konsumen yang dikelompokan dalam 3

(tiga) kelompok di atas yaitu asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Dalam hukum ekonomi keadilan disejajarkan dengan asas keseimbangan,

kemanfaatan disejajarkan dengan asas maksimalisasi, dan kepastian hukum

disejajarkan dengan asas efisiensi.9

Dalam Pasal 3 UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

menyebutkan bahwa, perlindungan konsumen bertujuan :

9 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, ( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2007 ), h.35.

Page 49: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

43

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari akses negatif pemakai barang atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha.

6. Meningkatkan kwalitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan

keselamtan konsumen.

Pasal 3 UUPK ini merupakan isi pembangunan nasional sebagaimana

disebutkan dalam pasal 2, karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu

merupakan sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan di

bidang hukum perlindungan konsumen.

hal itu juga tampak dari pengaturan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, yang mengatur tujuan khusus perlindungan konsumen, sekaligus

Page 50: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

44

membedakan dengan tujuan umum sebagaimana dikemukakan berkenaan dengan

ketentuan Pasal 2 di atas.

Keenam tujuan khusus perlindungan konsumen yang disebutkan di atas

bila dikelompokan ke dalam tiga tujuan hukum secara umum, maka tujuan hukum

untuk mendapatkan keadilan terlihat dalam rumusan angka 3, dan angka 5.

sementara tujuan untuk memberikan kemanfaatan dapat terlihat dalam rumusan

angka 1, angka 2, termasuk angka 3, dan 4, serta angka 6. Terakhir tujuan khusus

yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum terlihat dalam rumusan angka 4.

pengelompokan ini tidak berlaku mutlak, oleh karena seperti yang dapat kita lihat

dalam rumusan pada angka 1 sampai dengan angka 6 terdapat tujuan yang dapat

dikualifikasikan sebagai tujuan ganda.

Kesulitan memenuhi ketiga tujuan hukum (umum) sekaligus sebagaimana

dikemukakan sebelumnya, menjadikan sejumlah tujuan khusus dalam angka 1

sampai dengan angka 6 dari Pasal 3 tersebut hanya dapat tercapai secara

maksimal, apabila didukung oleh keseluruhan subsistem perlindungan yang diatur

dalam undang-undang ini, tanpa mengabaikan fasilitas penunjang dan kondisi

masyarakat. Termasuk dalam hal ini substansi ketentuan pasal demi pasal yang

akan diuraikan dalam bab selanjutnya. Unsur masyarakat sebagaimana

dikemukakan berhubungan dengan persoalan kesadaran hukum dan ketaatan

hukum, yang seterusnya menentukan efektifitas Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, karena kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efektivitas undang-

undang adalah tiga unsur yang saling berkaitan.

Page 51: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

45

Bila mencermati susunan hak-hak konsumen dalam UUPK ini

kenyamanan, keamanan,dan keselamatan barang dan jasa merupakan prioritas hak

yang utama.ketentuan ini memang sangat tepat mengingat kebutuhan barang dan

atau jasa yang harus dipenuhi oleh setiap konsumen terutama yang berkaitan

dengan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan

pendidikan. Islam memandang bahwa kebutuhan semacam ini merupakan sesuatu

yang bersifat dloruri (primer).10

Oleh karena itu para ahli hukum Islam telah

sepakat bahwa memelihara kebutuhan ini merupakan kebutuhan syari‟ah

(maqosid al-syariah) yang utama.11

Namun agar pemenuhan kebutuhan tersebut

tetap selaras dengan ajaran Islam, pelaksanaannya harus senantiasa

memperhatikan ketetapan-ketetapan hukum Islam itu sendiri. Sehingga konsumen

akan dapat merasakan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan atau jasa.

Konsumen juga mempunyai hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Untuk memilih dan

mengetahui kondisi dan jaminan barang dan jasa tertentu, informasi dari barang

dan atau jasa yang sah untuk dikonsumsi. Semua transaksi yang dilakukan antara

konsumen dan pelaku usaha akan sempurna bila transaksi tersebut jelas, terang,

jauh dari praktek-praktek penipuan, pemalsuan, dan menutupi cacat atau aib. Jika

10 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, ( Bandung : LPPM UNISBA, 1995 ), h.101.

11 Zainuddin Ahmad, Al-qur’an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan, ( Yogyakarta :

Dana Bakti wakaf, 1995 ), h.21

Page 52: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

46

yang demikian dilakukan maka sebagaiman dikatakan oleh Rasulallah SAW

dalam sabdanya :

:

12

Artinya : “Diceritakan Badal bin Mahrab, diceritakan Syu’bah dari Qatadah

berkata saya mendengar Abi Khulail pembicaraan dari Abdullah bin

Harist dari Hakim bin Hizam RA. Bahwa Rasulallah berkata : “dalam

jual beli dengan cara khiyar selagi belum terpisa ataupun sudah terpisa

jarak, jika terdapat kejujuran dan kejelasan diantara mereka maka

terdapat berkah dalam transaksinya dan Jika mereka menyembunyikan

dan berdusta, maka Allah akan menghapus berkah dari transaksi

tersebut” (HR. Al Bukhârî)

Jika Allah telah menghapus berkah dari transaksi ini, maka syari‟at tidak bisa

membiarkan transaksi tersebut berlaku ataupun meluluskannya. Dengan kata lain

hukum Islam melarang adanya informasi yang tidak jelas apalagi tidak benar dari

pelaku usaha. Oleh karena itu Islam memberikan kepastian bahwa hak

mendapatkan informasi yang jujur, jelas dan harus mendapat jaminan hukum.

Hal ini senada dengan pasal 7 dan pasal 8 bahwa, pelaku usaha tidak boleh

tidak harus mengikuti ketentuan produks secara halal, sebagaimana pernyataan

“halal” yang dicantumkan dalam label. Dengan pelabelan ini konsumen dapat

mengetahui apakah barang tersebut boleh dikonsumsi bagi konsumen muslim

12 Al-Maktabah al-Syamilah, Muhammad bin Ismaîl Abu Abdullah al-Bukhârî, Sahîh al-

Bukhârî, ( Yaman: Ridwana, 2008 ), Juz.2, h.733., no.1976.

Page 53: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

47

atau tidak. Dan pelabelan halal ini dilakukan atas pengawasan dan sertifikasi dari

Badan LPPOM MUI.

C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Muslim dalam Undang-Undang

No.8 Tahun 1999.

Dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

dijelaskan bahwa setiap konsumen, termasuk konsumen muslim yang merupakan

mayoritas konsumen di Indonesia, berhak untuk mendapatkan barang dan jasa

yang nyaman dikonsumsi olehnya, salah satu pengertian nyaman bagi konsumen

muslim adalah bahwa barang tersebut tidak bertentangan dengan kaidah agama

Islam, yaitu halal.

Kehalalan suatu makanan atau produk bukan hanya terletak pada adanya

unsur babi atau tidak. Banyak unsur lainnya yang menyebabkan suatu makanan

atau minuman menjadi haram. Misalnya unsuf fermentasi atau unsur lainnya

seperti alkohol. Sup ikan belum halal karena dalam memasak ikan menggunakan

ang cui atau arak, adahal ikan itu adalah makanan yang halal. Demikian juga

anggur, buah anggur itu halal, tapi setelah menjadi minuman maka nggur tersebut

menjadi haramg.13

Contoh yang lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tetap bersikukuh

bahwa vaksin maningitis (radang selaput otak) yang disuntikan peda jemaah haji

13 Minuman cap badak kok tak ada label halalnya pak?, artikel diakses pada 24 Juni 2009

dari http://ariesaja.wordpress.com/2009/06/24/minuman-cap-badak-kok-tak-ada-label-halalnya-pak/#

more-386.

Page 54: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

48

Indonesia tetap haram. MUI menolak fakta yang disodorkan Depkes, bahwa

vaksin itu bebas dari DNA babi. “Hasil uji Badan Obat dan Makanan (POM)

membuktikan hasil akhir vaksin bebas dari DNA babi. Akan tetapi, dalam proses

pembuatan terjadi persinggungan dengan unsur babi, yaitu trypsin (enzim) yaang

berasal dari porcine yang bersumber dari enzim babi.14

Contoh lainnya adalah apa yng telah dilakukan oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM), bahwa BPOM mengingatkan kepada masyarakat

agar tidak menggunakan peralatan makan melamin. Pasalnya menurut data

BPOM, peralatan makan „melamin‟ yang bila digunakan untuk mewadahi

makanan berair, asam atau panas akan melepaskan formalin. Akibatnya

penggunaan berbagai produk yang mengandung melamin tersebut dalam jangka

panjang beresiko menimbulkan gangguan ginjal dan kandung kemih, gagal ginjal,

kerusakan organ tubuh, kanker, hingga kematian.15

Selain contoh di atas terdapat juga kasus yang baru-baru ini kita dengar

dan menjadi pembicaraan umum, yaitu kasus pidana pencemaran nama baik

dengan tersangka Prita Mulyasari (32) dengan penuntut rumah sakit Omni adalah

salah kaprah. Seharusnya pihak rumah sakit memberikan penjelasan kepada

pasien dalam hal ini konsumen tentang kondisi kesehatan dan pemeriksaannya.

14 Mediakonsumen, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tetap bersikukuh, artikel diakses pada 24

Juni 2009 dari http://www.mediakonsumen.com/artikel931.html.

15 Ibid.

Page 55: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

49

“ini malah konsumennya dikenakan pencemaran nama baik dengan alat UU

Informasi dan Traksaksi Elektronik (ITE)”.

Dalam Pasal 4 UU PK disebutkan hak konsumen adalah hak untuk

didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

“Dan tulisan Prita dalam email merupakan bentuk meminta penjelasan bukan

pencemaran nama baik”.16

Adapun salah satu pasal yang menjelaskan tentang hal tersebut dapat

ditemukan pada pasal 4 mengenai hak dan kewajiban konsumen. Pada pasal ini

disebutkan bahwa hak konsumen adalah :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan atau jasa.

2. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang

digunakan.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

16 Mediakonsumen, Kasus pidana pencemaran nama baik, artikel diakses pada 24 Juni 2009

dari http://www.mediakonsumen.com/artikel931.html.

Page 56: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

50

6. Hak untuk mendapat permintaan dan pendidikan konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

8. Hak untuk mendapatkan Kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian,

apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Dari sembilan butir hak-hak konsumen yang diuraikan di atas, terlihat

bahwa kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen merupakan hal yang

paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen.

Barang dan atau jasa yang penggunaannya tidak memberikan kenyamanan

terlebih lagi yang tidak aman atau membahayakan keselamatan konsumen hal ini

jelas tidak layak untuk diedarkan dalam masyarakat. Kelayakan produk tersebut

merupakan "standar minimum" yang harus dimiliki atau dipenuhi oleh suatu

barang dan atau jasa tertentu sebelum barang dan atau jasa tersebut dapat

diperdagangkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.17

Dengan demikian, jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan

dalam menggunakan barang dan atau jasa, terutama yang dibutuhkan konsumen

untuk mempertahankan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, pelayanan

kesehatan, pendidikan dan sanitasi (kebutuhan pokok) sangat dibutuhkan bagi

konsumen. Untuk menjamin bahwa suatu barang dan atau jasa dalam

17 Widjaya, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, h.39.

Page 57: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

51

penggunaannya akan nyaman, aman maupun tidak membahayakan penggunanya,

maka konsumen mempunyai hak untuk memilih barang dan atau jasa yang

dibutuhkan secara bebas, atas dasar keyakinan diri sendiri dan bukan karena

pengaruh lingkungan luar (Iklan, lingkungan dan sebagainya). Konsumen berhak

menentukan pilihannnya, disinilah ungkapan konsumen adalah raja sudah saatnya

diwujudkan, sehingga tidak hanya sekedar slogan semata. Untuk menjamin hak

pilihan konsumen ini, menurut LP2K (Lembaga Pembinaan dan Perlindungan

Konsumen) sekarang harus diciptakan iklim usaha yang tidak monopolis.

Dengan demikian, produsen tidak bisa seenaknya memaksa konsumen

untuk membeli atau menggunakan produk tertentu tanpa informasi yang jelas

tentang produk tersebut. Sedangkan pasal yang menjelaskan tentang hak dan

kewajiban pelaku usaha diterangkan pada pasal 7 UUPK. Di sini disebutkan

bahwa kewajiban pelaku usaha adalah :

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha.

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benda dan jujur serta tidak

diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau jasa

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa

yang berlaku.

Page 58: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

52

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau mencoba

barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas

barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan.

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang

diperdagangkan.

7. Memberikan Kompensasai, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang

dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Sementara dalam pasal 8 UUPK desebutkan ;

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan

atau jasa yang :

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan

oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto dan jumlah dalam

hitungan yang sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket barang

tersebut.

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan

atau jasa tersebut.

Page 59: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

53

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan komposisi proses pengolahan, gaya,

mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau

keterangan barang dan atau jasa tersebut.

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,

iklan atau promosi penjualan barang dan atau jasa tersebut.

g. Tidak mencantumkan kadar kadaluarasa atau jangka waktu penggunaan

atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

h. Tidak mengikuti ketentuan berfroduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan "Halal" yang dicantumkan dalam label.

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,

tanggal poembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha

serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus

dipasang/dibuat.

j. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang

dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas

dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas

barang yang dimaksud.

Page 60: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

54

3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan-pangan

yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan

informasi secara lengkap dan benar.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa informasi tersebut

meliputi:

1. Manfaat atau kegunaan barang.

2. Efek samping yang dapat timbul dari pemakaian barang dan atau jasa tersebut.

3. Tanggal kadaluarsa.

4. Nama dan alamat perusahaan dan nomor pendaftaran (registration).

Adapun informasi di atas dapat diperoleh dengan cara :

1. Secara langsung dari pedagang.

2. Keterangan yang tercantum dalam table kemasan.

3. Melalui promosi media cetak dan media elektronik.

Dengan ketentuan di atas maka konsumen memiliki hak untuk dilindungi

dari berbagai merek atau iklan-iklan yang menipu dan mengelabui (yang tidak

benar).

Konsumen secara kolektif atau individu memiliki hak untuk didengar

keluhan dan pendapatnya menyangkut hal-hal yang berkaitan erat dengan

keputusan atau kebijakasanaan yang akan berakibat pada dirinya yang dibuat oleh

pelaku usaha. Disamping itu konsumen juga memiliki hak untuk menyuarakan

kepentingannya sebagai konsumen dalam pembuatan dan pelaksanaan

kebijaksanaan pemerintah. Hak untuk di dengar ini dapat diaktualisasikan dengan

Page 61: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

55

cara mengadu baik kepada produsen (pelaku usaha) apabila konsumen dirugikan

atau dikecewakan, maupun kepada pemerintah untuk meminta bantuan peraturan

yang telah ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha.

Selanjutnya dalam pasal 34 ayat 1 hurup f UUPK ini disebutkan bahwa

Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas "menerima

pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha".

Adapun mengenai proses pengajuan keluhan atau bahkan gugatan

sengketa konsumen akan dibahas dalam sub bahasan berikutnya.

Sebagaimana disebutkan dalam UUPK pasal 31, bahwa dalam rangka

mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk BPKN. Selanjutnya

dalam pasal 33 ayat 1 UU tersebut dijelaskan bahwa BPKN bertugas :

1. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka

penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen.

2. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.

3. Melakukan penelitian terhadap barang dan atau jasa yang menyangkut

keselamatan konsumen.

4. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat.

5. Menyebrluaskan informasi melalui media mempunyai perlindungan

konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen.

Page 62: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

56

6. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyrakat,

lembaga perlindungan konsumen dari masyarakat atau pelaku usaha.

7. Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.

Selanjutnya dalam pasal 45 UUPK tersebut diatas dikatakan :

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui

lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku

usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

2. Penyelesain sengketa konsumen dapat di tempuh melalui pengadilan atau

diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

Adapun yang dimaksud denda sengketa konsumen dalam ketentuan

tersebut adalah sengketa antara konsumen sebagai penggugat yang menderita

kerugian akibat mengkonsumsi, menggunakan, memanfaatkan barang dan atau

jasa terhadap pelaku usaha sebagai tergugat yang memproduksi, menyediakan,

menjual, mengiklankan barang dan atau jasa.

Mengenai mekanisme gugatan atas pelanggaran pelaku usaha

sebagaiamana dinyatakan dalam pasal 46 ayat 1 UUPK dapat dilakukan oleh :

1. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan.

2. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama.

3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi

syarat, yaitu yang berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran

dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi

Page 63: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

57

tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.

4. Pemerintah dan atau instansi terkait apabila barang dan atau jasa yang

dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian meteri yang besar dan

atau korban yang tidak sedikit.

Kemudian sebagaimana disebutkan di atas bahwa penyelesaian konsumen

dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa

konsumen melalui pengadilan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 48 UUPK :

"Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada

ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan

ketentuan dalam pasal 45".

Adapun proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan

sebagaimana dinyatakan dalam pasal 49 ayat 1 UUPK :

"Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di daerah

tingkat II untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan".

Sementara itu dalam pasal 52 huruf a UUPK dinyatakan bahwa salah satu

tugas dan wewenang BPKS adalah :

"Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dapat

dilakukan dengan cara melakukan mediasi, arbritase atau konsilidasi".

Dengan adanya ketentuan di atas maka kepentingan konsumen yang

selama ini dirugikan oleh pelaku usaha di harapkan akan dapat diselesaikan secara

adil.

Page 64: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

58

Pentingnya pemberian informasi yang jelas bagi konsumen bukanlah tugas

dari pelaku usaha semata-mata, melainkan juga tugas konsumen untuk mencari

apa dan bagaimana informasi yang dianggap relevan yang dapat dipergunakan

untuk membuat suatu keputusan tentang penggunaan, pemanfaatan maupun

pemakaian dan atau jasa tertentu. Untuk itu, pendidikan tentang "perlindungan

konsumen" menjadi suatu hal yang signifikan, tidak hanya memberikan

bargaining position yang lebih kuat pada konsumen untuk menegakan hak-

haknya, melainkan juga agar dapat tercipta aturan main yang lebih fair bagi

semua pihak.

Dalam pasal 29 UUPK ini disebutkan bahwa :

1. Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan

konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta

diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya

kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

2. Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen

sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh menteri dan atau

menteri teknis terkait.

3. Menteri sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) melakukan koordinasi

atas penyelenggaraan perlindungan konsumen.

4. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana di maksud

dalam ayat (2) meliputi upaya untuk :

a) Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara

pelaku usaha dan konsumen.

Page 65: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

59

b) Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

c) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan

penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan penyelenggaraan perlindungan

konsumen diatur oleh peraturan pemerintah.

Page 66: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

60

BAB IV

ANALISIS TERHADAP UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Analisis Terhadap Bentuk-bentuk Perlindungan Konsumen dalam Undang-

undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Dalam ketentuan Undang-undang perlindungan konsumen, penulis hanya

akan membahas beberapa poin tentang perlindungan konumen secara global saja.

dengan alasan peraturan ini diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya. Bila mengingat banyaknya peraturan perundangan di

Indonesia, rasanya mustahil untuk membahasnya satu persatu dalam kesempatan

yang relatif singkat ini.

Sebagaimana telah diuraikan dalam bab III bahwa, Perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen. Sedangkan yang dimaksud sebagai

konsumen di sini adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jadi yang dimaksud

konsumen dalam Undang-undang ini adalah konsumen akhir, bukan untuk

diperjual belikan kembali.

Memperhatikan substansi pasal 2 Undang-undang Perlindungan

Konsumen demikian penjelasannya, tampak bahwa perumusannya mengacu pada

Page 67: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

61

filosofi pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

yang berlandaskan pada falsafah negara Republik Indonesia.

Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan

substansinya dapat dibagi menjadi tiga asas, yaitu1 :

1. Asas kemanfaatan, yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan konsumen.

2. Asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan

3. Asas kepastian hukum.

Dari ketiga asas ini, asas yang paling menonjol adalah asas keadilan,

demikian pula hubungannya dengan substansi pasal 1 angka (1) dalam bab

sebelumnya, dapat dikatakan hukum ini dalam lingkup kajian hukum ekonomi.

Hukum ekonomi yang dimaksud yaitu, mengakomodasi dua aspek hukum

sekaligus diantaranya aspek hukum publik dan aspek hukum privat (perdata).

Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini yang menjadi

rujukan pertama baik dalam pengaturan perundang-undangan maupun dalam

berbagai aktifitas yang berhubungan dengan perlindungan konsumen oleh semua

pihak yang terlibat di dalamnya.

Asas-asas hukum perlindungan konsumen yang dikelompokkan dalam

tiga kelompok di atas, dalam hukum ekonomi keadilan disejajarkan dengan asas

1 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, ( Jakarta, PT. Raja

Grafindo, 2004 ), cet.1, hlm.26.

Page 68: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

62

keseimbangan, kemanfaatan disejajarkan dengan memaksimalisasi, dan asas

kepastian hukum disejajarkan dengan asas efisiensi.

Dalam Pasal 3 UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

menyebutkan bahwa Perlindungan konsumen bertujuan :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari akses negatif pemakai barang dan/atau jasa;

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi;

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen”.

Keenam tujuan khusus perlindungan konsumen yang disebutkan di atas

bila dikelompokkan ke dalam tiga tujuan hukum secara umum, maka tujuan

hukum untuk mendapatkan keadilan terlihat dalam rumusan huruf c dan huruf e.

Page 69: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

63

Sementara tujuan untuk memberikan kemanfaatan dapat terlihat dalam rumusan

huruf a dan huruf b termasuk huruf c dan d serta huruf f. Terakhir tujuan khusus

yang diarahkan untuk kepastian hukum terlihat dalam rumusan huruf d.

Pengelompokan ini tidak berlaku mutlak, karena dalam rumusan pada huruf a

sampai huruf f terdapat tujuan yang dapat dikualifikasi sebagai tujuan ganda.

Kesulitan memenuhi ketiga tujuan hukum (umum) sebagaimana

dikemukakan sebelumnya, menjadikan tujuan khusus dalam huruf a sampai f

akan dapat tercapai maksimal, apabila didukung oleh keseluruhan sub sistem

perlindungan yang diatur dalam undang-undang ini, tanpa mengabaikan fasilitas

penunjang dan kondisi masyarakat. Unsur masyarakat sebagaimana dikemukakan

berhubungan dengan persoalan kesadaran hukum dan ketaatan hukum, yang

seterusnya menentukan efektifitas undang-undang perlindungan konsumen,

kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efekifitas perundangundangan adalah tiga

unsur yang saling berhubungan.

Pasal 3 Undang-Undang perlindungan konsumen ini, merupakan isi

pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam pasal 2, karena tujuan

perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran akhir yang harus dicapai

dalam pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan konsumen.

Untuk mewujudkan tujuan UUPK, pemerintah bertujuan atas pembinaan

penyelenggaraan perlindungan konsumen (pasal 29 ayat (4) UUPK) sebagaimana

berikut :

Page 70: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

64

1. Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku

usaha dan konsumen.

2. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

3. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan

penelitian dan pengembangan dibidang perlindungan konsumen.

Menurut penulis inti dari UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen ini bertitik beratkan pada hak dan kewajiban saja, sedangkan

pasalpasal berikutnya adalah penunjang dan kelanjutan dari hak dan kewajiban

konsumen dan pelaku usaha, seperti sangsi, klausa baku, pidana, dan lain

sebagainya.

Bila mencermati susunan hak-hak konsumen dalam UUPK ini,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan barang dan jasa merupakan prioritas

hak yang utama. Ketentuan ini memang sangat tepat mengingat kebutuhan barang

dan/ atau jasa yang harus dipenuhi oleh setiap konsumen terutama yang berkaitan

dengan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan

pendidikan. Islam memandang bahwa kebutuhan semacam ini merupakan sesuatu

yang bersifat dzoruri (primer).2 Oleh karena itu para ahli hukum Islam telah

sepakat bahwa memelihara kebutuhan ini merupakan kebutuhan syari’ah

(maqosid syari‟) yang utama.3 Namun agar pemenuhan kebutuhan tersebut tetap

2 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, ( Bandung : LPPM UNISBA, 1995 ), h.101.

3 Ziauddin Ahmad, Al Qur‟an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan, ( Yogyakarta : Dana

Bakti Wakaf, 1995 ), h.21.

Page 71: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

65

selaras dengan ajaran Islam, pelaksanaanya harus senantiasa memperhatikan

ketetapan-ketetapan hukum Islam itu sendiri. Sehingga konsumen itu sendiri akan

dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa. Bahkan dengan aspek kenyamanan, Islam memandang

bahwa hal ini merupakan kebutuhan pokok dan tepat guna, karena memberikan

kesenangan dan kenyamanan kepada konsumen.4

Dalam Islam juga mengajarkan tentang etika tidak boleh berlebihlebihan

atau bersifat boros. Sifat yang diistilahkan dalam Al Qur’an dengan ishrof dan

tabdzir ini, sangat dilarang dalam Islam. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-

A’râf :

Artinya : “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah sangat tidak menyukai orang yang berlebih-

lebihan”. (QS. Al-A’râf / 7 : 31)

Menurut Afzlur Rahman sifat berlebih-lebihan berpotensi untuk

menumbuh kembangkan in dustri-industri yang tidak kondusif dan tidak bermoral

serta kejahatan dan kekacauan dalam masyarakat yang akhirnya dapat

menghancurkan kesatuan dan integritas d alam masyarakat. Dalam kontek ini

perilaku yang demikian jelas sangat bertentangan dengan kepentingan

kenyamanan, keselamatan dan keamanan konsumen. Berkaitan dengan hal ini

4 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 2, ( Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995 ),

h.42.

Page 72: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

66

Monzer kahf mengatakan, pola konsumsi berlebih-lebihan merupakan ciri khas

masyarakat yang tidak mengenal Tuhan dan dikutuk oleh Islam.5

Sementara itu M. Abdul manan mengatakan, bahwa pada hakekatnya

perilaku konsumsi umat islam itu dikendalikan oleh lima prinsip, yaitu prinsip

keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurah hati dam moralitas.6 Dengan

demikian barang dan/atau jasa yang boleh dikonsumsi adalah yang berguna dan

baik yang manfaatnya menimbulkan perbaikan secara material, moral, maupun

spiritual pada konsumennya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

kenyamanan, keamanan keselamatan untuk mengkonsumsi barang dan/atau jasa

dalam perspektif hukum Islam, tidak hanya bersifat duniawi semata, melainkan

juga akhirat. Atau dengan kata lain hak kenyamanan, keamanan, keselamatan,

untuk mengkonsumsi barang dan atau jasa harus selalu mengindahkan aspek-

aspek tersebut. Sebagai konsekwensinya, pelaku usaha yang tidak mengindahkan

ketentuan di atas hendaknya tidak diberi izin oleh pemerintah untuk

mengoperasikan usahanya. dan apabila sudah mendapat izin maka izinnya harus

dicabut.

Konsumen memiliki hak untuk memilih barang dan atau jasa yang

dibutuhkan baik kualitas maupun kuantitasnya secara bebas atas keyakinan diri

5 Monzer Khaf, Ekonomi Islam., ( Yogyakarta : Putaka Pelajar, 1995 ), h.28.

6 M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Dana Bakti

Wakaf,1995 ), h.45.

Page 73: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

67

sendiri. Ia tidak boleh dibujuk atau dipaksa untuk memilih atau membeli suatu

barang atau jasa tertentu. James F Angel mengatakan, konsumen adalah raja. Ia

bukan bidak yang tidak dapat berfikir, yang dapat dimanipulasi semuanya

semuanya oleh pembujuk komersial.7 Atas dasar inilah produk sutu barang dan

atau jasa yang ditawarkan pelaku usaha dapat diterima atau ditolak berdasarkan

sejauh mana keduanya dipandang relevan dengan kebutuhan dan gaya hidup.

Dalam Islam hak untuk memilih barang dan atau jasa ini disebut dengan

hak khiyar. Menurut Sayyid Sabiq, hak khiyar berarti mencari kebaikan dari

perkara melangsungkan atau membatalkan transaksi. Adapun mengenai

kesesuaian nilai tukar Sayyid Sabiq berpendapat bahwa ini harus dilaksanakan

secara wajar, pelaku usaha dilarang untuk menjerumuskan konsumen. Akan

halnya dengan kesesuaian kondisi barang dan/atau jasa serta jaminan yang

dijanjikan menurut hukum Islam telah jelas adanya.

Maksudnya bahwa setiap manfaat yang diperoleh dari barang dan/atau

jasa yang diperjualbelikan adalah milik/hak konsumen. Oleh karena itu jika

dikemudian hari terdapat ketidaksesuaian kondisi barang dan/atau jasa yang

dijanjikan maka ia berhak mendapatkan gantinya. Konsumen berhak memilih

barang dan/atau jasa yang dimiliki konsumen, maka sangat tidak etis jika masih

terdapat usaha-usaha yang sifatnya monopolistis. Sebab secara tidak langsung

pola usaha semacam ini akan menghambat kepentingan diatas.

7 James F Angel, dkk, Periaku Konsumen, ( Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1994 ), h.9.

Page 74: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

68

Konsumen juga mempunyai hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Untuk memilih dan

mengetahui kondisi suatu barang dan jasa tertentu, informasi dari barang dan/atau

jasa yang sah untuk dikonsumsi. Semua transaksi yang dilakukan antara

konsumen dan pelaku usaha akan sempurna bila transaksi tersebut jelas, terang,

jauh dari praktek-praktek penipuan, pemalsuan, dan menutupi cacat atau aib.8 Jika

yang demikian dilakukan maka sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah dalam

sabdanya:

:

9

Artinya : “Diceritakan Badal bin Mahrab, diceritakan Syu‟bah dari Qatadah

berkata saya mendengar Abi Khulail pembicaraan dari Abdullah bin

Harist dari Hakim bin Hizam RA. Bahwa Rasulallah berkata : “dalam

jual beli dengan cara khiyar selagi belum terpisa ataupun sudah

terpisa jarak, jika terdapat kejujuran dan kejelasan diantara mereka

maka terdapat berkah dalam transaksinya dan Jika mereka

menyembunyikan dan berdusta, maka Allah akan menghapus berkah

dari transaksi tersebut” (HR. Al Bukhârî)

Dr. ahmad Muhammad al Assad dan Dr. Ahmad Abdul Karim

mengatakan, jika Allah telah menghapuskan berkah dari transaksi ini, maka

8 Drs. Imam Saefudin, Sistem Dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1999 ),

h.208.

9 Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhârî, Sahih Al-Bukhârî, (Yaman : Ridwana,

2008 ), Juz.2, h.733., no.1976.

Page 75: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

69

syari’at tidak bisa membiarkan transaksi tersebut berlaku atau pun

meluluskannya.10

Dengan kata lain hukum Islam melarang adanya informasi yang tidak jelas

apalagi tidak benar dari pelaku usaha. Oleh karena itu Islam memberikan

kepastian bahwa hak mendapatkan informasi yang jujur, jelas dan benar harus

mendapat jaminan hukum. Hal ini juga sesuai dengan pasal 7 dan 8 bahwa, pelaku

usaha tidak boleh tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,

sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label. Dengan

pelabelan ini konsumen dapat mengetahui apakah barang tersebut boleh

dikonsumsi bagi konsumen muslim maupun tidak. Dan pelabelan halal ini

dilakukan atas pengawasan dan sertifikasi dari Badan LPPOM MUI. Hak untuk

didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

Disadari atau tidak semua masyarakat adalah konsumen, bahkan pelaku usaha

sekalipun. Berkaitan dengan ketentuan ini, konsumen secara kolektif atau

individu memiliki hak untuk didengar keluhan dan pendapatnya menyangkut

barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya.

Menurut Ibn Rusyd bila terdapat ketidaksesuaian antara kondisi barang

dan juga harga yang diterima dengan yang dijanjikan konsumen diperbolehkan

untuk mengadukannya kepada pelaku usaha. Hal ini menurutnya masih dalam

rangka khiar.11

Senada dalam hal ini Sayid Sabiq mengatakan, jika penjual dan

10 Saefudin, Sistem Dan Tujuan Ekonomi Islam, h.209. 11 Ibnu Rusyd, Bidâyah al-Mujtahîd, ( Semarang : Wahana Keluarga, tth ), h. 105.

Page 76: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

70

pembeli berselisih tentang kondisi barang dan/atau jasa, dan masing-masing

beralternatif, tetapi tidak ada kejelasan diantara keduanya, maka yang dipegang

adalah ucapan penjual dengan sumpah seperti yang dilakukan Ustman. Ada pula

yang mengatakan adalah pembeli dengan sumpah.12

Berdasarkan pendapat para ulama di atas, dalam konteks transaksi bisnis

sekarang ini maka konsumen jelas memiliki hak untuk didengar keluhan dan

pendapatnya baik kepada pelaku usaha sendiri maupun penentu kebijakan yang

lain semisal pemerintah. Sebab dalam prakteknya dewasa ini pembuat kebijakan

mengenai ketentuan barang dan/jasa termasuk dalam hal harga, tidak sepenuhnya

hak pelaku usaha. Atau dengan kata lain kebijakan mengenai harga dan barang

dan/atau jasa itu sendiri dibuat bersama antara pelaku usaha dan pemerintah.

Dengan demikian konsumen tidak hanya menerima keputusan secara sepihak

melainkan melibatkan secara bersamasama.

Menurut Juhaya S. Praja, terdapat lima prinsip dalam melaksanakan

kegiatan mu’amalah yaitu taba‟dulul manafi‟ (memberikan keuntungan dan

manfaat bersama), pemerataan, „an taradhin (suka sama suka), „adâmul ghurûr

(tidak boleh terdapat tipu daya), kebaikan dan takwa, dan musyawarah

(kerjasama).13

Dengan adanya prinsip-prinsip tersebut secara tidak langsung

konsumen secara sah dan meyakinkan mempunyai hak untuk didengar pendapat

12 Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Penerjemah : Mauludin, ( Bandung : Al Maarif, 1987 ), h.

101. 13 Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 113–114.

Page 77: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

71

dan keluhannya agar setiap kebijakan yang dibuat dapat sesuai dengan prinsip di

atas.

Hal ini sesuai dengan pasal 34 ayat 1 bahwa badan perlindungan

konsumen nasional mempunyai tugas “menerima pengaduan tentang

perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen

swadaya masyarakat, atau pelaku usaha”.

Sering terjadi konsumen menderita kerugian akibat mengkonsumsi suatu

barang dan/atau jasa. Pada saat demikian kemungkinan besar yang akan muncul

adalah sengketa antara para pihak yang terlibat, yang diistilahkan disini dengan

sengketa konsumen. Dalam kondisi seperti ini konsumen memerlukan bantuan

hukum (advokasi) dalam rangka untuk menyelesaikan sengketa tersebut secara

hukum. Sebab sebagaimana di atur dalam pasal 48 dan 49 UUPK ini,

penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar

pengadilan. Untuk kepentingan ini tidak semua konsumen memiliki keahlian di

bidang tersebut. Oleh karena itu suatu keharusan bilamana konsumen mempunyai

hak untuk mendapatkan advokasi dalam upaya penyelesaian sengketa konsumen.

Dalam Islam dikenal adanya lembaga peradilan yang disebut al qadla.

Disamping itu ada lagi yang disebut dengan Lembaga Tahkim, Wilayah

Madzalim, Wilayah Hisbah dan Lembaga Ifta‟.14

Disamping lembaga-lembaga

14 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, ( Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 1997 ), h. 48.

Page 78: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

72

tersebut juga dikenal satu lagi yaitu as Shulhu.15

Lembaga-lembaga inilah yang

akan menyelesaikan setiap persoalan hukum yang timbul dalam masyarakat

Islam. Secara historis, telah banyak sengketa konsumen yang dapat diselesaikan

melalui lembaga-lembaga tersebut.

Namun bila dicermati maka secara etimologis lembaga-lembaga di atas

memang jelas berbeda dengan lembaga peradilan di Indonesia, demikian juga

dalam hal pelaksanaannya, sebab lembaga tersebut harus mendasarkan

keputusannya dengan hukum Islam. Sedangkan lembaga peradilan Indonesia

mendasarkan keputusannya kepada hukum positif yang berlaku. Tetapi secara

substansial lembaga tersebut sama-sama bertujuan untuk menyelesaikan sengketa

yang ada dalam masyarakat. Sehingga ditemukan satu keputusan yang adil.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa

konsumen baik melalui pengadilan ataupun di luar pengadilan tidak ada masalah,

termasuk dalam hal kewenangannya sejauh hal ini untuk melindungi semua pihak

terutama yang teraniaya. Hasbi ash Shiddieqi mengatakan, bahwa suatu keharusan

untuk melindungi kepentingan orang-orang yang teraniaya dan untuk

menghilangkan sengketa-sengketa yang timbul dalam masyarakat.16

Oleh karena itu sangat tepat kiranya jika dewasa ini banyak Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) seperti YKLI dan LP2K yang didirikan untuk

memperjuangkan hak konsumen yang merasa dirugikan. Demikian pula perlu

15 Ibid, h. 49.

16 Ibid, h. 38.

Page 79: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

73

disambut langkah pemerintah yang akan mendirikan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) di setiap daerah.

Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen Untuk

melaksanakan hak-hak yang disebutkan di atas diperlukan adanya satu

pemahaman yang cukup mengenai masalah konsumen. Oleh karena itu

pembinaan dan pendidikan konsumen merupakan suatu hal yang sangat

diperlukan oleh konsumen. Melalui pembinaan dan pendidikan konsumen akan

timbul dalam masyarakat wawasan yang luas mengenai apa, mengapa, dan

bagaimana mengkonsumsi barang dan jasa.17

Dengan demikian konsumen akan

dapat merasakan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa. Hal ini sesuai dengan pasal 29 UUPK bahwa “Pemerintah

bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen

yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta di

laksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha”.

Dalam rangka inilah menurut Qardhawi, Islam mengarahkan pola

konsumsi umat Islam ke dalam lima hal, yaitu pendidikan moral, pendidikan

masyarakat, pendidikan ekonomi, pendidikan kesehatan, dan pendidikan politik.18

Pendidikan moral mengandung maksud bahwa setiap pembatasan

terhadap pemanfaatan dan penggunaan barang dan/atau jasa merupakan sarana

untuk mendidik masyarakat hidup sederhana. Pendidikan masyarakat

17 James F. Angel, Periaku Konsumen, hlm. 5–6.

18 Yusuf Qardhâwi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Penerjemah Didin

Hafidudin, ( Jakarta : Robbani Press, 1997 ), h. 262–271.

Page 80: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

74

mengandung maksud bahwa pembatasan pemanfaatan dan penggunaan barang

dan/atau jasa merupakan sarana untuk mengatasi kesenjangan sosial yang terlalu

lebar. Pendidikan ekonomi bertujuan agar masyarakat selalu bersikap produktif

dan tidak konsumtif. Pendidikan kesehatan mengandung maksud bahwa

pembatasan pemanfaatan dan penggunaan barang dan/atau jasa bertujuan untuk

menjaga kesehatan sebagai unsur terpenting dalam kehidupan.

Tersirat dalam uraian di atas bahwa ajaran Islam tidak hanya membuka

wacana perilaku konsumen yang berorientasi pada kepuasan materiil, tetapi juga

kepuasan spirituil.

Dengan demikian pendidikan konsumen tidak hanya bermanfaat bagi

konsumen secara individu, tetapi juga konsumen secara kolektif bahkan seluruh

bangsa. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif. Secara faktual sepertinya tidak dapat ditemukan di muka bumi ini

suatu komunitas masyarakat tanpa adanya suatu perbedaan. Baik ras, suku,

maupun agama. Apalagi di bumi nusantara ini yang serba majemuk. Dalam suatu

kondisi masyarakat yang demikian seringkali dalam beberapa hal muncul sikap

diskriminatif antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Tak

terkecuali dalam pelayanan konsumsi.

Oleh karena itu, dalam rangka melindungi setiap kepentingan konsumen

hak untuk diperlakukan tanpa diskriminatif harus diwujudkan dengan sebenar-

benarnya tidak hanya sebagai slogan semata. Hukum Islam sangat mendukung

terselenggaranya ketentuan ini. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurât :

Page 81: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

75

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu laki-laki dan

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurât/ 49 :

13)

Ayat di atas menghendaki bahwa sesama manusia itu tidak ada perbedaan

dengan alasan apapun. Berkaitan dengan konteks inilah Juhaya S. Praja

mengatakan, Islam memiliki prinsip-prinsip umum sebagai berikut :

Prinsip tauhid, al „adl (keadilan), amar ma‟ruf nahi munkar, al huriyah

(kebebasan), al musa‟wah (persamaan), at Ta‟awun (tolong menolong), dan

Tasa‟muh (toleransi).19

Semua prinsip ini diharapkan dapat dijadikan pedoman

umat Islam bahwa tidak ada kebenaran sama sekali untuk memperlakukan orang

lain secara tidak benar dan tidak jujur apalagi bertindak diskriminatif, termasuk

dalam masalah konsumsi.

Hak untuk mendapatkan konpensasi ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya. Sudah merupakan suatu keharusan, bila barang

dan/atau jasa yang diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan perjanjian untuk

19 Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 78.

Page 82: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

76

mendapatkan konpensasi ganti rugi. Dalam epistemologi hukum Islam hal ini

disebut dengan tadlmin atau iwadl.

M. Daud Ali mengatakan, hukum Islam memiliki azas perlindungan hak

yang berarti bahwa semua hak yang diperoleh seseorang dengan jalan yang halal

dan sah, harus dilindungi. Bila hal itu dilanggar maka pihak yang dirugikan

berhak untuk menutut. Hal ini sesuai dengan pasal 19 UUPK yaitu “Pelaku usaha

bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan

kerugian konsumen akibat menkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan

atau diperdagangkan”. Juga pada pasal 24 UUPK bahwa “Pelaku usaha yang

menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas

tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain tanpa

melakukan perubahan atas barang dan/atau usaha tersebut, pelaku usaha lain

dalam sebuah transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang dan

atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha apabila tidak sesuai dengan contoh,

mutu, dan komposisi”.

Adapun ganti rugi yang dapat dilakukan adalah bisa dengan diganti

dengan barang dan/atau jasa seperti pada saat perjanjian, atau dengan membayar

harganya. Pembayaran ganti rugi ini selanjutnya akan menjadi hak milik

konsumen. Sebab dalam hukum Islam dinyatakan bahwa radlmin dan ta‟widl

merupakan salah sebab dari kepemilikan.

Page 83: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

77

Demikianlah uraian tentang bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam

Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen di tinjau dari

perspektif hukum Islam.

B. Analisis Relevansi UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Terhadap Jaminan Kehalalan Produk Bagi Konsumen Muslim.

Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, jadi sudah jelas

kalau konsumen terbesar adalah konsumen muslim. Meski demikian, hak-hak

dasar keberagamaannya belum terjamin secara maksimal oleh kebijakankebijakan

pemerintahan, khususnya dalam urusan yang berkaitan dengan makanan dan

minuman. Padahal semestinya makanan atau apapun yang dikunsumsi oleh

konsumen muslim tersebuuut harus sudah di standarisasi sesuai dengan hukum

Islam, bukan semata-mata hanya menurut hokum dagang, untung rugi saja. Hal

yang sering terjadi di pasar tradisional maupun swalayan besar halal haram

makanan yang sijual belikan seringkali berbaur. Tersamarkan oleh kepiawaian

produsen makanan tersebut.

Dalam ajaran Islam, sangat mementingkan kebaikan dan kebersihan di

semua aspek, baik dari makanan maupun barang gunaan. Karena umat Islam

diperintahkan untuk memakan dan mengkonsumsi bahan-bahan makanan yang

baik, suci dan bersih saja, karena hal ini berkaitan dengan hukum halal maupun

Page 84: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

78

haram. Oleh karena itu umat Islam perlu mengetahui informasi yang jelas

mengenai barang yang mereka gunakan.20

Islam sangat menekankan pentingnya aspek keselamatan dan keamanan

dalam menkonsumsi barang dan/ atau jasa. Dalam Islam faktor nyaman dalam hal

ini adalah adanya jaminan halal, atau makanan tersebut sudah jelas kehalalannya

(boleh) dan thayyib (baik).21

Dalam Surat Al Maidah Allah SWT. berfirman :

Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu : “Apakah yang dihalalkan bagi

mereka?” Katakanlah:”Dihalalkan bagimu yang baik-baik (buruan

yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan

melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah

diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya

untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu(waktu

melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat

cepat hisab-Nya”. (QS. Al-Mâidah / 5 : 4)

Berkaitan dengan itu, Monzer Kahf memberikan satu sifat lagi yaitu,

rizq.22

Kata thayyib menurut Kahf, menunjukkan nilai-nilai kebaikan, kesucian

dan keindahan. Sedangkan kata ar rizq menunjukkan konotasi bahwa Allah adalah

20 Imam Masykur Alie, Bunga Rampai Jaminan Produk Halal Di negara Anggota Mabims,

Bagian Proyek Sarana dan Pra Sarana Produk halal Direktoat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, ( Jakarta : Departemen Agama RI, 2003 ), h.21

21

M. Quraisy Shihab, Membumikan al Qur‟an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), h. 287.

22 Khaf, Ekonomi Islam, h. 25.

Page 85: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

79

pemberi rahmat sebenarnya dan pemasok semua kebutuhan makhluk hidup.

Rangkaian sifat ini menurut Quraish shihab menunjukkan bahwa yang berhak

dikonsumsi adalah yang memenuhi syarat tersebut.

Dalam Undang Undang perlindungan kondumen yang Berkaitan dengan

hal tersebut, dinyatakan dalam pasal 8 ayat 1 huruf a s/d h sebagaimana berikut :

1. Pelaku usaha dilarang untuk memproduksi dan atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang:

2. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan perundang-undangan.

3. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah hitungan

sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;

4. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan

menurut ukuran yang sebenarnya;

5. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau

jasa tersebut;

6. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya

mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

7. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,

iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.

Page 86: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

80

8. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

9. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara "halal" yanh di cantumkan

dalam label.

Dengan adanya ketentuan ini maka setiap produsen dalam memproduksi

suatu barang dan /atau jasa mempunyai kewajiban untuk:

1. Mentaati atau memenuhi persyaratan peraturan atau ketentuan yang telah di

tetapkan pemerintah.

2. Menjamin hasil produksinya aman atau tidak berbahaya bila dikonsumsi.

Sebenarnya bila diperhatikan lebih jauh ketentuan “halal” dalam pasal 8

UUPK poin h, belum jelas karena halal dalam arti luas adalah aman untuk

dikonsumsi atau boleh dikonsumsi oleh konsumen. Karena tidak dijelaskan

apakah hal itu juga halal bagi konsumen muslim. Memgingat begitu umumnya

makna kosumen.

Menyangkut perlindungan konsumen terhadap produk halal, dibutuhkan

jaminan kehalalan suatu produk pangan yang di wujudkan diantaranya dalam

bentuk sertifikat halal. Yang dengan sertifikat halal produsen dapat

mencantumkan logo halal dalam tiap kemadan hail produksi, sehingga kondumen

dapat mengetahui dengan jelas barang yang akan mereka konsumsi. Yang jadi

masalah sekarang, bagaimana menjamin bahwa sertifikat halal tersebut telah

memenuhi kaidah syari’ah yang ditetapkan oleh hukum Islam .

Page 87: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

81

Suatu produk pangan, dalam hal ini berhubungan dengan kompetensi

lembaga yang mengeluarkan sertifikat, standa halal yang digunakan, personel

yang terlibat dalam sertifikasi dan auditing juga mekanisme sertifikat halal itu

sendiri. Dengan demikian, diperlukan adanya suatu standar dan system yang

dapat menjamin kebenaran hasil sertifikasi halal.23

Pengwasan terhadap makanan/minuman baru bisa dilakukan oleh

pemerintah apabila produsen mendaftarkan produk mereka secara administratif,

pada Lambaga Pengkajian Pangan kosmetika dan Obat-obatan (LPPOM). secara

tertulis kepada pemohon disertai alasan.

Dalam masalah pelabelan ini UUPK di dukung oleh beberapa peraturan

pemerintah dan Undang undang lainnya, sebagaimana berikut :

1. UU No. 7/1996 tentang Pangan

Didalam UU No. 7 tahun 1996 beberapa pasal berkaitan dengan

masalah kehalalan produk pangan, yaitu dalam Bab label dan iklan pangan

pasal 30, 34, dan 35. bunyi pasal dan penjelasan pasal tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Pasal 30

1). Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan kedalam wilayah

Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib

mencantumkan label pada, didalam dan atau di kemasan pangan.

23 Anton Apriyantono dan Nur Bowo, Panduan Belanja Dan Sertifikasi Halal, ( Jakarta :

Khoirul Bayan, 2003 ), h.25

Page 88: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

82

2). Label, sebagaiman dimaksud pada ayat (1) memuat

sekurangkurangnya keterangan mengenai :

a) Nama produk

b) Daftar bahan yang digunakan

c) Berat bersih atau isi bersih

d) Nama dan alamat pihak yang memproduksi

e) Keterangan tetang halal ; dan

f) Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa

Penjelasan pasal 30 ayat 2 (e): keterangan halal untuk suatu produk

pangan sangat penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas

memeluk agama Islam. Namun, pencantumannya pada label pangan baru

merupakan kewajiban apabila setiap orang yang memproduksi pangan dan

atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia untuk diperdagangkan

menyatakan bahwa pangan yang bersangkutan adalah halal bagi umat

Islam. Adapun keterangan tentang halal dimaksudkan agar masyarakat

terhindar dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal (haram). Dengan

pencantuman halal pada label pangan, dianggap telah terjadi pernyataan

dimaksud dan setiap orang yang membuat pernyataan tersebut

bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan tersebut.

b. Pasal 34

Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa

pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama

Page 89: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

83

atau kepercayaan tertentu, bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan

berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut.

Penjelasan : dalam ketentuan ini, benar tidaknya suatu pernyataan

halal dalam label atau iklan pangan tidak hanya dapat dibuktikan dari segi

bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, tetapi mencakup pula proses

pembuatannya.

2. PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Ada dua pasal yang berkaitan dengan sertifikasi halal dalam PP No. 69

ini yaitu pasal 3, ayat (2), pasal 10 dan 11.

a. Pasal 3 ayat (2)

Label berisikan keterangan sekurang-kurangnya :

1). Nama produk

2). Daftar bahan yang digunakan

3). Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan

ke wilayah Indonesia

4). Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa

b. Pasal 10

1). Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang

dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan

menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,

bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib

mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

Page 90: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

84

2). Pernyataan tentang halal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari label.

Penjelasan Pasal 10 : pencantuman keterangan halal atau tulisan

”halal” pada label pangan merupakan kewajiban apabila pihak yang

memproduksi dan atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia

menyatakan (mengklaim) bahwa produknya halal bagi umat Islam.

Penggunaan bahasa atau huruf selain bahasa Indonesia dan huruf latin,

harus digunakan bersamaan dengan padanannya dalam bahasa indonesia

dan huruf latin. Keterangan tentang kehalalan pangan tersebut mempunyai

arti yang sangat penting dan dimaksudkan untuk melindungi masyarakat

yang beragama Islam dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal

(haram). Kebenaran suatu pernyataan halal pada label pangan tidak hanya

dibuktikan dari segi bahan baku, bahan tambahan pangan, atau bahan

bantu yang digunakan, tetapi harus pula dibuktikan dalam proses

produksinya.

c. Pasal 11

1). Untuk mendukung kebenaran pernyataan halal sebagaimana dimaksud

dalam pasal 10 ayat (1), setiap orang yang memproduksi atau

memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan, wajib memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut

pada lembaga pemeriksa yang telah terakreditasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 91: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

85

2). Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksankan

berdasrkan pedoman dan tata cara yang ditetapkan oleh Menteri

Agama dengan memperhatikan pertimbangan dan saran lembaga

keagamaan yang memiliki kompetensi di bidang tersebut.

Penjelasan pasal 11: (1) pencantuman tulisan halal pada dasarnya

bersifat sukarela. Namun setiap oran yang memproduksi dan atau

memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan

menyatakannya sebagai produk yang halal, sesuai ketentuan ia wajib

mencantumkan tulisan halal pada label produknya. Untuk menghindarkan

timbulnya keraguan di kalangan umat Islam terhadap kebenaran

pernyataan halal tadi, dan dengan demikian untuk kepentingan

kelangsungan atau kemajuan usahanya, sudah pada tempatnya bila pangan

yang dinyatakannya sebagai halal tersebut diperiksakan terlebih dahulu

pada lembaga yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional

(KAN). Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan

ketenteraman dan keyakinan umat Islam bahwa pangan yang akan

dikonsumsi memang aman dari segi agama. (2). Lembaga keagamaan

yang dimaksudkan adalah Majelis Ulama Indonesia. Pedoman ini bersifat

umum, dan antara lain meliputi persyaratan bahan, proses atau produknya.

3. Kepmenkes No. 924/Menkes/SK/VIII/1996 tentang perubahan atas

Kepmenkes No. 82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan

”Halal” pada Label Makanan.

Page 92: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

86

Kepmenkes ini memuat perubahan penting kepmenkes sebelumnya,

kelihatannya perubahan ini sebagai konsekwensi adanya SKB tiga lembaga

yaitu Depag, Depkes dan MUI. Pasal-pasal yang berubah dan sekaligus

relevan dengan masalah sertifikasi halal adalah sebagai berikut :

a. Pasal 8

Produsen atau importir yang akan mengajukan permohonan

pencantuman tulisan ”Halal” wajib siap diperiksa oleh petugas Tim

Gabungan dari Majelis Ulama Indonesia dan Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

b. Pasal 10

1). Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud Pasal 8 dan hasil pengujian

laboratorium sebagaimana dimaksud Pasal 9 dilakukan evaluasi oleh

Tim Ahli Majelis Ulama Indonesia.

2). Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia untuk memperoleh Fatwa.

3). Fatwa MUI sebagaimana dimaksud ayat (2) berupa pemberian

sertifikat halal bagi yang memenuhi syarat atau berupa penolakan.

c. Pasal 11

Persetujuan pencantuman tulisan ”Halal” diberikan berdasarkan

Fatwa dari komisi Fatwa MUI.

d. Pasal 12

Berdasarkan fatwa dari MUI, Direktur Jenderal memberikan :

Page 93: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

87

1). Persetujuan bagi yang memperoleh sertifikat ”Halal”

2). Penolakan bagi yang tidak memperoleh sertifikat ”Halal”

Jadi untuk pemberian label jaminan halal harus memperhatikan hal-hal di

atas, produsen tidak bisa asal mencantumkan label halal walaupun sudah

meyakini produk yang mereka produksi halal, sebelum melalui pengujian dan

pengawasan dari badan LPPOM, yang dalam hal ini dilakukan oleh LPPOM

MUI. Dengan kejelasan label ini konsumen dapat merasa aman ketika

menkonsumsi makanan.

Demikianlah kenyataannya bahwa, dalam Undang Undang No.8 Tahun

1999 tentang perlindungan konsumen ini, penulis merasa masih kurangnya respon

pemerintah terhadap jaminan kehalalan produk bagi konsumen muslim, sebagai

perlindungan konsumen yang menduduki tingkat mayoritas di negeri ini. Namun

setidaknya kita dapat merasa sedikit lega karena, peraturan tentang jaminan

kehalalan produk ini mulai dibahas dalam ketentuan-ketentuan lain, semoga

diwaktu yang akan datang pemerintah lebih peduli terhadap hak-hak konsumen

muslim

Berdasarkan seluruh uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwasanya terdapat hubungan yang erat antara konsumen dan pelaku usaha. Hal

ini memang sebagai konsekuensi logis dari adanya akibat hukum. Dengan kata

lain lahirnya hak konsumen secara otomatis akan memunculkan kewajiban dari

pelaku usaha. Yang jelas semua ketetapan hukum Islam yang dibuat adalah tidak

Page 94: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

88

lain bertujuan untuk melindungi mashalih (kemaslahatan-kemaslahatan)

manusia.24

Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat Al-Anbiyâ :

Artinya : “Tidaklah Kami utus engkau Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat

buat sekalian alam”. ( QS. Al-Anbiyâ / 21 : 107 )

Kata rahmat dalam ayat di atas tidak lain adalah bahwa tujuan akhir dari

setiap pengundangan hukum syara’ adalah terwujudnya kemaslahatan manusia.25

Para Fuqaha dalam memandang kemaslahatan ini, merekamengklasifikasinya

menjadi tiga kelompok yaitu untuk memelihara kebutuhan dharuri, hajji dan

tahsini yang merupakan tujuan dari syari’at Islam (maqasid as Syar‟i).26

Bila

dikaitkan dengan konteks perlindungan hak konsumen maka hal ini sangat

relevan dengan konsep kemaslahatan di atas. Oleh karena itu merupakan suatu

anjuran (mandub) bagi setiap muslim yang mukalaf dan fardlu kifayah untuk

menegakkan dan mendukung terselenggaranya hak-hak konsumen dengan

semestinya.

24 Yang dimaksud mashalih menut Ash Satibi yang dikuti oleh Dr. M. Khalid Mas’ud, adalah

mashalih yang membicarakan substansi kehidupan manusia, dan pencapaian yang dituntut oleh

kualitas-kualitas emosional dan intelektual yang mutlak. Mashalih ini diwujudkan demi kepentingan

dunia dan akhirat. (Lihat Dr. M. Khalid Mas’ud, Filsafat Hukum Islam Dan Perubahan Sosial,

(Surabaya : Al Ikhlas, 1995), h. 229–230). 25 Dahlan Idhami, Karakteristik Hukum Islam, ( Jakarta : Media Sarana Press, 1987 ), h. 20.

26 Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 101.

Page 95: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

89

Meskipun demikian dalam pelaksanaannya, terdapat aturan perlu

diperhatikan. Dalam pelaksanaan suatu hak akan membawa akibat hukum sebagai

berikut:

1. Menyangkut pelaksanaan dan penuntutan hak. Para pemilik hak harus

melaksanakan hak-haknya itu dengan cara-cara yang disyari’atkan.

2. Menyangkut pemeliharaan hak. Syari’at Islam telah menetapkan agar setiap

orang berhak untuk memelihara dan menjaga haknya itu dari segala bentuk

kesewenangan orang lain.

3. Menyangkut penggunaan hak. Hukum Islam telah menyatakan bahwa hak itu

harus digunakan untuk hal-hal yang disyari’atkan oleh Islam.

Bila mencermati seluruh uraian di atas terlihat adanya Relevansi konsep

Islam dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan

konsumen khususnya yang berkaitan dengan hak-hak konsumen. Hal ini tentunya

sejalan dengan kaidah yang mengatakan:

Artinya : “Suatu tindakan (peraturan) pemerintah, berintikan terjaminnya

kemaslahatan rakyatnya”.

Indikasi ini meyakinkan penulis bahwa terdapat transformasi nilainilai

hukum Islam ke dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Sebab

sebagaimana dikatakan oleh C.S.T. Kansil sumber hukum dalam pembentukan

hukum adalah dapat ditinjau dari aspek ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan

Page 96: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

90

sebagainya.27

Menurut hemat penulis hukum Islam termasuk salah satu di antara

sumber hukum tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman sejarah bahwa

pembentukan hukum nasional tidak terlepas dari aspek hukum Islam.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ketentuan dalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen tersebut merupakan manifestasi dari nilai-nilai

hukum Islam yang bersifat universal, yang harus didukung pelaksanaannya.

27 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1992 ), h. 44.

Page 97: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

91

BAB V

PENUTUP

Tinjauan dan penelaahan tentang perlindungan konsumen yang penulis

sajikan baik peninjauan dalam perspektif hokum Islam ini adalah merupakan rasa

keingin tahuan penulis dan merupakan waktu yang tepat untuk memahami perihal

perlindungan konsumen.

Untuk itulah, dalam mengakhiri penyusunan skripsi ini perlu sedikit dan

merupakan suatu keharusan bagi penulis untuk memberikan uraian yang merupakan

kesimpulan dari apa-apa yang sudah penulis kemukakan di muka dan beberapa saran

yang mungkin dapat terealisasikan, berikut kesimpulan dan sarannnya.

A. Kesimpulan.

Dari seluruh uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Ketentuan Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

secara substansial sangat relevan dengan nilai-nilai hukum Islam. Bahkan

dapat dikatakan terdapat transformasi hukum Islam ke dalam ketentuan

tersebut. Karena tujuan UU ini untuk melindungi segenap konsumen

Indonesia, termasuk didalamnya konsumen muslim, dan nilainilai yang

terkandung didalamnya sudah sesuai dengan hukum Islam, karena tidak

bertentangan dengan al Qur’an dan as sunah.

Page 98: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

92

2. Relevansi Undang-undang perlindungan konsumen terhadap jaminan

kehalalan produk bagi konsumen muslim, masih sangat minim. Karena begitu

sedikitnya point yang membahas kawajiban pelaku usaha untuk berproduksi

secara “halal”, sebagaimana “halal” yang tercantum dalam label. Sedangkan

dalam Islam masalah kehalalan merupakan suatu hal yang bersifat dharuri

(primer), yang hal ini menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya,

karena diterima tidaknya amalan ibadah seseorang tergantung dari kehalalan

yang mereka konsumsi. Jadi dibutuhkan ketegasan mengenai produk tersebut,

dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat melakukan pembaharuan atau

pengawasan istilah “halal” Supaya konsumen muslim dapat merasa tenang

ketika mengkonsumsi suatu barang atau jasa tertentu. Karena, Melindungi dan

memperjuangkan hak-hak konsumen sesuai dengan peraturan

perundangundangan secara benar dan adil merupakan tindakan yang sangat

dianjurkan bagi setiap orang yang mukallaf, dan fardhu kifayah bagi seluruh

umat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis berusaha memberikan saran-

saran sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah, penulis harapkan untuk dapat memberlakukan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen sebagaimana mestinya, sehingga hak-hak

konsumen dapat senantiasa terjaga dan terlindungi.

Page 99: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

93

2. Terobosan terhadap kebijakan harus lebih kuat lagi untuk melindungi para

konsumen di Indonesia yang kini dengan mendapatkan barang yang

diimporkan dari berbagai Negara.

3. Mengingat mayoritas konsumen Indonesia adalah orang Islam, pemerintah

harus senantiasa mengawasi barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

hukum Islam. Dalam hal ini pemerintah dapat berkerjasama dengan organisasi

keIslaman yang berkompeten, seperti Majelis Ulama Indonesia.

4. Pemerintah seharusnya lebih giat lagi dalam mengkampanyekan dan

mensosialisasikan hak-hak konsumen dalam rangka perlindungan konsumen

serta memberdayakan aparat-aparatnya di seluruh daerah di Indonesian,

sehingga para konsumen lebih mengetahui secara umum tentang hak-haknya.

5. Bagi cendekiawan muslim, diharapkan untuk senantiasa melakukan kajian dan

diskusi mengenai masalah konsumen dalam perspektif hukum Islam yang

memadai mengenai konsumen.

6. Terselenggaranya peraturan mengenai hak-hak konsumen dengan semestinya

tergantung bagaimana konsumen itu sendiri dalam menyikapinya. Oleh karena

itu konsumen diharapkan untuk dapat memahami, kemudian melaksanakan

peraturan tersebut.

C. Penutup

Demikian sekilas pembahasan tentang perlindungan konsumen dalam

Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen yang ditinjau

Page 100: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

94

dalam perspektif hukum Islam, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan, mengingat kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh

karena itu segala kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan ini. Namun demikian penulis tetap berharap semoga

tulisan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi diri penulis. Amin.

Page 101: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

95

DAFTAR PUSTAKA

Depag RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 2006.

Departemen Penerangan R.I. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahub

1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Bandung : Nuansa Aulia, 2006.

Departemen Agama RI. Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal Majlis

Ulama Indonesia, 2003.

Departeman Agama RI. Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal. Jakarta :

2003.

Departemen Agama RI. Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal direktorat

Jenderal bimbingan masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Petunjuk

teknis pedoman sistem produksi halal. Jakarta : 2003.

Departemen Agama RI. Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal, Direkorat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Tanya

Jawab Seputar Produk Halal. Jakarta : 2003.

Departemen Agama RI. Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal, Direkorat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Sistem dan

Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal Majelis Ulama Indonesia. Jakarta :

2003

Ahmad, Zainuddin. Al-qur‟an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan. Yogyakarta

: Dana Bakti wakaf, 1995.

Ali, Achmad. Menguak Tabir Hukum. Jakarta : Chandra Pratama, 1996.

Ali, Muhammad. Penelitian Pendidikan; Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa,

1993.

Alie, Imam Masykur. Bunga Rampai Jaminan Produk Halal Di negara Anggota

Mabims, Bagian Proyek Sarana dan Pra Sarana Produk halal Direktoat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Jakarta :

Departemen Agama RI, 2003.

Apriyantono, Anton dan Bowo, Nur. Panduan Belanja Dan Sertifikasi Halal. Jakarta

: Khoirul Bayan, 2003.

Page 102: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

96

Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Semarang : Pustaka

Rizki Putra, 1997.

Bahresy, Hussein. Pedoman Fiqh Islam. Surabaya : Al-Ikhlas, 1981.

Beekum, Rafik Isa. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.

Bukhârî, al, Muhammad bin Ismaîl Abu Abdullah. Sahîh al- Bukhârî, Yaman:

Ridwana, 2008.

Dahlan, Abdul aziz. Ensiklopedi Hukum Islam.

Engel, James F, dkk. Periaku Konsumen. Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1994.

Fauroni, Mohammad R. Lukman. Vlsi al-Quran Tentang Etika Dan Bisnis. Jakarta :

Salemba Diniyah, T.th.

Idhami, Dahlan. Karakteristik Hukum Islam. Jakarta : Media Sarana Press, 1987.

Jurjani, Al. Al-Ta‟rifat. Mesir : Maktabah wa Mathba’ah Mushtafa al-Halabi wa

Auladuh, 1936.

Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Balai Pustaka, 1992.

Khaf, Monzer. Ekonomi Islam. Yogyakarta : Putaka Pelajar, 1995.

Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang : Dina Utama, 1994. Cet.I.

Mahmud, Peter. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia. Surabaya :

Pustaka Progresif, 2002.

Manan, M. Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta : Dana Bakti

Wakaf,1995.

Manzhur, Ibn. Lisan al-Arab, Juz XV.

Mediakonsumen, Kasus pidana pencemaran nama baik, artikel diakses pada 24 Juni

2009 dari http://www.mediakonsumen.com/artikel931.html.

Page 103: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

97

Mediakonsumen, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tetap bersikukuh, artikel diakses

pada 24 Juni 2009 dari http://www.mediakonsumen.com/artikel931.html.

Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta, PT.

Raja Grafindo, 2004. Cet.1.

Munawi, al, Muhammad Abd Al-Rauf. Al-Taufiq „ala Muhimmat al-Ta‟rif Mu‟jam

Lughowi Mutshalahi. Beirut : Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1990. Cet.I.

Nasution, Az. Konsumen Dan Hukum. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajahmada

University Press, 1991.

Praja, Juhaiyya S. Filsafat Hukum Islam. Bandung : LPPM UNISBA, 1995.

Prast, Wiwid. “Bread Talk Dan Masalah Serti/Ikasi Halal‟, Dalam Furqon, IV, 18,

Mei 2006.

Peorwadarminta, W.J.S. Kamus Bahasa Indonesia, Cet. V. Jakarta : PN. Balai

Pustaka, 1976.

Qardlawi, al, M. Yusuf. Al-Halal wa al-Haram Fi al-Islam. t.t.: Dar al-Ma’rifah,

1985.

------------. Halal Haram Dalam Islam. Solo: Era Intermedia, 2003.

------------. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Penerjemah Didin

Hafidudin. Jakarta : Robbani Press, 1997.

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995.

Rusyd, Ibnu. Bidayah al-Mujtahid. Semarang : Wahana Keluarga, tth.

Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah, Penerjemah : Mauludin. Bandung : Al Maarif, 1987.

Saefudin, Imam. Sistem Dan Tujuan Ekonomi Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1999.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran. Bandung : Mizan, 1996.

------------, Membumikan Al-Qur‟an. Bandung : Mizan, 1996.

Page 104: PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM · PDF filekarena mengkonsumsi yang tidak halal (haram) ... Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu

98

Shofie, Yusuf. Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi. Jakarta :

Ghalia Indonesia, 2002.

Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, 1986.

Wijaya, Gunawan. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta : Gramedia,

2000.

Winata, Tiench Tirta. Makanan Dalam Perspektif Al-Qur‟an Dan Ilmu Gizi. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI, 2006.

Wordpress. “Minuman cap badak kok tak ada label halalnya pak?”. artikel diakses

pada 24 Juni 2009 dari http://ariesaja.wordpress.com/2009/06/24/minuman-

cap-badak-kok-tak-ada-label-halalnya-pak/#more-386

Zuhaili, al, Wahbah. Al-Tafsir al-Munir. Yaman : Ridwana, 2008.