perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak pada nikah ...digilib.unila.ac.id/55097/3/skripsi...

67
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH SIRRI SYAR’I BAGI PASANGAN MUSLIM (Skripsi) Oleh AYU DEWI KARTIKA SARI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 29-Sep-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAKPADA NIKAH SIRRI SYAR’I BAGI PASANGAN MUSLIM

(Skripsi)

Oleh

AYU DEWI KARTIKA SARI

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAKPADA NIKAH SIRRI SYAR’I BAGI PASANGAN MUSLIM

Oleh:Ayu Dewi Kartika Sari

Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah tangan dalam konteksmasyarakat Indonesia adalah pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil walidan disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan di hadapan Petugas PencatatNikah (PPN) sebagai aparat resmi pemerintah atau perkawinan yang tidakdicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), sehingga dengan sendirinya tidakmempunyai Akta Nikah yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah, faktor-faktorpenyebab nikah sirri syar’i bagi pasangan muslim, perlindungan hukum terhadapperempuan dan anak pada nikah sirri syar’i bagi pasangan muslim, dan bentukperlindungan hukum terhadap perempuan dan anak pada nikah sirri syar’i bagipasangan muslim.

jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Tipepenelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakanadalah yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiriatas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yangkemudian dianalisis secara kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakanstudi pustaka.

Hasil penelitian dan pembahasan ini adalah faktor-faktor yang melatar belakangiterjadinya nikah sirri syar’i adalah adanya faktor ekonomi, belum cukup umur,anggapan bahwa nikah sirri syar’i sah mennurut agama, hamil diluar nikah,kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pencatatatnperkawinan, dan faktor sosial. Perlindungan hukum bagi perempuan dalam nikahsirri syar’i bagi pasangan muslim tidak ada atau belum diatur dalam hukumpositif di Indonesia, hal ini terkait dengan status nikah sirri syar’i yang dianggapbatal atau tidak sah bila dilakukan. Sedangkan upaya hukum yang dapat ditempuhdi Pengadilan Agama dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anakyang lahir dari nikah sirri syar’i, dapat diperoleh dengan adanya produk dariPengadilan Agama berupa penetapan isbat nikah dan penentapan asal-usul anak.Tidak ada bentuk perlindungan hukum terhadap perempuan nikah sirri syar’i diIndonesia, bentuk perlindungan hukum bagi perempuan dapat dilakukan apabila,pelaku nikah sirri syar’i melakukan pencatatan perkawinan dan Isbat nikah. Salahsatu bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada anak dalam nikah

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

ii

sirri syar’i adalah berdasarkan Putusan MK nomor 46/PUU-VII/2010 adanyapenyempurnaan perubahan Pasal 43 ayat (1) UUP mengenai hubungan perdataanak dengan ayahnya dan keluarga ayahnya yang berupa nasab, mahram, hak dankewajiban, wali nikah serta hubungan pewarisan bagi anak.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Nikah Sirri Syar’i, Perempuan danAnak.

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAKPADA NIKAH SIRRI SYAR’I BAGI PASANGAN MUSLIM

Oleh:AYU DEWI KARTIKA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum KeperdatanFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah
Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah
Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah
Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Ayu Dewi Kartika Sari. Penulis

dilahirkan di Karya Tani, Labuhan Maringgai, Lampung Timur,

tanggal 25 April 1996, sebagai anak pertama dari dua bersaudara,

dari Bapak Tristianto dan Ibu Umiyati.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak- Kanak (TK) Cipta Karya

Karya Tani, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, diselesaikan pada tahun 2001.

Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Karya Tani, Labuhan Maringgai, Lampung Timur,

diselesaikan pada tahun 2008. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Cipta Karya Karya

Tani, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, diselesaikan pada tahun 2011. Sekolah

Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Pasir Sakti, Lampung Timur, diselesaikan pada

tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui Jalur Undangan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri) Pada tahun 2017 penulis mengikuti program Kuliah Kerja

Nyata Tematik (KKN Tematik) yang merupakan program wajib Universitas Lampung,

selama 40 hari yang bertempat di Kampung Saptomulyo, Kecamatan Kota Gajah,

Lampung Tengah.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

vii

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan pada Fakultas

Hukum Universitas Lampung yaitu dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM-F) Forum

Silaturahmi dan Studi Islam (FOSSI), dan penulis menjadi Mujahid Muda Fossi (MMF)

Universitas Lampung tahun angkatan 2014, selanjutnya dikukuhkan sebagai anggota

tetap pada tahun 2015. Penulis pernah menjadi Anggota Departemen Akademik dan

Potensi UKM FOSSI FH Unila periode 2015/2016. Pada tahun 2015 penulis juga

menjadi anggota tetap FORDAFHI (Forum Dakwah Fakultas Hukum se-Indonesia).

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

viii

MOTO

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia yang menciptakan untukmu

istri-istri dari jenismu sendiri. Supaya kamu cenderung merasa tentram kepada-

Nya, dan di jadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”

(QS. Ar-Rum (30):21)

“Dan Hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka

meninggakan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir

terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

(QS. An-Nisa (4): 21)

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

ix

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kehadiran Allah SWT, Dzat yang Maha Kuasa dan

Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku tersayang Bapak Tristianto dan Ibu Umiyati, terimakasih telah

tulus ikhlas dalam menyayangi, mencintaiku dan atas doa, motivasi dan

pengorbanannya selama ini.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan Rahmaat serta Hidayah-Nya

kepada mereka di dunia dan akhirat. (Amiiin)

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

x

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh

isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya dengan

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak dari Perkawinan

Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim.”. Sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum, Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

xi

3. Ibu Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A, Pembimbing 1 (satu) yang telah banyak

membantu dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikaan bantuan moril, saran serta kritik yang

membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dewi Septiana, S.H., M.H, Pembimbing 2 (dua) yang telah banyak

membantu dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bantuan moril, saran serta kritik yang membangun

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Hj. Amnawati, S.H., M.H, Pembahas 1 (satu) yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Ibu Selvia Oktaviana, S.H., M.H, Pembahas 2 (dua) yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Yuswanto, S.H., M.H, Pembimbing Akademik yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf karyawan/i Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Khusunya Bapak/Ibu Dosen Bagian Keperdataan yang

telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis

serta memberikan kemudahan dan bantuannya selama penulis menyelesaikan

studi.

9. Mbah Slamet, Mbah Umi Wasitah, Mbah Ismilah dan Mbah Subari (Alm),

yang selalu memberi semangat, mendukung dan mendoakanku.

10. Adikku Galuh Trisna Wati dan Keluarga Besar yang selalu memberikan

semangat, mendukung, dan mendoakanku.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

xii

11. Seluruh Keluarga besar UKMF FOSSI: Kakak-kakak Angkatan 2011: Mba

Yuliana, Mba Yunika, Mba Fida, dan Mba Nisa. kakak-kakak angkatan 2012:

Mba Ummu, Mba Deska, Mba Listi, Mba Bela, Mba Dewi, Mba Utia. Teman-

teman Angkatan 2014: Sariani, Novi, Nurcahyati, Ayu Kurnia, Indri, Intan,

Meri, dst. Adik-adik Angkatan 2015: Bela, Delia, Rini. Kalian keluarga yang

luar biasa, terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman serta ilmu yang

berharga yang tidak saya temukan dalam perkuliahan dan hanya saya temukan

di FOSSI, semoga kekeluargaan ini tidak akan pernah putus.

12. Teman seperjuanganku sesama Bidik Misi : Hardinal, Yoga Pratama, Supri,

Rado, Arli, Iman Fernando, Imam Fathoni, Madian, Haidir, Silmi, Audy, Ayu

Purba, Nadya, Elsaday, Puri, Cici Afriyanti, terimakasih atas kekeluargaannya

selama ini.

13. Sahabat SMA terbaikku: Ita Afriana, Ndana Aryani, Dan Rafika Zein, terima

kasih untuk semangat dan dukungannya, semoga persahabatan kita untuk

selamanya.

14. Sahabat-sahabatku : Atika Mayangsari, Aisyah Nurlia, Anggia Jelita, Adelia

Monica B, Indah Sumarningsih, Dewi Muslimah, Anisa Nurjanah, Elva, Eka

Fitri Wahyuni, Vivi, Icha, Iis, Agnes, Asmara, Dhuwien Ambar W, Mbak

Putri, Aini, Mey, Vera, Mbak Cen, Reni, Anaya, Ambar, terima kasih untuk

semangat, dukungan, bantuan dan kasih sayangnya, semoga selalu

dipersatukan dan sukses dengan bidangnya masing-masing. Amin.

15. Teman KKN Saptomulyo: kak Irfan, Kak Ade, Kak Iki, Desta, Oni, Andini,

terima kasih untuk kebersamaan selama 40 hari.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

xiii

16. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Lampung khususnya

HIMA PERDATA angkatan 2014, terima kasih kebersamaannya.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan skripsi, terim a kasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

18. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT, menerima dan membalas semua kebaikan yang kita perbuat.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membacanya.

Amin.

Bandar Lampung, 06 Desember 2018

Penulis

Ayu Dewi Kartika SariNPM 1412011063

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

xiv

DAFAR ISI

HalamanABSTRAK ................................................................................................... iHALAMAN SAMPUL................................................................................ iiHALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ivHALAMAN PERNYATAAN..................................................................... vRIWAYAT HIDUP..................................................................................... viMOTO.......................................................................................................... viiiHALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. ixSANWACANA ............................................................................................ xDAFTAR ISI................................................................................................ xiv

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7C. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 8D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan ....................................... 10B. Rukun dan Syarat Perkawinan .......................................................... 13C. Tujuan Perkawinan ........................................................................... 17D. Nikah Sirri Syar’i.............................................................................. 19E. Dasar Hukum Nikah Sirri Syar’i ...................................................... 24F. Perlindungan Hukum ........................................................................ 29G. Perlindungan bagi Perempuan dan Anak .......................................... 30H. Karakteristik Muslim ........................................................................ 34I. Kerangka Pikir .................................................................................. 36

III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ................................................................................ 38B. Tipe Penelitian................................................................................. 39C. Pendekatan Masalah ........................................................................ 40D. Data dan Sumber Data..................................................................... 40E. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data .......................... 42F. Analisi Data ..................................................................................... 43

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

xv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Faktor – Faktor Penyebab Nikah Sirri Syar’i bagi Pasangan

Muslim .......................................................................................... 451. Faktor Ekonomi ....................................................................... 452. Faktor Belum Cukup Umur ..................................................... 463. Faktor Anggapan bahwa Nikah Sirri Syar’i Sah Menurut

Agama ...................................................................................... 474. Faktor Hamil di Luar Nikah .................................................... 485. Faktor Kurangnya Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat

Mengenai Pencatatan Perkawinan ........................................... 496. Faktor Sosial ............................................................................ 49

B. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak padaNikah Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim ..................................... 501. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan pada

Nikah Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim .............................. 502. Perlindungan Hukum Terhadap Anak pada Nikah

Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim .......................................... 53C. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan

Anak pada Nikah Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim ................... 631. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan

Pada Nikah Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim ...................... 632. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak pada

Nikah Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim ............................... 66

V. PENUTUPA. Kesimpulan ..................................................................................... 70B. Saran ................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk hidup

bersama secara sah antara laki-laki dengan seorang perempuan membentuk

keluarga yang kekal, santun menyantun, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia.1

Menurut hukum agama perkawinan adalah perbuatan yang suci yaitu suatu

perikatan antara dua pihak dalam memenuhi perintah dan anjuran Tuhan Yang

Maha Esa agar kehidupan berkeluarga dan berumah tangga serta berkerabat

tetangga berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran agama masing-masing.2

Menurut hukum Islam perkawinan adalah “akad” (perikatan) antara wali wanita

calon istri dengan calon suaminya. Akad nikah itu harus diucapkan oleh wali si

wanita dengan jelas berupa ijab (serah) dan diterima (kabul) oleh si calon suami

yang dilaksanakan dihadapan dua orang saksi yang memenuhi syarat. Jika tidak

demikian maka perkawinan tidak sah, karena bertentangan dengan hadits Nabi

Muhammad Saw.3

1 Wati Rahmi Ria, Hukum Islam Dan Islamologi, Bandar Lampung, CV. Sinar Sakti,

2011, hlm. 129-130. 2 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandar Lampung, Mandar Maju,

2007, hlm. 10. 3 Ibid, hlm. 11.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

2

Dipandang dari segi hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjian oleh Q.S

An-Nisa ayat 21, dinyatakan “perkawinan adalah perjanjian yang sangat kuat”.

disebut dengan kata-kata “miitsaaghan ghaliizhan”. Jika seorang perempuan dan

seorang laki-laki berkata sepakat untuk melakukan perkawinan satu sama lain

berarti mereka saling berjanji akan taat pada peraturan-peraturan hukum yang

berlaku mengenai kewajiban dan hak masing-masing pihak selama dan sesudah

hidup bersama itu berlangsung, dan mengenai kedudukannya dalam masyarakat

dari anak-anak keturunanannya, juga dalam menghentikan perkawinan, suami dan

istri tidak leluasa penuh untuk menentukan sendiri syarat-syarat untuk

penghentian itu, melainkan terikat juga pada peraturan hukum.

Suatu perkawinan adalah sah bila memenuhi rukun dan syarat yang sudah

ditetapkan oleh hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Ketentuan

ini dimuat dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang

selanjutnya disingkat dengan (UUP), sebagaimana UUD 1945 mengatur tentang

kebebasan setiap manusia untuk memeluk agamanya masing-masing. Dengan

demikian, bagi orang beragama Islam suatu perkawinan dikatakan sah apabila

dilakukan mengikuti ajaran Islam dengan memenuhi seluruh rukun dan syarat

yang telah ditentukan oleh Hukum Islam maupun Hukum Negara yaitu Undang-

Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, begitu pula dengan agama lain

dengan mengikuti aturan agamanya masing-masing serta memenuhi ketentuan-

ketentuan yang ada di KUHPdt (Burgerlijk Wetbook).

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

3

Berdasarkan Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam merumuskan bahwa tujuan dari

perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah, sedangkan tujuan pengertian menurut Undang-Undang

Perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan perkawinan untuk

membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia yang dimaksud dalam Undang-

Undang Perkawinan sama dengan tujuan perkawinan yang terdapat dalam

Kompilasi Hukum Islam. Tujuan pernikahan untuk membentuk keluarga sakinah,

mawaddah, dan rahmah, suatu rumah tangga yang didalamnya terjalin

keharmonisan di antara suami istri yang saling mengasihi dan menyayangi

sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah tangganya, dan

terciptalah kebahagiaan dalam rumah tangga tersebut.

Perkawinan dalam Islam tidak semata-mata sebagai hubungan antara suami dan

istri. Tetapi, lebih dari itu Islam memandang perkawinan merupakan suatu

perbuatan yang bernilai ibadah karena setiap tindakan yang dilakukan masing-

masing pasangan ketika menunaikan hak dan kewajibannya dalam perkawinan

adalah perbuatan yang bernilai baik dan buruk.

Selain itu, tujuan dari disyariatkannya perkawinan adalah untuk mendapatkan

anak keturunan yang sah untuk generasi yang akan datang. Islam menganjurkan

kepada umatnya untuk memilih pasangan suami istri yang baik (agamanya)

sehingga dapat melahirkan keturunan (generasi pengganti) sebagaimana yang

diharapkan.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

4

Perkawinan yang dilakukan dengan melanggar larangan perkawinan atau tidak

memenuhi syarat-syarat perkawinan, menurut Undang-Undang dan KHI

perkawinan tersebut tidak sah secara agama maupun hukum dan dapat dilakukan

pembatalan perkawinan. Ketentuan ini terdapat pada Pasal 22 Undang-Undang

Perkawinan, mengenai hal tersebut ditegaskan pula dalam Pasal 37 PP No. 9

Tahun 1975 bahwa Pengadilan dapat memutuskan pembatalan suatu perkawinan.

Pembatalan suatu perkawinan mulai diberlakukan setelah Keputusan Pengadilan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan tidak berlaku sejak saat

berlangsungnya perkawinan, dalam arti hubungan yang terjadi semasa perkawinan

tersebut dianggap tidak pernah terjadi atau tidak pernah ada.

Meskipun telah ada peraturan mengenai hukum dan syarat melakukan

perkawinan, masih saja ada individu yang melakukan perkawinan yang tidak

sesuai dengan syarat tersebut. Salah satu bentuk perkawinan yang tidak sesuai

dengan syarat hukum yang berlaku adalah nikah sirri syar‟i

Nikah sirri syar‟i dalam fiqih kontemporer dikenal dengan istilah zawaj „urfi

yaitu suatu pernikahan yang memenuhi syarat-syarat pernikahan tetapi tidak

dicatatatkan secara resmi oleh pegawai pemerintah yang menanggani pernikahan.4

Nikah sirri syar‟i adalah sah dalam pandangan syar‟i disebabkan terpenuhinya

semua persyaratan nikah seperti wali dan saksi, hanya saja belum dianggap resmi

oleh pemerintah karena belum dicatatkan di pegawai KUA setempat. Oleh karena

itu, segala akibat yang timbul dari adanya nikah sirri syar‟i itu menjadi tidak bisa

diproses secara hukum.

4 Moslemsunnah.Wordpress.com

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

5

Meski bukan syarat sah sebuah perkawinan, dan perkawinan tetap sah selama

terpenuhi syarat rukun secara syar‟i, namun karena pencatatan akad nikah

diwajibkan oleh pemerintah maka wajib bagi setiap insan untuk mentaati

ketetapan ini.

Hukum nikah tanpa adanya pencatatan akad nikah termasuk masalah

kontemporer, maka tak heran jika para ulama berbeda pandangan tentang

hukumnya, sebagai berikut: a. sebagian ulama berpendapat bahwa nikah tanpa

KUA hukumnya boleh dan sah secara mutlak, karena pencatatan bukanlah

termasuk syariat nikah dan tidak ada pada zaman Nabi Muhammad Saw dan

sahabat. b. sebagian ulama berpendapat bahwa nikah tanpa KUA hukumnya

haram dan tidak boleh pada zaman sekarang, karena itu termasuk nikah sirri yang

terlarang dan melanggar peraturan pemerintah yang bukan maksiat. c. sebagaian

ulama berpendapat bahwa nikah tanpa KUA hukumnya adalah sah karena semua

syarat nikah telah terpenuhi hanya saja berdosa karena melanggar peraturan

pemerintah yang bukan maksiat.5

Fenomena nikah sirri syar‟i yang terjadi menarik diteliti, karena ada persoalan

menarik yang dapat diungkap dari persoalan tersebut mengenai faktor yang

melatar belakangi terjadinya nikah sirri syar‟i, perlindungan dan bentuk

perlindungan hukum terhadap para pihak khususnya bagi istri dan anak dari nikah

sirri syar‟i bagi pasangan muslim.

5 Ibid.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

6

Praktek nikah sirri syar‟i tak hanya berdampak pada lingkaran pelaku yang

mengambil keuntungan, tetapi juga melahirkan akses yang tidak diperhitungkan

sebelumnya, yakni anak-anak yang lahir sebagai buah hasil dari nikah sirri syar‟i.

Secara hukum, anak-anak yang lahir sebagai buah hasil nikah sirri syar‟i ini

dikategorikan sebagai anak luar kawin. Meskipun diklaim sebagai perkawinan

yang sah secara agama oleh para pelakunya, tetapi nikah sirri syar‟i bukanlah

bentuk ikatan perkawinan yang sah dan tidak dicatatkan berdasarkan hukum

positif yang berlaku di Indonesia.

Peraturan perundang-undangan tentang perlindungan terhadap perempuan dan

anak, sudah selayaknya Negara Indonesia ini menempatkan perempuan dan anak

pada prioritas utama untuk memperoleh perlindungan. Perlindungan itu baik dari

segi yuridis maupun non-yuridis. Namun harapan itu sampai sekarang masih

sebatas “harapan dalam mimpi”. Persoalan-persoalan dan pelanggaran-

pelanggaran terhadap hak-hak perempuan dan anak di Indonesia masih terus

terjadi.

Di dalam keluarga, seseorang belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial

yang memiliki norma-norma dan kecakapan tertentu di dalam pengalamannya

dengan masyarakat lingkungannya. Pengalaman-pengalaman yang didapatnya di

dalam keluarga turut pula menentukan cara-cara bertingkah laku. Apabila

hubungan dalam keluarga berlangsung secara tidak wajar ataupun kurang baik,

maka kemungkinan pada umumnya, hubungan dengan masyarakat di sekitar akan

berlangsung secara tidak wajar pula. Untuk itu, orang tua, keluarga, masyarakat

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

7

dan Negara harus secara bersama-sama memiliki komitmen yang kuat untuk

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak.6

Perlindungan hukum dalam hal ini adalah untuk melindungi hak-hak hukum

seseorang, terutama terhadap hak-hak perempuan dan anak yang seharusnya ia

dapatkan dari orang tuanya tetapi ia tidak mendapatkan dikarenakan statusnya

sebagai anak yang tidak sah dan ini merupakan permasalahan tersendiri berkaitan

dengan kehidupan anak selanjutnya, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi

keluarga yang lain. Kejelasan dari masalah ini haruslah ada, sehingga

kemungkinan berbagai konflik yang akan timbul dikemudian hari dapat

dihilangkan.

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk

skripsi dengan judul : ”Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dan Anak

Pada Nikah Sirri Syar’i bagi Pasangan Muslim”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dalam penelitian ini ada beberapa masalah

yang dirumuskan dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah yaitu sebagai berikut:

1. Apakah Faktor-Faktor Penyebab Nikah Sirri Syar‟i bagi Pasangan Muslim?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak pada Nikah

Sirri Syar‟i bagi Pasangan Muslim?

6 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan,Medan. Refika

Aditama, 2014, hlm. 75-76.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

8

3. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak pada

Nikah Sirri Syar‟i bagi Pasangan Muslim?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup Bidang ilmu ini adalah Hukum Perdata khususnya hukum

perkawinan. Kajian penelitian ini adalah mengkaji tentang faktor-faktor penyebab

dari nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim, bagaimana perlindungan hukum

terhadap perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i, serta bentuk perlindungan

hukum terhadap perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan

muslim.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan mememahami faktor-faktor penyebab nikah sirri syar‟i bagi

pasangan muslim.

2. Mengetahui dan memahami perlindungan hukum terhadap perempuan dan

anak pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim.

3. Mengetahui dan memahami bentuk perlindungan hukum terhadap perempuan

dan anak pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang hukum keperdataan dalam lebih khususnya lingkup

hukum perkawinan.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

9

b. Kegunaan Praktis

1) Upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi peneliti

dalam lingkup hukum perdata khususnya hukum perkawinan.

2) Memberikan gambaran kepada pembaca faktor-faktor yang mempengaruhi

masyarakat melakukan nikah sirri syar‟i, perlindungan dan bentuk

perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i

bagi pasangan muslim.

3) Sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta bahan

kajian bagi yang memerlukan.

4) Salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

Perkawianan dalam bahasa Islam berasal dari kata nakaha yang berarti nikah,

memepelai perempuan disebut nakihatun dan mempelai laki-laki disebut nakihun.

Nikah menurut arti asli dapat juga berarti akad dengannya menjadi halal

hubungan kelamin antara pria dan wanita.7

Nikah secara Islam dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan yaitu

melaksanakan ikatan persetujuan (akad) antara seorang pria dan seorang wanita

atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak, yang dilakukan oleh wali

pihak wanita munurut ketentuan-ketentuan yang sudah diatur oleh agama.

Menurut Sayyiq Sabiq dalam Fikih Sunnah, perkawinan merupakan salah satu

sunatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik manusia,

hewan, maupun tumbuh-tumubuhan.8

Pengertian perkawinan menurut Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam yaitu akad yang

sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah dan perkawinan bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

7 Wati Rahmi Ria, & Muhammad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, Bandar Lampung,

Gunung Pesagi, 2015, hlm. 49. 8 Abdul Ghofur Anshory, Hukum Perkawinan Islam Prespektif Fikih dan Hukum Positif,

Yogyakarta, UII Press, 2011, hlm. 20.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

11

Dalam pandangan Islam, perkawinan itu bukanlah hanya urusan perdata semata,

bukan pula sekedar urusan keluarga dan masalah budaya, tetapi masalah dan

peristiwa agama, karena perkawinan itu dilakukan untuk memenuhi ketentuan

Allah dan Nabi Muhammad Saw dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah

Swt dan Nabi Muhammad Saw.9

Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan telah

menjelaskan pentingnya sebuah perkawinan yang sah secara hukum dan secara

agama, hal ini dapat dilihat pada Pasal 2 ayat (1) “perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.”

(2)”tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.”

Dari penjelasan ini jelas terlihat bahwa dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974, menghendaki adanya perkawinan yang dilangsungkan tersebut merupakan

ikatan lahir batin dan berlangsung kekal serta berdasarkan Ketuhan yang Maha

Esa. Ikatan lahir batin disini mengandung pengertian bahwa, perkawinan itu

bukan hanya mementingkan lahir saja atau batin saja, tetapi keduanya tercakup

dalam makna perkawinan tersebut. Sedangkan perkawinan baru dianggap sah

apabia dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan yang dianut oleh kedua

belah pihak, hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974, yang mengatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

Sementara dalam ayat 2 mengatur tentang pencatatan setiap perkawinan dilakukan

dikementerian agama.

9 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor, Kencana, 2003, hlm. 81

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

12

Sementara pengertian perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan

mempunyai 4 (empat) unsur,10

yakni :

1. Ikatan lahir batin, maksudnya dalam suatu perkawinan tidak hanya ada ikatan

lahir yang diwujudkan dalam bentuk ijab kabul yang dilakukan oleh wali

mempelai perempuan dengan mempelai laki-laki yang disaksikan oleh 2 (dua)

orang saksi yang disertai penyerahan mas kawin, tetapi ikatan batin yang

diwujudkan dalam bentuk adanya persetujuan yang ikhlas antara kedua calon

mempelai dalam arti tidak ada unsur paksaan dari pihak yang satu kepada

pihak yang lain juga memegang peranan yang sangat penting untuk

memperkuat akad ikatan nikah dalam mewujudkan keluarga bahagia dan

kekal.

2. antara seorang pria dengan seorang wanita, maksudnya dalam suatu ikatan

perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan hanya boleh terjadi antara

seorang pria sebagai suami dengan seorang wanita sebagi istri. Dengan

demikian pasal 1 Undang-Undang Perkawinan menganut azas monogami.

3. membentuk keluarga Bahagia dan kekal, maksudnya perkawinan bertujuan

untuk memperoleh ketenangan, kesenangan, kenyamanan, ketentraman lahir

dan batin untuk selama-lamanya dalam kehidupan berumah tangga. Dalam arti

perkawinan untuk membentuk sebuah keluarga harus mampu membawa

ketenangan dan ketentraman sampai akhir hayatnya.

4. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maksudnya perkawinan harus

berdasarkan pada ketentuan agama, tidak boleh perkawinan dipisahkan

10

Jamaluddin & Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, Lhokseumawe, Unimal

Press, hlm. 17.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

13

dengan agama. Dalam arti sahnya suatu perkawinan diukur dengan ketentuan

yang diatur dalam hukum agama.

Dilihat dari segi Agama Islam, pernikahan memiliki kedudukan yang sangat

terhormat dan dianggap sakral. Berlainan dengan kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang menyatakan bahwa: “Undang-undang memandang soal perkawinan

hanya dalam hubungan-hubungan perdata, dalam pandangan agama Islam,

pernikahan tidak hanya persoalan perbuatan hukum dan memiliki penghargaan

sosial di mata masyarakat.” Akan tetapi, lebih dari itu, pernikahan juga memiliki

nilai-nilai ibadah.

B. Rukun dan Syarat Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk

segera untuk melaksanakannya. Karena, dengan perkawinan, dapat mengurangi

maksiat penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina. Perkawinan merupakan

wadah diri penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar, dan dalam ajaran

nabi, perkawinan ditradisikan menjadi sunah beliau. Karena itulah perkawinan

yang syarat nilai dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawadah, dan rahmah. Perlu diatur dengan syarat dan rukun tertentu,

agar tujuan disyaratkannya perkawinan tercapai.11

Rukun nikah merupakan hal-hal yang harus dipenuhi agar pernikahan menjadi

sah. Rukun nikah menurut Islam meliputi:

a. Calon suami

b. Calon istri

11

Nunung Rodliyah, Pokok-Pokok Hukum Islam Di Indonesia dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandar Lampung, Gunung Pesagi, 2009, hlm. 144.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

14

c. Wali nikah dari calon istri

d. Dua orang saksi laki-laki

e. Mahar

f. Ijab Kabul12

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan, apabila

syarat-syarat terpenuhi maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya hak

dan kewajiban sebagai suami istri. Secara rinci rukun-rukun diatas akan dijelaskan

syarat-syaratnya sebagai berikut:

a. Syarat calon suami yaitu:

1) Islam.

2) Seorang laki-laki asli.

3) Orangnya tertentu, maksudnya identitas diri pribadi keluarganya jelas.

4) Tidak mempunyai istri empat orang

5) Tidak ada paksaan

6) Tidak ada hubungan darah

b. Syarat untuk calon istri yaitu:

1) Beragama Islam

2) Seorang perempuan asli

3) Orangnya tertentu, maksudnya identitas diri pribadi keluarganya jelas

4) Sehat jasmani dan rohani

5) Tidak bersuami dan tidak sedang dalam masa iddah

6) Tidak ada hubungan darah

12

Wati Rahmi Ria, & Muhammad Zulfikar, Op. Cit. hlm. 50.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

15

c. Syarat untuk wali nikah dari calon istri sebagai berikut:13

1) Beragama Islam

2) Laki-laki asli

3) Dewasa

4) Berakal sehat

5) Tidak dalam keadaan terpaksa

d. Syarat untuk saksi yaitu:

1) Beragama Islam

2) Laki-laki asli

3) Dewasa

4) Tidak pelupa atau pikun

5) Tidak buta, tidak tuli dan tidak bisu

e. Syarat Mahar yaitu:

1) Sesuatu benda yang diserahkan oleh calon suami

2) Halal artinya baik benda maupun cara perolehananya benda yang akan

dijadikan mahar adalah halal

f. Syarat Ijab Kabul

Syarat ijab yaitu:

1) Diucapkan lafaznya dengan jelas dan tegas

2) Diucapkan oleh walinya atau wakilnya

3) Ijab harus didengar oleh pihak-pihak yang bersangkutan baik

pengantinnya maupun saksinya.

13

Wati Rahmi Ria, & Muhammad Zulfikar, Op. Cit. hlm. 51.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

16

Syarat Kabul yaitu:

1) Dengan lafaz tertentu yang diucapkan secara tegas di ambi dari kata-kata

nikahnya

2) Diucapkan oleh calon suami

3) Harus didengar oleh yang bersangkutan atau para saksinya.14

Menurut Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam, rukun nikah terdiri atas lima macam

yaitu adanya:

a. Calon suami

b. Calon istri

c. Wali nikah

d. Dua orang saksi, dan

e. Ijab dan Kabul

Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang akan kawin.

Namun, hukum Islam memberikan batasan umur kepada calon mempelai laki-laki

dan calon mempelai perempuan yang ingin menikah. Untuk kemaslahatan

keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai

yang telah mencapai umur sekurang-kurangnya 19 tahun untuk calon mempelai

laki-laki dan sekurang-kurangnya 16 tahun untuk calon mempelai perempuan.

Setelah adanya kedua mempelai, maka selanjutnya harus ada wali nikah. Dalam

perkawinan wali itu adalah seseorang yang bertindak atas nama mempelai

perempuan dalam suatu akad nikah. Akad nikah dilakukan oleh dua pihak, yaitu

14

Wati Rahmi Ria, & Muhammad Zulfikar, Op. Cit. hlm. 52.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

17

pihak laki-laki yang dilakukan oleh mempelai laki -laki itu sendiri dan pihak

perempuan yang dilakukan oleh walinya.

Dengan adanya batasan usia tersebut diharapkan para calon mempelai telah masak

dalam berfikir jiwa dan raganya untuk dapat mewujudkan tujuan daripada

perkawinan dengan membentuk keluarga yang sakinah, tanpa berakhir dengan

perceraian dan akan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat.

C. Tujuan Perkawinan

Dilangsungkannya sebuah pernikahan dalam Islam memiliki tujuan diantaranya:15

Pertama, untuk membentengi akhlak yang luhur. Sasaran utamanya adalah untuk

membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah

menurunkan dan membodohkan martabat manusia yang luhur. Maka Islam

memandang bahwa perkawinan merupakan sarana efektif untuk memelihara

pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Kedua, untuk menegakkan rumah tangga yang Islami. Disebutkan dalam Al-

Qur‟an bahwa Islam membenarkan adanya talak (perceraian), jika suami istri

sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah SWT. Misalnya dalam

surat Al-Baqarah (2) ayat 229, 230. Kedua ayat ini menunjukkan bahwa tujuan

dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari‟at Islam dalam rumah

tangganya.

15

http://moraref.or.id/browser/index/361/2016/02/html, diakses jum‟at, 16 November

2017, pukul 23.28 WIB

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

18

Diantara tujuan yang substansial dalam pernikahan adalah sebagai berikut:16

pertama, pernikahan bertujuan untuk menyalurkan kebutuhan seksualitas

manusia, dengan syarat yang di benarkan oleh Allah dan mengendalikan hawa

nafsu dengan cara yang terbaik yang berkaitan dengan peningkatan moralitas

manusia sebagai hamba Allah. Tujuan utama pernikahan adalah menghalalkan

hubungan seksual yang bertujuan untuk membersihkan moralitas. Seperti yang

diketahui oleh khalayak umum bahwa sebelumnya manusia bagaikan bintang.

Pergaulan bebas antara sesama jenis bukan masalah yang tabu, melainkan

merupakan tontonan sehari-hari. Anehnya lagi, pada zaman modern ini,

perkawinan bebas seks tanpa ikatan pernikahan telah dibela mati-matian oleh

kaum liberalis dan sekuler yang mengukur perbuatan mereka dngan ukuran seni

yang semata-mata kebudayaan yang syarat dengan nafsu syahwat. Kedua, tujuan

pernikahan adalah mengangkat harkat dan martabat perempuan. hal ini

dikarenakan pada masa jahiliyah kedudukan perempuan tidak lebih dari barang

dagangan yang setiap saat dapat diperjual belikan, bahkan anak-anak perempuan

dibunuh hidup-hidup karena dipandang tidak berguna secara ekonomi. Kehidupan

perempuan penuh dengan perlakuan diskriminatif. Kaum laki-laki dengan bebas

menikmati tubuh kaum wanita sekehendak hati, bahkan wanita hanyalah

penghibur kehausan seksual para prajurit yang baru pulang berperang di medan

tempur. Ketiga, tujuan pernikahan adalah memproduksi keturunan, agar manusia

tidak punah dan hilang ditelan sejarah. Agar pembicaraan manusia bukan sekedar

nostalgia atau kajian antropologis sebagaimana membicarakan binatang purba dan

manusia primitif yang seolah-olah tidak lebih dari dongeng masalalu.

16

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat , Bandung, CV Pustaka Setia, 2013, hlm. 23.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

19

Tujuan Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan adalah membentuk

keluarga (rumah tangga) bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam perkawinan bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahman.

Tujuan dari perkawinan itu sendiri adalah membentuk keluarga yang rapat

hubungannya dengan keturunan, selain itu yang pula merupakan tujuan dari

perkawinan, pemeliharaan dan biaya pendidikan yang menjadi hak dan kewajiban

orang tua.17

Setiap perkawinan pasti akan menimbulkan akibat–akibat hukum,

akibat perkawinan itu antara lain timbulnya hak dan kewajiban suami dan istri,

keabsahan anak/keturunan, serta harta yang timbul dari perkawinan.

D. Nikah Sirri Syar’i

Nikah sirri syar‟i atau lazim juga disebut nikah bawah tangan dalam konteks

masyarakat Indonesia adalah pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil wali

dan disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan di hadapan Petugas Pencatat

Nikah (PPN) sebagai aparat resmi pemerintah atau perkawinan yang tidak

dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), sehingga dengan sendirinya tidak

mempunyai Akta Nikah yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.18

17

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta, Rineka Cipta, 2010, hlm. 9-10 18

Ali Akbar, Nikah Sirri Menurut Perspektif Al-Quran, Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No.

2, Juli 2014, hlm. 213

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

20

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nikah sirri diartikan dengan

pernikahan yang hanya disaksikan oleh sorang mudin dan saksi, tidak melalui

Kantor Urusan Agama (KUA) dan menurut agama Islam sudah sah.19

Menurut Keputusan Ijtima‟ Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, nikah

di bawah tangan yang dimaksud dalam fatwa ini adalah “Pernikahan yang

terpenuhi semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fiqih (hukum Islam)

namun tanpa pencatatan resmi di instansi berwenang sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan”.20

Pernikahan sirri sering diartikan oleh masyarakat dengan; pertama; pernikahan

tanpa wali. Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (sirri) dikarenakan

pihak wali perempuan tidak setuju atau karena menganggap absah pernikahan

tanpa wali, atau karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka tanpa

menghindahkan lagi ketentuan-ketentuan syariat;

Kedua, pernikahan yang sah menurut agama namun tidak dicatatkan di lembaga

pencatatan Negara (KUA). Banyak faktor yang menyebabkan seorang tidak

mencatatkan pernikahannya dilembaga pencatatan sipil Negara. Ada yang karena

faktor biaya tidak mampu membayar administrasi pencatatan, ada pula yang

disebabkan karena takut ketahuan melanggar aturan yang melarang pegawai

negeri nikah lebih dari satu, dan lain sebagainya.

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia 20

Keputusan Ijtima‟ Ulama Komisi Fatwa MUI II Tahun 2006, Masail Asasiyah

Wathaniyah, Masail Waqi‟iyyah Mu‟ashirah, Masail Qanuniyyah, Majelis, dimuat dalam Ali Akbar,

Nikah Sirri Menurut Perspektif Al-Quran, jurnal Ushuluddin, hlm. 216.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

21

Ketiga, pernikahan yan dirahasiakan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu,

misalnya takut mendapatkan stigma negatif dari masyarakat yang terlanjur

menganggap tabu pernikahan sirri, atau karena pertimbangan-pertimbangan rumit

yang memaksa seseorang untuk merahasiakan pernikahannya.21

Karena nikah sirri syar‟i tidak dakui oleh hukum, apabila suami melalaikan

kewajibannya, maka istri tidak mempunyai hak untuk menuntut. Permasalahan itu

akan semakin bertambah lagi di antaranya dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Istri dan anak kehilangan hak atas nafkah

Nikah sirri syar‟i menggurkan kewajibab suami berupa nafkah sebagaimana

diatur dalam Pasal 80 ayat (4) yaitu “sesuai dengan penghasilannya, suami

menanggung a. nafkah, kiswa, dan tempat kediaman istri. b. biaya rumah tangga,

biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi istri dan anak. c. biaya pendidikan

bagi anak.

2. Istri tidak berhak mendapatkan harta gono-gini apabila terjadi perceraian.

Pada dasarnya, KHI telah mengatur tentang harta kekayaan dala rumah tangga,

yaitu terdiri dari harta bersama dan harta bawaan. Ketika terjadi perceraian, istri

berhak mendapat bagian dari harta bersama (gono-gini) secara hukum. Pasal 97

KHI menyatakan, “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua

dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.”

21

http:///www.mediaislam.net// diakses pada 12 November 2018, pukul 11.00 WIB.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

22

akan tetapi, akibat nikah sirri syar‟i bagian tersebut sulit diselesaikan secara

hukum mengingat keberadaan nikah sirri syar‟i yang tidak diakui hukum.22

3. Status anak tidak diakui oleh hukum (dianggap sebagai anak yang tidak sah)

dan hanya bernasab pada ibunya serta gugur hak warisnya terhadap ayah)

Pasal 99 KHI menyattakan, “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam

atau akibat perkawinan yang sah.” Status anak sah itu sendiri harus dibuktikan

dengan akta kelahiran yang dapat dbuat berdasarkan akta pernikahan orang

tuanya. Sementara dalam nikah sirri syar‟i, akta kelahiran anak sulit didapat

karena tidak adanya akta nikah orang tuanya. 23

Ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal 103 KHI yang menyatakan: a. asal usul

seorang hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran atau alat bukti lainnya. b.

Bila akta kelahiran atau alat bukti lainnya tersebut dalam ayat (1) tidak ada, maka

Pengadilan Agama dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul seorang anak

setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang sah. c.

Atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut ayat (2), maka instansi

Pencatatan Kelahiran yang ada dalam daerah hukum Pengadilan Agama tersebut

mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan.

Sementara perkawinan sah adalah apabila perkawinan tersebut dicatatatkan pada

Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau di KUA. Sehingga, anak yang lahir dari

perkawinan yang tidak dicatatkan dengan demikian perkawinan tersebut dianggap

22

Siti Faizah, Dualisme Hukum Islam di Indonesia Tentang Nikah Sirri, Jurnal Studi

Hukum Islam, Vol 1 No. 1, Januari-Juni 2014, hlm. 24 23

Ibid, hlm. 25.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

23

tidak sah. Maka anak tersebut dianggap sebagai anak yang terlahir di luar

perkawinan. sebagaimana Pasal 100 KHI dinyatakan, “Anak yang lahir di luar

perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga

ibunya.”

Dampak hukum bagi istri dari nikah siri syar‟i di antaranya berupa:

1. Istri tidak bisa menggugat suami jika diceraikan;

2. Penyelesaian kasus nikah siri hanya bisa diselesaikan melalui hukum adat;

3. Istri tidak berhak mendapat tunjangan jasa raharja jika terjadi kecelakaan atau

meninggalnya suami;

4. Apabila suami seorang PNS, istri tidak mendapat tunjangan perkawinan dan

pensiun suami;

5. Istri tidak mendapat warisan jika suami meninggal;

6. Istri tidak berhak mendapat harta gono­gini jika terjadi perceraian;

7. Apabila terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga, istri tidak bisa

menyelesaikannya secara hukum karena status pernikahannya yang tidak

sah.24

Sedangkan bagi anak akan menanggung beberapa hal, di antaranya:

1. Anak tidak memiliki status jelas, seperti tidak adanya akta kelahiran karena

tidak adanya akta nikah orang tuanya;

2. Dalam hal kewarisan, anak tidak mendapatkan warisan dari ayahnya;

3. Hubungan perdata anak hanya dengan ibu dan keluarga ibunya;

4. Apabila ayah tidak mengakuinya sebagai anak, sulit menuntunya karena tidak

adanya bukti kelahiran dan pernikahan orang tuanya;

24

Ibid. hlm. 26

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

24

5. Sulitnya mengurusi administrasi sebagai kenegaraan untuk keperluan

pendidikan, kesehatan, prestasi dan karir.

E. Dasar Hukum Nikah Sirri Syar’i

1. Hukum Nikah Sirri Syar’i Menurut Al-Qur’an

Al-Qur‟an menjelaskan bahwa manusia secara naluriah, disamping mempunyai

keinginan terhadap anak keturunan, harta kekayaan dan lain-lain, juga sangat

menyukai lawan jenisnya. Untuk memberikan jalan keluar yang terbaik mengenai

hubungan manusia yang berlainan jenis itu, islam menentapkan suatu ketentuan

yang harus dilalui, yaitu perkawinan.25

hal tersebut sesuai denan firman Allah

dalam surat Ar-Rum (30) ayat 21 yang berbunyi:

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-

istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S Ar-Rum (30) : 21)

Lebih lanjut Allah Swt, berfirman dalam surat An-Nahl (16) ayat 72 yang

berbunyi:

“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dan jenis kamu sendiri dan menjadikan

bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dari cucu-cucu, dan memberimu rezki

dari yang bai-baik.” (Q.S An-Nahl (16) : 72)

Dalam islam, pelaksanaan suatu pernikahan harus sesuai dengan ketentuan

syari‟at, yakni memenuhi syarat dan rukun sebagaimana diatur dalam Al-Qur‟an

dan hadits, atau yang telah terhimpun dalam khazanah hukum fiqh, suatu

pernikahan hendaklah dilakukan oleh wali atau wakil wali dan disaksikan oleh

para saksi. Meskipun secara dogmatis tidak ada nash Al-Qur‟an atau hadits yang

25

Ali Akbar, Op. Cit. hlm. 219

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

25

mengatur pencatatan perkawinan. Akan tetapi pencatatan perkawinan merupakan

ketentuan yang perlu diterima dan dilaksanakan oleh siapa saja yang akan

melangsungkan perkawinan.

Islam memandang bahwa perkawinan itu lebih dari sekedar ikatan perjanjian

biasa. Perkawinan itu merupakan ikatan perjanjian yang sangat kuat (mitsaqan

ghalidhan). Oleh karena itu, akan nikah bukanlah transaksi (mu‟amalah) biasa.

Akan tetapi ia merupakan perjanjian yang sangat kuat, seperti disebutkan dalam

Al-Qur‟an surat An-Nisa (4) ayat 21 yang berbunyi:

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah

bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagi suami istri dan mereka (istri-istrimu)

telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (Q.S An-Nisa (4) : 21)

Dalam hukum islam, keharusan mencatatkan perkawinan untuk perbuatan Akta

Nikah dianalogikan kepada pencatatan dalam masalah transaksi utang piutang

(mudayyanah)26

yang dalam situasi tertentu tersebut ditegaskan dalam firman

Allah surat Al-Baqarah (2) ayat 282 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak secara tunai

untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis diantara kamu

menuliskan dengan benar.” (Q.S Al-Baqarah (2) : 282)

Firman Allah diatas dapat dipahami bahwa pernikahan merupakan sebuah ikatan

yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan). Ketika pernikahan dimaknai sebagai

ikatan yang demikian kuat dan mendalam, maka perlu dicatat karena ia memiliki

makna kuat baik hakiki maupun implikasinya. Perlu diingatkan bahwa ikatan

perjanjian biasa, misalnya semacam utang piutang saja perlu dicatat, apalagi

ikatan perkawinan yang merupakan perjanjian luhur, tentu tidak mungkin

26

Ibid, hlm. 220.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

26

dibiarkan berlangsung begitu saja tanpa adanya pencatatan. Dalam hal pencatatan

nikah dilakukan oleh pejabat yang berwenang.

2. Nikah Sirri Syar’i Menurut Hukum Islam

Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memang sudah dikenal di kalangan

ulama. Hanya saja nikah siri di kenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya

dengan nikah siri dapat saat ini. Dahulu yang dimaksud dengan nikah siri yaitu

nikah yang sesuai dengan rukun-rukun nikah dan syaratnya menurut syari‟at,

hanya saja saksi diminta tidak memberitahukan terjadinya nikah tersebut kepada

khalayak ramai, kepada masyarakat, dan dengan sendirinya tidak ada walimah al-

„Ursy. Berikut ini adalah pendapat para ulama Islam tentang nikah siri.

a. Menurut pandangan mahzab Hanafi dan Hambali suatu penikahan yang sarat

dan rukunya mka sah menurut agama islam walaupun pernikah itu adalah

pernikahn siri. Hal itu sesuai dengan dalil yang berbunyi, artinya: “Takutlah

kamu terhadap wanita, kamu ambil mereka (dari orang tuanya ) dengan

amanah allah dan kamu halalkan percampuran kelamin dengan mereka

dengan kalimat Allah (ijab qabul)” (HR Muslim).

b. Menurut terminologi fikih Maliki, nikah siri ialah :

“Nikah yang atas pesan suami, para saksi merahasiakannya untuk istrinya

atau jamaahnya, sekalipun keluarga setempat.

Mazhab Maliki tidak membolehkan nikah siri. Perkawinannya dapat

dibatalkan, dan kedua pelakunya dapat dilakukan hukuman had (dera rajam),

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

27

jika telah terjadi hubungan seksual antara keduanya dan diakuinya atau

dengan kesaksian empat orang saksi27

3. Nikah Sirri Syar’i Menurut KHI

Kompilasi Hukum Islam, sebagai pranata hukum positif Negara bagi umat islam

di Indonesia, tidak mengenal istilah nikah sirri. KHI hanya mengenal nikah yang

dicatat dan tidak dicatat. sebagaimana dinyatakan Pasal 2 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 1974 tentang Perkawinan bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”, KHI mengatur keharusan

pencatatan nikah dalam Pasal 5 sebagai berikut: a. Agar terjammin ketertiban

perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat. b. Pencatatan

perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagai

mana diatur dalam Undang-Undang.

Adapun teknis pelaksanaannya diatur kemudian pada pasal berikutnya, yaitu Pasal

6 KHI, a. Untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. b.

Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak

mempunyai kekuataan hukum.28

Dengan demikian, nikah sirri syar‟i dianggap illegal karena tidak dicatatkan oleh

pegawai pencatan nikah atau di KUA. Hukum nikah sirri syar‟i bisa jadi sah

menurut fiqh, tetapi tetap tidak sah bagi hukum Negara. KUA selama ini tidak

menerima pengurusan persoalan nikah sirri, sehingga ketika terjadi hal-hal yang

merupakan resiko nikah sirri ditanggu oleh yang bersangkutan.

27

http:///wordpress.com 28

Siti Faizah, Loc. Cit, hlm. 24

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

28

4. Nikah Siri Syar’i Menurut Undang-Undang Perkawinan

Di dalam hukum perkawinan tidak dijelaskan mengenai larangan menikah sirri

syar‟i, dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 di jelaskan

bahwa “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu”. Ketentuan mengenai pencatatan perkawinan

secara umum, diatur Pada pasal 2 ayat 2 undang-undang tersebut dinyatakan

bahwa “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku”. Walaupun di dalam undang-undang perkawinan, masalah pencatatan

perkawinan ini hanya diatur oleh satu ayat, namun masalah pencatatan ini sangat

dominan.

Di dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Perkawinan pada pasal 3 ayat 1 dinyatakan : "Setiap orang yang akan

melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai

Pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan".

Berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan pernikahan sirri syar‟i

itu sah, akan tetapi bukan hanya point mengenai sah atau tidaknya perkawinan

saja, tapi hal yang lebih urgent mengenai kelangsungan hidup manusia sebagai

makhluk sosial, yang hidup dalam pemerintah mewajibkan untuk diadakan

pencatatan perkawinan dan persyaratan perkawinan. penetapan pemerintah

dengan peraturan itu adalah untuk kemaslahatan manusia 29

29

Ejurnal.uin-suka.ac.id

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

29

F. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah suatu upaya melindungi hak setiap orang untuk

mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-

undang, oleh karenanya untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan

padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak untuk mendapatkan

perlindungan hukum yang diperlukan sesuai dengan asas hukum.30

Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk

memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningatkan kualitas

hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab,

berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.

Menurut Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi 2 hal yakni :

a) Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum

dimanakepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnyasebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang

definitif.

b) Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana

lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.

Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia

merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap

harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara

Hukum yang berdasarkan Pancasila.31

30 Maidin Gultom, Op. Cit. hlm 77

31 Benedhicta Desca PO, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Akibat Eksploitasi

Ekonomi, (Jurnal Skripsi, 2014, FH Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

30

G. Perlindungan bagi Perempuan dan Anak

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention

on the Elimination of Diskrimination Against Women disingkat CEDAW),

mengakui: perbedaan biologis atau krodrati antara perempuan dan laki-laki;

perbedaan perlakuan terhadap perempuan yang berbasis gender yang

mengakibatkan kerugian pada perempuan; perbedaan kondisi dan posisi antara

perempuan dan laki-laki dikarenakan adanya diskriminasi terhadap perempuan.

Dalam konvensi tujuan kesetaraan gender, antara lain kewajiban Negara yang

harus dilaksanakan untuk tujuan kesetaraan gender, antara lain kewajiban Negara

untuk: secara umum mengeliminasi diskriminasi terhadap perempuan;

memberdayakan perempuan; melakukan percepatan tercapainya kesetaraan

gender; melakukan revisi dan penyusunan peraturan perudang-undangan yang

mendudukkan perempuan secara setara di depan hukum, dalam ketenagakerjaan,

dalam haknya sebagai warga Negara, dan sebagainya.

Salah satu kewajiban Negara yang harus dipenuhi adalah memberdayakan

perempuan, dengan kegiatan-kegiatan; mempromosikan partisipasi perempuan

sebagai agen pembaru dalam proses politik, ekonomi dan sosial; kemitraan antara

perempuan dan lai-laki, dalam arti terjadinya perubahan sikap, perilaku dan

pengisian peran laki-laki dan perempuan di berbagai bidang; usaha-usaha khusus

yang dapat menghapus ketimpangan gender di berbagai tingkatan.32

Secara umum anak adalah keturunan atau generasi sebagai suatu hasil dari

hubungan intim (sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang

32

Maidin Gultom. Op.Cit. hlm. 75.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

31

perempuan baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan. Anak

merupakan masa depan bangsa, kualitas pemeliharaan dan pembinaan serta

perlindungan anak akan menentukan kearah mana suatu bangsa akan berkembang.

Anak merupakan harapan bangsa dan apabila sudah sampai saatnya akan

menggantikan generasi tua dalam melanjutkan roda kehidupan Negara, dengan

demikian, anak perlu dibina dengan baik agar mereka tidak salah dalam hidupnya

kelak. Setiap komponen bangsa, baik pemerintah maupun non pemerintah

memiliki kewajiban secara serius memberi perhatian terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Komponen-komponen yang harus melakukan pembinaan

terhadap anak adalah orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan menjamin dan melindungi anak dan

hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisispasi, secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak dapat juga

diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah rehabilitasi dan

memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi dan

penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang

secara wajar, baik fisik, mental maupun sosialnya. Perlindungan anak adalah

suatu usaha melindungi anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.

Menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak, menentukan bahwa:

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

32

(2) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain mana

pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan

perlindungan dari perlakuan:

a. Diskriminasi

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual

c. Penelantaran

d. Kekejaman, kekerasan, penganiayaan

e. Ketidakadilan dan Perlakuan salah lainnya.

(3) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk

perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan

pemberatan hukuman.

Hak-hak bagi anak dijelaskan di dalam Pasal 14 ayat (1) dan (2) yang berbunyi

“Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada

alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah

demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir”. Dan

dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anak tetap

berhak:

a. Bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua

orangtuannya;

b. Mendapat pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk

proses tumbuh kembang dari kedua orangtuanya sesuai dengan kemmampuan,

bakat, dan minatnya;

c. Memperoleh pembiayaan hidup dari orangtuanya; dan

d. Memperoleh hak anak lainnya.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

33

Hak-hak anak menurut Konvensi Hak-Hak Anak dikelompokkan dalam 4 kategori

yaitu:

1. Hak Kelangsungan Hidup, hak untuk melestarikan dan mempertahankan

hidup dan hak memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang

sebaik-baiknya.

2. Hak Perlindungan, perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan, dan

keterlantaran.

3. Hak Tumbuh Kembang, hak memperoleh pendidikan dan hak mencapai

standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral

dan sosial.

Anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa saja

(individu, atau kelompok, organisasi swasta ataupun pemerintah) baik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Yang dimaksud dengan korban adalah

mereka yang menderita kerugian (mental, fisik, sosial), karena tindakan yang

pasif, atau tindakan yang pasif, atau tindakan aktif orang lain atau kelompok

(swasta atau pemerintah), baik langsung maupun tidak langsung. Pada hakikatnya

anak tidak bisa melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang

menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang kehidupan dan

penghidupan. Anak harus dibantu oleh orang lain dalam melindungi dirinya,

mengingat situasi dan kondisinya. Anak perlu mendapat perlindungan agar tidak

mengalami kerugian, baik mental, fisik maupun sosial.33

33

. Maidin Gultom. Op.Cit. hlm. 69.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

34

H. Karakteristik Muslim.

Pertama, Khawarij adalah aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar

meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap Ali yang menerima

arbitrase. Khawarij terbagi golongan kecil yang terdiri dari delapan golongan

antara lain: al-Muhakkimah, al-Azariqah, al-Nadjah, al-Baihasiyah, al-Ajaridah,

al-Tha‟labiyah, al-Ibadiyah, dan al-Sufriah.34

Kedua, Syiah berarti sekelompok

pengikut dan pendukung yang setia serta siap membela yang diikuti. Dalam

perkembangan selanjutnya dilekatkan khusus pada kelompok yang mengikuti Ali

bi Abi Thalib dan ahlul bait serta siap membelanya 35

Ketiga, Murji‟ah adalah aliran yang tidak mau ikut campur dalam pertentangan-

pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap yang menyerahkan

penentuan hukum kafir atau tidak kafirnya orang-orang yang bertentangan itu

kepada Tuhan. Keempat, secara bahasa jabariyah erasal dari bahasa arab “jabara”

artinya memaksa. Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah

Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya

perbuatan dari manusia dan menyadandarkan semua perbuatan kepada Allah.

Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa

(majbur).36

34

Sukring, Ideologi, Keyakinan, Doktrin, dan Bid‟ah Khawarij: Kajian Khawarij

Modern, Jurnal Theologia, Volume 27, Nomor 2, Desember 2016. 35

Zulkifli, Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syi‟ah, Jurnal Khatulistiwa-Journal

Of Islamic Studies, Volume 3, Nomor 2 September 2013/ 36

Sidik, Refleksi Paham Jabariyah dan Qodariyah, Rausyan Fikir, Vol. 12 Desember

2016

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

35

Kelima, Qodariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu “qodara” yang bermakna

kemampuan dan kekuatan.37

Adapaun secara terminologi istilah adalah suatu

aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah.

Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala

perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya kebebasan dan

kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Keenam,

mu‟tazilah adalah sosok muslim luar dalam. Artinya bahwa mereka telah bekerja

dan kemajuan berfikir dan sebagai penolong dalam kemurnian tauhid. Terhadap

pengaruh dari luar mereka telah mampu menopang derasnya perkembangan

filsafat, yang tidak mampu dibendung oleh kaum muslim orthodox.38

Ketujuh,

Aswaja kepanjangan dari “Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah”. Artinya orang-orang

yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw, dan Wal Jama‟ah

berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad Saw. jadi definisi

Aswaja adalah “orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw dan

mayoritas sahaba Nabi, baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun aqidah dan

tasawuf”.39

37

Al-Munji fi al-Lugati wal al- A‟lam, (Beirut: Dar al-Masriq,2011, Cet. Ke-44), dimuat

dalam, Sidik, Refleksi Paham Jabariyah dan Qodariyah, Rausyan Fikir, Vol. 12 Desmber 2016 38

Safii, Teologi Mu‟tazilah, volume 25, Nomor 2, Juli-Desember 2014. 39

Munawir, Aswaja NU Center dan Perannya sebagai Benteng Aqidah, Jurnal Shahih,

Vol 1, Januari-Juni 2017.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

36

I. Kerangka Pikir

Keterangan:

Yang dimaksud nikah sirri syar‟i adalah pernikahan yang sah menurut agama

namun tidak dicatatkan di lembaga pencatatan Negara (KUA). Alasan yang

mempengaruhi terjadinya nikah sirri syar‟i yaitu karena buruknya sistem

perekonomian dalam keluarga sehingga mempengaruhi wanita untuk melakukan

nikah sirri syar‟i. Nikah sirri syar‟i merupakan perkawinan yang sah menurut

agama, tetapi pernikahan tersebut tidak sah menurut hukum positif, larangan

tersebut diatur dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Bentuk

Perlindungan

Hukum

Perlindungan

Hukum

Faktor-Faktor

Penyebab Nikah

Sirri Syar‟i

Nikah Sirri

Syar‟i

Calon Mempelai

Pria

Calon Mempelai

Wanita

Perempan Anak Anak Perempuan

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

37

Penelitian ini akan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

terjadinya nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim, perlindungan hukum terhadap

perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i serta bentuk perlindungan hukum

terhadap perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

III. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berfikir dan bertindak logis,

metodis, dan sistimatis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta

empiris yang terjadi, atau yang ada, disekitar kita untuk direkontruksi guna

mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan. berfikir logis adalah

berfikir secara bernalar menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan

bebas dan mendalam sampai kedasar persoalan guna mengungkapkan kebenaran.

Metodis adalah berfikir dan berbuat menurut metode tertentu yang kebenarannya

diakui menurut penalaran. Sisematis adalah berfikir dan berbuat yang bersistem,

yaitu runtun, berurutan, dan tidak tumpang tindih. 40

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif.

Pengertian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mengkaji hukum

tertulis dari aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi,

lingkup dan materi, penjelasan umum dari pasal demi pasal, formalitas dan

kekuatan mengikat peraturan perundang-undangan tetapi tidak mengikat aspek

terapan atau implementasinya.41

40

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti,

2004, hlm. 2. 41

Ibid. hlm. 102

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

39

Perihal skripsi ini, penelitian hukum normatif diaplikasikan dalam permasalahan

mengenai nikah sirri syar‟i. Penulis akan melakukan penelitian normatif dengan

cara mengkaji dan menganalisis dari bahan-bahan pustaka yang berupa literatur

dan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas

yang bertujuan untuk menjawab setiap permasalahan dalam penelitian yaitu yang

berkaitan dengan faktor-faktor yang melatar belakangi nikah sirri syar‟i bagi

pasangan muslim, perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak pada nikah

sirri syar‟i bagi pasangan muslim, serta bentuk perlindungan hukum terhadap

perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk

memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku

di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada

atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.42

Penelitian deskriptif yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu dengan memberikan

pemaparan untuk melihat secara jelas, rinci dan sistematis mengenai faktor-faktor

yang melatar belakangi nikah sirri syar‟i, perlindungan hukum terhadap

perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim, serta bentuk

perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak pada nikah sirri syar‟i bagi

pasangan muslim.

42

Ibid., hlm. 50.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

40

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian normatif ini yaitu dengan

cara pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan

mempelajari, melihat dan menelaah mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis

yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-doktrin hukum,

peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan permasalahan yang

berkaitan dengan skripsi ini. Dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif

dalam skripsi ini bahan utama yang ditelaah adalah bahan hukum primer,

sekunder dan tersier.43

D. Data dan Sumber Data

Data adalah sekumpulan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu

penelitian yang berasal dari berbagai sumber, data terdiri dari data lapangan dan

kepustakaan.44

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder,

yaitu data yang diperoleh melalui Perundang-undangan. Sumber data dalam

penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) yaitu;

1. Bahan hukum primer,

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini antara lain:

43

Nico Ngani, Metodologi Penelitisn dan Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, 2012, hlm. 179. 44

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Grafindo Persada,

Jakarta, 2004, hlm. 15.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

41

a. Al-Qur‟an

b. Al-Hadits

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

d. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

e. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

f. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

g. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada

peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui

dokumen. Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai

sumber hukum yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder ini terdiri dari

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan hukum tersier. Data ini

diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak

buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan

penelitian, mempergunakan data yang diperoleh dari internet. Sumber data

penelitian ini berasal dari data lapangan dan kepustakaan.45

3. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang melengkapi bahan hukum primer

dan bahan hukum skunder, seperti hasil penelitian, bulletin, majalah, artikel-

45

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, 2005, hlm. 65.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

42

artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang bersifatnya seperti karya ilmiah

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal

dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam

penelitian hukum normatif.46

Menelaah peraturan perundang-Undangan dan

Kompilasi Hukum Islam yang berkaitan dengan penelitian ini. Kegiatan studi

pustaka tersebut dilakukan dengan tahap sebagai berikut: penentuan sumber data

sekunder (bahan hukum primer dan sekunder); identifikasi data sekunder bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder yang diperlukan; inventarisasi data

yang sesuai dengan rumusan masalah dengan cara pengutipan atau pencatatan;

serta mengkaji data yang sudah terkumpul guna menentukan relevansinya dengan

kebutuhan dan rumusan masalah yang sesuai dengan judul penelitian yaitu

Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak pada Nikah Sirri Syar‟i bagi

Pasangan Muslim.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang

dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

46

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 81

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

43

a. Pemeriksaan data

Merupakan kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul

melalui studi pustaka terkait perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak

pada nikah sirri syar‟i bagi pasangan muslim sudah dianggap lengkap, cukup,

relevan, jelas, tidak berlebihan dan sebisa mungkin tanpa kesalahan.

b. Klasifikasi data

Merupakan kegiatan penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan

akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Sistematisasi data

Merupakan kegiatan penempatan dan menyusun data yang saling berhubungan

dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan

sehingga mempermudah interpretasi data. Data-data yang telah terkumpul dan

pemaparan-pemaparan yang telah dijelaskan disusun secara sistematis untuk

menjawab rumusan masalah.

F. Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara

sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah analisis kualitatif yaitu mengur aikan data secara bermutu dalam bentuk

kalimat yang tersusun secara teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan

efektif. Sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.47

47

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Op.Cit., hlm. 127.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

44

Dalam penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun

secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan pada akhirnya

dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan kesimpulan deduktif. Metode

deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau generalisasi yang

diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan

kesimpulan generalisasi tersebut.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1. Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya nikah sirri syar‟i bagi

pasangan muslim yaitu: faktor ekonom, faktor belum cukup umur, faktor

anggapan bahwa nikah sirri syar‟i sah menurut agama, faktor hamil di luar

nikah, faktor kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai

pencatatan perkawinan, dan faktor sosial.

2. Perlindungan hukum bagi perempuan dalam nikah sirri syar‟i bagi pasangan

muslim tidak ada atau belum diatur dalam hukum positif di Indonesia, hal ini

terkait dengan status nikah sirri syar‟i yang dianggap batal atau tidak sah bila

dilakukan. Sedangkan upaya hukum yang dapat ditempuh di Pengadilan

Agama dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang lahir dari

perkawinan tidak dicatatkan, dapat diperoleh dengan adanya produk dari

Pengadilan Agama berupa penetapan isbat nikah dan penentapan asal-usul

anak

3. Tidak ada bentuk perlindungan hukum terhadap perempuan yang

perkawinannya tidak dicatatkan di Indonesia, bentuk perlindungan hukum

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

71

bagi perempuan dapat dilakukan apabila pelaku nika sirri syar‟i melakukan

pencatatan perkawinan dan Itsbat nikah. Sedangkan bentuk perlindungan

hukum yang dapat diberikan kepada anak dalam nikah sirri syar‟i adalah

berdasarkan Putusan MK nomor 46/PUU-VII/2010 adanya penyempurnaan

perubahan Pasal 43 ayat (1) UUP mengenai hubungan perdata anak dengan

ayahnya dan keluarga ayahnya yang berupa nasab, mahram, hak dan

kewajiban, wali nikah serta hubungan pewarisan bagi anak.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah mengingat bahwa masalah nikah sirri syar‟i ini

sudah banyak terjadi dikalangan masyarakat atau suku tertentu dan tentunya

sangat mengkhawatirkan masyarakat atau Negara, Oleh karena itu, terdapat

beberapa saran dari penulis yaitu:

1. Kepada para pejabat pencatat nikah, utamanya pejabat tertinggi sebagai

pengambil kebijakan mengenai masalah pencatatan nikah di Kementerian

Agama RI, kiranya dapat menerapkan ketentuan pasal 2 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 sesuai dengan kehendak makna pasal tersebut, yaitu

dalam menerapkannya kepada peristiwa nikah sirri syar‟i, hendaknya

memperhatikan serta tidak memposisikannya bertentangan dengan norma

hukum yang dikehendaki oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia.

2. Untuk masyarakat sebaiknya jika melakukan perkawinan haruslah mengikuti

aturan yang ada sehingga nantinya perkawinan yang dilakukan akan diakui

secara sah oleh Negara.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Al-Qur’an.

Al- Hadits.

Anshory, Abdul Ghofur. 2011. Hukum Perkawinan Islam Prespektif Fikih danHukum Positif, UII Press. Yogyakarta.

Gultom, Maidi. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan. RefikaAditama. Medan.

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. Mandar Maj. BandarLampung.

Jamalludin dan Nanda Amalia, 2016, Hukum Perkawinan, UNIMAL Press,Lhokseumawe.

Khaeruman, Badri. 2010. Hukum Islam dalam Perubahan Sosial. Pustaka Setia.Bandung.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum danPenelitian Hukum. Citra AdityaBakti.Bandung.

Ngani, Nico. 2012. Metodologi Penelitisn dan Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia,Yogyakarta,

Ria, Wati Rahmi & Muhammad Zulfikar. 2015. Ilmu Hukum Islam. Gunung Pesagi.Bandar Lampung.

Ria, Wati Rahmi. 2011. Hukum Islam dan Islamologi. CV Sinar Sakti. BandarLampung.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

Rodliyah, Nunung. 2009. Pokok-Pokok Hukum Islam Di Indonesia dan KompilasiHukum Islam. Gunung Pesagi. Bandar Lampung.

Saebani, Beni Ahmad. 2013. Fiqh Munakahat. CV Pustaka Setia. Bandung..Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2004. Penelitian Hukum Normatif. Grafindo

Persada. Jakarta.

Sudarsono. 2010. Hukum Perkawinan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Kencana. Bogor.

UNDANG-UNDANG

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-UndangNomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

JURNAL ILMIAH DAN BAHAN LAINNYA

Ali Akbar. 2014. Nikah Sirri Menurut Perspektif Al-Quran Ushuluddin Vol. XXIINo. 2, Juli

Ansar, Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang di Lahir dari Perkawinan diBawah Tangan, (Jurnal Skripsi, Tahun 2017, Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Alaudin Makasar)

Benedhicta Desca PO, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Akibat EksploitasiEkonomi (Skripsi, Tahun 2014, FH Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Dian Mustika, Pencatatan Perkawinan dalam Undang-Undang Hukum Keluarga diDunia Islam, Jurnal. Family Law, Islamic World

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

Ejurnal.uin-suka.ac.id

Hasyim Nawawi. 2015. Perlindungan Hukum dan Akibat Hukum Anak dariPerkawinan Tidak Tercatat (Studi di Pengadilan AgamaTulungagung),Ahkam, Volume 3, Nomor 1, Juli

Munawir. 2017. Aswaja NU Center dan Perannya sebagai Benteng Aqidah, JurnalShahih, Vol 1, Januari-Juni.

Safi. 2014. Teologi Mu’tazilah, volume 25, Nomor 2, Juli-Desember.

Sidik. 2016. Refleksi Paham Jabariyah dan Qodariyah, Rausyan Fikir, Vol. 12Desmber.

Siti Aminah, 2014, 2016. Hukum Nikah di Bawah Tangan (Nikah Siri), JurnalCendikia, Volume 12 No 1 Januari.

Siti Ummu Adilla, Analisis Hukum Terhadap Faktor-Faktor yang MelatarbelakangiTerjadinya nikah sirri dan Dampaknya terhadap Perempuan (Istri) dan Anak-anak (jurnal skripsi, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan AgungSemarang)

Siti Faizah. 2014. Dualisme Hukum Islam di Indonesia Tentang Nikah Sirri. JurnalStudi Hukum Islam, Vol 1 No. 1, Januari-Juni.

Sukma Rochayat, akhmad khisn., 2017. Perlindungan Hukum Terhadap wanita danAnak yang Perkawinannya tidak Tercatat di Indonesi. Jurnal Hukum KhairaUmmah Volume. 12. No. 1 Maret.

Sukring, Ideologi. 2016. Keyakinan, Doktrin, dan Bid’ah Khawarij: Kajian KhawarijModern, Jurnal Theologia, Volume 27, Nomor 2, Desember.

Zulkifli. 2013. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syi’ah, Jurnal Khatulistiwa-Journal Of Islamic Studies, Volume 3, Nomor 2 September.

INTERNET

Kamus Besar Bahasa Indonesia

https://dalamislam.com/

http://dewandakwahjakarta.or.id

http://eprints.uny.ac.id/15943/

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PADA NIKAH ...digilib.unila.ac.id/55097/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nikah sirri syar’i atau lazim juga disebut nikah bawah

http://hukumonline.com/

http://moraref.or.id/browser/index/361/2016/02

http:///www.mediaislam.net//

Moslemsunnah.Wordpress.com