perlindungan hukum terhadap potensi indikasi …

119
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI GEOGRAFIS KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN GANGGA KABUPATEN LOMBOK UTARA PERSPEKTIF MASHLAHAH SKRIPSI oleh Suci Ramadhani Putri NIM 170201027 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2020

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI GEOGRAFIS KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN GANGGA

KABUPATEN LOMBOK UTARA PERSPEKTIF MASHLAHAH

SKRIPSI

oleh Suci Ramadhani Putri

NIM 170201027

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2020

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI GEOGRAFIS KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN GANGGA

KABUPATEN LOMBOK UTARA PERSPEKTIF MASHLAHAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Hukum

oleh Suci Ramadhani Putri

NIM 170201027

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

iv

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

v

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

vii

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

viii

MOTTO

أتج في يفس في ق يف ر خ في ٱ ي ج إ ق رب إ

ت ي أ ق إ ح بح س ح ء يسف ٱ

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Qs. Al-Baqarah: 30)1

1 Qs. Al-Baqarah [2]: 30.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

ix

Persembahan

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala karunia-Nya sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua Orang Tua saya terkasih, Ayah saya H. Juramli, M.Pd. dan Ibu

saya Mustiani, terimakasih untuk segala dukungan dan doa sejak saya

masih di dalam kandungan hingga saat ini.

2. Saudara-saudara saya, kakak pertama saya Muhammad Arif, S.Pd. dan

kakak kedua saya Hasan Ghifari, M.H. juga untuk adik saya Meutya

Zaskya, terimakasih untuk segala doa dan dukungan selama ini.

3. Sahabat-sahabat saya baik dimanapun kalian berada yang tidak bisa

saya sebutkan satu-satu, terutama untuk sahabat-sahabat perjuangan

Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2017, dan sahabat-sahabat saya di

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Jamaluddin Al-

Afghani, juga sahabat-sahabat saya di Literasi Ilmiah dan tak lupa pula

sahabat-sahabat saya di Forum Diskusi Muamalah (Fordismu) untuk

dukungan dan semangat selama ini.

4. Semua pihak yang turut membantu saya menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih dan semoga

selalu dalam lindungan Allah Swt.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

x

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, juga kepada keluarga,

sahabat, dan semua pengikutnya.

Rasa syukur penyusun haturkan pada Allah Swt karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Potensi

Indikasi Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara Perspektif Mashlahah” dapat peneliti tuntaskan dengan baik. Peneliti

menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan

dukungan dari semua pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada

antara lain:

1. Prof. Dr. H. Mutawalli, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah

memberi tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan

selama peneliti menempuh studi;

2. Dr. H. Musawwar, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah

3. Prof. Dr. H. Miftahul Huda, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Dr. Baiq Ratna

Mulhimmah, M.H selaku Pembimbing II yang memberikan bimbingan,

motivasi, dan koreksi mendetail secara terus menerus dan tanpa bosan di

tengah kesibukannya dengan suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih

matang dan selesai;

4. Drs.H. M. Fachrir Rahman, MA selaku Wali Dosen yang telah membimbing

peneliti selama menempuh studi;

5. Saprudin, S.Ag, M.Si. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah;

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

xi

6. Kedua orang tua dan kakak serta adik yang selalu memberikan arahan dan

bimbingan dalam keseharian peneliti;

7. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, terimakasih untuk

segalanya.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat ganda dari Allah Swt dan semoga karya ilmiah ini dapat memberikan

manfaat. Amin.

Mataram, Desember 2020

Penulis,

Suci Ramadhani Putri

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

xii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii

HALAMAN LOGO ........................................................................................ ii i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING....................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................ vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vii

HALAMAN MOTTO ................................................................................. .viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

ABSTRAK ................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 8

D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian ........................................ 9

E. Telaah Pustaka ........................................................................... 9

F. Kerangka Teori ......................................................................... 13

G. Metode Penelitian ..................................................................... 40

H. Sistematika Pembahasan ........................................................... 45

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................. 48

A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara........................................................................... 48

1. Letak dan Kondisi Geografis Kecamatan Gangga ................ 48

2. Pemerintahan ...................................................................... 48

3. Kependudukan .................................................................... 49

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

xiii

4. Sosial .................................................................................. 50

5. Pertanian ............................................................................. 51

B. Potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara ......................................................... 52

1. Karakteristik ....................................................................... 52

2. Sejarah ................................................................................ 53

3. Lingkungan ......................................................................... 55

4. Batas Wilayah ..................................................................... 58

5. Proses Produksi ................................................................... 59

6. Respon Masyarakat Terkait Urgensi Potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara ..................................................................... 60

7. Penghambat Perlindungan Hukum Potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara ................................................................... 63

BAB III ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

POTENSI INDIKASI GEOGRAFIS KOPI ROBUSTA DI

KECAMATAN GANGGA KABUPATEN LOMBOK UTARA

........................................................................................................ 66

A. Urgensi Keberadaan Potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta

Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Bagi

Masyarakat ................................................................................. 66

B. Perlindungan Hukum Terhadap Potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara Perspektif Mashlahah ........................................................ 78

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 93

A. Kesimpulan ................................................................................ 93

B. Saran ......................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95

LAMPIRAN ........................................................................................................ 98

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

Yang Telah Berwarna Merah, 51.

Gambar 2.2 Kopi Gangga 77, 53.

Gambar 2.3 Biji Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga KLU Yang Telah

Berwarna Merah Ceri, 57.

Gambar 2.4 Biji Kopi Robusta Kecamatan Gangga KLU Yang Telah Dijemur,

58.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Wawancara, 99.

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Fakultas Syariah, 103.

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Bappeda KLU, 104.

Lampiran 4 Surat Keterangan Plagiasi, 105.

Lampiran 5 Kartu Konsul, 106.

Lampiran 6 Riwayat Hidup, 109.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

xvi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI GEOGRAFIS KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN GANGGA

KABUPATEN LOMBOK UTARA PERSPEKTIF MASHLAHAH

Oleh:

Suci Ramadhani Putri NIM 170201027

ABSTRAK

Indikasi Geografis adalah salah satu bagian dari rezim Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang memberikan perlindungan terhadap suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, serta memiliki ciri dan kualitas tertentu. Agar suatu barang dan/atau produk tertentu mendapatkan perlindungan hukum melalui Indikasi Geografis, maka barang dan/atau produk tersebut terlebih dulu harus didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kopi Robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu potensi Indikasi Geografis. Namun, sampai saat ini belum terdaftar sebagai bagian dari Indikasi Geografis. Sehingga berpotensi dapat mendatangkan kemudharatan untuk masyarakat di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara, karena tidak terlindungi secara hukum. Islam mensyari‟atkan umatnya untuk mendahulukan menghilangkan kemudharatan daripada menarik kemaslahatan.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Perpektif Mashlahah”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan : bagaimana urgensi keberadaan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara bagi masyarakat dan bagaimana perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara perspektif mashlahah.

Dari analisis terhadap hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa urgensi keberadaan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga KLU bagi masyakat, yaitu keberadaannya tidak terlepas dari kehidupan sosial, ekonomi, maupun budaya masyarakatnya. Selain itu, masyarakatnya merespon positif jika dilakukan upaya pendaftaran terhadap Kopi Robusta di Kecamatan Gangga. Sedangkan Perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara perspektif mashlahah, yaitu manifestasi dari perlindungan akal (hifdz al-„aql) dan juga manifestasi terhadap perlindungan harta (ḥifdż al-mal). Kemudian berangkat dari sebuah kaidah fikih yang mengharuskan untuk mendahulukan menghilangkan kemufsadatan daripada menarik kemaslahatan. Upaya dalam mewujudkan konsep mashlahah terhadap potensi tersebut adalah dengan segera didaftarkan menjadi bagian Indikasi Geografis.

Kata kunci : Perlindungan Hukum, Indikasi Geografis, Mashlahah.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sudah sepatutnya bersyukur kepada Allah Swt atas

nikmat kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah dari Sabang sampai

Merauke, baik flora maupun fauna. Kekayaan sumber daya alam tersebut

menciptakan keunikannya sendiri sehingga memberikan berbagai macam

potensi anugerah alam yang luar biasa dimana potensi tersebut menimbulkan

hasil yang mencirikan geografis dimana potensi tersebut berasal.

Nusa Tenggara Barat, sebagai salah satu Provinsi di Indonesia bagian

tengah juga dianugerahi sumber daya alam yang melimpah. Nusa Tenggara

Barat telah memiliki beberapa produk Indikasi Geografis, diantaranya:

Kangkung Lombok (ID G 000000011), Susu Kuda Sumbawa (ID G

000000010), Madu Sumbawa (ID G 000000012), dan Kopi Robusta Tambora

(ID G 000000062).2 Dengan telah terdaftarkannya produk-produk tersebut,

maka secara otomatis akan mendapatkan perlindungan hukum.

Indikasi Geografis adalah salah satu bagian dari rezim Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) yang memberikan perlindungan terhadap suatu tanda yang

menunjukkan daerah asal suatu barang. Dikarenakan faktor lingkungan

geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau merupakan kombinasi

dari kedua faktor tersebut, sehingga memberikan ciri dan kualitas tertentu

pada barang dan/atau produk yang dihasilkan. .

2 Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM

Republik Indonesia. “Pengenalan Indikasi Geografis”, dalam http://www.dgip.go.id/pengenalan-indikasi-geografis, diakses tanggal 6 Juni 2020, pukul 22.51.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

2

Pendaftaran Indikasi Geografis memberikan kesempatan kepada

Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis (MPIG) untuk membuktikan bahwa

barang dan/atau produk yang berasal dari wilayah geografis tertentu

memenuhi kualitas dan karakteristik khusus. Masyarakat Pemilik Indikasi

Geografis (MPIG) akan memiliki hak eksklusif untuk menggunakan nama

Indikasi Geografis yang dilindungi hukum. Pendaftaran Indikasi Geografis

dapat dimohonkan untuk barang dan/atau produk yang merupakan hasil

pertanian, produk olahan, hasil kerajinan tangan, atau barang lainnya.

Perlindungan Indikasi Geografis merupakan bagian dari Hak

Kekayaan Intelektual semenjak penandatanganan Persetujuan Trade Related

Aspect of Intelctual Property Rights (TRIPs) di tahun 1994. Sejak saat itu,

haruslah dipandang sangat penting agar suatu Indikasi Geografis bisa benar-

benar memberikan keuntungan bagi masyarakat dan atau perwakilan

masyarakat yang merupakan suatu komunitas yang berhak dari daerah

tertentu.3

Aturan normatif yang mengatur tentang Indikasi Geografis di

Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 Tahun

2007 yang mengatur secara teknis tentang Indikasi Geografis juga diatur di

dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 12 Tahun

2019 Tentang Indikasi Geografis. Luasnya ruang lingkup Indikasi Geografis

membuatnya diatur juga di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

3 Abdul Atzar, Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Yogyakarta:

Deepublish, 2018), hlm. 63.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

3

tentang Perkebunan juncto Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2009

Tentang Perlindungan Wilayah Geografis Penghasil Produk Perkebunan

Spesifik Lokasi (WGPPPSL). Dan kemudian pada tahun 2015 ditandatangi

Nota Kesepahaman di antara enam Kementerian, yaitu Kementerian Hukum

dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Perdagangan tentang Pengembangan Potensi

Produk Indikasi Geografis. Kesepakatan yang dilakukan oleh keenam

Kementerian tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan dan

pengembangan terhadap potensi barang dan/atau produk Indikasi Geografis di

Indonesia agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Diberikannya perlindungan hukum terhadap produk Indikasi

Geografis akan melindungi barang dan/atau produk Indikasi Geografis dari

barang palsu, yaitu produk serupa yang diproduksi di luar kawasan Indikasi

Geografis atau diproduksi di dalam kawasan Indikasi Geografis tetapi dengan

kualitas lebih rendah tetapi dipasarkan dengan menggunakan nama sama.

Pemalsuan bisa berdampak buruk pada suatu barang dan/atau produk, karena

barang dan/atau produk palsu sering kali lebih murah dan kualitasnya kurang

baik serta tidak memiliki karakteristik khusus seperti barang dan/atau produk

asli.4

Tercatat, Indonesia telah beberapa kali lengah dalam melindungi

potensi Indikasi Geografis miliknya, dan menyebabkan kerugian bagi

Indonesia. Pertama, Kasus pendaftaran kopi Toraja oleh Key Coffee Co

4 Peter Damary dan Riyaldi, Modul Pelatihan Indikasi Geografis, (Jakarta: Indonesian

Swiss Intellectual Property Project, 2018), hlm. 15.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

4

sebagai merek dagang “Toarco Toraja” berawal dari populernya kopi yang

berasal dari tanah Toraja ini di Jepang. Khawatir persaingan antar sesama

pelaku bisnis terhadap pemakaian nama merek yang sama, maka pemilik Key

Coffee pun mendaftarkan kopi Toraja sebagai merek dagang pribadi miliknya

pada tahun 1974. Dan permohonan ini pun dikabulkan pada tahun 1976.

Kedua, untuk kasus pendaftaran kopi Gayo ini dilakukan oleh

perusahaan asal Belanda yaitu Holland Coffee B.V. Kopi yang berasal dari

Nanggroe Aceh Darussalam ini diklaim sebagai merek dagang pribadi

mereka dan didaftarkan di dunia internasional sebagai nama merek dagang

yaitu “Gayo Mountain Coffee”.

Terjadinya klaim terhadap produk kopi asal Gayo dan Toraja oleh

bangsa asing telah mendatangkan mudharat bagi Indonesia. Padahal, Islam

telah memerintahkan untuk mengindari mudharat dan mendatangkan

maslahat bagi umatnya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah

kaidah fikih berikut.

ح ب ى ج س ف رء

Artinya: Menghilangkan kemafshadatan (mudharat) harus didahulukan

daripada menarik kemaslahatan.

Jumhur ulama‟ berpendapat bahwa Indikasi Geografis merupakan hak

kepemilikan yang dilindungi oleh syariat, baik secara hak moral maupun

secara hak ekonomi. Perlindungan Indikasi Geografis ditinjau dengan

pendekatan maqashid syariah dari sisi hak moral merupakan bentuk

manifestasi dari perlindungan akal (hifdz al-„aql) hak Indikasi Geografis

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

5

kepada pemiliknya, dan dari sisi hak ekonomi merupakan manifestasi dari

perlindungan harta (hifdz al-mal) yang berupa kebolehan mengambil manfaat

ekonomi bagi pemiliknya.5 Selain itu, Indikasi Geografis jika dilihat dari sisi

Fiqh al-Bi‟ah (fikih lingkungan) yaitu fikih yang menjelaskan tentang aturan

perilaku ekologis manusia dengan mengacu pada teks syar‟i yang mempunyai

tujuan dalam mencapai melestarikan lingkungan dan kemaslahatan.

Menjadikan Indikasi Geografis sebagai hal yang harus juga diupayakan

perlindungannya oleh umat Islam. Menurut Yusuf Qardhawi di dalam

Ri‟ayah al-Bi‟ah fiy Syari‟ah al-Islam, menyatakan bahwa memelihara

lingkungan dan mengelola sumber daya alam adalah sama nilainya dengan

menjaga maqashid syariah.6

Kepemilikan Indikasi Geografis hanya akan dilindungi apabila

diperoleh dengan memperhatikan beberapa prinsip; Pertama, tidak merugikan

pihak lain. Kedua, tidak memperoleh, menggunakan, dan mengembangkan

Indikasi Geografis dengan cara yang tidak diizinkan syariat. Ketiga, tidak

berdampak pada kerusakan alam dan lingkungan. Keempat, tidak

mengeksploitasi dan menggunakan hak Indikasi Geografis secara

berlebihlebihan. Kelima, tidak memproduksi barang dan/atau produk yang

secara zatnya dihukumi haram.

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara adalah salah satu

wilayah penghasil kopi di Indonesia yang sedang disorot oleh dunia.

5 Pandi Yusron, Indikasi Geografis Sebagai Hak Milik Komunal Beserta Perlindungannya

Perspektif Hukum Islam, (Thesis, IAIN Purwokerto: 2019), hlm. 110. 6 Yusuf Al-Qardhawi, Ri‟ayah al-Bi‟ah fiy Syari‟ah al-Islam, (Kairo: Dar Al-Syuruq,

200), hlm. 39.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

6

Beberapa negara di dunia tertarik untuk mendatangkan Kopi Robusta dari

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara ini. Salah satunya adalah

Korea Selatan yang pada tahun 2020 ini mengekspor sebanyak 100 ton.7 Hal

ini dikarenakan kopi jenis robusta yang dihasilkan oleh petani di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara memiliki varian dan cita rasa yang khas.

Hal ini disebabkan karena tanaman kopi sendiri tergolong tanaman yang unik,

karena karakter dan cita rasa buahnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar tempat kopi itu tumbuh. Faktor lingkungan yang dimaksud berupa

ketinggian tanah dimana kopi tersebut ditanam. Kemudian kondisi cuaca,

letak geografis, kualitas tanah dan yang terpenting adalah tanaman apa yang

ditanam disebelahnya.8

Tidak seberuntung produk-produk sebelumnya yang telah terdaftar

sebagai Indikasi Geografis di Nusa Tenggara Barat, Kopi Robusta Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara ini belum mendapatkan perlindungan

hukum sehingga menjadikannya rentan untuk dapat disalahgunakan dan

menyebabkan kerugian bagi bangsa Indonesia, dikarenakan belum

terdaftarnya produk tersebut di Kementerian Hukum dan HAM atau tepatnya

di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Sebagai wujud

implementasi dari kaidah fikih sebelumnya, yaitu perintah menghilangkan

mudharat harus didahulukan daripada menarik kemaslahatan. Maka,

pendaftaran kopi robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

7 Awaludin, “Korsel Minta Tambahan 100 ton Kopi Lombok Utara”, dalam

https//:antaranews.com/korsel-minta-tambahan-100-ton-kopi-lombok-utara, diakses tanggal 28 Mei 2020, pukul 22.00.

8 Bambang Prastowo, dkk, Budidaya dan Pasca Panen Kopi, (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010), hlm. 2.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

7

sudah seharusnya untuk dilakukan. Perlindungan hukum akan tetap diberikan

selama ciri dan karakteristik khasnya tetap ada. Dan selama itu pula akan

terhindar dari mudharat ancaman klaim oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab.

Fakta ini menunjukkan arti penting dari penelitian ini untuk

memperoleh kejelasan terkait bagaimana urgensi keberadaan potensi Indikasi

Geografis kopi robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara bagi

masyarakat dan bagaimana perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

perspektif mashlahah. Sehingga disusunlah penelitian ini dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Potensi Indikasi Geografis Kopi

Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Perspektif

Mashlahah”.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah serta hasil dari penelitian

ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, maka beberapa rumusan

masalah yang dibahas adalah:

1. Bagaimana urgensi keberadaan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta

di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara bagi masyarakat?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara perspektif

mashlahah?

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu:

a. Untuk menjelaskan urgensi keberadaan potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara bagi

masyarakat.

b. Untuk menjelaskan perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara perspektif mashlahah.

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna dan memberikan

kontribusi positif dalam rangka pembangunan dan pengembangan

khazanah keilmuan. Secara lebih spesifik yakni pada pengembangan studi

Hukum Ekonomi Syariah khsususnya pada persoalan Indikasi Geografis.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa

pihak, yaitu:

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah

wawasan untuk menyadarkan tentang arti penting perlindungan hukum

potensi Indikasi Geografis yang dimiliki.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

9

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

analisa dan pertimbangan tambahan dalam penentuan kebijakan dan

keputusan yang berkaitan dengan Indikasi Geografis.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan dan referensi guna mendapat hasil penelitian yang

komperhensif dalam kajian keilmuan yang sama.

D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara ini sebagai lokasi penelitian berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut.

1. Karena di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara terdapat barang

dan/atau produk potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta.

2. Karena di tempat ini juga layak untuk dijadikan sasaran penelitian karena

belum ada penelitian serupa sebelumnya yang meneliti tentang perspektif

mashlahah terhadap barang dan/atau produk potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.

E. Telaah Pustaka

Agar penelitian ini mempunyai bobot ilmiah dan dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya, maka peneliti terlebih dahulu melakukan

survei literatur terhadap telaah pustaka terhadap hasil penelitian sebelumnya.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

10

Telaah pustaka ini juga berfungsi menyediakan informasi tentang penelitian-

penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Proses

ini bertujuan untuk menghindari pengulangan pada penelitian-penelitian

terdahulu.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gandung Bagas Kara pada tahun 2018,

dengan judul skripsi Pelaksanaan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi

Robusta Lampung. Dalam penelitian ini peneliti membahas bagaimana

pelaksaan pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Robusta di Lampung.

Pelaksanaan pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Robusta Lampung

meliputi beberapa tahapan, yaitu memenuhi persyaratan yang terdiri dari

syarat subjektif dan objektif. Kemudian Pemohon Indikasi Geografis

Kopi Robusta Lampung harus melakukan beberapa prosedur pendaftaran

sesuai dengan aturan dalam PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang indikasi

geografis, mulai dari pengajuan permohonan sampai dengan tahap akhir.

Kemudian setelah menyelesaikan semua prosedur, sertifikat Indikasi

Geografis Kopi Robusta Lampung diterbitkan oleh Ditjen HKI dengan

nomor sertifikat ID G 000000026 pada tanggal 13 Mei 2014.9

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Gandung Bagas Kara

dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dari sisi objek penelitian

yang sama-sama mengkaji tentang Indikasi Geografis. Adapun letak

9 Gandung Bagas Kara, Pelaksanaan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Robusta

Lampung, (Skripsi, Universitas Lampung, 2018), hlm. 66.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

11

perbedaan penelitian Gandung Bagas Kara dengan penelitian ini terletak

pada perpektif yang digunakan, yaitu pespektif mashlahah sementara

Gandung Bagas Kara tidak. Hanya terfokus pada proses pendaftarannya

saja.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rifqi Saputra pada tahun 2019, dengan

judul skripsi Pelindungan Hukum indikasi geografis Produk Lada Hitam

Lampung. Dalam penelitian ini peneliti membahas bagaimana

perlindungan hukum Indikasi Geografis produk lada hitam Lampung.

Perlindungan hukum Indikasi Geografis terhadap produk lada hitam

Lampung dilindungi dengan dua cara, pertama berupa perlindungan

hukum secara preventif yaitu lada hitam Lampung didaftarkan menjadi

produk Indikasi Geografis. Kedua, berupa perlindungan hukum secara

represif yaitu penggunaan produk dan logo lada hitam Lampung hanya

dapat digunakan oleh produsen anggota MIG-LHL yang terdaftar,

sedangkan bagi pihak yang menyalahgunakan nama lada hitam Lampung

atau tiruan, akan diajukan gugatan ke Pengadilan Niaga oleh Pemegang

Hak atas indikasi geografis sesuai ketentuan Pasal 69 UU Nomor 20

Tahun 2016 tentang Merek dan indikasi geografis berupa ganti rugi dan

juga penghentian penggunaan serta pemusnahan label Indikasi Geografis

yang digunakan secara tanpa hak atau izin dari pemilik hak. 10

Persamaan penelitian yang dilakukan Rifqi Saputra dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah dari sisi objek penelitian sama-

10 Rifqi Saputra. Perlindungan Hukum Indikasi Geografis Produk Lada Hitam Lampung,

(Skripsi, Universitas Lampung, 2019), hlm. 62.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

12

sama mengkaji tentang Indikasi Geografis. Adapun letak perbedaan

penelitian Rifqi Sadiq dengan penelitian ini terletak pada perspektif

mashlahah, sementara Rifqi Sadiq tidak. Hanya terfokus pada

perlindungan hukum menurut hukum positif yang berlaku.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Bahri pada tahun 2014, dengan

judul skripsi Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional

Sebagai Aset Masyarakat Perspektif Mashlahah Mursalah. Dalam

penelitian ini peneliti membahas bagaimana perlindungan hukum

terhadap pengetahuan tradisional perspektif mashlahah mursalah.

Perlindungan hukum terhadap pengetahun tradisional sebagai aset

masyarakat perspektif mashlahah mursalah sama dengan perlindungan

harta di dalam Islam. Karena pengetahuan tradisional merupakan benda

yang tidak berwujud yang tergategorikan sebagai harta dan jelasnya

memiliki banyak manfaat di dalamnya. Harta termasuk ke dalam lima hal

yang harus dijaga di dalam syariat Islam (kulliyat al-khams). Sehingga

penegetahuan tradisional sebagai aset masyakat perspektif mashlahah

mursalah mendapatkan perlindungan hukum oleh syara‟.11

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Bahri dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah dari sama-sama meninjau dari

perspektif mashlahah. Adapun letak perbedaan penelitian Syaiful Bahri

dengan ini terletask pada objek yang dikaji. Walaupun masih sama-sama

membahas Hak Kekayaan Intelektual (HKI), namun rezim yang dibahas 11 Syaiful Bahri, Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional Sebagai Aset

Masyarakat Perspektif Mashlahah Mursalah, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014), hlm. 70.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

13

berbeda. Jika sebelumnya yang dibahas adalah rezim Pengetahuan

Tradisional, maka kali yang peneliti bahas adalah rezim Indikasi

Geografis.

F. Kerangka Teori

1. Perlindungan Hukum

a. Pengertian Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum jika di dalam bahasa Inggris

disebut sebagai legal protection theory, sedangkan di dalam

bahasa Belanda disebut sebagai theorie van de wettelijke

bescherming, dan di dalam bahasa Jerman disebut sebagai theorie

der rechlitche schutz.

Perlindungan merupakan upaya pelayanan yang oleh

hukum kepada subjek hukum serta hal-hal yang merupakan objek

yang dilindungi. Sementara itu, hukum merupakan norma yang

dapat dikaji di dalam Undang-Undang maupun hidup dan

berkembang dalam masyarakat.12

Perlindungan hukum menurut Satijipto Rahardjo adalah

memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)

yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan itu diberikan

kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang

diberikan oleh hukum.13

12 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis

dan Disertasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), hlm. 260. 13 Satijipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 54.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

14

Maria Theresia Geme mendefinisikan perlindungan hukum

adalah berkaitan dengan tindakan negara untuk melakukan sesuatu

dengan (memberlakukan hukum negara secara ekslusif) dengan

tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak-hak seseorang

atau kelompok orang.14

Sedangkan yang dimaksud dengan teori perlindungan

hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisis tentang

wujud atau bentuk atau tujuan perlindungan, subjek hukum yang

dilindungi serta objek perlindungan yang diberikan oleh hukum

kepada subjeknya.15

b. Bentuk Perlindungan Hukum

Secara teoritis, bentuk perlindungan hukum menurut

philipus M. Hadjon dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

Perlindungan yang bersifat preventif; dan Perlindungan refresif.16

Perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan

yang sifatnya berupa pencegahan. Tujuan perlindungan hukum

dalam bentuk preventif adalah agar pemerintah berhati-hati dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan asas freis ermessen,

karena rakyat dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan

tersebut. Sedangkan perlindungan hukum refresif adalah yang

14 Maria Theresia Geme, Perlindungan Hukum Terhadap Masyaraat Hukum Adat dalam

Pengelolaan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tengggara Timur, (Disertasi, Universitas Brawijaya Malang, 2012), hlm. 99.

15 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan…, hlm. 262. 16 Philipus M. Hadjon., Perlindungan Hukum bagi rakyat Indonesia, (Surabaya: PT Bina

Ilmu, 1987), hlm. 2.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

15

menyelesaikan jika terjadinya sengketa. Yang dapat diselesaikan

baik melalui Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum maupun

Instansi Pemerintah yang merupakan lembaga banding

administrasi.

Masyarakat akan mendapatkan perlindungan hukum

sebagaimana yang telah tercantum di dalam peraturan perundang-

undangan agar terhindar dari kesewenang-wenangan baik oleh

pemerintah, penguasa, pengusaha ataupun yang lainnya.

c. Teori-teori yang Menganalisis tentang Perlindungan Hukum

Hakikatnya, teori perlindungan hukum adalah teori yang

bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Karena salah satu fungsi hukum adalah sebagai alat rekayasa sosial

(law as tool of social engginering).

Kepentingan manusia adalah suatu tuntutan yang harus

dipenuhi dan dilindungi oleh hukum. Roscue Pound membagi

kepentingan manusia tersebut menjadi tigas macam, yaitu:

1) Public interest (kepentingan umum);

2) Social interest (kepentingan masyarakat); dan

3) Privat interest (kepentingan individual).17

Terdapat dua hal yang menjadi kepentingan yang utama

dalam kepentingan umum, yaitu; kepentingan dari negara yang

kedudukannya sebagai badan hukum dalam usahanya

17 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan…, hlm. 267.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

16

mempertahankan kepribadian dan substansinya serta kepentingan

dari negara yang kedudukannya sebagai penjaga terpenuhinya

kepentingan masyarakat.

Sedangkan untuk kepentingan masyarakat, terdapat enam

kepentingan yang dilindungi oleh hukum, yaitu; Pertama,

kepentingan masyarakat bagi keselamatan umum. Seperti

keamanan dan kesehatan. Kedua, kepentingan bagi lembaga

sosial. Seperti perlindungan dalam bidang perkawinan dan

ekonomi. Ketiga, kepentingan masyarakat terhadap kerusakan

moral. Seperti korupsi dan perjudian. Keempat, kepentingan

masyarakat dalam pemeliharaan sumber sosial. Seperti menolak

perlindungan hukum bagi penyalahgunaan hak. Kelima,

kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum. Seperti

perlindungan hak milik dan penemuan baru. Dan Keenam,

kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara

individual. Seperti kehidupan yang layak dan kebebasan berbicara.

Ada tiga macam kepentingan individual yang juga

dilindungi hukum, yaitu; Pertama, kepentingan kepribadian.

Seperti perlindungan terhadap nama baik dan terjaminnya rahasia-

rahasia pribadi. Kedua, kepentingan dalam hubungan rumah

tangga. Seperti perlindungan terhadap perkawinan dan tuntutan

pemeliharaan keluarga. Dan Ketiga, kepentingan substansi.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

17

Seperti perlindungan terhadap harta dan kemerdekaan dalam

penyusunan testamen.

Fungsi hukum sebagai pelindung kepentingan manusia

menjadikannya berbeda dengan norma-norma yang lain. Hal ini

karena hukum adalah perintah dan larangan. Sudikno

Mertokusumo mengemukakan bahwa:

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan kesinambungan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum”.18

2. Mashlahah

a. Pengertian Mashlahah Mursalah

Kata mashlaha berasal dari bahasa Arab ( ح ح - ي - ص

ح ح - ص ) yaitu sesuatu yang mendatangkan kebaikan.

Sedangkan kata mursalah adalah kata kerja yang ditafsirkan

sehingga menjadi isim maf‟ul ( رس رس - يرس - ... - رس )

yaitu diutus, dikirm, atau dipakai (dipergunakan). Perpaduan dua

kata menjadi “mashlahah mursalah” yang berarti prinsip

kemaslahatan (kebaikan) yang digunakan sebagai salah satu

metode istinbat hukum Islam.

18 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,

1999), hlm. 71.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

18

Menurut ulama ushul fiqh ada berbagai macam ta‟rif yang

diberikan, diantaranya:

Imam Ar-Razi mena‟rifkannya sebagai:

ي فى حفظ ح ر ش ه تي ق ف ر

س س ف ي

Artinya: ”mashlahah ialah, perbuatan manfaat yang telah

diperintahkan oleh Musyarri‟ (Allah) kepada hamba-

Nya tentang pemeliharaan agamanya, jiwanya, akalnya,

keturunannya, dan harta bendanya”.19

Imam Al-Ghazali mena‟rifkannya sebagai:

ضر ف ف ب ص ج ر فى ي ح ف

Artinya: “mashlahah pada dasarnya ialah meraih manfaat dan

menorak mudarat”.20

Muhammad Hasby As-Siddieqi, mashlahah sebagai:

ق س ف ف ر ب ش ى ف ح

Artinya: “memelihara tujuan syara‟ dengan jalan menolak segala

sesuatu yang merusakkan maskhluk”.21

19 Chaerul Umam, Ushul Fiqh 1, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 136. 20 Ibid., hlm. 136. 21 Ibid., hlm. 137.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

19

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa inti

dari mashlahah adalah perlindungan terhadap lima hal pokok

(kulliyat al-khams).

Kemaslahatan di dunia dikategorikan menjadi dua, baik

yang pencapaiannya dengan cara menarik kemanfaatan ataupun

dengan cara menolak kemudaratan.22

1) Kemaslahatan dharrurriyah (inti/pokok); kemaslahatan

maqashid syar‟iyyah yang berada dalam urutan paling atas.

2) Kemaslahatan ghairu dharurriyah (bukan kemaslahatan

pokok); namun kemaslahatan ini tergolong penting dan tidak

bisa dipisahkan.

Kelima hal maslahat inti adalah:

1) Hifdz ad-din (menjaga agama), diantara syariat yang bertujuan

untuk menjaga agama yaitu; diwajibkannya berperang dan

berjihad, jika ditujukan untuk musuh ataupun yang senada

dengan hal ini.

2) Hifdz an-nafs (menjaga jiwa), diantara syariat yang bertujuan

untuk menjaga jiwa yaitu; diwajibkannya hukum qishahsh,

sebagai balasan yang setimpal.

3) Hifdz al-„aql (menjaga akal), diantara syariat yang bertujuan

untuk menjaga akal yaitu; diharamkannya khamr.

22 Ahmad Al-Mursi Husai Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. xv.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

20

4) Hifdz al-mal (menjaga harta), diantara syariat yang bertujuan

untuk menjaga harta yaitu; diharamkannya mencuri.

5) Hifdz an-nasl (menjaga keturunan), diantara syariat yang

bertujuan untuk menjaga keturunan yaitu; diharamkannya zina.

Sedangkan maslahat yang tidak inti dibagi menjadi dua, yaitu:23

1) Hajji (bersifat kebutuhan), yakni kemaslahatan yang

dibutuhkan manusia untuk bisa melakukan pekerjaan dan

memperbaiki penghidupan mereka, seperti jual beli, sewa

menyewa dan lainnya. Diantara pelengkapnya adalah sarana

yang bisa menyampaikan kepada tujuan ini, seperti adanya

tingkat kufu dan mahar mitsli.

2) Tahsini (bersifat perbaikan), yakni kemaslahatan yang merujuk

pada moral dan etika, juga semua hal yang bisa menyampaikan

seseorang menuju muru‟ah dan berjalan di atas metode yang

lebih utama dan jalan yang lebih baik.

Oleh Al-Ghazali membagi al-kulliyat dan maslahat-

maslahat syariat oleh para ahli ushul fiqh ke dalam tiga tingkatan,

yaitu; pertama, adh-dharurriyat, kedua, al-hajiyyat, dan ketiga, at-

tahsiniyyat.24

b. Landasan Hukum Mashlahah Mursalah

Landasan hukum mashlahah mursalah terdapat di dalam

Al-Qur‟an da Sunnah, diantaranya; 23 Ibid., hlm. xvi. 24 Yusuf Qaradhawi, Fiqih Maqashid Syariah. ter. Arif Munandar Riswanto (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsaar, 2017), hlm. 29.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

21

1) Qs. Yunus: 57

ق ق ك كء ف وشق قك ق ربك ك عقظ كءتك س قد ج ٱن أ ي

قن ق ق ك ى ور ده صدورق و ٱ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman “, (Qs. Yunus: 57).25

2) Qs. Yunus: 58

ق قفض ق ق ٱق وب يف ف ق قذ ق ف تق ن ع ق ك خ ا ح

Artinya: “Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”, (Qs. Yunus: 58).26

3) Qs. Al-Baqarah: 220

ةق وي خق ي وٱ ق ٱد خ ح إقص ق تم ق ٱ ع ل و قحق ص ٱ ق د ق ف ٱ ع وٱ ك قخو ف قط ن

قي ح قي ع إقن ٱ تك كء ٱ ش

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kmau bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah mengehendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha

25 Qs. Yunus [10]: 57. 26 Qs. Yunus [10]: 58.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

22

Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. Al-Baqarah: 220).27

Sedangkan untuk nash yang bersumber dari sunnah yang

digunakan sebagai landasan untuk mengistinbathkan hukum

dengan metode mashlahah mursalah adalah hadist Nabi Saw. yang

diriwayatkan Ibn. Majah yang berbunyi:

ق ق ج ع ز اقق أ د ا حد ي ق د حد

س ق أ ق إ ع ق عق ق ل اجع ل اق صى ا :ق ل ر ق

ي و ار :ع ق روا ا

Artinya: Muhammad Ibn Yahya bercerita kepada kami, bahwa Abdur Razaq bercerita kepada kita, dari Jabir al-Jufiyyi dan Ikrimah, dari Ibn Abbas: Rasulullah Saw bersabda, “tidak boleh membuat mudharat (bahaya) pada dirinya dan tidak boleh pula membuat mudharat pada orang lain.(Hr. Ibn. Majjah)28

Merujuk kepada dalil nash di atas, menurut Syaikh Izzudin

bin Abdul Salam, bahwa mashlahah mursalah dikembalikan

kepada sebuah kaidah induk fikih, yaitu;

دم ل دق ق ف ق لرء ا قحق ج ص ا

Artinya: “menghilangkan kemafshadatan (mudharat) harus

didahulukan daripada menarik kemaslahatan”.

27 Qs. Al-Baqarah [2]: 220. 28 Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, (Bairut: Dar al-

Fikr, tt), Juz 2, hlm. 784.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

23

Sementara itu, Prof. Dr. Hasby Asy-Siddieqy menyebutkan

bahwa kaidah tersebut dikembangkan menjadi beberapa kaidah

fikih berikut.29

ضرر ي .1

Sesungguhnya kemudharatan itu harus dihilangkan

ر ر ض ي ي ر ر ض .2

Sesungguhnya kemudharatan itu tidak boleh dihilangkan

dengan membuat kemudharatan pula

ح رء .3 ب ى ج س ف

Sesungguhnya menolak kemudharatan harus didahulukan atas

menarik kemaslahatan

ر .4 ضر يح ر ت ح

Sesungguhnya segala yang dharurat (yang terpaksa dilakukan)

membolehkan yang terlarang

c. Kehujjahan Mashlahah Mursalah

Jumhur ulama sepakat menyatakan bahwa mashlahah

mursalah diakui sebagai salah satu dalil penetapan hukum. Hanya

saja jumhur ulama Hanafiyah dan Syafi‟iyah berupaya

memasukkan maṣhlaḥah ke dalam qiyas. Adapun golongan

29 Hasby Asy-Siddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 373.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

24

Malikiyah dan Hanabiyah, menjadikan maṣhlaḥah mursalah

sebagai dalil yang berdiri sendiri.30

d. Objek Mashlahah Mursalah

Objek bahasan dari mashlahah mursalah adalah masalah-

masalah yang terdapat hari ini namun tidak memiliki penjelasan

yang jelas baik oleh Al-Qur‟an maupun As-sunnah. Juga terhadap

masalah-masalah yang belum terdapat ijma‟ maupun qiyasnya.

e. Syarat-syarat Mashlahah Mursalah

1) Sesuatu yang dianggap maslahat itu haruslah berupa maslahat

hakiki, yaitu yang benar-benar akan mendatangkan

kemanfaatan atau menolak kemudaratan, bukan berupa dugaan

belaka dengan hanya mempertimbangkan adanya kemanfaatan

tanpa melihat kepada akibat negatif yang ditimbulkannya.

2) Sesuatu yang dianggap maslahat itu hendaklah berupa

kepentingan umum bukan kepentingan pribadi.

3) Sesuatu yang dianggap maslahat itu tidak bertentangan dengan

ketentuan yang ditegaskan dalam Al-Qur‟an atau sunnah

Rasulullah atau bertentangan dengan ijma‟.

4) Kemaslahatan tersebut harus selaras dan sejalan dengan akal

sehat. Artinya kemaslahatan tersebut tidak bertantangan

dengan akal sehat.

30 Abd. Rahman, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 305.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

25

5) Pengembalian kemaslahatan tersebut harus untuk

merealisasikan kemaslahatan dharuriyyah bukan kemaslahtan

hajjiyah atau tahsiniyyah.31

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apa yang

dimaksud dengan mashlahah mursalah adalah setiap manfaat yang

tidak terdapat di dalam nash yang menunjukkan mu‟tabar (diakui)

atau tidaknya sebuah manfaat.

3. Indikasi Geografis

Indikasi Geografis merupakan salah satu jenis dari Hak

Kekayaan Intelektual (HKI). Istilah HKI atau dalam bahasa Inggrisnya

disebut dengan Intelectual Property Rights. Property dapat diartikan

sebagai kekayaan yang berupa hak yang mendapat perlindungan

hukum dimana orang lain dilarang menggunakan hak tersebut tanpa

izin dari pemegang hak.32 Sedangkan kata intellectual dapat diartikan

sebagai hasil cipta dari daya pikir yang terbentuk melalui karya cipta

baik berupa seni maupun ilmu pengetahuan serta penemuan

sebagaimana immaterial.33 Sedangkan secara hematnya, HKI adalah

hak yang diberikan atas hasil pemikiran kreatif atau inovasi yang

dilakukan oleh manusia.

Sejalan dengan definisi HKI di atas, Majelis Ulama Indonesia

juga mengeluarkan fatwa terkait Perlindungan Hak Kekayaan

31 Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 140. 32 Ridwan Khairansy, Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII

Press, 2013), hlm. 423. 33 Ibid., hlm 424.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

26

intelektual. Yaitu fatwa MUI Nomor : 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, yang ditetapkan di :

Jakarta Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H. 29 Juli 2005 M.

Pada fatwa di atas, bahwa yang dimaksud dengan kekayaan intelektual

adalah kekayaan yang diperoleh dari hasil olah pikir otak manusia

kemudian menghasilkan suatu barang dan/atau produk atau proses

yang berguna untuk manusia, dan diakui oleh Negara berdasarkan

aturan yang berlaku.

Fatwa tersebut dikeluarkan berdasarkan dalil Al-Qur‟an surat

An-Nisa ayat 29.

ء قي ٱ أ ن ي ن تك

ق إقاك أ بطق قٱ ك ي ك و كا أ ك

ا ا ت اه ي رحق قك ن إقن ٱ ك ف

كا أ ت وا ك ق ك اضن ة ع ت قج ت

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. An-Nisa: 29)34

Serta dalam hadis Nabi Saw yang berkaitan dengan harta

kekayaan, hadis riwayat Ahmad.

ل ا ر خط ق ئ ق اء ل ااوا ف و ي ع صى ق ف ق ي قطق ق ا ا شي ي لق اخق

Artinya: Rasulullah Saw menyampaikan khutbah kepada kami, sabdanya: ketahuilah tidak halal bagi seseorang sedikitpun dari harta saudaranya kecuali dengan kerelaan hatinya…” (HR. Ahmad)

34 Qs. An-Nisa [4]: 29.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

27

Maksud dari dikeluarkannya fatwa MUI Nomor : 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tersebut adalah untuk menekankan pentingnya

perlindungan kekayaan intelektual. Karena berangkat dari dalil di atas,

umat muslim dilarang untuk memakan harta orang lain secara bathil

(tanpa hak) serta merugikan hak orang lain.

Kedudukan fatwa dalam kerangka hukum nasional memang

tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Namun, dengan adanya

fatwa MUI tersebut menegaskan bahwa syariat Islam juga mengenal

konsep Hak Kekayaan Intelektual.35

Hak Kekayaan Intelektual mendapatkan perlindungan

hukumnya dari pendaftaran. Dari pendaftarannya tersebut, akan

diperoleh perlindungan bagi pemilik atau pemegang hak berupa hak

ekslusif. Hak ekslusif mengandung 2 (dua) muatan, yaitu hak moral

dan hak ekonomi. Terhadap hak ekonomi, pemegang hak memiliki

hak dan dilindungi untuk mendapatkan manfaat secara komersial atas

Kekayaan Intelektual miliknya. Sedangkan terhadap hak moral,

pemegang hak memiliki hak dan dilindungi atas Kekayaan

Intelektualnya. Sebab, hak tersebut melekat padanya.

a. Pengertian Indikasi Geografis

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan

daerah asal suatu barang dan/atau produk yang dikarenakan faktor

35 Aunur Rohim Faqih dkk, HKI, Hukum Islam dan Fatwa MUI, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2010), hlm. 34.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

28

lingkungan geografis berupa faktor alam, faktor manusia, ataupun

gabungan antara keduanya, yaitu faktor alam dan manusia

menyebabkan suatu barang dan/atau produk tersebut memiliki

reputasi, kualitas, maupun karakteristik tersendiri untuk setiap

barang dan/atau produk yang dihasilkan. Korelasi diantara faktor-

faktor tersebut disebut juga dengan konsep terroir. Terroir yang

dalam bahasa Inggrisnya berarti kombinasi faktor alam, seperti

tanah, iklim, lingkungan, serta manusia yang memberikan

karakteristik unik pada barang dan/atau produk.36

Faktor alam yang dimaksud oleh Indikasi Geografis adalah

jenis tanah, bentang alam, ketersediaan air, ketinggian tempat, dan

kondisi iklim. Sedangkan faktor manusia adalah kearifan lokal

)praktikdan teknik, termasuk pemilihan varietas tanaman) yang

telah berkembang dalam konteks budaya, sosial, dan ekonomi

tertentu. Hal ini dapat mempengaruhi masyarakat dalam cara

mengelola tanaman atau hewan, atau memproses barang dan/atau

produknya. Terakhir, kombinasi antara faktor alam dan faktor

manusia di atas menghasilkan produk khas yang memiliki kualitas

unik dari tempat asalnya, menyiratkan bahwa produk yang sama

persis, dengan karakteristik yang sama, tidak akan dapat diperoleh

dari lokasi lain.

36 Peter Damary dan Riyaldi, Modul…, hlm. 5.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

29

Definisi indikasi geografis diatas mengacu kepada

pengertian Indikasi Geografis menurut TRIPs Article 22 (1)

Geographical indications are, for the purposes of this Agreement,

indications which identify a good as originating in the territory of

a Member, or a region or locality in that territory, where a given

quality, reputation or other characteristic of the good is essentially

attributable toits geographical origin.37

Menurut Tomi Suryo Utomo, kata “Indikasi” tidak harus

selalu merujuk kepada suatu tempat saja, akan tetapi juga dapat

mencakup nama produk yang diasosiasikan dengan sebuah

tempat.38

b. Dasar Hukum Indikasi Geografis

TRIPs adalah salah satu perjanjian yang dihasilkan dalam

putaran Uruguay yang bertujuan untuk menjaga agar perdagangan

internasional dapat terlaksana dengan tanpa gangguan dan

hambatan serta meningkatkan perlindungan atas Hak Kekayaan

Intelektual (HKI). Menjaga agar keberlangsungan perlindungannya

tidak menggaggu lalu lintas perdagangan yang absah. Indonesia

sebagai salah satu negara anggota GATT/WTO yang telah

meratifikasi Persetujuan Pendirian Organisasi Perdagangan Dunia

(Agreement Establising World Trade Organization) yang disahkan

37 Djulaeka, Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Perspektif Kajian Filosofis

Haki Perspektif KomunalI, (Malang: Setara Press, 2014), hlm. 3. 38 Utomo. Tomi Suryo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2009),hlm. 219.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

30

lewat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Dimana salah satu

hal yang unsur kesepakatan yang disepakati adalah terkait Hak

Kekayaan Intektual yang kemudian disebut sebagai Trade Related

Aspect of Intelectual Property Rights (TRIPs).

Dengan disahkannya TRIPs tersebut, menjadi kewajiban

bagi Indonesia untuk memuat aturan terkait Indikasi Geografis di

dalam aturan hukumnya. Sebagai wujud implementasi perjanjian

tersebut, maka di Indonesia aturan hukum Indikasi Geografis diatur

di dalam beberapa peraturan.

Pada tahun 2007, pemerintah mengesahkan Peraturan

Pemerintah Nomor 51 tahun 2017 tentang Indikasi Geografis.

Dilanjutkan pada tahun 2016, pemerintah menggabungkan HKI

rezim Merek dengan Indikasi Geografis ke dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 Tentag Merek dan Indikasi Geografis.

Sedangkan untuk tarif PNPB (Penerimaan Negara Bukan Pajak)

terhadap Indikasi Geografis, pemerintah mengaturnya di dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2016 Tentang Jenis dan

Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak dan terbaru

dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Ham Nomor 12

Tahun 2019 Tentang Indikasi Geografis.

Luasnya ruang lingkup indikasi geografis membuatnya juga

diatur di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perkebunan juncto PP Nomor 31 Tahun 2009 Tentang

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

31

Perlindungan Wilayah Geografis Penghasil Produk Perkebunan

Spesifik Lokasi (WGPPPSL). Dan kemudian pada tahun 2015

ditandatangi Nota Kesepahaman di antara 6 (enam) kementerian,

yaitu Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian dan

Kementerian Perdagangan tentang Pengembangan Potensi Produk

Indikasi Geografis. Kesepakatan ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan dan pengembangan potensi produk Indikasi

Geografis di Indonesia agar menjadi lebih baik dan bermanfaat

bagi masyarakat.

c. Pendaftaran Indikasi Geografis

Perlindungan terhadap Indikasi Geografis merupakan

perlindungan yang diberikan kepada kolektif atau merupakan hak

kolektif. Diberikan kepada semua pemegang hak yang sah atas

reputasi Indikasi Geografis.39

Indikasi Geografis dapat diperolah setelah melalui proses

pendaftaran. Pemohon yang dapat mengajukan pendaftaran

perlindungan Indikasi Geografis haruslah memenuhi kriteria

sebagaimana diatur di dalam Pasal 53 ayat 3 huruf a dan b.

1) Lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis

tertentu yang mengusahakan suatu barang dan/atau produk

produk berupa:

39 Peter Damary dan Riyaldi, Modul…, hlm. 11.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

32

a) Sumber daya alam;

b) Barang kerajinan tangan; atau

c) Hasil industri

2) Pemerintah daerah provinsi kabupaten/kota.

Sementara itu, terdapat beberapa hal yang menjadi faktor

penentu apakah pengajuan permohonan perlindungan indikasi

geografis dapat diterima atau ditolak.

1) Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-

undangan, moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum.

2) Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai reputasi,

kualitas, karakteristik, asal sumber, proses pembuatan barang,

dan/atau kegunaannya.

3) Merupakan nama yang telah digunakan sebagai varietas

tanaman dan digunakan bagi varietas tanaman sejenis, kecuali

ada penambahanpadanan kata yang menunjukkan faktor

indikasi geografis sejenis.

4) Dokumen indikasi geografis tidak dapat dibuktikan

kebenarannya.

5) Memiliki persamaan pada keseluruhannya dengan indikasi

geografis yang sudah terdaftar.40

40 Tim Redaksi, Himpunan Lengkap Undang-Undang Hak Cipta, Paten, Merek dan

Indikasi Geografis, Serta Hak Kekayaan Intelektual (Hki), (Yogyakarta: Laksana, 2018), hlm. 348-349.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

33

Sedangkan tata cara pendaftaran indikasi geografis diatur di

dalam PP Indikasi Geografis. disebutkan bahwa pendaftarannya

terdiri dari 8 (delapan) tahapan, yaitu:

1) Tahap Pertama : Mengajukan Permohonan

2) Tahap Kedua : Pemeriksaan Administrasi

3) Tahap Ketiga : Pemeriksaan Substansi

4) Tahap Keempat : Pengumuman

5) Tahap Kelima : Oposisi Pendaftaran

6) Tahap Keenam : Pendaftaran

7) Tahap Ketujuh : Pengawasan Terhadap Pemakai indikasi

geografis

8) Tahap Kedelapan : Banding41

d. Pelanggaran Indikasi Geografis

Pelanggaran terhadap indikasi geografis dapat terjadi

karena beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemakaian Indikasi

Geografis baik secara langsung maupun tidak langsung atas barang

dan/produk yang tidak memenuhi dokumen deskriptif Indikasi

Geografis, 2. Pemakaian terhadap tanda Indikasi Geografis, yang

dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, atas

barang dan/atau produk yang telah dilindungi oleh Indikasi

Geografis dengan maksud untuk: a. Menunjukkan bahwa barang

dan/atau produk tersebut memiliki karakteristik serta kualitas yang

41 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi Geografis.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

34

setara dengan barang dan/atau produk yang dilindungi oleh

Indikasi Geografis, b. Mendapatkan keuntungan dari pemakaian

tersebut; atau, c. Mendapatkan keuntungan atas reputasi Indikasi

Geografis, 3. Penggunaan Indikasi Geografis yang bertujuan untuk

menyesatkan masyarakat luas, sehubungan dengan asal-usul

geografis barang dan/atau produk Indikasi Geografis, 4.

Penggunaan Indikasi Geografis yang dilakukan bukan oleh

pemakai Indikasi Geografis terdaftar, 5. Peniruan atau

penyalahgunaan yang dapat menyesatkan sehubunan dengan asal

tempat barang dan/atau produk atau kualitas barang dan/atau

produk yang terdapat pada: a. Pembungkus atau kemasan; b.

Keterangan dalam iklan; c. Keterangan yang terdapat di dalam

dokumen mengenai barang dan/atau produk Indikasi Geografis;

atau d. Informasi yang dapat menyesatkan mengenai asal-usulnya

dalam kemasan, 6. Dan tindakan-tindakan lain yang dapat

menyesatkan masyarakat luas mengenai kebenaran asal barang

dan/atau produk Indikasi Geografis.42

Apabila terjadi pelanggaran sebagaimana yang telah

diuraikan sebelumnya, maka pemegang hak atas Indikasi Geografis

dapat mengajukan gugatan berupa permohonan ganti rugi dan

pemberhentian pernggunaan serta pemusnahan label Indikasi

Geografis yang digunakan tanpa hak.

42 Ibid., hlm. 349-350.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

35

e. Jangka Waktu Perlindungan Indikasi Geografis

Indikasi Geografis dilindungi selama karakteristik khas dan

kua litas yang menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas

Indikasi Geografis tersebut masih ada. Perlindungan terhadap

Indikasi Geografis akan berakhir apabila:

1) Setiap pihak, termasuk Tim Ahli Indikasi Geografis dapat

menyampaikan kepada Direktorat Jenderal hasil pengamatan

bahwa karateristik khas dan/atau kualitas yang menjadi dasar

bagi diberikannya perlindungan atas Indikasi Geografis telah

tidak ada.

2) Dalam hal hasil pengamatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bukan berasal dari Tim Ahli Indikasi Geografis, Direktorat

Jenderal meneruskan hasil pengamatan tersebut kepada Tim

Ahli Indikasi Gografis dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak diterimanya hasil pengamatan tersebut.

3) Dalam waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak diterimanya hasil

pengamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tim Ahli

indikasi geografis melakukan pemeriksaan dan

memberitahukan hasil keputusannya serta langkah-Iangkah

yang harus dilakukan kepada Direktorat Jenderal.

4) Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya

hasil keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Direktorat Jenderal mempertimbangkan hasil keputusan Tim

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

36

Ahli Indikasi Geografis tersebut dan tindakan-tindakan yang

harus dilakukan, termasuk untuk membatalkan Indikasi

Geografis.

5) Dalam hal Direktorat Jenderal memberikan keputusan

pembatalan terhadap Indikasi Geografis, Direktorat Jenderal

memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau

Kuasanya dan kepada seluruh Pemakai Indikasi Geografis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3), atau melalui

Kuasanya dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari

terhitung sejak diterimanya keputusan tersebut.

6) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

diputuskannya hasil pembatalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (5), Direktorat Jenderal mengumumkan keputusan tersebut

dalam Berita Resmi Indikasi Geografis.

7) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus

menyatakan pembatalan Indikasi Geografis dan berakhirnya

pemakaian Indikasi Geografis oleh para Pemakai Indikasi

Geografis.

8) Keberatan terhadap pembatalan Indikasi Geografis

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat diajukan kepada

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

37

Pengadilan Niaga paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak

diterimanya keputusan pembatalan tersebut.43

f. Manfaat Pendaftaran Indikasi Geografis

1) Manfaat bagi Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis (MPIG)

Pendaftaran Indikasi Geografis memberikan

kesempatan kepada Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis

(MPIG) untuk membuktikan bahwa barang dan/atau produk

yang berasal dari wilayah geografis tertentu, memenuhi

kualitas dan karakteristik khusus. Masyarakat Pemilik Indikasi

Geografis (MPIG) akan memiliki hak ekslusif untuk

menggunakan nama Indikasi Geografis yang dilindungi hukum

Perlindungan hukum tersebut akan melindungi barang

dan/atau produk Indikasi Geografis dari barang palsu, yaitu

produk serupa yang diproduksi di luar kawasan Indikasi

Geografis tetapi dengan kualitas lebih rendah dan dipasarkan

dengan menggunakan nama sama.

2) Manfaat bagi konsumen

Jaminan dari Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis

(MPIG) dan organisasi Indikasi Geografis kepada konsumen

bahwa barang dan/atau produk yang diberi nama dan logo

Indikasi Geografis memang asli diproduksi di daerah tersebut

serta memiliki kualitas dan karakteristik khusus yang terkenal.

43 DJKI Kemenkumham RI, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: p, 2003),

hlm. 30.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

38

Hal ini memungkinkan konsumen untuk tidak membeli barang

dan/atau produk berkualitas lebih rendah atau palsu.

g. Indikasi Geografis Menurut Islam

Jumhur ulama‟ berpendapat bahwa Indikasi Geografis

merupakan hak kepemilikan yang dilindungi oleh syariat, baik

secara hak moral maupun secara hak ekonomi. Perlindungan

Indikasi Geografis ditinjau dengan pendekatan maqashid syariah

dari sisi hak moral merupakan bentuk manifestasi dari

perlindungan akal (hifdz al-„aql) hak Indikasi Geografis kepada

pemiliknya, dan dari sisi hak ekonomi merupakan manifestasi dari

perlindungan harta (hifdz al-mal) yang berupa kebolehan

mengambil manfaat ekonomi bagi pemiliknya.44

Selain itu, Indikasi Geografis jika dilihat dari sisi Fiqh al-

Bi‟ah (fikih lingkungan) yaitu fikih yang menjelaskan tentang

aturan perilaku ekologis manusia dengan mengacu pada teks syar‟i

yang mempunyai tujuan dalam mencapai melestarikan lingkungan

dan kemaslahatan. Menjadikan Indikasi Geografis sebagai hal yang

harus juga diupayakan perlindungannya oleh umat Islam. Menurut

Yusuf Qardhawi di dalam Ri‟ayah al-Bi‟ah fiy Syari‟ah al-Islam,

menyatakan bahwa memelihara lingkungan dan mengelola sumber

daya alam adalah sama nilainya dengan menjaga maqashid

44 Pandi Yusron, Indikasi…, hlm. 110.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

39

syariah.45 Di dalam kaidah Ushul Fiqh disebutkan bahwa ma la

yatimmu alwajib illa bihi fawuha wajibun (Sesuatu yang membawa

kepada kewajiban, maka sesuatu itu hukumnya wajib).

Hal tersebut sejalan dengan kedudukan manusia sebagai

khalifah di muka bumi ini. Manusia memiliki kewajiban untuk

mengurus, memanfaatkan, dan memelihara, baik langsung maupun

tidak langsung amanah tersebut meliputi bumi dan segala isinya.

Seperti, gunung-gunung, laut, air, awan dan angin, tumbuh-

tumbuhan, sungai hingga binatang.46

Kepemilikan Indikasi Geografis hanya akan dilindungi

apabila diperoleh dengan memperhatikan beberapa prinsip;

Pertama, tidak merugikan pihak lain. Kedua, tidak memperoleh,

menggunakan, dan mengembangkan indikasi geografis dengan

cara yang tidak diizinkan syariat. Ketiga, tidak berdampak pada

kerusakan alam dan lingkungan. Keempat, tidak mengeksploitasi

dan menggunakan hak Indikasi Geografis secara berlebih-lebihan.

Kelima, tidak memproduksi barang dan/atau produk yang secara

zatnya dihukumi haram.

Jika dianalisa dengan perspektif hukum Islam, kepemilikan

Indikasi Geografis bagi pemegangnya termasuk dalam kepemilikan

sempurna (al-milk al-tam), yakni kepemilikan terhadap sesuatu

beserta kemanfaatannya, sehingga menjadi legal bagi pemilik 45 Yusuf Al-Qardhawi, Ri‟ayah…, hlm. 39. 46 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pelestarian Lingkungan Hidup, (Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, t.tt, 2009), hlm. 27.

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

40

untuk melakukan perbuatan hukum terhadap sesuatu tersebut

selama tidak ada penghalang syar‟i. Akan tetapi, perlindungannya

secara hukum normatif yang berlaku di Indonesia bergantung pada

kualitas, san karakteristik yang melekat padanya.47

Di antara karakteristik al-milk al-tam adalah:

a) kepemilikannya tidak dibatasi waktu;

b) kepemilikannya tidak dapat digugurkan, tapi dialihkan; dan

c) kepemilikan bersama dua orang atau lebih yang sifatnya

komunal ( ش ) terhadap suatu materi, setiap anggotanya

berwenang terhadap porsi masing-masing selagi tidak ada

penghalang syarʻi.48

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan metode

kualitatif, mengingat data-data yang didapat berupa kata bukan angka

seperti dalam penelitian kuantitatif. Sedangkan pendekatan yang

peneliti gunakan adalah yuridis empiris, yaitu pendekatan yang

berupaya untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti

bagaimana perilaku hukum masyarakat dan bagaimana bekerjanya

hukum di dalam lingkungan masyarakat.49

47 Pandi Yusron, Indikasi…, hlm. 7. 48 Mustafa Ahmad al-Zarqa‟, al-Madkhal al-Fiqhī al-Āmm, (Damaskus: Dār al-Qalam,

2004), hlm. 359 - 366. 49 Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Banten: Unpam Press, 2019), hlm. 85.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

41

Penelitian ini termasuk ke dalam yuridis empiris, karena

hendak mengetahui perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara perspektif mashlahah.

2. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengumpul data

yang berinteraksi langsung dengan informan. Untuk mendapatkan data

yang valid dan akurat, maka yang peneliti lakukan adalah:

a. Melakukan observasi yang mendalam terhadap objek penelitian,

yaitu Kopi Robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.

b. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan

penelitian ini, antara lain: masyarakat di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara dan Dinas Ketahanan Pangan dan

Pertanian Kabupaten Lombok Utara serta Kemenkumham NTB.

c. Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga

melakukan pencatatan data-data terutama data-data yang berkaitan

dengan Kopi Robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara.

3. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat.

Data ini didapat dari sumber pertama dari individu atau

perseorangan misalnya dengan wawancara. Data yang peneliti

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

42

peroleh adalah hasil wawancara dan observasi langsung dari

masyarakat di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara juga

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara

serta Kemenkumham NTB.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Al-Qur‟an, Hadis,

buku-buku Fikih, Jurnal, Peraturan Perundang-Undangan, surat

kabar dan lain-lain sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

4. Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala

atau gejala-gejala dalam objek penelitian.50 Metode ini dipilih oleh

peneliti untuk mengumpulkan data dan mengecek data yang telah

peneliti peroleh.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur

observasi nonpartisipan, kehadiran peneliti hanya mengamati yang

terjadi pada objek penelitian tanpa harus berpartisipasi langsung

atas apa yang terjadi terhadap objek penelitian.

b. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan mengajukan pertanyaan pada informa, metode ini

50 Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2012), hlm.134.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

43

bertujuan untuk memperoleh informasi dan data-data mengani

objek penelitian.51

Pihak-pihak yang peneliti wawancara antara lain:

masyarakat di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara dan

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara

serta Kemenkumham NTB.

c. Metode Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk

menelusuri data historis.52

Dengan metode dokumentasi ini, peneliti dapat

memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi

peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber

tertulis atau dari dokumen yang ada terkait objek penelitian.

5. Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian penting unntuk dianalisis.

Karena tanpa adanya analisis, data yang telah diperoleh sebelumnya

tidak akan berguna apa-apa. Metode analisis data yang peneliti

gunakan adalah metode analisis kualitatif, yaitu melakukan penafsiran

terhadap data primer maupun sekunder kemudian akan ditafsirkan dan

dirumuskan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis

dan akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan. 51 Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik, (Bandung: PT Tarsito, 2003), hlm. 69. 52 Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2015), hlm. 175.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

44

6. Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang

sesungguhnya terjadi pada objek peneliti dengan data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti.53 Upaya yang peneliti lakukan diantaranya

adalah:

a. Ketekunan

Ketekunan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk ciri dan

unsur yang relevan selama peneliian ini berlangsung. Terhadap

persoalan terkait bagaimana urgensi keberadaan potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara bagi masyarakatnya dan bagaimana perlindungan hukum

terhadap potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta Di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara perspektif mashlahah. Validitas

data dilakukan dengan amat tekun sehingga dapat menghasilkan

suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara

dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi sumber,

tringulasi tekhnik pengumpulan data dan waktu.54

53 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&d),

(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 455. 54 Ibid., hlm. 273

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

45

Tringulasi yang penelti gunakan adalah tringulasi sumber,

yaitu peneliti membandingkan derajat kepercayaan informasi yang

diperolah dari berbagai sumber.

c. Kecukupan Referensi

Referensi yang cukup berguna sebagai bahan acuan bagi

peneliti terhadap penelitian yang dilakukan. Dengan referensi yang

mumpuni, peneliti dapat mempertanggungjawabkan kevalidan

hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti memperkaya penelitian

ini dengan referensi yang mumpuni.

d. Pemeriksaan Sejawat dengan Diskusi

Diskusi dengan teman sejawat mengenai hasil sementara

maupun hasil akhir dari penelitian ini dimaksudkan untuk

memperkaya sudut pandang peneliti terhadap persoalan yang

peneliti hadapi.

H. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini dapat mudah dipahami, peneliti memaparkan

sistematika penulisan yang peneliti gunakan. Sistematika ini merujuk pada

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

(UIN) Mataram berikut.

a. Bagian Awal

Pada bagian awal terdiri dari; halaman sampul depan, judul,

persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian, halam pengesahan,

motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi dan terakhir abstrak.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

46

b. Bagian Isi

Pada bagian isi terdiri dari; bab I pendahuluan, bab II paparan

data dan temuan, bab III pembahasan, dan bab IV penutup. Berikut

rincian terkait bagian isi.

1) Bab I Pendahuluan

Di dalam bab I terdapat uraian mengenai latar belakang penelitian

yang peneliti lakukan dan sebagai acuan dalam menjawab

persoalan pada penelitian ini pada bab selanjutnya. Bagian ini

terdiri dari rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang

lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2) Bab II Paparan dan Temuan

Di dalam bab II terdapat uraian mengenai data dan temuan peneliti

selama proses penelitian ini berlangsung, yaitu berupa gambaran

umum lokasi penelitian, Kopi Robusta yang terdapat di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara dan perspektif mashlahah

mursalah terhadapnya. Paparan pada bagian ini juga digunakan

sebagai landasan untuk menjawab persoalan dari penelitian ini.

3) Bab III Pembahasan

Di dalam bab III terdapat uraian mengenai hasil analisis penelitian.

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan jawaban yang

sebelumnya menjadi persoalan dari penelitian ini.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

47

4) Bab IV Penutup

Di dalam bab IV berisi uraian kesimpulan dan saran peneliti terkait

penelitian ini.

c. Bagian Akhir

Pada bagian akhir ini berisi daftar pustaka yang peneliti

gunakan selama proses penelitian dan juga daftar riwayat hidup serta

lampiran-lampiran berupa izin penelitian dan lain-lain.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

48

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

1. Letak dan Kondisi Geografis Kecamatan Gangga

Kecamatan Gangga merupakan wilayah dengan luas sebesar

157,35 km². Terdiri dari 5 Desa, Desa Bentek (37,27 Km2), Desa

Gondang (29,20 Km2), Desa Genggelang (29,21 Km2), Desa Rempek

(30,89 Km2), Desa Sambik Bangkol (30,78 Km2). Kecamatan Gangga

berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utaranya,

Kecamatan Kayangan di sebelah timurnya, Kabupaten Lombok Utara

di sebelah selatannya dan Kecamatan Tanjung di sebelah utaranya.

Kondisi alam di Kecamatan ini masih didominasi oleh tanah kering

dan hanya sebagian kecil saja yang menjadi areal persawahan.

Dari tahun ke tahun, kondisi cuaca di Kecamatan ini tidak

banyak berubah. Jumlah hari hujan maupun curah hujan yang terjadi

sepanjang tahun tidak mengalami banyak perubahan setiap tahunnya.

2. Pemerintahan

Pembagian wilayah administrasi di Kecamatan Gangga dirinci

menurut Desa, dimulai dengan Desa Bentek memiliki 18 Dusun

dengan 44 RT, Desa Gondang memiliki 11 Dusun dengan 57 RT,

Dusun Genggelang memiliki 18 Dusun dengan 108 RT, Desa Rempek

memiliki 17 Dusun dengan 72 RT, dan Desa Sambik Bangkol

memiliki 14 Dusun dengan 64 RT.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

49

Sarana perekonomian di Kecamatan Gangga dirinci menurut

Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang memiliki 115 toko/kios dan 4

warung. Desa Gondang yang memiliki 1 pasar umum, 96 toko/kios, 17

warung dan 1 KUD. Desa Genggelang yang memiliki 1 pasar umum, 5

hotel/akomodasi lainnya, 60 toko/kios dan 21 warung. Desa Rempek

yang memiliki 1 pasar umum, 54 toko/kios, dan 9 warung. Terakhir

Desa Sambik Bangkol yang memiliki 2 hotel/akomdasi lainnya, 74

toko/kios dan 8 warung.

Jumlah Anggota BPD, LPM, dan PKK di Kecamatan Gangga

dirinci menurut Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang memiliki 13

BPD, 10 LPM, dan 30 PKK. Desa Gondang yang memiliki 13 BPD,

13 LPM, dan 22 PKK. Desa Genggelang yang memiliki 13 BPD, 17

LPM, 32 PKK. Desa Rempek yang memiliki 13 BPD, 13 LPM, dan 48

PKK. Terakhir Desa Sambik Bangkol yang memiliki 9 BPD, 15 LPM,

dan 12 PKK.

3. Kependudukan

Jumlah penduuduk Kecamatan Gangga dirinci menurut Desa,

dimulai dengan Desa Benntek yang memiliki 4.158 penduduk laki-laki

dan 4.412 penduduk perempuan. Desa Gondang yang memiliki 4.333

penduduk laki-laki dan 4.599 penduduk perempuan. Desa Genggelang

yang memiliki 5.700 penduduk laki-laki dan 5.830 penduduk

perempuan. Desa Rempek yang memiliki 4.002 penduduk laki-laki dan

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

50

4.122 penduduk perempuan. Terakhir Desa Sambik Bangkol yang

memiliki 2.818 penduduk laki-laki dan 3.027 penduduk perempuan.

Laju pertunbuhan penduduk di Kecamatan Gangga dirinci

menurut Desa, dimulai dari Desa Bentek yang memiliki laju

pertumbuhan penduduk 0,57. Desa Gondang yang memiliki laju

pertumbuhan penduduk 0,25. Desa Genggelang yang memiliki laju

pertumbuhan penduduk 0,96. Desa Rempek yang memiliki laju

pertumbuhan penduduk 0,37. Terakhir Desa Sambik Bangkol yang

memiliki laju pertumbuhan penduduk 0,12.

4. Sosial

Jumlah sekolah di Kecamatan Gangga dirinci menurut tingkat

pendidikan dan Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang memiliki 8

SD, dan 2 SLTP. Desa Gondang yang memiliki 5 SD, 1 SLTP, dan 1

SMU. Desa Genggelang yang memiliki 7 SD, 1 SLTP, 1 SMU dan 1

Perguruan TInggi. Desa Rempek yang memiliki 3 SD dan 1 SLTP.

Terakhir Desa Sambik Bangkol yang memiliki 7 SD dan 1 SLTP.

Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Gangga dirinci menurut

Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang memiliki 3 Mantri

Kesehatan/Perawat, 1 Bidan, dan 2 Dukun Bayi. Desa Gondang yang

memiliki 3 Dokter, 6 Mantri Kesehatan/Perawat, dan 2 Dukun Bayi.

Desa Genggelang yang memiliki 1 Dokter, 1 Manteri

Kesehatan/Perawat, 1 Bidan dan 2 Dukun Bayi. Desa Rempek yang

memiliki 1 Manteri Kesehatan/Perawat, 1 Bidan dan 2 Dukun Bayi.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

51

Terakhir Desa Sambik Bangkol yang memiliki 1 Manteri

Kesehatan/Perawat, 1 Bidan dan 2 Dukun Bayi.

Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Gangga dirinci menurut

Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang memiliki 10 masjid, 13

musholla, 6 pura dan 9 wihara. Desa Gondang yang memiliki 5 masjid

dan 32 musholla. Desa Genggelang yang memiliki 20 masjid, 25

musholla dan 1 pura. Desa Rempek yang memiliki 17 masjid, 17

musholla dan 1 wihara. Terakhir Desa Sambik Bangkol yang memiliki

12 masjid dan 17 musholla.

Jumlah lembaga-lembaga sosial masyarakat di Kecamatan

Gangga dirinci menurut Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang

memiliki 1 yayasan dan 1 karang taruna. Desa Gondang yang memiliki

2 yayasan dan 1 karang taruna. Desa Genggelang yang memiliki 2

yayasan dan 1 karang taruna. Desa Rempek yang memiliki 1 yayasan

dan 1 karang taruna. Terakhir Desa Sambik Bangkol yang memilki 1

yayasna dan 1 karang taruna.

5. Pertanian

Jumlah luas tanah sawah di Kecamatan Gangga dirinci menurut

Desa, dimulai dengan Desa Bentek yang memiliki luas 89,87 Ha Desa

Gondang yang memiliki luas 290,15 Ha, Desa Genggelang yang

memiliki luas 262, 78 Ha, Desa Rempek yang memiliki luas 373,33

Ha, dan Desa Sambik Bangkol yang memiliki luas 297, 96 Ha.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

52

B. Potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara

Kopi Robusta Kecamatan Gangga, agar dapat dikategorikan

sebagai barang potensi Indikasi Geografis, terlebih dahulu haruslah

memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku.. Syarat-syarat

tersebut diatur oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual yang

tertuang dalam buku persyaratan.

1. Karakteristik

Karakteristik dan kualitas Kopi Robusta Gangga dihasilkan

dari tanaman kopi yang ada di wilayah Kecamatan Gangga. Petani

menanam tanaman kopi dengan cara organik, tanpa menggunakan

pupuk kimia.

Biji Kopi Robusta Gangga dipanen menurut Bapak Wiriahadi

hanya untuk yang sudah berwarna merah/ceri. Kopi selanjutnya diolah

dengan cara natural maupun dikupas basah (honey process). Kemudian

pengupasan kulit cangkang kopi (hooler). Sebelum disangrai/roasting,

biji kopi terlebih dahulu di sortir berdasarkan ukuran maupun

kecaatan. Setelah disangrai/roasting harus diistirahatkan 1-5 hari.

Barulah setelah itu masuk proses penggilangan dan seterusnya

pengemasan.55

55 Wiriahadi (Petani Kopi sekaligus Ketua kelompok tani kopi Temu Taruna),

Wawancara, Genggelang, 18 September 2020.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

53

Gambar 2.1

Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

2. Sejarah

Hadirnya tanaman kopi di tengah-tengah masyarakat

Kecamatan Gangga telah ada sejak dulu sekali. Konon, tanaman

tersebut dibawa oleh para pedagang Cina. Hal ini peneliti ketahui

berdasarkan hasil wawancara bersama dengan Kepala Desa

Genggelang, salah satu Desa di Kecamatan Gangga, yaitu Bapak

Almaudodi, beliau mengungkapkan bahwa:

“Kopi Kecamatan Gangga dahulu konon dibawa oleh orang Cina saat zaman Belanda. Ada tiga warisan orang Cina yang masuk Ke Lombok Utara, Pertama; Leci, Kedua; Kopi dan Ketiga; Kelapa. Dikembangkan oleh orang Cina di saat diberlakukannya sistem Hak Guna Usaha (HGU). Setelah ditanam oleh para pengusaha Cina tanaman-tanaman tersebut, para masyarakat pribumipun ikut ingin untuk bisa mengembangkan tanaman-tanaman tersebut. Maka dimintalah Buah Kopi para pengusaha Cina untuk dijadikan bibit dan untuk kemudian mereka kembangbiakkan di kebun mereka sendiri. Buah Kopi yang diminta adalah biji kopi sisa makanan Luwak. Tanaman Kopi yang coba dikembangkan secara perlahan-lahan oleh masyarakat pribumi, tidak seperti yang terjadi kepada para pengusaha Cina yang maju. Kemudian, setelah para pengusaha Cina ini pergi meninggalkan tanah Gangga, masyarakat pribumi tetap melanjutkan pengembangan

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

54

tanaman Kopi. Setelah tahun 2000 saat terjadi reformasi, tanah-tanah Hak Milik yang ada berubah menjadi Hutan Negara. Kemudian dikelola oleh masyarakat.“56

Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Almaudodi juga

peneliti dapat ketahui bahwa, luas hutan yang dikelola oleh masyarakat

mencapai +4000 Ha. Sebelumnya saat tanah letak perkebunan Kopi ini

masih bersifat HGU, yang dikelola hanya seluas -1000 Ha.

Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat mengembangkan

tanaman Kopi dengan berbagai varietas, yaitu varietas Lokal dan

varietas Unggulan. Varietas-varietas ini diperoleh dari usaha

masyarakat pribumi menyambung. Dipendekkan tanaman Kopi yang

ada kemudian di ambil tanaman yang dari luar daerah. Untuk jenis

Kopi yang berkembang di Kecamatan Gangga adalah Kopi jenis

Robusta.

Sejak saat itu, produksi Kopi masyarakat pribumi menjadi

meningkat. Selain itu, masyarakat juga mulai mengembangkan

tanaman Kopi menjadi produk-produk olahan. Masyarakatnyapun

telah mengubah kebiasaan yang dulunya petik hijau, kini telah berubah

menjadi hanya petik merah atau petik ceri.

Hal ini dilakukan guna meningkatkan kualitas produk Kopi

yang dimiliki. Diantara produk-produk tersebut yaitu; Kopi Gangga,

Kopi 77, Kopi Pak Yon dan masih banyak lagi. Hari ini Kopi menjadi

salah satu tanaman komoditi oleh masyarakat di Kecamatan Gangga.

56 Almaudodi (Kepala Desa Genggelang), Wawancara, Desa Genggelang, 07 September

2020.

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

55

Gambar 2.2

Kopi Gangga 77

3. Lingkungan

Dari tahun ke tahun, kondisi cuaca di Kecamatan Gangga tidak

banyak berubah. Jumlah hari hujan maupun curah hujan yang terjadi

sepanjang tahun tidak mengalami banyak perubahan setiap tahunnya.

Berikut sekilas gambaran mengenai keadaan geografis Kecamatan

Gangga.

Kopi Robusta Kecamatan Gangga yang tumbuh di Kecamatan

Gangga hidup di tengah-tengah tanaman perkebunan lain. Yaitu

tanaman Kelapa (Luas tanam; 1.711,15 Ha dan Produksi; 1.116,54

ton), Kapuk (Luas tanam; 10,01 Ha), Cengkeh (Luas tanam; 479,5 Ha

dan Produksi; 44.295,59 ton), Kakao (Luas tanam; 1.485,55 Ha dan

Produksi; 358.596,00 ton), Jambu Mete (Luas Tanam; 1.337, 65 Ha

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

56

dan Produksi; 168.316,5 ton), Asam (Luas Tanam; 1,75 Ha), dan

Pinang (Luas tanam; 6,25 ha dan Produksi; 2.347,4 ton). Sedangkan

untuk rincian tanaman Kopi secara umum di Kecamatan Gangga

memiliki Luas tanam; 657,0 ha dan produksi 294.024,65 ton.57

Khusus untuk Kopi Jenis Robusta, berdasarkan data yang peneliti

dapatkan dari pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten

Lombok Utara, sejumlah 672,12 kg/Ha dengan jumlah 1.392

petani/Kepala Keluarga.

Namun, untuk jenis tanaman yang dominan mempengaruhi rasa

Kopi di Kecamatan Gangga dominan terpengaruhi oleh keberadaan

tanaman Kakao. Wawancara bersama dengan pebisnis sekaligus pegiat

kopi Gangga, yaitu Bapak Dodi Adi Wibowo mengungkapkan bahwa:

“rasa dari kopi di Kecamatan Gangga terkenal karena memiliki

rasa yang lembut (soft) dan juga memiliki varian cita rasa khas,

yakni gula merah (Brown Sugar), cokelat, apel dan karamel.”58

Jenis tanah yang ada di Kecamatan Gangga adalah tanah jenis

Litosol/ Ustorthents. Jenis tanah ini menyebar di bagian pinggir Utara

wilayah Kabupaten Lombok Utara (Pemenang, Tanjung, Gangga,

Kayangan, Bayan), 0,5 – 1 km dari pantai ke bagian Selatan (lereng

atas). Tanah ini terbentuk dari bahan induk batu apung pada regim

kelembaban ustic (panas dan kering, bulan hujan <3 bulan). Solum

57 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara, Kecamatan Gangga Dalam Angka,

(Lombok Utara: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019), hlm. 80. 58 Dodi Adi Wibowo (Pebisnis dan Pegiat Kopi Gangga), Wawancara, Perumahan Kodya

Asri, 23 September 2020.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

57

tanah relatif dangkal, horizon A <20 cm di atas 2–3 horizon C

bertekstur kasar dengan batu apung berukuran kecil-kasar. Tanah

berada pada bentang lahan (land form) tua yang dicirikan dengan

topografi datar- bergelombang (kemiringan 2–6 %), bukit kecil-kecil

landai, perubahan kedalaman solum tanah maupun jenis tanah

(kompleks Ustorthets, Dystustepts, dan Ustifluvents) tidak mengikuti

perubahan kontur (kemiringan dan posisi lereng), sehingga batas unit

jenis tanah tersebut sulit di identifikasi berdasarkan perubahan

kemiringan lereng. Berdasarkan kenampakan hamparan lahan

(landform) dan vegetasi alami yang tumbuh pada tanah tersebut, tanah

itu sangat miskin hara dan merupakan residu tanah yang telah

tererosi/terdegradasi selama ratusan-ribuan tahun. Tekstur pasiran,

partikel primer didominasi oleh mineral resisten (silicious, kaya

silikat/kwarsa), miskin unsur makro dan mikro.59

Konon, kondisi tanah di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara menurut keterangan dari Bapak Almaudodi memiliki

kisah sejarah, sebagai berikut:

“kondisi tanah yang ada di sini didapat dari sisa letusan Gunung Rinjani tahun 1846. Pada saat Gunung Rinjani meletus, karena lokasi Kecamatan Gangga yang cukup jauh dari lokasi Gunung Rinjani, jadi pada saat meletus kawasan Kecamatan Gangga kebagian hanya abu-abu sisa letusan. Karena itu tanah di Kecamatan Gangga jadi subur. Bahkan sudah ada salah satu dari kelompok tani kami yang sudah punya sertifikat tanah organik.” 60

59 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara, Kecamatan…, hlm. 110. 60 Almaudodi (Kepala Desa Genggelang), Wawancara, Desa Genggelang, 07 September

2020.

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

58

Kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Temu Taruna

yang terletak di Desa Genggelang Kecamatan Gangga. Nomor

sertifikat: ICERT-5034/E.1/LSO-009-IDN/VII/19 Tanggal terbit: 1

Agustus 2019 dan mulai berlakunya 31 Juli 2020. Luas tanah yang

telah mendapatkan sertifikat organik seluas; 13,98 Ha. Produk yang

disertifikasi adalah biji kopi HS robusta (parchment) dan untuk

produksi yang disertifikasi adalah produksi kopi robusta dan

pengemasan biji kopi HS robusta.

4. Batas Wilayah

Kecamatan Gangga merupakan wilayah dengan luas 157,35

km². Terdiri dari 5 Desa, Desa Bentek, Desa Gondang, Desa

Genggelang, Desa Rempek, Desa Sambik Bangkol, Gangga

Berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utaranya. Kondisi

alam di Kecamatan ini masih didominasi oleh tanah kering dan hanya

sebagian kecil saja yang menjadi areal persawahan.

Batas wilayah sebelah utara adalah laut Jawa, Sebelah timur

adalah Kecamatan Kayangan, Sebelah selatan adalah Kabupaten

Lombok Utara, dan untuk sebelah utara adalah Kecamatan Tanjung.

Sedangkan untuk luas wilayah Kecamatan Gangga adalah seluas 157

km². Dengan rincian untuk Desa Bentek seluas 32.27 km², untuk Desa

Gondang seluas 29.20 km², untuk Desa Sambik Bangkol seluas 30.78

km² dan terakhir untuk Desa Rempek seluas 30.89 km².

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

59

Kecamatan Gangga memiliki 5 (lima) desa. Desa Gondang,

Desa Genggelang, Desa Rempek, Desa Sambik Bangkol dan Desa

Bentek. Ibu Kota Kecamatan Gangga adalah Gondang.

5. Proses Produksi

Biji kopi yang telah siap untuk diproduksi adalah biji kopi yang

dipanen pada waktu biji kopi telah berwarna merah ceri.

Gambar 2.3

Biji Kopi Robusta Di Kecamatan Gangga KLU Yang Telah Berwarna Merah Ceri

Proses panen sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak

Wiriahadi, bahwa:

“panen biasanya kita pada bulan Juli. Setelah biji kopi dipanen, kemudian biji kopi kita rendam dengan air biasa. Kemudian kita pilih antara mana biji kopi yang mengapung dengan yang tenggelam. Yang kami ambil adalah biji kopi yang tenggelam. Proses perendaman dilakukan selama satu hari satu malam. Setelah direndam dan dipilah, biji kopi kemudian masuk ke proses pengupasan basah (pulper). Setelah itu, biji kopi kami proses dengan honey process. Biji kopi yang diproses secara honey process terlebih dahulu dikupas dan dikeringkan dengan lapisan mucilage yang masih menyelimuti biji kopi. Setelah itu, saat proses pengeringan, lapisan ini masih menyerap kelembapan dari udara yang menjadikan kopi semakin lengket yang mirip seperti tekstur madu. Itulah kenapa proses tadi dikasih nama honey process. Sedangkan untuk proses pengeringan kami menggunkan nare. Untuk proses

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

60

penjemurannya kami lakukan selama 4 (empat) hari. Setelah itu, biji kopi kami kupas untuk kemudian disangrai/roasting, setelah itu harus diistirahatkan 1-5 hari sebelum pengemasan. Setelah didiamkan selama 1-5 hari barulah biji kopi siap untuk dibungkus.”61

Gambar 2.4

Biji Kopi Robusta Kecamatan Gangga KLU yang Telah Dijemur

6. Respon masyarakat terkait urgensi potensi Indikasi Geografis Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa

tanaman Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara adalah salah satu tanaman komoditi. Meskipun masyarakatnya

belum memahami terkait keberadaan Indikasi Geografis, dan

manfaatnya bagi mereka, namun ketika peneliti menanyakan terkait

“Bagaimana jika Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara didaftarkan sebagai Indikasi Geografis?” Masyarakat

secara umum dan petani secara khususnya di Kecamatan Gangga

memiliki respon sebagai berikut:

61 Terjemahan: Nyiru (sejenis nampan atau wadah yang dibuat dari anyaman bambu)

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

61

Pertama, hasil wawancara yang peneliti peroleh dari

masyarakat di Kecamatan Gangga, oleh Inaq Muli‟ memberikan

pernyataan berikut.

“Demen te doang misal kupin ta nene tedaftarang. Apalagi

maraq ling epe bau datangang manfaat bak wilayah ita.”62

Kedua, hasil wawancara yang peneliti peroleh dari petani Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga, oleh Inaq Suri memberikan pernyataan

berikut.

“Misal kupin kami tedaftarang bau taek ajin isiq kami jualnya

marak ling epe, kami eleq petani sangat senang. Akah jelapan

poh daftarang ita”.63

Selanjutnya, setelah peneliti sebelumnya memaparkan beberapa

kasus kopi yang ada di Indonesia yang disalahgunakan serta

dimanfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi oleh pihak-pihak tidak

bertanggungjawab kepada masyarakat terkhusus petani Kopi Robusta

di Kecamatan Gangga, berikut respon yang peneliti dapatkan.

Pertama, hasil wawancara yang peneliti peroleh dari

masyarakat di Kecamatan Gangga, oleh Amaq Hamzan memberikan

pernyataan berikut.

62 Inaq Muli‟ (Masyarakat di Kecamatan Gangga), Wawancara, Desa Rempek, 22

Desember 2020. Artinya: “kami senang-senang saja jika kopi kami didaftarkan. Apalagi seperti kata Anda

tadi, bisa mendatangkan manfaat untuk wilayah kami” (terjemah oleh peneliti). 63 Inaq Suri (Masyarakat di Kecamatan Gangga), Wawancara, Desa Rempek, 22

Desember 2020. Artinya: “seandainya kopi kami didaftarkan bisa menaikkan harga jualnya seperti yang

Anda katakana, kami dari petani sangat senang. Ayok segerakan daftarkan kami” (terjemah oleh peneliti).

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

62

“nyempata kami redha misal kupin lk tanaq kami bau sampai

kasus-kasus kupin-kupin saq epe ceritain kami. Nene

masyarakat lek Gangga jari epek”64

Kedua, hasil wawancara yang peneliti peroleh dari petani Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga, oleh Ibu Desi memberikan pernyataan

berikut.

“kami petani mana paham hal-hal seperti Indikasi Geografis seperti yang adek ceritakan. Tapi seandai dengan didaftarkannya Kopi Robusta kami dapat mendatangkan manfaat buat kami. Dan terlebih lagi bisa terhindar senasib dengan kopi-kopi yang ada di luar sana yang dapat merugikan kami sebagai petani. Kami sangat mendukung untuk kopi kami didaftarkan.”65

Ketiga, hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Kepala

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara

yaitu Bapak Nang Matalala, berikut pernyataannya.

“tentu kami dari pihak Dinas tidak ingin hal tersebut terjadi kepada potensi Indikasi Geografis yang ada di sini, Kopi Gangga seperti yang adek jelaskan tadi. Karena hal itu tentu selain akan merugikan masyarakat kita, juga akan merugikan Pemerintah Daerah atau KLU keseluruhan”66

Berdasarkan hasil wawancara-wawancara yang telah peneliti

paparkan, dapat diketahui bahwa baik masyarakat secara umum

64 Amaq Hamzan (Masyarakat di Kecamatan Gangga), Wawancara, Desa Rempek, 22

Desember 2020. Artinya: “tidak mungkin kami ikhlas jika sampai kopi yang ada di tanah kami tertimpa

kejadian seperti kasus-kasus kopi yang Anda beritahukan kepada kami. Ini adalah kepunyaan daripada masyarakat yang ada di Gangga” (terjemah oleh peneliti).

65 Ibu Desi (Petani Kopi Robusta di Kecamatan Gangga), Wawancara, Desa Rempek, 22 Desember 2020.

66 Nanang Matalata (Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara), Wawancara, Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara Gangga, 23 September 2020.

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

63

maupun petani Kopi Robusta di Kecamatan Gangga tidak bisa terlepas

dari tanaman kopi serta mereka menyatakan Kopi Robusta yang ada di

wilayah mereka harus dilindungi.

7. Penghambat perlindungan hukum potensi Indikasi Geografis Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

a. Minimnya sikap yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Berdasarkan pernyataan dari Kepala Desa Genggelang

yaitu Bapak Almaudodi bahwasanya, dari pihak pemerintah daerah

sendiri selama ini tidak memberi perhatian kepada potensi kopi

robusta yang ada di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.

Berikut hasil wawancara peneliti bersama Bapak Almaudodi:

“kalau Pemda sendiri selama ini belum ada kontribusi apa-apa kalau untuk memajukan masyarakat kita melalui kopi robusta ini. Selama ini masyarakat kita ya jalan sendiri-sendiri.”67

Untuk mempertegas bahwa Pemerintah Daerah memiliki

peran penting dalam perlindungan hukum potensi-potensi Indikasi

Geografis yang ada di wilayahnya, peneliti juga melakukan

wawancara bersama Bapak I Made Sartana Dita, SH selaku Kepala

Sub Bidang Pelayanan Kekayaan Intelektual kemenkumham NTB.

Berikut peryataan beliau.

“kami dari Kemenkumham adalah sebagai pendorong dalam pendaftaran potensi-potensi Indikasi Geografis yang ada. Tentu, terdapat banyak sekali potensi Indikasi Geografis yang ada di sekitar kita. Salah satunya yang ada di KLU, sudah seharusnya pihak Pemda KLU untuk

67 Almaudodi (Kepala Desa Genggelang), Wawancara, Desa Genggelang, 07 September

2020.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

64

mendaftarkan potensi-potensi itu, karena Pemda di sini bisa kita katakan sebagai penting dalam merealisasikan perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis”68

b. Kurangnya pengetahun masyarakat terkait Indikasi Geografis

Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap masyarakat

pelaku Kopi Robusta di Kecamatan Gangga, dimulai dari petani,

pengepul maupun masyarakat secara umum, peneliti menemukan

bahwa banyak masyarakat disana yang tidak mengetahui mengenai

keberadaan perlindungan hukum oleh Indikasi Geografis yang bisa

mereka dapatkan atas Kopi Robusta di Kecamatan Gangga. Ibu

Seniatun selaku salah satu petani sekaligus pengepul kopi di

Kecamatan Gangga mengemukakan bahwa:

“kami di sini yang penting ada yang bisa dipakai makan sekarang. Kami senang-senang saja kalau memang kopi di wilayah kami ini banyak yang tau. Berarti akan banyak pembeli. Kita tidak tau kalau ada kayak yang adek bilang tadi, Indikasi Geografis.”69

Selain itu, Bapak Wiriahadi selaku Ketua kelompok tani

kopi Temu Taruna di Kecamatan Gangga mengemukakan bahwa:

“kami sebagai petani tidak tahu menahu terkait adanya

Indikasi Geografis, pemerintah daerah juga tidak pernah

ada konstribusi apa-apa ke kami selama ini.”70

68 I Made Sartana Dita (Kepala Sub Bidang KI Kemenkumham NTB), Wawancara,

Kanwil Kemenkumham NTB, 28 Desember 2020. 69 Seniatun (Petani dan Pengepul Kopi di Kecamatan Gangga), Wawancara, Desa

Selelos, 20 September 2020. 70 Wiriahadi (Petani Kopi sekaligus Ketua kelompok tani kopi Temu Taruna),

Wawancara, Genggelang, 18 September 2020.

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

65

BAB III

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI

GEOGRAFIS KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN GANGGA

KABUPATEN LOMBOK UTARA PERSPEKTIF MASHLAHAH

A. Urgensi Keberadaan Potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta Di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Bagi Masyarakat

1. Tanaman Kopi

Kopi atau di dalam bahasa Inggris disebut “coffee” adalah kata

yang berasal dari bahasa Arab yaitu “qahwah”, yang berarti kekuatan.

Kemudian kata kopi yang kita kenal saat ini berasal dari Turki yaitu

“kahvah” yang kemudian belakangan menjadi “koffie” dalam bahasa

Belanda dan “coffee” dalam bahasa Inggris. Kata Kopi kemudian

diserap menjadi “kopi”.

Kopi Robusta atau dengan nama ilmiahnya Coffea canephora

tergolong dalam suku Rubiaceae marga Coffea. Sebelumnya, Kopi

Liberika juga digolongkan ke dalam spesies Coffea canephora, namun

belakangan disebut sebagai spesies tersendiri, yakni Coffea liberica.71

Klasifikasi tanaman Kopi Robusta :72

Kerajaan :Plantae

Divisi :Tracheophyta

Kelas :Magnoliopsida

71 Cecep Risnandar, dalam https://jurnalbumi.com/tanaman-kopi/. Diakses pada tanggal

10 Mei 2020, 14.38. 72 Ibid.

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

66

Suku :Rubiaceae

Marga :Coffea

Spesies :Coffea canephora Pierre ex A. Froehner

Kopi dapat menghasilkan karakteristiik, rasa, dan aroma, yang

beragam. Tergantung proses yang digunakan. Secara umum, ada 4

(empat) faktor utama yang mempengaruhi cita rasa dan aroma dari

sebuah biji kopi.

Pertama, Spesies biji kopi. Kedua, Region berupa Daerah asal

tumbuhnya tanaman kopi dan iklim (curah hujan, kondisi udara dan

sinar matahari suatu daerah akan memberikan keunikan tersendiri dari

kopi yang dihasilkan, sehingga kopi tersebut bersifat unik dan tidak

ada daerah lain yang menyerupainya). Ketiga, Tanah dan air, bila

ditanam di atas tanah vulkanik, humus atau jenis tanah lainnya akan

menghasilkan karakteristik rasa dan aroma yang berbeda. Keempat,

cara pengolahan dan penanganan biji kopi. Dilanjutkan dengan cara

pengeringan. Dan Kelima, Penyimpanan dan penanganan yang

berbeda pun akan memberikan juga kontribusi rasa aroma pada hasil

akhir kopi.

2. Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

sebagai potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

sebagaimana pemaparan pada bab sebelumnya, bahwa untuk

mendapatkan perlindungan hukum salah satu rezim Hak Kekayaan

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

67

Intelektual Indikasi Geografis maka suatu barang dan/atau produk

tersebut harus mengajukan permohonan pendaftaran. Dengan

mengikuti syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Dirjen Hak

Kekayaan Intelektual.

Permohonan perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara sebagaimana ketentuan menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis Pasal 53 ayat 3

bahwa: pihak yang dapat mendaftarkan suatu barang dan/atau produk

potensi Indikasi Geografis terdiri dari, lembaga yang mewakili

masyarakat di kawasan geografis tertentu yang mengusahakan suatu

barang dan/atau produk berupa sumber daya alam, barang kerajinan

tangan, maupun hasil industri.73

Dalam hal ini, pendaftaran dapat dilakukan oleh masyarakat

Kecamatan Gangga sendiri melalui lembaga-lembaga masyarakat yang

bergerak di bidang sumber daya alam, barang kerajinan tangan

maupun hasil industri. Dan juga dapat didaftarkan oleh pemerintah

daerah suatu provinsi kabupaten/kota asal geografis barang dan/atau

produk potensi Indikasi Geografis. Kaitannya dengan pendaftaran

potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara, maka pendaftrannya bisa dilakukan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara sendiri ataupun juga

73 Pasal 53 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 252 Tahun 2016.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

68

dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sebagaimana Mutiara Lombok yang didaftarkan oleh Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Barat agar mendapatkan perlindungan hukum

Indikasi Geografis pada Desember tahun 2019 silam. Kemudian

diterima pendaftarannya pada Juni tahun 2020 dengan nomer IG

009/E-IG/VI/A/2020.74

Sementara itu, indikator peneliti menetapkan bahwa Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara adalah

produk yang berpotensi untuk mendapatkan perlindungan hukum Hak

Kekayaan Intelektual rezim Indikasi Geografis adalah merujuk pada

syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Dirjen Hak Kekayaan

Intelektual melalui Buku Indikasi Geografis. Dimana, suatu barang

dan/atau produk dapat dikategorikan berpotensi untuk mendapatkan

perlindungan hukum Indikasi Geografis, apabila:

Pertama, memiliki karakteristik yang membedakan barang

dan/atau produk lainnya yang serupa. Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara Gangga memiliki karakteristik khas

yang berbeda dengan kopi-kopi lainnya. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh pebisnis sekaligus pegiat kopi Gangga, yaitu Bapak

Dodi Adi Wibowo, bahwa:

74 Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM

Republik Indonesia. “Pengenalan Indikasi Geografis”, dalam http://www.dgip.go.id/pengenalan-indikasi-geografis, diakses tanggal 6 Juni 2020, pukul 22.51.

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

69

“rasa dari kopi di Kecamatan Gangga terkenal karena memiliki

rasa yang soft dan juga memiliki varian cita rasa khas, yakni

gula merah (Brown Sugar), cokelat, apel dan karamel”75

Sebagaimana diketahui, bahwa cita rasa kopi dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Untuk cita rasa dari Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara sendiri, cita rasanya dipengaruhi

oleh tumbuhan disekitarnya, berupa Kelapa, Kapuk, Cengkeh, Kakao,

Jambu Mete, Asam dan Pinang. Petani Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara menanam tanaman kopi dengan

cara organik, tanpa menggunakan pupuk kimia. Juga biji Kopi Robusta

Gangga yang dipanen hanya akan dipanen jika tingkat kematangannya

telah mencapai kemerah- merahan/ceri. Kopi selanjutnya diolah

dengan cara natural yaitu dengan dikupas basah (honey process).

Kemudian pengupasan kulit cangkang kopi (hooler). Sebelum

disangrai/roasting, biji kopi terlebih dahulu di sortir berdasarkan

ukuran maupun kecacatan. Setelah disangrai/roasting harus

diistirahatkan 1-5 hari. Barulah setelah itu masuk proses penggilangan

dan seterusnya pengemasan.

Kedua, Kopi Robusta di Kecamatan Gangga memiliki nilai

sejarah. Asal mula tanaman Kopi Robusta di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara dibawa oleh para pedagang asal Cina pada

masa kolonial Belanda. Berawal dari merekalah budidaya tanaman

75 Dodi Adi Wibowo (Pebisnis dan Pegiat Kopi Gangga), Wawancara, Perumahan Kodya

Asri, 23 September 2020.

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

70

kopi dimulai. Melihat hal tersebut, masyarakat Gangga kala itu juga

ingin untuk bisa membudidayakan tanaman kopi. Maka dimintalah biji

kopi hasil budidaya para pedagang Cina di tanah Gangga untuk

kemudian mereka budidayakan sendiri hingga saat ini. Pada

perkembangan selanjutnya, masyarakat mengembangkan tanaman kopi

dengan berbagai varietas, yaitu varietas lokal dan varietas unggulan.

varietas-varietas ini diperoleh dari usaha masyarakat menyambung.

Dipendekkan tanaman Kopi yang ada kemudian di ambil tanaman

yang dari luar daerah. Untuk jenis kopi yang dominan berkembang di

Kecamatan Gangga adalah kopi jenis Robusta.

Ketiga, lingkungan asal dari Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara. Rasa dan aroma dari kopi

tergantung kondisi lingkungan dimana tempat kopi itu hidup. Untuk

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara juga

hidup tanaman perkebunan lain. Seperti, tanaman kelapa, kapuk,

cengkeh, kakao, jambu mete, asam dan pinang. Namun, untuk jenis

tanaman yang dominan mempengaruhi rasa kopi di Kecamatan

Gangga dominan terpengaruhi oleh keberadaan tanaman kakao. Jenis

tanah yang ada di Kecamatan Gangga adalah tanah jenis Litosol/

Ustorthents. Jenis tanah ini menyebar di bagian pinggir Utara wilayah

Kabupaten Lombok Utara (Pemenang, Tanjung, Gangga, Kayangan,

Bayan), 0,5 – 1 km dari pantai ke bagian Selatan (lereng atas). Tanah

ini terbentuk dari bahan induk batu apung pada regim kelembaban

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

71

ustic (panas dan kering, bulan hujan <3 bulan). Solum tanah relatif

dangkal, horizon A <20 cm di atas 2–3 horizon C bertekstur kasar

dengan batu apung berukuran kecil-kasar. Tanah berada pada bentang

lahan (landform) tua yang dicirikan dengan topografi datar-

bergelombang (kemiringan 2–6 %), bukit kecil-kecil landai, perubahan

kedalaman solum tanah maupun jenis tanah (kompleks Ustorthets,

Dystustepts, dan Ustifluvents) tidak mengikuti perubahan kontur

(kemiringan dan posisi lereng), sehingga batas unit jenis tanah tersebut

sulit di identifikasi berdasarkan perubahan kemiringan lereng.

Berdasarkan kenampakan hamparan lahan (landform) dan vegetasi

alami yang tumbuh pada tanah tersebut, tanah itu sangat miskin hara

dan merupakan residu tanah yang telah tererosi/terdegradasi selama

ratusan-ribuan tahun. Tekstur pasiran, partikel primer didominasi oleh

mineral resisten (silicious, kaya silikat/kwarsa), miskin unsur makro

dan mikro.76 Konon, kondisi tanah yang ada di Kecamatan Gangga ini

berasal dari sisa letusan Gunung Rinjani yang terjadi pada tahun 1846.

Pada saat Gunung Rinjani meletus, karena lokasi Kecamatan Gangga

yang cukup jauh dari lokasi Gunung Rinjani, sehingga pada saat

meletus kawasan Kecamatan Gangga mendapat hanya abu-abu sisa

letusan. Hal inilah yang membuat tanah di Kecamatan Gangga menjadi

subur.

76 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara, Kecamatan…, hlm. 80.

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

72

Keempat, Batas Wilayah asal Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara. Kecamatan Gangga memiliki luas

wilayah 157,35 km². Terdiri dari 5 Desa, Desa Bentek, Desa Gondang,

Desa Genggelang, Desa Rempek, Desa Sambik Bangkol, Gangga

Berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utaranya. Batas

wilayah sebelah utara adalah laut Jawa, Sebelah timur adalah

Kecamatan Kayangan, Sebelah selatan adalah Kabupaten Lombok

Utara, dan untuk sebelah utara adalah Kecamatan Tanjung.

Kelima, Proses Produksi Kopi Robusta di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara. Biji kopi yang telah berwarna kemerah-

merahan/ceri tandanya sudah siap untuk dipanen dan diproduksi. Biji

kopi yang telah dipanen kemudian direndam di dalam air biasa. Dipilih

anatara mana biji kopi yang mengapung dengan yang tenggelam. Yang

akan diambil adalah biji kopi yang tenggelam. Proses perendaman

dilakukan selama satu hari satu malam. Setelah direndam dan dipilah,

biji kopi kemudian di kupas basah (pulper). Setelah itu, biji kopi

diproses dengan menggunakan system honey process. Biji kopi yang

diproses secara honey process terlebih dahulu dikupas dan dikeringkan

dengan lapisan mucilage yang masih menyelimuti biji kopi tersebut.

Kemudian, saat proses pengeringan, lapisan ini masih menyerap

kelembapan dari udara sehingga membuatnya lengket yang mirip

seperti tekstur madu. Sedangkan untuk proses pengeringan

menggunakan alat tradisional berupa nyiru. Yaitu sejenis wadah

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

73

berbentuk lingkaran yang terbuat dari bambu dan dijemur dibawah

sinar matahari. Untuk proses penjemurannya dilakukan selama 4

(empat) hari. Setelah itu, biji kopi dikupas untuk kemudian

disangrai/roasting, setelah itu harus diistirahatkan 1-5 hari sebelum

pengemasan. Setelah didiamkan selama 1-5 hari barulah biji kopi siap

untuk dibungkus. Setelah itu produk dikemas sesuai dengan nama

produk masing-masing Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis (MPIG)

yang ada di Kecamatan Gangga. Diantara produk yang dihasilkan dari

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara yaitu:

Kopi Etnik Lombok, Kopi Rempek, Kopi Gangga, Kopi 77, Kopi Pak

Yon dan masih banyak lagi.

3. Urgensi keberadaan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara bagi masyarakat

Masyarakat yang ada di Kecamatan Gangga sendiri, terkhusus

para petani Kopi Robusta merespon positif dan mendukung jika

potensi Indikasi Geografis yang mereka miliki dapat terdaftar sebagai

salah satu barang dan/atau produk Indikasi Geografis. Mengingat, kopi

bagi mereka masyarakat di Kecamatan Gangga adalah hal yang tidak

dapat terpisahkan. Baik dari aspek kehidupan, sosial, ekonomi,

maupun budaya.

Selain itu, tentu masyarakat di Kecamatan Gangga terkhusus

para petani Kopi Robustanya, tidak ingin jika potensi Indikasi

Geografis di wilayah mereka disalahgunakan oleh pihak-pihak yang

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

74

tidak bertanggungjawab. Seperti halnya kejadian yang menimpa Kopi

Gayo dan Kopi Toraja.

Dengan dimilikinya barang dan/atau produk yang berpotensi

untuk didaftarkan sebagai Indikasi Geografis, masyarakat di

Kecamatan Gangga memiliki peluang untuk meningkatkan ekonomi

daerah maupun untuk Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis (MPIG)

serta konsumen Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara.

Kaitan manfaatnya untuk konsumen Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara adalah kepercayaan

konsumen dapat selalu terjamin. Karena Indikasi Geografis

mengharuskan Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis (MPIG) untuk

selalu menjaga reputasi berupa karakteristik serta kualitas produknya.

Dengan begitu, reputasi Kopi Robusta di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara dapat selalu terjamin. Dengan terjaminnya

reputasi, kualitas serta karakteristik dari Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara juga dapat menjaga lingkungan

untuk tetap lestari.

Selain itu, manfaatnya untuk Masyarakat Pemilik Indikasi

Geografis (MPIG) Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara, bermanfaat untuk mengurangi resiko persaingan tidak

sehat yang dilakukan oleh pelaku usaha lain, selain pelaku usaha dari

Masyarakat Pemilik Indikasi Geografis (MPIG). Belajar dari kasus

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

75

Kopi Gayo dan Kopi Toraja, seperti yang telah peneliti paparkan di

atas.

Sedangkan jika dilihat dari aspek budaya, arti penting potensi

Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara bagi masyarakat adalah dapat menjaga kelestarian

budaya masyarakatnya. Karena Indikasi Geografis tidak terlepas dari

budaya masyarakat asal barang dan/produk berada.

4. Pengahambat perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

Faktor penghambat perlindungan hukum terhadap potensi

Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara berasal dari berbagai pihak, yaitu dari masyarakatnya

sendiri dan untuk yang paling disayangkan juga bahkan datang dari

pemerintah daerahnya.

Faktor pertama penghambat perlindungan hukum potensi

Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara, yang disebakan oleh minimnya sikap yang dilakukan

oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah sebagai salah satu pihak

yang dapat memohonkan atas pendaftaran suatu barang dan/atau

produk potensi Indikasi Geografis sebagaimana yang diatur di dalam

Pasal 53 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis, sudah sepatutnya bersikap aktif untuk melindungi

setiap potensi Indikasi Geografis yang ada di daerahnya.

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

76

Misalnya, dengan aktif mensosialisasikan kepada masyarakat

tentang keberadaan Indikasi Geografis serta mendaftarakan potensi-

potensi Indikasi Geografis yang terdapat di daerahnya. Ketika potensi

Indikasi Geografis yang ada telah terdaftar, sesungguhnya dapat

memberikan berbagai manfaat bagi Pemerintah Daerah maupun

masyarakat dan terkhusus para petani Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga. Serta dapat mencegah kerugian yang diakibatkan oleh pihak

yang tidak bertanggungjawab.

Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Kepala Sub

Bidang Pelayanan KI Kemenkumham NTB, bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Lombok Utara sudah seharusnya aktif dalam mendaftarkan

potensi-potensi Indikasi Geografis yang daerahnya miliki. Berikut

pernyataan beliau.

“kami dari Kemenkumham adalah sebagai pendorong dalam pendaftaran potensi-potensi Indikasi Geografis yang ada. Tentu, terdapat banyak sekali potensi Indikasi Geografis yang ada di sekitar kita. Salah satunya yang ada di KLU, sudah seharusnya pihak Pemda KLU untuk mendaftarkan potensi-potensi itu, karena Pemda di sini bisa kita katakan sebagai pihak penting dalam merealisasikan perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis”77

Faktor kedua penghambat perlindungan hukum potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok

Utara, yang disebakan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terkait

Indikasi Geografis. Dampak lanjutan dari minimnya sikap yang

diambil oleh Pemerintah Daerah untuk mengupayakan perlindungan 77 I Made Sartana Dita (Kepala Sub Bidang KI Kemenkumham NTB), Wawancara,

Kanwil Kemenkumham NTB, 28 Desember 2020.

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

77

hukum potensi-potensi Indikasi Geografis, berupa sosialisasi kepada

masyarakat, terkhusus petani Kopi Robusta di Kecamatan Gangga.

Mengakibatkan masyarakat minim pengetahuan terkait keberadaan

Indikasi Geografis.

Sebagaimana pernyataan Ketua Kelompok Tani Karang

Taruna, bahwa selama ini Pemeirntah Daerah kurang memberikan

kontribusi kepada masyarakat terkhusus para petani Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga untuk kemajuan masyarakat. Berikut pernyataan

beliau:

“kami sebagai petani tidak tahu menahu terkait adanya Indikasi

Geografis, pemerintah daerah juga tidak pernah ada konstribusi

apa-apa ke kami selama ini.”78.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta

Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Perspektif Mashlahah

Agar suatu barang dan/atau produk potensi Indikasi Geografis bisa

mendapatkan perlindungan hukum, maka suatu barang dan/atau produk

tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu melalui Dirjen Hak Kekayaan

Intelektual. Hal ini dikarenakan Indonesia dalam pengaturan Indikasi

Geografisnya menganut sistem konstitutif, yaitu pendaftaran merupakan

syarat utama diberikannya perlindungan oleh negara. Dari pendaftarannya

tersebut, maka pendaftar adalah satu-satunya pemiliki hak terhadap barang

dan/atau produk yang didaftarkannya, dan pihak lain harus menghormati

78 Wiriahadi (Petani Kopi sekaligus Ketua kelompok tani kopi Temu Taruna),

Wawancara, Genggelang, 18 September 2020.

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

78

hak tersebut. Berangkat dari hal tersebut, maka jika ingin potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga memiliki perlindungan

secara hukum oleh negara, terlebih dahulu produk potensi tersebut harus

didaftarkan. Sebagaimana ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis Pasal 53 ayat (1):

Indikasi Geografis dilindungi setelah Indikasi Geografis didaftar

oleh Menteri79

Bentuk perlindungan hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh

Philipus M. Hadjon terbagi menjadi perlindungan hukum preventif dan

represif.80 Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan hukum yang

sifatnya berupa pencegahan, rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan

pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk definitif

agar terhindar dari sengketa. Sedangkan perlindungan hukum represif

adalah perlindungan yang menyelesaikan suatu sengketa.

Kaitannya dengan perlindungan hukum Indikasi Geografis yaitu:

1. Perlindungan hukum preventif bersifat mencegah adanya suatu

pelanggaran terhadap barang dan/produk telah terdaftar, maka

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis memberikan perlindungan hukum baik secara perdata

maupun pidana. Sehingga, apabila nantinya potensi Indikasi Geografis

79 Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 252 Tahun 2016. 80 Philipus M. Hadjon., Perlindungan…, hlm. 2.

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

79

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga telah terdaftar sebagai bagian dari

Indikasi Geografis, setelah itu munculnya pihak-pihak tidak

bertanggungjawab yang ingin merugikan MPIG, maka pihak yang

merasa dirugikan dapat memintakan keadilan kepada negara, karena

memiliki payung hukum yang jelas.

2. Perlindungan hukum represif yang bertujuan untuk menyelesaikan

apabila terjadi suatu sengketa, kaitannya dengan sengketa Indikasi

Geografis, pihak yang merasa haknya dirugikan dapat mengajukan

gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga. Apabila nantinya setelah

Kopi Robusta Kecamatan Gangga setelah diaftarkan muncul pihak-

pihak yang merugikan MPIG Kopi Robusta di Kecamatan Gangga,

maka masyarakatnya dapat menyelesaikan perkaranya melalui

Pengadilan Niaga.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kemaslahatan

di dunia ini terbagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu; pertama, kemaslahatan

yang sifatnya dharurriyah atau kemaslahatan yang sifatnya inti/pokok

untuk dil indungi. Kelima hal pokok/inti tersebut adalah hifdz ad-din

(menjaga agama), hifdz an-nafs (menjaga jiwa), hifdz al-„aql (menjaga

akal), hifdz al-mal (menjaga harta), dan hifdz an-nasl (menjaga keturunan).

Kedua, kemaslahatan yang sifatnya ghairu dharurriyah atau bukan

kemaslahatan pokok namun kemaslahatan ini tergolong penting dan tidak

bisa dipisahkan. Kemaslahatan ghairu dharurriyah yaitu kemaslahatan

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

80

hajji atau kemaslahatan yang sifatnya kebutuhan dan kemaslahatan tahsini

atau kemaslahatan yang sifatnya perbaikan.

Konsep Indikasi Geografis, jika dianalisis berdasarkan 2 (dua)

kategori kemaslahatan di dunia ini, maka perlindungan hukum atas

Indikasi Geografis adalah termasuk kemaslatan yang sifatnya dharurriyah

atau kemaslahatan yang sifatnya inti/pokok untuk dilindungi. Sehingga,

sesuai tingkatan al-kulliyat dan maslahat-maslahat syariat, oleh Al-Ghazali

dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu; pertama, adh-dharurriyat,

kedua, al-hajiyyat, dan ketiga, at-tahsiniyyat. Mengutip dari Yusuf

Qaradhawi, bahwa:

“adh-dharuriyyat harus didahulukan daripada al-hajiyyat dan at-

tahsiniyyat. Sedangkan al-hajiyyat harus didahulukan daripada at-

tahsiniyyat. Karena, dalam setiap derajat ada hukumnya sendiri”81

Menurut Jumhur Ulama‟ bahwa Indikasi Geografis merupakan hak

kepemilikan yang harus dilindungi oleh syariat, baik secara moral maupun

ekonomi. Dengan alasan Indikasi Geografis jika ditinjau dari maqashid

syariah merupakan manifestasi dari perlindungan akal (hifdz al-„aql) dan

juga manifestasi terhadap perlindungan harta (ḥifż al-mal).82 Dikarenakan

keberadaan Indikasi Geografis merupakan hasil dari intelektual manusia

81 Yusuf Qaradhawi, Fiqih Maqashid Syariah. ter. Arif Munandar Riswanto (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2017), hlm. 29. 82 Pandi Yusron, Indikasi…, hlm. 110.

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

81

yang dipadukan dengan kondisi alam geografis tertentu. Serta memiliki

manfaat secara ekonomi untuk pemilik haknya.

Manifestasi hifdz al-aql yang terdapat di dalam Indikasi Geografis

adalah akibat dari tidak terlepasnya pengaruh manusia dalam proses

terciptanya suatu barang dan/produk Indikasi Geografis. Selain faktor

alam tentunya, yang tergabung di dalam konsep terroir.83 Faktor manusia

sebagai suatu kearifan lokal yang berpengaruh terhadap Indikasi

Geografis, dikarenakan praktik, teknik serta pemilihan varietas tanaman

yang dilakukannya. Kemudian berkembang dalam konteks budaya, sosial

dan ekonomi. Misalnya, kopi yang dipanen pada saat tingkat kematangan

merah ceri akan memiliki karakterisitik berbeda dengan kopi yang dipanen

sebelum kematangan merah ceri.

Manifestari hifdz al-mal yang terdapat di dalam Indikasi Geografis

adalah terkait kedudukan kekayaan intelektual di dalam Islam sebagai

maal atau harta jika ditinjau menurut pendapat Jumhur Ulama‟kecuali

Imam Hanafi.

Harta atau maal berasal dari akar kata ( ي -يا ( bahasa -ي

berarti “condong”, “cenderung” dan “miring”. Sedangkan Wahbah

Zuhaili mendefinisikan maal sebagai setiap yang dipunyai dan digenggam

atau dikuasai manusia secara nyata baik berupa benda maupun manfaat,

83 Terroir dalam bahasa Inggrisnya berarti kombinasi faktor alam, seperti tanah, iklim,

lingkungan, serta manusia yang memberikan karakteristik unik pada barang dan/atau produk.

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

82

seperti emas, perak, hewan, tumbuh-tumbuhan atau manfaat barang seperti

manfaat mengendarai, memakai dan menempati.84 Sedangkan Jumhur

Ulama‟ selain Imam Hanafi mendefinikan maal sebagai “Segala sesuatu

yang bernilai dan mesti merusaknya dengan menguasainya” atau “Segala

sesuatu yang mempunyai nilai dan bersifat harta”. Dari pengertian

tersebut, dapat dipahami bahwa oleh Jumhur Ulama‟ manfaat merupakan

harta. Karena yang terpenting adalah manfaat dan bukan dzat.

Berangkat dari definisi maal tersebut, maka Indikasi Geografis

sebagai salah satu rezim Hak Kekayaan Intelektual menurut hukum Islam

dapat dikategorikan sebagai harta atau maal. Sehingga termasuk ke dalam

salah satu maqashid syariah, yaitu hifdz al mal. Hal ini sejalan dengan

prinsip umum yang terdapat pada konsep Hak Kekayaan Intelektual, yaitu

hak ekslusif berupa hak ekonomis atau komersial yang diberikan kepada

pemegang hak.

Konsep maal terhadap Indikasi Geografis di atas juga memiliki

kesamaan konsep dengan salah satu rezim Hak Kekayaan Intelektual

lainnya, yaitu Ekspresi Budaya Tradisional. Dimana Eksperi Budaya

Tradisional merupakan kekayaan yang memiliki nilai ekonomi yang pada

saat ini selalu dikembangkan dan dikreasikan mengikuti perkembangan

84 Baiq Ratna Mulhimmah, Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Adat Atas Hak

Ekspresi Tradisional Perspektif Maqashid Syariah, (Disertasi, Universitas Brawijya, 2019), hlm. 136.

Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

83

zaman. Bahkan keberadaannya tidak jarang dapat meningkatkan

perekonomian bagi pemanfaatnya.85

Selain itu, Hak Kekayaan Intelektual sebagai grand design dari

Indikasi Geografis, menurut hukum Islam sebagaimana fatwa MUI

Nomor : 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual bahwa: HKI dipandang sebagai salah satu huquq

maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashu)

sebagaimana maal (kekayaan).

Melalui perspektif Fiqh al-Bi‟ah, bahwa memelihara lingkungan

dan mengelola sumber daya alam adalah sama nilainya dengan menjaga

maqashid syariah. Karena ketika manusia memelihara lingkungan,

terdapat kemaslahatan yang terjaga serta terhindar dari kemudharatan. Hal

ini senada dengan maqashid syariah yang termuat di dalam kulliyat al-

khams berikut; hifdz ad-din (menjaga agama), hifdz an-nafs (menjaga

jiwa), hifdz al-„aql (menjaga akal), hifdz al-mal (menjaga harta), dan hifdz

an-nasl (menjaga keturunan).86

Mengingat kedudukan manusia adalah sebagai khalifah di muka

bumi ini, maka sudah seharusnya manusia berkewajiban untuk mengurus,

memanfaatkan, dan memelihara, baik secara langsung maupun tidak

langsung amanah tersebut, meliputi bumi dan segala isinya. Seperti,

85 Ibid., hlm. 137. 86 Yusuf Al-Qardhawi, Ri‟ayatu…,hlm. 44.

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

84

gunung-gunung, laut, air, awan dan angin, tumbuh-tumbuhan, sungai

hingga binatang.87

Oleh karena itu, keberadaan potensi Indikasi Geografis ditinjau

dari fiqh al-bi‟ah merupakan suatu keniscayaan untuk dilindungi dan

dilestarikan. Karena bagaimanapun alam akan selalu memiliki keterikatan

terhadap manusia. Lingkungan hidup yang lestari, akan berdampak baik

terhadap manusia. Sebaliknya, lingkungan hidup yang rusak akan

berdampak buruk terhadap manusia

Pendaftaran potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara dapat mendatangkan

berbagai mashlahat atau manfaat serta terhindar dari mudharat. Islam

telah memerintahkan umatnya agar menghindari mudharat dan

mendatangkan mashlahat bagi sekalian alam. Nabi Saw. pernah bersabda

yang diriwayatkan Ibn. Majah berbunyi:

حد ي ق د ز حد د ا ق ق اجع ق ج ع اقق أ

ق ع ق ر عق ضر إب أب ق : ق رس ه م : ضرر

Artinya: Muhammad Ibn Yahya bercerita kepada kami, bahwa Abdur

Razaq bercerita kepada kita, dari Jabir al-Jufiyyi dan Ikrimah, dari Ibn Abbas: Rasulullah Saw bersabda, “tidak boleh membuat mudharat (bahaya) pada dirinya dan tidak boleh pula membuat mudharat pada orang lain.(Hr. Ibn. Majjah)88

Merujuk kepada nash as-sunnah di atas, bersama ayat-ayat di

dalam Al-Qur‟an lainnya seperti; Qs. Yunus ayat 57-88 dan Qs. Al-

87 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pelestarian…, hlm. 27. 88 Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini, Sunan…,hlm. 784.

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

85

Baqarah ayat 220 Syaikh Izzudin bin Abdul Salam megememukakan

bahwa mashlahah mursalah dikembalikan kepada sebuah kaidah induk

fikih, yaitu:

ح رء ب ى ج س ف

Artinya: Menghilangkan kemafshadatan (mudharat) harus didahulukan

daripada menarik kemaslahatan.

Sementara itu, Prof. Dr. Hasby Asy-Siddieqy menyebutkan bahwa

kaidah tersebut dikembangkan menjadi beberapa kaidah fikih berikut.89

ضرر ي .1

Sesungguhnya kemudharatan itu harus dihilangkan

ر ر ض ي ي ر ر ض .2 Sesungguhnya kemudharatan itu tidak boleh dihilangkan dengan

membuat kemudharatan pula

ب .3 ى ج س ف ح رء

Sesungguhnya menolak kemudharatan harus didahulukan atas

menarik kemaslahatan

ر .4 ضر يح ر ت ح

Sesungguhnya segala yang dharurat (yang terpaksa dilakukan)

membolehkan yang terlarang

89 Hasby Asy-Siddieqy, Falsafah…, hlm. 373.

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

86

Analisis kaitan antara kaidah fikih di atas terhadap pendaftaran

potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara adalah dengan didaftarkannya potensi Indikasi Geografis

tersebut, maka mencegah datangnya mudharat serta dapat mendatangkan

maslahat terhadap potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga.

Diantara kemudharatan yang akan menimpa potensi Indikasi Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga apabila tidak didaftarkan, yaitu; adanya

resiko diproduksi dan diperjualbelikan secara bebas produk yang serupa

dengan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara produk. Produk serupa tersebut diproduksi di

luar kawasan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga. Atau diproduksi di dalam kawasan Indikasi Geografis tetapi

dengan kualitas lebih rendah serta dipasarkan dengan menggunakan nama

sama. Pemalsuan ini tentu akan berdampak buruk terhadap potensi

Indikasi Geografis Kopi Rubusta di Kecamatan Gangga. Bagaimanapun,

barang dan/atau produk palsu sering kali lebih murah dan kualitasnya

kurang baik serta tidak memiliki karakteristik khusus seperti barang

dan/atau produk asli.

Serta berbagai kemudharatan lainnya, yang dapat menyesatkan

publik terkait asal-usul potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Sebagaimana yang dimuat

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

87

di dalam Pasal 66 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek

dan Indikasi Geografis.

Sedangkan kemaslahatan yang didatangkan dengan pendaftaran

potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara didapat dari berbagi manfaat pendaftaran Indikasi

Geografis, yaitu:

Pertama, manfaat dengan terdaftarnya potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga terhadap kepercayaan konsumennya

dapat terjamin. Karena Indikasi Geografis mengharuskan Masyarakat

Pemilik Indikasi Geografis (MPIG) untuk selalu menjaga reputasi berupa

karakteristik serta kualitas produknya.

Kedua, manfaat dengan terdaftarnya potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga bagi MPIG adalah bermanfaat untuk

mengurangi resiko persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku

usaha lain, selain pelaku usaha dari MPIG sendiri. Sehingga hal serupa

yang menimpa Kopi Gayo dan Kopi Toraja tidak menimpa pula Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga.

Ketiga, sebagai wujud impelementasi prinsip umum dari Hak

Kekayaan Intelektual yaitu hak ekslusif atas Kekayaan Intelektual yang

telah terdaftar. Dimana salah satu muatan hak ekslusif tersebut adalah

perlindungan terhadap hak moral. Jika dikorelasikan dengan salah satu

rezimnya, yaitu Indikasi Geografis, maka MPIG akan mendapatkan

Page 102: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

88

perlindungan berupa hak moral yang melekat padanya, atas Kopi Robusta

di Kecamatan Gangga jika telah terdaftar. Mengingat konsep kepemilikan

komunal pada Indikasi Geografis, maka kemaslhatan yang didapatkanpun

akan berdampak secara komunal terhadap para MPIG.

Sebagaimana di dalam hukum Islam, manusia dilarang untuk

memakan harta orang lain secara (bathil) tanpa serta merugikan orang lain.

Dalam hal ini, dilarang bagi pelaku usaha tanpa izin dari MPIG

memanfaaatkan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan

Gangga. Sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Al-Qur‟an surat An-

Nisa ayat 29 berikut:

ن ن تكق إقاك أ بطق قٱ ك ي ك و أ كا ك

ا ت ا ءا قي ٱ أ ي

ه ي رحق قك ن إقن ٱ ك فكا أ ت وا ك ق ك اضن ة ع ت قج ت

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. An-Nisa: 29)90

Kepemilikan di dalam Islam, pada hakikatnya seluruhnya adalah

milik Allah Swt. secara mutlak. Allah-lah pemilik atas segala kepemilikan

dan kekayaan. Sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Al-Qur‟an surat

Al-Maidah ayat 17 berikut:

90 Qs. An-Nisa [4]: 29.

Page 103: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

89

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa saja

yang ada di antara keduanya” (Qs. Al-Maidah : 17)91

Namun kemudian Allah Swt. juga memberikan wewenang kepada

manusia agar menguasai kepemilikan tersebut dan memberikan izin

kepemilikan kepada manusia tertentu yang sifatnya real. Sebagaimana

firman Allah Swt. di dalam Al-Qur‟an surat An-Nur ayat 33 berikut:

Artinya: “Berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang

dikaruniakan-Nya kepadamu” (Qs. An-Nur: 33)92

Selain itu, kemaslahatan untuk kepentingan pemasaran terhadap

potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga,

Perlindungan Indikasi Geografis dapat menjadi sarana promosi atau

“paspor” untuk kepentingan ekspor barang. Hal ini dikarenakan

keberadaan Indikasi Geografis dikenal secara internasional (tertera dalam

Perjanjian TRIPs).93 Terlebih, saat ini beberapa negara di dunia tertarik

untuk mendatangkan Kopi Robusta dari Kecamatan Gangga Kabupaten

91 Qs-Al -Maidah [5]: 17. 92 Qs. An-Nur [24]: 33. 93 Sugiono Moeljopawiro dan Surip Mawardi, Perlidungan Indikasi Geografis, dalam

Kepentingan Negara Berkembang Terhadap Hak Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika dan Pengetahuan Tradisional, (Depok: Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 178.

Page 104: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

90

Lombok Utara ini. Salah satunya adalah Korea Selatan yang pada tahun

2020 mengekspor sebanyak 100 ton.94

Kajian mengenai Hak Kekayaan Intelektual atau Indikasi

Geografis secara khusus, merupakan kajian terhadap isu kontemporer di

dalam Islam dan tidak terdapat nash yang secara eksplisit membahasnya.

Meskipun demikian, menurut Jasser Auda, antara kemaslahatan yang

diungkap di dalam nash (kemaslahatan mu‟tabarah) maupun

kemaslahatan yang tidak diungkap langsung di dalam nash (kemaslahatan

mursal) akan bergabung menjadi satu kategori kemaslahatan yang

disebutkan di dalam nash, baik secara eksplisit maupun implisit, sepanjang

kemaslahatan yang dimaksud mencapai maqashid dalam sistem hukum

Islam.95

Penjelasan oleh Jasser Auda di atas adalah terkait dengan

legitimasi kemaslahatan di dalam hukum Islam. Sesungguhnya

kemaslahatan dapat memiliki legitimasi hukum jika sama dengan

maqashid. Senada dengan konsep kemaslahatan yang diperoleh dari

Indikasi Geografis, maka perlindungan terhadap potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

adalahh suatu Keniscayaan untuk dilakukan agar terwujudnya maqashid

syariah.

94 Awaludin, “Korsel Minta Tambahan 100 ton Kopi Lombok Utara”, dalam

https//:antaranews.com/korsel-minta-tambahan-100-ton-kopi-lombok-utara, diakses tanggal 28 Mei 2020, pukul 22.00.

95 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah. ter. Rosidin dan „Ali „Abd el-Mun‟im (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), hlm. 308.

Page 105: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

91

Berangkat dari uraian diatas, maka sudah seharusnya dilakukan

pendaftaran terhadap potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara agar mendatangkan

kemaslahatan berupa perlindungan hukum. Karena dengan pendaftaran

tersebut, keberadaanya akan terlindungi secara hukum negara maupun

secara hukum Islam. Secara hukum negara, keberadaan potensi Indikasi

Geogafis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga, akan terlindungi secara

represif maupun preventif. Sedangkan secara hukum Islam, keberadaan

potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga, akan

terlindungi sebagai bagian dari maqashid syariah, yang merupakan

manifestasi beberapa nilai-nilai yang terdapat pada kulliyat al-khams,

yaitu hifdz al-aql dan hifdz al-mal.

Dalam mewujudkan konsep mashlahat terhadap potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

di atas, maka harus melibatkan semua pihak. Terlebih ketika jalan untuk

mewujudkannya telah memiliki payung hukum yang jelas dalam sistem

hukum Indonesia, karena telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor

Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis bersama

dengan perangkat aturan-aturan lainnya. Sehingga, dibutuhkan keterlibatan

tidak hanya dari unsur masyarakat, namun juga keterlibatan dari seluruh

unsur pemerintahan. Baik oleh Kementerian Hukum dan HAM hingga

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara.

Page 106: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

92

BAB IV

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan, dapat

peneliti tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Urgensi keberadaan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara bagi masyakat, yaitu

keberadaannya tidak terlepas dari kehidupan sosial, ekonomi, maupun

budaya masyarakatnya. Selain itu, masyarakatnya merespon positif

jika dilakukan upaya pendaftaran terhadap potensi Indikasi Geografis

Kopi Robusta di Kecamatan Gangga. Dikarenakan selain dapat

mendatangkan kemanfaatan, juga dapat terhindar dari kemudharatan.

2. Perlindungan hukum terhadap potensi Indikasi Geografis Kopi

Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara perspektif

mashlahah, yaitu manifestasi dari perlindungan akal (hifdz al-„aql) dan

juga manifestasi terhadap perlindungan harta (hifdz al-mal). Kemudian

berangkat dari sebuah kaidah fikih yang mengharuskan untuk

mendahulukan menghilangkan kemufsadatan daripada menarik

kemaslahatan. Upaya dalam mewujudkan konsep mashlahah terhadap

potensi tersebut adalah dengan segera didaftarkan menjadi bagian

Indikasi Geografis. Agar mendapatkan perlindungan hukum oleh

negara sebagaimana diatur di dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Page 107: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

93

B. Saran

1. Kementerian Hukum dan HAM NTB

a. Untuk lebih giat lagi dalam mensosialisasikan arti penting potensi

Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga untuk

Daerah KLU melalui Pemerintah Daerah KLU.

b. Untuk lebih giat lagi dalam mensosialisasikan arti penting potensi

Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga bagi

MPIG.

2. Pemerintah Daerah

a. Untuk mendaftarkan potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di

Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Dirjen KI

Kemenkumham NTB.

b. Untuk lebih giat lagi dalam mensosialisasikan arti penting Indikasi

Geografis bagi masyarakat.

c. Untuk memberdayakan pihak terkait dengan potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga.

3. Masyarakat

a. Meningkatkan kesadaran hukum tentang arti penting pendaftaran

potensi Indikasi Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara.

b. Aktif dan kreatif dalam mempromosikan potensi Indikasi

Geografis Kopi Robusta di Kecamatan Gangga Kabupaten

Lombok Utara.

Page 108: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

94

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Atzar, Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Abd. Rahman, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2014.

Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, Bairut: Dar al-Fikr, tt.

Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.

Ahmad Al-Mursi Husai Jauhar, Maqashid Syariah, Jakarta: Amzah, 2013.

Aunur Rohim Faqih dkk, HKI, Hukum Islam dan Fatwa MUI, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, Banten: UNPAM Press, 2019.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara, Kecamatan Gangga Dalam Angka, Lombok Utara: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019.

Bambang Prastowo, dkk, Budidaya dan Pasca Panen Kopi, Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010.

Chaerul Umam, Ushul Fiqh 1, Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Djulaeka, Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Perspektif Kajian Filosofis HaKI Kolektif-Komunal, Malang: Setara Press, 2014.

Hasbi Asy-Siddieqy, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015.

Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah. ter. Rosidin dan „Ali „Abd el-Mun‟im, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pelestarian Lingkungan Hidup, t.tt: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009.

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Page 109: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

95

Mustafa Ahmad al-Zarqa‟, al-Madkal al-Fikhi al-Amm, Damaskus: Dar al-Qalam, 2004.

Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik, Bandung: PT Tarsito, 2003.

Peter Damary dan Riyaldi, Modul Pelatihan Indikasi Geografis, Jakarta: Indonesian Swiss Intellectual Property Project, 2018.

Philipus M. Hadjon., Perlindungan Hukum bagi rakyat Indonesia, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo, 2014.

Satijipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandnung: PT Citra Aditya Bakti, 2000.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1999.

Sugiono Moeljopawiro dan Surip Mawardi, Perlindungan Indikasi Geografis, dalam Kepentingan Negara Berkembang Terhadap Hak Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika dan Pengetahuan Tradisional, Depok: Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&d), Bandung: Alfabeta, 2008.

Suwarjin, Ushul Fiqh, Yogyakarta: Teras, 2012.

Tim Redaksi, Himpunan Lengkap Undang-Undang Hak Cipta, Paten, Merek Dan Indikasi Geografis, Serta Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Yogyakarta: Laksana, 2018.

Utomo. Tomi Suryo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Yusuf Al-Qardhawi, Ri‟ayah al-Bi‟ah fiy Syari‟ah al-Islam, Kairo: Dar Al-Syuruq, 200.

------------, Fiqih Maqashid Syariah. ter. Arif Munandar Riswanto Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi Geografis.

Page 110: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

96

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Skripsi/Thesis/Disertasi

Baiq Ratna Mulhimmah, Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Adat Atas Hak Ekspresi Tradisional Perspektif Maqashid Syariah, Disertasi, Universitas Brawijya, 2019.

Gandung Bagas Kara, Pelaksanaan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Robusta Lampung, Skripsi, Universitas Lampung, 2018.

Maria Theresia Geme, Perlindungan Hukum Terhadap Masyaraat Hukum Adat dalam Pengelolaan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tengggara Timur, Disertasi, Universitas Brawijaya Malang, 2012.

Pandi Yusron, Indikasi Geografis Sebagai Hak Milik Komunal Beserta Perlindungannya Perspektif Hukum Islam, Thesis, IAIN Purwokerto: 2019.

Rifqi Saputra. Perlindungan Hukum Indikasi Geografis Produk Lada Hitam Lampung, Skripsi, Universitas Lampung, 2019.

Syaiful Bahri, Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional Sebagai Aset Masyarakat Perspektif Mashlahah Mursalah, Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014.

Website

https//:antaranews.com/korsel-minta-tambahan-100-ton-kopi-lombok-utara/

http://dgip.go.id/pengenalan-indikasi-geografis

https://jurnalbumi.com/tanaman-kopi/

Page 111: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

97

LAMPIRAN

Page 112: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

98

Lampiran 1 : Dokumentasi Wawancara

Page 113: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

99

Page 114: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

100

Page 115: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

101

Page 116: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

102

Lampiran 2 :

Page 117: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

103

Lampiran 3 :

Page 118: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

104

Lampiran 4 :

Page 119: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP POTENSI INDIKASI …

108

Lampiran 6:

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Suci Ramadhani Putri

Tempat/Tanggal Lahir : Timika, 29 November 2000

Alamat Rumah : Dusun Pengempus Sari, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

Nama Ayah : H. Juramli, M.Pd.

Nama Ibu : Mustiani

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Inpres Timika V

2. SDN 1 Pemenang Barat

3. MTS Hidayaturrahman NW Menggala

4. MA Hidayaturrahman NW Menggala

C. Pengalaman Organisasi

1. Ketua Forum Diskusi Muamalah (Fordismu)

2. Ketua Divisi Humas & IT UKM Literasi Ilmiah

3. Ketua Bidang Media dan Komunikasi PMII Rayon Jamaluddin Al-

Afghani

4. Wakil Ketua HMPS Hukum Ekonomi Syariah

5. Ketua Departemen PDD Sahabat Museum NTB

6. Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Lombok Utara (FKMLU)

7. Anggota UKM English Study Club